jawaban tugas ppbi no. 1 a dan b, oleh hidayat (e1c107033)

34
1 JAWABAN Oleh: Hidayat (E1C107033) 1. A. Asal-Usul Bahasa (Sejarah Lahirnya Bahasa) Ada beberapa ahli yang mengemukakan asal-usul bahasa (Sejarah lahirnya Bahasa), diantaranya : 1. F. B. Condilac (Filsuf Francis) Berasumsi, bahwa bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri dan dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat. Kemudian teriakan- teriakan itu berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, yang lama-kelamaan semakin panjang dan rumit. Sebelum adany=2a teori ini, orant (terutama orang ahli agama) percaya bahwa bahasa berasal dari Tuhan. 2. Von Hender Menyangkal teori yang mengatakan, bahwa bahwa bahasa berasal dari Tuhan. Dia berasumsi, bahasa tidak mungkin dari Tuhan, karena bahasa itu sedemikian buruknya dan tidak sesuai dengan logika, karena Tuhan Maha Sempurna. Menurutnya, bahwa bahasa terjadi dari proses onomotope, yaitu peniruan bunyi alam. Bunyi-bunyi alam yang ditiru ini merupakan benih yang tumbuh

Upload: irwansyah

Post on 24-Jun-2015

225 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

1

JAWABAN

Oleh: Hidayat (E1C107033)

1. A. Asal-Usul Bahasa (Sejarah Lahirnya Bahasa)

Ada beberapa ahli yang mengemukakan asal-usul bahasa (Sejarah lahirnya

Bahasa), diantaranya :

1. F. B. Condilac (Filsuf Francis)

Berasumsi, bahwa bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-

gerik badan yang bersifat naluri dan dibangkitkan oleh perasaan atau

emosi yang kuat. Kemudian teriakan-teriakan itu berubah menjadi

bunyi-bunyi yang bermakna, yang lama-kelamaan semakin panjang

dan rumit. Sebelum adany=2a teori ini, orant (terutama orang ahli

agama) percaya bahwa bahasa berasal dari Tuhan.

2. Von Hender

Menyangkal teori yang mengatakan, bahwa bahwa bahasa berasal dari

Tuhan. Dia berasumsi, bahasa tidak mungkin dari Tuhan, karena

bahasa itu sedemikian buruknya dan tidak sesuai dengan logika, karena

Tuhan Maha Sempurna. Menurutnya, bahwa bahasa terjadi dari proses

onomotope, yaitu peniruan bunyi alam. Bunyi-bunyi alam yang ditiru

ini merupakan benih yang tumbuh menjadi bahasa sebagai akibat dari

dorongan hati yang sangat kuat untuk berkomunikasi.

3. Von Schlegel (Filsuf Jerman)

Berasumsi, bahwa bahasa yang ada di dunia ini tidak mungkin

bersumber dari satu bahasa. Asal-usul bahasa itu sangat berlainan,

tergantung pada faktor-faktor yang mengatur tumbuhnya bahasa itu.

Ada bahasa yang lahir dari onomatope, ada yang lahir dari kesadaran

manusia, dan sebagainya. Namun, dari mana pun menrutnya, akal

manusialah yang membuatnya sempurna.

4. Brooks (1975)

Memperkenalkan satu mengenai asal-usul bahasa yang sejalan dengan

perkembangan psikolunguistik dewasa ini. Menurut Brooks bahasa itu

Page 2: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

2

lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia. Berdasarkan

penemuan-penemuan antropologi, arkeologi, biologi dan sejarah

purba, manusia, bahasa, dan kebudayaan secara bersamaan lahir di

bagian tenggara Afrika, kira-kira dua juta tahun yang lalu. Menurut

hipotesisi Brooks, bahasa pada mulanya berbentuk bunyi-bunyi tetap

untuk menggantikan atau sebagai simbol bagi benda, hal, atau kejadian

tetap di sekitar yang dekat dengan bunyi-bunyi itu. Sejak awal bahasa

itu, pastilah merupakan satu kerangka atau sruktur yang dibentuk oleh

empat unsur, yaitu : (1) bunyi, (2) keteraturan (order), (3) bentuk, dan

(4) Pilihan. Oleh karena kelahiran bahasa bersamaan dengan kelahiran

kebudayaan, maka melalui kebudayaan ini segala hasil cipta kognisi

seseorang dapat pula dimilki oleh orang lain, dan dapat pula

diturunkan kepada generasi berikutnya.

Untuk menyokong hipotesisnya mengenai kelahiran bahasa,

Brooks merujuk penemuan-penemuan dan teori-teori dari Eric

Lenneberg (1964 – 1967) teori keotonomian yang menyatakan bahwa

bahasa tidak terikat oleh waktu dan tempat ,diterima oleh Brooks.

