isi itp
DESCRIPTION
KEP.ANAKTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa gangguan autoimun yang
mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran trombosit secara dini. Adanya trombositopenia pada ITP ini
akan mengakibatkan gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi
darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal.
Manifestasi klinis ITP sangat bervariasi mulai dari manifestasi perdarahan ringan , sedang, sampai dapat
mengakibatkan kejadian-kejadian yang fatal. Oleh karena merupakan suatu penyakit autoimun maka kortikosteroid
merupakan pilihan konvensional dalam pengobatan ITP. Pengobatan akan sangat ditentukan oleh keberhasilan mengatasi
penyakit yang mendasari ITP sehingga tidak mengakibatkan keterlambatan penanganan akibat pendarahan fatal., atau pun
penanganan-penangan pasien yang gagal.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan ITP?
2. Apakah penyebab dari ITP?
3. Bagaimanakah proses perjalanan penyakit ITP?
4. Bagaimanakah tanda dan gejala dari ITP?
5. Apa saja klasifikasi dari ITP?
6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penyakit ITP?
7. Bagaimanakah komplikasi yang terjadi pada ITP?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan pada ITP?
9. Bagaimanakah pembuatan askep pada anak dengan masalah ITP?
2
C. TUJUAN
1.Untuk mengetahui apa itu ITP.
2. Untuk mengetahui penyebab dari ITP.
3. Untuk mengetahui proses dari perjalanan penyakit ITP.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari ITP.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari ITP.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada ITP.
7. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada ITP.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada ITP.
9. Untuk mengetahui pembuatan askep pada anak dengan masalah ITP.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
3
1. ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang berlebihan
(Suraatmaja, 2000).
2. ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura.Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya.
Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki
luka memar banyak (berlebihan). Istilah Itp ini juga merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura
(Family Doctor, 2006)
3. ITP juga bisa dikatakan merupakan suatu kelainan pada sel pembekuan darah yakni trombosit yang jumlahnya menurun
sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga ruam
kebiruan. (Imran, 2008)
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, tatapi dikemukakan berbagai kemungkinan diantaranya ialah :
1. Hipersplenisme
2. Infeksi virus ( demam berdarah, morbili, varisela, rubella, dsb ).
3. Intoksikasi makanan atau obat ( asetosal, PAS, fenilbutazon, diamox, kina, sedormid )
4. Bahan kimia.
5. Pengaruh fisis ( radiasi, panas ).
6. Kekurangan faktor pematangan ( misalnya malnutrisi ).
4
7. DIC ( misalnya pada DSS, leukimia, respiratory distress syndrome pada neonatus ).
8. Mekanisme imun yang menghancurkan trombosit.
9. Kelemahan pada endotel pembuluh darah.
C. PATOFISIOLOGI
Sebagai kelaimam yang bersifat autoimun, ITP sangat sering terjadi sebagai gangguan terisolasi, tetapi kadang –
kadang sebagai manifestasi pertama SLE. Meskipun bentuk akut diketahui pada anak – anak, sebagian besar penderita adalah
wanita dewasa berumur antara 20 dan 40 tahun. IgG antitrombosit reaktif dengan glikoprotein permukaan sel telah
diidentifikasi dalam serum kebanyakan kasus ITP. Dengan teknik – teknik khusus, immunoglobulin juga dapat ditunjukan
terikat pada permukaan trombosit.
Limpa memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan ini. Limpa merupakan tempat utama produksi antibodi
antitrombosit dan destruksi trombosit yang dilapisi IgG. Pada lebih dari dua pertiga penderita, splenektomi akan diikuti
kembalinya hitung trombosit menjadi normal dan remisi lengkap penyakitnya. Limpa biasanya nampak normal sekali, atau
mungkin disertai sedikit pembesaran saja. Splenomegali demikian yang mungkin terjadi sebagai akibat bendungan sinusoid
dan pembesaran folikel –folikel limfoid, yang memiliki sentra germina mencolok. Secara histologi sumsum tampak normal,
tetapi biasanya dapat menunjukan peningkatan jumlah megakariosit, kebanyakan megakariosit hanya berinti satu dan diduga
5
masih muda. Gambaran sumsum serupa dicatat dalam berbagai bentuk trombositopeni sebagai akibat perusakan trombosit
yang dipercepat. Kepentingan pemeriksaan sumsum ialah untuk menyimgkirkan trombositopeni sebagai akibat kegagalan
sumsum. Tentu saja temuan penting pada umumnya terbatas pada perdarahan sekunder. Perdarahan dapat tampak menyebar
ke seluruh tubuh, khususnya dalan lapisan – lapisan serosa dan mukus.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Masa prodroal – keletihan, demam, dan nyeri abdomen.
2. Secara spontan timbul petekia dan ekimosis pada kulit.
3. Mudah memar.
4. Epistaksis ( gejala awal pada sepertiga anak ).
5. Perdarahan traktus genitrourinarius ( menoragia, hematuria ) jarang.
6. Traktus digestivus ( hematemesis, melena ).
7. Perdarahan rongga mulut ( jarang ).
8. Pada mata ( konjungtiva, retina ).
9. Pada ITP akut dan berat dapat timbul pula pada selaput lendir yang berisi darah ( bula hemoragik ).
10. Perdarahan pada SSP ( perdarahan subdural dan lain – lain ). Jarang terjadi.
6
11. Demam ringan 1 – 6 minggu sebelum tinbul gejala bila terdapat perdarahan berat atau perdarahan traktus gastrointestinalis.
12. Renjatan ( shock ) dapat terjadi bila kehilangan banyak darah.
E. KLASIFIKASI
1. Akut
a. Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
b. Paling sering, 90% sembuh sendiri dalam satu tahun.
c. Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosa.
d. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2. Kronik
a. 10 %, kasusnya dapat dianggap kronis apabila trombositopenia berlangsung lebih dari 100 hari.
b. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosa.
c. Awitan tersembunyi dan berbahaya.
d. Jumlah trombosit tetap dibawah normal selama penyakit.
e. Bentuk ini terutema terjadi pada orang dewasa.
7
f. Keadaannya berlangsung dengan keadaan remisi dan relaps berganti – ganti.
g. Selama relaps, terjadi memar – memar yang dapat besar sekali, dan dapat terjadi perdarahan melalui hidumg, milut,
uterus, atau saluran kemih.
h. Limpa teraba pada kurang dari sepertiga kasus.
i. Relaps dapat berakhir kira – kira dalam 1 tahun.
3. Kambuhan
a. Mula – mula terjadi trombositopenia.
b. Relaps berulang.
c. Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji Laboratorium dan Diagnostik :
1. Jumlah trombosit – menurun sampai kurang dari 40.000 mm3.
2. Hitung darah lengkap ( CBC ) – anemia karena ketidakmampuan sel darah merah ( SDM ) menggunakan zat besi.
3. Aspirasi susmsum tulang – peningkatan megakariosit.
4. Jumlah leukosit – leukosits ringan sampai sedang : eosinofilia ringan.
5. Uji antibodi trombosit – dilakukan bila diagnosis diragukan.
8
a. Biopsi jaringan pada kulit dan gusi – diagnostik.
b. Uji antibodi antinuklir – untuk menyingkirkan kemungkinan lupus eritematosus sistemik ( SLE ).
c. Pemeriksaan dengan slit lamp – untuk melihat adanya uveitis.
d. Biopsi ginjal – untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal.
e. Foto toraks dan uji fungsi paru – diagnostik untuk manifestasi paru ( efusi, fibrosis interstitial paru ).
G. KOMPLIKASI
1. Reaksi transfusi.
2. Relaps.
3. Perdarahan susunan saraf pusat ( kurang dari 1 % kasus yang terkena ).
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan pada gangguan ini adalah mengurangi produksi antibodi dan destruksi trombosit, seerta meningkatkan
dan mempertahankan jumlah trombosit.
a. Gamma Globulin
Infus gamma globulin intravena ( sandoglobin; Gamium N ) diikuti dengan kenaikan hitung teombosit yang bertahan.
