jam'iyyah ta'lim wal mujahadah krapyak yogyakarta dalam mengantisipasi kenakalan...
TRANSCRIPT
JAM’IYYAH TA’LIM WAL MUJAHADAH KRAPYAK YOGYAKARTA
DALAM MENGANTISIPASI KENAKALAN REMAJA(Tinjauan Metode Dakwah)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam dalam Ilmu Dakwah
Disusun Oleh :
WIDIANA00210195
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAMFAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA
2004
M. Fajrul Munawir, M.Ag.
Dosen Fakultas DakwahIAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
NOTA DINAS
Hal : Skripsi Saudari Widiana Kepada
Yth. Bapak DekanFakultas DakwahIAIN Sunan KalijagaDi Yogyakarta
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti dan mengadakan perubahan serta perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing memutuskan bahwa :
Nama : WidianaNIM. : 00210195Jurusan : KPIJudul : Jam’iyyah Ta’lim Wal Mujahadah Krapyak Yogyakarta Dalam
Mengantisipasi Kenakalan Remaja (Tinjauan Metode Dakwah)
Telah dapat diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Harapan kami dalam waktu dekat ini dapat dipanggil untuk mempertanggungjawabkan skripsinya dalam sidang Munaqosyah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 28 Juni 2004Pembimbing
M. Fajrul Munawir, M.Ag.NIP. 150 289 205
ii
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul
JAM’IYYAH TA’LIM WAL MUJAHADAH KRAPYAK YOGYAKARTA
DALAM MENGANTISIPASI KENAKALAN REMAJA(Tinjauan Metode Dakwah)
Yang Disusun Oleh :
WIDIANA00210195
Telah dimunaqosyahkan di depan sidang munaqosyah pada hari Kamis tanggal 08 Juli 2004, dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam
Panitia Munaqosyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Drs. H.M. Wasjim Bilal Drs. Moh. Sahlan, M.Si.NIP. 150 169 830 NIP. 150 260 462
Penguji I/Pembimbing
M. Fajrul Munawir, M.Ag.NIP. 150 289 205
Penguji II Penguji III
Drs. H. Mashudi, BBA, M.Si. Nurul Haq, M.Hum.NIP. 150 028 175 NIP. 150 291 018
Yogyakarta, 08 Juli 2004Dekan Fakultas Dakwah
IAIN Sunan KalijagaYogyakarta
Drs. Afif Rifai, MS.NIP. 150 222 293
iii
MOTTO
وقعودا قياما فاذكروالله الّص لوة قضيتم فإذاجنوبكم... و على
(103: )النساء
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring...." (QS. An-Nisa : 103) 1
ما ذين المؤمنون إّن قلوبهم وجلت ذكرالله إذا ال هم و على إيماّنا زادتهم أيته، عليهم تليت وإد رب
لون. )االّنفال (2: يتوك"Sehingga orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah
mereka bertawakal." (QS. Al-Anfal : 2) 2
1 ? Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah,Al-Qur'an, 1971), hlm. 138.2 ? Ibid, hlm. 260
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Dua orang terkasih :
Bapak Drs. H. Muslani Nurhadi
Ibu Sri Nuryati
dan
Saudara-saudaraku tersayang :
Mbak Kuni Fashihah, S.Pd.,
Dik Anika Lutfia
v
KATA PENGANTAR
حيم الر حمن الله بسم الر على ّنستعين وبه العـالمين رّب الحـمدلله
على والس الم والـدين. والّص الة الد ّنيا امور محمد وموالّنا سيدّنا والمرسلين األّنبياء اشرفبعد. أجمعين. أما وصحبه اله وعلى
Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas
segala rahmat-Nya yang telah dilimpahkan. Berkat rahmat Allah penulis dapat dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis sadari hal ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, baik materiil maupun immateriil yang telah diberikan
kepada penulis. Untuk itu penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Afif Rifa'i, MS, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Hamdan Daulay, M.Si dan Bapak Mustofa, S.Ag, M.Si., selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan KPI.
3. Bapak M. Fajrul Munawir, M.Ag., selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
vi
4. KH. Chaidar Muhaimin Affandi, selaku pengasuh Jam'iyyah beserta segenap
ustadz dan pengurus, yang telah ikut membantu dengan memberikan
keterangan serta data untuk penulisan skripsi ini.
5. Teman-temanku, Yuis, Nurul, Ina yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini, serta menemaniku dalam suka dan duka.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan secara rinci yang telah turut
memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Mudah-mudahan amal kebaikan dan jerih payah mereka mendapatkan
imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih banyak kekurangan, hal ini karena terbatasnya kemampuan penulis.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis harapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan dan perbaikan, agar nantinya skripsi ini lebih
bermanfaat sebagaimana mestinya. Amin.
Yogyakarta, 29 Juni 2004
Penulis
Widiana
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN NOTA DINAS................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
HALAMAN MOTTO........................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ v
KATA PENGANTAR........................................................................................... vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul............................................................................. 1
B. Latar Belakang Masalah................................................................ 5
C. Rumusan Masalah.......................................................................... 10
D. Tujuan Penelitian........................................................................... 11
E. Kegunaan Penelitian...................................................................... 11
F. Kerangka Teori.............................................................................. 11
1. Tinjauan tentang Kenakalan Remaja ...................................... 11
2. Tinjauan tentang Metode Dakwah........................................... 21
G. Metode Penelitian ......................................................................... 32
1. Penentuan Subyek dan Obyek Penelitian ............................... 32
2. Metode Pengumpulan Data .................................................... 33
viii
3. Metode Analisa Data............................................................... 34
BAB II GAMBARAN UMUM JAM’IYYAH TA’LIM WAL
MUJAHADAH KRAPYAK YOGYAKARTA
A. Letak Geografis.............................................................................. 36
B. Sejarah Pendirian........................................................................... 37
C. Tujuan Pendirian............................................................................ 40
D. Struktur Organisasai...................................................................... 41
E. Kegiatan Jam’iyyah....................................................................... 46
F. Perkembangan Organisasi.............................................................. 49
G. Sarana Prasarana............................................................................ 53
BAB III METODE DAKWAH JAM’IYYAH TA’LIM WAL
MUJAHADAH KRAPYAK YOGYAKARTA DALAM
MENGANTISIPASI KENAKALAN REMAJA
A. Metode Ceramah ........................................................................... 57
B. Metode Mujahadah ....................................................................... 64
1. Sholat Tasbih............................................................................. 66
2. Dzikir......................................................................................... 69
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 86
B. Saran.............................................................................................. 87
C. Kata Penutup.................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA
ix
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keadaan Pendidikan Ustadz Jam’iyyah Tahun 2003-2004 ............... 45
Tabel 2 Jadwal Kegiatan Pengurus Jam’iyyah Tahun 2004 ........................... 48
Tabel 3 Jumlah Jamaah Jam’iyyah ................................................................. 50
Tabel 4 Keadaan Pendidikan Jama’ah Jam’iyyah Tahun 2003-2004 ............ 51
xi
xii
xiii
BAB IPENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam memahami
skripsi yang berjudul “Jam’iyyah Ta’lim Wal Mujahadah Krapyak
Yogyakarta Dalam Mengantisipasi Kenakalan Remaja (Tinjauan Metode
Dakwah)”, maka dipandang perlu adanya penegasan terhadap istilah-istilah yang
ada dalam judul tersebut, yaitu :
2. Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah Krapyak Yogyakarta
Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah Krapyak Yogyakarta merupakan
majelis dzikrullah yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Munawwir
Krapyak Yogyakarta, diasuh oleh KH Chaidar Muhaimin Affandi. Jam’iyyah
ini bernama lengkap Jam’iyyah Ta’lim Wal Mujahadah Jum’at Pon (JTMJP)3
dan sejak bulan Oktober 2003 dilengkapi menjadi Jam’iyyah Ta’lim Wal
Mujahadah Jum'at Pon (JTMJP) "Padang Jagad" Krapyak Yogyakarta.4
Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah ini merupakan lembaga
pendidikan non formal yang bergerak di bidang sosial keagamaan yang
anggotanya terdiri dari santri dan masyarakat umum (remaja dan dewasa).
3 ? Tim Pengurus, AD-ART Jam’iyyah Ta’lim Wal Mujahadah Jumat Pon (Yogyakarta: PP Al-Munawwir, 1996), hlm.1.
4 ? Wawancara dengan Armen M Siregar, Sekretaris Umum JTMJP "Padang Jagad", tanggal 18 Februari 2004.
xiv
Kegiatan dari Jam’iyyah ini berupa pengajian, sholat tasbih dan dzikir bersama.
Pengajian dilaksanakan supaya jamaah memiliki tambahan pengetahuan dan
wawasan berkaitan dengan ajaran agamanya dan meningkatkan kualitas taqwa
mereka. Sedangkan sholat tasbih dan dzikir untuk mendekatkan diri kepada
Allah dan menenangkan jiwa jamaahnya.
Selain kegiatan tersebut, Jam’iyyah juga mengadakan kegiatan berupa
pengelolaan hewan qurban dan terapi, baik terapi jiwa maupun terapi obat-
obatan.
3. Antisipasi
Antisipasi adalah perhitungan tentang hal-hal yang akan (belum)
terjadi. Mengantisipasi adalah membuat perhitungan (ramalan, dugaan) tentang
hal-hal yang belum (akan) terjadi, upaya pencegahan.5
Jadi yang dimaksud mengantisipasi dalam penelitian ini adalah upaya
pencegahan yang dilakukan oleh Jam'iyyah dalam menanggulangi kenakalan
remaja yang belum terjadi dan berusaha memperbaiki akhlak yang sudah
terlanjur rusak.
4. Kenakalan Remaja
a. Kenakalan
Kenakalan adalah tingkah laku secara ringan yang menyalahi norma
dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat.6 Kenakalan tersebut
antara lain membolos sekolah, meninggalkan sholat lima waktu, berkelahi 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Tim
Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka,1988), hlm. 43.6 ? Ibid., hlm. 607.
xv
atau tawur antar kelompok, keluyuran, minum minuman keras, narkoba
dan lain-lain.
b. Remaja
Remaja adalah seorang yang berusia 13-21 tahun, pada masa ini
terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan
fungsi-fungsi rokhaniah dan jasmaniah terutama fungsi seksual.7
Jadi, kenakalan remaja adalah tingkah laku oleh remaja yang berumur antara 13-21 tahun, yang mana tingkah laku tersebut menyalahi norma dan hukum yang berlaku di masyarakat sehingga dianggap sebagai problem sosial.
Adapun yang dimaksud kenakalan remaja dalam penelitian ini adalah tindakan pelanggaran norma yang dilakukan oleh remaja anggota Jam’iyyah, seperti membolos sekolah, meninggalkan sholat lima waktu, keluyuran, menipu orang tua (minta uang untuk membeli minuman keras dan narkotika tanpa sepengetahuan orang tua), minum minuman keras dan narkotika, duduk-duduk di pinggir jalan yang bisa meresahkan masyarakat, tawur antar kelompok dan lain-lain.
5. Metode Dakwah
a. Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik
untuk Metode
mencapai suatu maksud.8
b. Dakwah
Dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah
kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.9 Menurut Ali
Mahfuzh dalam Hidayatul Mursyidin, sebagaimana yang dikutip Masyhur
Amin, dakwah adalah:
7 Kartini Kartono, Psikologi Anak (Bandung: Mandar Maju, 1995), hlm. 148.8 WJS Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Depdikbud, PN Balai Pusataka, 1984), hlm. 649.9 Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam (Bandung: CV Diponegoro, 1981), hlm.13.
xvi
اس حّث واالمــر والهــدى الخير على الن هى بالمعروف ليفوزوا المنكر عن والن
واالجل. العاجل بسعادة“Mendorong (memotivasi) umat manusia melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah mereka berbuat makruf dan mencegahnya dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.”10
Jadi, dakwah adalah mengajak manusia agar termotivasi dalam mengikuti
petunjuk Allah dan Rasul-Nya sehingga mereka memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun yang dimaksud dengan metode dakwah adalah suatu cara yang
dilakukan untuk menyampaikan suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain
agar termotivasi dalam mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya untuk
mengubah sikap, pendapat atau perilaku sehingga mereka memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan metode dakwah adalah
suatu cara yang dilakukan oleh untuk menyampaikan suatu pesan dari
Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah kepada jamaahnya agar termotivasi untuk
mengikuti pengajian, sholat tasbih dan dzikir sehingga jamaah tidak
melakukan pelanggaran norma-norma dalam masyarakatnya dan tidak
terpengaruh orang lain yang mengajak melakukan pelanggaran tersebut.
Berdasarkan penegasan terhadap istilah-istilah yang sudah dipaparkan di
atas maka yang dimaksud dengan judul "Jam'iyyah Ta'lim Wal Mujahadah
10 Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral (Yogyakarta: al Amin Press, 1997), hlm.10.
xvii
Krapyak Yogyakarta Dalam Mengantisipasi Kenakalan Remaja (Tinjauan
Metode Dakwah)" adalah penelitian tentang upaya pencegahan yang dilakukan
oleh Jam'iyyah Ta'lim Wa al-Mujahadah Krapyak Yogyakarta dalam mengajak
remaja yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma masyarakat untuk
ikut dalam kegiatannya, dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku yang rusak
menjadi tingkah laku yang positif sesuai dengan ajaran Islam.
B. Latar Belakang Masalah
Islam adalah rohmatan lil ‘alamin untuk segenap makhluk diseluruh alam
raya ini, oleh karena itu harus disebarluaskan dengan cara dakwah. Dakwah
merupakan upaya untuk mengajak manusia dari kondisi kegelapan, kekafiran serta
amoral untuk dialihkan kepada kondisi yang penuh limpahan cahaya, keimanan
serta nuansa akhlaqul karimah. Upaya itu harus dilaksanakan secara maksimal
untuk mencapai perubahan ke arah kebaikan.
Dakwah merupakan komunikasi ajaran-ajaran Islam dari seorang da’i
kepada umat manusia. Pada pelaksanaan dakwah, di dalamnya terjadi proses
komunikasi, sebab unsur-unsur yang ada dalam dakwah telah memenuhi
persyaratan untuk dikatakan komunikasi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
dalam setiap proses dakwah terdapat komunikasi, akan tetapi tidak semua proses
komunikasi terdapat aktivitas dakwah.11 Adapun yang menjadi titik perbedaan
adalah terletak pada isi dan orientasi pada keduanya. Pada komunikasi, isi
pesannya bersifat umum bisa juga berupa ajaran agama, sementara orientasi
11 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm.13.
xviii
pesannya adalah pencapaian tujuan dari komunikasi itu sendiri yaitu timbulnya
effek berupa perubahan tingkah laku. Sedang pada dakwah, isi pesannya jelas
berupa ajaran Islam dan orientasinya adalah pada penggunaan metode yang benar
menurut ukuran Islam.
Pada dasarnya manusia sendiri adalah makhluk suci. Fitrah yang dibawa
manusia akan berkembang dengan baik manakala dibina dengan baik pula,
sehingga dengan adanya pembinaan itu manusia akan menjadi taat beragama dan
mendasari semua tindakannya pada aturan Islam. Namun sebaliknya bila benih
fitrah yang dibawanya tidak dibina dengan baik, maka akan melahirkan manusia
yang jauh dari agama.
Kurangnya pengetahuan agama akan berpengaruh terhadap kesadaran
manusia dalam melaksanakan amal ibadah dan beragama. Norma dan aturan yang
sudah ada sulit diterapkan dalam hidupnya sebagai disiplin diri, kesemua itu dapat
terjadi karena kurangnya penanaman sejak kecil, atau bisa pula karena pengaruh
lingkungan sekitarnya yang jauh dari nilai-nilai agama, sehingga seringkali dalam
sikap dan tingkah lakunya ada yang kurang sesuai dengan ajaran agama yang
berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.12
Melihat kondisi yang demikian, maka perlu adanya suatu tindakan atau
upaya pembenahan kembali nilai-nilai Islam pada kehidupannya. Nilai dan ajaran
Islam tersebut bukan hanya dikenal dan dimengerti akan tetapi harus
dilembagakan dan dibudidayakan agar berlaku dalam kehidupan sehari-hari,
12 Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 47.
xix
karena nilai dan ajaran Islam mampu menjadi kendali dan pedoman dalam
kehidupan manusia.
Masuknya iman kedalam hati manusia adalah atas petunjuk atau hidayah
yang datang dari Allah, dan petunjuk Allah itu tidak akan datang dengan
sendirinya tanpa adanya suatu usaha untuk mendapatkannya. Dalam hal inipun
dakwah bukanlah merupakan jaminan akan turunnya hidayah atau dapatnya
hidayah seseorang dari Allah akan tetapi hanya sebagai sarana untuk mengajak
manusia mencari hidayah Allah, di dalam mengajak manusia sudah barang tentu
membutuhkan suatu cara yang mengena terhadap obyek dakwah.13
adalah masa yang kritis dalam usia pertumbuhan fisik maupun psikis.
Remaja menempati posisi yang penting untuk kelangsungan hidup
masyarakatnya. Mereka merupakan penerus yang akan melanjutkan proses
pembangunan dan upaya Salah satu obyek dakwah yang menarik adalah remaja,
karena usia remaja memajukan bangsanya. Pada pundak merekalah tampuk
kepemimpinan masyarakat dan bangsa ini akan diestafetkan. Sehingga manakala
generasi muda dari suatu bangsa mengalami kebrobokan mental dan lemah
keahlian dan ketrampilannya, maka akan bobrok dan lemah pula bangsanya.
Oleh karena itu, maka menjadi kewajiban bagi para generasi tua untuk
menyiapkan dan membekali mereka dengan ketrampilan dan keahlian yang
bermanfaat bagi kehidupan masa depan mereka, dan yang paling penting lagi
adalah membina mereka agar mempunyai akhlaqul karimah. Sehingga pada
13 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 11.
xx
akhirnya mereka akan mampu memikul amanah atas bangsa ini dengan baik
sesuai dengan tuntunan yang diajarkan agama Islam.
Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah merupakan majelis dzikrullah yang
dilaksanakan setiap malam Jumat Pon di Pondok Pesantren Al-Munawwir
Krapyak Yogyakarta. Pengasuh kegiatan ini adalah KH Chaidar Muhaimin
Affandi.
