isi makalah anak di klinik gigi

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokter gigi yang akan melakukan perawatan pada anak-anak, seringkali mendapatkan suatu keadaan dimana anak akan merasa cemas dan takut pada saat bertemu untuk pertama kalinya. Rasa cemas dan takut juga akan dirasakan oleh anak-anak pada kunjungan berikutnya apabila pada kunjungan yang pertama, dia mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan. Penatalaksaan tingkah laku pasien merupakan salah satu faktor terpenting dalam ilmu kedokteran gigi anak. Tanpa kerja sama yang baik dari pasien, maka perawatan gigi yang akan dilakukan tidak akan berhasil. Keberhasilan dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi bagi anak-anak tergantung pada cara kita dalam menghadapi dan menangani anak-anak tersebut. Untuk mendapatkan suatu kerjasama yang baik antara pasien anak dan dokter gigi, maka dokter gigi bukan hanya mengadakan hubungan yang baik dengan anak, tetapi juga harus mengetahui beberapa hal penting lainnya. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain adalah perkembangan anak, tingkah laku anak menurut kronologis umur dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku anak, terutama tingkah lakunya pada saat mendapat perawatan gigi. Modul 3 Anak di Klinik Blok Tumbuh Kembang| 1

Upload: ridha-rachmadana-idris

Post on 09-Nov-2015

134 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Anak di klinik gigi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangDokter gigi yang akan melakukan perawatan pada anak-anak, seringkali mendapatkan suatu keadaan dimana anak akan merasa cemas dan takut pada saat bertemu untuk pertama kalinya. Rasa cemas dan takut juga akan dirasakan oleh anak-anak pada kunjungan berikutnya apabila pada kunjungan yang pertama, dia mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan.Penatalaksaan tingkah laku pasien merupakan salah satu faktor terpenting dalam ilmu kedokteran gigi anak. Tanpa kerja sama yang baik dari pasien, maka perawatan gigi yang akan dilakukan tidak akan berhasil. Keberhasilan dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi bagi anak-anak tergantung pada cara kita dalam menghadapi dan menangani anak-anak tersebut. Untuk mendapatkan suatu kerjasama yang baik antara pasien anak dan dokter gigi, maka dokter gigi bukan hanya mengadakan hubungan yang baik dengan anak, tetapi juga harus mengetahui beberapa hal penting lainnya. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain adalah perkembangan anak, tingkah laku anak menurut kronologis umur dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku anak, terutama tingkah lakunya pada saat mendapat perawatan gigi.Dengan mengetahui hal-hal tersebut, dokter gigi dapat memilih dan menggunakan teknik-teknik penatalaksanaan tingkah laku yang efektif agar dapat menangani pasien anak dengan baik, mengurangi ketakutannya dan menanggulangi tingkah lakunya yang tidak kooperatif.Oleh karena itu, berdasarkan uraian latarbelakang di atas, disusunlah makalah mengenai perilaku anak ini sesuai dengan kasus pada modul sehingga kami dapat belajar dan memperoleh lebih banyak informasi mengenai kasus perilaku anak serta tatacara penanganannya.1.2. Rumusan Masalah1. Bagaimana klasifikasi perilaku anak beserta ciri-cirinya?2. Jenis perilaku anak apakah yang terdapat pada kasus?3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku anak tersebut dilihat dari segi usia, jenis kelamin, suasana dan fasilitas, serta peran orang tua?4. Apa yang menyebabkan rasa takut dan gelisah dari anak pada kasus tersebut?5. Bagaimana pengendalian perilaku anak dari segi farmakologi dan nonfarmakologi?6. Bagaimana peran komunikasi antara orang tua, pasien anak, dan dokter gigi?7. Alat bantu apa yang dapat digunakan dalam pengendalian anak di klinik beserta indikasi dan kontra indikasinya?1.3. Tujuan penulisanAdapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, yaitu :1. Mengetahui klasifikasi perilaku anak beserta ciri-cirinya.2. Mengetahui tingkat kooperatif dari anak pada kasus tersebut.3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku anak tersebut dilihat dari segi usia, jenis kelamin, suasana dan fasilitas, serta peran orang tua4. Mengetahui penyebab rasa takut dan gelisah dari anak pada kasus tersebut.5. Mengetahui pengendalian perilaku anak dari segi farmakologi dan nonfarmakologi.6. Mengetahui peran komunikasi antara orang tua, pasien anak, dan dokter gigi.7. Mengetahui alat bantu yang dapat digunakan dalam pengendalian anak di klinik beserta indikasi dan kontra indikasinya.

BAB IIBATASAN TOPIK2.1. SkenarioSeorang Ibu membawa putranya yang berusia 5 tahun ke klinik gigi. Anak tersebut menangis terus menerus dan gelisah sejak masuk ke klinik. Ibunya mengatakan anak tersebut sakit giginya sejak lama tapi tidak mau dibawa ke dokter gigi.

2.2. Pertanyaan1. Bagaimana klasifikasi perilaku anak beserta ciri-cirinya?2. Jenis perilaku anak apakah yang terdapat pada kasus?3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku anak tersebut dilihat dari segi usia, jenis kelamin, suasana dan fasilitas, serta peran orang tua?4. Apa yang menyebabkan rasa takut dan gelisah dari anak pada kasus tersebut?5. Bagaimana pengendalian perilaku anak dari segi farmakologi dan nonfarmakologi?6. Bagaimana peran komunikasi antara orang tua, pasien anak, dan dokter gigi?7. Alat bantu apa yang dapat digunakan dalam pengendalian anak di klinik beserta indikasi dan kontra indikasinya?

BAB IIIPEMBAHASAN3.1.Perilaku Anak dalam Klinik GigiAnak-anak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan praktek dokter gigi. Perilaku anak tersebut ada kalanya dapat memudahkan atau menyusahkan dokter gigi dalam melakukan perawatan. Kunci keberhasilan perawatan gigi pada anak selain ditentukan oleh pengetahuan klinis dan ketrampilan dokter gigi, sebagian juga ditentukan oleh kesanggupan anak untuk bekerjasama selama perawatan.Hal tersebut menyebabkan dokter gigi yang merawat pasien anak harus mampu melakukan pengelolaan perilaku agar pasien bersikap kooperatif. Pada umumnya, anak yang datang ke praktik dokter gigi berperilaku kooperatif dan dapat menerima perawatan gigi dengan baik apabila diperlakukan dengan benar sesuai dengan dasar-dasar pengelolaan perilaku. Namun, sebagian anak berperilaku non kooperatif serta bersikap negatif pada perawatan gigi.Terdapat beberapa tingkatan kooperatif pasien anak yang ditunjukan dalam klinik praktek kedokteran gigi. Pengetahuan mengenai tingkat kooperatif anak sangat diperlukan dan bermanfaat tidak hanya dalam hal akademik tetapi juga dalam mengatasi perilaku anak, serta perawatannya dalam klinik.Tingkatan kooperatif anak dapat diklasifikasikan menurut ahli dalam beberapa kategori sebagai berikut1,2 :3.1.1. Tingkatan Kooperatif Anak Menurut FranklFrankl et al (1962) memperkenalkan teorinya tentang tingkat kooperatif pasien anak sebagai Frankls rating scale. Teori ini adalah yang paling sering digunakan dan dipercaya sabagai standar dalam penentuan tingkat kooperatif anak. Kategorinya terdiri atas empat, yaitu :a. Sangat Negatif:Menolak perawatan, meronta ronta dan membentak, amat takut, menangis kuat-kuat, menarik atau mengisolasi diri.b. Negatif:Dengan malas mengikuti perawatan, tidak mau bekerjasama, terkadang menunjukkan sikap yang negatif. Namun tidak dengan ucapan. Misalnya cemberut atau pendiam.c. Positif:Menerima perawatan dengan berhati-hati, penuh perhatian, agak segan dengan dokter gigi, sabar mengikuti petunjuk dan proses dari dokter gigi.d. Sangat Positif:Bersikap baik dengan dokter gigi, tertarik pada prosedur perawatan, dan sangat menikmati suasana di klinik.Wrigth memodifikasi teori Frankl dengan mengubahnya menjadi tanda, seperti dibawah ini :a. Sangat Negatif (--)b. Negatif (-)c. Positif (+)d. Sangat Positif (++)2. 3. 3.1. 3.1.1. 3.1.2. Tingkatan Kooperatif menurut WrightWright (1975) menempatkan anak ke dalam tiga klasifikasi klinis berdasarkan tingkat kooperatif anak sebagai berikut :a. KooperatifAnak datang dengan santai, rileks dengan rasa takut minimal, antusias terhadap perawatan gigi. Anak tersebut biasanya patuh terhadap instruksi yang di berikan oleh dokter gigi.

b. Kurang kooperatifBiasanya terjadi pada anak yang masih sangat muda, anak-anak dengan cacat mental atau fisik dan anak-anak yang memiliki pengetahuan yang minim.c. Berpotensi kooperatifKarakteristik dari anak ini adalah dengan adanya masalah tingkah laku. Tipe tingkah laku ini berbeda dengan anak yang kurang kooperatif karena anak ini memiliki kemampuan untuk menjadi kooperatif.1) Perilaku yang tidak terkontrol2) Keras Kepala3) Pemalu4) Perilaku tegang tetapi kooperatif5) Cengeng6) Resistensi pasif3.1.3. Tingkatan kooperatif menurut Sarnanta. Kooperatif aktif; mudah tersenyum, menawarkan informasi, berinisiatif dalam percakapan, memberi respon yang positif.b. Kooperatif pasif; bersikap acuh tak acuh, tetap mengikuti dan menuruti instruksic. Netral; bersikap acuh tak acuh, butuh diyakinkan, cengeng, mengikuti instruksi tetapi dengan tekanand. Melawan; mengganggu kerja perawatan, menangkap tangan dokter, tidak santai.e. Sangat tidak kooperatif; melakukan perlawanan yang sangat kuat, menangis, menolak untuk duduk bahkan menolak untuk masuk ke dalam klinik.3.1.4. Tingkatan kooperatif menurut Lamshire (1972)a. Kooperatif; secara fisik dan emosionalnya anak ini mampu menunjukkan kerja sama yang baik dalam perawatan.b. Kooperatif Tegang; Anak ini terlihat tegang dengan suara yang gemetar. Ia seringkali memandang disekeliling praktek.c. Outwardly Apprehensive; Anak ini menghindari perawatan, bersembunyi atau tidak berbicara kepada dokter. Tetapi pada akhirnya akan bersedia melakukan perawatan.d. Fearful; Sangat takut terhadap perawatan, memerlukan dukungan untuk melawan rasa takutnya.e. Hypermotive; memilih untuk berteriak, menendang dan melakukan hal-hal lain-lainnya.f. Handicapped; termasuk pasien anak yang memiliki keterbelakangan mentalg. Emotionally Immature; Pasien yang digolongkan pada usia tiga tahun kebawah. 3.2. Metode Penilaian Tingkat Perilaku AnakBeberapa penelitian yang menyelidiki tingkat tekanan emosional anak termasuk ketakutan dan kecemasan anak dalam perawatan gigi diklasifikasikan dalam tiga kelompok utama. Yaitu evaluasi psikologi (7-9), evaluasi perilaku (10-11), dan evaluasi fisiologi (12-15). Dari beberapa pendekatan ini evaluasi perilaku adalah yang paling banyak digunakan.Pendekatan melalui tiga analisis tersebut sangat penting untuk dilakukan. Selain ketiga jenis metode identifikasi perilaku anak dan tingkat kecemasannya tersebut, berikut ada beberapa jenis pengukuran yang dapat digunakan dalam menilai tingkat kooperatif anak :3.2.1. Penilaian Perilaku (Frankls rating scale)3.2.2. Pengukuran Fisiologis (misalnya denyut nadi, respon kulit basal, dan ketegangan otot)3.2.3. Teknik Proyeksi (Childrens Dental Fear Picture Test)3.2.4. Skala Psikometrik (Childrens Fear Survey Schedule, Venham Picture Test, and Dental Anxiety Scale)3Dari beberapa metode yang dijabarkan diatas dapat disimpulkan berdasarkan skenario, anak dengan usia 5 tahun tersebut dikategorikan kedalam perilaku yang tidak kooperatif. Hal ini ditunjukkan dengan sikapnya yang terus menerus menangis dan gelisah sejak masuk ke dalam klinik.Selain daripada kesimpulan tersebut, dapat juga ditambahkan bahwa tingkat kooperatif anak pada skenario termasuk dalam kategori anak yang berpotensi kooperatif yang ditinjau dari klasifikasi menurut Wrigth.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak di Klinik2,4,5,6,73.3.1. Faktor yang melibatkan anakf. Petumbuhan dan perkembanganAnak kecil mengalami pendewasaan emosional seiring dengan pertumbuhan fisik. Anak yang lebih mudah tidak mampu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh dokter gigi karena kemampuan fisik dan motoriknya. Usia 2-3 tahun :Di usia inilah waktu yang tepat untuk mengenalkan dokter gigi kepada mereka karena mereka tidak memiliki rasa takut terhadap orang baru. Di usia ini juga paling baik untuk dilakukan prosedur pencegahan. Usia 3-4 tahunAnak yang berusia 3-4 tahun merasa dokter gigi adalah hukuman baginya. Pada saat melakukan operasi selama perawatan dental, baiknya ibu dari pasien menemani anak tersebut agar anak merasa nyaman karena dekat dengan ibunya. Jika sudah berusia lebih dari 4 tahun, mereka tidak menunjukkan adanya perubahan tingkah laku dengan ada tidaknya ibu di ruang operasi.Pada usia 3 tahun, mereka sudah bisa berkomunikasi mengenai situasi dental. Pada usia 4 tahun, mereka sudah mulai bisa menunjukkan kekuatannya dan sudah bisa mengatakan terima kasih dan meminta bantuan. Usia 5 tahun Pada usia ini, mereka sudah dapat menerima percakapan dan sudah bisa merasa bangga jika dipuji oleh orang lain. Usia 7 tahunAnak mecoba untuk mengurangi ketakutannya. Dukungan keluarga sangat penting dalam mengurangi ketakutannya. Usia 8-14 tahunMereka sudah bisa mentorelir situatu yang tidak menyenangkan dan sudah bisa mengontrol emosinya.

g. IQ anakIQ adalah metode kuantitas untuk menggolongkan kemampuan mental. Relasi positif terdapat di antara IQ dan kesediaan menerima perawatan.h. Pengalaman di masa laluJika ada pengalaman buruk di masa lalu yang berkaitan dengan klinik gigi maka akan memberi dampak rasa takut pada anak. Sangat penting untuk menghilangkan ketakutannya terlebih dahulu.d. Kemampuan adaptif dan sosialFaktor ini sangat penting untuk diketahui. Seberapa efektif pasien anak dalam melakukan pertemuan secara personal dan bagaimana tanggung jawab anak dalam situasi sehari-hari.e. Posisi anak dalam keluarga Anak pertama : bertanggung jawab, sensitif, suka cemburu, ketergantungan (tidak mandiri), kikir, cerdas, penuh kegelisahan, tidak percara diri. Anak kedua : mandiri, agresif, terbuka, suka menjelajah. Anak tengah : agresif, mudah terpengaruh. Anak terakhir : tidak dewasa, tidak bertanggung jawab, memilki tingkah laku yang buruk, percaya diri.f. Jenis kelaminSalah satu faktor yang berpengaruh pada ketakutan anak pada klinik gigi adalah jenis kelamin. Anak perempuan lebih banyak memiliki rasa takut dibandingkan dengan anak laki-laki.

