issn : 2089 -3949 · pdf fileanalisis produktivitas alat berat " carmix" mobil...

33

Upload: trinhtuong

Post on 22-Feb-2018

265 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

ISSN : 2089-3949

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI

1. Analisis Pengaruh Pengekangan Terhadap

Daktilitas Kolom Mutu Normal dengan Software ANSYS( Lilis Indriani, ST, MT dan Habli, ST)

2. Evaluasi dan Analisa Kapasitas Saluran Drainase

Perkotaan (Studi Kasus di Kelurahan Kuala Pembuang I

Kabupaten Seruyan Kalteng) ( Lilis Indriani, ST, MT dan Ika Wahyuni, ST)

3. Analisis Produktivitas Alat Berat " Carmix" Mobil

Pencampur Beton (Study Kasus Pembangunan Islamic Centre

Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan) (Donny DJ Leihitu, ST, MT dan Muhammad Diky Zulidinsyah, ST)

TAHUN2013

VOL 6

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS DARWAN ALI VOL 6 EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013

ISSN : 2089-3949

DEWAN REDAKSI

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DARWAN ALI

1. KETUA : DONNY DJ LEIHITU, ST,MT 2. SEKRETARIS : LILIS INDRIANI, ST, MT 3. ANGGOTA : 1. RIDWAN, ST

2. HABLI, ST 3. BUDI TJAHJONO, SSi, ST 4. MUHAMMAD NUR KAMALI, ST

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah rahmat dan karunia –

Nya sehingga Jurnal dengan judul “Jurnal Penelitian Dosen Fakultas Teknik

Universitas Darwan Ali Volume 6”. dapat diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak

membantu dalam pembuatan Jurnal ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari, meskipun dalam penyusunan Jurnal ini sudah berusaha

semakimal mungkin tetapi tetap tidak luput dari kekurangan, kelemahan dan bahkan

kekeliruan. Oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat membangun bagi

kesempurnaannya sangat diharapkan dan akan diterima dengan tangan terbuka.

Akhir kata, semoga Jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.

Kuala Pembuang, Desember 2013

DEWAN REDAKSI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

DEWAN REDAKSI

DAFTAR ISI

1. Analisis Pengaruh Pengekangan Terhadap Daktilitas

Kolom Mutu Normal dengan Software ANSYS ( Lilis Indriani, ST, MT dan Habli, ST)

2. Evaluasi dan Analisa Kapasitas Saluran Drainase

Perkotaan (Studi Kasus di Kelurahan Kuala Pembuang I Kabupaten Seruyan Kalteng) ( Lilis Indriani, ST, MT dan Ika Wahyuni, ST)

3. Analisis Produktivitas Alat Berat " Carmix" Mobil

Pencampur Beton (Study Kasus Pembangunan Islamic Centre Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan) (Donny DJ Leihitu, ST, MT dan Muhammad Diky Zulidinsyah, ST)

i

ii

iii

1

10

20

vi

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 1

ANALISIS PENGARUH PENGEKANGAN TERHADAP DAKTALITAS KOLOM BETON MUTU NORMAL

Lilis Indriani, ST, MT ,Habli, ST

E-mail: [email protected]

Abstrak Struktur pada daerah dengan tingkat resiko gempa tinggi harus mengikuti konsep desain struktur tahan gempa. Menurut SNI 03-1726-2002, struktur tahan gempa tidak roboh pada saat terjadinya gempa kuat dan hanya mengalami kerusakan kecil pada saat terjadinya gempa sedang. Perilaku ini dapat tercapai bila komponen - komponen struktur memiliki kemampuan untuk menyerap dan memancarkan energi gempa melalui mekanisme terbentuknya sendi plastis. Oleh karena itu, komponen - komponen struktur harus memiliki daktilitas untuk mampu mempertahankan kapasitasnya / kekuatannya setelah mengalami deformasi inelastik yang cukup besar sebelum mengalami keruntuhan. Dalam penelitian ini, dirumskan permasalahan pengaruh konfigurasi sengkang dalam memberikan tambahan kekuatan dan daktalitas dan bagaimana pengaruh pengekangan sengkang pada penampang kolom dapat meningkatkan kekuatan dan daktalitas kolom. Batasan yang digunakan dalam penelitian analisa menggunakan software ANSYS Versi ED.11, model expremental menggunakan I K. Sudarsana (2010), Kolom 500 x 500 mm, tinggi kolom 3500 mm, diameter tulangan longitudinal 8 D25,5, sengkang Ø10-100 mm, mutu beton yang digunakan 30 Mpa, mutu baja tulangan sengkang 240 Mpa, mutu baja tulangan longitudinal 400 Mpa, model implementasi menggunakan 2 model yaitu menggunakan Kolom 500 x 500 mm, diameter tulangan longitudinal 8 D25,5, sengkang Ø10-100 mm, dan tinggi kolom 3500 mm. Berdasarkan analisis manual dan analisis menggunakan ANSYS Ed. 9.0 dapat disimpulkan bahwa semakin besar panjang rasio tulangan transversal maka semakin besar nilai beban ultimitnya, deformasi dan regangan tetapi, setelah panjang rasio 0,0125 nilai mengecil. Keyword: tulangan sengkang, terkekang, beton normal

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tulangan sengkang konvensional mempunyai konsep perhitungan bahwa bagian tulangan sengkang yang berfungsi menahan beban geser adalah bagian pada arah vertikal (tegak lurus terhadap sumbu batang balok), sedangkan pada arah horisontal (di bagian atas dan bawah) tidak diperhitungkan menahan beban gaya yang terjadi pada balok. Beban geser balok menyebabkan terjadinya keretakan geser, yang pada umumnya dekat dengan tumpuan balok. Kondisi ini menjalar ke arah vertikal horizontal menuju tengah bentang balok. Dari uraian diatas, bagian tulangan sengkang pada arah vertikal adalah tulangan yang berhubungan langsung dengan keretakan geser tersebut. Tulangan ini mencegah terbelahnya balok akibat adanya keretakan geser, karena berfungsi untuk mengikat antara bagian balok di bawah retak geser dan bagian balok di atas retak geser. Retak geser pada balok tidak akan terjadi jika direncanakan dengan tepat untuk menahan gaya geser tersebut (Kennet, M.L. 1997).

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini akan menganalisis pengaruh pengaturan jarak sengkang pada daerah tekan untuk menentukan perilaku keruntuhan dari struktur balok tersebut. Analisis dilakukan dengan membuat model balok berdasarkan hasil uji eksperimental terdahulu menggunakan analisis elemen hingga dengan bantuan program komputasi ANSYS Ed.9.0. Dari hasil analisa model elemen hingga dengan pengaturan jarak sengkang pada daerah tekan maka dapat ditentukan perubahan dari nilai, beban–deformasi dan daktilitas kurvatur pada balok beton mutu normal, sehingga dapat ditentukan perilaku keruntuhannya.

1.2 Perumusan Masalah Dalam penelitian ini, dirumskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh konfigurasi sengkang memberikan tambahan kekuatan dan daktalitas ?

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 2

2. Bagaimana pengaruh peengekangan sengkang pada penampang kolom dapat meningkatkan kekuatan dan daktalitas kolom ?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui penyebaran tulangan longitudinal merata pada penampang kolom. 2. Mengetahui pengaruh konfigurasi sengkang memberikan tambahan kekuatan dan daktalitas. 3. Mengetahui pengaruh pengekangan sengkang pada penampang kolom dapat meningkatkan kekuatan dan

daktalitas kolom. 1.4 Batasan Masalah Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Analisa menggunakan software ANSYS Versi ED.11 2. Model expremental menggunakan I K. Sudarsana (2010), Kolom 500 x 500 mm, tinggi kolom

3500 mm, diameter tulangan longitudinal 8 D25,5, sengkang Ø10-100 mm. 3. Mutu beton yang digunakan 30 Mpa. 4. Mutu baja tulangan sengkang 240 Mpa. 5. Mutu baja tulangan longitudinal 400 Mpa. 6. Model implementasi menggunakan 2 model yaitu menggunakan Kolom 500 x 500 mm, diameter

tulangan longitudinal 8 D25,5, sengkang Ø10-100 mm, dan tinggi kolom 3500 mm.

(1) (2) (3)

Gambar 1.1 Penampang model expremental (1) dan iplementasi (2), (3) 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1. Diharapkan hasil analisis dari permodelan kolom beton mutu normal dengan variasi transversal yang

berbeda, menggunakan program ANSYS untuk memvalidasi hasil dari analisis berdasarkan ekprenmntal sebelumnya.

2. Memberikan informasi mengenai pengaruh variasi pengaturan tulangan transversal pada olom beton mutu normal.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kolom Beton Mutu Normal Beton terbuat dari agregat kasar, agregat halus, dan semen yang bereaksi dengan air sebagai bahan

perekat, yang harus dicampur dan diaduk dengan benar dan merata agar dapat diperoleh mutu beton yang baik. Umumnya pengadukan bahan beton dilakukan dengan menggunakan mesin, kecuali jika hanya untuk mendapatkan beton mutu rendah, maka pengadukan dapat dilakukan tanpa menggunakan mesin pengaduk (SNI 03-2847-2002).

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 3

2.1.2 Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Mutu Normal Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan karakterisitik, f’c dengan satuan N/mm2 atau MPa.

Struktur beton mutu normal umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan 20 sampai dengan 58 MPa (Kusuma, G. 1997).

2.1.3 Kurva Tegangan–Regangan Beton Mutu Normal

Tegangan adalah gaya yang bekerja persatuan luas penampang yang dikenai gaya sedangkan regangan adalah perubahan relatif ukuran atau bentuk benda yang mengalami regangan. Hubungan tegangan-regangan beton untuk beton mutu normal menggunakan usulan Kent and Park (Park, R. Paulay, T. 1975)

2.1.4 Kurva Tegangan–Regangan Baja Tulangan

Perhitungan untuk menentukan nilai tegangan dan regangan baja tulangan ssf digunakan usulan Park and Paulay (Park, R. Paulay, T. 1975).

2.1.5 Analisis Tulangan Geser Gaya geser pada kolom tanpa sengkang sepenuhnya dipikul oleh beton, gaya geser nominal yang dapat disumbangkan beton

2.1.6 Analisis Analisis Daktilitas Kurvatur Model Kolom Mutu Normal Terkekang Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur untuk mengalami deformasi elastis yang besar secara berulang kali dan siklik akibat beban lateral yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi diambang keruntuhan. Daktilitas pada struktur gedung adalah rasio antara deformasi maksimum struktur gedung akibat pengaruh beban lateral rencana pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dengan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan pertama (SNI 03-1726-2002). Menurut Park dan Paulay (1974) nilai daktilitas untuk beban gravitasi adalah lebih atau sama dengan empat.

2.1.7 Analisis Beban Deformasi Model Kolom Mutu Normal Terkekang Besarnya nilai deformasi pada kolom akibat beban ditentukan berdasarkan perbandingan antara beban dengan modulus elastisitas bahan dan luas penampang serta faktor panjang tekuk kolom

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jumlah Model

Jumlah model ditentukan berdasarkan variasi pengekangan pada kolom pengujian yang tercantum dalam batasan masalah. Adapun jumlah model analisis elemen hingga menggunakan ANSYS Ed 9.0 dengan variasi pengekang pada kolom pengujian tercamtum dalam tabel 3,1

Tabel 3.1 Jumlah model yang akan di analisa menggunakan program komputasi ANSYS 9.0.

Nomor Model b h Φlentur Φs f'c fy fys Sh

No (mm) (mm) (mm) (mm) (MPa) (MPa) (MPa) (mm) 1 HBI.EKSP 500 500 25,5 10 30 400 240 100 2 HBI.B1 500 500 25,5 10 30 400 240 100 3 HBI.B2 500 500 25,5 10 25 400 240 50

Keterangan : HBI = Nama model kolom EKSP = Model eksperimental

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 4

A, B = Variasi model pengekangan 1,2 = Nama variasi mutu beton dan jarak antar sengkang

Gambar 3.1 Penampang Implementasi 1 dan 2

3.2 Dimensi Model Dimensi model ditentukan berdasarkan model expremental menggunakan I K. Sudarsana (2010), Kolom 500 x 500 mm, tinggi kolom 3500 mm. Seperti Gambar 3.1

IV. PEMBAHASAN

4.1 Analisis Model Menggunakan Perhitungan Manual Kolom beton akan dianalisis secara manual menggunakan model pendekatan dengan perhitungan manual. Tahapan ini dilakukan untuk memvalidasi dengan hasil eksperimental. Perhitungan manual ini diperlukan untuk mendapatkan nilai beban ultimit dan deformasi ultimit.

4.1.1 Analisis Perhitungan Beban Ultimit dan Deformasi Ultimit Hasil perhitungan manual seperti tercantum pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 5

Tabel 4.1 Nilai Perubahan Beban Ultimit dari Hasil Perhitungan Manual No Model Beban Ultimit (KN) Rasio*) 1 HBI.EKSP 5.981,8308 1,00 2 HBI.A 5.739,4918 0,959 3 HBI.B 5.639,1108 0,942

Sumber: Hasil Perhitungan,(2013) *) = Rasio terhadap HBI.EKSP

5,981.83

5,739.495,639.11

5,400.00

5,600.00

5,800.00

6,000.00

6,200.00

HBI.EKSP HBI.A HBI.BBeba

n U

ltim

it (

KN )

Model Kolom

Gambar 4.1 Diagram Batang Perbandingan Beban Ultimit antara Model dari Hasil Perhitungan Manual

Kolom yang tanpa menggunakan tulangan tambahan tranpersal memiliki nilai beban ultimit yang tinggi dari pada modem kolom yang menggunaankan tulangan transpersal tambahan. Perbandingan nilai deformasi akibat beban ultimit dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Nilai Perubahan Defomasi Hasil Perhitungan Manual

No Model Deformasi (mm)

Rasio *)

1 HBI.EKSP 3,117626135 1,000 2 HBI.A 3,134041073 1,005 3 HBI.B 3,141308452 1,008

Sumber: Hasil Perhitungan,(2013) *) = Rasio terhadap HBI.EKSP Pada Tabel 4.2 perbandingan antara hasil model dalam bentuk rasio. Rasio dihitung berdasarkan perbandingan antara model HBI.EKSP terhadap model lain. Apabila nilai rasio sama dengan 1 (satu) maka nilai deformsi sama dengan model HBI.EKSP. Jika nilai rasio lebih dari 1 (satu) maka terjadi kenaikan nilai deformasi terhadap model HBI.EKSP, tapi apabila kurang dari 1 (satu) berarti terjadi penurunan dibandingkan model HBI.EKSP. Sedangkan untuk diagram batang nilai perubahan deformasi akibat beban ultimit dari hasil perhitungan manual dapat dilihat pada Gambar 4.3.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 6

3.117626135

3.1340410733.141308452

3.13.113.123.133.143.15

HBI.EKSP HBI.A HBI.BBeba

n De

form

asi

( kN

)Model Kolom

Gambar 4.2 Diagram Batang Perbandingan Deformasi Antar Model dari Hasil Perhitungan Manual

Kolom dengan tambahan tulangan tanspersal mengalami kenaikan deformasi akibat beban ultimit pada model HBI.A dan HBI.B sebesar 0,53% dan 0,76% dibandingkan kolom tidak menggunakan tambahan tulangan transversal.

4.2 Analisis Model Hasil FEM 4.2.1 Analisis Beban dan Deformasi Pada Retak Pertama Model Hasil FEM

Nilai beban dan deformasi pada retak pertama pada model kolom hasil FEM diperoleh berdasarakan deformasi. hasil perhitungan menggunakan perhitungan manual sebagai batasan deformasi pada kolom untuk kondisi utimit. Hasil FEM dapat dilihat pada Tabel 4.3,

Tabel 4.3 Nilai Beban Ultimit dan Deformasi Ultimit dari Hasil FEM

No Model Beban Ultimit (KN)

Rasio *) Deformasi (mm) Rasio *)

1 HBI.EKSP 10,5 1,00 0,62586 1,000 2 HBI.A 4 0,38 0.13339 0,021 3 HABI.B 6 0,57 0,21162 0,338

Sumber: Hasil Perhitungan,(2013) *) = Rasio terhadap HBI.EKSP Rasio = 1 berarti sama dengan HBI.EKSP Rasio > 1 berarti kenaikan terhadap HBI.EKSP Rasio < 1 berarti penurunan terhadap HBI.EKSP

Model kolom HBI. EKSP dengan diberi beban 10,5 KN terjadi penurunan sebesar 0,62586 mm

sedangkan HBI.A dengan diberi beban 4 KN terjadi penurunan sebasar 0,13339 mm, lebih kecil 78,69% dari model HBI.EKS. untuk model HBI.B terjadi penurunan saat diberi beban 6 KN sebesar 0,21162 mm.penurunannya lebih kecil 66,19% dibandingan model HBI.EKSP. penurunan deformasi yang nilai kecil hal ini terjadi karena adanya penambahan tulangan transpersal.

