iran, yaman, dan oman terus bergejolak fileri menyatakan bahwa kamboja menyepakati kerangka acuan...

1
KEMENTERIAN Luar Negeri RI menyatakan bahwa Kamboja menyepakati kerangka acuan (terms of reference/TOR) yang dikirimkan Indonesia selaku Ketua ASEAN. Kerangka terse- but mengatur pengiriman tim pemantau ke perbatasan Kam- bo ja dan Thailand. Namun, Kemenlu membantah kabar penolakan pemerintah Thai- land atas TOR yang dikirimkan pekan lalu. “Sudah ada respons dari Kam boja terhadap TOR itu. Kita masih menunggu respons dari Thailand,” kata juru bicara Kemenlu Michael Tene ketika dihubungi di Jakarta, kemarin. Michael juga membantah la- poran media Thailand menge- nai pengiriman tim pemantau dari Indonesia ke Kamboja be- berapa hari lalu. Menurutnya, tim pemantau belum dikirim sampai Thailand dan Kamboja untuk menyepakati kerangka acuan yang dibuat Indonesia selaku Ketua ASEAN 2011. “Kami belum mengirim tim pemantau maupun tim advance ke sana. Pekan lalu beberapa staf Kedutaan Besar RI di Kam- boja memang mengecek kon- disi dan mengumpulkan infor- masi terkini di lapangan (di sisi Kamboja),” jelas Michael. Kendati respons balik dari pemerintah Kamboja sudah di- kantongi, pihaknya tidak dapat memastikan kapan pemerintah Thailand memberikan tangga- pan atas kerangka acuan tim pemantau. Sementara itu, Deputi VII Kementerian Koordinator Poli- tik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Sagom Tamboen mengungkapkan personel tim pemantau yang bernama In- donesian Observer Team siap diberangkatkan apabila Thai- land dan Kamboja memberi lampu hijau. Hasil pemantauan tim tersebut akan menentukan keperluan penempatan pasu- kan perdamaian di perbatasan kedua negara. Adapun tim itu terdiri dari 30 orang--sebanyak 28 anggota dari kalangan militer dan 2 ang- gota dari kalangan sipil. Me- reka akan memantau kegiatan pasukan kedua negara di per- batasan. “Tim ini akan dipecah menjadi dua, 15 di daerah Kamboja dan 15 di daerah Thai- land,” jelasnya. Dalam kesempatan terpisah, Panglima Divisi Infanteri I Komando Cadangan Strate- gis TNI-AD (Kostrad) Mayor Jenderal Muhammad Nizam mengungkapkan divisinya su- dah mempersiapkan delapan perwira untuk bergabung de- ngan tim ini. (*/AO/I-5) NESTY PAMUNGKAS E VAKUASI warga ne- gara Indonesia (WNI) dari Libia memasuki tahap kedua. Seperti evakuasi tahap pertama, para WNI kembali dievakuasi ke Indonesia melalui Tunisia dan ditampung sementara di wisma Kedutaan Besar Republik Indo- nesia (KBRI) di Tunis. “Kloter kedua ini sudah tiba di Tunis pada 1 Maret waktu Tunis. WNI yang dievakuasi pada kloter kedua ini sebanyak 218 orang. Sebagian besar me- reka adalah mahasiswa dan tenaga kerja formal maupun informal,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Ke- menlu) Indonesia Michael Tene di Jakarta, kemarin. Secara terpisah, Duta Besar Indonesia untuk Tunisia Mo- hammad Ibnu Said mengata- kan sebanyak 218 WNI yang berada di Wisma KBRI tengah menanti penerbangan kembali ke Tanah Air. “Mereka sudah diterima di Wisma KBRI. Untuk sementara mereka ditampung di sana sam- pai dievakuasi ke Indonesia. Tadinya kami mengevakuasi sebanyak 215 WNI, kemudian bertambah saat pintu gerbang bandara mau ditutup,” kata Ibnu Said kepada Media Indone- sia melalui sambungan telepon internasional. Salah satu WNI yang dieva- kuasi pada kloter dua ini, kata Ibnu, adalah TKI informal yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di lingkungan istana pemimpin Libia Moamar Khada. “Benar, ada 1 WNI bernama Unirah binti Udin Sarwah yang bekerja sebagai pembantu ru- mah tangga di istana pemimpin Libia. Ketika pesawat evakuasi kloter kedua di bandara Tripoli mau berangkat, tiba-tiba ada pengawal Khadayang meng- antar dia,” jelas Ibnu. Mengenai kebutuhan logis- tik WNI selama ditampung di wisma KBRI Tunisia, kata Said, menjadi tanggung jawab pihaknya. Layanan logistik, medis, dan konsultasi disedia- kan di Wisma KBRI untuk se- mua WNI. Dia menambahkan, kondisi WNI pada evakuasi kloter ke- dua tidak seburuk kondisi WNI kloter pertama. Hal itu karena proses evakua- si dari Libia yang relatif ti- dak terkendala. Meski demi- kian, berdasarkan informasi yang didapat, Ibnu mengaku situasi di Libia semakin sulit untuk memungkinkan WNI dievakuasi ke luar negeri. “Kloter pertama kan sempat ditunda selama 24 jam. Kalau yang kloter kedua ini hanya 1-2 jam. Tapi, akses ke luar Libia semakin susah,” urainya. Selain itu, Ibnu mengatakan kesulitan dialami ketika men- cari dan menyewa pesawat un- tuk proses evakuasi di bandara Tripoli. “Semakin sulit juga untuk cari pesawat karena berebutan dengan negara lain yang mau mengungsikan warga negara mereka,” papar Said. Sebelumnya, kloter pertama evakuasi sebanyak 201 WNI dari Libia yang telah dievakua- si ke Tunisia tiba di Tanah Air dalam tiga penerbangan. Me- reka merupakan bagian dari 259 WNI yang telah dievakuasi ke Tunisia pada Sabtu (26/2) dari Libia. Dari jumlah itu, sebanyak 201 orang merupakan tenaga kerja sektor konstruksi yang ditempatkan perusahaan badan usaha milik negara PT Wijaya Karya (Wika), 12 orang dari Pertamina dan Medco, 22 orang pembantu rumah tangga, dan selebihnya mahasiswa. (*/I-5) [email protected] POLISI Iran melepaskan tem- bakan gas air mata untuk mem- bubarkan demonstran dari ke- lompok oposisi yang berdemo di ibu kota Iran, Teheran. Demo kelompok oposisi ter- sebut terjadi setelah sehari se- belumnya tersiar kabar bahwa pemimpin oposisi Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi telah ditangkap. Para demonstran itu juga turun ke jalan dan meneriak- kan yel-yel ‘Ya Hossein, Mir Hossein’. Koresponden BBC di Teheran mengatakan sejumlah besar polisi antihuru-hara dan milisi Basiji bermotor di pusat kota, berusaha membubarkan kera- maian kelompok oposisi. Malam harinya, pihak kea- manan telah menguasai situasi di jalan-jalan dan ruang-ruang terbuka di Teheran. Milisi Basiji yang propemerintah meneriak- kan yel-yel kemenangan di tempat-tempat itu. Kabar ditangkapnya Mousavi dan Karroubi itu terungkap di berita sebuah situs yang dekat dengan oposisi. Namun, peme- rintah telah membantahnya dengan mengatakan keduanya masih di rumah. Di hari yang sama, kemarin, demonstrasi juga pecah di Ya man. Puluhan ribu orang membanjiri jalan-jalan utama di ibu kota Yaman, Sana’a. Me- reka satu suara mendesak Pre- siden Ali Abdullah Saleh turun. “Pergi!” teriak mereka menolak ajakan Abdullah Saleh, yang sehari sebelumnya mengajak membentuk pemerintahan ga- bungan dengan oposisi. Saleh menyalahkan AS dan Israel sebagai biang kerusuhan di jazirah Arab akhir-akhir ini yang menggulingkan pemerin- tah Tunisia dan Mesir. “Yang terjadi di Tunisia hing- ga Oman adalah badai yang dibikin Israel dan diawasi AS,” kata Saleh. “Yang terjadi di Yaman adalah jiplakan karena rakyat Yaman tidak sama de- ngan Tunisia ataupun Mesir.” Kerusuhan juga pecah di Oman, terutama di kota indus- tri dan pelabuhan, Sohar. De- monstran menutup jalan-jalan utama di Sohar yang merupa- kan kota pendistribusi sekitar 160 ribu barel minyak mentah per hari. Pada Selasa (1/3), demon- stran sempat membakar sebuah supermarket di sana. Kerusuh- an terus berlangsung setelah Sultan Qaboos bin Said berjanji menciptakan lapangan peker- jaan baru. Hingga hari ketiga, kemarin, dua orang dikabarkan tewas. Oman adalah negara kesul- tanan tertua di jazirah Arab. (Yan/BBC/I-3) S ERAYA menelungkupkan wajah tirusnya di kedua telapak tangan, Omar berbicara lamat- lamat. “Pengalaman yang mengenaskan. Saya sudah di sini selama 10 hari, sebelumnya mungkin 10 hari di tempat lain. Saya tidak ingat lagi hari apa ini.” Dua pekan terakhir memang menjadi mimpi buruk bagi prajurit berusia 19 tahun itu. Omar yang merupakan anggota Khamis, brigade elite Libia, mengaku dikirim ke Kota Al-Bayda untuk berpartisipasi dalam demonstrasi pro-Khadapada 16 Februari lalu. Namun, nasib berkata lain. Omar ditangkap sejumlah demonstran anti-Khadadi pangkalan militer Al-Bayda. Omar lalu dikirim ke Sekolah Aruba di Kota Shahat, Libia bagian timur. Di sekolah yang berubah fungsi menjadi penjara itu, Omar mendekam bersama 200 tentara bayaran Khada. Nyaris semua pria berkulit hitam tersebut berasal dari Libia selatan atau negeri jiran, semisal Chad. Sebagian besar mengaku tiba di Al-Bayda menggunakan pesawat sewaan dari Sabha, kota di bagian selatan Libia yang menjadi kantong kekuatan Khada. Namun, mereka menolak label tentara bayaran. Mereka mengklaim telah dijanjikan pihak tertentu untuk mencari pekerjaan di Tripoli. “Jika mereka memakai baju sipil, sulit menentukan apakah mereka tentara bayaran atau tidak,” kata Ahmed Noori Esbak, seorang penjaga tahanan di Sekolah Aruba. Karena itu, Esbak dan rekan-rekannya memutuskan untuk melepaskan para tahanan pada 28 Februari. Lagi pula, para demonstran mengkhawatirkan aksi balasan dari suku-suku asal tahanan, seperti suku Fezzan dan suku asal Khada, Qadhadhfa. “Kami ingin agar orang-orang di Barat berhenti menangkapi orang Timur. Jika tidak, bisa terjadi perang saudara,” ujar Ahmed Salem Salah, guru yang beralih profesi menjadi sipir. Dugaan itu juga diutarakan Omar. Remaja yang digaji 700 dinar setiap bulan tersebut mengaku tidak tahu berada di pihak mana saat dipaksa menyerah oleh demonstran di Al-Bayda. Yang jelas, kala itu dia takut ke luar pangkalan militer karena dia dan rekan- rekannya berkulit gelap. “Saya pikir ini memang rencana Khada, membawa orang-orang berkulit gelap ke daerah timur sehingga orang- orang saling membunuh dan memicu perang sipil antarsuku.” Pikiran kalut Omar segera mereda ketika pada Senin (28/2) sore, nenek dan sepupunya datang menjemput. Sepeninggal Omar, Sekolah Aruba praktis tidak memiliki tahanan. Namun, seorang demonstran menegaskan fobia terhadap tentara bayaran akan meresap di kalangan warga Libia timur. “Setelah apa yang terjadi di sini, kami kehilangan kepercayaan terhadap orang berkulit hitam.” (Jer/Time/ Reuters/I-3) 12 KAMIS, 3 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA I NTER NASIONAL Evakuasi WNI Masuki Tahap Dua Pengawal Presiden Moamar Khadafi menyerahkan pembantu rumah tangga Istana Presiden Libia asal Indonesia untuk dievakuasi. TIBA DI INDONESIA: Warga negara Indonesia yang bekerja di Libia tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, kemarin. Yang terjadi di Tunisia hingga Oman adalah badai yang dibikin Israel dan diawasi AS.” Ali Abdullah Saleh Presiden Yaman BERJAGA: Seorang tentara pendukung Khadafi berjaga di atas kendaraan lapis baja di Tripoli, Libia, Selasa (1/3). DEMO BAHRAIN: Seorang pria memegang bendera bertuliskan National Unity; My Soul I Sacrifice for My Country’ saat unjuk rasa antipemerintah di Manama, Bahrain, Selasa (1/3). Iran, Yaman, dan Oman Terus Bergejolak Potret Buram Prajurit Khadafi Kamboja Sepakati Kerangka Acuan Indonesia DEPLU.GO.ID Michael Tene Juru bicara Kemenlu RI AP/HASAN JAMALI AP/BEN CURTIS MI/JHONI KRISTIAN

Upload: truongkhuong

Post on 18-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Iran, Yaman, dan Oman Terus Bergejolak fileRI menyatakan bahwa Kamboja menyepakati kerangka acuan (terms of reference/TOR) yang ... 218 orang. Sebagian besar me-reka adalah mahasiswa

KEMENTERIAN Luar Negeri RI menyatakan bahwa Kamboja menyepakati kerangka acuan (terms of reference/TOR) yang dikirimkan Indonesia selaku Ketua ASEAN. Kerangka terse-but mengatur pengiriman tim pemantau ke perbatasan Kam-bo ja dan Thailand. Namun, Kemenlu membantah kabar penolakan pemerintah Thai-land atas TOR yang dikirimkan pekan lalu.

“Sudah ada respons dari Kam boja terhadap TOR itu. Ki ta masih menunggu respons dari Thailand,” kata juru bica ra Kemenlu Michael Tene keti ka dihubungi di Jakarta, kema rin.

Michael juga membantah la-poran media Thailand menge-nai pengiriman tim pemantau dari Indonesia ke Kamboja be-berapa hari lalu. Menurutnya, tim pemantau belum dikirim sampai Thailand dan Kamboja untuk menyepakati kerangka acuan yang dibuat Indonesia selaku Ketua ASEAN 2011.

“Kami belum mengirim tim pemantau maupun tim advance ke sana. Pekan lalu beberapa staf Kedutaan Besar RI di Kam-boja memang mengecek kon-disi dan mengumpulkan infor-masi terkini di lapangan (di sisi Kamboja),” jelas Michael.

Kendati respons balik dari pemerintah Kamboja sudah di-kantongi, pihaknya tidak dapat memastikan kapan pemerintah Thailand memberikan tangga-pan atas kerangka acuan tim pemantau.

Sementara itu, Deputi VII Kementerian Koordinator Poli-tik Hukum dan Keamanan (Pol hukam) Sagom Tamboen mengungkap kan personel tim pemantau yang bernama In-donesian Observer Team siap diberangkat kan apabila Thai-land dan Kamboja memberi lampu hijau. Ha sil pemantauan tim tersebut akan menentukan keperluan pe nempatan pasu-kan perda mai an di perbatasan kedua ne gara.

Adapun tim itu terdiri dari 30 orang--sebanyak 28 anggo ta dari kalangan militer dan 2 ang-gota dari kalangan sipil. Me-reka akan memantau kegiata n pasukan kedua negara di per-ba tasan. “Tim ini akan dipecah menjadi dua, 15 di daerah Kam boja dan 15 di daerah Thai-land,” jelasnya.

Dalam kesempatan terpisah, Panglima Divisi Infanteri I Ko mando Cadangan Strate-gis TNI-AD (Kostrad) Mayor Jenderal Muhammad Nizam mengungkapkan divisinya su-dah mempersiapkan delapan perwira untuk bergabung de-ngan tim ini. (*/AO/I-5)

NESTY PAMUNGKAS

EVAKUASI warga ne-gara Indonesia (WNI) dari Libia memasuki tahap kedua. Seperti

evakuasi tahap pertama, para WNI kembali dievakuasi ke Indonesia melalui Tunisia dan ditampung sementara di wisma Kedutaan Besar Republik Indo-nesia (KBRI) di Tunis.

“Kloter kedua ini sudah tiba di Tunis pada 1 Maret waktu Tunis. WNI yang dievakuasi pada kloter kedua ini sebanyak 218 orang. Sebagian besar me-reka adalah mahasiswa dan tenaga kerja formal maupun informal,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Ke-menlu) Indonesia Michael Tene di Jakarta, kemarin.

Secara terpisah, Duta Besar Indonesia untuk Tunisia Mo-hammad Ibnu Said mengata-

kan sebanyak 218 WNI yang berada di Wisma KBRI tengah menanti penerbangan kembali ke Tanah Air.

“Mereka sudah diterima di Wisma KBRI. Untuk sementara mereka ditampung di sana sam-pai dievakuasi ke Indonesia. Tadinya kami mengevakuasi sebanyak 215 WNI, kemudian bertambah saat pintu gerbang bandara mau ditutup,” kata Ib nu Said kepada Media Indone-sia melalui sambungan telepon internasional.

Salah satu WNI yang dieva-kuasi pada kloter dua ini, kata Ibnu, adalah TKI informal yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di lingkungan istana pemimpin Libia Moamar Khadafi .

“Benar, ada 1 WNI bernama Unirah binti Udin Sarwah yang bekerja sebagai pembantu ru-mah tangga di istana pemimpin

Libia. Ketika pesawat evakuasi kloter kedua di bandara Tripoli mau berangkat, tiba-tiba ada pengawal Khadafi yang meng-antar dia,” jelas Ibnu.

Mengenai kebutuhan logis-tik WNI selama ditampung di wisma KBRI Tunisia, kata Said, menjadi tanggung jawab pihaknya. Layanan logistik, medis, dan konsultasi disedia-kan di Wisma KBRI untuk se-mua WNI.

Dia menambahkan, kondisi WNI pada evakuasi kloter ke-

dua tidak seburuk kondisi WNI kloter pertama.

Hal itu karena proses evakua-si dari Libia yang relatif ti-dak terkendala. Meski demi-kian, berdasarkan informasi yang didapat, Ibnu mengaku situasi di Libia semakin sulit untuk memungkinkan WNI dievakuasi ke luar negeri.

“Kloter pertama kan sempat ditunda selama 24 jam. Kalau yang kloter kedua ini hanya 1-2 jam. Tapi, akses ke luar Libia semakin susah,” urainya.

Selain itu, Ibnu mengatakan kesulitan dialami ketika men-cari dan menyewa pesawat un-tuk proses evakuasi di bandara Tripoli.

“Semakin sulit juga untuk cari pesawat karena berebutan dengan negara lain yang mau mengungsikan warga negara mereka,” papar Said.

Sebelumnya, kloter pertama evakuasi sebanyak 201 WNI dari Libia yang telah dievakua-si ke Tunisia tiba di Tanah Air dalam tiga penerbangan. Me-

reka merupakan bagian dari 259 WNI yang telah dievakuasi ke Tunisia pada Sabtu (26/2) dari Libia.

Dari jumlah itu, sebanyak 201 orang merupakan tenaga kerja sektor konstruksi yang ditempatkan perusahaan badan usaha milik negara PT Wijaya Karya (Wika), 12 orang dari Per tamina dan Medco, 22 orang pembantu rumah tangga, dan selebihnya mahasiswa. (*/I-5)

[email protected]

POLISI Iran melepaskan tem-bakan gas air mata untuk mem-bubarkan demonstran dari ke-lompok oposisi yang berdemo di ibu kota Iran, Teheran.

Demo kelompok oposisi ter-sebut terjadi setelah sehari se-belumnya tersiar kabar bahwa pemimpin oposisi Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi telah ditangkap.

Para demonstran itu juga tu run ke jalan dan meneriak-kan yel-yel ‘Ya Hossein, Mir Hossein’.

Koresponden BBC di Teheran mengatakan sejumlah besar polisi antihuru-hara dan milisi

Basiji bermotor di pusat kota, berusaha membubarkan kera-maian kelompok oposisi.

Malam harinya, pihak kea-manan telah menguasai situasi di jalan-jalan dan ruang-ruang terbuka di Teheran. Milisi Basiji yang propemerintah meneriak-kan yel-yel kemenangan di tem pat-tempat itu.

Kabar ditangkapnya Mousavi dan Karroubi itu terungkap di berita sebuah situs yang dekat dengan oposisi. Namun, peme-rintah telah membantahnya dengan mengatakan keduanya masih di rumah.

Di hari yang sama, kemarin,

demonstrasi juga pecah di Ya man. Puluhan ribu orang membanjiri jalan-jalan utama di ibu kota Yaman, Sana’a. Me-reka satu suara mendesak Pre-siden Ali Abdullah Saleh turun. “Pergi!” teriak mereka menolak

ajakan Abdullah Saleh, yang sehari sebelumnya mengajak membentuk pemerintahan ga-bungan dengan oposisi.

Saleh menyalahkan AS dan Israel sebagai biang kerusuhan di jazirah Arab akhir-akhir ini yang menggulingkan pemerin-tah Tunisia dan Mesir.

“Yang terjadi di Tunisia hing-ga Oman adalah badai yang dibikin Israel dan diawasi AS,” kata Saleh. “Yang terjadi di Ya man adalah jiplakan karena rakyat Yaman tidak sama de-ngan Tunisia ataupun Mesir.”

Kerusuhan juga pecah di Oman, terutama di kota indus-

tri dan pelabuhan, Sohar. De-monstran menutup jalan-jalan utama di Sohar yang merupa-kan kota pendistribusi sekitar 160 ribu barel minyak mentah per hari.

Pada Selasa (1/3), demon-stran sempat membakar sebuah supermarket di sana. Kerusuh-an terus berlangsung setelah Sultan Qaboos bin Said berjanji menciptakan lapangan peker-jaan baru. Hingga hari ketiga, kemarin, dua orang dikabarkan tewas.

Oman adalah negara kesul-tanan tertua di jazirah Arab. (Yan/BBC/I-3)

SERAYA menelungkupkan wajah tirusnya di

kedua telapak tangan, Omar berbicara lamat-lamat. “Pengalaman yang mengenaskan. Saya sudah di sini selama 10 hari, sebelumnya mungkin 10 hari di tempat lain. Saya tidak ingat lagi hari apa ini.”

Dua pekan terakhir memang menjadi mimpi buruk bagi prajurit berusia 19 tahun itu. Omar yang merupakan anggota Khamis, brigade elite Libia, mengaku dikirim ke Kota Al-Bayda untuk berpartisipasi dalam demonstrasi pro-Khadafi pada 16 Februari lalu. Namun, nasib berkata lain. Omar ditangkap sejumlah demonstran anti-Khadafi di pangkalan militer Al-Bayda.

Omar lalu dikirim ke Sekolah Aruba di Kota Shahat, Libia bagian timur. Di sekolah yang berubah fungsi menjadi penjara itu, Omar mendekam bersama 200 tentara bayaran Khadafi . Nyaris semua pria berkulit hitam tersebut berasal dari Libia selatan atau negeri jiran, semisal Chad. Sebagian besar mengaku tiba di Al-Bayda menggunakan pesawat sewaan dari Sabha, kota di bagian selatan Libia yang menjadi kantong kekuatan Khadafi . Namun, mereka menolak label tentara bayaran. Mereka mengklaim telah dijanjikan pihak tertentu untuk mencari pekerjaan di Tripoli.

“Jika mereka memakai baju sipil, sulit menentukan apakah mereka tentara bayaran atau tidak,” kata Ahmed Noori Esbak, seorang penjaga tahanan di Sekolah Aruba.

Karena itu, Esbak dan rekan-rekannya memutuskan untuk melepaskan para tahanan pada 28 Februari. Lagi pula, para demonstran mengkhawatirkan aksi balasan dari suku-suku asal tahanan, seperti suku Fezzan dan suku asal Khadafi , Qadhadhfa. “Kami ingin agar orang-orang di Barat berhenti menangkapi orang Timur.

Jika tidak, bisa terjadi perang saudara,” ujar Ahmed Salem Salah, guru yang beralih profesi menjadi sipir.

Dugaan itu juga diutarakan Omar. Remaja yang digaji 700 dinar setiap bulan tersebut mengaku tidak tahu berada di pihak mana saat dipaksa menyerah oleh demonstran di Al-Bayda. Yang jelas, kala itu dia takut ke luar pangkalan militer karena dia dan rekan-rekannya berkulit gelap.

“Saya pikir ini memang rencana Khadafi , membawa orang-orang berkulit gelap ke daerah timur sehingga orang-orang saling membunuh

dan memicu perang sipil antarsuku.”

Pikiran kalut Omar segera mereda ketika pada Senin (28/2) sore, nenek dan sepupunya datang menjemput.

Sepeninggal Omar, Sekolah Aruba praktis tidak memiliki tahanan. Namun, seorang demonstran menegaskan fobia terhadap tentara bayaran akan meresap di kalangan warga Libia timur.

“Setelah apa yang terjadi di sini, kami kehilangan kepercayaan terhadap orang berkulit hitam.” (Jer/Time/Reuters/I-3)

12 KAMIS, 3 MARET 2011 | MEDIA INDONESIAINTERNASIONAL

Evakuasi WNI Masuki Tahap DuaPengawal Presiden Moamar Khadafi menyerahkan pembantu rumah tangga Istana Presiden Libia asal Indonesia untuk dievakuasi.

TIBA DI INDONESIA: Warga negara Indonesia yang bekerja di Libia tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, kemarin.

Yang terjadi di Tunisia hingga

Oman adalah badai yang dibikin Israel dan diawasi AS.”Ali Abdullah SalehPresiden Yaman

BERJAGA: Seorang tentara pendukung Khadafi berjaga di atas kendaraan lapis baja di Tripoli, Libia, Selasa (1/3).

DEMO BAHRAIN: Seorang pria memegang bendera bertuliskan ‘National Unity; My Soul I Sacrifice for My Country’ saat unjuk rasa antipemerintah di Manama, Bahrain, Selasa (1/3).

Iran, Yaman, dan Oman Terus Bergejolak

Potret Buram Prajurit Khadafi

KambojaSepakatiKerangkaAcuanIndonesia

DEPLU.GO.ID

Michael TeneJuru bica ra Kemenlu RI

AP/HASAN JAMALI

AP/BEN CURTIS

MI/JHONI KRISTIAN