isi new mala.docx

37
BAB I (PENDAHULUAN) Bronkiolitis adalah suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut, menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat , retraksi dinding dada dan suara pernafan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah yang menggmabarkan terjadinya obstruksi pada bronkiolus. 1,2,3,6 Brokiolitis merupakan penyebab utama kunjungan rumah sakit pada bayi dan anak-anak. Insiden penyait ini terjadi pada usia 2 tahun pertama dengan puncak kejadian sekitar usia 6 bulan. Penyakit ini menimbulkan morbiditas infeksi saluran pernafasan bawah terbanyak pada anak dengan penyebab terbanyak yaitu Virus Respiratory Syncytial (45-55%) dari total kasus, sedangkan virus lain seperti parainfluenza, rhinovirus, andenovirus dan Enterovirus sekitar 20%. 2 Sebanyak 11,4% anak berusia dibawah 1 tahun dan 6 % anak berusia 1- 2 tahun di AS pernah bronkiolitis. Bronkiolitis merupakan 17% dari semua kasus perawatan di Rumah Sakit pada bayi. insiden perawatan anak berusia dibawah 1 tahun masih tinggi dan menurun seiring pertambahan usia. Frekuensi bronkiolitis di negara berkembang hampir sama dengan di Amerika serikat. Insiden terbanyak terjadi pada musim dingin 1

Upload: basmalah-ehm

Post on 29-Sep-2015

254 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I (PENDAHULUAN)Bronkiolitis adalah suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut, menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat , retraksi dinding dada dan suara pernafan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah yang menggmabarkan terjadinya obstruksi pada bronkiolus.1,2,3,6Brokiolitis merupakan penyebab utama kunjungan rumah sakit pada bayi dan anak-anak. Insiden penyait ini terjadi pada usia 2 tahun pertama dengan puncak kejadian sekitar usia 6 bulan. Penyakit ini menimbulkan morbiditas infeksi saluran pernafasan bawah terbanyak pada anak dengan penyebab terbanyak yaitu Virus Respiratory Syncytial (45-55%) dari total kasus, sedangkan virus lain seperti parainfluenza, rhinovirus, andenovirus dan Enterovirus sekitar 20%. 2Sebanyak 11,4% anak berusia dibawah 1 tahun dan 6 % anak berusia 1- 2 tahun di AS pernah bronkiolitis. Bronkiolitis merupakan 17% dari semua kasus perawatan di Rumah Sakit pada bayi. insiden perawatan anak berusia dibawah 1 tahun masih tinggi dan menurun seiring pertambahan usia. Frekuensi bronkiolitis di negara berkembang hampir sama dengan di Amerika serikat. Insiden terbanyak terjadi pada musim dingin dan hujan di negara beriklim tropis termasuk indonesia yang merupakan negara berkembang.1,2Pelayanan kesehatan anak terpadu dan holistik adalah pendekatan yang paling tepat dalam penanganan penyakit asma. Hal ini meliputi aspek promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif (pemulihan) yang dilaksanakan secara holistik (paripurna) untuk mencapai tumbuh kembang anak yang optimal.Dalam kompetensi Dokter Umum penyakit Bronkiolitis termasuk kompetensi 3B dimana dokter umum diharuskan mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan awal.Berikut ini laporan kasus mengenai bronkiolitis pada bayi perempuan usia 5 bulan yang dirawat di ruang perawatan anak kelas III di RSUD Mardi Waluyo Blitar dari tanggal 24 februari 2015. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan secara tepat pada anak dengan bronkiolitis sehingga dapat mengurangi angka morbiditas maupun mortalitas.Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat membantu untuk belajar mendiagnosis dan menangani kasus bronkiolitis.

BAB II (LAPORAN KASUS)2.1 identitasSeorang pasien bayi perempuan bernama A berusia 5 bulan tinggal di kota blitar datang ke RSUD Mardi Waluyo kota blitar pada tanggal 24 februari 2015 diantar kedua orang tuanya. Ayah pasien bernama Tn. A berusia 32 tahun, seorang karyawan Swasta. Sedangkan ibu Bayi bernama Ny. I berusia 28 tahun , seorang Ibu Rumah Tangga. By.A masuk Rumah Sakit pada tanggal 24 februari 2015 dan dirawat di ruang perawatan anak dengan nomer Rekam Medis 595xxxxx.2.2 anamnesisPasien datang ke poli anak RSUD Mardi Waluyo diantar Ibu dan ayahnya dengan keluhan batuk sejak hari sabtu pagi (3 hari sebelum masuk rumah sakit), menurut ibu sehari sebelum batuk pasien mengalami pilek warna encer kemudian satu hari setelahnya mengalami batuk berdahak ( sulit keluar) dan disusul keesokan harinya batuk berbunyi grok grok dan pasien bernafas yang terdengar bunyi ngik ngik dan terlihat sesak, disertai demam sumer sempat turun dengan obat namun keesokan hari demam lagi, pasien menjadi susah minum ASI. Menurut pengakuan ibu Pasien mulai rewel dan sulit tidur sejak batuk, pasien juga mengalami muntah setiap minum obat . tidak ada riwayat tersedak sebelum batuk. BAB lancar setiap hari dan BAK tidak ada keluhan.Menurut orang tuanya Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya, tidak ada riwayat tersedak sebelum muncul batuk. Pasien juga tidak pernah mengalami sakit lain seperti Demam Berdarah, Kejang Demam maupun Demam Tifoid. Ibu pasien juga menyatakan bahwa puterinya baru pertama kali sakit seperti ini dan baru sekarang di rawat di rumah Sakit. Keluhan yang di alami Pasien saat ini sudah pernah di beri Obat batuk sirup pada hari ke dua pasien batuk (ibu pasien lupa nama obat), obat tersebut di Beli Ibunya di Toko Obat terdekat namun keluhan dianggap tidak membaik.Menurut sepengetauan ibunya pasien tidak punya alergi terhadap makanan maupun obat tertentu.Ibu Pasien menyatakan tidak ada anggota keluarga maupun lingkungan sekitar yang mengalami sakit seperti Pasien, riwayat alergi makanan atai obat tertentu, batuk lama maupun asma dalam keluarga disangkal. Selama hamil Pasien, Ibu pasien merasa mengalami peningkatan nafsu makan dari sebelumnya, ibu tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol dan tidak pernah merokok, tidak ada keluhan mual yang berlebihan saat hamil, ibu tidak mengalami keputihan berbau, tidak pernah jatuh dan tidak pernah mengeluarkan darah dari jalan lahir selama hamil . Ibu berusia 27 tahun saat hamil dan tidak pernah mengalami sakit maupun mengkonsumsi obat tertentu namun rutin minum suplemen besi dan kalsium, beliau rajin memeriksakan kandungannya setiap bulan ke bidan terdekat.Ibu pasien melahirkan secara normal, presentasi kepala dengan pertolongan bidan pada usia kehamilan 39 minggu, G1P1Ab0. Pasien lahir dengan berat badan 3100 gram, Panjang badan 49 cm, lingkar kepala dan linkar dada ibu pasien lupa. Segera setelah kelahirannya pasien langsung menangis kuat dan warna kulit nya merah seperti bayi baru lahir pada umumnya serta tidak ditemukan kelainan bawaan, bayi tidak kuning, tidak infeksi intra partum. Anak tidak pernah sakit setelah lahir seperti asfiksia, trauma lahir dan lain-lain. Namun ibu pasien tidak tau nilai APGAR score.Ibu pasien menyatakan bahwa asupan pasien sehari hari masih sebatas diberi ASI esklusif saja tanpa SUFOR karena usia pasien baru 5 bulan dan ASI nya lancar. Ibu pasien berencana baru akan memberikan MPASI saat pasien beranjak 6 bulan, sedangkan asupan makanan ibu sendiri yaitu makan 3 kali/ hari dan lebih banyak mengkonsumsi sayur terutama katu agar ASI nya tetap lancar, daging , ikan dan buah. Menurut ibu sebelum sakit pasien menyusu dengan kuat dan sering namun sejak sakit pasien kurang menyusu.Menurut pengakuan Ibu pasien ibu sudah mendapat imunisasi TT, beliau juga rutin seiap bulan membawa pasien ke Posyandu untuk di timbang dan di Imunisasi sehingga pasien sudah mendapat beberapa kali imunisasi yaitu: imunisasi HB0 pada usia 1 hari, BCG pada usia 1 bulan, DPT pada usia 2 bulan dan 4 bulan, Polio pada saat usia 0 bulan, 2 bulan dan 4 bulan namun belum mendapat imunisasi Campak karena Masuk Rumah Sakit seperti yang terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Jadwal imunisasi By. APertumbuhan dan perkembangan pasien seperti bayi pada umumnya. Berat badan pasien setiap bulan terus bertambah (seperti yang dicantumkan pada Gambar. 2 dan Tabel. 1 ) dan sekitar satu minggu sebelum sakit mulai tumbuh 1 gigi depan bawah.

