jalan bersalju menuju kirgizstan · lui pegunungan tian shan. permu- ... sebanyak empat kali...

1
S ETELAH melewati China dengan jarak tempuh ter- panjang di antara target 18 negara tujuan--sekitar 6.000 km--tim Fastron Europe Asia Metro TV Expediton 2011 bergeser ke Kir- gizstan. Selepas meninggalkan perbatasan China dan Kirgizstan, Tourgat Pass, menuju Naryn--kota terdekat dari pintu perbatasan, kami harus mela- lui pegunungan Tian Shan. Permu- kaan jalan terasa begitu licin karena dipenuhi salju tebal. Suhu saat itu di bawah nol derajat celsius, rata- rata minus 6. Suatu waktu kami juga mendapati udara dengan suhu minus 10 derajat celsius. Ceritanya tentu akan berbeda apa- bila semua kendaraan memiliki heater atau pemanas ruangan. Tim ekspe- disi sebenarnya sudah dibekali heater. Namun dalam perjalanan, benda tersebut ternyata tidak berfungsi. Bekas zona perang Salju bertambah tebal selepas perbatasan China menuju pos per- batasan Kirgizstan yang berjarak 4 km. Setiba di sana, suhu udara mencapai minus 8 derajat celsius dengan ketinggian 3.600 meter di atas permukaan laut. Seorang tentara berwajah dingin mengarahkan telunjuknya ke sebuah bangunan dan meminta seluruh ken- daraan dibawa ke sana. Di sana, salah satu dinding pos dipenuhi lubang peluru bekas beron- dongan senjata. Sempat tebersit di pikiran kami semua bahwa tem- pat ini dulunya merupakan zona perang. Toh proses keimigrasian dan ad- ministrasi kendaraan di pos per- batasan berlangsung tidak sampai 1 jam. Meski singkat, tetap saja proses itu terasa menyiksa karena dilaku- kan di saat suhu udara di bawah nol derajat. Insiden Dalam perjalanan menuju Naryn, kami kembali harus berhenti di check point. Dua tentara bersenjata laras panjang menghampiri kendaraan ekspedisi dan meminta seluruh ang- gota tim menyerahkan paspor untuk kembali diperiksa. Mobil yang saya tumpangi meng- alami selip ban dan mobil berputar sebanyak empat kali sebelum akhir- nya berhenti karena terperosok di pinggir jalan. Selip ban juga dialami mobil yang dikendarai pemimpin ekspedisi, Bucek Depp yang berusaha meno- long, tetapi malah selip hingga terperosok. Sejak kejadian tersebut, kecepatan berkendara diperlambat menjadi rata-rata 40 km/jam. Kami pun tiba di Naryn sekitar pukul 00.00 waktu Beijing atau 22.00 waktu Kirgizstan. Di kota terdekat perbatasan ini, kami tidak menemukan penginapan. Mau tidak mau perjalanan diterus- kan hingga Bishkek yang jaraknya kurang lebih 320 km dari Naryn. Meski tidak lagi dipenuhi salju, lebih dari separuh jalan menuju ibu kota Kirgizstan rusak parah dan penuh lubang. Kami baru tiba di penginapan di Bishkek sekitar pukul 08.00 waktu Beijing, nyaris 24 jam berkendara sejak dari Kashgar, China. Perjalanan terberat itu terbayar dengan keindahan Kota Bishkek, keramahtamahan penduduk, dan eksotisnya perempuan Kirgizstan. (M-3) [email protected] IRVAN SIHOMBING .COM/mediatravelista/ Untuk informasi lengkap dunia travelista. Memasuki pintu perbatasan Kirgizstan seolah mengunjungi zona perang. Salah satu dinding pos dipenuhi lubang peluru bekas berondongan senjata. DOK FASTRON EUROPE ASIA METRO TV EXPEDITION/CRACK PALLINGGI Jalan Bersalju Menuju Kirgizstan TIDAK hanya Gunung Mingsha dengan oase bulan sabitnya yang patut dikunjungi selama berada di Kota Dunhuang, Provinsi Gansu, China. Kota ini juga memiliki tem- pat bersejarah, yaitu The Mogao Caves atau Mogao Grottoes--Gua Mogao. Gua ini menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO sejak 1987. Ia terletak 25 km arah tenggara Kota Dunhuang dan mendapat julukan ‘Gua Seribu Buddha’. Di kompleks itu terdapat mu- seum yang mewakili Gua Mogao. Selama berada di museum, kita diperbolehkan mengambil gambar, tapi tidak di dalam gua. Museum tersebut menampil- kan berbagai benda yang pernah ditemukan di dalam gua, seperti kitab Mazmur Kristen Nestorian, berbagai jenis sutra, serta duplikat lukisan dinding. Hingga kini, para arkeolog masih