jati diri koperasi - achamad.staff.ipb.ac.idachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/just...

4
Just an Ordinary Teacher | Jati Diri Koperasi Copyright Ali Mutasowifin [email protected] http://alimu.staff.ipb.ac.id/2014/11/08/jati-diri-koperasi/ Jati Diri Koperasi Pada saat memperingati Hari Koperasi ke-67 pada 12 Juli lalu, Dewan Koperasi Indonesia mencanangkan Visi 2045: menjadikan koperasi pilar negara menuju negara kesejahteraan dan ekosistem lestari. Tujuan mulia itu diharapkan dapat terealisasi saat peringatan satu abad kemerdekaan Indonesia. Tidak sedikit pihak yang skeptis dengan harapan itu. Setiap tahun, senantiasa muncul kasus yang mendera gerakan koperasi, yang diyakini merupakan fenomena puncak gunung es keadaan perkoperasian di tanah page 1 / 4

Upload: doanhanh

Post on 29-Jul-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Just an Ordinary Teacher | Jati Diri KoperasiCopyright Ali Mutasowifin [email protected]://alimu.staff.ipb.ac.id/2014/11/08/jati-diri-koperasi/

Jati Diri Koperasi

Pada saat memperingati Hari Koperasi ke-67 pada 12 Juli lalu, Dewan KoperasiIndonesia mencanangkan Visi 2045: menjadikan koperasi pilar negara menujunegara kesejahteraan dan ekosistem lestari.

Tujuan mulia itu diharapkan dapat terealisasi saat peringatan satu abadkemerdekaan Indonesia. Tidak sedikit pihak yang skeptis dengan harapan itu.Setiap tahun, senantiasa muncul kasus yang mendera gerakan koperasi, yangdiyakini merupakan fenomena puncak gunung es keadaan perkoperasian di tanah

page 1 / 4

Just an Ordinary Teacher | Jati Diri KoperasiCopyright Ali Mutasowifin [email protected]://alimu.staff.ipb.ac.id/2014/11/08/jati-diri-koperasi/

air. Tahun ini, misalnya, setidaknya terdapat dua alasan mengapa gerakan koperasidi Tanah Air patut memperingati Hari Koperasi dengan penuh keprihatinan.

Pertama, ketika Mahkamah Konstitusi membatalkan UU No. 17 tahun 2012 tentangPerkoperasian. Dalam sidang pada 28 Mei 2014, Mahkamah Konstitusi menyatakanUU No. 17/2012 bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatanhukum mengikat. Mahkamah Konstitusi berpendapat, sistem ekonomi Indonesiabukanlah sistem yang sepenuhnya liberal. Adapun sejumlah pasal yang digugatdianggap Mahkamah Konstitusi mengusung semangat kapitalisme yang tidak sesuaidengan prinsip koperasi. Dalam pertimbangannya, Mahkamah Konstitusi juga menyatakan bahwa filosofi UUPerkoperasian yang dibatalkan itu tidak selaras dengan hakikat susunanperekonomian sebagai usaha bersama dan berdasarkan asas kekeluargaansebagaimana termuat dalam Pasal 33 Ayat (1) UUD 1945.

Prihatin

Keputusan Mahkamah Konstitusi membatalkan berlakunya UU yang menjadipanduan gerakan koperasi ini patut membuat kita prihatin. Hal itu karena,meskipun UU tersebut disusun kementerian yang bertugas membidangiperkoperasian dan dibahas bersama dengan DPR, hasilnya ternyata dinyatakanbertentangan dengan UUD 1945.

Pembatalan UU Perkoperasian ini mencuatkan pertanyaan tentang kecakapan,kompetensi dan pemahaman mengenai koperasi dari para pihak yang selama inimemiliki wewenang dan tanggung jawab mengembangkan koperasi di Tanah Air.

Perkembangan koperasi yang seolah-olah berjalan di tempat dan kontribusiterhadap produk domestik bruto (PDB) yang tidak beranjak dari 2 persen, jauh lebihkecil dibandingkan dengan kontribusi BUMN yang sebesar 20 persen atau kontribusiswasta yang bahkan mencapai 78 persen, bukan tidak mungkin adalah buahpemahaman yang keliru dari para penentu kebijakan perkoperasian selama ini.