Tujuan berdirinya Jam’iyyah ini tidak lepas dari tujuan amar ma’ruf nahi
munkar dengan jalan bil hikmah wa al-mauidlah al-hasanah dengan dasar
rohmatan lil ‘alamin. Para jamaah berasal dari berbagai macam kalangan baik
strata sosial ataupun golongan dan tidak berafiliasi pada salah satu partai politik
manapun.14 Bahkan ada warga non muslim yang mengikuti kegiatan ini, karena
majelis ini mempunyai misi dakwah.
Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah dalam gerak dakwahnya lebih banyak
menekankan pada kalangan remaja sebagai suatu usaha menjawab dan
memecahkan permasalahan yang dihadapi remaja guna mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat. Di antara remaja yang mengikuti Jam’iyyah ini banyak
yang dulunya merupakan remaja nakal yang memerlukan sentuhan agama sebagai
benteng pertahanan kemerosotan moral yang terjadi akhir-akhir ini.
Untuk menanggulangi semakin merajalelanya perbuatan tak berakhlak di
kalangan remaja, harus dilaksanakan upaya yang lebih intensif. Selain itu
dukungan dan peran serta keluarga dan masyarakat dengan menciptakan situasi 14
? Chaidar Muhaimin, Jam’iyyah Ta’lim Wal Mujahadah Jum'at Pon (Yogyakarta: PP Al-Munawwir, t.,th.), hlm. III.
xxi
dan kondisi sosial ekonomi serta adat yang mendukung di tempat tinggal mereka
sangat dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan apa yang ditulis oleh Zakiah Daradjat
bahwa pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dengan keadaan
sosial ekonomi serta agama dan adatnya sangat menentukan dalam pembinaan
remaja yang tumbuh dalam keluarga dan masyarakat tersebut.15
Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah sebagai lembaga pendidikan non
formal membantu memecahkan tidak hanya menghilangkan, mengendalikan dan
mengantisipasi gejala permasalahan atau penyakit emosional belaka, akan tetapi
bertujuan untuk memperbaiki pola tingkah laku dan meningkatkan perkembangan
kepribadian yang positif.
Majelis Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah sebagai wadah pendidikan
non formal keagamaan yang mempunyai tujuan meluruskan kepada para remaja
menuju jalan yang diridlai Allah dengan menampilkan berbagai macam amaliyah
keagamaan yang tentunya sesuai dengan kaidah ajaran Islam.
Kegiatan amaliyah tersebut dilaksanakan secara kontinyu dan berjamaah
setiap tiga puluh lima hari sekali (selapanan). Metode dakwah yang digunakan
berupa pengajian, sholat tasbih berjamaah di masjid, dan dzikir bersama.
Pengajian dilaksanakan supaya jamaah memiliki tambahan pengetahuan dan
wawasan berkaitan dengan ajaran agamanya dan meningkatkan kualitas taqwa
mereka. Sedangkan sholat tasbih dan dzikir untuk mendekatkan diri kepada
Allah dan menenangkan jiwa jamaahnya.
15 Zakiah Daradjat, op.,cit., hlm. 27.
xxii
Metode sangat penting sekali dalam sebuah proses dakwah, karena agama
sekalipun apabila tidak didukung dengan metode dan pendekatan yang handal dan
tepat dalam penyampaian agama tersebut akan sulit sekali mencapai suatu hasil
yang baik. Akan tetapi, bila metode penyampaian tepat serta terorganisir dengan
baik, sekalipun ajaran itu salah, maka akan mencapai tujuan yang diharapkan.16
Perlu diketahui bahwa penulis merasa tertarik dengan obyek Jam’iyyah
Ta’lim Wa al-Mujahadah karena keberhasilan pengasuh dalam membina murid-
muridnya, sehingga banyak muridnya yang sadar dan kembali ke jalan yang
benar. Di samping itu juga semakin hari muridnya semakin bertambah. Hal ini
merupakan keberhasilan pengasuhnya dalam berdakwah lewat wadah Jam’iyyah
tersebut.
Berangkat dari sinilah, penulis tertarik untuk meneliti metode dakwah
yang dilaksanakan oleh Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah dalam upaya
mengembangkan dakwah Islamiyah, khususnya dalam mengantisipasi kenakalan
remaja.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pelaksanaan metode dakwah oleh Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah Krapyak Yogyakarta dalam mengantisipasi kenakalan remaja ?
D. Tujuan Penelitian
16 Hafi Anshari, op.,cit., hlm.15.
xxiii
Tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah: Untuk mengetahui pelaksanaan metode dakwah Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah dalam mengantisipasi kenakalan remaja.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Akademis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi
pengembangan disiplin ilmu dakwah dan pengembangan penelitian dibidang
dakwah, khususnya dalam aktivitas dakwah yang dilaksanakan Jam’iyyah
Ta’lim Wa al-Mujahadah Krapyak Yogyakarta dalam mengantisipasi
kenakalan remaja.
2. Kegunaan Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi
pengurus Jam'iyyah dalam meningkatkan pelaksanaan dakwah Islamiyah
khususnya dan kegiatan dakwah pada umumnya.
F. Kerangka Teori
Tinjauan tentang Kenakalan Remaja
a. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan Remaja atau Juvenile Delinquency terdiri dari dua kata
yaitu Juvenile yang berasal dari bahasa Latin ‘juvenilis’ yang artinya anak-
anak,anak muda (yang berusia antara 13-21 tahun), ciri karakteristik pada
masa muda, sifat-sifat pada periode remaja. Delinquent berasal dari kata
Latin ‘delinquere’ yang artinya menjadi jahat, asosial, kriminal, pelanggar
xxiv
aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi,
durjana,dursila, dan lain-lain.17
Menurut Simanjuntak, sebagaimana yang dikutip oleh Sudarsono,
suatu perbuatan disebut delinquency apabila perbuatan-perbuatan tersebut
bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia
hidup atau suatu perbuatan yang anti sosial dimana didalamnya terkandung
unsur-unsur anti normatif.18
Jadi, kenakalan remaja adalah perbuatan-perbuatan pelanggaran
yang dilakukan oleh anak remaja berusia antara 13-21 tahun, yang bersifat
melanggar hukum, anti sosial, anti susila dan menyalahi norma agama.
b. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Berbicara masalah kenakalan remaja yang setiap saat berbeda dalam
versinya karena pengaruh lingkungan kebudayaan dan sikap mental
masyarakat maka untuk menentukan apakah tingkah laku remaja semata-
mata merupakan kelainan tingkah laku sesuai dengan taraf perkembangan
yang dialami atau tidak maka Y. Singgih D Gunarsa dan Singgih D Gunarsa
menyatakan bahwa bentuk-bentuk kenakalan remaja digolongkan menjadi
dua, yaitu :
2) Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial serta tidak dapat diatur dalam
Undang-Undang sehingga sulit digolongkan pelanggaran hukum seperti :
a) Berbohong 17 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), hlm. 6.18 Sudarsono, Kenakalan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm.10.
xxv
b) Membolos
c) Kabur, keluyuran
d) Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain
e) Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk
f) Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan
g) Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan menggunakan bahasa tidak
sopan
h) Secara berkelompok makan di rumah makan, tanpa membayar atau
naik bis tanpa membeli karcis
i) Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan
kesulitan ekonomis maupun tujuan lainnya
j) Berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau menghisap
ganja sehingga merusak dirinya maupun orang lain.19
3) Kenakalan yang dianggap melanggar hukum diselesaikan melalui hukum
dan acapkali bisa disebut dengan istilah kejahatan. Kejahatan ini dapat
diklasifikasikan sesuai dengan berat ringannya pelanggaran tersebut,
misalnya :
a) Perjudian
b) Pencurian, penggelapan barang
c) Penipuan dan pemalsuan
19
? Y. Singgih D Gunarsa dan Singgih D Gunarsa, Psikologi Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), hlm. 20.
xxvi
d) Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno dan film
porno, pemerkosaan
e) Tindakan anti sosial : perbuatan yang merugikan milik orang lain
f) Penganiayaan, percobaan pembunuhan
g) Pengguguran kandungan.20
Sedangkan Hasan Basri mengutip pendapat Wright, membagi jenis-
jenis kenakalan remaja dalam beberapa keadaan, yaitu :
1) Neurotic deliquency; remaja bersifat pemalu, terlalu perasa, suka
menyendiri, gelisah dan mengalami perasaan rendah diri. Mereka
mempunyai dorongan kuat untuk melakukan suatu kenakalan, seperti :
a) Mencuri sendirian
b) Melakukan tindakan agresif secara tiba-tiba tanpa alasan karena
dikuasai oleh khayalan dan fantasinya sendiri.
2) Unsocilized delinquent; suatu sikap yang suka melawan kekuasaan
seseorang, rasa bermusuhan dan pendendam. Mereka tidak pernah
merasa bersalah dan tidak pula menyesali perbuatan yang pernah
dilakukannya. Sering melemparkan kesalahan dan tnggung jawab kepada
orang lain.
3) Pseudo social delinquent; remaja atau pemuda yang mempunyai
loyalitas yang tinggi terhadap kelompok atau 'gank' sehingga sikapnya
tampak patuh, setia dan kesetiakawanannya baik. Jika melakukan sesuatu
tindakan kenakalan bukan atas dasar kesadaran diri sendiri tetapi karena
20 Ibid., hlm. 21.
xxvii
didasari anggapan bahwa ia harus melaksanaakan sesuatu kewajiban
kelompok yang telah digariskan.21
c. Ciri-ciri Kenakalan Remaja
Agar bisa membedakan kenakalan remaja dari aktivitas yang menunjukkan ciri khas remaja, perlu diketahui beberapa ciri-ciri pokok dari kenakalan remaja :
1) Dalam pengertian kenakalan, harus terlihat adanya
perbuatan tingkah laku yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku
dan pelanggaran nilai-nilai moral.
2) Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang asosial yakni
dengan perbuatan atau tingkah laku tersebut ia bertentangan dengan nilai
atau norma sosial yang ada di lingkungan hidupnya.
3) Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh seorang remaja
saja, atau dapat juga dilakukan bersama-sama dalam suatu kelompok
remaja.22
d. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Berbicara masalah kenakalan remaja tidak akan terlepas dari
pembicaraan mengenai faktor-faktor yang menimbulkan kenakalan
tersebut. Yang dimaksud dengan faktor-faktor tersebut adalah hal-hal yang
melatarbelakangi, mendorong dan menguatkan timbulnya kenakalan remaja
yang dikarenakan oleh sebab-sebab tertentu.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan remaja adalah :
21
? Hasan Basri, Remaja Berkualitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 16.22 Y. Singgih D Gunarsa dan Singgih D Gunarsa, op.,cit., hlm. 19.
xxviii
1) Faktor dari individu anak.
Yaitu faktor penyebab yang memang sudah ada dalam diri anak
itu sendiri, tanpa pengaruh dari luar atau adanya unsur bawaan ataupun
keturunan yang dibawa sejak lahir.
a) Teori Biologis
Tingkah laku sosiopatik atau delinkuen pada anak-anak dan
remaja dapat muncul karena faktor-faktor fisiologis dan struktur
jasmaniah yang dibawa sejak lahir.
b) Teori Psikogenis
Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah laku delinkuen
anak-anak dari aspek psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain
faktor intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah,
fantasi, rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru, konflik batin,
emosi yang kontroversial, kecenderungan psikopatologis dan lain-
lain.23
2) Faktor rumah tangga (keluarga)
Keluarga sebagai tempat kehidupan yang pertama dan tempat
pendidikan yang pertama dan utama merupakan dasar fundamental bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
23 Kartini Kartono, op.,cit., hlm. 25.
xxix
Kualitas rumah tangga atau kehidupan keluarga jelas mempunyai
peranan paling besar dalam membentuk kepribadian remaja delinkuen.
Misalnya, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah
atau ibu, perceraian diantara bapak dengan ibu, hidup terpisah, poligami,
keluarga yang diliputi konflik keras, semua itu merupakan sumber yang
subur untuk memunculkan delinkuensi remaja. Sebabnya antara lain :
b) Anak kurang mendapat perhatian, kasih sayang dan tuntunan
pendidikan orang tua, terutama bimbingan ayah, karena ayah dan
ibunya masing-masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik
batin sendiri.
c) Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja menjadi tidak
terpenuhi. Keinginan dan harapan anak-anak tidak bisa tersalur
dengan memuaskan, atau tidak mendapatkan kompensasinya.
d) Anak-anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang
sangat diperlukan untuk hidup susila. Mereka tidak dibiasakan dengan
disiplin dan kontrol diri yang baik.24
Sebagai akibat ketiga bentuk pengabaian diatas, anak menjadi
bingung, risau, sedih, malu, sering diliputi perasaan dendam benci,
sehingga anak menjadi kacau dan liar. Di kemudian hari mereka mencari
kompensasi bagi kerisauan batin sendiri di luar lingkungan keluarga,
yaitu menjadi anggota dari gang kriminal, lalu melakukan banyak
perbuatan berandalan dan kriminal.
24 Ibid., hlm. 59.
xxx
3) Faktor dari masyarakat
Keadaan masyarakat dan kondisi lingkungan dalam berbagai
corak dan bentuknya akan berpengaruh baik langsung maupun tidak
langsung terhadap anak-anak remaja dimana mereka hidup berkelompok.
Hal yang demikian itu karena hidup saling membutuhkan dan saling
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Agar semua pengaruh baik dari luar ataupun dalam suatu
masyarakat tidak membawa pengaruh yang negatif, maka perlu adanya
penjaringan dalam proses aktualisasi, misal dengan memberikan
wawasan yang luas tentang kebudayaan, pendidikan yang lebih maju dan
yang paling penting adalah penanaman ajaran agama.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa faktor yang berpengaruh
terhadap munculnya kenakalan remaja yang berasal dari masyarakat
adalah :
a) Kurangnya pelaksanaan agama secara konsekuen.
b) Minimnya pendidikan bagi masyarakat, sehingga tidak bisa menilai
pengaruh dari luar secara lebih selektif.
c) Kurangnya perhatian dan pengawasan terhadap kegiatan remaja.
d) Munculnya norma-norma baru di dalam masyarakat sebagai akibat
dari perkembangan peradaban dan kemajuan teknologi.
e. Usaha Mengantisipasi Kenakalan Remaja
Juvenile Delinquency muncul sebagai masalah sosial yang semakin
gawat pada masa modern sekarang, baik yang terdapat di negara-negara
xxxi
dunia ketiga yang baru merdeka maupun di negara-negara yang sudah maju.
Kejahatan anak remaja ini teristimewa sekali erat kaitannya dengan
modernisasi, industrialisasi, urbanisasi, taraf kesejahteraan dan
kemakmuran.
Kenakalan yang dilakukan oleh remaja itu sangat mengganggu dan
meresahkan masyarakat. Oleh karena itu perlu upaya untuk
menanggulanginya. Usaha-usaha preventif lebih baik dari usaha
memperbaiki kondisi yang terlanjur rusak dan membahayakan.
Oleh karena itu perlu adanya usaha-usaha sebagai berikut :
1) Membina dan meningkatkan kualitas keluarga. 25
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan
pondasi primer bagi perkembangan anak. Kualitas rumah tangga atau
kehidupan keluarga mempunyai peranan paling besar dalam membentuk
kepribadian remaja. Orang tua harus membina dan mengembangkan
akhlak anak-anak mereka dengan baik dan membahagiakan. Waktu
kedua orang tua dirumah perlu diintensifkan penggunaannya terutama
dalam berkomunikasi dengan anak-anaknya supaya rasa kasih sayang,
perhatian dan pengarahan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
2) Usaha mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.26
Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja, kesulitan-kesulitan apa saja yang biasa menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan.
25 Hasan Basri, op.,cit., hlm. 18.26
? Y Singgih D Gunarsa dan Singgih D Gunarsa, op.,cit., hlm. 140.
xxxii
3) Usaha pembinaan remaja, meliputi :
a) Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan
persoalan yang dihadapinya.
b) Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan
pengetahuan dan ketrampilan melainkan pendidikan mental dan
pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etika.
c) Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal
demi perkembangan pribadi yang wajar.27
Adapun dalam penanggulangan kenakalan remaja menurut ajaran
Islam juga dilaksanakan dalam bentuk preventif atau pencegahan.
Pencegahan ini berupa nasehat-nasehat yang diambil dari QS. Luqman : 13-
19, yang isi ringkasannya adalah :
1) Menanamkan jiwa Tauhid
2) Menghargai dan menghormati kedua orang tua
3) Memelihara dan memperlakukan orang tua dengan baik,
sebagaimana sifat dan tindakan mereka terhadap anak
4) Kejujuran
5) Agar mendirikan sholat (ibadah)
6) Mengajak kepada perbuatan baik dan mencegah yang munkar
7) Supaya bersabar
8) Melarang keangkuhan dan kesombongan
27 Ibid., hlm. 141.
xxxiii
9) Sederhana dalam bersikap, berjalan dan berbicara. 28
Tinjauan tentang Metode Dakwah
a. Pengertian Metode Dakwah
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai suatu maksud.29 Sedangkan dakwah adalah ajakan, dorongan
(motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima
ajaran agama dengan penuh kesadaran untuk kepentingan pribadinya sendiri
bukan untuk kepentingan juru dakwah atau penerang.30
Jadi, metode dakwah adalah suatu cara yang dilakukan untuk
menyampaikan ajakan, dorongan, rangsangan dan bimbingan kepada orang
lain baik dalam bentuk tulisan ataupun lisan yang dilakukan dalam usaha
untuk mempengaruhi orang lain baik secara individu ataupun kelompok
supaya timbul pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama yang disampaikan tanpa adanya unsur paksaan.
Seorang muballigh atau da’i dalam menentukan strategi dakwahnya
sangat memerlukan pengetahuan dan kecakapan di bidang metodologi.
Selain itu bila pola berpikir yang dipakai berangkat pada pendekatan sistem,
dimana dakwah merupakan suatu sistem dan metode merupakan salah satu
unsur atau komponennya, maka metode mempunyai peranan dan kedudukan
yang sejajar dengan unsur-unsur lainnya, seperti; tujuan dakwah, subyek
dan obyek dakwah.31
28 Zakiah Daradjat, op.,cit., hlm. 53.29 WJS Poerwodarminto, loc.,cit.30 M. Arifin, Psikologi Dakwah (Jakarta: Bumi Aksara,1997), hlm. 6.31 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 99.
xxxiv
Dalam penggunaan metode perlu diperhatikan bagaimana hakekat
metode itu, karena hakekat metode merupakan pedoman pokok yang harus
dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaannya. Selain
itu dengan memahami hakekatnya, pemakai metode tidak mudah secepatnya
memuja terhadap suatu metode tertentu, karena keberhasilannya. Begitu
juga sebaliknya, tidak akan tergesa-gesa menyisihkan suatu metode karena
kegagalannya.
Hakekat metode tersebut antara lain ;
1)Metode hanyalah satu pelayan, suatu jalan atau alat saja
2)Tidak ada metode yang seratus persen baik
3)Metode yang paling sesuai-pun belum menjamin hasil yang baik dan
otomatis
4)Suatu metode yang sesuai bagi seorang da’i, belum tentu sesuai dengan
da’i yang lain
5)Penerapan metode tidak dapat berlaku untuk selamanya.32
Kelima hakekat metode tersebut, harus diperhatikan oleh seorang
da’i dalam pemilihan dan penggunaan suatu metode dakwah. Hal ini
bertujuan agar para da’i atau muballigh dalam memilih dan menggunakan
metode dakwah tidak terpancang pada satu metode saja, yang terpenting
adalah menggunakan metode dakwah yang efektif dan efisien.
Dalam berdakwah juga harus melihat obyek dakwah yang terdiri
dari beraneka ragam tingkat kemampuan berpikir dan pengalaman
32 Ibid., hlm. 101.
xxxv
keagamaan, oleh karena itu metode yang harus dipakai harus disesuaikan
pula dengan situasi dan kondisi obyek dakwah tersebut.
Dalam Al-Qur'an, Allah menerangkan tentang bagaimana metode
dakwah yang harus dilakukan untuk menyeru orang atau umat kejalan
Allah, yang merupakan metode terbaik dan merupakan prinsip dasar. Seperti
tercantum dalam QS. An-Nahl :125;
ــبيل الى ادع ك س ــ ــة رب ــو بالحكم والم هي بـــال تى وجـــادلهم الحســـنة عظـــة بمن اعلم هو رب ك ان قلىاحسن عن ضل
بالمهتــدين. )النحــل: اعلم وهــو ســبيله125)
“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl: 125) 33
Pada ayat di atas, dapat dilihat bahwa metode mengajak atau menyeru manusia kejalan Allah swt, secara garis besar ada tiga cara yaitu : hikmah, al-mauidhah al-hasanah dan mujadalah bi al-lati hiya ahsan.
Ketiga metode dakwah itulah yang dijadikan sandaran yang akan
ditempuh oleh para da'i, yang penyampaiannya disesuaikan dengan obyek
dakwah, baik keadaan, tempat dan waktu.
1) Metode Hikmah
Hikmah menurut Al-Maraghi dalam kitab Tafsirnya, sebagaimana
yang dikutip oleh Masyhur Amin, yaitu perkataan yang tepat lagi tegas 33 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al-Qur'an, 1971), hlm. 421.
xxxvi
yang dibarengi dengan dalil-dalil yang dapat menyingkap kebenaran dan
melenyapkan keserupaan.34 Sedangkan menurut Toha Jahja Omar seperti
yang dikutip oleh Hasanuddin, hikmah adalah bijaksana, artinya
meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berpikir,
berusaha, menyusun, mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada
keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang
oleh Tuhan.35
Kata hikmah mengandung tiga unsur, yaitu :
a) Unsur ilmu, yaitu adanya ilmu yang shahih yang dapat
memisahkan antara yang hak dan yang bathil, berikut tentang rahasia,
faedah dan seluk-beluk sesuatu.
b) Unsur jiwa, yaitu terhujamnya ilmu tersbut ke dalam jiwa sang
ahli hikmah, sehingga ilmu tersebut mendarah daging dengan
sendirinya.
c) Unsur amal perbuatan, yaitu ilmu pengetahuannya yang
terhujam ke dalam jiwanya itu mampu memoivasi dirinya untuk
berbuat. Dengan perkataan lain, perbuatannya itu dimotori oleh
ilmunya yang terhujam ke dalam jiwanya itu.36
Jadi al-dakwah bi al-hikmah mempunyai arti kemampuan seorang
da'i di dalam melaksanakan dakwah dengan jitu karena pengetahuannya
yang tuntas dan tepat tentang liku-liku dakwah. Ia tahu benar tentang
34 Masyhur Amin, Metode Dakwah Islam dan Beberapa Keputusan Pemerintah tentang Aktivitas Keagamaan (Yogyakarta: Sumbangsih, 1980), hlm. 28.
35 Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm. 36.
36 Masyhur Amin, op.,cit., hlm. 29.
xxxvii
waktu, tempat dan keadaan manusia yang dihadapi sehingga ia dapat
memilih cara yang tepat untuk menyampaikan materi dakwah yang
hendak diberikan kepada mereka. Ia juga tahu benar tentang tujuan yang
hendak dicapai, sehingga ia dapat memilih materi yang tepat yang
hendak dicapai sesuai dengan tujuan itu.
2) Metode al-Mauidzah al-Hasanah
Al-mauidzah al-hasanah menurut Ibn Sayyidihi, sebagaimana dikutip oleh Masyhur Amin, adalah;
وعقاّب. ثواّب من قلبه بمايلين لالّنسان تذكيرك“Memberi ingat (yang dilakukan) olehmu kepada orang lain dengan pahala dan siksa yang dapat menjinakkan hatinya.”
Jadi, al-mauidzah al-hasanah adalah memberi nasehat dan
memberi ingat (memperingatkan) kepada orang lain dengan bahasa yang
baik yang dapat menggugah hatinya sehingga pendengar mau menerima
nasehat tersebut.37 Sebab, kelemah lembutan dan menasehati (al-
mauidzah) sering kali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan
kalbu yang liar. Bahkan, lebih mudah melahirkan kebaikan ketimbang
larangan dan ancaman.
Menurut Hasanuddin, mengutip pendapat dari M.A. Mahfoeld,
al-mauidzah al-hasanah adalah diukur dari segi dakwah itu sendiri.
Hasanah dalam dakwah adalah sebagai krida ibadah kepada Allah swt,
dan di dalamnya mengandung :
37 Ibid., hlm. 34.
xxxviii
a) Didengar orang, lebih banyak lebih baik suara
panggilannya
b) Diturut orang, lebih banyak lebih baik maksud
tujuannya,sehingga
c) Menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali ke
jalan Tuhannya, jalan Allah swt.38
3) Metode al-Mujadalah bi al-lati Hiya Ahsan
Metode al-mujadalah bi al-lati hiya ahsan yaitu bertukar pikiran
dengan menggunakan dalil atau alasan yang sesuai dengan kemampuan
berpikirnya.39
Seorang da'i harus terbuka, dapat mengendalikan emosi,
menghargai pendapat orang lain apabila sedang berdebat atau berdiskusi,
tidak hanya asal mengeluarkan argumentasi yang hanya membela diri
saja karena merasa malu jika argumentasinya dikalahkan pihak lain.
Namun di sini yang penting adalah mencari titik temu yang bisa diterima
dengan akal atau logis.
Metode dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang
muballigh (komunikator) untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar
hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain, pendekatan dakwah harus
bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan
penghargaaan yang mulia atas diri manusia.40
38 Hasanuddin, op.,cit., hlm. 37.39 Ibid., hlm. 39.40 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1987), hlm.43.
xxxix
Dengan demikian metode dakwah berdiri di atas landasan yang
demokratis dan persuasif. Demokratis yang dimaksudkan, bahwa seorang
komunikator pada akhirnya menghargai keputusan final yang akan dipilih
atau dilakukan oleh pihak komunikannya. Muballigh sebagai komunikator
dalam proses dakwah tidak ada satu niat sedikitpun untuk memaksakan
kehendaknya, kendati hal itu mungkin saja dilakukannya.
Dalam kedudukannya sebagai juru penerang, maka seorang
mubaligh itu benar-benar menyampaikan suatu fakta (statement of fact)
terhadap audiens-nya, dan tidak ada kewajiban bagi dirinya untuk
memaksa,41 seperti firman Allah dalam QS An-Nahl : 82 ;
وا فإن ما تول (82المبين. )اّنحل: البلغ عليك فإّن“Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”. (QS.An-Nahl : 82)42
Dan QS. Ar-Rad :40 ;
ما الحســاّب. )الرعــد: وعلينــا البلغ عليك .... فإّن
40)
“… karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisap amalan mereka.” (QS. Ar-Rad : 40)43
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, dapat disimpulkan beberapa prinsip metode dakwah sebagai berikut :
41 Ibid., hlm. 45.42 Departement Agama RI, op.,cit., hlm. 414.43 Ibid., hlm. 376.
xl
1) Metode dakwah senantiasa memperhatikan dan menempatkan
penghargaan yang tinggi atas manusia dengan menghindari prinsip-
prinsip yang akan membawa kepada sikap pemaksaan kehendak.
2) Peranan hikmah dan kasih sayang merupakan hal yang paling
dominan dalam proses penyampaian ide-ode dalam komunikasi dakwah
tersebut.
3) Metode dakwah yang bertumpu pada human oriented menghargai
keputusan final yang diambil oleh pihak komunikan, oleh karena itu
dakwah merupakan penyampaian dan penerimaan ide-ide secara
demokratis.
4) Metode dakwah yang berdasarkan hikmah dan kasih sayang dapat
memakai segala alat yang dibenatkan menurut hukum sepanjang hal
tersebut tetap menghargai hak-hak manusia.44
b. Unsur-Unsur yang Menjadikan Terlaksananya Metode Dakwah
Metode merupakan salah satu perangkat dalam berdakwah. Cukup
banyak metode yang telah dikemukakan oleh para da'i dalam
menyampaikan dakwahnya, seperti ceramah, diskusi, bimbingan dan
penyuluhan, nasehat dan sebagainya. Semuanya dapat diterapkan sesuai
dengan kondisi yang dihadapi. Tetapi harus digarisbawahi bahwa metode
yang baik sekalipun tidak menjamin hasil yang baik secara otomatis, karena
metode bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan. Tetapi, keberhasilan
44 Toto Tasmara, op.,cit., hlm. 46.
xli
dakwah ditunjang dengan seperangkat syarat, baik dari pribadi da'i, materi
yang dikemukakan, obyek dakwah ataupun lainnya.
Adapun unsur-unsur yang menjadikan terlaksananya metode dakwah adalah :
1) Subyek Dakwah
Subyek dakwah adalah orang yang melaksanakan dakwah atau
yang sering disebut dengan muballigh. Di dalam berdakwah tidak hanya
bersifat individu, akan tetapi dapat dilaksanakan juga oleh sekelompok
orang disesuaikan dengan obyeknya. Dakwah tidak akan terlaksana jika
tidak ada pelaksana dakwah walaupun faktor yang lain ada.
Untuk mencapai tujuan dakwah tidaklah mudah karena dalam
berdakwah dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang memadai.
Begitu juga seorang juru dakwah harus mempunyai kriteria yang baik
sehingga misi dakwah benar-benar bisa tercapai sesuai tujuan.
2) Obyek Dakwah
Obyek dakwah yaitu orang yang dituju oleh suatu kegiatan
dakwah, baik dalam bentuk individu maupun masyarakat.
3) Materi Dakwah
Materi dakwah adalah ajaran-ajaran Islam yang wajib
disampaikan kepada umat manusia dan mengajak mereka agar mau
menerima dan mengikutinya. Pada dasarnya materi dakwah Islam
tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara
xlii
global materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok,
yaitu :
a) Keyakinan / keimanan (aqidah)
Aqidah merupakan fundamen bagi setiap muslim. Aqidah
inilah yang menjadi dasar dan memberi arah bagi hidup dan
kehidupan seorang muslim. Aqidah dalam Islam adalah bersifat i'tiqad
bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya
dengan rukun iman. Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukkan
oleh Rasullullah saw, dalam sabdanya ;
ــان ــؤمن ان اإليم ــه ت ــه بالل ومالئكت وتــؤمن اآلخــر واليــوم ورسله وكتبهه. )رواه خيره بالقدر مسلم( وشر
“Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan percaya adanya ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk. (HR. Muslim)”.45
Bidang aqidah ini tidak hanya membahas masalah-masalah
yang wajib di-imani, akan tetapi juga masalah yang dilarang sebagai
lawannya, misalnya syirik, ingkar dengan adanya Tuhan dan
sebagainya.
b)Keislaman (ibadah)
45 Asmuni Syukir, op.,cit., hlm. 61.
xliii
Ibadah disini berarti hukum-hukum Islam yang mengatur
peraturan-peraturan agama Islam baik dalam hal ibadah kepada Allah
maupun muamalah, misalnya peraturan-peraturan pelaksanaan sholat,
puasa, zakat, peraturan rumah tangga, cara bermasyarakat dan
sebagainya.
c) Akhlak, moral (ikhsan)
Akhlak atau moral merupakan pendidikan agar jiwa seseorang
dapat menjadi bersih dari sifat-sifat tercela dan dihiasi dengan sifat-
sifat terpuji, seperti rasa persaudaraan dan saling tolong menolong
antar sesama manusia, sabar, tabah, pemurah dan sifat terpuji lainnya.
Akhlak yang mulia ini merupakan buah dari iman dan amal
perbuatannya. Pendidikan jiwa ini sangat penting, sebab jiwa ini
merupakan sumber dari perilaku manusia. Jika jiwa seseorang baik
niscaya akan baik pula perilakunya dan jika jiwa seseorang buruk
akan buruk pula perilakunya.46
G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian
yang tidak mengadakan perhitungan, maksudnya data yang dikumpulkan tidak
berwujud angka tetapi kata-kata.47
46 Masyhur Amin, op.,cit., hlm. 19.47
? Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 6.
xliv
Untuk memperoleh data yang obyektif dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa metode dengan rincian sebagai berikut :
1. Penentuan Subyek dan Obyek Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dapat disebut sebagai istilah untuk menjawab
siapa sebenarnya yang akan diteliti dalam sebuah penelitian atau dengan
kata lain subyek penelitian disini adalah orang yang memberikan informasi
atau data. Orang yang memberikan informasi ini disebut sebagai informan.
Adapun subyek penelitian dalam penelitian ini adalah : pengasuh, ustadz,
pengurus dan jamaah Jam'iyyah.
b. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah istilah-istilah untuk menjawab apa yang
sebenarnya akan diteliti dalam sebuah penelitian atau data yang akan dicari
dalam penelitian. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah : metode
dakwah yang terjadi di Jam'iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah dalam
mengantisipasi kenakalan remaja.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Interview (wawancara)
Data utama dalam penelitian ini adalah interview. Metode
Interview (wawancara) adalah suatu metode pengumpulan data dengan
tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berdasarkan
xlv
pada tujuan penelitian.48 Pewawancara (interviewer) mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.49
Adapun tehnik interview yang digunakan adalah interview bebas
terpimpin yaitu penulis menyiapkan catatan pokok agar tidak menyimpang
dari garis yang telah ditetapkan untuk dijadikan pedoman dalam
mengadakan wawancara yang penyajiannya dapat dikembangkan untuk
memperoleh data yang lebih mendalam dan dapat divariasikan sesuai
dengan situasi yang ada, sehingga kekakuan selama wawancara berlangsung
dapat dihindarkan.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung dari
informan yang memberikan informasi tentang persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan penelitian ini, seperti: sejarah berdirinya, perkembangan
organisasi, metode yang digunakan dalam mengantisipasi kenakalan remaja,
respon anggota terhadap kegiatan ini.
b. Metode Observasi
Metode Observasi atau pengamatan yang dimaksud disini adalah
observasi yang dilakukan secara sistematis. Dalam observasi ini penulis
mengusahakan untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
data itu apa adanya dan tidak ada upaya untuk memanipulasi data-data yang
48
? Sutrisno Hadi, Metodologi Research II (Yogyakarta: Andi Offset,1987), hlm. 193.49 Lexy J Moleong, op.,cit., hlm. 135.
xlvi
ada di lapangan.50 Metode ini digunakan untuk mengecek kesesuaian data
dari interview dengan keadaan sebenarnya.
Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi, dalam
pelaksanaannya peneliti akan mengamati letak geografis, sarana prasarana
dan upaya-upaya Jam'iyyah dalam mengantisipasi kenakalan remaja.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen, rapat agenda dan sebagainya.51 Tujuan dari penggunaan metode ini
adalah untuk memudahkan memperoleh data secara tertulis tentang
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan hal-hal yang berkaitan dengan
aktivitas Jam'iyyah. Metode ini digunakan dalam upaya melengkapi dan
mengecek kesesuaian data yang diperoleh dari interview dan observasi.
3. Metode Analisa Data
Metode analisa data yang dipakai adalah metode kualitatif secara induktif.52 Artinya : mula-mula data dikumpulkan, disusun dan diklasifikasikan ke dalam tema-tema yang akan disajikan kemudian dianalisis dan dipaparkan dengan kerangka penelitian lalu diberi interpretasi sepenuhnya dengan jalan dideskripsikan apa adanya.
Dengan demikian secara sistematis langkah-langkah analisa tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil interview,
observasi dan data dokumen.
50 Ibid., hlm. 125.51 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), hlm. 234.52 Lexy J Moleong, op.,cit., hlm. 5.
xlvii
b. Menyusun seluruh data yang diperoleh sesuai dengan urutan pembahasan
yang telah direncanakan.
c. Melakukan interpretasi secukupnya terhadap data yang telah disusun untuk
menjawab rumusan masalah sebagai kesimpulan.
xlviii
BAB II GAMBARAN UMUM JAM’IYYAH TA’LIM WAL MUJAHADAH
KRAPYAK YOGYAKARTA
Letak Geografis
Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah Jum'at Pon (JTMJP) "Padang Jagad"
Krapyak Yogyakarta adalah sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang
sosial keagamaan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Munawwir
Komplek K Krapyak Yogyakarta. Lokasi tersebut dijadikan sebagai sekretariat
yang merupakan pusat kegiatan dan kendali organisasi.
Jam’iyyah ini terletak di tengah-tengah atau pusat Pondok Pesantren
Krapyak yang menempati areal seluas 150 m2, dengan batas-batas sebagai
berikut:
1. Utara : Dibatasi oleh Toko Annisa
2. Timur : Dibatasi oleh komplek R atau rumah Bpk. KH. Zaenal Abidin
Munawwir
3. Selatan : Dibatasi oleh Masjid Besar PP. Al Munawwir
4. Barat : Dibatasi oleh komplek F dan Kopontren.53
Dilihat dari segi geografis tersebut, letak Jam’iyyah dapat dikatakan
strategis karena berlokasi di dekat jalan raya, sehingga mudah dijangkau dengan
alat-alat transportasi dan dapat memperlancar pelaksanaan kegiatan.