terus meneliti Gua Mogao. Sejak 1988 hingga 1995 telah ditemukan 248 gua di sebelah utara. Jumlah itu bertambah menjadi 487 sejak pertama kali diketahui pada awal 1900-an. Dari sekitar 600 gua yang ber- tahan, hanya 30 yang diizinkan terbuka bagi publik. Para ahli meyakini Gua Mogao merupakan pusat kebudayaan pada era jalur sutra abad ke-4 hingga ke-14 dan menyimpan berbagai benda seni religius. Menurut sejumlah literatur, salah satunya buku Fokan Ji yang ditulis oleh Li Junxiu di era Dinasti Tang, gua dibangun oleh biksu Buddha bernama Le Zun. (Nav/M-3) WAJAH penduduk Xinjiang, China, seperti orang Turki yang berhidung mancung, berkulit kemerahan, bahkan beberapa memiliki bola mata biru. Mereka menggunakan bahasa lisan yang tidak sama dengan ba- hasa Mandarin, juga tulisan yang mirip tulisan Arab. Uighur adalah etnik dominan di Xinjiang, sedangkan mayoritas warga China berasal dari suku Han. Pemerintah Republik Rakyat China menjadikannya provinsi otonomi, yaitu Xinjiang Uyghur Autonomous Region. Kaum Uighur berasal dari orang Turki yang menyebar ke wilayah China dan Asia Tengah lainnya, kemudian hidup nomaden. Sebuah prasasti tak jauh dari kompleks kota tua Jiaohe menceritakan kaum itu bermigrasi dari arah barat ke Xinjiang pada abad ke-9, kemudian hidup bertani secara maju dan de- ngan semangat kerja tinggi. Simbol kaum Uighur ialah roda pedati dan cangkul. Kota tua Jiaohe terletak di Desa Yarnas, 10 km arah barat Turpan. Sejak akhir abad ke-14 hingga saat ini, tidak ada lagi orang yang bermukim di sana setelah kota ini diserang Bangsa Mongolia yang dipimpin Genghis Khan. Ada lagi Kota Kashgar, masih di Xinjiang. “Jika belum pernah menginjakkan kaki di Kasghar, arti- nya Anda belum pernah mengun- jungi Xinjiang,” demikian kalimat yang didengung-dengungkan di provinsi ini. Kashgar merupakan perwujudan sik identitas Uighur. (Nav/M-3) Pusat Jalur Sutra Sisi Lain Negara China JIKA Anda berkunjung ke Kota Dunhuang, Provinsi Gansu, China, sempatkanlah berwisata ke Gu- nung Mingsha, lengkap dengan mata air berbentuk bulan sabit (crescent spring). Gunung Mingsha dan Oase Bu- lan Sabit telah didaftarkan sebagai Taman Nasional sejak 1994 oleh Dewan Negara China. ‘Gunung’ Mingsha sesungguh- nya sebuah padang gurun. Be- ragam fasilitas ditawarkan bagi wisatawan untuk menikmati Gu- nung Mingsha termasuk menyewa unta, mobil, kendaraan padang pasir, atau pesawat terbang. Gunung Mingsha terletak 5 km sebelah selatan Kota Dunhuang. Gunung ini membentang 40 km dari timur ke barat dan lebar 20 km dari selatan ke utara. Puncak utama berada pada ketinggian 1.714 meter di atas permukaan laut. Di Gunung Mingsha, pasir yang sudah terinjak-injak akan kembali ke bentuk semula pada hari beri- kutnya. Dahulu kala, gunung ini memiliki nama populer Shen Sha atau bukit pasir magis. Oase Bulan Sabit juga tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Mata air dengan ukuran panjang 30 dari selatan ke utara dan lebar 20 m dari timur ke barat itu memang terlihat laksana bulan sabit. Airnya begitu bening dan cantik, terlebih saat memantulkan cahaya dari langit biru. Sekalipun berada di tengah-tengah padang pasir, tidak pernah ada pasir memasuki danau sekali pun. Airnya juga tidak pernah berlumpur ataupun kering. (Nav/M-3) Oase Bulan Sabit Salju tebal selepas pintu perbatasan pertama Kirgizstan. MINGGU, 11 DESEMBER 2011 14 E KSPE DISI Pengantar Fastron Europe-Asia Metro TV Expedition 2011 telah dimulai pada September lalu. Dengan mengendarai empat mobil, tim melewati jalan darat melalui jalur sutra, sekaligus menyusuri peran penting Nusantara sejak zaman dahulu dalam perdagangan dunia. Perjalanan dijadwalkan berakhir di Belanda pada Desember. Laporan ekspedisi lintas benua ini akan diterbitkan Media Indonesia setiap Minggu. Oase Bulan Sabit di Dunhuang, Gansu, China Kota Tua Kashgar, Xinjiang, China Kuil Buddha di Kota Tua Jiaohe, Xinjiang, China FOTO-FOTO: MI/IRVAN SIHOMBING

