isk

24
BAB I PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering ditemukan pada anak-anak dan ditandai dengan jumlah bakteri yang bermakna dalam urin. Insidens ISK masih tinggi dan sebagai penyakit infeksi yang hanya ditandai dengan panas badan, menempati urutan kedua penyakit infeksi yang paling sering setelah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). 1 Di Swedia insidens penyakit ini adalah 2,2% pada anak laki-laki dan 2,1% pada anak perempuan usia 2 tahun. Angka rujukan ISK di Inggris meningkat menjadi 2,8% pada anak laki-laki dan 8,2% anak perempuan usia 7 tahun dan 3,6% pada anak laki-laki dan 11,3% anak perempuan usia 10 tahun.2,3,4 Pada masa preantibiotik, mortalitas ISK adalah 20%. Komplikasi akut pada anak sehat saat ini jarang kecuali pada bayi yang dapat berkembang menjadi infeksi sistemik. Komplikasi jangka panjang ISK adalah keadaan yang berhubungan dengan parut ginjal yaitu hipertensi dan gagal ginjal kronik. Pada penelitian di Swedia selama tahun 1950-1960 ditemukan anak dengan parut ginjal akibat pielonefritis berkembang menjadi hipertensi sebanyak 23% dan penyakit ginjal terminal sebanyak 10%. 2

Upload: nurholis-majid

Post on 29-Sep-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ISK

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANInfeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering ditemukan pada anak-anak dan ditandai dengan jumlah bakteri yang bermakna dalam urin. Insidens ISK masih tinggi dan sebagai penyakit infeksi yang hanya ditandai dengan panas badan, menempati urutan kedua penyakit infeksi yang paling sering setelah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).1Di Swedia insidens penyakit ini adalah 2,2% pada anak laki-laki dan 2,1% pada anak perempuan usia 2 tahun. Angka rujukan ISK di Inggris meningkat menjadi 2,8% pada anak laki-laki dan 8,2% anak perempuan usia 7 tahun dan 3,6% pada anak laki-laki dan 11,3% anak perempuan usia 10 tahun.2,3,4 Pada masa preantibiotik, mortalitas ISK adalah 20%. Komplikasi akut pada anak sehat saat ini jarang kecuali pada bayi yang dapat berkembang menjadi infeksi sistemik. Komplikasi jangka panjang ISK adalah keadaan yang berhubungan dengan parut ginjal yaitu hipertensi dan gagal ginjal kronik. Pada penelitian di Swedia selama tahun 1950-1960 ditemukan anak dengan parut ginjal akibat pielonefritis berkembang menjadi hipertensi sebanyak 23% dan penyakit ginjal terminal sebanyak 10%.2Manifestasi klinis ISK sangat bervariasi dan tergantung pada umur, mulai dengan asimtomatik hingga gejala yang berat, sehingga ISK sering tidak terdeteksi baik oleh tenaga medis maupun oleh orangtua. Kesalahan dalam menegakkan diagnosis (under diagnosis atau over diagnosis) akan sangat merugikan. Under diagnosis dapat berakibat penyakit berlanjut ke arah kerusakan ginjal karena tidak diterapi. Sebaliknya over diagnosis menyebabkan anak akan menjalani pemeriksaan dan pengobatan yang tidak perlu. Bila diagnosis ISK sudah ditegakkan, perlu ditentukan lokasi dan beratnya invasi ke jaringan, karena akan menentukan tata laksana dan morbiditas penyakit.1

Diagnosis dan tata laksana ISK yang adekuat bertujuan untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya komplikasi jangka panjang seperti parut ginjal, hipertensi, dan gagal ginjal kronik.1Dalam literatur, sering dijumpai perbedaan dalam hal kriteria diagnostik, tata laksana, rencana pemeriksaan penunjang, pemberian antibiotik profilaksis, maupun pelaksanaan tindakan bedah pada ISK. Hal ini sering menjadi bahan perdebatan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISIBerdasarkan ada tidaknya komplikasi, ISK dibagi menjadi ISK simpleks dan kompleks. ISK simpleks/ sederhana/ uncomplicated UTI adalah terdapat infeksi pada saluran kemih tetapi tanpa penyulit (lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih. ISK kompleks/ dengan komplikasi/ complicated UTI adalah terdapat infeksi pada saluran kemih disertai penyulit (lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih misalnya sumbatan muara uretra, refluks vesikoureter, urolithiasis, parut ginjal, buli-buli neurogenik, dan sebagainya.2Berdasarkan letaknya, ISK dibagi menjadi ISK atas dan bawah. ISK atas adalah infeksi pada parenkim ginjal atau ureter, lazimnya disebut sebagai pielonefritis. ISK bawah adalah infeksi pada vesika urinaria (sistitis) atau uretritis. Batas antara atas dan bawah adalah vesicoureteric junction.2

