issn: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga ibu sumariah...

16
Sumatera Utara agroforestri agroforestri kiprah kiprah daftar isi 5 3 8 10 13 Menanam aren bukan mitos lagi Bensin aren: mungkinkah menjadi sumber bahan bakar alternatif? Bibit karet: penyokong kehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur, Indonesia dan Nghe An, Vietnam Opini: Strategi usaha tani menghadapi fluktuasi harga Volume 4, no.3 - Desember 2011 World Agroforestry Centre (ICRAF) Indonesia ISSN: 2089-2500 Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dan tingginya tingkat kebutuhan masyarakat dari tahun ke tahun terus kita rasakan. Dimulai dari berbagai jenis kebutuhan rumah tangga sampai dengan kebutuhan pendukung lainnya. Masyarakat harus terus berusaha untuk mencukupi kebutuhannya dengan berbagai cara, juga dengan mengandalkan sumber daya alam disekitarnya. Diawali dengan kisah masyarakat yang memanfaatkan aren sebagai bahan baku untuk gula, sapu lidi, ijuk, kolang kaling juga sebagai minuman segar. Untuk memenuhi kebutuhan ini, masyarakat tergerak untuk mulai menanam aren, meskipun masih dianggap tabu atau pamali. Mengapa demikian? Selain pemanfaatan bahan baku di atas, aren juga berpeluang menjadi sumber bahan bakar alternatif. Meskipun masih menjadi wacana, namun pengembangan aren menjadi bensin merupakan suatu peluang. Tidak hanya aren, bibit karetpun menjadi sumber daya alam yang mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dari usaha pembibitan karet, seorang ibu di Jambi berhasil menyekolahkan dua orang anaknya hingga lulus perguruan tinggi. Meskipun sumberdaya alam merupakan modal dasar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun harus dikelola dengan bijaksana agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Salah satu upaya pengelolaan sumber daya adalah dengan mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh para peneliti, tetapi mengikutsertakan masyarakat dalam pemantauan sumber daya alam merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan yang baik. Pelatihan pengukuran karbon di kalangan masyarakat menjadi langkah awal pelibatan masyarakat dalam pemantauan pengelolaan sumber daya alam. Tentunya, kesuksesan petani dalam mengelola sumber daya alam juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan strategi petani itu sendiri dalam menghadapi fluktuasi harga komoditas. Kiprah Agroforestri Vol.4 No.3 ini merupakan edisi terakhir di tahun 2011 dan tahun 2012 ini kita akan memasuki Volume 5. Pada volume 5 nanti, Kiprah Agroforestri tetap akan menghadirkan artikel-artikel berupa informasi praktis yang bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat. Selamat membaca! Kami atas nama World Agroforestry Centre juga mengucapkan: Tikah Atikah Selamat Tahun Baru 2012 Semoga kita selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan dan kesuksesan. May God bless to all of us... 9 772089 250997

Upload: phamcong

Post on 27-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

Cerita dari pinggiran habitat orangutan Batang Toru,

Sumatera Utara

agroforestriagroforestrikiprahkiprah

daftar isi

5

3

8

10

13

Menanam aren bukan mitos lagi

Bensin aren: mungkinkahmenjadi sumber bahan bakaralternatif?

Bibit karet: penyokongkehidupan rumah tangga IbuSumariah

Monitoring cadangan karbonoleh masyarakat: uji coba diPropinsi Kalimantan Timur,Indonesia dan Nghe An,Vietnam

Opini: Strategi usaha tanimenghadapi fluktuasi harga

Volume 4, no.3 - Desember 2011World Agroforestry Centre (ICRAF) Indonesia

ISSN: 2089-2500

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dan tingginyatingkat kebutuhan masyarakat dari tahun ke tahun terus kita rasakan. Dimulaidari berbagai jenis kebutuhan rumah tangga sampai dengan kebutuhanpendukung lainnya. Masyarakat harus terus berusaha untuk mencukupikebutuhannya dengan berbagai cara, juga dengan mengandalkan sumberdaya alam disekitarnya.

Diawali dengan kisah masyarakat yang memanfaatkan aren sebagai bahanbaku untuk gula, sapu lidi, ijuk, kolang kaling juga sebagai minuman segar.Untuk memenuhi kebutuhan ini, masyarakat tergerak untuk mulai menanamaren, meskipun masih dianggap tabu atau pamali. Mengapa demikian?

Selain pemanfaatan bahan baku di atas, aren juga berpeluang menjadisumber bahan bakar alternatif. Meskipun masih menjadi wacana, namunpengembangan aren menjadi bensin merupakan suatu peluang.

Tidak hanya aren, bibit karetpun menjadi sumber daya alam yang mampumemenuhi kebutuhan rumah tangga. Dari usaha pembibitan karet, seorangibu di Jambi berhasil menyekolahkan dua orang anaknya hingga lulusperguruan tinggi.

Meskipun sumberdaya alam merupakan modal dasar untuk memenuhikebutuhan rumah tangga, namun harus dikelola dengan bijaksana agar dapatdimanfaatkan secara berkelanjutan. Salah satu upaya pengelolaan sumberdaya adalah dengan mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh para peneliti, tetapi mengikutsertakanmasyarakat dalam pemantauan sumber daya alam merupakan salah satu carauntuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan yang baik.Pelatihan pengukuran karbon di kalangan masyarakat menjadi langkah awalpelibatan masyarakat dalam pemantauan pengelolaan sumber daya alam.

Tentunya, kesuksesan petani dalam mengelola sumber daya alam jugadipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan strategi petani itu sendiri dalammenghadapi fluktuasi harga komoditas.

Kiprah Agroforestri Vol.4 No.3 ini merupakan edisi terakhir di tahun 2011dan tahun 2012 ini kita akan memasuki Volume 5. Pada volume 5 nanti,Kiprah Agroforestri tetap akan menghadirkan artikel-artikel berupa informasipraktis yang bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat.

Selamat membaca!

Kami atas nama World Agroforestry Centre juga mengucapkan:

Tikah Atikah

Selamat Tahun Baru 2012

Semoga kita selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan dan kesuksesan.May God bless to all of us...

9 7 7 2 0 8 9 2 5 0 9 9 7

Page 2: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

Redaksional

Kontributor

Editor

Desain dan Tata Letak

Subekti Rahayu dan Jusupta Tarigan

Sadewa,

Kurniatun Hairiah

Tikah Atikah

Foto Sampul

Max Harry Kaunang, SP, Endri Martini, James Roshetko,Ratna Akiefnawati, Subekti Rahayu, Michael Poulsen,

Yuyun Kurniawan, Hultera, Rudi Hilmanto

Agroforestri adalah sistem pemanfaatan lahan yang

memadukan pohon dengan tanaman lain dan/atau ternak

World Agroforestry Centre

ICRAF Southeast Asia Regional OfficeJl. CIFOR, Situ Gede Sindang Barang, Bogor 16115PO Box 161 Bogor 16001, Indonesia

0251 8625415; fax: 0251 [email protected]

www.worldagroforestry.org/sea

agroforestriagroforestrikiprahkiprah

Kami mengajak pembaca untuk berbagi cerita dan pendapat mengenai agroforestri. Silahkan kirim naskah tulisan (500-1000 kata)

disertai foto beresolusi besar. Saran dan kritik juga dapat ditulis didalam blog KIPRAH di http://kiprahagroforestri.blogspot.com/

Foto: Meine van Noordwijk

Page 3: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

b) Bertajuk rindang dan agak merunduk

c) Pohon sehat, tidak terserang penyakit.Pohon yang sehat warna daunnyahijau tua dan mengkilap

d) Pohon memiliki sejarah produksi nirayang banyak (>10 liter/hari) selama3-5 tahun terakhir

e) Memiliki minimal 7 tandan bungabetina.

Biji aren yang dikumpulkan untukdijadikan bibit hendaknya memiliki kulitbuah berwarna kuning kecoklatan dandaging buahnya lunak. Sebelumdiseleksi sebagai benih, biji harusdibersihkan dari daging buah dengancara menyimpan buah dalam karungtertutup selama 1-2 minggu sampai

percobaan sudah berhasil membibitkansekitar 1000-5000 bibit aren dari biji.

Aren sebenarnya termasuk tanamanyang mudah tumbuh, tetapipertumbuhannya akan optimal apabiladitanam di daerah berketinggian 500-800 m dpl dan bercurah hujan lebihdari 2000 mm/tahun. Agarmendapatkan kualitas yang baik, makaketika menanam aren dari biji, perlumemperhatikan faktor tanaman, yaituasal induk yang unggul dan faktorlingkungan, yaitu curah hujan yangtinggi. Menurut pengamatan dandiskusi dengan petani aren, pohoninduk aren yang unggul memiliki ciri-ciri berikut:

a) Berbatang besar, tegak, kekar dantinggi

Menanam aren bukan mitos lagi

Oleh Max Harry Kaunang, SP dan Endri Martini

Aren dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber bahan baku gula, sapu lidi, ijuk, kolang-kaling, sagu danminuman sudah sejak ratusan tahun yang lalu. Kontribusi aren bagi penghidupan masyarakat di Indonesiapuncukup nyata. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya penduduk dan semakin banyaknya alternatif sumberbahan baku gula selain aren, menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap pohon aren menurun. Pohon-pohon aren yang sudah tuapun tidak diremajakan, sehingga mati dengan sendirinya. Hal ini mengakibatkanpenurunan jumlah pohon aren di beberapa daerah. Jika dibiarkan terus-menerus, maka masyarakat yangmenggantungkan hidupnya pada aren akan kehilangan penghidupan. Oleh karena itu perlu dilakukan programpenanaman aren terutama di daerah-daerah sentra aren.

Penanaman aren dari hasil pembibitanbiji belum banyak dilakukan diIndonesia. Beberapa petani biasanyamenanam aren dengan memindahkanbibit yang sudah tumbuh alami kekebun mereka. Masyarakat masihpercaya bahwa menanam aren dengancara mengecambahkan biji dianggaptabu atau pamali, karena mereka yakintidak akan berhasil. Di kalanganmereka ada mitos yang menyatakanbahwa aren hanya bisadikecambahkan setelah bijinyadimakan oleh musang.

Ternyata mitos tersebut saat ini sudahmulai terpatahkan berdasarkan bukti-bukti dari hasil penelitian. Kebun RayaBogor – Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia (LIPI) dan Yayasan Masarangmelalui berbagai penelitian dan

| foto: Endri MartiniBuah aren yang akan diekstrak bijinya untuk dikecambahkan

03

Page 4: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

sehingga dapat ditanam pada sistemkebun campuran dengan jenis pohonapapun.

Keberhasilan pembuatan bibit arendengan mengecambahkan bijimerupakan suatu bukti bahwamenanam aren bukan mitos lagi. Parapihak yang tertarik untukmengembangkan aren sebagai sumberpenghidupan bisa memulai menanamaren dengan memperhatikan aspek-aspek yang telah disebutkan di atas.Diharapkan dengan menanam aren,akan dapat meningkatkan kualitas dankuantitas nira serta produk aren lainnyayang dihasilkan, sehingga aren menjadilebih berkontribusi positif terhadappenghidupan masyarakat.

Kontak:Max Harry Kaunang, SP

Staff Dinas Kehutanan dan LingkunganHidup Kota Tomohon, Sulawesi Utara

Email: [email protected]

dan

Endri Martini: [email protected]

sampai terkikis embrionya.Selanjutnya, dimasukkan ke dalamkarung goni dan direndam selama 3 x24 jam pada air yang mengalir. Benihpun siap disemaikan pada bedengsemai dengan media tanam pasir halusyang telah disterilkan. Bedeng semaiharus ditutup rapat dengan plastiktransparan dan diberi naungan daridaun aren yang sudah kering. Benihditanam dengan membenamkan dalampasir hingga kedalaman 2-3 cm.

Umur 3-4 minggu setelah penyemaianbenih aren mulai berkecambah. Padaumur 7-8 minggu setelah semai perludilakukan pemeriksaan untuk memilihsemaian yang bisa dipindahkan kebedeng sapih/ . Bibit yangmemiliki panjang akar 2-5 cm sudahdapat disapih.

Setelah bibit tanaman aren berumur 1tahun di bedeng sapih, maka tanamanaren siap ditanam. Pertumbuhan bibitaren akan optimal jika ditanam dikebun campuran (agroforest) yangmemiliki 25% naungan dari pohonlainnya yang sudah tumbuh terlebihdahulu di kebun tersebut. Jarak tanamoptimal dengan tanaman lainnyaadalah 10 m x 10 m. Aren tidak bersifatalelopatik dengan tumbuhan lain

polybag

daging buahnya membusuk danlembut. Biji yang baik untuk benihbiasanya memiliki kulit biji yang licin,tidak berjamur dan tidak berlubang.

Benih terpilih yang akan disemaidikikis sedikit pada bagian matatumbuhnya dengan hati-hati jangan

04

Pembibitan Aren Yayasan Masarang dengan kapasitas sekitar 1000-5000 bibit. Inset: Benih aren yangsudah siap disapih dengan panjang akar 2-5 cm | foto: Endri Martini

Pohon induk aren yang unggul di Tomohon,Sulawesi Utara | foto: Endri Martini (ICRAF)

Page 5: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

yaitu bahan bakar dari tumbuhan yangdiharapkan dapat menjadi bahan bakaralternatif pengganti minyak fosil. Arenadalah salah satu tumbuhan yangdinilai beberapa pihak memilikipotensi sebagai sumber BBN bioetanol.

Pada Bulan Juni-Juli 2010 ataskerjasama antara ICRAF, WinrockInternational, Yayasan Masarang dan

mahal dan berfluktuasinya hargaminyak mentah dunia menyebabkanbanyak pihak mencari alternatif bahanbakar lain dengan tujuan untukmengurangi ketergantungan terhadapbahan bakar fosil seperti minyak bumi.

Sejak tahun 2006 Indonesiamengembangkan banyak penelitiantentang Bahan Bakar Nabati (BBN),

Bensin yang saat ini kita gunakanmerupakan hasil tambang dan berasaldari fosil yang sudah berproses ribuantahun lamanya sehingga membentukminyak bumi. Seperti barang tambanglainnya, minyak bumi merupakansumberdaya alam yang tidak dapatdiperbaharui. Oleh karena itu,jumlahnya semakin berkurang sehinggaharganya semakin mahal. Semakin

“Wah, kalo aren dibuat bensin, kami tak bisa minum tuak lagi bah!”. Pernyataan tersebut secara spontandiucapkan seorang petani bermarga Hutagalung di tanah Tapanuli, Sumatra Utara ketika kami mengadakanwawancara mengenai persepsi masyarakat sekitar jika aren dijadikan bensin. Secara sosial, akan terjadi dinamikaperilaku dalam masyarakat jika aren dijadikan bensin, terutama di daerah-daerah yang menjadikan aren sebagaibagian dari keseharian mereka, seperti halnya di tanah Batak. Akan tetapi ada harapan lain dari pengembanganaren menjadi bensin ini, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Pak Galung, petani lain dilokasi yang sama berkomentar: ”tapi apakah mungkin bensin aren itu bisa dikembangkan dan mensejahterakanrakyat?”

05

Petani penyadap nira di Tapanuli Utara. | foto: Endri Martini

Bensin Aren: Mungkinkah Menjadi

Sumber Bahan Bakar Alternatif?Oleh: Endri Martini dan James Roshetko

Page 6: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

EcoFys, kamipun melakukanpenggalian informasi tentang potensibensin aren. Berdasarkan hasilpenggalian informasi tersebutditemukan beberapa hal yang dapatdikembangkan berkaitan denganpotensi aren sebagai sumber BBN,adalah:

Secara teknologi, pembuatan etanoldari aren sudah dikembangkan sejakdulu kala. Masyarakat Tapanuli padaumumnya membuat etanol sendiri dariaren untuk minuman dengan kadaralkohol antara 5-35%. Kadar tersebutmasih tergolong rendah apabila akandigunakan sebagai bioetanol. Hasilpenelitian Balai Penelitian danPengembangan Teknologi (BPPT)menunjukkan bahwa untuk campuranbensin diperlukan etanol dengan kadaralkohol 99,5%. Perbedaan kadar

a) Teknologi

dan biaya tenaga kerja. Harga 1 kubikkayu bakar yang digunakan untukmenghasilkan 1 liter etanol minimal Rp25.000,00. Ditambah lagi biaya tenagakerja per hari Rp 30.000,00.Berdasarkan perincian tersebut, totalbiaya produksi 1 liter etanol aren butuhdana minimal Rp 70.000,00. Tentunya,harga ini sangat mahal jika dibandingkandengan harga bensin pertamax plus yangsekarang ini hanya Rp 8.500,00/liter.

Kedua tantangan tersebut membukakesempatan untuk melakukan penelitiandan percobaan agar dapat merumuskanstandardisasi penerimaan nira dengankadar gula tertentu untuk memproduksietanol dari aren dan mencari teknologialternatif untuk memproduksi etanolaren dengan biaya yang lebih rendah.

Berbeda dengan sawit ataupun tebuyang dikelola dengan sistem perkebunanmonokultur dalam skala besar puluhanataupun ratusan hektar. Hingga saat iniaren di Indonesia dikelola oleh petanipada skala kecil sekitar 1-4 ha.Sementara itu, potensi luasan kebunaren di Indonesia saat ini sekitar 60.000ha yang tersebar di berbagai provinsidengan empat provinsi utama pernghasilaren adalah Jawa Barat, Sumatra Utara,Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur.

Pohon-pohon aren yang ada di kebunpetani umumnya tidak ditanam,sehingga tidak ada jarak tanam yangteratur. Satu pohon biasanyamenghasilkan 7-10 liter nira per hari.Umumnya satu pohon arenmemproduksi nira dari 1 bunga selama6 bulan, sehingga total produksi nira perpohon sebesar 180 liter/tahun. Dalamsatu hektar biasanya ditemukan 5 - 10pohon aren yang bisa disadap, sehinggaproduksi nira per hektar sekitar 900-1800 liter/ha/tahun yang jika diolah bisamenghasilkan sekitar 60-120 literetanol/ha/tahun.

Berdasarkan perhitungan tersebut, 15 hakebun aren petani yang dikelola denganbaik, berpotensi memasok bioetanoluntuk campuran bensin sebesar 18.000liter/tahun. Selain itu, jika nira dibeli daripetani kecil dengan harga yang menarik,tentu akan dapat meningkatkan nilaiaren sebagai sumber penghidupanpetani setempat. Akan tetapikeberlanjutan pasokan baik secarakuantitas dan kualitas perlu dijaga jikaakan mengandalkan produksi nira dari

b) Ketersediaan pasokan nira

alkohol yang cukup tinggi tersebutmerupakan salah satu tantangan dalampengembangan bioetanol aren.Berdasarkan hasil diskusi denganpeneliti dari Yayasan Masarang diTomohon, Sulawesi Utara, kadar gulanira yang ditampung dari beragampetani merupakan faktor yangmempengaruhi konsistensi kadaralkohol yang dihasilkan.

Tantangan lain dari segi teknologiadalah mahalnya biaya produksi etanoldari aren. Diperkirakan, untukmenghasilkan 1 liter etanol arendengan kadar alkohol 99,5%diperlukan sekitar 12-15 liter nira.Harga nira per liternya berkisar antaraRp 500,00 - Rp 1.000,00. Dengandemikian, biaya untuk pembelian niradari petani saja sudah menghabiskansekitar Rp 15.000,00, belum lagi biayauntuk pembelian kayu bakar yangdiperlukan dalam proses penyulingan

06

Rumah penyulingan tuak. | foto: Endri Martini

Page 7: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

petani kecil. Pelatihan-pelatihantentang peningkatan produktivitas nirabaik secara kuantitas maupun kualitasperlu diberikan pada petani. Selain itu,pemberian harga yang pantas bagi nirayang diproduksi juga akan memotivasipetani untuk meningkatkan danmenjaga kuantitas dan kualitas nirayang mereka produksi.

Secara global, hingga saat ini eksporutama etanol dari Indonesia adalah keJepang, sedangkan potensi pasarlainnya masih belum teridentifikasi.Oleh karena itu, potensi pasar bensinaren akan lebih menarik jikadifokuskan pada pasar lokal di dalamnegeri Indonesia sendiri.

Di Indonesia, etanol banyak digunakanuntuk obat, kosmetik selain campuranbensin, terutama untuk produkPertamax Plus dengan perbandingan 9liter bensin dan 1 liter bioetanol.Hingga saat ini Pertamax Plus barudipasarkan di kota-kota besar tertentudi Pulau Jawa.

Pada situs APEC(http://www.biofuels.apec.org/me_indonesia.html) dikaji bahwa pemerintahIndonesia sudah cukup memilikidukungan yang kuat terhadappengembangan BBN, tetapi penerapan

c) Pasar

d) Kebijakan pemerintah

kebijakan pendukung pengembanganBBN berjalan sangat lambat. Kebijakanpemerintah yang saat ini sedangdipertimbangkan adalah memberikanpengurangan pajak bagi para penggunaBBN dan pemberian subsidi bagipetani pengembang tanaman sumberBBN seperti jarak, sawit, singkong dantebu. Hanya saja aren belum termasukbahan baku BBN yang masuk dalamskema subsidi yang diumumkanpemerintah tahun 2007 tersebut.

Jadi, kembali menjawab pertanyaanPak Galung di awal tulisan ini, bisakah

bensin aren dikembangkan dandiwujudkan demi kesejahteraan rakyat.Jawabannya adalah bisa, jika telahditemukan teknologi pengolahan niramenjadi etanol yang lebih murah, jikaada kepastian pasokan nira yang dapatdiproduksi secara berkelanjutan, danjika ada pasar serta kebijakanpemerintah yang mendukung dan pro-rakyat.

Kontak:

Endri Martini: [email protected]

07

Kebun aren di Desa Kayawu, Kota Tomohon, Sulawesi Utara | foto: Endri Martini

Kiri: Tuak berkadar alkohol 5% dalam jerigen putih yang siap dipasarkan.Kanan: Tuak suling yang berkadar alkohol sekitar 50% | foto: Endri Martini

Page 8: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

Ibu Sumariah dan suaminya, Pak Cokro. | foto: Ratna Akiefnawati

Ibu Sumariah lahir di Wonosobo 60tahun silam. Ibu Sumariah dansuaminya, Tjokro Warsito menekuniusaha pembibitan karet keluarga sejaktahun 1992. Itulah sebabnya,keseharian ibu empat anak ini bekerjauntuk membantu suaminya membuatbibit karet unggul dengan caramenempel. Mulanya Pak Tjokro datangsendiri ke Rimbo Bujang, KabupatenTebo, Provinsi Jambi karena tertarikajakan kawan yang sudah terlebihdahulu datang ke Sumatera melaluiprogram transmigrasi pada masa OrdeBaru. Beliau menebas hutan sendirianuntuk mempersiapkan ladang karet.

Kepergian Pak Tjokro ke Jambi tidakdisertai dengan istri dan anak-anaknya.Lalu bagaimana kehidupan keluargayang ditinggal di Jawa? Dengan tegasBu Sumariah menjawab: “Ya sayausaha sendiri untuk membiayai kuliahdua orang anak dan mengirim biayahidup Bapak di Sumatra, karena saat itukehidupan kami sangat sulit”. Berjualan' ' kering (bahan makanan khasWonosobo yang terbuat dari ubi)ditekuninya sejak 1992 sampai 1995.Dengan modal Rp 3.500 – Rp 5.000dia mendapat keuntungan Rp30.000/hari. Dari keuntungantersebutlah digunakan oleh Sumariahuntuk menyekolahkan anak-anaknyahingga ke bangku kuliah. Saat ini, salahsatu anaknya telah menjadi anggotakepolisian, putri bungsunya berhasillulus dari Jurusan Pariwisata dansekarang bekerja di OWA Bojong Sari,membudidayakan pembibitan bunga.Sosok Ibu Sumariah benar-benar wanitasuper atau .

Setelah kedua anaknya lulus dariuniversitas, Bulan Agustus 1995, IbuSumariah hijrah ke Rimbo Bujanguntuk membantu suaminyamempersiapkan kebun karet dan usaha

cobro

Super Women

pembibitan karet. Pada awalnyamereka mengusahakan pembibitankaret dari berbagai klon yang belumteridentifikasi kemurnian varietasnya.Namun, setelah mengikuti bimbingandari ICRAF mereka mengusahakan bibitkaret unggul, apalagi ketika permintaanbibit melonjak cepat. Bahkan kebunkeluarga sudah dilengkapi denganpohon induk karet unggul dari klonPB260, RRIC100 dan IRR yang masing-masing telah dijamin kemurniannya.

Sebagai bukti jaminan keaslian klon,bibit karet yang diproduksi telahmendapatkan Surat Tanda RegristasiUji Kualitas (STRUK) dari DinasPerkebunan.

Dukungan dari berbagai pihak berupapelatihan dan pemberian jaminankemurnian bibit karet serta berkatkeuletannya, usaha pembibitankeluarga ini berkembang pesatsehingga dikenal banyak pihak. Setiap

08

Bibit karet: penyokong kehidupan rumah

tangga Ibu SumariahOleh: Ratna Akiefnawati

“Saya tidak tahu kalau bibit karet yang saya buat ini ternyata dapat menjaga lingkungan. Semula saya hanyaberpikir bahwa usaha pembibitan ini dapat membiayai keluarga dan anak-anak saya, sehingga mereka rukun sertabahagia”, kata Ibu Sumariah dengan logat Wonosobo yang kental.

Page 9: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

tahun permintaan bibit karet klon, baikuntuk kebutuhan pribadi maupunproyek-proyek perkebunan datang silihberganti.

Melalui usaha pengembangan bibitkaret tersebut, keluarga Ibu Sumariahmendapat perhatian dan kunjungandari masyarakat, baik nasional maupuninternasional. Petani-petani karet dariProvinsi Nanggroe Aceh Darusalam(NAD), Sumatra Barat, Riau danLampung datang untuk belajarpenangkaran bibit karet unggul. Semuapengunjung merasa puas denganpenjelasan mengenai teori dan praktekmembuat pembibitan dengan caraokulasi. Melihat kesuksesan tersebut,para petani pengunjung berniatmengikuti jejak usaha keluarga ini.

Dari usaha pembibitan ini, setiap tahunrata-rata dapat menjual bibit 75.000

dengan harga Rppolybag

5.000/ dan okulasi mata tidur(OMAT) sejumlah 50.000 denganharga Rp 2.500/batang. Totalpenerimaan per tahun sekitar Rp418.350.000,- dan setelah dikurangibiaya pembelian polybag, pupuk,plastik okulasi, pembayaran tenagakerja dan pengeluaran lainnnya makakeuntungan bersihnya sekitar Rp81.650.000,-.

“Oh jadi karet itu bagus juga untukpenghijauan, saya pikir hanya bagusuntuk menambah ekonomi keluargapetani saja” kata Ibu Sumariah ketikamendapat penjelasan mengenaimanfaat tanaman karet. Dari bibit karetyang mereka usahakan tersebut dapatmenyerap karbondioksida danmenyediakan oksigen bagi makhlukhidup lainnya. Bila ditanam denganpola karet agroforestri dengan karetsebagai tanaman utama dan diselingitanaman pohon penghasil kayu atau

polybag buah-buahan maka akan terciptakondisi seperti hutan yang berfungsisebagai pelindung bagikeanekaragaman hayati, pengaturiklim, pengatur fungsi tata air danmemiliki fungsi sosial berupa produksikayu untuk pembangunan desa. Bibitkaret unggul yang dapat disadap padaumur lima tahun memberikanpendapatan lebih cepat biladibandingkan dengan klon lokal yangmemiliki waktu sadap lebih lama.

Kata bijak yang sampaikan IbuSumariah sebagai penutup percakapanadalah “hidup ini kalau dibikin susahmaka kita akan mendapatkankesusahan, tetapi kalau kita berusahatanpa putus asa maka kita akan menuaihasil”.

Kontak:

Ratna Akiefnawati: [email protected]

09

Foto 1: Foto 2: Foto 3:Kunjungan Regional Coordinator ICRAF, Ujjwal Pradhan PhD, Bapak Tjokro dan Ibu Sumariah diantara bibit karet, Kunjungan Elta Brown (CFCManager) tahun 2007, untuk melihat keberhasilan pembangunan kebun pembibitan karet unggul yang disponsori oleh (CFC)| foto: RatnaAkiefnawati

Common for Commodities

1 2

3

Page 10: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

10

Monitoring cadangan karbonmerupakan salah satu tahapan yangharus dilakukan ketika mekanismepengurangan emisi dari deforestasi dandegradasi hutan nantinya diterapkan.Hasil dari monitoring ini harus bisadilaporkan dan diverifikasi denganmenunjukkan tingkat akurasi daripengukurannya, baik dalam skala plotmaupun dalam skala bentang lahan.

Dalam kaitannya dengan isumonitoring ini, muncullah beberapapertanyaan, antara lain:

a. Siapa yang dapat melakukanmonitoring cadangan karbon dengan

hasil yang dapat dipertanggung-jawabkan tingkat akurasinya?

b. Haruskah monitoring cadangankarbon dilakukan oleh para penelitiatau dapat dilakukan olehsekelompok masyarakat?

c. Apakah kelebihan dan kekuranganapabila dilakukan oleh peneliti ataumasyarakat?

Pertanyaan ini menjadi pemikiran parapeneliti, yang kemudian dijadikansebagai bahan kajian di beberapanegara antara lain Indonesia, Vietnam,Laos dan China sebagai bagian dariproyek I-REDD (Impact of Reducing

Emission from Deforestation andDegradation). Di Indonesia, uji cobamonitoring cadangan karbon olehmasyarakat dilakukan dalam bentukkerjasama antara World Wild Fund(WWF), World Agroforestry Centre(ICRAF) dan NORDECO denganmemilih lokasi di Desa Batu Majang,Kecamatan Long Bagun, KabupatenKutai Barat, Kalimantan Timur. DiVietnam, kegiatan serupa dilakukanoleh

( ) bekerjasama dengan NORDECO di Desa Moi,Luc Da Commune, District Con Cuong,Propinsi Nghe An.

Centre Agriculture Research andEcological Studies CARES

Monitoring Cadangan Karbon oleh

Masyarakat: Uji Coba di Propinsi

Kalimantan Timur, Indonesia dan Nghe

An, VietnamOleh: Subekti Rahayu, Michael Poulsen, Yuyun Kurniawan dan Hultera

“Bagaimana kalau pohon yang sudah diukur ditandai dengan pita, lalu ditulis ukuran batang dan nomor pohonnyapada pita itu, supaya kalau tahun depan diukur lagi tidak ada kesalahan”, usul Pak Julius, salah satu pesertapelatihan monitoring cadangan karbon di Desa Batu Majang.

Peneliti dari WWF dan Nordeco sedang menjelaskan kegiatan monitoring cadangan karbon kepada karyawan perusahaan kayu di Desa batu Majang, Kalimantan Timur. |foto: Subekti Rahayu

Page 11: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

11

Pada prinsipnya, uji coba monitoringcadangan karbon oleh masyarakat iniadalah membandingkan hasilpengukuran lapang yang dilakukanoleh masyarakat pada skala plotdengan hasil pengukuran penelitibidang kehutanan. Berapa besar tingkatakurasi hasil pengukuran olehmasyarakat, bagaimana efisiensibiayanya dan apakah ada dampaksecara psikologis (misalnya, rasamemiliki terhadap hutan) apabilamasyarakat diikut-sertakan dalammonitoring. Pertanyaan-pertanyaantersebut dapat menjadi kajian dalam ujicoba monitoring cadangan carbon olehmasyarakat.

Uji coba monitoring cadangan karbonoleh masyarakat ini didahului dengan

Pelatihan Monitoring Cadangan

Karbon bagi Masyarakat

diskusi kelompok untuk mengetahuilokasi hutan dengan tiga kriteriatutupan hutan yaitu tutupan hutan yangmasih rapat, sudah terganggu dansudah sangat terdegradasi. Selain itujuga menanyakan kepada masyarakatmengenai jalan menuju hutan danjalan setapak yang ada di dalam hutanagar pengukuran dapat dilakukansecara efektif dan efisien.

Berdasarkan informasi tutupan hutanyang ada di lokasi monitoring, penelitimenempatkan 15 petak contoh secaraacak pada masing-masing kriteria untukdijadikan petak pengukuran uji coba.Dari 15 petak pengukuran uji cobatersebut dihitung variasi cadangankarbon antar petak, dan selanjutnyadijadikan dasar untuk menentukanjumlah petak contoh yang dianggapdapat mewakili areal yang dimonitordengan tingkat akurasi tertentu.

Tahapan selanjutnya adalahmemberikan pelatihan kepadamasyarakat mengenai cara pengukurancadangan karbon yang meliputi: (1)cara mencari lokasi petak contohdengan menggunakan GPS( )sebagai alat penunjuk posisi, (2)membuat petak contoh,(3) mengukurlingkar batang pohon, (4) mencatatdalam lembar isian dan (5) membuattanda bahwa petak contoh tersebutdijadikan petak permanen yang akandiamati selama dua tahun ke depan.Selain itu, masyarakat juga diharapkandapat mengenali nama lokal pohondan tingkat kekerasan kayunya denganpengenalan sederhana seperti jeniskayu terapung, melayang dantenggelam atau jenis kayu lunak,sedang dan keras.

Baik di Desa Batu Majang maupun diDesa Moi, 12 orang masyarakat diberipelatihan pengukuran cadangan karbonuntuk keperluan monitoring. Dari 12orang tersebut selanjutnya dibagimenjadi 3 kelompok, masing-masingterdiri dari 4 orang dengan satu orangditunjuk sebagai ketua kelompok.Ketua kelompok bertugasmengkoordinir anggota kelompoknyadan bertanggung jawab terhadappengumpulan lembar isian hasilpengukuran. Empat orang dalam satukelompok ini masing-masing memilikitugas sebagai pencatat, pengukur,pengenal jenis dan pemegang GPS.Ketua kelompok dapat merangkapsalah satu tugas tersebut.

Pada saat pelatihan masing-masingkelompok didampingi oleh penelitidari institusi terkait dan selanjutnyamasyarakat diharapkan dapatmelakukan pengukuran secara mandiriuntuk melengkapi jumlah plot yangtelah ditentukan dan melakukanmonitoring pada tahun berikutnya.

Bagi peneliti bidang kehutanan,pengukuran cadangan karbon bukanlahsesuatu yang asing, terutama dalamdekade terakhir ini. Namun bagimasyarakat awam, pengukurancadangan karbon ataupun pengukuranpohon dianggap sesuatu yang baru.Oleh karena itu, memberikanpemahaman mengenai tujuanpengukuran dalam kegiatan uji cobamonitoring ini perlu disampaikansecara sederhana sebelum pelatihan

Geographical Position Systems

Evaluasi Sementara Hasil Pelatihan

Atas Bawah: Salah satu anggota masyarakat sedang mencatat hasil pengukuran pohon, : Kelompok masyarakat diDesa Batu Majang, Kalimantan Timur yang terlibat dalam kegiatan monitoring karbon | foto: Subekti Rahayu

Page 12: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

12

cara pengukuran dilakukan.

Bagi masyarakat Desa Batu Majangyang dapat ditempuh melaluiperjalanan darat dengan mobil selama12 jam, kemudian dilanjutkan dengan'speedboat' dengan kekuatan mesin 2 x100 PK selama 2-3 jam, monitoringcadangan karbon merupakan hal yangbaru. Namun di luar dugaan, merekasangat paham dengan pengukuranpohon, bahkan mereka telah mengenalGPS, meskipun belum pernahmenggunakannya secara langsung.Desa Batu Majang berada di dalamkawasan areal konsesi sebuahperusahaan pengelolaan hasil hutankayu, maka wajarlah kalau merekasangat paham dengan pengukuranpohon, nama lokal pohon dan tingkatkekerasan kayunya. Masyarakat di desaini sering dilibatkan dalam kegiatansurvei potensi pohon.

Demikian pula halnya denganmasyarakat di Desa Moi, sekitar 8 jamperjalanan darat dari Hanoi, Vietnam.Masyarakat di desa ini juga dapatmelakukan pengukuran pohon,mengenali nama lokal dan tingkatkekerasan kayu setelah mengikutipelatihan. Namun bedanya, masyarakatdi Desa Moi belum pernah mengenalGPS, sehingga sulit untuk memahamipenggunaannya. Hampir sama dengandi Desa Batu Majang, beberapamasyarakat di Desa Moi yang menjadipeserta pelatihan pernah terlibat dalampengukuran pohon yang dilakukanoleh perusahaan pengelolaan hasilhutan kayu. Pengetahuan mengenaitingkat kekerasan kayu bagi masyarakatdi Desa Moi diperoleh berdasarkanpengalaman mereka mencari kayu di

hutan sebagai bahan bangunan.

Menurut pengakuan masyarakat dikedua desa tersebut, metode yangdigunakan dalam pengukurancadangan karbon agak berbeda denganyang pernah mereka kerjakansebelumnya. Mereka biasanyamengukur pohon yang memiliki lingkarbatang lebih dari 200 cm dan tidakperlu membuat petak contoh.

Di luar dugaan, masyarakat di DesaBatu Majang cepat memahamipelatihan pengukuran pohon tersebut.Bahkan pada saat evaluasi dilakukan,masyarakat di Desa Batu Majang dapatmemberikan saran mengenai caraterbaik dan termudah untuk mengukurpohon. Pertanyaan-pertanyaan kritisjuga mereka sampaikan, salah satunyaadalah, bagaimana mengukur pohonyang diameternya sangat besar,berbanir tinggi dan tidakmemungkinkan untuk dipanjat.

Meskipun tidak secapat di Desa BatuMajang, masyarakat di Desa Moi jugamemahami cara pengukuran pohondan dapat melakukannya dengan baik.Pertanyaan-pertanyaan kritis jugadisampaikan, salah satunya adalahbagaimana kalau pohon yang ditandaisebagai petak permanen hilangditebang.

Dalam hal melakukan pencatatan,mereka mencatat dengan sangat rapidan lengkap. Bahkan, ada salah satukelompok masyarakat di Desa BatuMajang menyalin kembali catatannyasebelum diserahkan ke penanggung-jawab lapangan. Sungguh sesuatu yangtidak terbayangkan.

Berdasarkan pelajaran dari kedua desatersebut dapat dikatakan bahwamasyarakat yang pernah terlibat dalampekerjaan survei hutan dapatmelakukan pengukuran cadangankarbon apabila diberi pelatihan,meskipun hasilnya belum diketahuitingkat akurasinya. Kajian lebih lanjutuntuk masyarakat yang belum pernahatau tidak mengetahui sama sekalitentang inventarisasi hutan perludilakukan sebagai bahanperbandingan.

Seandainya akurasi pengukuran olehmasyarakat cukup tinggi, maka tahapselanjutnya adalah kajian mengenaiefektivitas biaya. Akan berada padatitik manakah monitoring yangdilakukan oleh masyarakat padaGambar 1 di bawah ini? Jawaban inilahyang diharapkan dapat diperolehdalam serentetan uji coba monitoringcarbon oleh masyarakat.

Kontak:

Subekti Rahayu: [email protected]

Kelompok masyarakat di Desa Moi, Propinsi Nghe An, Vietnam yang terlibat dalam monitoring karbon didampingi oleh peneliti dari CARES | foto: Subekti Rahayu

Page 13: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

Harga komoditi pertanian umumnyamenurun pada musim panen raya,sehingga petani rentan mengalamikerugian. Rendahnya harga jualmembuat petani berhadapan denganpilihan sulit, yaitu antara menjualkomoditi tetapi rugi karena harusmengeluarkan biaya pemanenan dantransportasi atau membiarkan komodititidak dipanen. Di sisi lain, petani harusmemiliki uang tunai untuk modalusaha tani pada musim tanamberikutnya dan juga untuk memenuhikebutuhan hidup sehari-hari.Sebaliknya, pada saat tertentu hargakomoditi bisa meningkat, karenabarang yang tersedia hanya sedikit.

Fluktuasi harga sangat erat kaitannyadengan karakteristik komoditi pertanianyang homogen dan diusahakan secaramassal. Sebagai contoh, apabilaseorang petani menanam kopi danberhasil mendapatkan keuntunganbesar dari harga tinggi, maka petanilainnya tergiur untuk menanam danakibatnya harga menjadi jatuh karenabarang melimpah dari hasil produksimassal tersebut. Bagaimana strategiyang harus diterapkan oleh petaniuntuk menghadapi kondisi seperti ini?

Homogenitas produk pertanian inimenunjukkan bahwa produsen belumbisa mengindikasikan sumber-sumberpenawaran yang disubstitusi secarasempurna oleh produsen lain.Sementara, produksi secara massalmemberikan indikasi bahwa jumlahkomoditi pertanian yang dihasilkanseorang produsen dianggap sangatkecil bila dibandingkan dengan jumlahkomoditi total yang dipasarkan.Produsen komoditi pertanian secaraindividu tidak dapat mempengaruhi

harga yang berlaku di pasar dan hanyabertindak sebagai penerima harga.

Dalam upaya membantu petanimengatasi permasalahan fluktuasiharga, pemerintah menerapkan strategiSistem Resi Gudang (SRG), yaituberupa pemberian Resi Gudang kepadapetani produsen. Resi Gudang adalahdokumen penyimpanan komoditipertanian seperti gabah, beras, jagung,kopi, kakao, lada, karet, rumput lautdan lain-lainnya dengan jumlah danstandar kualitas tertentu yang telahdisimpan dalam suatu gudang.Dokumen tersebut dapat digunakanoleh petani sebagai ”kertas berharga”untuk mengajukan pembiayaan usahataninya ke lembaga keuangan, baikperbankan atau non-perbankan yangmemiliki kerjasama dengan pemerintahsehingga mereka dapat memperolehuang tunai.

Strategi lain yang diterapkanpemerintah adalah Pasar LelangKomoditi Agro (PLKA), yaitu untukmemperpendek mata rantaiperdagangan dengan caramempertemukan secara langsungantara penjual dan pembeli.Bertemunya penjual dan pembelisecara langsung tanpa perantara(tengkulak), maka posisi tawar petaniprodusen sebagai penjual dapatditingkatkan dan diharapkankeuntungan petani menjadi lebihbanyak sehingga kesejahteraannyameningkat.

Meskipun pemerintah telahmemfasilitasi petani dengan keduaprogram tersebut, namun petani diIndonesia harus memiliki kemampuan

mengembangkan strategi, teknologi,inovasi, dan kemandirian dalamaktifitas usaha taninya. Salah satuupaya yang dapat dilakukan adalahmengembangkan usaha tani denganpola agroforestri, yaitumengkombinasikan tanaman pangansetahun maupun tahunan denganpepohonan, baik pohon buah-buahanmaupun kayu-kayuan.Pengkombinasian berbagai jeniskomoditi pada satu lahan melaluisistem agroforestri diharapkan dapatmereduksi kerugian usaha tani. Padasistem ini, produk pertanian tidakhanya satu jenis dan waktupemanenanyapun dapat dilakukansecara bergiliran. Apabila harga salahsatu produk dalam sistem agroforestriturun, maka masih ada produk lainyang memilki nilai jual. Selain dinilaidari aspek ekonomi, secara ekologisistem agroforestri juga mampumemberikan perbaikan terhadapkompleksitas dan keseimbangan siklusunsur hara dan rantai makanan sebagaiindikator kelestarian dan baiknya suatulahan.

Sistem agroforestri ini sebenarnya telahditerapkan oleh masyarakat Indonesiasejak jaman dahulu, namun adabeberapa kendala yang masih dihadapioleh petani. Sistem agroforestriterkadang masih belum memberikankeuntungan optimal bagi petani, karenakurang tepat dalam menentukankomposisi dan kombinasi komoditiyang ditanam pada satu lahan.

Metode sederhana yang dapatdikembangkan dalam sistemagroforestri agar memperolehkeuntungan optimum adalah:

Strategi usaha tani menghadapi fluktuasi

hargaOleh: Rudi Hilmanto dan Subekti Rahayu

Opini

13

Fluktuasi harga dan panjangnya rantai pasar merupakan masalah utama bagi petani. Oleh karena itu diperlukanpemilihan strategi yang tepat agar permasalahan tersebut dapat diminimalkan sehingga petani memiliki posisitawar yang kuat. Pola kombinasi tanaman dengan berbagai komoditi dalam satu petak lahan merupakan salahsatu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Namun pemilihan jenis komoditi harus mempertimbangkanproduktivitas, harga dan fungsi ekologisnya dalam suatu lahan, sehingga usaha tani dapat ditingkatkan.

Page 14: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

(1) menghitung harga optimal masing-masing komoditi;

(2) menghitung alokasi biaya pengelolaansetiap komoditi;

(3) menghitung keuntungan setiapkomoditi;

(4) menentukan komposisi tanamanuntuk memperoleh keuntunganmaksimal dari setiap komoditas yangdikombinasikan dengan komoditaslainnya pada satu lahan.

Contoh penghitungan keuntunganoptimum pada sistem agroforestrimenggunakan metode sederhana sepertitersebut di atas disajikan dibawah ini.

Pada luasan 1,75 hektar lahan yangditanami kopi, kakao dan dadapdiperlukan biaya produksi sekitar Rp.13.000.000,- yang terdiri dari sewalahan, pupuk, peralatan, biaya tenagakerja yang meliputi pembuatan lubangangin, pemupukan, pemangkasan,penyiangan, pemanenan, pengendalianhama dan biaya tak terduga lainnya sertabunga bank, biaya promosi dandistribusi. Apabila total produksi kopidan kakao rata-rata per tahun adalah1.500 kg, maka titik impas

/BEP) untuk harga komoditi tersebutadalah Rp. 8.000,- per kg. Produksitanaman kopi dan kakao ini diperkirakan

1. Menghitung harga optimal masing-masing komoditi

(break eventpoint

Metode penghitungan keuntungan

optimum pada agroforestri kopi, kakao

dan dadap

berdasarkan jumlah tanaman yang saatini berproduksi, yaitu 995 batangtanaman kopi dengan produksi sekitar1.200 kg/tahun dan 427 batangtanaman kakao dengan produksi sekitar376 kg/tahun. Jumlah tanaman dadapdi lahan ini adalah 10% dari totaltanaman. Tanaman dadap dalam sistemagroforestri ini diasumsikan tidakmenghasilkan nilai produksi karenatanaman ini fungsinya sebagaipelindung kopi dan kakao.

Harga optimal masing-masing komoditiditentukan berdasarkan BEP, yaitulebih besar atau sama dengan BEPuntuk memaksimumkan pendapatan.Dengan demikian, pada sistem iniharga optimal kopi dan kakao sekitarRp. 8.000,- dan harga optimal dadapadalah Rp. 0,- karena tidak dijual.Setelah diperoleh harga optimal untuksetiap komoditi agroforestri, makapendapatan maksimal dapatdiperkirakan.

Dalam sistem agroforestri terdapatperbedaan pada jumlah alokasi biayadan tingkat pendapatan antara tanamankopi dan kakao. Tanaman kopimemiliki tingkat pendapatan lebihkecil, yaitu sekitar Rp. 3.000.000,-dibandingkan dengan jumlah biayayang dikeluarkan untuk usaha taninyayaitu sekitar Rp. 7.500.000,-.Sebaliknya, tanaman kakao memilikitingkat pendapatan lebih besar, yaituhampir Rp. 10.000.000,- denganalokasi biaya yang dikeluarkan sekitarRp. 5.000.000,-.

2. Menghitung alokasi biaya setiapkomoditi

3. Menghitung keuntungan setiapkomoditi

4. Menentukan komposisi tanamanpada sistem agroforestri

Saat ini, harga kopi per kilogram ditingkat petani sekitar Rp. 19.000,- dankakao Rp. 22.000,-. Penentuan hargakedua komoditi tersebut sangatdipengaruhi harga di pasar dunia.Keuntungan setiap komoditi dihitungberdasarkan selisih antara hargaoptimal dengan harga komoditi dipasar dunia. Pada contoh kasus ini,harga optimal kopi dan kakao perkilogram adalah Rp. 8.000,- yangartinya petani dapat memperolehkeuntungan dari komoditi kopi sebesarRp. 11.000,- (Rp. 19.000,- dikurangiRp. 8.000,-) dan keuntungan dari kakaoper kilogram sebesar Rp. 14.000,- (Rp.22.000,- dikurangi Rp. 8.000,-).

Komposisi tanaman kopi dan kakaopada contoh kasus ini memilikiperbandingan 2:1, yaitu 995 batangkopi dan 427 batang kakao pada luasan1,75 ha. Komposisi tersebut masihmemberikan keuntungan bersih bagipetani sekitar Rp. 21.967.329,- pertahun yang dihitung dari totalpendapatan pada lahan tersebut (Rp.34.656.397,-) dikurangi biaya produksi(Rp. 13.000.000,-). Namun, apabilakomposisi tanaman kopi dan kakaodiubah menjadi 1:2, maka pendapatanpetani meningkat menjadi sekitar Rp.66.595.963,-, sehingga keuntunganbersih yang diperoleh mencapai Rp.53.900.419,- per tahun.

14

Foto: MOSCAT, Filipina dan ICRAF Asia Tenggara

Page 15: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

pojok publikasi

BriefMerencanakan

pembangunan rendah

emisi di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

Provinsi Jambi

Merencanakan pembangunan rendah emisi di

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

Andree Ekadinata, PutraAgung, Feri Johana, GammaGaludra, A Palloge, G Usmanand N Aini

Feri Johana, Putra Agung, Gamma Galudra, AndreeEkadinata, D Fadila, S Bahri and Erwinsyah

Tanjung Jabung Barat (Tanjabar)adalah salah satu kabupaten dipropinsi Jambi yang memilikitingkat emisi gas rumah kaca, akibat perubahanpenggunaan lahan, yang cukup tinggi dibandingkankabupaten lain di Propinsi Jambi. Pada tahun 2005-2009, emisi rata-rata di kabupaten ini mencapai 9,66ton CO ,/(ha.thn). Penyebab utama emisi gas rumah

kaca di kabupaten ini adalah konversi hutan bekastebangan menjadi karet dan perkebunan kelapasawit. Kebijakan pembangunan di tingkat nasionaljuga sangat berpengaruh terhadap laju emisi gasrumah kaca,misalnya saja percepatan pembangunanHutan Tanaman Industri (HTI) yang pada kenyataanmerupakan bentuk pemanfaatan lahan dominan diKabupaten Tanjung Jabung Barat.

Merangin adalah salah satu kabupaten di ProvinsiJambi dengan luas wilayah 7,679 km atau sekitar15% dari luas wilayah provinsi (BPS Merangin,2009). Merangin memiliki tingkat emisi gas rumahkaca akibat perubahan penggunaan lahan cukuptinggi dibandingkan kabupaten lain di PropinsiJambi. Pada tahun 2005-2010, emisi rata-rata di

2

kabupaten ini mencapai 16,62 tonCO eq./(ha.th). Penyebab

utama emisi gas rumahkaca di kabupaten ini

adalah penurunan kualitashutan dari hutan primer

menjadi hutansekunder,hutan sekunder kerapatan

tnggi menjadi hutan sekunderkerapatan rendah dan karet

campur.

Mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi(REDD) harus fokus pada tempat-tempat dimana emisitersebut terjadi. Daerah yang dilindungi (PAs), secarateori, dilindungi dan karena itu seharusnya tidak adakaitan antara emisi dan pemanfaatan lahan /perubahan tutupan lahan. Tetapi pada kenyataannya,tidak dilindungi secara benar. Dapatkah PAsdimasukkan dalam skema REDD? Dapatkah 'kawasanlindung' yang masih dalam wacana direalisasikan?Bagaimana cara memperlakukan contoh konkretsebelum kita sebut 'tambahan' perlindungan karbon(C)? Dilema mungkin lebih mudah dikelola jikakawasan lindung dimasukkan ke dalam pendekatanlanskap yang lebih luas untuk REDD +. Beberapapendukung proyek REDD saat ini fokus pada 'zonapenyangga' di mana perlindungannya tidak lengkap,tetapi manfaat keanekaragaman hayati memberikankeuntungan besar pada penambahan Carbon. Hasildari penilaian kelayakan REDD di daerah sekitarSungai Suaka Margasatwa Lamandau di KalimantanTengah, provinsi percontohan REDD di Indonesiamenggambarkan tantangan untuk menemukan sinergi

2

Recognizing traditional tree

tenure as part of conservation and

REDD+ strategy: Feasibility study

for a buffer zone between a wildlife reserve and the

Lamandau river in Indonesia's REDD+ Pilot

Province

Janudianto, Elok Mulyoutami, Laxman Joshi, D.Andrew Wardell and Meine van Noordwijk

antara mata pencaharian bagi masyarakat setempatdalam mempertahankan, melindungi orangutan dantindakan mitigasi global yang tepat.

Multi guna lanskap dan agroforest yang kaya akanjenis dapat mendukung konservasi keanekaragamanhayati. Konservasi atas pendekatan perintah danpengawasan cenderung untuk menciptakan batasyang jelas antara kawasan lindung dan lahanpertanian di sekitarnya. Dapatkah gradient lanskapdesa agroforest dan hutan menjadi stabil? Atauapakah ini bagian proses yang berkelanjutan darikonversi hutan yang pada akhirnya akan berakhirdengan meninggalkan nilai-nilai konservasi? LanskapBatang Toru Sumatera menawarkan sebuah studikasus. Batang Toru adalah tempat tinggal untukpopulasi orangutan Sumatera dan masyarakat denganberbagai latar belakang. Batang Toru juga menyajikanpengetahuan mengenai kebijakan pemerintah daninstrument yang berdasarkan pendekatan pasar yangdiperlukan untuk menjaga stabilitas batas antaradaerah konservasi dan pertanian yang ada.

Co-existence of people and orangutan in Sumatra.

Stabilising gradients for landscape multifunctionality

Hesti L. Tata, Atiek Widayati, Elok Mulyoutami andMeine van Noordwijk

15

Penentuan komposisi tanaman yangdikombinasikan pada sistem agroforestridilakukan untuk memperoleh keuntunganoptimum dari setiap komoditas. Olehkarena itu, pengambilan keputusan bagipetani untuk menanam kopi dan kakaodalam komposisi tertentu disesuaikandengan tingkat produksi tanaman, biayapengelolaan, dan harga komoditi. Dalam halini, jumlah tanaman kopi banyak tetapiproduktifitasnya rendah, sedangkan kakaomemiliki jumlah tanaman lebih sedikitnamun produktivitasnya lebih besarsehingga memberikan keuntungan lebihbanyak bagi petani pengelola. Berdasarkanpertimbangan tersebut, maka penanamankopi dan kakao dapat dilakukan dengankomposisi 1:2.