Suzanne Langer (1942) pendapatnya bahwa bahasa juga tidak terikat

oleh keperluan, diterima oleh Brooks. George Miller (1965), dan

Roman Jakobson (1972). Selain itu, Brooks juga mengambil alih

hipotesis nurani yang berasal dari R. Descartes (abad 17) yang

diangkat kembali oleh Noam Chomsky (1957, 1965, 1968). Hipotesis

Nurani menyatakan bahwa, manusia ketika lahir telah dilengkapi

dengan kemampuan “nurani” yang memungkinkan manusia itu

mempunyai kemampuan berbahasa. Dengan kata lain manusia telah

diciptakan menjadi makhluk berbahasa.

5. Philip Lieberman (1975)

Menurutnya, bahasa lahir secara evolusi sebagaimana yang telah

dirumuskan oleh Darwin (1859) dengan teori evolusinya. Segala

hukum evolusi Darwin, menurut Lieberman telah berlaku dan dilalui

Page 3: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

3

juga oleh evolusi bahasa (Lebih lanjut lihat Mario Pei, 1971). (Chaer,

2003 : 31 – 33).

Selanjutnya, Well, mengajukan dua teori, yaitu: Kreasionis

dan Evolusi. Menurut Kreasionis, manusia diciptakan di dunia dalam

wujud sempurna seperti adam lengkap dengan perangkat bahasa yang

diajarkan tuhan kepadanya. Sudah tertulis dalam kitab dan teori ini

juga tidak bisa dibuktikan benar salahnya. faktanya kita selalu

menemukan di mana ada komunitas manusia saat ini selalu ada bahasa

bersamanya. Bahkan, dalam beberapa kasus, bahasa modern jauh lebih

sederhana dari pada bahasa primitif. Contohnya, bahasa inggris hanya

punya 7 tensis sedangkan bahasa bantu di Afrika memiliki 14 tensis.

Namun, kita juga menemukan bahwa bahasa lisan sepertinya tidak

dimiliki oleh manusia purba dari zaman batu.

Teori Evolusi

Mengatakan, bahwa manusia mendapatkan kemampuan berbahasa

lewat evolusi yang tentunya di dahului oleh evolusi perangkat

kerasnya, terutama daerah bahasa di cerebral korteks. Manusia

modern, Homo sapiens, diperkirakan telah hadir 150.000 tahun

lalu. Jadi, paling tidak perangkat keras bahasa telah ada sejak saat

itu. Permasalahanya sekarang, bagaimana perangkat lunaknya

tercipta? Ada beberapa hipotesis yang diajukan, yaitu:

a. Hipotesis Ding-Dong

Bahasa dimulai saat manusia mulai menamai benda, tindakan

dan fenomena sesuai dengan suara yang muncul dalam

kehidupan nyata. Contohnya 'garuk' berasal dari bunyi 'gruk

gruk', 'ketuk' dari 'tuk-tuk'.

b. Hipotesis Pooh-Pooh

Bahasa dimulai dari suara tunggal yang muncul dari manusia

saat marah, kesal, senang, suka, dan emosi lainnya.

Perkembangan selanjutnya adalah perluasan jenis-jenis kata

Page 4: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

4

berdasarkan emosi tersebut. Akan tetapi, banyak kelemahan

dari hipotesis ini, terutama karena kita melihat beberapa kata

dalam bahasa yang lain tidak mirip satu sama lain padahal

emosinya sama. Contoh: ouch dan aduh.

c. Hipotesis Bow-Wow

Mengatakan, bahwa kosakata datang dari peniruan suara

hewan, seperti: Mooo, guk guk, ssssh, meong, mbeek.

d. Hipotesis Ta-Ta

Mengatakan, bahwa bahasa dimulai dari gerakan tubuh yang

kemudian disederhanakan menjadi gerakan lidah.

Hipotesis Mengenai Asal Fungsi

1. Hipotesis Peringatan

Kata-kata pertama digunakan sebagai petunjuk dalam

kegiatan dan situasi sehari-hari.

2. Hipotesis Yo-He-Ho

Kata-kata pertama digunakan sebagai usaha untuk

membangun kerja sama dalam komunitas.

3. Hipotesis Berbohong

Kata-kata pertama digunakan untuk berbohong. Oleh

karena kejujuran dapat dilihat dari bahasa tubuh, maka kita

mesti menggunakan perangkat lain yang kurang peka dari

pengenalan kebohongan, yaitu ucapan lisan.

Perlu dicatat disini adalah sedikit sekali kata-kata dalam

bahasa-bahasa dunia ini yang memiliki asosiasi nyata

dengan bendanya. Contoh kata 'pohon' 'tree' 'árbol' 'arbre'

'strom' 'he' 'oks' 'puu' 'Baum' 'derevo' 'koks' 'lä'au' semua

merujuk pada satu definisi. Perlu diingat pula, bahwa

semua hipotesis di atas 'untestable' secara ilmiah sampai

sekarang. Jadi, lebih mirip sebuah prasangka saja.

