io aids
TRANSCRIPT
II. Manajemen Infeksi S. Pneumoniae di pernafasan
Gejala: batuk, demam, sering timbul nyeri dada, sesak napas, dan takipneu. Foto thoraks dapat menunjukkan adanya pneumonia lobaris klasik, bronkopneumonia atau atipikal (tidak ada) infiltrat(16)
• Diagnosis:ditegakkan atas gejala klinis dan foto thoraks, dengan gambaran:
1. konsolidasi dapat berbentuk lobus atau hanya bercak
2. Infiltrate difus3. atau gambaran atipikal berupa kavitas
• Terapi:Antibiotik Dosis Frekuensi Cara masuk Durasi
Amoxicillin (digunakan penicillin yang dikombinasi inhibitor beta laktamase jika ada resistensi penicillin/ ampicilin)
500-1000 mg
3x/hr peroral 7 hari atau lebih sampai sembuh
Eritromisin 500 mg 4x/fr peroral 7 hariClaritomisin 500 mg 2x/hr peroral 7 hariAzitromisin 500 mg 1x/hr peroral 3-4 hari
Quinolon dengan aktivitas pneumokokus: moxifloxasin
400 mg 1x/hr peroral 7 hari
Doksisiklin 100 mg 2x/hr peroral 7 hari
Lini Pertama
• Terapi: Lini Kedua
Antibiotik Dosis Frekuensi Cara masuk Durasi
Ceftriaxon + Eritromisin
2 g500 mg
1x/hr4x/hr
intravena 7 hari
Ampicillin + sulbactam+Eritromisin
15500 mg500 mg
3x/hr4x/hr
intravena 7 hari
Quinolon dengan aktivitas pneumokokus: moxifloxasin
400 mg 1x/hr Intravena/peroral 7 hari
Cloramfenikol (jika obat-obat lain tidak dapat digunakan)
12,5 mg/ kgBB 4x/hr intravena 7 hari
Jika pasien tidak berespon dengan terapi Hingga lini kedua,
Pertimbangkan:
PCP atau TB
Diagnosis gold standar: BRONKOSKOPI
Pneumocistis Pneumonia (PCP)
• disebabkan jamur Pneumocystis jirovecii /Pneumocystis carinii.
• Gejala: batuk, sesak n apas dan demam, tanpa gejala mencolok di dada. Pasien PCP sering berkembang menjadi sianosis maupun sesak napas. Gejalanya bisa sangat berat, dan dapat berujung kematian apabila tidak ditangani segera dan efektif.
• Diagnosis:demam disertai gangguan pernapasan dengan atau tanpa sianosis. Pasien dapat mengalami batuk nonproduktif tetapi gejala sesak napas lebih menonjol, tanpa dijumpai gejala maupun temuan pemeriksaan fisik pada dada.
• Foto rontgen thoraks:1. Opasitas di basal kedua paru, tidak selalu ditemukan2. Bercak infilltrat di kedua paru yang menunjukkan gambaran pneumonia bakterialis atau TB
3. Beberapa tidak terdapat temuan pada pemeriksaan foto thoraks
• Terapi: Lini Pertama
Antibiotik Dosis Frekuensi Cara masuk Durasi
Cotrimoxazol(Trimetoprim+Sulfametoxazol)
240mg <60kg300mg >60kg1200mg <60kg1600mg >60kg
4x/hrPeroral/ intravena
21 hari
Clindamisin+Primaquin 600mg15mg
4x/hr2x/hr
Peroral/intravenaperoral
21 hari
Pentamidin (dikombinasi dengan antibiotic broad spectrum untuk mencegah superinfeksi bakteri, seperti ampicillin + sulbactam selama 10 hari)
4mg/kg IV/ hr. dosis reduksi 2 mg/kg setelah 5 hari terapi
1x/hr intravena 21 hari
Setelah menyelesaikan terapi akut PCP:1. dibutuhkan terapi profilaksis lanjutan dengan TMP-SMZ 160/800mg peroral 1x/hari
jangka lama.2. 2 terapi profilaksis mungkin dapat dihentikan apabila jumlah CD4 sudah stabil, yaitu
>200/mm3 selama minimal 3 minggu(16).
Pneumonia dengan sebab lain pada pasien Imunosupresif
• disebabkan oleh herpes simplex varicella zoster atau cytomegalovirus. Selain itu, ada Histoplasam capsulatum, Cryptococcus neoformans and Aspergillus
• Diagnosis:1. pp65 antigen CMV dari darah perifer maupun cairan bronchial.
2. PCR untuk virus family herpes (CMV, HSV ½, VZV, EBV, HHV 8 dan 6)
3. Kultur untuk petogen yang tumbuhnya lambat, contoh nocardia.
III. Manajemen Candidiasis
Penyebab • Candida albicans
Gejala:WANITA
• discharge vagina • Pruritus
Gejala:PRIA
•discharge subpreputium•Gatal pada penis dan kulit•dapat berkembang menjadi balanitis atau balanoposthitis
Oral trush meliputi infeksi pada:1. mukosa bukal2. lidah3. Orofaring4. gusi5. palatum durum dan palatum mole
Gejala:• tidak menunjukkan gejala, mengeluhkan sensasi terbakar pada mulut saat makan,
ada bercak putih di mulut. • Apabila trush meluas ke esophagus, pasien dapat mengeluhkan:
1. sakit saat mengunyah2. sakit di bagian retrosternal3. produksi saliva meningkat
Pada pasien HIV, infeksi C.Albicans juga dapat berupa
Oral Trush (candidiasis oral )
• Diagnosis:Berdasarkan temuan klinis, baik dengan penagamatan langsung, maupun pemeriksaan mikroskopis dari material lesi. Pemeriksaan kavitas pada oral dapat ditemukan kemerahan dan inflamasi mukosa, dengan atau tanpa bercak atau plak putih. Inflamasi bisa terlihat di palatum, tenggorokan, gusi. Biopsy hanya dilakukan pada kasus curiga Candida esofagitiss
• Terapi: Candidiasis Oral
Antifungal Dosis Frekuensi Cara masuk Durasi
First line
Mikonazol Tablet bukal
1x/hr dikuyah 7 hari
Fluconazol 100mg 2x/hr selama 3 hari dan dilanjutkan 1x/hr sampai 4 hari
peroral 7 hari
Second line
Itrakonazol 200-400 mg 1x/hari peroral 7 hari
• Terapi: Candidiasis Vaginal
Antifungi Dosis Frekuensi Cara masuk Durasi
First line
Fluconazol 100 mg Single dose peroral Satu kali
Clotrimazol 500 mg Single dose vaginal Satu kali
Second line
Ketokonazol 200 mg 2x/hari peroral 3 hari
Ketokonazol 200 mg 1x/hari peroral 7 hari
Maintenance
Nistatin 2-4 juta IU 2x/hari peroral 10 hari
• Terapi: Candidiasis Oesophagus dan disseminata
Antifungi Dosis Frekuensi Cara masuk Durasi
First line
Ketoconazol 200-400 mg 2x/hari peroral 21 hari
Atau
Fluconazol (lebih efektif daripada Ketoconazol)
200-400 mg, dikurangi menjadi 100 mg/hari berdasarkan data klinis setelah 3 hari
1x/hari Peroral/ intravena
14 hari
Second line
Amphotericin B 0,3-0,5 mg/kg intravena 10-14 hari
Atau
Itraconazol 200-400 mg 1x/hari peroral 2 minggu
Maintenance
Nistatin 2-4 juta IU 2x/hari peroral 10 hari
IV. Manajemen Toxoplasmosis
Gejala:1. perubahan status mental2. demam3. kejang4. sakit kepala5. lesi neurologis fokal, termasuk keterbatasan motorik, kelumpuhan
saraf cranial, gangguan gerak, dismetria, hilangnya visus dan afasia
Diagnosis:• CAT atau MRI lesi multiple berupa ring-enhancing.• Tes serologi untuk antibodi Toxoplasma (Imunoglobulin G atau
IgG)• Biopsi jaringan otak
• Terapi:
Obat Dosis Frekuensi Cara masuk Durasi
Pyrimethamin 200 mg Loading dose peroral Single dose
Dilanjutkan:Pyrimethamin+ asam folat+ sulfadiazine
25 mgAtau 50 mg
3x/hari2x/hari
peroral 6-8 minggu
15 mg 1x/hari peroral 6-8 minggu
1 g 4x/hari peroral 6-8 minggu
Sulfadiazin pada regimen tersebut dapat diganti dengan:1. clindamycin 600 mg, 4x/hari, peroral atau intravena, selama 6 minggu2. Azithromycin 1200 mg, 1x/hari peroral, selama 6 minggu3. clarithromycin 1 g, 2x/hari, peroral, selama 6 minggu4. atovaquon 750 mg, 4x/hari, peroral, selama 6 minggu
V. Manajemen Infeksi Cytomegalovirus
Gejala:1. Demam dan diare karena colitis CMV2. Dispnea karena pneumonitis CMV3. Kebutaan karena retinitis CMV4. Munculnya ulkus disertai nyeri pada mulut, sehingga
menyulitkan makan.
Diagnosis:• Funduskopi (kejadian CMV biasanya di retina)• biopsi jaringan atau hibridisasi DNA
• Terapi: Lini pertama
Antiviral Dosis Frekuensi Cara masuk Durasi
Ganciclovir 5 mg/kg 2x/hari intravena 2-3 minggu
Antiviral Dosis Frekuensi Cara masuk Durasi
Foscarnet 90 mg/kg 2x/hari intravena 3 minggu
Lini Kedua
VI. Manajemen Meningitis Cryptococcal
• Cryptococcosis seringkali timbul sebagai meningitis, dan kadang sebagai penyakit pulmoner
• Meningitis Cryptococcal merupakan infeksi jamur yang sering terjadi pada HIV
• Tanpa pengobatan, harapan hidup pasien dengan meningitis Cryptococcal mungkin kurang dari 1 bulan.
V. Manajemen Infeksi Cytomegalovirus
Gejala:sakit kepala, demam, kaku leher dan/atau palsy pada nervus cranialis, atau dapat koma. Namun, gejala inflamasi meningeal seperti demam dan kaku kuduk kadang tidak timbul.
Diagnosis:Pemeriksaan LCS dan Kultur LCS
• Terapi:Antifungal Dosis Frekuensi Cara pemberian Durasi
Lini pertama
Amphotericine B+
5-flucytosine
0.7-1.0mg/kg25 mg/kg
1x/hari4x/hari
IVIV
14 hari
Lalu:fluconazole
400 mg 1x/hari Oral 10 minggu
Lalu:fluconazole
200 mg 1x/hari Oral Seumur hidup
Lini Kedua
Amphotericine B+
5-flucytosine
0.7-1.0mg/kg25 mg/kg
1x/hari4x/hari
IVIV
6-10 minggu
Amphotericine B 0.7-1.0mg/kg 1x/hari IV 6-10 minggu
Fluconazole 400-800 mg 1x/hari Oral 10-12 minggu
Lalu:Fluconazole
200 mg 1x/hari Oral Seumur hidup
• Terapi:
Kemoprofilaksis sekunder atau terapi maintenance:
•-sumur hidup: fluconazole 200 mg per oral 1x/hari•-Pilihan lain adalah itraconazole 200 mg per oral 1x/hari seumur hidup•-Kebutuhan terapi maintenans dengan imunitas pasien yang membaik (jumlah CD4 > 200) tidak disarankan namun tidak dibantah juga oleh bukti konkrit
VII. Manajemen Infeksi Gastrointestinal
• Penyebab Infeksi gastrointestinal pada pasien HIV :HIV (Infeksi langsung terhadap saluran cerna), Bakterial, Jamur, Virus, Protozoa, Parasit
• Beberapa kondisi mungkin timbul dari atrofi vili intestinal, yang biasa mengakibatkan malabsorbsi.
• Masalah saluran cerna yang sering terjadi pada pengidap HIV: 1. Diare2. Nafsu makan yang kurang3. Mual4. Muntah5. Berat badan menurun bertahap
Infeksi Gastrointestinal yang Sering Ditemui pada Pasien HIVInfeksi Tanda klinis dan Diagnosis Pengobatan
Salmonelloses non tifoid
Demam, nyeri abdomen, diare dengan atau tanpa darah, kehilangan berat badan, anoreksia, hepatosplenomegaliDiagnosis berdasar pemeriksaan lab darah atau kultur tinja
Ciprofloxacin 500 mg per oral 2x/hari untuk >2 minggu
Shigelloses Demam, nyeri abdomen, diare berdarahDiagnosis berdasar pemeriksaan lab darah atau kultur tinja
Ciprofloxacin 500 mg per oral 2x/hari untuk 7-10 hariAtau Asam Nalidixic 500 mg per oral 4x/hari untuk 7-10 hariAtauTMP-SMZ 160/800 mg per oral 2x/hari untuk 7-10 hari
Cryptosporidiosis
Diare cair, kehilangan nafsu makan; afebrisDiagnosis berdasarkan pemeriksaan mikroskopis tinja
Paromomycin 1g per oral 2x/hari + azithromycin 600 mg per oral 1x/hari untuk 4 mingguLaluParomomycin untuk 8 minggu
Microsporidiosis
Diare cair, kehilangan nafsu makan; afebrisDiagnosis berdasarkan pemeriksaan mikroskopis tinja
Albendazole 400 mg per oral 2x/hari untuk 4 mingguJika tidak bekerja Mebendazole 200 mg per oral 3x/hari
VIII. Manajemen Infeksi Herpes Simplex Virus
• Infeksi Herpes Simplex Virus sering ditemukan pada praktek klinis• Setelah serangan awal, serangan biasa akan terjadi berulang• Pada orang dengan immunosupresi, infeksi dapat berkepanjangan
dan persisten dan dapat tersebar luas• Penyebaran dapat menginfeksi paru-paru, esofagus dan otak• Herpes Simplex Virus dapat mengakibatkan meningoencepalitis dan
meningitis
Diagnosis• Berdasarkan presentasi klinis vesikel • kultur virus, radio-immunoblot assay dan tes antibodi monoklonal• CAT scan pada otak ensefalitis herpes simplex dapat mengakibatkan
lesi multipel
• Terapi:Terapi Herpes Simplex Virus : Infeksi ringan
Antivirus Dosis Frekuensi Cara pemberian Durasi
Aciclovir 400 mg 3x/hari Oral 7-10 hari
Famciclovir 250 mg 3x/hari Oral 7-10 hari
Valaciclovir 1 g 2x/hari Oral 7-10 hari
Antivirus Dosis Frekuensi Cara pemberian Durasi
Aciclovir 800 mg 5x/hari Oral 7-10 hari
Famciclovir 500 mg 3x/hari Oral 7-10 hari
Valaciclovir 1 g 2x/hari Oral 7-10 hari
Terapi Herpes Simplex Virus : Infeksi berulang
• Terapi:Terapi Herpes Simplex Virus : Infeksi berat
Terapi Herpes Simplex Virus : Infeksi berat dan visceral
Antivirus Dosis Frekuensi Cara pemberian Durasi
Aciclovir 10 mg/kg 3x/hari IV 7-10 hari
Valaciclovir 1 g 2x/hari Oral 7-10 hari
Antivirus Dosis Frekuensi Cara pemberian Durasi
Aciclovir 10 mg/kg 3x/hari IV 14-21 hari
Foscarnet (Jika ada kecurigaan
resistensi terhadap aciclovir)
40-60 mg/kg 3x/hari IV 14 hari
IX. Manajemen Infeksi Herpes Zoster
• Varicella-zoster virus (VZV) biasa mengakibatkan infeksi luas setelah paparan pertama
• Pada anak-anak, infeksi pertama mengakibatkan cacar, walaupun kebanyakan yang terinfeksi tidak menimbulkan gejala maupun tanda infeksi
• Virus dorman dalam ganglia paraspinal selama bertahun-tahun• Dengan adanya supresi sistem imun, apapun penyebabnya,
virus akan bereplikasi dan memproduksi lesi sepanjang nervus cutaneus pada distribusi dermatom.
Diagnosis• Berdasarkan tanda klinis
• Terapi:Terapi Varicella Zooster Virus dernatomal
Terapi Varicela Zooster Virus luas, visceral atau oftalmik
Antivirus Dosis Frekuensi Cara pemberian Durasi
Aciclovir 800 mg 5x/hari Oral7-10 hari atau sampai lesi mengering
Famciclovir 500 mg 3x/hari Oral 7-10 hari
Antivirus Dosis Frekuensi Cara pemberian Durasi
Aciclovir 10 mg/kg 3x/hari IV 7-10 hari
Famciclovir 500 mg 3x/hari Oral 7-10 hari
Foscarnet 60 mg/kg atau
40 mg/kg2x/hari3x/hari
IV 7-10 hari
X. Manajemen Molluscum Contagiosum
• merupakan infeksi kulit superfisial yang disebabkan oleh virus molluscum contagiosum
• Infeksi tersebar melalui kontak tubuh yang dekat dan dapat terjadi melalui pemakaian baju yang sama, tempat tidur, handuk, atau melalui transmisi sexual
• Mencukur atau menggaruk dapat mengakibatkan infeksi meluas
• Pada orang dengan HIV (+), gambaran Moluscum Contagiosum:- penyebaran yang lebih luas- lebih persisten- lebih besar- lebih susah untuk diobati
Diagnosis:• berdasarkan karakteristik benjolan• Virus menginvasi kulit, mengakibatkan timbulnya penampakan papul yang
kokoh, berwarna seperti daging berdiameter 2-5 mm. Lesi mengandung materi sebasea berwarna putih
• Papul dapat timbul di mana saja pada seluruh bagian tubuh dan seringkali tidak berubah selama beberapa bulan, dan kemudian hilang dan dapat atau tidak timbul kembali.
• Tidak terdapat tes diagnostik untuk virus ini
Terapi: • Tujuan terapi: menghilangkan bagian tengah yang lunak, setelah papul
membaik• Beberapa metode yang digunakan untuk menghancurkan lesi yaitu:
- Curetase- Perusakan dengan bahan kimia menggunakan fenol terkonsentrasi- Cryotherapy- Electrocauter
PENUTUP• Infeksi HIV dan AIDS yang disebabkannya sudah menjadi pandemi global,
sampai pada tahun 2011 tercatat 3.4 juta orang mengidapHIV/AIDS• Kondisi AIDS terjadi ketika pengidap HIV jumlah sel T CD4+ telah mencapai
<200 sel ataupun ketika muncul penyakit-penyakit infeksi yang khas pada HIV.
• Ketika jatuh dalam kondisi AIDS, maka tubuh manusia akan rentan terhadap berbagai macam infeksi yang dinamakan infeksi oportunistik, diantaranya adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan, pneumonia, infeksi gastrointestinal, candidiasis, meningitis cryptococcal, toxoplasmosis, infeksi virus herpes simpleks, herpes zoster, cytomegalovirus dan berbagai jenis infeksi maupun kanker lainnya.
• Untuk memperpanjang harapan hidup orang dengan HIV, maka infeksi oportunistik ini harus di tatalaksana sesuai dengan alur program yang telah ditetapkan sehingga dapat tertatalaksana dengan baik.