Upload: vutruc

Post on 29-Jun-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jalan Bersalju Menuju Kirgizstan · lui pegunungan Tian Shan. Permu- ... sebanyak empat kali sebelum akhir-nya berhenti karena terperosok di ... oleh Li Junxiu di era Dinasti Tang,

SETELAH melewati China dengan jarak tempuh ter-panjang di antara target 18 negara tujuan--sekitar 6.000

km--tim Fastron Europe Asia Metro TV Expediton 2011 bergeser ke Kir-gizstan.

Selepas meninggalkan perbatasan China dan Kirgizstan, Tourgat Pass, menuju Naryn--kota terdekat dari pintu perbatasan, kami harus mela-lui pegunungan Tian Shan. Permu-kaan jalan terasa begitu licin karena dipenuhi salju tebal. Suhu saat itu

di bawah nol derajat celsius, rata-rata minus 6. Suatu waktu kami juga mendapati udara dengan suhu minus 10 derajat celsius.

Ceritanya tentu akan berbeda apa-bila semua kendaraan memiliki heater atau pemanas ruangan. Tim ekspe-disi sebenarnya sudah dibekali heater. Namun dalam perjalanan, benda tersebut ternyata tidak berfungsi.

Bekas zona perangSalju bertambah tebal selepas

perbatasan China menuju pos per-batasan Kirgizstan yang berjarak 4 km. Setiba di sana, suhu udara

mencapai minus 8 derajat celsius dengan ketinggian 3.600 meter di atas permukaan laut.

Seorang tentara berwajah dingin mengarahkan telunjuknya ke sebuah bangunan dan meminta seluruh ken-daraan dibawa ke sana.

Di sana, salah satu dinding pos dipenuhi lubang peluru bekas beron-dongan senjata. Sempat tebersit di pikiran kami semua bahwa tem-pat ini dulunya merupakan zona perang.

Toh proses keimigrasian dan ad-ministrasi kendaraan di pos per-batasan berlangsung tidak sampai 1

jam. Meski singkat, tetap saja proses itu terasa menyiksa karena dilaku-kan di saat suhu udara di bawah nol derajat.

