interim

68
LAPORAN PERKEMBANGAN (INTERIM REPORT) RISET PENGEMBANGAN PARIWISATA PULAU FLORES: PENILAIAN (ASSESSMENT) POTENSI ALAM DAN BUDAYA FLORES SEBAGAI DESTINASI WISATA DI KAWASAN TIMUR INDONESIA PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN Fokus Bidang Prioritas : Bidang Pengembangan Kawasan Strategis Kode Produk Target : 5.c Kode Kegiatan : 5.c.9 Peneliti Utama : Drs. Roby Ardiwidjaja MBIT PUSLITBANG KEPARIWISATAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF Jl Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110, Telepon: 021 3838593 Fax:021 3810901 Tanggal 10 Juli 2012 No. Pendaftaran On-Line:………………….………………………...

Upload: irland-fardani

Post on 28-Nov-2015

142 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

interim

TRANSCRIPT

Page 1: Interim

LAPORAN PERKEMBANGAN

(INTERIM REPORT)

RISET PENGEMBANGAN PARIWISATA PULAU FLORES:

PENILAIAN (ASSESSMENT) POTENSI ALAM DAN BUDAYA FLORES SEBAGAI DESTINASI

WISATA DI KAWASAN TIMUR INDONESIA

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

Fokus Bidang Prioritas : Bidang Pengembangan Kawasan Strategis

Kode Produk Target : 5.c

Kode Kegiatan : 5.c.9

Peneliti Utama : Drs. Roby Ardiwidjaja MBIT

PUSLITBANG KEPARIWISATAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF Jl Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110, Telepon: 021 3838593 Fax:021 3810901

Tanggal 10 Juli 2012

No. Pendaftaran On-Line:………………….………………………...

Page 2: Interim

2

PRAKATA

Dengan besarnya keanekargaman potensi sumber daya alam dan budaya yang tersebar di

berbagai wilayah di Indonesia, pemerintah mempunyai tugas meningkatkan pemerataan

pembangunan melalui fasilitasi kegiatan pembangunan kebudayaan dan pariwisata di daerah

tertinggal termasuk Pulau Flores di kawasan Timur Indonesia (KTI) secara terpadu yang

berlandaskan pada karakteristik social budaya dan kekhasan daerah. Pulau Flores sebagai bagian

dari provinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki potensi sumberdaya yang perlu dikembangkan

sebagai destinasi pariwisata secara berkelanjutan. Dengan mengacu pada kekayaan

keanekaragaman daya tarik potensi sumberdaya alam dan budaya yang masih dimiliki,

dipastikan bahwa ke depan Pulau Flores berpeluang menjadi salah satu destinasi wisata

unggulan.

Sehubungan dengan upaya mendukung percepatan pembangunan Pulau Flores di kawasan

Timur Indonesia, serta mengingat dampak pembangunan yang pada kenyataannya sangat

berdampak pada lingkungan alam dan budaya, maka perlu untuk segera melakukan kajian

melalui suatu kegiatan berupa penilaian (assessment) dan pemetaan keanekaragaman potensi

sumberdaya kebudayaan dan pariwisata sebagai dasar perencanaan pemecahan masalah dan

peluang yang ada di Pulau Flores. Dengan pendekatan ilmiah, diharapkan konsep research-base

policy dapat diimplementasikan ke dalam penyusunan kebijakan strategis dan teknis-

operasional pelaksanaan percepatan pembangunan khususnya di bidang kebudayaan dan

pariwisata yang berbasis pada sumber daya budaya dan alam dapat terwujud secara terpadu

dan berkelanjutan.

Kegiatan riset yang bersifat ekspedisi ilmiah telah dilaksanakan sejak tanggal 29 Juni 2012

sampai dengan 8 Juli 2012 ini, merupakan kegiatan yang dilaksanakan melalui ekspedisi ilmiah

dengan melibatkan berbagai peneliti lintas sektor dan disiplin. Melalui mekanisme pemetaan

dan penilaian, riset akan berupaya untuk memperoleh data dan informasi terkait dengan

potensi sumberdaya kebudayaan dan kepariwisataan di beberapa daerah meliputi kabupaten

Sika, Flores Timur, Ende, Ngada, serta melengkapi (Up dating) data untuk Kabupaten Manggarai

Page 3: Interim

3

Timur, Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat. Diharapkan hasil dari kegiatan ini layak

menjadi bahan masukan dalam mewujudkan “kenalilah negerimu Cintailah negerimu” melalui

program pengembangan paket (Travel Patern) wisata Jakarta, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores;

serta rekomendasi dan saran tindak lanjut yang dapat mendukung arah percepatan

pembangunan potensi sumberdaya sektor kebudayaan dan kepariwisataan secara terpadu dan

berkelanjutan khususnya di Pulau Flores dan umumnya di KTI.

Ekspedisi ilmiah ini tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik, apabila tidak dibantu oleh

pihak-pihak di daerah setempat. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, izinkan kami Tim

Peneliti Ekspedisi Ilmiah Pemetaan dan Penilaian Potensi Kepariwisataan berbasis keruangan di

Pulau Flores, mengucapkan terima kasih kepada Kepala Bapeda, Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata, Balitbang Propinsi NTT; para Kepala Bapeda, Dinas kebudayaan dan Pariwisata

beserta jajarannya, Kepada para tokoh agama, pemuka adat, komunitas pemerhati bidang

kepariwisataan, dan pihak-pihak terkait yang tidak dapat disebutkan seluruhnya, yang telah

membantu sepenuhnya dari awal hingga selesainya kegiatan ini. Semoga kerja sama ini dapat

semakin erat dilanjutnya di masa yang akan datang.

Jakarta, Juli 2012

Page 4: Interim

4

ABSTRACT

Seperti diketahui bersama, Pulau Flores sebagai bagian dari provinsi Nusa Tenggara

Timur, memiliki potensi sumberdaya yang perlu dikembangkan secara berkelanjutan,

mengingat degradasi lingkungan alam maupun budaya yang terjadi saat ini. Oleh

karena itu lingkungan Flores yang dapat dikatakan sebagai daerah sensitive, dalam

pengembangannya perlu pendekatan prinsip-prinsip berkelanjutan: dapat diterima

secara social oleh masyarakat setempat, berpihak kepada masyarakat, secara budaya

dapat diterima, tidak berpihak, dan memperhatikan lingkungan. Selanjutnya prinsip-

prinsip dimaksud perlu diimplementasikan dalam kebijakan pengembangan skala

regional maupun nasional.

Dengan keanekaragaman alam dan budayanya yang tersebar di seluruh wilayahnya,

sebagian besar daerah di Indonesia termasuk Pulau Flores Nusa tenggara Timur, pada

dasarnya memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata

atau destinasi pariwisata baik dalam skala lokal, nasional, maupun dunia. Kondisi

tersebut diperkuat dengan perkembangan pariwisata saat ini yang meningkat seiring

dengan berubahnya paradigma pariwisata berkelanjutan yang mempengaruhi pola

perjalanan, keinginan dan kebutuhan wisatawan terhadap suatu destinasi pariwisata.

Tuntutan destinasi agar berkelanjutan menjadi aspek yang harus menjadi perhatian

pemerintah pemerintah daerah dalam mengembangkan destinasi pariwisata yang

berwawasan lingkungan.

Namun seperti daerah lainnya yang terletak di Kawasan Timur Indonesia, hingga saat ini

penyelenggaraan pembangunan termasuk di bidang kebudayaan dan pariwisata masih

fokus di Jawa dan Bali sehingga pariwisata di Pulau Flores belum dilaksanakan secara

optimal, terpadu dan berkelanjutan. Dalam mengantisipasi peluang dan tantangan

global saat ini, perlu dilakukan berbagai upaya akselerasi pembangunan. Salah satunya

adalah pembangunan yang memamanfaatkan potensi daya tarik dimaksud.

Implementasi pariwisata berkelanjutan melaui pendekatan konsep ekowisata

Page 5: Interim

5

(ecotourism) dan konsep wisata budaya (culture tourism), melalui suatu proses penilaian

(assessment) terhadap potensi kebudayaan dan kepariwisataan yang dimiliki, diyakini

bahwa Pulau Flores ke depan dapat menjadi salah satu destinasi wisata skala lokal,

nasional bahkan klas dunia yang yang berbasis lingkungan alam dan budaya alami.

Keberhasilan pengembangan tersebut tentunya apabila tahapannya dilakukan terlebih

dahulu melalui suatu tahapan riset yang dapat mengungkapkan berbagai peluang ke

depan terkait dengan pemetaan asset daya tarik sumberdaya alam dan budaya, konsep

serta strategi pengembangan pemanfaatan dan pengelolaan asset tersebut secara

terpadu dan berkelanjutan.

Dalam rangka menunjang program pemerintah (Budpar) khususnya terkait

dengan kampanye “Kenalilah Negerimu, Cintailah Negerimu”, maka penilaian Destinasi

Pariwisata (destination assessment) yang merupakan upaya untuk memotret

pengembangan pariwisata dengan menilai posisi destinasi pariwisata terkait kondisi,

potensi sumber daya pariwisata, permintaan pasar dan karakteristik daerah, menjadi

penting. Balmer and Crapo dalam Gunn (1998) menjelaskan tentang penilaian suatu

destinasi yang akan meliputi antara lain:

1. Daya tarik sumber daya alam dan budaya terkait dengan kandungan bentangan

alam yang estetis (settings), adat istiadat dan tradisi pola dan jenis aktivitas wisata

di destinasi

2. Masyarakat setempat dan budaya yang berkenaan dengan hubungan yang kuat

dengan sumber daya alam, arkeologi, arsitektur, peninggalan sejarah, budaya dan

sumber daya budaya lainnya.

3. Akses jaringan transportasi serta kondisi rute antara atraksi dan pusat dan

pelayanan yang atraktif dan efisien

4. Pelayanan dan fasilitas yang dimiliki dan berpotensi untuk disediakan baik

didukung oleh fasilitas umum dan fasilitas pariwisata di daerah tersebut maupun

sekitarnya,

Riset ini, merupakan riset terapan yang melibatkan berbagai peneliti dari berbagai unit

dan disiplin ilmu. Riset akan melakukan inventarisasi dan penilaian terhadap warisan

Page 6: Interim

6

budaya dan alam, termasuk juga lingkungannya sebagai sumber yang akan

dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan pembangunan kebudayaan dan

pariwisata. Riset tahap ini akan berupaya untuk menggambarkan daya tarik berbagai

aspek nilai tradisi dan legenda yang berhubungan dengan budaya dan lingkungannya,

serta memberikan arah dalam memahami tentang lingkungan alam, kehidupan social

dan budaya masyarak setempat. Selanjutnya melalui justifikasi berbagai variabel dan

indikator, diharapkan akan ditemukenali pokok-pokok permasalahan dan peluang yang

dapat dijadikan sebagai bahan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang

diperlukan dalam merumuskan strategi perencanaan pengembangan pariwisata,

sekaligus menentukan konsep pengembangan Pulau Flores sebagai destinasi pariwisata

yang terpadu dan berkelanjutan ke depan.

Mengingat keterbatasan data dan informasi yang diperlukan dalam proses pemecahan

masalah dan pengambilan keputusan yang diperlukan, riset akan menggali secara

lengkap potensi daya tarik sumberdaya budaya dan pariwisata di beberapa lokasi dari

wilayah barat hingga timur pulau Flores yang meliputi meliputi kabupaten Sika, Flores

Timur, Ende, Ngada, serta melengkapi (Up dating) data untuk Kabupaten Manggarai

Timur, Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat.

Kata Kunci: Mapping, Assessment, Pariwisata, Destinasi wisata, spatial, lingkungan,

pariwisata berkelanjutan,

Page 7: Interim

7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

RINGKASAN EKSEKUTIV 4

DATAR ISI 7

BAB I PENDAHULUAN 8

1.1. Latar Belakang 8

1.2. Maksud dan Tujuan 10

1.3. Hasil yang diharapkan 11

1.4. Sarana dan Peralatan 11

1.5. Jejaring Koordinasi 11

BAB II KEGIATAN LAPANGAN 13

2.1. Gambaran Umum 13

2.2 Lingkup 13

2.3. Metodologi 14

2.4. Metode Pengumpulan Data 15

BAB III TINJAUAN EKSPEDISI 17

3.1. Sekilas Pulau Flores 17

3.2. Pelaksanaan Ekspedisi Ilmiah 21

3.2.1 Pola Jalur Ekspedisi 21

3.2.2 Pemetaan dan penilaian Potensi Kepariwisataan 23

3.2.3 Temuan 62

BAB IV KERANGKA LAPORAN 63

BAB V PENUTUP 64

LAMPIRAN 65

Page 8: Interim

8

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan alam dan budaya di sektor kebudayaan dan pariwisata terus berkembang

hingga saat ini. Namun besarnya potensi sumberdaya alam dan budaya tersebut yang tersebar

di hampir 17 ribu pulau di Indonesia, ternyata belumlah dimanfaatkan secara merata.

Pembangunan termasuk di sektor kebudayaan dan pariwisata masih memperlihatkan orientasi

pada wilayah di luar KTI. Sehingga, beberapa lokasi di Indonesia seperti daerah-daerah di

kawasan Timur Indonesia (KTI) yang dianggap wilayah terpinggirkan, sebagai contoh,

menunjukkan bahwa hingga saat ini pembangunan di daerah yang memiliki karakteristik dan

kekhasan sumberdaya tersebut, belum dilaksanakan secara merata dan optimal. Akibatnya

timbul berbagai pemasalahan tersendiri yang secara umum permasalahan tersebut antara lain

terkait aspek konservasi lingkungan, eksploitasi, aspek pendidikan, kemiskinan, aspek ekonomi

(manfaat pada masyarakat lokal), aspek pengelolaan serta aspek keberlanjutan. Kesemua cara

atau sistem pengelolaan tradisional ini pada dasarnya merupakan cerminan kearifan lokal dalam

mendukung strategi konservasi berbasis masyarakat di kawasan (Farid dan Dessy, 2006).

Di era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi, pemerintah telah menetapkan

bahwa sektor kebudayaan dan pariwisata sangat perlu dikembangkan dan dibina secara sinergi

sebagai sektor unggulan. Artinya mensinergikan upaya pelestarian alam dan budaya beserta

warisannya, melalui pendekatan pariwisata berkelanjutan sebagai alat yang dapat menunjang

keberhasilan pembangunan nasional yang diidamkan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari

peranan pemerintah khususnya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melalui

kebijaksanaannya menciptakan kondisi yang dapat memberikan berbagai kemudahan bagi

masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan budaya dalam rangka mengakselerasi

pembangunan kebudayaan dan pariwiata nasional.

Diketahui bahwa di satu sisi budaya beserta warisannya merupakan aset yang

mencerminkan identitas bangsa, dan di sisi lain pariwisata merupakan salah satu unsur

penggerak yang dapat memacu apresiasi warisan alam dan budaya sekaligus pertumbuhan

perekonomian nasional dan daerah. Sejalan dengan cita-cita pembangunan berkelanjutan,

Page 9: Interim

9

diharapkan pariwisata sebagai salah satu andalan dalam mewujudkan rasa cinta tanah air,

mempertebal identitas dan citra budaya bangsa, sekaligus sebagai wahana meningkatkan

pendapatan negara.

Karena pembangunan sektor kebudayaan dan pariwisata merupakan salah satu potensi

pembangunan nasional yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan dan berorientasi global

dengan mengacu pada nilai-nilai agama dan budaya, lingkungan, persatuan nasional, serta

persahabatan antar bangsa, maka proses pembangunan kebudayaan dan pariwisata harus

dilakukan secara sistematis, terencana, menyeluruh, dan terpadu lintas sektor dan disiplin agar

dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi para pemangku dan pemilik kepentingan

(stakeholder dan shareholder). Artinya proses pembangunan sektor dimaksud harus mampu

memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan

pemanfaatan sumberdaya yang ada untuk kepentingan masyarakat, daerah dan bangsa.

Dimensi ekonomi pembangunan nasional, termasuk sektor kebudayaan dan pariwisata,

adalah mengembangkan perekonomian yang berorientasi global dengan tetap

mempertahankan akar budayanya, sesuai kemajuan teknologi guna membangun keunggulan

kompetitip sesuai dengan kompetensi dan potensi sumberdaya unggulan disetiap daerah.

Dengan besarnya keanekargaman potensi sumber daya alam dan budaya yang tersebar

di berbagai wilayah Timur Indonesia ini, pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk

mengelola dan memanfatkan potensi tersebut secara terpadu dan berkelanjutan. Oleh karena

itu, untuk menindak lanjuti percepatan pembangunan secara merata, pemerintah telah

menetapkan program pembangunan termasuk sektor kebudayaan dan pariwisata ke depan,

harus diprioritaskan pada kawasan tertinggal seperti kawasan bagian Timur Indonesia (KTI). Hal

ini seperti yang di amanatkan dalam instruksi presiden republik Indonesia nomor 7 tahun 2002

tentang pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional percepatan pembangunan kawasan timur

Indonesia. Selanjutnya melalui kebijakan yang berupa strategi induk (Grand Strategy)

pembangunan KTI, diterjemahkan oleh sektor kebudayaan dan pariwisata sesuai visi dan

misinya menjadi perencanaan pengembangan sektor kebudayaan pariwisata sebagai salah satu

acuan rencana aksi pembangunan di KTI.

Oleh karena itu, di satu sisi dalam rangka agar peningkatkan apresiasi jati diri cinta

bangsa Indonesia terhadap nusantara melalui kampanye sadar wisata “Kenalilah Negerimu,

Cintailah Negerimu” tidak menjadi pepesan kosong, serta di sisi lain untuk menindak lanjuti

Page 10: Interim

10

percepatan pembangunan secara merata terintegrasi berdasarkan MP3EI (Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025), pemerintah telah

menetapkan program pembangunan termasuk sektor kebudayaan dan pariwisata ke depan,

harus diprioritaskan pada kawasan Timur Indonesia (Bali, NTB, NTT). Untuk itu dibutuhkan

eksplorasi data dan informasi peta potensi daya tarik sumberdaya alam meliputi flora fauna,

bentang alam, gejala alam baik di darat maupun laut, serta sumberdaya budaya meliputi

kearifan dan tradisi lokal, kehidupan sosial budaya, tinggalan budaya arkeologi di darat maupun

laut, sebagai sumberdaya unggulan yang berada di Pulau Flores. Data dan informasi dimaksud

sangat strategis sebagai bahan dasar pimpinan dalam proses pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pengembangan pola wisata (Travel Pattern)

untuk rute wisata darat (overland) Jakarta, Bali, Lombok, Sumbawa Flores, sekaligus mendukung

program prioritas percepatan pembangunan khususnya Pulau Flores di sektor kebudayaan dan

pariwisata.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari expedisi ilmiah adalah mengumpulkan data dan informasi terkait dengan

potensi, permasalahan dan peluang pemanfaatan, serta system pengelolaan yang berkelanjutan

melalui penilaian (assessment) terhadap potensi keaneka ragaman daya tarik sumberdaya alam

dan budaya yang ada, dengan tujuan antara lain mencakup:

1. Mewujudkan data keruangan (spatial) potensi sebagai dasar perencanaan

pengembangan Sumberdaya Kepariwisataan di Pulau Flores yang berbasis pada

pembangunan pariwisata berkelanjutan

2. Menyediakan bahan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang

diperlukan dalam merumuskan kebijakan pembangunan pariwisata

berkelanjutan yang berbasis pada daya dukung Potensi Sumberdaya alam dan

budaya di Pulau Flores

3. Menggambarkan pola perjalanan (Travel Patern) di Pulau Flores terkait

perjalanan wisata darat (Overland) Jakarta, Jogya, Bali, Lombok, Sumbawa,

Flores

Page 11: Interim

11

1.3. Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dengan dilaksanakannya pemetaan (mapping) dan penilaian

(assessment) adalah berupa dokumen yang berisi gambaran potensi sumberdaya

kepariwisataan yang terdiri dari daya tarik alam dan budaya khususnya unggulan sebagai atraksi,

aksesibilitas, amenitas, serta sarana dan fasilitas pendukung dengan memperhatikan:

- Profil potensi daya tarik sumberdaya alam dan budaya

- Rute menuju lokasi potensi

- Letak lokasi (koordinat) potensi

- Situasi lokasi potensi dan sekitarnya

1.4. Sarana dan Peralatan lapangan

Adapun sarana lapangan yang digunakan antara lain 2 (dua) unit kendaraan roda 4 (empat) dan

kapal laut rakyat.

Sedangkan peralatan lapangan yang digunakan antara lain Camera (2 unit), Handycam (2 unit),

GPS (2 unit), dan Laptop (2 unit)

1.5. Jejaring Koordinasi

Dalam upaya memudahkan pelaksanaan ekspedisi ilmiah ini, dilakukan koordinasi dan

kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait. Pihak-pihak tersebut antara lain:

1. Pemerintah

a. Direktorat Pengembangan Destinasi, Kementerian Parekraf

b. Puslitbang Arkeologi Nasional, Kementerian Dikbud

c. Puslitbang Kebudayaan, Kementerian Parekraf

d. Sekditjen Ekonomi Kreatif, Kementerian Parekraf

Page 12: Interim

12

2. Pemerintah Daereh

a. Badan Pengembangan Daerah Propinsi NTT

b. Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi NTT

c. Badan Pengembangan Daerah Kabupaten

d. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

3. Pihak Lain Terkait

a. Lembaga Pendidikan Universitas Indonesia

b. Komunitas Pemerhati terkait bidang kepariwisataan di Kabupaten

Page 13: Interim

13

BAB II KEGIATAN LAPANGAN

2.1. Gambaran Umum

Dalam upaya agar kegiatan dapat mencapai sasaran dan diterima oleh para pemangku

kepentingan khususnya di Pulau Flores, maka tim ekspedisi ilmiah ini akan melibatkan lintas

sector yang terkait dengan pembangunan kepariwisataan khususnya di Pulau Flores, baik di

pusat maupun daerah, serta akan dilaksanakan bekerjasama antara lain dengan pihak-pihak

terkait di Pulau Flores serta stakeholder lintas sektor dan disiplin seperti bidang Pariwisata,

bidang Kebudayaan, bidang Geografi dan Lingkungan, serta bidang Informasi Teknologi (IT/GIS).

Adapun pelaksanaan kegiatan yang bersifat swakelola ini dilaksanakan dengan

melibatkan tenaga-tenaga yang berasal dari intansi terkait baik di pusat maupun daerah

mencakup antara lain dari Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Lingkungan Hidup,

Kehutanan, Pengelola Taman Nasional, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Pakar dan Praktisi

di bidang ekowisata, LSM serta Pelaku Industri Pariwisata.

2.2 Lingkup

Agar kegiatan ini lebih terfokus, maka dalam pelaksanaannya akan dibatasi pada:

1. Lingkup Wilayah Studi. Lingkup wilayah kajian dalam kegiatan ini akan

mencakup Kabupaten Manggarai Timur dengan ibukota Borong, Ende dengan

ibukota Ende, Kabupaten Sikka dengan ibukota Maumere, dan Flores Timur

dengan ibukota Larantuka di Pulau Flores dan sekitarnya. Sekaligus dalam

kegiatan ini juga melengkapi data untuk beberapa kabupaten di Flores

mencakup Kabupaten Manggarai Barat dengan ibukota Labuan Bajo, Manggarai

dengan ibukota Ruteng serta Ngada dengan ibukota Bajawa

2. Lingkup Kajian. Dalam kajian ini, ruang lingkup kegiatan akan didasari dan

dibatasi pada aspek-aspek yang meliputi:

Page 14: Interim

14

a. Penilaian (assessment) Potensi alam dan budaya serta beberapa sarana dan

fasilitas pariwisata yang berpeluang menunjang pengembangan wisata

Pulau Flores sebagai destinasi wisata.

b. Evaluasi Kebijakan pengembangan wilayah yang dapat mendukung

pelaksanaan pembangunan kawasan Pulau Flores sebagai destinasi wisata

berbasis pelestarian

c. Kerangka konsep pengembangan kawasan Pulau Flores dan sekitarnya

sebagai destinasi wisata daerah yang terpadu dan berkelanjutan.

3. Lingkup Pelibatan Dalam Kegiatan. Dalam upaya memudahkan pelaksanaan Ekspedisi

ilmiah potensi kepariwisatan di Pulau Flores akan mengacu pada Kerangka Kerja

Sama dilakukan melalui mekanisme tim yang bekerjasama dengan pihak pemerintah

daerah (Dinas Pariwisata dan ekonomi kreatif) lintas sector dan masyarakat yang

terkait dengan pembangunan kepariwisataan di daerah struktur fungsi sebagai

berikut:

Tim tenaga daerah. Pengumpulan data lapangan (Field Research) yang dipandu

oleh pemerintah daerah (Dinas Pariwisata dan ekonomi kreatif), dilakukan untuk

memperoleh fakta terkini tentang data dan informasi yang terkait dengan

potensi kepariwisataan masing-masing daerah di Pulau Flores, dengan kondisi

kepariwisataan daerah yang belum, sedang maupun sudah berkembang.

Tim Peneliti. Penelusuran data dan informasi di fokuskan kepada sumber-sumber

data dan informasi primer dan sekunder terkait pengembangan potensi

kepariwisataan melalui:

2.3. Metodologi (Kumpul dan Olah)

Dalam upaya mewujudkan rumusan strategi dan aksi percepatan pembangunan KTI

bidang kepariwisataan melalui kegiatan Ekspedisi ilmiah potensi produk kepariwisatan di Pulau

Flores dalam bentuk diskriptif dan spatial, diperlukan metodologi dengan menggunakan

berbagai pendekatan yang dibutuhkan dari sejak tahap persiapan, pengumpulan dan

pengolahan data, hingga tahap analisis dan interpretasi.

Kerangka Kerja Sama

Page 15: Interim

15

Kegiatan dilakukan melalui mekanisme tim yang bekerjasama dengan pihak pemerintah

daerah (Dinas Pariwisata dan ekonomi kreatif) dan juga lintas sector yang terkait dengan

pembangunan kepariwisataan di daerah struktur fungsi sebagai berikut:

1. Tim tenaga daerah

Pengumpulan data lapangan (Field Research) yang dikoordinir oleh pemerintah daerah

(Dinas Pariwisata dan ekonomi kreatif), dilakukan untuk memperoleh fakta terkini tentang

data dan informasi yang terkait dengan potensi kepariwisataan masing-masing daerah di

Pulau Flores, dengan kondisi kepariwisataan daerah yang belum, sedang maupun sudah

berkembang.

2. Tim Peneliti

a. Pendampingan terhadap tim tenaga daerah dalam kegiatan pengumpulan data, melalui

pembekalan teknis pengumpulan data (Checklist potensi, GPS)

b. Penelusuran data dan informasi di fokuskan kepada sumber-sumber data dan informasi

primer dan sekunder terkait pengembangan potensi kepariwisataan. Diharapkan dari

kegiatan ini dapat diperoleh informasi yang mendukung penjabaran tentang potensi,

kebijakan dan peluang pengembangan sumberdaya kepariwisataan di kawasan Pulau

Flores.

2.4. Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan upaya penelusuran secara acak

sumber data dan informasi yang dianggap dapat mewakili informasi pengembangan potensi

kepariwsataan daerah di Pulau Flores melalui:

1. Data Kepustakaan

Dalam upaya memperoleh informasi yang mendukung penjabaran tentang potensi,

kebijakan dan peluang pengembangan sumberdaya kepariwisataan di kawasan Pulau Flores,

maka dilakukan studi kepustakaan (library research) untuk menggali data dan informasi yang

diperlukan meliputi antara laian:

a. Publikasi atau penerbitan data dan informasi baik dalam buku atau artikel berisi

deskripsi, analsis, dan sintesis bersifat teoretis dan aplikasi, serta proceeding hasil

seminar atau konferensi kepariwisataan yang telah dilakukan oleh berbagai pihak yang

Page 16: Interim

16

terkait dan relevan dengan kebijakan dan penelitian pengembangan kepariwisataan di

kawasan Pulau Flores.

a. Manuskrip atau naskah yang belum atau tidak diterbitkan antara lain dalam bentuk

naskah peraturan perundangan tentang kepariwisataan, artikel diseminarkan

mengandung kajian kepariwisataan dan executive summary konferensi nasional dan

internasional di bida ng kepariwisataan

2. Data Lapangan

Pengumpulan data lapangan (Field Research) yang dikoordinir oleh pemerintah daerah

(Dinas Pariwisata dan ekonomi kreatif), dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap

potensi produk kepariwisataan beberapa daerah di Pulau Flores guna memperoleh fakta

terkini tentang kondisi kepariwisataan daerah yang belum, sedang maupun sudah

berkembang mencakup antara lain:

a. Data dan informasi dari pengamatan langsung terhadap potensi produk kepariwisataan

di daerah mencakup antara lain daya tarik, aksesibilitas, dan amenitas.

b. Data dan informasi dari hasil wawancara dan diskusi dengan wakil para pemangku

kepentingan (stakeholder) yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan

penyelenggraan kepariwisataan.

Page 17: Interim

17

BAB III TINJAUAN EKSPEDISI

3.1 Sekilas Pulau Flores

Pulau Flores, merupakan satu dari tiga pulau besar di propinsi NTT. Pulau yang berada

di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan termasuk dalam gugusan Kepulauan Sunda dengan luas

wilayah sekitar 14.300 km² dengan jumlah penduduk mencapai 1,6 juta jiwa, memiliki arti dalam

bahasa portugis "bunga". Pulau ini dibagi menjadi delapan kabupaten; dari barat ke timur

sebagai berikut: Manggarai Barat dengan ibukota Labuan Bajo, Manggarai dengan ibukota

Ruteng, Manggarai Timur dengan ibukota Borong, Ngada dengan ibukota Bajawa, Nagekeo

dengan ibukota Mbay, Ende dengan ibukota Ende, Sikka dengan ibukota Maumere, dan Flores

Timur dengan ibukota Larantuka. Dari RIPPDA 2005-2015 yang dikeluarkan oleh Dinas

Pariwisata, seni dan Budaya (2005), disebutkan bahwa Flores merupakan salah satu wilayah

yang rawan gempa, namun demikian memiliki potensi daya tarik alami yang perlu dikelola

dengan baik.

3.1.1 Keadaan Geografis dan Lingkungan Alam Pulau Flores

Secara alamiah Flores termasuk daerah yang gersang dan tandus. Hal ini tidak dapat

dipungkiri karena fakta membuktikan curah hujan yang rendah dan musim panas yang panjang.

Iklim di Pulau Flores, seperti halnya daerah lain di Indonesia, sangat dipengaruhi oleh bertiupnya

Angin Barat dan Angin Timur yang berubah-ubah arah bertiupnya setiap tahun. Curah hujan

tahunan rata-rata tertinggi tercatat di daerah Ruteng, yakni 3352 mm, terendah di daerah

Maumere, tercatat 954 mm. Pulau Flores digolongkan daerah beriklim kering dengan bulan

kering umumnya dari Mei sampai November. Meskipun demikian, Flores Barat (Ruteng dan

Bajawa) beriklim lebih basah.

Pulau-pulau barat lebih subur dibandingkan dengan timur dan memiliki iklim lembab

kaya hujan. Pulau-pulau timur yang kering dan tidak begitu subur, sebagian besar disebabkan

oleh panas dan kering dari benua Australia. Banyak daerah pantai di sini tidak memiliki hujan

sama sekali selama sebagian besar tahun (Indonesia Travel Destination)Problem alamiah ini

Page 18: Interim

18

diperparah dengan keadaan geografis Flores yang tergolong rentan akan bencana alam. Pulau

Flores merupakan pulau vulkanis dengan banyak obyek wisata yang indah. Keindahan ini

diperkaya pula oleh keanekaragaman suku, adat-istiadat, bahasa, dan budaya yang berada pada

satu lokasi (pulau) yang kecil Di sekeliling pulau Flores terdapat beberapa (sekitar 100-an) pulau

kecil, antara lain pulau Komodo (di sebelah barat) dan pulau-pulau Lomblen, Lembata, Pantar,

Alor dll. (di sebelah timur).

