jebakan kebijaksanaan, serial diskusi masalah kesehatan - agung dwi laksono

Upload: agung-dwi-laksono

Post on 06-Apr-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    1/140

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    2/140

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    3/140

    ii

    JEBAKAN KEBIJAKSANAAN

    Serial Diskusi Masalah Kesehatan

    Penulis:

    Agung Dwi Laksono

    Health AdvocacyYayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat

    Jl. Bibis Karah I/41 Surabaya 60232Email: [email protected]

    Cetakan Pertama Januari 2012

    Penata Letak ADdesignDesain Sampul ADdesign

    ISBN: 978-602-98177-6-8

    Hak Cipta dilindungi oleh Undang-UndangDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh

    isi buku ini tanpa izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta.

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    4/140

    iii

    PengantarPengantarPengantarPengantar

    Puji Tuhan akhirnya buku JEBAKAN KEBIJAKSANAANyang merupakan ke-tiga Serial Diskusi Masalah Kesehatan

    dapat diselesaikan.

    Diawali dengan keprihatinan bahwa bidang kesehatan lebih

    menjadi mainstream pemerintah daripada menjadi milikmasyarakat!

    Apalagi bagi anak muda. Untuk itu penulis mencoba membuatdiskusi dengan bahasa ringan setiap senin pagi lewat media

    Diskusi Senin Pagi di Facebook, media sejuta umat-nya anakmuda. Meski juga ternyata anak tua pun turut andil memberi

    banyak pencerahan menyegarkan dalam diskusi ini.

    Harapan bahwa bidang kesehatan bisa membumi,ngobrol tentang pembiayaan kesehatan seenak ngomongintrend baju terbaru, diskusi pelayanan kesehatan senyaman

    ngrumpi di mall,

    Sungguh penulis berupaya untuk itu!

    Saran dan kritik membangun tetap ditunggu.

    Salamfacebooker!

    Surabaya, Januari 2012

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    5/140

    iv

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    6/140

    v

    Memang walaupun saya pengguna Facebook, saya tidak begitu

    rajin menegok halaman saya. Namun ada satu hal yang membuat

    saya paling tidak bezoek Facebook, yaitu untuk mendapatkan

    informasi dan wacana yang tidak biasa dijumpai di diskusi

    formal yang saya hadiri di manapun di media tradisional utama.

    Diskusi Senin Pagi adalah salah satu wacana yang selalu

    menarik diikuti karena akan merefleksikan masalah-masalahkesehatan dengan kacamata baru. Semoga pikiran yang inovatif

    ini akan memperluas jangkuan di dunia nyata dengan buku ini...

    DR. Rosalia Sciortino

    Regional Director Southeast and East Asia, International

    Development Research Centre (IDRC), Singapore

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    7/140

    vi

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    8/140

    vii

    Daftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi

    Pengantar Penulis iii

    Penngantar Dr. Rosalia Sciortino v

    Daftar Isi vii

    Jebakan Kebijakan dalam SebuahKebijakan 1

    Lingkaran Setan! 11 SPM Kesehatan 21 Opsi Kebijakan untuk SPM Kesehatan 29 Formula SPM! 37 Barisan Sakit Hati! 45 Berbicara pada Dewan... 57 Merawatinapkan Puskesmas Rawat Jalan 67 Kebijakan Ini-Itu 79 Catatan Diskusi AKI 97 Indonesia... Negeri para Smokers 107 Pengungsi Eks Timor 115

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    9/140

    viii

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    10/140

    Jebakan Kebijaksanaan dalam Sebuah Kebijakan

    1

    Jebakan Kebijaksanaan dalam Sebuah

    Kebijakan

    Monday, September 20, 2010 at 4:33am

    Sugeng injing para sedherek...

    Bangsa kita adalah bangsa yang sangat toleran... sangat permisif

    dalam banyak hal...

    Sebuah bukti bahwa nurani begitu mengedepan dalam kehidupankeseharian,

    Rasa belas kasih begitu mendarah daging dalam darah kita...

    Bener po ora?

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    11/140

    2

    Banyak hal yang terlandasi dengan sikap itu! Sampai pada hal-hal yang seharusnya butuh sebuah kepastian dan tidak boleh adatoleransi...

    ***

    Dalam sebuah 'kebijakan' misalnya, rasa toleransi dan permisifini terwujud dalam sebuah 'kebijaksanaan'.

    Kebijakan yang seharusnya merupakan sebuah ketetapan menjadirancu dengan adanya 'kebijaksanaan'...

    Kita bahkan sangat mahfum dengan kalimat...

    "Saya tau pak aturannya memang begitu, tapi saya mohonkebijaksanaan dari bapak..."

    Sungguh sebuah jebakan...

    Dua kata tersebut keliatannya emang mirip, bahkan dalam

    beberapa kesempatan pakar tata negara kita sering kelirumemakai keduanya.

    'Kebijakan' dalam Bahasa Inggris berasal dari kata 'policy',sedang kebijaksanaan berasal dari kata 'wisdom'.

    Wisdom lebih cenderung dan lebih tepat mengarah pada

    seseorang atau melekat pada sebuah individu, sedangpolicycenderung dan lebi tepat melekat pada sebuah organisasi danatau negara (pemerintah).

    'Kebijaksanaan' versi kita lebih cenderung untuk mengobrak-abrik tatanan yang sudah ada, mengaburkan kepastian hukum...

    yang seharusnya terbangun dalam sebuah 'kebijakan'.

    ***

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    12/140

    Jebakan Kebijaksanaan dalam Sebuah Kebijakan

    3

    Dalam sebuah kesempatan sosialisasi Askeskin (asuransikesehatan keluarga miskin) di sebuah puskesmas, sayamengumpulkan seluruh perangkat desa (lurah dan carik) untuk

    mensosialisasikan kriteria keluarga miskin (gakin) yang akanditetapkan sebagai peserta jaminan kesehatan ini, yang

    selanjutnya setiap gakin akan ditetapkan sebagai peserta denganmendapat sebuah kartu peserta Askeskin.

    Hanya pemegang kartu askeskin saja yang akan dapat

    memanfaatkan fasilitas jaminan kesehatan tersebu

    Apa yang terjadi??? Sebuah keributan yang sungguh huebooh!

    Para perangkat desa tersebut protes keras!

    "Kenapa harus ada 'kartu peserta?"

    "Kenapa tidak bebas seperti dulu saja?"

    Setelah reda... baru mereka mengutarakan keberatannya...

    "Kalo dengan kartu peserta yang sudah ditetapkan dari awal,kami kan jadi tidak bisa memasukkan peserta lagi di tengah

    program berjalan... ," alasan keberatan mereka sebagaimanadiutarakan salah satu lurah.

    Usut punya usut... mereka, para perangkat desa tersebut, lurah

    dan carik tersebut... takut tidak terpilih lagi pada periodeberikutnya!

    Apa pasal? Mereka menggunakan 'Askeskin' sebagai salah satusenjata 'kebijaksanaan' mereka. para lurah dan carikmenggunakan kekuasaannya untuk mengeluarkan 'kebijaksanaan'

    pada masyarakat 'pendukung'nya.

    Oalaaaaaah...!

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    13/140

    4

    Makanya jangan heran bila di rumah sakit melihat pasienaskeskin dengan atribut perhiasan mencorong menelponsodaranya dengan Blackberry terbaru! Atau justru pasien rawat

    inap pemegang kartu Askeskin yang diantar dengan mobilpribadi.

    Kita memang bangsa yang sungguh bijaksana!

    piye jal?

    *tulisan ini berdasarkan kejadian sungguhan saat saya masih menjadi

    kepala puskesmas

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    14/140

    Jebakan Kebijaksanaan dalam Sebuah Kebijakan

    5

    Comment

    Tumijan Skm Kebijaksanaan yang inilah yang membuatbangsa kita terpuruk. Karena kebijaksanaan, kepatuhanhukum/aturan tidak berdaya, dari hal yg kecil sampai besar : dari

    buang sampah sembarangan sampai koruptor bebas.Bandingkan dengan singapura dann malaysia.

    Ilham Akhsanu Ridlo kebijaksanaan: Subyektif....Kebijakan: obyektif

    Mamik HidayahBener kuwi mas (bener itu mas, red),

    bahkan sampai sekarang kebijakan sering dibenturkan dengankebijaksanaan.Piye jal?**Lho kok jadi ikut-ikutan istilah Mas

    Agung hehehe..

    Rifmi Utami Curhat yang berkepanjangan sampai saatini...tak ada habisnya...

    berganti2 nama..>>> JPS BK ..>>PDPSE BK..>> PKPSBBM..>>ASKESKIN..>>JPKMM..>>JAMKESMAS..kebijakannya ganti kartunya ganti pula,

    dan sekarang menjadi tidak jelas, karena kepersertaan bukanurusan puskesmas. Di satu sisi kita senang karena tugas kita lebihringan, hanya melayani tanpa mengup datedan validasi

    kepersertaan yang dulunya juga tugas kami. Namun ironis yangterjadi justru, dari level atas sampai bawah, hal tersebut dijadikan

    alat politik yang menjerumuskan yang berkedok kebijaksanaan.Sungguh...kebijakan membedakan miskin kaya sudah tidak

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    15/140

    6

    tepat lagi, mungkin dalam taraf pelayanan kesehatan standartsebaiknya dijamin untuk semua rakyat, sedangkan buat merekayang memilih yankes dengan pelayanan lebih adalahprivacy

    yang dibiayai mereka sendiri...

    Yongky Hendriyanto "pandai memanfaatkancelah"...........hehehe......

    Agung Dwi Laksono ...dan oleh karena itu maka kita

    putuskan bahwa... universal coverage adalah sebuahkeniscayaan!Piye jal? cuocok tenan aku ki!

    Sutopo Patria Jati Seperti penyakit kronis eksaserbasiakut aja... kuncinya salah satunya di aspek penegakan

    hukum/kebijakan, tapi sayangnya si penegak hukumnyasepertinya kok impoten ya ... ? :)

    Feni Novikasari oalahh... kok idem yak critane..

    Sujud M Raharja Itulah Indonesia........

    Rachmat HargonoSo...masih perlukah mempelajari

    Ilmu Kebijakan?

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    16/140

    Jebakan Kebijaksanaan dalam Sebuah Kebijakan

    7

    Didik Supriyadi Bicara kebijakan tidak lepas dari

    kepentingan, dan ketika kepentingan belum terakomodir, makamuncullah kebijaksanaan.

    Melizawati Imel Sayang justru kebijaksanaan dalam

    kebijakan yang sering bikin rakyat sengsara.

    Ade Ayu Aha... Salut buat Um Agung atas kritikanyang tepat sasaran.. Semoga ada yang ngerasa dan ini bisamembuka pintu hatinya untuk berubah menjadi manusia yang

    berakhlak lebih baik...

    Christine Indrawati Baru aja di sebelah mejaku ada PakLurah yang datang dari kecamatan yang cukup jauh dari Dinkes,dengan keperluan menguruskan Surat Pernyataan Miskinwarganya dengan menggebu-gebu Pak Lurah bilang bahwa ini

    warga yang bener-bener gak mampu tapi gak masukJamkesmas/da. Tapiiiiiiiii... ada note dari puskesmas kalo

    pasienesakjane mampu tapi pak lurahe ngeyel..piye jal?

    hehe... kebijaksanaan yang semakin membuat bubrah kebijakan./

    Evie Sopacua Bu Christine dann Agung ya sudahlah.....

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    17/140

    8

    Tite KabulWisdom = bijaksana, beda dengan

    kebijaksanaan yang bisa dikaitkan dengan kekuatan...

