james herriot - seandainya mereka bisa bicara

231
James Herriot SEANDAINYA MEREKA BISA BICARA Penerbit PT Gramedia Jakarta, 1978 Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Judul asli: "IF ONLY THEY COULD TALK" by James Herriot © James Herriot 1970 "SEANDAINYA MEREKA BISA BICARA" Alihbahasa: Ny. Suwarni A.S. GM 78.145 Hak cipta terjemahan Indonesia PT Gramedia, Jakarta Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang AU rights reserved Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia, Jakarta 1978 Anggota IKAPI http://inzomnia.wapka.mobi Koleksi ebook inzomnia

Upload: inzomniawapkamobi

Post on 07-Aug-2015

775 views

Category:

Documents


322 download

DESCRIPTION

http://inzomnia.wapka.mobi

TRANSCRIPT

James Herriot

SEANDAINYA MEREKA BISA BICARA

Penerbit PT Gramedia Jakarta, 1978

Edit & Convert: inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Judul asli:

"IF ONLY THEY COULD TALK"

by James Herriot

© James Herriot 1970

"SEANDAINYA MEREKA BISA BICARA"

Alihbahasa: Ny. Suwarni A.S. GM 78.145

Hak cipta terjemahan Indonesia PT Gramedia, Jakarta Hak cipta

dilindungi oleh Undang-undang AU rights reserved Diterbitkan pertama

kali oleh Penerbit PT Gramedia, Jakarta 1978 Anggota IKAPI

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Dicetak oleh

Percetakan PT Gramedia Jakarta

untuk

EDDIE STRAITON

disertai rasa terima kasih dan persahabatan

BAB 1

AKU tak mengenakan baju. Kandang itu tak berpintu. Angin meniup

keras. Salju masuk ke dalam, dan bertengger di punggungku. Kurasa, hal

seperti ini tak terdapat dalam buku.

Aku tertelungkup di lantai, yang terbuat dari batu-batu bulat. Wajahku

berbantalkan tahi lembu, yang baunya tak dapat dilukiskan dengan kata-

kata. Lenganku kumasukkan dalam-dalam ke liang peranakan. Kakiku

meraba-raba di antara batu mencari tumpuan, karena lembu itu terus-

menerus menggeliat. Tubuhku penuh salju yang bercampur kotoran

serta darah kering, karena aku hanya memakai celana. Di luar lingkaran

nyala lampu, aku tidak dapat melihat sesuatu. Lampu minyak itu dipegang

oleh petani pemilik lembu. Nyalanya tidak begitu terang dan berasap.

Hal berikut ini juga tak terdapat dalam buku. Misalnya tentang mencari

tali dan alat-alat di dalam gelap. Tentang berusaha tetap bersih dengan

air kotor setengah ember. Tentang batu-batu bulat yang menekan dada.

Tentang lengan yang lambat laun membeku. Tentang otot-otot yang

sedikit demi sedikit menjadi lumpuh, waktu jariku berusaha keras

melawan dorongan kuat dari dalam lembu.

Tentang rasa lelah dan rasa putus asa yang makin lama makin berat.

Tentang suara panik yang

melengking-lengking jauh di dalam hatiku. Ini pun tak disebut-sebut

dalam buku!

Aku teringat sebuah gambar dalam buku ilmu kebidanan. Seekor lembu

sedang berdiri di tengah-tengah lantai yang mengkilat. Dokter hewan

mengenakan mantel bidan yang putih bersih. Ia memasukkan tangannya

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

ke dalam lembu, dari jarak yang cukup sopan. Ia tampak santai dan

tersenyum. Petani dan pembantunya juga tersenyum. Bahkan lembunya

juga tersenyum. Tak ada kotoran, darah, atau keringat.

Dokter dalam gambar itu baru saja selesai makan hidangan yang lezat.

Kemudian ia pergi ke rumah sebelah, untuk menolong lembu beranak.

Tugas ini dikerjakan dengan senang hati, seolah-olah suatu hiburan

belaka. Ia tak perlu meninggalkan tempat tidur pada pukul dua malam,

sambil merangkak-rangkak kedinginan. Ia tak perlu naik mobil sejauh

dua belas mil, terbanting-banting di jalan penuh salju. Ia tak perlu

meregang-regangkan matanya yang mengantuk, untuk mencari-cari

rumah petani di tempat yang terpencil. Ia tak perlu memanjat lereng

bukit yang tertutup salju sejauh setengah mil, untuk mencapai

tujuannya, ialah kandang tak berpintu, tempat pasiennya berbaring.

Aku berusaha menggerak-gerakkan tanganku, supaya masuk lebih dalam.

Kepala anak lembu itu tak terjangkau. Dengan susah payah aku

memasukkan tali kecil berbentuk kait, untuk mengait rahang bawahnya

dengan ujung jariku. Lenganku terus-menerus terhimpit di antara tubuh

anak lembu dan tulang pinggul induknya. Setiap kali lembu menggeliat,

tekanan pada lengan hampir tak terderita. Bila lembu berhenti

menegang, aku mendorong tali lebih dalam lagi. Aku tidak tahu, berapa

lama hal ini akan berlangsung, dan apakah aku akan tahan. Jika aku tak

berhasil mengait rahang bawahnya, anak lembu itu takkan dapat

dikeluarkan. Aku menghela nafas, menggertakkan gigi, dan meraih ke

depan lagi.

Gumpalan salju tertiup angin ke dalam lagi. Suaranya mendesis-desis di

punggungku yang berkeringat. Dahiku berkeringat juga. Setiap kali aku

mendesak maju, keringat itu masuk ke dalam mata.

Pada saat sial seperti ini, kita kerap kali jadi sangsi, apakah usaha kita

akan berhasil. Aku sudah mencapai tingkat ini.

Komentar-komentar aneh mulai menyelinap ke dalam hati. 'Mungkin

lebih baik lembu ini dipotong saja. Rongga pinggulnya terlalu sempit dan

kecil, sehingga tak mungkin anaknya dapat dikeluarkan,' atau, 'lembu ini

terlalu gemuk dan termasuk jenis lembu potong, jadi lebih baik

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

memanggil tukang jagal, bukan dokter hewan!' atau barangkali, 'ini

lembu sial. Rongga pinggulnya terlalu sempit. Pada lembu yang rongga

pinggulnya lebar, anaknya dapat lahir dengan mudah. Tapi pada lembu

ini, hampir tidak mungkin!'

Tentu saja aku dapat mengeluarkan anaknya dengan embriotomi. Ialah

mengait lehernya dengan kawat, dan menggergaji kepalanya. Dengan

cara begini, jerih payahku akan berakhir dengan potongan-potongan

kepala, kaki, dan onggokan isi perut. Banyak buku tebal yang

membicarakan hal ini. Ada bermacam-macam cara untuk memotong-

motong anak lembu.

Tapi di sini, semua cara itu tak ada gunanya, karena anaknya masih

hidup. Aku meraih ke dalam sejauh-jauhnya. Aku berhasil menyentuh

ujung mulutnya. Aku terkejut, karena lidah anak lembu itu masih

bergerak. Hal ini sungguh di luar dugaan, karena anak lembu dalam posisi

ini biasanya mati. Tak dapat bernafas, karena lehernya terlipat dan

dadanya tertekan kontraksi liang peranakan. Tapi

anak lembu ini masih menunjukkan tanda-tanda hidup, jadi harus

dikeluarkan utuh.

Aku bangkit untuk mengambil air ember. Air itu sekarang dingin dan

bercampur darah. Tanpa bicara sepatah kata pun. aku membersihkan

tangan dengan sabun. Kemudian aku berbaring lagi. Batu-batu bulat itu

terasa makin menekan dada. Aku menjejak-jejakkan ibu jari kaki di

sela-sela batu, sambil menggeleng-gelengkan kepala, supaya keringat

jangan masuk ke dalam mata. Untuk seratus kalinya, aku memasukkan

tanganku ke dalam perut lembu. Mungkin bagi lembu, lenganku rasanya

sudah seperti spageti. Kulit lenganku terasa pedih, karena tersayat kaki

anak lembu, yang kering dan tajam seperti kertas pasir. Kemudian

tanganku sampai di lehernya, telinganya, dan dengan susah payah sampai

di kepalanya. Tujuanku yang terakhir adalah mencapai rahang bawahnya.

Sungguh tak masuk akal, bahwa aku tahan dalam keadaan begini selama

hampir dua jam! Aku tetap berjuang, meskipun tenagaku makin habis,

hanya untuk mengait rahang bawah anak lembu dengan tali! Segala usaha

telah kukerjakan, antara lain menahan kakinya, menarik lekuk matanya

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

dengan hati-hati sekali. Tapi akhirnya aku terpaksa menggunakan kait

tali lagi!

Seluruh pertemuan ini sungguh menyedihkan. Pak Dinsdale, pemilik

lembu ini, adalah seorang pria yang bertubuh tinggi. Ia mudah bersedih

hati, dan sedikit bicara. Ia selalu mengharapkan nasib sial. Anaknya laki-

laki, juga bertubuh tinggi dan berwajah sedih. Seperti ayahnya, ia juga

pendiam. Kedua orang ini memperhatikan jerih payahku dengan hati yang

murung.

Tapi yang paling menyakitkan hati adalah sang paman, ialah adik Pak

Dinsdale. Waktu mobilku merayapi lereng bukit, aku terkejut karena

melihat seorang tua duduk dengan enaknya di atas tumpukan jerami.

Matanya sempit menyala-nyala. Topinya jelek seperti pastel daging babi.

Ia sedang mengisi pipanya, dan jelas ia sedang mengharapkan tontonan

yang mengasyikkan.

"Ha, selamat datang, Anak muda!" serunya. Suaranya sengau seperti

nada bahasa penduduk sebelah barat. "Kenalkan, aku adik Dinsdale.

Rumahku di Listondale."

"Terima kasih! Nama saya Herriot," jawabku, sambil menganggukkan

kepala dan meletakkan alat-alat.

Kemudian orang itu memandangku dengan tajam, sambil berkata, "Nama

dokterku Pak Broom-field. Kukira kau sudah pernah mendengar

namanya. Tiap hidung kenal dia, karena dia orang hebat. Apalagi di

bidang menolong lembu beranak. Kau belum tahu? Dia tidak pernah

gagal!"

Aku hanya tersenyum kecut. Di lain kesempatan, aku pasti merasa

gembira mendengar teman sepro-fesiku dipuji. Tapi hendaknya jangan

sekarang! Dan jangan pada saat sial ini! Kata-kata itu sungguh

menghancurkan semangatku!

"Maaf, saya tidak kenal Pak Broomfield," jawabku, sambil melepaskan

jaket. Lebih menyegankan lagi adalah menanggalkan baju. "Tapi saya

belum lama mengenal daerah ini."

Paman itu terkejut. "Apa? Kau belum kenal dia? Ya, ampuuun! Tentu

hanya kau yang belum mengenalnya. Di Listondale dia terkenal sekali,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kalau kau mau tahu!" Kemudian ia diam, karena sedang menyulut pipanya.

"Pak Broomfield tubuhnya kuat seperti petinju. Aku belum pernah

melihat orang berotot sekekar itu!"

Aku merasa lemah-lunglai. Kakiku tiba-tiba terasa berat seperti

dibebani timah dan tak berdaya.

Waktu aku mulai meletakkan tali dan alat-alat di atas handuk yang

bersih, orang tua itu bicara lagi,

"Kalau aku boleh bertanya, sudah berapa lama kau praktek?"

"Belum lama, baru tujuh bulan."

"Baru tujuh bulan?!" seru Paman sambil tersenyum mengejek. Ia

menjejalkan tembakau ke dalam pipa dan meniupkan asapnya yang biru

dan berbau tak sedap. "Itu belum dapat dikatakan pengalaman. Pak

Broomfield telah berpengalaman sepuluh tahun, dan benar-benar ahli!

Mungkin kau lebih pandai menghafalkan buku. Tapi tentang pengalaman,

kau kalah!"

Aku menuangkan beberapa tetes antiseptik ke dalam ember dan

menyabun lenganku dengan cermat. Kemudian aku berlutut di belakang

lembu.

"Pak Broomfield lebih dulu selalu melumas lengannya dengan minyak

khusus. Katanya, kalau hanya sabun dan air, akan menimbulkan infeksi,"

kata Paman, sambil mengisap pipanya sepuas-puasnya.

Aku mulai memeriksa. Pada saat seperti ini semua dokter hewan merasa

berat. Yang paling me-nyegankan adalah waktu pertama kali

memasukkan tangan ke dalam lembu. Dalam waktu beberapa detik saja

bisa diketahui, apakah pekerjaan ini akan segera selesai, ataukah akan

memakan waktu berjam-jam lamanya.

Kali ini nasibku sungguh sial. Kelahiran anak lembu ini sungguh sulit.

Kepala anaknya terbalik, dan liang peranakan sempit sekali. Lebih

menyerupai lembu yang salah tumbuh. Dan lembu ini terasa kering

sekali, seperti kehabisan air beberapa jam yang lalu. Rupanya ia baru

saja disuruh bekerja berat di ladang, dan melahirkan anaknya seminggu

sebelum waktunya. Itulah sebabnya ia dibawa ke kandang yang hampir

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

roboh ini. Namun, bagaimanapun juga, aku takkan dapat segera kembali

ke tempat tidurku.

"Nah, Anak muda, sekarang apa yang telah kautemukan?" tanya paman

itu. Suaranya lantang memecahkan kesunyian malam. "Kepalanya di

belakang, eh? Terbalik atau melintang? Itu soal mudah! Aku sudah

pernah melihat Pak Broomfield mengatasi soal seperti itu. Sama sekali

tak ada kesukaran. Anak lembu diputar, kemudian kaki depannya ditarik

paling dulu!"

Aku sudah pernah mendengar omong kosong seperti ini. Meskipun aku

belum begitu berpengalaman, aku mengerti bahwa semua petani merasa

lebih tahu tentang lembu orang lain. Tapi jika lembunya sendiri dalam

kesulitan, mereka terburu-buru menelepon dokter. Tapi jika lembu

orang lain mendapat kesukaran, mereka sok tahu, merasa lebih pandai,

lebih berpengalaman, dan murah memberikan nasihat. Dan fenomen lain

yang kuamati ialah, nasihat mereka lebih dihargai daripada pendapat

dokter hewan. Seperti sekarang misalnya. Paman dianggap dewa, dan

Dinsdale serta anaknya dengan hormat mendengarkan semua yang

dikatakannya.

"Cara lain untuk mengatasi kesulitan seperti ini ialah dengan

menggunakan salep pelebar, dan tali untuk menarik kepalanya dan

seluruh tubuhnya!" sambung Paman.

Aku terengah-engah waktu aku meraba-raba sekitarnya. "Dalam ruang

sesempit ini, tak mungkin dapat memutar kepala anak lembu ini. Dan

menarik badannya tanpa memutar kepalanya lebih dulu akan

mematahkan tulang pinggul induknya."

Dinsdale dan anaknya menyempitkan matanya. Jelas mereka

berpendapat, bahwa aku sedang berusaha menangkis serangan Paman,

yang dianggap lebih berpengalaman.

Dan sekarang, dua jam kemudian, aku sudah di ambang kekalahan. Aku

betul-betul akan terpukul. Aku sudah berguling-guling dan merendahkan

diri di atas batu-batu bulat yang kotor, sementara Dins- -dale dan

anaknya menonton dengan wajah muram, tanpa mengucapkan sepatah

kata pun. Sedang paman itu tak henti-hentinya memberi komentar yang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

menyakitkan hati. Wajah Paman jadi merah berseri-seri karena

gembira. Matanya yang sipit bersinar-sinar, karena selama bertahun-

tahun baru malam ini ia merasa sangat bahagia. Jerih payahnya mendaki

bukit sungguh tak sia-sia, bahkan mendapat ganti rugi seratus kali. Ia

tampak makin lama makin bahagia!

Sementara aku tertelungkup di situ, mata tertutup, wajah terasa kaku

karena kena kotoran, dan mulut ternganga, Paman duduk di atas

onggokan jerami, sambil memegang pipanya. Ia mencondongkan badannya

dan berkata, "Sebentar lagi kau menyerah, Anak muda!" katanya dengan

nada sangat puas. "Padahal aku belum pernah melihat Pak Broomfield

kalah. Tapi karena dia memang berpengalaman. Dan lagi ia kuat,

tubuhnya sungguh kuat. Ia manusia yang tak kenal lelah!"

Mendengar kata-kata itu, aku marah bukan main. Aku merasa seperti

baru saja disiram dengan air keras. Sebenarnya aku ingin bangkit,

melemparkan ember berisi air bercampur darah ke kepala orang tua itu,

lalu melompat ke dalam mobil dan melarikan secepat-cepatnya menuruni

lereng bukit, menjauhi Yorkshire, Paman keparat, Dinsdale dan anaknya,

dan lembu sialan ini!

Tapi itu tidak kulakukan. Bahkan aku menggertakkan gigi, menjejakkan

kaki, dan menjangkau ke depan sejauh-jauhnya. Di luar dugaan sama

sekali, taliku berhasil mengait gigi seri anak lembu dan masuk ke dalam

mulutnya. Dengan hati-hati sekali, sambil berdoa, aku menarik tali itu

dengan tangan kiri. Aku merasa, ikatannya makin erat. Aku telah

berhasil mengait rahang bawahnya!

Akhirnya aku bisa memulai sesuatu.' "Sekarang pegang tali ini, Pak

Dinsdale. Tarik hati-hati, jangan sampai kendur. Aku akan menahan

tubuhnya. Jika Bapak menarik dengan tetap, kepalanya pasti terputar."

"Bagaimana kalau talinya putus?" tanya Paman penuh harap.

Aku tidak menjawab. Tanganku menahan bahu anak lembu dan mulai

mendorong kontraksi induknya. Aku merasa tubuh anaknya mulai

menjauhiku. "Terus, Pak Dinsdale, tarik perlahan-lahan, jangan

disentak-sentak." Dan kepada diriku sendiri,-"O Tuhan, tolonglah,

jangan sampai kait ini terlepas!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Kepala anak lembu mulai berputar. Aku merasa lehernya mulai lurus dan

sejajar dengan lenganku. Kemudian telinganya menyentuh sikuku.

Bahunya kulepaskan, dan dengan cepat aku memegang mulutnya yang

mungil. Sambil menjaga jangan sampai giginya menyentuh dinding liang

peranakan, aku mengarahkan kepala supaya terletak di atas kaki

depannya.

Dengan cepat aku melebarkan kait itu hingga mencapai belakang telinga.

"Sekarang tarik kepalanya, jika induknya menggeliat!"

"Salah! Yang harus kautarik adalah kakinya!" teriak Paman.

"Tarik ujung talinya, tahu! Jangan hiraukan dia!" bentakku sekeras-

kerasnya. Aku merasa lega, ketika kemudian Paman mundur dan duduk

kembali ke jerami, karena kalah gertak.

Dengan hati-hati kepalanya kutarik ke luar dan seluruh tubuhnya

mengikutinya dengan mudah. Anak lembu itu terletak di lantai, tak

bergerak, matanya berkaca-kaca tapi tak memandang sesuatu, lidahnya

biru dan sangat bengkak.

"Sebentar lagi mati! Pasti mati!" seru Paman, menyerang kembali.

Aku membersihkan lendir pada mulutnya, kemudian membuat pernafasan

buatan. Tenggorokannya kutiup keras, tulang rusuknya kutekan

beberapa kali. Anak lembu itu terengah, kelopak matanya berkedip.

Kemudian ia mulai menarik nafas yang menjejakkan kakinya.

Paman melepaskan topinya dan menggaruk-garuk kepala. Ia tercengang.

Ia tak percaya apa yang dilihatnya. "Ajaib, ia hidup! Padahal aku yakin,

ia pasti mati, karena telah kaulumatkan selama itu!" Api pipanya telah

padam, dan pipa itu tergantung pada bibirnya. Tembakaunya sudah

habis.

"Aku tahu apa yang diinginkan bayi mungil ini," jawabku. Kaki depannya

kupegang dan anak lembu itu kudekatkan kepala induknya. Lembu itu

terbaring di lantai yang kasar, kepalanya terkulai lemah. Tulang

rusuknya terangkat, matanya hampir tertutup. Perhatiannya tampak

lenyap sama sekali. Tapi waktu kepalanya tersentuh tubuh anaknya,

terjadi perubahan besar. Matanya terbuka lebar, hidungnya mendengus-

dengus mencari makhluk baru. Perhatiannya timbul dan minatnya makin

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

lama makin besar. Ia berusaha bangkit dan mengangkat kepalanya. Ia

menderam-deram sambil meraba seluruh tubuh anaknya dengan

moncongnya. Kemudian ia mulai menjilati anaknya dengan teratur. Pada

saat seperti ini, alam telah menyediakan tukang pijat yang ahli. Dan anak

lembu itu melengkungkan punggungnya, waktu kulitnya didorong-dorong

papil lidah yang kasar itu. Sebentar kemudian anak lembu itu

menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusaha berdiri.

Aku tersenyum lebar. Itulah yang kuharapkan: mukjizat kecil. Aku tak

akan merasa jemu menyaksikan peristiwa semacam ini, betapapun sering

terjadinya. Aku lalu membersihkan tubuhku yang penuh kotoran dan

darah kering. Tapi tak bisa. Kotoran itu telah jadi kerak, bahkan dengan

kuku pun tak dapat disingkirkan. Aku terpaksa harus menunggu sampai

di rumah. Kotoran itu harus dihilangkan dengan air panas. Waktu aku

mengenakan baju, seluruh tubuhku terasa seperti baru saja dipukuli

dengan tongkat besar. Semua otot terasa sakit. Mulutku kering. Bibirku

hampir lekat.

Tiba-tiba Dinsdale yang bertubuh tinggi dan berwajah murung itu

terhuyung-huyung mendekat dan bertanya, "Bagaimana kalau saya beri

minum?"

Aku terpaksa tersenyum, meskipun mukaku terasa kaku karena kotoran

yang mengering itu. Dalam benakku terbayang teh panas yang

bercampur wiski. "Terima kasih, Pak Dinsdale. Memang aku haus,

sesudah berjuang selama dua jam!"

"Bukan itu maksud saya! Yang saya maksud, apakah lembu saya boleh

diberi minum?" tanyanya, sambil menatapku.

Karena kecele, mulutku lalu berkicau semaunya, "O ya, begitu, betul

memang, berilah ia minum. Ia tentu haus. Itu perlu, memang perlu, ya ya

betul, berilah ia minum....."

Aku mengumpulkan alat-alatku dan berjalan terhuyung-huyung ke luar

kandang. Di luar masih gelap dan angin meniup keras memedihkan mata.

Waktu aku berjalan terseok-seok menuruni lereng bukit, Paman

menyerang lagi. Nadanya melengking, tak mau kalapi dan merupakan

pukulan terakhir. Serunya,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Pak Broomfield tak pernah memberi minum lembu beranak! Itu akan

membuat perutnya kedinginan!"

BAB 2

WAKTU itu bulan Juli, sinar matahari sangat panas. Aku naik bis kecil

yang sudah reyot. Aku duduk di tempat yang keliru, di dekat jendela.

Aku mengenakan pakaian yang terbaik. Pakaian itu kugerak-gerakkan

dan jariku kumasukkan ke dalam kerah, untuk mengurangi rasa panas.

Sebetulnya pakaian ini kurang tepat dalam cuaca semacam ini. Tapi aku

sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan calon majikanku. Jadi

aku harus membuat kesan yang baik.

Banyak yang akan dibicarakan. Tahun 1937 adalah tahun sial bagi

pencari kerja. Sebagai dokter hewan, yang baru saja lulus, aku harus

menghadapi keadaan ini. Pertanian terlantar, karena selama sepuluh

tahun pemerintah tidak menghiraukannya. Kuda tarik, yang merupakan

mata pencaharian utama, mulai menghilang. Sungguh mudah jadi nabi

yang meramalkan kesuraman masa depan, pada waktu pemuda-pemuda

yang baru lulus dari perguruan tinggi harus berhadapan dengan dunia

yang dingin. Dunia yang acuh tak acuh. Dunia yang tak menghiraukan

semangat dan pengetahuan mereka yang hampir meledak. Di harian

Record seminggu-nya ada dua atau tiga iklan lowongan kerja. Tapi yang

melamar biasanya sampai delapan puluh orang.

Sungguh tak kuduga sama sekali, waktu suratku mendapat jawaban dari

Darrowby di Yorkshire Dales. Pak Siegfried Farnon MRCVS ingin

bertemu denganku pada hari Jum'at siang. Aku disuruh datang untuk

diwawancarai, sambil minum teh. Jika kedua pihak setuju, aku akan

diangkat jadi asistennya. Tentu saja tawaran ini kusambut dengan

gembira sekali, karena banyak teman yang lulus bersamaku sekarang

menganggur. Ada yang jadi pelayan toko atau kuli pelabuhan. Dan aku

sebenarnya telah putus asa menghadapi masa depanku sendiri.

Waktu bis menanjak dan berbelok, sopir memindahkan persneling lagi.

Sudah lima belas mil bis yang kutumpangi naik terus, makin lama makin

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

mendekati Pegunungan Pennines, yang tampak megah, biru, dan sayup-

sayup. Baru sekali ini aku pergi ke Yorkshire. Nama itu selalu

menimbulkan gambaran yang keliru. Menurut bayanganku, Yorkshire

adalah daerah yang tak menyenangkan, tak enak seperti pudingnya.

Daerah itu kaku, membosankan, dan sama sekali tak menarik. Tapi waktu

bis men-deru-deru makin ke atas, aku mulai merasa kagum. Pegunungan

yang tinggi dan tak berbentuk itu mulai terurai jadi bukit-bukit hijau

dan lembah-lembah luas. Di dasar lembah tampak sungai yang berliku-

liku di antara pepohonan. Rumah-rumah petani yang terbuat dari batu

yang kokoh dan berwarna kelabu, tampak seperti pulau di tengah ladang

yang diusahakan. Ladang itu terbentang ke atas seperti tanjung yang

hijau cerah di lerang bukit.

Aku mulai melihat pagar kayu dan pagar tanaman yang berselang-seling

dengan dinding batu, membatasi jalan raya, menyekat ladang, dan

menanjak ke atas tak habis-habisnya di lereng-lereng bukit sekitarnya.

Di mana-mana tampak pagar batu, bermil-mil panjangnya, membuat pola-

pola batik hingga ke puncak-puncak bukit.

Tapi waktu aku hampir sampai di tempat tujuan, ceritera-ceritera yang

mengerikan menghantui diriku. Ceritera itu berasal dari kakak kelasku

yang marah dan kecewa sesudah menyelesaikan masa prakteknya. Bagi

majikan, seorang asisten tak ada harganya. Ia disuruh bekerja keras

dan tidak diberi makan cukup. Sebab majikan itu kebanyakan kejam dan

tak punya peri kemanusiaan. Temanku yang bernama Dave Stevens

misalnya, sambil menyulut rokok dan tangan gemetar, berkata, "Aku tak

boleh istirahat, baik siang maupun malam. Aku disuruh mencuci mobil,

mencangkul di kebun, mencukur rumput, dan berbelanja ke pasar! Tapi

waktu aku disuruh membersihkan cerobong asap, aku minggat!" Willie

Johnstone lain lagi ceriteranya. "Tugas pertama yang harus kukerjakan

ialah memasukkan selang pompa ke dalam lambung lembu. Tapi selang itu

salah jalan. Tidak masuk ke dalam lambung, tapi ke dalam paru-paru.

Baru dipompa beberapa kali saja, lembu itu roboh dan mati seketika!

Itulah pengalamanku yang pertama!" Yang paling mengerikan adalah

pengalaman Fred Pringle. Fred harus mengempiskan perut lembu yang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kembung. Waktu udara yang tertekan lama dalam perut menyembur ke

luar, petani pemilik lembu begitu terkesan oleh keahlian Fred, hingga ia

menyulutkan korek apinya yang menyala ke mulut pipa udara. Api yang

tersembur itu menyambar tumpukan jerami dan membakar seluruh

kandang hingga menjadi abu. Tak lama kemudian Fred dijatuhi hukuman

buang ke daerah jajahan - ke Kepulauan Leeward.

Oh, ceritera brengsek! Mudah-mudahan ini semua bohong belaka! Aku

memaki-maki khayalanku yang melantur-lantur dan berusaha

memadamkan api neraka yang berkobar-kobar, ialah ternak yang

menjerit-jerit ketakutan waktu sedang ku-sembuhkan penyakitnya.

Tidak, pasti tidak seburuk itu keadaannya. Aku menggosok-gosokkan

telapak tanganku yang berkeringat ke atas lutut. Aku berusaha

memusatkan pikiranku pada calon majikan yang akan kukunjungi.

Siegfried Farnon. Sebuah nama yang aneh bagi dokter hewan di

Yorkshire Dales. Mungkin ia seorang Jerman, yang baru latihan di

daerah ini dan lalu membuka praktek. Tapi kalau dia orang Jerman, nama

pertamanya tentu bukan Farnon. Seharusnya Farrenen. Ya, Siegfried

Farrenen. Orangnya mulai terbayang: tubuhnya pendek, gemuk, bulat,

dan gendut. Matanya riang, ketawanya ramah. Tapi pada saat itu juga

khayalanku terdesak oleh gambaran lain: tubuhnya tinggi besar, matanya

dingin, rambutnya kaku seperti sikat, bertengkorak suku Teuton.

Pendek kata punya bentuk yang tidak menyenangkan, tidak seperti

kebanyakan ketua praktek.

Sekarang bis berderak-derak melalui jalan sempit yang menuju ke

sebuah lapangan kota. Inilah terminalnya. Di atas jendela toko

sederhana terbaca tulisan "Koperasi Darrowby'. Aku sudah sampai di

tempat tujuan.

Aku turun dari bis dan berdiri di samping koperku yang peyot. Sambil

memandang sekitarnya. Ada yang mengherankan, hingga aku tak bisa

meraih koper. Tanganku terhenti. Kemudian aku sadar, bahwa

kelinglunganku ini disebabkan oleh..... kesunyian! Betapa sunyinya!

Penumpang lain telah lenyap. Sopir telah mematikan mesin. Tak ada

suara, bunyi, atau orang bergerak. Satu-satunya tanda kehidupan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

hanyalah sekelompok orang tua yang se-dang duduk mengelilingi menara

jam di tengah lapangan. Itu pun agaknya patung-patung belaka!

Dalam buku pariwisata, Darrowby tidak banyak disebut-sebut. Tempat

ini hanya dilukiskan sebagai kota kecil tak penting, yang terletak di tepi

Sungai Darrow. Pasarnya juga tak begitu penting, dan lantainya terbuat

dari batu-batu bulat. Tak ada yang menarik, kecuali dua buah jembatan

kuno. Tapi jika diperhatikan dengan teliti, kota ini sesungguhnya indah.

Tepi sungainya berbatu-batu kerikil. Rumah-rumah berdesak-desakkan,

berderet-deret tak teratur di lereng Bukit Herne. Di mana-mana, di

jalan-jalan, melalui jendela-jendela rumah, kita dapat melihat bukit itu

melatarbelakangi deretan rumah. Bukit itu tampak besar dan megah,

setinggi dua ribu kaki lebih di atas atap-atap rumah yang berdesakan.

Udaranya bersih dan segar. Aku merasa lega sehabis melalui jalan

sepanjang dua puluh mil. Kesesakan kotaku, asap beserta debunya,

terasa telah lenyap dari dalam dada.

Dari lapangan aku masuk ke Jalan Trengate yang lengang. Di ujung jalan

tampak Rumah Skeldale. Betul, itu tempat yang akan kukunjungi. Dari

jauh telah tampak tulisan 'S. Farno MRCVS' pada papan kuningan model

kuno, yang tergantung agak miring pada pagar besi. Dari tumbuhan

menjalar yang memanjat pada batu-batu yang lunak hingga ke jendela

paling atas, aku tahu inilah rumah yang kucari. Sebab dalam surat

disebutkan 'satu-satunya rumah yang ditumbuhi tanaman menjalar'.

Inilah tempat kerjaku yang pertama, sebagai dokter hewan.

Waktu aku sampai di tangga pintu, aku terengah-engah, seperti orang

habis lari. Jika la-maranku diterima, inilah tempat untuk menunjukkan

kemampuan dan kwalitasku.

Bentuk rumah itu menyenangkan. Bergaya Georgia, gangnya dicat putih

dan bagus. Jendela-jendela di tingkat bawah lebar, putih, dan sedap

dipandang mata. Tapi jendela di bawah atap kecil-kecil, persegi, dan

menjorok ke luar. Cat temboknya telah pudar dan semen di antara batu

bata telah keropos.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Namun ada keindahan pada seluruh bangunan itu, meskipun tak ada

kebun depannya. Rumah ini hanya dipisahkan dua meter dari jalan oleh

pagar besi.

Aku membunyikan bel. Seketika itu juga kesunyian siang itu jadi

berantakan. Dari dalam rumah, agak jauh, terdengar salak dan raung

sekawan anjing, seperti lolongan serigala yang sedang marah. Pintu

bagian atas tertutup kaca. Waktu aku menjenguk ke dalam, sekawanan

anjing berbondong-bondong melalui tikungan sebuah gang yang panjang,

menyerbu dengan geramnya ke arah pintu. Salaknya melengking-lengking

memekakkan telinga. Seandainya aku tidak biasa bergaul dengan

binatang, aku pasti sudah lari terbirit-birit untuk menyelamatkan diri.

Meskipun begitu aku melangkah mundur dengan waspada, sambil

memperhatikan anjing-anjing itu waktu tampak di kaca pintu. Kadang-

kadang dua ekor bersama-sama melompat ke kaca. Matanya berapi-api,

rahangnya ternganga, air liurnya menetes. Beberapa saat kemudian aku

baru tahu jumlah sebenarnya. Ternyata aku salah hitung, dan terlalu

melebih-lebihkan. Bukan empat belas seperti yang kuduga, tapi hanya

lima ekor! Yang paling sering tampak pada kaca adalah seekor anjing

greyhound yang sangat besar. Karena ia tak perlu melompat tinggi

seperti teman-temannya. Yang kedua anjing cocker spaniel, anjing kecil

yang berbulu panjang. Yang ketiga anjing scottie, yang keempat whippet.

Yang terakhir terrier, anjing pemburu yang bertubuh kecil dan berkaki

pendek. Terrier ini jarang tampak pada kaca, karena kaca terlalu tinggi.

Tapi waktu ia berhasil melompat ke kaca, sebelum menghilang kembali,

ia menyalak begitu keras dan mengerikan.

Aku mau mengebel lagi waktu aku melihat seorang wanita bertubuh

besar berjalan di gang panjang itu. Ia mengucapkan sepatah kata, dan

anjing-anjing itu diam seketika, seperti kena sihir. Waktu wanita itu

membuka pintu, kawanan anjing itu menyelinap di sekitar kakinya,

seperti tingkah laku para penjilat. Matanya tampak putih minta dibe-

laskasihani dan ekornya melengkung ke bawah di antara kakinya, sambil

dikibas-kibaskan. Baru kali ini aku melihat binatang piara begitu patuh

dan setia.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Selamat siang," kataku dengan tersenyum seramah mungkin. "Nama

saya Herriot."

Waktu pintu terbuka, wanita itu tampak jauh lebih besar. Umur sekitar

enam puluhan, tapi rambutnya yang ditarik ke belakang, masih hitam

legam. Sehelai uban pun tak tampak. Ia mengangguk, dan memandangku

dengan ramah. Tapi rupanya ia menunggu orang lain, karena namaku tak

menimbulkan reaksi apa pun.

"Aku disuruh ke mari oleh Pak Farnon dengan surat. Aku disuruh datang

hari ini."

"Herriot?" tanyanya, sambil mengingat sesuatu. "Operasi antara pukul

enam hingga pukul tujuh. Kalau Anda membawa anjing, itulah waktunya

yang tepat."

"Tidak, tidak," jawabku, sambil memperlama senyumku. "Saya melamar

pekerjaan asisten. Pak Farnon menyuruh saya datang tepat pada waktu

minum teh."

"Asisten? Wah, ya, itu bagus!" Ketegangan garis-garis wajahnya mulai

berkurang. "Kenalkan, nama saya Hall. Saya yang mengurus rumah ini,

karena Pak Farnon belum beristri. Mari masuk, nanti saya ambilkan teh.

Pak Farnon tentu lekas pulang."

Aku mengikutinya di antara dinding yang dikapur putih. Sepatuku

berdecit-decit di atas tegel. Di ujung gang kami membelok ke kanan

masuk gang lain. Aku mulai bertanya dalam hati, berapa panjang rumah

ini. Akhirnya kami sampai di kamar yang langsung mendapat sinar

matahari.

Kamar itu besar dan luas, langit-langitnya tinggi. Perapiannya besar, di

dalam ruangan yang melengkung seperti gapura. Ujung kamar itu

berakhir pada jendela besar, yang menghadap ke kebun yang dikelilingi

tembok tinggi dan panjang. Dari sini aku dapat melihat halaman rumput

yang tak terpelihara, beberapa onggok batu karang, dan pohon buah-

buahan. Jauh di ujung kebun ada semak-semak bunga yang kena sinar

matahari yang panas. Beberapa burung gagak berkaok-kaok di cabang-

cabang pohon elm yang tinggi. Jauh di sebelah sana tampak bukit-bukit

hijau yang dijalari dinding-dinding batu.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Di lantai ada permadani tua dan perabot rumah yang sederhana. Di

tembok tergantung gambar-gambar orang berburu. Buku-buku

berserakan di mana-mana. Sebagian di atas rak, sebagian tertumpuk di

lantai di sudut kamar. Sebuah jambang-an timah terletak di atas rak

tungku api. jambangan ini menarik perhatianku, karena isinya cek dan

surat-surat bank yang berjejal-jejal hingga terhambur ke luar dan

jatuh di lantai. Aku sedang terpesona oleh kertas-kertas berharga ini,

waktu Bu Hall masuk sambil membawa minuman.

"Mungkin Pak Farnon sedang dipanggil orang," kataku.

"Tidak. Dia pergi ke Brawton untuk menengok ibunya. Saya tidak tahu

kapan kembalinya," jawabnya sambil meletakkan teh.

Anjing-anjing itu lalu mencari tempat sendiri-sendiri dan duduk di kursi

dengan tenang. Hanya Scottie dan cocker spaniel bertengkar sebentar

memperebutkan kursi cekung. Kebuasannya lenyap sama sekali. Mereka

memandangiku dengan keramahan yang membosankan, dan berusaha

menahan rasa kantuknya. Sebentar kemudian mereka mengangguk-

anggukkan kepalanya, dan mendengkur bersama-sama. Suaranya riuh

memenuhi kamar, seperti paduan suara.

Tapi aku tak bisa setenang mereka. Aku gelisah dan kecewa. Aku sudah

berusaha datang dengan tepat untuk diwawancarai, tapi ternyata

ditinggal pergi. Ini sungguh menjengkelkan. Mengapa ia menulis surat,

mencari asisten, menentukan waktu, tapi pergi mengunjungi ibunya?!

Kecuali itu, aku disuruh tinggal di sini, tapi pengurus rumah tak tahu-

menahu, dan tidak menyiapkan kamarku. Bahkan belum pernah

mendengar namaku.

Renunganku terganggu oleh bunyi bel, dan anjing-anjing itu, seperti

ditusuk kawat menyala, melompat sambil melolong-lolong dan lari

berebutan menyerbu pintu. Aku berharap mereka tidak bersungguh-

sungguh dalam menjalankan tugasnya. Karena Bu Hall tak tampak, aku

pergi ke luar ke pintu depan. Anjing-anjing itu dengan ganasnya sedang

melakukan serangannya.

"Diam!" bentakku. Anjing-anjing itu tenang seketika. Kelimanya

merangkak-rangkak di sekeliling tumitku, hampir berjalan di atas

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

lututnya. Yang paling patuh adalah greyhound. Ia berhenti

memperlihatkan taringnya dan meringis minta maaf.

Aku membuka pintu dan tampak wajah bulat yang penuh harap. Orang

itu bertubuh gemuk dan mengenakan sepatu bot. Sambil bersandar pada

pagar besi dengan santai, ia bertanya,

"Halo, hai, Pak Farnon ada?"

"Pada saat ini: tidak! Ada perlu apa?"

"Ayaa, sampaikan pesan jika ia pulang. Katakan, bahwa saya, Bert

Sharpe dari Barrow Hills, punya lembu yang bocor!"

"Bocor?"

"Ya, betul. Ia sudah ngowos tiga kaleng!" "Tiga kaleng?"

"Aiyaa, jika tidak segera ditolong, pentilnya terlanjur nyenyeh, bukan?"

"Kemungkinan besar." "Dibedel?" "Tentu."

"Baik, kalau begitu. Beritahu dia. Tatata."

Aku kembali ke kamar tadi sambil berpikir. Aku malu dan bingung,

karena aku telah berhadapan dengan suatu kasus dalam tugasku yang

pertama di sini, tanpa mengerti sepatah kata pun, apa yang dia katakan.

Aku baru saja duduk, bel berbunyi lagi. Seketika itu juga aku

membentak sekeras-kerasnya, hingga anjing-anjing yang sudah di

tengah perjalanan, karena ketakutan, berhenti mendadak, dan kembali

ke kursinya, sambil malu tersipu-sipu.

Kali ini tamunya seorang bapak berpakaian rapi, yang memakai topi

hingga sampai ke telinganya, mengenakan kain leher yang lipatannya

menutupi jakunnya, dan mengulum pipa tanah liat tepat di tengah

mulutnya. Ia mencabut pipanya dan bicara. Kata-katanya penuh tekanan

yang aneh.

"Nama saya Mulligan. Saya ingin bertemu Pak Farnon dan minta obat

anjing."

"Anjing Bapak sakit apa?"

Ia mengangkat alisnya, karena ingin tahu apa yang kukatakan, sambil

menunjuk telinganya. Aku lalu berteriak sekeras-kerasnya,

"Anjing Bapak sakit apa?"

Dengan sangsi ia memandang kepadaku sesaat, lalu menjawab,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Anjing saya muntah-muntah, Nak. Muntah berat!"

Sekarang aku mengerti, dia tuli, dan otakku mulai meramu diagnose.

"Sesudah makan, sudah berapa lama dia muntah?"

Tangannya menunjuk ke telinga lagi. "Ap-phfaa?"

Mulutku kutempelkan telinganya. Sesudah menarik nafas, aku berteriak

sekuat-kuatnya, "Kapan dia muntah, - maksudku muntah? Mengerti?"

Lambat laun Pak Mulligan mengerti apa yang kukatakan. Ia tersenyum

lembut. "O ya, dia muntah. Muntah hebat, Nak!"

Aku tidak ingin berteriak-teriak lagi. Oleh karena itu kukatakan

kepadanya, bahwa aku akan mengurusnya dan dia akan kupanggil lagi

nanti. Rupanya dia bisa membaca bibirku, karena dia tampak puas dan

pergi.

Aku kembali ke kamar tamu dan menjatuhkan diriku di atas kursi. Aku

menuang teh dan meminumnya sedikit. Bel berdering lagi. Kali ini mataku

melotot seketika, melototi anjing-anjing itu. Untunglah mereka tahu

maksudku dan dengan cepat melingkar kembali di kursinya.

Di luar pintu depan berdiri seorang gadis cantik yang berambut merah.

Ia tersenyum, memamerkan rentetan giginya yang putih bersih.

"Selamat siang!" sapanya dengan suara keras dan sopan. "Saya Diana

Brompton. Saya diundang minum teh oleh Pak Farnon."

Sambil memegang handel pintu, mulutku ternganga. "Apa? Dia

mengundang ANDA untuk minum teh?"

Senyumnya jadi tegas. "Ya, betul begitu," jawabnya, sambil mengeja

kata-katanya dengan cermat, "Dia mengundang saya untuk minum teh."

"Sayang, Pak Farnon sedang pergi. Saya tidak tahu kapan dia kembali."

Senyumnya lenyap seketika. "Oh," katanya, dan dia mencari-cari obat

kecewa, "tapi, saya boleh masuk, bukan?"

"Oh, maaf, tentu saja boleh. Mari masuk, silakan!" Jawabku tak karuan,

karena aku tiba-tiba sadar bahwa mataku terbelalak dan mulutku

ternganga.

Pintu kubuka dan kupegangi. Ia masuk dan berjalan di mukaku tanpa

mengucapkan sepatah kata pun. Ia tahu liku-liku rumah ini, karena waktu

aku sampai di tikungan pertama, dia telah menghilang di dalam kamar

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tamu. Aku berjingkat-jingkat melewati pintunya, kemudian lari secepat-

cepatnya sejauh tiga puluh meter sepanjang gang yang berliku-liku, dan

masuk ke dalam dapur batu yang sangat besar. Di situ Bu Hall sedang

menaruh panci di atas kompor dan aku menghampirinya.

"Bu, ada gadis ke sini, namanya Brompton. Katanya, dia diundang minum

teh juga!" kataku, sambil memberanikan diri menarik lengan baju Bu

Hall.

Wajah Bu Hall tidak berubah. Kukira ia akan mengayunkan lengannya.

Tapi ternyata tak ada reaksinya sama sekali.

"Ajak saja dia bicara, nanti saya ambilkan kue lagi," jawabnya.

"Tapi apa yang akan saya bicarakan? Kapan Pak Farnon pulang?"

"Mungkin sebentar lagi. Tapi ajaklah dia omong-omong dulu," jawabnya

dengan tenang.

Perlahan-lahan aku berjalan kembali ke kamar tamu. Waktu aku

membuka pintu, dengan segera gadis itu menengok dan tersenyum

selebar-lebarnya. Waktu yang datang ternyata hanya saya, dengan

terangan-terangan ia menunjukkan rasa jijiknya.

"Kata Bu Hall, Pak Farnon akan segera pulang. Sementara itu Anda

dapat minum teh bersama saya."

Ia memandangku dengan cepat. Kilasan pandang itu mencakup seluruh

tubuhku, mulai dari rambutku yang kusut hingga sepatuku yang tua dan

lecet. Sekejap mata aku sadar betapa kotor dan berkeringat tubuhku

sehabis perjalanan jauh. Kemudian dia mengangkat bahunya dan

memalingkan kepalanya. Anjing-anjing itu memandangnya dengan acuh

tak acuh. Suasana kamar itu sunyi-se-nyap.

Aku menuang teh dan menawarkannya kepadanya. Ia pura-pura tidak

tahu dan menyulut rokoknya. Keadaannya sungguh gawat, tapi aku

berusaha mengatasinya.

Aku batuk-batuk membersihkan tenggorokanku dan bicara dengan

lembut. "Saya baru saja datang. Saya ingin jadi asistennya."

Kali ini dia tidak mau menengok. Dia hanya menjawab 'Oh' dan

pertanyaanku selanjutnya hanya dijawab dengan satu kata saja.

"Daerah ini menyenangkan, bukan?" kataku, menyerang kembali.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Ya."

"Aku baru pertama kali ke Yorkshire. Tapi pemandangannya bagus."

"Oh."

"Anda sudah kenal Pak Farnon lama?" "Ya."

"Mungkin ia masih muda, sekitar tiga puluhan, bukan?" "Ya."

"Di sini udaranya segar."

"Ya."

Dengan tabah dan berani, selama lima menit, aku berperang mulut

seperti ini, sambil mencari bahan pembicaraan yang kena dan lucu. Tapi

akhirnya Miss Brompton mencabut rokok dari mulutnya, berpaling

padaku, terus-menerus menatapku, tanpa memberi jawaban satu huruf

pun. Aku tahu, pertempuran telah berakhir dengan perdamaian, dan aku

diam.

Setelah itu, dia memandang ke jendela besar, sambil menghisap

rokoknya dalam-dalam. Waktu menghembuskan asap dari bibirnya,

matanya di-pincingkannya. Aku dianggap hantu, atau dianggap tidak ada

di situ.

Sekarang aku dapat mengamat-amatinya dengan tenang. Memang dia

cukup menarik hati. Aku mengamatinya seperti sedang mengamati

gambar gadis pada sampul majalah sosial. Roknya dari linen yang sejuk,

kainnya cardigan yang mahal, kakinya cantik, rambutnya yang merah

indah tergerai di bahunya.

Kemudian timbullah pikiranku yang menarik. Ia duduk di sini tentu

karena sedang dirundung rindu atau sedang tergila-gila kepada dokter

Jerman yang gemuk kecil itu. Pak Farnon tentu cukup mempe-

sonakannya.

Sandiwara bisu ini akhirnya bubar, karena Miss Brompton tiba-tiba

berdiri. Rokoknya dicampak-kannya tanpa ampun sedikit pun ke dalam

tungku. Kemudian dia angkat kaki dari kamar.

Dengan lemah lunglai aku bangkit dari kursi. Kepalaku mulai berdenyut-

denyut karena pusing. Aku berjalan ke jendela besar dan masuk ke

kebun. Aku menjatuhkan diri di antara rumput yang tingginya mencapai

lutut, dan menyandarkan punggungku pada pohon akasia yang sangat

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tinggi. Di mana Farnon sialan ini? Betulkah dia memanggilku ke mari,

atau aku dipermainkan orang? Tiba-tiba aku merasa kedinginan. Aku

sudah kehabisan uang, dan jika aku salah alamat, aku bisa celaka.

Tapi waktu aku memperhatikan sekitarnya, hatiku mulai tenang. Sinar

matahari terpantul pada dinding tua yang tinggi itu. Lebah berdengung-

de-ngung di antara untaian bunga yang berwarna cerah. Angin sepoi-

sepoi berembus dan menggerak-gerakkan rangkaian bunga layu di pohon

wistaria yang megah, yang hampir menutupi bagian belakang rumah. Aku

merasa tenteram di sini.

Aku menyandarkan kepalaku pada kulit pohon dan menutup mataku.

Dalam bayanganku aku dapat melihat Herr Farrenen, berdiri di dekatku.

Ia terkejut dan menghujankan tuduhan yang bukan-bukan.

"Apa yang baru saja kaukerjakan?" tanyanya. Daging dagunya yang

gemuk bergetar karena marah. "Kau datang ke rumahku dengan alasan

yang dicari-cari! Kau menghina calon istriku! Kau minum tehku! Kau

makan kueku! Apa lagi yang kaukerjakan? Mungkin kau mencuri sendok,

cangkir, dan rokokku! Kau bicara soal asisten, padahal aku tak

membutuhkannya!. Aku terpaksa harus memanggil polisi!"

Dengan tangannya yang gemuk itu Herr Farrenen menyambar telepon.

Bahkan dalam mimpiku itu dia dapat bicara dengan tekanan kata yang

ringan. Aku mendengar suaranya yang berat itu memanggil-manggil,

"Helo, helo!"

Aku membuka mataku. Memang betul ada orang mengatakan 'Halo', tapi

bukan Herr Ferrenen. Orang itu tinggi, kurus, bersandar pada dinding,

tangannya dimasukkan ke dalam saku. Ia tampak gembira. Waktu aku

berusaha berdiri, dia meninggalkan dinding dan mengulurkan tangannya,

sambil berkata, "Maaf, Anda terpaksa menunggu. Nama saya Siegfried

Farnon."

Tak ada tanda-tanda sedikit pun yang menyatakan bahwa ia orang

Jerman. Ia betul-betul Inggris tulen. Wajahnya panjang, lucu, dan

berahang kuat. Kumisnya kecil, dipangkas pendek. Rambutnya tak

teratur, berwarna pirang pasir. Ia mengenakan jas wol yang agak lusuh

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

dan celana flanel yang tak ada bentuknya. Kerah bajunya berjumbai dan

simpul dasinya tak rapi. Jelas, ia tak begitu suka berkaca.

Setelah mengamat-amati dia, aku merasa sedikit terhibur, meskipun

leherku terasa sakit, karena tadi kusandarkan pada batang pohon. Aku

menggeleng-gelengkan kepala, supaya mataku betul-betul terbuka.

Rumput-rumput kering berjatuhan dari kepalaku. "Tadi ada tamu.

Namanya Miss Brompton," jawabku semampuku. "Katanya ia diundang

minum teh. Saya katakan kepadanya, bahwa Bapak sedang pergi."

Farnon termenung, tapi tampak riang. Ia menggosok dagunya perlahan-

lahan. "Mm, ya - ya, betul, memang. Tapi saya ingin minta maaf sebesar-

besarnya, karena waktu Anda datang, saya tidak ada di rumah. Saya

memang sudah jadi juara pelupa. Hal itu memang hanya karena saya

lupa."

Bahasa Inggris-nya juga bahasa Inggris tulen.

Farnon lama mengamat-amatiku, kemudian tersenyum. "Mari masuk dan

melihat-lihat rumahku."

BAB 3

BAGIAN rumah di sebelah belakang ini panjang, dan dulu bekas kamar

pelayan. Di sini segalanya tampak sempit dan gelap, tampaknya seperti

disengaja, supaya ada kontras dengan bangunan depan.

Farnon mengantarkan aku melalui beberapa pintu, yang menuju sebuah

gang, yang penuh bau eter dan karbol. "Ini," katanya, matanya berkedip

penuh rahasia, seolah-olah akan membuka tabir misteri gua Aladin, "Ini

adalah kamar obat."

Apotik atau kamar obat itu adalah ruangan yang penting sebelum

penicilan dan sulphonamides ditemukan orang. Deretan botol

Winchester yang mengkilat, berjajar di dinding putih mulai dari lantai

hingga langit-langit. Aku sudah kenal nama-nama obat itu: Sweet Spirits

of Nitre, Tincture of Camphor, Chlorodyne, Formalin, Salammoniac, He-

xamine, Sugar of Lead, Linimentum Album, Per-chloride of Mercury,

Red Blister. Deretan etiketnya cukup memuaskan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Aku adalah anggota baru di antara teman-teman tua. Dengan susah

payah aku telah mengumpulkan adat dan pengetahuan mereka, memburu

rahasia mereka selama bertahun-tahun. Aku tahu dari mana obat-obat

ini, kemanjurannya, pemakaiannya, dan dosisnya. Mempelajari dosis ini

mau jadi gila rasanya. Suara pengujiku masih terngiang-ngiang di

telingaku, "Beberapa dosis untuk kuda? - dan untuk lembu? - dan untuk

biri-biri? - dan untuk babi? - dan untuk anjing? - dan untuk kucing?"

Rak ini merupakan gudang senjata melawan penyakit. Di bangku bawah

jendela ada alat-alat untuk mencampurnya: bejana bersusun dan tabung

kimia, alas menumbuk dan penumbuknya, lesung dan alunya. Di sebelah

bawah ada lemari terbuka. Isinya: botol obat, onggokan gabus segala

macam ukuran, peti pil, dan kertas pembungkus obat.

Waktu kami berjalan terus, tingkah laku Farnon makin lama makin

bersemangat. Matanya bersinar-sinar dan bicaranya cepat. Kerap kali ia

meraih botol dan membelai-belainya. Kadang-kadang ia mengambil pil

kuda atau electuary dari dalam kotak. Ia menepuk-nepuknya dengan

ramah dan mengembalikannya dengan lemah lembut.

"Lihat bahan ini, Herriot," teriaknya dengan tiba-tiba. "Ini namanya

Adrevan! Obat ini sangat manjur untuk membunuh cacing kuda. Tapi,

ingat, harganya sedikit mahal - satu bungkus sepuluh dolar. Dan spiral

ternak ini. Jika benda ini dimasukkan ke dalam rahim lembu, warna

kotoran yang dikeluarkannya jadi sangat bagus. Sungguh-sungguh punya

pengaruh baik. Kau telah melihat kecerdikan ini?"

Ia menaruh beberapa' kristal yodium yang telah diperhalus ke dalam

mangkuk kaca dan menambahkannya setetes terpentin. Sesaat tidak

terjadi sesuatu. Tapi kemudian asap ungu yang padat bergelung-gelung

dengan lamban ke langit-langit. Ia lalu tertawa terbahak-bahak karena

melihat wajahku tercengang-cengang.

"Seperti sihir, bukan? Ini untuk mengobati kaki kuda yang luka. Reaksi

kimianya menyebabkan yodium itu menyerap dalam-dalam ke jaringan."

"Betul begitu?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Ya, menurut teori, tapi aku sendiri tidak tahu dengan pasti. Namun,

bagaimanapun juga, kecerdikan ini tampak mengagumkan. Langganan

yang paling rewel pun dapat terkesan atau terpengaruh!"

Beberapa botol di rak tidak memenuhi standar yang saya pelajari

semasa kuliah. Misalnya sebuah etiket yang berbunyi 'Obat Perut',

dengan gambar kuda berguling-guling kesakitan. Wajah kuda itu

menengadah ke atas, seperti orang yang sangat menderita. Etiket lain

berbunyi 'Obat Segala Ternak' dengan huruf-huruf yang dihiasi.

Tampaknya seperti obat ajaib dalam dongeng. 'Obat mujarab untuk

batuk, pilek, masuk angin, pneumonia, demam susu, mencret dan segala

gangguan pencernaan'. Di bagian bawah etiket, dengan huruf-huruf

hitam mengkilat, ada tulisan yang meyakinkan, 'Sangat Manjur'.

Tiap obat, tiap botol, dipuji kemanjurannya. Masing-masing punya

peranan selama masa prakteknya lima tahun. Masing-masing mengandung

keampuhan dan kesaktian. Kebanyakan botol itu indah bentuknya,

dengan tutup gelas yang berat. Dengan nama-nama Latin yang dipahat

dalam. Nama itu sudah terkenal di kalangan para dokter selama

berabad-abad, seperti obat-obat dalam dongeng jaman dulu.

Kami berdua berdiri, sambil memandang ke deretan botol yang

mengkilat, tanpa menduga sedikit pun, bahwa benda-benda itu sebentar

lagi tak berguna, dan bahwa masa kejayaan obat-obat kuno hampir

berakhir, karena terdesak oleh arus penemuan obat baru. Obat-obat

kuno itu akan segera dilupakan orang, dan tak akan muncul kembali.

"Ini tempat penyimpanan alat-alat," kata Farnon waktu memperlihatkan

kepadaku kamar sempit lain. Peralatan binatang kecil terletak di rak

hijau yang sangat rapi. Kerapiannya sungguh mengesankan. Suntikan,

forcep, skala gigi, alat pemeriksa, dan yang menduduki tempat utama

adalah ophtalmoscope, alat pemeriksa mata.

Dengan kasih sayang, alat itu diangkatnya dari kotaknya yang hitam. "Ini

baru saja kubeli," gumamnya, sambil membelai-belai batangnya.

"Menakjubkan. Coba tolong, periksa mata saya."

Aku menyalakan lampunya dan dengan penuh perhatian mengamati mata

Farnon. Di bagian mata yang terdalam terlihat gambar permadani

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

berwarna yang berkilau-kilauan. "Mata Bapak masih sangat bagus. Saya

dapat membuat surat keterangan dokter, yang menyatakan mata Bapak

sangat sehat."

Ia tertawa dan menepuk-nepuk bahuku. "Hebat! Saya gembira

mendengar komentar Anda. Saya selalu mengira, mata sebelah ini agak

bular."

Ia lalu memperlihatkan alat-alat binatang besar yang tergantung pada

dinding. Besi pemotong, alat pengebiri, tali pengikat kaki, tali pengait

anak lembu dan kait. Alat embriotomi baru yang terbuat dari perak,

terletak di tempat yang terhormat. Tapi kebanyakan alat-alat itu,

seperti obat-obatnya, adalah benda-benda museum. Lebih-lebih alat

penyalur darah, merupakan benda peninggalan jaman pertengahan. Tapi

masih dipergunakan untuk menuangkan darah ke dalam ember.

"Tanpa benda ini kita tak dapat menyembuhkan laminitis," katanya

dengan sungguh-sungguh.

Akhirnya aku dibawa ke kamar operasi yang dindingnya putih bersih. Di

sini ada meja tinggi, gas asam, alat pembiusan dan alat penstiliran.

"Di daerah ini pengobatan binatang kecil jarang terjadi," kata Farnon,

sambil melicinkan meja dengan telapak tangannya. "Tapi saya berusaha

menganjurkannya. Ini merupakan selingan yang menyenangkan sehabis

tertelungkup di kandang lembu. Yang penting kita dapat bertindak

tepat. Ajaran tentang minyak kastor dan asam prusik tak ada gunanya

sama sekali. Anda mungkin tahu, bahwa banyak dokter tua tidak mau

memeriksa anjing atau kucing. Kebiasaan ini harus kita ubah."

Ia lalu menghampiri lemari di sudut dan membuka pintunya. Di atas rak

kaca tampak beberapa pisau bedah, gunting pembuluh nadi, jarum

penjahit luka, botol-botol berisi spiritus dan benang usus kucing. Ia

mengambil sapu tangannya. Sebelum menutup pintu ia menjentik

auroscope.

"Ya, bagaimana pendapat Anda tentang ini semua?" tanyanya waktu

keluar dari kamar dan masuk ke dalam gang.

"Hebat," jawabku. "Perlengkapan Bapak sangat lengkap. Saya sungguh

terkesan."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Jelas ia sangat bangga. Pipinya yang tipis jadi merah dan ia

bersenandung perlahan-lahan. Kemudian tiba-tiba menyanyi keras

dengan nada bariton yang bergetar. Iramanya sesuai dengan langkah

kakinya.

Waktu kami berdua tiba di kamar tamu lagi, aku bicara tentang Bert

Sharpe. "Lembunya bocor dan telah mengeluarkan tiga kaleng. Ia bicara

tentang pentil, nyenyeh, dan dibedel. Saya tidak bisa menangkap yang

dimaksud."

Farnon tertawa. "Kukira, aku tahu maksudnya. Pentil artinya ambing, dan

nyenyah adalah istilah setempat. Artinya radang buah dada. Ia minta

supaya lembunya dioperasi, karena putingsusunya tersumbat."

"O begitu. Kemudian ada orang Irlandia, namanya Mulligan, ia tuli....."

"Sebentar," kata Farnon sambil mengangkat tangannya. "Kalau tak salah,

anjingnya muntah, bukan?"

"Ya, muntah hebat."

"Memang. Dia harus kuberi bismuth carb lagi. Aku suka mengobati

anjing ini. Ia serupa dengan anjing terrier tapi sifatnya murung.

Mulligan sudah beberapa kali datang ke mari, dan mengutarakan

keluhannya. Ia sungguh sedih jika anjingnya tidak sembuh, karena ia

mencintainya."

"Mengapa anjing itu muntah?"

"Biasa saja. Karena salah makan atau akibat makan sembarang kotoran.

Lebih baik kita pergi ke rumah Sharpe. Kemudian mengunjungi satu dua

orang lagi. Lebih baik Anda ikut dan melihat-lihat daerah ini."

Setiba di luar rumah, Farnon mengajakku ke sebuah mobil yang sudah

peot. Waktu aku berputar ke tempat duduk aku heran, karena benang-

benang pada ban sudah habis, body-nya telah berkarat, kaca depannya

yang hampir persegi itu retak-retak seperti jala. Yang tidak

kuperhatikan adalah tempat duduknya. Tempat duduk ini tidak terpaku

pada lantai seperti mobil pada umumnya. Tapi terlepas dan bisa

meluncur seperti kereta ski. Waktu aku duduk, aku terpelanting ke

belakang. Kepalaku terbentur pada kursi belakang, dan kakiku menyepak

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

atap mobil. Farnon mengangkatku, sambil minta maaf dengan hormatnya.

Lalu kami berdua berangkat.

Sesudah meninggalkan pasar, jalan turun dengan curam, dan aku bisa

melihat seluruh Dale, yang jauh terbentang dalam sinar matahari petang

itu.

Tapi bukit-bukit besar tampak lunak dalam sinar yang lembut, dan garis

perak yang terputus-putus menunjukkan Sungai Darrow yang

mengembara di dasar lembah.

Farnon adalah sopir yang luar biasa. Mungkin karena terpesona oleh

pemandangan, mobilnya dijalankan perlahan-lahan, sikunya disandarkan

pada setir, dan dagunya bertumpu pada tangannya. Di dasar bukit dia

bangun dari mimpinya. Mobilnya dilarikan dengan kecepatan 100 km

sejam. Mobil tua ini meronta-ronta dengan gilanya di atas jalan yang

sempit, dan tempat dudukku meluncur ke sana ke mari, sementara aku

menjejakkan kakiku kuat-kuat pada lantai papan.

Kemudian dia tiba-tiba menginjak remnya, menunjuk ke seekor kuda di

tengah ladang, lalu melarikan mobilnya lagi. Ia tidak pernah melihat ke

depan. Yang diperhatikannya adalah pemandangan di sekitarnya dan di

belakang mobil. Ini sungguh mencemaskan, karena mobilnya meluncur

cepat, dan ia kerap kali menengok ke belakang.

Kami meninggalkan jalan raya dan berbelok masuk jalan kecil yang

mendaki. Jalan itu melalui beberapa buah pintu pekarangan. Waktu aku

masih jadi mahasiswa, selama tahun-tahun praktek, aku sudah biasa

keluar-masuk mobil dengan tangkas, karena tugas utama mahasiswa

adalah seperti monyet pembuka pintu yang ahli. Namun, Farnon setiap

kali mengucapkan terima kasih dengan sungguh-sungguh. Tentu saja

mula-mula aku heran, tapi kemudian aku merasa hal itu memang

menyegarkan hati.

Kami masuk ke pekarangan seorang petani. "Di sini ada kuda pincang,"

kata Farnon. Seekor kuda Clydesdale yang sudah dikebiri dan bertubuh

kuat dibimbing ke luar. Petani pemiliknya melarikannya mondar-mandir,

sementara kami menyaksikannya dengan penuh perhatian.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Kaki mana yang pincang?" tanya Farnon. "Yang depan sebelah sini? Ya,

saya kira itu. Ingin memeriksanya?"

Aku memegang kaki itu. Kaki itu terasa lebih panas daripada lainnya.

Aku minta palu dan mengetuk-ngetuk dinding kukunya. Kuda itu

menyentak, mengangkat kakinya dan tergantung beberapa detik dengan

gemetar, sebelum meletakkannya kembali di atas tanah. "Rupanya ada

nanah di dalam kakinya."

"Saya berani bertaruh, Anda betul," kata Farnon. "Tapi orang di daerah

sini menyebutkan kerikil. Apa yang akan Anda lakukan?"

"Melubangi tapak kukunya dan mengeluarkan nanahnya."

"Betul," katanya, sambil mengulurkan pisau pe-lubang kuku. "Saya ingin

melihat cara Anda bekerja."

Aku merasa tidak enak, karena sedang diuji. Aku menerima pisau itu,

mengangkat kaki kuda dan mengapitnya di antara lututku. Aku tahu apa

yang harus kulakukan. Ialah mencari bintik hitam pada tapak kuku.

Bintik hitam itu adalah lubang tempat masuknya infeksi. Aku harus

mengikuti lubang itu, hingga mencapai tempat nanah. Aku menggores

kotoran yang sudah mengerak, dan tidak hanya menemukan satu lubang,

tapi beberapa buah. Sesudah mengetuk sana-sini untuk mencari tempat

yang sakit, aku memilih sebuah yang mungkin merupakan jalan infeksi,

dan mulai mengiris kuku.

Kuku ini terasa sekeras batu marmar. Aku hanya dapat mengirisnya

sedikit demi sedikit. Rupanya kuda itu tahu menghargai jasa orang yang

akan menyembuhkan kakinya yang sakit. Buktinya, untuk menyatakan

terima kasihnya, dia bersandar penuh pada punggungku. Mungkin dia

menganggap punggungku sejenis kasur atau bantal yang maha-empuk.

Atau mungkin dia sepanjang hari belum sempat beristirahat senikmat

sekarang. Aku mengaduh, dan menyodok tulang rusuknya dengan siku.

Meskipun akibat sodokan ini dia mengubah posisinya, tapi sebentar

kemudian dia bersandar lagi.

Bintik hitam makin lama makin kabur. Waktu aku mencungkil terakhir

kalinya, bintik itu lenyap. Dalam hati aku memaki-maki, dan mulai

mencungkil bintik yang lain. Punggungku terasa hampir patah, dan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

keringatku menitik ke dalam mataku. Jika bintik ini berakhir pada jalan

buntu lagi, kukira aku harus melepaskan kaki kuda ini dan beristirahat.

