iv hasil dan pembahasan 4.1 keadaan umum daerah...

23
35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat dari data profil Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 4.1.1 Administratif Daerah Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dan terletak 1.260 mdpl di atas ketinggian laut. Desa Cibodas memiliki curah hujan 1.781,42 mm dan suhu rata-rata harian 19-22°C. Bagian utara Desa Cibodas berbatasan dengan Desa Wangunharja, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cimenyan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Langensari, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Suntenjaya. 4.1.2 Tata Guna Lahan Tata guna lahan Desa Cibodas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Tata Guna Lahan Desa Cibodas No. Kegunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Jumlah (%) 1. Pemukiman 113,50 8,92 2. Pertanian 637,74 50,17 3. Hutan Lindung 351,00 27,61 4. Pemakaman 0,90 0,08 5. Pekarangan 130,00 10,23 6. Taman 1,00 0,08 7. Perkantoran 0,50 0,04 8. Luas prasarana umum lainnya 36,50 2,87 Total Luas Lahan 1271,14 100,00 Sumber : Monografi Desa Cibodas 2014

Upload: nguyenhanh

Post on 02-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

35

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat dari

data profil Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

4.1.1 Administratif Daerah

Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan

Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dan terletak 1.260

mdpl di atas ketinggian laut. Desa Cibodas memiliki curah hujan 1.781,42 mm

dan suhu rata-rata harian 19-22°C. Bagian utara Desa Cibodas berbatasan dengan

Desa Wangunharja, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cimenyan, sebelah

barat berbatasan dengan Desa Langensari, dan sebelah timur berbatasan dengan

Desa Suntenjaya.

4.1.2 Tata Guna Lahan

Tata guna lahan Desa Cibodas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Tata Guna Lahan Desa Cibodas

No. Kegunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Jumlah (%)

1. Pemukiman 113,50 8,92 2. Pertanian 637,74 50,17 3. Hutan Lindung 351,00 27,61 4. Pemakaman 0,90 0,08 5. Pekarangan 130,00 10,23 6. Taman 1,00 0,08 7. Perkantoran 0,50 0,04 8. Luas prasarana umum lainnya 36,50 2,87

Total Luas Lahan 1271,14 100,00

Sumber : Monografi Desa Cibodas 2014

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

36

Ketersedian bahan pakan di suatu daerah yang digunakan bagi usaha

ternak harus diperhatikan dengan disertai daya dukung lahan di wilayah tersebut.

Data Tabel 2 menunjukkan bahwa, luas lahan yang terbesar yaitu lahan pertanian

637,74 Ha (50,17%), ini menunjukkan bahwa ketersediaan pakan ternak yang

cukup banyak, baik yang berasal dari rumput lapangan ataupun pertanian sayur.

4.1.3 Mata Pencaharian Penduduk

Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk

No Jenis Pekerjaan Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan Orang %

1. Petani 553 44 597 23,64 2. Buruh Tani 789 299 1088 43,01 3. Buruh Migran 2 9 11 0,43 4. Pegawai Negeri Sipil 37 23 60 2,38 5. Pengrajin I. R. Tangga 3 6 9 0,36 6. Pedagang Keliling 39 14 53 2,10 7. Peternak 497 17 514 20,36 8. Montir 23 0 23 0,91 9. Dokter Swasta 1 0 1 0,04 10. Pembantu R. Tangga 7 18 25 1,00 11. TNI 3 0 3 0,12 12. POLRI 1 0 1 0,04 13. Pensiunan 29 4 32 1,26

PNS/TNI/POLRI 14. Pengusaha Kecil & 51 33 84 3,33

Menengah 15. Dukun Tradisional 0 1 1 0,04 16. Pengusaha Besar 13 2 15 0,60 17. Arsitektur 1 0 1 0,04 18. Seniman/Artis 6 0 6 0,24

Total 2055 470 2525 100,00

Sumber : Monografi Desa Cibodas 2014

Data Tabel 3 menunjukkan bahwa mata pencaharian yang paling besar di

sektor pertanian yaitu sebagai petani (23,64%) dan buruh tani (43,01%), hal ini

sesuai dengan luas lahan yang terbesar di Desa Cibodas yaitu lahan pertanian.

Melihat kondisi Desa Cibodas didominasi oleh sektor pertanian dan

peternakan, maka mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah seorang

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

37

petani (23,64%) dan peternak (20,36%). Ternak sapi perah merupakan ternak

yang paling mendominasi sebagai sumber pendapatan penduduk, karena sangat

produktif dan didukung oleh ketersediaan hijauan. Peternak sapi perah daerah

tersebut tergabung dalam anggota KPSBU.

4.2 Indentitas Responden

4.2.1 Umur Responden

Umur merupakan salah satu aspek yang berhubungan dengan kemampuan

seseorang dalam menerima sesuatu yang baru. Umur yang lebih muda akan lebih

responsif dalam menerima suatu inovasi bila dibandingkan dengan umur yang

lebih tua. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor yang menunjang

produktivitas dan keberhasilan suatu usaha. Untuk uraian lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengelompokkan Umur Responden

No. Kelompok Umur Jumlah Responden

….Tahun…. ….Orang…. ….%....

1. 15-55 29 82,86 2. 56-65 6 17,14

Jumlah 35 100,00

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya responden termasuk

pada usia produktif, yaitu umur 15-55 tahun sebesar 82,86%. Sedangkan

responden dengan usia kurang produktif, yaitu umur 56-65 tahun sebesar 17,14%.

Menurut Chandriyanti (2000), golongan umur minimal 15 tahun merupakan

golongan usia produktif, pada umumnya usia tersebut lebih aktif sehingga dapat

menjalankan usaha ternak dengan efektif. Menurut Sujanto (1986), bahwa

individu sampai usia 55 tahun masih dapat dikatakan produktif, bahkan pada umur

tersebut produktivitas dan kreativitas dalam kondisi memuncak, memiliki rasa

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

38

kewibawaan tinggi, merasa tanggung jawab terhadap masa yang akan datang

dalam hal melanjutkan tradisi luhur, dan merasa ada tujuan hidup yang bersifat

non materi, sehingga kehidupan manusia menjelma menjadi penuh arti dan

makna.

Peternak yang produktif diharapkan mampu untuk mengembangkan usaha

ternak sapi perahnya. Pada umumnya peternak yang masih berusia produktif

masih memiliki pemikiran yang panjang untuk mendapatkan kehidupan yang

lebih layak sehingga masih memungkinkan peternak untuk terus berusaha dan

tertarik mengembangkan peternakan sapi perahnya, sedangkan usia lebih dari 55

tahun dikategorikan usia kurang produktif karena menurunnya daya tahan fisik.

4.2.2 Tingkat Pendidikan Formal dan Non Formal

Tingkat pendidikan formal responden bervariasi mulai dari SD, SMP,

sampai SMA. Responden yang berpendidikan, pada umumnya memiliki pola

pikir yang sudah terarah, serta berkeinginan untuk mencari informasi baru yang

dapat dipercaya untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan

merupakan faktor pelancar pembangunan pertanian, karena dengan perantaraan

pendidikan, petani akan lebih mengenal pengetahuan, keterampilan, dan cara baru

dalam melakukan kegiatan (Mosher, 1981). Tingkat pendidikan responden dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Formal Responden

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

….orang…. ….%....

1. Tamat SD 23 65,71 2. Tamat SMP 5 14,29 3. Tamat SMA 7 20,00

Jumlah 35 100,00

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

39

Sebagian besar responden merupakan tamatan SD sebesar 65,71%. Pada

umumnya ini terjadi karena mereka tidak memiliki biaya untuk melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan karena pengaruh tuntutan orang tua yang

mengharuskan berusaha mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sementara responden yang pendidikan terakhirnya SMP sebesar 14,29%, dan

SMA sebesar 20,00%.

Umumnya, seseorang yang tingkat pendidikannya rendah memiliki

kekurangan dalam hal berkomunikasi baik lisan maupun tulisan bahkan lemah

dalam daya nalar. Dalam hal ini pendidikan formal merupakan hal yang penting

untuk mendukung berlangsungnya penerimaan tingkat penerapan inovasi di

kalangan peternak. Namun tingkat pendidikan formal yang rendah dapat

diperbaiki dengan pendidikan non formal diantaranya melalui penyuluhan pada

peternak dan lamanya beternak. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung

tingkat pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan secara keseluruhan yang

secara langsung berhubungan dengan dunia usahanya. Pendidikan formal bukan

satu-satunya faktor yang menentukan cepat atau lambatnya seorang peternak

untuk mengadopsi ide-ide baru, seperti dikemukakan Soeyitno (1969) bahwa

selain umur dan pendidikan, pengalaman beternak juga turut menentukan

keberhasilan dari suatu usaha peternakan.

Seluruh responden mendapatkan pendidikan non formal dari penyuluhan

yang disampaikan oleh pihak KPSBU. Materi penyuluhan diberikan sekitar 1

bulan sekali meliputi; manajemen pemeliharaan dan manajemen usaha.

Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku agar peternak tahu dan mampu

melaksanakan hal yang disuluhkan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

hidupnya.

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

40

4.2.3 Tingkat Pengalaman Beternak

Salah satu aspek atau faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha

ternak adalah pengalaman beternak, karena dari pengalaman seseorang dapat

mempelajari kemungkinan dan masalah yang akan terjadi, sehingga akan

membantu dalam mengambil keputusan.

Tabel 6. Tingkat Pengalaman Beternak Responden

No. Pengalaman Beternak Jumlah Responden

….tahun…. ….orang…. ….%.... 1. <5 0 0,00 2. 5-10 2 5,71 3. >10 33 94,29

Jumlah 35 100,00

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar (94,29%) responden memiliki

pengalaman beternak sapi perah >10 tahun. Hal ini memberikan pemahaman

bahwa mereka sudah lama beternak sapi perah. Umumnya peternak sapi perah

dilokasi penelitian merupakan peternak turunan dan sebagai anggota koperasi

yang mendapat pembinaan dari petugas KPSBU. Sebagian peternak yang

memiliki pengalaman beternak yang lebih lama bukan berarti memiliki jumlah

sapi yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan Jumlah faktor penghambat,

kurangnya modal, kurang adanya keinginan yang kuat untuk meningkatkan usaha

ternaknya menjadi lebih baik. Dengan demikian, peran koperasi untuk

memberikan informasi yang intensif kepada peternak demi tercapainya

peningkatan usaha ternak yang lebih baik sangat diperlukan.