3.1.2 Geologi dan Kondisi lingkungan

Pulau Flores mempunyai lebar sangat tidak teratur, lebarnya tidak sama di semua

tempat. Bagian yang terlebar sekitar 45 km dan yang tersempit hanya 12 km. Garis pantainya

berliku-liku, di beberapa garis pantai sangat melengkung sehingga membentuk teluk seperti

Teluk Hading, Teluk Pedang, Teluk Konga, dan Teluk Ende. Pulau Flores sebagian besar berupa

pegunungan dengan ciri utamanya adalah morfologi gunungapi dengan sejumlah kerucut yang

nampak jelas karena masih aktif hingga saat ini.

Bagian yang datar sangat terbatas, yang agak luas terdapat di sepanjang lembah sungai,

yang terluas di antaranya adalah Lembah Lowo Rea yang sebagian masih berawa. Dataran-

dataran sempit menempati beberapa daerah pantai utara. Hanya daerah dataran Mbay

menempati kawasan pantai yang cukup luas di Flores Barat. Bentuk pantai selatan dan utara

agak berbeda, Hal ini disebabkan oleh kedangkalan dan ketenangan laut di utara. Di bagian

datar ujung timur Pulau Flores ditempati terumbu karang yang tumbuh dan berkembang cukup

luas pada waktu beberapa bagian di ujung pulau tersebut masih merupakan laut. Daerah lepas

pantai utara ini umumnya agak cukup dangkal, dengan laut yang tenang, sehingga

memmungkinkan tumbuhnya koral, misalnya pada Teluk Hading, Teluk Pedang, dan Teluk Sopu.

Pulau Flores tersusun oleh beberapa batuan dari yang berumur Miosen Awal hingga

Kuarter. Batuan yang tertua adalah Formasi Kiro yang berumur Miosen Awal, dan Formasi

Tanahau, kedua formasi tersebut berhubungan menjari dengan Formasi Nangapada yang

berbeda sama sekali fasiesnya.

Page 19: Interim

19

3.1.3 Sumber Daya

Pulau Flores merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai potensi sumberdaya

budaya serta alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui.

Dilihat dari kebudayaannya, penduduk Flores bukan merupakan satu sukubangsa

dengan satu kebudayaan yang sama, melainkan percampuran antara sukubangsa dari ras

Mongoloid dan ras Melanesid. Belakangan masuknya bangsa Portugis, penduduk dari beberapa

wilayah merupakan keturunan campuran dengan Portugis. Di Pulau Flores sekurang-kurangnya

terdapat delapan sub-sukubangsa yang berbeda-beda bahasa dan dialek bicaranya. Sub-

sukubangsa-sub-sukubangsa tersebut, dari barat ke timur, antara lain Manggarai, Riung, Ngada,

Nage Kao, Ende, Lio, Sikka, dan Larantuka. Sub-sukubangsa Manggarai yang paling besar

anggota masyarakatnya. Dalam hal bahasa dan dialek, terdapat perbedaan yang besar antara

Manggarai dan tujuh sub-sukubangsa yang lain. Sementara itu tujuh sub-sukubangsa Riung,

Ngada, Nage Kao, Ende, Lio, Sikka, dan Larantuka dalam hal budayanya tidak besar

perbedaannya.

Sumberdaya alam di Pulau Flores dapat diidenfikasi dalam beberapa aspek yaitu aspek

bentang alam, aspek tanah, aspek keairan, dan aspek vegetasi. Pemanfaatan dan penguasaan

sumberdaya alam di Pulau Flores meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,

perikanan, dan pertambangan.Potensi Flora dan fauna di Flores menunjukkan bahwa ini adalah

zona transisi, sebuah daerah di dalam garis Wallace dimana spesies campuran keduanya fauna

Eurasia dan Australia, seperti berbagai jenis marsupial Australia dan burung yang juga ada di

Papua Nugini. Binatang paling khas yang terkenal dari daerah ini adalah Naga Komodo (lihat

foto), kadal raksasa yang hanya hidup di Pulau Komodo, Rinca, dan Warloka, dan sebuah area

kecil sekitar pulau Komodo. Pantai barat Flores adalah salah satu dari beberapa tempat, selain

pulau Komodo itu sendiri, di mana komodo dapat ditemukan di alam liar. Tikus raksasa Flores

juga endemik di Pulau Flores (www.lombokrinjanitrekking.com).

1. Pulau Flores memiliki potensi pertanian yang sangat besar untuk dikembangkan. Luas

lahan yang besar serta banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian

merupakan modal dasar. Produksi sub sektor tanaman pangan merupakan proksi

utama bagi ketahanan pangan pada umumnya dan kesejahteraan petani pada

khususnya, karena bagi mayoritas keluarga petani, ketersediaan dan keteraksesan

Page 20: Interim

20

pangan serta kebutuhan hidup penting lainnya bergantung pada apakah produksi

pangannya cukup untuk konsumsi keluarga dan untuk diperjualbelikan guna

memperoleh uang tunai.

2. Potensi perkebunan di Flores antara lain perkebunan di Kab. Manggarai Barat,

dihasilkan kelapa, kopi, jambu mete, dan kemiri. Produksi kelapa terkonsentrasi di

Kecamatan Macang Pacar. Produksi kopi terkonsentrasi di Kecamatan Kuwus dan Sano

Nggoang. Produksi jambu mete terkonsentrasi di Kecamatan Sano Nggoang dan Lembor.

Sementara itu, produksi kemiri terkonsentrasi di Kecamatan Sano Nggoang (www.cps-

sss.org). Komoditas perkebunan yang paling menonjol di Kab. Manggarai adalah kopi,

jambu mete, kemiri, cengkeh, kelapa, dan vanili. Total luas lahan sampai tahun 2002

tercatat sebesar 57.976 Ha dengan potensial lahan yang masih dapat dikembangkan

seluas ± 96,795 Ha.

3. Potensi Perikanan tangkap di wilayah NTT meliputi luas perairan laut sebesar 199.529

km2 (diluar perairan ZEEI), dengan jumlah yang diperbolehkan ditangkap (JBT) sebanyak

292.800 ton ikan/tahun. Serta jumlah Produksi Perikanan Tangkap pada Tahun 2008

adalah 101.217,08 Ton. Besarnya jumlah potensi sumberdaya ikan ini dapat

dikategorikan menurut klafisikasi jenis ikan yakni: Ikan pelagis Kecil, Ikan pelagis besar

dan Ikan demersal serta Benih ikan (nener). Namun dari semua jenis ikan tersebut yang

merupakan produksi unggulan adalah jenis ikan Tuna dan Cakalang. Perikanan dapat

dibagi dalam beberapa jenis, yaitu perikanan budidaya, perikanan budidaya kolam,

perikanan budidaya sawah, perikanan budidaya laut, dan perikanan budidaya air

payau/tambak (Website Pemerintah Provinsi NTT).

4. Bumi Flores mempunyai potensi sumber daya alam yang besar, baik berupa bahan

tambang. Potensi sumberdaya tambang di Kab. Manggarai adalah Timah (Hulu Wae

Wura, Kec. Satarmese, Wae Boa Kec. Mborong. Mangan dan emas (Nggorang Kec Reo,

Sirise). Potensi sumberdaya tambang di Kab. Ngada adalah Batubara (Desa Wangka Kec.

Riung), Timah (Toring Kec. Riung, Poma Kec. Boawae, Wolotuli – Wae polo Kec. Bajawa),

Besi (Desa Riung Kec. Riung, Wolobesi-Wolombopodan-Wolo Rinding Kec. Riung)

Page 21: Interim

21

3.2 Pelaksanaan Ekspedisi Ilmiah

Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan cara melakukan perjalanan darat

dengan kendaraan beroda empat melintasi jalan Trans Flores sejauh ±600 km dari Larantuka di

ujung timur hingga Labuhan Bajo di ujung barat Pulau Flores. Dalam proses pengumpulan data,

beberapa pejabat dari pemerintah daerah setempat ikut serta mendampingi dalam rangka

mengupayakan kelancarannya. Para pejabat dimaksud juga turut menentukan daya tarik wisata

dan fasilitas-fasilitas yang menjadi prioritas untuk dikunjungi. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan cara pengambilan gambar, film (menggunakan handycam) dan Focus Group

Discussion (FGD) dengan pemangku kepentingan setempat. Di samping itu, untuk melakukan

penilaian mengenai kelaikan sebuah fenomena alam dan budaya sebagai daya tarik wisata dan

sumber pengembangan ekonomi kreatif, Tim Peneliti melakukan aktivitas pembuktian dengan

merasakan sendiri pengalaman mengunjungi daerah-daerah yang direkomendasikan oleh

pemerintah daerah setempat, termasuk wisata kuliner.

3.2.1 Pola Jalur Ekspedisi

Rute Ekspedisi Ilmiah Flores 2012 dilakukan dengan cara melakukan perjalanan darat

dengan kendaraan beroda empat melintasi jalan Trans Flores sejauh ±600 km dari Larantuka di

ujung timur hingga Labuhan Bajo di ujung barat Pulau Flores. Dalam proses pengumpulan data,

beberapa pejabat dari

pemerintah daerah

setempat ikut serta

mendampingi dalam

rangka mengupayakan

kelancarannya. Para

pejabat dimaksud juga

turut menentukan daya

tarik wisata dan fasilitas-

fasilitas yang menjadi

prioritas untuk dikunjungi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan

gambar, film (menggunakan handycam) dan Focus Group Discussion (FGD) dengan pemangku

kepentingan setempat. Di samping itu, untuk melakukan pemetaan dan penilaian mengenai

Page 22: Interim

22

kelaikan sebuah fenomena alam dan budaya sebagai daya tarik wisata dan sumber

pengembangan ekonomi kreatif, Tim dibagi dalam dua kelompok melakukan aktivitas

pembuktian dengan merasakan sendiri pengalaman ke lokasi-lokasi yang direkomendasikan oleh

pemerintah daerah setempat sebagai unggulan.

3.2.2 Pemetaan dan penilaian Potensi Kepariwisataan

Kegiatan pemetaan dan penilaian potensi kepariwisataan di Pulau Flores dilakukan

untuk menghimpun data dan informasi terkait dengan potensi, permasalahan dan peluang

pemanfaatan, serta system pengelolaan yang berkelanjutan melalui penilaian guna memperoleh

gambaran keruangan (spatial) potensi sebagai dasar perencanaan pengembangan Sumberdaya

Kepariwisataan di Pulau Flores, dan pola perjalanan (Travel Patern) di Pulau Flores terkait

perjalanan wisata darat (Overland) Jakarta, Jogya, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores.

A. Kabupaten Sikka

Kabupaten Sikka terletak diantara 8°22’ sampai dengan 8°50’ derajat Lintang Selatan dan

121º55'40" sampai 122º41'30" Bujur Timur. Kabupaten Sikka merupakan bagian dari wilayah

Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di Daratan Flores. Kabupaten Sika dengan 21

kecamatan, memiliki Dari 18 pulau yang terdapat di wilayah administratif Kabupaten Sikka,

sebanyak 9 pulau merupakan pulau yang tidak dihuni dan 9 pulau dihuni. Mapping dan

assessment potensi kepariwistaan Kabupaten Sika meliputi antara lain:

1. Bandara Frans Seda (01)

Bandara Frans Seda terletak di Kota Maumere, Kab

Sikka, secara geografis terletak 8°38’14,3” Lintang Selatan dan

122°14’15.2” Bujur Timur dengan ketinggian 31 meter dpl.

2. Rumah Makan Jakarta

Rumah makan ini terletak di Kota Maumere, Kab Sikka,

8°37’41.5” Lintang Selatan dan 122°14’12.0” Bujur Timur dengan

ketinggian 12 meter dpl.

Page 23: Interim

23

3. Hotel Sylvia

Hotel ini terletak di Kota Maumere, Kab Sikka, secara

geografis terletak 8°38’03.2” Lintang Selatan dan 122°12’36.1”

Bujur Timur dengan ketinggian 41 meter dpl.

4. Roxy Swalayan

Roxy Swalayan terletak di Kota Maumere, Kab Sikka, secara geografis terletak

8°37’27.6” Lintang Selatan dan 122°13’13.0” Bujur Timur dengan ketinggian 17 meter dpl.

5. Kampung Adat Hapeng Kabor

Kampung Adat Hapeng Kabor terletak di Desa Munerana,

Kec. Hewokloang, Kab Sikka, secara geografis terletak 8°40’58.4”

Lintang Selatan dan 122°18’56.1” Bujur Timur dengan ketinggian

251 meter dpl. Lokasi ini merupakan tempat awal mengarak

patung Bunda Maria.

6. Kampung Adat Hapeng Kabor

Kampung Adat Hapeng Kabor terletak di Desa Munerana, Kec.

Hewokloang, Kab Sikka, secara geografis terletak 8°40’55.5” Lintang Selatan

dan 122°19’00.1” Bujur Timur dengan ketinggian 239 meter dpl. Lokasi ini

merupakan tembat akhir mengarak patung Bunda Maria.

7. Kampung Adat Watublapi

Kampung Adat Watublapi berlokasi di Dusun Watublapi, Desa Kajowair, Kec.

Hewokloang, Kab Sikka, Di arah timur berjarak ± 6 Km arah timur

Kecamatan Hewokloang. Lokasi ini merupakan tempat proses tenun

ikat dibuat, sekaligus di demonstrasikan kepada wisatawan oleh

Sanggar Bliransina. Disini anda akan disuguhkan dengan tarian-tarian

oleh sanggar ini diantaranya “Tua Reta Lou” yang menceritakan tentang pengintaian musuh

Page 24: Interim

24

pada saat perang. Secara geografis terletak 8°42’03.9” Lintang Selatan dan 122°18’47.7” Bujur

Timur dengan ketinggian 441 meter dpl.

8. Rumah Makan Malang

Rumah makan ini terletak di Kota Maumere (lokasi

Pelabuhan), Kab Sikka, secara geografis terletak 8°37’04,0”

Lintang Selatan dan 122°13’07.2” Bujur Timur dengan ketinggian 8

meter dpl.

9. Resto Gazebo

Resto ini terletak di Kota Maumere, Kab Sikka, secara geografis terletak 8°37’42,4”

Lintang Selatan dan 122°13’31.5” Bujur Timur dengan ketinggian 7 meter dpl.

10. Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kantor ini terletak di Kota Maumere, Kab Sikka, secara

geografis terletak 8°37’29,5” Lintang Selatan dan 122°12’38.7”

Bujur Timur dengan ketinggian 25 meter dpl.

11. Pantai Waiara

Pantai Waiara berlokasi Desa Waiara Kecamatan

Kewapante, Kab Sikka, secara geografis terletak 8°38’11,6”

Lintang Selatan dan 122°18’29.0” Bujur Timur dengan ketinggian 5

meter dpl.

12. Bekas Istana Kerajaan Waiara

Bekas istana tersebut berlokasi Desa Waiara Kecamatan

Kewapante, Kab Sikka, secara geografis terletak 8°38’28,6”

Lintang Selatan dan 122°18’28.6” Bujur Timur dengan ketinggian

13 meter dpl.

Page 25: Interim

25

13. Pantai Wairterang

Pantai Wairterang berjarak 31 Km arah Timur Maumere

jalan menuju Larantuka, secara geografis terletak 8°36’26,0”

Lintang Selatan dan 122°28’33.4” Bujur Timur dengan ketinggian 14

meter dpl.

Lokasi ini menjadi andalan Pemda Sikka untuk

dikembangkan menjadi wisata alam, karena terdapat banyak flora dan Fauna, di wilayah

perairan Wairterang terdapat sebuah kapal Jepang peninggalan Perang Dunia Ke-2 yang kini

menjadi situs selam yang diminati, dan kaya akan terumbu karang dan biota laut yang beragam.

14. Goa Maria

Goa Maria berlokasi di Wair Ketapang, Desa Wairita, Kab Sikka,

secara geografis terletak 8°37’27,4” Lintang Selatan dan 122°19’33.8” Bujur

Timur dengan ketinggian 11 meter dpl.

15. Kampung Adat Hewokloang

Kampung Hewokloang berlokasi 8 km dari Dobo,

merupakan pusat kebudayaan bagian Timur Maumere. Disini dapat

kita saksikan tarian tradisional yang sering disuguhkan oleh sanggar

Wini Liin. Sebuah rumah adat bernama Lepo Kirek dihuni oleh

pemangku adat. Di rumah adat ini terdapat koleksi peninggalan

seperti gading sepajang 2,2 m, porcelin, megalitik, dan artefak-areifak lokal. Secara geografis

terletak 8°41’48,0” Lintang Selatan dan 122°18’04.2” Bujur Timur dengan ketinggian 442 meter

dpl.

16. Kampung Adat Dokar

Kampung Adat Dokar merupakan tempat proses tenun ikat

dibuat, sekaligus didemonstrasikan kepada wisatawan oleh Sanggar

Budaya Doka Tawa Tana. Secara geografis terletak 8°42’49,0”

Lintang Selatan dan 122°18’32.0” Bujur Timur dengan ketinggian

339 meter dpl.

Page 26: Interim

26

17. Kampung Adat Kajowair

Kampung Adat Kajowair dengan peninggalannya

berupa gading gajah berlokasi di Dukuh Watublapi, Desa

Kajowair, Kec. Hewokloang. Secara geografis terletak

8°42’07,3” Lintang Selatan dan 122°18’47.6” Bujur Timur

dengan ketinggian 450 meter dpl.

18. Kristus Raja

Kristus Raja berlokasi di Kelurahan Kota Uneng

Kecamatan Alok. Patung Kristus Raja merupakan salah satu

peninggalan raja Sikka yakni Raja Don Thomas da Silva.

Patung ini dibangun pada tahun 1925 namun patung ini rusak.

Pada tahun 1989 patung ini kembali dibangun dan diberkati

oleh Paus Yohanes Paulus II ketika berkunjung ke Maumere.

Secara geografis terletak 8°37’07,4” Lintang Selatan dan

122°13’04.7” Bujur Timur dengan ketinggian 10 meter dpl.

19. Regalia Kerajaan Sikka

Regalia Kerajaan Sikka adalah pakaian kebesaran raja Sikka. Regalia ini dibuat di Malaka

pada tahun 1602 dan dibawah bersamaan dengan agama

Kristen pertama kali oleh Raja Moang Alesu. Regalia atau

pakaian kebesaran raja Sikka merupakan peninggalan

terbesar kerajaan Sikka. Saat ini regalia tersebut tersimpan

dengan baik di kediaman keluarga yang beralamat di Jalan

Tugu Timur Maumere Kelurahan Kota Uneng Kecamatan

Alok Kabupaten Sikka. Rumah tersebut bergaya Portugis.

Secara geografis terletak 8°37’09,7” Lintang Selatan dan 122°13’04.3” Bujur Timur dengan

ketinggian 11 meter dpl.

Page 27: Interim

27

20. Djong Dobo

Jong Dobo adalah bagian dari desa Lan

Tena, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka. Di

kampung ini tersimpan sebuah artefak, yang diberi

nama sama dengan kampung itu yaitu JONG DOBO.

. Latar belakang warisan megalithik ini mempunyai

kaitan dengan upacara penyembahan leluhur dan

penguburan. Secara geografis terletak 8°41’55,5” Lintang Selatan dan 122°17’17.5” Bujur Timur

dengan ketinggian 416 meter dpl.

21. Penyulingan Moke

Penyulingan moke (arak) terletak di samping/belakang

Rumah Makan Jakarta yang berlokasi di Kota Maumere, Kab

Sikka, secara geografis terletak 8°37’41.1” Lintang Selatan dan

122°14’12.0” Bujur Timur dengan ketinggian 12 meter dpl.

22. Sumur Wair Baluk

Sumur Wair Baluk atau yang dikenal dengan nama

Sumur Portugis yang dibuat tahun 1902, berlokasi di Dukuh

Baluk, Desa Ipir, Kec. Bola. Secara geografis terletak 8°44’39.7”

Lintang Selatan dan 122°18’03.7” Bujur Timur dengan

ketinggian 21 meter dpl.

23. Watu Cruz

Watu Cruz berlokasi di Dukuh Baluk, Desa Ipir, Kec. Bola, Watu Cruz terletak di pantai

selatan Kabupaten Sikka yang berjarak 24 Km dari Kota

Maumere. Di pantai bola berdiri tegak salib yang disebut Watu

Krus symbol kekristenan masa lampau, salib peninggalan

Portugis di atas batu karang dan talut /pemecah ombak yang

masih tetap kokoh berdiri. Secara geografis terletak 8°44’38.4”

Lintang Selatan dan 122°18’09.8” Bujur Timur dengan

ketinggian 1 meter dpl.

Page 28: Interim

28

24. Pembuatan Gerabah Tradisional

Pembuatan Gerabah Tradisional berlokasi di

Desa Wolokolidire, Kec. Bola, Secara geografis terletak

8°44’38.4” Lintang Selatan dan 122°18’09.8” Bujur

Timur dengan ketinggian 1 meter dpl.

25. View Mekendetung

Lokasi ini terletak di Desa Mekendetung, Kec. Kangai,

Kab. Sikka. Secara geografis terletak 8°41’21.0” Lintang Selatan

dan 122°16’00.2” Bujur Timur dengan ketinggian 256 meter dpl.

Bentang alamnya berupa pegunungan dengan hutan

yang masih lebat, dari lokasi yang merupakan daerah

ketinggian, kita dapat melihat desa-desa yang letaknya lebih

rendah.

26. Puskesmas Waipare

Puskesmas ini berlokasi di Desa

Waipare, Kec. Kewapante, Kab. Sikka.

Secara geografis terletak 8°38’21.5”

Lintang Selatan dan 122°16’40.2” Bujur

Timur dengan ketinggian 16 meter dpl.

Puskesmas ini merupakan tempat

praktek pertama kali Menteri Kesehatan (Almarhumah Dokter Endang). Kunjungan pertama

Dokter Endang sejak menjadi Menteri Kesehatan adalah ke Puskesmas Waipare. Rumah yang

ditempati Dokter Endang, saat ini dijadikan sebagai tempat bersalin

B. Kabupaten Flores Timur

Kabupaten Flores Timur adalah sebuah kabupaten di Nusa Tenggara Timur, Indonesia, yang

terletak antara 080 04 -08040 LS dan 1220 38 -1230 57 BT. Luas daratan kabupaten Flores Timur

adalah 1.812,85 km (31%luas wilayah) yang tersebar pada 3 pulau besar dan 27 pulau kecil

serta luas lautan 4.170,53 km (69% luas wilayah). Secara administrasi pemerintahan Kabupaten

Flores Timur terdiri dari 19 Kecamatan dan 229 Desa dan 21 Kelurahan. Sebagian besar wilayah

Page 29: Interim

29

Kabupaten Flores Timur memiliki tingkat kemiringan di atas 12%; daerah perbukitan dengan

ketinggian rata-rata di atas 100 m, dan memiliki tekstur tanah antara kasar dan sedang.

Kabupaten Flores Timur sebagai Kabupaten kepulauan begitu kaya dengan panorama alam yang

indah dan tradisi adat yang unik. Berdasarkan survey lapangan Incito Prematur yang dilakukan

oleh N.G Sebastian, mengatakan, desa ini layak menjadi tempat obyek wisata budaya tingkat

internasional.

1. Hotel Asa

Hotel Asa berlokasi di Kota Larantuka, Kab. Flores Timur,

secara geografis terletak 8°17’57,3” Lintang Selatan dan

123°01’03.52” Bujur Timur dengan ketinggian 18 meter dpl.

2. RSUD Larantuka

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Larantuka terletak di Kota Larantuka, Kab Flores

Timur, secara geografis terletak 8°18’59.8” Lintang Selatan dan 123°00’56,7” Bujur Timur

dengan ketinggian 24 meter dpl.

3. Kantor Dinas Kebudayaan Seni dan Budaya

Kantor ini terletak di Kota Larantuka, Kab Flores Timur,

secara geografis terletak 8°19’10.0” Lintang Selatan dan

123°00’44.6” Bujur Timur dengan ketinggian 23 meter dpl.

4. Terminal Weri

Terminal ini terletak di sebelah timur Kota Larantuka, Kab Flores Timur, secara geografis

terletak 8°19’09.1” Lintang Selatan dan 123°01’07.1” Bujur Timur dengan ketinggian 15 meter

dpl. Terminal Weri merupakan terminal untuk angkutan pedesaan dan dalam kota.

5. Rumah Makan Ujo Aro

Rumah makan ini berlokasi di Weri, Kab Flores Timur, secara geografis terletak

8°17’38.0” Lintang Selatan dan 123°01’05.4” Bujur Timur dengan ketinggian 8 meter dpl.

Page 30: Interim

30

6. Pura Hindu

Pura ini berlokasi di Kab Flores Timur, secara geografis

terletak 8°17’24.9” Lintang Selatan dan 123°01’08.3” Bujur Timur

dengan ketinggian 8 meter dpl.

7. Pantai Meting Doeng

Pantai ini berlokasi di Kel. Weri, Kec Larantuka, Kab Flores

Timur, secara geografis terletak 8°16’50.7” Lintang Selatan dan

123°01’02.8” Bujur Timur dengan ketinggian 0 meter dpl.

8. Bandar Udara Gewayantanah Larantuka

Bandara ini berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta No. 77

Larantuka, Kab Flores Timur, secara geografis terletak 8°16’31.4”

Lintang Selatan dan 123°00’00.9” Bujur Timur dengan ketinggian 17

meter dpl.

9. Kampung Adat Mudakeputu

Kampung Adat ini lokasinya kurang lebih 5 kilometer lagi ke

arah Timur dari lokasi wisata Pantai Weri. Di Kampung Adat ini,

dapat disaksikan berbagai upacara adat, tarian tradisional seperti

tari Hedung, soka palang Meraj dan lain-lain, serta dapat disaksikan

proses pembuatan tenun ikat dengan menggunakan bahan pewarna alami serta proses

pembuatan jagung titi yang merupakan makanan khas Flores Timur. Di Kampung Adat

Mudakeputu, juga dapat disaksikan bangunan-bangunan dan tempat pertemuan adat dengan

arsitektur lokal. Secara geografis terletak 8°16’32.8” Lintang Selatan dan 122°58’44.9” Bujur

Timur dengan ketinggian 120 meter dpl.

10. Mesjid Al Munawwarah

Mesjid ini berlokasi di Desa Tiwatobi, Kec. Ile Mandiri,

Kab Flores Timur, secara geografis terletak 8°16’09.0” Lintang

Page 31: Interim

31

Selatan dan 122°59’46.7” Bujur Timur dengan ketinggian 26 meter dpl.

11. TPA Larantuka

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Larantuka

berlokasi Desa Tiwatobi, Kec. Ile Mandiri, Kab Flores Timur, secara

geografis terletak 8°15’43,8” Lintang Selatan dan 122°59’30.1”

Bujur Timur dengan ketinggian 9 meter dpl.

12. Pantai Hading

Pantai Hading atau sering juga disebut dengan Pantai

Belogili berlokasi di Desa Belogili, Kec. Lowolema, Kab Flores

Timur, secara geografis terletak 8°13’19.0” Lintang Selatan dan

122°54’37.8” Bujur Timur dengan ketinggian 0 meter dpl.

13. Kampung Adat Baluk Hering

Kampung adat ini berlokasi di Desa Baluk Hering, Kec.

Lowolema, Kab Flores Timur, secara geografis terletak 8°12’35.9”

Lintang Selatan dan 122°55’20.0” Bujur Timur dengan ketinggian

17 meter dpl.

14. View Tanjung Bunga

View Tanjung Bunga berlokasi di Desa Baluk Hering, Kec.

Lowolema, Kab Flores Timur, dari lokasi tersebut yang merupakan

daerah ketinggian, kita dapat melihat laut, desa-desa yang

letaknya lebih rendah. Secara geografis terletak 8°11’45.0”

Lintang Selatan dan 122°56’45.9” Bujur Timur dengan ketinggian 46 meter dpl.

15. Mesjid Al Amin

Mesjid ini berlokasi di Kota Larantuka, Kab Flores Timur,

secara geografis terletak 8°18’04.0” Lintang Selatan dan

123°01’03.6” Bujur Timur dengan ketinggian 19 meter dpl.

Page 32: Interim

32

16. Bank BRI

Bank BRI berlokasi di Kota Larantuka, Kab Flores Timur,

secara geografis terletak 8°19’57.0” Lintang Selatan dan

122°59’56.0” Bujur Timur dengan ketinggian 21 meter dpl.

17. Pasar Daerah Larantuka

Pasar Daerah berlokasi di Kota Larantuka, Kab Flores Timur,

secara geografis terletak 8°19’57.8” Lintang Selatan dan

122°59’56.0” Bujur Timur dengan ketinggian 19 meter dpl.

18. Polres Larantuka

Polres berlokasi di Kota Larantuka, Kab Flores Timur, secara geografis terletak

8°20’07.6” Lintang Selatan dan 122°59’39.6” Bujur Timur dengan ketinggian 17 meter dpl.

19. Katedral Larantuka

Katedral berlokasi di Kota Larantuka, Kab Flores Timur,

secara geografis terletak 8°20’27.9” Lintang Selatan dan

122°59’19.2” Bujur Timur dengan ketinggian 9 meter dpl.

20. Kantor Pos dan Telkom

Kantor Pos berlokasi

di Kota Larantuka, Kab Flores

Timur, secara geografis

terletak 8°19’39.7” Lintang

Selatan dan 123°00’11.1”

Bujur Timur dengan

ketinggian 24 meter dpl. Kantor Pos dan Kantor Telkom saling berhadapan.

Page 33: Interim

33

21. Kantor Bupati Flores Timur

Kantor bupati berlokasi di Kota Larantuka, Kab Flores

Timur, secara geografis terletak 8°19’36.6” Lintang Selatan dan

123°00’13.3” Bujur Timur dengan ketinggian 25 meter dpl.

22. Dermaga Palo

Dermaga ini berlokasi di Kel. Sarotari Tengah, Kec.

Larantuka, Kab Flores Timur, secara geografis terletak

8°19’04.7” Lintang Selatan dan 123°01’08.4” Bujur Timur dengan

ketinggian 10 meter dpl.

23. Dermaga Wureh

Dermaga ini berlokasi di Pulau Adonara, Kec. Adonara

Barat, Kab Flores Timur, secara geografis terletak 8°18’16.0”

Lintang Selatan dan 123°02’29.1” Bujur Timur dengan ketinggian

2 meter dpl.

24. Gereja Wureh

Gereja ini berlokasi di Pulau Adonara, Kec. Adonara Barat, Kab

Flores Timur, secara geografis terletak 8°18’18.0” Lintang Selatan dan

123°02’29.5” Bujur Timur dengan ketinggian 11 meter dpl.

25. Kapel Wureh

Kapel ini berlokasi di Pulau Adonara, Kec. Adonara

Barat, Kab Flores Timur, secara geografis terletak 8°18’20.8”

Lintang Selatan dan 123°02’26.7” Bujur Timur dengan

ketinggian 11 meter dpl.

Page 34: Interim

34

C. Kabupaten Ende

Kabupaten Ende adalah salah satu kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur,

dengan luas 2.046,59 Km2 (204.660 Ha) dan populasi penduduk keadaan tahun 2009 sebanyak

258.658 jiwa (Registrasi penduduk BPS 2010). Secara geografis Kabupaten Ende memiliki letak

yang cukup strategis yaitu dibagian tengah Pulau Flores yang diapit oleh empat Kabupaten di

bagian barat : Nagekeo, Ngada, Manggarai, dan Manggarai Barat, sedangkan dibagian timur

dengan dua Kabupaten yakni : Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur. Secara

administratif Kabupaten Ende meliputi 21 Kecamatan, 191 Desa dan 23 Kelurahan. Kabupaten

Ende memiliki potensi di bidang kepariwisataan yakni: Obyek Wisata Alam, Wisata Budaya, dan

Wisata Bahari. Obyek wisata tersebut umumnya belum dikembangkan dan bersifat lokal. Obyek

yang sudah dikembangkan antara lain Danau Kelimutu yang dikelola oleh Balai Taman Nasional

Kelimutu.

1. Rumah Makan Simpang Lima

Rumah makan ini buka 24 jam berlokasi di jalan trans Flores di Kec Wolowaru, Kab.

Ende, secara geografis terletak 8°47’00,6” Lintang Selatan dan 121°53’12.1” Bujur Timur dengan

ketinggian 271 meter dpl.

2. Hotel Flores Sare

Hotel ini berlokasi di Desa Koanara Moni, Kec.

Kelimutu, Kab Ende, secara geografis terletak 8°45’11,8”

Lintang Selatan dan 121°51’24, 5” Bujur Timur dengan

ketinggian 655 meter dpl.

3. Tempat Parkir di Gunung Kelimutu

Sebelum mencapai lokasi wisata tersebut, para

pengendara kendaraan akan berhenti di tempat parkir, dimana

lokasi ini sebagai batas akhir bagi para pengendara kendaraan

yang akan naik ke Gunung Kelimutu. Secara geografis terletak

8°46’19,5” Lintang Selatan dan 121°49’05, 3” Bujur Timur

Page 35: Interim

35

dengan ketinggian 1555 meter dpl.

4. Danau Kelimutu

Danau warna biru dan

merah berada pada koordinat

8°46’08,8” Lintang Selatan dan

121°48’53,6” Bujur Timur dengan

ketinggian 1574 meter dpl. Danau

berwarna putih berada pada koordinat 8°45’51,5” Lintang Selatan dan 121°48’44,5” Bujur

Timur dengan ketinggian 1605 meter dpl. Kelimutu masuk wilayah Kabupaten Ende, dan untuk

naik ke puncak Kelimutu harus dilakukan dini hari pukul 03.00 WITA

5. Air Terjun Murundao

Air Terjun ini terletak di Kec. Wolowaru, Kab. Ende, secara geografis terletak 8°45’03.9”

Lintang Selatan dan 121°50’46.5” Bujur Timur dengan ketinggian

737 meter dpl.

Air terjun Murundaoadalah gejala alam yaitu gangguan

struktur geologi berupa patahan/sesar (fault), di kiri-kanan air

terjun tersebut terdapat cermin sesar (slickenside).

6. Bungalow Sao Ria

Bungalow ini berlokasi di Moni-Koanara, Kab. Ende,

secara geografis terletak 8°44’50.4” Lintang Selatan dan

121°50’46.8” Bujur Timur dengan ketinggian 796 meter dpl. Sa’o

Ria Wisata Bungalow selain menyediakan fasilitas akomodasi

juga memiliki fasilitas aula untuk ruang pertemuan dengan

kapasitas 300 orang.

7. Air Panas Lia Sambe

Page 36: Interim

36

Air panas Lia Sambe berlokasi di Moni, Kab. Ende, secara geografis terletak 8°44’51.1”

Lintang Selatan dan 121°50’26.9” Bujur Timur dengan ketinggian 818 meter dpl.

8. View Kampung Moni

View Kampung Moni berlokasi di Kec. Kelimutu, Kab.

Ende, dari lokasi tersebut yang merupakan daerah ketinggian,

kita dapat melihat Air terjun, dan kampong-kampung yang

letaknya lebih rendah. Secara geografis terletak 8°43’09.9”

Lintang Selatan dan 122°50’21.4” Bujur Timur dengan

ketinggian 1026 meter dpl.

9. Pasar Sayur Nduaria

Pasar Sayur Nduaria berlokasi di Kec. Kelimutu, Kab.

Ende. Secara geografis terletak 8°42’43.5” Lintang Selatan dan

121°49’35.6” Bujur Timur dengan ketinggian 1104 meter dpl.

10. Kampung Adat Wologai

Kampung Adat Wologai terletak di Desa Wologai

Tengah, Kecamatan Detusoko kira-kira 40 km arah timur Kota

Ende. Secara geografis terletak 8°41’41.1” Lintang Selatan

dan 121°48’30.3” Bujur Timur dengan ketinggian 1068 meter

dpl. Kampung ini merupakan salah satu dari 24 komunitas

Adat Suku Lio yang berada di sekitar Taman Nasional Kelimutu, dengan budayanya yang luhur,

dan sangat kental dengan perilaku agraris, religius, sekaligus magis dengan kedekatannya yang

kuat pada alam.

11. Rumah Makan Cita Rasa

Rumah makan ini berlokasi di Kota Ende, Kab. Ende. Secara geografis terletak

8°50’43.3” Lintang Selatan dan 121°39’33.1” Bujur Timur dengan ketinggian 25 meter dpl.

Page 37: Interim

37

12. Bank Mandiri

Bank Mandiri berlokasi di Kota Ende, Kab. Ende. Secara

geografis terletak 8°50’37.2” Lintang Selatan dan 121°39’14.5”

Bujur Timur dengan ketinggian 36 meter dpl.

13. Pantai Ria

Pantai Ria berlokasi di Kota Ende, Kab. Ende. Secara

geografis terletak 8°50’33.3” Lintang Selatan dan 121°38’32.5”

Bujur Timur dengan ketinggian 0 meter dpl.

Pantai Ria merupakan tempat rekreasi pantai yang

letaknya di dekat pusat kota Ende. Jarak dan lokasi pantai ini

relative dekat dan mudah dijangkau dengan jarak sekitar 0,5 km

dari pusat kota.

14. Situs Rumah Bung Karno

Situs Rumah Bung Karno berlokasi di Jalan Perwira,

Kelurahan Kotaraja, Kecamatan Ende Utara Kota Ende, Kab.

Ende. Secara geografis terletak 8°50’26.5” Lintang Selatan dan

121°38’40.9” Bujur Timur dengan ketinggian 20 meter dpl.

Bangunan ini merupakan bekas rumah atau tempat

tinggal Bung Karno dan keluarga semasa pembuangan/ pengasingan di Ende oleh Pemerintah

Hindia Belanda tahun 1934-1938 yang masih dijaga, dirawat dan dipertahankan keasliannya oleh

Pemerintah Kabupaten Ende. Lokasi ini berjarak kurang lebih 1 km dari pusat kota dan dapat

ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua maupun dengan berjalan kaki.

15. Hotel Grand Wisata

Hotel ini berlokasi di Kota Ende, Kab. Ende. Secara

geografis terletak 8°50’42.3” Lintang Selatan dan 121°39’26.6”

Bujur Timur dengan ketinggian 28meter dpl.

Page 38: Interim

38

D. Kabupaten Ngada

Kabupaten Ngada adalah sebuah kabupaten di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa

Tenggara Timur, Indonesia. Ibukota kabupaten adalah Bajawa. Luas wilayah 3.037,9 km² dengan

jumlah penduduk ± 250.000 jiwa. Kabupaten Ngada terletak diantara 8˚ 20' 24.28” – 8˚

57' 28.39” Lintang Selatan dan 120˚ 48’ 29.26” – 121˚ 11’ 8.57” Bujur Timur. Bagian utara

berbatasan dengan laut Flores, bagian selatan berbatasan dengan laut Sawu, bagian timur

berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten

Manggarai Timur. Kabupaten Ngada memiliki beragam jenis obyek wisata baik Wisata Alam

maupun Wisata Budaya. Obyek wisata alam yang sudah terkenal di dunia internasional adalah

Taman Laut Nasional 17 Pulau Riung dengan berbagai keunikan yang dimilikinya, permandian air

panas alam Mengeruda, Danau Wawomudha yang air kawahnya berwarna merah, Air terjun

Ogi, Wae Roa, eko wisata Lekolodo dan Pantai pasir putih Waewaru. Obyek Wisata Budaya yang

sangat terkenal ialah Kampung Tradisional Bena, Bela, Gurusina serta Kampung Tua dan Batu

Megalith di Wogo. Selain itu banyak sekali terdapat masing banyak lagi .

1. Kantor Dinas Perhubungan Pariwisata Kamunikasi dan

Informatika

Kantor ini berlokasi di Jalan Soegiapranoto Bajawa, Kab.

Ngada, secara geografis terletak 8°47’24,0” Lintang Selatan dan

120°58’16.0” Bujur Timur dengan ketinggian 1203 meter dpl.

2. Koperasi Serba Usaha (KSU) Famasa

Salah satu kegiatan dari Koperasi Famasa adalah

pengolahan Kopi yang berlokasi di Desa Beiwali, Kec. Bajawa,

Kab. Ngada. Secara geografis terletak 8°47’09,9” Lintang Selatan

dan 120°57’04.6” Bujur Timur dengan ketinggian 1271 meter

dpl.

3. Pemakaman Umum Bajawa

Pemakaman ini dikhususkan buat warga Tionghoa yang

berlokasi di Wolobaja, Kab. Ngada. Secara geografis terletak

Page 39: Interim

39

8°46’22,5” Lintang Selatan dan 121°00’34.1” Bujur Timur dengan ketinggian 880 meter dpl.

4. Air Terjun Ogi

Air Terjun Ogi berlokasi di Desa Pape, Kec. Bajawa, Kab. Ngada.

Secara geografis terletak 8°46’25,4” Lintang Selatan dan 121°00’35.6” Bujur

Timur dengan ketinggian 845 meter dpl.

5. Rumah Retret

Rumah Retret atau Kemah Trabor berlokasi di Mataloko,

Kab. Ngada. Secara geografis terletak 8°49’31,0” Lintang Selatan

dan 121°03’17.2” Bujur Timur dengan ketinggian 1080 meter dpl.

6. Kampung Adat Wogo Baru

Kampung Adat Wogo Baru berlokasi 1 km dari Kampung

Adat Wogo Lama, Kec. Golewa Kab. Ngada. Secara geografis

terletak 8°49’56,5” Lintang Selatan dan 121°03’13.0” Bujur Timur

dengan ketinggian 1100 meter dpl.

7. Bandar Udara Soa

Bandara Soa terletak di arah jalan menuju air panas Mengeruda, terletak di Desa Piga,

Kec. Soa, Kab. Ngada. Secara geografis terletak 8°42’33,4” Lintang Selatan dan 121°03’27.9”

Bujur Timur dengan ketinggian 434 meter dpl. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu

1.400 x 23 m. Jarak dari pusat kota sekitar 24 km.

8. Air Panas Mengeruda

Air Panas Mengeruda di Soa adalah tempat pemandian

air panas yang terletak kurang lebih 50 Km arah selatan Riung,

merupakan objek wisata yang sudah dikenal di Pulau Flores,

Lokasi objek wisata ini termasuk wilayah Kab. Ngada. Secara

Page 40: Interim

40

geografis terletak 8°42’31,7” Lintang Selatan dan 121°05’11.5” Bujur Timur dengan ketinggian

322 meter dpl.

9. Rumah Makan Padang

Lokasi ini termasuk wilayah Kel. Aimere, Kec. Aimere,

Kab. Ngada, secara geografis terletak 8°50’35.1” Lintang Selatan

dan 120°51’23.4” Bujur Timur dengan ketinggian 12 meter dpl.

10. View Bajawa

Lokasi ini terletak di Desa Kajuala, Kec. Aimere, Kab.

Ngada, secara geografis terletak 8°49’20.1” Lintang Selatan dan

120°54’53.9” Bujur Timur dengan ketinggian 740 meter dpl.

Dari lokasi ini kita bisa memandang gunung-gunung

yang diantarai oleh jurang, lembah dan ngarai, dengan bentang

alam bergelombang kuat.

11. View Bajawa

Lokasi ini terletak di Desa Kajuala, Kec. Aimere, Kab.

Ngada, secara geografis terletak 8°49’24.8” Lintang Selatan

dan 120°55’06.4” Bujur Timur dengan ketinggian 778 meter

dpl. Dari lokasi ini kita bisa memandang gunung-gunung yang

diantarai oleh jurang, lembah dan ngarai, dengan bentang

alam bergelombang kuat, dan kenampakan stadia daerah muda.

12. View Gunung Ineria

Lokasi ini terletak di jalan raya menuju Kota Bajawa,

Kab. Ngada, secara geografis terletak 8°48’40.5” Lintang

Selatan dan 120°56’34.2” Bujur Timur dengan ketinggian 1130

meter dpl. Dari lokasi ini kita bisa memandang Gunung Ineria

Page 41: Interim

41

yang diantarai oleh jurang, lembah dan ngarai, dengan bentang alam bergelombang kuat, dan

kenampakan stadia daerah muda.

13. Hotel Silverin

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada, secara geografis terletak 8°48’25.7”

Lintang Selatan dan 120°58’36.1” Bujur Timur dengan ketinggian 1244 meter dpl.

14. Hotel Virgo

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada, secara

geografis terletak 8°47’09.1” Lintang Selatan dan 120°58’22.0”

Bujur Timur dengan ketinggian 1203 meter dpl.

15. Pasar Inpres Bajawa

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada, secara

geografis terletak 8°48’16.4” Lintang Selatan dan 120°58’21.5”

Bujur Timur dengan ketinggian 1202 meter dpl.

16. Gereja Ebenhezer

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada, di

depan gereja tersebut terdapat Mesjid Al-Itihad, secara

geografis terletak 8°47’17.8” Lintang Selatan dan

120°58’19.7” Bujur Timur dengan ketinggian 1201 meter

dpl.

17. Gereja Mater Boni Consili (MBC)

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada, yang

berhadapan dengan alun-alun, secara geografis terletak

Page 42: Interim

42

8°47’24.1” Lintang Selatan dan 120°58’17.1” Bujur Timur dengan ketinggian 1201 meter dpl.

18. Rumah Makan Dito’s

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada,

secara geografis terletak 8°47’30.5” Lintang Selatan dan

120°58’28.4” Bujur Timur dengan ketinggian 1191 meter

dpl.

19. Stadion Lebi Jaga

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada,

secara geografis terletak 8°47’05.1” Lintang Selatan dan

120°58’24.4” Bujur Timur dengan ketinggian 1206 meter

dpl.

20. Gereja Santu Josef

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada,

secara geografis terletak 8°46’57.8” Lintang Selatan dan

120°58’25.7 Bujur Timur dengan ketinggian 1206 meter

dpl.

21. Rumah Sakit Umum Bajawa

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada,

secara geografis terletak 8°47’00.1” Lintang Selatan dan

120°58’21.4” Bujur Timur dengan ketinggian 1210 meter

dpl.

Page 43: Interim

43

22. Biara Suster Transiskus Misionaris Maria (FMM)

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada,

lokasi ini juga berfungsi sebagai Balai Pengabotan (BP) St.

Maria, secara geografis terletak 8°47’07.6” Lintang Selatan

dan 120°58’14.6” Bujur Timur dengan ketinggian 1205

meter dpl.

23. Kantor Polres Ngada

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada,

secara geografis terletak 8°47’25.1” Lintang Selatan dan

120°58’13.5” Bujur Timur dengan ketinggian 1199 meter

dpl.

24. Rumah Tahanan (Rutan)

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada, secara

geografis terletak 8°47’21.4” Lintang Selatan dan

120°58’37.1” Bujur Timur dengan ketinggian 1191 meter dpl.

25. Kantor Telkom (Kancatel)

Kantor Telkom terletak di Jalan Soekarno-Hatta,

Bajawa, Kab. Ngada, secara geografis terletak 8°47’14.7”

Lintang Selatan dan 120°58’34.4” Bujur Timur dengan

ketinggian 1180 meter dpl.

26. Bank BRI

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada,

secara geografis terletak 8°47’11.9” Lintang Selatan dan

Page 44: Interim

44

120°58’33.3” Bujur Timur dengan ketinggian 1192 meter dpl.

27. Kantor Bupati Ngada

Kantor ini terletak di Jalan Soekarno-Hatta No. 1,

Bajawa, Kab. Ngada, secara geografis terletak 8°47’06.7”

Lintang Selatan dan 120°58’31.2” Bujur Timur dengan

ketinggian 1199 meter dpl.

28. Kantor Pos

Kantor ini terletak di Jalan Soekarno-Hatta, Bajawa,

Kab. Ngada, secara geografis terletak 8°47’08.1” Lintang

Selatan dan 120°58’32.0” Bujur Timur dengan ketinggian

1190 meter dpl.

29. Bank NTT

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada,

secara geografis terletak 8°47’13.8” Lintang Selatan dan

120°58’25.0” Bujur Timur dengan ketinggian 1199 meter

dpl.

30. Bank BNI

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada,

secara geografis terletak 8°47’25.7” Lintang Selatan dan

120°58’26.9” Bujur Timur dengan ketinggian 1193 meter

dpl.

31. Terminal Dalam Kota

Page 45: Interim

45

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada, terminar tersebut bersatu dengan Pasar

Ikan, secara geografis terletak 8°47’15.0” Lintang Selatan dan 120°58’27.0” Bujur Timur dengan

ketinggian 1197 meter dpl.

32. Supermarket Langganan

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada, secara geografis terletak 8°47’12.7”

Lintang Selatan dan 120°58’26.1” Bujur Timur dengan ketinggian 1199 meter dpl.

33. Rumah Makan Padang Garuda

Lokasi ini terletak di Kota Bajawa, Kab. Ngada,

secara geografis terletak 8°47’18.7” Lintang Selatan dan

120°58’28.3” Bujur Timur dengan ketinggian 1194

meter dpl.

34. Terminal Luar Kota Watujayi

Lokasi ini terletak di luar kota Bajawa, Kab.

Ngada, secara geografis terletak 8°48’23.7” Lintang

Selatan dan 120°58’17.9” Bujur Timur dengan

ketinggian 1226 meter dpl.

35. SPBU

Lokasi ini terletak di luar kota Bajawa, Kab. Ngada, secara geografis terletak 8°48’43.8”

Lintang Selatan dan 120°59’59.7” Bujur Timur dengan ketinggian 1325 meter dpl.

36. Kampung Adat Turekisa

Lokasi ini terletak di Kel. Mangulewa, Kec. Golewa, Kab. Ngada, secara geografis terletak

8°48’41.4” Lintang Selatan dan 121°00’23.5” Bujur Timur dengan ketinggian 1350 meter dpl.

Page 46: Interim

46

37. Kampung Adat Wogo Baru

Lokasi ini terletak di Desa Ratu Gesa, Kec. Golewa,

Kab. Ngada, yang merupakan perpindahan sebagian

masyarakat dari Kampung Adat Wogo Lama, secara

geografis terletak 8°49’59.6” Lintang Selatan dan

121°03’08.5” Bujur Timur dengan ketinggian 1102 meter

dpl.

38. Kampung Adat Wogo Lama

Lokasi ini terletak 987 meter ke arah selatan (N189°) dari Kampung Adat Wogo Baru,

yang termasuk wilayah Kec. Golewa, Kab. Ngada, secara geografis terletak 8°50’31.2” Lintang

Selatan dan 121°03’03.7” Bujur Timur dengan ketinggian 1151 meter dpl.

39. Pande Besi Liba

Lokasi ini terletak di Dusun Liba, Desa Ratu Gesa, Kec. Golewa, Kab. Ngada, secara

geografis terletak 8°49’57.5” Lintang Selatan dan 121°03’03.1” Bujur Timur dengan ketinggian

1106 meter dpl.

40. Kampung Adat Gurusina

Lokasi ini terletak di Desa Watumanu, Kec. Jerebuu,

Kab. Ngada, terletak 8°53’44.6” Lintang Selatan dan

120°59’26.7” Bujur Timur dengan ketinggian 402 meter dpl.

Di Kampung Adat Gurusina yang dikelilingi oleh Gunung

Deru dan Gunung Inerie (Gunung Ibu) terdapat tiga suku

yaitu, Suku Ago Ka’e, Suku Ago Azi, dan Suku Kabi.

41. Kampung Adat Bena

Lokasi ini terletak di Dusun Bena, Desa

Tiwuriwu, Kec. Jerebuu, Kab. Ngada, secara geografis

terletak 8°52’35.2” Lintang Selatan dan 120°59’09.6”

Bujur Timur dengan ketinggian 830 meter dpl.

Page 47: Interim

47

9. Kantor Perpustakaan dan Kearsipan

Kantor ini berlokasi di Kota Bajawa, Kab. Ngada.

Secara geografis terletak 8°47’18,8” Lintang Selatan dan

120°58’36.5” Bujur Timur dengan ketinggian 1187 meter dpl.

10. Kampung Adat Bela Langa

Kampung Adat ini berlokasi di Desa Beja, Kec. Bajawa,

Kab. Ngada. Secara geografis terletak 8°50’31,0” Lintang

Selatan dan 120°57’28.8” Bujur Timur dengan ketinggian 1096

meter dpl.

11. Kampung Adat Luba

Kampung Adat ini berlokasi di Desa Tiworibu, Kec.

Jerebuu, Kab. Ngada. Secara geografis terletak 8°52’28,6”

Lintang Selatan dan 120°59’03.7” Bujur Timur dengan

ketinggian 888 meter dpl.

13. Villa Manulalu

Villa Manulalu, merupakan sebuah lokasi untuk

memandang perkampungan adat yang ada di Kabupaten

Ngada. Secara geografis terletak 8°51’51,7” Lintang Selatan

dan 120°59’41.6” Bujur Timur dengan ketinggian 1055 meter

dpl.

14. Tempat Pembuatan Moke

Page 48: Interim

48

Tempat pembuatan moke berlokasi di Desa Legilapu, Kec. Aimere, Kab. Ngada. Secara

geografis terletak 8°50’01,8” Lintang Selatan dan 120°49’07.4” Bujur Timur dengan ketinggian

20 meter dpl.

E. Kabupaten Manggarai Timur

Kabupaten Manggarai Timur merupakan pemekaran dari Kabupaten Manggarai Propinsi NTT,

yang telah ditetapkan melalui Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus

2007, dan telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri RI pada tanggal 23 Nopember 2007 di

Jakarta. Secara geografis wilayah Kabupaten Manggarai Timur Terletak antara 8 LU – 8.30 LS dan

119,30 – 12,30 BT. Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Flores, NTT, punya potensi wisata unik,

antara lain, berupa danau air panas dan danau teratai raksasa. Bahkan, satwa langka Komodo

Merah juga terdapat di Kabupaten Manggarai Timur, khususnya di Kecamatan Sambi Rampas.

Potensi wisata budaya di Kabupaten Manggarai Timur sangat berlimpah, selain atraksi alam juga

terdapat banyak situs bersejarah yang tersebar di kampung-kampung di wilayah Manggarai

Timur.

1. View Kota Borong

Lokasi ini termasuk wilayah Desa Manuk, Kab. Manggarai, secara geografis terletak

8°36’21.9” Lintang Selatan dan 120°31’16.4” Bujur Timur

dengan ketinggian 1056 meter dpl. Dari lokasi ini kita bisa

memandang Kota Borong, ibukota Kab. Manggarai Timur,

lahan pertanian yang bertingkat-tingkat, gunung-gunung

yang diantarai oleh jurang, lembah dan ngarai, dengan

bentang alam bergelombang kuat.

2. View Danau Rana Mese

Lokasi ini terletak di jalan Manggarai – Manggarai

Timur yang termasuk wilayah Desa Gololoni, Kec. Borong,

Kab. Manggarai Timur, secara geografis terletak

8°38’09.1” Lintang Selatan dan 120°33’37.2” Bujur Timur

dengan ketinggian 1280 meter dpl.

Page 49: Interim

49

Tempat ini yang berada di tepi jalan raya, kita bisa memandang Danau Rana Mese, yang

terbentuk oleh adanya struktur geologi yang melintasi kawasan ini.

3. Danau Rana Mese

Lokasi ini merupakan salah satu tempat wisata di

Kab. Manggarai Timur, secara geografis terletak

8°38’26.6” Lintang Selatan dan 120°33’40.8” Bujur Timur

dengan ketinggian 1231 meter dpl.

Anak-anak tangga dari beton akan mengantar kita

sampai ke pinggir Danau Rana Mese, danau yang

terbentuk oleh adanya struktur geologi yang melintasi kawasan ini.

4. View Gololoni

Lokasi ini terletak di jalan Manggarai – Manggarai

Timur yang termasuk wilayah Dusun Lereng, Desa

Gololoni, Kec. Borong, Kab. Manggarai Timur, secara

geografis terletak 8°39’31.3” Lintang Selatan dan

120°33’42.9” Bujur Timur dengan ketinggian 1104 meter

dpl.

5. Kota Borong

Lokasi ini merupakan ibukota Kabupaten

Manggarai Timur , secara geografis terletak

8°48’52.0” Lintang Selatan dan 120°36’27.4” Bujur Timur

dengan ketinggian 17 meter dpl. Kota Borong merupakan

ibukota Kab. Manggarai Timur, yang dahulunya

merupakan kota kecamatan sewaktu masih bergabung dengan Kab. Manggarai.

6. Rumah Makan Bougenvile

Lokasi ini berada di Kota Borong, Kab Manggarai

Timur, di sebelah kanan lokasi tsb terletak Bank BRI,

Page 50: Interim

50

secara geografis terletak 8°49’02.6” Lintang Selatan dan 120°36’55.0” Bujur Timur dengan

ketinggian 17 meter dpl.

7. Pantai Cepi Watu

Lokasi ini merupakan salah satu tempat wisata di

Kab. Manggarai Timur, yang termasuk wilayah Desa

Nangalabang, Kec Borong, secara geografis terletak

8°48’57.0” Lintang Selatan dan 120°35’05.3” Bujur Timur

dengan ketinggian 2 meter dpl.

8. Pantai Mbolata

Lokasi ini merupakan salah satu tempat wisata di

Kab. Manggarai Timur, yang termasuk wilayah Desa

Watunggene, Kec Kotakomba, secara geografis terletak

8°50’23.0” Lintang Selatan dan 120°48’09.8” Bujur Timur

dengan ketinggian 4 meter dpl.

Wisata pantai dengan cottage-cottage, tempat

penyulingan arak, disertai dengan pemandangan Gunung

Ineria.

9. View Danau Ranamese

View Danau Ranamese berlokasi di Desa Gololoni,

Kec. Borong, Kab. Manggarai Timur. Secara geografis

terletak 8°38’09,4” Lintang Selatan dan 120°33’37.2” Bujur

Timur dengan ketinggian 1290 meter dpl.

F. Kabupaten Manggarai

Kota Ruteng, ibukota Kab Manggarai, secara geografis

terletak 8°36’25.5” Lintang Selatan dan 120°27’52.0” Bujur

Page 51: Interim

51

Timur dengan ketinggian 1161 meter dpl. Rumah makan serta akomodasi skala melati dan

bintang 1 banyak tersedia di Ruteng, salah satunya Lokasi ini berada di Kota Ruteng, ibukota Kab

Manggarai, secara geografis terletak 8°36’29.3” Lintang Selatan dan 120°28’00.7” Bujur Timur

dengan ketinggian 1159 meter dpl. Demikian juga kantor bupati yang secara geografis terletak

8°36’39.2” Lintang Selatan dan 120°27’51.2” Bujur Timur dengan ketinggian 1170 meter dpl.

Kemudian juga Kantor Dinas Pariwisata yang terletak 8°36’40.0” Lintang Selatan dan

120°28’03.8” Bujur Timur dengan ketinggian 1172 meter dpl. Di kabupaten Manggarai ini juga

terdapat beberapa titik yang dapat dijadikan lokasi pandang bentang alam seperti di Wai Garit.

Lokasi ini terletak di Desa Wai Gurit, Kab. Manggarai, secara geografis terletak 8°35’24.0”

Lintang Selatan dan 120°25’58.2” Bujur Timur dengan ketinggian 1005 meter dpl.

Bentang alamnya berupa pegunungan dengan hutan

yang masih lebat, dari lokasi yang merupakan daerah

ketinggian, kita dapat melihat jalan raya yang letaknya

lebih rendah. Kemudian daya tarik lain yang dapat

menjadi ikon Ruteng adalah system pertanian jarring

laba-

laba.

Lokasi ini terletak di Kelurahan Wai Belang, Kab.

Manggarai, secara geografis terletak 8°35’42.4”

Lintang Selatan dan 120°22’22.5” Bujur Timur

dengan ketinggian 945 meter dpl. Kemudian

beberapa titik pandang bentang alam seperti

Gunung Pocolikang yang terletak 8°37’03.3”

Lintang Selatan dan 120°22’25.4” Bujur Timur dengan ketinggian 940 meter dpl. Bentang

alamnya berupa pegunungan dengan hutan yang masih lebat, dari lokasi yang merupakan

daerah ketinggian, kita dapat melihat lahan pertanian yang bertingkat-tingkat, dan desa-desa di

kaki gunung. Kemudian titik pandang Nao yang terletak di Dusun Popo, Desa Nao, Kec. Satar

Mese Barat, Kab. Manggarai, secara geografis terletak 8°41’52.3” Lintang Selatan dan

120°22’39.1” Bujur Timur dengan ketinggian 688 meter dpl. Bentang alamnya berupa

pegunungan dengan hutan yang masih lebat, dari lokasi yang merupakan daerah ketinggian, kita

dapat melihat lahan pertanian yang bertingkat-tingkat, jalan raya, dan desa-desa di lereng

gunung.

Page 52: Interim

52

1. Situs Megalitik Todo.

Lokasi ini terletak di Desa Todo, Kec. Satar

Mese Barat, Kab. Manggarai, secara geografis

terletak 8°43’48.2” Lintang Selatan dan

120°22’20.5” Bujur Timur dengan ketinggian 786

meter dpl. Situs Megalitik Todo berbentang alam

bergelombang, dengan rumah adapt yang

lengkap dengan batu-batu besarnya, serta beberapa meriam.

2. Wae Rebo.

Wae Rebo adalah salah satu desa adat yang

terpencil dan letaknya di puncak gunung. Untuk

menuju ke sana, disediakan penginapan dikenal

penginapan Denge yang terletak di Dusun Denge,

Desa Satar Lenda, Kec. Satar Mese Barat, Kab.

Manggarai, secara geografis terletak 8°48’27.5”

Lintang Selatan dan 120°18’08.2” Bujur Timur

dengan ketinggian 484 meter dpl. Penginapan Denge merupakan pusat informasi Wae Rebo,

yang dimiliki oleh Bapak Blasius Monta yang berprofesi sebagai seorang Kepala Sekolah.

3. Sungai Wae Lomba

Lokasi ini terletak di Desa Satar Lenda,

Kec. Satar Mese Barat, Kab. Manggarai, secara

geografis terletak 8°48’02.8” Lintang Selatan dan

120°17’53.8” Bujur Timur dengan ketinggian 587

meter dpl. Sungai Wae Lomba dengan boulder-

boulder batuan, membuat air sungai menjadi

bergemuruh dan merupakan salah satu daya tarik

wisata.

Page 53: Interim

53

4. View Wae Rebo

Lokasi ini terletak di Desa Satar Lenda,

Kec. Satar Mese Barat, Kab. Manggarai, secara

geografis terletak 8°47’24.9” Lintang Selatan dan

120°17’25.6” Bujur Timur dengan ketinggian 842

meter dpl. Dari lokasi ini kita bisa memandang

Kampung Adat Wae Rebo yang diantarai oleh

jurang, lembah dan ngarai, dengan bentang alam

bergelombang kuat.

5. Ladystone (Batu Nona)

Lokasi ini terletak di jalan antara Denge –

Wae Rebo, lokasi ini disebut dengan nama Dencang

Tanah, yang termasuk wilayah Desa Satar Lenda,

Kec. Satar Mese Barat, Kab. Manggarai, secara

geografis terletak 8°47’03.4” Lintang Selatan dan

120°17’10.8” Bujur Timur dengan ketinggian 1044

meter dpl. Disebut dengan vaginastone, karena batuan ini berbentuk vagina yang dialiri oleh

sebuah sungai kecil.

6. View Wae Rebo

Lokasi ini terletak di lereng Gunung

Pocoroko (jalan antara Denge – Wae Rebo) yang

termasuk wilayah Desa Satar Lenda, Kec. Satar

Mese Barat, Kab. Manggarai, secara geografis

terletak 8°47’09.5” Lintang Selatan dan

120°17’04.3” Bujur Timur dengan ketinggian 1055

meter dpl.

Dari lokasi ini kita bisa memandang Kampung Adat Wae Rebo yang diantarai oleh

jurang, lembah dan ngarai, dengan bentang alam bergelombang kuat.

Page 54: Interim

54

7. Gunung Pocoroko

Lokasi ini terletak di lereng Gunung Pocoroko

(jalan antara Denge – Wae Rebo) yang termasuk

wilayah Desa Satar Lenda, Kec. Satar Mese Barat,

Kab. Manggarai, secara geografis terletak 8°46’57.7”

Lintang Selatan dan 120°17’00.5” Bujur Timur dengan

ketinggian 1175 meter dpl.

8. Kampung Adat Wae Rebo

Lokasi ini termasuk wilayah Desa

Satar Lenda, Kec. Satar Mese Barat, Kab.

Manggarai, secara geografis terletak

8°46’09.4” Lintang Selatan dan 120°17’02.2”

Bujur Timur dengan ketinggian 1108 meter

dpl.

Di Kampung Adat Wae Rebo terdapat

4 buah rumah adapt, dengan tradisi yang

masih dipertahankan.

9. View Pulau Mulas

Lokasi ini termasuk wilayah Desa

Satar Lenda, Kec. Satar Mese Barat, Kab.

Manggarai, secara geografis terletak

8°50’57.2” Lintang Selatan dan 120°18’23.5”

Bujur Timur dengan ketinggian 5 meter dpl.

Dari tempat ini terlihat Pulau Mulas

yang berbentang alam bergelombang,

bentuknya seperti perahu terbalik. Di bagian

ujung barat pulau ini menjulang batuan yang merupakan sebuah tubuh intrusi batuan beku.

Page 55: Interim

55

10. Rumah Makan Wijaya Mandiri

Lokasi ini terletak di jalan Dewi Sartika

di Kota Ruteng, Kab. Manggarai, secara

geografis terletak 8°36’51.0” Lintang Selatan

dan 120°27’53.6” Bujur Timur dengan

ketinggian 1185 meter dpl.

G. Kabupaten Manggarai Barat

Kabupaten Manggarai Barat secara administratif merupakan bagian Propinsi Nusa Tenggara

Timur, terletak paling barat di Pulau Flores. Kabupaten Manggarai Barat secara geografis

terletak pada 08o14 LS-09o00 LS dan 119o21 - 120o20 BT, dengan batas wilayahnya sebelah

Barat berbatasan dengan Selat Sape, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Manggarai,

sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Laut

Sawu. Kabupaten Manggarai Barat merupakan wilayah administratif yang tergolong baru,

melalui UU RI No. 8 Tahun 2003, menjadi wilayah otonom dengan nama Kabupaten Manggarai

Barat. Kabupaten Manggarai Barat memiliki luas wilayah (darat dan laut) sebesar 9.450,00 km2.

Dari total luas wilayah tersebut, luas daratan adalah 2.947,50 km2, dan luas wilayah laut

(perairan) adalah 6.052,50 km2. Kabupaten Manggarai Barat memiliki 162 buah pulau sedang

dan kecil.

1. Bandara Komodo.

Bandara Komodo terletak di Kota Labuan Bajo, Kab

Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°29’21.1” Lintang

Selatan dan 119°53’18.0” Bujur Timur dengan ketinggian 62

meter dpl.

2. Hotel Puncak Waringin.

Hotel ini terletak di Jalan Puncak Waringin, Labuan Bajo,

Kab Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°29’39.6”

Lintang Selatan dan 119°52’46.4” Bujur Timur dengan

Page 56: Interim

56

ketinggian 38 meter dpl.

3. Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Kantor ini berada di Kota Labuan Bajo, ibukota Kab

Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°29’49.9” Lintang

Selatan dan 119°53’07.1” Bujur Timur dengan ketinggian 44

meter dpl.

4. Kantor Taman Nasional Komodo (TNK).

Kantor ini terletak di Jalan Kasimo, Labuan Bajo, Kab

Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°29’52.8” Lintang

Selatan dan 119°52’58.3” Bujur Timur dengan ketinggian 39 meter

dpl.

5. View Tondong Belang.

Lokasi ini terletak di Desa Tondong Belang, Kec. Sano Nggoang,

Kab. Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°35’13.1” Lintang

Selatan dan 119°59’26.5” Bujur Timur dengan ketinggian 558

meter dpl. Bentang alamnya berupa pegunungan dengan hutan

yang masih lebat, dari lokasi yang merupakan daerah ketinggian,

kita dapat melihat pantai/laut, dan desa-desa yang letaknya lebih rendah.

6. Akses menuju Air terjun

Cunca Rami dan Danau Sano Nggoang. Untuk mencapai

lokasi air terjun dan danau adalah melalui akses Jalan

Golokempo. Pertigaan jalan ini terletak di Jalan Raya Labuan

Bajo – Ruteng, yang termasuk wilayah Desa Golokempo, Kec.

Sano Nggoang, Kab. Manggarai Barat, secara geografis terletak

8°36’47.0” Lintang Selatan dan 120°03’35.0” Bujur Timur dengan ketinggian 534 meter dpl.

7. Air Terjun Cunca Rami.

Page 57: Interim

57

Air Terjun ini terletak di Desa Gondaring, Kec. Sano Nggoang, Kab.

Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°37’32.8” Lintang Selatan

dan 119°59’51.0” Bujur Timur dengan ketinggian 443 meter dpl. Air

terjun Cunca Rami adalah gejala alam yaitu gangguan struktur geologi

berupa patahan/sesar (fault), di kiri-kanan air terjun tersebut terdapat

cermin sesar (slickenside). Disekitar sungai Rami terdapat Mata air

Panas. Mataair panas ini berada di tepi Sungai Rami, mataair panas

(hot spring) berupa sumber belerang yang termasuk Desa Gondaring, Kec. Sano Nggoang, Kab.

Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°37’45.2” Lintang Selatan dan 120°00’13.6” Bujur

Timur dengan ketinggian 402 meter dpl.

8. Danau Sano Nggoang.

Akses menuju Danau Sano Ngoang akan melalui

Kota Werang merupakan pusat kota Kec. Sano

Nggoang, Kab. Manggarai Barat, secara geografis

terletak 8°38’59.2” Lintang Selatan dan 120°00’27,4”

Bujur Timur dengan ketinggian 345 meter dpl. Danau

Sano Nggoang termasuk wilayah Desa Wae Sano, Kec.

Sano Nggoang, Kab. Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°42’05.8” Lintang Selatan dan

119°59’41,8” Bujur Timur dengan ketinggian 668 meter dpl. Adapun pusat mataair panas ini

terletak ± 100 meter dari tepi Danau Sano Nggoang, mataair panas (hot spring) berupa sumber

belerang yang keluar dari singkapan batuan beku. Lokasi ini termasuk Desa Wae Sano, Kec. Sano

Nggoang, Kab. Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°43’01.3” Lintang Selatan dan

120°00’11.2” Bujur Timur dengan ketinggian 670 meter dpl.

9. Taman Nasional Komodo (TNK).

Akses untuk menuju Kawasan Taman Nasional Komodo,

salah satunya adalah dermaga ini berada di Kota Labuan Bajo,

ibukota Kab Manggarai Barat, secara geografis terletak

8°29’32.0” Lintang Selatan dan 119°52’34.0” Bujur Timur

dengan ketinggian 1

meter dpl. Lokasi ini

Page 58: Interim

58

merupakan dermaga yang khusus digunakan oleh Kantor Taman Nasional Komodo. Dermaga

Loh Buaya, merupakan dermaga yang berada di pulau Rinca. Dermaga ini berada di Pulau Rinca

yang termasuk kawasan Taman Nasional Komodo, Kec. Komodo, Kab Manggarai Barat, secara

geografis terletak 8°39’14.6” Lintang Selatan dan 119°42’55.4” Bujur Timur dengan ketinggian 1

meter dpl..

10. Lokasi Tempat Bertelur Komodo.

Lokasi ini berada di Pulau Rinca yang termasuk

kawasan Taman Nasional Komodo, Kec. Komodo, Kab

Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°39’28.7”

Lintang Selatan dan 119°43’10.9” Bujur Timur dengan

ketinggian 8 meter dpl. Bentang alamnya berbentuk

dataran yang tersusun oleh pasir lempungan, sehingga

tidak terlalu sulit bagi komodo untuk menggali lubang sebagai tempat menyimpan telurnya.

11. Pulau Kalong.

Lokasi ini berada di utara Pulau Rinca yang termasuk

kawasan Taman Nasional Komodo, Kec. Komodo, Kab

Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°36’13.1”

Lintang Selatan dan 119°46’14.6” Bujur Timur dengan

ketinggian 0 meter dpl. Pulau Kalong merupakan pulau kosong berbentang alam bergelombang

ini, hanya dihuni oleh sekelompok kelelawar..

12. Dusun Rinca.

Dusun Rinca, Desa Pasir Panjang, Kec. Komodo, Kab. Manggarai Barat, yang termasuk

kawasan Taman Nasional Komodo, secara geografis terletak 8°37’04.4” Lintang Selatan dan

119°47’07.3” Bujur Timur dengan ketinggian 0 meter dpl. Akses menuju desa ini adalah dermaga

Pasir Panjang. Dermaga ini digunakan oleh masyarakat

Dusun Rinca untuk menempatkan perahu-perahu dan juga

Page 59: Interim

59

sebagai pintu gerbang masuk ke wilayah dusun tersebut. Pengunjung akan diterima oleh Kades

Pasir Panjang dirumahnya. Lokasi ini berada di Dusun Rinca, Desa Pasir Panjang, Kec. Komodo,

Kab. Manggarai Barat, yang termasuk kawasan Taman Nasional Komodo, secara geografis

terletak 8°37’11.7” Lintang Selatan dan 119°47’08.2” Bujur Timur dengan ketinggian 3 meter

dpl

13. Selat Molo.

Lokasi ini yang memisahkan daratan Flores dengan

Pulau Rinca, secara geografis terletak 8°37’16.3” Lintang

Selatan dan 119°48’11.5” Bujur Timur dengan ketinggian

0 meter dpl. Selat Molo yang terkenal dengan arus

berputar merupakan kawasan yang cukup berbahaya

bagi para pelaut yang belum mengenalnya dengan baik.

Selat Molo yang terkenal dengan arus berputar merupakan kawasan yang cukup berbahaya bagi

para pelaut yang belum mengenalnya dengan baik. Dari tempat ini kita dapat melihat lebih

dekat arus berputar yang selalu berubah-ubah arah. Selat Molo ini juga dapat dilihat dari salah

satu bukit di Pulau Rinca bagian Timur. Lokasi ini berada di sebelah timur Pulau Rinca yang

termasuk kawasan Taman Nasional Komodo, Kec. Komodo, Kab Manggarai Barat, secara

geografis terletak 8°37’22.0” Lintang Selatan dan 119°48’11.1” Bujur Timur dengan ketinggian

10 meter dpl. Di bukit ini kita bisa melihat arus putar Selat Molo, namun kita harus berhati-hati

karena bukit ini sering muncul komodo-komodo.

14. Desa Warloka.

Desa ini berada di Desa Warloka, Kec. Komodo, Kab

Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°36’11.5”

Lintang Selatan dan 119°48’31.8” Bujur Timur dengan

ketinggian 1 meter dpl. Terdapat dermaga yang

digunakan oleh masyarakat Desa Warloka untuk

menempatkan perahu-perahu dan juga sebagai pintu

gerbang masuk ke wilayah desa tersebut.

15. Tondong Buring,

Page 60: Interim

60

Dikenal dengan nama Situs Megalitik Warloka, situs

ini termasuk wilayah Desa Warloka, Kec. Komodo, Kab

Manggarai Barat, secara geografis terletak 8°36’21.2”

Lintang Selatan dan 119°48’47.5” Bujur Timur dengan

ketinggian 106 meter dpl. Rumah makan dan

penginapan yang disediakan penduduk juga terdapat di

desa Warloka Kota Lembor. Lokasi ini merupakan pusat kota Kec. Lembor, Kab. Manggarai

Barat, secara geografis terletak 8°42’27.0” Lintang Selatan dan 120°09’48,3” Bujur Timur dengan

ketinggian 178 meter dpl. Lokasi ini berada di Kec. Lembor, Kab. Manggarai Barat, secara

geografis terletak 8°41’22.2” Lintang Selatan dan 120°13’25,7” Bujur Timur dengan ketinggian

394 meter dpl.

16. Centro Hotel

Centro Haotel berlokasi di Kota Labuan Bajo, Kab. Manggarai Barat. Secara geografis

terletak 8°30’22,4” Lintang Selatan dan 119°53’02.7” Bujur Timur dengan ketinggian 67 meter

dpl.

17. Pelabuhan Labuan Bajo

Pelabuhan berlokasi di Kota Labuan Bajo Kab. Manggarai Barat.

Secara geografis terletak 8°29’32,5” Lintang Selatan dan 120°52’35.6”

Bujur Timur dengan ketinggian 1 meter dpl.

18. Dermaga Pulau Komodo

Dermaga ini berlokasi di Pulau Komodo, Kab. Manggarai Barat.

Secara geografis terletak 8°24’14,7” Lintang Selatan dan 119°29’58.9”

Bujur Timur dengan ketinggian 1 meter dpl.

19. Loh Liang

Loh Liang berlokasi di Pulau Komodo, Kab. Manggarai Barat. Secara geografis terletak

8°34’09,1” Lintang Selatan dan 119°29’57.0” Bujur Timur dengan ketinggian 12 meter dpl.

20. Dermaga Loh Buaya Pulau Rinca

Page 61: Interim

61

Dermaga ini berlokasi di Pulau Rinca, Kab. Manggarai Barat. Secara geografis terletak

8°39’14,4” Lintang Selatan dan 119°42’55.8” Bujur Timur dengan ketinggian 1 meter dpl.

21. Kantor TNK Rinca

Kantor TNK berlokasi di Pulau Rinca, Kab. Manggarai Barat.

Secara geografis terletak 8°39’19,8” Lintang Selatan dan 119°43’04.2”

Bujur Timur dengan ketinggian 8 meter dpl.

22. Pulau Kalong

Pulau Kalong merupakan salah satu gugusan pulau-pulau yang

termasuk wilayah Kab. Manggarai Barat. Secara geografis terletak

8°36’15,9” Lintang Selatan dan 119°46’17.6” Bujur Timur dengan

ketinggian 0 meter dpl.

3.2.3 Temuan

Secara umum, Pulau Flores telah memiliki jalan raya penghubung Trans Flores yang

menghubungkan Kota Larantuka di ujung Timur dengan Kota Labuhan Bajo di ujung Barat.

Namun demikian, lebar jalan raya pada umumnya lebih sempit daripada di Pulau Jawa sehingga

diperlukan kehati-hatian dalam mengemudikan kendaraan. Di samping itu, perjalanan melalui

darat sangat menyenangkan dan bersifat petualangan mengingat hampir 90% jalan yang dilalui

berkelok-kelok, di beberapa bagian ada cukup banyak belokan yang sangat tajam dengan sudut

turun/naik dan salah satu sisi jalan di berbagai tempat berbatasan dengan jurang yang sangat

dalam. Penduduk setempat juga seringkali menggunakan badan jalan untuk berjalan kaki,

beristirahat (duduk atau berkumpul) atau menyimpan kendaraan bermotor, sehingga perjalanan

menggunakan kendaraan tidak dapat dilakukan dengan kecepatan yang terlalu tinggi.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, kurang lebih 40% jalan yang dilalui berada dalam kondisi

Page 62: Interim

62

rusak. Selain itu, diperkirakan setidaknya 50% bagian jalan yang dilalui sedang dalam proses

perbaikan.

Perjalanan malam hari perlu dilakukan dengan kehati-hatian disebabkan oleh alasan

yang bukan hanya sebagaimana diuraikan di atas, melainkan alasan keamanan. Pada beberapa

tempat tertentu, sekelompok anak muda sesekali menghentikan kendaraan untuk meminta

uang untuk membeli minuman keras produksi lokal (yang kadar alkoholnya sangat tinggi). Dalam

jangka panjang, persoalan ini harus menjadi perhatian seluruh pemerintah daerah di Pulau

Flores dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, jika ingin mengembangkan pulau tersebut

sebagai destinasi pariwisata unggulan di tanah air. Sangat minimnya fasilitas lampu penerang

jalan di sepanjang jalan Trans Flores turut berperan meningkatkan kerawanan dalam melakukan

perjalanan melalui darat.

Pulau Flores masih diliputi oleh hutan yang sangat lebat dan sebagai konsekuensinya,

ada begitu banyak hewan (liar) yang berkeliaran, seperti babi hutan, anjing dan ular, termasuk

serangga seperti nyamuk. Fenomena ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah setempat

untuk diatasi agar tidak membahayakan kesehatan wisatawan (dan juga penduduk setempat). Di

samping itu, karena di Pulau Flores terdapat cukup banyak gunung berapi, maka diperlukan

peningkatan kualitas sistem peringatan dini dan keamanan bagi penduduk setempat dan

wisatawan bila terjadi letusan gunung berapi, gempa atau tsunami (Pulau Flores pernah dilanda

tsunami pada tahun 1992).

Daya tarik wisata di wilayah daratan Pulau Flores pada umumnya berjarak cukup jauh

antara satu dengan yang lain dan beberapa di antaranya harus melalui infrastruktur jalan yang

kurang baik. Fasilitas pendukung lain, khususnya toilet umum, pada umumnya tidak memadai

karena tidak terawat dengan baik dan terkesan kotor. Namun demikian, fasilitas penjualan kartu

telepon seluler dan wahana tunai mandiri (ATM) dapat dikatakan cukup banyak. Fasilitas

lainnya, seperti SPBU dan pasar swalayan, jumlahnya semakin banyak dan kualitasnya lebih baik

di wilayah sebelah Barat dibandingkan dengan di sebelah Timur pulau tersebut.

Page 63: Interim

63

BAB IV KERANGKA LAPORAN

Adapun penelisan laporan akhir dari kegiatan ilmiah ini akan disajikan dengan penjabaran

sebagai berikut:

4.1. Bab Pendahuluan.

Bab ini akan berisi antara lain tentang gambaran umum, tujuan, manfaat, metode riset

sebagai landasan dalam diterapkan dalam ekspedisi riset dimaksud agar mencapai sasaran yang

diinginkan.

4.2. Bab Pengertian.

Dalam bab ini akan diuraikan berbagai pengertian, konsep dan isu-isu dari berbagai

sumber pustaka yang terkait dengan pemetaan dan pengembangan sumberdaya kebudayaan

dan pariwisata yang berbasis pada pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan budaya di

beberapa daerah di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

4.3. Bab Kondisi Perkembangan.

Bab ini menggambarkan peta situasi dan kondisi yang terkait dengan peluang dan

permasalahan potensi sumberdaya budaya dan pariwisata yang ada di daerah,

4.4. Bab Strategi Pengembangan.

Bab ini menguraikan antara lain tentang solusi berupa konsep strategi awal

pengembangan secara terpadu potensi daya tarik sumberdaya budaya dan pariwisata yang

sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.

4.5. Bab Pemetaan Pola Perjalanan Wisata Flores

Dalam bab in akan digambarkan pola perjalanan yang dapat dilakukan serta lokasi

fasilitas dan daya tarik atau atraksi keruangan di Pulau Flores

4.6. Penutup.

Berisi pokok-pokok pikiran dalam bentuk rekomendasi dan saran tindak lanjut

pengembangan ke depan.

Page 64: Interim

64

BAB V PENUTUP

Bahwa pemetaan dan penilaian potensi kepariwisataan di Pulau Flores dilaksanakan

bekerjasama dengan pihak pemerintah daerah dan masyarakat di masing-masing kabupaten,

dimulai dari Mumere kabupaten Sika. Guna memudahkan Tim melakukan kegiatannya, telah

disusun daftar potensi kepariwisataan masing-masing kabupaten di Flores sebagai acuan

pengumpulan data di lapangan (terlampir). Namun mengingat bahwa potensi kepariwisataan di

masing-masing kabupaten sangat bervariasi dan banyak, maka atas dasar daftar potensi yang

telah disusun, Tim mendiskusikan dengan pihak Dinas Pariwisata dan disepakati bahwa

pemetaan dan penilaian potensi kepariwisataan setiap kabupaten dipilih pada potensi

kepariwisataan yang bersifat unggulan serta beberpa potensi yang menjadi prioritas untuk

dikembangkan.

Untuk dapat memperlihatkan pola perjalanan wisata di setiap kabupaten, anggota Tim di bagi

dalam dua kelompok dengan rute perjalanan yang berbeda. Masing-masing kelompok

didampingi oleh tenaga dari pihak pemerintah daerah dan masyarakat dalam hal ini komunitas

pemerhati.

Adapun data dan informasi potensi kepariwisataan hasil pemetaan dan penilaian dilapangan

baik dalam bentuk keruangan, tek dan gambar, selanjutnya akan divalidasi dan diproses melalui

pendekatan ke ruangan dan diskripsi kualitatif. Dari pelaksanaan dilapangan, secara umum

masih sangat perlu dilakukan penelitian-penelitian lebih mendalam dan mendetail yang bisa

dilaksanakan secara bertahap dan bekerjasama dengan pihak-pihak yang berkepentingan .

Page 65: Interim

65

LAMPIRAN

DAFTAR POTENSI PERKABUPATEN DI PULAU FLORES

KABUPATEN SIKA

1. Wisata Alam

Pantai Kajuwulu, Gua Alam Patiahu, Pulau Kambing & Panganbatang, Paga & Wolowiro, Wairterang, Teluk Maumere, Air Panas Blidit, Danau Semparong, Hutan Wisata Pulau Besar, Puncak Bulung, Puncak Kimang, Tebing Alam Halar Hawus, Air Terjun Wairhoret, Danau Ranoklahit, Air Terjun Tunsohok, Hutan Wisata Egon, Gunung Api Egon, Tebing Alam Reganatar, Mata Air Panas Bao Krenget, Gua Alam Kelimutu, Gua Alam Warut, Batu Meteor, Tebing Alam Magemot, Tebing Alam Watungesu, Gunung Api Rokatenda, Penyulingan Uap Panas Bumi, Mata Air Panas Reruwairere, Air Terjun Lianiki, Ai Ripa, Pantai Pasir Putih Pulau Besar, Pantai Pasir Putih Pulau Sukun, Pantai Pasir Putih Pulau Babi, Pantai Pasir Putih Pulau Pemana, Pulau Kondo, Pantai Nangahure, Pantai Sikka, Pantai Bangboler, Pantai Waiara, Pantai Waliti, Pantai Waipare, Pantai Wingawoka, Pantai Nangatobong, Pantai Wairbleler, Pantai Doreng, Pantai Ipir, Pantai Wailamung, Pantai Tanjung Darat, Pantai Pasir Putih Reruwairere, Pantai Waturia, dan Koka Beach).

2. Wisata Budaya

Jong Dobo, Lepo Gete Sikka, Regalia Kerajaan Sikka, Museum Blikon Blewut, Gading Gajah & Regalia, Watu Cruz, Air Panas Blidit, Kampung Hewokloang, Kampung Sikka, Kampung Watublapi, Kampung Wuring, Kampung Lela, Kampung Nuabari, Kampung Hokor, Kampung Bola, Rumah Adat Lepokirek, Regalia Kerajaan Kangae, Megalit Romanduru, Liang Nipon Watuliwung, Rumah Adat Wolobela, Rumah Adat Mauloo, Perkampungan Tradisional Kajukeri, Rumah Adat Watulaki, Rumah Adat Tubu Kobe, Nua Bharaka Lekebai, dan Liang Nipon Rengsina

3. Wisata Minat Khusus

Gereja Tua Sikka, Wisung Fatima Lela, Tempat Ziarah Nilo, Patung Kristus Raja, Wairnokerua, Agro Wisata Waigete, Tempat Ziarah Watusoking, Tempat Ziarah Dian Desa, Gua Fatima Hokor, Tempat Ziarah Dan Rumah Retret Santo Nabi Elia Mageria, Tempat Pertapaan Kelikeo, Gua Maria Kesokoja, Gua Maria Krokowolon, Ule Nale, dan Logu Sinhor

KABUPATEN FLORES TIMUR

1. Wisata Alam

Pantai Meting Doeng, Pantai Riang Sunge, Pantai Rake, Teluk Hading (yang membelah ujung Tanjung Bunga dengan Lewolema), Danau Asmara, Jejak Kaki Gajah Mada (Tanjung Bunga), Pantai pasir putih Ritaebang (Solor), Danau Wibelen (Adonara), Selat Lewotobi, Pantai Ina Burak, Pantai Watotena, Pantai Lagaloe, Pantai Weri, Batu Payung, Batu Bertulis Nopin Jaga, Pantai Painghaka, Pantai Kawaliwu, dan Air Panas OKA

2. Wisata Budaya

Page 66: Interim

66

Tradisi Budaya Lamaholot, Budaya Leko Kakan, dan Kampung Adat Mudakeputu

3. Wisata Ziarah

Semana Santa Larantuka

KABUPATEN ENDE

1. Wisata Alam

Danau Kelimutu, Danau Tiwusora, Air Panas Liasembe, Air Panas Detusoko, Air Panas Kombandaru, Panas Bumi Mutubusa, Panas Bumi Lesugolo, dan Air Terjum Murundao.

2. Wisata Bahari

Pantai Maukaro, Pantai Nanga ombo, Pantai Nangaba, Pantai Bita, Pantai Mbu’u, Pantai Nggela, Pantai Maubasa, Pantai Wewaria, Pantai Bolenggo, Pantai Ropa, dan Pantai Warulo’o

3. Wisata Budaya

Perkampungan Adat (Moni Kec. Kelimutu, Nggela Kec. Wolojita, Wolondopo, Wologai, Saga Kec. Detusoko, Wolotopo, Wolokota, Rada Ara Kec. Ndona, Tana Jea, Orakeri Kec. Nangapand), Situs Bung Karno Kec. Ende Utara

KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

1. Alam Danau Ranamese di Desa Gololoni, Danau rana Tonjong di desa nanga Mbaur, danau Rana Kulan di Desa rana Kulan, Pantai Pasir Panjang di desa Satar Padat, Pantai Watu Pajung di desa Nanga Baras. Kedua pantai tersebut di jalur Pantura Kabupaten Manggarai Timur, Pantai mbolata, Pantai Nangarawa, Pantai Wae Wole di kecamatan kota komba. Pantai Liang Bala di kota Borong, Pantai Watu Cepi di Desa Nanga labang, Gua Ncincoleng di Desa Tengkuleda, Gua Besar dan memiliki 2 lorong serta air yang mengali di bawahnya dan di manfaatkan sebagai tempat ziarah 70 km. dari borong Air

KABUPATEN NGADA 1. Alam

Taman Wisata Alam Lau 17 Pulau Riung. Permandian Air Panas Alam Mengeruda, Permandian Air Panas Alam Bena, Ekowisata Lekolodo, Danau Wawomudha. Air Terjun Ogi. Air Terjun Wae Roa, Air Terjun RODANG PUNI – Munting, Pantai Waewaru-aimere

2. Budaya

kampung tradisional Bena, Wogo. Upacara Jai, Reba di wilayah kecamatan Ngada Bawa, Bajawa, Golewa dan Aimere. Tinju tradisional Etu di Kecamatan Soa dan juga di Kecamatan Golewa yaitu di kampung Ngorabolo Desa Takatuga. tarian perang Caci perayaan syukur panen oleh kesatuan etnis Riung, Paruwitu

Page 67: Interim

67

Terjun Cuna Rede dan Ncunca Cuar di desa Sano Lokom 30 km dari borong atau 5 km dari Ruteng Hutan pong Dode dngan Kera Putih di kel Mondoswu Mano 50 km. dari borong atau 15 km dari Ruteng

2. Budaya Situs compang Mangir Deru di desa compang Deru Kec. Lambaleda 75 km dari borong Situs Watunggene dan Sambilewa di waelengga, situs campan Riwu di desa Poco R,ii

KABUPATEN MANGGARAI 1. wisata budaya

Ruteng Pu’u. Desa tua dengan halaman bundar yang dikelilingi batu tersusun rapi. Todo. Kampung tua yang memiliki halaman yang dikelilingi batu tersusun rapi. Tempat asal dari kerajaan Manggarai. Terdapat meriam kuno dan “ Loke Nggerang” sejenis tambur kecil yang sakti. Wae Rebo. Kampung terpencil dikejauhan di tengah pegnungan. Kampung tradisional tua yang memiliki empat rumah adat tua yang dibangun sejak se abad yang lalu. Cocok untuk kegiatan pendakian dan menikmati udara segar serta pemandangan alam yang fantastic. Compang Cibal. Kampung traditional dengan sebuah tempat persembahan pada pelataran. Liang Toge. Sebuah gua yang terdapat di bawah lereng gunung dan di dalamnya terdapat benda purbakala. Terletak di Kelurahan Lempang Paji Kecamatan Elar.

2. wisata alam

Ranamese. Sebuah danau indah dengan pemandangan alam sekitarnya, mandi , berenang, rekreasi dan memancing. Cepi Watu. Pemandangan pantai dengan opantai pasir yang berbentuk bulat. Mandi jemur, memancing dan terdapat mata air. Rana Tonjong. Danau kecil yang indah , tumbuh dengan teratai raksasa (Tonjong ). Mules Island. Pasir putih sepanjang pantai,Airnya jernih, memancing, matahari terbenam, mandi jemur, snorkle dan selam, Aktivitas pendakian dan kapal pesiar. Pantai Ketebe. Pantai pasir putih yang indah, snorkle, meyelam, memancing, mandi jemur dan aman laut. Rana Kulan. Sebuah danau yang memiliki panorama alam yang indah, dimana sebuah pulau kecil terletak di tengah danau. Wae Wole. Sebuah taman laut yang indah dimana udang akan muncul pada musim tertentu. Terletak di desa Watu Nggene Kecamatan Kota Komba. Cingcoleng Werwitu. Gua besar dan panjang dengan variasi batu tetesan atas dan bawah Tempat ziarah umat Kristen Katolik. Cunca Rede. Air terjun yang sangat atraktif dengan ketinggian 30 meter, terletak pada Taman Wisata Alam Ruteng (TWA). Pemandangan indah berupa sawah kiri-kanan jalan. Liang Bua. Gua besar dengan batu tetesan atas dan bawah; dijumpai fosil tulang belulang manusia purba dan benda-benda purbakala. Ulumbu. Sumber gas alam / panas bumi serta mata air panas. Sumber eneji alam untuk tenaga lisrik .Suatu terapi kesehatan untuk mengatasi penyakit kulit. Ine Mbele. Hutan pantai yang spesifik, Terdapat pohon-pohon besar yang tua, mata air, kawanan tabuan, kakaktua, kera, ular dan lain-lain

Page 68: Interim

68

KABUPATEN MANGGARAI BARAT

1. wisata alam Desa Wae Sano, Danau Sano Nggoang. Danau Berkadar Belerang, Desa Golo Ndaring. Cunca Rami Air Terjun, Watu Panggang Batu Bertanduk Kerbau, Desa Cunca Lolos. Cunca Lolos Air Terjun, Desa Cunca wulang, Cunca wulang Air Terjun, Desa Golo Manting. Dangka Pat Panorama, Desa Repi. Pantai Repi Pasir Putih dan Sarang Burung Walet, Desa Pong welak. Patung Manusia Batu Patung Batu Sepasang suami Istri, Desa Nangalili. Pantai Mberenang Pasir Putih dan Ombak, Benteng Tana Benteng Wongkol Wu'a Benteng Perang, Desa Ponto Ara. Compang Lale, Benteng Perang, Desa Suru Numbeng. Bukit Perisai, Benteng Perang, Desa Daleng, Poco Rutang. Desa Rego. Watu Timbang Raung

2. wisata budaya

Compang Naga / Liang Panas, Desa Tondong Belang Sano Nggoang, Situs Altar Compang Tureng, Desa Mbuit, Komodo, Benteng Ledang, Desa Sernumbeng, Lembor, Watu Tiri, Desa Sernumbeng, Lembor, Watu Kina, Desa Munting, Lembor, Situs Altar Compang Runa, Desa Pangga, Kuwus, Situs Altar Compang Suka, Kubur Tua Desa Nantal, Kuwus Situs Altar Compang Pacar, Benteng Nojar, Meriam Tua Desa Pacar, Macang Pacar, Benteng Ledek di Dangka , Benteng Nojar, Meriam Tua, Desa Compang, Macang Pacar, Lebah Pusaka, Batu Tungku, Watu Kurit Desa Nanga Kantor, Macang Pacar, Situs Altar, Empo Mehe/Insari, Kubur Tua di, Serempe, Belut Jinak Desa Nanga Kantor, Macang Pacar Watu Tentang/Kubur Tua, Situs Altar Compang, Uling Desa Tondong Raja, Sano Nggoang Liang Panas Desa Tondong Belang Komodo, Compang Cereng, Desa Tondong Raja, Sano Nggoang, Benteng Dewa, Desa Benteng Dewa, Kecamatan Lembor, Benteng Ndope Desa Loha, Macang Pacar, Kubur Tua/Nggerang Desa Ndoso, Kecamatan Kuwus, Watu Ranggu Desa Ranggu, Kecamatan Kuwus