3.3.2. Faktor yang menyangkut orang tuaa. Pengaruh keluargaLingkungan di rumah sangat penting dalam perkembangan sifat dan tingkah laku anak. Status sosial ekonomi juga mempengaruhi tingkah laku anak. Orang tua dengan sosial ekonomi yang rendah cenderung dapat mengintrol anaknya dengan baik daripada orang tua dengan sosial ekonomi menegah dan sosial ekonomi tinggi. Nutrisi dari ibu juga mempengaruhi kesehatan mental, fisik dan emosi anak. Selain itu hubungan ibu-anak juga berpengaruh. Ibu yang tenang akan memiliki anak yang bahagia sedangkan ibu yang suka berseteru memiliki anak yang tidak bahagia.b. Hubungan orang tua dan anak Orang tua yang overprotective1) Orang tua memberikan perhatian yang tidak semestinya perlu kepada anak.2) Anak selalu mersa dimanjakan.3) Anak tidak diizinkan untuk bermain sendiri.4) Mereka umumnya pemalu dan penakut.5) Tidak memiliki kemampuan untuk membuat keputusan.6) Pasien koperatif. Orang tua yang suka memanjakan anaknya1) Anak manja selalu ingin melakukan apa yang dia inginkan.2) Perkembangan emosinya terhambat dan dia menjadi agresif dan suka menunjukkan emosinya dengan mengamuk. Kurang kasih sayang dan penolakan1) Anak berperilaku baik.2) Umumnya pendiam dan penuh kebencian.3) Anak ini selalu menunjukkan ekspresi kegelisahan, mudah menangis, dan melakukan tindakan apapun untuk memperoleh perhatian. Orang tua yang dominan/otoriter1) Anak dari orang tua tipe ini suka gelisah dan patuh.2) Mereka takut menolak secara terbuka dan akan melanggar perintah secara perlahan.3) Termasuk ke dalam pasien dental yang baik. Idenifikasi : jika anak tidak melakukan apa yang orang tua inginkan maka orang tua akan memperlihatkan kekecewaannya sehingga membuat anak merasa tidak nyaman.1) Anak gampang menangis dan kurang percaya diri2) Anak ini perlu ditangani dengan ramah. Overanxiety; Anak jadi pemalu dan penakut.c. Kecemasan ibu Kecemasan ibu berpengaruh secara negatif terhadap tingkah laku anak.d. Sikap orang tua terhadap dokter gigiOrang tua yang bersikap baik kepada dokter gigi akan memberikan pengaruh yang baik kepada anaknya.e. Orang tua dapat memberikan komentar dan dukungan yang positif, tidak boleh khawatir.3.3.3. Faktor yang menyangkut dokter gigia. Lingkungan klinik gigiSuasana klinik gigi harus hangat dan memberikan kesan seperti anak berada di rumahnya. Lingkungan yang menyenangkan akan mengurangi kegelisahan anak terhadap situasi di klinik gigi. Baiknya tampakan disana berwarna-warni dan penuh dengan mainan. Ruang tunggu juga perlu diperhatikan. Baiknya diisi dengan TV, video games, mainan, buku cerita dan komik. Staff klinik gigi juga perlu bersikap ramah dan menyambut anak-anak dengan senyuman. Kebersihan dari klinik juga sangat penting karena tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga akan merasa nyaman jika lingkungan dari klinik gigi tersebut bersih.b. Sikap dokter gigiDokter gigi harus memberikan kesan yang baik terhadap anak-anak. Dokter gigi perlu menghindari pergerakan mendadak. Selain itu, diharapkan memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan bertindak. Jadwal pertemuanWaktu untuk bertemu dengan pasien anak sangat penting untuk diperhatikan. Hindari waktu pertemuan pada jam tidur siang dan makan anak. Waktu bertemu harus dibatasi maksimal 30 menit. Anak-anak tidak seharusnya menunggu terlalu lama di ruang tunggu. Pemberian hadiahMemberikan hadiah setelah mereka selesai melakukan perawatan dapat menanamkan tingkah laku positif pada anak.3.3.4. Faktor Usia8,a. Usia 2 tahun; dalam usia ini kosakata dari anak bervariasi 15-1000 kata. Anak pada periode ini takut pada gerakan mendadak yang tidak terduga, misalnya gerakan mendadak dental chair.Sangat melekat dengan orang tuanya, senang bermain sendirian dengan keterampilan motorik seperti berjalan dan melompat.b. Usia 3 tahun; memiliki keinginan untuk berbicara dan mendengarkan. Pada usia ini sikap kooperatif muncul dari dokter gigi.Memiliki imaginasi yang sangat aktif, senang bercerita, kurang egosentris dan tetap melekat pada orang tuanya.c. Usia 4 tahun; umumnya mendengarkan dan tertarik untuk menjelaskan, suka memaksakan kehendak, menunjukkan keterampilan independent self help. Tahu berterimakasih dan suka memohon.d. Usia 5 tahun; Anak senang melakukan aktifitas berkelompok dan berpartisipasi didalmnya, memiliki rasa khawatir jika berpisah dengan orang tua.e. Usia 6-12 tahun; bisa menangani ketakutan terhadap prosedur perawatan dimana dokter gigi sudah bisa menjelaskan apa yang akan dilakukan dan alasan perawatan tersebut.3.3.5. Faktor Jenis KelaminAnak perempuan memiliki rasa takut yang tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak yang takut, lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan pengalaman perawatan gigi yang tidak menyenangkan dibandingkan anak yang kurang takut.Orang tua tidak boleh menjadikan perawatan gigi sebagai sebuah ancaman dan membawa anak ke dokter gigi sebagai hukuman. Orang tua seharusnya mengajarkan bahwa praktek dokter gigi bukanlah tempat yang menakutkan.3.3.6. Faktor Fasilitas dan Suasana di Klinika. Pengalaman negative di dokter gigi sebelumnyab. Kesan negative perawatan gigi yang didapatkan keluargac. Perasaan asing selama perawatan. Misalnya penggunaan sarung tangan lateks, masker, dan pelindung mata oleh dokter gigi.d. Merasa diejek atau disalahkan karena keadaan OH yang tidak baik.e. Bunyi dari alat-alat kedokteran gigif. Kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya. (yuli)Selain daripada itu perlakuan yang dilaksanakan meliputi komunikasi terapeutik saat melakukan tindakan, pencitraan lingkungan tempat tidur misalnya sticker bergambar di kamar, dan sprei bermotif yang disukai anak.Desain ruang praktek juga turut mempengaruhi tingkatan kooperatif anak.a. Ruang tunggu bisa menimbulkan rasa cemas, pamphlet dan poster bergambar yang memiliki pengaruh negative.b. Susunan alat-alat kedokteran gigi baik berupa bur dan instrument lain harus dijauhkan dari pandangan pasien.c. Ruang praktik yang dekat dengan ruang tunggu.Tenaga medis juga berperan besar dalam penentuan tingkah laku anak. Mereka akan memberikan pelayanan kualitas tertinggi dalam wilayah yang khusus, memberi suasana yang positif serta mengajak anak berkeliling di ruangan.3.4. Kemungkinan yang menyebabkan Anak pada kasus menangis dan gelisah sejak masuk klinik.Faktor penyebab anak menangis dan gelisah sejak masuk ke klinik adalah karena adanya rasa takut, yaitu respon emosional yang merupakan mekanisme protektif untuk melindungi seseorang dari ancaman dan bahaya luar. Rasa takut ini timbul secara objektif dan subjektif.a. Rasa takut objektif; ditimbulkan dari respon stimulus perasaan, yang dilihat, didengar, dicium, merupakan hal yang tidak enak.b. Rasa takut subjektif; ditimbulkan dari orang lain dan anak tersebut tidak mengalaminya sendiri.