Karena kegiatan ini dilaksanakan di halaman rumah pengasuh, maka
suasana berlangsungnya aktivitas Jam’iyyah bisa leluasa, santai dan khidmad,
53 Observasi tanggal 01 Maret 2004
xlix36
serta mudah diikuti oleh masyarakat dari segala penjuru dalam jumlah yang
banyak. Lokasi tersebut kira-kira berjarak 100 meter dari jalan raya, sehingga
tidak terlalu bising oleh suara kendaraan bermotor.
Sejarah Pendirian
Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah Jum'at Pon (JTMJP) "Padang Jagad"
dirintis ama kurang lebih 100 hari. Pada hari terakhir riyadhah-nya beliau
mempunyai ide untuk mendirikan jamaah mujahadah yang besar yang tidak
membeda-bedakan golongan dan kelompok atau lapisan masyarakat. Sehingga
beliau memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan dakwahnya kepada
masyarakat luas.
Pada tahun 1992, kegiatan mujahadah dihidupkan lagi, diawali dengan
melakukan mujahadah di maqbaroh para sesepuh Pondok Pesantren Al
Munawwir. Kemudian, pada bulan Agustus 1993 didirikanlah Jam’iyyah yang
pokok kegiatannya adalah mujahadah dengan tempat tetap di makam KH. M.
Munawwir.54 pada tahun 1984 oleh KH Chaidar Muhaimin Affandi
54. Pada masa kecilnya, beliau dikenal sebagai anak yang agak nakal,
dalam arti kurang tekun belajar kitab. Namun, dalam persoalan ibadah tidak
pernah ditinggalkan, karena dipantau langsung oleh KH. Ali Maksum. Setelah
KH. Ali Maksum wafat, Chaidar Muhaimin belajar agama secara autodidak.
Sejak masa remaja, Chaidar Muhaimin dikenal sebagai sosok yang suka
bergaul dengan siapa saja. Bahkan dengan anak-anak nakal (orang yang rusak
akhlaknya). Oleh karena itu, ia memiliki banyak teman dari berbagai kelompok.
l
Dari waktu ke waktu, peserta mujahadah bertambah semakin banyak.
Sehingga tempat tersebut menjadi penuh sesak dengan jamaah. Oleh karena itu,
sejak tahun 1994 kegiatan dialihkan tempatnya ke halaman PP.Al-Munawwir
(depan rumah Chaidar Muhaimin), agar bisa menampung jamaah yang
jumlahnya terus meningkat tersebut.
Manfaat lain yang diperolehnya adalah pengetahuan dan pengalamannnya
semakin luas. Dari lingkungan pergaulan yang demikian itulah, beliau terdorong
untuk mengajak teman-temannya kembali kepada Islam dan menuju jalan yang
benar, dengan didukung bekal pengetahuan agamanya yang diperoleh dari
pesantren. Sifat karismatik pada dirinya mulai muncul sehingga dipercaya oleh
teman-temannya. Mereka sering datang ke rumah beliau untuk konsultasi dan
berdiskusi tentang berbagai masalah atau persoalan terutama masalah agama.
Awal mulanya Jam’iyyah ini berbentuk kelompok dzikir, yasinan, dan
nariyahan, dengan anggota awal berjumlah antara 10-25 orang. Kelompok dzikir
ini pada awalnya mengambil tempat di makam KH. M. Munawwir.
Pada tahun 1990, kelompok ini bisa dikatakan mati. Penyebabnya adalah
karena pengasuh sibuk untuk melakukan pendekatan terhadap anak-anak nakal
agar mereka kembali sadar dan menempuh cara hidup yang benar. Hal ini
merupakan sebuah usaha yang cukup berat dan penuh resiko. Ada banyak cibiran
yang diperolehnya atau juga upaya-upaya penggagalan dari orang-orang yang
tidak menyukainya. Namun demikian, Chaidar tidak pernah surut dalam
usahanya tersebut, hingga akhirnya banyak remaja dan orang-orang nakal
li
Bagi Chaidar Muhaimin, Jam’iyyah merupakan sebuah cita-cita.
Jam’iyyah merupakan sebuah aktualisasi hati. Sebelumnya beliau sama sekali
tidak membayangkan bahwa Jam’iyyah akan sampai sebesar ini. Chaidar
Muhaimin melihat hal ini sebagai sebuah bukti bahwa masyarakat, terutama
remaja membutuhkan ketenangan hati.
Pada tanggal 23 Agustus 1996, Jam’iyyah ini secara resmi didirikan
dengan nama Jam’iyyah Ta’lim Wal Mujahadah Jum'at Pon (JTMJP) Krapyak
Yogyakarta.55 Akan tetapi, secara resmi Jami’iyyah ini baru di daftarkan di
kantor notaris dan ditanda tangani pada tanggal 16 Maret 2001, dalam bentuk
yayasan, dengan nama Yayasan Jam’iyyah Ta’lim Wal Mujahadah Jum'at Pon.
Dan sejak bulan Oktober 2003 nama Jam’iyyah ini dilengkapi lagi menjadi
Jam’iyyah Ta’lim Wal Mujahadah Jum'at Pon (JTMJP) "Padang Jagad"
Krapyak Yogyakarta.56
Selanjutnya dalam mengelola Jam'iyyah yang diasuhnya, Chaidar
Muhaimin dibantu oleh beberapa orang pengurus dan ustadz. Mereka membantu
baik dibidang yang sifatnya fisik seperti pengadaan sarana kegiatan, publikasi
sebelum pelaksanaan kegiatan, penggalian dana, tugas kesekretariatan,
keamanan, maupun non fisik seperti pembinaan jamaah dan dakwah. Selain itu
juga bertanggung jawab terhadap terselenggaranya kegiatan dengan lancar.
mengikuti jejaknya kembali ke jalan yang benar.
Pada tahun 1991, Chaidar Muhaimin melakukan riyadhah? berupa bertapa di makam KH. M. Munawwir sel? Chaidar Muhaimin, op.,cit., hlm. II.
55 Tim Pengurus, loc.,cit.56 Wawancara dengan Armen M Siregar, Sekretaris Umum JTMJP "Padang Jagad", tanggal
18 Februari 2004.
lii
Dalam melestarikan hubungan antara pengurus, ustadz dan jamaah,
Chaidar Muhaimin selalu mengajarkan arti penting ukhuwah islamiyah, sikap
saling menasehati, saling berbagi rasa untuk menumbuhkan sikap saling terbuka
antara satu anggota dengan anggota lainnya. Di samping itu, beliau selalu
memotivasi anggotanya agar semangat hidupnya tumbuh kembali yaitu dengan
mengajarkan :
1. Bahwa orang hidup itu harus optimis sukses, bahkan beliau menganjurkan
agar kepandaian yang dimiliki muridnya melebihi kepandaiannya.
2. Bahwa segala kemaksiatan itu akan sirna dengan adanya keikhlasan pada
Allah swt.
3. Larangan saling bermusuhan.57
Tujuan Pendirian
Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah diresmikan dengan tujuan
membentuk insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
menuju terciptanya akhlaqul karimah serta mempererat tali ukhuwah islamiyah
dengan ajaran agama Islam yang senantiasa mendapat ridlo Allah di dunia dan
akhirat.58
Selain tujuan di atas, Jam’iyyah ini secara rinci juga memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Berusaha membentuk insan yang beriman dan bertaqwa.
57 Wawancara dengan Chaidar Muhaimin, Pengasuh JTMJP "Padang Jagad", tanggal 26 Juni 2004.
58 Tim Pengurus, op.,cit., hlm. 2.
liii
2. Memupuk dan membina anggotanya untuk menuju tercapainya akhlaqul
karimah.
3. Menghimpun dan membina insan untuk menuju tercapainya akhlaqul
karimah yang senantiasa mendapatkan ridlo Allah di dunia dan akhirat.
4. Memasyarakatkan olah raga dan seni yang bernafaskan Islam dan kegiatan-
kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan tujuan Jam’iyyah Ta’lim Wa
al-Mujahadah.59
5. Memperbaiki orang-orang yang rusak akhlaknya dan mengobati orang-orang
sakit jiwa dengan izin Allah.60
Struktur Organisasi
Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah Jum'at Pon "Padang Jagad" adalah
suatu organisasi yang telah memiliki struktur kepengurusan yang mengacu pada
AD-ART yang telah ada. Dalam bab VI pasal 13 disebutkan bahwa ketua dan
pengurus pusat dipilih dan disahkan oleh muktamar yang merupakan
musyawarah tertinggi dari Jam’iyyah.61
Berikut ini adalah struktur kepengurusan Jam'iyyah Ta'lim Wa al-
Mujahadah Jum'at Pon "Padang Jagad" :
Bagan 1 : Struktur Organisasi
Jam'iyyah Ta'lim Wa al-Mujahadah Jum'at Pon "Padang Jagad"59 Memasyarakatkan olah raga dan seni disini maksudnya, mengadakan pelatihan seni bela
diri, hadrah dll, kegiatan ini hanya dilaksanakan di cabang. Sedangkan yang dimaksud kegiatan lain seperti penyembelihan hewan qurban, pendirian badan usaha, dll (wawancara dengan Chaidar Muhaimin, pengasuh JTMJP "Padang Jagad", tanggal 26 Juni 2004).
60 Tim Pengurus, op.,cit., hlm.3.61 Ibid., hlm. 4.
liv
Sumber : Monografi Pengurus Jam'iyyah Ta'lim Wa al-Mujahadah Jum'at Pon
"Padang Jagad"
Adapun susunan personalia pengurus periode 2004-2007 adalah:
Pelindung : 1. Sri Sultan Hamengkubuwono X
2. Danrem 072 Pamungkas
3. Kapolda Yogyakarta
Penasehat : 1. H. Ridwan Em Nur
2. H. Hilmi Muhammad H
3. Ir. H. Isdiarto
Pengasuh : KH. Chaidar Muhaimin Affandi
lv
Pelindung
Penasehat
Pengasuh
Ketua
Sekretaris Bendahara
Seksi-seksi
Humas Keamanan
Ta'lim
Perlengkapan
Usaha
Keputrian
Pembantu Umum
Ketua Umum : Agus Muhammad Tanwir
Ketua I : Ahmad Daldiri
Ketua II : M. Atho'illah
Sekretaris Umum : Armen M Siregar
Sekretaris I : M. K. Zamzami Alwi
Sekretaris II : Izzu El-Wafir
Bendahara Umum : Sadiran
Bendahara I : Abdul Majid
Bendahara II : Amrul Hakim
Seksi-seksi :
1. Hubungan Masyarakat
Irfan (koordinator) Heri Kristanto
Iwan Miftakhul Khoiri
Ibrahim M. Toyyib
Dan semua Ketua Cabang
2. Ta'lim
H. Zaky Muhammad H. (koordinator) Agus Munawwar Ahmad
Sulhan HP Drs. Muharits
3. Perlengkapan
Syah Johan Ali N (koordinator) Khoirul Munif
Ainul Yaqin Mas'un M
Farid Wijil M Muhisom
4. Usaha
lvi
H. Ijtabahu Robbuhu
H. Zoe Harun
Budi Santoso. SH
5. Keamanan
Johari (koordinator) Darmadi
M. Mudzakkir Tanwir Abdul Haris
Silahudin Taufiq
6. Keputrian/konsumsi
Lilik (koordinator) Haryati
Ibu Sahra Ibu Tija
Lestari Wiwin
7. Pembantu Umum
Saiyan (koordinator) Sartun
H. Samari Satimun
Irwanto, SE. Agus Makfi Muhaimin A.
Agus Asid Masyhuri Masyhuri, S.Ag.62
Sedangkan ustadz yang saat ini masih aktif, selain pengasuh adalah :
1. Masyhuri
2. Aenal Ghani
3. Mustofa.63
62 Dokumentasi diambil dari Surat Keputusan tentang Pengangkatan Pengurus Pusat Jam'iyyah Ta'lim Wa al-Mujahadah Jum'at Pon "Padang Jagad", tanggal 06 April 2004.
63 Wawancara dengan Masyhuri, Pembantu Umum JTMJP "Padang Jagad", tanggal 03 April 2004.
lvii
Mereka adalah jamaah senior yang aktif mengikuti kegiatan di Jam’iyyah
dan memiliki kualifikasi untuk menjadi da’i di Jam’iyyah ini. Untuk lebih
jelasnya mengenai keadaan pendidikan ustadz dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 1
Keadaan Pendidikan Ustadz Jam'iyyah Tahun 2003-2004
No. Nama Pendidikan1. Masyhuri SD
SMP
MAN
IAIN dan Ma’had Aly
2. Aenal Ghani SD
MTsN
MAN
IAIN dan Ma’had Aly
3. Mustofa SD
SMP
MAN
IAIN
Sumber : Dokumentasi Pengurus Jam'iyyah
Para ustadz tersebut, memiliki tanggung jawab utama saat menjelang
acara mujahadah dimulai. Jika tidak mengundang da’i dari luar, biasanya
pengasuh langsung menunjuk salah satu dari ketiga ustadz itu untuk mengisi
pengajian pada malam Jumat Pon dan juga malam lainnya di cabang-cabang.
lviii
Kegiatan Jam’iyyah
Keseluruhan kegiatan Jam’iyyah meliputi pengajian, mujahadah,
pengelolaan hewan qurban. Di samping itu kegiatan Jam’iyyah juga
melaksanakan terapi jiwa dan terapi obat-obatan. Bentuk terapi jiwa berupa
pembinaan rohani disampaikan dalam bentuk pengajian dan dialog. Sedangkan
terapi obat-obatan berupa air putih yang telah diberi do’a dan juga telur yang
digoreng sampai keluar minyaknya.
Selain itu pada malam Jumat Pon sebagian dari jamaah ada yang membawa
botol-botol air mineral yang diisi air, ada yang membawa ikat pinggang, tongkat
pendek, tasbih dan lain-lain, yang mereka maksudkan agar didoakan (diisi do’a)
oleh pengasuh beserta para ustadz dan pengurusnya. Selanjutnya, oleh
pemiliknya barang-barang tersebut nantinya akan digunakan untuk dijadikan
“wasilah” (perantaraan) bagi tercapainya maksud-maksud dan tujuan kebaikan
yang mereka kehendaki, seperti untuk obat dan lain-lain.
Kegiatan lainnya adalah pendekatan terhadap remaja-remaja nakal agar
mereka ikut dalam Jam’iyyah, dan bisa kembali kejalan yang benar (memiliki
akhlaqul karimah). Sebagian kelebihan dakwah yang dilakukan adalah bahwa
pengasuh dan pengurus mendatangi langsung terhadap seseorang yang perlu
dibina dan diantar jemput ketika anggota baru tersebut mengikuti kegiatan di
Jam’iyyah.
Anggota Jam’iyyah terdiri dari dua kelompok, yaitu remaja dan dewasa.
Setiap malam Jumat Pon kedua kelompok tersebut berkumpul untuk
lix
mendapatkan bimbingan rohani dan mengikuti mujahadah bersama. Berarti setiap
tiga puluh lima hari sekali. Karena rentang waktu yang terlalu jauh itulah,
muncul sebuah usulan agar jarak waktunya dipersempit, sehingga jamaah akan
lebih sering bertemu, dan lebih banyak diadakan siraman rohani dan diskusi
keagamaan. Usulan tersebut diwujudkan dengan adanya penambahan waktu,
yaitu pada malam Rabu untuk dewasa dan malam Minggu untuk remaja. Tetapi
kegiatan tersebut sekarang sudah ditiadakan, karena pengasuh dan pengurus
sudah cukup padat kegiatannya pada beberapa malam Pon, yaitu kegiatan
dimasing-masing cabang.64 Untuk lebih jelasnya mengenai jadwal kegiatan
Jam’iyyah, dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2
Jadwal Kegiatan Pengurus Jam'iyyah Tahun 2004
No. Waktu Kegiatan Tempat
1. Malam Senin Pon Ceramah dan dzikir Mangunan
2. Malam Selasa Pon Ceramah dan dzikir Kodama
3. Malam Rabu Pon Ceramah dan dzikir Sanden
4. Malam Kamis Pon Ceramah dan dzikir Bambanglipuro
5. Malam Jum’at Pon Ceramah, sholat tasbih dan
dzikir
PP. Al-Munawwir
6. Malam Ahad Pon Ceramah dan dzikir Sorowajan
64 Wawancara dengan Chaidar Muhaimin, Pengasuh JTMJP "Padang Jagad", tanggal 26 Junil 2004.
lx
7. Tanggal 10
Muharram
Ceramah, sholat tasbih dan
dzikir
PP. Al-Munawwir
8. Rabu Wekasan Ceramah, sholat tasbih dan
dzikir
PP. Al-Munawwir
Sumber : Dokumentasi Jadwal Petugas pada Kegiatan Selama Tahun 2004
Kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menunjang effektifitas
kegiatan utama dalam mencapai tujuan pendirian Jam’iyyah. Dengan jumlah
peserta yang sedikit setelah dibagi dalam waktu yang berbeda, maka pemantauan
terhadap perkembangan perilaku jamaah akan lebih merata. Selain itu, dengan
adanya kegiatan tambahan akan memberikan semangat tambahan bagi para
peserta dan menambah pemahaman ajaran agama mereka.
Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah Jum'at Pon "Padang Jagad" Krapyak
Yogyakarta, merupakan salah satu Jam’iyyah Ta’lim yang memiliki ciri khusus
yang tidak didapat pada Jam’iyyah lain, seperti :
1. Melatih jamaah secara langsung mempraktekkan sholat tasbih.
2. Melakukan pengobatan terhadap remaja nakal dengan metode dzikrullah.
3. Membantu jamaah yang bermasalah (terutama secara psikologi) untuk
menyelesaikannya.
4. Melatih jamaah untuk senantiasa berdzikir kepada Allah secara istiqomah.
lxi
Perkembangan Organisasi
Jumlah anggota Jam’iyyah ini dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Peserta yang dulunya lebih banyak didominasi oleh warga sekitar Krapyak
menjadi semakin banyak dengan kehadiran peserta dari daerah-daerah lain.