B. ANATOMI dan FISIOLOGIKandung kemih, merupakan suatu ruang oto polos yang teridir dari dua bagian utama yaitu bagian korpus yang merupakan bagian utama kandung kemih dan tempat pengumpulan urin serta bagian leher berbentuk corong yang merupakan perluasan bagian korpus kandung kemih, berjalan kebawah dan kedepan menuju segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian bawah leher kandung kemih disebut juga uretra posterior karena bagian ini berhubungan dengan uretra.8 Urin yang dikeluarkan dari kandung kemih pada dasarnya memiliki komposisi yang sama dengan cairan yang mengalir keluar dari duktus koligentes. Tidak ada perbedaan komposisi urin yang bermakna selama mengalir menuju ke kandung kemih. Urin mengalir dari duktus koligentes menuju kalies ginjal. Urin meregangkan kalies dan meningkatkan aktivita pacemaker, yang kemudian akan memicu kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis ginjal dan kearah bawah di sepanjang ureter, dengan demikian memaksa urin mengalir dari pelvis ginjal menuju ke arah kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos yang dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis serta neuron dan serabut saraf pleksus intramural yang meluas disepanjang ureter. 8

C. EPIDEMIOLOGIISK merupakan penyakit yang relatif sering pada anak. Kejadian ISK tergantung pada umur dan jenis kelamin. 3 Prevalensi ISK pada neonatus berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat menjadi 14% pada neonatus dengan demam, dan 5,3% pada bayi. Pada bayi asimtomatik, bakteriuria didapatkan pada 0,3 hingga 0,4%.13 Risiko ISK pada anak sebelum pubertas 3-5% pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki. Pada anak dengan demam berumur kurang dari 2 tahun, prevalensi ISK 3-5%. Data studi kolaboratif pada 7 rumah sakit institusi pendidikan dokter spesialis anak di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun (1984-1989) memperlihatkan insidens kasus baru ISK pada anak berkisar antara 0,1%-1,9% dari seluruh kasus pediatri yang dirawat. Di RSCM Jakarta dalam periode 3 tahun (1993-1995) didapatkan 212 kasus ISK, rata-rata 70 kasus baru setiap tahunnya.3

D. ETIOLOGISekitar 50% ISK disebabkan Escherichia coli, penyebab lain adalah Klebsiella, Staphylococcus aureus, coagulase-negative staphylococci, Proteus dan Pseudomonas sp. dan bakteri gram negatif lainnya. Penelitian di dalam negeri antara lain di RSCM Jakarta juga menunjukkan hasil yang sama. Kuman lain penyebab ISK, yang sering adalah Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter aerogenes, dan Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus. Pada ISK kompleks, sering ditemukan kuman yang virulensinya rendah seperti Pseudomonas, golongan Streptokokus grup B, Stafilokokus aureus atau epidermidis. Haemofilus influenzae dan parainfluenza dilaporkan sebagai penyebab ISK pada anak. Kuman ini tidak dapat tumbuh pada media biakan standar sehingga sering tidak diperhitungkan sebagai penyebab ISK. 1,3Bila penyebabnya Proteus, perlu dicurigai kemungkinan batu struvit (magnesiumammonium- fosfat) karena kuman Proteus menghasilkan enzim urease yang memecah ureum menjadi amonium, sehingga pH urin meningkat menjadi 8. Pada urin yang alkalis, beberapa elektrolit seperti kalsium, magnesium, dan fosfat akan mudah mengendap.4

E. PATOFISIOLOGIAwal terjadinya ISK adalah bakteri berkolonisasi di perineum pada anak perempuan atau di preputium pada anak laki-laki. Kemudian bakteri masuk kedalam saluran kemih mulai dari uretra secara asending. Setelah sampai di kandung kemih, bakteri bermultiplikasi dalam urin dan melewati mekanisme pertahanan antibakteri dari kandung kemih dan urin. Pada keadaan normal papila ginjal memiliki sebuah mekanisme anti refluks yang dapat mencegah urin mengalir secara retrograd menuju collecting tubulus. Akhirnya bakteri bereaksi dengan urotelium atau ginjal sehingga menimbulkan respons inflamasi dan timbul gejala ISK.4Mekanisme tubuh terhadap invasi bakteri terdiri dari mekanisme fungsional, anatomis dan imunologis. Pada keadaan anatomi normal, pengosongan kendung kemih terjadi reguler, drainase urin baik dan pada saat setiap miksi, urin dan bakteri dieliminasi secara efektif. Pada tingkat seluler, bakteri dihancurkan oleh lekosit polimorfonuklear dan komplemen. Maka setiap keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan normal tersebut dapat menyebabkan risiko terjadinya infeksi.7Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas darimikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saatmikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalammedia urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :1,71. Ascending2. Hematogen3. Limfogen4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi ataueksogen sebagai akibat dari pemakaian intrumen.Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cari ini ascending-lah yang paling sering terjadi :11. HematogenInfeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada pasien yang mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida, dan Proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen.3 Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal.2. Infeksi AscendingInfeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina.b. Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli.c. Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih.d. Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.5

a. Faktor hostKemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :- Pertahanan lokal dari host- Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan humoralPertahanan lokalsistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali untuk bereplikasi dan menempel pada urotelium. Agar aliran urin adekuat dan mampu menjamin mekanisme wash out adalah jika :7- Jumlah urin cukup- Tidak ada hambatan didalam saluran kemihOleh karena itu kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih. Keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out adalah adanya :- Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing, obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau refluk sistem urinaria.- Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat persembunyian kuman.7b. Faktor agent (mikroorganisme)Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu :- Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.- Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin menjadi basa.

F. KLASIFIKASIISK pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi infeksi, dan kelainan saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK dibedakan menjadi ISK asimtomatik dan simtomatik. Berdasarkan lokasi infeksi, ISK dibedakan menjadi ISK atas dan ISK bawah, dan berdasarkan kelainan saluran kemih, ISK dibedakan menjadi ISK simpleks dan ISK kompleks. ISK asimtomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala. ISK simtomatik yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan tanda klinik. Sekitar 10-20% ISK yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis baik berdasarkan gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non spesifik.4,5Membedakan ISK atas atau pielonefritis dengan ISK bawah (sistitis dan urethritis) sangat perlu karena risiko terjadinya parut ginjal sangat bermakna pada pielonefritis dan tidak pada sistitis, sehingga tata laksananya (pemeriksaan, pemberian antibiotik, dan lama terapi) berbeda.Untuk kepentingan klinik dan tata laksana, ISK dapat dibagi menjadi ISK simpleks (uncomplicated UTI) dan ISK kompleks (complicated UTI). ISK kompleks adalah ISK yang disertai kelainan anatomik dan atau fungsional saluran kemih yang menyebabkan stasis ataupun aliran balik (refluks) urin. Kelainan saluran kemih dapat berupa RVU, batu saluran kemih, obstruksi, anomali saluran kemih, buli-buli neurogenik, benda asing, dan sebagainya. ISK simpleks ialah ISK tanpa kelainan struktural maupun fungsional saluran kemih. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) membedakan ISK menjadi ISK atipikal dan ISK berulang. Kriteria ISK atipikal adalah; keadaan pasien yang sakit berat, diuresis sedikit, terdapat massa abdomen atau kandung kemih, peningkatan kreatinin darah, septikemia, tidak memberikan respon terhadap antibiotik dalam 48 jam, serta disebabkan oleh kuman non E. coli. ISK berulang berarti terdapat dua kali atau lebih episode pielonefritis akut atau ISK atas, atau satu episode pielonefritis akut atau ISK atas disertai satu atau lebih episode sistitis atau ISK bawah, atau tiga atau lebih episode sistitis atau ISK bawah.1,2

