isi ebm rnt fix
TRANSCRIPT
FOREGROUND QUESTION
Manakah yang lebih baik, Computed Tomography (CT) atau USG untuk
mendiagnosis appendicitis pada laki-laki yang berusia 30 tahun dengan nyeri
abdomen akut?
EVIDENCE BASED MEDICINE
Evidence Based Medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medik yang
didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan
penderita. Dalam praktiknya, EBM memadukan antara kemampuan dan
pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya
serta nilai-nilai yang diharapkan pasien terhadap penyakit yang dialaminya..
EBM diperlukan karena perkembangan dunia kesehatan begitu pesat dan
bukti ilmiah yang tersedia begitu banyak.Pengobatan yang sekarang dikatakan
paling baik belum tentu beberapa tahun ke depan masih dikatakan paling baik
juga. Sedangkan tidak semua ilmu pengetahuan baru yang jumlahnya bisa ratusan
itu kita butuhkan.Karenanya diperlukan EBM yang menggunakan pendekatan
penkankerrian sumber ilmiah sesuai kebutuhan akan informasi bagi individual
dokter yang dipicu dari masalah yang dihadapi pasiennya dan disesuaikan dengan
pengalaman dan kemampuan klinis dokter tersebut.
Praktik EBM terdiri atas lima langkah. Kelima langkah EBM itu dikenal dengan
sebutan 5A: Asking, Acquiring, Appraising, Applying, Assessing.(Tabel 1)
Berikut adalah tahapan EBM dalam praktikum ini
A. Step 1 : Asking
Merubah kebutuhan akan informasi (mengenai terapi, pencegahan,
diagnosis, prognosis, etiologi, dll) menjadi pertanyaan yang dapat dijawab.
Merumuskan pertanyaan klinis dengan menggunakan rumus“PICO”:
Patient dan problem (bagaimana pasien dan masalah apa, yaitu
kausa/etiologi/ harm, diagnosis, terapi, atau prognosis)?
Intervention (tes diagnostik, terapi, paparan, dsb)
Comparison (jika relevan, misalnya terapi standar, gold standard,
plasebo)
Outcome (Patient-Oriented Evidence that Matters, misalnya, perbaikan
klinis, mortalitas, morbiditas, kualitas hidup)
Berikut adalah perumusan pertanyaan klinis tentang pasien atau PICO yang
didapatkan dari permasalahan yang ada:
P : Bagaimanakah penegakan diagnosis apendiksitis akut pada pasien
laki-laki yang berusia 30 tahun?
I : Pemeriksaan penunjang apakah yang terbaik atau menjadi gold
standar dalam menegakkan diagnosis apendiksitis akut?
C : Manakah yang terbaik/gold standar antara Ultrasonografi (USG) dan
Computed Tomography (CT) untuk menegakkan diagnosis apendiksitis
akut?
O : Manakah yang lebih efektif untuk mendiagnosis apendiksitis akut
antara CT dan USG?
B. Step 2 : Acquiring
Setelah merumuskan pertanyaan klinis secara terstruktur, langkah berikutnya
adalah mencari bukti-bukti klinis mutakhir yang sahih. Pencarian bukti-bukti
tersebut melalui literatur (literature computer search) karena saat ini
merupakan era cyber medicine Pencarian bukti-bukti biasanya dilakukan
melalui pencarian literatur (literature search). Situs pencarian yang dapat
digunakan antara lain:
1. Sumber bukti sistem:
BMJ Clinical Evidence (http://www.clinicalevidence.com)
UpToDate (http://www.uptodate.com)
PIER: The Physician’s Information and Education Resource
(http://pier.acponline.org/index.html)
WebMD (http://webmd.com)denan
ACP Medicine (www.acpmedicine.com)
Bandolier (http:// www.ebandolier.com)
2. Sumber bukti sinopsis (CATS / Critically Appraised Topics):
ACP (American College of Physicians) Journal Club
(http://www.acpjc.org)
EBM (http://ebm. bmj.com), CATs (www.cebm.jr2.ox.ac.uk)
POEMs (www.infopoems.com), BestBETS (www.bestbets.com)
3. Sumber bukti sintesis:
Cochrane Library (http://www3.
interscience.wiley.com/cgi-bin/mrwhome/106568753/HOME)
DARE (www.york.ac.uk/inst/crd/welcome.htm)
Medline, Ovid EBMR, Evidence-Based Medicine / ACP Journal Club
4. Sumber bukti studi:
MEDLINE/ PubMed (www.pubmed.com)
Embase (www.ovid.com)
Trip database (www.tripdatabase.com)
Bukti ilmiah yang dicari dalam EBM memiliki ciri-ciri EURECA yaitu
Evidence that is Understandable, Relevant, Extendible, Current and
Appraised yang memiliki arti bukti yang dapat dipahami, relevan, dapat
diterapkan/ diekstrapolasi, terkini, dan telah dilakukan penilaian. Gambar di
bawah ini menyajikan algoritma untuk mencari bukti dari artikel riset asli
dengan lebih efisien. Pertama, mulailah dengan memperhatikan judul artikel.
Meskipun hanya terdiri atas sekitar 10-15 kata, judul artikel sangat penting.
Pada praktikum EBM ini, saya memilih sumber bukti dari Pubmed. Berikut
langkah-langkah saya mencari sumber bukti yang relevan dengan foreground
question yang diberikan.
• Buka google
• Tulis di search engine: Pubmed
• Lalu pilih Pubmed Clinical Queries
• Setelah terbuka pilih Clinical Study Categories
• Pada kotak Category, pilih Diagnosis
• Pada kotak Scope, pilih Broad
• Pada kotak search engine, ketik: “compare USG or CT appendicitis acute”
• Lalu pilih jurnal yang sesuai
Pada akhirnya saya memilih jurnal yang berjudul: “Acute Appendicitis :
Meta-Analysis of Diagnostic Performance of CT and Graded Compression
US Related to Prevalence of Disease”
C. Step 3 : Aprraising
EBM merupakan praktik penggunaan bukti riset terbaik yang tersedia
(best available evidence). Tetapi tidak semua sumber bukti memberikan
kualitas bukti yang sama, karenanya perlulah dilakukan suatu penilaian secara
kritis (critical appraisal) terhadap bukti-bukti tersebut berdasarkan validitas,
importance, and applicability. Penilaian inilah yang merupakan langkah
ketiga dalam melakukan EBM. Berikut penjelasan dari tiga komponen dasar
critical appraisal:
Validity : apakah temuan benar? Maksudnya, bukti yang diperoleh dari
sebuah riset tergantung dari desain studi, cara peneliti memilih subjek/
sampel pasien penelitian dan cara mengukur variabel. Semakin tinggi
hierarki desain studi maka semakin valid pula hasil penelitian.
Importance : apakah temuan penting (signifikansi statistik dan
signifikansi klinis). Hal ini dilihat dari kemampuan secara substantif dan
konsisten mengurangi risiko terjadinya hasil buruk (bad outcome), atau
meningkatkan probabilitas terjadinya hasil baik (good outcome).
Applicability : apakah temuan bisa diterapkan pada pasien saya?
Seberapa efektif dan efisien kah temuan studi ini terhadap pasien?
Berikut adalah hasil yang saya dapatkan dari jurnal dengan metode VIA:
V : Artikel yang saya peroleh merupakan sebuah meta-analisis
sehingga berdasarkan hierarki penelitian yang ada, artikel ini termasuk ke
dalam tingkatan Systematic Review dan merupakan tingkatan paling atas
sehingga validitasnya sangat kuat. Dan juga penelitian ini merupakan
penelitian prospektive dimana penelitian dilakukan dari tahun 1966 sampai
dengan 2006. Data-data yang terdapat dalam jurnal ini pula berasal dari
Medline (PubMed), Embase, CINAHL, dan Cochrane databases sehingga
validitasnya tidak diragukan.
Perhatikan nilai kekuatan bukti yang bisa diharapkan dari sebuah desain studi ketika melakukan Critical Appraisal
I : Hal yang saya temukan di dalam artikel yang saya peroleh
menurut saya sangat penting, dikarenakan hal tersebut saya dapat gunakan
untuk memilih apakah Computed Tomography (CT) atau Ultrasonography
(USG) yang terbaik/gold standar dalam menegakkan diagnosis
appendicitis akut pada pasien laki-laki yang berusia 30 tahun.
A : Menurut saya, apa yang saya temukan di dalam artikel yang saya
peroleh dapat digunakan dan diterapkan pada pasien apendiksitis dengan
nyeri abdomen akut karena dalam penelitian ini melibatkan dari 6 studi
yang dilakukan evaluasi pada 671 pasien yang range umurnya antara 26 –
38 tahun sehingga artikel ini dapat diterapkan pada pasien dengan
apendiksitis dengan nyeri abdomen akut dengan usia 30 tahun. Dari jurnal
ini dijelaskan bahwa hasil positif dari CT lebih banyak dalam mendiagnosa
apendiksitis akut dibandingkan dengan menggunakan US. Walaupun
dalam hal radiasi US lebih rendah dibandingakan dari CT , tetapi CT
mempunyai hasil yang jauh lebih baik dari pada US. Dari jurnal ini maka
saya akan menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan CT dengan hasil
tes yang jauh lebih baik dari US sesuai yang dijelaskan pada jurnal ini.
Akan tetapi dalam penerapannya perlu diperhatikan dengan kondisi pasien
secara keseluruhan.
D. Step 4 : Applying
Pada langkah yang ke-4, hal yang perlu dilakukan adalah mengintegrasikan
hasil penilaian secara kritis dengan keterampilan klinis kita dan dengan
keadaan biologis, nilai-nilai dan situasi pasien kita yang unik.
Berdasarkan hasil yang saya dapatkan dari artikel yang dibuat oleh van
Randen A, Bipat S, Zwinderman AH, Ubbink DT, Stoker J, Boermeester MA
dengan jurnal yang berjudul “Acute appendicitis: meta-analysis of diagnostic
performance of CT and graded compression US related to prevalence of
disease.” Dalam kenyataannya, pasien dengan gejala nyeri abdomen akut
pada appendicitis akut lebih menyukai pemeriksaan USG karena lebih murah
dan lebih terjangkau. Namun kami akan menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan CT karena lebih efektif dan pada artikel ini dijelaskan bahwa CT
mempunyai hasil tes yang lebih baik. Perbandingan sensitivity dan spesificity
value untuk CT adalah 91% dan 90%, sedangkan untuk USG adalah 78% dan
83%. Berdasarkan hal tersebut dapat di simpulkan bahwa CT lebih menjadi
pilihan untuk mendiagnosis appendicitis akut dengan tetap memperhatikan
nilai-nilai pasien dan harapan pasien secara keseluruhan.
E. Step 5 : Assesing
Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan langkah 1-4
dan terus berusaha mencari jalan meningkatkan kemampuan.
Langkah 1 adalah asking dengan metode PICO sehingga dapat
merumuskan permasalahan dari kasus.
Langkah 2 adalah Acquiring, mencari literatur di Pubmed Clinical
Queries, dengan menggunakan Boolean Key : and, yaitu acute appendicitis and
US and CT. Sehingga ditemukanlah jurnal “Acute Appendicitis : Meta-Analysis of
Diagnostic Performance of CT and Graded Compression US Related to
Prevalence of Disease”.
Langkah 3 adalah Appraising dengan menggunakan metode VIA. Jurnal
tersebut merupakan Meta-analysis, dan membahas permasalahan yang telah
dirumuskan dalam PICO. Hasilnya adalah diagnosa menggunakan CT lebih
efektif dibandingkan dengan USG.
Langkah 4 adalah Applying. Dalam penerapannya CT memiliki hasil
diagnostic yang lebih baik khususnya terhadap pasien laki-laki berusia 30 tahun
suspek apendiksitis akut dengan nyeri abdomen akut.
Langkah 1 hingga langkah 4 telah dilakukan sesuai prosedur EBM yang
ditetapkan dan terlihat jelas bahwa EBM membantu dalam memecahkan
permasalahan diagnosa apendiksitis akut. Sehingga didapatkan kesimpulan dari
segi efektifitas dan efisiensi. Diagnosa apendikstis akut dengan CT lebih efektif
dibandingkan USG.
Secara keseluruhan hasil evaluasi kinerja implementasi Evidence Based
Medicine (EBM) berguna untuk memperbaiki penerapan Evidence Based
Medicine (EBM), agar penerapan Evidence Based Medicine (EBM) di masa
mendatang menjadi lebih baik, efektif, dan efisien. Hal ini membuktikan bahwa
langkah-langkah Evidence Based Medicine (EBM) sesungguhnya merupakan
fondasi bagi program perbaikan kualitas pelayanan kesehatan yang berkelanjutan
(continuous quality improvement).
Pada praktikum Evidence Based Medicine (EBM) kali ini, saya mengakui
bahwa penerapan saya dalam pelaksanaaan Evidence Based Medicine (EBM)
masih belum sempurna dan baik. Penerapan langkah-langkah yang ada masih
harus ditingkatkan lagi untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal, efektif, dan
efisien.
KESIMPULAN
Evidence Based Medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medik yang
didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan
penderita dan memadukan antara keterampilan klinik dengan bukti-bukti ilmiah
terkini dalam menilai keadaan pasien. EBM diperlukan di era Cyber-medicine ini
karena cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan.
Prosedur EBM dikenal dengan istilah 5A yaitu Asking, Acquiring,
Appraising, Applying, dan Audit. Asking yaitu merusmuskan permasalahan
menggunakan metode PICO lalu dilanjutkan dengan mencari literatur dengan
menggunakan Boolean Key pada tahapan Acquiring. Tahap selanjutnya adalah
Appraising yakni penilaian secara kritis dengan metode VIA. Setelah tiga tahap
tersebut selesai dilanjutkan dengan Applying yaitu menerapkan bukti tersebut
pada kondisi yang sebenarnya dan setelah itu dilakukan Audit. Pada tahapan audit
ini dilakukan penilaian dari langkah satu hingga langkah empat dan penilaian
terhadap efektivitas dan efisiensinya.
Berdasarkan foreground question, didapat bahwa diagnosa apendiksitis
akut dengan CT lebih baik dibandingkan dengan USG.
DAFTAR PUSTAKA
Murti Bhisma Prof. 2011.Pengantar Evidence-Based Medicine. Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.
van Randen, Adrienne, et al. 2008. Meta-Analysis of Diagnostic Performance of
CT and Graded Compression US Related to Prevalence of Disease.
Radiology.