iv. hasil dan pembahasan 4.1. sistem pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana...

45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan Keamanan Pangan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) 4.1.1. Pengawasan Pre-Market Pengawasan pre-market merupakan tindakan preventif terhadap keamanan produk pangan sebelum produk tersebut beredar di masyarakat dengan melakukan penilaian pada saat produk tersebut didaftarkan di Badan POM (registrasi produk). Data yang dikaji dalam penelitian merupakan data sekunder hasil pengawasan pre-market yaitu jumlah produk pangan terdaftar MD dan ML tahun 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK. 00/05.1.2569 tahun 2004 tentang Kriteria dan Tata Laksana Penilaian Produk Pangan. Aturan ini kemudian direvisi menjadi Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor : HK. 03.1.5.12.11.09956 tahun 2011 tentang Tata Laksana Pendaftaran Pangan Olahan yang mulai diberlakukan sejak diundangkan pada tanggal 12 Desember 2011. Pasal 42 pada PP No. 28 tahun 2004 menyatakan bahwa dalam rangka pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran. Surat persetujuan pendaftaran diperoleh dengan cara melakukan pendaftaran produk pangan untuk dilakukan penilaian keamanan, mutu, dan gizi pangan. Pendaftaran dilakukan oleh produsen, importir dan atau distributor pangan di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM, Gedung D lantai 3 Jakarta Pusat. Waktu pendaftaran pada hari kerja (Senin s.d. Jum’at). Kewajiban pendaftaran produk pangan sesuai pula dengan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 30 yaitu dalam rangka peredaran pangan

Upload: haminh

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sistem Pengawasan Keamanan Pangan oleh Badan Pengawas Obat dan

Makanan (Badan POM)

4.1.1. Pengawasan Pre-Market

Pengawasan pre-market merupakan tindakan preventif terhadap keamanan

produk pangan sebelum produk tersebut beredar di masyarakat dengan melakukan

penilaian pada saat produk tersebut didaftarkan di Badan POM (registrasi

produk). Data yang dikaji dalam penelitian merupakan data sekunder hasil

pengawasan pre-market yaitu jumlah produk pangan terdaftar MD dan ML tahun

2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.

00/05.1.2569 tahun 2004 tentang Kriteria dan Tata Laksana Penilaian Produk

Pangan. Aturan ini kemudian direvisi menjadi Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Nomor : HK. 03.1.5.12.11.09956 tahun 2011 tentang Tata

Laksana Pendaftaran Pangan Olahan yang mulai diberlakukan sejak diundangkan

pada tanggal 12 Desember 2011.

Pasal 42 pada PP No. 28 tahun 2004 menyatakan bahwa dalam rangka

pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap pangan olahan baik yang

diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke wilayah Indonesia untuk

diperdagangkan dalam kemasan eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat

persetujuan pendaftaran. Surat persetujuan pendaftaran diperoleh dengan cara

melakukan pendaftaran produk pangan untuk dilakukan penilaian keamanan,

mutu, dan gizi pangan.

Pendaftaran dilakukan oleh produsen, importir dan atau distributor pangan

di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan

Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM, Gedung D lantai 3 Jakarta Pusat.

Waktu pendaftaran pada hari kerja (Senin s.d. Jum’at). Kewajiban pendaftaran

produk pangan sesuai pula dengan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999

tentang Label dan Iklan Pangan pasal 30 yaitu dalam rangka peredaran pangan

Page 2: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

18

bagi pangan olahan yang wajib didaftarkan sesuai ketentuan perundang-undangan

yang berlaku, baik produksi dalam negeri maupun yang dimasukkan ke dalam

wilayah Indonesia, pada Label pangan yang bersangkutan harus dicantumkan

Nomor Pendaftaran Pangan.

Penilaian untuk memperoleh nomor pendaftaran disebut penilaian keamanan

pangan. Klasifikasi penilaian produk pangan (pelayanan pendaftaran) dibagi

menjadi 3 (tiga) yaitu pelayanan pendaftaran umum, pelayanan pendaftaran cepat

(ODS=One day service) dan pelayanan perubahan produk. Alur proses pelayanan

pendaftaran umum dan cepat dapat dilihat pada Lampiran 1 dan alur proses

pelayanan perubahan produk pada Lampiran 2.

Pelayanan Pendaftaran Umum

Pelayanan pendaftaran umum yaitu pelayanan penilaian produk dan

keputusan hasil penilaian produk pangan dilaksanakan dalam waktu 45 (empat

puluh lima) hari kerja. Pelayanan diberlakukan terhadap produk beresiko tinggi

dan produk baru yang belum pernah mendapatkan nomor pendaftaran.

Produk pangan yang didaftarkan pada pelayanan pendaftaran umum antara

lain produk pangan yang diperuntukkan bagi golongan tertentu seperti produk

makanan bayi, produk pangan diet khusus, produk pangan yang mempunyai

manfaat tertentu karena kandungan zat aktif yang ada di dalamnya dan produk

pangan yang mencantumkan klaim kandungan zat gizi, klaim fungsi zat gizi

ataupun klaim kesehatan pada label produknya. Contoh produk pangan yang dapat

didaftarkan pada pelayanan pendaftaran umum antara lain MPASI, biskuit untuk

bayi, dan susu formula bayi.

Pelayanan Pendaftaran Cepat

Pelayanan pendaftaran cepat (ODS) adalah pelayanan penilaian dan

keputusan hasil penilaian produk pangan dilaksanakan dalam waktu 5 (lima) hari

kerja. Layanan penilaian dilakukan terhadap produk pangan beresiko rendah dan

produk sejenis yang pernah mendapatkan nomor pendaftaran. Produk pangan

yang dapat didaftarkan pada pelayanan pendaftaran cepat dapat dilihat pada

Page 3: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

19

Lampiran 3. Produk pangan yang didaftarkan tidak boleh mencantumkan klaim

baik klaim kandungan gizi, klaim fungsi gizi maupun klaim kesehatan. Sejak

tanggal 1 Maret 2012, pendaftaran pangan olahan untuk produk beresiko rendah

dapat dilakukan secara elektronik melalui web Badan POM sesuai dengan

pengumuman No HM. 03.03.51.02.12.0222.

Pelayanan Perubahan Produk

Pelayanan perubahan produk yaitu pelayanan penilaian terhadap produk

pangan yang akan melakukan perubahan data produk. Pelayanan diberlakukan

bagi produk pangan yang telah mendapatkan nomor persetujuan pendaftaran yang

telah diperolehnya menjadi berubah atau berganti.

Perubahan yang dapat diajukan antara lain perubahan nama perusahaan,

perubahan nama importir atau distributor, perubahan informasi nilai gizi,

perubahan dan atau penambahan klaim, perubahan nama dagang, perubahan

desain kemasan, perubahan dan/atau penambahan berat/isi bersih, perubahan

komposisi, dan perubahan untuk kepentingan promosi dalam waktu tertentu.

Penilaian perubahan produk dilaksanakan dalam waktu 15 (lima belas) hari kerja.

Produk pangan yang memperoleh Nomor Pendaftaran Produk Pangan harus

memenuhi kriteria tentang keamanan, jaminan mutu, gizi, serta keterangan dan

atau pernyataan pada label. Kriteria tentang keamanan yaitu yang meliputi batas

maksimum cemaran mikroba, cemaran kimia, cemaran fisik dan cemaran bahan

berbahaya lainnya. Kriteria tentang jaminan mutu yaitu dinilai dari proses

produksi sesuai dengan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB).

Kriteria tentang gizi yaitu sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

antara lain informasi nilai gizi dan angka kecukupan gizi. Sedangkan keterangan

dan atau pernyataan pada label yaitu label harus benar dan tidak menyesatkan,

baik mengenai tulisan, gambar atau bentuk apapun lainnya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku serta mencantumkan sekurang-kurangnya keterangan

tentang nama produk, berat bersih atau isi bersih, dan nama dan alamat pihak

yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia.

Page 4: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

20

Proses pendaftaran dilakukan dengan menyerahkan berkas pendaftaran

rangkap 2 (dua) kepada Badan POM untuk dilakukan pemeriksaan kelengkapan

dokumen dan penetapan biaya sesuai dengan jenis produk pangan. Kelengkapan

dokumen yang diserahkan pada saat pendaftaran yaitu formulir pendaftaran

(terdiri dari Formulir A, B dan C) yang telah diisi dengan benar dan lengkap

(Lampiran 4), contoh produk pangan, serta rancangan label berwarna dan brosur

bila ada.

Kelengkapan persyaratan dokumen yang dilampirkan pendaftar dalam

berkas pendaftaran dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu persyaratan administrasi,

persyaratan teknis dan persyaratan tambahan. Persyaratan administrasi terdiri

dari (1) fotokopi KTP pendaftar, (2) surat pernyataan bermaterai tentang

kebenaran dan keabsahan dokumen pendaftaran serta jaminan keamanan, mutu

dan gizi serta label pangan olahan, (3) fotokopi ijin usaha industri (IUI) atau tanda

daftar industri (TDI) dari Kementerian/Dinas Perindustrian atau Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM/BKPMD), (4) hasil pemeriksaan sarana produksi dari

Balai Besar/Balai POM setempat, (5) surat persetujuan pendaftaran produk

pangan asli (untuk pelayanan ulang), dan (6) fotokopi surat persetujuan

pendaftaran produk pangan sejenis (untuk pelayanan cepat).

Persyaratan teknis terdiri dari (1) daftar bahan yang

digunakan/komposisi diurutkan dari jumlah yang terbanyak, (2) proses produksi

atau sertifikat HACCP/ISO 22000, (3) informasi masa kadaluarsa, (3) hasil

analisa produk akhir asli dari lab terakreditasi atau lab pemerintah, dan (5)

rancangan label berwarna. Keterangan pada label harus dicantumkan dalam

Bahasa Indonesia, dan bagian utama sekurang-kurangnya memuat : nama dagang,

nama jenis/produk, berat/isi bersih, bobot tuntas (jika ada), nama dan alamat pihak

yang memproduksi, dan nomor pendaftaran BPOM RI MD. Bagian utama/bagian

lain terdiri dari komposisi atau daftar bahan yang digunakan (diurutkan dari

jumlah bahan terbanyak), kode produksi, baik digunakan sebelum, petunjuk

penyimpanan, penggunaan, peringatan dan keterangan lain (jika perlu), dan tabel

informasi nilai gizi (wajib dicantumkan untuk produk berklaim).

Page 5: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

21

Persyaratan tambahan terdiri dari : (1) surat kuasa untuk melakukan

pendaftaran (apabila yang mendaftarkan bukan pimpinan perusahaan); (2)

penjelasan untuk bahan-bahan tertentu antara lain : asal bahan (bahan yang berasal

dari hewani atau nabati), status GMO (jagung, kentang, kedelai, tomat), dan

kandungan kloramfenikol dalam madu; (3) fotokopi surat kerjasama pengemas

kembali/berlisensi/pengguna merek/makloon/model (jika diperlukan); (4) fotokopi

sertifikat SNI (untuk produk AMDK, tepung terigu, garam beryodium, coklat

bubuk, gula rafinasi); (5) fotokopi sertifikat merek; (6) fotokopi sertifikat organik

(jika mencantumkan tulisan/logo organik); (7) fotokopi nomor kontrol veteriner

(NKV) rumah pemotongan hewan (RPH) (untuk produk asal hewan); (8) surat

persetujuan pencantuman tulisan halal pada label (jika mencantumkan tulisan/logo

halal); (9) Fotokopi SIPA (Surat Izin Pengambilan Air Tanah)/surat kerjasama

dengan PDAM (untuk AMDK); dan (10) data pendukung produk berklaim (jika

diperlukan).

Untuk pendaftaran pelayanan umum baru dan ulang, berkas pendaftaran

rangkap dua dimasukkan ke dalam map kertas ukuran polio; map warna merah

untuk produk makanan dan minuman, map warna biru untuk produk pangan

fungsional, hasil rekayasa genetika dan bahan tambahan pangan, dan map warna

hijau untuk produk pangan olahan tertentu.

Untuk pendaftaran pelayanan cepat, berkas pendaftaran rangkap dua

dimasukkan ke dalam map kertas ukuran polio; map warna merah untuk produk

minuman dan BTP, dan map warna biru untuk produk makanan. Untuk

pendaftaran pelayanan cepat ulang, berkas pendaftaran rangkap dua dimasukkan

ke dalam map kertas ukuran polio berwarna merah.

Bukti pembayaran atas biaya pendaftaran produk pangan disertakan pada

berkas pendaftaran yang diserahkan kepada Badan POM untuk dilakukan

penilaian. Besaran biaya pendaftaran sesuai dengan ketentuan Peraturan

Pemerintah No. 48 tahun 2010 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNPB) yang berlaku pada Badan POM.

Page 6: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

22

Pendaftar diberikan surat pengantar pembayaran bank yang ditunjuk dengan

menggunakan formulir P1 (Lampiran 5). Berkas pendaftaran yang telah

memenuhi ketentuan dilakukan penilaian keamanan, mutu dan gizi serta label

sesuai dengan tingkat resikonya. Penilaian terhadap berkas dilakukan oleh Tim

Penilai Produk Pangan Badan POM dan dapat dibentuk pula Komite Nasional

Penilai Produk Pangan yang melibatkan tenaga ahli di bidang keamanan, mutu

dan gizi serta label pangan. Petugas yang melakukan penilaian berkas pendaftaran

dinamakan petugas evaluator pangan.

Pembentukan tugas dan fungsi Tim Penilai dan atau Komite Nasional

Penilai Produk Pangan ditetapkan oleh Kepala Badan POM. Berdasarkan

rekomendasi Penilai, Kepala Badan memberikan keputusan selambat-lambatnya

60 hari kerja terhitung sejak diterimanya berkas pendaftaran yang lengkap dan

benar.

Keputusan Kepala Badan dapat berupa persetujuan, permintaan tambahan

data atau penolakan. Produk pangan yang mendapat persetujuan akan memperoleh

nomor pendaftaran produk pangan dengan menggunakan formulir P2 (Lampiran

6) disertai rancangan label yang disetujui. Nomor pendaftaran produk dalam

negeri diberi tanda BPOM RI MD dan nomor pendaftaran pangan produk impor

diberi tanda BPOM RI ML.

Untuk produk pangan yang diperlukan penambahan data, pendaftar akan

diberitahukan secara tertulis tentang persyaratan tambahan data yang harus

dipenuhi dengan menggunakan formulir P3 (Lampiran 7). Persyaratan tambahan

data dapat berupa hasil pemeriksaan atau pengujian oleh Balai Besar atau Balai

Pengawas Obat dan Makanan atas informasi yang disampaikan oleh pendaftar.

Keputusan terhadap pendaftaran dengan tambahan data akan ditetapkan selambat-

lambatnya sejak pemberitahuan secara tertulis disampaikan. Sedangkan keputusan

terhadap penolakan pendaftaran akan diberitahukan secara tertulis kepada

pendaftar disertai dengan alasan penolakan. Formulir yang digunakan yaitu

formulir P4 (Lampiran 8).

Page 7: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

23

Perubahan produk pangan dapat dilakukan pendaftar sepanjang perubahan

tersebut tidak mengubah nomor pendaftaran pangan. Permohonan perubahan

produk pangan diajukan secara tertulis kepada Kepala Badan menggunakan

formulir P5 (Lampiran 9). Perubahan produk pangan dapat dilakukan setelah 3

bulan sejak tanggal persetujuan.

Pendaftar dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala

Badan untuk melakukan dengar pendapat berkaitan dengan keberatannya terhadap

hasil penilaian produk pangan dari Tim Penilai dan atau Komite Nasional Penilai

Produk Pangan. Permohonan diajukan paling lama 15 hari kerja sejak tanggal

pemberitahuan hasil penilaian produk pangan.

Permintaan peninjauan kembali terhadap pendaftaran yang ditolak dapat

diajukan pendaftar secara tertulis kepada Kepala Badan, diajukan selambat-

lambatnya 1 bulan setelah penolakan dan dapat dilakukan sebanyak 1 kali.

Peninjauan kembali harus dilengkapi dengan data baru dan atau data yang sudah

pernah diajukan dengan dilengkapi justifikasi. Pendaftar yang pendaftarannya

ditolak karena alasan keamanan, mutu dan gizi serta label produk pangan, dapat

mengajukan kembali pendaftarannya setelah ada bukti-bukti ilmiah terbaru paling

cepat 3 bulan setelah tanggal surat penolakan.

Surat persetujuan pendaftaran berlaku 5 tahun selama masih memenuhi

ketentuan yang berlaku. Apabila telah habis masa berlakunya maka wajib

dilakukan pendaftaran ulang. Untuk penyerahan label siap edar dilakukan

selambat-lambatnya 3 bulan setelah persetujuan pendaftaran.

Produk pangan yang telah mendapat persetujuan pendaftaran dapat

dilakukan penilaian kembali oleh Kepala Badan apabila ditemukan hal-hal yang

tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendaftar

wajib menarik produk pangan dari peredaran jika produk pangan tersebut

dilakukan penilaian kembali.

Kepala Badan dapat membatalkan surat persetujuan pendaftaran apabila

terjadi salah satu dari hal-hal berikut ini : a) atas permintaan produsen, importir

dan atau distributor yang mengajukan permohonan penilaian keamanan produk

Page 8: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

24

pangan, b) produk pangan yang beredar tidak sesuai dengan data yang disetujui

pada waktu memperoleh surat persetujuan pendaftaran, c) produk pangan yang

dipromosikan menyimpang dari ketentuan yang berlaku, d) produk pangan tidak

diproduksi atau diimpor lagi, e) ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, f) nama dagang yang digunakan

telah terdaftar secara sah oleh pihak lain pada instansi yang berwenang, g)

berdasarkan penelitian dan atau pemantauan setelah beredar, produk pangan tidak

memenuhi kriteria yang diharuskan, h) tidak melaksanakan kewajiban, i) izin

industri pangan untuk memproduksi, izin importir, dan atau izin distributor

dicabut, dan j) pemilik surat persetujuan pendaftaran melakukan pendaftaran di

bidang produksi atau distribusi produk pangan. Pembatalan surat persetujuan

pendaftaran produk pangan dilakukan oleh Kepala Badan menggunakan formulir

P6 (Lampiran 10).

4.1.2. Pengawasan Post-Market

4.1.2.1. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan

Sesuai dengan lingkup tugasnya Badan POM melakukan pengawasan

terhadap sarana produksi pangan. Pengawasan tersebut dilakukan oleh Balai

Besar/Balai POM di Indonesia secara rutin terhadap sarana yang produknya

terdaftar, baik di Badan POM (MD), maupun di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

(SP/PIRT). Penentuan prioritas pemeriksaan sarana produksi diserahkan kepada

Balai Besar/Balai POM setempat.

Pemeriksaan terhadap sarana produksi pangan yang dilakukan oleh

Badan POM mengacu pada pedoman cara produksi pangan yang baik (CPPB).

Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia nomor

75/M-IND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang

Baik (Good Manufacturing Practices) dan Keputusan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.05.5.1639 tentang Pedoman

Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).

Pemeriksaan sarana produksi pangan bertujuan untuk mendorong

dilaksanakannya cara produksi pangan yang baik oleh produsen sesuai dengan

Page 9: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

25

ketentuan perundang-undangan yang berlaku, agar masyarakat tidak dirugikan

oleh peredaran produk yang tidak memenuhi syarat dan untuk mencegah

persaingan yang tidak sehat antar produsen. Selain itu bertujuan untuk

memperoleh data keadaan sarana produksi pangan yang diperiksa, sehingga data

tersebut dapat digunakan sebagai upaya untuk peningkatan cara produksi pangan

dan atau dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan langkah tindak

lanjutnya. Untuk melaksanakan kegiatan pemeriksaan sarana produksi pangan,

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan POM menyusun petunjuk teknis

pemeriksaan sarana produksi pangan dan untuk penilaian menggunakan petunjuk

penilaian CPMB Sarana Produksi Pangan Form A (Lampiran 11).

Formulir penilaian CPMB terdiri dari lembar data umum dan data khusus.

Form A ini dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu 1) kelompok A mengenai data

umum, 2) kelompok B mengenai data khusus, 3) kelompok C merupakan daftar

pengecekan CPMB sarana produksi pangan, 4) kelompok D mengenai hasil

penilaian, dan 5) kelompok E adalah lembar saran-saran, baik saran administratif,

saran fisik maupun saran operasional.

Daftar pengecekan CPMB sarana produksi pangan yang ada di kelompok C

terdiri dari Sub kelompok mengenai 1) sikap dan wawasan pimpinan perusahaan

mengenai sistem pengawasan mutu, 2) kondisi sanitasi dan hygiene bangunan,

fasilitas dan sanitasi, 3) sanitasi dan kesehatan serta tindak tanduk karyawan, dan

4) cara penanganan dan pengolahan bahan pangan (GMP). Keseluruhan aspek

tersebut akan dinilai dan apabila tidak memenuhi syarat (sesuai dengan

pertanyaan (negatif/defect/deficiency) maka pemberian tanda X pada kolom yang

tersedia yaitu pada kolom MN (Minor), MJ (Major), SR (Serius) atau KT (Kritis).

Pemberian tanda � (tick) pada kolom OK apabila kenyataan yang ada di lapangan

dilakukan dengan benar berlawanan dengan pernyataan negatif pada kolom aspek

yang dinilai.

Apabila pada kenyataannya ada aspek pertanyaan yang tidak diberlakukan

maka diberi tanda tb (tidak diberlakukan) pada kolom keterangan dan aspek

tersebut tidak dikenakan penilaian. Apabila ada dua pilihan tanda X dalam setiap

nomor aspek yang dinilai, maka jika penyimpangannya dinilai ringan sebelah kiri

Page 10: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

26

yang dilingkari dan jika penyimpangannya dinilai berat maka sebelah kanan yang

dilingkari.

Kelompok D merupakan hasil penilaian, digunakan untuk menentukan

tingkat (rating) kelayakan sarana produksi pangan berdasarkan penyimpangan

yang ada dengan menggunakan standar pada tabel 1. Kelompok E adalah lembar

saran-saran, baik saran administratif, saran fisik maupun saran operasional. Daftar

pengecekan CPMB harus ditandatangani oleh petugas penilai dari instansi yang

berwenang dan pimpinan unit pengolahan atau petugas lain yang ditunjuk.

Tabel 1. Tingkat/rating kelayakan sarana produksi

Tingkat

(rating)

Jumlah penyimpangan

MN

(minor)

MJ

(Major)

SR

(Serius)

KT

(Kritis)

A (Baik sekali) 0-6 0-5 0 0

B (Baik) ≥7 6-10 1-2 0

atau tb ≥ 11 0 0

C (Kurang) tb ≥ 11 3-4 0

D (Jelek) tb tb ≥ 5 ≥ 1

Penilaian terhadap sarana produksi pangan yang tercakup dalam form A

terdiri dari 23 grup, mulai dari group A sampai dengan group W. Unsur-unsur

yang dinilai dari group tersebut yaitu pimpinan; sanitasi lokasi dan lingkungan:

fisik; sanitasi lingkungan: pembuangan/limbah; sanitasi lingkungan : infestasi

burung, serangga, atau binatang lain; pabrik-umum; pabrik-ruang pengolahan;

fasilitas pabrik; pembuangan limbah di pabrik; operasional sanitasi di pabrik;

binatang pengganggu-serangga dalam pabrik; peralatan produksi; pasokan air;

sanitasi dan hygiene karyawan; gudang biasa (kering); gudang beku, dingin

(apabila digunakan); gudang kemasan produk; tindakan pengawasan; bahan

mentah dan produk akhir; hasil uji; tindakan pengawasan; sarana

pengolahan/pengawetan; penggunaan bahan kimia; bahan, penanganan dan

pengolahan.

Page 11: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

27

Hasil pemeriksaan sarana produksi dilaporkan oleh Balai Besar/Balai POM

ke Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan setiap triwulan dengan

menggunakan Form RA yaitu formulir rekapitulasi hasil pemeriksaan sarana

produksi makanan dan minuman (Lampiran 12). Untuk hasil pemeriksaan sarana

produksi pangan MD, sarana yang dinyatakan memenuhi syarat (MS) adalah

sarana produksi pangan yang mendapat nilai B, sedangkan yang mendapat nilai C

dan K dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS). Berbeda halnya dengan

pemeriksaan sarana produksi industri rumah tangga pangan (IRTP), sarana yang

dinyatakan memenuhi syarat (MS) adalah sarana produksi pangan yang mendapat

nilai B dan C, sedangkan yang mendapat nilai K dinyatakan tidak memenuhi

syarat (TMS).

Petugas Balai Besar/Balai POM yang melakukan pemeriksaan sarana

produksi pangan adalah petugas pengawas pangan. Untuk menjamin kualitas

sumberdaya manusia (SDM) yang melakukan pengawasan produk pangan yang

beredar, Badan POM menyelenggarakan pelatihan kompetensi pengawas pangan

secara berjenjang. Tenaga pengawas pangan yang telah mengikuti pelatihan

penjenjangan tersebut dikenal dengan pengawas pangan nasional (National Food

Inspector/NFI).

Semakin banyaknya sarana produksi pangan skala industri rumah tangga

(IRTP) yang tersebar di Indonesia, mengakibatkan sangat sulit untuk melakukan

pengawasan terhadap seluruh sarana produksi. Untuk mengatasi hal tersebut

Badan POM memperluas cakupan kinerja pengawasan terhadap produk pangan

dengan cara bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat untuk melatih

petugas pengawas pangan yang direncanakan khusus melakukan pengawasan dan

bimbingan terhadap sarana produksi pangan skala IRT yang disebut District Food

Inspector (DFI). Petugas DFI tersebut berada di Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Jumlah tenaga pengawas pangan yang tersebar di seluruh

Indonesia yaitu sebanyak 169 orang NFI dan 1,829 DFI (Susanti, 2010).

Page 12: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

28

4.1.2.2. Pemeriksaan Sarana Distribusi Pangan

Pemeriksaan sarana distribusi pangan dilakukan oleh Balai Besar/Balai

POM yang ada di Indonesia. Pemeriksaan bertujuan untuk melindungi konsumen

dari kemungkinan beredarnya pangan yang tidak memenuhi syarat yang mungkin

dapat merugikan atau membahayakan kesehatan dikarenakan cara distribusi

pangan yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Kegiatan pengawasan sarana distribusi sesuai dengan Instruksi Presiden

Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1991 tentang Peningkatan Pembinaan dan

Pengawasan Produksi dan Peredaran Makanan Olahan, Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 329/MEN.KES/PER/XII/76 tentang

Produksi dan Peredaran Makanan, dan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.23.1455 tahun 2008 tentang

Pengawasan Pemasukan Pangan Olahan.

Pemeriksaan sarana distribusi dilakukan untuk melihat kesesuaian cara

distribusi pangan dengan baik (CDPB) pada sarana distribusi pangan. Sasaran

pemeriksaan yaitu seluruh badan usaha atau perorangan yang mengedarkan

pangan antara lain distributor, toko, supermarket, hipermarket, swalayan, warung,

kios, dan pasar tradisional.

Pemeriksaan mengacu pada petunjuk teknis pemeriksaan sarana distribusi

pangan yang dikeluarkan oleh Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, Deputi

Bidang Pengawasan Keamanan dan Bahan Berbahaya Badan POM. Kegiatan

pemeriksaan dilakukan oleh petugas pengawas pangan. Aspek yang diperhatikan

oleh petugas pengawas pangan antara lain peragaan produk pangan; peragaan

produk beku dan produk dingin, termasuk kontrol suhu yang dilakukan;

penempatan produk pangan dan non pangan; penyimpanan produk di gudang,

terutama cara penyimpanan produk yang mudah rusak, ketentuan khusus pada

label produk; produk yang dicurigai menggunakan bahan tambahan yang dilarang

digunakan pada pangan, serta produk kadaluarsa, rusak dan tanpa ijin edar.

Terdapat 11 grup (A s.d. K) pada formulir laporan pemeriksaan Form B

(Lampiran 13) yang menjadi acuan penilaian antara lain pimpinan; sanitasi;

Page 13: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

29

infestasi; bangunan/ruangan; perlengkapan peragaan; gudang biasa; gudang

dingin; perlengkapan administrasi; pengawasan penanganan; ketentuan khusus;

dan produk yang TMS (diuraikan data produk pada lampiran). Tindakan yang

dilakukan pada saat pemeriksaan dapat berupa pembinaan; pengambilan sampel;

pemanggilan resmi; perintah pengembalian; penyegelan produk, penyitaan produk

dan pemusnahan produk. Hasil pemeriksaan sarana distribusi pangan dilaporkan

kepada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, Deputi Bidang Pengawasan

Keamanan dan Bahan Berbahaya Badan POM dengan menggunakan Form RB

secara berkala setiap triwulan.

4.1.2.2. Sampling dan Pengujian Produk Pangan yang Beredar

Salah satu kegiatan pengawasan keamanan pangan yang dilakukan oleh

Badan POM yaitu dengan melakukan pengawasan terhadap produk pangan yang

beredar dengan cara pengambilan sampel produk (sampling) dan pengujian

produk di laboratorium untuk melihat kesesuaian produk pangan yang diedarkan.

Pengawasan dilakukan oleh Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan

POM melalui Balai Besar/ Balai POM di seluruh Indonesia. Kewenangan Badan

POM dalam melakukan sampling pangan sesuai dengan PP No 28 tahun 2004

tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan pasal 45 yang berisi :

(1) Badan berwenang melakukan pengawasan keamanan, mutu dan

gizi pangan yang beredar

(2) Dalam melaksanakan fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), badan berwenang untuk :

a) mengambil contoh pangan yang beredar dan/atau

b) melakukan pengujian terhadap contoh pangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) butir a

(3) Hasil pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir b :

a) untuk pangan segar disampaikan kepada dan ditindaklanjuti

oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang pertanian,

perikanan atau kehutanan sesuai dengan bidang tugas dan

kewenangan masing-masing;

Page 14: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

30

b) untuk pangan olahan disampaikan dan ditindaklanjuti oleh

instansi yang bertanggung jawab di bidang perikanan,

perindustrian atau Badan sesuai dengan bidang tugas dan

kewenangan masing-masing;

c) untuk pangan olahan tertentu ditindaklanjuti oleh Badan

d) untuk pangan olahan hasil industri rumah tangga pangan

dan pangan siap saji disampaikan kepada dan

ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Pengambilan sampel produk (sampling) dilakukan di sarana produksi

pangan dan atau sarana distribusi pangan. Pengambilan sampel produk harus

mewakili seluruh kelompok produk yang akan diuji. Oleh karena itu, sampling

memerlukan perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan yang komprehensif dan

aplikatif agar data yang diperoleh benar, absah, dan valid. Pedoman standar

sampling pangan secara umum mengacu pada General Guidelines on Sampling

(CAC/ GL 50-2004) yang disusun oleh Codex Alimentarius Commission (CAC).

Pedoman ini dibuat untuk memastikan bahwa prosedur sampling yang

sahih dan valid digunakan dalam rangka menguji produk pangan. Faktor-faktor

yang harus dipertimbangkan dalam melakukan sampling adalah tujuan

pengambilan sampel, kemampuan analisis laboratorium, metode analisis yang

akan dilakukan, metode pengambilan sampel yang akan dipilih dan jumlah

sampel.

Kegiatan sampling merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kualitas

pengujian. Untuk melakukan pengujian diperlukan laboratorium yang mampu

mendeteksi dan secara kuantitatif menguji besaran bahaya dalam pangan.

Pelayanan analitik ilmiah merupakan komponen yang penting dalam sistem

pengawasan pangan. Pelayanan ini diberikan oleh laboratorium analitik.

Laboratorium harus mempunyai sarana yang memadai dan analis yang kompeten

untuk bidang pengujian yang dibutuhkan. Selain itu laboratorium harus mampu

mengembangkan metode analisis yang baru untuk menguji food safety measures

(seperti hazard) yang baru muncul (emerging).

Page 15: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

31

Badan POM melakukan sampling pangan rutin sebagai bentuk

pengawasan terhadap produk pangan yang beredar untuk menjamin masyarakat

dari peredaran produk pangan yang beresiko terhadap kesehatan, produk pangan

cacat atau dengan mutu substandard dan atau mengandung unsur penipuan.

Pelanggaran keamanan pangan meliputi penggunaan bahan kimia yang dilarang

untuk pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) melebihi batas

maksimal, pangan mengandung cemaran (kimia, mikroba, fisik) dan penggunaan

bahan baku yang mengandung cemaran (kimia, mikroba, fisik).

Prioritas produk untuk sampling rutin yaitu produk dengan kriteria : produk

yang mempunyai kemungkinan resiko tinggi dan banyak diminati masyarakat,

sebagai tindak lanjut dari suatu produk yang terbukti TMS berdasarkan hasil

sampling sebelumnya, sebagai tindak lanjut dari hasil inspeksi sarana produksi

yang belum menerapkan CPMB dan program nasional (fortifikasi) (Gartini 2009).

Pelaksanaan sampling sekurang-kurangnya satu tahun sekali dilakukan pada

sarana produksi maupun sarana distribusi.

4.2. Implementasi Sistem Pengawasan Keamanan Pangan oleh Badan POM

4.2.1. Implementasi Pengawasan Pre-Market

Pengawasan pre-market dilakukan pada saat registrasi produk terhadap

kelengkapan persyaratan yang diajukan oleh produsen/distributor/importir

pangan. Produk pangan olahan yang telah dinilai dan memenuhi persyaratan akan

diberikan surat persetujuan pendaftaran produk pangan yang di dalamnya terdapat

nomor pendaftaran. Nomor pendaftaran produk pangan adalah nomor yang

diberikan untuk pangan olahan dalam rangka peredaran pangan yang terdiri dari

12 (dua belas) digit dan dalam setiap digit berisi kode dari produk tersebut.

Pendaftaran produk pangan MD dan ML diklasifikasikan berdasarkan

kategori pangan. Pada tahun 2006 s.d. 2010 jumlah produk pangan terdaftar

dengan nomor pendaftaran MD sebanyak 22,967 produk dan 16,947 produk

dengan nomor pendaftaran ML (Gambar 2). Produk dengan nomor pendaftaran

MD tahun 2006-2010 yang terbanyak pada kategori pangan 14 (minuman, tidak

termasuk susu) dan produk dengan nomor pendaftaran ML yang terbanyak pada

kategori pangan 6 (serealia dan produk serealia).

Page 16: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

32

Gambar 2. Jumlah produk pangan terdaftar di Badan POM tahun

2006-2010

Hasil keputusan penilaian produk selain persetujuan untuk memperoleh

nomor pendaftaran, dapat pula berupa penolakan produk dikarenakan tidak

memenuhi/tidak sesuai dengan persyaratan saat registrasi. Gambar 3

memperlihatkan jumlah produk MD dan ML tahun 2010 yang ditolak pada saat

pendaftaran yaitu sebanyak 184 produk (8 produk MD dan 176 produk ML).

Pendaftar yang berkasnya tidak memenuhi persyaratan, berkas pendaftaran

dikembalikan untuk dilengkapi atau berkas ditolak dengan alasan keamanan

pangan.

Pengawasan pre-market berkaitan dengan mutu pelayanan yang diberikan

oleh petugas evaluator pangan pada saat melakukan penilaian produk. Menurut

Ratminah (2009) dari keseluruhan unsur penilaian indeks kepuasan masyarakat

(IKM) yang dilakukan di unit pelayanan Badan POM Pusat yang terdiri dari unsur

prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan,

tanggung jawab petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan

pelayanan, kemampuan petugas pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas,

kewajaran biaya pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan

dan keamanan lingkungan unit penyelenggara layanan maupun sarana yang

digunakan; unsur yang memperoleh nilai A (sangat baik) adalah unsur kepastian

Page 17: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

33

biaya pelayanan, sedangkan unsur yang mendapat penilaian mutu pelayanan C

(kurang baik) terdapat pada unsur prosedur pelayanan, kecepatan pelayanan dan

kepastian jadwal pelayanan.

Gambar 3. Jumlah produk MD dan ML yang ditolak tahun 2010

Berdasarkan data registrasi produk tahun 2006-2010, bahwa selama

periode 5 tahun pengawasan jumlah produk yang terdaftar sebanyak 30

produk/hari. Jumlah ini cukup besar, sehingga diperlukan jumlah SDM petugas

penilai pangan yang memadai sehingga sistem pengawasan yang dilakukan

menjadi efektif dan efisien.

Selain melakukan pengawasan pre-market pada produk MD dan ML, Badan

POM juga berperan dalam melakukan pembinaan terhadap Industri Rumah

Tangga Pangan (IRTP) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat.

Pembinaan yang dilakukan Badan POM yaitu pembinaan keamanan pangan

melalui penyuluhan keamanan pangan dalam rangka Sertifikasi Produksi Pangan

IRTP (SPP-IRT).

Berdasarkan data yang dilaporkan Balai POM/Balai Besar POM di 26

provinsi di Indonesia, jumlah IRTP yang ada di provinsi tahun 2003-2010 yaitu

sejumlah 33,796 IRTP. Dari jumlah tersebut IRTP yang mengikuti penyuluhan

Page 18: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

34

keamanan pangan dalam rangka sertifikasi produksi pangan IRTP (SPP-IRT)

sejumlah 20,906 (61.86%), dengan nomor PIRT yang telah diterbitkan Dinas

Kesehatan sebanyak 14,621 (43.26%). Data tersebut menunjukkan bahwa IRTP

yang sudah memperoleh nomor PIRT masih sangat rendah (< 50%). Rendahnya

perolehan nomor PIRT ini kemungkinan salah satunya tidak terpenuhinya

persyaratan Cara Produksi Pangan yang Baik-Industri Rumah Tangga (CPPB-

IRT) dengan hasil penilaian pemeriksaan sarana produksi minimal cukup.

4.2.2. Implementasi Pengawasan Post-Market

4.2.2.1. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan

Pemeriksaan sarana produksi pangan dilakukan terhadap sarana

produksi pangan MD, sarana produksi PIRT dan sarana produksi pangan tidak

terdaftar (TTD).

a. Pemeriksaan sarana produksi MD

Berdasarkan hasil pemeriksaan sarana produksi pangan tahun 2006 s.d 2010

terhadap 2,421 sarana produk MD terdaftar (dari total produk terdaftar 22,967

produk), sarana produksi MD yang diperiksa sebesar 10.54%. Jumlah sarana

produksi MD yang diperiksa masih rendah meskipun pengawasan produk MD

merupakan wewenang dan tanggung jawab Badan POM. Hal ini berkaitan dengan

anggaran dana yang tersedia. Dari 2,421 sarana produksi pangan, jumlah sarana

yang memperoleh nilai B sebanyak 455 sarana, nilai C sebanyak 1,380 sarana dan

nilai K sebanyak 586 sarana (Gambar 4). Pemeriksaan sarana produksi juga

dilakukan terhadap 160 sarana produksi pangan tidak aktif, namun tidak

dijumlahkan dalam total sarana produksi yang diperiksa dan tidak dilakukan

penilaian MS dan TMS.

Sarana produksi yang memperoleh nilai B dikategorikan sebagai sarana

produksi yang memenuhi syarat (MS) dan yang memperoleh nilai C dan K

dikategorikan sebagai sarana produksi yang tidak memenuhi syarat. Jumlah sarana

produksi yang memenuhi syarat (MS) kurun waktu 2006 s.d 2010 untuk sarana

produksi produk MD yaitu 455 sarana produksi (18.79%) dan sarana produksi

yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak 1,966 sarana produksi (81.21%).

Berdasarkan hasil penilaian tersebut sarana produksi pangan yang tidak

Page 19: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

35

memenuhi persyaratan cukup besar (81.21%) padahal untuk memperoleh nomor

pendaftaran MD, salah satu persyaratan saat registrasi yaitu harus melampirkan

hasil pemeriksaan sarana produksi dengan nilai minimal B (memenuhi syarat).

Hal ini menunjukkan bahwa sarana produksi MD tersebut belum mampu

memenuhi persyaratan CPMB dan seharusnya belum bisa memperoleh nomor

pendaftaran MD karena persyaratannya CPMB-nya tidak terpenuhi.

Gambar 4. Jumlah sarana produksi produk pangan MD yang diperiksa tahun

2006-2010 dan hasil penilaian B =baik, C=cukup, K=kurang

Berdasarkan kajian yang dilakukan Susanti (2010), dari 5 (lima) komponen

utama CPMB (grup F: pabrik dan ruang pengolahan, grup J: pabrik/binatang

perusak/serangga, grup K: peralatan, grup L: suplai air, dan grup M: higiene

perorangan) komponen yang sering ditemukan tidak memenuhi syarat adalah grup

F (pabrik-ruang pengolahan) dan grup M (sanitasi dan hygiene karyawan).

Penyimpangan pada pabrik-ruang pengolahan diantaranya adalah

kebersihan lantai, dinding dan langit-langit, serta konstruksinya yang tidak sesuai

dengan persyaratan sehingga sulit dibersihkan. Sedangkan penyimpangan

terhadap hygiene perorangan diantaranya disebabkan tidak adanya petunjuk yang

jelas tentang hygiene, tidak pernah diadakan pelatihan yang berkaitan dengan

hygiene, tidak mencuci tangan sebelum melakukan kegiatan produksi, perilaku

Page 20: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

36

karyawan (makan dan minum di ruang produksi) dan tidak memakai masker

selama melakukan kegiatan produksi.

b. Pemeriksaan sarana produksi IRTP

Hasil pemeriksaan sarana produksi untuk produk dengan nomor pendaftaran

PIRT terhadap 6,132 sarana produksi produk pangan terdaftar untuk periode tahun

2006 s.d 2010 adalah sebagai berikut: sarana produksi yang memperoleh nilai B

sebanyak 330 sarana, nilai C 3,432 sarana, dan nilai K sebanyak 2,380 sarana

(Gambar 5).

Kategori penilaian sarana produksi PIRT tidak sama dengan sarana produksi

MD. Untuk sarana produksi PIRT, nilai B dan C dikategorikan sebagai sarana

yang memenuhi syarat (MS) yaitu sebesar 61.35% dan nilai K sebagai sarana

yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebesar 38.81%. Terdapat 326 sarana yang

tidak aktif sehingga tidak dilakukan penilaian.

Gambar 5. Jumlah sarana produksi produk PIRT yang diperiksa tahun 2006-

2010 dan hasil penilaian B =baik, C=cukup, K=kurang

Masih banyaknya sarana dengan kategori K (tidak memenuhi syarat) untuk

nomor pendaftaran PIRT, menunjukkan masih kurangnya pemenuhan persyaratan

CPMB terhadap sarana produksi PIRT. Menurut Susanti (2010), terdapat (4)

empat komponen CPMB yang termasuk dalam 5 grup utama yang sering tidak

Page 21: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

37

dipenuhi oleh sarana produksi skala IRTP yaitu ruang pengolahan, hygiene

perorangan, pencegahan binatang pengerat dan serangga, dan peralatan produksi.

c. Pemeriksaan sarana produksi tidak terdaftar (TTD)

Pemeriksaan sarana produksi dilakukan pula terhadap produk pangan tidak

terdaftar (TTD) atau tanpa ijin edar (TIE) (Gambar 6). Pemeriksaan ini

dimaksudkan sebagai bentuk pengawasan terhadap produk pangan yang tidak

terdaftar/tanpa ijin edar sehingga dapat diketahui sejauh mana pemenuhan CPMB-

nya. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap 2,973 sarana produksi pangan yang

tidak terdaftar, sebanyak 2,856 sarana produksi yang dilakukan penilaian dan

sisanya sebanyak 117 sarana tidak dilakukan penilaian karena termasuk sarana

produksi pangan tidak aktif.

Gambar 6. Jumlah sarana produksi pangan tidak terdaftar (TTD) yang

diperiksa tahun 2006-2010 dan hasil penilaian B=baik,

C=cukup, K=kurang

Sebagian besar sarana produksi yang diperiksa memperoleh nilai K yang

berati tidak memenuhi syarat (TMS) dengan persentase 50.70%. Hal ini

disebabkan karena tingkat pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi

persyaratan CPMB masih sangat rendah, sehingga perlu adanya peningkatan

upaya pembinaan tidak hanya terhadap produsen industri pangan tidak terdaftar

Page 22: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

38

tetapi juga terhadap produsen industri rumah tangga pangan (IRTP) dan produsen

produk MD.

Tindak lanjut terhadap pemeriksaan sarana produksi yang memperoleh nilai

K (Kurang) dan termasuk sarana TMS, Balai Besar/Balai POM melakukan

tindakan peringatan/teguran dan pembinaan dengan melibatkan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat.

4.2.2.2. Pemeriksaan sarana distribusi pangan

Rekapitulasi hasil pemeriksaan sarana distribusi pangan tahun 2006-2010

dari 26 Balai Besar /Balai POM menunjukkan bahwa jumlah sarana distribusi

yang diperiksa sebanyak 28,079 buah. Sebanyak 6,044 sarana distribusi

memperoleh nilai B (21.52%), 14,224 sarana distribusi memperoleh nilai C

(50.66%) dan sisanya sebanyak 7,811 sarana distribusi memperoleh nilai K

(27.82%) (Gambar 7). Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sebagian besar

sarana distribusi memenuhi ketentuan persyaratan CDPB dengan total nilai B dan

C sejumlah 20,268 sarana (72.18%), sedangkan untuk sarana yang tidak

memenuhi ketentuan persyaratan CDPB dengan nilai K sejumlah 7.811 sarana

(27.82%).

Gambar 7. Jumlah sarana distribusi pangan yang diperiksa tahun 2006-2010

dan hasil penilaian B=baik, C=cukup, K=kurang

Page 23: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

39

Berdasarkan parameter temuan/pelanggaran terhadap sarana distribusi yang

dinilai Kurang (K) yang merupakan produk TMS tahun 2006-2010, sebanyak

2370 sarana distribusi menjual pangan kadaluarsa (Gambar 8). Pangan kadaluarsa

yaitu pangan/makanan yang telah lewat tanggal kadaluarsa. Tanggal kadaluarsa

merupakan batas akhir pangan/makanan yang dijamin mutunya sepanjang

penyimpanan mengikuti petunjuk yang diberikan produsen (Depkes RI 1996).

Tindak lanjut terhadap temuan meliputi pembinaan, pemusnahan, pengamanan

produk tidak memenuhi syarat, peringatan dan peringatan keras.

Gambar 8. Hasil pengawasan sarana distribusi tahun 2006-2010 berdasar

parameter temuan pada produk yang TMS

Selain sebagai kegiatan rutin, pemeriksaan sarana distribusi juga dilakukan

untuk kasus tertentu. Dalam rangka intensifikasi pengamanan pasar menjelang

Hari Raya Idul Fitri tahun 2010 misalnya, Badan POM melakukan pengawasan

terhadap 1482 sarana distribusi pangan. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap

1482 sarana distribusi pangan tersebut, 963 (64.98%) memenuhi ketentuan

perundangan dan 519 (35.02%) sarana tidak memenuhi ketentuan

(www.kominfonewscenter.com 2011).

Parameter temuan untuk produk yang tidak memenuhi syarat pada

pengawasan sarana distribusi terdiri dari penggunaan bahan berbahaya yang

dilarang penggunaannya pada pangan yaitu formalin dan borak, ditemukannya

Page 24: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

40

pangan rusak, pangan kadaluarsa, label yang tidak sesuai dengan ketentuan,

produk tanpa penandaan khusus, minuman keras tanpa ijin, pangan tanpa ijin edar

(illegal) dan lain-lain (penggunaan pewarna bukan untuk pangan dan penggunaan

BTP yang melebihi batas maksimum).

4.2.2.3. Sampling dan pengujian produk pangan yang beredar

Total sampel produk yang diuji tahun 2006 s.d 2010 sebanyak 88,077

sampel produk yang terdiri dari produk pangan MD (41,355 sampel), ML (1,665

sampel), PIRT (24,355 sampel) dan sampel TTD (20,702 sampel). Persentase MS

dan TMS dari keseluruhan sampel MD, ML, PIRT dan TTD seperti pada Gambar

9 dan 10. Rata-rata persentase sampel produk yang MS tahun 2006-2010 yaitu

sebesar 82.66% dan sampel produk yang TMS sebesar 17.34%.

Jumlah sampel produk yang memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi

syarat (TMS) menurut nomor pendaftaran periode tahun 2006—2010 dapat dilihat

pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 9. Persentase hasil pengujian produk pangan yang beredar yang

memenuhi syarat (MS) tahun 2006-2010

Page 25: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

41

Gambar 10. Persentase hasil pengujian produk pangan yang beredar yang

tidak memenuhi syarat (TMS) tahun 2006-2010

Gambar 11. Persentase jumlah sampel produk yang memenuhi syarat

(MS) berdasarkan nomor pendaftaran tahun 2006-2010

Page 26: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

42

Gambar 12. Persentase jumlah sampel produk yang tidak memenuhi syarat

(TMS) berdasarkan nomor pendaftaran tahun 2006-2010

Total hasil pengujian sampel produk MD tahun 2006-2010 yang memenuhi

syarat (MS) sebanyak 38,184 sampel (92.33%) dan TMS 3,171 sampel (7.67%),

sampel produk ML yang memenuhi syarat (MS) sebanyak 1,336 sampel (80.24%)

dan TMS 329 sampel (19.76%), sampel produk SP-PIRT yang memenuhi syarat

sebanyak 20,191 sampel (82.90%) dan TMS 4,164 sampel (17.10%), dan produk

tidak terdaftar yang memenuhi syarat sebanyak 13,094 sampel (63.25%) dan TMS

sebanyak 7,608 sampel (36.75%). Sebagian besar sampel produk yang diuji

memenuhi syarat, baik untuk sampel produk MD, ML, SP-PIRT maupun produk

tidak terdaftar.

Pada 15,272 sampel produk yang TMS dilakukan pengujian laboratorium

terhadap parameter uji (Gambar 13). Berdasarkan hasil pengujian sampel produk

tahun 2006-2010, sebesar 22.25% (4,022 sampel) menggunakan BTP pemanis

sakarin dan siklamat melebihi batas maksimal yang diizinkan, 10.67% (1,928

sampel) menggunakan pengawet benzoat melebihi batas maksimal yang diijinkan,

7.98% (1,433 sampel) menggunakan bahan berbahaya formalin, 8.19% (1,480

sampel) menggunakan bahan berbahaya borak, 10.28% (1,858 sampel)

menggunakan pewarna bukan makanan rhodamin B dan methanol yellow, 21.02%

Page 27: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

43

(3,800 sampel) terindikasi cemaran mikroba, dan 19.60% (3,543 sampel)

dikarenakan faktor lain-lain.

Gambar 13. Hasil pengujian produk yang tidak memenuhi syarat

(TMS) berdasarkan parameter uji tahun 2006-2010

Penggunaan pemanis buatan (sakarin dan siklamat) dan pengawet (benzoat)

melebihi batas maksimal yang diijinkan. Hal ini berarti penggunaan pemanis

buatan dan pengawet tidak dengan takaran yang benar. Penggunaan umumnya

hanya berdasarkan rasa sensori saja. Berdasarkan hasil kajian Jarwati (2009), jenis

pemanis buatan yang yang paling banyak digunakan secara tunggal pada produk

pangan IRTP di wilayah DKI Jakarta pada tahun 2004-2007 adalah aspartam,

siklamat dan sorbitol.

Parameter uji untuk penggunaan BTP yang berlebih yaitu pemanis buatan

(sakarin dan siklamat) dan pengawet (benzoat), bahan berbahaya yaitu formalin

dan boraks, uji pewarna bukan untuk makanan yaitu rhodamin B dan methanil

yellow, uji cemaran mikroba yaitu Angka Lempeng Total, MPN coliform dan

Angka Kapang-Khamir, sedangkan parameter uji lain-lain terdiri dari kadar abu,

kadar air, bobot tuntas, label dan BTP yang belum diijinkan. Pengujian cemaran

mikroba terhadap produk yang sudah ada SNI-nya, maka parameter yang diuji

mengacu pada SNI produk yang bersangkutan. Sedangkan produk yang belum

Page 28: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

44

mempunyai SNI, parameter uji mengikuti tabel prioritas dalam petunjuk teknis

sampling rutin produk pangan yang disusun oleh Direktorat Inspeksi dan

Sertifikasi Pangan Badan POM.

Untuk melakukan pengujian sampel produk tentunya di dukung oleh

kemampuan laboratorium dalam melakukan pengujian semua parameter uji.

Laboratorium Badan POM diharapkan mampu mengawasi setiap produk yang

beredar di Indonesia. Agar mampu melaksanakan perlindungan kepada

masyarakat secara optimal diharapkan seluruh laboratorium Badan POM

mempunyai kemampuan dasar minimal yang sama. Selain itu beberapa

laboratorium dapat dirancang sebagai laboratorium rujukan dengan kemampuan

spesifik. Pengembangan laboratorium Badan POM diarahkan untuk memenuhi

standar minimal peralatan, bangunan, dan SDM laboratorium agar dapat menguji

semua produk yang beredar. Sehubungan dengan hal tersebut, Badan POM telah

mengeluarkan Standar Minimal Laboratorium sesuaidengan Keputusan Kepala

Badan POM Nomor HK. 00.05.21.4978 tentang Standar Minimum Laboratorium

Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM.

4.3. Kajian Implementasi Sistem Pengawasan Keamanan Pangan oleh Badan

POM

4.3.1. Pengawasan Pre-Market

Berdasarkan implementasi pengawasan pre-market yang dilakukan pada

saat pendaftaran produk, aspek kelengkapan persyaratan dokumen yang

dilampirkan pada saat registrasi produk menjadi hal yang penting dalam

menjamin keamanan pangan sebelum produk memperoleh nomor pendaftaran dan

diedarkan di masyarakat. Selain itu keberhasilan fungsi pengawasan pre-market

sangat ditentukan oleh kompetensi petugas penilai pangan yang menangani

langsung proses penilaian. Kompetensi yang dimiliki petugas disesuaikan dengan

lingkup dan tanggung jawab yang diembannya dalam melakukan penilaian

produk. Evaluasi terhadap proses pendaftaran produk pangan (registrasi) pada

pengawasan pre-market dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 29: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

45

Tabel 2. Evaluasi proses pendaftaran produk pangan sebagai pengawasan

pre-market

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

1 Lokasi Direktorat Penilaian

Keamanan Pangan,

Deputi Bidang

Pengawasan

Keamanan Pangan dan

Bahan Berbahaya,

BPOM, Gedung D

lantai 3 Jakarta Pusat

Lokasi pendaftaran sudah jelas

2 Frekuensi/waktu Tergantung pendaftar,

pada

hari kerja (Senin-

Jum’at)

Frekuensi dan waktu kapan akan

melakukan pendaftaran tergantung

pada pendaftar dilakukan pada hari

dan jam kerja

3 Acuan Keputusan Kepala

Badan Pengawas Obat

dan Makanan

Republik Indonesia

Nomor : HK.

00/05.1.2569 tentang

Kriteria dan Tata

Laksana Penilaian

Produk Pangan tahun

2004

Acuan sudah jelas.

Pada tahun 2011 direvisi menjadi

Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan

Nomor : HK. 03.1.5.12.11.09956

tahun 2011 tentang Tata Laksana

Pendaftaran Pangan Olahan,

mulai diberlakukan sejak

diundangkan pada tanggal 12

Desember 2011.

4 Piranti Kelengkapan

persyaratan

(administrasi, teknis,

tambahan)

Kelengkapan persyaratan harus

dipenuhi untuk memperoleh nomor

pendaftaran MD atau ML

5 Pelaksana Petugas penilai pangan

Direktorat PKP

Kompetensi dan jumlah petugas

penilai pangan harus memadai

sesuai dengan lingkup dan tanggung

jawab yang diembannya

6 Skala prioritas Berdasarkan

pelayanan pendaftaran

Tidak ada skala prioritas, first in

first out

Faktor penting keberhasilan dalam pengawasan pre-market yaitu aspek

kelengkapan dokumen/berkas pendaftaran yang diajukan pendaftar saat registrasi.

Kelengkapan dokumen/berkas pendaftaran tersebut dipersyaratkan dapat

menjamin keamanan produk yang didaftarkan sebelum produk tersebut beredar di

masyarakat yang berarti harus berkaitan dengan keamanan pangan. Evaluasi

Page 30: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

46

terhadap berkas/dokumen yang dilampirkan pada saat pendaftaran dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Evaluasi terhadap kelengkapan dokumen saat pendaftaran yang

berkaitan dengan keamanan pangan

No Aspek Terkait

keamanan

pangan

(KP)*

Kajian

Persyaratan Administrasi

1 Fotokopi KTP pendaftar

2 Surat pernyataan bermaterai

3 Fotokopi ijin usaha industri

(IUI) atau tanda daftar

industri (TDI)

4 Hasil pemeriksaan sarana

produksi dari Balai

Besar/Balai POM setempat

Terkait KP Tergantung sistem jaminan

yang diberlakukan oleh Balai

Besar/Balai POM

Format penilaian sama untuk

seluruh Balai Besar/Balai POM

Diperlukan SDM yang

kompeten dalam bidang

keamanan pangan

5 Surat persetujuan

pendaftaran produk pangan

asli (untuk pelayanan ulang)

6 Fotokopi surat persetujuan

pendaftaran produk pangan

sejenis (untuk pelayanan

cepat).

Persyaratan teknis

No Aspek Terkait

Keamanan

Pangan

(KP)*

Kajian

1 Daftar bahan yang

digunakan/komposisi

diurutkan dari jumlah yang

terbanyak

Terkait KP Cukup jelas

Berkaitan juga dengan mutu

dan gizi pangan

Page 31: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

47

Tabel 3. Evaluasi terhadap kelengkapan dokumen saat pendaftaran yang

berkaitan dengan keamanan pangan

No Aspek Terkait

keamanan

pangan

(KP)*

Kajian

2 Proses produksi atau

sertifikat HACCP/ISO

22000

Terkait KP Tergantung sistem jaminan

institusi lain dalam proses

sertifikasi

3 Informasi masa kadaluarsa

Pencantuman informasi

menjadi sangat penting untuk

memberikan jaminan mutu

pada saat produk sampai ke

tangan konsumen

4 Hasil analisa produk akhir

asli dari lab terakreditasi

atau lab pemerintah

Terkait KP Tidak cukup jelas

dicantumkan apa yang

dianalisa pada produk akhir

Perlu adanya kejelasan apa

yang harus dianalisa untuk

produk akhir terkait dengan

keamanan pangan

Diperlukan lebih dari satu

hasil data analisa untuk

memastikan keamanan

pangan

5 Rancangan label berwarna

Persyaratan tambahan

No Aspek Terkait

keamanan

pangan

(KP)*

Kajian

1 Surat kuasa untuk

melakukan pendaftaran

(apabila yang mendaftarkan

bukan pimpinan

perusahaan)

2 Penjelasan untuk bahan-

bahan tertentu antara lain :

asal bahan (bahan yang

berasal dari hewani atau

nabati), status GMO

(jagung, kentang, kedelai,

tomat), dan kandungan

Terkait KP Diperlukan penjelasan

keamanan pangan tentang

bahan-bahan tertentu yang

digunakan dalam produk yang

didaftarkan

Page 32: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

48

Tabel 3. Evaluasi terhadap kelengkapan dokumen saat pendaftaran yang

berkaitan dengan keamanan pangan

No Aspek Terkait

keamanan

pangan

(KP)*

Kajian

kloramfenikol dalam madu;

3 Fotokopi surat kerjasama

pengemas

kembali/berlisensi/pengguna

merek/makloon/model (jika

diperlukan

4 Fotokopi sertifikat SNI

(untuk produk AMDK,

tepung terigu, garam

beryodium, coklat bubuk,

gula rafinasi)

Terkait KP Tergantung sistem jaminan

institusi lain

Jejaring antar institusi dan

jaminan bahwa sistem SNI

sudah dapat menjamin

keamanan pangan

5 Fotokopi sertifikat merek

6 Fotokopi sertifikat organik

(jika mencantumkan

tulisan/logo organik)

Tidak cukup jelas kaitannya

dengan keamanan pangan

Perlu adanya informasi apakah

ada pengujian terkait

keamanan pangan untuk

memperoleh sertifikat

Tergantung sistem jaminan

institusi lain

7 Fotokopi nomor kontrol

veteriner (NKV) rumah

pemotongan hewan (RPH)

(untuk produk asal hewan)

Terkait KP Tergantung sistem jaminan

institusi lain

Kepastian jaminan apakah

sistem NKV sudah baik terkait

keamanan pangan

8 Surat persetujuan

pencantuman tulisan halal

pada label (jika

mencantumkan tulisan halal

pada label (jika

mencantumkan tulisan/logo

halal)

9 Fotokopi SIPA (Surat Izin

Pengambilan Air

Page 33: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

49

Tabel 3. Evaluasi terhadap kelengkapan dokumen saat pendaftaran yang

berkaitan dengan keamanan pangan

No Aspek Terkait

keamanan

pangan

(KP)*

Kajian

Tanah)/surat kerjasama

dengan PDAM (untuk

AMDK);

10 Data pendukung produk

berklaim (jika diperlukan).

Terkait KP Tidak cukup jelas data yang

dimaksud. Perlu adanya

penjelasan lebih lanjut

mengenai data apa yang

dimaksud dan kategorisasi

terkait KP

Berdasarkan Tabel 3 untuk kelengkapan persyaratan administrasi yang

berkaitan langsung dengan aspek keamanan pangan yaitu persyaratan hasil

pemeriksaan sarana produksi dari Balai Besar/Balai POM setempat. Sarana

produksi dipersyaratkan memperoleh nilai minimal B untuk dapat memperoleh

nomor pendaftaran MD atau ML.

Pemeriksaan sarana produksi diantaranya mencakup penilaian terhadap

penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPB). Sistem yang

dibangun untuk pemeriksaan sarana produksi mengacu pada petunjuk teknis

pemeriksaan sarana produksi yang dikeluarkan oleh Direktorat Inspeksi dan

Sertifikasi Pangan Badan POM RI. CPPB merupakan pondasi terwujudnya

keamanan pangan. Untuk menjamin bahwa hasil penilaian terhadap sarana

produksi telah menerapkan CPPB maka diperlukan petugas penilai yang kompeten

dalam bidang keamanan pangan sehingga hasil pemeriksaan benar-benar dapat

dipertanggung jawabkan.

Untuk aspek persyaratan teknis, dokumen yang berkaitan dengan keamanan

pangan yaitu kelengkapan dokumen daftar bahan yang digunakan/komposisi

diurutkan dari jumlah yang terbanyak dan proses produksi/sertifikat HACCP/ISO

22000. Daftar bahan yang digunakan atau komposisi produk berkaitan dengan

jenis dan sifat produk pangan dengan tingkat resiko keamanannya (ringan, sedang

Page 34: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

50

atau tinggi). Sedangkan untuk proses produksi/sertifikat HACCP/ISO 22000

merupakan bukti bahwa industri telah melakukan sertifikasi berkaitan dengan

penerapan keamanan pangan. Dokumen sertifikat HACCP/ISO 22000 dikeluarkan

oleh instansi lain sehingga perlu adanya jaminan bahwa sertifikat yang

dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan dalam menjamin keamanan pangan.

Instansi yang melakukan sertifikasi merupakan instansi yang kredibel dan dapat

dipercaya. Dalam hal ini perlu adanya jejaring yang baik antar Badan POM

dengan instansi lain.

Dokumen kelengkapan pada persyaratan tambahan yang berkaitan dengan

keamanan pangan yaitu penjelasan untuk bahan-bahan tertentu antara lain : asal

bahan (bahan yang berasal dari hewani atau nabati), status GMO (jagung,

kentang, kedelai, tomat), dan kandungan kloramfenikol dalam madu; fotokopi

sertifikat SNI (untuk produk AMDK, tepung terigu, garam beryodium, coklat

bubuk, gula rafinasi); fotokopi nomor kontrol veteriner (NKV) rumah

pemotongan hewan (RPH) (untuk produk asal hewan); dan data pendukung

produk berklaim (jika diperlukan).

Perlu adanya penjelasan untuk bahan-bahan tertentu yang digunakan pada

produk untuk menjamin keamanannya. Penjelasan keamanan asal bahan pangan

yang digunakan (untuk pengental, pengemulsi, enzim, minyak, lemak, dan lain-

lain), status GMO untuk bahan pangan kedelai, jagung, kentang, dan tomat dari

pabrik asal (lokal atau impor) disertai surat pernyataan dari importir/distributor

tentang status GMO, serta surat pernyataan tidak mengandung kloramfenikol

untuk pangan yang mengandung madu.

Untuk fotokopi sertifikat SNI (untuk produk AMDK, tepung terigu, garam

beryodium, coklat bubuk, gula rafinasi) dan fotokopi nomor kontrol veteriner

(NKV) rumah pemotongan hewan (RPH) (untuk produk asal hewan); jaminan

keamanan pangan berkaitan dengan institusi lain yang mengeluarkan sertifikat

tersebut. Institusi yang terlibat memberikan jaminan bahwa sertifikasi yang

diberikan dapat menjamin keamanan pangan produk yang dimaksud. Jejaring

yang baik perlu dikembangkan antar Badan POM dan institusi lain yang

melakukan sertifikasi sehingga pangan dapat terjamin keamanannya. Untuk data

Page 35: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

51

pendukung produk berklaim, data yang dimaksud tidak cukup jelas, sehingga

kaitannya dengan keamanan pangan diperlukan kejelasan data yang dimaksud dan

kategorisasinya terkait dengan keamanan pangan.

4.3.1. Pengawasan Post-Market

a. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan

Pada pengawasan post-market pemeriksaan sarana produksi pangan telah

disusun petunjuk teknis dan formulir penilaian serta formulir hasil pemeriksaan

yang secara substansi telah mencakup aspek-aspek yang diperlukan dalam

pemenuhan cara produksi pangan yang baik (CPPB). Berdasarkan implementasi

sistem tersebut menunjukkan masih rendahnya cakupan pemeriksaan untuk sarana

produksi MD (10.54%) yang merupakan area kewenangan Badan POM dengan

produk yang memenuhi syarat (MS) sebesar 18.79%. Pemeriksaan sarana

produksi cenderung banyak dilakukan terhadap sarana produksi industri rumah

tangga pangan (IRTP) yang berada di catchmen area Balai Besar/Balai POM

setempat dan industri pangan yang tidak terdaftar (TTD). Peningkatan kerja sama

perlu dilakukan Badan POM dengan PEMDA setempat dalam hal pengawasan

dan pembinaan IRTP.

Penetapan prioritas pemeriksaan sarana produksi diserahkan kepada Balai

Besar/Balai POM setempat (belum dilakukan prioritas secara nasional),

berdasarkan kasus yang terjadi dan disesuaikan dengan anggaran. Sarana produksi

yang dipilih sedemikian rupa sehingga dapat mewakili keseluruhan produksi

pangan yang ada di wilayah Balai Besar/Balai POM setempat.

Petugas pengawas pangan memiliki peranan yang sangat penting dalam

melaksanakan pemeriksaan sarana ini. Luasnya cakupan area pemeriksaan

memerlukan jumlah pengawas pangan dan kompetensi yang memadai yang

dimiliki petugas pengawas pangan. Evaluasi terhadap pemeriksaan sarana

produksi pangan pada pengawasan post-market dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 36: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

52

Tabel 4. Evaluasi pengawasan post-market pada pemeriksaan sarana

produksi pangan tahun 2006-2010

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

1 Lokasi Sarana produksi pangan

(MD dan IRTP)

terdaftar dan tidak

terdaftar di 26 Balai

Besar/Balai POM

• Sasaran pemilihan sarana

produksi tidak cukup jelas

• Perlu adanya prioritas

pemilihan sarana

(misalnya berdasarkan

kategori risiko) dan dititik

beratkan pada

pemeriksaan sarana

produksi MD yang

merupakan kewenangan

Badan POM

• Bekerjasama dengan

PEMDA setempat untuk

pemeriksaan sarana

produksi IRTP

• Sarana produksi pangan

yang terdaftar lebih

diutamakan

2 Frekuensi/waktu Rutin sesuai jadwal

yang disusun Balai

Besar/Balai POM

setempat, dilaporkan

setiap triwulan kepada

Direktorat Inspeksi dan

Sertifikasi Pangan

Jelas

3 Acuan • Peraturan Menteri

Perindustrian

Republik Indonesia

nomor 75/M-

IND/PER/7/2010

tentang Pedoman

Cara Produksi

Pangan Olahan yang

Baik (Good

Manufacturing

Practices)

• Keputusan Kepala

Badan Pengawas

Obat dan Makanan

Republik Indonesia

nomor

HK.00.05.5.1639

tentang Pedoman

Cara Produksi

Pangan yang Baik

untuk Industri

Rumah Tangga

Acuan sudah cukup jelas.

Pedoman CPPB yang

dikeluarkan oleh Menteri

Perindustrian merupakan

pedoman umum dalam

memproduksi pangan olahan

yang merupakan acuan bagi

industri pengolahan pangan,

pembina industri pengolahan

pangan dan pengawas mutu

dan keamanan pangan olahan.

Sedangkan pedoman CPPB-

IRT yang dikeluarkan Kepala

Badan merupakan acuan

CPPB untuk IRT sebagai

panduan bagi penyelenggara

SPP-PIRT dan panduan bagi

Penyuluh Keamanan Pangan

(PKP) dan DFI dalam

melakukan pengawasan dan

pembinaan IRTP

Page 37: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

53

Tabel 4. Evaluasi pengawasan post-market pada pemeriksaan sarana

produksi pangan tahun 2006-2010

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

(CPPB-IRT)

• Petunjuk teknis

pemeriksaan sarana

distribusi

4 Piranti • Petunjuk penilaian

penerapan CPMB

Sarana Produksi

Pangan Form A:

kelompok A s.d.

• Form RA :

rekapitulasi hasil

pemeriksaan sarana

produksi makanan

dan minuman

Secara substansi sudah

mencakup aspek-aspek

penerapan CPMB (sudah

baik)

5 Pelaksana Petugas pengawas

pangan tingkat

nasional (NFI) dan

tingkat daerah (DFI)

• Evaluasi terhadap jumlah

petugas pengawas pangan

(NFI maupun DFI) apakah

sudah mencukupi untuk

area pengawasan industri

yang luas

NFI mengawasi industri

pangan MD sedangkan

DFI mengawasai IRTP.

• Peningkatan kompetensi

petugas pengawas pangan

NFI maupun DFI

6 Skala prioritas Prioritas

pemeriksaan sarana

produksi diserahkan

kepada Balai

Besar/Balai POM

setempat dan atau

secara mendadak

berdasarkan kasus

yang terjadi

• Disesuaikan dengan

anggaran

• Perlu adanya penyusunan

prioritas pemeriksaan

sarana produksi pangan

• Penyusunan anggaran

berdasarkan prioritas yang

disusun

b. Pemeriksaan Sarana Distribusi Pangan

Tabel 5 menunjukkan evaluasi terhadap pengawasan post-market yang

dilakukan Badan POM yaitu pada pemeriksaan sarana distribusi pangan. Kegiatan

ini dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM di Indonesia secara rutin dan

dilaporkan setiap triwulan kepada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Page 38: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

54

Badan POM RI. Penentuan jenis sarana distribusi yang diawasi ditentukan oleh

Balai Besar/Balai POM masing-masing, belum ada program prioritas pemeriksaan

jenis sarana distribusi rutin secara nasional pertahunnya.

Jumlah sarana distribusi yang diawasi disesuaikan dengan anggaran yang

dimiliki Balai Besar/Balai POM setempat dan belum diketahui apakah telah

dilakukan secara random sehingga mewakili jumlah sarana distribusi yang

terdaftar. Pengawasan secara nasional (operasi khusus) dilakukan menjelang

peristiwa tertentu misalnya menjelang Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru.

Dalam melaksanakan pengawasan, Balai Besar/Balai POM mempunyai

piranti secara nasional yang telah disusun oleh Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi

Pangan Badan POM RI. Piranti ini berupa petunjuk teknis pemeriksaan sarana

distribusi yang dilengkapi dengan borang/formulir penilaian dan formulir

rekapitulasi hasil pemeriksaan sarana distribusi yang dilaporkan setiap triwulan

kepada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan POM RI yang secara

substansi piranti ini telah memenuhi aspek-aspek Cara Distribusi Pangan yang

Baik (CDPB).

Hasil pemeriksaan sarana distribusi tahun 2006-2010 menunjukkan sebagian

besar (72.18%) sarana distribusi telah memenuhi ketentuan Cara Distribusi

Pangan yang Baik (CDPB) dengan nilai B dan C sejumlah 20,268 sarana.

Pengawasan dan pembinaan terhadap distributor perlu dilakukan supaya terjadi

peningkatan nilai hasil pemeriksaan dan menekan jumlah produk yang TMS yang

ditemukan di sarana distribusi.

Petugas pengawas pangan merupakan unsur yang penting untuk

keberhasilan fungsi pengawasan ini. Evaluasi terhadap jumlah petugas di seluruh

Balai Besar/Balai POM perlu dilakukan mengingat luasnya area pengawasan

sehingga jumlah petugas harus memadai. Selain itu perlu adanya peningkatan

kompetensi petugas sehingga mendukung keberhasilan fungsi pengawasan ini.

Page 39: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

55

Tabel 5. Evaluasi pengawasan post-market pada pemeriksaan sarana

distribusi pangan tahun 2006-2010

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

1 Lokasi Sarana distribusi pangan

(distributor, toko,

supermarket, hipermarket,

swalayan, warung, kios, dan

pasar tradisional) yang ada

di wilayah Balai

Besar/Balai POM di 26

provinsi

Belum ada prioritas

lokasi/tempat sarana

distribusi yang menjadi

sasaran dalam

pelaksanaan pemeriksaan

sarana distribusi

Belum dikaitkan dengan

produk yang diuji untuk

kegiatan pengawasan

sampling rutin

2 Frekuensi/waktu Rutin sesuai jadwal yang

disusun Balai Besar/Balai

POM setempat, dilaporkan

setiap triwulan kepada

Direktorat Inspeksi dan

Sertifikasi Pangan

Jelas

3 Acuan • Instruksi Presiden

Republik Indonesia

Nomor 2 tahun 1991

tentang Peningkatan

Pembinaan dan

Pengawasan Produksi

dan Peredaran Makanan

Olahan

• Peraturan Menteri

Kesehatan Republik

Indonesia Nomor

329/MEN.KES/PER/XI

I/76 tentang Produksi

dan Peredaran Makanan

• Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan

Makanan Republik

Indonesia Nomor

HK.00.05.23.1455

tahun 2008 tentang

Pengawasan Pemasukan

Pangan Olahan.

