isolasi dan identifikasi molekuler bakteri ...repository.ub.ac.id/8245/1/fitriyah nurul...
TRANSCRIPT
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI ENDOFIT AKAR MANGROVE Sonneratia alba PENGHASIL ENZIM GELATINASE
SKRIPSI
Oleh:
UMAYA RIZKA FITRIYAH NIM. 135080301111063
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI ENDOFIT AKAR MANGROVE Sonneratia alba PENGHASIL ENZIM GELATINASE
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Oleh:
UMAYA RIZKA FITRIYAH NIM. 135080301111063
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
DESEMBER 2017
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI ENDOFIT AKAR MANGROVE Sonneratia alba PENGHASIL ENZIM GELATINASE
SKRIPSI
Oleh:
UMAYA RIZKA FITRIYAH NIM. 135080301111063
Telah dipertahankan didepan penguji
Pada tanggal 22 Desember 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dosen Pembimbing 1
(Prof. Dr. Ir. Happy Nursyam, MS)
NIP. 19600322 198601 1 001
Tanggal:
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 2
(Dr. Sc. Asep Awaludin Prihanto, S.Pi, MP)
NIP. 19810602 200604 1 001
Tanggal:
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan
(Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS)
NIP. 19620805 198603 2 001
Tanggal:
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI
ENDOFIT AKAR MANGROVE Sonneratia alba
PENGHASIL ENZIM GELATINASE
Nama Mahasiswa : UMAYA RIZKA FITRIYAH
NIM : 135080301111063
Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : Prof. Dr. Ir. HAPPY NURSYAM, MS
Pembimbing 2 : Dr. Sc. ASEP AWALUDIN PRIHANTO, S.Pi, MP
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : Dr. Ir. HARTATI KARTIKANINGSIH, MSi
Dosen Penguji 2 : RAHMI NURDIANI, S.Pi, MApp.Sc, PhD
Tanggal Ujian : 22 DESEMBER 2017
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Umaya Rizka Fitriyah
NIM : 135080301111063
Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi “Isolasi dan Identifikasi
Molekuler Bakteri Endofit Akar Mangrove Sonneratia Alba Penghasil Enzim
Gelatinase” yang saya tulis ini benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila terdapat dikemudian hari tebukti atau dapat dibuktikan skripsi ini
hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut,
sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, 22 Desember 2017
Mahasiswa
Umaya Rizka Fitriyah
RIWAYAT HIDUP
Umaya Rizka Fitriyah adalah penulis dari tugas akhir ini
yang merupakan anak terakhir dari pasangan suami istri H.
Zainuri Noer dan Siti Fatimah. Penulis lahir di Malang
tanggal 4 Maret 1995, saat ini berumur 22 tahun.
Menempuh pendidikan di SDN Tulus Besar 02 pada tahun
2001, dilanjutkan di SMPN 1 Tumpang pada tahun 2007,
kemudian SMAN 1 Tumpang pada tahun 2010 dan terakhir baru menyelesaikan
pendidikan di Universitas Brawijaya Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan.
Penulis semasa kuliahnya berusaha aktif dengan mengikuti berbagai
macam organisasi guna mengembangkan diri. Penulis sangat menyadari bahwa
tidak hanya kemampuan akademik saja namun perlu diimbangi dengan
organisasi untuk meningkatkan softskill. Penulis tertarik pada isu-isu lingkungan
dan sosial yang sangat erat kaitannya dengan konsentrasi studi Teknologi Hasil
Perikanan. Sebagai seorang yang menggeluti dibidang pangan maka
pemanfaatan sumberdaya alam menjadi produk yang berguna bagi manusia juga
perlu memikirkan dampak terhadap ekologi. Oleh sebab itu, penulis tetap
berinovasi dibidang pangan namun juga memperhatikan kebaikan alam itu
sendiri. Hingga akhirnya konsep itu tertuang pada tugas akhir yang terselesaikan
dengan baik. Penulis menyusun tugas akhir berupa skripsi yang berjudul “Isolasi
dan Identifikasi Molekuler Bakteri Endofit Akar Mangrove Sonneratia Alba
Penghasil Enzim Gelatinase”. Penulis berharap tugas akhir tersebut dapat
bermanfaat bagi semua pihak sekaligus turut menyumbang hasil penelitian untuk
bidang keilmuan. Akhir kalimat penulis mengucapkan syukur atas
terselesaikannya tugas akhir ini.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, penyusun ucapkan puji syukur kepada Allah
SWT atas rahmat, taufik dan hidayahNya penyusun dapat menyelesaikan skripsi
ini. Sholawat dan salam senantiasa dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah memberikan suri tauladan yang baik bagi umat manusia demi
mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Brawijaya, Malang.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penyusun sampaikan
kepada:
1) Kedua orang tua, yaitu Almarhum H. Zainuri Noer dan Ibu Siti Fatimah.
Juga kakak-kakak, Ina Fitriyah, Farizal Muhana, Alvin Hana Naziyullah,
dan Naila Azizah yang banyak memberikan motivasi, semangat dan juga
do’a.
2) Dr. Ir. Happy Nursyam, MS selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. Sc. Asep
Awaludin Prihanto, S.Pi, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak memberikan pengarahan dan bimbingan sejak pembuatan usulan
Skripsi sampai terselesaikannya Skripsi ini.
3) Seluruh dosen Program Studi Teknologi Hasil Perikanan yang telah
memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan.
4) Sahabat saya, Hervina Benazir Ardiyanti yang telah banyak memberikan
bantuan baik berupa penginapan, tenaga, semangat juga do’a.
5) Teman-teman tim bimbingan skripsi yang telah banyak membantu dari
awal hingga akhir, atas segala bantuan, semangat, dan kerja samanya.
6) Teman-teman Bidadari Syurga, Roosita Raudhatul Hikmah, La’aali’ul
Masruroh, Erlian Miratul Hayati, Fauziah Dwi Sari, Hervina Benazir
Ardiyanti dan Devi Pbiyani yang setia menemani dalam perjalanan suka
duka menempuh pendidikan S1 di Universitas Brawijaya ini.
7) Teman-teman 5 Sekawan, Ana Sichatul Fitria, Kamalia Rizki Rahmawati,
Isna Rosyidah, dan Idkha Trisin Tyandika yang banyak memberikan
motivasi semangat juga do’a.
8) Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, Penyusun ucapkan terima kasih
jazakumullah ahsanal jaza’.
ABSTRAK
Enzim gelatinase merupakan enzim yang menghidrolisis gelatin menjadi polipeptida, peptida dan asam amino.Enzim gelatinase merupakan salah satu enzim yang penting karena perannya dalam menghasilkan hidrolisat gelatin.Hidrolisis gelatin secara enzimatis menghasilkan hidrolisat gelatin yang mengandung asam amino glisin, prolin, dan hidroksiprolin yang mempunyai sifat sebagai antioksidan dan antihipertensi.Salah satu sumber enzim gelatinase yaitu bakteri endofit.Bakteri endofit merupakan bakteri yang hidup di dalam jaringan tumbuhan dan mampu untuk membentuk suatu koloni dalam jaringan tumbuhan tanpa memberi efek negatif pada tumbuhan yang ditempatinya sebagai inang.Bakteri endofit yang didapatkan diidentifikasi molekuler gen penyandi 16S rRNA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bakteri endofit akar mangrove Sonneratia albayang mampu menghasilkan enzim gelatinase serta untuk mengetahui homologi atau kemiripan bakteri endofit mangrove Sonneratia alba berdasarkan hasil identifikasi molekuler gen penyandi 16S rRNA. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratifdengan dua tahap penelitian.Tahap pertama dimulai dari pengambilan sampel akar mangrove Sonneratia alba dari Pantai Aeng Sareh, Madura, kemudian isolasi bakteri endofit dari akar mangrove Sonneratia alba, dan skrining gelatinase. Tahap kedua penelitian adalah identifikasi molekuler, dan konfirmasi dengan pewarnaan gram.Berdasarkan isolasi bakteri diperoleh 4 isolat bakteri.Hasil dari skrining aktivitas enzim gelatinase diperoleh 4 isolat bakteri mampu menghasilkan enzim gelatinase.Hasil terbaik terdapat pada isolat bakteri A2, sehingga diidentifikasi untuk mengetahui jenis spesiesnya berdasarkan 16S rRNA.Berdasarkan hasil identifikasi molekuler gen penyandi 16S rRNA isolat bakteri A2 memiliki kemiripan dengan bakteri Lysinibacillus fusiformis dengan nilai similaritas 87% dan diberi nama sebagai Lysinibacillus fusiformis UB-U. Berdasarkan hasil filogenetik, Lysinibacillus fusiformis UB-U memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Lysinibacillus boronitolerans strain DNP-20 dengan nilai bootstrap 87%. Lysinibacillus fusiformis UB-U adalah gram negatif dan berbentuk batang (basil).
Kata kunci: Bakteri Endofit, Mangrove Sonneratia alba, Gelatinase, 16S rRNA,
Filogenetik
ABSTRACT
Gelatinase enzyme produced by microorganism hydrolyze gelatin into its
sub-compounds (polypeptides, peptides, and amino acids). Gelatinase enzyme is
an important enzyme because of their potential role in producing gelatin
hydrolysate. Gelatin derived peptides that have repeated unique glycine proline
and hydroxyproline in their structure who have antioxidant and antihypertensive
activity. Endophytic bacteria occupy internal tissues of plants without causing
damage to their hosts. Endophytic bacteria were isolated and identified, through
partial sequencing of the 16S rRNA encoding gene. This research used a
descriptive explorative method with two stages of research. The first stage is
started from a sampling of root mangroves Sonneratia alba from Aeng Sareh
Beach, Madura, then isolation of endophyte bacterial from root mangrove
Sonneratia alba, and screening of gelatinase. The second stage of research is
molecular identification and confirmation by gram staining. The results of the
screening are obtained 4 isolates that produced activity of gelatinase which the
best gelatinase activity is producing by isolate A2, so it is identified to know its
species type based on 16S rRNA. Based on the results of molecular
identification, isolate A2 has similarities with Lysinibacillus fusiformis with a
similar value of 87% and a value of 13% can be used to distinguish strains with
other bacteria so named Lysinibacillus fusiformis UB -U. Based on phylogenetic
results, Lysinibacillus fusiformis UB-U has a close relation with Lysinibacillus
boronitolerans strain DNP-20 with bootstrap value of 87%. Lysinibacillus
fusiformis UB-U is a gram-negative and rod-shaped (bacillus).
Keywords: Bacterial Endophyte, Mangrove Sonneratia alba, Gelatinase, 16S rRNA, Phylogenetic
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ‘ala Rosulillah, puji syukur
kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufik dan
hidayahNya sehingga Skripsi yang berjudul “Isolasi dan Identifikasi Molekuler
Bakteri Endofit Akar Mangrove Sonneratia alba Penghasil Enzim Gelatinase”
dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Penyusunan Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Brawijaya. Selain itu, penulisan Skripsi ini bertujuan untuk
memperoleh mikroorganisme dari endofit mangrove dan dapat diidentifikasi serta
untuk mengetahui bahwa mikroorganisme tersebut dapat menghidrolisis gelatin.
Penyusun berharap Skripsi ini memberi manfaat dan barokah bagi para
pembaca sekalian, khususnya kepada mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, untuk dijadikan sebagai bahan tambahan wawasan. Akhir kata,
sebagai manusia biasa pastilah Penyusun tidak luput dari kesalahan dalam
pembuatan Skripsi ini, sehingga Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sekalian, demi kesempurnaan penulisan berikutnya.
Malang, 20 Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii
1. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Enzim ........................................................................................................ 4 2.2 Enzim Gelatinase ..................................................................................... 9 2.3 Pidada Putih (Sonneratia alba) .............................................................. 10 2.4 Bakteri Endofit ........................................................................................ 12 2.5 Isolasi dan Identifikasi Spesies Mikroorganisme ................................... 13
2.5.1 Isolasi Mikroorganisme ................................................................... 13 2.5.2 Identifikasi Mikroorganisme dengan Teknik Molekular 16S rRNA . 16 2.5.3 Analisis Hasil Sequencing dan Analisis Pohon Filogenik. ............. 19 2.5.3 Program BLAST Sebagai Penunjang Pembuatan Pohon
Filogenetik. ...................................................................................... 19 2.5.3 Pewarnaan Gram ............................................................................ 20
3. METODOLOGI .................................................................................................. 21
3.1 Materi Penelitian ..................................................................................... 21 3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 21 3.1.2 Alat Penelitian dan Bahan Penelitian ............................................. 21
3.2 Metode Penelitian ................................................................................... 22 3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................ 23 3.3.1 Penelitian Pendahuluan (Tahap I) ......................................................... 23
3.3.1.1 Pengambilan Sampel Mangrove..................................................... 23 3.3.1.2 Isolasi Bakteri Endofit Mangrove .................................................... 24
3.3.2 Penelitian Utama (Tahap II) ................................................................... 26 3.3.2.1 Penapisan Bakteri Penghasil Enzim Gelatinase ............................ 26 3.3.2.2 Analisa Spesies Bakteri Menggunakan Sekuensing 16s rRNA ..... 27 3.3.2.3 Analisis Bioinformatika .................................................................... 31 3.3.2.4 Pewarnaan Gram ............................................................................ 33
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 34 4.1 Hasil Isolasi Bakteri dari Bagian Mangrove ........................................... 34 4.2 Hasil Skrining Bakteri Penghasil Enzim Gelatinase .............................. 37 4.3 Hasil Identifikasi Molekuler 16S rRNA ................................................... 38
4.3.1 Isolasi DNA ...................................................................................... 38 4.3.2 Pengukuran Kemurnian dan Konsentrasi DNA .............................. 40 4.3.3 Hasil Amplifikasi Gen ...................................................................... 41 4.3.4 Pengurutan dan Pembacaan Sekuen DNA .................................... 42 4.3.5 Penggabungan Hasil Sequencing Forward dan Reverse .............. 43 4.3.6 BLAST ............................................................................................. 45
4.4 Filogenik Sekuen DNA ........................................................................... 46 4.5 Konfirmasi Pewarnaan Gram dan Morfologi Lysinibacillus fusiformis .. 47
5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 49 5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 49
5.2 Saran ...................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 50
LAMPIRAN ............................................................................................................ 55
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pewarnaan gram ............................................................................................... 20
2. Komposisi Media Skrining Gelatinase .............................................................. 27
3. Primer Forward dan Reverse ............................................................................ 29
4. Karakteristik Morfologi Koloni Bakteri Endofit Mangrove ................................. 35
5. Hasil Analisis Uji Gelatinase ............................................................................. 37
6. Hasil Pengukuran Kemurnian dan Konsentrasi DNA ....................................... 40
7. Pengurutan Sekuen Gen 16S rRNA ................................................................. 43
8. Hasil Reverse Complement dan Format Fasta Assembly ............................... 44
9. Hasil Analisis BLAST Isolat A2 ......................................................................... 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik Pengaruh Konsentrasi Enzim Terhadap Laju Reaksi ............................. 6
2. Grafik Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Laju Reaksi .......................... 7
3. Grafik Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi ..................................................... 8
4. Grafik Pengaruh pH terhadap Laju Reaksi ......................................................... 9
5. Mekanisme Gelatinase Menghidrolisis Gelatin ................................................ 10
6. Mangrove Pidada Putih (Sonneratia alba) ....................................................... 10
7. Peta Lokasi Pengambilan Sampel .................................................................... 24
8. Hasil Isolat Bakteri Endofit Akar Mangrove Pidada Putih ................................ 35
9. Hasil Pemurnian dengan Metode Streak Plate 3 Kuadran .............................. 36
10. Hasil Isolasi pada Agar Miring ........................................................................ 36
11. Hasil Uji Gelatinase ......................................................................................... 37
12. Hasil Isolasi DNA Isolat Bakteri A2 ................................................................. 39
13. Hasil Elektroforesis Gel Agarosa .................................................................... 41
14. Pohon Filogenik Lysinibacillus fusiformis UB-H ............................................. 46
15. Hasil Pewarnaan Gram Lysinibacillus fusiformis UB-H ................................. 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Pengambilan Mangrove ....................................................................... 56
2. Skema Isolasi Bakteri Endofit ........................................................................... 56
3. Dokumentasi Penelitian Isolasi Bakteri ............................................................ 57
4. Skema Proses Skrining Bakteri Penghasil Gelatinase .................................... 59
5. Skema Identifikasi Molekuler Teknik 16S rRNA ............................................... 60
6. Konfirmasi Pewarnaan Gram dan Morfologi Bakteri ........................................ 65
7. Hasil Elektroferogram Isolat A2 Sekuen Forward ............................................ 66
8. Hasil Elektroferogram Isolat A2 Sekuen Reverse ............................................ 67
9. Hasil BLAST Isolat Bakteri ................................................................................ 69
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim gelatinase adalah enzim yang berperan dalam menghidrolisis
gelatin menjadi polipeptida, peptida dan asam amino. Terdapat bakteri tertentu
yang dapat memproduksi enzim gelatinase, diantaranya yaitu Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens dan Serratia
marcescens. Keberadaan bakteri penghasil enzim gelatinase ini dapat dideteksi
dengan uji gelatinase (Balan et al., 2012).