    Nagiot Cansalony Salomo Tambunan Weleh...kebijaksanaan itu apa sih sebenarnya Gung... kalo analog kasus

    Askeskin, tidak tepat disebut kebijaksanaan....kalo disebutkebijak lurah, dkk...bisa jadi tepat... kan kebijakan bisa dinilai

    tepat ato tidak (salah/benar). Kalo kebijaksanaan... menilainya...sebagai sebuah pilihan yang bijaksana bila output, outcome,benefitdan impactmemberikan nilai tambah positif...tak iyo???

    Agung Dwi Laksono Klo ntu masalah value bang!

    value kata, dimana 'kebijaksanaan' telah mengalami perluasan

    makna...

    Vita Darmawati Benar sekali... memang sungguh kabur

    antara kebijakan & kebijaksanaan, bahkan kenyataannya sulitdibedakan mana yang kebijakan, mana yang kebijaksanaan...Kebijaksanaan sudah dianggap kebijakan itu sendiri, sedangkan

    kebijakan sesungguhnya mulai dilupakan! Parahnya,kebijaksanaan pun masih diminta lagi batas toleransinya...

    pengalaman nyata banyak terjadi di masyarakat, ceritaJamkesmas salah satu hal yang ada... hemmmm

    Agung Dwi Laksono Brasa curhat ya non?

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    18/140

    Jebakan Kebijaksanaan dalam Sebuah Kebijakan

    9

    Anni Haryati Gimana klo itu disebut justifikasi...

    sebuah pembenaran.. aha...

    Anni Haryati He he... komentare ngawur.. ya diatasitu... basane nggak nyandak papa...terlalu aneh buatku yang

    sudah lemot ini...

    Anni Haryati (putus asa.com)

    Vita Darmawati Iye......... plus mau dikomentari........

    Agung Dwi Laksono Lha iya... kita semua nih sudahtau itu salah, tapi juga sama-sama gak tau gimana cara

    brantasnya!piye jal?

    Anni Haryati Mulai dari diri kita sendiri deh.. TDAmanagement...Tangan Diatas lebih baik....(terusinsendiri....nggak tega.com)

    Sulistyawati Itheng Oooallalaahhhh....

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    19/140

    10

    Rafael Soe Jien Perlu kalo urusan gini audit dari luar

    deh... ben lurahe hanya perlu njalanke kebijakan wkkkkkkkkkk...

    Arih Diyaning Intiasari Jadi ingat satu item question tespsikologi......apakah anda orang yang susah sekali menolak

    permintaan teman anda?.....jawabanku adalah : ya....karena sayaadalah orang yang bijaksana (or...penuh

    kebijaksanaan...hi...hi....)

    Anni Haryati MAKANYA...BADAN KITA INI JUGAPUNYA HAK LHO YAA...mereka akan menagihnya...kelak...

    Riffa Hany pengalaman pribadi:..., emang kadangdibutuhkan suatu kebijaksanaan, example ada anak dari suatukeluarga yang tidak termasuk kriteria miskin tapi tidak kaya jugasemua hasil warisan, sakit butuh cuci darah 1 minggu sekali,

    rumah tidak ikut punya... sepeda motor kreditan, pekerjaan tidaktetap, apakah kita tegaaaaa, tidak kasih dia..,please dong ah...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    20/140

    Lingkaran Setan

    11

    Lingkaran Setan!

    Monday, July 5, 2010 at 1:38am

    Dear all,

    Pengertian Kesehatan dalam Undang-undang nomor 36 tahun2009 tentang kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,

    mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap oranguntuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

    Jadi sehat bukan hanya sekedar terbebas dari penyakit, baikpenyakit fisik maupun mental. Definisi sehat menjadi lebih luas

    lagi pada keadaan yang produktif dan mampu hidupbersosialisasi.

    Berdasarkan data Riskesdas 2007 prevalensi disabilitas atauketidakmampuan di Indonesia mencapai angka 21,3% pada

    penduduk 15 tahun ke atas.

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    21/140

    12

    Tujuan pengukuran ini adalah untuk mendapatkan informasimengenai kesulitan/ketidakmampuan yang dihadapi oleh

    penduduk terkait dengan fungsi tubuh, baik dalam kehidupan

    individu maupun sosial.

    Status disabilitas dikumpulkan dari kelompok penduduk umur 15tahun ke atas berdasarkan pertanyaan yang dikembangkan olehWHO dalamInternational Classification of Functioning,

    Disability and Health (ICF).

    Responden diajak untuk menilai kondisi dirinya dalam satu bulan

    terakhir dengan menggunakan 20 pertanyaan inti dan 3pertanyaan tambahan untuk mengetahui seberapa bermasalah

    disabilitas yang dialami responden, sehingga memerlukanbantuan orang lain.

    Sebelas pertanyaan pada kelompok pertama terkait dengan fungsi

    tubuh bermasalah, sembilan pertanyaan terkait dengan fungsiindividu dan sosial dan tiga pertanyaan tambahan terkait dengan

    kemampuan responden untuk merawat diri, melakukanaktivitas/gerak atau berkomunikasi.

    Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Berdasarkan

    Tingkat Pendidikan Responden, Riskesdas 2007

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    22/140

    Lingkaran Setan

    13

    Pada gambar diatas jelas terlihat bahwa pada tingkat pendidikanyang semakin rendah maka prevalensi disabilitas semakin tinggi.Hal yang sama juga berlaku pada tingkat sosial ekonomi, yang

    dalam hal ini diwakili oleh kuintil tingkat pengeluaran per kapitaper bulan. Semakin miskin (kuintil 1) semakin menunjukkan

    peningkatan prevalensi disabilitas.

    Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Berdasarkan

    Kuintil Tingkat Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Responden,

    Riskesdas 2007

    Dan pada akhirnya... Sekali lagi terbukti betapa eratnyahubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi

    dengan status kesehatan.

    Kemiskinan dan kebodohan selalu dalam lingkaran setan yangsama dengan kesakitan!

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    23/140

    14

    Comment

    Bambang Andriyono Jadi :Ability of Economy

    influence to sebelas pertanyaan itu kesimpulane ya Mas?Saya mengusulkan (H0) , Benarkah ada hubungan antara level of

    economy vs Ketidaksehatan Sosial? (semangkin tidakteposeliro)?ifH1=H0 seberapa besar levelsignificancy-nya.If No, kira-kiraapa yang Contra persepsinya (bukan kontrasepsi lho).

    Andi Leny Susyanty Numpang komen yo mas.Sepertinya kalo dari hasil analisis RKD hampir semua yang

    jelek-jelek ada pada kuintil yang terendah dan atau tingkatpendidikan rendah ya... Status kesehatan masyarakat indonesiamasih bergantung pada status sosial ekonomi. Status sosekrendah di indonesia menjadi faktor resiko, yang perludiperhatikan. Jadi yang perlu dipikirkan adalah bagaimana

    menyingkirkan bariersosek untuk meningkatkan statuskesehatan masyarakat. Apakah jamkes semesta solusinya...wallahu alam bishawab.

    Agung Dwi Laksono @Bambang; Analisis lebih lanjutbisasampean lakukan sendiri mas! bahkansampean bisamengakses data dasar (mentah) dari Riskesdas...

    @Leny; Apakah jamkes semesta bisa menjadi solusi??? mari kitawujudkan dulu jamkes semesta! baru bisa kita liat bagaimanaefeknya...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    24/140

    Lingkaran Setan

    15

    Bambang Andriyono Terkadang pandangan sementara

    warga yang diskriminatif ikut andil dalam mengabadikaninferioritas sos-ek. Bahkan tak jarang sambil memanipulasi

    menjadi seperti Robinhood..piye jal?

    Rifmi Utami note ini makin menunjukkan bahwayang paling urgent diperbaiki adalah kualitas Sumber Daya

    Manusia (SDM) yang menjadi penyokong segala di atasnya...Kualitas SDM yang sebagian besar dibentuk oleh Growth(bagaimana dia tumbuh sejak kecil) and Learning(bagaimana

    dia belajar sedari kecil) adalah tanggung jawab semua komponenbangsa yang seharusnya menyadari bahwa semua itu kunci

    kesinambungan suatu generasi... Seharusnyalah kita semuaberpikir secara komprehensif dalam semua perspektif, sehinggaakhirnya tidak terjebak dalam satanic circle...

    Bambang Andriyono Tambahan : Kalo demikian,

    sesegera mungkin berantas tuntas Buta Huruf (melaluipendidikan), tanamkan nilai-nila berbasis norma & budaya

    setempat dst dst dst, tantangannya adalah implikasi negatif dariteknologi..."mengingatkanku pada jaman GenerasiBudeg,

    Hedonis, lupa akar budaya bangsa..seperti saat ini !!

    Agung Dwi Laksono @Bambang; Hmm... miskin atokaya, pinter ato bodo... sebuah pilihan ato takdir semata?Tambah ruwet ki..

    @Mimi; Banyak kemungkinan langkah alternatif yang bisa

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    25/140

    16

    dikembangkan untuk memutussatanic circle. Dalam mediaseperti ini justru ide liar dari teman-teman di luar bidangkesehatan malah bisa jadi langkah cesplenguntuk kemungkinan

    solusinya.

    Rifmi Utami Dalam Growth >> kitalah yang palingberperan : bagaimana meng-100% semua indikator KIA, meng-aktifkan Posyandu agar bisa deteksi dini tumbuh kembangnya,dll... sedangkanLearning>> teman-teman kita dari bidang

    pendidikan berperan penting dalam hal memasukkan materikesehatan secara berjenjang pada kurikulum pendidikan. Dansemua komponen lain turut berperan dalam menciptakan SistemKesehatan Daerah/Nasional yang komprehensif...Oh alangkah senengnya, jika semua bidang pembangunan

    berwawasan kesehatan...(hoping from the bottom of my heart...mode on).

    Tya Mico Sebenarnya suku-suku pedalaman banyakyang masuk kategori miskin tapi tidak menganggap dirinyamiskin. Masuknya pengusaha kedalam hutan untuk mengurasSumber Daya Alam lah yang membuat mereka kesulitan

    menghidupi dirinya. Saya rasa perlu pengawasan ketat dalammelaksanakan proyek apapun. Amdal harus benar-benar

    dijalankan. Jangan membangun tapi mengakibatkan pemiskinanmasyarakat.. dimana saja. Kembali pemerintah yang harus

    bertanggung jawab mengontrol.

    Ratna Itu Wulan Bukan hanya pemerintah semata, kita

    juga musti berpartisipasi mengeliminir keterbatasan sosek

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    26/140

    Lingkaran Setan

    17

    masyarakat. Tapi sekedar bertanya: Kemanakah larinya pajakyang kita bayarkan?

    Tumijan Skm Sebetulnya setannya masyarakat miskinatau pembuat kebijakan?Mbak kalo larinya pajak tanyakan gayus dkk?

    Rachmad Pg Iyan, dlm konteks kebijakan publik,lingkran setannya ada di decision maker, iya legislatif, iya

    eksekutif... bayangkan aja dalam membuat UU/kebijakan selaluada insentif duit besar disitu, jadi konten kebijakan selaludisesuaikan dengan para pemodal, jangan harap rakyat miskindalam posisi subyek....

    Tumijan Skm @Mad; Jadi yang harus diputus lingkaransetan di pembuat kebijakan (di hulu dulu = konsepnya Kang

    Dahlan)?@Mbak; Itu larinya pajak disebutkan rahmat untuk insentif DPR.

    Tite Kabul Oleh sebab itu dikembangkan programJamkesmas untuk orang miskin yang mau tidak mau, suka tidak

    suka masih membutuhkan kuratif dan rehabilitatif... tapi banyakorsng yang nggak suka, karena dana kuratif >>> ...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    27/140

    18

    Ade AyuSorry um... Otak masih blankgara-gara setan

    semalem tu...!!! Emang setan di mana-mana selalu meracunimanusia... hulllfff

    Femmy Skotia Well, selama si miskin dan si bodoh ini

    sendiri gak mau merubah nasibnya, apa boleh buat, gak bakalanberubah lingkaran setannya. Apapun yang dilakukn orang lain

    buat mereka sama aja kayak membuang garam ke laut. So akubantu doa aja deh Gung agar mereka diberi hidayah agar mauberubah. hehehehehehe.....

