irt kerajinan kerudung

40
LAPORAN HASIL PENGAMATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) INDUSTRI KERAJINAN KERUDUNG Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Disusun Oleh: Devi Naviandari 12100112019 Regi Fauzan 12100112029 Tito M. Taufik 12100111021 Preseptor: Titik Respati, drg., M.Sc., PH. Purwitasari, dr. Program Pendidikan Profesi Dokter

Upload: fozangie

Post on 29-Nov-2015

88 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ckey

TRANSCRIPT

LAPORAN HASIL PENGAMATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)

INDUSTRI KERAJINAN KERUDUNG

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Disusun Oleh:Devi Naviandari 12100112019Regi Fauzan 12100112029Tito M. Taufik 12100111021

Preseptor:Titik Respati, drg., M.Sc., PH.

Purwitasari, dr.

Program Pendidikan Profesi DokterBagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung2013

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt.karena atas

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalahtepat pada

waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat pada Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) Fakultas

Kedokteran Univesitas Islam Bandung.

Makalah dengan judul “Laporan Hasil Pengamatan Industri Rumah

Tangga - Industri Kerajinan Kerudung” merupakan hasil pengamatan terhadap

salah satu industri rumah tangga yang terletak di wilayah kerja Puskesmas

Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak terdapat

kekurangan dan kelemahan yang disebakan oleh keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman penulis. Oleh sebab itu, demi bertambahnya wawasan dan

pengetahuan penulis dalam penyusunan makalah dikemudian hari, penulis dengan

lapang dada menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan, pengarahan baik moral maupun material yang tidak ternilai besarnya

dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada Prof. Dr. Hj. Ieva B. Akbar, dr., MS. AIF selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (FK Unisba). Budiman, dr.,

selaku koordinator Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pendidikan Profesi

Dokter (P3D) FK Unisba. Titik Respati, drg., M.Sc., PH selaku preseptor utama

ii

Kelompok III bagian IKM P3D FK Unisba. Purwitasari, dr., selaku preseptor

lapangan Kelompok III bagian IKM P3D FK Unisba sekaligus selaku Kepala

Puskesmas Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Seluruh

staf Puskesmas Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung dan

semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya.

Selain ucapan terima kasih, penulis juga inginmenyampaikan permohonan

maaf kepada semua pihak apabila selama pembuatan makalah ini, penulis banyak

melakukan sesuatu yang tidak berkenan.

Semoga amal ibadah kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis

mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.Akhirnya dengan segala

kerendahan hati penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi siapa saja yang

membacanya.

Dayeuhkolot, Oktober 2013

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………...………………………………...……. ii

DAFTAR ISI ……………………...……………………………...……... iv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..... vi

BAB I HASIL PENGAMATAN ….…………………………………….. 1

1.1 Pendahuluan ……………………………………………….

1.2 Profil Industri Rumah Tangga (IRT) ……………………...

1.3 Pekerja .....................................................................

1.3.1 Kesehatan dan Keselamatan Pekerja………....…...

1.3.2 Kebiasaan Pekerja ...........................................

1.4 Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi….………………...

1.4.1 Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi Bangunan…...

1.4.2 Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi Fasilitas……..

1

1

2

2

4

4

4

5

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................

2.1 Hiperkes ……………………………………………………

2.1.1 Pendahuluan ……………………………………….

2.1.2 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit-Penyakit Umum dan Akibat Kerja pada Tenaga Kerja ………

2.1.3 Pemeliharaan Kesehatan dan Gizi Tenaga Kerja ….

2.1.4 Pemeliharaan dan Peningkatan Efisiensi Serta

14

14

14

14

15

iv

Produktivitas Tenaga Kerja Melalui Berbagai Aspek

2.2 Keselamatan Kerja …………………………………………

2.2.1 Pendahuluan ………………………………………..

2.2.2 Proses Produksi …………………………………….

2.2.3 Peralatan dan Bahan yang Digunakan Dalam Produksi ……………………………………………

2.2.4 Sistem dan Cara Kerja di Perusahaan dan Lingkungan Kerja ………………………………….

15

16

16

16

16

17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………..

3.1 Kesimpulan …………………………………………………

4.2 Saran ………………………………………………………...

18

18

18

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 20

LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 21

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Iritasi Pada Kulit Tangan Pekerja...............................................

.......................................................................................................3

Gambar 1.2 Posisi saat Bekerja.......................................................................

.......................................................................................................3

Gambar 1.3 Alat dan Bahan Produksi.............................................................

.......................................................................................................7

Gambar 1.4 Kain yang hancur akibat sering terkena Bahan Semprotan........

.....................................................................................................11

Gambar 1.5 Alur Proses Produksi...................................................................

.....................................................................................................11

Gambar 1.6 Proses Penyemprotan (air brush) dan Proses Gambar Manual. .

.....................................................................................................12

Gambar 1.7 Proses Penjemuran......................................................................

.....................................................................................................12

vi

BAB I

HASIL PENGAMATAN

1.1 Pendahuluan

Sebagai suatu industri rumah tangga (IRT) di bidang konveksi, IRT

haruslah memenuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu,

kami melakukan suatu observasi dan wawancara di IRT pembuatan kerajinan

kerudung. Observasi yang kami lakukan adalah dengan mengamati secara

langsung serta wawancara terhadapa pemilik serta para pekerja mengenai faktor-

faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja baik pada

tempat produksi, alat dan bahan produksi, cara pembuatan, kebersihan dan

kebiasaan pekerja, dan lain sebagainya berdasarkan Sentra Informasi Keracunan

Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI tahun

2012 serta Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.223.04.12.2206 tahun

2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga

(CPPB-IRT).1,2

1.2 Profil Industri Rumah Tangga (IRT)

IRT kerajinan kerudung ini berlokasi di Jalan Bojongasih RT 11 RW 05

Desa Dayeuhkolot Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung, tepatnya berada

di lantai 2 rumah pemiliknya. IRT ini berdiri sejak tahun 2002, dengan modal

pribadi pemilik.

1

1.3 Pekerja

Jumlah pekerja yang terdapat pada industri ini adalah 25 orang dengan

rentang usia 16 hingga 40 tahun dengan rata-rata usia 25 tahun, namun dengan

status pegawai tidak tetap. Proses kerajinan kerudung dilakukan setiap hari sesuai

dengan pesanan. Tidak ada pembagian kerja, semua proses dari awal hingga akhir

dilakukan sendiri oleh masing-masing pekerja. Setiap hari pekerja bekerja paling

pagi mulai pukul 07.00 hingga paling sore pukul 17.00 tanpa ketentuan jam

istirahat, di sini pekerja dapat beristirahat bebas. Pekerja diberi upah Rp10.000,-

hingga Rp30.000,- untuk setiap kodi kerudung tergantung pola atau model. Target

produksinya adalah 10 kodi tiap pekerja. Pelatihan pekerja dilakukan langsung

oleh pemilik selama lebih kurang 1-2 jam saat kedatangan pekerja.

1.3.1 Kesehatan dan Keselamatan Pekerja

Pekerja yang bekerja tidak sedang menderita penyakit menular, namun

sering mengeluhkan pegal dan panas di tangan, disertai dengan kulit yang merah

atau mengelupas (dermatitis), batuk, mata perih dan merah, nyeri pinggang dan

pegal-pegal akibat posisi kerja yang sama dalam waktu yang lama (posisi

jongkok). Pekerja juga tidak menggunakan alat perlindungan diri (APD) seperti

sarung tangan, masker, kacamata, dan sarung kaki. Pemilik IRT pun tidak

menyediakan jaminan kesehatan dan fasilitas kesehatan seperti APD serta kotak

pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Tidak terdapat pemeriksaan

kesehatan yang rutin untuk para pekerja, jika ada pekerja yang sakit atau

mengalami kecelakaan kerja, biaya kesehatannya tidak sepenuhnya ditanggung

2

oleh pemilik industri. Sebagian besar pekerja mengaku merasa bosan dan suntuk,

hal ini menunjukkan pekerjaan tersebut kurang baik bagi kesehatan psikososial

pekerja. Untuk pemeliharaan gizi, pemilik tidak menyediakan makanan untuk para

pekerja.