Enzim gelatinase merupakan salah satu enzim yang penting karena
perannya dalam menghidrolisis gelatin. Hidrolisis gelatin secara enzimatis
menghasilkan hidrolisat gelatin yang mengandung asam amino glisin, prolin, dan
hidroksiprolin yang mempunyai sifat sebagai antioksidan dan antihipertensi.
Permintaan hidrolisat gelatin yang cenderung meningkat, membuat para peneliti
mulai mengembangkan produksi hidrolisat gelatin dari enzim gelatinase (Sai-Ut
et al., 2013).
Penggunaan enzim di Indonesia diperkirakan mencapai 2.500 ton dengan
nilai impor sekitar 200 milyar rupiah pada tahun 2017, dengan laju pertumbuhan
volume rata-rata 5-7% per tahun (Nasir, 2017). Karena tingginya nilai impor
tersebut, maka diperlukan penanggulangan salah satunya dengan memproduksi
enzim sendiri dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya hayati yang
dimiliki Indonesia (Suhartono, 2000).
Beberapa tahun terakhir penggalian sumber daya mikroba yang terdapat
didalam jaringan tanaman mulai banyak mendapat perhatian. Mikroba tersebut
mulai dipelajari untuk berbagai tujuan salah satunya untuk memproduksi enzim
(Clay, 1988). Mikroba yang hidup dalam jaringan tanaman disebut mikroba
endofitik. Mikroba ini hidup di antara sel tumbuhan dan bersimbiosis mutualisme
2
dengan inangnya (Kumala et al., 2006). Kelebihan enzim yang dihasilkan oleh
mikroba adalah enzim dari mikroba ini bisa diproduksi dalam jumlah yang besar
(Standbury dan Whitaker, 1984), mutunya lebih seragam dan harganya lebih
murah karena mikroba dapat tumbuh pada media yang didapat dari limbah
pertanian (Satiawiharja,1997).
Endofit yang diisolasi dari tumbuhan mangrove sangat berpotensi untuk
pencarian produk alami yang baru. Lingkungan tumbuhan mangrove yang unik
semi salinitas memberikan peluang mikroorganisme sebagai mikroba endofitik
menyebar luas dalam daun, akar maupun organ lainnya dari tumbuhan inang
(Amrani et al., 2012). Akar merupakan organ yang kontak secara langsung
dengan lingkungan salin, oleh karena itu akar merupakan suatu struktur dan
berfungsi mengatur pengambilan dan transpor ion (Shannon et al., 1994). Pada
ekosistem mangrove, endofit dapat terlibat dalam proses dekomposisi bahan-
bahan organik. Keterlibatan endofit akar ini dapat dilihat dari produksi enzim
penting yang digunakan untuk mendegradasi bahan-bahan yang kaya akan lignin
dan protein. Menurut hasil penelitian Maria et al., (2005), endofit yang
berasosiasi dengan tanaman mangrove Acanthus ilcifolius dan Acrostichum
aureum berpotensi untuk memproduksi senyawa anti mikroba dan enzim
ekstraseluler.
Salah satu tumbuhan berkhasiat obat yang memiliki banyak manfaat
adalah mangrove Sonneratia alba. Kelompok Sonneratia merupakan sumber
yang kaya tanin yang dikenal sebagai antimikroba. Daun mangrove Sonneratia
digunakan untuk antimikroba dan anti diabetes (Milon, 2012). Oleh karena itu,
dalam penelitian ini digunakan sampel dari mangrove Pidada Putih (Sonneratia
alba) untuk mendapatkan bakteri penghasil enzim gelatinase.
Seiring perkembangan teknologi, identifikasi spesies bakteri dapat
dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Teknik PCR
3
terhadap bakteri sering menggunakan analisis sekuen 16S rRNA (ribonucleic
acid). Metode ini digunakan karena sangat akurat dalam mengidentifikasi suatu
spesies, baik itu dari organisme eukariotik dan prokariotik. Selain itu kelebihan
utama penggunaan 16S RNA sebagai marker karena bersifat universal,
representatif, dan praktis untuk menentukan spesies dan mengkonstruksi
kekerabatan filogenetik (Aris, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri
endofit penghasil enzim gelatinase yang berasal dari Pantai Aeng Sareh Madura.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat bakteri endofit pada akar mangrove Pidada Putih
(Sonneratia alba) yang mampu menghasilkan enzim gelatinase?
2. Apakah identitas bakteri penghasil enzim gelatinase berdasarkan sekuen
16S rRNA?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan bakteri endofit pada akar mangrove Pidada Putih
(Sonneratia alba) yang mampu menghasilkan enzim gelatinase.
2. Mengetahui identitas bakteri endofit akar mangrove Pidada Putih
(Sonneratia alba) yang mampu menghasilkan enzim gelatinase berdasarkan
identifikasi 16S rRNA.
1.4 Manfaat
Laporan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
informasi tentang cara mendapatkan bakteri endofit penghasil enzim gelatinase
cara identifikasi bakteri dengan berbasis molekuler 16S rRNA, serta cara
mengoperasikan software yang digunakan dalam mendapatkan identitas bakteri
endofit mangrove yang berpotensi menghasilkan enzim gelatinase.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enzim
Enzim merupakan protein yang memiliki fungsi spesifik sebagai katalis
yang efektif, memiliki spesifisitas terhadap substrat, dan hanya akan mengkatalis
reaksi tertentu (Sumarsih, 2002). Sedangkan menurut Volk dan Wheleer (1988),
enzim adalah molekul protein yang sangat besar dan dianggap sebagai katalis
organik yang dapat mempercepat reaksi biologis berjuta-juta kali. Dalam reaksi
kimia yang dipercepat ini, enzim tidak mengalami kerusakan atau mengalami
perubahan. Perubahan yang terjadi selama reaksi bukanlah perubahan yang
permanen.
Enzim bekerja secara spesifik, yaitu setiap jenis enzim hanya dapat
bekerja pada satu jenis senyawa atau reaksi kimia, hal ini disebabkan karena
struktur kimia tiap enzim berbeda dan bersifat tetap. Sistem kerja enzim dengan
cara menempel pada substrat dan menurunkan energi aktivasi yang dengan
sendirinya mempercepat proses reaksi. Satu molekul enzim dapat mengkatalis
10 sampai 1000 molekul substrat per detik (Pelczar dan Chan, 2005).
Enzim terdapat pada sel-sel tumbuhan, fungi, bakteri, dan hewan
(Herdyastuti dan Nuniek, 2009). Enzim banyak digunakan pada berbagai bidang
industri, produk pertanian, kimia, dan medis. Enzim memiliki sifat-sifat spesifik
yang menguntungkan yaitu efisien, selektif, dapat diprediksi, reaksi tanpa produk
samping, dan ramah lingkungan. Sifat-sifat tersebut menyebabkan penggunaan
enzim semakin meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan diperkirakan
mencapai 10-15% per tahun (Rahayu, 2004).
Tidak semua enzim yang dihasilkan hanya berfungsi untuk keperluan
aktivitas di dalam sel, tetapi terdapat beberapa enzim yang diekskresikan
sehingga dapat berfungsi untuk aktivitas di luar sel. Oleh karena itu, dikenal
5
adanya dua enzim, yaitu enzim intraseluler/ endoenzim dan enzim ekstraselular/
eksoenzim (Pelczar and Chan, 2005). Endoenzim umumnya merupakan enzim
yang digunakan untuk proses sintesis di dalam sel dan untuk pembentukan
energi (ATP) yang berguna untuk proses kehidupan sel, energi dalam proses
respirasi. Sedangkan eksoenzim umumnya berfungsi untuk mencernakan
substrat secara hidrolisis, untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan
berat molekul (BM) lebih rendah sehingga molekul tersebut dapat masuk
melewati membran sel. Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat
di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel (Campbell et al., 1998).
2.1.1 Klasifikasi Enzim
Klasifikasi enzim secara internasional meliputi: nama golongan dan
macam reaksi yang dikatalisisnya (Wirahadikusumah, 1989). Enzim menurut
Poedjadi (1994), dibagi menjadi enam golongan yang digolongkan berdasarkan
pada jenis reaksi yang dikatalisis, keenam golongan enzim tersebut yaitu:
1) Oksido-reduktase
Enzim yang berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi. Enzim yang
termasuk dalam golongan ini ada dua yaitu dehidrogenase dan oksidase. Contoh
enzim dehidrogenase yaitu: alkohol dehidrogenase dan glutamat dehidrogenase.
Contoh enzim oksidase yaitu: glukosa oksidase dan glisin oksidase.
2) Transferase
Enzim yang berperan dalam reaksi pemindahan gugus tertentu. Contoh
enzim yang termasuk golongan ini adalah metiltransferase,
hidroksimetiltransferase dan aminotransferase.
3) Hidrolase
Enzim yang berperan dalam reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis enzim
hidrolase, yaitu jenis yang memecah ikatan ester, memecah glikosida, dan yang
6
memecah ikatan peptida. Contoh enzim hidrolase yaitu esterase, lipase, amilase,
aminopeptidase, karboksipeptidase, pepsin, tripsin, dan kimotripsin.
4) Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting didalam
reaksi pemisahan suatu gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis).
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah konsentrasi
enzim, konsentransi substrat, temperatur dan pH.
1) Konsentrasi enzim
Terdapat hubungan linear antara konsentrasi enzim dengan laju reaksi.
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka semakin cepat laju suatu reaksi (Pelczar
and Chan 2005). Grafik pengaruh konsentrasi enzim terhadap laju reaksi dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Laju Reaksi
(Sumber: Pelczar dan Chan, 2005)
2) Konsentrasi substrat
Konsentrasi substrat mempengaruhi kecepatan reaksi suatu enzim.
Konsentrasi yang tinggi dapat mempercepat laju reaksi. Tapi apabila konsentrasi
substrat diperbesar maka tidak ada lagi penambahan laju reaksi (Berg et al.,
2007). Hal ini disebabkan enzim mengalami kejenuhan karena konsentrasi
substrat yang tinggi namun tanpa adanya peningkatan konsentrasi enzim
7
sehingga semua sisi aktif enzim sudah ditempati oleh substratnya dan ketika
produk telah terbentuk serta meninggalkan sisi aktif enzim maka segera sisi aktif
enzim akan ditempati oleh molekul substrat berikutnya (Campbell et al., 1998).
Peningkatan konsentrasi substrat akan meningkatkan kecepatan laju reaksi
sampai batas tertentu dimana enzim telah jenuh oleh keberadaan substrat
sehingga kecepatan laju suatu reaksi akan konstan. Grafik pengaruh konsentrasi
substrat terhadap laju reaksi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Laju Reaksi
(Sumber: Pelczar and Chan, 2005)
3) Suhu
Suhu dapat menentukan aktivitas maksimum enzim. Tercapainya suhu
optimum tergantung pada enzim, pH, dan waktu. Makin tinggi suhu akan lebih
meningkatkan kecepatan reaksi. Hal ini disebabkan oleh atom-atom dalam
molekul enzim memiliki energi yang lebih besar dan adanya kecenderungan
untuk bergerak karena membukanya rantai ikatan protein setelah putusnya
ikatan-ikatan yang lemah sehingga akan menurunkan tingkat laju keseluruhan
(Campbell et al., 1998).
