islam yang santun dan ramah, toleran dan menyejukkan · gandhi, arsitek revolusi ... bila kita...

Islam yang Santun dan Ramah, Toleran dan Menyejukkan

Santun Romawi 2.indd iSantun Romawi 2.indd i 5/22/2017 4:07:14 PM5/22/2017 4:07:14 PM

Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Santun Romawi 2.indd iiSantun Romawi 2.indd ii 5/22/2017 4:08:04 PM5/22/2017 4:08:04 PM

Dr. Zaprulkhan, M.S.I

Penerbit PT Elex Media Komputindo


Santun Romawi 2.indd iiiSantun Romawi 2.indd iii 5/22/2017 4:08:04 PM5/22/2017 4:08:04 PM


Dr. Zaprulkhan, M.S.I© 2017, PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Hak cipta dilindungi undang-undangDiterbitkan pertama kali oleh

Penerbit PT Elex Media KomputindoKompas - Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 2017

717100940ISBN: 978-602-04-2256-5

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi di luar tanggung jawab percetakan

Santun Romawi 2.indd ivSantun Romawi 2.indd iv 5/22/2017 4:08:04 PM5/22/2017 4:08:04 PM

DAFTAR ISI

Kata Pengantar: Paradigma Humanisme Islam ............................ v

Bagian I. NILAI-NILAI HUMANISME ISLAM ..................... 11 Muhammad Sang Pembawa Kedamaian bagi Kemanusiaan .......................................................... 32 Pesan Damai Isra’ Mi’raj ................................................. 83 Makna Lailat Al-Qadr ................................................... 124 Nuzulul Qur’an: Momen Transformasi ........................... 165 Idul Fitri: Momen Solidaritas Sosial ................................ 216 Idul Fitri: Kemenangan Personal, Kekalahan Struktural .. 267 Halal Bihalal: Momen Membangun Harmoni Sosial ....... 308 Idul Adha: Momen Toleransi .......................................... 349 Meneladani Pengorbanan Ibrahim as., ............................ 3910 Akhlak: Muara Segala Ibadah ......................................... 4311 Naluri Keagamaan ......................................................... 4812 Substansi Makna Takwa ................................................. 5413 Kebajikan sebagai Etika Global ....................................... 58

Santun Romawi 2.indd xiiiSantun Romawi 2.indd xiii 5/22/2017 4:08:04 PM5/22/2017 4:08:04 PM

xiv Islam yang Santun dan Ramah, Toleran dan Menyejukkan

Bagian II NILAI-NILAI TRANSFORMATIF ISLAM ............. 631 Makna Jihad Abad 21: Hidup di Jalan Allah ................... 652 Dekonstruksi Teologi Islam ............................................ 693 Oksidentalisme .............................................................. 744 Pembacaan Transformatif-Humanistik ........................... 805 Paradigma Islam ............................................................. 826 Peran Sosial Tasawuf ....................................................... 867 Antara Ibadah Individual dan Sosial ............................... 908 Arkeologi dan Karakteristik Paham Fundamentalisme .... 959 Menyibak Selubung Ideologis Kaum Radikal (Puritan) ... 10110 Ketika Agama Menjadi Bencana? .................................... 11511 Negara Islam, Mungkinkah? .......................................... 12012 Pendidikan Multikulturalisme dan Kerukunan Umat Beragama ....................................................................... 12513 Wajah Keberagamaan Kita ............................................. 13214. Antara Kebijakan Universal dan Temporal ...................... 136

Bagian III NILAI-NILAI KEINDONESIAAN ....................... 1411 Merawat Keindonesiaan Kita ............................................. 1432 Pancasila dan Identitas Nasional ........................................ 1483 Negarawan atau Politisi ...................................................... 1534 Meretas Paradigma Mondial NU ....................................... 1585 Mencari Pemimpin Masa Depan ........................................ 1646 Mewarisi Kearifan Kartini .................................................. 1687 Pos-Demokrasi .................................................................. 1728 Krisis Legitimasi Moral Penguasa ....................................... 1779 Krisis Kepemimpinan Bangsa ............................................ 18110 Kompleksitas Kejahatan Struktural Korupsi ..................... 18511 Power Sindrom ................................................................ 19212 Tahlilan dan Kohesi Sosial ................................................ 19613 Ekologi Holistik Integralistik ........................................... 20114 Kecerdasan Ekologis dan Save Our Nation ....................... 205

Daftar Pustaka ........................................................... ................ 210Biografi Penulis ..................................................................... ..... 215

Santun Romawi 2.indd xivSantun Romawi 2.indd xiv 5/22/2017 4:08:04 PM5/22/2017 4:08:04 PM

BAGIAN I

Nilai-Nilai Humanisme Islam

Santun Isi 2.indd 1Santun Isi 2.indd 1 5/22/2017 8:35:34 AM5/22/2017 8:35:34 AM

Statemen tersebut merupakan pengakuan ketakjuban Mahatma Gandhi, arsitek revolusi India yang secara heroik mampu mewu-

judkan revolusi tanpa kekerasan dan pertumpahan darah. Monandas Gandhi yang mendapat julukan Mahatma, yang berarti dia yang berjiwa besar dan karena kebesaran jiwanya sampai hari ini ia dikagumi oleh banyak orang-orang besar di mancanegara, namun merasa takjub

1

MUHAMMAD SANG PEMBAWA KEDAMAIAN

BAGI KEMANUSIAAN

“Saya takjub, manusia seperti apakah yang hingga hari ini menawan hati jutaan manusia. Saya menjadi lebih dari sekadar yakin bahwa bukan pedang yang

membuat Islam berjaya. Kebersahajaan, pelenyapan ego sang Nabi, tekad kuat untuk memenuhi semua

janjinya, pelayanannya yang amat mendalam kepada para sahabat dan pengikutnya, keberaniannya yang

tak mengenal rasa takut, keyakinan penuhnya kepada Tuhan dan misinya. Semua inilah dan bukannya

pedang, yang menyebabkan umat muslim berjaya dan mampu menyingkirkan segala penghalang.

Ketika menamatkan biografi sang Nabi, saya sedih karena tak ada lagi yang bisa saya baca tentang

kehidupan nan agung itu.”


4 Islam yang Santun dan Ramah, Toleran dan Menyejukkan

dengan fi gur Muhammad. Tapi pandangan empati dan ketakjuban ini bukan hanya datang dari pribadi Gandhi. George Bernard Shaw, sastrawan legendaris Amerika Serikat abad 20 yang meraih penghargaan Nobelis sastra melukiskan sang Nabi dengan sangat positif-prospektif, “Saya telah mempelajari sosok Muhammad—seorang manusia yang luar biasa dan menurut saya sangat jauh dari sosok anti Kristus (Nabi Isa). Dia harus disebut sebagai penyelamat umat manusia. Saya percaya jika manusia seperti dia diserahi kendali kepemimpinan dunia modern, dia akan berhasil memecahkan problem-problemnya sehingga dunia akan mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan.”

Jika Gandhi mewakili pandangan positif dari Timur yang non-muslim, dan Bernard Shaw representasi perspektif positif dari dunia Barat, maka saya ingin melengkapinya dengan sudut pandang positif-apresiatif dari belahan dunia Eropa, yang diwakili oleh Alphonse de Lamartine, seorang sastrawan dan cendekiawan besar Prancis abad ke-19. Lamartine menggambarkan sosok Muhammad dengan amat respek, “Filosof, orator, Nabi, pembuat hukum, pejuang, penakluk pikiran, pemulih dogma-dogma rasional dan peribadatan tanpa patung dan gambar; pendiri dua puluh kerajaan dunia dan satu kerajaan spi-ritual: itulah Muhammad. Berdasarkan semua standar untuk meng-ukur keagungan seseorang, kita bisa bertanya, adakah manusia yang lebih agung daripada dia?”

Bila kita menelaah lebih luas, ternyata tokoh-tokoh besar dunia dari segala spesialisasi keilmuan, Michael Hart, Martin Forward, Will Durant, Arnold Toynbee, Th omas Carlyle, Annie Besant, dan masih banyak lainnya menyatakan secara terus terang kekaguman mereka kepada Nabi Muhammad. Pertanyaannya, apa yang menyebabkan sosok Muhammad demikian dikagumi, dimuliakan, dan diapresiasi oleh tokoh-tokoh besar dunia dari pelbagai lapisan? Meskipun penga-ku an tiga tokoh di atas telah melukiskan kebesaran Nabi Muhammad dalam puspa ragam dimensi kehidupan, dalam tulisan ini saya hanya akan menjawab dengan satu dimensi saja, yakni karena Sang Nabi mem bawa pesan kasih sayang dan kedamaian (rahmat) bagi kemanusiaan.


Nilai-Nila i Humanisme Islam 5

Demi kedamaian dan kasih sayangnya kepada umat manusia, Nabi Muhammad rela berpeluh, bersusah payah, bermandi darah dan air mata, serta mengorbankan segala ego personalnya. Demikian pula semua musuh-musuh besarnya yang pernah menyakitinya dimaafkan oleh Muhammad, bahkan ketika beliau berada di puncak kekuasaannya. Abu Sufyan, sebagai fi gur licik yang bermain di belakang layar, dimaafkan oleh beliau ketika beliau melakukan Fathul Mekah. Wahsyi yang membunuh Hamzah, paman kesayangan Nabi dalam pertempuran Uhud, juga dimaafkan saat beliau berkuasa. Begitu juga beliau memaafkan Ikrimah bin Abu Jahl yang telah memorak-porandakan strategi Perang Uhud dan melarikan diri ketika Fathul Mekah.

Sebenarnya pijakan kasih sayang dan perdamaian atas nama kemanusiaan universal ini telah dicanangkan oleh Nabi Muhammad dalam konstitusi Madinah. Dalam konstitusi tersebut dilukis-kan bahwa baik umat Islam maupun Yahudi adalah satu umat (anna yahuda ummatun ma’al mukminin) yang harus saling tolong- meno long demi kebaikan. Di sini tidak ada perbedaan dan pem-bedaan antara kaum Yahudi dan muslim, keduanya sama-sama umat (kema nusiaan) yang satu di bawah payung konstitusi negara Madinah. Dengan alasan inilah, banyak para ahli sepakat bahwa benih-benih kedamaian, kasih sayang, kesetaraan, demokrasi, kebebasan beragama, kesejehteraan sosial, dan perlunya kerja sama mengenai urusan kolektif kemanusiaan telah disemaikan oleh Nabi Muhammad dalam negara Madinah.

Sampai di sini mungkin muncul pertanyaan, mengapa tulisan ini cenderung menampilkan apresiasi tokoh-tokoh besar dunia terhadap Muhammad dan menyuarakan pesan kasih sayang dan kedamaian yang dideklarasikan oleh Sang Nabi kepada umat-umat agama lain-nya? Sebab memasuki awal milenium ketiga ini, ketika terjadi ber-bagai peristiwa tragis kemanusiaan, sebagian orang-orang Barat bukan hanya cenderung menyudutkan Islam, tapi juga memojokkan fi gur Muhammad sebagai teladan kedamaian umat manusia. Dalam penelitian Karen Armstrong, mantan biarawati Katolik Roma selama


6 Islam yang Santun dan Ramah, Toleran dan Menyejukkan

tujuh tahun ini, sejak tragedi World Trade Center 11 September 2001, ternyata sebagian orang-orang Barat telah menyudutkan Islam dan membangun image negatif terhadap sosok Muhammad.

Akan tetapi, dalam penelitian Armstrong juga yang telah meng-hasilkan dua buku tentang autobiografi Muhammad, justru sebagai sosok yang paradigmatik, Muhammad tetap menyampaikan pelajaran penting bukan hanya kepada kaum muslim, melainkan juga kepada orang-orang Barat. Armstrong menampilkan Muhammad sebagai fi gur paradigmatik yang datang kepada “dunia yang penuh cacat”. Menurut Armstrong, perjalanan hidup Muhammad sesungguhnya menyingkapkan kerja Tuhan yang misterius di dunia dan meng ilus-trasikan ketundukan sempurna yang harus dilakukan setiap manusia kepada yang Ilahi. Oleh karenanya, baik kaum muslim maupun dunia Barat, keduanya harus saling belajar satu sama lain, bukan saling membenci dan memusuhi. Keduanya mesti saling berbagi pesan kedamaian dan kasih sayang di bawah tenda besar kemanusiaan universal.

Untuk mengakhiri renungan maulid Nabi kali ini, izinkan saya menutupnya dengan imbauan bijak dari Karen Armstrong dalam karya keduanya tentang biografi Nabi Muhammad saw., yaitu Muhammad: Prophet for Our Time, “Jika kita ingin menghindari kehancuran, dunia Muslim dan Barat mesti belajar bukan hanya untuk bertoleransi, melainkan juga saling mengapresiasi. Titik berangkat yang baik adalah sosok Muhammad: seorang manusia yang kompleks, yang menolak kategorisasi dangkal yang didorong oleh ideologi, yang terkadang melakukan hal yang sulit atau mustahil untuk kita terima, tetapi memiliki kegeniusan yang luar biasa dan membawa sebuah agama dan tradisi budaya yang didasarkan bukan pada pedang, melainkan pada “Islam”, yang berarti perdamaian dan kerukunan”, semoga. Wallahu a’lam bish showab.


Nilai-Nila i Humanisme Islam 7

Menurut Armstrong, perjalanan hidup Muhammad sesungguhnya menyingkapkan kerja Tuhan yang misterius

di dunia dan mengilustrasikan ketundukan sempurna yang harus dilakukan setiap manusia kepada yang Ilahi.

Oleh karenanya, baik kaum Muslim maupun dunia Barat, keduanya harus saling belajar satu sama lain, bukan saling

membenci dan memusuhi. Keduanya mesti saling berbagi pesan kedamaian dan kasih sayang di bawah

tenda besar kemanusiaan universal.


islam yang santun dan ramah, toleran dan menyejukkan · gandhi, arsitek revolusi ... bila kita...

Documents