i.pendahuluan · jumlah kasus dan korban kekerasan: 2016-2018 tahun jumlah kasus jumlah korban 1...

42
1 I.Pendahuluan Pengantar Kasus kekerasan pada perempuan dan anak seperti yang dilaporkan dalam Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) menunjukkan perkembangan yang mengkhawatirkan dengan semakin bertambahnya kasus dan korban yang dilaporkan seperti terlihat pada Tabel 1. Situasi yang digambarkan Tabel 1 memerlukan tindak lanjut nyata segera yang dapat diandalkan agar pengurangan kasus dan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak dipastikan terjadi berkelanjutan. Tabel 1. Jumlah Kasus dan Korban Kekerasan: 2016-2018 Tahun Jumlah Kasus Jumlah Korban 1 tahun per bulan 1 tahun per bulan 2016 11.139 928,3 12.687 1.057,3 2017 16.840 1.403,3 18.776 1.564,7 2018* 6.850 1.147,7 7.384 1.230,7 Sumber: Simfoni, Kemen PPPA * laporan sampai dengan Juni 2018 Jumlah korban kekerasan pada tahun 2017 yang diperoleh dari Simfoni dapat juga direpresentasikan ke dalam angka bulanan di setiap provinsi seperti pada Gambar 1, walaupun beberapa angkan di beberapa provinsi diperkirakan masih belum lengkap (underreported). 1 8 10 13 16 17 17 18 19 19 21 24 24 24 25 25 30 33 33 33 37 43 48 51 52 54 61 63 64 97 100 116 161 208 PAPUA BARAT MAL. UTARA KALTARA NTB LAMPUNG KALBAR KEP. BABEL PAPUA MALUKU DKI JAKARTA GORONTALO KALTENG SULTRA KALSEL SULBAR BALI BANTEN RIAU KEPRI SULUT BENGKULU JAMBI ACEH JABAR NTT SUMBAR SUMSEL SULTENG KALTIM DIY SULSEL SUMUT JATIM JATENG Gambar 1. Jumlah korban KtP/A per bulan menurut provinsi tahun 2017

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    I.Pendahuluan

    Pengantar

    Kasus kekerasan pada perempuan dan anak seperti yang dilaporkan dalam Sistem

    Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) menunjukkan

    perkembangan yang mengkhawatirkan dengan semakin bertambahnya kasus dan

    korban yang dilaporkan seperti terlihat pada Tabel 1. Situasi yang digambarkan Tabel 1

    memerlukan tindak lanjut nyata segera yang dapat diandalkan agar pengurangan kasus

    dan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak dipastikan terjadi berkelanjutan.

    Tabel 1. Jumlah Kasus dan Korban Kekerasan: 2016-2018

    Tahun Jumlah Kasus Jumlah Korban

    1 tahun per bulan 1 tahun per bulan

    2016 11.139 928,3 12.687 1.057,3

    2017 16.840 1.403,3 18.776 1.564,7

    2018* 6.850 1.147,7 7.384 1.230,7

    Sumber: Simfoni, Kemen PPPA * laporan sampai dengan Juni 2018

    Jumlah korban kekerasan pada tahun 2017 yang diperoleh dari Simfoni dapat juga

    direpresentasikan ke dalam angka bulanan di setiap provinsi seperti pada Gambar 1,

    walaupun beberapa angkan di beberapa provinsi diperkirakan masih belum lengkap

    (underreported).

    18 10 13

    16 17 17 18 19 19 2124 24 24 25 25 30

    33 33 33 3743 48

    51 52 5461 63 64

    97 100116

    161

    208

    PA

    PU

    A B

    AR

    AT

    MA

    L. U

    TA

    RA

    KA

    LT

    AR

    A

    NT

    B

    LA

    MP

    UN

    G

    KA

    LB

    AR

    KE

    P. B

    AB

    EL

    PA

    PU

    A

    MA

    LU

    KU

    DK

    I JA

    KA

    RT

    A

    GO

    RO

    NT

    ALO

    KA

    LT

    EN

    G

    SU

    LT

    RA

    KA

    LS

    EL

    SU

    LB

    AR

    BA

    LI

    BA

    NT

    EN

    RIA

    U

    KE

    PR

    I

    SU

    LU

    T

    BE

    NG

    KU

    LU

    JA

    MB

    I

    AC

    EH

    JA

    BA

    R

    NT

    T

    SU

    MB

    AR

    SU

    MS

    EL

    SU

    LT

    EN

    G

    KA

    LT

    IM

    DIY

    SU

    LS

    EL

    SU

    MU

    T

    JA

    TIM

    JA

    TE

    NG

    Gambar 1. Jumlah korban KtP/A per bulan menurut provinsi tahun 2017

  • 2

    Pengadaan Mobil Perlindungan (Molin) dan Motor Perlindungan (Torlin) oleh

    Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)yang

    dimaksudkan utamanya untuk evakuasi korban kekerasan terhadap perempuan dan

    anak (KtP/A) dalam program Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) merupakan

    respon terhadap fenomena dimaksud dalam rangka penyelamatan korban. Dalam

    jangka panjang Molin dan Torlin juga ditujukan untuk dapat digunakan bagi

    kepentingan Sosialisasi pengurangan dan pencegahan KtP/A serta Koordinasi antar

    lembaga untuk implementasi program PPA.

    Penyaluran Molin dan Torlin kepada unit kerja Perlindungan Perempuan dan Anak

    (PPA) pada semua Dinas PPPA tingkat provinsi dan kabupaten dan kota dimaksudkan

    untuk memberikan fasilitasi bagi penanganan korban kekerasan dalam rangka

    memperluas jangkauan pelayanan pengaduan dan penanganan kasus kekerasan

    terhadap perempuan dan anak, serta implementasi fungsi Pusat Pelayanan Terpadu

    Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di bidang pencegahan dan pemberdayaan

    korban.

    Untuk menurunkan kasus KtP/A program pengadaan Molin dan Torlin dilaksana-

    kan dengan menekankan fungsi Molin dan Torlin yang mencakup:

    a. Memperluas jangkauan pelayanan korban kekerasan yang selama ini belum

    terlaksana oleh pelayanan reguler P2TP2A,

    b. Menjemput dan mengantar korban kekerasan terutama dalam proses terutama

    dalam proses konseling, trauma healing, persidangan dan rehabilitasi serta

    reintegrasi sosial,

    c. Mempercepat pelayanan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak,

    d. Promosi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak,

    e. Meningkatkan frekuensi koordinasi dan intensitas pendampingan korban,

    f. Meningkatkan peran provider atau penyedia layanan dalam menangani kasus

    dan mendampingi korban kekerasan.

    Pada tahun 2016 sudah diserahkan satu unit Molin dan dua unit Torlin kepada

    semua Dinas PPPA provinsi dan beberapa Dinas/Unit PPPA kabupaten dan kota. Untuk

    penyaluran Molin dan Torlin pada daerah lain pada tahun berikutnya, diperlukan suatu

    evaluasi untuk memastikan bahwa pengadaan Molin dan Torlin memenuhi tujuan

    program PPA. Evaluasi ini merupakan bentuk akuntabilitas suatu program pengadaan

    barang milik pemerintah,yaitu bahwa kelanjutan pengadaan berikutnya dapat

    dibuktikan bahwa pengadaan sebelumnya benar bermanfaat sebagaimana tujuannya.

    Juga perlu dipastikan bahwa pembiayaan operasional dan perawatannya pada waktu

    mendatang tidak membebani pemerintah pusat serta ada jaminankeberlangsungan

    program PPA di masa mendatang di semua daerah.Distribusi Molin pengadaan tahun

    2016 di setiap provinsi dapat dilihat pada Gambar 2.

  • 3

    Gambar 2. Jumlah Molin (unit) Pengadaan Tahun 2016 di setiap Provinsi

    Untuk itu Studi Effektivitas Molin dan Torlin akan dilakukan pada wilayah yang

    telah menerima Molin dan Torlin, untuk melihat sejauhmana pemanfaatan fasilitas

    tersebut terutama apakah persyaratan penyerahan dipenuhi sebagaimana diatur dalam

    Juknis.

    Tujuan

    Secara umum studi ini dimaksudkan untuk

    (a) melakukan evaluasi terhadap effektivitas pemanfaatan, dan

    (b) menilai dampak pengadaan Molin dan Torlin:apakah terjadi perubahan perilaku

    dari masyarakat dan stakeholdersperlindungan perempuan dan anak secara umum

    dan khususnya penanganan korban kekerasan.

    Secara khusus studi evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang

    seberapa jauh tingkat pemanfaatan Molin dan Torlin sesuai fungsi sebagaimana maksud

    pengadaaanya.

    8

    11

    6

    4 45 5

    4 4 4

    1

    12

    17

    4

    17

    54 4

    8

    56

    4 43

    54

    9

    6

    3 34 4

    5

    10

    AC

    EH

    SU

    MU

    T

    SU

    MB

    AR

    RIA

    U

    JAM

    BI

    SU

    MS

    EL

    BE

    NG

    KU

    LU

    LA

    MP

    UN

    G

    KE

    P. B

    AB

    EL

    KE

    PR

    I

    DK

    I JA

    KA

    RT

    A

    JAB

    AR

    JAT

    EN

    G

    DIY

    JAT

    IM

    BA

    NT

    EN

    BA

    LI

    NT

    B

    NT

    T

    KA

    LB

    AR

    KA

    LT

    EN

    G

    KA

    LSE

    L

    KA

    LT

    IM

    KA

    LT

    AR

    A

    SU

    LU

    T

    SU

    LT

    EN

    G

    SU

    LS

    EL

    SU

    LT

    RA

    GO

    RO

    NT

    AL

    O

    SU

    LB

    AR

    MA

    LU

    KU

    MA

    L. U

    TA

    RA

    PA

    PU

    A B

    AR

    AT

    PA

    PU

    A

    Sumber: KPPPA

  • 4

    II. METODOLOGI

    Pengantar

    Pada bagian ini dibahas tatacara mencari, menggali, dan mengungkap informasi

    dan fakta yang diperlukan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. Selanjutnya alat

    ukur yang digunakan dalam menjawab tujuan penelitian disajikan secara sistematis

    dalam kaidah ilmiah untuk mengungkap fenomena lapangan apakah sesuai dengan

    maksud dan tujuan studi. Dengan tujuan studi memperoleh gambaran umum tentang

    manfaat Molin dan Torlin bagi stakeholder PPA, maka secara umum metode dan alat

    analisis yang digunakan disesuaikan dengan tujuan umum studi.

    Sasaran Studi

    Penelitian ini akan menggali informasi tentang implementasi berbagai kegiatan

    dalam payung program PPA dimana stakeholders terlibat secara langsung maupun tidak

    langsung dalam berbagai peranan dan kegiatan.Sumber informasi yang merupakan

    sasaran studi ini adalah stakeholders utama PPA yaitu organisasi dan/atau individu yang

    terdiri dari:

    1. P2TP2A,

    2. Unit PPA pada Dinas PPPA provinsi,

    3. Unit PPA pada Dinas PPPA kabupaten/kota,

    4. Dinas Kesehatan,

    5. Unit PPA pada kepolisian tingkat provinsi (Polda) dan tingkat

    kabupaten/kota(Polres),

    6. LSM terkait dengan PPA,

    7. Forum Anak,

    8. Korban KtP/A, dan

    9. Satuan kerja lain yang terkait.

    Wilayah Studi

    Untuk mengungkapkan manfaat Molin dan Torlin, penelitian akan dilakukan pada

    wilayah (provinsi dan kabupaten/kota) yang telah menerima Molin dan Torlin. Secara

    umum wilayah penelitian dikategorikan sebagai berikut:

    (1) 18 propinsi membuat laporan pemanfaatan Molin dan Torlin

    (2) 16 provinsi tidak/belum membuat laporan pemanfaatan Molin dan Torlin

    (3) Kabupaten dan kota penerima Molin dan Torlin.

  • 5

    Metode Pengumpulan Data:

    (1). Rapid AssessmentProcedure(RAP) terutama melalui Focus Group Discussion (FGD)

    selain melalui wawancara tidak formal dan observasi, dan

    (2). Survei kwesioner di tingkat provinsi dan kabupaten/kota terpilih

    MetodologiPemilihan Wilayah Studi

    Pemilihan wilayah studi disesuaikan dengan sifat studi kasus untuk

    menunjukkan:(a) indikasi effektifitas pemanfaatan Molin dan Torlin, dan (b) tingkat

    effektivitas pemanfaatan Molin dan Torlin di wilayah studi.Karena studi dimaksudkan

    untuk mendapatkan gambaran tentang pemanfaatan Molin dan Torlin dalam Program

    PPA di daerah, maka dasar pemilihan daerah penelitian adalah daerah dengan laporan

    KtP/A terbanyak menurut Simfoni. Metode sampling yang digunakan adalah

    purposivesamplingatau non-probability sampling. Metode ini dipilih dengan maksud

    meneliti pemanfaatan Molin dan Torlin di wilayah tertentu, yaitu

    (1) Pada tahap pertama memilih enam provinsi dari 18 provinsi yang membuat laporan

    pemanfaatan dan memilih dua provinsi dari 16 provinsi yang belum membuat

    laporan pemanfaatan. Provinsi yang terpilih adalah provinsi dengan kasus KtP/A

    yang terbanyak menurut laporan Simfoni. Daftar provinsi wilayah penelitian dapat

    dilihat pada Tabel A dan Tabel B.

