isbd

31
BAB I PENDAHULUAN 1. Visi, Misi, dan Tujuan ISBD Visi dapat diartikan sebagai jangkauan pandangan ke depan yang merupakan idealisasi dari suatu usaha atau perjuangan. Dalam konsep yang lebih abstrak dapat disetarakan dengan dengan suatu cita-cita, namun cita- cita yang lebih dekat jangkauannya, sehingga sangat berpelu-ang untuk direalisasikan melalui usaha atau perjuangan tersebut. Sementara itu misi merupakan suatu usaha atau perjuangan yang dilakukan untuk mencapai suatu visi. Visi dan misi ibarat kedua sisi mata uang, di mana masing-masing sisinya berfungsi saling melengkapi dan memaknai substansinya, sehingga bisa difungsikan untuk mewujudkan harapan dari subyek yang memilikinya. Ketiadaan satu sisi dari mata uang tersebut akan menghilangkan makna sisi lainnya. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar sebagai komponen pengetahuan dasar diberikan di perguruan tinggi memiliki visi ; berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan misinya ialah 1

Upload: arif-vikerz-theblues

Post on 14-Aug-2015

149 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISBD

BAB I

PENDAHULUAN

1. Visi, Misi, dan Tujuan ISBD

Visi dapat diartikan sebagai jangkauan pandangan ke depan yang

merupakan idealisasi dari suatu usaha atau perjuangan. Dalam konsep yang lebih

abstrak dapat disetarakan dengan dengan suatu cita-cita, namun cita-cita yang

lebih dekat jangkauannya, sehingga sangat berpelu-ang untuk direalisasikan

melalui usaha atau perjuangan tersebut.

Sementara itu misi merupakan suatu usaha atau perjuangan yang

dilakukan untuk mencapai suatu visi. Visi dan misi ibarat kedua sisi mata uang, di

mana masing-masing sisinya berfungsi saling melengkapi dan memaknai

substansinya, sehingga bisa difungsikan untuk mewujudkan harapan dari subyek

yang memilikinya. Ketiadaan satu sisi dari mata uang tersebut akan

menghilangkan makna sisi lainnya.

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar sebagai komponen pengetahuan dasar

diberikan di perguruan tinggi memiliki visi ; berkembangnya mahasiswa sebagai

manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman,

kesetaraan, dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika,

dan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan misinya ialah memberikan

landasan dan wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif

pada mahasiswa untuk memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan

manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial

yang beradab serta bertanggungjawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.

Adapun tujuan dari Ilmu Sosial dan Budaya Dasar diberikan di

perguruan tinggi adalah sebagai berikut.

1) Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan

tentang keanekaragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia sebagai

individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

1

Page 2: ISBD

2) Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami

keragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia dengan landasan nilai

estetika, etika, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat.

3) Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta

keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku

individu dan mahkluk sosial yang beradab dalam mempraktikkan pengetahuan

akademik dan keahliannya dan mampu memecahkan masalah sosial budaya

secara arif.

2. Pengertian Fungsi dan Ruang Lingkup

Sebelum mempelajari matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD),

ada baiknya kalau kita mengenali lebih awal pengertian tentang ilmu baik secara

etimologis maupun definitif. Dengan mengenali konsep dasarnya kita akan dapat

mengidentifikasi, apakah matakuliah ISBD termasuk suatu ilmu pengetahuan,

pengetahuan dasar, atau sekedar pengetahuan. Masing-masing istilah ini mempu-

nyai arti yang sangat berbeda. Apalagi kalau dilihat dari kaca mata keilmuan.

Secara etimologis kata ilmu merupakan kata serapan dari kata ‘ilman

(bahasa Arab) yang artinya pengetahuan. Kata ilman sendiri berasal dari kata

kerja ‘alima (fi’il madli/pasttense) , artinya “tahu” atau telah mengetahui. Sedang

kan kata kerja masa kininya (fi’il mudlori’/presenttense) ialah “ya’lamu” yang

berarti sedang mengetahui. Sementara kata bendanya (noun) dari kata ‘alima

tersebut adalah ilman; yang berarti pengetahuan. Jadi kata ilman inilah yang

kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi ilmu.

Diakui perbendahaaraan bahasa Indonesia banyak yang menyerap dari

bahasa asing, apakah itu bahasa Arab, Inggris, Belanda, Cina, atau yang lainnya.

Jangankan bahasa Indonesia bahsa daerah (Jawa misalnya), juga banyak

menyerap dari bahsa asing. Sebagai contoh kata “full” (Inggris) diserap menjadi

“pol” artinya penuh. Atau “empthy” diserap menjadi “entek” artinya kosong atau

habis. Kata “mripat” adalah serapan dari kata “ma’rifat” (bahsa Arab) artinya

mata atau melihat. Contoh yang yang lain, kata seperti botol, bakso, administrasi,

transportasi, semuanya adalah serapan dari unsur bahasa asing; Belanda, Cina, dan

Inggris yang sekarang telah menjadi bahsa Indonesia.

2

Page 3: ISBD

Kembali pada konsep awal bahwa ilmu secara etimologis atau harfiyah

artinya ialah pengetahuan. Pengetahuan di sini menyangkut berbagai aspek

kehidupan dan benda yang ada di sekitar manusia. Semua benda atau yang lainnya

yang dikenali lewat indera dapat dikatakan pengetahuan. Indera mata dapat

mengenali ujud, warna, dan sifat atau kualita dari suatu benda. Pelangi kelihatan

indah karena indera mata yang mampu memberikan sifat atau kualita pada pelangi

sehingga dkatakan indah. Hal demikian tidak bisa dikenali oleh indera lainnya,

karena masing-masing memiliki bidang yang terpisah.

Suara seseorang yang melantunkan suatu lagu, ternyata bisa dinikmati

begitu nyaman oleh penggemarnya. Dari kejauhan tempat masjid suara

muadzdzin dapat didengar sayup sampai, dan juga desiran daun-daun tumbuhan

yang diterpa angin semuanya dapat didengar oleh telinga. Hal ini berarti bahwa

indera telingga mendapat pengetahuan tentang “suara” tersebut. Namun demikian

telingga tidak mampu mengidentifikasi bagai-mana rasanya garam, gula, buah-

buahan, atau lezatnya makanan yang diolah dengan rsep mutakhir. Ini berarti

telingga tidak mampu menangkap pengetahuan tentang “rasa” kecuali hanya

indera pengecap yang dapat melakukannya.

Demikian juga kondisi suatu benda apakah kasar atau halus, hal seperti

ini tidak dapat ditangkap oleh indra-indera tersebut. Yang dapat menangkap

pengetahuan tentang keadaan suatu benda kasar atau halus hanya indera peraba.

Hal ini berarti bahwa indera peraba bisa mendapatkan pengetahuan tentang

“halus” atau “kasar”nya suatu benda.

Selanjutnya bagaimana “aroma” suatu benda abstrak yang tidak tampak

ujudnya, ternyata bisa ditangkap oleh indera penciuman atau hidung. Dengan

kemampuan kepekaannya, manusia selalu bisa merasakan kehidupan ini dengan

aman dan nyaman. Ia akan berbinar wajahnya sambil tersenyum tatkala indera

hidungnya menangkap aroma yang kebetulan sangat disukainya. Ia benar-benar

bisa menikmati betapa sedap, harum, lezat atau rasa apa saja sehingga ia menjadi

senang ketika hidungnya menangkap aroma pengetahuan “bau” tersebut.

Sebaliknya dengan kemampuan indera ini manusia bisa menghindarkan diri dari

aroma bau yang ternyata tidak sesuai dengan seleranya. Suatu misal ketika

seseorang berada dalam suatu kerumunan tiba-tiba ia ribut sendiri, ngedumel

3

Page 4: ISBD

sambil menutup lobang hidungnya. Ia berteriak-teriak sambil mengumpat yang

tidak jelas kepada siapa umpatannya ditujukan. Sementara itu temannya yang

merasa melepas benda abstrak tersebut tenang-tenang saja, bahkan bisa tersenyum

karena dengan lepasnya gas tersebut, ia bisa terhindar dari rasa mual atau sakit

perut. Begitu juga yang kebetulan menghirup aroma bau yang tidak disukai-nya

itu, mereka berusaha menutup lobang hidungnya agar terhindar dari

ketidaknyamanan yang sedang dihadapinya.

Semua yang dijelaskan di atas adalah gambaran bahwa pengetahuan tidak

terbatas dan memiliki bidang yang sangat luas, sehingga dapat dikatakan bahwa

semua hal yang dikenali atau diketahui oleh indera manusia dapat disebut

pengetahuan. Pengetahuan seperti ini belum ada spesifikasi, belum

terkelompokkan secara khusus dan masih bersifat umum, sehingga menjadikan

pengetahuan tampak sangat luas dan kompleks.

Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang di dalamnya sudah terdapat

suatu pengelompokan berdasarkan obyek kajiannya, maka ilmu pengetahuan

sifatnya terbatas pada bidang yang bersangkutan. Namun dengan sifat yang telah

membatasi diri ini, kajian ilmu pengetahuan menjadi sangat mendalam. Dengan

sifatnya yang demikian lahirlah berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti Ilmu

pendidikan, Ilmu Kedokteran Umum, Ilmu Hukum, Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik,

dan lainnya. Berdasarkan uraian tersebut akhirnya dapat didefinisikan secara

sederhana bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah suatu pengetahuan yang

telah dihimpun dan disusun secara obyektif, metodis, dan sistematis.

Ilmu pengetahuan disusun secara obyektif, artinya ilmu pengetahuan itu

disusun berdasarkan obyek yang menjadi bidang kajiannya. Obyek suatu ilmu

pengetahuan ada dua macam. Pertama disebut dengan obyek materia, dan kedua

disebut obyek forma.

Obyek materia yaitu obyek kajian bidang ilmu yang bersifat masih sangat

umum atau makro. Karena obyeknya yang sangat umum ini, maka dapat terjadi

kesamaan obyek materia antara sutu ilmu pengetahuan tertentu dengan ilmu

pengetahuan yang lain. Sebagai contoh : Obyek materia Ilmu Pendidikan adalah

manusia. Hal ini sama dengan obyek materia Ilmu Kedokteran Umum, Ekonomi,

dan Hukum. Namun demikian walaupun berbagai jenis ilmu pengetahuan tersebut

4

Page 5: ISBD

mempunyai obyek materia yang sama, tetapi obyeknya formanya pasti dan harus

berbeda, sebab apabila suatu ilmu pengetahuan memiliki obyek forma yang

berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, maka sebenarnya di antara keduanya

adalah termasuk ilmu pengetahuan yang sama.

Obyek forma yaitu obyek kajian suatu ilmu pengetahuan yang sudah

bersifat khusus, spesifik atau mikro. Artinya secara khusus dan mendalam ilmu

pengetahuan mempelajari, mengkaji, mengembangkan, dan menyebar-luaskan,

obyek formanya demi untuk kepentingan kesejahteraan manusia. Atau dengan

kata lain obyek forma suatu ilmu pengetahuan adalah “sesuatu” yang

diperjuangkan oleh ilmu pengetahuan yang bersangkutan demi untuk

kemanusiaan. Kalau obyek materia Ilmu Pendidikan, Ilmu Kedokteran Umum,

Ilmu Hukum, dan Ilmu Ekonomi semuanya adalah sama, yaitu manusia, maka

obyek forma masing-masing dari ilmu pengetahuan tersebut ialah “apa” yang

diperjuangkan oleh masing-masing. Namun perlu diingat bahwa muara dari

semua kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan ialah untuk kesejahteraan atau

kebahagiaan hidup manusia. Kalau terjadi sebaliknya, berarti secara azas moral

keilmuan berarti terjadi suatu penyimpangan. Biasanya yang demikian ini

merupakan ulah dari keserakahan manusia dalam hidup yang hanya ingin

memuaskan ambisinya sekalipun harus mengorbankan orang lain.

Ilmu pengetahuan bersifat metodis, hal ini berarti bahwa ilmu penge-

tahuan tersebut dalam upaya mengembangkan jati dirinya untuk kemanusiaan,

memiliki metode-metode penyelidikan. Artinya metode-metode penyelidikan

yang ada dalam dunia keilmuan selalu dipergunakan sebagai cara alat atau cara

untuk menyelidiki obyek formanya. Selain ditujukan untuk kepentingan

kesejahteraan manusia, upaya penyelidikannya ini juga untuk perkembangan ilmu

pengetahuan itu sendiri. Keberadaan suatu ilmu pengetahuan yang semula

sederhana akhirnya terus berkembang menjadi semakin kompleks. Keberhasilan

penemuan kapal terbang yang pada awalnya hanya bisa terbang selama 12 detik

dengan dikayuh kaki beberapa orang, kini sudah sangat jauh kondisinya.

Kecepatan kapal terbang generasi masa kni sudah melampaui kecepatan suara,

sehingga mampu menembus ruang akasa sampai ke bulan, mars, atau planet

lainnya.

5

Page 6: ISBD

Metode-metode penyelidikan ilmu pengetahuan antara lain berupa

metode; observasi, wawancara, angket, demonstrasi, eksperimen, catatan anekdot,

sosiometri, dan lainnya. Tidak semua jenis metode penyelidikan ini selalu

dipergunakan secara bersamaan, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan dan

tujuan yang ingin dicapai. Selain itu masing-masing metode penyelidikan

memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu dalam penggunaannya

kadang-kadang beberapa metode dipadukan secara bersamaan. Dengan cara ini

kekurangan suatu metode dapat dibantu oleh kelebihan metode yang lain.

Seorang dokter dalam menghadapi pasien ia akan mempergunakan

beberapa metode sekaligus. Tujuannya tidak ada lain kecuali untuk memberikan

suatu layanan sebaik mungkin agar pasennya bisa memperoleh kesembuhan.

Ketika menghadapi pasien dokter biasanya akan menanyakan apa yang anda

keluhkan ?, sejak kapan ? dan seterusnya (metode wawancara). Kemudian dokter

meminta kepada pasien agar membuka mulutnya, kemudian dilihat dengan

menggunakan alat senter kecil, dicek denyut jantungnya, tensinya (observasi)

kemudian dibuatkan suatu resep (eksperimen) dengan pesan (wawancara) agar

obatnya diambil di apotik dan diminum misalnya 3 kali sehari, masing-masing 1

tablet. Ada kalanya sambil diberi pesan “kalau tiga hari belum baik silahkan

datang lagi ke sini ya”. Begitu seterusnya hingga pasien betul-betul memperoleh

kesembuhan.

Berbagai metode tersebut bisa juga dipergunakan oleh bidang ilmu

pengetahuan yang lain. Misalnya dalam bidang hukum, ketika seorang polisi

bertanya kepada saksi tentang kejadian suatu perkara (wawancara), penyelidikan

di tempat kejadian perkara (observasi), rekonstruksi kejadian suatu perkara

(demonstrasi), dan seterusnya. Melalui penggunaan metode-metode tersebut,

maka suatu rangkaian kejahatan dapat diungkap, sehingga pelaku dapat dikenai

suatu hukuman sesuai dengan pasal-pasal yang dilanggarnya.

Selanjutnya ilmu pengetahuan bersifat sistematis, maksudnya ialah

bahwa ilmu pengetahuan itu sudah memiliki pembidangan sesuai dengan

jatidirinya. Sudah dikelompokkan sesuai dengan bidangnya, sehingga tidak

bercapurbaur dengan ilmu pengetahuan yang lain. Namun demikian ilmu

pengetahuan satu dengan yang lain tidak selalu dikhotomis, sebab ada seba-gian

6

Page 7: ISBD

ilmu pengetahuan yang berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan yang lain,

sehingga pembahasannya kadang-kadang bersinggungan.

Selain itu sifat sistematis ilmu pengetahuan yaitu terletak pada sifat

pemaparannya yang runtut. Artinya suatu ilmu pengetahuan yang ditulis selalu

mengikuti logika tertentu, sehingga akan membantu konsumennya untuk “segera”

bisa memahami substansi dari ilmu pengetahuan tersebut. Sebuah artikel yang

ditulis oleh seseorang dapat dipastikan telah disusun secara sistematis, agar

pemaparan buah pikiran penulisnya mudah dipahami oleh pembaca. Atau contoh

yang lebih konkrit lagi, sebuah buku yang ditulis oleh pengarangnya, dipaparkan

mulai dari bab I, bab II, bab III, dan seterusnya adalah gambaran sebuah

sistematika pembahasan yang runtut atau sistematis.

Pengertian Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

a. Latarbelakang

Pada mulanya ISBD merupakan dua jenis matakuliah terpisah yang

masing- masing berdiri sendiri dengan nama Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan Ilmu

Budaya Dasar (IBD). Dalam struktur kurikulum perguruan tinggi kedua

matakuliah termasuk komponen matakuliah umum (MKU), yaitu matakuliah

yang diorientasikan kepada upaya untuk membantu perkembangan kepribadian

mahasiswa sebagai calon akademisi agar tidak terjebak ke dalam keahlian atau

disiplin ilmu yang ditekuni. Dengan memperoleh matakuliah umum, kepekaan

dan kepedulian mahasiswa terhadap persoalan-persoalan sosial dan budaya yang

berkembang dalam masyarakat akan semakin tajam, terutama jika nantinya telah

terjun dalam masyarakat.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan

masyarakat terhadap lulusan perguruan tinggi juga semakin kritis. Kualitas

lulusan menjadi bahan perbincangan kalangan calon penggunanya. Masyarakat

menghendaki agar lulusan perguruan tinggi dapat secara langsung diterima di

berbagai bidang lapangan pekerjaan yang dibutuhkan. Kondisi seperti ini

mengharuskan dunia pendidikan terutama perguruan tinggi segera meresponnya.

Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini tanggap terhadap tuntutan

masyarakat tersebut. Kurikulum nasional di perguruan tinggi yang berlaku saat itu

7

Page 8: ISBD

terus diupayakan untuk dikembangkan agar mampu menjawab tuntutan

masyarakat yang semakin kompleks. Upaya ini diawali dengan lahirnya Surat

Keputusan Mendiknas No. 232 tahun 2000, tentang Pedoman Penyusunan Kuri-

kulum Pendidikan Tinggi, dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Berdasarkan

surat keputusan tersebut, Pemerintah tidak lagi menyiapkan kurikulum perguruan

tinggi secara nasional, melainkan setiap perguruan tinggi supaya mengembangkan

sendiri kurikulumnya, sesuai dengan kebutuhan stake holders setempat. Oleh

karena itu di dalam merancang kurikulum, perguruan tinggi diharapkan

melibatkan masyarakat, terutama masyarakat calon pengguna lulusan atau stake

holders tersebut.

Berbeda dengan yang berlaku sebelumnya, di mana setiap terjadi

perkembangan atau perubahan kurikulum, Pemerintah melalui Dirjen Dikti selalu

menyiapkan kurikulum nasional atau kurikulum inti. Perguruan tinggi tinggal

melaksanakan kurikulum tersebut. Namun tidak demikian sebagaimana

dituangkan dalam SK no. 232 tahun 2000 tersebut, di mana setiap perguruan

tinggi diberi kewenangan mengembangkan kurikulum sendiri, sehingga punya ciri

khas perguruan tinggi yang bersangkutan. Dengan mengembangkan kurikulum

sendiri, maka kebutuhan masyarakat terhadap lulusan perguruan tinggi akan

teradopsi. Di sinilah sisi pentingnya perguruan tinggi melibatkan masyarakat

(stake holders) dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum.

Namun dalam perjalanan yang memakan waktu hampir dua tahun

belum semua perguruan tinggi siap menghasilkan kurikulum seperti yang

dikehendaki oleh Dirjen Dikti. Menyikapi kondisi tersebut Pemerintah melalui

Mendiknas segera mengambil langkah, yaitu dengan mengeluarkan SK No. 045

tahun 2002, tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Di dalam SK tersebut

terdapat pengelompokan sejumlah matakuliah yang ada di perguruan tinggi.

Pengelompokan tersebut meliputi : matakuliah pengembangan kepribadian

(MPK), matakuliah keilmuan dan keterampilan (MKK), matakuliah keahlian

berkarya (MKB), matakuliah prilaku berkarya, dan matakuliah berkehidupan

bermasyarakat (MBB).

Kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) merupa-kan

kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia

8

Page 9: ISBD

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang mahaesa dan berbudipekerti

luhur, berkepribadian mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggungjawab

kemasyarakatan dan kebangsaan (Matakuliah Pendidikan Agama, Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia)

Kelompok matakuliah keilmuan dan keterampilan (MKK) merupakan

kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan

landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu. Kelompok matakuliah

keahlian berkarya merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang

bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan ilmu dan

keterampilan yang dikuasai. Kelompok matakuliah perilaku berkarya (MPB)

merupakan bahan kajian dan peajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan

prilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian

berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai.

Sedangkan kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB)

adalah kelompok bahan kajian dan peajaran yang diperlukan seseorang untuk

dapat memahami kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian

dalam berkarya. (ISBD dan IAD)

Untuk kelompok matakuliah MBB secara nasional telah disiapkan

rambu-rambu pelaksanaannya. Rambu-rambu ini dituangkan dalam SK Dirjen

Dikti No. 30/ Dikti/Kep/2003, tentang Rambu-Rambu pelaksanaan Matakuliah

Berkehidupan Bermasyarakat di Perguran Tinggi Indonesia. Di dalam surat

keputusan tersebut kedua matakuliah (ISD dan IBD) yang semula berdiri sendiri

dan termasuk matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) disatukan menjadi

matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, dan masuk komponen Matakuliah

Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).

Walaupun telah diterbitkan SK tersebut, namun kenyataan di lapangan

masih ada perguruan tinggi yang belum merespon positip terhadap keberadaan

matakuliah berkehidupan bermasyarakat. Jurusan dan atau program studi

mengembangkan kurikulum sesuai spesifikasinya sendiri-sendiri. Bahkan ada

yang secara tegas tidak memasukkan MBB ke dalam kurikulumnya, sehingga

matakuliah ISBD bagaikan ditelan zaman. Kondisi ini akhirnya teratasi dengan

lahirnya SK Dirjen Dikti No. 43/Dikti/Kep/2006, tentang Rambu-Rambu

9

Page 10: ISBD

Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadi-an (MPK) di

Perguruan Tinggi, dan No. 44/Dikti/Kep/2006, tentang Rambu-Rambu

Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) di

Perguruan Tinggi. Dengan lahirnya kedua surat keputusan tersebut keberadaan

matakuliah pengembangan kepribadian dan matakuliah berkehidupan masyarakat

menjadi semakin jelas dan mantap. Berdasarkan kedua surat keputusan tersebut,

semua kurikulum perguruan tinggi wajib memuat kedua kelompok matakuliah

tersebut, yaitu Matakuliah Pengembangan Kepribadian yang terdiri atas;

matakuliah PPKn, Pendidikan Agama, dan bahasa Indonesia, dan Matakuliah

Berkehidupan Bermasyarakat yang terdiri atas; matakuliah Ilmu Sosial dan

Budaya dasar, dan Ilmu Kealaman dasar (IAD). Semua jenis matakuliah ini sudah

harus diberlakukannya pada semester ganjil 2006/2007.

b. Pengertian Ilmu Sosial dan Budaya dasar

Seperti dijelaskan di atas bahwa matakuliah ini pada mulanya adalah

matakuliah yang berasal dari dua matakuliah yang terpisah dan berdiri sendiri-

sendiri. Namuan dalam perjalanannya akhirnya berdasarkan surat keputusan

Dirjen Dikti Depdiknas No. 30/Dikti/Kep.2003 kedua matakuliah (ISD dan IBD)

digabung menjadi satu matakuliah dengan nama Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

(ISBD). Sehubungan dengan itu untuk memahaminya kiranya perlu dikenali dari

konsep awalnya masing-masing, yaitu sebagai Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan Ilmu

Budaya Dasar (IBD).

Istilah Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan satu lagi Ilmu

Alamiah dasar, sama sekali tidak mengatakan bahwa matakuliah dengan nama-

nama tersebut masing-masing memperkenalkan dasar-dasar dari ilmu-ilmu sosial,

ilmu-ilmu budaya, dan ilmu-ilmu alamiah. Yang benar adalah bahwa masing-

masing matakuliah tersebut ingin membuka pagar-pagar yang membatasi disiplin-

disiplin yang membentuk masing-masing kelompok ilmu tersebut. Sehubungan

dengan hal tersebut yang dimaksudkan dengan disiplin ilmu adalah: scientific

study of some aspect or segment of reality (penyelidikan ilmiah terhadap beberapa

aspek atau segmen realita). Contoh disiplin ilmu misalnya: sosiologi, filsafat,

fisika, dan lainnya.

10

Page 11: ISBD

Biasanya disiplin-disiplin ilmu yang tergolong IAD dalah: fisika, kimia,

astronomi, geologi, meteorologi, dan biologi. Lima ilmu yang mendahului ini

mewujudkn ilmu-ilmu fisis, sedangkan yang terakhir ilmu-ilmu biotis dengan

rincian utama: zologi, fitologi, dan fisiologi manusia. Adapun ilmu sosial dasar

meliputi dua kelompok utama, yaitu: studi manusia dan masyarakat, dan studi

lembaga-lembaga sosial. Yang terdahulu terdiri atas: psikologi, sosiologi, dan

antropologi, sedangkan yang kemudian terdiri atas ekonomi dan politik. Ilmu

Budaya dasar bisanya dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama seni (sastra, musik,

seni rupa, seni tari dan berpidato), sejarah, agama dan filsafat.

Sejak manusia hidup dalam kondisi sederhana, seni menempati posisi

yang penting dalam kehidupannya sehri-hari. Sejarah umat manusia juga

menunjukkan bahwa di dalam seni itu terdapat beberapa dari kebanyakan ekspresi

manusia yang menonjol dalam pengertiannya atas eksistensinya sendiri. Sastra

yang diajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi berpendekatan kritik

literer, di dalamnya tercakup hakikat sastra, analisisnya, evaluasinya, dan

tempatnya di dalam kehidupan manusia. Adapun seni rupa dan musik seringkali

masih sekedar diajarkan untuk keterampilan seni belaka, jadi belumlah sebagai

pemberian bekal pemerkaya pemilikan budaya intelek bersama.

Sejarah yang diajarkan sebagai disiplin yang menalaah manusia di

dalam dimensi waktu dengan mengutamaan telaahnya pada masa lampaunya.

Manusia di situ dilukiskan sebagai ciptaan Allah, makhluk pencipta budaya dan

makhluk pencipta peradaban. Melalui perubahan budaya dan perubahan

peradaban pengajar sejarah bermaksud memahamkan isi pengalaman buat

manusia di masa lampau serta kondisinya sekarang sebagaimana terdapat berbagai

kelompok kehidupan. Mahasiswa yang mempelajari sejarah diharapkan

menemukan identitasnya sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat agama,

sebagai warga suatu bangsa, dan warga umat manusia. Sehubungan dengan

sejarah kebudayaan haruslah lebih ditonjolkan dari sejarah politik dan sejarah

ekonomi.

Retorika yang ada terbagi menjadi jenis lisan dan yang tertulis

seringkali dipandang sebagai suatu keterampilan belaka dengan akibat bahwa

yang dicapai melalui retorika tertulis hanyalah materi obyektif atau mekanisme

11

Page 12: ISBD

mengungkapkan berdasarkan tata bahsa melalaui komposisi tertulis. Pada hal

tujuan yang sebenarnya dari retorika tertulis adalah melatih mahasiswa untuk

menulis prosa dengan idiom yang baik dan gaya bahasa yang berlaku berdasarkan

logika yang layak. Melalui latihan yang banyak di bawah bimbingan dosen yang

cakap, retorika tertulis harus mampu memberikan keterampilan untuk

meneruskan, berdalih, membuktikan dan menghimbau.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, ditetapkan bahwa retorika

sekedar diajarkan sebagai keterampilan itu harus lain dengan yang diberikan

melalui sejarah sastra dan kritik sastra. Retorika tertulis dekat sekali pertaliannya

dengan linguistik, sejarah bahasa, serta tata bahasa. Dalam mengajarkan retorika

tertulis mahasiswa diajak bergaul dengan logika informal, khususnya bidang yang

terkenal dengan sebutan logical fallacies atau logika semu.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia berkomunikasi dengan

sesamanya secara langsung sehingga membutuhkan retorika lisan. Ilmu Budaya

Dasar jika memberikan retorika lisan haruslah pada praktek berpidato di muka

umum menurut gaya bahasa yang berlaku, berdasarkan struktur bahasa yang logis

dan syarat-syarat keterampilan mengungkapkan pikirannya secara lisan sama

pentingnya yang secara tertulis.

Setelah mengenali pembagian ilmu pengetahuan ke dalam tiga bidang

lapangan ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu sosial, pengetahuan budaya, dan ilmu-ilmu

alamiah) sebagaimana dikemukakan di atas, maka Ilmu Sosial Dasar bersama-

sama dengan Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Alamiah Dasar pada dasarnya

merupakan satuan-satuan pengetahuan yang didasarkan pada pembagian tersebut

di atas, yang merupakan pengetahuan yang dikembangkan sebagai usaha

pendidikan.

Ilmu sosial dasar merupakan pengetahuan yang menelaah masalah-

masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat

Indonesia, dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang

berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu

sosial (geografi sosial, sosiologi, antropologi sosial, ilmu politik, ekonomi

psikologi sosial, dan sejarah)

12

Page 13: ISBD

Dengan demikian Ilmu Sosial dasar merupakan suatu pengetahuan dasar

yang berusaha memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang

konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial agar daya

tanggap, persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial

dapat ditingkatkan. Dengan kemampuan tersebut kepekaan mahasiswa pada

lingkungan sosialnya akan menjadi lebih besar, dan pada akhirnya mahasiswa

terbantu perkembangan wawasan penalaran dan kepribadiannya, khususnya

berkenaan dengan sikap dan tingkah laku dalam menghadapi manusia-manusia

lain, serta sikap dan tingkah laku manusia-manusia lain terhadap manusia yang

bersangkutan secara timbal balik.

Dengan ilmu sosial dasar mahasiswa diharapkan mempunyai tiga

macam kemampuan, yaitu kemampuan personal, akademik, dan profesional.

Kemampuan personal merupakan kemampuan kemampuan kepribadian

yang tampak dalam penampilannya sebagai pribadi bangsa Indonesia, memahami

dan mengenal nilai-niali keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan, serta

memiliki pandangan dan kepekaan yang luas terhadap berbagai masalah yang

dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Selanjutnya kemampuan akademis merupakan kemamapuan untuk

mengkomunikasikan secara ilmiah, hasil lisan maupun tulisan, menguasai teknik

analisis, maupun berpikir logis, kritis, dan sistematis, memiliki kemampuan

konsepsional untuk mengidentifikasikan dan merumuskan masalah yang dihadapi

serta mampu menawarkan alternatif-alternatif pemecahannya.

Kemampuan profesional merupakan kemampuan di bidang profesi

tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini para akademisi

diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam bidang

profesinya.

Selanjutnya Ilmu Budaya Dasar sebagai matakuliah waib di perguruan

tinggi merupakan terjemahan dari istilah Basic Humanities atau pendidikan

humaniora. Humanior atau humanus dalam bahasa Latin berarti manusiawi,

berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari ilmu budaya dasar diharapkan

seseorang menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya, dan lebih halus budi

pekertinya.

13

Page 14: ISBD

Ilmu Budaya Dasar atau Basic Humanities tidak identik dengan The

Humanities (Ilmu tentang Budaya). Ilmu tentang budaya mencakup keahlian

filsafat, agama, seni, dan sejarah. Sedangkan Ilmu Budaya dasar bukanlah ilmu

tentang berbagai budaya, melainkan mengandung pengertian umumnya tentang

konsep-konsep dan teori-teori budaya yang dikembangkan untuk mengkaji

masalah-masalah kebudayaan.

Pendekatan terhadap berbagai masalah budaya tersebut dilakukan

dengan menggunakan berbagai pengetahuan budaya (The Humanities), baik

dengan menggunakan suatu keahlian disiplin ilmu tertentu maupun dengan

menggunakan pendekatan berbagai keahlian atau inter, bahkan multidispliner.

Dengan memperlajari ilmu buadaya dasar mahasiswa diharapkan dapat

mengembangkan kepribadiannya dengan cara memperluas wawasan pemikiran

dan kemampuan kritisnya terhadap masalah-masalah budaya, sehingga daya

tangkap, persepsi dan penalarannya terhadap lingkungan budaya dapat menjadi

lebih peka, halus dan manusiawi.

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar pada dasarnya merupakan gabungan

secara kolaboratif antara ISD dan IBD yang dilandasi SK Dirjen Dikti No,

30/Dikti/Kep/2003. Yang sedikit agak membedakan antara ISBD dengan ISD dan

IBD sebelum dikolaborasi ialah terletak pada titik tekan dalam mencapai sasaran

pembelajaran pada diri mahasiswa. Baik dalam ISD maupun IBD masing-masing

diorientasikan pada usaha membantu perkembangan kepribadian mahasiswa.

Dengan demikian aspek personal tampak menonjol.

Berbeda dengan ISD dan IBD, sasaran pembelajaran mahasiswa dalam

mempelajari ISBD lebih ditekankan kepada aspek perkembangan sosialnya yaitu

dalam kerkehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu kalau ISD dan IBD masuk

dalam kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK), maka ISBD

masuk dalam kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB).

Titik persoalannya sekarang adalah dapatkah ISBD disebut sebagai ilmu

pengetahuan ?

Seperti dijelaskan di atas, bahwa persyaratan suatu ilmu pengetahuan

ialah pertama memiliki obyek, baik materia maupun forma. Kedua memiliki

metode penyelidikan yang dipergunakan untuk mengkaji dan mengembangkan

14

Page 15: ISBD

obyeknya, dan ketiga ialah sistematis. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)

pada dasarnya masih belum termasuk kategori sebagai kelompok ilmu

pengetahuan, karena belum secara spesifik memiliki obyek forma. Bahkan ISBD

dapat digolongkan sebagai pengetahuan dasar yang relatif masih sangat muda.

Dikatakan sangat muda, karena ISBD merupakan perpaduan antara kedua

pengetahuan dasar yang ada sebelumnya, yaitu Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu

Budaya dasar. Masing-masing memiliki kajian fenomental yang berhubungan

secara langsung dengan kehidupan manusia. Ilmu Sosial Dasar banyak mengkaji

masalah-masalah sosial dalam kehidupa manusia, sedangkan Ilmu Budaya Dasar

mengkaji berbagai aspek kehdupan yang terkait dengan masalah budaya.

Mengingat bidang kajian kedua kelompok pengetahuan dasar ini yang relatif

dekat dengan kehidupan manusia, maka berdasarkan keputusan Dirjen Dikti No30

tersebut di atas, kedua ilmu pengetahuan dasar ini dikolaborasikan, dengan nama

baru Ilmu Sosial dan Budaya Dasar atau disingkat ISBD. Jadi ISBD bukanlah

suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu pengetahuan

mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia

sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud

daripadanya. Oleh karena itu fungsi ISBD merupakan suatu usaha yang

diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang

konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial

kebudayaan agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran mahasiswa dalam

menghadapi lingkungan sosial budaya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan

mahasiswa pada lingkungannya menjadi lebih besar.

c. Ruang lingkup ISBD

Sebagai matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) mata kuliah

ISBD dirancang untuk membekali mahasiswa sebagai calon akdemisi agar

nantinya memiliki tiga kemampuan dasar yaitu: personal, akademis, dan

kemampuan profesional.

Kemampuan personal yaitu kemampuan kepribadian, di mana para

akademisi diharapkan memiliki wawasan pengetahuan dan kemam-puan, sehingga

mampu menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan

15

Page 16: ISBD

kepribadian Indonesia, memahamidan mengenal nilai-nilai keagamaan,

kemasyarakatan dan kenegaraan, seta memiliki pandangan yang luas dan

kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Kemampuan akademis yaitu suatu kemampuan untuk berkomuni-kasi

secara ilmiah baik lisan maupun tulisan , menguasai berbagai treknik analisis,

maupun berpikir logis, kritis, sistematis, analitis, memiliki kemampuan

konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi,

seta mampu menawarkan alternatif pemecahan.

Kemampuan profesional : kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli

yang bersangkutan, para ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan

yang tinggi dalam bidang profesinya.

Untuk mencapai ketiga kemampuan di atas, maka diperlukan sejumlah

bahan kajian yang akan dioperasionalkan dalam bentuk pembelajaran. Bahan

kajian tersebut meliputi :

1) Pendahuluan (pengantar ISBD)

2) Manusia sebagai Makhluk Budaya

3) Manusia dan Peradaban

4) Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

5) Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

6) Manusia, nilai, moralitas, dan hukum

7) Manusia, sains, teknologi dan seni

8) Manusia dan lingkungan

3. ISBD Sebagai Komponen MBB

ISBD sebagai bagian komponen Mata Kuliah Berkehidupan

bermasyarakat (MBB) mempunyai tema pokok, yaitu hubungan timbal balik

antara manusia dengan lingkungannya. Manusia adalah makhluk yang

membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Manusia tidak akan

mampu hidup sendiri tanpa ada bantuan dari pihak lain. Dibandingkan dengan

hewan, keberadaan manusia pada saat baru lahir sangat lemah, tidak berdaya dan

tidak akan mungkin bisa bertahan hidup tanpa ada manusia lainnya. Naluri

seorang ibu yang baru melahirkan anaknya akan otomatis tergerak untuk mau

16

Page 17: ISBD

menyusui anaknya, walaupun sebelumnya belum pernah belajar bagaimana cara

menyusui. Komunikasi antara anak dengan ibu melalui kontak menyusui sudah

merupakan indikator ketergantungan antara satu manusia dengan lainnya. Hal ini

tentu agak berbeda dengan yang dialami oleh hewan. Seekor anak ayam yang baru

menetas walaupun tanpa ada induknya, ia akan mampu berusaha mencari

makanan untuk dirinya, sehingga ia mampu untuk bertahan hidup dan

berkembang.

4. Pendekatan dan Metode Pembelajaran ISBD

Seperti matakuliah yang lain matakuliah ISBD disajikan kepada

mahasiswa untuk dikaji bersama melalui interaksi edukatif yang disebut dengan

proses pembelajaran. Yang terpenting dalam proses pembelajaran tersebut ialah

bagaimana dosen mampu menyediakan lingkungan belajar yang bisa membuat

mahasiswa belajar. Untuk itu proses pembelajaran ISBD akan mempergunakan

berbagai pendekatan dengan prinsip mahasiswa dapat belajar.

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, yaitu dari belum

tahu menjadi tahu kognitif), dari belum baik menjadi baik (afektif), dan dari

belum terampil menjadi terampil (psikomotorik). Ketiga ranah ini yang menjadi

sasaran belajar dengan titik tekan berada pada aspek sikap (afekti), yaitu sikap

berkehidupan bermasyarakat.

Semua proses pembelajaran akan diorientasikan kepada belajar yang

berpusat pada aktivitas mahasiswa (student active learning). Untuk mengarah

pada sasaran ini metode pembelajarannya adalah melalui: ceramah, diskusi,

tanya jawab, bermain peran (demonstrasi), penelitian sosial budaya, pentas

kreatifitas, dan apresiasi seni budaya, kolaborasi, dan problem solving)

5. Pemecahan Masalah Sosial Budaya

Masalah sosial budaya merupakan suatu kondisi atau perkembangan yang

terwujud dalam masyarakat dan budayanya yang berdasarkan atas studi,

mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan

warga masyarakat secara keseluruhan. Masalah ini meliputi hal-hal sebagai

berikut.

17

Page 18: ISBD

1) Berbagai kenyataan yang bersama-sama merupakan masalah

sosial budaya yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri maupun

sebagai pendekatan gabungan (antar bidang)

2) Adanya keanekaragaman golongan dan kesatuan sosial lain

dalam masyarakat, yang masing-masing mempunyai kepentingan

kebutuhan seta pola-pola pemikiran dan pola-pola tingkah laku sendiri,

yang didalamya terdapat persamaan, perbedaan, yang dapat

menimbulkan pertentangan-pertentangan maupun kerjasama.

3) ISBD menggunakan pendekatan-secara komprehensif dari

berbagai cabang ilmu untuk memecahkan masalah sosial, di antaranya :

a) Sosiologi

b) Antropologi Sosial dan Budaya

c) Ilmu Sejarah

d) Ilmu Ekonomi

e) Ilmu Hukum

f) Ilmu Politik

g) Geografi

h) Psikologi sosial

6. Sistem Evaluasi Pembelajaran ISBD

Evaluasi hasil belajar keberhasilan mahasiswa akan diukur melalui dua

tahap, yaitu evaluasi dalam proses dan produk. Evaluasi dalam proses

dimaksudkan untuk mengukur kadar keterlibatan fisik, mental, dan emosional

mahasiswa selama dalam proses pembelajaran. Evaluasi proses ini lebih

dititikberatkan pada aspek pembentukan prilaku (afektif), dan keterampilan

selama dalam proses pembelajaran. Proses evaluasi dilakukan melalui pengamatan

sejak mahasiswa masuk di kelas; bagaimana ketepatan waktunya, sikap dan

prilakunya selamam di ruang kelas, aktivitas dan partisipasinya dalam proses

pembelajaran.

Sementara evaluasi produk lebih menitikberatkan pada pengukuran aspek

kognitif melalui tes tulis. Tes tulis dapat berupa tes insidental, ujian tengah

semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS).

18

Page 19: ISBD

Secara rinci aspek yang dinilai baik yang menyangkut masalah penilaian

proses maupun produk meliputi hal berikut.

1) Kedisiplinan dan partisipasi kuliah, termasuk dalam diskusi

2) Ujian tengah semester

3) Ujian akhir semester

4) Pertugasan.

a. Pembuatan makalah (kelompok dan mandiri)

b. Presentasi di kelas

c. Partisipasi dalam perkuliahan

MATRIK EVALUASI

No Bentuk penilaian Bobot Penilai

1.

2.

3.

Pertugasan a. pembuatan makalah b. presentasi di kelasc. disiplin dan partisipasi

dalam perkuliahanUjian tengah Semester (UTS)

Ujian akhir semester (UAS)

30%

30%

40%

Dosen

Dosen

Dosen

JUMLAH 100%

19