Gambar 1.1 Iritasi pada Kulit Tangan Pekerja

Gambar 1.2 Posisi saat Bekerja

3

1.3.2 Kebiasaan Pekerja

Sebelum bekerja pemilik IRT menyerankan pekerja untuk mencuci tangan

dengan cuka bukan dengan sabun, hal ini dikarenakan ketika mulai produksi

tangan pekerja terasa panas, terutama setelah menggunakan sabun kemudian

menggunakan sarung tangan. Saat observasi berlangsung, terdapat pekerja

merokok saat bekerja, hal ini sangat berbahaya karena dapat terjadi reaksi rokok

dengan bahan-bahan produksi sehingga dapat menimbulkan ledakan atau

kebakaran.

1.4 Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi

Observasi terhadap higiene dan sanitasi IRT yang kami lakukan adalah

berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.223.04.12.2206 tahun

2012 tentang CPPB-IRT.1 Variabel dan komponen penilaian yang digunakan

sebagai penilaian terhadap pemenuhan persyaratan higiene dan sanitasi IRT yaitu:

1. Bangunan

2. Fasilitas

1.4.1 Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi Bangunan

Letak bangunan ada di sekitar pemukiman warga. Ruangan produksi

tampak sempit, namun mudah dibersihkan. Ruangan produksi terpisah dari

gudang dan terdapat tempat istirahat yang sekaligus menjadi mushola bagi

pekerjanya. Konstruksinya terbuat dari bahan yang tahan lama. Konstruksinya

meliputi lantai yang terbuat dari bahan keramik yang kedap air, kuat dan rata,

4

tetapi licin terutama ketika banyak ceceran dari cairan yang digunakan untuk

penyemprotan menetes sehingga lantai menjadi kotor, licin dan berbahaya akibat

cairan kimia dapat terjadi iritasi pada kulit. Dinding atau pemisah ruangan

tersusun oleh tembok yang kuat dan permukaan rata, namun kondisinya lembab.

Untuk ruangan kerja bagian dalam memiliki atap seperti bangunan rumah,

sedangkan untuk di luar kadang memakai terpal, kondisinya kuat, tidak bocor,

tetapi kurang bersih. Ventilasi cukup sehingga sirkulasi udara berjalan lancer,

sebagian besar pintu pada ruangan tidak ditutup dan digunakan sebagai ventilasi.

1.4.2 Hasil Observasi Higiene dan Sanitasi Fasilitas

Sumber pencahayaan mengandalkan sinar matahari. Tidak terdapat meja

dan kursi untuk memudahkan pekerja melakukan penyemprotan warna atau

membuat pola oleh sebab itu posisi bekerja tidak ergonomis sehingga pekerja

sering mengeluhkan pegal-pegal pada tangan, bahu dan rasa sakit pada pinggang.

Terdapat toilet yang dilengkapi air bersih untuk cuci tangan disertai dengan sabun.

Terdapat tempat sampah yang tertutup. Proses produksi ini tidak menghasilkan

limbah cair karena cairan berbahan kimia yang disemprotkan selalu habis pakai,

maka tidak terdapat saluran pembuangan air limbah (SPAL) serta instalasi

pengolahan air limbah (IPAL). Sisa produksi berupa kain bekas dimanfaatkan

kembali oleh para pekeja sebagai alas, dan sebagian kain yang gagal dalam

proses produksi didaur ulang dari proses pewarnaan kain, sehingga tidak terdapat

tempat penampungan limbah padat.

5

1.5 Alat dan Bahan Produksi

1.5.1 Alat Produksi

Seluruh alat yang digunakan saat proses produksi berlangsung dalam

keadaan baik, tanpa kerusakan. Alat-alat yang digunakan antara lain:

1. Cetakan dari kertas

2. Alas dari kain sisa produksi yang tidak terpakai

3. Alat semprot/semprotan

4. Kuas dan tempat bahan

1.5.2 Bahan Produksi

Bahan yang digunakan selama produksi antara lain:

1. Kain rayon berwarna yang sudah dipotong

2. Bahan semprot yang diracik sendiri oleh pemilik, terdiri dari:

a. Kaporit cair

b. Cuka 98%

c. Soda api

d. Emulsi, dalam hal ini pemilik tidak menjelaskan emulsi apa yang

digunakan

e. Gresita (diperkirakan nama merk bahan kimia)

f. Binder atau resin

3. Hiasan berupa campuran lem dan gliter

6

Gambar 1.3 Alat dan Bahan Produksi

1.5.2.1 Bahan yang Berpotensi Bahaya

Bahan-bahan yang disemprotkan pada kain adalah racikan pemilik IRT

sendiri, sebagian besar merupakan bahan kimia yang dapat menimbulkan hazard

atau bahaya. Pemilik menyebutkan sebelumnya telah beberapa kali melakukan

percobaan dengan konsultasi kepada ahli kimia sehingga akhirnya menemukan

racikan yang pas. Sebelumnya pemilik mengaku pernah terjadi percikan atau

ledakan kecil saat mencampur bahan-bahan tersebut, namun sampai saat ini kadar

dan takaran dari bahan-bahan tersebut hanya diketahui oleh pemilik. Pekerja juga

melaporkan bahwa terdapat kain sisa sebagai alas atau lap yang sobek akibat

terlalu sering terpapar bahan semprotan. Beberapa tahun silam ada komplain

terhadap pemilik perusahaan karena pelanggan mengalami iritasi kulit setelah

7

menggunakan kerudung hasil produksi. Beberapa bahan yang diduga memiliki

potensi bahaya antara lain:

1. Soda api

Soda api termasuk dalam golongan basa kuat. Bekerja dengan basa kuat harus

menggunakan gunakan sarung tangan, kacamata pelindung dan tongkat

penjepit Percikan bahan-bahan kimia basa harus segera dicuci dengan sabun

dan air atau antidote yang khusus. Jika terhirup dapat menyebabkan iritasi

membran mukosa dan saluran napas bagian atas. Jika kontak dengan kulit

dapat menyebabkan iritasi kulit dan sangat berbahaya jika terabsorbsi melalui

kulit. Kontak dengan mata menyebabkan iritasi mata dan jika tertelan dapat

menyebabkan iritasi saluran cerna.2

2. Lem (Polivinil Asetat)

Sinonim atau nama dagangnya adalah acetic acid ethenyl ester, homopolymer;

Ethenyl acetate, homopolymer; Acetic acid vinyl ester, polimers; Poly(vinyl

acetate). Polivinil asetat ini memiliki risio utama yaitu dapat menyebabkan

iritasi kulit, mata, saluran napas, dan saluran cerna.2

3. Kaporit

Kaporit atau klorin dapat merusak lapisan kolagen pada kulit sehingga terjadi

proses penuaan melalui perusakan sel. Kaporit merusak lapisan pelindung

kulit, menyebabkan kulit terasa ketat dan kering. Kaporit merupakan salah satu

pemicu terjadinya keratinisasi kulit. Pada rambut dapat merusak batang rambut

dan mengiritasi kulit kepala dan memperburuk kondisi ketombe dan rambut

rontok, pada rambut yang mengalami proses kimia seperti pewarnaan,

8

pengeritingan dan pelurusan (rebonding) akan semakin kering dan mudah

patah. Pada mata dapat menyebabkan iritasi dan jika terhirup akan

menyebabkan iritasi saluran napas dengan gejala batuk-batuk.3

4. Cuka (Asam Asetat) 98%

Cuka 98% dapat berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan secara akut

terutama pada selaput lendir mata, mulut dan saluran pernapasan. Tersentuh

dengan kulit dapat menghasilkan luka bakar dan jika terhirup tersebut akan

menghasilkan iritasi pada saluran pernapasan, yang ditandai dengan batuk,

tersedak, atau sesak napas. Radang pada mata ditandai dengan mata kemerahan

dan gatal. Radang kulit yang ditandai dengan gatal, merah pada kulit. Paparan

cuka secara kronis menyebabkan efek mutagenik sel somatik mamalia,

mutagenik untuk bakteri dan  ragi. Substansi mungkin beracun untuk ginjal,

mukosa, selaput, kulit, gigi. Jika terkena zat ini secara berkelanjutan dapat

merusak organ saraf. Terkena dalam waktu yang lama dengan  zat tersebut

dapat menghasilkan iritasi mata kronis dan iritasi kulit yang parah,

menyebabkan iritasi saluran pernapasan, menyebabkan serangan infeksi

bronkus. Cuka juga bereaksi dengan logam untuk menghasilkan gas hidrogen

yang mudah terbakar. Hal ini akan memicu pada kontak dengan kalium-ters-

butoksida. Uap asam asetat memungkinkan membentuk ledakan campuran

dengan udara. Reaksi antara asam asetat dan bahan-bahan seperti 5-

azidotetrazole, pentafluoride brom, kromium trioksida, hidrogen peroksida,

kalium permanganat, natrium peroksida, dan triklorida phorphorus berpotensi

9

menimbulkan ledakan. Reaksi derajat antara klorin trifluorida dan asam asetat

sangat keras, kadang-kadang eksplosif.2

5. Resin atau Binder atau Polietilen Tereftalat (PET)

Resin atau binder merupakan komponen utama dalam cat yang berfungsi

merekatkan komponen komponen yang ada dan melekatkan keseluruhan bahan

pada permukaan suatu bahan (membentuk f ilm). Resin jenis ini secara alamiah

polymer-nya sudah cukup besar sehingga film yang terbentuk sekalipun tidak

terjadi reaksi kimia sudah cukup kuat dan padat. Resin mengering atau

mengeras karena ada reaksi kimia antara komponen udara (oksigen atau air)

dengan resin tersebut membentuk molekul-molekul baru yanglebih besar dan

saling berikatan satu sama lain. Resin Alkyd atau Natural Oil (atau kombinasi

keduanya) mempunyai ikatanrangkap (tak jenuh) dalam struktur molekulnya,

oleh karenanya resin ini bersifat reaktif terhadap oksigen, namun pada

temperatur ruang raktifitasnya masihkurang, perlu ditingkatkan reaktifitasnya

dengan penambahan katalis (dryer) jika akan dipakai. Dalam kondisi normal

penggunaan dari produk resin diharapkan tidak menimbulkan bahaya darurat.

Bahaya dari debu yang dihasilkan dari resin. Pemanasan kering di atas 383º F

(195 ºC) dapat menyebabkan gas dan uap yang mampu mengiritasi secara kuat.

Bahaya utama terhadap kesehatan dapat mengiritasi saluran pernafasan berupa

batuk dan penyumbatan, pada kulit lelehan dari resin dapat menyebabkan luka

bakar, sedangkan pada mata dapat mengiritasi mata dan menyebabkan

kemerahan pada mata.2

10

Gambar 1.4 Kain yang Hancur akibat sering terkena Bahan Semprotan

1.6 Proses Produksi

Proses produksi yang berlangsung, berawal dari bahan setengah jadi yaitu

kain rayon gulung yang telah dipotong dan diwarnai, setelah itu dilakukan

penyemprotan (air brush) sesuai dengan pola pada kertas cetakan, kemudian

cetakan diangkat dan ditunggu selama 4 menit hingga warna terangkat.

Kain rayon yang sudah dipotong dan diwarnai

Dilakukan penyemprotan sesuai pola (air brush)

4 menit

Gambar manual

5-10 menit

Penjemuran

6 jam

Pemotongan dan penjahitan à packing à distribusi

Gambar 1.5 Alur Proses Produksi

11

Selanjutnya dilakukan gambar manual dengan kuas dan hiasan dari bahan

gliter dal lem selama sekitar 5-10 menit, setelah itu dilakukan penjemuran selama

lebih kurang 6 jam. Proses produksi berakhir hingga proses penjemuran, untuk

selanjutnya proses pemotongan sisa kain, penjahitan, dan packing dilakukan di

tukang jahit.