Gambar. 2 grafik pertambahan berat badan Bayi A.Pertumbuhan berat badan Bayi:Umur (bulan)Berat (kg)

o3,5

14,1

25,2

36,4

46,5

56,9

Saat MRS7,1

Tabel.1 pertambahan berat badan bayi ASaat memasuki usia 3 bulan pasien mulai bisa mengangkat kepalanya, memegang benda dan meletakkannya di mulut, tertawa dan menjerit bila di ajak bermain, kemudian bisa tengkurap pada usia 4 bulan.Pasien adalah anak pertama dalam keluarga. Orang tua pasien merupakan anggota masyarakat biasa dan tidak memiliki jabatan khusus di lingkungan tempat tinggalnya. Sumber penghasilan keluarga di dapat dari pekerjaan ayah pasien dan mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.Keluarga By. A tinggal di daerah yang cukup padat ( perkampungan) dengan rumah berukuran 7 x 9 meter dan terdiri dari 2 kamar tidur , 1 ruang tamu dan 1 kamar mandi yang disertai jendela di setiap kamar dan ruang tamu. Lantai keramik, atap genteng, ventilasi dan pencahayaan cukup baik , sumber air minum menggunakan air mineral galon. Rumah By. A disertai pembuangan sampah di sebelah rumah yang dibersihkan setiap hari, rumah tersebut dihuni oleh By. A dengan kedua orang tuanya beserta kakek dan nenek dari ibunya.Bapak By. A mempunyai kebiasaan merokok sekitar 2- 4 batang per hari tapi setiap merokok beliau melakukannya di luar rumah karena takut pempengaruh kesehatan bayinya.2.3 Pemeriksaan Fisik (25-02-2015) Keadaan Umum: tampak sakit sedang Tanda-tanda vital Kesadaran: compos mentis Nadi: 120 kali/menit Suhu: 36,8 C RR: 62 kali/menit (tampak sesak) Kulit: sawo matang, turgor baik, ikterik (-), pucat (-),sianosis (-) Kepala: normocephal, luka (-), UUB belum menutup Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), cowong (-/-), reflek cahaya (+/+), radang (-/-) Hidung: sekret (-/-), epistaksis (-/-), pernafasan cuping hidung (+) Mulut: bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-/-), faring hiperemis (-), kripte melebar (-). Telinga: Bentuk normal, tragus pain (-), mastoid pain (-), discharge (-) Leher: trakea di tengah, KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat Lymphonodi:Preaurikular: tidak membesarRetroaurikular: tidak membesarSubmandibular: tidak membesarSubmental: tidak membesarServicalis: tidak membesarSupraclavicular: tidak membesar Thorax tampak dada bag. Bawah tertarik ke dalamBentuk: normochest, retraksi (+) supraklavikular, interkostal, subkostal, gerakan simetris kanan kiriPulmoinspeksi: pengembangan dada = kiriPalpasi: fremitus raba kanan = kiriPerkusi: sonor/sonorAuskultasi: bronkovesikuler (+/+ ) ++

+

++

Rh

Wh ++

+

++

Corinspeksi: iktus cordis tidak tampakPalpasi: iktus cordis kuat angkatPerkusi: batas jantung tidak dilakukanAuskultasi: bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-). Abdomen Inspeksi: dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-) Auskultasi: bising usus (+) normal ( 2-4 x per menit) Perkusi: timpani Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat Genitalia: tidak ditemukan kelainan, anus (+) tidak ada kelainan Ekstremitas--

--

--

--

Akral dingin edema

Capillary Refill Time < 2 Status Gizia. Secara klinisNafsu makan: menurunKepala: rambut jagung (-), rambut susah dicabutMata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)Mulut: bibir kering dan pecah-pecah (-)Ekstremitas: pitting edema (-/-)Status gizi secara klinis: gizi kesan baikb. Secara antropometriBB: 7,1 kgLK: 40 cmPB: 66 cmLLA: 14 cmStatus gizi berdasarkan WHO Child Growth Standart (Z-score) grafik := mean (Gizi baik) = mean s/d (2 SD) gizi baik= mean s/d (1 SD)Gizi baik

2.4 Pemeriksaan Penunjang Darah Lengkap (24-02-2015)Hb: 11,7Leukosit: 18.500LED: 13-26Diffcount: 1/-/-/35/55/9 Eritrosit: 4.920.000Trombosit: 322.000Hematokrit: 36,4MCV/MCH/MCHC: 74/23,8/32,1Widal tiphy O: +1/140Widal tiphy H: -paratyphi A: -paratyphi B:-

Nama: By. A (5,5 bulan)Alamat: BlitarTanggal periksa: 25-02-2015Photo thorax (25-02-2015)

Jantung: ukuran dan bentu kesan normal Paru: tidak tampak infiltrat, hilus tidak melebar Sinus kostophrenikus kanan kiri tajam Tulang tulang tidak tampak kelainanKesimpulan: tidak tampak kelainan ( dalam batas normal)

2.5 ResumePasien datang ke poli anak RSUD Mardi Waluyo diantar Ibu dan ayahnya dengan keluhan batuk sejak hari sabtu pagi (3 hari sebelum masuk rumah sakit), menurut ibu sehari sebelum batuk pasien mengalami pilek warna encer kemudian satu hari setelahnya mengalami batuk berdahak ( sulit keluar) dan disusul keesokan harinya batuk berbunyi grok grok dan bernafas terdengar ngik ngik serta terlihat sesak, disertai demam sumer sempat turun dengan obat namun keesokan hari demam lagi, pasien menjadi susah minum ASI. Menurut pengakuan ibu Pasien mulai rewel dan sulit tidur sejak batuk, pasien juga mengalami muntah setiap minum obat.Dari pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak sesak, RR 62 x/menit, pernafasan cuping hidung (+), paru retraksi(+), RH(+) dan Wh(+) seluruh lapang paru. Dari pemeriksaan penunjang Darah lengkap didapatkan leukosit 18.5002.6 Daftar Masalah Anamnesa: batuk berdahak diikuti muntah Rewel Demam nafas bunyi ngik- ngik sesak susah minum (ASI) muntah bila minum obat Pemeriksaan fisik: tampak sesak RR 62 x/menit pernafasan cuping hidung (+) paru retraksi(+), RH(+) dan Wh(+) seluruh lapang paru. pemeriksaan penunjang: Darah lengkap didapatkan leukosit 18.5002.7 DiagnosisPDX: laborat, foto ThorakWDX: BronkiolitisDD: Asma, bronkopneumoni2.8 Penatalaksanaan holistik Medikamentosa Suportif O2 kanul 1 lpm Inf D5 NS (1000 cc /24 jam) 7,1 x100: 710 cc/ 24 jam Inj Dexa (0,1- 0,2 mg/kgbb/dosis) Dexa 7,1 x 0,2 = 1,42 mg diberikan 3x /hari Dibulatkan menjadi 1,5 mg diberikan 3 x /hari Kausatif Amoksisilin 4 x 250 AlternatifInj seftriakson 2 x 350 mg Inj. Kloramphenikol 3 x 200 mg (25 mg/kgbb)177 mg dibulatkan>200 mg simptomatis Nebul agonis b2 (slbutamol) 0,1 mg/kgbb/dosis + NaCl 3cc 7,1 x 0,1= 0,71 mg (dibulatkan menjadi 1 mg) + NaCl 3 cc 4-6 kali/hari Inj. Novalgin 100 mg (p.r.n) Inj. Ranitidin 2 x 4 mg (p.r.n) Non medika mentosa Pengawasan keadaan umum, tanda vital, distres pernafasan dan jalan nafas ( suction lendir bila perlu) ( komunikasi, informasi dan edukasi): Penjelasan kepada orang tua tentang penyakit , prosedur pengobatan dan prognosis pasien Teruskan pemberian ASI jika lancar Edukasi rencana pemberian PASI pada bayi mulai usia 6 bulan Edukasi keluarga mengenai kebersihan lingkungan rumah dan badan pasien.2.9 PrognosisAd vitam: bonamAd sanactionam: bonamAd functionam: bonam2.10 Follow UPTanggalSOAP

