i.pendahuluan · jumlah kasus dan korban kekerasan: 2016-2018 tahun jumlah kasus jumlah korban 1...
TRANSCRIPT
-
1
I.Pendahuluan
Pengantar
Kasus kekerasan pada perempuan dan anak seperti yang dilaporkan dalam Sistem
Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) menunjukkan
perkembangan yang mengkhawatirkan dengan semakin bertambahnya kasus dan
korban yang dilaporkan seperti terlihat pada Tabel 1. Situasi yang digambarkan Tabel 1
memerlukan tindak lanjut nyata segera yang dapat diandalkan agar pengurangan kasus
dan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak dipastikan terjadi berkelanjutan.
Tabel 1. Jumlah Kasus dan Korban Kekerasan: 2016-2018
Tahun Jumlah Kasus Jumlah Korban
1 tahun per bulan 1 tahun per bulan
2016 11.139 928,3 12.687 1.057,3
2017 16.840 1.403,3 18.776 1.564,7
2018* 6.850 1.147,7 7.384 1.230,7
Sumber: Simfoni, Kemen PPPA * laporan sampai dengan Juni 2018
Jumlah korban kekerasan pada tahun 2017 yang diperoleh dari Simfoni dapat juga
direpresentasikan ke dalam angka bulanan di setiap provinsi seperti pada Gambar 1,
walaupun beberapa angkan di beberapa provinsi diperkirakan masih belum lengkap
(underreported).
18 10 13
16 17 17 18 19 19 2124 24 24 25 25 30
33 33 33 3743 48
51 52 5461 63 64
97 100116
161
208
PA
PU
A B
AR
AT
MA
L. U
TA
RA
KA
LT
AR
A
NT
B
LA
MP
UN
G
KA
LB
AR
KE
P. B
AB
EL
PA
PU
A
MA
LU
KU
DK
I JA
KA
RT
A
GO
RO
NT
ALO
KA
LT
EN
G
SU
LT
RA
KA
LS
EL
SU
LB
AR
BA
LI
BA
NT
EN
RIA
U
KE
PR
I
SU
LU
T
BE
NG
KU
LU
JA
MB
I
AC
EH
JA
BA
R
NT
T
SU
MB
AR
SU
MS
EL
SU
LT
EN
G
KA
LT
IM
DIY
SU
LS
EL
SU
MU
T
JA
TIM
JA
TE
NG
Gambar 1. Jumlah korban KtP/A per bulan menurut provinsi tahun 2017
-
2
Pengadaan Mobil Perlindungan (Molin) dan Motor Perlindungan (Torlin) oleh
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)yang
dimaksudkan utamanya untuk evakuasi korban kekerasan terhadap perempuan dan
anak (KtP/A) dalam program Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) merupakan
respon terhadap fenomena dimaksud dalam rangka penyelamatan korban. Dalam
jangka panjang Molin dan Torlin juga ditujukan untuk dapat digunakan bagi
kepentingan Sosialisasi pengurangan dan pencegahan KtP/A serta Koordinasi antar
lembaga untuk implementasi program PPA.
Penyaluran Molin dan Torlin kepada unit kerja Perlindungan Perempuan dan Anak
(PPA) pada semua Dinas PPPA tingkat provinsi dan kabupaten dan kota dimaksudkan
untuk memberikan fasilitasi bagi penanganan korban kekerasan dalam rangka
memperluas jangkauan pelayanan pengaduan dan penanganan kasus kekerasan
terhadap perempuan dan anak, serta implementasi fungsi Pusat Pelayanan Terpadu
Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di bidang pencegahan dan pemberdayaan
korban.
Untuk menurunkan kasus KtP/A program pengadaan Molin dan Torlin dilaksana-
kan dengan menekankan fungsi Molin dan Torlin yang mencakup:
a. Memperluas jangkauan pelayanan korban kekerasan yang selama ini belum
terlaksana oleh pelayanan reguler P2TP2A,
b. Menjemput dan mengantar korban kekerasan terutama dalam proses terutama
dalam proses konseling, trauma healing, persidangan dan rehabilitasi serta
reintegrasi sosial,
c. Mempercepat pelayanan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak,
d. Promosi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak,
e. Meningkatkan frekuensi koordinasi dan intensitas pendampingan korban,
f. Meningkatkan peran provider atau penyedia layanan dalam menangani kasus
dan mendampingi korban kekerasan.
Pada tahun 2016 sudah diserahkan satu unit Molin dan dua unit Torlin kepada
semua Dinas PPPA provinsi dan beberapa Dinas/Unit PPPA kabupaten dan kota. Untuk
penyaluran Molin dan Torlin pada daerah lain pada tahun berikutnya, diperlukan suatu
evaluasi untuk memastikan bahwa pengadaan Molin dan Torlin memenuhi tujuan
program PPA. Evaluasi ini merupakan bentuk akuntabilitas suatu program pengadaan
barang milik pemerintah,yaitu bahwa kelanjutan pengadaan berikutnya dapat
dibuktikan bahwa pengadaan sebelumnya benar bermanfaat sebagaimana tujuannya.
Juga perlu dipastikan bahwa pembiayaan operasional dan perawatannya pada waktu
mendatang tidak membebani pemerintah pusat serta ada jaminankeberlangsungan
program PPA di masa mendatang di semua daerah.Distribusi Molin pengadaan tahun
2016 di setiap provinsi dapat dilihat pada Gambar 2.
-
3
Gambar 2. Jumlah Molin (unit) Pengadaan Tahun 2016 di setiap Provinsi
Untuk itu Studi Effektivitas Molin dan Torlin akan dilakukan pada wilayah yang
telah menerima Molin dan Torlin, untuk melihat sejauhmana pemanfaatan fasilitas
tersebut terutama apakah persyaratan penyerahan dipenuhi sebagaimana diatur dalam
Juknis.
Tujuan
Secara umum studi ini dimaksudkan untuk
(a) melakukan evaluasi terhadap effektivitas pemanfaatan, dan
(b) menilai dampak pengadaan Molin dan Torlin:apakah terjadi perubahan perilaku
dari masyarakat dan stakeholdersperlindungan perempuan dan anak secara umum
dan khususnya penanganan korban kekerasan.
Secara khusus studi evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang
seberapa jauh tingkat pemanfaatan Molin dan Torlin sesuai fungsi sebagaimana maksud
pengadaaanya.
8
11
6
4 45 5
4 4 4
1
12
17
4
17
54 4
8
56
4 43
54
9
6
3 34 4
5
10
AC
EH
SU
MU
T
SU
MB
AR
RIA
U
JAM
BI
SU
MS
EL
BE
NG
KU
LU
LA
MP
UN
G
KE
P. B
AB
EL
KE
PR
I
DK
I JA
KA
RT
A
JAB
AR
JAT
EN
G
DIY
JAT
IM
BA
NT
EN
BA
LI
NT
B
NT
T
KA
LB
AR
KA
LT
EN
G
KA
LSE
L
KA
LT
IM
KA
LT
AR
A
SU
LU
T
SU
LT
EN
G
SU
LS
EL
SU
LT
RA
GO
RO
NT
AL
O
SU
LB
AR
MA
LU
KU
MA
L. U
TA
RA
PA
PU
A B
AR
AT
PA
PU
A
Sumber: KPPPA
-
4
II. METODOLOGI
Pengantar
Pada bagian ini dibahas tatacara mencari, menggali, dan mengungkap informasi
dan fakta yang diperlukan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. Selanjutnya alat
ukur yang digunakan dalam menjawab tujuan penelitian disajikan secara sistematis
dalam kaidah ilmiah untuk mengungkap fenomena lapangan apakah sesuai dengan
maksud dan tujuan studi. Dengan tujuan studi memperoleh gambaran umum tentang
manfaat Molin dan Torlin bagi stakeholder PPA, maka secara umum metode dan alat
analisis yang digunakan disesuaikan dengan tujuan umum studi.
Sasaran Studi
Penelitian ini akan menggali informasi tentang implementasi berbagai kegiatan
dalam payung program PPA dimana stakeholders terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam berbagai peranan dan kegiatan.Sumber informasi yang merupakan
sasaran studi ini adalah stakeholders utama PPA yaitu organisasi dan/atau individu yang
terdiri dari:
1. P2TP2A,
2. Unit PPA pada Dinas PPPA provinsi,
3. Unit PPA pada Dinas PPPA kabupaten/kota,
4. Dinas Kesehatan,
5. Unit PPA pada kepolisian tingkat provinsi (Polda) dan tingkat
kabupaten/kota(Polres),
6. LSM terkait dengan PPA,
7. Forum Anak,
8. Korban KtP/A, dan
9. Satuan kerja lain yang terkait.
Wilayah Studi
Untuk mengungkapkan manfaat Molin dan Torlin, penelitian akan dilakukan pada
wilayah (provinsi dan kabupaten/kota) yang telah menerima Molin dan Torlin. Secara
umum wilayah penelitian dikategorikan sebagai berikut:
(1) 18 propinsi membuat laporan pemanfaatan Molin dan Torlin
(2) 16 provinsi tidak/belum membuat laporan pemanfaatan Molin dan Torlin
(3) Kabupaten dan kota penerima Molin dan Torlin.
-
5
Metode Pengumpulan Data:
(1). Rapid AssessmentProcedure(RAP) terutama melalui Focus Group Discussion (FGD)
selain melalui wawancara tidak formal dan observasi, dan
(2). Survei kwesioner di tingkat provinsi dan kabupaten/kota terpilih
MetodologiPemilihan Wilayah Studi
Pemilihan wilayah studi disesuaikan dengan sifat studi kasus untuk
menunjukkan:(a) indikasi effektifitas pemanfaatan Molin dan Torlin, dan (b) tingkat
effektivitas pemanfaatan Molin dan Torlin di wilayah studi.Karena studi dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran tentang pemanfaatan Molin dan Torlin dalam Program
PPA di daerah, maka dasar pemilihan daerah penelitian adalah daerah dengan laporan
KtP/A terbanyak menurut Simfoni. Metode sampling yang digunakan adalah
purposivesamplingatau non-probability sampling. Metode ini dipilih dengan maksud
meneliti pemanfaatan Molin dan Torlin di wilayah tertentu, yaitu
(1) Pada tahap pertama memilih enam provinsi dari 18 provinsi yang membuat laporan
pemanfaatan dan memilih dua provinsi dari 16 provinsi yang belum membuat
laporan pemanfaatan. Provinsi yang terpilih adalah provinsi dengan kasus KtP/A
yang terbanyak menurut laporan Simfoni. Daftar provinsi wilayah penelitian dapat
dilihat pada Tabel A dan Tabel B.
(2) Pada tahap kedua dari setiap provinsi dipilih:
(a) satu kabupaten/kota penerima Molin dan Torlin dengan kasus KtP/A terbanyak
yang untuk selanjutnya secara mandiri melakukan pengumpulan data dengan
metode FGD dan survei kwesioner.
(b) empat kabupaten/kota penerima Molin dan Torlin dengan kasus KtP/A
terbanyak. Stakeholder utama dari empat kabupaten/kota terpilih akan menjadi
narasumber dalam pelaksanaan FGD dan survei kwesioner yang dilaksanakan
di Dinas PPPA provinsi.
Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada tingkat provinsi dengan narasumber adalah stakeholders utama
program PPA tingkat provinsi ditambah dari empat kabupaten/kota yang dipilih pada
tahap kedua. Pelaksanaan FGD dan pengumpulan data survei ditingkat provinsi akan
dilakukan dengan narasumber merupakan stakeholders program PPA tingkat provinsi
ditambah stakeholders utama yang mewakili empat kabupaten/kota terpilih pada tahap
2 (b). Mekanisme pelaksanaan pengumpulan data adalah sebagai berikut:
(1a). FGD, dilakukan di tingkat provinsi dengan peserta narasumber/organisasi
tingkat provinsi dan narasumber/organisasi dari empat kabupaten/kota terpilih
(1b). FGD, dilakukan di tingkat kabupaten/kota dengan peserta
narasumber/organisasi tingkat kabupaten/kota
(2). Survei kwesioner di tingkat provinsi dan kabupaten/kota terpilih
-
6
Tabel A. Daftar Wilayah terpilih Studi Evaluasi Molin, Provinsi membuat laporan
No. Provinsi No Wilayah Status Lokasi FGD
1. Sumatera Barat 1. Provinsi Sumatera Barat Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Barat
2. Kab. Pesisir Selatan Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Barat
3. Kab. Tanah Datar Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Barat
4. Kab. Padang Pariaman Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Barat
5. Kota Bukittinggi Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Barat
6. Kota Padang Pelaksana FGD Dinas PPPA Kota Padang
2. Jawa Tengah 7. Provinsi Jawa Tengah Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Tengah
8. Kab. Wonosobo Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Tengah
9. Kab. Semarang Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Tengah
10. Kab. Kebumen Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Tengah
11. Kota Surakarta Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Tengah
12. Kota Semarang Pelaksana FGD Dinas PPPA Kota Semarang
3. Jawa Timur 13. Provinsi Jawa Timur Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Timur
14. Kab. Probolinggo Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Timur
15. Kab. Blitar Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Timur
16, Kab. Malang Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Timur
17. Kab. Jember Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Jawa Timur
18. Kab. Gresik Peserta FGD Dinas PPPA Kab. Sidoarjo
19. Kab. Pasuruan Peserta FGD Dinas PPPA Kab. Sidoarjo
20. Kab. Sidoarjo Pelaksana FGD Dinas PPPA Kab. Sidoarjo
4. Bengkulu 21. Provinsi Bengkulu Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Bengkulu
22. Kota Bengkulu Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Bengkulu
23. Kab. Bengkulu Selatan Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Bengkulu
24. Kab. Kepahiang Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Bengkulu
25. Kab. Rejang Lebong Pelaksana FGD Dinas PPPA Kab. Rejang Lebong
Tabel B. Daftar Wilayah terpilih Studi Evaluasi Molin, Provinsi tidak membuat laporan
No. Provinsi No. Wilayah Status Lokasi FGD
5. Sumatera Utara 26. Prov. Sumatera Utara Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Utara
27. Kab. Deli Serdang Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Utara
28. Kab. Langkat Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Utara
29. Kab. Sedang Bedagai Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sumatera Utara
30. Kota Medan Pelaksana FGD Dinas PPPA Kota Medan
6. Sulawesi Selatan 31. Prov. Sulawesi Selatan Pelaksana FGD Dinas PPPA Prov. Sulawesi Selatan
32. Kab. Bantaeng Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sulawesi Selatan
33. Kab. Sinjai Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sulawesi Selatan
34. Kab. Luwu Utara Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sulawesi Selatan
35. Kab. Toraja Peserta FGD Dinas PPPA Prov. Sulawesi Selatan
36. Kota Makassar Pelaksana FGD Dinas PPPA Kota Makassar
37. Kota Pare-Pare Peserta FGD Dinas PPPA Kota Makassar
-
7
Permasalahan yang Diteliti
Hasil utama yang ingin diperoleh dari penelitian ini secara umum adalah
mengetahui tingkat kemanfaatan Molin dan Torlin di provinsi dan kabupaten/kota dan
secara khususbagaimana kemanfaatannya dalam (i) evakuasi korban KtP/A, (ii)
penyelenggaraan sosialisasi pengurangan dan pencegahan KtP/A, dan (iii) pelaksanaan
koordinasi implementasi kegiatan dan program PPA. Penyusunan instrumen FGD dan
kwesioner kuantitatif yang pada dasarnya berfokus meneliti hal-hal yang berkaitan hal-
hal di atas, dibagi atas tiga pembagian menurut fungsi masing-masing
stakeholder/narasumber dalam pemanfaatan Molin dan Torlin, yaitu: (1) Pengelola
Molin/Torlin, (2) Pengguna Molin/Torlin, dan (3) Pemanfaat Molin/Torlin.
Instrumen Kuantitatif
Informasi yang dikumpulkan secara garis besar secara spesifik dilihat dari sisi
Pengelola, Pengguna, dan Pemanfaat meliputi:
(a). Keterangan tentang Lembaga/Stakeholder
(b). Karakteristik narasumber/Responden, yaitu organisasi, jenis kelamin, umur,
pendidikan, pengalaman kerja di lembaga, pengalaman kerja di jabatan
(c). Operasionalisasi Molin
(d). Pengetahuan tentang Molin, yaitu penilaian pengelola Molin tentang pemahaman
mitra kerja atas pemanfaatan Molin, dan
(e). Penggunaan dan Pemanfaatan, yaitu penilaian pengguna dan pemanfaat tentang
kesiapan dan kesiagaan Molin serta kemanfaatan Molin khususnya bagi korban
KtP/A.
Secara lengkap instrumen kuantitatif yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran.
Instrumen Kualitatif
Topik Kelompok Internal
1. Tentang pengelolaan Molin dan Torlin
a. Sejak kapan menerima Molin/Torlin?
b. Bagaimana pendapat Saudara?Bagaimana tanggapan rekan-rekan Saudara?
2. Tentang kesiapan dan pemanfaatan Molin dan Torlin
a. Kondisi fisik Molin dalam kondisi baik? Apakah Molin pernah mogok? Mengapa?
b. Apakah dimanfaatkan setiap hari?Molin dan Torlin dimanfaatkan untuk apa saja?
c. Apakah Molin/Torlin pernah digunakan ke kantor polisi, sekolah, ke rumah sakit,
ke pasar, dsb untuk apa?
3. Tentang kelengkapan fasilitas untuk sosialisasi dalam Molin.
-
8
Topik Kelompok Eksternal
1. Pengetahuan dan pengalaman serta sumber informasi tentang Molin dan Torlin.
2. Mengerti manfaat dan pengalaman serta ceritakan menggunakan Molin dan Torlin
a. kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan fasilitas lain.
b. komentar korban
c. pendapat seandainya tidak ada fasilitas molin/torlin
3. Fasilitas yang digunakan berkaitan dengan program PPA
a. Fasilitas yang digunakan ketika menangani korban. Apa pernah menggunakan
Molin/Torlin? Kalau belum pernah mengapa?
b. Fasilitas yang digunakan ketika melakukan sosialisasi. Apa pernah menggunakan
Molin/Torlin. Kalau belum pernah mengapa?
c. fasilitas yang digunakan ketika melakukan koordinasi. Apa pernah menggunakan
Molin/Torlin. Kalau belum pernah mengapa?
Secara lengkap instrumen kuantitatif yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran.
Metode Analisis
Kualitas dari hasil penelitian secara umum ditentukan oleh beberapa hal, yaitu (1)
metode pemilihan wilayah penelitian dan pemilihan narasumber/responden yang
digunakan, (2) reliabilitas (=akurasi) hasil pengumpulan data, dan (3) metode analisis
yang diterapkan. Reliabilitas secara kualitatif dapat dilihat dari ‘kredibilitas’ nara-
sumber dalam arti kemampuan memberikan jawaban apa adanya dalam pengumpulan
informasi baik melalui FGD, partisipasi terlibat dari peneliti (=fasilitator FGD) dalam
memperhatikan Molin, dan wawancara ‘mendalam’ dengan para pejabat pengelola
Molin pada Dinas/Unit PPPA di Jawa Tengah dan Sumatera Barat, serta pengumpulan
data melalui pengisian kwesioner. Kredibilitas dimaksud dapat dilihat dari umur,
pengamalan kerja baik secara keseluruhan maupun pada jabatan yang diemban, tingkat
pendidikan, jabatan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Studi ini menggunakan dua jenis data yang diperoleh dari riset kuantitatif dan riset kualitatif sebagaimana Gravetter dan Fonzano (2012: 158) menyatakan bahwa
Quantitative research is based on measuring variables for individual participants to obtain scores, usually numerical values that are submitted to statistical analysis for summary and interpretation.
Qualitative research is based on making observations that are summarized and interpreted in a narrative report.
Di sisi lain, Minchiello (1990: 5) menyoroti riset kualitatif dan riset kuantitatif dari sudut pandang konseptual dan metodologi yang dapat diringkas sebagai berikut
-
9
Issues Qualitative Quantitative
Conceptual Concerned with understanding human behavior from the informant perspective
Concerned with discovering facts about social phenomena
Assumes a dynamic and negotiated reality
Assumes a fixed and measurable reality
Methodological
Data are collected through participation observation and interviews
Data are collected through measuring things
Data are analyzed by themes from descriptions of informants
Data are analyzed through numerical comparison and statistical inferences
Data are reported in the language of the informant
Data are reported through statistical analyses
Analisis atau interpretasi data dan informasi yang diperoeh dari pendekatan
kualitatif dan pendekatan kuantitatif dalam studi secara umum mengikuti tatacara yang
disebut Gravetter dan Fonzano serta Minchiello di atas. Kesimpulan yang kemudian
diambil merupakan temuan dari analisis berdasar data kualitatif atau data kuantitatif
atau kedua jenis data menyimpulkan hal yang sama.
Data kualitatif dari FGD
Dalam rangka pemanfaatan Molin misalnya perlu diketahui apakahterdapat
standarisasi Operator Molin? Jika terdapat fakta bahwa tidak standarmisalnya sebagian
hanya pengemudi, sebagian lain lengkap: pengemudi dan operator peralatan sosialisasi.
Mengapa hal ini terjadi perlu diketahui dan di daerah mana hal ini terjadi. Bagaimana
Molin tetap dapat digunakan yang tidak melanggar aturan penggunaan Molin, jika
misalnya hanya ada pengemudi tanpa operator peralatan jika Sosialisasi akan
dilaksanakan. Praktek yang biasa dilakukan pengelola Molin perlu diketahui agar
pemanfaatan Molin menjadi optimal.
Dapat dikatakan terdapat manfaat pengadaan Molin jika terdapat: (1) perubahan
perilaku dari masyarakat, yang ditunjukkan oleh semakin berani melaporkan KtP/A, dan
(2) perubahan perilaku dari stakeholder, yang ditunjukkan dengan keterlbatan
stakeholder yang lebih aktif dalam bentuk koordinasi dan sosialisasi lebih aktif,
mengingatkan stakeholder lain.
Data kuantitatif dari survei
Secara umum teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu
kecendrungan jawaban responden atas beberapa pertanyaan dikaitkan dengan
permasalahan utama studi yaitu manfaat dan effektifitas penggunaan Molin. Profil dari
responden yang juga merupakan narasumber FGD diuraikan untuk memperoleh
-
10
gambaran kualitas dari responden studi sebagai pendekatan kualititatif menilai
kredibilitas dan sekaligus reliabilitas data yang dihasilkan.
Pengetahuan tentang keberadaan Molin dan Torlin khususnya penggunaan dan
pemanfaatannya untuk tujuan program Perlindungan Perempuan dan Anak, khususnya
berkaitan dengan (1) Penanganan korban kekerasan, (2) Soslialisasi pengurangan dan
pencegahan kekerasan, dan (3) Koordinasi dengan stakeholder dalam rangka
Perlindungan Perempuan dan Anak.
Menilai kemanfaatan Molin akan dilakukan dengan melihat: (1) pemahaman
pengguna dan pemanfaat Molin atas evakuasi korban, sosialisasi, dan koordinasi
menurut penilaian Pengelola, (2) penilaian kesiapan dan kesiagaan Molin ketika
dibutuhkan menurut Pengguna, penilaian kesiapan, kesiagaan, dan kemanfaatan
menurut Pemanfaat. Dari setiap penilaian tersebut dibuat Indeks Manfaat Molin (IMM),
sehingga akan diperoleh tiga IMM menurut sisi Pengelola, sisi Pengguna, dan sisi
Pemanfaat.Dari setiap penilaian tersebut dibuat Indeks Manfaat Molin (IMM), sehingga
akan diperoleh tiga IMM, yaitu
i. IMM1 adalah Indeks Manfaat Molin menurut sisi Pengelola,
ii. IMM2 adalah Indeks Manfaat Molin menurut sisi Pengguna, dan
iii. IMM3 adalah Indeks Manfaat Molin menurut sisi Pemanfaat.