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

41

4.2.4 Kepemilikan Ternak Produktif

Kepemilikan ternak produktif pada responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Kepemilikan Ternak Produktif Responden

No. Skala Jumlah Ternak Produktif Jumlah Responden

….ekor…. ….orang…. ….%....

1. Kecil 1-3 27 77,14 2. Menengah 4-7 8 22,86 3. Besar >7 0 0,00

Jumlah 35 100,00

Responden memiliki ternak produktif variatif seperti tercantum pada Tabel

7. Sebagian besar skala kepemilikan ternak sapi perah responden (77,14%)

berada pada skala usaha kecil. Kepemilikan ternak produktif tersebut akan

berpengaruh secara langsung pada total produksi susu yang dihasilkan oleh para

peternak dan akan berakibat terhadap tingkat pendapatan ekonomi responden.

Dasuki dan Rahayu (1985), membagi skala kepemilikan ternak perah ke

dalam 3 skala, yaitu:

a. Skala usaha kecil (kepemilikan ternak 1-3 ekor)

b. Skala usaha menengah (kepemilikan ternak produktif antara 4-7 ekor)

c. Skala usaha besar (kepemilikan ternak produktif >7 ekor)

Kepemilikan skala usaha sapi perah yang besar akan menghasilkan output

yang besar juga. Sebagian besar skala kepemilikan ternak sapi perah responden

(77,14%) berada pada skala usaha kecil, hal ini dikarenakan terbatasnya lahan,

modal dan terbatasnya kemampuan reponden untuk menambah skala usahanya.

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

42

4.3 Perilaku Komunikasi Interpersonal

Perilaku komunikasi interpersonal peternak meliputi upaya memperoleh

informasi untuk meningkatkan produktivitas sapi perah dan kualitas susu yang

dihasilkannya. Cakupan komunikasi interpersonal peternak meliputi: (1) Jumlah

sumber informasi, (2) frekuensi bertemu dengan sumber informasi, (3) cakupan

informasi, (4) kejelasan dalam berkomunikasi, dan (5) tempat berkomunikasi

/konteks.

Tabel 8. Perilaku Komunikasi Interpersonal

No. Uraian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

….%....

1. Jumlah sumber informasi 71,43 20,00 8,57 2. Frekuensi bertemu dengan sumber 48,57 37,14 14,29 3. Cakupan informasi 57,14 17,14 25,72 4. Kejelasan dalam berkomunikasi 48,57 34,29 17,14 5. Konteks berkomunikasi 51,43 25,71 22,86

Perilaku komunikasi interpersonal 51,43 37,14 11,43

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perilaku komunikasi

interpersonal responden yang ada di Desa Cibodas tergolong tinggi yaitu sebesar

51,43%. Hal ini ditunjukkan oleh semua indikatornya pada kategori tinggi yang

mencakup jumlah sumber informasi, frekuensi bertemu dengan sumber informasi,

cakupan informasi, kejelasan dalam berkomunikasi, dan konteks berkomunikasi

yang semuanya tergolong tinggi.

Para peternak, umumnya telah melakukan komunikasi dalam rangka

memenuhi kebutuhan informasinya baik sesama peternak, penyuluh maupun

dengan petugas dari koperasi. Frekuensi dilakukannya komunikasi tersebut cukup

sering, khususnya dengan sesama peternak. Informasi dari komunikasi yang

dilakukan telah mencakup informasi yang berhubungan dengan manajemen

pemeliharaan ternak dan manajemen usaha. Informasi mencakup kedua hal

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

43

tersebut sudah dipandang jelas oleh para peternak. Tempat dilakukannya

komunikasi dengan penyuluh dan petugas koperasi sudah memadai untuk

berlangsungnya komunikasi dengan baik.

Komunikasi akan efektif, jika orang yang berkomunikasi tersebut dapat

berganti peran di dalam menyampaikan pesannya, sehingga diperoleh tingkat

pemahaman atau persepsi yang sama terhadap pesan yang disampaikannya.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa peternak sapi perah di Desa Cibodas

melakukan proses komunikasi interpersonal dengan baik. Komunikasi antar

pribadi juga dapat dijelaskan sebagai hubungan antara dua individu yang ada

dalam satu lingkungan (Nasution, 1990).

4.3.1 Jumlah Sumber Informasi

Jumlah sumber informasi pada penelitian sebagai berapa jumlah sumber

informasi yang didatangi dan tingkat inisiatif peternak mendatangi sumber

tersebut.

Tabel 9. Jumlah Sumber Informasi

No. Uraian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

….%....