Pada suhu optimum energi kinetik molekul-molekul yang bereaksi
bertambah sehingga molekul-molekul yang bereaksi semakin banyak dan produk
yang dihasilkan semakin besar. Di atas suhu optimum aktivitas enzim akan turun
karena terjadi denaturasi protein yang dapat merubah konformasi struktur
sehingga enzim akan kehilangan sifat alamiahnya. Denaturasi protein dapat
8
terjadi pada suhu 45o-50o C. Beberapa enzim yang sangat tahan terhadap
denaturasi pada suhu tinggi, khususnya enzim hasil isolasi dari mikroorganisme
termofilik (Pelczar and Chan, 2005). Grafik pengaruh suhu terhadap laju reaksi
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
(Sumber: Pelczar dan Chan, 2005)
4) pH
Aktivitas konsentrasi enzim yang dapat mencapai maksimum disebut pH
optimum. pH optimum menunjukkan muatan gugus samping asam amino berada
pada keadaan yang sesuai sehingga enzim sangat efisien dalam mempercepat
reaksi biokimia yang spesifik (Campbell et al., 1998). pH optimum tergantung
pada masing-masing enzim karena setiap enzim memiliki pH optimum yang
spesifik yang juga tergantung pada konsentrasi substrat yang digunakan. Pada
kondisi pH rendah maka gugus muatan negatif akan terprotonasi sehingga dapat
menetralkan muatan negatif. Pada kondisi pH tinggi maka gugus muatan positif
akan terdisosiasi sehingga dinetralkan. Grafik pengaruh ph terhadap laju reaksi
dapat dilihat pada Gambar 4.
9
Gambar 4. Grafik Pengaruh pH terhadap Laju Reaksi
(Sumber: Pelczar dan Chan, 2005)
2.2 Enzim Gelatinase
Enzim gelatinase merupakan enzim yang berperan dalam hidrolisis
gelatin menjadi polipeptida, peptida, asam amino (Shahimi et al., 2016). Gelatin
menurut Hastuti dan Sumpe (2007), adalah produk alami yang diperoleh dari
hidrolisis parsial kolagen. Gelatin merupakan protein yang larut yang bisa bersifat
sebagai gelling agent (bahan pembuat gel) atau sebagai non gelling agent.
Terdapat beberapa spesies bakteri yang dapat menghasilkan enzim
gelatinase, diantaranya adalah Bacillus coagulans, B. fumarioli, B. pumilus, B.
gelatini, B. thermoamylovrans, dan Anoxybacillus, Brevibacillus, dan Geobacillus
(Declerck et al., 2004). Dalam mengidentifikasi bakteri yang dapat menghasilkan
gelatinase dapat dilakukan tes hidrolisis gelatin. Tes ini berlangsung dalam dua
reaksi berurutan. Dalam reaksi pertama, gelatinase akan memecah gelatin
menjadi polipetida dan selanjutnya akan diubah menjadi asam amino.setelah itu,
asam amino hasil hidrolisis akan diambil oleh bakteri untuk digunakan dalam
proses metabolisme. Jika gelatin telah tedegradasi, medium yang digunakan
tidak dapat menjadi cair sehingga jika suatu organism dapat memecah gelatin,
medium yang berisikan gelatin akan tetap menjadi cair walaupun telah
dimasukkan ke dalam kulkas sekalipun (Roy, 2013).
Berikut disajikan mekanisme hidrolisis gelatin oleh enzim gelatinase pada
Gambar 5.
10
Gambar 5. Mekanisme Gelatinase Menghidrolisis Gelatin
(Sumber: Roy, 2013)
2.3 Pidada Putih (Sonneratia alba)
Pidada putih (Sonneratia alba) ditemukan pada daerah estuaria yang
berbatasan antara muara sungai dengan substrat yang berpasir. Sonneratia alba
dapat tumbuh baik pada lokasi bersubstrat pasir, lumpur, atau berpasir (Bengen,
2004). Gambar mangrove Pidada Putih dapat dilihat pada Gambar 6. Adapun
klasifikasi mangrove Pidada Putih menurut Puspayanti et al., (2013) adalah
sebagai berikut.
Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Sonneratiaceae Genus : Sonneratia Spesies : Sonneratia alba Smith.
Gambar 6. Mangrove Pidada Putih (Sonneratia alba)
Sonneratia alba memiliki kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat,
dengan celah longitudinal yang halus. Akarnya berbentuk kabel di bawah tanah
11
dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul
dan tingginya mencapai 25 cm. Daun Sonneratia alba memiliki susunan tunggal,
bersilangan, bentuk oblong sampai bulat ukuran panjang 5–10 cm. Bunga
biseksual, gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letaknya di ujung atau pada
cabang kecil. Buah Sonneratia alba seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian
dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-200
biji) dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Sonneratia alba dapat
mencapai ketinggian mencapai 20 meter dengan diameter 40 cm, memiliki
system perakaran akar napas, seperti biji, kokoh, lancip, diameter pangkal akar
mencapai 5 cm. Sonneratia alba umumnya tumbuh didaerah pertemuan sungai
yang landai atau teluk berlumpur dalam (Tjitrosoepomo, 2009).
Sonneratia alba adalah jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam
periode yang lama, menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir, kadang-
kadang pada batuan dan karang. Sering ditemukan di lokasi pesisir yang
terlindung dari hempasan gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau
lepas pantai, di lokasi dimana jenis tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini
dapat membentuk tegakan yang padat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun,
bunga hidup tidak terlalu lama dan mengembang penuh di malam hari, mungkin
diserbuki oleh ngengat, burung dan kelelawar pemakan buah.Di jalur pesisir yang
berkarang mereka tersebar secara vegetative.Kunang-kunang sering menempel
pada pohon ini dikala malam. Buah mengapung karena adanya jaringan yang
mengandung air pada bijinya. Akar nafas tidak terdapat pada pohon yang
tumbuh pada substrat yang keras (Noor et al., 2006).
Sonneratia alba merupakan jenis mangrove yang banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat lokal sebagai dodol, wajik, permen dan sirup. Salah satu alasan
mengkonsumsi buah Sonneratia alba adalah mirip dengan apel (mangrove
apple) dan tidak beracun untuk dikonsumsi. Masyarakat di Sulawesi Selatan,
12
khususnya daerah Kabupaten Luwu dan Tana Toraja, menggunakan kulit batang
Sonneratia alba dalam proses pembuatan salah satu jenis minuman tradisional
beralkohol dengan tujuan untuk mempertahankan aroma dan mencegah rasa
kecut (Firdaus dan Sinda 2003). Selain itu, Sonneratia alba juga digunakan
sebagai obat, dimana kulitnya digerus dan direbus dan air rebusannya diminum
untuk mengontrol kehamilan dan membantu dalam persalinan kelompok etnik
Biak (Mamoribo et al., 2003).
2.4 Bakteri Endofit
Mikroba endofit adalah organisme hidup berukuran mikroskopis (bakteri
dan jamur) yang hidup di dalam jaringan tanaman (xylem dan floem), daun, akar,
buah, dan batang (Simarmata et al., 2007). Tanaman tingkat tinggi mengandung
beberapa mikroba endofit yang mampu menghasilkan metabolit sekunder yang
diduga akibat koevolusi transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman
inangnya ke dalam mikroba endofit (Tan et al., 2001). Bakteri endofit menurut
Hallman et al. (1997) adalah bakteri yang hidup dalam jaringan tanaman tanpa
menimbulkan gejala penyakit pada tanaman tersebut dan dapat diisolasi dari
jaringan tanaman yang sudah disterilisasi permukaannya atau diekstrak dari
jaringan tanaman bagian dalam. Bakteri ini dapat hidup pada bagian tanaman
seperti pada akar, batang, bunga dan kotiledon (Resti et al., 2013). Populasi
bakteri paling tinggi terdapat pada akar (Hidayah dan Yulianti, 2008).
Beberapa bakteri yang termasuk bakteri endofit yaitu Enterobacter,
Rahnella, Rhodanobacter, Pseudomonas, Stenotrophomonas, Xanthomonas an
Phyllobacterium (Khan dan Doty, 2009). Bakteri digunakan sebagai sumber
suatu produk hayati akan memudahkan proses dan mengurangi biaya produksi,
sehingga pada akhirnya menghasilkan produk dengan harga lebih murah (Radji,
2005). Bakteri endofit yang menginfeksi tanaman sehat pada jaringan tertentu
13
mampu menghasilkan mikotoksin, enzim, antibiotika serta metabolit lain (Putra,
2007). Beberapa keuntungan bila menggunakan mikroorganisme dalam
menghasilkan produk hayati adalah dapat diproduksi dalam skala besar, waktu
yang diperlukan untuk produksi relatif efisien dan dapat diproduksi secara
berkesinambungan dengan biaya relatif rendah (Melliawati et al., 2015).
2.5 Isolasi dan Identifikasi Spesies Mikroorganisme
2.5.1 Isolasi Mikroorganisme
Isolasi adalah proses pemurnian bakteri dari sekelompok bakteri yang
terdapat dalam habitat yang sama. Pemurnian ini bertujuan untuk mendapatkan
bakteri murni yang hanya terdiri dari satu spesies saja. Bakteri yang sudah
dimurnikan, kemudian akan dibiakkan dalam media buatan untuk mendapatkan
kultur bakteri murni dalam jumlah banyak. Terdapat tiga jenis isolasi yang umum
dilakukan yaitu isolasi pada media cawan, isolasi pada medium cair, dan isolasi
sel tunggal. Isolasi agar cawan dilakukan dengan menggunakan goresan
kuadran atau metode agar tuang. Keberhasilan metode ini sangat tinggi karena
kebanyakan bakteri, kapang dan khamir dapat membentuk koloni pada media
padat sehingga mudah diisolasi dengan cara menyebarkan sel-sel tersebut pada
agar cawan sehingga timbul koloni- koloni yang terpisah. Isolasi medium cair
digunakan untuk beberapa bakteri yang ukuran selnya besar, tidak dapat tumbuh
pada agar cawan, hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode yang digunakan
adalah metode pengenceran. Metode ini mempunyai kelemahan karena hanya
dapat digunakan untuk mengisolasi mikroba yang jumlahnya dominan dalam
suatu campuran populasi mikroba. Isolasi sel tunggal digunakan untuk
mengisolasi sel mikroba yang ukurannya besar serta tidak dapat diisolasi dengan
metode cawan maupun pengenceran (Fardiaz, 1988).
14
Untuk mengidentifikasi suatu jenis mikroba perlu dilakukan isolasi untuk
memperoleh biakan murni. Menurut Pelczar dan Chan (1986), setiap koloni yang
berlainan mewakili macam mikroba yang berbeda sehingga hal ini dapat
digunakan untuk melakukan isolasi suatu mikroba. Untuk mengisolasi mikroba di
bawah kondisi laboratorium perlu disediakan nutrien dan kondisi fisik yang akan
memenuhi persyaratan tipe mikroba tertentu yang sedang ditelaah. Sejalan
dengan hal tersebut, berbagai macam medium digunakan di dalam mikrobiologi,
dikombinasikan dengan berbagai kondisi fisik untuk inkubasi (Pelczar dan Chan,
1986).
Mikroba endofit dapat diisolasi dari permukaan jaringan tanaman yang
telah dibersihkan dan ditumbuhkan pada medium pertumbuhan yang sesuai.
Pada isolasi mikroba endofit, diperlukan medium yang dapat menyokong
pertumbuhan tanaman inang bakteri endofit (Mucciarelli et al., 2001). Prosedur
isolasi bakteri endofit adalah kunci penting untuk penelitian bakteri endofit
(Hallmann et al., 1997), karena hal ini cukup sensitif untuk mendapatkan bakteri
endofit, beberapa prosedur isolasi hanya cocok untuk jaringan tanaman tertentu.
Proses isolasi sering menggunakan gabungan sterilisasi permukaan jaringan
akar dengan perendaman jaringan tanaman serta menggunakan metode streak
atau metode plate (Schulz et al., 2006).
Mikroba jarang terdapat di alam dalam keadaan murni. Kebanyakan
merupakan campuran bermacam-macam spesies mikroba. Macam-macam cara
mengisolasi dan menanam mikroba adalah:
1) Spread plate method (cara tebar/sebar)
Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara
menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/ sebaran di permukaan media agar
yang telah memadat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur
mikroba. Karena konsentrasi sel-sel mikroba pada umumnya tidak diketahui,
15
maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap, sehingga sekurang-
kurangnya ada satu dari pengenceran itu yang mengandung koloni terpisah (30-
300 koloni). Koloni mikroba yang terpisah memungkinkan koloni tersebut dapat
dihitung.
2) Pour plate method (cara tabur)
Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar yang sedang
mencair pada temperatur 45-50 oC dengan suspensi bahan yang mengandung
mikroba, dan menuangkannya ke dalam cawan petri steril. Setelah inkubasi akan
terlihat koloni-koloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin berasal dari
1 sel bakteri, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono et al., 1980)..
3) Streak plate method (cara gores)
Cara gores umumnya digunakan untuk mengisolasi koloni mikroba pada
cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni.
Cara ini dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung
mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai pada cawan petri. Setelah
inkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang
mungkin berasal dari 1 sel mikroba, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono
et al., 1980). Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang
terpisah. Bakteri yang memiliki flagella seringkali membentuk koloni yang
menyebar terutama bila digunakan lempengan yang basah. Untuk mencegah hal
tersebut harus digunakan lempengan agar yang benar-benar kering
permukaannya (Lay, 1994).
16
2.5.2 Identifikasi Mikroorganisme dengan Teknik Molekular 16S rRNA
Metode pengklasifikasian bakteri secara molekular dengan pendekatan
genetik muncul pada tahun 1940 an. Pendekatan genetik digunakan untuk
mengukur kedekatan dan kekerabatan antara isolat-isolat bakteri. Proses
pengklasifikasian tersebut terus dikembangkan sampai akhirnya ditemukan
metode baru, yaitu metode analisis urutan DNA yang menyandi gen 16S rRNA
(Murray et al., 2001).
Beberapa sebab mengapa gen 16S rRNA digunakan untuk identifikasi
bakteri yaitu : (1) bersifat universal (dapat ditemukan di semua jenis bakteri), (2)
sekuen basanya bersifat konservatif, (3) jumlah di dalam sel melimpah, (4)
memenuhi ukuran untuk perhitungan secara statistika (tidak terlalu panjang dan
tidak terlalu pendek), serta (5) ketersediaan informasinya lengkap, yaitu dengan
cara mengakses database di GenBank (Madigan et al., 1997). Proses amplifikasi
gen 16S rRNA dapat dilakukan melalui teknik PCR.
a) Isolasi DNA
Isolasi DNA genom sangat penting dalam rangka pengklonan DNA atau
gen sasaran. Konstruksi pustaka genom dan pengklonan DNA membutuhkan
DNA yang utuh agar fragmen DNA betul-betul berasal dari proses pemotongan
enzimatik yang sangat spesifik. Bila terpotongnya DNA bukan karena reaksi
enzimatik, maka fragmen DNA tersebut sulit disambungkan dengan DNA dari
vektor pengklonan. Oleh sebab itu isolasi DNA genom yang utuh sangat
diperlukan bila DNA tersebut akan diproses untuk pengklonan (Suharsono dan
Widyastuti, 2006).
Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk
berbagai macam keperluan seperti amplifikasi dan analisis DNA melalui
elektroforesis. Isolasi DNA dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan DNA dari
bahan lain seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Prinsip utama isolasi DNA ada
17
tiga yakni penghancuran, ektraksi atau pemisahan DNA dari bahan padat seperti
selulosa dan protein, serta pemurnian DNA (Sambrook et al., 1989).
b) Polymerase Chain Reaction (PCR)
Polymerase chain reaction atau reaksi rantai polimerase adalah teknik
ilmiah dalam biologi molekular yang digunakan untuk mengamplifikasi beberapa
basa DNA menjadi ribuan sampai jutaan kopi basa. PCR dikembangkan oleh
Kary Mullis pada 1983 (Bartlett et al., 2003). Reaksi PCR merupakan reaksi
replikasi DNA yang terjadi di luar tubuh makhluk hidup.
Reaksi polymerase chain reaction membutuhkan beberapa komponen.
Komponen-komponen tersebut meliputi primer, dNTP, bufer, kation divalen, DNA
cetakan, dan DNA polimerase. Primer adalah sepasang DNA untai tunggal atau
oligonukleotida rantai pendek yang menginisiasi gen DNA target. dNTP alias
building blocks berfungsi sebagai ‘batu bata’ penyusun DNA yang baru. dNTP
terdiri atas 4 macam sesuai dengan basa penyusun DNA, yaitu dATP, dCTP,
dGTP, dan dTTP. Bufer berfungsi untuk mengkondisikan reaksi dan
menyediakan lingkungan kimia yang cocok agar PCR berjalan optimum dan
menstabilkan DNA polimerase. Kation divalen yang umum digunakan dalam
reaksi PCR adalah magnesium (Mg2+). Kation divalen berfungsi sebagai kofaktor
DNA polimerase. DNA cetakan merupakan sumber gen DNA target. DNA
polimerase berfungsi sebagai enzim. DNA polimerase mempunyai suhu optimal
sekitar 700C (Sambrook et al., 2001).
Reaksi PCR dilakukan dalam sebuah alat pengendali suhu yang dapat
memanaskan dan mendinginkan tabung reaksi dalam waktu singkat. Reaksi PCR
mempunyai siklus optimal antara 20 - 40 siklus, dimana masing-masing siklus
terdiri dari 2 - 3 suhu berbeda (Rychlik et al., 1990). Reaksi PCR mempunyai
18
beberapa tahapan, antara lain inisiasi, denaturasi, annealing, extension, dan
elongasi akhir.
Teknik PCR telah digunakan secara luas untuk berbagai macam
kebutuhan, antara lain:
1. Isolasi Gen
DNA berfungsi sebagai penyandi genetik, yaitu panduan sel dalam
memproduksi protein dan sebagai transkrip DNA untuk menghasilkan RNA
(Yuwono, 2007). Selanjutnya, RNA diterjemahkan untuk menghasilkan rantai
asam amino atau protein. Untuk mengisolasi gen, diperlukan DNA yang dikenal
dengan nama probe. DNA probe memiliki urutan basa nukleotida yang sama
dengan gen target yang akan diisolasi. Probe dibuat dengan teknik PCR dengan
menggunakan primer yang sesuai dengan gen tersebut.
2. Sekuensing DNA
Urutan basa suatu DNA dapat ditentukan dengan teknik sekuensing DNA.
Metode sekuensing DNA yang umum digunakan adalah metode Sanger (chain
termination method) yang sudah dimodifikasi menggunakan dye-dideoxy
terminator, dimana pada proses awal reaksi PCR hanya menggunakan satu
primer dan tambahan dideoxynucleotide yang diberi label fluorescent. Warna
fluorescent setiap basa berbeda. Perbedaan warna tersebut digunakan untuk
membedakan dan menentukan urutan basa suatu DNA yang tidak diketahui.
c) Elektroforesis Gel Agarosa
Elektroforesis menurut Yuwono (2007), adalah suatu teknik pemisahan
molekul sel berdasarkan massa dan bentuk molekulnya dengan menggunakan
medan listrik yang dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang
akan dipisahkan. Elektroforesis memanfaatkan muatan listrik yang ada pada
makromolekul, yaitu DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul yang bermuatan
negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus listrik dari kutub
19
positif ke kutub negatif, maka molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif
ke kutub positif. Teknik elektroforesis dapat digunakan untuk menganalisis DNA,
RNA, maupun protein. Elektroforesis DNA digunakan untuk menganalisis
fragmen-fragmen DNA hasil pemotongan enzim restriksi, hasil isolasi DNA
kromosom, produk PCR, dan lain sebagainya. Elektroforesis DNA memerlukan
gel agarosa. Agarosa merupakan suatu bahan semi-padat berupa polisakarida
yang diekstraksi dari rumput laut. Gel agarosa dibuat dengan melarutkan serbuk
agarosa dalam suatu bufer dan dibantu pemanasan.
2.5.3 Analisis Hasil Sekuensing dan Analisis Pohon Filogenik
Dalam ilmu biologi, filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai
hubungan antara kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan dengan proses
evolusi. Filogenetik merupakan ilmu yang mempelajari hubungan evolusi
beberapa kelompok organisme yang berbeda (contohnya spesies atau populasi).
Dalam studi filogenetik, cara yang paling tepat untuk menghubungkan beberapa
kelompok organisme adalah dengan membuat atau mendesain pohon filogenetik.
Pohon filogenetik digunakan untuk membatasi taksa masing-masing kelompok
individu yang saling terhubung.
Struktur pohon filogenetik terdiri dari root, branch, node, branch length,
dan clade. Root merupakan nenek moyang semua taksa. Branch mendefinisikan
hubungan antara taksa. Node mewakili unit taksonomi dan dapat berupa suatu
spesies yang telah ada. Branch Length mewakili jumlah perubahan yang telah
terjadi. Clade berupa kelompok dua taksa atau lebih.
2.5.4 Program BLAST Sebagai Penunjang Pembuatan Pohon Filogenetik
Program BLAST dapat digunakan untuk membandingkan urutan
terpenting dari semua urutan yang tersimpan dalam GenBank maupun NCBI.
Jika nama ilmiah atau hubungan kekerabatan suatu organisme tidak diketahui,
20
NCBI menyediakan link langsung ke beberapa organisme yang umum digunakan
dalam proyek penelitian molekuler.
2.5.5 Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram merupakan salah satu teknik pewarnaan diferensial
yang paling penting dan paling luas digunakan untuk bakteri. Prinsip pewarnaan
Gram adalah kemampuan dinding sel terhadap zat warna dasar (kristal violet)
setelah pencucian alkohol 96%. Bakteri Gram positif terlihat berwarna ungu
karena dinding selnya mengikat Kristal violet lebih kuat, sedangkan sel gram
negatif mengandung lebih banyak lipid sehingga pori-pori mudah membesar dan
kristal violet mudah larut saat pencucian alkohol (Pelczar and Chan, 2008).
Tabel 1. Pewarnaan Gram
No Larutan Reaksi pada bakteri
Gram Positif Gram Negatif
1. Ungu kristal (UK)
Sel berwarna ungu Sel berwarna ungu
2. Larutan yodium (Y)
Komplek UK-Y terbentuk di dalam sel; sel tetap berwarna ungu
Kompleks UK-Y tebentuk di dalam sel; sel tetap berwarna ungu
3. Alkohol Dinding sel mengalami dehidrasi, pori-pori menciut; daya rembes dinding sel dan membran menurun, UK-Y tak dapat keluar dari sel; sel tetap berwarna ungu
Lipid terekstraksi dari dinding sel, pori-pori mengembang, kompleks UK-Y keluar dari sel; sel menjadi tak berwarna
4. Safranin Sel tak terpengaruhi, tetap ungu.
Sel menyerap zat pewarna, menjadi merah.
Sumber: Pelczar dan Chan, 2008
3. METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium
Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya, Malang, Laboratorium
Keamanan Hasil Perikanan dan Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang, serta Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, Malang. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari-September
2017.
3.1.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada proses penelitian isolasi dan identifikasi
bakteri adalah cawan petri, tabung reaksi, rak tabung rekasi, erlenmeyer, beaker
glass, mortar dan alu, , vortex mixer, gelas ukur, pipet volume, pipet serologis,
bola hisap, spatula, corong kaca, jarum loop, jarum ose, sprayer, bunsen,
washing bottle, nampan, laminar air flow (LAF), autoklaf, timbangan digital, lemari
pendingin, kamera, spatula, kompor, panci, PCR (Polymerase Change Reaction),
elektroforesis, dry bath, hot plate, sentrifuge, spektrofotometer uv-vis, cuvet, blue
tip, yellow tip, tube sentrifuge, vortex mixer, mikroskop, kaca objek, cover glass,
dan freezer.
Bahan yang digunakan pada proses penelitian isolasi dan identifikasi
bakteri meliputi bahan utama yaitu akar mangrove Pidada Putih (Sonneratia alba)
yang diambil dari Pantai Aeng Sareh Madura, bahan untuk media isolasi
menggunakan Luria Bertani Agar (LBA) dengan komposisi pepton, NaCl, yeast
ekstrak, agar bakteriologi, media skrinning gelatin dengan komposisi pepton 5
22
g/l, beef extract 3g/l, gelatin 120 g/l, bahan untuk pewarnaan gram yaitu:
akuades, kristal violet, safranin, iodin, alkohol.
Sedangkan bahan untuk identifikasi 16S rRNA adalah buffer cell lysis
solution, nuclei lysis, protein precipitation solution, isopropanol, ethanol 70%,
DNA rehydration solution, Tris-EDTA (TE) buffer, komposisi PCR dengan volume
total 20 μl/tube terdiri atas 6 μl ddH2O, 10 μl PCR kit Go Taq® Green Master Mix
(10 x buffer taq polymerase, dNTP, MgCl2, primer, Taq DNA polymerase,
ddH2O), primer forward 1 μl, primer reverse 1 μl dan 2 μl DNA, agarosa, TBE
buffer, etidium bromide, ddH2O, Komposisi sequencing terdiri dari amplikon gen
sampel yang telah dipurifikasi 2 µl, ddH2O 10 µl, Big Dye terminator 8 µl
(menggunakan ABIPRISM® Big Dye® terminator v3.1 cycle sequencing kits),
larutan penyangga 5 µl (buffer dengan EDTA (Applied Biosystem)), dan primer
dengan konsentrasi 20 pmol, Hi-DiTM Formamide (Genetic Analysis Grade-
Applied Biosystem).
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiriptif
eksploratif yaitu proses menganalisa dan memperbarui data dalam
pengumpulannya disajikan secara sistemik untuk pemahaman yang lebih mudah.
Penelitian deskriptif eksploratif menurut Arikunto (2002), yaitu suatu jenis
penelitian yang menjelaskan fenomena dalam suatu penelitian dengan
menemukan hal yang baru penyebab suatu gejala. Penelitian deskriptif
eksploratif menurut Suryabrata (2006), adalah metode menemukan hal baru
menemukan sebab-sebab kemungkinan hubungan keterkaitan dengan
penjelasan yang rinci kepada satu atau lebih kelompok faktor yang saling terkait.
23
3.3 Prosedur Penelitian
Proses penelitian ini dirancang dalam 2 tahapan penelitian yang saling
terkait yaitu:
Tahap I:
• Pengambilan sampel mangrove Pidada Putih (Sonneratia alba) di Pantai
Aeng Sareh Madura
• Isolasi bakteri endofit mangrove Pidada Putih (Sonneratia alba)
Tahap II:
• Skrining bakteri endofit mangrove Pidada Putih (Sonneratia alba)
penghasil enzim gelatinase
• Identifikasi molekuler bakteri endofit mangrove Pidada Putih (Sonneratia
alba) penghasil enzim gelatinase
3.3.1 Penelitian Pendahuluan (Tahap I)
3.3.1.1 Pengambilan Sampel Mangrove (Munif, 2011)
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel yang berasal
dari endofit akar mangrove Pidada Putih (Sonneratia alba) yang berasal dari
Pantai Aeng Sareh, Sampang, Madura. Sampel akar Pidada Putih (Sonneratia
alba) diambil secara acak akar yang menjulang ke atas yang berdiameter ±1 cm
dengan panjang 10 cm. Kemudian dikemas di dalam plastik polyethylene.
Sampel yang telah diambil dibawa menuju Laboratorium Keamanan Hasil
Perikanan (KHP) Universitas Brawijaya Malang dan disimpan pada suhu 4 ºC
hingga sampel akan digunakan. Skema pengambilan mangrove dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Pantai Aeng Sareh merupakan Pantai yang bertempat di Desa Aeng
Sareh, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Pantai
Aeng Sareh memiliki jarak sekitar 112 km dari Kota Malang. Letak geografis
24
Pantai Aeng Sareh pada 7°13'5.57"S dan 113°19'8.89"E. Peta wilayah
pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Peta Lokasi Pengambilan Sampel
3.3.1.2 Isolasi Bakteri Endofit Mangrove
3.3.1.2.1 Preparasi Sampel (Munif, 2011)
Sampel bagian akar mangrove Sonneratia alba dicuci dengan air
mengalir. Kemudian sampel dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Lalu
sampel dihaluskan menggunakan mortar dan alu yang steril. Selanjutnya masing-
masing sampel yang sudah halus ditimbang sebanyak 1 gram lalu dimasukkan
ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml Na-fis steril sebagai pengenceran 10-1, dan
dihomogenkan dengan menggunakan vortex mixer. Selanjutnya, dilakukan
pengenceran dari 10-1 hingga 10-5 dengan mengambil 1 ml dari pengenceran 10-1
dan dipindah ke dalam tabung reaksi pengenceran 10-2 begitu seterusnya hingga
pengenceran 10-5 dengan pipet serologis yang berbeda.
Skala 1: 1.800.000
25
3.3.1.2.2 Pembuatan Media LBA (Sambrook dan Russel, 2001)
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media Luria Bertani
Agar (LBA). Digunakan media LBA karena memungkinkan pertumbuhan yang
cepat dan hasil pertumbuhan yang baik bagi banyak spesies (Sezonov et al.,
2007). Media LBA ditimbang berdasarkan komposisinya. Komposisi media LBA
per 1000 ml antara lain 5 gram yeast extract, 10 gram pepton, 10 gram NaCl, dan
15 gram agar bakteriologi. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan akuades. Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan
alumunium foil. Media disterilisasi dengan autoklaf 121 ºC dan tekanan 0,15 MPa
selama 15 menit. Setelah proses sterilisasi, media dikeluarkan dan dibiarkan
hingga hangat-hangat kuku. Selanjutnya proses penuangan pada cawan petri
steril dengan pengkondisian aseptis. Media ditunggu hingga memadat dan
dilanjutkan proses penanaman.
3.3.1.2.3 Penanaman pada Media LBA (Aminullah et al., 2015)
Setelah dilakukan pengenceran bertingkat, dilakukan penanaman pada
media Luria-Bertani Agar. Proses penanaman dilakukan di dalam laminar air
flow. Metode penanaman yang digunakan adalah metode sebar. Sampel dari
pengenceran 10-3 hingga 10-5 diambil sebanyak 0,1 ml dan disebarkan ke
permukaan LBA dalam cawan petri, dan diratakan menggunakan triangle.
Selanjutnya sampel diinkubasi selama 24 jam dengan temperatur 37 ºC.
3.3.1.2.4 Isolasi Murni dan Pembuatan Stok Bakteri (Aminullah et al., 2015)
Media LBA yang telah ditanam bakteri dan sudah diinkubasi diamati dan
dilihat koloni yang tumbuh. Kemudian dilakukan pemilihan isolat bakteri untuk
dimurnikan. Adapun karakteristik pemilihan isolat bakteri dilihat dari terpisahnya
bakteri dari koloni. Apabila terdapat koloni tunggal yang tumbuh, isolat
26
diinokulasikan ke media LBA baru dengan komposisi yang sama menggunakan
metode streak plate kuadran.
Cara menginokulasi dengan metode streak kuadran yaitu pertama
panaskan jarum ose hingga memijar di atas bunsen, kemudian dinginkan. Lalu
ose yang sudah dingin untuk digoreskan pada permukaan media LBA dalam
cawan petri dengan pola zig-zag, kemudian cawan diputar 90º dan dilakukan
streak pada bagian 2 dengan menggores satu kali bagian 1 dan dibuat pola zig-
zag hingga dua per tiga cawan tertutup, kemudian ulangi cara sebelumnya
dibagian 3 hingga semua tertutup oleh goresan isolat. Setelah dimurnikan,
diinkubasi lagi selama 24 jam dengan temperatur 37 ºC. Pemilihan isolat dengan
memperhatikan bakteri yang terpisah dari koloni dengan warna yang sama
dengan koloni.
Selanjutnya membuat stok bakteri dan isolat tersebut dibuat dengan
menyimpannya di agar miring. Caranya dengan mengambil 1 koloni dari cawan
pemurnian bakteri kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi berisi media
Luria-Bertani Agar 5 ml yang sudah memadat dan miring. Kemudian diinkubasi
selama 24 jam dengan temperatur 37 ºC, setelah diinkubasi stok bakteri
disimpan di lemari es. Skema isolasi bakteri endofit dapat dilihat pada Lampiran
2 dan dokumentasi isolasi bakteri endofit dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.3.2 Penelitian Utama (Tahap II)
3.3.2.1 Penapisan Bakteri Penghasil Gelatinase (Cruz dan Torres, 2012)
Isolat bakteri yang diperoleh dari bagian mangrove Pidada Putih
(Sonneratia alba) diuji aktivitas gelatinasenya secara kualitatif. Isolat bakteri
diambil menggunakan jarum loop yang telah disterilisasi, kemudian ditanamkan
ke tabung reaksi yang berisi media skrining gelatinase dengan komposisi yang
ditunjukkan oleh Tabel 2 berikut ini.
27
Tabel 2. Komposisi Media Skrining Gelatinase
Bahan Jumlah (g/l)
Pepton Beef Extract Gelatin
5 3 120
(Sumber: Cruz dan Torres, 2012)
Kemudian isolat bakteri yang sudah ditanam diinkubasi pada suhu ruang
selama 3 hari. Jika media gelatin yang telah diinokulasikan kultur murni mencair
pada suhu ruang, dan tidak bisa kembali membeku saat didinginkan selama 30
menit di dalam kulkas maka kultur tersebut positif menghasilkan enzim
gelatinase. Skema proses skrining bakteri penghasil gelatinase dapat dilihat pada
Lampiran 4.
3.3.2.2 Analisa Spesies Bakteri Menggunakan Sekuensing 16S rRNA
1) Isolasi DNA
Isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan prosedur dari Kit Isolasi
DNA (Wizard Genomic DNA Purification Kit from Promega) dengan langkah
berikut; diambil 0,5 g sampel, dimasukkan dalam tube 2 ml yang berisi 1,5 ml
buffer cell lysis solution dan di mix (sampai tercampur). Inkubasi pada temperatur
ruang selama 10 menit kemudian centrifuge 2,000 xg selama 10 menit.
Supernatan dibuang dengan tetap memperhatikan pelet agar tidak ikut terbuang,
pellet ditambahkan 1 ml nuclei lysis dan di vortek. Tambahkan 0,3 ml protein
precipitation solution, kemudian di vortek selama 20 detik, centrifuge 2,000 xg
selama 10 menit. Supernatan diambil dan dimasukkan tube 1,5 ml baru yang
berisi 1 ml isopropanol kemudian di vortek dan dicentrifuge 2,000 xg selama 1
menit. Supernatan dibuang (pellet tidak boleh terbuang), ditambahkan 1 ml
etanol 70% centrifuge 2,000 xg selama 1 menit, supernatant dibuang dan pelet
dikeringkan dengan vakum untuk memastikan etanol benar-benar hilang. Hasil
pelet dilarutkan dengan menambahkan 75 µl DNA rehydration solution. Setelah
28
itu diinkubasi pada temperatur 65 ºC selama 1 jam, selanjutnya disimpan pada
temperatur -20 ºC hingga digunakan.
2) Pengukuran Kemurnian dan Konsentrasi DNA
Pengukuran kemurnian dan konsentrasi DNA yang telah diisolasi
menggunakan mesin UV spektrofotometer Biorad. Pengukuran kemurnian dan
konsentrasi DNA dilakukan dengan mengambil sampel DNA sebanyak 5 μl
kemudian ditambah dengan 995 μl Tris-EDTA (TE) buffer dan diletakkan pada
alat vortek hingga larutan homogen. Lalu larutan dimasukkan dalam kuvet dan
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 230 nm, 260 nm dan 280 nm.
Sebelum dilakukan absorbansi dilakukan peneraan dengan menggunakan TE
buffer sebagai larutan blanko. Penentuan tingkat kemurnian DNA dilakukan
dengan rumus berikut.
Kemurnian DNA pada perbandingan pada kisaran nilai <0,5. DNA
yang memiliki kisaran nilai kemurnian >0,5 menunjukkan keberadaan
kontaminasi polisakarida. Perhitungan kemurnian DNA pada perbandingan
memiliki kisaran nilai 1,8-2. DNA yang memiliki kisaran nilai kemurnian >2
menunjukkan bahwa terjadi kontaminasi protein sedang kisaran nilai <1,8
menunjukkan keberadaan kontaminasi RNA (Fatchiyah et al., 2011). Perhitungan
konsentrasi DNA dilakukan dengan rumus berikut.
Keterangan: A260 = nilai absorbansi pada panjang gelombang 260 nm 50 = larutan dengan nilai absorbansi 1,0 yang sebanding dengan 50 μg untai ganda DNA per ml
Konsentrasi DNA = A260 x 50 x Faktor Pengenceran
Kemurnian DNA =
29
3) Primer
Primer merupakan rantai asam nukleat yang berfungsi sebagai titik awal
untuk mensintesis DNA yang diperlukan dalam mereplikasi DNA. Primer yang
digunakan pada penelitian ini adalah berdasarkan Lane (1991). Primer dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Primer Forward dan Reverse
Primer Lokasi Temperature Melting
5’-AGAGTTTGATCATGGCTCAG-3’ 27F 52,2 ºC 5’-TACGGCTACCTTGTTACGA-3’ 1492R 52.8 ºC
4) Amplifikasi Gen dengan Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)
Amplifikasi genotyping gen dilakukan dengan teknik Polymerase Chain
Reaction atau PCR dengan menggunakan mesin thermal cycler. Komposisi PCR
dengan volume total 20 μl/tube terdiri atas 6 μl ddH2O, 10 μl Polymerase Chain
Reaction (PCR) kit Go Taq® Green Master Mix (10 x buffer taq polymerase,
dNTP, MgCl2, primer, Taq DNA polymerase, ddH2O), primer forward 1 μl, primer
reverse 1 μl dan 2 μl DNA sampel hasil isolasi.
Penentuan temperatur amplifikasi mengacu pada Correa (2012), secara
berurutan proses amplifikasi dikondisikan pada temperatur pre-denaturasi 95 ºC
selama 5 menit 1 kali siklus dan 30 kali siklus denaturasi dengan temperatur 95
ºC 30 detik, temperatur annealing 55 ºC selama 30 detik, dan temperatur
elongasi 72 ºC selama 30 detik, dilanjutkan dengan 1 siklus ekstensi pada
temperatur 72 ºC selama 10 menit dan temperatur 4 0C selama 5 menit.
5) Konfirmasi Hasil Amplifikasi Gen
Hasil Polymerase Chain Reaction (PCR) semua sampel DNA yang telah
diamplifikasi dikonfirmasi dengan menggunakan elektroforesis horizontal gel
agarosa 1,5%. Gel agarosa 1,5% dilakukan dengan cara berikut, bubuk agarosa
ditimbang sebanyak 0,6 gram kemudian dilarutkan di dalam 40 ml TBE buffer
30
dan dipanaskan hingga terbentuk larutan yang transparan (bening). Larutan
agarosa didiamkan hingga hangat kemudian dituangkan ke dalam cetakan
elektroforesis yang telah ditambah dengan 0,5 μl etidium bromida. Sisir dipasang
pada ujung bak elektroforesis dan didiamkan hingga larutan agarosa mengeras
(gel). Sisir diambil pada gel agarosa yang telah terbentuk kemudian dipindahkan
pada bak elektroforesis ditambah dengan TBE buffer hingga seluruh permukaan
gel tertutup larutan buffer. Sebanyak 2 μl sampel DNA dicampur dengan 1 μl
loading dye dicampur kemudian dimasukkan ke dalam sumuran secara perlahan.
Selanjutnya, dilakukan proses elektroforesis (running) dengan tegangan 65 Volt
selama 1,5 jam. Hasil elektroforesis divisualisasi dengan menggunakan UV
transiluminator dan didokumentasikan dengan kamera polaroid.
6) Purifikasi Amplikon Gen
Sampel amplikon hasil PCR gen yang sebagian telah digunakan untuk
konfirmasi elektriforesis dimasukkan dalam tube dengan volume maksimum 1,5
ml. Sampel tersebut ditambah dengan sodium asetat (Merck) sebanyak 0,1%
dari total volume sampel amplikon dalam tube yang akan dipurifikasi. Berikutnya
ditambahkan ethanol absolut dingin sebanyak dua kali volume larutan sodium
asetat dan sampel amplikon. Kemudian dilakukan spin down dengan
menggunakan alat sentrifugasi dan disimpan pada temperatur -20 ºC selama 60
menit. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm pada
temperatur 4 ºC selama 15 menit. Supernatan dibuang dan ditambahkan 200 µl
etanol 70% dingin dan disentrifugasi lagi dengan kecepatan 13.000 rpm pada
temperatur 4 ºC selama 15 menit. Pelet hasil sentrifugasi ini kemudian
dikeringkan dengan menggunakan inkubator pada temperatur 37 ºC. Pelet yang
telah kering ditambah dengan ddH2O sebanyak 15 µl.
7) Sequencing (Pengurutan Sekuen) DNA Amplikon Gen
31
Sequencing atau pengurutan sekuen DNA dilakukan untuk mengetahui
sekuen DNA yang mengalami polimorfisme. Sequencing dilakukan dengan
menggunakan sampel DNA dari hasil PCR yang telah dipurifikasi. Pada
konfirmasi amplifikasi DNA dengan elektroforesis gel agarosa, pita yang paling
tebal dipilih sebagai sampel untuk sequencing. Pita yang paling tebal dipilih
dengan asumsi bahwa DNA telah dikenali oleh primer yang spesifik dan
teramplifikasi dengan panjang sekuen yang sesuai. Komposisi sequencing terdiri
dari amplikon gen sampel yang telah dipurifikasi 2 µl, ddH2O 10 µl, Big Dye
terminator 8 µl (menggunakan ABIPRISM® Big Dye® terminatorv 3.1 cycle
sequencing kits), larutan penyangga 5 µl (buffer dengan EDTA (Applied
Biosystem), dan primer dengan konsentrasi 20 pmol sebanyak 2 µl sehingga
jumlah keseluruhan 25 μl. Selanjutnya dilakukan PCR sequencing dengan
optimasi temperatur sesuai petunjuk reagen kit sequencing, sampel hasil PCR
sequencing dilakukan purifikasi ulang sebelum dilanjutkan ke mesin sequencing,
hasil purifikasi berupa amplikon kedua ini ditambah dengan larutan buffer khusus
yaitu Hi-DiTM Formamide (Genetic Analysis Grade-Applied Biosystem) dan
disequencing menggunakan ABIPRISM® 310 Genetic Analyzer di Laboratorium
Genetika, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
3.3.2.3 Analisa Bioinformatika
Hasil sekuensing berupa elektroferogram dan urutan basa nukleotida
dianalisis dengan menggunakan program DNA Baser BioEdit. Menurut Hall
(1999), program BioEdit terintegrasi dengan program bioinformatika lainnya
seperti ClustalW, BLAST yang memungkinkan peneliti dapat mensejajarkan
banyak sekuen DNA secara bersamaan dan mencari kedekatannya dengan data
yang tersedia di gen bank secara akurat, mudah dioperasikan, bersifat open
32
source (tidak berbayar), dan yang terpenting memiliki tingkat ketepatan yang
tinggi. Pada penelitian ini program BioEdit digunakan untuk membaca hasil
sekuensing dan mengcopynya dalam bentuk format Fasta (>_) yang kemudian
digabungkan dengan cara manual.