G. MANIFESTASI KLINISGejala klinik ISK pada anak sangat bervariasi, ditentukan oleh intensitas reaksi peradangan, letak infeksi (ISK atas dan ISK bawah), dan umur pasien. Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik, umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, terutama anak perempuan dan biasanya ditemukan pada uji tapis (screening programs). ISK asimtomatik umumnya tidak berlanjut menjadi pielonefritis dan prognosis jangka panjang baik.1,6Pada masa neonatus, gejala klinik tidak spesifik dapat berupa apati, anoreksia, ikterus atau kolestatis, muntah, diare, demam, hipotermia, tidak mau minum, oliguria, iritabel, atau distensi abdomen. Peningkatan suhu tidakbegitu tinggi dan sering tidak terdeteksi. Kadang-kadang gejala klinik hanya [-berupa apati dan warna kulit keabu-abuan (grayish colour).1,4Pada bayi sampai satu tahun, gejala klinik dapat berupa demam,penurunan berat badan, gagal tumbuh, nafsu makan berkurang, cengeng, kolik,muntah, diare, ikterus, dan distensi abdomen. Pada palpasi ginjal anak merasakesakitan. Demam yang tinggi dapat disertai kejang.Pada umur lebih tinggi yaitu sampai 4 tahun, dapat terjadi demam yangtinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare bahkan dapat timbuldehidrasi. Pada anak besar gejala klinik umum biasanya berkurang dan lebihringan, mulai tampak gejala klinik lokal saluran kemih berupa polakisuria,disuria, urgency, frequency, ngompol, sedangkan keluhan sakit perut, sakitpinggang, atau pireksia lebih jarang ditemukan.1Pada pielonefritis dapat dijumpai demam tinggi disertai menggigil, gejalasaluran cerna seperti mual, muntah, diare. Tekanan darah pada umumnyamasih normal, dapat ditemukan nyeri pinggang. Gejala neurologis dapat berupairitabel dan kejang. Nefritis bakterial fokal akut adalah salah satu bentukpielonefritis, yang merupakan nefritis bakterial interstitial yang dulu dikenalsebagai nefropenia lobar.Pada sistitis, demam jarang melebihi 380C, biasanya ditandai dengannyeri pada perut bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa frequensi,nyeri waktu berkemih, rasa diskomfort suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih,retensio urin, dan enuresis. 4

H. DIAGNOSISDiagnosis ISK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium yang dipastikan dengan biakan urin. ISK serangan pertama umumnya menunjukkan gejala klinik yang lebih jelas dibandingkan dengan infeksi berikutnya. Gangguan kemampuan mengontrol kandung kemih, pola berkemih, dan aliran urin dapat sebagai petunjuk untuk menentukan diagnosis. Demam merupakan gejala dan tanda klinik yang sering dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala ISK pada anak. Pemeriksaan tanda vital termasuk tekanan darah, pengukuran antropometrik, pemeriksaan massa dalam abdomen, kandung kemih, muara uretra, pemeriksaan neurologik ekstremitas bawah, tulang belakang untuk melihat ada tidaknya spina bifida, perlu dilakukan pada pasien ISK. Genitalia eksterna diperiksa untuk melihat kelainan fimosis, hipospadia, epispadia pada laki-laki atau sinekie vagina pada perempuan. Pemeriksaan urinalisis dan biakan urin adalah prosedur yang terpenting. Oleh sebab itu kualitas pemeriksaan urin memegang peran utama untuk menegakkan diagnosis. 1 Urinalisis sampel urin segar dan tidak disentrifugasi (lekosituria > 5/LPB atau dipstickpositif untuk lekosit) dan biakan urin adalah pemeriksaan yang penting dalampenegakkan diagnosis ISK. Diagnosis ISK ditegakkan dengan biakan urin yangsampelnya diambil dengan urin porsi tengah dan ditemukan pertumbuhan bakteri >100.000 koloni/ml urin dari satu jenis bakteri, atau bila ditemukan > 10.000 koloni tetapidisertai gejala yang jelas dianggap ISK. Cara pengambilan sampel lain yaitu melaluikateterisasi kandung kemih, pungsi suprapubik dan menampung urin melalui sterilcollection bag yang biasa dilakukan pada bayi. Akurasi cara pengambilan urin tersebutmemberikan nilai intepretasi yang berbeda.Pemeriksaan darah yang dapat dilakukan selain pemeriksaan rutin adalah: kadarCRP, LED, LDH dan Antibody Coated Bacteria.