1. Jumlah Sumber Informasi 45,71 42,86 11,43 2. Tingkat inisiatif 62,86 34,29 2,85

Jumlah sumber informasi 71,43 20,00 8,57

Hasil penelitian berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah sumber

informasi didalam perilaku komunikasi interpersonal peternak tergolong tinggi

yaitu 71,43%. Hal ini ditunjukkan oleh indikatornya yaitu jumlah sumber

informasi yang didatangi responden, menunjukkan bahwa sebanyak 45,71% pada

kategori tinggi dan tingkat inisiatif peternak yang tergolong tinggi pula 62,86%.

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

44

Sebagian besar peternak sapi perah di Desa Cibodas sudah mendatangi

sumber informasi, seperti kepada sesama peternak, maupun kepada penyuluh dan

instansi yang terkait. Inisiatif didalam mendatangi sumber informasi tersebut,

khususnya pada sesama peternak dan petugas koperasi, umumnya berasal dari

keinginan peternak itu sendiri. Para peternak ketika menemukan masalah atau

sesuatu yang perlu ditanyakan menyangkut keadaan sapi perah dan usahanya,

biasanya langsung mendatangi peternak lainnya, yang dianggap lebih tahu dari

dirinya. Demikian pula ketika, hal tersebut tidak bisa memuaskan peternak

tersebut, maka peternak akan menghubungi petugas koperasi.

Adanya fakta yang menunjukkan, bahwa peternak mencari informasi dari

tiga sumber, memberi gambaran bahwa peternak belum merasa cukup bila hanya

dari satu atau dua sumber informasi saja. Menurut Suranto (2011), proses

komunikasi melibatkan seorang komunikan atau penerima informasi dengan

seorang komunikator atau sumber informasi, apabila komunikan berinteraksi

dengan banyak komunikator maka akan diperoleh informasi yang dibutuhkan

segera menjadi lebih lengkap.

4.3.2 Frekuensi Bertemu Dengan Sumber

Frekuensi bertemu dengan sumber informasi menggambarkan tingkat

intensitas (frekuensi) peternak berkomunikasi dengan sumber informasi yaitu

petugas penyuluh dan sesama peternak.

Tabel 10. Frekuensi Bertemu Dengan Sumber

No. Uraian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

….%....

1. Frekuensi bertemu petugas penyuluh 11,43 65,71 22,86 2. Frekuensi bertemu peternak lain 57,14 42,86 0,00

Frekuensi bertemu dengan sumber 48,57 37,14 14,29

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

45

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi bertemu dengan sumber

informasi peternak sebanyak 48,57% responden pada kategori tinggi. Hal ini

ditunjukkan oleh frekuensi bertemu dengan petugas penyuluh dan frekuensi

bertemu dengan peternak lain.

Bertemu peternak dengan sesama peternak lain (57,14%) tergolong

kategori tinggi, dikarenakan para peternak tersebut relatif dekat tempat tinggalnya

satu dengan yang lainnya. Disamping itu, karena hubungan emosional diantara

sesama peternak tersebut sangat baik, maka mereka tidak sungkan atau segan lagi

untuk saling mendatangi. Seringkali ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara

bersama-sama, misalnya ketika sama-sama menyetorkan susu.

Frekuensi bertemu dengan petugas penyuluh (65,71%) tergolong kategori

sedang, karena petugas penyuluhan hanya datang apabila dihubungi oleh peternak

dan ada masalah pada ternak yang dimiliki oleh anggota koperasi. Petugas

penyuluh datang pada waktu-waktu tertentu seperti penyuluhan rutin dari pihak

koperasi atau penyuluhan rutin dari dinas-dinas pemerintah. Menurut Tubbs &

Moss (dalam Deddy Mulyana, 2001) menegaskan bahwa dalam interaksi

interpersonal antara komunikator dan komunikan haruslah terjaga keakrabannya

dalam hubungan mereka dengan seringnya bertemu maka informasi yang

dibutuhkan oleh komunikan akan mudah terpenuhi.

4.3.3 Cakupan Informasi

Cakupan informasi adalah tingkat kelengkapan informasi yang diterima

peternak, mencakup informasi aspek manajemen pemeliharaan dan manajemen

usaha.

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

46

Tabel 11. Cakupan Informasi

No. Uraian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

….%....

1. Aspek manajemen pemeliharaan 37,14 62,86 0,00 2. Aspek manajemen usaha 34,29 40,00 25,71

Cakupan Informasi 57,14 17,14 25,72

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan informasi yang diterima

peternak di dalam perilaku komunikasi interpersonal pada indikatornya yaitu,

dalam aspek manajemen pemeliharaan yang tergolong kategori sedang (62,86%),

dan dalam aspek manajemen usaha yang tergolong kategori sedang juga

(40,00%). Hal ini dikarenakan dari sebagian peternak cukup mengetahui

mengenai aspek manajemen pemeliharaan dan manajemen usaha dari pengalaman

mereka beternak.

Namun untuk cakupan informasi yang diterima peternak di dalam perilaku

komunikasi interpersonal sebanyak 57,14% responden tergolong pada kategori

tinggi. Menurut Suranto (2011) faktor keberhasilan dalam berkomunikasi dilihat

dari sudut pesan bahwa pesan komunikasi interpersonal perlu dirancang dan

disampaikan sedemikian rupa, sehingga pesan-pesan tersebut disampaikan secara

jelas dan sesuai dengan kondisi maupun situasi setempat.

4.3.4 Kejelasan Dalam Berkomunikasi

Kejelasan dalam berkomunikasi peternak adalah tingkat kejelasan atau

mudah dipahaminya informasi yang diterima peternak, baik dalam aspek

manajemen pemeliharaan maupun dalam aspek manajemen usaha.

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

47

Tabel 12. Kejelasan Dalam Berkomunikasi

No. Uraian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

….%....

1. Informasi manajemen pemeliharaan 42,86 57,14 0,00 2. Informasi manajemen usaha 11,43 68,57 20,00

Kejelasan dalam berkomunikasi 48,57 34,29 17,14

Hasil penelitian berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa kejelasan

dalam berkomunikasi (48,57%) responden tergolong pada kategori tinggi. Namun

untuk informasi manajemen pemeliharaan tergolong pada kategori sedang

(57,14%) juga kejelasan dalam informasi manajemen usaha tergolong pada

ketegori sedang (68,57%). Hal ini dikarenakan dari sebagian peternak cukup

mengetahui mengenai aspek manajemen pemeliharaan dan manajemen usaha.

Para peternak umumnya memandang bahwa informasi yang disampaikan oleh

sumber informasi cukup jelas.

Kejelasan informasi yang disampaikan sebenarnya akan berhubungan pula

dengan kemampuan dari sumber informasi didalam menyampaikan pesan-

pesannya. Dari sisi peternak sapi perah sebagai penerima informasi, informasi

yang disampaikan baik oleh penyuluh, maupun dari peternak lainnya, yang

menyangkut informasi dalam manajemen pemeliharaan dan manajemen usaha

dipandang peternak relatif cukup jelas. Menurut (Hardjana, 2003) bahwa dalam

komunikasi interpersonal yang efektif pesan yang dapat diterima dan dipahami

oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh komunikator harus sesuai, sehingga

informasi yang disampaikan haruslah jelas.

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

48

4.3.5 Konteks Berkomunikasi

Konteks berkomunikasi adalah tingkat ketepatan dalam hal tempat dan

waktu dilakukan proses komunikasi.

Tabel 13. Konteks Berkomunikasi

No. Uraian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

….%....

1. Tempat 42,86 48,57 8,57 2. Waktu 34,29 45,71 20,00

Konteks berkomunikasi 51,43 25,71 22,86

Berdasarkan Tabel 13 konteks berkomunikasi dalam komunikasi

interpersonal peternak (51,43%) responden tergolong pada kategori tinggi. Untuk

indikator konteks berkomunikasi ditunjukkan oleh dipandang cukup tepatnya

tempat berlangsungnya komunikasi (48,57%) tergolong pada kategori sedang dan

cukup tepatnya waktu dilaksanakannya komunikasi (45,71%) tergolong kategori

sedang.

Tingkat ketepatan komunikasi berbanding terbalik dengan adanya

gangguan atau noise faktor didalam komunikasi. Para peternak TPK Cibodas

memandang bahwa tempat dilakukannya komunikasi sudah cukup mendukung

untuk berhasilnya komunikasi interpersonal, dimana untuk terjadinya proses

komunikasi antara komunikan dan komunikator melakukannya di sekitar halaman

kandang. Untuk waktu dilakukannya komunikasi interpersonal peternak sudah

dipandang cukup tepat. Waktu yang digunakan, bila dengan penyuluh adalah

ketika siang hari. Untuk komunikasi dengan sesama peternak sangat fleksibel,

umumnya dilakukan ketika saat-saat bersama melakukan penyetoran susu atau

sengaja datang kerumah sesama peternak. Suranto (2011) menyatakan bahwa

dalam konteks menunjukkan waktu yang konkrit dan tempat terjadinya

komunikasi, jadi sangat perlu diperhatikan agar komunikasi interpersonal dapat

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

49

berjalan secara efektif. Artinya, pihak komunikator dan komunikan perlu

mempertimbangkan konteks komunikasi ini.

4.4 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Informasi

Tingkat pemenuhan kebutuhan informasi adalah tingkat pengetahuan dan

pelaksanaan peternak terhadap aspek manajemen pemeliharaan dan aspek

manajemen usaha. Dalam hal ini digunakan empat indikator, yaitu : (1)

pengetahuan manajemen pemeliharaan, (2) pengetahuan manajemen usaha, (3)

pelaksanaan manajemen pemeliharaan, dan (4) pelaksanaan manajemen usaha.

Tabel 14. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Informasi

No. Uraian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

….%.....

1. Pengetahuan manajemen 80,00 20,00 0,00 pemeliharaan

2. Pengetahuan manajemen usaha 62,86 37,14 0,00 3. Pelaksanaan manajemen 22,86 77,14 0,00

pemeliharaan 4. Pelaksanaan manajemen usaha 77,14 22,86 0,00

Tingkat pemenuhan kebutuhan 57,14 42,86 0,00

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan

informasi peternak sebanyak 57,14% responden tergolong pada kategori tinggi.