Secara umum penghitungan IMMi dilakukan dengan formula
𝐼𝑀𝑀𝑗 =∑ 𝐹𝑖𝑋
11𝑖=0 𝑖
∑ 𝐹𝑖
dimana IMMj, j = 1, 2, 3 adalah Indeks Manfaat Molin
Xi = Penilaian terhadap permasalahan, Xi, i=1,2,....11, X1 = 0, X2 = 1, ..........., X11 =10
Fi = Banyaknya responden yang memberikan penilaian Xi
Secara keseluruhan dari tiga indeks kemanfaatan Molin dikontsruksi Indeks
Komposit Kemanfaatan Molin (IKM) dengan formula
𝐼𝐾𝑀 = Σ𝐵𝑖𝐼𝑀𝑀𝑖
∑ 𝐵𝑖
dimana
Bi = Bobot dari setiap IMM, B1=1, B2=2, B3=3, sehingga ∑ Bi = 6
IMM1=Indeks Manfaat Molin Sisi Pengelola; IMM2=Indeks Manfaat Molin Sisi
Pengguna;IMM3=Indeks Manfaat Molin Sisi Pemanfaat.
-
11
III. TEMUAN TENTANG KEMANFAATAN MOLIN:
Hasil studi kuantitatif
NarasumberFGD dan Responden Survei
Rapid assessmentmanfaat Molin bagi korban kekerasan terhadap perempuan dan
anak (KtP/A) dilakukan dengan mencari informasi dari dua pendekatan. Pendekatan
pertama adalah menggali informasi kualitatif, yaitu informasi yang berkenaan perasaan
atau informasi dalam bentuk mengapa dan/atau bagaimana tentang pelayanan yang
diukur dengan skala ordinal atau skala nominal dan dilakukan melalui FGD. Pendekatan
kedua adalah mengum-pulkan informasi kuantitatif tentang karakteristik responden,
pengetahuan responden tentang pelayanan Molin dan kualitas pelayanan Molin yang
dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur. Informasi tentang karakteristik
narasumber/responden penting diketahui untuk memastikan kapasitasnya sebagai
pemberi informasi bersifat kualitatitf dan kuantitatif.
Narasumber FGD adalah stakeholders utama PPA yaitu organisasi yang berhu-
bungan dengan pemanfaatan Molin dan Torlin.Secara organisasi mereka berafiliasi
dengan organisasi seperti yang telah disebutkan sebaga sasaran studi.
Pengelompokan narasumber dan responden jika dilihat dari hubungan kerja
dalam operasionalisasi pemanfaatan Molin/Torlin dapat dibagi atas: (a) Pengelola
Molin/Torlin, yaitu organisasi yang menyediakan Molin/Torlin sebagai fasilitas dalam
rangka program PPA yang meliputi penjemputan dan pengantaran korban KtP/A dari
tempat kejadian perkara (TKP) ke rumah korban atau tempat perlindungan (shelter),
sosialisasi dan koordinasi dalam rangka pencegahan KtP/A, (b) Pengguna Molin/Torlin
yaitu organisasi yang menggunakan Molin dalam rangka penjemputan dan pengantaran
korban, dan (c) Pemanfaat Molin/Torlin yaitu korban KtP/A yang menggunakan
Molin/Torlindalam rangka penyelamatan dan evakuasi, dalam hal ini LSM terkait
dangan PPA akan mewakili korban perorangan.
Operasional Molin/Torlinpada Wilayah yang diteliti
Pada setiap wilayah/organisasi pengelola Molin/Torlin yang diteliti disalurkan
satu unit Molin dan dua unit Torlin, sehingga terdapat 36 unit Molin dan 74 unit Torlin
di wilayah penelitian, 6 provinsi dan 31 kabupaten/kota. Untuk mengetahui kesiapan
Molin khususnya dalam melaksanakan fungsinya yang utama dalam melakukan
evakuasi korban KtP/A, adalah perlu untuk mengetahui kesiapan dan kesiagaan
Molin/Torlin secara teknis.
-
12
Sebagaimana persyaratan dalam serah terima unit Molin dan Torlin dari Kemen
PPPA pada Dinas PPPA di propinsi dan kabupaten/kota bahwa pembiayaan operasional
yang meliputi bahan bakar dan perawatan rutin dianggarkan dalam APBD. Unit Molin
dan Torlin di setiap wilayah yang diteliti, pembaiayaan dimaksud sudah dianggarkan
setiap tahun dalam APBD wilayah masing-masing.
Tabel 1.1 Jumlah Molin dan karakteristik kesiapan operasional
Uraian n %
OPERASIONAL MOLIN, n = banyaknya molin di wilayah studi
Jumlah provinsi 6 Jumlah kabupaten/kota 31 Jumlah Molin 36* Jumlah Torlin 74
Tersedia Pembiayaan Operasional - Bahan bakar 36 100.00 - Perawatan rutin 36 100.00
Pelaksanaan Service - Rutin 35 97.22 - Terakhir dalam 3 bulan yang lalu 22 61.11 - Terakhir > 3 bulan yang lalu 13 36.11
Odometer/Posisi Km < 10.000 9 25.00 10.000 - 24.000 16 44.44 > 24.000 8 22.22 TT 3 8.33
Operator Molin Pengemudi dan operator 27 75.00 Hanya pengemudi 3 8.33 TT 6 16.67 *) Molin yang ditempatkan pada Prov. Sulawesi Selatan dalam keadaan rusak berat
Seperti dapat diperhatikan pada Tabel 1.1. pada umumnya perawatan secara rutin
dilakukan pada semua Molin, walaupun perawatan berkala yang dilakukan tepat waktu
dilakukan pada 22 unit Molin atau 61.1%.Operasional Molin dapat dilihat seberapa jauh
Molin telah melaksanakan tugasnya dapat dilihat dari Odometer atau posisi Km dari
setiap unit kendaraan. Sebanyak delapan Molin lebih sering digunakan, terlihat
darijarak tempuh sejauh lebih dari 24.000 kilometer sejak dari penyerahan pada
November 2016 sampai dengan pelaksanaan penelitian.
Dalam menjalankan tiga macam tugas, khususnya Sosialisasi pencegahan KtP/A
Molin dioperasikan oleh dua operator, yaitu pengemudi dan operator peralatan. Di
wilayah penelitian 27 Molin dioperasikan oleh dua orang operator, tetapi tiga Molin
hanya dioperasikan oleh pengemudi.
-
13
Narasumber menurut organisasi
Sebanyak 217 narasumber terlibat dalam penelitian tentang manfaat Molin di
enam provinsi: Sumatera Barat(36 peserta),Bengkulu (35 peserta), Jawa Tengah (37
peserta), Jawa Timur (40 peserta), Sumatera Utara (37 peserta), dan Sulawesi Selatan
(32 peserta). Para peserta FGD yang merupakan narasumber dalam penelitian berasal
dari berbagai organisasi yang berurusan/berhubungan dengan persoalan penanganan
korban KtP/A maupun program Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
Sekitar 45% peserta merupakan wakil dari Dinas/Unit PPPA tingkat provinsi dan
kabupaten/kota yang dalam penelitian ini disebut sebagai pengelola Molin, sebanyak
kurang lebih 32% merupakan wakil pengguna Molin yaitu dari unit PPA pada Polda dan
Polres serta Dinas Kesehatan dan Unit IGD rumah sakit. Perwakilan dari pemanfaat
Molin berjumlah sekitar 22,6%. Komposisi selengkapnya dari narasumber dari setiap
provinsi dapat dilihat paada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Jumlah Narasumber/Responden menurut Organisasi
Uraian Total
Jumlah kabupaten/kota 31
Jumlah Molin 34
Jumlah Torlin 72
Pengelola Molin 98 (45,2)
- Dinas/Unit PP PA propinsi 27
- Dinas/Unit PP PA kabupaten/kota 58
- TP2PPA 13
Pengguna Molin 70 (32,2)
- Unit PPA Polda dan Polres 23
- Unit/Instalasi Gawat Darurat RS 29
- Dinas Kesehatan 5
- Pekerja Sosial Perlindungan Anak 5
- Dinas Sosial 4
Pemanfaat Molin 49 (22,6)
- PATBM 4
- P2TP2A 6
- LSM Peduli Anak 16
- LSM Peduli Perempuan 4
- LSM Perempuan dan Anak 5
- Forum Anak 6
- Pekerja Sosial 3
Jumlah Narasumber/Responden 217 (100)
-
14
Profil Narasumber
Jumlah peserta FGD yang menjadi narasumber atau responden survei secara
keseluruhan berjumlah 217 orang terdiri atas 41% laki-laki dan 59% perempuan.
Sebanyak 52,5% atau 114 orang berumur 31–49 tahun, 56 orang (25,8%) berumur lebih
dari 50 tahun dan selebihnya berumur kurang dari 31 tahun. Jika dilihat dari tingkat
pendidikan 180 orang atau 80% berpendidikan perguruan tinggi (D3, S1, dan S2).
Dengan jabatan terbanyak dari mereka adalah pimpinan dari unit/instansi yang
menangani program PPA sebanyak 106 orang atau 47,5 persen dan dengan masa kerja
di jabatannya adalah lebih dari 2 tahun berjumlah 70,1% atau 151 orang. Dengan
karakteristik tersebut maka dapat dikatakan bahwa narasumber merupakan informan
yang tepat dengan pendidikan dan jabatan yang representatif untuk dapat memberikan
informasi yang obyektif tentang pemanfaatan Molin di daerah penelitian. Informasi yang
lebih rinci tentang karakteristik narasumber FGD dan responden survei manfaat Molin
dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Profil dari Narasumber FGD/Responden Survei Manfaat Molin
Karakteristik Pengelola
Molin Pengguna
Molin Pemanfaat
Molin Total
Karakteristik Kategori n % n % n % n %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Sex Laki-Laki 43 43.88 28 40.00 18 36.73 89 41.01 Perempuan 55 56.12 42 60.00 31 63.27 128 58.99 TOTAL 98 100 70 100 49 100 217 100
Umur < 30 tahun 14 14.29 10 14.29 22 44.90 46 21.20
31 – 49 tahun 54 55.10 40 57.14 20 40.82 114 52.53
50+ tahun 29 29.59 20 28.57 7 14.29 56 25.81
TT 1 1.02 0 0.00 0 0.00 1 0.46 TOTAL 98 100 70 100 49 100 217 100
Pendidikan - SMA 9 9.18 13 18.57 15 30.61 37 17.05
D3 10 10.20 8 11.43 3 6.12 21 9.68
D4 atau S1 53 54.08 30 42.86 20 40.82 103 47.47
S2 dan setara 26 26.53 14 20.00 8 16.33 48 22.12
TT 0 0.00 5 7.14 3 6.12 8 3.69
TOTAL 98 100 70 100 49 100 217 100
Jabatan Pimpinan 48 48.98 33 47.14 25 51.02 106 48.85 Staf 31 31.63 36 51.43 20 40.82 87 40.09 Operator Molin 17 17.35 0 0.00 0 0.00 17 7.83 TT 2 2.04 1 1.43 4 8.16 7 3.23
TOTAL 98 100 70 100 49 100 217 100
MasaKerja di Jabatan
1 tahun 39 39.80 18 25.71 8 16.33 65 29.95 2 - 5 tahun 43 43.88 25 35.71 23 46.94 91 41.94 > 5 tahun 12 12.24 26 37.14 9 18.37 47 21.66 TT 4 4.08 1 1.43 9 18.37 14 6.45 TOTAL 98 100 70 100 49 100 217 100
Sumber: Survei Manfaat Molin/Torlin 2018
-
15
Pemahaman tentang Operasional Molin
Keberhasilan dalam pengelolaan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan tergantung
pada kemampuan pengelola dalam memahami tujuan pengadaan fasilitas dalam hal ini
Molin bagi tercapainya penurunan kasus KtP/A. Sebagai pengelola Molin, aparat Dinas
dan Unit PPPA di provinsi dan kabupaten/kota pada tahap awal harus memperkenalkan
keberadaan Molin pada stakeholder utama program PPA yaitu kepolisian dan dinas
kesehatan termasuk rumah sakit dimana korban KtP/A sering dirujuk selaku pengunna
Molin dan pendamping korban KtP/A yaitu organisasi nirlaba yang mempunyai
kepedulian pada permasalahan ini sebagai pemanfaat Molin. Pengguna dan Pemanfaat
Molin merupakan mitra kerja utama Dinas/Unit PPPA kabupaten/kota sebagai
pengelola Molin.
Pemahaman pengelola tentang tata cara operasional Molin agar pemanfaatannya
optimal disajikan pada Tabel 1.4 yang terdiri dari (1) prioritas penggunaan, (2) urutan
prioritas penggunaan, (3) keberadaan SOP, (4) pemberitahuan SOP pada mitra kerja.
Tabel 1.4
Pemahaman Pengelola tentang Operasional Molin
Uraian n % (1) (2) (3)
Operator berdua, bersama
- Ya 71 78.89 - Hanya pengemudi 17 18.89
- TT 2 2.22
PrioritasPenggunaan Molin
- Ya 74 82.22 - Tidak 13 14.44 - Tidak tahu 3 3.33
Skala Prioritas Penggunaan Molin
- Evakuasi Korban 74 82.22 - Sosialisasi 21 23.33 - Koordinasi 16 17.78 - Tidak Jawab 2 2.22
Urutan Prioritas
- Benar 24 26.67 - Salah 66 73.33
Keberadaan SOP Penggunaan Molin
- Evakuasi Korban 64 71.11 - Sosialisasi 55 61.11 - Koordinasi 48 53.33
SOP disampaikan pada Mitra Kerja
- Ya 36 40.00 - Tidak 48 53.33 - Tidak Tahu 6 6.67
Dalam hal bagaimana Molin beroperasi, 71 responden (78,9%) menyatakan
dijalankan berdua antara pengemudi dan operator peralatan, dan 17 responden (18,9%)
menyatakan bahwa selama ini operasional Molin hanya dikerjakan oleh seorang
pengemudi. Artinya pada umumnya operasional Molin dilaksakanan berdua pengemudi
-
16
dengan operator peralatan untuk evakuasi dan sosialisasi. Selanjutnya disebutkan
bahwa terdapat prioritas penggunaan Molin yang disebutkan oleh hampir semua
responden (82,2%), dengan urutan prioritas adalah: (1) evakuasi korban, (2) sosialisasi,
(3) koordinasi. Namun demikian hanya 26,7% responden yang menjawab dengan tepat
urutan prioritas penggunaan Molin.
Tatacara penggunaan atau Standard Operational Procedure(SOP) Molin diakui ada
dan berbeda tergantung dari tujuan penggunaan Molin. Pada umumnya pengelola Molin
lebih banyak yang mengetahui SOP untuk evakuasi korban dibandingkan dengan
pemnafaatan Molin untuk Sosialisasi dan Koordinasi dalam rangka program
Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
Informasi lain yang juga diperoleh dari survei manfaat Molin adalah penilaian
pengelola terhadap pemahaman mitra kerja tentang pemanfaatan Molin untuk
Evakuasikorban, Sosialisasi, dan Koordinasi. Sekitar 45% responden pengelola menilai
bahwa pemahaman mitra kerja tentang pemanfaatan Molin untuk Evakuasi, Sosialisasi
dan Koordinasi pada tingkat Rendah dan Sedang (5 dari skala 10), dan sisanya atau
lebih dari 50% responden mendapat penilaian Sedang dan Tinggi (nilai lebih besar dari
6 dalam skala 10. Informasi lebih rinci tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.5.
Tabel 1.5 Pemahaman Mitra Kerja tentang Pemanfaatan Molin
Besaran Nilai
Penilaian terhadap Pemahahaman Mitra Kerja tentang Pemanfaatan Molin (%)
Evakuasi korban Sosialisasi Koordinasi
10 10.20 8.16 15.31
9 11.23 6.12 10.20
8 16.33 11.22 14.28
7 9.18 19.39 6.12
6 10.20 4.08 7.14
5 36.73 37.75 32.65
4 1.02 2.04 4.08
3 1.02 1.02 1.02
2 0.00 6.12 0.00
1 2.04 2.04 7.14
0 2.04 2.04 2.04
Jumlah narasumber (n=98) 100.00 100.00
100.00
* Mitra kerja adalah pengguna dan pemanfaat Molin
Pengetahuan dan Pemahaman Molin
Untuk dapat meningkatkan penggunaan dan pemanfaatan Molin untuk program
PPA, khususnya evakuasi korban KtP/A maka perlu diketahui pengetahuan dan
-
17
pemahaman dari pengguna dan pemanfaat Molin tentang bagaimana Molin beroperasi.
Sekitar 80% pengguna dan 95% pemanfaat mengetahui keberadaan Molin, dan bagi
mereka yang mengetahui Molin sumber informasi tentang keberadaan Molin pada
umumnya dari Sosialisasi yang di Jawa Tengah, khususnya Semarang dilakukan pada
saat Car Free Day. Peranan rekan sejawat di tempat kerja juga penting karena sekitar
25% responden memperoleh informasi keberadaan Molin dari mereka (lihat Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Pengetahuan dan Pemahaman Molin oleh Pengguna dan Pemanfaat
Uraian Pengguna (n=70) Pemanfaat (n=49)
Mengetahui keberadaan Molin - Ya 80.00 95.92 - Tidak 20.00 4.08
Sumber Informasi tentang Molin - Atasan 15.71 14.29 - Rekan Sejawat 25.71 28.57 - Sosialisasi 31.43 55.10 - Leaflet 8.57 2.04 - TT 7.14 0.00
Ada SOP Molin - Ya 37.14 51.02 - Tidak 47.14 34.69 - Tidak Tahu 15.71 14.29
Prioritas Penggunaan Molin - Ya 65.71 77.55 - Tidak 34.29 22.45
Skala Prioritas - Evakuasi Korban 61.43 59.18 - Sosialisasi 22.86 8.16 - Koordinasi 14.29 14.29
Urutan Prioritas - Benar 31.43 22.45 - Salah 68.57 77.55
Operator Paham - Pemanfaatan Molin 81.63 - Prioritas penggunaan Molin 83.67 - Operator Berdua 42.86
Perihal SOP penggunaan Molin, sekitar sepertiga dari pengguna menyatakan ada
SOP penggunaan Molin, dan sekitar separuhpemanfaat menyatakan hal yang sama.
Penggunaan Molin mempunyai prioritas yang dinyatakan oleh sekitar duapertiga
pengguna dan hampir 80% pemanfaat, dengan prioritas pertama untuk Evakuasi korban
KtP/A dan selanjutnya untuk kegiatan Sosialisasi Pengurangan kasus KtP/A dan
Koordinasi pelaksanaan Program Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA). Pada
umumnya pemanfaat lebih banyak yang mengetahui tentang prioritas utama
penggunaan Molin dibandingkan pengguna (yaitu 78% dibandingkan 61%). Namun
-
18
demikian, lebih banyak yang salah menyebutkan urutan prioritas penggunaan Molin
dari tiga kegiatan yang didukung Molin.
Pada Tabel 2.1. juga disajikan bahwa menurut pemanfaat tingkat pemahaman
operator Molin yang tinggi (lebih dari 80%) untuk pemanfaatan Molin dan prioritas
penggunaannya. Namun hanya sekitar 40% pemanfaat yang menyatakan bahwa
operasional Molin dilakukan oleh dua operator yaitu pengemudi dan operator peralatan.
Pengukuran Komposit Pemanfaatan Molin
Tingkat pemanfaatan Molin sebagai upaya menurunkan kasus KtP/A akan diukur
secara holistik dengan membangun indeks komposit pemanfaatan Molin menurut
pengelola, pengguna, dan pemanfaat. Akan terdapat tiga indeks komposit, yaitu (1)
indeks komposit tentang penilaian kesiapan mitra kerja menurut pengelola Molin atas:
(a) pelaksanaan evakuasi korban KtP/A, (b) penyelenggaraan sosialisasi pencegahan
KtP/A, dan (c) pelaksanaan koordinasi program PPA; (2) indeks komposit tentang
penilaian oleh pengguna tentang kemudahan dan kesiagaan Molin saat dibutuhkan; (3)
indeks komposit tentang penilaian oleh pemanfaat tetang kemudahan dan kesiagaan
Molin saat dibutuhkan serta kemanfaatan Molin dalam evakuasi korban KtP/A.
(1).Indeks Manfaat Molin menurut SisiPengelola (IMM1)
Pada Tabel 3.1a, Tabel 3.1b, dan Tabel 3.1c disajikan masing-masing indeks
tentang penilaian pengelola terhadap mitra kerja terkait dengan tiga kegiatan terkait
pengadaan dan pemanfaatan Molin. Indeks ini menyatakan penilaian pengelola terhadap
kerjasama dengan mitra kerja utama yaitu pengguna dan pemanfaat yang menghasilkan
nilai indeks manfaat Molin sebesar 6,33 skala 10.
Tabel 3.1a
Penilaian terhadap Mitra Kerja tentang Pelaksanaan
Evakuasi Korban KtP/A
Tabel 3.1b Penilaian terhadap Mitra
Kerja tentang Penyelenggaraan Sosialisasi
Pencegahan KtP/A
Tabel 3.1c Penilaian terhadap Mitra
Kerja tentang Pelaksanaan Koordinasi Program PPA
Penilaian Frekwensi Indeks Penilaian Frekwensi Indeks Penilaian Frekwensi Indeks
10 10 100 10 8 80 10 15 150 9 11 99 9 6 54 9 10 90 8 16 128 8 11 88 8 14 112 7 9 63 7 19 133 7 6 42 6 10 60 6 4 24 6 7 42 5 36 180 5 37 185 5 32 160 4 1 4 4 2 8 4 4 16 3 1 3 3 7 21 3 1 3 2 0 0 2 0 0 2 6 12 1 2 2 1 2 2 1 1 1 0 2 0 0 2 0 0 2 0
Total 98 639 Total 98 595 Total 98 628 Rata-Rata 6.52 Rata- 6.07 Rata-Rata 6.41
-
19
Rata
Indeks Manfaat Molin Sisi Pengelola (IMM1) = (6,52 + 6,07 + 6,41)/3 = 6,33
(2).Indeks Manfaat Molin menurut Sisi Pengguna (IMM2)
Indeks ini menyatakan tingkat kemudahan penggunaan dan tingkat kesiagaan
Molin ketika dibutuhkan dalam evakuasi korban KtP/A. Penilaian yang dibuat oleh
pengguna mencerminkan jika semakin tinggi penilaian yang diberikan menandakan
tingkat kepuasan yang semakin tinggi, atau dengan kata lain semakin bermanfaat dalam
melancarkan pelaksanaan tugas kepolisian dan kesehatan.
Tabel 3.2a Penilaian Tingkat Kemudahan
Penggunaan Molin oleh Pengguna
Tabel 3.2b Penilaian Tingkat Kesiagaan Molin
ketika dibutuhkan oleh Pengguna
Penilaian Frekwensi Indeks Penilaian Frekwensi Indeks
10 17 170 10 26 260 9 5 45 9 6 54 8 7 56 8 5 40 7 4 28 7 5 35 6 3 18 6 1 6 5 22 110 5 21 105 4 1 4 4 1 4 3 3 9 3 1 3 2 0 0 2 1 2 1 0 0 1 0 0 0 8 0 0 3 0
Total 70 440 Total 70 509 Rata-rata 6.29 Rata-rata 7.27
Indeks Manfaat Molin sisi Pengguna (IMM2)= (6,29 + 7,27)/2 = 6,78
Tingkat kemudahan mencapai nilai indeks = 6,29 dan tingkat kesiagaan Molin
mencapai nilai indeks = 7,27. Indeks manfaat Molin dari sisi Pengguna adalah 6,78
Secara keseluruhan penilaian pengguna terhadap kemudahan dan kesiagaan Molin
dapat dilihat pada Tabel 3.2a dan Tabel 3.2b.
(3).Indeks Manfaat Molin menurut Sisi Pemanfaat (IMM3)
Indeks ini mengukur tiga hal: (i) tingkat kemudahan, (ii) tingkat kesiagaan, dan
(iii) tingkat kemanfaatan dalam melaksanakan tugas evakuasi korban KtP/A. Penilaian
yang diberikan pemanfaat yaitu organisasi yang mewakili korban menunjukkan bahwa
semakin tinggi penilaian yang diberikan menandakan tingkat kepuasan yang semakin
tinggi karena memudahkan tugas dan fungsi pelayanan penanganan korban. Dengan
-
20
kata lain dapat dikatakan bahwa keberadaan Molin dengan sendirinya semakin
bermanfaat dalam melancarkan pelaksanaan tugas pengantaran korban.
Pada Tabel 3.3a, Tabel 3.3b, dan Tabel 3.3c dapat dilihat besaran indeks tingkat
kemudahan = 7,04; indeks kesiagaan = 7,43; dan indeks kemanfaatan = 8,00. Secara
komposit indeks manfaat molin dari sisi pemanfaat adalah 7,49 suatu angka yang dapat
dikatakan cukup tinggi penilaian pemanfaat terhadap keberadaan Molin. Penilaian rinci
dan lengkap dapat dilihat pada tiga tabel tersebut.
Tabel 3.3a Penilaian Tingkat
Kemudahan Penggunaan oleh Pemanfaat
Tabel 3.3b. Penilaian Tingkat Kesiagaan
Molin oleh Pemanfaat
Tabel 3.3c. Penilaian Tingkat
Kemanfaatan Molin oleh Pemanfaat
Penilaian Frekwensi Indeks Penilaian Frekwensi Indeks Penilaian Frekwensi Indeks
10 11 110 10 17 170 10 23 230 9 4 36 9 4 36 9 4 36 8 9 72 8 4 32 8 4 32 7 9 63 7 9 63 7 6 42 6 3 18 6 2 12 6 2 12 5 9 45 5 10 50 5 8 40 4 0 0 4 0 0 4 0 0 3 0 0 3 0 0 3 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 3 0 0 2 0 0 2 0
Total 49 345 Total 49 364 Total 49 392
Rata-Rata 7,04 Rata-Rata 7,43 Rata-Rata 8,00
Indeks Manfaat Molin Sisi Pemanfaat (IMM3) = (7,04 + 7,43 + 8,00)/3 = 7,49
Penilaian Keseluruhan Manfaat Molin
Untuk memperoleh gambaran utuh dan menyeluruh tentang manfaat Molin dari
semua sisi (pengelola, pengguna, dan pemanfaat) dan aspek pemanfaatan Molin
(evakuasi korban, penyelenggaraan sosialisasi dan pelaksanaan koordinasi dalam
rangka pencegahan dan pengurangan KtP/A), maka dilakukan penghitungan indeks
komposit dari semua sisi dengan pemberian bobot yang berbeda disesuaikan dengan
tingkat kemanfaatan Molin bagi Pengelola, Pengguna, dan Pemanfaat. Dengan
penimbang masing-masing adalah 1, 2, dan 3 maka Indeks Komposit Molin adalah 7,1
yang berarti bahwa Molin bermanfaat pada tingkat yang cukup tinggi di wilayah
penelitian (lihat Tabel 3.4).
Tabel 3.4 Indeks Komposit Manfaat Molin (IKM)
-
21
Parameter Indeks Manfaat Molin dari Sisi Indeks Komposit
Manfaat Molin Pengelola Pengguna Pemanfaat
Bobot 1 2 3 7,1
Indeks 6,3 6,8 7,5
IV. TEMUAN TENTANG KEMANFAATAN MOLIN:
Hasil studi kualitatif
1. Tahapan Pelaksanaan
1. Pelaksanaan evaluasi pemanfaatan Molin dan Torlin dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama dilaksanakan di dua provinsi, sisanya dilaksanakan pada empat
provinsi secara bersamaan.
2. Evaluasi tahap pertama dilaksanakan pada Bulan Mei dan Juli 2018 melalui:
a. Focus Group Discussion (FGD) di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlin-
dungan Anak (PP-PA) provinsi dan Dinas PPPA kabupaten dan kota terpilih,
ditambah dengan
b. Wawancara terhadap pejabat pengelola Molin dan Torlin di Dinas PPA provinsi,
c. Pengamatan langsung pada Molin dan Torlin di lokasi FGD untuk mengetahui
kondisinya, serta
d. Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner terstruktur.
3. FGD di Dinas PPPA Provinsi diselenggrakan dengan peserta FGD dibagi ke dalam dua
kelompok (grup diskusi), yaitu:
a. Kelompok internal, terdiri dari pejabat/staf dari Dinas PPPA provinsi dan Dinas
PPPA dari beberapa kabupaten/kota yang terpilih, dan
b. Kelompok eksternal, mencakup perwakilan dari lembaga pengguna dan
pemanfaat Molin dan Torlin. Dari pihak eksternal yang diundang adalah unit PPA
di Kepolisian, Kepala Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit (RS), dan LSM
Perempuan/Anak.
Daftar kabupaten/kota yang diundang dapat dilihat pada Tabel A dan Tabel B.
adalah:
-
22
4. FGD di Dinas PPPA kabupaten/kota diselenggarakan di wilayah yang ditunjuk diikuti
perwakilan Dinas PPPA penyelenggara dan eksternal, diantaranya dari kepolisian,
rumah sakit, LSM Perempuan/Anak, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia – Daerah (KPAID), Sakti Peksos, Satuan Tugas (Satgas)
PPA, Perwakilan FA (Forum Anak), dan perwakilan PATBM.
2. Hasil Evaluasi
1. Waktu penerimaan Molin/Torlin, kondisi kendaraan, dan pembiayaan operasional
a. Molin diterima pada bulan November 2016 dan disalurkan ke kabupaten/kota
yang telah ditetapkan pada Desember 2016. Torlin diterima dan disalurkan ke
kabupaten/kota terpilih masing-masing pada bulan November dan Desember
2017 (setahun setelah Molin). Dinas PP-PA provinsi dan kabupaten/kota terpilih
masing-masing menerima 1 buah Molin dan 2 buah Torlin. Molin pada umumnya
dalam kondisi baik dan terawat. Torlin juga dalam kondisi baik, kecuali boks
(kotak) yang dipasang di bagian belakang, yang kondisinya memang sudah tidak
baik sejak diterima.
b. Pengoperasian Molin dan Torlin menggunakan dana yang sudah dianggarkan
dalam APBD Pemda masing-masing.
2. Pengenalan Molin dan Torlin
Para peserta diskusi umumnya memang tahu, paling tidak sudah pernah dengar
tentang Molin dari kegiatan sosialisasi. Beberapa peserta mengaku belum pernah
melihat dan bahkan ada yang belum tahu tentang Molin, seperti kepala IGD peserta
FGD dari Kota Bukittinggi, Kabupaten Kebumen, dan Kota Surakarta. Kilah mereka
karena hanya merasa berkepentingan menolong korban yang sudah ada di IGD dan
tidak pernah bertanya pada atau menjemput pasien di mobil pengantar. Beberapa
peserta FGD di Sumatera Barat dari kepolisian kota Padang, Sumatera Utara juga
tidak tahu Molin/Torlin karena baru menjabat. Peserta eksternal FGD provinsi ada
yang tidak tahu Molin/Torlin.
3. Pemanfaatan Molin dan Torlin
a. Keberadaan Molin sangat mendukung pelaksanaan program perlindungan
perempuan dan anak, dengan frekuensi penggunaan yang tinggi, terutama untuk
pelayanan (penjemputan dan pengantaran) korban tindak kekerasan.
b. Dinas PPPA Kota Semarang, Jawa Tengah menginformasikan bahwa selama empat
bulan pertama tahun 2018 (Januari – April) pergerakan Molin sudah melebihi 250
kali, yang berarti setiap hari sekitar 2-3 kali pergerakan.
c. Dinas PP-PA Provinsi Sumatera Barat menginformasikan bahwa jumlah laporan
tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak meningkat tajam antara tahun
2016 dan 2017, ditengarai antara lain karena meningkatnya kepercayaan
masyarakat pada Dinas PP-PA dalam penanganan korban, khususnya dengan
-
23
adanya Molin untuk menjemput dan mengantar korban ke tempat/lembaga yang
sesuai (kepolisian, rumah sakit, shelter, dll).
Molin sangat mendukung tugas-tugas penangangan korban kekerasan di Sumatera
Barat yang mempunyai motto “di mana korban berada Molin siap siaga walaupun
di balik gunung”.
d. Penggunaan Torlin masih sangat terbatas, pada umumnya karena tidak cocok
untuk kebutuhan penjemputan dan pengantaran korban. Pada umumnya korban
tindak kekerasan harus didampingi orang lain (orang tua, pengurus LSM, tokoh
masyarakat, dll) sehingga penggunaan Torlin tidak fleksibel. Walaupun demikian
untuk keperluan koordinasi dan komunikasi keberadaan Torlin sangat membantu
kelancaran tugas; Torlin selalu disiapsiagakan di lokasi. Di Kota Semarang, Torlin
selalu terlihat ‘dikandangkan’ untuk siaga di Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM),
suatu unit pelayanan yang dikelola oleh Dinas PPPA untuk menangani beberapa
hal, seperti pengaduan, konsultasi anak yang berhadapan dengan hukum, dan
terapi psikologi.
e. Torlin pada umumnya digunakan untuk penjangkauan lokasi yang tidak bisa dilalui
Molin, atau sebagai “pengawal” Molin ketika sedang digunakan untuk penanganan
kasus KtP/A. Torlin dipandang hanya cocok untuk tugas-tugas selain penanganan
korban KtP/A.
f. Untuk memaksimalkan penggunaan Molin dan Torlin, Dinas PP-PA telah membuat
Nota Kesepakatan (MoU) dengan beberapa instansi terkait. Pada dasarnya Molin/
Torlin dapat digunakan/dipinjam oleh instansi lain dengan persyaratan harus
menggunakan operator dari Dinas PPA.
g. Dalam kasus operator berhalangan maka pejabat Dinas PPA, seperti kepala bidang
atau kepala seksi berkewajiban menggantikan tugas operator, seperti yang
dilakukan di Kota Padang dan Kabupaten Semarang. Hal yang agak berbeda
dilaporkan oleh narasumber dari Kabupaten Wonosobo yang mengatakan bahwa
karena masalah perlindungan perempuan dan anak harus segera ditangani, maka
pihak pengguna Molin dari aparat pemerintah terutama dari kepolisian dapat
menggunakan langsung tidak perlu menunggu kehadiran operator. Sebaliknya
terjadi di banyak kabupaten wilayah penelitian, karena urusan perlindungan
perempuan dan anak masih bergabung dengan urusan lainnya, maka penggunaan
Molin belum dikhususkan untuk perlindungan perempuan dan anak. Di Bengkulu,
Molin yang diterima Dinas PPPA provinsi juga digunakan untuk menangani kasus
KtP/A yang terjadi di kabupaten yang belum menerima Molin.
h. Pengaturan pemanfaatan Molin di daerah penelitian sangat bervariasi. Di
Bengkulu, penjelasan pengelola menyatakan bahwa Molin hanya digunakan secara
internal bersama dengan Satgas ABH (Anak Bermasalah Hukum) yang dibentuk
oleh Dinas PPPA kabupaten. Pihak eksternal, yaitu pengguna dan pemanfaat
meminta dibentuk Satgas lintas instansi dengan SK Bupati, dilengkapi dengan SOP
penggunaannya, termasuk penyediaan bahan bakar (Rejang Lebong). Demikian
-
24
juga Dinas PPPA Provinsi Bengkulu membentuk Satuan Tugas (Satgas) dengan SK
Gubernur, dengan anggota Satgas adalah relawan yang memperoleh honor. Namun
demikian pengaturan tersebut, ada narasumber yang berpendapat bahwa karena
pada umumnya Molin di bawah tanggung jawab Kepala Dinas Kabupaten/Kota,
untuk penggunaannya harus menggunakan nota peminjaman, sehingga dianggap
mengganggu kelancaran penanganan kasus.
i. Di Provinsi Jawa Timur, setiap 3 bulan Dinas PPPA mengadakan pertemuan
koordinasi penanganan kasus KtP/A dengan semua pihak terkait di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota penerima Molin/Torlin. Untuk memperlancar dan
memudahkan komunikasi, WA Group dibentuk pengelola/driver Molin.
j. Di Makassar, upaya penanganan korban kekerasan sudah melibatkan warga,
hampir di semua kelurahan ada shelter yang dikelola oleh warga. Shelter hanya
untuk penampungan sementara sebelum dibawa ke “rumah aman” milik Dinas
PPPA Kota Makassar. Dinas PPA Kota Makassar juga sangat aktif dalam menangani
kasus KtP/A, termasuk pada hari libur, bahkan pada hari raya Idul Fitri pun tetap
siaga. Call Center pengaduan kasus kekerasan Kota Makassar dibuka 24 jam
4. Penilaian Pengguna dan Pemanfaat Molin dan Torlin
a. Semua peserta diskusi menyambut positif kehadiran Molin dan menyatakan
bahwa Molin memberikan manfaat dalam upaya penanganan tindak kekerasan
terhadap perempuan dan anak. Menurut peserta dari Relawan P2TP2A Kota
Padang, tulisan pada Molin “perlindungan perempuan dan anak” itu sendiri telah
memberikan jaminan yang mencerahkan masyarakat tentang kehadiran Negara
dalam upaya melindungi rakyatnya. Di Rejang Lebong, pihak eksternal meminta
dibentuk Satgas lintas instansi dengan SK Bupati, dilengkapi dengan SOP
penggunaannya, termasuk penyediaan bahan bakar.
b. Unit PPA di kepolisian yang merupakan counterpart, pengguna utama Molin,
memberikan penilaian yang positif (sangat mendukung) adanya Molin, karena
merasakan bahwa pelayanan terhadap korban tindak kekerasan dapat dilayani
dengan lebih cepat dari sebelumnya. Karena digunakan untuk berbagai macam
keperluan, kendaraan operasional Unit PPA Polres tidak selalu siaga untuk
pelayanan segera korban tindak kekerasan. Molin menjadi pilihan terbaik karena
sudah ada MoU dan mekanisme koordinasi dengan Dinas PPPA setempat. Peserta
FGD dari kepolisian di Sumatera Utara menyebutkan bahwa kasus KtP/A perlu
ditangani secara khusus, tidak menggunakan mobil dan uniform polisi, agar
korban tidak merasa takut. Di Sulawesi Selatan, pada waktu tertentu anggota polisi
sengaja naik Molin dan berpakaian biasa ketika menangani korban KtP/A. Merasa
kalau naik mobil polisi dipandang sebagai pelaku kriminal, korban lebih memilih
naik Molin; hal ini diperkuat pernyataan oleh pihak kepolisian.
c. LSM Perempuan/Anak, yang dalam banyak hal merupakan perwakilan utama
penerima manfaat Molin (mewakili masyarakat/korban), menjadi pihak yang
-
25
sangat merasakan tingginya manfaat keberadaan Molin. LSM Perempuan/Anak
merupakan lembaga yang paling sering meminta menggunakan Molin untuk
penjemputan dan pengantaran korban tindak kekerasan ke tempat (instansi) yang
sesuai. Narasumber dari LSM Perempuan/Anak merasa lebih nyaman dan yakin
berhubungan dengan Dinas PPPA setempat untuk penanganan kasus tindak
kekerasan, khususnya terkait dengan ketersediaan Molin yang relatif mudah
prosedur penggunaannya. Meningkatnya jumlah laporan kasus tindak kekerasan
terhadap perempuan dan anak, utamanya karena semakin yakinnya masyarakat,
menurut narasumber tersebut terhadap penanganan kasus-kasus yang dilaporkan.
Peserta FGD di Sumatera Barat mengatakan sepertinya kalau anak-anak melapor
ke polisi agak lebih takut daripada ke ibu-ibu. Hal ini diperkuat dari cerita peserta
tersebut yang mengungkapkan adanya 14 anak korban pelecehan yang akhirnya
satu demi satu mau berterus terang dan mau didampingi dinas PPPA ke kantor
Polisi dan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan. Di Bengkulu misalnya,
pemanfaatan Molin oleh LSM Perempuan/Anak sangat terbatas karena tidak
mengetahui bahwa Molin dapat dipinjam untuk penanganan kasus-kasus KtP/A.
Dari 10 narasumber pengguna dan pemanfaat Molin, hanya satu narasumber dari
Yayasan PUPA yang menyatakan sudah biasa menggunakan Molin.
d. Penggunaan Molin untuk kegiatan-kegiatan tertentu seperti acara car free day dan
perayaan-perayaan kegiatan lainnya telah menjadi sarana promosi yang baik
dalam menyampaikan informasi terkait penanganan korban kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
3. Beberapa Catatan untuk Perbaikan
1. Tempat tidur tidak begitu diperlukan di Molin karena pada umumnya korban
tindak kekerasan tidak perlu berbaring. Yang lebih diperlukan adalah kecukupan
tempat duduk karena korban tindak kekerasan pada umumnya perlu
pendampingan/pengawalan, mungkin lebih dari satu orang pendamping. Dengan
pengemudi dan operator maka Molin akan berpenumpang minimal empat orang.
Penempatan panel/aksessories kelengkapan Molin tidak optimal, diantaranya (i)
penempatan sirene di ruang tertutup kop mesin sehingga bunyi terlalu pelan, (ii)
lampu flash posisinya terlalu pendek sehingga tidak kelihatan dari kejauhan, (iii)
letak LCD terlalu rendah sehingga sering mengenai kepala, (iv) genset memakan
tempat, (v) tempat peralatan P3K tidak tepat, dan (vi) LCD menghadap belakang
tetapi sound system menghadap ke depan.
2. Menurut informasi seorang pengemudi dari Bukittinggi Molin tidak begitu kuat
pada jalan menanjak. Selain itu, keberadaan, posisi Gen-Set di dalam molin juga
sangat menyita ruang dalam molin, sebaiknya dipertimbangkan kembali ukuran
dan letaknya (bila tetap harus tersedia).
3. Walaupun bagi pengelola dan pengguna tulisan “Mobil Perlindungan Perempuan
dan Anak” pada Molin bermanfaat untuk meyakinkan pada masyarakat bahwa
-
26
pemerintah peduli terhadap perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan,
tapi bagi para korban tulisan tersebut sangat mencolok dan membuat “malu”
korban atau keluarga korban, khususnya yang terkena kasus pelecehan seksual
atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Untuk menanggulangi hal tersebut,
di Sumatera Barat, banyak di antara mereka yang tidak mau diangkut dengan
Molin, akhirnya ganti dengan mobil biasa; sementara di Jawa Tengah, Molin
penjemput korban diparkir agak jauh dari rumah korban.
4. Perlu SOP tertulis dan mengikat mengenai tujuan pengadaan Molin. Diperoleh
indikasi adanya “pimpinan Dinas PPPA yang menggunakannya untuk kegiatan-
kegiatan lain”, selain untuk pelayanan korban, koordinasi, dan sosialisasi
program pelayanan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak.
5. Bagi keperluan program perlindungan perempuan dan anak pun, SOP perlu juga
dibuatkan. Terutama dalam mengatur mekanisme peminjaman Molin oleh pihak
eksternal, karena seperti dalam kasus Sumatera Barat, petugas yang dilatih untuk
menangani Molin hanya satu orang (pengemudi sekaligus operator) dan orang
tersebut juga punya tanggungjawab bidang tugas yang lain. Oleh karena itu,
diusulkan sebaiknya yang menangani Molin adalah orang (sebaiknya dua orang)
yang dipersiapkan khusus untuk itu, sehingga tanggungjawab penggunaan dan
pemeliharaan Molin sekaligus menjadi tupoksi orang tersebut. Diusulkan ada dua
orang agar bila yang satu berhalangan yang lain dapat menggantikan.
6. Bagi daerah yang frekuensi pelaporan kasusnya tinggi seperti Kota Padang dan
Semarang dan tersebar dalam radius yang cukup jauh, perlu juga
dipertimbangkan tambahan Molin. Selain itu, bagi daerah kepulauan perlu juga
difikirkan pengadaan fasilitas kendaraannya berupa motor boat/kapal motor
7. Pengadaan Torlin perlu dikaji ulang dan dibuatkan juga SOP peruntukannya. Di
beberapa Dinas PPPA saat ini Torlin jarang digunakan walaupun selalu siap siaga.
8. Tanggung jawab pengelolaan Molin di Dinas PPPA provinsi perlu dilimpahkan
kepada unit yang lebih rendah sehingga penanganan kasus sudah lebih lancar
9. Molin juga digunakan untuk kegiatan lain seperti menjemput dan mengantar
tamu, karena belum mempunyai kendaraan dinas, Molin di Kabupaten Tana
Toraja difungsikan sebagai mobil Kepala Dinas.
4. Catatan Lainnya
1. Molin dan Torlin dapat diperoleh dari pihak lain. Tercatat informasi bahwa ada
kabupaten di Jawa Tengah yang memperoleh “Molin” dari dana CSR Bank
Pembangunan Daerah Jawa Tengah (BPD Jateng).
2. Molin provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami kecelakaan dan rusak parah dan
tidak dapat lagi digunakan ditinggalkan di Polres Pare-Pare dan akan diusulkan
untuk dihapuskan.
-
27
V. KESIMPULAN
dan
REKOMENDASI
Kesimpulan
1. Sebagaimana dipersyaratkan dalam penyarahan Molin pada pemerintah daerah,
maka pembiayaan operasional Molin untuk bahan bakar dan perawatan rutin
sudah dianggarkan dalam APBD.
2. Semua stakeholdersmenyambut positif kehadiran Molin dan menyatakan bahwa
Molin memberikan manfaat dalam penanganan tindak KtP/A, bahkan menurut satu
stakeholdertulisan “Perlindungan Perempuan dan Anak” pada Molin memberikan
jaminan tentang kehadiran Negara dalam upaya melindungi rakyatnya, walaupun
tulisan tersebut membuat malu keluarga korban ketika Molin berkunjung.
Diperlukan cara tertentu agar kehadiran Molin dapat memberikan jaminan
perlindungan. Unit PPA kepolisian sangat mendukung keberadaan Molin, karena
evakuasi terhadap korban KtP/A dapat dilakunan lebih cepat.
3. Sosialisasi upaya pengurangan dan pencegahan KtP/A lebih effektif dilakukan pada
acara car free day dan perayaan kegiatan lainnya ketika terdapat penumpukan
massa tanpa undangan.
4. Karena pada umumnya korban tindak kekerasan tidak perlu berbaring
kegunaantempat tidur lipat/tandu di Molin tidak begitu diperlukan, tetapi yang
lebih mendesak adalah tambahan tempat duduk karena korban tindak kekerasan
pada umumnya memerlukan pendampingan dan pengawalan, yaitu bahkan lebih
dari satu orang pendamping.
5. Karena dipandang tidak cocok untuk Evakuasi korban pemanfaatan Torlin sangat
tidak optimal, banyak Torlin yang diparkir di Dinas/Unit PPPA dalam keadaan siaga.
-
28
6. Keberadaan Molin sangat mendukung pelaksanaan program perlindungan
perempuan dan anak, dengan frekuensi penggunaan yang tinggi, terutama untuk
pelayanan evakuasi korban tindak kekerasan.Dinas PP-PA provinsi dan
kabupaten/kota melaporkan bahwa tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak meningkat tajam antara tahun 2016-2017, yang ditengarai karena
meningkatnya kepercayaan masyarakat dalam penanganan korban.
7. Secara kuantitatif kemanfaatan Molin diukur dengan Indeks Kemanfaatan Molin
bagi Stakeholder sesuai fungsinya dalam implementasi Program PPA. Besaran
indeks tersebut daridari Sisi Pengelola adalah=6,3, dari Sisi Pengguna=6,8, dan dari
Sisi Pemanfaat=7,5memperlihatkan bahwa Molin mempunyai manfaat bagi semua
stakeholders Program PPA.
8. Secara keseluruhan, Indeks Komposit Manfaat Molin adalah 7,1 dalam skala 10,
berarti bahwa Molin bermanfaat pada semua stakeholder pada tingkat yang cukup
tinggi di wilayah penelitian
Rekomendasi
1. Penambahan tempat duduk pada Molin dengan merubah tata ruangan penumpang,
2. Dalam Juklak perlu dibuat ketetapan pemanfaatan Torlin hanya untuk untuk
sosialisasi dan koordinasi
3. Pembuatan SOP penggunaan Molin mencakup:
a. Molin hanya boleh digunakan untuk kegiatan program PPA dengan urutran
prioritas: (1) Evakuasi korban, (2) Sosialisasi, (3) Koordinasi
b. Operator Molin terdiri dari dua orang: pengemudi dan operator peralatan
c. Ditentukan waktu paling lama Molin sudah harus berada di TKP, sejak
pemberitahuan diterima,
d. Tatacara penjemputan dan pengantaran korban KtP/A yang membuat nyaman
korban dan keluarga korban,
e. Molin bisa dipinjam stakeholder untuk tujuan kegiatan butir (a) dengan operator
dari pengelola Molin,
4. Pelatihan operator Molin yang dilakukan harus diikuti oleh calon operator Molin,
yaitu pengemudi dan operator peralatan,
5. Mengingat manfaat keberadaan Molin dalam implementasi program PPA, maka
dipandang perlu dan mendesak pengadaan Molin perlu segera dilanjutkan untuk
kabupaten dan kota lainnya yang belum menerima.
-
29
6. Untuk kabupaten/kota dengan kontur wilayah pegunungan serta kepulauan
dipandang perlu untuk mengadakan alat angkut yang sesuai dengan kondisi
geografis.
DAFTAR PUSTAKA Binus University, Quality Management Center, 2014, Updated: Focus Group Discussion,
Published at: 28 August 2014. https://sbm.binus.ac.id/2016/11/15/focus-group-
discussion-i/15 Nov 2016
Blalock, Hubert M, 1979, Social Statistics, New York: McGraw-Hill, ISBN 0-07-005752-4
Gravetter, F.J. and Fonzano, L.B. 2012, Research Methods for the Behavioral Sciences, 4th
edition, Wadsworth Publishing
Irwanto, 2006, Focused Group Discussion (FGD): Sebuah Pengantar Praktis. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Minichiello, Victor. 1990, In-Depth Interviewing: Researching People. Longman Cheshire
Paramita, Astridya dan Lusi Kristiana, 2013, Teknik Focus Group Discussion dalam
Penelitian Kualitatif (Focus Group Discussion Tehnique in Qualitative Research),
Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian, Kesehatan RI, Surabaya.
dalam Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 16 No. 2 April 2013: 117–127
Subarkah, Pujiatmo, 2013, Pedoman FGD, https://www.slideshare.net/puji12/pedoman-
fgd
Suhaimi, Uzair, 1999, Panduan Bagi Peneliti Studi Kualitatif Studi Dampak Sosial Krisis
Moneter, Kerjasama BPS-ADB, 1999
-
30
Lampiran 1Jadwal Pelaksanaan Studi Evaluasi Effektivitas Molin
Output #1: Pendekatan Pengumpulan Data/Informasi
No. Kegiatan Penanggung Jawab
BULAN-1 BULAN-2 BULAN-3 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1. Rapat dengan KPPPA (Dep PA) KPPPA 2. Rapat internal Pensta Tim 3. Evaluasi Hasil Evaluasi Molin Tim 4. Pembahasan metode RA SS, Tim 5. Evaluasi menyeluruh hasil evaluasi Molin
2016 (metodologi sampling, teknik analisis, pendekatan pengumpulan data)
SS, WI, AA
6. Penentuan pendekatan pengumpulan data/informasi: FGD dan Survey Q’naire
SS
Output #2: Instrument Pengumpulan Data
7. Pembahasan Teknik analisis WI, Tim
8. Pengolahan ulang hasil evaluasi 2017 WI, AA, HBS
9. Kaitan pendekatan Kuantitatif dan Kualitaitif
SS
10. Penyusunan instrument FGD SS
11. Restrukturing Q’naires AA
Output #3: Daftar wilayah (provinsi dan kab/kota) pelaksanaan evaluasi efektivitas MOLIN
12. Penyusunan kerangka sampel WI
13. Penyusunan metode sampling
14. Pemilihan wilayah evaluasi (8 provinsi dan 16 kab/kota)
WI
15. Pemilihan 5 kab/kota peserta FGD provinsi WI
16. Pemilihan sampel korban WI, Tim
Output #4: Metode dan Teknik Analisis
17. Kajian reliabilitas dan validitas variabel penyusunIndeks Effektivitas Molin (IEM)
WI
18. Perumusan IEM WI
19. Penetapan tingkatan effektivitas WI, Tim
20. Penghitungan IEM dari existing data HBS
21. Pembahasan Kegiatan #20 dengan KPPPA Tim
Output #5: Data base: Data mentah Survei dan hasil FGD effektivitas MOLIN
22. Rekrutmen petugas lapangan SS
23. Pelatihan petugas lapangan Tim
24. Pelaksanaan lapangan pengumpulan data Petugas Lap.
25. Supervisi pengumpulan data Tim, KPPPA
26. Evaluasi hasil pengumpulan data Tim
27. Data base Survei Effektivitas Molin HBS
Output #6: Laporan Studi Effektivitas Pemanfaatan MOLIN
28. Pengolahan datatermasuk data survei 2017 WI, AA, HBS
29. Analisis data SS, WI, AA
-
31
30. Penulisan laporan Tim
31. Presentasi laporan pada KPPPA SS, KPPPA
32. Perbaikan laporan Tim
33. Penyerahan laporan Tim
SS: Soedarti Surbakti; WI: Wynandin Imawan; AA: Arizal Ahnaf; HBS: Harya Bharata Surbakti
Lampiran 2.1 Kwesioner untuk Pengelola Molin
Rahasia
I. INDENTITAS LEMBAGA
1.1 . Nama lembaga /instansi .……………………………………………………
1.2 . Alamat lembaga/instansi .……………………………………………………
.……………………………………………………
1.3 . Pimpinan lembaga/instansi (terkait dengan Perlindungan Perempuan dan Anak) .……………………………………………………
1.4 . Nomor HP pimpinan lembaga/instansi .……………………………………………………
II. KETERANGAN NARASUMBER/RESPONDEN
2.1. Nama Narasumber ………………………………………
2.2. Nomor HP/Alamat email
2.3. Jenis Kelamin Laki-laki – 1 Perempuan - 2
2.4. Umur …….. tahun
2.5. Pendidikan …………………………………………
2.6. Jabatan …………………………………………
2.7. Lama bekerja …….. tahun
2.8. Lama bekerja pada jabatan saat ini …….. tahun
2.9. Nama Instansi ………………………………………....
III. KETERANGAN MOLIN/TORLIN
3.1. Bulan/Tahun Molin diterima Bulan ……………… / Tahun 201..
3.2. Bulan/Tahun Molin mulai beroperasi Bulan ……………… / Tahun 201..
3.3. Siapa Holder/Penanggung Jawab Molin ………………………………………....
-
32
3.4. Apakah tersedia pembiayaan
a. Bahan bakar Ya - 1 Tidak - 0
b. Perawatan rutin Ya - 1 Tidak - 0
Nomor Pertanyaan Jawaban Kode
3.5. Apakah perawatan rutin dilakukan Ya - 1 Tidak - 0
3.6. Kapan perawatan/service terakhir Tanggal …… Bulan ……… Tahun …..
3.7. Spidometer saat ini ……….. Km
IV. KETERANGAN PEMANFAATAN MOLIN
4.1. Komposisi operator Molin Pengemudi - 1 Operator peralatan - 2
4.2. Status kepegawaian pengemudi PNS - 1 Honorarium/Mitra - 2
4.3. Status kepegawaian operator peralatan PNS - 1 Honorarium/Mitra - 2
4.4. Apakah pengemudi dan operator selalu bertugas bersama ketika
a. Pengantaran korban KtP/A Ya - 1 Hanya Pengemudi - 0
b. Sosialisasi pencegahan KtP/A Ya - 1 Hanya Pengemudi - 0
c. Koordinasi dalam rangka pencegahan KtP/A
Ya - 1 Hanya Pengemudi - 0
4.5. Apakah ada prioritas penggunaan Molin Ya - 1 Tidak - 0
4.6. Menurut Saudara prioritas utama penggunaan Molin adalah
[LINGKARI ANGKA SESUAI PRIORITAS]
Pengantaran korban KtP/A 1 2 3
Sosialisasi pencegahan korban KtP/A 1 2 3
Koordinasi penanganan korban KtP/A 1 2 3
4.7. Apakah terdapat SOP penggunaan Molin dalam rangka
a. Pengantaran korban KtP/A Ya - 1 Tidak - 0
b. Sosialisasi pencegahan KtP/A Ya - 1 Tidak - 0
c. Koordinasi dalam rangka pencegahan KtP/A
Ya - 1 Tidak - 0
4.8. Apakah SOP Molin sudah disampaikan pada mitra kerja
Ya - 1 Tidak - 0
4.9. Menurut penilaian Saudara dalam rentang nilai 0 (tidak paham) – 10 (sangat paham) pemahaman
-
33
mitrakerja tentang SOP dalam
a. Pengantaran korban KtP/A
b. Sosialisasi pencegahan KtP/A
c. Koordinasi dalam rangka pencegahan KtP/A
Nomor Pertanyaan Jawaban Kode
4.10. Berapa kali pengantaran korban KtP/A dilakukan dengan menggunakan Molin
a. Selama tahun 2017 ……… kali
b. Selama 3 bulan terakhir tahun 2018 ……… kali
c. Selama bulan yang lalu (April 2018) ……… kali
4.11. Berapa kali kegiatan Sosialisasi pencegahan KtP/A dilakukan menggunakan Molin
a. Selama tahun 2017 ……… kali
b. Selama 3 bulan terakhir tahun 2018 ……… kali
c. Selama bulan yang lalu (April 2018) ……… kali
4.12. Berapa kali kegiatan Koordinasi pencegahan KtP/A dilakukan menggunakan Molin
a. Selama tahun 2017 ……… kali
b. Selama 3 bulan terakhir tahun 2018 ……… kali
c. Selama bulan yang lalu (April 2018) ……… kali
4.13. Lembaga/instansi yang pernah mengikuti/berpartisipasi dalam kegiatan koordinasi implementasi program pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, dengan menggunakan MOLIN/TORLIN selama tahun 2018:
a. Dinas Kesehatan Ya - 1 Tidak - 0
b. Kepolisian Ya - 1 Tidak - 0
c. Rumah sakit Ya - 1 Tidak - 0
d. LSM anak/Pemerhati anak Ya - 1 Tidak - 0
Tidak paham 0
10 Sangat paham
-
34
e. Dinas Pendidikan Ya - 1 Tidak - 0
f. Dinas Sosial Ya - 1 Tidak - 0
Lampiran 2.2 Kwesioner untuk Pengguna Molin
Rahasia
I. INDENTITAS LEMBAGA
1.1 . Nama lembaga /instansi .……………………………………………………
1.2 . Alamat lembaga/instansi .……………………………………………………
.……………………………………………………
1.3 . Pimpinan lembaga/instansi (terkait dengan Perlindungan Perempuan dan Anak) .……………………………………………………
1.4 . Nomor HP pimpinan lembaga/instansi .……………………………………………………
II. KETERANGAN NARASUMBER/RESPONDEN
2.1. Nama Narasumber ………………………………………
2.2. Nomor HP/Alamat email
2.3. Jenis Kelamin Laki-laki – 1 Perempuan - 2
2.4. Umur …….. tahun
2.5. Pendidikan …………………………………………
2.6. Jabatan …………………………………………
2.7. Lama bekerja …….. tahun
2.8. Lama bekerja pada jabatan saat ini …….. tahun
2.9. Nama Instansi ………………………………………....
III. KETERANGAN MOLIN/TORLIN
3.1. Apakah Saudara mengetahui Molin Ya - 1 Tidak - 0
3.2. Dari siapakah informasi mengenai Molin diperoleh
Atasan - 1 Sosialisasi - 3 Rekan sejawat - 2 Leaflet - 4
-
35
3.3. Apakah ada SOP penggunaan Molin Ya - 1 Tidak - 0
3.4. Tingkat pemahaman Saudara terhadap SOP penggunaan Molin, beri penilian 0 (tidak tahu) – 10 (sangat paham)
3.5. Tingkat kemudahan penggunaan Molin menurut Saudara, beri penilaian 0 (sangat sulit) – 10 (sangat mudah)
3.6. Apakah ada prioritas penggunaan Molin Ya - 1 Tidak - 0
III. KETERANGAN MOLIN/TORLIN
Nomor Pertanyaan Jawaban Kode
3.7. Menurut Saudara prioritas utama penggunaan Molin adalah
[LINGKARI ANGKA SESUAI PRIORITAS]
Pengantaran korban KtP/A 1 2 3
Sosialisasi pencegahan korban KtP/A 1 2 3
Koordinasi penanganan korban KtP/A 1 2 3
IV. KETERANGAN PENGGUNAAN MOLIN
4.1. Berapa kali Saudara terlibat dalam kegiatan berikut yang menggunakan Molin selama tahun 2018
a. Pengantaran/penanganan korban KtP/A
……….. kali
b. Sosialisasi pencegahan KtP/A ……….. kali
c. Koordinasi pencegahan KtP/A ……….. kali
4.2. Menurut Saudara apakah operator Molin memahami Pemanfaatan Molin
Ya - 1 Tidak - 0
4.3. Menurut Saudara apakah operator Molin memahami Prioritas pemanfaatan
Ya - 1 Tidak - 0
4.4. Apakah operator Molin selalu berdua pada saat bertugas
Ya - 1 Tidak - 0
4.5. Menurut pengalaman Saudara tingkat keberadaan Molin pada saat dibutuhkan: 0 (tidak pernah ada ditempat) - 10 (selalu ada ditempat)
-
36
Lampiran 2.3Kwesioner untuk Pemanfaat Molin Rahasia
I. INDENTITAS LEMBAGA
1.1 . Nama lembaga /instansi .……………………………………………………
1.2 . Alamat lembaga/instansi .……………………………………………………
.……………………………………………………
1.3 . Pimpinan lembaga/instansi (terkait dengan Perlindungan Perempuan dan Anak) .……………………………………………………
1.4 . Nomor HP pimpinan lembaga/instansi .……………………………………………………
II. KETERANGAN NARASUMBER/RESPONDEN
2.1. Nama Narasumber ………………………………………
2.2. Nomor HP/Alamat email
2.3. Jenis Kelamin Laki-laki – 1 Perempuan - 2
2.4. Umur …….. tahun
2.5. Pendidikan …………………………………………
2.6. Jabatan …………………………………………
2.7. Lama bekerja …….. tahun
2.8. Lama bekerja pada jabatan saat ini …….. tahun
2.9. Nama Instansi ………………………………………....
III. KETERANGAN MOLIN
3.1. Apakah Suadara mengetahui Molin Ya - 1 Tidak - 0
3.2. Dari siapakah informasi mengenai Molin diperoleh
Atasan - 1 Sosialisasi - 3 Rekan sejawat - 2 Leaflet - 4
-
37
3.3. Apakah ada SOP penggunaan Molin Ya - 1 Tidak - 0
3.4. Tingkat pemahaman Saudara terhadap SOP penggunaan Molin, beri penilian 0 (tidak tahu) – 10 (sangat paham)
3.5. Tingkat kemudahan penggunaan Molin menurut Saudara, beri penilaian 0 (sangat sulit) – 10 (sangat mudah)
3.6. Apakah ada prioritas penggunaan Molin Ya - 1 Tidak - 0
III. KETERANGAN MOLIN/TORLIN
Nomor Pertanyaan Jawaban Kode
3.7. Menurut Saudara apakah operator mengetahui prioritas utama penggunaan Molin
[LINGKARI ANGKA SESUAI PRIORITAS]
Pengantaran korban KtP/A 1 2 3
Sosialisasi pencegahan korban KtP/A 1 2 3
Koordinasi penanganan korban KtP/A 1 2 3
IV. KETERANGAN PEMANFAATAN MOLIN
4.1. Berapa kali Saudara terlibat dalam kegiatan berikut yang menggunakan Molin selama tahun 2018
a. Pengantaran/penanganan korban KtP/A ……….. kali
b. Sosialisasi pencegahan KtP/A ……….. kali
c. Koordinasi pencegahan KtP/A ……….. kali
4.2. Menurut Saudara apakah operator Molin memahami Pemanfaatan Molin
Ya - 1 Tidak - 0
4.3. Menurut Saudara apakah operator Molin memahami Prioritas pemanfaatan
Ya - 1 Tidak - 0
4.4. Apakah operator Molin selalu berdua pada saat bertugas
Ya - 1 Tidak - 0
4.5. Apakah Molin bisa dipinjam tanpa pengemudi dan/atau operator peralatan?
Ya - 1 Tidak - 0
4.6. Apakah pernah menggunakan Molin tanpa pengemudi dan/atau operator peralatan?
Ya - 1 Tidak - 0
4.7. Menurut pengalaman Saudara tingkat keberadaan Molin pada saat dibutuhkan: 0 (tidak pernah ada ditempat) - 10 (selalu ada ditempat)
4.8. Menurut pengalaman Saudara tingkat kemanfaatan Molin pada saat dibutuhkan: 0 (tidak ada) - 10 (sangat tinggi)
-
38
Lampiran 3. Instrumen FGD
Literatur Rujukan
• Irwanto
• Astridya Paramita dan Lusi Kristiana
• Pudjiatmo Subarkah
• Binus
• Soedarti Surbakti
• Wynandin Imawan
Pendekatan Studi Kualitatif
• Rapid Assessment Procedure (RAP): adalah penelitian kualitatif untuk memperoleh
informasi yang mendalam secara cepat. Data yang dikumpulkan mulai dari yang
sederhana yaitu atribut, kemudian narasi, sampai yang paling lengkap yaitu cerita
tentang sebab/akibat terjadinya issu. Karena harus cepat , RAP tidak dapat meliput
responden atau informan banyak . Faktor representativeness tidak menjadi hal yang
penting. Oleh karena itu hasil RAP hanya menunjukkan kecenderungan dan tidak
dapat digeneralisasi pada populasi yang besar.
• Studi In-depth: Penelitian satu arah dengan banyak pertanyaan-pertanyaan rinci
dan mendalam yang diajukan oleh peneliti tentang permasalahan (who, what, where,
when, why dan how) yang harus dijawab oleh responden
• FGD: Upaya yang sistematis untuk mengumpulkan data dan informasi tentang
pendapat kelompok melalui masing-masing peserta diskusi. FGD tidak mengambil
kesimpulan, tetapi memberi informasi pada fasilitator untuk mengambil kesimpulan
di luar forum.
• Obsevasi (terlibat/tidak terlibat): Upaya untuk mengumpulkan data dan informasi
dengan melibatkan diri/melihat dlm kegiatan informan
• Delphy process, Nominal Group Discussion: membuat suatu konsensus dan
memecahkan masalah sesuai persetujuan semua pihak
-
39
Focus Group Discussion (FGD)
• FGD bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi dan pandangan peserta
thdp sesuatu, tidak berusaha mencari konsensus atau mengambil keputusan
mengenai tindakan apa yang akan diambil. Oleh karena itu dalam FGD digunakan
pertanyaan terbuka (open ended), yang memungkinkan peserta untuk memberikan
jawaban yang disertai dengan penjelasan-penjelasan
Mengapa FGD
• Filosofis: Pengetahuan yang diperoleh dalam sebuah proses diskusi, memberikan
perspektif yang berbeda dibanding jika pengetahuan diperoleh dari proses
komunikasi searah antara peneliti dengan yang diteliti.
• Metodologis: Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang
relatif singkat sedangkan masalah yang diteliti belum tentu dipahami dengan metode
survey atau wawancara
• Praktis : Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan sense of belonging dari
masyarakat, sehingga kesimpulan perlu disesuaikan dengan pendapat masyarakat
Pelaksanaan FGD
• Diskusi tidak ditata ketat dan tidak formal yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi dan membahas suatu permasalahan yang ada dalam kelompok/masyarakat
• Umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk memperoleh
data dari suatu kelompok terhadap suatu masalah tertentu
• Kelompok sebaiknya seragam, peserta punya kesamaan ciri dan sebaiknya tidak
saling kenal
• Jumlah Kelompok 2: Internal dan Eksternal
• Jumlah peserta: sekitar 8-12 otang
• Data yang diperoleh: Setiap peserta mendapat kesempatan untuk mengeluarkan
pendapatnya terhadap semua materi yang dibicarakan
• Waktu: sekitar dua jam
• Tempat: di tempat yang netral
• FGD dipimpin oleh seorang fasilitator yang dibantu oleh seorang sekretaris; Format
tempat duduk sebaiknya setengah melingkar dengan tempat duduk sekretaris agak
dibelakang fasiliator; Sekretaris tidak mempunyai hak berpendapat
• Pengamat/dinas tidak diperbolehkan berada di ruang diskusi kelompok eksternal
• Minta ijin peserta untuk merekam diskusi tetapi fasilitator harus tetap menjamin
kerahasiaan pendapat individu
-
40
• Hindari pengurutan status. Urutan duduk peserta sebaiknya dilakukan secara acak,
sehingga tidak memengaruhi tanggapan peserta.
• Memungkinkan fasilitator bertatap mata dengan peserta. Hal ini penting dilakukan
untuk mengendalikan kelompok, mendorong peserta pemalu dan pendiam serta
membatasi peserta dominan.
• Jarak yang kira-kira sama antara fasilitator dengan tiap peserta, sehingga seluruh
peserta bisa berperan aktif dalam diskusi.
Pembukaan FGD
• Fasilitator memperkenalkan diri serta memperkenalkan sekretaris sebagai pencatat
diskusi dan alarm clock
• Memberi penjelasan tujuan diadakan FGD.
• Meminta peserta memperkenalkan diri dan dengan cepat mengingat nama peserta
dan menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta.
• Menjelaskan bahwa pertemuan tsb tidak bertujuan untuk memberikan ceramah
tetapi untuk mengumpulkan pendapat dari peserta.
• Tekankan bahwa fasilitator ingin belajar dari para peserta
• Jangan sekali-kali fasilitator memotong penjelasan peserta; biarkan sampai
penjelasan selesai baru fasilitator bertanya lagi
• Menekankan bahwa fasilitator membutuhkan pendapat dari semua peserta dan
sangat penting, sehingga diharapkan semua peserta bebas mengeluarkan pendapat.
• Menjelaskan bahwa pada waktu fasilitator mengajukan pertanyaan, jangan berebutan
menjawab pada waktu yang bersamaan, tapi bergiliran sesuai arahan fasilitator.
• Memulai pertemuan dengan mengajukan pertanyaan yang sifatnya umum, yang tidak
berkaitan dengan topik diskusi, tapi menggiring pemikiran ke sana
Topik/Materi Terfokus (Kelompok 1: Internal)
• Topikdiskusiditentukan terlebih dahulu dan diatur secara berurutan. Pertanyaan
ditujukan kepada masing2 peserta satu per satu. Pertanyaan diatur sedemikian rupa
sehingg