Alasan kedua untuk prihatin adalah kasus salah kelola Koperasi Cipaganti. Sejak

page 2 / 4

Just an Ordinary Teacher | Jati Diri KoperasiCopyright Ali Mutasowifin [email protected]://alimu.staff.ipb.ac.id/2014/11/08/jati-diri-koperasi/

2008 hingga Mei 2014, Koperasi Cipaganti menghimpun penyertaan modal lebihkurang Rp 3,2 triliun dari sekitar 8.700 mitra. Para mitra ini dijanjikan bagi hasil 1,6persen-1,95 persen per bulan, bergantung pada tenor, dengan kesepakatan bahwadana itu akan dikelola koperasi untuk kegiatan perumahan, stasiun pengisian bahanbakar untuk umum (SPBU), transportasi, perhotelan, alat berat dan pertambangan.

Namun, kenyataannya, sejak Maret 2014, Koperasi Cipaganti mengalami gagalbayar dan tidak berjalan dengan baik, sementara sisa uang mitra pun tidak jelaspenggunaannya serta tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Sekitar dua tahun lalu, kasus yang hampir sama juga terjadi pada Koperasi LangitBiru. Koperasi ini berhasil mengumpulkan dana nasabah hingga mencapai Rp 1,2triliun dengan iming-iming imbal hasil tinggi. Namun, kegiatan usaha ini kemudianmacet, menyisakan para nasabah yang hanya dapat menggigit jari.

Kasus salah urus koperasi tentu tidak hanya mendera Koperasi Cipaganti danKoperasi Langit Biru. Namun, terdapat benang merah dari semua masalah yangberkaitan dengan koperasi selama ini. Semua kasus hampir selalu diawali dengankoperasi yang tergoda merambah bisnis yang dianggap menjanjikan keuntungantinggi meskipun tidak berkaitan langsung dengan kepentingan ekonomianggotanya. Adanya keterkaitan

Kebutuhan dana yang besar untuk menjalankan bisnis tersebut kemudianmendorong koperasi untuk menarik modal dari pihak luar sehingga akhirnyakoperasi pun tidak ubahnya dengan badan usaha lainnya. Padahal, salah satukarakteristik koperasi yang membedakannya dengan bentuk badan usaha lainadalah ada keterkaitan erat antara bisnis yang dijalankan koperasi dan kebutuhanekonomi anggotanya.

Pada sebuah korporasi, lazim serta wajar apabila pemilik tidak memiliki keterkaitandengan bisnis yang dijalankan oleh korporasinya dan penikmat pelayanan korporasibukanlah pemilik korporasi itu. Namun, tidak demikian halnya dengan koperasi,yang karakteristik utamanya justru ditandai dengan identitas ganda anggotakoperasi, the dual identity of the member, yaitu anggota sebagai pemilik sekaliguspengguna jasa koperasi, user own oriented firm.

page 3 / 4

Just an Ordinary Teacher | Jati Diri KoperasiCopyright Ali Mutasowifin [email protected]://alimu.staff.ipb.ac.id/2014/11/08/jati-diri-koperasi/

Hal ini pulalah yang juga menjadi pertimbangan penting Mahkamah Kontitusi dalamputusan pembatalan UU No. 17/2012. UU tersebut jelas-jelas lebih mementingkanmasalah permodalan meskipun itu dengan menegasikan filosofi koperasi. Dengandemikian, apabila sebuah korporasi dianggap berhasil saat mampu membukukankeuntungan tinggi, tak demikian halnya dengan koperasi. Sebuah koperasi yanghanya meraih selisih hasil usaha kecil akan tetap dianggap berhasil mencapaimisinya jika mampu memberikan manfaat dan meningkatkan kesejahteraanmasyarakat sekitar yang menjadi anggota.

Demikianlah jati diri koperasi yang sesungguhnya.

Artikel ini telah diterbitkan di Harian Kompas, 9 Agustus 2014

page 4 / 4