Sedangkan untuk penggabungan hasil sekuensing antara forward dan
reverse dilakukan secara manual. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut: hasil pembacaan sekuensing yang berupa fasta forward dan reverse
dibuka pada Microsoft word. Kemudian pada fasta revese dicopy dan dilakukan
reverse complement dengan cara online pada laman
https://www.bioinformatics.org/sms/rev_comp.html kemudian submit dan
diperoleh hasil fasta reverse complement. Kemudian dilakukan pencarian basa
yang sama antara forward dan reverse complement dengan mencari secara
manual. Setelah diperoleh basa yang sama antara forward dan reverse
complement kemudian digabungkan basa bagain depan sampai basa bagian
yang sama pada forward dan basa setelah bagian yang sama sampai akhir pada
revrese complement, sehingga diperoleh format fasta assembly yang kemudian
dianalisis menggunakan BLAST.
3.3.2.3.1 Analisis BLAST
Hasil sequencing berupa urutan basa nukleotida kemudian dianalisis
dengan menggunakan program BLAST (Basic Local Alignment Search Tool).
Program ini berasal dari National Center of Biotechnology Information (NCBI)
yang mulai banyak dikembangkan diberbagai institusi baik pendidikan maupun
komersil. Program ini mencari kesamaan (similarity) antara sekuen DNA atau
protein yang ingin diketahui dengan database sekuen lain yang terdapat pada
GenBank. Kelebihan program ini adalah bekerja sangat cepat, dapat dipercaya,
dan fleksibel karena dapat diadaptasikan pada berbagai analisis sekuen (Bodell
33
et al., 2003). Pencarian database menurut Rukmana (2015), dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagi berikut:
Diketik http://www.ncbi.nlm.nih.gov (website GenBank Amerika Serikat).
Diklik “BLAST” pada home NCBI. Dipilih Nucleotide blast untuk memilih program
analisis. Dimasukkan uturan DNA hasil sekuensing dalam program tersebut
dengan cara memblok data sekuen (dalam format FASTA) dan dicopy paste
pada form yang tersedia. Diklik “RUN BLAST” dan tunggu hasilnya.
3.3.2.3.2 Analisis Filogenetik Sekuen DNA
Setelah diketahui spesies dan genus bakteri, selanjutnya analisis
filogenetik sekuen DNA untuk memvisualisasikan hubungan kekerabatannya.
Pohon filogenetik dibuat menggunakan program Phylogeny.fr. Phylogeny.fr yang
dapat diakses secara online pada laman http://www.phylogeny.fr/. Langkah yang
pertama yaitu buka file hasil dari “RUN BLAST” pada BLAST. Lalu klik bakteri
yang sama sebanyak 4 jendela Description. Klik Download | FASTA (aligned
sequences) | continue. Selanjutnya, cari format fasta bakteri pada
http://www.ncbi.nlm.nih.go | genome | ketik nama bakteri pada kolom search |
enter | klik bakteri | FASTA (Ketentuan: 3 bakteri yang mempunyai genus yang
sama dengan bakteri hasil BLAST tetapi spesiesnya berbeda, kemudian 2 bakteri
yang mempunyai genus yang berbeda dengan bakteri hasil BLAST tetapi
spesiesnya sama dan 1 bakteri yang paling berbeda baik genus maupun spesies.
Jadikan satu file dalam fasta BLAST sebelumnya). Buka laman
www.phylogeny.fr. Ditekan one Click| buka file Fasta dari BLAST. tekan submit
dan tunggu hingga hasil keluar dan diperoleh pohon filogenik bakteri. Skema
identifikasi molekuler teknik 16S rRNA dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.3.2.4 Pewarnaan Gram (Cappucino & Sherman, 2011)
34
Langkah pertama yang dilakukan adalah gelas objek dibersihkan dari
lemak dengan alkohol 70% dan diberi label. Akuades diteteskan pada
permukaan gelas objek. Kemudian isolat bakteri diambil dengan jarum ose steril,
kemudian isolat dicampur dengan akuades dan diulas merata pada permukaan
gelas objek. Selanjutnya dilakukan fiksasi panas dengan cara melewatkan
preparat di atas api. Sediaan mikroskopik yang sudah kering ditetesi dengan
kristal violet secara merata dan didiamkan selama satu menit. Kemudian larutan
lugol diteteskan pada preparat sampai merata dan didiamkan maksimal 30 detik.
Selanjutnya preparat di cuci dengan akuades dan dikeringkan. Kemudian larutan
safranin diteteskan pada preparat sampai merata dan didiamkan selama dua
menit. Selanjutnya preparat dicuci kembali dengan akuades dan dikeringkan.
Bentuk sel diamati menggunakan mikroskop. Isolat bakteri yang termasuk Gram
(+) ditunjukkkan dengan sel bakteri berwarna ungu, sedangkan bakteri Gram (-)
sel bakteri berwarna merah. Skema konfirmasi pewarnaan gram dan morfologi
bakteri dapat dilihat pada Lampiran 6.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Isolasi Bakteri dari Bagian Mangrove
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh 4 isolat
bakteri endofit yang diisolasi dari akar dari mangrove Pidada Putih (Sonneratia
alba). Masing-masing isolat diberi kode A1, A2, A3 dan A4 untuk
membedakannya. Hasil isolat bakteri endofit akar Pidada Putih (Sonneratia alba)
yang berhasil ditumbuhkan pada media luria-bertani agar dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Hasil Isolat Bakteri Endofit Akar Mangrove Pidada Putih
Selanjutnya, dilakukan pengamatan morfologi terhadap koloni bakteri
yang didapatkan. Pengamatan morfologi makroskopik koloni bakteri endofit ini
dilakukan dengan mengamati karakteristik koloni (pengamatan pada plate agar)
berupa bentuk, elevasi, tepi dan warna. Hasil pengamatan morfologi koloni
bakteri endofit dicantumkan pada Tabel 4.
36
Tabel 4. Karakteristik Morfologi Koloni Bakteri Endofit Mangrove
Isolat Morfologi Koloni
Bentuk Elevasi Tepi Warna
A1 irregular timbul Bergelombang Putih Susu A2 bulat datar Bergelombang Putih Susu A3 bulat timbul Halus Putih Kekuningan A4 irregular datar Bergelombang Putih Kekuningan
Bakteri dikatakan sebagai bakteri endofit jika warna pada permukaan
koloni putih kekuningan atau kental seperti susu. Selain itu bakteri endofit
dicirikan dengan bentuk sel individu yang batang, serta bentuk koloni yang bulat,
oval atau tidak beraturan (Pelczar, 1986). Selanjutnya, ke 4 isolat bakteri endofit
dimurnikan dengan menggunakan metode streak plate tiga kuadran untuk
mendapatkan koloni tunggal yang terpisah. Teknik streak plate menurut Winarni
(1997), memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dengan latihan.
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum
digoreskan ke permukaan media dalam cawan petri dengan jarum ose. Di antara
garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat
tumbuh menjadi koloni. Kemudian isolat yang sudah dimurnikan disimpan pada
agar miring dan disimpan dalam suhu 4ºC sebagai penyimpanan stok.
Hasil pemurnian bakteri dengan metode streak plate tiga kuadran dapat
dilihat pada Gambar 9 dan hasil isolat bakteri pada agar miring dapat dilihat pada
Gambar 10.
Gambar 9. Hasil Pemurnian dengan Metode Streak Plate 3 Kuadran
37
Gambar 10. Hasil Isolasi pada Agar Miring
4.2 Hasil Skrining Bakteri Penghasil Enzim Gelatinase
Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh isolat bakteri penghasil enzim
gelatinase. Sebanyak 4 isolat bakteri yang berhasil diisolasi dari endofit
mangrove Pidada Putih (Sonneratia alba) diinokulasikan pada media nutrien
gelatin dalam tabung reaksi dan diinkubasi selama 3 hari. Jika media gelatin
yang telah diinokulasikan mencair pada suhu ruang, dan tidak bisa kembali
membeku saat didinginkan selama 30 menit di dalam lemari es maka kultur
murni tersebut positif menghasilkan enzim gelatinase. Gambar hasil uji
gelatinase dapat dilihat pada Gambar 11 dan hasil analisis uji gelatinase dapat
dilihat pada Tabel 5.
38
Gambar 11. Hasil Uji Gelatinase
Tabel 5. Hasil Analisis Uji Gelatinase
No Kode Isolat Hasil Kedalaman Cairan (cm)
1 2 3 4
A1 A2 A3 A4
+ + + +
4,84 3,57 4,23 5,31
Keterangan:
(+) Media gelatin cair setelah dimasukkan lemari es 30 menit
(-) Media gelatin padat setelah dimasukkan lemari es 30 menit
Media gelatin yang telah diinokulasikan kultur murni diinkubasi selama 3
hari pada suhu ruang, lalu dimasukkan lemari es selama 30 menit. Setelah itu
dilakukan pengecekan kecairan media yaitu dengan memiringkan tabung dengan
sudut 45̊ dan media yang cair diukur tingkat kedalaman cairannya. Hasil uji
gelatinase ke 4 isolat tersebut menunjukkan hasil positif karena media gelatin
tetap cair setelah dimasukkan ke dalam lemari es selama 30 menit, hal ini sesuai
dengan pendapat Cappucino dan Sherman (1983), bahwa uji positif ditandai
dengan medium gelatin tetap cair setelah dimasukkan ke dalam lemari es selama
30 menit. Enzim gelatinase akan menghidrolisis gelatin menjadi asam-asam
amino yang dapat digunakan sebagai nutrien oleh bakteri sehingga media gelatin
39
menjadi cair (Harley dan Prescott, 2002). Kemampuan bakteri dalam mencerna
gelatin menurut Cappuccino dan Sherman (2002), merupakan salah satu
karakter yang penting untuk diamati karena pola pencairan gelatin oleh bakteri
berbeda-beda. Berdasarkan pengamatan, isolat yang memiliki pencairan media
gelatin tertinggi yaitu bakteri dengan kode isolat A2. Selanjutnya, isolat A2
diambil sebagai sampel untuk diidentifikasi molekuler karena mempunyai
aktivitas proteolitik tertinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salle (1967),
bahwa medium gelatin yang dihidrolisis oleh gelatinase akan kehilangan
solidifikasi. Semakin cair medium, aktivitas proteolitik akan semakin tinggi.
4.3 Hasil Identifikasi Molekuler 16S rRNA
4.3.1 Isolasi DNA
Isolasi DNA menggunakan metode kit isolasi DNA (Wizard Genomic DNA
Purification Kit from Promega). Hasil isolasi DNA isolat bakteri A2 yang diisolasi
dari akar mangrove Pidada Putih dapat dilihat pada Gambar 12.
40
Gambar 12. Hasil Isolasi DNA Isolat Bakteri A2
(M: DNA Marker; S: DNA Isolat Bakteri)
Berdasarkan Gambar 12, pita DNA isolat bakteri terseparasi diatas
wilayah 10000 bp. Hal ini menunjukkan bahwa terdeteksi adanya molekul dengan
ukuran lebih dari 10000 bp. Ukuran pita yang jelas dan tebal mengindikasikan
bahwa konsentrasi molekul yang terseparasi pada wilayah ini tinggi. Tertahannya
laju migrasi pada daerah 10000 bp mengindikasikan bahwa molekul tersebut
adalah molekul DNA kromosom bakteri, karena berdasarkan penelitian
Demerdash (2012), kromosom bakteri memiliki ukuran lebih dari 10000 bp, yakni
21000 bp-23000 bp. Faktor lain selain ukuran molekul yang menyebabkan DNA
kromosom tertahan diatas 10000 bp dan tidak jauh dari sumur gel adalah karena
konformasi DNA kromosom bakteri. DNA kromosom bakteri memiliki konformasi
sirkular yang menyebabkan molekul DNA susah melewati pori dalam agarosa.
41
Akibat konformasi tersebut, kromosom DNA memiliki laju migrasi yang rendah
dan tertahan di daerah diatas 10000 bp (Nuroniyah dan Putra, 2012).
4.3.2 Pengukuran Kemurnian dan Konsentrasi DNA
Pengukuran kemurnian dan konsentrasi DNA isolat bakteri dilakukan
dengan mesin UV spektrofotometer. Tingkat kemurnian DNA menurut Muladno,
(2002), dapat ditentukan dengan cara menghitung rasio antara nilai 260 nm dan
280 nm pada sampel DNA. Nilai 260 merupakan nilai maksimal DNA dapat
menyerap cahaya. Nilai absorbansi pada panjang gelombang (A260) dapat
digunakan untuk memperkirakan konsentrasi DNA juga. Sedangkan nilai 280
merupakan nilai maksimal residu tirosin dapat menyerap cahaya. Nilai
absorbansi pada panjang gelombang (A280) dapat digunakan untuk indikasi
kontaminasi protein.Hasil pengukuran kemurnian dan konsentrasi DNA dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengukuran Kemurnian dan Konsentrasi DNA
Type Abs 260
Abs 280
260/280
Dsdna 13,14 17.46 1,75
Nilai perbandingan serapan pada panjang gelombang 260 dan 280 nm
dapat digunakan sebagai indikator kemurnian DNA.Hasil dari pengukuran
kemurnian dan konsentrasi DNA isolat bakteri A2 pada perbandingan 280/260
mendekati 1,8 yaitu 1,75. Hal ini menandakan bahwa hasil isolasi DNA memiliki
tingkat kemurnian yang baik, karena menurut Clark dan Christoper (2001), DNA
murni yang bebas kontaminasi protein akan mempunyai nilai ratio λ 260/280
mendekati 1,8.
42
4.3.3 Hasil Amplifikasi Gen
Hasil dari amplifikasi gen dengan menggunakan elektroforesis gel
agarosa dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Hasil Elektroforesis Gel Agarosa
Hasil elektroforesis yang diperlihatkan pada Gambar 13 menunjukkan
proses PCR berhasil dilakukan dengan diperolehnya pita tunggal dengan ukuran
±1400 bp. Kondisi PCR yang tepat akan menyebabkan teramplifikasinya gen 16S
rRNA dengan baik sehingga diperoleh pita yang tunggal dan bahkan terdeteksi
pada gel elektroforesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khosravinia et
al.(2007), DNA berhasil diisolasi dengan baik apabila tidak ada pita-pita lainnya
yang tampak pada gambar pada sampel. Elektroforesis DNA yang menghasilkan
pita tunggal pada sampel menunjukkan bahwa DNA mempunyai kualitas yang
baik. DNA yang dihasilkan murni tidak bercampur dengan RNA.
43
4.3.4 Pengurutan dan Pembacaan Sekuen DNA
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan metode yang digunakan
untuk mengamplifikasi sekuen DNA spesifik secara cepat dalam kondisi in vitro
(Bartlett, 2003). Untuk amplikasi 16S rRNA bakteri gelatinolitik isolat, digunakan
pasangan primer 27F dan 1492R dengan urutan basa nukleotida sebagai berikut:
Primer forward 27F : 5’-AGAGTTTGATCATGGCTCAG-3’ Primer reverse 1492R :
5’-TACGGCTACCTTGTTACGA-3’.
Pembacaan sekuens DNA menjadi alat penting dan utama dalam biologi
molekular karena dapat mengetahui komposisi nukleotida dan asam amino suatu
gen, juga menganalisis kekerabatan dan jalur evolusinya (Albert et al., 1994).
Pembacaan sekuan ini dilakukan menggunakan software sequence scanner.
Hasil pembacaan ini berupa grafik menggulung sampai ujung. Hasil dari
pembacaan ini menunjukkan kualitas puncak-puncak yang cukup baik dan dapat
dibaca dengan jelas meski terdapat beberapa pemisahaan yang kurang jelas dan
bertumpuk. Hasil dari sekeunsing dapat dilihat pada Tabel 7.
44
Tabel 7.Pengurutan Sekuen Gen 16S rRNA
Sekuen 16S rRNA
>_F
GATCGGCCACACTGGGACTGACCTCGGCCCAGACTCCTACGGGAATATTGGACAAT
GAATCTTCCACTGAGCCAGAAATGCTGATGGAGCAACGACGGTCTTCTGATTAAGGT
TTTCTTTTCGTTGAAATCTGTTGTAAGGGAATAACACCTTGCTGATTTACTGGTTGTA
CCTTGACGGTACCTTATTAAAAACCCGCCGCTAACTACGTGCCTACAACCGGGCAGA
TCCTTAAGTGGAATTACTGGTCCGAAATTATTGGGCGTAGAGTCCGCGAATGGGATC
CTTTAACCCTGATGTCAAACCCCACGGCTCATCCGTGAATGGTCATTGAAAACTGGG
GGAATTGAGTGGAAATTACGAGAGTGGAATTCCAAGTGTAGCGTTTAAATGCGAACA
GATTTGGAGGAACACCA
>_R
GCCTTAACCATCTTGGCACGTGGCTCTGAGGTTACCATCACCTACTTCTGGTGTTAC
CAACTCTCATGGTGTGACGGGCGGTGTGTACAAGGCCCGGGAACGTATTCACCGCG
GCATGCTGATCCGCGATTACTAGCGATTCCGACTTCATGTAGGCGAGTTGCAGACT
GCGATCCGAACTGAGAACGACTTTATGGGATTAGCTCCATCTCGCGAGTTGGCAAC
CGTTTGTACCGACCATTGTAGCACGTGTGTAGCCCAGGTCATAAGGGGCATGATGA
CTTGACGTCATCCCCACCTTCCTCCGGTTTGTCACCGGCAGTCTCCTTAGAGTGCCC
ACCTTAATGAGGGGAACTAAAATGACGGGGTGCGCTCGCTGCGCGACTTATCCCCA
CATCTCACGACACGAGCTGAGAACAACCATGCGCCACCTGTGAGTCATACCCCCCA
AAGGGAAACTACATTCCCTGGAAGGTCCACGGGATGTCAAGACCTGGTAAGGTTCT
TCGCGTTGCTTCGAATTAAACCACATGCTCCACCGCTTGTGCGGGCCCCCGTCAATT
CCTTTGAGTTTCAGTCTTGCGACCGTACTCCCCAGGCGGACTGCTTAATGCGTTAGC
TGCGCCACTAAGGGGTGGAGGCCCCCTAACACTTATCAATCATCGTTAACGGCGGG
AATACCAGGGATCTAACCCGGTTGCTCCCACGCTTTGCGCCCAGTGTCAGTTAAGA
CCAGAGGTCGCCTTCGCACTGGTGTTCCTCCAATCTCTACGCATTTCCCGCTACAAT
GAAATCCACTTCCTCTTCTGACTCAAGTCGCCAGTTTCGATGACCTCCAGGTTGAGC
CGGGGCTTTCACATCAACTTAAGGACCCCTGCCGCGCTTACGCCAATATTCCAGACA
CGCTGCCCCTACGTATACCGCGGCTGCTGCACGAATTAGCCGGGCTTTTAGTAGGT
ACGTCAAGCACAACGATTACACTGTGCTGTTCTCCCTACAAAGAGTTTACAACCGAA
ACTTCTTCACCCGCGCATGCTGATCAGCTTCGCCATGGGAAAATCCAATGCGGCTC
CGAAGAATCTGACCGGTCCATTCCAGGGGGCGACACCTTCAAGCGGTACGAACTTC
TTGGGAGCTTACCTCCAATATCAATGGCCCGGGCATCTAATGGAGGCCAAATCCTCT
GTTTCCTTGAATAAAATTTATGTTTTTCCAGTTCCCAATTCCAATAATG
4.3.5 Penggabungan Hasil Sequencing Forward dan Reverse
Langkah selanjutnya adalah mengolah basa-basa tersebut menjadi fasta
format assembly. Dari format fasta assembly diperoleh 1.167 sekuen, kemudian
sekuen tersebut diunggah melalui Basic Local Alignment Search Tool (BLAST)
untuk mengetahui homolog atau kemiripannya dengan sekuen yang sudah
terdapat pada database GenBank. Hasil elektroferogram isolat A2 sekuen
forward dapat dilihat pada Lampiran 7 dan hasil elektroferogram isolat A2 sekuen
45
reverse dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil Reverse Complement dan Format
Fasta Assembly disajikan pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Hasil Reverse Complement dan Format Fasta Assembly
Reverse Complement
>_RC CATTATTGGAATTGGGAACTGGAAAAACATAAATTTTATTCAAGGAAACAGAGGATTTGGCCTCCATTAGATGCCCGGGCCATTGATATTGGAGGTAAGCTCCCAAGAAGTTCGTACCGCTTGAAGGTGTCGCCCCCTGGAATGGACCGGTCAGATTCTTCGGAGCCGCATTGGATTTTCCCATGGCGAAGCTGATCAGCATGCGCGGGTGAAGAAGTTTCGGTTGTAAACTCTTTGTAGGGAGAACAGCACAGTGTAATCGTTGTGCTTGACGTACCTACTAAAAGCCCGGCTAATTCGTGCAGCAGCCGCGGTATACGTAGGGGCAGCGTGTCTGGAATATTGGCGTAAGCGCGGCAGGGGTCCTTAAGTTGATGTGAAAGCCCCGGCTCAACCTGGAGGTCATCGAAACTGGCGACTTGAGTCAGAAGAGGAAGTGGATTTCATTGTAGCGGGAAATGCGTAGAGATTGGAGGAACACCAGTGCGAAGGCGACCTCTGGTCTTAACTGACACTGGGCGCAAAGCGTGGGAGCAACCGGGTTAGATCCCTGGTATTCCCGCCGTTAACGATGATTGATAAGTGTTAGGGGGCCTCCACCCCTTAGTGGCGCAGCTAACGCATTAAGCAGTCCGCCTGGGGAGTACGGTCGCAAGACTGAAACTCAAAGGAATTGACGGGGGCCCGCACAAGCGGTGGAGCATGTGGTTTAATTCGAAGCAACGCGAAGAACCTTACCAGGTCTTGACATCCCGTGGACCTTCCAGGGAATGTAGTTTCCCTTTGGGGGGTATGACTCACAGGTGGCGCATGGTTGTTCTCAGCTCGTGTCGTGAGATGTGGGGATAAGTCGCGCAGCGAGCGCACCCCGTCATTTTAGTTCCCCTCATTAAGGTGGGCACTCTAAGGAGACTGCCGGTGACAAACCGGAGGAAGGTGGGGATGACGTCAAGTCATCATGCCCCTTATGACCTGGGCTACACACGTGCTACAATGGTCGGTACAAACGGTTGCCAACTCGCGAGATGGAGCTAATCCCATAAAGTCGTTCTCAGTTCGGATCGCAGTCTGCAACTCGCCTACATGAAGTCGGAATCGCTAGTAATCGCGGATCAGCATGCCGCGGTGAATACGTTCCCGGGCCTTGTACACACCGCCCGTCACACCATGAGAGTTGGTAACACCAGAAGTAGGTGATGGTAACCTCAGAGCCACGTGCCAAGATGGTTAAGGC Format Fasta Assembly
>_FFA GATCGGCCACACTGGGACTGACCTCGGCCCAGACTCCTACGGGAATATTGGACAATGAATCTTCCACTGAGCCAGAAATGCTGATGGAGCAACGACGGTCTTCTGATTAAGGTTTTCTTTTCGTTGAAATCTGTTGTAAGGGAATAACACCTTGCTGATTTACTGGTTGTACCTTGACGGTACCTTATTAAAAACCCGCCGCTAACTACGTGCCTACAACCGGGCAGATCCTTAAGTGGAATTACTGGTCCGAAATTATTGGGCGTAGAGTCCGCGAATGGGATCCTTTAACCCTGATGTCAAACCCCACGGCTCATCCGTGAATGGTCATTGAAAACTGGGGGAATTGAGTGGAAATTACGAGAGTGGAATTCCAAGTGTAGCGTTTAAATGCGAACAGATTTGGAGGAACACCAGTGCGAAGGCGACCTCTGGTCTTAACTGACACTGGGCGCAAAGCGTGGGAGCAACCGGGTTAGATCCCTGGTATTCCCGCCGTTAACGATGATTGATAAGTGTTAGGGGGCCTCCACCCCTTAGTGGCGCAGCTAACGCATTAAGCAGTCCGCCTGGGGAGTACGGTCGCAAGACTGAAACTCAAAGGAATTGACGGGGGCCCGCACAAGCGGTGGAGCATGTGGTTTAATTCGAAGCAACGCGAAGAACCTTACCAGGTCTTGACATCCCGTGGACCTTCCAGGGAATGTAGTTTCCCTTTGGGGGGTATGACTCACAGGTGGCGCATGGTTGTTCTCAGCTCGTGTCGTGAGATGTGGGGATAAGTCGCGCAGCGAGCGCACCCCGTCATTTTAGTTCCCCTCATTAAGGTGGGCACTCTAAGGAGACTGCCGGTGACAAACCGGAGGAAGGTGGGGATGACGTCAAGTCATCATGCCCCTTATGACCTGGGCTACACACGTGCTACAATGGTCGGTACAAACGGTTGCCAACTCGCGAGATGGAGCTAATCCCATAAAGTCGTTCTCAGTTCGGATCGCAGTCTGCAACTCGCCTACATGAAGTCGGAATCGCTAGTAATCGCGGATCAGCATGCCGCGGTGAATACGTTCCCGGGCCTTGTACACACCGCCCGTCACACCATGAGAGTTGGTAACACCAGAAGTAGGTGATGGTAACCTCAGAGCCACGTGCCAAGATGGTTAAGGC
46
4.3.6 BLAST
Hasil sekuen gen penyandi 16S rRNA dari isolat A2 dilacak homologinya
terhadap sekuen 16S rRNA milik bakteri lainnya yang ada di dalam GenBank
melalui program Basic Local Alignment Search Tool (BLAST) dengan alamat
situs http://blast.ncbi.nlm.nih.gov/Blast.cgi. Sekuen-sekuen 16S rRNA yang
didapat dari program BLAST disimpan dalam format FASTA. Berdasarkan hasil
konfirmasi BLAST isolat bakteri A2 menunjukkan identity sebesar 87%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa isolat bakteri memiliki kemiripan dengan
Lysinibacillus fusiformis dan terdapat 13% yang dapat dikategorikan sebagai
strain yang berbeda, sehingga dapat diberikan identitas yang berbeda yaitu
Lysinibacillus fusiformis UB-U. Bakteri bisa dikatakan spesies baru apabila
memiliki kemiripan homologi basa nukleotida <70%.
Hal ini dikemukakan oleh Wayne (1987), dimana suatu spesies dapat
dikatakan memiliki hubungan dengan salah satu kelompok spesies yang telah
ada apabila mempunyai nilai homologi gen lebih besar dari 70% bila
dibandingkan dengan seluruh gen yang mengalami hibridisasi DNA-DNA. Nilai
total gen yang mengalami hibidrisasi DNA-DNA merupakan kunci utama dari
penentuan dan pembatasan hubungan kekerabatan spesies baru tersebut
dengan spesies yang telah ada. Semakin tinggi nilai identitasnya maka semakin
menunjukkan kemiripan dengan sekuen acuan Gen Bank. Hasil analisis BLAST
isolat dapat dilihat pada Tabel 9.
47
Tabel 9. Hasil Analisis BLAST Isolat A2
4.4 Filogenik Sekuen DNA
Hasil desain pohon filogenetik bakteri gelatinolitik Lysinibacillus fusiformis
strain UB-U ditampilkan pada Gambar 14.
Gambar 14. Pohon Filogenik bakteri Lysinibacillus fusiformis UB-U
Description Query Cover
E-value
Ident Accession ID
Lysinibacillus fusiformis strain LP01 R08 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus macroides strain SS86 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus fusiformis strain CW203 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus boronitolerans strain 10a 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus sp. mkx20 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus xylanilyticus strain C17 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus sp. mkx29 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus sp. mkx22 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus sp. mixed culture J613 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Bacillus sp. hb42 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Bacillus sp. hb26 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus sp. SS1.19 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus sp. mkx32 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus sp. mkx14 16S ribosomal RNA gene, partial sequence Lysinibacillus sp. 313 16S ribosomal RNA gene, partial sequence
98%
98%
97%
97%
98%
98%
97%
97%
97%
97%
97%
98%
98%
98%
97%
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
87%
86%
86%
86%
86%
86%
86%
86%
86%
86%
86%
86%
86%
86%
86%
KP419697.1 KX959971.1 KY689044.1 NR_041276.1 KU159208.1 KX832696.1 KU159213.1 KU159209.1 KR029250.1 KF863841.1 KF863826.1 KF863826.1 KU159215.1 KU159207.1 KT034466.1
48
Pada pohon filogenik memperlihatkan dua kelompok utama (Gambar 14).
Pada kelompok pertama dibagi menjadi 2 subcabang dan pada kelompok kedua
tidak terjadi percabangan yang diisi oleh Neisseria sicca 1458b. Lysinibacillus
fusiformis strain UB-U memiliki kekerabatan yang dekat dengan Lysinibacillus
boronitolerans strain DNP-20 nilai bootstrap sebesar 87% pada cabang
filogenetiknya yang artinya bakteri Lysinibacillus fusiformis strain UB-U. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mount (2001), yang menyatakan bahwa nilai bootstrap
menunjukan kekerabatan yang dekat apabila memiliki nilai yang tinggi, yaitu lebih
dari 70% atau di atas 70.
4.5 Konfirmasi Pewarnaan Gram dan Morfologi Lysinibacillus fusiformis UB-U
Pewarnaan gram digunakan untuk mengetahui morfologi sel bakteri serta
untuk membedakan bakteri gram positif dan gram negatif (Rostinawati, 2008).
Berdasarkan hasil pewarnaan gram pada Lysinibacillus fusiformis UB-U ketika
diamati di bawah mikroskop menandakan bahwa bakteri tersebut merupakan
gram positif. Bakteri gram positif pada pewarnaan Gram berwarna ungu
disebabkan kompleks zat warna kristal violet-yodium tetap dipertahankan
meskipun diberi larutan pemucat aseton alcohol (Lay, 1994). Hasil pewarnaan
bakteri dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Pewarnaan Gram Lysinibacillus fusiformis UB-U (Perbesaran 1000x)
49
Klasifikasi Lysinibacillus fusiformis menurut Ahmed (2007), sebagai
berikut.
Domain : Bacteria Kingdom : Bacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales Famili : Bacillaceae Genus : Lysinibacillus Species : Lysinibacillus fusiformis
Lysinibacillus fusiformis merupakan bakteri gram positif yang berbentuk
batang, bersifat aerob obligat dan oksidase positif, dapat menghidrolisis kasein
dan gelatin. Organisme ini tumbuh terbaik di kisaran suhu 17-37 ºC, pada
kisaran pH 6-9,5 dan konsentrasi NaCl 2-7% (David et al., 2009).
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat isolat bakteri endofit terbaik
dari akar mangrove Pidada Putih (Sonneratia alba) yang mampu menghasilkan
enzim gelatinase,yaitu isolat bakteri A2 dengan identitas Lysinibacillus fusiformis
UB-U.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah dilakukan
penambahan uji kuantitatif aktivitas enzim gelatinase dan untuk identifikasi
molekuler perlu melakukan uji tambahan identifikasi spesies secara biokimia (uji
microbact) agar lebih menguatkan hasil dari uji genotip (identifikasi molekuler).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, I., Yokota, A., Yamazoe, A., Fujiwara, T. 2007. Proposal of Lysinibacillus bronitolerans gen. nov. sp. nov., and transfer of Bacillus fusiformis to Lysinibacillus fusiformis comb. nov. and Bacillus sphaericus to Lysinibacillus sphaericus comb. nov. J. Syst Evol Microbiol. 57:1117–1125.
Aminullah, Rachmadiarti, F., Trimulyono, G. 2015. Isolasi dan Karakterisasi
Rhizobakteri pada Akar Rhizopora mucronata yang Terpapar Logam Berat Timbal (Pb). J. LenteraBio. 4 (1): 43-49.
Amrani, M, E., Debbab, A., Aly, A, H., Wray, V.,Dobretsov, S., Muller., Lin, Lai,
W, D., Proksch, P. Farinomalein derivatives from an unidentified endophytic fungus isolated from the mangrove plant Avicennia marina. 2012.Tetrahedron letter. 53 (49): 6721-6724.
Aris, M. 2011. Identifikasi Patogenitas Bakteri dan Pemanfaatan Gen 16S rRNa untuk Deteksi Penyakit Iceice pada Budidaya Rumput Laut. [Skripsi]. IPB. Bogor.
Balan, S. S., Nethaji, R., Sankar, S., Jayalakshmi, S. 2012. Production of
gelatinase enzyme from Bacillus spp isolated from the sediment sample of Porto Novo Coastal sites. Asian Pac J Trop Biomed. 1811-1816.
Bartlett, J.M., Stirling, D. 2003.A short history of the polymerase chain reaction.Methods Mol Biol. (226): 3-6.
Bengen, D.G. 2004. Ekosistem dan sumber daya alam pesisir dan laut sert prinsip pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor.
Berg, J. M., Tymoczko, J. L., Stryer, L. 2007. Biochemistry. Sixth Edition. W.H. Freeman and Company. New York.
Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitcell, L. G. 1998. Biologi Jilid I. Erlangga.
Jakarta. 438 hlm.
Cappuccino, J. G. & N. Sherman. 2002. Microbiology a Laboratory Manual. 6th Edition. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.491 hlm. . . 2005. Microbiology A Laboratory Manual. California : The Benjamin Comings Publishing Compani. Inc.
Champbell., Neil, A., Jane, B., dan Lawrence, G, M. 2002. Biologi Edisi V Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Clay, K. Fungal endophytes of grasses: a devensive mutualism between plants
and fungi.1988. Ecology. 69 (1): 10-16.
52
David, H., Paul,V.,dan Whitman, W.B. The Firmicutes. 2nd Edition. 2009. Dordrecht. Springer
Firdaus dan Sinda, L. 2003. Peranan kulit kayu buli Sonneratia sp, dalam fermentasi nira aren menjadi minuman beralkohol. Marina Chimica Akta. 5(1): 24-28
Hallaman, J. dan Berg, G. 2006. Spectrum and population dynamics of bacterial root endophytes. Berlin, Heidelberg, Springer-Verlag. Germany. J. Soil. Biol. 9: 15-31
Hallmann, J. Quadt-Hallmann, A., Mahaffee, WF. dan Kloepper, J. W. 1997
Bacterial Endophytes In Agricultural Crops. Can”. J. Microbiol. 43: 895-914.
Hastuti D, Sumpe I. 2007. Pengenalan dan proses pembuatan gelatin. Jurnal Ilmu Pertanian. 3(1): 39-46.
Herdiastuti dan Nuniek. 2009. Chitinase and Chitinolitic Microorganism: Isolation, Characterization and Potential, Indo. J. of Chem.9(1), 37- 47.
Hidayah, N dan Yulianti, T. 2008. Peranan Bakteri Endofit dalam Reaksi Ketahanan Tanaman Terhadap Patogen. Jurnal Pengendalian Hayati. 1(2): 1979-2190.
Huber, H., Hohn, M.J., Rachel, R., Fuchs, T., Wimmer, V.C., dan Stetter, K.O. 2002, A new phylum of Archaea represented by a nanosized hyperthermophilic symbiont.Nature.417 (6884): 63–7.
Jutono, J. Soedarsono, S. Hartadi, S. Kabirun S., Suhadi D. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. UGM. Yogyakarta.
Khosravinia, H., H. N. Narasimha Murthy, D. T. Parasad, and N. Pirany. 2007. Optimizing factors influencing DNA extraction from fresh whole avian blood. African J. of Biotech. 6 (4): 481-486.
Krych,V . K., Johnsonj,. L. dan Youstena, A. 1980. Deoxyribonucleic acid homologies among strains of Bacillus sphaericus. Int J Syst Evol Microbiol. (30): 476-484.
Lay, B.W. 1994. AnalisisMikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 168 hlm.
Madigan, M.T. 1997. Biology of Microorganism 8th Ed. New Jersey (US): Prentice Hall. 986 hlm.
Manilal, A., T. Tsalla, Z. Zerdo, G. Ameya, B. Merdekios and S.E. Jhon. 2016.
Evaluating the antibacterial and anticandidal potency of mangrove, Avicennia marina.Asian Pac J Trop Dis. 6 (2): 136-140.
Mamoribo, S., Arwam, C.Y.H. dan Yusuf, A. 2003. Pemanfaatan vegetasi mangrove oleh masyarakat kampung rayori di distrik supiori selatan Kabupaten Biak Numfor. Beccariana, 5(1): 43−51.
53
Melliawati R, Djohan AC, Yopi. 2015. Seleksi bakteri asam laktat sebagai penghasil enzim protease. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1(2): 184-188
Milon, M. A., Muhit, M. A., Goshwami, D., Masud, M. M., Begum, B.Antioxidant, Cytotoxic and Antimicrobial Activity of Sonneratia AlbaBark. 2012. Int J Pharm Sci Res.3(7): 2233-2237.
Mount, D. W. 2001. Phylogenetic prediction. Bioinformatic, Sequence and Genome Analysis. Cold Spring Harbor Laboratory Press. New York. 247-248.
Murray, R.G.E., Holt, John G., 2001, The history of bergey’s manual, In Boone,
Castenholz and Garrity (Editors), Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology2nd Edition, The archaea and the deeply branching and phototrophic bacteria. Springer. New York.1: 1-13
Nasir, M. 2017.Kemandirian Produk Enzim Indonesia. Kemenristek Dikti. https://www.ristekdikti.go.id/kemandirian-produk-enzim-indonesia/. Diakses tanggal 16 Oktober 2017.
Noor, Y.R. M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor. 227 hlm.
Nuroniyah, T., dan Surya R. P. 2012. Identifikasi Spesies Isolat Bakteri S1 dengan Metode Analisis Sekuen Fragmen Gen 16S rDNA. Jurnal Teknik
Pomits. 1: 1-6.
Pelczar, M.J. and ChanE. C. S.. 1986. Dasar- Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Terjemahan Jilid 1. Unversitas Indonesia Press. Jakarta.
. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta. UI Press. Salim, E. 2002. Green company. Jakarta.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press. Jakarta. 472 hlm.
Priest, F. G., Goodfellow, M. Todd, C. 1988. A numerical classification of the genus Bacillus. J Gen Microbiol. (134): 1847–1882.
Puspayanti, N. M., Tellu, H.A.T., dan Suleman, S.M. 2013. Jenis-jenis tumbuhan mangrove di Desa Lebo Kecamatan Parigi. e-Jipbiol. 1: 1-9.
Putra, H. 2007. Aktivitas Anti Bakteri Metabolit Jamur Endofit dari Alyxia reinwardtii BI. dengan Metode Bioautografi. [Skripsi]. Unair. Surabaya.
Radji, M. 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian.2(3): 113-126.
54
Rahayu, S, Tanuwijaya, F., Suhartono, M.T., J.K. Hwang, dan Pyun, J.R. 2004. Study of Thermostable Chitinase Enzymes from Indonesia Bacillus K29-14. Microbiol and Biotech. 4: 647-652.
Resti, Z., Trimurti, H., Prima P.D., Nasrum. 2013. Skrining dan Identifikasi Isolat Bakteri Endofit untuk Mengendalikan Penyakit Hawar Daun Bakteri Pada Bawang Merah.J. HPT Tropika.13 (2): 167-178.
Rostinawati, T. 2008. Skrining dan Identifikasi Bakteri Penghasil Enzim Kitinase dari Air Laut di Perairan Pantai Pondok Bali. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Roy, K. S. Isolation and characterization of bacteria from waste water sample and
its PCR based identification through 16SrRNA. 2013. Disertasi. Uttar Pradesh.
Sai-Ut, S., Benjakul, S. Sumpavapol, P. 2013. Gelatinolytic Enzymes from Bacillus amyloliquefaciens Isolated from Fish Docks: Characteristics and Hydrolytic Activity. Food Sci. Biotechnol. 22(4): 1015-1021.
Sale, A. J. 1967. Fundamental principles of bacteorology. Edisi V. MerGraw Hill Book Company, Inc. New York. 812 hlm
Sambrook J, Fritsch E.F., Maniatis, T. 1989. Molecular Cloning: A Laboratory Manual. 2nd Edition. Cold Spring Harbor Laboratory Press. New York.
Schulz, B. J. E. Boyle, C. J. C. dan Sieber, T. N. 2006. Microbial Root
Endophytes. Soil Biology. Springer. Jerman. Sharkey, D.J., Scalice, E.R., Christy, K.G., Atwood, S.M., Daiss, J.L. 1994.
Antibodies as thermolabile switches: high temperature triggering for the Polymerase Chain Reaction, BioTechnology. 12(5): 506–509.
Simarmata, R., Lekatompessy.,S., dan Sukiman, H. 2007. Isolasi Mikroba Endofitik Dari Tanaman Obat Sambung Nyawa (Gynura Procumbens) dan Analisis Potensinya Sebagai Antimikroba. Berk Penel Hayati. 13: 85-90.
Stanbury, P. F. dan Whitaker. 1984. Principles of Fermentation Technology. Pergamon Press, Ltd., Oxford.
Strobel, G.A., and B. Daisy. 2003. Bioprospecting for Microbial Endophytes and Their Natural Products. Microbiol. and Mol. Biology. 67(4):491-502.
Suhartono M, T. 2000. Eksplorasi Protease Bakteri Asal Indonesia untuk Aplikasi
Industri dan Riset Bioteknologi. Prosiding Seminar Nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Hlm 125-133.
Suharsono dan Widyastuti, U. 2006. Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik Pengklonan Gen. Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi. IPB. Bogor.
Sumarsih, S. 2002. Uji Aktivitas Lipolitik Beberapa Bakteri Hidrokarbonoklastik Hasil Isolasi dari Pelabuhan Tanjung Perak dan Produksi Lipase dari
55
Strain Terpilih. Laporan Penelitian Dosen Muda. Universitas Airlangga. Surabaya.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Wang, W., X.Liu, Y.Xie, H. Zhang, W.Yu, Y.Xiong, W.Xie and X.Ma. 2006. Microencapsulation using natural polysaccharides for drug delivery and cell implantation. Journal of Materials Chemistry. 16: 3252 – 3267
Weisburg, W.G., Barns, S.M., Pelletier, D.A., and Lane, D.J., 1991, 16S ribosomal DNA amplification for phylogenetic study.Journal of Bacteriology, 173 (2): 697-703
Wirahadikusumah, M. 1989. Biokimia, Protein, Enzim dan Asam Nukleat. ITB. Bandung.
Yuwono, T., 2007, Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction. Penerbit Andi.
Jakarta. 246 hlm.