inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan...
TRANSCRIPT
INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN
DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
JUNEF MURTRI SUSANTYO
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN
DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
JUNEF MURTRI SUSANTYO
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
JUNEF MURTRI SUSANTYO (E34060994). Inventarisasi Keanekaragaman
Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Dibimbing
oleh SISWOYO dan ERVIZAL A.M. ZUHUD.
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) merupakan kawasan pelestarian
alam yang memiliki ekosistem asli berupa perpaduan ekosistem gunung berapi
dengan hutan dataran tinggi seluas ± 6.410 ha. Interaksi yang terjalin antara
masyarakat dengan taman nasional perlu dikembangkan untuk mendukung
kelestarian taman nasional dan sepenuhnya membawa kesejahteraan bagi
masyarakat setempat. Adanya taman nasional seharusnya dapat memberikan
manfaat, tidak hanya untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam, tetapi juga
kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian
ini diperlukan dalam memberikan masukan kepada pihak pengelola taman
nasional dan masyarakat dalam pengelolaan TNGM. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan kondisi umum areal, menginventarisasi dan menganalisis
kekayaan dan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dan mengidentifikasi
kegunaan jenis-jenis tumbuhan ke dalam beberapa kelompok kegunaan di
kawasan TNGM.
Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus
2010. Data yang digunakan berupa data sekunder meliputi kondisi umum lokasi
dan data primer meliputi : jenis dan jumlah tingkat permudaan semai, pancang,
habitus herba, semak, perdu, epifit, liana; jenis, jumlah dan diameter tingkat tiang
dan pohon. Pengambilan data primer dilakukan dengan orientasi lapang, analisis
vegetasi menggunakan metode garis berpetak dan pembuatan herbarium.
Pengolahan data dilakukan dengan menghitung indeks nilai penting, indeks
kekayaan jenis Margaleft, indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wienner dan
pola penyebaran Morisita serta mengidentifikasi kegunaan jenis tumbuhan.
Total jenis tumbuhan yang ditemukan pada kawasan TNGM sebanyak 108
jenis dari 52 famili, dengan famili terbanyak yaitu Euphorbiaceae dan Fabaceae (7
jenis). Kekayaan dan keanekaragaman jenis tertinggi terdapat pada zona rimba di
tipe ekosistem hutan pegunungan tengah dan yang terendah terdapat pada zona
inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas. Pola penyebaran tumbuhan rata-rata
cenderung mengelompok.
Jenis tumbuhan yang ditemukan dikelompokkan ke dalam 11 kelompok
kegunaan. Kegunaan tumbuhan yang paling banyak dapat dimanfaatkan adalah
untuk penghasil pangan yaitu sebanyak 32 jenis dari 24 famili. Saran yang perlu
dilakukan dalam penelitian ini antara lain : rehabilitasi kawasan hutan TNGM
yang rusak akibat erupsi perlu dilakukan dengan menanam jenis-jenis asli
setempat pada zona rehabilitasi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pasca
erupsi mengenai inventarisasi tumbuhan dan pihak pengelola perlu melakukan
kegiatan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan kepada masyarakat terkait
dalam memberikan pengetahuan tentang tumbuhan berguna di TNGM.
Kata Kunci : Taman Nasional Gunung Merapi, Keanekaragaman spesies
tumbuhan
SUMMARY
JUNEF MURTRI SUSANTYO (E34060994). Inventory of Plant Species
Diversity in Gunung Merapi National Park. Under supervision of SISWOYO
and ERVIZAL A.M. ZUHUD.
Gunung Merapi National Park (TNGM) is a nature conservation area
which has a native ecosystem in the form of blend with the forest ecosystem
volcanic highland area of ± 6410 ha. The interaction that exists between
communities and national park should be developed to support the preservation of
national park and fully bring prosperity to the local community. The existence of
national park should be able to provide benefits, not only to preserve natural
resources, but also prosperity for local communities. In this regard, research is
needed in providing inputs to the park managers and communities in the
management TNGM. This study aimed to describe the general condition of the
area, inventory and analyze the wealth and diversity of plant species and identify
the medicinal uses of plants into different groups in the region TNGM usefulness.
The research was done in merapi mount national park in 3 (three) month
from June to August 2010. It was used some equipment such as : compass
Brunton, GPS, diameter measuring tool, trash bag and digital camera. The
research was used a secondary data of research location general condition and
primary data which are covering : various kind of species, amount and diameter of
poles and tree stages; various kind of species and amount of herb, undershrub,
shrub, epiphyte and liana habitus. The primary data were collected by field
orientation, vegetation analyzing with nested line transect method and herbarium
making. The data were analyzed to find out the importance value, index of species
richness, index of species diversity, pattern of plants spread and the use of plant
species.
Total plant species found in the region TNGM 108 species from 52
families, with most of the family Euphorbiaceae and Fabaceae (7 species). The
highest species richness and diversity found in jungle zones in mountain forest
ecosystem types and the lowest was found in the core zone of an upper mountain
forest ecosystem types. The pattern of distribution plants on average tend to be
clumped.
Plant species are found grouped into 11 groups of usability. Usefulness of
the most widely plant can be utilized is for producing food that is as many as 32
species from 24 families. Advice needs to be done in this study include:
rehabilitation of forest areas damaged by the eruption TNGM needs to be done by
planting local native species in rehabilitation zone, further research needs to be
done after the eruption of an inventory of plants and the manager needs to conduct
training activities, counseling and assistance to the people involved in providing
useful knowledge about plants in TNGM.
Key words : Gunung Merapi National Park, Species diversity
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inventarisasi
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional Gunung Merapi adalah
benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan
belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
Junef Murtri Susantyo
NRP E34060994
Judul Penelitian : Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Nama Mahasiswa : Junef Murtri Susantyo
NRP : E34060994
Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas : Kehutanan
Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ir. Siswoyo, M.Si Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS
NIP. 19650208 199203 1 003 NIP. 19590618 198503 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S.
NIP. 19580915 1984030 1 003
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, atas seizin-Nya penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Inventarisasi
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi”.
Skripsi ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan dalam program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Siswoyo, M.Si dan
Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS selaku dosen pembimbing atas
bimbingan dan arahannya. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada seluruh
staff Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) dan masyarakat sekitar
Gunung Merapi yang telah membantu penulis di lapangan dalam memperoleh
data untuk penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
pengelola TNGM dan masyarakat sekitar Gunung Merapi untuk pengelolaan
kawasan konservasi. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik akan penulis terima dengan tangan
terbuka. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pengelolaan
lingkungan hidup kita dimasa yang akan datang.
Bogor, Februari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal
14 Juni 1988 dari pasangan Ayah Henry Murdiyanto dan Ibu
Susiawati sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Pada
tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur seleksi
Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Penulis memilih
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi
kemahasiswaan yakni menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), anggota Kelompok Pemerhati
Flora (KPF Raflessia) dan Pemerhati Fotografi Konservasi (FOKA), menjadi
panitia Bina Corps Rimbawan 2008 dan panitia Gebyar Himakova 2008 dan
kepanitiaan lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.
Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem
Hutan (P2EH) di Baturraden dan Cilacap dan pada tahun 2009 penulis juga
melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Gunung Walat Sukabumi,
Cibadak dan KPH Cianjur. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja
Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merapi
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan
Taman Nasional Gunung Merapi di bawah bimbingan Ir. Siswoyo, MSi dan Prof.
Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS.
UCAPAN TERIMAKASIH
Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas seizin-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Penulis
sedikit banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu (Susiawati), Bapak (Henry Murdiyanto), Kakak (Ury Ristiyana R. &
Vanki Murdwiningrum) dan Adik (Katania Rosela P.) serta seluruh keluarga
atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.
2. Bapak Ir. Siswoyo, MSi dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
3. Bapak Ir. Muhdin, M.ScF.Trop selaku penguji Departemen Manajemen
Hutan, Ibu Dr. Lina Karlinasari, S.Hut, M.Sc selaku penguji Departemen
Hasil Hutan dan Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku penguji Departemen
Silvikultur.
4. Seluruh staf pengajar dan Karyawan/wati di Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, yang telah memberi bekal ilmu kepada
penulis.
5. Seluruh staff, pegawai dan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu banyak dalam pengumpulan data.
6. Arga Pandiwijaya dan Alvian Febri Anggana teman seperjuangan penelitian di
Taman Nasional Gunung Merapi.
7. Om Nono dan keluarga di Klaten atas tumpangan menginap serta
keramahtamahannya selama penulis melakukan penelitian.
8. Syafitri dan keluarga atas pinjaman Motor AB 3583 QU yang telah menemani
memutari Gunung Merapi
9. Keluarga KSHE 43 Cendrawasih atas kebersamannya selama ini hingga akhir
nanti.
10. Rekan-rekan HIMAKOVA atas kerjasama dan pengalamannya di lapangan.
11. Wisma lestari crew : Aga, Ferry, Oby, James dan Marlo atas tumpangan
kostannya.
12. Teman-teman Fakultas Kehutanan MNH, THH dan SVK yang telah bersama-
sama menuntut ilmu di dunia Kehutanan.
13. Dan semua mahluk ciptaan-Nya, namun maaf tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu, tetapi nama kalian akan selalu tertulis di hati.
Bogor, Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………. .................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia............... 3
2.2 Potensi Tumbuhan di Indonesia ................................................. 3
2.3 Keanekaragaman Hayati ............................................................ 8
2.4 Pola Penyebaran Tumbuhan ....................................................... 8
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu ...................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................... 9
3.3 Metode Penelitian ...................................................................... 10
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Letak dan Luas Kawasan ............................................... 18
4.2 Topografi ................................................................................... 22
4.3 Iklim dan Hidrologi ................................................................... 24
4.4 Geologi dan Tanah ..................................................................... 24
4.5 Kondisi Flora dan Fauna ............................................................ 25
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keanekaragaman Hayati Tumbuhan........................................... 28
5.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ...................................... 28
5.1.2 Kekayaan Jenis Tumbuhan ................................................ 31
5.1.3 Indeks Kekayaan Jenis Tumbuhan .................................... 36
5.1.4 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan .................................... 38
5.1.5 Dominasi Tumbuhan ......................................................... 41
5.1.6 Kerapatan Tumbuhan ........................................................ 45
5.1.7 Pola Sebaran Tumbuhan ................................................... 48
5.2 Kelompok Kegunaan Jenis-jenis tumbuhan di Kawasan TNGM 51
5.2.1 Tumbuhan Obat ................................................................ 52
5.2.2 Tumbuhan Hias ................................................................. 55
5.2.3 Tumbuhan Penghasil Pangan ............................................ 56
5.2.4 Tumbuhan Pakan Ternak .................................................. 57
5.2.5 Tumbuhan Aromatik dan Penghasil Minyak Atsiri ............ 58
5.2.6 Tumbuhan Bahan Pewarna dan Tanin ............................... 58
5.2.7 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan ............................. 59
5.2.8 Tumbuhan Ritual Adat & Keagamaan ............................... 61
5.2.9 Tumbuhan Penghasil Bahan Tali, Anyaman & Kerajinan .. 61
5.2.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar ................................... 61
5.2.11 Tumbuhan Kegunaan Lainnya......................................... 62
5.3 Jenis-jenis Tumbuhan Berguna Lainnya..................................... 63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 67
6.2 Saran ......................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 68
LAMPIRAN .............................................................................................. 71
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Lokasi pengumpulan data primer.......................................................... 11
2. Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan ........................................... 13
3. Potensi jenis tumbuhan di kawasan TNGM .......................................... 26
4. Daftar jenis burung yang terdapat di kawasan TNGM .......................... 26
5. Daftar jenis mamalia yang terdapat di kawasan TNGM ........................ 27
6. Daftar jenis herpetofuna di kawasan TNGM ......................................... 27
7. Kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM ...................................... 31
8. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili di kawasan TNGM ........ 32
9. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitus di kawasan TNGM ...... 34
10. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan tingkat pertumbuhan di
kawasan TNGM ................................................................................... 35
11. Indeks kekayaan jenis tumbuhan berhabitus pohon pada tiap tingkat
pertumbuhan di kawasan TNGM .......................................................... 37
12. Indeks kekayaan jenis tumbuhan bawah pada tiap habitus di kawasan
TNGM ................................................................................................. 37
13. Indeks kekayaan jenis tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM .... 38
14. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan berhabitus pohon di kawasan
TNGM ................................................................................................. 39
15. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tiap tingkat
pertumbuhan di kawasan TNGM .......................................................... 40
16. Indeks keanekaragaman jenis epifit dan liana di kawasan TNGM ......... 41
17. Daftar jenis tumbuhan yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP)
tertinggi pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM 42
18. Daftar jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP tertinggi di kawasan
TNGM ................................................................................................. 44
19. Daftar jenis epifit dan liana yang memiliki INP tertinggi di kawasan
TNGM ................................................................................................. 45
20. Kerapatan total jenis tumbuhan berbagai tingkat pertumbuhan pohon
di kawasan TNGM ............................................................................... 46
21. Kerapatan total jenis tumbuhan bawah di kawasan TNGM ................... 47
22. Kerapatan total jenis epifit dan liana di kawasan TNGM ...................... 48
23. Pola penyebaran tumbuhan berhabitus pohon pada berbagai tingkat
pertumbuhan di kawasan TNGM .......................................................... 49
24. Pola penyebaran berbagai habitus tumbuhan bawah di kawasan TNGM 50
25. Pola penyebaran tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM ............ 51
26. Kelompok kegunaan jenis-jenis tumbuhan di kawasan TNGM ............. 52
27. Daftar Jenis tumbuhan obat yang terdapat di kawasan TNGM .............. 53
28. Daftar jenis tumbuhan hias yang terdapat di kawasan TNGM ............... 55
29. Daftar jenis tumbuhan pangan yang terdapat di kawasan TNGM .......... 56
30. Daftar jenis tumbuhan pakan ternak yang terdapat di kawasan TNGM . 57
31. Daftar jenis tumbuhan aromatik dan penghasil minyak atsiri yang
terdapat di kawasan TNGM .................................................................. 58
32. Daftar jenis tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin yang
terdapat di kawasan TNGM .................................................................. 59
33. Daftar jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan yang terdapat di
kawasan TNGM ................................................................................... 60
34. Daftar jenis tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang
terdapat di kawasan TNGM .................................................................. 61
35. Daftar jenis tumbuhan penghasil kayu bakar yang terdapat di kawasan
TNGM ................................................................................................. 62
36. Daftar jenis tumbuhan kegunaan lainnya yang terdapat di kawasan
TNGM ................................................................................................ 63
37. Daftar jenis tumbuhan berguna lainnya yang terdapat di kawasan
TNGM ................................................................................................. 63
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Pola penyebaran individu suatu populasi 8
2. Peta lokasi penelitian TNGM ............................................................... 9
3. Skema penempatan transek dan petak-petak pengukuran pada analisis
vegetasi dengan metode garis berpetak ................................................. 12
4. Kawasan zona pemanfaatan wisata alam telogo muncar ....................... 28
5. Kawasan zona rimba ............................................................................ 29
6. Kawasan zona inti 2 bukit pelawangan ................................................. 30
7. Kawasan zona inti 1 (kiri) dan manisrejo (kanan). ................................ 30
8. Grafik kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM ............................ 31
9. Grafik kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili ............................. 33
10. Grafik kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitusnya pada
kawasan TNGM ................................................................................... 34
11. Kina (Cinchona pubeschens) ................................................................ 54
12. Bunga Edelweiss (Anaphalis javanica) ................................................ 55
13. Rumput Kulonjono (Pennisetum purpureum) ....................................... 58
14. Akasia Deguren (Acacia decurens) ...................................................... 59
15. Dadap Pri (Erythrina luthosperma) ...................................................... 60
16. Akasia Deguren (Acacia decurens) sebagai penghasil kayu bakar ........ 62
17. Aggrek Pandan (Vanda tricolor) dan Parijoto (Medinella speciosa) ..... 64
18. Salak, tanaman pangan khas desa Ngablak, Magelang .......................... 64
19. Pohon Tesek (Dodonaea viscosa Jacq.) ................................................ 65
20. Bambu Ampel, Bambu Apus, Bambu Legi, Bambu Pagar, Bambu
Betung ................................................................................................. 65
21. Anggrek (Lycopodium cernuum), Kropok (Selliguea feei) dan pakis
dedak (Pteridium aquilinum Kuhn.) ..................................................... 66
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian (Taman Nasional Gunung Merapi) .................... 72
2. Daftar nama spesies tumbuhan yang ditemukan di TNGM ................... 73
3. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona pemanfaatan
tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................ 77
4. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona
pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ................... 77
5. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona pemanfaatan
tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................ 77
6. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona
pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ................... 78
7. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona pemanfaatan
tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................ 78
8. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona pemanfaatan
tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................ 78
9. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat epifit pada zona pemanfaatan
tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................ 79
10. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona pemanfaatan
tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................ 79
11. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 79
12. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 79
13. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 80
14. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 80
15. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 81
16. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 81
17. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat epifit pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 81
18. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 82
19. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 82
20. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 82
21. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 83
22. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 83
23. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 84
24. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 84
25. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 85
26. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 85
27. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 85
28. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 85
29. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 85
30. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 86
31. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semak pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 86
32. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 86
33. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 86
34. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 87
35. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 87
36. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 87
37. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 88
38. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 88
39. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 88
40. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 89
41. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona inti 1 tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 89
42. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona inti 1 tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 89
43. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona inti 1 tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 89
44. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona inti 1 tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 89
45. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona pemanfaatan tipe
ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ............................................... 90
46. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona pemanfaatan
tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................ 90
47. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona pemanfaatan tipe
ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ............................................... 90
48. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona pemanfaatan tipe
ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ............................................... 90
49. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona pemanfaatan tipe
ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ............................................... 91
50. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona pemanfaatan tipe
ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ............................................... 91
51. Pola penyebaran tumbuhan tingkat epifit pada zona pemanfaatan tipe
ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ............................................... 91
52. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona pemanfaatan tipe
ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ............................................... 91
53. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 91
54. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 91
55. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 92
56. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 92
57. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 92
58. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 93
59. Pola penyebaran tumbuhan tingkat epifit pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 93
60. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 93
61. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 93
62. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 93
63. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 94
64. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon rimba pada zona tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 94
65. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 95
66. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 95
67. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ....................................... 95
68. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 95
69. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 95
70. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 95
71. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 96
72. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 96
73. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semak pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 96
74. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 96
75. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 96
76. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 96
77. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 97
78. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 97
79. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 97
80. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 97
81. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 98
82. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 98
83. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 1 tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 98
84. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 1 tipe
ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................ 98
85. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona inti 1 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 98
86. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 1 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................ 98
87. Daftar nama spesies tumbuhan hasil inventarisasi tumbuhan di SPTN
wilayah I dan II tahun 2008 (jalur Kinahrejo dan Selo) ......................... 99
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) merupakan kawasan pelestarian
alam yang memiliki ekosistem asli berupa perpaduan ekosistem gunung berapi
dengan hutan dataran tinggi dan pegunungan yang dikelola dengan sistem zonasi
dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Penunjukan Kawasan Hutan
Gunung Merapi sebagai Taman Nasional Gunung Merapi sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 pada tanggal 4 Mei 2004
tentang perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman
Wisata Alam pada kelompok Hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410 ha, yang
terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jawa Tengah serta
Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Keseluruhan kawasan ini sangat penting bagi masyarakat dan wilayah
sekitarnya karena berfungsi sebagai penyangga kehidupan dalam satuan ekosistem
sumberdaya alam dan bertindak sebagai daerah tangkapan air. Oleh karena itu
kawasan ini memiliki nilai strategis yang sangat penting dalam upaya
mewujudkan implementasi pilar-pilar konservasi. Penegakan konservasi di
TNGM mengikuti paradigma pengelolaan baru yaitu participatory approach dan
community based management sehingga diperlukan pendekatan partisipatif
dengan masyarakat setempat agar kepentingan masyarakat yang telah berjalan
selama ini dapat selaras dengan kepentingan konservasi taman nasional.
Dengan ditetapkannya kawasan Gunung Merapi menjadi taman nasional
akan ada perhatian dari pemerintah daerah untuk menjaga kelestarian alam yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan mayarakat sekitar. Tetapi dalam
kenyataannya, penetapan TNGM ini mengundang banyak penolakan dari
masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Merapi, karena dengan penetapan
tersebut masyarakat tidak bisa leluasa memanfaatkan hutan di kawasan Gunung
Merapi untuk pemenuhan kebutuhan mereka.
Interaksi yang terjalin antara masyarakat dengan taman nasional perlu
dikembangkan untuk mendukung kelestarian taman nasional dan sepenuhnya
membawa kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Adanya taman nasional
seharusnya dapat memberikan manfaat, tidak hanya untuk menjaga kelestarian
sumberdaya alam, tetapi juga kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Hal
lainnya yang perlu diperhatikan adalah keunikan Gunung Merapi sebagai gunung
berapi yang masih aktif sehingga tumbuh-tumbuhan yang terdapat disana
memiliki keunikan tersendiri karena dapat beradaptasi dengan ekosistem yang
bervulkanik.
Untuk mendukung hal yang disebutkan di atas perlu pengumpulan data
potensi tumbuhan di TNGM. Potensi tumbuhan yang terdapat di kawasan TNGM
dilakukan melalui kegiatan inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan.
Sehingga diharapkan data potensi jenis-jenis tumbuhan beserta manfaatnya dapat
diketahui dan upaya konservasi dapat terus berjalan dan lebih baik lagi.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Menginventarisasi, mengidentifikasi dan menganalisis keanekaragaman jenis-
jenis tumbuhan pada kawasan TNGM.
2. Mengidentifikasi kegunaan jenis-jenis tumbuhan ke dalam beberapa kelompok
kegunaan.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan data dasar
untuk bahan masukan bagi pihak pengelola dan masyarakat dalam pengelolaan
TNGM dalam upaya pelestarian, pemanfaatan, dan pengembangan
keanekaragaman jenis tumbuhan di wilayah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia
Sumberdaya hayati Indonesia, baik yang berupa tumbuhan, hewan,
maupun jasad renik sangat beranekaragam. Bila dibandingkan dengan daerah-
daerah tropik lainnya terlebih lagi dibandingkan dengan daerah beriklim sedang
dan dingin. Ditaksir sebanyak 30.000 jenis tumbuhan terdapat di Indonesia.
Jumlah tersebut menjadi lebih besar lagi bila jenis-jenis lumut dan ganggang
diperhitungkan. Kekayaan keanekaragaman hayati tersebut merupakan salah satu
modal dasar dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun,
pemanfaatan tersebut harus sesuai dengan kemampuan (carrying capacity),
karakteristik, dan fungsinya (Ismanto, 2007).
Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati sebagai penyedia berbagai
barang dan jasa, mulai dari pangan, energi, dan bahan produksi hingga sumber
daya genetik bahan dasar pemuliaan tanaman komoditas serta obat dan selain
berfungsi juga untuk mendukung sistem kehidupan, maka pemanfaatan
keanekaragaman hayati harus dilakukan dengan benar (Anonim, 2002). Menurut
Retnoningsih (2006) dalam Suhartrislakhadi (2007) dengan mengetahui potensi
dan manfaatnya diharapkan penghargaan terhadap sumberdaya hayati dan
keanekaragaman genetiknya semakin meningkat, sehingga tingkat kerusakan yang
terjadi dapat ditekan.
2.2 Potensi Tumbuhan di Indonesia
Indonesia memiliki hutan yang sangat luas, tercatat 143.970.000 hektar
luasan hutan tersebar di seluruh pulau. Tidak heran jika hutan yang sangat luas
itu, memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi (Sastrapradja et al.,
1992). Selain diakui sebagai komunitas yang paling kaya, hutan tropika Indonesia
diakui pula sebagai salah satu bagian dunia yang menyisakan kehidupan liar, yang
dapat membangkitkan keajaiban dan kekaguman manusia.
Dalam perkembangan hidupnya, manusia mengenal betul keadaan
sekelilingnya dan memperhatikan segala sesuatu yang bisa dipakai untuk
mempertahankan hidupnya. Salah satu benda hidup yang berada disekitar manusia
adalah tumbuh-tumbuhan. Manusia benar-benar memperhatikan tumbuh-
tumbuhan karena merupakan salah satu benda yang sangat penting dalam menjaga
kelangsungan hidupnya, yaitu sebagai sumber makanan pokok (Kartiwa dan
Martowikrido, 1992).
Menurut Purwanto dan Walujo dalam Kartikawati (2004), tumbuhan
berguna dikelompokkan berdasarkan pemanfaatannya antara lain tumbuhan
sebagai bahan pangan, sandang, bangunan, obat-obatan, kosmetika, alat rumah
tangga dan pertanian, tali-temali, anyam-anyaman, pelengkap upacara adat dan
kegiatan sosial, minuman, dan kesenian.
2.2.1 Tumbuhan Obat
Menurut Zuhud, Ekarelawan, dan Riswan (1994), tumbuhan obat adalah
seluruh jenis tumbuhan obat yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat
obat, yang dikelompokkan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisonal, yaitu jenis
tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan
telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; (2) tumbuhan obat modern,
yaitu jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa
atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu
jenis tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang
berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya
sebagai bahan obat tradisonal sulit ditelusuri.
2.2.2 Tumbuhan Hias
Tumbuhan hias adalah tumbuhan yang memiliki nilai estetika keindahan.
Tumbuhan hias merupakan komoditi holtikultura non-pangan yang digolongkan
ke dalam holtikultur, dalam kehidupan sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan
dalam dan luar rumah (Arafah, 2005).
Secara umum, tanaman hias dikelompokan menjadi dua, yaitu tanaman
hias dun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun yaitu jenis tanaman hias
yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik. Sementara daya tarik tanaman
hias bunga terletak pada bentuk, warna, dan aroma bunganya (Ratnasari, 2007).
2.2.3 Tumbuhan Penghasil Pangan
Menurut Poerwadarminto (1983), tumbuhan pangan adalah segala sesuatu
yang tumbuh, berakar, berdaun, berbatang, berakar, berdaun dan dapat dimakan
atau dikonsumsi oleh manusia (apabila dikonsumsi oleh hewan disebut pakan).
Contohnya adalah buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, dan tumbuhan yang
mengandung karbohidrat.
2.2.4 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak
Menurut Manetje dan Jones (1992) dalam Kartikawati (2004), pakan
ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan
penghasil pakan bagi satwa herbivora. Pada umumnya tumbuhan penghasil pakan
ternak merupakan tumbuhan yang memiliki serat yang cukup tinggi (Dwanasuci,
2006).
Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak adalah rumput
gajah. Rumput gajah merupakan keluarga rumput rumputan (poaceae). Rumput
gajah cukup baik untuk silase, berproduksi tinggi, disukai ternak, dan dapat
digunakan untuk perbaikan kesuburan tanah. Selain itu, cukup aditif terhadap
keasaman tanah, tahan terhadap kekeringan namun tidak tahan terhadap genangan
air (Soegiri et al., 1982).
2.2.5 Tumbuhan Penghasil Minyak Atsiri (Tumbuhan Aromatik)
Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi
atau penyulingan dari daun, akar, batang, kulit, getah, dan bunga yang berasal dari
bagian tumbuhan (Kartikawati, 2004). Tumbuhan penghasil minyak atsiri
mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling
dibutuhkan adalah sebagai pengharum.
Tanaman atsiri dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) tanaman
atsiri utama, yaitu tanaman yang hanya menghasilkan minyak atsiri, (2) tanaman
atsiri alternatif, yaitu tanaman yang menghasilkan produk lain disamping minyak
atsiri, (3) limbah (hasil samping), dimana minyak atsiri dapat diproduksi sebagai
hasil samping (Hobir, 2004)
2.2.6 Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna dan Tanin
Menurut Lemmens et al. (1999) dalam Arafah (2005), tanin nabati
merupakan bahan dari tumbuhan, yang memiliki rasa pahit dan kelat, seringkali
berupa ekstrak dari pegagan atau bagian lain terutama daun, buah, dan puru. Hasil
dari penyamakan kulit dengan tanin berupa kulit samak yang banyak sekali
manfaatnya, selain samak kulit juga dapat digunakan untuk menyamak jala, tali,
dan layar. Selain itu, tanin juga digunakan sebagai perekat, bahan pewarna, dan
mordan.
Menurut Lemmens et al. (1999), pewarna nabati adalah pewarna yang
berasal dari tumbuhan. Bahan ini diekstrak dengan jalan fermentasi, direbus, atau
secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang terkandung di dalam
jaringan tumbuhan.
Lebih lanjut Heyne (1987) mengemukakan, masyarakat Indonesia telah
banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama
mengenal pewarna alami tumbuhan untuk pewarna makanan, pewarna anyaman
dan pewarna kain dan kapas.
2.2.7 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan
Pohon-pohon di hutan merupakan sumber bahan bangunan yang dapat
digunakan secara berkesinambungan. Pemanfaatan kayu oleh masyarakat Dayak
Meratus biasanya dilakukan apabila ingin membuat rumah. Biasanya pemilihan
jenis-jenis kayu tersebut berdasarkan pertimbangan kekuatan kayu dan ketahanan
terhadap rayap (Kartikawati, 2004).
2.2.8 Tumbuhan untuk Ritual Adat dan Keagamaan
Diantara pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat,
terdapat tumbuhan yang bersifat spiritual, magis, dan ritual. Demikian pula
pemanfaatannya, salah satunya yaitu pemanfaatan di bidang upacara adat.
Indonesia memiliki kurang lebih 350 etnis budaya yang memiliki pengetahuan
etnobotani dalam pemanfaatan maupun penggunaannya di masing-masing daerah
khususnya yang dipakai untuk upacara adat. Dalam upacara-upacara adat yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan daur
hidup, tumbuhan banyak digunakan untuk keperluan tersebut (Kartiwa dan
Martowikrido, 1992).
2.2.9 Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman dan Kerajinan
Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang
biasa digunakan untuk membuat tali, anyaman maupun kerajinan. Beberapa
tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk membuat anyaman
adalah jenis rotan dan bambu (Widjaja et al., 1988).
2.2.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Pada dasarnya semua tumbuhan berkayu atau bentuk pohon dapat
digunakan sebagai kayu bakar (Purwanto dan Walujo, 1992). Menurut Inama
(2008) kayu bakar merupakan sumberdaya hayati yang sangat penting bagi
masyarakat yang tidak memiliki sumber energi lain seperti listrik, minyak tanah
atau gas.
Menurut Sutarno (1996) dalam Jalaraya (2008), jenis pohon yang
ditujukan untuk pemenuhan kayu bakar, harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
Beradaptasi pada rentangan kondisi lingkungan yang luas;
Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang
singkat;
Tidak merusak tanah dan menjaga kesuburannya;
Tahan terhadap penyakit dan hama;
Pengelolaannya singkat waktunya;
Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim yang lain;
Pertumbuhan tajuk baik, siap tumbuh pertunasan yang baru;
Memiliki manfaat yang lain yang menguntungkan pertanian;
Menghasilkan kayu yang mudah dibelah;
Kadar air rendah dan relatif cepat dikeringkan;
Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar;
Tidak memercikan api dan cukup aman apabila dibakar; dan
Menghasilkan kayu yang padat dan lebih lama dibakar;
2.3 Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas
berdasarkan organisasi biologisnya serta dapat digunakan untuk menyatakan
struktur komunitas. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1998), apabila derajat
kenakeragaman lebih kecil dari satu berarti keanekaragaman jenis pada petak
tersebut rendah, berkisar antara satu dan tiga disebut sedang, dan jika lebih besar
dari tiga disebut mempunyai nilai keanekaragaman jenis pada petak tinggi.
2.4 Pola Penyebaran Tumbuhan
Individu-individu yang ada di dalam populasi mengalami penyebaran di
dalam habitatnya mengikuti salah satu di antara tiga pola penyebaran. Menurut
Odum (1993), tiga pola penyebaran yang dimaksud antara lain distribusi acak
(random), distribusi merata (uniform), dan distribusi mengelompok (clumped).
Gambar 1 Pola penyebaran individu suatu populasi (Gopal dan Bhardwaj, 1979)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan TNGM Kabupaten Sleman propinsi
D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali Propinsi Jawa
Tengah . Waktu penelitian di lapang selama 3 (tiga) bulan yaitu dari bulan Juni-
Agustus 2010.
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Merapi
Gambar 2 Peta lokasi penelitian TNGM.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain dokumen atau
laporan dari instasi tertentu, tumbuhan untuk pembuatan herbarium dan alkohol
70%. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Peralatan pembuatan petak ukur : Kompas, tambang plastik 100 m dan golok.
2. Peralatan pengukur kondisi lapangan : GPS.
3. Peralatan pengukur dimensi pohon : pita diameter
4. Peralatan pembuatan herbarium : kertas koran, kantong plastik besar (trash
bag), gunting, label.
5. Thally sheet untuk analisis vegetasi, kamera digital dan alat tulis.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Pengumpulan Data
1. Jenis data yang dikumpulkan
Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari
data sekunder dan data primer.
a. Data Sekunder
Data ini berupa informasi tentang kondisi umum lokasi penelitian (Taman
Nasional Gunung Merapi), yang meliputi sejarah kawasan, letak dan luas, geologi
dan tanah dalam bentuk peta atau literatur, topografi, iklim, vegetasi dan satwa,
sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
b. Data Primer
Data primer dilakukan dalam bentuk hasil survey lapangan yang meliputi
data : jenis dan jumlah tingkat permudaan pohon (semai, pancang, tiang, pohon),
jumlah dan habitus tumbuhan bawah (herba, semak, perdu) serta liana dan epifit.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur terhadap
dokumen-dokumen yang pernah ada sebelumnya, baik dari buku-buku maupun
laporan penelitian yang pernah dilakukan di kawasan TNGM.
b. Data Primer
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data primer,
meliputi :
(1). Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data
dan informasi yang diperlukan guna memverifikasi lokasi pengumpulan data yang
telah direncanakan sebelumnya. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam penentuan
lokasi pengumpulan data, meliputi : tipe zonasi, tipe ekosistem, ketinggian
tempat, panjang jalur dan jumlah plot seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Lokasi Pengumpulan Data Primer Tipe Zonasi Tipe Ekosistem Ketinggian tempat
(mdpl)
Panjang Jalur
(m)
Jumlah Plot
(Plot)
Zona Inti 1 Hutan Hujan
Pegunungan atas
2.570 m dpl 100 5
Zona Inti 2 Hutan Hujan
pegunungan bawah
1.200 m dpl 200 10
Zona Rimba
(Ngargomulyo)
(Kemalang)
(Gunung Bibi)
(Selo)
Hutan Hujan
Pegunungan bawah
Hutan Hujan
pegunungan tengah Hutan Hujan
pegunungan tengah
Hutan hujan
Pegunungan atas
1.300 m dpl
1.400 m dpl
1.700 m dpl
1.600 m dpl
1.800 m pdl
2.100 m dpl
2.300 m dpl
200
200
200
200
200
200
100
10
10
10
10
10
10
5
Zona
Pemanfaatan
wisata alam
Hutan hujan dataran
rendah
930 m dpl
1.000 m dpl
100
100
5
5
(2). Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dalam plot pengamatan dilakukan dengan menggunakan
metode kombinasi jalur garis berpetak pada unit contoh berbentuk jalur sepanjang
100-200 m, dengan arah tegak lurus kontur atau aliran sungai. Metode analisis
vegetasi mengikuti metode yang dikembangkan Kusmana (1997), yakni
pengamatan vegetasi dilakukan pada suatu petak yang dibagi-bagi kedalam petak-
petak berukuran 20x20 m2, 10x10 m
2, 5x5 m
2, dan 2x2 m
2. Petak berukuran
20x20 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat pertumbuhan
pohon (diameter ≥20 cm), epifit, dan liana; petak berukuran 10x10 m2 untuk
pengambilan data vegetasi tingkat tiang (diameter 10-<20 cm); petak berukuran
5x5 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat pancang (diameter
<10 cm, tinggi > 1.5 m); dan 2x2 m2. digunakan untuk pengambilan data vegetasi
tingkat semai (anakan pohon yang baru tumbuh hingga anakan pohon yang
mempunyai tinggi hingga 1,5 m) dan tumbuhan bawah. Bentuk unit contoh
pengamatan vegetasi seperti disajikan pada Gambar 3.
B
C
D
A
Transek
Gambar 3 Skema penempatan transek dan petak-petak pengukuran pada analisis
vegetasi dengan metode garis berpetak.
Keterangan:
A = Petak pengukuran untuk pohon, epifit, liana dan parasit (20 x 20 m2)
B = Petak pengukuran untuk tiang (10 x 10 m2)
C = Petak pengukuran untuk pancang (5 x 5 m2)
D = Petak pengukuran untuk semai dan tumbuhan bawah (2 x 2 m2)
Data yang dicatat dalam pengamatan vegetasi pada seluruh tingkat
pertumbuhan parameter yang diukur pada setiap petak contoh, meliputi:
1. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameter tingkat pohon
(pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada atau dbh ± 130 cm dari
permukaan tanah atau 20 cm diatas banir) lebih besar dari 20 cm.
2. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameter tingkat tiang
(pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada dari permukaan tanah
atau 20 cm diatas banir) adalah 10 - 20 cm).
3. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang dan diameter tingkat pancang (anakan
pohon dengan tinggi > 1,5 meter atau pohon muda dengan diameter setinggi
dada < 10 cm).
4. Jenis dan jumlah tingkat semai (anakan pohon mulai dari tingkat kecambah
sampai yang memiliki tinggi < 1,5 meter), dan tumbuhan bawah yaitu
tumbuhan selain permudaan pohon misalnya herba, semak dan perdu.
(3). Pembuatan Herbarium
Pembuatan herbarium dilakukan terhadap semua jenis tumbuhan yang
ditemukan di areal pengamatan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
pembuatan herbarium ini adalah:
1. Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan
daunnya, pengambilan contoh herbarium dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan kegiatan analisis vegetasi.
2. Contoh herbarium tadi dipotong dengan menggunakan gunting daun dengan
panjang kurang lebih 40 cm.
3. Kemudian contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan
memberikan label yang berukuran 3 cm x 5 cm. label berisi keterangan
tentang nomor jenis, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama
pengumpul/kolektor.
4. Selanjutnya beberapa herbarium disusun diatas sasak yang terbuat dari bambu
dan disemprot atau direndam dengan alkohol 70%.
5. Herbarium lalu di oven pada 50 o -70
o C.
6. Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang
diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya di LIPI.
3.3.2 Identifikasi Jenis Tumbuhan Berguna
Identifikasi jenis-jenis tumbuhan berguna dilakukan melalui dua tahap
kegiatan, yaitu (a) identifikasi jenis tumbuhan secara umum dan (b) identifikasi
jenis tumbuhan berguna. Identifikasi jenis-jenis tumbuhan berguna dikerjakan
dengan melakukan cek silang dengan berbagai buku/literatur dan sumber-sumber
lainnya tentang tumbuhan berguna yang ada. Agar mempermudah dalam
penyajian, maka dilakukan pengelompokkan berdasarkan kelompok kegunaan
dengan menyaring dari tiap-tiap kegunaan masing-masing jenis tumbuhan.
Tabel 2 Klasifikasi Kelompok Kegunaan Tumbuhan
No Kelompok Kegunaan
1 Tumbuhan obat
2 Tumbuhan hias
3 Tumbuhan penghasil pangan
4 Tumbuhan pakan ternak
5 Tumbuhan penghasil minyak atsiri (tumbuhan aromatik)
6 Tumbuhan bahan pewarna dan tanin
7 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
8 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan
9 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan
10 Tumbuhan penghasil kayu bakar
11 Lainnya
Sumber : Purwanto dan Waluyo (1992)
3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data
Data vegetasi hutan yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan dihitung
nilai-nilai : frekuensi jenis, kerapatan jenis, dominasi jenis, indeks nilai penting,
indeks keanekaragaman jenis, indeks kekayaan jenis dan pola penyebaran.
a. Indeks Nilai Penting
Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, maka pada masing-
masing petak ukur dilakukan analisis kerapatan, frekuensi dan dominansi untuk
setiap jenis tumbuhan (Soerianegara dan Indrawan, 1998).
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kerapatan suatu jenis (K) (ha)contoh petak Luas
jenissuatu Individu Jumlah
Kerapatan relatif suatu jenis (KR) 100%jenisseluruh Kerapatan
jenissuatu Kerapatan
Frekuensi suatu jenis (F) petakseluruh Jumlah
ditemukan jenispetak subJumlah
Frekuensi relatif suatu jenis (FR) %100jenisseluruh Frekuensi
jenissuatu Frekuensi
Dominasi suatu jenis (D) (Ha)contoh petak Luas
jenissuatu dasar bidang Luas
Dominasi relatif suatu jenis (DR) %100jenisseluruh Dominasi
jenissuatu Dominasi
Indeks Nilai Penting (INP)
Untuk tingkat semai dan pancang : INP = KR + FR
Untuk tingkat tiang dan pohon : INP = KR + FR + DR
Total Indeks Nilai Penting (INP) untuk setiap tingkat pohon, tiang,
pancang, semai, dan tumbuhan bawah, dihitung untuk setiap tipe ekosistem. Nilai
INP setiap tipe ekosistem menggambarkan kondisi vegetasi.
b. Tingkat Keanekaragaman Jenis
Untuk menghitung keanekaragaman jenis digunakan Indeks
Keanekaragaman Shannon (H’) dengan persamaan sebagai berikut (Magurran,
1988) :
ii LnPPH ' Dimana N
NP
i
i
Keterangan :
H’ : Indeks Keanekaragaman Shannon
Ni : Jumlah individu suatu jenis
N : jumlah individu seluruh jenis
Nilai H’ ≥ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenisnya tinggi, nilai
H’ antara 2 – 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenisnya sedang dan apabila
nilai H’ < 2 menunjukkan keanekaragaman jenisnya rendah.
c. Kekayaan jenis (Species richness)
Pengukuran kekayaan jenis dalam plot pengamtan, pendekatan yang
digunakan adalah Indeks kekayaan jenis Margaleft (Margaleft 1958 dalam
Ludwig & Reynold 1988), dengan persamaan sebagai berikut:
N
SR
ln
1-1
Keterangan:
R1 = Indeks kekayaan Margaleft
S = Jumlah jenis
N = Jumlah individu
Indeks kekayaan Margalleft (R1) adalah indeks yang menunjukkan
kekayaan jenis suatu komunitas, dimana besarnya nilai ini dipengaruhi oleh
banyaknya jenis dan jumlah individu pada areal tersebut. Berdasarkan Magurran
(1988), besaran R1 < 3,5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong rendah, R1 = 3,5-
5,0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan R1 > 5,0 tergolong tinggi.
d. Pola Penyebaran Jenis Tumbuhan
Untuk mengetahui pola penyebaran dari jenis-jenis tumbuhan dari masing-
masing transek, menyebar merata (uniform), menyebar acak (random) atau
mengelompok (clumped), sehingga dapat diketahui kecenderungan pola
penyebaran jenis. Dihitung dengan rumus Indeks Penyebaran Morisita (Id)
(Morisita, 1962 dalam Krebs, 1978).
ii
ii
xx
xxnId
2
2
)(
Keterangan :
Id : Indeks jumlah penyebaran Morisita
n : jumlah Petak ukur
Xi : Jumlah individu pada setiap petak ke-i
Selanjutnya dilakukan Chi-Square dengan rumus sebagai berikut :
Indeks Keseragaman (UniformIndeks) (Mu)
1)(
975,02
ix
xnXMu
i
Keterangan :
Mu : Indeks keseragaman
975,02X : Nilai Chi-square dari tabel dengan derajat bebas n-1 selang kepercayaan
97.5%
Xi : Jumlah Individu dari suatu jenis pada petak ukur ke-i
n : Jumlah petak ukur
Indeks Pengelompokkan (Clumped Indeks) (Mc)
1)(
025,02
ix
xnXMc
i
Keterangan :
Mc : Indeks pengelompokkan
025,02X : Nilai Chi-square dari tabel dengan derajat bebas n-1 selang kepercayaan
2,5%
Untuk menghitung dan menentukan standar Morisita pola penyebaran
tumbuhan, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Mcn
McIdIp
5,05,0 , jika Id ≥ Mc > 1,0
1
15,0
Mc
IdIp , jika Mc ≥ Id > 1,0
1
15,0
Mu
IdIp , jika 1,0 > Id > Mu
Mu
MuIdIp
5,05,0 , jika 1,0 > Mu > Id
Standar indeks penyebaran Morisita (Ip) memiliki interval -1,0 sampai 1,0
dengan batas kepercayaan 0,5 dan -0,5
Dari nilai Ip yang dihasilkan maka dapat diketahui pola penyebaran suatu
jenis tumbuhan dari suatu komunitas antara lain :
Ip = 0 menunjukan pola penyebaran acak (random)
Ip > 0 menunjukan pola penyebaran mengelompok (clumped)
Ip < 0 menunjukan pola penyebaran merata (uniform)
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah, Letak dan Luas Kawasan
4.1.1 Sejarah Kawasan
Kawasan Gunung Merapi merupakan kawasan hutan negara yang
dilindungi sejak tahun 1931, bernilai penting dan strategis karena berfungsi
sebagai daerah tangkapan air yang bermanfaat bagi wilayah Sleman, Yogyakarta,
Klaten, Boyolali, Magelang dan sekitarnya. Merupakan tipe hutan tropis dengan
kondisi gunung api yang sangat aktif. Kawasan hutan ini sebelumnya merupakan
kawasan yang seluruhnya berfungsi sebagai hutan lindung, kecuali seluas 198,5
Ha yang terletak di Kabupaten Sleman telah ditunjuk sebagai Cagar Alam
Plawangan Turgo dan seluas 131 Ha sebagai Hutan Taman Wisata Alam yang
ditetapkan berdasarkan SK Mentan No.155/Kpts/Um/8/1975. Kawasan Hutan
Lindung yang berada dalam wilayah administratif daerah Propinsi DIY
mencakup 1.461 Ha.
Penunjukan Kawasan Hutan Gunung Merapi sebagai TNGM sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang
perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung pada tanggal 4 Mei 2004. Cagar Alam
dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410
ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jawa
Tengah serta Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Taman Nasional Gunung Merapi terbagi menjadi dua Seksi Pengelolaan
Taman Nasional (SPTN). SPTN I : Kabupaten Sleman dan Kabupaten Magelang,
dan SPTN II : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.
Dalam Rencana Penglolaan Taman Nasional (RPTN) periode 2005-2024
pembagian zonasi dalam kawasan TNGM didasarkan pada 3 aspek yaitu:
1. Aspek ekologis : keanekaragaman hayati yang merupakan bagian integral dari
konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Berdasarkan aspek ini,
keberadaan TNGM yang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang khas
dan kaya akan jenis menjadi fokus perlindungan dari tekanan kepadatan
populasi di sekelilingnya.
2. Aspek kebijaksanaan dan peraturan perundangan : Sistem zonasi pada
kawasan taman nasional adalah impikasi langsung dari UU No 5 Tahun 1990
pasal 32. Hal ini akan berpengaruh langsung terhadap pengelolaan, tingkat
perlindungan dan tingkat sangsi terhadap pelanggaran pada setiap zonasi.
3. Aspek azas manfaat : Pembagian zona di TNGM memperhatikan tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap potensi sumberdaya alam dan lahan di
kawasan TNGM. Ketergantungan sumberdaya alam biasanya pada kebutuhan
kayu bakar, rumput, dan bahan galian C berupa pasir. Selain itu pemanfaatan
lahan yang perlu diakomodasi adalah pemanfaatan wisata serta peruntukan
kawasan untuk penelitian dan pendidikan.
Berdasarkan aspek-aspek tersebut zona-zona yang terdapat di TNGM
sesuai dengan RPTN setelah di review adalah :
1. Zona Inti
Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam
baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh
manusia yang mutlak dilindungi. Fungsi zona inti adalah perlindungan
keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Zona Inti di TNGM
seluas ± 852,87 ha terdiri dari :
Zona Inti 1 (± 651,68 ha)
Zona inti 1 adalah bagian taman nasional yang merupakan kawasan
rumput alami yang merupakan transisi antara pasir ke hutan (ecotone)
Zona Inti 2 (± 201,19 ha)
Zona inti 2 adalah bagian taman nasional yang merupakan kawasan
ekosistem Merapi yang utuh dan mutlak dilindungi dan tidak diperkenankan
adanya perubahan oleh aktifitas manusia, merupakan alih fungsi dari Cagar Alam
Plawangan Turgo. Kriteria fisiknya antara lain : memeliki jenis tumbuhan lebih
dari 100 jenis per hektar, memiliki jenis tumbuhan endemik, memiliki ekosistem
khas, merupakan habitat dan atau daerah jelajah satwa dilindungi. (Zona
perlindungan/pengawetan tumbuhan dan satwaliar beserta ekosistemnya).
2. Zona Rimba
Zona rimba adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan
potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona
pemanfaatan. Zona Rimba di TNGM seluas ± 2.585,50 ha merupakan hutan
sekunder dan hutan tanaman lainnya, merupakan buffer taman nasional. Kriteria
penentuan zona rimba antara lain berdasarkan kerapatan jenis kurang dari 100
species per hektar, kerapatan tegakan kurang dari 100 pohon per hektar,
kelerengan lebih dari 45 % peka terhadap erosi.
3. Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang karena letak,
kondisi dan potensinya alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan
pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. Zona pemanfaatan di Taman
Nasional Gunung seluas ± 257,69 ha diperuntukan bagi pusat kegiatan rekreasi,
kunjungan wisata dan kegiatan pemanfaatan lain. Kriteria fisik yang menjadi
dasar ditetapkan sebagai zona pemanfaatan di TNGM antara lain memiliki obyek
wisata yang menarik dan memungkinkan untuk dikembangkan. Terdapat 5 (lima)
pusat pengembangan wisata (zona pemanfaatan) di TNGM, yaitu :
1. Plawangan Turgo, Kaliurang, Sleman, DI. Yogyakarta seluas ± 141,69 ha
2. Selo, Boyolali, Jawa Tengah seluas ± 27,43 ha
3. Deles, Klaten, Jawa Tengah seluas ± 18,18 ha
4. Cepogo – Musuk, Boyolali, Jawa Tengah seluas ± 15,39 ha
a. Musuk seluas ± 14,39 ha
b. Gunung Bibi seluas ± 1 ha
5. Dukun Srumbung, Magelang, Jawa Tengah seluas ± 64,39 ha
a. Jurangjero, seluas ± 14,39 ha
b. Ngablak seluas ± 50 ha
4. Zona Lainnya
4.1 Zona Volkano Aktif
Zona volcano aktif adalah bagian dari TNGM berupa puncak Gunung
Merapi dan bagian gunung lainnya yang secara alami menjadi daerah aktivitas
aktif vulkanik Gunung Merapi. Zona ini berupa Gunung Anyar dan wilayah
luncuran material Gunung Merapi ke arah Kabupaten Magelang berupa tumpukan
batu, pasir dan material lain yang masih labil dan berbahaya untuk diadakan
kegiatan di atasnya. Zona volcano aktif di TNGM seluas ± 868,85 ha.
4.2 Zona Tradisional
Zona tradisional adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk
kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan
mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam. Zona tradisional di TNGM
seluas ± 579,05 ha merupakan areal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar Gunung Merapi secara tradisional untuk pemanfaatan rumput di bawah
tegakan, perencekan, dan pemanfaatan Getah Pinus.
4.3 Zona Rehabilitasi
Zona rehabilitasi adalah bagian dari taman nasional yang karena
mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas
hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan. Zona rehabilitasi di TNGM
seluas ± 829,69 ha adalah berupa kawasan TNGM yang mengalami kerusakan
akibat letusan Gunung Merapi, bekas area penambangan, serta sempadan Sungai
Kaliworo, Kali Senowo dan Kali Blongkeng.
4.4 Zona Religi, Budaya dan Sejarah
Zona religi, budaya dan sejarah adalah bagian dari taman nasional yang
didalamnya terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya dan atau sejarah
yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan nilai-nilai budaya
atau sejarah. Zona ini seluas ± 15,82 ha merupakan kawasan tempat
diselenggarakannya Upacara Labuhan Merapi, di wilayah administratif Desa
Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta.
4.5 Zona Mitigasi Bencana
Zona mitigasi bencana adalah bagian dari TNGM yang karena sifat
alaminya sebagai daerah lintasan aliran lahar dan material yang timbul akibat
aktivitas vulkanik Gunung Merapi harus dipelihara sebagai upaya pengurangan
resiko bencana. Zona mitigasi di TNGM seluas ± 147,34 ha berupa alur Sungai
Kaliworo di Kabupaten Klaten, alur Kali Senowo serta alur dan sempadan Kali
Blongkeng di Kabupaten Magelang.
