isi buku - prakarsa madani · 2019. 9. 7. · pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah...
TRANSCRIPT
-
1
-
2
-
3
ISI BUKU
1. ATURAN DASAR FORUM KEMITRAAN PEMBANGUNAN SOSIAL SUKU
ANAK DALAM DI PROVINSI JAMBI
2. TATA KERJA PELAKSANAAN PROGRAM FORUM KEMITRAAN
PEMBANGUNAN SOSIAL SUKU ANAK DALAM DI PROVINSI JAMBI
3. ARAHAN PROGRAM PEMBANGUNAN SOSIAL SUKU ANAK DALAM DI
PROVINSI JAMBI
4. LEMBAR KESEPAHAMAN WORKSHOP MENGGAGAS MODEL
INTERVENSI PERUBAHAN SOSIAL SUKU ANAK DALAM DI PROVINSI
JAMBI
5. PIAGAM KESEPAKATAN SARASEHAN FORUM KEMITRAAN
PEMBANGUNAN SOSIAL SUKU ANAK DALAM DI PROVINSI JAMBI
6. REKOMENDASI WORKSHOP FORUM KEMITRAAN PEMBANGUNAN
SOSIAL SUKU ANAK DALAM DI PROVINSI JAMBI
-
4
ATURAN DASAR
FORUM KEMITRAAN PEMBANGUNAN SOSIAL
SUKU ANAK DALAM DI PROVINSI JAMBI
Pasal 1
Umum
1. Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam (FKPS-SAD) adalah
wadah atau tempat komunikasi, koordinasi, dan sinergi institusi/lembaga yang
memiliki persamaan komitmen, tupoksi, dan tanggungjawab melaksanakan
pembangunan sosial dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemandirian Suku Anak Dalam
2. Forum kemitraan pembangunan sosial suku anak dalam dilandasi oleh piagam
kesepakatan yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 25 April 2019 oleh unsur
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, Koorporasi dan
lembaga swadaya masyarakat.
3. Para pihak yang menandatangani piagam kesepakatan Kemitraan Pembangunan
Sosial Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi terdiri dari Direktur Pemberdayaan
Komunitas Adat Terpencil Kementerian Sosial RI, Direktur Kawasan Konservasi
Kementerian LHK RI, Kepala Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi
Jambi, Assiten II Pemerintah Kabupaten Sarolangun, Ketua BAPPEDA Kabupaten
Merangin, Kepala Balai Taman Nasional Bukit Duabelas, Presiden Direktur P.T. Sari
Aditya Loka I, NSSE Div. PT. Sinar Mas Plantation, Ketua Badan Pengurus Prakarsa
Madani Institute, Direktur SSS Pundi Sumatera.
4. Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam terbuka bagi para pihak
yang ingin bergabung dalam pembangunan sosial suku anak dalam.
5. Mekanisme penerimaan para pihak untuk menjadi bagian dari Forum kerjasama
kemitraan pembangunan sosial suku anak dilakukan melalui surat pengajuan dan
diputuskan oleh rapat Forum kerjasama kemitraan pembangunan sosial suku anak.
-
5
Pasal 2
Kedudukan
1. Forum kerjasama kemitraan pembangunan sosial suku anak berkududukan sebagai
wadah kerjasama multipihak dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang
mendorong terjadinya perubahan perubahan sosial suku anak dalam di wilayah
provinsi Jambi.
2. Para pihak yang tergabung dalam forum kemitraan pembangunan sosial suku anak
dalam memiliki kedudukan yang sama dan setara.
Pasal 3
Tugas Pokok dan Fungsi
1. Forum kerjasama kemitraan pembangunan sosial suku anak dalam memiliki tugas
Pokok :
a. Melakukan identifikasi permasalahan, isu pokok, dan kebutuhan mendasar terkait
peningkatan kesejahteraan dan kemandiriam Suku Anak Dalam
b. Mengkoordinasikan dan mensinergikan perencanaan dan pelaksanaan program
pembangunan sosial bagi Suku Anak Dalam
c. Mengkoordinasikan dan menginventarisasi program antara Korporasi, Lembaga
Swadaya Masyarakat dan Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan sosial
Suku Anak Dalam.
d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program kegiatan pembangunan sosial
anggota forum dan memberikan rekomendasi perbaikan program kegiatan
e. Menghimpun para pelaku usaha, unsur pemerintah, Akademisi, Lembaga
Swadaya Masyarakat atau Tokoh masyarakat dari berbagai latar belakang untuk
berkomunikasi, bertukar informasi dan pengalaman yang bermanfaat guna
menunjang serta memberi solusi bagi pembangunan sosial Suku Anak Dalam
f. Memberi masukan kepada anggota forum dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan sosial Suku Anak Dalam agar efektif dan efisien
2. Forum kemitraan pembangunan sosial suku anak berfungsi sebagai wadah
kerjasama para pihak dalam melaksanakan program pembangunan sosial suku anak
di provinsi jambi.
-
6
Pasal 4
Hak dan Kewajiban
1. Para pihak yang tergabung dalam Forum kemitraan pembangunan sosial suku anak
memiliki hak :
a. Menggunakan Forum kemitraan pembangunan sosial suku anak dalam
melaksanakan pembangunan sosial suku anak dalam.
b. Menerima informasi berkenaan dengan program pembangunan sosial suku anak
dalam
c. Dilibatkan dalam berbagai aktivitas Forum kerjasama kemitraan pembangunan
sosial suku anak
d. Mengakses portal yang dikelola Forum kerjasama kemitraan pembangunan sosial
suku anak
2. Para pihak yang tergabung dalam Forum kemitraan pembangunan sosial suku anak
memiliki kewajiban :
a. Memberikan informasi pelaksanaan program pembangunan sosial suku anak
dalam yang dilaksanakan
b. Melakukan koordinasi kepada para pihak pemangku kewenangan wilayah
provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, Taman Nasional Bukit Dua Belas, dan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Pasal 5
Pola Kerjasama Para Pihak
1. Para pihak yang tergabung dalam Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak
Dalam dapat melakukan Kemitraan antar parapihak internal forum kemitraan maupun
dengan pihak-pihak eksternal dalam rangka pembangunan sosial suku anak dalam,
dengan mengacu pada mekanisme yang berlaku di masing-masing lembaga.
2. Dalam rangka membangun koordinasi yang efektif, kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh para pihak yang tidak tergabung dalam Forum Kemitraan Multipihak, dalam
rangka Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam (SAD) di dalam wilayah administrasi
pemerintah daerah harus mendapat persetujuan dari Pemerintah Daerah.
3. Dalam rangka membangun koordinasi yang efektif, kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh para pihak yang tidak tergabung dalam Forum Kemitraan Pembangunan Sosial
-
7
Suku Anak Dalam di dalam Kawasan Konservasi Taman Nasional Bukit Dua Belas
harus mendapat persetujuan dari Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas.
4. Dalam rangka membangun koordinasi yang efektif, kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh para pihak yang tidak tergabung dalam Forum Kemitraan Pembangunan Sosial
Suku Anak Dalam di dalam Kawasan Hutan Produksi harus mendapatkan persetujuan
dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Pasal 6
Rapat Koordinasi
1. Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam memfasilitasi pertemuan
Koordinasi antar para pihak untuk membangun kemitraan dan koordinasi dalam rangka
pelaksanaan program pembangunan sosial suku anak dalam.
2. Rapat Koordinasi Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam minimal 2
(dua) kali dalam 1 (satu) tahun.
Dirumuskan Dan Disepakati Oleh Peserta Workshop
Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam
Di Provinsi Jambi
Bertempat di Hotel Golden Harvest Pada Tanggal 17 Juni 2019
No Nama Instansi / Perwakilan
1 Haidir Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)
2 Saefullah Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)
3 Supriadi Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)
4 Zukri Saad PT. Sinar Mas Group
5 M. Hadi Sugeng PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
6 Bandung Sahari PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
7 Joko Subagyo PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
8 Slamet Riadi PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
9 Surya Desa Tanah Garo Kabupaten Tebo
10 Njalo Suku Anak Dalam Air Hitam
11 H. Jailani (Tarip) Suku Anak Dalam Air Hitam
12 Temenggung Afrizal Suku Anak Dalam Air Hitam
13 Jalaludin Jenang Suku Anak Dalam
14 Temenggung Bepayung Suku Anak Dalam Air Hitam
15 Temenggung Nangkus Suku Anak Dalam Air Hitam
16 Temenggung Meladang Suku Anak Dalam Air Hitam
-
8
No Nama Instansi / Perwakilan
17 Temenggung Melayau Tua Suku Anak Dalam Air Hitam
18 Temenggung Nggrip Suku Anak Dalam Air Hitam
19 Juliadi Desa Bukit Suban Kabupaten Sarolangun
20 Fuad Muchlis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
21 M. Sutono SSS PUNDI Sumatera
22 Agus Zainuddin BAPPEDA Kabupaten Merangin
23 Rusnal KPH Kabupaten Merangin
24 Thresa Jurenzy PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
25 Wasis Budiono
26 A. Yani BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
27 Wawan D. PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
28 Samiaji PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
29 M. Ridwan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
30 Decha Yudha BAPPEDA Kabupaten Merangin
31 Lydya Gusmalita BAPPEDA Kabupaten Merangin
32 Hasniko S Direktorat Kawasan Konservasi Kementrial LHK RI
33 Andrie H. KPH Kabupaten Sarolangun
34 Ardi PERHEPI KOMDA Jambi
35 Sukoso Dinas Sosial Kabupaten Merangin
36 Afrizal Kantor Camat Tabir Selatan Kabupaten Merangin
37 Temenggung Sikar Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
38 Temenggung Pakjang Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
39 Temenggung Ngepas Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
40 Abu Bakar Desa Mentawak Kabupaten Merangin
41 Usup Dinas Sosial Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Jambi
42 Rumusdal DTPH Kabupaten Merangin
43 Alvino Ranuwinata DTPH Kabupaten Merangin
44 Sinun PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
45 Azizul Hakim PT. KDA Sinar Mas Group
46 Budi Kus Yulianto KPH VIII Hilir Kabupaten Sarolangun
47 Temenggung Bebayang Suku Anak Dalam Air Hitam
48 Zulkarnain Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sarolangun
49 H. Mukhtar B. Lembaga Adat Air Hitam Kabupaten Sarolangun
50 Mustaem Perkumpulan Walestra Jambi
51 A. Mukti Desa Paku Aji Kabupaten Batanghari
52 M. Atiq Desa Olak Besar Kabupaten Batanghari
53 Heru PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
54 Feby PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
55 Kasnadi PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
56 Haryunus PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
57 Hasrun PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
58 Nur Widiyanto Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin
59 Hendri PT. JAW Sinar Mas Group
60 T Jenang Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
61 Mohd. Damay Dinas Perikanan Kabupaten Merangin
62 Riski Dinas Perikanan Kabupaten Merangin
63 Azrul Afandi Dinas Sosial Kabupaten Merangin
64 Tomi Safrial Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Merangin
-
9
No Nama Instansi / Perwakilan
65 Koprawi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Merangin
66 Agus Salim Kantor Camat Nalo Tantan Kabupaten Merangin
67 Ronny S. Dinas Kehutanan Povinsi Jambi
68 Wahyu Candra KPHP Kabupaten Sarolangun
69 Muslim Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Merangin
70 Fazriyas Fakultas Kehutanan Universitas Jambi
71 Ihsan Nurdin Hartanto Kementerian Sosial RI
72 M. Yusuf PT. Petrochina Jabung Ltd.
73 Alfred Okmillan Dinas Sosial Kabupaten Merangin
74 Nasrul Hadi GAPKI Provinsi Jambi
75 Sep Hurmuddin Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun
76 Ajra BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
77 Guldi BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
78 Yosserizal BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
79 H. Juddin Dinas Sosial Kabupaten Sarolangun
80 Awe Boyce PT. Sinar Mas Group
81 Perli Zebua BAPPEDA Kabupaten Merangin
82 Asparizal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
83 Elwamendri Prakarsa Madani Institute
84 Budi Setiawan Prakarsa Madani Institute
85 Idris Sardi Prakarsa Madani Institute
86 Dodi Perwira Prakarsa Madani Institute
-
10
TATA KERJA PELAKSANAAN PROGRAM
FORUM KEMITRAAN PEMBANGUNAN SOSIAL
SUKU ANAK DALAM DI PROVINSI JAMBI
Secara legal formal, para pihak forum kemitraan memiliki kewajiban untuk
mendorong perubahan sosial suku anak dalam. Kendatipun demikian, keterbatasan para
pihak secara finansial merupakan hambatan mendasar untuk melakukan berbagai
intervensi terhadap perubahan sosial suku anak dalam. Upaya mendorong percepatan
perubahan sosial Suku Anak Dalam dipandang penting melibatkan berbagai pihak yang
meliputi pihak Balai TNBD, pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan yang
beroperasi di sekitar kawasan TNBD, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
pemerintah desa di sekitar wilayah TNBD, lembaga donor, TNI dan POLRI, dan para
pihak lainnya yang dianggap relevan dan memiliki kepedulian terhadap perubahan sosial
Suku Anak Dalam. Pengalaman di masa lalu menunjukan bahwa berbagai pihak telah
melakukan berbagai program untuk mendorong terjadinya perubahan sosial Suku Anak
Dalam namun dilakukan tidak secara terintegrasi dan beberapa kasus menunjukan
adanya tumpang-tindih dalam pelaksanaan program dan arah perubahan sosial yang
ingin dicapai tidak terencana dan terintegrasi antara program yang satu dengan program
lainnya. Fakta lapangan memperlihatkan bahwa program-program pemberdayaan Suku
Anak Dalam yang dilakukan sebelumnya tidak memberikan banyak pengaruh terhadap
perubahan sosial Suku Anak Dalam.
Para pihak yang dilibatkan dalam forum kemitraan memiliki fungsi sebagai
pengayom dan penentu kebijakan sekaligus pelaksana program dengan kapasitas dan
peran sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan dalam mendorong proses perubahan
sosial Suku Anak Dalam. Pola hubungan kerja dalam forum kemitraan dapat digambarkan
secara skematis seperti terlihat pada Gambar berikut :
-
11
Pola dan Mekanisme Kerja Dalam Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku
Anak Dalam
Forum Kemitraan pada prinsipnya menerbitkan kebijakan, arahan program secara
makro dan tidak bersifat teknis, dan melaksanakan program. Oleh sebab itu, Lembaga
eksekutor program melalui tenaga pendamping Suku Anak Dalam perlu menyusun
rancangan teknis implementasi program sebelum program diimplementasikan dalam
bentuk proposal. Adapun Bagan Alur proses perancangan teknis implementasi program
hingga program diimplementasikan dapat dilihat pada Gambar berikut :
Forum Kemitraan Pembangunan
Sosial Suku Anak Dalam
Aturan Dasar, Tata Kerja, dan
Implementasi Program
Pembangunan Sosial Suku Anak
Dalam
Perancangan Teknis
Implementasi Program
Kebijakan dan Arahan Program
Pembangunan Sosial Suku Anak
Dalam
Pengawasan, Monitoring, dan
Evaluasi
Lembaga Pelaksana Program
Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam
Penguatan Kapasitas
Tenaga Pendamping Implementasi
Program
Tenaga Pendamping
Suku Anak Dalam
Penerima Program
(Suku Anak Dalam)
Persiapan Sosial
Penerima Program
-
12
Mekanisme Perancangan Teknis dan Alur Implementasi Program
Dirumuskan Dan Disepakati Oleh Peserta Workshop
Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam
Di Provinsi Jambi
Bertempat di Hotel Golden Harvest Pada Tanggal 17 Juni 2019
No Nama Instansi / Perwakilan
1 Haidir Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)
2 Saefullah Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)
3 Supriadi Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)
4 Zukri Saad PT. Sinar Mas Group
5 M. Hadi Sugeng PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
6 Bandung Sahari PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
7 Joko Subagyo PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
8 Slamet Riadi PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
9 Surya Desa Tanah Garo Kabupaten Tebo
10 Njalo Suku Anak Dalam Air Hitam
11 H. Jailani (Tarip) Suku Anak Dalam Air Hitam
12 Temenggung Afrizal Suku Anak Dalam Air Hitam
13 Jalaludin Jenang Suku Anak Dalam
14 Temenggung Bepayung Suku Anak Dalam Air Hitam
15 Temenggung Nangkus Suku Anak Dalam Air Hitam
16 Temenggung Meladang Suku Anak Dalam Air Hitam
17 Temenggung Melayau Tua Suku Anak Dalam Air Hitam
18 Temenggung Nggrip Suku Anak Dalam Air Hitam
19 Juliadi Desa Bukit Suban Kabupaten Sarolangun
20 Fuad Muchlis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Kebijakan dan Arahan
Program
Lembaga
Pelaksanaa
Penerima
Program
Penyandang
Dana Lembaga
Pelaksana
Temenggung Implementasi Program
Perancanga
n Teknis
Konsultasi
Pengusulan
Proposal
Penjadwalan
Disain Kontrak kerjasama
Penandatanganan
MOU
Pelaksanaan
Pendampingan Pengawasan
-
13
No Nama Instansi / Perwakilan
21 M. Sutono SSS PUNDI Sumatera
22 Agus Zainuddin BAPPEDA Kabupaten Merangin
23 Rusnal KPH Kabupaten Merangin
24 Thresa Jurenzy PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
25 Wasis Budiono
26 A. Yani BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
27 Wawan D. PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
28 Samiaji PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
29 M. Ridwan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
30 Decha Yudha BAPPEDA Kabupaten Merangin
31 Lydya Gusmalita BAPPEDA Kabupaten Merangin
32 Hasniko S Direktorat Kawasan Konservasi Kementrial LHK RI
33 Andrie H. KPH Kabupaten Sarolangun
34 Ardi PERHEPI KOMDA Jambi
35 Sukoso Dinas Sosial Kabupaten Merangin
36 Afrizal Kantor Camat Tabir Selatan Kabupaten Merangin
37 Temenggung Sikar Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
38 Temenggung Pakjang Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
39 Temenggung Ngepas Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
40 Abu Bakar Desa Mentawak Kabupaten Merangin
41 Usup Dinas Sosial Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Jambi
42 Rumusdal DTPH Kabupaten Merangin
43 Alvino Ranuwinata DTPH Kabupaten Merangin
44 Sinun PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
45 Azizul Hakim PT. KDA Sinar Mas Group
46 Budi Kus Yulianto KPH VIII Hilir Kabupaten Sarolangun
47 Temenggung Bebayang Suku Anak Dalam Air Hitam
48 Zulkarnain Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sarolangun
49 H. Mukhtar B. Lembaga Adat Air Hitam Kabupaten Sarolangun
50 Mustaem Perkumpulan Walestra Jambi
51 A. Mukti Desa Paku Aji Kabupaten Batanghari
52 M. Atiq Desa Olak Besar Kabupaten Batanghari
53 Heru PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
54 Feby PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
55 Kasnadi PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
56 Haryunus PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
57 Hasrun PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
58 Nur Widiyanto Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin
59 Hendri PT. JAW Sinar Mas Group
60 T Jenang Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
61 Mohd. Damay Dinas Perikanan Kabupaten Merangin
62 Riski Dinas Perikanan Kabupaten Merangin
63 Azrul Afandi Dinas Sosial Kabupaten Merangin
64 Tomi Safrial Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Merangin
65 Koprawi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Merangin
66 Agus Salim Kantor Camat Nalo Tantan Kabupaten Merangin
67 Ronny S. Dinas Kehutanan Povinsi Jambi
-
14
No Nama Instansi / Perwakilan
68 Wahyu Candra KPHP Kabupaten Sarolangun
69 Muslim Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Merangin
70 Fazriyas Fakultas Kehutanan Universitas Jambi
71 Ihsan Nurdin Hartanto Kementerian Sosial RI
72 M. Yusuf PT. Petrochina Jabung Ltd.
73 Alfred Okmillan Dinas Sosial Kabupaten Merangin
74 Nasrul Hadi GAPKI Provinsi Jambi
75 Sep Hurmuddin Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun
76 Ajra BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
77 Guldi BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
78 Yosserizal BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
79 H. Juddin Dinas Sosial Kabupaten Sarolangun
80 Awe Boyce PT. Sinar Mas Group
81 Perli Zebua BAPPEDA Kabupaten Merangin
82 Asparizal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
83 Elwamendri Prakarsa Madani Institute
84 Budi Setiawan Prakarsa Madani Institute
85 Idris Sardi Prakarsa Madani Institute
86 Dodi Perwira Prakarsa Madani Institute
-
15
ARAHAN PROGRAM PEMBANGUNAN SOSIAL SUKU ANAK DALAM DI
PROVINSI JAMBI
Situasi Kehidupan Suku Anak Dalam
Suku Anak Dalam secara awam sering dipahami sebagai sekumpulan orang yang
memiliki keterbelakangan sosial, hidup dalam kemiskinan, dimarjinalkan oleh kebijakan
yang tidak berpihak kepada mereka, dieksploitasi oleh kelompok-kelompok tertentu, dan
tersingkir dari ruang akses sumberdaya yang menjadi sumber penghidupan, dan
sebagainya. Secara asal-usul juga terjadi simpang siur pemahaman yang dilandasi oleh
berbagai folklor sehingga tidak ada jawaban yang pasti mengenai siapa Suku Anak
Dalam dan dari mana mereka berasal. Ego-sentrisme juga muncul dari berbagai pihak
yang merasa memiliki kedekatan secara sosial dengan Suku Anak Dalam yang
mengklaim sejarah asal-usul Suku Anak Dalam, bahwa Suku Anak Dalam disebutkan
pada mulanya hidup dan berkembang di wilayah mereka masing-masing. Dari berbagai
sumber informasi yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa Suku Anak Dalam di kawasan
hutan Bukit Dua Belas dulunya hidup dalam 3 kelompok besar yaitu Suku Anak Dalam
yang menghuni wilayah sungai Makekal (bagian dari wilayah Desa Tanah Garo), Suku
Anak Dalam yang menghuni sungai Serengam (bagian dari wilayah Desa Paku Aji), dan
Suku Anak Dalam yang menghuni wilayah Air Hitam (dulu bagian dari Desa Lubuk Jering
– sekarang bagian dari Desa Pematang Kabau). Dari sini diduga asal usul yang
membentuk struktur sosial Suku Anak Dalam dengan orang luar yang diungkapkan dalam
selokoh “Tanah Garo Pangkal Waris, Sungai Serengam (Paku Aji) Ujung Waris, dan Air
Hitam Tanah Bejenang”. Secara hubungan sosial, Suku Anak Dalam memiliki kedekatan
secara sosial dengan warga desa yang wilayahnya menurut warga desa ditempati Suku
Anak Dalam. Pada masa dulu, Suku Anak Dalam sangat patuh dengan para pemangku
posisi Pangkal Waris, Ujung Waris, dan Jenang.