    Sulistyawati Itheng Berarti ladangku pendidikan dan

    ladangmu kesehatan ki saling menunjang yaNang? mulane aja

    soksalah nunjang... hahaaa... diakehi wae le njaluktunjangan...hehh maca datamusesek utegku...

    Lestari SudaryantiHe he he... pertanyaan yang samadengan duluan mana telur atau ayam, tapi jawabannya sepertimengelola basic life support(ABC = airway, breathing,

    circulation). Kesemuanya dikerjakan simultan dan terkoordinasi,kalo tidak, ya gagal.

    Nagiot Cansalony Salomo Tambunan Kemiskinan-

    Kebodohan-Ketidaksehatan---LINGKARAN SETAN. Nah,permasalahannya: SETAN nya yang mau diintervensi biar nggak

    ganggu, atau Kenapa terjadi LS ini. Papa AD enAll: Sepertinya

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    28/140

    Lingkaran Setan

    19

    orang-orang sudah pada tahu 3 benda ini saling berkaitan (+/-).Namun, sebatas tahu aja, tidak paham bagaimana mengakitkansehingga jadi amunisi untuk perbaikan derajat kehidupan korban

    dari 3 benda ini. Banyak yang nyalahin korban-korban, tidakmau berubahlah, sudah nyaman dengan kondisi jaminan

    sekaranglah. Kenapa tidak ada yang banyakan nengok di sisisistem/negara (pemerintah,providerdan masyarakat luas). Bilakembali pada defenisi sehat, terutama unsur SOSIAL, cocokkan

    bila ada yang sakit berarti lingkungan sosial (orang/masyarakatdi sekitar korban) menjadi penyebab juga (langsung atau tidak

    langsung). Jadi bukan salahnya korban aja donk? Mari kita mulai

    nengok dan bergerak secara komprehensif. Salam SEHAT.

    Lidwina YanuarKemiskinan + kebodohan = tidaksehat.

    Mungkin rumus matematikanya jadi begitu ya? sedih mikirinnegara ini... tapi sekali lagi jangan berhenti di kesedihan, yang

    bisa kerja baik, bekerjalah dengan baik, karena klo berharap oraglain bekerja baik, seringkali kekecewaan yang kita dapat... siapatau, kerja baik kita menular ke orang lain... hiks..

    Sutopo Patria Jati Sisi baiknya karena saling terkait...seharusnya milih mana saja dari ketiga hal tersebut untuk jadi

    entry pointbagi upaya intervensinya jadi nggak masalah.. :)

    Didik Supriyadi Siapa yang mau jadi bupati, gubernuratau jadi presiden?

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    29/140

    20

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    30/140

    SPM Kesehatan

    21

    SPM Kesehatan

    Monday, December 6, 2010 at 3:27am

    Morning bro n sist,

    Standar Pelayanan Minimal(SPM) pernah dengar nggak

    siiih?

    Klo dari namanya pasti kita sudah bisa menduga2 artinya

    Klo berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar PelayananMinimal pengertian SPM adalah ketentuan mengenai jenis danmutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang

    berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal terutamayang berkaitan dengan pelayanan dasar baik daerah provinsimaupun daerah kabupaten/kota.

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    31/140

    22

    Untuk bidang kesehatan pun pada akhirnya dikeluarkan SKeputusan Menteri Kesehatan dan Sosial (Menkesos) No1747/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayana

    Minimal dalam Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota yan54 indikator SPM, yang kemudian kebijakan ini dianulir d

    Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/2008 tentang StPelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

    berisi indikator Kinerja dan Target Pelayanan Kesehatan

    tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Untuk kebijakan SKesehatan terbaru ini indikator SPM Kesehatan yang lam

    indikator) disederhanakan menjadi 18 indikator.

    rator

    berisiengan

    ndaryangada

    PM(54

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    32/140

    SPM Kesehatan

    23

    Penetapan SPM Kesehatan sebagaimana SPM untuk bidanglainnya menetapkan target yang sama untuk seluruh wilayahKabupaten/Kota se-Indonesia, ga peduli itu kabupaten/kota yang

    ada di Papua maupun di Jawa,piye jal?

    Target SPM Kesehatan kabupaten/kota ditetapkan dengan samasekali tidak memperhatikan variabilitas antar wilayah!

    Mau kabupaten/kota itu SDM nya sedikit atau malah berlebihan

    kek orang arisan, daerahnya miskin ato kaya, wilayahnya sempitato luas, penduduknya bejibun ato malah cuman sakuprit

    semuanya sama!

    Menjadi pertanyaan besar pada akhirnya.

    Seharusnya target SPM Kesehatan ditetapkan seragam untukseluruh wilayah?

    Atau ditetapkan dengan memperhatikan variabilitas di setiap

    wilayah?

    Ada konsekuensi dari masing-masing pilihan

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    33/140

    24

    Comment

    Feni Novikasari SPM oh SPM

    Lidwina YanuarKlo ditetapkan seragam, mungkin ada

    baiknya juga... ada tantangan untuk berpikir kreatif bagaimana

    cara mencapainya.. :)

    Arman N Mila Endika Sebenarnya SPM nasional hanya

    ancer-ancer(patokan, red.), dan ditindaklanjuti dengan SKGubernur dan SK Bupati untuk masing-masingnya,sosebenarnya bisa variatif. Indikator yang akan dicapai disesuaikan

    kemampuan keuangan daerah dan sumber daya pentahapanpencapaiannya, yang penting 2015 sama dah. Dalam rangka

    MDG's.

    Anisa Riza Umnnn... iya juga si pak... tapi bagus jugauntuk motivasi kinerja petugas kesehatan, yang jadi masalah

    menurut Ica mah... sistem pencatatannya itu pak, ngeri kalauliat langsung ke lapangan, banyak data-data aneh.Kalau dilihat di profil puskesmas yang berbentuk exel kaya gini

    pak... #DIV/0!#hehehe...

    Rifmi Utami Kepanjangannya kan Standart PelayananMinimal... jadi itu bukan target... Target haruslah melebihi itu,

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    34/140

    SPM Kesehatan

    25

    tapi nyatanya kami menetapkannya sebagai target, sehinggaterkadang malah menjadi sesuatu yang biasa jika tidak tercapai.Tentu kontradiktif dengan kepanjangannya bukan.... Sedangkan

    di puskesmas sendiri, boro-boro meningkatkan kinerja, yang adamalah kita dibuat bingung dengan begitu banyaknya indikator

    kinerja... PKP, SPM, MDG's, SPP dan entah apa lagi... Mbokyaooo...bikin yang runtut, sistematis, ben akuseng kerjo nanggaris depan isokfokus...Ngono mas, kok dadi curhat maliyan...

    hehehe...

    Yuliastuti Saripawan Selamat berdiskusi... Hasilnyaditunggu selain faktor SDM, akses ... Tambahan masalah

    perioritas masing-masing puskesmas dapat mungkin jadipertimbangan. Terima kasih.

    Anisa Riza Kalau diganti Standar PelayananMaksilmal, lebih aneh lagi bu... hehe;

    Jadi targetnya itu harus melebihi SPM, mungkin gitu bu... hehe...

    Umm... iya juga yaa... banyak bgt indikatornya jadi bingung...Apalagi kalau nulis karya ilmiah, bingung pilih yang mana?

    Hehe...

    Sulistyawati Itheng Ternyata sama peliknya denganSKM (Standart Ketuntasan Minimal) di bidangku... hmm negeriini penuh Pe Er....!

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    35/140

    26

    Djoen Cavalera Biar nggak bingung disingkatnya

    Standard Pelayanan (SP).. tidak usah pakai kata minimal. Kalausudah standard khan berarti harus dipenuhi, kalau tidak dipenuhi

    yach tidak sesuai standard namanya ..*Usul orang iseng *

    Dwee Why Dilema, kang. Semoga direvisi di tahunmendatang.

    Ilham Akhsanu Ridlo Standar Pelayanan Minimal... yaminimal... heheheh.. Penetapannya sebaiknya sesuai kekuatanminimal daerah... karena standart minimal.. Kalau target okelahkita berlakukan nasional... gitu deh.

    Ella Sofa Kalo mengacu pada SPM daerahdikhawatirkan malah terjadi kesenjangan antara satu daerahdengan lainnya.

    Jika mungkin diusahakan untuk SPM yang sama dengan daerahlain, why not?

    Tite Kabul Namanya saja Standar Pelayanan Minimal,kalau daerah yang lebih mampu yaaa harus ada tambahannya...variabilitas antar daerah yaa terletak pada tambahannya itu... kita

    bisa melakukan penilaian sebenarnya pada daerah yang minim

    sumberdaya mampu melaksanakan SPM berarti dia sukses... tapipada daerah yang kaya sumberdayanya hanya melaksanakan

    SPM yaaa nilainya jelek... harusnya..

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    36/140

    SPM Kesehatan

    27

    Rachmad Pg Indonesia emang suka yang minimalis... ai

    luv u pull....

    Purwani Pujiastuti Setuju sama Arman...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    37/140

    28

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    38/140

    Opsi Kebijakan untuk SPM Kesehatan

    29

    Opsi Kebijakan untuk SPM Kesehatan

    Monday, December 13, 2010 at 3:13am

    Morning dear

    Menyambung diskusi kita Senin minggu kemaren soal formulasiStandar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan tingkatPuskesmas, berdasarkan komentar hasil diskusi ada beberapaopsi (pilihan) kebijakan yang berkeadilan yang bisa dipilih,

    dengan konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan.

    Upaya membuat turunan target SPM Kesehatan Kabupaten/Kotamenjadi SPM Kesehatan Puskesmas bisa dilakukan dengan 3

    (tiga) pilihan kebijakan.

    Pilihan pertama, membuat turunan target denganmemperhatikan input puskesmas dan sasarannya. Input meliputisarana & prasarana, sumber daya tenaga kesehatan, dan besaran

    anggaran kesehatan setiap Puskesmas. Sasaran meliputi jumlah

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    39/140

    30

    penduduk, jumlah ibu hamil, jumlah ibu bersalin, jumlah bayi,jumlah balita, Dsb.

    Jadi formulasi target SPM Kesehatan di tingkat Puskesmas untukmasing-masing Puskesmas menjadi berbeda denganmempertimbangkan input dan sasarannya.

    Pilihan kedua, menetapkan target SPM Kesehatan yang samauntuk masing-masing Puskesmas.

    Lalu dimana rasa berkeadilannya???

    Bila opsi ini yang menjadi pilihan, maka untuk memenuhi rasaberkeadilan bisa dilakukan re-distribusi input! Misalnyadengan menyeimbangkan sumber daya tenaga kesehatan dan atau

    besaran anggaran kesehatan di setiap Puskesmas.

    Pilihan ketiga, bisa dilakukan dengan mengkombinasikan keduaopsi tersebut.

    ***

    Menurut saya equity (keadilan) bukanlah ekslusif hanya untuksasaran masyarakat pengguna pelayanan kesehatan.Equityjugaharus berlaku pada petugas kesehatan, termasuk fasilitaskesehatan yang setara di dalamnya.

    Kados pundi?

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    40/140

    Opsi Kebijakan untuk SPM Kesehatan

    31

    Comment

    Ilham Akhsanu Ridlo Pertamax... hhmmm... kok kalauaku lebih enakkan opsi yang pertama ya pa, atau kombinasi...karena kalau opsi yang kedua, kayaknya re-distribusi input pasti

    membutuhkan tenaga yg tidak sedikit... distribusi tenagakesehatan apalagi membutuhkan dorongan yang lumayan kesel.Yang paling lama mungkin bikin kebijakan redistribusiinputnya... pasti lebih kesel..piye pap??

