jawaban dkp3 ariana

15
1. Bagaimana regulasi sekresi dan sintesis insulin ? (bang siul, ariana, deby) Insulin disekresikan oleh sel beta pancreas sebagai sebagai respon terhadap kenaikan glukosa darah. Sel beta pancreas ini memiliki pengangkut glukosa yaitu (GLUT-2). Glukosa yang masuk kedalam tubuh akan terfosforilisasi menjadi glukosa-6- fosfat oleh glukokinase. Kemudian glukosa-6-fosfat akan dioksidasi memebentuk ATP, yang menghambat kanal kalium yang peka ATP di sel. Penutupan kanal kalium akan mendepolarisasi membran sel sehingga akan membuka kanal natrium bergerbang voltase. Perubahan ini menimbulkan aliran masuk kalsium

Upload: jefry-alfarizy

Post on 07-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jawaban Dkp3 Ariana

1. Bagaimana regulasi sekresi dan sintesis insulin ? (bang siul, ariana,

deby)

Insulin disekresikan oleh sel beta pancreas sebagai sebagai respon

terhadap kenaikan glukosa darah. Sel beta pancreas ini memiliki

pengangkut glukosa yaitu (GLUT-2). Glukosa yang masuk kedalam tubuh

akan terfosforilisasi menjadi glukosa-6-fosfat oleh glukokinase. Kemudian

glukosa-6-fosfat akan dioksidasi memebentuk ATP, yang menghambat

kanal kalium yang peka ATP di sel. Penutupan kanal kalium akan

mendepolarisasi membran sel sehingga akan membuka kanal natrium

bergerbang voltase. Perubahan ini menimbulkan aliran masuk kalsium

yang merangsang penggabungan vesikel yang berisi insulin dengan

membran sel dan sekresi insulin kedalam cairan ekstrasel melalui

eksositosis.

Adapun faktor yang memengaruhi sekresi insulin adalah sbb:

Page 2: Jawaban Dkp3 Ariana

Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi sekresi insulin:

1) Efek umpan maju hormon GI dan efek Parasimpatis

- Sebagai respon terhadap pencernaan makanan, akan diproduksi

hormon inkretin oleh sel ileum dan jejunum yang berupa glucagon-

like peptide 1 (GLP-1) dan gastric inhibitory peptide (GIP) dan

menstimulasi sekresi insulin dengan memasuki sirkulasi dan menuju

sel beta pankreas. Hormon GI lainnya seperti CCK dan gastrin juga

meningkatkan sekresi insulin.

- Selama makan juga akan meningkatkan aktivitas parasimpatis pada

saluran GI dan pankreas dan menstimulasi sel beta untuk mensekresi

insulin.

2) Peningkatan glukosa plasma

Jika kadar glukosa plasma melebihi 100 mg/dL, maka glukosayang

diserap dari usus halus akan mencapai sel beta pankreas dan

menstimulasi sekresi insulin. Adanya sekresi insulin akan menurunkan

kadar glukosa, asam lemak dan asam amino darah. Selain itu sekresi

insulin juga akan meningkatkan sintesis protein dan penyimpanan

bahan bakar.

3) Peningkatan asam amino plasma

Peningkatan asam amino yang terjadi saat mengkonsumsi makanan

tinggi protein, secara langsung akan merangsang sel β untuk

meningkatkan sekresi insulin

4) Aktivitas simpatis

Sekresi insulin akan dihambat oleh saraf simpatis. Saat stress,

masukan simpatis ke endokrin pankreas meningkat, dibantu juga

dengan pelepasan katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) yang

menghambat sekresi insulin dan metabolisme ke glukoneogenesis.

Sherwood, Lauralee. 2007. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Ed. 6. (Alih Bahasa: dr.Brahm U. Pendit). Jakarta: EGC.

Silverthorn DU. Fisiologi manusia. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2014

Page 3: Jawaban Dkp3 Ariana

2. Bagaimana patokan gula darah sewaktu dan gula darah puasa

normal? (rina, ariana, zainul)

Pada keadaan normal, kadar glukosa darah puasa adalah < 100 mg/dL,

dan 2 jam setelah beban < 140 mg/dL. Sedangkan untuk diabetes, kadar

glukosa puasa adalah ≥ 126 mg/dL dan 2 jam setelah beban ≥ 200 mg/dL.

Maka, prediabetes terletak diantara kedua keadaan tersebut yakni puasa

100 – 125 mg/dL ( IFG ) dan 2 jam setelah beban 140 – 199 mg/dL.