Terdapat salah satu indikator yang tergolong kategori sedang yaitu, pelaksanaan

manajemen pemeliharaan (77,14%), hal ini dikarenakan dari kemampuan dan

keadaan peternak yang terbatas. Namun indikator pengetahuan manajemen

pemeliharaan (80,00%), pengetahuan manajemen usaha (62,86%), dan

pelaksanaan manajemen usaha (77,14%) tergolong pada kategori tinggi.

Para peternak umumnya mengetahui dengan baik perihal manajemen

pemeliharaan dan manajemen usaha. Peternak umumnya sudah mengetahui bibit

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

50

ternak yang baik, pengaturan reproduksi, tatalaksana pakan ternak, pemeliharaan,

dan kesehatan ternak. Peternak juga umumnya sudah mengetahui dengan baik

mengenai meningkatkan efisiensi usaha dan pendapatan usaha seperti sapi yang

sudah tidak berproduksi di afkir, hijauan menanam sendiri, menambah jumlah

sapi, meningkatkan produktivitas dan mengolah limbah kotoran sendiri.

Menurut Santosa, dkk (2009), keuntungan usaha dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu efisiensi faktor-faktor produksi dan peningkatkan harga output.

Output usaha sapi perah didasarkan pada pengukuran total produksi susu dan

produksi ternak (pedet dan sapi afkir) selama periode satu tahun.

4.4.1 Pengetahuan Manajemen Pemeliharaan

Pengetahuan manajemen pemeliharaan adalah tingkat pengetahuan

peternak di dalam aspek teknis dalam beternak. Dalam melihat hal ini digunakan

lima indikator, yaitu: (1) tatalaksana bibit dan reproduksi, (2) tatalaksana makanan

ternak, (3) tatalaksana pemeliharaan, (4) tatalaksana kandang dan peralatan, dan

(5) kesehatan ternak.

Tabel 15. Pengetahuan Manajemen Pemeliharaan

No. Uraian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

….%....

1. Bibit dan reproduksi 34,29 54,28 11,43 2. Tatalaksana makanan ternak 45,71 54,29 0,00 3. Tatalaksana pemeliharaan 48,57 45,72 5,71 4. Tatalaksana kandang dan peralatan 80,00 17,14 2,86 5. Kesehatan ternak 74,29 25,71 0,00

Penget. Mnj.Pemeliharaan 80,00 20,00 0,00

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80,00% responden menunjukkan

pengetahuan manajemen pemeliharaan tergolong pada kategori tinggi. Terdapat

dua indikator yang tergolong kategori sedang yaitu, bibit dan reproduksi (54,28%)

Page 17: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

51

dan tatalaksana makanan ternak (54,29%). Hal ini dikarenakan peternak sudah

cukup mengetahui mengenai dua indikator tersebut. Namun terdapat tiga indikator

yang tergolong kategori tinggi yaitu, tatalaksana pemeliharaan (48,57%),

tatalaksana kandang dan peralatan (80,00%), dan kesehatan ternak (74,29%).

Pengalaman peternak di dalam melaksanakan usaha ternak sapi perahnya

yang rata-rata sudah diatas 20 tahun, menjadikan peternak mengetahui manajemen

pemeliharaan sapi perah dengan baik. Tatalaksana bibit dan reproduksi, para

peternak umumnya cukup mengetahui. Menurut Dinas Peternakan (1991), cara

menyeleksi bibit dapat dilihat dari silsilah, produksi susu induknya dan

penampilan eksteriornya. Untuk memilih sapi betina berdasarkan produksi susu

adalah dengan melihat catatan produksi susu yang lengkap dengan melihat atau

memperhatikan sudah berapa bulan sapi menghasilkan susu sejak beranak yang

terakhir. Perkawinan dilakukan saat sapi betina menunjukkan birahi. Selain

dikawinkan dengan pejantan, anak sapi dapat diperoleh dengan sistem Inseminasi

Buatan (IB).

Dalam hal tatalaksana makanan ternak, para peternak umumnya cukup

mengetahui kondisi pakan yang baik. Peternak sudah mengetahui cara pemberian

rumput, yaitu rumput dapat diberikan dua kali sehari dan dipotong-potong

sebelum diberikannya. Dalam pemberian konsentrat juga sudah tergolong baik

dimana peternak sudah mengetahui sesuai dengan kebutuhan ternak. Menurut

Dasuki, dkk (1997), makanan pokok bagi ternak-ternak sapi perah terdiri dari

hijauan dan konsentrat. Hijauan kaya akan kandungan vitamin dan tinggi kadar

serat kasarnya, sedangkan konsentrat kaya akan kandungan protein, lemak dan

mineral, sehingga kedua jenis bahan pakan ternak tersebut mutlak perlu ada dalam

ransum. Juga dalam aspek tatalaksana pemeliharaan ternak, peternak sudah

mengetahui sapi yang dipelihara dan kandangnya untuk dibersihkan atau

dimandikan, terutama bila sudah terlihat kotor. Sapi secara teratur diperah dua

kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Menurut Soeharno dan Nazaruddin (1994),

kulit sapi mudah sekali kotor terutama karena makanan, keringat atau kotorannya

Page 18: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

52

sendiri. Oleh karena itu, sapi sebaiknya dimandikan dan disikat sehari sekali.

