istilah camera #3 - the exposure

8
1 DIGITAL PHOTOGRAPHY THAT I NEVER KNOWN PREVIOUSLY (III) BY: WAWAN “THE NEWBIEPURWANTO The Exposure Aperture Pada sistem kamera, aperture adalah penyesuaian bukaan diafragma (lubang bidik lensa), yaitu bagian dari lensa yang berbentuk seperti irisan berlubang sebagai pintu pengatur debit cahaya yang masuk. Value dari sebuah aperture adalah rasio perbandingan focal length lensa terhadap bukaan diameter diafragma. Aperture dapat dituliskan dengan berbagai macam cara, misalnya f/8, F8 atau 1:8. Rumus untuk menghasilkan nilai aperture adalah: f/# = f l /A Dimana f l adalah focal length, A adalah bukaan diameter aperture (diafragma), dan f/# adalah f/number (nilai aperture). Semakin besar nilai aperture (f/#), bukaan diameter aperture akan semakin kecil, yang artinya semakin sedikit cahaya yang masuk. Setiap step range nilai aperture pada kamera biasanya berarti jumlah cahaya yang bisa masuk berkurang separuhnya, misal range aperture seperti F2.0, F2.8, F4.0, F5.6 dan F8.0. Nilai aperture juga berpengaruh langsung pada penggunaan depth of field (DOF) dan automatic exposure (lihat artikel tentang DOF dan shutter speed). Sebuah lensa kamera biasanya ditulis dengan nilai "maximum aperture" yang dimilikinya, baik pada mode wide atau mode tele. Hal ini merepresentasikan maksimum aperture lensa effective dalam kemampuannya menangkap banyaknya cahaya maksimum. Lensa dengan nilai aperture besar, misal F2.0, termasuk lensa dalam kategori fast yang memiliki kemampuan memasukkan lebih banyak cahaya ke dalam sensor.

Upload: kalbar-biznis

Post on 06-Mar-2016

222 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Part 3 of 5

TRANSCRIPT

Page 1: Istilah Camera #3 - The Exposure

1

DIGITAL PHOTOGRAPHY THAT I NEVER KNOWN PREVIOUSLY (III) BY: WAWAN “THE NEWBIE” PURWANTO

The Exposure Aperture Pada sistem kamera, aperture adalah penyesuaian bukaan diafragma (lubang bidik lensa), yaitu bagian dari lensa yang berbentuk seperti irisan berlubang sebagai pintu pengatur debit cahaya yang masuk. Value dari sebuah aperture adalah rasio perbandingan focal length lensa terhadap bukaan diameter diafragma. Aperture dapat dituliskan dengan berbagai macam cara, misalnya f/8, F8 atau 1:8. Rumus untuk menghasilkan nilai aperture adalah:

f/# = fl/A Dimana fl adalah focal length, A adalah bukaan diameter aperture (diafragma), dan f/# adalah f/number (nilai aperture). Semakin besar nilai aperture (f/#), bukaan diameter aperture akan semakin kecil, yang artinya semakin sedikit cahaya yang masuk. Setiap step range nilai aperture pada kamera biasanya berarti jumlah cahaya yang bisa masuk berkurang separuhnya, misal range aperture seperti F2.0, F2.8, F4.0, F5.6 dan F8.0. Nilai aperture juga berpengaruh langsung pada penggunaan depth of field (DOF) dan automatic exposure (lihat artikel tentang DOF dan shutter speed).

Sebuah lensa kamera biasanya ditulis dengan nilai "maximum aperture" yang dimilikinya, baik pada mode wide atau mode tele. Hal ini merepresentasikan maksimum aperture lensa effective dalam kemampuannya menangkap banyaknya cahaya maksimum. Lensa dengan nilai aperture besar, misal F2.0, termasuk lensa dalam kategori fast yang memiliki kemampuan memasukkan lebih banyak cahaya ke dalam sensor.

Page 2: Istilah Camera #3 - The Exposure

2

Auto Bracketing Bracketing adalah suatu teknik pengambilan gambar secara serial pada scene yang sama dengan tingkat exposure yang berbeda-beda, baik secara pengaturan otomatis atau manual dengan tujuan mendapatkan pilihan hasil yang terbaik. Pilihan ‘auto’ membuat kamera secara otomatis melakukan pengambilan gambar secara burst sebanyak 2 - 5 frame dengan tingkat exposure antara 0.3 - 2.0 EV. Hal ini sangat berguna bila kita tidak yakin secara pasti akan tingkat dynamic range pada scene. Pada kamera digital, kita juga dapat menggabungkan image under exposure dan over exposure untuk menghasilkan image dengan dynamic range yang lebih tinggi dari kemampuan kamera secara normal. Ketika melakukan auto bracketing, biasanya kita akan memilih banyaknya frame yang akan diambil, memilih setingan exposure dan urutan proses pengambilan gambar (misal 0,-,+ atau -,0,+). Contoh berikut diambil menggunakan sistem auto bracketing sebanyak 3 frame, dengan nilai exposure 0.7EV dan urutan pengambilan -,0,+. Tanpa auto bracketing, secara normal kamera akan mengambil gambar dengan kecepatan 1.3s @ F.14 (gambar tengah).