Panen kopi | foto: Kurniatun Hairiah

Kontak personJl. Ratu DibalauGg. Damai 3 No. 82Tanjung Senang, Bandar LampungTel: 0721 784863/08127287225Email: [email protected]

Page 16: ISSN: 2089-2500 kiprah agroforestri - worldagroforestry.org filekehidupan rumah tangga Ibu Sumariah Monitoring cadangan karbon oleh masyarakat: uji coba di Propinsi Kalimantan Timur,

Informasi lebih lanjut:

Melinda Firds (Amel)

Telp: (0251) 8625415 ext. 756; Fax:email: [email protected]

(0251) 8625416

Koleksi publikasi dapat di akses melalui:www.worldagroforestry.org/sea/publications

agendaagenda pojok publikasiThe 2nd Congress of the East Asian Association of Environmental andResource Economics

4th IndoGreen Forestry Expo 2012

2-4 February, 2012

Bandung, Indonesia

Masalah perubahan iklim dan perubahan paradigma menuju ekonomihijau telah membuat bidang ekonomi lingkungan dan sumber daya alammenjadi titik acuan dalam wacana kebijakan global. Program di kongresini akan mencakup isu-isu penting mengenai lingkungan, ekonomilingkungan dan sumber daya alam. Kami memperkirakan sekitar 200peserta Asia Timur dan sekitarnya dalam kapasitas mereka sebagai peneliti,para profesional, pembuat kebijakan serta perwakilan organisasiinternasional yang akan terlibat dalam berbagai kegiatan di kongres.Kongres ini akan diselenggarakan di kampus Universitas Padjadjaran padatanggal 2-4 Februari 2012. EAAERE 2012 diselenggarakan oleh FakultasEkonomi, Universitas Padjadjaran.

http://eaaere2012.org/index.php?lang=in

5-8 April 2012

Jakarta, Indonesia

“IndoGreen Forestry Expo 2012” diselenggarakan untuk mendukungprogram pemerintah “

” dan mendukung upaya merealisasikan Konsep Gaya Hidupyang Hijau Menuju Indonesia Hijau (

). Untuk itu, selama pameran akan ditampilkan produk dan jasakehutanan yang ramah lingkungan hidup dan berbagai kegiatan menarikyang penting untuk diikuti seperti talkshow dan presentasi yangdiharapkan akan memunculkan gagasan/ide yang sangat dibutuhkan untukmewujudkan Indonesia yang hijau.

www.indogreen-ina.com

Indonesia Feed The World 2012

Understanding Value Chain's Role in Social Enterprise Development

7-10 Februari 2012

Jakarta, Indonesia

Acara "Indonesia Feed the World" menjadi sebuah program berkalaKADIN Indonesia, di sektor Agribisnis, Makanan dan Produk Susu/Unggas(APP) untuk membuktikan Ketahanan Pangan di skala nasional dan global.Misi ini diselaraskan dengan program Pemerintah untuk menjalankankegiatan ekonomi nasional seperti yang tertulis dalam Rencana IndukPercepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Acara ini adalah langkah nyata KADIN Indonesia untuk mendukung prosespembangunan ekonomi Indonesia secara keseluruhan dengan tidak hanyatergantung pada pemerintah, tetapi juga membangun kolaborasi dansinergi dengan pengusaha, perusahaan milik negara dan perusahaanswasta dan memfokuskan prioritas pembangunan untuk ketahanan panganNasional dan pemasok makanan bagi dunia.

http://festivalindonesia.wordpress.com/2011/12/13/indonesia-feed-the-world-2012/

5-11 March 2012

Yen Center, IIRR, Philippines

Pendekatan rantai nilai telah diadaptasi oleh banyak perusahaan untukmeningkatkan kualitas produk dan keuntungan perusahaan. Rantai nilaimemastikan bahwa semua langkah dalam proses produksi itu dapatdipertimbangkan, dan kebutuhan pembeli, standar industri, efisiensiinformasi pasar pemasok dapat dianalisis. Efektivitas pengembangan rantainilai dalam perusahaan dapat dibuktikan dengan proses produksi yanglebih baik, fokus pada identifikasi pasar dan peningkatan kualitas produk,semua yang mempengaruhi harga jual yang lebih tinggi dan peningkatankeuntungan bagi perusahaan. Kursus ini akan memandu para peserta untukmengetahui bagaimana cara mengumpulkan data untuk produk mereka,rantai peta nilai yang dipilih termasuk menyikapi kesenjangan di pasar;mengidentifikasi intervensi untuk mengisi kesenjangan, dan membuatrencana bisnis untuk memetakan strategi dalam pelaksanaan, bantuanteknis untuk informasi yang diperlukan dan peningkatan produk untukmemenuhi kebutuhan pasar.

http://www.worldagroforestry.org/learning/group/external_courses

Forest Pro Poor, Pro jobm Pro Growth and ProEnvironment

Green living Concept Towards GreenIndonesia

Informasi lebih lanjut:

Informasi lebih lanjut:

Informasi lebih lanjut:

Informasi lebih lanjut: [email protected]

Pengukuran Cadangan Karbon Tanah Gambut

How trees and people can co-adapt to climate change: reducing

vulnerability through multifunctional agroforestry landscapes

Fahmuddin Agus, Kurniatun Hairiah, Anny Mulyani

Meine van Noordwijk, Minh Ha Hoang, Henry Neufeldt, Ingrid born,Thomas Yatich

Lahan gambut merupakan penyimpan karbon dalam jumlah sangatbesar. Karbon yang terkandung di dalam tanah gambut bersifat tidakstabil. Dalam keadaan hutan alam karbon tersebut bertahan dalambentuk bahan organik, namun apabila hutan gambut dibuka dandidrainase maka karbon yang disimpannya akan mudah

terdekomposisi dan menghasilkan CO2; salah satu gas rumah kacaterpenting. Selain itu drainase lahan gambut yang berlebihanmenyebabkan lahan gambut rentan terhadap kebakaran. Prosesdekomposisi, konsolidasi (pemadatan) dan kebakaran meyebabkangambut akan mengalami penyusutan (subsidence) dan kehilanganberbagai fungsinya dalam menyangga lahan sekitarnya dari kebanjirandan kekeringan.

Sejalan dengan pertambahan penduduk maka sumberdaya lahansemakin langka sehingga lahan gambut yang dulunya dianggap sebagailahan sisa (wasteland) semakin banyak digunakan untuk berbagai

keperluan pembangunan ekonomi sepertipertanian dan pemukiman. Hal inimenyebabkan lahan gambut menjelmamenjadi sumber emisi nasional yangtertinggi dari sektor yang berhubungan

dengan penggunaan dan perubahanpenggunaan lahan (LULUCF = Land useland use change and forestry). Oleh sebabitu di dalam aksi nasional penurunan emisi(NAMA = nationally appropriatemitigation actions) konservasi danpengelolaan lahan gambut menjadi salahsatu tumpuan utama.

Fokus buku ini adalah keterkaitan antara adaptasi perubahan iklim,pembangunan desa serta peran pohon dan agroforestri. Penghargaanskema jasa lingkungan (RES) di berbagai lahan, dapat memberikandorongan untuk mempertahankan atau mengembalikan multi gunalahan, dan akan memberikan kontribusi pada penurunan hal-halpenyebab perubahan iklim. Hadiah mungkin juga menjadi cara yangefisien dan adil dalam meninvestasikan dana dalam adaptasi perubahaniklim. Aspek-aspek yang bisa membantu dalam menyuarakan aspirasipara pemangku kebijakan ke dunia internasional dan prosespengambilan keputusan tentang bagaimana menghadapi perubahan

iklim yaitu para surelawan, persyaratandan dukungan kepada rakyat miskin. Yangdapat menjamin realisme dan efisiensidalam adaptasi perubahan iklim, yangbelum terangkai dalam integrasi programpembangunan pedesaan. Argumen dalampendekatan ini dibangun pada konsep-konsep dasar perubahan iklim, matapencaharian pedesaan dan multigunalahan, serta peran spesifik dari pohon danpetani sebagai penyedia jasa lingkungandalam lanskap pertanian. Namun, pohonitu sendiri rentan terhadap perubahan iklimsehingga diperlukan pendukung untukberadaptasi.