Gambar 1.6 Proses Penyemprotan (air brush) dan Proses Gambar Manual

Gambar 1.6 Proses Penjemuran

12

1.7 Proses Pemasaran

Proses pemasaran atau distribusi dilakukan sendiri oleh pemilik

menggunakan kendaraan pribadi. Target pemasarannya adalah penjual di pasar

lokal, pasar daerah luar kota hingga luar negeri .

13

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hiperkes

2.1.1 Pendahuluan

Hiperkes merupakan lapangan ilmu dan teknologi beserta prakteknya yang

bersifat multidisipliner dalam pengendalian efek samping kemajuan teknologi

dengan tujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Ruang

lingkup yang akan dibahas dalam Hiperkes diantaranya:4

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit umum dan akibat kerja

pada tenaga kerja.

2. Pemeliharaan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

3. Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi serta produktivitas tenaga kerja

melalui berbagai aspek.

2.1.2 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit-Penyakit Umum dan

Akibat Kerja pada Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap industri rumah

tangga kerajinan kerudung ini, terdapat penyakit yang paling sering pada para

pekerja yaitu iritasi pada kulit (dermatitis), iritasi saluran pernafasan (batuk), dan

iritasi pada mata (mata perih dan merah). Penyakit-penyakit tersebut dapat

disebabkan akibat bahan-bahan produksi yang sebagian besar merupakan bahan

kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya atau penyakit tersebut dapat muncul

14

bukan karena bahan produksi tersebut. Selain itu, terdapat penyakit yang muncul

akibat posisi kerja yang sama dalam waktu yang lama seperti pegal-pegal pada

tangan, bahu dan nyeri pinggang. Dalam hal ini, ketiadaan meja dan kursi

mengharuskan pekerja bekerja dalam posisi jongkok dalam waktu yang lama.

2.1.3 Pemeliharaan Kesehatan dan Gizi Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap IRT kerajinan

kerudung ini, kami menemukan bahwa tidak terdapat pemeriksaan kesehatan

rutin, tidak disediakan asuransi kesehatan, APD dan kotak P3K. Pemeliharaan gizi

juga tidak dilaksanakan karena tidak disediakan makanan oleh pemilik IRT.

2.1.4 Pemeliharaan dan Peningkatan Efisiensi Serta Produktivitas Tenaga

Kerja Melalui Berbagai Aspek

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap industri rumah

tangga kerajinan kerudung ini, kami mendapatkan bahwa tidak ada pembagian

kerja bagi para pekerja, semua proses dari awal hingga akhir dilakukan sendiri

oleh masing-masing pekerja, ditambah lagi posisi kerja yang monoton

menyebabkan kebosanan bagi para pekerja yang akhirnya akan menurunkan

efisiensi dan produktivitas kerja.

15

2.2 Keselamatan Kerja

2.2.1 Pendahuluan

Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengelohannya, landasan tempat kerja dan

lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Ruang lingkup yang akan

dibahas dalam keselamatan kerja diantaranya:4

1. Proses produksi.

2. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam produksi.

3. Sistem dan cara kerja di perusahaan dan lingkungan kerja.

2.2.2 Proses Produksi

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap proses industri

rumah tangga kerajinan kerudung ini, kami menemukan bahwa para pekerja

berada dalam posisi yang sama secara terus menerus sehingga rentan terhadap

penyakit nyeri punggung, pinggang dan bahu.

2.2.3 Peralatan dan Bahan yang Digunakan Dalam Produksi

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap peralatan dan

bahan yang digunakan dalam industri rumah tangga kerajinan kerudung ini, kami

menemukan bahan-bahan kimia yang berbahaya terhadap para pekerja antara lain

Bahan-bahan yang disemprotkan pada kain adalah racikan pemilik IRT sendiri,

sebagian besar merupakan bahan kimia yang dapat menimbulkan hazard atau

bahaya. Pemilik menyebutkan sebelumnya telah beberapa kali melakukan

16

percobaan dengan konsultasi kepada ahli kimia sehingga akhirnya menemukan

racikan yang pas. Sebelumnya pemilik mengaku pernah terjadi percikan atau

ledakan kecil saat mencampur bahan-bahan tersebut, namun sampai saat ini kadar

dan takaran dari bahan-bahan tersebut hanya diketahui oleh pemilik. Beberapa

bahan yang diduga memiliki potensi bahaya yaitu campuran bahan soda api, lem

(Polivinil Asetat), kaporit atau klorin, cuka (Asam Asetat) 98%, dan resin (binder

atau Polietilen Tereftalat (PET)), dengan potensi bahaya yang mungkin timbul

adalah yang paling ringan dari iritasi kulit, mata dan saluran pernapasan hingga

mutasi genetik dan timbulnya kebakaran dari ledakan akibat reaksi kimia.

