integrasi perencanaan produksi aggregat dan perencanaan

Upload: muhammad-choirul-anam

Post on 05-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan

    1/11

    PenIntegrasi Perencanaan Produksi Aggregat dan Perencanaan Kebutuhan Mesin pada Proses Produksi Ubin Keramik (Gan Shu San et al.)JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 63 – 6

     Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen  Petra

    http://puslit.petra.ac.id/journals/echanical/ 

    63 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen  Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/echanical/ 

    63

    I!te"r#$% &ere!'#!##! &ro()k$% A""re"#t *#! &ere!'#!##!Keb)t)+#! Me$%! (# &ro$e$ &ro()k$% Ub%! Ker#,%k

    -#! S+) S#!Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin – Universitas Kristen Petra

    M%r#+ S. M#$b)(% Alumnus Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri – Universitas Kristen Petra

    Ab$tr#k

    Perencanaan produksi aggregat dan perencanaan kebutuhan mesin biasanya dilakukan secara

    terpisah meskipun sebenarnya ada keterkaitan yang erat yang dapat dijumpai pada lingkungan

    produksi umumnya. Model integrasi menggabungkan efek pengambilan keputusan tingkat

    produksi dan tenaga kerja sekaligus pembelian peralatan produksi pada biaya produksi.

    Penelitian oleh Behnezhad dan Khoshnevis 8.2) menunjukkan bahwa mathematical

     programming modelberdasarkan integrasi tersebut memberikan penghematan biaya dibandingkan

    dengan penerapan perencanaan produksi agregat dan perencanaan kebutuhan mesin secaraterpisah.

    Pada makalah ini ingin diketahui keuntungan yang dapat dihasilkan oleh model integrasipada proses produksi ubin keramik. Model integrasi disusun berdasarkan data yang diperolehdari sebuah pabrik keramik dan penyelesaian model diperoleh dengan menggunakan softwareQuant-System. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perencanaan secara integrasi memberikan

    penghematan sebesar Rp.179.453.030,- terhadap perencanaan produksi agregat dan sebesar

    Rp.470.062.980,- terhadap perencanaan kebutuhan mesin.

    Kata kunci: model Integrasi, perencanaan produksi agregat, perencanaan kebutuhan mesin.

     Abstract 

    Usually aggregate production planning and machine requirement planning are conducted separately although there is a close relationship between the two in most production environment. Integration model includes both production and workforce planning decision along with production equipment procurement towards production cost. Research by Behnezhad and Khoshnevis8.2 )has shown that mathematical programming model based on this integration could result in cost

     saving when compared to the use of aggregate production planning and machine requirement planning separately.

    The advantage of using integration model in tiles production is going to be analyzed in this paper. The integration model is built based on data that is obtained from a tile company and the solution of the model is obtained by using the Quant-system software. The result showed thatintegration model yield cost saving of Rp.179.453.030,- towards the aggregate production planningand Rp.470.062.980,- towards the machine requirement planning.

    Keywords: integration model, aggregate production planning, machine requirement planning.

    *#t#r Not#$%

     Variabel Keputusan :

    Lt- Pengurangan jumlah tenaga kerja dari periodet-1 ke t

    M t Jumlah mesin yang dioperasikan pada peri-

    Pt Tingkat produksi pada periode t ode t

    ItLrt

    Tingkat persediaan pada periode tJumlah waktu regular yang digunakan pada

    M to Jumlah mesin yang dioperasikan selamaovertimepada periode t

    periode t W t Tingkat tenaga kerja pada periode tLot Jumlah overtimeyang digunakan pada peri- M t Jumlah mesin yang dioperasikan pada peri-

    ode t ode t

    Lrt Jumlahundertimepada periode t M to Jumlah mesin yang dioperasikan selama

    Lt+ Kenaikan jumlah tenaga kerja dari periode t-1 overtimepada periode tke t

    /#t#t#! : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1

    Februari 22! Diskusi "ang la"ak muat akan diterbitkan #ada

    Jurnal Teknik Mesin $olume % &omor 1 A#ril 22!

    Parameter :N Jumlah periode perencanaan

    Dt Permintaan pada periode t

    Ct Biaya produksi selain biaya tenaga kerja

    http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/

  • 8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan

    2/11

    Crht Biaya satu jam kerja pada waktu regular padaperiode t

    Coht Biaya satu jam kerjaovertimepada periode t

    CphtBiaya penambahan pekerja pada periode t

    CmhtBiaya pengurangan jam pekerja pada periode t

    m Jumlah jam yang dibutuhkan untuk mem-

    produksi satu unit produk

    ht Jumlah regular time dalam tiap periodeproduksi (jam/periode)

    Karena itu dilakukan penelitian untukmelihat

    unjuk kerja model integrasi pada proses

    produksi ubin keramikini.

    2. &ro$e$ &ro()k$%

    Proses produksi ubin keramik lantai

  • 8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan

    3/11

    ho Jumlah maksimum over timedalam tiapperiode produksi (jam/periode)

    merupakan proses single firing (pembakaransatu kali). Proses pembuatan ubin keramik

    melalui enam tahapan pokok, yaitu:CptCdt

    Biaya pengadaan mesin pada awal periode tNilai sisa dari mesin pada aw al periode t

    Crt Biaya operasi dan perawatan sebuah mesinselamaregular timepada periode t

    a) Proses Pembuatan PowderKeramik

    Bahan baku body dimasukkan ke dalamCot Biaya operasi dan perawatan sebuah mesin

    selamaover timepada periode t

    Ci Biaya penyimpanan per unit per periode

    Cs Biaya shortage per unit per periodeCrw Biaya gajiregular timeper tenaga kerja per

    periode

    Cow Biaya gajiover timeper tenaga kerja perperiode

    Ch Biaya perekrutan seorang tenaga kerja

    Cf Biaya pemecatan seorang tenaga kerja

    i Tingkat suku bunga tiap periode (minimal

    MARR)K Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk

    memproduksi sebuah produk (periode/ unit)

    R Outputmesin berupa produk yang baik per

    perioderegular time(unit/ periode)

    1. &e!(#+)l)#!

    Perencanaan kebutuhan mesin dan peren-

    canaan produksi agregat memegang peranan

    yang penting dalam perencanaan kapasitasdan

    operasional suatu proses produksi. Obyektif

    dari perencanaan produksi agregat adalah

    menentukan tingkat produksi dan tingkat

    tenaga kerja agar biaya operasional dapat

    diminimalkan. Di lain pihak, perencanaan

    kebutuhan mesin menentukan jumlah optimal

    dari mesin agar dapat memenuhipermintaan

    yang berfluktuasi dengan biaya minimum.Pada

    kenyataannya, terdapat hubungan yang erat

    antara keduanya dalam kebanyakan operasi

    manufaktur. Hal ini dilihat dari adanyaketer-

    gantungan antara mesin dan tenaga kerja.

    Secara umum, tiap unit produk memerlukan

    sejumlah tertentu kerja manual sejalandengan

    sejumlah tertentu operasipermesinan.Dengan melakukan perencanaan mesindan

    tenaga kerja secara terpisah dapat terjadi

    ketidak-efisienan implementasi karenakurang-

    nya keseimbangan antara mesin danoperator.

    Pada proses produksi ubin keramik di

    perusahaan ini, terlihat kondisi bahwa proses

    produksi hampir seluruhnya dilakukan oleh

    mesin namun juga dikendalikan olehoperator.

    mesin penghancur dengan menggunakan

    mechanical shovel. Bahan baku yang sudah

    dihancurkan dimasukkan ke dalam mesincontinuous ball-milldengan menggunakan belt-

    conveyor.Bahan pendukung yang lain juga

    dimasukkan ke dalam ball-milldan digiling

    selama 8-10 jam agar diperoleh slurry yang

    halus dan homogen. Kemudian  slurry

    dimasukkan dalam sumur slurry dimana

    terdapat pengaduk yang selalu berputaragar

    campuran bahan dasar dengan air yang

    dinamakan slip tidak padat dan tidak kering.

