inovasi pembelajaran guru penggunaan media bk kertas...
TRANSCRIPT
1
INOVASI PEMBELAJARAN GURU
PENGGUNAAN MEDIA BK KERTAS HVS (INTELEGENSI GANDA) DALAM
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MEMBENTUK KARAKTER
POSITIF KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK
Di ajukan dalam rangka
Lomba karya Ilmiah pada Simposium Guru dan Tenaga kependidikan Tingkat Nasional yang
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) 2015
(kategori pembuatan alat sederhana untuk peningkatan kompetensi guru)
Oleh
DWI ATMAJA, S.Pd, M.Psi
3
ABSTRAK
Pembuatan alat sederhana untuk peningkatan kompetensi guru dengan media kertas HVS
Intelegensi Ganda pada layanan bimbingan kelompok dilaksanakan di MTsN Rungkut
Surabaya dari pengamatan observasi (video) tampak sangat signifikan mampu menumbuhkan
karakter positif pada kepribadian peserta didik. Karakter yang didapat antara lain, ketelitian,
kecermatan, kerjasama kelompok, kedinamisan interaksi social, kritis menyikapi
permasalahan yang dihadapi peserta didik serta kemampuan problem solving. Dengan
kesederhanaan alat, membawa manfaat yang luar biasa pada subjek eksperimen siswa kelas
VIII. Selain bermanfaat dari sisi pemantapan karakter positif, inovasi ini bisa dikembangkan
pada layanan bimbingan konseling secara komprehensif. Pemilihan dan strategi yang tepat di
sesuaikan dengan kebutuhan professional konselor, jadi tidak terfokus pada bimbingan
kelompok.
Kata Kunci : HVS Intelegensi Ganda, Bimbingan Kelompok, dan Karakter Positif
Kepribadian
4
DAFTAR ISI
Cover Halaman …………………………………………………………………………….. 1
Halaman pernyataan dan pengesahan …………………………………………………….. 2
Abstrak . …………………………………………………………………………………. 3
Daftar isi ……………………………………………………………………………… 4
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………. 5
B. Tujuan Layanan ……………………………………………………………………… 6
C. Manfaat Layanan ………………………………………………………………………. 8
Bab II Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Pustaka ….. …………………………………………………………………. 9
1. Diskusi …………………………………………………………………………….. 9
2. Bimbingan Kelompok …………………………………………………………… 10
B. Proses Pembuatan Media Kertas HVS Intelegensi Ganda …….…………………… 12
Bab III Pembahasan
A. Hasil paparan kerja media Kertas HVS Intelegensi Ganda (sertai bentuk video) …... 15
B. Hasil Tindak lanjut Pengembangan Media Kertas HVS Intelegensi
Ganda di Kelas VIII MTs Negeri Rungkut …………...……………………… …. 18
Bab IV Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..… 21
B. Saran ……………………………………………………………………………..…. 22
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………... 23
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan mengembangkan keahlian Guru BK (Konselor) sebagai pekerja professional
hendaknya mengedepankan kemasalahatan dalam pelaksanaan layanannya, konselor perlu
membiasakan dan menggunakan setiap peluang untuk belajar dalam rangka peningkatan
profesionalitas termasuk dengan memetik pelajaran dalam rangka berpikir seperti
eksperiersal sebagai keseharian tugasnya, dengan merekam serta merefleksikan hasil serta
dampak kinerjanya dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling.
Berpegang pada pendekatan pembelajaran berpusat kepada peserta didik (learned-centered
instruction) yang berkualitas tinggi baik dari segi relevansi psikologis (meaningfulness)
dalam arti emosional serta kogniitif, maupun dari relevansi sosial (utility).
Pemberian Layanan dalam proses pembelajaran yang dilakukan hendaknya digelar
dengan berbagai macam cara dengan tujuan menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah
serta kemampuan bekerjasama, kemampuan reflektif baik bertolak dari pengamatan serta
pemaknaan terhadap pengalaman keseharian, dan kemampuan empati yang mengedepankan
kemasalahatan peserta didik, tertumpu kepada kepedulian ekstra-personal disamping
kepedulian intra-personal dan interpersonal (Sternberg, 2003). Untuk meraih klasifikasi
konselor sekolah yang professional tersebut tentu tidak mudah, secara ideal harsus terpenuhi
kriteria-kriteria tersebut diatas.
Akan tetapi terpenting dalam hal ini bagaimana agar kriteria-kriteria tersebut bermanfaat
nyata pada peserta didik. Mari kita berkaca pada prinsip dari gagasan pemikiran Ki Hajar
Dewantoro yaitu Konsep Trihayu, Konsep Keseimbangan, Konsep Dasar dan Ajar, Konsep
Trisentra Pendidikan, Konsep Kebangsaan, Konsep Kekeluargaan, Konsep Among, Konsep
Tut Wuri Handayani, Konsep Tringa, Konsep Trirasa, Konsep Trina, dan Konsep Trifatwa
(Nursalim, 2015). Konsep Ki Hajar Dewantara jika diterapkan dalam dunia bimbingan dan
konseling dapat meliputi penerapan gagasan pemikiran dalam asas BK, proses pendidikan
calon konselor, teknik-teknik bimbingan serta pembentukan karakteritik konselor.