Cabang-cabang Jam’iyyah ini mulai bermunculan, baik di wilayah
Yogyakarta ataupun di daerah lain seperti; Palembang, Demak, Bogor, Cilacap,
Kebumen, Klaten, Purbalingga, Pemalang, Jakarta, bahkan di luar negeri yaitu
Belanda. Walaupun yang di Jakarta kemudian berhenti dan yang di Belanda tidak
bisa dipantau lagi keberadaannya. Adapun cabang-cabang yang berada di
Yogyakarta adalah:
Mangunan Imogiri : Kegiatan dilaksanakan pada malam Senin Pon
Masjid Jami’ Kodama : Kegiatan dilaksanakan pada malam Selasa Pon
Sanden Bantul : Kegiatan dilaksanakan pada malam Rabu Pon
Bambanglipuro : Kegiatan dilaksanakan pada malam Kamis Pon
Sorowajan : Kegiatan dilaksanakan pada malam Ahad Pon
Selain itu setiap tanggal 10 Muharram dan malam Rabu Wekasan juga
dilaksanakan kegiatan ini di sekretariat (PP. Al-Munawwir).65
Adapun yang termasuk cabang-cabang dalam kegiatan ini pengasuh
memberi wewenang kepada beberapa anggota yang senior untuk mendirikan
Jam’iyyah ini ke masing-masing daerah. Biasanya dilakukan oleh anggota setelah
65 Wawancara dengan Armen M Siregar, Sekretaris Umum JTMJP "Padang Jagad", tanggal 18 Februari 2004.
lxii
anggota tersebut sudah tidak bertempat tinggal lagi di Yogyakarta. Mereka
mendirikan Jam’iyyah ini atas izin dari pengasuh.
Jumlah jamaah dari Jam’iyyah semakin bertambah, hingga saat ini jumlah
jamaah dari semua cabang sudah mencapai kurang lebih 7000 orang.66
Sedangkan jumlah jamaah di JTMJP “Padang Jagad” pusat mencapai 500 orang.
Untuk lebih jelasnya mengenai kenaikan jumlah jamaah tiap tahun, dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Tabel 3
Jumlah Jama'ah Jam'iyyah
No. Tahun Jumlah Jamaah
1. 1996 100
2. 1998 185
3. 2000 290
4. 2002 350
5. 2004 505
Sumber : Dokumentasi Pengurus Jam'iyyah
Jumlah jamaah tersebut berasal dari berbagai kalangan, baik dari segi
usia, latar belakang pendidikan, ekonomi dan tempat tinggal. Kegiatan ini tidak
terbatas pada sasaran kaum remaja saja, melainkan sudah menjadi kegiatan
dengan sasaran umum. Walaupun demikian jumlah terbesar dari jamaahnya
adalah remaja, seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4
66 Chaidar Muhaimin, loc.,cit.
lxiii
Keadaan Pendidikan Jama'ah Jam'iyyah Tahun 2003-2004
Status Jumlah Prosentase
SMP 45 9 %
SMU 97 19 %
Mahasiswa 163 32 %
Lain-lain 205 40 %
Jumlah 505 100 %
Sumber : Dokumentasi Pengurus Jam'iyyah
Pada saat ini Jam'iyyah sedang merencanakan kegiatan-kegiatan
tambahan yang berhubungan dengan ekonomi, yaitu mendirikan badan usaha
yang bekerjasama dengan beberapa departement, seperti departement peternakan
dan pertanian. Tetapi kegiatannya lebih difokuskan pada kegiatan utama, karena
tujuan utama pendirian Jam'iyyah ini adalah untuk mengajak masyarakat agar
mau bermujahadah sebagai salah satu upaya untuk menenangkan jiwa. 67
Pada sisi lain, jika dilihat dari perkembangan kepengurusannya,
Jam’iyyah ini selalu mengalami dinamisasi. Hal ini terjadi dengan adanya
pergantian pengurus yang dilakukan setiap lima tahun sekali. Akan tetapi, jika
dibandingkan dengan kepengurusan organisasi lainnya, kepengurusan Jam’iyyah
tidak seprofesional organisasi-organisasi tersebut. Hal ini disebabkan karena
orientasi Jam’iyyah adalah sebuah kegiatan yang mengarah pada bentuk ibadah
yang lebih mengedepankan keikhlasan para pengurus dan ustadz serta relawan-
relawannya. Mereka hanya mengharapkan adanya imbalan yang lebih mulia dari
67 Wawancara dengan Chaidar Muhaimin, Pengasuh JTMJP "Padang Jagad", tanggal 26 Juni 2004.
lxiv
Allah swt. Sehingga ketua atau bahkan pengurus tidak bisa memaksa pengurus
atau ustadz tertentu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu dengan
kualifikasinya pula.68
Di samping itu, secara struktural kepengurusan tersebut kurang begitu berjalan
sesuai job masing-masing. Karena sebagian besar pengurus tidak tinggal di satu
tempat, tetapi di beberapa tempat yang berbeda dalam jarak tempuh yang cukup
jauh. Namun demikian, secara umum mereka tetap solid, dalam arti setiap
menjelang kegiatan dan pada saat pelaksanaanya mereka hadir dan membantu
penyelenggaraan kegiatan dengan aktif.69 Sehingga persoalan tersebut tidak
mempengaruhi perkembangan organisasi.
Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana adalah segala peralatan dan tempat yang dimiliki
atau digunakan Jam’iyyah dalam setiap kegiatannya.
1. Tempat
Sebenarnya tempat untuk mengadakan kegiatan di Jam’iyyah kurang
memadai. Hal ini karena di sana tidak ada ruang khusus untuk mengadakan
kegiatan berupa pengajian, mujahadah dan juga terapi terhadap kliennya.
Untuk sementara ini Jam’iyyah menggunakan rumah pengasuh sebagai
tempat konsultasi atau terapi dan halaman rumahnya sebagai tempat
mujahadah dan pengajian.
68 Wawancara dengan Masyhuri, Pembantu Umum JTMJP "Padang Jagad", tanggal 03 April 2004.
69
? Wawancara dengan Badrun, Pengurus JTMJP "Padang Jagad", tanggal 15 April 2004.
lxv
Tempat merupakan faktor penting dalam setiap proses kegiatan,
karena tempat yang mendukung akan membawa suasana yang lebih tenang
sehingga proses kegiatan yang diadakan oleh Jam’iyyah dapat berjalan
dengan lancar dan baik. Walaupun di Jam’iyyah tidak memiliki tempat yang
layak, namun kegiatannya dapat berjalan dengan sukses, terbukti sekitar 80
persen remaja nakal kembali sadar dan meninggalkan kemaksiatan menuju
jalan yang benar.70
Sebagai program selanjutnya, Jam’iyyah merencanakan pembangunan
gedung yang dipergunakan sebagai tempat kegiatan yang diadakan oleh
Jam’iyyah terutama untuk terapi khusus bagi remaja yang membutuhkan
penanganan khusus, misalnya bagi remaja yang kecanduan narkoba.
Sehingga diharapkan kegiatan di Jam’iyyah dapat berjalan lebih baik.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh Jam’iyyah dalam mendukung
terselenggaranya kegiatan di Jami’yyah cukup memadai, hal ini dapat dilihat
dari jumlah peralatan yang dimiliki dapat memenuhi kebutuhan jamaah
dalam setiap kegiatannya. Namun, dalam penggunaan peralatan-peralatan
yang dimiliki Jam’iyyah kurang maksimal, karena dalam menggunakan
peralatan itu hanya sewaktu-waktu yaitu ketika ada acara tertentu, seperti
acara pengajian dan mujahadah, sehingga perawatan terhadap alat-alat
tersebut kurang diperhatikan. Adapun peralatannya adalah sebagai berikut :
a. Tikar dan karpet
70 Wawancara dengan Armen M Siregar, Sekretaris Umum JTMJP "Padang Jagad", tanggal 18 Februari 2004.
lxvi
b. Sound System
c. Meja
d. Lampu neon
e. Gelas, piring dan sendok
f. Kotak amal.71
3. Sumber Dana
Biaya adalah faktor penting yang mendominasi dalam organisasi.
Jam’iyyah dalam melaksanakan kegiatannya memperoleh dana dari donatur
tetap, sumbangan sukarela dari para jamaahnya dan subsidi dari badan-badan
resmi pemerintah atau swasta yang dilakukan secara tetap. Bagi jamaah yang
menjadi donatur tetap, mereka membayar minimum Rp. 5000,00 setiap
malam Jum'at Pon di sekretariat Jam'iyyah. Dana tersebut digunakan untuk
biaya operasional, bisaroh penceramah, membantu biaya haul
KH.M Munawwir, biaya perlengkapan, dana sosial (misalnya : memberikan
bantuan bagi jamaah yang sedang sakit dan untuk biaya takziah), dan untuk
mencetak kitab. Sedangkan untuk biaya konsumsi pada saat pengajian dan
mujahadah menggunakan dana dari pengasuh.72
71 Observasi tanggal 01 Maret 2004.72 Pengumuman pengurus Jam'iyyah, pada saat kegiatan malam Jum'at Pon, tanggal 24 Juni
2004.
lxvii
BAB III
METODE DAKWAH JAM'IYYAH TA'LIM WAL MUJAHADAH
KRAPYAK YOGYAKARTA DALAM MENGANTISIPASI
KENAKALAN REMAJA
Metode dakwah yang digunakan Jam'iyyah Ta'lim Wa al-Mujahadah Jum'at
Pon "Padang Jagad" dalam mengantisipasi kenakalan remaja berupa pengajian
(ceramah), mujahadah, terapi jiwa dan terapi obat-obatan. Bentuk terapi jiwa berupa
pembinaan rohani yang disampaikan dalam bentuk pengajian dan dialog langsung.
Sedangkan terapi obat-obatan berupa air putih yang telah diberi do’a dan telur yang
digoreng sampai keluar minyaknya dan diberi do’a. Tetapi pada penelitian ini hanya
memfokuskan pada metode ceramah, dan mujahadah yang terdiri dari sholat tasbih
dan dzikir.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada malam Jum'at Pon, jamaah
yang hadir bisa mencapai 500 orang. Mereka datang dari berbagai daerah, baik dari
wilayah Yogyakarta maupun dari luar wilayah Yogyakarta. Sehingga halaman
sekretariat menjadi ramai dan penuh oleh kehadiran para jamaah yang akan
mengikuti kegiatan ini.
Sebagian dari jamaah, ada yang membawa botol-botol air mineral yang telah
diisi air, ada yang membawa ikat pinggang, tongkat pendek, tasbih, dan lain-lain,
yang mereka maksudkan agar dido'akan (diisi do'a) oleh pengasuh beserta ustadz.
Pada sekitar pukul 20.30 WIB, setelah diberikan beberapa pengantar dan
pengumuman, kegiatan secara resmi dimulai. Kegiatan diawali dengan ceramah
lxviii56
yang disampaikan oleh ustadz Jam'iyyah sendiri maupun da'i dari luar, bertempat di
halaman depan rumah pengasuh.
Setelah pengajian yang berlangsung selama kurang lebih satu jam tersebut,
kemudian para jamaah dipersilahkan untuk berwudlu guna bersiap-siap
melaksanakan sholat tasbih berjamaah. Sholat tasbih dilaksanakan di Masjid Pondok
Pesantren Al-Munawwir. Bertindak sebagai imam adalah KH. Chaidar Muhaimin.
Setelah selesai melaksanakan sholat tasbih, jamaah membaca beberapa kalimat
thoyyibah dan berdo'a, kemudian dilanjutkan dengan salaman bersama. Amaliyah
selanjutnya setelah melaksanakan sholat tasbih adalah dzikir bersama yang
dilaksanakan di halaman depan rumah pengasuh.
Pelaksanaan pengajian/ceramah, sholat tasbih dan dzikir bersama tidak
dibedakan sasarannya antara jamaah remaja (baik remaja nakal ataupun tidak) dan
jamaah yang tua. Selain itu juga tidak ada pemisahan antara jamaah laki-laki dan
perempuan. Jadi, metode yang digunakan diseragamkan secara umum. Tetapi bagi
remaja-remaja nakal, mereka terlebih dahulu mengikuti pembinaan agama dari
pengasuh dan pengurus dan mengikuti terapi obat-obatan, kemudian baru mengikuti
kegiatan ini.73
A. Metode Ceramah
Ceramah merupakan salah satu metode dakwah yang dilaksanakan
dengan menggunakan lisan, yang disampaikan oleh penceramah (seorang da'i)
73
? Wawancara dengan Chaidar Muhaimin, Pengasuh JTMJP "Padang Jagad", tanggal 26 Juni 2004.
lxix
kepada obyek dakwah. Dasar pelaksanaan metode ceramah ini seperti yang
tercantum dalam QS. Al- Fushilat: 33 ;
وعمل الله إلى دعآ م م ن قوال أحسن ومنــالحا ــال صـ نى و قـ ــ ــلمين. من إّنـ المسـ(33: )فّصلت
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata: “Sesungguhya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fushilat :33)74
QS Ali Imran : 110 ;
اس اخــرجت امــة خير كنتم ــ مــرون تــأ للن وتؤمنون المنكر عن وتنهون بالمعروف
(110: عمران بالله.... )آل“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah....” (QS. Ali Imran : 110)75
Hadits ;
ره منكرا راىمنكم من ــإن فليغي لم بيده, ف يســـتطع لم فبلســـاّنه, فـــإن يســـتطع
ــك ــه, وذل ــعف فبقلب ــان. )رواه اض االيممسلم(
“Barang siapa diantara kamu sekalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, bila ia tidak mampu maka hendaklah ia merubahnya dengan lisannya, bila ia tidak mampu maka hendaklah ia merubahnya dengan hatinya, dan yang (terakhir) itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).76
74 Departemen Agama RI, op.,cit., hlm.77875 Ibid., hlm. 94.76 Muslich Shabir, Terjemah Riyadlus Shalihin I (Semarang : CV. Toha Putra, 1989), hlm.
189.
lxx
Tujuan diterapkannya metode ceramah adalah memberikan penerangan
terhadap jamaah tentang pengetahuan agama, baik yang bersifat teoritis maupun
praktis, agar para jamaah mengetahui tentang hukum yang ada dalam ajaran
Islam dan mengetahui tentang praktek ibadah, agar diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan ceramah ini dilaksanakan pada malam Jumat Pon di halaman
rumah pengasuh, sebelum melaksanakan kegiatan mujahadah. Yaitu pada sekitar
pukul 20.30 WIB.77 Sebelum ceramah dimulai biasanya diberikan beberapa
pengantar dan berbagai pengumuman. Pemberian ceramah pada awal acara
merupakan waktu dan kesempatan yang tepat. Karena pada saat itu jamaah
berkumpul dalam jumlah yang banyak, juga karena diberikannya pada waktu
yang tidak terlalu malam, maka jamaah masih segar dan belum mengantuk.
Sehingga diharapkan jamaah dapat menyimak isi ceramah dengan baik, dan
diterapkan dalam kehidupan mereka. Kegiatan ceramah ini disampaikan oleh
ustadz Jam'iyyah, yaitu :
1. K.H. Chaidar Muhaimin
2. Masyhuri
3. Aenal Ghani
4. Mustofa.
Selain ustadz-ustadz tersebut, kadang-kadang pengurus juga mengundang
ustadz dari luar.
77 Observasi tanggal 01 Maret 2004.
lxxi
Tujuan dari kegiatan pengajian atau ceramah adalah :
1. Tujuan untuk perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang
mempunyai iman yang kuat, berperilaku sesuai dengan hukum-hukum yang
disyariatkan Allah swt dan mempunyai akhlaqul karimah.
2. Tujuan untuk keluarga, yaitu terbentuknya keluarga yang bahagia, penuh
ketentraman dan cinta kasih antar anggota keluarga.
3. Tujuan untuk masyarakat, yaitu masyarakat sejahtera yang penuh dengan
suasana ke-Islaman.
4. Tujuan untuk manusia di seluruh dunia, yaitu terbentuknya masyarakat dunia
yang penuh kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya keadaaan,
persamaan hak dan kewajiban, tidak adanya diskriminasi dan eksploitasi,
saling menolong dan hormat-menghormati. 78
Pengasuh Jam'iyyah sangat mempertimbangkan dalam memberikan
materi keagamaan pada remaja anggota Jam'iyyah, karena masih minim ilmu
agamanya. Agar tidak menimbulkan kejenuhan, kebosanan dan agar ilmu yang
disampaikan dapat diterima maka dibutuhkan materi yang sesuai dengan tingkat
pemikiran dan pemahaman mereka. Diberikan hukum agama yang tidak
memberatkan bagi mereka, karena jika diberlakukan hukuman yang
memberatkan bagi mereka, maka mereka akan merasa terbebani bahkan tidak
mau mengikuti kegiatan di Jam'iyyah lagi.
Untuk mengantisipasi hal itu, pengasuh memilih tema-tema yang tepat
dan menyenangkan mereka. Adapun tema-tema yang disampaikan dalam
78 Masyhur Amin, op.,cit., hlm. 22.
lxxii
ceramah yang dijadikan salah satu cara untuk menyadarkan remaja nakal
meliputi:
Tauhid.
Tauhid ini dikaitkan dengan keyakinan tentang adanya Allah dan
segala ciptaan-Nya, dengan maksud untuk memberi kemantapan dan
keyakinan kepada para remaja dalam menganut agama Islam dan meyakini
akan kebesaran Allah swt. Selain itu juga untuk menyadarkan remaja dan
sebagai sugesti keimanan kepada remaja bahwa cobaan itu datang dari Allah,
menumbuhkan rasa kesabaran dan tabah dalam menghadapi cobaan yang
datang dari Allah dan meyakinkan kepada remaja bahwa setiap orang yang
dicoba oleh Allah sesuai dengan kemampuannya, dan Allah tidak akan
mencoba orang dengan cobaan yang tidak sanggup orang itu untuk
memikulnya, serta menyiapkan mental yang agamis.
Ibadah
Dalam konteks ini ibadah yang dimaksud terbagi dua yaitu : ibadah
mahdhah (ibadah khas) seperti : syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji. Dan
ibadah umum (muamalah) yaitu hubungan dengan manusia.