    Agung Dwi Laksono Waaahhh... tugas saya pan cumanmemberikan pandangan untuk setiap opsi kebijakan! Sedang

    untuk memilih mana yang paling cocok untuk sebuah wilayah...ya ntu tugas para pengambil kebijakan.

    *ngeles

    Ilham Akhsanu Ridlo Heheheh..tapi gimana pap benerkagak? Hehehe... kembalinya ya juga ke ranah yang atu itu yo

    pap..*hihihi

    Feni Novikasari Kesan pertama begitu menggoda... jadipilih nomor 1 aja dewh..

    Rifmi Utami Aku pilih yang ke-3... jadi biar ada timbalbalik gitu... Puskesmas menilai kemampuan internalnya

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    41/140

    32

    (inputnya), sedangkan target normatif tetap ditetapkan Dinkes,dimana nanti disepakati bersama di suatu forum apakah targetnormatif bisa dipenuhi dengan kemampuan internal

    puskesmas?... gitu deh...(suara dari bawah neh... hehehe...).Namun perlu diingat pula, bahwa menilai kemampuan internal

    juga bukan hal mudah, SDM kesehatan yang kurang dari sisikuantitas dan kualitas, menjadi tanda tanya, apakah semuaindividu akan ditetapkan disamaratakan kemampuan

    melayaninya... belum-belum sarana prasarananya yang terkadangsudah mengalami penyusutan dan tak pernah diperbaharui...

    waddooooowww, tambah pusing dah diriku....

    Arman N Mila Endika Pilihan opsi pertama lebihrealistis dan logis, tapi konsekwensinya si Puskesmas harusmenetapkan sendiri indikatornya, plus bisa dibayangkan

    ragamnya se Indonesia Raya, pertanyaan berikutnya mampukahmenyusun mereka? Selanjutnya apakah suatu urgensi SPM di

    Puskesmas? Telah ada PKP lho, isinya mirip kok. Cumanpertajam indikator aja.

    Ilham Akhsanu Ridlo @Pak Arman: PKP sama SPM

    beda pak..

    Arman N Mila Endika Penilaian Kinerja Puskesmas,Standart Pelayanan Minimal, PKP mirip instrumen stratifikasiPuskesmas.

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    42/140

    Opsi Kebijakan untuk SPM Kesehatan

    33

    Anisa Riza Opsi 3..kayanya...

    Dibikin formulasi rumus tertentu aja...

    Di dalam formulasi SPM itu ada perhitungan tersendiri yangmenyertakan jumlah sarana dan prasarana yang ada di

    puskesmas...

    Kayak rumus pengambilan sampel minimal gitu... kan nilaialpha, nilai z, proporsi kejadian setiap penelitian kan beda, tapiformulasi rumus tersebut bisa menentukan sampel minimal yang

    harus dipenuhi, gitu pak...

    Jadi... Depkeslah yang menentukan formulasi rumusnya,,,Kalau formulasi itu ditetapkan, lebih dari itu, ada nilai positifyang bisa di ambil... pemberdayaan Puskesmas itu sendiri, agar

    puskesmas itu mandiri. Kadang banyak puskesmas yang tidak

    tahu... mengenai kondisi dirinya sendiri, seolah-olah mereka dicekokin program dari Depkes saja, gitu pak... hehehe...

    Maaf... kalau kurang ilmiah, hanya mencoba mengambilalternatif dari analogi mata kuliah metode penelitian... hehehe...

    Agung Dwi Laksono @Ica; Diskusi minggu depan yak

    formulasinya dipublish.

    Anisa Riza yang DESI atau masih SPM pak?????

    Didik Supriyadi Beda ndak dengan konsep reformasipuskesmas yang dulu kita pernah bahas mas? Maksudku ada

    yangpublic good, essential gooddanprivate good? Kalo

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    43/140

    34

    bertolak dari konsep itu kayaknya lebih enak untukdiformulasikannya.....

    Agung Dwi Laksono @Ica; SPM@Didik; Baca note diskusi minggu lalu.

    Purwani Pujiastuti Target ditetapkan di levelKabupaten, variasi pencapaian di level Puskesmas adalah wajartapi tetap diupayakan secara Kabupaten sesuai target Kabupaten.

    Yang penting Dinkes di level Kabupaten melakukan upayaoptimal untuk pencapaian SPM di Puskesmas, seperti dukungankebijakan, anggaran, bimbingan teknis, monitoring, dsb.

    Ilham Akhsanu Ridlo Hhhmmm... artinya kembali keanalisis dan formulasi kebijakan...

    Dwee Why Waduh, ribet juga ya? (^,^)?

    Anni Haryati Setuju... petugas juga tetap harusdiperhatikan dunk. Masak di kota besar dan pinggiran yang sulit

    dicapai kakipun sama..?? Kasihan ya... ahai, validasi data jugaperlu. Jangan-jangan diberi kepercayaan untuk menulis data jadikesenengan tuh... wuah.. proses pelaksanaannya? evaluasi hasil

    akhir? hm hm... SPM buat saya adalah suatu sistem, bukanterkotak-kotak dan harus dikerjakan dengan sesungguhnya. Ojo

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    44/140

    Opsi Kebijakan untuk SPM Kesehatan

    35

    dulinan....wis ora wayahe.... (jangan main-main, sudah bukanwaktunya, red).

    Riffa Hany Kalau di wilayah Kabupaten Kediri... latarbelakang tiap Puskesmas hampir sama, nggak masalah kalautarget ditentukan oleh Dinkes, kayaknye pilihan kedua paling topdweeh... karena bila dipacu... ternyata puskesmas mampumencapai target tuuuuh......

    Nagiot Cansalony Salomo Tambunan Ngomongin SPMdan Keadilan, dalam kesehatan, yang notabene menyangkut hakhidup (HAM), sangat dalam Pak dan Buk. Idealnya jangan ngejar

    pelayanan mulu dan sasaran hanya pihak di luar institusi layanan.Soal kasus PKM yang target ditetapkan Dinkes dan bila dipacu

    bisa tercapai, harus dilihat juga suasana kerja/hubungan antar

    manusia di PKM ini dan hubungannya dengan masyarakatnya,apa sehat dan penuh kehidupan? Sedikit institusi yankes

    pemerintah dan publik yang mau/butuh informasi kepuasaanpelanggan (internal dan eksternal) sehingga kinerja bisaditingkatkan berdasarkan info tersebut (jangan kepuasaaneksternal aja).... Sorry agak melenceng. Nah, soal turunan SPM

    Kesehatan untuk Puskesmas... yah serahkan aja ke Puskesmasdan masyarakatnya... wong Puskesmas adalah institusi layanan

    kesmas kan? Yang diutamakan adalah promotif dan preventif...jangan-jangan lebih relevan buatan Puskesmas danmasyarakatnya daripada buat turunan dari SPM Kesehatan...hehehehe... kan pemberdayaan masy... jadi kita berdayakanmasyarakat untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan merekasendiri... gitu lho... temans. Lagian ribet bagi masyarakat untuk

    baca %, proporsi, dan istilah matematika indikator lain...

    Salam SEHAT.

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    45/140

    36

    Nagiot Cansalony Salomo Tambunan Satu lagi,

    mumpung lagi ngejreng....saatnya masyarakat yang aturkesehatannya. SPM Kesehatan ini jangan top-down, SPM

    Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas, balikkan ajaagar pemberdayaan masyarakat hidup dan tumbuh. Negara ada

    kan karena ada masyarakat/penduduk toh... (selain merdeka,wilayah dan pemerintahan yang diakui). Jadi profilKabupaten/Kota, Provinsi, Nasional ada karena masyarakat

    terkecil (Desa/Kelurahan dan RT/RWnya) giat membangun dan

    mengatur diri/institusi mereka. Jadi peran pemerintah yangbangun masyarakat agar masyarakat membangun diri danlingkungan, yang akan berkontribusi untuk pembangunan negara(Provinsi dan Kabupaten/Kota). Tambah ribeeettttt.

    Salam SEHAT.

    Vita Darmawati Pilihan pertama saja... gak mampukalau Puskesmas kecil disejajarkn dengan Puskesmas besar...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    46/140

    Formula SPM!

    37

    Formula SPM!

    Monday, December 20, 2010 at 5:08am

    dear all,

    Kita lanjutin untuk sesi diskusi SPM yak!

    Dalam diskusi minggu lalu saya paparkan 3 opsi yang bisamenjadi pilihan, pada diskusi kali ini saya saya mencobamemaparkan formula turunan target SPM Kesehatan di tingkat

    Kabupaten/Kota menjadi target SPM Kesehatan di tingkatPuskesmas dan atau kecamatan.

    Proporsi Input Puskesmas A terhadap Input

    Kabupaten;

    Proporsi input Puskesmas merupakan input setiap Puskesmasdibagi dengan input kabupaten. Sedang Input kabupaten sendirimerupakan gabungan dari input-input di bawahnya, atau input

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    47/140

    38

    Kecamatan/Puskesmas. Sehingga persamaannya seperti tertulispada persamaan (1).

    Target Absolut Kabupaten;

    Target absolute (angka mutlak) merupakan perkalian antaratarget persentase Kabupaten/Kota (yang telah ditetapkan oleh

    pusat /Kementerian Kesehatan) dengan sasaran. Sehinggapersamaannya terbentuk seperti persamaan (2).

    Target absolut Puskesmas A berdasarkan proporsi

    input;

    Target absolut Puskesmas berdasarkan proporsi input merupakan

    fungsi perkalian proporsi input Puskesmasdengan target absoluteKabupaten. Sehingga persamaan yang terbentuk menjadi seperti

    pada persamaan (3).

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    48/140

    Target persen PuskesmasA berdasarkan pr

    Target persen Puskesmas lebih merupakan fungsi

    antara target absolut kecamatan dengan sasaran Psendiri, dikalikan dengan 100% (seratus persen). S

    persamaan akhirnya seperti tertulis pada persamaa

    Semoga bisa dipahami dan bisa membantu

    Formula SPM!

    39

    oporsi input;

    embagian

    skesmas ituehingga

    (4)

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    49/140

    40

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    50/140

    Formula SPM!

    41

    Comment

    Ilham Akhsanu Ridlo Pertamax... hhmmm... cucok papkalo begini... mantab!

    Rifmi Utami Hmm...good job, semoga bisa kita pake...

    diujicobakan aja dulu, dicari kendala dalam pengaplikasiannya...baru kemudian disosialisasikan ke seantero negeri...InsyaAllahtak meloknyoba, mas...

    Feni Novikasari Berhubung pake handphone jadi gakkeliatan rumuse. Tapi sepertinya kerenpakde..gud gud gud

    Hanifa Denny Tolong teman-teman kita bersama

    berjuan tidak hanya SPM ya... ini lho para pekerja sektorinformal dan pekerja industri yang belum terjamin K3nya.. sakit

    karena bahaya pekerjaan dan lingkungan kerja, kecelakaan akibatkerja.. siapa lagi kalo bukan kita yang turut berjuang!

    Anisa Riza Untuk inputnya... di breakdown lagi pak.input bagaimana yang di maksud?

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    51/140

    42

    Agung Dwi Laksono Input sih terserah kita mau

    memasukkan apa. Klo menurutku Ada 3 kelompok besar, yaitusarana-prasarana, sumber daya tenaga kesehatan, dan besaran

    anggaran kesehatan.

    Riffa Hany Pusiiiiiiaaaaaangggg..., wis manutOmAgung wae lah....!!!! Nyerah deeeh

    Dwee Why Kuliah lagi deeeehhhhhhhhhhhh... belajaraljabar. hehehe....mantebbbbb

    Anni Haryati Ini rumussimple, tapi klo yang digardadepan bisa mengaplikasikan bermacam input di dalamnya,sepertinya yg terbaca jadi banyak... nah, kita cari apa capaiannyadengan Renstra tingkat Puskesmas ya? Khan di Kabupaten harus

    searah tho? Dapatlah gambaran yang sebenarnya. Dengan janji...bikin input yang bener... capaiannya juga harus pas... jadi ngejarketinggalannya nggak terlalu ngos-ngosan. Begitukah???

    Agung Dwi Laksonodeal! :-)

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    52/140

    Formula SPM!

    43

    Purwani Pujiastuti Hmmm... aplikasinya menjadi

    tantangan tersendiri. Riilnya Puskesmas ngerti dan ngeh SPM(trus berkomitmen) aja sudah syukur.

    Vita Darmawati Persamaannya tetap pada hasil kerja di

    lapangan... semakin pusing... semakin tidak jalan...xixixixixixixixi

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    53/140

    44

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    54/140

    Barisan Sakit Hati!

    45

    Barisan Sakit Hati!

    Monday, April 26, 2010 at 6:26am

    Pada suatu saat di tahun 1999, saya dan temen-temen yang

    tergabung di Yayasan Kesuma (Kesehatan untuk Semua;*nostalgia sejenak cuy) sedang meng-entertaintHilmarRuminsky, DirekturFriedrich Ebert Stiftung(FES; NGO Jerman

    yang bergerak di bidang politik). Kami sedang terlibat kerjasamadalam persiapan tenaga kesehatan menghadapi otonomi daerah

    pada saat itu.

    Ditengah perjalanan Hilmar nyeletuk melontarkan pernyataan

    yang menurut saya konyol pada saat itu

    Saya heran.. di Indonesia itu sekolah dan berobat kok harus

    mbayar ya?

    Pernyataan satu kalimat yang membuat kami saat itu terdiamseribu bahasa. Suasana hati hanya bisa terwakili oleh warna kulit

    muka yang merah padam macam kepiting rebus yang hampirmateng.

    *glodak!!!

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    55/140

    46

    Pertanyaan sialaaaaaaan! sejuta gejolak menggoncang rasanasionalisme yang terobek ternistakan dengan sebuah pertanyaanmenghunjam jantung!

    *jiahh bahasa guwa hyperbola banged yak! Hihihi

    Tapi emang asli, pada saat itu saya merasa berada pada titik nol,ato titik minus, pokoknya titik terendah dalam memegang hargadiri sebuah bangsa.

    Saya seorang yang sangad bangga menjadi INDONESIA

    harus dihempaskan sedemikian berat sampai ke dasar palingdalam. Sungguh saya menangis untuk itu. Meski pernyataanyang keluar cuman cengangas-cengenges wajah tolol tanpa dosa.

    Diamput!

    Tapiprens rasa malu ternistakan macam ntu cuman fenomenasesaat yang kudu dibarengi sebuah ato banyak upaya untuk

    mewujudkannya. Saya yang sudah digariskan berkecimpung di

    bidang kesehatan, mau gak mau kudu berusaha menambal rasasakit hati ini dengan mendorong mewujudkan kesehatan untuk

    semua. Minimal berkoar-koar jadi provokator, menghasut insankesehatan lain untuk turut bergerak mewujudkannya.

    ***

    Baiklah kita agak serius dikit yak!

    Keinginan untuk mewujudkan kesehatan untuk semua sebetulnyasudah digembar-gemborkan sejak lama. Pada tahun 2004 sudahdibikinkan monumen Undang-undang Sistem Jaminan Sosial

    Nasional (SJSN), yang didalamnya sudah termasuk jaminan

    kesehatan.

    Kok monumen???

    Lha memang ntu memang hanya sebuah monumen, sebuah

    penanda, warisan DPR dan Pemerintah saat itu (Megawati), yang

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    56/140

    Barisan Sakit Hati!

    47

    oleh pemerintah penerusnya tidak ditindaklanjuti dijadikantidak lebih seperti kekasih tak dianggapnya Pinkan Mambo.

    Saya bukan pengikut Megawati, tapi saya salut dengan upayanyauntuk memulai mewujudkan itu.

    Meski kudu kandas pada akhirnya

    Lima tahun tersia-siakan, tertutupi oleh gebyar Askeskin yangsungguh menghambur-hamburkan uang yang berorientasi mutlak

    pada pengobatan (kuratif), yang dengan bangga diakui olehpenggagasnya sebagai produk pro rakyat!

    Meski juga harus dipertanyakan ulang rakyat yang mana?

    ***

    Kementerian Kesehatan saat ini sedang berupaya mewujudkanuniversal coverage, jaminan kesehatan untuk semua.

    Tapi jangan serta merta terhasut dan menyederhanakan denganjargon berobat gratis.

    Gratis pala lu peang!

    Kesehatan itu mahal bro!

    Meski pada akhirnya yang muncul di lapangan kita tidakmengeluarkan biaya saat mendapat pelayanan kesehatan. Tetap

    saja layanan itu pada akhirnya harus dibayar.

    Naaaahhhh! mekanisme pembayaran dan siapa yangmembayar Ntu yang sedang digodhogsaat ini olehKementerian Kesehatan. Pada prinsipnya mekanisme gaya

    asuransi yang dipake sebagai landasan.

    Bukan karena Menteri Kesehatan berasal dari spesies yang samadengan saya (peneliti) bila saya mendukung dan ikut mendorong

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    57/140

    48

    kebijakan ini, tapi memang sudah waktunya bagi kita menambalrasa sakit hati ternistakan oleh bangsa lain dengan berbuat!

    Bukan hanya berdiam diri meratapi nasib jiahh!

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    58/140

    Barisan Sakit Hati!

    49

    Comment

    Rachmad Pg Semisal si Hilmar datang lagi, dia pastibilang ; Tolol banget ya orang Indonesia, sudah punya UUSJSN sejak tahun 2004, belum di apa-apain... kata si Hilmar

    sambil cengar cengir.

    Agung Dwi Laksono *glodhak!*sigh...

    Momo Sudarmo Kalo Mas Agung sebutin jaman BuMega, kemudian jaman hingar bingar sebar pesona eh sebar duit

    langsung pada rakyat ala SBY, so pasti itu semua kental nuansapolitiknya...

    Kalo sudah politik, pasti politik praktis untuk jangka pendekyang langsung kelihatan hasilnya (tinggal adu kuat duitnya).Jangka panjang? Sebodo amat, buat 20 - 25 tahun ke depan buat

    apa ? Keburu rakyatnya sudah muntah eh muak... KesehatanPreventive? Sebodo amat, ngapain capek tidak langsung keliatan

    hasilnya...Sorry apa urusannya kokgue ikut-ikutn masuk Barisan SakitHati?

    Agung Dwi Laksono hahahaha...

    tidak semua orang bisa ditipu pak!

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    59/140

    50

    Ilham Akhsanu Ridlo Eh si Hilmar kemarin main ke

    kostku Pa, dia bilang : "Ham, SJSN bisa sukses kalau kamu jadiPresiden"..wkwkwkw..hihihi..: p

    Suatu tanda tanya lagi Pa kalau sampai 2012 ternyata belumjadi UU (kata WJP seh bikin UU paling cepet 2 tahun kalau

    dimulai juga dari sekarang)... ya gak tahu lagi wong pada sibuksama Gayus dan Jupe... wkkwkw

    Feni Novikasari Si Hilmar SMS kalau peraturan itudibuat tuk dilanggar! Kik kik kik

    Rifmi Utami Selama data base morat-marit, serasa

    mimpi mau mewujudkan universal coverage... Mungkin perlustep by step mewujudkannya, dan perlu pemahaman utuhtentang SJSN, sehingga tidak teraplikasi parsial....

    Diansanto Prayoga Kayaknya Hilmar sedang ngigauuu:

    Indonesia kapan kayak negaraku mimpi kali yeee melase

    INDONESIA ku Tercinta, semua tergantung oleh komitmen dankesadaran kita semua untuk jalannya UU SJSN. (kemaren temensaya baru nyadar kalo kesehatan mahal sejak memeriksakankandungan istrinya, sekarang dia mulai mencari asuransi

    kesehatan yang cocok) apa nunggu sadar semua?

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    60/140

    Barisan Sakit Hati!

    51

    Ratna Wati Kalo universal coverage, terlalu sulit di

    wujudkan, (bertele-tele, atau ga tau kapan) lha buat apa ada SJSNsegala? Ya paling nggak kalo ga gratis-gratis amat ya mbok

    pengobatan lebih murah kek! Semoga!

    Agung Dwi Laksono @Ilham; Ada kemauan ada jalan!Keep fight!

    @Feni; Hmmm... prinsipmu yak? hihihi...@Mimi; Yup! mari kita kawal upaya perwujudannya...

    Arih Diyaning Intiasari tahun 1999... Kesuma... Ibis...hi... hi... jadi inget kenangan masa itu... Maybe I've been got

    inspired that part...

    Agung Dwi Laksono @Dian; Masyarakat sadar atotidak? Itu juga tanggung jawab kita!

    @Ratna; Hahahaha... murahnya seberapa buk? Seribu tiga yak!@Arih; Mari rapatkan barisan...

    Ratna Wati Dasar tukang jemblem tauuk aja!

    Evi Sulistyorini Barisan sakit hati ini seharusnya bukanhanya rakyat pengguna fasilitas kesehatan dan nakesnya tok, tapi

    yang mengetok palu disono, lah kalo mereka ajah ga sakit ati...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    61/140

    52

    palu untuk kebijakan kesehatan yang updateen realterhadapkeadaan lapangan ga akan terketok tho yo pa....

    Femmy Skotia Kalo penduduk Indonesia sesedikitjumlah penduduk Jerman mungkin bisa. Makanya punya anakjangan banyak-banyak. Cukup dua aja jadi bisa di'hidupi' denganlayak, InsyaAllah. Tapi fenomena sekarang ini di negara kita

    justru malah banyak anak-anak yamg membesarkan anak-anakalias kawin muda akibat MBA (married by accident, red.), ato

    malah anak-anak di luar nikah. Trus banyak yang gak mau KBmeski hidupnya morat marit. Belum lagi poligami, nikah siri dll.Ribet deh. Akibatnya jadi tambah banyak aja pendudukIndonesia. Banyak kayak buih di lautan. Sayang SDM nya gakngimbangi. Kebanyakan bangsa kita yang pinter-pinter dangenius-genius lebih suka kerja di negeri orang. Hiks...

    Indonesiaku. Kasian deh kamu.

    Rima Tunjungsari Dimulai diri sendiri, dari sekarang....

    Humpphh... menginspirasi juga om!!

    Didik Supriyadi Sayang Kesuma... kalo mau,sebenernya kita pasti bisa. Hanya sayangnya sudah pada waras

    sih. Kalo belum tentu masuk RSJ. Wkwkwkwk...

    Christine Indrawati Kalo belum ngerasakan mahalnyaongkos jadi manusia sehat emang belum ngerasa butuh asuransi

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    62/140

    Barisan Sakit Hati!

    53

    kesehatan deh, apapun bentuknya. Tapi begitu ketiban sakitberlomba-lomba miskin ben dapet gratis. hehe..

    Agung Dwi Laksono @Evi; Hahaha... efek politik gaksehat!@Femmy; Trus? Masak cuman bisa kasian gitu?@Rima; Mari bersamaku.. jadi penghasut aktif yak!

    Agung Dwi Laksono @Didik; Disela-sela kewarasankita, perlu juga suatu saat 'gila' beberapa saat! Bukan hanyauntuk memanjakan ego dan sekedar mengenang masa lalu, tapi

    berbuat yang lebih untuk Republik! mau gila bersamaku???@Mbakyu; Mental kere yang terlanjur dijadiin kebijakan dasar

    kita...

    Sutopo Patria Jati Benar mas, nggak ada yangmengherankan jika perspektif politik yang mau dijadikan pisauanalisisnya :). Motif masing-masing politisi tersebut jelas kepadakekuasaan, namun ironi yang berulang bukan untuk kali ini sajakelihatannya, UU Kesehatan 1992 yang lama (sudah berusia 17

    tahun) sampai akhirnya dibuat UU Kesehatan terbaru di tahun2009 kemarin apakah sudah diurusin secara wajar dan

    proporsional oleh Pemerintah dan wakil kita yang sudahberganti-ganti berapa kali ya? Berapa PP yang dilahirkan dariUU tersebut selama ini? Dan parahnya kita insan kesehatanterkesan hanya pasrah dan menyerah kalah yang akhirnyasebagian kemudian frustasi menjadi Barisan Sakit Hati. he he

    he...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    63/140

    54

    Mari kita berandai-andai... jika uang kita untuk bayar hutang danbunga akibat krisis moneter dan BLBI pasca tahun 1997/1998(kontributor utamanya kita semua tahu itu terjadi di masa

    pemerintahan siapa) yang katanya mencapai 60 triliun per tahundan harus dibayarkan sampai tahun 2020 (?) ...seandainya dana

    itu sebagian saja bisa digunakan untukuniversal coveragepertahun yang diproyeksikan menelan hanya sekitar 17 triliun(asumsi saat ini) seharusnya sejak 13 tahun kita bisa dengan

    kepala tegak bilang sama si Hilmar .. "Pertanyaan loe udahbasiiii bro!" :)

    Agung Dwi Laksono Kweren Boss!

    sigh... sungguh kangen 'berdiri dng kepala tegak' macam ntu..

    Tite Kabul Tapi jangan serta merta terhasut danmenyederhanakan dengan jargon berobat gratis. Gratis pala lu

    peang! Kesehatan itu mahal bro!Saya suka dengan kalimat diatas, ternyata pegawai saya haruskeluarkan kocek 5,5 juta untuk operasi kista disebuah RS yang

    berlabel pemerintah juga, padahal di kelas 3.

    Agung Dwi Laksono Hahahaha... Bu Tite kok suka

    dengan kata-kata kasar saya sih? Jadi malu...

    Didik Supriyadi Jika kita melihat kejadian mark upalkes di Kemenkes tentang alkes kita bisa bertanya apa bedanya

    rowingdansteering? obat aja harus drop-drop an dari pusat. Apa

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    64/140

    Barisan Sakit Hati!

    55

    daerah ndak bisa itung kebutuhan? Biaya penelitian untukmenjadikan kebijakan berapa banyak? Lha wong mesti nunggudonor. Kayak Kesuma kan nunggu dari jerman. Seringkalipilot

    projecthanya berorientasi proyek, bukan program. Nah kalo ginisebenernya siapa yang waras?

    Agung Dwi Laksono Lha kamu maunya digolongkanwaraspo gendheng?Nek aku manut wae...

    Didik SupriyadiAku manut sing tuo ae. Engko kualat...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    65/140

    56

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    66/140

    Berbicara pada Dewan...

    57

    Berbicara pada Dewan

    Monday, August 2, 2010 at 7:25am

    Morning all,

    Dalam konteks sebuah konsep komunikasi, seorang healthadvocatesebagai komunikator (sender) harus tau siapa yang

    dihadapi? Harus paham bagaimana perspektif komunikan(receiver? Apa yang paling krusial yang menjadi pertimbangansebuah keputusan lawan bicara? Termasuk didalamnya

    bagaimana meyakinkan anggota dewan terhormat untuk mengertitentang pentingnya kesehatan?!!!

    Bahasa Duit!

    Berbicara tentang duit selalu saja menarik! Tidak saja bagiseorang anggota dewan tapi juga saya! Hehehe

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    67/140

    58

    Berbicara tentang menduitkan kesehatan memang susah-susahgampang (susahnya udah saya duluin daripada gampangnyatuh!), meski juga bidang ekonomi kesehatan sudah bukan

    barang asing bagi kita.

    Tapi mau tidak mau kita harus memakai bahasa duit bilaberbicara dengan dewan, karena bahasa duit lebih mudahdipahami sebagai konotasi untung-rugi sebuah program, dalam

    konteks keekonomian sebuah kegiatan.

    Bila kita kesulitan menunjukkan keuntungan, mungkin bisa

    dicoba dengan menghitung potential lostnya. Klo kita gak bisanunjukkin kelebihan imunisasi, tunjukkin kerugiannya bila kita

    tidak melakukan imunisasi!

    Tunjukkan bahwa jargon kesehatan adalah investasi bukanomong kosong!

    Efisiensi Ekonomi

    Bicara untung-rugi dan duit maka kembar identik denganefisiensi secara ekonomi!

    ***Suatu saat pada waktu kuliah ketika ditanyai guru sayatentang pengertian efisien, maka sesuai yang saya tau ketikadulu dapet pelajaran ekonomi bahwa efisien adalah

    memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan modalseminim-minimnya. Dan betapa saya didamprat guru sayaketika itu! kamu itu materialis! Tidak lebih lintah darat

    kapitalis!Laaahhhhhh! Saya pan cuman mengulang kata guru sayaterdahulu

    Ternyata menurut beliau, efisien adalah memperoleh

    keuntungan sebesar2nya dengan seluruh sumber daya yang ada,

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    68/140

    Berbicara

    bukan dengan sumber daya yang minim!Perasaan gak beda2 amat ya hihihi***

    Balik maniiiing

    Efisiensi dalam perspektif provider kesehatan, baimaupun milik pemerintah mungkin penting dalam

    efisiensi sosial, tapi tetap saja belum cukup! Perlulebih luas untuk memahami konteks sosial dalam

    Beberapa pendekatan yang biasa digunakan untukefisiensi bidang kesehatan bisa dipelototin pada m

    Baiklah untuk teknis secara detail karena hari

    nti bisa ditelusur lebih jauh contoh penerapannyalapangan.

    (see 'Identifying, Categorizing, and Evaluating He

    fficiency Measures' by Elizabeth A. McGlynn, et

    pada Dewan...

    59

    swastaupaya

    perspektifasyarakat.

    pengukurantriks berikut;

    sudah siang,

    alam kondisi

    alth Care

    al., 2008)

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    69/140

    60

    Comment

    Rachmad Pg Jadi mikir, masih efektifkah menggunakanbahasa ekonomi, apa yang dilakukan Pong tempo hari menurutkujauh lebih efektif, meski dia dianggap alami gangguan jiwa....

    Agung Dwi Laksono Hahaha...

    'kegilaan Pong' merupakan sebuah moment! Naaahhh...bagaimana kita menyikapi dan melanjutkan momenttsb! jangan

    sampe ketinggalan moment...

    Sutopo Patria Jati Dengan model pemilu kemarinmenghasilkan karakter anggota dewan yang selain harus populer

    juga berkantung tebal sekali... jika menghadapi lawan sepertiini teknik komunikasi bahasa akademis termasuk dengan modelitungan ekonomi yang cetho melo melo... tetap aja nggak

    digubris (nggak mau dan mungkin nggak mampumencernanya)...

    Fenonema Pong cukup bisa membuktikan bhw pendekatan carajalanan/cow boy mungkin jauh lebih efektif...soale dewan e wissamin yo kudu diladeni dengan coro nyamin:)

    Meskipun ini juga gak semuanya tepat karena tergantung dengankondisi daerah masing-masing bahkan bisa jadi yangsamin

    bukan dewannya tetapi malah bupati/walikotanya sebagaidampak dari desentralisasi yang kebablasan...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    70/140

    Berbicara pada Dewan...

    61

    Ilham Akhsanu Ridlo Pa, ini sepertinya pas dibuat

    thesis... ajarin dunk... ada deadline judul nih... hehehe.., datanyajuga : P

    Dyah YusufKesehatan harus disesuaikan dengan UUD,

    Ujung Ujungnya Duit... ;) kalau ngomongin investasi kesehatanya lebih pas lagi dikaitkan dengan JPKM... sedikit banyak JPKM

    pasti ada korelasinya dengan derajat kesehatan... Riskesdas adadata gak neh...?!?

    Agung Dwi Laksono @Sutopo; *sedang berpikirbagaimana membawa arus opini yg juaoh lebih 'nyamin' lagi*

    @Ilham; Besok pagi tak upload deh bukunya...

    @Dyah; Riskesdas cuman nampilin data dasar non! Perlu kajiantersendiri yang mengkhususkan hanya pada pembiayaankesehatan. Keknya 2012 adaplan untuk itu...

    Dfc Surabaya Tiidak mungkin sebuah program bisaterlaksana tanpa duit. Berbicara dengan Dewan memang tidak

    bisa dipisahkan dari duit karena memang salah satu tugasmereka adalah bersama-sama eksekutif menyusun anggaran

    pembangunan (program). Kalau bicara dengan Dewan tanpamenyebut nominal pasti keuntungan ya namanya demo... ha haha ha ha...

    Berapapun nominal sebuah program entah karena iklim politik,

    birokrasi, dan LSM-LSM kita yang masih mencari celah

    keuntungan, yang pasti implementasi ke rakyat tidak

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    71/140

    62

    meninggalkan substansi dari program itu sendiri. Bila konteksnyakesehatan maka substansinya tentu berkaitan dengan peningkatankualitas kesehatan rakyat.

    maaf kalau sok teuu.... he he he he....

    Ilham Akhsanu Ridlo Iya Pa... butuh inspirasi buatthesis Pa... deadline nih..

    Sulistyawati Itheng Sejatinya duwit tu akeh di negri ini,

    cuma susah cairnya... karena tingkat kekentalannya aneh...efisiensi??? heh basi...

    Rifmi Utami Thesisku tentang CEA, mas...membandingkan 2 cara penemuan penderita kusta...

    Semestinya bisa dipakai untuk advokasi ke dewan...

    Tapi sayang, perlu eksekutif yang dong(ngerti, red.), bahwametode-metode itu bisa dipake untuk membantu advokasinya...

    Malah untuk nge-gol-kan pake bahasa duit yang konkret sambilbisik-bisik alias ng*mpl*p....

    oh...poorly my country... hix hix...

    Rachmat Hargono Wah wis uakeh sing komen... kabeh

    bener...

    Emang di Indonesia tercinta ini gak ada yang salah kug...termasuk menerima amplopan ternyata bisa gak salah....

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    72/140

    Berbicara pada Dewan...

    63

    Buat Ilham ini bisa bwt judul thesis... efektivitas amplop dalamupaya advokasi kesehatan......

    Nagiot Cansalony Salomo Tambunan Membuat agarSenators melek arti penting Kesehatan? Wah udah melekmereka. Kalo soal kepentingan, bila terganggu baru bereaksi(individualistis). Nah, kalo menjadi kebutuhan, ini yang susah,...

    banyak konstituennya yang terlantar (tidak sesuai UUD, ada

    kewajiban negara), namun tidak banyak upaya yang signifikandan menjadi rujukan utk pengembangan. Semua butuh kesehatan,namun yang punyaPOWER dan AMANAH, tidak semuamemenuhi kebutuhan. Soal membawa opini tentang kesehatanagar senator mendukung dan care, yah...nanti dulu. Harus lihatapa yang lagiHOTdan SEXYdi NKRI ini, ekstrimnya yang bisa

    melanggengkanPOWER... hehehehe. Namun, selamatberjuanglah buat rekans Advokator Kesehatan. Selamat mendidik

    dan memberi contoh yang benar tentang Kesehatan. SalamSEHAT.

    Dfc Surabaya Kayaknya ga cuma Dewan juga deh yang

    mau amplop... Ekskutif dan LSM juga mau... jadi karena sama-sama mau maka sama-sama tahu maka sama-sama kolusi maka

    sama-sama korupsi... maka rakyat tetaplah angka-angka statistikyang bisa datangkan angka-angka duit... he he he he....

    Nagiot Cansalony Salomo Tambunan Gung, moga-moga dari diskusi mu ini, bisa muncul Pong-Pong lain... hehe...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    73/140

    64

    Didik Supriyadi Kebetulan saya selalu terlibat

    pembicaraan anggaran kesehatan dengan anggota dewan. Dankebetulan di Bojonegoro keadaanya tidak selalu berujung pada

    duit. Efektifitas program dengan mempertimbangkan RPJMDmenjadi salah satu syarat mengembil keputusan. Memang tidak

    semua anggota dewan bisa berpikir seperti itu. Namun secarakebetulan lagi saya bisa berbicara secara informal dengananggota dewan yang memiliki pengaruh. Dari yang informal

    inilah menjadi suatu yang keputusan yang formal. Menurut saya

    advokator tidak melulu melalui meja formal.

    Evie SopacuaActions adalah kegiatan yang merupakan

    pengejawantahan pikiran untuk menjawab needs... gitu ya masdon? ..hehehe... masalahnya, ketika kita mau membuat parasenators aware that there's something wrongdengan kesehatan di

    Indonesia and specially di wilayah yang menjaditanggungjawabnya di wilayah yang mendukung dia menjadi

    senator adalah ketika kita bisa mengalihkan perhatiannya kesitu..

    But first(eh... nulisnya nih nyonto gaya Cinta Laura gicu...)nuruti teori advokasi, we have to understand their needs, and

    fulfill itsesuai dengan kemampuan kita to get their attention...and as they focused on us, baru deh kita bicara apa yang kita

    pingin dia fahami dengan mendorongnya untukmenindaklanjutinya dengan apa yang dia bisa lakukan sebagaisenator... gitu ya mas didikin Bojonegoro...

    Didik Supriyadi Betul Oma... Hari ini pun saya akan

    mencoba lagi membuat anggota legislatif akan percaya bahwa

    kesehatan merupakan hal yang tidak boleh dipandang sebelah

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    74/140

    Berbicara pada Dewan...

    65

    mata. Hari ini saya dan istri tercinta (mewakili 2 instansi yangberbeda) akan mengikuti pembahasan KUA PPAS. Doakan yakonsep kami bisa diterima....

    Nagiot Cansalony Salomo Tambunan ep...ACTION(S),agar Senator, yang notabene udah melek, mau komit dan pahamapa yang HARUS dia lakukan untuk konstituen/negaranya. Disini peran semua (termasuk advokator, mobilisator,peer group,masyarakat) mengawal implementasi komit dan paham tadi.

    Salam SEHAT.

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    75/140

    66

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    76/140

    Merawatinapkan Puskesmas Rawat Jalan!

    67

    Merawatinapkan Puskesmas Rawat Jalan!

    Monday, April 12, 2010 at 6:19am

    My dear friends

    Kemaren sempet diskusi dengan orang Balitbangda ProvinsiJawa Timur. Membahas topik beberapa program unggulan

    provinsi jatim dalam bidang kesehatan untuk tahun 2010. Salahsatunya adalah upaya untukmenaikkan status puskesmasrawat jalan menjadi rawat inap???.

    Upaya ini oleh Gubernur Jawa Timur, Pakde Karwo,

    dimaksudkan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatanbagi masyarakat. Upaya ini juga merupakan salah satupenjabaran slogan gubernur jatim APBD untuk rakyat.

    Entah rakyat yang mana? Hihihi

    Agak geli juga dengan slogan ituAPBD untuk rakyat!.

    Apakah selama ini APBD tidak diperuntukkan untuk rakyat?

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    77/140

    68

    Pakde Gubernur tau dong kemana saja aliran dana APBDProvinsi selama ini? Pakde Gubernur kan seorang birokratsebelumnya, dengan jabatan terakhir Sekdaprov. Ato sebe

    Pakde Gubernur tau banyak gayus di provinsi ini sebeluBwakakak

    Eh... balik maningke topik diskusi menaikkan status

    puskesmas rawat jalan menjadi rawat inap???

    Seperti biasa saya tidak serta merta setuju dengan upaya ysatu ini!!

    Tapi tetap juga, ini versi saya!

    Sampeyan boleh tidak sependapat, dan klo bisa juga jangamerta setuju dengan pendapat saya. Cuman semata biar

    diskusinya bisa rame. Hihihi

    Bagaimana bisa?Dengan trendperkembangan kesehatan yang lebih berorie

    pada preventif-kurPakde malah berusmembawa bidang

    kesehatan di Jatimkuratif-rehabilitatiPakde tidak berusa

    aktif untuk membumeningkatkan jum

    rakyat sehat denga

    memperbanyak uppencegahan supayrakyatnya tidak saPakde malah hany

    berusaha menyediakan tempat pengobatan.

    Padahal kita sudah sama-sama tau, bahwa upaya pencegajauh lebih cost effective dibanding upaya pengobatan. Jadi

    sangat perlu untuh jauh lebih berorientasi pada upaya

    tulenarnya

    nya!

    ang

    n serta

    ntasi

    tif,aha

    ke arah.ha pro

    at danah

    ya

    it, tapi

    an

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    78/140

    Merawatinapkan Puskesmas Rawat Jalan!

    69

    pencegahan, tanpa juga meupakan upaya pengobatan.

    Setuju, asal

    Saya bisa saja sepakat dengan upaya ini!

    Dengan syarat upaya ini dilakukan di daerah terpencil yangakses pada tempat pelayanan kesehatan rawat inapnya sangat

    jauh ato bahkan tidak tersedia. Daerah yang untuk mengakseslayanan rawat inap membutuhkan waktu lebih dari lima jam

    perjalanan.Tapi lagi-lagi saya agak kurang yakin kriteria ini ada di wilayahProvinsi sekaliber Jawa Timur.

    Ato rekan-rekan bisa menunjukkan pada saya, biar bisamembuka mata dan wawasan saya lebih lebar

    Kebijakan untukmerawatinapkan puskesmas rawat jalanbisa jadi membawa dampak kebijakan yang sangad jauh dari

    harapan. Petugas puskesmas akan menjadi sangad berorientasipada kuratif!

    BagaimanapunDi puskesmas upaya kuratif ato pengobatan lebih menghasilkanduit ketimbang upaya prenventif ato pencegahan. Dan tentu saja

    petugas puskesmas juga manusia, yang matanya ijo klo liat duit!

    Hihihi saya juga termasuk sih

    Udah ahh udah siang neh! Ntar telat lagi ngantornya

    Bye prens

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    79/140

    70

    Comment

    Rifmi Utami Klo Puskesmas yang jauh dari RS di

    Sumenep banyak mas... tuh di hamparan pulau-pulau sebelahUtara dan Timur...

    Klo toh harus merawatinapkan semua Puskesmas, ya... harusdipenuhi semua syaratnya, termasuk dokter dan paramedis yang

    memadai, serta peralatannya...

    Tapi yang namanya promotif-preventif... wajib jugadilaksanakan... keempatnya harus tetap sinergi (promotif-

    preventif-kuratif-rehabilitatif).

    Curie Kharisma Yap betul, puskesmas itu kan melayanipelayanan kesehatan primer (promotif dan preventif), dan kuratif

    dasar, jika pasien memang harus MRS ya rujuk ke RS.Untungnya Bu Menkes kita udah mulai menggalakkan kembaliupaya promotif dan preventif, salah satunya dengan vaksin

    filariasis (tapi sayangnya belum disadari kalo strain orangIndonesia beda dengan strain orang negeri asal vaksin).

    Dari Puskesmas sampe nyasar ke vaksin nih.. hehehe...Yang jelas ini jadi PR kita rame-rame... hufff.. (PR lagi Papa).

    Filaili Mauludiani Terus rawat inapnya pake programgratisan lagi bagi seluruh masyarakatnya alias pengobatan gratis.

    Berapa lagi anggaran yang harus tersedot untuk upaya kuratifalias pengobatan????? banyak KEPENTINGAN sih memang,

    sekarang malah pemerintah daerah berlomba-lomba membuat RSmeskipun itu cuma tipe D. di Kabupaten X jumlah penduduknya

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    80/140

    Merawatinapkan Puskesmas Rawat Jalan!

    71

    cuma 200 ribu lebih sekian, udah punya 1 RS tipe C, 2 RSSwasta, masih mau meningkatkan Puskesmas Rawat Inapmenjadi RS tipe D. Mbokya duit daripada buat RS lebih baik

    buat operasional program. Lha wong untuk menuju RS yang adabaik pemerintah maupun swasta cuma membutuhkan waktu

    paling lama 2 jam lho, alasannya sering banjir, jalur perairan(tapi bukan pulau sih). Kalo alasan infrastruktur kan bisa bangun

    jembatan, jalan, dll, banyak pihak lagi yang bisa memanfaatkan

    hasilnya.

    Sujud M Raharja He... he... jadi ingat waktu nanyaiadik-adik magang... beda Puskesmas dengan RS. Ups...ternyatamereka gak tau (bahkan teorinya) duh... capek deh. gimana bisamengkritisi kalo udah begini.

    Feni Novikasari Kalau 5 jam kelamaan Pakde.Paradigma sehat kuranggrengkarena program pemerintah masih

    paradigma sakit.

    Curie Kharisma @Pak Sujud: Emang yang magangmahasiswa informatika apa akuntasi? Hehehe...

    Evi Sulistyorini Terlepas dari kebijakan itu pas ato

    belum, pasti sebelumnya ada masukan ato fakta bhwa 'rakyatkecil' menginginkan fasilitas rawat inap di dekat rumahnya..*positive thingking*

    Cuma kebijakan itu bisa diterapkn pada daerah yang berkriteria

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    81/140

    72

    khusus (jauh dari RS) dan dirasa administrasi di Puskesmas lebihmudah dan murah dibanding RS.

    Itu pendapat saya mas...

    Diansanto Prayoga Memang untuk mendekatkanpelayanan kesehatan, tapi Puskesmas lebih baek digenjotuntukpromotif dan preventif, pelayanan di luar puskesmas yang harusdikejar,

    paradigma sehat selalu harus ada pada setiap nakes d puskesmas.Salam sehat dan salam ikhlas

    Rachmad Pg ..Diskusi kaum pinggiran nih yee.....

    Emy Widyastuti Kalo menurut aku sih.... peningkatanlingkungan sehat, PHBS dulu baru Puskesmas dengan Rawat

    Inap khusus buat wilayah sulit...

    Rachmat Hargono Bahan bagus untuk diskusi.....Kalee kita perlu redifinisi Puskesmas itu apa yha, termasuktupoksinya. Dalam menyusun tupoksi ini kayaknya (mau gak

    mau) kita harus mengacu pada paradigma sehat... tapi...Selama ketersediaan dan akses pelayanan kuratif (yang memang

    masih dibutuhkan, terutama untuk daerah terpencil) belum bisadipenuhi, maka Puskesmas bisa menyediakan tempat perawatan.Jadi... harus dibedakan tupoksi Puskesmas daerah 'terpencil' dan

    perkotaan... (kayaknya ini sesuai dengan kuliah bahwa

    sebenarnya penyediaan pelayanan itu harus mengikuti

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    82/140

    Merawatinapkan Puskesmas Rawat Jalan!

    73

    kebutuhan). Tinggal kita menetukan kriteria daerah terpencil atautidak.

    Tambahan catatan : Siapa bilang pelayanan promotif danpreventif tidak bisa mendatangkan uang....? Banyak tuch temen-temen Kepala Puskesmas yang sangat kreatif sehingga mereka

    bisa dapat banyak uang justru dari kegiatan promotif danpreventif... ini yang harus dipakai sebagai pembelajaran....

