intercondylar femur dextracomminutive type displacedeprints.ums.ac.id/45442/31/naskah jadi.pdf ·...

14
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION (ORIF) INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACED DI RSUD DR. MOEWARDI Disusun Untuk Melengkapi dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi Oleh: Rinna Ainul Maghfiroh J100130074 PROGRAM STUDI DIPLOMAIII FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: others

Post on 17-Jan-2020

18 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST

OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION (ORIF)

INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE

TYPE DISPLACED

DI RSUD DR. MOEWARDI

Disusun Untuk Melengkapi dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh:

Rinna Ainul Maghfiroh

J100130074

PROGRAM STUDI DIPLOMAIII FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

i

Page 3: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

ii

Page 4: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION
Page 5: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION (ORIF) INTERCONDYLAR

FEMUR DEXTRA COMMINUTIVE TYPE DISPLACED DI RSUD DR. MOEWARDI

ABSTRAK

LatarBelakang : Fraktur intercondylar femurcomminutive type displacedmerupakan hilangnya kontinuitas tulang intercondylarpada femur dengan kondisi garis patahan lebih dari satu, tulang masih tersambung dengan kondisi patahan bergeser. Tulang intercondylar femurmerupakan lekukandalam yang terletak di antarapermukaanbelakangepicondylus lateraldanepicondylus medialdarifemur. Salah satu penanganan medis fraktur ini adalah dengan operasi pemasangan internal fiksasi berupa plate and screw. Masalah yang timbul adalah nyeri tekan dan nyeri gerak pada lutut, spasme otot hamstringdan quadriceps, penurunan kekuatan otot sendi lutut, keterbatasan gerak sendi lutut dan penurunan kemampuan fungsional. Tujuan : Untuk mengetahui manfaat penggunaan Infrared Raysdan terapi latihan dalam mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan Lingkup Gerak Sendi dan meningkatkan kemampuan fungsional sendi lutut. Hasil :Setelah dilakukan terapi selama 6 kali terapi diperoleh hasil penilaian nyeri tekan T1 : 4,6 menjadi T6 : 2,4, nyeri gerak T1 : 6,8 menjadi T6 : 4, peningkatan lingkup gerak sendi lutut, gerak aktif T1 : S (15o-65o) menjadi T6 : S (5o-75o), namun belum adanya peningkatan kekuatan otot pada grup otot lutut T1 : 2, T6 : 2. Kesimpulan : Pemberian Infrared Raysdan terapi latihan dapat mengurangi nyeri pada lutut, meningkatkan lingkup gerak sendi lutut, meningkatkan kemampuan fungsional, namun belum ada peningkatan kekuatan otot sendi lutut. Kata Kunci : Intercondylar femur comminutive type displaced, internal fiksasi, infrared rays, terapi latihan.

ABSTRACT

Background: Fracture of the femoral intercondylarcomminutive type displaced is the loss continuity of intercondylar femur bone with the conditions of the fault line more than one but the bones still connected with shifting fault condition. Intercondylar femur bone is a deep indentation that is located between the rear surface epicondylus lateral and medial femur. One of medical treatment of this fracture is internal fixation fixing operation in the form of plate and screw. The problem that arises is tenderness and pain of motion of knee, hamstring and quadriceps muscle spasm, decreased muscle strength of knee joint, motion limitation of knee joint and a decrease in functional ability. Objective: To determine the benefits of using Infrared Rays and exercise therapy in reducing pain, improving muscle strength, increasing the range of joint motion and improve functional ability of knee joint.

1

Page 6: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

2

Results: After 6 times of treatment the therapeutic result for tenderness is T1: 4.6

to T6 : 2.4, painful motion T1 : 6.8 into T6: 4, increased range of motion of knee

joint, active movement T1 : S ( 15o-65

o) into T6 : S (5

o-75

o), but it does not have

an increasingly in muscle strength for knee muscle group T1 : 2, T6: 2.

Conclusion:The application of Infrared Rays and exercise therapy can reduce

pain of knee, increasing the range of motion of knee joint, improve functional

ability, but there is no improvement in muscle strength of knee joint.

Keywords: femoral intercondylar comminutive type displaced, internal fixation,

infrared rays, exercise therapy.

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Patah tulang atau dalam bahasa medis biasa disebut fraktur adalah

kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut

yang dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

Salah satu kejadian fraktur ekstremitas bawah adalah fraktur tulang

intercondylar femur. Fraktur tulang intercondylar femur ini adalah

hilangnya kontinuitas tulang intercondylar pada femur. Tulang

intercondylar femur merupakan lekukan dalam yang terletak di antara

permukaan belakang epicondylus lateral dan epicondylus medial dari femur

(Snell, 2007).

Penanganan medis yang diberikan untuk menangani fraktur

intercondylar femur ini dapat dilakukan metode konservatif atau non

operatif dan metode operatif. Metode konservatif atau non operatif adalah

penanganan fraktur berupa reduksi atau reposisi tertutup. Sedangkan metode

operatif adalah penanganan fraktur dengan reduksi terbuka yaitu membuka

daerah yang mengalami fraktur dan memasangkan fiksasi internal maupun

eksternal. Pada kasus fraktur intercondylar femur dalam karya tulis ilmiah

ini dilakukan penanganan secara operatif yaitu dengan pemasangan Open

Reduction and Internal Fixation (ORIF) berupa plate and screw.

Sedangkan masalah-masalah yang timbul pada kasus fraktur

intercondylar femur ini diantaranya adalah nyeri tekan dan nyeri gerak pada

lutut, spasme otot hamstring dan quadriceps, penurunan kekuatan otot pada

grup otot sendi lutut, keterbatasan gerak sendi lutut dan penurunan

Page 7: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

3

kemampuan fungsional berupa berjalan dan jongkok. Hal inilah yang harus

ditangani oleh tenaga kesehatan terutama fisioterapi.

Fisioterapi mempunyai beberapa macam modalitas yang bertujuan untuk

mengatasi permasalahan yang timbul karena post ORIF fraktur

intercondylar femur ini yaitu dengan menggunakan Infrared Rays (IR) dan

terapi latihan berupa static contraction, free active movement, resisted active

movement, hold relax, latihan berdiri dengan menekuk lutut serta latihan

cara berjalan dengan crutch.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka rumusan masalah

dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah : Apakah penggunaan Infrared Rays

(IR) dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri pada lutut kanan, dapat

meningkatkan kekuatan otot lutut kanan, dapat meningkatkan Lingkup

Gerak Sendi (LGS) lutut kanan, dan dapat meningkatkan kemampuan

fungsional pasien.

II. METODE

1. Infrared Rays (IR)

Sinar infrared adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan

panjang gelombang 7.700 A – 4 juta A. Efek fisiologis sinar infrared

terhadap kasus post ORIF Intercondylar Femur ini adalah meningkatkan

proses metabolisme, vasodilatasi pembuluh darah, pigmentasi, pengaruh

terhadap saraf sensorik, pengaruh terhadap jaringan otot, distruksi jaringan,

meningkatkan temperatur tubuh, mengaktifkan kelenjar keringat. Sedangkan

efek terapeutiknya adalah mengurangi nyeri, relaksasi otot, meningkatkan

sirkulasi darah, menghilangkan sisa-sisa metabolisme.

2. Static Contraction

Static contraction merupakan suatu terapi latihan dengan cara

mengontraksikan otot tanpa disertai perubahan panjang otot maupun

pergerakan sendi. Tujuan static contraction adalah memperlancar sirkulasi

Page 8: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

4

darah sehingga dapat membantu mengurangi nyeri serta menjaga kekuatan

otot agar tidak terjadi atrofi (Kisner, 2002).

3. Free Active Movement

Gerakan yang dilakukan oleh otot anggota gerak tubuh pasien itu sendiri.

Gerakan ini berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi darah sehingga apabila

ada oedem akan dapat mengurangi oedem dan nyeri pun berkurang. Gerakan

ini dapat menjaga lingkup gerak sendi dan memelihara kekuatan otot

(Kisner, 2002).

4. Resisted Active Movement

Resisted active movement merupakan gerakan yang dilakukan oleh

pasien sendiri, namun ada penahanan saat otot berkontraksi. Tahanan yang

diberikan bertahap mulai dari minimal sampai maksimal.Latihan ini dapat

meningkatkan kekuatan otot (Kisner, 2002).

5. Hold Relax

Suatu teknik dimana kontraksi isometrik mempengaruhi otot antagonis

yang mengalami pemendekan, yang akan diikuti dengan hilangnya atau

kurangnya ketegangan dari otot-otot tersebut. Latihan ini bertujuan dalam

meningkatkan lingkup gerak sendi dan menurunkan nyeri (Buck, 2008).

6. Latihan berdiri dengan menekuk lutut kanan

Latihan berjalan merupakan aspek terpenting pada pasien sehingga

mereka dapat kembali melakukan aktivitasnya seperti semula. Latihan ini

dilakukan secara bertahap. Dapat diberikan secara bertahap dari Non Weight

Bearing, Partial Weight Bearing, Full Weight Bearing. Tetapi sebelumnya

pasien harus dilatih ketahanan dalam berdiri dengan menekuk salah satu

lutut.Selama 3 minggu pasca operasi pasien diharuskan untuk berjalan

dengan tipe Non Weight Bearing (NWB) (Kisner, 2007).

7. Latihan berjalan dengan crutch

Pola gaya berjalan setelah fraktur dapat diklasifikasikan berdasarkan

jumlah titik kontak yang diambil saat melangkah (gaya berjalan dua titik,

tiga titik atau empat titik). Dalam kasus ini pasien diberikan latihan berjalan

pola two point gait. Pada gaya berjalan dua titik, crutch dan tungkai yang

Page 9: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

5

fraktur sebagai satu titik dan tungkai yang sehat sebagai titik lainnya. Crutch

dan tungkai yang fraktur dimajukan sebagai satu unit, dan tungkai sehat

penanggung beban dibawa ke depan crutch sebagai unit kedua (Thomas,

2011).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Seorang pasien perempuan dengan nama F.Y.A umur 20 tahun,

beralamat di Krembyongan RT / RW 001 / 005 Kadipiro, Banjarsari -

Surakarta, dengan diagnosa medis Post ORIF Intercondylar Femur Dextra

Comminutive Type Displaced didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Nyeri

TABEL 4.1

Evaluasi Skala Nyeri Tungkai Kanan

Menggunakan Visual Analogue Scale (VAS)

Nyeri T1 T3 T5 T6

Nyeri Diam 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm

Nyeri Tekan 4,6 cm 4,3 cm 3,2 cm 2,4 cm

Nyeri Gerak 6,8 cm 6,1 cm 5,2 cm 4,0 cm

b. Kekuatan Otot

TABEL 4.2

Evaluasi Kekuatan Otot Tungkai Kanan

Menggunakan Manual Muscle Testing (MMT)

Sendi Grup Otot T1 T3 T5 T6

Hip Fleksor 5 5 5 5

Ekstensor 5 5 5 5

Knee Fleksor 2 2 2 2

Ekstensor 2 2 2 2

Ankle Dorsi fleksor 5 5 5 5

Plantar fleksor 5 5 5 5

Page 10: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

6

c. LGS

TABEL 4.3

Evaluasi Lingkup Gerak Sendi Tungkai Kanan Menggunakan Goniometer

Sendi T1 T3 T5 T6

AK

TIF

Hip S : 10o-0

o-110

o S : 10

o-0

o-110

o S : 10

o-0

o-110

o S : 10

o-0

o-110

o

F : 30o-0

o-25

o F : 30

o-0

o-25

o F : 30

o-0

o-25

o F : 30

o-0

o-25

o

Knee S : 15o-65

o S : 10

o-70

o S : 10

o-70

o S : 5

o-75

o

Ankle S : 40o-0

o-20

o S : 40

o-0

o-20

o S : 40

o-0

o-20

o S : 40

o-0

o-20

o

F : 10o-0

o-30

o F : 10

o-0

o-30

o F : 10

o-0

o-30

o F : 10

o-0

o-30

o

PA

SIF

Hip S : 10o-0

o-110

o S : 10

o-0

o-110

o S : 10

o-0

o-110

o S : 10

o-0

o-110

o

F : 30o-0

o-25

o F : 30

o-0

o-25

o F : 30

o-0

o-25

o F : 30

o-0

o-25

o

Knee S : 15o-70

o S : 10

o-70

o S : 10

o-70

o S : 5

o-80

o

Ankle S : 40o-0

o-20

o S : 40

o-0

o-20

o S : 40

o-0

o-20

o S : 40

o-0

o-20

o

F : 10o-0

o-30

o F : 10

o-0

o-30

o F : 10

o-0

o-30

o F : 10

o-0

o-30

o

d. Kemampuan Fungsional

TABEL 4.4

Evaluasi Kemampuan Fungsional Menggunakan Indeks Barthel

No Aktivitas Nilai

Normal T1 T3 T5 T6

1 Kebersihan diri 5 5 5 5 5

2 Mandi 5 3 3 4 5

3 Makan 10 10 10 10 10

4 Aktivitas toilet

(BAK&BAB) 10 6 7 8 10

5 Naik turun tangga 10 4 5 5 6

6 Berpakaian 10 5 6 6 7

7 Control BAB 10 10 10 10 10

8 Control BAK 10 10 10 10 10

9 Ambulasi Kursi

Roda 15 10 12 12 15

10 Transfer Kursi

Roda 15 8 10 10 13

JUMLAH SKOR 100 71 78 80 91

Page 11: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

7

2. Pembahasan

a. Nyeri

GRAFIK 4.1

Evaluasi Skala Nyeri Menggunakan Visual Analogue Scale (VAS)

b. Kekuatan Otot

GRAFIK 4.2

Evaluasi Kekuatan Otot Menggunakan Manual Muscle Testing (MMT)

c. LGS

GRAFIK 4.3

Evaluasi Lingkup Gerak Sendi (LGS) Sendi Lutut Kanan Aktif

Menggunakan Goniometer

0

2

4

6

8

T1 T3 T5 T6

Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak

0

1

2

3

4

5

6

Hip Fleksor-Ekstensor Knee Fleksor-Ekstensor Ankle Dorsi-PlantarFleksor

T1 T3 T5 T6

0

20

40

60

80

T1 T3 T5 T6Fleksi Knee Ekstensi Knee

Page 12: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

8

GRAFIK 4.4

Evaluasi Lingkup Gerak Sendi (LGS) Sendi Lutut Kanan Pasif

Menggunakan Goniometer

d. Kemampuan Fungsional

GRAFIK 4.5

Evaluasi Kemampuan Fungsional Dengan Menggunakan Indeks Barthel

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Pasien dengan diagnosa post ORIF Fraktur Intercondylar Femur Dextra

Comminutive Type Displaced setelah diberikan terapi dengan modalitas

fisioterapi Infrared Rays (IR) dan terapi latihan (exercise) berupa static

contraction, free active movement, resisted active movement, hold relax

serta latihan berdiri dan berjalan selama 6 kali terapi, disimpulkan hasil

sebagai berikut :

a. Terjadi pengurangan intensitas nyeri tekan dan nyeri gerak pada

lutut sebelah kanan.

0

20

40

60

80

100

T1 T3 T5 T6

Fleksi Knee Ekstensi Knee

0

20

40

60

80

100

T1 T3 T5 T6

Page 13: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

9

b. Belum terjadi peningkatan kekuatan otot pada grup otot sendi lutut

kanan.

c. Terjadi peningkatan Lingkup Gerak Sendi (LGS) pada sendi lutut

kanan.

d. Terjadi peningkatan kemampuan fungsional sendi lutut kanan.

2. Saran

Dari kesimpulan yang diuraikan di atas maka saran yang dapat

diberikan antara lain sebagai berikut :

a. Seorang fisioterapis diharapkan mampu untuk melakukan

assessment secara tepat dan professional dalam menegakkan

diagnosa pada kondisi ini.

b. Berbagai modalitas dan metode fisioterapi yang dapat digunakan

pada kondisi post ORIF Intercondylar Femur, untuk mendapatkan

hasil yang efektif dan efisien, maka harus dipilih intervensi yang

benar-benar tepat. Serta edukasi pada pasien maupun pada

keluarga pasien itu sangat penting, karena dengan terjalinnya

kerjasama yang baik antar fisioterapis dengan pasien maupun

keluarga pasien. Sehingga hasil akhir dari intervensi yang

diberikan pada suatu kondisi menjadi optimal

c. Penulis berharap agar pasien dapat melanjutkan terapinya sampai

benar-benar mendapatkan perubahan yang nyata pada kondisinya.

Agar kondisi pasien dapat kembali normal dan dapat melakukan

aktivitasnya seperti semula.

V. DAFTAR PUSTAKA

Appley, A.G & Solomon. 2010. Orthopedidan Fraktur Sistem Appley. Jakarta:

Widya Medika.

Brunner, Suddart. 2003. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Buck, Math, et al. 2008. PNF in Practice; 3rd

ed. Springer Medezin Verlag

Heidelberg.

Chandra, N. 2011.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.

Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Depkes RI.

Dorland. 2005. Kamus Saku Kedokteran Dorland; Edisi 25. Jakarta: EGC.

Page 14: INTERCONDYLAR FEMUR DEXTRACOMMINUTIVE TYPE DISPLACEDeprints.ums.ac.id/45442/31/Naskah Jadi.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

10

Helmi, N.Z. 2012. Buku Ajar :Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba

Medika.

Hoppenfeld, S., & Murthy, V.L. 2011. Terapi dan Rehabilitasi Fraktur. New

York : Lippincott Williams & Wilkins.

Kisner, et al., 2002. Therapeutic Exercise Foundations and Techniques; 3rd

ed.

Philadelphia: F.A. Davis Company.

Kisner, C. dan Colby, L.A. 2007. Therapeutic Exercise Foundations and

Technique, 3rd

ed.Philadelphia: F.A. Davis Company.

Martini, H, Frederic. 2004. Fundamentals of Anatomy & Physiology; 6th

ed.

Hawaii: Benjamin Cummings.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.

Nayagam, Selvadurai. 2010. Apley’s System of Orthopedic and Fracture; 9th

ed. London: Hodder Arnold.

Paulsen F, J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi

Umum dan Muskuloskeletal. Edisi 23. Jakarta: EGC.

Pearce,C, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta :

Gramedia.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit; 6th

ed.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Reeves, CJ, Roux G and Lockhart R. 2001. Keperawatan Medikal Bedah.

Buku 1 (Penerjemah Joko Setyono). Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner

dan Suddarth; 8th

ed. Alih bahasa oleh Agung. Jakarta : EGC.

Snell, Richard. 2007. Neuroanatomi Klinik. Edisi kedua. Jakarta: EGC.

Sujatno,et al. 2000. Aktino Terapi. Surakarta : Akademi Fisioterapi Surakarta.

Thomas, A, Mark, et al. 2011. Terapi & Rehabilitasi Fraktur. Jakarta : EGC.

Trisnowiyanto, Bambang. 2012. Instrument Pemeriksaan Fisioterapi dan

Kesehatan. Yogyakarta: Nuhamedika.