Tapi karena mata Farnon mengawasiku terus, aku tidak berani berbuat

begitu.

Sambil mendukung daging kuda, aku mencungkil terus. Waktu lubang

makin dalam, lututku mulai bergetar dan tak terkuasai lagi. Kuda itu

dengan santainya menempelkan tubuhnya yang beratnya dua kwintal ke

atas punggungku. Aku bertanya-tanya dalam hati, bagaimana kalau aku

tidak kuat, dan jatuh tertelungkup, serta wajahku terbentur lantai.

Waktu aku sedang melamun demikian, tiba-tiba di ujung pisau, aku

melihat nanah menyemprot dan kemudian menetes dengan teratur.

"Itu penyakitnya, "gumam petani. "Ia akan merasa lega."

Lubang kulebarkan dan kaki kuda kulepaskan. Dengan susah payah aku

bangkit. Waktu aku melangkah mundur, ternyata bajuku melekat pada

punggungku.

"Bagus, Herriot!" serunya, sambil mengambil pisau dan memasukkannya

ke dalam saku. "Memang tidak lucu, kalau kukunya sekeras itu."

Ia menyuntik kuda itu dengan antitoksin tetanus dan berpaling kepada

petani. "Tolong angkat kakinya sebentar. Lubangnya akan

kuhapushamakan." Petani yang kecil gemuk itu mengapit kaki kuda di

antara lututnya, sambil memperhatikan Farnon dengan penuh minat,

waktu Farnon memasukkan kristal yodium dan terpentin ke dalam lubang

kuku kuda. Kemudian dia hilang tertelan oleh gumpalan asap ungu yang

bergelung-gelung.

Aku terpesona waktu melihat asap tebal ini membubung ke atas dan

tersebar ke sana ke mari. Aku hanya bisa mendengar petani kecil itu

dari bicaranya yang tak menentu.

Waktu asap mulai menipis, aku melihat dua butir mata yang terbelalak.

"Hebat, Pak Farnon! Saya kagum akan apa yang baru terjadi ini tadi!"

seru petani itu sambil batuk-batuk. Ia mengamat-amati lagi lubang kuku

yang hitam sambil berkata kehe-ran-heranan, "Sungguh mengagumkan

apa yang telah dicapai oleh ilmu pengetahuan jaman sekarang!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Kemudian kami berkunjung ke tempat lain. Yang pertama menjahit kaki

anak lembu yang luka, mengobati dan membalutnya. Yang kedua ke lembu

yang ambingnya tersumbat.

Pak Sharpe sudah menunggu dengan penuh harapan. Ia mengantar kami

ke kandang dan Farnon menunjuk ke lembu, sambil berkata, "Coba

periksa, apa yang bisa Anda lakukan."

Aku berjongkok dan memijit-mijit ambing. Jaringan ambing itu makin ke

atas makin terasa menebal. Ini harus dioperasi. Aku mulai memasukkan

spiral logam ke dalam ambing (puting susu). Sebentar kemudian aku

terduduk sambil terengah-engah di saluran tahi lembu. Lembu itu

menyepakkan kakinya dan bekas kukunya mencap pada baju depan.

Ini memalukan, tapi apa boleh buat. Aku terpaksa duduk sambil megap-

megap, mulutku terbuka tertutup seperti ikan yang terdampar.

Pak Sharpe mengangkat tangannya untuk menutupi mulutnya. Ia

berusaha keras menahan keta-wanya. Ia ingin bersikap sopan, meskipun

di dalam hati ia merasa sangat geli, karena dokternya dalam kesulitan.

"Maaf, Anak muda, sebetulnya Anda harus saya beritahu sebelumnya,

bahwa lembu saya lembu yang sangat ramah. Mungkin dia ingin berjabat

tangan dengan Anda." Kemudian, setelah memberikan penjelasan itu, ia

membaringkan dahinya di punggung lembu, sambil diam seribu bahasa,

padahal dalam hati gembiranya bukan main.

Aku mengerahkan tenaga dan bangkit dengan sopan dari saluran tahi

lembu. Pak Sharpe memegang hidungnya dan Farnon mengangkat

ekornya. Dengan bantuan mereka aku dapat memasukkan alat itu lewat

jaringan yang berserabut. Setelah alat itu kutarik ke bawah beberapa

kali, sumbatnya tercabut. Lembu itu mungkin merasa geli atau sakit. Ia

menyepak lengan dan kakiku beberapa kali.

Setelah operasi selesai, Pak Sharpe dengan cepat memegang ambing,

yang menyemprotkan buih putih ke lantai. "Hebat! Ia bocor empat

kaleng sekarang!"

BAB 4

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

KITA akan pulang melalui jalan lain," kata Farnon sambil bersandar pada

setir dan menghapus kaca depan dengan lengan bajunya. "Kita lewat

Brenkstone Pass dan turun ke Sildale. Tidak begitu jauh, supaya Anda

mengenal daerah itu."

Kami melalui jalan yang berbelok-belok dan menanjak makin lama makin

tinggi. Jalan itu mendaki terus, dan lereng bukit seperti terlempar ke

bawah dan jatuh di jurang yang gelap. Di sini ada sungai yang deras

airnya dan bergegas ke dataran rendah. Setiba di puncak, kami keluar

dari mobil. Waktu itu musim panas. Matahari baru saja terbenam.

Lereng-lerang bukit yang tidak teratur tampak seperti berjatuhan,

puncaknya seperti berguling-guling tertelan oleh langit sebelah barat,

yang bentuknya seperti beberapa pita kuning, dan merah tua. Di sebelah

timur ada pegunungan hitam yang menjulang tinggi. Pegunungan batu

yang sangat besar, yang bentuknya persegi, didukung oleh lereng-

lerangnya. Seperti hantu raksasa yang mengancam dan menyeramkan.

Aku bersiul perlahan-lahan waktu melihat sekelilingnya. Daerah ini tidak

seramah daerah perbukitan yang telah kulalui waktu aku menuju Dar-

rowby.

Farnon berpaling kepadaku, dan berkata, "Ya, daerah ini daerah yang

paling menakutkan di Inggris. Apalagi di musim dingin. Aku pernah

melihat jalan ini tertutup salju selama berminggu-minggu."

Aku menghirup udara bersih ini dalam-dalam, supaya memenuhi paru-

paruku. Di daerah yang seluas ini tak ada yang bergerak. Hanya

terdengar burung trinil berteriak lemah. Di kejauhan terdengar pula

suara gemuruh yang disebabkan oleh arus sungai yang mengalir dengan

deras seribu kaki di bawahku.

Waktu aku masuk ke dalam mobil lagi, hari sudah gelap. Kemudian kami

menuruni bukit ke Sil-dale. Lembah ini hanya tampak samar-samar, tapi

di beberapa tempat tampak cahaya lampu. Lampu-lampu itu menunjukkan

pusat-pusat pertanian yang terpencil di lereng bukit.

Kami sampai di sebuah desa yang sunyi dan Farnon dengan keras

menginjak remnya. Aku meluncur tak berdaya di atas tempat dudukku

dan kepalaku membentur kaca depan mobil dengan suara gemeretak.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Tapi Farnon pura-pura tidak tahu, dan berkata, "Di sini ada warung.

Mari singgah dan memesan bir."

Aku baru pertama kali melihat warung seperti itu. Karena memang bukan

warung, tapi dapur sederhana yang luas, berbentuk persegi dan

berdinding batu. Di bagian ujung ada perapian yang sangat besar dan

tungku kuno yang hitam. Di atas api ada ketel, di dalam tungku hanya

ada sebuah balok kayu yang besar, yang mendesis-desis dan gemeretak.

Baunya yang seperti bau damar memenuhi seluruh ruangan.

Kira-kira ada dua belas orang duduk di bangku panjang. Bangku itu

bersandaran tinggi sejajar dengan dinding. Di depan mereka ada

mangkuk-mangkuk kecil yang terletak di atas meja kayu.

Meja itu telah retak-retak dan kisut karena dimakan waktu.

Waktu kami berdua masuk, semua diam. Kemudian ada yang bicara, "Oh,

Dokter Farnon," katanya dengan sopan, tapi bukan merupakan sambutan

hangat. Kata-kata ini diikuti oleh gumam dan anggukan kepala yang

ramah dari teman-temannya. Mereka kebanyakan petani atau buruh tani

yang sedang menghibur diri tanpa ribut-ribut atau rame-rame.

Kebanyakan kulit tubuhnya berwarna merah karena terbakar sinar

matahari. Yang lebih muda, bajunya terbuka, tak memakai dasi, dada

dan lehernya yang berotot kelihatan. Di sudut ada beberapa orang

sedang bermain domino dengan tenang. Yang terdengar hanya gerutu

dan suara kartu dibanting di meja.

Farnon mengjakku duduk, memesan dua bir, memandangku sambil

berkata, "Anda saya terima jadi asisten saya, jika Anda suka. Gajinya

empat pound seminggu. Makan dan indekos gratis. Setuju?"

Seketika itu juga aku terdiam. Aku diterima! Dengan gaji empat pound

seminggu! Itu banyak sekali! Aku teringat ada orang mencari kerja di

iklan harian Record. Menyedihkan sekali keadaannya. 'Dokter hewan,

sangat berpengalaman, mau bekerja asal diberi makan.' BVMA terpaksa

mendesak redaksi harian itu, supaya jangan mencetak jeritan hati

seorang dokter hewan. Aku bisa lon-tang-lantung kalau ada teman

seprofesi yang menawarkan keahliannya dengan cuma-cuma. Empat

pound seminggu, aku bisa kaya!

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Terima kasih," jawabku, sambil berusaha keras menyembunyikan

kegembiraanku. "Saya setuju, Pak Farnon."

"Bagus," kata Farnon, sambil terburu-buru meneguk birnya. "Mulai saat

ini kau kuanggap temanku, tak perlu memanggilku bapak. Sekarang

kuberitahu sejarah praktekku. Rumah itu kubeli dari seorang dokter tua

setahun yang lalu. Dokter itu sudah berumur delapan puluh tahun, tapi

masih bekerja. Sungguh pribadi yang ulet. Tapi pada suatu malam ia

meninggal dunia. Hal ini tidak mengherankan, karena ia sudah tua. Tentu

saja barang-barangnya ditinggalkan begitu saja. Barang-barang yang

sudah ketinggalan jaman. Sebagian alat-alat kuno itu bekas miliknya.

Boleh dikatakan sudah tidak ada langganan atau pasien lagi. Tapi aku

sekarang berusaha mencari langganan baru. Sebegitu jauh,

keuntungannya hanya sedikit. Tapi jika kita selama beberapa tahun

tetap tekun, aku yakin usaha kita akan maju. Petani-petani itu senang

melihat dokter muda membuka praktek. Dan mereka menyambut

gembira operasi dan pengobatan baru. Tapi aku harus mendidik mereka.

Mereka biasa membayar tiga puluh enam pence kepada dokter tua itu,

untuk tiap pengobatan. Ini kebiasaan yang cukup sukar untuk diubah.

Penduduk Dale ini ramah dan menyenangkan. Tapi mereka tidak mau

keluar uang tanpa imbalan. Artinya kau harus membuktikan, bahwa

mereka akan menerima keuntungan yang setimpal."

Dengan penuh semangat, Farnon bicara terus terang rencana masa

depannya. Minuman mengalir terus dan suasana dalam warung makin

meriah. Ruangan itu makin lama makin penuh orang, karena datang

langganan baru dari desa. Suasananya makin gaduh dan udaranya makin

panas. Beberapa saat sebelum warung ditutup, aku terpisah dari Farnon.

Aku duduk di tengah sekelompok orang yang tertawa-tawa, seolah-olah

aku sudah mengenalnya bertahun-tahun.

Tapi ada seorang yang tingkah lakunya aneh. Orang itu berkali-kali

berusaha memandangku. Seorang tua yang bertubuh kecil, mengenakan

topi panama yang berwarna putih tapi sudah kotor. Wajahnya licin,

cokelat, dan lusuh seperti sepatu tua. Ia mondar-mandir mencari sela-

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

sela orang yang berkerumun itu, sambil mengerdip-ngerdipkan matanya,

untuk memberi isyarat kepadaku.

Aku tahu maksudnya. Ia tentu ingin mengatakan sesuatu. Oleh karena

itu aku meninggalkan kelompokku dan mengikuti orang aneh itu ke sudut

warung. Orang tua ini duduk di depanku, menyandarkan tangan dan

dagunya pada tongkatnya, dan memandangku dari bawah kelopak

matanya yang mengantuk.

"Nah, Anak muda, sekarang aku akan mengatakan sesuatu. Selama

hidupku aku bergaul dengan binatang. Aku punya sebuah rahasia!"

Ibu jari kakiku mulai melengkung. Aku pernah tertangkap basah seperti

ini. Pada masa praktekku yang pertama semasa masih kuliah, aku

menemukan, bahwa petani-petani tua mengira mempunyai pengalaman

yang tak ternilai harganya. Pengalaman ini harus diceriterakan kepada

orang lain. Dan ini biasanya berjam-jam lamanya. Aku melihat

sekelilingnya dengan cemas, karena aku merasa terperangkap. Orang tua

ini menggeser kursinya ke depan, dan mulai berbisik-bisik seperti orang

yang mengajak berkhianat. Nafasnya yang berbau bir menusuk-nusuk

wajahku dari jarak lima belas senti.

Tidak ada barang baru dalam ceritera orang tua itu. Hanya ceritera

khayal tentang pengobatan dan penyembuhan ajaib. Tentang obat-obat

manjur yang hanya dia ketahui sendiri. Tentang usaha beberapa orang

jahat yang ingin mengetahui rahasia pengalamannya. Dan tentang usaha

mereka yang gagal. Ia hanya berhenti bicara untuk meneguk

minumannya. Tubuhnya yang kecil itu sungguh mengagumkan, karena bisa

menyerap bir begitu banyak.

Ia tampak sangat gembira dan kubiarkan bicara melantur-lantur. Bahkan

aku memberinya semangat, dengan jalan menyatakan kekagumanku dan

keherananku atas prestasinya.

Orang bertubuh kecil ini belum pernah mendapat perhatian sedemikian

besar. Dulu ia pernah jadi orang yang agak terhormat, karena memiliki

sebidang ladang, dan bukan jadi petani penyewa tanah. Tapi itu

bertahun-tahun yang lalu. Kepalanya dimiringkan, matanya dipicingkan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

sebelah. Mata itu beranjak-anjak lincah dengan ramah. Tapi tiba-tiba ia

jadi serius dan duduk dengan tegak.

"Nah, sebelum kau pergi, Anak muda, aku akan mengatakan sesuatu,

yang tak diketahui orang lain, kecuali aku sendiri. Aku sebenarnya bisa

kaya karena ini. Bertahun-tahun lamanya orang memburu rahasia ini,

tapi usaha mereka sia-sia belaka."

Ia minum beberapa teguk lagi, memicingkan matanya, sambil berkata,

"Ini obat eksim lutut lembu."

Aku terkejut dan bangkit seperti orang takut kejatuhan atap runtuh.

"Tentu bukan itu maksudmu!" jawabku terengah-engah. "Bukan eksim

lutut lembu."

Orang tua itu tampak puas. "Betul, memang itu yang kumaksud. Yang

perlu kaukerjakan hanyalah menggosokkan salepku, dan lembu sehat

seketika. Bahkan lebih sehat dari semula!" Suaranya melengking kecil

dan tangannya menampar gelas yang hampir kosong hingga jatuh ke

lantai.

Dengan ragu-ragu dan perlahan-lahan aku bersiul dan memesan minuman

lagi. "Betul, kau akan memberi tahu aku nama salep itu?" bisikku.

"Betul, Anak muda! Tapi dengan syarat. Kau tidak boleh mengatakannya

kepada orang lain. Hanya kau dan aku saja yang boleh tahu!" Ia meneguk

lagi minumannya. Bir itu meluncur ke dalam kerongkongannya dengan

mudah. Isi gelas itu tinggal separo. "Ingat, hanya kau dan aku boleh

tahu!"

"Baik, aku berjanji tidak akan mengatakannya kepada orang lain. Apa

nama obat ajaib itu?"

Orang tua itu dengan curiga melihat ke sekelilingnya, karena ruangan

penuh orang. Kemudian ia menghela nafas dalam-dalam, meletakkan

tangannya di atas bahuku, dan mendekatkan bibirnya di telingaku. Ia

mendehem sekali, dengan khidmat, dan berbisik, dengan suara parau,

"Minyak, Marshmallow!"

Aku menjabat tangannya dengan hangat tanpa bicara sepatah kata pun.

Orang tua itu, karena sangat terharu, menumpahkan separo isi gelas

sisanya, dan mengguyur dagunya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Tapi Farnon memberi isyarat dari pintu. Sekarang waktunya pulang.

Kami berbondong-bondong keluar bersama teman-teman baru,

memecahkan kesunyian dan kegelapan malam di jalan desa yang sunyi

itu. Seorang pemuda yang berambut pirang dan tak mengenakan jas

membuka pintu mobil dengan sopan. Waktu dia mengucapkan selamat

malam dengan melambaikan tangannya, aku melompat ke dalam mobil.

Kali ini tempat duduk meluncur lebih cepat dari biasanya. Aku

terpelanting ke belakang. Kepalaku mendarat di atas sepatu, dan daguku

terjepit lututku sendiri.

Sederet wajah yang tercengang mengintai dari jendela belakang. Tapi

dengan segera orang-orang yang ringan tangan menolongku bangkit lagi.

Dan kursi sialan itu diletakkan di tempatnya semula. Dalam hati aku

bertanya, sudah berapa lama hal ini berlangsung dan apakah sang

majikan tidak punya niat memperbaikinya.

Mobil menderu masuk ke kegelapan malam dan aku menengok

kebelakang. Sekelompok orang melambai-lambaikan tangannya. Aku

dapat melihat orang tua bertubuh kecil itu. Topi panamanya tampak

berkilau-kilau seperti topi baru, karena kena sinar dari pintu warung. Ia

meletakkan jarinya di atas bibir.

BAB 5

LIMA tahun aku kuliah, sambil menunggu suatu saat. Tapi saat yang

kutunggu ini belum tiba. Aku sudah ada di Darrowby selama dua puluh

empat jam, tapi belum sempat mengadakan kunjungan sendiri.

Hari berikutnya aku juga masih dikawal Farnon. Ini sungguh aneh. Sebab

Farnon tampaknya orang yang sembrono, pelupa dan ada beberapa

kelemahan lainnya. Tapi ia sangat hati-hati dalam melepaskan asistennya

yang baru.

Hari ini aku dan Farnon berkeliling di Lidderdale dan menjumpai

beberapa langganan. Mereka adalah petani yang ramah, sopan,

menyambutku dengan gembira, dan mengharapkan tugasku berhasil. Tapi

bekerja di bawah pengawasan Farnon adalah seperti kembali ke bangku

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kuliah dan diawasi mata sang profesor. Aku merasa dengan jelas, bahwa

karirku yang profesionil tidak akan mulai, sebelum aku, James Herriot,

pergi ke luar dan mengobati binatang sakit, tanpa ditolong dan diawasi.

Namun, waktu yang kutunggu-tunggu itu segera tiba, karena Farnon

pergi ke Brawton untuk mengunjungi ibunya lagi. Sungguh sayang

terhadap ibunya, pikirku keheran-heranan. Dan katanya, dia baru pulang

malam. Jadi Bu Hall terpaksa harus jaga malam. Tapi itu tak perlu

dipusingkan. Yang penting, aku mendapat tugas.

Aku duduk di kursi malas, yang alasnya telah kendur dan berjumbai. Aku

memandang jendela besar di depan kebun, sambil memperhatikan

bayang-bayang pohon yang disebabkan oleh sinar matahari sore itu, dan

jatuh di dalam rumput yang tak terurus. Aku merasa bahwa akan ada

banyak pekerjaan.

Dengan santai aku bertanya-tanya dalam hati, tugas apa kiranya yang

akan kuterima. Mungkin suatu antiklimaks sesudah menunggu bertahun-

tahun. Anak lembu yang batuk atau babi yang sembelit misalnya.

Mungkin tidak begitu mengecewakan seandainya aku mulai dengan

pengobatan yang mudah. Waktu aku sedang di tengah lamunan yang

menggembirakan ini, tiba-tiba telepon di gang berdering keras sekali.

Deringnya melengking-lengking luar biasa, karena rumah ini sedang

kosong. Pesawat penerimanya kuangkat.

"Apakah itu Mr Farnon?" suaranya dalam agak parau. Tekanan katanya

agak lunak. Mungkin sedikit terpengaruh bahasa daerah tenggara.

"Maaf, bukan, dia sedang keluar. Ini asistennya.

"Kapan dia pulang?"

"Nanti malam katanya. Apa Anda perlu bantuan?"

"Saya tidak tahu, apakah Saudara bisa membantu atau tidak," jawab

suara itu, dengan nada angkuh. "Saya Mr. Soames, menejer peternakan

Lord Hulton. Kuda saya yang sangat berharga sakit perut. Padahal itu

kuda untuk berburu. Apakah Anda tahu tentang penyakit perut?"

Aku mulai marah dan menjawab, "Saya dokter hewan. Oleh karena itu

saya kira, saya tahu tentang penyakit semacam itu."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Lama dia tidak menjawab, kemudian dia menyalak lagi. "Baik, kalau

begitu Anda bisa menyembuhkannya. Namun saya tahu injeksi yang

dibutuhkan kuda itu. Bawalah arecoline. Mr. Farnon biasa memakainya.

Dan demi Tuhan, jangan terlalu malam pergi ke sini. Kapan berangkat?"

"Sekarang juga." "Baik."

Aku mendengar pesawat penerimanya diletakkan dengan kasar. Wajahku

terasa panas waktu aku meninggalkan telepon. Jadi kasusku yang

pertama bukan sekedar formalitas. Sakit perut adalah sukar

ditentukan. Dan aku harus berhadapan dengan orang yang sifatnya

keras yang bernama Soames sebagai batu ujian.

Sambil menempuh jarak sejauh delapan mil, aku membaca kembali dalam

ingatanku buku klasik yang tebal, berjudul Penyakit Perut Kuda. Dalam

tahun kuliahku yang terakhir, aku sudah berkali-kali membacanya,

sehingga aku dapat menceritera-kannya kembali, seperti

mendeklamasikan beberapa halaman syair. Sambil melarikan mobilku,

lembaran-lembaran kertas yang telah lusuh itu melayang-layang di

depanku, seperti hantu.

Sakit perut kuda itu mungkin disebabkan oleh urat yang terjepit atau

kejang. Mungkin juga disebabkan pergantian makanan atau terlalu

banyak makan rumput. Ya, itu mungkin. Kebanyakan sakit perut seperti

itu. Obatnya suntikan arecoline atau mungkin chlorodyne, untuk

mengurangi rasa sakit. Dan kemudian segalanya akan beres. Ingatanku

kembali ke kasus-kasus yang pernah kualami sementara kuliah

praktekku. Kuda itu berdiri dengan tenang, hanya kadang-kadang

merentangkan kaki belakangnya atau memandang ke samping.

Sesungguhnya tak ada yang berarti.

Waktu sudah sampai, aku sedang membayangkan peristiwa yang

menyenangkan ini. Aku masuk ke dalam sebuah halaman berbatu-batu

kecil yang bersih. Di ketiga sisinya dikelilingi oleh petak-petak luas yang

kokoh. Ada orang lelaki berdiri di situ. Dadanya bidang, tubuhnya Besar,

jaket dan topinya sangat rapi, potongan celananya bagus, tepinya

mengkilat.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Mobilku berhenti tiga yar jauhnya dari orang itu. Waktu aku turun,

perlahan-lahan tapi dengan sengaja, orang itu memutar punggungnya

untuk mem-belakangiku. Aku berjalan menyeberangi halaman itu, dengan

tenang-tenang saja, sambil menunggu orang itu, memutar kembali

punggungnya. Tapi dia bahkan berdiri tak bergerak, tangannya

dimasukkan ke dalam saku, sambil melihat ke arah lain.

Aku berhenti dalam" jarak satu dua meter. Tapi orang itu tetap tidak

mau berpaling. Setelah cukup lama, karena aku sudah jemu melihat

punggungnya, aku berkata,

"Mr. Soames?"

Mula-mula orang itu tidak bergerak, kemudian ia berpaling perlahan-

lahan. Lehernya merah dan tebal. Wajahnya yang kecil juga merah.

Matanya berapi-api. Ia tidak menjawab, tapi mengamat-amati diriku

dengan teliti, mulai dari ubun-ubun hingga ke telapak kaki, termasuk jas

hujanku yang lusuh, usiaku yang masih muda, dan sikapku yang kurang

pengalaman. Waktu penyelidikannya telah selesai, ia berpaling lagi ke

arah lain.

"Ya, saya Mr. Soames," jawabnya, sambil menekankan kata 'MR' seolah-

olah itu yang paling penting. "Saya sahabat karib Mr. Farnon."

"Kenalkan, nama saya Herriot."

Rupanya Soames tidak mendengar, sebab ia berkata, "Ya, betul, memang

Mr. Farnon pandai. Ia sahabat saya."

"Saya mengerti, kuda Anda sakit perut," jawabku, sambil berusaha

jangan sampai nada suaraku terlalu tinggi dan gemetar.

Soames masih memandang ke langit. Ia bersiul perlahan-lahan sebelum

menyahut. "Di dalam sana!" katanya, sambil menyentakkan kepalanya ke

arah sebuah petak. "Seekor kuda pemburu yang hebat. Saya kira, perlu

ditangani oleh orang yang ahli." Ia agak menekankan kata 'ahli'.

Pintu kubuka dan aku masuk. Kemudian aku berhenti, karena rasanya aku

menabrak tembok. Petak ini sangat besar, di alasi lumut bahan bakar

yang tebal. Seekor kuda pemburu yang berjalan terhuyung-huyung

mengelilingi batas pinggiran, dan menimbulkan bekas-bekas kaki yang

dalam pada alas lumut itu. Dari ujung hidung hingga ujung ekornya,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

badannya basah kuyup karena berkeringat. Lubang hidungnya melebar

dan matanya menatap ke depan tanpa melihat sesuatu. Setiap

melangkahkan kaki, kepalanya diputar-putarkan-nya. Dari celah-celah

giginya yang digertakkan, gumpalan buih jatuh ke lantai. Tubuhnya

menguapkan bau yang tak sedap seperti kuda yang baru saja lari cepat.

Mulutku terasa kering dan sukar untuk bicara. Waktu aku bicara,

kedengarannya hanya seperti berbisik. "Sudah berapa lama kuda ini

dalam keadaan begini?"

"Oh, sejak tadi pagi. Tapi tadi pagi sakitnya agak ringan. Sepanjang hari

telah kuberi minuman pahit, atau sekurang-kurangnya oleh orang itu.

Tak mengherankan kalau keadaannya semakin buruk, memang sifat dia

begitu."

Di sebuah sudut, di bagian yang kena bayang-bayang, aku melihat orang

gemuk bertubuh besar sedang berdiri sambil memegang ban kepala.

"Oh, sudah cukup banyak kuberi minum kuda itu, Mr. Soames. Tapi

keadaannya tidak semakin baik," jawab orang itu, ketakutan.

"Katamu kau pemelihara kuda! Pemelihara ku-dan macam apa!" ejek

Soames. "Seandainya aku tahu akibatnya jadi begini, kuda itu pasti

kuberi minum sendiri! Dan dia sekarang pasti sudah sembuh!"

"Ini bukan sakit perut biasa," bantahku. "Tidak cukup hanya diberi

minuman pahit."

"Kalau bukan sakit perut biasa, lalu sakit apa?"

"Saya belum bisa mengatakannya, sebelum saya memeriksanya. Tapi

kesakitan terus-menerus seperti itu menunjukkan bahwa ususnya

terpilin."

"Apa? Usus terpilin? Itu sakit perut ringan, habis perkara! Sehari

penuh dia belum mengerjakan sesuatu. Dia menginginkan selingan. Apa

Saudara membawa arecoline?"

"Jika ini usus terpilin, arecoline tak ada gunanya. Bahkan akan

membuatnya makin parah. Ia kesakitan sekarang. Arecoline akan

menyebabkan dia gila, karena obat itu menyusutkan otot usus."

"Brengsek!" bentak Soames. "Jangan memberi kuliah. Saudara mau

mengobati atau tidak?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Aku berpaling ke orang bertubuh besar itu dan berkata, "Kalungkan ban

itu. Saya akan memeriksanya."

Sesudah ban leher dipasang, kuda itu berhenti. Ia berdiri di tempat,

sambil mengerang dan gemetar. Aku meraba-raba di antara tulang rusuk

dan sikunya, mencari urat nadi. Ternyata nadinya berdenyut cepat tapi

lemah. Pelupuk matanya kubalikkan. Tampak ada selaput lendir yang

berwarna merah gelap. Termometer menunjukkan suhu seratus tiga

derajat.

Aku memandang ke arah Soames. "Saya minta seember air panas, sabun,

dan handuk."

"Untuk apa? Belum apa-apa sudah mau cuci tangan!"

"Saya akan memeriksa duburnya. Apakah saya boleh minta air?"

"Minta ampun! Baru kali ini ada dokter minta macam-macam!"

Dengan malas Soames mengusap alis matanya, lalu bergerak mendekati

orang itu. Katanya, "Cepat, jangan bengong saja! Ambilkan air, biar

cepat selesai!"

Sesudah air datang, aku menyabun lenganku. Kemudian dengan hati-hati

lengan itu kumasukkan ke dalam dubur kuda. Dengan mudah dapat

kuraba, bahwa usus halusnya berpindah tempat ke sebelah kiri. Di situ

ada selaput pekat yang seharusnya tidak ada. Waktu aku menyentuhnya,

kuda itu menyentak dan mengerang lagi.

Ketika aku mencuci dan mengeringkan lenganku, jantungku berdebar-

debar. Apa yang harus kukerjakan? Apa yang harus kukatakan?

Soames menghentak-hentakkan kakinya keluar-masuk petak, sambil

menggerutu. Sedang kuda yang kesakitan bukan main itu terus-menerus

meliuk dan menggeliat.

"Pegang benda itu!" teriaknya kepada orang itu, yang sedang memegangi

ban leher. "Apa yang sedang kaukerjakan?"

Orang itu diam saja. Ia merasa tidak bersalah. Oleh karena itu dia

hanya membalas tatapan Soames tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu berkata, "Semua gejala

membuktikan satu hal. Saya yakin, kuda itu ususnya terpilin."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Terserah apa yang kaukatakan. Usus terpilin atau usus terlipat. Tapi

demi Tuhan, kerjakan sesuatu. Apakah saya harus berdiri di sini

semalam suntuk?"

"Tak ada yang bisa dikerjakan. Tak ada obatnya. Yang paling penting

ialah menghilangkan rasa sakitnya secepat mungkin."

Wajah Soames seketika berubah. "Apa? Tak ada obatnya?

Menghilangkan rasa sakit? Ocehan macam apa ini? Katakan, apa maksud

Saudara!"

Aku berusaha bicara dengan tegas. "Saya sarankan Anda mengijinkan

saya menenangkan kuda ini."

"Apa maksud Saudara?" tanya Soames. Mulutnya ternganga.

"Maksud saya, kuda ini harus ditembak sekarang juga. Saya membawa

pembunuh manusia di mobil."

Soames tampak seolah-olah akan meledak. "Apa? Ditembak? Apakah

Saudara sudah gila? Kuda ini sangat mahal harganya!"

"Peduli apa dengan harga, Mr. Soames! Sepanjang hari ia sudah tersiksa

dan sebentar lagi ia akan mati. Seharusnya Anda memanggil saya lama

sebelumnya. Memang ia masih bisa hidup beberapa jam lagi. Tapi

akhirnya akan sama juga. Dan dia dalam kesakitan hebat, kesakitan

terus-menerus."

Soames tertunduk, dan menelungkupkan kepalanya di atas tangannya.

"Oh Tuhan, mengapa hal ini terjadi padaku? Majikan sedang pergi atau

beliau harus kupanggil, supaya menyembuhkan sakit gila Saudara?

Camkan ini, seandainya Mr. Farnon, bos Saudara ada di sini, dia hanya

akan menyuntik kuda ini, dan setengah jam kemudian, kuda ini sehat

kembali. Apakah saya tak boleh menunggu sampai Mr. Farnon pulang

nanti malam, dan menyuruh dia memeriksanya?"

Usul itu menggembirakan hatiku. Lebih baik kuda ini kusuntik morfin lalu

aku pulang. Tanggung jawab biar ditanggung orang lain. Ini mudah. Aku

melihat kuda lagi. Kuda itu mulai berputar-putar di dalam petak.

Tersandung-sandung dan terhuyung-huyung. Ia tampak sudah putus asa.

Namun demikian ia berusaha membuang rasa sakitnya. Waktu

kuperhatikan, ia mengangkat kepalanya yang sudah lunglai dan mengaduh

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

perlahan-lahan. Suaranya memilukan, tak bisa dipahami, tapi bernada

ketakutan. Aku tak tahan lagi.

Dengan cepat aku lari ke mobil mengambil pistol. "Pegang kepalanya,

jangan sampai bergerak," kataku kepada orang itu, sambil mengarahkan

moncong pistol di antara matanya yang berkaca-kaca. Sesaat kemudian

terdengar letusan tembakan dan kuda itu roboh. Suaranya berdebuk di

atas lumut dan mati seketika.

Aku berpaling ke Soames yang memandang tubuh kuda itu dengan rasa

tidak percaya. "Besok pagi Mr. Farnon akan ke sini untuk memeriksa

bangkainya. Mudah-mudahan Tuan Hulton membenarkan diagnosa saya."

Aku mengenakan jaket dan keluar menghampiri mobil. Waktu mesin

kuhidupkan, Soames membuka pintunya dan menjenguk ke dalam mobil.

Ia bicara dengan tenang, tapi nadanya sangat marah. Katanya, "Saudara

akan saya laporkan majikan saya. Juga kepada Mr. Farnon! Akan saya

tunjukkan kepadanya, betapa rendah mutu asistennya! Dan camkan apa

yang kukatakan ini. Saudara akan terbukti bersalah pada pemeriksaan

bangkai besok! Kemudian Saudara akan saya tuntut!" Ia menutup pintu

mobil dengan kasar sekali dan berjalan pergi.

Setelah sampai di rumah, aku memutuskan untuk menunggu Farnon. Aku

duduk sambil berusaha menghindarkan perasaan bersalah, karena aku

telah menghancurkan karirku pada waktu baru saja mulai. Tapi kalau

kupertimbangkan kembali, aku tahu tak bisa berbuat lain. Berapa kali

pun aku mengulanginya, kongklusinya selalu sama.

Pukul satu malam Farnon baru pulang. Rupanya perjumpaan dengan

ibunya sangat menggembirakan hatinya. Pipinya yang tipis kemerah-

merahan dan nafasnya berbau jenewer. Aku heran ia memakai jas

malam. Jaket itu sudah ketinggalan jaman dan terlalu longgar karena

tubuhnya kurus, namun begitu dia tampak seperti duta besar.

Waktu aku menceriterakan kuda itu, ia mendengarkannya tanpa

menjawab sepatah kata pun. Waktu ia akan memberikan komentar,

telepon berdering. "Tengah malam begini," bisiknya, kemudian, "Oh,

Anda, Mr. Soames!" Ia menganggukkan kepala kepadaku lalu duduk di

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kursi. Lama ia menjawab 'Ya', 'Tidak', dan 'O begitu'. Kemudian ia

duduk tegak dan mulai bicara,

"Terima kasih, Mr. Soames, karena Anda menelepon saya. Memang itu

satu-satu tindakan yang mungkin bisa dilakukan Mr. Herriot dalam

keadaan seperti itu. Tidak, saya tidak setuju. Itu hanya akan menyiksa.

Sedangkan tugas kami adalah mencegah penderitaan. Sayang, Anda

merasa demikian. Tapi menurut pertimbangan saya, Mr. Herriot adalah

seorang dokter hewan yang sungguh-sungguh cakap. Seandainya waktu

itu saya juga ada di situ, saya kira saya juga akan melakukan hal yang

sama. Selamat malam, Mr. Soames, besok kita bertemu."

Aku merasa begitu lega, hingga aku ingin membuat pidato terima kasih.

Tapi akhirnya, aku hanya berkata 'Terima kasih'.

Farnon meraih ke dalam lemari bertutup kaca di atas perapian dan

mengambil sebotol wiski. Dengan sembrono ia menuangkan isinya separo

ke sebuah gelas, hingga penuh dan melimpah, lalu me-nyorongkannya ke

arah saya. Ia berbuat sama untuk dirinya sendiri dan menjatuhkan diri

lagi ke dalam kursi malas.

Ia meneguk banyak-banyak, menatap beberapa saat pada benda cair

yang kekuning-kuningan warnanya di dalam gelas itu, lalu mengangkat

wajahnya dengan tersenyum. "Yah, tentunya kau di tengah malam sial ini

merasa terpukul atau tak dihargai orang. Padahal kasus pertama! Dan

harus berhadapan dengan Soames!"

"Kau sudah lama mengenalnya, Farnon?"

"Oh, banyak yang sudah kuketahui tentang dia. Perkara kecil yang

kurang beres saja, sudah cukup menjerakan siapa saja! Percayalah, dia

bukan temanku. Sebenarnya, kata orang sedikit banyak ia seorang

bajingan, karena dengan diam-diam mempergunakan kekayaan

majikannya untuk menggendutkan kantongnya sendiri. Mudah-mudahan,

pada suatu hari kecurangannya akan terbongkar."

Wiski yang jernih itu terasa membakar jalan makanan sampai ke

perutku. Tapi aku memang membutuhkannya. "Aku jarang mengalami

peristiwa seperti malam ini. Saya kira praktek dokter hewan tidak akan

seperti itu selamanya."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Kukira tidak," jawab Farnon. "Tapi kita tidak pernah tahu apa yang

akan menimpa kita. Kau tahu, jabatan kita adalah jabatan yang aneh.

Jabatan ini memberikan kesempatan yang terbilang banyaknya untuk

memperlihatkan ketololan kita sendiri."

"Tapi saya kira itu banyak tergantung pada kecakapan kita juga."

"Ya, sampai batas tertentu. Tentu saja, ini merupakan pekerjaan yang

akan membuat kita jadi ahli. Namun, betapa hebatnya keahlian kita,

penghinaan dan ejekan bisa terjadi di sembarang tempat. Saya pernah

menyuruh seorang spesialis-kuda yang kenamaan, untuk melakukan

operasi tulang rusuk. Tapi kudanya mati, sebelum operasi selesai. Orang

itu gemetar ketakutan di atas tulang rusuk pasiennya. Pengalaman ini

memberikan pelajaran berharga bagi saya. Ialah bahwa selama jadi

dokter hewan, pada suatu saat, saya akan tampak mahatolol seperti

dia."

Aku tertawa. "Kalau begitu, paling baik aku mengundurkan diri saja,

sebelum karirku mulai!"

"Ya, itu hanya sebuah gambaran saja. Binatang adalah makhluk yang

tidak dapat diramalkan. Demikian pula seluruh hidup kita ini. Hidup kita

merupakan sebuah' kisah yang panjang, kisah mengenai kemenangan-

kemenangan kita yang kecil, dan kisah tentang bencana yang menimpa

kita. Supaya dapat bertahan, kita harus betul-betul menyukainya.

Malam ini dengan Soames, tapi malam berikutnya mungkin dengan orang

lain. Yang jelas, kau tak akan merasa jemu. Ini wiskinya, silakan

menambahnya lagi!"

Aku minum seteguk, kemudian minum lebih banyak lagi, sambil bercakap-

cakap. Tak terasa waktu merayap dengan cepat. Pohon akasia yang

besar dan gelap itu mulai tampak di fajar pagi yang kelabu di depan

jendela. Seekor burung hitam mulai bersiul-siul. Farnon dengan kecewa

menggoncang-goncangkan sisa wiski di dalam botol dan menuangkannya

ke dalam gelasnya.

Ia menguap, menarik simpul dasinya yang berwarna hitam dan

memandang arlojinya. "Wah, sudah pukul lima! Cepat benar! Tapi saya

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

gembira, karena kita bisa minum bersama, untuk merayakan. Kasusmu

yang pertama! Dan tindakanmu tepat bukan?!"

BAB 6

TIDUR dua setengah jam sebetulnya kurang. Tapi aku ingin bangun

pukul setengah delapan, lalu turun, mencukur kumis, dan pukul delapan

menyisir rambut.

Tapi aku makan pagi sendirian. Bu Hall, dengan tenang meletakkan telor

dadar di depanku, sambil memberi tahu, bahwa bos beberapa saat yang

lalu telah berangkat ke peternakan Lord Hulton, untuk memeriksa

bangkai kuda yang kutembak itu. Aku bertanya dalam hati, apakah

Farnon tadi sudah pergi tidur. Mungkin dia tidak tidur sama sekali.

Waktu aku sedang sibuk makan roti panggang, pada suap yang terakhir,

Farnon tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Aku sudah biasa melihat dia

masuk dengan mendadak, dan tidak heran kalau dia memutar handel

pintu, lalu melompat ke tengah permadani. Ia tampak berseri-seri dan

sangat gembira.

"Apakah ceret itu masih ada kopinya? Saya ingin minum bersama lagi!"

Ia menghempaskan diri pada kursi yang keras. "Nah, kau tak perlu

bersedih hati. Pemeriksaan bangkai, menunjukkan dengan pasti bahwa

kuda itu ususnya terpilin. Beberapa bagian usus penuh dengan selaput

berwarna hitam. Saya gembira kau segera membunuh kuda itu."

"Apakah kau bertemu dengan Soames?"

"Ya. tentu saja. Ia sudah siap di situ. Ia berusaha mencari-cari

kesalahan untuk menjatuhkan namamu. Tapi mulutnya kubungkam.

Bahkan kutegaskan, bahwa dialah yang bersalah, sebab tidak segera

meneleponmu. Kutekankan juga, bahwa Lord Hulton pasti akan marah,

karena kudanya dibiarkan menderita. Kemudian saya pulang, sambil

membiarkan dia memamah biak kata-kataku itu."

Berita ini sungguh melegakan hati. Aku pergi ke bangku untuk mengambil

buku harian. "Ini ada beberapa panggilan. Aku akan kausuruh apa?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Farnon menentukan tempat-tempat yang harus kukunjungi,

menuliskannya pada secarik kertas dan memberikannya kepadaku. "Ini,"

katanya, "beberapa kasus yang menyenangkan dan mudah. Kau boleh

mengerjakannya sendiri."

Waktu aku akan berangkat, dia memanggilku. "Herriot, ada lagi yang

perlu kaukerjakan. Hari ini adikku akan numpang kendaraan dari

Edinburgh. Ia juga mahasiswa kedokteran hewan, dan kemarin kuliahnya

berakhir. Jika ia sudah sampai di dekat sini, mungkin ia akan menelepon

kita. Bagaimana kalau kau keluar dan menjemputnya?"

"Ya, lebih baik kujemput." "Tapi namanya Tristan." "Tristan?"

"Ya, seharusnya ini saya katakan kemarin. Kau tentu heran kalau

mendengar nama saya. Sebenarnya itu nama ayah saya. Wagnerian

Agung! Nama itu hampir menguasai hidupnya. Seluruh hidupnya hanyalah

musik, terutama Wagner."

"Aku sendiri juga sedikit suka."

"Ya, ya. ya. tapi kan tidak seperti kami. Pagi, siang, dan malam! Dan

kemudian lalu terlekat dengan nama seperti Siegfried. Tapi masih ada

yang lebih buruk. Wotan, misalnya.

"Atau Pogner."

Farnon tampak kaget. "Ya, kau benar! Saya sudah melupakan Pogner tua

itu. Saya kira, saya banyak berhutang budi kepadanya."

Baru sekitar pukul empat siang telepon yang kutunggu berdering. Suara

di ujung yang lain seperti suara yang sudah lama kukenal.

"Ini Tristan Farnon."

"Wah, suaramu seperti suara kakakmu!"

Lalu terdengar suara tertawa riang. "Tiap orang bilang begitu. Terima

kasih, kau mau menjemputku? Aku di warung Holly Tree di jalan raya

utara."

Di belakang suara itu aku mengharap akan bertemu dengan kembaran

Farnon. Tapi Tristan ternyata hanyalah seorang pemuda kecil berwajah

kanak-kanak, yang sedang duduk di atas ransel, dan sama sekali tidak

serupa dengan Farnon. Ia bangkit, mengusap rambutnya yang hitam ke

belakang dan mengulurkan tangannya. Senyumnya ramah.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Sudah berjalan berapa jauh?" tanyaku.

"Sedikit jauh, karena aku membutuhkan gerak badan. Tadi malam ada

pesta perpisahan yang melelahkan." Ia membuka pintu mobil dan

melemparkan ranselnya ke belakang. Waktu mesin kuhidupkan, ia duduk

dengan santai di kursi mobil, seolah-olah kursi itu kursi malas yang

mewah. Ia mencabut sebungkus rokok Woodbines, menyulutnya dengan

acuh tak acuh dan menelan asapnya dengan puas. Ia mengambil majalah

Daily Mirror dari saku sebelah dan menggoyang-goyangkannya supaya

terbuka, sambil menghembuskan nafas karena merasa lega. Asapnya

yang sudah lama ditelan baru sekarang keluar dari hidung dan mulutnya.

Aku membelok ke barat, meninggalkan jalan raya dan keributan lalu

lintas itu tertinggal jauh di belakang. Aku berpaling kepadanya, dan

bertanya, "Kau habis ujian?"

"Ya, patologi dan parasitologi."

Aku hampir saja melanggar larangan berat, dengan bertanya kepadanya,

apakah dia lulus. Untunglah aku berhenti pada waktunya. Lulus itu

untung-untungan. Namun meskipun begitu, tidak kekurangan bahan

pembicaraan. Ada saja yang ia katakan tentang berita itu. Kemudian ia

dengan keras membacakan sari beritanya dan mendiskusikannya

denganku. Lama-kelamaan aku yakin, bahwa aku sedang ada di dekat

orang yang lebih lincah dan lebih hidup pikirannya daripada aku sendiri.

Perjalanan itu terasa sangat cepat. Tahu-tahu mobil telah kuhentikan di

samping Rumah Skeldale.

Waktu aku masuk ke dalam rumah, Siegfried sedang keluar. Ia baru

pulang menjelang petang. Ia masuk melalui jendela besar, mengangguk

dengan ramah, dan melemparkan dirinya di kursi malas. Waktu Tristan

masuk, ia mulai bicara tentang salah satu kasusnya

Keadaan di dalam kamar berubah seolah-olah ada orang menekan

tombol. Senyum Siegfried jadi tak ramah dan lama ia memandang

adiknya seperti sedang menilai prestasinya. Ia mengucapkan 'Halo',

kemudian meraih dan meraba-raba judul buku di rak. Rupanya

perhatiannya terbenam sebentar di sini. Terasa mulai adanya suasana

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tegang. Muka Tristan juga berubah dengan jelas. Wajahnya tak

menunjukkan perasaan apa pun dan matanya penuh kewaspadaan.

Akhirnya Siegfried menemukan buku yang ia cari, mengambilnya dari

rak, dan dengan tidak tergesa-gesa sedikit pun, ia mulai membuka-buka

halamannya. Kemudian, tanpa mengangkat wajahnya, ia berkata dengan

tenang, "Bagaimana hasil ujiannya?"

Tristan menelan ludah dengan hati-hati dan menarik nafas dalam-dalam.

"Parasitologinya lulus," jawabnya dengan nada yang datar.

Rupanya Siegfried tidak mendengar, la menemukan sesuatu yang

menarik dan mulai membaca lagi. Ia membacanya agak lama, kemudian

menaruhnya kembali di atas rak. Ia mulai lagi sibuk mencari judul.

Punggungnya masih membelakangi adiknya. Ia bertanya lagi dengan nada

lembut,

"Bagaimana patologinya?"

Sekarang Tristan ada di pinggir kursinya, seolah-olah bersiap-siap akan

lari. Matanya berganti-ganti memandang kakak dan rak buku. "Tidak

lulus," jawabnya dengan dingin.

Siegfried tak memperlihatkan reaksi. Dengan tekun ia mencari bukunya,

kadang-kadang menarik sebuah, melihatnya sepintas, lalu

mengembalikannya dengan hati-hati. Kemudian ia menghentikan

pemburuannya, berbaring lagi di kursinya, tangannya tergantung bebas

hingga akan menyentuh lantai dan memandang Tristan.

"Jadi patologimu tidak lulus," katanya dengan datar.

Aku sendiri heran, mengapa secara tidak sadar lalu memberikan

komentar seperti orang hampir histeris. "Yah, kau mengerti itu cukup

baik, karena ia menempuhnya di akhir tahun. Ia akan bisa menempuhnya

lagi pada hari Natal. Itu takkan membuang-buang waktu, karena memang

mata pelajaran itu sukar."

Siegfried memandangku dengan dingin. "Jadi kau berpendapat itu cukup

baik, bukan?" Ia diam lama, kemudian kesunyian ini berantakkan karena

ia dengan tak terduga-duga memarahi adiknya dengan bertubi-tubi.

"Menurut pendapat saya, tidak! Saya kira itu keterlaluan! Ini sungguh

memalukan, itu soalnya. Apa yang kaukerjakan selama semester terakhir

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

ini? Minum-minum, mengejar-ngejar wanita, menghambur-hamburkan

uang saya, mengerjakan apa saja kecuali belajar! Dan sekarang kau

berani berjalan ke sini hanya untuk memberi tahu kalau tak lulus! Kau

pemalas! Itulah soalnya! Anak keparat!"

Tingkah laku Siegfried Farnon berubah sama sekali. Mukanya jadi

merah kehitam-hitaman. Matanya berapi-api. Ia menghujan lagi

hardikan yang sangat pedas. "Tapi kali ini aku sudah bosan! Aku muak

melihatmu! Aku tak mau lagi bekerja memeras keringat untuk membiayai

orang yang bermalas-malasan! Sampai disini saja! Kau bukan adikku lagi!

Buka telingamu lebar-lebar, mulai detik ini juga kau bukan adikku lagi,

tahu?! Oleh karena itu kau harus pergi dari sini! Pergi, dan jangan ke

mari lagi! Ayo pergi! Cepat keluar!"

Tristan yang sudah menahan hujan makian itu dengan tabah, pergi

dengan tenang.

Aku memandang Siegfried dan merasa malu. Ia sangat tegang karena

marah. Kulit wajahnya berubah, jadi berbelang-belang hitam dan merah.

Ia menggerutu dan mengomel, sambil memukul-mukulkan jarinya ke

lengan kursi.

Aku sangat terperanjat menyaksikan adegan ini, tapi merasa lega waktu

Siegfried menyuruhku berangkat bertugas dan dapat meninggalkan

kamar itu.

Aku baru pulang waktu hari hampir malam. Aku masuk lewat jalan

belakang ke halaman di kaki kebun. Bunyi pintu garasi mengejutkan

burung-burung gagak di pohon elm, yang cabang-cabangnya tergantung

di atas bangunan itu. Sayup-sayup di atas pohon terdengar kepakan

sayap, dan suara burung, kemudian tak terdengar apa-apa lagi. Waktu

aku berusaha mendengarkannya, aku melihat sosok tubuh manusia

sedang berdiri di tempat gelap di depan pintu halaman, melihat ke

bawah ke arah kebun. Ketika wajah itu berpaling, aku tahu, itu Tristan.

Aku merasa malu lagi. Kedatanganku ke sini yang tak kusengaja telah

mengganggu anak malang itu yang sedang merenungkan nasibnya

sendirian. "Maaf, aku tak menduga sama sekali bahwa akan begini

jadinya," kataku dengan canggung.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Ujung rokok membara dengan terang, waktu Tristan menghisapnya

dalam-dalam. "Tidak, tidak, tidak apa-apa. Bisa lebih buruk sebenarnya."

"Lebih buruk? Ini sudah cukup buruk, bukan? Apa yang akan

kaulakukan?"

"Apa yang akan kulakukan? Apa maksudmu?"

"Kau kan sudah diusir! Nanti malam kau akan tidur di mana?"

"Nah, aku tahu sekarang. Kau tidak mengerti!" jawab Tristan. Ia

mengambil rokoknya dari mulutnya dan aku melihat sekilas giginya yang

sangat putih waktu tersenyum. "Kau tidak perlu sedih. Aku akan tidur di

sini dan besok pagi aku akan turun untuk makan."

"Tapi bagaimana kakakmu?" "Siegfried? Oh, besok dia sudah lupa!" "Kau

yakin?"

"Yakin sekali. Ia selalu mengusirku, kemudian lupa! Apa pun yang terjadi,

akhirnya baik juga. Satu-satunya pembalasanku yang harus dia telan

ialah tentang parasitologi."

Aku memandang bayangan hitam di sampingku itu. Burung-burung gagak

di pohon yang tinggi itu gemerisik mengatur bulunya, kemudian diam lagi.

"Parasitologi?"

"Ya. Kalau kau mau memperhatikan apa yang akan kukatakan. Semuanya

pasti beres. Tak ada ke-cualinya!"

"Lalu apa maksudmu......?"

Tristan tertawa perlahan-lahan dan menepuk bahuku.

BAB 7

SELIMUTKU kutarik rapat-rapat ke tubuhku waktu dering telepon

melengking-lengking memenuhi seluruh rumah tua itu.

Ini terjadi tiga minggu kemudian sesudah kedatangan Tristan, dan

kehidupan di Rumah Skeldale berjalan seperti biasa, dengan teratur.

Tiap hari selalu dimulai dengan dering telepon antara pukul tujuh dan

delapan, setelah para petani memeriksa ternaknya.

Di rumah itu hanya ada satu telepon. Telepon itu terletak di gang di

tingkat bawah. Siegfried telah menegaskan kepadaku, bahwa aku tidak

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

boleh turun dari tempat tidur hanya untuk melayani telepon tersebut.

Siegfried telah menyerahkan mandat kepada Tristan. Tanggung jawab

ini merupakan pendidikan baik baginya. Siegfried telah menekankan

betapa pentingnya!

Aku mendengarkan dering itu. Telepon itu berbunyi terus, makin lama

makin keras. Tak terdengar suara atau gerak dari kamar Tristan. Dan

aku menunggu adegan berikutnya dari drama harian ini. Yang terjadi

biasanya pintu yang dibanting dengan keras dan Siegfried lari ke bawah

menuruni tangga. Suaranya berdebum-debum karena ia melompati dua

atau tiga anak tangga.

Kemudian suasana sunyi lagi. Aku lalu dapat menggambarkan apa yang

dialami Siegfried. Siegfried pasti kedinginan di gang. Karena gang itu

banyak anginnya. Kakinya yang tak beralaskan sandal pasti beku, waktu

mendengarkan ocehan petani, yang dengan santai melaporkan gejala-

gejala binatang piaraannya. Kemudian terdengar suara Siegfried

meletakkan pesawat penerima dengan kasar, dan debam-debum kaki

waktu Siegfried terburu-buru menyerbu kamar adiknya.

Kemudian terdengar handel pintu diputar dan pintu terbuka, lalu diikuti

ledakan-ledakan orang marah, yang bernada kemenangan. Artinya

Tristan tertangkap basah, betul-betul basah kuyup. Suatu kemenangan

gilang-gemilang bagi Siegfried! Sebab kemenangan seperti ini jarang

terjadi. Biasanya, Tristan memperlihatkan kemahirannya mengenakan

pakaian dengan cepat. Siasat ini mempunyai keuntungan psikologis. Ia

sudah berpakaian lengkap sewaktu Siegfried masih memakai piyama.

Tapi kali ini Tristan sedang sial. Waktu ia sedang berusaha

mempergunakan detik-detik yang berharga, ia terbalut selimut. Aku

mendengar bentakan Siegfried, "Mengapa kau tidak menjawab telepon

seperti perintahku? Apakah kau sudah tuli? Kapan sifat malasmu itu

kaubuang? Ayo bangun! Bangun, berdiri, keluar!"

Tapi aku tahu. Biasanya Tristan akan segera melancarkan pembalasan.

Jika ia tertangkap basah masih tidur, ia mengejar kekalahannya. Ia

segera makan pagi dulu, sebelum kakaknya masuk ke dalam kamar

makan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Kemudian, waktu Siegfried masuk, aku memperhatikan wajahnya.

Tristan tampak sedang mengunyah roti panggangnya dengan lahapnya,

sambil membaca majalah Daily Mirror, yang menyentuh-nyentuh gelas

kopinya. Gayanya memamah biak seperti orang yang sedang sakit gigi!

Semua itu menimbulkan suasana tegang. Aku merasa lega jika bisa

mengumpulkan alat-alatku dan menyelinap berangkat ke tugas pagi hari

itu. Aku menuruni gang yang sempit, yang penuh bau eter dan karbol,

lalu keluar ke kebun yang dikelilingi tembok tinggi. Kebun itu menuju

halaman tempat parkir mobilku.

Tiap pagi terjadi hal yang sama. Namun rasanya, selalu terjadi hal yang

tak terduga-duga. Jika aku melangkahkan kaki ke sinar matahari dan

mencium harum bunga, aku merasa hal ini baru pertama kali kualami.

Udara yang bersih ini mengandung kesegaran udara padang rumput di

dekatnya. Setelah terbenam di kota selama lima tahun, rasanya sukar

untuk menelan semua ini dengan sekali teguk.

Aku tidak pernah tergesa-gesa di bagian ini. Mungkin ada kasus

mendesak yang menunggu, tapi aku selalu setenang-tenangnya. Mula-

mula melalui bagian sempit di antara dinding yang tertutup tanaman

menjalar dan cabang rumah yang memanjang. Di sini tumbuh pohon

Wistaria yang ranting dan bunganya menjulur masuk ke dalam kamar.

Kemudian dengan perlahan-lahan aku berjalan melalui kebun yang dihiasi

batu-batu karang. Di sini kebun ini melebar jadi halaman rumput yang

tidak dipangkas dan tak terpelihara. Namun menimbulkan kesejukan dan

kelembutan pada batu-batu bata yang dimakan waktu. Di sekitarnya ada

bunga-bunga berwarna menyala yang berlimpah-limpah dan tak teratur,

berdesak-desakan dengan rumpun semak-semak.

Aku sampai di taman bunga mawar. Kemudian ke taman asparagus, yang

cabangnya gemuk-gemuk dan tumbuh jadi pohon yang tinggi. Lebih jauh

ada pohon arbei dan tumbuhan frambus. Pohon buah-buahan terdapat di

mana-mana, cabang-cabangnya terkulai rendah di atas jalan setapak.

Buah persik, buah per, buah ceri, buah prem, bergantungan di atas

tembok selatan, berebut tempat dengan bunga-bunga mawar yang

tumbuh liar.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Lebah sibuk bekerja di antara bunga-bunga dan kicau burung hitam dan

murai berlomba dengan suara burung-burung gagak yang bertengger

tinggi di puncak pohon elm.

Hidupku penuh dengan kesibukan. Banyak sekali yang harus kuselidiki

dan kubuktikan sendiri. Hari berjalan cepat' dan penuh tantangan,

seolah-olah aku dijejali dengan hal-hal baru. Tapi semua itu berhenti di

sini, di kebun ini. Rupanya semuanya telah lama berhenti di sini. Aku

menengok ke belakang sebelum pintu yang menuju ke halaman. Rasanya

seperti tiba-tiba berhadapan dengan sebuah gambar dalam buku. Kebun

yang tak terpelihara dan kosong serta rumah di sebelah sana yang tinggi

dan sunyi. Aku tak pernah bisa percaya, bahwa semua itu ada di sini, dan

aku merupakan bagiannya.

Aku penuh perasaan ini waktu masuk ke halaman. Halaman ini persegi

empat, dialasi batu-batu bulat, yang sela-selanya ditumbuhi rumput

tebal. Bangunan-bangunan terletak di kedua sisi. Dua garasi, dulu bekas

kandang kereta, sebuah kandang kuda dan kamar pelana, petak terbuka

dan kandang babi. Pada bagian tembok yang tak ada bangunannya ada

pompa besi berkarat yang tergantung di atas bak air yang terbuat dari

batu.

Di atas kandang kuda ada loteng penyimpan jerami dan di atas salah

satu garasi ada kandang merpati. Dan ada Boardman, pembantu yang

sudah tua. Ia juga rupanya telah ditinggalkan oleh masa-masa jaya,

berjalan keliling terpincang-pincang, karena kakinya" lumpuh sebelah,

tak mengerjakan sesuatu yang penting.

Ia mengucapkan selamat pagi dari kamarnya yang sempit, tempat

menyimpan alat-alat dan peralatan kebun. Di atas kepalanya tergantung

kenang-kenangan semasa perang. Sederet gambar kartun Bruce

Bairnsfather. Ia memasang gambar itu waktu pulang pada tahun 1918.

Gambar itu sudah berdebu dan tepinya melengkung, tapi masih bicara

kepadanya tentang Kaiser Bill, lubang-lubang bom dan parit-parit

berlumpur.

Kadang-kadang Boardman mencuci mobil atau mengejarkan tugas-tugas

ringan di kebun. Ia puas dengan gaji satu atau dua pound dan kembali ke

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

halamannya. Sebagian besar waktunya dihabiskannya untuk duduk di

kamar sadel. Kadang-kadang ia memandang ke sekitarnya, kemudian ia

akan menggosok-gosokkan tinjunya pada telapak tangannya.

Ia kerap kali membicarakan masa-masa jaya kepadaku. "Saya dapat

melihat dua orang dokter, yang berdiri di tangga teratas, menunggu

keretanya. Dia bertubuh besar, dan tampak cerdas. Alius memakai topi

tinggi dan jas panjang. Saya dapat mengingatnya waktu saya masih

muda. Ia berdiri di situ, sambil menarik kaos tangannya dan

memiringkan topinya sementara menunggu."

Roman muka Boardman tampak melunak dan matanya bercahaya seolah-

olah ia berbicara kepada dirinya sendiri, dan tidak bicara kepadaku.

"Waktu itu rumah tua ini berlainan. Ada seorang pengurus rumah tangga

dan enam pembantu dan segala sesuatunya seperti itu. Dan ada tukang

kebun yang bekerja sehari penuh. Tak ada sehelai rumput pun yang

tidak ada pada tempatnya. Bunga-bunga berderet-deret dengan

teratur, pohon-pohon dipangkas rapi. Dan halaman ini, adalah tempat

kesayangan dokter tua itu. Ia akan datang dan menjenguk saya melalui

pintu waktu saya sedang membersihkan pakaian kuda dan melewatkan

waktu dengan tenang. Ia orang lelaki sejati tapi Anda tidak akan dapat

menentangnya. Ada kotoran debu sedikit saja ia akan sangat marah.

"Tapi setelah perang selesai, orang suka terburu-buru. Mereka tak

mempedulikan akan kerapian lagi. Mereka tak punya waktu, dan sama

sekali tak punya waktu."

Ia lalu melihat sekitarnya dengan perasaan tidak percaya ke batu-batu

bulat yang penuh ditumbuhi rumput, ke pintu-pintu garasi yang

tergantung miring pada engselnya, ke kandang kosong dan ke pompa

yang tidak pernah mengalirkan air.

Ia selalu ramah terhadapku, dan gaya bicaranya seperti orang agak

linglung. Tapi terhadap Siegfried seperti melangkah kembali ke

wataknya yang dulu, bisa menguasai diri sepenuhnya dan berkata

'Sangat baik, Tuan,' dan berulang-ulang memberi hormat dengan satu

jari. Dengan sikap itu seolah-olah ia teringat sesuatu - suatu kekuatan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

dan kewibawaan dokter tua - dan menjangkau jauh ke masa lampau yang

silam.

"Selamat pagi, Boardman," kataku, waktu aku membuka pintu garasai.

"Apa kabar?"

"Oh, biasa, Nak, hanya biasa saja." Ia berjalan terpincang-pincang dan

memperhatikan aku memegang handel stater. Dan mulailah tugasku

sehari-hari berikutnya.

Mobil yang diberikan kepadaku adalah mobil Austin, yang modelnya

sudah hampir dilupakan orang dan salah satu tugas sukarela Boardman

adalah menghidupkan mesin dengan tali, jika mobil tak mau distater.

Tapi pagi ini, aku heran, mesinnya mau hidup sesudah batuk-batuk dan

diputar enam kali.

Waktu aku menjalankan mobil melalui sudut jalan sebelah belakang,

seperti biasanya setiap pagi, aku punya perasaan bahwa memang dari

sinilah semuanya mulai. Di luar sana masalah dan tekanan pekerjaanku

menunggu dan pada saat itu memang banyak pekerjaan.

Menurut perasaanku, aku datang di Dales pada saat yang sial. Setelah

diterlantarkan selama satu generasi, para petani melihat ada nabi

datang, dokter hewan baru yang mengagumkan, ialah Mr. Farnon. Ia

tampak seperti bintang berekor, yang ingin melaksanakan ide-idenya

yang baru. Ia cakap, bersemangat besar, menarik dan mereka

menyambutnya seperti seorang gadis menyambut kekasihnya. Dan

sekarang pada puncak bulan madunya, aku harus mencari jalan untuk

melaksanakan idenya. Tapi malang, aku tidak diinginkan.

Aku mulai biasa mendengar pertanyaan seperti ini: "Di mana Mr.

Farnon?" - "Apakah dia sakit atau ada sesuatu?" - "Saya mengharapkan

Mr. Farnon." Aku merasa sedikit berkecil hati bila melihat wajah

mereka masam waktu melihat aku berjalan ke peternakan mereka.

Biasanya mereka melihat ke mobilku dengan penuh harapan dan bahkan

beberapa orang mendekati dan menjenguk ke dalam mobil untuk melihat

apakah orang yang sangat mereka butuhkan sedang bersembunyi di

dalamnya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Sungguh tugas yang berat memeriksa binatang tapi pemiliknya merasa

kesal di belakang punggungku, karena mereka dengan seluruh hatinya

menginginkan Farnon, bukan aku.

Tapi harus diakui pula bahwa mereka jujur. Aku memang tidak mendapat

sambutan hangat. Bila aku mulai mengemukakan pendapatku mengenai

sebuah kasus, mereka terang-terangan mendengarkan dengan penuh

kesangsian. Namun jika aku melepaskan jaketku dan mengerjakan

tugasku dengan sungguh-sungguh, kesangsian mereka mulai mencair. Dan

mereka suka menjamu orang. Meskipun mereka kecewa karena yang

datang aku, bukan Farnon, namun mereka mempersilakan aku supaya

singgah dan makan di rumahnya. "Silakan masuk dan makan dulu," adalah

kalimat yang kudengar hampir setiap hari. Kadang-kadang aku dengan

senang hati mau menerima ajakan itu dan makan bersama mereka. Suatu

peristiwa yang dapat dijadikan kenangan.

Kerap kali juga dengan diam-diam mereka meletakkan setengah losin

telur atau setengah kilo mentega di dalam mobilku. Beberapa waktu aku

akan berangkat pulang. Keakraban ini sudah jadi tradisi di Dales. Dan

aku tahu, mereka tentu berbuat begitu juga kepada tamu-tamu lain. Ini

menunjukkan adanya rasa persahabatan yang tersembunyi di balik wajah

mereka yang tak mau tersenyum. Ini benar-benar menghiburku.

Aku mulai mengenal dan menyukai kehidupan petani. Mereka adalah

orang-orang yang tabah dan mempunyai filsafat yang baru bagiku. Jika

ada bencana, yang bisa membuat orang kota putus asa dan

membenturkan kepalanya'pada tembok, mereka hanya mengangkat bahu

sambil berkata, "Ya, itu biasa. Memang harus terjadi begitu."

Pada suatu hari, udara sangat panas. Aku membuka jendela mobilku

lebar-lebar. Aku sedang dalam perjalanan untuk membuat tes

tuberkulin. Rencana pemerintah mulai mendapat pengaruh di Dales. Dan

petani-petani yang progresif minta tes survey.