3.5. Penatalaksanaan Perilaku Anak di Klinik9,10,11,12,13,143.5.1. Peranan Dokter Gigi dan StaffSeorang dokter gigi yang merawat anak-anak haruslah memiliki berbagai kemampuan dalam pendekatan bimbingan perilaku anak. Dalam banyak situasi, dokter gigi haruslah mampu menilai secara akurat tingkat perkembangan anak, sikap, serta kondisi temperamen dalam upaya perawatan yang maksimal.Penatalaksanaan tingkah laku anak di klinik juga dapat diatasi dengan :a. Penanganan Farmakologi1) Analgesik, misalnya paracetamol, aspirin, dan tramadol.2) Anastesi local, misalnya inhalasi sedation, conscious sedation, oral sedation, rectal sedation, nasal sedation, dan intravenous sedation.b. Penanganan Nonfarmakologi1) Penanganan awal perilaku anakTujuan penting dari tahap ini adalah untuk mempersiapkan anak sebelum masuk ke ruang klinik. Instrumen yang digunakan disini berupa audiovisual, bacaan, pemutaran film dan videotape yang dapat menjelaskan kepada anak-anak tentang kesehatan gigi dan mulut. Sehingga diharapkan anak-anak dapat termotivasi untuk memiliki kondisi gigi dan mulut yang sama seperti model.2) KomunikasiLetak keberhasilan dokter gigi dalam menanggulangi pasien anak adalah pada kemampuannya untuk berkomunikasi dengan mereka dan menanamkan kepercayaan pada diri anak tersebut. Untuk mengurangi rasa takut anak perlu dipakai bahasa pengganti atau menghaluskan bahasa yang disebut dengan cufemism. Misalnya : ~ Rubber dam = jas hujan~ rubber dam clamp = kancing jas hujan~ sonde = penghitung gigiKomunikasi pada anak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :~ Komunikasi Objektif; penyampaian informasi dilakukan secara verbal~ Komunikasi Subjektif; penyampaian informasi dilakukan secara nonverbal, seperti ekspresi wajah, tekanan suara, sentuhan tangan, dll.Komunikasi sebaiknya dilakukan dengan diawali dengan cara :a. Abaikan segala gejala yang tidak kooperatifb. Mulai dengan prosedur yang paling mudah dan cepat dikerjakanc. Hindarkan anak dari hal yang selalu membuatnya takut.3) Teknik Tell-Show-DoYang pertama kali melakukan percobaan dengan teknik ini adalah Addelston (1959) dalam perawatan gigi anak di klinik. Cara ini terdiri atas :a. Tell:Pasien anak diberitahu apa yang akan dilakukan pada dirinya dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh anak-anak.b. Show:Menunjukkan objek sesuai dengan yang diterangkan sebelumnya tanpa menimbulkan rasa takut. Dalam hal ini dapat dipergunakan model gigi, menunjukkan alat yang akan dipergunakan misalnya bur atau bila perlu dipegang oleh pasien.c. Do:Melakukan tindakan pada anak sesuai dengan yang dikatakan dan ditunjukkan pada anak. Saat melakukan serangkaian teknik ini, apa yang disampaikan haruslah sesuai dengan yang ditunjukkan sehingga anak tidak merasa dibohongi.4) Teknik DesensitisasiTujuan utama daripada teknik ini adalah untuk memberikan keyakinan pada anak bahwa rasa sakit tidak perlu ditakutkan. Tekniknya berupa :a. Melatih pasien untuk tetap rileksb. Menyusun hierarki rangsangan yang menyebabkan pasien merasa takut secara berurutan dari hal yang paling menakutkan sampai hal yang tidak menakutkan.c. Mulailah memberikan rangsangan secara berurutan pada pasien yang rileks. Dimulai dengan rangsangan yang menyebabkan rasa takut yang paling ringan dan berlanjut ke rangsangan yang berikutnya. Apabila pasien tidak takut lagi pada rangsangan sebelumnya, rangsangan dapat ditingkatkan menurut urutan yang telah disusun sebelumnya.5) HOME (Hand Over Mouth Exercise)Teknik ini digunakan secara selektif. Biasanya pada anak yang agak agresif, dan sering histeris. Pada kelompok usia 3 6 tahun. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Evangeline (1920) metodenya dilakukan dengan cara menutup atau menahan mulut pasien anak dengan menggunakan tangan.6) ModellingMetode ini diperkenalkan oleh Albert Bandura (1969), caranya adalah dengan menggunakan bantuan alat peraga atau media. Bisa juga dengan bantuan anak-anak lain sebagai contoh, dengan tujuan agar pasien anak tersebut dapat mengikutinya.7) ReinforcementMetode ini dilakukan dengan berfokus pada memperkuat pola tingkah laku anak sehingga ia dapat mempertahankannya dan dijadikan panutan dikemudian hari. Misalnya :a. Ungkapan kata-kata yang menyatakan bahwa pasien berprilaku manis hari ini sewaktu perawatan.b. Memberikan hadiah pada akhir perawatan sebagai tanda senang atas tingkah laku yang baik dari anak tersebut.8) Menata suasana klinik dan fasilitasnya12Pada saat anak memasuki ruang perawatan gigi dengan sejumlah perasaan takut, hal yang pertama harus dilakukan oleh dokter gigi adalah menempatkan anak senyaman mungkin dan mengarahkannya bahwa pengalamannya ini bukanlah hal yang tidak biasa.Jika tempat praktik tidak terbatas hanya untuk pasien anak-anak, salah satu metode yang efektif di antaranya adalah dengan pembuatan ruang tunggu yang dibuat sedemikian rupa sehingga anak merasa berada di lingkungan rumahnya sendiri.Membuat ruang penerimaan yang nyaman dan hangat sehingga anak merasa tidak asing ketika memasukinya, oleh karena itu dekorasi ruangan sangat memegang peranan penting dan erat kaitannya dengan kondisi psikologis mereka.Salah satu jalan yang paling sederhana untuk melakukan ini adalah dengan membuat satu sudut ruang tunggu yang khusus untuk mereka sendiri.Memiliki meja dan kursi anak-anak sehingga mereka dapat duduk dan membaca. Perpustakaan kecil dengan buku untuk anak-anak untuk berbagai tingkatan usia. Menyiapkan beberapa majalah anak-anak yang bagus; menjadikan seorang dokter gigi berlangganan majalah anak secara berkala.Menyediakan suatu lampu kecil di atas meja dengan suatu keremangan yang menarik. Beberapa mainan sederhana tapi kokoh menjadi sebuah pilihan yang baik untuk ditempatkan diruangan tersebut untuk menghibur anak yang paling kecil.Ruang perawatan dapat membuat lebih menarik bagi anak-anak dengan menempatkan beberapa gambar-gambar di atas dinding sehingga lebih menyenangkan bagi anak-anak ketika bermainSelain itu pemberian efek musik juga dapat member pengaruh yang signifikan dalam perawatan pasien. Para peneliti mengatakan bahwa musik mampu menurunkan gejala psikosomatik seperti kecemasan dengan cara mempengaruhi proses fisiologis dan psikologis anak. Sehingga dapat membuat pasien mengalami keadaan yang aman dan menyenangkan.Intinya, kemampuan menata ruang dan menghadirkan fasilitas juga dapat memberikan efek yang positif bagi pengendalian perilaku anak di klinik