Jelas

4 Piranti • Petunjuk teknis

pemeriksaan sarana

Secara substansi sudah

memenuhi aspek-aspek

Page 40: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

56

Tabel 5. Evaluasi pengawasan post-market pada pemeriksaan sarana

distribusi pangan tahun 2006-2010

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

distribusi pangan

• Petunjuk penilaian

pemeriksaan Sarana

Distribusi Pangan Form

B: kelompok A s.d. K

• Form RB : rekapitulasi

hasil pemeriksaan

sarana distribusi pangan

Cara Distribusi Pangan

yang Baik (CDPB)

5 Pelaksana Petugas pengawas

pangan • Evaluasi terhadap jumlah

petugas pengawas

pangan apakah sudah

mencukupi untuk area

pengawasan yang luas

• Peningkatan kompetensi

petugas pengawas

pangan

6 Skala prioritas Prioritas pemeriksaan

sarana distribusi

diserahkan kepada Balai

Besar/Balai POM

setempat dan atau secara

mendadak berdasarkan

kasus yang terjadi

• Disesuaikan dengan

anggaran

• Perlu adanya

penyusunan prioritas

pemeriksaan sarana

distribusi pangan

• Penyusunan anggaran

berdasarkan prioritas

yang disusun

c. Sampling dan Pengujian Produk Pangan yang Beredar

Kegiatan sampling dan pengujian produk pangan yang beredar dilaksanakan

oleh Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia dengan menurunkan petugas

pengawas pangan ke lapang. Pengambilan sampel dilakukan pada saat

pemeriksaan sarana produksi maupun sarana distribusi, namun belum ada

harmonisasi data yang diperoleh dengan data hasil pemeriksaan sarana produksi

maupun sarana distribusi sehingga belum terlihat kesinambungan antara 3

kegiatan pengawasan post-market ini.

Skala prioritas untuk rencana sampling tahunan belum dilakukan secara

nasional terutama untuk sampling pangan rutin. Jenis pangan untuk pengawasan

pangan rutin disesuaikan dengan Balai Besar/Balai POM setempat. Evaluasi

Page 41: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

57

pengawasan post-market pada kegiatan sampling dan pengujian produk pangan

yang beredar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Evaluasi pengawasan post-market pada kegiatan sampling dan

pengujian produk pangan yang beredar

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

1 Lokasi Sampling dilakukan

di wilayah Balai

Besar/Balai POM di

26 provinsi di

Indonesia

Sampling dilakukan berdasarkan

skema yang sudah disusun oleh

BPOM. Pengambilan sampel

pada saat pemeriksaan sarana

produksi dan sarana distribusi

2 Frekuensi/waktu Sampling pangan

rutin : minimal 1

tahun sekali

Jelas

3 Acuan PP No 28 tahun 2004

tentang Keamanan,

Mutu dan Gizi

Pangan pasal 45

Jelas

4 Piranti Metode pengujian

mengacu pada SNI

dan petunjuk teknis

yang disusun oleh

Direktorat Inspeksi

dan Sertifikasi

Pangan Badan POM

RI

Jelas

5 Pelaksana Petugas pengawas

pangan di Balai

Besar/Balai POM di

Indonesia

Jelas

6 Skala prioritas Rencana sampling

tahunan untuk

pengawasan rutin

• Belum ada skala prioritas

secara nasional pertahunnya

untuk jenis dan jumlah sampel

pangan yang disampling

• Perlu adanya kesesuaian

dengan kegiatan pemeriksaan

sarana produksi dan sarana

distribusi

• Perencanaan sampling

disesuaikan dengan tujuan

sampling

Page 42: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

58

4.3. Rekomendasi dan Indikator Kinerja untuk Perbaikan Sistem

Pengawasan Keamanan Pangan oleh Badan POM

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap implementasi pegawasan pre-market

dan post-market yang dilakukan oleh Badan POM maka untuk perbaikan sistem

pengawasan keamanan pangan tersebut disusun beberapa rekomendasi dan

indikator kinerja sesuai dengan tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Rekomendasi dan indikator kinerja untuk perbaikan sistem

pengawasan keamanan pangan yang diberlakukan oleh Badan

POM

Sistem Faktor-faktor

pendukung

sistem

Rekomendasi Indikator Kinerja

Pre-Market :

Registrasi Produk

Petugas penilai

pangan pada saat

registrasi produk

Perlu adanya

peningkatan kinerja

terkait dengan

perbaikan mutu

pelayanan (pada

unsur kecepatan

pelayanan).

Jumlah petugas penilai

pangan yang memadai

sesuai dengan

kompetensinya

Kelengkapan

dokumen

persyaratan yang

diperlukan terkait

keamanan

pangan

Peningkatan jejaring

dengan instansi lain

berkaitan dengan

sistem sertifikasi

produk

Jumlah kerjasama

dengan instansi lain

dalam rangka

sosialisasi sistem

sertifikasi yang up to

date

Pendaftaran

pelayanan cepat

= 5 hari,

pelayanan umum

= 45 hari, dan

pelayanan

perubahan

produk = 15 hari

Peningkatan

ketepatan waktu

dalam proses

penilaian

Waktu proses

penilaian untuk

pelayanan cepat ≤ 5

hari, pelayanan umum

≤ 45 hari, dan

pelayanan perubahan

produk ≤ 15 hari

Pendaftaran

secara on line

melalui web

untuk produk

resiko rendah

Penyediaan fasilitas

konsultasi on line

berkenaan dengan

registrasi produk

melalui web

Tersedianya fasilitas

konsultasi on line di

situs Badan POM

Salah satu syarat

kelengkapan

dokumen untuk

Perlu adanya

harmonisasi dengan

kegiatan pengawasan

Jumlah hasil penilaian

sarana produksi

pangan oleh Balai

Page 43: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

59

Tabel 7. Rekomendasi dan indikator kinerja untuk perbaikan sistem

pengawasan keamanan pangan yang diberlakukan oleh Badan

POM

Sistem Faktor-faktor

pendukung

sistem

Rekomendasi Indikator Kinerja

pendaftaran yaitu

hasil

pemeriksaan

sarana produksi

oleh Balai

Besar/Balai POM

setempat

post-market

pemeriksaan sarana

produksi pangan

Besar/Balai POM

setempat untuk

kelengkapan dokumen

pendaftaran

Post-Market :

Pemeriksaan

sarana produksi

pangan

Penentuan

prioritas

pemeriksaan

sarana produksi

diserahkan

kepada Balai

Besar/Balai POM

setempat

Perlu adanya program

secara nasional untuk

penentuan prioritas

jenis sarana produksi

pangan yang

diperiksa per

tahunnya

Proporsi sarana

produksi pangan yang

diperiksa berdasarkan

prioritas per tahunnya

Banyaknya

industri pangan

di wilayah Balai

Besar/Balai POM

setempat

Peningkatan cakupan

wilayah pemeriksaan

sarana produksi

pangan

Jumlah inspeksi yang

dilakukan

Pemeriksaan

dilakukan oleh

petugas

pengawas pangan

Peningkatan

kompetensi dan

kapabilitas petugas

pengawas pangan

Jumlah petugas

pengawas pangan yang

mengikuti pelatihan

Pemeriksaan

sarana produksi

dilakukan secara

rutin

Adanya

kesinambungan

dalam pemeriksaan

sarana produksi dan

monitoring

Jumlah penurunan

sarana produksi yang

TMS

Pemerintah

daerah berperan

dalam

pengawasan dan

pembinaan

terhadap sarana

produksi pangan

skala IRT

Peningkatan

kerjasama dan

koordinasi dengan

pemerintah daerah

(kabupaten/kota)

dalam hal

pengawasan,

penyuluhan dan

pembinaan

Jumlah sarana

produksi pangan IRT

yang terdaftar dan

memenuhi syarat (MS)

Page 44: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

60

Tabel 7. Rekomendasi dan indikator kinerja untuk perbaikan sistem

pengawasan keamanan pangan yang diberlakukan oleh Badan

POM

Sistem Faktor-faktor

pendukung

sistem

Rekomendasi Indikator Kinerja

Post-Market :

Pemeriksaan

sarana distribusi

pangan

Penentuan

prioritas

pemeriksaan

sarana distribusi

pangan

diserahkan

kepada Balai

Besar/Balai POM

setempat

Penentuan prioritas

jenis sarana distribusi

yang diperiksa secara

nasional per tahunnya

yang disesuaikan

dengan jumlah

anggaran yang

dimiliki Balai

Besar/Balai POM

setempat

Jumlah dan jenis

sarana distribusi yang

diperiksa secara

nasional

Pemeriksaan

dilakukan oleh

petugas

pengawas pangan

Peningkatan

kompetensi dan

kapabilitas petugas

pengawas pangan

Jumlah petugas

pengawas pangan yang

mengikuti pelatihan

Pemeriksaan

sarana distribusi

dilakukan secara

rutin

Perlu adanya

kesinambungan

dalam pemeriksaan

sarana distribusi

pangan dan

monitoring

Jumlah penurunan

sarana distribusi yang

TMS dan peningkatan

jumlah sarana

distribusi yang MS

yang sesuai dengan

CDMB

Post-Market :

Sampling dan

pengujian produk

pangan yang

beredar

Pelaksanaan

sampling satu

tahun sekali,

pada sampling

rutin tidak ada

keterangan yang

cukup jelas jenis

produk yang

disampling

Untuk pengawasan

rutin perlu adanya

penentuan prioritas

secara nasional untuk

jumlah dan jenis

pangan yang

disampling tiap

tahunnya

Jumlah sampel dan

jenis pangan yang

disampling yang

menjadi prioritas

secara nasional dan

konsisten tiap

tahunnya

Data belum

menunjukkan

adanya kegiatan

monitoring

Kegiatan monitoring

terhadap hasil

sampling produk

yang TMS setelah

dilakukan pengujian

Jumlah penurunan

produk yang TMS tiap

tahunnya

Pengambilan

sampel

berdasarkan

directed

sampling

Pengambilan sampel

berbasiskan resiko

(risk based sampling)

Jumlah sampel

beresiko tinggi lebih

banyak dari sampel

beresiko rendah

Page 45: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengawasan … · 2006-2010 sehingga kriteria dan tata laksana penilaian mengacu pada Keputusan ... nama dagang yang digunakan ... produk pangan

61

Tabel 7. Rekomendasi dan indikator kinerja untuk perbaikan sistem

pengawasan keamanan pangan yang diberlakukan oleh Badan

POM

Sistem Faktor-faktor

pendukung

sistem

Rekomendasi Indikator Kinerja

terhadap produk

yang berpotensi

bermasalah

terhadap

kesehatan

konsumen

Kegiatan

sampling terpisah

dari kegiatan

sampling untuk

pengawasan pada

pemeriksaan

sarana produksi

dan sarana

distribusi

Perlu adanya

harmonisasi dengan

kegiatan pengawasan

pada pemeriksaan

sarana produksi dan

sarana distribusi

Jumlah data sampling

yang terkait dengan

data sarana produksi

dan sarana distribusi

Kompetensi

laboratorium

Badan POM di

seluruh Indonesia

tidak sama satu

dengan yang

lainnya

Peningkatan kapasitas

laboratorium Badan

POM di seluruh

Indonesia

Jumlah laboratorium

Badan POM yang

mempunyai

kompetensi minimal

yang sama