Page 5: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

5

B. Linguistik sebagai Disiplin Ilmu

Untuk menentukan linguistik sebagai disiplin ilmu, maka harus memenuhi

syarat keilmiahan. Setiap disiplin ilmu pasti memiliki ciri-ciri. Begitu juga

dengan linguistik memiliki ciri-ciri keilmiahan, yaitu:

a. Mempunyai Objek

Linguistik memiliki objek kajian, yaitu bahasa. Dapat dikatakan,

linguistik sebagai ilmu bahasa (objek materialnya), sedangkan bahasa

adalah sasaran kajiannya (disebut dengan objek formal).

b. Bermetode

Maksudnya, untuk memperoleh ihwal ilmu bahasa maka dapat

diperoleh melalui metode tertentu. Tidak jarang, ahli bahasa untuk

meneliti suatu bahasa tertentu menggunakan metode terntu untuk

memperoleh data ihwal bahasa yang diteliti (The Liang Gie, 1987:5).

c. Sistematis

Maksudnya, bahwa bidang ilmu bahasa terdiri dari berbagai unsur\

yang tidak berdiri sendiri, tetapi antara unsur yang satu dengan unsur

yang lain saling berhubungan dan berkaitan, sehingga merupakan satu

kebulatan yang tidak bisa dipisahkan. Di sisi lain, pandangan

mengenai sistematis dalam ilmu bahasa adalah penelitian itu dilakukan

secara sistemik dan terencana. Mulai dari identifikasi masalah yang

terkait dengan objek kajian yang berupa bunyi tutur itu (termasuk di

dalamnya upaya menjelaskan masalah itu secara cermat dan terinci ;

penentuan dan penyeleksian variable-variabel dan instrument yang

digunakan), menghubungkan masalah itu dengan teori-teori linguistic

tertentu, penyediaan data, analisis, interpreasti data, sampai pada tahap

penarikan kesimpulan serta menggabungkan simpulan-simpulan

tersebut ke dalam khazanah ilmu bahasa (linguistik) (Kerlinger: 1993

dalam Mahasun, 2007: 2).

Page 6: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

6

d. Bersifat Universal

Maksudnya, bahwa ilmu bahasa beserta rumusannya bersifat umum

dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu, berlaku di mana dan kapan

saja, sehingga dipakai sebagai pedoman.

e. Terkontrol

Maksudnya, bahwa setiap aktivitas yang dilakukan dalam masing-

masing tahapan itu terkontrol, baik proses pelaksanaan kegiatan

maupun kegiatan tersebut. Hal ini memungkinkan pakar lain yang

berminat melakukan hal yang sama untuk pengujian kembali hasil

yang dicapai dari penelitian yang pernah dilakukan.

f. Bersifat Empiris

Maksudnya, bahwa fenomena lingual yang menjadi objek penelitian

bahasa itu, adalah fenomena yang benar-benar hidup dalam pemakaian

bahasa. Jadi, benar-benar bersumber pada fakta lingual yang

senyatanya digunakan oleh penuturnya, bukan fakta lingual yang yang

dipikirkan oleh si penutur yang menjadi informan (Mahsun, 2007: 2 –

3).

Page 7: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

7

TAMBAHAN MATERI

A. Ciri-ciri Bahasa

Hocket dalam makalahnya mendaftarkan 16 ciri khusus yang membedakan

bahasa dari sistem komunikasi mahkluk sosial yang lain, yakni :

1. Jalur vokal-auditif

Banyak hewan yang memiliki sistem komunikasi yang auditif (yang

dapat didengar) seperti : jangkrik, katak, dan burung, tetapi tidak

semua merupakan bunyi vokal. Meskipun katak, burung dan orang

utan mempuyai ciri ini, tetapi tidak memenuhi ciri 15 lainnya.

2. Penyiaran ke semua jurusan, tetapi penerimaan yang berarah.

Isyarat bahasa yang diucapkan itu dapat didengar di semua jurusan

atau arah, oleh karena suara berjalan melalui media udara.

3. Cepat hilang

Semua isyarat bahasa yang berbentuk suara itu cepat hilang.

4. Dapat saling berganti

Artinya setiap partisipan dapat saling bertukar peran, yaitu ada yang

bertindak sebagai pendengar dan pembicara.

5. Umpan balik yang lengkap

Penyiar isyarat itu sendiri juga menerima isyaratnya. Dalam beberapa

macam komunikasi kinetik (= gerakan) dan visual (=penglihatan),

seperti dalam “tari berpacaran “ semacam ikan, penyiaran isyarat itu

tidak dapat melihat bagian-bagian penting dari komunikasi tarinya.

6. Spesialisasi

Ini berarti, bahwa besarnya daya biologis dari isyarat bahasa itu adalah

amat kecil, tetapi hasil atau akibatnya dapat amat besar.

7. Kebermaknaan

Isyarat-isyarat bahasa dapat berfungsi mengatur dan mengikat

kehidupan dari suatu masyarakat, oleh karena ada ikatan hubungan

teratur antara unsur-unsur bahasa dan hal-hal (=benda-benda, sifat dan

Page 8: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

8

hubungan) dalam dunia luar. Dengan kata lain, bahasa itu mempunyai

makna atau merujuk pada hal-hal tertentu.

8. Kewenangan

Hubungan makna antara isyarat bahasa dengan yang dirujuk itu adalah

ditentukan oleh persetujuan antara penutur bahasa itu, bukan oleh

karena ada hubungan bentuk atau hubungan materi antara unsur

bahasa dan rujukan itu.

9. Keterpisahan

Setiap isyarat (kata) bahasa secara jelas lain dari yang lain. Misalnya,

kata “kali” dan kata “gali” , yang secara fonetik hanya berbeda dalam

pelafalan bunyi pertama kata-kata itu.

10. Keterlepasan

Maksudnya, makna atau pesan sesuatu isyarat bahasa bisa merujuk

kepada sesuatu hal yang jauh dalam jarak dan/atau waktu dari tempat

orang berbahasa itu. Jadi, kita bisa berbibicara tentang sesuatu yang

ada di tempat lain.

11. Keterbukaan

Maksudnya, kata-kata (isyarat-isyarat) baru dapat dibuat sesuai

keperluan manusia.

12. Pembelajaran

Ini berarti bahwa, aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan bahasa

manusia itu diwariskan melalui kegiatan belajar-mengajar, bukan

melalui gen-gen yang dibawa lahir. Akan tetapi, gen-gen itu memberi

kesanggupan dan keinginan berbahasa.

13. Dualitas Struktur

Bahasa mempunyai subsistem yang terdiri dari unsur yang

membedakan makna dan memberikan makna. Yang pertama adalah

subsistem fonologi, dan yang kedua adalah subsistem sruktur dan

leksikal (serta morfofonemik).

Page 9: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

9

14. Benar atau Tidak

Hocket menyebut ciri ini Prevarication, yaitu sesuatu pesan linguistik

itu dapat tidak benar (dusta) dan dapat juga benar.

15. Revlektivitas

Bahasa dapat kita pakai untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Dari

sistem komunikasi yang kita kenal, hanya bahasalah yang dapat

digunakan berkomunikasi tentang diri sendiri, yaitu bahasa.

16. Dapat dipelajari

Seorang penutur suatu bahasa dapat mempelajari bahasa yang lain. Ini

berhubungan dengan ciri (12), yaitu pembelajaran dan kemestaan

kesanggupan yang dibawa lahir (Sri Utami Subyakto N, 1988 : 1 – 6).

Adapun ciri-ciri bahasa yang dikemukakan oleh berbagai pakar

linguistik, yaitu :

1. Bahasa adalah sebuah sistem lambang

Bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara

tetap dan dapat dikaidahkan.

2. Bahasa adalah lambang-lambang dalam bentuk bunyi

Artinya, lambang-lambang itu berupa bunyi, yang lazim disebut

bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap lambang bahasa

melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Misalnya,

lambang bahasa yang berbunyi [kuda] melambangkan konsep atau

makna ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’.

Jadi, setiap satuan ujaran bahasa memiliki makna.

3. Bahasa bersifat arbitrer

Artinya, hubungan antara lambang dengan yang dilambamgkan

tidak bersifat wajib.

4. Bahasa bersifat Produktif

Dengan sejumlah unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-

satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Purwadarminta bahasa

Page 10: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

10

Indonesia hanya mempunyai lebih kurang 23.000 buah kata, tetapi

dengan 23.000 kata itu dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak

terbatas. Silakan Anda coba !

5. Bahasa Bersifat Dinamis

Maksudnya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan

perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat

terjadi pada tataran apa saja, seperti : tataran fonologis, morfologis,

sintaksis, dan semantik.

6. Bahasa itu beragam

Artinya, meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola

tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh

penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan

kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik

tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantik.

7. Bahasa bersifat Manusiawi

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang hanya dimilki oleh

manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa yang digunakan untuk

berkomunikasi, yang berupa bunyi bermakna atau gerak isyarat,

tidaj bersifat produktif dan dinamis. Hewan hanya memiki

instingtif atau naluriah. Manusia dalam menguasai bahasa,

bukanlah secara instingtif, melainkan dengan cara belajar atau

pemerolehan bahasa. Tanpa belajar dan pemerolehan manusia tidak

akan dapat berbahasa. Sementara hewan tidak mempunyai

kemampuan untuk mempelajari bahasa manusia. Oleh karena

itulah, bahasa itu bersifat manusiawi, karena hanya dimilki oleh

manusia (Chaer dan Agustina, 2003 : 11 – 14).

Page 11: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

11

B. Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa adalah sebagai alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk

menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan (Chaer, 2003:

33). Dalam hal ini, Wardaugh (1972) seorang pakar Sosiolinguistik juga

menagatakan bahwa, fungsi bahasa adalah alat interaksi/komunikasi

manusia, baik lisan maupun tulisan. Namun Fungsi ini telah mencakup

lima fungsi dasar yang menurut Kinneavy disebut :

a. Fungsi Ekspresi

Fungsi yang mewadahi bahwa bahasa alat untuk melahirkan ungkapan-

ungkapan batin yang ingin disampaikan seseorang kepada orang lain.

Misalnya, pernyataan senang, benci, kagum, marah, jengkel, sedih dan

kecewa.

b. Fungsi Informasi

Adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang

lain.

c. Fungsi Eksplorasi

Adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara dan

keadaan.

d. Fungsi Persuasi

Adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau

mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu

secara baik-baik.

e. Fungsi Entertaimen

Adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur,

menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin (Chaer, 2003 : 33).

C. Srtuktur Bahasa

Dalam setiap analisis bahasa, ada dua buah konsep yang perlu

dipahami, yaitu srukrur dan sistem. Sruktur menyangkut masalah

hubungan antara unsur-unsur di dalam satuan ujaran, misalnya antara

fonem dengan fonem di dalam kata, antara kata dengan kata di dalam

Page 12: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

12

frase, atau juga frase dengan frase di dalam kalimat. Sedangkan sistem

berkenaan dengan hubungan antara unsur-unsur bahasa pada satuan ujaran

yang lain. Misalnya, predikat terletak di belakang subjek dalam bahasa

Indonesia (Chaer, 2003 : 33 – 34).

Dalam linguistik generatif transformasi, sruktur itu sama dengan

tata bahasa. Sedangkan tata bahasa sama dengan pengetahuan penutur

suatu bahasa mengenai bahasanya, yang lazim disebut pelaksanaan bahasa

(performansi), yaitu berupa bertutur atau pemahaman akan tuturan.

a. Tata Bahasa

Menurut teori linguistik generatif transformasi setiap tata

bahasa suatu bahasa terdiri dari tiga buah komponen, yaitu :

1. Komponen Sintaksis

Menurut teori ini, sintaksis merupakan komponen

sentral dalam pembentuk$an kalimat. Sintaksis adalah

urutan dan organisasi kata-kata (leksikon) yang membentuk

frase atau kalimat dalam suatu bahasa menurut aturan atau

rumus dalam bahasa itu. Tugas utama komponen sintaksis

adalah menentukan hubungan antara pola-pola bunyi

bahasa itu, dengan makna-maknanya dengan cara mengatur

urutan kata-kata yang membentuk frase atau kalimat itu

agar sesuai dengan makna yang dinginkan oleh penuturnya.

Berikut contohnya :

(1) Kuda itu menendang petani itu.

Setiap penutur bahasa Indonesia dengan kompentesinya

mengenai bahasa Indonesia yang telah dinuranikan akan

mampu menentukan hal berikut :

a. Kalimat (1) di atas kalimat yang berterima, baik, dan

lengkap.

b. Kalimat (1) di atas terdiri dari beberapa kata.

Page 13: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

13

c. Dalam kalimat (1) tersebut, kata kuda adalah sebuah

nomina ; kata menendang adalah sebuah verba, kata

petani adalah nomina dan kata itu adalah penunjuk

sesuatu yang dimaksud.

d. Jika penutur bahasa Indonesia akan memenggal kalimat

itu menjadi dua bagian, pastilah akan memenggalnya

sebagai berikut :

- Kuda itu/menendang petani itu.

Tidak mungkin menjadi

- Kuda/itu menendang petani itu. Atau,

- Kuda itu menendang/petani itu.

Jadi, setiap penutur bahasa Indonesia akan

merasakan bahwa kata itu yang pertama lebih

natural bergabung dengan kata kuda daripada kata

menendang. Kemampuan ini menunjukkan adanya

kompentensi setiap penutur bahasa Indonesia

mengenai tatabahasa Indonesia yang telah

dinuranikan secara tidak sadar (Chaer, 2003 : 39).

2. Komponen Semantik

Teori linguistik generatif transformasi standar

mengakui bahwa, makna suatu kalimat sangat bergantung

pada beberapa faktor yang saling berkaitan dengan lainnya.

Diantaranya, (a) makna leksikal kata yang membentuk

kalimat, (b) urutan kata dalam organisasi kalimat, (c)

intonasi, cara kalimat diucapkan atau dituliskan, (d)

konteks situasi tempat kalimat itu diucapkan, (e) kalimat

sebelum dan sesudah yang menyertai kalimat itu, dan (f)

faktor-faktor lain. Misalnya, frase lagi makan dan makan

lagi dalam bahasa Indonesia menjadi berbeda maknanya,

karena urutan unsur kata-katanya berbeda. Contoh lain,

Page 14: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

14

kalimat kucing makan tikus mati. Dengan menggunakan

intonasi jeda seperti berikut menjadi berbeda maknanya :

(1) Kucing/makan tikus mati.

(2) Kucing makan/tikus mati.

(3) Kucing makan tikus/mati.

3. Komponen Fonologi

Adalah sistem bunyi suatu bahasa. Komponen

fonologi memilki rumus-rumus fonologi yang bertugas

mengubah sruktur luar sintaksis menjadi representasi

fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar yang

diucapkan oleh seorang penutur. Misalnya :

Kalau kita mendengar kata-kata [ baraη ], [ balaη ],

[bəraη ], [ paraη ], [ palaη ], [ pəraη ], diucapkan, maka kita

dapat mencatat, bahwa pada ketiga kata pertama terdapat

bunyi [b] pada awal katanya. Pada ketiga kata berikutnya

terdapat bunyi [p] pada awal katanya. Kata pertama dan

kata kedua bunyinya hampir sama. Perbedaannya terletak

pada bunyi ketiga, yaitu kata pertama berbunyi [r],

sedangkan kata kedua berbunyi [l]. Kata pertama dan ketiga

bunyinya juga hampir sama, perbedaannya terletak pada

bunyi kedua. Kata pertama bunyi [a], sedangkan pada kata

ketiga bunyinya [ə]. Kalau kita kita bandingkan kata kelima

dan keenam, maka kita lihat ada dua bunyi yang berbeda,

yaitu pada kata kelima bunyi kedua dan ketiganya adalah

[a] dan [l], sedangkan pada kata keenam bunyi kedua dan

ketiganya adalah [e] dan [r]. Bunyi-bunyi yang membentuk

kata ini disebut unit bunyi, segmen fonetis, atau dalam studi

fonologi lazim disebut fon (Chaer, 2003 : 43).

Page 15: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

15

D. Proses Berbahasa

Berbahasa merupakan salah-satu perilaku dan kemampuan

manusia, sama dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-

cakap, bersuara, ataupun bersiul. Lebih spesifik lagi berbahasa merupakan

kegiatan proses memahami dan mengggunakan isyarat komunikasi yang

disebut bahasa.

Berbahasa merupakan gabungan berurutan antara dua proses, yaitu proses

produktif dan reseptif. Proses produktif adalah berlangsung pada diri

pembicara yang menghasilkan kode-kode bahasa yang bermakna dan

berguna/bermanfaat. Sedangkan proses reseptif berlangsung pada diri

pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna

yang disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima

melalui alat pendengar (Chaer, 2003 : 44 – 45).

Proses produksi atau proses rancangan berbahasa disebut enkode.

Sedangkan proses penerimaan, perekaman, dan pemahaman disebut proses

dekode. Kalau kode bisa diartikan sebagai satu isyarat atau tanda (seperti

berbahasa) dalam penyampain informasi, maka enkode berarti peristiwa

atau proses pelahiran kode tersebut, dan dekode berarti peristiwa atau

proses penerimaan kode tersebut.

Proses rancangan berbahasa produktif dimulai dengan enkode

semantik, yakni proses penyusunan konsep, ide, atau pengertian.

Dilanjutkan dengan enkode gramatikal, yakni penyusunan konsep atau ide

itu dalam bentuk gramatikal. Selajutnya diteruskan dengan enkode

fonologi, yakni penyusunan unsur bunyi dari kode itu. Proses enkode ini

terdapat dalam otak pembicara, sementara representasi fonologinya terjadi

pada alat ucapnya (mulut) atau alat artikulasi (Chaer, 2003 : 45).

Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi, yakni penerimaan

unsur-unsur bunyi itu melalui telinga pendengar. Kemudian dilanjutkan

dengan proses dekode gramatikal, yakni pemahaman bunyi itu sebagai

Page 16: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

16

satuan gramatikal. Lalu diakhiri dekode semantik, yakni pemahaman akan

konsep-konsep atau ide-ide yang dibawa oleh kode tersebut. Proses

dekode ini, terjadi dalam otak pendengar.

Diantara proses enkode dan dekode terjadilah proses transmisi,

yakni berupa pemindahan atau pengiriman kode-kode yang terdiri atas

ujaran manusia yang disebut kode bahasa, atau bahasa saja. Proses

transmisi ini terjadi antara mulut pembicara samapai ke telinga pendengar.

Proses enkode dan dekode dari pesan, amanat, atau perasaan

terangkum dalam satu konsep yang disebut proses komunikasi. Dalam

kehidupan, kode utama dan kekreatifan dalam proses komunikasi ini

adalah kode bahasa atau secara umum disebut bahasa. Dengan demikian,

pembelajaran bahasa sesungguhnya tidak lain daripada pembelajaran

komunikasi dengan menggunakan kode atau isyarat bahasa. Ini berarti

pula, dalam pembelajaran bahasa kemampuan berbahasa produktif dan

berbahasa reseptif harus sama-sama dikuasai dengan sama baiknya (Chaer,

2003 : 45 – 46).

Proses berbahasa produktif dan reseptif dapat dianalisis dengan

pendekatan perilaku (behaviorisme) dan pendekatan kognitif. Dalam

literatur psikolnguistik aspek reseptif lebih banyak disosrot dan

dibicarakan oleh para pakar psikolnguistik (Parera, 1996).

Proses produktif dimulai dengan tahap pemunculan ide, gagasan,

perasaan atau apa saja yang ada dalam pemikiran seorang pembicara.

Tahap awal ini disebut tahap idealisasi, yang selanjutnya disambung

dengan tahap perancangan, yakni tahap pemilihan bentuk-bentuk bahasa

untuk mewadahi gagasan, ide atau perasaan yang akan disampaikan.

Perancangan ini meliputi komponen bahasa sintaksis, semantik, dan

fonologi. Berikutnya adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini, secara

Page 17: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

17

psikologi orang melahirkan kode verbal atau secara linguistik orang

melahirkan arus ujaran (Chaer, 2003 : 46).

Proses reseptif dimulai dengan tahap rekognisi atau pengenalan

akan arus ujaran yang disampaikan. Mengenal (rekognisi) berarti

menimbulkan kembali kesan yang pernah ada. Tahap pengenalan

dilanjutkan dengan tahap identifikasi, yaitu proses mental yang dapat

membedakan bunyi yang kontrastif, frase, kalimat atau teks, dsbnya.

Setelah tahap identifikasi, maka sampailah pada tahap pemahaman makna

kata ujaran yang disampaikan pembicara (Chaer, 2003 : 46 - 47 ).

A. KEILMIAHAN LINGUISTIK

Linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek

kajiannya. Sebelum membicarakan keilmiahan linguistik ada baiknya

dibicarakan dulu tahap-tahap perkembangan yang pernah terjadi dalam

setiap disiplin ilmu. Pada dasarnya setiap ilmu, termasuk juga ilmu

linguistik, telah mengalami tiga tahap perkembangan sebagai berikut.

Tahap pertama, yakni tahap spekulasi. Dalam tahap ini pembicaraan

mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan cara

spekulatif. Artinya, kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti

empiris dan dilaksanakan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu.

Misalnya, dalam bidang geografi dulu orang berpendapat, bahwa bumi ini

berbentuk datar seperti meja. Kalau `ditanya apa buktinya, atau bagaimana

cara membuktikannya, tentu tidak dapat dijawab, atau kalaupun dijawab

akan spekulatif pula.

Tahap kedua, adalah tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini para

ahli di bidang bahasa baru mengumpulkan dan menggolong-golongkan

segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi teori atau kesimpulan

apapun.. Bahasa-bahasa di nusantara didaftarkan, ditelaah ciri-cirinya, lalu

dikelompok-kelompokkan berdasarkan kesamaan-kesamaan ciri

Page 18: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

18

Tahap ketiga, adalah tahap adanya perumusan teori. Pada tahap ini

setiap disiplin ilmu berusaha memahami masalah-masalah dasar dan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah-masalah itu

berdasarkan data empiris yang dikumpulkan.

Linguistik sangat mementingkan data empiris dalam melaksanakan

penelitiannya.  Itulah sebanya,bidang semantik tidak atau kurang

mendapat perhatian dalam linguistik strukturalis dulu karena makna,

yang menjadi objek semantik, tidak dapat diamati secara empiris, tidak

seperti fonem dalam fonologi  atau morfem dan kata dalam morfologi.

Kegiatan linguistik tidak boleh “dikotori” oleh pengetahuan si peneliti.

Kegiatan empiris biasanya bekerja secara induktif dan deduktif dengan

beruntun. Artinya, kegiatan itu dimulai dengan mengumpulkan data

empiris. Data empiris itu dianalisis dan diklasifikasikan. Lalu, ditarik

suatu kesimpulan umum berdasarkan data empiris itu.

Kesimpulan ini biasanya disebut kesimpulan induktif. Tetapi kalau

kemudian kata sangat dapat juga mewakili kata-kata seperti berhasil,

pemalu dan mengecewakan, maka sebenarnya bisa ditarik dua

kesimpulan yang berbeda. Pertama , kata-kata berhasil , pemalu, dan

mengecewakan itu termasuk kelas ajektifa karena memenuhi kesimpulan

umum yang telah ada sebelumnya. Kedua, kesimpulan umum yang

trelah dibuat sebelumnya itu belum menyimpulkan hakikat ajektifa yang

sebenarnya. Artinya, dapat tidaknya diawali dengan kata sangat itu

bukan merupakan hakikat ajektifa yang sebenarnya. Mungkin saja ada

hakikat ajektifa yang lebih hakiki.

Secara induktif, mula-mula dikumpulkan data-data khusus, lalu dari

kata-kata khusus itu ditarik kesimpulan umum. Secara deduktif adalah

kebalikannya. Namun, kebenaran kesimpulan deduktif ini sangat

tergantung pada kebenaran kesimpulan umum, yang lazim disebut

premis mayor.

Contoh: Premis Mayor                    : Semua mahasiswa luusan SMA

              Premis Minor                                   : Nita seorang mahasiswa

Page 19: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

19

 Kesimpulan deduktif        : Nita adalah lulusan SMA.

Jelas, kesimpulan deduktif “Nita adalah lulusan SMA” adalah tidak benar,

meskipun cara penarikan kesimpulan benar dan sah. Mengapa?  Sebab

dalam kenyataan tidak semua mahasiswa adalah lulusan SMA. Sebagai

ilmu empiris lingustik berusaha mencari keteraturan atau kaidah-kaidah

yang hakiki dari bahasa yang ditelitinya. Karena itu, linguistik sering juga

disebut ilmu nomotentik. Ciri-ciri bahasa dijabarkan sebagai berikut:

Pertama, karena bahasa adalan bunyi ujaran ,maka linguistik melihat

bahasa sebagai bunyi. Artinya bagi  linguistik bahasa lisan adalah bahasa

yang primer, sedangkan bahasa tulis adalah bahasa sekunder.

Kedua, karena bahasa itu bersifat unik, maka linguistik tidak berusaha

menggunakan kerangka suatu bahasa/dikenakan pada bahasa lain.

Misalnya, dulu banyak ahli bahasa yang meneliti bahasa-bahasa

Indonesia dengan menggunakan kerangka atau konsep yang berlaku

dalam bahasa Latin, Yunani, Arab, sehingga kita kini mewarisi konsep-

konsep yang tidak cocok untuuk di Indonesia, seperti konsep kata

majemuk, konsep tekanan kata, dan konsep artikulus.

Ketiga, karena bahasa adalah suatu sistem, maka linguistik mendekati

bahasa bukan sebagai unsur yang terlepas, melainkan sebagai kumpulan

unsur yang satu dengan yang lain mempunyai jaringan hubungan.

Pendekatan yang melihat bahasa sebagai kumpulan unsur yang saling

berhubungan, atau sebagai sistem itu, disebut pendekatan struktural.

Lawannya, disebut pendekatan atomistis, yaitu yang melihat bahasa

sebagai kumpulan unsur-unsur yang terlepas, yang berdiri sendiri-sendiri.

Keempat, karena bahasa itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan

dengan perkembangan sosial budaya masyarakat pemakainya, maka

linguistik memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang dinamis.

Linguistik dapat mempelajari bahasa secara sinkronik dan diakronik.

Page 20: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

20

Secara sinkronik artinya, mempelajari bahasa dengan berbagai aspeknya

pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Studi sinkronik

ini bersifat deskriptifkarena linguistik hanya mencoba memberikan

keadaan bahasa itu menurut apa adanya pada kurun waktu yang terbatas

itu. Secara diakronik, artinya, mempelajari bahasa dengan berbagai

aspeknya dan perkembangannya dari waktu ke waktu, sepanjang

kehidupan bahasa itu disebut studi historis komparatif.

Kelima, karena sifat empirisnya, maka linguistik mendekati bahasa secara

deskriptif dan tidak secara preskriptif. Artinya, yang penting dalam

linguistik adalah apa yang sebenarnya diungkapkan oleh seseorang

(sebagai data empiris) dan bukan apa yang menurut si peneliti seharusnya

diungkapkan.

            Contoh           : -    Yang benar adalah kata silakan, bukan

silahkan.

-  Yang baku adalah bentuk kata mengubah, bukan merubah atau merobah.

Page 21: Jawaban Tugas PPBI No. 1 a Dan B, Oleh Hidayat (E1C107033)

21

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Agustina Leonie. 2004. Sosiolinguitik Perkenalan Awal.

Jakarta : Rineka Cipta.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya (Edisi Revisi ke-3). Jakarta: Rajawali Pers.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya (Edisi Revisi ke-4). Jakarta: Rajawali Pers.

Subayakto N, Sri Utami. 1988. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

The Liang Gie. 1987. Filsafat Ilmu. Bandung: GANECA 4 EXACT.

http://faktaevolusi.blogspot.com/2008/02/asal-usul-bahasa.html. Diakses Minggu, 3 Oktober 2010, pukul 14.15 WITA.