Adapun yang lebih ditekankan disini berkaitan dengan ibadah
mahdhah adalah sholat (sholat wajib dan sholat sunnah), dan puasa (terutama
puasa sunnah Senin dan Kamis). Tujuan dari ditekankan ibadah ini adalah
untuk membina kedisiplinan, kejujuran dan ketaatan kepada Allah serta
pembinaan mental spiritual karena dimensi ini berorientasi pada hubungan
vertikal dengan Allah.
lxxiii
Sedangkan ibadah umum berorientasi pada hubungan horizontal
dengan manusia, sering pula disebut dengan muamalah. Adapun tujuan
diberikannya materi ini adalah bagaimana remaja bisa menciptakan hubungan
dengan sesama manusia, contohnya bergaul dengan orang lain, bernegara,
jual beli dan perkawinan. Tujuan yang lain adalah menumbuhkan kesadaran
bahwa kita hidup itu perlu saling tolong menolong antar sesamanya dan tidak
terlepas dari orang lain yang ada disekitar kita.
Akhlak
Pembahasannya mengenai tingkah laku, amal perbuatan dan sopan
santun, baik itu sebagai hamba Allah maupun sebagai warga masyarakat.
Adapun tujuan secara umum diberikannya materi akhlak adalah untuk
menumbuhkan kesadaran bagi remaja tentang kewajiban-kewajiban yang
harus dipenuhi oleh remaja, termasuk kewajibannya beribadah kepada Allah
dengan tidak berprasangka buruk kepada Allah, karena menimpakan masalah
kepadanya (remaja), berbuat baik kepada sesamanya termasuk juga berbuat
baik kepada teman-teman, keluarga dan juga mematuhi segala peraturan
negara yang sudah ditetapkan.
Peranan generasi muda muslim
Pembahasannya berupa tuntunan agar para remaja berakhlak mulia,
mempunyai ilmu pengetahuan yang memadai dan bermanfaat, membina taraf
keimanan dan ketaqwaan, serta memberikan petunjuk agar remaja
mempunyai kesediaan bekerja keras mencari nafkah dengan halal dan baik.
lxxiv
Karena remaja merupakan penerus generasi tua untuk melanjutkan proses
pembangunan dan upaya memajukan bangsa kita.
Minuman keras, narkotika dan bahayanya
Pembahasannya mengenai bahaya yang dapat mengakibatkan
gangguan mental (jiwa) karena zat-zat tersebut bila masuk kedalam tubuh
langsung bereaksi dengan sel-sel saraf pusat (otak) dan menimbulkan
gangguan pada alam pikir, perasaan dan perilaku.79
Tema-tema yang disampaikan tidak harus terpancang pada tema-tema di
atas, akan tetapi dapat diperluas sendiri oleh pembicara disesuaikan dengan
situasi dan kondisi remaja pada saat itu.
Dengan adanya ceramah ini, diharapkan para remaja juga memiliki
tambahan pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan ajaran agamanya dan
meningkatkan kualitas taqwa mereka, di samping mereka menempa jiwa dengan
mujahadahnya. Dan hal ini memang terbukti, karena proses kegiatan ceramah
telah membawa keberhasilan yang cukup berarti terutama bagi remaja yang aktif.
Yaitu dengan adanya peningkatan pemahaman mereka tentang hukum-hukum
agama, sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, jamaah yang dulunya tidak melaksanakan sholat lima waktu,
sekarang melaksanakannya. Para remaja yang dulunya senang duduk-duduk di
pinggir jalan bersama teman-temannya, sekarang mengurangi intensitas kegiatan
tersebut. Jamaah yang dulunya senang minum-minuman keras, setelah
79 Wawancara dengan Aenal Ghani, Ustadz JTMJP "Padang Jagad", tanggal 19 April 2004.
lxxv
mendapatkan terapi ditambah dengan mendengarkan ceramah dari ustadz
Jam'iyyah, mereka menjadi sadar akan bahaya minuman keras.80
B. Metode Mujahadah
Kata mujahadah ditinjau dari sudut bahasa merupakan salah satu bentuk
masdar dari fi’il madli jaahada yang artinya berusaha dengan sungguh-
sungguh.81 Kata jaahada mempunyai tiga bentuk masdar yaitu : mujaahadatan
(mujahadah), jihaadan (jihad) dan jiihaadan. Jadi, sebenarnya kata jihad dan
mujahadah mempunyai arti yang sama yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh.
Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya pemaknaan keduanya menjadi
berbeda, mujahadah diartikan dengan perang melawan hawa nafsu, sedangkan
jihad cenderung diartikan perang fisik untuk mengalahkan orang-orang non
muslim.
Jadi, mujahadah adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dengan
mencurahkan segala kemampuan dan mengeluarkan seluruh tenaga untuk
memperoleh sesuatu yang terpuji atau melawan obyek yang tercela. Pengertian
jihad yang senada juga diungkapkan oleh Mujab Mahalli dengan mengutip dari
kitab Bidayatul Hidayah, ia menyebutkan :
وء هاجر من جر المها جاهــد من والمجاهــد الســّنفسه.
80 Wawancara dengan Masyhuri, Pembantu Umum JTMJP "Padang Jagad", tanggal 03 April 2004.
81 Adib Bisri dan Munawwir A Fatah, Kamus Al-Bisri (Surabaya : Pustaka Progressif, 1999), hlm.88.
lxxvi
“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan segala
kejahatan, sedangkan orang yang berjihad (berperang) adalah orang
yang berjihad (memerangi) terhadap hawa nafsunya.”82
Ada beberapa metode yang dapat ditempuh untuk menjalankan
mujahadah, salah satunya ialah cara yang ditempuh al-Junaid yang tediri dari
delapan syarat, yaitu : membiasakan berwudlu, membiasakan berpuasa,
membiasakan diam, membiasakan berkhalwat, membiasakan berdzikir, yaitu
ucapan Laa Ilaaha Illa Allah…83
Akan tetapi, sebenarnya yang lebih utama dalam melaksanakan
mujahadah adalah dengan mendahulukan menjalankan kewajibannya dan
berusaha menyempurnakan ibadah-ibadah wajib. Sehingga tidak tepat sekiranya
mujahadah yang dilakukan justru mengakibatkan sunnah-sunnah muakkadnya
dilalaikan. Oleh karena itu, akan sangat sesat jika sampai meninggalkan ibadah
wajibnya.
Metode mujahadah yang dilaksanakan oleh Jam'iyyah Ta'lim Wa al-
Mujahadah adalah sholat tasbih dan berdzikir. Pelaksanaan prosesi mujahadah
dari sholat tasbih hingga dzikir tentu memiliki beberapa dasar dan pertimbangan
tertentu. Dalam hal ini salah satu dasar utama dilaksanakannya mujahadah adalah
QS Al-Ankabut : 69;
ذين هم لنهــد افينا جاهدو وال وإن ج ســبلنا ين(69: المـحسنين. )العنكبوت لمع الله
82 Mujab Mahalli, Pembinaan Moral di Mata Al-Ghazali (Yogyakarta : BPFE, 1984), hlm. 09.
83 Al-Ghazali, Pilar-Pilar Ruhani (Jakarta : PT. Lentera Basitama, 1998), hlm.16.
lxxvii
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut : 69) 84
Dari ayat ini lantas diambil pemahaman bahwa Allah menjanjikan akan
memberikan petunjuk-Nya bagi mereka yang mau bermujahadah dengan
berbagai cara. Jika seseorang telah mendapatkan petunjuk dari Allah, maka ia
akan terselamatkan dari jurang kesesatan dan kemungkaran atau dalam arti lain ia
akan memiliki akhlaqul karimah. Sehingga cukup sesuai antara tujuan Jam'iyyah
dengan metode yang ditempuh dalam mencapai tujuannya.
1. Sholat Tasbih
Sholat tasbih adalah sholat sunnah empat rakaat yang boleh
dilaksanakan dengan satu ataupun dua salam. Jika dikerjakan pada siang hari,
maka sebaiknya dilakukan dengan satu salam, tetapi jika dilakukan pada
malam hari, maka dengan dua salam.85 Adapun dasar pelaksanaan sholat
tasbih adalah sebuah hadits yang artinya sebagai berikut :
“Rasulullah saw, bersabda kepada Abbas bin Abdul Muthalib : “Wahai Abbas, pamanku, sukakah paman kuberi, kukaruniai, kuberi hadiah istimewa, kuajari sepuluh macam perbuatan yang dapat menghapus sepuluh macam dosa. Jika paman mengerjakan itu, maka Allah mengampuni dosa-dosa paman, baik awal dan yang akhir, yang lama dan yang baru, yang tanpa sengaja dan yang disengaja, yang kecil dan yang besar, yang sembunyi dan yang terang-terangan. Sepuluh kelakuan itu ialah sembahyang empat rakaat, tiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surat, selesai membaca itu dalam rakaat pertama lalu bacalah dikala masih berdiri : “Subhanaallah walhamdulillah wa laa ilaha illallahu allahu akbar” lima belas kali, kemudian ruku’ dan dalam ruku’ ini membaca seperti yang di atas sepuluh kali, i’tidal dari ruku’ dan baca lagi sepuluh kali, turun untuk mengerjakan sujud dan baca lagi sepuluh kali,
84 Departemen Agama RI, op.,cit., hlm.63885 Al-Ghazali, Rahasia-Rahasia Sholat (Bandung : Karisma, 2003), hlm.200.
lxxviii
angkat kepala dari sujud dan baca pula sepuluh kali, sujud lagi dan baca pula sepuluh kali, angkat kepala dari sujud (sebelum berdiri) dan di waktu duduk membaca itu pula sepuluh kali. Jadi jumlahnya ada tujuh puluh lima kali dalam setiap rakaat. Sedemikian itulah yang harus dikerjakan dalam setiap rakaat dari empat rakat itu. Jikalau dapat mengerjakan sekali dalam sehari kerjakanlah. Jikalau tidak dapat, bolehlah se-Jumat sekali, kalau tidak dapat pula setahun sekali dan kalau masih tidak juga, maka sekali dalam seumur hiduppun boleh.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu Huzaimah dalam kitab Shahihnya dan juga oleh Thabrani).86
Dalam melaksanakan sholat tasbih tidak disunnahkan berjamaah.
Maksud tidak disunnahkan berjamaah adalah walaupun dilakukan secara
berjamaah, orang yang shalat itu tidak mendapatkan pahala jamaah. Jadi
pahala yang diperoleh sama dengan pahala sholat sendirian.
Sholat tasbih pada Jam'iyyah ini dilaksanakan di Masjid Pondok
Pesantren Al-Munawwir. Dilaksanakan secara berjamaah, bertindak sebagai
imam adalah KH. Chaidar Muhaimin selaku pengasuh. Sholat ini dimulai
pada pukul 22.00 WIB dan berlangsung cukup lama, hal ini karena
dibacakannya bacaan tasbih sebanyak tiga ratus kali, sehingga memakan
waktu kurang lebih satu jam.
Dilaksanakannya sholat tasbih secara berjamaah adalah karena untuk
mempermudah koordinasi pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Dengan jumlah
jamaah yang mencapai ratusan orang, maka akan lebih baik jika sholatnya
dilaksanakan secara berjamaah. Karena akan nampak lebih kuat syi’arnya,
lebih kompak dan juga untuk membantu para jamaah yang mungkin belum
tahu caranya melaksanakan sholat tasbih dan juga bisa membantu menambah
86 Sayyid Sabiq, penterjemah Mahyuddin Syaf, Fiqh Sunnah 2 (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1986), hlm.72.
lxxix
kekhusu’an sholatnya. Selain itu juga akan mempermudah dalam
mengkoordinasi menjelang pelaksanaan dzikir bersama.
Tata cara pelaksanaan sholat tasbih yang diajarkan di Jam'iyyah ini
adalah sholat dilaksanakan empat rakaat dengan dua salam. Pada setiap rakaat
tasbih dibaca sebanyak tujuh puluh lima kali dengan perincian sebagai
berikut :
a. 15 kali pada saat berdiri, yakni setelah membaca surat
b. 10 kali pada saat ruku', yakni setelah membaca do’a ruku’
c. 10 kali pada saat i'tidal, yakni setelah membaca do’a i’tidal
d. 10 kali pada saat sujud, yakni setelah membaca do’a sujud
e. 10 kali pada saat duduk diantara dua sujud, yakni setelah membaca do’a
duduk diantara dua sujud
f. 10 kali pada saat sujud kedua, yakni setelah membaca do’a sujud
g. 10 kali pada saat duduk istirahat (duduk setelah bangun dari sujud kedua
sebelum berdiri).
Pada rakaat kedua, jumlah tasbih dan waktu bacaannya adalah sama
dengan rakaat pertama, hanya bedanya karena rakaat kedua tidak ada duduk
istirahat karena hendak salam, maka membacanya adalah bisa sebelum
bacaan tahiyat ataupun sesudahnya sebelum membaca salam. Pada dua rakaat
selanjutnya (rakaat kedua dan ketiga) caranya adalah sebagaimana rakaat
pertama.
Bunyi bacaan tasbihnya yaitu :
lxxx
اكبر. والله الله اال اله وال والحمدلله الله سبحان"Maha suci Allah dan segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain
Allah, Allah Maha Besar".
Diantara fadlilah sholat tasbih adalah :
a. Diampuni dosa-dosanya yang telah lewat dan yang baru atau yang akan
datang
b. Terhindar dari segala perbuatan tercela
c. Pahala yang luar biasa banyaknya.87
2. Dzikir
Dzikir berasal dari kata ,yang artinya menyebut, mengucapkanدكر
mengingat.88 Dari segi istilah, Thohuri Muh. Said mengutip pendapat Al
Alim Sayyid Sabiq menyebutkan : “Dzikir atau mengingat Allah adalah
segala apa yang dilaksanakan oleh hati dan lisan berupa tasbih atau
mensucikan Allah Ta’ala, memuji dan menyanjung-Nya, menyebut sifat-sifat
kebesaran dan keagungan serta sifat-sifat keindahan dan kesempurnaan yang
telah dimiliki-Nya”.89 Sedangkan pengertian yang lebih luas menyebutkan
bahwa dzikir adalah semua kegiatan yang diniatkan karena Allah swt.90
Oleh karena itu, jika mendasarkan pada pengertian ini , dzikir bisa
dilaksanakan dalam segala kondisi dan waktu apapun dan tidak terbatas pada
saat membaca tasbih, tahmid tahlil dan takbir. Jadi, apapun kegiatannya, dan
kapanpun dilaksanakan dan dimanapun, jika kegiatan itu dilaksanakan dalam
87 Tim Penyusun, “Brosur Panduan Sholat Tasbih” pada saat Mujahadah 10 Muharram 1424 H.
88 Adib Bisri dan Munawwir A Fatah, op.,cit., hlm. 221.89 Thohuri Muh. Said, Melerai Duka dengan Dzikir Malam (Bandung : PT Al-Ma’arif,
1983), hlm. 11.90 Ashad Kusuma Jaya, Risalah Kekuatan Jiwa (Yogyakarta : Media Insani, 2001), hlm.6.
lxxxi
rangka untuk taat kepada Allah, maka semuanya termasuk dzikir. Sehingga
dzikir menjadi alat komunikasi antara manusia dengan Tuhannya, agar
manusia selalu berada dalam limpahan rahmat dan ampunan Tuhan. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ali Imran : 191;
ذين وعلى وقـعودا قياما الله يذكـرون ال(191: عمران جنوبـهم... )آل
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring …” (QS. Ali Imran : 191)91
Dzikir merupakan sarana bagi manusia untuk melatih diri dan
berjuang melawan nafsu, serta mendekatkan diri kepada Allah. Dzikir
dijadikan salah satu usaha keagamaan yang diterapkan oleh Jam'iyyah, karena
dengan dzikir manusia akan terbiasa menghindarkan diri dari perbuatan-
perbuatan tercela.
Pelaksanaan dzikir pada Jam'iyyah ini dilaksanakan setelah para
jamaah melaksanakan sholat tasbih. Setelah jamaah melaksanakan sholat
tasbih, jamaah kembali ke halaman depan rumah pengasuh untuk
melaksanakan dzikir besama yang dipimpin langsung oleh pengasuh. Waktu
pelaksanaan dzikir kurang lebih dua jam, dari pukul 23.00-01.00 WIB.92 Oleh
banyak orang, dzikir bersama ini disebut sebagai inti mujahadahnya, sehingga
muncul opini masyarakat bahwa yang dinamakan mujahadah adalah dzikir itu
sendiri, bukan sholat sunahnya ataupun yang lain.
91
? Departemen Agama RI, op.,cit., hlm. 11092 Observasi tanggal 01 Maret 2004.
lxxxii
Dalam kitab suci Al-Qur'an, hadits maupun keterangan ulama, banyak
sekali terdapat perintah, anjuran dan penjelasan tentang keutamaan berdzikir.
Oleh karena itu, melaksanakan dzikir tentunya merupakan suatu keharusan
bagi umat muslim. Diantara manfaat dzikir secara umum adalah diberikannya
ketenangan jiwa. Dengan ketenangan jiwa inilah maka akan membantu
terbinanya akhlaqul karimah. Diantara dasar pelaksanaan dzikir yaitu :
QS. Ar-Rad : 28;
ذين اللــه بذكـــر قلــوبهم وتطمئن أمنـوا الــر قلى ــ ــه أالبذكـ ــ ــوّب. تطمئن الل ــ القل
عد (28: )الر“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-
lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Rad : 28)93
QS Al Ahzab : 41;
ها يآ ذين اي : )األحــزاّب.كثيرا ذكرا اذكرالله امنوا ال41)
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut
nama) Allah,dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab : 41)94
Hadits :
وجــل اللــه مجلســايذكرون قوم ماجلس عز حف ت حمـــة وغشـــيتهم المالئكـــة بهم اال الر
ــم ــه وذكرهـ ــالى الل ــده. )رواه فيمن تع عنـمسلم(
93 Departemen Agama RI, op.,cit., hlm. 373.94 Ibid., hlm. 674
lxxxiii
“Manakala suatu kelompok duduk bersama, seraya berdzikir kepada Allah swt, niscaya para malaikat akan mengelilingi mereka dan merekapun akan diliputi rahmah, dan Allah swt akan menyebut mereka diantara siapa saja yang berada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)95
Adapun tata cara pelaksanaannya adalah dengan membaca dzikir yang
tercantum dalam buku yang telah diterbitkan oleh Jam’iyyah, dibaca dengan
menggunakan suara yang agak keras (dzikir jahr), secara bersama-sama oleh
pengasuh dan jamaah. Jadi, tidak secara bergantian jamaah menirukan
imamnya, kecuali pada saat tawasul, dimana jamaah hanya membaca surat
Al-Fatihahnya saja dan pada saat berdo’a jamaah hanya tinggal mengamini
saja.96 Hal ini karena bacaannya banyak, sedangkan waktu yang tersedia
cukup sempit. Selain itu, juga untuk menuntun jamaah yang belum bisa
membaca ataupun kurang lancar dan untuk mengurangi rasa kantuk para
jamaah.