4.2.2 Analisis Beban dan Deformasi Retak Ultimit Pada Model Hasil FEM

Beban leleh hasil FEM diambil berdasarkan nilai tegangan leleh yang telah dicapai kolom berdasarkan load step pembebanan yang diberikan pada model. Hasil FEM dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Nilai Beban Ultimit dan Deformasi Ultimit dari Hasil FEM

No Model Beban Ultimit (KN)

Rasio *) Deformasi (mm) Rasio *)

1 HBI.EKSP 23,625 1,000 0,44031 1,0000 2 HBI.A 17,5 0,74 0,71503 1,6239 3 HABI.B 18 0,76 0,74198 1,6851

Sumber: Hasil Perhitungan,(2013) *) = Rasio terhadap HBI.EKSP

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 7

Rasio = 1 berarti sama dengan HBI.EKSP Rasio > 1 berarti kenaikan terhadap HBI.EKSP Rasio < 1 berarti penurunan terhadap HBI.EKSP

4.3 Validasi Hasil Model FEM Terhadap Hasil Eksperimental dan Perhitungan Manual

Validasi terhadap hasil eksperimental hanya untuk model kolom HBI.EKSP. Hasil validasi perbandingan dapat dilihat pada Tabel 4.5, Gambar 4.3 untuk validasi beban Ultimit.

Tabel 4.5 Validasi Nilai Beban Ultimit dan Deformasi Ultimit pada Model Hasil FEM Terhadap Hasil

Eksperimental dan Perhitungan Manual

No Model

Validasi Beban Ultimtit

FEM Perhitungan Manual Eksperimental

(KN) (KN) (KN)

1 HBI.EKSP 5.906 5.981

6.322

Sumber: Hasil Perhitungan, (2010) dan Basuki,(2007)

5906 59816322

56005800600062006400

FEM PERHITANGAN MANUAL

EKSPERIMENTAL

Defo

rmas

i Ulti

mit

( kN

)

Model Kolom HBI.EKSP

Gambar 4.3 Validasi Beban Ultimit Hasil FEM, Hasil Perhitungan Manualdan Hasil Eksperimental

Nilai Beban Ultimit hasil FEM dan hasil perhitungan manual terjadi penurunan hampir sama dengan hasil eksperimental, adapun selisih antara hasil FEM dan Perhitungan Manua terhadap Eksperimental terdahulu adalah 6,58% dan 5,39%.

4.4 Perilaku Kolom Beton Mutu Normal dengan Variasi Konfigurasi Tulangan Transversal

Perilaku kolom beton mutu normal dengan variasi konfigurasi tulangan transpersal dianalisis berdasarkan kontur tegangan, deformasi dan regangan hasil FEM dengan ANSYS setelah diberi beban pressure sampai kondisi ultimit seperti Gambar 4.4, Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Model HBI.EKSP

Kontur tegangan model HBI.EKSP dengan tulangan panjang 1000 mm seperti Gambar 4.4

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 8

Gambar 4.8 Kontur Tegangan Model HBI.EKSP (Von Mises)

Pemberian beban pressure sebesar 15 N/mm² dengan load step 10, hasil running seperti pada Tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Running Model HBI.EKSP

No Load Step

Beban (KN)

Deformasi (mm)

Tegangan (N/mm²)

Regangan Keterangan

1 O,20 1500 0,096 6,010 0,000098 Retak Pertama

3 0,7875 5906,25 0,4403 24,6856 0,0004 Retak Ultimit

4 200,00 Model HBI.EKSP runtuh Sumber: Hasil Perhitungan, (2013)

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis manual dan analisis menggunakan ANSYS Ed. 9.0 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Semakin besar Panjang Rasio Tulangan Transversal maka semakin besar nilai beban ultimitnya. 2. Semakin besar Rasio Panjang Tulangan Transversal maka semakin besar nilai tegangannya. 3. Semakin besar Rasio Panjang Tulangan Transversal maka semakin besar nilai deformasinya. 4. Semakin besar Rasio Panjang Tulangan Transversal maka semakin besar nilai Regangannya. Tapi,

setelah panjang Rasionya 0,0125 maka nilai mengecil. 5..2 Saran Model Pengekangan Kolom yang Terbaik adalah Model HBI.A. dengan tambahan tulangan transversal dan konfigurasi tertentu bisa mencapai perilaku retak dan deformasi minimal yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA Ali, F. dan Nadjai. (2010), Numerical And Experimental Investigation Of The Behavior Of High Strength

Concrete Columns In Fire, Engineering Structures 32 1236-1243 Ali, F.A., O’Connor, D. dan Abu-tair, A. (2000). Explosive Spalling of High-Strength Concrete Column in

Fire, Magazine concrete research. 53(3).pp. 197-204(http://atypon-link.com) Al-Mutairi, M., Al-Shaleh, S. (1997), Assesssment of Fire-Damaged Kuwaiti Structures, Journal of Material

in Civil Engineering, February, pp. 7-14

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 9

Anderberg, Y., Thelandersso, S. (1978), Stress and Deformation Charateristics of Concrete at High Temperatures: 2 Experimental Investigation and material Behaviour Model. Lund Institute of Technology. Bulletin 54. Sweden, Lund (HYPERLINK "http://sciencedirect.com"http://sciencedirect.com)

ANSYS, Realease 9.0, (2007), Programmer’s Manual for ANSYS Incorporations and ANSYS Europe, Ltd. (http://ansys .com)

Azizinamini, A. Kuska, S.S.B. Brungardt, P. dan Hatfiled, E. (1994) Seismic Behaviour of Square High Strenght Concrete Columns, ACI Structural Journal, V91 N0. 3. Pp.336-345

Gere, J.M, dan Timoshenko, S.P, (1985). (alih bahasa wasparkik, H.J), Mekanika Bahan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta

German, D.,dkk, Seismic Behevior of Composite wall systems Subjeesed to different Levels of seismic Action and with different Levels of protection, Master Thesis

Gustafero.AH (1985) Fire Resistance-Handbook of Concrete Engineering Second Edition, Van Nostrand Reinhold Company, New York.

Hertz,K.D.(2005). Concrete Strenghat For Fire Safety Design. Magazine Concrete Research, Vol.57.No.8.pp. 445-453 (HYPERLINK "http://sciencedirect.com"http://sciencedirect.com).

Antony,J.W. (2004) Flexural Nehaviour of Reinforced and Prestressed Concrete beams Using Finite Element Analysis. Marquette University, Milwanke, Wiscousin.

Li, L. dan Purkiss. J.A. (2005), Stress-Strain Constitutive Equation of Concrete. Material at Elevated Temperatures. Fire Safety Journal. Vol. 40. Pp. 669-447(HYPERLINK "http://atypon-link.com"http://atypon-link.com)

Mander, J.B. Priestley, MJ.N.. Park, R (1988). Theorical Stress-Strain Model for Confined Concrete, Journal Structural engineering-ASCE. Vol.114. No. 8 pp. 1804-25 (http://sciencedirect.com)

Mangkoesoebroto.S.P, (2007), Bahan Kuliah Struktur Baja, HYPERLINK "http://www.icfee.info"www.icfee.info

Moftah, M. (2008), Numerical Modelling And Performance Of Reinforced Concrete members Under Fire Condition A Thesis Submetted in Partial Fulfillment Of The Requirements for The Degree Of Doctor Of Philosophy, The School Of graduate and Postdoctoral Studies The University of Westem Ontario London, Ontario, Canada.

Oroh,R., Suhendra dan Triwiyono.A, (2003), Perilaku Kolom Beton Bulat Lilitan Spiral Pascabakar Akibat Beban Tekan Aksial Eksentris, Teknosains 16(B) Mei 2003

Park, R. dan Paulay, T.(1975), Reinforced Concrete Structure, John wiley & Sons, New York, USA.

Park,T. dan Priestle, (1993), Theoretical Stress-Strein Model for Confined Concrete, Journal Structural Engineering-ASCE Vol.114. No.8 pp.1804-25

Parvanova, Sania (2004) Modeling The Nonlinier Behaviour of R/C Beam With Moderate Shear Span and without Strirrups Using Ansys National Science Fund. Bulgaria

Poh, K.W. (1997), General Stress-Strain Equation, Journal of Material in Civil Engineering. November 1997. Pp. 215-217.

Sanjayan, G. dan Stocks,L.J. (1993), Spailling Of High-Strenght Silica Fume Concrete in Fire, ACId Material Journal, 90.(2).pp.170-173. (HYPERLINK "http://atypon-link.com"http://atypon-link.com)

Scott, B.D., Park, R. dan Priestley, M.J.N. (1982). Stress-Strain Behavior of Concrete Confined by Overlapping Hoops at low and High Strain Rates, ACi Journal. Vol 79. No.1. pp.13-27 (http://proquets.umi.com)

Taufik, S. (2009), Curve Fitting, Modul Kuliah Metode Numerik Terapan. Jurusan Teknik Struktur Program Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat.

Tjokrodimuljo, K. (2000), Pengujian Mekanik Laboratorium Beton Pasca Bakar, PAU Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

Tjitradi, D., Taufik, S. dan Kosasih, B.L, (2003), Perhitungan Kapasitas Penampang Kolom Beton Mutu

Tinggi Yang Terkekang Dengan Blok Tegangan Segiempat Ekivalen, Civil Engineering Dimension, Vol 5 No 1 pp, 45-50.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 10

Triwiyono, A. (2000), Kerusakan Struktur Gedung Pasca Kebakaran, PAU Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Xiao, J. Konig, G. (2004). Study on Concrete at High Temperature in China an Overview. Fire Safety

Journal. Vol.39. pp. 89–103 (http://proquest.umi.com) Yohannes, A. (2008), Evaluasi Daktilitas Pada Struktur Gempa, Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Zhenhua, W. (2006), Behaviour of High-Strenght Concrete Members Under Pure Flexure and Axial-

Flexural Loadings, Disertation Civil Engineering North Carolina State University, Releigh, North Carolina.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 10

EVALUASI DAN ANALISA KAPASITAS SALURAN DRAINASE PERKOTAAN

(Studi Kasus di Kelurahan Kuala Pembuang I Kabupaten Seruyan Kalteng)

Lilis Indriani, ST, MT ,Ika Wahyuni, ST E-mail: [email protected]

Abstrak Drainase berasal dari bahasa inggris Drainge, mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang dan mengalikan. Dalam bidang teknik sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, ataupun rembesan. Air hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan atau dibuang, caranya dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan dengan saluran rumah tangga dan dan sistem saluran bangunan infrastruktur lainnya, sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh proses tersebut di atas yang disebut dengan sistem drainase. Perubahan peruntukan lahan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dapat meningkatkan limpasan air permukaan, menyebabkan terjadinya genangan dan banjir dimusin hujan, dan sebaliknya akan memperkecil aliran air tanah dimusim kemarau karena mengecilnya air yang meresap sehingga persediaan air tanah menjadi sedikit. Air yang berlebih dalam tanah tidak selamanya membawa pengaruh baik terhadap tanaman diatasnya. Dalam menghadapi situasi seperti ini, diharapkan kesadaran bagi warga disekitar untuk tetap menjaga kebersihan lingkungannya terutama drainase. Karena, apabila air didalam drainase tergenang maka akan menimbulkan jentik-jentik nyamuk bersarang dan menyebakan penyakit demam berdarah. Dengan kesadaran masyarakat sendiri, maka diharapkan mampu menjaga drainase yang ada agar berfungsi dengan baik. Tahap perhitungan dalam menentukan debit air yang ada pada saluran drainase diperlukan berbagai pertimbangan melalui data-data yang terkumpul. Selanjutnya dilakukan perhitungan secara teliti dengan menggunakan rumus-rumus yang ada, dengan memperhatikan curah hujan rata-rata, tinggi muka air akibat pasang surut dan dimensi saluran. Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data, yaitu data primer yang terdiri dari survey lapangan dan dokumetasi gambar. Data dekunder yaitu terdiri dari data curah hujan dan peta topografi. Selanjutnya melakukan analisis hidrologi, analisa hidrolika, desain penampang saluran, dan kesimpulan. Dari hasil survey drainase pada tahun 2013 yang dilakukan di Kelurahan Kuala Pembuang I, diperoleh debit kumulatif terbesar adalah untuk periode ulang 2 tahun yaitu pada tahun 2015 adalah 1.691079596 m3/detik dan untuk periode ulang 5 tahun yaitu pada tahun 2018 adalah 2.335952892 m3/detik. Karena intensitas hujan yang jatuh tidak terlalu tinggi maka menampung air hujan saja, masih bisa, untuk debit kumulatif terbesar periode ulang 2 tahun yaitu pada tahun 2015 adalah 1.691079596 m3/detik dan untuk periode ulang 5 tahun yaitu pada tahun 2018 adalah 2.335952892 m3/detik. Koefisien limpasan yaitu sebesar 0.3. Dari hasil perhitungan diperoleh, untuk menampung air akibat pasang, ada sebagian drainase yang masih bisa misalnya saja pada saluran drainase sekunder khususnya saluran yang jauh dari sungai. Sedangkan pada saluran drainase primer untuk periode ulang 2 tahun dan periode ulang 5 tahun tidak bisa karena lebih tinggi dari muka air, sebaiknya dilakukan pemeliharaan dengan cara pengerukan ataupun perancangan ulang. Tinggi pasang periode 2 tahun adalah 2.9597 m yaitu pada tahun 2015, sedangkan untuk tinggi pasang periode 5 tahun adalah 2.9222 m yaitu pada tahun 2018. sebaiknya dilakukan pengerukan untuk kedalaman saluran ataupun memperluas dimensi saluran. Kata Kunci : Analisa Curah Hujan Rencana, Analisa Frekuensi Curah Hujan, Intensitas Curah Hujan, Debit Rencana, Koefisien Pengaliran (C), Waktu Konsentari (Tc), Analisa Hidrolika, Bentuk Saluran Trapesium, dan Dimensi Saluran.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 11

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya suatu kota, sudah barang tentu memerlukan berbagai sarana dan prasarana

perkotaan yang memadai dalam perkembangannya ke depan, dimana bertambahnya penduduk sudah barang tentu diperlukan juga pembangunan permukiman serta penataan lingkungannya.

Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat perdagangan, sekaligus pusat konsumen. Didaerah perkotaan tinggal banyak manusia, banyak fasilitas umum, transportasi, komunikasi dan sebagainya. Urbanisasi yang terjadi di hampir seluruh kota besar di Indonesia akhir-akhir ini menambah beban daerah perkotaan menjadi lebih berat, kebutuhan akan lahan baik untuk permukiman maupun kegiatan perekonomian meningkat. Perubahan fungsi lahan ini menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase perkotaan, karena siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan.

Semua hal yang menyangkut kelebihan air yang berada dikawasan kota sudah pasti dapat menimbulkan permasalahan yang cukup komplek. Dengan semakin kompleknya permasalahan drainase perkotaan, maka didalam perencanaan dan pembangunan bangunan air untuk drainase perkotaan, keberhasilannya tergantung pada kemampuan masing-masing perencana. Oleh karena itu dengan adanya sistem perencanaan saluran drainase yang baik, ekonomis, dan sesuai kebutuhan di Kelurahan Kuala Pembuang 1 Kabupaten Seruyan, maka diharapkan aliran air yang akan lewat dapat mengalir dengan lancar dalam ruang atau dimensi dari saluaran drainase yang dibangun berdasarkan data-data perhitungan yang telah didapatkan. Namun sering kali terdapat dibeberapa tempat di Kelurahan Kuala Pembuang 1 Kabupaten Seruyan bila hujan turun cukup deras maka tidak ada saluran drainase yang mampu mengalirkan luapan air hujan. Oleh sebab itu perlu dilakukan perencanaan saluran drainase yang memenuhi kebutuhan dari debit air yang akan lewat dilokasi Kelurahan Kuala Pembuang 1 Kabupaten Seruyan.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Berapa besar debit air yang terjadi di Kelurahan Kuala Pembuang 1 Kabupaten Seruyan yang akan

membebani saluran drainase?. 2. Bagaimana dengan analisa kapasitas drainasenya agar tidak terjadi genangan di Kelurahan Kuala

Pembuang 1 Kabupaten Seruyan?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui debit air yang terjadi Di Kelurahan Kuala Pembuang 1 Kabupaten Seruyan yang akan membebani saluran drainase.

2. Menganalisa kapasitas drainase Di Kelurahan Kuala Pembuang 1 Kabupaten Seruyan. 3. Mengetahui debit air yang terjadi di Kelurahan Kuala Pembuang I Kabupaten Seruyan akibat curah

hujan. 4. Mengetahui debit air yang terjadi di Kelurahan Kuala Pembuang I Kabupaten Seruyan akibat

pengaruh pasang surut.

1.4 Lingkup Pembahasan dan Batasan Masalah Lokasi studi adalah di Kelurahan Kuala Pembuang 1 Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 12

Gambar 1.1 Peta Kuala Pembuang I

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari studi ini adalah :

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Darwan Ali Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah.

2. Meningkatkan perhatian pemerintah dan peran serta masyarakat dalam menjaga dan memelihara saluran-saluran drainase agar dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat mencegah terjadinya genangan ataupun banjir.

3. Memberikan saran kepada pemerintah supaya lebih memperhatikan kapasitas saluran drainase yang ada di Kelurahan Kuala Pembuang I Kabupaten Seruyan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Drainase

Drainase berasal dari bahasa inggris Drainge, mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang dan mengalikan. Dalam bidang teknik sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, ataupun rembesan. Air hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan atau dibuang, caranya dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan dengan saluran rumah tangga dan dan sistem saluran bangunan infrastruktur lainnya, sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh proses tersebut di atas yang disebut dengan sistem drainase.

2.2 Analisa Hidrologi

a. Analisa Curah Hujan Rencana Curah hujan rencana adalah curah hujan dengan periode ulang tertentu, misalnya 5 tahun, 20 tahun, 100 tahun dan seterusnya. Hujan merupakan komponen yang sangat penting dalam analisis hidrologi. Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis, dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama satu hari.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 13

b. Analisa Frekuensi Curah Hujan Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi. Berikut ini empat jenis distribusi frekuensi yang paling banyak digunakan dalam bidang hidrologi: 1). Distribusi Normal 2). Distribusi Log Normal 3). Distribusi Log Person III 4). Distribusi Gumbel.

c. Intensitas Curah Hujan Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun secara empiris. Biasanya intensitas hujan dihubungkan dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jam jaman. Data curah hujan jangka pendek ini hanya dapat diperoleh dengan menggunakan alat pencatat hujan otomatis. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe. Untuk menghitung nilai I dari data hujan harian digunakan persamaan Mononobe dengan nilai t sama dengan Tc.

2.3 Debit Rencana

Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Untuk drainase perkotaan dan jalan raya, sebagai debit rencana debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun, yang mempunyai makna kemugkinan banjir maksimum tersebut disamai atau dilampaui 1 kali dalam 5 tahun atau 2 kali dalam 10 tahun atau 20 kali dalam 100 tahun.

Untuk menghitung debit pada aliran saluran terbuka dapat dihitung dengan persamaan Q = A . V Dimana : Q = debit (m3/det) V = kecepatan aliran (m/det) A = luas penampang saluran (m2) Metode Rasional

Rumus : Q = 0,278 . C .I . A

Dimana: Q = Debit (m3) C = Koefisien run off I = Intensitas maksimum selama waktu konsentrasi (mm/jam) A = Luas derah aliran (km2)

2.4 Rencana Dimensi Saluran Penampang Berbentuk Trapesium yang Paling Ekonomis Saluran dengan penampang melintang

bentuk trapesium dengan lebar dasar B, kedalaman aliran h, dan kemiringan dinding 1: m (Gambar 2.3), luas penampang melintang A dan keliling basah P, dapat dirumuskan sebagai berikut:

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 14

A = ( B + m.h ) h P = B + 2.h √ m2+ 1 B = P – 2.h √ m2 + 1 Atau B = 2/3 .h √ 3 A = h2 . √ 3 Untuk kontrol kecepatan (V) = Q / A R = A / P Dimana:

A = Luas penampang saluran (m2) V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det) R = Jari-jari hidrolis (m)

Tinggi jagaan (w) W = 25% . h

Gambar 2.2 Penampang trapezium

Penampang trapesium yang paling efisien adalah jika: m = ( 1/ √3 ), atau = 600

III. METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi studi yaitu di Kelurahan Kuala Pembuang I Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah.

3.1.2 Survey Awal Survey awal lokasi studi dilakukan dalam rangka mencari informasi awal yang berkaitan dengan objek penelitian dan keadaan lingkungan sekitarnya.

3.1.3 Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Meteran Meteran digunakan untuk mengukur dimensi penampang saluran. Meteran yang digunakan dengan

panjang 50 meter. 2. Pelampung (menggunakan pelampung) Pelampung digunakan sebagai alat bantu untuk menentukan dan mengetahui kecepatan aliran air

yang ada didalam saluran drainase. 3. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk menghitung kecepatan aliran. 4. Rambu ukur Rambu ukur digunakan sebagai alat untuk menghitung dan mengetahui kedalaman saluran

drainase. 5. Alat tulis Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil dari penelitian debit. 6. Kertas HVS Kertas HVS digunakan sebagai tempat catatan hasil dari pengamatan yang dilakukan di lapangan.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 15

3.1.4 Tahapan Pengukuran a. Persiapan

1. Pilih lokasi pengukuran 2. Siapkan pelampung 3. Siapkan peralatan untuk mengukur jarak antara dua penampang 4. Siapkan peralatan untuk menentukan posisi lintasan pelampung 5. Siapkan peralatan untuk memberi aba-aba 6. Siapkan alat pencatat waktu 7. Siapkan alat tulis

b. Pelaksanaan Pengukuran 1. Lakukan pembacaaan tinggi muka air pada awal pengukuran 2. Siapkan alat penghitung kecepatan air seperti stopwatch sebelum melakukan pelepasan

pelampung. 3. Ukur jarak yang akan dilalui oleh pelampung. 4. Lepaskan pelampung kira-kira 10 meter. 5. Catat waktu pelampung mulai jalan sampai berhenti pada jarak yang ditentukan. Ulangi

pekerjaan (4) dan (5) sampai pelampung terakhir 6. Catat tinggi muka air pada akhir pengukuran.

3.2 Alur Penelitian Tinjauan yang dilakukan dalam penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui debit air yang ada

disaluran drainase. Penulisan laporan Tugas Akhir ini memerlukan adanya suatu metode atau cara yaitu tahapan–tahapan dalam memulai penulisan sampai selesai, sehingga penulisan Tugas Akhir ini sesuai dengan jadwal dan dapat mengetahui besaran debit air pada saluran drainase yang ada di Kelurahan Kuala Pembuang I Kabuapten Seruyan Kalimantan Tengah. Adapun data pendukung yang diperlukan dalam mengetahui besaran debit air pada saluran drainase yang ada di Kelurahan Kuala Pembuang I Kabuapten Seruyan Kalimantan Tengah ini adalah berupa data primer dan data sekunder, yang akan dianalisis untuk mengetahui debit air yang ada disaluran drainase tersebut.

IV. PEMBAHASAN 4.1 Analisa Curah Hujan

Analisis data hujan pada umumnya merupakan hasil pengamatan atau penelitian terhadap curah hujan. Hal ini dilakukan dengan maksud sebagai bahan perhitungan perencanaan dalam rangka memonitor kualitas air.

Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai artii mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk menguragi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain: a. Mengeringkan daerah yang ada genangan air dan sehingga genangan air tersebut tidak

mengakibatkan akumulasi air tanah. b. Mengendalikan erosi tanah kerusakan jalan dan bangunan yang ada. c. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadinya banjir. d. Sebagai salah satu sistem dalam drainase perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal dengan

istilah system drainase perkotaan. Kronologis analitis data hujan sarat erat hubungannya dengan curah hujan. Karena sangat erat

hubungannya maka memerlukan analisa curah hujan yang meliputi : 1. Pengumpulan data hujan (mentah) dari pos pendapatan atau pencatat hujan (alat manual maupun alat

otomatis). 2. Data mentah diatas diolah menjadi data siap pakai sebagai data hujan terpusat. 3. Analisis hujan wilayah.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 16

4.2 Curah Hujan Rencana Dalam hujan rencana yang dimaksud adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk

menghitung intensitas hujan, kemudian intensitas ini digunakan untuk mengestimasi debit rencana. Dalam hal ini, perhitungan menggunakan curah hujan rencana 2 tahun dan 5 tahun.

Perhitungan ditabelkan sebagai berikut : Tr Log X Log S Y Log XTr XTr

2 2.3303 0.160858 -0,0496 2.3223 210.0390

5 2.3303 0.160858 0,8222 2.4626 290.1349

4.3 Intensitas Curah Hujan

Dengan intensitas hujan rencana, durasi 4 jam dengan cara penyelesaian yaitu menghitung intensitas hujan rencana akibat periode ulang 2 tahun dan 5 tahun dengan menggunakan rumus mononobe.

Tabel 4.4 Perhitungan Intensitas Hujan dengan rumus “Mononobe”.

t Intensitas Hujan (mm/jam)

Jam Akibat I2 Akibat I5

0.2 212.92 294.11

0.4 134.13 185.28

0.6 102.36 141.39

0.8 84.50 116.72

1.0 72.82 100.58

1.2 64.48 89.07

1.4 58.18 80.37

1.6 53.23 73.53

1.8 49.21 67.97

2.0 45.87 63.36

2.2 43.05 59.46

2.4 40.62 56.11

2.6 38.51 53.20

2.8 36.65 50.63

3.0 35.01 48.36

3.2 33.53 46.32

3.4 32.20 44.48

3.6 31.00 42.82

3.8 29.90 41.31

4.0 28.90 39.92

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 17

Gambar 4.1 Lengkung Intensitas Hujan 4.4 Debit Rencana dan Dimensi Saluran

Dimensi saluran berhubungan dengan besarnya kemiringan dasar saluran (I) dan besarnya kecepatan saluran. Dalam hal ini perhitungan berdasarkan pada rumus Stricler, yaitu: V = K . R2/3 . I1/2 Dimana: V = Kecepatan air dalam saluran (m/det) I = Kemiringan dasar saluran K = Koefisien kekasaran Stricler R = Jari-jari hidrolis (m)

Perhitungan dimensi saluran periode ulang 2 tahun

No. Nama h

(m) b1 (m)

b2 (m) Q kum (m3) v

(m/dtk) 1 2 3 4 5 6 7

1 1* 0.76 0.40 0.60

0.416374397 0.4000 0.80 0.40 0.60

4.5 Pengaruh Pasang Surut Dengan menggunakan persamaan regresi linier diperoleh hasil pasang surut pada tahun ke n adalah:

y = -0.0125 + 3.02222222 x Perhitungan: Tingkat ketinggian = (2.9972- 3.0097) x 100 / 3.0097 = -0.4153 m

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 18

Gambar 4.2 Regresi Pasang Surut

V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut 1. Berdasarkan hasil survey drainase pada tahun 2013 yang dilakukan di Kelurahan Kuala Pembuang,

diperoleh debit kumulatif terbesar adalah untuk periode ulang 2 tahun yaitu pada tahun 2015 adalah 1.691079596 m3/detik dan untuk periode ulang 5 tahun yaitu pada tahun 2018 adalah 2.335952892 m3/detik.

2. Berdasarkan hasil survey drainase pada tahun 2013 yang dilakukan di Kelurahan Kuala Pembuang 1, ditemukan ada sebagian drainase yang masih mampu untuk menampung air untuk periode ulang 2 tahun dan periode ulang 5 tahun, namun ada juga drainase yang memang harus diperbaiki ataupun dirancang ulang.

3. Berdasarkan hasil analisa perhitungan di peroleh, untuk menampung air hujan saja, masih bisa. Karena intensitas hujan yang jatuh tidak terlalu tinggi. Untuk debit kumulatif terbesar periode ulang 2 tahun yaitu pada tahun 2015 adalah 1.691079596 m3/detik dan untuk periode ulang 5 tahun yaitu pada tahun 2018 adalah 2.335952892 m3/detik. Koefisien limpasan yaitu sebesar 0.3.

4. Berdasarkan perhitungan diperoleh, untuk menampung air akibat pasang, ada sebagian drainase yang masih bisa misalnya saja pada saluran drainase sekunder khususnya saluran yang jauh dari sungai. Sedangkan pada saluran drainase primer untuk periode ulang 2 tahun dan periode ulang 5 tahun tidak bisa karena lebih tinggi dari muka air, sebaiknya dilakukan pemeliharaan dengan cara pengerukan ataupun perancangan ulang. Tinggi pasang periode 2 tahun adalah 2.9597 m yaitu pada tahun 2015, sedangkan untuk tinggi pasang periode 5 tahun adalah 2.9222 m yaitu pada tahun 2018. sebaiknya dilakukan pengerukan untuk kedalaman saluran ataupun memperluas dimensi saluran.

5.2 Saran Berdasarkan hasil survey dan analisa saluran drainase yang ada di Kuala Pembuang 1, maka ada

beberapa saran, diantaranya: 1. Sebelum melakukan pembangunan saluran drainase harus memperhatikan pasang tertinggi yang terjadi

pada sungai yang berhubungan langsung dengan saluran drainase primer. 2. Perlu dilakukan penanganan khusus pada saluran drainase yang telah rusak di Kelurahan Kuala Pembuang

1 dengan cara melakukan pembersihan saluran drainase ataupun melakukan pendalaman dengan cara pengerukan.

3. Perlu perhatian dan tindakan dari pemerintah terkait yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah dengan adanya saluran-saluran drainase yang rusak, karena untuk memperlancar aliran air agar tidak terjadi genangan.

4. Pasang tertinggi periode ulang 2 tahun adalah 2.9597 m yaitu pada tahun 2015, sedangkan untuk tinggi pasang periode 5 tahun adalah 2.9222 m yaitu pada tahun 2018. Sebaiknya dilakukan penanganan khusus pada anak-anak sungai yang ada di Kelurahan Kuala Pembuang 1 dengan cara melakukan pengerukan untuk memperdalam anak sungai tersebut agar dapat menampung air pasang.

5. Khusus untuk Dinas pekerjaan Umum Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah harus melakukan penanganan terhadap drainase-drainase yang telah rusak ataupun yang mengalami

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 19

pendangkalan. Hal ini dilakukan supaya mencegah terjadinya luapan air yang ada didalam saluran drainase akibat air hujan. Selain itu, anak-anak sungai yang ada harus segera dilakukan pengerukkan untuk mencegah terjadinya banjir yang diakibatkan muka air yang tinggi dan pendangkalan sungai.

DAFTAR PUSTAKA Dr. Ir. Suripin, M.Eng, 2003. “Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan”. Semarang Tugas Akhir Tesis Adi Yusuf Muttaqin. 2006. “Kianerja Sistem Drainase Yang Berkelanjutan Berbasis

Partisipasi Masyarakat” (Studi Kasus Di Perumahan Josroyo Indah Jaten Kabupaten Karanganyar). Universitas Diponegoro, Semarang

Tugas Akhir Skripsi Ronauli Nadeak. 2009. “Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Bendang Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara,

Tugas Besar Ika Wahyuni. 2012. “Perencanaan Lapangan Terbang”. Universitas Darwan Ali Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan, Kalteng

Tugas Besar Ika Wahyuni. 2012. “Drainase Perkotaan”. Universitas Darwan Ali Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan, Kalteng

http://eprints.undip.ac.id/34406/4/2016_chapter_I.pdf diDownload pada tanggal 6 Juni 2013 http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10531-Chapter1.pdf didownload pada tanggal 6 Juni 2013 http://eprints.undip.ac.id/34661/5/1741_CHAPTER_II.pdf didownload pada tanggal 6 Juni 2013 http://eprints.undip.ac.id/34400/5/2149_chapter_II.pdf didownload pada tanggal 6 Juni 2013 http://eprints.undip.ac.id/33823/6/1621_chapter_III.pdf didownload pada tanggal 6 Juni 2013 http://eprints.undip.ac.id/34583/7/2096_chapter_III.pdf didownload pada tanggal 6 Juni 2013

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 20

ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT BERAT “CARMIX” MOBIL PENCAMPUR BETON ( STUDY KASUS PEMBANGUNAN ISLAMIC CENTER

KUALA PEMBUANG KABUPATEN SERUYAN )

Oleh : Donny Dwy Judianto Leihitu, ST, MT dan M.Diky Zulidinsyah, ST Staf Pengajar di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Unversitas Darwan Ali Jl. Ahmad Yani No 1 Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan

e- mail : [email protected] Abstrak Penyelesaian suatu pekerjaan atau bagian pekerjaan proyek tertentu diperlukan pemilihan dan penentuan komposisi alat berat, dimana pemilihan alat- alat berat tergantung pada karakteristik masing-masing alat dan kondisi medan. Hal ini diperlukan agar alat tersebut dapat bekerja secara optimum sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan biaya sehemat mungkin. Selain itu pelaksanaan suatu proyek konstruksi juga selalu terdapat kendala-kendala,baik kendala yang sudah diperhitungkan maupun diluar perhitungan perencana. Mengingat bahwa kendala-kendala tersebut dapat menjadi penyebab terhambatnya pekerjaan proyek dan pekerjaan proyek tidak berlangsung dengan lancar, maka dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi selalu ada kemungkinan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek akan melebihi waktu yang telah ditentukan dalam kontrak pekerjaan Begitu pula proyek Pembangunan Islamic Center Kabupaten Seruyan yang mengalami kendala seperti pada pekerjaan pengecoran,alat-alat berat tidak bekerja secara optimal, kondisi medan yang kurang baik bahkan cuaca yang kurang mendukung, oleh karena itu peran aktif manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan proyek yaitu dalam peninjauan jadwal proyek untuk menentukan langkah perubahan mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau dikurangi. Metode pelaksanaan survey dengan menempatkan 1 atau 2 orang surveyor dilokasi pekerjaan, 1 orang surveyor menghitung produktivitas dan durasi alat dengan menggunakan stopwatch, kemudian satu orang lagi mencatat produktivitas dengan blanko-blanko isian dan durasi alat bekerja dalam setiap satu kali siklus. Kata Kunci: Pemilihan Moda,Rute Perjalanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Pembangunan Islamic Center Kabupaten Seruyan pada awalnya dilaksanakan selama 365 hari kalender, antara lain pada bulan Juli 2012 sampai Juli 2013 telah dilakukan serah terima. Akan tetapi dilakukan Addendum pertambahan waktu pelaksanaan menjadi 489 hari kalender pada bulan Juli 2013 sampai Nopember 2013. Pelaksanaan Pembangunan Islamic Center Kabupaten Seruyan memiliki bermacam-macam tingkat dan jenis pekerjaan, mencakup pekerjaan yang dilakukan dengan tenaga manusia maupun dengan peralatan mekanis, akan tetapi dalam pekerjaan pengecoran konstruksi beton pada Pembangunan Islamic Center didominasi oleh penggunaan Carmix. Penyelesaian suatu pekerjaan atau bagian pekerjaan proyek tertentu diperlukan pemilihan dan penentuan komposisi alat berat, dimana pemilihan alat- alat berat tergantung pada karakteristik masing-masing alat dan kondisi medan. Hal ini diperlukan agar alat tersebut dapat bekerja secara optimum sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan biaya sehemat mungkin. Selain itu pelaksanaan suatu proyek konstruksi juga selalu terdapat kendala-kendala,baik kendala yang sudah diperhitungkan maupun diluar perhitungan perencana. Mengingat bahwa kendala-kendala tersebut dapat menjadi penyebab terhambatnya pekerjaan proyek dan pekerjaan proyek tidak berlangsung dengan lancar, maka dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi selalu ada kemungkinan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek akan melebihi waktu yang telah ditentukan dalam kontrak pekerjaan Begitu pula proyek Pembangunan Islamic Center Kabupaten Seruyan yang mengalami kendala seperti pada pekerjaan pengecoran,alat-alat berat tidak bekerja secara optimal, kondisi medan yang kurang baik bahkan cuaca yang kurang mendukung, oleh karena itu peran aktif manajemen merupakan

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 21

salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan proyek yaitu dalam peninjauan jadwal proyek untuk menentukan langkah perubahan mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau dikurangi. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, pokok masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana menetapkan komposisi jenis alat berat yang digunakan agar produktifitas alat berat

mencapai optimal ? 2. Seberapa besar biaya dan waktu untuk pekerjaan pengecoran kolom / balok.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan alat

berat pekerjaan sipil dibidang pengecoran. Dengan lingkup yang akan dibahas : 1. Mengetahui produktifitas carmix yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran. 2. Mengetahui biaya dan waktu yang dibutuhkan pada pekerjaan pengecoran pada kondisi optimal.

1.4 Pembatasan Masalah Penyusunan tugas akhir ini akan menjadi lebih jelas dan terarah, maka dilakukan batasan dalam

pembahasan tugas akhir dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut ini: 1. Data yang diambil dari PT P P ( P e r s e r o ) T b k berupa gambar, jenis alat yang digunakan, jam

kerja alat dan nilai / biaya peminjaman alat. 2. Penelitian dilakukan pada Proyek Pembangunan Islamic Center Kabupaten Seruyan. 3. Penelitian dilakukan pada pekerjaan pengecoran balok miring. 4. Pengadaan alat berat yang digunakan adalah milik sendiri. 5. Alat berat yang digunakan adalah carmix 6. Kondisi alat berat 80% - 90% 7. Jam kerja alat berat yang ditinjau adalah jam kerja normal dengan waktu 8 jam/hari selama satu

minggu.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yang bisa diambil dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, di lingkungan akademis maupun aplikasi di bidang jasa konstruksi

2. Penggunaan alat berat carmix pada pengecoran beton 3. Menambah wawasan bagi peneliti mengenai optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan alat berat

pada pekerjaan sipil dibidang pengecoran, sesuai dengan tujuan penelitian dalam kasus ini. 4. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para kontraktor dalam pemilihan alat berat sesuai dengan

kondisi struktur bangunan. 5. Menambah referensi bagi pembaca/pengamat tentang wacana manajemen proyek alat berat

pengelolaan dan pemanfaatan yang lebih baik pada pekerjaan sipil khususnya dibidang pengecoran, sesuai dengan tujuan penelitian dalam kasus ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA III. METODE PENELITIAN

3.1 Program Kerja

Program kerja perlu disusun agar penelitian pada skripsi ini dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena bagian yang penting pada skripsi ini adalah pengumpulan data (survey) yang memerlukan waktu dan tenaga serta biaya. Kecerobohan dan kurangnya persiapan bisa berakibat data yang dikumpulkan tidak dapat/layak dipergunakan sehingga menyebabkan survey harus diulang. Secara umum program kerja dapat dilihat pada bagan alir yang terdapat pada Gambar 3.1. dari bagan alir tersebut program kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut :

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 22

1). Studi literatur dan pembuatan proposal 2). Pengumpulan data ( survey ) 3). Pengolahan data 4). Analisa

Gambar 3. 1 Bagan Alir Program Kerja Penelitian

Sebelum pengolahan data, terlebih dahulu harus ditentukan langkah – langkah untuk mendapatkan data yang tepat dan benar sesuai dengan kondisi yang terjadi dilapangan. Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan data apa saja yang diperlukan dan bagaimana cara mendapatkannya, pembagiannya dapat dilihat pada bagian berikut,

1). Data Primer – survey langsung di lapangan Untuk mendapatkan data primer, langkah awal yang perlu dilakukan adalah survey pendahuluan

pada lokasi pekerjaan. Metode survey juga dipertimbangkan, misalnya dengan menempatkan dua orang surveyor dilokasi pekerjaan, satu orang surveyor menghitung produktivitas dan durasi alat dengan menggunakan stopwatch, kemudian satu orang lagi mencatat produktivitas dan durasi alat dalam setiap satu kali siklus atau cycle time ( CT ). Selain itu survey pendahuluan juga diperlukan untuk mengetahui kondisi lapangan, alat yang digunakan, sehingga memudahkan dalam menyusun strategi dan untuk menentukan jumlah serta penempatan surveyor pada posisi yang tepat.

Pada waktu yang telah ditentukan, dilaksakan survey lapangan untuk pengumpulan data yang meliputi, waktu siklus alat, volume material, dan jarak angkut pada saat hauling time ( HT ) waktu

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 23

angkut yang diperlukan suatu alat untuk bergerak dari tempat pemuatan ke lokasi pembongkaran / kegiatan pengecoran.

2). Data sekunder – dengan bantuan pihak instansi dan kontraktor terkait untuk mendapatkan data yang sudah ada.

Cara untuk mendapatkan data sekunder adalah dengan menghubungi pihak Instansi dan kontraktor terkait dalam hal ini Dinas PU dan PT PP (persero) Tbk. Oleh Karena itu juga perlu dipersiapkan surat-menyurat yang ditujukan kepada instansi-instansi tersebut. Data yang diharapkan dapat diperoleh dari instansi tersebut adalah diantaranya data spesifikasi alat dan kapasitas alat.

Setelah data-data lapangan dirasakan cukup lengkap, maka dilakukan pengolahan data sesuai dengan kebutuhan dan kemudian di analisa kondisi dan pemilihan strategi untuk optimasi siap dilakukan.

3.2 Pengenalan Alat

Carmix adalah sebuah alat berat yang dapat memproduksi beton mutu tinggi, yang mampu menghasilkan beton dengan level efisien, ekonomi, dan mutu yang tidak dapat dicapai dengan metode konfensional. Carmix mudah dioperasikan

3.3 Metode Survey 3.3.1 Metode Pelaksanaan Survey

Misalnya dengan menempatkan 1 atau 2 orang surveyor dilokasi pekerjaan, 1 orang surveyor menghitung produktivitas dan durasi alat dengan menggunakan stopwatch, kemudian satu orang lagi mencatat produktivitas dengan blanko-blanko isian dan durasi alat bekerja dalam setiap satu kali siklus. 3.3.2 Waktu Survey

Hari Survey Survey direncanakan selama dua hari yaitu hari senin dan hari rabu. Pemilihan hari senin atau

hari rabu diharapkan dapat mewakili hari-hari yang lain termasuk hari libur. Waktu Survey Survey untuk kondisi normal dilakukan pada pagi sampai sore hari. 1). Pagi sampai siang hari dari jam 08.30-11.00 WIB 2). Siang sampai sore hari dari jam 13.00-16.00 WIB Pemilihan waktu berdasarkan jam kerja normal. Mekanisme Survey Cycle Time ( CT ) ( waktu siklus ) Waktu siklus kerja dari pertama mulai dalam satu periode sampai kembali ke kegiatan awal. Mekanisme survey dilakukan dengan cara sebagai berikut : - Loading time ( LT ) ( waktu memuat ) yaitu :

Waktu memuat material kedalam alat angkut. Cara kerjanya loading shovel ( sekop/bucket ) akan memuat material : 1) Pasir dimasukan kedalam drum sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan. 2) Split ( batu pecah ) dimasukan kedalam drum sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan 3) Semen dimasukan kedalam drum sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan 4) dan terakhir air dimasukan kedalam drum sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan.