25-02-15Perawatan hari keduaBatuk (+) grok- grok , lendir (-) pilek(+) encer(+), sesak (+) , buyi nafas ngik- ngik , muntah (+)saat batuk, minum (+) turun, rewel(+) BAB(+), BAK(+)KU: tampak sakit sedangKesadaran: CMTV: HR 99 x/m, RR: 56 x/m, S: 36,2 CKepala: normosefalMata: dbnHidung: PCH (+)Mulut: dbnLeher: dbnThorax: Paru: Rh/Wh (+) seluruh lapang paruAbdomen: dbnExtr: akral hangat (+)Bronkioliitisinfus D5 NS 14 tpmdrip aminofilin 2 cc/kolfInj. Ceftriaxon 2 x 350 mg Inj Klorampenicol 3 x 200 mgInj Dexa 3 x 1/2ccInj Ranitidin 2 x ampStoom 4 x amp combivent + pz 3ccO2 kanul 2 lpmPulv batuk

26-02-15Perawatan hari ketigaBatuk (+) grok- grok mulai turun, lendir (-) pilek(+) encer(+), sesak (+) mulai turun, buyi nafas nik- ngik (turun), muntah (-), minum (+), BAB(-), BAK(+)KU: tampak sakit sedangKesadaran: CMTV: HR 99 x/m, RR: 56 x/m, S: 36,2 CKepala: normosefalMata: dbnHidung: PCH (+)Mulut: dbnLeher: dbnThorax: Paru: Rh/Wh (+) seluruh lapang paruAbdomen: dbnExtr: akral hangat (+)BronkioliitisInfus D5 NS 14 tpmInj. Ceftriaxon 2 x 350 mg Inj Klorampenicol 3x200 mgInj Dexa 3 x 1/2ccStoom 4 x amp combivent + pz 3ccPulv batukO2 kanul

27-02-15hari ke empatBatuk (+) grok- grok mulai turun, lendir (-) pilek(+) encer(+), sesak (+) mulai turun, buyi nafas nik- ngik (turun), muntah (-), minum (+), BAB(+), BAK(+)KU: tampak sakit sedangKesadaran: CMTV: HR 99 x/m, RR: 56 x/m, S: 36,2 CKepala: normosefalMata: dbnHidung: PCH (+)Mulut: dbnLeher: dbnThorax: Paru: Rh/Wh (+) seluruh lapang paruAbdomen: dbnExtr: akral hangat (+)BronkioliitisInfus D5 NS 14 tpmInj. Ceftriaxon 2 x 350 mg Inj Klorampenicol 3x200 mgStoom 4 x amp combivent + pz 3ccInj Dexa 3 x 1/2ccPulv batuk

28-02-15Perawatan hari kelima Batuk (+) grok- grok turun, lendir (-) pilek(-), sesak (-) mulai turun, nafas nik- ngik (turun), muntah (-), minum (+), BAB(-), BAK(+)KU: cukupKesadaran: CMTV: HR 99 x/m, RR: 58 x/m, S: 36,7 CKepala: normosefalMata: dbnHidung: PCH (+)Mulut: dbnLeher: dbnThorax: Paru: Rh/Wh (+) regio kanan bawahAbdomen: dbnExtr: akral hangat (+)Bronkioliitis Infus D5 NS 14 tpmInj. Ceftriaxon 2 x 350 mg Inj Klorampenicol 3x200 mgInj Dexa 3 x 1/2ccStoom 4 x amp combivent + pz 3cc

01-03-15Hari ke enamBatuk(-) pilek (+) sesak (-),buyi nafas nik- ngik (-), demam(-)muntah (-), minum (+), BAB(-), BAK(-)KU: cukupKesadaran: CMTV: HR 88 x/m, RR: 50 x/m, S: 35,5CKepala: normosefalMata: dbnHidung: PCH (-)Mulut: dbnLeher: dbnThorax: Paru: Rh/Wh (-) menurunAbdomen: dbnExtr: akral hangat (+)BronkioliitisInfus D5 NS 14 tpmInj. Ceftriaxon 2 x 350 mg Inj Klorampenicol 3x200 mgInj Dexa 3 x 1/2cc

02-03-15Hari ke tujuhBatuk(-) pilek (-) sesak (-) mulai turun, buyi nafas nik- ngik (-), demam (-) muntah (-), minum (+), BAB (-), BAK(+)KU: cukupKesadaran: CMTV: HR 92 x/m, RR: 47 x/m, S: 35,9 CKepala: normosefalMata: dbnHidung: PCH (-)Mulut: dbnLeher: dbnThorax: Paru: Rh/Wh (-) seluruh lapang paruAbdomen: dbnExtr: akral hangat (+)BronkioliitisInfus D5 NS 14 tpmInj. Ceftriaxon 2 x 350 mg Inj Klorampenicol 3x200 mgInj Dexa 3 x 1/2ccPulv batuk

ACC KRS

BAB III (DISKUSI)

Bila pasien batuk dengan disertai wheezing harus dipikirkan kemungkinan penyakit sebagai berikut:

Tabel 2. Diagnosa banding batuk yang disertai wheezing pada anakAnamnesaPasien datang ke poli anak RSUD Mardi Waluyo diantar Ibu dan ayahnya dengan keluhan batuk sejak hari sabtu pagi (3 hari sebelum masuk rumah sakit), menurut ibu sehari sebelum batuk pasien mengalami pilek warna encer kemudian satu hari setelahnya mengalami batuk berdahak ( sulit keluar) dan disusul keesokan harinya batuk berbunyi grok grok dan pasien bernafas yang terdengar bunyi ngik ngik dan terlihat sesak, disertai demam sumer sempat turun dengan obat namun keesokan hari demam lagi, pasien menjadi susah minum ASI. Menurut pengakuan ibu Pasien mulai rewel dan sulit tidur sejak batuk, kadang bila memberat batuk diikuti muntah setiap minnum obat.Keaadan By. A ini sesuai dengan kepustakaan tentang Bronkiolitis yang memiliki gejala seperti : 1,2,3, 6 Mula- mula mengalami gejala seperti ISPA atas berupa pilek yang encer dan bersin, kadang disertai demam dan penurunan nafsu makan Sering pada anak usia kurang dari 2 tahun. Insidensi tertinggi terjadi pada usia 3-6 bulan Anak yang mengalami bronkiolitis mengalami demam, namun jarang terjadi demam tinggi. Rhinorrhea, nasal discharge (pilek), sering timbul sebelum gejala lain seperti batuk, takipnea, sesak napas, dan kesulitan makan. Batuk disertai gejala nasal adalah gejala pertama muncul pada bronkiolitis. Batuk dan mengi khas pada bronkiolitis. Sering terjadi distres nafas dan nafas berbunyi (ngik-ngik)Pemeriksaan fisikDari pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak sesak, RR 62 x/menit, pernafasan cuping hidung (+), paru retraksi(+), RH(+) dan Wh(+) seluruh lapang paru.Hasil pemeriksaan ini sesuai dengan kepustakaan tentang bronkiolitis sesak karena penyempitan saluran nafas akibat adanya proses inflamasi pada saluran bronkiolus yang menyebabkan edema mukosa saluran dan akumulasi debris, dengan demikian akan menimbulkan respon paru dengan meningkatkan tahanan saluran nafas dan menurunkan compliance yang kemudian akan berefek pada kerja sistem pernafasan dengan peningkatan frekuensi pernafasan yang merupakan usaha untuk mendapatkan oksigen.3,5

Gambar 3. Sumbatan akibat mukosa dindig bronkiolitis

gambar 4. Patofisiologi bronkiolitiis

Saluran nafas pada bayi dan anak relatif lebih kecil dan sempit. Resistensi aliran udara saluran nafas meningkat pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Selama fase ekspirasi terdapat mekanisme klep hingga udara akan terperangkap dan menimbulkan overinflasi dada. Volume dada pada akhir ekspirasi akan meningkat hampir 2 kali diatas normal. 3,5,7Pemeriksaan penunjang Saturasi oksigenBayi dengan saturasi 92% membutuhkan perawatan di ruang intensif. Bayi dengan saturasi >94% pada udara ruangan dapat dipertimbangkan untuk dipulangkan. Analisa gas darah Foto thoraks, pada bayi yang meragukan atau penyakit atipikal Hasil pemeriksaan foto pada pasien ini tampak normal Pemeriksaan virologi Pemeriksaan bakteriologi secara rutin( darah dan urin) tidak diindikasikan pada penderita bronkiolitis tipikal. Hematologi pemeriksaan DL pasien ini didapatkan hasil peningkatan leukosit yang menunjukkan kecurigaan pada adanya infeksi sekunder, hal ini menjadi pertimbangan untuk pemberian terapi antibiotik terhadap pasien.DDperbedaanBronkiolitisasmaBronkopneumoni

penyebabvirusHiperreaktivitas bronkusBakteri/ virus/jamur/aspirasi

umur< 2 tahun>2 tahun> 2 ahun 200 mgOksigenPemberian oksigen dilakukan pada semua anak dengan wheezing dan distres pernapasan berat, pada pasien ini diberikan O2 nasal Kanul 1 lpm untuk mencegah hipoksia jaringan KortikosteroidPemberian kortikosteroid pada pasien bronkiolitis bertujuan untuk mengurangi proses inflamasi sel epitel saluran nafas dan mempercepat proses regenerasi sel apitel. Pasien diberikan Inj Dexa (0,1- 0,2 mg/kgbb/dosis), Dexa 7,1 x 0,2 = 1,42 mg di bulatkan 1,5 mg diberikan 3x /hari anak diberikan dexamethasone sebesar 3 x 1/3 ampul bertujuan sebagai antiinflamasi, pada pasien ini didiagnosa dengan asma bronkial sehingga diberikan kortikosteroid saat awal tatalaksananya. 1 ampul berisi 1 ml = 4 mg x 4 mg = 2 mg. Pada By A diberikan injeksi Dexa 3x ampul 3 x 2 mg.BronkodilatorPemberian bronkodilator pada pasien brokilitis masih diperdebatkan, namun kami memberikan Bronkodilator pada pasien ini untuk perbaikan klinis singkat terutama untuk pasien rawat inap.5 pemberian bronkodilator untuk melegakan pernafasan pasien yang mengalami sesak.indikasi diberikan nebulisasi pada anak tersebut adalah gangguan pernapasan seperti sesak napas yang cukup berat Nebul agonis b2 (slbutamol) 0,1 mg/kgbb/dosis + NaCl 3cc 7,1 x 0,1= 0,71 mg (dibulatkan menjadi 1 mg) + NaCl 3 cc 4-6 kali/hari Pasien diberikan nebul combivent ( 1 amp berisi iatropium Br 0,5 mg, salbutamol 2, 5 mg) ampul + pz 3 cc. 4 kali sehari Drip aminofilin 2 cc/ kolf karena pasien mengalami distress pernafana yang berat, RR 62 x /menit dengan pernafasan cuping hidung (+) dan memberikan manifestasi sesak. Aminophillin merupakan turunan metilaxantin yang mempunyai efek bronkodilator. Dosis aminofilin 250- 500 mg/ hari IV,dosis anak 0,5-1 mg/kgBb/jam. Penghiitungan dosis untuk pasien ini adalah: (0,5 x 7,1 ) x 12jam 3,55 x 12 jam 42,6 mg dibulatkan 48 mg dalam 1 kolf 1 cc= 24 mg pasien diberikan 2 cc/ kolfAH 2 reseptorPemberian ranitidin injeksi pada pasien ini diindikasikan karena pasien mengalami muntah setelah minum obat. Ranitini merupakan AH2 reseptor dan mengurangi sekresi as. Lambung. Dosis ranitidin 2-4 mg /kgBb. Pasien diberikan 2 x 7,1= 14,2 mg Sediaan 1 ampul = 2 cc ( 1cc=25 mg 2 cc= 50 mg). Pasien diberikan 2 x ampul( 12,5 mg).Pertimbangan pengkaji lapora kasus: untuk kasus muntah yang dialami pasien lebih dianjurkan memilih obat Ondansetron yang memiliki efek sebagai antagonis selektif yang bersifat kompetitif pada reseptor 5HT3 dengan cara menghambat aktifasi afferen vagal sehingga menekan terjadinya reflek muntah. Namun ondansetron banyak diberikan pada pasien yang mengalami mual dan muntah hebat post operasi atau post kemoterapi. Dosis ondansetron anak untuk mencegah mual muntah post operasi( usia 1 bulan-12 th) BB 37,50C ). novalgin 10-15 mg/kgBB/kali = 10 x 7,1 kg = 71 mg/kali sampai 15 x 7,1 kg = 106, 5 mg 100 mg. Maximal pemberian 1 g/ hari pada anak. Pemberian akan diturunkan (p.r.n) atau jika dibutuhkan saja apabila demam sudah tidak terjadi. Novalgin merupakan obat analgetik-antipiretik bisa diberikan dalam kondisi yang nyeri akut hebat ataupun pada demam yang tinggi. Selama MRS By. A tidak mengaami demam sehingga tidak di berikan Obat ini. pemberian diberikan hanya kalu perlu saja (p.r.n) mengingat terdapat efek samping jika terapi diteruskan yang berupa agranolositosis, reaksi kulit dan iritasi lambung.Selain pemberian terapi medikamentosa pasien juga diberikan terapi Non Medikamentosa, yaitu Pengawasan keadaan umum, tanda vital, distres pernafasan dan jalan nafas ( suction lendir bila perlu) dan juga diberikan KIE ( komunikasi, informasi dan edukasi) berupa: Penjelasan kepada orang tua tentang penyakit , prosedur pengobatan dan prognosis pasien, orang tua harus diberikan penjelasan itersebut agar dapat mencegah keadaan serupa terulang lagi. Teruskan pemberian ASI jika lancar Edukasi rencana pemberian PASI pada bayi mulai usia 6 bulan yang bertujuan untuk menambah asupa anak juga melatih pencernaan anak. Edukasi keluarga mengenai kebersihan lingkungan rumah dan badan pasien.