Dari segi penghidupan, Suku Anak Dalam sejak dulu menjadikan kawasan hutan
Bukit Dua Belas sebagai wilayah pengembaraan; melakukan aktivitas berburu dan
meramu, bercocok tanam, menjaga dan memelihara pohon-pohon tertentu yang memiliki
nilai spiritual dan ekonomi, serta melangsungkan aktivitas melangun. Pada masa dulu,
warga desa tidak mengganggu sumberdaya alam dan ruang penghidupan Suku Anak
Dalam dan sebaliknya Suku Anak Dalam juga tidak mengganggu apa yang menjadi hak
warga desa. Fakta-fakta yang bisa dijumpai terkait dengan hal ini adalah keberadaan
kebun Suku Anak Dalam dalam kawasan hutan Bukit Dua Belas yang diakui
keberadaannya oleh warga desa dan pohon-pohon durian warga desa yang berada di
-
16
sekitar kawasan hutan Bukit Dua Belas juga masih diakui Suku Anak Dalam sebagai
sumberdaya milik orang desa.
Secara ekonomi, kehidupan Suku Anak Dalam juga telah mengalami pergeseran
baik dilihat dari karakteristik status ekonomi maupun orientasinya. Sebagian Suku Anak
Dalam sudah ada yang tergolong sejahtera dengan mata pencaharian tetap dan
mengembangkan pola hidup menetap terintegrasi dengan orang desa. Namun cukup
banyak juga Suku Anak Dalam yang pola hidupnya masih mengembara; dalam kawasan
hutan Bukit Dua Belas maupun di kebun-kebun milik warga desa dan perusahaan.
Sebagian dari mereka tidak lagi menggantungkan sumber penghidupan dari hutan
melainkan memunguti brondolan buah kelapa sawit milik warga desa dan perusahaan
untuk dijual yang selanjutnya uang yang diperoleh digunakan untuk membeli bahan
makanan dan bahan kebutuhan lainnya. Hal ini kebanyakan dilakukan oleh kaum
perempuan dan anak-anak sedangkan kaum laki-laki dewasa dan remaja masih
melakukan aktivitas berburu. Proses interaksi dengan dunia luar yang semakin intensif
memunculkan situasi terjadinya peningkatan kebutuhan hidup Suku Anak Dalam seperti
kendaraan, handphone, dan barang elektronik lainnya. Sebagian kelompok juga sudah
menggunakan mesin diesel untuk pembangkit listrik di sudung-sudung yang mereka
tempati. Peningkatan level kebutuhan ini turut mendorong terjadinya berbagai aktivitas
transaksi jual-beli lahan yang secara umum dipicu oleh dua aspek yaitu untuk membeli
sepeda motor dan biaya pernikahan. Munculnya klaim lahan yang dikaitkan dengan
sejarah masa lalu dinilai erat kaitannya dengan aspek pencapaian tujuan ekonomi. Enam
kelompok Suku Anak Dalam yang mengklaim sebagian wilayah Air Hitam sebagai tanah
leluhur mereka pada faktanya hanya satu kelompok yang memang sejak dulunya
menempati bagian dari wilayah Air Hitam dan selebihnya merupakan Suku Anak Dalam
yang migrasi dari Sungai Makekal dan Sungai Kejasung. Di tingkat warga desa, wilayah
yang dulunya ditempati Suku Anak Dalam dipahami sebagai bagian dari wilayah marga
yang sepenuhnya dikuasai dan di bawah pengaturan Pasirah. Pada masa kemargaan,
wilayah Jambi habis terbagi ke dalam wilayah marga.
Tingginya perhatian berbagai pihak terhadap kehidupan Suku Anak Dalam seolah
turut membentuk persepsi bahwa Suku Anak Dalam adalah kelompok orang yang
diistimewakan. Banyaknya program yang khusus diperuntukan bagi Suku Anak Dalam
memposisikan Suku Anak Dalam menjadi eksklusif, merasa kebal hukum, dan mulai
berani melanggar norma-norma dan etika sosial yang sebelumnya disepakati antara Suku
Anak Dalam dengan warga desa. Tidak jarang mereka menyatakan kepada warga desa
bahwa “jika Suku Anak Dalam membunuh warga desa tidak dihukum, tapi kalau warga
desa membunuh Suku Anak Dalam maka warga desa akan dihukum”. Tidak adanya
-
17
penindakan secara hukum bagi Suku Anak Dalam yang memiliki senjata api rakitan
(kecepek) semakin meyakinkan warga desa bahwa Suku Anak Dalam memang kebal
hukum. Pergeseran tata nilai, lembaga sosial, struktur sosial, sistem produksi dan
erientasi ekonomi, jaringan sosial, krisis kepercayaan dalam sistem kepemimpinan, serta
degradasi sumberdaya alam dalam ruang penghidupan Suku Anak Dalam (kawasan
hutan Bukit Dua Belas) merupakan aspek-aspek yang dipandang sebagai masalah dan
kebutuhan yang harus mendapat perhatian dari para pihak pemangku kepentingan. Suku
Anak Dalam adalah bagian dari bangsa yang membutuhkan dorongan dan dihadapkan
pada masalah untuk menuju perubahan dan memperoleh taraf hidup layak sebagaimana
halnya warga desa. Simpang siur pemahaman terhadap Suku Anak Dalam yang
merupakan indikasi adanya konflik laten adalah dasar pertimbangan yang kuat untuk
merumuskan ulang berbagai alat intervensi (program pembangunan dan non program
pembangunan) untuk memberikan arah terhadap upaya-upaya mendorong perubahan
sosial bagi Suku Anak Dalam yang diwadahi oleh kerjasama para pihak pemangku
kepentingan.
Analisis Kebutuhan
Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang harus dipenuhi dalam rangka
mempertahankan hidup dan mengembangkan daya hidup. Dilihat dari posisinya,
kebutuhan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu kebutuhan subyektif, kebutuhan obyektif,
dan kebutuhan komparatif. Kebutuhan subyektif merupakan kebutuhan yang dinyatakan
oleh sesorang atau masyarakat sebagai kebutuhan yang pada kategori ini seringkali
kebutuhan mengalami tumpang tindih dengan keinginan. Kebutuhan obyektif muncul dari
hasil analisis yang berlandaskan pada kondisi faktual yang merupakan kebutuhan yang
relevan dengan situasi yang dihadapi yang meskipun hal tersebut tidak dinyatakan
sebagai kebutuhan oleh seseorang atau masyarakat. Kebutuhan komparatif merupakan
kebutuhan yang muncul dari hasil perbandingan dengan orang atau masyarakat lainnya
dimana situasi yang dihadapi jauh berbeda dengan situasi yang terjadi pada orang atau
masyarakat lain.
Kebutuhan Subyektif
Hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan yang berasal dari
Suku Anak Dalam maupun tokoh masyarakat sekitar wilayah pengembaraan Suku Anak
Dalam, beberapa situasi yang dinyatakan sebagai kebutuhan subyektif dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Kebutuhan sumber penghidupan
-
18
Kebutuhan sumber penghidupan dinyatakan Suku Anak Dalam terkait dengan situasi
dimana hasil hutan yang biasa mereka akses baik sebagai sebagai sumber pangan
langsung maupun yang bernilai ekonomi yang bisa mereka jual untuk membeli bahan
makanan dan barang kebutuhan lainnya dirasakan semakin langka dan terbatas
jumlahnya. Aktivitas berburu dan meramu juga sudah sulit dijalankan karena sulitnya
mendapat hewan buruan dan bahan-bahan makanan yang berasal dari tanaman yang
tumbuh liar di hutan juga sudah sulit diperoleh.
b. Kebutuhan lapangan pekerjaan
Kebutuhan lapangan pekerjaan dinyatakan Suku Anak Dalam terkait dengan situasi
krisis sumber penghidupan yang dihadapi. Untuk bertahan hidup sebagian besar Suku
Anak Dalam memilih untuk mengumpulkan brondolan buah kelapa sawit milik warga
dan perusahaan yang seringkali menimbulkan masalah dan konflik. Hasil dari
mengumpulkan brondolan tersebut juga dinyatakan tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Oleh karenanya sebagian dari Suku Anak Dalam terutama
perempuan dan anak-anak juga mengembangkan mata pencaharian mengumpulkan
barang-barang bekas untuk dijual dan hasilnya sebagian besar digunakan untuk
membeli bahan makanan.
c. Kebutuhan perumahan
Kebutuhan perumahan sebagian besar dinyatakan oleh Suku Anak Dalam yang
memiliki pola hidup mengembara yang menempati sudung-sudung di sekitar wilayah
desa dan areal kebun milik warga desa dan perusahaan. Sebagian mereka
menyatakan keinginan untuk hidup menetap seperti sebagian Suku Anak Dalam yang
memilih pola hidup menetap dimana kondisi kehidupan mereka dipandang jauh lebih
baik dibandingkan dengan Suku Anak Dalam yang pola hidupnya mengembara dan
menetap dalam kawasan hutan.
d. Kebutuhan lahan budidaya
Kebutuhan lahan budidaya dinyatakan sebagai upaya Suku Anak Dalam untuk
mengembangkan sumber penghasilan dari budidaya pertanian mengingat sulitnya
memperoleh penghasilan dari mengakses sumberdaya hutan dan dari lapangan mata
pencaharian lain yang sudah mereka lakukan sejak lama.
Kebutuhan Obyektif
Secara turun-temurun, Suku Anak Dalam rimba telah menjadi kawasan hutan
sebagai sumber penghidupan terutama hasil hutan sangat diandalkan untuk memenuhi
kebutuhan bertahan hidup. Sejak dulu Suku Anak Dalam terkonsentrasi menempati
kawasan hutan Bukit Dua Belas sebagai ruang penghidupan mereka yang tersebar di tiga
-
19
lokasi yaitu sekitar sungai Makekal, sungai Kejasung, dan wilayah Air Hitam. Momentum
perubahan terhadap akses sumberdaya hutan dalam kawasan hutan Bukit Dua Belas
dirasakan ketika banyaknya perusahaan yang memperoleh kompensasi pengelolaan
hutan di sekitar dan di kawasan hutan Bukit Dua Belas. Akses Suku Anak Dalam
terhadap sumberdaya hutan dalam kawasan hutan Bukit Dua Belas mulai dirasakan
terbatas dan terganggu. Situasi ini dinilai sebagai salah satu pemicu bagi sebagian Suku
Anak Dalam untuk memilih keluar dari kawasan hutan Bukit Dua Belas dan memilih
mengembara di sekitar wilayah desa dan sebagian memilih menetap dalam wilayah desa.
Upaya menguatkan ruang akses Suku Anak Dalam terhadap sumberdaya hutan dalam
kawasan Hutan Bukit Dua Belas diakomodir berupa penetapan kawasan hutan Bukit Dua
Belas menjadi Cagar Biosfer yang dinyatakan secara tegas sebagai ruang penghidupan
Suku Anak Dalam. Dalam kurun waktu beberapa tahun kemudian, kawasan hutan Bukit
Dua Belas kemudian ditetapkan menjadi Taman Nasional yang memperkuat posisi
kawasan hutan Bukit Dua Belas dalam penguasaan negara dan hak-hak Suku Anak
Dalam terhadap sumberdaya hutan dalam kawasan hutan Bukit Dua Belas tidak diatur
secara jelas dan terkesan diabaikan. Hal ini ditandai dengan munculnya konflik antara
Suku Anak Dalam dengan pemegang otoritas pengelola TNBD berkenaan dengan sistem
zonasi dimana Suku Anak Dalam menilai sistem zonasi yang dirancang tidak mengamodir
kepentingan Suku Anak Dalam. Belakangan, melalui kebijakan yang dirumuskan oleh
pihak Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas, perencanaan sistem zonasi sudah
dilakukan secara terintegrasi dengan mempertemukan kepentingan pengelolaan kawasan
hutan dan kepentingan ruang penghidupan Suku Anak Dalam. Pola zonasi kawasan
Taman Nasional Bukit Dua Belas sudah menetapkan wilayah akses bagi seluruh
kelompok Suku Anak Dalam yang memiliki akses ke dalam kawasan Taman Nasional
bukit Dua Belas.
Untuk bertahan hidup, SSuku Anak Dalam sejak dulu menopang kebutuhan
pangannya dari berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh liar dalam kawasan hutan dan
mereka juga sudah melakukan aktivitas budidaya yang prakteknya memang jauh berbeda
dari warga desa. Dapat dikatakan bahwa seluruh aktivitas Suku Anak Dalam berlangsung
dalam kawasan hutan yang sejak dulu kawasan hutan memang sudah dijadikan sebagai
ruang penghidupan bagi mereka. Terkait dengan hal ini, maka secara faktual Suku Anak
Dalam membutuhkan :
a. Perlindungan akses Suku Anak Dalam terhadap sumberdaya hutan yang dapat
menopang kebutuhan bertahan hidup dan pengembangan daya hidup.
b. Pengayaan tanaman dalam kawasan hutan TNBD yang dapat menjadi sumber
penghasilan bagi Suku Anak Dalam untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan.
-
20
c. Pelibatan Suku Anak Dalam dalam pengelolaan dan pelestarian kawasan hutan TNBD
yang dapat menjadi jaminan hidup (social insurance) bagi Suku Anak Dalam.
Kebiasaan Suku Anak Dalam yang menggantungkan pemenuhan hidupnya dari
mengakses sumberdaya dalam kawasan hutan membuat Suku Anak Dalam tidak kreatif
mengembangkan lapangan pekerjaan lain yang dapat menjadi sumber penghasilan
alternatif dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kelangkaan sumberdaya hutan yang biasa
diakses menciptakan situasi krisis bagi kehidupan Suku Anak Dalam yang seringkali
mereka ungkapkan dengan kalimat “kami ini lapar..!”. Ketika mereka harus beralih
pekerjaan, merekapun terjebak mempraktekkan pola meramu yang biasa mereka lakukan
yakni mengumpulkan sesuatu yang dapat mereka jual; mengumpulkan brondolan di
kebun milik warga dan perusahaan serta mengumpulkan barang-barang bekas. Mereka
tidak mau dikatakan pencuri karena hukum yang mereka pahami bahwa “setiap buah
yang jatuh dari pohon boleh diambil oleh siapapun”. Hal ini menjadi seringkali
menimbulkan konflik baik Suku Anak Dalam dengan warga desa maupun Suku Anak
Dalam dengan pihak perusahaan. Terkait dengan lapangan pekerjaan, secara faktual
orang Suku Anak Dalam membutuhkan :
a. Dorongan pengembangan lapangan pekerjaan yang dapat menjadi sumber
penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
b. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan bagi Suku Anak Dalam untuk
mengembangkan lapangan pekerjaan.
c. Bantuan sarana dan prasarana serta finansial bagi Suku Anak Dalam dalam
mengembangkan lapangan pekerjaan baru.
Hidup mengembara di dalam kawasan hutan merupakan dimensi yang sering
menjadi acuan bagi banyak pihak dalam membangun pemahaman bahwa Suku Anak
Dalam indentik dengan hutan, Suku Anak Dalam hanya bisa mengembara dalam
kawasan hutan, Suku Anak Dalam hidup dalam kawasan hutan yang sulit tersentuh
modernisasi, dan sebagainya yang kemudian membentuk kerangka berfikir yang berbeda
dan saling bertentangan. Di satu sisi, sebagian pihak berfikir bahwa hutan yang menjadi
tempat Suku Anak Dalam menjalani proses kehidupan harus dijaga dan dilestarikan untuk
kelangsungan hidup Suku Anak Dalam. Pola pikir semacam ini cenderung mengarahkan
Suku Anak Dalam untuk tetap hidup dan bermukim dalam kawasan hutan dengan
keyakinan bahwa Suku Anak Dalam hanya bisa bertahan hidup dalam kawasan hutan.
Kondisi kawasan hutan yang memungkinkan memberikan ruang untuk Suku Anak Dalam
menjalani proses kehidupan yang semakin mengalami penurunan secara kuantitatif
berkenaan dengan luas kawasan hutan dan secara kualitas berkenaan dengan
ketersediaan sumberdaya hutan yang menopang pemenuhan kebutuhan hidup yang terus
-
21
mengalami degradasi menjadi landasan sebagian pihak untuk menyatakan bahwa Suku
Anak Dalam tidak mungkin lagi mampu bertahan hidup dalam hutan. Fakta-fakta
lapangan menunjukan bahwa kualitas Suku Anak Dalam yang semakin memburuk hidup
dalam kawasan hutan dimana mereka rentan terkena serangan penyakit dan krisis
pangan memunculkan gagasan untuk mendorong Suku Anak Dalam untuk hidup menetap
secara terintegrasi dengan desa. Implementasinya adalah berupa gagasan pembangunan
perumahan bagi Suku Anak Dalam di sekitar wilayah desa. Fakta memperlihatkan bahwa
sebagian Suku Anak Dalam memang sudah bisa menjalani pola hidup menetap yang
terintegrasi dengan masyarakat desa dan sebagian Suku Anak Dalam yang diprogram
untuk hidup menetap meninggalkan rumah-rumah yang telah diberikan, ada yang dijual
dan ada yang hanya difungsikan sebagai rumah singgah. Suku Anak Dalam yang mampu
bertahan dan memilih hidup menetap adalah Suku Anak Dalam yang memang sudah
mengembangkan mata pencaharian baru yang dapat menopang pemenuhan kebutuhan
hidup dan Suku Anak Dalam yang tidak mampu bertahan untuk hidup menetap
dihadapkan pada persoalan tidak adanya sumber pemenuhan kebutuhan hidup di sekitar
kawasan pemukiman yang mereka tempati. Hasil wawancara mendalam dengan
beberapa anggota kelompok Suku Anak Dalam (anggota Temenggung Meladang) terkait
dengan kawasan pemukiman terpadu Suku Anak Dalam yang dibangun di sekitar wilayah
Desa Lubuk Jering menyatakan bahwa “kami mau tinggal di rumah ini kalau ada sumber
penghidupan”. Hal ini menjelaskan bahwa pemukiman yang dibutuhkan Suku Anak Dalam
bukanlah dalam pengertian konstruksi bangunan rumah yang dirancang layak huni
melainkan dalam defenisi Suku Anak Dalam, pemukiman lebih diartikan sebagai tempat
yang dapat menaungi mereka dalam menjalani proses kehidupan. Dengan demikian,
terkait dengan perumahan kebutuhan Suku Anak Dalam secara obyektif mencakup :
a. Kawasan pemukiman yang terintegrasi dengan sumber-sumber penghidupan dimana
rumah yang mereka tempati didukung oleh pengembangan komoditi pangan di
sekitarnya.
b. Konstruksi rumah tempat bermukim yang mengakomodir kebiasaan Suku Anak Dalam
dimana rancangan arsitektur rumah mengakomodir fungsi sudung-sudung yang biasa
mereka tempati.
c. Dukungan fasilitas yang menunjang penyelenggaraan aktivitas sosial dan ritual budaya
yang mencakup adanya reflika bangunan yang mengambil alih fungsi tanah balai
(tempat melakukan pertemuan), tanah pronokon (tempat melakukan persalinan), hutan
pusaron (tempat pemakaman), hutan dewo (tempat pelaksanaan upcara bertemu
dewa), dan sebagainya.
-
22
Selanjutnya, patut dipahami bahwa Suku Anak Dalam harus didorong untuk
melakukan transformasi pola hidupnya karena diyakini bahwa sumber penghidupan Suku
Anak Dalam yang ditopang dari praktek-praktek berburu dan meramu tidak akan bisa
terus berlangsung di masa yang akan datang terkait dengan situasi kerisis sumberdaya
hutan yang biasa diakses untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Suku Anak Dalam penting
didorong untuk mengembangkan sistem mata pencaharian yang bersifat permanen dan
menetap diantaranya melakukan aktivitas budidaya; pertanian tanaman pangan,
mengelola komoditi perkebunan, memelihara ternak, budidaya perikanan, industri
kerajinan berbahan baku produk NTFPs, dan sebagainya. Kesadaran semacam ini juga
sudah muncul dalam pemikiran sebagian Suku Anak Dalam yang digerakkan oleh dua
faktor yaitu faktor krisis sumberdaya hutan yang menjadi sasaran aktivitas berburu dan
meramu serta faktor dorongan para pihak yang memiliki kepedulian terhadap Suku Anak
Dalam. Dorongan untuk melakukan budidaya karet sudah dimulai sejak tahun 1980-an
yang digagas oleh kepala Desa Tanah Garo (Pangkal Waris) bagi Suku Anak Dalam yang
menempati wilayah sungai Makekal dan sungai Kejasung. Gagasan ini muncul atas
kekhawatiran terhadap kelangsungan hidup Suku Anak Dalam pasca kegiatan operasi
perusahaan HPH yang melakukan eksploitasi sumberdaya hutan dalam kawasan hutan
Bukit Dua Belas. Beberapa tahun terakhir juga muncul gagasan untuk mendorong Suku
Anak Dalam mengelola komoditi perkebunan berupa kebun kelapa sawit yang kemudian
memunculkan tuntutan dan klaim lahan di kalangan Suku Anak Dalam. Fakta-fakta
lapangan memperlihatkan bahwa sebagian Suku Anak Dalam yang pada awalnya sudah
mengelola komoditi perkebunan berupa komoditi karet, sebagian besar lahan-lahan
kebun yang dimiliki sudah diperjualbelikan. Informasi yang diperoleh juga menyatakan
bahwa sebelumnya pihak perusahaan (PT. SAL 1) juga sudah pernah memberikan lahan
kepada sebagian Suku Anak Dalam untuk dikelola menjadi lahan perkebunan dan lahan-
lahan tersebut juga diperjualbelikan oleh Suku Anak Dalam. Meskipun dalam hukum adat
Suku Anak Dalam menyatakan bahwa menjual lahan merupakan pelanggaran hukum
adat yang dikategorikan berat, namun hal tersebut tidak menjadi perintang bagi Suku
Anak Dalam melakukan transaksi jual beli lahan atas dorongan besarnya pengaruh
tuntutan pergeseran kebutuhan. Tidak adanya persiapan sosial yang berkenaan dengan
proses penyadaran akan pentingnya penguatan aspek jaminan hidup dan pengembangan
kemampuan orang dalam melakukan aktivitas budidaya komoditi dinilai sebagai faktor lain
yang menyebabkan Suku Anak Dalam tidak berupaya mempertahankan lahan dan
mengelola lahan perkebunan yang dimiliki secara berkesinambungan. Jual-beli lahan
merupakan cara yang dipandang sebagai upaya memperoleh uang dalam waktu yang
singkat ketika Suku Anak Dalam dihadapkan pada kebutuhan untuk melangsungkan
-
23
pernikahan, membeli sepeda motor, membeli barang-barang elektronik, dan sebagainya
yang tidak mungkin dipenuhi dari aktivitas mata pencaharian lainnya. Situasi ini
menunjukan bahwa situasi saat ini yang berlangsung dalam kehidupan Suku Anak Dalam
mengindikasikan Suku Anak Dalam belum membutuhkan lahan. Berdasarkan fenomena
ini, ada tiga aspek penting yang dinilai sebagai kebutuhan obyektif Suku Anak Dalam
yang bersifat jangka panjang, yaitu :
a. Suku Anak Dalam membutuhkan lahan dalam jangka panjang untuk melangsungkan
aktivitas budidaya dengan mengelola komoditi yang dapat menjadi jaminan hidup
(social insurance).
b. Suku Anak Dalam membutuhkan perlindungan atas hak-hak tenurial pada lahan-lahan
budidaya yang dikelola yang didorong ke arah sistem penguasaan secara komunal.
c. Suku Anak Dalam membutuhkan penegakan sanksi adat dan hukum formal atas
praktek-praktek transaksi jual-beli lahan yang berstatus tanah negara dan/atau tanah
komunal.
Kebutuhan Komparatif
Suku Anak Dalam sebagai suatu komunitas pada prinsipnya sama dengan warga
desa yang bisa membangun sebuah sistem sosial dalam wadah yang disebut
masyarakat. Perbedaanya adalah dalam terminologi hukum formal, warga desa dapat
memenuhi kriteria sebagai kesatuan masyarakat dimana sistem sosial diakomodir dalam
wilayah yang diakui secara formal yang disebut desa sedangkan komunitas Suku Anak
Dalam tidak dapat memenuhi kriteria untuk disebut sebagai sebuah masyarakat karena
komunitas Suku Anak Dalam tidak memperoleh legitimasi wilayah secara formal sebagai
tempat mereka melangsungkan pemerintahan sebagaimana masyarakat desa. Bahkan
dapat dikatakan Suku Anak Dalam diperlakukan sebagai komunitas yang menumpang
dalam kawasan hutan yang dikuasai negara. Situasi ini sebenarnya juga berlangsung di
zaman kemargaan dimana Suku Anak Dalam hanya diberi hak ico pakai (hak mengelola)
pada sebagian wilayah marga oleh pasirah sebagai pimpinan pemerintahan marga.
Penegasan hak-hak tenurial Suku Anak Dalam hanya dijumpai pada kasus penetapan
kawasan hutan Bukit Dua Belas menjadi cagar biosfer yang dalam SK Penetapannya
disebutkan secara tegas sebagai ruang penghidupan Suku Anak Dalam. Belakangan
ditemukan adanya dokumen yang beredar yang menyatakan pengakuan hak-hak tenurial
Suku Anak Dalam dari kesultanan Jambi namun dokumen tersebut diragukan
keabsahannya karena tidak diketahui secara jelas sumbernya dan tidak ditemukan dalam
bentuk dokumen yang utuh. Perdebatan mengenai hak-hak tenurial Suku Anak Dalam
hingga kini masih berlangsung dan sebagian besar klaim terhadap hak-hak tenurial Suku
-
24
Anak Dalam hanya berlandaskan penuturan sejarah yang itupun dinilai simpang siur dan
belum ditemukan adanya kesepakatan. Meskipun demikian, sebagai komunitas yang
merupakan bagian dari bangsa, Suku Anak Dalam penting didorong dan difasilitasi untuk
dapat hidup layak sebagaimana warga desa yang harus mendapat perhatian khusus
terutama dari pemerintah/negara. Berdasarkan hal tersebut, dengan membandingkan
kehidupan Suku Anak Dalam dengan warga desa di sekitarnya, beberapa aspek yang
menjadi kebutuhan Suku Anak Dalam adalah :
a. Pengakuan atas wilayah kelola dimana Suku Anak Dalam bisa melangsungkan
kehidupan sosial yang berstatus setingkat desa.
b. Pengakuan atas sistem ketemenggungan sebagai bentuk pemerintahan formal dalam
komunitas Suku Anak Dalam yang kedudukannya sama dengan pemerintahan desa.
c. Registrasi kependudukan yang menyatakan dan melegitimasi Suku Anak Dalam
sebagai warga negara.
d. Perwujudan hak-hak pembangunan yang mencakup sarana infrastruktur dan fasilitas
umum yang menunjang keberlangsungan aktivitas sosial, ekonomi, budaya, dan politik
sebagaimana yang dilakukan di desa.
e. Jaminan sosial yang memberikan ruang bagi Suku Anak Dalam untuk meningkatkan
kualitas hidup seperti hak memperoleh pendidikan dan layanan kesehatan yang
penting diakomodir melalui regulasi khusus mengingat Suku Anak Dalam memiliki
berbagai keterbatasan untuk dapat diperlakukan sama dengan warga desa.
Analisis Masalah dan Konflik
Secara karakteristik, Suku Anak Dalam memiliki kesenjangan sosial dibandingkan
dengan masyarakat lainnya yang dapat dilihat dari berbagai dimensi seperti taraf
kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Situasi tersebut dipicu oleh pola
hidup Suku Anak Dalam yang tidak menetap dan sangat bergantung dengan daya dukung
sumberdaya hutan serta terabaikannya hak-hak pembangunan Suku Anak Dalam.
Berbagai fasilitas yang ditawarkan dalam program pembangunan tidak dapat diakses
Suku Anak Dalam karena hambatan syarat administrasi berupa tidak adanya kartu
keluarga dan kartu tanda penduduk yang dimiliki. Alokasi anggaran pembangunan untuk
pembangunan sarana infrastruktur juga tidak dapat diperuntukan bagi Suku Anak Dalam
karena ketidakjelasan wilayah atau ruang tempatan Suku Anak Dalam. Kebijakan
pemerintah yang memberikan mandat kepada Suku Anak Dalam untuk menjadi pengelola
utama Taman Nasional Bukit Dua Belas dan menjadikan Taman Nasional Bukit Dua
Belas sebagai wilayah tempatan dinilai sebagai bagian langkah strategis dalam
penanganan masalah atas kelangsungan hidup Suku Anak Dalam dan membuka ruang
-
25
bagi Suku Anak Dalam untuk membangun sebuah masyarakat yang kedudukannya bisa
sederajat dengan masyarakat desa.
Terkait dengan persepsi Suku Anak Dalam tentang keberadaan Taman Nasional
Bukit Dua Belas yang dikemukakan sebagai ruang akses terhadap sumberdaya hutan
yang dapat menopang pemenuhan kebutuhan hidup mereka dan tempat mereka
melangsungkan proses kehidupan, maka aspek gangguan terhadap akses berupa
pembatasan dan pelarangan mengakses sumberdaya hutan dalam kawasan Taman
Nasional Bukit Dua Belas dinilai Suku Anak Dalam sebagai masalah utama. Para pihak
yang dipandang berkontribusi terhadap proses pembatasan dan pelarangan akses
tersebut dipersepsikan Suku Anak Dalam sebagai musuh bersama. Sebenarnya, para
pihak yang cenderung dipersepsikan Suku Anak Dalam sebagai musuh bersama tidak
hanya terkait dengan para pihak yang mengganggu akses mereka terhadap sumberdaya
hutan melainkan juga para pihak yang mengganggu akses mereka dalam melakukan
aktivitas mata pencaharian di luar kawasan hutan. Situasi ini kemudian telah mendorong
terciptanya konflik laten antara Suku Anak Dalam dengan berbagai pihak seperti warga
desa, pihak perusahaan, pihak Balai TNBD, dan pemerintah. Pada dasarnya, konflik laten
yang sudah mengakar tersebut disebabkan oleh benturan dua kepentingan yaitu
kepentingan mempertahankan hak dan kepentingan akses untuk bertahan hidup.
Dikotomi tata nilai dan rujukan hukum juga merupakan aspek yang mendorong terjadinya
benturan yang memicu munculnya konflik laten. Warga desa dan pihak perusahaan
menyebut Suku Anak Dalam yang memunguti brondolan di lahan kebun mereka sebagi
pencuri karena dalam perspektif hukum formal bahwa tindakan mengambil hak atau milik
orang lain tanpa izin dapat dikategorikan sebagai tindakan pencurian. Di sisi lain,
pemahaman Suku Anak Dalam yang merujuk pada hukum adat Suku Anak Dalam
menyatakan bahwa “setiap buah yang jatuh dari pohon boleh diambil oleh siapapun”
sehingga tindakan mereka mengambil brondolan buah kelapa sawit yang jatuh dari pohon
tidak dipandang sebagi tindakan pencurian. Atas dasar uraian tersebut, penting dibangun
kesepakatan-kesepakatan baru dan penguatan hubungan sosial antara Suku Anak Dalam
dengan para pihak terkait dengan masalah akses terhadap sumberdaya yang menjadi
penopang pemenuhan kebutuhan hidup Suku Anak Dalam untuk mengantisipasi agar
konflik laten tidak menjelma menjadi konflik manifes.
Prinsip Dasar Intervensi Perubahan Sosial Suku Anak Dalam
Program-program yang dijadikan alat intervensi terhadap perubahan sosial Suku
Anak Dalam harus dilandasi oleh prinsip-prinsip yang diyakini bisa menjadi pedoman
dalam menentukan tujuan dan target-target perubahan yang ingin dicapai. Merujuk pada
-
26
pemahaman terhadap situasi umum kehidupan Suku Anak Dalam, prinsip-prinsip yang
perlu dibangun dalam merumuskan dan melaksanakan program pembangunan sosial
bagi Suku Anak Dalam antara lain :
a. Prinsip anti eksklusivitas
Rancangan program tidak bersifat mengeksklusifkan Suku Anak Dalam dimana
rancangan program tidak hanya ditujukan bagi Suku Anak Dalam tetapi penting
dirumuskan program dimana Suku Anak Dalam dan warga desa bisa berkolaborasi
sebagai pihak penerima program. Hal ini dimaksudkan untuk tidak membangun
kesenjangan dan kecemburuan sosial antara warga desa dengan Suku Anak Dalam
yang pada akhirnya akan memicu munculnya konflik sosial. Prinsip ini tidak
menghambat adanya perlakuan khusus bagi Suku Anak Dalam, bahwa Suku Anak
Dalam secara kapasitas yang memiliki keterbatasan penting mendapat perlakuan yang
berbeda dengan warga desa adalah hal yang dipandang wajar dengan catatan tidak
mengabaikan keberadaan warga desa yang hidup berdampingan dengan Suku Anak
Dalam.
b. Prinsip capaian prioritas
Rancangan program yang baik adalah program yang mampu membantu Suku Anak
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan mengatasi masalah yang tengah dihadapi.
Oleh sebab itu rancangan program penting mengedepankan aspek pemenuhan
kebutuhan survival, kebutuhan bersama, dan masalah bersama. Pada tahap
selanjutnya program diarahkan pada aspek pemenuhan kebutuhan pengembangan
daya hidup. Untuk itu, program dirumuskan berdimensi waktu yang mencakup program
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang sesuai dengan tujuan dan
urgensi target-target capaian.
c. Prinsip kerjasama multipihak
Kelangsungan hidup Suku Anak Dalam harus dipandang sebagai tanggungjawab
bersama dan harus ada keselarasan gerak dalam mendorong terjadinya perubahan
sosial dalam kehidupan Suku Anak Dalam. Kerjasama dalam hal ini diartikan sebagai
bentuk penyamaan tujuan terhadap arah perubahan sosial bagi Suku Anak Dalam dan
pembagian peran dalam melakukan intervensi terhadap pencapaian tujuan perubahan
sosial bagi Suku Anak Dalam.
d. Prinsip berkelanjutan
Upaya mendorong terjadinya perubahan sosial pada Suku Anak Dalam bersifat jangka
panjang. Program sebagai alat intervensi tidak hanya dituntut bisa berkesinambungan
tetapi juga saling terintegrasi antara satu program dengan program lainnya sehingga
-
27
terbangun pola ketergantungan antar program yang bersifat saling mendukung dan
menguatkan.
e. Prinsip pengintegrasian
Partisipasi warga desa dalam proses implementasi program sangat diperlukan
terutama dalam mendorong proses pengintegrasian antara masyarakat desa dengan
Suku Anak Dalam. Upaya mendorong terjadinya perubahan sosial bagi Suku Anak
Dalam melalui pendekatan pertukaran sosial dan pertukaran budaya penting
melibatkan partisipasi warga desa dalam berbagai bentuk intervensi yang dilakukan.
Warga desa bisa dilatih untuk menjadi fasilitator, pendamping, dan pembina bagi Suku
Anak Dalam. Aspek pertukaran ekonomi juga bisa dirancang untuk mengintegrasikan
Suku Anak Dalam dengan warga desa dengan mengembangkan industri pengolahan
di desa yang berbahan baku dari produk yang dihasilkan Suku Anak Dalam.
Perancangan program yang mengintegrasikan warga desa dengan Suku Anak Dalam
juga dapat dirancang melalui aktivitas olahraga, seni, dan ritual kebudayaan lainnya.
f. Prinsip kemandirian
Program yang dirancang untuk mendorong perubahan sosial bagi Suku Anak Dalam
harus diarahkan menuju kemandirian Suku Anak Dalam. Kemandirian dimaksud
meliputi aspek sistem produksi, sistem kepengurusan hidup, dan reproduksi nilai-nilai.
Program-program diarahkan untuk mendorong Suku Anak Dalam mengatasi sendiri
pemenuhan kebutuhan hidup dari aktivitas produksi yang dikelola, mengelola
perangkat-perangkat sosial yang menopang penyelenggaraan hidup bermasyarakat,
serta mereproduksi nilai-nilai dan falsafah hidup yang menuntut perubahan. Oleh
karenanya, Suku Anak Dalam sejak awal penting dilibatkan dalam berbagai
implementasi program yang mampu membangun munculnya kesadaran dan tanggung
jawab dalam menjaga kelangsungan program.
g. Prinsip keaslian
Upaya-upaya melakukan perubahan sosial bagi Suku Anak Dalam tidak bersifat
menghilangkan identitas Suku Anak Dalam. Program diarahkan bisa memfasilitasi
proses transformasi budaya bagi Suku Anak Dalam melalui pengembangan musium
budaya, pendokumentasian budaya, pengembangan media belajar budaya, dan
mensosialisasikan budaya Suku Anak Dalam.
Target-target Perubahan dan Rencana Program Pembangunan Sosial Suku Anak
Dalam di Provinsi Jambi
Program pembangunan merupakan salah satu bentuk intervensi dalam mendorong
terjadinya perubahan sosial pada masyarakat. Oleh sebab itu, salah satu prasyarat
-
28
pelaksanaan program pembangunan penting merumuskan target-target perubahan yang
akan dicapai. Target perubahan merupakan elemen perubahan yang diharapkan dari
implementasi program pembangunan sehingga seluruh alokasi sumberdaya memberikan
arti penting bagi terjadinya perubahan sosial kehidupan Suku Anak Dalam. Perumusan
target-target perubahan merujuk pada aspek karakteristik, kebutuhan, dan masalah yang
dimiliki oleh Suku Anak Dalam. Target perubahan diarahkan pada tiga unsur yaitu sistem
produksi, sistem pengurusan hidup, dan sistem reproduksi sosial.
Adapun target-target perubahan yang memungkinkan dicapai melalui alat
implementasi program pembangunan pada masing-masing unsur sasaran perubahan
sosial Suku Anak Dalam dirumuskan sebagaimana terlihat pada matrik di bawah ini.
-
29
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Sistem
produksi
Keberdayaan
pangan bagi
Suku Anak
Dalam
Lumbung
pangan Suku
Anak Dalam
Ada areal yang bisa
dikelola untuk
dijadikan lumbung
pangan
Pengadaan areal
budidaya tanaman
pangan bagi Suku
Anak Dalam
Pelatihan dan penguatan
keterampilan budidaya
tanaman terpadu
Pengembangan kawasan
budidaya tanaman
terpadu
Fasilitas
produksi
komoditi pangan
Aktivitas budidaya
pertanian Suku Anak
Dalam didukung oleh
fasilitas yang memadai
Pengadaan peralatan
pertanian yang
menunjang
pelaksanaan budidaya
tanaman pangan bagi
Suku Anak Dalam
Peningkatan SDM Suku
Anak Dalam di bidang
budidaya tanaman pangan
dan bantuan peralatan
sederhana bagi SAD
Pengembangan sistem
mekanisasi/ modernisasi
peralatan
Teknik budidaya
pertanian bagi
Suku Anak
Dalam
Suku Anak Dalam
memiliki kemampuan
dasar dalam
melakukan aktivitas
produksi
Pelatihan dan teknik
pengelolaan budidaya
tanaman pangan dan
hortikultura
Pelatihan teknik
pembuatan pupuk organik
Menginisiasi
penggunaan alat
pertanian yang ramah
lingkungan
- Pelatihan teknik
pembuatan pestisida
organik
-
Komoditi yang
menjadi pangan
pokok Suku
Anak Dalam
Suku Anak Dalam
melakukan budidaya
komoditi yang dapat
memenuhi kebutuhan
pangan pokok
Penanaman komoditi
umbi-umbian
Pengembangan
diversifikasi produk
komoditi lokal
- Pemberdayaan/ kolaborasi dengan
masyarakat sekitar
- Penanganan pemasaran hasil
produksi SAD
- Penanaman komoditi padi
yang dikombinasikan
dengan kacang tanah,
pisang, dan pinang
-
Penanaman komoditi
sayur-sayuran sebagai
tanaman sela
- -
-
30
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Penanaman komoditi
buah-buahan sebagai
tanaman koridor dan
pagar
- -
Komoditi buah-
buahan lokal
Suku Anak Dalam
memiliki tanaman
buah-buahan local
yang dapat menjadi
sumber pendapatan
alternatif
- Pengembangan bibit
komoditi buah-buahan
-
Orientasi
produksi sebagai
sumber
pendapatan
Skala produksi
untuk memenuhi
kebutuhan pasar
Hasil produksi
sebagian bisa dijual
sebagai sumber
pendapatan
- Pengembangan komoditi
jagung
-
- - Pengembangan
budidaya perikanan
- - Pengembangan
budidaya hewan ternak
- Pengembangan sistem
budidaya tanaman
berbasis teknologi
hidroponik
-
Industri
pengolahaan
berbasis
produksi
komoditi yang
dikelola Suku
Anak Dalam
Surplus hasil produksi
bisa diolah untuk
meningkatkan nilai
jual
- Pengembangan industri
keripik ubi
-
- Pengembangan industri
tepung ubi, jagung, dan
beras
-
- - Pengembangan industri
abon ikan dan daging
Teknik
pengembangan
industri
pengolahan bagi
Suku Anak
Suku Anak Dalam
memiliki keterampilan
teknik dalam
mengembangkan
industry pengolahan
Pelatihan pengelolaan
industri keripik ubi
- Peningkatan
kemampuan dasar dalam
mengembangkan
industri pengolahan
- Pelatihan pengelolaan -
-
31
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Dalam industri abon ikan dan
daging
Pelatihan pengelolaan
industri tepung ubi,
jagung, dan beras
- -
Organisasi
pemasaran
Ada organisasi yang
menangani proses
pemasaran hasil
produksi Suku Anak
Dalam
- Pembentukan asosiasi
pemasaran
-
- - Pembangunan rumah
pasar
Ketersediaan
jaminan hidup
Komoditi yang
bernilai
komersial
Adanya komoditi yang
dikelola sebagai
sumber pendapatan
pokok Suku Anak
Dalam
- Pencadangan areal kebun
bagi Suku Anak Dalam
Pengembangan komoditi
lokal
- - Pengembangan kebun
campur berbasis
komoditi karet, durian,
kopi, dan duku
- - Pengembangan komoditi
kelapa sawit
- - Pembangunan kebun
entress dan rumah bibit
- - Pengembangan
pembibitan karet dan
kelapa sawit
Fasilitas
produksi
komoditi yang
dikelola Suku
Anak Dalam
Suku Anak Dalam
didukung oleh fasilitas
produksi yang
memadai dalam
mengelola komoditi
yang menjadi sumber
pendapatan pokok
Pengadaan Alsintan
dan Saprodi
- Pengadaan peralatan
pengelolaan komoditi
perkebunan
Teknik
pengelolaan
Suku Anak Dalam
memiliki kemampuan
- Pelatihan budidaya
komoditi karet, kopi,
-
-
32
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
komoditi yang
bernilai
komersial
dasar dalam mengelola
komoditi yang menjadi
sumber pendapatan
pokok
durian, duku, dan kelapa
sawit
- Pelatihan teknik
pembibitan komoditi
perkebunan
-
- Pelatihan pengelolaan
kebun entress dan rumah
bibit
-
Industri
pengolahan hasil
produksi
komoditi yang
bernilai
komersial
Peningkatan nilai jual
hasil produksi
komoditi
- Pelatihan industri karet
olahan
-
- - Pembangunan pusat
industri pengolahan bagi
Suku Anak Dalam
- - Pengembangan industri
pengolahan karet dan
kopi
Sistem
pengurusan
hidup
Restrukturisasi
organisasi
ketemenggungan
Wilayah hukum
adat Suku Anak
Dalam
Wilayah hukum adat
Suku Anak Dalam
diakui secara legal
Inventasi hak-hak
komunal Suku Anak
Dalam
- -
- Pemetaan partisipatif
wilayah hukum adat Suku
Anak Dalam
-
- Penyusunan perencanaan
pengelolaan wilayah
hukum adat Suku Anak
Dalam
-
- - Legalisasi wilayah
hukum adat Suku Anak
Dalam melalui peraturan