- Hauling time ( HL ) ( waktu angkut sampai ke lokasi ) Waktu material begerak dari tempat pemuatan ke tempat pembongkaran. Cara kerjanya material di dalam drum pada carmix akan dimixing ( diaduk ) selama 15 menit sambil alat berjalan membawa material ke lokasi tempat yang akan di cor jarak angkut tidak lebih dari 300 meter ke lokasi

- Dumping time ( RT ) ( waktu pembongkaran ) Waktu pada saat pembongkaran atau mengeluarkan seluruh material beton yang sudah dimixing ( aduk ) dari dalam drum pada alat carmix.

- Return time ( RT ) ( waktu kembali ) Pada saat alat selesai melakukan pembongkaran dan kembali kelokasi. Cara kerjanya Setelah

semua material selesai di distribusikan ke tempat pengecoran, kemudian alat carmix akan kembali ke lokasi Quarry

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 24

- Spotting time ( ST ) ( waktu tunggu ) Pada saat alat kembali ke tempat pemuatan adakalanya alat tersebut antre dan menunggu

sampai material diisi kembali

IV. PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Waktu Carmix

Perhitungan waktu pelaksanaan carmix tergantung pada : 1. Volume material yang dimuat Material yang dimuat yaitu : batu pecah ( split ), pasir, semen, air 2. Produksi perjam Produktifitas standar dari carmix didasarkan pada volume yang dikerjakan persiklus waktu dan

jumlah siklus dalam satu jam Yang dimaksud dengan satu siklus adalah urutan pekerjaan yang dilakukan carmix dalam kegiatan produksi, yaitu :

1. Waktu muat atau loding time ( LT ). 2. Waktu angkut atau hauling time ( HL ). 3. Waktu pembongkaran atau dumping time ( DT ) 4. Waktu kembali atau return time ( RT ). 5. Waktu tunggu atau spotting time ( ST ).

4.2 Perhitungan Produksi Dalam Satu Siklus

Yang dimaksud dengan produksi dalam satu siklus disini adalah volume material dalam satu kali produksi alat carmix. Untuk mendapatkan produksi dalam satu siklus adalah dengan melakukan pengamatan dilapangan. Sebagai contoh untuk pekerjaan satu kali pengecoran, produksi dalam satu siklusnya adalah 3 M3 seperti pada tabel 4.1 sebagai berikut Tabel 4.1Mix Desain Beton Menggunakan Carmix Dalam 1m3

Komponen Berat Jenis

Jumlah ( Kg )

Semen 3,15 433,33 Pasir (SSD ) 2,65 843,2 Kerikil ( SSD ) 2,66 1107,51 Air 1,00 182

Perhitungan volume beton plastis yang dihasilkan a. Volume semen = = 0,137 m3

b. Volume pasir = = 0,318 m3

c. Volume kerikil = = 0,416 m3

d. Volume air = = 0,182 m3

maka volume beton plastis dari campuran diatas adalah : volume campuran 1 m3 = 0,137 + 0,318 + 0,416 + 0,182 =1,053 m3

4.3 Perhitungan Waktu Siklus Sulit untuk mendapatkan waktu standar yang sesuai dengan waktu sebenarnya. Hal itu karena banyaknya kondisi yang menyebabkan ketidak seragaman dari waktu siklus. Kondisi tersebut adalah: 1. Kondisi cuaca : seperti hujan, siang malam 2. Kondisi pekerja : seperti keterampilan operator dalam menjalankan alat masing-masing berbeda-

beda 3. Kondisi alat : seperti merk, usia, perawatan Berdasarkan pengamatan dilapangan maka didapat : Perhitungan waktu siklus

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 25

= waktu muat + waktu angkut + waktu bongkar + waktu tunggu + waktu kembali = 28,03 + 4,01 + 2,00 + 25,00 + 1,95 = 60,99 menit

4.4 Perhitungan Biaya Operasional Carmix Harga satuan peralatan didasarkan pada biaya tahunan peralatan yang disebut dengan harga sewa peralatan persatuan waktu, biaya operasional peralatan, serta biaya mobilisasi dan demobilisasi peralatan.

a. Data Operasional Peralatan Nama alat : Carmix 3.5 TT

b. Depresiasi Depresiasi dihitung menggunakan metode penurunan seimbang Rumus 2.18 R = R = depresiasi x = nilai penurunan dalam persen antara 1,25 – 2,00 % per umur alat diambil max 2 % n = umur ekonomis alat ( tahun ) Dk = Nilai Depresiasi pertahun Bk = Nilai buku

= D1 = x 1.270.000.000 = 508.000.000

= D2 = x 762.000.000 = 304.800.000

= D3 = x 457.200.000 = 182.880.000

= D4 = x 274.320.000 = 109.728.000

= D5 = x 164.592.001 = 65.836.800

V. PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Dari analisa perhitungan waktu dan biaya pelaksanaan pada pekerjaan Pembangunan Islamic Center Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan dengan menggunakan alat berat Carmix, maka diambil kesimpulan. 1. Berdasarkan penelitian pengambilan data dilapangan selama tujuh hari penggunaan alat carmix

waktu siklus yang paling efisien dan produktivitas terbaik pada hari senin 54,16 menit sebanyak 0,933 m3 / jam

2. Berdasarkan analisa perhitungan biaya operasional alat carmix maka diperoleh nilai pemakaian : a. Konsumsi bahan bakar sebesar 2,99 liter / jam x Rp. 11.500,00 /liter

= Rp. 34.385,00 Konsumsi pelumas sebesar 0,12 liter / jam x Rp.28.000,00 = Rp. 3.360,00

b. Biaya kepemilikan per tahun sebesar Rp.165.567.360,00 c. Biaya kepemilikan per jam sebesar Rp .68.986,00 d. Biaya kepemilikan ban per jam sebesar Rp. 2.966,00 e. Biaya perawatan per jam :

Alat : Perawatan dan pemeliharaan diasumsikan 50% dari depresiasi (metode garis lurus) sebesar Rp. 52.916 ,00 Ban : Perawatan dan pemeliharaan di asumsikan 15% dari depresiasi (metode garis lurus) sebesar Rp. 600,00 Biaya pengoperasian perjam : = 52.916 + 600 + 34.385 + 3.360 + 600 = 91.861 rupiah

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 6, EDISI SEPTEMBER 2013 – DESEMBER 2013 Page 26

Biaya total / jam = 91.861 + 2.966 + 68.986 = 163.813 rupiah

5. 2 Saran 1. Pada setiap pemilihan dan penggunaaan peralatan pada pembangunan proyek perlu diperhatikan

rencana dari bangunan proyek meliputi lokasi dan kondisi proyek, waktu dan biaya serta metode kerja peralatan yang akan digunakan.

2. Karena pembahasan tugas ini hanya dibatasi pada penggunaan carmix untuk pekerjaan pengecoran dan waktunya terbatas sehingga dirasa kurang lengkap.

3. Perlu adanya suatu penelitian lanjutan tentang alat alat bantu carmix untuk melakukan pengecoran terhadap pekerjaan yang tidak bisa dijangkau carmix.

DAFTAR PUSTAKA Hadi,Rochman, Kapasitas dan Produksi Alat – Alat Berat, Departemen Pekerjaan Umum Sastroamijoyo , Suryatin, 1981( Dirjen Bina Marga ), ( Majalah Konstruksi Kontraktor, Bahan, Dan

Alat ) Sapiie, Hendarman, 1985 ( dalam majalah Konstruksi Kontraktor, Bahan, Dan Alat ) Sastroamijoyo, Suryatin, 2004, ( Dirjen Bina Marga ), ( pembahasan mengenai faktor – faktor yang

mempengaruhi pemilihan investasi alat berat dari majalah Info Alat ) Rasyid, Rusli, Muhammad, 2008, Analisis Produktifitas Alat-alat Berat Proyek Studi Kasus Proyek

Pengembangan Bandar Udara Hasanuddin,Maros, Makassar, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Rostiyanti, Fatena, Susy, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, edisi kedua, Rineka Cipta Kh, Sunggono, V, Buku Teknik Sipil, Nova Ridha, Muhammad, 2011, Perbandingan Biaya dan Waktu Pemakaian Alat Berat Tower Crane dan

Mobil Crane Pada Proyek Rumah Sakit Haji Surabaya, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya