isi itp

42
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran trombosit secara dini. Adanya trombositopenia pada ITP ini akan mengakibatkan gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal. Manifestasi klinis ITP sangat bervariasi mulai dari manifestasi perdarahan ringan , sedang, sampai dapat mengakibatkan kejadian-kejadian yang fatal. Oleh karena merupakan suatu penyakit autoimun maka kortikosteroid merupakan pilihan 1

Upload: putriaristya

Post on 07-Feb-2016

70 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KEP.ANAK

TRANSCRIPT

Page 1: ISI ITP

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa gangguan autoimun yang

mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran trombosit secara dini. Adanya trombositopenia pada ITP ini

akan mengakibatkan gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi

darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal.

Manifestasi klinis ITP sangat bervariasi mulai dari manifestasi perdarahan ringan , sedang, sampai dapat

mengakibatkan kejadian-kejadian yang fatal.  Oleh karena merupakan suatu penyakit autoimun maka kortikosteroid

merupakan pilihan konvensional dalam pengobatan ITP. Pengobatan akan sangat ditentukan oleh keberhasilan mengatasi

penyakit yang mendasari ITP sehingga tidak mengakibatkan keterlambatan penanganan akibat pendarahan fatal., atau pun

penanganan-penangan pasien yang gagal.

1

Page 2: ISI ITP

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan ITP?

2. Apakah penyebab dari ITP?

3. Bagaimanakah proses perjalanan penyakit ITP?

4. Bagaimanakah tanda dan gejala dari ITP?

5. Apa saja klasifikasi dari ITP?

6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penyakit ITP?

7. Bagaimanakah komplikasi yang terjadi pada ITP?

8. Bagaimanakah penatalaksanaan pada ITP?

9. Bagaimanakah pembuatan askep pada anak dengan masalah ITP?

2

Page 3: ISI ITP

C. TUJUAN

1.Untuk mengetahui apa itu ITP.

2. Untuk mengetahui penyebab dari ITP.

3. Untuk mengetahui proses dari perjalanan penyakit ITP.

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari ITP.

5. Untuk mengetahui klasifikasi dari ITP.

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada ITP.

7. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada ITP.

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada ITP.

9. Untuk mengetahui pembuatan askep pada anak dengan masalah ITP.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

3

Page 4: ISI ITP

1. ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang berlebihan

(Suraatmaja, 2000).

2. ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura.Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya.

Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki

luka memar banyak (berlebihan). Istilah Itp ini juga merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura

(Family Doctor, 2006)

3. ITP juga bisa dikatakan merupakan suatu kelainan pada sel pembekuan darah yakni trombosit yang jumlahnya menurun

sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga ruam

kebiruan. (Imran, 2008)

B. ETIOLOGI

Penyebab yang pasti belum diketahui, tatapi dikemukakan berbagai kemungkinan diantaranya ialah :

1. Hipersplenisme

2. Infeksi virus ( demam berdarah, morbili, varisela, rubella, dsb ).

3. Intoksikasi makanan atau obat ( asetosal, PAS, fenilbutazon, diamox, kina, sedormid )

4. Bahan kimia.

5. Pengaruh fisis ( radiasi, panas ).

6. Kekurangan faktor pematangan ( misalnya malnutrisi ).

4

Page 5: ISI ITP

7. DIC ( misalnya pada DSS, leukimia, respiratory distress syndrome pada neonatus ).

8. Mekanisme imun yang menghancurkan trombosit.

9. Kelemahan pada endotel pembuluh darah.

C. PATOFISIOLOGI

Sebagai kelaimam yang bersifat autoimun, ITP sangat sering terjadi sebagai gangguan terisolasi, tetapi kadang –

kadang sebagai manifestasi pertama SLE. Meskipun bentuk akut diketahui pada anak – anak, sebagian besar penderita adalah

wanita dewasa berumur antara 20 dan 40 tahun. IgG antitrombosit reaktif dengan glikoprotein permukaan sel telah

diidentifikasi dalam serum kebanyakan kasus ITP. Dengan teknik – teknik khusus, immunoglobulin juga dapat ditunjukan

terikat pada permukaan trombosit.

Limpa memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan ini. Limpa merupakan tempat utama produksi antibodi

antitrombosit dan destruksi trombosit yang dilapisi IgG. Pada lebih dari dua pertiga penderita, splenektomi akan diikuti

kembalinya hitung trombosit menjadi normal dan remisi lengkap penyakitnya. Limpa biasanya nampak normal sekali, atau

mungkin disertai sedikit pembesaran saja. Splenomegali demikian yang mungkin terjadi sebagai akibat bendungan sinusoid

dan pembesaran folikel –folikel limfoid, yang memiliki sentra germina mencolok. Secara histologi sumsum tampak normal,

tetapi biasanya dapat menunjukan peningkatan jumlah megakariosit, kebanyakan megakariosit hanya berinti satu dan diduga

5

Page 6: ISI ITP

masih muda. Gambaran sumsum serupa dicatat dalam berbagai bentuk trombositopeni sebagai akibat perusakan trombosit

yang dipercepat. Kepentingan pemeriksaan sumsum ialah untuk menyimgkirkan trombositopeni sebagai akibat kegagalan

sumsum. Tentu saja temuan penting pada umumnya terbatas pada perdarahan sekunder. Perdarahan dapat tampak menyebar

ke seluruh tubuh, khususnya dalan lapisan – lapisan serosa dan mukus.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Masa prodroal – keletihan, demam, dan nyeri abdomen.

2. Secara spontan timbul petekia dan ekimosis pada kulit.

3. Mudah memar.

4. Epistaksis ( gejala awal pada sepertiga anak ).

5. Perdarahan traktus genitrourinarius ( menoragia, hematuria ) jarang.

6. Traktus digestivus ( hematemesis, melena ).

7. Perdarahan rongga mulut ( jarang ).

8. Pada mata ( konjungtiva, retina ).

9. Pada ITP akut dan berat dapat timbul pula pada selaput lendir yang berisi darah ( bula hemoragik ).

10. Perdarahan pada SSP ( perdarahan subdural dan lain – lain ). Jarang terjadi.

6

Page 7: ISI ITP

11. Demam ringan 1 – 6 minggu sebelum tinbul gejala bila terdapat perdarahan berat atau perdarahan traktus gastrointestinalis.

12. Renjatan ( shock ) dapat terjadi bila kehilangan banyak darah.

E. KLASIFIKASI

1. Akut

a. Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.

b. Paling sering, 90% sembuh sendiri dalam satu tahun.

c. Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosa.

d. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.

2. Kronik

a. 10 %, kasusnya dapat dianggap kronis apabila trombositopenia berlangsung lebih dari 100 hari.

b. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosa.

c. Awitan tersembunyi dan berbahaya.

d. Jumlah trombosit tetap dibawah normal selama penyakit.

e. Bentuk ini terutema terjadi pada orang dewasa.

7

Page 8: ISI ITP

f. Keadaannya berlangsung dengan keadaan remisi dan relaps berganti – ganti.

g. Selama relaps, terjadi memar – memar yang dapat besar sekali, dan dapat terjadi perdarahan melalui hidumg, milut,

uterus, atau saluran kemih.

h. Limpa teraba pada kurang dari sepertiga kasus.

i. Relaps dapat berakhir kira – kira dalam 1 tahun.

3. Kambuhan

a. Mula – mula terjadi trombositopenia.

b. Relaps berulang.

c. Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji Laboratorium dan Diagnostik :

1. Jumlah trombosit – menurun sampai kurang dari 40.000 mm3.

2. Hitung darah lengkap ( CBC ) – anemia karena ketidakmampuan sel darah merah ( SDM ) menggunakan zat besi.

3. Aspirasi susmsum tulang – peningkatan megakariosit.

4. Jumlah leukosit – leukosits ringan sampai sedang : eosinofilia ringan.

5. Uji antibodi trombosit – dilakukan bila diagnosis diragukan.

8

Page 9: ISI ITP

a. Biopsi jaringan pada kulit dan gusi – diagnostik.

b. Uji antibodi antinuklir – untuk menyingkirkan kemungkinan lupus eritematosus sistemik ( SLE ).

c. Pemeriksaan dengan slit lamp – untuk melihat adanya uveitis.

d. Biopsi ginjal – untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal.

e. Foto toraks dan uji fungsi paru – diagnostik untuk manifestasi paru ( efusi, fibrosis interstitial paru ).

G. KOMPLIKASI

1. Reaksi transfusi.

2. Relaps.

3. Perdarahan susunan saraf pusat ( kurang dari 1 % kasus yang terkena ).

H. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan pada gangguan ini adalah mengurangi produksi antibodi dan destruksi trombosit, seerta meningkatkan

dan mempertahankan jumlah trombosit.

a. Gamma Globulin

Infus gamma globulin intravena ( sandoglobin; Gamium N ) diikuti dengan kenaikan hitung teombosit yang bertahan.