1.0s, F14 (-0.3 EV) 1.3s, F14 (0.0 EV) 1.6s, F14 (+0.3 EV)

Exposure/EV Exposure adalah adalah aktual expose dari sensor (CCD/CMOS) kamera digital terhadap cahaya dalam proses pengambilan gambar. kebanyakan kamera digital modern menggunakan shutter mekanik untuk mengkontrol proses exposure dari sensor, tetapi beberapa kamera digital menggunakan shutter elektronik yang secara elektronik menghitung output dari sensor. Exposure Value (EV) adalah nilai sebuah single exposure yang merupakan kombinasi dari sensitivitas sensor kamera (ISO), nilai aperture dan shutter speed. Jadi, nilai sebuah exposure bisa dituliskan sebagai gabungan ketiganya, misal ISO 100, F2.4, 1/60s. Kamera digital yang memiliki fasilitas automatic-setting, akan mengkalkulasi nilai EV tersebut secara otomatis. Beberapa kamera digital modern

Page 3: Istilah Camera #3 - The Exposure

3

memiliki fasilitas pengaturan manual untuk pengesetan aperture, shutter speed dan sensitivitas sensor kamera (ISO). Didalam dunia fotografi yang sesungguhnya, EV adalah sebuah angka tunggal yang merujuk pada banyaknya cahaya yang masuk untuk suatu proses exposure. Angka ini digunakan untuk menghitung kombinasi yang benar dari aperture dan shutter speed dalam sensitivitas sensor (ISO) tertentu. Tabel dibawah ini memperlihatkan relasi antara shutter speed, aperture dan EV pada sensitivitas ISO 100.

Shuter Aperture F1 1.4 F2 F2.8 F4 F5.6 F8 F11 F16 F22 F32 F45 F64 1 s 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1/2 s 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1/4 s 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1/8 s 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1/15 s 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1/30 s 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1/60 s 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1/125 s 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1/250 s 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1/500 s 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1/1000 s 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1/2000 s 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 1/4000 s 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Cara lain untuk menghitung nilai EV adalah dengan menggunakan rumus: EV = log2 (aperture2 x (1/shutter speed)) Exposure Compensation (EC) Exposure compensation (EC) adalah kemampuan untuk mengubah exposure value (EV) yang dikalkulasi oleh kamera dengan preset value antara -2 sampai +2 EV dalam 0.3 EV step (secara normal). Sebagai contoh, bila kamera menghitung scene saat itu pada 1/60s, F5.6 (11EV) dan kita memilih exposure compensation pada +0.7 EV, hal itu akan membuat kamera mengambil gambar dengan exposure 1/40s, F5.6 (10.3EV), disini kita lihat pencahayaan ditambah (pada kasus ini, shutter speed dikurangi). Exposure compensation sangat berguna bila kita memahami sistem metering pada kamera dan kapan kita harus mengubahnya dengan menggunakan exposure compensation tersebut. Sebagai contoh, apabila kita akan mengambil gambar subyek dimana matahari berada dibelakang subyek, maka sistem metering pada kamera biasanya akan membuat subyek siluet menjadi lebih gelap untuk mengimbangi cahaya matahari dibelakang, maka untuk mengkoreksinya, kita bisa

Page 4: Istilah Camera #3 - The Exposure

4

menggunakan +EV untuk menambah pencahayaan dengan cara memperlambat shutter speed atau memperbesar aperture. Hampir semua kamera digital professional menggunakan exposure compensation paling sedikit +0.3 atau +0.7EV untuk mengimbangi cahaya matahari yang datang dari belakang subyek, dan exposure compensation -0.7 atau -1.0EV untuk mengimbangi cahaya matahari yang datang dari belakang pemotret. Kesimpulan disini adalah, +EV dipakai pada scene yang lebih gelap (scene lebih gelap bisa terjadi karena ‘kesalahan’ sistem metering pada scene overhighlight, kamera membuat subyek menjadi lebih gelap) agar lebih terang, sedangkan -EV untuk scene yang lebih terang (scene lebih terang bisa terjadi karena ‘kesalahan’ sistem metering pada scene overshadow, kamera membuat subyek menjadi lebih terang) agar lebih gelap. Tetapi, apabila sistem metering kamera dianggap betul melakukan koreksi scene, maka kita tidak perlu melakukan koreksi menggunakan exposure compensation, atau pada penggunaan standar, apabila kita ingin membuat scene lebih terang, gunakan +EV, dan apabila kita ingin membuat scene lebih gelap, gunakan –EV, tanpa mempedulikan apakah ada atau tidak kesalahan perhitungan pada kamera metering. Flash Output Compensation Flash output compensation mirip dengan exposure compensation, hanya saja ditujukan untuk melakukan preset adjustment value untuk power flash output. Beberapa kamera digital mempunyai fasilitas untuk setting flash output compensation ini dengan menggunakan nilai range EV (+/-2EV), tetapi beberapa kamera digital lain hanya bisa memilih setting dengan memilih high, normal atau low. Setting flash output ini biasanya berguna untuk situasi seperti, (a) flash metering pada kamera kurang sempurna atau (b) situasi scene yang membutuhkan sedikit flash compensation. Manual Kontrol manual pada kamera digital menjadi lebih umum dan diinginkan oleh para fotografer professional. Dengan revolusi kamera digital yang sangat cepat para fotografer mulai banyak yang beralih menggunakan kamera digital, karena kebutuhan seperti kontrol manual dan kualitasnyapun semakin baik dibanding kamera konvensional. Bahkan pada kamera digital, kontrol bisa dilakukan lebih detail dengan banyak pilihan feature yang tersedia.

Page 5: Istilah Camera #3 - The Exposure

5

Metering Sistem metering pada kamera digital adalah sistem yang menghitung jumlah cahaya (exposure value) pada scene yang akan dicapture, dan melakukan kalkulasi untuk mendapatkan setting exposure terbaik (tergantung dari mode metering yang dipilih). Setting automatic exposure merupakan setting standar yang terdapat pada hampir semua tipe kamera digital modern, kita tinggal memilih mode metering yang diinginkan, arahkan kamera pada subyek, tekan shutter release sebanyak 9 sampai 10 kali, maka kamera akan mengekspose scene sampai mendapatkan settingan yang terbaik. Metoda metering mendefinisikan bagaimana dan bagian mana dalam sebuah image digunakan untuk mengkalkulasi nilai exposure. Setiap vendor kamera digital memiliki mode metering yang berbeda-beda, tetapi semuanya hampir sama. Beberapa metoda metering dijelaskan dibawah. Center-Weighted Average Metering. Mungkin metoda metering ini diimplementasikan pada hampir semua jenis kamera digital, atau merupakan sistem metering default untuk kamera yang tidak memiliki fasilitas pilihan untuk kamera metering. Metoda ini menghitung rata-rata exposure dari semua frame yang dicapture dan memberikan extra weight pada daerah tengah frame. Spot (Partial) Metering. Metoda spot metering melakukan proses metering pada bagian tengah dari salah satu atau lebih frame-frame yang dipilih, dimana area yang dipilih hanya sekitar 10% dari total area sebuah frame, dan exposure dari sisa frame yang lain diabaikan. Metoda ini berguna untuk perhitungan pada pengambilan frame jenis macro atau subyek dengan cahaya backlight yang terang. Matrix or Evaluation Metering. Termasuk jenis metoda metering yang kompleks dimana setiap vendor memiliki implementasi masing-masing. Metoda metering ini membagi frame kedalam matrix-matrix (sekitar 30-200 matrik), dan setiap matrix dievaluasi untuk mendapatkan nilai exposure rata-rata berdasar algoritma masing-masing kamera. Matrix metering memungkinkan perhitungan nilai exposure yang terbaik. Remote Capture Remote capture merujuk kepada kemampuan kamera digital yang bisa melakukan proses pengambilan gambar menggunakan system remote pada komputer. Sebagai contoh adalah fasilitas remote capture pada kamera digital Fujifilm S1 Pro dan Canon EOS-D30, keduanya mampu

Page 6: Istilah Camera #3 - The Exposure

6

melakukan remote control pada kamera menggunakan kabel USB. Remote capture digunakan karena 2 alasan berikut, (a) hasil capture bisa langsung disimpan pada harddisk komputer, (b) didalam lingkungan studio, image dapat langsung dilihat pada layar yang lebih besar, seperti layar LCD. Shutter Speed Shutter speed adalah lamanya waktu ketika shutter mengumpulkan cahaya pada sensor kamera. Pada kamera digital model lama, proses ini menggunakan sistem electronic shutter, dan saat ini sudah banyak digantikan oleh sistem yang sebelumnya terdapat pada kamera konvensional, yaitu mechanical shutter. Shutter speed 1/125s memberi arti bahwa sensor akan mengekspose cahaya selama 1/125 detik, menghasilkan tingkat cahaya (dari sisi keluaran sensor menghasilkan level tegangan listrik) yang akan direkam dalam setiap pixel pada sebuah image. Biasanya proses pengambilan gambar dengan shutter speed 1/60s keatas masih memenuhi syarat untuk belum menggunakan tripod atau optical stabilization, karena guncangan yang terjadi masih bisa diseimbangkan dengan kecepatan shutter speed tersebut. Tetapi untuk shutter speed yang lebih lambat, tripod jelas dibutuhkan untuk menghindari guncangan saat proses pengambilan gambar. Hampir seluruh kamera digital kelas prosumer memiliki range shutter speed antara 8 atau 16 (mode long) sampai 1/1500 (mode quick). Beberapa kamera menyediakan fasilitas exposure dengan mode shutter priority (baca artikel tentang shutter priority). Secara umum, bila kita hendak mengambil gambar dimana kita ingin membekukan gambar tersebut, kita membutuhkan speed yang cukup tinggi, misalnya 1/250s. Untuk mencegah guncangan (shake), sebaiknya gunakan shutter speed yang sesuai untuk menyeimbangkan dengan focal length lensa yang digunakan, misal untuk lensa 300mm (lensa tele) kita membutuhkan shutter speed minimal sebesar 1/300s untuk mencegah efek blur karena efek guncangan dari kamera. Pada contoh dibawah, gambar sebelah kiri diambil dengan shutter speed 1/10s, dimana tetesan air yang datang dari atas terlihat blur (samar) pada kecepatan ini. Sedang gambar sebelah kanan diambil dengan kecepatan 1/500s, dimana tetesan air seperti diam membeku, artinya kecepatan kamera berhasil mengimbangi kecepatan air jatuh sehingga air seolah-olah membeku.

Page 7: Istilah Camera #3 - The Exposure

7

Electronic shutter, secara sederhana adalah bagian sistem elektonik kamera digital yang mengambil sebuah "snapshot" dari cahaya untuk shutter speed selama waktu tertentu. Sedang mechanical shutter secara fisik bekerja dengan cara memblokir cahaya yang datang ke sensor sebelum proses exposure, dan kemudian shutter dibuka selama proses exposure dilakukan dan ditutup kembali setelah proses selesai. Beberapa kamera ada yang melakukan proses snapshot (quickly) sebelum proses exposure dilakukan untuk mendapatkan informasi ‘dark frame’ yang digunakan untuk proses noise reduction pada long exposure (stuck pixel removal). Time Lapse Time lapse adalah banyaknya frame yang dishot secara otomatis pada periode waktu tertentu dan dengan interval waktu tertentu diantara frame. Sebagai contoh, mode ini digunakan pada kamera digital yang dipasang diatas tripod dan digunakan untuk mengambil sebuah scene pada kurun waktu tertentu, misalnya proses pengambilan suatu scene dalam waktu satu jam dengan banyak frame yang diambil adalah 60 buah. Beberapa kamera memiliki feature time lapse ini secara built-in, dan yang lainnya hanya mengizinkan menggunakan mode ini pada saat kamera digunakan melalui mode remote capture, dimana kamera harus dihubungkan dengan komputer. --eof >>Part I: The Camera System >>Part II: The Digital Imaging >>Part III: The Exposure >>Continue to Part IV: The Optical<<

Page 8: Istilah Camera #3 - The Exposure

8

Disadur oleh Wawan Purwanto (dengan bahasa inggris pas-pasan) e-mail: [email protected] Milis: http://groups.yahoo.com/group/it-center Recommended Milis: http://groups.yahoo.com/group/kameradigital Recommended website: http://www.fotografer.net Diambil dari http://www.123di.com dan http://www.dpreview.com untuk bahan belajar sendiri, dengan beberapa penambahan dan pengurangan. Bebas disebarluaskan selama menyebutkan sumbernya tetapi tidak diperkenankan melakukan printed-out, karena dokumen ini adalah saduran dari dokumen lain. Bebas memperbaiki isinya selama menyebutkan kesalahannya, silahkan layangkan saran dan kritik melalui e-mail. Penyadur tidak bertanggungjawab terhadap kesalahan dan hal yang terjadi akibat penyebaran dokumen ini, bila anda tidak setuju, segera delete (wipe-out) dokumen ini secepatnya. ©03.06.2004 (Versi 1)