Dalam buku Jam’iyyah Ta’lim Wal Mujahadah Jumat Pon, disebutkan
beberapa fadlilah yang Insya Allah akan diperoleh dengan perantara
membaca do’a-do’a yang terkandung dalam buku tersebut. Fadlilah-fadlilah
tersebut yaitu : keselamatan, ketentraman, kedamaian, mencerdaskan pikiran
(bagi pelajar maupun yang sedang menghafal Al-Qur’an), pengobatan segala
penyakit, memudahkan rizqi, bahagia beserta keluarganya dan dapat
mengasma’ benda atau azimat apapun sesuai hajatnya.97
Adapun bacaan-bacaan dzikirnya adalah :
a. Tawakkalu ‘ala Allah, syahadat 3 kali, sholawat 3 kali, istighfar 3 kali
95 Al-Ghazali, Rahasia Dzikir dan Do’a (Bandung : Karisma, 1999), hlm.19.96 Observasi tanggal 01 Maret 2004.97 Chaidar Muhaimin, op.,cit., hlm.V.
lxxxiv
b. Tawasul dengan membaca surat Al-Fatihah, untuk mengharap ridlo Allah,
untuk nabi, para ulama, para malaikat dan permohonan hajat dibaca
sebanyak 76 kali
c. Surat al-ikhlas 11 kali, Al-Falaq 7 kali, An-Nas 7 kali, Ayat Kursi 7 kali,
ayat 81-82 surat Al-Isra 7 kali, ayat 58 surat Yasin 7 kali, ayat 13 surat
As-Shaf 21 kali. Bacaan-bacaan ini bertujuan untuk memohon kasih
sayang Allah, agar diberkahi dengan akhlak mulia, dijauhkan dari godaan
syetan, dijaga dari gangguan orang-orang dzalim, agar mendapat
kewibawaan dan mendapat pertolongan dari Allah
d. Sholawat Alfiyah, bertujuan agar mendapatkan keselamatan, dimudahkan
segala urusan, mudah mencari rizki, jauh dari angkara murka dan untuk
kesaktian
e. Sholawat Masyisyiiyah, tujuannya agar dijauhkan dari bala’, afat dan
diberi ketentraman hati
f. Sholawat Lisayyidii Syekh Mustofa al-Bakr, memiliki keagungan
sebanding dengan 70 kali dalail dan untuk mendapatkan keutamaan dari
Allah
g. Sholawat Ismu A'dzam, tujuannya agar menjadi kekasih Allah di dunia
dan akhirat
h. Do’a 'Asr (Kanzul 'Arsy) adalah do’anya malaikat Jibril yang
dimaksudkan untuk menghilangkan gangguan roh jahat dan agar
dikabulkan do’anya
lxxxv
i. Asma’ul Husna, adalah nama-nama Allah yang memiliki faedah dari
setiap nama-nama yang ada sesuai dengan bacaannya
j. Asma jaljaluut, bertujuan untuk mendekatkan diri pada malaikat dan
malaikat membantunya juga mempercepat terkabulnya hajat
k. Do’a penutup asma jaljaluut
l. Wirid al-Mubarak
m. Tahlil 1000 kali
n. Yaa Lathiifu 129 kali
o. Yaa Kaafii 111 kali
p. Yaa Khaliimu 88 kali
q. Yaa Mujiibu 55 kali
r. Yaa Salaamu 131 kali
s. Yaa Khafiidzu 998 kali
t. Sholawat dan menyebutkan permohonan hajatnya
u. Do’a
v. Ar-Ratibul Mansub li Sayyidina Imam Ahmad bin Muhammad al-
Muchdlori
w. Do’a seperti pada do’a sebelumnya.98
Bacaan-bacaan do’a tersebut merupakan bacaan-bacaan dan do’a
pilihan yang disusun oleh Chaidar Muhaimin selaku pengasuh dan pendiri
Jam’iyyah dengan mengikuti ajaran dan keterangan dari ayat-ayat Al-Qur’an,
hadits-hadits nabi dan petunjuk para Salafu as Shalikh.99
98 Bacaan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.99 Wawancara dengan Masyhuri, Pembantu Umum JTMJP "Padang Jagad", tanggal 03 April
2004.
lxxxvi
Mujahadah sebagai bagian dari aktivitas ibadah mempunyai banyak
manfaat yang akan dihasilkan, baik manfaat jangka pendek (duniawi) maupun
jangka panjang (ukhrawi). Diantara manfaat tersebut adalah adanya perubahan
akhlak dari akhlak tercela menjadi akhlak terpuji. Karena orang yang
bermujahadah jiwanya akan menjadi tenang, bersih dan suci, terhindar dari
kesusahan dan kesesatan, sebagai balasan yang diberikan oleh Allah berupa
diberinya petunjuk kepada jalan-Nya.
Sholat sunat tasbih sebagai salah satu aktivitas mujahadah, dapat digali
makna yang terkandung didalamnya setidaknya dari dua segi. Pertama, dari segi
ritual sholat itu sendiri, sedangkan yang kedua adalah dari bacaan tasbihnya yang
dibaca sebanyak 300 kali.
Ditinjau dari pelaksanaannya, gerakan sholat tasbih sebagaimana sholat-
sholat yang lain mengandung beberapa aspek yang sangat bermanfaat bagi
manusia. Diantaranya dari aspek olah raga, gerakan sholat mulai dari takbir
hingga mengucapkan salam, mengandung unsur-unsur olah raga. Karena
gerakan-gerakan sholat berguna bagi kesehatan jasmaniah dan akan membawa
efek pula pada kesehatan mental atau rohaniah seseorang.
Apabila seseorang telah mampu memenuhi sholatnya secara sempurna,
atau setidak-tidaknya senantiasa untuk memenuhinya maka niscaya orang
tersebut akan terjaga kesehatannya, baik secara fisik ataupun mental dan
perilaku, seperti janji Allah dalam QS. Al-Ankabut : 45 ;
الفخشـــــــآء عن تنهى الّصـــــــلوة ...إن(45والمنكر...)العنكبوت:
lxxxvii
“… Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan
munkar…” (QS. Al-Ankabut : 45)100
Selanjutnya, dari segi bacaan, dalam sholat tasbih yang dibacakan 300
bacaan tasbih adalah sebuah ungkapan pengakuan atas kesucian dzat Allah dari
segala macam noda, segala macam sifat-sifat yang menempel pada makhluk-Nya
dan sekaligus sebagai ungkapan pengakuan dan kesadaran bahwa diri kita
merupakan sosok makhluk yang tidak pernah lepas dari kesalahan, kekurangan
dan noda-noda yang mencemari keikhlasan ibadah kita kepada-Nya. Oleh karena
itu, semakin banyak orang membaca tasbih, diharapkan akan semakin dalam ia
tunduk dalam menyatakan ketaqwaan kepada Allah, dengan senantiasa berusaha
mengurangi dan menghilangkan noda-noda yang mengotorinya.
Sedangkan pada dzikir, terdapat banyak keterangan yang menjelaskan
manfaat berdzikir kepada Allah. Dari keterangan-keterangan tersebut, ada yang
menerangkan secara terperinci berdasarkan bacaan yang dibaca dalam dzikirnya,
misalnya : tahlil, istighfar, tahmid, tasbih, sholawat dan lain-lain. Tetapi ada juga
yang menyampaikan manfaat dzikir secara umum, diantaranya yaitu :
menghasilkan rahmat dan inayah dari Allah, menegakkan dan menguatkan iman,
mendapatkan ampunan dan ridla Allah, mengusir dan mengalahkan syetan,
menghilangkan rasa susah dan kegelisahan hati, membuat hati menjadi senang,
gembira dan tenang, dapat menghapus dan menghilangkan dosa-dosa dan untuk
mengobati kekerasan hati.101
100 Departemen Agama RI, op.,cit., hlm. 635.101 Ahmad Soetjipto, Dzikrullah (Yogyakarta : Lembaga Pengabdian pada Masyarakat IAIN
Sunan Kalijaga, 1986), hlm.7.
lxxxviii
Dari uraian tersebut, maka bisa diyakini bahwa orang yang senantiasa
berdzikir akan mendapati dirinya menjadi orang yang mempunyai akhlaqul
karimah. Karena ia terhindar dari bujuk rayu syetan yang mengajak kepada
kesesatan, jiwanya tenang sehingga dapat menghadapi hidup ini dengan hati yang
jernih, merasa gembira yang merupakan salah satu kebutuhan penting dalam
hidup, terhapus dosa-dosanya yang akan mendorongnya tetap memiliki harapan
hidup dan harapan masa depan secara optimis, terhindar dari kekerasan hati,
sehingga ia bisa berlaku lemah lembut dan penuh kasih sayang terhadap sesama
manusia dan sesama makhluk Allah.
Tetapi, seseorang yang berdzikir tidak cukup seandainya hanya sekedar
membaca bacaan-bacaan tertentu, melainkan harus mengerti dan memahami
makna bacannya, baik makna yang tersurat maupun yang tersirat, dan berusaha
mengimplementasikan makna bacaan tersebut dalam perilakunya sehari-hari.
Metode mujahadah ini dilaksanakan sebagai sandaran vertikal, artinya
upaya yang dilakukan Jam'iyyah selain pembinaan langsung juga dilakukan
mujahadah dengan sholat tasbih dan dzikir bersama memohon pertolongan dan
keridho'an Allah swt.
Mujahadah di samping sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah,
juga sebagai terapi bagi remaja yang terbiasa menggunakan obat-obat terlarang.
Mujahadah inilah yang menjadi daya tarik utama untuk merekrut jamaah, karena
jamaah yakin dengan melaksanakan mujahadah mereka akan mendapatkan
kekuatan. Hal ini diyakini karena melihat pengasuh yang dianggap memiliki
kekuatan.
lxxxix
Jumlah anggota Jam'iyyah dari tahun ke tahun mengalami perkembangan
yang cukup pesat. Mereka terdiri dari latar belakang yang berbeda, baik dari segi
ekonomi, politik, sosial dan pendidikan. Perbedaan latar belakang tersebut tidak
menghalangi mereka dalam menjalin tali persaudaraan yang terjalin dalam suatu
wadah organisasi dalam bidang keagamaan yaitu Jam'iyyah Ta'lim Wa al-Mujahadah
Jum'at Pon "Padang Jagad".
Para jamaah mempunyai motivasi yang berbeda-beda dalam mengikuti
kegiatan ini, diantaranya adalah remaja nakal, seperti remaja yang mempunyai
ketergantungan obat-obat terlarang, mereka mengikuti mujahadah untuk lebih
mendapatkan ketenangan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Remaja-remaja tersebut berasal dari keluarga tingkat ekonomi menengah ke
atas. Namun karena sebab-sebab tertentu, seperti kurangnya perhatian orang tua,
mereka terjerumus melakukan perbuatan anti sosial. Adanya unsur paksaan orang tua
terhadap anak mengakibatkan mereka lari dari paksaan atau kekangan dan mencari
tempat-tempat yang lebih bebas agar dapat berbuat semaunya. Mereka berkumpul
dengan teman-temannya yang mengalami nasib yang sama dan membentuk sebuah
"gang" anak-anak nakal. Mereka tidak segan-segan melakukan hal-hal seperti
membolos sekolah, minta uang kepada orang tua dengan paksa hanya untuk
bersenang senang yang tidak berguna, membeli narkoba, mencuri, dan sebagainya.
Melihat keadaan yang demikian itu, pengurus ikut terjun langsung
didalamnya kemudian berusaha memberi penerangan dan senantiasa menasihati
mereka agar kembali kejalan yang benar. Dari pendekatan-pendekatan yang
dilakukan pengurus, maka anak-anak nakal tersebut berhasil dikumpulkan untuk
xc
disembuhkan dari penyakit mentalnya agar tidak melakukan tindakan amoral lagi
dan agar bisa kembali kejalan yang benar (mempunyai akhlaqul karimah).102
Sedangkan untuk menangani remaja yang melakukan molimo,103 dapat
dikatakan agak ganjil, salah satu contoh adalah untuk mereka yang suka minum
minuman keras, pengurus memberika minuman yang mereka sukai. Tetapi
sebenarnya minuman itu telah diberi do'a. Menurut penuturan pengasuh, lama
kelamaan dan dengan izin Allah, akhirnya mereka sadar. Contoh yang lain pada saat
mengajak remaja yang melakukan judi, terlebih dahulu pengurus juga mengikuti
judi, kemudian uangnya dikembalikan. Setelah mendapatkan banyak teman,
pengurus tidak mau berjudi lagi. Kemudian orang-orang itu mengajak pengurus
berjudi, namun ditolaknya dengan alasan orang-orang itu tidak pernah mau
mengikuti kegiatan yang dilakukan pengurus. Setelah diadakan pendekatan, akhirnya
mereka mau mengikuti kegiatan di Jam'iyyah dan kembali kejalan yang benar.104
Jadi, metode yang digunakan Jam'iyyah dalam menarik remaja nakal untuk
ikut dalam kegiatannya adalah dengan cara al-mauidzah al-hasanah atau dengan
nasehat-nasehat yang baik dengan cara yang halus. Dengan cara tersebut, mereka
menjadi tidak tersinggung dan akhirnya mereka mau mengikuti kegiatan di
Jam'iyyah.
Selain remaja nakal ada juga jamaah yang mengikuti Jam’iyyah ini karena
semata-mata beribadah kepada Allah. Beberapa diantara jamaah dalam kelompok ini
102 Wawancara dengan Chaidar Muhaimin, Pengasuh JTMJP "Padang Jagad", tanggal 26 Juni 2004.
103 Molimo : orang yang melkukan 5M, yaitu madon (zina), main (judi), mabuk (minum minuman keras), maling (mencuri/merampas hak orang lain dengan paksa), madat (sabu-sabu, narkotika).
104 Wawancara dengan Chaidar Muhaimin, Pengasuh JTMJP "Padang Jagad", tanggal 26 Juni 2004.
xci
adalah mereka yang memiliki latar belakang agama yang cukup lumayan atau bahkan
di atas rata-rata jamaah lain. Diantara mereka ada yang memiki latar belakang dunia
pesantren dan ada yang memang sebelumnya sudah pernah atau bahkan sering
mengikuti kegiatan mujahadah di tempat lain.
Motivasi yang lain adalah motivasi untuk tercapainya keinginan duniawi
secara lebih jelas, di samping juga ingin tercapainya tujuan akhirat mereka. Pada
kelompak jamaah ini, biasanya tujuan mereka bersesuaian dengan keadaan yang
mereka hadapi atau sesuatu yang mereka butuhkan. Maksudnya, bagi mereka yang
kebetulan sebagai pedagang ingin mendapatkan keuntungan dagang yang banyak,
bagi pasangan yang belum memiliki anak ingin segera mendapatkan anak, bagi yang
mau ujian, ingin lulus dan mendapatkan nilai yang baik, dan lain-lain.105
Pada sebagian kelompok jamaah, ada juga yang lebih mementingkan untuk
mengisikan barang-barang tertentu, seperti ; air, ikat pinggang, tongkat pendek dan
barang lainnya untuk dijadikan sebagai wasilah untuk mempermudah mereka
mencapai tujuan-tujuan yang mereka harapkan, misalnya ; untuk pengobatan,
keamanan, penglaris dan sebagainya. Oleh karena itu, kelompok jamaah ini biasanya
senantiasa membawa barang-barang tersebut pada setiap kali mengikuti kegiatan di
Jam’iyyah.106
Berdakwah, bukanlah hanya semata-mata menyenangkan komunikan
(khalayak atau jamaah), bukan hanya semata-mata meminta tepukan dan pujian,
tetapi yang paling penting dari komunikasi dakwah adalah sejauh mana pesan-pesan
105 Wawancara dengan Makfi Muhaimin, Pembantu Umum JTMJP "Padang Jagad", tanggal 25 Mei 2004.
106 Wawancara dengan Watik, jamaah JTMJP "Padang Jagad", tanggal 20 Mei 2004.
xcii
yang disampaikan tersebut, mampu merangsang suatu tindakan nyata dari
komunikannya sesuai dengan pesan–pesan komunikasi tersebut.
Jadi, dapat dikatakan bahwa tujuan dari melakukan dakwah adalah terjadinya
perubahan tingkah laku, sikap atau perbuatan yang sesuai dengan pesan-pesan
Al-Qur’an dan hadits. Jadi, kunci sukses sebuah dakwah adalah umpan balik (feed
back) atau pengaruh (effect). Tanpa adanya umpan balik dari jamaah maka tidak akan
diketahui sukses tidaknya dakwah tersebut.
Pengaruh dari kegiatan ini bagi para jamaahnya yaitu adanya manfaat yang
mereka rasakan setelah mengikuti kegiatan ini. Dengan terlibat aktifnya para jamaah,
maka secara sederhana dapat dipersepsikan bahwa mereka memang tahu akan
adanya manfaat yang akan mereka peroleh. Pada saat penulis melakukan wawancara
dengan beberapa jamaah, para jamaah tersebut menyatakan keyakinan mereka
tentang manfaat tersebut. Hanya saja pendapat yang disampaikan berbeda-beda antar
jamaah. Bahkan ada juga yang yakin bahwa kegiatan itu bermanfaat, tetapi mereka
tidak bisa menyebutkan manfaat apa, karena ketidaktahuan mereka.107
Keyakinan jamaah tentang manfaat ini, dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pengalaman agama mereka yang juga mempengaruhi motivasi mereka. Sebagian
pendapat menyatakan bahwa mereka akan memperoleh manfaat di akhirat nanti,
sebagai balasan yang diberikan oleh Allah. Sehingga, mereka tidak mempedulikan
tentang manfaatnya bagi kehidupan duniawi. Sebagian yang lain merasakan adanya
ketenangan setelah lebih dari tiga kali mengikuti kegiatan ini, tanpa bisa
menyebutkan ritual yang mana yang bisa menimbulkan ketenangan. Dan ada pula
yang menyatakan pengalamannya ketika ia memperoleh kenikmatan berupa
107 Wawancara dengan beberapa jamaah, tanggal 15 April 2004.
xciii
tercapainya keinginanya selama ini setelah lima kali mengikuti kegiatan ini dan
sebagian lagi menyatakan lebih dari itu.