    Agung Dwi Laksono @Mimi; Hahaha... kok bisa pas

    gini ya?Madura... daerah yang menitiskan seperempat nyawa saya. Saya

    punya komitmen khusus dengan daerah ini!

    Realitas saat ini... madura dalam indikator IPKM (Indeks

    Pembangunan Kesehatan Masyarakat) menempati urutan bontot

    di Jawa Timur, dan bahkan di Indonesia. Ini terjadi di 4kabupaten yang ada!

    Saya berkolaborasi dangan Mas Pranata (peneliti pribumi

    Madura) dan juga Balitbangprov (kebetulan Kabidnya jugapribumi Madura) akan mewujudkan komitmen kami... (ato lebihtepat obsesi ya?) atas daerah khusus ini. Mohon do'anya saja agarkomitmen ini bukan hanya lip service...

    Agung Dwi Laksono Yang jelas kebijakan ini jugaseiring dengan kebijakan 'kesehatan gratis' yang dibesut Pemprov

    dalam jamkesdanya.

    Kebijakan ini menjadi salah ato tidak memang tidak bisa dilihat

    secara parsial, tapi perlu dilihat secara global menyeluruh.

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    83/140

    74

    Kita yang akan mengawal agar kebijakan itu tidak salah momenmaupun salah tempat! Perlu banyak kritik membangun, kritik yg

    sekaligus memberi jalan keluar!

    Mungkin kita juga tidak bisa berpatok pada definisi operasional(DO) puskesmas klasik. Kalau perlu kita bikin DO puskesmassendiri yang mengacu pada spesifik lokal daerah!

    Ilham Akhsanu Ridlo Ini juga yang membuat sayagelisah... semua pelayanan Puskesmas di dorong ke arah ISO,terutama untuk upaya-upaya UKP. Secara tidak langsungkonsentrasi Puskesmas berganti karena ini lebih menguntungkan

    buat kantong... Apalagi sekarang khususnya di Surabaya semuadidorong ke arah pelayanan spesialis... Duh Gusti gimana ini?

    Didik Supriyadi Ketika kita berharap bahwamasyarakat sehat merupakan suatu investasi yang takterbantahkan, apakah pantas pendekatan medis (baik umummaupun spesialistis) tetap dikedepankan denganmengatasnamakan kedekatan akses? Apakah dengan dalih untuk

    kesehatan masyarakat dana yang sedemikian banyaknya hanyauntuk orang sakit saja? Apakah ketika mereka telah sehat

    mereka akan menjadi produktif bila kesempatan kerja, kreatifitas,inovasi ketersediaan sarana penunjang pertumbuhan ekonomimasih berjalan ditempat?

    Rachmad Pg ...berpikir imajiner, mungkin situasi

    umum ini (puskesmas yang kuratiforiented) berlaku karena tidak

    ada yang berani tampil beda dengan menempatkan Puskesmas

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    84/140

    Merawatinapkan Puskesmas Rawat Jalan!

    75

    murni sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatandi Kecamatan & menumbuhkan pemberdayaan masyarakat dankeluarga di bidang kesehatan masyarakat...

    ...pernah suatu ketika, saat diskusi dengan petinggi kota, merekamembayangkan Puskesmas yang seperti itu aja sulit, apalagidiimplementasikan...

    ...sebetulnya ada upaya mission impossible yang bisa kitalakukan, kita bikinpilot projectpuskesmas yang kita maui...

    yang sulit (karena mission impossible, red.) adalah nyari orang-orang GILA yang mau ngelakuin itu bersama...

    ...dulu sempet punya beberapa teman GILA, eh belum sempetdilakuin uda WARAS duluan...

    Agung Dwi Laksono Bwakakak... dwogol lo!

    Lo masuk yang udah waras yak???

    Rachmad Pg Me?Just pretending to be normal...wakakakaka...

    ...tergantung pergaulan Cak... nek ngumpul karo wong waras yomelu waras... tapi nek ngumpul nanglampu merah pucang yo

    dadi GILA maneh...

    Singjelas waras yo sing komen nang dhuwurku pas iki...

    wakakakaka...

    Agung Dwi Laksono Kalau udah nemu yang gila

    barangkali bisa buatproject try outdi Sumenep!

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    85/140

    76

    Asli pengen buatprojectgila juga!

    Rachmad Pg Sumenep? Serius nih.......

    Okay, kabar kabari, siap bantu, saiki tak persiapan sek mlebuRSJ Menur...ben dapat lagifeelnya......

    Ilham Akhsanu Ridlo Eh ehe... aku melu proyek giladunk... pan saya juga kaum pinggiran yang rada

    gila...wkkwwk...

    Rachmad Pg ...bukan proyek seperti yang di situ lohHam... hahaha...

    Nih namanya, mission impossible, butuh belajar banyak ama

    Ethan Hawk... wkwkwk...Bila gagal, pemerintah tidak tanggung jawab, resiko ditanggung

    pelaksana... hehehe...

    Mamik Hidayah Pagerwojo sekarang jadi rawat inaplho Mas. Mmg jauh dari RS, jadi diharapkan dengan ada rawatinap di Gunung, masyarakat ga perlu jauh-jauh turun ke kota.

    Ilham Akhsanu Ridlo @Mas Rahmad: Iyo wes... gakapa-apa... ayo mas... aku yo gemezzz... hehehe...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    86/140

    Merawatinapkan Puskesmas Rawat Jalan!

    77

    Didik SupriyadiSing dhuwurmu gak abot tha?

    Rachmad Pg Wakakaka... wes waras tah Dik?Ndangsukuran rek...

    Ratna Wati Menurutku bagus juga merawat inapkanPuskesmas, sebagai pelayanan masyarakat, khususnya daerahterpencil, asalkan tersedia sarana obat-obatan, dan tenagamedisnya! Masalahnya siapkah pemerintah mengupayakanini?!...

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    87/140

    78

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    88/140

    Kebijakan Ini-Itu!

    79

    Kebijakan ini-itu!

    Sunday, January 16, 2011 at 11:06pm

    Dear all,

    Kebanyakan dari kita... saya dansampeyan-sampeyan semua,

    yang bisa berkutat denganFacebookadalah jenis yang paparanterhadap informasi dan pelayanan kesehatan sudah bisa dibilangcukup! dan bahkan mungkin berlebih...

    Meski untuk mengaksesnya tetep juga dibutuhkan duit! hehehe...

    Akses pelayanan kesehatan di negeri kepulauan terbesar di duniaini, sampai saat ini bukan hanya akses soal duit, ntu mah udahadvance! yang lebih mendasar, yang dari jaman baheula nyampe

    saat ini masih tetep jadi masalah adalah ketersediaannya, baikfasilitas pelayanannya maupun soal ketersediaan tenaganya.

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    89/140

    80

    Siapapun yang jadi menteri kesehatannya... saya jamin masihakan mumet tujuh turunan!

    Pertiwi kita sangat luas, dengan disparitas antar wilayah masihjuga sangat lebar.

    Teknologi kedokteran paling mutakhir bisa jadi kita sudahmemilikinya! Singapura ato Malaysia sih lewaaaat...

    Tapi tetep aja masih ada daerah yang bahkan untuk mencapaiPuskesmas Pembantu ato Polindes kesulitan, dan ato bahkan

    tidak ada akses!

    Bukan isapan jempol, saya.. dengan mata kepala sendiri pernahmenjumpainya

    Terlalu luasnya wilayah yang harus dijangkau, terlalu banyaknya

    komunitas yang harus dilayani, terlalu bervariasinya ekonomidan pendidikan menjadi tantangan tersendiri untuk semua jenis

    pelayanan publik di negeri ini, terlebih bidang kesehatan.

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    90/140

    Kebijakan Ini-Itu!

    81

    Kita betul2 kekurangan tenaga! sudah tenaganya dikit,ngumpul di kota besar pula!

    Diam-diam kita menyimpan bara api yang cukup laten.

    Untuk perluasan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan,pemerintah seperti kebingungan dalam mengambil kebijakan.banyak kebijakan yang dibuat dalam kenyataan di lapanganjustru ditabrak sendiri.

    Pemerintah membesut Undang-undang Praktek Kedokteran yang

    melarang praktek tindakan medis dilakukan oleh profesi selaindokter, tapi di sisi lain juga dikeluarkan kebijakan soal

    Poskesdes, yang notabene digawangi oleh paramedis, yang jelas-jelas bukan dokter. Belum lagi bidan pun boleh melayanipengobatan, meski katanya terbatas pada penyakit yang

    menyangkut kebidanan, tapi siapa yang tau praktek dilapangan

    *saya tau lahhh! hehehe

    Ketegangan dengan organisasi profesi pun tidak bisa

    dihindarkan...

    dalam catatan saya Organisasi profesi kumpulan dokterspesialis obgyn pun protes terhadap kebijakan Kementerian

    Kesehatan yang memperbolehkan bidan berpraktek mandiri,

    meski juga dengan dalih menolong persalinan normal.

    Organisasi profesi dokter pun keberatan dengan keberadaanparamedik (perawat & bidan) yang berpraktek mandiri, yangbukannya berpraktek asuhan keperawatan, tapi lebih padakuratif, yang bahkan sudah sangat invasif.

    Klosampeyan yang jadi Menteri Kesehatannyapiye jal? Mumet

    po ora?

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    91/140

    82

    Pemerintah dihadapkan dengan Angka Kematian Ibu yang meskiturun, tapi tetap saja memprihatinkan. Sedang cakupan

    persalinan ke tenaga kesehatan pun juga mengecewakan.

    Untuk itu maka pemerintah mengambil beberapa kebijakan soalkebidanan, mulai dari dokter plus (dokter yg diberi tambahankursusgynecology) sampai pada menggenjot jumlah lulusan

    bidan.

    Bukan hanya lulusan bidan, lulusan tenaga kesehatan yang lainpun ikut-ikutan digenjot demi memenuhi ketersediaan dan

    aksesibilitas pelayanan kesehatan. Maka tumbuh suburlahakademi dan sekolah tinggi kesehatan di negeri garuda ini.

    Eitsss masalah belon selesai

    Tumbuh suburnya akademi dan sekolah tinggi kesehatan

    bukannya lepas dari masalah! Sekolahan yang lulusannya banyakbekerja dengan urusan terkait nyawa manusia ini pun cukup

    banyak yang begajulan

    Yang cuman sekedar lulus pun tak sedikit!

    Belon lagi soal dualisme penyelenggaraan pendidikan kesehatanini! antara besutan Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan

    Nasional dengan PPSDM Kementerian Kesehatan. Wis tambah

    mumeeet

    ***

    Pemerintah bukannya tidak tau dan tidak mau tau soal standaryang ngotot dijadikan landasan oleh organisasi profesi dalam

    memprotes setiap kebijakan.

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    92/140

    Kebijakan Ini-Itu!

    83

    Tapi pemerintah juga dihadapkan dengan masalah ketersediaandan akses yang harus dengan cepat diselesaikan, sementaraorganisasi profesi belum bisa memberi solusi manjur.

    So... kebijakan kebanyakan bukan soal salah ato benar...tergantung kita mau memilih kebijakan yg mana... yangterpenting adalah konsekuensi dari setiap pilihan... bisakah kita

    mengantisipasi konsekuensi pilihan kita?

    *sorry mumet!

  • 8/3/2019 JEBAKAN KEBIJAKSANAAN, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono

    93/140

    84

    Comment

    Aditya Tetra Firdaussyah Betul pak, beberapaPuskesmas sulit dan bahkan tidak dapat dijangkau jika musim

    penghujan seperti ini, akses komunikasi yang terputus kadang

    menjadi pengham