Dosis besar gamma globulin gamma intravena ( 400 mg/ kg selama 5 hari ) menginduksi remisi pada banyak kasus ITP

9

Page 10: ISI ITP

akut dan kadang – kadang pada ITP kronis. Percobaan terkendali acak menunjukan efektifitas globulin G imun

( IGIV ), 19/kg/ 24 jam selama 1 atau 2 hari berturut – turut dalam mengurangi frekuensi trombositopenia berat ( hitung

trombosit kurang lebih 20 x 10

b. Terapi kortikosteroid

Meskipun kortikosteroid tidak menunjukan jumlah kasus kronis, kortikosteroid bermanfaat karena menngurangi

keparahan dan menyingkirkan lama sakit pada fase awal. Pada kasus yang lebih berat, tatapi dengan kortikosteroid,

seperti prednison dengan dosis 1 – 2 mg/kg/24 jam dalam dosis terbagi atau ekuivalensinya terindikasi. Beberapa ahli

menganjurkan pemeriksaan sumsum tulang untuk menyingkirkan leukimia sebelum memulai prednison. Keperluan

akan terapi kortikosteroid diperdebatkan, meskipun hitung tromosit kembali ke tingkat hemostatis lebih cepat dengan

terapi seperti itu. Terapi ini diteruskan sampai hitung trombosit normal atau selama 3 minggu, mana saja yang terjadi

pertama. Pada titik ini terapi steroid sebaiknya dihentikan, meskipun hitung trombosit tetap rendah. Tetapi

kortikosteroid berkepanjangan tidak terindikasi dan dapat menekan sumsum tulang, disamping menyebabkan

perubahan cushingoid dan gagal tumbuh. Jika trombositopenia menetap selama 4 – 6 bulan, pemberian singkat kedua

terapi kortikosteroid atau imunoglobulin intravena dapat diberikan.

c. Transfusi darah

10

Page 11: ISI ITP

Transfusi darah atau suspensi trombosit sedikit saja gunanya, karena trombosit yang ditransfusikan akan capat sekali

menghilang.

d. Steriod

Sangat berguna pada kasus akut jika perdarahannya berat. Pengobatan rumat mungkin diperlukan selama kira – kira 4

minggu untuk menaikkan kadar trombosit sampai mencapai 50 x 10 /L. Karena efeknya yang terbaik adalah pada

minggu pertama, maka steroid harus diberikan pada saat itu ( bila memang diputuskan untuk diberikan ) atau tidak

sama sekali.

e. Splenektomi

Berbahaya dan tidak perlu pada kasus akut. Kira – kira 60 – 70 % kasus kronis dapat sembuh dengan splenektomi,

teapi harus diingat :

1) Hanya diprlukan bila kecenderungan perdarahan tidak dapat dikendalikan engan steroid. ( nilai aktual trombosit

tidak penting ).

2) Selanjutnya dapat mengakibatkan infeksi.

3) Jika gangguan ini berlangsung lebih dari satu tahun atau anak itu berusia lebih dari 5 tahun.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

11

Page 12: ISI ITP

PURPURA TROMBOSITOPENI IDIOPATI

A. PENGKAJIAN

1. Hematologi

a. Tanda – tanda vital

1) Nadi cepat

2) Pernapasan

b. Tampilan umum

1) Tanda – tanda gagal jantung kongesif

2) Gelisah

c. Kulit

1) Warna kulit pucat, ikterus

2) Petekie

3) Memar

4) Perdarahan dari membran mukosa atau dari luka suntikan atau pungsi vena.

d. Abdomen

12

Page 13: ISI ITP

1) Pembesaran hati

2) Pembesaran limpa

3) Tentukan lokasi daerah purpura

4) Tentukan tempat perdarahan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubaan sirkulasi (ekimosis ).

2. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan anemia.

3. Resiko injuri berhubungan dengan perdarahan.

4. Nyeri berubungan dengan epistaksis.

5. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan akumulasi lemak.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan luka.

7. intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilisasi.

C. INTERVENSI

13

Page 14: ISI ITP

DX I

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

selama proses keperawatan diharapkan integritas kulit kembali baik dan

iritasi kulit minimal.

NOC : Tissue Integritas : Skin and mucus membrane

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.

2. Tidak ada luka / lesi pada kuit

3. Perfusi jarinngan baik

4. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera beerulang

5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

Indikator skala

1 : Kompromi luar biasa

2 : Kompromi sekali

3 : Kompromi baik

4 : Kompromi sedang

14

Page 15: ISI ITP

5 : Tidak ada kompromi

NIC : Pressure Management

Intervensi :

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Hindari kerutan pada tempat tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

4. Mobilisasi pasien tiap 2 jam sekali

5. Monitor kulit akan adanya kemerahan

6. Oleskan lotion / minyak baby oil pada daerah yang tertekan

7. Monitor status nutrisi pasien

8. mandikan pasien dengan sebun dan air hangat

DX II

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan klien terbebas dari resiko injury

NOC : Risk Control ( control resiko )

15

Page 16: ISI ITP

Kritera hasil :

1. Klien terbebas dari cedera

2. Klien mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

3. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan / perilaku personal

4. Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah injury / cedera

Skala indikator :

1. : Tidak pernah meenunjukan

2. : Jarang menunjukan

3. : Kadang menunjukan

4. : Sering menunjukan

5. : Selalu menunjukan

NIC : Enviroment Management ( Manajemen Lingkungan )

1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

2. Membatasi pengunjung

3. Memberikan penerangan yang cukup

4. Mengontrol lingkungan dari kebisingan

16

Page 17: ISI ITP

5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

6. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien

DX III

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan nutrisi pasien seimbang

NOC : Nutitional Status : food and fluid intake ( Status nutrisi : masukan makanan dan cairan ).

Kriteria hasil :

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi )

Skala indikator :

17

Page 18: ISI ITP

1: Tidak pernah menunjukan

2: Jarang menunjukan

3: Kadang menunjukan

4: sering menunjukan

5: selalu menunjukan

NIC : Nutrition Monitoring ( Monitor nutisi )

Intervensi :

1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan

3. Monitor turgor kulit

4. Monitor makanan kesukaan

5. Monitor kalori dan intake nutrisi

DX IV

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses

keperawatan diharapkan perfusi jaringan kembali normal.

NOC : Circulatin status ( status sirkulasi )

18

Page 19: ISI ITP

Kritera Hasil :

1.mendemonstasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :

a.tekanan systole dan dyastole dalam rentang yang diharapkan

b.tidak ada ortostatikhipertensi

c.tidak ada tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial ( tidak lebih

dari 15 mmHg )

Indikator Skala

1. Tidak pernah menunjukan

2. Jarang menunjukan

3. Kadang menunjukan

4. Sering menunjukan

5. Selalu menunjukan

NIC : Peripheral Sensation management ( manajemen sensasi perifer )

Intervensi :

1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas / dingin/ tajam / tumpul

2. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi

19

Page 20: ISI ITP

3. Monitor adanya tromboplebitis

DX V

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam aproses

keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang.

NOC : Pain Cntrol ( Kontrol nyeri )

Kriteria Hasil :

1. Mengenali faktor penyebab nyeri

2. Mengenali serangan nyeri

3. Menggunakan metode pencegahan

4. Menggunakan metode nonanalgetik

5. Mengebali gejala nyeri

6. Melaporkan nyeri sudah terkontrol

Skala Indikator

1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

20

Page 21: ISI ITP

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC : Pain Management ( Manajemen nyeri )

Intervensi :

1. Kaji tentang nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas, faktor pencetus )

2. Observasi penyebab ketudaknyamanan dari nonverbal

3. Gunakan strategi komunukasi terapeutik

4. Berikan informasi tentang nyeri, penyebab, berapa lama dan antisipasi ketergantunagan

5. Ajarkan teknik nonfarmakologok untuk mengurangi nyeri

6. Tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi manajemen nyeri

Dx VI

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien tidak

mengalami tanda-tanda infeksi.

NOC : Knowledge : infectoin control

21

Page 22: ISI ITP

Kriteria hasil :

1. pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi

2. mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.

3. menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

4. jumlah leukosit dalam batas normal

5. menunjukkan perilaku hidup sehat

keterangan skala :

1 : tidak pernah dilakukan

2 : jarang dilakukan

3 : kadang dilakukan

4 : serng dilakukan

5 : selalu dilakukan

NIC : Infection control

Intervensi :

1. batasi pengunjung bila perlu

22

Page 23: ISI ITP

2. gunakan sabun antimikrobia

3. cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

4. gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

5. tingkatkan intake nutrisi

6. berikan terapi antibiotik bila perlu.

Dx VII

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasiendapat

beraktifitas seperti biasa.

NOC : Activity tolerance

Kriteria hasil :

1. berpartisipasi dalam aktfitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, respirasi.

2. mempu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.

Keterangan skala :

1 : tidak dilakukan sama sekali

2 : jarang dilakukan

23

Page 24: ISI ITP

3 : kadang dilakukan

4 : sering dilakukan

5 : selalu dilakukan

NIC : Activity therapy

Intervensi :

1. kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.

2. bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang dapat dilakukan

3. bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas.

4. bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang.

D. EVALUASI

DX I. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi

(ekimosis)

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.

2.Tidak ada luka / lesi pada kuit

24

Page 25: ISI ITP

3.Perfusi jarinngan baik

4.Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera beerulang

5.Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

DX II. Resiko injury berhubungan dengan perdarahan

Kriteria Hasil :

1.Klien terbebas dari cedera

2.Klien mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

3.Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan / perilaku personal

4.Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah injury / cedera

DX III. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan akumulasi lemak

Kriteria Hasil :

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

25

Page 26: ISI ITP

4. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi )

DX IV. Perfusi jaringan ttidak efektif berhubungan denagan anemia

Kriteria Hasil :

1.mendemonstasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :

a. tekanan systole dan dyastole dalam rentang yang diharapkan

b. tidak ada ortostatikhipertensi

c. tidak ada tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial ( tidak lebih dari 15 mmHg )

DX V. Nyeri berhubungan dengan epistaksis

Kriteria Hasil :skala

1.Mengenali faktor penyebab nyeri

2.Mengenali serangan nyeri

3.Menggunakan metode pencegahan

4.Menggunakan metode nonanalgetik

5.Mengebali gejala nyeri

26

Page 27: ISI ITP

6.Melaporkan nyeri sudah terkontrol

Dx VI. Resiko infeksi berhubungan dengan luka

Kriteria hasil

1. bebas dari tanda dan gejala infeksi

2. mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.

3. menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

4. jumlah leukosit dalam batas normal

5. menunjukkan perilaku hidup sehat

Dx VII. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilitas

Kriteria hasil :

1. berpartisipasi dalam aktfitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, respirasi.

2. mempu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.

27

Page 28: ISI ITP

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpurae) ialah suatu gangguan autoimun yang ditandai dengan trombositopeni

(angka trombosit darah perifer kurang dari 150.000/mm3) akibat destruksi prematur trombosit yang meningkat (akibat

autoantibody yang mengikat antigen trombosit).Penyebab sebenarnya tidak diketahui,meskipun diduga disebabkan oleh agens

virus yang merusak trombosit. Pada umumnya gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1-6 minggu

sebelum timbul gejala.

Manifestasi klinisnya sangat bervariasi. Gangguan ibni dapa digolongkan menjadi tiga jenis yaitu akut, kronis, dan

kambuhan. Pada anak-anak terdapat gejala; 1. Demam, 2. Perdarahan, 3. Petekia, 4. Purpura dengan trombositopenia, dan 5.

Anemia. Pronosi baik, terutama pada anak-anak dengan gangguan bentuk akut.

28

Page 29: ISI ITP

DAFTAR PUSTAKA

Behrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta : EGC

Betz, Cecily L. 1997. Buku Saku Keperawatan Pediatri edisi 3. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes classification ( NOC ). Missouri: Mosby.

Ngastiyah. 2003. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika

29

Page 30: ISI ITP

DIC Infeksi virus Kerusakan trombosit Imun Malnutrisi Limpa

Kadar Protrombin Penurunan Jumlah Kelemahan Anti bodi Menurun Trombosit anti trombosit

Trombositopeni IgG terikat pada permukaan trombosit

Bendungan Sinusoid

` Perdarahan Sekunder Demam Pembesaran folikel

Limfoid

Kelainan Kulit Resiko Injuri Epistaksis Menoragia Intoleransi Splenomegali Aktivitas

Ekimosis Bula/Vesikel Nyeri Anemia Akumulasi lemak

Kerusakan Luka Perfusi jaringan Integritas kulit Tidak efektif Perubahan Nutrisi Kurang

dari kebutuhan tubuh

Resiko Infeksi

Sumber : Robbin dan Kumar,1995

30

Page 31: ISI ITP

31