daerah dan/atau
peraturan khusus
-
33
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Kapasitas
aparatur
ketemenggungan
Suku Anak
Dalam
Aparatur
ketemnggungan
memiliki pengetahuan
dasar manajemen
organisasi
Pelatihan manajemen
pemerintahan bagi
aparatur
ketemenggungan
- -
Asistensi registrasi
kependudukan bagi
Suku Anak Dalam
- -
- Pelatihan manajemen
administrasi dan
keuangan organisasi
-
- Asistensi penataan sistem
administrasi organisasi
ketemenggungan
-
Organisasi
ketemenggungan
Suku Anak
Dalam
Organisasi
ketemenggunangan
Suku Anak Dalam
ditetapkan secara
formal merujuk pada
peraturan formal
Penataan organisasi
ketemenggungan Suku
Anak Dalam
- -
- Penyiapan administrasi
dan pengusulan SK yang
melegalisasi organisasi
ketemenggungan
-
- - Asistensi
penyelenggaraan
organisasi
ketemenggungan
Penguatan alat
pengendalian
sosial Suku
Anak Dalam
Hukum-hukum
adat Suku Anak
Dalam
Transformasi
hukum adat
Suku Anak
Dalam ke hukum
formal
Hukum-hukum adat
Suku Anak Dalam
dibukukan dengan baik
Inventarisasi hukum-
hukum adat Suku
Anak Dalam
- -
Penyusunan dan
pemilahan hukum adat
Suku Anak Dalam
secara spesifik
- -
-
34
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
- Publikasi hukum-hukum
adat Suku Anak Dalam
-
Legalisasi hukum adat
Suku Anak Dalam
dalam bentuk praturan
formal setingkat
dengan peraturan desa
- Formalisasi hukum-
hukum adat Suku Anak
Dalam ke dalam lembaran
peraturan daerah
-
Penataan
kelompok sosial
Suku Anak
Dalam
Kelompok usaha
produktif bagi
Suku Anak
Dalam
Unit kegiatan produktif
orang dikelola oleh
kelompok
- Membentuk kelompok
pengelola industri industri
pengolahan karet
-
- - Pembinaan dan asisten
bagi kelompok
pengelola industri
industri pengolahan
karet
- Membentuk kelompok
industri pengolahan kopi
-
- - Pembinaan dan asisten
bagi kelompok industri
pengolahan kopi
- Membentuk kelompok
pengelola industri
kerajinan
-
- - Pembinaan dan asisten
bagi kelompok
pengelola industri
kerajinan
Kelompok
perlindungan
Suku Anak
Dalam
Terintegrasinya para
temenggung ke dalam
satu kelompok yang
menaungi Suku Anak
Dalam
Menginisiasi forum
ketemenggungan Suku
Anak Dalam
-
-
-
35
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
- Menginisiasi proses
pengintegrasian Suku
Anak Dalam ke dalam
satu sistem
ketemenggungan tunggal
-
- - Asistensi
penyelenggaraan
pemerintahan di bawah
satu ketemenggungan
Penguatan
kerjasama Suku
Anak Dalam
dengan pihak
luar
Kesepakatan
baru penguatan
hubungan Suku
Anak Dalam
dengan pangkal
waris, ujung
waris, dan
jenang
Menguatnya fungsi
dan tugas pokok
pangkal waris, ujung
waris, dan jenang
dalam mengayomi
Suku Anak Dalam
Redefenisi fungsi dan
tugas pokok pangkal
waris, ujung waris, dan
jenang melalui forum-
forum diskusi
- -
- Restrukturisasi hubungan
sosial Suku Anak Dalam
dengan pangkal waris,
ujung waris, dan jenang
-
- - Asistensi
penyelenggaraan fungsi
dan tugas pokok pangkal
waris, ujung waris, dan
jenang
Jaringan sosial
Suku Anak
Dalam dengan
para pihak
Adanya jaringan
kerjasama Suku Anak
Dalam dengan para
pihak yang mendukung
usaha pemberdayaan
Suku Anak Dalam
Inventarisasi gagasan
kerjasama Suku Anak
Dalam dengan Balai
TNBD, Pemerintah
Daerah, dan lembaga
donor
- -
-
36
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
- Menginisiasi bentuk-
bentuk kerjasama Suku
Anak Dalam dengan Balai
TNBD, Pemerintah
Daerah, dan lembaga
donor
-
Pemukiman bagi
Suku Anak
Dalam
Areal
pencadangan
untuk
pemukiman
Suku Anak
Dalam
Adanya areal yang
dicadangkan untuk
pemukiman Suku
Anak Dalam
Penataan zona
penyangga TNBD
sebagai areal
pencadangan
pemukiman Suku
Anak Dalam dan green
belt
- -
- Perumusan model
pengelolaan areal
pemukiman dan
konstruksi rumah bagi
Suku Anak Dalam
-
Perumahan
untuk Suku
Anak Dalam
Suku Anak Dalam
memiliki rumah layak
huni
- Pembangunan rumah
Suku Anak Dalam di areal
pencadangan yang
mengelilingi boundary
TNBD
-
- - Pengayaan tanaman
kehidupan di sekeliling
boundary TNBD untuk
sumber penghidupan
Suku Anak Dalam
-
37
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Fasilitas umum
penyelenggaraan
kehidupan sosial
Suku Anak
Dalam
Penyelenggaraan
kehidupan sosial Suku
Anak Dalam didukung
oleh fasilitas umum
yang memadai
Inventarisasi lokasi
pencadangan untuk
pembangunan fasilitas
umum bagi Suku Anak
Dalam
- -
- Penyusunan rencana
pengembangan fasilitas
umum bagi Suku Anak
Dalam
-
- - Pembangunan fasilitas
homestay dan menara
pantau di sekitar areal
pencadangan
pemukiman bagi Suku
Anak Dalam
Kualitas hidup
Suku Anak
Dalam
Pendidikan Suku
Anak Dalam
Anak usia sekolah bisa
memperoleh
pendidikan yang layak
Penyelenggaraan
pendidikan dasar anak
usia sekolah dini
- -
- Bea siswa untuk ke
jenjang pendidikan
menengah dan tinggi
-
Memfasilitasi Suku
Anak Dalam untuk
memperoleh kartu
Indonesia Pintar
- -
- Pembangunan sekolah
khusus untuk pendidikan
anak usia dini
-
-
38
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Mendorong terbitnya
regulasi yang
melindungi hak Suku
Anak Dalam untuk
memperoleh
pendidikan
-
- Penyelenggaraan
pendidikan khusus untuk
anak usia dini
-
Kesehatan Suku
Anak Dalam
Suku Anak Dalam bisa
memperoleh layanan
kesehatan yang
memadai
Penyelenggaraan
layanan kesehatan bagi
Suku Anak Dalam
- -
- Pembangunan klinik
khusus untuk layanan
kesehatan Suku Anak
Dalam
-
- - Pengembangan obat
tradisional Suku Anak
Dalam
Memfasilitasi Suku
Anak Dalam
memperoleh kartu
Indonesia Sehat
- -
- - Pengembangan industri
obat tradisional Suku
Anak Dalam
Sistem
reproduksi
sosial
Museum budaya
Suku Anak
Dalam
Warisan budaya
Suku Anak
Dalam
Warisan budaya Suku
Anak Dalam berupa
artefak dapat dijaga
keberadaannya
Inventarisasi warisan
budaya Suku Anak
Dalam
- -
-
39
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Kerajinan asli
Suku Anak
Dalam
Keberlanjutan
kerajinan berbasis
budaya Suku Anak
Dalam
- Menginisiasi
pengembangan industri
kerajinan berbasis budaya
Suku Anak Dalam
-
- - Asistensi pengelolaan
industri kerjanian
berbasis budaya Suku
Anak Dalam
Aktivitas seni
Suku Anak
Dalam
Menghidupkan
kembali seni nyanyian
dan tari Suku Anak
Dalam
Inventarisasi seni
nyanyian dan seni tari
Suku Anak Dalam
- -
- Publikasi seni nyanyian
dan seni tari Suku Anak
Dalam dalam bentuk buku
dan film dokumenter
-
- Menginisiasi sanggar
belajar seni nyanyian dan
seni tari Suku Anak
Dalam
-
- - Asistensi pagelaran seni
nyanyian dan seni tari
Suku Anak Dalam untuk
kunjungan wisata etnic
Sanggar belajar
Suku Anak
Dalam
Pembangunan
“Suku Anak
Dalam center”
Adanya bangunan
yang dapat difungsikan
sebagai pusat
informasi, museum,
perpustakaan, dan
sanggar belajar bagi
Suku Anak Dalam
Perencanaan
konstruksi bangunan
dan pengelolaan “Suku
Anak Dalam Center”
- -
Pembangunan “Suku
Anak Dalam Center”
- -
-
40
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
- Pengadaan buku untuk
pengembangan
perpustakaan bagi Suku
Anak Dalam
-
Pendidikan
alternatif bagi
Suku Anak
Dalam
Terselenggaranya satu
bentuk pendidikan
alternatif bagi Suku
Anak Dalam
Penyusunan kurikulum
pendidikan alternatif
bagi Suku Anak
Dalam
- -
- Penyelenggaraan
pendidikan dasar bagi
anak Suku Anak Dalam
-
Penyusunan kurikulum
pelatihan bagi Suku
Anak Dalam
- -
- Penyelenggaraan
pelatihan secara berkala
di “Suku Anak Dalam
Center”
-
Media belajar
budaya Suku
Anak Dalam
Tersosialisasinya tata
nilai dan budaya Suku
Anak Dalam
Menginisiasi
kerjasama riset dengan
perguruan tinggi
- -
- Menginisiasi kerjasama
dengan sekolah untuk
kunjungan belajar budaya
Suku Anak Dalam
-
Pusat
pengelolaan
informasi Suku
Anak Dalam
Sistem informasi
Suku Anak
Dalam berbasis
internet
Komunikasi dengan
Suku Anak Dalam dan
informasi tentang Suku
Anak Dalam dapat
disebarluaskan melalui
media internet
- Pengadaan fasilitas
komputer dan fasilitas
internet
-
- - Asistensi pengelolaan
informasi berbasis
internet
-
41
Komponen Target
Perubahan
Sasaran
Intervensi Capaian
Program
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
- Pembuatan WEB Suku
Anak Dalam
-
- - Asistensi pengelolaan
WEB Suku Anak Dalam
Media sosialisasi
Suku Anak
Dalam berupa
buku, poster, dan
bulletin
Mempublikasikan
profil dan kehidupan
Suku Anak Dalam
dalam bentuk media
cetak yang dapat
digunakan sebagai
bahan ajar di sekolah
dan perguruan tinggi
- Pengembangan media
publikasi berupa bulletin
dan jurnal
-
- - Asistensi pengelolaan
bulletin dan jurnal
- Penulisan buku “Suku
Anak Dalam” untuk
bahan ajar
-
- - Penerbitan buku “Suku
Anak Dalam” untuk
bahan ajar
-
42
Dirumuskan Dan Disepakati Oleh Peserta Workshop
Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam
Di Provinsi Jambi
Bertempat di Hotel Golden Harvest Pada Tanggal 17 Juni 2019
No Nama Instansi / Perwakilan
1 Haidir Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)
2 Saefullah Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)
3 Supriadi Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)
4 Zukri Saad PT. Sinar Mas Group
5 M. Hadi Sugeng PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
6 Bandung Sahari PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
7 Joko Subagyo PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
8 Slamet Riadi PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
9 Surya Desa Tanah Garo Kabupaten Tebo
10 Njalo Suku Anak Dalam Air Hitam
11 H. Jailani (Tarip) Suku Anak Dalam Air Hitam
12 Temenggung Afrizal Suku Anak Dalam Air Hitam
13 Jalaludin Jenang Suku Anak Dalam
14 Temenggung Bepayung Suku Anak Dalam Air Hitam
15 Temenggung Nangkus Suku Anak Dalam Air Hitam
16 Temenggung Meladang Suku Anak Dalam Air Hitam
17 Temenggung Melayau Tua Suku Anak Dalam Air Hitam
18 Temenggung Nggrip Suku Anak Dalam Air Hitam
19 Juliadi Desa Bukit Suban Kabupaten Sarolangun
20 Fuad Muchlis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
21 M. Sutono SSS PUNDI Sumatera
22 Agus Zainuddin BAPPEDA Kabupaten Merangin
23 Rusnal KPH Kabupaten Merangin
24 Thresa Jurenzy PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
25 Wasis Budiono
26 A. Yani BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
27 Wawan D. PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
28 Samiaji PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
29 M. Ridwan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
30 Decha Yudha BAPPEDA Kabupaten Merangin
31 Lydya Gusmalita BAPPEDA Kabupaten Merangin
32 Hasniko S Direktorat Kawasan Konservasi Kementrial LHK RI
33 Andrie H. KPH Kabupaten Sarolangun
34 Ardi PERHEPI KOMDA Jambi
35 Sukoso Dinas Sosial Kabupaten Merangin
36 Afrizal Kantor Camat Tabir Selatan Kabupaten Merangin
37 Temenggung Sikar Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
38 Temenggung Pakjang Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
39 Temenggung Ngepas Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
40 Abu Bakar Desa Mentawak Kabupaten Merangin
41 Usup Dinas Sosial Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Jambi
42 Rumusdal DTPH Kabupaten Merangin
-
43
No Nama Instansi / Perwakilan
43 Alvino Ranuwinata DTPH Kabupaten Merangin
44 Sinun PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
45 Azizul Hakim PT. KDA Sinar Mas Group
46 Budi Kus Yulianto KPH VIII Hilir Kabupaten Sarolangun
47 Temenggung Bebayang Suku Anak Dalam Air Hitam
48 Zulkarnain Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sarolangun
49 H. Mukhtar B. Lembaga Adat Air Hitam Kabupaten Sarolangun
50 Mustaem Perkumpulan Walestra Jambi
51 A. Mukti Desa Paku Aji Kabupaten Batanghari
52 M. Atiq Desa Olak Besar Kabupaten Batanghari
53 Heru PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
54 Feby PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
55 Kasnadi PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
56 Haryunus PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
57 Hasrun PT. Sari Aditya Loka (SAL) 1
58 Nur Widiyanto Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin
59 Hendri PT. JAW Sinar Mas Group
60 T Jenang Suku Anak Dalam Kabupaten Merangin
61 Mohd. Damay Dinas Perikanan Kabupaten Merangin
62 Riski Dinas Perikanan Kabupaten Merangin
63 Azrul Afandi Dinas Sosial Kabupaten Merangin
64 Tomi Safrial Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Merangin
65 Koprawi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Merangin
66 Agus Salim Kantor Camat Nalo Tantan Kabupaten Merangin
67 Ronny S. Dinas Kehutanan Povinsi Jambi
68 Wahyu Candra KPHP Kabupaten Sarolangun
69 Muslim Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Merangin
70 Fazriyas Fakultas Kehutanan Universitas Jambi
71 Ihsan Nurdin Hartanto Kementerian Sosial RI
72 M. Yusuf PT. Petrochina Jabung Ltd.
73 Alfred Okmillan Dinas Sosial Kabupaten Merangin
74 Nasrul Hadi GAPKI Provinsi Jambi
75 Sep Hurmuddin Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun
76 Ajra BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
77 Guldi BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
78 Yosserizal BAPPEDA Kabupaten Sarolangun
79 H. Juddin Dinas Sosial Kabupaten Sarolangun
80 Awe Boyce PT. Sinar Mas Group
81 Perli Zebua BAPPEDA Kabupaten Merangin
82 Asparizal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
83 Elwamendri Prakarsa Madani Institute
84 Budi Setiawan Prakarsa Madani Institute
85 Idris Sardi Prakarsa Madani Institute
86 Dodi Perwira Prakarsa Madani Institute
-
44
LEMBAR KESEPAHAMAN
WORKSHOP MENGGAGAS MODEL INTERVENSI PERUBAHAN SOSIAL
SUKU ANAK DALAM DI PROVINSI JAMBI
AULA KANTOR BAPPEDA KABUPATEN SAROLANGUN TANGGAL 16
JANUARI 2019
Pada hari ini Rabu tanggal 16 Januari 2019 bertempat di Aula Utama Kantor BAPPEDA
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi, sesuai dengan fakta-fakta bahwa kehidupan
orang rimba saat ini dihadapkan pada berbagai kebutuhan dan masalah yang tidak
mampu dipenuhi sendiri dan orang rimba sangat membutuhkan dukungan dari berbagai
pihak. Upaya untuk mendorong terjadinya perubahan sudah banyak dilakukan namun
pada faktanya belum mampu menjawab tuntutan perubahan dalam kehidupan orang
rimba Provinsi Jambi. Dengan difasilitasi oleh Prakarsa Madani Institut dan Pemerintah
Kabupaten Sarolangun, pada hari ini kami menyepakati hal-hal sebagai berikut :
1. Sepakat untuk membangun kerjasama multipihak untuk mendukung proses perubahan
sosial orang rimba Provinsi Jambi.
2. Meneruskan gagasan kerjasama multipihak ke para pihak yang memiliki posisi sebagai
pengambil kebijakan untuk disetujui.
3. Sepakat untuk melakukan pertemuan dalam merumuskan wadah kerjasama multipihak
dengan melibatkan para pihak yang memiliki posisi sebagai penentu kebijakan.
4. Memberikan mandat kepada Prakarsa Madani Institut untuk memfasilitasi pertemuan
para pihak dalam merumuskan wadah kerjasama multipihak.
Demikian lembar kesepakatan ini kami setujui atas dasar keinginan dan cita-cita bersama
untuk mendorong terjadinya perubahan sosial orang rimba Provinsi Jambi.
Sarolangun, 16 Januari 2019
-
45
Perwakilan Para Pihak
Haidir (Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas)
Saipullah, S. Sos, MH (Dinas Perkim dan Pertanahan)
Iptu CM Sitorus, SH (Kepolisian Resort Air Hitam)
Jalaludin (Jenang SAD Air Hitam)
Joko Subagyo (PT. Astra Agro Lestari Tbk)
Abu Bakar (Dinas Sosial Sarolangun)
Mukhlisin (Pemerintah Desa Tanah Garo)
Hasan (Pemerintah Desa Tanah Garo)
Asri Baliyansih (Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas)
Halip (Pemerintah Desa Jernih)
Heriyantoni (P2KP)
Akhyar Mubarok (BKPSDM)
Pak Jang (Temenggung SAD Merangin)
Ngepas (Temenggung SAD Kading Jaya)
Nggrip (Temenggung SAD Air Hitam)
H. Jailani (Tarip) (Tokoh SAD Air Hitam)
Aprizal (Temenggung SAD Air Hitam)
Sikar (Temenggung SAD Mentawak I)
Bepayung (Temenggung SAD Air Hitam)
Nangkus (Temenggung SAD Air Hitam)
Thresa Juvenzy (PT. SAL 1)
Asrul Affandi, SE (Dinas Sosial Merangin)
M. Sutono (SSS PUNDI Sumatera)
Dheny Auriza AB, SE (DPOPR Merangin)
Dedi Iswanto, SP (BAPPEDA Sarolangun)
Hari Anggara (LIYANSI)
Sutejo Efandi (Kodim 0420 Sarko)
Suseno (Pemerintah Desa Jernih)
Mujito (Pemerintah Desa Suban)
AKP. R. Roedjito, SIK (Kepolisian Sektor Kota Sarolangun)
Riduan (BPD Jernih)
A. Mukti (Pemerintah Desa Paku Aji)
Muhammad Atiq (Pemerintah Desa Olak Besar)
Gusrina Ariandi (KPHP Merangin)
Mantep Eko S. (KUD Karya Usaha Desa Pematang Kabau)
Supriyadi (Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas)
-
46
-
47
-
48
REKOMENDASI WORKSHOP
FORUM KEMITRAAN PEMBANGUNAN SOSIAL SUKU ANAK DALAM
DI PROVINSI JAMBI
Golden Harvest Hotel, 16 – 18 Juni 2019
Gagasan membentuk Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam
dipandang oleh para pihak sebagai langkah strategis untuk mewujudkan pencapaian
tujuan bersama yaitu kesejahteraan dan kemandirian Suku Anak Dalam dimana wadah ini
diharapkan dapat berfungsi sebagai media komunikasi, koordinasi, dan kerjasama para
pihak dalam melalukan intervensi terhadap proses perubahan sosial Suku Anak Dalam
yang bersifat sinergis dan terintegrasi. Oleh sebab itu forum ini diharapkan tidak hanya
menjadi media tempat berkumpul melainkan yang lebih penting adalah melakukan
tindakan nyata berupa pelaksanaan berbagai program.
Mengingat wilayah tempatan dan pengembaraan Suku Anak Dalam meliputi
berbagai karakteristik yang mencakup wilayah administrasi pemerintahan, kawasan hutan
konservasi, kawasan hutan produksi, areal hak guna usaha perusahaan, dan areal
konsesi perusahaan, maka dalam pelaksanaan berbagai aktivitas termasuk implementasi
program pembangunan sosial Suku Anak Dalam penting dikoordinasikan kepada pihak-
pihak yang memiliki otoritas terhadap wilayah tempatan dan pengembaraan Suku Anak
Dalam.
Aspek komunikasi dan koordinasi lintas para pihak baik secara vertikal maupun
horizontal merupakan salah unsur yang dipandang sebagai faktor penghambat dalam
menyeleraskan berbagai implementasi program di lapangan yang pada akhirnya
sumberdaya yang dialokasikan untuk mendukung pencapaian tujuan program belum
mampu memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Penguatan kerjasama di
tingkat para pihak yang memiiliki kepedulian terhadap pembangunan sosial Suku Anak
Dalam juga harus ditopang oleh penguatan di tingkat penerima program sehingga Suku
Anak Dalam tidak hanya menjadi sasaran intervensi program tetapi juga bisa mencapai
taraf mandiri dalam melaksanakan program yang telah dirumuskan bersama melalui
dukungan para pihak.
Fungsi forum kemitraan sebagai wadah kerjasama para pihak dalam melaksanakan
program pembangunan sosial Suku Anak Dalam di Provinsi