Dosis besar gamma globulin gamma intravena ( 400 mg/ kg selama 5 hari ) menginduksi remisi pada banyak kasus ITP
9
akut dan kadang – kadang pada ITP kronis. Percobaan terkendali acak menunjukan efektifitas globulin G imun
( IGIV ), 19/kg/ 24 jam selama 1 atau 2 hari berturut – turut dalam mengurangi frekuensi trombositopenia berat ( hitung
trombosit kurang lebih 20 x 10
b. Terapi kortikosteroid
Meskipun kortikosteroid tidak menunjukan jumlah kasus kronis, kortikosteroid bermanfaat karena menngurangi
keparahan dan menyingkirkan lama sakit pada fase awal. Pada kasus yang lebih berat, tatapi dengan kortikosteroid,
seperti prednison dengan dosis 1 – 2 mg/kg/24 jam dalam dosis terbagi atau ekuivalensinya terindikasi. Beberapa ahli
menganjurkan pemeriksaan sumsum tulang untuk menyingkirkan leukimia sebelum memulai prednison. Keperluan
akan terapi kortikosteroid diperdebatkan, meskipun hitung tromosit kembali ke tingkat hemostatis lebih cepat dengan
terapi seperti itu. Terapi ini diteruskan sampai hitung trombosit normal atau selama 3 minggu, mana saja yang terjadi
pertama. Pada titik ini terapi steroid sebaiknya dihentikan, meskipun hitung trombosit tetap rendah. Tetapi
kortikosteroid berkepanjangan tidak terindikasi dan dapat menekan sumsum tulang, disamping menyebabkan
perubahan cushingoid dan gagal tumbuh. Jika trombositopenia menetap selama 4 – 6 bulan, pemberian singkat kedua
terapi kortikosteroid atau imunoglobulin intravena dapat diberikan.
c. Transfusi darah
10
Transfusi darah atau suspensi trombosit sedikit saja gunanya, karena trombosit yang ditransfusikan akan capat sekali
menghilang.
d. Steriod
Sangat berguna pada kasus akut jika perdarahannya berat. Pengobatan rumat mungkin diperlukan selama kira – kira 4
minggu untuk menaikkan kadar trombosit sampai mencapai 50 x 10 /L. Karena efeknya yang terbaik adalah pada
minggu pertama, maka steroid harus diberikan pada saat itu ( bila memang diputuskan untuk diberikan ) atau tidak
sama sekali.
e. Splenektomi
Berbahaya dan tidak perlu pada kasus akut. Kira – kira 60 – 70 % kasus kronis dapat sembuh dengan splenektomi,
teapi harus diingat :
1) Hanya diprlukan bila kecenderungan perdarahan tidak dapat dikendalikan engan steroid. ( nilai aktual trombosit
tidak penting ).
2) Selanjutnya dapat mengakibatkan infeksi.
3) Jika gangguan ini berlangsung lebih dari satu tahun atau anak itu berusia lebih dari 5 tahun.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
11
PURPURA TROMBOSITOPENI IDIOPATI
A. PENGKAJIAN
1. Hematologi
a. Tanda – tanda vital
1) Nadi cepat
2) Pernapasan
b. Tampilan umum
1) Tanda – tanda gagal jantung kongesif
2) Gelisah
c. Kulit
1) Warna kulit pucat, ikterus
2) Petekie
3) Memar
4) Perdarahan dari membran mukosa atau dari luka suntikan atau pungsi vena.
d. Abdomen
12
1) Pembesaran hati
2) Pembesaran limpa
3) Tentukan lokasi daerah purpura
4) Tentukan tempat perdarahan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubaan sirkulasi (ekimosis ).
2. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan anemia.
3. Resiko injuri berhubungan dengan perdarahan.
4. Nyeri berubungan dengan epistaksis.
5. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan akumulasi lemak.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan luka.
7. intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilisasi.
C. INTERVENSI
13
DX I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan integritas kulit kembali baik dan
iritasi kulit minimal.
NOC : Tissue Integritas : Skin and mucus membrane
Kriteria Hasil :
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.
2. Tidak ada luka / lesi pada kuit
3. Perfusi jarinngan baik
4. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera beerulang
5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Indikator skala
1 : Kompromi luar biasa
2 : Kompromi sekali
3 : Kompromi baik
4 : Kompromi sedang
14
5 : Tidak ada kompromi
NIC : Pressure Management
Intervensi :
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien tiap 2 jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Oleskan lotion / minyak baby oil pada daerah yang tertekan
7. Monitor status nutrisi pasien
8. mandikan pasien dengan sebun dan air hangat
DX II
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan klien terbebas dari resiko injury
NOC : Risk Control ( control resiko )
15
Kritera hasil :
1. Klien terbebas dari cedera
2. Klien mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
3. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan / perilaku personal
4. Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah injury / cedera
Skala indikator :
1. : Tidak pernah meenunjukan
2. : Jarang menunjukan
3. : Kadang menunjukan
4. : Sering menunjukan
5. : Selalu menunjukan
NIC : Enviroment Management ( Manajemen Lingkungan )
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2. Membatasi pengunjung
3. Memberikan penerangan yang cukup
4. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
16
5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
6. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
DX III
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan nutrisi pasien seimbang
NOC : Nutitional Status : food and fluid intake ( Status nutrisi : masukan makanan dan cairan ).
Kriteria hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi )
Skala indikator :
17
1: Tidak pernah menunjukan
2: Jarang menunjukan
3: Kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: selalu menunjukan
NIC : Nutrition Monitoring ( Monitor nutisi )
Intervensi :
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
3. Monitor turgor kulit
4. Monitor makanan kesukaan
5. Monitor kalori dan intake nutrisi
DX IV
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan perfusi jaringan kembali normal.
NOC : Circulatin status ( status sirkulasi )
18
Kritera Hasil :
1.mendemonstasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
a.tekanan systole dan dyastole dalam rentang yang diharapkan
b.tidak ada ortostatikhipertensi
c.tidak ada tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial ( tidak lebih
dari 15 mmHg )
Indikator Skala
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
NIC : Peripheral Sensation management ( manajemen sensasi perifer )
Intervensi :
1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas / dingin/ tajam / tumpul
2. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi
19
3. Monitor adanya tromboplebitis
DX V
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam aproses
keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang.
NOC : Pain Cntrol ( Kontrol nyeri )
Kriteria Hasil :
1. Mengenali faktor penyebab nyeri
2. Mengenali serangan nyeri
3. Menggunakan metode pencegahan
4. Menggunakan metode nonanalgetik
5. Mengebali gejala nyeri
6. Melaporkan nyeri sudah terkontrol
Skala Indikator
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
20
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Pain Management ( Manajemen nyeri )
Intervensi :
1. Kaji tentang nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas, faktor pencetus )
2. Observasi penyebab ketudaknyamanan dari nonverbal
3. Gunakan strategi komunukasi terapeutik
4. Berikan informasi tentang nyeri, penyebab, berapa lama dan antisipasi ketergantunagan
5. Ajarkan teknik nonfarmakologok untuk mengurangi nyeri
6. Tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi manajemen nyeri
Dx VI
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien tidak
mengalami tanda-tanda infeksi.
NOC : Knowledge : infectoin control
21
Kriteria hasil :
1. pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.
3. menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4. jumlah leukosit dalam batas normal
5. menunjukkan perilaku hidup sehat
keterangan skala :
1 : tidak pernah dilakukan
2 : jarang dilakukan
3 : kadang dilakukan
4 : serng dilakukan
5 : selalu dilakukan
NIC : Infection control
Intervensi :
1. batasi pengunjung bila perlu
22
2. gunakan sabun antimikrobia
3. cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
4. gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
5. tingkatkan intake nutrisi
6. berikan terapi antibiotik bila perlu.
Dx VII
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasiendapat
beraktifitas seperti biasa.
NOC : Activity tolerance
Kriteria hasil :
1. berpartisipasi dalam aktfitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, respirasi.
2. mempu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.
Keterangan skala :
1 : tidak dilakukan sama sekali
2 : jarang dilakukan
23
3 : kadang dilakukan
4 : sering dilakukan
5 : selalu dilakukan
NIC : Activity therapy
Intervensi :
1. kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.
2. bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang dapat dilakukan
3. bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas.
4. bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang.
D. EVALUASI
DX I. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
(ekimosis)
Kriteria Hasil :
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.
2.Tidak ada luka / lesi pada kuit
24
3.Perfusi jarinngan baik
4.Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera beerulang
5.Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
DX II. Resiko injury berhubungan dengan perdarahan
Kriteria Hasil :
1.Klien terbebas dari cedera
2.Klien mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
3.Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan / perilaku personal
4.Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah injury / cedera
DX III. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan akumulasi lemak
Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
25
4. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi )
DX IV. Perfusi jaringan ttidak efektif berhubungan denagan anemia
Kriteria Hasil :
1.mendemonstasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
a. tekanan systole dan dyastole dalam rentang yang diharapkan
b. tidak ada ortostatikhipertensi
c. tidak ada tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial ( tidak lebih dari 15 mmHg )
DX V. Nyeri berhubungan dengan epistaksis
Kriteria Hasil :skala
1.Mengenali faktor penyebab nyeri
2.Mengenali serangan nyeri
3.Menggunakan metode pencegahan
4.Menggunakan metode nonanalgetik
5.Mengebali gejala nyeri
26
6.Melaporkan nyeri sudah terkontrol
Dx VI. Resiko infeksi berhubungan dengan luka
Kriteria hasil
1. bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.
3. menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4. jumlah leukosit dalam batas normal
5. menunjukkan perilaku hidup sehat
Dx VII. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilitas
Kriteria hasil :
1. berpartisipasi dalam aktfitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, respirasi.
2. mempu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpurae) ialah suatu gangguan autoimun yang ditandai dengan trombositopeni
(angka trombosit darah perifer kurang dari 150.000/mm3) akibat destruksi prematur trombosit yang meningkat (akibat
autoantibody yang mengikat antigen trombosit).Penyebab sebenarnya tidak diketahui,meskipun diduga disebabkan oleh agens
virus yang merusak trombosit. Pada umumnya gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1-6 minggu
sebelum timbul gejala.
Manifestasi klinisnya sangat bervariasi. Gangguan ibni dapa digolongkan menjadi tiga jenis yaitu akut, kronis, dan
kambuhan. Pada anak-anak terdapat gejala; 1. Demam, 2. Perdarahan, 3. Petekia, 4. Purpura dengan trombositopenia, dan 5.
Anemia. Pronosi baik, terutama pada anak-anak dengan gangguan bentuk akut.
28
DAFTAR PUSTAKA
Behrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta : EGC
Betz, Cecily L. 1997. Buku Saku Keperawatan Pediatri edisi 3. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes classification ( NOC ). Missouri: Mosby.
Ngastiyah. 2003. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC
Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika
29
DIC Infeksi virus Kerusakan trombosit Imun Malnutrisi Limpa
Kadar Protrombin Penurunan Jumlah Kelemahan Anti bodi Menurun Trombosit anti trombosit
Trombositopeni IgG terikat pada permukaan trombosit
Bendungan Sinusoid
` Perdarahan Sekunder Demam Pembesaran folikel
Limfoid
Kelainan Kulit Resiko Injuri Epistaksis Menoragia Intoleransi Splenomegali Aktivitas
Ekimosis Bula/Vesikel Nyeri Anemia Akumulasi lemak
Kerusakan Luka Perfusi jaringan Integritas kulit Tidak efektif Perubahan Nutrisi Kurang
dari kebutuhan tubuh
Resiko Infeksi
Sumber : Robbin dan Kumar,1995
30
31