Berbeda dengan pendapat-pendapat tersebut, ada pendapat lain dari jamaah.
Sebagian jamaah yang lain menyatakan bahwa manfaat tidak disebabkan karena
mengikuti kegiatan ini. Oleh karena itu, jamaah ini menyatakan bahwa agar tercapai
keinginannya maka seseorang harus berusaha sekuat tenaga dengan menempuh cara-
cara yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.
Tentang manfaat berupa ketenangan, mereka menyatakan bahwa ketenangan
akan muncul kalau manusia mempunyai optimisme hidup.108 Orientasi hidup
seorang muslim adalah kebahagiaan dunia akhirat. Oleh karena itu, optimisme
yang dibangun harus sejalur dengan orientasi hidup tersebut. Dicontohkannya,
misalnya kegelisahan seseorang disebabkan karena kurang terpenuhinya kebutuhan
dasar, maka yang harus dilakukan adalah berusaha untuk memenuhi kebutuhan
dasar tersebut menggunakan cara-cara yang paling tepat dan yang mampu ia
laksanakan. Lalu orang tersebut memasrahkan semuanya kepada Allah swt.
Ketenangan hidup yang lain dalam kaitannya dengan persoalan kehidupan
akhirat, bisa diperoleh seseorang dengan menjalankan ajaran-ajaran agama dengan
benar. Selain itu, dengan memahami makna yang terkandung dalam bacaan maupun
gerakan ritual ibadah yang dilaksanakan misalnya dalam bermujahadah. Lalu dari
pemahaman tersebut, dijadikan sebagai pembimbing dalam perilaku kehidupan
sehari-hari.
108 Wawancara dengan beberapa jamaah, tanggal 20 Mei 2004.
xciv
Dalam hubungannya antara aktivitas Jam’iyyah dalam upaya perbaikan
akhlak (mengantisipasi kenakalan remaja), jamaah juga yakin bahwa dengan rajin
mengikuti kegiatan di Jam’iyyah, seseorang akan berubah akhlaknya menjadi lebih
baik dari sebelumnya, asalkan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan benar.
Dalam hal ini, pendapat para jamaah juga dengan pola pikir mereka yang kemudian
mendasari motivasi dan keyakinan mereka.
Diantara jamaah ada yang mencontohkan manfaat kegiatan ini dalam upaya
mengantisipasi kenakalan remaja, seperti contoh yang diberikan oleh salah seorang
jamaah berkaitan dengan perubahan drastis yang terjadi pada temannya yang dulunya
hampir tidak pernah sholat dan senantiasa berkawan dengan anak-anak nakal lain,
setelah beberapa kali ia diajak untuk mengikuti kegiatan di Jam’iyyah ini, ia melihat
temannya berubah dengan cepat. Temannya tersebut menjadi rajin sholat dan
kebiasaannya berkawan dengan anak-anak nakal sudah tidak pernah lagi.109
Selain contoh tersebut, ada juga yang mencontohkan pengalaman pribadinya.
Dulunya ia seorang yang sangat awam dan asing dengan aktivitas keagamaan
walaupun ia beragama Islam. Oleh salah seorang temannya, ia diajak mengikuti
kegiatan di Jam’iyyah. Awalnya ia enggan, namun kemudian ia mau dan merasakan
ada kecocokan. Setelah beberapa kali ia mengikuti kegiatan di Jam’iyyah ini, ia
lantas merasa malu kalau mengulangi perbuatan maksiatnya dulu. Ia berfikir sungguh
sangat ironis jika seseorang sudah rajin mengikuti pengajian dan bermujahadah tetapi
masih sering melakukan maksiat dan meninggalkan kewajiban agamanya.110
109 Wawancara dengan Ikhwan, jamaah JTMJP "Padang Jagad" (data sekunder), tanggal 20 Mei 2004.
110 Wawancara dengan Bekti, jamaah JTMJP "Padang Jagad" (remaja nakal), tanggal 15 April 2004.
xcv
Ada juga jamaah yang sebelumnya sering melakukan molimo, setelah
mengikuti kegiatan di Jam’iyyah secara istiqomah, akhirnya jiwanya selalu
terkontrol dalam melakukan suatu maksiat, termasuk terbebas dari melakukan
molimo.111 Karena dengan mengikuti kegiatan ini secara rutin, seseorang akan
mendapatkan cahaya Ilahiyah, lebih dekat dengan Allah, sehingga perilakunya
mendapatkan bimbingan dari sang khalik.112
Jadi dengan adanya kegiatan yang dilaksanakan oleh Jam’iyyah Ta’lim Wa
al-Mujahadah, ada beberapa implikasinya yang berkaitan dengan proses
mengantisipasi kenakalan remaja, yaitu :
1. Bahwa setelah jamaah mengikuti kegiatan secara terus-menerus, akhirnya
mereka mendapatkan ketenangan jiwa, berpikir jernih ketika menyelesaikan
berbagai permasalahan yang dihadapinya, sehingga perilakunya selalu terkontrol
dan terhindar dari menyakiti orang lain.
2. Dengan adanya perubahan yang positif setelah mengikuti kagiatan di Jam’iyyah
ini, secara tidak langsung bisa menjadi contoh bagi keluarganya ataupun
masyarakat terdekat. Sehingga dapat menarik masyarakat sekitarnya untuk ikut
serta dalam kegiatan ini. Hal itu sudah terbukti dengan adanya peningkatan
jumlah jamaah setiap tahunnya.
111 Observasi tanggal 22 April 2004.112 Wawancara dengan Agus, jamaah JTMJP "Padang Jagad" (pelaku molimo), tanggal 15
April 2004.
xcvi
xcvii
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian secara seksama terhadap proses metode
dakwah pada Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah Jumat Pon (JTMJP) “Padang
Jagad” Krapyak Yogyakarta dalam mengantisipasi kenakalan remaja. Kemudian
setelah dilakukan analisa terhadap data-data yang diperoleh dari proses
penelitian tersebut, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1. Jamaah dari Jam’iyyah ini terdiri dari dewasa dan remaja, tetapi mayoritas
jamaahnya adalah remaja.
2. Metode yang digunakan Jam’iyyah dalam mengantisipasi kenakalan remaja
adalah metode ceramah dan mujahadah yang terdiri dari sholat tasbih dan
dzikir bersama, pelaksanaan metode tersebut tidak dibedakan antara jamaah
remaja dan jamaah dewasa.
3. Metode ceramah diterapkan untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang
berkaitan dengan pengetahuan keagamaan baik secara teoritis maupun
praktis.
4. Metode mujahadah diterapkan Jam’iyyah dalam mengantisipasi kenakalan
remaja sebagai salah satu cara untuk melatih diri, berjuang melawan nafsu
dengan menghindari perbuatan yang dilarang oleh Allah swt.
5. Adanya anjuran-anjuran dari pengasuh Jam’iyyah tentang faedah-faedah
melakukan amalan-amalan rutinitas itu akan memudahkan kita dalam
xcviii86
mencapai apa yang kita cita-citakan, sehingga hal itu akan menjadi motivasi
bagi jamaah untuk mengikuti kegiatan di Jam’iyyah ataupun melaksanakan
amalan-amalan tersebut di rumahnya masing-masing.
6. Hasil yang dicapai oleh Jam’iyyah Ta'lim Wa al-Mujahadah Jum'at Pon
"Padang Jagad" dalam mengantisipasi kenakalan remaja adalah :
a. Adanya perubahan dari para jamahnya, jamaah yang dulunya melakukan
kemaksiatan sekarang dapat menghindarinya, di samping itu pikirannya
menjadi jernih dalam melakukan aktivitas karena terbiasa melakukan
latihan jiwa melalui mujahadah.
b. Adanya perubahan positif bagi jamaah Jam’iyyah yang terpancar dari
perilakunya sehari-hari sehingga menjadi contoh bagi keluarga dan
tetangganya serta mendatangkan rasa simpati yang pada akhirnya akan
menarik mereka untuk ikut dalam kegiatan di Jam’iyyah ini, hal ini
terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah jamaah setiap tahunnya.
c. Dibukanya cabang di beberapa tempat baik itu di wilayah Yogyakarta
ataupun di luar wilayah Yogyakarta menunjukkan keberhasilan
Jam’iyyah dalam berdakwah.
B. Saran
Setelah mengetahui beberapa data yang berkaitan dengan pelaksanaan
komunikasi dakwah yang terjadi di Jam’iyyah dalam mengantisipasi kenakalan
remaja dan tanggapan yang diberikan para jamaah remaja, ditambah dengan hasil
xcix
observasi dan dokumentasi yang penulis lakukan, maka penulis menyarankan
kepada :
1. Jam’iyyah Ta’lim Wa al-Mujahadah
a. Hendaknya diusahakan gedung khusus sebagai sarana untuk melakukan
kegiatan di Jam’iyyah terutama untuk melakukan terapi obat-obatan,
sehingga kegiatan dapat berhasil dengan lancar dan mencapai tingkat
keberhasilan yang maksimal.
b. Hendaknya ada ustadz yang mampu berkiprah sebagaimana pengasuh
sehingga anggota tidak hanya menggantungkan segala persoalan pada
pengasuh.
c. Pemanfaatan kegiatan di tiap cabang, harap dioptimalkan untuk
memantau perkembangan atau perubahan tingkah laku dan juga untuk
memberikan bimbingan secara lebih intensif.
d. Diperlukan suatu manajemen organisasi yang rapi terutama yang
berkaitan dengan administrasi sehingga dapat memudahkan dalam
memantau perkembangan anggotanya.
e. Kedisiplinan waktu dalam pelaksanaan kegiatan harap ditingkatkan.
2. Jamaah
a. Hendaknya mensyukuri nikmat Allah berupa ketenangan setelah
mengikuti kegiatan di Jam’iyyah, salah satunya dengan mengajak orang
lain melakukan hal yang sama.
c
b. Para jamaah jangan sampai meremehkan ibadah yang wajib atau sunnah
yang muakkad, dengan mementingkan kegiatan mujahadah di Jam’iyyah
ini.
c. Keyakinan terhadap adanya manfaat yang ada dalam barang-barang yang
diisikan jangan sampai merusak keimanan. Tetapi, manfaat tersebut harus
benar-benar dipahami sebagai pemberian Allah untuk dijadikan alat untuk
membantu meraih sesuatu.
3. Pembaca dan Masyarakat
a. Kegiatan yang dilakukan oleh Jam’iyyah adalah kegiatan positif yang
patut didukung dan dikembangkan, karena usaha yang dilakukan di
Jam’iyyah itu bermotif memperbaiki akhlak sekaligus amar ma’ruf nahi
munkar dan bertujuan untuk kemaslahatan hidup umat Islam. Oleh karena
itu warga masyarakat sebaiknya mendukung keberadaan dan aktivitas
Jam’iyyah.
b. Mujahadah telah dirasakan sebagai salah satu kegiatan yang
mendatangkan ketenangan, oleh karena itu bagi yang ingin mendapatkan
ketenangan dan petunjuk Allah, maka bermujahadahlah dengan cara yang
bisa dilakukan. Jadi, tidak terpaku pada satu metode saja. Hanya saja,
harus tetap pada jalan yang telah ditunjukkan Allah dan rasul-Nya juga
para sahabat, ulama serta para pengikutnya.
c. Hendaknya pembaca benar-benar mau membaca kondisi dan kiprah
perjuangan Jam’iyyah sehingga tergerak hatinya untuk memberi kritik
ci
dan usulan yang membangun dan akhirnya ikhlas untuk memberi bantuan
material dan spiritual dalam peningkatan Jam’iyyah.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, atas
limpahan rahmat, hidayah dan ma’unah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Namun demikian, penulis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan penulis, baik dalam pengetahuan maupun
pengalaman lapangan.
Dengan menyadari adanya keterbatasan tersebut, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penulis jadikan bekal
untuk perbaikan skripsi ini dan peningkatan pada pelaksanaan tugas lainnya.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan dan
menjadi perantara untuk melakukan kebaikan dan Allah swt meridloi sebagai
salah satu bentuk amal ibadah. Amien.
cii
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Djamalul, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, Jakarta: Gema Insani Press, 1996
Al-Ghazali, Pilar-Pilar Ruhani, Jakarta : PT. Lentera Basitama, 1998.
----------, Rahasia Dzikir dan Do’Al-Qur'an, Bandung : Karisma, 1999.
----------, Rahasia-Rahasia Sholat, Bandung : Karisma 2003.
Amin, Masyhur, Metode Dakwah Islam dan Beberapa Keputusan Pemerintah tentang Aktivitas Keagamaan, Yogyakarta: Sumbangsih, 1980.
----------, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta: al-Amin Press, 1997.
Anshari, Hafi, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993
Arifin, Muhammad, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1996
Basri, Hasan, Remaja Berkualitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Bisri, Adib dan Munawwir A Fatah, Kamus Al-Bisri, Surabaya : Pustaka Progressif, 1999.
Daradjat, Zakiah, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang,1975
----------, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang,1976
----------, Kesehatan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1982
De Vito, Joseph A, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Professional Books,1997
ciii
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an,1971
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka,1988.
Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Metodologi Dakwah pada Kehidupan Remaja, Jakarta: Proyek Penerangan, Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam Pusat, 1993
Fadlullah, Muhammad Husain, Metodologi Dakwah dalam Al-Qur'an, Jakarta: Lentera,1997
Gunarsa, Y Singgih Gunarsa dan Singgih D Gunarsa, Psikologi Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research II, Yogyakarta : Andi Offset, 1987.
Hasanuddin, Hukum Dakwah, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Jaya, Ashad Kusuma, Risalah Kekuatan Jiwa, Yogyakarta : Media Insani, 2001.
Kartono, Kartini, Psikologi Anak,Bandung: Mandar Maju,1995
----------, Patologi Sosial 2 : Kenakalan Remaja, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003.
Mahalli, Mujab, Pembinaan Moral di Mata Al-Ghazali, Yogyakarta : BPFE, 1984.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002.
Muhaimin, Chaidar, Jam'iyyah Ta'lim wal Mujahadah Jum'at Pon, Yogyakarta : PP. Al-Munawwir, t.th.
civ
Poerwadarminto, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, PN Balai Pustaka, 1984.
Sabiq, Sayyid, penterjemah Mahyuddin Syaf, Fiqh Sunnah 2, Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1986.
Said, Thohuri Muh., Melerai Duka dengan Dzikir Malam, Bandung : PT Al-Ma’arif, 1983.
Shabir, Muslich, Terjemah Riyadlus Shalihin I, Semarang : CV. Toha Putra, 1989.
Shaleh, Abd. Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1977.
Soetjipto, Ahmad, Dzikrullah, Yogyakarta : Lembaga Pengabdian pada Masyarakat IAIN Sunan Kalijaga, 1986.
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta : Rineka Cipta, 1991.
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya : Al-Ikhlas, 1983.
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakrta : Gaya Media Pratama, 1987.
Tim Pengurus, AD-ART Jam'iyyah Ta'lim wal Mujahadah Jum'at Pon, Yogyakarta : PP. Al-Munawwir, 1996
Tim Penyusun, “Brosur Panduan Sholat Tasbih” pada saat Mujahadah 10 Muharram 1424 H.
Ya’qub, Hamzah, Publisistik Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1981.
cv
INTERVIEW GUIDE
A. Untuk Ustadz
1. Metode apa saja yang digunakan Jam’iyyah dalam mengantisipasi kenakalan
remaja ?
2. Materi apa saja yang diberikan oleh Jam’iyyah ?
3. Bagaimana pelaksanan metode dakwah yang diterapkan Jam’iyyah dalam
mengantisipasi kenakalan remaja ?
4. Bagaimana respon jamaah terhadap kegiatan ini ?
5. Bagaimana perbandingan antara remaja sebelum mengikuti kegiatan di
Jam’iyyah dengan remaja setelah mengikuti kegiatan di Jam’iyyah ?
B. Untuk Pengurus
1. Bagaimana sejarah berdirinya Jam’iyyah ?
2. Apa latar belakang berdirinya Jam’iyyah ini ?
3. Apa tujuan berdirinya Jam’iyyah ini ?
4. Sejauhmana perkembangan Jam’iyyah sejak berdirinya sampai sekarang ?
5. Bagaimana susunan pengurusnya ?
6. Berapa jumlah para da’i dan siapa saja ?
7. Darimana sumber dana Jam’iyyah dan bagaimana pengelolaannya?
8. Apa saja bentuk-bentuk kenalan remaja di Jam’iyyah ?
9. Berapa jumlah anggota Jam’iyyah ?
10. Program apa saja yang direncanakan ?
cvi
C. Untuk Jamaah
1. Darimana anda mengetahui kegiatan ini ?
2. Apa motivasi anda mengikuti kegiatan ini ?
3. Bagaimana menurut anda metode yang diterapkan Jam'iyyah?
4. Apakah anda rajin mengikuti kegiatan ini ?
5. Apa manfaat yang diperoleh dari mengikuti kegiatan ini ?
cvii
DAFTAR INFORMAN
A. Pengurus
1. KH. Chaidar Muhaimin Affandi
2. Armen M Siregar
3. Badrun
4. Masyhuri
5. Aenal Ghani
6. Makfi Muhaimin
B. Jamaah
1. Agus
2. Andika
3. Anwar
4. Arifah
5. Bekti
6. Gina
7. Hendro
8. Ikhwan
9. Irfan
10. Nita
11. Patianto
12. Safitri
13. Yuni
14. Yuli
15. Watik
16. Wawan
17. Ibu Daroyah
18. Ibu Ramlan
19. Ibu Murfi'ah
20. Ibu Robi'ah
cviii
CURRICULUM VITAE
Nama : Widiana
Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 13 Januari 1982
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Krapyak Kulon 271 Yogyakarta 55188
Nama Orang Tua :
Ayah : Drs. H. Muslani Nurhadi
Pekerjaan : Pensiunan Pegawai Negeri
Ibu : Sri Nuryati
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Krapyak Kulon 271 Yogyakarta 55188
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Jageran II Sewon Bantul, tamat pada tahun 1994.
2. SLTP Negeri 2 Bantul, tamat tahun 1997.
3. MAN Yogyakarta I, tamat tahun 2000.
4. Tercatat sebagai mahasiswa Program S-1 pada Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarat sejak
tahun 2000.
Penulis
Widiana
cix
cx
cxi