Begitu pula kandang sebaiknya dibersihkan setiap hari dari kotoran dan sisa-sisa

makanan.

Dalam hal tatalaksana kandang, peternak kurang mengetahui mengenai

letak kandang yang seharusnya memanjang Utara-Selatan , tetapi untuk drainase,

dan peralatan kandang sudah cukup mengetahui dengan baik. Kontruksi kandang

umumnya sudah berlantai semen dan tiang penyangga terbuat dari kayu.

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), kandang dibuat berjauhan dengan

rumah tinggal dan bangunan-bangunan umum juga diusahakan kandang

mengahadap ke arah matahari terbit. Didalam kandang dibuat sistem drainase

atau pengaliran air agar kotoran mudah dibersihkan dan air buangan mengalir

lancar. Didaerah yang berangin kencang, dinding kandang dapat diganti dengan

menanam pepohonan dekat kandang. Lantai dibuat dari semen dengan kondisi

tidak licin dan diberi alas yang terbuat dari karet. Para peternak menggunakan

genting sebagai atap. Peralatan kandang yang perlu disiapkan antara lain tempat

pakan dan minum serta alat pembersih kandang seperti sapu lidi dan ember.

4.4.2 Pengetahuan Manajemen Usaha

Pengetahuan manajemen usaha adalah tingkat pengetahuan peternak dalam

rangka meningkatkan efisiensi usaha dan pendapatan usaha.

Tabel 16. Pengetahuan Manajemen Usaha

No. Uraian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

….%....

1. Meningkatkan efisiensi usaha 51,43 48,57 0,00 2. Meningkatkan pendapatan usaha 48,57 51,43 0,00

Pengetahuan manajemen usaha 62,86 37,14 0,00

Page 19: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

53

Hasil penelitian menunjukkan 62,86% responden dalam pengetahuan

manajemen usaha tergolong kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh indikator

yaitu tingkat pengetahuan responden dalam meningkatkan efisiensi usaha yang

tergolong kategori tinggi (51,43%) dan terdapat satu faktor yang tergolong

kategori sedang (51,43) yaitu untuk meningkatkan pendapatan usaha.

Peternak umumnya sudah cukup mengetahui cara untuk meningkatkan

efisiensi usahanya seperti sapi yang sudah tidak berproduksi di afkir, hijauan

menanam sendiri, sedangkan untuk meningkatkan pendapatan usaha seperti

mengolah limbah kotoran ternak. Namun untuk menambah jumlah sapi, peternak

masih belum mampu karena terbatasnya lahan.

Untuk sapi yang berproduksi rendah, sebagian besar responden menahan

terlebih dahulu ternak tersebut, mereka akan mengusahakan agar produksi susu

ternak yang mereka pelihara menjadi naik, hal tersebut umumnya dilakukan

melalui perbaikan pakan yang diberikan, apabila tidak membuahkan hasil maka

ternak tersebut diafkir. Santosa, dkk (2009), mengemukakan bahwa keuntungan

usaha dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu efisiensi faktor-faktor produksi dan

peningkatkan harga output. Output usaha sapi perah didasarkan pada pengukuran

total produksi susu dan produksi ternak (pedet dan sapi afkir) selama periode satu

tahun. Terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan pendapatan peternak sapi

perah rendah. Pertama, adalah rendahnya harga susu dibandingkan dengan pakan.

Kedua, kesadaran peternak untuk memanfaatkan kotoran sapi sehingga tercipta

nilai tambah bagi peternak masih rendah. Ketiga, produksi susu per ekor masih

rendah.

4.4.3 Pelaksanaan Manajemen Pemeliharaan

Pelaksanaan manajemen pemeliharaan adalah tingkat pelaksanaan

peternak dalam menjalankan aspek teknis dalam beternak.

Page 20: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

54

Tabel 17. Pelaksanaan Manajemen Pemeliharaan

No. Uraian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

….%....

1. Tatalaksana bibit dan reproduksi 28,57 54,29 17,14 2. Tatalaksana makanan ternak 37,14 62,86 0,00 3. Tatalaksana kandang 17,24 45,72 37,14

Pelaksanaan manajemen 22,86 77,14 0,00 pemeliharaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 77,14% responden

menunjukkan pelaksanaan manajemen pemeliharaan yang dilakukan oleh

peternak tergolong kategori sedang. Hal tersebut berkaitan dalam pemeliharaan

dan pelaksanaan tatalaksana bibit yang tergolong kategori sedang (54,29%),

tatalaksana makanan ternak yang tergolong kategori sedang (62,86%) dan juga

tatalaksana kandang yang tergolong kategori sedang (45,72%).

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa para responden dalam

tatalaksana reproduksi dan bibit cukup mengerti. Hal ini terlihat dari kondisi sapi

perah yang dimilikinya tergolong cukup baik. Tatalaksana makanan ternak,

peternak memberikan hijauan sebanyak 2 kali sehari, hijauan yang diberikan pada

umumnya rumput gajah. Hijauan tersebut dipotong-potong terlebih dahulu baru

kemudian diberikan ternak. Selain hijauan ternak juga diberikan konsentrat dalam

bentuk campuran bahan pakan. Peternak memperoleh konsentrat dari koperasi.