4.1.2 Letak dan Luas Kawasan
Secara administrasi pemerintahan, TNGM terletak di Kabupaten
Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jateng, serta Kabupaten Sleman di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis terletak antara 110o15’ –
110o37’ BT dan 07
o22’ – 07
o52’ LS. Luas TNGM sendiri sebesar ± 6.410 ha yang
terdiri dari 1.283,99 ha di DIY dan 5.126,01 ha di Jateng. Adapun batas-batas
kawasan ini, yakni:
1. Bagian utara dilingkupi oleh pegunungan yang merupakan pertemuan antara
Gunung Merbabu dan Gunung Merapi sendiri. Batas alam ini dibentuk dari
hulu Sungai Pepe di wilayah timur dan hulu Sungai Pabelan di wilayah barat
termasuk dalam Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.
2. Kaki gunung bagian timur dan selatan merupakan wilayah yang datar dan
merupakan persawahan dengan kesuburan tanah yang tinggi. Bagian timur ini
membentang sampai bertemu dengan Sungai Bengawan Solo dan bagian
selatan bertemu dengan hulu Sungai Dengkeng.
3. Hulu Sungai Progo menjadikan batas alam gunung di bagian barat.
4.2 Topografi
Keadaan topografi di kawasan TNGM dapat dibedakan berdasarkan kondisi pada
masing-masing kabupaten yaitu :
a. Kabupaten Klaten:
Bagian barat dan utara wilayah Kab. Klaten berupa lereng Gunung Merapi
yang berbatasan dengan Kab. Sleman.
Landai sampai berbukit dengan ketinggian tempat 100–150 m dpl merupakan
daerah penghasil tembakau ekspor.
b. Kabupaten Boyolali :
Berada diantara Gunung Merapi yang masih aktif dan Gunung Merbabu yang
sudah tidak aktif, dengan ketinggian tempat 75–1.500 m dpl. Empat sungai
melintas di wilayah ini (Serang, Cemoro, Pepe dan Gandul). Disamping itu
ada sumber-sumber air lain berupa mata air dan waduk.
c. Kabupaten Magelang :
Tiga kecamatan terpilih merupakan bagian lereng Gunung Merapi yang ke
arah Barat, terletak pada ketinggian sekitar 500 m dpl, makin ke arah puncak
Gunung Merapi kelerengan lahan semakin curam.
d. Kabupaten Sleman:
Mulai landai hingga lahan yang memiliki kelerengan sangat curam dengan
ketinggian tempat 100–1.500 m dpl. Di bagian paling utara merupakan lereng
Gunung Merapi yang miring ke arah Selatan. Di lereng Selatan Gunung
Merapi terdapat dua bukit yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang
merupakan bagian kawasan wisata Kaliurang. Di Bagian lereng puncak
Merapi reliefnya curam sampai sangat curam. Bagian selatan dari ketiga
kecamatan terpilih masih berupa lahan persawahan dengan sistem teras yang
cukup baik, sedangkan bagian tengah berupa lahan kering dan paling utara
merupakan bagian dari lereng gunung Merapi yang berupa hutan
Secara umum kondisi topografi di kawasan TNGM merupakan bentang
alam yang sangat khas, yaitu puncak Merapi dengan lerengnya yang menuju ke
segala arah dengan lereng yang sangat curam di wilayah yang dekat dengan
puncak dan semakin melandai ke arah bawah. Lereng Merapi di bagian Timur
(Selo) relatif lebih terjal, sementara di bagian Barat dan Utara (Babadan,
Kinahrejo) relatif lebih landai. Arah letusan gunung api sangat jarang menuju ke
Timur, yang paling sering menuju ke arah Barat Daya. Proses letusan sering
terjadi, dan lereng Barat sering menerima dampak letusan, sehingga lereng Barat
akan semakin landai. Wilayah puncak Gunung Merapi sampai ketinggian tempat
1.500 m dpl, merupakan daerah terjal dengan kemiringan lebih dari 30o. Wilayah
yang paling luas adalah kawasan dengan kemiringan 12o–30
o terletak pada
ketinggian tempat 750–1.500 m dpl, dan merupakan daerah resapan air.
Wilayah puncak Gunung Merapi sampai ketinggian tempat 1.500 m dpl,
merupakan daerah terjal dengan kemiringan lebih dari 30o. Wilayah yang paling
luas adalah kawasan dengan kemiringan 12o-30
o terletak pada ketinggian tempat
750-1.500 m dpl, dan daerah inilah yang merupakan daerah resapan air.
4.3 Iklim dan Hidrologi
Tipe iklim berdasarkan Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim C atau
agak basah. Curah hujan bervariasi dengan curah terendah sebesar 875 mm/tahun
dan curah hujan tertinggi sebesar 2.527 mm/tahun. Bulan basah terjadi pada bulan
November sampai bulan Mei sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Juni
sampai dengan Oktober.
Secara umum di wilayah Gunung Merapi terdapat 3 Daerah Aliran Sungai
(DAS) utama, yaitu DAS Progo (bagian barat), DAS Opak (bagian tengah) dan
DAS Bengawan Solo (bagian timur). Sistem sungai yang terbentuk oleh ketiga
sungai besar tersebut membentuk tiga bagian pola aliran sungai sebagai berikut :
a. Berawal dari kerucut Gunung Merapi, anak-anak sungai menyebar
membentuk pola aliran radial centrifugal.
b. Di bagian lereng kaki gunung, anak-anak sungai tersebut mengalir relatif
sejajar menuruni lereng, membentuk pola sub parallel.
c. Seluruh anak sungai masuk ke sungai utamanya di dataran alluvial kaki
lereng vulkanik yang membentuk pola aliran sub dendritik.
Kawasan ini juga merupakan kawasan dengan cadangan air tanah yang
melimpah dan banyak dijumpai mata air yang banyak dimanfaatkan untuk irigasi,
perkebunan, peternakan, perikanan, objek wisata dan untuk air kemasan.
4.4 Geologi dan Tanah
Secara geologis, wilayah TNGM terletak pada perpotongan antara dua
sesar, yaitu sesar transversal dan sesar longitudinal Pulau Jawa. Batuan utama
penyusun Gunung Merapi terdiri dari 2 fase, yaitu :
1. Endapan vulkanik Gunung Merapi Muda yang tersusun oleh tufa, lahar,
breksi dan lava andesitis hingga basaltis yang penyebarannya merata di
seluruh wilayah Gunung Merapi
2. Endapan vulkanik kwarter tua yang terdapat secara lokal pada topografi
perbukitan kecil di sekitar Gunung Merapi muda yang merupakan bagian dari
aktivitas Gunung Merapi tua, yaitu terdapat di Bukit Gono, Turgo,
Plawangan, Maron dan dinding bagian timur kawah gunung api Merapi.
Jenis tanahnya terdiri dari regosol. Bahan induk tanah adalah material
vulkanis. Tanah regosol merupakan tanah yang tergolong muda sehingga belum
mengalami perkembangan profil. Tanah ini dicirikan oleh warna tanah kelabu
sampai kehitaman dengan tekstur tanah yang tergolong kasar yaitu tanah berpasir.
Struktur tanah belum terbentuk sehingga termasuk tekstur granuler. Dengan
struktur ini maka kemampuan untuk menyerap air cukup tinggi, namun
kandungan bahan organiknya relatif rendah. Kemasaman tanah pada umumnya
netral.
Selain jenis tanah regosol, juga ditemukan tanah andosol. Jenis tanah ini
ditemukan di Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Selo. Karakteristik tanah ini
dicirikan oleh tekstur geluh debuan, struktur remah atau gumpal remah,
konsistensi gembur, permeabilitas sedang, bahan organik sedang hingga rendah
dengan pH 5,0-5,5 serta KTK dan kejenuhan basa tinggi.
4.5 Kondisi Flora Fauna
4.5.1 Flora
Kawasan TNGM memiliki tiga zona penyusun vegetasi, yaitu :
1. Zona atas, pada zona ini berlangsung proses xyrocere, yaitu suksesi primer
yang terjadi pada hutan batuan kering, sehingga vegetasinya didominasi jenis
lumut, rerumputan, herba dan perdu
2. Zona tengah, merupakan hutan alam pegunungan tropis
3. Zona bawah, merupakan zona interaksi antara manusia dan alam yang
vegetasinya didominasi oleh tanaman dengan pola agroforestry, yang meliputi
agroforestry pola rumput-rumputan, pola komoditi komersial, pola
holtikultura, pola pangan dan pola kayu-kayuan
Pada kawasan hutan alam TNGM didominasi oleh jenis Rasamala
(Altingia excelsa Noronha.), Kina (Cinchona pubeschens), Dadap Pri (Erythrina
luthosperma Miq.), Pasang Kletak (Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex
Soepadmo, dan Akasia Deguren (Acacia decurrens Willd.). Sedangkan pada
hutan tanaman didominasi oleh jenis Pinus (Pinus merkusii Jungh & De. Vr.).
Pada kawasan hutan ini dijumpai pula jenis anggrek langka, yaitu Vanda tricolor.
Jenis anggrek lainnya yang ada tidak kurang dari 54 jenis. Jenis tumbuhan yang
ditemukan di kawasan TNGM berdasarkan statistik Balai TNGM 2009 disajikan
pada Tabel 3 secara lengkap disajikan pada Lampiran 87.
Tabel 3 Jenis Tumbuhan di Kawasan TNGM No Uraian Jenis Jumlah
Jenis
Jumlah
Famili
Keterangan
1 Tumbuhan Berguna :
Pohon
Semak
Rumput
Perdu
Palem
Bambu
Paku
43
6
10
2
2
7
28
10
1
1
1
1
1
1
Laporan Hasil Inventarisasi Tumbuhan di
SPTN Wilayah I dan II Tahun 2008 (Jalur
Kinahrejo dan Selo)
Hasil Penelitian Mahasiswa IPB Thn 2009
Hasil Penelitian Mahasiswa UNY Thn 2009
2 Jamur 93 37 Hasil Penelitian Mahasiswa Biologi UNY
Thn 2009
3 Anggrek 54 1 Hasil Penelitian Tahun 2006
Sumber : Laporan Inventarisasi Tumbuhan Balai TNGM dan Hasil-hasil Penelitian di TNGM.
4.5.2 Fauna
Potensi fauna yang terdapat di kawasan TNGM berdasarkan hasil praktik
kerja lapang Yusri et al. (2010), disajikan pada Tabel 4, 5 dan 6.
Tabel 4. Daftar jenis burung yang terdapat di kawasan TNGM No Nama lokal Nama Ilmiah
1 Alap-alap sapi Falco moluccensis
2 Bentet kelabu Lanius schach
3 Cabe gunung Dicaeum sanguinolentum 4 Cabe jawa Dicaeum trochileum
5 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris
6 Cekakak sungai Todirhamphus chloris
7 Cinenen gunung Orthotomus cuculatus
8 Cipoh kacat Aegithina tiphia
9 Cucak kutilang Pynonotus aurigaster
10 Elang hitam Ictinaetus malayensis
11 Elang ular bido Spilornis cheela
12 Gagak Hutan Corvus enca
13 Jalak suren Sturnus contra
14 Kacamata gunung Zosterops montanus 15 Kapinis Apus affinis
16 Kepodang Oriolua chinensis
17 Pijantung kecil Arachnothera longirostra
18 Prenjak Prinia familiaris
19 Raja udang meninting Alcedo meninting
20 Srigunting hitam Dicrurus macrocervus
21 Srigunting kelabu Dicrurus leucophaeus
22 Tekukur Streptopelia chinensis
23 Walet gunung Collocalia vulcanocum
24 Walet linchi Collocalia linchi
25 Walet sarang hitam Collocalia maxima 26 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus
Tabel 5. Daftar jenis mamalia yang terdapat di kawasan TNGM No Nama lokal Nama Ilmiah
1 Babi hutan Sus scrofa
2 Bajing Callosciurus notatus
3 Garangan Herpestes brachyurus
4 Kijang Muntiacus muntjak
5 Linsang Prionodon lingsang
6 Macan tutul Panthera pardus 7 Monyet ekor panjang Macaca fascicularis
8 Musang luwak Paradoxurus hermaproditus
9 Trenggiling Manis javanica
10 Tupai Tupaia javanica
Tabel 6. Daftar jenis herpetofuna di kawasan TNGM No Nama lokal Nama Ilmiah
1 Kadal Eutropis multifasciata
2 Katak sawah Fejervarya sp.
3 Kongkang racun Rana hosii
4 Ular piton Phyton reticulatus
5 Ular welang Bungarus fasciatus
6 Viper tanah Trimeresurus albolabris
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keanekaragaman Hayati Tumbuhan
5.1.1 Kondisi Zona Taman Nasional
a. Zona Pemanfaatan Wisata Alam (Hutan Dataran Rendah)
Zona pemanfaatan wisata alam adalah bagian taman nasional yang karena
letak, kondisi dan potensinya alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk
kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. Zona
pemanfaatan di TNGM seluas ± 257,69 ha diperuntukan bagi pusat kegiatan
rekreasi, kunjungan wisata dan kegiatan pemanfaatan lain.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, zona pemanfaatan wisata alam
yang paling terkenal di kawasan Gunung Merapi adalah Wisata Alam Telogo
Muncar, Kaliurang, D.I.Yogyakarta. Di tempat ini terdapat objek-objek wisata
yang menarik seperti Air Terjun Telogo Muncar dan Menara Gardu Pandang
Prono Jiwo sebagai pos pengamatan Gunung Merapi.
Jenis tumbuhan yang terdapat pada kawasan zona pemanfaatan wisata
alam kebanyakan merupakan tumbuhan eksotik dari luar kawasan yang sengaja
ditanam untuk memperindah tempat wisata ini. Selain itu, di kawasan wisata ini
juga banyak terdapat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang
menjadikan daya tarik tersendiri wisata alam Telogo Muncar. Kondisi kawasan
Zona Pemanfaatan Wisata Alam Telogo Muncar disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Kawasan Zona Pemanfaatan Wisata Alam Telogo Muncar.
b. Zona Rimba (Hutan Pegunungan Bawah, Hutan Pegunungan Tengah
dan Hutan Pegunungan Atas)
Zona rimba adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan
potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona
pemanfaatan. Zona Rimba di TNGM seluas ± 2.585,50 ha merupakan hutan
sekunder dan hutan tanaman lainnya, yang merupakan buffer taman nasional.
Tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yang dijadikan lokasi penelitian
berada di Ngargomulyo Kabupaten Magelang, tipe ekosistem hutan pegunungan
tengah berada di Deles, Kabupaten Klaten dan Gunung Bibi Kabupaten Boyolali.
Sedangkan tipe ekosistem hutan pegunungan atas berada di Selo, Kabupaten
Boyolali.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Gunung Bibi Kecamatan Cepogo
Kabupaten Boyolali merupakan zona rimba yang masih alami, indah dan paling
terjaga diantara zona rimba lainnya. Hal ini dikarenakan peran serta masyarakat
yang sangat tinggi dalam menjaga kelestarian alam Gunung bibi. Walaupun masih
alami, kawasan Gunung Bibi juga merupakan hutan sekunder. Hal ini dikarenakan
bencana alam erupsi Gunung Merapi turut serta dalam pembentukan suksesi hutan.
Kondisi kawasan Zona Rimba disajikan Gambar 5.
Gambar 5 Kawasan Zona Rimba.
c. Zona Inti 2 (Hutan Pegunungan Bawah)
Bagian taman nasional yang merupakan kawasan ekosistem Merapi yang
utuh dan mutlak dilindungi dan tidak diperkenankan adanya perubahan oleh
aktifitas manusia, namun berdasarkan hasil pengamatan di lapangan zona ini lebih
sering dimanfaatkan untuk pemanfaatan wisata alam karena terdapat objek wisata
Goa Jepang yang merupakan sebuah objek wisata goa peninggalan jaman jepang
dimana goa-goa tersebut memiliki 24 mulut goa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola Taman Nasional,
daerah zona inti 2 dahulu merupakan Cagar Alam Plawangan Turgo, namun
setelah kawasan ini berubah menjadi Taman Nasional, daerah ini menjadi zona
inti 2 tanpa dikelilingi buffer atau zona rimba. Hal ini dikarenakan jika cagar alam
dijadikan zona rimba, maka akan turun kelas. Kondisi kawasan Zona inti 2
disajikan pada Gambar 5.
Gambar 6 Kawasan Zona Inti 2 Bukit Plawangan
d. Zona Inti 1 (Hutan Pegunungan Atas)
Bagian taman nasional yang merupakan kawasan rumput alami yang
merupakan transisi antara pasir ke hutan (ecotone). Pada areal ini, tumbuhan yang
mendominasi adalah manisrejo (Vaccinium varingfolium Miq.) Kondisi kawasan
Zona inti I dan tumbuhan manisrejo disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Kawasan zona inti 1 (kiri) dan Manisrejo (kanan).
5.1.2 Kekayaan jenis tumbuhan
a. Kekayaan Jenis Tumbuhan berdasarkan Zona dan tipe Ekosistem
Berdasakan hasil penelitian menunjukkan bahwa kekayaan jenis tumbuhan
di kawasan TNGM ditemukan sebanyak 108 jenis dari 52 famili. Kekayaan jenis
tumbuhan pada kawasan TNGM disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM
Zona Tipe Ekosistem Jumlah Jenis
Zona Pemanfaatan Wisata Alam Hutan Dataran Rendah 23
Zona Rimba Hutan Pegunungan Bawah 38
Hutan Pegunungan Tengah 43
Hutan Pegunungan Atas 17
Zona Inti 2 Hutan Pegunungan Bawah 27 Zona Inti 1 Hutan Pegunungan Atas 8
Dari total jenis yang ditemukan sebanyak 108 jenis, tidak semua
tumbuhannya dapat teridentifikasi nama ilmiah dan familinya. Jenis tumbuhan
yang teridentifikasi sampai tingkat jenis sebanyak 100 jenis dan yang tidak
teridentifikasi sebanyak 8 jenis. Secara grafis kekayaan jenis tumbuhan pada
setiap kawasan di kawasan TNGM disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Grafik kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM
Berdasarkan Gambar 8, kekayaan jenis tumbuhan terbanyak ditemukan di
Zona Rimba pada tipe ekosistem Hutan Pegunungan Tengah, hal ini diduga
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
0 5
10 15 20 25 30 35 40 45
Ju
mla
h J
en
is
Zona dan Tipe Ekosistem
Grafik Kekayaan Jenis Tumbuhan di Kawasan TNGM
Zona Pemanfaatan Wisata Alam Hutan Dataran Rendah Zona Rimba Hutan Peg. Bawah
Zona Rimba Hutan Peg. Tengah
Zona Rimba Hutan Peg. Atas
Zona Inti 2 Hutan Peg. Bawah
Zona Inti 1 Hutan Pegunungan Atas
1. Zona Rimba pada tipe ekosistem hutan Pegunungan Tengah berada pada
daerah Gunung Bibi, Boyolali. Masyarakat sekitar kawasan hutan ini jarang
merambah hutan sekitar kawasan TNGM.
2. Menurut masyarakat setempat aliran lahar, lava dan awan panas dari Gunung
Merapi tidak melewati kawasan hutan ini, sehingga terhindar dari kerusakan
akibat erupsi merapi.
3. Masyarakat sangat menjaga kawasan hutan ini dari gangguan luar dan dapat
berkerjasama dengan baik dengan pihak pengelola taman nasional dalam
menjaga kawasan hutan.
Zona rimba pada tipe ekosistem hutan pegunungan bawah menempati
urutan kedua dalam kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM. Wilayah ini
berada pada kawasan hutan Ngargomulyo, Magelang. Berdasarkan pengamatan di
lapangan daerah ini jarang dirambah oleh masyarakat setempat karena untuk
mencapai lokasi ini harus melewati hutan pinus sejauh ± 2 km. Selain itu pula
peran serta masyarakat sangat tinggi dalam menjaga kelestarian hutan di wilayah
ini.
Kekayaan jenis tumbuhan yang paling rendah ditemukan pada kawasan
Zona inti 1 pada tipe ekosistem hutan pegunungan atas dengan ketinggian tempat
2.500 mdpl lebih dan hanya ditemukan 8 jenis.
b. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili
Berdasarkan famili tumbuhannya, jenis tumbuhan yang ditemukan di
kawasan TNGM dapat dikelompokkan kedalam 52 famili. Kekayaan jenis
tumbuhan yang teridentifikasi berdasarkan famili di kawasan TNGM disajikan
pada Tabel 8.
Tabel 8 Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili di kawasan TNGM
Zona Tipe Ekosistem Jumlah Jenis Jumlah Famili
Zona Pemanfaatan
Wisata Alam
Hutan Dataran Rendah 23 18
Zona Rimba Hutan Pegunungan
Bawah
38 23
Hutan Pegunungan
Tengah
43 28
Hutan Pegunungan Atas 17 15
Zona Inti 2 Hutan Pegunungan
Bawah
27 21
Zona Inti 1 Hutan Pegunungan Atas 8 6
Adapun beberapa contoh famili dengan jumlah jenis tumbuhan tertinggi
yaitu famili Euphorbiaceae dan Fabaceae (masing-masing 7 jenis), moraceae (6
jenis, poaceae (5 jenis), urticaceae, lauraceae dan asteraceae (masing-masing 4
jenis), araliaceae, fagaceae, rutaceae dan rubiaceae (masing-masing 3 jenis),
araceae, cucurbitaceae, ericaceae, lamiaceae, melastomaceae, meliaceae, rosaceae,
symplocaceae dan zingiberacaeae (masing-masing 2 jenis) dan sisanya sebanyak
33 jenis hanya ditemui 1 famili. Secara grafis jumlah jenis tumbuhan yang
tetinggi pada beberapa famili disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9 Grafik kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili
c. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitus
Dilihat dari habitusnya, jenis-jenis tumbuhan di kawasan TNGM dapat
dikelompokkan ke dalam 6 (enam) macam yaitu pohon (semai, tiang, pancang,
pohon), herba, semak, perdu, epifit dan liana. Secara grafis kekayaan jenis
tumbuhan berdasarkan habitus di kawasan TNGM disajikan pada Gambar 10.
Grafik Kekayaan Jenis Berdasarkan Famili
7 7
6 5
4 4 4
3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 2 4 6 8
Euphorbiaceae Fabaceae Moraceae
Poaceae Asteraceae Lauraceae Urticaceae Araliaceae Fagaceae
Rubiaceae Rutaceae Araceae
Cucurbitaceae Ericaceae
Lamiaceae Melastomatac
Meliaceae Rosaceae
Symplocaceae Zingiberaceae
Fa
mili
Jumlah Jenis
Gambar 10 Grafik kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitusnya pada
kawasan TNGM
Dari Gambar 10 terlihat bahwa habitus pohon memiliki kekayaan jenis
tumbuhan tertinggi, sedangkan semak memiliki kekayaan jenis terendah. Untuk
lebih mendetailnya, kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitusnya di kawasan
TNGM disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitus di kawasan TNGM
Zona Tipe
Ekosistem
Jumlah Jenis pada Habitus
Pohon Herba Semak Perdu Epifit Liana
Zona
Pemanfaatan
Hutan Dataran
Rendah
13 7 0 1 1 1
Zona Rimba Hutan Peg.
Bawah
15 15 0 2 3 2
Hutan Peg.
Tengah
29 10 0 1 0 3
Hutan Peg.
Atas
4 8 1 3 0 1
Zona Inti 2 Hutan Peg. Bawah
18 7 0 1 0 1
Zona Inti 1 Hutan Peg.
Atas
2 5 0 1 0 0
Berdasarkan Tabel 9, kekayaan jenis tumbuhan tertinggi ditemukan pada
habitus pohon terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan
tengah (29 jenis) dan terendah ditemukan pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan
pegunungan atas (2 jenis). Kekayaan jenis tumbuhan pada habitus herba tertinggi
ditemukan pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegnungan bawah (15 jenis)
dan terendah terdapat pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas (5
jenis). Untuk habitus semak hanya ditemukan pada zona rimba di tipe ekosiste
hutan pegunungan atas. Untuk habitus perdu, tertinggi ditemukan pada zona rimba
di tipe ekosistem hutan pegunungan atas (3 jenis). Sedangkan epifit tertinggi
ditemukan pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah (3 jenis) dan
tidak ditemukannya habitus epifit pada zona rimba di tipe ekosistem hutan
pegunungan tengah dan hutan pegunungan atas serta pada zona inti 2 tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah dan zona inti 1 tipe ekosistem hutan
pegunungan atas. Untuk habitus liana tertingi ditemukan pada zona rimba hutan
pegunungan tengah (3 jenis) dan tidak ditemukannya habitus liana pada zona inti
1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas.
Menurut Marsono (1991), ada beberapa fakor yang menentukan suatu
jenis habitus tumbuhan ditemukan di suatu tempat seperti flora setempat, habitat
(iklim, tanah dll), waktu dan kesempatan. Tidak ditemukannya habitus semak
pada zona dan tipe ekosistem lain selain zona rimba pada tipe ekosistem hutan
pegunungan atas dimungkinkan karena faktor-faktor tersebut. Sama halnya
dengan tidak ditemukannya suatu jenis tumbuhan di suatu tempat. Pada umumnya
pertumbuhan tumbuhan bawah (herba, semak, perdu) sangat bergantung pada
sinar matahari. Karena semakin banyak cahaya matahari yang menembus lantai
hutan, maka akan memacu pertumbuhan vegetasi tumbuhan bawah.
d. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan tingkat pertumbuhannya
Dilihat dari tingkat pertumbuhannya, jenis-jenis tumbuhan di kawasan
TNGM dapat dikelompokkan ke dalam empat macam yaitu semai, pancang, tiang
dan pohon. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan tingkat pertumbuhan di
kawasan TNGM disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan tingkat pertumbuhan di kawasan
TNGM
Zona Tipe Ekosistem Jumlah Jenis pada Tingkat Pertumbuhan
Semai Pancang Tiang Pohon
Zona
Pemanfaatan
Hutan Dataran
Rendah
8 4 5 8
Zona Rimba Hutan Peg. Bawah 5 7 7 16 Hutan Peg. Tengah 6 12 10 25
Hutan Peg. Atas 1 2 4 3
Zona Inti 2 Hutan Peg. Bawah 5 7 6 12
Zona Inti 1 Hutan Peg. Atas 1 2 0 0
Kekayaan jenis tumbuhan tertinggi pada tingkat pertumbuhan pancang,
tiang dan pohon ditemukan pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan
tengah, sedangkan terendah ditemukkan pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, bahkan pada lokasi ini tidak ditemukkan vegetasi tingkat tiang
dan pohon. Dari Tabel 8 terlihat juga bahwa mayoritas jumlah jenis pada tingkat
semai, pancang dan tiang cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan kekayaan
jenis pohon. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya jenis-jenis pohon yang sulit
beregenerasi dan adanya gangguan pada pertumbuhan permudaannya, sehingga
untuk jenis-jenis ini sangat rentan terjadinya kepunahan apabila terjadi gangguan
seperti bencana alam. Untuk mengatasi hal-hal itu perlu dilakukan upaya dari
manusia agar proses regenerasi dari jenis-jenis tumbuhan tersebut dapat berjalan
dengan baik dan kelestarian jenis-jenis tumbuhan dapat tetap terjaga.
e. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan status perlindungannya
Berdasarkan status perlindungannya, pada kawasan TNGM ditemukan
satu jenis tumbuhan yang dilindungi dan termasuk ke dalam status perlindungan
CITES Appendix II yang mengartikan bahwa jenis tersebut tidak segera terancam
kepuahan, tapi dapat dimungkinkan terancam punah bila tidak dimasukkan ke
dalam daftar dan perdagannya terus berlanjut. Tumbuhan tersebut masyarakat
lokal menyebutnya penjirit (Rauvolfia serpentina (L.) Benth. Ex Kurz).
Tumbuhan ini juga biasa disebut dengan nama lainnya yaitu pule pandak.
Berdasarkan pengamatan di lapang, populasi jenis ini sangat rendah.
Tumbuhan ini ditemukkan pada zona inti 2 di tipe ekosistem hutan pegunungan
bawah. Dahulunya, tempat ini merupakan cagar alam plawangan turgo. Belum
diketahui secara pasti apakah tumbuhan ini asli merapi atau sengaja ditanam.
Namun yang pasti jenis ini harus mendapatkan perhatian konservasi.
5.1.3 Indeks kekayaan jenis tumbuhan
Indeks kekayaan Margalleft (R1) adalah indeks yang menunjukkan
kekayaan jenis suatu komunitas, di mana besarnya nilai ini dipengaruhi oleh
banyaknya jenis dan jumlah individu pada areal tersebut. Berdasarkan Magurran
(1988), besaran R1 < 3,5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong rendah, R1 = 3,5-
5,0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan R1 > 5,0 tergolong tinggi.
Di bawah ini akan ditampilkan nilai indeks kekayaan jenis pada berbagai habitus.
a. Habitus pohon
Indeks kekayaan jenis tumbuhan berhabitus pohon pada tiap tingkat
pertumbuhan di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Indeks kekayaan jenis tumbuhan berhabitus pohon pada tiap tingkat
pertumbuhan di kawasan TNGM
Zona Tipe Ekosistem R1 pada tingkat pertumbuhan
Semai Pancang Tiang Pohon
Zona Pemanfaatan Hutan Dataran Rendah 2,37 0,90 1,41 1,66
Zona Rimba Hutan Peg. Bawah 1,31 1,35 2,27 2,86
Hutan Peg. Tengah 1,72 2,73 2,08 4,27
Hutan Peg. Atas 0,00 0,26 0,85 0,52
Zona Inti 2 Hutan Peg. Bawah 1,82 2,33 1,53 2,42
Zona Inti 1 Hutan Peg. Atas 0,00 0,51 - -
Nilai R1 rata-rata pada tiap tingkat pertumbuhan di seluruh petak
penelitian di kawasan TNGM dapat dikatakan rendah dengan nilai R1 < 3,5. Nilai
indeks kekayaan jenis terbesar terdapat pada habitus pohon pada zona rimba di
tipe ekosistem hutan pegunungan tengah dengan nilai 4,27 dan hanya masuk
kategori yang tergolong sedang, sedangkan pada tingkat pertumbuhan lainnya
termasuk kedalam kategori rendah.
b. Habitus tumbuhan bawah
Nilai indeks kekayaan jenis habitus tumbuhan bawah di kawasan TNGM
disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Indeks kekayaan jenis tumbuhan bawah pada tiap habitus di kawasan
TNGM Zona Tipe Ekosistem R1 pada habitus
Herba Semak Perdu
Zona Pemanfaatan Hutan Dataran Rendah 1,22 - 0,00
Zona Rimba Hutan Peg. Bawah 2,30 - 0,36
Hutan Peg. Tengah 1,51 - 0,00
Hutan Peg. Atas 1,26 0,00 0,51
Zona Inti 2 Hutan Peg. Bawah 1,22 - 0,00
Zona Inti 1 Hutan Peg. Atas 0,79 - 0,00
Secara umum indeks kekayaan jenis tumbuhan bawah termasuk rendah.
Pada habitus herba nilai tertinggi sebesar 2,30 yaitu pada zona rimba di tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah; sedangkan terendah terdapat pada zona inti 1
di tipe ekosistem hutan pegunungan atas dengan nilai 0,79. Pada habitus semak
hanya ditemukan 1 jenis, yaitu pada zona rimba di tipe ekosistem hutan
pegunungan atas; sedangkan untuk habitus perdu hampir merata dan nilai tertinggi
terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan atas sebesar 0,51.
c. Habitus epifit dan liana
Nilai indeks kekayaan jenis habitus epifit dan liana di kawasan TNGM
disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Indeks kekayaan jenis tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM
Zona Tipe Ekosistem R1 pada habitus
Epifit Liana
Zona Pemanfaatan Hutan Dataran Rendah 0,00 0,00
Zona Rimba Hutan Peg. Bawah 0,96 0,00
Hutan Peg. Tengah - 0,80
Hutan Peg. Atas - 0,00
Zona Inti 2 Hutan Peg. Bawah - -
Zona Inti 1 Hutan Peg. Atas - -
Habitus epifit tidak ditemukkan pada tiap zona dan tipe ekosistem. Epifit
hanya ditemukkan pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah
dengan nilai indeks kekayaan jenis sebesar 0,96 dan pada zona pemanfaatan di
tipe ekosistem hutan dataran rendah dengan nilai indeks 0 atau hanya ditemukkan
satu jenis tumbuhan epifit saja; sedangkan pada habitus liana, nilai indeks
kekayaan jenis tertinggi pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan
tengah dengan nilai 0,80 (rendah).
5.1.4 Keanekaragaman jenis tumbuhan
Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan
variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis
dan kelimpahan relatif dari setiap jenis. Kelimpahan jenis tumbuhan sebagai salah
satu indikator untuk menduga keanekaragaman jenis tumbuhan pada suatu
komunitas yang dapat ditunjukkan secara kuantitatif dan kualitatif. Secara
kuantitatif dengan perhitungan nilai indeks keanekaragaman Shannon Wienner.
Nilai H’ ≥ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenisnya tinggi, nilai H’ antara
2 – 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenisnya sedang dan apabila nilai H’
< 2 menunjukkan keanekaragaman jenisnya rendah. Secara kualitatif,
keanekaragaman jenis tidak lain adalah jumlah seluruh jenis tumbuhan yang dapat
ditemukan pada suatu kondisi habitat tertentu. Hal ini karena jumlah jenis pada
suatu kondisi habitat tertentu yang lebih banyak dari kondisi habitat lainnya dapat
dianggap lebih beragam jenisnya.
a. Habitus pohon
Indeks keanekaragaman jenis untuk berbagai tingkat pertumbuhan habitus
pohon pada setiap tipe vegetasi hutan TNGM disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan berhabitus pohon di kawasan
TNGM
Zona Tipe Ekosistem H’ pada tingkat pertumbuhan
Semai Pancang Tiang Pohon
Zona Pemanfaatan Hutan Dataran Rendah 2,00 1,07 1,38 1,25
Zona Rimba Hutan Peg. Bawah 1,07 1,38 1,91 1,80
Hutan Peg. Tengah 1,50 2,22 1,95 2,51
Hutan Peg. Atas 0,00 0,69 0,98 0,74
Zona Inti 2 Hutan Peg. Bawah 1,58 1,73 1,31 2,23
Zona Inti 1 Hutan Peg. Atas 0,00 0.68 - -
Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener
Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis
tumbuhan pada setiap zonasi dan tipe ekosistem pada umumnya termasuk rendah
dan hanya beberapa tingkat pertumbuhan yang termasuk sedang.
Nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi untuk semai (2,00) terdapat
pada Zona Pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah sedangkan
terendah terdapat pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas (0,00)
yang berarti hanya ditemukkan satu jenis tumbuhan saja.
Untuk tingkat pancang, indeks keanekaragamn tertinggi terdapat pada
zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah sebesar 2,22 dan terendah
terdapat pada zona inti 1di tipe ekosistem hutan pegunungan atas sebesar 0,68.
Pada tingkat tiang hampir merata dan tertinggi terdapat pada zona rimba di tipe
ekosistem hutan pegunungan tengah (1,95).
Untuk tingkat pohon, indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada zona
rimba ekosistem hutan pegunungan tengah sebesar 2,51 dan terendah terdapat
pada zona rimba pegunungan atas dengan nilai 0,74. Namun pada zona inti 1 di
tipe ekosistem hutan pegunungan atas tidak ditemukkan tingkat pohon.
Dari hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman di atas terlihat bahwa
terdapat kecenderungan nilai indeks keanekaragaman tumbuhan tingkat pohon
lebih tinggi daripada tingkat tiang, pancang dan semai pada setiap kawasan hutan.
Kecenderungan ini menunjukkan bahwa regenerasi beberapa jenis tumbuhan tidak
berjalan dengan baik atau populasinya menurun, sehingga dinamika hutan menuju
ke suatu kondisi yang tidak sama dengan kondisi semula. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain adanya dominasi jenis-jenis tertentu yang
menyebabkan tertekannya jenis-jenis lain, persaingan yang sangat tinggi antar
jenis tumbuhan dan adanya gangguan dari luar.
b. Tumbuhan bawah
Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada setiap tipe vegetasi
hutan TNGM disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tiap tingkat
pertumbuhan di kawasan TNGM Zona Tipe Ekosistem H' pada habitus
Herba Semak Perdu
Zona Pemanfaatan Hutan Dataran Rendah 1,56 - 0,00
Zona Rimba Hutan Peg. Bawah 2,17 - 0,40
Hutan Peg. Tengah 1,13 - 0,00
Hutan Peg. Atas 1,53 0,00 0,85
Zona Inti 2 Hutan Peg. Bawah 1,22 - 0,00
Zona Inti 1 Hutan Peg. Atas 1,14 - 0,00
Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener
Secara umum indeks keanekaragaman jenis tumbuhan pada habitus herba
termasuk rendah, kecuali pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan
bawah yang memiliki tingkat keanekaragaman sedang (2,17). Pada habitus semak
hanya ditemukan 1 jenis pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan
atas; sedangkan pada habitus perdu termasuk rendah keanekaragaman jenisnya.
c. Habitus epifit dan liana
Indeks keanekaragaman jenis untuk habitus epifit dan liana pada setiap
tipe vegetasi hutan TNGM disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Indeks keanekaragaman jenis epifit dan liana di kawasan TNGM
Zona Tipe Ekosistem H' pada habitus
Epifit Liana
Zona Pemanfaatan Hutan Dataran Rendah 0 0
Zona Rimba Hutan Peg. Bawah 0,99 0,35
Hutan Peg. Tengah - 0,93
Hutan Peg. Atas - 0
Zona Inti 2 Hutan Peg. Bawah - 0
Zona Inti 1 Hutan Peg. Atas - -
Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener
Habitus epifit hanya ditemukan pada Zona Pemanfatan di tipe ekosistem
hutan dataran rendah dan zona rimba hutan pegunungan bawah. Untuk habitus
epifit, keanekaragaman jenis tertinggi ditemukan pada zona rimba hutan
pegunungan bawah dengan nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) sebesar 0,99;
sedangkan untuk habitus liana, keanekaragaman jenis tertinggi terdapat pada zona
rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah dengan nilai keanekaragaman
jenis (H’) sebesar 0,93. Pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas
tidak ditemukkan habitus epifit dan liana.
5.1.5 Dominasi tumbuhan
Dominasi suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan penguasaan
suatu jenis terhadap komunitas. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain
ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP), Volume, biomassa, persentase
penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan
(Soerianegara dan Indrawan 1998).
INP merupakan besaran yang menunjukkan kedudukan (dominansi) suatu
jenis terhadap jenis lain dalam suatu komunitas. Jenis tumbuhan yang
mendominasi suatu areal tertentu menunjukkan bahwa jenis tumbuhan tersebut
memiliki tingkat adaptasi dan kesesuaian yang lebih tinggi daripada jenis lainnya.
Makin besar INP suatu jenis, maka peranannya dalam komunitas tersebut semakin
penting. INP tertinggi suatu jenis tumbuhan pada suatu ekosistem menunjukkan
bahwa jenis tumbuhan tersebut paling dominan pada ekosistem tersebut.
a. Habitus Pohon
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat terlihat adanya perbedaan
jenis yang mendominasi di setiap lokasi kawasan hutan. Komposisi dan struktur
suatu vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor, yaitu : flora setempat,
habitat (iklim, tanah dan lain-lain), waktu dan kesempatan (Marsono, 1991).
Adanya perbedaan komposisi vegetasi pada setiap tipe kawasan hutan disebabkan
oleh faktor-faktor tersebut.
Nilai INP tertinggi berbagai tingkat pertumbuhan pohon pada tiap
kawasan hutan di TNGM disajikan pada Tabel 17 secara lengkap disajikan pada
Lampiran 3-44.
Tabel 17 Daftar jenis tumbuhan dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada
berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM Zona Tipe
Ekosistem
Tingkat
Prtumb.
Nama Lokal Nama Ilmiah INP
(%)
Zona
Pemanfaatan
Hutan
Dataran
Rendah
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Kina
Kina
Puspa
Rasamala
Cinchona pubescens Vahl
Cinchona pubescens Vahl
Schima wallichii(DC) Korth
Altingia excelsa Noronha.
42,48
88,31
111,21
183,32 Zona Rimba Hutan
Peg.
Bawah
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Kemaduh
Kemaduh
Kemaduh
Dadap Pri
Laportes stimulans Miq.
Laportes stimulans Miq.
Laportes stimulans Miq.
Erythrina lithosperma Miq.
102,59
96,54
52,73
141,34
Hutan
Peg.
Tengah
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Pasang
Sowo
Sowo
Pasang Kletak
Quercus sundaica Blume
Engelherdia spicata Blume.
Engelherdia spicata Blume.
Lithocarpus elegans (Bl)
Hatus ex Soepadmo
98,61
40,07
67,38
79,39
Hutan
Peg. Atas
Semai
Pancang Tiang
Pohon
Akasia Deguren
Akasia Deguren Gesik
Akasia Deguren
Acacia decurrens Willd.
Acacia decurrens Willd Elaeocarpus pierrei K.& V.
Acacia decurrens Willd.
200,00
101,58 158,10
223,17
Zona Inti 2 Hutan
Peg.
Bawah
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Kina
Duwet
Kina
Rasamala
Cinchona pubescens Vahl
Eugenia cumini Merr.
Cinchona pubescens Vahl
Altingia excelsa Noronha.
53,33
52,74
174,94
69,69
Zona Inti 1 Hutan
Peg. Atas
Semai
Pancang
Akasia Deguren
Akasia Deguren
Acacia decurrens Willd.
Acacia decurrens Willd.
200,00
109,52
Pada Tabel 17 terlihat bahwa pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan
dataran rendah, tingkat semai dan pancang didominasi oleh Kina (Cinchona
pubeschens Willd.) dan tingkat tiang didominasi oleh puspa (Schima wallichii
(D.C.) Korth.) dan tingkat tiang didominasi oleh Rasamala (Altingia excelsa
Noronha.). Pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, tingkat
semai, pancang dan tiang didominasi oleh kemaduh (Laportes stimulans Miq.)
yang merupakan tumbuhan yang dapat membuat kulit menjadi gatal jika
menyentuhnya. Pada tingkat pohon didominasi oleh Dadap Pri (Erythrina
lithosperma Miq.).
Pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, tingkat
semai didominasi ialah pasang (Quercus sundaica Blume); tingkat pancang dan
tiang didominasi olah sowo (Egelherdia spicata Blume.); dan tingkat pohon
didominasi ialah pasang kletak (Lithocarpus elegans (Bl) Hatus ex. Soepadmo).
Pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, tingkat semai,
pancang dan pohon didominasi oleh Akasia deguren (Acacia decurrens Willd).
Menurut petugas lapang dan masyarakat sekitar, akasia deguren ialah tumbuhan
yang cepat sekali tumbuh dan menyebar. Padahal tumbuhan ini merupakan
tumbuhan yang berasal dari luar kawasan dan sengaja ditanam untuk
merehabilitasi lahan yang rusak, namun tumbuhan ini malah mendominasi
sehingga terjadilah invasi.
Pada zona inti 2 di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, pada tingkat
tiang didominasi oleh tumbuhan kina (Cinchona pubescens Vahl.) namun pada
tingkat pohon didominasi oleh rasamala (Altingia excelsa Noronha).
Pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas, tingkat
pertumbuhan tiang dan pohon tidak ditemukan, sedangkan pada tingkat semai dan
pancang didominasi oleh Akasia deguren (Acacia decurrens Willd.). Hal ini
dikarenakan lokasinya berada di ketinggian tempat di atas 2.500 mdpl, sehingga
sulit sekali tumbuhan berhabitus pohon untuk hidup.
b. Tumbuhan bawah
Nilai INP tertinggi pada tumbuhan bawah (herba, semak dan perdu) di
kawasan TNGM disajikan pada Tabel 18, sedangkan secara lengkap disajikan
pada Lampiran 3-44.
Tabel 18 Daftar jenis tumbuhan bawah dengan INP tertinggi di kawasan TNGM
Zona Tipe
Ekosistem
Habitus Nama
Lokal
Nama Ilmiah INP
Zona
Pemanfaatan
Hutan
Dataran Rendah
Herba
Perdu
Lombokan
Kaliandra
Eupatorium riparium Regel
Calliandra calothyrsus Meissn.
61,40
200,00
Zona Rimba Hutan Peg.
Bawah
Herba
Perdu
Srunen
Jokotuo
Eupatorium riparium Regel
Scoparia dulcis L.
66,02
133,33
Hutan
Peg.Tengah
Herba
Perdu
Lombokan
Miren
Eupatorium riparium Regel
Thespesia lampas Dalz & Gibs
145,23
200,00
Hutan Peg.
Atas
Herba
Semak
Perdu
Lombokan
Cepokogeni
Manisrejo
Eupatorium riparium Regel
Rhododendron javanicum Benn.
Vaccinium Varingfolium Miq.
95,99
200,00
48,70
Zona Inti 2 Hutan Peg.
Bawah
Herba
Perdu
Lombokan
Kemiren
Eupatorium riparium Regel
Thespesia lampas Dalz & Gibs
111,36
200,00
Zona Inti 1 Hutan Peg. Atas
Herba Perdu
Blaba'ang Manisrejo
Arundinella nepalensis Trin. Vaccinium varingfolium Miq.
126,14 200,00
Dari Tabel 18 bahwa pada habitus herba di semua lokasi didominasi oleh
jenis tumbuhan lombokan/telasian/sunen (Eupatorium riparium Regel.) kecuali
pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas dengan ketinggian
tempat 2.500 mdpl, didominasi oleh jenis rumput blaba’ang (Arundinella
nepalensis Trin.).
Pada habitus semak, hanya ditemukan satu jenis tumbuhan yaitu
cepokogeni (Rhododendron javanicum Benn.) yang terdapat pada zona rimba di
tipe ekosistem hutan pegunugan atas. Pada habitus perdu, jenis tumbuhan yang
mendominasi pada semua lokasi adalah miren/kemiren/klepon (Thespesia lampas
Dalz & Gibs) kecuali pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas
yang didominasi oleh Manisrejo (Vaccinium varingfolium Miq.) Hal ini
kemungkinan disebabkan karena ketinggian tempat pada kawasan ini lebih dari
2.500 mdpl, sehingga hanya vegetasi ini yang dapat beradaptasi dengan
lingkungan tersebut.
c. Habitus epifit dan liana
Nilai INP tertinggi habitus epifit dan liana di kawasan TNGM disajikan
pada Tabel 19 dan secara lengkap disajikan pada Lampiran 3-44.
Tabel 19 Daftar jenis epifit dan liana yang memiliki INP tertinggi di kawasan
TNGM
Zona Tipe
Ekosistem
Habitus Nama Lokal Nama Ilmiah INP
Zona
Pemanfaatan
Hutan
Dataran
Rendah
Epifit
Liana
Jalumampang
Rembet
Epipremnun pinnatum Engld.
Rubus moluccanus L.
200,00
200,00
Zona Rimba Hutan Peg.
Bawah
Epifit
Liana
Ipik
Brembet
Ficus superba Miq.
Rubus moluccanus L.
92,85
177,08 Hutan Peg.
Tengah
Liana Rembetan Rubus moluccanus L. 90,00
Hutan Peg.
Atas
Liana Rembet Rubus moluccanus L. 200,00
Zona Inti 2 Hutan Peg.
Bawah
Liana Rembet Rubus moluccanus L. 200,00
200,00
Zona Inti 1 Hutan Peg.
Atas
- - - -
Pada habitus epifit, jenis tumbuhan hanya ditemukan pada zona
pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah dan zona rimba di tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah. Jenis tumbuhan Ipik (Ficus superba Miq.)
mendominasi pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, pada
zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah didominasi oleh jenis
jalumampang (Epipremnun pinnatum Engl.). Sedangkan di lokasi lainnya tidak
ditemukan jenis tumbuhan yang termasuk habitus epifit.
Pada habitus liana, Jenis rembet/brembet/rembetan (Rubus moluccanus L.)
mendominasi di setiap zona dan tipe ekosistem TNGM, sedangkan pada zona inti
1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas tidak ditemukannya jenis tumbuhan
yang termasuk habitus epifit dan liana.
5.1.6 Kerapatan tumbuhan
Kerapatan jenis tumbuhan adalah salah satu indikator untuk menduga
kepadatan jenis sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan pada suatu komunitas.
Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau
banyaknya suatu jenis per satuan luas (Indriyanto, 2006). Makin besar kerapatan
suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Kerapatan pada
suatu areal dapat memberikan gambaran ketersediaan dan potensi sumberdaya
alam hayati berupa tumbuhan.
a. Habitus pohon
Di bawah ini pada Tabel 20 disajikan rekapitulasi nilai kerapatan jenis
tumbuhan pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM. Nilai
kerapatan masing-masing jenis tumbuhan di kawasan TNGM secara lengkap
disajikan pada Lampiran 3-44.
Tabel 20 Kerapatan jenis tumbuhan pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di
kawasan TNGM Zona Tipe
Ekosistem
Tingkat
Pertumb.
Nama Lokal Nama Ilmiah Kerapatan
(Ind/ha)
Zona Pemanfaatan
Hutan Dat. rendah
Semai Pancang
Tiang
Pohon
Kina Puspa
Kina
Puspa
Rasamala
Cinchona pubescens Vahl Schima wallichii (DC)Korth.
Cinchona pubescens Vahl
Schima wallichii (DC)Korth
Altingia excelsa Noronha.
1.000 560
70
70
95
Zona Rimba Hutan Peg.
Bawah
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Kemaduh
Kemaduh
Wilodo B.
Dadap pri
Laportes stimulans Miq.
Laportes stimulans Miq.
Ficus lepicarpa Blume
Erythrina luthosperma Miq.
1.500
960
15
115
Hutan Peg.
Tengah
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Pasang
Pasang
Pasang
Pasang Kletak
Quercus sundaica Blume
Quercus sundaica Blume
Quercus sundaica Blume
Lithocarpus elegans (Bl) Hatus ex Soepadmo
916
146
66
80
Hutan Peg.
Atas
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Akasia Deg.
Gesik
Gesik
Akasia Deg.
Acacia decurrens Willd.
Elaeocarpus pierrei K.& V.
Elaeocarpus pierrei K.& V.
Acacia decurrens Willd.
166
666
133
58
Zona Inti 2 Hutan Peg.
Bawah
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Kina
Duwet
Kina
Kina
Cinchona pubescens Vahl
Eugenia cumini Merr.
Cinchona pubescens Vahl
Cinchona pubescens Vahl
750
200
680
60
Zona Inti 1 Hutan Peg.
Atas
Semai
Pancang
Akasia Deg.
Sonto
Acacia decurrens Willd.
Sarcosperma sp.
500
320
Pada Tabel 20 terlihat bahwa kerapatan terbesar pada tingkat pohon
terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yaitu dadap
pri (Erythrina luthosperma Miq.) sebesar 115 ind/ha. Pada tingkat tiang kerapatan
terbesar terdapat pada zona inti 2 di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yaitu
kina (Cinchona pubescens Vahl.) sebesar 680 ind/ha. Pada tingkat pancang
tertinggi terdapat pada zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah
yaitu puspa (Schima wallichii) sebesar 560. Pada tingkat semai tertinggi terdapat
pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yaitu Kemaduh
(Laportes stimulans Miq.) sebesar 1.500 ind/ha.
Tinggi dan rendahnya kerapatan populasi tumbuhan pada tingkat semai,
pancang, tiang dan pohon di kawasan TNGM dipengaruhi oleh banyak faktor
lingkungan. Selain akibat pengaruh faktor lingkungan, perubahan kerapatan
dipengaruhi juga oleh adanya kelahiran dan kematian (Gopal dan Bhardwaj, 1979;
Resosoedarmo et al., 1986).
b. Tumbuhan bawah
Kerapatan tumbuhan bawah (herba, semak dan perdu) di kawasan TNGM
berkisar antara 250-62.500 individu/ha, dimana kerapatan tumbuhan pada habitus
herba berkisar dari 250-62.500 individu/ha, pada habitus semak hanya terdapat
pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan atas dengan nilai kerapatan
333 individu/ha, dan perdu berkisar antara 360-5.833 individu/ha. Yang menarik
adalah pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas yang didominasi
oleh Manisrejo (Vaccinium varingfolium Miq.). Terdapat hamparan perdu
manisrejo yang besarnya mencapai sebesar tingkat tiang dengan nilai kerapatan
sebesar 4.720 individu/ha.
Rekapitulasi nilai kerapatan total jenis tumbuhan bawah di kawasan
TNGM disajikan pada Tabel 21, sedangkan nilai kerapatan tiap jenis tumbuhan
disajikan secara lengkap pada Lampiran 3-44.
Tabel 21 Kerapatan total jenis tumbuhan bawah di kawasan TNGM Zona Tipe
Ekosistem
Habitus Nama Lokal Nama Ilmiah Kerapatan
(Ind/ha)
Zona
Pemanfaatan
Hutan Dat.
rendah
Herba
Perdu
Cakarayam
Kaliandra
Boerhaavia erecta L.
Calliandra calothyrsus Meis.
12.250
5.750
Zona Rimba Hutan Peg.