    Slip kemudian dipompakan ke dalam  spray

    dryer dengan menggunakan pompa piston,

    untuk kemudian dikabutkan denganmengguna-

    kan nozel. Udara panas dengan suhu 600C

    yang dihembuskan dari bagian atas spraydryer

    akan menguapkan air dan mengakibatkan slip

    yang dikabutkan berubah menjadi  powder.

    Selanjutnya powderdisimpan melaluiconveyor

    ke dalam silo-silo selama 8 jam dengantujuan

    untuk menstabilkan kadarair.

    b) Proses Pembuatan Keramik Mentah

    (GreenTiles)

     Powder yang terdapat dalam silo siap

    digunakan dan dibawa ke mesin presdengan

    menggunakan tangki pres. Powder ditekan

    dengan mesin pres hidrolis dengan tekanan

    sebesar 220 bar, dan tonase 800 ton. Mesinpres

    hidrolis berfungsi untuk menempatkan  powder

    menjadi ubin mentah yang disebut green tiledi

    dalam suatu cetakan dengan ukurantertentu.

    Di dalam mesin pres, sekali pengepresan akan

    menghasilkan 3 buah green tiles, dengan  flow

    rateyang diatur secara otomatis yaitu 8 kali

    pengepresan per menit.Green tile tersebut

    diharapkan memilikibending strength sebesar

    300 kg per cm2. kemudian green tiletersebut

    diangkut ke dalam mesin pengering( Horizontal

     Dryer) dengna menggunakan Roller  Feeding

     Line. Dalam mesin pengering, kadar air

    diturunkan menjadi kurang dari 0,8% dengan

    tujuan untuk meningkatkan kekuatan tekan

    dari green tilesehingga lebih tahan terhadap

  • 8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan

    4/11

    benturan-benturan yang akan terjadi serta

    mempersiapkan green tileagar dapatmenerima

    lapisan glazur denganbaik.

    c) Proses Glazur (Glazingline)

    Ubin keramik yang biasa dipakai untukmembuat lantai suatu bangunan padaumum-

    nya mempunyai bagian yang memilikiwarna,

    motif dan tekstur yang beraneka ragam.Bagian

    ini disebut glazur keramik, yang terdiri dari:

    Lapisan engobe, merupakan lapisan dasar

    glazur keramik dan sebagaiperekat

    Glaze, memberi warna dasar padapermuka-

    an ubinkeramik.

     Printing, memberi corak atau motifper-mukaan.

    d) ProsesPembakaran

    Ubin yang telah melalui proses  printing

    kemudian dibakar dalam kiln dengan tujuan

    supaya terbentuk ikatan yang kuat antarabody

    dan glazedengan kualitas yang baik. Ubinyang

    keluar dari proses ini memiliki perubahan

    karakteristik dibandingkan sebelumnya yaitu

    tegangan lentur lebih tinggi, kepadatan lebih

    tinggi, kandungan kelembaban lebih rendah.

    Sepanjangroller kilnterdapat 3 bagianyaitu:

     Preheating, temperatur antara 580 Chingga

    930C

     Firing, temperatur antara 1000 C dan

    1200C

    Cooling, temperatur antara 580 C dan 700C

    Ubin mengalami penyusutan sebesar2-3%

    pada prosesini.

    e) Proses Sortir danPengepakan

    Dari roller kiln ubin menuju ke meja

    operator yang memberi tanda kualitas

    berdasarkan kondisi permukaan ubin, yang

    disebutvisual sort, yaitu:

    Tanda A: tidak cacat body, glasirmaupun

     printing.

    Tanda B : hanya cacat printing(kabur)

    Tanda C : cacatbodydan cacat printing.

    Proses selanjutnya adalah calibre  sort,

    dimana mesin sensor memisahkan ubin-ubin

    berdasarkan kualitas dan ketelitian ukuran

    dimensinya. Ubin kemudian dikemas dalam dos

    oleh mesin packaging dan disimpan dalam

    gudang.

    3. *#t# A0#l

    3.1 Data Permintaan MasaLalu

    Data permintaan aktual selama 3 tahun

    yaitu dari April 1998 sampai dengan Maret

    2001 dapat dilihat pada Gambar1.

  • 8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan

    5/11

    Gambar 1. Data Permintaan April 1998 hingga Maret 2001

    3.2 Test FaktorTrend

    Dilakukan uji t statistik dengan tarafsigni-

    fikansi5%.

    Hipotesa : H0: = 0 (tidak adatrend)

    H1: = 1 (menunjukkan adanyatrend)

    Tolak H0 jika t hit > t tabel (t /2, df =n-2).

    Diperoleh t hit = r [(n-2)/(1-r 2)] = 4,162 >

    2.0323. Tolak H0, berarti ada faktor trend,

    dapat dilihat pada Gambar2.

    Gambar 2. Faktor Trend

    3.3Peramalan

    Metode peramalan yang cocok untukkondisi

    berfaktor trend adalah double  exponential

     smoothing, winter multiplicative dan multi-

     plicativedecomposition.

    Dari ketiga metode tersebut, dipilihmetode

    peramalan dengan MAD terkecil dan hasil

    peramalan dapat dilihat pada Gambar3.

  • 8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan

    6/11

    Tabel 3. Kapasitas Produksi

    Gambar 3. Peramalan dengan Metode Multiplicative

    Decomposition

    3.4 DataMesin

    Tabel 1. Data Mesin

    3.7 DataPekerja

    Total pekerja 108 orang yang terbagidalam

    3 shift. Data pekerja pada masing-masing

    bagian adalah sebagai berikut:

    Tabel 4. Data Pekerja

    Bagian !mlah peker"a  

    Ball Mill 7

    Spray Dryer 1Press 4

    Horizontal Dryer 4Glazing Line : 12

    Kiln 2

    Sorting Line 6

    3.5 WaktuBaku

    Penggunaan mesin secara otomatis meng-

    akibatkan semua waktu proses di set-up

    melalui sistem komputerisasi dengan data

    seperti pada tabel dibawahini.

    Tabel 2. Waktu Baku

    Pro#e# $akt! %ormal&detik'keping(

    Allo)an*e&+(

    $akt! Bak!&detik'keping

    ,el!aranbak!

    &keping'detik(Ball Mill 3,36 2,4! 3,43 !,2"!

    Spray Dryer !,4"1 1,42" !,4"# 2,!!#Press 1, 32,#11 2,233 !,44#Horizontal Dryer 2,3#1 26,44 3,237 !,3!"Glazing Line :

    $ngo%e   3 7,661 3,24" !,36"

    Glasir   3 ,!! 3,17 !,31

    Printing   3 2,464 3,!76 !,32

    Kiln 1,71 23,1" 2,!44 !,4#"Sorting Line

    &is'al sort   2 !,16# 2,!!3 !,4""

    (ali%re sort   2 4,7!4 2,!"" !,476

    Pa)*aging   1 !,!3! 1 1

    3.6 KapasitasProduksi

    Perhitungan waktu baku digunakan untuk

    menentukan kapasitas produksi tiap mesin

    seperti ditunjukkan pada tabel di bawahini:

    Kebijaksanaan perusahaan dalam haltenaga

    kerja adalah:

    Hari kerja sebulan 26 hari dengan 8 jamkerja perhari

    Jam lembur maksimal 8 jam perminggu,

    dilaksanakan pada hariminggu

    Sistem pengupahan:

    o Upah pokok : Rp. 20.500,- per hario 

    Upah lembur : Rp. 6.161,85 per jam

    Pemutusan hubungan kerja dan perekrutan:

    o Pesangon PHK : 6 bulan gaji=

    Rp.3.198.000,-

    o Biaya rekrut : 2 stel seragam=

    Rp.35.000,-

    . Mo(el I!te"r#$%

    Perencaan produksi dilakukan untuk 24

    bulan yang terbagi dalam 8 periode peren-

    canaan.

    4.1 Perencanaan Produksi Agregat

    Pada perencanaan ini ditentukan tingkat

    produksi dan tingkat tenaga kerja yangmeminimalkan biaya produksi untukmemenuhi

    permintaan pada tiap periode perencana.Model

    ini mengasumsikan bahwa jam kerja overtime

    Pro#e# ,apa#ita# me#in&keping ' hari(

    ,apa#ita# me#in&do# ' hari(

    Ball Mill 2!6 2277

    Spray Dryer 1734"1 1771

    Press 3#7!7 31#

    Horizontal Dryer 266"7 2427

    Glazing Line :$ngo%e   27216 2474

    Glasir 27216 2474

    Printing   27216 2474

    Kiln 4224" 3#4!Sorting Line

    &is'al sort 41126 373#

    (ali%re sort   41126 373#

    Pa)*aging   #64!! 7#4

    eni# Me#in !mlah -arga &.p(

    /m!r&Th(

    Depre#ia#i

    &+ ' th(

    Biaa pera#ional&p' periode(

    Biaa Maintenan*e&p' periode(

    Ball Mill 7 2!! +'ta 1! 6 2776!"4,2" 3!!!!!!,-

    Spray Dryer   1 1!! +'ta 2! 4 2134!#!!, - 3!!!!!!,-

    Press 4 7!! +'ta 2! 4 6!7264!, - 3!!!!!,-

    HorizontalDryer

    4 3!! +'ta 2! 4 11624!32,- 1!!!!!,-

    Glazing Line :

    $ngo%e   6 2!! +'ta 1 2134!#! ,- 2!!!!!!,-

    Glasir   6 2!! +'ta 1 426#16! ,- 2!!!!!!,-

    Printing   6 1!! +'ta 1 1217",2! 1!!!!!,-

    Kiln 2 1 .ilia r 2! 4 2262124#,- 4!!!!! !,-

    Sorting Line

    &is'al sort   2 4! +'ta 1 17!7264 ,- 1!!!!!!,-

    (ali%resort

    2 2!! +'ta 2! 4 17!7264 ,- 2!!!!!!,-

    Pa)*aging   2 ! +'ta 1 17!7264 ,- 1!!!!!,-

  • 8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan

    7/11

    tidak digunakan secara penuh, dimana mesin

    menyesuaikan dengan jam kerja tenaga

    manual.

    Pengelompokan produk pada perencanaan

    agregat dilakukan berdasarkan body ubin

    keramik, yaitu bodypolos kilap dan bodyber-

    gelombang, dimana:

    bodypolos kilap : SYG, SYC, SYR,Malibu

    bodybergelombang : ROB, ROGreen, ROT,

    Ob, O’c,Safari

    Pengelompokan dilakukan karenakesamaan

    dalam proses produksi maupun bahan baku

    yangdigunakan.

    Model Perencanaan Agregat:

     Variabel keputusan : P , I, S , L r , Lo, Lu,L+ ,

    L-

    Minimasi: N

    Model ini menggunakan notasi:

    (a)+= max {a,0} dan (a)-= max{-

    a,0}

    yang menyebabkan model menjadinon-linier.

    Model Kebutuhan mesin diatas dapatdilinier-

    kan dengan transformasi:

     Xt= ( Mt – Mt-1 )+ dan X’t= ( Mt – Mt-1

     )-

    Pada kendaladitambahkan

     Mt – Mt-1= Xt- X’t

     It= It+ -

     It-

    4.3 ModelIntegrasi

    Pada model perencanaan agregat dan

    perencanaan kebutuhan mesin, tidak diper-

    hitungkan adanya ketergantungan antara

    tingkat tenaga kerja dan mesin. Pada model

    perencanaan agregat biasanya diasumsikanTC {[ C P

    t 1

    Crh Lr Coh Lo CiI Cph L kapasitas mesin cukup besar untukmemenuhi

    tingkat perencanaan produksi untuk pekerja.Cmh

    Kendala:

    L _ ](1 i)1 t }Sedangkan model perencanaan mesin meng-

    asumsikan bahwa tenaga kerja yang tersedia

    selalu dapat memenuhi kebutuhan jumlah P 

     !r t 

     !ot 

     I t 1

     I t 

     !r t 1

     !ut 

     "t

    ; t 

     !t

     !t

    ; t 

    P !r t

    ; t 

    tenaga kerja manual untuk memproduksisuatu

    produk.Model integrasi menggabungkan kedua

    model tersebut sehingga diperhitungkansemua P 

    t, I 

    t,  !r 

    t, !o

    t, !u

    t, !

    t,

     !t 

    0 ; t  biaya baik yang terkait dengan mesinmaupun

     P t, I 

    t, !

    t,

     !t 

    integer ; t  tenaga kerja sebagai berikut:

    t 1,2,3,,!  Variabel keputusan :P , I, W , M , Mo 

    Minimasi: N

    4.2 Perencanaan KebutuhanMesin TC {[C P Cp (" " ) C# (" " )

    Model ini digunakan untuk menentukan

    t t t t t 1t 1

    t t t 1

     jumlah mesin atau peralatan kerja sesuai   Cr   ( 

    P t h0

    o

    ) Co " 

    o

    Cr$ % Co$ &'"

    o

    dengan jumlah permintaan pada tiapperiode ' h t

    perencanaan. Pada model ini diasumsikan Ch (%t %t 1) C (" t   " t 1 ) Ci t Itovertimedapat digunakan secara penuh, jadi

    tenaga kerja menyesuaikan dengan jam kerja

    mesin.

    C It ](1 i)1 t }   C# 

     N"

     N(1 i)  N

    Model Perencanaan Kebutuhan Mesin:

     Variabel keputusan :P , I, M , Mo 

    Kendala:

     I  t

     I t 1

     P t

     "t

    ; t 

    Minimasi  P t M 

    h0 M

    o; t  N

    TC {[CtP

    t

    t 1

    Cpt("

    t

    "t 1

    ) C#t("

    t

    "t 1 

    )  # ht 

    h KP $ 

      0 K#M

    o; t 

    Cr ( Pt h 0 "o ) Co "o Ci I C I ](1 i)1 t } t t h t t

    C# "

    t

    t

    (1 i) N

    t t t t t t 

    o

    t t 

     N N

     K#Mo

    $ ; t 

    Kendala:$ ,  M ,  M

    o,  P 0 ; t t t t t 

    It

    It 1

    Pt

    *t

    ; t $ t,  M

    t,  P 

    t

    t

    t tt t t t t

    tt

    t t

     M 

    t t t t

    t t 

    ;   t h M 

    t t 

  • 8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan

    8/11

    integer 

    Pt" h0 " 

    o; t

    Model ini juga menggunakan notasi (a)+dan

    't

    ht

    " t "t ; t

    o

    (a)- yang nantinya akan dilinierkan dengan

    transformasi yang sama seperti pada peren-

    canaan kebutuhanmesin." t , " t , Pt 0 ; t

    " t, 

    Pt

    integer 

    t

    o

  • 8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan

    9/11

    . #$%l &er+%t)!"#! *#! A!#l%$#

    Pada saat model perencanaan agregatyang

    digunakan, akan didapatkan perencanaan

    tingkat tenaga kerja yang paling optimal,

    sedangkan jumlah mesin danpenggunaannya

    akan menyesuaikan dari hasil ini. Dengancarasama, saat model kebutuhan mesin yang

    digunakan maka tingkat tenaga kerjamenye-

    suaikan berdasarkan jumlah optimal dan

    penggunaan optimal dari mesin. Hasildari

    Perencanaan Agregat dan Perencanaan Kebu-

    tuhan Mesin dapat dilihat pada tabel 5 dan6

    sedangkan hasil dari model integrasidapat

    dilihat pada tabel7.Pada model perencanaan agregat terlihat

    bahwa penggunaan tingkat tenaga kerjaadalah

    lebih tinggi daripada pada kedua model

    perencanaan lainnya, namun tidak adapenu-

    gasanover time. Rendahnya biayaperekrutan

    dan pemecatan dibandingkan dengan biaya

    operasional keseluruhan proses produksi

    menyebabkan begitu mudahnya terjadipengu-

    rangan dan penambahan tenaga kerja.Misal-

    nya untuk model perencanaan agregat,pada

    periode 1 terjadi pemecatan 25 tenaga kerja

    tetapi pada periode 4, 6 dan 7 dimanademand

    relatif tinggi maka terjadi penambahan

    karyawan. Pada model integrasi juga terjadi

    pemecatan 51 orang tenaga kerja pada periode1

    dan dengan peningkatan penggunaan mesin

    padaover timemaka periode selanjutnya tidak

    memerlukan penambahan tenagakerja.

    Pada kenyataannya, menurut pengamatan

    yang dilakukan peneliti pada perusahaanubin

    keramik ini, memang terjadi kurangnyaefektifitas kerja dari tenaga kerja yang adasaat

    ini karena banyak tenaga kerja yangterlihat

    Tabel 5. Perencanaan Produksi Agregat

    Workforce Ma*hine

    t Demand Hired Fired OnHand 

    Regular time

    Over time

    Procured Salvage On Hand Regular  time

    Over time

    Production Inventory  

    1 6###62 ! 2 #3 #3 ! 4 6 3! 2",1" ! 6###62 !

    2 62#43! ! ! #3 #3 ! ! ! 3! 2",1" ! 62#43! !

    3 661#"! ! ! #3 #3 ! ! ! 3! 2",1" ! 661#"! !

    4 666#3# 1 ! #4 #4 ! ! ! 3! 2",1! ! 666#3# !

    646#! ! ! #4 #4 ! ! ! 3! 2",1! ! 646#! !6 67"#"4 2 ! #6 #6 ! 1 ! 31 3!,213 ! 67"#"4 !

    7 6#4#14 1 ! #7 #7 ! ! ! 31 3!,64 ! 6#4#14 !

    # 662"2" ! ! #7 #7 ! ! ! 31 3!,64 ! 662"2" !

    Tabel 6. Perencanaan Kebutuhan Mesin

    Workforce Machine Production Inventory  

    t Demand Hired Fired On

    Hand 

    Regular 

    time

    Over 

    time

    Procured Salvage On

     Hand 

    Regular 

    time

    Over 

    time

    1 6###62 ! 4 63 62,#" 62,#" 1 6 21 21 21 6###62 !

    2 62#43! ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 62#43! !

    3 661#"! ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 661#"! !

    4 666#3# ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 666#3# ! 646#! ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 646#! !

    6 67"#"4 ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 67"#"4 !

    7 6#4#14 ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 6#4#14 !

    # 662"2" ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 662"2" !

    Tabel 7. Perencanaan Dengan Model Integrasi

    Workforce MachineProduction Inventory 

    t Demand Hired Fired On

    Hand 

    Regular 

    time

    Over 

    time

    Procured Salvage On Hand Regular 

    time

    Over 

    time

    1 6###62 1 1 # # ! 1 6 21 21 ! 6###62 !

    2 62#43! ! ! # # ! ! ! 21 21 ! 62#43! !

    3 661#"! ! ! # # ! ! ! 21 21 ! 661#"! !4 666#3# ! ! # # ! ! ! 21 21 ! 666#3# !

    646#! ! ! # # ! ! ! 21 21 ! 646#! !

    6 67"#"4 ! ! # # 3,17# ! ! 21 21 1,3!" 67"#"4 !

    7 6#4#14 ! ! # # ,34# ! ! 21 21 1,##3 6#4#14 !

    # ! # ! ! 21 662"2"

  • 8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan

    10/11

    menganggur. Mesin yang beroperasi secara

    penuh dan terus menerus adalah mesin kiln.

    Karena itu dengan penambahan mesin kiln

    maka biaya produksi akan dapat lebihditekan.

    Sedangkan pada perencanaan kebutuhan

    mesin, jumlah mesin yang dioperasikan pada

    regular timesama dengan pada modelintegrasi.

    Tetapi pada perencanaan kebutuhan mesin

    semua mesin tersebut dioperasikan secara

    penuh pada over time, sedangkan pada model

    integrasi hanya mesinball-millyangdioperasi-

    kan secaraover timenamun tidaksepenuhnya,

    pada periode ke 6 dan 7. Selain itu tingkat

    tenaga kerja yang digunakan pada model

    perencanaan kebutuhan mesin lebih tinggi

    daripada pada modelintegrasi.

    Ketiga model perencanaan di atas meng-hasilkan keputusan bahwa pada tiap periode

    produksi tidak ada inventory. Faktor yang

    mempengaruhi unjuk kerja model integrasi

    terhadap kedua model lainnya adalah rasio

    kontribusi operator dan mesin terhadap proses

    produksi. Rasio ini dapat ditentukan dengan

    T/Tw dimana T adalah machining timeyang

    diperlukan untuk mem produksi satu unit

    produk (jam/unit) dan Tw adalah muatankerja

    manual dari satu unit produk (jam/unit).Rasioini dapat pula ditentukan dengan KR dimanaK

    adalah kebutuhan tenaga kerja per unitproduk

    (periode-pekerja/unit) dan R adalah output

    mesin berupa produk yang baik dari tiapmesin

    (unit/periode). Semakin besar rasio iniberarti

    ketergantungan terhadap tenaga kerja akan

    semakin besar sehingga model perencanaan

    agregat akan lebih cocok. Begitu pula bilarasio

    ini semakin kecil, yang berarti peran mesin

    lebih dominan daripada peran tenagamanual,maka unjuk kerja model perencanaan

    kebutuhan mesin akan semakin meningkat.

     Analisa inimen dukung hasil penelitian diatas

    bahwa dengan KR>2 maka penghematanmodel

    integrasi terhadap model perencanaan

    kebutuhan mesin lebih besar dibandingkan

    terhadap model perencanaanagregat.

    Perhitungan total biaya dengan modelperen-

    canaan agregat adalah Rp.89.540.209.100,-

    sedangkan dengan model perencanaan

    kebutuhan mesin adalah Rp.89.830.819.050,-

    dan dengan model integrasi adalah

    Rp.89.360.756.070,- yang menunjukkan total

    biayaterkecil.

    6. &e!)t)4

    Pada makalah ini telah disajikan peng-

    gunaan model integrasi pada suatu proses

    pembuatan ubin keramik danperbandingannya

  • 8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan

    11/11

    dengan model perencanaan agregat danmodel

    perencanaan kebutuhan mesin. Pada penyu-

    sunan model-model tersebut telah dilakukan

    pengamatan langsung di lapangan untuk

    mendapatkan dan menghitung data-data

    operasional dan perawatan mesin, waktukerja,

    kapasitas produksi, permintaan dan data

    penunjang lainnya yang sangat signifikan

    untuk berhasilnya penelitian ini. Meskipun

    demikian, ada beberapa data yang tidakdapat

    diberikan oleh pihak perusahaan berkaitan

    dengan kerahasiaan maka telah diambil

    asumsi-asumsi yang diyakini tidak akan

    mempengaruhi hasil penelitianini.

    Hasil yang didapatkan pada akhirpenelitian

    adalah sesuai dengan yang diharapkan yaitu

    bahwa model integrasi memberikan peng-

    hematan dibandingkan model perencanaan

    agregat maupun model perencanaankebutuhan

    mesin.

    *#t#r &)$t#k#

    1. Bedworth, David D., and Bailey, JamesE.,

     Integrated Production Control Systems,

     Arizona State University, Wiley & Sons,New

     York,1987.

    2. Behnezhad, Ali R., and Khoshnevis,

    Behrokh, “Integration of Machine Require-

    ment Planning and Aggregate Planning”,

     Planning and Production Control Journal,

    vol. 7 ,292-298,1996.

    3. Elsayed, Elsayed A., and Boucher,Thomas

    O., Analysis and Control of  Production

    Systems, Englewood Cliffs, Prentice-Hall,

    New Jersey, Inc,1985.

    4. Buffa, Elwood S., and Sarin, Rakesh K.,

     Manajemen Operasi dan Produksi Modern,

    Terjemahan oleh Ir. Agus Maulana MSM.,

    Bina Rupa Aksara, Jakarta,1996.