American diabetes association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care 2006

a. Klasifikasi (rina, ariana, akbar)

a. DM tipe 1, insulin dependent diabetes mellitus (IDDM)

Diabetes jenis ini terjadi akibat kerusakan sel β pakreas. Dahulu, DM

tipe 1 disebut juga diabetes onset-anak (atau onset-remaja) dan

diabetes rentan-ketosis (karena sering menimbulkan ketosis). Onset

DM tipe 1 biasanya terjadi sebelum usia 25-30 tahun (tetapi tidak selalu

demikian karena orang dewasa dan lansia yang kurus juga dapat

mengalami diabetes jenis ini). Sekresi insulin mengalami defisiensi

(jumlahnya sangat rendah atau tidak ada sama sekali). Dengan

demikian, tanpa pengobatan dengan insulin (pengawasan dilakukan

melalui pemberian insulin bersamaan dengan adaptasi diet), pasien

biasanya akan mudah terjerumus ke dalam situasi ketoasidosis diabetik.

Gejala biasanya muncul secara mendadak, berat dan perjalanannya

sangat progresif; jika tidak diawasi, dapat berkembang menjadi

ketoasidosis dan koma. Ketika diagnosa ditegakkan, pasien biasanya

memiliki berat badan yang rendah. Hasil tes deteksi antibodi islet hanya

bernilai sekitar 50-80% dan KGD >140 mg/dL.

b. DM tipe 2, non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM)

DM jenis ini disebut juga diabetes onset-matur (atau onset-dewasa)

dan diabetes resistan-ketosis (istilah NIDDM sebenarnya tidak tepat

karena 25% diabetes, pada kenyataannya, harus diobati dengan insulin;

Page 4: Jawaban Dkp3 Ariana

bedanya mereka tidak memerlukan insulin sepanjang usia). DM tipe 2

merupakan penyakit familier yang mewakili kurang-lebih 85% kasus

DM di Negara maju, dengan prevalensi sangat tinggi (35% orang

dewasa) pada masyarakat yang mengubah gaya hidup tradisional

menjadi modern.

DM tipe 2 mempunyai onset pada usia pertengahan (40-an tahun), atau

lebih tua, dan cenderung tidak berkembang kearah ketosis. Kebanyakan

penderita memiliki berat badan yang lebih. Atas dasar ini pula,

penyandang DM jenis ini dikelompokkan menjadi dua : (1) kelompok

obes dan (2) kelompok non-obes. Kemungkinan untuk menderita DM

tipe 2 akan berlipat ganda jika berat badan bertambah sebanyak 20% di

atas berat badan ideal dan usia bertambah 10 tahun atau di atas 40

tahun.

Gejala muncul perlahan-lahan dan biasanya ringan (kadang-kadang

bahkan belum menampakkan gejala selama bertahun-tahun) serta

progresivitas gejala berjalan lambat. Koma hiperosmolar dapat terjadi

pada kasus-kasus berat. Namun, ketoasidosis jarang sekali muncul,

kecuali pada kasus yang disertai stress atau infeksi. Kadar insulin

menurun atau bahkan tinggi, atau mungkin juga insulin bekerja tidak

efektif.

Pengendaliannya boleh jadi hanya berupa diet dan (jika tidak ada

kontraindikasi) olahraga, atau dengan pemberian obat hipoglisemik.

c. DM tipe lain

Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder, atau DM tipe

lain. Etiologi diabetes jenis ini, meliputi : (a) penyakit pada pankreas

yang merusak sel β, seperti hemokromatosis, pankreatitis, fibrosis

kistik; (b) sindrom hormonal yang mengganggu sekresi dan/atau

menghambat kerja insulin, seperti akromegali, feokromositoma, dan

sindrom Cushing; (c) obat-obat yang menggangu sekresi insulin atau

menghambat kerja insulin (estrogen dan glukokortikoid); (d) kondisi

tertentu yang jarang terjadi, seperti kelainan pada reseptor insulin; dan

(e) sindrom genetik.

Page 5: Jawaban Dkp3 Ariana

d. Diabetes Mellitus kehamilan (DMK)

Diabetes mellitus kehamilan didefenisikan sebagai setiap intoleransi

glukosa yang timbul atau terdeteksi pada kehamilan pertama, tanpa

memandang derajat intoleransi serta tidak memperhatikan apakah gejala

ini lenyap atau menetap selepas melahirkan. Diabetes jenis ini biasanya

muncul pada kehamilan trimester kedua dan ketiga. Kategori ini

mencakup DM yang terdiagnosa ketika hamil (sebelumnya tidak

diketahui). Wanita yang sebelumnya diketahui telah mengidap DM,

kemudian hamil, tidak termasuk ke dalam kategori ini.