Bawah
Herba
Perdu
Srunen
Jokotuo
Eupatorium riparium Regel
Scoparia dulcis L.
23.000
1.375
Hutan Peg.
Tengah
Herba
Perdu
Lombokan
Klepon
Eupatorium riparium Regel
Thespesia lampas D.&G.
27.000
8.166 Hutan Peg.
Atas
Herba
Semak
Perdu
Telasian
Cepokogeni
Miren
Eupatorium riparium Regel
Rhododendron javanicum B.
Thespesia lampas D.&G.
24.666
333
5.833
Zona Inti 2 Hutan Peg.
Bawah
Herba
Perdu
Lombokan
Kemiren
Eupatorium riparium Regel
Thespesia lampas D.&G.
22.250
360
Zona Inti 1 Hutan Peg.
Atas
Herba
Perdu
R. Blaba'ang
Manisrejo
Arundinella nepalensis Trin.
Vaccinium Varingfolium Miq.
62.500
4.720
Kerapatan tumbuhan bawah selalu bernilai tinggi karena disebabkan oleh
sifat tumbuhan bawah bersifat ruderal. Ruderal ialah selalu dijumpai pada
lingkungan yang mengalami gangguan yang tinggi tetapi berpotensi produktif.
Pada umumnya terdiri dari jenis herba yang mempunyai umur yang pendek
dengan produksi biji yang sangat tinggi. Jenis-jenis ini umumnya menempati fase
awal dari suksesi (Sastroutomo, 1990).
c. Habitus epifit dan liana
Nilai kerapatan tumbuhan total habitus epifit dan liana disajikan pada
Tabel 22 sedangkan nilai kerapatan setiap jenisnya disajikan pada lampiran 3-44.
Tabel 22 Kerapatan total jenis epifit dan liana di kawasan TNGM
Zona Tipe
Ekosistem
Habitus Nama Lokal Nama Ilmiah Kerapatan
(Ind/ha)
Zona
Pemanfaatan
Hutan Dat.
rendah
Epifit
Liana
Jalumampang
Rembetan
Epipremnun pinnatum E.
Rubus moluccanus L.
2
15
Zona Rimba Hutan Peg.
Bawah
Epifit
Liana
Ipik
Brembet
Ficus superba Miq.
Rubus moluccanus L.
5
18
Hutan Peg.
Tengah
Liana Ketepeng Cassia alata Linn.
4
Hutan Peg.
Atas
Liana Rembet Rubus moluccanus L. 45
Zona Inti 2 Hutan Peg.
Bawah
Liana Rembet Rubus moluccanus L. 5
Zona Inti 1 Hutan Peg.
Atas
- - - -
Dari Tabel 22 terlihat bahwa pada habitus epifit nilai kerapatan tertinggi
berada pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yaitu ipik
(Ficus superba Miq.) sebesar 5 individu/ha, dan nilai kerapatan terendah berada di
lokasi yang sama yaitu jalumampang (Epipremnun pinnatum E.) sebesar 1
individu/ha. Sedangkan di lokasi lain selain zona pemanfaatan di tipe ekosistem
hutan dataran rendah tidak ditemukkan habitus epifit sehingga tidak ada nilai
kerapatannya. Pada habitus liana, nilai kerapatan tertinggi terdapat pada zona
rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan atas yaitu rembet (Rubus moluccanus
L.) dengan nilai kerapatan sebesar 45 individu/ha.
5.1.7 Pola sebaran tumbuhan
Setiap jenis tumbuhan dalam suatu komunitas akan mempunyai pola
penyebaran yang tersendiri. Pola ini dapat memiliki persamaan dengan jenis
lainnya tetapi tidak mungkin seluruhnya sama. Di bawah ini disajikan macam-
macam pola penyebaran tumbuhan pada masing-masing habitus di tiap zona dan
tipe ekosistem di kawasan TNGM.
a. Habitus pohon
Berdasarkan perhitungan nilai indeks penyebaran tumbuhan diketahui
bahwa sebagian besar pola penyebaran tumbuhan habitus pohon pada berbagai
tingkat pertumbuhan adalah mengelompok.
Pola penyebaran tumbuhan berhabitus pohon pada berbagai tingkat
pertumbuhan pada berbagai lokasi di kawasan TNGM secara lengkap disajikan
pada Lampiran 45-86, sedangkan rekapitulasinya disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Pola penyebaran tumbuhan berhabitus pohon pada berbagai tingkat
pertumbuhan di kawasan TNGM Zona Tipe
Ekosistem
Tingkat
Pertumbuhan
Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Zona
Pemanfaatan
Hutan
Dataran
Rendah
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
1,05
2,14
1,98
0,96
0,65
0,77
0,60
0,90
1,55
1,35
1,62
1,15
0,04
0,54
0,52
-0,10
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Merata
Zona Rimba Hutan Peg.
Bawah
Semai
Pancang
Tiang Pohon
1,17
1,51
1,75 1,08
0,95
0,87
0,22 0,94
1,06
1,16
2,06 1,07
0,50
0,50
0,35 0,50
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok Mengelompok
Hutan
Peg.
Tengah
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
6,27
1,81
2,20
1,07
0,23
0,76
0,82
0,95
1,98
1,30
1,22
1,06
0,57
0,50
0,51
0,50
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Hutan
Peg. Atas
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
-
1,27
1,31
1,63
-
0,80
0,74
0,80
-
1,27
1,36
1,27
-
0,49
0,42
0,50
-
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Zona Inti 2 Hutan
Peg.Bawah
Semai
Pancang Tiang
Pohon
3,33
0,66 1,26
1,15
0,21
-0,26 0,74
0,93
2,25
3,00 1,40
1,10
0,56
-0,08 0,32
0,50
Mengelompok
Merata Mengelompok
Mengelompok
Zona Inti 1 Hutan
Peg. Atas
Semai
Pancang
-
1,66
-
0,41
-
2,19
-
0,27
-
Mengelompok
Pada setiap zona dan tipe ekosistem dapat terlihat rata-rata pola
penyebaran habitus pohon pada tiap tingkat pertumbuhan cenderung
mengelompok. Pola mengelompok ini menurut Heddy et al. (1986) terjadi karena
berbagai sebab antara lain kondisi lingkungan jarang yang seragam seperti
perbedaan kondisi tanah dan iklim serta pola reproduksi dari suatu individu-
individu anggota populasi bagi tumbuhan yang bereproduksi secara vegetatif.
Hanya terdapat beberapa pola penyebaran yang merata yaitu pada zona
pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah pada tingkat pohon dan pada
daerah zona inti 2 di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah. Pola merata ini
mencerminkan adanya interaksi negatif seperti persaingan untuk ruang dan unsur
hara atau cahaya. Namun pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan
atas dan zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas pada tingkat semai
tidak didefinisikan pola penyebarannya karena nilai derajat indeks morisitanya 0
(nol). Hal ini disebabkan karena pada pengukuran di lapangan hanya ditemukan
satu individu tumbuhan.
b. Habitus tumbuhan bawah
Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks penyebaran tumbuhan bawah
pada kawasan TNGM dapat diketahui bahwa sebagian besar pola penyebaran
tumbuhan bawah adalah mengelompok. Pola penyebaran masing-masing jenis
tumbuhan pada habitus tumbuhan bawah disajikan secara rinci pada Lampiran 45-
86, sedangkan rekapitulasinya disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24 Pola penyebaran berbagai habitus tumbuhan bawah di kawasan TNGM
Zona Tipe
ekosistem
Habitus Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Zona Pemanfaatan
Hutan Dataran Rendah
Herba Perdu
1,12 1,18
0,95 0,71
1,07 1,45
0,50 0,20
Mengelompok Mengelompok
Zona Rimba Hutan Peg.
Bawah
Herba
Perdu
1,17
3,50
0,97
0,32
1,03
1,92
0,50
0,54
Mengelompok
Mengelompok
Hutan Peg.
Tengah
Herba
Perdu
1,26
3,69
0,96
0,86
1,04
1,17
0,50
0,54
Mengelompok
Mengelompok
Hutan Peg.
Atas
Herba
Semak
Perdu
1,19
15,00
1,54
0,96
-7,37
0,81
1,04
13,19
1,26
0,50
0,63
0,50
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Zona Inti 2 Hutan Peg.
Bawah
Herba
Perdu
1,33
5,00
0,95
0,21
1,07
2,25
0,51
0,67
Mengelompok
Mengelompok
Zona Inti 1 Hutan Peg. Atas
Herba Perdu
1,34 1,97
0,97 0,93
1,04 1,12
0,51 -0,08
Mengelompok Merata
Dari Tabel 24, dapat terlihat bahwa pola sebaran yang terjadi pada habitus
tumbuhan bawah di setiap zona dan tipe ekosistem cenderung mengelompok,
kecuali pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas pada habitus
perdu yang termasuk merata. Kondisi ini dapat dilihat di lapang dimana tumbuhan
berhabitus perdu yang ditemukan pada daerah ini didominasi oleh manisrejo
(Vaccinium varingfolium Miq.) yang tumbuh secara merata di kawasan ini. Hal ini
menurut Heddy et al. (1986), tumbuhan yang dominan di hutan jaraknya akan
teratur karena kompetisi yang sangat kuat untuk mendapatkan cahaya dan unsur
hara.
c. Habitus Epifit dan liana
Pola penyebaran tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM disajikan
pada Tabel 25, sedangkan pola penyebaran masing-masing jenis tumbuhan di
kawasan TNGM secara lengkap disajikan pada Lampiran 45-86.
Tabel 25 Pola penyebaran tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM
Zona Tipe
Ekosistem
Habitus Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Zona Pemanfaatan
Hutan Dataran Rendah
Epifit Liana
- 0,00
- -0,26
- 3,00
- -0,39
- Merata
Zona Rimba Hutan Peg.
Bawah
Epifit
Liana
2,85
4,16
-0,44
0,32
2,97
1,92
0,46
0,56
Mengelompok
Mengelompok
Hutan Peg.
Tengah
Liana 2,71 -0,17 2,52 0,50 Mengelompok
Hutan Peg.
Atas
Liana 2,64 0,67 1,46 0,53 Mengelompok
Zona Inti 2 Hutan Peg.
Bawah
Liana 10,00 -5,3 11,02 0,44 Mengelompok
Zona Inti 1 Hutan Peg.
Atas
- - - - - -
Pada Tabel 25 terlihat bahwa sebagian besar pola penyebaran tumbuhan
pada habitus epifit dan liana di kawasan TNGM adalah mengelompok, kecuali
pola penyebaran pada zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah
pada habitus liana yang termasuk merata.
5.2 Kelompok Kegunaan Jenis-jenis Tumbuhan di Kawasan TNGM
Jumlah jenis tumbuhan berguna yang ditemukan di kawasan TNGM
sebanyak 108 jenis dari 53 famili dan dapat digolongkan menjadi 11 (sebelas)
kelompok kegunaan yaitu pemanfaatan sebagai tumbuhan obat, hias, penghasil
pangan, pakan ternak, penghasil aromatik (minyak atsiri), bahan pewarna dan
tanin, bahan bangunan, keperluan ritual adat dan keagamaan, anyaman dan
kerajinan, penghasil kayu bakar dan kegunaan lainnya.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, informasi dari masyarakat, dan studi
literatur menunjukan bahwa masih banyak tumbuhan yang ditemukan belum
diketahui kegunaannya oleh masyarakat, hal ini disebabkan karena pengetahuan
masyarakat yang kurang akan kegunaan jenis-jenis tumbuhan tersebut. Sebagian
besar jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat adalah berdasarkan
informasi secara turun temurun dari orangtua dan nenek moyang mereka yang
telah memanfaatkan jenis-jenis tumbuhan sebelumnya. Adapun jumlah jenis
tumbuhan dan famili tumbuhan yang termasuk kedalam kelompok kegunanan
tertentu disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26 Kelompok Kegunaan Jenis-jenis Tumbuhan di kawasan TNGM No Kelompok Kegunaan Jumlah Jenis Jumlah Famili
1 Tumbuhan obat 30 22
2 Tumbuhan hias 5 4
3 Tumbuhan penghasil pangan 32 24 4 Tumbuhan pakan ternak 16 11
5 Tumbuhan aromatik & Penghasil minyak
atsiri
4 3
6 Tumbuhan bahan pewarna dan tanin 10 8
7 Tumbuhan penghasil bahan bangunan 13 10
8 Tumbuhan ritual adat & keagamaan 1 1
9 Tumbuhan penghasil bahan tali, anyaman
dan kerajinan
17 10
10 Tumbuhan penghasil kayu bakar 9 8
11 Tumbuhan Kegunaan Lainnya 11 9
Berdasarkan Tabel 26 terlihat bahwa sebagian besar jenis tumbuhan yang
ditemukan pada areal hutan kawasan TNGM masuk ke dalam kelompok
kegunaan pangan dengan jumlah jenis yang ditemukan sebanyak 32 jenis dari 24
famili diikuti dengan kegunaan tumbuhan obat yaitu sebanyak 30 jenis dari 22
famili. Tumbuhan yang paling sedikit dapat dimanfaatkan terdapat pada kelompok
kegunaan tumbuhan ritual adat dan keagamaan dengan 1 jenis hal ini dikarenakan
pada setiap daerah memiliki kepercayaan yang berbeda dalam memanfaatkan
tumbuhan sebagai ritual adat dan keagamaan.
5.2.1 Tumbuhan Obat
Indonesia termasuk negara yang memiliki hutan alam tropika yang kaya
akan keanekaragaman jenis tumbuhan obat. Diperkirakan mencapai kurang lebih
1300 jenis tumbuhan yang telah diketahui secara pasti berkhasiat obat dan
terdapat di hutan tropika Indonesia (Zuhud, Ekarelawan dan Riswan, 1994).
Berdasarkan pengamatan di lapangan, informasi dari masyarakat sekitar
hutan serta studi literatur, jumlah jenis tumbuhan obat yang ditemukan pada
kawasan TNGM berjumlah 30 jenis dari 22 famili.
Bagian tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk obat
adalah akar, kulit kayu, daun, batang, rimpang dan buah tergantung dari jenis
tumbuhan yang dimanfaatkan. Penggunaan tumbuhan obat oleh masyarakat antara
lain dengan cara direbus terlebih dahulu bagian yang akan digunakan, ditumbuk,
dan dimakan langsung. Sebagian besar jenis tumbuhan yang digunakan oleh
masyarakat adalah dari habitus tumbuhan bawah, hanya sebagian kecil saja yang
memanfaatkan habitus pohon. Habitus pohon biasanya yang dimanfaatkan adalah
kulit kayu seperti Kina (Cinchona pubeschens). Masyarakat menggunakan jenis
tumbuhan tertentu untuk obat berdasarkan pengalaman orang tua terdahulu. Di
bawah ini disajikan beberapa jenis tumbuhan yang berkhasiat obat, bagian yang
digunakan dan khasiatnya (Tabel 27).
Tabel 27 Daftar jenis tumbuhan obat yang terdapat di kawasan TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan
Khasiat
1 Ande-ande Antidesma
tetrandum Bl.
Euphorbiaceae Kulit kayu Stamina
2 Anggring Trema cannabina
Lour.
Ulmaceae Akar Kencing
berdarah 3 Bendo Artocarpus elastica
Reinw.
Moraceae Getah
Daun
Disentri
TBC
4 Bubukuan Strobilanthes cernus
Blume.
Acanthaceae Daun Kencing batu
5 Dilem Pogostemon
hortensis Backer.
Lamiaceae Semua bagian Sakit perut
Bau Badan
6 Dlundung
Gunung
Pouzolzia viminea
Wedd.
Urticaceae Akar Muntah darah
7 Duwet Eugenia cumini
Merr.
Myrtaceae Daun, Bunga
Biji
Kencing Manis
Diabetes
8 Girang Leea aequata Linn. Vitaceae Batang Daun
Penghangat Demam
9 Gondang Ficus variegata Bl. Moraceae Akar
Kuliy kayu
Anti racun
Muntah darah
10 Jalumampang Epipremnun
pinnatum Engl.
Araceae Batang Salah urat
11 Kedoyo Amoora
aphanamixis
Roem&Schult
Meliaceae Batang luar Masuk angin
12 Kemaduh Laportes stimulans
Miq.
Urticaceae Cairan pada
Batang
Batuk
13 Ketepeng Cassia alata Linn. Fabaceae Daun Herpes
Penyakit kulit 14 Kina Cinchona pubescens
Vahl.
Rubiaceae Kulit kayu Malaria
15 Kleci Caesalpinia crista
Linn.
Fabaceae Akar
Daun
Biji
lambung
Pelancar Haid
Cacingan
16 Lempuyang Zingiber
aromaticum Val.
Zingiberaceae Rimpang Menambah
nafsu makan
17 Lenglengan Leucas
lavandulivolia R.Br.
Lamiaceae Semua bagian Obat luar dan
dalam
18 Lumut/
cakarayam
Boerhaavia erecta
L.
Nyctaginaceae Semua bagian Bronkhitis,
kanker 19 Penjirit Rauvolfia serpentina
(L.) Benth. Ex Kurz
Apocynaceae Akar Sesak nafas
Nyeri perut
No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan
Khasiat
20 Prian Maesa tetranda
(Roxb.) DC.
Myrsinaceae Akar Demam
21 Pung Dichrostachys
cinerea W&A.
Fabaceae Akar, Buah Cacingan
22 Rembet Rubus moluccanus
L.
Rosaceae Akar
Daun
Kejang perut
Sariawan,batuk
23 Sampang Evodia latifolia Dc. Rutaceae Daun Kejang-kejang
24 Tanganan Melicope latifolia
(DC) T.G. Hartley
Rutaceae Daun Membersihkan
badan
25 Tebonan Polygoum chinense L.
Polygonaceae Cairan batang Obat mata
26 Trawas Litsea odorifera Val Lauraceae Daun Sariawan
Pelancar ASI
Sakit perut
27 Uci-uci Kebo Basella rubra Linn Basellaceae Daun Pelancar BAB
Persalinan
28 Urang-urangan Villebrunea
rubescens Blume.
Urticaceae Cairan batang Memperlancar
kencing, Mata
bengkak,
Cacar
29 Dok Sterculia
macrophylla Vent.
Sterculiaceae
Biji Campuran
jamu 30 Dadap Pri Erythrina
luthosperma Miq.
Fabaceae Kulit
Tunas
Daun muda
Demam
Obat mata
Persalinan,
pelancar asi
Di bawah ini adalah contoh jenis tumbuhan obat yaitu kina yang sering
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan TNGM (Gambar 10). Kina
merupakan tumbuhan obat khas desa Kinahrejo, sehingga nama desa ini pun
mengambil dari nama tumbuhan kina. Walaupun tumbuhan kina sendiri
merupakan tumbuhan yang berasal dari luar Indonesia.
Gambar 11 Kina (Cinchona pubescens Vahl.)
Tabel 27 (lanjutan)
5.2.2 Tumbuhan Hias
Setiap bagian dari tumbuhan itu dapat dikatakan sebagai tumbuhan hias
karena mempunyai bagian yang menarik, seperti bentuk daun, batang dan akar
yang menarik dan unik ataupun dari warna daunnya yang bagus. Tumbuhan hias
merupakan komoditi holtikultura non-pangan yang digolongkan ke dalam
holtikultur, dalam kehidupan sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan dalam dan
luar rumah (Arafah, 2005).
Potensi tumbuhan hias yang ditemukan di kawasan TNGM adalah
berjumlah 5 jenis tumbuhan dari 4 famili. Jenis-jenis tumbuhan hias yang
ditemukan pada kawasan TNGM disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28 Daftar jenis tumbuhan hias yang terdapat di kawasan TNGM No. Nama Daerah Nama Ilmiah Famili
1 Cepoko geni Rhododendron javanicum Benn. Ericaceae
2 Edelweiss Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. Asteraceae
3 Gundi Lespedeza junghuhniana Bakh.f. Fabaceae
4 Ketepeng Cassia alata Linn. Fabaceae
5 Manisrejo Vaccinium varingvolium Miq. Ericaceae
Bagian tumbuhan yang paling umum digunakan untuk menjadi tumbuhan
hias adalah bagian bunga, karena bagian bunga memiliki warna-warna yang
menarik dan mempunyai nilai eksotik. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan hias
untuk ditanam di pekarangan rumah dan ada juga beberapa yang memanfaatkan
tumbuhan hias untuk dijual contohnya yaitu tumbuhan Edelweiss (Anaphalis
javanica). Tumbuhan lain yang dapat dimanfaatkan menjadi tumbuhan hias
namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat adalah tumbuhan
cepokogeni (Rhododendron javanicum Benn.) yang memiliki bunga yang sangat
indah berwarna merah dan kuning.
Gambar 12 Bunga Edelweiss (Anaphalis javanica (Bl.) Boerl.)
5.2.3 Tumbuhan Penghasil Pangan
Sebagian besar masyarakat memanfaatkan tumbuhan pangan dari bagian
daun, buah, bunga, dan umbi tergantung jenis tumbuhan yang dimanfaatkan.
Potensi tumbuhan pangan yang ditemukan di kawasan TNGM sebanyak 32 jenis
dari 24 famili. Adapun jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pangan oleh
masyarakat, disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29 Daftar jenis tumbuhan pangan yang terdapat di kawasan TNGM
No Nama
Daerah
Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan
1 Ande-ande Antidesma tetrandum BI. Euphorbiaceae Buah
2 Anggring Trema cannabina Lour. Ulmaceae Daun
3 Banyon Pilea trinervia Wight. Urticaceae Daun
4 Belimbing
Kosek
Acronychia trifoliate Zoll. Rutaceae Daun
5 Bendo Artocarpus elastica Reinw. Moraceae Biji
6 Bilung Kebo Begonia hirtella Link. Begoniaceae Batang 7 Duwet Eugenia cumini Merr. Myrtaceae Buah
8 Gambas Sechium edule Sw. Cucurbitaceae Umbi, Buah
9 Ganen Clidentia hirta Don. Melastomataceae Buah
10 Ganon Marumia muscosa Bl. Melastomataceae Buah
11 Gondang Ficus variegata Bl. Moraceae Daun
12 Ipik Ficus superba Miq. Moraceae Daun
13 Kayu Manis Cinnamomum burmanii Bl. Lauraceae Kulit batang
14 Kendung Helicia javanica Bl. Protaceae Pucuk daun
15 Ketepeng Cassia alata Linn. Fabaceae Daun, Buah
16 Kopi Coffea robusta Lindl.Ex.De.Willd Rubiaceae Biji
17 Koyam Acalypha caturus Bl. Euphorbiaceae Daun 18 Lenglengan Leucas lavandulivolia R.Br. Lamiaceae Daun
19 Lodo Hutan Piper sulcatum Blume Piperaceae Biji
20 Manisrejo Vaccinium varingvolium Miq. Ericaceae Daun
21 Pakis kadut Polystichum obtusum J.Sm. Aspidiaceae Daun
22 Pare Hutan Momordica chorantia Linn. Cucurbitaceae Buah
23 Prian Maesa tetranda (Roxb.) DC. Myrsinaceae Buah
24 Rasamala Altingia excelsa Noronha. Hamamelidaceae Daun
25 Talas-talasan Colocasia sibthorpioides Lmk. Araliaceae Umbi
26 Tanganan Schefflera polybotrya Koord. Araliaceae Daun
27 Tanganan Trevesia sundaica Miq. Araliaceae Kuncup bunga
28 Tebonan Polygoum chinense L. Polygonaceae Batang
29 Tepus Achasma megalochilos Griff. Zingiberaceae B uah 30 Uci-uci Kebo Basella rubra Linn Basellaceae Daun
31 Urang-
urangan
Villebrunea rubescens Blume. Urticaceae Bunga
32 Waderan Corchorus acutangulus Lamk. Tiliaceae Daun
Terdapat banyak sekali tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan, Namun tidak semuanya dijadikan sebagai tumbuhan pangan pokok
sebagai pengganti nasi. Tumbuh-tumbuhan penghasil pangan tersebut sekedar
dapat dimakan dan tidak membahayakan bagi kesehatan.
5.2.4 Tumbuhan Pakan Ternak
Pada umumnya tumbuhan penghasil pakan ternak merupakan tumbuhan
yang memiliki serat yang cukup tinggi. Sebagian besar hewan ternak yang
dimiliki oleh masyarakat adalah sapi, baik sapi perah ataupun sapi pedaging.
Potensi tumbuhan berguna sebagai pakan ternak yang ditemukan sebanyak
16 jenis 11 famili. Adapun jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai pakan
ternak disajikan pada Tabel 30.
Tabel 30 Daftar jenis tumbuhan pakan ternak yang terdapat di kawasan TNGM
No. Nama Daerah Nama Ilmiah Famili
1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. Fabaceae
2 Anggring Trema cannabina Lour. Ulmaceae
3 Banyon Pilea trinervia Wight. Urticaceae
4 Ipik Ficus superba Miq. Moraceae
5 Jalumampang Epipremnun pinnatum Engl. Araceae
6 Kebak Ficus alba Reinw. Moraceae
7 Krembi Homalanthus populneus Pax Euphorbiaceae
8 Lenglengan Leucas lavandulivolia R.Br. Lamiaceae
9 Petungan ijo Commelina benghalensis Linn. Commelinaceae
10 Rumput Bason Paspalaum conyugatum Poaceae
11 Rumput Blaba’ang Arundinella nepalensis Trin. Poaceae
12 Rumput Cowean Otelia alismoides Pers. Hydrocharitaceae
13 Rumput Gajian Panicum distachyum Linn. Poaceae
14 Rumput Grepak Polytoca bracteata R.Br. Poaceae
15 Rumput Kulonjono Pennisetum purpureum Schum. Poaceae
16 Rumput Teki Cyperus rotundus Linn. Cyperaceae
Jenis-jenis rumput tersebut umum digunakan untuk meningkatkan nilai
produksi susu dan daging. Jenis rumput pakan ternak yang paling sering
dimanfaatkan adalah rumput kulonjono, bahkan rumput ini sengaja ditanam di
dalam kawasan TNGM untuk persediaan rumput saat musim kemarau seperti di
daerah Ngargomulyo yang sengaja dijadikan sebagai zona pemanfaatan
tradisional. Selain itu rumput kulonjono merupakan keluarga rumput-rumputan
(Poaceae) yang telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak
(Ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara (Anonim, 2005) disajikan pada
Gambar 13.
Gambar 13 Rumput Kulonjono (Pennisetum purpureum Schum.)
5.2.5 Tumbuhan Aromatik dan Penghasil Minyak atsiri
Potensi tumbuhan berguna sebagai tumbuhan aromatik dan penghasil
minyak atsiri yang ditemukan di kawasan TNGM adalah sebanyak 4 jenis dari 3
famili. Adapun jenis-jenis tumbuhan yang berguna sebagai tumbuhan aromatik
dan penghasil minyak atsiri disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31 Daftar jenis tumbuhan Aromatik dan Minyak atsiri TNGM No. Nama Daerah Nama Ilmiah Famili
1 Dilem Pogostemon hortensis Backer. Lamiaceae
2 Kayu Manis Cinnamomum burmanii Bl. Lauraceae
3 Rasamala Altingia excelsa Noronha. Hamamelidaceae
4 Trawas Litsea odorifera Val Lauraceae
Namun pada kenyataannya di lapangan masyarakat belum memanfaatkan
tumbuhan aromatik dan penghasil minyak atsiri. Hal ini dimungkinkan karena
kurangnya pengetahuan untuk menghasilkan tumbuhan aromatik dan penghasil
minyak atsiri. Selain itu juga untuk menghasilkan bahan aromatik dan minyak
atsiri perlu pengolahan lebih lanjut yang lebih rumit dan dengan proses yang
lama.
5.2.6 Tumbuhan Bahan Pewarna dan Tanin
Potensi tumbuhan berguna sebagai bahan pewarna dan tanin yang terdapat
di kawasan TNGM sebanyak 10 jenis dari 8 famili. Adapun jenis-jenis tumbuhan
yang berguna sebagai bahan pewarna dan tanin disajikan pada Tabel 32.
Tabel 32 Daftar jenis tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin di kawasan
TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian
digunakan
Kegunaan
1 Akasia
Deguren
Acacia decurrens
Willd.
Fabaceae Biji Pewarna
2 Dempul Glochidion
arborescens Bl.
Euphorbiaceae Kulit Batang Pewarna
3 Jalumampang Epipremnun pinnatum
Engl.
Araceae Akar gantung Penghitam gigi
4. Krembi Homalanthus
populneus Pax
Euphorbiaceae Kulit batang,
daun
Pewarna
5 Lodo Symplocos javanica
(Bl.) Kurz
Symplocaceae Kulit kayu Pewarna batik
6 Jirek Symplocos
cochinchinensis
(Lour.) Moore
Symplocaceae Kulit kayu Pewarna
7 Pinus Pinus merkusii Jungh
& De Vr
Pinaceae Getah Pewarna batik
8 Sampang Evodia latifolia Dc. Rutaceae Getah Pewarna
9 Uci-uci Kebo Basella rubra Linn Basellaceae Buah Pewarna
10 Urang-urangan Villebrunea rubescens
Blume.
Urticaceae Getah Pewarna
Pada kenyataannya di lapangan, sebagian besar masyarakat sudah jarang
menggunakan bahan pewarna nabati karena mereka lebih suka memakai bahan
pewarna yang mudah dicari dan praktis. Di bawah ini contoh jenis tumbuhan
bahan pewarna dan tanin yang terdapat di kawasan TNGM (Gambar 14).
Gambar 14 Akasia Deguren (Acacia decurrens Willd.)
5.2.7 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan
Tumbuhan penghasil bahan bangunan biasanya berasal dari habitus pohon
dan bagian tumbuhan yang digunakan adalah kayu. Tumbuhan berkayu yang
digunakan mempunyai kekuatan cukup besar, berdiameter besar, tinggi, kulitas
kayunya baik dan tahan lama untuk dibuat tiang dan bahan bangunan rumah.
Namun pemanfaatan tumbuhan untuk penghasil bahan bangunan yang
berasal dari kawasan TNGM sudah sangat jarang dilakukan. Masyarakat lebih
banyak menggunakan kayu bangunan yang berasal dari lahannnya atau tegalannya
sendiri. Jarangnya pemanfaatan sumberdaya alam berupa kayu oleh masyarakat
sekitar Taman Nasional dikarenakan sebagian masyarakat masih percaya adanya
mitos dari nenek moyang tentang larangan penebangan pohon didalam kawasan
hutan dan kepercayaan masyarakat untuk menjaga hutan.
Potensi tumbuhan berguna sebagai penghasil bahan bangunan yang
ditemukan di kawasan TNGM adalah sebanyak 13 jenis dari 10 famili. Adapun
jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan yang sering dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar TNGM disajikan pada Tabel 33.
Tabel 33 Daftar jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan di kawasan TNGM No. Nama Daerah Nama Ilmiah Famili
1 Bendo Artocarpus elastica Reinw. Moraceae
2 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. Casuarinaceae 3 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. Fabaceae
4 Dempul Glochidion arborescens Bl. Euphorbiaceae
5 Duwet Eugenia cumini Merr. Myrtaceae
6 Nangkaan Litsea diversifolia Blume Lauraceae
7 Pasang Quercus sundaica Blume. Fagaceae
8 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus ex. Soepadmo Fagaceae
9 Pinus Pinus merkusii Jungh & De Vr Pinaceae
10 Pung Dichrostachys cinerea W&A. Fabaceae
11 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. Theaceae
12 Rasamala Altingia excelsa Noronha. Hamamelidaceae
13 Tambal Persea rimosa (Bl.) Kosterm. Lauraceae
Di bawah ini adalah contoh jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan
yang terdapat di kawasan TNGM. (Gambar 15)
Gambar 15 Dadap Pri (Erythrina lithosperma Miq.)
5.2.8 Tumbuhan Keperluan Ritual Adat dan Keagamaan
Potensi tumbuhan berguna sebagai keperluan ritual adat dan keagamaan
yang ditemukan pada kawasan TNGM ditemukan 1 jenis dari 1 famili. Tumbuhan
tersebut ialah Woang (Prunus javanica (T&B) Miq.). Bunga dari pohon woang
biasa digunakan pada upacara adat dan dapat dipercaya dapat mengusir roh jahat.
Walaupun masyarakat sekitar TNGM sendiri tidak memanfaatkannya untuk
upacara adat dan mengusir roh jahat.
5.2.9 Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman dan Kerajinan
Potensi tumbuhan berguna sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan
yang ditemukan pada kawasan TNGM sebanyak 17 jenis dari 10 famili. Berikut
contoh jenis tumbuhan yang berguna sebagai penghasil tali, anyaman dan
kerajinan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGM disajikan pada
Tabel 34.
Tabel 34 Daftar jenis tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan di kawasan
TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Hasil barang
1 Ande-ande Antidesma tetrandm BI. Euphorbiaceae Gagang Golok
2 Bendo Artocarpus elastica Reinw. Moraceae Tali
3 Dempul Glochidion arborescens Bl. Euphorbiaceae Anyaman
4 Dlundung Gunung
Pouzolzia viminea Wedd. Urticaceae Tali
5 Gambas Sechium edule SW Cucurbitaceae Anyaman
6 Gondang Ficus variegata Bl. Moraceae Kain
7 Kebak Ficus alba Reinw. Moraceae Sendok nasi, tali
8 Jokotuo Scoparia dulcis L. Scrophulariaceae Kerajinan
9 Kemiren Thespesia lampas Dalz & Gibs Malvaceae Kerajinan
10 Kendung Helicia javanica Bl. Protaceae Tangkai
kampak
11 Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz Symplocaceae Perkakas rumah
tangga, ukiran
12 Tutup Mallotus rhizinoides Muell. Euphorbiaceae Perkakas
13 Waderan Corchorus acutangulus Lamk. Tiliaceae Benang 14 Walik angin Mallotus paniculata Muell. Euphorbiaceae Tali
15 Wilodo Banyu Ficus lepicarpa Blume. Moraceae Tali
16 Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. Moraceae Tali
17 Dok Sterculia macrophylla Vent. Sterculiaceae Peti kemas
5.2.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Pada dasarnya semua tumbuhan berkayu atau bentuk pohon dapat
digunakan sebagai kayu bakar (Purwanto dan Walujo, 1992). Meskipun
masyarakat sekitar kawasan TNGM sudah mendapatkan subsidi kompor gas gratis
dari pemerintah, namun intensitas penggunaan kayu bakar lebih sering digunakan
dari pada gas. Umumnya masyarakat mengambil kayu bakar dari ranting-ranting
pohon yang sudah berjatuahn atau biasa disebut krecek.
Potensi tumbuhan berguna sebagai penghasil kayu bakar di kawasan
TNGM sebanyak 9 jenis dari 8 famili tumbuhan yang ditemukan. Adapun contoh
beberapa jenis tumbuhan yang berguna sebagai penghasil kayu bakar yang sering
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGM disajikan pada Tabel 35.
Tabel 35 Daftar jenis tumbuhan penghasil kayu bakar di kawasan TNGM No. Nama Daerah Nama Ilmiah Famili
1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. Fabaceae
2 Anggring Trema cannabina Lour. Ulmaceae
3 Belimbing Kosek Acronychia trifoliate Zoll. Rutaceae
4 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. Casuarinaceae
5 Gondang Ficus variegata Bl. Moraceae
6 Kedupai Mischocarpus oppositifolius (Lour.) Merr. Sapindaceae
7 Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. Fabaceae
8 Marong Cratoxylon clandestinum Dyer. Guttiferaceae
9 Sowo Engelhardia spicata Blume. Juglandaceae
Di bawah ini adalah contoh jenis tumbuhan yang berguna sebagai
penghasil kayu bakar yang terdapat di kawasan TNGM. (Gambar 16)
Gambar 16 Akasia Deguren (Acacia decurrens Willd.) sebagai penghasil kayu
bakar
5.2.11 Tumbuhan Kegunaan lainnya
Maksud dari tumbuhan kegunaan lainnya disini ialah jenis tumbuhan yang
memiliki manfaat lain selain sepuluh kelompok kegunaan sebelumnya dan jenis
tumbuhan lainnya yang belum diketahui manfaatnya. Berikut dibawah ini
merupakan jenis-jenis tumbuhan yang masuk ke dalam kelompok kegunaan
lainnya disajikan pada Tabel 36.
Tabel 36 Daftar jenis tumbuhan kegunaan lainnya No Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Famili Kegunaan
1 Gesik Elaeocarpus pierrei K.&V. Elaeocarpaceae Jarang Digunakan
2 Gondang Ficus variegata Bl. Moraceae Penghasil lilin
3 Irengan Eupatorium riparium Reg. Asteraceae Menjaga tanah agar
tidak longsor
4 Lombokan/
srunen/ telasian
Eupatorium riparium
Regel
Asteraceae Penutup tanah
5 Lotro Wendlandia glabrata DC. Rubiaceae Jarang digunakan
6 Sapen Buddleja asiatica Lour. Loganiaceae Jarang Digunakan
7 Sonto Sarcosperma sp. Sarcospermaceae Jarang digunakan
8 Tepus Achasma megalochilos
Griff.
Zingiberaceae Bahan baku kertas
9 Umbelumbelan Saurauia bracteosa DC. Actinidiaceae -
10 Wiung Turpinia sphaerocarpa
Hassk.
Staphyleaceae -
5.3 Jenis-jenis Tumbuhan Berguna Lainnya
Berikut di bawah ini merupakan jenis-jenis tumbuhan berguna lainnya yang
ditemukan di kawasan TNGM, disajikan pada Tabel 37.
Tabel 37 Daftar jenis tumbuhan lainnya yang ditemukan di kawasan TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Famili Kegunaan
1 Parijito Medinella speciosa L. Melastomataceae Obat, Hias
2 Anggrek Pandan Vanda tricolor Orchidaceae Hias
3 Kantong semar Nephentes gymnapora Nepenthaceae Hias
4 Salak Salacca zalacca Voss. Arecaceae Pangan
5 Tesek Dodonaea viscosa Jacq. Sapindaceae Ritual adat
6 Bambu Betung Dendrocalamus asper Poaceae Tali & kerajinan 7 Bambu Apus Gigantochloa apus Poaceae Tali & kerajinan
8 Bambu Cendani Bambusa multiplex Poaceae Hias, Kerajinan
9 Bambu Ampel Bambusa vulgaris Poaceae Tali & kerajinan
10 Bambu Legi Gigantochloa atter Poaceae Tali & kerajinan
11 Pandan Pandanus sp Pandanaceae Tali & kerajinan
12 Paku-pakuan Lycopodium cernuum Lycopodiaceae -
13 Kropok Selliguea feei Polypodiaceae -
14 Pakis Dedak Pteridium aquilinum
(Kuhn.)
Pteridaceae -
15 Palem Piji Cyrtostachys lakka Arecaceae Hias
16 Aren Arenga pinnata Arecaceae Pangan
17 Kayu angin Usnea misaminensis Parmeliaceae Obat
Masyarakat memanfaatkan tumbuhan hias untuk ditanam di pekarangan
rumah mereka dan juga ada beberapa yang memanfaatkan tumbuhan hias untuk
dijual seperti anggrek pandan (Vanda tricolor) dan parijoto (Medinella speciosa)
yang merupakan tumbuhan hias khas dari Gunung Merapi (Gambar 17).
Gambar 17 Anggrek Pandan (Vanda tricolor) & Parijoto (Medinella speciosa L.)
Di beberapa daerah di kawasan TNGM terdapat tanaman yang sengaja
ditanam sebagai tumbuhan pangan contohnya adalah salak. Di desa ngablak, Kab.
Srumbung sengaja dijadikan sebagai daerah agrowisata karena begitu banyaknya
salak yang dihasilkan dari daerah ini. Di bawah ini adalah contoh jenis tumbuhan
salak yang dimanfaatkan oleh masyarakat (Gambar 18).
Gambar 18 Salak Tanaman Pangan khas Desa ngablak, Magelang
Tumbuhan tesek digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gagang keris,
dan dipercaya memiliki kemampuan untuk menolak serangan dari ilmu hitam,
sedangkan potongan kayu dapat digunakan jimat saat bepergian. Di bawah ini
adalah contoh jenis tumbuhan yang berguna sebagai keperluan ritual adat dan
keagamaan yang terdapat pada kawasan TNGM yaitu tesek. (Gambar 19)
Gambar 19 Pohon Tesek (Dodonaea viscosa Jacq.)
Jenis-jenis bambu yang ditemukan sebagian besar ditemukan pada
kawasan Tritis-Turgo yang merupakan sebuah kawasan dengan tegakan bambu
seluas ± 250 Ha. Penduduk sekitar kawasan memanfaatkan jenis-jenis bambu
yang ada untuk digunakan sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan. Di
bawah ini adalah beberapa jenis contoh bambu yang digunakan sebagai penghasil
tali, anyaman dan kerajinan yang terdapat pada kawasan TNGM (Gambar 20).
Gambar 20 Bambu Ampel, Bambu Apus, Bambu Legi, Bambu Pagar, Bambu
Betung
Terdapat tiga jenis tumbuhan yang ditemukan di ketinggian 2500 m dpl
yang berada di zona volkani aktif. Ketiga jenis tumbuhan tersebut adalah Paku-
pakuan (Lycopodium cernuum), Kropok (Selliguea feei) dan pakis dedak
(Pteridium aquilinum Kuhn.). Berikut adalah gambar ketiga jenis tumbuhan
teresebut (Gambar 21).
Gambar 21 Paku-pakuan (Lycopodium cernuum), Kropok (Selliguea feei) dan
pakis dedak (Pteridium aquilinum Kuhn.)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di kawasan TNGM saat penelitian
(Juni-Agustus 2010) sebanyak 108 jenis dari 52 famili. Dilihat dari indeks
kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis, umumnya tumbuhan di kawasan
TNGM memiliki nilai indeks yang rendah. Pola penyebaran tumbuhan pada
tiap zona dan tipe ekosistem TNGM cenderung mengelompok.
2. Kegunaan tumbuhan yang dapat digunakan dikelompokkan ke dalam 11
kelompok kegunaan tumbuhan, tertinggi adalah tumbuhan penghasil pangan
(32 jenis) dan terendah adalah tumbuhan untuk keperluan ritual adat dan
keagamaan (1 jenis).
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara periodik pasca erupsi mengenai
inventarisasi tumbuhan agar data yang diperoleh dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat suksesi kawasan hutan TNGM. Hal ini perlu dibuat
rancangan penelitian suksesi secara baik dan terprogram dengan baik oleh
TNGM atau lembaga penelitian lainnya.
2. Rehabilitasi kawasan hutan TNGM yang rusak akibat erupsi gunung merapi
perlu dilakukan dengan menanam jenis-jenis asli setempat di zonasi tertentu
seperti zona rehabilitasi, sehingga terbentuk vegetasi hutan Merapi seperti
semula.
3. Pihak pengelola perlu melakukan kegiatan pelatihan, penyuluhan dan
pendampingan kepada masyarakat terkait dalam memberikan pengetahuan
tentang tumbuhan berguna di kawasan TNGM.
4. Akasia deguren (Acacia decurrens Willd.) yang merupakan tumbuhan invasif
perlu dikendalikan populasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arafah D. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional
Bali Barat. [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Balai Taman Nasional Gunung Merapi. 2009. Statistik Balai Taman Nasional
Gunung Merapi. Yogyakarta.
Dwanasuci N. 2006. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan
Taman Nasional Bali Barat (Studi Kasus di Wilayah Seksi II Buleleng).
[Skripsi]. Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ewusie JY. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan. ITB Press. Bandung.
Gopal B and Bhardwaj N. 1979. Elements of Ecology. Department of Botany.
Rajasthan University Jaipur. India.
Heddy S, Soemitro SB, dan Soekartomo S. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta:
Rajawali.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV (Terjemahan : de Nuttige
Planten van Indonesie). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Departemen Kehutanan. Jakarta.
Hobir. 2004. Plasma Nutfah Tanaman Atsiri. Perkembangan Teknologi Tanaman
Rempah dan Obat. Jurnal. Vol.XVI. No.1.2004. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan Bogor.
Inama. 2008. Kajian Etnobotani Masyarakat Suku Marind Sendawi Anim di
Kawasan Konservasi Taman Nasional Wasur, Kabupaten Merauke,
Provinsi Papua. [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Isdijoso SH. 1992. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Sandang, Tali Temali dan
Anyam-anyaman. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI,
LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal: 328-334.
Ismanto. 2007. Inventarisasi Potensi Pakis (Cyathea sp) di Kabupaten Mamuju
Provinsi Sulawesi Barat. Buletin Konservasi Alam Vol. VII (1), April : 48-
56.
Jalaraya M. 2008. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan pada Areal
Hutan Lindung di Wilayah Bagian Hutan Temayang, KPH Bojonegoro
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. [Skripsi]. Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat
Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Gunung Meratus,
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tesis pada Sekolah Pascasarjana IPB.
Bogor. Tidak diterbitkan.
Kartiwa S, Martowikrido W. 1992. Hubungan antara Tumbuhan dan Manusia
Dalam Upacara Adat di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya
Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal:
149-155.
Krebs CJ. 1978. Ecological Methodology. Harper & Row Publisher. New York.
Kusmana. 1997. Metode Survey Vegetasi. PT Penerbit Institut Pertanian Bogor.
Lemmens RMHJ, Soetjipto NW, Van Der Zwan RP, Parren M. 1999. Sumber
Daya Nabati Asia Tenggara 3 Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna dan
Tanin. PROSEA Indonesia. Bogor.
Ludwig JA, Reynold JF. 1988. Statistical Ecology. New York: Jhon Wiley and
Sons.
Marsono D. 1991. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia.
Buletin Instiper Volume 2. No. 2. Institut Pertanian STIPER. Yogyakarta.
Magurran AE. 1988. Statistical Ecology. New York: Jhon Wiley and Sons.
Odum EHLM. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan
dari buku Fundamentals of Ecology. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Poerwadarminto WJS. 1983. Kamus Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. Jakarta.
Purwanto Y, Walujo EB. 1992. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Tradisional
oleh Masyarakat Tanimbar-Kei. Media Konservasi Vol. IV(2), Juni : 99-
112.
Ratnasari J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Penebar Swadaya. Jakarta.
Resosoedarmo S, Kartawinata K, dan Soegiarto A. 1986. Pengantar Ekologi.
Bandung: Remadja Rosda Karya.
Sastrapradja O, Sutisna U, Kalima T. 1992. Keanekaragaman Pemanfaatan Jenis-
Jenis Pohon Dipterocarpaceae oleh Penduduk Asli di Indonesia. Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional
RI. Bogor. Hal: 344-357.
Soegiri J, Ilyas HS, Damayanti. 1990. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan.
Direktorat Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.
Soerianegara I, Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Jurusan Manajemen
Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suhartrislakhadi D. 2007. Konservasi Sumberdaya Genetik Tanaman Hutan.
Buletin Konservasi Alam Vol. VII (2), Juni : 22-27.
Sutarno H. 1996. Paket Modul Partisipatif Pemberdayaan Jenis Pohon dalam
Sistem Wanatani. Prosea Indonesia. Yayasan Prosea. Bogor.
Widjaja, Elizabeth A, Uway WM, Sutikno SU. 1988. Tumbuhan Anyaman
Indonesia. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Yusri A, Puspitasari AY, Hidayati S, Nilasari I, Susantyo JM, Anggana AF,
Husein F, Darda AG. 2010. Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapang
Profesi Taman Nasional Gunung Merapi. Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai
Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. dalam
Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika
Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Lam
pira
n 1
Peta L
okasi P
enelitia
n (T
am
an
Nasio
nal G
unu
ng M
erapi)
Lampiran 2 Daftar Nama Spesies Tumbuhan yang Ditemukan di Kawasan TNGM
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. Fabaceae Pohon
2 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. Euphorbiaceae Pohon
3 Anggring Trema cannabina Lour. Ulmaceae Pohon
4 Apit Clerodendrum sp. Verbenaceae Pohon
5 Balungan Dysoxylum arborescens Miq. Meliaceae Pohon
6 Banyon Pilea trinervia Wight. Urticaceae Herba
7 Belimbing Kosek Acronychia trifoliata Zoll. Rutaceae Pohon
8 Bendo Artocarpus elastica Reinw. Moraceae Pohon
9 Bilung Kebo Begonia hirtella Link. Begoniaceae Herba
10 Bonglu – – Epifit
11 Bubukuan Strobilanthes cernus Blume Acanthaceae Herba
12 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. Casuarinaceae Pohon
13 Cepokogeni Rhododendron javanicum Benn. Ericaceae Semak
14 Cicit – – Herba
15 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. Fabaceae Pohon
16 Dempul Glochidion arborescens Bl. Euphorbiaceae Pohon
17 Dilem Pogostemon hortensis Backer. Lamiaceae Herba
18 Dlundung Gunung Pouzolzia viminea Wedd. Urticaceae Pohon
19 Dok Sterculia macrophylla Vent. Sterculiaceae Pohon
20 Duwet Eugenia cumini Merr. Myrtaceae Pohon
21 Edelweiss Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. Asteraceae Herba
22 Gambas Sechium edule Sw. Cucurbitaceae Liana
23 Ganen Clidentia hirta Don. Melastomataceae Herba
24 Ganon Marumia muscosa Bl. Melastomataceae Herba
25 Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. Elaeocarpaceae Pohon
26 Girang Leea Aequata Linn. Vitaceae Herba
27 Gondang Ficus variegata Bl. Moraceae Pohon
28 Gundi Lespedeza junghuhniana Bakh.f. Fabaceae Herba
29 Ipik Ficus superba Miq. Moraceae Epifit
73
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
30 Irengan Eupatorium riparium Reg. Asteraceae Herba
31 Jalumampang Epipremnun pinnatum Engl. Araceae Epifit
32 Jirek Symplocos cochinchinensis (Lour.) Moore Symplocaceae Pohon
33 Jokotuo Scoparia dulcis L. Scrophulariaceae Perdu
34 Kajar – – Herba
35 Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. Fabaceae Perdu
36 Kayu Manis Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees) Lauraceae Pohon
37 Kebak Ficus alba Reinw. Moraceae Pohon
38 Kecutan – Herba
39 Kedoyo Amoora aphanamixis Roem & Schult Meliaceae Pohon
40 Kedupai Mischocarpus oppositifolius (Lour.) Merr. Sapindaceae Pohon
41 Kedupu – – Pohon
42 Kemaduh Laportes stimulans Miq. Urticaceae Pohon
43 Kemiren/klepon /miren Thespesia lampas Dalz & Gibs Malvaceae Perdu
44 Kendung Helicia javanica Bl. Protaceae Pohon
45 Ketepeng Cassia alata Linn. Fabaceae Liana
46 Kina Cinchona pubescens Vahl. Rubiaceae Pohon
47 Klanti – – Herba
48 Kleci Caesalpinia crista Linn. Fabaceae Pohon
49 Kopi Coffea robusta Lindl. Ex. De Willd. Rubiaceae Pohon
50 Koyam Acalypha caturus Bl. Euphorbiaceae Herba
51 Krembi Homalanthus populneus Pax Euphorbiaceae Pohon
52 Lempuyang Zingiber aromaticum Val. Zingiberaceae Herba
53 Lenglengan Leucas lavandulifolia R.Br. Lamiaceae Herba
54 Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. Symplocaceae Pohon
55 Lodo Hutan Piper sulcatum Blume Piperaceae Herba
56 Lombokan/srunen/telasian Eupatorium riparium Regel Asteraceae Herba
57 Lotro Wendlandia glabrata DC. Rubiaceae Pohon
58 Lumut/cakarayam Boerhaavia erecta L. Nyctaginaceae Herba
74
Lampiran 2 (Lanjutan)
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
59 Manisrejo Vaccinium varingfolium Miq. Ericaceae Perdu
60 Marong Cratoxylon clandestinum Dyer. Guttiferaceae Pohon
61 Nangkaan Litsea diversifolia Blume Lauraceae Pohon
62 Pakis Kadut Polystichum obtusum J.Sm. Aspidiaceae Herba
63 Pakis Kere – – Herba
64 Pare Hutan Momordica chorantia Linn. Cucurbitaceae Liana
65 Pasang Quercus sundaica Blume Fagaceae Pohon
66 Pasang abang/pasang kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo Fagaceae Pohon
67 Penjirit Rauvolfia serpentina (L.) Benth. ex Kurz. Apocynaceae Herba
68 Petungan Ijo Commelina benghalensis Linn. Commelinaceae Herba
69 Pinus Pinus merkusii Jungh & De Vr Pinaceae Pohon
70 Pohon Meniran – – Pohon
71 Prian Maesa tetrandra (Roxb.) DC. Myrsinaceae Pohon
72 Pung Dichrostachys cinerea W & A. Fabaceae Pohon
73 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. Theaceae Pohon
74 Rasamala Altingia excelsa Noronha. Hamamelidaceae Pohon
75 Rembet Rubus moluccanus L. Rosaceae Liana
76 Rumput Bason Paspalaum conyugatum Poaceae Herba
77 Rumput Blaba'ang Arundinella nepalensis Trin. Poaceae Herba
78 Rumput Cowean Otelia alismoides Pers. Hydrocharitaceae Herba
79 Rumput Gajian Panicum distachyum Linn. Poaceae Herba
80 Rumput Grepak Polytoca bracteata R.Br. Poaceae Herba
81 Rumput Kulonjono Pennisetum purpureum Schum. Poaceae Herba
82 Rumput Teki Cyperus rotundus Linn. Cyperaceae Herba
83 Sampang Evodia latifolia Dc. Rutaceae Pohon
84 Sapen Buddleja asiatica Lour. Loganiaceae Perdu
85 Sarangan Castanopsis argentea Bl. Fagaceae Pohon
86 Selimpet Schismatoglottis calyptrata Z&M Araceae Herba
87 Sembung Blumea balsamifera Dc. Asteraceae Pohon
75
Lampiran 2 (Lanjutan)
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
88 Semutan Glochidion rubrum Blume Euphorbiaceae Pohon
89 Sonto Sarcosperma sp. Sarcospermaceae Pohon
90 Sowo Engelhardia spicata Blume Juglandaceae Pohon
91 Talas-talasan Colocasia sibthorpioides Lmk. Araliaceae Herba
92 Tambal Persea rimosa (Bl.) Kosterm. Lauraceae Pohon
93 Tanganan Schefflera polybotrya Koord. Araliaceae Pohon
94 Tanganan Melicope latifolia (DC.) T.G.Hartley Rutaceae Pohon
95 Tanganan Trevesia sundaica Miq. Araliaceae Pohon
96 Tebonan Polygonum chinense L. Polygonaceae Herba
97 Tepus Achasma megalochilos Griff. Zingiberaceae Herba
98 Trawas Litsea odorifera Val. Lauraceae Herba
99 Tutup Mallotus rhizinoides Muell. Euphorbiaceae Pohon
100 Uciuji Kebo Basella rubra Linn. Basellaceae Herba
101 Umbel-umbelan Saurauia bracteosa DC. Actinidiaceae Pohon
102 Urang-urangan Villebrunea rubescens Blume. Urticaceae Pohon
103 Waderan Corchorus acutangulus Lamk. Tiliaceae Herba
104 Walik Angin Mallotus paniculata Muell. Euphorbiaceae Pohon
105 Wilodo Banyu Ficus lepicarpa Blume Moraceae Pohon
106 Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. Moraceae Pohon
107 Wiung Turpinia sphaerocarpa Hassk. Staphyleaceae Pohon
108 Woang Prunus javanica (T.& B.) Miq. Rosaceae Pohon
76
Lampiran 2 (Lanjutan)
Lampiran 3 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 250 5,26 0,1 7,14 12,40
2 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 750 15,78 0,3 21,42 37,21
3 Kendung Helicia javanica Bl. 750 15,78 0,2 14,28 30,07
4 Kina Cinchona pubescens Vahl. 1.000 21,05 0,3 21,42 42,48
5 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 500 10,52 0,1 7,14 17,66
6 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 500 10,52 0,1 7,14 17,66
7 Rasamala Altingia excelsa Noronha. 500 10,52 0,1 7,14 17,66
8 Tanganan Melicope latifolia (DC.) T.G.Hartley 500 10,52 0,2 14,28 24,81
Jumlah 4.750 100,00 1,4 100,00 200,00
Lampiran 4 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah,, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Kendung Helicia javanica Bl. 40 3,57 0,1 9,09 12,66
2 Kina Cinchona pubescens Vahl. 480 42,85 0,5 45,45 88,31
3 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 560 50 0,4 36,36 86,36
4 Rasamala Altingia excelsa Noronha. 40 3,57 0,1 9,09 12,66
Jumlah 1.120 100,00 1,1 100,00 200,00
Lampiran 5 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 70 41,17 0,2 28,57 1,06 41,46 111,21
2 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 10 5,88 0,1 14,28 0,08 3,16 23,32
3 Bendo Artocarpus elastica Reinw. 10 5,88 0,1 14,28 0,15 6,11 26,28
4 Kina Cinchona pubescens Vahl. 70 41,17 0,2 28,57 0,97 37,77 107,52
5 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 10 5.88 0,1 14,28 0,29 11,48 31,65
Jumlah 170 100,00 0,7 100,00 2,57 100,00 300,00
77
Lampiran 6 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 Bendo Artocarpus elastica Reinw. 5 2,98 0,5 2,98 2,32 7,67 13,64
2 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 2,5 1,49 0,25 1,49 0,24 0,79 3,77
3 Kayu Manis Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees) 2,5 1,49 0,25 1,49 0,21 0,69 3,68
4 Kina Cinchona pubescens Vahl. 22,5 13,43 2,25 13,43 1,18 3,91 30,77
5 Jirek Symplocos cochinchinensis (Lour.) Moore 5 2,98 0,5 2,98 0,21 0,70 6,67
6 Pasang Quercus sundaica Blume 5 2,98 0,5 2,98 0,33 1,11 7,08
7 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 30 17,91 3 17,91 4,62 15,23 51,05
8 Rasamala Altingia excelsa Noronha 95 56,71 9,5 56,71 21,21 69,88 183,31
Jumlah 167 100,00 16.75 100,00 30,35 100,00 300,00
Lampiran 7 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Cakar ayam Boerhaavia erecta L. 12.250 37,12 0,4 23,52 60,65
2 Girang Leea Aequata Linn. 250 0,75 0,1 5,88 6,63
3 Kajar - 750 2,27 0,1 5,88 8,15
4 Koyam Acalypha caturus BL. 250 0,75 0,1 5,88 6,63
5 Lombokan Eupatorium riparium Regel 12.500 37,87 0,4 23,52 61,40
6 Slimpet Schismatoglottis calyptrata Z&M 6.000 18,18 0,5 29,41 47,59
7 Talas-talasan Colocasia sibthorpioides Lmk. 1.000 3,03 0,1 5,88 8,91
Jumlah 33.000 100,00 1,7 100,00 200,00
Lampiran 8 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. 5.750 100 0,7 100 200
Jumlah 5.750 100,00 0,7 100,00 200,00
78
Lampiran 9 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat epifit pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Jalu Mampang Epipremnun pinnatum Engl. 2,50 100 0,1 100 200
Jumlah 2,50 100,00 0,1 100,00 200,00
Lampiran 10 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Rembetan Rubus moluccanus L. 15 100 0,6 100 200
Jumlah 15 100,00 0,6 100,00 200,00
Lampiran 11 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Kopi Coffea robusta Lindl. Ex. De Willd. 250 9.52 0,1 18,18 27,70
2 Kedupu - 125 4.76 0,05 9,09 13,85
3 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 1.500 57.14 0,25 45,45 102,59
4 Tanganan Trevesia sundaica Miq. 375 14.28 0,1 18,18 32,46
5 Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. 375 14.28 0,05 9,09 23,37
Jumlah 2.625 100,00 0,55 100,00 200,00
Lampiran 12 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Kedupu - 20 1,20 0,05 3,22 4,43
2 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 960 57,83 0,60 38,70 96,54
3 Kopi Coffea robusta Lindl. Ex. De Willd. 160 9,63 0,35 22,58 32,21
4 Sampang Evodia latifolia Dc. 20 1,20 0,05 3,22 4,43
5 Tanganan Trevesia sundaica Miq. 20 1,20 0,05 3,22 4,43
6 Urang-urangan Villebrunea rubescens Blume. 440 26,50 0,35 22,58 49,08
7 Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. 40 2,40 0,1 6,45 8,86
Jumlah 1.660 100,00 1,55 100,00 200,00
79
Lampiran 13 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 Kedupu - 10 14,28 0,2 16,66 0,22 19,86 50,81
2 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 10 14,28 0,2 16,66 0,24 21,77 52,72
3 Sampang Evodia latifolia Dc. 10 14,28 0,2 16,66 0,22 20,16 51,11
4 Tanganan Trevesia sundaica Miq. 10 14,28 0,2 16,66 0,08 8,01 38,96
5 Urang-urangan Villebrunea rubescens Bl. 10 14,28 0,2 16,66 0,08 7,76 38,72
6 Wilodo Banyu Ficus lepicarpa Blume 15 21,42 0,1 8,33 0,19 17,79 47,56
7 wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. 5 7,14 0,1 8,33 0,05 4,61 20,09
Jumlah 70 100,00 1,2 100,00 1,11 100,00 300,00
Lampiran 14 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 115 48,93 1 25,31 18,44 67,08 141,34
2 Dok Ficus fulva Reinw. 2,5 1,06 0,10 2,53 0,18 0,66 4,26
3 Gondang Ficus variegata Bl. 2,5 1,06 0,10 2,53 1,13 4,12 7,72
4 Kedupu - 10 4,25 0,40 10,12 0,91 3,31 17,69
5 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 1,25 0,53 0,05 1,26 0,03 0,14 1,94
6 Krembi Homalanthus populneus Pax. 1,25 0,53 0,05 1,26 0,06 0,24 2,04
7 Lotro Wendlandia glabrata DC. 3,75 1,59 0,15 3,79 0,25 0,92 6,31
8 Pohon Meniran - 1,25 0,53 0,05 1,26 0,12 0,44 2,24
9 Sampang Evodia latifolia Dc. 55 23,40 0,80 20,25 2,77 10,08 53,74
10 Semutan Glochidion rubrum Bl. 18,75 7,97 0,65 16,45 1,96 7,15 31,59
11 Tanganan Trevesia sundaica Miq. 1,25 0,53 0,05 1,26 0,05 0,19 1,99
12 Tutup Mallotus rhizinoides Muell. 7,5 3,19 0,15 3,79 0,52 1,90 8,89
13 Umbel-umbelan Saurauia bracteosa DC. 5 2,12 0.20 5,06 0,62 2,28 9,47
14 Urang-urangan Villebrunea rubescens Bl. 1,25 0,53 0,05 1,26 0,03 0,14 1,94
15 Wilodo Banyu Ficus lepicarpa Blume 6,25 2,65 0,05 1,26 0,26 0,98 4,90
16 Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. 2,5 1,06 0,10 2,53 0,07 0,27 3,87
Jumlah 235 100,00 3,95 100,00 27,49 100,00 300,00
80
Lampiran 15 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Bilung Kebo Begonia hirtella Link. 5.125 9,42 0,30 10,16 19,59
2 Cicit - 250 0,45 0,05 1,69 2,15
3 Cowean Otelia alismoides Pers. 250 0,45 0,05 1,69 2,15
4 Kecutan - 875 1,60 0,35 11,86 13,47
5 Rumput Kulonjono Pennisetum purpureum Schum. 375 0,68 0,05 1,69 2,38
6 Lempuyang Zingiber aromaticum Val. 500 0,91 0,15 5,08 6,00
7 Lodo Hutan Piper sulcatum Blume 375 0,68 0,10 3,38 4,07
8 Pakis Kere - 3.125 5,74 0,10 3,38 9,13
9 Petungan Ijo Commelina benghalensis Linn. 4.750 8,73 0,30 10,16 18,90
10 Rumput Bason Paspalaum conyugatum 9.125 16,78 0,30 10,16 26,95
11 Rumput Cowean Otelia alismoides Pers. 375 0,68 0,05 1,69 2,38
12 Srunen Eupatorium riparium Regel 23.000 42,29 0,70 23,72 66,02
13 Tepus Achasma megalochilos Griff. 4.875 8,96 0,25 8,47 17,44
14 Uciuji Kebo Basella rubra Linn. 1.000 1,83 0,15 5,08 6,92
15 Waderan Corchorus acutangulus Lamk. 375 0,68 0,05 1,69 2,38
Jumlah 54.375 100,00 2,95 100,00 200,00
Lampiran 16 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Jokotuo Scoparia dulcis L. 1.375 68,75 0,20 80 148,75
2 Kedoyo Amoora aphanamixis Roem & Schult 625 31,25 0,05 20 51,25
Jumlah 2.000 100,00 0,25 100,00 200,00
Lampiran 17 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat epifit pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Bonglu - 3,75 37,5 0,15 42,85 80,35
2 Ipik Ficus superba Miq. 5 50 0,15 42,85 92,85
3 Jalumampang Epipremnun pinnatum Engl. 1,25 12,5 0,05 14,28 26,78
Jumlah 10 100,00 0,35 100,00 200,00 81
Lampiran 18 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Brembet Rubus moluccanus L. 18,75 93,75 0,25 83,33 177,08
2 Pare Hutan Momordica chorantia Linn. 1,25 6,25 0,05 16,66 22,91
Jumlah 20 100,00 0,3 100,00 200,00
Lampiran 19 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 166,67 11,11 0,03 12,50 23,61
2 Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. 83,33 5,56 0,03 12,50 18,06
3 Pasang Quercus sundaica Blume 916,67 61,11 0,10 37,50 98,61
4 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) 83,33 5,56 0,03 12,50 18,06
5 Sowo Engelhardia spicata Blume 83,33 5,56 0,03 12,50 18,06
6 Wilodo Ficus fulva Elmer. 166,67 11,11 0,03 12,50 23,61
Total 1.500 100,00 0,27 100,00 200,00
Lampiran 20 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 13,33 1,79 0,03 3,70 5,49
2 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 13,33 1,79 0,03 3,70 5,49
3 Dempul Glochidion arborescens Bl. 40,00 5,36 0,03 3,70 9,06
4 Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. 40,00 5,36 0,07 7,41 12,76
5 Lotro Wendlandia glabrata DC. 13,33 1,79 0,03 3,70 5,49
6 Pasang Quercus sundaica Blume 146,67 19,64 0,10 11,11 30,75
7 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 106,67 14,29 0,13 14,81 29,10
8 Prian Maesa tetrandra (Roxb.) DC. 120,00 16,07 0,10 11,11 27,18
9 Sowo Engelhardia spicata Blume 133,33 17,86 0,20 22,22 40,08
10 Walik Angin Mallotus paniculata Muell. 13,33 1,79 0,03 3,70 5,49
11 Wilodo Ficus fulva Elmer. 93,33 12,50 0,10 11,11 23,61
12 Woang Prunus javanica (T.& B.) Miq. 13,33 1,79 0,03 3,70 5,49
Total 746,67 100,00 0.90 100,00 200.00 82
Lampiran 21 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 16,67 6,67 0,10 8.11 0,22 5,47 20,24
2 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 6,67 2,67 0,07 5,41 0,09 2,28 10,35
3 Dempul Glochidion arborescens Bl. 23,33 9,33 0,17 13,51 0,36 8,88 31,72
4 Lodo Symplocos javanica (Bl.) 6,67 2,67 0,03 2.70 0.09 2.31 7.67
5 Lotro Wendlandia glabrata DC. 6,67 2,67 0,07 5,41 0,12 3,10 11,18
6 Pasang Quercus sundaica Blume 66,67 26,67 0,17 13,51 1,09 27,03 67,21
7 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 56,67 22,67 0,27 21,62 0,92 22,97 67,25
8 Puspa Schima Wallichii (DC.) Korth. 6,67 2,67 0,07 5,41 0,12 2,95 11,02
9 Sembung Blumea balsamifera Dc. 3,33 1,33 0,03 2,70 0,08 1,93 5,96
10 Sowo Engelhardia spicata Bl. 56,67 22,67 0,27 21,62 0,93 23,09 67,38
Total 250 100,00 1,23 100,00 4,02 100,00 300
Lampiran 22 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 2,50 1,10 2,50 3 0,27 1,64 5,74
2 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 0,83 0,37 0,83 1 0,03 0,20 1,56
3 Anggring Trema cannabina Lour. 0,83 0,37 0,83 1 0,03 0,20 1,56
4 Apit Clerodendrum sp. 1,67 0,73 0,83 1 0,09 0,54 2,27
5 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 10,83 4,76 6,67 8 0,67 3,99 16,75
6 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 16,67 7,33 7,50 9 2,94 17,65 33,98
7 Dempul Glochidion arborescens Bl. 17,50 7,69 10,00 12 0,98 5,87 25,56
8 D. Gunung Pouzolzia viminea Wedd. 1,67 0,73 0,83 1 0,07 0,44 2,17
9 Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 1,67 0,73 0,83 1 0,09 0,54 2,27
10 Kebak Ficus alba Reinw. 1,67 0,73 1,67 2 0,20 1,18 3,91
11 Kleci Caesalpinia crista Linn. 0,83 0,37 0,83 1 0,04 0,23 1,60
12 Krembi Homalanthus populneus Pax. 2,50 1,10 2,50 3 0,16 0,97 5,07
13 Lodo Symplocos javanica (Bl.) 5,00 2,20 3,33 4 0,48 2,91 9,11
14 Lotro Wendlandia glabrata DC. 1,67 0,73 1,67 2 0,08 0,45 3,18
15 Marong Cratoxylon clandestinum Dyer. 0,83 0,37 0,83 1 0,15 0,89 2,26 83
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
16 Pasang Quercus sundaica Blume 43,33 19,05 8,33 10 2,49 14,96 44,01
17 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 80,00 35,16 13,33 16 4,70 28,23 79,39
18 Pinus Pinus merkusii Jungh & De Vr 4,17 1,83 2,50 3 0,77 4,61 9,45
19 Pung Dichrostachys cinerea W & A. 1,67 0,73 1,67 2 0,15 0,92 3,65
20 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 4,17 1,83 3,33 4 0,27 1,61 7,44
21 Sarangan Castanopsis argentea Bl. 1,67 0,73 0,83 1 0,14 0,83 2,57
22 Sembung Blumea balsamifera Dc. 7,50 3,30 2,50 3 0,36 2,19 8,48
23 Sowo Engelhardia spicata Bl. 15,83 6,96 6,67 8 1,21 7,24 22,20
24 Trawas Litsea odorifera Val. 0,83 0,37 0,83 1 0,04 0,23 1,59
25 Wiung Turpinia sphaerocarpa Hassk. 1,67 0,73 1,67 2 0,25 1,50 4,23
Total 227,5 100,00 83,33 100,00 16,66 100,00 300
Lampiran 23 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Banyon Pilea trinervia Wight. 1.083,33 3,33 0,10 8,11 11,44
2 Dilem Pogostemon hortensis Backer. 250,00 0,77 0,03 2,70 3,47
3 Ganen Clidentia hirta Don. 83,33 0,26 0,03 2,70 2,96
4 Ganon Marumia muscosa BL 166,67 0,51 0,03 2,70 3,22
5 Klanti - 500,00 1,54 0,03 2,70 4,24
6 Lombokan Eupatorium riparium Regel 27.000,00 83,08 0,77 62,16 145,24
7 Lumut Boerhaavia erecta L. 833,33 2,56 0,03 2,70 5,27
8 Pakis Kadut Polystichum obtusum J.Sm. 1.750,00 5,38 0,13 10,81 16,20
9 Rumput Gajian Panicum distachyum Linn. 583,33 1,79 0,03 2,70 4,50
10 Rumput Teki Cyperus rotundus Linn. 250,00 0,77 0,03 2,70 3,47
Total 32.500 100,00 1,23 100,00 200,00
Lampiran 24 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Klepon / miren Thespesia lampas Dalz & Gibs 8166,67 100 0,37 100 200
Total 8166.67 100,00 0,37 100,00 200,00 84
Lampiran 22 (lanjutan)
Lampiran 25 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Gambas Sechium edule Sw. 0,83 6,67 3,33 10,00 16,67
2 Ketepeng Cassia alata Linn. 4,17 33,33 10,00 30,00 63,33
3 Rembatan Rubus moluccanus L. 5,00 40,00 16,67 50,00 90,00
Total 10 100,00 30 100,00 200
Lampiran 26 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 166,67 100 0,07 100 200
Jumlah 166.67 100,00 0.07 100,00 200,00
Lampiran 27 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 533,33 44,44 0,53 57,14 101,59
2 Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 666,67 55,56 0,40 42,86 98,41
Jumlah 1200 100,00 0,93 100,00 200,00
Lampiran 28 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 73,33 32,35 0,47 43,75 1,30 38,15 114,26
2 Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 133,33 58,82 0,47 43,75 1,89 55,53 158,11
3 Tanganan Schefflera polybotrya Koor. 6,67 2,94 0,07 6,25 0,06 1,80 10,99
4 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 13,33 5,88 0,07 6,25 0,15 4,51 16,64
Jumlah 226,67 100,00 1,07 100,00 3,41 100,00 300,00
Lampiran 29 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 AkasiaDegurn Acacia decurrens Willd. 58,33 77,78 0,60 64,29 3,83 81,11 223,18
2 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 6,67 8,89 0,13 14,29 0,47 9,91 33,09
3 Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 10,00 13,33 0,20 21,43 0,42 8,97 43,73
Jumlah 75 100,00 0,93 100,00 4,72 100,00 300,00 85
Lampiran 30 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Rumput Grepak Polytoca bracteata R.Br. 11.166,67 26,48 0,33 15,63 42,11
2 Telasian Eupatorium riparium Regel 24.666,67 58,50 0,80 37,50 96,00
3 Tebonan Polygonum chinense L. 2.166,67 5,14 0,27 12,50 17,64
4 Uciuji Basella rubra Linn. 500,00 1,19 0,07 3,13 4,31
5 Pakis kadut Polystichum obtusum J.Sm. 166,67 0,40 0,07 3,13 3,52
6 Lenglengan Leucas lavandulifolia R.Br. 166,67 0,40 0,07 3,13 3,52
7 Ganon Marumia muscosa BL 1.833,33 4,35 0,27 12,50 16,85
8 Gundi Lespedeza junghuhniana B 1.500,00 3,56 0,27 12,50 16,06
Jumlah 42.166,67 100,00 2,13 100,00 200,00
Lampiran 31 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semak pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Cepokogeni Rhododendron javanicum Benn. 333,33 100 0,07 100 200
Jumlah 333,33 100,00 0,07 100,00 200,00
Lampiran 32 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Manisrejo Vaccinium varingfolium Miq. 1.500,00 19,15 0,20 25,00 44,15
2 Sapen Buddleja asiatica Lour. 500,00 6,38 0,13 16,67 23,05
3 Miren Thespesia lampas Dalz & Gibs 5.833,33 74,47 0,47 58,33 132,80
Jumlah 7.833,33 100,00 0,80 100,00 200,00
Lampiran 33 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Rembetan Rubus moluccanus L. 45 100 0,40 100 200
Jumlah 45 100,00 0.40 100,00 200,00
86
Lampiran 34 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Kina Cinchona pubescens Vahl. 750 33,33 0,1 20 53,33
2 Woang Prunus javanica (T.& B.) Miq. 250 11,11 0,1 20 31,11
3 Pasang Quercus sundaica Blume 500 22,22 0,1 20 42,22
4 Pasang abang Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 500 22,22 0,1 20 42,22
5 Duwet Eugenia cumini Merr. 250 11,11 0,1 20 31,11
Jumlah 2.250 100,00 0.5 100,00 200,00
Lampiran 35 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Kina Cinchona pubescens Vahl. 80 15,38 0,2 28,57 43,96
2 Rasamala Altingia excelsa Noronha. 40 7,69 0,1 14,29 21,98
3 Belimbing Kosek Acronychia trifoliata Zoll. 40 7,69 0,1 14,29 21,98
4 Kendung Helicia javanica Bl. 80 15,38 0,1 14,29 29,67
6 Duwet Eugenia cumini Merr. 200 38,46 0,1 14,29 52,75
7 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 80 15,38 0,1 14,29 29,67
Jumlah 520 100,00 0,7 100,00 200,00
Lampiran 36 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 80 7,69 0,2 15,38 0,87 4,57 27,65
2 Kendung Helicia javanica Bl. 80 7,69 0,2 15,38 0,57 2,99 26,07
3 Kina Cinchona pubescens Vahl. 680 65,38 0,5 38,46 13,46 71,09 174,94
4 Pasang abang Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 120 11,54 0,2 15,38 2,72 14,38 41,30
5 Pung Dichrostachys cinerea W & A 40 3,85 0,1 7,69 0,69 3,64 15,17
6 Sarangan Castanopsis argentea Bl. 40 3,85 0,1 7,69 0,63 3,33 14,87
Jumlah 1.040 100,00 1,3 100,00 18,94 100,00 300,00
87
Lampiran 37 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 7,5 3,23 0,7 15,56 0,52 2,22 21,00
2 Balungan Dysoxylum arborescens Miq. 10 4,30 0,1 2,22 0,71 3,03 9,56
3 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 17,5 7,53 0,5 11,11 1,97 8,40 27,04
4 Kedupai Mischocarpus oppositifolius (Lour.) Merr. 7,5 3,23 0,2 4,44 0,49 2,11 9,78
5 Kendung Helicia javanica Bl. 15 6,45 0,4 8,89 0,97 4,13 19,47
6 Kina Cinchona pubescens Vahl. 60 25,81 0,5 11,11 4,07 17,33 54,25
7 Marong Cratoxylon clandestinum Dyer. 15 6,45 0,3 6,67 0,87 3,70 16,82
8 Nangkaan Litsea diversifolia Blume 7,5 3,23 0,2 4,44 0,94 4,00 11,67
9 Pasang Abang Lithocarpus elegans (Bl.) 32,5 13,98 0,5 11,11 3,58 15,25 40,34
10 Pung Dichrostachys cinerea W & A. 7,5 3,23 0,3 6,67 0,68 2,88 12,77
11 Rasamala Altingia excelsa Noronha. 45 19,35 0,7 15,56 8,17 34,79 69,70
12 Tambal Persea rimosa (Bl.) Kosterm. 7,5 3,23 0,1 2,22 0,51 2,16 7,60
Jumlah 232,5 100,00 4,5 100,00 23,49 100,00 300,00
Lampiran 38 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Lombokan Eupatorium riparium Regel 22.250 66,92 0,8 44,44 111,36
2 Waderan Corchorus acutangulus Lamk. 2.000 6,02 0,3 16,67 22,68
3 Tebonan Polygonum chinense L. 500 1,50 0,2 11,11 12,61
4 Irengan Eupatorium riparium Reg. 6.250 18,80 0,1 5,56 24,35
5 Selimpet Schismatoglottis calyptrata Z&M 1.750 5,26 0,2 11,11 16,37
6 Bubukuan Strobilanthes cernus Blume 250 0,75 0,1 5,56 6,31
7 Penjirit Rauvolfia serpentina (L.) Benth. ex Kurz. 250 0,75 0,1 5,56 6,31
Jumlah 33.250 100,00 1,8 100,00 200,00
Lampiran 39 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Kemiren Thespesia lampas Dalz & Gibs 360 100 0,2 100 200
Jumlah 360 100,00 0,2 100,00 200,00 88
Lampiran 40 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Rembet Rubus moluccanus L. 5 100 0,1 100 200
Jumlah 5 100,00 0,1 100,00 200,00
Lampiran 41 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 500 100 0,2 100 200
Jumlah 500 100,00 0,2 100,00 200,00
Lampiran 42 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 240 42,86 0,4 66,67 109.52
2 Sonto Sarcosperma sp. 320 57,14 0,2 33,33 90.48
Jumlah 560 100,00 0,6 100,00 200,00
Lampiran 43 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Lenglengan Leucas lavandulifolia R.Br. 2.000 2,61 0,2 11,11 13,73
2 Telasian Eupatorium riparium Regel 6.000 7,84 0,4 22,22 30,07
3 Rumput Blaba'ang Arundinella nepalensis Trin. 62.500 81,70 0,8 44,44 126,14
4 Edelweiss Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. 4.500 5,88 0,2 11,11 16,99
5 Gundi Lespedeza junghuhniana Bakh.f. 1.500 1,96 0,2 11,11 13,07
Jumlah 76.500 100,00 1,8 100,00 200,00
Lampiran 44 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM
No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Manisrejo Vaccinium varingfolium Miq. 4.720 100 1 100 200
Jumlah 4.720 100,00 1 100,00 200
89
Lampiran 45 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona pemanfaatan tipe ekosistem
hutan dataran rendah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. - - - - -
Kemaduh Laportes stimulans Miq. 0,00 -2,15 6,01 -0,16 Merata
Kendung Helicia javanica Bl. 3,33 -2,15 6,01 0,23 Mengelompok
Kina Cinchona pubescens Vahl. 1,67 -1,10 4,34 0,10 Mengelompok
Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok
Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok
Rasamala Altingia excelsa Noronha. 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok
Tanganan Melicope latifolia (DC.) T.G.Hart 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata
Total 1,05 0,65 1,56 0,05 Mengelompok
Lampiran 46 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem
hutan dataran rendah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Kendung Helicia javanica Bl. - - - - -
Kina Cinchona pubescens Vahl. 4,24 0,43 1,91 0,64 Mengelompok
Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 5,05 0,52 1,77 0,70 Mengelompok
Rasamala Altingia excelsa Noronha. 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok
Total 2,14 0,78 1,36 0,55 Mengelompok
Lampiran 47 Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 5,24 -0,05 2,67 0,68 Mengelompok
Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. - - - - -
Bendo Artocarpus elastica Reinw. - - - - -
Kina Cinchona pubescens Vahl. 7,14 -0,05 2,67 0,81 Mengelompok
Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. - - - - -
Total 1,99 0,61 1,63 0,52 Mengelompok
Lampiran 48 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona pemanfaatan tipe ekosistem
hutan dataran rendah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Bendo Artocarpus elastica Reinw. 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata
Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. - - - - -
Kayu Manis Cinnamomum burmani Bl. - - - - -
Kina Cinchona pubescens Vahl. 2,22 0,21 2,25 0,49 Mengelompok
Panca kidang Symplocos cochinchinensis (Lour.) 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok
Pasang Quercus sundaica Blume 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata
Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 1,21 0,43 1,91 0,12 Mengelompok
Rasamala Altingia excelsa Noronha. 1,19 0,83 1,27 0,36 Mengelompok
Total 0,97 0,90 1,15 -0,11 Merata
Lampiran 49 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona pemanfaatan tipe ekosistem
hutan dataran rendah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Cakar ayam Boerhaavia erecta L. 2,55 0,87 1,21 0,58 Mengelompok
Girang Leea aequata Linn. - - - - -
Kajar - 10,00 -2,15 6,01 1,00 Mengelompok
Koyam Acalypha caturus Bl. - - - - -
Lombokan Eupatorium riparium Regel 2,95 0,87 1,20 0,60 Mengelompok
Slimpet Schismatoglottis calyptrata Z&M 2,64 0,73 1,44 0,57 Mengelompok
Talas-talasan Colocasia sibthorpioides Lmk. 10,00 -1,10 4,34 1,00 Mengelompok
Total 1,13 0,95 1,08 0,50 Mengelompok
Lampiran 50 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. 1,19 0,71 1,46 0,20 Mengelompok
Lampiran 51 Pola penyebaran tumbuhan tingkat epifit pada zona pemanfaatan tipe ekosistem
hutan dataran rendah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Jalu mampang Epipremnun pinnatum Engl. - - - - -
Lampiran 52 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan
dataran rendah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Rembetan Rubus moluccanus L. 0 -0,26 3,00 -0,40 Merata
Lampiran 53 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Kopi Coffea robusta Lindl. Ex.D. Willd. 0,00 -9,09 14,85 -0,05 Merata
Kedupu - - - - - -
Kemaduh Laportes stimulans Miq. 4,55 0,08 2,26 0,56 Mengelompok
Tanganan Trevesia sundaica Miq. 6,67 -4,05 7,93 0,41 Mengelompok
Wilodo Ficus fulva Elmer. 20,00 -4,05 7,93 1,00 Mengelompok
Total 1,17 0,96 1,06 0,50 Mengelompok
Lampiran 54 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Kedupu Casuarina junghuhniana Miq. - - - - -
Kemaduh Laportes stimulans Miq. 1,97 0,79 1,29 0,52 Mengelompok
Kopi Coffea robusta Lindl. Ex.D.Willd 0,71 -0,44 2,98 -0,10 Merata
Sampang Symplocos javanica (Bl.) Kurz. - - - - -
Tanganan Wendlandia glabrata DC. - - - - -
Urang-urangan Villebrunea rubescens Blume. 2,34 0,52 1,66 0,52 Mengelompok
Wilodo Jowo Maesa tetrandra (Roxb.) DC. 0,00 -9,09 14,85 -0,05 Merata
Total 1,52 0,88 1,17 0,51 Mengelompok
Lampiran 55 Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Kedupu - 0,00 -9,09 14,85 -0,05 Merata
Kemaduh Laportes stimulans Miq. 0,00 -9,09 14,85 -0,05 Merata
Sampang Evodia latifolia Dc. 0,00 -9,09 14,85 -0,05 Merata
Tanganan Trevesia sundaica Miq. 0,00 -9,09 14,85 -0,05 Merata
Urang-urangan Villebrunea rubescens Blume. 0,00 -9,09 14,85 -0,05 Merata
Wilodo Banyu Ficus lepicarpa Blume 20,00 -4,05 7,93 1,00 Mengelompok
Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. - - - - -
Total 1,76 0,22 2,07 0,36 Mengelompok
Lampiran 56 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 1,07 0,89 1,15 0,23 Mengelompok
Dok Ficus fulva Reinw. 0,00 -9,09 14,85 -0,05 Merata
Gondang Ficus variegata Bl. 0,00 -9,09 14,85 -0,05 Merata
Kedupu - 0,00 -0,44 2,98 -0,35 Merata
Kemaduh Laportes stimulans Miq. - - - - -
Krembi Homalanthus populneus Pax - - - - -
Lotro Wendlandia glabrata DC. 0,00 -4,05 7,93 -0,10 Merata
Pohon Meniran - - - - - -
Sampang Evodia latifolia Dc. 1,11 0,77 1,31 0,18 Mengelompok
Semutan Glochidion rubrum Blume 0,44 0,22 2,07 -0,26 Merata
Tanganan Trevesia sundaica Miq. - - - - -
Tutup Mallotus rhizinoides Muell. 8,00 -1,02 3,77 0,63 Mengelompok
Umbel-umbelan Saurauia bracteosa DC. 0,00 -2,36 5,62 -0,15 Merata
Urang-urangan Villebrunea rubescens Bl. - - - - -
Wilodo Banyu Ficus lepicarpa Blume 20,00 -1,52 4,46 1,00 Mengelompok
Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. 0,00 -9,09 14,85 -0,05 Merata
Total 1,09 0,95 1,07 0,50 Mengelompok
Lampiran 57 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Bilung Kebo Begonia hirtella Link. 4,76 0,75 1,35 0,59 Mengelompok
Cicit - 20,00 -9,09 14,85 1,00 Mengelompok
Cowean Otelia alismoides Pers. 20,00 -9,09 14,85 1,00 Mengelompok
Kecutan - 0,00 -0,68 3,31 -0,30 Merata
Rumput Kulonjono Pennisetum purpureum Sc. 20,00 -4,05 7,93 1,00 Mengelompok
Lempuyang Zingiber aromaticum Val. 3,33 -2,36 5,62 0,25 Mengelompok
Lodo Hutan Piper sulcatum Blume 6,67 -4,05 7,93 0,41 Mengelompok
Pakis Kere - 12,40 0,58 1,58 0,79 Mengelompok
Petungan Ijo Commelina benghalensis Linn. 4,10 0,73 1,37 0,57 Mengelompok
Rumput Bason Paspalaum conyugatum 3,75 0,86 1,19 0,57 Mengelompok
Rumput Cowean Otelia alismoides Pers. 20,00 -4,05 7,93 1,00 Mengelompok
Srunen Eupatorium riparium Regel 1,67 0,94 1,08 0,52 Mengelompok
Tepus Achasma megalochilos Griff. 6,21 0,73 1,36 0,63 Mengelompok
Uciuji Kebo Basella rubra Linn. 7,86 -0,44 2,98 0,64 Mengelompok
Waderan Corchorus acutangulus Lamk. 20,00 -4,05 7,93 1,00 Mengelompok
Total 1,18 0,98 1,03 0,50 Mengelompok
Lampiran 58 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Jokotuo Scoparia dulcis L. 4 -0,01 2,39 0,55 Mengelompok
Kedoyo Amoora aphanamixis R & S. 20 -1,52 4,46 1,00 Mengelompok
Total 3,5 0,33 1,92 0,54 Mengelompok
Lampiran 59 Pola penyebaran tumbuhan tingkat epifit pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Bonglu - 0,00 -4,05 7,93 -0,10 Merata
Ipik Ficus superba Miq. 3,33 -2,36 5,62 0,25 Mengelompok
Jalumampang Epipremnun pinnatum Engl. - - - - -
Total 2,86 -0,44 2,98 0,47 Mengelompok
Lampiran 60 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Brembet Rubus moluccanus L. 4,76 0,28 1,99 0,58 Mengelompok
Pare Hutan Momordica chorantia Linn. - - - - -
Total 4,17 0,33 1,92 0,56 Mengelompok
Lampiran 61 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan tengah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 30,00 -11,95 17,72 1,00 Mengelompok
Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. - - - - -
Pasang Quercus sundaica Blume 15,82 -0,30 2,67 0,74 Mengelompok
Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) - - - - -
Sowo Engelhardia spicata Blume - - - - -
Wilodo Ficus fulva Elmer. 30,00 -11,95 17,72 1,00 Mengelompok
Total 6,27 0,24 1,98 0,58 Mengelompok
Lampiran 62 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan tengah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Cemara Casuarina junghuhniana Miq. - - - - -
Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. - - - - -
Dempul Glochidion sp 30,00 -5,48 9,36 1,00 Mengelompok
Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. 10,00 -5,48 9,36 0,52 Mengelompok
Lotro Wendlandia glabrata DC. - - - - -
Pasang Quercus sundaica Blume 10,91 -0,30 2,67 0,65 Mengelompok
Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) 7,50 -0,85 3,39 0,58 Mengelompok
Prian Maesa tetrandra (Roxb.) DC. 10,83 -0,62 3,09 0,64 Mengelompok
Sowo Engelhardia spicata Blume 4,00 -0,44 2,86 0,52 Mengelompok
Walik Angin Mallotus paniculata Muell. - - - - -
Wilodo Ficus fulva Elmer. 10,00 -1,16 3,79 0,62 Mengelompok
Woang Prunus javanica (T.& B.) Miq. - - - - -
Total 1,81 0,76 1,30 0,51 Mengelompok
Lampiran 63 Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan tengah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 9,00 -2,24 5,18 0,58 Mengelompok
Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 0,00 -11,95 17,72 -0,04 Merata
Dempul Glochidion sp. 4,29 -1,16 3,79 0,51 Mengelompok
Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. 45,00 -11,95 17,72 1,61 Mengelompok
Lotro Wendlandia glabrata DC. 0,00 -11,95 17,72 -0,04 Merata
Pasang Quercus sundaica Blume 7,58 0,32 1,88 0,60 Mengelompok
Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) 5,29 0,19 2,05 0,56 Mengelompok
Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 0,00 -11,95 17,72 -0,04 Merata
Sembung Blumea balsamifera Dc. - - - - -
Sowo Engelhardia spicata Blume 4,63 0,19 2,05 0,55 Mengelompok
Total 2,21 0,82 1,23 0,52 Mengelompok
Lampiran 64 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan tengah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 0,00 -5,48 9,36 -0,08 Merata
Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. - - - - -
Anggring Trema cannabina Lour. - - - - -
Apit Clerodendrum sp. 30,00 -11,95 17,72 1,00 Mengelompok
Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 2,31 -0,08 2,39 0,47 Mengelompok
Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 3,79 0,32 1,88 0,53 Mengelompok
Dempul Glochidion sp 2,57 0,35 1,84 0,51 Mengelompok
Dl. Gunung Pouzolzia viminea Wedd. 30,00 -11,95 17,72 1,00 Mengelompok
Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 30,00 -11,95 17,72 1,00 Mengelompok
Kebak Ficus alba Reinw. 0,00 -11,95 17,72 -0,04 Merata
Kleci Caesalpinia crista Linn - - - - -
Krembi Homalanthus populneus Pax 0,00 -5,48 9,36 -0,08 Merata
Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. 4,00 -1,59 4,34 0,45 Mengelompok
Lotro Wendlandia glabrata DC. 0,00 -11,95 17,72 -0,04 Merata
Marong Cratoxylon clandestinum Dyer. - - - - -
Pasang Quercus sundaica Blume 3,30 0,75 1,33 0,53 Mengelompok
Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) 2,20 0,86 1,18 0,52 Mengelompok
Pinus Pinus merkusii Jungh & De Vr 9,00 -2,24 5,18 0,58 Mengelompok
Pung Dichrostachys cinerea W & A. 0,00 -11,95 17,72 -0,04 Merata
Puspa Schi Schima wallichii (DC.) K. 3,00 -2,24 5,18 0,24 Mengelompok
Sarangan Castanea argentea Bl. 30,00 -11,95 17,72 1,00 Mengelompok
Sembung Blumea balsamifera Dc. 7,50 -0,62 3,09 0,58 Mengelompok
Sowo Engelhardia spicata Blume 4,04 0,28 1,93 0,54 Mengelompok
Trawas Litsea odorifera Val. - - - - -
Wiung Turpinia sphaerocarpa Hassk. 0,00 -11,95 17,72 -0,04 Merata
Total 1,07 0,95 1,06 0,50 Mengelompok
Lampiran 65 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan tengah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Banyon Pilea trinervia Wight. 8,85 -0,08 2,39 0,62 Mengelompok
Dilem Pogostemon hortensis Backer. 30,00 -5,48 9,36 1,00 Mengelompok
Ganen Clidentia hirta Don. - - - - -
Ganon Marumia muscosa BL 30,00 -11,95 17,72 1,00 Mengelompok
Klanti - 30,00 -1,59 4,34 1,00 Mengelompok
Lombokan Eupatorium riparium Regel 1,39 0,96 1,05 0,51 Mengelompok
Lumut Boerhaavia erecta L. 30,00 -0,44 2,86 1,00 Mengelompok
Pakis Kadut Polystichum obtusum J.Sm. 10,86 0,35 1,84 0,66 Mengelompok
Rumput Gajian Panicum distachyum Linn. 30,00 -1,16 3,79 1,00 Mengelompok
Rumput Teki Cyperus rotundus Linn. 30,00 -5,48 9,36 1,00 Mengelompok
Total 1,27 0,97 1,04 0,50 Mengelompok
Lampiran 66 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan tengah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Klepon / miren Thespesia lampas Dalz & Gibs 3,69 0,87 1,17 0,54 Mengelompok
Lampiran 67 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan tengah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Gambas Sechium edule Sw. - - - - -
Ketepeng Cassia alata Linn. 6,00 -2,24 5,18 0,52 Mengelompok
Rembatan Rubus moluccanus L. 4,00 -1,59 4,34 0,45 Mengelompok
Total 2,73 -0,18 2,52 0,50 Mengelompok
Lampiran 68 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. - - - - -
Lampiran 69 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Akasia Deguren Acacia decurrensWilld. 1,50 0,56 1,64 0,39 Mengelompok
Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 2,90 0,65 1,50 0,55 Mengelompok
Total 1,27 0,81 1,28 0,50 Mengelompok
Lampiran 70 Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 1,36 0,16 2,21 0,15 Mengelompok
Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 3,00 0,56 1,64 0,55 Mengelompok
Tanganan Schefflera polybotrya Koord. - - - - -
Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 15,00 -7,37 13,12 1,00 Mengelompok
Total 1,31 0,75 1,37 0,42 Mengelompok
Lampiran 71 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 2,55 0,75 1,36 0,53 Mengelompok
Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 7,50 -1,79 5,04 0,58 Mengelompok
Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 4,00 -0,67 3,42 0,52 Mengelompok
Total 1,64 0,81 1,28 0,51 Mengelompok
Lampiran 72 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Rumput Grepak Polytoca bracteata R.Br. 3,06 0,87 1,18 0,55 Mengelompok
Telasian Eupatorium riparium Regel 1,53 0,94 1,08 0,51 Mengelompok
Tebonan Polygonum chinense L. 5,77 0,30 2,01 0,60 Mengelompok
Uciuji Basella rubra Linn. 15,00 -3,19 7,06 0,81 Mengelompok
Pakis kadut Polystichum obtusum J.Sm. - - - - -
Lenglengan Leucas lavandulifolia R.Br. - - - - -
Ganon Marumia muscosa BL 3,82 0,16 2,21 0,55 Mengelompok
Gundi Lespedeza junghuhniana Bakh.f. 2,92 -0,05 2,51 0,51 Mengelompok
Total 1,20 0,97 1,05 0,50 Mengelompok
Lampiran 73 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semak pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Cepokogeni Rhododendron javanicum Benn. 15 -7,371 13,119 0,63 Mengelompok
Lampiran 74 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Manisrejo Vaccinium Varingfolium Miq. 5,00 -0,05 2,51 0,57 Mengelompok
Sapen Buddleja asiatica Lour. 5,00 -3,19 7,06 0,33 Mengelompok
Miren Thespesia lampas Dalz & Gibs 2,34 0,75 1,36 0,53 Mengelompok
Total 1,54 0,82 1,26 0,51 Mengelompok
Lampiran 75 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Rembet Rubus moluccanus L. 2,65 0,68 1,47 0,53 Mengelompok
Lampiran 76 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Kina Cinchona pubescens Vahl. 10,00 -2,15 6,01 1,00 Mengelompok
Woang Prunus javanica (T.& B.) Miq. - - - - -
Pasang Quercus sundaica Blume 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok
Pasang abang Lithocarpus elegans (Bl.) 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata
Duwet Eugenia cumini Merr. - - - - -
Total 3,33 0,21 2,25 0,57 Mengelompok
Lampiran 77 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Kina Cinchona pubescens Vahl. 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata
Rasamala Altingia excelsa Noronha. - - - - -
Belimbing Kosek Acronychia trifoliata Zoll. - - - - -
Kendung Helicia javanica Bl. 10,00 -5,30 11,02 1,00 Mengelompok
Duwet Eugenia cumini Merr. 10,00 -0,58 3,51 1,00 Mengelompok
Kemaduh Laportes stimulans Miq. 10,00 -5,30 11,02 1,00 Mengelompok
Total 0,67 -0,26 3,00 -0,08 Merata
Lampiran 78 Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata
Kendung Helicia javanica Bl. 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata
Kina Cinchona pubescens Vahl. 2,28 0,61 1,63 0,54 Mengelompok
Pasang abang Lithocarpus elegans (Bl.) 3,33 -2,15 6,01 0,23 Mengelompok
Pung Dichrostachys cinerea W & A. - - - - -
Sarangan Castanea argentea Bl. - - - - -
Total 1,26 0,75 1,40 0,33 Mengelompok
Lampiran 79 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 3,33 -2,15 6,01 0,23 Mengelompok
Balungan Dysoxylum arborescens Miq. 10,00 -1,10 4,34 1,00 Mengelompok
Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 0,95 -0,05 2,67 -0,01 Merata
Kedupai Mischocarpus oppositifolius M. 3,33 -2,15 6,01 0,23 Mengelompok
Kendung Helicia javanica Bl. 0,67 -0,26 3,00 0,33 Mengelompok
Kina Cinchona pubescens Vahl. 2,46 0,73 1,44 0,56 Mengelompok
Marong Cratoxylon clandestinum Dyer. 2,67 -0,26 3,00 0,42 Mengelompok
Nangkaan Litsea diversifolia Blume 3,33 -2,15 6,01 0,23 Mengelompok
Pasang Abang Lithocarpus elegans (Bl.) 2,44 0,48 1,84 0,54 Mengelompok
Pung Dichrostachys cinerea W & A. 0,00 -2,15 6,01 -0,16 Merata
Rasamala Altingia excelsa Noronha. 1,11 0,63 1,59 0,09 Mengelompok
Tambal Persea rimosa (Bl.) Kosterm. 10,00 -2,15 6,01 1,00 Mengelompok
Total 1,16 0,93 1,11 0,50 Mengelompok
Lampiran 80 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Lombokan Eupatorium riparium Regel 1,52 0,93 1,11 0,52 Mengelompok
Waderan Corchorus acutangulus Lamk. 2,86 0,10 2,43 0,53 Mengelompok
Tebonan Polygonum chinense L. 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata
Irengan Eupatorium riparium Reg. 10,00 0,74 1,42 1,00 Mengelompok
Selimpet Schismatoglottis calyptrata Z&M 5,24 -0,05 2,67 0,68 Mengelompok
Bubukuan Strobilanthes cernus Blume - - - - -
Penjirit Rauvolfia serpentina (L.) Benth. - - - - -
Total 1,33 0,95 1,08 0,51 Mengelompok
Lampiran 81 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Kemiren Thespesia lampas Dalz & Gibs 5,00 0,21 2,25 0,68 Mengelompok
Lampiran 82 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan
pegunungan bawah, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Rembet Rubus moluccanus L. 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok
Lampiran 83 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. - - - - -
Lampiran 84 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 1,67 -0,76 4,57 0,09 Mengelompok
Sonto Sarcosperma sp. 5,00 -0,17 3,38 0,62 Mengelompok
Total 1,67 0,41 2,19 0,28 Mengelompok
Lampiran 85 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Lenglengan Leucas lavandulifolia R.Br. 5,00 -0,17 3,38 0,62 Mengelompok
Telasian Eupatorium riparium Regel. 2,35 0,68 1,65 0,54 Mengelompok
Rumput Blaba'ang Arundinella nepalensis Trin. 1,31 0,97 1,06 0,51 Mengelompok
Edelweiss Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. 5,00 0,56 1,89 0,69 Mengelompok
Gundi Lespedeza junghuhniana Bakh.f. 5,00 -0,76 4,57 0,54 Mengelompok
Total 1,34 0,98 1,05 0,52 Mengelompok
Lampiran 86 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan
pegunungan atas, TNGM
Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran
Manisrejo Vaccinium Varingfolium Miq. 0,98 0,94 1,12 -0,09 Merata
Lampiran 87 Daftar nama spesies tumbuhan hasil inventarisasi tumbuhan di SPTN wilayah I dan
II tahun 2008 (jalur Kinahrejo dan Selo)
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus
1 Akasia Dekuren Acacia decurrens Willd. Pohon
2 Alang-Alang Imperata cylindrica (L.) Beauv. Rumput-rumputan
3 Aprika - Pohon
4 Bakoan Sturchium sparganophorum Perdu
5 Bambu Bambusa sp Bambu
6 Beringin Ficus benjamina L. Pohon
7 Beroan - Semak
8 Bilung - Semak
9 Bintani - Pohon
10 Blabakan Lophopetalum javanicum (Zoll.) Turcz. Semak
11 Bubatjaran Scleria sumatrensis Retz. Rumput
12 Cemara Gunung Casuarina Junghuniana Miq. Pohon
13 Cokrogeni Rhododendron javanicum Benn. Perdu
14 Dadap Serep Erythrina lithosperma Miq. Pohon
15 Dempul Glochidion arborescens Bl. Pohon
16 Edelwis Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. Perdu
17 Ganen - Rumput-rumputan
18 Gerpak - Rumput-rumputan
19 Gesik - Rumput-rumputan
20 Gondang Ficus variegata Bl. Pohon
21 Imer - Semak
22 Ingress - Rumput-rumputan
23 Irengan Eupatorium riparium Reg. Semak
24 Jalu Mampang Epipremnun pinnatum Engl. Semak
25 Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. Pohon
26 Kemlanding Gunung - Pohon
27 Kerisan - Rumput-rumputan
28 Kina Cinchona pubescens Vahl. Pohon
29 Klawer - Pohon
30 Kolonjono Pennisetum purpureum Schum. Rumput-rumputan
31 Koronan - Semak
32 Krembi - Semak
33 Kropok Perdu
34 Leng-Lengan Leucas lavandulifolia R.Br. Rumput-rumputan
35 Lulangan Eleusine indica (L.) Gaertn. Rumput-rumputan
36 Lumut-lumutan - Lumut
37 Mahoni Swietenia mahagoni Jacq. Pohon
38 Mangutan - Semak
39 Manisrejo Vaccinium varingfolium Miq. Perdu
40 Nyangkoh - Palm
41 Pacar Banyu Impatiens platypetala Lindley. Semak
42 Pakis Cyatea sp Pakis-pakisan
43 Pancal Kidang Planchonella obovata (R.Br.) Pierre. Palm
44 Pandan Pandanus sp. Palm
45 Pasang Quercus sp Pohon
46 Pebe - Rumput-rumputan
47 Pecutan Pteris ensiformis Burm. F. Rumput-rumputan
48 Pinus Pinus merkusii Jungh & De Vr Pohon
49 Pung - Pohon
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus
50 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. Pohon
51 Rasamala Altingia excelsa Noronha. Pohon
52 Rio - Semak
53 Rirembet/Rembet Rubus moluccanus L. Liana
54 Riwono - Liana
55 Ronto - Perdu
56 Rumput Gajah Pennisetum purpureum Schum. Rumput-rumputan
57 Sapian/Sapen Macarangan diepenhorstii (Miq.) Muell. Arg. Semak
58 Sekulan - Perdu
59 Sembu’an - Semak
59 Sengon Gunung Paraserianthes sp Pohon
60 Sonokeling Dalbergia latifolia Roxb. Pohon
61 Sowo - Pohon
62 Tebonan Panicum sp Perdu
63 Tepus Hornstedtia sp Pohon
64 Tesek Rhynchocarpa monophylla Backer. Perdu
65 Tluki - Perdu
Lampiran 87 (Lanjutan)