3.5.2. Peranan Orang Tua PasienOrang tua sangat memberikan pengaruh dalam keberhasilan perawatan anak, khususnya dalam menanggulangi perilaku yang ditunjukkan oleh anak di dalam klinik gigi. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua pasien adalah :a. Memberikan informasi serta data-data anak kepada dokter gigib. Mempersiapkan mental anakc. Bertanggung jawab dalam meningkatkan kooperatif anak di klinik.3.5.3. Peranan Komunikasi Dokter Gigi Anak Orang tua.15Dalam melakukan perawatan gigi dan mulut pada pasien anak-anak diperlukan konsep Pedodontic Treatment Triangle, kerjasama antar komponennya mutlak diperlukan. Dalam konsep tersebut dokter gigi diharapkan dapat memahami dan menerapkan konsep ini sebagai faktor yang menentukan keberhasilan pada perawatan gigi anak, orangtuanya dan dokter gigi.Perawatan gigi dan mulut sejak dini pada anak penting untuk pertumbuhan anak secara umum, usia anak dan faktor kepribadian orangtua juga berperan dalam membangun komunikasi efektif dengan dokter gigi.Keberhasilan suatu perawatan dibidang kesehatan gigi anak ditentukan oleh banyak hal antara lain adanya bimbingan orang tua terhadap anak yang dipengaruhi oleh motivasi orang tua dalam berperilaku sehat, kerjasama antara dokter gigi pasien anak dan orang tua juga berperan penting dalam keberhasilan perawatan gigi anak oleh karena masih banyak para orang tua yang beranggapan bahwa masalah penanganan kesehatan gigi dan mulut anak merupakan tanggung jawab dokter gigi sehingga dianggap peran orang tua hanya sebatas pengantar ketempat praktik atau rumah sakit tanpa ingin terlibat lebih jauh dalam edukasi kesehatan gigi anak. Peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan perhatian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara kebersihan gigi dan mulut. Pengetahuan orang tua merupakan modal penting dalam membentuk prilaku yang mendukung atau tidak mendukung perawatan gigi dan mulut pada anak. Dokter gigi juga sebaiknya memahami betul bahwa pasien anak merupakan keseluruhan pribadi manusia yang ingin diperlakukan seharusnya seperti ingin didengarkan, diperhatikan dan diperdulikan dalam porsinya sebagai anak-anak yang berbeda dengan orang dewasa.Kesehatan gigi dan mulut pada anak mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan bagian integral dari seluruh kesehatan dan pertumbuhan. Karena itu komunikasi yang efektif antara dokter gigi, anak dan orang tua pasien merupakan komponen yang penting agar dapat menumbuhkan kepercayaan pasien. Hubungan yang efektif antar ketiganya dapat mengurangi keraguan akan perawatan gigi pada anak. Bila dokter gigi tanggap pada respon anak dan orang tua atas informasi yang disampaikannya maka anak dan orang tua akan lebih terbuka dalam mendengar dan belajar.Pedodontic Treatment Triangle adalah gambaran hubungan antar komponen dalam segitiga perawatan pedodontik dimana setiap komponen saling berhubungan erat, posisi anak pada puncak segitiga dan posisi orang tua serta dokter gigi pada masing-masing sudut kaki segitiga. Garis menunjukan komunikasi berjalan dua arah antar masing komponen dan merupakan hubungan timbal balik.

3.6. Instrumen Tambahan dalam Penanganan Perilaku Anak161) Sheet and TiesPenggunaan selimut untuk membungkus tubuh pasien supaya tidak bergerak dengan cara melingkarkan selimut ke seluruh tubuh pasien dan menahan selimutnya dengan perekat atau mengikatnya dengan tali.

2) Restraint JaketRestraint jaket digunakan pada anak dengan tali diikat dibelakang tempat tidur sehingga anak tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan ke bagian bawah tempat tidur, menjaga anak tetap di dalam tempat tidur. Restrain jaket berguna sebagai alat mempertahankan anak pada posisi horizontal yang diinginkan.

3) Papoose boardPappose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak anak saat melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah anak ditidurkan dalam posisi terlentang di atas papan datar dan bagian atas tubuh, tengah tubuh dan kaki anak diikat dengan menggunakan tali kain yang besar.Pengendalian denganmenggunakan papoose board dapat diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah anak berontak dan menolak perawatan. Tujuan utama dari penggunaan alat ini adalah untuk menjaga supaya pasien anak tidak terluka saat mendapatkan perawatan.

4) Mummy boardSelimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu ujungnya dilipat ketengah. Bayi diletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada di lipatan dan kaki kearah sudut yang berlawanan. Lengan kanan bayi lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut ditarik ke tengah melintasi bahu kanan anak dan dada diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri.Lengan kiri anak diletakkan lurus rapat dengan tubuh anak, dan sisi kiri selimut dikencangkan melintang bahu dan dada dikunci dibawah tubuh anak bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan ditarik kearah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan pin pengaman.

5) Pedi wrapPedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher sampai pergelangan kaki pasien anak untuk menstabilkan tubuh anak serta menahan gerakan tubuh anak. Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi ukuran sesuai dengan kebutuhan.

6) Molt mouth prop Alat ini merupakan salah satu alat yang paling penting dalam melakukan perawatan gigi. Alat ini biasanya digunakan dalam anestesi umum untukmencegah supaya mulut tidak tertutup saat perawatan dilakukan. Alat ini juga sangat cocok dalam penanganan pasien yang tidak bisa membuka mulut dalam jangka waktu lama karena suatu keterbatasan.Penggunaan molt mouth prop harus memperhatikan posisi rahang pasien saat pasien membuka mulutnya, supaya tidak terjadi dislokasi temporomandibular. Sebagai tambahan, dokter gigi harus memindahkan molt mouth prop dari mulut pasien setiap sepuluh hingga lima belas menit agar rahang dan mulut pasien dapat beristirahat.

7) Molt mouth gagsMolt mouth gags juga merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk menahan mulut pasien.

8) Tongue bladesTongue blades merupakan alat bantu yang digunakan untuk menahan lidah pasien supaya tidak mengganggu proses perawatan.

3.7. Jenis Penanganan Perilaku Anak pada SkenarioAnak dengan perilaku seperti yang ditunjukkan di skenario berpotensi untuk kooperatif dalam prosedur penanganan dan perawatan di klinik gigi. Jenis penanganan yang dapat dilakukan pada anak tersebut adalah dengan menggunakan teknik nonfarmakologi yaitu sistem desensitisasi dengan cara memberikan keyakinan kepada anak tersebut bahwa pemeriksaan tidaklah menyakitkan dan menakutkan. Apabila hal ini tidak dapat diterima, maka teknik Hand Over Mouth Excersie dapat dilakukan. Biasanya hal ini dilakukan apabila anak tersebut masih terus menerus menangis.Jika anak selanjutnya tidak menunjukkan sikap kooperatifnya, bahkan semakin menjadi-jadi tindakan terakhir yang dapat dilakukan oleh dokter gigi adalah dengan teknik pengendalian fisik (restraint). Ini dilakukan guna memperoleh perilaku anak yang diharapkan dapat memaksimalkan perawatan giginya.

BAB IVKESIMPULAN

4.1. Klasifikasi perilaku anak berdasarkan Wright yaitu kooperatif, kurang kooperatif, dan potensial kooperatif. . Klasifikasi perilaku anak berdasarkan Frankl, yaitu sangat negatif, negatif, positif, dan sangat positif.

4.2.Persepsi rasa takut berubah seiring usia anak, ungkapan dan intensitas dari ketakutan anak bervariasi oleh perasaan, keadaan fisik anak dan usia. Semakin bertambah usia seorang anak, tingkat kooperatifnya pun semakin bertambah. Rasa takut biasanya lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak yang takut lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan pengalaman perawatan gigi yang tidak menyenangkan dibandingan dengan anak yang kurang takut.Memperlakukan pasien anak sehingga nyaman dalam perawatan gigi adalah hal penting yang harus dipertimbangkan oleh seorang dokter gigi. Selain keterampilan dalam merawat gigi dan kemampuan menangani psikologis anak, tata ruang perawatan gigi juga dapat memberikan efek yang positif bagi anak. Peranan orang tua terhadap keberhasilan perawatan gigi anaknya juga sangat besar pengaruhnya. Sikap orang tua dengan tingkat kecemasan yang tinggi, ketika anaknya dirawat dan menunjukkan sikap yang tidak menguntungkan yang dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan.

4.3.Rasa takut adalah respons emosional dan merupakan suatu mekanisme protektif untuk melindungi seseorang dari ancaman atau bahaya dari luar. Rasa takut tidak diwariskan tetapi diperoleh setelah lahir. Rasa takut anak diperoleh secara objektif (respons dari stimulus yang dirasakan, dilihat, didengar, dicium, dan merupakan hal yang tidak menyenangkan) atau subjektif (rasa takut yang didapat dari orang lain dan anak tersebut tidak mengalaminya sendiri, anak kecil yang mendengar pengalaman yang tidak menyenangkan dengan segera akan menimbulkan rasa takut pada dirinya).

4.4. Beberapa metode pendekatan dalam pengendalian tingkah laku anak selama perawatan gigi yaitu, tell show do, penguatan (reinforcement), desensitisasi, modelling, hand over mouth exercise (HOME), dan sedasi ( Farmakologi).

4.5.. Komunikasi sangatlah diperlukan terutama saat menangani pasien anak. Pedodontic Treatment Triangle adalah gambaran hubungan antar komponen dalam segitiga perawatan pedodontik dimana setiap komponen saling berhubungan erat, posisi anak pada puncak segitiga dan posisi orang tua serta dokter gigi pada masing-masing sudut kaki segitiga. Garis menunjukan komunikasi berjalan dua arah antar masing komponen dan merupakan hubungan timbal balik.

Modul 3 Anak di Klinik Blok Tumbuh Kembang| 29