InsidenDalam perjalanan menuju Naryn,

kami kembali harus berhenti di check point. Dua tentara bersenjata laras panjang menghampiri kendaraan ekspedisi dan meminta seluruh ang-gota tim menyerahkan paspor untuk kembali diperiksa.

Mobil yang saya tumpangi meng-alami selip ban dan mobil berputar sebanyak empat kali sebelum akhir-

nya berhenti karena terperosok di pinggir jalan.

Selip ban juga dialami mobil yang dikendarai pemimpin ekspedisi, Bucek Depp yang berusaha meno-long, tetapi malah selip hingga terperosok.

Sejak kejadian tersebut, kecepatan berkendara diperlambat menjadi rata-rata 40 km/jam. Kami pun tiba di Naryn sekitar pukul 00.00 waktu Beijing atau 22.00 waktu Kirgizstan.

Di kota terdekat perbatasan ini, kami tidak menemukan penginapan. Mau tidak mau perjalanan diterus-kan hingga Bishkek yang jaraknya

kurang lebih 320 km dari Naryn.Meski tidak lagi dipenuhi salju,

lebih dari separuh jalan menuju ibu kota Kirgizstan rusak parah dan penuh lubang. Kami baru tiba di penginapan di Bishkek sekitar pukul 08.00 waktu Beijing, nyaris 24 jam berkendara sejak dari Kashgar, China.

Perjalanan terberat itu terbayar dengan keindahan Kota Bishkek, keramahtamahan penduduk, dan eksotisnya perempuan Kirgizstan. (M-3)

[email protected]

IRVAN SIHOMBING

.COM/mediatravelista/ Untuk informasi lengkap dunia travelista.

Memasuki pintu perbatasan Kirgizstan seolah mengunjungi zona perang. Salah satu dinding pos dipenuhi lubang peluru bekas berondongan senjata.

DOK FASTRON EUROPE ASIA METRO TV EXPEDITION/CRACK PALLINGGI

Jalan Bersalju Menuju Kirgizstan

TIDAK hanya Gunung Mingsha dengan oase bulan sabitnya yang patut dikunjungi selama berada di Kota Dunhuang, Provinsi Gansu, China. Kota ini juga memiliki tem-pat bersejarah, yaitu The Mogao Caves atau Mogao Grottoes--Gua Mogao.

Gua ini menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO sejak 1987. Ia terletak 25 km arah tenggara Kota Dunhuang dan mendapat julukan ‘Gua Seribu Buddha’.

Di kompleks itu terdapat mu-seum yang mewakili Gua Mogao. Selama berada di museum, kita diperbolehkan mengambil gambar, tapi tidak di dalam gua.

Museum tersebut menampil-kan berbagai benda yang pernah ditemukan di dalam gua, seperti kitab Mazmur Kristen Nestorian,

berbagai jenis sutra, serta duplikat lukisan dinding.

Hingga kini, para arkeolog masih terus meneliti Gua Mogao. Sejak 1988 hingga 1995 telah ditemukan 248 gua di sebelah utara. Jumlah itu bertambah menjadi 487 sejak pertama kali diketahui pada awal 1900-an.

Dari sekitar 600 gua yang ber-tahan, hanya 30 yang diizinkan terbuka bagi publik. Para ahli meyakini Gua Mogao merupakan pusat kebudayaan pada era jalur sutra abad ke-4 hingga ke-14 dan menyimpan berbagai benda seni religius.

Menurut sejumlah literatur, salah satunya buku Fokan Ji yang ditulis oleh Li Junxiu di era Dinasti Tang, gua dibangun oleh biksu Buddha bernama Le Zun. (Nav/M-3)

WAJAH penduduk Xinjiang, China, seperti orang Turki yang berhidung mancung, berkulit kemerahan, bahkan beberapa memiliki bola mata biru.

Mereka menggunakan bahasa lisan yang tidak sama dengan ba-hasa Mandarin, juga tulisan yang mirip tulisan Arab.

