issn 2355-9047 analisis rasio keuangan untuk menilai

12
48 www.stie-ibek.ac.id © 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017 ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA PANGKALPINANG TAHUN ANGGARAN 2010-2015 (Studi Kasus Pada Pemda Kota Pangkalpinang) DINI HARIYANTI MARHENI YENFI Accounting Program STIE-IBEK Bangka Belitung Pangkal Pinang,Indonesia [email protected] Abstract-The results of the analysis show that the Regional Financial Performance of Pangkalpinang City is seen from (1) The ratio of Regional Financial independence is still very low and in the category of instructive relationship pattern because the average ratio is 14.31% (2) The Fiscal Decentralization Degree Degrees fall into the level criteria The degree of fiscal decentralization is still lacking because the average ratio is 12.35% (3) The PAD Effectiveness Ratio is already quite effective because the average ratio generated during the research period is 99.81% (4) The Efficiency Spending Ratio is already efficient The average ratio of 83.65% (5) The Harmonization Ratio shows that the city government of Pangkalpinang is more inclined to use expenditure funds for operational expenditure compared to capital expenditures, as indicated by the average ratio of operating expenditure that is greater than the ratio of capital expenditure. Average operating expense ratio is 77.42% while average capital expenditure ratio is 23.82% (6) Revenue Growth Ratio, PAD, Operational Expenditure always increases and decreases from year to year, although growth of Revenue, PAD , Operational Expenditures and capital expenditures are still experiencing positive growth. Keywords: Regional Financial Performance, Regional Financial Independence Ratio, Fiscal Decentralization Degree Ratio, PAD Effectiveness Ratio, Expense Efficiency Ratio, Harmony Ratio, and Growth Ratio. I. PENDAHULUAN Reformasi Keuangan Daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan adanya Undang-undang tersebut, maka terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam pengelolaan daerah, termasuk dalam manajemen atau pengelolaan keuangan daerah. Manajemen keuangan daerah merupakan alat untuk mengurus dan mengatur rumah tangga pemerintahan daerah.Salah satu bagian dari manajemen keuangan daerah tersebut adalah akuntansi keuangan daerah.Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bentuk tata usaha dalam manajemen keuangan daerah selain tata usaha umum atau administrasi (Abdul Halim, 2002: 9).Akuntansi keuangan daerah tersebut merupakan bagian dari akuntansi sektor publik.Tingkatan tertinggi dalam akuntansi sektor publik adalah tingkatan Negara.Oleh karenanya, akuntansi keuangan daerah juga berhubungan dengan akuntansi keuangan Negara. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik yang berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik Negara sehubungan dengan pelaksanaak hak dan kewajiban dimaksud.Ruang lingkup keuangan Negara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang dikelola langsung oleh pemerintah dan yang dipisahkan kepengurusannya.Salah satu kekayaan Negara yang dikelola langsung oleh pemerintah adalah APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).APBN adalah rencana penerimaan belanja dan pengeluaran belanja suatu Negara untuk suatu periode tertentu.Semua program kerja dan besarnya biaya yang dicatat pada APBN adalah program kerja dan biaya yang mencakup seluruh daerah di wilayah Indonesia. Dilain pihak pada tingkatan daerah, terdapat pula ruang lingkup yang serupa dengan keuangan daerah yaitu yang dikelola langsung oleh pemerintah dan yang dipisahkan kepengurusannya.Dan kekayaan daerah yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah adalah APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan (Nordiawan, 2009:39). Lewat APBD inilah pemerintah daerah merancang pembangunan di wilayahnya. APBD menunjukkan alokasi belanja untuk melaksanakan program/kegiatan dan sumber-sumber pendapatan, serta pembiayaan yang digunakan untuk membiayainya.Program/kegiatan dimaksud dilaksanakan untuk mendorong perekonomian daerah, pemerataan pendapatan, serta pembangunan di berbagai sektor. Pencapaian tujuan tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui peningkatan potensi PAD (Pendapatan Asli Daerah) ditambah dengan dana transfer dari pemerintah pusat yang digunakan untuk mendanai penyelengaraan layanan publik dalam jumlah yang mencukupi juga berkualitas. Dalam melaksanakan pelayanan masyarakat tersebut

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

48

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA

PANGKALPINANG TAHUN ANGGARAN 2010-2015(Studi Kasus Pada Pemda Kota Pangkalpinang)

DINI HARIYANTIMARHENI

YENFI

Accounting ProgramSTIE-IBEK Bangka Belitung

Pangkal Pinang,[email protected]

Abstract-The results of the analysis show that the Regional Financial Performance of Pangkalpinang City is seen from (1) The ratio of Regional Financial independence is still very low and in the category of instructive relationship pattern because the average ratio is 14.31% (2) The Fiscal Decentralization Degree Degrees fall into the level criteria The degree of fiscal decentralization is still lacking because the average ratio is 12.35% (3) The PAD Effectiveness Ratio is already quite effective because the average ratio generated during the research period is 99.81% (4) The Efficiency Spending Ratio is already efficient The average ratio of 83.65% (5) The Harmonization Ratio shows that the city government of Pangkalpinang is more inclined to use expenditure funds for operational expenditure compared to capital expenditures, as indicated by the average ratio of operating expenditure that is greater than the ratio of capital expenditure. Average operating expense ratio is 77.42% while average capital expenditure ratio is 23.82% (6) Revenue Growth Ratio, PAD, Operational Expenditure always increases and decreases from year to year, although growth of Revenue, PAD , Operational Expenditures and capital expenditures are still experiencing positive growth.

Keywords: Regional Financial Performance, Regional FinancialIndependence Ratio, Fiscal Decentralization DegreeRatio, PAD Effectiveness Ratio, Expense EfficiencyRatio, Harmony Ratio, and Growth Ratio.

I. PENDAHULUAN

Reformasi Keuangan Daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan adanya Undang-undang tersebut, maka terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam pengelolaan daerah, termasuk dalam manajemen atau pengelolaan keuangan daerah.

Manajemen keuangan daerah merupakan alat untuk mengurus dan mengatur rumah tangga pemerintahan daerah.Salah satu bagian dari manajemen keuangan daerah tersebut adalah akuntansi keuangan daerah.Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bentuk tata usaha dalam manajemen keuangan daerah selain tata usaha umum atau administrasi (Abdul Halim, 2002: 9).Akuntansi keuangan daerah tersebut merupakan bagian dari akuntansi sektor

publik.Tingkatan tertinggi dalam akuntansi sektor publik adalah tingkatan Negara.Oleh karenanya, akuntansi keuangan daerah juga berhubungan dengan akuntansi keuangan Negara.

Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik yang berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik Negara sehubungan dengan pelaksanaak hak dan kewajiban dimaksud.Ruang lingkup keuangan Negara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang dikelola langsung oleh pemerintah dan yang dipisahkan kepengurusannya.Salah satu kekayaan Negara yang dikelola langsung oleh pemerintah adalah APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).APBN adalah rencana penerimaan belanja dan pengeluaran belanja suatu Negara untuk suatu periode tertentu.Semua program kerja dan besarnya biaya yang dicatat pada APBN adalah program kerja dan biaya yang mencakup seluruh daerah di wilayah Indonesia.

Dilain pihak pada tingkatan daerah, terdapat pula ruang lingkup yang serupa dengan keuangan daerah yaitu yang dikelola langsung oleh pemerintah dan yang dipisahkan kepengurusannya.Dan kekayaan daerah yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah adalah APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan (Nordiawan, 2009:39). Lewat APBD inilah pemerintah daerah merancang pembangunan di wilayahnya.

APBD menunjukkan alokasi belanja untuk melaksanakan program/kegiatan dan sumber-sumber pendapatan, serta pembiayaan yang digunakan untuk membiayainya.Program/kegiatan dimaksud dilaksanakan untuk mendorong perekonomian daerah, pemerataan pendapatan, serta pembangunan di berbagai sektor. Pencapaian tujuan tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui peningkatan potensi PAD (Pendapatan Asli Daerah) ditambah dengan dana transfer dari pemerintah pusat yang digunakan untuk mendanai penyelengaraan layanan publik dalam jumlah yang mencukupi juga berkualitas.

Dalam melaksanakan pelayanan masyarakat tersebut

Page 2: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

49

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

tentunya anggaran belanja yang diperlukan juga akan meningkat. Anggaran belanja tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya dan pendapatan yang dimiliki daerah.Anggaran pendapatan dan belanja yang dikumpulkan dituang dalam suatu program atau rancangan pemerintah yang disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD).APBD merupakan salah satu laporan yang ada di dalam laporan keuangan pemerintah daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan berperan untuk memberikaninformasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan transaksiselama satu periode pelaporan. Laporan keuangan PemerintahDaerah juga berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan,sehingga laporan tersebut harus dibuat secara sederhana agar mudah dipahami oleh pembaca laporan. Meskipun laporankeuangan sudah bersifat general purposive, artinya dibuat lebihumum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi kebutuhan informasi semua pihak, tetapi tidak semua pembaca laporandapat memahami laporan tersebut dengan baik.

Tidak semua pemangku kepentingan memahami akuntansiyang merupakan alat untuk menghasilkan laporan keuangan.Karena tidak semua pengguna laporan keuangan memahamiakuntansi dengan baik, sementara mereka akan mengandalkaninformasi keuangan itu untuk membuat keputusan,makaketidakmampuan memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan tersebut perlu dibantu dengan analisis laporan keuangan.

Salah satu teknik yang paling banyak digunakan untukmenganalisis laporan keuangan adalah Analisis RasioKeuangan.Analisis Rasio Keuangan adalah suatu ukuran untuk mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia.

Menurut Mardiasmo (2005:169) penggunaan AnalisisRasio Keuangan sebagai alat analisis kinerja keuangan secara luas telah diterapkan pada lembaga perusahaan yang bersifat komersial, sedangkan pada lembaga publik khususnya pemerintah daerah masih sangat terbatas sehingga secara teoritis masih belum ada kesepakatan yang bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Ada beberapa cara untukmenghitung Kinerja Keuangan Daerah, diantaranya adalahdengan mengitung Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, RasioDerajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Efektifitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, Rasio Keserasian, Rasio Pertumbuhan dan Rasio Proporsi Pendapatan dan Belanja Daerah (Abdul Halim, 2002:128).

Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :1. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah

Kota Pangkalpinang berdasarkan hasil dari perhitunganRasio Kemandirian Keuangan Daerah Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2015.

2. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kota Pangkalpinang berdasarkan hasil dari perhitunganRasio Derajat Desentralisasi Fiskal Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2015.

3. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah

Kota Pangkalpinang berdasarkan hasil dari perhitungan Rasio Efektifitas PAD Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah Kota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2015.

4. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kota Pangkalpinang berdasarkan hasil dari perhitunganRasio Efisiensi Belanja Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah Kota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2015.

5. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kota Pangkalpinang berdasarkan hasil dari perhitunganRasio Keserasian Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahKota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran 2010 sampaidengan 2015.

6. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kota Pangkalpinang berdasarkan hasil dari perhitunganRasio Pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2015.

II. LANDASAN TEORI

Rasio Kemandirian Keuangan DaerahRasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD)

menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ditunjukkan oleh besarnya Pendapatan Asli Daerah dibandingkan dengan Pendapatan Daerah yang berasal dari sumber lain (Pendapatan Transfer) antara lain : Bagi hasil pajak, Bagi hasil bukan pajak sumber daya alam, Dana alokasi umum dan alokasi khusus, Dana Darurat dan Pinjaman (Abdul Halim 2007:L-5).

Rumus Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah mengGAMBARkan ketergantungan daerah terhadap pendapatan transfer. Semakin tinggi Rasio Kemandirian Keuangan Daerah mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern semakin rendah dan demikian pula sebaliknya.Rasio Kemandirian Keuangan Daerah mengGAMBARkan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembangunan daerah.Semakin tinggi Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daerah.

Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah mengGAMBARkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi.sebagai pedoman dalam melihat pola hubungan dengan kemampuan daerah (dari sisi keuangan) dapat dikemukakan TABEL sebagai berikut :

PADRKKD = X 100 %

Pendapatan Transfer

Page 3: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

50

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

TABEL 1Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah

KemampuanKeuangan

Kemandirian (%) Pola Hubungan

Rendah SekaliRendahSedangTinggi

0% - 25%25% - 50%50% - 75%

75% - 100%

InstruktifKonsultatifPartisipatifDelegatif

Sumber: Reksohadiprojo dan Thoha dalam Hermi Oppier (2013: 82).

Menurut Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Abdul Halim (2001:168) mengemukakan mengenai hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah antara lain:1) Pola hubungan instruktif, dimana peranan pemerintah pusat

lebih dominan daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah).

2) Pola hubungan konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi daerah.

3) Pola hubungan partisipatif, peranan pemerintah pusat sudah mulai berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi daerah.

4) Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah.

Rasio Derajat Desentralisasi FiskalRasio Derajat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran yang

menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan. Menurut Mahmudi (2010), derajat desentralisasi fiskal dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah Pendapatan Asli Daerah dengan total Penerimaan daerah. Rasio ini menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi.

Rumus Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal :

TABEL 2Kriteria Derajat Desentralisasi Fiskal

Presentase PAD Terhadap TPD (%)

Kriteria Derajat Desentralisasi Fiskal

0,00 – 10,00 Sangat Kurang

10,01 – 20,00 Kurang

20,01 – 30,00 Sedang

30,01 – 40,00 Cukup

40,01 – 50,00 Baik

50,00 Sangat Baik

Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM, 1991, Dalam I Dewa Gede Bisma dan Hery Susanto, 2010.

Rasio Efektifitas PADRasio Efektifitas PAD mengGAMBARkan kemampuan

pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Rasio Efektifitas PAD dihitung dengan cara membandingkan realisasi penerimaan PAD dengantarget penerimaan PAD (Anggaran).

Rumus Rasio Efektifitas PAD

Secara umum, nilai efektifitas PAD dapat dikategorikan sebagai berikut:

TABEL 3Kategori Penilaian Rasio Efektifitas PADKategori Predikat

Sangat EfektifEfektif

Cukup EfektifKurang EfektifTidak Efektif

>100 %100%

90% - 99%75% - 89%

< 75%Sumber : Penelitian Hermawati Ariana, 2012

Rasio Efisiensi Belanja Rasio Efisiensi Belanja merupakan perbandingan antara

realisasi belanja dengan anggaran belanja.Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah.

Realisasi PADRasio Efektifitas PAD = X 100%

Anggaran PAD

Pendapatan Asli DaerahRDDF = x 100%

Total Pendapatan Daerah

Page 4: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

51

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

Rumus Rasio Efisiensi BelanjaMenurut Abdul Halim (2008: 37) Rasio efisiensi ini

dirumuskan sebagai berikut :

Rasio Efisiensi Belnaja mengGAMBARkan tingkat penghematan anggaran belanjayang digunakan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang. Untuk mengetahui efisiensi belanja caranya adalah dengan membandingkan realisasi belanja dan anggaran belanja.Angka yang dihasilkan dari rasio ini tidak bersifat absolute, tetapi relatif.

TABEL 4Standar Pengukuran Kriteria Rasio Efisiensi Belanja

Kategori Predikat

EfisienTidak Efisien

<100%≥100%

Sumber : Abdul Halim, 2008

Rasio KeserasianRasio keserasian mengGAMBARkan bagaimana

pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunnanya secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja pembangunan yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cendrung semakin kecil (Abdul Halim 2007:236). Ada 2 perhitungan dalam Rasio Keserasian ini, yaitu: Rasio Belanja Operasi dan Rasio Belanja Modal.

Rasio Belanja Operasi merupakan perbandingan antara total Belanja Operasi dengan Total Belanja Daerah.Rasio ini menginformasikan kepada pembaca laporan mengenai porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk belanja operasi.Belanja operasi merupakan belanja yang manfaatnya habis dikonsumsi dalam satu tahun anggaran, sehingga sifatnya jangka pendek dan dalam hal tertentu sifatnya rutin dan berulang. Pada umumnya proporsi belanja operasi mendominasi total belanja daerah, yaitu antara 60-90%. Pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan yang tinggi cendrung memiliki porsi belanja yang lebih tinggi dibandingkan pemerintah daerah yang tingkat pendapatannya rendah (Mahmudi 2010:164).

Rumus Rasio Belanja Operasi

Rasio Belanja Modal merupakan perbandingan antara total realisasi belanja modal dengan total belanja daerah. Berdasarkan rasio ini, pembaca laporan dapat mengetahui porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dengan bentuk belanja modal pada tahun anggaran bersangkutan.Belanja modal memberikan manfaat jangka menengah dan panjang juga bersifat rutin.Pada umumnya proporsi belanja modal dengan belanja daerah adalah

antara 5-20% (Mahmudi 2010:164).Rumus Rasio Belanja Modal

Sampai saat ini belum ada pedoman yang ideal tentang besarnya rasio belanja operasi maupun rasio belanja modal, karena sangat dipengaruhi dinamika pembangunan dan kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan (Abdul Halim, 2012).Namun demikian, sebagai daerah di Negara berkembang peranan pemerintah daerah untuk memacu pelaksanaan pembangunan masih relatif besar.Oleh karena itu, rasio belanja modal (pembangunan) yang relatif kecil masih perlu ditingkatkan sesuai kebutuhan pembangunan di daerah.

Rasio PertumbuhanRasio pertumbuhan bermanfaat untuk mengetahui apakah

pemerintah daerah dalam tahun anggaran bersangkutan atau selama beberapa periode anggaran, kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan atau belanja secara posistif atau negatif. Rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai selama beberapa periode (Abdul Halim, 2012). Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapatkan perhatian (Abdul Halim 2001: 241).

Rumus Rasio Pertumbuhan

Keterangan :r = Rasio PertumbuhanPn = Total pendapatan daerah/ PAD/ Belanja Modal/

Belanja Operasi yang dihitung pada tahun ke-nP0 = Total pendapatan daerah/PAD/Belanja Modal/

Belanja Operasi yang dihitung pada tahun ke-0

Rasio pertumbuhan berfungsi untuk mengevaluasi potensi-potensi daerah yang perlu mendapatkan perhatian.Semakin tinggi nilai Total Pendapatan Daerah (TPD), PAD, dan Belanja Modal yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Operasi, maka pertumbuhannya adalah positif.Artinya bahwa daerah yang bersangkutan telah mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode yang satu ke periode berikutnya.Jika semakin tinggi nilai TPD, PAD, dan Belanja Operasi yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Modal, maka pertumbuhannya adalah negatif.Artinya bahwa daerah belum mampu meningkatkan pertumbuhan daerahnya.

Pn – P0r = P0

Total Belanja ModalRasio Belanja Modal = X 100%

Total Belanja Daerah

Total Belanja OperasiRasio Belanja Operasi = X 100%

Total Belanja Daerah

Realisasi BelanjaRasio Efisiensi Belanja = X 100%

Anggaran Belanja

Page 5: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

52

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

Penelitian TerdahuluSebagai acuan dari penelitian ini dikemukakan hasil-hasil

penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya yaitu:1. Penelitian yang dilakukan oleh Hermawati Ariana (2012)

dengan judul “Analisis Pendapatan dan Belanja Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang nilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomis dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kutai Timur. Analisis ini menggunakan beberapa alat analisis diantaranya Analisis Varians Pendapatan, Derajat Desentralisasi, Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas dan Efisiensi PAD, Analisis Varians Belanja, Rasio Efisiensi Belanja, Rasio Belanja Daerah terhadap PDRB. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur telah melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara efisien, efektif dan ekonomis yang dilihat dari hasil yang diperoleh sesuai dengan karakteristik yang ada pada alat analisis tersebut.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Astriana Nabila Muhibtari pada tahun 2014 dengan judul “Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2008-2012”. Penelitian ini bertujuan untuk menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah KotaMagelang dengan menggunakan Analisis Rasio Keuanganterhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah KotaMagelang tahun anggaran 2008-2012. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasusdengan pendekatan statistic deskriptif. Data yang diolahadalah Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008-2012 yang didapatkan dariDinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan DaerahKota Magelang. Analisis yang digunakan untuk menganalisisKinerja Keuangan Daerah adalah dengan menghitung Rasio Kemandirian, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Efektivitas, Rasio Efisiensi, dan Rasio Keserasian Belanja.Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis Kinerja Keuangan Daerah dapat disimpulkan, bahwa pola hubungantingkat kemandirian daerah Kota Magelang berada padakriteria instruktif. Tingkat Derajat Desentralisasi Fiskal Pemerintah Daerah Kota Magelang masih kurang, namun,tingkat Efektivitas pengelolaan keuangan daerah KotaMagelang terbilang sangat efektif dan tingkat Efisiensi pengelolaan keuangan daerah Kota Magelang terbilang sangat efisien. Rasio Keserasian Belanja menunjukkan keseimbangan antar belanja belum seimbang.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Puput Risky Pramita pada tahun 2015 dengan judul “Analisis Rasio Untuk Menilai Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2009-2013”. Penelitian inibertujuan untuk mengetahuiKinerja Keuangan Daerah Kabupaten Kebumen tahun2009-2013 dilihat dari Rasio Efektivitas PAD, Rasio EfisiensiKeuangan Daerah, Rasio Keserasian, Rasio Pertumbuhan, dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah. Penelitian inimerupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pendapatan PengelolaanKeuangandan Aset Daerah (DPPKAD) KabupatenKebumen. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan

deskriptif kuantitatif dengan rumus: Rasio EfektivitasPAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah,Rasio Keserasian, Rasio Pertumbuhan, dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Kebumen dilihat dari Rasio Efektivitas PAD dapat dikategorikan Efektif, karena rata-rata efektivitasnya sebesar 104,46% Rasio EfisiensiKeuangan Daerah tergolong Efisien karena rata-ratabesarnya rasio ini sebesar 99,82% . Rasio Keserasian dapatdikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Kebumen mengalokasikan sebagian besar anggaran belanjanya untukbelanja operasi daerah yaitu rata-rata sebesar 80,97% dibandingkan dengan rata-rata belanja modal sebesar16,68%, Rasio Pertumbuhan pendapatan, PAD, BelanjaOperasi selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan Pertumbuhan Belanja Modal fluktuatif. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah masih tergolong Rendah Sekali dan dalam kategori pola hubungan Instruktif karena rata-rata rasionya sebesar 7,80%.

Kerangka BerpikirMenganalisis Kinerja Keuangan Daerah Kota

Pangkalpinang adalah suatu proses penialian mengenai tingkat kemajuan pencapaian pelaksanaan pekerjaan/ kegiatan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang dalam bidang keuangan untuk kurun waktu tertentu. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan termuat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) yang mengGAMBARkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai kegiatan pelaksanaan tugas pembangunan. Dalam menjalankan otonomi daerah, Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan yang efektif dan efisien mampu mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkan pemerataan dan keadilan yang mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh Kota Pangkalpinang.

Dalam menjalankan tugas-tugas Pemerintah Daerah sangat dibutuhkan Anggaran biaya lebih untuk menghasilkan pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik.Setiap tahun Kota Pangkalpinang melakukan perubahan maupun menambah fasilitas umum untuk melayani masyarakat. Pembangunan tersebut pastilah membutuhkan dana agar dapat terlaksana dengan baik. Semakin tinggi tingkat rencana pembangunan maka semakin tinggi pula dana yang akan dikeluarkan. Besar kecilnya rasio Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dari tahun ke tahun dijadikan sebagai bukti apakah kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah sudah efektif dan efisien atau belum.

Jalan keluar dari permasalahan tersebut adalah pemerintah daerah mampu untuk mengidentifikasi perkembangan kinerjanya dari tahun ke tahun.Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakuakan analisa rasio keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.Analisis Rasio tersebut dapat dijadikan tolak ukur apakah kinerja Pemerintah Daerah meningkat dari tahun ke tahunnya, sehingga dapat dikatakn sebagai daerah yang berkembang. Terlebih lagi banyak sekali masyarakat yang belum mengetahui secara transparan mengenai besarnya dana yang dikeluarkan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan, serta pengaruhnya terhadap ukuran kinerja

Page 6: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

53

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

pemerintah daerah.Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang tahun anggaran 2010-2015 dan akan dianalisis menggunakan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Efektifitas PAD, Rasio Efisiensi Belanja, Rasio Keserasian, dan Rasio Pertumbuhan. Dimana perhitungan rasio diatas dapat diketahui bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Teknik Analisis DataSesuai dengan penelitian yang dilakukan maka teknik

analisadatayang digunakanadalah deskriptifkuantitatifyaitumelakukanperhitungan-perhitunganterhadapdatakeuanganyang diperolehuntukmemecahkan masalahyang adasesuaidengantujuanpenelitian.Adapuntolokukuryang akan digunanakan dalamteknik analisisiniadalah:1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah2. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal3. Rasio Efektifitas PAD4. Rasio Efisiensi Belanja 5. Rasio Keserasian 6. Rasio Pertumbuhan

IV. PEMBAHASAN

Berdasarkan data dan informasi yang diringkas dari APBD Kota Pangkalpinang Tahun anggaran 2010-2015 maka penulis akan menyajikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut :

TABEL 5Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah KotaPangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015

TAHUN ANGGARAN

REALISASI PAD (Rp)

PENDAPATAN TRANSFER (Rp)

RKKD (%)

POLA HUBUNGAN

2010 36,066,904,811.43 351,635,087,521.37 10.26 Instruktif2011 37,500,962,649.85 450,175,414,371.25 8.33 Instruktif2012 65,970,229,685.05 519,481,694,197.93 12.70 Instruktif2013 92,106,752,248.02 569,883,066,755.97 16.16 Instruktif2014 113,817,278,385.97 632,070,856,429.12 18.01 Instruktif2015 135,305,782,559.87 662,513,956,228.41 20.42 Instruktif

14.31 InstruktifRATA-RATA RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

Sumber : Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015 (Data Diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan pada TABEL 5 dan grafik pada GAMBAR 1 diatas, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kota Pangkalpinang mengalami kenaikan dan Penurunan setiap tahunnya. Nilai RKKD terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 8,33% dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2015 dimana nilainya sebesar 20,42%. Pada tahun lainnya yaitu tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 masing-masing sebesar : 10,26%, 12,70%, 16,16%, 18,00%. Rata-rata Rasio Kemampuan Keuangan Daerah Kota Pangkalpinang adalah sebesar 14,31%. Kemampuan kemandirian keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang tergolong masih sangat rendah dan pola hubungannya termasuk pola hubungan instruktif, yaitu berkisar antara 0%-25%, dimana peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah belum mampu melaksanakan otonomi daerah).

Dapat dilihat pada TABEL 5 Pendapatan Asli Daerah Kota Pangkalpinang memang meningkat setiap tahunnya, tetapi masih dikuti dengan tingginya dana bantuan dari Pemerintah Pusat. Dapat dikatakan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang masih sangat tergantung dengan bantuan dana dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang belum optimal dalam menggali potensi daerah Kota Pangkalpinang.

TABEL 6Perhitungan Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kota

Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015.

TAHUN ANGGARAN

REALISASI PAD (Rp)

TOTAL REALISASI

PENDAPATAN (Rp)

RDDF (%)

KRITERIA RDDF

2010 36,066,904,811.43 398,683,635,056.90 9.05 Sangat Kurang2011 37,500,962,649.85 488,781,036,229.60 7.67 Sangat Kurang2012 65,970,229,685.05 586,524,654,015.98 11.25 Kurang2013 92,106,752,248.02 662,197,444,473.99 13.91 Kurang2014 113,817,278,385.97 745,888,134,815.09 15.26 Kurang2015 135,305,782,559.87 797,819,738,788.28 16.96 Kurang

12.35 KurangRata-rata Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal

Sumber : Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015 (Data Diolah)

Page 7: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

54

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

GAMBAR 2Grafik Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kota

PangkalpinangTahun Anggaran 2010-2015

Berdasarkan data yang tercantum pada TABEL 6 dan grafik pada GAMBAR 2 diatas, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan setiap tahunnya kecuali pada tahun2011. Tahun 2011 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal mengalami penurunan sebesar 1,38% kemudian pada tahun 2012 naik kembali sebesar 3,58%. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 16,96% dan nilai terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 7,67%. Tahun-tahun lainnya yaitu tahun 2010, 2012, 2013, dan 2015 masing-masing sebesar 9,05%, 11,25%, 13,91%, dan 15,26%. Jadi Rata-rata Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kota Pangkalpinang selama 6 tahun sebesar 12,35%.

Dengan jumlah tersebut, menurut Kriteria Derajat Desentralisasi Fiskal, Tingkat Derajat Desentralisasi Fiskal Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang masih dikatakan kurang.Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah cenderung kecil.Peningkatan PAD setiap periodenya menunjukkan peningkatan kinerja Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang.Akan tetapi, ketergantungan Pemerintah Derah Kota Pangkalpinang terhadap Pemerintah Pusat tergolong besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi PAD dalam menopang pendapatan daerah, serta peran PAD atau kemampuan keuangan daerah untuk membiayai pembangunannya sendiri kurang dari 20%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kurangnya kemampuan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang dalam melaksanakan penyelenggaraan desentralisasi.

TABEL 7Perhitungan Rasio Efektifitas PAD Kota Pangkalpinang

TahunAnggaran 2010-2015.TAHUN

ANGGARANANGGARAN

PAD (Rp)REALISASI PAD

(Rp)REPAD

(%)KRITERIA

2010 34,064,149,814.98 36,066,904,811.43 105.88 Sangat Efektif2011 48,994,526,648.00 37,500,962,649.85 76.54 Kurang Efektif2012 65,094,072,000.00 65,970,229,685.05 101.35 Sangat Efektif2013 81,554,926,490.00 92,106,752,248.02 112.94 Sangat Efektif2014 111,294,287,826.51 113,817,278,385.97 102.27 Sangat Efektif2015 135,492,246,486.70 135,305,782,559.87 99.86 Cukup Efektif

99.81 Cukup EfektifRata-Rata Rasio Efektifitas PAD

Sumber: Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015 (Data Diolah).

GAMBAR 3Grafik Rasio Efektifitas PAD Kota Pangkalpinang

TahunAnggaran 2010-2015.

Berdasarkan perhitungan pada TABEL 7 dan grafik pada GAMBAR 3 diatas dapat diketahui bahwa Efektifitas Keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang dalam merealisasikan PAD pada tahun 2010 sudah tergolong efektif karena rasio yang dihasilkan sudah lebih dari 100% yaitu sebesar 105,88%. Namun pada tahun 2011, Efektifitas Keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang dalam merealisasikan PAD menunjukkan angka 76,54%. Pada tahun 2011 Efektifitas Keuangan Pemerintah Kota Pangkalpinang dalam merealisasikan PAD turun sebesar 29,34% dari tahun sebelumnya, sehingga pada tahun 2011 Pemerintah Dearah Kota Pangkalpinang masih kurang efektif dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kemudian pada tahun 2012, Rasio Efektifitas PAD naik sebesar 24,81% sehingga angka Rasio Efektifitas PAD menjadi 101,35%.

Hal ini menunjukkan pada tahun 2012 Efektifitas Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang sudah sangat efektif dan sudah lebih baik dari pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 2011. Begitu juga pada tahun 2013 Rasio Efektifitas PAD kembali mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya 11,59% menjadi 112,94%. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2013 pemerintah daerah Kota Pangkalpinang sudah sangat efektif merealisaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Pangkalpinang. Pada tahun 2014 Rasio Efektifitas PAD menurun daripada tahun sebelumnya sebesar 10,67% menjadi 102,27%. Meskipun pada tahun 2014 Rasio Efektifitas PAD Kota Pangkalpinang menurun tetapi angka Rasio Efektifitas PAD tahun 2014 masih masuk kedalam kategori sangat efektif karena

9,057,67

11,2513,91

15,2616,96

0

5

10

15

20

201020112012201320142015

RASIO DERAJAT DESENTRALISASI FISKAL (%)

RASIO DERAJAT DESENTRALISASI FISKAL (%)

105,88

76,54101,35

112,94102,2799,86

0%20%40%60%80%

100%120%

RASIO EFEKTIFITAS PAD (%)

RASIO EFEKTIFITAS PAD (%)

Page 8: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

55

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

masih diatas 100%. Namun pada tahun 2015 Rasio Efektifitas PAD kembali menurun sebesar 2,41% sehingga menjadi 99,86%. Walaupun penurunannya tidak terlalu signifikan tetapi telah merubah kategori Rasio Efektifitas PAD kota Pangkalpinang tahun 2015 karena angka tersebut sudah kurang dari 100%, sehingga pada tahun 2015 Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang dikategorikan cukup efektif dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

TABEL 8Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Kota Pangkalpinang

TahunAnggaran 2010-2015.

TAHUN ANGGARAN

ANGGARAN BELANJA (Rp)

REALISASI BELANJA (Rp)

RASIO EFISIENSI BELANJA

KRITERIA

2010 464,889,285,483.84 409,820,870,958.05 88.15 Efisien2011 535,893,573,615.03 446,660,453,844.54 83.35 Efisien2012 665,158,823,137.77 556,324,603,950.77 83.64 Efisien2013 763,390,685,032.42 643,204,288,066.70 84.26 Efisien2014 880,723,097,008.22 715,100,862,297.05 81.19 Efisien2015 993,998,838,491.51 808,027,416,873.64 81.29 Efisien

83.65 EfisienRata-Rata Rasio Efisiensi Belanja

Sumber : Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015 (Data Diolah)

GAMBAR 4Grafik Rasio Efisiensi Belanja Kota Pangkalpinang

TahunAnggaran 2010-2015.

Berdasarkan perhitungan pada tabel 8 dan grafik pada gambar 4 diatas, terlihat pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 Rasio Efisiensi Belanja Kota Pangkalpinang tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 88,15% dan rasio terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 81,19%. Tahun-tahun lainnya yaitu tahun 2011, 2012, 2013, dan tahun 2015 masing-masing sebesar 83,35%, 83,64%, 84,26% dan 81,29%.

Selama periode 2010-2015 Rasio Efisiensi Belanja Kota Pangkalpinang masih masuk kedalam kategori efisien, karena rata-rata Rasio efisiensi Belanja masih kurang dari 100% yaitu sebesar 83,65%. Artinya realisasi anggaran belanja daerah Kota Pangkalpinang lebih kecil dari pada belanja daerah yang ditargetkan pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kota Pangkalpinang.hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Pangkalpinang sudah efisien dalam menggunakan anggaran belanjanya.

TABEL 9Perhitungan Rasio Keserasian Kota Pangkalpinang Tahun

Anggaran 2010-2015 (Belanja Operasi).

TAHUN ANGGARAN

TOTAL BELANJA (Rp)

REALISASI BELANJA

OPERASI (Rp)

RASIO BELANJA

OPERASI (%)2010 409,820,870,958.05 348,860,124,954.84 85.132011 446,660,453,844.54 342,714,383,983.40 76.732012 556,324,603,950.77 421,380,181,816.60 75.742013 643,204,288,066.70 482,549,067,328.32 75.022014 715,100,862,297.05 544,645,692,198.05 76.162015 808,027,416,873.64 611,917,346,158.04 75.73

77.42RATA-RATA RASIO BELANJA OPERASI

Sumber : Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015 (Data Diolah)

GAMBAR 5Grafik Rasio Keserasian Belanja Operasi Kota

PangkalpinangTahun Anggaran 2010-2015.

Berdasarkan hasil perhitungan tabel 9 dan grafik pada gambar 5 diatas dapat diketahui pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 Rasio Keserasian Belanja Operasi mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2010 Rasio Keserasian Belanja Operasi Kota Pangkalpinang adalah sebesar 85,13%, lalu pada tahun 2011 turun sebesar 8,4% sehingga Rasio Keserasian Belanja Operasi tahun 2011 menjadi 76,73%, kemudian pada tahun 2012 Rasio Keserasian Belanja Operasi turun sebesar 0,99% sehinggan menjadi 75,74%, dan pada tahun 2013 Rasio Keserasian Belanja Operasi turun kembali sebesar 0,72% sehingga Rasio Keserasian Belanja Operasi menjadi sebesar 75,02%. Namun pada periode selanjutnya, yaitu pada tahun 2014 Rasio Keserasian Belanja Operasi naik sebesar 1,14% menjadi 76,16%. Pada tahun 2015 turun kembali sebesar 0,43% menjadi 75,73%. Diketahui bahwa rata-rata Rasio Keserasian Belanja Operasi Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang sebesar 77,42%.

88,15

83,3583,6484,26

81,1681,29

76%78%80%82%84%86%88%90%

201020112012201320142015

RASIO EFISIENSI BELANJA (%)

RASIO EFISIENSI BELANJA (%)

85,13

76,7375,7475,0276,1675,73

65%

70%

75%

80%

85%

90%

201020112012201320142015

RASIO KESERASIAN BELANJA OPERASI (%)

RASIO KESERASIAN BELANJA OPERASI (%)

Page 9: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

56

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

TABEL 10Perhitungan Rasio Keserasian Kota Pangkalpinang

TahunAnggaran 2010-2015 (Belanja Modal).

TAHUN ANGGARAN

TOTAL BELANJA (Rp)

REALISASI BELANJA MODAL

(Rp)

RASIO BELANJA

MODAL (%)2010 409,820,870,958.05 93,132,058,391.90 22.73 2011 446,660,543,844.54 102,159,212,341.14 22.87 2012 556,324,603,950.77 134,837,432,134.17 24.24 2013 643,204,288,066.70 160,649,392,847.38 24.98 2014 715,100,862,297.05 170,446,721,009.00 23.84 2015 808,027,416,873.64 196,105,837,101.60 24.27

23.82 RATA-RATA RASIO KESERASIAN BELANJA MODAL

Sumber: Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015 (Data Diolah)

GAMBAR 6Rasio Keserasian Belanja Modal Kota Pangkalpinang

Tahun Anggaran 2010-2015.

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 10 dan grafik pada gambar 6 diatas dapat diketahui pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 Rasio Keserasian Belanja Modal mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2010 Rasio Keserasian Belanja Modal Kota Pangkalpinang adalah sebesar 22,73%, lalu pada tahun 2011 naik sebesar 0,14% sehingga Rasio Keserasian Belanja Modal tahun 2011 menjadi 22,87%, kemudian pada tahun 2012 Rasio Keserasian Belanja Modal naik sebesar 1,37% sehinggan menjadi 24,25%, dan pada tahun 2013 Rasio Keserasian Belanja Modal naik kembali sebesar 0,74% sehingga Rasio Keserasian Belanja Modal menjadi sebesar 24,98%. Namun pada periode selanjutnya, yaitu pada tahun 2014 Rasio Keserasian Belanja Operasi turun sebesar 1,14% menjadi 23,84%. Pada tahun 2015 naik kembali sebesar 0,43% menjadi 24,27%. Diketahui bahwa rata-rata Rasio Keserasian Belanja Modal Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar 23,82%.

Berdasarkan dari rata-rata kedua perhitungan Rasio Keserasian yaitu Rasio Keserasian Belanja Operasi dan Rasio Keserasian Belanja Modal Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran

2010-2015 menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang lebih banyak menggunakan dana untuk belanja operasi dibandingkan untuk belanja modal. Hal ini menunjukkan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang lebih condong pada pengeluaran-pengeluaran rutin untuk pemenuhan aktiftas Pemerintahan dan belum memperhatikan pembangunan daerah.Hal ini dikarenakan belum ada patokan yang pasti untuk belanja modal.Semestinya belanja modal lebih besar dari pada belanja operasi sehingga terpenuhinya pelayanan kepada masyarakat yang nantinya dapat dinikmati langsung oleh publik. Karena pada dasarnya dana pada anggaran daerah adalah dana publik sehingga dana tersebut seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan publik.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Astriana Nabila Muhibtari (2014) Di Kota Magelang, alokasi belanja operasinya lebih besar daripada belanja modal. Hal tersebut sama dengan penelitian ini, alokasi belanja operasi Kota Pangkalpinang juga lebih tinggi daripada belanja modalnya. Hal itu hampir sama dengan apa yang terjadi di sebagian besar Pemerintah Daerah baik Kabupaten maupun Kota di Indonesia. Namun selisih antara belanja operasi dan belanja modal Kota Magelang hanya 6,16%. Jika dibandingkan dengan selisih antara belanja operasi dan belanja modal Kota Pangkalpinang sangat jauh berbeda yakni sebesar 53,6%.

TABEL 11Perhitungan Rasio Pertumbuhan PAD Pemerintah Daerah

Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015.

TAHUN ANGGARAN

REALISASI PENDAPATAN ASLI

DAERAH (Rp)

PERTUMBUHAN PAD (%)

2010 36,066,904,811.432011 37,500,962,649.85 3.982012 65,970,229,685.05 75.922013 92,106,752,248.02 39.622014 113,817,278,385.97 23.572015 135,305,782,559.87 18.88

32.39RATA-RATA PERTUMBUHAN

Sumber : Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah KotaPangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015 (Data Diolah).

Berdasarkan perhitungan Rasio Pertumbuhan PAD Kota Pangkalpinang pada tabel 11 Rata-rata pertumbuhan PAD dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar 32,39%. Pertumbuhan PAD tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 75,92% dan pertumbuhan PAD terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu hanya sebesar 3,98%. Pertumbuhan PAD Pada TABEL perhitungan diatas dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang positif meskipun pertumbuhannya mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2011 pertumbuhan PAD dari tahun sebelumnya hanya 3,98% namun pada tahun 2012 pertumbuhannya meningkat drastis menjadi 75,92%. Pada tahun 2013, 2014 dan 2015 pertumbuhan PAD semakin menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2013 pertumbuhan PAD menurun sebesar 36,3% menjadi 39,62%. Pada tahun 2014 pertumbuhan PAD menurun sebesar 16,05% menjadi 23,57% dan pada tahun 2015 pertumbuhan PAD kembali mengalami penurunan sebesar 4,69%.

Pemerintah Kota Pangkalpinang harus selalu meningkatkan PAD nya dengan cara mengoptimalkan

22,7322,87

24,24

24,98

23,8424,27

21,5%22%

22,5%23%

23,5%24%

24,5%25%

25,5%

RASIO KESERASIAN BELANJA MODAL (%)

RASIO KESERASIAN BELANJA MODAL (%)

Page 10: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

57

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

sumberdaya yang ada serta mengoptimalkan berbagai macam potensi yang dimilikinya. Akan lebih baik jika Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang tidak terlalu bergantung kepada Bantuan Pemerintah Pusat untuk bias mandiri mengelola daerahnya dengan penerimaan PAD yang tinggi.

TABEL 12Perhitungan Rasio Pertumbuhan Total Pendapatan Daerah

Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015.

TAHUN ANGGARAN

REALISASI TOTAL PENDAPATAN DAERAH

(Rp)

PERTUMBUHAN PENDAPATAN

DAERAH

2010 398,683,635,056.902011 488,781,036,229.60 22.602012 586,524,654,015.98 20.002013 662,197,444,473.99 12.902014 745,888,134,815.09 12.642015 797,819,738,788.28 6.96

15.02 RATA-RATA PERTUMBUHAN

Sumber : Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015 (Data Diolah).

Berdasarkan tabel 12 diatas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan pendapatan daerah selalu mengalami pertumbuhan yang positif walaupun pada setiap tahunnya pertumbuhan pendapatan daerah selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2011 pertumbuhan total pendapatan memiliki rasio yang paling tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya, yaitu sebesar 22,60%. Pada tahun 2012, 2013, 2014 selalu mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2012 turun sebesar 2,60% menjadi 20%. Pada tahun 2013 turun sebesar 7,1% menjadi 12,90%. Pada tahun 2014 turun sebesar 0,26% menjadi 12,64% dan pada tahun 2015 turun sebesar 5,68% menjadi 6,96%. Pada tahun 2015 ini merupakan pertumbuhan rasio terendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Upaya Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang untuk selalu meningkatkan pendapatan daerahnya dapat dikatakan cukup berhasil meskipun sebagian besar pendapatannya bersumber dari bantuan pemerintah pusat.Agar kedepannya kinerja Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang lebih meningkat dan lebih optimal lagi, maka seharusnya Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang selalu meningkatkan pendapatan daerahnya dari sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD).

TABEL 13Perhitungan Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi Kota

Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015.

TAHUN ANGGARAN

REALISASI BELANJA OPERASI (Rp)

PERTUMBUHAN BELANJA OPERASI

2010 315,679,000,566.152011 342,714,383,983.40 8.562012 421,380,181,816.60 22.952013 482,549,067,328.32 14.522014 544,645,692,198.05 12.872015 611,917,346,158.04 12.35

14.25RATA-RATA PERTUMBUHAN

Sumber : Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015 (Data Diolah)

Pada tabel 13 diatas dapat dilihat Total realisasi belanja

operasi daerah pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 yang terdiri atas: belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan social, dan belanja bantuan keuangan mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 pertumbuhan belanja operasi mengalami pertumbuhan terendah jika dibandingkan dengan tahun 2012 sampai dengan 2015 yaitu sebesar 8,56%. Namun pada tahun 2010 terjadi pertumbuhan yang signifikan dari tahun sebelumnnya yakni tumbuh sebesar14,39% menjadi 22,95%. Pada tahun 2013, tahun 2014, dan tahun 2015 pertumbuhan belanja operasi selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2013 pertumbuhan belanja operasi menurun sebesar 8,43% menjadi 14,52%. Pada tahun 2014 turun sebesar 1,65% menjadi 12,87% dan pada tahun 2015 turun sebesar 0,52% menjadi sebesar 12,35%. Rata-rata pertumbuhan Belanja Operasi Daerah Kota Pangkalpinang sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar 14,25%.

TABEL 14Perhitungan Rasio Pertumbuhan Belanja Modal

KotaPangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015.

TAHUN ANGGARAN

REALISASI BELANJA MODAL (Rp)

PERTUMBUHAN BELANJA

MODAL (%)2010 93,132,058,391.902011 102,159,212,341.14 9.692012 134,837,432,143.17 31.992013 160,649,392,847.38 19.142014 170,446,721,009.00 6.102015 196,105,837,101.60 15.05

16.40RATA-RATA PERTUMBUHAN

Sumber : Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah KotaPangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015 (Data Diolah)

Pada tabel 14 diatas, dapat diketahui bahwa Total Realisasi Belanja Modal Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang pada tahun 2010 sampai dengan 2015 yang terdiri atas: Belanja Tanah, Belanja Belanja Peralatan dan Mesin, Belanja Gedung dan Bangunan, Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan, Belanja Aset Tetap Lainnya, dan Belanja Aset Lainnya selalu mengalami kenaikan dan penurunan yg fluktuatif. Meskipun begitu, Pertumbuhan Belanja Modal Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang positif.

Pada tahun 2011 Pertumbuhan Belanja Modal Pemerintah Kota Pangkalpinang adalah sebesar 9,69%. Pada tahun 2012 Pertumbuhan Belanja Modal mengalami kenaikan sebesar 22,3% menjadi 31,99%. Dan pada tahun 2013 Pertumbuhan Belanja Modal mengalami penurunan sebesar 12,85% menjadi 19,14%. Pada tahun 2014 Pertumbuhan Belanja Modal mengalami penurunan kembali sebesar 13,04% menjadi 6,10% dan merupakan pertumbuhan yang terendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Namun pada tahun 2015 Pertumbuhan Belanja Modal mengalami kenaikan sebesar 8,95% menjadi 15,05. Rata-rata Pertumbuhan Belanja Modal dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 adalah 16,40%.

Page 11: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

58

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

V. PENUTUP

KesimpulanBersasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis rasio

keuangan untuk menilai kinerja keuangan pemerintah daerah kota pangkalpinang tahun anggaran 2011 sampai dengan tahun 2016, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang

jika dilihat dari Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) pada tahun anggaran 2010 sampai dengan 2015 masih tergolong rendah sekali dalam memenuhi kebutuhan dana untuk penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan social masyaratak. Ini terlihat dari hasil rata-rata RKKD Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang dari tahun anggaran 2010 sampai dengan 2015, berdasarkan pengolahan data yang diringkas dari Laporan Realisasi APBD kota Pangkalpinang adalah sebesar 14,31%. Pada kisaran rata-rata RKKD kota pangkalpinang tersebut maka pola hubungankeuangan daerah Kota Pangkalpinang masuk kedalam kategori Instruktif. Dimana pengelolaan keuangan daerah Kota Pangkalpinang masih didominasi oleh bantuan dana dari Pemerintah Pusat. Maka dapat dikatakan Pemerintah Daerah kota Pangkalpinang masih belum mampu melaksanakan otonomi daerah.

2. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang jika dilihat dari Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal (RDDF) tahun anggaran 2010 sampai dengan 2015 masih kurang. Ini terlihat dari rata-rata RDDF selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 sebesar 12,35%. Artinya pemerintah pusat memberikan kewenangan dan tanggung jawab yang kecil kepada Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang dalam melaksanakan pembangunan. Hal ini juga berkaitan dengan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah yang masih sangat rendah, dimana pengelolaan keuangan pemerintah daerah kota pangkalpinang masih bergantung kepada bantuan dana dari pemerintah pusat.

3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang jika dilihat dari Rasio Efektifitas PAD terbilang masih cukup efektif dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan dalam laporan APBD. Hal ini terlihat dari rata-rata Rasio Efektifitas PAD pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang tahun anggran 2010 sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar 99,81% sehingga termasuk kedalam kategorii yang cukup efektif.

4. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang jika di lihat dari Rasio Efisiensi Belanja tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun 2015 sudah efisien. Hal ini terlihat dari hasil Rasio Efisiensi Belanja Kota Pangkalpinang tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun 2015 yakni sebesar 83,65%. Karena Rasio Efisiensi Belanja Pemerintah Daerah kota Pangkalpinang tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun 2015 masih kurang dari 100% dari nilai anggaran belanjanya sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang sudah efisien dalam menggunakan anggaran belanjanya.

5. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun 2015 jika dilihat dari Rasio Keserasian masih banyak mengalokasikan dana belanja untuk belanja operasi daripada belanja modal. Rata-

rata belanja operasi pemerintah daerah kota pangkalpinang tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar 77,42% dan belanja modalnya sebesar 23,82%. Hal ini menunjukkan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang lebih condong kepada pengeluaran-pengeluaran rutin daripada memperhatikan pembangunan daerah.

6. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun 2015 jika dilihat dari Rasio Pertumbuhan PAD, Rasio Pertumbuhan Pendapatan Daerah, Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi dan Rasio Pertumbuhan Belanja Modal sudah mengalami pertumbuhan yang positif walaupun masih mengalami kenaikan dan penurunan.

DAFTAR PUSTAKA

1] Halim, Abdul. (2001). Akuntansi Keuangan DaerahAkuntansi Sektor Publik,Jakarta: Salemba Empat.

2] Halim, Abdul. (2002). Akuntansi Keuangan DaerahAkuntansi Sektor Publik,Jakarta: Salemba Empat.

3] Halim, Abdul. (2004). Akuntansi Keuangan Daerah-Akuntansi Sektor Publik,Jakarta: Salemba Empat.

4] Halim, Abdul. (2007). AkuntansiKeuangan Daerah-Akuntansi Sektor Publik,Jakarta: SalembaEmpat.

5] Halim, Abdul. (2008). Akuntansi Keuangan Daerah-Akuntansi Sektor Publik,Jakarta: Salemba Empat.

6] Halim, Abdul & Muhammad SyamKusufi. (2012).Akuntansi Keuangan Daerah - Akuntansi Sektor Publik,Jakarta: Salemba Empat.

7] Ariana, Hermawati. (2012). Analisis Pendapatan dan Belanja Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur.Skripsi. Fakultas EkonomiUniversitas Mulawarman.

8] Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.(2010). PeraturanPemerintah Republik Indonesia Nomor 71Tahun2010Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

9] Muhibtari, Astriana Nabila. (2014). Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahKota Magelang Tahun Anggaran 2008-2012. Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

10] Mahmudi. (2010). Analisis Laporan Keuangan PemerintahDaerah Edisi Dua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

11] Mardiasmo. (2002).Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

12] Mahsun, Mohammad. (2012). Pengukuran Kinerja Sektor Publik.Yogyakarta:BPFE.

13] Pramita, Puput Risky. (2015). AnalisisRasio Untuk MenilaiKinerja Keuangan Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2009-201. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

14] Ratna Sholikhah. (2011). “Analisis Kemampuan Kemandirian Keuangan Daerah Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2000-2009”. Skripsi Fakultas EkonomiUniversitas Sebelas Maret Surakarta.

15] Peraturan Pemerintah Nomor71 Tahun 2010 Tentang Standart Akuntansi Pemerintahan.

Page 12: ISSN 2355-9047 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

59

www.stie-ibek.ac.id© 2017, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 10, Nomor 2, November 2017ISSN 2355-9047

16] Mahsun, Mohamad. (2013). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE

17] Ulum, Ihyaul. (2009). Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Penerbit: Bumi Aksara. Jakarta

18] Bisma, I Dewa Gede dan Susanto Hery. 2010. “Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003-2007. Ganec Swara Edisi Khusus Universitas Mataram, Vol.4, No.3.