BAB IV( PENUTUP)RingkasanBronkiolitis adalah suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut, menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat , retraksi dinding dada dan suara pernafan yang berbunyi.Insiden penyakit ini terjadi pada usia 2 tahun pertama dengan puncak kejadian sekitar usia 6 bulan. Penyakit ini menimbulkan morbiditas infeksi saluran pernafasan bawah terbanyak pada anak dengan penyebab terbanyak yaitu Virus Respiratory Syncytial.Insiden terbanyak penyakit ini terjadi pada musim dingin dan hujan di negara beriklim tropis termasuk indonesia.Prognosis dari penyakit bronkiolitis tergantung pada berat ringannya penyakit, cepatnya penanganan dan adanya penyakit yang melatarbelakanginya (seperti penyakit jantung bawaan defisiensi imun atau prematuritas).Berdasarkan ringkasan diatas, sasaran untuk masyarakat utuk lebih waspada pada kesehatan anak terutama jika terdapat keluhan batuk atau dan disertai demam karena usia anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit dan infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidhartani M. Bronkiolitis. Dalam: Buku Respirologi Anak. Edisi pertama. Jakarta: UKK Respirologi PP Ikatan Dokter anak Indonesia, 2008: 333-3472. Setiawati Landia, MS Makmuri. Tatalaksana Bronkiolitis (treatment Bronkiolitis) Dalam Continuing Education, Ilmu Kesehtan Anak XXV, Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak IV, Hot Topics In Pediatrics; FK UNAIR, Suraaya : 2005. Di Unduh dari www.pediatrik.com3. Oreinstein DM. Bronkiolitis. Pala : Behrman, Kliegman, arvin editor. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Jakarta EGC .2000 : 1484-14864. Garna Herry, Melinda Heda.Dalam: Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi ke tiga Bandug: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD, RS Dr. Hasan Sadikin, 2005: 400-4025. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit, Pedoman bagi Rumah Sakit RujukanTingkat Pertama di Kabupaten / Kota ,WHO. 2009: 96-996. Zain, Magdalena Sidartani.Bronkiolitis. Buku Ajara Respirologi Anak. Edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010: 334-3437. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi jilid III edisi 4. Jakarta. EGC. 1995: 645-6488. Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteranjilid II edisi 7. Jakarta. EGC. 1994: 158-1595