    (2) Pada tahap kedua dari setiap provinsi dipilih:

    (a) satu kabupaten/kota penerima Molin dan Torlin dengan kasus KtP/A terbanyak

    yang untuk selanjutnya secara mandiri melakukan pengumpulan data dengan

    metode FGD dan survei kwesioner.

    (b) empat kabupaten/kota penerima Molin dan Torlin dengan kasus KtP/A

    terbanyak. Stakeholder utama dari empat kabupaten/kota terpilih akan menjadi

    narasumber dalam pelaksanaan FGD dan survei kwesioner yang dilaksanakan

    di Dinas PPPA provinsi.

    Pelaksanaan Pengumpulan Data

    Pengumpulan data pada tingkat provinsi dengan narasumber adalah stakeholders utama

    program PPA tingkat provinsi ditambah dari empat kabupaten/kota yang dipilih pada

    tahap kedua. Pelaksanaan FGD dan pengumpulan data survei ditingkat provinsi akan

    dilakukan dengan narasumber merupakan stakeholders program PPA tingkat provinsi

    ditambah stakeholders utama yang mewakili empat kabupaten/kota terpilih pada tahap

    2 (b). Mekanisme pelaksanaan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

    (1a). FGD, dilakukan di tingkat provinsi dengan peserta narasumber/organisasi

    tingkat provinsi dan narasumber/organisasi dari empat kabupaten/kota terpilih

    (1b). FGD, dilakukan di tingkat kabupaten/kota dengan peserta

    narasumber/organisasi tingkat kabupaten/kota

    (2). Survei kwesioner di tingkat provinsi dan kabupaten/kota terpilih

  • 6

    Tabel A. Daftar Wilayah terpilih Studi Evaluasi Molin, Provinsi membuat laporan

    No. Provinsi No Wilayah Status Lokasi FGD

    1. Sumatera Barat 1. Provinsi Sumatera Barat Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Barat

    2. Kab. Pesisir Selatan Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Barat

    3. Kab. Tanah Datar Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Barat

    4. Kab. Padang Pariaman Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Barat

    5. Kota Bukittinggi Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Barat

    6. Kota Padang Pelaksana FGD Dinas PPPA Kota Padang

    2. Jawa Tengah 7. Provinsi Jawa Tengah Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Tengah

    8. Kab. Wonosobo Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Tengah

    9. Kab. Semarang Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Tengah

    10. Kab. Kebumen Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Tengah

    11. Kota Surakarta Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Tengah

    12. Kota Semarang Pelaksana FGD Dinas PPPA Kota Semarang

    3. Jawa Timur 13. Provinsi Jawa Timur Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Timur

    14. Kab. Probolinggo Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Timur

    15. Kab. Blitar Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Timur

    16, Kab. Malang Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Timur

    17. Kab. Jember Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Timur

    18. Kab. Gresik Peserta FGD Dinas PPPA Kab. Sidoarjo

    19. Kab. Pasuruan Peserta FGD Dinas PPPA Kab. Sidoarjo

    20. Kab. Sidoarjo Pelaksana FGD Dinas PPPA Kab. Sidoarjo

    4. Bengkulu 21. Provinsi Bengkulu Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Bengkulu

    22. Kota Bengkulu Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Bengkulu

    23. Kab. Bengkulu Selatan Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Bengkulu

    24. Kab. Kepahiang Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Bengkulu

    25. Kab. Rejang Lebong Pelaksana FGD Dinas PPPA Kab. Rejang Lebong

    Tabel B. Daftar Wilayah terpilih Studi Evaluasi Molin, Provinsi tidak membuat laporan

    No. Provinsi No. Wilayah Status Lokasi FGD

    5. Sumatera Utara 26. Prov. Sumatera Utara Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Utara

    27. Kab. Deli Serdang Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Utara

    28. Kab. Langkat Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Utara

    29. Kab. Sedang Bedagai Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Utara

    30. Kota Medan Pelaksana FGD Dinas PPPA Kota Medan

    6. Sulawesi Selatan 31. Prov. Sulawesi Selatan Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Sulawesi Selatan

    32. Kab. Bantaeng Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sulawesi Selatan

    33. Kab. Sinjai Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sulawesi Selatan

    34. Kab. Luwu Utara Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sulawesi Selatan

    35. Kab. Toraja Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sulawesi Selatan

    36. Kota Makassar Pelaksana FGD Dinas PPPA Kota Makassar

    37. Kota Pare-Pare Peserta FGD Dinas PPPA Kota Makassar

  • 7

    Permasalahan yang Diteliti

    Hasil utama yang ingin diperoleh dari penelitian ini secara umum adalah

    mengetahui tingkat kemanfaatan Molin dan Torlin di provinsi dan kabupaten/kota dan

    secara khususbagaimana kemanfaatannya dalam (i) evakuasi korban KtP/A, (ii)

    penyelenggaraan sosialisasi pengurangan dan pencegahan KtP/A, dan (iii) pelaksanaan

    koordinasi implementasi kegiatan dan program PPA. Penyusunan instrumen FGD dan

    kwesioner kuantitatif yang pada dasarnya berfokus meneliti hal-hal yang berkaitan hal-

    hal di atas, dibagi atas tiga pembagian menurut fungsi masing-masing

    stakeholder/narasumber dalam pemanfaatan Molin dan Torlin, yaitu: (1) Pengelola

    Molin/Torlin, (2) Pengguna Molin/Torlin, dan (3) Pemanfaat Molin/Torlin.

    Instrumen Kuantitatif

    Informasi yang dikumpulkan secara garis besar secara spesifik dilihat dari sisi

    Pengelola, Pengguna, dan Pemanfaat meliputi:

    (a). Keterangan tentang Lembaga/Stakeholder

    (b). Karakteristik narasumber/Responden, yaitu organisasi, jenis kelamin, umur,

    pendidikan, pengalaman kerja di lembaga, pengalaman kerja di jabatan

    (c). Operasionalisasi Molin

    (d). Pengetahuan tentang Molin, yaitu penilaian pengelola Molin tentang pemahaman

    mitra kerja atas pemanfaatan Molin, dan

    (e). Penggunaan dan Pemanfaatan, yaitu penilaian pengguna dan pemanfaat tentang

    kesiapan dan kesiagaan Molin serta kemanfaatan Molin khususnya bagi korban

    KtP/A.

    Secara lengkap instrumen kuantitatif yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran.

    Instrumen Kualitatif

    Topik Kelompok Internal

    1. Tentang pengelolaan Molin dan Torlin

    a. Sejak kapan menerima Molin/Torlin?

    b. Bagaimana pendapat Saudara?Bagaimana tanggapan rekan-rekan Saudara?

    2. Tentang kesiapan dan pemanfaatan Molin dan Torlin

    a. Kondisi fisik Molin dalam kondisi baik? Apakah Molin pernah mogok? Mengapa?

    b. Apakah dimanfaatkan setiap hari?Molin dan Torlin dimanfaatkan untuk apa saja?

    c. Apakah Molin/Torlin pernah digunakan ke kantor polisi, sekolah, ke rumah sakit,

    ke pasar, dsb untuk apa?

    3. Tentang kelengkapan fasilitas untuk sosialisasi dalam Molin.

  • 8

    Topik Kelompok Eksternal

    1. Pengetahuan dan pengalaman serta sumber informasi tentang Molin dan Torlin.

    2. Mengerti manfaat dan pengalaman serta ceritakan menggunakan Molin dan Torlin

    a. kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan fasilitas lain.

    b. komentar korban

    c. pendapat seandainya tidak ada fasilitas molin/torlin

    3. Fasilitas yang digunakan berkaitan dengan program PPA

    a. Fasilitas yang digunakan ketika menangani korban. Apa pernah menggunakan

    Molin/Torlin? Kalau belum pernah mengapa?

    b. Fasilitas yang digunakan ketika melakukan sosialisasi. Apa pernah menggunakan

    Molin/Torlin. Kalau belum pernah mengapa?

    c. fasilitas yang digunakan ketika melakukan koordinasi. Apa pernah menggunakan

    Molin/Torlin. Kalau belum pernah mengapa?

    Secara lengkap instrumen kuantitatif yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran.

    Metode Analisis

    Kualitas dari hasil penelitian secara umum ditentukan oleh beberapa hal, yaitu (1)

    metode pemilihan wilayah penelitian dan pemilihan narasumber/responden yang

    digunakan, (2) reliabilitas (=akurasi) hasil pengumpulan data, dan (3) metode analisis

    yang diterapkan. Reliabilitas secara kualitatif dapat dilihat dari ‘kredibilitas’ nara-

    sumber dalam arti kemampuan memberikan jawaban apa adanya dalam pengumpulan

    informasi baik melalui FGD, partisipasi terlibat dari peneliti (=fasilitator FGD) dalam

    memperhatikan Molin, dan wawancara ‘mendalam’ dengan para pejabat pengelola

    Molin pada Dinas/Unit PPPA di Jawa Tengah dan Sumatera Barat, serta pengumpulan

    data melalui pengisian kwesioner. Kredibilitas dimaksud dapat dilihat dari umur,

    pengamalan kerja baik secara keseluruhan maupun pada jabatan yang diemban, tingkat

    pendidikan, jabatan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

    Studi ini menggunakan dua jenis data yang diperoleh dari riset kuantitatif dan riset kualitatif sebagaimana Gravetter dan Fonzano (2012: 158) menyatakan bahwa

    Quantitative research is based on measuring variables for individual participants to obtain scores, usually numerical values that are submitted to statistical analysis for summary and interpretation.

    Qualitative research is based on making observations that are summarized and interpreted in a narrative report.

    Di sisi lain, Minchiello (1990: 5) menyoroti riset kualitatif dan riset kuantitatif dari sudut pandang konseptual dan metodologi yang dapat diringkas sebagai berikut

  • 9

    Issues Qualitative Quantitative

    Conceptual Concerned with understanding human behavior from the informant perspective

    Concerned with discovering facts about social phenomena

    Assumes a dynamic and negotiated reality

    Assumes a fixed and measurable reality

    Methodological

    Data are collected through participation observation and interviews

    Data are collected through measuring things

    Data are analyzed by themes from descriptions of informants

    Data are analyzed through numerical comparison and statistical inferences

    Data are reported in the language of the informant

    Data are reported through statistical analyses

    Analisis atau interpretasi data dan informasi
yang diperoeh dari pendekatan

    kualitatif dan pendekatan kuantitatif dalam studi secara umum mengikuti tatacara yang

    disebut Gravetter dan Fonzano serta Minchiello di atas. Kesimpulan yang kemudian

    diambil merupakan temuan dari analisis berdasar data kualitatif atau data kuantitatif

    atau kedua jenis data menyimpulkan hal yang sama.

    Data kualitatif dari FGD

    Dalam rangka pemanfaatan Molin misalnya perlu diketahui apakahterdapat

    standarisasi Operator Molin? Jika terdapat fakta bahwa tidak standarmisalnya sebagian

    hanya pengemudi, sebagian lain lengkap: pengemudi dan operator peralatan sosialisasi.

    Mengapa hal ini terjadi perlu diketahui dan di daerah mana hal ini terjadi. Bagaimana

    Molin tetap dapat digunakan yang tidak melanggar aturan penggunaan Molin, jika

    misalnya hanya ada pengemudi tanpa operator peralatan jika Sosialisasi akan

    dilaksanakan. Praktek yang biasa dilakukan pengelola Molin perlu diketahui agar

    pemanfaatan Molin menjadi optimal.

    Dapat dikatakan terdapat manfaat pengadaan Molin jika terdapat: (1) perubahan

    perilaku dari masyarakat, yang ditunjukkan oleh semakin berani melaporkan KtP/A, dan

    (2) perubahan perilaku dari stakeholder, yang ditunjukkan dengan keterlbatan

    stakeholder yang lebih aktif dalam bentuk koordinasi dan sosialisasi lebih aktif,

    mengingatkan stakeholder lain.