Pemberian air minum untuk ternak baik, hal ini dapat dilihat dari ketersediaan dari

air yang selalu ada untuk ternak.

Berdasarkan hasil penelitian penerapan tatalaksana kandang responden

digolongkan ke dalam kategori sedang. Namun masih ada beberapa kandang

berada dekat dengan rumah atau bersebelahan. Untuk drainase dan tempat kotoran

pada umumnya tergolong cukup baik, karena pada tiap-tiap kandang responden

memiliki saluran khusus untuk pembuangan. Menurut Dinas Peternakan (1991)

kandang yang memenuhi syarat yang ideal yaitu: letak jauh dari rumah atau

Page 21: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

55

bangunan-bangunan umum, jauh dari lalu-lintas umum dan sinar matahari dapat

masuk, ventilasi baik, lantai lebih tinggi 20-30 cm dari tanah dan saluran untuk

pembuangan air dan kotoran. Peralatan kandang dan susu yang dimiliki oleh

responden tergolong cukup baik. Peralatan tersebut diantaranya adalah ember

tempat pemerahan susu, lap kain untuk membersihkan ambing sebelum dilakukan

pemerahan, milk can, untuk penampungan susu hasil pemerahan serta saringan

susu untuk menyaring kotoran dan bulu-bulu sapi pada waktu dituangkan

kedalam milk can.

4.4.4 Pelakasanaan Manajemen Usaha

Pelaksanaan manajemen usaha adalah tingkat pelaksanaan peternak

didalam upaya meningkatkan efisiensi usaha dan pendapatan usaha dari usaha

sapi perahnya.

Tabel 18. Pelaksanaan Manajemen Usaha

No. Uraian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

….%....

1. Meningkatkan efisiensi usaha 57,14 42,86 0,00 2. Meningkatkan pendapatan usaha 42,86 57,14 0,00

Pelaksanaan manajemen usaha 77,14 22,86 0,00

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen usaha

peternak tergolong kategori tinggi yaitu 77,14%. Hal ini ditunjukkan oleh upaya

peningkatan efisiensi usaha yang tergolong kategori tinggi (57,14%), namun

untuk pendapatan usaha peternak tergolong kategori sedang (57,14%).

Para peternak telah berusaha maksimal di dalam meningkatkan efisiensi

usahanya. Para peternak telah berusaha untuk mempertahankan sapi

produktifnya, bila ternak tersebut tergolong produksi yang tinggi. Peternak pun

biasanya menjual atau mengafkir sapi yang sudah tidak produktif lagi.

Page 22: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

56

Dalam upaya peningkatan pendapatan dari usaha ternaknya, para peternak

umumnya melakukan untuk membuat diversifikasi dari usahanya. Misalnya,

pemanfaatan kotoran sapi untuk diolah menjadi biogas. Menurut Sjahir (2003),

agar peternak sapi perah berhasil dalam usaha tani ternaknya harus memiliki bibit

unggul (rata-rata produksi 4.270 liter/laktasi), menguasai permasalahan teknis

peternak mulai dari perkandangan, sistem pemeliharaan, manajemen kesehatan,

pengaturan perkawinan dan pemberian pakan yang benar. Di samping teknis

peternakan, peternak harus menguasai usaha peternakan, yaitu bagaimana

menurunkan ongkos produksi, meningkatkan harga susu dan lebih meningkatkan

produksi susu.

4.5 Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal Peternak Dengan

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Informasi Dalam Beternak

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Rank

Spearman (rs), hubungan antara perilaku komunikasi interpersonal peternak

dengan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi dalam beternak sapi perah di

Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, menghasilkan

nilai koefisien korelasi sebesar 0,424. Berdasarkan aturan Guilford (1956) dalam

Rakhmat (1998) hubungan antara kedua variabel dengan rs = 0,42 berada pada

kisaran 0,40 < rs ≤ 0,70.

Hasil tersebut mengandung arti bahwa hubungan perilaku komunikasi

interpersonal peternak dengan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi dalam

beternak mempunyai hubungan yang cukup berarti. Keadaan tersebut

menunjukkan bahwa semakin baik perilaku komunikasi interpersonal yang

dilakukan oleh anggota kelompok peternak TPK Cibodas, maka akan semakin

mudah terpenuhi dalam pemenuhan kebutuhan informasi peternak. Anggota

kelompok peternak TPK Cibodas, selalu menjaga hubungan antarpribadinya

untuk tetap baik. Peternak yang menjaga hubungan antarpribadinya untuk tetap

Page 23: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110233_4_2132.pdf · Desa Cibodas merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembang,

57

baik diharapkan dapat membangun suatu jaringan kerja dengan baik dalam

memperoleh kebutuhan informasinya dan dapat mencapai tujuan daripada setiap

anggota kelompok itu sendiri. Peternak yang paham akan pentingnya menjaga

komunikasi interpersonal, akan lebih mudah dalam menerima inovasi atau ide-ide

baru.

Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang dianggap

tepat dan mampu mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku peternak.

Komunikasi interpersonal atau yang biasa disebut sebagai komunikasi antar

pribadi adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan seorang

yang lain atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui timbal

baliknya.