2.2.4 Sistem dan Cara Kerja di Perusahaan dan Lingkungan Kerja

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terhadap sistem dan cara

kerja di perusahaan dan lingkungan kerja, kami menemukan bahwa suasana

lingkungan kerja cukup kondusif terhadap pekerja. Jam masuk, jam keluar dan

jam istirahat dibebaskan sehingga menjadi keuntungan tersendiri untuk para

pekerja, namun target produksi dari pemilik IRT serta upah yang dipatok per kodi

mengharuskan pekerja bekerja lebih giat dan rajin atas kesadaran dan kemauan

diri sendiri.

17

18

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di industri rumah

tangga kerajinan kerudung yang berlokasi di Jalan Bojongasih RT 11 RW 05 Desa

Dayeuhkolot Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung dapat disimpulkan

bahwa:

1. Gambaran umum kesehatan lingkungan industri kerajinan kerudung, ditinjau

dari segi higiene dan sanitasi bangunan dan fasilitas yang ada belum cukup

baik.

2. Tidak tersedia fasilitas kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja seperti

asuransi kesehatan, penyediaan makanan, pemeriksaan kesehatan rutin,

penyediaan APD dan P3K.

3. Bahan-bahan yang digunakan untuk kerajinan kerudung sebagian besar

merupakan bahan kimia berpotensi menimbulkan reaksi kimia yang bahaya

dan dapat menimbulkan penyakit.

3.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka saran yang

dapat kami berikan yaitu:

1. Bagi puskesmas, untuk melakukan edukasi kepada pemilik perusahaan

mengenai desain bangunan serta fasilitas yang mendukung proses produksi,

19

bahaya bahan-bahan kimia terutama untuk kesehatan dalam jangka waktu

pendek dan panjang, serta kepentingan ketersediaan APD, dan P3K untuk para

pekerja. Pengawasan dan kunjungan terhadap industri rumah tangga perlu

dilaksanakan secara rutin, terutama menyangkut higienitas perusahan,

kesehatan dan keselamatan kerja, termasuk di dalamnya pemeriksaan

kesehatan rutin.

2. Bagi pemilik atau pengelola industri rumah tangga (IRT), agar lebih

memperhatikan desain bangunan, penyediaan fasilitas meja dan kursi, serta

APD dan P3K. Selain itu, lebih memperhatikan kesehatan para pekerjanya

dengan memeriksakan kesehatan secara berkala ke Puskesmas.

3. Bagi peneliti, untuk selanjutnya dapat dilakukan penelitian ke beberapa industri

rumah tangga lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas Dayeuhkolot,

karena hiperkes atau upaya kesehatan dan keselamatan kerja belum menjadi

upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas Dayeuhkolot dan sulit

dijangkau oleh puskesmas karena jumlahnya yang banyak dan berbagai jenis

serta lokasinya di pelosok. Setelah para peneliti mengetahui masalah-masalah

yang ada di IRT, dapat dirumuskan pemecahan masalahnya serta dapat

menjadi masukan untuk Puskesmas Dayeuhkolot.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga.

2. Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI tahun 2012 (resin, lem, asam)

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1999 tentang Syarat-Syarat Pengawasan Kualitas Air (kaporit)

4. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta, Rineka Cipta: 2007.

20

LAMPIRAN

Lampiran 1

Gambar yang diambil ketika penulis melakukan intervensi dengan

memberikan edukasi kepada pemilik IRT, serta penyerahan APD berupa masker

dan kotak P3K.

21