    Data kuantitatif dari survei

    Secara umum teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu

    kecendrungan jawaban responden atas beberapa pertanyaan dikaitkan dengan

    permasalahan utama studi yaitu manfaat dan effektifitas penggunaan Molin. Profil dari

    responden yang juga merupakan narasumber FGD diuraikan untuk memperoleh

  • 10

    gambaran kualitas dari responden studi sebagai pendekatan kualititatif menilai

    kredibilitas dan sekaligus reliabilitas data yang dihasilkan.

    Pengetahuan tentang keberadaan Molin dan Torlin khususnya penggunaan dan

    pemanfaatannya untuk tujuan program Perlindungan Perempuan dan Anak, khususnya

    berkaitan dengan (1) Penanganan korban kekerasan, (2) Soslialisasi pengurangan dan

    pencegahan kekerasan, dan (3) Koordinasi dengan stakeholder dalam rangka

    Perlindungan Perempuan dan Anak.

    Menilai kemanfaatan Molin akan dilakukan dengan melihat: (1) pemahaman

    pengguna dan pemanfaat Molin atas evakuasi korban, sosialisasi, dan koordinasi

    menurut penilaian Pengelola, (2) penilaian kesiapan dan kesiagaan Molin ketika

    dibutuhkan menurut Pengguna, penilaian kesiapan, kesiagaan, dan kemanfaatan

    menurut Pemanfaat. Dari setiap penilaian tersebut dibuat Indeks Manfaat Molin (IMM),

    sehingga akan diperoleh tiga IMM menurut sisi Pengelola, sisi Pengguna, dan sisi

    Pemanfaat.Dari setiap penilaian tersebut dibuat Indeks Manfaat Molin (IMM), sehingga

    akan diperoleh tiga IMM, yaitu

    i. IMM1 adalah Indeks Manfaat Molin menurut sisi Pengelola, 


    ii. IMM2 adalah Indeks Manfaat Molin menurut sisi Pengguna, dan 


    iii. IMM3 adalah Indeks Manfaat Molin menurut sisi Pemanfaat. 


    Secara umum penghitungan IMMi dilakukan dengan formula

    𝐼𝑀𝑀𝑗 =∑ 𝐹𝑖𝑋

    11𝑖=0 𝑖

    ∑ 𝐹𝑖

    dimana
IMMj, j = 1, 2, 3 adalah Indeks Manfaat Molin


    Xi = Penilaian terhadap permasalahan, Xi, i=1,2,....11, X1 = 0, X2 = 1, ..........., X11 =10

    Fi = Banyaknya responden yang memberikan penilaian Xi

    Secara keseluruhan dari tiga indeks kemanfaatan Molin dikontsruksi Indeks

    Komposit Kemanfaatan Molin (IKM) dengan formula

    𝐼𝐾𝑀 = Σ𝐵𝑖𝐼𝑀𝑀𝑖

    ∑ 𝐵𝑖

    dimana

    Bi = Bobot dari setiap IMM, B1=1, B2=2, B3=3, sehingga ∑ Bi = 6

    IMM1=Indeks Manfaat Molin Sisi Pengelola; IMM2=Indeks Manfaat Molin Sisi

    Pengguna;IMM3=Indeks Manfaat Molin Sisi Pemanfaat.

  • 11

    III. TEMUAN TENTANG KEMANFAATAN MOLIN:

    Hasil studi kuantitatif

    NarasumberFGD dan Responden Survei

    Rapid assessmentmanfaat Molin bagi korban kekerasan terhadap perempuan dan

    anak (KtP/A) dilakukan dengan mencari informasi dari dua pendekatan. Pendekatan

    pertama adalah menggali informasi kualitatif, yaitu informasi yang berkenaan perasaan

    atau informasi dalam bentuk mengapa dan/atau bagaimana tentang pelayanan yang

    diukur dengan skala ordinal atau skala nominal dan dilakukan melalui FGD. Pendekatan

    kedua adalah mengum-pulkan informasi kuantitatif tentang karakteristik responden,

    pengetahuan responden tentang pelayanan Molin dan kualitas pelayanan Molin yang

    dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur. Informasi tentang karakteristik

    narasumber/responden penting diketahui untuk memastikan kapasitasnya sebagai

    pemberi informasi bersifat kualitatitf dan kuantitatif.

    Narasumber FGD adalah stakeholders utama PPA yaitu organisasi yang berhu-

    bungan dengan pemanfaatan Molin dan Torlin.Secara organisasi mereka berafiliasi

    dengan organisasi seperti yang telah disebutkan sebaga sasaran studi.

    Pengelompokan narasumber dan responden jika dilihat dari hubungan kerja

    dalam operasionalisasi pemanfaatan Molin/Torlin dapat dibagi atas: (a) Pengelola

    Molin/Torlin, yaitu organisasi yang menyediakan Molin/Torlin sebagai fasilitas dalam

    rangka program PPA yang meliputi penjemputan dan pengantaran korban KtP/A dari

    tempat kejadian perkara (TKP) ke rumah korban atau tempat perlindungan (shelter),

    sosialisasi dan koordinasi dalam rangka pencegahan KtP/A, (b) Pengguna Molin/Torlin

    yaitu organisasi yang menggunakan Molin dalam rangka penjemputan dan pengantaran

    korban, dan (c) Pemanfaat Molin/Torlin yaitu korban KtP/A yang menggunakan

    Molin/Torlindalam rangka penyelamatan dan evakuasi, dalam hal ini LSM terkait

    dangan PPA akan mewakili korban perorangan.

    Operasional Molin/Torlinpada Wilayah yang diteliti

    Pada setiap wilayah/organisasi pengelola Molin/Torlin yang diteliti disalurkan

    satu unit Molin dan dua unit Torlin, sehingga terdapat 36 unit Molin dan 74 unit Torlin

    di wilayah penelitian, 6 provinsi dan 31 kabupaten/kota. Untuk mengetahui kesiapan

    Molin khususnya dalam melaksanakan fungsinya yang utama dalam melakukan

    evakuasi korban KtP/A, adalah perlu untuk mengetahui kesiapan dan kesiagaan

    Molin/Torlin secara teknis.

  • 12

    Sebagaimana persyaratan dalam serah terima unit Molin dan Torlin dari Kemen

    PPPA pada Dinas PPPA di propinsi dan kabupaten/kota bahwa pembiayaan operasional

    yang meliputi bahan bakar dan perawatan rutin dianggarkan dalam APBD. Unit Molin

    dan Torlin di setiap wilayah yang diteliti, pembaiayaan dimaksud sudah dianggarkan

    setiap tahun dalam APBD wilayah masing-masing.

    Tabel 1.1 Jumlah Molin dan karakteristik kesiapan operasional

    Uraian n %

    OPERASIONAL MOLIN, n = banyaknya molin di wilayah studi

    Jumlah provinsi 6 Jumlah kabupaten/kota 31 Jumlah Molin 36* Jumlah Torlin 74

    Tersedia Pembiayaan Operasional - Bahan bakar 36 100.00 - Perawatan rutin 36 100.00

    Pelaksanaan Service - Rutin 35 97.22 - Terakhir dalam 3 bulan yang lalu 22 61.11 - Terakhir > 3 bulan yang lalu 13 36.11

    Odometer/Posisi Km < 10.000 9 25.00 10.000 - 24.000 16 44.44 > 24.000 8 22.22 TT 3 8.33

    Operator Molin Pengemudi dan operator 27 75.00 Hanya pengemudi 3 8.33 TT 6 16.67 *) Molin yang ditempatkan pada Prov. Sulawesi Selatan dalam keadaan rusak berat

    Seperti dapat diperhatikan pada Tabel 1.1. pada umumnya perawatan secara rutin

    dilakukan pada semua Molin, walaupun perawatan berkala yang dilakukan tepat waktu

    dilakukan pada 22 unit Molin atau 61.1%.Operasional Molin dapat dilihat seberapa jauh

    Molin telah melaksanakan tugasnya dapat dilihat dari Odometer atau posisi Km dari

    setiap unit kendaraan. Sebanyak delapan Molin lebih sering digunakan, terlihat

    darijarak tempuh sejauh lebih dari 24.000 kilometer sejak dari penyerahan pada

    November 2016 sampai dengan pelaksanaan penelitian.

    Dalam menjalankan tiga macam tugas, khususnya Sosialisasi pencegahan KtP/A

    Molin dioperasikan oleh dua operator, yaitu pengemudi dan operator peralatan. Di

    wilayah penelitian 27 Molin dioperasikan oleh dua orang operator, tetapi tiga Molin

    hanya dioperasikan oleh pengemudi.

  • 13

    Narasumber menurut organisasi

    Sebanyak 217 narasumber terlibat dalam penelitian tentang manfaat Molin di

    enam provinsi: Sumatera Barat(36 peserta),Bengkulu (35 peserta), Jawa Tengah (37

    peserta), Jawa Timur (40 peserta), Sumatera Utara (37 peserta), dan Sulawesi Selatan

    (32 peserta). Para peserta FGD yang merupakan narasumber dalam penelitian berasal

    dari berbagai organisasi yang berurusan/berhubungan dengan persoalan penanganan

    korban KtP/A maupun program Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).

    Sekitar 45% peserta merupakan wakil dari Dinas/Unit PPPA tingkat provinsi dan

    kabupaten/kota yang dalam penelitian ini disebut sebagai pengelola Molin, sebanyak

    kurang lebih 32% merupakan wakil pengguna Molin yaitu dari unit PPA pada Polda dan

    Polres serta Dinas Kesehatan dan Unit IGD rumah sakit. Perwakilan dari pemanfaat

    Molin berjumlah sekitar 22,6%. Komposisi selengkapnya dari narasumber dari setiap

    provinsi dapat dilihat paada Tabel 1.2.

    Tabel 1.2 Jumlah Narasumber/Responden menurut Organisasi

    Uraian Total

    Jumlah kabupaten/kota 31

    Jumlah Molin 34

    Jumlah Torlin 72

    Pengelola Molin 98 (45,2)

    - Dinas/Unit PP PA propinsi 27

    - Dinas/Unit PP PA kabupaten/kota 58

    - TP2PPA 13

    Pengguna Molin 70 (32,2)

    - Unit PPA Polda dan Polres 23

    - Unit/Instalasi Gawat Darurat RS 29

    - Dinas Kesehatan 5

    - Pekerja Sosial Perlindungan Anak 5

    - Dinas Sosial 4

    Pemanfaat Molin 49 (22,6)

    - PATBM 4

    - P2TP2A 6

    - LSM Peduli Anak 16

    - LSM Peduli Perempuan 4

    - LSM Perempuan dan Anak 5

    - Forum Anak 6

    - Pekerja Sosial 3

    Jumlah Narasumber/Responden 217 (100)

  • 14

    Profil Narasumber

    Jumlah peserta FGD yang menjadi narasumber atau responden survei secara

    keseluruhan berjumlah 217 orang terdiri atas 41% laki-laki dan 59% perempuan.

    Sebanyak 52,5% atau 114 orang berumur 31–49 tahun, 56 orang (25,8%) berumur lebih

    dari 50 tahun dan selebihnya berumur kurang dari 31 tahun. Jika dilihat dari tingkat

    pendidikan 180 orang atau 80% berpendidikan perguruan tinggi (D3, S1, dan S2).

    Dengan jabatan terbanyak dari mereka adalah pimpinan dari unit/instansi yang

    menangani program PPA sebanyak 106 orang atau 47,5 persen dan dengan masa kerja

    di jabatannya adalah lebih dari 2 tahun berjumlah 70,1% atau 151 orang. Dengan

    karakteristik tersebut maka dapat dikatakan bahwa narasumber merupakan informan

    yang tepat dengan pendidikan dan jabatan yang representatif untuk dapat memberikan

    informasi yang obyektif tentang pemanfaatan Molin di daerah penelitian. Informasi yang

    lebih rinci tentang karakteristik narasumber FGD dan responden survei manfaat Molin

    dapat dilihat pada Tabel 1.3.

    Tabel 1.3

    Profil dari Narasumber FGD/Responden Survei Manfaat Molin

    Karakteristik Pengelola

    Molin Pengguna

    Molin Pemanfaat

    Molin Total

    Karakteristik Kategori n % n % n % n %

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

    Sex Laki-Laki 43 43.88 28 40.00 18 36.73 89 41.01 Perempuan 55 56.12 42 60.00 31 63.27 128 58.99 TOTAL 98 100 70 100 49 100 217 100

    Umur < 30 tahun 14 14.29 10 14.29 22 44.90 46 21.20

    31 – 49 tahun 54 55.10 40 57.14 20 40.82 114 52.53

    50+ tahun 29 29.59 20 28.57 7 14.29 56 25.81

    TT 1 1.02 0 0.00 0 0.00 1 0.46 TOTAL 98 100 70 100 49 100 217 100

    Pendidikan - SMA 9 9.18 13 18.57 15 30.61 37 17.05

    D3 10 10.20 8 11.43 3 6.12 21 9.68

    D4 atau S1 53 54.08 30 42.86 20 40.82 103 47.47

    S2 dan setara 26 26.53 14 20.00 8 16.33 48 22.12

    TT 0 0.00 5 7.14 3 6.12 8 3.69

    TOTAL 98 100 70 100 49 100 217 100

    Jabatan Pimpinan 48 48.98 33 47.14 25 51.02 106 48.85 Staf 31 31.63 36 51.43 20 40.82 87 40.09 Operator Molin 17 17.35 0 0.00 0 0.00 17 7.83 TT 2 2.04 1 1.43 4 8.16 7 3.23

    TOTAL 98 100 70 100 49 100 217 100

    MasaKerja di Jabatan

    1 tahun 39 39.80 18 25.71 8 16.33 65 29.95 2 - 5 tahun 43 43.88 25 35.71 23 46.94 91 41.94 > 5 tahun 12 12.24 26 37.14 9 18.37 47 21.66 TT 4 4.08 1 1.43 9 18.37 14 6.45 TOTAL 98 100 70 100 49 100 217 100

    Sumber: Survei Manfaat Molin/Torlin 2018

  • 15

    Pemahaman tentang Operasional Molin

    Keberhasilan dalam pengelolaan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan tergantung

    pada kemampuan pengelola dalam memahami tujuan pengadaan fasilitas dalam hal ini

    Molin bagi tercapainya penurunan kasus KtP/A. Sebagai pengelola Molin, aparat Dinas

    dan Unit PPPA di provinsi dan kabupaten/kota pada tahap awal harus memperkenalkan

    keberadaan Molin pada stakeholder utama program PPA yaitu kepolisian dan dinas

    kesehatan termasuk rumah sakit dimana korban KtP/A sering dirujuk selaku pengunna

    Molin dan pendamping korban KtP/A yaitu organisasi nirlaba yang mempunyai

    kepedulian pada permasalahan ini sebagai pemanfaat Molin. Pengguna dan Pemanfaat

    Molin merupakan mitra kerja utama Dinas/Unit PPPA kabupaten/kota sebagai

    pengelola Molin.

    Pemahaman pengelola tentang tata cara operasional Molin agar pemanfaatannya

    optimal disajikan pada Tabel 1.4 yang terdiri dari (1) prioritas penggunaan, (2) urutan

    prioritas penggunaan, (3) keberadaan SOP, (4) pemberitahuan SOP pada mitra kerja.

    Tabel 1.4

    Pemahaman Pengelola tentang Operasional Molin

    Uraian n % (1) (2) (3)

    Operator berdua, bersama

    - Ya 71 78.89 - Hanya pengemudi 17 18.89

    - TT 2 2.22

    PrioritasPenggunaan Molin

    - Ya 74 82.22 - Tidak 13 14.44 - Tidak tahu 3 3.33

    Skala Prioritas Penggunaan Molin

    - Evakuasi Korban 74 82.22 - Sosialisasi 21 23.33 - Koordinasi 16 17.78 - Tidak Jawab 2 2.22

    Urutan Prioritas

    - Benar 24 26.67 - Salah 66 73.33

    Keberadaan SOP Penggunaan Molin

    - Evakuasi Korban 64 71.11 - Sosialisasi 55 61.11 - Koordinasi 48 53.33

    SOP disampaikan pada Mitra Kerja

    - Ya 36 40.00 - Tidak 48 53.33 - Tidak Tahu 6 6.67

    Dalam hal bagaimana Molin beroperasi, 71 responden (78,9%) menyatakan

    dijalankan berdua antara pengemudi dan operator peralatan, dan 17 responden (18,9%)

    menyatakan bahwa selama ini operasional Molin hanya dikerjakan oleh seorang

    pengemudi. Artinya pada umumnya operasional Molin dilaksakanan berdua pengemudi

  • 16

    dengan operator peralatan untuk evakuasi dan sosialisasi. Selanjutnya disebutkan

    bahwa terdapat prioritas penggunaan Molin yang disebutkan oleh hampir semua

    responden (82,2%), dengan urutan prioritas adalah: (1) evakuasi korban, (2) sosialisasi,

    (3) koordinasi. Namun demikian hanya 26,7% responden yang menjawab dengan tepat

    urutan prioritas penggunaan Molin.

    Tatacara penggunaan atau Standard Operational Procedure(SOP) Molin diakui ada

    dan berbeda tergantung dari tujuan penggunaan Molin. Pada umumnya pengelola Molin

    lebih banyak yang mengetahui SOP untuk evakuasi korban dibandingkan dengan

    pemnafaatan Molin untuk Sosialisasi dan Koordinasi dalam rangka program

    Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).

    Informasi lain yang juga diperoleh dari survei manfaat Molin adalah penilaian

    pengelola terhadap pemahaman mitra kerja tentang pemanfaatan Molin untuk

    Evakuasikorban, Sosialisasi, dan Koordinasi. Sekitar 45% responden pengelola menilai

    bahwa pemahaman mitra kerja tentang pemanfaatan Molin untuk Evakuasi, Sosialisasi

    dan Koordinasi pada tingkat Rendah dan Sedang (5 dari skala 10), dan sisanya atau

    lebih dari 50% responden mendapat penilaian Sedang dan Tinggi (nilai lebih besar dari

    6 dalam skala 10. Informasi lebih rinci tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.5.

    Tabel 1.5 Pemahaman Mitra Kerja tentang Pemanfaatan Molin

    Besaran Nilai

    Penilaian terhadap Pemahahaman Mitra Kerja tentang Pemanfaatan Molin (%)

    Evakuasi korban Sosialisasi Koordinasi

    10 10.20 8.16 15.31

    9 11.23 6.12 10.20

    8 16.33 11.22 14.28

    7 9.18 19.39 6.12

    6 10.20 4.08 7.14

    5 36.73 37.75 32.65

    4 1.02 2.04 4.08

    3 1.02 1.02 1.02

    2 0.00 6.12 0.00

    1 2.04 2.04 7.14

    0 2.04 2.04 2.04

    Jumlah narasumber (n=98) 100.00 100.00

    100.00

    * Mitra kerja adalah pengguna dan pemanfaat Molin

    Pengetahuan dan Pemahaman Molin

    Untuk dapat meningkatkan penggunaan dan pemanfaatan Molin untuk program

    PPA, khususnya evakuasi korban KtP/A maka perlu diketahui pengetahuan dan

  • 17

    pemahaman dari pengguna dan pemanfaat Molin tentang bagaimana Molin beroperasi.

    Sekitar 80% pengguna dan 95% pemanfaat mengetahui keberadaan Molin, dan bagi

    mereka yang mengetahui Molin sumber informasi tentang keberadaan Molin pada

    umumnya dari Sosialisasi yang di Jawa Tengah, khususnya Semarang dilakukan pada

    saat Car Free Day. Peranan rekan sejawat di tempat kerja juga penting karena sekitar

    25% responden memperoleh informasi keberadaan Molin dari mereka (lihat Tabel 2.1).

    Tabel 2.1 Pengetahuan dan Pemahaman Molin oleh Pengguna dan Pemanfaat

    Uraian Pengguna (n=70) Pemanfaat (n=49)

    Mengetahui keberadaan Molin - Ya 80.00 95.92 - Tidak 20.00 4.08

    Sumber Informasi tentang Molin - Atasan 15.71 14.29 - Rekan Sejawat 25.71 28.57 - Sosialisasi 31.43 55.10 - Leaflet 8.57 2.04 - TT 7.14 0.00

    Ada SOP Molin - Ya 37.14 51.02 - Tidak 47.14 34.69 - Tidak Tahu 15.71 14.29

    Prioritas Penggunaan Molin - Ya 65.71 77.55 - Tidak 34.29 22.45

    Skala Prioritas - Evakuasi Korban 61.43 59.18 - Sosialisasi 22.86 8.16 - Koordinasi 14.29 14.29

    Urutan Prioritas - Benar 31.43 22.45 - Salah 68.57 77.55

    Operator Paham - Pemanfaatan Molin 81.63 - Prioritas penggunaan Molin 83.67 - Operator Berdua 42.86

    Perihal SOP penggunaan Molin, sekitar sepertiga dari pengguna menyatakan ada

    SOP penggunaan Molin, dan sekitar separuhpemanfaat menyatakan hal yang sama.

    Penggunaan Molin mempunyai prioritas yang dinyatakan oleh sekitar duapertiga

    pengguna dan hampir 80% pemanfaat, dengan prioritas pertama untuk Evakuasi korban

    KtP/A dan selanjutnya untuk kegiatan Sosialisasi Pengurangan kasus KtP/A dan

    Koordinasi pelaksanaan Program Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA). Pada

    umumnya pemanfaat lebih banyak yang mengetahui tentang prioritas utama

    penggunaan Molin dibandingkan pengguna (yaitu 78% dibandingkan 61%). Namun

  • 18

    demikian, lebih banyak yang salah menyebutkan urutan prioritas penggunaan Molin

    dari tiga kegiatan yang didukung Molin.

    Pada Tabel 2.1. juga disajikan bahwa menurut pemanfaat tingkat pemahaman

    operator Molin yang tinggi (lebih dari 80%) untuk pemanfaatan Molin dan prioritas

    penggunaannya. Namun hanya sekitar 40% pemanfaat yang menyatakan bahwa

    operasional Molin dilakukan oleh dua operator yaitu pengemudi dan operator peralatan.

    Pengukuran Komposit Pemanfaatan Molin

    Tingkat pemanfaatan Molin sebagai upaya menurunkan kasus KtP/A akan diukur

    secara holistik dengan membangun indeks komposit pemanfaatan Molin menurut

    pengelola, pengguna, dan pemanfaat. Akan terdapat tiga indeks komposit, yaitu (1)

    indeks komposit tentang penilaian kesiapan mitra kerja menurut pengelola Molin atas:

    (a) pelaksanaan evakuasi korban KtP/A, (b) penyelenggaraan sosialisasi pencegahan

    KtP/A, dan (c) pelaksanaan koordinasi program PPA; (2) indeks komposit tentang

    penilaian oleh pengguna tentang kemudahan dan kesiagaan Molin saat dibutuhkan; (3)

    indeks komposit tentang penilaian oleh pemanfaat tetang kemudahan dan kesiagaan

    Molin saat dibutuhkan serta kemanfaatan Molin dalam evakuasi korban KtP/A.

    (1).Indeks Manfaat Molin menurut SisiPengelola (IMM1)

    Pada Tabel 3.1a, Tabel 3.1b, dan Tabel 3.1c disajikan masing-masing indeks

    tentang penilaian pengelola terhadap mitra kerja terkait dengan tiga kegiatan terkait

    pengadaan dan pemanfaatan Molin. Indeks ini menyatakan penilaian pengelola terhadap

    kerjasama dengan mitra kerja utama yaitu pengguna dan pemanfaat yang menghasilkan

    nilai indeks manfaat Molin sebesar 6,33 skala 10.

    Tabel 3.1a

    Penilaian terhadap Mitra Kerja tentang Pelaksanaan

    Evakuasi Korban KtP/A

    Tabel 3.1b Penilaian terhadap Mitra

    Kerja tentang Penyelenggaraan Sosialisasi

    Pencegahan KtP/A

    Tabel 3.1c Penilaian terhadap Mitra

    Kerja tentang Pelaksanaan Koordinasi Program PPA

    Penilaian Frekwensi Indeks Penilaian Frekwensi Indeks Penilaian Frekwensi Indeks

    10 10 100 10 8 80 10 15 150 9 11 99 9 6 54 9 10 90 8 16 128 8 11 88 8 14 112 7 9 63 7 19 133 7 6 42 6 10 60 6 4 24 6 7 42 5 36 180 5 37 185 5 32 160 4 1 4 4 2 8 4 4 16 3 1 3 3 7 21 3 1 3 2 0 0 2 0 0 2 6 12 1 2 2 1 2 2 1 1 1 0 2 0 0 2 0 0 2 0

    Total 98 639 Total 98 595 Total 98 628 Rata-Rata 6.52 Rata- 6.07 Rata-Rata 6.41

  • 19

    Rata

    Indeks Manfaat Molin Sisi Pengelola (IMM1) = (6,52 + 6,07 + 6,41)/3 = 6,33

    (2).Indeks Manfaat Molin menurut Sisi Pengguna (IMM2)

    Indeks ini menyatakan tingkat kemudahan penggunaan dan tingkat kesiagaan

    Molin ketika dibutuhkan dalam evakuasi korban KtP/A. Penilaian yang dibuat oleh

    pengguna mencerminkan jika semakin tinggi penilaian yang diberikan menandakan

    tingkat kepuasan yang semakin tinggi, atau dengan kata lain semakin bermanfaat dalam

    melancarkan pelaksanaan tugas kepolisian dan kesehatan.

    Tabel 3.2a Penilaian Tingkat Kemudahan

    Penggunaan Molin oleh Pengguna

    Tabel 3.2b Penilaian Tingkat Kesiagaan Molin

    ketika dibutuhkan oleh Pengguna

    Penilaian Frekwensi Indeks Penilaian Frekwensi Indeks

    10 17 170 10 26 260 9 5 45 9 6 54 8 7 56 8 5 40 7 4 28 7 5 35 6 3 18 6 1 6 5 22 110 5 21 105 4 1 4 4 1 4 3 3 9 3 1 3 2 0 0 2 1 2 1 0 0 1 0 0 0 8 0 0 3 0

    Total 70 440 Total 70 509 Rata-rata 6.29 Rata-rata 7.27

    Indeks Manfaat Molin sisi Pengguna (IMM2)= (6,29 + 7,27)/2 = 6,78

    Tingkat kemudahan mencapai nilai indeks = 6,29 dan tingkat kesiagaan Molin

    mencapai nilai indeks = 7,27. Indeks manfaat Molin dari sisi Pengguna adalah 6,78

    Secara keseluruhan penilaian pengguna terhadap kemudahan dan kesiagaan Molin

    dapat dilihat pada Tabel 3.2a dan Tabel 3.2b.

    (3).Indeks Manfaat Molin menurut Sisi Pemanfaat (IMM3)

    Indeks ini mengukur tiga hal: (i) tingkat kemudahan, (ii) tingkat kesiagaan, dan

    (iii) tingkat kemanfaatan dalam melaksanakan tugas evakuasi korban KtP/A. Penilaian

    yang diberikan pemanfaat yaitu organisasi yang mewakili korban menunjukkan bahwa

    semakin tinggi penilaian yang diberikan menandakan tingkat kepuasan yang semakin

    tinggi karena memudahkan tugas dan fungsi pelayanan penanganan korban. Dengan

  • 20

    kata lain dapat dikatakan bahwa keberadaan Molin dengan sendirinya semakin

    bermanfaat dalam melancarkan pelaksanaan tugas pengantaran korban.

    Pada Tabel 3.3a, Tabel 3.3b, dan Tabel 3.3c dapat dilihat besaran indeks tingkat

    kemudahan = 7,04; indeks kesiagaan = 7,43; dan indeks kemanfaatan = 8,00. Secara

    komposit indeks manfaat molin dari sisi pemanfaat adalah 7,49 suatu angka yang dapat

    dikatakan cukup tinggi penilaian pemanfaat terhadap keberadaan Molin. Penilaian rinci

    dan lengkap dapat dilihat pada tiga tabel tersebut.

    Tabel 3.3a Penilaian Tingkat

    Kemudahan Penggunaan oleh Pemanfaat

    Tabel 3.3b. Penilaian Tingkat Kesiagaan

    Molin oleh Pemanfaat

    Tabel 3.3c. Penilaian Tingkat

    Kemanfaatan Molin oleh Pemanfaat

    Penilaian Frekwensi Indeks Penilaian Frekwensi Indeks Penilaian Frekwensi Indeks

    10 11 110 10 17 170 10 23 230 9 4 36 9 4 36 9 4 36 8 9 72 8 4 32 8 4 32 7 9 63 7 9 63 7 6 42 6 3 18 6 2 12 6 2 12 5 9 45 5 10 50 5 8 40 4 0 0 4 0 0 4 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 3 0 0 2 0 0 2 0

    Total 49 345 Total 49 364 Total 49 392

    Rata-Rata 7,04 Rata-Rata 7,43 Rata-Rata 8,00

    Indeks Manfaat Molin Sisi Pemanfaat (IMM3) = (7,04 + 7,43 + 8,00)/3 = 7,49

    Penilaian Keseluruhan Manfaat Molin

    Untuk memperoleh gambaran utuh dan menyeluruh tentang manfaat Molin dari

    semua sisi (pengelola, pengguna, dan pemanfaat) dan aspek pemanfaatan Molin

    (evakuasi korban, penyelenggaraan sosialisasi dan pelaksanaan koordinasi dalam

    rangka pencegahan dan pengurangan KtP/A), maka dilakukan penghitungan indeks

    komposit dari semua sisi dengan pemberian bobot yang berbeda disesuaikan dengan

    tingkat kemanfaatan Molin bagi Pengelola, Pengguna, dan Pemanfaat. Dengan

    penimbang masing-masing adalah 1, 2, dan 3 maka Indeks Komposit Molin adalah 7,1

    yang berarti bahwa Molin bermanfaat pada tingkat yang cukup tinggi di wilayah

    penelitian (lihat Tabel 3.4).

    Tabel 3.4 Indeks Komposit Manfaat Molin (IKM)

  • 21

    Parameter Indeks Manfaat Molin dari Sisi Indeks Komposit

    Manfaat Molin Pengelola Pengguna Pemanfaat

    Bobot 1 2 3 7,1

    Indeks 6,3 6,8 7,5

    IV. TEMUAN TENTANG KEMANFAATAN MOLIN:

    Hasil studi kualitatif

    1. Tahapan Pelaksanaan

    1. Pelaksanaan evaluasi pemanfaatan Molin dan Torlin dilakukan dalam dua tahap.

    Tahap pertama dilaksanakan di dua provinsi, sisanya dilaksanakan pada empat

    provinsi secara bersamaan.

    2. Evaluasi tahap pertama dilaksanakan pada Bulan Mei dan Juli 2018 melalui:

    a. Focus Group Discussion (FGD) di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlin-

    dungan Anak (PP-PA) provinsi dan Dinas PPPA kabupaten dan kota terpilih,

    ditambah dengan

    b. Wawancara terhadap pejabat pengelola Molin dan Torlin di Dinas PPA provinsi,

    c. Pengamatan langsung pada Molin dan Torlin di lokasi FGD untuk mengetahui

    kondisinya, serta

    d. Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner terstruktur.

    3. FGD di Dinas PPPA Provinsi diselenggrakan dengan peserta FGD dibagi ke dalam dua

    kelompok (grup diskusi), yaitu:

    a. Kelompok internal, terdiri dari pejabat/staf dari Dinas PPPA provinsi dan Dinas

    PPPA dari beberapa kabupaten/kota yang terpilih, dan

    b. Kelompok eksternal, mencakup perwakilan dari lembaga pengguna dan

    pemanfaat Molin dan Torlin. Dari pihak eksternal yang diundang adalah unit PPA

    di Kepolisian, Kepala Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit (RS), dan LSM

    Perempuan/Anak.

    Daftar kabupaten/kota yang diundang dapat dilihat pada Tabel A dan Tabel B.

    adalah:

  • 22

    4. FGD di Dinas PPPA kabupaten/kota diselenggarakan di wilayah yang ditunjuk diikuti

    perwakilan Dinas PPPA penyelenggara dan eksternal, diantaranya dari kepolisian,

    rumah sakit, LSM Perempuan/Anak, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Komisi

    Perlindungan Anak Indonesia – Daerah (KPAID), Sakti Peksos, Satuan Tugas (Satgas)

    PPA, Perwakilan FA (Forum Anak), dan perwakilan PATBM.

    2. Hasil Evaluasi

    1. Waktu penerimaan Molin/Torlin, kondisi kendaraan, dan pembiayaan operasional

    a. Molin diterima pada bulan November 2016 dan disalurkan ke kabupaten/kota

    yang telah ditetapkan pada Desember 2016. Torlin diterima dan disalurkan ke

    kabupaten/kota terpilih masing-masing pada bulan November dan Desember

    2017 (setahun setelah Molin). Dinas PP-PA provinsi dan kabupaten/kota terpilih

    masing-masing menerima 1 buah Molin dan 2 buah Torlin. Molin pada umumnya

    dalam kondisi baik dan terawat. Torlin juga dalam kondisi baik, kecuali boks

    (kotak) yang dipasang di bagian belakang, yang kondisinya memang sudah tidak

    baik sejak diterima.

    b. Pengoperasian Molin dan Torlin menggunakan dana yang sudah dianggarkan

    dalam APBD Pemda masing-masing.

    2. Pengenalan Molin dan Torlin

    Para peserta diskusi umumnya memang tahu, paling tidak sudah pernah dengar

    tentang Molin dari kegiatan sosialisasi. Beberapa peserta mengaku belum pernah

    melihat dan bahkan ada yang belum tahu tentang Molin, seperti kepala IGD peserta

    FGD dari Kota Bukittinggi, Kabupaten Kebumen, dan Kota Surakarta. Kilah mereka

    karena hanya merasa berkepentingan menolong korban yang sudah ada di IGD dan

    tidak pernah bertanya pada atau menjemput pasien di mobil pengantar. Beberapa

    peserta FGD di Sumatera Barat dari kepolisian kota Padang, Sumatera Utara juga

    tidak tahu Molin/Torlin karena baru menjabat. Peserta eksternal FGD provinsi ada

    yang tidak tahu Molin/Torlin.

    3. Pemanfaatan Molin dan Torlin

    a. Keberadaan Molin sangat mendukung pelaksanaan program perlindungan

    perempuan dan anak, dengan frekuensi penggunaan yang tinggi, terutama untuk

    pelayanan (penjemputan dan pengantaran) korban tindak kekerasan.

    b. Dinas PPPA Kota Semarang, Jawa Tengah menginformasikan bahwa selama empat

    bulan pertama tahun 2018 (Januari – April) pergerakan Molin sudah melebihi 250

    kali, yang berarti setiap hari sekitar 2-3 kali pergerakan.

    c. Dinas PP-PA Provinsi Sumatera Barat menginformasikan bahwa jumlah laporan

    tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak meningkat tajam antara tahun

    2016 dan 2017, ditengarai antara lain karena meningkatnya kepercayaan

    masyarakat pada Dinas PP-PA dalam penanganan korban, khususnya dengan

  • 23

    adanya Molin untuk menjemput dan mengantar korban ke tempat/lembaga yang

    sesuai (kepolisian, rumah sakit, shelter, dll).

    Molin sangat mendukung tugas-tugas penangangan korban kekerasan di Sumatera

    Barat yang mempunyai motto “di mana korban berada Molin siap siaga walaupun

    di balik gunung”.

    d. Penggunaan Torlin masih sangat terbatas, pada umumnya karena tidak cocok

    untuk kebutuhan penjemputan dan pengantaran korban. Pada umumnya korban

    tindak kekerasan harus didampingi orang lain (orang tua, pengurus LSM, tokoh

    masyarakat, dll) sehingga penggunaan Torlin tidak fleksibel. Walaupun demikian

    untuk keperluan koordinasi dan komunikasi keberadaan Torlin sangat membantu

    kelancaran tugas; Torlin selalu disiapsiagakan di lokasi. Di Kota Semarang, Torlin

    selalu terlihat ‘dikandangkan’ untuk siaga di Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM),

    suatu unit pelayanan yang dikelola oleh Dinas PPPA untuk menangani beberapa

    hal, seperti pengaduan, konsultasi anak yang berhadapan dengan hukum, dan

    terapi psikologi.

    e. Torlin pada umumnya digunakan untuk penjangkauan lokasi yang tidak bisa dilalui

    Molin, atau sebagai “pengawal” Molin ketika sedang digunakan untuk penanganan

    kasus KtP/A. Torlin dipandang hanya cocok untuk tugas-tugas selain penanganan

    korban KtP/A.

    f. Untuk memaksimalkan penggunaan Molin dan Torlin, Dinas PP-PA telah membuat

    Nota Kesepakatan (MoU) dengan beberapa instansi terkait. Pada dasarnya Molin/

    Torlin dapat digunakan/dipinjam oleh instansi lain dengan persyaratan harus

    menggunakan operator dari Dinas PPA.

    g. Dalam kasus operator berhalangan maka pejabat Dinas PPA, seperti kepala bidang

    atau kepala seksi berkewajiban menggantikan tugas operator, seperti yang

    dilakukan di Kota Padang dan Kabupaten Semarang. Hal yang agak berbeda

    dilaporkan oleh narasumber dari Kabupaten Wonosobo yang mengatakan bahwa

    karena masalah perlindungan perempuan dan anak harus segera ditangani, maka

    pihak pengguna Molin dari aparat pemerintah terutama dari kepolisian dapat

    menggunakan langsung tidak perlu menunggu kehadiran operator. Sebaliknya

    terjadi di banyak kabupaten wilayah penelitian, karena urusan perlindungan

    perempuan dan anak masih bergabung dengan urusan lainnya, maka penggunaan

    Molin belum dikhususkan untuk perlindungan perempuan dan anak. Di Bengkulu,

    Molin yang diterima Dinas PPPA provinsi juga digunakan untuk menangani kasus

    KtP/A yang terjadi di kabupaten yang belum menerima Molin.

    h. Pengaturan pemanfaatan Molin di daerah penelitian sangat bervariasi. Di

    Bengkulu, penjelasan pengelola menyatakan bahwa Molin hanya digunakan secara

    internal bersama dengan Satgas ABH (Anak Bermasalah Hukum) yang dibentuk

    oleh Dinas PPPA kabupaten. Pihak eksternal, yaitu pengguna dan pemanfaat

    meminta dibentuk Satgas lintas instansi dengan SK Bupati, dilengkapi dengan SOP

    penggunaannya, termasuk penyediaan bahan bakar (Rejang Lebong). Demikian

  • 24

    juga Dinas PPPA Provinsi Bengkulu membentuk Satuan Tugas (Satgas) dengan SK

    Gubernur, dengan anggota Satgas adalah relawan yang memperoleh honor. Namun

    demikian pengaturan tersebut, ada narasumber yang berpendapat bahwa karena

    pada umumnya Molin di bawah tanggung jawab Kepala Dinas Kabupaten/Kota,

    untuk penggunaannya harus menggunakan nota peminjaman, sehingga dianggap

    mengganggu kelancaran penanganan kasus.

    i. Di Provinsi Jawa Timur, setiap 3 bulan Dinas PPPA mengadakan pertemuan

    koordinasi penanganan kasus KtP/A dengan semua pihak terkait di tingkat

    provinsi dan kabupaten/kota penerima Molin/Torlin. Untuk memperlancar dan

    memudahkan komunikasi, WA Group dibentuk pengelola/driver Molin.

    j. Di Makassar, upaya penanganan korban kekerasan sudah melibatkan warga,

    hampir di semua kelurahan ada shelter yang dikelola oleh warga. Shelter hanya

    untuk penampungan sementara sebelum dibawa ke “rumah aman” milik Dinas

    PPPA Kota Makassar. Dinas PPA Kota Makassar juga sangat aktif dalam menangani

    kasus KtP/A, termasuk pada hari libur, bahkan pada hari raya Idul Fitri pun tetap

    siaga. Call Center pengaduan kasus kekerasan Kota Makassar dibuka 24 jam

    4. Penilaian Pengguna dan Pemanfaat Molin dan Torlin

    a. Semua peserta diskusi menyambut positif kehadiran Molin dan menyatakan

    bahwa Molin memberikan manfaat dalam upaya penanganan tindak kekerasan

    terhadap perempuan dan anak. Menurut peserta dari Relawan P2TP2A Kota

    Padang, tulisan pada Molin “perlindungan perempuan dan anak” itu sendiri telah

    memberikan jaminan yang mencerahkan masyarakat tentang kehadiran Negara

    dalam upaya melindungi rakyatnya. Di Rejang Lebong, pihak eksternal meminta

    dibentuk Satgas lintas instansi dengan SK Bupati, dilengkapi dengan SOP

    penggunaannya, termasuk penyediaan bahan bakar.

    b. Unit PPA di kepolisian yang merupakan counterpart, pengguna utama Molin,

    memberikan penilaian yang positif (sangat mendukung) adanya Molin, karena

    merasakan bahwa pelayanan terhadap korban tindak kekerasan dapat dilayani

    dengan lebih cepat dari sebelumnya. Karena digunakan untuk berbagai macam

    keperluan, kendaraan operasional Unit PPA Polres tidak selalu siaga untuk

    pelayanan segera korban tindak kekerasan. Molin menjadi pilihan terbaik karena

    sudah ada MoU dan mekanisme koordinasi dengan Dinas PPPA setempat. Peserta

    FGD dari kepolisian di Sumatera Utara menyebutkan bahwa kasus KtP/A perlu

    ditangani secara khusus, tidak menggunakan mobil dan uniform polisi, agar

    korban tidak merasa takut. Di Sulawesi Selatan, pada waktu tertentu anggota polisi

    sengaja naik Molin dan berpakaian biasa ketika menangani korban KtP/A. Merasa

    kalau naik mobil polisi dipandang sebagai pelaku kriminal, korban lebih memilih

    naik Molin; hal ini diperkuat pernyataan oleh pihak kepolisian.

    c. LSM Perempuan/Anak, yang dalam banyak hal merupakan perwakilan utama

    penerima manfaat Molin (mewakili masyarakat/korban), menjadi pihak yang

  • 25

    sangat merasakan tingginya manfaat keberadaan Molin. LSM Perempuan/Anak

    merupakan lembaga yang paling sering meminta menggunakan Molin untuk

    penjemputan dan pengantaran korban tindak kekerasan ke tempat (instansi) yang

    sesuai. Narasumber dari LSM Perempuan/Anak merasa lebih nyaman dan yakin

    berhubungan dengan Dinas PPPA setempat untuk penanganan kasus tindak

    kekerasan, khususnya terkait dengan ketersediaan Molin yang relatif mudah

    prosedur penggunaannya. Meningkatnya jumlah laporan kasus tindak kekerasan

    terhadap perempuan dan anak, utamanya karena semakin yakinnya masyarakat,

    menurut narasumber tersebut terhadap penanganan kasus-kasus yang dilaporkan.

    Peserta FGD di Sumatera Barat mengatakan sepertinya kalau anak-anak melapor

    ke polisi agak lebih takut daripada ke ibu-ibu. Hal ini diperkuat dari cerita peserta

    tersebut yang mengungkapkan adanya 14 anak korban pelecehan yang akhirnya

    satu demi satu mau berterus terang dan mau didampingi dinas PPPA ke kantor

    Polisi dan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan. Di Bengkulu misalnya,

    pemanfaatan Molin oleh LSM Perempuan/Anak sangat terbatas karena tidak

    mengetahui bahwa Molin dapat dipinjam untuk penanganan kasus-kasus KtP/A.

    Dari 10 narasumber pengguna dan pemanfaat Molin, hanya satu narasumber dari

    Yayasan PUPA yang menyatakan sudah biasa menggunakan Molin.

    d. Penggunaan Molin untuk kegiatan-kegiatan tertentu seperti acara car free day dan

    perayaan-perayaan kegiatan lainnya telah menjadi sarana promosi yang baik

    dalam menyampaikan informasi terkait penanganan korban kekerasan terhadap

    perempuan dan anak.

    3. Beberapa Catatan untuk Perbaikan

    1. Tempat tidur tidak begitu diperlukan di Molin karena pada umumnya korban

    tindak kekerasan tidak perlu berbaring. Yang lebih diperlukan adalah kecukupan

    tempat duduk karena korban tindak kekerasan pada umumnya perlu

    pendampingan/pengawalan, mungkin lebih dari satu orang pendamping. Dengan

    pengemudi dan operator maka Molin akan berpenumpang minimal empat orang.

    Penempatan panel/aksessories kelengkapan Molin tidak optimal, diantaranya (i)

    penempatan sirene di ruang tertutup kop mesin sehingga bunyi terlalu pelan, (ii)

    lampu flash posisinya terlalu pendek sehingga tidak kelihatan dari kejauhan, (iii)

    letak LCD terlalu rendah sehingga sering mengenai kepala, (iv) genset memakan

    tempat, (v) tempat peralatan P3K tidak tepat, dan (vi) LCD menghadap belakang

    tetapi sound system menghadap ke depan.

    2. Menurut informasi seorang pengemudi dari Bukittinggi Molin tidak begitu kuat

    pada jalan menanjak. Selain itu, keberadaan, posisi Gen-Set di dalam molin juga

    sangat menyita ruang dalam molin, sebaiknya dipertimbangkan kembali ukuran

    dan letaknya (bila tetap harus tersedia).

    3. Walaupun bagi pengelola dan pengguna tulisan “Mobil Perlindungan Perempuan

    dan Anak” pada Molin bermanfaat untuk meyakinkan pada masyarakat bahwa

  • 26

    pemerintah peduli terhadap perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan,

    tapi bagi para korban tulisan tersebut sangat mencolok dan membuat “malu”

    korban atau keluarga korban, khususnya yang terkena kasus pelecehan seksual

    atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Untuk menanggulangi hal tersebut,

    di Sumatera Barat, banyak di antara mereka yang tidak mau diangkut dengan

    Molin, akhirnya ganti dengan mobil biasa; sementara di Jawa Tengah, Molin

    penjemput korban diparkir agak jauh dari rumah korban.

    4. Perlu SOP tertulis dan mengikat mengenai tujuan pengadaan Molin. Diperoleh

    indikasi adanya “pimpinan Dinas PPPA yang menggunakannya untuk kegiatan-

    kegiatan lain”, selain untuk pelayanan korban, koordinasi, dan sosialisasi

    program pelayanan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak.

    5. Bagi keperluan program perlindungan perempuan dan anak pun, SOP perlu juga

    dibuatkan. Terutama dalam mengatur mekanisme peminjaman Molin oleh pihak

    eksternal, karena seperti dalam kasus Sumatera Barat, petugas yang dilatih untuk

    menangani Molin hanya satu orang (pengemudi sekaligus operator) dan orang

    tersebut juga punya tanggungjawab bidang tugas yang lain. Oleh karena itu,

    diusulkan sebaiknya yang menangani Molin adalah orang (sebaiknya dua orang)

    yang dipersiapkan khusus untuk itu, sehingga tanggungjawab penggunaan dan

    pemeliharaan Molin sekaligus menjadi tupoksi orang tersebut. Diusulkan ada dua

    orang agar bila yang satu berhalangan yang lain dapat menggantikan.

    6. Bagi daerah yang frekuensi pelaporan kasusnya tinggi seperti Kota Padang dan

    Semarang dan tersebar dalam radius yang cukup jauh, perlu juga

    dipertimbangkan tambahan Molin. Selain itu, bagi daerah kepulauan perlu juga

    difikirkan pengadaan fasilitas kendaraannya berupa motor boat/kapal motor

    7. Pengadaan Torlin perlu dikaji ulang dan dibuatkan juga SOP peruntukannya. Di

    beberapa Dinas PPPA saat ini Torlin jarang digunakan walaupun selalu siap siaga.

    8. Tanggung jawab pengelolaan Molin di Dinas PPPA provinsi perlu dilimpahkan

    kepada unit yang lebih rendah sehingga penanganan kasus sudah lebih lancar

    9. Molin juga digunakan untuk kegiatan lain seperti menjemput dan mengantar

    tamu, karena belum mempunyai kendaraan dinas, Molin di Kabupaten Tana

    Toraja difungsikan sebagai mobil Kepala Dinas.

    4. Catatan Lainnya

    1. Molin dan Torlin dapat diperoleh dari pihak lain. Tercatat informasi bahwa ada

    kabupaten di Jawa Tengah yang memperoleh “Molin” dari dana CSR Bank

    Pembangunan Daerah Jawa Tengah (BPD Jateng).

    2. Molin provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami kecelakaan dan rusak parah dan

    tidak dapat lagi digunakan ditinggalkan di Polres Pare-Pare dan akan diusulkan

    untuk dihapuskan.

  • 27

    V. KESIMPULAN

    dan

    REKOMENDASI

    Kesimpulan

    1. Sebagaimana dipersyaratkan dalam penyarahan Molin pada pemerintah daerah,

    maka pembiayaan operasional Molin untuk bahan bakar dan perawatan rutin

    sudah dianggarkan dalam APBD.

    2. Semua stakeholdersmenyambut positif kehadiran Molin dan menyatakan bahwa

    Molin memberikan manfaat dalam penanganan tindak KtP/A, bahkan menurut satu

    stakeholdertulisan “Perlindungan Perempuan dan Anak” pada Molin memberikan

    jaminan tentang kehadiran Negara dalam upaya melindungi rakyatnya, walaupun

    tulisan tersebut membuat malu keluarga korban ketika Molin berkunjung.

    Diperlukan cara tertentu agar kehadiran Molin dapat memberikan jaminan

    perlindungan. Unit PPA kepolisian sangat mendukung keberadaan Molin, karena

    evakuasi terhadap korban KtP/A dapat dilakunan lebih cepat.

    3. Sosialisasi upaya pengurangan dan pencegahan KtP/A lebih effektif dilakukan pada

    acara car free day dan perayaan kegiatan lainnya ketika terdapat penumpukan

    massa tanpa undangan.

    4. Karena pada umumnya korban tindak kekerasan tidak perlu berbaring

    kegunaantempat tidur lipat/tandu di Molin tidak begitu diperlukan, tetapi yang

    lebih mendesak adalah tambahan tempat duduk karena korban tindak kekerasan

    pada umumnya memerlukan pendampingan dan pengawalan, yaitu bahkan lebih

    dari satu orang pendamping.

    5. Karena dipandang tidak cocok untuk Evakuasi korban pemanfaatan Torlin sangat

    tidak optimal, banyak Torlin yang diparkir di Dinas/Unit PPPA dalam keadaan siaga.

  • 28

    6. Keberadaan Molin sangat mendukung pelaksanaan program perlindungan

    perempuan dan anak, dengan frekuensi penggunaan yang tinggi, terutama untuk

    pelayanan evakuasi korban tindak kekerasan.Dinas PP-PA provinsi dan

    kabupaten/kota melaporkan bahwa tindak kekerasan terhadap perempuan dan

    anak meningkat tajam antara tahun 2016-2017, yang ditengarai karena

    meningkatnya kepercayaan masyarakat dalam penanganan korban.

    7. Secara kuantitatif kemanfaatan Molin diukur dengan Indeks Kemanfaatan Molin

    bagi Stakeholder sesuai fungsinya dalam implementasi Program PPA. Besaran

    indeks tersebut daridari Sisi Pengelola adalah=6,3, dari Sisi Pengguna=6,8, dan dari

    Sisi Pemanfaat=7,5memperlihatkan bahwa Molin mempunyai manfaat bagi semua

    stakeholders Program PPA.

    8. Secara keseluruhan, Indeks Komposit Manfaat Molin adalah 7,1 dalam skala 10,

    berarti bahwa Molin bermanfaat pada semua stakeholder pada tingkat yang cukup

    tinggi di wilayah penelitian

    Rekomendasi

    1. Penambahan tempat duduk pada Molin dengan merubah tata ruangan penumpang,

    2. Dalam Juklak perlu dibuat ketetapan pemanfaatan Torlin hanya untuk untuk

    sosialisasi dan koordinasi

    3. Pembuatan SOP penggunaan Molin mencakup:

    a. Molin hanya boleh digunakan untuk kegiatan program PPA dengan urutran

    prioritas: (1) Evakuasi korban, (2) Sosialisasi, (3) Koordinasi

    b. Operator Molin terdiri dari dua orang: pengemudi dan operator peralatan

    c. Ditentukan waktu paling lama Molin sudah harus berada di TKP, sejak

    pemberitahuan diterima,

    d. Tatacara penjemputan dan pengantaran korban KtP/A yang membuat nyaman

    korban dan keluarga korban,

    e. Molin bisa dipinjam stakeholder untuk tujuan kegiatan butir (a) dengan operator

    dari pengelola Molin,

    4. Pelatihan operator Molin yang dilakukan harus diikuti oleh calon operator Molin,

    yaitu pengemudi dan operator peralatan,

    5. Mengingat manfaat keberadaan Molin dalam implementasi program PPA, maka

    dipandang perlu dan mendesak pengadaan Molin perlu segera dilanjutkan untuk

    kabupaten dan kota lainnya yang belum menerima. 


  • 29

    6. Untuk kabupaten/kota dengan kontur wilayah pegunungan serta kepulauan

    dipandang perlu untuk mengadakan alat angkut yang sesuai dengan kondisi

    geografis.

    DAFTAR PUSTAKA Binus University, Quality Management Center, 2014, Updated: Focus Group Discussion,

    Published at: 28 August 2014. https://sbm.binus.ac.id/2016/11/15/focus-group-

    discussion-i/15 Nov 2016

    Blalock, Hubert M, 1979, Social Statistics, New York: McGraw-Hill, ISBN 0-07-005752-4

    Gravetter, F.J. and Fonzano, L.B. 2012, Research Methods for the Behavioral Sciences, 4th

    edition, Wadsworth Publishing


    Irwanto, 2006, Focused Group Discussion (FGD): Sebuah Pengantar Praktis. Yayasan

    Pustaka Obor Indonesia.

    Minichiello, Victor. 1990, In-Depth Interviewing: Researching People. Longman Cheshire

    Paramita, Astridya dan Lusi Kristiana, 2013, Teknik Focus Group Discussion dalam

    Penelitian Kualitatif (Focus Group Discussion Tehnique in Qualitative Research),

    Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan

    Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian, Kesehatan RI, Surabaya.

    dalam Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 16 No. 2 April 2013: 117–127

    Subarkah, Pujiatmo, 2013, Pedoman FGD, https://www.slideshare.net/puji12/pedoman-

    fgd

    Suhaimi, Uzair, 1999, Panduan Bagi Peneliti Studi Kualitatif Studi Dampak Sosial Krisis

    Moneter, Kerjasama BPS-ADB, 1999

  • 30

    Lampiran 1Jadwal Pelaksanaan Studi Evaluasi Effektivitas Molin

    Output #1: Pendekatan Pengumpulan Data/Informasi

    No. Kegiatan Penanggung Jawab

    BULAN-1 BULAN-2 BULAN-3 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

    1. Rapat dengan KPPPA (Dep PA) KPPPA 2. Rapat internal Pensta Tim 3. Evaluasi Hasil Evaluasi Molin Tim 4. Pembahasan metode RA SS, Tim 5. Evaluasi menyeluruh hasil evaluasi Molin

    2016 (metodologi sampling, teknik analisis, pendekatan pengumpulan data)

    SS, WI, AA

    6. Penentuan pendekatan pengumpulan data/informasi: FGD dan Survey Q’naire

    SS

    Output #2: Instrument Pengumpulan Data

    7. Pembahasan Teknik analisis WI, Tim

    8. Pengolahan ulang hasil evaluasi 2017 WI, AA, HBS

    9. Kaitan pendekatan Kuantitatif dan Kualitaitif

    SS

    10. Penyusunan instrument FGD SS

    11. Restrukturing Q’naires AA

    Output #3: Daftar wilayah (provinsi dan kab/kota) pelaksanaan evaluasi efektivitas MOLIN

    12. Penyusunan kerangka sampel WI

    13. Penyusunan metode sampling

    14. Pemilihan wilayah evaluasi (8 provinsi dan 16 kab/kota)

    WI

    15. Pemilihan 5 kab/kota peserta FGD provinsi WI

    16. Pemilihan sampel korban WI, Tim

    Output #4: Metode dan Teknik Analisis

    17. Kajian reliabilitas dan validitas variabel penyusunIndeks Effektivitas Molin (IEM)

    WI

    18. Perumusan IEM WI

    19. Penetapan tingkatan effektivitas WI, Tim

    20. Penghitungan IEM dari existing data HBS

    21. Pembahasan Kegiatan #20 dengan KPPPA Tim

    Output #5: Data base: Data mentah Survei dan hasil FGD effektivitas MOLIN

    22. Rekrutmen petugas lapangan SS

    23. Pelatihan petugas lapangan Tim

    24. Pelaksanaan lapangan pengumpulan data Petugas Lap.

    25. Supervisi pengumpulan data Tim, KPPPA

    26. Evaluasi hasil pengumpulan data Tim

    27. Data base Survei Effektivitas Molin HBS

    Output #6: Laporan Studi Effektivitas Pemanfaatan MOLIN

    28. Pengolahan datatermasuk data survei 2017 WI, AA, HBS

    29. Analisis data SS, WI, AA

  • 31

    30. Penulisan laporan Tim

    31. Presentasi laporan pada KPPPA SS, KPPPA

    32. Perbaikan laporan Tim

    33. Penyerahan laporan Tim

    SS: Soedarti Surbakti; WI: Wynandin Imawan; AA: Arizal Ahnaf; HBS: Harya Bharata Surbakti

    Lampiran 2.1 Kwesioner untuk Pengelola Molin

    Rahasia

    I. INDENTITAS LEMBAGA

    1.1 . Nama lembaga /instansi .……………………………………………………

    1.2 . Alamat lembaga/instansi .……………………………………………………

    .……………………………………………………

    1.3 . Pimpinan lembaga/instansi (terkait dengan Perlindungan Perempuan dan Anak) .……………………………………………………

    1.4 . Nomor HP pimpinan lembaga/instansi .……………………………………………………

    II. KETERANGAN NARASUMBER/RESPONDEN

    2.1. Nama Narasumber ………………………………………

    2.2. Nomor HP/Alamat email

    2.3. Jenis Kelamin Laki-laki – 1 Perempuan - 2

    2.4. Umur …….. tahun

    2.5. Pendidikan …………………………………………

    2.6. Jabatan …………………………………………

    2.7. Lama bekerja …….. tahun

    2.8. Lama bekerja pada jabatan saat ini …….. tahun

    2.9. Nama Instansi ………………………………………....

    III. KETERANGAN MOLIN/TORLIN

    3.1. Bulan/Tahun Molin diterima Bulan ……………… / Tahun 201..

    3.2. Bulan/Tahun Molin mulai beroperasi Bulan ……………… / Tahun 201..

    3.3. Siapa Holder/Penanggung Jawab Molin ………………………………………....

  • 32

    3.4. Apakah tersedia pembiayaan

    a. Bahan bakar Ya - 1 Tidak - 0

    b. Perawatan rutin Ya - 1 Tidak - 0

    Nomor Pertanyaan Jawaban Kode

    3.5. Apakah perawatan rutin dilakukan Ya - 1 Tidak - 0

    3.6. Kapan perawatan/service terakhir Tanggal …… Bulan ……… Tahun …..

    3.7. Spidometer saat ini ……….. Km

    IV. KETERANGAN PEMANFAATAN MOLIN

    4.1. Komposisi operator Molin Pengemudi - 1 Operator peralatan - 2

    4.2. Status kepegawaian pengemudi PNS - 1 Honorarium/Mitra - 2

    4.3. Status kepegawaian operator peralatan PNS - 1 Honorarium/Mitra - 2

    4.4. Apakah pengemudi dan operator selalu bertugas bersama ketika

    a. Pengantaran korban KtP/A Ya - 1 Hanya Pengemudi - 0

    b. Sosialisasi pencegahan KtP/A Ya - 1 Hanya Pengemudi - 0

    c. Koordinasi dalam rangka pencegahan KtP/A

    Ya - 1 Hanya Pengemudi - 0

    4.5. Apakah ada prioritas penggunaan Molin Ya - 1 Tidak - 0

    4.6. Menurut Saudara prioritas utama penggunaan Molin adalah

    [LINGKARI ANGKA SESUAI PRIORITAS]

    Pengantaran korban KtP/A 1 2 3

    Sosialisasi pencegahan korban KtP/A 1 2 3

    Koordinasi penanganan korban KtP/A 1 2 3

    4.7. Apakah terdapat SOP penggunaan Molin dalam rangka

    a. Pengantaran korban KtP/A Ya - 1 Tidak - 0

    b. Sosialisasi pencegahan KtP/A Ya - 1 Tidak - 0

    c. Koordinasi dalam rangka pencegahan KtP/A

    Ya - 1 Tidak - 0

    4.8. Apakah SOP Molin sudah disampaikan pada mitra kerja

    Ya - 1 Tidak - 0

    4.9. Menurut penilaian Saudara dalam rentang nilai 0 (tidak paham) – 10 (sangat paham) pemahaman

  • 33

    mitrakerja tentang SOP dalam

    a. Pengantaran korban KtP/A

    b. Sosialisasi pencegahan KtP/A

    c. Koordinasi dalam rangka pencegahan KtP/A

    Nomor Pertanyaan Jawaban Kode

    4.10. Berapa kali pengantaran korban KtP/A dilakukan dengan menggunakan Molin

    a. Selama tahun 2017 ……… kali

    b. Selama 3 bulan terakhir tahun 2018 ……… kali

    c. Selama bulan yang lalu (April 2018) ……… kali

    4.11. Berapa kali kegiatan Sosialisasi pencegahan KtP/A dilakukan menggunakan Molin

    a. Selama tahun 2017 ……… kali

    b. Selama 3 bulan terakhir tahun 2018 ……… kali

    c. Selama bulan yang lalu (April 2018) ……… kali

    4.12. Berapa kali kegiatan Koordinasi pencegahan KtP/A dilakukan menggunakan Molin

    a. Selama tahun 2017 ……… kali

    b. Selama 3 bulan terakhir tahun 2018 ……… kali

    c. Selama bulan yang lalu (April 2018) ……… kali

    4.13. Lembaga/instansi yang pernah mengikuti/berpartisipasi dalam kegiatan koordinasi implementasi program pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, dengan menggunakan MOLIN/TORLIN selama tahun 2018:

    a. Dinas Kesehatan Ya - 1 Tidak - 0

    b. Kepolisian Ya - 1 Tidak - 0

    c. Rumah sakit Ya - 1 Tidak - 0

    d. LSM anak/Pemerhati anak Ya - 1 Tidak - 0

    Tidak paham 0

    10 Sangat paham

  • 34

    e. Dinas Pendidikan Ya - 1 Tidak - 0

    f. Dinas Sosial Ya - 1 Tidak - 0

    Lampiran 2.2 Kwesioner untuk Pengguna Molin

    Rahasia

    I. INDENTITAS LEMBAGA

    1.1 . Nama lembaga /instansi .……………………………………………………

    1.2 . Alamat lembaga/instansi .……………………………………………………

    .……………………………………………………

    1.3 . Pimpinan lembaga/instansi (terkait dengan Perlindungan Perempuan dan Anak) .……………………………………………………

    1.4 . Nomor HP pimpinan lembaga/instansi .……………………………………………………

    II. KETERANGAN NARASUMBER/RESPONDEN

    2.1. Nama Narasumber ………………………………………

    2.2. Nomor HP/Alamat email

    2.3. Jenis Kelamin Laki-laki – 1 Perempuan - 2

    2.4. Umur …….. tahun

    2.5. Pendidikan …………………………………………

    2.6. Jabatan …………………………………………

    2.7. Lama bekerja …….. tahun

    2.8. Lama bekerja pada jabatan saat ini …….. tahun

    2.9. Nama Instansi ………………………………………....

    III. KETERANGAN MOLIN/TORLIN

    3.1. Apakah Saudara mengetahui Molin Ya - 1 Tidak - 0

    3.2. Dari siapakah informasi mengenai Molin diperoleh

    Atasan - 1 Sosialisasi - 3 Rekan sejawat - 2 Leaflet - 4

  • 35

    3.3. Apakah ada SOP penggunaan Molin Ya - 1 Tidak - 0

    3.4. Tingkat pemahaman Saudara terhadap SOP penggunaan Molin, beri penilian 0 (tidak tahu) – 10 (sangat paham)

    3.5. Tingkat kemudahan penggunaan Molin menurut Saudara, beri penilaian 0 (sangat sulit) – 10 (sangat mudah)

    3.6. Apakah ada prioritas penggunaan Molin Ya - 1 Tidak - 0

    III. KETERANGAN MOLIN/TORLIN

    Nomor Pertanyaan Jawaban Kode

    3.7. Menurut Saudara prioritas utama penggunaan Molin adalah

    [LINGKARI ANGKA SESUAI PRIORITAS]

    Pengantaran korban KtP/A 1 2 3

    Sosialisasi pencegahan korban KtP/A 1 2 3

    Koordinasi penanganan korban KtP/A 1 2 3

    IV. KETERANGAN PENGGUNAAN MOLIN

    4.1. Berapa kali Saudara terlibat dalam kegiatan berikut yang menggunakan Molin selama tahun 2018

    a. Pengantaran/penanganan korban KtP/A

    ……….. kali

    b. Sosialisasi pencegahan KtP/A ……….. kali

    c. Koordinasi pencegahan KtP/A ……….. kali

    4.2. Menurut Saudara apakah operator Molin memahami Pemanfaatan Molin

    Ya - 1 Tidak - 0

    4.3. Menurut Saudara apakah operator Molin memahami Prioritas pemanfaatan

    Ya - 1 Tidak - 0

    4.4. Apakah operator Molin selalu berdua pada saat bertugas

    Ya - 1 Tidak - 0

    4.5. Menurut pengalaman Saudara tingkat keberadaan Molin pada saat dibutuhkan: 0 (tidak pernah ada ditempat) - 10 (selalu ada ditempat)

  • 36

    Lampiran 2.3Kwesioner untuk Pemanfaat Molin Rahasia

    I. INDENTITAS LEMBAGA

    1.1 . Nama lembaga /instansi .……………………………………………………

    1.2 . Alamat lembaga/instansi .……………………………………………………

    .……………………………………………………

    1.3 . Pimpinan lembaga/instansi (terkait dengan Perlindungan Perempuan dan Anak) .……………………………………………………

    1.4 . Nomor HP pimpinan lembaga/instansi .……………………………………………………

    II. KETERANGAN NARASUMBER/RESPONDEN

    2.1. Nama Narasumber ………………………………………

    2.2. Nomor HP/Alamat email

    2.3. Jenis Kelamin Laki-laki – 1 Perempuan - 2

    2.4. Umur …….. tahun

    2.5. Pendidikan …………………………………………

    2.6. Jabatan …………………………………………

    2.7. Lama bekerja …….. tahun

    2.8. Lama bekerja pada jabatan saat ini …….. tahun

    2.9. Nama Instansi ………………………………………....

    III. KETERANGAN MOLIN

    3.1. Apakah Suadara mengetahui Molin Ya - 1 Tidak - 0

    3.2. Dari siapakah informasi mengenai Molin diperoleh

    Atasan - 1 Sosialisasi - 3 Rekan sejawat - 2 Leaflet - 4

  • 37

    3.3. Apakah ada SOP penggunaan Molin Ya - 1 Tidak - 0

    3.4. Tingkat pemahaman Saudara terhadap SOP penggunaan Molin, beri penilian 0 (tidak tahu) – 10 (sangat paham)

    3.5. Tingkat kemudahan penggunaan Molin menurut Saudara, beri penilaian 0 (sangat sulit) – 10 (sangat mudah)

    3.6. Apakah ada prioritas penggunaan Molin Ya - 1 Tidak - 0

    III. KETERANGAN MOLIN/TORLIN

    Nomor Pertanyaan Jawaban Kode

    3.7. Menurut Saudara apakah operator mengetahui prioritas utama penggunaan Molin

    [LINGKARI ANGKA SESUAI PRIORITAS]

    Pengantaran korban KtP/A 1 2 3

    Sosialisasi pencegahan korban KtP/A 1 2 3

    Koordinasi penanganan korban KtP/A 1 2 3

    IV. KETERANGAN PEMANFAATAN MOLIN

    4.1. Berapa kali Saudara terlibat dalam kegiatan berikut yang menggunakan Molin selama tahun 2018

    a. Pengantaran/penanganan korban KtP/A ……….. kali

    b. Sosialisasi pencegahan KtP/A ……….. kali

    c. Koordinasi pencegahan KtP/A ……….. kali

    4.2. Menurut Saudara apakah operator Molin memahami Pemanfaatan Molin

    Ya - 1 Tidak - 0

    4.3. Menurut Saudara apakah operator Molin memahami Prioritas pemanfaatan

    Ya - 1 Tidak - 0

    4.4. Apakah operator Molin selalu berdua pada saat bertugas

    Ya - 1 Tidak - 0

    4.5. Apakah Molin bisa dipinjam tanpa pengemudi dan/atau operator peralatan?

    Ya - 1 Tidak - 0

    4.6. Apakah pernah menggunakan Molin tanpa pengemudi dan/atau operator peralatan?

    Ya - 1 Tidak - 0

    4.7. Menurut pengalaman Saudara tingkat keberadaan Molin pada saat dibutuhkan: 0 (tidak pernah ada ditempat) - 10 (selalu ada ditempat)

    4.8. Menurut pengalaman Saudara tingkat kemanfaatan Molin pada saat dibutuhkan: 0 (tidak ada) - 10 (sangat tinggi)

  • 38

    Lampiran 3. Instrumen FGD

    Literatur Rujukan

    • Irwanto

    • Astridya Paramita dan Lusi Kristiana

    • Pudjiatmo Subarkah

    • Binus

    • Soedarti Surbakti

    • Wynandin Imawan

    Pendekatan Studi Kualitatif

    • Rapid Assessment Procedure (RAP): adalah penelitian kualitatif untuk memperoleh

    informasi yang mendalam secara cepat. Data yang dikumpulkan mulai dari yang

    sederhana yaitu atribut, kemudian narasi, sampai yang paling lengkap yaitu cerita

    tentang sebab/akibat terjadinya issu. Karena harus cepat , RAP tidak dapat meliput

    responden atau informan banyak . Faktor representativeness tidak menjadi hal yang

    penting. Oleh karena itu hasil RAP hanya menunjukkan kecenderungan dan tidak

    dapat digeneralisasi pada populasi yang besar.

    • Studi In-depth: Penelitian satu arah dengan banyak pertanyaan-pertanyaan rinci

    dan mendalam yang diajukan oleh peneliti tentang permasalahan (who, what, where,

    when, why dan how) yang harus dijawab oleh responden

    • FGD: Upaya yang sistematis untuk mengumpulkan data dan informasi tentang

    pendapat kelompok melalui masing-masing peserta diskusi. FGD tidak mengambil

    kesimpulan, tetapi memberi informasi pada fasilitator untuk mengambil kesimpulan

    di luar forum.

    • Obsevasi (terlibat/tidak terlibat): Upaya untuk mengumpulkan data dan informasi

    dengan melibatkan diri/melihat dlm kegiatan informan

    • Delphy process, Nominal Group Discussion: membuat suatu konsensus dan

    memecahkan masalah sesuai persetujuan semua pihak

  • 39

    Focus Group Discussion (FGD)

    • FGD bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi dan pandangan peserta

    thdp sesuatu, tidak berusaha mencari konsensus atau mengambil keputusan

    mengenai tindakan apa yang akan diambil. Oleh karena itu dalam FGD digunakan

    pertanyaan terbuka (open ended), yang memungkinkan peserta untuk memberikan

    jawaban yang disertai dengan penjelasan-penjelasan

    Mengapa FGD

    • Filosofis: Pengetahuan yang diperoleh dalam sebuah proses diskusi, memberikan

    perspektif yang berbeda dibanding jika pengetahuan diperoleh dari proses

    komunikasi searah antara peneliti dengan yang diteliti.

    • Metodologis: Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang

    relatif singkat sedangkan masalah yang diteliti belum tentu dipahami dengan metode

    survey atau wawancara

    • Praktis : Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan sense of belonging dari

    masyarakat, sehingga kesimpulan perlu disesuaikan dengan pendapat masyarakat

    Pelaksanaan FGD

    • Diskusi tidak ditata ketat dan tidak formal yang bertujuan untuk mengumpulkan

    informasi dan membahas suatu permasalahan yang ada dalam kelompok/masyarakat

    • Umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk memperoleh

    data dari suatu kelompok terhadap suatu masalah tertentu

    • Kelompok sebaiknya seragam, peserta punya kesamaan ciri dan sebaiknya tidak

    saling kenal

    • Jumlah Kelompok 2: Internal dan Eksternal

    • Jumlah peserta: sekitar 8-12 otang

    • Data yang diperoleh: Setiap peserta mendapat kesempatan untuk mengeluarkan

    pendapatnya terhadap semua materi yang dibicarakan

    • Waktu: sekitar dua jam

    • Tempat: di tempat yang netral

    • FGD dipimpin oleh seorang fasilitator yang dibantu oleh seorang sekretaris; Format

    tempat duduk sebaiknya setengah melingkar dengan tempat duduk sekretaris agak

    dibelakang fasiliator; Sekretaris tidak mempunyai hak berpendapat

    • Pengamat/dinas tidak diperbolehkan berada di ruang diskusi kelompok eksternal

    • Minta ijin peserta untuk merekam diskusi tetapi fasilitator harus tetap menjamin

    kerahasiaan pendapat individu

  • 40

    • Hindari pengurutan status. Urutan duduk peserta sebaiknya dilakukan secara acak,

    sehingga tidak memengaruhi tanggapan peserta.

    • Memungkinkan fasilitator bertatap mata dengan peserta. Hal ini penting dilakukan

    untuk mengendalikan kelompok, mendorong peserta pemalu dan pendiam serta

    membatasi peserta dominan.

    • Jarak yang kira-kira sama antara fasilitator dengan tiap peserta, sehingga seluruh

    peserta bisa berperan aktif dalam diskusi.

    Pembukaan FGD

    • Fasilitator memperkenalkan diri serta memperkenalkan sekretaris sebagai pencatat

    diskusi dan alarm clock

    • Memberi penjelasan tujuan diadakan FGD.

    • Meminta peserta memperkenalkan diri dan dengan cepat mengingat nama peserta

    dan menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta.

    • Menjelaskan bahwa pertemuan tsb tidak bertujuan untuk memberikan ceramah

    tetapi untuk mengumpulkan pendapat dari peserta.

    • Tekankan bahwa fasilitator ingin belajar dari para peserta

    • Jangan sekali-kali fasilitator memotong penjelasan peserta; biarkan sampai

    penjelasan selesai baru fasilitator bertanya lagi

    • Menekankan bahwa fasilitator membutuhkan pendapat dari semua peserta dan

    sangat penting, sehingga diharapkan semua peserta bebas mengeluarkan pendapat.

    • Menjelaskan bahwa pada waktu fasilitator mengajukan pertanyaan, jangan berebutan

    menjawab pada waktu yang bersamaan, tapi bergiliran sesuai arahan fasilitator.

    • Memulai pertemuan dengan mengajukan pertanyaan yang sifatnya umum, yang tidak

    berkaitan dengan topik diskusi, tapi menggiring pemikiran ke sana

    Topik/Materi Terfokus (Kelompok 1: Internal)

    • Topikdiskusiditentukan terlebih dahulu dan diatur secara berurutan. Pertanyaan

    ditujukan kepada masing2 peserta satu per satu. Pertanyaan diatur sedemikian rupa

    sehingg