6
Menggaris bawahi teknik-teknik bimbingan dan konseling, maka dalam hal ini tulisan
memfokuskan pada satu layanan bimbingan dan konseling yaitu Layanan Bimbingan
Kelompok, program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung
dengan peserta didik dikelas. Secara terjadwal konselor memberikan pelayanan bimbingan
kepada peserta didik, kegiatan dikelas ini dapat berupa diskusi atau brain storming (curah
pendapat). Ada berbagai bentuk metode khas yang diberikan konselor dalam klasikal ini, kali
tulisan mengarah pada model diskusi, karena metode ini lebih banyak memiliki keunggulan
dibandingkan dengan belajar mandiri. Peserta didik dalam waktu yang relative singkat dapat
memperoleh sejumlah pengetahuan, ketrampilan, dan mungkin juga sikap mental yang
dikehendaki (Masdudin, 2009) sedangkan untuk diskusi dalam bimbingan kelompok ini
menggunakan karya inovatif sederhana media kertas HVS (Intelegensi Ganda) dalam
menumbuhkan karakter siswa untuk berani, kritis, bertanggung jawab, kebersamaan, dan
ketelitian.
Hal ini sesuai dengan tujuan dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) No 20 tahun 2003 pasal 3. Menurut Undang-Undang SISDIKNAS pendidikan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lebih lanjut
penjelasan karakter siswa akan diulas dalam proses layanan serta tampilan video rekaman di
upload dalam medsos youtube.
Teknik sederhana ini mencoba untuk memadukan tiga preferensi sensori peserta didik,
yaitu berdasarkan pada visual (penglihatan), auditori (pendengaran), dan kinestetik (sentuhan
dan gerakan) yang biasa kita kenal dengan V-A-K. Penggunaan media BK ini juga
diharapkan akan mengarah pada tercapainya sasaran agar terjadi tumbuh kembang karakter
peserta didik sesuai dengan tugas perkembangannya meliputi : landasan hidup religious,
landasan perilaku etis, kematangan emosi, kematangan intelektual, kesadaran tanggung-
jawab sosial, perilaku kewirausahaan, kesadaran gender, pengembangan pribadi, kematangan
hubungan dengan wawasan dan kesiapan karir, terahkir adalah kesiapan diri untuk menikah
dan berkeluarga.
7
Walaupun pada hakikatnya, layanan media kertas HVS Intelegensi Ganda ini tidak serta
merta menyentuh keseluruhan aaspek tugas perkembangan di atas, akan tetapi dapat mewakili
beberapa bagian tergantung pada respon peserta didik, dan hal ini merupakan bentuk
pencapaian prestasi yang luar biasa. Sejalan dengan tujuan khusus pembelajaran, yaitu
diharapkan peserta didik mampu mengemukakan uraian permasalah secara bebas topic tema
pembicaraan diskusi tanpa terlepas dari tujuan awal yaitu pembentuk karakter positif
kepribadian.
Apakah fungsi dan manfaat akan berhenti dalam hal satu pokok bahasan layanan
bimbingan kelompok, tentu saja tidak karena dari kegiatan ini dapat melebar luas pada peta
kerja bimbingan konseling secara komprehensif.
Layanan Bimbingan dan Konseling Komprehensif adalah bahwa program bimbingan dan
konseling menjangkau setiap siswa, cakupannya luas, didesain untuk pencegahan, serta
sifatnya mengikuti perkembangan. Program bimbingan dan konseling komprehensif
merupakan bagian integral dari program pendidikan untuk kesuksesan siswa. Program
bimbingan dan konseling memilih kompetensi siswa yang terukur didasari atas kebutuhan
dalam bidang akademik, karir, pribadi atau sosial, program bimbingan dan konseling
komprehensif memiliki sistem penyampaian yang meliputi kurikulum bimbingan sekolah,
perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem.
B. Tujuan Layanan
Tujuan dari layanan bimbingan kelompok menggunakan media BK kertas HVS
Intelegensi Ganda Pembentuk Karakter Positif Kepribadian Peserta Didik antara lain :
1. Memperoleh gambaran umum tentang karakter kepribadian peserta didik siswa kelas VIII
MTs Negeri Rungkut Surabaya.
2. Mengetahui tingkat perubahan karakter kepribadian peserta didik siswa kelas VIII MTs
Negeri Rungkut Surabaya melalui layanan bimbingan kelompok menggunakan media
BK kertas HVS Intelegensi Ganda
3. Mengetahui efektifitas program layanan klasikal media BK menggunakan media kertas
HVS Intelegensi Ganda Pembentuk Karakter Positif Kepribadian Peserta Didik
8
C. Manfaat Layanan
Manfaat yang didapat dari layanan menggunakan media BK kertas HVS Intelegensi
ganda Pembentuk Karakter Peserta Didik antara lain :
1. Manfaat secara teoritis
Melalui tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam layanan
Bimbingan dan Konseling khususnya dalam meningkatkan karakter kepribadian peserta
didik yang positif, dengan inovasi baru dalam layanan bimbingan kelompok melalui
media BK kertas HVS Intelegensi Ganda
2. Manfaat secara praktis
a. Bermanfaat bagi guru Bimbingan dan Konseling dan sekolah melaksanakan
kewajibannya memberikan layanan kepada siswa terutama mengenali dan
meningkatkan karakter kepribadian positif pada siswa di sekolah.
b. Bermanfaat bagi siswa (konseli) setelah mendapatkan layanan Bimbingan dan
Konseling dapat memahami, mengenali dirinya sehingga dapat memupuk karakter
kepribadian positif sesuai tugas perkembangannya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum mengurai tentang karya inovatif media Kertas HVS Intelegensi Ganda, sedikit
akan diulas tentang berapa literatur kepustakaan melipti definisi teoritik terkait dan uraian
pembuatan Media BK Kertas HVS Intelegensi Ganda.
A. Tinjauan Pustaka
1. Diskusi
Diskusi karena sebagian inti dari proses layanan ini adalah focus pada diskusi. Sedangkan
media BK yang dimaksud hanya bentuk sederhana memunculkan karakter siswa dalam
metode diskusi. Hal yang perlu diketahui oleh para guru, manusia merupakan mahkluk
Tuhan yang paling sempurna. Ia dianugerahi suatu alat yang sangat penting yaitu akal. Hal
ini lah yang dapat membedakan manusia dengan mahkluk lainnya, manusia dengan akalnya
mampu memberikan penilaian terhadap segala sesuatu yang disebut pendapat. Pendapat
manusia tentu saja berbeda-berbeda, karena pendapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti
pengetahuan, pengalaman, keinginan dan lain-lain.
Dalam keseharian, seringkali kita melihat berbagai persoalan kehidupan yang berahkir
dengan penyelesaian kurang baik seperti main hakim sendiri, arogan, dan lain-lain. Maka
disaat itulah sesungguhnya kita membutuhkan suatu cara yang efektif untuk mengatasi semua
persoalan yang ada, yakni dengan diskusi.
Dalam hal ini peserta didik diarahkan agar mampu mengeluarkan ide atau bertukaran
pikiran untuk mengurai permasalahan yang dihadapinya. Tentu saja dalam proses tersebut
akan membawa manfaat tersendiri, antara lain : a). Mampu memecahkan atau mencari jalan
keluar persoalan yang rumit, yang tidak dapat di atasi sendiri. b). Menetapkan sesuatu
kesepakatan untuk melakukan tindakan atau mengambil sikap tertentu. c) Dapat
memunculkan sikap menerima yang tidak mungkin dapat diterima hanya dengan membaca
atau mendengarkan ceramah saja. Dalam hal ini belajar dari siswa lain mengenai
pengalaman, cara berpikir, pusat perhatian, dll. d.) Siswa yang kurang pengalaman dapat
belajar mengungkapkan pendapat secara langsung dan dapat menanggapi gagasan siswa
yang lainnya secara langsung.
10
2. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu
dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah
pada siswa dan mengembangkan potensi siswa (Romlah: 2006).
Sukardi (2008) menyatakan bahwa bimbingan kelompok merupakan layanan yang
memungkinkan lebih dari satu peserta didik bersama-sama memperoleh bahan dari nara
sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk
menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan
masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Pendapat lain
mengenai Bimbingan kelompok diberikan oleh Winkel (2006) bimbingan kelompok
menekankan bahwa pada proses pemahaman diri dan lingkungannya yang dilakukan oleh
lebih dari satu orang yang disebut kelompok.
Tujuan Bimbingan Kelompok menurut Bennet (dalam Romlah:2006) adalah 1).
memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa untuk belajar mengenai hal-hal penting
yang berguna bagi pengarahan diri yang berkaitan dengan masalah pendidikan pekerjaan,
pribadi dan sosial, 2). Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan
kelompok, 3). Mencapai tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif daripada
melalui kegiatan bimbingan individual, 4). Mempermudah dalam memberikan pemahaman
terhadap masalah individu menjadi lebih mudah.
Bimbingan kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan
perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok itu memberi dorongan dan
motivasi kepada individu untuk mengubah diri dengan memanfaatkan kemampuan yang
dimiliki secara optimal, sehingga mempunyai konsep diri yang lebih positif. Secara lebih
detail unsur atau bagian-bagian dari Bimbingan Kelompok adalah: 1) Individu. Layanan ini
diberikan kepada semua individu dengan segala keunikannya. Remaja adalah individu yang
sedang berkembang dan memiliki harapan-harapan, nilai-nilai, permasalahan yang dihadapi,
sebagai bagian kehidupan sosial masyarakat yang terkait dengan hukum-hukum sosial dan
kultur lingkungannya. Bimbingan kelompok dibangun tidak terlepas dari kepentingan
individu, dalam setting kelompok, 2). Dinamika Kelompok. Kelompok adalah suatu
kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu yang berinteraksi dengan kesadaran
satu sama lain akan kepemilikan dan pencapaian tujuan bersama. Kelompok merupakan
11
system interaksi yang berpotensi untuk: a) memiliki dan diterima, b) bertukar pengalaman,
c) kesempatan kerjasama dengan orang lain, d) terjadi umpan balik diantara anggota
kelompok. Konselor dituntut untuk membangun suasana kelompok yang kondusif bagi para
anggotanya, sehingga mendorong mereka bukan hanya mampu memahami dirinya tetapi
memberikan sumbangan pemikiran bagi anggota lain, 3). Pencegahan. Bimbingan
Kelompok bersifat pencegahan yaitu bimbingan kelompok akan efektif bila mampu
mencegah munculnya permasalahan yang akan menggangu individu sebagai bagian dari
masyarakat dimana dia tinggal. Bimbingan mengupayakan individu untuk menguasai
sejumlah keterampilan bermasyarakat yang menganut system nilai tertentu, 4). Kemudahan
pertumbuhan dan perkembangan. Bimbingan Kelompok yang efektif dibangun dengan
memanfaatkan suasana kelompok yang mampu mendorong klien memahami kelebihan dan
kelemahan diri serta bagaimana mengembangkan potensi mereka agar individu dapat
melaksanakan aktualisasi diri dengan baik. 5). Penyembuhan. Bimbingan Kelompok
bersifat penyembuhan yang akan mengubah pemahaman dan persepsi individu melalui
tukar pengalaman dengan individu lain sehingga perilaku yang melemahkan bahkan
menyalahkan diri sendiri segera diubah menjadi perilaku yang lebih efektif.
Penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok perlu dilakukan secara sistematis
agar dapat membantu siswa memahami diri dan lingkungannya secara lebih baik. Tingkat
keefektifan atau keberhasilan konselor dalam penyelenggaraan layanan bimbingan
kelompok diukur dengan tanggapan dan pengakuan klien.
Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok mempunyai banyak fungsi
selain dapat lebih memfokuskan kegaiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin
dicapai tetapi juga dapat membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan
kelompok agar lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Romlah (2006) teknik bukan merupakan tujuan tetapi
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan penggunaan masing-masing teknik tidak
dapat lepas dari kepribadian konselor, guru atau pemimpin kelompok. Jadi jelas bahwa
selain sebagai alat untuk mencapai tujuan, teknik penggunaan dan pemilihan juga harus
disesuaikan dengan karakteristik konselor atau pemimpin kelompok.
12
B. Proses Pembuatan Media Kertas HVS Intelegensi Ganda
Artikel kali ini akan membahas bagaimana menggunakan kertas HVS menjadi media BK
yang berharga untuk menumbukan karakter kritis, cermat, solidaritas kekompakan,
bertanggung jawab, keberanian, serta tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi di
lingkungan sekitar pada masing-masing peserta didik, pernah saya publikasikan dalam
website guru Indonesia. Di http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net dengan judul
Penggunaan Media Bongkar Pasang Dalam Layanan Klasikal Bimbingan dan Konseling,
lebih dari 2000 guru Bimbingan dan Konseling mengaksesnya. Bahkan beberapa tautan di
jejaring sosial facebook telah dibagikan secara berantai oleh para guru BK.
Media seperti apakah yang dimaksud dengan selembar kertas HVS, akan dibahas lebih
lanjut pada bab III Pembahasan. Dan kali ini akan diulaskan prosedur pembuatan media
tersebut, disajiukan dalam bentuk pemaparan gambar.
13
Sedangkan manfaat dalam pembentukan karakter positif kepribadian peserta didik dapat disaksikan secara langsung melalui video
yang diunggah youtube.
Baiklah di awal, akan diuraikan terlebih dahulu bahan baku dan proses pembuatan. Siapkan
gunting dan pulpen, selanjutnya siapkan kertas HVS kosong, dan karet gelang. Pertama-tama
tuliskan dalam kertas HVS tulisan sebagai berikut.
Saat sudah jadi tersusun, Pak Dwi (Nama Konselor) ucapakan selamat yah. Dan selanjutnya
ikuti instruksi atau perintah dibawah ini dengan baik-baik.
1. Baca dengan teliti apa saja yang diberikan dari awal hingga ahkir!
2. Teriak dengan keras seluruh anggota kelompok “SELESAI”!
3. Berdiri dari tempat duduk dan saling bersalaman!
4. Duduk kembali dan sambil bernyanyi satu lagu bebas sopan!
14
5. Salah satu anggota kelompok maju kedepan menyentuh gambar lingkaran yang adaa
dipapan tulis!
6. Saat menyentuh gambar teriak dengan keras “KELOMPOK KAMI MENANG”!
7. Seluruh kelompok teriak “YES” jika sudah selesai!
8. Diantara perintah-perintah diatas tolong diabaikan atau tidak ddikerjakan dan hanya
perintah no. 7 saja yang dikerjakan!
9. Selaanjutnaya diam menunggu kelompok lain selesai dan lakukanlah diskusi hikmah
apa dibalik permainan ini!
Yang perlu dingat dalam hal ini kenapa tulisan harus menggunakan tulisan tangan?
Alasan utama adalah karena game ini bongkar pasang maka semakin rumit disusun jadi
semakin menantang, dan tulisan tangan akan membantu untuk itu. Kertas yang telah tertulis
silakan dipotong bagian-bagian pojok dan pinggir, silakan lihat gambar. Tujuannya sama
dengan alasan memakai tulisan tangan, dan selanjutnya kertas dipotong menjadi bagian-
bagian kecil. Kemudian gulung kertas yang terpotong-potong tadi menjadi satu oleh karet
gelang.
Dan jangan lupa membuat hadiah untuk pemenang game, hadiah sebelum usai
permainan jangan sekali-kali disampaikan kesiswa, sembunyikan dalam wadah kardus
jajan. Sampaikan pemenang akan mendapatkan hadiah. Penting untuk diperhatikan oleh
pembaca, agar dapat menetraliser jika ada pernyataan dari siswa guru BK “pembohong”.
Bapak /ibu sampaikan. “anak-anak kali ini akan ada game, yang menang akan dapat
hadiah yaitu kotak Jajan” saat menyampaikan kata “kotak” tolong dipelankan sehingga
presepsi dari siswa dapat jajan, maaf apakah muncul dalam benak bapak/ibu saya
15
meminta anda mengajari berbohong pada siswa? Sekilas iya akan tetapi jika diselami
lebih jauh pernyataan ini juga sebagai bagian dari game “agar siswa teliti” dan alasan ini
yang harus di sampaikan di ahkir game. (dijelaskan pada bab III pembahasan).
16
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pemaparan Hasil Media Kertas HVS Intelegensi Ganda
Media Kertas HVS ini sekilas seperti sebuah permainan bongkar pasang, akan tetapi
yang menjadikan istimewa dan baru dalam dunia pembelajaran ternyata ada dua sisi yang
perlu dicermati. Sehingga dikatakan sebagai Intelegensi Ganda, ada aktifitas game untuk
melatih ketelitian kecermatan menyusun kertas bongkar pasang dan instruksi perintah setelah
kertas terbentuk seperti posisi diawal, disinilah letak permaian sebenarnya yaitu
memunculkan karakter khas yaitu kerjasama, ketelitian, manajemen kelompok, kepercayaan
diri, dll
Sehingga dalam hal ini media kertas HVS Intelegensi Ganda dipilih sebagai salah satu
strategi yang berlaku dalam inovasi layanan bimbingan kelompok, sebagaimana diketahui
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok, seperti yang
disebutkan oleh Romlah (2006) Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok yaitu, antara lain : pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan
masalah (problem solving), permaianan peranan (role playing), permainan simulasi
(simulation games), karyawisata (field trip), penciptaan suasana keluarga (Home Room).
Untuk detail kegiatan berikut disertakan link unggahan di youtube. Unsur scientific
observasing, questioning, eksperimenting, associating, dan communicating dalam video
terlihat kental dalam permainan ini.
Keempat video ditampilkan dalam bersamaan, karena dalam proses bimbingan kelompok
memiliki perbedaan dalam kemunculan berbagai karakter peserta didik didalam kelompoknya ketika
berinteraksi.
17
https://www.youtube.com/watch?v=M1GLRGC3Klg https://www.youtube.com/watch?v=yrmjVZZBMqM
https://www.youtube.com/watch?v=7LJ8LsvPuC8 https://www.youtube.com/watch?v=IFNK9gcTTV0
Uraian sekilas dalam video peserta didik menunjukan system kerjasama dalam
kelompok. Bagaimana mereka saat berinteraksi antar anggota tanpa ada komunikasi
(berbicara satu sama lain) ketika menyusun kertas HVS menjadi bongkar pasang. Tujuan
dari strategi ini diharapkan peserta didik mampu menelaah disaat menjumpai permasalahan
betapa pentingnya menjalin komunikasi. Kemampuan dalam membangun relasi dan
pengendalian diri dalam bertindak dikelompoknya, dalam kutipan kriteria 4 ketrampilan
kompetensi emosional yang harus dimiliki Elias & Schwab (2006) : a). Berkomunikasi
secara efektif, menggunakan keterampilan verbal dan non verbal untuk mengekspresikan diri
dan mendukung pertukaran/ percakapan yang efektif dengan orang lain. b). Membangun
Hubungan, membangun dan memelihara hubungan yang sehat dan rewarding dengan
individu-individu dan kelompok-kelompok. c). Bernegosiasi dengan adil, berusaha mencapai
resolusi konflik yang memuaskan semua pihak dengan memperhatikan kebutuhan semua
pihak yang terlibat. c). Menolak provokasi, menyampaikan dan menyelesaikan dengan efektif
keputusan untuk tidak terlibat perilaku yang tidak dikehendaki, tidak aman dan tidak etis. d).
Mencari bantuan, mengidentifikasi kebutuhan akan bantuan dan akses ke bantuan dan
dukungan yang tepat dalam berusaha memenuhi kebutuhan dan tujuan. e). Bertindak secara
etis, berpedoman pada prinsip atau standar yang diambil dari kode-kodelegal/ profesional
atau sistem moral atau tingkah laku berbasis keimanan/ keyakinan dalam memutuskan dan
bertindak.
18
Kenapa emosi dalam permainan ini menjadikan kajian kita, jika peserta didik tidak
terburu-buru dalam membaca perintah maka akan jelas dipastikan akan memenangkan game.
Tetapi dalam hal ini tidak perlu menjadikan risau, justru dari sikap keteledoran mereka
tersebut menunjukan karakter terpendam yaitu memotivasi diri kelompoknya menjadi
“pemenang” dan selanjutnya disinilah peran konselor sebagai fasilitator, mengarahkan
menjadi lebih baik. Tentu saja hal tersebut akan menjadi wacana diskusi mereka usai
pemberian layanan bimbingan klasikal.
Sedangkan muatan materi permainan setelah bongkar pasang terbentuk sesuai dengan
posisi semula, dan menjalankan perintah tertulis di dalam kertas HVS memunculkan
beberapa telaah objek pengamatan dari kekompakan, kebersamaan, ketelitian,
kecermatan, dll peserta didik di dalam kelompoknya. Sejalan dengan ulasan bimbingan
kelompok sendiri merupakan layanan yang memungkinkan lebih dari satu peserta didik
bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing
atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu
sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam
pengambilan keputusan.
Manfaat dari bimbingan kelompok bagi peserta didik adalah dapat terpenuhinya
beberapa kebutuhan psikologis antara lain kebutuhan penyesuaian diri dengan teman
sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan untuk bertukar pikir dan berbagi perasaan,
kebutuhan pencarian dan penemuan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan dan
kebutuhan untuk lebih independen serta lebih mandiri. Melalui proses bimbingan
kelompok terdapat proses pemberian informasi dari seorang ahli (guru pembimbing atau
konselor) pada sekelompok individu atau siswa dengan memanfaatkan dinamika
kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam eksperimen ini adalah
membentuk karakter positif pada kepribadian perserta didik.
Layanan bimbingan kelompok menggunakan media kertas HVS Intelegensi Ganda
dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini
berkaitan erat dengan upaya membantu konseli (peserta didik) dalam mencapai tugas-
tugas perkembangannya (sebagai standar kemandirian). Materi pelayanan ini dirumuskan
dan dikemas sesuai dengan standar kompetensi kemandirian antara lain mencakup
pengembangan: 1. Self-esteem, 2. Motivasi berprestasi, 3. Keterampilan pengambilan
19
keputusan, 4. Keterampilan pemecahan masalah, 5. Keterampilan hubungan antar pribadi
atau berkomunikasi, 6. Penyadaran keragaman budaya, 7. Perilaku bertanggung-jawab. Hal-
hal yang terkait dengan perkembangan karir (terutama di tingkat SLTP/ SLTA) mencakup
pengembangan : (1) fungsi agama bagi kehidupan, (2) Pemantapan pilihan program studi, (3)
keterampilan kerja profesional, (4) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam
menghadapi pekerjaan, (5) perkembangan dunia kerja, (6) iklim kehidupan dunia kerja, (7)
cara melamar pekerjaan, (8) kasus-kasus kriminalitas, (9) bahayanya perkelahian masal
(tawuran), dan (10) dampak pergaulan bebas.
Bisa dibilang hasil dari sebuah kertas yang tidak berharga, menjadi salah satu
alat pembentukan karakter positif peserta didik (terurai di awal), secara pribadi sungguh
sangat menakjubkan., mampu membuat peserta didik lepas dengan kegembiraan dan
enjoy dalam proses pembelajaran (menyenangkan) akan tetapi melekat pendidikan
karakter sempurna di dalamnya. Untuk memastikan seberapa keefektifan layanan maka
dapat di saksikan dalam tayangan video berikut untuk presentasi diskusi peserta didik.
https://www.youtube.com/watch?v=JrjiS11QzT0 https://www.youtube.com/watch?v=PE_jrxe9AB0
https://www.youtube.com/watch?v=1DLLcAST2Cc
B. Hasil Tindak lanjut Pengembangan Media Kertas HVS Intelegensi Ganda di
kelas VIII MTs Negeri Rungkut Surabaya
Setelah mengaplikasikan media Kertas HVS dalam layanan bimbingan kelompok,
maka disini akan dikupas beberapa tampilan diskusi peserta didik. Dalam klasikal
sebelumnya, peserta didik sebelumnya diminta secara kelompok membahas hikmah yang
didapat dari game yang baru saja dilakukan dan kali ini diminta untuk mempresentasikan
hasil diskusi. Disinilah sisi menarik yang dapat di amati dan dinilai, ketika salah satu
anggota kelompok mewakili untuk presentasi, masing-masing kelompok muncul bahasan
yang berbeda dan beraneka warna dalam menyikapi permainan yang padahal sama. Berbagai
unsur tema problem kemasyarakatan mereka angkat dalam diskusi, bahkan terjadi
perluasan topic yang komplek diluar lingkungan sekolah. Hal ini sejalan dengan system
yang muncul di layanan bimbingan kelompok (lihat teori di bab II).
20
Dalam tampilan video diatas peserta didik mampu mempresentasikan masalah-
masalah (gejala perilaku bermasalah) yang mungkin dialami konseli diantaranya: (1)
merasa cemas tentang masa depan, (2) merasa rendah diri, (3) berperilaku impulsif
(kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan-nya secara matang),
(4) membolos dari Sekolah/Madrasah, (5) malas belajar, (6) kurang memiliki kebiasaan
belajar yang positif, (7) kurang bisa bergaul, (8) prestasi belajar rendah, (9) malas
beribadah, (10) masalah pergaulan bebas (free sex), (11) masalah tawuran, (12)
manajemen stress, dan (13) masalah dalam keluarga.
Tentu saja disaat bahasan tersebut terjadi, peserta didik menampilkan karakter
kepribadian tersendiri bagaimana mereka sangat peduli pada lingkungan sekitar,
menampilkan konsep ideal materi saat presentasi, mampu memberikan problem solving dari
masukan audien diskusi, tampil elangan berani dan tegas di depan kelas, saling
mengingatkan kesalahan-kesalahan pemikiran dengan kata lain sebagai tuntor sebaya,
bertanggung-jawab dalam menjalankan tugasnya, menjalin kekompakan kelompok dan
interaksi social di dalam kelas. Seperti yang dikemukakan oleh Hartinah (2009) manfaat
layanan bimbingan kelompok adalah: 1). Meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan BK
(mengurangi tidak meratanya layanan Bimbingan yang tidak merata atau terbatasnya jumlah
pembimbing), 2).melatih siswa dalam, menghadapi tugas bersama atau memecahkan masalah
bersama, 3).Mendiskusikan sesuatu bersama murid, mendorong murid dalam mengemukakan
pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain, 4).Memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh siswa secara kelompok dan cara ini lebih ekonomis, meningkatkan kesadaran siswa
untuk mendapatkan bimbingan secara lebih mendalam, 5).Upaya bagi konselor atau guru
pembimbing dalam memperkenalkan diri dan mendapatkan kepercayaan dari murid.
21
Himbauan kedepan bagi peneliti yang tertarik dapat mengembangkan media ini secara
efektif dan silakan memberikan tambahan nuansa sentuhan inovasi yang lebih menarik
tanpa mengesampingkan unsur kesederhanaan didalamnya agar dapat dengan mudah di
implementasikan dilapangan oleh para guru BK, dan mengingat betapa besar pengaruh
dalam pendidikan karakter peserta didik.
Dapat dikatakan penggunaan media kertas HVS Intelegensi Ganda dalam layanan
bimbingan kelompok untuk menumbuhkan karakter positif peserta didik ini, bisa
menjadi sebagai salah satu alternative pendekatan konselor dalam mewujudkan dengan
tujuan dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No 20 tahun
2003 pasal 3. Menurut Undang-Undang SISDIKNAS pendidikan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional tidak hanya menekankan pada proses pencapaian kognitif tetapi
juga mengarah pada proses pembentukan kemandirian. Pentingnya pengembangan
kemandirian. Menurut Lerner dalam Suherman (2008) konsep kemandirian mencakup
kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh oleh
lingkungan dan bebas mengatur kebutuhannya sendiri. Konsep tentang kemandirian yang lain
diberikan oleh Watson dan Lindgren (Suherman:2008) yang menyatakan bahwa kemandirian
adalah kebebasan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, gigih dalam usaha dan
melakukan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.
22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari bab sebelumnya dan hasil pembahasan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Siswa sebagai bagian dari anak manusia tersebut tentu tidak akan luput dari
permasalahan; baik itu yang berkaitan dengan permasalahan pribadi dengan dirinya dan
keluarga, masalah social interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya, belajar sebagai
siswa dan tentunya dengan masa depannya.
Kondisi dan permasalahan yang ada pada siswa agar dapat berkembang dan
berprestasi dengan optimal haruslah dientaskan (dimandirikan) salah satunya adalah
melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan seorang individu
menjadi manusia yang lebih dewasa. Membentuk manusia dewasa berarti membentuk
manusia yang dapat memenuhi tanggungjawab baik secara sosial, individual dan
spiritual. Hal ini yang menjadi tugas konselor sebagai tenaga pendidik.
Konselor merupakan suatu profesi yang dalam tugas dan kinerjanya harus memiliki
keterampilan dan metode. Keterampilan dan metode yang ada haruslah dilaksanakan
sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang ada pada konseli (peserta didik). Seorang
konselor dalam melaksanakan tugasnya harus memahami siapa konselinya dengan
permasalahan yang dihadapinya. Diharapkan setelah konseli di beri bantuan layanan
oleh konselor sekolah maka bertahap masalah yang dihadapinya berkurang dan menjadi
mandiri. Dan layanan bimbingan kelompok menggunakan media kertas HVS Intelegensi
Ganda dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran guna
tercapainya tujuan pendidikan nasional.
23
B. Saran
Terkait dengan hasil simpulan, ada beberapa hal yang dapat disarankan demi keperluan
pengembangan inovasi baru dalam layanan bimbingan konseling.
1. Aplikasi Konselor Sekolah
a. Dalam dunia kependidikan (konselor) hendaknya dapat menjadikan salah satu
alternatif pendekatan untuk pendidikan karakter positif kepribadian peserta
didik.
b. Mensosialisasikan inovasi media kertas HVS Intelegensi Ganda sebagai salah
satu alternatif digunakan dalam layanan bimbingan kelompok, khususnya untuk
pendidikan karakter kepribadian peserta didik
2. Keilmuan
a. Diharapkan pihak akademisi dan praktisi BK hendaknya dapat
mengembangkan bentuk pendekatan bimbingan kelompok melalui media kertas
HVS Intelegensi Ganda dalam wilayah yang lebih luas lagi dan kaya
keragaman kreasi dan inovasi yang menyertainya.
b. Diharapkan pihak akademisi dan praktisi BK mengembangkan riset-riset
terkait pendekatan ini untuk kemanfaatan yang lebih bermakna.
3. Metodelogi
a. Perlu dilakukan secara ilmiah tentang keefetifan pendekatan ini dari kajian
akademis
b. Perlu diketahui lebih lanjut penunjang karakteritik keberhasilan pendekatan ini
untuk menumbuhkan karakter positif kepribadian peserta didik
c. Perlu kiranya melakukan penyempurnaan pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok menggunakan media kertas HVS Intelegensi Ganda untuk
meningkatkan karakter positif kepribadian peserta didik.
24
Daftar Pustaka
_________, 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dalam Layanan Bimbingan dan
Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional
__________ 2003. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem
Pendidikan Nasional). Bandung: Fokusmedia.
Elias, M. J., & Schwab, Y. 2006. From compliance to responsibility: Social and emotional
learning and classroom management. In C. M. Evertson, & C. S.
Weinstein (Eds.), Handbook of classroom management: Research,
practice, and contemporary issues (pp. 309–341). Mahwah, NJ: Lawrence
Erlbaum Associates.
Hartinah, Siti. 2009. Bimbingan Kelompok. Bandung : PT Refika Aditama
Masdudin, Ivan. 2009. Mari Berdiskusi. Jakarta : Buana Cipta Pustaka
Nursalim, Mochamad. 2015. Pengembangan Profesi Bimbingan & Konseling. Jakarta :
Erlangga
Suherman, dkk..2008. Bimbingan & Konseling: Konsep & Aplikasi.Bandung: Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Pendidikan Indonesia
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sternberg, RJ. 2003. Wisdom, Intelligence, and Creativity Synthesized. New York :
Cambridge University Press
Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang. Penerbit
Universitas Negeri Malang
Winkel, WS. 2006. Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi