iron deficiency anemia
TRANSCRIPT
ANEMIA DEFISIENSI BESI
PENDAHULUAN
Definisi anemia adalah kadar hemoglobin di bawah normal, patokan WHO
(1972) untuk anak sampai umur 6 tahun kadar Hb di bawah 11.0 gr/dl dan untuk
anak umur di atas 6 tahun kadar Hb di bawah 12 gr/dl dianggap menderita
anemia. Rekomendasi The Committee on Nutrition (1969), kriteria minimal untuk
diagnosa anemia defisensi besi pada 6 bulan - 6 tahun adalah hemoglobin kurang
11 gr/dl, hematokrit kurang 33% dengan mikrositik dan hipokromia sel darah
merah dan respons terhadap terapi besi2.
Defisiensi besi dikenal sebagai defisiensi nutrisi paling umum di seluruh
dunia. Anemia defisiensi besi akibat defisiensi nutrisi merupakan masalah utama
nutrisi yang memiliki prevalensi paling tinggi. Di Amerika Serikat 9% anak yang
berumur 1 - 2 tahun menderita defisiensi besi, 3% menderita anemia defisiensi
besi, wanita dewasa 9% menderita defisiensi besi, 2% menderita anemia defisiensi
besi. Pada masa pubertas, anak laki-laki 50% mengalami penurunan cadangan
besi. Di negara yang sedang berkembang terdapat laporan bahwa defisiensi besi
dan anemia defisiensi besi mempunyai prevalensi yang lebih tinggi, meningkat
dalam beberapa dekade terakhir5.
Penelitian oleh IDAI pada 1.000 anak sekolah di 11 provinsi di Indonesia
menunjukkan prevalensi anemia sebanyak 20 - 25% dan jumlah anak yang
mengalami defisiensi besi tanpa anemia jauh lebih banyak lagi. Penelitian Dee
Pee dkk, (2002), prevalensi anemia pada bayi 3 - 5 bulan di Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur adalah 37% pada bayi dengan kadar Hb di bawah 10 g/dl
dan 71% pada bayi dengan kadar Hb di bawah 11 g/dl dan bayi berat badan lahir
normal dari ibu anemia mempunyai kecenderungan hampir dua kali lipat menjadi
anemia dibanding dari ibu yang tidak anemia2.
1
METABOLISME ZAT BESI
Zat besi merupakan unsur hara (trace element) penting bagi manusia. besi
dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitu sebagai bagian
dari molekul hemoglobin yang menyangkut oksigen dari paru–paru. Hemoglobin
akan mengangkut oksigen ke sel–sel yang membutuhkannya untuk metabolisme
glukosa, lemak dan protein menjadi energi (ATP)10.
Besi juga merupakan bagian dari sistem enzim dan mioglobin, yaitu
molekul yang mirip Hemoglobin yang terdapat di dalam sel–sel otot. Mioglobin
akan berkaitan dengan oksigen dan mengangkutnya melalui darah ke sel–sel otot.
Mioglobin yang berkaitan dengan oksigen inilah menyebabkan daging dan otot–
otot menjadi berwarna merah. Di samping sebagai komponen hemoglobin dan
mioglobin, besi juga merupakan komponen dari enzim oksidase pemindah energi,
yaitu : sitokrom peroksidase, xanthine oksidase, suksinat dan dehidrogenase,
katalase dan peroksidase10.
Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu yang fungsional dan
yang reserve (simpanan). Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk
Hemoglobin (Hb), sebagian kecil dalam bentuk mioglobin, dan jumlah yang
sangat kecil tetapi vital adalah heme enzim dan non heme enzim. Zat besi yang
ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi selain daripada
sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk kompartemen
fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka kebutuhan akan
eritropoiesis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum tulang akan selalu
terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah
kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi yang
disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat dalam
hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan zat besi dalam
jumlah banyak, misalnya pada anak yang sedang tumbuh (balita), wanita
menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya rendah. Pada bayi, anak
dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat
basal10.
2
Dalam memenuhi kebutuhan akan zat gizi, dikenal dua istilah kecukupan
(allowance) dan kebutuhan gizi (requirement). Kecukupan menunjukkan
kecukupan rata – rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut
golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Sedangkan kebutuhan gizi menunjukkan banyaknya zat
gizi minimal yang diperlukan masing – masing individu untuk hidup sehat. Dalam
kecukupan sudah dihitung faktor variasi kebutuhan antar individu, sehingga
kecukupan kecuali energi, setingkat dengan kebutuhan ditambah dua kali
simpangan baku. Dengan demikian kecukupan sudah mencakup lebih dari 97,5%
populasi10.
Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan perlu
ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal. Kebutuhan zat
besi relatif lebih tinggi pada bayi dan anak daripada orang dewasa apabila
dihitung berdasarkan per kg berat badan. Bayi yang berumur dibawah 1 tahun,
dan anak berumur 6 – 16 tahun membutuhkan jumlah zat besi sama banyaknya
dengan laki – laki dewasa. Tetapi berat badannya dan kebutuhan energi lebih
rendah daripada laki – laki dewasa. Untuk dapat memenuhi jumlah zat besi yang
dibutuhkan ini, maka bayi dan remaja harus dapat mengabsorbsi zat besi yang
lebih banyak per 1000 kkal yang dikonsumsi.
Kebutuhan zat besi pada anak balita dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel :1
Umur Kebutuhan
0 – 6 bulan
7 – 12 bulan
1 – 3 tahun
4 – 6 tahun
3 mg
5 mg
8 mg
9 mg
Sumber : Muhilal, et al 1993
Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi
di dalam badan perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah
zat besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperoleh
badan dari makanan. Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi
3
tidak semuanya harus didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34
mg didapat dari penghancuran sel – sel darah merah tua, yang kemudian disaring
oleh tubuh untuk dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk
pembentukan sel – sel darah merah baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran
sel – sel darah merah tua yang dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran
pencernaan dan air kencing. Jumlah zat besi yang hilang lewat jalur ini disebut
sebagai kehilangan basal (iron basal losses)10.
PENYERAPAN ZAT BESI
Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu : - Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan.
Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.- Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan
penyerapan fe. Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih
mudah diserap oleh mukosa usus.- Adanya vitamin C dapat meningkatkan absorbsi karena dapat mereduksi besi
dalam bentuk ferri menjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi
besi dari makanan melalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi
200 mg asam askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan
besi sebesar 25 – 50 persen.- Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentuknya kompleks
besi fosfat yang tidak dapat diserap.- Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan
fe.- Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan fe.
Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui
proses yang kompleks. Proses ini meliputi tahap – tahap utama sebagai berikut :
1) Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+ atau Fe2+
mula – mula mengalami proses pencernaan.
4
2) Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh
gastroferin dan direduksi menjadi Fe2+.
3) Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ selanjutnya berikatan dengan
apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi feritin, membebaskan Fe2+
ke dalam plasma darah.
4) Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan
transferitin Transferitin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk
bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma ada dalam
keseimbangan.
5) Transferrin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di dalam
tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial), kemudian
dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan apoferitin membentuk
ferritin yang kemudian disimpan, besi yang terdapat pada plasma seimbang
dengan bentuk yang disimpan.
Pada bayi absorbsi zat besi dari ASI meningkat dengan bertambah umur
bayi. Perubahan ini terjadi lebih cepat pada bayi yang lahir prematur dari pada
bayi yang lahir cukup bulan. Jumlah zat besi akan terus berkurang apabila susu
diencerkan dengan air untuk diberikan kepada bayi.
Walaupun jumlah zat besi dalam ASI rendah, tetapi absorbsinya paling
tinggi. Sebanyak 49% zat besi dalam ASI dapat diabsorbsi oleh bayi. Sedangkan
susu sapi hanya dapat di absorbsi sebanyak 10 – 12% zat besi. Kebanyakan susu
formula untuk bayi yang terbuat dari susu sapi difortifikasikan dengan zat besi.
Rata – rata besi yang terdapat di absorbsi dari susu formula adalah 4%. Pada
waktu lahir, zat besi dalam tubuh kurang lebih 75 mg/kg berat badan, dan reserve
zat besi kira – kira 25% dari jumlah ini. Pada umur 6 – 8 mg, terjadi penurunan
kadar Hb dari yang tertinggi pada waktu lahir menjadi rendah. Hal ini disebabkan
karena ada perubahan besar pada sistem erotropoiesis sebagai respon terhadap
deliveri oksigen yang bertambah banyak kepada jaringan kadar Hb menurun
sebagai akibat dari penggantian sel – sel darah merah yang diproduksi sebelum
lahir dengan sel – sel darah merah baru yang diproduksi sendiri oleh bayi.
5
Persentase zat besi yang dapat di absorbsi pada umur ini rendah karena masih
banyaknya reserve zat besi dalam tubuh yang dibawah sejak lahir. Sesudah umur
tersebut, sistem eritropoesis berjalan normal dan menjadi lebih efektif10.
Bayi yang lahir BBLR mempunyai reserve zat besi yang lebih rendah dari
bayi yang normal yang lahir dengan berat badan cukup, tetapi rasio zat besi
terhadap berat badan adalah sama. Bayi ini lebih cepat tumbuhnya dari pada bayi
normal, sehingga reserve zat besi lebih cepat bisa habis. Oleh sebab itu kebutuhan
zat besi pada bayi ini lebih besar dari pada bayi normal. Jika bayi BBLR
mendapat makanan yang cukup mengandung zat besi, maka pada usia 9 bulan
kadar Hb akan dapat menyamai bayi yang normal.
Prevalensi anemia yang tinggi pada anak balita umumnya disebabkan
karena makanannya tidak cukup banyak mengandung zat besi sehingga tidak
dapat memenuhi kebutuhannya, terutama pada negara sedang berkembang dimana
serelia dipergunakan sebagai makanan pokok. Faktor budaya juga berperanan
penting, bapak mendapat prioritas pertama mengkonsumsi bahan makanan
hewani, sedangkan anak dan ibu mendapat kesempatan yang belakangan. Selain
itu erat yang biasanya terdapat dalam makanannya turut pula menghambat
absorbsi zat besi10.
Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme dan besi non
heme. Besi non heme merupakan sumber utama zat besi dalam makanan. Terdapat
dalam semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau, kacang – kacangan, kentang
dan sebagian dalam makanan hewani. Sedangkan besi heme hampir semua
terdapat dalam makanan hewani antara lain daging, ikan, ayam, hati dan organ –
organ lain10.
DEFENISI ANEMIA DEFISIENSI BESI
Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat
kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi
untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb)
berkurang19.
ETIOLOGI ANEMIA DEFISIENSI BESI
6
Penyebab anemia defisiensi besi pada bayi dan anak 1,10,11,13,16 :
a. Pengadaan zat besi yang tidak cukup.
1) Cadangan zat besi pada waktu lahir tidak cukup dikarenakan antara lain :- Berat lahir rendah, lahir kurang bulan, lahir kembar.- Ibu waktu mengandung menderita anemia kekurangan zat besi yang berat.- Pada masa fetus kehilangan darah pada saat atau sebelum persalinan
seperti adanya sirkulasi fetus ibu dan perdarahan retroplasenta
b. Absorbsi kurang- Intake besi dari makanan yang tidak adekuat.- Gangguan penyerapan Fe (penyakit usus, reseksi usus)- Kelainan saluran pencernaan
c. Kebutuhan akan zat besi meningkat secara fisiologis
1) Pada periode pertumbuhan cepat yaitu umur 1 tahun pertama, kebutuhan
besi meningkat, sehingga insiden ADB meningkat. Pada bayi umur satu
tahun, massa Hb dalam sirkulasi mencapai dua kali lipat dibanding saat
lahir. Pada bayi prematur dengan pertumbuhan sangat cepat, pada umur
satu tahun beratnya dapat mencapai 6 kali dan massa Hb dalam sirkulasi
mencapai 3 kali dibanding saat lahir.
d. Kehilangan darah
1) Perdarahan yang bersifat akut maupun menahun, misalnya pada divertikel
Meckel.
2) Infestasi parasit, misalnya cacing tambang.
PATOFISIOLOGI ANEMIA DEFISIENSI BESI
Anemia defisiensi besi ialah anemia yang disebabkan oleh cadangan besi
tubuh berkurang. Keadaan ini ditandai dengan saturasi transferin menurun, dan
kadar feritin atau hemosiderin sumsum tulang berkurang. Menurut Walmsley et
al. secara berurutan perubahan laboratoris pada defisiensi besi sebagai berikut: (1)
penurunan simpanan besi, (2) penurunan feritin serum, (3) penurunan besi serum
disertai meningkatnya transferin serum, (4) peningkatan Red cell Distribution
7
Width (RDW), (5) penurunan Mean Corpuscular Volume (MCV), dan terakhir (6)
penurunan hemoglobin.
Didasari keadaan cadangan besi, akan timbul defisiensi besi yang terdiri
atas tiga tahap, dimulai dari tahap yang paling ringan yaitu tahap pralaten (iron
depletion), kemudian tahap laten (iron deficient erythropoesis) dan tahap anemia
defisiensi besi (iron deficiency anemia)4,5,6.
Pada tahap pertama terjadi penurunan feritin serum kurang dari 12μg/L
dan besi di sumsum tulang kosong atau positif satu, sedangkan komponen yang
lain seperti kapasitas ikat besi total/total iron binding capacity (TIBC), besi
serum/serum iron (SI), saturasi transferin, RDW, MCV, hemoglobin dan
morfologi sel darah masih dalam batas normal, dan disebut tahap deplesi besi.
Pada tahap kedua terjadi penurunan feritin serum, besi serum, saturasi transferin
dan besi di sumsum tulang yang kosong, tetapi TIBC meningkat >390 μg/dl.
Komponen lainnya masih normal, dan disebut eritropoesis defisiensi besi. Tahap
ketiga disebut anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi ialah tahap defisiensi
besi yang berat dari dan ditandai selain kadar feritin serum serta hemoglobin yang
turun. Semua komponen lain juga akan mengalami perubahan seperti gambaran
morfologi sel darah mikrositik hipokromik, sedangkan RDW dan TIBC
meningkat >410 μg/dl.Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan zat besi
sehingga cadangan zat besi makin menurun5,6.
Jika cadangan besi berkurang atau tidak ada maka keadaan ini disebut iron
depleted state, keadaan ini feritin serum menurun tetapi pemeriksaan lainnya
masih normal. Apabila kekurangan zat besi berlanjut terus maka penyediaan zat
besi untuk eritropoesis berkurang sehingga dapat ditemukan nilai besi serum yang
menurun, saturasi transferin menurun, total iron binding capacity (TIBC)
meningkat, free erythrocyte porphyrin (FEP) meningkat, keadaan ini disebut iron
deficient erythropoiesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer
sehingga disebut iron deficiency anemia.
8
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh
penderita dan keluarganya. Rasa lemah, letih, hilang nafsu makan, menurunnya
daya konsentrasi dan sakit kepala atau pening adalah gejala awal anemia. Anemia
pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala
lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada
anemia jenis lain, seperti :
1. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena
papil lidah menghilang sehingga ukuran lidah mengecil.
2. Glositis : iritasi lidah.
3. Keilosis : bibir pecah-pecah.
4. Koilonikia : kuku jari tangan tipis, rata, mudah patah dan pecah-pecah
serta bentuknya seperti sendok.
5. Intoleransi terhadap latihan : penurunan aktivitas kerja dan daya tahn
tubuh.
6. Termogenesis tidak normal : terjadi ketidakmampuan untuk
mempertahankan suhu tubuh normal pada saat udara dingin.
7. Daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, hal ini terjadi karena fungsi
leukosit yang tidak normal1,10,12 .
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
A. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
Kebutuhan meningkat secara fisiologis dan masa pertumbuhan yang
cepat (masa pertumbuhan, prematuritas).
Infeksi kronis (tuberculosis, pneumonia, abses paru).
Asupan besi dari makanan tidak adekuat (jenis makanan yang di
konsumsi oleh pasien).
Malabsorpsi besi dan kurangnya besi yang diserap (gastrektomi,
gastritis atrofi).
Perdarahan saluran cerna (tukak lambung, colitis ulserativa).
9
Pucat, lemah, lesu, hilang nafsu makan, menurunnya daya konsentrasi
dan sakit kepala atau pening.
2. Pemeriksaan fisik
Anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati.
Stomatitis angularis, atrofi papil lidah.
Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran
jantung.
Cara lain untuk menentukan adanya anemia defisiensi besi adalah dengan
trial pemberian preparat besi. Penentuan ini penting untuk mengetahui adanya
anemia defisiensi besi subklinis dengan melihat respon hemoglobin tehadap
pemberian preparat besi. Prosedur ini sangat mudah, praktis, sensitif dan
ekonomis terutama pada anak yang beresiko tinggi menderita anemia jenis ini.
Bila dengan pemberian preparat besi dosis 5 mg/kgBB/hari selama 3-4
minggu terjadi peningkatan kadar Hb 1-2 gr/dl maka dapat dipastikan bahwa
yang bersangkutan menderita anemia defisiensi besi.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kadar hemoglobin, HCT dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
menurun
Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik, mikrositik, anisositosis
dan poikilositosis (dapat ditemukan sel pensil, sel target, ovalosit,
mikrosit dan sel fragmen).
Kadar besi serum (SI) menurun dan (Total Iron Binding Capacity)
TIBC meningkat.
Kadar feritin menurun dan kadar free erythrocyte porphyrin (FEP)
meningkat.
Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat.
10
MCV (Mean Corpuscular Volume) : Nilai Hematokrit x 10
Jumlah Eritrosit (juta/mm³)
Normal : 76 – 96 cμ ( < 76 : mikrositik)
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) : Nilai Hemoglobin x 10
Jumlah Eritrosit (juta/mm³)
Normal 27-32 μμg (bila < 27 : hipokromik)
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) :
Nilai Hemoglobin (g%) x 100
Nilai Hematokrit
Normal : 32-37% ( <32% : hipokromik)
Kriteria diagnosis menurut WHO :
1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia.
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31 % (N : 32 – 35 %).
3. Kadar Fe serum < 50 Ug/dl (N : 80 – 180 Ug/dl).
4. Saturasi transferin < 15 % (N: 20 – 50 %).
DIAGNOSIS BANDING
Anemia hipokromik mikrositik10:
Thalasemia (khususnya thallasemia minor) :
o Hb A2 meningkat.
o Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun.
Anemia karena infeksi menahun :
o biasanya anemia normokromik normositik. Kadang-kadang terjadi
anemia hipokromik ringan.
o Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun.
Keracunan timah hitam (Pb)
o Terdapat gambaran titik-titik basofilik (basophillic stippling) pada
pewarnaan Romanowsky.
o Peningkatan kadar protoporfirin eritrosit bebas.
11
Anemia sideroblastik :
o Terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan anemia defisiensi besi adalah mengetahui faktor
penyebab dan mengatasi serta memberikan terapi pengatian dengan preparat besi.
Sekitar 80-85% penyebab anemia defisiensi besi dapat diketahui sehingga
penanganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat
dilakukan secara oral maupun perenteral. Pemberian oral lebih aman, murah dan
sama efektifnya dengan pemberian secar perenteral. Pemberian secara perenteral
dilakukan pada penderita yang tidak dapat memakan obat peroral atau kebutuhan
besinya tidak dapat terpenuhi secara oral karena ada gangguan pencernaan.
I. Medikamentosa10,11,12
Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh :
penggantian preparat besi berguna mengganti kekurangan besi, preparat besi ini
dapat diberi secara oral maupun parenteral.
a. Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan
aman. Preparat yang tersedia, yaitu:
i. Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah
dan efektif).
ii. Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous
succinate, harga lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek samping
hampir sama.
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis
4-6 mg besi elemental/kg BB/hari, diberikan di antara waktu makan.
Preparat besi ini diberikan sampai 6-8 minggu setelah kadar
hemoglobin normal. Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental
(untuk meningkatkan absorbsi besi).
Preparat Fe per oral dapat membuat gigi hitam, tetapi perubahan
warna ini tidak permanen. Hal ini dapat dicegah atau dikurangi
12
dengan minum atau kumur. Warna feses juga akan menjadi hitam
(hal ini sebagai tanda obat telah diminum).
b. Besi parenteral
Efek samping lebih berbahaya, harganya lebih mahal. Indikasinya yaitu :- Intoleransi oral berat.- Kepatuhan berobat kurang.- Kolitis ulserativa.- Perlu peningkatan Hb secara cepat
Dosis besi : BB (kg) x Kadar Hb yang diinginkan (gr/dl) x 2,5
Preparat mengandung 50 mg Fe/cc, diberikan 50 mg = 1 cc IM . Efek
samping dari pemberian parenteral adalah kulit menjadi hitam ditempat
suntikan, nyeri kepala dan pusing, nyeri otot dan sendi, takikardia,
dyspnea dan kolaps.
Preparat Fe pro injeksi : Iron dextran dan Iron sorbitex.
c. Tranfusi diberikan bila Hb < 5 g/dl atau bila penderita perlu operasi. Dapat
dipakai Whole blood atau Packed cells 6-10 cc/kg BB/hari dengan
kecepatan 10 – 20 tetes/menit hingga sekurang-kurangnya sampai Hb 10
gr/dl dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian preparat besi.. Untuk
mengurangi bahaya dekompensasi dapat diberi furosemide 1 – 3 mg/kg
BB sebelum transfusi.
Bila pengobatan dengan Fe tidak berhasil, kemungkinan yang ada adalah :- Obat tidak diminum.- Dosis kurang benar.- Terdapat penyakit usus sehingga penyerapan Fe tidak baik.- Kehilangan darah yang melampaui dosis Fe yang diberikan.
d. Penanggulangan anemia perlu disertai dengan pemberian obat cacing di
daerah yang diduga prevalensi cacingnya tinggi, Dapat diberikan pirantel
pamoat dengan dosis tunggal 10 mg/kg BB untuk 3 hari atau mebendazole
200 mg, 2 kali sehari untuk 3 hari.
13
II. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena
diverticulum Meckel.
III. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-
kacangan). Pemberian makan yang tinggi protein, vitamin C 3 X 100 mg/hari
PROGNOSIS
Prognosis baik apabila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi
saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang
adekuat. Gejala anemia dan manifestasi klinis lainnya akan membaik dengan
pemberian preparat besi.
PENCEGAHAN
Upaya penanggulangan AKB diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu
balita, anak usia sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur termasuk
remaja putri dan pekerja wanita. Upaya pencegahan efektif untuk menanggulangi
AKB adalah dengan pola hidup sehat dan upaya-upaya pengendalian faktor
penyebab dan predisposisi terjadinya AKB yaitu berupa penyuluhan kesehatan,
memenuhi kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan cepat, infeksi
kronis/berulang pemberantasan penyakit cacing dan fortifikasi besi10.
Untuk pencegahan anemia defisiensi besi dapat berupa :
1. Pendidikan kesehatan.
Yang dapat berupa kesehatan lingkungan dan penyuluhan gizi, isi pesan
KIE anemia diantaranya :- Menjelaskan konsep anemia.- Menjelaskan anemia dalam konteks pangan dan gizi secara
keseluruhan.- Menjelaskan pelayanan kesehatan yang ada dalam kaitan
penanggulangan anemia gizi.
14
- Meningkatkan kebutuhkan terhadap tablet tambah darah.- Meningkatkan kesadaran keluarga untuk lebih memperhatikan anggota
keluarga.
2. Pemberantasan infeksi cacing tambang dan penyakit yang paling sering
terjadi didaerah tropis sebagai sumber dari perdarahan.
a) Pembasmian infeksi cacing secara berkala.
b) Pemberian obat anti malaria untuk daerah endemis.
3. Suplementasi besi - Pemberian ASI minimal 6 bulan, hindari minum susu sapi yang
berlebih (Konsumsi susu sapi dibatasi 500 ml/24 jam atau kurang).- Suplementasi Fe untuk bayi prematur bisa mulai diberikan sejak 2
minggu sampai 2 bulan sedangkan untuk bayi matur setelah umur
kelahiran 4 bulan dengan dosis 2 – 4 mg/kgBB/hari selama 6 bulan –
12 bulan.- Suplementasi juga diberikan pada bayi yang minum ASI lebih dari
umur 6 bulan. Preparat diberikan lebih baik dalam bentuk
multivitamin, yaitu selain mengandung besi dan asam folat, juga
mengandung vitamin A, vitamin C, seng (sesuai dengan kemampuan
teknologi).
Dosis pemberian adalah sebagai berikut :- 30 mg unsur besi dan 0,125 mg asam folat, disertai 2500 IU vitamin A
pemberian diberikan sekali seminggu.- Iron fortified milk mengandung 11-12 mg Fe per liter, yang diserap
hanya 4 % (0,48 mg Fe)
Asi mengandung 0,3 mg Fe/liter, diserap 50% (0,15 mg fe)
Unfortified milk mengandung 0,8 mg Fe/liter, diserap 10 % (0,08 mg Fe)
Iron fortified dry cereals mengandung 45 mg electrolytic iron per 100
gram.
15
4. Fortifikasi bahan makanan dengan besi.
Saat ini baru ada rintisan kegiatan fortifikasi yang dilakukan pada mi
instan. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg unsur besi dan 0,15 mg asam folat
ditambah 2500 IU vitamin A untuk setiap bungkusnya.
16