I. PENATALAKSANAANJ. Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :- Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai- Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi. Tujuan eradikasi infeksi akut adalah mengatasi keadaan akut, mencegah terjadinya urosepsis dan kerusakan parenkhim ginjal. Jika seorang anak dicurigai ISK, berikan antibiotik dengan kemungkinan yang paling sesuai sambil menunggu hasil biakan urin, dan terapi selanjutnya disesuaikan dengan hasil biakan urin. Pemilihan antibiotik harus didasarkan pada pola resistensi kuman setempat atau lokal, dan bila tidak ada dapat digunakan profil kepekaan kuman yang terdapat dalam literatur.6,26 Umumnya hasil pengobatan sudah tampak dalam 48-72 jam pengobatan. Bila dalam waktu tersebut respon klinik belum terlihat mungkin antibiotik yang diberikan tidak sesuai atau mungkin yang dihadapi adalah ISK kompleks, sehingga antibiotik dapat diganti. Selain pemberian antibiotik, dianjurkan untuk meningkatkan asupan cairan.1,7Penelitian tentang lama pemberian antibiotik pada sistitis menunjukkan tidak ada perbedaan dalam outcome anak dengan pemberian antibiotik jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjang. Oleh karena itu, pada sistitis diberikan antibiotik jangka pendek. Biasanya, untuk pengobatan ISK simpleks diberikan antibiotik per oral selama 7 hari, tetapi ada penelitian yang melaporkan pemberian antibiotik per oral dengan waktu yang lebih singkat (3-5 hari), dan efektifitasnya sama dengan pemberian selama 7 hari. Deteksi kelainan anatomi atau fungsional ginjal saluran kemih dilakukan untukmencari faktor predisposisi terjadinya ISK dengan pemeriksaan fisik danpencitraan. Dengan pemeriksaan fisik saja dapat ditemukan sinekia vagina padaanak perempuan, fimosis, hipospadia, epispadia pada anak laki-laki. Pada tulangbelakang, adanya spina bifida atau dimple mengarah ke neurogenic bladder. Pemeriksaan pencitraan sangat penting untuk melihat adanya kelainananatomi maupun fungsional ginjal dan saluran kemih, yang merupakan faktorrisiko terjadinya ISK berulang dan parut ginjal. Berbagai jenis pemeriksaanpencitraan antara lain ultrasonografi (USG), miksio-sistouretrografi (MSU),PIV (pielografi inravena), skintigrafi DMSA (dimercapto succinic acid), CT-scanatau magnetic resonance imaging (MRI). 3,4,6 Dulu, PIV merupakan pemeriksaanyang sering digunakan, tetapi belakangan ini tidak lagi rutin digunakan padaISK karena berbagai faktor antara lain efek radiasi yang multipel, risiko syokanafilaktik, risiko nekrosis tubular akut, jaringan parut baru terlihat setelahbeberapa bulan atau tahun, tidak dapat memperlihatkan jaringan parut pada permukaan anterior dan posterior. PIV digunakan untuk kasus tertentu,misalnya untuk melihat gambaran anatomi jika tidak jelas terlihat dengan USGdan skintigrafi DMSA, misalnya ginjal tapal kuda. Selain terapi kausal terhadap infeksi, pengobatan suportif dan simtomatik juga perlu diperhatikan, misalnya pengobatan terhadap demam dan muntah. Terapi cairan harus adekuat untuk menjamin diuresis yang lancar. Anak yang sudah besar dapat disuruh untuk mengosongkan kandung kemih setiap miksi. Higiene perineum perlu ditekankan terutama pada anak perempuan. Untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin HCl (Pyridium) dengan dosis 7 10 mg/ kgbb/hari. Perawatan di rumah sakit diperlukan bagi pasien sakit berat seperti demam tinggi, muntah, sakit perut maupun sakit pinggang. 3

ISK pertama (biakan Urin)Disangka ISK pertama dan biakan urin sudah dilakukan

NeonatusBayiAnak

Gejala saluran kemih bawahGejala sistemik

Rawat Jalan Antibiotik oral Rawat Inap antibiotik I.V

Biakan Urin 48 jam sesuaikan antibiotka

USG + MSU 24 minggu sesudah terapi

Pertimbangka PIV atau skan Tindak lanjut untuk mencegah infeksi

Gambar 1. Algoritme penanggulangan dan pencitraan anak dengan ISK

K. KOMPLIKASIISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih .3

L. PROGNOSISKomplikasi yang ditimbulkan merupakan salah satu penentu prognosis atau keadaan dari anak yang menderita infeksi saluran kemih. Kerusakan ginjal merupakan salah satu komplikasi jangka panjang dari kasus ISK. Akan tetapi, ISK bukan faktor utama penyebab komplikasi renal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Akram M, Shahid M, Khan AU. Etiology and antibiotic ressistance patterns of community-acquired urinary tract infection. Annals of Clinical Microbiology and Antimicrobials. 2009; 6(4): 1-7.2. Rusdijas, Ramayati R. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Alatas H. Tambunan T, Trihono PP, penyunting. Buku ajar Nefrologi anak. Jakarta: IDAI, 2012. 3. IDAI. 2011. Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. UKK Nefrologi. Jakarta. 4. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto;2013.5. Lambert H, Coultard M. The child with urinary tract infection. Dalam: Webb NJA, Postlethwaite RJ, penyunting, Clinical Paediatric Nephrology, edisi ke-3, Oxford, Oxford University Press, 2013.197-225. 6. Hasan R. dkk., Buku Kuliah 2, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 20107. Wilianti N.P., Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2008, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, 20098. Guyton C arthrur, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11, EGC. Jakarta, 2009.