American diabetes association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care 2006

Arisman, 2011. Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar

Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia . Jakarta:

EGC

3. Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Tipe 2

a. Epidemiologi (ariana, kak muti, akbar)

Sekitar 18,2 juta orang di Amerika Serikat menderita DM dan diantara

pasien ini 5,2 juta orang tidak terdiagnosa. Risiko mengalami diabetes

untuk bayi yang dilahirkan pada tahun 2000 diperkirakan adalah 32,8%

untuk pria dan 38,5% untuk wanita. DM tipe 1 ditemukan pada 5%

sampai 10% pasien dengan diabetes dan prevalensinya pada orang yang

berusia kurang dari 20 tahun adalah sekitar 1 dalam 400. DM tipe 1

tidak memiliki variasi musiman dan perbedaan jenis kelamin secara

klinis tidak bermakna. DM tipe 2 dijumpai pada 90% sampai 95% dari

semua pasien dengan diabetes. Prevalensinya berbeda di antara

kelompok ras dan etnis yang berbeda (Afrika-Amerika 11,4%, Latino

8,2%, dan Amerika Asli 14,9%).

Menurut data organisasi Persatuan Rumah Sakit di Indonesia (PERSI)

tahun 2008, Indonesia kini menempati urutan ke-4 terbesar dalam

jumlah penderita diabetes mellitus di dunia.

Page 6: Jawaban Dkp3 Ariana

Pada 2006, jumlah penyandang diabetes (diabetasi) di Indonesia

mencapai 14 juta orang. Dari jumlah itu, baru 50% penderita yang sadar

mengidap, dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara

teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi, prevalensi diabetes

di Indonesia berkisar 1,5% sampai 2,3%, kecuali di Manado yang

cenderung lebih tinggi, yaitu 6,1 %.

PERSI, 2008. Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar

Memicu Diabetes. Jakarta: Pusat Data dan Informasi PERSI.

Cramer, J., Manyon, A., 2007. Diabetes Melitus. Dalam: Paulman,

P., Paulman, A., Harrison, J., ed. Taylor Manual Diagnosis Klinik

Dalam 10 Menit. Jakarta: Binarupa Aksara

b. Tatalaksana (uje, rina, ariana)

Penatalaksanaan dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan diabetes

melitus, yang meliputi : edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan

pengelolaan farmakologis. Pengelolaan DM dimulai dengan

pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4

minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran,

dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral

(OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat

segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai

indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya

ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,

adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang

pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara

mengatasinya harus diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan

kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat

pelatihan khusus.

Page 7: Jawaban Dkp3 Ariana

a. Edukasi

Diabetes Melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan

perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan

diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif penderita, keluarga

dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita dalam

menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan

perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif pengembangan

ketrampilan dan motivasi. Edukasi secara individual dan pendekatan

berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku

yang berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi

yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi

dan evaluasi (PERKENI, 2006).

b. Terapi Gizi Medis

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang

seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan

kecukupan gizi baik sebagai berikut:

• Karbohidrat : 45 – 65% total asupan energi

• Protein : 10 – 20% total asupan energi

• Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres

akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat

badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan

ideal dikali kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan

25 Kkal/kg BB untuk wanita). Kemudian ditambah dengan kebutuhan

kalori untuk aktifitas, koreksi status gizi, dan kalori yang diperlukan

untuk menghadapi stres akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya

kebutuhan kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non diabetes

yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik fisik

maupun psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya

mendekati ideal.

c. Latihan Jasmani

Page 8: Jawaban Dkp3 Ariana

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4

kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu

pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti

berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap

dilakukan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus

Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan jasmani selain untuk menjaga

kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.

Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status

kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan

jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi

DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak

atau bermalas-malasan.

d. Pengelolaan Farmakologis

Sarana pengelolaan farmakologis diabetes mellitus dapat berupa Obat

Hipoglikemik Oral (OHO). Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi

menjadi 4 golongan, antara lain :

A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfonilurea dan

glinid

1. Sulfonilurea

Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi

insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk

pasien dengan berat badan normal dan kurang, namun masih boleh

diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari

hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang

tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit

kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja

panjang.

Page 9: Jawaban Dkp3 Ariana

2. Glinid

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,

dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama.

Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivat asam

benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi

dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat

melalui hati.

B. Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin,

tiazolidindion

Tiazolidindion

Tiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada

Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-γ), suatu

reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek

menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein

pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di

perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal

jantung klas I-IV karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan

juga pada gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan

tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.

C. Penghambat glukoneogenesis (metformin)

Metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati

(glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa

perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk.

Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi

ginjal (serum kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien

dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebro-

vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung). Metformin dapat

memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut

dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.

D. Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa

Page 10: Jawaban Dkp3 Ariana

Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus,

sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah

makan. Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek

samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens.

PB. PERKENI. Konsensus pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia 2006.PB Perkeni. Jakarta. 2006

Soegondo S. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta. 2005.

4. Mengapa Ny.A mudah lapar ? (ariana, zainul, kak muti)

5. Mengapa Ny.A banyak makan ? (uje, zainul, ariana)