Uighur adalah etnik dominan di Xinjiang, sedangkan mayoritas warga China berasal dari suku Han. Pemerintah Republik Rakyat China menjadikannya provinsi otonomi, yaitu Xinjiang Uyghur Autonomous Region.

Kaum Uighur berasal dari orang Turki yang menyebar ke wilayah China dan Asia Tengah lainnya, kemudian hidup nomaden. Sebuah prasasti tak jauh dari kompleks kota tua Jiaohe menceritakan kaum

itu bermigrasi dari arah barat ke Xinjiang pada abad ke-9, kemudian hidup bertani secara maju dan de-ngan semangat kerja tinggi. Simbol kaum Uighur ialah roda pedati dan cangkul.

Kota tua Jiaohe terletak di Desa Yarnas, 10 km arah barat Turpan.Sejak akhir abad ke-14 hingga saat ini, tidak ada lagi orang yang bermukim di sana setelah kota ini diserang Bangsa Mongolia yang dipimpin Genghis Khan.

Ada lagi Kota Kashgar, masih di Xinjiang. “Jika belum pernah menginjakkan kaki di Kasghar, arti-nya Anda belum pernah mengun-jungi Xinjiang,” demikian kalimat yang didengung-dengungkan di provinsi ini.

Kashgar merupakan perwujudan fi sik identitas Uighur. (Nav/M-3)

Pusat Jalur Sutra Sisi Lain Negara ChinaJIKA Anda berkunjung ke Kota Dunhuang, Provinsi Gansu, China, sempatkanlah berwisata ke Gu-nung Mingsha, lengkap dengan mata air berbentuk bulan sabit (crescent spring).

Gunung Mingsha dan Oase Bu-lan Sabit telah didaftarkan sebagai Taman Nasional sejak 1994 oleh Dewan Negara China.

‘Gunung’ Mingsha sesungguh-nya sebuah padang gurun. Be-ragam fasilitas ditawarkan bagi wisatawan untuk menikmati Gu-nung Mingsha termasuk menyewa unta, mobil, kendaraan padang pasir, atau pesawat terbang.

Gunung Mingsha terletak 5 km sebelah selatan Kota Dunhuang. Gunung ini membentang 40 km dari timur ke barat dan lebar 20 km dari selatan ke utara. Puncak utama

berada pada ketinggian 1.714 meter di atas permukaan laut.

Di Gunung Mingsha, pasir yang sudah terinjak-injak akan kembali ke bentuk semula pada hari beri-kutnya. Dahulu kala, gunung ini memiliki nama populer Shen Sha atau bukit pasir magis.

Oase Bulan Sabit juga tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Mata air dengan ukuran panjang 30 dari selatan ke utara dan lebar 20 m dari timur ke barat itu memang terlihat laksana bulan sabit.

Airnya begitu bening dan cantik, terlebih saat memantulkan cahaya dari langit biru. Sekalipun berada di tengah-tengah padang pasir, tidak pernah ada pasir memasuki danau sekali pun. Airnya juga tidak pernah berlumpur ataupun kering. (Nav/M-3)

Oase Bulan Sabit

Salju tebal selepas pintu perbatasan pertama Kirgizstan.

MINGGU, 11 DESEMBER 201114 EKSPEDISIPengantarFastron Europe-Asia Metro TV Expedition 2011 telah dimulai pada September lalu. Dengan mengendarai empat mobil, tim melewati jalan darat melalui jalur sutra, sekaligus menyusuri peran penting Nusantara sejak zaman dahulu dalam perdagangan dunia. Perjalanan dijadwalkan berakhir di Belanda pada Desember. Laporan ekspedisi lintas benua ini akan diterbitkan Media Indonesia setiap Minggu.

Oase Bulan Sabit di Dunhuang, Gansu, China Kota Tua Kashgar, Xinjiang, China Kuil Buddha di Kota Tua Jiaohe, Xinjiang, China

FOTO-FOTO: MI/IRVAN SIHOMBING