issn 1907-3046 jurnal ilmiah...

111
JURNAL ILMIAH PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwifery, Environment, Dentist) VOL. 6, NO. 1, MEI AGUSTUS 2011 TERBIT TIGA KALI SETAHUN (PERIODE JANUARI, MEI, SEPTEMBER) Penanggung Jawab: Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes. Redaktur: Riyanto Suprawihadi, SKM, M.Kes. Penyunting Editor: Drg. Ngena Ria, M.Kes. Nelson Tanjung, SKM, M.Kes Desain Grafis & Fotografer: Yusrawati Hasibuan, SKM, M.Kes. Dra. Safrida, MS Hamdan Syah Alam, S.Kom. Sekretariat: Drg. Herlinawati Daulay, M.Kes. Sri Utami, SST, S.Pd, M.Kes. Mardan Ginting, S.Si, M.Kes. Rina Doriana Pasaribu, SKM Susi Adrianelly, SKM Alamat Redaksi: Jl. Let Jend Jamin Ginting KM 13.5 Kelurahan Laucih Kec. Medan Tuntungan Telp: 061-8368633 Fax: 061-8368644 DAFTAR ISI Editorial Analisis Faktor Penyebab Ketergantungan Pemakaian Narkoba Pada Penderita di Panti Rehabilitasi Sibolangit Tahun 2010 oleh Mardan Ginting, Zuraidah Nasution, Ngena Ria ........... 16 Perilaku Masyarakat (Pemilik Anjing) terhadap Pencegahan Penyakit Rabies di Kecamatan Tuntungan Kota Medan Tahun 2010 oleh Suprapto, Irma Erlina, Nelson Tanjung.......... 714 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Pada Ibu Hamil di Desa Klumpang Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 oleh Rina Doriana Pasaribu ................................. 1520 Pengetahuan dan Persepsi Bidan terhadap Stigma dan Diskriminasi pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kota Medan Tahun 2010 oleh Bebaskita br Ginting, Samsider Sitorus, Efendi Sianturi ............................................. 2126 Analisa Jenis Leukosit Pada Penderita Tuberculosis Paru di Balai Laboratorium Kesehatan Medan oleh Azhar Johan dan Nelma .......................................................... 2731 Gambaran Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Pada Masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas Ibu Melahirkan di Kabupaten Simalungun Tahun 2010 oleh Yusliana Nainggolan, Dame Evalina Simangunsong, dan Risnawati Tanjung ....... 3245 FaktorFaktor yang Berhubungan Dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Rumah Sakit Umum Bahagia Medan Tahun 2010 oleh Susy Adrianelly Simaremare ....... 4652 Pengaruh Perbaikan Postur Kerja Dalam Upaya Pencegahan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah Pada Perawat di Instalasi Perawatan Intensif Dewasa RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010 oleh Netty Panjaitan, Mariaty Silalahi, dan Ch. Ready Sitorus ....................................... 5359 ISSN 1907-3046

Upload: buituyen

Post on 05-Feb-2018

310 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

  • i

    JURNAL ILMIAH

    PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwifery, Environment, Dentist)

    VOL. 6, NO. 1, MEI AGUSTUS 2011

    TERBIT TIGA KALI SETAHUN (PERIODE JANUARI, MEI, SEPTEMBER)

    Penanggung Jawab:

    Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes.

    Redaktur:

    Riyanto Suprawihadi, SKM, M.Kes.

    Penyunting Editor:

    Drg. Ngena Ria, M.Kes.

    Nelson Tanjung, SKM, M.Kes

    Desain Grafis & Fotografer:

    Yusrawati Hasibuan, SKM, M.Kes.

    Dra. Safrida, MS

    Hamdan Syah Alam, S.Kom.

    Sekretariat:

    Drg. Herlinawati Daulay, M.Kes.

    Sri Utami, SST, S.Pd, M.Kes.

    Mardan Ginting, S.Si, M.Kes.

    Rina Doriana Pasaribu, SKM

    Susi Adrianelly, SKM

    Alamat Redaksi:

    Jl. Let Jend Jamin Ginting KM 13.5

    Kelurahan Laucih Kec. Medan Tuntungan

    Telp: 061-8368633

    Fax: 061-8368644

    DAFTAR ISI Editorial

    Analisis Faktor Penyebab Ketergantungan Pemakaian Narkoba Pada Penderita di Panti Rehabilitasi Sibolangit Tahun 2010 oleh Mardan Ginting, Zuraidah Nasution, Ngena Ria ........... 16 Perilaku Masyarakat (Pemilik Anjing) terhadap Pencegahan Penyakit Rabies di Kecamatan Tuntungan Kota Medan Tahun 2010 oleh Suprapto, Irma Erlina, Nelson Tanjung.......... 714 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Pada Ibu Hamil di Desa Klumpang Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 oleh Rina Doriana Pasaribu ................................. 1520 Pengetahuan dan Persepsi Bidan terhadap Stigma dan Diskriminasi pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kota Medan Tahun 2010 oleh Bebaskita br Ginting, Samsider Sitorus, Efendi Sianturi ............................................. 2126 Analisa Jenis Leukosit Pada Penderita Tuberculosis Paru di Balai Laboratorium Kesehatan Medan oleh Azhar Johan dan Nelma .......................................................... 2731 Gambaran Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan Pada Masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas Ibu Melahirkan di Kabupaten Simalungun Tahun 2010 oleh Yusliana Nainggolan, Dame Evalina Simangunsong, dan Risnawati Tanjung ....... 3245 FaktorFaktor yang Berhubungan Dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Rumah Sakit Umum Bahagia Medan Tahun 2010 oleh Susy Adrianelly Simaremare ....... 4652 Pengaruh Perbaikan Postur Kerja Dalam Upaya Pencegahan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah Pada Perawat di Instalasi Perawatan Intensif Dewasa RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010 oleh Netty Panjaitan, Mariaty Silalahi, dan Ch. Ready Sitorus ....................................... 5359

    ISSN 1907-3046

  • Hubungan Antara Faktor Pengetahuan dan Sikap Pus terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi di Desa Invaliden Pegagan Julu II Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi oleh Masrah dan Rosmayani Silitonga .................................. 6064 Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Sukrosa dengan OHI-S pada Siswa Siswi Kelas X A SMA Pencawan Medan Tuntungan Tahun 2010 oleh Netty Jojor Aritonang ..................................................... 6568 Perbedaan Prevalensi Karies pada Murid Kelas

    III SDN 101816 Pancur Batu dengan SDN

    060868 Krakatau Medan yang Memiliki UKGS

    Tahun 2011 oleh Rawati Siregar .................. 6972

    Hubungan Penggunaan Baby Walker dengan

    Kecepatan Bayi Berjalan di Kelurahan Cengkeh

    Turi Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010 oleh

    Elizawarda .................................................... 7378

    Gambaran Pengetahuan Remaja tentang

    Bahaya Perokok Pasif di SMA Sri Langkat

    Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2011

    oleh Fatmasari dan Ismajadi ....................... 7983

    Pengaruh Promosi Kesehatan tentang Bahaya

    Merokok oleh Peer Educator terhadap

    Perubahan Perilaku Merokok pada Remaja

    oleh Marina br Karo, Makmur Jaya Meliala,

    dan Maju Sembiring.................................... 8487

    Efektivitas Ekstrak Daun Mindi (Melia

    azedarach L.) Dalam Membunuh Nyamuk Culex

    oleh Haesti Sembiring .................................. 8894

    Efek Ekstrak Herba Pegagan (Centellae herba)

    Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia

    coli oleh Nelson Tanjung ................................... 95-98

    Hubungan Citra Tubuh dengan Aktifitas Fisik dan

    Asupan Energi Siswa SMP yang obes dan tidak

    Obes di Kota Lubuk Pakam oleh Ginta Siahaan,

    Novriani Tarigan, Harifin Togap Sinaga ..... 99-106

  • PENGANTAR REDAKSI

    Jurnal PANNMED merupakan salah satu wadah untuk menampung hasil penelitian Dosen Politeknik

    Kemenkes Medan.

    Jurnal PANNMED Edisi Mei Agustus 2011 Vol. 6 No. 1 yang terbit kali ini menerbitkan sebanyak 17

    Judul Penelitian.

    Redaksi mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu Direktur atas supportnya sehingga Jurnal ini dapat terbit 2. Dosen-dosen yang telah mengirimkan tulisan hasil penelitiannya dan semoga dengan terbitnya jurnal

    ini dapat memberi semangat kepada dosen yang lain untuk berkreasi menulis hasil penelitian sehingga

    bisa diterbitkan ke Jurnal Pannmed ini.

    Akhir kata, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar jurnal ini dapat menjadi jurnal yang

    berkualitas seperti harapan kita bersama.

    Redaksi

  • 1

    ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERGANTUNGAN

    PEMAKAIAN NARKOBA PADA PENDERITA DI PANTI REHABILITASI

    SIBOLANGIT TAHUN 2010

    Mardan Ginting, Zuraidah Nasution, Ngena Ria Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

    Abstrak

    Penggunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lain (NAPZA) atau yang lebih dikenal dengan

    istilah NARKOBA (Narkotika dan Obat-obat berbahaya) kini semakin menjadi dilema dan telah mencapai

    proporsi yang meresahkan. Pemakaian Narkoba telah menyentuh semua elemen masyarakat, yang paling

    mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa kalangan pelajar maupun mahasiswa yang merupakan generasi

    penerus bangsa telah menjadi korban ketergantungan Narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    faktor penyebab ketergantungan pemakaian Narkoba pada penderita di Panti Rehabilitasi. Metodologi

    penelitian menggunakan rancangan cross sectional untuk mengetahui faktor penyebab ketergantungan

    pemakaian Narkoba pada penderita dilakukan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner sebagai

    panduan wawancara. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling yang dilakukan pada seluruh

    penderita di Panti Rehabilitasi Al Kamal Sibolangit yang dapat dan telah diperbolehkan untuk dilakukan

    wawancara berjumlah 39 orang. Dari hasil penelitian karakteristik pengguna narkoba yang mengikuti

    program rehabilitasi persentase tertinggi pada kelompok umur 22-38 tahun yaitu 76.9%. Persentase

    pendidikan responden lebih banyak dengan pendidikan perguruan tinggi (23.1%) dan pekerjaan terutama

    pelajar/ mahasiswa (33.3%). Faktor-faktor penyebab ketergantungan narkoba yang paling dominan adalah :

    faktor individu, terutama seluruh responden mempunyai kebiasaan merokok (100%), faktor keluarga,

    terutama disebabkan karena responden selalu memiliki uang yang lebih/ banyak (92.3%) dan selalu terjadi

    konflik dalam keluarga (82.1%), faktor teman/ lingkungan, terutama karena diajak/ dirayu oleh teman

    (66.7%), faktor ketidaktahuan, terutama karena coba-coba (82.1%) dan untuk mendapatkan perasaan tenang

    dan gembira (82.1%). Penyalahgunaan narkoba akan memberikan pengaruh yang dianggap menyenangkan

    bagi pemakai, namun hanyalah bersifat sementara karena kebutuhan menggunakan sulit dihentikan dan

    menimbulkan efek ketergantungan, bila tidak menggunakan akan menimbulkan penderitaan fisik maupun

    jiwa pemakai. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan efek terhadap kesehatan dikarenakan narkoba

    memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat juga daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

    (kebiasaan) yang sangat tinggi sehingga bila seseorang sudah memulai menggunakan akan sulit untuk

    melepas dan menjadi ketergantungan.

    Kata kunci : Penyebab Ketergantungan, Pemakaian Narkoba

    PENDAHULUAN

    Penggunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika

    dan Zat Adiktif lain (NAPZA) atau yang lebih dikenal

    dengan istilah NARKOBA (Narkotika dan Obat-obat

    berbahaya) kini semakin menjadi dilema dan telah

    mencapai proporsi yang meresahkan. Pemakaian narkoba

    telah menyentuh semua elemen masyarakat, yang paling

    mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa kalangan

    pelajar maupun mahasiswa yang merupakan generasi

    penerus bangsa telah menjadi korban ketergantungan

    narkoba. Tahun 1997, Indonesia sudah termasuk salah satu

    negara yang menjadi sasaran utama peredaran dan berada

    pada daftar negara-negara yang tingkat peredarannya

    sangat tinggi. Cepatnya peredaran narkoba, baik di dunia

    maupun di Indonesia sangat menggiurkan orang untuk

    terlibat menjadi pengedar karena dapat mendatangkan

    untung yang besar. Oleh karena itu gencarnya peredaran

    sangat sulit dibendung. Dalam jangka waktu 30 tahun,

    jumlah pemakai naik 150 kali lipat. Pada tahun 1970

    jumlah pemakai Narkoba diperkirakan 130.000 orang dan

    pada akhir tahun 2000, jumlahnya menjadi lebih dari 2 juta

    orang.

    Pemakaian narkoba telah mempengaruhi

    pelbagai kelompok umur dan golongan penduduk. Banyak

    hal yang telah dilakukan dalam memerangi narkoba

    khususnya di Indonesia, namun peredaran dan korbannya

    semakin bertambah yang meliputi semua tahapan umur

    (anak, remaja, dewasa) dan meluas ke semua sektor

    lingkungan kehidupan (individu, keluarga, sekolah dan

    masyarakat), bahkan tidak mengenal tingkat sosio

    ekonomi, sehingga banyak menimbulkan implikasi yang

    tidak diinginkan di masyarakat seperti merusak hubungan

    kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar,

    menurunkan produktivitas kerja yang menyebabkan karir

    hancur, ketidakmampuan membedakan hal yang baik atau

  • 2

    buruk, perilaku anti sosial, gangguan kesehatan secara fisik

    maupun mental, mempertinggi angka kriminalitas dan

    kecelakaan lalu lintas bahkan mengakibatkan kematian.

    Terjadinya perubahan gaya hidup yang didukung

    dengan semakin meluasnya perdagangan narkoba,

    memungkinkan seseorang terlibat ketergantungan narkoba.

    Ketergantungan ini merupakan kondisi yang diakibatkan

    karena penyalahgunaan pemakaian dengan dosis yang

    berlebihan. Setiap tanggal 26 Juni telah ditetapkan dan

    diperingati sebagai Hari Anti Narkoba Internasional

    dengan salah satu kegiatannya kampanye anti narkoba

    secala luas, tetapi khususnya di Indonesia jumlah pemakai

    terus meningkat. Fenomena penyalahgunaan narkoba

    bagaikan gunung es yang tampak di permukaan lebih kecil

    dibandingkan dengan yang tidak tampak. Menurut data

    dari Badan Narkotika Nasional (BNN) jumlah pemakai

    narkoba di Indonesia tahun 2009 telah mencapai 3,6 juta

    orang yang diantaranya 1,1 juta orang adalah golongan

    pelajar. Untuk daearah Sumatera Utara diperoleh data

    bahwa 60% pemakai narkoba adalah usia sekolah 6-25

    tahun. Penyalahgunaan narkoba setiap saat mengancam

    lewat rayuan, bujukan, ajakan maupun paksaan. Usaha

    untuk mengatasi permasalahan penyalahgunaan narkoba

    merupakan hal yang tidak mudah dilakukan.

    Jalur distribusi narkoba ke dan dari Indonesia

    memperlihatkan sebuah jaringan peredaran gelap yang

    semakin meluas. Peredaran bukan lagi sebagai daerah

    transit, tetapi sudah merupakan daerah tujuan dan produksi.

    Upaya pencegahan meluasnya pemakaian narkoba sudah

    menjadi target pemerintah. Beberapa langkah yang telah

    ditempuh untuk merangkul dan mencegah pemakaian

    telah dilakukan, mulai dari pedekatan individu/ kelompok

    pelajar dan mahasiswa, peningkatan peran orang tua dalam

    mengawasi perkembangan perilaku anak, peran sekolah/

    guru yang mengontrol prestasi belajar dan kedisiplinan

    siswa, peran masyarakat, peran aparat penegak hukum/

    kepolisian dan pihak lain yang dapat menyentuh berbagai

    kalangan yang memungkinkan dapat mencegah

    penyalahgunaan narkoba.

    Dari beberapa kepustakaan, pecandu narkoba

    memiliki berbagai alasan yang menjadi penyebab

    penyalahgunaan. Secara umum, situasi rumah dan

    kebersamaan yang kurang harmonis dalam keluarga ikut

    berpengaruh. Sebagai kompensasi, suasana rumah yang

    dianggap tidak menjadi tempat yang aman baginya, korban

    mencari kesenangan sendiri di luar rumah. Selain itu,

    pecandu juga mengaku terjebak narkoba karena faktor

    teman agar dapat diterima dalam lingkungan pergaulan.

    Secara sekilas, penyalahgunaan narkoba memang

    memberikan pengaruh yang menyenangkan bagi si

    pemakai. Namun, kesenangan itu hanya bersifat sesaat dan

    sementara. Seolah-olah hidup penuh kesenangan

    dan kebahagiaan, tetapi kenyataannya pemakai akan

    terjebak dalam ketergantungan dan sulit untuk

    menghentikannya dan menimbulkan penderitaan fisik

    maupun jiwa dan berpengaruh buruk bagi si pemakai

    dalam pendidikan/ pekerjaan, keluarga maupun

    masyarakat.

    METODE PENELITIAN

    Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian adalah survey rancangan

    cross sectional yang bersifat deskriptif untuk

    mendeskripsikan atau menggambarkan faktor penyebab

    ketergantungan pemakaian narkoba pada Penderita di Panti

    Rehabilitasi Al Kamal Sibolangit Tahun 2010. Populasi

    berjumlah 51 orang dengan sampel penelitian berjumlah

    39 orang, dikarenakan beberapa penghuni panti

    rehabilitasi masih belum dapat diajak berkomunikasi

    secara normal dan belum diizinkan oleh pihak panti untuk

    ikut sebagai responden.

    Metode Pengumpulan Data

    Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang

    diberikan kepada penghuni panti rehabilitasi. Hasil

    kuesioner yang telah diisi, dianalisis peneliti untuk

    mengetahui faktor-faktor penyebab ketergantungan

    narkoba, kemudian data disajikan dalam bentuk tabel

    distribusi frekuensi.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Gambaran Karakteristik Penderita di Panti Rehabilitasi Al

    Kamal Sibolangit

    Tabel 1. Distribusi Karakteristik Penderita di Panti

    Rehabilitasi Sibolangit Karakteristik Responden N

    (orang)

    Persentase

    (%)

    1. Jenis Kelamin

    - Laki-laki

    - Perempuan

    2. Umur

    - 17 21 tahun

    - 22 38 tahun

    - 39 53 tahun

    3. Pendidikan

    - SD

    - SMP

    - SMU

    - Akademi

    - Perguruan Tinggi

    4. Pekerjaan

    - Tidak bekerja - Pelajar/ Mahasiswa - Wiraswasta - Supir - Pegawai Negeri/ ABRI - Pegawai Swasta

    39

    0

    3

    30

    6

    5

    4

    4

    2

    9

    4

    13

    11

    1

    4

    6

    100

    0

    7.7

    76.9

    15.4

    12.9

    10.3

    10.3

    5.1

    23.1

    10.3

    33.3

    28.2

    2.6

    10.3

    15.3

    Dari Tabel 1 Karakteristik pengguna narkoba

    yang mengikuti program rehabilitasi dilihat dari jenis

    kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan. Pada penelitian

    ini seluruh responden dengan jenis kelamin laki-laki. Panti

    rehabilitasi Al Kamal pada mulanya memang menerima

    penderita dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan,

    tetapi pada kenyataannya yang datang mengikuti program

    rehabilitasi seluruhnya jenis kelamin laki-laki. Hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1990) diperoleh

    bahwa pengguna narkoba terutama adalah berjenis kelamin

  • 3

    laki-laki (90%). Pada penelitian ini dari 39 orang

    responden, persentase tertinggi pada kelompok umur 22-38

    tahun yaitu 76.9%. Persentase pendidikan responden lebih

    banyak dengan pendidikan perguruan tinggi (23.1%) dan

    pekerjaan terutama pelajar/ mahasiswa (33.3%). Dari hasil

    penelitian diperoleh bahwa pengguna narkoba lebih

    bervariasi dan telah meluas pada berbagai golongan usia,

    jenjang pendidikan dan pekerjaan, bahkan yang menjadi

    korban selain pejabat dan eksekutif juga dari Pegawai

    Negeri/ ABRI, wiraswasta dan terutama pada kalangan

    pelajar/ mahasiswa. Menurut Roesli Thaib (2003), dari

    800.000-2.000.000 populasi Indonesia terutama

    masyarakat usia produktif telah terjerat oleh

    ketergantungan narkoba yang tersebar pada berbagai

    tingkat sosio ekonomi sehingga banyak menimbulkan

    implikasi negatif, antara lain kriminalitas, kerugian

    ekonomi dan pemutusan hubungan kerja. Berdasarkan

    hasil penelitian Badan Koordinasi Narakoba Daerah

    (BKND) Jawa Barat, hampir 90% yang menjadi korban

    dan sasaran pengedar narkoba adalah remaja. Remaja

    memang rentan terhadap bujukan dan rayuan para

    pengedar narkoba. Sifat remaja yang dinamis, enerjik dan

    cenderung suka mengambil resiko, seringkali

    dimanfaatkan sehingga terjerumus tindakan kriminalitas.

    Gambaran Distribusi Pengalaman Penderita dalam

    Penyalahgunaan Narkoba

    Pada Tabel 2 terlihat pengguna narkoba yang

    mengikuti program rehabilitasi lebih banyak menyatakan

    bahwa relatif masih belum lama (kurang dari satu tahun)

    menggunakan narkoba yaitu 35.9%. Dari hasil penelitian,

    seluruh responden menyatakan bila menggunakan narkoba

    akan timbul perasaan bahagia dan bersemangat, demikian

    sebaliknya bila tidak mengkonsumsi narkoba akan merasa

    kelelahan, mual/ muntah, kedinginan/ menggigil, sakit

    kepala dan tidak bisa tidur. Dalam bidang kedokteran,

    jenis narkotika bila digunakan dengan baik dan benar dapat

    menyembuhkan banyak penyakit dan mengakhiri

    penderitaan pasien, seperti sebagai obat bius pada kasus

    pembedahan, obat bagi penderita gangguan jiwa maupun

    penderita stres, sebagai pereda rasa sakit dan masih

    banyak kasus yang lain. Pada kenyataannya saat ini

    pemakaian narkotika, psikotropika maupun bahan adiktif

    lainnya menjadi berkonotasi negatif dan disalahgunakan.

    Pemakaian narkoba jenis narkotika memiliki daya adiksi

    (ketagihan) yang sangat berat dengan daya toleran

    (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat

    tinggi. Dari ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan

    pengguna narkoba sangat sulit untuk lepas dari

    ketergantungan.

    Tabel 2. Gambaran Distribusi Pengalaman Penderita

    dalam Penyalahgunaan Narkoba di Panti

    Rehabilitasi Al Kamal Sibolangit

    Pengalaman Penderita Panti Rehabilitasi

    Jumlah dan Persentase

    N Persentase (%)

    1. Lama/ waktu telah menggunakan narkoba - < 1 tahun

    - 1 tahun

    - 1 5 tahun - 6 10 tahun

    - 11 15 tahun

    - 16 20 tahun - > 22 tahun

    2. Hal yang dirasakan setelah menggunakan

    narkoba : gembira dan bersemangat

    3. Hal yang dirasakan bila tidak menggunakan narkoba : kelelahan, mual/

    muntah, kedinginan/ menggigil, sakit

    kepala, tidak bisa tidur

    14

    3

    5 8

    7

    1 1

    39

    39

    35.9

    7.7

    12.8 20.5

    17.9

    2.6 2.6

    100

    100

    Faktor-faktor Penyebab Ketergantungan Pemakaian Narkoba

    Tabel 3. Faktor Individu sebagai Penyebab Ketergantungan Pemakaian Narkoba pada Penderita di Panti Rehabilitasi Al

    Kamal Sibolangit

    No. Penyebab Ketergantungan Narkoba N Persentase

    1. Mempunyai kebiasaan merokok 39 100

    2. Mempunyai kebiasaan minum alkohol 23 59

    3. Suka kebebasan 26 66.7

    4. Suka mencari perhatian/ sensasi dengan orang lain 23 59

    5. Mempunyai hubungan yang tidak harmonis (mempunyai masalah)

    dengan orang lain

    23 59

    6. Selama mengikuti pendidikan (saat masih sekolah/ kuliah) selalu

    berusaha mendapat nilai baik dan bersungguh-sungguh

    30 76.9

    7. Dalam melakukan pekerjaan/ kegiatan yang telah menjadi tanggung

    jawab, selalu berusaha melakukannya dengan baik

    31 79.5

    8. Rajin beribadah 12 30.8

  • 4

    Dari Tabel 3 diperoleh hasil penelitian yang

    menunjukkan adanya profil karakter individu yang

    cenderung untuk menjadi pengguna narkoba yaitu

    mempunyai kebiasaan merokok, suka minum alkohol, suka

    kebebasan dan suka mencari sensasi/ perhatian orang lain

    dan memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan orang

    lain. Dari data dapat dilihat, seluruh penderita mempunyai

    kebiasaan merokok (100%). Menurut Subagyo

    Partodiharjo (2007) proses menjadi pecandu hanya

    bermula dari kebiasaan merokok. Rokok disebutkan

    sebagai jembatan emas menuju narkoba. Dari hasil

    penelitian diperoleh lebih dari separuh responden (59%)

    adalah peminum alkohol. Sebagian besar masyarakat

    tentunya telah memahami bahwa efek alkohol secara

    medis dapat menimbulkan dampak yang negatif. Efek

    alkohol selain menyebabkan ketagihan juga dapat

    menimbulkan gangguan fungsi berfikir, berperasaan dan

    berperilaku. Sifat adiktif alkohol tanpa disadari orang yang

    meminumnya akan menambah takaran/ dosis sampai pada

    dosis intoksikasi (mabuk). Majelis Ulama Indonesia (MUI)

    telah mengeluarkan fatwa bahwa setetes alkohol saja

    dalam minuman hukumnya sudah haram tetapi

    kenyataannya masih banyak juga terjebak dengan

    kebiasaan minum alkohol. Dari data juga terlihat bahwa

    59% responden mempunyai hubungan yang tidak

    harmonis (bermasalah) dengan orang lain. Adanya

    hubungan (interaksi) dan masalah dengan orang lain

    tentunya akan menjadi beban bagi seseorang. Subagyo

    Partodiharjo (2007) menyatakan bahwa bila seseorang

    mempunyai hubungan yang tidak harmonis (masalah)

    dengan orang lain dapat menimbulkan rasa kesal dan

    kecewa yang pada akhirnya orang tersebut akan mencari

    pelampiasan. Dalam hal ini responden menyatakan dengan

    menggunakan narkoba dapat menyebabkan fikiran menjadi

    tenang dan timbul rasa damai.

    Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa

    pengguna narkoba bervariasi, bukan saja berasal dari

    individu yang berantakan, tetapi juga pada individu yang

    kualitas tanggungjawab baik, terlihat bahwa lebih dari

    separuh responden berasal dari individu yang bersungguh-

    sungguh dalam pendidikan maupun pekerjaan yang telah

    menjadi tanggungjawabnya. Dari hasil penelitian diperoleh

    hanya 30.8% responden menyatakan rajin beribadah.

    Moore (1990) dalam penelitiannya berkesimpulan bahwa

    orang yang tidak mempunyai komitmen agama akan

    beresiko 4 kali lebih besar terlibat dalam penyalahgunaan

    dan ketergantungan narkoba. Demikian juga untuk

    rehabilitasi bagi penderita yang menggunakan narkoba,

    dari penelitian yang dilakukan Cancerellaro (1982) terapi

    keagamaan (bersandar pada Tuhan) membawa hasil yang

    jauh lebih baik dari pada terapi medik-psikiatrik.

    Pada Tabel 4 terlihat lebih dari separuh

    responden mengalami hubungan yang tidak harmonis

    dengan orang tua/ keluarga. Lingkungan keluarga yang

    tidak baik menempati urutan pertama sebagai penyebab

    anak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Latar

    belakang keluarga yang tidak kondusif yaitu tidak adanya

    interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga menjadi

    alasan anak untuk mencari kompensasi ketenangan di luar

    rumah dengan melakukan hal-hal yang negatif termasuk

    menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Hawari (2009)

    menyatakan bahwa adanya hubungan/ komunikasi yang

    buruk antara anak dengan orang tua dapat disebabkan

    karena orang tua/ keluarga yang terlalu sibuk sehingga

    akan menimbulkan kesalahpahaman. Kurangnya rasa

    kasih sayang akibat kesibukan orang tua/ keluarga dengan

    pekerjaan maupun kegiatannya masing-masing menjadi

    peluang seseorang mencari pelarian dengan cara

    menggunakan narkoba. Selain itu orang tua juga sering

    berpendapat dengan memberikan uang yang lebih sudah

    dianggap memberi perhatian, padahal karena diketahui

    anak/ seseorang yang mempunyai uang lebih akan menjadi

    incaran pengedar narkoba yang memungkinkan untuk

    menjadi konsumen/ pemakai tetap. Menurut Nugroho

    Djajoesman (1999), konflik horizontal dalam keluarga

    terjadi karena orang tua yang kurang bijaksana dalam

    menghadapi anak sehingga anak merasa kurang mendapat

    perhatian, merasa tidak dihargai dan disudutkan. Konflik

    dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa

    frustrasi sehingga terjebak memilih narkoba sebagai solusi.

    Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa ada 25.9%

    responden menggunakan narkoba didorong karena meniru

    anggota keluarga yang telah lebih dahulu menggunakan.

    Menurut Anggadewi Moesono (2003), resiko menjadi

    pengguna narkoba terutama adalah karena modelling atau

    mencontoh orang tua atau anggota keluarga yang

    menggunakan narkoba.

    Erwin Pohe (2002) menyatakan untuk mencegah

    bahaya narkoba dimulai dengan hidup dalam kedamaian

    yang harmonis serta membangun kerohanian dalam

    keluarga. Perhatian dan kasih sayang sangat diperlukan

    seorang anak untuk dapat tumbuh secara benar dan sesuai

    dengan ajaran agama.

    Tabel 4. Faktor Keluarga sebagai Penyebab Ketergantungan Pemakaian Narkoba pada Penderita di Panti Rehabilitasi Al

    Kamal Sibolangit

    No. Penyebab Ketergantungan Narkoba N Persentase

    1. Kurang mendapat perhatian/ kasih sayang dari orang tua/ anggota keluarga 29 74.4

    2. Merasa tidak dihargai/ selalu dianggap salah di keluarga 27 69.2

    3. Sikap orang tua/ anggota keluarga selalu menekan dan menyudutkan 21 53.8

    4. Dalam keluarga (orang tua/ keluarga) selalu sibuk. 31 79.5

    5. Sering terjadi konflik/ pertengkaran dalam keluarga 32 82.1

    6. Selalu memiliki uang dalam jumlah yang lebih/ banyak 36 92.3

    7. Komunikasi antar anggota keluarga baik 8 20.5

    8. Ada anggota keluarga yang menggunakan narkoba 10 25.6

  • 5

    Tabel 5. Faktor Teman/ Lingkungan Pergaulan sebagai Penyebab Ketergantungan Pemakaian Narkoba pada Penderita di

    Panti Rehabilitasi Al Kamal Sibolangit

    No. Penyebab Ketergantungan Narkoba N Persentase

    1. Menggunakan narkoba diajak/ dibujuk rayu teman 26 66.7

    2. Menggunakan narkoba karena meniru teman 20 51.3

    3. Menggunakan narkoba agar dapat diterima dalam kelompok pergaulan 22 56.4

    4. Menggunakan narkoba karena rasa setiakawan/ senasib sepenanggungan 21 53.8

    5. Menggunakan narkoba karena ingin dianggap lebih hebat/ lebih dewasa dibanding

    teman

    11 28.2

    6. Menggunakan narkoba karena dipaksa teman/ dengan ancaman 6 15.4

    7. Menggunakan narkoba diawali karena dijebak teman (melalui makanan/ minuman,

    permen, dll yang mengandung narkoba)

    11 28.2

    8. Memakai narkoba karena mudah mendapatkannya 25 64.1

    Pada Tabel 5 terlihat lebih dari separuh

    responden menggunakan narkoba karena diajak/ dibujuk

    teman, meniru teman, agar diterima dalam kelompok

    pergaulan dan karena rasa kesetiakawanan/ senasib

    sepenanggungan. Joan Rais (1983) menyatakan adanya

    kondisi lingkungan global merupakan hal yang tersulit

    dalam daur kehidupan. Menurut Anggadewi Moesono

    (2003), faktor teman merupakan predictor yang paling kuat

    bagi pengguna narkoba. Seseorang akan mudah tergelincir

    pada kegagalan hidup, bila berada pada lingkungan

    pergaulan yang negatif. Terutama pada kaum remaja,

    rentannya kondisi kepribadian dan emosi yang labil sangat

    berpotensi untuk mudah dipengaruhi oleh orang lain.

    Banyaknya jumlah pengguna narkoba di kalangan remaja

    Indonesia perlu ditangani secara serius oleh seluruh lapisan

    masyarakat untuk menghindari The Lost Generation

    (generasi yang hilang). Sejak tahun1980 Presiden Reagen

    di Amerika Serikat telah menciptakan strategi

    penangkalan secara intensif dengan kampanye Just Say No.

    Reagen menyatakan dengan menciptakan suatu norma

    menentang pengguna narkoba merupakan salah satu cara

    yang jitu untuk mencegah meluasnya penyalahgunaan

    narkoba. Dari hasil penelitian, 64.1% responden

    menyatakan memakai narkoba karena mudah

    mendapatkannya. Dalam kenyataanya sindikat pengedar

    narkoba memiliki strategi marketing yang berkembang dari

    waktu ke waktu.

    Saat ini setiap pelosok negeri telah terjamah oleh

    para pengedar sehingga jumlah pemakai terus bertambah.

    Pada Tabel 5 diketahui 82.1% menggunakan

    narkoba diawali karena faktor ketidaktahuan sehingga

    ingin coba-coba. Kalau narkoba berakibat buruk, mengapa

    penggunanya terus meningkat? Juga, kalau narkoba

    berbahaya mengapa orang tidak takut mengonsumsinya?

    Responden menyatakan sebelumnya belum memahami

    dampak negatif yang ditimbulkan akibat pemakaian. Dasar

    dari seluruh alasan penyebab penyalahgunaan narkoba

    adalah ketidaktahuan. Ketidaktahuan tersebut

    dimungkinkan akibat sosialisasi tentang penggunaan

    narkoba yang belum tersebar secara meluas. Menurut

    Nugroho Djajoesman (1999) motif ingin tahu

    mengakibatkan seseorang mencoba sesuatau yang belum

    atau kurang diketahui dampak negatifnya. Responden

    menyatakan menggunakan narkoba karena ingin

    mengetahui rasa dan membuktikan kenikmatannya

    (71.8%), mendapatkan perasaan tenang dan gembira

    (82.1%), mempunyai semangat dan enerjik (69.2%) dan

    ingin tampil prima dan percaya diri (51.3%). Responden

    menyatakan sebelumnya tidak mengetahui kenikmatan

    yang diperoleh dari menggunakan narkoba hanya

    kenikmatan sesaat dan menimbulkan khayalan yang

    membuat orang terbelenggu dalam keinginan untuk terus

    merasakan kenikmatan dan akhirnya tidak dapat terlepas

    dari ketagihan. Selain itu sebagian besar dari responden

    (69.2%) beralasan menggunakan narkoba karena ingin

    menghilangkan stres/ frustrasi/ tekanan batin, untuk

    menghalau rasa sakit pada anggota tubuh (51.3%)

    dan dianggap sebagai cara mudah melangsingkan tubuh

    (20.5%). Pengedar narkoba sangat pandai memasarkan

    narkoba. Bujukan dengan menawarkan narkoba sebagai

    food supplement dan pil sehat menyebabkan orang tergiur

    untuk menggunakannya. Penyalahgunaan narkoba bagi

    kalangan tertentu terutama para artis maupun ibu rumah

    tangga yang berbadan gemuk narkoba digunakan untuk

    melangsingkan tubuh. Penggunaan narkoba pada

    umumnya dapat menghilangkan nafsu makan, sekaligus

    karena lebih bersemangat dan menambah aktivitas fisik

    sehingga dapat menurunkan berat badan, dalam hal ini

    pemakai memikirkan efek yang ditimbulkan.

    KESIMPULAN

    1. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa faktor-faktor

    penyebab ketergantungan narkoba yang paling

    dominan adalah :

    - Faktor Individu, terutama seluruh responden

    mempunyai kebiasaan merokok (100%)

    - Faktor Keluarga, terutama disebabkan karena

    responden selalu memiliki uang yang lebih/ banyak

    (92.3%) dan selalu terjadi konflik dalam keluarga

    (82.1%).

    - Faktor Teman/ lingkungan, terutama karena diajak/

    dirayu oleh teman (66.7%)

    - Faktor Ketidaktahuan, terutama karena coba-coba

    (82.1%) dan untuk mendapatkan perasaan tenang

    dan gembira (82.1%).

    2. Penyalahgunaan narkoba akan memberikan pengaruh

    yang dianggap menyenangkan bagi pemakai, namun

  • 6

    kesenangan itu hanyalah bersifat sementara karena

    kebutuhan menggunakan sulit dihentikan dan

    menimbulkan efek ketergantungan; bila tidak

    menggunakan akan menimbulkan penderitaan fisik

    maupun jiwa pemakai.

    3. Untuk mencegah penyebaran dan peningkatan jumlah

    pengguna narkoba dibutuhkan peran serta seluruh

    lapisan, yang dimulai dari diri sendiri, orang tua,

    lingkungan sekolah, aparat pemerintah, tokoh

    masyarakat dan pemuka agama.

    4. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan efek buruk

    terhadap kesehatan seseorang dikarenakan narkoba

    memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat

    juga daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

    (kebiasaan) yang sangat tinggi sehingga bila seseorang

    sudah memulai menggunakan akan sulit untuk melepas

    dan menjadi ketergantungan. Satu-satunya cara agar

    tidak terjerumus dalam narkoba adalah dengan cara

    jangan pernah mencoba menggunakan narkoba.

    SARAN

    1. Agar para orang tua senantiasa mengawasi

    perkembangan perilaku anak dan meningkatkan

    komunikasi, perhatian juga kasih sayang dengan

    menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga,

    terlebih lagi orang tua hendaknya mengajak dan

    mendidik anak untuk menguatkan spiritual keagamaan.

    2. Kepada pemerintah

    a. Agar dapat memutus mata rantai jaringan dan

    peredaran narkoba agar tidak semakain meluas

    korban yang terkena. Hendaknya lebih ditingkatkan

    pengawasan terhadap tempat-tempat yang

    memungkinkan dilakukannya transaksi jual beli

    narkoba.

    b. Hendaknya pemerintah lebih memfasilitasi upaya

    pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui

    kegiatan promotif dan pereventif dengan

    melakukan pelatihan, dialog interaktif, kampanye

    anti narkoba maupun penyuluhan tentang

    pengenalan terhadap masalah narkoba pada

    kelompok masyarakat agar masyarakat mengetahui

    seluk beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk

    menggunakannya.

    3. Peran sekolah sangat mendukung pencegahan

    penyalahgunaan narkoba. Sangat diharapkan

    pengawasan terhadap siswa dengan melaksanakan

    peraturan dan tata tertib sekolah secara konsisten. Guru

    diharapkan selain mendidik juga mengamati dan

    mengawasi perilaku, prestasi dan perkembangan siswa

    agar siswa tidak terjerumus dalam penyalahgunaan

    narkoba.

    4. Bagi masyarakat, diharapkan peranannya dalam

    mencegah meluasnya penggunaan narkoba dengan

    melaporkan ke pihak barwajib bila dilingkungannya

    diketahui terjadi penyalahgunaan narkoba. Tokoh

    masyarakat/ organisasi pemuda sedapat mungkin

    merangkul pemuda/ remaja untuk melakukan kegiatan-

    kegiatan yang positif.

    5. Untuk keluarga yang anggota keluarganya terlibat

    penyalahgunaan narkoba dituntut kerjasamanya untuk

    bisa menerima keberadaan penderita narkoba dan

    mendukung upaya kesembuhan dari ketergantungan

    melalui rehabilitasi.

    KEPUSTAKAAN

    Hadiman. 2003. Peran Lingkungan Pendidikan dan

    Masyarakat dalam Pencegahan Bahaya Madat.

    FK UI. Jakarta

    Hawari, Dadang. 2003. Terapi Psikoreligius Pada

    Penderita NAZA.FK UI Jakarta

    ________, 2009. Penyalahgunaan dan Ketergantungan

    NAZA. Edisi Kedua. FK UI. Jakarta

    Hikmat, Mahi. 2007. Awas Narkoba, Para Remaja

    Waspadalah. PT. Grafitri Bandung

    Moesono, Anggadewi. 2003. Peran Keluarga dan

    Masyarakat sebagai Penangkal Penyalahgunaan

    Narkoba. FK UI. Jakarta

    Partodiharjo, Subagyo. 2007. Kenali Narkoba dan Musuhi

    Penyalahgunaannya. PT. Gelora Aksara Pratama.

    Jakarta

    Sarwono. 2003. Psikologi Remaja. PT Raja Grapindo.

    Jakarta

    Sofyan S.2005. Remaja dan Masalahnya. Alfabeta.

    Bandung

    Sudirman. 2003. Rehabilitasi Klinik Korban

    Penyalahgunaan NAPZA. FK UI. Jakarta

    Visimedia. 2006. Rehabilitasi bagi Korban Narkoba.

    Praninta Offset. Jakarta

  • 7

    PERILAKU MASYARAKAT (PEMILIK ANJING) TERHADAP

    PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI KECAMATAN TUNTUNGAN

    KOTA MEDAN TAHUN 2010

    Suprapto, Irma Erlina, Nelson Tanjung Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Medan

    Abstrak

    Rabies adalah termasuk salah satu jenis penyakit yang berbahaya dan mematikan. Selama ini sudah banyak

    orang dewasa dan anak-anak yang meninggal terkena virus rabies akibat digigit binatang piaraan. Binatang

    yang sering menjadi penyebab penular penyakit rabies ( HPR ) adalah anjing. Menurut laporan dari Dinas

    Kesehatan Kota Medan tahun 2008 kasus penyakit rabies tertinggi di Kecamatan Medan Tuntungan

    sebanyak 63 kasus. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif (Survey) dengan Cross Sectional

    Research. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, Sikap dan Tindakan masyarakat

    (pemilik anjing) terhadap pencegahan penyakit rabies di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun

    2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemilik anjing di Kecamatan Medan Tuntungan tahun

    2010 sebanyak 156 kepala keluarga; sampel diambil sebanyak 40 % dari populasi yaitu 63 kepala keluarga

    (diambil secara acak random sampling sederhana). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

    Questioner dan observasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara teknik manual, data disajikan dalam

    bentuk tabel frekuensi. Analisa data dilakukan secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini diperoleh perilaku,

    tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat (pemilik anjing) adalah buruk terhadap pencegahan

    penyakit rabies di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2010. Disarankan perlu penelitian

    lanjutan untuk wilayah Kota/Kabupaten yang tinggi kasus gigitan hewan penular Rabies (HPR), Perlu

    Petugas Puskesmas dan Dinas Peternakan Kecamatan bekerja sama melakukan penyuluhan tentang penyakit

    Rabies dan pencegahannya sekali sebulan, Pihak Kelurahan harus menginformasikan kepada pemilik anjing

    agar setiap tahun memvaksinasi rabies anjing peliharaannya ke Dinas Peternakan/ Dokter hewan

    Kata kunci: Rabies, Pencegahan

    A. PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

    Kasus Rabies di Indonesia pertama kali

    dilaporkan oleh Esser pada tahun 1884 pada seekor kerbau,

    kemudian oleh Penning tahun 1889 pada seekor anjing,

    sedangka kasus pada manusia dilaporkan oleh E.V. de Han

    tahun 1894 semua kasus ini terjadi di Provinsi Jawa Barat.

    Selama pendudukan Jepang situasi daerah tertular tidak

    diketahui, namun setelah Perang Dunia II peta Rabies di

    Indonesia berubah. Secara kronologis tahun kejadian

    penyakit Rabies berturut-turut terjadi di Jawa Barat (1948),

    Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953),

    Sumatera Utara (1959), DI. Aceh (1970), Jambi dan

    Yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi

    Tenggara (1972), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975),

    Kalimantan Tengah (1979), Kalimantan Selatan (1983)

    dan Flores (1998). (Departemen Pertanian, 1982).

    Masalah penyakit rabies di daerah Propinsi

    Sumatera Utara dari tahun ketahun sampai tahun 2007

    ditemukan 1.936 kasus gigitan dimana 1.456 kasus

    diberikan VAR (virus anti rabies) dan 5 kasus dinyatakan

    positif. Kelima kasus tersebut ditemukan di Kabupaten

    Deli Serdang, Simalungun, Tapanuli Utara masing-masing

    1 kasus dan Kabupaten Dairi sebanyak 2 kasus. Bila

    dibandingkan dengan tahun 2006, kasus gigitan anjing di

    Sumatera Utara ini sudah ada penurunan, namun jika

    diteruskan dengan melihat data pada tahun 2008 terjadi

    kenaikan lagi jumlah gigitan anjing sebanyak 2.634 kasus,

    2.040 kasus telah diberikan VAR dan 7 kasus dinyatakan

    positif. Dari 7 kasus tersebut ditemukan semuanya di Kota

    Medan, lalu bila dilihat pada data tahun 2009, terhitung

    sampai bulan September tercatat ada 1.660 kasus gigitan

    anjing dan 1.117 kasus telah diberikan VAR dan 26 kasus

    dinyatakan positif, dari 26 kasus tersebut 11 kasus berasal

    dari kota Medan dan 5 kasus dari Kabupaten Samosir dan

    1 kasus dari Kabupaten Langkat ( Profil Dinas Kesehatan

    Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2009).

    Menurut laporan Dinas Kesehatan Kota Medan

    Tahun 2008 kasus penyakit rabies tertinggi di Kecamatan

    Medan Tuntungan sebanyak 63 kasus, di Kecamatan

    Amplas sebanyak 45 kasus dan Kecamatan Hevetia

    sebanyak 40 kasus. Peningkatan kasus penyakit rabies

    kalau ditelusuri memang dapat disebabkan oleh banyak

    faktor antara lain adanya peningkatan jumlah populasi

    anjing, masih rendahnya kesadaran para pemiliknya untuk

  • 8

    menjaga kesehatan hewan piaraannya dan belum

    terbinanya system kewaspadaan penyakit rabies di wilayah

    kecamatan. Untuk mengantisipasi berkembangnya

    penyakit rabies ini, ada beberapa langkah yang dapat

    ditempuh dalam rangka untuk meningkatkan peran serta

    aktif masyarakat untuk pencegahan dan penanggulangan

    penyakit rabies. Berdasarkan latar belakang ini maka

    penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Perilaku

    masyarakat ( pemilik anjing ) terhadap pencegahan

    penyakit rabies di Kecamatan Medan Tuntungan Kota

    Medan Tahun 2010

    2. Rumusan masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang temui

    pada bab pendahuluan, maka dapat dirumuskan

    permasalahannya sebagai berikut : Bagaimana Perilaku

    Masyarakat (pemilik anjing) terhadap pencegahan penyakit

    Rabies di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

    Tahun 2010

    3. Tujuan Penelitian

    a. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui Perilaku Masyarakat (pemilik

    anjing) terhadap pencegahan penyakit Rabies di

    Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2010.

    b. Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pemilik

    anjing terhadap Pencegahan penyakit Rabies di

    Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun

    2010.

    2. Untuk mengetahui tingkat sikap masyarakat

    pemilik anjing terhadap pencegahan penyakit

    Rabies di Kecamatan Medan Tuntungan Kota

    Medan Tahun 2010.

    3. Untuk mengetahui tingkat tindakan masyarakat

    pemilik anjing terhadap pencegahan penyakit

    Rabies di Kecamatan Medan Tuntungan Kota

    Medan Tahun 2010.

    4. Manfaat penelitian

    a. Bagi Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan Kota

    Medan atau instansi terkait, penelitian ini dapat

    dijadikan sebagai masukan untuk menyusun

    langkah-langkah pencegahan dan pemberantasan

    Rabies.

    b. Bagi masyarakat khususnya pemilik anjing dapat

    mengetahui dan melaksanakan cara-cara

    pencegahan dan penanggulangan penyakit Rabies.

    c. Bagi pembaca untuk meningkatkan

    pengetahuan tentang penyakit Rabies, dan cara-

    cara pencegahan dan penanggulangannya.

    B. METODOLOGI PENELITIAN

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini bersifat Survei ( Diskriptif ) yaitu

    hanya melihat gambaran perilaku masyarakat (pemilik

    anjing) terhadap pencegahan penyakit Rabies di

    Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2010.

    2. Desain Penelitian

    Adapun desain penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah Cross Sectional yaitu hanya

    meneliti/melihat keadaan pada saat dilakukan

    penyebaran Questioner di lokasi penelitian.

    3. Populasi dan Sampel

    a.. Populasi dalam penelitian ini adalah : seluruh kepala

    keluarga yang memelihara anjing berdomisili di

    Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun

    2010 sebanyak 157 kepala keluarga.

    b. Sampel dalam penelitian diambil sebanyak 63

    orang kepala keluarga pemilik anjing (40 % dari

    populasi) (Arikunto,S, 2002).

    Penentuan sampel menggunakan cara simple

    random sampling dengan pembagian proporsional

    berdasarkan data kasus gigitan anjing (laporan Dinkes

    Kota Medan Tahun 2009) di Kecamatan Medan

    Tuntungan sebagai berikut :

    1. Kel. Simpang Selayang : 13 KK 2. Kel. Kemenangan Tani : 10 KK 3. Kel. Tanjung Selamet : 10 KK 4. Kel. Mangga : 20 KK 5. Kel. Simalingkar B : 10 KK

    -----------------------------------------------------

    Total : 63 KK.

    4. Analisa data Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan

    dengan cara manual.

    Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi dan analisis data dilakukan dengan cara diskriptif

    dengan menggunakan teori-teori yang berhubungan

    dengan permasalahan yang ditemukan.

    .

    5. Kerangka Konsep

    Variabelbebas Variabel terikat

    Perilaku Masy.

    (Pemilik-Anjing) Pencegahan

    - Pengetahuan Penyakit

    - Sikap Rabies

    - Tindakan

    6. Definisi Operasional

    a. Perilaku masyarakat (pemililik anjing)adalah gambaran

    pengetahuan,sikap dan tindakan pemilik anjing

    terhadap pencegahan penyakit Rabies.

  • 9

    b. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui

    kepala keluarga pemilik anjing terhadap Penyakit

    Rabies dan Pencegahaan penyakit Rabies.

    c. Sikap adalah respon atau tanggapan kepala keluarga

    pemilik anjing terhadap pencegahan penyakit Rabies.

    d. Tindakan adalah upaya yang dilakukan kepala keluarga

    pemilik anjing dalam memelihara, mengandangkan,

    memberi makan, memvaksinasi, menjaga kebersihan

    anjing dan mencegah penularan Rabies dari anjing

    yang dipelihara.

    e. Pencegahan penyakit Rabies adalah segala tindakan

    yang dilakukan kepala keluarga pemilik anjing untuk

    mencegah terjadinya gigitan anjing peliharaan terhadap

    penularan penyakit Rabies kepada manusia.

    7. Aspek Pengukuran :

    a. Untuk menilai Pengetahuan.

    1. Tingkat Pengetahuan Baik jika mendapat

    total nilai skor : >75% -100%

    2. Tingkat Pengetahuan Sedang jika

    mendapat total nilai skor : 60 % - 75 %

    3. Tingkat Pengetahuan Buruk jika men

    dapat total nilai skor : < 60 %

    Cara menilai jawaban aspek pengetahuan adalah

    sebagai berikut :

    Jumlah pertanyaan ada sebanyak 10 (sepuluh ) soal

    dengan 4 option jawaban (a, b, c dan d)

    Jika menjawab a diberi nilai = 1

    Jika menjawab b diberi nilai = 2

    Jika menjawab c diberi nilai = 3

    Jika menjawab d diberi nilai = 0

    b. Untuk menilai Sikap.

    1. Sikap Baik jika mendapat total nilai

    skor : >75% - 100%

    2. Sikap Sedang mendapat total nilai

    skor : 60 % - 75 %

    3. Sikap Buruk jika mendapat total nilai

    skor : < 60 %

    Cara menilai jawaban aspek Sikap adalah sebagai

    berikut :

    Jumlah pertanyaan ada sebanyak 10 (sepuluh) soal

    dengan 4 pilihan jawaban (TS, KS, S dan S)

    Jika menjawab TS diberi nilai = 0

    Jika menjawab KS diberi nilai = 1

    Jika menjawab S diberi nilai = 2

    Jika menjawab SS diberi nilai = 3

    c. Untuk menilai Tindakan

    1. Tindakan Baik jika mendapat total nilai

    skor : >75% -100%

    2. Tindakan Sedang jika mendapat total

    nilai skor : 60% - 75 %

    3. Tindakan Buruk jika mendapat total

    nilai skor : < 60 % (Arikunto,S,2002)

    Cara menilai jawaban aspek Tindakan adalah sebagai

    berikut :

    Jumlah pertanyaan ada sebanyak 5 (lima ) soal dengan

    4 option jawaban ( a, b, c dan d )

    Jika menjawab a diberi nilai = 1

    Jika menjawab b diberi nilai = 2

    Jika menjawab c diberi nilai = 3

    Jika menjawab d diberi nilai = 0

    C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

    1.1. Data Geografis

    Luas wilayah Kecamatan Medan Tuntungan adalah : 21,58

    Km2.

    Wilayah Kecamatan terletak 12 m diatas permukaan air

    laut.

    Batas wilayah Kecamatan Medan Tuntungan adalah :

    Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan

    Selayang dan Johor

    Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli

    Serdang.

    Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli

    Serdang.

    Jarak wilayah Kecamatan Medan Tuntungan ke kota

    Medan : 18 Km.

    Kecamatan Medan Tuntungan terdiri dari 9 kelurahan

    yaitu :

    1. Kelurahan Baru Ladang Bambu

    2. Kelurahan Sidomulyo

    3. Kelurahan Laucih

    4. Kelurahan Namu Gajah

    5. Kelurahan Kemenangan Tani

    6. Kelurahan Simalingkar B

    7. Kelurahan Simpang Selayang.

    8. Kelurahan Tanjung Selamat.

    9. Kelurahan Mangga.

    1.2. Data Demografi.

    1.2.1. Jumlah penduduk

    Jumlah penduduk di Kecamatan Medan

    Tuntungan pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel

    diabawah ini :

    Tabel 1. Jlh Penduduk Kecamatan Medan Tuntungan

    Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kelurahan

    Pada Tahun 2009

    No. Kelurahan Jenis kelamin

    Jlh Lk Pr

    1. Baru Ladang Bambu 1483 1308 2791

    2. Sidomulyo 707 920 1627

    3. Lau Cih 777 744 1521

    4. Namu Gajah 786 813 1599

    5. Kemenangan Tani 1627 1715 3342

    6. Simalingkar B 2176 2365 4541

    7. Simpang Selayang 7580 7550 15130

    8. Tanjung Selamat 4533 4563 9096

    9. Mangga 14042 15202 29244

    Jumlah 33711 35180 68891

    (Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tuntungan, Tahun 2010 ).

  • 10

    1.2.2. Mata Pencaharian

    Tabel 2. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk menurut

    Kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan

    Tahun 2009 No. Kelurahan Mata Pencaharian

    PNS Swasta ABRI Petani Peda-

    gang

    Pensiu

    nan

    Wira

    swasta

    1. Baru Ladang Bambu 106 619 16 - 26 - 160

    2. Sidomulyo 42 215 15 - 24 - 149

    3. Lau Cih 39 87 15 54 67 10 200

    4. Nam u Gajah 79 357 6 27 45 13 459

    5. Kemenangan Tani 664 305 18 89 411 49 319

    6. Simalingkar B 59 207 13 1727 62 31 -

    7. Simpang Selayang 714 2156 19 630 95 37 108

    8. Tanjung Selamat 398 1867 296 37 679 69 118

    9. Mangga 1688 2016 192 24 705 118 167

    Jumlah 3789 7832 590 2588 2114 327 1680

    (Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tuntungan, Tahun 2010).

    2. Hasil Penelitian

    2.1.Jenis kelamin

    Jenis kelamin kepala keluarga pemilik anjing

    yang diteliti sebagai responden adalah dapat dilihat pada

    tabel 3 diabawah ini.

    Tabel 3. Distribusi Frekuensi jenis kelamin kepala

    keluarga pemilik anjing di Kecamatan Medan

    Tuntungan Tahun 2010

    No. Jenis Kelamin Jumlah %

    1. Laki-Laki 52 82,54

    2. Perempuan 11 17,46

    Jumlah 63 100,00

    Pada Tabel 3 diatas terlihat bahwa jenis kelamin laki-

    laki yang paling banyak pada kepala keluarga pemilik

    anjing di Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 yaitu

    52 kepala keluarga ( 82,54 % )

    2.2. Umur

    Umur Kepala Keluarga Pemilik Anjing yang diteliti

    sebagai responden untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

    Tabel dibawah ini.

    Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kelompok Umur Kepala

    Keluarga Pemilik Anjing di Kecamatan Medan

    Tuntungan Tahun 2010

    No. Kelompok Umur Jumlah %

    1. 21 30 2 3,20

    2. 31 40 18 28,60

    3. 41 50 23 36,50

    4. 51 60 14 22,20

    5. 61 70 6 9,50

    Jumlah 63 100,00

    Berdasarkan pada Tabel 4 diatas, terlihat bahwa

    kelompok umur kepala keluarga pemilik anjing di

    Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 yang terbanyak

    pada kelompok umur 41 50 tahun yaitu 23 KK ( 36,50

    % ).

    2.3. Pendidikan

    Pendidikan Kepala Keluarga pemilik anjing yang

    menjadi responden dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini

    Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Kepala

    Keluarga Pemilik Anjing di Kecamatan Medan

    Tuntungan Tahun 2010

    No. Tingkat

    Pendidikan

    Jumlah %

    1. Tidak Tamat SD - -

    2. Tamat SD 6 9,50

    3. Tamat SLTP 2 3,20

    4. Tamat SLTA 29 46,00

    5. Akademi / PT 26 41,30

    Jumlah 63 100,00

    Berdasarkan pada Tabel 5 diatas, terlihat bahwa tingkat

    pendidikan Kepala Keluarga pemilik anjing di Kecamatan

    Medan Tuntungan Tahun 2010 yang terbanyak adalah

    SLTAsebanyak 29 KK ( 46,00% ), dan yang terendah adalah

    Tamat SLTP sebanyak 2 KK ( 3,20 % ).

    2.4. Pendapatan / Penghasilan

    Pendapatan / Penghasilan Kepala Keluarga Pemilik Anjing

    yang ditelitisebagai responden dapat dilihat padaTabel 6

    dibawah ini :

    Tabel 6. Distribusi Frekuensi Penghasilan Kepala

    Keluarga Pemilik Anjing di Kecamatan Medan

    Tuntungan Tahun 2010 No. Penghasilan / Bln (Rp) Jlh % Jumlah %

    1. < 965.000,- 2 3,20 2 3,20

    2. 965,000 s-d 1.500.000,- 24 38,10 24 38,10

    3. > 1.500.000,- 37 58,70 37 58,70

    Jumlah 63 100,00 63 100,00

    Berdasarkan Tabel 6 diatas, terlihat bahwa

    penghasilan Kepala Keluarga Pemilik Anjing di

    Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 terbanyak

    berpenghasilan > Rp. 1,500,000,- sebanyak 37 KK (58,70

    %)

    2.5. Pekerjaan

    Pekerjaan Kepala Keluarga Pemilik Anjing yang

    diteliti sebagai Responden dapat dilihat pada Tabel 7

    dibawah ini:

    Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Kepala Keluarga

    Pemilik Anjing di Kecamatan Medan Tuntungan

    Tahun 2010.

    No. Pekerjaan Jumlah %

    1. PNS / ABRI 14 22,20

    2. Pegawai Swasta 7 11,10

    3. Petani 7 11,10

    4. Wiraswasta 33 52,40

    5. Pensiunan 2 3,20

    Jumlah 63 100,00

    Berdasarkan Tabel 7 diatas, terlihat bahwa

    pekerjaan Kepala Keluarga Pemilik Anjing di

    Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 terbanyak

    adalah Wiraswasta sebanyak 33 KK (52,40 % ), dan yang

    terendah adalah Pegawai Swasta dan Petani sebanyak

    7KK ( 11,10 % ).

  • 11

    2.6. Pengetahuan

    Pengetahuan Kepala Keluarga pemilik anjing

    terhadap pencegahan penyakit Rabies di Kecamatan

    Medan Tuntungan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 8

    dibawah ini :

    Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

    Pemilik Anjing terhadap pencegahan Penyakit

    Rabies di Kecamatan MedanTuntungan Tahun

    2010

    No. Tingkat Pengetahuan Jlh %

    1. Baik 18 28,57

    2. Sedang 18 28,57

    3. Buruk 27 42,86

    Jumlah 63 100,00

    Berdasarkan Tabel 8 diatas, terlihat bahwa

    Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga Pemilik Anjing

    terhadap pencegahan penyakit Rabies di Kecamatan

    Medan Tuntungan Tahun 2010 adalah Buruk sebanyak

    27 KK ( 42,86 % ).

    2.7. Sikap

    Sikap Kepala Keluarga pemilik anjing

    terhadap pencegahan penyakit Rabies di Kecamatan

    Medan Tuntungan Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 9

    di bawah ini :

    Tabel 9. Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Pemilik

    Anjing terhadap pencegahan penyakit Rabies di

    Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

    No. Tingkat Sikap Jumlah %

    1. Baik 3 4,76

    2. Sedang 20 31,75

    3. Buruk 40 63,49

    Jumlah 63 100,00

    Berdasarkan Tabel 9 diatas, terlihat bahwa

    Tingkat Sikap Kepala Keluarga Pemilik Anjing

    terhadap pencegahan penyakit Rabies di Kecamatan

    Medan Tuntungan Tahun 2010 terbanyak adalah Buruk

    sebanyak 40 KK (63,49 %).

    2.8. Tindakan

    Tindakan Kepala Keluarga pemilik anjing

    terhadap pencegahan penyakit Rabies di Kecamatan

    Medan Tuntungan Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 10

    di bawah ini :

    Tabel 10. Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Pemilik

    Anjing terhadap pencegahan penyakit Rabies di

    Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

    No. Tingkat Tindakan Jumlah %

    1. Baik 0 0

    2. Sedang 6 9,52

    3. Buruk 57 90,48

    Jumlah 63 100,00

    Berdasarkan Tabel 10 diatas, terlihat bahwa

    Tingkat Tindakan Kepala Keluarga Pemilik Anjing

    terhadap pencegahan penyakit Rabies di Kecamatan

    Medan Tuntungan Tahun 2010 terbanyak adalah Buruk

    sebanyak 57 KK (90,48 %).

    3. Pembahasan

    Dalam rangka merubah pegetahuan, sikap dan

    tindakan individu, kelompok dan masyarakat perlu adanya

    intervensi atau tindakan-tindakan yang dapat memberi

    dampak besar terhadap perubahan perilkau, disamping

    dapat diterima dan layak dilaksanakan oleh masyarakat

    sebagai suatu kegiatan yang berhasil guna dan berdaya

    guna.

    3.1. Pengetahuan Responden Terhadap Pencegahan

    Penyakit Rabies.

    Pengetahuan merupakan domain yang sangat

    penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku

    yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

    pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

    Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003)

    didalam domain kognitif (pengetahuan) mempunyai 6

    (enam) tingkatan yaitu : (1) Tahu, (2) Memahami

    (3)Aplikasi, (4)Analisis, (5) Sintesis, (6) Evaluasi.

    Pengetahuan responden tentang pencegahan

    penyakit Rabies adalah untuk mengetahui sejauh mana

    responden mengetahui tentang adanya penyakit Rabies,

    dan sampai sejauhmana responden mengetahui cara-cara

    pencegahannya sehingga penyakit tersebut dapat dihindari.

    Penanggulangan dapat dilakukan dengan cara

    pencegahan dan pemberantasan hewan penular rabies

    (HPR) dengan melakukan vaksinasi terhadap anjing,

    kucing, kera, mengurangi jumlah populasi anjing liar atau

    anjing tak bertuan dengan jalan pembunuhan dan

    pencegahan perkembangbiakan, menangkap dan

    melaksanakan observasi hewan yang menggigit orang

    selama 10 14 hari.

    Terhadap hewan yang mati selama observasi atau

    yang dibunuh, harus diambil specimen untuk dikirimkan

    ke laboratorium terdekat untuk didiagnosis. Mengawasi

    dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan

    sebangsanya; membunuh atau mengurung selama 4

    (empat) bulan anjing, kucing penderita Rabies; menanam

    hewan yang mati karena Rabies sekurang-kurangnya 1

    (satu) meter atau dibakar dan melarang keras pembuangan

    bangkai.

    Hasil penelitian pada tabel 9 menunjukkan bahwa

    dari 63 responden, 27 KK (42,86 %) pengetahuan

    responden terhadap pencegahan penyakit Rabies masih

    tergolong dalam kategori buruk dan 18 KK (28,57 %)

    pengetahuan responden tergolong kategori sedang / baik.

    Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Sapura (2003) di

    Kabupaten Lampung Selatan bahwa 53,5 % responden

    mempunyai pengetahuan kurang, dan begitu juga pada

    hasil penelitian Imelda Eka Shinta (2005) di Kota

    Palangkaraya bahwa 53,5 % responden berpengetahuan

    kurang terhadap penyakit Rabies. Hal ini menunjukkan

    bahwa responden masih banyak yang belum memperoleh

    informasi tentang Rabies. Sesuai dengan tingkat

  • 12

    pengetahuan, bahwa tingkat paling rendah adalah tahu,

    seseorang yang pernah mendengar tentang Rabies diartikan

    mengingat kembali informasi tersebut. Hal ini sebagai

    acuan, sehingga tangkat tahu dapat dikategorikan sebagai

    tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Tingkatan tahu

    dikatakan paling rendah karena seseorang akan mampu

    memahami Aplikasi-Analisis-Sintesis dan melakukan

    Evaluasi apabilaorang tersebut memiliki pengetahuan.

    Seseorang dikatakan mampu memahami tentang

    Rabies apabila orang tersebut mampu menjelaskan secara

    benar tentang Rabies, menginterpretasikan tentang Rabies

    secara benar. Karena sebagian besar responden belum

    mengetahui tentang Rabies tentunya belum mampu

    menjelaskan secara benar bagaimana Rabies tersebut.

    Berdasarkan pendapat Patriani yang dikutip oleh

    Cendrawirda (2003) menyatakan bahwa pendidikan

    berkaitan erat dengan penerimaan seseorang terhadap suatu

    pengetahuan termasuk dalam hal ini pengetahuan tentang

    Rabies dan menurut penelitianyang dilakukan oleh

    Widyana (2005) bahwa responden dengan tingkat

    pengetahuan yang kurang merupakan faktor resiko

    terhadap terjadinya penyakit Rabies.

    Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

    sebagian besar responden pendidikannya menengah ke atas

    dan hal ini kemungkinan berkaitan dengan pengetahuan

    yang dimiliki. Disamping itu sebagian besar responden

    memiliki umur yang produktif (20 50) tahun seperti pada

    tabel 5. Orang-orang yang umurnya dalam kategori

    produktif biasanya masih mempunyai daya nalar yang

    cukup sehingga pengetahuan responden tergolong dalam

    kategori cukup. Oleh sebab itu untuk meningkatkan

    pengetahuan responden, petugas Puskesmas bekerjasama

    dengan Petugas Peternakan Kecamatan perlu tetap

    melakukan penyuluhan tentang pencegahan dan

    penanggulangan kasus Rabies secara secara berkala (sekali

    dalam sebulan).

    Peningkatan kasus Rabies di masyarakat

    berkaitan erat dengan pengetahuan masyarakat tentang

    penyakit Rabies, peningkatan populasi anjing peliharaan,

    cara pencegahan dan penanggulangan penyakit Rabies.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

    peningkatan pengetahuan masyarakat tentang Rabies dapat

    mengurangi tingginya kasus penyakit Rabies.

    3.2. Sikap Responden Terhadap Pencegahan Penyakit

    Rabies.

    Notoatmodjo (2003) menyatakan Sikap

    merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih

    tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak

    dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

    terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Dalam

    kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

    emosional terhadap stimulus sosial, dalam hal ini terhadap

    pencegahan dan penanggulangan penyakit Rabies.

    Hasil penelitian pada Tabel 10 menunjukkan

    bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang

    buruk yaitu 40 KK (63,49 %) terhadap pencegahan

    penyakit Rabies, sedangkan sikap responden dengan sikap

    yang sedang yaitu 20 KK (31,75 %). Jika dibandingkan

    dengan hasil penelitian Sapura (2003) di Kabupaten

    Lampung Selatan 51,2 % responden memiliki sikap

    kurang, dan begitu juga hasil penelitian Imelda Eka Shinta

    (2005) di Kota Palangkaraya bahwa 51,2 % responden

    memiliki sikap kurang terhadap penyakit Rabies. Hal ini

    menunjukkan bahwa responden mempunyai sikap negatif

    (tidak menerima) tentang pencegahan dan penanggulangan

    penyakit Rabies.

    Sesuai dengan pendapat Allport yang dikutip

    oleh Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap itu

    mempunyai 3 (tiga) komponen pokok yaitu :

    (1) Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek, (2)

    Kehidupan emosional terhadap suatu objek, (3)

    Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini

    secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

    Keyakinan masyarakat terhadap terjadinya kasus Rabies

    yang ditularkan melalui gigitan anjing dipengaruhi oleh

    karakter individu dalam melakukan evaluasi. Penyakit

    Rabies di masyarakat akan terjadi jika sikap masyarakat

    terhadap kondisi tersebut tidak mendukung kearah

    pencegahan dan penanggulangan.

    Menurut Sumarmo (2002) bahwa sikap

    masyarakat yang kurang mendukung dalam pencegahan

    penyakit Rabies serta tidak menerima anjuran tentang

    penanggulangan Rabies sangat erat kaitannya untuk

    menjadi faktor resiko terhadap kejadian penyakit Rabies.

    Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

    sebagian kecil responden memiliki sikap baik. Terjadinya

    penyakit Rabies bukan karena mempunyai sikap baik saja,

    tetapi karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan tindakan.

    Namun sikap ini mendukung masyarakat lebih mudah

    untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan

    penyakit Rabies. Oleh sebab itu agar masyarakat mau

    melakukan pencegahan dan penanggulangan penyakit

    Rabies, maka pihak Kelurahan maupun Puskesmas perlu

    memberikan informasi mengenai penyakit Rabies.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

    manifestasi sikap masyarakat terhadap penyakit Rabies

    tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

    dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap masyarakat

    secara nyata merupakan reaksi yang emosional untuk

    berperilaku. Kemungkinan terjadinya penyakit Rabies ini

    ditentukan oleh sikap masyarakat dalam merespons

    keadaan lingkungan.

    3.3. Tindakan Responden Terhadap Pencegahan

    Penyakit Rabies.

    Tindakan responden terhadap pencegahan

    penyakit Rabies adalah merupakan bentuk nyata sudah

    atau belum dilaksanakannya kegiatan untuk kesehatan

    berupa tindakan tentang pencegahan penyakit Rabies

    dalam kehidupan sehari-hari.

    Tindakan mempunyai beberapa tingkatan

    menurut Notoatmodjo (2003), yaitu : (1) Persepsi yaitu

    mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

    tindakan yang akan diambil, (2) Respons terpimpin yaitu

    dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar,

    (3) Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat

    melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau

    sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, (4) Adaptasi yaitu

    tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya

  • 13

    tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi

    kebenaran tindakan tersebut.

    Hasil penelitian pada Tabel 11 menunjukkan

    bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan yang

    buruk yaitu 57 KK ( 90,48 % )terhadap pencegahan

    penyakit Rabies, sedangkan responden yang memiliki

    tindakan sedang yaitu 6 KK ( 9,52 % ). Jika dibandingkan

    dengan hasil penelitian Sapura (2003) di Kabupaten

    Lampung Selatan,bahwa 20,9 % responden mencuci luka

    digigit anjing, 41,9 % responden memberi antiseptik di

    rumah, 18,6 % responden membiarkan anjing lari, 11,6 %

    responden membunuh anjing dan 13,9 % responden

    mengobservasi anjing yang telah menggigit orang. Begitu

    juga dengan hasil penelitian dari Imelda Eka Sinhta (2005)

    di Kota Palangkaraya hampir sama. Hal ini menunjukkan

    bahwa responden belum melakukan tindakan untuk

    pencegahan penyakit Rabies dengan cara memvaksinasi

    anjing setiap tahun, mengandangkan anjing dengan baik

    dan menjaga kesehatan anjing serta memberi makan

    anjingnya dengan makanan yang baik.

    Menurut Depkes RI (2000) menyatakan bahwa

    cara utama penanggulangan penyakit Rabies adalah

    dengan melakukan tindakan Pencegahan dan

    Pemberantasan hewan penular rabies (HPR) dengan

    melakukan vaksinasi terhadap anjing, kucing, kera,

    mengurangi jumlah populasi anjing liar atau anjing tak

    bertuan dengan jalan pembunuhan dan pencegahan

    perkembang biakan, menangkap dan melaksanakan

    observasi hewan yang menggigit orang selama 10 14

    hari. Terhadap hewan yang mati selama observasi atau

    yang dibunuh, harus diambil specimen untuk dikirimkan

    ke laboratorium terdekat untuk didiagnosis. Mengawasi

    dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan

    sebangsanya; membunuh atau mengurung selama 4

    (empat) bulan anjing, kucing penderita Rabies; menanam

    hewan yang mati karena Rabies sekurang-kurangnya 1

    (satu) meter atau dibakar dan melarang keras pembuangan

    bangkai.

    Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

    sebagian responden belum memiliki kesadaran terhadap

    pencegahan penyakit Rabies, masih banyak responden

    tidak memvaksinasi anjingnya secara rutin setiap tahun,

    tidak memberi makan anjingnya dengan makanan yang

    baik (masih memberi sisa-sisa makanan), anjing masih

    dibiarkan berkeliaran dan tidak dikandangkan dengan baik,

    kebersihan anjing belum terawat dengan baik dan anjing

    dilepas dan tidak dipasang brangus atau brongsong anjing

    seperti yang dinformasikan oleh Petugas Peternakan

    Kecamatan atau Puskesmas. Oleh sebab itu disamping

    Kelurahan, Prtugas Puskesmas dan Petugas Peternakan

    Kecamatan mau mengajak masyarakat, pihak-pihak

    tertentu juga harus ikut serta dalam memberikan informasi

    mengenai pencegahan penyakit Rabies seperti organisasi

    sosial (LKMD, PKK dan sebagainya). Dan pihak

    Kelurahan juga mau mengajak masyarakat agar setiap

    memelihara anjing harus melapor kepada Lurah/ petugas

    Peternakan Kecamatan/ Dinas Peternakan, dan membuat

    kandang anjing, memvaksinasi Rabies anjingnya ke

    petugas Peternakan Kecamatan/ Dinas Peternakan, atau

    Dokter Hewan secara rutin setiap tahun serta jika njing

    keluar dari kandang memasangkan brangus/ brongsong

    anjing, menjaga kesehatan anjing, memberi makanan

    khusus anjing dan menjaga kebersihan anjing dengan baik.

    D. KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

    diatas dapat disimpulkan

    sebagai berikut :

    1.1. Perilaku masyarakat (pemilik anjing) terhadap

    pencegahan penyakit Rabies di Kecamatan Medan

    Tuntungan dikategorikan masih buruk.

    1.2. Tingkat pengetahuan masyarakat (pemilik anjing)

    terhadap pencegahan penyakit Rabies di

    Kecammatan Medan Tuntungan sebagian besar

    buruk.

    1.3. Sikap masyarakat (pemilik anjing) terhadap

    pencegahan penyakit Rabies di Kecamatan Medan

    Tuntungan sebagian besar buruk.

    1.4. Tindakan masyarakat (pemilik anjing) terhadap

    pencegahan penyakit Rabies di Kecamatan Medan

    Tuntungan sebagian besar buruk.

    2. Saran

    2.1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan wilayah

    yang lebih luas seperti Kota / Kabupaten yang tinggi

    kasus gigitan hewan penular Rabies (HPR).

    2.2. Perlu Petugas Puskesmas dan Petugas Peternakan

    Kecamatan bekerja sama melaksanakan penyuluhan

    tentang pencegahan penyakit Rabies kepada

    masyarakat (pemilik anjing) minimal sekali sebulan.

    2.3. Pihak Kelurahan harus menginformasikan kepada

    masyarakat (pemilik anjing) agar memvaksinasi

    Rabies anjingnya secara rutin setiap tahun di Dinas

    Peternakan/ Dokter Hewan.

    2.4. Peran serta masyarakat dan Organisasi Sosial

    (LKMD, PKK dan sebagainya) turut memberikan

    informasi kepada masyarakat (pemilik anjing) untuk

    melaporkan anjing peliharaannya, mengandangkan

    anjingnya, atau memasang brangus/brongsong,

    memberi makan anjing dengan makanan yang baik,

    menjaga kebersihan dan kesehatan anjing

    peliharaannya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto,S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu

    pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta

    Dep.Kes.RI, Dep.Pertanian RI, Mendagri, 1978,

    Keputusan bersama Nomor:

    279A/Menkes/SK/VIII/1978; No:143 Tahun

    1978 Tentang Peningkatan Pemberantasan dan Penanggulangan Rabies, Jakarta

    Dep.Kes.RI, 1999, Visi dan Misi Departemen Kesehatan

    Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

    ----------------, 2000, Petunjuk Perencanaan dan

    Penatalaksanaan kasus gigitan hewan tersangka/ Rabies di Indonesia, Jakarta

  • 14

    ----------------, 2003, Petunjuk Pemberantasan

    Rabies di Indonesia, Jakarta.

    ----------------, 2004, Sistem Kesehatan Nasional,

    Jakarta.

    Dep.Kes.RI, 2009, Pedoman Pelaksanaan Program

    Penanggulangan Rabies di Indonesia, Depkes

    RI, Direktorat Jenderal PP&PL , Jakarta.

    Dep.Pertanian RI,1982, Keputusan Menteri Pertanian

    RI No.363/Kpts/Um/5/1982 Tentang Pedoman

    Khusus Pencegahan dan Pemberantasan Rabies, Jakarta.

    Dinkes Prov.Sum.Utara, 2009, Profil Kesehatan Provinsi

    Sumatera Utara Tahun 2009, Medan.

    Dinkes Kota Medan, 2009, Profil Kesehatan Kota

    Medan Tahun 2009, Medan

    Imelda Eka Sintha, 2005, Upaya penanganan kasus

    gigitan hewan penular Rabies oleh masyarakat

    di Kota Palangka Raya.

    Jawetz F, dkk, 2005, Mikrobiologi Kedokteran, Salemba

    Medica, Jakarta.

    Notoatmojo, Soekidjo, 2005, Ilmu Kesehatan

    Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Penerbit

    Rineka Cipta, Jakarta.

    ________, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan,

    Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

    Oswari O, 2003, Penyakit dan Penanggulangannya,

    FKUI, Jakarta.

    Sapura, 2003, Upaya penanganan kasus kasus

    gigitan hewan penular Rabies oleh masyarakat

    di Kabupaten Lampung Tengah.

    Soedarto, 2004, Sinopsis Virologi Kedokteran, UNAIR,

    Surabaya

  • 15

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKLENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) PADA IBU HAMIL

    DI DESA KLUMPANG KAMPUNG KECAMATAN HAMPARAN PERAK

    KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009

    Rina Doriana Pasaribu Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan

    Abstrak

    Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan

    terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Imunisasi Tetanus Toxoid, merupakan pemberian vaksin yang

    sangat aman untuk wanita hamil dan tidak berbahaya pada janin. Dengan Angka Kematian Ibu akibat

    infeksi nifas sebesar 12%, dan Angka Kematian Bayi akibat Tetanus Neonatorum sebesar 9,8% dapat

    dicegah dengan pemberian imunisasi Tetanus Toxoid pada masa kehamilan. Penelitian ini bersifat

    deskriptif analitik dengan metode pendekatan Cross Sectional yang menggunakan data primer dan

    data sekunder. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Sampling Jenuh kemudian data diolah

    dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Berdasarkan hasil tabel distribusi frekuensi dari 83

    orang responden, jumlah ibu hamil yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 32 orang

    (38,55%), mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 22 orang (68,75%). Berdasarkan pendidikan

    mayoritas responden dengan pendidikan dasar sebanyak 19 orang (59,37%). Berdasarkan pekerjaan

    mayoritas responden dengan status bekerja sebanyak 18 orang (56,25%). Mayoritas responden

    memiliki jarak tempat tinggal yang jauh dengan tempat pelayanan sebanyak 22 orang (68,75%).

    Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0,05 maka diperoleh ada

    hubungan pengetahuan, pendidikan, jarak tempat tinggal dan tempat pelayanan kesehatan dengan

    ketidaklengkapan imunisasi TT, dan tidak ada hubungan pekerjaan ibu dengan ketidaklengkapan

    imunisasi TT. Dari empat variabel yang diteliti ternyata yang memiliki hubungan hanya tiga variabel,

    yaitu pengetahuan, pendidikan, jarak tempat tinggal dan tempat pelayanan kesehatan, dan variabel

    pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan ketidaklengkapan imunisasi TT Ibu hamil..

    Kata kunci: Ibu Hamil, Ketidaklengkapan Imunisasi TT

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang Angka kematian Ibu bersama dengan Angka

    Kematian Bayi menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Pada tahun 2005 angka kematian maternal di Negara maju adalah 9 per 100.000 kelahiran hidup dan di negara berkembang mencapai 450 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian maternal di Indonesia sebesar 420 per 100.000 kelahiran hidup menempati urutan ke-12 dari 18 negara di ASEAN dan SEARO (World Health Statistics, 2008).

    Menurut Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Budihardja, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI, AKI disebabkan oleh perdarahan sebesar 30%, preeklamsi sebesar 25%, dan infeksi masa nifas sebesar 12% (Budihardja, 2009).. Diperkirakan 15.000-30.000 wanita yang tidak terimunisasi TT diseluruh dunia meninggal setiap tahun

    karena terinfeksi clostridium tetani pasca partus (Matsum, 2008).

    Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik estimasi Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab tingginya AKB adalah infeksi pada masa neonatus sebesar 24% (tetanus neonatorum 12,5%, pneumonia 7,5%, sepsis 4%) menempati urutan ketiga setelah BBLR dan asfiksia (Depkes, 2007).

    Diperkirakan 50.000 bayi di seluruh dunia meninggal setiap tahun karena ibu hamil tidak mendapatkan imunisasi TT pada masa hamil (Matsum, 2008). Berdasarkan Incidence Series Immunization, kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah Negara tropis dan Negara berkembang yang masih memiliki kondisi kesehatan yang rendah. Data Organisasi Kesehatan dunia WHO menunjukkan kematian akibat tetanus di Negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding Negara maju (Depkes, 2007).

    Pada tahun 2007 jumlah kasus tetanus neonatorum diantara 8 negara ASEAN, angka tertinggi terjadi di Filipina dan Indonesia (141 kasus). Menurut Dadi, Sekertaris Jendral Depkes RI tahun 2002, bahwa

  • 16

    9,8% dari sekitar 184.000 bayi baru lahir yang meninggal setiap tahun disebabkan oleh tetanus neonatorum (Dadi, 2002). Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara jumlah kasus tetanus neonatorum yang dilaporkan pada tahun 2007 adalah 17 kasus dan 3 kasus diantaranya terjadi di Kabupaten Deli Serdang (Dinkes Sumatera Utara, 2007).

    Di Sumatera Utara tahun 2008 dari jumlah ibu hamil yang terdapat di Sumatera Utara sebesar 350.485 yang mengikuti TT1 sebanyak 171.676 (49,0%), TT2 sebanyak 155.284 (44,30%), TT3 sebanyak 90.720 (25,88%), TT4 sebanyak 74.882 (21,36%), dan TT5 sebanyak 63.642 (18,16%) (Dinkes Sumatera Utara, 2008). Di Kota Medan dari jumlah Ibu hamil 56.511 yang mengikuti TT1 sebanyak 9.086 (16,1%), TT2 sebanyak 7.938 (14,0%), TT3 sebanyak 5.154 (9,1%), TT4 sebanyak 4.622 (8,2%), TT5 sebanyak 3.773 (6,7%) (Dinkes Sumatera Utara, 2008). Di Deli Serdang dari jumlah ibu hamil sebanyak 43.805 yang mengikuti TT1 sebanyak 22.270 (50,8%) dan TT2 sebanyak 21.605 (49,3%), TT3 sebanyak 15.190 (34,7%), TT4 sebanyak 12.344 (28,2%), TT5 sebanyak 10.291 (23,5%) (Dinkes Sumatera Utara, 2008).

    Dari Survei pendahuluan Di Desa Klumpang Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, didapati bahwa dari jumlah ibu hamil pada tahun 2008 sebanyak 145 orang, yang mengikuti TT1 sebanyak 80 orang (55.17%), TT2 sebanyak 65 orang (44.82%), TT3 sebanyak 57 orang (39,3), TT4 sebanyak 40 orang (27,6), TT5 sebanyak 26 orang (17,9). Dari data tentang pemberian imunisasi TT di atas perlu diadakan penelitian untuk megetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu hamil.

    Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil di Desa Klumpang Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009?.

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketidaklengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil di Desa Klumpang Kampung Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.

    Metode Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional-survey dengan meneliti variabel independen dan variabel dependen secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Desa Klumpang Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dengan berbagai pertimbangan, yaitu : Banyaknya ibu hamil di Desa Klumpang Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang yang tidak mendapatkan Imunisasi TT secara lengkap dan Belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-

    faktor yang mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2009 s/d Agustus 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berada di Desa Klumpang Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Periode Juni 2009 sebanyak 83orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampel jenuh yaitu dilakukan dengan mengambil total populasi untuk dijadikan sampel. Jenis dan sumber data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Jenis dan sumber data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data primer dan datasekunder. Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Analisis Data Univariat Analisis data univariat ini digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi atau besarnya proporsi dari variabel independen dan variabel dependen sehingga dapat diketahui variasi dari masing-masing variabel (Notoatmodjo, 2005). b. Analisis Data Bivariat Analisis data bivariat ini digunakan untuk mengerti bagaimana hubungan variable bebas dengan variable terikat, dengan menggunakan uji statistik chi-square. Hipotesis pada derajat kemaknaan 0,05 atau = 0,05 dengan derajat kepercayaan 95% (Budiarto, 2007). Adapun rumus chi-square yang digunakan adalah

    sebagai berikut: X2 =

    E

    E0 2

    Dimana: X2

    = Chi-square O = nilai hasil observasi E = nilai yang diharapkan

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisa Data Univariat Analisis data univariat digunakan untuk melihat

    distribusi frekuensi dari variabel dependen dan variabel independen, yaitu : Tabel Distribusi Responden mengenai Ketidaklengkapan Imunisasi TT Ibu Hamil di Desa Klumpang Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

    No Ketidaklengkapan Imunisasi TT

    Frekuensi %

    1. Tidak Lengkap 32 38,55 2. Lengkap 51 61,45

    Jumlah 83 100

    Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Hamil Di Desa Klumpang Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

    No Pengetahuan Frekuensi %

    1. Baik 22 26,50 2. Cukup 24 28,92 3. Kurang 37 44,58

    Jumlah 83 100

  • 17

    Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

    Ibu Hamil di Desa Klumpang Kampung Kecamatan

    Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

    No Pendidikan Frekuensi %

    1. Dasar 33 39,76

    2. Menengah 30 36,14

    3. Tinggi 20 24,10

    Jumlah 83 100

    Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu

    Hamil di Desa Klumpang Kampung Kecamatan

    Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

    No Pekerjaan Frekuensi %

    1. Tidak Bekerja 44 53,01

    2. Bekerja 39 46,99

    Jumlah 83 100

    Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Tempat

    Tinggal dengan Tempat Pelayanan Kesehatan Di Desa

    Klumpang Kampung Kecamatan Hamparan Perak

    Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

    No Jarak Tempat Tinggal

    Dengan Tempat

    Pelayanan Kesehatan

    Frekuensi %

    1. Jauh 34 40,96

    2. Sedang 26 31,33

    3. Dekat 23 27,71

    Jumlah 83 100

    Analisa Data Bivariat

    Analisa data bivariat digunakan untuk melihat

    kemaknaan hubungan antara variabel independen dan

    variabel dependen yang dilakukan dengan uji statistik

    Chi-Square (X)

    Tabel Hubungan Ketidaklengkapan Imunisasi TT Ibu Hamil dengan Tingkat Pengetahuan Ibu di Desa Klumpang

    Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

    No Pengetahuan

    Status Imunisasi TT Ibu Hamil Total

    X

    Hitung

    X

    Tabel Tidak Lengkap Lengkap

    f % f % f %

    15,15

    5,991 1. Baik 2 6,25 20 39,22 22 26,50

    2. Cukup 8 25 16 31,37 24 28,92

    3. Kurang 22 68,75 15 29,41 37 44,58

    Total 32 100 51 100 83 100

    Tabel Hubungan Ketidaklengkapan Imunisasi TT Ibu Hamil dengan Pendidikan Ibu di Desa Klumpang Kampung

    Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

    No Pendidikan

    Status Imunisasi TT Ibu Hamil Total

    X

    Hitung

    X

    Tabel Tidak Lengkap Lengkap

    f % F % f %

    14,56

    5,991

    1. Dasar 19 59,37 14 27,45 33 39,76

    2. Menengah 12 37,50 18 35,29 30 36,14

    3. Tinggi 1 3,13 19 37,25 20 24,10

    Total 32 100 51 100 83 100

    Tabel Hubungan Ketidaklengkapan Imunisasi TT Ibu Hamil dengan Pekerjaan Ibu di Desa Klumpang Kampung

    Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

    No Pekerjaan

    Status Imunisasi TT Ibu Hamil Total

    X

    Hitung

    X

    Tabel Tidak Lengkap Lengkap

    f % F % f %

    1,79

    3,841 1. Tidak Bekerja 14 43,75 30 58,83 44 53,01

    2. Bekerja 18 56,25 21 41,17 39 46,99

    Total 32 100 51 100 83 100

  • 18

    Tabel Hubungan Ketidaklengkapan Imunisasi TT Ibu Hamil dengan Jarak Tempat Tinggal dan Tempat Pelayanan

    Kesehatan di Desa Klumpang Kampung Kecamatan Hfmparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

    No

    Jarak Tempat Tinggal

    Dengan Tempat

    Pelayanan Kesehatan

    Status Imunisasi TT Ibu Hamil Total X Hitung X Tabel

    Tidak Lengkap Lengkap

    f % f % f %

    17,61

    5 ,991 1. Jauh 22 68,75 12 23,53 34 40,96

    2. Sedang 7 21,88 19 37,26 26 31,33

    3. Dekat 3 9,37 20 39,21 23 27,71

    Total 32 100 51 100 83 100

    Berdasarkan uji stastistik Chi-Square (X)

    memperlihatkan adanya hubungan pengetahuan ibu

    dengan ketidaklengkapan imunisasi TT pada ibu

    hamil dengan = 0,05, maka diperoleh nilai df

    = 2 dan hasil X Hitung = 15,15, dan hasil X Tabel

    = 5,991, berarti X Hitung > X Tabel (15,15 > 5,991).

    Hal tersebut sesuai dengan teori yang

    dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005) bahhwa

    pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah manusia

    melakukan penginderaan dan pengamatan terhadap

    suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

    merupakan komponen yang sangat penting untuk

    membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan

    diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menemukan

    rasa percaya diri, sehingga dikatakan bahwa

    pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan

    seseorang (Notoatmodjo, 2005).

    Menurut Syahrul salah satu faktor yang

    menyebabkan ibu tidak lengkap mendapat imunisasi

    TT adalah faktor pengetahuan tentang imunisasi

    tersebut. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa

    terdapat kaitan antara pengetahuan ibu dengan angka

    drop out imunisasi TT pada ibu hamil. Hasil penelitian

    m