Ini bukan ternak sembarangan. Mr. Copfield's Galloway terkenal, karena

mempunyai ternak yang liar. Aku telah diberitahu Siegfried tentang

mereka. "Praktek yang paling sulit. Ada delapan puluh lima ekor dan

tidak pernah diikat. Bahkan binatang-binatang itu belum pernah

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

disentuh oleh tangan manusia. Lembu-lembu itu hidup bebas di lereng-

lereng bukit, melahirkan dan membesarkan anaknya di luar kandang, dan

jarang sekali didekati orang. Pendek kata, binatang-binatang itu masih

liar."

"Apa yang kaukerjakan, jika ada yang sakit?" tanyaku.

"Minta bantuan Frank dan George, ialah anak Copfield. Sejak kecil,

kedua pemuda itu telah dibesarkan di tengah-tengah kawanan lembu itu.

Mereka mengurus anak lembu segera sesudah bisa berjalan. Kemudian

mereka mengurus lembu yang besar. Keluarga Copfield seulet keluarga

Galloways."

Peternakan Copfield terletak di daerah yang tandus. Tempat

penggembalaannya hanya ditumbuhi rumput sedikit. Padang rumput ini

merayap ke atas ke daerah yang gundul, dan hanya ditumbuhi pepohonan

di sana-sini. Oleh karena itu dengan mudah dapat dimengerti, mengapa

Copfield memilih lembu yang tabah, dan bukan lembu setempat yang

bertanduk pendek. Tapi pagi ini, daerah perumput-an yang tandus itu

mendapat sinar matahari yang lembut, dan ketenangan menyelimuti

padang rumput yang sangat luas ini, yang berwarna hijau dan berbecak-

becak coklat.

Frank dan George tidak seperti yang kubayangkan semula. Kukira

mereka berkulit putih dan gemuk, ternyata berkulit hitam dan kurus.

Keduanya tabah dalam membantuku menjalankan tugas sehari-hari.

Otot-ototnya seperti sudah keriput. Tapi anak-anak Copfield lain,

rambutnya keemasan dan kulit tubuhnya licin. Mereka tampan, dan

masih sebaya denganku. Lehernya padat. Kepalanya tampak kecil, karena

bahunya lebar. Tubuhnya pendek. Tapi jika lengan bajunya digulung ke

atas, mereka tampak hebat, karena lengannya kuat seperti lengan jago

gulat. Kakinya besar, dan selalu memakai celana kasar dan sandal kayu.

Kawanan lembu itu telah dikumpulkan ke dalam gedung dan hampir

memenuhi tempat yang tersedia. Jumlahnya kira-kira dua puluh ekor,

dan ditaruh di sebuah gang yang panjang. Kepalanya tersembul di atas

jeruji, dan tubuhnya mengeluarkan uap. Yang dua puluh ekor

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

ditempatkan di kandang tua. Lebih dari dua puluh lima ekor lagi

berdesak-desakan di petak-petak besar yang terbuka.

Lembu-lembu itu berwarna hitam dan belum jinak. Waktu aku

memandangnya, mereka membalas pandanganku. Matanya merah

berkilauan di antara rambut kepalanya yang kasar, yang menutupi

mukanya. Ekornya dikibas-kibaskan dengan keras, untuk memperlihatkan

kemarahan dan ancamannya.

Tidak akan mudah memberikan injeksi intradermal kepada masing-

masing lembu. Aku berpaling kepada Frank.

"Kau bisa menangkap tuan-tuan besar itu?" tanyaku.

"Akan saya coba," jawabnya dengan tenang, sambil melemparkan kain

penutup dada ke atas bahunya. Sebelum memanjat masuk ke dalam gang,

tempat lembu besar berdesakan, ia dan adiknya menyulut rokok. Aku

mengikutinya, dan segera terbukti, bahwa ceritera-ceritera yang

kudengar tentang lembu Galloways tidak dilebih-lebihkan. Jika kau

mendekatinya dari depan, lembu itu menyerang dengan kepalanya yang

berjumbai. Jika aku mendekati dari belakang, binatang itu menyepakkan

kakinya sebagai peringatan.

Tapi aku kagum melihat ketangkasan Frank dan George. Mereka

menjatuhkan kain penutup dada ke atas kepala lembu. Kemudian mereka

memasukkan jari tangannya ke dalam hidung lembu. Tentu saja lembu itu

meronta-ronta ingin terlepas dari kain. Frank dan George diayunkan ke

sana ke mari seperti boneka, tapi tak mau melepaskan kepala lembu.

Kepala Frank dan George yang tampan itu, tampak aneh waktu muncul di

antara punggung-punggung lembu yang berwarna hitam. Dan yang

mengherankan, meskipun diayunkan ke sana ke mari dengan kasar,

rokoknya tidak pernah terlepas dari mulutnya.

Makin lama suhu dalam gedung itu makin panas seperti dalam tungku.

Dan lembu itu, karena perutnya penuh rumput yang sangat lumat,

menyemprotkan tahi coklat kehijau-hijauan seperti pancuran.

Aku merasa seperti sedang menonton pertandingan gulat, sambil

memberi semangat kepada pemain kesayanganku, "Nah, dia kena, Frank!

Jangan menyerah George!" Dalam keadaan terjepit, kedua kakak-

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

beradik itu memaki perlahan-lahan dan tidak marah, "Singkirkan

kakinya, ke sana sedikit." Jika wajahku kena cambuk ekor lembu yang

basah kuyup, mereka tertawa terbahak-bahak, penuh penghargaan

terhadap jerih payahku. Selingan yang juga menggembirakan ialah jika

aku sedang mengisi suntikan, dengan mengangkat tangan ke atas, seekor

sapi jantan yang ketakutan kain, membenturkan pantatnya yang keras

ke perutku. Aku lalu terbatuk-batuk, dan lembu itu ingin berputar di

gang sempit. Maka aku lalu tergencet seperti lalat terhimpit papan.

Mataku terasa seperti akan keluar, waktu lembu itu memutar tubuhnya

dengan paksa. Aku tidak tahu, apakah suara benda retak itu berasal

dari tulang rusukku atau dari kayu di belakangku.

Yang terakhir adalah menyuntik anak-anak lembu yang terkecil. Ini

hampir sama sulitnya dengan menyuntik lembu-lembu dewasa. Lembu-

lembu kecil yang berbulu kusut ini melawan, menyepak, melompat ke

atas, dan lari di antara kakiku, bahkan meluncur dengan cepat ke arah

tembok. Kerap kali Frank dan George harus menerkamnya, seperti

harimau menerkam kambing, dan menindihnya ke lantai, supaya dapat

kusuntik. Waktu merasa tertusuk jarum, anak lembu itu melengking

keras sekali. Di luar, induknya dengan cemas menjawabnya, dengan

melenguh bersama-sama.

Waktu aku terhuyung-huyung keluar dari bangunan itu, sudah tengah

hari. Rasanya sudah satu bulan di dalam gedung itu, karena panasnya

yang menyesakkan dada, karena gaduhnya yang terus-menerus, dan

karena berondongan tahinya.

Frank dan George mengambil ember berisi air, sikat, lalu membersihkan

tangan dan kakiku. Kemudian aku pulang. Satu mil dari peternakan itu,

aku berbelok memasuki jalan yang tak berpagar, keluar dari mobil, dan

menjatuhkan diri di lereng bukit yang sejuk. Sambil membentangkan

lenganku lebar-lebar, aku menggerak-gerakkan bahu dan bajuku yang

basah kuyup oleh keringat, lalu berbaring ke atas rumput yang kasar,

dan membiarkan tubuhku ditiup angin sepoi-sepoi yang lembut. Dengan

menentang sinar matahari dan sambil memicingkan mata, aku

memandang langit yang berwarna kebiru-biruan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Tulang rusukku terasa sakit dan aku dapat merasakan luka memar pada

kaki, bekas sepakan-sepak-an lembu. Aku tahu, bauku tak sedap. Aku

menutup mataku dan tersenyum geli, waktu teringat mengapa aku

mengadakan pemeriksaan diagnostik untuk tuberkulose. Suatu cara yang

aneh untuk melakukan prosedur ilmiah. Dan sesungguhnya, suatu cara

yang aneh untuk mencari nafkah. Tapi kemudian terlintas dalam

pikiranku. Mungkin juga aku sedang duduk di sebuah kantor dengan

jendela-jendela yang tertutup rapat, jauh dari asap lampu minyak dan

kegaduhan lalu lintas. Sinar lampu itu menerangi sederetan angka, dan

topiku yang bundar tergantung di tembok.

Dengan malas aku membuka mataku kembali dan memandang ke arah

bayangan awan yang merayap di lereng bukit hijau menyeberangi

lembah. Tidak, tidak! Aku tidak mengeluh!

BAB 8

WAKTU mobilku berderak-derak di jalan di tengah-tengah padang,

untuk menjalankan tugasku, aku tidak merasa bahwa beberapa minggu

telah lewat. Daerah itu mulai jelas bagiku. Orang-orang mulai terasa

sebagai pribadi. Hampir tiap hari ban mobilku bocor. Karet ban itu telah

habis, yang tampak tinggal kanvasnya. Aku heran, bahwa mobil itu masih

bisa meluncur ke mana-mana.

Yang masih tampak agak baru hanyalah 'pelindung sinar matahari' yang

sudah karatan. Jika ditarik ke belakang, bunyinya berdecit-decit

menyedihkan. Tapi pada umumnya kubuka terus bersama semua jendela.

Dan aku mengemudikan mobil hanya dengan mengenakan baju berlengan,

sambil menikmati hembusan angin yang nyaman. Pada waktu hujan,

menutup pelindung itu hampir tidak ada gunanya, karena air hujan masuk

melalui sambungannya, menggenang di atas pangkuanku dan tempat

duduk.

Makin lama aku makin tangkas menghindari genangan-genangan air di

sepanjang jalan. Menerobos secara membabi buta adalah keliru, karena

air berlumpur itu menyembur ke atas melalui celah-celah lantai mobil.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Tapi waktu itu musim panas. Karena berhari-hari aku kena sinar

matahari, kulit tubuhku dapat menandingi warna kulit petani yang

kecoklat-coklat-an. Bahkan menambal ban di jalan-jalan tak berpagar di

dataran tinggi, tak merupakan siksaan lagi. Karena angin

menghembuskan harum bunga dan bau pepohonan dari lembah-lembah,

dan burung-burung melayang-layang berputar-putar menemaniku.

Kecuali itu, aku punya alasan untuk keluar dari mobil dan duduk di atas

rumput yang segar dan kering, sambil menikmati pemandangan yang luas

di atas Yorkshire. Benar-benar seperti memanfaatkan waktu. Waktu

untuk melihat perspektif hidupku dan untuk menilai kemajuanku.

Semuanya serba berlainan, hingga membingungkan. Dulu, selama

bertahun-tahun, aku hidup di antara jalan-jalan kota. Sekarang aku

hidup di daerah pegunungan, bebas dari ulangan, ujian, dan kuliah; punya

tugas sehari-hari besar tantangan-tantangannya. Dan kemudian

majikanku.

Siegfried Farnon menjalankan tugasnya dengan semangat besar. Ia

bekerja dari fajar hingga malam. Aku kerap kali bertanya dalam hati,

apakah yang mendorongnya. Jelas bukan uang, karena ia tampak acuh

tak acuh terhadap uang. Jika jerih payahnya dibayar, uang itu segera

dilemparkan ke dalam jambangan di atas rak. Jika membutuhkannya, ia

mengambilnya segenggam. Aku tidak pernah melihat dia membawa

dompet. Tapi sakunya menggembung penuh mata uang perak dan uang

kertas yang kusut. Jika ia mengambil termometer, uang itu jatuh

berhamburan.

Setelah bekerja terburu-buru selama satu atau dua minggu, kemudian

Farnon menghilang. Mungkin selama petang hari, mungkin satu malam,

dan kerap kali tanpa mengatakan ke mana perginya. Bu Hall lalu

menyiapkan makan untuk dua orang. Tapi jika melihat aku makan

sendirian, ia lalu menyingkirkan makan itu tanpa komentar.

Tiap pagi Siegfried Farnon membaca daftar petani yang harus

dikunjungi dengan begitu tergesa-gesa, sehingga aku kerap kali disuruh

ke rumah petani yang keliru, atau mengerjakan hal yang salah. Kalau aku

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kemudian menceriterakan betapa maluku, ia hanya tertawa terbahak-

bahak.

Pada suatu ketika, dia mengalaminya sendiri. Aku baru saja mendapat

panggilan dari orang yang bernama Mr. Heaton di desa Bronsett,

tentang pemeriksaan domba mati.

"Kau harus ikut, James," kata Siegfried." Pagi ini Semua masih serba

tenang. Aku yakin mereka akan memberi pelajaran tentang cara

memeriksa mayat. Aku ingin melihat kau beraksi."

Kami naik mobil pergi ke desa Bronsett dan Siegfried tiba-tiba

membanting setir ke kiri masuk sebuah pintu gerbang.

"Mau ke mana kau?" tanyaku. "Rumah Heaton kan di ujung desa!"

"Tapi tadi kau berkata Seaton!"

"Tidak! Aku tak berkata begitu!"

"Ingat, James, waktu kau bicara dengan orang itu, aku tepat ada di

sampingmu! Dengan jelas aku mendengar, kau menyebut namanya!"

Aku membuka mulutku. Maksudku untuk melanjutkan perdebatan ini.

Tapi mobil meluncur dengan cepat dan Siegfried mengetatkan mulutnya.

Dia kubiarkan membuktikannya sendiri.

Kami tiba di luar rumah petani. Mobil dihentikan mendadak, diikuti bunyi

rem yang menjerit. Siegfried bangkit dari tempat duduknya, dan

mencari-cari di dalam sepatu botnya, sebelum mobil berhenti bergetar.

"Sialan!" teriaknya. "Pisauku ketinggalan! Tapi, tak apa. Aku mau pinjam

saja!" Ia membuka pintu mobil dengan kasar dan terburu-buru ke pintu

rumah petani.

Isteri petani keluar, dan wajah Siegfried berseri-seri. "Selamat pagi,

Mrs. Seaton. Apakah Ibu punya pisau tajam?"

Ibu itu mengangkat alis matanya. "Apa? Bapak tadi mengatakan apa?"

"Pisau tajam, Mrs. Seaton! Pisau pahat yang tajam!"

"Bapak membutuhkan pisau tajam?"

"Ya, betul, pisau tajam!" teriak Siegfried. Kesabarannya mulai habis.

"Dan harap agak cepat. Saya tergesa-gesa!"

Ibu yang kebingungan itu menghilang ke dalam dapur. Aku mendengar

dia berbisik-bisik dan menggerutu. Berganti-ganti kepala anak-anak

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tersembul, karena ingin melihat sepintas tampang Siegfried, yang

sedang kesal menghentak-hentakkan kakinya di depan pintu. Beberapa

saat kemudian, salah satu anak perempuannya maju ke depan dengan

takut-takut, sambil mengulurkan sebuah pisau panjang yang

menyeramkan tampaknya.

Siegfried merebutnya dan memeriksa dengan ibu jarinya, berapa tajam

pisau itu. "Ini kurang tajam!" teriaknya dengan jengkel. "Apakah kau

tidak tahu? Aku membutuhkan pisau yang betul-betul tajam! Ambilkan

pisau dan baja!"

Anak itu lari kembali ke dapur dan terdengar gerutu beberapa suara.

Setelah agak lama, ada anak perempuan lain muncul ke pintu. Ia maju

perlahan-lahan ke arah Siegfried dan memberikan pisau dan baja

sepanjang lengannya, kemudian lari menyelamatkan diri.

Siegfried membanggakan diri karena merasa pandai mengasah pisau. Itu

memang kegemarannya. Waktu mengasah pisau di atas baja, ia

berbicara dengan semangat tentang pekerjaannya, dan akhirnya

menyanyi keras-keras. Tak terdengar suara dari dalam dapur. Hanya

suara pisau berdencing-dencing karena digosok-gosokkan pada baja, dan

diiringi nyanyian yang tak ada lagunya. Setiap kali ia memeriksa pisau

itu, sudah tajam atau belum, suasana jadi sunyi senyap. Kemudian

terdengar suara pisau diasah lagi.

Setelah selesai mengasah pisau ia merasa puas dan menjenguk ke dalam

rumah. "Di mana suami Ibu?" teriaknya.

Karena tak ada jawaban, ia masuk ke dalam dapur. Pisaunya berkilat-

kilat di depan dadanya. Aku mengikutinya dan melihat Mrs. Seaton dan

anak-anaknya gemetar di sebuah sudut, sambil memandang Siegfried.

Matanya terbelalak ketakutan.

Siegfried mengayunkan pisaunya ke arah mereka. "Nah, sekarang bisa

segera dimulai!"

"Dimulai apa?" bisik ibu itu, sambil memeluk anak-anaknya.

"Saya ingin memeriksa domba yang mati. Ibu punya domba mati, bukan?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Pertanyaan itu lalu diikuti penjelasan dan permintaan maaf. Kemudian

Siegfried memprotesku dengan keras, karena aku memberikan alamat

yang salah.

"Lain kali kau harus lebih hati-hati, James!" katanya dengan serius.

"Kejadian seperti itu memberi kesan sangat buruk!"

Dalam hidupku yang baru, hal lain yang menarik hati adalah lalu lintas

wanita yang dengan teratur mengunjungi Rumah Skeldale. Mereka

semua dari kalangan tinggi, kebanyakan cantik, dan punya kepentingan

yang sama, ialah ingin tahu. Mereka datang untuk minum-minum, untuk

minum teh, untuk makan, tapi alasan sebenarnya untuk memandang

wajah Siegfried. Mereka seperti pelancong di padang pasir yang

kehausan dan ingin melihat oase.

Aku merasa harga diriku diinjak-injak, bila mata mereka lewat begitu

saja, tanpa melihat dan mengacuhkan diriku dan memandang Siegfried

seperti harimau kelaparan. Aku tidak cemburu, tapi aku kehabisan akal.

Dengan diam-diam aku mulai menyelidiki Siegfried, apakah rahasia daya

tariknya. Jaket yang tergantung pada bahunya yang kurus, sudah lusuh.

Kerah bajunya sudah kelihatan benang-benangnya yang terlepas.

Dasinya tak ber-bentuk lagi. Jika melihat ini semua, aku berkesimpulan,

bahwa rahasia daya tariknya tak terletak pada pakaiannya.

Memang ada yang menarik perhatian, ialah wajahnya yang panjang dan

bertulang. Matanya biru penuh humor. Tapi pada umumnya pipinya

begitu kurus dan cekung, sehingga aku heran, apakah dia tidak sakit.

Di antara wanita yang antri itu, aku kerap kali melihat Diana Brompton.

Tiap kali melihatnya, aku merasa seperti harus berjuang keras melawan

diriku, jangan sampai aku menjatuhkan diri dan merangkak ke bawah

sofa. Di waktu sore Diana tidak mudah dilihat, karena kecantikannya,

rambut dan kulitnya serba kuning. Ia terpesona memandang Siegfried,

mendengarkan apa yang dikatakannya, dan tertawa terkekeh-kekeh

seperti anak SD.

Kerap kali semangatku jadi beku, jika membayangkan mungkin Siegfried

akan memilih Diana dari deretan wanita itu dan mengawininya. Pikiran itu

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

menggelisahkan hatiku, karena aku tahu, bahwa aku harus segera

meninggalkan Darrowby. Padahal aku sudah mulai kerasan.

Tapi tak ada tanda yang menunjukkan bahwa Siegfried akan memilih

salah satu dari mereka. Dan pawai wanita itu berjalan terus dengan

penuh harapan. Akhirnya aku merasa biasa saja dan tak gelisah lagi.

Aku juga tak heran lagi, jika tingkah laku Siegfried tiba-tiba berubah.

Pada suatu pagi, Siegfried turun, karena ingin makan pagi. Dengan lesu

ia menggosok-gosok matanya yang masih merah.

"Pukul 4 pagi harus keluar!" keluhnya. Dengan acuh tak acuh, ia melumasi

roti panggangnya dengan mentega. "Sebetulnya aku tak suka

mengatakannya, James. Tapi semua ini kesalahanmu!"

"Kesalahanku?" tanyaku, terkejut.

"Ya, betul, kesalahanmu! Ini tentang lembu yang sakit perut itu. Selama

berhari-hari pemiliknya telah mengobatinya sendiri. Pada suatu hari

lembu itu diobati minyak setengah, liter. Hari berikutnya bikarb sedikit

dan jahe. Dan pukul empat pagi ia memutuskan untuk memanggil dokter

hewan. Waktu kutegaskan bahwa dia dapat menunggu beberapa jam lagi,

ia menjawab, 'Maaf Mr. Farnon, menurut Mr. Herriot, saya tak perlu

ragu-ragu menelepon Anda. Katanya, Anda akan keluar setiap saat baik

siang maupun malam'."

Ia mengetuk-ngetuk ujung telor yang dipegangnya, seolah-olah hal ini

terlalu berat baginya. "Yah, memang baik jadi orang penuh kesadaran.

Tapi jika petani itu bisa menunggu beberapa hari, mengapa dia tak bisa

menunggu hingga matahari terbit. Kau memanjakan orang ini, James!

Dan saya yang kena getahnya! Saya sudah muak dan bosan bangun pagi

hanya karena soal sepele!"

"Aku minta maaf sebesar-besarnya, Siegfried! Aku sungguh tidak

sengaja menjebakmu. Mungkin ini disebabkan karena aku belum

berpengalaman. Jika aku tidak berangkat, mungkin aku akan menyesal

karena binatang itu mati. Jika aku menundanya hingga matahari terbit

dan lembu itu mati, bagaimana perasaanku?"

"Itu betul," jawab Siegfried. "Memang satu-satunya hal yang paling

menyedihkan petani, jika ternaknya mati. Sesudah ternaknya mati,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

mereka baru sadar, lalu bila ternak lainnya sakit, mereka segera

memanggil dokter."

Aku menelan kuliah ini dan bermaksud melaksanakannya. Seminggu

kemudian, Siegfried memanggilku.

"James, saya tahu, kau tidak akan berkeberatan jika saya mengatakan

ini. Sumner tua hari ini mengeluh. Katanya, ia meneleponmu beberapa

malam yang lalu, tapi kau tak mau datang untuk memeriksa lembunya.

Kau tahu, ia langganan yang baik, dan orang yang menyenangkan. Tapi ia

mudah marah. Saya tidak ingin kehilangan langganan seperti itu."

"Tapi itu hanya radang puting yang kronis," jawabku. "Susunya sedikit

mengental. Hanya itu. Dan telah diobati sendiri selama satu minggu,

dengan obat yang dibeli dari tukang obat. Selera makan lembu itu masih

baik. Oleh karena itu, menurut pendapat saya, bisa saya tunda hingga

hari berikutnya."

Siegfried memegang bahuku. Dari wajahnya tampak, bahwa dia

berusaha keras untuk bersikap sabar. Aku berusaha menahan diri. Aku

tidak menghiraukan kejengkelannya. Aku sudah biasa menghadapi

kekesalan hatinya. Tapi kesabaran yang dipaksakan seperti itu sukar

kuterima.

"James," katanya dengan suara lembut, "dalam pekerjaan kita ada

pedoman yang fundamental yang mengatasi segala tugas yang lain, ialah

KAU HARUS SELALU SIAP. Kata-kata ini harus kaupahat di dalam

jiwamu, dengan huruf-huruf yang terbuat dari api." Ia menggoyang-

goyangkan telunjuknya. "KAU HARUS SELALU SIAP! Camkan kata-kata

itu, James! Itu dasar segala-galanya. Bagaimanapun keadaannya, apakah

cuaca baik atau buruk, apakah siang atau malam, kalau ada langganan

memanggil, kau harus berangkat. Dan berangkatlah dengan gembira!

Tadi kaukatakan, kasus itu tidak mendesak. Padahal kau hanya

diberitahu oleh pemiliknya. Dan orang itu tak punya wewenang untuk

memutuskan, apakah kasus itu mendesak atau tidak. Tidak, James, aku

harus berangkat! Bahkan meskipun mereka telah mengobatinya sendiri.

Sebab hal itu mungkin malah berakibat buruk. Dan jangan lupa,"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

katanya, sambil mengayun-ayunkan jarinya dengan serius, "ternak itu

bisa mati."

"Tapi seingat saya, seminggu yang lalu kau berkata, bahwa ternak mati

menyadarkan petani!" bantahku.

"Apa katamu?" salak Siegfried karena sangat terkejut. "Jangan ambil

pusing kata-kata itu. Lupakan saja. Tapi ingat: KAU HARUS SELALU

SIAP!"

Kadang-kadang dia memberi nasihat bagaimana aku harus menghadapi

kesulitan hidup. Seperti misalnya jika ia melihatku sedang duduk

membungkuk di atas telepon yang baru saja kuletakkan dengan kasar.

Aku sedang memandang tembok, sambil memaki-maki diriku dengan

suara tidak begitu keras.

Siegfried tersenyum dengan aneh. "Ada apa, James?"

"Sepuluh menit yang lalu aku merasa jengkel terhadap Rolston. Anak-

anak lembunya terserang radang paru-paru. Aku berjam-jam sibuk

menyuntiknya dengan obat-obat mahal. Akibatnya tak ada yang mati.

Sekarang dia mengeluh tentang ongkosnya dan tidak mau mengucapkan

terima kasih sedikit pun! Brengsek! Tak mau menghargai jerih payahku!"

Siegfried menghampiriku dan memeluk bahuku. Ia berusaha keras

bersikap sabar. "James," lenguhnya. "Coba lihat dirimu sendiri.

Wajahmu merah dan tegang. Kau tidak boleh jengkel seperti itu. Kau

harus berusaha hidup dengan santai. Mengapa banyak orang penting

sakit jantung dan menderita borok usus? Menurut pendapatmu karena

apa? Karena mereka menghadapi soal-soal kecil dengan tegang, seperti

kau sekarang. Ya, ya, ya aku tahu, ini menjengkelkan. Tapi itu harus

kauhadapi dengan tenang. Tenang, James, tenang! Tak ada gunanya

menegangkan urat saraf. Seratus tahun lagi keadaannya akan tetap

begitu!"

Ia berkhotbah dengan tersenyum ramah, sambil menepuk-nepuk bahuku

supaya aku mau menerima nasihatnya, seperti dokter jiwa yang sedang

membujuk-bujuk pasiennya yang buas.

Beberapa hari kemudian aku sedang menulis etiket pada botol obat

merah. Tiba-tiba Siegfried masuk ke dalam kamar, seperti orang yang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

baru saja terpelanting dari kendaraan. Rupanya pintu kamar

ditendangnya, sebab pintu itu terbuka dengan keras dan melanting

kembali hampir menghantam kepalanya. Ia terburu-buru ke tempat

dudukku, lalu memukul meja dengan keras. Matanya berapi-api dengan

buas, dan wajahnya merah padam.

"Saya baru dari rumah Holt si keparat itu!" teriaknya.

"Maksudmu Ned Holt?"

"Ya, betul, si bangsat itu!"

Aku heran. Mr. Holt adalah orang bertubuh pendek yang membuat jalan

raya untuk dewan daerah. Ia memelihara empat ekor lembu sebagai

kerja sambilan, dan sudah terkenal tidak pernah mau membayar dokter

hewan. Tapi dia orang yang selalu gembira. Dan selama bertahun-tahun

Siegfried dengan sukarela mau mengobati lembu-lembunya.

"Dia langganan kesayanganmu, bukan?!" tanyaku.

"Ya, dulu!" jawabnya cepat. "Aku baru saja mengobati lembu Muriel. Kau

tahu, lembu merah yang kedua dari kandang paling ujung. Telinganya

kambuh tympany. Tiap malam, jika pulang dari ladang dan tertiup angin

dengan keras, telinganya keluar air. Sudah saya obati dengan berbagai

cara. Tapi tak ada hasilnya. Kemudian, saya ingat, mungkin itu

actinobacillosis reticulum. Lembu itu kusuntik dengan sodium iodide, ke

dalam vena. Waktu aku memeriksanya hari ini, hasilnya luar biasa.

Lembu itu berdiri, sambil mengunyah rumput. Nafsu makannya sangat

besar. Saya baru saja akan menepuk-nepuk dada karena diagnosa saya

jitu. Tiba-tiba Holt mengatakan, lembu itu hari ini sembuh, karena tadi

malam ia beri garam Inggris seperempat kilo dan bubur kulit padi!

Itulah yang menyembuhkannya, bukan jerih payah saya!"

Siegfried mengambil beberapa bungkus rokok yang telah kosong dan

beberapa botol. Benda-benda itu dibantingnya dengan kejam ke dalam

keranjang sampah. Ia lalu berteriak lagi.

"Kau tahu, dua minggu lebih saya pusing dan gelisah memikirkan lembu

itu, bahkan sampai muncul dalam mimpi. Setelah saya menemukan sebab

penyakitnya, dan menggunakan obat paling mo-deren, lembu itu sembuh.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Dan apa yang terjadi? Apakah pemiliknya mengucapkan terima kasih

atas

Keakhlian saya? Apakah dia tidak...... brengsek?!

Semua pujian ditumpahkannya pada garam Inggris seperempat kilo itu!

Dan jerih payah saya tak dihargai sama sekali!"

Sekali lagi ia menghantam meja sekeras-kerasnya.

"Tapi ia ketakutan, James!" sambungnya. Matanya terbelalak. "Betul,

James, dia ketakutan sekali! Waktu dia menyebut-nyebut garam sialan

itu, dia saya bentak 'Kau setan!' dan dia saya pegang erat-erat. Bahkan

dia akan saya cekik lehernya, tapi dia lari secepat kilat ke dalam rumah

dan tak muncul-muncul lagi!"

Siegfried membantingkan dirinya ke atas kursi, dan mengaduk-aduk

rambutnya. "Garam Inggris!" keluhnya. "Oh, Tuhan! Garam itu

menyebabkan saya putus asa!"

Aku bermaksud mengingatkan dia, supaya hidup santai sesuai dengan

nasihatnya, bahwa hal semacam itu akan tetap berlangsung selama

seratus tahun lagi. Tapi dia masih memegang botol serum yang kosong.

Aku takut kalau botol itu dilemparkan ke kepalaku. Oleh karena itu, aku

membatalkan niatku.

* * *

Kemudian datang waktunya Siegfried memutuskan akan memperbaiki

mobilku. Mobil itu tiap hari menghabiskan oli satu liter. Tapi menurut

pendapatnya, ini hal biasa saja. Waktu sehari menghabiskan oli setengah

galon, ia baru merasa bahwa harus bertindak. Mungkin yang

menyebabkan dia lalu mengambil tindakan, laporan seorang petani. Pada

suatu hari, pada hari pasaran, seorang petani berkata kepada Siegfried,

bahwa dia selalu tahu, bahwa akan ada dokter hewan datang. Sebabnya,

dari jarak berpuluh kilometer, ia telah melihat asap mobilnya.

Waktu mobil Austin kecil itu kembali dari bengkel, Siegfried mondar-

mandir seperti ayam mau ber-telor. "Ke sini, James!" teriaknya. "Saya

ingin bicara!"

Aku melihat wajahnya lagi yang menahan kejengkelan. Dan aku bersiap-

siap untuk mempertahankan diri.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"James," katanya, sambil mondar-mandir sekeliling mobil reyot itu dan

menghapus kotoran pada cat mobil. "Kau melihat mobil ini?"

Aku menganggukkan kepala.

"Ingat, James, mobil ini baru saja diperbaiki, dan ongkosnya sangat

mahal. Dan itulah yang ingin saya bicarakan denganmu. Kau sekarang

memiliki mobil yang boleh dikatakan masih baru," katanya, sambil

membuka tutup mesin dengan susah payah. Tutup mesin itu terbuka

dengan bunyi berderak dan diikuti hujan kotoran dan debu karat. Ia

menunjuk ke arah mesin yang berwarna hitam dan berminyak. Mesin itu

penuh dengan kabel simpang siur dan pipa-pipa karet yang berantakan.

"Mesin ini masih bagus dan aku ingin supaya kau memperlakukannya

dengan sopan. Aku sering melihatmu melarikan mobil ini seperti orang

gila. Itu tidak boleh. Kau harus menjaga mesin ini selama belum

mencapai dua atau tiga ribu kilometer. Empat puluh kilo satu jam itu

sudah cukup berat. Saya kira itu suatu kejahatan, jika ada orang

menyalahgunakan mesin baru. Orang itu harus dimasukkan ke dalam sel.

Oleh karena itu, ingat, James, jangan ngebut! Awas, kalau sampai saya

tahu!"

Ia menutup kembali tutup mesin itu dengan hati-hati, dan menggosok-

gosok kaca depannya yang retak-retak dengan ujung lengan bajunya, lalu

pergi.

Kata-kata keras itu membekas dalam-dalam di hatiku, hingga tiap hari

aku terpaksa menjalankan mobil ke tempat tugas dengan perlahan-lahan

hampir secepat orang berjalan kaki.

Pada suatu malam, aku baru akan pergi tidur. Tiba-tiba Siegfried masuk.

Dia membawa dua orang petani, yang kedua-duanya tersenyum kecut.

Bau bir yang keras memenuhi seluruh ruangan.

Siegfried bicara dengan penuh wibawa, dan mengucapkan kata-katanya

dengan jelas. "James, sore tadi saya bertemu dengan bapak-bapak ini di

warung Banteng Hitam. Kami bertiga baru saja main domino dengan

gembira sekali. Tapi malang, bapak-bapak ini ketinggalan bis yang

terakhir. Tolong keluarkan mobil dari garasi dan bapak-bapak ini akan

saya antar pulang."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Aku mengambil mobil dan kuhentikan di depan rumah. Kedua petani itu

berdesakan masuk. Satu di depan, satu di belakang. Aku menyaksikan

Siegfried yang masuk ke dalam mobil sambil membungkuk. Ia duduk di

belakang kemudi. Gerak-geriknya agak terhuyung-huyung. Sedang aku

duduk di kursi belakang.

Kedua orang itu tinggal di daerah pertanian sebelah utara. Lima

kilometer dari kota. Kami meninggalkan jalan raya dan dari lampu mobil

aku dapat melihat jalan berliku-liku di lereng bukit yang gelap.

Siegfried terburu-buru. Kakinya menekan pedal gas. Suara mesinnya

meraung-raung seperti binatang yang sedang disiksa. Dan mobil itu

meluncur ke dalam kegelapan. Sambil berpegangan erat-erat, aku

menjulurkan badanku ke depan supaya aku dapat berteriak ke telinga

Siegfried. "Ingat, mobil ini baru saja diperbaiki!" Suaraku mengatasi

deru mobil.

Siegfried menengok ke belakang mobil tersenyum gembira. "Ya, ya, ya,

aku ingat, James! Apa yang kauributkan?" Waktu dia menjawab, mobil

melesat di atas jalan kemudian meronta-ronta di atas rumput dengan

kecepatan tujuh puluh lima kilometer per jam. Kami semua terbanting-

banting seperti gabus sampai mobil itu kembali meluncur di atas jalan

lagi. Tanpa menghiraukan itu semua Siegfried tetap mempertahankan

kecepatan mobil itu. Kedua petani itu tidak dapat tersenyum konyol lagi

dan duduk sambil berpegangan erat-erat, tanpa komentar sepatah kata

pun.

Setelah muatannya dibongkar di sebuah rumah yang sunyi, mobil itu lalu

mengadakan perjalanan pulang. Karena jalannya turun, Siegfried dapat

ngebut lebih cepat. Mobil itu melompat-lompat dan terbanting-banting

di atas permukaan yang tak datar. Mesinnya melengking-lingking seperti

ringkik kuda. Beberapa kali mobil itu terpelanting ke luar jalan, tapi

untunglah kami sampai di rumah.

Sebulan kemudian Siegfried memanggilku dan melemparkan kata-kata

ini, "James," katanya dengan sedih, "kau memang anak cerdas, tapi

minta ampun, kau kejam terhadap mobil! Lihat mobil ini. Mobil ini baru

saja diperbaiki beberapa minggu yang lalu. Tapi sekarang keadaannya

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

sudah tidak memuaskan sama sekali. Lihatlah sendiri, mobil ini

menghabiskan oli! Aku tidak tahu, telah kauapa-kan mobil ini! Kau

memang tak punya perasaan!"

BAB 9

YANG datang paling dulu, silakan masuk," seruku waktu aku menjenguk

ke dalam kamar tunggu. Di situ aku melihat seorang wanita tua

membawa kucing di dalam kotak karton, dua anak kecil yang sedang

berusaha memegang kelinci yang ingin terlepas, dan seseorang yang

mula-mula tak kukenal. Kemudian aku ingat. Orang itu Soames!

Waktu tiba gilirannya, dia masuk ke dalam kamar bedah. Tapi tingkah

lakunya sudah berlainan sama sekali. Senyumnya senyum seorang

penjilat. Kepalanya naik turun waktu dia bicara. Gaya bicaranya seperti

orang yang sedang merayu. Dan yang paling menarik perhatian adalah

matanya yang sebelah kanan. Mata itu bengkak dan terpejam. Daerah

sekitar mata berwarna hitam kebiru-biruan.

"Mr. Herriot, saya harap Bapak tidak berkeberatan menerima

kedatangan saya," katanya. "Sebenarnya saya telah keluar dari

perusahaan Lord Hulton, dan sedang mencari pekerjaan lain. Saya harap

Bapak dan Mr. Farnon tidak berkeberatan membantu saya mencarikan

lowongan pekerjaan."

Aku begitu heran melihat sikapnya beruban sama sekali, sehingga tak

bisa banyak bicara. Aku menjawab bahwa aku akan berusaha sedapat-

dapatnya dan Soames mengucapkan terima kasih panjang lebar serta

membungkuk dan minta diri.

Setelah dia pergi, aku berpaling pada Siegfried. "Nah, sekarang apa

pendapatmu?"

"Oh, saya sudah tahu segalanya." Siegfried memandangku dengan

senyum masam. "Kauingat apa yang telah saya katakan dulu? Dia curang,

menipu sana sini. Dia menjual beberapa karung gandum dan pupuk

beberapa kwintal. Makin lama, korupsinya makin berani. Tapi ini tak bisa

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

berlangsung lama. Ia agak lengah, sehingga ia dipecat, sebelum

menyadari apa yang telah terjadi."

"Tapi mengapa matanya bengkak seperti tomat busuk?"

"Itu hadiah dari Tommy. Kau tentu telah melihat Tommy waktu di sana.

Ia pemelihara kuda itu."

Ingatanku melayang kembali ke malam yang menjengkelkan itu, dan aku

teringat akan orang yang memegangi kepala kuda. "Ya, aku teringat.

Orang yang gemuk, besar, dan tenang itu!"

"Ya, betul. Dia bertubuh besar dan saya berusaha jangan sampai dia

meninju mata saya. Soames telah memperlakukan dia sewenang-wenang

dan waktu Tommy mendengar Soames dipecat, dia mengunjunginya dan

memberi hadiah tomat busuk itu."

* * *

Sekarang aku benar-benar kerasan tinggal di Rumah Skeldale. Mula-

mula aku heran, apakah kiranya Tristan dapat menyesuaikan diri.

Apakah ia sedang mendapat tugas mencari pengalaman, libur, bekerja

atau apa lagi? Tapi segera jadi jelas bahwa dia telah diangkat jadi

penyalur dan pengantar obat-obatan, pencuci mobil, dan penerima

telepon. Bahkan dalam keadaan terpaksa, dia menangani kasus!

Itulah sekurang-kurangnya yang terlihat oleh Siegfried. Siegfried

punya bermacam-macam cara untuk mencari kesalahan Tristan. Misalnya

pulang mendadak, atau masuk ke dalam kamar dengan tiba-tiba, dengan

harapan Tristan dapat tertangkap basah waktu sedang tidak

mengerjakan sesuatu. Siegfried tidak pernah sadar, bahwa liburan

kuliah telah habis dan Tristan seharusnya kembali ke kampus. Beberapa

bulan kemudian aku mengambil kesimpulan, bahwa Tristan tentu

mengadakan perjanjian yang luwes dengan para dosen, karena sebagai

mahasiswa ia menghamburkan waktu luar biasa banyaknya di rumah.

Tristan agak berlainan dengan Siegfried dalam menilai peranannya.

Selama tinggal di Darrowby, Tristan memutar otaknya secerdik mungkin

supaya dapat menganggur sebanyak mungkin. Memang sebagian

waktunya ia gunakan untuk tidur di sebuah kursi. Kalau ia tinggal

sendirian di rumah supaya mengatur obat, dan kami sedang keluar untuk

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

menjalankan tugas, seperti biasanya ia tidur di kursi. Ia mengisi botol

kecil dengan air, hingga mencapai separo, menambahnya dengan

chlorodyne dan epicacuanha sedikit, menyumbatnya dengan gabus, dan

membawanya ke kamar tengah, lalu meletakkannya di samping kursinya.

Kursi itu sungguh kursi yang mengagumkan untuk mencapai maksudnya,

karena kursi itu kursi kuno yang berpunggung tinggi dan sisinya

dilengkapi dengan sandaran kepala.

Ia lalu mengambil majalah Daily Mirror, menyulut rokok Woodbine dan

duduk di situ sampai jatuh tertidur. Jika tiba-tiba Siegfried masuk ke

kamar itu, Tristan cepat-cepat memegang botol dan mengocoknya

sekeras mungkin, sambil sebentar-sebentar memeriksa isinya. Kemudian

ia langsung pergi ke kamar obat, mengisi botol itu hingga penuh dan

memberinya etiket.

Itu memang akal bulus yang diperhitungkan masak-masak, tapi ada

kelemahannya. Ia tidak pernah tahu, siapa yang masuk, Siegfried atau

bukan, bila pintu dibuka. Kerap kali aku berjalan masuk dan melihat dia

sedang berbaring di atas kursinya. Ia tiba-tiba terkejut, matanya yang

mengantuk dibelalak-belalakkan, sambil mengguncang-guncang botolnya.

Tiap malam waktunya dihabiskannya di warung Drovers' Arms. Ia duduk

di kursi tinggi menghadapi meja, sambil mengobrol dengan santainya

dengan gadis pelayan warung. Lain kali ia pergi berjalan-jalan dengan

salah satu perawat rumah sakit setempat, yang ia pandang sebagai agen

penyalur wanita atau pacar. Demikianlah hidupnya sehari-hari. Pendek

kata, ia cukup sibuk! Sabtu malam, pukul 10.30, aku sedang mencatat

tugas-tugasku. Tiba-tiba telepon berdering. Aku memaki-maki,

memukul-mukulkan tinjuku dan mengangkat pesawat penerimanya.

"Halo, ini Herriot."

"O, Anda?" jawabnya. Suaranya keras menggeram, dengan logat

Yorkshire tulen. "Maaf, saya ingin bicara dengan Mr. Farnon."

"Maaf kembali! Mr. Farnon sedang keluar. Ada perlu apa?"

"Kalau tidak ada perlu, saya tidak menelepon. Tapi saya lebih suka Mr.

Farnon. Nama saya Sims, dari Beal Close."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

(Oh tak usah ya, malam Sabtu begini disuruh ke desa Beal Close!

Jauhnya bukan main, di atas bukit pula, jalannya jelek, harus melalui

delapan gerbang desa! Tak usah ya!), pikirku.

"Halo, Mr. Sims! Ada kesulitan apa?"

"Kalau tidak ada kesulitan, masakan saya menelepon! Saya punya kuda

balap besar. Usianya tujuh belas tahun. Kaki belakangnya, di atas lutut,

luka parah. Harap segera dijahit!"

(Astaga, di atas lutut! Alangkah berbahayanya menjahit kuda di tempat

itu! Kalau kuda itu tidak mau tenang, ini sungguh suatu perjalanan yang

mengesankan!), pikirku lagi.

"Berapa besar lukanya, Mr Sims?"

"Cukup besar, panjangnya kira-kira setengah meter. Dan berdarah

terus-menerus! Maaf, kuda ini sulit dikendalikan, selalu meronta-ronta

seperti belut! Ia bisa menyepak mata lalat! Tak ada orang yang bisa

mendekatinya! Jika melihat orang, kuda itu langsung menabraknya.

Baru-baru ini ia saya bawa ke tukang besi dan tukang besi itu ketakutan

bukan main. Memang kuda brengsek!"

(Kau yang brengsek, Mr. Sims! Mulutmu brengsek, dan kudamu paling

brengsek!)

"Ya, saya akan datang. Tapi saya minta disediakan beberapa orang yang

cukup cekatan. Kalau perlu, orang yang bisa melemparkan kuda itu ke

luar!"

"Apa? Melemparkan? Anda tak akan bisa melemparkan kuda ini! Bahkan

kuda ini akan menendang Anda lebih dulu! Tapi sayang, di sini tidak ada

orang. Jadi terserah, bagaimana Anda akan mengobatinya! Seharusnya

Anda tahu, bahwa Mr." Farnon tidak pernah membutuhkan bantuan

begitu banyak orang!"

(Oh, bagus, bagus! Ini akan kucatat dalam buku harianku!)

"Baik, Mr. Sims. Saya berangkat sekarang."

"Sebentar, ada yang terlupakan. Jalannya kemarin kebanjiran, jadi Anda

harus berjalan kaki sejauh dua setengah kilometer setelah hampir

sampai di tempat saya. Jadi harap segera berangkat dan jangan

membiarkan saya menunggu semalam suntuk!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

(Ini agak kurang ajar!)

"Perhatikan, Mr. Sims, saya tidak suka cara bicara Anda. Saya memang

akan segera berangkat dan mencapai rumah Anda secepat mungkin!"

"Apa? Anda tak suka cara bicara saya? Kalau begitu, saya juga tidak

suka ada dokter hewan muda yang mencari pengalaman atau belajar

praktek, dengan mempergunakan kuda saya yang sehat! Oleh karena itu,

saya tidak akan gegabah mempercayakan kuda saya! Jelas, Anda tidak

cukup berwenang untuk menangani kuda saya!"

(Ini betul-betul kurang ajar!)

"Buka telingamu lebar-lebar, Sims! Kalau bukan demi kudamu, jangan

mengharap aku mau ke rumahmu! Pada sangkamu kau apa? Mulutmu

lancang! Kalau kau berani bicara seperti itu lagi....."

"Tenang, tenang, Jim, tenang! Kok ngotot! Sabar, Jim! Rilek dan santai!

Kok lalu darah tinggi! Apa ingin kepalamu meledak?!"

"Brengsek! Siapa kau....?"

"Kalem, Jim, kalem! Jangan marah-marah, nanti lekas keriput! Kau harus

hidup santai, 'kan?" "Tristan, sialan kau! Dari mana kau bicara?"

"Dari kios di luar Drovers. Aku baru saja menghabiskan bir dua

setengah liter! Dan kepalaku agak pusing, maka lalu meneleponmu!"

"Kurang ajar! Awas, jika kau berani memper-mainkanku sekali lagi,

kupotong lehermu! Tapi merugikan, karena sekarang aku merasa jadi

lebih tua tiga tahun! Kadang-kadang bergurau memang boleh. Tapi

minggu ini saja, kau telah memper-mainkanku tiga kali!"

"Yaaaa, tapi yang ketiga ini paling berhasil, 'kan?! Waktu kau ngotot

sampai ubun-ubunmu mau meletus, aku sungguh mau pingsan. Oh, Jim,

seandainya kau bisa mendengar suaramu sendiri!

Hahahahaha....." Dan ia tertawa terbahak-bahak

seperti pasien rumah sakit jiwa.

Karena ingin membalas dendam, aku lalu keluar dari rumah dan mencari

tempat telepon. Karena tidak biasa, aku gemetar. Dengan suara tekak

yang kubuat-buat, aku berkata,

"Apakah Anda adik Mr. Farnon? Nama saya Til-son dari Bukit Tinggi.

Harap segera datang ke rumah saya, karena lembu saya sakit...."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Ada apa, Jim? Suaramu kok seperti orang dicekik maling? Apa lidahmu

kejepit?! Hebat, Jim! Teruskan omelanmu! Memang menarik!"

* * *

Hanya sekali aku dapat mengadakan pembalasan yang setimpal. Waktu

itu hari Selasa, pukul 11.30. Aku baru bekerja setengah hari. Tiba-tiba

ada panggilan. Ada lembu mengeluarkan kandungannya. Di pegunungan,

ini merupakan suatu tugas yang berat, dan aku mulai merasa menggigil.

Kasus seperti ini terjadi, bila sesudah beranak, lembu terus-menerus

meregang menggeliat, hingga seluruh kandungan terdorong ke luar, dan

tergantung-gantung hampir sejauh lutut. Kandungan atau uterus adalah

alat tubuh yang besar dan sukar dikembalikan pada tempatnya.

Terutama karena lembu itu, sesudah berhasil mengeluarkan

kandungannya, tak menginginkan bahwa kandungan itu dimasukkan

kembali ke dalam perutnya. Dan dalam pertarungan langsung antara

manusia dan lembu, biasanya lembulah yang menang.

Supaya lembu tetap tenang, dokter-dokter yang sudah berpengalaman

bisa menggantung kaki belakang lembu. Dokter yang cerdik

menggunakan segala macam peralatan yang aneh, seperti misalnya koper

kandungan, yang dianggap dapat memadatkan kandungan itu. Tapi

hasilnya sama saja. Pekerjaan ini tetap merupakan pekerjaan yang bisa

mematahkan tulang punggung.

Dengan menggunakan epidural anaesthetic segalanya jadi mudah, karena

rasa sakit pada kandungan jadi lenyap, dan lembu berhenti meregang-

regang. Tapi 'tempat tidur anak lembu keluar' dan melewati perbatasan,

sudah pasti melenyapkan senyum dokter hewan pula.

Supaya dapat mendorong kandungan itu, aku mengajak Tristan, karena

mungkin aku membutuhkan tenaga kulinya. Ia mau ikut, tapi tak punya

gairah. Semangatnya runtuh, waktu di kandang ia melihat seekor lembu

betina bertanduk pendek, berbaring tenang, dan tak ambil pusing sama

sekali. Di belakangnya ada onggokan kandungan yang berdarah, uri, tahi,

dan jerami, yang melimpah ke parit.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Lembu itu sama sekali tak mau bangkit. Tapi setelah kami bentak-

bentak dan kami dorong-dorong bahunya, ia bangun dan berdiri dengan

lesu.

Ruang epidural sukar ditemukan di antara belitan lemak. Dan aku tidak

yakin, apakah aku sudah menyuntikkan semua anaesthetic ke tempat

yang betul.

Aku memindahkan uri, membersihkan kandungan, dan meletakkannya di

atas kain bersih yang dipegang petani dan adiknya.

Kedua orang itu tidak begitu kuat dan yang bisa dilakukannya hanyalah

menjaga supaya kain itu tetap datar. Aku tidak banyak mengharapkan

bantuan mereka.

Aku mengangguk ke arah Tristan. Kami melepaskan baju, mengikatkan

kantung-kantung bersih pada pinggang, dan mengumpulkan kandungan ke

atas lengan kami.

Kandungan itu sangat besar dan bengkak. Untuk memasukkannya,

membutuhkan waktu satu jam. Mula-mula kami merasa lama tersiksa,

waktu tak ada kemajuan sama sekali. Memasukkan kandungan yang

sangat besar ke dalam lubang kecil sungguh menggelikan, rasanya

seperti memasukkan sosis ke dalam lubang jarum. Pada saat tertentu

kami mengira telah menyelesaikan pekerjaan yang mengagumkan.

Padahal yang terjadi, kandungan itu tergelincir ke bawah melalui bagian

kain yang sobek. Aku teringat ceritera Siegfried. Ia pernah hampir

berhasil memasukkan kandungan seekor lembu. Tapi mendadak ia

bersedih hati, karena kandungan itu ternyata dimasukkan ke dalam

dubur lembu. Waktu kami sudah hampir putus asa, tiba-tiba datang saat

yang menggembirakan. Seluruh kandungan itu mulai terhisap ke dalam,

dan di luar dugaan, lenyap dari pandangan.

Setelah bergumul satu jam, aku dan Tristan lalu beristirahat. Kami

berdua berdiri, sambil terengah-engah. Wajah kami hampir

bersentuhan. Pada pipi Tristan terlihat sebuah lukisan indah, ialah

akibat semprotan darah dari urat nadi lembu. Aku memandang dalam-

dalam ke pusat matanya. Aku bisa membaca perasaannya. Ia sungguh

muak terhadap pekerjaan seperti ini.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Seluruh bahu dan punggungku terasa sakit. Sambil menyabun lengan, aku

mengamat-amati Tristan. Ia sedang mengenakan baju dengan susah

payah, seolah-olah semua tenaganya sudah lenyap. Sedang sang lembu,

sambil mengunyah jerami dengan puasnya, merasa telah bebas dari

segala penderitaan.

Di mobil, Tristan mengeluh, "Kukira, tugas seperti itu bukan bakatku.

Aku merasa seperti baru saja digilas mesin giling aspal. Alangkah

mengerikannya hidup ini kadang-kadang!"

Sesudah makan siang, aku berkata kepada Tristan, "Tris, sekarang, aku

akan pergi ke Brawton. Mudah-mudahan kau tak perlu berjumpa dengan

lembu itu lagi. Hal seperti itu biasanya terulang, dan kemungkinan besar

kandungan itu keluar lagi. Jika itu terjadi, ini tugasmu, karena Siegfried

baru pulang nanti sore. Dan tugasku siang ini, tak bisa ditunda-tunda

lagi."

Kegembiraan Tristan lenyap sama sekali. Ia jadi tampak kurus dan

cekung. Ia tampak jadi tua mendadak. "Oh, Tuhan!" serunya. "Hal itu

jangan kau-perbincangkan lagi! Aku sudah muak! Aku bisa mati, kalau

ada kasus seperti ini lagi! Dan jika aku harus bekerja sendiri, aku bisa

mati karena ngeri! Betul itu!"

"Kau tak perlu sedih. Mudah-mudahan itu tak terjadi."

Aku lalu berangkat ke Brawton. Setelah mobilku meluncur kira-kira

sejauh lima belas kilometer, aku melihat gerdu telepon. Seketika itu

juga aku mendapat akal. Mobil kuhentikan dan aku turun. "Akan kucoba,"

bisikku pada diri sendiri. "Mungkin kali ini berhasil."

Waktu memegang telepon, aku mendapat ilham bagus. Pesawat bicara

kubungkus sapu tangan. Aku memutar nomor. Waktu aku mendengar

suara Tristan, aku berteriak sekeras-kerasnya, "Apakah Anda pemuda

yang memasukkan kasur anak lembu saya tadi pagi?"

"Ya," jawabnya. Suaranya tegang. "Ada apa? Ada yang tidak beres?"

"Ada yang tidak beres!" teriakku lagi. "Bendanya keluar lagi!"

"Apa? Keluar lagi? Semuanya?" tanyanya, ham-pir menjerit.

"Ya, bahkan lebih besar lagi! Dua kali lebih besar daripada tadi pagi,

disertai darah berlimpah-limpah! Anda harus segera menolongnya!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Lama tidak ada jawaban. Mungkin ia jatuh pingsan. Kemudian suaranya

terdengar lagi, parau tapi tegas. "Baik, aku akan segera datang!"

Sunyi sebentar. Lalu ia bicara lagi. Suaranya hampir tak terdengar.

"Apakah kandungan itu keluar seluruhnya?"

Aku tidak dapat menahan ketawa. Nada bicaranya menggelitik perutku.

Ia masih punya harapan tipis, mungkin pemilik lembu dianggapnya hanya

membesar-besarkan kasus, atau mungkin kandungan itu hanya keluar

sedikit sekali. Aku lalu tertawa. Padahal sebenarnya aku ingin

mempermainkannya sedikit lama lagi. Tapi itu tak mungkin. Aku tertawa

terbahak-bahak, makin lama makin keras. Dan sapu tangan penutup

pesawat bicara kulepaskan, supaya Tristan dapat mendengar suaraku.

Aku mendengar maki-makiannya sebentar, kemudian pesawat bicara

kuletakkan perlahan-lahan. Mungkin ini takkan terjadi lagi. Tapi bagiku,

pembalasan ini manis sekali, maniiis seperti madu!!

BAB 10

"ANDA membutuhkan Mr. Herriot? Tentu saja boleh. Sebentar, saya

panggilkan." Siegfried menutup pesawat bicara dengan tangannya. "Ke

sini, James. Ini ada orang lebih menyukaimu." Aku memandang Siegfried

sepintas. Tapi dia tersenyum. Ia gembira.

Sesudah selesai menjawab telepon, aku teringat akan ceritera-ceritera

yang telah kudengar tentang majikan jenis lain. Lain, tidak seperti

Farnon, yang suka melayani. Aku juga teringat akan perubahan yang

terjadi beberapa minggu yang lalu. Sikap para petani mulai berubah. Di

samping mengharapkan Farnon, mereka mulai memperhatikan dan meng-

hargaiku. Kalau mereka mengundangku makan siang, keramahan mereka

keramahan yang murni, bukan lagi basa-basi belaka.

Ini berarti, sesudah aku berjerih payah beberapa waktu, usahaku mulai

mendapat penghargaan. Penduduk Dales mulai menerima kehadiranku.

Mereka mulai mengerti arti persahabatan yang telah kami bina dengan

hati-hati. Makin tinggi daerah itu, makin kusukai penduduknya. Di

dataran rendah, di mana saja, sifat petani hampir serupa. Tapi makin ke

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

atas, sifat petani itu makin menarik. Pondok-pondok mereka berserakan.

Tanah pertanian mereka terletak di tempat yang terpencil, dekat

puncak yang putih. Petani-petani itu punya sifat paling istimewa. Mereka

sederhana, punya harga diri, bebas, dan ramah.

Minggu pagi ini, aku dipanggil Keluarga Beller-bys. Mereka tinggal di

Halden, sebuah lembah kecil cabang Dale. Waktu hampir sampai di

tempat, mobilku terbanting-banting dan berderak-derak satu setengah

kilometer di atas tanah. Tiap beberapa meter ada gundukan batu yang

cukup tinggi.

Setiba di tempat tujuan, aku keluar dari mobil. Tempat ini cukup tinggi.

Meskipun tadi kusebut lembah, tapi lembah di dataran tinggi. Kalau aku

melihat ke atas, masih ada perbukitan yang semua celah-celahnya

berbentuk, aneh, dengan lereng yang curam, ngarai dan jurang yang

dalam. Jurang ini dibuat oleh parit dan anak sungai yang tak terhitung

banyaknya, yang bermuara di Halden Beck dengan suara gemuruh.

Airnya terjun dan tumpah di dasar batu karang jauh di bawah. Di sana,

jauh di sebelah bawah tampak pohon-pohon dan ladang-ladang yang

diusahakan. Di belakangku tampak hutan belukar yang lebat, di sebuah

lekukan seperti waskom besar, tempat petani. Lereng-lerang perbukitan

itu sangat besar dan tampak sangat dekat, dengan nama-nama yang

aneh, misalnya Halsten Pike, Als-tang, dan Birnside

Di sini, di daerah pegunungan yang tinggi, pengaruh peradaban hampir

tidak ada. Semua bangunan terbuat dari batu yang usianya sudah

beratus-ratus tahun, tampak kokoh dan padat. Dan tujuannya pun

sederhana, ialah untuk melindungi hewan. Bangunan itu bangunan kuno,

tak berjendela dan tak bergenting kaca. Demikian pula kandang

lembunya, hampir tanpa jendela, berdinding tebal, dan agak gelap.

Lantainya pecah-pecah dan berlubang-lubang. Masing-masing lembu

dipisahkan oleh sekat kayu yang sudah lapuk.

Aku masuk, sambil mencari-cari jalan. Akhirnya mataku jadi biasa di

ruang yang remang-remang itu. Di dekat pintu tak ada orang, kecuali

seekor lembu berwarna abu-abu. Pada ekornya tergantung tulisan,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

karena inilah cara yang mudah untuk memberi tahu dokter hewan.

Waktu ekornya kuangkat, terbaca: "Sedikit galak, sakit radang susu".

Aku mendorong dan memutar posisi dan mulai memeriksa puting susunya.

Waktu aku sedang mengeluarkan susunya, yang bentuknya seperti

serabut dan tidak berwarna, tiba-tiba ada orang menyapaku dari pintu,

"Oh, Anda, Mr. Herriot! Saya gembira sekali Anda datang pagi ini. Saya

ingin minta bantuan, jika Anda tidak berkeberatan."

Aku mengangkat kepala dan memandang Ruth. Ruth adalah anak

perempuan Pak Bellerby, seorang gadis dewasa yang berusia tiga

puluhan tahun. Wajahnya menarik, otaknya cerdas, ingin maju dan suka

menyelidiki sesuatu. Cita-citanya ingin jadi pembangun desa, hingga

nasib dan keadaan penduduk Dales jadi lebih baik.

"Jika mungkin, dengan senang hati saya bersedia membantu Nona. Nona

minta bantuan apa, Miss Ruth?"

"Begini persoalannya, Mr. Herriot. Nanti sore, di gereja Darrowby, akan

ada pagelaran musik The Messiah. Saya ingin sekali mendengarkannya.

Tapi naik kuda rasanya terlalu lama, dan lagi untuk mendapatkan kuda

yang larinya cepat, ternyata tidak mudah. Oleh karena itu, jika saya

boleh ikut mobil Anda, saya akan mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya. Tentang pulangnya, saya akan mencari kendaraan sendiri."

"Tentu saja Nona boleh ikut mobil saya," jawabku. "Bahkan dengan

senang hati. Sebab sebenarnya saya sendiri juga ingin

mendengarkannya. Di Darrowby jarang ada musik bermutu. Kesempatan

ini sayang kalau dilewatkan begitu saja."

Aku gembira dapat menolong orang-orang yang ramah di rumah ini.

Sejak perkenalan pertama, keluarga Bellerby memang kukagumi. Bagiku

mereka merupakan generasi abad yang lalu yang masih hidup. Dunia

mereka mempunyai nilai yang abadi. Mereka tidak pernah tergesa-gesa.

Mereka bangun sesudah matahari terbit. Mereka pergi tidur jika

merasa lelah, makan jika lapar, dan jarang melihat jam.

Sesudah selesai mengurus lembu, Ruth mengantarkanku ke dalam

rumah, sambil berkata, "Ayah, Ibu, dan saya, ingin mendengarkan musik

itu. Tapi Rob, adik saya, tidak tertarik The Messiah."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Aku agak terkejut waktu masuk ke dalam rumah. Keluarga itu baru saja

akan makan siang, dan masih memakai pakaian kerja. Aku dengan diam-

diam melihat arlojiku. Ternyata sudah pukul dua belas kurang

seperempat. Padahal musik itu akan mulai pukul dua siang. Mungkin

masih cukup waktu.

"Mari, Nak," kata Pak Bellerby yang bertubuh kecil. "Mari makan!"

Agak sukar menolak ajakan ini tanpa menyinggung perasaannya. Tapi

kepada mereka kujelaskan, bahwa setiba di rumah aku sudah disediakan

makan, kalau tidak kumakan, kasihan Bu Hall.

Mereka menerima alasan ini dan segera duduk mengelilingi meja dapur

yang bersih. Bu Bellerby mengambil bubur Yorkshire yang bentuknya

bundar dan besar, memberikannya kepada mereka masing-masing, dan

menuangkan kuah daging dari mangkuk porselen ke atas bubur itu.

Sepanjang pagi aku telah bekerja berat. Bau kuah lezat yang menyiram

bubur yang berwarna keemasan itu, menusuk-nusuk hidung dan

merupakan siksaan bagi perutku. Tapi aku merasa terhibur, karena

mengira mereka akan makan terburu-buru, karena aku kutunggu.

Tapi dugaanku meleset. Mereka makan dengan santai, tanpa bicara

sepatah kata pun, dan bubur itu habis. Kemudian Bob, seorang pemuda

berusia sekitar dua puluhan tahun, berhati ramah dan bertubuh kekar,

mendorong piringnya yang kosong ke depan. Ia tidak mengatakan apa-

apa. Tapi ibunya menjatuhkan sebungkah bubur kental lagi dan me-

nuanginya dengan kuah daging. Orang tua dan kakak perempuannya

memandangnya dengan penuh pengertian, waktu dia dengan sistematis

memindahkan gumpalan bubur padat yang lumat itu, ke dalam mulutnya.

Berikutnya muncul onggokan daging panggang dari tungku. Pak Bellerby

memotong dan menggergajinya, hingga semuanya mendapat setumpuk

irisan daging di atas piring masing-masing. Kemudian dari tempat yang

mirip waskom cuci, muncul gundukan kentang yang dilumatkan, diikuti

irisan lobak. Serbuan mulai lagi.

Mereka sama sekali tidak terburu-buru. Mereka makan dengan tenang

dan perlahan-lahan, dengan sabar dan santai, tanpa bicara sama sekali.

Yang paling cekatan menggugurkan gunung kentang adalah Bob.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Mereka tampak santai dan bahagia. Tapi aku merasa gelisah dan

tersiksa. Perutku terasa pedih dan melilit-lilit, karena lapar. Kecuali itu,

arlojiku berdetik lambat sekali tanpa ampun.

Agak lama kemudian, Bu Bellerby berdiri dan menghampiri tungku api di

sudut. Tungku itu sudah tua. Ia membuka tutupnya dan mengeluarkan

panci pipih berisi pastel apel yang masih berasap. Ia lalu memotong-

motong, membagikannya kepada mereka, dan menuanginya dengan kuah

kekuning-kuningan dari mangkuk porselen yang lain.

Keluarga itu sibuk lagi, seolah-olah baru saja mulai makan. Sekali lagi

kesunyian meliputi kelompok itu. Piring Bob segera bersih tanpa

kesulitan apa pun. Tanpa mengucapkan kata sepatah pun, piring

didorongnya ke tengah meja Ibunya sudah siap dengan pastel yang

besar berbentuk persegi empat, dan limpahan kuah yang disebut

custard.

Kukira ini akan merupakan penutupan makan, dan acara makan akan

berakhir. Mereka akan sadar, bahwa waktu tinggal sedikit, dan akan

berganti pakaian. Tapi aku mulai cemas. Bu Bellerby dengan perlahan-

lahan berjalan dan meletakkan ketel di atas api, sementara Pak Bellerby

dan Bob mendorong kursinya ke belakang, lalu menjulurkan kakinya.

Keduanya memakai celana corduroy, talinya terlepas, dan kakinya

memakai sepatu bot yang sangat besar, yang berpaku hob. Setelah

meraba-raba sakunya, Bob mengeluarkan sebungkus rokok yang telah

kumal, lalu berbaring di kursinya, seperti orang pingsan di atas pangkuan

pacarnya. Sedang ibunya menaruh secangkir teh di depannya. Pak

Bellerby mengeluarkan pisau lipat dan mulai memotong tembakau untuk

pipanya.

Waktu mereka mulai duduk lagi dengan teratur mengelilingi meja, dan

dengan perlahan-lahan menghirup tehnya yang masih panas, aku mulai

merasa adanya gejala klasik ketegangan jiwa. Nadiku berdenyut-denyut,

rahang mengetat rapat, dan kepalaku mulai pusing.

Sesudah cangkir kedua habis diminum, baru ada tanda-tanda makan

selesai. Pak Bellerby bangkit sambil mengeluh, menggaruk-garuk baju

depannya, dan menggeliat dengan nikmatnya. "Sabar, Nak! Kami akan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

mandi-mandi dulu dan berganti pakaian. Bob akan tetap duduk dan

menemani Anda, karena dia tak akan ikut."

Di ujung dapur ada bak mandi besar terbuat dari batu. Dari situ

terdengar kecepak-kecepuk suara air yang memercik waktu mereka

mandi. Kemudian mereka menghilang ke tingkat atas. Aku merasa sangat

lega, karena ternyata mereka berganti pakaian dengan cepat. Pak

Bellerby turun dengan segera. Tampangnya berubah. Ia mengenakan

celana dan baju dari kain kepar yang mengkilat dan tampak kaku.

Warnanya biru seperti seragam pelaut, dan agak kehijau-hijauan.

Ibu dan anaknya juga segera muncul. Mereka memakai rok katun yang

meriah dengan bunga berwarna-warni.

"Sudah selesai? Sudah siap? Kalau begitu, mari langsung, berangkat!

Silakan berjalan dulu!" seruku dengan ramah tapi agak histeris.

Tapi Ruth tidak beranjak. Ia sedang menarik-narik kaos tangan dan

memandang adiknya yang ter-lentang di kursi. "Bob, kau memang

keterlaluan dan memalukan!" bentaknya. "Lihat ini, aku, Ayah, Ibu,

semua mau berangkat untuk mendengarkan musik yang bermutu. Tapi

kau enak duduk di kursi, masih jorok, dan tak ambil pusing sama sekali!

Kau tidak mau menghargai seni sama sekali! Kau tidak ingin maju dan tak

ada bedanya dengan lembu-lembu di luar itu!"

Bob beranjak dengan gelisah, karena serangan mendadak ini. Tapi masih

ada tembakan lagi.

Ruth menghentakkan kakinya. "Darahku terasa mendidih melihatmu

seperti itu! Aku tahu, sebentar lagi kau tentu tertidur, mendengkur

seperti babi sampai petang!" Ruth dengan cepat memutar tubuhnya ke

arah ibunya. "Bu, dia tidak boleh begitu! Dia tidak boleh mendengkur di

sini! Dia harus ikut!"

Peluh mulai membasahi dahiku. Aku mulai mengomel. "Tapi bagaimana

menurut pendapat Anda. Mungkin...... kita bisa terlambat..... mulai pukul

dua.....saya belum makan siang...."

Tapi kata-kataku itu tak masuk ke telinganya sama sekali. Buktinya Ruth

lalu menggigit bibirnya, kemudian meledaklah granatnya, "Bob, berdiri!

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Mandi sekarang juga dan ganti pakaian!" Lalu mulut Ruth menutup

seketat-ketatnya dan rahang bawahnya terdorong ke depan.

Dalam pertempuran ini Bob kalah. Meskipun Bob juara makan, tapi

rupanya tak punya pendirian sendiri. Ia bersungut-sungut, dan dengan

malas menghampiri bak mandi. Ia melepaskan bajunya, dan mereka

semua duduk sambil menonton Bob menyabuni tubuhnya dengan sabun

besar mereka White Windsor. Ia menyemprot kepala dan lehernya

dengan selang di samping bak mandi. Kamar mandi itu hanya tertutup

bagian bawahnya saja.

Seluruh keluarga itu memandangnya dengan riang gembira, karena Bob

mau ikut, dan itu akan berguna baginya. Ruth memandang percikan air

dengan sinar mata penuh kasih sayang. Itu terus-menerus mengerling ke

arah saya, seolah-olah berkata, "Apakah itu tidak luar biasa?"

Padahal aku merasa sangat jengkel, seperti orang mau sinting.

Seandainya aku tidak sadar, seluruh rambut kepalaku pasti kucabut

hingga gundul. Aku merasa seperti ingin melompat, menginjak-injak

lantai hingga hancur, dan menjerit sekeras-kerasnya. Ini semua

menunjukkan bahwa kesabaranku hampir habis. Aku menahan perasaan

ini dengan menutup mataku. Tentu lama aku menutup mata itu, karena

waktu aku membukanya, Bob sudah berdiri di sampingku mengenakan

setelan presis setelan ayahnya.

Aku tak begitu banyak ingat tentang perjalananku ke Darrowby. Yang

masih kuingat samar-samar adalah mobilku, yang meluncur dengan

kecepatan enam puluh kilometer sejam menuruni jalan yang berbatu-

batu. Mataku memandang jauh ke depan dan rasanya seperti mau jatuh

ke luar. Sedangkan keluarga itu, meskipun berimpit-impitan, tampak

sangat gembira karena dapat naik mobil.

Namun Bu Hall, yang biasanya sangat tenang, tampak sedikit kesal.

Buktinya ia mengetatkan bibirnya, karena pukul dua kurang sepuluh aku

baru makan siang. Dan pukul dua tepat aku berangkat lagi, sesudah

menyikat masakannya yang enak.

Aku terlambat. Ketika aku merayap masuk ke dalam gereja, musik The

Messiah telah mulai. Semua mata memandangku dengan pandangan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

mencela. Waktu aku mengerling ke arah keluarga Bellerby, yang duduk

sangat tegak dalam satu deret, mereka pun tampak menyesal.

BAB 11

AKU melihat lagi ke kertas catatan tentang kun-jungan-kunjunganku.

'Dean 3, Thompson's Yard. Anjing tua sakit.'

Di Darrowby ada banyak yard seperti itu. Itu sebenarnya gang, seperti

gambar-gambar pada novel karya Dickens. Beberapa gang itu menuju ke

pasar. Banyak lagi yang berserakan di belakang jalan raya di bagian kota

yang lama. Dari luar hanya kelihatan gapuranya. Aku selalu bingung jika

mengikuti gang sempit, karena tiba-tiba sampai di deretan rumah kecil

yang tak teratur. Di sini tak ada rumah yang sama bentuknya, dan jarak

rumah satu dengan lainnya hanya satu setengah meter, sehingga dari

jendela masing-masing penghuninya dapat melihat ke dalam rumah

tetangganya. Gang sempit ini dialasi batu-batu bulat.

Di depan sementara rumah, tanahnya dicangkul dan ditanami bunga

marigold dan nasturtium, yang merambat di batu-batu kasar. Tapi di

ujung barisan, rumah itu mau roboh, sebagian tak ada penghuninya, dan

jendelanya tertutup.

Rumah nomor tiga pada ujung gang ini sudah miring, dan tampak seperti

tidak akan dapat bertahan lebih lama lagi.

Waktu aku mengetuk pintunya, catnya yang sudah mengelupas bergetar

seperti akan rontok, karena kayu pintu itu sudah lapuk. Tembok sebelah

atas sudah condong ke luar, tiap saat bisa runtuh, karena dinding kedua

sisi rumah sudah retak.

Seorang laki-laki bertubuh kecil, yang rambutnya sudah putih membuka

pintu. Wajahnya kurus dan keriput, tapi tampak cerah karena matanya

memancarkan kegembiraan. Ia memakai sandal dan celana cardigan yang

penuh jahitan dan tambalan.

"Saya ingin memeriksa anjing Bapa," kataku dan orang tua itu

tersenyum.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Oh, saya gembira Tuan datang," jawabnya. "Saya sedih memikirkan

sahabat saya itu. Silakan masuk!"

Aku diantarnya masuk ke dalam kamar tamu yang sempit. "Saya hidup

sendirian sekarang, Tuan. Setahun yang lalu istri saya meninggal.

Biasanya, dialah yang mengurus anjing tua itu."

Di tiap tempat menunjukkah bahwa orang itu sangat miskin. Lino yang

lusuh, perapian yang padam, bau yang pengap dan tempat yang lembab.

Kain penutup dinding tergantung dan terlepas dari tembok yang basah.

Di meja ada makanan untuk dia sendiri. Potongan daging babi yang

dikukus, beberapa butir kentang goreng, dan secangkir teh. Itulah

suasana di rumah tua ini.

Di sudut, di atas selimut, berbaring pasienku, seekor anjing labrador

bastar. Dulu anjing itu tentu besar dan kuat, tapi sekarang sudah tua,

karena bulu di sekitar mulutnya sudah putih. Demikian pula bagian dalam

matanya, tampak putih dan pucat. Anjing itu berbaring dengan tenang

dan memandang saya, tanpa menunjukkan rasa permusuhan.

"Ia masih lincah, Mr. Dean?"

"Ya, memang. Usianya sudah empat belas tahun, tapi masih selincah anak

anjing, dan suka berlari-larian. Namun, akhir-akhir ini ia tidur saja. Bob

memang anjing tua yang mengagumkan. Selama hidupnya ia belum pernah

menggigit orang. Ia suka bermain dengan anak-anak dan sekarang

merupakan teman saya satu-satunya. Saya harap Tuan dapat segera

menyembuhkannya."

"Apakah ia suka makan, Mr. Dean?"

"Ya, lahap sekali! Itulah yang mengherankan saya, karena dulu banyak

makan. Setiap saya makan, ia selalu menaruh kepalanya di atas lutut

saya. Tapi akhir-akhir ini tidak."

Waktu memandang anjing itu, aku merasa makin gelisah. Perutnya

sangat gembung dan dengan mudah dapat kuketahui, bahwa ia kesakitan.

Nafasnya tersendat-sendat, tepi bibirnya ditarik ke belakang. Matanya

tampak cemas dan gelisah.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Waktu Mr. Dean bicara, anjing itu memukulkan ekornya dua kali di atas

selimut. Matanya yang sudah putih memancarkan minat sekejap. Tapi

dengan cepat minat itu lenyap, dan sinar matanya kosong dan padam.

Dengan hati-hati aku meraba perutnya. Jelas perut itu berisi cairan

kental, hingga terasa keras. "Coba berguling, Bob!" perintahku. "Aku

ingin memeriksa sisi sebelahnya." Anjing itu menurut dengan patuh

waktu kugulingkan. Tapi ketika gerakan itu baru saja selesai, ia

mengaduh dan memandang sekitarnya. Dengan mudah sebab penyakitnya

dapat kuketahui.

Anjing itu ketepuk-tepuk perlahan-lahan. Melalui otot panggulnya aku

dapat merasakan adanya gumpalan keras yang bergelombang. Ini tentu

kanker hati yang sangat besar dan sama sekali tak dapat dioperasi. Aku

membelai-belai kepala anjing itu waktu aku berusaha menenangkan

pikiranku. Ini tidak mudah.

"Apakah sakitnya akan lama, Tuan?" tanya orang tua itu. Sekali lagi ekor

anjing itu memukul-mukul selimut, waktu mendengar suara majikannya.

"Dalam mengerjakan tugas sehari-hari, saya selalu ditemani Bob. Dan

jika sekarang Bob tidak akan dapat menemani lagi, ini sungguh

menyedihkan!"

"Maaf, Mr. Dean. Saya kira keadaannya sudah sangat gawat. Bapak

dapat melihat sendiri perut yang gembung ini. Ini disebabkan karena

ada alat tubuh yang tumbuh."

"Maksud Tuan.... kanker?" tanya orang tua itu dengan lesu.

"Ya, saya kira kanker. Dan sudah terlambat, hingga tak mungkin lagi

diobati. Saya ingin menolongnya, tapi tidak dapat."

Orang tua itu tampak bingung dan bibirnya gemetar. "Jadi anjing saya

akan mati?"

Dengan susah payah aku menelan ludah. "Ya, dan saya kira kita tidak

boleh menunggu hingga ia mati dengan sendirinya. Sebab ia sekarang

sedang kesakitan. Tapi sebentar lagi sakitnya akan makin payah.

Bagaimana menurut perasaan Bapak? Tidakkah lebih baik ia kita suruh

tidur saja? Ia sudah terlalu lama menderita!" Aku selalu bicara terus

terang, tapi anjuranku tidak mendapatkan sambutan yang cepat.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Orang tua itu diam, kemudian berkata, "Sebentar," dan perlahan-lahan

dengan susah payah berlutut di samping anjing. Ia tidak mengucapkan

kata sepatah pun. Tapi tangannya berkali-kali mengusap moncong dan

telinganya, sementara anjing itu memukul-mukulkan ekornya di atas

lantai.

Ia lama berlutut di situ, sementara aku berdiri di dalam kamar yang

muram. Mataku melayang ke gambar-gambar yang sudah pudar di

dinding, ke tirai yang suram dan lepas benang-benangnya, dan ke kursi

malas yang pernya sudah patah.

Akhirnya orang tua itu dengan susah payah berdiri dan menelan udara

satu dua kali. Tanpa memandangku dia berkata dengan serak, "Baik,

apakah Tuan akan melakukannya sekarang?"

Aku mengisi suntikan dan melontarkan kata-kata yang biasa kukatakan.

"Bapak tak perlu bersedih hati. Suntikan ini sama sekali tidak sakit.

Hanya untuk membius. Inilah cara yang paling baik untuk menidurkan

Bob."

Waktu jarum kutusukkan, anjing itu tidak bergerak. Ketika obat tidur

mulai mengalir dalam urat darahnya, kecemasan pada wajahnya lenyap,

dan ototnya mulai mengendur. Sebelum injeksi selesai, anjing itu sudah

tidak bernafas lagi.

"Ia sudah mati?" bisik orang tua itu.

"Ya, ia sudah mati," jawabku. "Ia sekarang sudah tidak menderita lagi."

Orang itu berdiri dan tidak bergerak. Tangannya berkali-kali

ditangkupkan dan dilepaskan. Waktu ia berpaling dan memandangku,

matanya bersinar-sinar. "Tuan betul! Kita tidak boleh membiarkannya

menderita. Dan saya merasa berterima kasih atas kebaikan Tuan. Lalu

sekarang, untuk membalas budi, Tuan minta apa?"

"Jangan repot-repot, Mr. Dean!" jawabku cepat. "Bapak tidak berhutang

budi sama sekali. Saya kebetulan lewat di sini. Dan itu soal mudah

sekali!"

Orang tua itu tercengang. "Tapi Tuan memerlukan biaya untuk membeli

obat, bukan?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Tidak, Mr. Dean, terima kasih! Harap jangan memikirkan soal itu lagi.

Seperti yang saya katakan tadi, saya kebetulan lewat di sini." Aku minta

diri, keluar dari rumah, melalui gang dan masuk ke jalan raya. Di tengah

kesibukan dan sinar matahari yang cerah, ruang sempit yang muram itu

beserta orang tua dan anjingnya yang mati, masih terbayang jelas dalam

ingatanku.

Waktu berjalan menghampiri mobil, aku mendengar ada orang

memanggil. Orang itu, dengan terburu-buru dan sambil menyeret-nyeret

sandalnya, mengejarku. Pipinya coreng-coreng dan basah, tapi dia

tersenyum. Ia mengulurkan benda kecil berwarna coklat.

"Tuan, terimalah ini, sebagai tanda terima kasih saya, karena saya

merasa berhutang budi." Ia menunjukkan benda itu dan aku mengamat-

amati-nya. Benda itu sudah sobek-sobek, tapi masih bisa dikenal sebagai

peninggalan kejayaan masa lampaunya.

"Silakan ambil, ini untuk Tuan!" kata orang tua itu. "Silakan mengisap

cerutu!"

BAB 12

SELAMA beberapa waktu, suasana di Rumah Skeldale tenang. Bagiku,

suasana ini cukup menenteramkan hati. Tapi sayang, Siegfried pernah

punya gagasan menyerahkan pembukuan kepada Tristan, adiknya.

Selama hampir dua minggu tidak terdengar Siegfried membentak atau

marah-marah. Namun suatu ketika terjadi peristiwa yang kurang

menyenangkan. Waktu pulang, Siegfried melihat Tristan naik sepeda di

gang di dalam rumah. Siegfried membentak-bentak dan mengucapkan

kata-kata yang tidak mudah dimengerti. Asal mulanya begini: Tristan

disuruh menyiapkan makan. Tapi jarak dari dapur ke kamar makan cukup

jauh. Jadi cukup wajar kalau ia naik sepeda di dalam rumah!

Beberapa waktu kemudian, musim gugur tiba. Udara dingin sekali seperti

menembus ke tulang. Api di perapian melemparkan bayang-bayang yang

menari-nari di tembok sekitarnya, hingga ke langit-langit. Langit-langit

ini tinggi dan diukir. Api itu menyala dengan terangnya di kamar yang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

besar itu. Sungguh nikmat bila sesudah bekerja sehari penuh, kami

bertiga dapat beristirahat di atas kursi malas yang jorok, sambil

menjulurkan kaki ke depan perapian.

Tiap malam Tristan sibuk mengisi teka-teki di harian Daily Telegraph.

Siegfried membaca dan aku mengantuk. Aku malu bila ditanya tentang

jawaban teka-teki. Sesudah berpikir sebentar, Siegfried biasanya

dapat langsung menjawab. Tapi sampai Tristan mengisi seluruh teka-

teki, aku belum dapat menemukan jawaban nomor pertama.

Permadani di depan kaki kami penuh anjing. Ada lima ekor. Anjing-anjing

itu saling membaringkan kepalanya di tubuh temannya, dan nafasnya

men-dengkur-dengkur bersahutan, sehingga menambah suasana damai

dan rukun.

Ketenangan itu jadi berantakan, waktu Siegfried tiba-tiba bicara.

"Besok hari pasaran, dan rekening baru saja saya keluarkan. Mereka

akan antri untuk menyerahkan uang. Oleh karena itu, Tristan, besok

sehari penuh kau kuberi tugas menerima uang itu. James dan aku banyak

pekerjaan, jadi kau harus mengurusnya sendiri. Yang harus kaulakukan

hanyalah menerima cek, memberikan tanda terima, dan mendaftar

namanya di buku tanda terima. Bagaimana pendapatmu, apakah kira-kira

kau dapat melaksanakannya hingga beres?"

Aku mengerdipkan mata. Ini adalah suatu nada yang sumbang, yang

mengganggu ketenangan selama ini, kalau tidak menghancurkannya.

"Kukira, aku cukup mampu," jawab Tristan dengan angkuh.

"Baik, kalau begitu mari kita tidur."

Tapi keesokan harinya mudah dilihat, bahwa Tristan tidak cukup mampu

menjalankan tugasnya. Ia duduk di belakang meja. Uang itu

digenggamnya saja. Ia bicara terus-menerus. Tapi bicaranya menurut

kebutuhan. Tiap orang diajak bicara menurut sifatnya masing-masing.

Dengan berlagak pandai mengatur segalanya, ia memisah-misahkan uang

itu. Ini uang dana, ini uang harga lembu, ini uang kegiatan yayasan desa.

Ia mengenakan peci kasar. Peci itu diletakkannya miring. Ia berceritera

sambil mengisap uap bir yang keras. Tiap kali ceritera berakhir, ia

menaruh uang di belakang amplop. Tapi jika berhadapan dengan tamu

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

wanita, dia berdiri setegak-tegaknya. Wanita-wanita itu sejak

permulaan ada di sampingnya, karena wajah Tristan seperti wajah

kanak-kanak, tampak jujur. Dan jika ia menumpahkan seluruh daya

tariknya pada mereka, wanita-wanita gunung itu menyerah sama sekali.

Aku heran mendengar ketawa terkekeh-kekeh yang berasal dari

belakang pintu. Aku gembira, karena Tristan dapat bekerja dengan baik.

Kali ini, semuanya beres.

Waktu makan siang, Tristan merasa puas dengan dirinya sendiri. Waktu

minum teh, ia merasa sangat bangga. Siegfried juga puas dengan

penghasilannya hari itu, yang berupa deretan angka yang rapi dan

dijumlah dengan teliti di dasar kertas. "Terima kasih, Tris! Kau memang

hebat!" Pujian ini kedengarannya sangat manis.

Petang harinya aku sedang di halaman, sambil melemparkan botol-botol

bekas. Botol itu botol bensin, karena waktu itu belum ada jerigen. Hari

ini sangat sibuk, sehingga aku terpaksa harus membawa botol lebih

banyak dari biasanya.

Tiba-tiba dengan terengah-engah, Tristan datang dari kebun. "Jim,

buku tanda terimanya hilang!"

"Kau selalu mengajak bergurau!" jawabku. "Mengapa kadang-kadang

barang sebentar kau tidak mau menghentikan bakat konyolmu?" Aku

tertawa terbahak-bahak sambil melemparkan botol obat ke botol lain,

hingga botol itu pecah berhamburan.

Tristan menarik lengan bajuku. "Aku tidak bergurau, Jim! Percayalah!

Buku tanda terima itu betul-betul hilang!" Kali ini darah dinginnya

lenyap. Matanya terbelalak, wajahnya pucat.

"Tapi tak mungkin hilang begitu saja," bantahku. "Pada suatu saat pasti

muncul kembali!"

"Tak mungkin muncul kembali!" tukas Tristan, sambil meremas-remas

tangannya dan mondar-mandir di jalan berbatu. "Kalau kau ingin tahu,

sudah dua jam aku mencarinya. Aku sudah mengobrak-abrik seluruh

rumah! Jelas hilang!"

"Tapi tak perlu dipusingkan, bukan? Tentunya semua itu telah

kaupindahkan ke buku kas induk."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Justru itu! Aku belum memindahkannya! Aku baru akan

memindahkannya nanti malam!"

"Jadi itu berarti, bahwa semua petani yang sudah menyerahkan uang

kepadamu hari ini, bulan depan akan kautarik rekening lagi?"

"Agaknya begitu, karena aku tidak ingat nama-nama mereka. Aku hanya

ingat dua atau tiga nama saja!"

Aku lalu duduk di atas bak batu. "Kalau demikian, mudah-mudahan Tuhan

berkenan menolong kita, lebih-lebih kau! Petani-petani Yorkshire tidak

suka kehilangan uang sampai dua kali. Dan kalau kau berani memintanya

sekali lagi, oh jangan mengharap apa akibatnya nanti....!"

Tiba-tiba timbul akalku untuk menyiksa hatinya dengan sedikit kejam.

"Dan bagaimana Siegfried? Apakah telah kauberi tahu?"

Wajah Tristan berubah, tampaknya agak cemas. "Belum, karena dia baru

saja datang. Tapi sekarang akan kuberi tahu " Ia membusungkan

dadanya dan pergi meninggalkan halaman.

Aku tidak ingin mengikutinya ke dalam rumah. Aku merasa tidak cukup

kuat menyaksikan adegan yang akan segera terjadi. Oleh karena itu,

melalui jalan belakang, aku pergi mengelilingi bagian belakang rumah dan

pergi ke pasar. Matahari sebentar lagi akan tersenyum. Lampu di gapura

Drovers' Arms telah dinyalakan.

Aku duduk di belakang sebuah pot. Tak lama kemudian Tristan menyusul.

Tampangnya seperti orang yang baru saja dikuras separo darahnya.

"Kau diapakan?" tanyaku.

"Oh, biasa saja. Hanya saja kali ini lebih keras. Tapi kau perlu tahu, Jim.

Aku tidak mengharapkan bulan depan!"

* * *

Buku tanda terima tidak pernah ditemukan. Sebulan kemudian, para

petani ditarik rekening lagi. Waktunya tepat seperti biasanya, ialah

pagi-pagi pada hari pasaran.

Pada hari itu aku tak punya banyak tugas, sehingga menjelang tengah

hari sudah selesai. Aku tidak masuk ke dalam rumah, karena melalui

jendela kamar tunggu, aku dapat melihat deretan petani, yang sedang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

duduk di sekeliling tembok. Wajahnya menunjukkan bahwa mereka

merasa tidak bersalah dan merasa tersinggung.

Dengan diam-diam aku menyelinap ke pasar. Tiap kali punya waktu, aku

suka berjalan-jalan di antara kios-kios yang memenuhi lapangan kuno itu.

Kita dapat membeli buah-buahan, ikan, buku-buku bekas, keju, atau

pakaian. Pendek kata hampir segalanya. Tapi yang paling kusukai adalah

kios barang-barang porselen.

Kios itu milik seorang Yahudi. Dia berasal dari Leeds. Orangnya gemuk

percaya pada diri sendiri, berkeringat, dan memiliki teknik penjualan

yang memikat. Aku tidak pernah jemu menontonnya. Ia memang

memesonakan. Hari ini ia paling berhasil.

Ia berdiri di tempat terbuka dan dikelilingi setumpuk barang tembikar.

Ia dikerumuni istri-istri petani, yang mendengarkan pidatonya dengan

mulut ternganga.

"Saya tidak tampan," katanya. "Saya tidak pandai. Tapi berkat Tuhan,

saya bisa bicara. Bahkan saya bisa bicara tentang kaki belakang keledai!

Tapi, ibu-ibu! Harap melihat ke mari!" Ia memegang cangkir murah dan

mengangkatnya tinggi-tinggi. Tapi dengan lemah lembut ia memegangnya

di antara ibu jari dan jari telunjuk. Jari kelingkingnya dikembangkan.

"Cantik, bukan? Apakah ini tidak menarik hati?" Kemudian dengan

hormat ia meletakkan cangkir itu di atas telapak tangan dan

memperlihatkannya kepada penonton. "Nah, Ibu-ibu, kalian bisa membeli

satu setel teko bersama cangkirnya di toko besar dengan harga tiga

ribu tujuh ratus lima puluh rupiah. Saya tidak bergurau. Saya tidak

bercanda. Cangkir itu ada. Dan memang itu harganya. Tapi harga saya,

Ibu-ibu?" Di sini ia mengambil tongkat tua yang pangkalnya telah patah.

"Berapa harga teko dan cangkir saya?" Ia mengayunkan tongkat itu dan

memukulkannya pada teko dan cangkir itu. "Tiga ribu lima ratus rupiah,

siapa mau?" Prang! "Tiga ribu." Prang! "Dua ribu." Prang! "Seribu lima

ratus." Prang! Bagaimana? Belum mau? Masih terlalu mahal? Seribu."

Prang! Tak ada yang bergerak. "Baik, kalau begitu. Lebih baik saya

mengalah. Saya turunkan sejadi-jadinya. Saya obralkan saja. Tujuh

ratus lima puluh!" Dan ia memberikan pukulan terakhir yang paling keras.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Ibu-ibu saling mengangguk, saling memberi isyarat, dan meraba-raba ke

dalam tasnya. Seorang lelaki bertubuh kecil muncul dari belakang kios

dan membagi-bagikan teko beserta cangkir-cangkirnya. Upacara itu

dilakukan dengan rapi dan tiap orang merasa gembira.

Dengan sangat puas aku sedang menunggu acara berikutnya dari penjual

ulung itu. Tiba-tiba aku melihat orang bertubuh besar dan tegap,

bertopi check, dengan giat melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Ia

sedang berdiri di belakang kerumunan orang banyak. Tangannya

dimasukkan ke dalam jaket, dan aku tahu apa yang sedang diambilnya.

Dengan segera aku menghindar dan bersembunyi di belakang kios bak

makan babi dan jaring kawat. Baru saja aku melangkah beberapa meter,

ada petani lain yang memanggilku dengan maksud tertentu. Ia melambai-

lambaikan amplop.

Aku merasa terjebak. Untunglah aku melihat jalan ke luar. Dengan cepat

aku menyusuri meja etalase pertama murahan. Aku masuk lewat gapura

Drovers' Arms, menghindari warung yang penuh petani, dan menyelinap

ke dalam kamar menejer. Aku merasa aman. Di tempat ini aku selalu

mendapat sambutan baik.

Menejer itu mengangkat kepalanya, tapi tidak tersenyum. "Lihat ini,"

katanya dengan tajam. "Beberapa waktu yang lalu aku membawa anjingku

ke rumahmu. Kemudian aku mendapat tagihan da-rimu." Dalam hati aku

merasa ngeri. "Tagihan itu langsung kubayar. Tapi aku heran, karena

pagi ini aku ditagih lagi. Ini tanda terimanya, ditandatangani oleh....."

Aku tak tahan lagi. "Maaf, Mr. Brooke. Memang ada kekhilafan. Saya

akan membereskannya. Sekali lagi saya minta maaf yang sebesar-

besarnya."

Beberapa hari berikutnya peristiwa semacam ini terulang lagi. Tapi yang

paling pahit adalah pengalaman Siegfried. Peristiwa itu terjadi di bar

kesayangannya, yang bernama Angsa Hitam. Ia diham-piri orang yang

telah banyak berjasa di Darrowby. Orang itu namanya Billy

Breckenridge, yang bertubuh kecil, lucu, dan ramah. "Hai, Siegfried!

Kau masih ingat uang yang kubayarkan kepadamu di kamar bedah itu?

Tiga ribu enam ratus! Tapi kenapa aku kautagih lagi?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Siegfried minta maaf sehalus-halusnya. Ia banyak pekerjaan, katanya.

Lalu orang itu diajaknya minum, dan persoalannya beres dengan baik.

Yang menimbulkan rasa kasihan ialah karena Siegfried pelupa benar dan

tidak ingat akan hal ini. Sebulan kemudian di bar yang sama, Siegfried

lari menghampiri Billy Breckenridge lagi. Kali ini Billy tidak begitu

berminat melucu. "Siegfried, kau tentu masih ingat, aku sudah kautarik

rekening dua kali! Dan sekarang kautagih lagi?!"

Siegfried berusaha bersikap seramah mungkin. Tapi Billy tidak bisa

menerima sikapnya itu dan merasa tersinggung. "Nah, sekarang jelas,

kau tidak percaya bahwa aku telah membayar rekening. Aku sudah

punya tanda terimanya, tapi hilang." Ia berusaha mengesampingkan

pernyataan Siegfried. "Tidak, tidak! Hanya ada satu jalan supaya

perkara ini beres. Aku sudah membayar tiga ribu enam ratus. Dan kau

tidak percaya. Baik, kalau begitu. Kita undi saja!"

Dengan menyesal Siegfried berkeberatan. Tapi Billy tidak mau

mengubah pendiriannya. Ia mengeluarkan mata uang logam, dan dengan

penuh harga diri menimang-nimangnya di atas kuku ibu jari. "Coba tebak,

kaupilih mana, kepala atau angka?"

"Kepala," jawab Siegfried. Dan tebakannya tepat, gambar kepala ada di

atas. Siegfried menang. Wajah Billy tidak berubah. Dengan penuh harga

diri ia menyerahkan uang tiga ribu lima ratus kepada Siegfried. "Dengan

ini persoalan kita sudah beres!" Ia pergi keluar dari bar.

Memang benar ada beberapa jenis pelupa. Tapi Siegfried pelupa luar

biasa. Meskipun telah terulang tiga kali, ia lupa mencatat pembayaran

ini.

Pada akhir bulan, Billy Breckenridge menerima tagihan yang keempat,

sebanyak jumlah yang telah dibayarnya sampai dua kali! Kira-kira sejak

waktu itulah Siegfried tidak ke pergi ke bar itu lagi, dan pindah ke bar

Cross Keys.

BAB 13

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

WAKTU musim gugur berubah jadi musim dingin, puncak-puncak bukit

tertutup salju. Bekerja di Dales mulai terasa tidak enak.

Berjam-jam aku terpaksa harus mengemudikan mobil dengan kaki beku,

mendaki ke kandang di puncak bukit di tengah-tengah angin yang dingin

menyayat, sehingga rumput-rumput kurus pun meniarap sedatar tanah

karena kencangnya angin. Di bangunan yang banyak angin, aku tak putus-

putusnya terpaksa harus melepaskan pakaian, mencuci tangan dan dada

dengan air ember yang dingin, dengan menggunakan sabun keras, dan

sering kali harus menggunakan sepotong karung untuk handuk.

Aku tahu betul apa artinya tangan merekah. Jika banyak pekerjaan,

tanganku tidak pernah kering dan merekah-rekah berwarna merah,

hingga hampir sampai siku.

Pada saat seperti inilah mengobati binatang kecil merupakan berkat

yang melegakan. Aku dapat beristirahat sebentar dari tugas sehari-hari

yang berat dan kasar. Aku dapat berjalan dengan santai masuk ke kamar

tamu yang hangat dan bukan masuk ke dalam kandang. Di kamar tamu ini

aku dapat mengerjakan pekerjaan lebih ringan daripada mengobati kuda

atau lembu jantan. Dan di antara sekian banyak kamar tamu yang enak,

tidak ada yang begitu mengesankan seperti kamar tamu Nyonya

Pumphrey.

Nyonya Pumphrey adalah seorang janda tua. Mendiang suaminya,

pengusaha bir yang pabrik dan barnya tersebar luas di dataran rendah

Yorkshire, telah meninggalkan warisan besar sekali dan rumah indah di

perbatasan Darrowby. Di sini ia hidup bersama pembantu dan

pelayannya, tukang kebun, sopir, dan Tricki Woo. Tricki Woo adalah

anjing Peking dan merupakan anak emasnya.

Waktu aku berdiri di ambang pintu yang megah, dengan diam-diam aku

menggosok ujung sepatuku pada bagian belakang celanaku dan meniup

tanganku yang dingin. Aku dapat melihat kursi malas yang cekung, cukup

dekat dengan perapian yang nyalanya menjilat-jilat, dan cukup dekat

dengan baki berisi biskuit cocktail, serta botol anggur istimewa.

Karena anggur itu, aku selalu berusaha mengatur waktuku dengan

cermat, supaya bisa datang tepat setengah jam sebelum makan siang.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Seorang pelayan membukakan pintu. Wajahnya berseri-seri, karena

mendapat tamu terhormat dan mengantarkan aku ke kamar. Kamar itu

penuh sesak dengan perabot mahal, majalah yang dicetak dengan kertas

mengkilat, dan buku-buku novel terbaru. Nyonya Pumphrey yang sedang

duduk di kursi bersandaran tinggi di dekat perapian, meletakkan

bukunya, dan berteriak kegirangan. "Trick! Trick! Ke sini! Pamanmu

Herriot datang!" Aku telah diangkat jadi paman anjing terlalu pagi. Tapi

karena hubungan ini menguntungkan, aku tidak berkeberatan.

Tricki seperti biasa, melambung dari bantal, melompat ke sandaran

sofa, dan menaruh cakarnya di atas bahuku. Kemudian ia menjilati

mukaku, tapi segera berhenti karena kecapean. Tricki mudah lelah

karena makannya dua kali lipat anjing sebayanya. Dan makanan itu salah

pilih.

"Oh, Mr. Herriot," kata Mrs. Pumphrey, sambil memandang anjing

kesayangannya dengan cemas. "Saya sangat gembira karena Anda

segera datang. Tricki lari duduk lagi."

Penyakit ini tidak tertulis dalam buku pelajaran. Yang dimaksud lari

duduk adalah kelainan pada kelenjar dubur. Bila kelenjar itu penuh dan

membesar, Tricki merasa tidak enak. Untuk menghilangkan perasaan

tidak enak itu, waktu sedang berjalan, Tricki tiba-tiba duduk.

Majikannya tentu saja jadi sangat cemas, dan terburu-buru

meneleponku.

"Halo, Mr. Herriot! Harap cepat datang! Keponakan Anda lari duduk

lagi!"

Anjing kecil itu kuangkat ke atas meja. Dengan segumpal kapas,

duburnya ku tekan, hingga seluruh isi kelenjarnya keluar.

Yang mengherankan ialah bahwa Tricki selalu gembira sekali jika

melihatku. Anjing yang masih tetap suka kepada orang yang

menangkapnya dan memijit duburnya, setiap kali bertemu, tentu

mempunyai sifat mengampuni yang luar biasa. Tapi Tricki tidak pernah

menunjukkan rasa dendam. Memang dia seekor anjing kecil yang punya

sifat mantap luar biasa, sangat cerdas, dan betul-betul memikatku. Aku

senang jadi dokter pribadinya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Setelah duburnya selesai kupijit, dia kuangkat dari meja. Ternyata

sekarang beratnya bertambah, karena ada lapisan daging tambahan

pada tulang rusuk.

"Mrs. Pumphrey, Nyonya memberi makan Tricki terlalu banyak.

Tidakkah Nyonya kuminta mengurangi semua kue dan memberinya

protein lebih banyak?"

"O, ya, Mr. Herriot," bantah Mrs. Pumphrey. "Tapi bagaimana? Ia tidak

mau makan daging ayam lagi."

Aku mengangkat bahu, karena tak ada harapan lagi. Aku diantar pelayan

ke kamar mandi yang sangat bagus. Di sini aku selalu melakukan upacara

cuci tangan sesudah operasi. Kamar ini besar sekali, berisi meja rias,

barang seni yang amat besar dan deretan rak gelas yang penuh dengan

alat-alat kecantikan. Handuk yang disediakan untukku tersampir dekat

tempat sabun.

Kemudian aku kembali ke kamar tamu. Gelas anggurku telah diisi penuh

dan aku duduk dekat api untuk mendengarkan Mrs. Pumphrey. Ini bukan

percakapan karena Mrs. Pumphrey bicara terus-menerus. Namun

menurut pendapatku, ada keuntungannya.

Mrs. Pumphrey adalah orang yang ramah. Ia sangat dermawan dan selalu

menolong orang yang mengalami kesulitan. Ia cerdas dan menyenangkan,

lucu dan disenangi orang. Tapi, seperti kebanyakan orang pula, Mrs.

Pumphrey punya kelemahan. Ia begitu mencintai Tricki, sehingga tidak

dapat lagi membedakan dirinya dengan Tricki. Ceritera-ceritera tentang

kekasihnya ini keterlaluan, hingga melampaui batas fantasinya. Tentu

saja aku menunggu dengan penuh gairah akan kelanjutan ceritera

bersambungnya.

"Oh, Mr. Herriot! Saya mendapat berita yang paling menggemparkan!

Tricki mendapat kawan pena! Betul, dia menulis surat kepada redaksi

majalah Doggy World sambil menyertakan sumbangan. Tricki

mengatakan kepadanya, bahwa meskipun ia keturunan kaisar-kaisar Cina,

ia mau merendahkan diri dan bergaul bebas dengan anjing biasa. Ia

minta kepada redaksi itu, supaya mencarikan kawan pena, ialah anjing-

anjing kenalan redaksi Dengan demikian keduanya dapat saling

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

berkorespondensi dan saling mendapat keuntungan. Dan untuk maksud

ini, Tricki bermaksud berganti nama dengan nama baru, ialah Mr.

Utterbunkum. Dan Anda tahu, Mr. Herriot, Tricki menerima surat

jawaban dari redaksi itu! Surat itu sangat indah!" (Aku dapat menduga

sebelumnya, redaksi yang cerdik itu pasti mengharapkan sumber

keuangan yang besar ini.) "Redaksi itu mengatakan, akan

memperkenalkan Tricki kepada Bonzo Fothe-ringham, seekor anjing

Dalmatia yang kesepian, yang pasti suka berkawan pena dengan Tricki,

temannya yang baru dari Yorkshire!"

Aku menghirup anggur. Tricki mendengkur di atas pangkuanku. Mrs.

Pumphrey melanjutkan ceri-teranya.

"Tapi saya kecewa dengan villa saya yang baru. Anda tahu, saya

membelinya terutama untuk Tricki. Maksud saya, supaya kami berdua

dapat duduk-duduk bersama pada sore hari di musim panas. Rumah itu

begitu mungil, menyenangkan, dan tenang. Tapi Tricki sama sekali tidak

menyukainya. Bahkan muak, dan sama sekali tidak mau masuk ke dalam.

Seandainya Anda dapat melihat wajahnya waktu ia melihat rumah itu.

Dan tahukah Anda apa komentarnya kemarin? Oh, saya hampir tidak

berani mengatakannya!" Ia melihat sekitarnya, takut kalau ada Tricki,

mencondongkan badannya, dan berbisik, "Kata Tricki, rumah itu villa

keparat!"

Pelayan menambah bahan bakar pada perapian dan mengisi gelasku lagi.

Angin menghembuskan hujan dan salju ke jendela. Inilah hidup, pikirku.

Aku mendengarkan kelanjutan ceriteranya.

"Kecuali itu, Mr. Herriot, Tricki menang lagi kemarin. Saya yakin, dia

pasti mempelajari daftar perlombaan. Ia pandai sekali menebak bentuk.

Yah, ia menyuruhku menebak Canny Lad pada pukul tiga di Redcar

kemarin. Seperti biasanya, Tricki menang! Ia memasang seratus rupiah

tiap putaran dan mendapat sembilan ratus rupiah!"

Taruhan-taruhan ini selalu dipasang dengan nama Tricki Woo, dan aku

merasa belas kasihan terhadap reaksi bandar-bandar setempat. Para

akuntan Darrowby adalah sekelompok orang yang curang dan jadi

buronan polisi. Orang-orang ini muncul di ujung sebuah gang dan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

mendesak penduduk supaya memasang taruhan bersama Joe Downs.

Dengan demikian keamanannya akan terjamin. Selama beberapa bulan

Joe terpaksa hidup dalam bahaya. Sementara itu ia mencari akal untuk

menge-labuhi rakyat yang tidak bodoh. Tapi akhirnya selalu sama.

Beberapa jago menang berurutan dan Joe pada malam harinya terpaksa

melarikan diri, sambil mengajak teman-temannya. Seorang penduduk

pernah kutanyai, mengapa Joe menghilang dengan mendadak. Ia

menjawab biasa saja, "Oh, kita menang, dia bangkrut."

Bertaruh pada perlombaan anjing dan kalah terus-menerus, rupanya

merupakan beban hidup yang berat bagi orang-orang itu.

"Minggu yang lalu saya mengalami peristiwa yang mengerikan," sambung

Mrs. Pumphrey. "Saya yakin, saya harus memanggil Anda. Kasihan benar

Tricki! Ia lumpuh sama sekali!"

Dalam hati aku menghubungkan penyakit lari duduk ini dengan penyakit

baru pada anjing itu dan minta penjelasan lebih lanjut.

"Betul-betul mengerikan! Saya ketakutan! Tukang kebun melemparkan

gelang-gelang supaya diambil Tricki. Ia melakukan ini selama setengah

jam tiap hari." Saya telah menyaksikan tontonan ini beberapa kali.

Hodgkin, seorang Yorkshire yang sudah tua, berpunggung bongkok dan

tidak pernah tersenyum, membenci semua anjing, terutama Tricki. Tiap

hari ia harus keluar ke halaman, dan melemparkan gelang-gelang karet

berulang-ulang. Tricki melompat, mengejarnya, dan membawanya

kembali, sambil menyalak-nyalak. Hal ini dilakukan beberapa kali. Makin

lama wajah orang tua itu makin cemberut. Keriputnya makin dalam.

Bibirnya bergerak terus-menerus, sambil bersungut-sungut. Tapi aku

tak dapat mendengar apa yang dikatakannya."

Mrs. Pumphrey melanjutkan ceriteranya, "Ya, Tricki sedang bermain-

main. Ia sangat suka permainan itu. Tapi tiba-tiba, tanpa sebab yang

jelas, ia lumpuh. Ia lupa gelang-gelang itu, lalu lari berputar-putar,

sambil menyalak dan melolong-lolong, dengan cara yang aneh sekali.

Kemudian ia jatuh ke samping dan berbaring tenang seperti mati. Betul,

Mr. Herriot, saya kira dia sudah mati, karena tak bergerak sama sekali.

Yang paling menyakitkan hati adalah Hodgkin. Selama dua puluh empat

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tahun ikut saya, dia tidak pernah tersenyum. Tiba-tiba waktu dia

melihat anjing kesayangan saya tak berkutik sama sekali, dia tertawa

terbahak-bahak sekeras-kerasnya seperti orang sinting. Peristiwa ini

bagi saya sungguh mengerikan. Saya baru saja akan lari untuk menelepon

Anda, tapi tiba-tiba Tricki bangkit dan berjalan. Ia tampak seperti

biasa lagi."

Menurut pendapatku Tricki histeris, karena salah makan dan terlalu

gembira. Aku meletakkan gelas dan memandang Mrs. Pumphrey dengan

tajam. "Mrs. Pumphrey, itulah yang saya sarankan tadi. Jika Nyonya

tetap memberikan sembarang makanan, kesehatan Tricki akan rusak.

Makanannya harus diatur dengan ketat. Sehari, berilah makan dua kali

saja. Berilah daging sedikit dan roti cokelat, atau biskuit. Juga sedikit

saja. Saat lainnya, jangan diberi makan."

Mrs. Pumphrey duduk lemas di kursinya. Dari wajahnya tampak bahwa ia

merasa bersalah dan malu. "Oh, maaf, Mr. Herriot! Saya minta dengan

hormat, harap Anda jangan bicara seperti itu! Saya sudah berusaha

keras supaya dapat mengatur makanannya. Tapi sangat sulit. Jika ia

merengek-rengek minta sisa makanan, saya tidak sampai hati

menolaknya." Ia menghapus air matanya dengan sapu tangan.

Tapi aku tak mau menyerah. "Baik Mrs. Pumphrey, terserah kepada

Nyonya! Tapi saya peringatkan sebelumnya. Jika Nyonya tidak

menghentikan kebiasaan itu, Tricki akan makin sering lumpuh!"

Aku meninggalkan rumah yang menyenangkan itu dengan berat hati. Aku

berhenti sebentar di jalan setapak yang terbuat dari batu-batu kecil.

Aku menengok ke belakang. Mrs. Pumphrey melambai-lambaikan

tangannya, dan Tricki seperti biasanya, berdiri pada jendela. Mulutnya

dibuka lebar-lebar, seolah-olah sedang tertawa terbahak-bahak.

Sambil meluncurkan mobil, aku merenungkan keuntungannya jadi paman

Tricki. Waktu dia pergi ke pantai, aku dikirimi sekotak daging ayam yang

di-asap. Waktu tomat di rumah kaca berbuah dan masak, tiap minggu

aku dikirimi setengah atau satu kilo. Tembakau dikirimkan dengan

teratur, kadang-kadang disertai foto dengan surat singkat yang

menyatakan kasih sayang.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Hari Natal aku mendapat kiriman keranjang dari Fortnum dan Mason.

Sejak waktu ini aku menyadari, bahwa hubunganku perlu kutingkatkan.

Sebab biasanya, aku hanya menelepon dan mengucapkan terima kasih

kepada Mrs. Pumphrey atas kado-kadonya. Jawabannya biasanya dingin,

sambil menegaskan yang mengirim kado adalah Tricki.

Dialah yang seharusnya mendapat ucapan terima kasih.

Karena kedatangan keranjang itu, aku lalu membuat kesalahan besar.

Aku membuat siasat yang keliru, karena menulis surat kepada Tricki.

Tentu saja kuusahakan, jangan sampai hal ini ketahuan Siegfried. Isi

surat itu menyatakan, bahwa aku berterima kasih sekali kepada

keponakanku atas kado dan semua kemurahan hatinya di masa lampau.

Aku mengharap dengan sangat, mudah-mudahan makanan pada pesta itu

tidak merusak usus halusnya, dan jika ia merasa tidak enak badan, harap

makan tepung hitam menurut resep hasil karya pamannya. Selama

menulis surat ini, aku sedikit merasa malu, karena mengomersialisasikan

jabatan dengan ikan ayam, tomat, dan keranjang. Surat itu kualamatkan

kepada Master Tricki Pumphrey, Barlby Grange, dan kumasukkan ke

dalam peti surat, sambil merasa sedikit bersalah.

Pada kunjungan berikutnya, Mrs. Pumphrey menarikku ke sampingnya.

"Mr. Herriot," bisiknya. "Tricki sangat gembira menerima surat Anda

dan bermaksud menyimpan surat itu. Tapi ada hal yang

mengecewakannya. Anda mengalamatkannya kepada Master Tricki.

Padahal ia ingin sekali dipanggil Mister Tricki. Mula-mula ia sangat

tersinggung. Tapi setelah ia tahu bahwa surat itu dari pamannya,

kemarahannya segera reda. Saya tidak mengerti mengapa dia punya

prasangka seperti itu. Mungkin karena dia hanya seekor anjing. Saya

memang berpendapat, bahwa anjing satu-satunya dalam sebuah rumah,

lebih cepat berprasangka daripada anjing yang punya saudara banyak."

Waktu memasuki Rumah Skeldale, aku merasa seperti sedang kembali

ke dunia yang lebih dingin. Siegfried menabrakku di gang. "Ha, siapa ini?

Ini tentu Paman Herriot tersayang! Dan apa yang baru saja kaulakukan,

Paman? Menjadi kuli di istana Barlby Grange tentunya? Kasihan, kau

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tentu kelelahan! Apakah menurut pendapatmu itu pantas kaulakukan?

Bersusah payah menulis surat supaya dikirimi keranjang lagi?!"

BAB 14

JIKA melihat ke masa lampau, aku hampir tidak percaya, bahwa kami

bertiga, ialah Siegfried, Tristan, dan aku sendiri, menghabiskan

sebagian besar waktu kami untuk meramu obat. Tapi obat itu tidak

diberi etiket menurut pemiliknya, dan sebelum kami keluar ke jalan

raya, kami harus mengisi mobil dengan bermacam ragam obat yang

dicampur dengan teliti, tapi sebagian besar tidak ada gunanya.

Pada suatu pagi Siegfried menghampiriku. Aku sedang memegang botol

dua belas ons sejajar mata, sambil menuangkan sirup coccilina ke

dalamnya. Dengan cemberut Tristan sedang mencampur obat perut

dengan alat tumbuknya. Ia menumbuk makin cepat, ketika melihat

Siegfried sedang mengawasinya. Ia sedang berdiri di tengah-tengah

bungkusan obat dan tumpukan pesari yang disusun dengan teratur.

Pesari itu ia buat dengan jalan mengisi silinder kertas kaca dengan boric

acid.

Tristan tampak rajin. Sikunya menyodok-nyo-dok dengan hebatnya,

sewaktu ia menggilas amnion carb dan nux vomica. Siegfried tersenyum

dengan ramah.

Aku tersenyum juga. Aku merasakan adanya ketegangan waktu kedua

kakak-beradik itu bertengkar. Tapi kali ini dapat terlihat, bahwa pagi ini

akan merupakan pagi yang menggembirakan. Sejak Hari Natal, sejak

Tristan kadang-kadang kembali kuliah, rupanya tanpa belajar sedikit pun

ia ujian lagi dan lulus, suasana di Rumah Skeldale bertambah baik.

Kecuali itu, hari ini tampaknya hati Siegfried penuh dengan rasa puas,

seolah-olah ia sudah tahu dengan pasti, bahwa akan terjadi sesuatu

yang menggembirakan. Ia masuk dan menutup pintu.

"Jame, dan berita gembira!"

Aku menyumbat botol dengan gabus. "Apa, Farnon? Cepat katakan dan

jangan membuat sarafku tegang!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Siegfried memandangku, kemudian memandang Tristan. Dengan sedikit

angkuh ia tersenyum dan bertanya, "Kau masih ingat waktu Tristan

mengurus pembukuan? Akibatnya kacau balau, bukan?"

Tristan mengalihkan pandangan dan mulai menggilas obat makin cepat.

Tapi Siegfried memegang bahunya dengan tersenyum ramah. "Jangan

sedih. Aku tidak akan menyuruhmu lagi. Dan sebenarnya, mulai saat ini

kau tak perlu mengerjakannya lagi, karena pekerjaan itu akan ditangani

oleh seorang ahli." Ia berhenti dan berdeham. "Kita akan punya

sekretaris!"

Waktu mataku dan mata Tristan memandang Siegfried dengan

terbelalak, ia melanjutkan. "Ya, dia saya pilih sendiri dan menurut

pertimbangan saya, dia sempurna!"

"Seperti apa orangnya?"

Siegfried mengerutkan bibirnya. "Sukar melukiskannya. Tapi coba

pertimbangkan. Apa yang kita inginkan di sini? Saya tidak menginginkan

ada gadis berkeliaran di rumah ini. Saya tidak membutuhkan si rambut

pirang yang genit duduk di belakang meja, sambil membedaki hidungnya

dan main mata dengan tiap orang."

"Bukan gadis?" sela Tristan, yang betul-betul tak mengerti.

"Ya, bukan gadis!" jawab Siegfried dengan tegas. "Kalau masih gadis,

tiap hari ia hanya akan melamunkan pacarnya terus-menerus. Kemudian

sesudah berpengalaman dan terlatih, lalu dia lari, kawin!"

Tristan masih tetap belum yakin, dan itu menjengkelkan Siegfried.

Muka Siegfried jadi merah. "Dan ada hal lain lagi. Bagaimana mungkin

kita punya karyawan masih gadis dan cantik, tinggal serumah dengan

orang semacam kau. Tak mungkin kau akan tinggal diam!"

Tristan tertusuk perasaannya dan menyalak. "Kalau kau akan tinggal

diam?!"

"Saya bicara tentang kau, bukan tentang saya!" bentak Siegfried. Aku

memejamkan mata. Perdamaian akan berantakan lagi. Aku segera

melerai. "Baik, ceriterakan tentang sekretaris itu!"

Dengan susah payah, Siegfried bisa menguasai emosinya. "Yah, dia

berusia sekitar lima puluhan-tahun, dan sudah berpengalaman tiga puluh

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tahun di perusahaan Green dan Moulton di Bradford. Ia sudah pensiun

sekarang. Dulu bekas sekretaris, dan aku mendapat referensi paling

mengagumkan dari perusahaannya. Mereka mengatakan, bahwa dia

karyawan teladan yang sangat efisien. Dan justru itulah yang kita

butuhkan di rumah ini: efisiensi! Kita terlalu lamban. Ini suatu

keuntungan besar bagi kita, bahwa ia memutuskan untuk tinggal di

Darrowby. Kecuali itu, sebentar lagi kau bisa bertemu dengannya. Ia

akan datang pukul sepuluh pagi ini."

Waktu bel pintu berdering, jam berbunyi sepuluh kali. Siegfried

bergegas menyambutnya dan mengantar karyawan pujaannya ke kamar

dengan bangga. "Tuan-tuan, silakan memperkenalkan diri dengan Nona

Harbottle!"

Nona itu bertubuh besar, berdada tinggi, berwajah bulat dan sehat,

serta mengenakan kaca mata berbingkai emas. Rambutnya keriting dan

sangat hitam, tersembul dari bawah topinya. Mungkin rambut itu

disemir dan tidak sesuai dengan sepatu serta pakaiannya yang

sederhana. Aku tak perlu kuatir bahwa dia akan terburu-buru kawin.

Bukan karena tidak cantik, tapi dagunya menonjol ke depan dan rupanya

dia bisa memerintah orang dengan mudah, sehingga orang lelaki pun

akan lari terbirit-birit untuk selamanya.

Aku berjabatan tangan dengan Miss Harbottle itu, dan pegangannya

bukan main kerasnya. Kami berdua saling berpandangan dan aku

membalas meremas tangannya beberapa saat. Rupanya angkanya satu

lawan satu. Ia melepaskan tanganku dan berpaling ke arah lain. Tristan

sama sekali tidak siap tempur, dan waktu Miss Harbottle menjabat

tangannya, ia menyeringai kesakitan. Tangannya baru dilepaskan waktu

Tristan mau roboh.

Ia lalu bertamasya ke dalam kantor. Siegfried jadi penunjuk jalan,

sambil menggosok-gosok tangannya seperti penjaga toko dengan

langganan kesayangannya. Ia berhenti sebentar di meja, yang penuh

dengan tumpukan rekening keluar dan rekening masuk, formulir dari

Kementerian Pertanian, serta surat edaran dari perusahaan obat. Di

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

sana-sini berserakan kotak-kotak pil yang tersesat dan pipa minyak

ambing.

Sambil memegang-megang sampah meja dengan muak, ia menarik buku

kas induk yang lusuh dan memungutnya seperti memungut benda yang

menjijikkan. "Apa ini?"

Siegfried melompat ke depan. "Oh, itu buku kas induk. Berisi catatan

tentang kunjungan kami, yang berasal dari buku catatan harian, yang

mungkin juga ada di sini." Siegfried lalu membongkar-bongkar sampah

meja itu. "Nah, ini dia! Ini tentang catatan panggilan tugas."

Ia mempelajari kedua buah buku beberapa saat, sambil keheran-

heranan dan tersenyum kecut. "Jika saya disuruh mengurus ini semua,

Tuan-tuan harus belajar menulis. Tapi yang satu ini paling jelek dan

paling jorok. Tulisan siapa ini?"

Ia menunjuk sebuah catatan dengan garis panjang yang terputus-putus

dan kadang-kadang berombak-ombak.

"Itu tulisan saya!" jawab Siegfried, sambil menggeser kakinya. "Itu

tulisan waktu saya sangat sibuk!"

"Tapi semuanya seperti itu, Mr. Farnon. Lihat ini, itu, dan ini lagi. Semua

begitu, bukan?"

Siegfried lalu menggaruk-garuk punggungnya dan menundukkan kepala.

"Laci ini berisi apa? Alat tulis dan amplop?"

Miss Harbottle menarik laci meja itu. Apa isinya? Ternyata laci itu

berisi bungkusan biji-bijian yang sudah lama, kebanyakan sudah mulai

tumbuh. Beberapa butir kacang hijau dan biji boncis menggelinding dari

atas bungkusan. Laci berikutnya penuh sesak dengan tali penolong anak

lembu yang akan lahir. Tali itu sudah kotor karena lupa mencucinya.

Baunya sangat amis sehingga Miss Harbottle segera menutupnya

kembali. Tapi ia belum jera, dan menarik lagi yang ketiga. Waktu

terbuka, terdengar suara berdenting. Ia menjenguk isinya. Hanya

deretan botol bir kosong yang kotor. Ia perlahan-lahan berdiri tegak

dan bicara dengan sabar. "Kalau saya boleh bertanya, di mana tempat

menyimpan uang tunai?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Saya taruh begitu saja. Itu, di sana!" Siegfried menunjuk jambangan di

sudut di atas rak. "Kami tidak punya tempat khusus untuk menyimpan

uang, seperti yang Nona maksudkan. Tapi jambangan ini sudah

memenuhf kebutuhan."

Miss Harbottle melihat jambangan itu dengan

ngeri. "Anda jejalkan begitu saja....." Dari mulut

jambangan itu terlihat cek dan uang kertas yang kusut dan kumal,

sebagian berjatuhan di lantai dekat perapian. "Jadi yang Anda maksud,

tiap hari uang itu Anda lemparkan begitu saja dan lalu Anda tinggalkan

pergi?"

"Saya kira tak pernah ada yang mengambil," jawab Siegfried.

"Dan bagaimana tentang uang kecil?"

Siegfried tertawa gelisah. "Semuanya di situ. Uang besar dan uang

kecil."

Tiba-tiba wajah Miss Harbottle yang merah jadi agak pucat. "Saya

berkata terus terang, Mr. Farnon. Ini keterlaluan. Saya tidak tahu,

bagaimana ini bisa berlangsung begitu lama. Saya sungguh tidak

mengerti. Namun, saya percaya, saya dapat membereskan semuanya

dengan segera. Jelas, bahwa keadaan kantor ini mudah diatur. Cukup

dengan sistem indek pembukuan. Dan tentang uang itu, akan saya

bereskan secepat-cepatnya," katanya sambil memandang jambangan

dengan heran.

"Bagus, Miss Harbottle, bagus!" Siegfried menggosok-gosok tangannya

lebih keras lagi. "Saya harap Nona datang Senin pagi."

"Pukul sembilan tepat, Mr. Farnon."

Sesudah Miss Harbottle pergi, suasana sunyi. Tristan gembira atas

kedatangannya dan tersenyum sambil memikirkan sesuatu. Tapi aku

sendiri merasa tak menentu.

"Kau tentu sudah tahu, Siegfried," kataku, "bahwa dia mungkin setan

efisiensi. Tapi apakah kau tidak merasa, bahwa dia agak keras?"

"Keras?" jawab Siegfried sambil tertawa terbahak-bahak. "Sama sekali

tidak! Serahkan pada saya. Saya pasti dapat mengendalikannya!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

BAB 15

HANYA sedikit perabot rumah tangga dalam kamar makan itu, tapi

bentuknya yang anggun serta ukuran tempat itu pun sudah cukup

memberikan kesan manis pada bupet dinding yang panjang dan meja

sederhana dari kayu mahogani, di mana Tristan dan aku duduk sarapan.

Satu-satunya jendela yang besar, di bagian luarnya dilapisi embun beku

dan di jalan di luar, lang-kah-langkah kaki orang-orang yang lewat,

berbunyi dalam salju kering. Aku mengangkat mukaku dari telur

rebusku, waktu terdengar sebuah mobil berhenti. Terdengar hentakan

kaki di serambi muka, pintu luar terbanting tertutup dan Siegfried

menyerbu ke dalam kamar. Tanpa berkata sepatah pun dia langsung

pergi ke tungku pemanasan dan bersandar di situ, dengan menopangkan

sikunya pada alas tungku dari batu pualam kelabu. Dia terbung-kus sama

sekali, hampir-hampir sampai ke matanya dalam sebuah mantel besar

dan sebuah selendang, tapi mukanya yang tampak berwarna biru

keunguan.

Dia berpaling dan memandang ke meja dengan mata berair. "Ada demam

susu di tempat Pak tua Heseltine. Salah satu gedung-gedung yang tinggi

ini. Tuhanku, dingin benar di sana. Aku hampir tak bisa bernafas."

Sambil menarik sarung tangannya dan menggon-cang-goncang jari-

jarinya yang kaku di depan nyala api, dia mengerling pada saudara laki-

lakinya. Kursi Tristan memang yang terdekat pada api dan dia sedang

menikmati sarapannya, sebagaimana dia menikmati segala-galanya,

menghempaskan mentega ke atas roti bakarnya dengan senang dan

sambil bersiul-siul menaruh selai. Surat kabar Daily Mirror tersandar

pada poci kopi. Kita seakan bisa melihat gelombang perasaan senang dan

damai yang terpancar dari dirinya.

Siegfried menyeret dirinya dengan enggan dari api dan menghempaskan

diri ke sebuah kursi. "Aku minta secangkir kopi saja, James, Heseltine

baik hati sekali - mengajakku duduk dan sarapan dengan dia. Dia

memberikan sepotong besar lemak babi peliharaan sendiri - mungkin

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

agak terlalu berlemak, tapi bukan main sedapnya! Masih terasa-rasa

sekarang."

Diletakkannya cangkirnya dengan bunyi ge-merincing. "Kau tahu,

sebenarnya tak ada alasan kita selamanya harus pergi ke kedai untuk

membeli lemak babi dan telur. Di ujung kebun ini ada sebuah kandang

ayam yang masih baik sekali dan di halaman masih ada sebuah kandang

babi dengan sebuah ketel untuk memasak makanan babi. Semua sisa

makanan kita seisi rumah bisa dijadikan makanan babi. Dengan demikian

kita mungkin bisa terhemat."

Dia berpaling pada Tristan yang baru saja menyalakan rokok Woodbine

dan membuka Mirror-nya dengan cara mengibas-ngibaskannya dengan

sikap senang tak terperikan yang merupakan sifat khasnya. "Dan itu

akan merupakan suatu pekerjaan yang bermanfaat bagimu. Kau tidak

memberikan banyak hasil dengan duduk saja di sini seenakmu sepanjang

hari. Beternak sedikit akan baik bagi-mu.

Tristan meletakkan surat kabarnya, seolah-olah daya tariknya sudah

hilang. "Beternak? Tidakkah aku memeliharakan kuda betinamu?" Dia

tak senang memelihara kuda pemburu Siegfried yang baru, karena

setiap kali dia membawanya ke luar untuk minum di halaman, dia tentu

menendangnya sambil bergurau sambil lewat.

Siegfried melompat berdiri. "Aku tahu, tapi kan tidak makan waktu

sepanjang hari? Kau tidak akan mati kalau kau juga memelihara ayam

dan babi beberapa ekor."

"Babi beberapa ekor?" Tristan memandang terkejut. "Kusangka kau tadi

berkata babi saja?"

"Benar beberapa ekor babi. Terpikir olehku. Kalau kubeli seperinduk

anak-anak babi yang sudah lepas susu, kita pelihara seekor saja di

antaranya dan yang lain kita jual. Dengan cara demikian kita tak perlu

modal apa-apa."

"Dengan buruh cuma-cuma, tentu saja tak ada modal."

"Buruh? Buruh? Kau tak tahu apa artinya! Lihatlah kau itu, berbaring

saja dengan merokok tak sudah-sudahnya. Kau terlalu banyak merokok!"

"Kau juga!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Jangan bicarakan aku! Aku sedang membicarakan tentang kau!" teriak

Siegfried.

Aku berdiri dari meja dengan mengeluh. Suatu hari telah mulai lagi.

Kalau Siegfried sudah punya gagasan, dia tak mau berlalai-lalai.

Semboyannya adalah: bertindaklah segera! Dalam jangka waktu empat

puluh delapan jam, sepuluh ekor babi kecil-kecil telah bermukim dalam

kandang dan dua belas ekor ayam jenis Light Sussex sedang mematuk-

matuk di balik kawat kandang ayam. Dia terutama senang sekali dengan

ayam itu. "Lihat ayam-ayam itu, James; te-pat sekali hampir waktu

bertelur dan keturunan yang bagus pula. Mula-mula memang sedikit

telurnya, tapi kalau ayam-ayam itu sudah mulai, kita akan dihujani

dengan telur. Tak ada yang lebih baik dari sebutir telur bagus yang

segar dan masih hangat karena baru dari sangkaknya."

Sejak semula sudah jelas bahwa Tristan tidak ikut antusias seperti

abangnya mengenai ayam-ayam itu. Aku sering melihatnya berkeliaran

saja di luar kandang ayam, dia kelihatan merasa bosan dan sekali-sekali

melemparkan remah roti ke balik kawat. Tak kelihatan bukti bahwa dia

memberinya makan secara teratur, serta aturan makanan yang

dinasehatkan oleh para ahli. Ayam-ayam itu tidak menarik baginya,

sebagaimana bagi seorang penghasil telur, tapi dia memang agak

tertarik pada ayam-ayam "itu sebagai pribadi. Suatu cara berkotek yang

lucu, suatu sikap tubuh yang aneh - hal-hal itu lucu baginya.

Tapi telur-telur tak juga ada dan dengan berlalunya minggu demi

minggu, Siegfried makin menjadi jengkel. "Tunggu kalau aku bertemu

orang yang menjual ayam-ayam itu padaku. Penipu sialan. Keturunan yang

banyak telurnya, aduhai!" Kasihan kita melihat dia setiap pagi

mengelilingi sang-kak-sangkak kosong itu dengan penuh harapan.

Pada suatu petang, aku sedang pergi menuju kebun, ketika Tristan

berseru padaku. "Mari sini, Jim. Ini ada suatu hal yang baru. Kurasa kau

tak pernah melihat sesuatu seperti ini." Dia menunjuk ke atas dan aku

melihat sekelompok burung-burung besar yang berwarna aneh

bertengger pada dahan pohon-pohon elm. Sedang pada pohon-pohon apel

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kepunyaan tetangga, ada lebih banyak. Aku menatap terkejut. "Kau

benar. Aku memang belum pernah melihat yang begituan. Apa itu?"

"Alaa, cobalah," Tristan tertawa riang, "masakan tak ada sesuatu yang

kaukenali. Coba lihat la-gi."

Aku melihat ke atas lagi, "Tidak, aku tak pernah melihat burung-burung

sebesar itu apalagi dengan bulu-bulu yang setebal itu. Apa sih itu -

apakah suatu pindahan burung yang mengerikan?"

Tristan tertawa terbahak-bahak. "Itu kan ayam-ayam kita?"

"Bagaimana mereka sampai bisa naik ke sana?"

"Mereka lari dari rumah. Terbang saja."

"Tapi yang kulihat hanya tujuh ekor. Mana yang lain?"

"Hanya Tuhan yang tahu. Mari kita lihat ke balik dinding."

Lesung besar yang terdapat di antara batu-batu bata itu kami jadikan

tempat memanjat dan kami menjenguk ke kebun di sebelah. Kelima ayam

yang lain dan di situ, sedang mematuk-matuk dengan tenang di antara

beberapa pohon kol.

Lama benar kami baru berhasil mengumpulkannya kembali ke kandang

dan pekerjaan yang sulit itu harus diulangi beberapa kali setiap hari

sesudah itu. Karena ayam-ayam itu sudah jelas bosan hidup di bawah

Tristan dan memutuskan bahwa mereka akan hidup lebih senang kalau

bebas di luar. Ayam-ayam itu jadi tukang berkelana, berkeliaran makin

jauh ke ladang-ladang dalam mencari makanan.

Mula-mula para tetangga hanya tertawa saja. Mereka menelepon untuk

mengatakan bahwa anak-anak mereka mengejar-ngejar ayam-ayam itu

dan minta agar kami datang mengambilnya, tapi makin lama kesabaran

mereka makin berkurang. Akhirnya Siegfried harus mendengar laporan-

laporan yang menyakitkan hati. Dia diberi tahu bahwa ayam-ayamnya

merupakan pengganggu yang tak terperikan.

Setelah suatu pertengkaran yang benar-benar tak enak, Siegfried

memutuskan bahwa ayam-ayam itu harus dibawa pergi. Hal itu

merupakan pukulan yang hebat, dan sebagaimana biasa, kemarahannya

itu dilampiaskannya pada Tristan. "Aku dulu itu tentu gila menyangka

bahwa ayam yang kaupe-lihara akan mau bertelur. Tapi cobalah,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tidakkah itu keterlaluan. Kuberi kau pekerjaan mudah yang sederhana

ini dan orang tentu akan berpikir bahwa kau akan keterlaluan kalau itu

sampai tak beres. Tapi lihatlah keadaannya setelah hanya tiga minggu.

Tak ada barang satu pun telur yang kita lihat. Sedang ayam sialan itu

berkeliaran saja di seluruh daerah ini seperti burung dara. Kita terus-

menerus dijauhi para tetangga. Sungguh bagus benar hasil karyamu itu

ya?" Segala kekesalannya sebagai seorang penghasil telur yang gagal

meledak dalam nada bicaranya yang melengking.

Air muka Tristan menggambarkan perasaan tersinggung, dan dia

terburu nafsu dan mencoba membela dirinya. "Kau tahu, kurasa memang

ada sesuatu yang aneh tentang ayam-ayam itu sejak semula," gumamnya.

Hilanglah daya mengekang diri Siegfried yang sudah tinggal sedikit itu.

"Aneh!" pekiknya dengan geram. "Kaulah yang aneh, bukan ayam-ayam

sialan yang malang itu. Kaulah makhluk yang paling aneh di dunia ini.

Demi Tuhan, keluar - menghilanglah dari pandanganku!"

Tristan pergi dengan tenang.

Lama juga gema terakhir dari peristiwa ayam itu baru menghilang tapi

dua minggu kemudian, waktu duduk di meja makan lagi dengan Tristan,

aku merasa segala-galanya sudah dilupakan. Jadi aku sangat terkejut

dan heran waktu melihat Siegfried masuk ke dalam kamar makan dan

membungkuk dengan kejam sekali pada adiknya. "Kauingat ayam-ayam

itu? Kurasa kauingat," katanya hampir berbisik, "kau tentu ingat bahwa

aku telah memberikannya kepada Mrs. Dale, pensiunan tua yang tinggal

di Brown's Yard. Nah, aku baru saja berbicara dengan wanita itu. Dia

merasa puas sekali dengan ayam-ayam itu. Dia memberi ayam-ayam itu

makanan campuran siang dan malam dan dia mengumpulkan telur sepuluh

butir setiap hari." Suaranya nyaring hampir merupakan suatu teriakan.

"Sepuluh butir telur, kaudengar itu, sepuluh butir telur!"

Aku cepat-cepat meneguk bagian terakhir dari tehku, lalu cepat-cepat

minta diri. Aku berjalan sepanjang lorong rumah, keluar melalui pintu

belakang, lalu ke kebun dan ke mobilku. Dalam perjalananku aku melalui

kandang ayam yang kosong. Kandang itu tampak murung. Tempatnya jauh

dari kamar makan, namun aku masih bisa mendengar suara Siegfried.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

BAB 16

JIM! Coba ke mari dan lihat pengemis-pengemis kecil ini," kata Tristan

tertawa berkakakan, sambil bersandar pada pintu kandang babi. Aku

berjalan menyeberangi halaman. "Ada apa?" "Aku baru saja memberi

mereka makanan dan makanan itu agak panas. Coba lihat babi-babi itu!"

Babi-babi kecil itu menangkap makanan itu, melepasnya kembali dan

berjalan mengitarinya dengan curiga. Lalu mereka akan mendekat lagi

perlahan-lahan, menyentuh kentang-kentang yang panas itu dengan

moncongnya dan melompat mundur ketakutan. Tak kelihatan makanan

yang berleleran seperti yang terjadi pada waktu makan biasanya; yang

ada hanya semacam omelan keheranan.

Sejak semula Tristan memang sudah beranggapan bahwa babi-babi itu

lebih menarik daripada ayam-ayam itu; dan hal itu memang baik sebab

dia harus mengimbangi kesalahannya setelah bencana ayam dulu itu.

Banyak waktunya dihabiskannya di pekarangan, kadang-kadang memberi

makan atau menyapu kotoran babi, tapi lebih sering menopangkan

sikunya di atas pintu, memperhatikan binatang peliharaannya.

Seperti juga dengan ayam, dia lebih tertarik pada watak babi-babi itu

daripada kesanggupannya menghasilkan daging dan lemak. Setelah

dituangkannya makanannya ke dalam tempat makanan yang panjang dia

selalu memperhatikan, terpesona, melihat babi-babi itu berlari

berebutan menyerbu makanan. Dalam keadaan makan dengan rakus itu,

segera tampak kegelisahan. Binatang-binatang kecil itu mulai mengerling

kawannya, akhirnya keinginannya untuk mengetahui apakah temannya

makan lebih banyak, tak tertahan lagi, hingga mereka lalu mengubah

sikapnya cepat-cepat, ada yang saling memanjat punggung temannya

sampai-sampai jatuh ke dalam tempat makanan.

Pak tua Boardman adalah seorang yang baik yang mau bekerja sama, tapi

terutama dalam kesanggupannya memberi nasihat. Sebagaimana semua

orang desa, dia menganggap dirinya tahu semua tentang peternakan dan

penyakit-penyakit binatang dan ternyata babi adalah keistimewaannya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Mereka sering mengadakan pertemuan lama-lama dalam kamar yang

gelap di bawah kotak-kotak karton Bairnsfather dan orang tua itu

asyiklah melukiskan tentang banyaknya binatang-binatang cantik yang

telah dipeliharanya dalam kandang yang sama itu.

Tristan selalu mendengarkan dengan rasa hormat, sebab dia punya bukti

nyata tentang keahlian Boardman, tentang cara dia menangani tempat

masak makanan binatang yang sudah tua dan terbuat dari batu bata

merah itu. Tristan memang bisa mengangkut barang itu, tapi barang itu

terbalik segera setelah dia membelakanginya; sedang dalam tangan

Boardman barang itu jinak benar. Aku sering melihat Tristan

mendengarkan dengan heran bunyi makanan yang mendidih itu sedang

laki-laki tua itu terus mengaduknya dan bau enak kentang makanan babi

itu dibawa angin dan tercium oleh mereka.

Tapi tak ada binatang lain yang mengubah makanan itu menjadi daging

lebih cepat daripada se-ekor babi dan setelah beberapa minggu berlalu,

makhluk-makhluk kecil itu yang berwarna merah muda berubah dengan

kecepatan yang luar biasa menjadi sepuluh ekor babi yang gendut-

gendut dan tegap-tegap. Watak mereka pun berubah menjadi makin

buruk pula. Daya tarik mereka hilang. Waktu-waktu makan sudah tidak

lucu lagi dan berubah menjadi pertempuran yang makin seru.

Aku bisa melihat bahwa hal itu memberi warna pada hidup Pak Tua

Boardman dan apa saja pun yang sedang dikerjakannya, dilepaskannya

kalau dia melihat Tristan menyendok makanan dari tempat masak-

makanan itu.

Kelihatannya dia suka memperhatikan perlombaan sehari-hari dari

tempat duduknya di atas tempat makanan yang dari batu itu. Tristan

yang me-nyelinap-nyelinap mencari jalan, mendengarkan pekik ribut

babi-babi itu waktu mendengar bunyi ember kayu; sambil memekikkan

teriakan-teriakan untuk menguatkan dirinya, lalu membuka palang pintu

dan masuk ke tengah-tengah babi-babi yang ribut dan berdesak-

desakan; moncong-moncong yang besar dan rakus yang berebut-rebut

masuk ke ember, telapak-telapak kaki yang tajam yang menginjak-injak

kakinya dan tubuh-tubuh yang berat yang menindih kakinya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Mau tak mau aku tersenyum kalau kuingat betapa riangnya biasanya

permainan itu. Tapi kini tak ada tawa. Tristan akhirnya mengambil

tindakan dengan memukulkan tongkat yang berat ke babi-babi itu

sebelum dia berani masuk. Bila sudah di dalam, satu-satunya harapannya

untuk bisa tetap berdiri tegak adalah dengan melapangkan tempat

sedikit dengan cara memukul punggung-punggung babi itu Pada suatu

hari pekan, ketika babi-babi itu sudah mencapai timbangan yang banyak

lemaknya, kutemui Tristan berbaring bermalas-malasan di kursi yang

paling disukainya. Tapi ada sesuatu yang tidak bisa pada dirinya; dia

tidak tidur, tak ada botol obat, tak ada rokok Woodbines, tak ada Daily

Mirror. Tangannya tergantung lunglai di tepi kursi, matanya setengah

tertutup dan peluhnya berkilat di dahinya.

"Jim," bisiknya. "Petang ini aku telah mengalami pengalaman yang paling

buruk selama hidupku."

Aku jadi kuatir melihat rupanya. "Ada apa?"

"Babi-babi itu," katanya serak. "Mereka sudah melarikan diri hari ini."

"Lari! Bagaimana mereka sampai bisa lari?"

Tristan menarik-narik rambutnya. "Waktu aku sedang memberi makan

kuda. Aku sedang memberinya rumput kering dan aku berpikir sebaiknya

aku sekalian memberi makan babi-babi itu. Kau tahu bagaimana babi-

babi itu akhir-akhir ini - nah, hari ini mereka jadi gila-gilaan. Segera

setelah kubuka pintu, mereka mendesak ke luar sebagai suatu kelompok

rapat. Aku terlempar ke udara, lengkap dengan ember-emberku, lalu

mereka lari dengan menginjak-injak aku." Dia mengangkat bahunya dan

memandang padaku dengan mata terbelalak. "Dengarkan, Jim, waktu aku

terbaring di atas batu-batu kerikil itu, habis ditumpahi makanan babi

dan binatang-binatang itu menginjak-injak aku, kusangka aku sudah

mati. Tapi mereka tidak menggigit atau menyepakku. Mereka hanya

berlari ke luar melalui pintu halaman dengan kecepatan luar bia-sa.

"Terbukakah pintu halaman waktu itu?" "Sialnya, memang terbuka.

Entah mengapa justru hari ini aku membiarkannya terbuka."

Tristan duduk tegak dan menggosok-gosok tangannya. "Yah, kusangka

semula tak apa-apa. Sebab mereka memperlambat larinya waktu sampai

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

di jalan dan berjalan dengan tenang berkeliaran ke jalan depan dengan

Boardman sedang aku mati-matian mengejarkan. Mereka mengelompok

di sana. Kelihatannya tak tahu ke mana dia harus pergi lagi. Aku sudah

yakin bahwa kami bisa menggiringnya kembali, tapi tepat pada waktu itu

salah satu di antaranya menampak dirinya di kaca toko Robson."

Dia menirukan air muka seekor babi yang menatap pantulan bayangannya

- beberapa lamanya lalu kemudian melompat mundur dengan suara

mendengkur karena terkejut.

"Nah, itulah gara-garanya, Jim. Binatang sialan itu menjadi panik dan

lari melesat ke tengah pasar dengan kecepatan lebih kurang lima puluh

mil per-jam dan yang lain menyusul."

Aku terengah. Sepuluh ekor babi yang benar-benar lepas di antara

kedai-kedai yang amat berdekat-dekatan dan orang-orang yang begitu

banyak pada hari pekan itu, rasanya sulit dibayangkan.

"Oh Tuhan, maunya kau melihatnya tadi." Tristan terduduk lagi ke

kursinya dengan lemas. "Orang-orang perempuan dan anak-anak

berteriak-teriak. Pemilik kedai, polisi dan semua orang yang lain

mengumpatku. Kemudian terjadi pula kemacetan lalu lintas - bermil-mil

panjangnya deretan mobil membunyikan klaksonnya semau-mau-nya

sedang polisi yang bertugas asyik memandangku dengan dahi berkerut."

Dia menyeka dahinya. "Kau kan tahu pedagang di kedai Cina yang cepat

bicaranya itu - nah, hari ini kulihat dia tak bisa berkata-kata. Dia

sedang memegang sebuah cangkir di tapak tangannya dan dia berteriak

nyaring waktu salah satu babi itu menaruh kaki-kaki depannya ke

kedainya dan menatap mukanya tepat-tepat. Dia terhenti seolah-olah

dia ditembak. Dalam keadaan lain hal itu tentu lucu, tapi kupikir

binatang perusak itu akan membinasakan kedai itu. Meja tempat

membayar sudah mulai bergoyang, lalu babi itu berubah pikiran dan

lari."

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanyaku. "Sudahkah kau bisa

membawanya kembali?"

"Aku sudah berhasil mengembalikan sembilan ekor," sahut Tristan

sambil bersandar dan menutup matanya. "Dengan bantuan hampir semua

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

penduduk laki-laki di daerah ini, aku berhasil membawa kembali sembilan

ekor. Yang kesepuluh, yang terakhir, orang melihatnya sedang menuju

ke utara dalam jarak yang agak jauh. Hanya Tuhan yang tahu di mana dia

sekarang. Oh ya, aku lupa menceritakan - salah satu di antaranya masuk

ke kantor pos. Dan beberapa lamanya dia di situ." Ditutupnya mukanya

dengan tangannya. "Kali ini aku benar-benar sial, Jim. Nasibku akan ada

dalam tangan hukum, setelah kejadian ini. Tak bisa diragukan lagi."

Aku membungkuk dan menampar kakinya. "Alaa, tak usahlah disusahkan

benar. Kurasa tak ada kerusakan besar."

Tristan menyahut dengan mengerang. "Belum selesai, masih ada sesuatu

lagi. Waktu aku akhirnya menutup pintu setelah berhasil memasukkan

babi-babi itu ke dalam kandangnya, aku hampir saja pingsan. Aku sedang

bersandar pada dinding untuk mengumpulkan nafas ketika tampak

olehku bahwa kuda hilang pula. Ya, hilang. Aku langsung saja pergi

mengejar babi-babi dan lupa menutup pintu kandang kuda. Aku tak tahu

di mana dia. Boardman berkata bahwa dia akan melihat-lihat - aku sudah

tak kuat lagi."

Tristan menyalakan Woodbine dengan tangan gemetar. "Habislah aku

sekarang, Jim. Sekali ini Siegfried tidak akan kenal ampun."

Sedang dia berkata itu pintu terbuka bagai ditiup angin dan abangnya

menyerbu masuk. "Apa yang telah terjadi?" geramnya. "Aku baru saja

bercakap-cakap dengan pendeta daerah dan dia berkata bahwa kudaku

sedang makan bunga-bunga yang merambat di dindingnya. Dia

mengamuk-nga muk dan aku tidak menyalahkan dia. Berangkat setan

pemalas. Jangan berbaring saja di situ, pergi ke rumah pendeta itu

sekarang juga dan bawa dia kembali!"

Tristan tak bergerak. Dia berbaring diam, sambil memandang abangnya.

Bibirnya bergerak-gerak de-ngan berat.

"Tidak," katanya.

"Apa katamu?" teriak Siegfried tak percaya. "Keluar segera dari kursi

itu. Pergi dan ambil kembali kuda itu!"

"Tidak," sahut Tristan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Terasa dingin badanku karena ngeri. Belum pernah terjadi perlawanan

seperti itu. Muka Siegfried menjadi merah padam dan aku menguatkan

diriku untuk menghadapi suatu ledakan; tapi Tristan-lah yang kemudian

berkata,

"Kalau kau memang menginginkan kudamu, ambillah sendiri." Suaranya

tenang tanpa ada nada menantang. Dia bersikap seperti seseorang yang

tak perduli akan masa depannya.

Siegfried sendiri pun melihat bahwa kali ini Tris-. tan pun sudah tak

tahan lagi. Setelah membelalakkan matanya pada adiknya beberapa

detik lamanya, dia berbalik dan pergi. Dia mengambil kudanya sendiri.

Tak pernah lagi dibicarakan tentang kejadian itu, tapi babi-babi itu

cepat-cepat dipindahkan ke pabrik perusahaan lemak babi dan tak

pernah dibeli babi baru lagi.

Maka berakhirlah proyek pemeliharaan ternak.

BAB 17

WAKTU aku masuk Miss Harbottle sedang duduk, menghadapi kotak

tempat uang yang kosong, dia kelihatannya kesal sekali. Kotak itu

merupakan kotak hitam berkilat dengan kata-kata 'uang kas kecil' yang

tercetak dalam huruf-huruf putih di atasnya. Di dalamnya terdapat

sebuah buku merah dengan catatan uang masuk dan uang keluar yang

tertulis dalam kolom-kolom rapi sekali. Tapi tak ada uang di dalamnya.

Pundak Miss Harbottle yang tegap itu lunglai. Dengan tak bernafsu

diangkatnya buku merah itu dengan jari-jari telunjuk dan ibu jarinya

dan satu-satunya mata uang sixpence berguling keluar dari celah-celah

halamannya dan jatuh berdenting dalam kotak. "Diambilnya lagi

rupanya," bisiknya.

Terdengar langkah kaki orang yang berjalan mencuri-curi di lorong. "Mr.

Farnon!" panggilnya. Dan pada saya dia berkata, "Sungguh memalukan

cara laki-laki itu selalu mencoba melewati pintu dengan diam."

Siegfried masuk dengan langkah terseret. Dia sedang membawa selang

perut dan pompa, botol-botol kalsium menonjol di saku jasnya sedang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

sebuah alat pengebiri yang tak ada darahnya tergantung-gantung di

tangannya yang sebelah lagi. Dia tersenyum ceria tapi aku bisa melihat

bahwa dia merasa tak enak, bukan saja disebabkan oleh beban yang

sedang dibawanya, tapi juga karena dia merasa bersalah Miss Harbottle

telah menempatkan meja tulisnya menyerong di sudut kamar

berhadapan dengan pintu dan Siegfried harus menjalani se-panjang-

panjang alas lantai dari pintu untuk sampai ke tempat Miss Harbottle.

Dari sudut Miss Harbottle tempat itu benar-benar menguntungkan. Dari

sudutnya itu dia bisa melihat setiap inci dari kamar besar, sampai ke

lorong rumah kalau pintu kamar terbuka sedang dari jendela di sebelah

kirinya dia bisa melihat langsung ke jalan depan. Tak ada satu pun yang

luput dari pemandangannya - sungguh suatu kedudukan yang kuat.

Siegfried memandang ke tubuh lebar di balik meja tulis itu. "Selamat

pagi, Miss Harbottle, adakah yang bisa saya bantu?"

Mata kelabu itu berkilat di balik kaca mata berbingkai emas. "Memang

ada, Mr. Farnon. Anda harus menerangkan mengapa Anda sekali lagi

telah mengosongkan kotak tempat uang."

"Oh, maaf. Tadi malam aku tergesa-gesa harus pergi ke Brawton dan

aku kehabisan uang. Benar-benar tak ada tempat lain bagiku untuk

mendapatkan pinjaman."

"Tapi Mr. Farnon, selama saya dua bulan berada di sini, sudah dua belas

kali kita berkeadaan seperti ini. Apa gunanya saya mencoba mencatat

dengan baik-baik selalu uang hasil praktek kalau Anda terus-menerus

mencurinya dan menghasilkannya?"

"Yah, kurasa aku memang sejak dulu sudah punya kebiasaan untuk pergi

minum-minum pada hari-hari tertentu. Dan kurasa itu bukan suatu

kebiasaan yang sangat buruk."

"Itu sama sekali bukan suatu kebiasaan. Itu suatu pengacauan. Dengan

cara itu kita tidak bisa punya perusahaan. Hal itu sudah berulang kali

saya katakan pada Anda dan setiap kali pula Anda berjanji untuk

mengubah sikap Anda. Saya rasanya tidak tahu lagi akan berbuat apa."

"Alaa, sudahlah, Miss Harbottle. Ambil saja suatu jumlah dari bank dan

masukkan ke kotak Anda itu. Bereskan." Siegfried menggulung gulungan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

selang perut yang sudah terurai dari lantai lalu ber-balik akan pergi,

tapi Miss Harbottle berdehem-de-hem sebagai peringatan.

"Ada satu atau dua hal lagi. Saya harap Anda mau memenuhi janji Anda

yang satu lagi, yaitu untuk mencatat semua kunjungan-kunjungan Anda

dan menuliskan banyaknya bayaran yang Anda terima dari orang-orang

itu. Sudah hampir seminggu ini Anda tidak menuliskan apa-apa dalam

buku itu. Bagaimana saya bisa mengeluarkan surat-surat penagihannya

pada awal bulan? Hal itu penting sekali, tapi bagaimana Anda bisa

mengharapkan saya berbuat demikian kalau Anda mempersulit saya

seperti itu?"

"Ya, ya, maafkan saya, tapi ada serangkaian panggilan menunggu saya.

Saya benar-benar harus pergi." Dia sudah sampai di tengah kamar dan

selang tadi sudah terurai lagi dari gulungannya, ketika Siegfried

mendengar deheman yang jelek bunyinya di belakangnya.

"Ada satu hal lagi, Mr. Farnon. Saya masih belum bisa membaca tulisan

Anda. Istilah-istilah pengobatan ini sudah cukup sulit, jadi tolonglah

supaya Anda lebih berhati-hati dan jangan men-coret-coretnya saja."

"Baiklah, Miss Harbottle" Siegfried mempercepat langkahnya melalui

pintu dan langsung ke lorong di mana, mungkin, dia merasa aman dan

senang. Dia sedang berjalan dengan rasa syukur di ubin ketika suara

gemuruh yang dikenalnya itu didengarnya. Miss Harbottle bisa

menjadikan agar bunyi itu bisa didengar dalam jarak yang mengherankan

jauhnya dengan memberinya suatu tekanan kuat, dan itu merupakan

panggilan yang harus dipatuhi. Aku bisa mendengar Siegfried

meletakkan selang-selang itu dan pompa itu dengan kesal ke lantai,

botol-botol kalsium tentunya telah menekan tulang-tulang rusuknya

sebab kudengar botol-botol itu pun diturunkan pula.

Siegfried mendatangi meja tulis lagi. Miss Harbottle menggoncang-

goncangkan telunjuknya pada Siegfried. "Sementara Anda ada di sini,

saya ingin menyebutkan satu hal lagi yang mengganggu saya. Lihat buku

harian ini. Adakah Anda lihat carikan carikan kertas yang terselip di

antara halaman-halaman ini? Carikan-carikan kertas ini semua

merupakan pertanyaan-pertanyaan - saya rasa ada dua puluhan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

banyaknya - dan saya tak bisa melanjutkan pekerjaan saya ini sebelum

semua Anda jelaskan pada saya. Kalau saya minta Anda menjelaskannya,

Anda tak pernah ada waktu. Bisakah Anda membahasnya dengan saya

sekarang?"

Siegfried cepat-cepat mundur. "Jangan, Jangan, jangan sekarang.

Seperti kata saya tadi, ada beberapa panggilan yang mendesak yang

menanti saya. Maafkan saya, tapi itu harus menunggu sampai lain kali.

Begitu saya mendapat kesempatan, saya akan datang dan berbicara

dengan Anda." Diraba-raba -nya pintu di belakangnya dan dengan

pandangan terakhir ke tokoh besar yang bersikap menegur di balik meja

tulis itu, dia berbalik lalu lari.

BAB 18

KINI aku bisa menoleh ke masa lalu selama enam bulan, penuh

pengalaman praktek yang berat. Aku sudah menangani sapi, kuda, babi,

anjing dan kucing, selama tujuh hari dalam seminggu; pagi hari, petang,

malam dan selama jam-jam orang sedang tidur. Aku sudah menolong sapi

beranak dan anak babi lahir sampai tanganku sakit dan kulitnya

terkupas. Aku pernah disepak sampai jatuh, diinjak-injak binatang dan

disiram banyak dengan kotoran binatang apa pun juga. Aku sudah

melihat penampang silang tentang penyakit-penyakit binatang. Namun

suatu suara halus mulai mengorek-ngorek dalam otak kecilku; suara itu

mengatakan bahwa aku tak tahu, tak tahu apa-apa.

Hal itu memang aneh, sebab praktek yang enam bulan itu telah

kujalankan berdasarkan lima tahun teori, suatu asimilasi dari beribu-

ribu kenyataan yang lambat dan sulit dan suatu pengumpulan bagian-

bagian dari pengetahuan seperti seekor tupai yang membawa buah

pinangnya. Mulai dengan mempelajari tumbuh-tumbuhan dan bentuk

kehidupan yang paling rendah, meningkat sampai ke pembedahan dalam

laboratorium anatomi dan ilmu faal serta bidang bahan pengobatan yang

amat luas dan tidak berjiwa itu. Kemudian patologi yang menurunkan

tirai kebodohanku dan untuk pertama kali memperlihatkan padaku

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

rahasia-rahasia yang dalam." Lalu parasitologi, dunia lain lagi yang amat

banyak penghuninya tentang cacing-cacing, serangga-serangga dan

kuman-kuman kudis. Akhirnya obat-obat dan pembedahan, yang

merupakan kristalisasi dari apa-apa yang kupelajari dan penggunaannya

pada kesulitan-kesulitan pada binatang-binatang sehari-hari.

Dan banyak lagi yang lain, seperti ilmu alam, ilmu kimia, ilmu kesehatan,

ilmu-ilmu itu rasanya tak ada kurangnya. Jadi mengapa aku harus merasa

bahwa aku tak tahu apa-apa? Mengapa aku mulai merasa sebagai

seorang ahli binatang yang melihat melalui teropong bintang ke suatu

kumpulan binatang-binatang yang tak dikenal? Perasaan bahwa aku

hanya meraba-raba saja pada tepi angkasa yang tak terbatas ini, sangat

menyedihkan. Hal itu lucu, karena semua orang lain kelihatan tahu

segala-galanya tentang binatang-binatang sakit. Anak muda yang

memegang ekor sapi, tetangga dari peternakan di sebelah, orang-orang

laki di rumah-rumah minuman, petugas-petugas di kebun, mereka semua

tahu dan selalu mau memberikan nasihatnya serta yakin akan

kebenarannya.

Kucoba memikirkan masa lalu hidupku. Pernahkah ada waktu di mana aku

merasa kepercayaan yang seagung ini dalam pengetahuanku. Kemudian

aku teringat.

Aku kembali berada di Skotlandia. Aku berumur tujuh belas dan aku

sedang berjalan di bawah langit-langit dari Sekolah Tinggi Ilmu

Kedokteran Hewan ke Jalan Montrose. Aku baru tiga hari menjadi

mahasiswa tapi baru petang inilah aku merasa kepanasan. Mengais-

mengais dengan ilmu tumbuh-tumbuhan dan ilmu hewan tidak apa-apa,

tapi petang ini terjadilah yang amat menyenangkan; aku mendapat

kuliahku yang pertama dalam pemeliharaan binatang.

Mata pelajarannya adalah tentang kuda. Profesor Grant telah

menggantungkan sebuah gambar kuda sebesar kuda hidup dan

membicarakannya mulai dari hidung sampai ke ekor, sambil menunjukkan

pundak kuda itu, sendi lutut belakangnya, tumit kaki belakangnya dan

kepalanya dan semua istilah-istilah tentang kuda yang banyak jumlahnya

itu. Dan profesor itu pandai, untuk menjadikan kuliahnya lebih menarik

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

dia sering menunjukkan hal-hal yang praktis seperti. 'Di sinilah kita

memasang tali kekang,' atau 'Di sinilah tempat memasang pakaian kuda.'

Dia berbicara pula tentang jenis-jenis kuda dan tulang iga, tentang

suban dan alat mengeluarkannya.

Kata-kata itu masih berputar-putar di kepalaku waktu aku berjalan

perlahan-lahan di sepanjang jalan yang melandai itu. Untuk inilah aku

datang. Aku merasa seolah-olah aku sudah menjalani suatu perpeloncoan

dan menjadi seorang anggota dari suatu klub khas yang istimewa. Aku

benar-benar tahu tentang kuda. Dan aku sedang memakai mantel kulit

untuk menunggang kuda yang benar-benar baru dengan segala macam

embel-embel dan gesper yang menampar-nampar kakiku waktu aku

menikung di sudut dari bukit ke jalan Newton yang ramai.

Aku hampir tak percaya betapa beruntungnya aku ketika kulihat kuda

itu. Kuda itu berdiri di luar perpustakaan di bawah Salib Queen seperti

suatu peninggalan dari abad yang lalu. Dia menunduk saja dengan murung

di antara kedua kuk sebuah gerobak pembawa batu bara; gerobak itu

berdiri sebagai sebuah pulau di tengah suatu arus mobil-mobil dan bis-

bis yang melingkar-lingkar. Orang-orang yang berjalan kaki lewat

dengan bergegas, tanpa peduli, namun aku punya perasaan bahwa nasib

baik sedang tersenyum padaku.

Seekor kuda. Bukan hanya gambarnya, melainkan benar-benar kuda

sungguhan. Kata-kata peninggalan dari kuliah-kuliah muncul dalam

pikiranku tentang tumitnya, tulang peluru, jambul dan semua ciri-ciri itu

- bagian putih di kepalanya, noda putih dekat bokongnya. Aku berdiri di

trotoar jalan dan memeriksa binatang itu dengan teliti.

Pikirku, tentulah istimewa bagi semua orang-orang yang lewat, bahwa di

sini ada seorang yang benar-benar ahli. Bukan hanya seorang penonton

yang ingin tahu, tapi seorang laki-laki yang tahu dan mengerti semuanya.

Aku merasa seakan-akan terbungkus dalam sinar suci yang jelas tentang

perku-daan.

Aku berjalan hilir-mudik beberapa langkah, tanganku dalam di dalam

saku mantelku untuk naik kuda yang baru itu, sedang mataku melihat

mencari-cari kalau-kalau ada kesalahan dalam memasang sepatu atau

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

luka di dagu atau penyakit kuda lainnya. Demikian telitinya aku

memeriksa hingga aku berputar ke sisi kuda di sebelah lain dan berdiri

di tempat yang berbahaya di antara lalu lintas yang melaju.

Aku menoleh ke belakang melihat orang-orang yang lewat bergegas.

Kelihatannya tak seorang pun yang peduli, bahkan kudanya pun tidak. Dia

kuda yang besar, sekurang-kurangnya tujuh belas telapak tangan, dan

dia memandang tak peduli ke jalan sambil mengistirahatkan kaki

belakangnya, berganti-ganti dengan cara yang membayangkan rasa

bosan. Aku sebenarnya tak suka meninggalkannya tapi aku sudah

menyelesaikan pemeriksaanku dan sudah waktuku untuk pergi. Tapi aku

merasa bahwa aku harus memberi tahu sebelum aku pergi; sesuatu yang

harus kusampaikan pada kuda itu, bahwa aku mengerti masalah-

masalahnya dan bahwa kami senasib. Dengan penuh keyakinan aku

melangkah maju dan menepuk-nepuk tengkuknya.

Secepat ular yang menyerang, kuda itu menyerang ke bawah dan

mencengkeram pundakku dengan giginya yang besar dan kuat. Telinganya

ditempelkannya ke belakang, memutar-mutarkan matanya dengan jahat

lalu mengangkatku, hingga kakiku hampir terangkat. Aku tergantung

saja tak berdaya, seperti boneka yang tergantung miring. Aku

menggeliat dan menyepak-nyepak tapi gigi-giginya tertanam tak

bergerak dalam bahan mantelku.

Kini tak dapat diragukan lagi perhatian dari orang-orang yang lewat.

Pemandangan yang luar biasa dari seorang laki-laki yang tergantung dari

mulut seekor kuda, tiba-tiba menyebabkan mereka terhenti dan

terjadilah suatu kumpulan yang terdiri dari orang banyak yang melihat

dari balik pundak orang-orang yang berdiri di depannya sedang yang lain

berebut-rebutan di belakang lagi untuk melihat apa yang terjadi.

Seorang wanita tua yang ketakutan berteriak, "A-duh kasihan anak yang

malang! Tolong dia!" Beberapa orang yang berani mencoba menarikku

tapi kuda itu bertahan dengan jahatnya dan tetap menggigit kuat-kuat.

Dari segala pihak yang memberikan bermacam-macam petunjuk. Kulihat

dua orang gadis menarik di barisan terdepan, tak dapat menahan dirinya

tertawa cekikikan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Dikejutkan oleh keadaanku yang memalukan itu, aku mulai memukul-

mukul ke kiri kanan sem-barangan; leher kemejaku mencekik leherku;

suatu arus ludah kuda berleleran di bagian depan mantelku. Kurasa

diriku tercekik dan aku sudah putus asa ketika seorang laki-laki

mendesak masuk melalui orang-orang banyak itu.

Orangnya kecil sekali. Matanya yang marah mendelik di wajahnya yang

hitam oleh debu arang. Dua buah karung kosong tergantung pada

sebelah tangannya.

"Ada apa ini?" teriaknya. Terdengar selusin jawaban kacau balau di

udara.

"Mengapa kauusik kuda itu?" pekiknya di mukaku. Aku tak menyahut,

karena mataku rasanya sudah tersembul, setengah tercekik dan tak ada

niatku untuk bercakap-cakap.

Tukang arang itu mengalihkan amarahnya pada kuda. "Lepaskan dia,

binatang haram sialan! Ayo, lepaskan, lepaskan dia!"

Karena tidak mendapat tanggapan ditusuknya perut binatang itu dengan

kasar dengan ibu jarinya. Kuda itu segera menanggapi isarat itu dan

melepaskan aku seperti seekor anjing yang patuh melepaskan sepotong

tulang. Aku jatuh berlutut dan termangu-mangu di selokan sebentar

sampai aku bisa bernafas lebih longgar. Sedang dari jarak jauh aku

masih mendengar orang laki-laki kecil itu berteriak-teriak padaku.

Beberapa lamanya kemudian aku bangkit. Tukang arang itu masih

berteriak-teriak dan kumpulan orang banyak itu masih mendengarkan

dengan bersungguh-sungguh. "Kausangka apa yang kau-permainkan -

jangan kausentuh kudaku - kupanggil polisi untuk menangkapmu."

Aku melihat mantelku yang baru. Bahunya yang bekas gigitan tinggal

merupakan tumpukan basah. Aku merasa bahwa aku harus melarikan diri

dan mulai mencari jalan melalui kumpulan orang banyak. Tampak

beberapa orang yang mukanya menunjukkan kekuatiran tapi kebanyakan

tertawa. Segera setelah aku terlepas dari kumpulan orang banyak, aku

segera mulai berjalan cepat-cepat dan waktu aku membelok di tikungan

pekikan tukang arang itu yang terakhir masih kudengar samar-samar.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Jangan coba-coba mau campur tangan dalam pekerjaan yang kau tak

tahu!"

BAB 19

AKU melihat-lihat surat yang datang dengan malas-malasan. Seperti

biasa yang ada hanya tumpukan surat-surat penagihan, surat-surat

edaran, iklan-iklan berwarna cerah mengenai obat-obat baru; setelah

beberapa bulan selalu menerima yang sama saja, aku menjadi tidak

tertarik dan aku boleh dikatakan tidak memerlukan untuk membacanya.

Aku sudah hampir sampai pada dasar tumpukan itu ketika aku

menemukan sesuatu yang lain; sebuah amplop yang tampak mahal dan

yang kertasnya bertepi bergerigi, dialamatkan padaku pribadi. Aku

merobeknya dan kukeluarkan sebuah kartu berwarna air mas yang

kubaca sepintas cepat-cepat. Kurasa mukaku menjadi merah waktu

kumasukkan kartu itu ke dalam saku dalamku.

Siegfried baru selesai memberi tanda-tanda pada daftar kunjungan

yang sudah dilakukannya dan mengangkat mukanya. "Mengapa kau

memandang seperti orang bersalah saja, James? Apakah kau teringat

masa lampaumu? Ada apa sih - apa itu surat dari ibu yang ngamuk?"

"Nih," kataku malu, sambil mengeluarkan kartu tadi dan memberikannya

padanya, "tertawalah puas-puas. Kurasa kau pun nanti akan tahu juga."

Muka Siegfried tidak membayangkan perasaan apa-apa waktu dia

membaca kartu itu nyaring-nyaring. 'Tricky dengan senang hati

mengundang Paman Herriot untuk hadir pada hari Jum'at tanggal lima

Pebruari. Minum-minum dan dansa.' Dia mengangkat mukanya dan

berkata dengan serius. "Bukan main senangnya. Kau tahu, itu tentu satu

di antara anjing-anjing Pekingese di Inggris. Rupanya dia merasa tak

puas hanya mengirimi kau ikan salai, tomat dan rantang saja - dia

rupanya merasa perlu mengundangmu ke rumahnya untuk suatu pesta."

Kurebut kartu itu dan kuselipkan ke tempat yang tak kelihatan.

"Baiklah, baiklah, aku tahu. Tapi lalu aku harus berbuat apa?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Berbuat apa? Yang harus kaulakukan tidak lain, langsung duduk dan

menulis sepucuk surat mengucapkan terima kasih banyak, dan bahwa kau

akan berada di sana pada tanggal lima Pebruari. Pesta-pesta Mrs.

Pumphrey itu terkenal sekali. Bergunung-gunung makanan yang sedap-

sedap dan sampanye yang mengalir terus. Bagaimanapun juga, jangan

sampai kau tak hadir."

"Akan banyakkah orang di sana?" tanyaku sambil menggeser-geserkan

kakiku.

Siegfried menamparkan telapak tangannya ke dahinya. "Tentu saja akan

banyak orang. Apa sangkamu? Apa kausangka hanya kau dan Tricki saja

yang akan ada? Apakah kau akan minum bir beberapa gelas lalu kau akan

dansa irama foxtrot yang lambat dengan dia? Orang-orang terkemuka

dari daerah akan hadir di sana dengan penuh kebesaran, tapi kurasa

tidak akan ada tamu yang lebih terhormat daripada Paman Herriot.

Mengapa? Karena yang lain itu diundang oleh Mrs. Pumphrey, tapi kau

diundang oleh Tricki."

"Oke, Oke," erangku. "Aku akan menyendiri dan aku tidak punya pakaian

malam yang pantas. Aku......"

Siegfried bangkit lalu meletakkan tangannya di pundakku. "Saudaraku,

tak usah bingung. Duduklah dan terimalah undangan itu dengan baik lalu

pergilah ke Brawton dan sewalah pakaian untuk malam. Kau tidak akan

lama perlu menyendiri - gadis-gadis remaja yang baru pertama kali

menghadiri pesta, akan berebut-rebutan minta dansa dengan kau."

Akhirnya ditepuknya lagi pundakku, sebelum dia berjalan ke pintu.

Sebelum pergi dia berpaling lagi dan air mukanya serius. "Dan ingatlah

demi keselamatanmu, jangan tujukan suratmu pada Mrs. Pumphrey.

Alamatkanlah pada si Tricky sendiri, kalau tidak kau akan gagal."

Perasaanku bercampur baur dalam diriku waktu aku memperkenalkan

diriku di rumah keluarga Pumphrey pada malam tanggal lima Pebruari.

Seorang pelayan mempersilakan aku masuk ke ruang depan dan aku bisa

melihat Mrs. Pumphrey sedang menyambut tamunya di pintu masuk ke

ruang dansa dan lebih jauh di dalam, berdirilah sekelompok orang-orang

yang berpakaian bagus-bagus memegang minuman. Terdengar dengung

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

suara bercakap-cakap antara orang baik-baik, suatu suasana umum

orang berpunya. Kuluruskan dasi pada pakaian sewaanku, menarik nafas

panjang dan menunggu.

Mrs. Pumphrey sedang tersenyum manis waktu dia bersalaman dengan

suami-isteri yang ada di depanku tapi waktu dia melihatku, wajahnya

jadi berseri-seri. "Oh Mr. Herriot, Anda baik sekali mau datang. Bukan

main senangnya Tricky menerima surat Anda - sebenarnya kita harus

langsung masuk dan melihatnya." Dia mendahuluiku berjalan

menyeberangi ruang depan.

"Dia ada di kamar-pagi," bisiknya. "Di antara kita saja, baginya pesta-

pesta ini membosankan, tapi dia akan benar-benar marah kalau saya

tidak membawa Anda masuk sebentar."

Tricky sedang berbaring melengkung di sebuah kursi di samping api yang

menyala besar. Ketika dilihatnya aku, dia melompat ke atas sandaran

kursi dan menyalak kesenangan, mulutnya yang besar dan tertawa itu,

seperti membelah dua mukanya. Aku mencoba mengelakkan usahanya

untuk menjilat mukaku, pada saat itulah terpandang olehku dua buah

baskom makanan yang besar-besar di atas permadani. Yang sebuah

berisi kira-kira satu pon ayam cincang, sedang yang lain seonggok kue

yang sudah dihancurkan.

"Mrs. Pumphrey!" kataku keras, sambil menunjuk baskom-baskom itu.

Wanita malang itu menutupkan tangannya ke mulutnya dan mundur

menjauhiku.

"Aduh, ampunilah saya," mohonnya, mukanya penuh rasa menyesal. "Itu

hanya merupakan jaminan khusus karena malam ini dia harus tinggal

sendiri. Dan udara dingin pula." Dia memperkatup-kan kedua belah

tangannya dan memandangku dengan kerendahan hati.

"Akan saya maafkan Anda," kataku tegas, "kalau Anda mau mengambil

setengah dari ayam itu dan semua kuenya."

Dengan gugup seperti seorang gadis kecil yang tertangkap basah telah

berbuat kenakalan, dia menjalankan perintah saya.

Dengan perasaan menyesal aku berpisah dari anjing Peke yang kecil itu.

Hari itu aku sibuk sekali dan aku mengantuk karena berjam-jam berada

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

dalam udara dingin yang menggigilkan. Kamar dengan apinya dan cahaya

lampu yang lembut, kelihatan lebih menyenangkan daripada kemilau di

ruang dansa yang ribut, dan aku sebenarnya akan lebih suka melengkung

di sini dengan Tricky di lutut saya selama sejam dua jam.

Mrs. Pumphrey menjadi tegas. "Sekarang Anda harus ikut dan

berkenalan dengan beberapa teman-teman saya." Kami masuk ke ruang

dansa di mana lampu-lampu menyorot terang dari tiga buah lampu

gantung dari kristal dan yang cahayanya dipantulkan oleh dinding-

dinding yang berwarna krem dan keemasan serta berkaca banyak,

hingga menyilaukan mata. Kami berjalan dari kelompok ke kelompok

sedang Mrs. Pumphrey memperkenal-kanku dan aku merasa mual karena

malu, karena aku dilukiskan sebagai 'paman si Tricky yang baik hati'.

Tapi entah karena mereka adalah orang-orang yang punya daya

penguasaan diri yang luar biasa, atau karena mereka sudah biasa olok-

olok busuk nyonya rumah itu, karena penjelasan itu diterima dengan

benar-benar serius.

Di sepanjang salah satu dinding sebuah kumpulan musik terdiri dari lima

alat, sedang mencocokkan nada; pelayan-pelayan berjas putih bergegas

di antara tamu-tamu dengan baki-baki berisi makanan dan minuman.

Mrs. Pumphrey menyuruh berhenti salah seorang pelayan. "Francois,

sedikit sampanye untuk bapak ini."

"Ya, Nyonya." Pelayan itu menyodorkan bakinya.

"Tidak, tidak, tidak bukan yang itu. Salah satu gelas yang besar."

Francois bergegas pergi dan kembali lagi membawa sesuatu sebesar

piring sup yang bergagang. Wadah itu penuh sampanye sampai ke

tepinya.

"Francois." "Ya, Nyonya."

"Ini Mr. Herriot. Kau harus memperhatikannya baik-baik."

Pelayan itu memandangku dengan sepasang mata sedih seperti mata

anjing dan seperti akan menelanku beberapa saat lamanya.

"Kau harus mengurus beliau. Jaga supaya gelasnya penuh selalu dan

supaya beliau dapat makanan banyak."

"Baik, Nyonya." Dia membungkuk lalu pergi.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Aku membenamkan mukaku dalam sampanye yang sedingin es itu dan

ketika aku mendongak, di hadapanku ada Francois yang menyodorkan

sebaki sandwich dengan ikan salem yang masih berasap.

Demikianlah keadaannya sepanjang malam. Francois seolah-olah selalu

ada dekatku, mengisi gelas yang amat besar itu atau menyodorkan

makanan kecil. Aku merasa senang; makanan kecil yang asin itu

menimbulkan rasa haus yang kuhilangkan dengan meneguk sampanye itu

dalam-dalam lalu aku makan makanan asin itu lagi yang membuatku haus

lagi dan Francois tak ayal muncul dengan botol besarnya.

Baru itulah aku mendapatkan kesempatan minum sampanye dengan gelas

besar dan itu merupakan pengalaman yang menguntungkan. Tak lama aku

sudah merasakan diriku enak dan ringan dan daya tanggapku meningkat.

Aku tidak lagi terlalu ketakutan dalam dunia yang baru ini dan mulai

menikmatinya. Aku dansa dengan siapa saja yang kelihatan - gadis-gadis

remaja cantik yang ramping-ramping, janda-janda bangsawan berumur

dan dua kali dengan Mrs. Pumphrey yang cekikikan.

Atau aku hanya bercakap-cakap. Dan percakapannya bersemangat;

berulang kali aku terkejut oleh kilatan cahaya dari diriku. Sekali aku

menangkap bayangan diriku di kaca - seorang tokoh terkemuka dengan

gelas di tangan, pakaian sewaanku tergantung pada tubuhku dengan

anggun. Nafasku jadi tertahan.

Sambil makan minum, bercakap-cakap, menari, berlalulah malam itu.

Ketika sudah tiba waktunya untuk pulang dan aku sudah memakai

mantelku dan sedang bersalaman dengan Mrs. Pumphrey di ruang depan,

muncullah Francois lagi dengan semangkuk sup panas. Dia kelihatannya

kuatir ka-lau-kalau aku pingsan dalam perjalanan pulang.

Setelah makan sup, Mrs. Pumphrey berkata, "Nah, sekarang Anda harus

ikut dan mengucapkan selamat tidur pada Tricky. Dia tidak akan pernah

memaafkan kalau Anda tidak berbuat demikian." Kami pergi ke kamar

itu dan anjing kecil itu menguap dari kursi yang besar serta

menggoyang-goyang ekornya. Mrs. Pumphrey meletakkan tangannya di

lengan bajuku. "Kebetulan Anda ada di sini, maukah kiranya Anda

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

berbaik hati untuk memeriksakan kuku-kukunya. Saya kuatir sekali

kalau-ka-lau terlalu panjang."

Kuangkat kakinya satu demi satu dan kuperhatikan baik-baik kuku-

kukunya seperti Tricky menjilat tanganku dengan malas. "Tidak, Anda

tak perlu kuatir, kuku-kukunya beres semua."

"Terima kasih banyak, saya merasa amat berterima kasih pada Anda.

Sekarang Anda harus mencuci tangan Anda."

Dalam kamar mandi yang sudah kukenal dengan bak air berwarna hijau

laut dan ikan-ikan yang berkilat berlapis pada dinding-dinding dan meja

hias serta botol-botol di atas rak kaca, aku melihat berkeliling

sementara air yang berasap mengalir dari kran. Dekat bak air pada

handukku sendiri dan potongan sabun baru seperti biasa - sabun yang

berbusa seketika dan mengeluarkan bau harum yang mahal. Itu

merupakan sentuhan obat gosok yang terakhir pada malam yang amat

menyenangkan itu. Itu merupakan jam-jam penuh kemewahan dan

kebenderangan dan aku membawa kenangan itu pulang ke Rumah

Skeldale.

Aku masuk ke tempat tidur, kumatikan lampu dan terbaring

menelentang memandangi kegelapan. Nada-nada musik masih terngiang-

ngiang di telingaku dan aku baru akan terbawa arus ke ruang dansa

kembali, ketika telepon berdering.

"Di sini Atkinson di Beck Cottage," terdengar suara dari jauh. "Babi

betina saya tak bisa beranak. Sudah sepanjang malam ini dia kesakitan.

Bisakah Anda datang?"

Aku melihat jam sambil meletakkan penerima telepon. Waktu itu pukul

dua subuh. Aku merasa lumpuh. Suatu pesalinan tepat setelah sampanye

dan ikan salem yang masih berasap dan biskuit kecil-kecil dengan

bertumpuk-tumpuk telur ikan ka-viar itu. Apalagi di Beck Cottage, satu

di antara tanah-tanah perkebunan yang paling primitif di daerah itu. Itu

tak adil.

Dengan mengantuk, aku membuka piyamaku dan mengenakan kemejaku.

Waktu aku menjangkau pakaian dari bahan cordoray yang kaku dan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

sudah tua yang selalu kupakai untuk bekerja, aku mencoba untuk tidak

melihat pakaian sewaan yang tergantung di sudut lemari pakaian.

Aku berjalan meraba-raba di kebun yang panjang ke garasi. Dalam

halaman yang gelap itu, aku menutup mataku dan bersinarlah lagi lampu-

lampu gantung yang besar, kaca berkilau dan musik bermain.

Beck Cottage hanya berjarak dua mil. Tempat itu terletak dalam sebuah

lekuk dan dalam musim salju tempat itu merupakan lautan lumpur.

Kutinggalkan mobilku dan berjalan dengan bersusah payah dalam gelap

ke pintu rumah. Waktu aku menge-tuk tak ada yang membukakan pintu

dan aku berjalan menyeberang ke kumpulan gedung-gedung di

seberangnya dan membuka pintu yang setengah terbuka masuk ke

kandang sapi. Bau sapi yang hangat dan enak menyambutku waktu aku

memandang ke cahaya lampu dan di ujungnya tampaklah samar-samar

sesosok tubuh yang sedang berdiri.

Aku masuk melalui sapi-sapi yang berdiri berderet-deret bersisi-sisian

dengan dipisahkan oleh pemisah-pemisah dari kayu yang sudah patah-

patah, melalui tumpukan-tumpukan kotoran sapi yang bertumpuk di

belakangnya. Mr. Atkinson rupanya berpendirian bahwa dia tak perlu

terlalu sering membuang kotoran itu.

Dengan tersandung-sandung pada lantai yang sudah rusak, dan melalui

bencah-bencah air kencing, sampailah aku ke ujung di mana sudah

disiapkan tempat khusus dengan cara membatasi suatu sudut dengan

sebuah pintu pagar. Samar-samar sekali aku melihat sesosok tubuh babi,

pucat dalam kesuraman lampu, terbaring miring. Tempatnya berbaring

adalah selapis tipis rumput kering dan dia berbaring diam sekali, kecuali

rusuknya yang gemetar. Waktu kuperhatikan, babi itu menahan nafasnya

dan menegang beberapa detik lamanya lalu ketegangan itu berulang lagi.

Mr. Atkinson menyambutku tanpa antusias. Orangnya setengah umur,

berjanggut yang sudah seminggu tak dicukur dan memakai topi tua yang

tepinya melekuk ke bawah menutup telinganya. Dia berdiri membungkuk

bersandar pada dinding, sebelah tangannya terbenam dalam di saku

yang compang-camping sedang yang sebelah memegang sebuah lampu

sepeda yang baterenya cepat habis.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Hanya inikah lampu yang ada?" tanyaku.

"Hanya ini," sahut Mr. Atkinson, seperti keheranan. Dia memandang dari

lampu ke diriku dengan air muka seolah berkata 'mau apa lagi dia?'

"Marilah kita coba." Kuarahkan cahaya yang lemah itu ke pasienku.

"Masih muda benar babi ini,

ya?"

"Memang. Ini anaknya yang pertama." Babi itu menegang lagi, menggigil

lalu berbaring diam.

"Kurasa ada yang tak beres," kataku. "Tolong bawakan seember air

panas, sabun sedikit dan sebuah handuk."

"Kami tak punya air panas. Apinya mati."

"Baiklah. Bawakan saja apa yang ada."

Peternak itu menjauh dengan alas kakinya yang berderak-derak keluar

dari kandang sapi itu membawa serta lampunya, dan dalam gelap itu

kembalilah musik terdengar. Lagunya adalah lagu waltz Strauss dan aku

dansa dengan Lady Franswick; dia muda dan putih sekali dan dia tertawa

waktu aku membawanya berputar. Aku bisa melihat pundaknya yang

putih dan berlian yang berkilauan di lehernya serta kaca di dinding yang

ikut berputar.

Mr. Atkinson kembali dengan langkah berat dan mengempaskan seember

air ke lantai. Kucelupkan jariku ke air itu, dingin seperti es. Sedang

embernya sudah tua sekali - aku akan harus berhati-hati dengan

tanganku karena tepinya sudah bergerigi.

Setelah membuka jas dan kemejaku cepat-cepat, aku menghirup

nafasku waktu kurasa angin jahat menghantam punggungku melalui suatu

celah.

"Minta sabun," kataku melalui gigi yang terkatup.

"Di dalam ember."

Kucelupkan lenganku ke dalam air, aku menggigil, dan aku meraba-raba

dengan tanganku dalam air itu hingga kutemukan suatu benda bulat kira-

kira sebesar bola golf. Kukeluarkan benda itu; sabun itu keras dan kasar

dan berbintik-bintik seperti sebutir kerikil di tepi pantai dan dengan

perasaan optimis, aku mulai menggosok-gosokkannya ke kedua belah

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tangan dan lenganku, menunggu sampai keluar busanya. Tapi sabun itu

tak mempan, tak ada apa-apa yang keluar dari sabun itu.

Gagasan untuk minta lagi, kubatalkan saja, takut kalau itu akan dianggap

suatu keluhan lagi. Aku hanya meminjam lampu dan menjalani sepanjang

kandang lalu keluar ke halaman, dengan lumpur yang terasa mengisap

sepatu Wellington-ku dan terasa berdiri bulu roma di dadaku. Aku

mencari-cari di tempat barang di mobilku, sambil mendengarkan gigiku

gemeletak; akhirnya aku menemukan sebotol kecil krim pelumas

antiseptis.

Setelah aku kembali di tempat babi tadi, krim itu kulumaskan ke

lenganku, berlutut di belakang babi itu dan perlahan-lahan memasukkan

tanganku ke dalam kemaluannya. Kumasukkan tanganku lebih dalam dan

setelah pergelangan dan kemudian sikuku menghilang dalam tubuh babi

itu, aku ter-paksa berbaring miring. Lantainya dingin dan basah tapi aku

lupa rasa tak enak pada diriku ketika jari-jariku menyentuh sesuatu;

sebuah ekor kecil. Seekor anak babi yang gemuk yang hampir melintang

letaknya, tersembul seperti sebuah sumbat botol.

Dengan menggunakan sebuah jari, kudorong kembali kaki belakangnya

hingga aku bisa menggenggamnya dan menarik anak babi itu keluar.

"Yang inilah yang menjadi penghalang. Kurasa dia mati - karena terlalu

lama terjepit di dalam. Tapi mungkin masih ada beberapa yang hidup di

dalam. Coba kurasa dulu."

Kusemir lenganku dan berlutut lagi. Tepat dalam kandung peranakan,

yang letaknya hampir sepanjang lenganku di dalam, aku menemukan

seekor anak babi lagi dan waktu aku meraba-raba mukanya sederetan

gigi yang kecil-kecil tapi tajam sekali menggigit jariku.

Aku berteriak dan mendongak memandang si empunya babi dari

tempatku berbaring itu. "Yang ini pasti hidup. Akan segera

kukeluarkan."

Tapi anak babi itu punya gagasan lain. Dia tidak memperlihatkan

keinginan untuk meninggalkan surganya yang hangat, dan setiap kali aku

bisa menangkap kaki kecilnya yang licin dengan tanganku, dia menariknya

kembali. Setelah satu atau dua menit mengikuti permainan itu, aku

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

merasa tanganku kejang. Aku melemaskan diri dan berbaring, kepalaku

terletak di batu, lenganku masih di dalam babi. Kututup mataku dan aku

segera berada kembali di ruang dansa, dalam kehangatan dan cahaya

cemerlang. Aku sedang mengulurkan gelasku yang besar dan Francois

menuang dari botol besar; lalu aku dansa, kali ini dekat tempat orkes

dan pemimpinnya yang sedang memukul irama dengan tangan sebelah,

berpaling dan tersenyum padaku; tersenyum dan membungkuk seolah-

olah sudah selama hidupnya dia mencari aku.

Aku membalas senyum tapi muka pemimpin band itu hilang dan yang ada

hanya Mr. Atkinson yang memandangku dengan air muka polos,

rahangnya yang tidak dicukur dan alis matanya yang tebal merupakan

bayangan yang aneh dalam sinar lampu sepeda itu.

Aku bangun dan mengangkat pipiku dari lantai. Tak beres aku ini.

Tertidur sedang dalam pekerjaan, mungkin karena aku terlalu letih atau

pengaruh sampanye masih ada dalam diriku. Aku menjangkau lagi dan

menangkap kaki itu kuat-kuat dengan dua jariku dan meskipun dia

melawan, kali ini anak babi itu berhasil kutarik ke luar ke dalam dunia

ini. Begitu keluar, dia kelihatan menerima baik keadaan di sekitarnya

dan berjalan mengitari induknya mencari susunya.

"Dia sama sekali tak membantu," kataku. "Karena sudah terlalu lama dia

kehabisan tenaga. Aku akan memberinya suntikan."

Sekali lagi aku harus menjalani perjalanan yang rasanya melumpuhkan

karena dinginnya dan melalui lumpur ke mobil, suatu suntikan pituitrin di

paha babi betina itu dan dalam beberapa menit saja bekerjalah obat itu

merupakan kontraksi yang kuat pada peranakan. Tak ada lagi penghalang

sekarang, dan segeralah seekor anak berwarna merah muda yang

menggeliat-geliat tergeletak di rumput kering; kemudian cepat

berturut-turut seekor dan seekor lagi.

"Sekarang semua sudah lepas dari tempatnya berkumpul," kata Mr.

Atkinson hampir bersungut.

Delapan ekor anak babi yang lahir dan cahaya lampu itu sudah hampir

padam, ketika setumpuk gelap ari-ari keluar dari kemaluan babi betina

itu.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Aku menggosok-gosok lenganku yang dingin. "Nah, kurasa sudah keluar

semua sekarang." Tiba-tiba aku merasa dingin sekali; aku tak bisa

mengatakan berapa lama aku sudah berdiri di sana memandangi

keajaiban yang tak pernah basi bagiku; anak-anak babi itu berusaha

untuk berdiri dan tanpa dituntun mencari jalannya sendiri ke dua buah

deretan susunya yang panjang; induknya dengan anak-anaknya yang

pertama meletakkan tubuhnya demikian rupa, hingga bisa membuka

selebar mungkin susunya untuk mulut-mulut yang lapar itu.

Sebaiknya aku berpakaian cepat-cepat. Kucoba-kan lagi sabun yang

seperti batu pualam itu, tapi gagal seperti yang pertama kali tadi. Aku

jadi ter-tanya-tanya sudah berapa lama keluarga itu memakainya.

Seluruh badanku sebelah kanan, pipiku dan rusukku penuh dengan

kotoran dan lendir. Aku berusaha keras untuk membersihkan sedikit

dari kukuku, lalu aku membasuh diriku dengan air dalam ember itu.

"Adakah ada handuk di situ?" kataku terengah.

Tanpa berkata sepatah pun Mr. Atkinson memberikan sebuah karung

kepadaku. Ujung-ujungnya sudah kaku bekas kotoran sapi yang sudah

lama dan baunya tengik bekas makanan yang sudah lama tersimpan di

dalamnya. Aku menerimanya dan mulai menggosok dadaku dan waktu

butir gandum yang sudah masam membedaki kulitku, lenyaplah

gelembung-gelembung sampanye yang terakhir, menguap melalui lubang-

lubang di atas dan lenyap dengan sedih di kegelapan yang jauh.

Kutarik kemejaku melalui punggungku yang berpasir, sambil merasa

kembali ke duniaku sendiri. Kukancingkan jasku, kupungut alat suntikan

dan botol pituitrin dan memanjat keluar dari tempat bersalin itu. Aku

menoleh untuk terakhir kalinya sebelum aku pergi. Lampu sepeda itu

sedang memberikan cahaya yang samar terakhir dan aku harus

menjenguk melalui pintu pagar untuk melihat deretan babi-babi kecil itu

sibuk dan benar-benar asyik menyusu. Induknya mengubah sikapnya

dengan berhati-hati dan mendengkur. Suatu dengkur penuh rasa lega.

Ya aku sudah kembali dan hal itu baik sekali. Aku harus melalui lumpur

mendaki bukit, di mana aku harus keluar dari mobilku untuk membuka

pintu pagar sedang angin dingin yang mengandung bau rumput yang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

membeku yang enak baunya memukul mukaku. Aku berdiri sebentar

memandang ke seberang padang, sambil berpikir bahwa malam sudah

berlalu kini. Pikiranku melayang lagi ke masa sekolahku dan seorang pria

tua yang waktu itu berbicara pada kami dalam kelas tentang karir.

Katanya, "Kalau kalian memutuskan untuk menjadi seorang ahli bedah

hewan, kalian tidak akan pernah menjadi kaya tapi hidup kalian akan

penuh dengan hal-hal yang menarik dan bervariasi."

Aku tertawa nyaring dalam gelap itu dan waktu aku masuk ke mobilku

aku masih tertawa kecil. Orang tua itu benar-benar tak bergurau.

Variasi. Itulah dia - variasi.

BAB 20

WAKTU aku memeriksa daftar panggilan-pang-gilanku, tampak olehku

bahwa Siegried kali ini, tidak lagi bersikap seperti seorang anak sekolah

waktu dia menghadapi Miss Harbottle. Satu di antaranya, dia tidak

langsung masuk dan berdiri di depan meja tulis; hal itu memang parah

benar, dia selalu kelihatan lesu sebelum dia masuk. Kali ini dia membelok

sebelum menempuh beberapa meter yang terakhir dan berhenti dengan

membelakangi jendela. Dengan cara demikian, Miss Harbottle harus

memalingkan kepalanya sedikit untuk menghadapinya dan kecuali itu

sinar matahari jatuh ke punggungnya.

Dibenamkannya tangannya ke dalam sakunya dan bersandar pada tepi

jendela. Dia memandang dengan tenang sekali, matanya ramah dan

mukanya disinari senyum yang cerah sekali. Miss Harbottle memicingkan

matanya.

"Aku ingin berbicara dengan Anda, Miss Harbottle. Ada satu atau dua

hal yang ingin kubicarakan. Pertama tentang kotak 'Uang Kas Kecil'

Anda itu. Kotak itu bagus dan saya rasa memang tepat Anda

menyimpannya, tapi kurasa Andalah orangnya yang pertama-tama

membenarkan bahwa guna sebuah kotak tempat uang adalah untuk

menyimpan uang kontan." Dia tertawa ringan. "Nah, tadi malam aku

menerima beberapa ekor anjing di tempat pemeriksaanku dan pemilik-

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

pemiliknya ingin membayar kontan. Aku tak punya uang kecil untuk

memberikan uang kembalinya dan pergi mencarinya dalam kotak Anda

itu - tapi kotak itu kosong. Aku terpaksa berkata bahwa aku akan

mengirimkan mereka kwitansi, padahal itu kan bukan cara berusaha yang

baik, Miss Harbottle? Aku malu waktu itu, jadi aku benar-benar minta

supaya Anda mau menyimpan sedikit uang kontan dalam kotak itu."

Mata Miss Harbottle terbelalak tak percaya. "Tapi Mr. Farnon, Anda

sendiri yang mengambil semua isinya untuk pergi ke pesta penutupan

perburuan di......"

Siegfried mengangkat tangannya dan senyumnya jadi aneh sekali.

"Dengar dulu sampai aku selesai. Ada suatu hal yang kecil sekali yang

kuingin agar mendapat perhatian Anda. Hari ini sudah tanggal sepuluh

dalam bulan ini dan perhitungan keuangan masih belum dikeluarkan. Nah,

keadaan begitu itu tentulah amat tak diingini lalu ada pula beberapa hal

yang harus dipertimbangkan di sini."

"Tapi Mr. Farnon.........!"

"Sebentar Miss Harbottle, tunggu sampai kujelaskan ini pada Anda.

Adalah suatu kenyataan yang kita ketahui bahwa peternak-peternak itu

lebih bersedia membayar tagihan kita bila surat tagihannya mereka

terima pada tanggal satu setiap bulan. Dan ada pula satu faktor yang

lebih penting." Senyum manis di wajahnya hilang dan digantikan oleh

pandangan kesungguhan yang menyedihkan. "Pernahkah Anda berhenti

sebentar untuk merenungkan berapa banyak bunga uang yang hilang dari

praktek kita ini, karena semua uang pada mereka itu terbengkalai saja

gara-gara terlambat dikirimkannya surat-surat tagihan itu."

"Mr. Farnon......"

"Aku hampir selesai, Miss Harbottle, tapi percayalah aku sebenarnya

merasa sedih terpaksa berkata begini. Tapi terus terang, aku tak bisa

sampai kehilangan uang dengan cara begini." Diren-tangkannya

tangannya dengan gerak yang menunjukkan kejujuran yang menarik.

"Jadi kalau soal kecil itu Anda beri perhatian, aku yakin keadaan akan

baik."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Tapi maukah Anda, memberi tahu saya bagaimana saya bisa

mengeluarkan surat-surat tagihan kalau Anda tak menuliskan........"

"Sebagai penutup, Miss Harbottle, akan kukatakan ini. Aku selalu

merasa puas dengan kemajuan pekerjaan Anda sejak Anda bekerja sama

dengan kami, dan aku yakin bahwa di waktu-waktu mendatang Anda akan

lebih memperhatikan soal-soal kecil yang baru saja kusematkan."

Senyumnya menjadi senyum nakal dan kepalanya dimiringkan sedikit.

Jari-jari Miss Harbottle yang kuat mencekam erat-erat sebuah

penggaris besar dari kayu arang.

"Efisiensi kerja," katanya dengan mengerutkan matanya. "Itu yang

harus kita jaga - efisiensi."

BAB 21

KULETAKKAN jarum jahitan luka itu ke kaki dan mundur untuk melihat

pekerjaanku yang sudah selesai. "Nah, bagus sekali kelihatannya,

meskipun aku sendiri yang mengatakannya."

Tristan membungkuk di atas anjing yang belum sadar itu dan memeriksa

bekas potongan yang rapi dengan jahitan yang rapi berderet-deret

halus. "Memang benar-benar bagus, Saudaraku. Aku sendiri pun tak bisa

mengerjakannya lebih baik."

Anjing labrador hitam yang besar itu terbaring dengan tenang di atas

meja, lidahnya terjulur ke luar, matanya suram dan tidak menampak

apa-apa.

Dia dibawa ke mari dengan sesuatu yang tumbuh di atas tulang-tulang

rusuknya dan kupastikan bahwa itu adalah sebuah daging tumbuh biasa,

tidak ganas tapi sudah harus dibedah. Dan ternyata memang demikian.

Tumor itu dengan amat mudahnya bisa diangkat, rasanya terlalu mudah,

bentuknya bulat, utuh dan berkilat seperti telur rebus yang sudah

dikupas. Tak ada perdarahan, tak perlu kuatir akan timbul kembali.

Benjolan yang tak sedap dipandang mata itu sudah diganti dengan bekas

luka yang rapi ini dan dalam beberapa minggu akan tak kelihatan lagi.

Aku merasa senang.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Sebaiknya kita biarkan saja di sini sampai dia sadar," kataku. "Bantu

aku mengangkat dan memindahkannya ke atas selimut-selimut ini." Kami

letakkan anjing itu demikian hingga dia berbaring dengan enak di depan

alat pemanas listrik dan aku berangkat untuk menjalankan tugas

kelilingku pagi itu.

Waktu kami sedang makan siang, kami pertama mendengar bunyi yang

aneh itu. Bunyi itu merupakan suatu bunyi antara suara erang dan suara

lolong, yang mulai dengan lembut sekali tapi meningkat sampai

melengking untuk kemudian menggetar kembali perlahan lalu diam.

Siegfried mengangkat mukanya dari supnya dengan terkejut. "Demi

Tuhan, apa itu?"

"Tentu anjing yang kubedah tadi pagi," sahutku. "Memang ada yang

bangun dari keadaan dibius seperti itu. Kurasa dia akan segera

berhenti."

Siegfried memandangku ragu. "Ya, kuharap saja demikian - aku bisa

segera bosan mendengarnya. Seram buluku."

Setelah makan sup kami pergi melihat anjing itu. Denyut nadi kuat,

pernafasan dalam dan teratur, selaput lendir bagus warnanya. Dia masih

terbujur, tak bergerak, dan satu-satunya tanda mulai kembalinya

kesadarannya adalah lolongnya yang lalu tetap berulang seperti suatu

kebiasaan setiap sepuluh detik sekali.

"Ya, keadaannya benar baik," kata Siegfried. "Tapi bukan main ributnya!

Ayolah kita keluar dari sini."

Kami cepat-cepat menghabiskan makan siang kami tanpa berkata apa-

apa karena mendengarkan lolong yang tak henti-hentinya di latar

belakang kami. Baru saja menghabiskan suapannya yang terakhir,

Siegfried sudah berdiri. "Aku harus berlari. Banyak pekerjaanku petang

ini. Tristan, kurasa lebih baik anjing itu dibawa ke ruang duduk dan

diletakkan dekat tungku pemanasan. Lalu kau bisa tinggal dekat dia dan

melihat-lihatnya."

Tristan terpana. "Maksudmu aku harus tinggal sekamar dengan suara

ribut itu sepanjang petang?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Ya, memang itu maksudku. Kita tak bisa mengirimnya pulang dalam

keadaannya seperti itu dan aku tak mau ada apa-apa dengan dia. Dia

membutuhkan perawatan dan perhatian."

"Mungkin kau ingin aku terus menggenggam kaki atau mungkin

mendorongnya dalam kereta berkeliling pasar?"

"Jangan banyak cingcong. Kau tinggal dengan anjing itu, itu suatu

perintah!"

Tristan dan aku mengangkat binatang yang berat itu di sepanjang lorong

dengan memakai selimut sebagai tandu, kemudian aku pun harus pergi

untuk tugas keliling petang. Aku berhenti sebentar dan menoleh tubuh

hitam yang besar dekat api itu dan Tristan yang duduk melengkung di

kursi dengan jengkel. Suara ribut itu sangat mengganggu. Aku tergesa-

gesa menutup pintu.

Waktu aku kembali hari sudah gelap dan rumah tua itu terasa hitam dan

sepi dalam udara yang membeku dinginnya itu. Sepi, tentulah kecuali

suara lorong yang masih menggema di sepanjang lorong dan menembus

ke jalan yang sepi merupakan suara yang mengerikan.

Aku memandang arlojiku waktu aku membanting pintu mobilku. Hari

pukul enam sore, jadi Tristan sudah empat jam menjalankan tugasnya.

Aku berlari menaiki tangga dan di sepanjang lorong dan ketika kubuka

pintu kamar duduk suara itu rasanya memecahkan kepalaku. Tristan

sedang berdiri membelakangi aku, memandang ke kebun yang gelap

melalui jendela. Tangannya terbenam dalam sakunya; sedang di

telinganya tersembul gulungan-gulungan kapas.

"Nah, bagaimana keadaannya?" tanyaku.

Tak ada jawaban, jadi aku mendekatinya dan menepuk pundaknya.

Akibatnya sungguh menyo-lok. Tristan terlompat ke udara dan berputar

seperti sekerup. Mukanya kelabu dan dia gemetar hebat.

"Tuhan Mahakuasa, Jim, hampir mati aku olehmu. Aku tak bisa

mendengar apa pun juga gara-gara penyumbat telinga ini - kecuali suara

anjing itu tentu. Tak satu pun bisa mencegah suara itu."

Aku berlutut dekat anjing labrador itu dan memeriksanya. Keadaan

anjing itu baik sekali, tapi tak ada tanda-tanda bahwa kesadarannya

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

sudah kembali, kecuali adanya refleks sedikit di matanya. Dan selalu

saja terdengar lolong yang melengking dalam jangka waktu yang teratur.

"Lama benar dia baru sadar," kataku. "Apakah begini terus keadaannya

sepanjang petang?"

"Ya, begitulah. Tak ada perubahan sedikit pun. Dan kau tak perlu merasa

kasihan padanya, setan pelolong itu. Dia keenakan dekat api itu - dia tak

sadar apa-apa. Tapi bagaimana dengan aku? Syarafku rasanya akan

putus harus mendengarkan dia selama berjam-jam ini. Kalau lebih lama

harus begini, kau akan harus memberiku suntikan juga." Dia melicinkan

rambutnya dengan tangan gemetar dan pipinya kelihatan menegang.

Kupegang lengannya. "Nah, tinggalkanlah dia dan makanlah. Kau akan

merasa lebih baik setelah makan." Aku menuntunnya ke kamar makan

tanpa mendapat perlawanan.

Keadaan Siegfried baik sekali sesudah makan. Kelihatannya hatinya

gembira sekali dan dia bercakap-cakap terus-menerus tapi sekali pun

dia tidak menyebut-nyebut soal suara yang melengking dari kamar

sebelah itu. Tapi jelas Tristan masih mendengarnya.

Waktu mereka akan meninggalkan kamar, Siegfried meletakkan

tangannya di pundakku. "Ingat kita harus menghadiri pertemuan di

Brawton nanti malam, Jim. Pak tua Reeves yang akan memberikan

ceramah tentang penyakit-penyakit biri-biri - biasanya ceramahnya

bagus sekali. Sayang kau tak bisa ikut juga, Tristan, aku takut kau akan

terpaksa tinggal dengan anjing itu sampai dia sadar."

Tristan mundur seolah-olah dia telah ditampar. "Aduh, janganlah aku

disiksa dengan binatang setan itu lagi! Aku bisa jadi gila!"

"Aku kuatir tak ada jalan lain. Sebenarnya malam ini James dan aku bisa

menggantikan, tapi kami harus muncul dalam pertemuan itu. Tak enak

kalau kami tak hadir."

Tristan masuk dengan lunglai ke kamar itu dan aku mengenakan

mantelku. Setelah aku keluar di jalan, aku berhenti sebentar dan

memasang telinga. Anjing itu masih melolong.

Pertemuan itu berhasil baik. Pertemuan itu diadakan di salah satu hotel

Brawton yang sejuk, dan sebagaimana biasa yang terpenting adalah

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

pertemuan minum-minum antara para dokter hewan itu sendiri, di bar,

setelah pertemuan selesai. Rasanya kita terhibur sekali mendengar

masalah dan kesalahan-kesalahan orang lain - lebih-lebih kesalahan-

kesalahannya.

Aku senang melihat berkeliling dalam kamar yang penuh itu dan mencoba

menebak apa yang dibicarakan oleh kumpulan-kumpulan kecil orang-

orang itu. Pria yang di sana itu, yang membungkuk sampai tubuhnya

seperti dilipat dan mengacung-acungkan tangannya ke udara - dia pasti

sedang berceri-ta bahwa dia mengebiri seekor anak kuda jantan dalam

keadaan berdiri. Dan yang seorang yang lengannya terentang lurus,

sedang jari-jari sibuk bergerak-gerak tak menentu - hampir pasti

sedang menceritakan tentang pesalinan seekor kuda betina, mungkin

sambil memperbaiki persendian yang terkilir. Dan dia telah melakukan

dengan mudah sekali. Pengobatan hewan itu merupakan suatu hal yang

sederhana seperti permainan anak saja, kalau kita mendengar hal itu

diceritakan dalam bar yang hangat dan setelah kita minum beberapa

gelas.

Pukul sebelas malam, barulah kami semua masuk ke mobil kami dan

menuju ke rumah kami sendiri yang terpencil di Yorkshire - beberapa

orang kota-kota industri besar dari West Riding, beberapa orang lagi ke

tempat-tempat di tepi laut di pantai Timur sedang Siegfried dan aku

bergegas dengan rasa syukur kembali ke jalan sempit yang berbelit-

belit di antara dinding-dinding batunya ke Pennine Utara.

Beberapa jam lamanya aku sama sekali telah melupakan Tristan dan apa

yang harus dijaganya, pikirku dengan rasa bersalah. Namun anjing itu

pasti sudah lebih baik malam ini. Dia pasti sudah lebih tenang sekarang.

Tapi, waktu aku melompat dari mobil di Darrowby, aku terhenti seperti

membeku dalam melangkah karena terdengar suatu suara tangisan

lembut dari Rumah Skeldale. Rasanya tak dapat kupercayai; hari sudah

lewat tengah malam dan anjing itu masih saja bertingkah. Lalu

bagaimana nasib Tristan? Ngeri aku membayangkan bagaimana

keadaannya. Dengan rasa ngeri pula ku-putar gagang pintu kamar duduk.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Kursi Tristan merupakan sebuah pulau kecil di tengah-tengah botol-

botol bir yang kosong. Sebuah peti yang terbalik tersandar di dinding

dan Tristan sedang duduk tegak lurus dan kelihatan khidmat. Aku

berjalan dengan memilih di antara botol-botol kosong itu.

"Bagaimana, mengalami kesulitankah kau, Tris? Bagaimana perasaanmu

sekarang?"

"Bisa lebih buruk, Saudaraku, bisa lebih buruk. Segera setelah kalian

pergi, aku menyelinap pergi ke toko Drover untuk mengambil sepeti

minuman ini. Hal itu mengubah keadaan. Setelah minum tiga atau empat

botol, anjing itu tidak lagi merupakan gangguan bagiku - bahkan terus

terang, selama berjam-jam terakhir ini aku membalas lolongan-nya. Kami

telah menjalani malam yang menarik. Pokoknya, dia sudah akan sadar

sekarang. Lihatlah dia."

Anjing yang besar itu telah mengangkat kepalanya dan matanya sudah

kelihatan mengenal. Lolongnya sudah berhenti. Aku mendatanginya dan

menepuknya dan ekor panjangnya yang hitam menegang agaknya

berusaha akan mengibaskan-nya.

"Itu lebih baik, bujang," kataku. "Tapi sebaiknya kau berkelakuan manis

sekarang. Kau telah menyebabkan pamanmu Tristan menempuh hari yang

buruk, hari ini."

Anjing labrador itu segera memberikan reaksi dengan jalan berusaha

untuk berdiri. Dia mencoba dan terhuyung-huyung beberapa langkah

tapi kemudian jatuh di tengah-tengah botol-botol.

Siegfried muncul di pintu dan memandang tak senang pada Tristan, yang

masih duduk tegak lurus dengan air muka seperti orang yang menunggu

keputusan hakim, lalu dia memandang ke anjing yang sedang mencakar-

cakar di tengah-tengah botol-botol itu. "Berantakannya seperti dalam

neraka di sini! Mengapa kau tak bisa bekerja sedikit tanpa pesta pora

yang menyebabkan berantakan begini!"

Mendengar suaranya, anjing labrador itu berusaha berdiri lagi dan

dengan keyakinan yang lewat batas, dia mencoba berlari mengejarnya,

sambil mengibas-ngibaskan ekornya dengan gemetar. Tapi belum jauh

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

dia berjalan dia jatuh lagi, dan waktu dia jatuh itu sebuah botol kosong

terguling perlahan ke kaki Siegfried.

Siegfried membungkuk dan mengelus kepala yang hitam berkilat.

"Binatang ramah yang baik hati. Kurasa dia anjing yang hebat kalau dia

sedang dalam keadaan biasa. Besok pagi dia akan normal lagi, tapi

masalahnya sekarang adalah, harus kita apa-kan dia sekarang. Kita tak

bisa membiarkan dia terhuyung-huyung sepanjang" malam di sini, bisa-

bisa patah kakinya." Dia menoleh ke Tristan yang sama sekali tak

berubah air mukanya. Duduknya lebih tegak daripada biasa, kaku dan

bergerak seperti seorang perwira Prusia. "Kau tahu, kurasa yang

terbaik adalah kalau kau membawanya ke kamarmu malam ini. Karena

kita sekarang sudah berhasil dengan baik, baiknya kita jaga supaya dia

tak apa-apa lagi. Ya, itulah yang terbaik, dia bisa tidur dengan kau."

"Terima kasih, terima kasih banyak-banyak sekali," kata Tristan dengan

suara datar, sambil terus memandang lurus ke depan.

Siegfried memandang tajam padanya beberapa lamanya, lalu berbalik.

"Baiklah kalau begitu, bereskan semua sampah ini dan mari kita tidur."

Kamar tidurku dan kamar tidur Tristan dihubungkan oleh sebuah pintu.

Kamarku merupakan kamar utama, yang besar, luas, dengan langit-langit

yang tinggi, tungku pemanasan yang bertiang besar dan ada lekuk-lekuk

yang bagus di dinding seperti di lantai bawah. Kalau aku sedang

berbaring di kamar itu aku merasa seperti seorang pangeran.

Kamar Tristan semula adalah sebuah kamar pakaian dan kamar itu

panjang dan sempit dengan tempat tidurnya yang kecil terselip di salah

satu ujungnya seolah-olah mencoba untuk bersembunyi.

Di lantai kayu yang halus berpernis itu tak ada alas, jadi anjing itu

kuletakkan di atas setumpukan selimut-selimut dan bercakap-cakap

membujuk sambil melihat wajah Tristan yang pucat di bantal.

"Dia sudah tenang sekarang - dia tidur seperti bayi dan kelihatannya dia

akan begitu terus. Sekarang kau akan bisa beristirahat sebagaimana

mestinya."

Aku kembali ke kamarku sendiri, cepat-cepat membuka pakaianku dan

masuk ke tempat tidur. Aku segera tidur dan aku tak bisa berkata bila

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tepatnya suara-suara ribut-ribut di kamar sebelah mulai, tapi aku tiba-

tiba sudah bangun karena mendengar pekik amarah. Kemudian terdengar

suara menggeser dan suatu benturan yang disusul oleh suatu pekik

Tristan yang kebingungan.

Aku mempertimbangkan gagasan untuk pergi ke kamar pakaian itu -

bagaimanapun aku tak bisa berbuat apa-apa - jadi aku lebih meringkuk

dalam selimutku dan mendengarkan. Berulang kali aku terlelap lalu

terbangun lagi, karena terdengar lagi benturan dan pekikan melalui

dinding.

Setelah kira-kira dua jam, suara-suara itu mulai berubah. Rupanya

anjing labrador itu sudah bisa menguasai kakinya dan berbaris hilir

mudik dalam kamar itu, tapak kakinya membuat bunyi yang teratur: tck

- a - tck, tck - a - tck, tck - a - tck di lantai kayu itu. Hal itu

berlangsung terus tanpa berhenti sebentar pun. Sekali-sekali terdengar

suara Tristan yang kini parau memerik. "Hentikan itu, demi Tuhan!

Duduklah, anjing sialan!"

Aku tentunya telah tertidur nyenyak karena ketika aku terbangun,

kamarku sudah kelabu oleh cahaya pagi yang dingin. Aku berguling

menelentang dan mendengarkan. Aku masih mendengar bunyi kakinya

tck - a - tck, tapi bunyi itu menjadi tak teratur lagi seolah-olah anjing

itu sudah berjalan-jalan seenaknya, dan bukannya berjalan sembarang-

an dari satu ujung ke ujung lain dalam kamar itu. Tidak terdengar suara

Tristan.

Aku keluar dari tempat tidur sambil menggigil karena dihantam oleh

udara yang sedingin es. Aku cepat-cepat mengenakan celana dan

kemejaku. Aku berjalan berjingkat-jingkat menyeberangi kamarku lalu

membuka pintu penghubung kamar kami; aku hampir saja jatuh

tertelentang waktu dua buah kaki yang besar-besar tertanam di dadaku.

Anjing labrador itu merasa senang melihat aku dan kelihatan benar-

benar merasa betah. Matanya yang bagus berwarna coklat, berseri

membayangkan kecerdasannya dan kesehatannya dan waktu dia tertawa

lebar dengan terengah-engah, dia memperlihatkan sederetan gigi yang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

berkilat dan lidah yang merah dadu tak bercacat. Jauh di bawahnya,

ekornya dikibas-kibaskannya dengan bersemangat.

"Nah, kau sudah baik, sobat," kataku. "Coba lihat lukamu." Kulepaskan

kaki yang berbelulang itu dari dadaku dan memeriksa deretan jahitan di

rusuknya. Tak ada yang bengkak, tak ada rasa sakit dan sama sekali tak

ada reaksi buruk apa-apa.

"Bagus!" aku berseru. "Cantik. Kau seperti berganti kulit baru saja." Aku

memberikan tamparan gurauan di pantatnya yang menyebabkan dia

bertambah gembira. Dilompatinya aku, sambil mencakar dan menjilat-

jilatku.

Ketika aku sedang berjuang melepaskan diriku daripadanya, aku

mendengar suatu suara erang dari tempat tidur, Tristan kelihatan pucat

sekali dalam cahaya yang suram itu. Dia sedang berbaring tertelentang

dengan kedua belah tangannya mencengkam selimutnya sedang matanya

liar. "Tak sepi-cing pun aku tidur, Jim," bisiknya. "Sungguh sepi-cing pun

tidak. Memang abangku itu betul-betul punya perasaan humor yang

hebat, menyuruh aku tidur dengan binatang ini. Dia pasti gembira sekali

kalau dia mendengar apa yang telah kualami. Coba perhatikan saja dia

nanti - aku mau bertaruh apa saja dengan kau, dia pasti senang."

Kemudian, waktu Siegfried mendengar tentang penderitaan adiknya

sepanjang malam sampai soal-soal yang sekecil-kecilnya, sambil kami

sarapan, dia menunjukkan rasa kasihannya. Dia menyatakan rasa

kasihannya itu dan minta maaf karena dia telah mendapat kesusahan

dari anjing itu. Tapi Tristan benar juga. Dia memang kelihatan senang.

BAB 22

WAKTU aku masuk ke kamar pemeriksaan, kulihat Siegfried punya

pasien di atas meja. Sambil merenung-renung dia sedang mengusap-usap

kepala seekor anjing terrier dari perbatasan, yang sudah agak tua dan

kelihatannya sedih sekali.

"James," katanya, "kuminta kau membawa anjing kecil ini ke Grier?"

"Grier?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Dokter hewan di Brawton. Dialah yang dulu mengobati penyakit anjing

ini sebelum pemiliknya pindah ke daerah kita. Sudah beberapa kali aku

melihatnya - batu dalam kandung kemihnya. Dia harus segera dibedah

dan kurasa sebaiknya kusuruh Grier melakukannya. Dia itu setan yang

mudah tersinggung dan aku tak ingin menyinggung perasaannya."

"O ya, aku sudah pernah mendengar tentang dia," kataku.

"Mungkin saja sudah. Seorang Aberdeen yang suka mencari

pertengkaran. Karena dia punya praktek di daerah terkemuka. Dia

mendapatkan agak banyak mahasiswa-mahasiswa dan mereka itu

ditindasnya mati-matian. Kejadian-kejadian seperti itu tentulah

tersiar." Diangkatnya anjing terrier itu dari meja lalu menyerahkannya

padaku. "Makin cepat selesai urusanmu di sana, makin baik. Kau boleh

melihat pembedahannya dan kalau sudah bawa kembali anjing itu ke

mari. Tapi jaga dirimu - jangan kau salah-salah terhadap dia, akan

dikata-katainya kau habis-habisan."

Waktu melihat Angus Grier untuk pertama kali, aku segera teringat

akan wiski. Umurnya kira-kira lima puluh tahun, dan tentu ada sesuatu

yang menyebabkan pipinya yang montok dan berbintik-bintik, mata yang

berair dan pola urat-uratnya yang ungu yang seolah-olah berkejar-

kejaran melalui hidungnya yang besar. Air mukanya selalu seperti orang

tersinggung.

Dia sama sekali tidak berbasa-basi padaku; dia hanya mengangguk dan

menggeram lalu langsung merebut anjing itu dari tanganku. Kemudian

ditusukkannya jarinya kepada seorang orang remaja bertubuh kecil dan

putih yang memakai pakaian dokter yang putih. "Ini Clinton - mahasiswa

tingkat terakhir. Tak pernahkah Anda menyangka bahwa bidang kita ini

akan dimasuki juga oleh orang-orang busuk yang rupanya seperti bunga

halus ini?"

Selama pembedahan berlangsung, dia terus saja mencari-cari kesalahan

anak muda itu, dan dalam usahaku untuk mengalihkan sedikit

pembicaraan, aku bertanya kapan anak muda itu akan kembali kuliah.

"Awal minggu depan," sahutnya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Ya, tapi dia akan pulang besok," gerutu Grier. "Membuang-buang waktu

saja, padahal dia sebenarnya bisa mendapatkan pengalaman yang baik di

sini."

Merah muka mahasiswa itu. "Ya, tapi saya telah ikut praktek selama

sebulan lebih dan saya rasa saya harus juga berada bersama ibu saya

beberapa hari lamanya sebelum kuliah mulai."

"Oh, aku tahu, aku tahu. Kalian semua sama saja - tak bisa jauh dari

susu ibu."

Pembedahan itu berjalan lancar dan setelah Grier menusukkan jahitan

yang terakhir dia mengangkat kepalanya melihat padaku. "Jangan Anda

bawa anjing itu kembali sebelum dia sadar dari pembiusannya. Aku harus

pergi kunjungan ke pasienku - Anda boleh ikut untuk pelengah waktu."

Dalam mobil kami tidak bercakap-cakap sebagaimana layaknya.

Percakapan hanya merupakan kisah sepihak, yang merupakan rentetan

perlakuan-perlakuan buruk dari para langganan yang jahat dan para

rekan yang merampas pasien. Kisah yang paling kusukai adalah tentang

seorang pensiunan admiral yang telah minta Grier untuk memeriksa

kesehatan kudanya. Grier berkata bahwa binatang mempunyai jantung

yang tak kuat dan tak baik di-tunggang. Hal ini menjadikan admiral itu

ngamuk dan mencari seorang dokter hewan lain untuk memeriksa kuda

itu. Dokter hewan yang kedua itu berkata bahwa jantung binatang itu

tidak apa-apa dan menyatakan bahwa binatang itu sehat.

Admiral itu menulis sepucuk surat pada Grier yang menyatakan apa

pendapatnya tentang Grier dengan menggunakan kata-kata kasar yang

biasa dipakai para kelasi di geladak kapal. Setelah mengeluarkan isi

hatinya itu, admiral itu merasa puas lalu pergi ke luar naik kuda; dalam

perjalanan itu, sedang melangkah panjang, kuda itu jatuh dan langsung

mati, hingga admiral itu jatuh terguling yang mengakibatkan kakinya

patah di beberapa bagian dan panggul yang hancur.

"Aduh," kata Grier dengan amat bersungguh-sungguh. "Aduh, bukan

main senangnya aku."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Kami berhenti di sebuah halaman peternakan yang luar biasa kotornya

dan Grier berpaling padaku. "Aku harus mengerjakan pembersihan

seekor sapi di sini."

"Baiklah," kataku. Aku memperbaiki dudukku dan mengeluarkan pipaku.

Grier yang sudah setengah keluar dari mobilnya, berhenti. "Tidakkah

Anda akan ikut membantuku?"

Aku tidak mengerti orang itu. Yang dinamakan "Pembersihan" sapi,

hanya berarti mengeluarkan ari-ari yang masih ketinggalan, dan itu

merupakan pekerjaan satu orang.

"Bukankah tak ada yang perlu saya kerjakan?" kataku. "Apalagi sepatu

Wellington dan jas saya ada dalam mobilku. Saya tadi tak menyangkal

bahwa kita akan mengadakan kunjungan ke peternakan - aku takut nanti

akan mengganggu saja."

Aku segera tahu bahwa aku telah berkata salah. Pipi jelek yang berkulit

seperti kulit katak itu memerah dan menjadi lebih gelap dan dia

memandangku dengan pandangan jahat sekali sebelum ber-balik; tapi

setelah menempuh setengah perjalanan menyeberangi halaman itu dia

berhenti dan berdiri beberapa saat dan berpikir lalu kembali ke mobil.

"Aku baru ingat. Aku punya sesuatu di sini yang bisa Anda pakai.

Sebaiknya Anda ikut masuk dengan aku - Anda akan bisa memberikan

apa-apa yang kubutuhkan."

Aku sebenarnya sama sekali tidak tertarik, tapi aku keluar dari mobil

dan berjalan ke bagian belakangnya. Grier sedang mengeluarkan sebuah

kotak kayu besar dari tempat barangnya.

"Nah, ini bisa Anda pakai. Ini baju untuk menolong sapi beranak yang

kudapat belum lama ini. Aku tak sering memakainya karena kurasa

terlalu berat, tapi itu akan menjaga agar Anda tetap bersih."

Aku menjenguk ke dalam kotak itu dan melihat seperangkat pakaian dari

karet yang tebal, hitam dan berkilat. Kuangkat jasnya; jas itu penuh

dengan ritsleting dan kancing-kancing ketup dan beratnya seperti timah

hitam. Celananya bahkan lebih berat, dengan banyak jepit-jepitnya dan

rits. Keseluruhannya merupakan ciptaan yang sangat menonjol, jelas

bahwa itu direncanakan oleh seseorang yang belum pernah melihat

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

orang menolong sapi beranak dan keburukan pakaian itu ialah, bila orang

memakainya, orang akan benar-benar tak bisa bergerak.

Kuperhatikan wajah Grier sebentar, tapi mata yang berair itu polos

saja. Aku mulai menanggalkan jasku - memang gila-gilaan, tapi aku tak

mau menyinggung orang itu.

Dan terus terang, Grier kelihatannya ingin benar agar aku mengenakan

pakaian itu karena dia memegangnya untuk membantuku. Memang harus

berdua mengenakannya. Mula-mula celana yang berkilat itu yang

dikenakan dan dipasang ritsnya di depan dan di belakang, lalu giliran

jasnya, suatu hasil karya yang hebat, ketat benar di pinggang dan

berlengan pendek yang kira-kira enam inch panjangnya dengan elastik

yang kuat mencengkam lengan atasku.

Sebelum aku bisa mengenakannya, aku harus menggulung lengan

kemejaku sampai ke bahu, kemudian Grier dengan segala susah payah

memasangkannya. Kudengar rits dipasangnya, rits yang terakhir

terdapat di belakang tengkukku, menutup leher baju yang tinggi dan

kaku, hingga sikap kepalaku harus mendongak saja seperti orang

memohon dan daguku terangkat menunjuk langit.

Rupanya Grier bekerja dengan sepenuh hatinya, dan sebagai tindakan

terakhir dikeluarkannya sebuah tutup kepala hitam dari karet. Aku

mundur melihat benda itu dan mulai mengeluarkan protes sepanjang

yang dimungkinkan oleh leher bajuku, tapi Grier bersikeras. "Berdiri

diamlah sebentar saja. Baiknya kita selesaikan sekali pekerjaan ini."

Setelah dia selesai dia mundur dan memandang dengan kagum. Rupaku

tentu lucu sekali, terbungkus dalam pakaian hitam berkilat dari kepala

sampai ke kaki, lenganku telanjang sampai ke pundak dan menonjol di

tempat-tempat yang tepat. Kelihatannya Grier puas. "Nah, marilah

sudah waktunya kita mulai bekerja." Dia berbalik dan bergegas ke arah

kandang sapi; aku berjalan dengan bersu-sah payah menyusulnya seperti

manusia mesin.

Kedatangan kami di kandang sapi menimbulkan keributan. Yang hadir di

sana adalah pemilik peternakan itu, dua orang petugas dan seorang gadis

kecil. Orang-orang laki-laki yang semua akan memberi sambutan riang,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

terdiam terkejut waktu tokoh yang mengerikan masuk perlahan-lahan.

Gadis kecil itu memekik menangis lalu lari ke luar.

'Pembersihan' merupakan suatu pekerjaan yang kotor dan berbau bagi

yang bekerja dan membosankan bagi yang menonton yang mungkin harus

berdiri saja selama dua puluh menit tanpa bisa melihat apa-apa. Tapi

kali ini yang menonton tidak merasa bosan. Grier sedang mengerjakan isi

perut sapi itu sambil bergumam tentang cuaca, tapi orang-orang laki-laki

itu tidak mendengarkannya, sekali pun mereka tidak melepaskan

pandangannya dari diriku selama aku berdiri tegak seperti baju besi

dekat dinding. Dengan terheran-heran mereka memperhatikan setiap

bagian dari pakaian secara bergiliran. Aku tahu apa yang sedang mereka

pikirkan. Dan aku pun tahu apa yang akan terjadi kalau apa yang hebat

dan asing ini mulai bertugas. Seseorang yang berpakaian seperti itu

tentulah harus menghadapi tugas yang hebat pula.

Tekanan leher baju yang kuat pada jakunku, menyebabkan aku sama

sekali tak bisa berbicara dan hal itu tentulah menambah sifat misterius

pada diriku. Aku mulai berpeluh dalam pakaian itu.

Gadis kecil tadi telah mengumpulkan keberaniannya dan membawa adik-

kakak laki-laki perempuan untuk melihat aku. Aku bisa melihat deretan

kepala yang mengintip di balik pintu dan memutar kepalaku meskipun

sakit rasanya, aku mencoba untuk tersenyum pada mereka supaya

mereka jangan takut, tapi kepala-kepala itu menghilang dan kudengar

kaki-kaki mereka berlari menyeberangi halaman.

Aku tak bisa mengatakan berapa lama aku berdiri di sana, tapi Grier

akhirnya selesai dengan pekerjaannya dan berseru, "Nah, aku sekarang

sudah siap untukmu." Tiba-tiba suasananya menjadi merangsang. Orang-

orang laki-laki itu menjadi tegang dan menatapku dengan mulut yang

sedikit terbuka. Inilah saat yang telah mereka nanti-nantikan.

Aku mendorong diriku dari dinding dan membelok dengan tepat

meskipun dengan amat bersu-sah payah, lalu menuju ke tempat kaleng

peralatan itu. Letaknya hanya beberapa meter dari tempatku tapi

rasanya jauh sekali jarak yang harus kutempuh sebelum aku tiba ke

tempat itu seperti robot, kepala terangkat, lengan lurus dan kaku di

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

sebelah menye-belah. Waktu aku tiba di tempat kaleng itu, aku menemui

kesulitan baru; aku tak bisa membungkuk. Setelah menggeliat-geliat

beberapa kali barulah aku berhasil memasukkan tanganku ke dalam

kaleng itu, lalu aku harus membuka bungkusan kertas alat itu dengan

sebelah tanganku, suatu kesulitan baru lagi. Orang-orang itu

memperhatikan dengan terpesona tanpa bisa berkata apa-apa. Setelah

membuka bungkusan kertasnya, aku berputar berhati-hati dan menjalani

sepanjang kandang itu dengan langkah penuh perhitungan. Setelah aku

tiba sejajar dengan sapi itu kuulurkan lenganku kaku ke Grier yang

mengambil alat itu dan memasukkannya ke dalam kandung peranakannya.

Kemudian aku kembali ke tempatku semula dekat dinding sedang

rekanku membersihkan dirinya. Aku mengerling memandang orang-orang

itu; air muka mereka berubah sama sekali betul-betul membayangkan

rasa tak percaya. Tugas manusia misterius itu seharusnya tentu lebih

berat daripada itu - dia tak perlu memakai pakaian itu hanya untuk

menyampaikan alat. Tapi ketika Grier mulai pekerjaan yang sulit untuk

membuka kancing-kancing dan melepaskan rits-rits, sadarlah mereka

bahwa pertunjukan itu benar-benar sudah selesai; dan setelah perasaan

kecewa mereka berlalu, mereka pun merasakan kelucuannya.

Waktu aku mencoba menggosok-gosok lenganku yang bengkak supaya

darahnya jalan lagi karena sudah begitu tercekam oleh lengan elastik

tadi, aku dikelilingi wajah-wajah yang tertawa lebar. Kurasa mereka

sudah tak sabar lagi untuk pergi ke bar setempat malam itu untuk

menceritakan kisah itu. Sambil mengumpulkan kembali rasa harga diriku

yang sudah hancur, kukenakan jasku dan masuk ke mobil. Grier masih

tinggal untuk mengatakan beberapa hal pada orang-orang itu, tapi dia

tak berhasil mendapatkan perhatian mereka; semuanya tertuju pada

diriku yang sudah meringkuk di tempat dudukku. Mereka tak bisa

percaya bahwa aku manusia biasa.

Setelah kembali ke tempat pembedahan tadi, anjing terrier tadi sudah

sadar dari pingsannya. Dia mengangkat kepalanya dan dengan gagah

mencoba mengibaskan ekornya waktu dia melihatku. Ku-bungkus anjing

dalam sehelai selimut, kugendong dan bersiap-siap akan pergi, ketika

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kulihat Grier melalui pintu sebuah kamar gudang kecil yang terbuka

sedikit. Dia menghadapi peti kayu tadi yang kini ada di atas meja dan dia

sedang mengangkat baju itu; lelaki itu seolah-olah diserang semacam

gigil - tubuh menggetar-getar dan terangkat-angkat, muka yang

berbintik-bintik itu menceng-men-ceng dan terdengar suara seperti

setengah tangisan dari mulutnya.

Aku menatap keheranan. Aku bisa saja berkata bahwa itu tak mungkin,

namun hal itu terjadi di hadapan mataku sendiri. Tak ada sedikit pun

yang meragukan - Angus Grier sedang tertawa.

BAB 23

DEMAM susu adalah salah satu penyakit yang mudah diobati, tapi waktu

aku melihat ke sungai kecil dalam cahaya subuh yang suram itu, aku

menyadari bahwa yang ini merupakan jenis yang lebih sulit. Penyakit itu

telah menyerangnya segera setelah dia beranak dan sapi itu tergelincir

dari tebing yang berlumpur ke dalam sungai. Dia tak sadar waktu aku

tiba, dan bagian belakangnya terendam sama sekali sedang kepalanya

terletak di atas sebuah batu yang datar. Anaknya yang basah kuyup

dalam hujan yang bagai dicurahkan dari langit itu, ketakutan dan

menggigil di sampingnya.

Mata Dan Cooper membayangkan rasa kuatir sekali waktu kami turun ke

sungai. "Aku kuatir kita sudah terlambat. Dia sudah mati kan? Aku tak

melihatnya bernafas lagi."

"Aku kuatir memang sudah parah," sahutku, "tapi kurasa dia masih

hidup. Kalau aku bisa menyuntikkan kalsium ke dalam urat darahnya, dia

masih bisa sembuh."

"Aku benar-benar berharap demikian," geram Dan. "Dia adalah salah

satu sapiku yang paling banyak memberi susu. Penyakit selalu menyerang

yang terbaik."

"Penyakit demam susu memang begitu. Coba tolong pegangkan botol ini."

Kukeluarkan kotak tempat alat suntik dan memilih jarum yang berlubang

besar. Jari-jariku yang kaku karena kedinginan, kedinginan khas yang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kita rasakan awal-awal pagi hari karena peredaran darah kita masih

seret dan perut masih kosong, rasanya tak bisa memegang jarum itu.

Sungainya lebih dalam daripada dugaanku, dan airnya melewati bagian

atas sepatu Wel-lington-ku waktu aku mula-mula turun. Sambil

mendesah, aku menunduk dan membenamkan ibu jariku ke dalam lekuk di

dasar tengkuk. Urat darahnya keluar dan waktu kutusukkan jarumnya ke

dalam urat itu, mengalirlah darah hangat dan gelap di tanganku. Aku

meraba-raba mencari botol kecil berisi kalsium itu dalam sakuku, lalu

kutusukkan jarum ke ujungnya. Maka mengalirlah kalsium itu ke dalam

urat nadinya.

Dengan berdiri dalam sungai yang airnya sedingin es itu, sambil

mengangkat botol kalsium tinggi-tinggi dengan tangan yang berdarah-

darah serta merasakan air hujan mengalir dalam leherku, aku mencoba

menghilangkan pikiran jahatku; tentang semua orang yang sedang enak-

enak tidur dan baru akan bangun kalau jam alarm mereka berdering; lalu

mereka akan membaca koran-koran mereka sambil sarapan dan pergi ke

kantor-kantor bank atau kantor asuransi mereka yang nyaman itu

dengan mobil mereka. Mungkin aku sebaiknya menjadi dokter - mereka

mengobati pasien-pasiennya di kamar-kamar tidur yang bagus dan

hangat.

Kucabut jarumnya dari urat nadinya dan kulemparkan botol yang kosong

ke tebing sungai. Tak ada reaksi apa-apa atas suntikan itu. Kuambil

botol yang sebuah lagi dan mulai menyuntikkan kalsium lagi ke bawah

kulitnya. Mungkin bisa melalui gerakan-gerakan, meskipun kelihatannya

sia-sia. Waktu aku sedang menggosok-gosok bekas suntikan di bawah

kulit itu, aku melihat kelopak matanya bergerak.

Aku langsung merasa lega dan gembira sekali. Aku mendongak

memandang peternak itu dan tertawa. "Dia masih bernyawa, Dan."

Kusentil telinganya dan matanya terbuka lebar. "Akan kita tunggu

beberapa menit, lalu akan kita coba untuk menggulingkannya supaya dia

bisa menelungkup."

Dalam jangka waktu setengah jam dia mulai menggoyang kepalanya ke

kiri dan ke kanan dan tahulah aku bahwa waktunya telah tiba. Kutangkap

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tanduknya dan kutarik, sementara Dan dan anak laki lakinya yang

jangkung mendorong dari pundaknya. Sulit sekali kami membuat

kemajuan dengan pekerjaan kami itu, tapi setelah mengangkat dengan

amat bersusah payah, sapi itu berusaha sendiri lalu berbaring

menelungkup. Segera segala-galanya tampak memberi harapan; bila

seekor sapi berbaring miring dia selalu kelihatan seperti mati.

Waktu itu aku yakin benar bahwa dia akan sembuh, tapi aku tak bisa

pergi dan meninggalkannya masih terbaring di sungai kecil itu. Sapi-sapi

yang menderita demam susu bisa sakit berhari-hari lamanya, tapi aku

punya perasaan bahwa yang ini akan bisa segera bangun. Maka

kuputuskan untuk menunggunya sebentar lagi.

Dia kelihatannya tak senang berada dalam air berlumpur itu dan mulai

berusaha dengan sekuat-kuatnya untuk bangkit, tapi baru setengah jam

kemudian dan gigiku sudah gemeletuk tak tertahankan, barulah dia

akhirnya berdiri terhuyung.

"Wah, beruntung benar!" kata Dan. "Tak kusangka bahwa dia akan

pernah bisa berdiri lagi. Tentunya obat yang bagus yang Anda berikan

itu."

"Kerjanya sedikit lebih cepat daripada pompa sepeda," aku tertawa.

Reaksi yang menyolok dari suntikan kalsium melalui urat nadi itu masih

merupakan sesuatu yang mengherankan aku. Selama beberapa

keturunan, sapi yang menderita demam susu pasti mati. Kemudian

pemompaan susunya telah bisa menyelamatkan banyak di antaranya; tapi

kalsiumlah obat yang paling tepat - kalau binatang-binatang itu bisa

bangun dalam jangka waktu satu jam seperti yang ini, aku selalu merasa

seperti seorang ahli sihir yang berhasil.

Kami menuntun sapi itu naik ke tebing sungai dan sesampainya di sana,

angin dan hujan yang amat keras menghantam kami. Rumah itu hanya

beberapa meter jauhnya dari situ dan kami berjuang untuk sampai ke

situ. Dan dan putranya berjalan di depan dengan membawa anak sapi

dalam karung yang mereka bawa berdua. Binatang kecil itu terayun-ayun

ke kiri dan ke kanan; dia memasang matanya tajam-tajam memandang

dunia yang keras ke mana dia telah lahir. Dekat di belakangnya,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

menyusul induknya yang penuh kuatir, masih agak terhuyung-huyung tapi

berusaha kuat untuk memasukkan moncongnya ke karung. Aku berjalan

tercepuk-cepuk di belakangnya.

Kami tinggalkan sapi itu di kandang hangat yang beralas rumput kering

setinggi lutut, dia menjilat-jilat anaknya dengan asyiknya. Di serambi

rumah, orang-orang yang lain membuka sepatu Welling-ton-nya menurut

kebiasaan; aku pun berbuat demikian, sambil mengeluarkan air sungai

tadi dari setiap sepatu. Mrs. Cooper terkenal selalu berpegang teguh

pada peraturan-peraturan itu; tapi dari pengalaman-pengalamanku yang

terdahulu dengan dia aku mendapat kesan bahwa Dan menjalankan

semua itu dengan senang hati.

Gagasan itu timbul kembali waktu aku melihat wanita itu, bertubuh

besar tapi manis, sedang menjalin anak perempuannya bersiap-siap

untuk ke sekolah. Api kayu yang berderak-derak terbayang di tungku

pemanasan dari kuningan yang berkilat dan di samping bau nyaman

rumah peternakan itu, tercium bau lemak babi buatan sendiri yang

sedang digoreng.

Mrs. Cooper menyuruh Dan dan anaknya segera naik ke lantai atas dan

memandangku dengan tenang sedang aku berdiri basah kuyup di lantai

kayunya yang berkilat. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya seolah-olah

aku anak nakal.

"Ayo, buka kaus kakinya," perintahnya. "Juga mantel Anda dan gulunglah

celana Anda, lalu duduk di sini dan keringkan rambut Anda dengan ini."

Sebuah handuk bersih terlempar ke pangkuanku dan Mrs. Cooper

membungkuk di atasku. "Tak pernahkah terniat di hati Anda untuk

memakai topi?"

"Aku tak suka topi," gumamku, dan dia menggelengkan kepalanya lagi.

Dituangkannya air panas dari ketel ke dalam sebuah baskom besar lalu

dibubuhinya mustard dari sebuah kaleng berisi satu pon. "Nih, masukkan

kaki Anda ke dalam ini."

Aku mematuhi semua perintah-perintahnya dengan rela dan aku

memekik tak sadar waktu kakiku kumasukkan ke dalam campuran yang

mengge-lembung-gelembung itu. Mendengar itu, dia memandangku

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

dengan garang dan aku berusaha supaya kakiku tetap terendam dalam

baskom itu. Aku duduk dengan gigi terkatup rapat, terselubung dalam

uap, lalu dia memberikan secangkir besar teh panas.

Itu merupakan pertolongan cara lama, tapi bermanfaat sekali. Waktu

aku sudah menghabiskan setengah cangkir teh itu, aku merasa seolah-

olah aku diberi makan api. Rasa dingin di tebing sungai tadi seolah-olah

merupakan sebuah impian sirna sama sekali waktu Mrs. Cooper

menambah baskomku dengan air mendidih lagi dari ketel.

Kemudian, ditangkapnya kursi dan baskom dan memutar aku hingga aku

duduk menghadapi meja, dengan kakiku masih terendam dalam air. Dan

dan anak-anak sudah mulai sarapan dan di hadapanku ada sebuah piring

berisi dua butir telur, sepotong besar lemak babi dan beberapa buah

usus babi. Aku sudah cukup tahu tentang adat istiadat Dales supaya

tidak bercakap-cakap waktu makan. Waktu aku mula-mula datang ke

daerah ini kusangka bahwa sepantasnyalah aku mengadakan percakapan

ringan akan menyatakan terima kasihku atas keramah-tamahan mereka,

tapi pandangan-pandangan bertanya yang saling mereka lontarkan

segera menyuruhku menutup mulutku.

Jadi pagi ini, kuserang makanan itu tanpa kata-kata pendahuluan, tapi

suap yang pertama hampir saja menyebabkan aku melanggar peraturan

yang baru saja kupelajari. Waktu itu adalah pertama kalinya aku

merasakan sosis Yorkshire buatan sendiri dan aku harus menahan diriku

kuat-kuat untuk mencegah diriku mengucapkan puji-pujian, yang dalam

lingkungan-lingkungan lain merupakan suatu yang biasa saja. Tapi Mrs.

Cooper memperhatikan aku melalui sudut matanya dan dia tentunya

melihat air mukaku yang merasa enak. Dia bangkit seenaknya, kembali

membawa sebuah penggorengan lalu menggulingkan beberapa batang

sosis lagi ke piringku.

"Menyembelih babi minggu yang lalu," katanya, sambil membuka pintu

lemari makan. Aku bisa melihat piring-piring berisi bertumpuk-tumpuk

daging cincang, tulang rusuk, hati dan kue pastel yang berderet-deret

dengan selai yang berkilat-kilat di atas kuenya yang kuning keemasan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Setelah selesai makan aku mengenakan kaus kaki tebal yang kupinjam

dari Dan dan sepatuku yang sudah kering. Waktu aku akan pergi, Mrs.

Cooper menyelipkan sebuah bungkusan ke bawah lenganku. Aku tahu

bahwa bungkusan itu berisi apa-apa yang kulihat dari lemari makan tadi,

tapi matanya melarang aku berkata apa-apa. Aku menggumamkan terima

kasih saja, lalu keluar ke mobilku.

Jam gereja sedang berbunyi, pukul sembilan lima belas menit ketika aku

berhenti di depan Rumah Skeldale. Aku merasa puas - hangat, kenyang

makan enak dan dengan kenangan yang memuaskan tentang sapi yang

cepat sembuh itu. Dan di tempat duduk di belakang ada bungkusanku,

memang selalu merupakan nasib baik kalau kita dipanggil ke sebuah

peternakan kalau mereka baru saja habis menyembelih babi dan

biasanya selalu ada hadiah dari peternak-peternak yang baik hati itu,

namun sosis-sosis ini tidak akan pernah kulupakan.

Kulompati saja tangga-tangga tempat pemeriksaan dan berjalan

langsung ke lorong, tapi waktu aku membelok di suatu sudut, aku

terhenti. Siegfried sedang berdiri di sana, tegang dan punggungnya

tersandar pada dinding. Pada bahunya tergantung sebuah probang dari

kulit yang panjang dan lembut. Di antara aku dan dia terdapat pintu

kantor yang setengah terbuka dan melalui pintu itu jelas kelihatan Miss

Harbottle yang duduk di meja tulis.

Aku melambai gembira.

Muka Siegfried menceng seperti tersiksa dan diangkatnya tangannya

memberi peringatan. Lalu dia mulai berjalan mengendap-endap melalui

pintu dengan menjijit-jinjit seperti pemain sirkus yang berjalan di tali.

Dia sudah melewati pintu dan ketegangan tubuhnya sudah mulai melemas

ketika ujung kuningan dari probang yang terayun-ayun itu berdentang

kena dinding, dan seperti suatu jawaban terdengarlah gemuruh suara

Miss Harbottle dari sudutnya. Siegfried memandangku dengan

pandangan putus asa, lalu dengan pundak terkulai, dia masuk perlahan-

lahan ke dalam kamar. Sambil memperhatikannya berjalan, aku berpikir-

pikir bagaimana persoalan-persoalan jadi berubah sejak kedatangan

sekretaris itu. Kini telah merupakan perang terbuka dan hal itu

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

memberikan kehidupan suatu-daya tarik baru untuk memperhatikan

siasat dari kedua belah pihak.

Mula-mula kelihatannya Siegfried-lah yang bisa menjadi pemenang

dengan mudah sekali. Dialah yang majikan, dialah yang memegang pucuk

pimpinan dan kelihatannya Miss Harbottle akan tak berdaya dalam

menghadapi siasatnya yang merusak itu. Tapi Miss Harbottle adalah

seorang pejuang dan yang banyak akal pula dan tidaklah mungkin untuk

tidak mengagumi caranya memanfaatkan senjata-senjata yang

dikuasainya.

Kenyataannya, setelah seminggu berlalu, kemenangan berada di pihak

Miss Harbottle. Dia mempermainkan Siegfried seperti seorang

pemancing yang ahli mempermainkan seekor ikan salem; berulang kali

menyuruh Siegfried menghadap ke meja kerjanya untuk

mempertanggungjawabkan per-buatan-perbuatannya. Kalau semula dia

hanya ber-dehem-dehem saja, kini ia sudah berani membentak-bentak

yang bisa menembusi sepanjang rumah. Apalagi dia punya senjata baru,

dia telah mulai dengan mencatat kesalahan-kesalahan tulis Siegfried

pada carikan-carikan kertas; salah eja, kesalahan menambahkan,

kesalahan dalam pembukuan - semuanya itu disalin dengan setia.

Miss Harbottle memakai carikan-carikan kertas itu sebagai senjata. Dia

tak pernah mengeluarkan catatan itu jika keadaan sedang tak

menguntungkan dan majikannya sedang sibuk dengan pemeriksaan.

Semuanya itu disimpannya sampai Siegfried dalam keadaan tertekan,

maka akan disodorkannya sebuah carikan itu dan berkata. "Bagaimana

ini?"

Dia selalu bermuka polos dalam keadaan demikian dan tak bisa kita

mengatakan betapa besar hatinya melihat Siegfried memandangnya

ketakutan seperti seekor binatang yang dilecut. Tapi kejadian-kejadian

demikian selalu berakhir dengan cara yang sama - penjelasan-penjelasan

yang digumamkan dan permintaan maaf dari Siegfired, dan Miss -

Harbottle memperbaiki pembukuan dengan sikap sok adil.

Aku memperhatikan melalui pintu yang setengah terbuka waktu

Siegfried masuk ke dalam kamar. Aku tahu bahwa aku harus

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

mengadakan pemeriksaan keliling pagi itu tapi diserang penyakit ingin

tahu benar. Miss Harbottle yang kelihatan tegas dan ingin berurusan,

sedang menunjuk-nunjuk suatu pembukuan dengan sebuah pena dalam

bukunya sedang Siegfried menggumamkan jawaban-jawabannya sambil

menggeser-geserkan kakinya. Setelah beberapa waktu berlalu kulihat

dia membuat usaha yang sia-sia untuk pergi dan aku bisa melihat bahwa

dia sudah hampir tak bisa menguasai dirinya. Giginya terkatup rapat dan

matanya sudah mulai menonjol, ke luar.

Telepon berdering dan sekretaris yang menerimanya. Majikannya cepat-

cepat menuju pintu, tapi Miss Harbottle berseru dengan gembira,

"Kolonel Brent ingin berbicara dengan Anda." Siegfried kembali seperti

orang dalam mimpi. Kolonel itu, seorang pemilik kuda pacuan, sudah lama

sangat tidak kami sukai karena banyaknya keluhan-keluhannya dan

banyaknya pertanyaan-pertanyaannya;

telepon dari dia selalu bisa menaikkan tekanan darah.

Kulihat demikian itulah keadaannya pagi ini. Menit-menit berdetik terus

dan kulihat muka Siegfried pun bertambah merah. Dia menyahut dengan

suara seperti orang tercekik yang akhirnya meningkat menjadi teriakan.

Akhirnya dihempaskannya alat penerima telepon itu dan bersandar ke

meja, dengan nafas berat.

Dan rasanya tak percaya aku waktu melihat Miss Harbottle membuka

laci mejanya di mana dia menyimpan carikan-carikan kertasnya.

Diambilnya selembar, mendehem lalu disodorkannya ke muka Siegfried.

"Bagaimana yang ini?" tanyanya.

Ingin aku menutup mataku, tapi kutahan dan menatap ngeri. Beberapa

detik lamanya tidak terjadi apa-apa dan ada saat-saat yang

menegangkan ketika Siegfried berdiri tak bergerak. Lalu mukanya

berubah dan sambil merampas carikan kertas itu dengan sikap menyapu

seperti sabit, dari tangan sekretaris itu, dia lalu merobek-robeknya

dengan geram. Dia tak berkata sepatah pun tapi dia bersandar pada

meja dan matanya yang membelalak makin lama makin mendekati Miss

Harbottle yang perlahan-lahan mengundurkan kursinya hingga akhirnya

kursi itu terjepit ke dinding.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Sungguh suatu pemandangan yang mengerikan. Miss Harbottle yang

mundur dengan tegang, mulutnya agak terbuka, rambut keritingnya yang

dicat naik ke atas karena ketakutan, dan Siegfried yang dengan muka

geram dan garangnya dekat sekali ke muka Miss Harbottle masih terus

merobek-robek kertas tadi sampai kecil-kecil. Adegan itu berakhir

ketika Siegfried melempar kertas yang sudah diro-bek-robeknya ke

dalam keranjang sampah dengan mengumpulkan seluruh tenaganya

seperti sikap seorang pelempar lembing. Sobekan-sobekan itu jatuh

menghunjam seperti carikan kertas aneka warna yang ditaburkan pada

pengantin, ada yang masuk ke keranjang, ada yang jatuh di luarnya, dan

Siegfried masih tetap membungkam, melilitkan probang itu ke tubuhnya

dan berjalan dengan langkah-langkah panjang ke luar kamar.

Di dapur Mrs. Hall membuka bungkusanku dan mengeluarkan sebuah kue

pastel, sepotong hati dan seikat sosis yang istimewa. Perempuan itu

memandangku dengan pandangan bertanya. "Anda kelihatan senang

sekali pagi ini, Mr. Herriot."

Aku menyandarkan punggungku pada bupet dari kayu oak. "Ya, Mrs. Hall.

Aku berpikir. Kelihatannya tentu senang menjadi pemimpin suatu

praktek tapi tahukah kau, menjadi asisten pun tidaklah buruk benar

keadaannya."

BAB 24

HARI itu telah mulai dengan buruk. Tristan tertangkap basah oleh

abangnya, kembali dari 'Bellringer Outing' pukul empat subuh.

Peristiwa demikian terjadi setahun sekali; satu bis penuh pemuda-

pemuda yang biasa membunyikan lonceng-lonceng gereja di seluruh

daerah bertamasya ke Morecambe. Tapi mereka hanya sebentar sekali

di pantai, dan kalau mereka tidak berpindah-pindah tempat dari satu

rumah minum ke bar yang lain, mereka menyerang peti bir yang telah

mereka bawa serta.

Kalau mereka kembali ke Darrowby subuh-subuh, kebanyakan isi bis itu

sudah tak sadar. Tristan, seorang tamu terhormat, telah diturunkan di

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

jalan kecil di belakang Rumah Skeldale. Dia melambai lemah waktu bis

itu berangkat lagi, tapi sama sekali tidak mempedulikan muka-muka

orang yang tersembunyi di balik-balik jendela. Sambil menyelinap masuk

ke lorong kebun, dia merasa ngeri waktu melihat lampu di kamar

Siegfried. Dia tak mungkin bisa melarikan diri dan ketika dimintai

penjelasan dari mana dia, dia membuat bermacam-macam gerak tangan

untuk menyebutkan 'Bellringer Outing' namun tak berhasil.

Siegfried yang melihat bahwa dia membuang-buang waktu, menyimpan

caci makinya sampai waktu sarapan. Waktu itulah Tristan menceritakan

kisah itu padaku - yaitu sesaat sebelum abangnya masuk ke kamar

makan dan mulai ngamuk padanya.

Tapi sebagaimana biasa dia harus mendengar banyak dari Siegfried

yang berangkat berkeliling dengan muka masih masam dan suara yang

serak karena berteriak. Sepuluh menit setelah dia berangkat kudapati

Tristan berkurung dengan riang gembira dalam kamar kerja Boardman

yang kecil itu, Boardman mendengarkan kejadian-kejadian terbaru

sambil melihat-lihat bagian belakang dari amplop-amplop dan ikut

tertawa kecil sebagai penghormatan.

Orang tua itu menjadi senang sekali sejak Tristan pulang dan mereka

berdua menghabiskan banyak waktu berdua dalam kamar yang suram, di

mana sinar dari jendela yang kecil sekali menyinari alat-alat berkarat

yang berderet-deret, sedang kotak karton Bairnsfather tergantung

pada dinding. Tempat itu biasanya terkunci dan dia tidak menerima tamu

dengan senang hati, tapi Tristan selalu diterima dengan baik.

Sering kali bila aku lewat, aku hanya mengintip dan kulihat Tristan

dengan tenang menggulung-gulung rokok Woodbine-nya sedang

Boardman berceloteh terus. "Sudah enam minggu lamanya kami

bertempur. Orang-orang Perancis di sebelah kanan kami sedang orang-

orang Skot di sebelah kiri kami......" atau "Kasihan si Fred yang malang

itu -

baru satu menit dia masih berdiri di sampingku dan saat berikutnya dia

sudah tiada. Lalu tidak pernah mendapat tanda penghargaan apa-apa......"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Pagi ini Tristan menyambutku dengan riang dan penuh semangat dan aku

kagum melihat daya tahannya dan kemampuannya untuk menyesuaikan

diri dalam hal yang tak menyenangkan, seperti sebatang bambu yang

melengkung dalam oleh tiupan angin dan kemudian tegak kembali tanpa

bekas. Dia mengangkat dua buah karcis.

"Pesta dansa di desa malam ini, Jim, dan kuja-min menyenangkan.

Beberapa orang dari haremku di rumah sakit akan pergi, jadi akan

kuusahakan supaya kau senang. Dan bukan itu saja - lihat nih." Dia pergi

ke kamar tempat penyimpanan pelana -pelana, diangkatnya sebuah papan

lepas dan dikeluarkannya sebuah botol sherry. "Kita akan minum-minum

kalau tidak sedang dansa."

Aku tidak bertanya dari mana dia dapat karcis dan sherry itu. Aku suka

pesta-pesta dansa di desa itu. Bangsal yang penuh sesak yang di salah

satu ujungnya ada band yang beralat musik tiga macam - piano, biola dan

drum - sedang di ujung lain wanita-wanita berumur menjaga makanan-

makanan. Gelas-gelas susu, bertumpuk-tumpuk sandwich, daging babi

panggang, otot-otot babi yang dimasak sendiri dan kue-kue kecil yang

ditumpahi cream tinggi-tinggi.

Malam itu waktu aku pergi kunjungan terakhir, Tristan ikut aku dan

dalam mobil kami terus membicarakan pesta dansa. Penyakit yang harus

ku-obati sederhana saja - seekor sapi dengan mata yang radang - tapi

peternakannya terletak tinggi di atas lembah dan waktu kami selesai,

hari sudah gelap. Aku merasa senang dan segala-galanya kelihatan

menguntungkan, jelas dan penuh arti. Satu-satunya jalan yang berbatu

kelabu yang kini kosong, berkas cahaya matahari yang terakhir di langit

dan warna ungu tua dari hutan yang mengelilingi tempat itu. Tak ada

angin bertiup, tapi dari padang-pa-dang rumput yang sepi ada tiupan

halus, lembut dan segar dan penuh janji. Di antara rumah-rumah, di

mana tercium bau nyaman dari asap kayu.

Waktu kami tiba di tempat pemeriksaan, Siegfried sedang keluar, tapi.

ada surat pendek untuk Tristan yang terselip di atas tungku pemanasan.

Bunyinya hanya: 'Tristan. Pulang. Siegfried.'

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Ini sudah pernah terjadi sebelumnya, karena di Rumah Skeldale serba

kekurangan persediaan, terutama tempat tempat tidur dan selimut-

selimut. Kalau ada tamu yang tak diduga datang, maka Tristan disuruh

pergi semalam ke rumah ibu mereka di Brawton. Biasanya dia berangkat

saja naik kereta api tanpa komentar, tapi malam ini lain halnya.

"Tuhanku," katanya. "Tentu ada seseorang yang akan datang bermalam,

dan tentulah aku yang harus menghilang. Aku bisa berkata, bahwa itu

memang suatu kebiasaan yang bagus! Dan betapa menariknya surat itu!

Tak peduli apakah aku sudah ada rencana pribadi! Sama sekali tidak!

Tidak ditanyakan padaku apakah tidak menyusahkan kalau aku harus

pergi. Cukup dituliskan 'Tristan. Pulang.' Sopan dan penuh pertimbangan

bukan?"

Tidak biasa dia memberungut seperti itu. Aku mencoba membujuknya.

"Begini, Tris. Tidakkah lebih baik kalau kita batalkan saja pesta dansa

ini? Yang lain lain nanti tentu ada."

Tristan mengepalkan tinjunya. "Mengapa kubiarkan dia memerintahkan

seenaknya saja seperti ini?" katanya dengan marah sekali. "Aku ini kan

orang? Aku mau hidup dengan caraku sendiri, dan dengarkan aku, aku

tidak akan pergi ke Brawton malam ini. Aku sudah punya rencana untuk

ke pesta dansa dan demi setan aku akan pergi ke pesta dansa itu."

Itu merupakan kata-kata perang, tapi aku agak merasa kecut. "Tunggu

sebentar. Bagaimana dengan Siegfried? Apakah katanya nanti kalau dia

pulang dan mendapatkan kau masih di sini?"

"Persetan dengan Siegfried!" kata Tristan. Jadi aku diam saja.

Siegfried datang waktu kami sedang di lantai atas berganti pakaian. Aku

yang mula-mula turun dan mendapatkannya duduk dekat tungku

pemanasan, membaca. Aku tidak berkata apa-apa melainkan duduk dan

menantikan ledakannya.

Beberapa menit kemudian, Tristan masuk. Dia telah memilih baik-baik di

antara pakaiannya yang terbatas jumlahnya dan kelihatan berseri-seri

dalam pakaiannya yang berwarna abu-abu; mukanya berkilat karena

digosok bersih-bersih, rambutnya rapi dan dia memakai leher baju yang

bersih.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Muka Siegfried merah waktu dia mengangkat mukanya dari bukunya.

"Mau apa kau di sini? Kau kan kusuruh pergi ke Brawton. Joe Ramage

akan datang malam ini."

"Tak bisa pergi."

"Mengapa tidak?"

"Tak ada kereta api."

"Apa maksudmu tak ada kereta api?"

"Ya, hanya - tak ada kereta api."

Seperti biasa tanya jawab semacam itu, menimbulkan ketegangan dalam

diriku. Dan tanya jawab itu mulai mengikuti pola seperti biasa; Siegfried

jadi bermuka merah karena jengkel; sedang air muka adiknya polos saja,

menjawab dengan nada datar, berjuang dengan sikap mempertahankan

diri, yang sudah menjadi keahliannya karena sudah terlatih.

Siegfried bersandar di kursinya. Dia terdiam sebentar, tapi terus

memandangi adiknya dengan mata terpicing. Pakaian yang bagus, rambut

yang licin dan sepatu yang disemir, semuanya itu rupanya lebih

menjengkelkannya lagi.

"Baiklah," katanya tiba-tiba, "mungkin malah lebih baik kau tak pergi.

Aku ingin kau mengerjakan sesuatu untukku. Kau bisa memotong bisul di

telinga babi kepunyaan Charlie Dent."

Itulah yang merupakan bomnya. Telinga babi kepunyaan Charlie Dent

adalah sesuatu yang tidak kami bicarakan.

Beberapa minggu sebelum itu, Siegfried sendiri telah pergi ke tanah

peternakan sewaan di tepi kota untuk melihat seekor babi yang

telinganya bengkak. Bengkak itu merupakan bisul di telinga dan satu-

satunya pengobatannya adalah dengan memotongnya, tapi entah dengan

alasan apa, Siegfried tidak mengerjakannya sendiri tapi menyuruhku

mengerjakannya esok harinya.

Aku bertanya-tanya mengapa, tapi tak lama. Waktu aku menaiki kandang

babi, seekor babi betina yang terbesar yang pernah kulihat, bangkit

dari rumput kering, suara geramnya meledak dan berlari menyerangku

dengan mulutnya yang besar ternganga. Aku tidak berhenti untuk

berpikir lama. Aku lari ke dinding yang enam inci tingginya dan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

melompatinya langsung ke lorong. Di sana aku berdiri dan

mempertimbangkan keadaannya dan memperhatikan mata kecil yang

jahat merah itu sambil berpikir, juga ke mulut yang berbusa-busa

dengan gigi yang panjang-panjang dan kuning itu.

Aku biasanya tidak peduli kalau babi menyalak dan menggeram padaku,

tapi yang ini kelihatannya tak main-main. Waktu aku sedang berpikir-

pikir langkah apa yang harus kuambil berikutnya, babi itu mengaum

marah, mundur lalu berdiri pada kaki belakangnya, dan mencoba

memanjat dinding akan mengejarku. Aku cepat-cepat ambil keputusan.

"Aku kuatir tak punya alat untuk itu sekarang, Mr. Dent. Aku akan

datang lagi lain hari dan memotong bisul itu. Tak parah benar - hanya

pekerjaan kecil. Selamat tinggal."

Dengan demikian berakhirlah persoalan itu; tak seorang pun mau

membicarakannya sampai sekarang.

Tristan terperanjat. "Maksudmu aku harus pergi ke sana malam ini.

Malam Minggu ini? lain kali tentu bisa? Aku akan pergi ke pesta dansa."

Siegfried tersenyum pahit dari dalam kursinya. "Harus dikerjakan

sekarang. Itu perintahku. Sesudah itu kau bisa pergi ke pesta dansamu."

Tristan akan mengatakan sesuatu, tapi dia tahu dia telah

mempertaruhkan nasibnya terlalu jauh. "Baiklah," katanya, "aku akan

pergi dan mengerjakannya."

Ditinggalkannya kamar itu dengan sikap anggun, Siegfried menekuni

bukunya lagi, sedang aku menatap api sambil berpikir bagaimana Tristan

akan menangani binatang ini. Dia seorang pemuda yang banyak sekali

akalnya, tapi kali ini dia betul-betul akan diuji.

Dalam waktu sepuluh menit dia sudah kembali. Siegfried memandangnya

dengan curiga. "Sudah kaupotong bisul itu?"

"Belum." "Mengapa tidak?"

"Tak bisa menemukan tempatnya. Kau tentu memberikan alamat yang

salah. Nomor sembilan puluh delapan katamu."

"Nomor delapan puluh sembilan, kau tahu betul itu nomornya. Ayo

kembali dan jalankan tugasmu."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Tristan menutup pintu dan aku menunggu lagi. Lima belas menit

kemudian pintu itu terbuka lagi dan Tristan muncul lagi dan memandang

dengan sikap kemenangan. Abangnya mengangkat mukanya dari bukunya.

"Sudah?"

"Belum."

"Mengapa belum?"

"Seluruh keluarga sedang ke bioskop. Kau kan tahu ini malam Minggu."

"Aku sama sekali tak peduli ada di mana keluarga itu. Masuk saja ke

kandang itu lalu potong bisul-bisul itu. Ayo, keluar, dan sekali ini

pekerjaan itu harus dikerjakan."

Tristan keluar lagi dan aku mengawasi pintu lagi. Siegfried tidak

berkata apa-apa, tapi aku bisa merasakan ketegangan meningkat.

Setelah dua puluh menit berlalu, Tristan sudah kembali lagi bersama

kami.

"Sudahkah kaubedah bisul telinga itu?"

"Tidak."

"Mengapa tidak?"

"Gelap gulita di sana. Bagaimana aku harus bekerja? Aku hanya punya

dua tangan - sebelah untuk pisau dan sebelah lagi untuk senter.

Bagaimana aku bisa memegang telinga itu?"

Sejak tadi Siegfried menahan kesabarannya kuat-kuat, tapi kini

kesabarannya hilang. "Jangan berikan alasan-alasan sialanmu itu lagi,"

teriaknya, sambil melompat dari kursinya. "Aku tak peduli bagaimana

kau melakukannya, tapi Tuhanku, kau musti memotong bisul itu malam

ini, kalau tidak hilang kesabaranku terhadap kau. Ayo keluar dari sini

dan jangan kembali sebelum selesai!"

Aku kasihan sekali pada Tristan. Dia telah diperlakukan dengan buruk

sekali dan telah sanggup menyesuaikan dirinya dengan pandai sekali, tapi

dia tak berdaya sekarang. Dia berdiri diam di ambang pintu beberapa

saat, lalu dia berbalik lalu keluar.

Kini lama kami menunggu. Siegfried kelihatannya sedang menikmati

bukunya dan aku sendiri pun mencoba juga; tapi aku tak mengerti apa

yang kubaca dan kepalaku jadi pusing, duduk menatap huruf-huruf itu.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Sebenarnya akan lebih baik kalau aku bisa berjalan hilir-mudik di kamar,

tapi hal itu tentulah tak mungkin karena ada Siegfried. Aku baru saja

minta diri untuk keluar berjalan-jalan, ketika kudengar pintu luar

terbuka, lalu kudengar langkah-langkah Tristan di lorong.

Sebentar kemudian orang yang kutunggu-tunggu masuk tapi bau babi

yang menusuk hidung sudah masuk ke kamar mendahuluinya, dan waktu

dia berjalan ke dekat api, dia seperti diselubungi uap udara yang pedas.

Bajunya yang bagus penuh bercak-bercak kotoran babi, demikian pula

leher bajunya yang bersih, muka dan rambutnya.

Di bagian tempat duduk celananya ada kotoran tersapu lebar, tapi

meskipun rupanya acak-acakan begitu, sikapnya tetap anggun.

Siegfried cepat-cepat mendorong mundur kursinya tapi tidak mengubah

air mukanya.

"Sudahkah kaupotong bisul itu?" tanyanya dengan tenang.

"Sudah."

Siegfried meneruskan bacaannya tanpa komentar. Kelihatannya

persoalannya sudah selesai dan setelah menatap sebentar ke kepala

abangnya yang tertunduk, Tristan berbalik dan keluar dari kamar itu.

Tapi meskipun dia sudah pergi, bau kandang babi masih tergantung di

kamar itu seperti awan.

Kemudian waktu kami berada di bar Drover, aku memperhatikan Tristan

menghabiskan gelas besarnya yang ketiga. Dia sudah mengganti

pakaiannya lagi dan meskipun dia tidak kelihatan sebagus pada awal

malam tadi, dia sekurang-kurangnya bersih dan hampir tak berbau lagi.

Aku belum berkata apa-apa, tapi matanya sudah membayangkan sinarnya

lagi. Aku pergi ke bar untuk memesan minuman lagi, yang kedua bagiku

dan yang keempat bagi Tristan, lalu setelah kuletakkan gelas-gelas itu

di meja, kupikir kini sudah waktunya.

"Nah, apa yang telah terjadi?"

Tristan menghirup minumannya panjang-panjang dengan nikmat dan

menyalakan rokoknya. "Yah Jim, yang terpenting, pekerjaannya lancar

sekali, tapi aku akan mulai dari awal. Kau bisa membayangkan aku

seorang diri di luar kandang dalam gelap gulita sedang binatang setan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

yang besar itu menggeram dan mengaum di pihak lain dari dinding. Terus

terang aku takut.

"Kusorotkan senterku ke muka binatang itu dan dia melompat lalu

mengejarku, sambil bersuara seperti singa dan memperlihatkan semua

giginya yang kuning dan kotor itu. Hampir saja aku mengangkat barang-

barangku dan berlari pulang pada saat itu juga, tapi aku lalu teringat

akan dansa kita segala yang terdorong oleh pikiran itu, aku lompati

dinding itu.

"Dua detik kemudian, aku sudah tertelentang. Dia tentu menyerang akan

menggigitku, tapi tak bisa melihat dengan jelas untuk melihat tempat

yang akan digigit. Aku hanya mendengar suara melolong, lalu terasa

sesuatu yang berat menimpa kakiku dan aku jatuh.

"Yah, memang lucu, Jim. Kau kan tahu bahwa aku bukan orang

pemberani, tapi waktu aku berbaring di situ, lenyaplah semua rasa

takutku dan yang kurasakan hanyalah kebencian yang tak ter-perikan

terhadap binatang sialan itu. Aku melihat bahwa dialah penyebab semua

kesusahanku dan sebelum aku tahu apa yang kulakukan, aku sudah

bangkit lagi dan kukejar dia berkeliling kandang itu sambil memukul

pantatnya. Dan, tahukah kau, dia sama sekali tak memberikan

perlawanan. Babi itu sebenarnya berjiwa pengecut."

Aku masih tak mengerti. "Tapi telinganya - bagaimana kau bisa

memotong bisulnya?"

"Tak ada kesulitan, Jim. Bukan aku yang mengerjakannya."

"Maksudmu kau bukan...."

"Ya," kata Tristan, sambil memegang minumannya dan mengangkatnya ke

arah lampu dan memperhatikan sebuah tubuh kecil asing mengambang di

dalamnya. "Ya, sungguh-sungguh nasib baik. Dalam pertempuran hebat

dalam gelap itu, babi itu terbentur ke dinding dan dengan demikian

pecahlah bisul itu. Bagus benar hasilnya."

BAB 25

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

TIBA-TIBA sekali aku sadar bahwa musim semi telah tiba. Waktu itu

akhir bulan Maret dan aku baru saja memeriksa beberapa ekor domba

di sebuah lembah dekat bukit. Dalam perjalanan turun, dalam keteduhan

sebuah pohon jarum-jarum, aku menyandarkan punggungku ke sebuah

pohon dan tiba-tiba sadar akan sinar matahari di kelopak mataku yang

tertutup, suara nyanyian burung-burung serta tiupan angin laut yang

membisu di dahan-dahan yang tinggi-tinggi. Dan meskipun di sana sini

masih terdapat salju dan rumput masih mati dan berwarna kuning

karena musim salju, sudah terasa adanya perubahan, semacam rasa

pembebasan, karena tanpa kusadari, aku telah membungkus diriku dalam

semacam rumah siput terhadap bulan-bulan yang keras itu, karena

dingin yang tak tertahan.

Musim itu bukanlah musim semi yang hangat tapi kering dengan angin

yang tajam yang menjatuhkan bola-bola salju yang putih dan

membengkokkan kelompok-kelompok pohon-pohon bunga daffodil di

padang-padang rumput desa itu. Dalam bulan April tebing-tebing di tepi

jalan, cemerlang oleh bunga primrose yang kuning segar.

Dan bulan April tiba pula masanya domba-domba beranak. Masa itu tiba

dalam gelombang-gelombang besar, yang merupakan suasana yang paling

hidup dan paling menarik dalam pekerjaan dokter hewan selama setahun,

puncak dari lingkaran tahunan, dan seperti biasa datangnya waktu kami

sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan kami yang lain.

Dalam musim semi itulah binatang-binatang ternak merasakan akibat

musim salju yang panjang. Sapi-sapi berbulan-bulan lamanya harus

tinggal dalam kandang yang hanya beberapa puluh sentimeter luasnya

dan merasakan benar kebutuhannya akan rumput yang hijau dan panas

matahari di punggungnya, sedang anak-anaknya punya daya tahan yang

sedikit sekali terhadap penyakit. Dan tepat waktu kami sibuk

memikirkan bagaimana kami bisa mengatasi segala macam batuk, pilek,

pneumonia dan acetonaemia itu, tibalah gelombang beranak itu.

Yang anehnya ialah bahwa selama kira-kira sepuluh bulan dalam setahun,

domba jarang sekali masuk dalam acara hidup kami. Domba-domba itu

hanya merupakan binatang-binatang berbulu wol di bukit-bukit saja.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Tapi selama dua bulan berikutnya, mereka mengalahkan segala sesuatu

yang lain.

Mula-mula datang kesulitan-kesulitan awal musim, keracunan kehamilan

dan keguguran-keguguran. Kemudian harus tergesa-gesa menolongnya

beranak yang disusul oleh kurangnya kalk, penyakit gangrenous mastitis,

pada waktu masa susunya menjadi hitam dan berubah kulit; belum lagi

penyakit-penyakit yang menyerang anak-anaknya sendiri - penyakit

kejang, ginjal yang hancur atau disentri. Kemudian gelombang penyakit

itu berkurang, tinggal satu-satu dam akhirnya menjelang bulan Mei

boleh dikatakan berlalu. Domba menjadi binatang-binatang yang banyak

lagi wolnya di bukit-bukit.

Tapi dalam tahun pertama ini aku telah menemukan suatu pesona dalam

pekerjaan ini yang tetap kukenang. Bagiku, menolong domba beranak

memberikan rasa senang dan menarik, tanpa harus bekerja keras

seperti menolong sapi beranak. Hal itu biasanya menimbulkan rasa tak

enak karena harus dijalankan di alam terbuka; mungkin di tempat-

tempat khusus yang berangin yang hanya dilindungi oleh tumpukan-

tumpukan rumput kering atau pintu pagar atau lebih sering di padang-

pa-dang rumput saja. Rupanya tak pernah terpikir oleh peternak-

peternak itu bahwa domba-domba betina itu mungkin lebih suka beranak

di tempat yang hangat atau bahwa bagi dokter hewan mungkin tak enak

untuk berlutut selama sejam dalam hujan dengan hanya memakai

kemeja.

Tapi pekerjaannya sendiri, semudah suatu permainan. Setelah

pengalaman-pengalamanku dalam memperbaiki letak bayi-bayi sapi

sebelum dilahirkan, rasanya menyenangkan sekali menangani makhluk-

makhluk yang lebih kecil itu. Anak-anak domba biasanya dilahirkan dua

atau tiga sekali dan kadang-kadang terjadi campuran-campurannya yang

mengagumkan; kekacauan-kekacauan antara kepala-kepala dan kaki-kaki

dari bayi-bayi itu yang berebutan akan keluar lebih dulu dan di sinilah

letak pekerjaan dokter hewan yaitu untuk memilih dan menentukan kaki

mana kepalanya yang mana. Itu pekerjaan yang amat menyenangkan

bagiku. Adalah suatu perubahan yang menyenangkan untuk sekali-sekali

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

merasa diri lebih kuat dan lebih besar daripada pasienku, tapi aku tidak

terlalu menekankan kesenangan itu; aku tak pernah mengubah pendirian

yang sudah kutetapkan, bahwa ada dua hal yang harus kuingat dalam

menolong domba beranak - kebersihan dan kelembutan.

Sedang anak dombanya sendiri. Semua anak binatang menarik tapi anak

domba telah diberi kelebihan daya tarik yang tak adil. Aku teringat lagi

saat-saat itu; waktu itu adalah malam yang bukan main dinginnya dan aku

sudah menolong seekor domba beranak kembar di sebuah lereng bukit

yang ditiup angin keras; anak-anak domba itu menggon-cang kepalanya

kuat-kuat. Dalam jangka waktu beberapa menit salah satu di antaranya

berjuang untuk berdiri dan dengan tertatih-tatih dan kadang-kadang

jatuh pada lututnya dia pergi ke susu induknya sedang yang seekor lagi

segera pula bangkit dan menyusul.

Gembala yang mukanya kasar oleh udara dan berwarna ungu kedinginan

meskipun hampir tersembunyi sama sekali oleh mantelnya yang berat

yang membungkusnya sampai ke telinganya, tertawa kecil. "Bagaimana

mereka itu tahu?"

Dia telah melihat kejadian semacam itu beribu-ribu kali, namun dia

masih ingin tahu. Demikian pula aku.

Dan ada suatu kenangan lain tentang dua ratus ekor anak domba dalam

sebuah kandang pada suatu petang yang hangat. Kami sedang

memberinya suntikan pencegahan terhadap penyakit ginjal hancur dan

kami tidak bercakap-cakap karena suara kacau balau melengking yang

merupakan protes anak-anak domba itu dan suara baaa yang dalam dan

tak kenal ampun dari hampir seratus ekor induknya yang berkeliaran

dengan kuatir di luar. Aku tak bisa membayangkan bagaimana induk-

induk itu akan pernah bisa memilih yang mana anaknya dari gerombolan

anak-anak makhluk kecil-kecil yang semuanya hampir serupa itu. Itu

tentu akan makan waktu berjam-jam.

Kenyataannya hal itu hanya makan waktu dua puluh lima detik. Setelah

kami selesai menyuntik, kami buka pintu-pintu kandang dan anak-anak

domba yang mengalir ke luar itu disambut oleh induk-induk mereka yang

kebingungan yang menyerbu serentak. Mula-mula keributan itu

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

memekakkan telinga, tapi segera suara itu menghilang dan tinggal suara

embik sekali-sekali waktu masih ada beberapa ekor yang sesat baru

diketemukan. Kemudian dengan berkelompok rapi keluarga masing-

masing, mereka pergi menuju padang rumput dengan tenang.

Selama bulan Mei dan awal Juni, duniaku menjadi lebih lembut dan lebih

hangat. Angin dingin tidak lagi bertiup dan udara yang segar seperti

laut, membawa tiupan lembut dari beribu-ribu bunga-bunga liar yang

meronai padang-padang rumput. Kadang-kadang aku merasa tak adil

bahwa aku harus dibayar untuk pekerjaanku ini; untuk keluar pagi-pagi

sekali menempuh padang-padang rumput yang berbinar-binar ditimpa

sinar matahari pagi yang masih pucat dan berkas-berkas kabut yang

masih tergantung di puncak-puncak yang tinggi.

Di rumah Skeldale pohon wistaria seakan-akan meledak menjadi bunga-

bunga yang berwarna biru keunguan yang menjorok masuk ke jendela-

jendela yang terbuka dan setiap pagi bila aku bercukur kuhirup bau yang

harum dari untaian bunga yang panjang-panjang yang tergantung dekat

kaca. Sungguh indah hidup ini.

Hanya ada satu nada sumbangnya; yaitu musim kuda. Dalam tahun-tahun

tiga puluhan masih banyak sekali kuda meskipun traktor sudah mulai

dipakai orang. Di tanah-tanah pertanian di Dale di mana terdapat

sejumlah besar tanah yang sudah dibajak, kandang-kandang kuda yang

berjajar-jajar itu setengahnya kosong, namun masih cukup banyak kuda

untuk menjadikan bulan-bulan Mei dan Juni, tidak menyenangkan. Dalam

bulan-bulan inilah dikerjakan pengebirian-pengebirian.

Sebelum itu adalah waktu kuda-kuda itu beranak dan adalah hal yang

biasa kita melihat seekor kuda betina dengan anaknya yang berjalan di

sampingnya atau seekor anak kuda terbaring di tanah sedang induknya

menggigit-gigit rumput. Jaman sekarang kalau aku terlihat seekor kuda

kereta dengan anaknya di padang rumput, aku akan menghentikan

mobilku untuk melihat sekali lagi.

Banyak pekerjaan yang berhubungan dengan kelahiran anak kuda;

membersihkan induknya, memotong ekor anaknya, mengobati bermacam-

macam penyakit anak yang baru lahir itu - sakit persendian, penyakit

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

meconium yang tahan lama. Hal itu sulit tapi menarik, tapi dengan

menjadi lebih panasnya udara, peternak-peternak itu mulai berpikir

untuk mengebiri anak-anak kuda yang berumur satu tahun.

Aku tidak suka pekerjaan itu dan karena mungkin akan mencapai seratus

ekor yang harus dikebiri, hal itu akan merupakan bayangan yang tak

menyenangkan pada musim semi ini dan musim-musim semi yang akan

menyusul. Selama berpuluh-puluh tahun pembedahan itu telah dijalankan

dengan cara menyangga anak kuda itu dan mengikatnya dengan kaki ke

atas hingga kelihatannya seperti ayam kodok. Pekerjaannya memang

agak sulit, tapi bintang itu benar-benar terikat dan kita betul-betul

bisa memusatkan perhatian pada pekerjaan itu; tapi menjelang aku akan

tamat belajar, pengebirian dalam keadaan berdiri makin banyak

dijalankan*. Pekerjaannya seolah-olah hanya merupakan menarik bibir

atas anak kuda itu, memberikan suntikan kekebalan setempat ke dua

belah buah kemaluannya dan langsung mengerjakan selanjutnya. Tak

dapat disangkal bahwa itu lebih cepat.

Yang jelas, keburukannya ialah bahwa kemungkinan orang yang

mengerjakannya dan pembantu-pembantunya untuk mendapatkan bahaya

ditendang kuda itu, sepuluh kali lebih besar, tapi meskipun demikian

cara itu makin menjadi populer. Seorang peternak setempat bernama

Kenny Bright yang menganggap dirinya seorang pemikir yang maju

mengambil langkah untuk memperkenalkannya ke daerah itu. Diupahnya

Major Farley, spesialis kuda untuk memberikan demonstrasi atas diri

salah satu anak kudanya, dan suatu kumpulan besar terdiri dari

peternak-peternak datang untuk menyaksikan. Kenny, seseorang yang

perlente dan merasa diri penting sedang memegang alat suntik dan

memandang berkeliling dengan berseri-seri pada kumpulan orang-orang

itu, sedang anak buahnya bersiap-siap untuk membersihkan dari kuman,

bagian yang akan dibedah, tapi begitu major itu menyentuh kemaluannya

dengan antiseptiknya, binatang-binatang itu mundur lalu menghantamkan

kaki depannya ke kepala Kenny. Dia dibawa pergi dengan pintu pagar

sebagai tandu, dengan tulang tengkorak yang retak dan lama di rumah

sakit. Peternak-peternak lain berminggu-minggu lamanya tak berhenti

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tertawa tapi contoh itu tidak menyebabkan mereka mundur. Pengebirian

dengan sikap berdiri lalu digunakan orang.

Kukatakan cara itu lebih cepat. Maksudku, kalau segala sesuatu berjalan

lancar, tapi ada pula waktu di mana kuda itu menyepak atau menjatuhkan

dirinya di atas kami atau menjadi gila sama sekali. Dari sepuluh

pengebirian, yang sembilan kali akan mudah dan yang kesepuluh akan

merupakan suatu adu kekuatan dengan kuda. Aku tak tahu berapa besar

rasa takut yang ditimbulkan oleh keadaan seperti itu atas diri dari

hewan-hewan lainnya, tapi tak bisa dibantah bahwa aku sendiri benar-

benar tegang pada setiap pagi bila aku harus mengerjakan pengebirian.

Satu dari alasan-alasannya ialah bahwa aku baik dulu, sekarang maupun

di masa akan datang, tidak pernah merupakan seorang penunggang kuda.

Rasanya sulit untuk menjelaskannya, tapi aku yakin bahwa seorang

penunggang kuda itu atau berbakat sejak lahir atau memperoleh

bakatnya waktu masih kecil sekali. Aku tahu bahwa aku tak berhasil

ketika aku mencobakannya waktu aku berumur dua puluhan. Aku sudah

punya pengetahuan tentang penyakit-penyakit kuda dan aku merasa

bahwa aku punya kepandaian untuk mengobati kuda-kuda sakit dengan

efisien, tapi kemampuan yang dimiliki oleh seorang penunggang kuda

untuk membujuknya, memenangkannya dan menguasai mental binatang

itu tak dapat kumiliki. Aku bahkan tak mau mencoba untuk menipu

diriku.

Hal itu tidak menguntungkan, karena tak dapat disangkal bahwa kuda

tahu. Hal itu berbeda sekali dengan sapi, sapi-sapi tak peduli apa-apa;

kalau seekor sapi ingin menyepak kita, dia menyepak, dia tak peduli

sedikit pun apakah kau seorang ahli atau bukan. Tapi kuda tahu.

Jadi pada pagi-pagi demikian itu, kepercayaan diriku tak pernah tinggi,

kalau aku pergi dengan alat-alat bedahku berdentingan dan berguling-

guling di baki di tempat duduk belakang. Apakah dia akan tenang atau

buas? Berapakah besarnya dia? Aku pernah mendengar rekan-rekanku

berkata dengan mulut besar, bahwa mereka lebih suka kuda yang besar

- kuda-kuda yang berumur dua tahun jauh lebih mudah kata mereka,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kita akan bisa memegang batang kemaluannya lebih mudah. Tapi aku

sendiri tak pernah ragu. Aku suka yang kecil, makin kecil makin baik.

Pada suatu pagi waktu musim kuda itu sedang ramai-ramainya dan aku

sudah merasa bosan dengan bangsa kuda itu, Siegfried memanggilku

waktu dia akan keluar. "James, di peternakan Wilkinson di White Cross

ada seekor kuda dengan tumor dalam perutnya. Pergilah ke sana dan

keluarkan - kalau bisa hari ini, tapi kalau tak bisa atur sendiri; terserah

padamu."

Dengan perasaan agak kecewa akan nasib burukku yang memberiku

tugas lagi di samping tugas-tugas musimanku, akan merebus pisau

bedahku, sendok-sendok tumor dan alat suntik dan kuletakkan semuanya

itu di bakiku bersama alat bius setempat, yodium dan obat antitetanus.

Aku pergi bermobil ke peternakan itu dengan baki itu bergemelinting di

belakangku. Bunyi itu selalu mempunyai arti tambahan kegagalan bagiku.

Aku berpikir-pikir tentang kuda itu - mungkin dia baru berumur satu

tahun; pada umur sekian itu mereka memang kadang-kadang ditumbuhi

benda-benda itu - peternak-peternak itu menyebutnya buah nanberry.

Setelah menjalani enam mil aku berhasil menciptakan gambaran yang

menyenangkan tentang seekor kuda kecil bermata lembut dengan perut

yang benjolan merupakan bandulan jam dan rambutnya yang terlalu

panjang; mungkin selama musim salju yang lalu dia sakit-sakitan dan kini

mungkin penuh cacing - kakinya gemetar karena lemah.

Di peternakan Wilkinson keadaannya sepi-sepi saja. Pekarangannya

kosong, yang ada hanya seorang anak laki-laki yang berumur kira-kira

sepuluh tahun dan tak tahu di mana pemiliknya.

"Lalu di mana kudanya?" tanyaku.

Anak itu menunjuk ke kandang. "Dia ada di sana.

Aku masuk. Di salah satu ujungnya terdapat sebuah peti yang tinggi

yang tak bertutup, sedang di sebelah atas dinding peti itu dipasangi

batang-batang besi dan dari dalamnya kudengar bunyi ringkik yang

dalam dan dengkur yang disusul oleh sejumlah degup-degup yang kuat

pada sisi peti itu. Aku merasa ngeri. Itu bukan kuda kecil, di dalam itu.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Aku membuka pintu setengah yang di bagian atas dan disana dengan

memandang ke bawah pada diriku adalah seekor binatang yang besar

sekali; aku tak menyangka bahwa kuda akan bisa mencapai sebesar itu,

seekor kuda jantan berwarna coklat dengan tengkuk yang melengkung

dengan penuh kebanggaan dan tapak kaki yang besar-besar. Otot-otot

besar bertonjolan di pundaknya serta persen-dian-persendiannya.

Waktu dia melihat aku, telinganya ditempelkannya ke kepalanya,

memandangku dengan putih matanya saja dan mengham-tam dinding peti

dengan mengamuk. Sebilah kayu sepanjang tiga puluh sentimeter

melayang ke udara waktu sepatu kuda memecahkan kayunya.

"Tuhan Mahakuasa," desahku lalu cepat-cepat menutup pintu itu. Aku

menyandarkan punggungku pada pintu itu dan mendengarkan jantungku

yang berdegup-degup keras.

Aku berpaling pada anak laki-laki itu. "Berapa umur kuda itu?"

"Enam tahun lebih Pak."

Aku mencoba berpikir dengan tenang. Bagaimana caranya menangani

binatang pemakan manusia seperti ini. Aku tak pernah melihat kuda

seperti itu - beratnya ada satu ton lebih. Aku menyadarkan diriku; aku

bahkan belum melihat tumor yang harus kubuang. Kuangkat palang

pintunya, kubuka pintunya selebar dua inci, lalu mengintip ke dalam. Aku

bisa melihatnya dengan jelas tergantung pada perutnya; mungkin itu

sebuah papilloma, besarnya kira-kira sama dengan sebuah bola cricket,

permukaannya bergelombang hingga kelihatannya hampir seperti

kembang kol. Waktu kuda itu bergerak-gerak, benjolan itu terayun-ayun

perlahan-lahan ke kiri dan ke kanan.

Tidak akan ada kesulitannya membuangnya. Akan kutarik hingga

terdapat seperti lehernya, beberapa cc suntikan pembiusan setempat

maka bisalah aku dengan mudah mencopotnya dengan sendok-sendok

tumorku.

Tapi halangannya jelas sekali. Aku akan harus merangkak ke bawah

perut yang seperti tong bulat berkilat itu dan akan dekat sekali dengan

kaki yang begap-begap itu dan harus menusukkan jarumku ke kulit yang

beberapa inci tebalnya itu. Suatu pikiran yang tidak menyenangkan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Tapi kukembalikan pikiranku pada hal-hal yang praktis,; seperti seember

air panas, sabun dan handuk. Dan aku akan membutuhkan seorang lelaki

kuat untuk membantuku. Aku berjalan menuju rumah.

Tak ada yang membukakan waktu aku mengetuk. Kucoba lagi - masih sia-

sia - tak ada orang di rumah itu. Kurasa amatlah masuk akal kalau pergi

saja dan kembali lain kali; tak ada masuk dalam akalku, gagasan untuk

mengelilingi bangunan-bangunan dan ladang-ladang itu sampai aku

bertemu dengan seseorang.

Aku boleh dikatakan berlari ke mobilku, mengundurkannya dengan ban

yang mencicit-cicit dan menderu ke luar pekarangan rumah itu.

Siegfried keheranan. "Tak ada seorang pun di sana? Aneh benar. Aku

boleh dikatakan yakin bahwa mereka mengharapkan kedatanganmu hari

ini. Tapi biarlah, itu urusanmu, James. Telepon saja mereka dan buat

saja perjanjian secepat mungkin."

Bukan main mudahnya rasanya melupakan kuda jantan itu dan setelah

beberapa hari dan minggu berikutnya; kecuali bila pertahananku sedang

lemah. Sekurang-kurangnya satu kali setiap malam, binatang itu

mengguruh dalam mimpiku dengan kuping hidung yang lebar dan rambut

yang melayang-layang dan aku jadi mendapatkan kebiasaan yang enak

yaitu bangun dan langsung duduk pada pukul lima subuh dan langsung

mulai membedah kuda itu dalam bayanganku. Rata-rata aku bisa

memotong tumor itu dua puluh menit sebelum sarapan setiap pagi.

Kukatakan pada diriku bahwa akan jauh lebih mudah untuk

menyelesaikan pekerjaan itu supaya beres. Apa sebenarnya yang

kutunggu? Apakah ada suatu harapan di bawah sadarku bahwa jika

pekerjaanku kuundur cukup lama, mungkin terjadi sesuatu yang

melepaskan aku dari tugas itu? Tumor itu mungkin tanggal dan

mengempis atau hilang begitu saja, atau kuda itu mungkin jatuh dan

langsung mati.

Aku bisa saja menyerahkan pekerjaan itu kembali pada Siegfried - dia

pandai dengan kuda - tapi tanpa berbuat begitupun kepercayaanku pada

diriku sudah cukup rendah.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Semua keraguanku lenyap ketika Mr. Wilkinson pada suatu pagi

menelepon sendiri. Dia sama sekali tak risau karena lamanya hal itu

ditunda, tapi dia menegaskan bahwa dia tak dapat menunggu lebih lama.

"Soalnya begini, Anak muda, saya akan menjual kuda itu, tapi saya kan

tak bisa menjualnya kalau kuda itu ada tumornya?"

Perjalananku ke perternakan Wilkinson tidak lagi diramaikan oleh bunyi

gemelinting baki seperti biasa di tempat duduk belakang; hal itu

mengingatkan aku pada waktu lalu ketika aku ingin tahu apa yang akan

terjadi atas diriku. Kali ini aku sudah tahu.

Waktu aku melangkah keluar dari mobil, aku merasa seolah-olah

tubuhku hilang. Rasanya aku seolah-olah berjalan beberapa inci di atas

tanah. Aku disambut oleh bunyi ribut yang menggema hebat -dari

kotaknya; terdengar lagi ringkik yang marah dan dinding kayu yang

pecah seperti yang kudengar dahulu. Kucoba melemaskan mukaku yang

kaku menjadi suatu senyum waktu peternak itu datang.

"Anak buahku sedang memasang kekang padanya," katanya, tapi kata-

katanya terhenti oleh suatu pekikan amukan dari peti itu serta dua buah

hantaman yang hebat atas dinding kayu itu. Kurasa mulutku jadi kering.

Bunyi ribut itu makin mendekat; lalu pintu kandang terbuka lebar dan

kuda yang besar itu bagai dilentingkan ke luar ke halaman, sambil

menyeret dua orang muda yang besar di ujung rantai pengekang. Batu-

batu kerikil terpancar-pancar api dari sepatu bot laki-laki itu waktu

mereka terseret kian ke mari, tapi mereka tak bisa menghentikan kuda

jantan mundur dan menjatuhkan dirinya itu. Kurasa aku bisa merasa

tanah bergetar di bawah kakiku waktu sepatu kuda itu menghantam.

Akhirnya, setelah berusaha sekuat-kuatnya, orang-orang laki-laki itu

berhasil memaksa kuda itu berdiri dengan sisinya yang sebelah kanan

menempel ke dinding kandang itu. Salah seorang di antaranya memegang

bibir atasnya lalu mengikatnya dengan cekatan, yang lain mencekam tali

pengikatnya yang dari kulit dan berpaling padaku. "Siap untuk pekerjaan

Anda sekarang, Pak."

Kutusuk penutup karet dari botol cocaine, kucabut pengisap dari alat

suntik dan kuperhatikan cairan bersih itu mengalir ke dalam botol kecil

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kaca itu. Tujuh, delapan, sepuluh cc. Kalau aku bisa memasukkan itu ke

dalam tubuh kuda itu, selebihnya akan mudah, tapi tanganku gemetar.

Waktu berjalan mendekati kuda itu aku rasanya sedang menonton suatu

adegan dari film. Sebenarnya bukan aku yang mengerjakan ini semua -

semuanya ini tak sungguhan. Mata kuda itu berkedip dengan berbahaya

padaku waktu aku mengangkat tangan kiriku dan meraba otot

tengkuknya, lang-sung ke bokongnya yang lembut dan bergetar, me-

nyelusur perutnya, hingga aku bisa menangkap tumor itu. Kini aku sudah

menangkap benda itu, bentuk yang benjol-benjol itu terasa besar dan

keras dalam tanganku. Aku menarik benda itu ke bawah perlahan-lahan,

menarik kulit yang coklat yang menghubungkan benda tumbuh itu dengan

tubuh. Aku akan memasukkan suntikan pembiusan setempat itu. Tidak

akan terlalu sulit benar. Kuda itu menempelkan telinganya dan

memberikan peringatan dengan suatu gerak.

Aku berhati-hati menarik nafas panjang, kuambil alat suntik dengan

tangan kananku, kutem-patkan jarum itu ke dekat kulitnya lalu

kutusukkan.

Tendangannya demikian luar biasa cepatnya hingga mula-mula aku hanya

merasa heran bahwa binatang sebesar itu bisa bergerak secepat itu.

Tendangan itu merupakan tendangan keras ke samping yang secepat

kilat hingga aku bahkan tidak melihatnya dan sepatunya mengenai bagian

dalam dari paha kananku, aku terputar tak berdaya. Waktu aku

terbanting di tanah aku diam saja, aku hanya merasakan rasa kaku yang

aneh. Lalu aku mencoba bergerak dan rasa sakit menusuk kakiku.

Waktu kubuka mataku, Mr. Wilkinson datang membungkuk di atasku.

"Tak apa-apakah Anda, Mr. Herriot?" suaranya mengandung rasa kuatir.

"Kurasa kakiku luka." Aku heran akan ketegasan bunyi kata-kataku

sendiri; tapi lebih aneh lagi adalah perasaan tenang dalam diriku yang

baru kurasakan sejak berminggu-minggu ini. Aku tenang dan benar-

benar bisa menguasai keadaan.

"Kurasa aku tak bisa bangun, 'Mr. Wilkinson. Sebaiknya kembalikan saja

kuda itu ke dalam petinya sekarang - lain kali saja kita urus dia - dan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tolong telepon Mr. Farnon supaya dia datang menjemputku. Kurasa aku

tak bisa menyetir sendiri."

Kakiku tidak patah tapi mengalami perdarahan di dalam gara-gara

dihantam kuat, kemudian seluruh kakiku itu berubah menjadi warna yang

rasanya tak dapat kupercayai, mulai dari Jingga muda sampai hitam

pekat. Dua minggu kemudian, aku masih terpincang-pincang seperti

seorang veteran perang Krim, ketika Siegfried dan aku dengan

serombongan penolong-penolong kembali ke sana dan mengikat kuda

jantan itu, kami bius sama sekali dia dan berhasil membuang barang

tumbuh itu.

Pada otot pahaku ada sebuah lubang akan mengingatkan diriku pada hari

itu, tapi kecelakaan itu ada baiknya juga. Aku menyadari bahwa rasa

takut kita lebih parah daripada kenyataannya dan sejak itu pekerjaan

dengan kuda tak pernah menyusahkan aku lagi.

BAB 26

AKU pertama kali melihat Phin Calvert dijalan di luar tempat

pemeriksaan waktu aku sedang bercakap-cakap dengan Brigadir Julian

Coutts-Braw-ne tentang anjing-anjing perburuannya. Brigadir itu boleh

dikatakan merupakan suatu contoh yang tepat tentang seorang ningrat

Inggris: jangkung sekali dengan roman muka serba bungkuk seperti

seekor burung rajawali dan hidung tinggi yang besar. Waktu dia sedang

bicara, dari celah bibirnya terhembus-hembus asap cari cerutu kecil.

Aku memalingkan kepalaku mendengar bunyi gemeretak sepatu bot di

trotoar. Sesosok tubuh yang gemuk pendek sedang melangkah dengan

cepat ke arah kami, tangannya dimasukkannya ke balik bre-telnya, jas

yang compang camping terbuka lebar hingga kelihatan kemeja garis

lekuk kemeja yang besar yang tidak berleher baju, sedang helaian-

helaian rambut yang kusut tersembunyi di bawah topi yang kotor. Dia

tersenyum lebar entah pada siapa dan dia asyik bersenandung sendiri.

Brigadir menoleh padanya. "Selamat pagi, Calvert," gumamnya dingin.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Phineas mengangkat kepalanya dengan riang karena mengenalinya. "Oh

kau, Charlie, apa kabar?" teriaknya.

Brigadir itu memandang seolah-olah dia telah meneguk segelas besar

cuka sekaligus. Dikeluarkannya cerutunya dengan tangan yang gemetar

dan menatap ke punggung yang sedang menjauh. "Setan tak tahu diri,"

gumamnya.

Kalau kita melihat Phin, kita tidak akan menyangka bahwa dia adalah

seorang peternak yang kaya. Aku dipanggil ke tempatnya seminggu

kemudian dan aku keheranan mendapatkan sebuah rumah mewah lengkap

dengan bangunan-bangunan lain dan ternak penghasil susu yang sedang

makan rumput di padang rumput.

Aku sudah bisa mendengar suaranya sebelum aku keluar dari mobil.

"Halo, Halo, halo! Siapa nih yang datang. Anak muda baru ya? Sekarang

kita tentu akan mempelajari sesuatu yang baru!" Tangannya masih

berada di balik bretelnya dan tertawa lebih besar lagi.

"Nama saya Herriot," kataku.

"Begitukah?" Phin memiringkan kepalanya dan mengamati diriku,

kemudian dia berpaling pada tiga orang laki-laki muda yang siap berdiri.

"Bukan main manisnya senyumnya ya, Anak-anak. Benar-benar seorang

Bujang Periang!"

Dia berpaling dan mulai menunjukkan jalan menyeberangi halaman.

"Marilah, kalau begitu, kita mau lihat bagaimana Anda. Kuharap Anda

tahu juga sedikit tentang anak sapi, karena aku ada beberapa ekor di

sini yang benar-benar buruk keadaannya."

Waktu dia mendahuluiku masuk ke kandang anak sapi, aku berharap agar

aku bisa berbuat sesuatu yang mengesankan - mungkin dengan

menggunakan obat-obat dan suntikan-suntikan baru yang kubawa di

mobil; harus ada sesuatu yang istimewa untuk bisa memberikan kesan

yang mendalam di sini.

Ada enam ekor binatang-binatang muda yang bagus tumbuhnya,

besarnya boleh dikatakan biasa-biasa saja, dan tiga di antaranya

berkelakuan aneh; mereka itu menggertak-gertakkan giginya, berbuih-

buih mulutnya dan berkeliaran sembarangan di tempatnya seolah-olah

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

mereka tak bisa melihat. Sedang aku mengamat-amati mereka, salah

satu di antaranya berjalan langsung ke dinding dan berdiri dengan

hidungnya terhimpit ke batu.

Phin, yang kelihatannya tidak merasa kuatir, bersenandung dengan

senangnya di sudut. Waktu aku mengeluarkan termometerku dari

kotaknya, meledaklah komentarnya. "Hey, mau apa dia itu? Nah, kita

mulai, ayo berdiri!"

Selama setengah menit waktu termometerku berada dalam alat

pelepasan binatang, biasanya pikiranku sibuk sekali. Tapi kali ini aku tak

butuh waktu untuk mengerjakan diagnosaku; kebutaan binatang-

binatang itu mempermudahnya. Aku mulai melihat berkeliling ke dinding-

dinding kandang itu; gelap sekali hingga aku harus mendekatkan mukaku

ke batu itu.

Phin berkata lagi, "Hey, ada apa? Anda sama saja dengan anak sapi itu,

mendengus-dengus saja di situ, seperti orang mengantuk. Apa benar

yang Anda cari itu?"

"Cat, Mr. Calvert. Aku hampir yakin bahwa anak-anak sapi Anda telah

menderita keracunan timah."

Phin mengatakan apa yang biasa dikatakan oleh semua peternak dalam

keadaan demikian. "Tak mungkin. Sudah tiga puluh tahun ini aku

memelihara anak sapi di sini dan mereka tak pernah mendapat apa-apa

dari tempat ini. Pokoknya, di sini tak ada cat."

"Lalu bagaimana dengan ini?" Aku memandang tajam ke sudut yang

paling gelap lalu menarik sekeping papan yang lepas.

"Ah, itu kan hanya sepotong kayu yang kupakukan di situ minggu yang

lalu untuk menutup sebuah lubang. Bekas di kandang ayam buruk."

Aku melihat ke cat yang sudah berumur dua puluh tahun yang sudah

lepas tapi masih bergantungan seperti serpih salju yang merupakan

godaan yang tak tertahankan oleh anak-anak sapi itu. "Inilah yang telah

mendatangkan mala petaka ini," kataku. "Lihat, Anda bisa melihat bekas

gigi di mana yang sudah digigitnya."

Phin mengamat-amati dengan teliti keping kayu itu dan menggerutu

dengan ragu. "Baiklah, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Yang pertama-tama ialah membuang keping kayu yang bercat ini,

kemudian memberi semua anak-anak sapi ini garam Inggris. Adakah

Anda garam Inggris?"

Phin tertawa terbahak. "Ada, aku punya satu karung besar penuh, tapi

tak bisakah Anda berbuat lebih baik dari itu? Tidakkah Anda akan

menyuntiknya?"

Keadaannya jadi tak enak. Obat pelawan peracun logam yang tepat,

belum diketemukan dan satu-satunya yang kadang-kadang bisa sedikit

menolong adalah magnesium sulfat yang bisa menyebabkan pengendapan

sulfat timah yang tak bisa larut. Istilah harian untuk magnesium sulfat

tentulah, garam Inggris.

"Tidak," kataku. "Tak ada satu pun yang bisa saya suntikkan yang bisa

benar-benar menolong dan saya bahkan tak bisa menjamin bahwa garam

Inggris itu bisa menolong. Tapi saya harap Anda memberikan dua sendok

makan, penuh tiga kali sehari pada binatang-binatang itu."

"Ah persetan, Anda akan menyebabkan binatang malang itu buang-buang

air sampai mati!"

"Mungkin begitu, tapi tak ada pertolongan lain untuk itu," kataku.

Phin maju selangkah mendekatiku hingga mukanya yang berkulit coklat

yang berkerut dalam itu, dekat sekali dengan mukaku. Mata coklat yang

berbintik-bintik yang tiba-tiba jadi tajam itu memandangiku tanpa

berkedip beberapa detik lamanya, lalu dia berbalik cepat. "Baik,"

katanya. "Mari masuk, kita minum."

Phin berjalan berdegup-degup mendahuluiku ke dalam dapur peternakan

itu, mendongakkan kepalanya dan berteriak demikian kerasnya hingga

menggoncangkan jendela-jendela. "Bu! Ada orang minta bir nih! Mari

kenalkan si Bujang Periang!"

Mrs. Calvert muncul dengan kecepatan luar biasa dan meletakkan gelas-

gelas dan botol-botol. Aku melihat kertas-kertas merk "Smith's Nutty

Brown Ale', lalu kuisi gelasku. Saat itu adalah saat yang bersejarah,

meskipun pada saat itu aku belum tahu; itu adalah Nutty Brown yang

pertama dari serangkaian yang amat banyak yang akan kuminum di meja

itu.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Mrs. Calvert duduk sebentar, melipatkan tangannya di pangkuannya dan

tersenyum membesarkan hati. "Lalu, bisakah Anda berbuat sesuatu

untuk anak-anak sapi itu?" tanyanya.

Sebelum aku bisa menjawab, Phin sudah memotong. "Ah ya, tentu dia

bisa. Semua diberinya garam Inggris."

"Garam Inggris?"

"Benar, Bu. Waktu dia datang kukatakan bahwa kita akan mendapatkan

sesuatu yang benar-benar hebat dan yang merupakan penemuan baru.

Kita tak bisa menduga orang-orang baru dan gagasan-gagasan moderen

ini." Phin menghirup birnya dengan serius.

Setelah beberapa hari berikutnya, anak-anak sapi itu berangsur baik

keadaannya dan pada akhir minggu kedua semuanya sudah makan seperti

biasa. Yang terparah keadaannya masih memperlihatkan bekas-bekas

kebutaan, tapi aku yakin bahwa itu pun akan membaik.

Tak lama setelah itu aku bertemu Phin lagi. Wak-tu itu kami baru habis

makan siang dan aku berada di kantor bersama Siegfried, ketika pintu

luar terbanting dan di lorong terdengar gema detak besi sepatu.

Kudengar suara nyaring yang bernyanyi - ki - ti - tddy - rum - te - tum.

Phineas sekali lagi berada di tengah-tengah kami.

"Waduh, waduh!" serunya dengan ramah pada Miss Harbottle. "Flossie

rupanya! Lalu apa kerja anak manisku pada hari secerah ini?"

Tak ada sedikit pun perubahan pada air muka Miss Harbottle yang

seperti batu itu. Dia hanya memberikan tatapan dingin pada penyerbu

itu, tapi Phin berputar pada Siegfried dengan senyum lebar yang

menunjukkan gigi kuning. "Nah, Sahabat, bagaimana kabarnya?"

"Baik-baik saja semua, Mr. Calvert," sahut Siegfried. "Apa yang bisa

kami bantu?"

Phin menusukkan jarinya padaku. "Ini dia orangku. Aku minta supaya dia

ke tempatku sekarang ju-ga.

"Ada apa?" tanyaku. "Anak-anak sapi lagikah?"

"Bukan! Maunya ya. Sekarang ini sapi betina kesayanganku. Nafasnya

sampai terdengar seperti dia menguak - kelihatan seperti pneumonia,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

tapi lebih buruk daripada yang kutahu. Keadaannya buruk sekali.

Kelihatannya seperti akan mati." Sesaat lamanya hilang kejenakaan Phin.

Aku sudah mendengar tentang sapi betina ini; keturunan tanduk pendek,

pemenang pameran dan asal-usul dari semua sapi-sapinya. "Saya akan

datang segera setelah Anda, Mr. Calvert. Saya akan menyusul."

"Bagus, Nak. Saya pergi dululah kalau begitu." Phineas berhenti di pintu,

seorang tokoh yang kasar, tak kenal lelah, berpakaian compang-camping;

celana yang kedodoran yang menggembung dari pinggangnya yang besar.

Dia berpaling lagi pada Miss Harbottle dan memencengkan roman

mukanya yang liat seperti kulit itu menjadi tarikan yang jelek sekali.

"Tara, Floss!" serunya, lalu menghilang.

Sesaat lamanya kamar itu seperti kosong dan sepi sekali, yang

terdengar hanya kata-kata Miss Harbottle yang masam. "Aduh, orang

itu! Brengsek! Brengsek benar!"

Agak lama aku baru sampai di peternakan itu dan kudapati Phin sudah

menunggu dengan ketiga orang anak laki-lakinya. Pemuda-pemuda itu

tampak muram, tapi Phin masih tetap tak tergoyahkan keriangannya.

"Ini dia!" teriaknya. "Si Bujang periang lagi. Sekarang kita akan

tertolong." Dia bahkan sempat menyenandungkan suatu lagu waktu kami

menyeberang ke tempat sapi itu, tapi waktu dia menjenguk dari atas

pintu, kepalanya terkulai ke dadanya dan tangannya masuk lebih jauh ke

balik bretelnya.

Sapi itu berdiri seperti terpaku di tengah-tengah tempat itu. Rongga

dadanya kembang kempis, merupakan pernafasan yang bukan main

sesaknya yang tak pernah kulihat. Mulutnya terbuka, gelembung-

gelembung busa tergantung di sekeliling bibirnya dan lubang hidungnya

yang mengembang; matanya yang menonjol seolah-olah akan-terlepas

dari kepalanya karena ketakutan, menatap saja ke dinding di

hadapannya. Ini bukan pneumonia, ini adalah pertempuran yang

mengerikan -untuk mendapatkan nafas; dan kelihatannya tak ada

harapan.

Dia tak bergerak waktu aku memasukkan termometerku dan meskipun

pikiranku bekerja keras, kurasa bahwa waktu yang setengah menit kali

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

ini tidak akan cukup lama. Aku sudah menduga bahwa aku akan

mendapati nafas yang terengah-engah tapi sama sekali tidak seperti ini.

"Kasihan si nenek tua," gumam Phin. "Dia telah memberiku anak-anak

sapi yang terbagus yang pernah kumiliki dan dia tenang sekali seperti

domba. Aku sering melihat cucu-cucuku berjalan di bawah perutnya dan

dia tak ambil peduli. Aku tak suka melihat dia menderita seperti ini.

Kalau Anda tak bisa berbuat apa-apa, segera katakan supaya kuambil

bedilku."

Kukeluarkan termometer dan kubaca. Seratus sepuluh Fahrenheit. Ini

tak masuk akal; kugoncang termometer itu kuat-kuat dan kutusukkan

kembali ke alat pengeluaran sapi itu.

Kali ini kubiarkan termometer itu hampir satu menit di dalam, supaya

aku punya cukup waktu untuk berpikir. Yang kedua kali ini seratus

sepuluh lagi dan aku mendapatkan keyakinan tak enak bahwa seandainya

termometer itu satu kaki panjangnya, air raksanya masih akan mendesak

terus sampai ke atas.

Demi Tuhan, apakah ini? Mungkin Anthra bisa juga..... namun..... Aku

melihat pada kepala-kepala yang berjajar di atas pintu separo itu;

mereka sedang menunggu aku mengatakan sesuatu dan keadaan mereka

yang bungkem itu lebih menekankan erang dan sesak nafas yang

menyiksa. Aku memandang ke atas kepala-kepala itu ke langit luas yang

biru tua dan awan yang bertumpuk-tumpuk kecil bergerak menyeberangi

matahari. Setelah awan itu lewat, seberkas sinar menyebabkan aku

menutup mataku dan berdentinglah suatu lonceng pemberitahuan kecil

dalam otakku.

"Keluarkah dia hari ini tadi?" tanyaku.

"Ya, dia keluar di rumput sepanjang hari, karena cuaca begitu bagus dan

panas."

Bunyi lonceng yang kecil tadi berubah menjadi bunyi gong yang nyaring.

"Bawa selang air ke mari cepat. Pasangkan di kran air di halaman itu."

"Selang air? Untuk apa.....?"

"Ya, secepat mungkin - dia kena sengat matahari."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Dalam waktu kurang dari semenit mereka selesai memasang selang.

Kusuruh buka krannya sehabis-habisnya, lalu aku mulai menyemprotkan

air ke tubuh yang besar itu - mukanya, tengkuknya, sepanjang rusuknya

dan turun naik ke kakinya. Pekerjaan itu kuteruskan lima menit lamanya,

tapi kelihatannya aku harus menunggu lebih lama lagi sebelum kelihatan

tanda-tanda perbaikan. Aku sudah mulai berpikir bahwa aku keliru,

ketika sapi jantan itu menghirup air itu sekali.

Itu suatu kemajuan - dia tadi tak bisa menelan liurnya sedang

memasukkan udara ke paru-parunya pun bukan main sulitnya; dan aku

benar-benar mulai melihat perubahan pada binatang yang besar itu. Dia

benar-benar kelihatan kurang menderita dan tidakkah nafasnya agak

lebih tenang?

Lalu sapi itu menggoncang-goncang tubuhnya, memalingkan kepalanya

dan memandang kami. Terdengar bisikan keheranan dari salah seorang

anak muda itu.

"Demi Tuhan, berhasil!"

Aku merasa senang sekali sesudah itu. Selama masa pekerjaanku,

rasanya aku tak bisa membayangkan saat yang lebih memberikan

kesenangan daripada saat aku berdiri di kandang sapi itu sambil

memancurkan semprotan air yang menyelamatkan itu dan

memperhatikan sapi itu merasa keenakan. Dia paling suka jika

dipancurkan di mukanya, dan kalau aku bekerja dari ekornya melalui

sepanjang punggungnya yang seperti beruap panasnya, dia akan

menadahkan hidungnya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya serta

berkedip-kedip keenakan.

'Dalam waktu setengah jam, dia kelihatan hampir normal. Dadanya

memang masih berkembang kempis dengan berat, tapi dia tidak merasa

sakit. Kucobakan lagi suhu badannya. Turun menjadi seratus lima.

"Dia akan baik sekarang," kataku, "tapi kurasa salah seorang di antara

kalian harus terus memancurkan air selama kira-kira dua puluh menit

lagi. Aku harus pergi sekarang."

"Tentu masih sempat minum," gumam Phin.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Di dapur rumahnya, pekik 'Bu' memanggil isteri-nya, kurang nyaringnya

daripada biasa. Dia mengempaskan dirinya ke sebuah kursi lalu menatap

gelas Nutty Brown. "Bujang," katanya "dengarkan kau benar-benar telah

membingungkan aku kali ini." Dia menarik nafas panjang lalu menggosok-

gosok dagunya dan nyata benar rasa sulitnya untuk percaya. "Aku

benar-benar tak tahu harus berkata apa padamu."

Tidak sering Phin kehilangan suaranya seperti itu, tapi dia cepat bisa

lagi berbicara pada pertemuan diskusi persatuan para peternak

berikutnya.

Seorang yang amat terpelajar dan bersungguh-sungguh, sedang

menekankan tentang kemajuan-kemajuan obat-obatan dalam ilmu

kedokteran hewan dan bagaimana peternak-peternak sekarang bisa

mengharapkan binatang ternaknya diobati sebagaimana para dokter

mengobati pasien-pasien manusianya, dengan obat-obat dan cara-cara

yang terbaru.

Phin tak bisa lagi menahan dirinya. Dia melompat berdiri lalu berseru,

"Saya rasa Anda banyak omong kosong saja. Ada seorang anak muda di

Darrowby yang belum lama keluar dari kuliah dan Anda boleh

menyebutnya entah apa, tapi yang dipakainya untuk pengobatan bukan

lain dari garam Inggris dan air dingin."

BAB 27

PADA suatu kali, Siegfried mengalami dorongan batin untuk bekerja

lebih efisien. 'Penyakit' itu biasanya muncul kalau dia habis membaca

tulisan tentang teknik atau kalau dia habis melihat film tentang

prosedur teknis yang baru. Semua orang terkena susahnya kalau dia

sedang mendapat 'penyakit' itu. Dia akan ngamuk-nga-muk pada seisi

rumah yang ketakutan, berteriak-teriak menyuruh kami bergerak dan

menjadi manusia-manusia yang lebih baik. Beberapa lamanya, dia akan

tersiksa sendiri karena tergila-gila akan kesempurnaan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Pada salah satu keadaan yang demikian, sapi Kolonel Merrick termakan

sepotong kawat. Kolonel itu adalah sahabat pribadinya, maka

persoalannya makin tak enak.

"Kita harus bisa memperlihatkan cara-cara yang lebih baik pada

pembedahan-pembedahan begitu. Kuranglah baiknya kalau kita hanya

mengeluarkan alat-alat tua dari tas kita lalu mulai memotong binatang

itu begitu saja. Kita harus memperlihatkan kebersihan, kalau mungkin

keseterilan, serta teknik yang teratur."

Maka semangatnya pun berapi-apilah waktu dia mendiagnosa 'traumatic

reticulitis' yaitu suatu benda asing dalam lipatan perut kedua, pada sapi

kolonel itu.

"Kita betul-betul harus memperlihatkan sesuatu pada Pak tua Hubert.

Kita harus memberinya suatu pertunjukan pembedaan hewan yang tak

akan pernah dilupakannya."

Tristan dan aku dipaksa untuk bertugas sebagai asisten dan kedatangan

kami di peternakan itu memang benar-benar mengesankan. Siegfried

berjalan di depan sekali dengan jas dari bahan tweed yang baru sekali

dan yang amat dibanggakannya. Dia bersalaman dengan girang sekali

dengan sahabatnya itu.

Kolonelnya pun ramah tamah. "Kudengar kau akan membedah sapiku.

Mengeluarkan kawat ya? Aku ingin melihat kau mengerjakannya, kalau

boleh."

"Tentu saja, Hubert, lihatlah. Kau akan merasa tertarik sekali."

Dalam kandang, Tristan dan aku sibuk menjalankan perintah-

perintahnya. Kami mengatur meja-meja dekat sapi itu dan di atasnya

kami menempatkan perintah-perintahnya. Kami mengatur meja-meja

dekat sapi itu dan di atasnya kami menempatkan baki-baki logam baru

dengan sederetan alat-alat yang berkilat-kilat dan sudah disterilkan.

Pisau-pisau bedah, alat-alat penunjuk, alat-alat untuk menyelidiki

dalamnya luka, angkup-angkup nadi, alat-alat suntik, jarum-jarum

penjahit luka, tali penjahit luka dari usus binatang dan benang sutera

dalam botol-botol kaca, berbal-bal kapas dan beberapa botol spiritus

serta obat-obat antiseptik yang lain.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Siegfried sibuk kian ke mari, gembira seperti anak sekolah. Tangannya

memang cekatan dan sebagai seorang ahli bedah dia pantas ditonton.

Tanpa bersusah payah aku bisa membaca pikirannya. Ini akan hebat

sekali, pikirnya.

Setelah dia merasa puas dengan segala persiapan, dia menanggalkan

jasnya dan mengenakan pakaian kerja dokter yang putih bersih.

Diberikannya jasnya pada Tristan, tapi segera menghardik marah. "Hei,

jangan lemparkan seenakmu ke kaleng makanan itu! Sini, bawa ke mari.

Aku akan mendapatkan tempat yang aman untuk jas itu." Dibuangnya

debu di baju itu dengan halus lalu digantungkannya pada sebuah paku di

dinding.

Sementara itu aku selesai mencukur dan mende-sinfektir daerah yang

akan dibedah, yaitu perut bagian sisi dan segala-galanya sudah siap

untuk memberikan pembiusan setempat. Siegfried mengambil alat

suntiknya lalu cepat-cepat menusukkannya ke daerah itu. "Dari sinilah

kita akan masuk, Hubert. Kuharap kau tidak mual."

Kolonel itu berseri-seri waktu berkata, "Alaa, aku sudah biasa melihat

darah. Tak usah kuatir, aku tidak akan pingsan."

Dengan sikap yang berani dengan pisau bedahnya, Siegfried menggores

kulitnya, lalu ototnya dan akhirnya dengan amat berhati-hati selaput

perut yang berkilat. Maka kelihatanlah dinding yang halus dari lipatan

perut pertama.

Siegfried menjangkau pisau bedah yang lain lagi dan mencari tempat

yang paling baik untuk dipotong. Tapi selagi dia memperbaiki letak pisau

di tangannya, dinding perut yang pertama itu tiba-tiba menggembung

melalui torehan di kulit. "Tidak biasa," gumamnya. "Mungkin gas perut

nih." Tanpa merasa bingung dia perlahan-lahan mendorong kembali

gembungan itu dan bersiap-siap lagi untuk memotong-motong; tapi baru

saja dia menarik tangannya, perut itu ikut menggembung lagi, suatu

gelembung kemerahan yang lebih besar daripada bola sepak. Siegfried

mendorongnya lagi dan benda itu segera menonjol lagi, yang

menggembung yang besarnya mengejutkan. Kini dia bekerja

menggunakan kedua belah tangannya, mendorong dan menekan hingga

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

barang itu sekali lagi dipaksakannya hingga tak kelihatan. Sejenak dia

berdiri dengan tangannya di dalam perut sapi sambil bernafas dengan

berat. Dua tetes peluh menetes dari dahinya.

Pelan-pelan ditariknya tangannya. Tak terjadi apa-apa. Rupanya barang

itu telah tenang. Waktu dia sedang menjangkau pisaunya lagi, perut itu

melompat dan tersembul lagi seperti benda hidup. Kelihatannya seolah-

olah seluruh bagian tubuh itu telah keluar melalui torehan itu - suatu

onggokan yang berkilat yang tersembul dan membengkak terus sampai

sejajar dengan matanya.

Siegfried tak bisa tetap berpura-pura tenang lagi dan dia kini berjuang

dengan nekat, digenggamnya barang itu dengan kedua belah tangannya

dan ditekannya ke dalam dengan sekuat tenaga. Aku bergegas maju

untuk membantu dan waktu aku tiba ke dekatnya, dia berbisik dengan

parau "Apa-apaan sih ini?" Jelas bahwa dia sedang berpikir-pikir apakah

onggokan jaringan yang berdenyut itu merupakan bagian dari tubuh

binatang yang tak pernah didengarnya.

Tanpa berkata apa-apa kami berjuang menekan onggokan itu ke bawah

hingga rata dengan kulit. Kolonel itu memperhatikan dengan penuh

perhatian. Dia tidak menduga pembedahan itu akan begitu menarik. Alis

matanya agak ternaik.

"Ini tentu ulah gas," desah Siegfried. "Bawa ke mari pisau dan

mundurlah."

Ditusukkannya pisau itu ke dalam lapisan perut itu dan memotong ke

bawah dengan tajam. Aku senang aku tadi menjauh, karena dari

potongan itu memancurlah suatu semprotan yang merupakan isi perut

setengah cairan - suatu air mancur berwarna coklat kehijauan dan

berbau busuk sekali yang meledak dari dalam tubuh sapi itu seakan-akan

dari pompa yang tak kelihatan.

Yang kena langsung yang pertama adalah muka Siegfried. Dia tak bisa

melepaskan bagian perut itu karena takut kalau perut itu kembali ke

rongga perut dan mengotori selaput perut. Jadi dia terus memegang

benda itu, sedang curahan yang berbau busuk itu tercurah ke

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

rambutnya, mengalir ke lehernya dan habislah seluruh baju dokternya

yang putih bersih itu.

Kadang-kadang, aliran- yang tak henti-hentinya itu diselingi oleh

ledakan yang tiba-tiba yang me-mancurkan dengan tiba-tiba cairan yang

beragi, ke segala sesuatu dalam lingkungannya yang terdekat. Dalam

waktu satu menit, baki-baki dengan alat-alat yang berkilat itu sudah

dipenuhinya sama sekali. Deretan-deretan yang rapi dari kain-kain

kesat, berkas-berkas kapas yang seputih salju lenyap tanpa bekas, tapi

yang paling menyedihkan ialah waktu suatu semprotan yang terhebat

menyembur mengenai jas yang tergantung di dinding. Muka Siegfried

habis berlepotan hingga aku tak bisa melihat perubahan air mukanya

gara-gara bencana itu, namun aku bisa melihat kesusahan di matanya.

Kini alis mata Kolonel benar-benar naik setinggi-tingginya dan matanya

terbuka waktu dia memandang seperti tak percaya pada peristiwa kacau

itu. Siegfried yang masih tetap bertahan memegang perut itu dengan

bersungguh-sungguh, menjadi pusat peristiwa itu. Dia berada di tengah-

tengah bencah yang berbau busuk yang tingginya sampai setengah

sepatu bot Wellington-nya. Rupanya seperti pen-duduk asli Kepulauan

Fiji, dengan rambutnya yang kaku dan kusut serta matanya yang putih

berputar-putar di mukanya yang coklat.

Akhirnya banjir itu berkurang, tinggal sedikit-sedikit, lalu berhenti

sama sekali. Aku memegang tepi-tepi luka itu, sementara Siegfried

memasukkan lengannya dan meraba-raba dalam lipatan perut yang

kedua. Kuperhatikan dia meraba-raba dalam alat tubuh yang bersarang-

sarang itu yang tak kelihatan dari jauh, dekat sekat rongga badan

letaknya. Suatu gumam kepuasan menyatakan bahwa dia sudah

menemukan kawat yang masuk itu dan dalam beberapa detik saja dia

sudah bisa mengeluarkannya.

Tristan benar-benar memperlihatkan manfaat dirinya dengan mencucui

alat-alat untuk menjahit hingga potongan pada perut yang pertama itu

bisa dijahit segera. Ketabahan Siegfried yang terpuji itu tidaklah sia-

sia; tak ada terjadi pengotoran di selaput perut.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Tanpa berkata apa-apa ditutupnya kembali kulit dan ototnya dengan

jahitan yang rapi lalu menge-sat sekeliling luka itu. Segala-galanya

kelihatan sudah beres. Sapi kelihatan sama sekali tak merasa apa-apa;

karena dibius dia sama sekali tak sadar apa-apa tentang perjuangan

hebat dengan isi perutnya. Bahkan, karena sudah terlepas dari gangguan

dengan sudah dibuangnya kawat, dia sudah kelihatan merasa lebih enak.

Membereskannya makan waktu banyak, dan pekerjaan yang paling sulit

adalah membersihkan Siegfried supaya dia bisa kelihatan lagi. Kami

berusaha keras untuk membasuhnya dengan berem-ber-ember air,

sedang dia terus-menerus menyikat jasnya dengan sedih memakai

sebilah kayu datar. Hal itu tak banyak mengadakan perubahan.

Kolonel itu simpatik dan tak sudah-sudahnya memberi selamat. "Mari

kita masuk, Sahabat baik.

Mari masuk, kita minum-minum dulu." Namun undangan itu rasanya

bernada kosong dan dia menjaga dirinya dan berdiri sekurang-kurangnya

tiga ratus sentimeter dari sahabatnya itu.

Siegfried menyandangkan jasnya yang sudah berlumuran itu ke

pundaknya. "Terima kasih, Hubert, atas kebaikan hatimu itu, tapi kami

harus pergi." Dia langsung keluar dari kandang itu. "Kurasa dalam sehari

dua lagi kau akan melihat dia makan lagi. Dua minggu lagi aku akan

kembali untuk membuka jahitannya."

Dalam rongga mobil yang luas itu, Tristan dan aku tak bisa menjauhkan

diri dari Siegfried sejauh yang kami ingini. Kami mengulurkan kepala

kami ke luar jendela, namun dengan demikian pun masih juga tercium

bau busuk itu.

Setelah satu atau dua mil menyetir tanpa berkata apa-apa, Siegfried

dulu berpaling padaku dan dia tertawa. Tapi keras hatinya masih juga

tampak. "Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam pekerjaan

kita ini, Saudara-saudaraku, tapi ingat saja ini - pembedahan tadi itu

berhasil."

BAB 28

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

KAMI bertiga di halaman itu, Isaac Cranford, Jeff Mallock dan aku;

kami semuanya murung. Yang kelihatan santai hanya Mallock dan itu

memang sepatutnya, karena dia, boleh dikatakan adalah tuan rumah.

Pemilik perusahaan yang membeli binatang-binatang yang tak berguna

lagi, untuk disembelih dan dijual bagian-bagian tubuhnya. Kini dia

memandang dengan ramah sedang kami melihat ke dalam mayat sapi

yang baru disembelihnya.

Di Darrowby nama Mallock merupakan lonceng kematian. Tempat itu

merupakan pekuburan binatang ternak, juga menjadi tempat

terkuburnya keinginan para peternak dan harapan para dokter hewan.

Jika ada seekor binatang yang sakit parah, seseorang akan berkata,

"Kurasa tak lama lagi dia akan harus dibawa ke tempat Mallock." Atau

"Jeff Mallock juga yang akhirnya mendapatkannya." Dan tempat ini

memang sesuai benar dengan manfaatnya; sekelompok bangunan-

bangunan yang buruk-buruk terbuat dari batu bata merah yang

dibangun beberapa jauh dari jalan dengan cerobong besar pendek yang

tak henti-hentinya mengepulkan asap hitam.

Janganlah hendaknya kita mendatangi tempat Mallock itu terlalu dekat

kalau kita tidak punya perut yang kuat, jadi tempat itu dihindari orang-

orang kota, tapi jika kita memberanikan diri memasuki lorong ke

halaman itu dan mengintai melalui pintu-pintu dari logam itu, kita bisa

melihat ke dunia yang mengerikan. Di mana-mana tergeletak binatang-

binatang mati. Kebanyakan di antaranya sudah tak lengkap lagi alat-alat

tubuhnya dan beronggok-gonggok besar daging tergantung pada

cantelan-cantelan, tapi di sana kelihatan juga domba yang sudah

menggembung badannya atau babi yang sudah bengkak dan berwarna

kehijau-hijauan yang Jeff sendiri pun tak tahan menyembelihnya.

Tengkorak dan tulang-tulang kering bertumpuk-tumpuk sampai ke atap

di sana sini dan tumpukan-tumpukan daging berwarna coklat terdapat di

sudut-sudut. Baunya selalu busuk, tapi kalau Jeff sedang merebus

kerangka tak tertahan lagi.

Rumah tempat tinggal keluarga Mallock berdiri di tengah-tengah

bangunan-bangunan itu dan bisa dimengerti kalau orang-orang baru akan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

menyangka bahwa yang tinggal di situ adalah sekumpulan orang-orang

kerdil jelek yang layu. Tapi Jeff adalah seorang laki-laki yang mukanya

selalu merah dan lucu yang berumur empat puluhan, isterinya gemuk,

suka tersenyum dan manis. Keluarganya terdiri dari anak-anak yang

berturut-turut mulai dari seorang gadis berumur sembilan belas tahun,

dan benar-benar cantik sampai kepada seorang anak - laki-laki berumur

lima tahun yang sehat. Ada delapan orang anak-anak Mallock dan

sepanjang umur mereka, mereka itu bermain-main di tengah-tengah

paru-paru binatang yang sakit tbc dan aneka ragam bakteri mulai dari

Salmonella sampai Anthrax. Namun mereka adalah anak-anak yang paling

sehat di daerah itu.

Di rumah-rumah minum diceritakan orang bahwa Jeff adalah salah

seorang yang terkaya di kota itu, tapi sedang mereka minum-minum bir,

orang-orang setempat itu harus mengakui bahwa uangnya didapatnya

secara halal. Pukul berapa pun dia mau saja pergi dengan gerobaknya

untuk mengambil sebuah bangkai, membawanya kembali ke tempatnya

dan menyembelihnya. Seorang pedagang makanan anjing datang dua kali

seminggu dari Brawton dengan sebuah gerobak dan membeli daging yang

baru. Sisa badannya dimasukkan Jeff ke dalam panci besar sekali dan

dimasak untuk dibuat campuran makanan babi dan ayam itik yang laku

sekali dijual. Tulang-tulangnya dijual pada pengusaha pembuat pupuk,

kulitnya untuk pengusaha penyamak serta bagian-bagian lainnya

dikumpulkan oleh seseorang yang bermata liar. Kadang-kadang dari

bermacam-macam bagian binatang itu, Jeff bisa membuat batang-

batangan sabun yang panjang dan berbau aneh, yang banyak sekali

pembelinya, untuk menggosok lantai toko. Ya, kata orang, Jeff memang

senang hidupnya, tapi demi Tuhan, dia bekerja keras untuk itu.

Aku agak sering berhubungan dengan Mallock. Perusahaan pembantai

memang merupakan tempat yang bermanfaat bagi seorang dokter

hewan. Tempat itu dapat dijadikan tempat pembendahan bangkai

darurat, di mana dia bisa menyelidiki benar tidaknya diagnosanya dalam

keadaan tak tertolong lagi, dan dalam keadaan di mana dia sama sekali

tak tahu, biasanya misterinya tersingkap oleh pisau Jeff.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Tentu saja sering juga terjadi, di mana peternak-peternak membawa

binatang yang baru habis ku-obati dan bertanya pada Jeff ada apa

dengan binatang itu, maka hal itu agak menimbulkan keretakan, karena

Jeff-lah yang berada dalam kedudukan yang kuat dan dia tak mau

mengalah. Meskipun dia buta huruf, dia adalah seorang yang bangga

akan pekerjaannya; dia tak suka disebut pembeli binatang-binatang

'bekas', tapi lebih suka dinamai 'pedagang kulit'. Dalam hatinya dia

menganggap bahwa setelah dua puluh tahun lamanya berpengalaman

menyembelih binatang-binatang yang sakit dia tahu lebih banyak

daripada dokter hewan mana pun juga, dan keadaan jadi tak enak karena

masyarakat peternakan tanpa ragu membenarkan dia.

Aku selalu jadi merasa tak senang sepanjang hari setiap kali ada

seorang peternak datang ke tempat pemeriksaan dan mengatakan

padaku bahwa sekali lagi, Jeff Mallock telah menyalahkan diagnosaku.

"Hei, ingatkah Anda sapi yang Anda periksa dan katakan kekurangan

magnesium? Dia tak sembuh-sembuh lalu kubawa pada Mallock. Lalu

tahukah Anda apa penyakitnya sebenarnya? Cacing di ekornya. Kata

Jeff kalau saja Anda potong ekornya waktu itu, dia tentu segera

sembuh." Tak ada gunanya membantah atau mengatakan bahwa tidak

ada penyakit namanya cacing di ekor itu. Jeff tahu - itu saja sudah

cukup.

Kalau saja Jeff mau menggunakan kesempatan-kesempatannya yang

selalu berharga itu untuk menambah pengetahuan yang masuk akal,

tidak akan terlalu buruk keadaannya. Tapi dia bahkan mencip-takan ilmu

penyakitnya yang aneh-aneh sendiri, dan yang didasarkan pada

pengobatan-pengobatan ilmu gaib yang dikumpulkannya dari masyarakat

peternakan. Ada empat penyakit-penyakit pokoknya yaitu paru-paru

yang macet, penyakit domba hitam, penyakit perut dan batu golf. Itulah

empat macam penyakit yang membuat para dokter hewan dalam daerah

yang meliputi beberapa mil bergidik.

Ada lagi sesuatu yang tak enak yang harus ditanggung oleh para dokter

hewan yaitu bakatnya yang istimewa yang memungkinkannya segera

mengatakan apa penyebab kematian seekor binatang hanya setelan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

melihat binatang itu sekali lintas saja di peternakan. Peternak-peternak

yang terpesona oleh kepandaiannya itu, selalu bertanya padaku mengapa

aku tak bisa berbuat demikian.

Tapi aku tak bisa membenci laki-laki itu. Sebagai manusia, adalah lumrah

bahwa dia tak bisa menolak kesempatan untuk dianggap orang penting,

apalagi tak ada sikap ingin mencelakakan pada dirinya. Namun kadang-

kadang timbul juga hal-hal yang tak menyenangkan, dan aku suka berada

di tempat waktu dia sedang menyembelih setiap kali ada kesempatan.

Lebih-lebih kalau menyangkut Isaac Cranford.

Cranford adalah seorang yang keras, seorang yang telah memasukkan

dirinya ke dalam pola hidup sederhana yang keras sekali. Seorang yang

tajam perhitungannya, seorang tokoh yang ingin menang biar dengan

cara apa pun juga, dan termasuk orang yang kikir. Dia bertani di tanah

pertanian yang terbaik di Lembah Dale, sapi jenis Shorthorns-nya selalu

memenangkan hadiah dalam pameran-pameran, tapi dia tak punya

sahabat. Mr. Bateson, tetangganya di sebelah utara tanah pertaniannya,

menyimpulkannya sebagai berikut, "Kulit seekor kutu pun berharga bagi

laki-laki itu." Mr. Dickon yang bertani di sebelah selatannya,

menyatakannya dengan cara yang lain, "Kalau selember mata uang sudah

ada dalam tangannya, tidak akan keluar lagi."

Pertemuan kami pagi ini terjadi gara-gara kejadian sehari sebelumnya.

Mr. Cranford menelepon tengah hari. "Sapiku disambar petir. Sekarang

mati di ladang."

Aku keheranan. "Petir? Yakinkah Anda? Bukankah tak ada badai hari

ini?"

"Mungkin di sana tidak, tapi di sini ada."

"Mmm, baiklah, aku akan datang dan memeriksanya."

Sambil bermobil ke peternakan itu aku tak bisa memaksa diriku untuk

merasa antusias dalam menghadapi tanya jawab yang harus kuhadapi.

Urusan petir ini mungkin akan menjadi hal yang memusingkan kepala

saja. Semua peternak mengasuransikan ternaknya terhadap sambaran

petir - itu biasanya merupakan bagian dari asuransi kebakarannya - dan

sesudah suatu badai hebat, sudah menjadi kebiasaan kalau telepon para

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

dokter hewan mulai berdering dengan pemintaan untuk memeriksa

binatang-binatang yang mati.

Perusahaan-perusahaan asuransi biasanya tidak banyak rewel dalam hal

itu. Asal mereka menerima surat keterangan dari dokter hewan yang

menyatakan bahwa berdasarkan pemeriksaannya memang petirlah

penyebab kematian itu, mereka biasa mau saja membayar tanpa banyak

ribut. Seandainya timbul keraguan mereka akan minta pembedahan

mayat atau pendapat lain dari seorang dokter lain. Kesulitannya adalah

karena tak ada diagnosa pembedahan mayat yang dapat dilanjutkan;

paling-paling hanya adanya jaringan di bawah kulit yang memar, dan

boleh dikatakan tidak ada lagi yang lain. Keadaan yang paling

menyenangkan adalah bila terdapat ciri yang paling mengesankan pada

binatang itu, yaitu hangus mulai dari telinga sampai ke kaki terus ke

tanahnya sekali. Sering kali pula binatang itu ditemukan di bawah

sebatang pohon yang sudah terang-terang terbakar dan hangus oleh

petir itu. Dalam hal itu, mudah saja memberikan diagnosanya.

Sembilan puluh sembilan persen dari para peternak tentulah mencari

setiap kesempatan yang baik yang sekecil-kecilnya sekalipun dan kalau

dokter hewannya menemukan penyebab kematian yang lain, mereka akan

menerima keputusan itu dengan tenang, meskipun kurang senang. Tapi

tak ada di antaranya yang menyulitkan.

Aku pernah mendengar Siegfried menceritakan tentang seorang laki-

laki tua yang telah memanggilnya untuk membuktikan suatu kematian

oleh petir. Bekas-bekas hangus yang panjang pada bangkai binatang itu

benar-benar mengesankan dan setelah Siegfried memeriksanya, hampir

saja percaya. "Bagus, Charlie, betul-betul bagus, aku tak pernah melihat

bekas yang lebih mengesankan. Tapi ada satu hal." Dia merangkulkan

lengannya ke pundak laki-laki tua itu. "Sayang sekali kau telah

membiarkan bekas tetesan lilin itu di kulitnya."

Laki-laki itu melihat lebih teliti lalu menghantamkan tinjunya ke telapak

tangannya. "Sialan, Anda benar, Tuan! Aku sudah berhati-hati sekali

mengerjakannya. Dan aku sudah berusaha keras - hampir sejam lamanya

aku mengerjakannya." Dia pergi sambil menggumam. Dia tidak

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

memperlihatkan rasa malu, hanya kesal dan kekurangan teknik kerjanya

sendiri.

Tapi pikirku, waktu mobilku melewati dinding batu peternakannya, akan

lain sekali keadaannya. Cranford punya kebiasaan mendapatkan apa yang

diinginkannya, benar atau salah, dan kalau kali ini keinginannya tidak

didapatnya, akan ada kesulitan.

Aku melewati pintu pagar peternakan dan sepanjang jalan beraspal yang

rapi lalu melalui satu-satunya padang. Mr. Cranford sedang berdiri

tanpa bergerak di tengah-tengah halaman dan bukan untuk pertama

kalinya aku mendapat kesan, kesamaan laki-laki itu dengan seekor

burung besar yang kelaparan. Bahu sempit yang membungkuk, muka yang

dagunya terdorong ke depan seperti paruh tajam, mantel hitam yang

tergantung longgar di tubuhnya yang kerempeng. Aku tidak akan

tercengang seandainya dia membuka sayapnya dan mengepak-ngepak

terbang ke atap kandang. Tapi dia hanya mengangguk tak sabar padaku

dan bergegas berjalan dengan langkah-langkah pendek ke padang di

belakang rumah.

Padang itu luas dan sapi yang mati tergeletak boleh dikatakan di

tengah-tengahnya. Di padang itu tak ada pohon-pohon, tak ada pagar

bahkan tak ada semak-semak. Harapanku untuk menemukan bangkainya

di bawah sebatang pohon yang hangus, segera sirna, tinggallah rasa

kuatir.

Kami berhenti dekat sapi itu dan Mr. Cranford-lah yang mula-mula

bicara. "Pasti karena petir. Tak mungkin sebab lain. Badai hebat, lalu

binatang, yang baik ini jatuh langsung mati."

Aku melihat rumput di sekeliling sapi Shorthorn itu. Rumputnya sudah

teraduk dan tercabut, hingga tinggallah bercak-bercak tanah gundul.

"Tapi dia tidak jatuh dan mati mendadak, kan? Dia mati setelah

mengalami kekejangan-kekejangan - kita bisa melihat bekas-bekas

kakinya mengais-ngais rumput."

"Baiklah, dia memang kejang-kejang, tapi petirlah yang

menyebabkannya." Mata Mr. Cronford kecil tapi galak dan mata itu

memandang berpindah-pindah dari leher bajuku, ke ikat pinggang jasku

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

dan sepatu Wellington-ku. Dia tak pernah bisa melihat seseorang tepat

di matanya.

"Aku ragu, Mr. Cranford. Salah satu tanda dari sambaran petir adalah

bahwa binatang itu mati tanpa perjuangan. Bahkan ada di antaranya

yang mulutnya masih berisi rumput."

"Oh, aku tahu semua itu," bentak Cranford, mukanya yang kecil

memerah. "Aku sudah setengah abad mengurus binatang ternak dan ini

bukanlah pertama kali aku melihat yang disambar. Cara matinya tentu

tak sama."

"Oh, saya mengerti, tapi kuatir ini bisa disebabkan oleh banyak hal."

"Hal-hal apa umpamanya?"

"Yah, umpamanya Anthrax, atau kekurangan megnesium atau sakit

jantung - ada lagi sederetan nama. Kurasa kita harus mengadakan

pembedahan mayat, supaya yakin."

"Eh dengarkan, apakah Anda mau mengatakan bahwa aku mencoba

berbuat sesuatu yang terlarang?"

"Sama sekali tidak. Aku hanya berkata bahwa kita harus mencari bukti

yang meyakinkan sebelum aku memberi surat keterangan. Kita akan

membawanya ke tempat Mallock dan melihat Mallock membedahnya, dan

percayalah jika ternyata tak ada sebab lain dari kematiannya, Anda

akan mendapatkan keuntungan dari keraguan ini. Orang asuransi baik

dalam hal itu."

Muka Mr. Cranford yang berpotongan perampok itu seperti masuk

benar-benar ke dalam leher mantelnya. Dengan geram dia membenamkan

tangannya ke dalam sakunya. "Aku sudah sering minta bantuan dokter

hewan sebelum ini. Dokter-dokter hewan yang layak dan

berpengalaman." Mata yang kecil itu berkilat ke telingaku yang kiri.

"Mereka tak pernah ribut-ribut seperti ini. Untuk apa bersusah payah

begitu? Mengapa Anda harus membuat keistimewaan?"

Yah, mengapa, pikirku. Mengapa harus menjadikan laki-laki ini musuhku?

Dia punya pengaruh besar di daerah ini. Terkemuka dalam persatuan

peternak setempat, seorang anggota dari setiap badan pertanian dalam

daerah bermil-mil jauhnya. Dia seorang laki-laki kaya dan berhasil, dan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

meskipun orang tak suka padanya, mereka menghormati pengetahuannya

dan mendengarkan kata-katanya. Dia bisa mempersulit kedudukan

seorang dokter hewan muda. Mengapa tidak ditulis saja keterangan itu,

lalu pulang? Cukup kalau ditulis, 'Dengan ini diterangkan bahwa saya

sudah memeriksa binatang tersebut di atas dan menurut pendapat saya,

sambaran kilat adalah penyebab kematiannya.' Itu akan mudah, dan

Cranford akan puas. Dengan demikian segala-galanya akan berlalu.

Mengapa harus melawan tokoh berbahaya ini, padahal percuma saja?

Mungkin bagaimanapun juga dia memang disambar petir.

Aku memalingkan mukaku ke Mr. Cranford, mencoba keras memandang

matanya, tapi gagal, karena mata kecil itu beralih ke lain pada saat

terakhir. "Sayang, tapi kurasa kita harus melihat bagian dalam dari sapi

ini. Aku akan menelepon Mallock dan memintanya untuk mengambilnya

dan besok kita bisa melihat dia memotongnya. Akan kujumpai Anda pukul

sepuluh di sana. Baiklah begitu?"

"Yah, kalau memang harus," sembur Cranford. "Sebenarnya ini urusan

omong kosong saja, tapi kurasa aku harus menyenangkan hati Anda. Tapi

baiknya kuperingatkan Anda - sapi ini bagus, bernilai delapan puluh

pound. Aku tak rela kehilangan uang sebanyak itu. Aku minta hakku."

"Aku yakin Anda akan mendapatkan hak Anda, Mr. Cranford. Dan

sebelum dia diangkat, aku sebaiknya, mengambil darahnya sedikit untuk

memeriksa apakah dia ada penyakit Anthrax."

Peternak itu berada dalam tekanan yang bertumpuk-tumpuk. Sebagai

seorang penegak kapel agama methodist, pilihan kata-katanya terbatas,

oleh karenanya dia melampiaskan perasaan amarahnya dengan menyepak

bangkai itu kuat-kuat. Jari-jari kakinya kena tulang punggung yang tak

bergerak dan dia terlompat-lompat berkeliling pada sebelah kaki

beberapa detik lamanya. Lalu dia berjalan dengan terpincang-pincang ke

rumahnya.

Aku tinggal seorang diri dan aku melukai telinga binatang mati itu

dengan pisauku lalu menyapukan seoles darah ke beberapa potong kaca.

Pertemuan itu merupakan pertemuan yang tidak menyenangkan dan

pertemuan esok harinya pun tidak pula menjanjikan keadaan yang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

menyenangkan. Selaput darah itu kumasukkan berhati-hati ke dalam

sebuah kotak karton dan pulang ke Rumah Skeldale untuk memeriksanya

di bawah mikroskop.

Jadi bukanlah suatu rombongan yang riang benar yang berkumpul di

tempat pemotongan binatang-binatang pagi berikutnya. Bahkan Jeff

yang seperti biasa tetap berair muka seperti Buddha, sebenarnya amat

tersinggung. Waktu aku tiba terlebih dahulu di pekarangan itu, Jeff

telah menceritakan kejadian kemarinnya secara singkat, tapi aku bisa

merangkumkan kejadiannya.

Jeff melompat dari kereta pengangkutnya di tempat Cranford dan

setelah memandang bangkai itu tajam-tajam sepintas, lalu seperti biasa

memberikan diagnosa setempatnya. "Paru-parunya macet. Aku sudah

bisa memastikan melihat matanya dan letak rambutnya di punggungnya."

Lalu dia menantikan desah-desah kagum dan kata-kata ucapan selamat

yang biasanya menyusul pernyataannya itu.

Tapi Mr. Cranford yang hampir seperti orang menari karena marahnya

berkata, "Tutup mulut besarmu yang bodoh itu Mallock, kau tak tahu

apa-apa! Sapi ini disambar petir, ingat itu."

Dan kini, sedang aku menundukkan kepalaku di atas bangkai itu, aku

tetap tak bisa menemukan bukti. Tak ada tanda memar setelah kulitnya

diangkat, sedang alat-alat perutnya bersih dan normal.

Aku meluruskan tubuhku dan menyapukan tanganku ke rambutku.

Tempat merebus binatang menggelegak perlahan, dengan mengeluarkan

berkas-berkas uap yang sedap baunya ke dalam suasana yang sudah

padat ini. Dua ekor anjing menjilat dengan asyiknya ke setumpuk daging

yang sudah dimasak.

Kemudian aku diserang rasa ngeri. Anjing-anjing itu mendapatkan

saingan. Seorang anak laki-laki yang berambut - kriting mencelupkan

jari telunjuknya ke tumpukan itu, memasukkan jari itu ke dalam

mulutnya dan mengisapnya dengan nikmat

"Lihatlah itu!" kataku gemetar.

Muka laki-laki pembeli binatang bekas itu bersinar-sinar karena rasa

bangga seorang ayah. "Memang," katanya senang. "Bukan hanya yang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

berkaki empat saja yang suka masakanku. Makanan yang hebat itu -

penuh zat-zat makanan!"

Setelah rasa senangnya benar-benar pulih, dia menyalakan sebatang

korek api lalu kemudian dengan enak mengisap sebuah pipa pendek yang

sudah memperlihatkan bukti-bukti banyaknya digunakan.

Aku mengembalikan perhatianku ke pekerjaan yang sedang kami lakukan.

"Tolong potong jantungnya, Jim," kataku

Dengan cekatan Jim memotong alat tubuh yang besar itu dari atas ke

bawah, dan aku segera tahu bahwa apa yang kucari sudah bertemu. Baik

urat besar yang memompakan darah keluar maupun yang memasukkan

darah ke jantung hampir seluruhnya tertutup oleh suatu benda seperti

bunga kol yang tumbuh di klep jantung. Penyakit itu namanya Verrucose

endocarditis, biasa pada babi tapi jarang pada sapi.

"Itu, yang membunuh sapi Anda, Mr. Cranfrod," katanya.

Cranford seperti akan memasukkan hidungnya ke jantung itu. "Demi

Tuhan! Kau kan tidak akan menceritakan kepadaku bahwa benda sekecil

itu bisa membunuh binatang sebesar ini."

"Artinya tidak kecil. Dia cukup besar untuk menghentikan aliran darah.

Sayang, tapi tak dapat diragukan lagi - sapi Anda mati karena serangan

jantung."

"Lalu bagaimana dengan petir?"

"Tidak ada tanda-tandanya sama sekali. Anda bisa melihatnya sendiri."

"Lalu bagaimana dengan uangku yang delapan puluh pound itu?"

"Sayang sekali, tapi hal itu tak bisa mengubah kenyataan."

"Kenyataan! Kenyataan apa? Aku sudah datang pagi ini dan Anda sudah

memperlihatkan padaku, tapi Anda tak bisa mengubah pendapatku."

"Yah, tak ada lagi yang dapat kukatakan. Perkaranya sudah jelas."

Mr. Cranford. menjadi tegang dalam sikapnya yang seperti bertengger

itu. Tangannya diletakkannya di bagian depan bajunya dan jarinya terus-

menerus digeser-geserkannya dengan ibu jarinya, seolah-olah

mengusap-usap uang kertas yang dicintainya yang sedang meluncur

menjauhinya. Mukanya yang terbenam lebih dalam di leher bajunya

kelihatan lebih tajam garisnya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Kemudian dia berpaling padaku dan tersenyum jelek sekali. Dan matanya

yang tertancap pada kerah bajuku, mencoba dengan berani naik seinci

demi seinci. Sebentar sekali mata itu membalas pandanganku, tapi

kemudian terkedip-kedip memandang ke tempat lain lagi dengan

ketakutan.

Ditariknya aku ke samping lalu berbicara sambil menatap jakunku. Dalam

bisikannya yang parau terdengar nada membujuk.

"Coba pikir, Mr. Herriot, kita berdua adalah manusia biasa. Kita sama-

sama tahu bahwa perusahaan asuransi itu lebih mampu menanggung

kerugian ini daripada aku. Jadi mengapa tak bisa Anda katakan saja

bahwa itu petir?"

"Meskipun aku tahu bahwa itu bukan disebabkan oleh petir?"

"Apa sih artinya? Anda bisa saja mengatakannya, bukan? Tak seorang

pun yang akan tahu."

Aku menggaruk kepalaku. "Tapi yang menyusahkan aku, Mr. Cranford

ialah, bahwa aku yang akan tahu."

"Anda akan tahu?" Peternak itu tak mengerti.

"Benar. Dan itu tak baik - aku tak bisa memberi Anda surat keterangan

untuk sapi ini, habis perkara."

Air muka Mr. Cranford mula-mula membayangkan putus asa, kemudian

tak percaya akhirnya frus-tasi. "Yah, kalau begitu dengarkan. Aku tidak

akan membiarkan perkara ini sampai di sini. Aku akan menjumpai majikan

Anda mengenai Anda." Dia berputar lalu menunjuk sapi itu. "Sama sekali

tak ada tanda penyakit di situ. Mau mencoba padaku bahwa kematian itu

hanya disebabkan oleh barang kecil dalam jantung. Anda tak ahli dalam

pekerjaan Anda - Anda bahkan tak tahu benda apa itu!"

Jeff Mallock mengeluarkan pipa yang menghalanginya bicara dari

mulutnya. "Tapi aku tahu. Itu seperti - yang kukatakan. Paru-paru yang

macet yang disebabkan oleh susu dari urat susu yang kembali ke dalam

tubuh. Akhirnya dia masuk ke jantung dan habislah ceritanya. Yang

Anda lihat itu adalah gumpalan-gumpalan susu."

Cranford berputar ke arahnya. "Tutup mulutmu, Pembual besar! Kau

sama saja jahatnya dengan anak muda ini. Petir yang membunuh sapiku!

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Petir!" Dia boleh dikatakan berteriak. Kemudian dia menguasai dirinya

dan berbicara dengan tenang padaku. "Anda akan masih mendengar

tentang perkara ini, Tuan Kepandaian, dan satu hal lagi akan kukatakan.

Anda tidak akan pernah menginjakkan kaki ke peternakanku lagi." Dia

berbalik dan bergegas pergi dengan sikap jalannya yang cepat itu.

Aku mengucapkan selamat pagi pada Jeff lalu masuk ke mobilku dengan

lemah. Yah, segala-galanya telah berakhir dengan baik. Sekiranya

kedokteran hewan hanya terdiri dari pengobatan binatang-binatang

sakit. Tapi kenyataannya tidak demikian. Banyak hal-hal lain. Kuhidupkan

mesin dan akan pergi.

BAB 29

MR. CRANFORD tidak menunggu lama dalam memenuhi ancamannya. Dia

datang ke tempat pemeriksaan tak lama setelah makan siang esok

harinya waktu Siegfried dan aku sedang menikmati rokok kami sehabis

makan di kamar duduk. Kami mendengar lonceng depan dibunyikan orang,

tapi kami tidak bangkit, karena kebanyakan peternak langsung masuk

setelah membunyikan lonceng.

Tapi anjing menjalankan tugasnya. Mereka sudah puas berlari-lari di

padang rumput pagi itu dan baru saja habis menjilati mangkuk-mangkuk

tempat makannya. Karena letih dan kekenyangan, mereka terbaring dan

mulai mendengkur di kaki Siegfried. Tiada lain yang lebih mereka ingini

daripada waktu istirahat selama sepuluh menit itu, tapi mereka amat

tahu kewajiban sebagai pengawal rumah yang galak yang mereka

tugaskan pada diri mereka sendiri. Maka tanpa ragu-ragu mereka

melompat dari permadani dan sambil menyalak menyerbu ke lorong

rumah.

Orang-orang sering ingin tahu mengapa Siegfried memelihara lima ekor

anjing. Bukan hanya memeliharanya tapi membawanya ke mana pun dia

pergi. Kalau dia berkeliling ke tempat binatang-binatang yang harus

diperiksanya, dalam mobilnya, sulit melihatnya di antara kepala-kepala

yang berbulu dan ekor yang terkibas-kibas itu; dan siapa pun yang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

mendekati mobil itu akan mundur ketakutan karena salak yang garang

dan gigi-gigi yang diperlihatkannya serta mata yang mendelik di jendela-

jendela mobil.

"Aku sama sekali tak mengerti," Siegfried menyatakan sambil

menghantamkan tinjunya ke lututnya, "mengapa orang suka memelihara

anjing sebagai binatang pangkuan. Anjing seharusnya diberi fungsi yang

berguna. Biarkan dia dimanfaatkan untuk pekerjaan pertanian, untuk

perburuan, untuk penunjuk jalan, tapi mengapa orang suka

memeliharanya untuk menganggur saja enak-enakan, aku tak mengerti."

Pernyataan itu sering dikeluarkannya, sering kali dari balik telinga yang

terkibas atau lidah yang terjulur kalau dia duduk di mobilnya.

Pendengarnya akan memandangnya tak mengerti dari anjing greyhound

yang besar kepada anjing terrier yang kecil, dari spaniel ke whippet lalu

ke Scottie; namun tak seorang pun yang bertanya pada Siegfried

mengapa dia memelihara anjing-anjingnya sendiri.

Kurasa rombongan anjing itu menyerang Mr. Cranford kira-kira di

tikungan lorong dan banyak orang kurang kuat akan melarikan diri; tapi

aku bisa mendengar dia berjuang untuk terus berkeras masuk. Waktu

dia memasuki pintu kamar duduk, dia sudah membuka topinya dan

memukulkannya pada binatang-binatang itu untuk mengusirnya. Itu

suatu perbuatan bodoh dan salak anjing makin meningkat. Mata laki-laki

itu menatap saja dan mulutnya komat-kamit, tapi tidak terdengar

sesuatu pun dari mulutnya itu.

Siegfried yang hormat seperti biasanya, bangkit dan menunjuk sebuah

kursi. Juga bibirnya bergerak, pasti dia mengucapkan beberapa kata

basa-basi. Mr. Cranford mengibaskan mantel hitamnya, mengambil sikap

menukik lalu bertengger di kursi. Anjing-anjing duduk pula

mengelilinginya dan menyalak ke arah mukanya. Biasanya mereka itu

terus tergeletak sesudah perbuatan mereka yang meletihkan itu, tapi

ada sesuatu pada muka atau bau Mr. Cranford yang tidak mereka sukai.

Siegfried bersandar pada kursinya, mempertemukan jari-jarinya dan air

mukanya polos saja. Kadang-kadang dia memicingkan matanya dan

mengangguk menunjukkan pengertian. Boleh dikatakan tidak terdengar

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

apa-apa dari Mr. Cranford kecuali sekali-sekali sepatah kata atau

kalimat pendek yang terputus-putus.

".....harus menyampaikan pengaduan....."

".....tidak ahli dalam pekerjaannya ......"

".....tak mampu.....bukan orang kaya ......"

"..... ah, anjing-anjing sialan ini....."

".....tak mau memakainya lagi......"

".....pergi anjing, lari....."

".....sama saja dengan perampokan....."

Siegfried yang benar-benar santai dan kelihatan tak ambil pusing segala

keributan itu, mendengarkan dengan penuh perhatian, tapi setelah

beberapa menit berlalu kulihat muka Mr. Cranford mulai tegang.

Matanya seperti akan keluar dari rongganya dan urat-uratnya menonjol

seperti tali di lehernya yang kurus kering, waktu dia mencoba

menyampaikan pengaduannya itu. Akhirnya dia tak-tahan lagi lalu

melompat dan langsung ke pintu. Terakhir dia masih teriak lagi, lalu

mengibas lagi dengan topinya dan menghilang.

Beberapa minggu kemudian waktu aku membuka pintu kamar obat,

kudapati majikanku sedang mengaduk-ngaduk obat. Dia sedang bekerja

berhati-hati sekali, membalik-balik bahan yang li-kat itu di sekeping

batu marmer.

"Apa kerjamu?" tanyaku.

Siegfried melemparkan sendok pengaduknya dan meluruskan

pinggangnya. "Obat luar untuk seekor babi."

Dia memandang melewati diriku pada Tristan yang baru masuk. "Aku tak

tahu mengapa harus mengerjakannya kalau ada orang yang duduk

menganggur." Dia menunjuk sendok pengaduknya. "Tepat, Tristan, kau

boleh meneruskannya. Kalau kau sudah menghabiskan rokokmu tentu

maksudku."

Air mukanya menjadi lembut waktu Tristan cepat-cepat menjentikkan

rokok Woodbine-nya dan mulai bekerja di papan marmer itu. "Suatu

adonan yang liat. Harus dicampur baik-baik," kata Siegfried dengan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

puas sambil melihat ke kepala adiknya yang tertunduk. "Tengkukku

sudah mulai sakit dibuatnya."

Dia berpaling padaku. "Ngomong-ngomong, barangkali akan menarik

bagimu kalau kaudengar bahwa itu untuk babi kepunyaan sahabat baikmu

Cranford. Babinya yang mendapat hadiah itu. Di punggungnya ada luka

besar dan dia susah setengah mati. Babi itu selalu mendapatkan hadiah

uang untuknya dan noda di situ akan merupakan bencana."

"Jadi Cranford masih datang pada kita."

"Ya, lucu ya, tapi kita tak bisa terlepas dari dia. Aku tak suka kehilangan

langganan, tapi dengan senang hati aku memberikan keistimewaan pada

laki-laki ini. Dia tak mau kau mendekati tempatnya setelah urusan petir

itu, dan dikatakannya dengan terus terang pula bahwa dia tidak pula

terlalu mengharap banyak dari aku. Dikatakannya bahwa aku tak pernah

berbuat pada binatang-binatangnya - katanya akan lebih baik kalau dia

tak pernah memanggilku. Dan mengeluh setengah mati waktu menerima

surat tagihan. Dia lebih banyak menyusahkan daripada menguntungkan

dan lebih-lebih lagi aku agak takut padanya. Tapi dia tak mau pergi -

benar-benar tak mau."

"Dia tahu apa yang menguntungkan dirinya," kataku. "Dia mendapat

pelajaran yang baik sekali dan erang keluhannya itu hanya salah satu

usahanya supaya kita tetap menekan surat tagihannya rendah-rendah."

"Mungkin kau benar, tapi aku berharap ada jalan yang sederhana untuk

menjauhkannya dari kita." Dia menepuk pundak Tristan. "Bagus, tapi tak

perlu sampai menegangkan urat-uratmu. Cukuplah. Masukkan ke dalam

kotak obat ini dan beri label dengan tulisan: 'Gosokkan banyak-banyak

ke punggung babi tiga kali sehari sambil memijit-mijit dengan jari

supaya meresap.' Lalu kirimkan pada Mr. Cranford melalui pos. Dan

sekalian, kirimkan juga contoh kotoran ini ke laboratorium di Leeds

untuk mentes penyakit Johne." Diulurkannya sebuah kaleng bekas

setrup yang penuh dengan kotoran binatang yang cair dan berbau busuk.

"Mungkin kau benar, tapi aku berharap ada jalan yang sederhana untuk

menjauhkannya dari kita." Dia menepuk pundak Tristan. "Bagus, tapi tak

perlu sampai menegangkan urat-uratmu. Cukuplah. Masukkan ke dalam

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kotak obat ini dan beri label dengan tulisan: 'Gosokkan banyak-banyak

ke punggung babi tiga kali sehari, sambil memijit-mijit dengan jari

supaya meresap.' Lalu kirimkan pada Mr. Cranford melalui pos. Dan

sekalian, kirimkan juga contoh kotoran ini ke laboratorium di Leeds

untuk mentes penyakit Johne." Diulurkannya sebuah kaleng bekas

setrup yang penuh dengan kotoran binatang yang cair dan berbau busuk.

Adalah suatu hal yang bisa mengumpulkan contoh-contoh semacam itu

dan mengirimkannya untuk tes Johne, cacing dan sebagainya, dan

contoh-contoh itu selalu punya satu persamaan - contoh-contoh itu

selalu besar jumlahnya. Yang diperlukan untuk tes itu hanya beberapa

sendok teh, tapi peternak-peternak itu selalu memberikan banyak-

banyak. Mereka rupanya heran mengapa dokter hewan hanya

membutuhkan begitu sedikit dari kotoran yang begitu banyak; maka

ditinggalkannya sifat hati-hatinya yang biasa dimilikinya dan disendok-

kannya barang itu banyak-banyak dengan sekopnya ke dalam wadah yang

sebesar-besarnya yang bisa mereka ketemukan. Mereka tidak

mempedu-likan segala macam bantahan; mereka selalu bersikap 'ambil

saja banyak-banyak, kami punya banyak.'

Tristan memegang kaleng itu dengan berhati-hati sekali dan mencari-

cari di papan-papan rak. "Kita tak punya botol-botol kaca untuk contoh

itu la-gi."

"Benar, kita sudah kehabisan," kata Siegfried. "Aku baru bermaksud

untuk memesannya. Tapi biarlah - pasang saja tutup kaleng itu lalu tekan

kuat-kuat, kemudian bungkus baik-baik dalam kertas coklat. Itu tentu

akan sampai dengan baik ke laboratorium."

Hanya tiga hari kemudian nama Mr. Cranford muncul lagi. Siegfried

sedang membuka surat-surat yang datang pagi, menyingkirkan surat-

surat edaran dan menumpuk-numpuk surat-surat tagihan dan surat-

surat tanda terima, ketika dia tiba-tiba terdiam. Dia seperti membeku

dengan sepucuk surat pada kertas surat biru dan dia duduk seperti

patung waktu membaca surat itu sampai habis. Akhirnya diangkatnya

kepalanya, air mukanya polos. "James, inilah surat yang paling tajam

yang pernah kubaca. Dari Cranford. Dia menyatakan berpatah arang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

dengan kita dan bahkan sedang berencana untuk mengambil tindakan

yang sah untuk melawan kita."

"Apa salah kita kali ini?" tanyaku.

"Dia menuduh kita telah terang-terangan menghinanya dan

membahayakan kesehatan babinya. Katanya kita telah mengirimkan

padanya sekaleng penuh kotoran sapi dengan petunjuk untuk

menggosokkannya ke punggung babinya tiga kali sehari."

Tristan yang sejak tadi duduk dengan mata setengah tertutup, menjadi

betul-betul sadar dan terbelalak. Dia bangkit dengan tenang dan

berjalan ke arah pintu. Tangannya sudah memegang pintu waktu suara

abangnya menggelegar.

"Tristan! Kembali ke mari kau! Duduk - ada sesuatu yang harus kita

bicarakan."

Tristan mendadak mendongak, menunggu badai meledak, tapi tanpa

diduga, Siegfried tenang. Suaranya lembut.

"Jadi rupanya telah terulang lagi. Kapan aku akan menyadari bahwa aku

tak bisa mempercayakan suatu tugas yang semudah-mudahnya sekalipun

padamu. Rasanya tak banyak aku minta. Hanya memasukkan dua buah

bungkusan kecil ke pos - sama sekali bukan tugas yang pelik. Tapi masih

juga salah kau menjalankannya. Kau salah memasang labelnya ya?"

Tristan menggeliat di kursinya. "Maafkan aku, aku tak ingat

bagaimana....."

Siegfried mengangkat tangannya. "Sudahlah, tak perlu susah. Seperti

biasa, nasib baikmu telah menyelamatkan dirimu. Seandainya terjadi

atas diri orang lain, ketololan itu akan berarti bencana besar tapi

dengan Cranford hal itu merupakan pertolongan Tuhan yang

menguntungkan." Dia berhenti sebentar dan merenung. "Seingatku, pada

label tertulis supaya mengurut-ngurutkannya dengan jari-jari. Dan kata

Mr. Cranford dia membuka bungkusan itu waktu mereka sedang

sarapan..... Ya, Tristan, kurasa kau telah mendapatkan jalan keluar yang

baik. Aku yakin bahwa hal ini benar-benar menghabisinya."

"Lalu bagaimana dengan tindakan sah yang dikatakannya itu?" kataku.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

"Ah. kurasa itu bisa kita lupakan, Mr. Cranford punya rasa harga diri

yang tinggi. Pikir saja bagaimana bunyi pengaduannya nanti di

pengadilan." Diremukkannya surat itu lalu dilemparkannya ke keranjang

sampah. "Ayolah kita mengerjakan pekerjaan lain saja."

Dia mendahului berjalan dan sesampai di lorong, mendadak berhenti. Dia

berpaling menghadapi kami, "Tentu ada hal lain. Aku ingin tahu

bagaimana reaksi di lab, dimintai mentes obat gosok untuk penyakit

Johne?"

BAB 30

KALI ini aku betul-betul kuatir mengenai diri Tricki. Aku baru saja

menghentikan mobilku, ketika kulihat dia di jalan dengan pemiliknya dan

aku terkejut sekali melihat rupanya. Dia telah jadi gemuk sekali, seperti

sosis yang bengkak yang berkaki di setiap sudutnya. Matanya yang

merah darah dan sayu, menatap ke depan saja terus dan lidahnya

terjulus ke luar.

Mrs. Pumphrey cepat-cepat menjelaskan. "Dia tak berdaya sama sekali,

Mr. Herriot. Dia seperti tak punya tenaga. Kupikir dia menderita

kekurangan makan, jadi kuberi dia makanan ekstra di samping

makanannya yang biasa, untuk menguatkannya. Sedikit bubur dari kaki

anak sapi dan jelai dan minyak ikan dan semangkuk makanan Horlick

malam hari supaya dia bisa tidur - sebenarnya tak banyak."

"Dan adakah Anda kurangi makanan manisnya seperti yang saya

nasihatkan?"

"O ya, kukurangi sedikit, tapi dia kelihatan begitu lemah. Aku terpaksa

mengalah. Dia suka sekali kue cream dan coklat. Aku tak sanggup

menolaknya."

Kulihat lagi anjing kecil itu. Itulah kesulitannya. Satu-satunya cacat

Tricki adalah serakah. Tak pernah kita mendengar dia menolak makanan;

makanan apa saja dihantamnya kapan saja siang dan malam. Dan aku

teringat semua makanan yang tak disebutkan Mrs. Pumphrey, seperti

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

biskuit, coklat lembut dan makanan kecil yang enak-enak - semua itu

amat disukai Tricki.

"Adakah Anda beri dia cukup gerak badan?"

"Yah, dia kadang-kadang berjalan-jalan sedikit dengan saya, seperti

sekarang ini, tapi si Hodgkin sakit pinggang, hingga akhir-akhir ini tak

bisa melatihnya melompati lingkaran."

Aku mencoba berbicara dengan nada keras. "Sekarang saya bersungguh

nih. Kalau Anda tidak betul-betul mengurangi makanannya benar-benar,

dan Dan tidak memberinya cukup latihan, dia akan benar-benar sakit.

Anda harus menguatkan hati Anda dan dengan keras mengurangi

makanannya."

Mrs. Pumphrey meremas-remaskan tangannya. "Ya, baiklah Mr. Herriot.

Aku yakin Anda benar, tapi sulit sekali rasanya." Dia pergi lagi dengan

kepala tertunduk, seolah-olah sudah berketetapan hati akan segera

mengulangi perbuatannya lagi.

Kuperhatikan mereka pergi dengan rasa kuatir yang makin meningkat.

Tricki berjalan dengan langkah berat dengan memakai mantelnya dari

bahan tweed, dia memang selalu memakai mantel-mantel yang

bermacam-macam - mantel-mantel hangat dari bahan tweed dan bahan

Skot untuk hari-hari dingin dan jas hujan kalau hari hujan. Dia berjuang

terus dengan berjalan terbongkok-bong-kok dalam bajunya itu. Kupikir,

tak berapa lama lagi aku pasti mendengar berita dari Mrs. Pumphrey.

Panggilan yang memang sudah kuharapkan itu tiba beberapa hari

kemudian. Mrs. Pumphrey susah sekali. Tricki tak mau makan apa-apa

lagi. Makanan-makanan kesukaannya sekalipun ditolaknya; terkecuali itu,

dia juga muntah-muntah. Dia hanya berbaring saja di tikar kecil,

nafasnya terengah-engah. Tidak pergi berjalan-jalan, tak mau lagi

berbuat apa-apa.

Aku sudah membuat rencanaku sebelumnya. Satu-satunya jalan ialah

membawa Tricki keluar dari rumahnya untuk beberapa lamanya.

Kuanjurkan supaya dia dimasukkan ke rumah sakit selama kira-kira dua

minggu untuk observasi.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Wanita malang itu hampir pingsan waktu mendengar hal itu. Dia belum

pernah berpisah dari kekasihnya; dia yakin bahwa kesayangan itu pasti

akan menderita dan mati jika dia tidak melihatnya tiap hari.

Tapi aku bersikap tegas. Tricki sakit keras dan inilah satu-satunya jalan

untuk menyelamatkannya; aku sebenarnya bahkan berpikir sebaiknya

kubawa dia tanpa menunda, dan dengan disertai ratap tangis Mrs.

Pumphrey, aku keluar ke mobil sambil menggendong anjing kecil itu

terbungkus dalam selembar selimut.

Seluruh Staf rumah tangga dikerahkan dan pelayan-pelayan berlari-lari

keluar masuk, ada yang membawa tempat tidur siangnya ada yang

membawa tempat tidur malamnya, bantal-bantal kesayangannya,

permainan-permainan dan lingkaran-lingkaran karet, mangkuk sarapan,

mangkuk makan siang dan mangkuk makan malam. Karena menyadari

bahwa mobilku tidak akan muat semua barang-barang itu, aku cepat-

cepat berangkat. Waktu mobil mulai bergerak, Mrs. Pumphrey masih

sempat melemparkan segumpal mantel-mantel kecil lewat jendela sambil

berteriak putus asa. Sebelum aku membelok, aku melihat ke kaca spion

dan terlihat bahwa semuanya berurai air mata.

Setelah tiba di jalan, aku melirik ke binatang kecil yang sedih yang

terengah-engah di tempat duduk di sampingku. Kutepuk-tepuk kepalanya

dan Tricki melakukan usaha yang berani, mengibaskan ekornya. "Bujang

tua yang malang," kataku. "Kau sudah tak punya kekuatan lagi, tapi aku

tahu obat untukmu."

Di tempat pemeriksaan, anjing-anjing di rumah mengelilingiku. Tricki

memandang ke rombongan yang ribut itu dengan mata lesu dan ketika

diletakkan, tergolek tak bergerak di permadani. Setelah anjing-anjing

yang lain mendengus-dengus di sekeliling beberapa lamanya, kemudian

memutuskan bahwa dia tak menarik lalu tidak mempedulikan-nya.

Aku membuatkannya sebuah tempat tidur hangat dari kotak bekas,

dekat kotak tempat anjing-anjing yang lain tidur. Selama dua hari dia

kuawasi terus, aku tidak memberinya makanan apa-apa kecuali air

banyak-banyak. Setelah dua hari berlalu dia mulai menaruh perhatian

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

pada keadaan sekelilingnya dan pada hari ketiga dia mulai berkedip-

kedip kalau mendengar anjing-anjing lain di halaman.

Waktu aku membuka pintu, Tricki berjalan ke luar dan segera dikelilingi

oleh Joe si anjing gry-hound dan kawan-kawannya. Setelah

menggulingkannya dan memeriksanya dengan teliti, anjing-anjing itu

pergi ke kebun. Tricki menyusul mereka, tampak masih mengalami

kesulitan dengan lemaknya yang berlebihan, tapi jelas tertarik.

Siang harinya aku hadir pada waktu mereka diberi makan. Kuperhatikan

waktu Tristan menuangkan makanan ke dalam mangkuk. Seperti biasa

terjadi penyerbuan terhadap makanan itu yang disusul oleh makan

dengan kecepatan tinggi; setiap anjing tahu bahwa kalau dia sampai

terbelakang dari yang lain-lain dia pasti akan harus berebutan

mendapatkan sisa makanan.

Ketika mereka selesai, Tricki berjalan ke mangkuk-mangkuk yang

berkilat itu lalu menjilati bagian dalamnya dengan seenaknya. Esok hari

sebuah mangkuk tersendiri disediakan untuknya dan aku senang melihat

dia ikut berdesak-desak mendatangi mangkuknya.

Sejak itu kemajuannya cepat sekali. Dia tidak mendapatkan perawatan

dengan obat apa-apa, tapi sepanjang hari dia berkejar-kejaran dengan

anjing-anjing yang lain dan ikut dalam pergulatan pura-pura mereka. Dia

merasa senang dilemparkan, diinjak dan terjepit setiap beberapa menit.

Dia menjadi anggota rombongan yang diterima baik, suatu benda yang

bukan main kecilnya dan halusnya di tengah-tengah gerombolan yang

besar-besar, dia ikut berjuang seperti harimau untuk mendapatkan

makanan pada waktu makan dan memburu tikus-tikus di kandang ayam

tua malam hari. Dia tak pernah menjalani hidup yang demikian.

Dan selama itu, Mrs. Pumphrey berkeliaran saja di halaman belakang

atau menelepon berbelas kali sehari untuk mendengar berita terakhir.

Aku mengelakkan pertanyaan-pertanyaannya mengenai, apakah

bantalnya dibalikkan secara teratur atau apakah mantel yang tepat yang

dikenakan sesuai dengan cuaca; tapi aku bisa melaporkan dengan pasti

bahwa anjing kecilnya sudah terlepas dari bahaya yang kesehatannya

maju dengan cepat.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Istilah 'kesehatannya maju' rupanya diartikan lain oleh Mrs. Pumphrey.

Dia mulai membawakan telur-telur baru, setiap kali dua lusin, katanya

untuk memulihkan kembali kekuatan Tricki. Beberapa lamanya kami

senang dan kami masing-masing mendapat dua butir telur untuk sarapan,

tapi waktu minuman sherry mulai datang pula, seisi rumah mulai

mengerti apa maksudnya.

Minuman itu adalah minuman yang enak sekali yang kukenal dengan baik

dan dikatakan bahwa itu diberikannya untuk menambah darah Tricki.

Makan siang kami menjadi suatu peristiwa berupa acara dengan

didahului oleh dua gelas sherry dan beberapa gelas sementara makan.

Siegfried dan Tristan bergiliran mengangkat gelas dengan mendoakan

kesehatan Tricki dan kata-kata yang diucapkan dalam pidato untuk itu,

makin hari makin meningkat. Sebagai sponsor Tricki akulah yang harus

memberikan pidato balasan.

Kami rasanya tak bisa percaya ketika brendi pula yang datang. Dua botol

yang bermerek Cordon Bleu, yang maksudnya sebagai bantuan terakhir

terhadap keadaan Tricki. Siegfried mengeluarkan beberapa gelas

minuman kepunyaan ibunya. Aku tak pernah melihat gelas-gelas itu

sebelumnya, tapi selama beberapa malam gelas-gelas itu mendapat

penghargaan karena selalu digunakan untuk diisi minuman yang sedap

itu, yang dihirup dan diminum dengan rasa penghargaan.

Hari-hari itu benar-benar merupakan hari-hari yang menyenangkan,

dimulai dengan baik dengan adanya makanan ekstra telur pagi hari,

ditambah dan ditingkatkan kesenangan itu di siang hari dengan minum

sherry dan ditutup dengan mewah dengan minum-minum brendi sambil

mengelilingi tungku pemanasan.

Rasanya timbul keinginan untuk tetap memelihara Tricki sebagai tamu

abadi, tapi aku tahu bahwa Mrs. Pumphrey menderita dan setelah dua

minggu, aku merasa terpaksa menelepon dan mengatakan padanya bahwa

anjing kecil itu telah sembuh dan menunggu penjemputan.

Dalam jangka waktu tiga puluh menit, sesuatu yang terbuat dari logam

berwarna hitam berkilat dan panjangnya kira-kira sembilan ratus

sentimeter, berhenti di luar tempat pemeriksaan. Sopirnya membukakan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

pintunya dan tubuh Mrs. Pumphrey boleh dikatakan tenggelam dalam

bagian dalamnya. Tangannya terkatup erat di depannya; bibirnya

gemetar. "Aduh, Mr. Herriot, tolonglah katakan yang sebenarnya.

Benar-benar sudah sembuhkah dia?"

"Ya, dia sudah sehat. Anda tak perlu keluar dari mobil - biar kuambilkan

dia."

Aku berjalan melalui rumah langsung ke kebun. Suatu kelompok anjing-

anjing sedang bergumul berputar-putar di rumput dan di tengah-

tengahnya terdapat tubuh kecil keemasan Tricki, yang telinganya

terkepak-kepak dan ekornya melambai-lambai. Dalam waktu dua minggu

dia sudah berubah menjadi seekor binatang yang lincah dan berotot

keras; dia bisa menyesuaikan dirinya dengan yang lain-lain, mengulurkan

tubuh-tubuhnya jauh-jauh hingga dadanya hampir kena tanah.

Kugendong dia melalui lorong ke depan rumah. Sopir mobil masih tetap

memegang pintu mobil dan waktu Tricki melihat pemiliknya dia

memberontak melepaskan dirinya dari tanganku dengan suatu lompatan

besar dan tiba di pangkuan Mrs. Phum-prey Wanita itu terkejut dan

hanya bisa berteriak, "Oooh!" lalu kemudian dia harus melindungi dirinya

waktu Tricki memeluknya sambil menjilat-jilat mukanya dan menyalak.

Sementara kegaduhan itu terjadi, kubantu sopir membawa ke luar,

tempat-tempat tidur, permainan-permainan, bantal-bantal, mantel-

mantel dan mangkuk-mangkuk, yang kesemuanya tak pernah dipakai.

Waktu mobil mulai bergerak, Mrs. Pumphrey menjenguk ke luar jendela.

Air matanya berlinang. Bibirnya gemetar.

"Aduh, Mr. Herriot" tangisnya. "Bagaimanakah saya dapat

menyampaikan terima kasih pada Anda? Ini adalah suatu hasil

perawatan yang gemilang!"

Aku terbangun tiba-tiba dan tersentak, jantungku berdegup dan

berdebar kuat oleh dering telepon yang tak henti-hentinya. Telepon-

telepon yang bisa ditaruh di samping tempat tidur ini benar-benar suatu

kemajuan dari sistem lama yang mengharuskan kita berlari turun ke

tingkat bawah dan berdiri menggigil dengan kaki telanjang di ubin

lorong; tapi bunyi yang merupakan ledakan dalam jarak yang hanya

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

beberapa inci dari telinga pada jam sesubuh ini pada waktu tubuh kita

sedang lemah dan daya tahan sedang rendah, sungguh-sungguh

menghancurkan rasanya. Aku merasa telepon itu tak baik bagiku.

Suara di ujung yang lain benar-benar ceria. "Aku punya kuda yang akan

beranak. Tapi dia mengalami kesulitan. Kurasa anaknya salah letak -

bisakah Anda datang menolong?"

Perutku rasa berkerut menjadi sebuah bola yang terik. Ini rasanya agak

keterlaluan; kalau hanya sekali harus keluar dari tempat tidur di tengah

malam buta sudah cukup tidak menyenangkan, tapi dua kali rasanya tak

adil, bahkan merupakan suatu kekejaman. Aku sudah bekerja keras

sepanjang hari dan merasa senang bisa merangkak tidur tengah malam.

Pukul satu malam aku diminta bangun untuk menolong sapi yang sukar

sekali beranak dan hampir pukul tiga baru kembali. Pukul berapa

sekarang? Pukul tiga lima belas menit. Tuhanku, aku baru beberapa

menit tidur. Dan kuda beranak pula! Biasanya dua kali lebih sulit

daripada sapi beranak. Hidup apa ini! Hidup yang benar-benar malang!

"Baik, Mr. Dixon, aku akan segera datang," gumamku di alat penerima,

lalu berjalan terseok-seok ke seberang kamar sambil menguap dan

merenggangkan tubuh, merasakan sakit di pundak dan lenganku. Aku

memandangi pakaian yang tertumpuk di kursi; pakain itu tadi sudah

kutanggalkan, lalu kukenakan lagi, dan menanggalkannya lagi tadi, kini

dalam diriku memberontak tak mau mengenakannya lagi. Dengan

bersungut-sungut lemah, kuambil mantelku dari balik pintu dan

kupasangkan saja di luar piyamaku, turun ke tingkat bawah mencari

tempat sepatu Willington-ku di luar pintu kamar obat dan kumasukkan

saja kakiku ke dalamnya. Malam itu malam yang hangat, jadi tak ada

gunanya untuk berpakaian benar-benar; aku pasti akan membuka segala-

galanya saja di peternakan nanti.

Kubuka pintu belakang dan menggagap-gagap perlahan-lahan di kebun

yang panjang itu. Pikiranku yang letih, hanya samar-samar saja

menangkap bau harum dalam gelap itu. Aku sampai di ujung halaman,

kubuka pintu rangkap ke jalan lalu kukeluarkan mobil dari garasi. Di kota

yang sepi itu, bangunan-bangunan memancar putih waktu lampu mobil

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

menyorot bagian depan toko-toko yang tertutup rapat dan tirai-tirai

yang terkatup pula. Semua orang tidur. Semua orang kecuali aku, James

Herriot, yang merayap dengan rasa sakit dan kehabisan tenaga menuju

tempat yang menjanjikan kerja keras lagi. Mengapa benar aku dulu

memutuskan untuk menjadi seorang dokter hewan di desa? Aku gila dulu

itu memilih pekerjaan di mana kita bekerja tujuh hari dalam seminggu

sampai-sampai tengah malam pula. Kadang-kadang aku merasa seolah-

olah tempat praktek itu merupakan suatu wujud hidup yang jahat yang

mentes diriku, mengujiku; terus-menerus menambah tekanan atau

melihat kapan dan pada saat mana aku akan jatuh dan langsung mati.

Suatu reaksi di luar kesadaranku mengangkatku dari kancah menangisi

nasibku itu, dan aku mulai menanggapi waktu yang akan kuhadapi ini

dengan optimisme yang memang merupakan sifat-sifatku. Pertama-tama,

tempat Dixon itu terletak di ujung Dale tak jauh dari jalan raya dan

mereka punya kemewahan yang tak biasa yaitu listrik dalam bangunan-

bangunan mereka. Dan aku pun tidak pula letih setengah mati; bukankah

aku berumur dua puluh empat dan kesehatanku tak pernah terganggu?

Masih sulit mematikan diriku.

Aku tersenyum sendiri dan tenggelam ke dalam keadaan gembira yang

agak tertunda yang sebenarnya merupakan kebiasaanku dalam keadaan

ini; suatu selaput kantuk yang membungkus semua kesadaran kecuali

kesadaran yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaanku. Dalam

bulan-bulan terakhir ini aku sering-sering bangun tengah malam,

bermobil sampai jauh ke desa, mengerjakan pekerjaanku dengan hasil

yang baik dan kembali tidur lagi, tanpa merasa betul-betul bangun.

Aku tak keliru mengenai Dixon. Kuda betina Clydesdale yang manis

berada dalam sebuah tempat yang baik penerangannya dan kuletakkan

tali-tali dan instrumen-instrumenku dengan perasaan syukur yang dalam.

Sambil menuangkan obat anti ha-ma ke dalam ember yang berisi air

panas, kuperhatikan kuda yang sedang kejang dan mendayung-dayung

kaki-kakinya itu. Usaha itu tidak menghasilkan apa-apa, tiada kaki yang

terjulur dari kemaluannya. Kali ini pasti ada kelainan dalam kelahiran.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Sambil tetap berpikir keras, aku menanggalkan mantelku dan terbangun

dari renunganku oleh pekik tertawa dari peternak itu. "Tuhan

Mahakuasa, apa-apaan ini?"

Aku memandang ke piyamaku yang berwarna biru muda dengan bertepi

lebar. "Ini adalah pakaian tidur saya, Mr. Dixon," sahutku

mempertahankan harga diri. "Saya tak sempat berganti pakaian."

"O begitu," Mata peternak itu berkilat nakal. "Maafkan aku sesaat tadi

kusangka bahwa Anda adalah orang lain. Tahun yang lalu, aku ada

melihat seorang pemuda seperti Anda benar di Blackpool - pakaiannya

sama benar tapi dia memakai topi dan tongkat juga. Dia pandai sekali

menari."

"Sayang, aku tak dapat memenuhi keinginan itu," kataku tersenyum

masam. "Aku sedang tak punya keinginan untuk itu."

Aku membuka pakaianku, sambil memandang luka yang masih merah

bekas gigi anak sapi beberapa jam yang lalu. Gigi-gigi itu setajam pisau

cukur yang mengelupas kulitku, setiap kali aku memasukkan tanganku ke

dalam mulutnya.

Kuda betina itu gemetar waktu aku memasukkan tanganku ke dalam

tubuhnya. Tak ada apa-apa, tak ada, kemudian hanya ekornya dan tulang

panggulnya dan tubuhnya serta kaki belakangnya yang menghilang,

terlepas dari jangkauanku. Kelahiran sungsang; pada sapi kelahiran itu

mudah bagi orang yang sudah berpengalaman, tapi pada kuda sulit

karena panjangnya kaki bayi kuda itu.

Setengah jam lamanya aku harus bekerja keras bercucuran peluh,

dengan menggunakan tali dan sebuah pengait tumpul yang dipasang di

ujung rotan yang lembut, untuk mengeluarkan kaki yang pertama. Kaki

yang kedua lebih mudah keluar, dan induknya kini seolah-olah tahu

bahwa tak ada lagi kesulitan. Dia memberikan dorongan yang kuat dan

bayi itu terpancar ke luar ke rumput kering bersama-sama diriku yang

terlempar sambil memeluk bayi itu. Aku senang sekali karena kurasa

tubuh kecil itu meronta dan meregang; waktu aku bekerja meraba-raba

tadi, aku tidak merasa adanya gerak dan aku memastikan bahwa bayi itu

mati, tapi ternyata dia hidup; dia menggelengkan kepalanya dan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

mendengus mengeluarkan air ketuban yang telah terhisap olehnya

karena lamanya perjalanan keluarnya.

Setelah aku selesai menyeka tubuhku aku berpaling dan melihat

peternak itu mengulurkan mantelku yang sudah berwarna aneka ragam

dan muka yang tegang sekali seperti seorang pelayan pribadi. "Silakan,

Tuan," katanya dengan serius.

"Oke, Oke," aku tertawa, "lain kali aku akan datang dengan berpakaian

pantas." Sedang aku memasukkan barang-barangku ke tempat bagasi

mobil, peternak itu dengan seenaknya melemparkan sebuah bungkusan

ke tempat duduk di belakang.

"Mentega sedikit," gumamnya. Waktu aku menghidupkan mesin dia

membungkuk menjenguk di jendela. "Aku tadi kuatir sekali akan keadaan

induk kuda itu dan aku ingin sekali anak dari dia. Terima kasih, Anak

muda, terima kasih banyak."

Dia melambai waktu mobilku mulai bergerak dan kudengar suara

perpisahannya. "Anda tepat sekali kalau menjadi penyanyi pengembara

Kentucky!"

Aku menjalankan mobil sambil bersandar di tempat dudukku dan

memandang melalui kelopak mata yang gelap ke jalan yang kosong yang

mulai kelihatan jelas di sinar pagi yang masih suram. Matahari sudah

mulai terbit - merupakan sebuah bola Jingga tua yang tergantung

rendah di atas padang-padang yang berkabut. Aku benar-benar merasa

damai, senang mengenang bayi kuda tadi, yang mencoba berjuang untuk

berdiri, dengan kaki yang bukan main panjangnya yang masih belum

kokoh. Aku puas bahwa binatang kecil itu ternyata hidup - aku selalu

merasa tak senang kalau membantu melahirkan makhluk yang sudah tak

bernyawa.

Peternakan Dixon itu terletak di tanah rendah di mana daerah Dale

melebar dan berakhir di tanah dataran York yang luas. Aku harus

menyeberangi suatu lingkaran jalan ramai yang menghubungkan daerah

West Riding dengan daerah perindustrian, North East. Suatu lingkaran

asap tipis mengepul dari cerobong asap rumah minum yang buka

sepanjang malam yang ada di tikungan itu dan waktu aku mengurangi

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

kecepatan akan membelok, suatu bau masakan yang menusuk hidung,

masuk ke mobilku; timbul bayangan yang jelas dari sosis goreng dan

kacang dan tomat dan kentang goreng.

Tuhanku, aku lapar sekali. Aku melihat arlojiku; pukul lima lima belas

menit, masih lama aku baru akan sarapan. Aku membelok masuk ke

tengah-tengah truk di jalan beraspal yang lebar.

Sambil berjalan bergegas ke gedung yang masih berlampu itu, aku

memutuskan untuk tidak makan terlalu banyak. Aku tak berniat untuk

makan yang hebat-hebat, hanya sandwich yang enak. Aku sudah pernah

ke mari beberapa kali sebelumnya dan sandwich-nya memang enak; dan

aku memang pantas makan sesuatu setelah bekerja begitu keras

sepanjang malam.

Aku masuk ke dalam suatu ruangan yang hangat, di mana beberapa

kelompok sopir truk duduk menghadapi piring-piring yang berisi

makanan yang bertumpuk tinggi; tapi baru saja aku melangkah masuk,

terhentilah bunyi gemerincing sendok garpu dan keadaan jadi sepi

tegang. Seorang laki-laki gendut yang memakai jaket kulit duduk

tertegun dengan sebuah garpu yang ada makanannya tak jadi

dimasukkannya ke mulutnya, sedang yang duduk di sampingnya, yang

sedang mencengkam sebuah gelas yang besar dan tinggi dengan

tangannya yang berminyak-minyak, menatapku dengan mata melotot.

Aku baru sadar bahwa piyama yang bergaris-garis merah cerah dan

sepatu bot Wellington-ku mungkin kelihatan tak wajar di lingkungan itu

dan aku buru-buru mengancingkan mantelku yang terombang-ambing di

belakangku. Setelah terkancing pun mantel itu ternyata terlalu pendek,

hingga kaki piyamaku masih tersembul di atas sepatu botku.

Aku berjalan ke meja tempat penjualan dengan langkah-langkah tetap.

Sebuah kepala yang berambut pirang yang tersembul dari baju overall

putih yang sudah kotor dan yang di saku bajunya dicantumkan nama

"Dora", memandangiku dengan muka polos.

"Satu sandwich pakai ham dan semangkuk kaldu," kataku parau. Waktu

si pirang memasukkan sesendok bubuk kaldu ke dalam mangkuk dan

kemudian mengisinya dengan air panas yang masih berbunyi mendesis,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

aku merasa tak enak karena merasa di belakangku sunyi sepi dan aku

merasa bahwa serangkaian mata tertuju pada kakiku. Di sebelah kanan

aku tepat dapat melihat laki-laki yang berjaket kulit tadi. Diisinya

mulutnya dan mengunyah sambil merenung beberapa lamanya.

"Macam-macam saja, ya Ernest," katanya dengan tegas.

"Memang, Kenneth, memang," sahut sahabatnya.

"Apakah kau tahu, Ernest, apakah ini yang dipakai oleh kaum pria daerah

Yorkshire dalam musim semi ini?"

"Mungkin, Kenneth, mungkin saja."

Setelah mendengar celoteh dari belakangku itu, aku berkesimpulan

bahwa orang yang berdua ini adalah pembanyol yang sudah diakui di

rumah minum itu. Sebaiknya aku cepat-cepat saja menghabiskan

makananku dan keluar. Dore menyodorkan sandwich yang berisi daging

tebal dan berkata seperti orang yang mengigau. "Satu shilling."

Kuselipkan tanganku ke dalam mantelku dan sadar bahwa piyama

flanelku itu tak bersaku. Ya Tuhanku, uangku ada dalam saku celanaku

yang tinggal di Darrowby! Aku terserang rasa panik waktu aku mulai

meraba-raba mantelku dengan gugup.

Aku memandang kalap pada gadis pirang itu dan kulihat dia memasukkan

kembali sandwich-nya ke bawah meja penjualan. "Dengarkan," kataku,

"aku rupanya tak membawa uang. Aku sudah pernah ke mari - kaukenal

aku kan?"

Dora hanya menggeleng tegas.

"Ya, sudahlah," gagapku, "aku akan kembali dengan membawa uang bila

aku kebetulan lewat di sini."

Air muka Dora tidak berubah tapi dia mengangkat alis matanya sebelah

sebentar, dan dia tidak bergerak sedikit pun untuk mengeluarkan

kembali sandwich itu dari tempat persembunyiannya.

Kepalaku hanya dipenuhi oleh satu rencana, cepat-cepat lari. Dengan

rasa putus asa kuhirup cairan yang panas sekali itu.

Kenneth menjauhkan piringnya lalu mulai menusuk-nusuk giginya dengan

puntung korek api. "Ernest," katanya seolah-olah baru saja mengambil

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

suatu keputusan. "Menurut pendapatku, kaum pria di daerah ini

eksentrik."

"Eksentrik?" kata Ernest sambil tertawa terkekeh-kekeh. "Kalau

menurut aku lebih tepat disebut bebal."

"Tapi tidak terlalu bebal, Ernest. Tidak cukup untuk membayar apa yang

dilahapnya."

"Kau tepat, Kenneth. Tepat sekali."

"Memang aku tak keliru. Bukan main enaknya dia menikmati semangkuk

kaldu. Sayang tak tepat waktunya meraba-raba pakaiannya tadi, kalau

tidak dia pasti sudah menyerbu sandwich-nya juga. Dora rupanya lebih

cepat daripadanya - lima detik saja lagi, habislah ham itu."

"Benar, benar," gumam Ernest, yang rupanya merasa puas dengan

peranannya sebagai orang jujur.

Kenneth melemparkan puntung korek apinya, mengecap-ngecap giginya

nyaring-nyaring lalu bersandar. "Ada satu kemungkinan lain yang belum

kita pertimbangkan. Dia mungkin orang buronan."

"Narapidana yang melarikan diri, maksudmu Kenneth?"

"Ya, Ernest."

"Tapi orang-orang itu selalu ada cap anak panah di pakaian seragamnya."

"Memang ada beberapa penjara yang memakai itu. Tapi aku pernah

mendengar bahwa sekarang ada beberapa penjara dan memakaikan

pakaian seragam bergaris-garis."

Aku sudah benar-benar tak tahan lagi. Setelah menuangkan tetes-tetes

yang terakhir dari kaldu itu ke leherku, aku langsung berlari ke pintu.

Waktu aku melangkah ke luar ke sinar matahari pagi, masih terdengar

olehku pernyataan Kenneth yang terakhir tentang diriku.

"Barangkali dia melarikan diri dari rombongan pekerja. Lihat saja sepatu

bot Wellington-nya itu."

* * *

PENUTUP

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Aku ingat suatu petang waktu matahari memancar terang. Anjing-anjing

Siegfried kumasukkan ke mobilku, lalu pergi ke tempat di mana saja

jalan tikus yang hijau menarik menuju ke sebuah tambang, di lereng

jurang yang curam. Kami berjalan semil dua di tanah yang lembut, lalu

membelok dan menuju lurus ke lereng bukit melewati suatu tempat yang

berbau tak enak dan kumbang men-dengung-dengung, terus ke

puncaknya di mana anginnya nyaman dan kita dapat melihat hampir

seluruh daerah Dale terbentang di bawah; hampir seluruhnya, mulai dari

bagian yang terdekat di mana terdapat bukit-bukit besar yang gundul

yang bertepi semak-semak liar, sampai melandai ke bawah ke dataran

rendah yang luas, terus ke kakinya yang samar-samar yang hampir

kelihatan berkotak-kotak.

Aku sedang duduk di rumput dengan anjing-anjing yang mengelilingiku

dengan penuh harapan, ketika angin lembut menghembuskan bau dari

Dale, dan harum rumput yang terbentang bermil-mil luasnya dan bunga-

bungaan yang seperti malu-malu di padang-padang. Bau yang sama itu

telah pula tercium olehku waktu aku turun dari bis di Darrowby setahun

yang lalu. Dan aku sadar bahwa selama itu aku telah bekerja keras

terus: masa pertama yang ajaib itu telah kulalui.

Dan semuanya itu terjadi di bawah sana itu. Banyak di antara

peternakan yang termasuk daerah pemeriksaan kami kelihatan dari

tempatku duduk; di sana sini kelihatan batu kelabu dengan binatang-

binatang ternaknya, yang dari jarak, jauh ini kelihatan seperti bintik-

bintik tak bergerak, terserak di padang-padang di sekitarnya. Aku tak

dapat membayangkan daerah itu sebagai medan pertempuranku selama

tahun yang lalu ini, peristiwa-peristiwa perjuanganku yang pertama, di

mana segala-galanya telah terjadi, mulai dari sukses yang memuncak

sampai pada kegagalan yang amat memalukan.

Ada orang-orang di bawah sana itu menganggapku seorang dokter hewan

yang cukup baik, ada beberapa yang menganggapku sebagai orang bebal

yang baik hati, ada pula yang yakin bahwa aku adalah seorang luar biasa,

bahkan satu atau dua orang mau melepaskan anjingnya untuk

mengejarku bila aku berani menginjakkan kaki ke dalam batas pagarnya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Semua ini dalam setahun. Bagaimana keadaannya dalam tiga puluh

tahun? Yah, kalau melihat tanda-tandanya, akan sama saja. Lalu

bagaimana dengan binatang-binatang yang di sekitar hidupnya drama ini

berputar? Sayang

binatang-binatang itu tak bisa berbicara, karena akan menarik sekali

mendengar pendapat binatang-binatang itu. Ada beberapa hal yang ingin

kuketahui. Bagaimana pandangan mereka tentang hidup mereka yang

beraneka ragam itu? Apa pendapat mereka tentang kita manusia? Dan

apakah mereka bisa tertawa tentang hal itu?

* * *

TAMAT

Edit & Convert: inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia