inovasi pelayanan publik di kantor desa landungsari

24
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602- 73470-5-2 440 INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI Unika Basyirah Bari Brahma 1 , Alifia Putri Syafira 2 , Zulfiah Nur Hasannah 3 , Iradhat Taqwa Sihidi 4 Universitas Muhammadiyah Malang Alamat Korespondensi: [email protected] ABSTRAK Pelayanan publik adalah Pemberian layanan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (publik) yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.Desa Landungsari merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pemberian pelayanan publik. Baik atau buruk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan tergantung pada kualitas dan kuantitasnya. Revolusi industri 4.0 bisa di katakan era digilatisasi. Yang dulunya manusia sebagai elan vital sekarang mengalami pergeseran menjadikan mesin atau teknologi. Revolusi industri 4.0 sangat bagus untuk menunjang kinerja-kinerja birokrasi khususnya dalam melakukan inovasi pelayanan publik.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui inovasi pelayanan publik di Kantor Desa Landungsari. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kantor Desa Landungsari. Objek yang diteliti adalah Kantor Desa Landungsari. Pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung hasil wawancara tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa inovasi pelayanan publik di Kantor Desa Landungsari belum dilaksanakan sepenuhnya hal ini dikarenakan sumber daya manusia yang kurang memadai dan masih terjadi beberapa faktor penghambat pelaksanaan inovasi tersebut, antara lain kesadaran masyarakat untuk mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi persyaratan untuk melakukan suatu urusan pengurusan surat menyurat atau pelayanan lainnya di Kantor Desa Landungsari agar tidak terjadi keterlambatan dalam proses peayanan. Kemudian pada alat bantu, perlunya pembaruan komputer yang sudah lambat yang mengakibatkan proses pelayanan menjadi lama. Kata kunci : Inovasi Pelayanan Publik, Revolusi Industri 4.0 ABSTRACT Public service is the provision of services carried out by the government as the organizer of the state to meet the needs of the public (public) in accordance with applicable regulations. Desa Landungsari is one of the government agencies that has the duties and responsibilities in providing public services. Good or bad service provided to the community will depend on the quality and quantity. The industrial revolution 4.0 can be said to be a era of graft. What used to be a human as a vital elan is now experiencing a shift into a machine or technology. The industrial revolution 4.0 is very good to support the performance of the bureaucracy, especially in carrying out public service innovations. The purpose of this research is to find out public service innovations at the Landungsari Village Office. The research method used by researchers is a qualitative type with a descriptive approach. The location of this research was carried out at the Landungsari Village Office. The object under study was the Landungsari Village Office. Data collection through interviews and documentation. Data analysis in this study was presented in the form of narration and direct quotations from the interview. Based on the results of this study indicate that public service innovation at the Landungsari Village Office has not been fully

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

440

INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA

LANDUNGSARI

Unika Basyirah Bari Brahma1, Alifia Putri Syafira2, Zulfiah Nur Hasannah3

, Iradhat Taqwa Sihidi4

Universitas Muhammadiyah Malang

Alamat Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Pelayanan publik adalah Pemberian layanan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai

penyelenggara negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (publik) yang sesuai dengan

peraturan yang berlaku.Desa Landungsari merupakan salah satu instansi pemerintah yang

mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pemberian pelayanan publik. Baik atau buruk

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan tergantung pada kualitas dan kuantitasnya.

Revolusi industri 4.0 bisa di katakan era digilatisasi. Yang dulunya manusia sebagai elan vital

sekarang mengalami pergeseran menjadikan mesin atau teknologi. Revolusi industri 4.0 sangat

bagus untuk menunjang kinerja-kinerja birokrasi khususnya dalam melakukan inovasi pelayanan

publik.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui inovasi pelayanan publik di Kantor

Desa Landungsari. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kantor Desa Landungsari. Objek yang

diteliti adalah Kantor Desa Landungsari. Pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung hasil

wawancara tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa inovasi pelayanan publik

di Kantor Desa Landungsari belum dilaksanakan sepenuhnya hal ini dikarenakan sumber daya

manusia yang kurang memadai dan masih terjadi beberapa faktor penghambat pelaksanaan inovasi

tersebut, antara lain kesadaran masyarakat untuk mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi

persyaratan untuk melakukan suatu urusan pengurusan surat menyurat atau pelayanan lainnya di

Kantor Desa Landungsari agar tidak terjadi keterlambatan dalam proses peayanan. Kemudian pada

alat bantu, perlunya pembaruan komputer yang sudah lambat yang mengakibatkan proses

pelayanan menjadi lama.

Kata kunci : Inovasi Pelayanan Publik, Revolusi Industri 4.0

ABSTRACT

Public service is the provision of services carried out by the government as the organizer of the

state to meet the needs of the public (public) in accordance with applicable regulations. Desa

Landungsari is one of the government agencies that has the duties and responsibilities in

providing public services. Good or bad service provided to the community will depend on the

quality and quantity. The industrial revolution 4.0 can be said to be a era of graft. What used to be

a human as a vital elan is now experiencing a shift into a machine or technology. The industrial

revolution 4.0 is very good to support the performance of the bureaucracy, especially in carrying

out public service innovations. The purpose of this research is to find out public service

innovations at the Landungsari Village Office. The research method used by researchers is a

qualitative type with a descriptive approach. The location of this research was carried out at the

Landungsari Village Office. The object under study was the Landungsari Village Office. Data

collection through interviews and documentation. Data analysis in this study was presented in the

form of narration and direct quotations from the interview. Based on the results of this study

indicate that public service innovation at the Landungsari Village Office has not been fully

Page 2: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

441

implemented this is due to inadequate human resources and there are still several factors

inhibiting the implementation of these innovations, including public awareness to prepare

everything that is a requirement for doing a business the management of correspondence or other

services at the Landungsari Village Office to avoid delays in the service process. Then on the

tools, the need for a slow computer update which results in a long service process.

Keywords: Public Service Innovation, Industrial Revolution 4.0

PENDAHULUAN

Memasuki era teknologi yang canggih sekarang ini, semakin besar pula

tantangan yang harus dihadapi juga oleh Indonesia dan Negara – Negara lain di

dunia, yang diperuntukkan juga bagi Negara berkembang juga seperti Negara

Indonesia. Negara – Negara yang ada di seluruh dunia ini juga dituntut dalam

mengikuti arus perkembangan jaman dan arus globalisasi ini yang dimana seiring

dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat dan canggih. Adapun permasalahan

– permasalahan yang harus dihadapi juga yakni permasalahan yang dimana

rendahnya suatu pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur sipil Negara

(ASN) sehingga munculnya permasalahan ini menjadikan isu di Indonesia.

Isu hangat yang mengenai Pelayanan publik itu dikarenkan hal ini bisa

dikatakan sebagai suatu lingkungan yang bisa berinteraksi antara pemerintah dan

warga negaranya. Berdasarkan Undang – Undang No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, pelayanan publik merupakan suatu kegiatan atau sebuah

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan yang sesuai

dengan peraturan perundang – undangan bagi setiap warga negaranya dan

penduduk atas barang , jasa atau pelayanan administratifnya yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik1. Jadi dengan adanya terkait undang – undang ini

kebutuhan masyarakat dalam masalah pelayanan juga ikut meningkat dan

kesiapan pemerintah juga dalam memberikan pelayanan kepada warga negaranya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

63 Tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik seperti

prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kemampuan petugas pelayanan,

kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, kepastian biaya

pelayanan, dan kepastian jadwal pelayanan maka pemerintah memiliki

1 Undang – Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Page 3: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

442

konsekuensi untuk meningkatkan pelayanan dalam sektor pelayanan publik.

Diharapkan aparat pemerintah di seluruh Indonesia melaksanakan pelayanan

publik dengan baik sesuai apa yang diharapkan oleh mayarakat.

Memuaskan masyarakat dan pencapaian keputusanmerupakan tujuan dari

pelayanan publik yang timbul dari kualitas pelayanan yang prima. Dimana hal ini

seringkali terjadi tuntutan yang ditujukan kepada pemerintah yakni Pegawai

Negeri Sipil. Seperti abdi Negara dan abdi masyarakat, dimana sebagai Pegawai

Negeri Sipil itu harus mampu bertindak dan juga bertanggungjawab secara penuh

dalam melayani masyarakatnya. Pada dasarnya semakin kuatnya tuntutan dari

masyarakat itu sendiri dalam pelayanannya yang juga lebih baik dan optimal juga

maka seluruh instansi pemerintah akan tergerak untuk lebih meningkatkan

prestasi kerja yang prima.2

Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik sendiri, pemerintah

mempunyai kewajiban dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri dapat dilakukan dengan melakukan

suatu terobosan yang dimana melalui inovasi pelayanan publiknya. Apabila kita

cermati dengan seksama maka kita ketahui bahwa perlunya suatu inovasi bagi

pelayanan publiknya agar bisa memaksimalkan suatu keputusan mengenai

masyarakatnya dan juga memberi sebuah solusi bagi sebuah kepentingan

masyarakatnya terkait dengan pelayanan publiknya. Pada dasarnya apabila kita

melihat dari segi konsepnya tentu juga bisa diartikan dengan memberikan sebuah

inovasi-inovasi baru yang dimana langsung tertuju kepada masyarakat, hal

tesebut bisa dikatakan sebagai dampak kebijakan yang bisa dirasakan secara

efektif dan juga efisien bagi kepentingan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun

2017 Tentang Inovasi Daerah khususnya pasal 2 ayat (2) bahwa sasaran Inovasi

Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

melalui: 1. Peningkatan pelayanan publik, 2. Pemberdayaan dan peran serta

masyarakat dan 3. Peningkatan daya saing daerah.3 Inovasi sektor publik

dibutuhkan untuk memberikan layanan publik yang lebih mencerminkan

2 Gumilar, Inovasi pelayanan administrasi terpadu kecamatan di kecamatan Kota Sumenep,

Kabupaten Sumenep. Kebijakan dan Manajemen Publik (2016), Hlm. 1 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi Daerah

Page 4: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

443

ketersediaan bagi pilihan – pilihan publik guna menciptakan keanekaragaman

metode pelayanannya. Dan selain itu juga bisa diketahui bahwa peran kerja

pemerintah dalam memberikan arahan itu harus di pahami betul – betul yang

berguna dalam memberikan sebuah inovasi secara langsung dapat membuka jalan

keluar dalam suatu problematika masyarakat dimana yang terkait dengan kinerja

pemerintah mengenai pelayanan publiknya.

Pada dasarnya pentingnya inovasi pada pemerintahan lokal di Indonesia

itu mulai menjadikan perhatian saat terjadinya pergeseran dalam sistem

pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Dimana desentralisasi dimaknai

sebagai penyerahan kewenangan dan tanggungjawab atas fungsi publik dari

pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah.4 Pada awalnya, hakekat dari

desentralisasi tersebut adalah otonomi suatu masyarakat yang berada di dalam

teritoir tertentu, dan kemudian masuk ke dalam elemen wewenang yang mengatur

dan mengurus suatu kebijakan yang diselenggarakan secara konseptual oleh

pemerintah daerah. Lahirnya otonomi daerah melalui Undang – Undang Nomor

22 Tahun 1999, menjadi Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2003, dan kemudian

diperbaharui lagi menjadi Undang – Undang Nomor 32 Tahun 20145 Tentang

Pemerintahan Daerah menjadi dasar setiap lembaga Pemerintahan Daerah

melakukan inovasi dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerahnya agar

dapat berjalan efektif dan efisien khususnya terkait penyelenggaraan pelayanan

public.

Berbicara mengenai penyelenggaraan pelayanan publik ini seakan – akan

memicu akan munculnya sebuah inovasi pelayanan publik yang dilakukan oleh

pemerintah yang ada di berbagai daerah yang ada di Indonesia, bisa kita ambil

contoh yakni pemerintah Kota Malang. Dalam mengoptimalkan pelayanan publik

di Kota Malang, pada saat Moch. Anton yang akrab di sapa Abah Anton ini selaku

pada saat menjabat Walikota Malang ini berpesan bahwa “kepada seluruh camat

dan kelurahan yang ada di Kota Malang ini agar bisa meningkatkan kualitas

4 Bhenyamin Hoeseein, Kebijakan Desentralisasi, Jurnal Administrasi Negara, Vol.I, No. 02,

Maret 2002 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Page 5: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

444

pelayanan publik. Dan menurut beliaulah pelayanan publik harus benar – benar

diupayakan dengan berbagai ragam inovasi yang ada di dalam masyarakat”6.

Secara administratif, saat ini Kota Malang terbagi menjadi 5 wilayah

kecamatan, 5 wilayah kecamatan itu sendiri terdiri dari 57 Kelurahan7. Dan

wilayah Kabupaten Malang secara administratifnya terdiri dari 33 kecamatan dan

12 kelurahan8. Dari segala upaya dan usaha yang dituturkan oleh mantan Walikota

Malang yang mengenai inovasi dari segi pelayanan publik tersebut muncullah

suatu kebijakan yang dihasilkan oleh salah satu kecamatan dau yakni desa

landungsari yang lebih tepatnya Kantor Desa Landungsari. Jadi berangkat dari

keluhan – keluhan masyarakat yang akan pelayanan publiknya yang menjadi suatu

permasalahannya yakni efisiensi waktu, dan kebutuhan warga sekitar semakin

banyak. Di samping itu juga ketersediaan sumber daya manusia tidak mencukupi

yang menjadi salah satu lambatnya suatu pelayanan publik. Dalam mengatasi hal

tersebut, muncullah suatu kebijakan yang dihasilkan yakni membuat pelayanan

satu atap dan juga sistem yang namanya “SILADESKEL” (Sistem Layanan

Administrasi Desa dan Kelurahan).

Jadi pada tahun 2000 pada Kantor Desa Landungsari sendiri dalam

memberikan akses pelayanan publiknya masih tergolong manual. Adapun sistem

administratifnya juga masih menggunakan kertas / blangko manual dan menulis.

Pada saat itu juga masih ada sistem komputernya hanya satu saja. Dalam hal ini

lambat laun kebutuhan warga dalam permohonan surat - menyurat bisa menguras

banyak waktu karena permasalahan teknis nya juga belum memadai dan tenaga

kerja masih belum mendukung. Dan seluruh administrasinya masih di handle oleh

semua bidang yang bersangkutan. Seiring berjalannya waktu ini bisa dikatakan

tidak efisien, dan juga kebutuhan warga / masyarakat sekitarnya semakin banyak

dalam hal permohonan surat – menyurat.

Tahun 2010 perangkat desa yang ada di Kantor Desa Landungsari

membuat sebuah kebijakan yakni sistem pelayanan satu atap. Dari sistem

pelayanan satu atap ini memberikan dampak positif untuk pelayanan yang ada di

Kantor Desa Landungsari, dulunya sistem administratisnya di handle oleh semua

6 https://malangkota.go.id yang diakses pada tanggal 28 November 2019 7 https://ngalam.co yang diakses pada tanggal 28 November 2019 8 https://ngalam.id yang diakses pada tanggal 28 November 2019

Page 6: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

445

bidang masing – masing tetapi sekarang menjadi satu pintu saja. Tetapi dari segi

teknisnya juga melibatkan bidang – bidang yang ada di kantor desa tersebut.

Sehingga dengan ada sistem pelayanan satu atap ini mengajukan surat – menyurat

kini menjadi lebih efisien dalam segi waktu.

Tidak hanya sampai pada tahun 2010 saja, seiring berjalannya waktu pada

tahun 2018 perangkat desa Landungsari terus melakukan inovasi yang sekiranya

bisa meningkatkan pelayanan publik lebih efisien lagi, lahirlah sebuah software

yang bernama “SILADESKEL”. Aplikasi SILADESKEL ini membantu dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat sekitar Landungsari, dari yang dulu

sistem administrasinya masih manual dan menimbulkan dampak negatif yang

dirasakan oleh masyarakat landungsari sekarang berubah menjadi lebih baik dan

pastinya efisien dalam hal segi waktunya. Adapun baik semua masyarakat

landungsari dan juga perangkat desa juga merasakan dampak positifnya, namun

disisi lain juga ada dampak negatif yang dirasakan oleh perangkat desanya yakni

dalam data penduduk yang ada di desa Landungsari sendiri berkisar 10.000

warga, dan penduduk musimannya berkisar 12.000 orang, maka aplikasi software

ini tidak bisa berjalan dengan baik / competable yang dikarenakan database yang

ada di SILADESKEL ini murni warga Desa Landungsari saja. Sementara yang

mengajukan administrasi dalam hal surat – menyuratnya itu kebanyakan

penduduk musiman yang ada di Desa Landungsari.

Untuk mengetahui bagaimana penerapan inovasi dalam segi pelayanan

publik tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Inovasi Pelayanan Publik Di Kantor Desa Landungsari”

METODE PENELITIAN

1.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam proposal ini adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-

data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari informan penelitian dan

perilaku obyek penelitian yang diamati. Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan

yang ditambahkan atau dikurangi dalam perolehan data di lapangan, penelitian ini

menggambarkan suatu gejala, kondisi dan sifat situasi secara apa adanya tanpa

adanya manipulasi pada waktu penyelidikan lapangan dilakukan. Tujuan

Page 7: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

446

penelitian ini adalah melukiskan variabel atau kondisi obyek yang diamati secara

apa adanya tanpa adanya manipulasi.

1.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Desa Landungsari. Dengan

pertimbangan yang sesuai permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

dirumuskan

1.3 Sumber Data

1. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari

narasumber melalui wawancara, pendapat dari individu ataupun kelompok

bukan melalui media. Peneliti akan melakukan wawancara dengan informasi

untuk menggali mengenai bagaimana Inovasi Pelayanan Publik di Kantor

Desa Landungsari.

2. Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono

2014). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku,

laporan, jurnal dan lain-lain.

1.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang kami gunakan adalah sebagai berikut

yaitu:

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara merupakan tanya jawab

secara langsung dengan pihak yang bersangkutan dengan permasalahan yang

diteliti pada Inovasi Pelayanan Publik di Kantor Desa Landunsari.

2. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen tertentu yang

berhubungan dengan judul penelitian.

1.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan data yang telah terkumpul dari hasil

wawancara tersebut, dengan studi kepustakaan dan analisis dokumentasi yang

ditafsirkan untuk mengetahui maksud dan makna dari penelitian tersebut. Hal ini

bisa dihubungkan dengan masalah penelitian yang akan diteliti. Adapun data yang

Page 8: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

447

akan terkumpul itu disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung hasil

wawancara tersebut.

KERANGKA TEORI ATAU TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Inovasi Pelayanan

1. Definisi Inovasi

Rogers mengatakan bahwa sebuah invasi itu melahirkan sebuah ide,

praktik dan suatu objek yang dimana menganggap baru dikalangan unit – unit

lainnya. Selain itu Asian Development Bank Inovasi merupakan suatu yang

dikatakan baru di implementasikan dan juga memiliki pengaruh yang

menguntungkan. Bahkan inovasi sendiri itu di artikan sebagai sebuah perubahan

kejadian ataupun aktivitas yang merupakan dari konsep, proses, penerapan dan

kapabilitas yang dimana menentukan kesuksesan sebuah organisasi yang dimana

sebuah inovasi tersebut bisa membantu organisasi sektor publik dalam membuat

penilaian terhadap masyarakat.

2. Jenis-jenis Inovasi Pelayanan Publik

Menurut Agus Dwiyanto jenis-jenis inovasi pelayanan publik, yaitu :

a. Inovasi pelayanan

b. Inovasi dalam proses

c. Inovasi sistem

d. Inovasi konsepsual

3. Cara Menerapkan Inovasi

a. Nilai : Yang dimaksud dengan nilai ini yang di ibaratkan sebuah batasan yang

dimana dari pihak yang dikatakan cukup aneh. Artinya kita tidak akan

melahirkan sebuah inovasi tanpa adanya sebuah izin. Yang maksudnya

budaya yang berinovatif juag membutuhkan pemerintahan yang mendukung

apa saja ide – ide yang dilahirkan dan juga memastikan apakah ide – ide itu

sudah di angkut apa belum. Adapun masalah kebijakan dan juga perilaku itu

melihat dari sebuah inovasi. Adapun cara – cara yang dilakukan dalam

melahirkan sebuah inivasi yang baru seperti membuat cara – cara baru yang

dilakukan agar bisa mengenalkan sebuah inovasi yang baru didalam sebuah

organisasi yang contohnya penghargaan. Hal ini juga mempunyai kesan

positifnya agar melahirkan budaya – budaya yang berinovatif.

Page 9: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

448

b. Sumber Daya : Sebuah sumber daya merupakan sumber atau pasokan dimana

sebuah organisasi mendapatkan keuntungan. Letakkan inovasi pada inti

strategi dan melengkapinya. Mengidentifikasi bidang prioritas untuk inovasi.

Kebijakan sumber daya manusia untuk mengeluarkan yang terbaik dari

inovator. Membangun lingkungan fisik yang membuat orang berpartisipasi.

Mengeksploitasi perbedaan: melibatkan personil yang bersemangat yang

berpikir kreatif dan melihat pola-pola baru, penggambaran pada

teknologi baru untuk menarik kebutuhan dan kemungkinan secara bersama-

sama. Membentuk tim khusus dan jaringan yang bertanggung jawab untuk

mempromosikan inovasi. Mendorong dan menarik untuk menciptakan

tekanan untuk inovasi, juga menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi. Mengelola persediaan dan arus pengetahuan untuk memperkaya

bahan baku pemikiran kreatif. Inovasi keuangan untuk memastikan bahwa

kurangnya sumber daya bukanlah kendala serius.

4. Kemampuan Inovasi

Adapun kemampuan inovasi sendiri juga memiliki potensi yang munculnya

suatu inivasi yang dikatakan efektif. Yang dimana seorang birokrasi yang ada di

pemerintahan juga menciptakan keratifitas dan juga inovasi – inovasi guna

menciptakan efektifitas pelayanan publik. Dimana efektifitas pelayanan publik ini

juga ditentukan oleh kemampuan inovasi – inovasi yang dimiliki oleh instansi

lembaga pemerintahan itu.

Terziovski beranggapan bahwa kemampuan dalam hal berinovasi di dalam

suatu lembaga. Adapun faktor – faktor yang dimana bisa disebut sebagai dimensi

kemampuan dalam hal berinovasi. Adapun hal – hal yang ada dalam dimensi

kemampuan dalam hal berinovasi yakni : perekatan dasar kompetensi, penguatan

dalam berinformasi dan juga dalam hal kecerdasan sebuah organisasi. Di dalam

hal dimensi kemampuan dalam hal berinovasi di jelaskan sebagai berikut :

a. Visi dan Strategi Inovasi

Visi dan strategi inovasi itu bukan hanya sebagai nilai utama dalam

penyelenggaran pemerintahan, akan tetapi ditempatkan sebagai tujuan. Dimana

inovasi menempati posisi yang sangat dihargai yaitu visi. Dengan posisi inovasi

yang saat ini, maka strategi itu didesain untuk menghasilkan sebuah inovasi,

Page 10: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

449

diantaranya melalui penanaman nilai – nilai kewirausahaan dalam tubuh birokrasi

pemerintah daerah.

b. Perekatan Dasar Kompetensi

Dalam suatu langkah strategis untuk dapat meningkatkan suatu

kompetensi aparatur itu harus dilakukan karena hal tersebut digunakan untuk

meningkatkan kreatifitas Aparatur Sipil Negara, sehingga bisa lebih inovatif

dalam memberikan pelayanan publik dan untuk meningkatkan penguasaan e –

government.

c. Penguatan Informasi dan Kecerdasan Organisasi

Dalam kelancaran dan kecepatan arus informasi sangatlah penting bagi

keberhasilan suatu kegiatan yang dalam proses pendukungnya berada pada

banyak satuan unit kerja. Supaya informasi tersebut dapat mengalir dengan cepat

dan lancar, lembaga pada umumnya harus melakukan transformasi proses dengan

cara mendasarkan pada kemampuan teknologi informasi yang saat ini sedang

berkembang dengan pesat.

d. Orientasi Pasar Dan Pelanggan

Orientasi pasar dan Pelanggan dari pelayanan yang dihasilkan oleh

instansi pemerintah adalah masyarakat umum, dan tugas utamanya pemerintah

adalah memuaskan masyarakat melalui pelayanan publik tersebut. Dimana

hubungan pemerintah dan masyarakat ini, sebagai pemenuhan kepuasan

masyarakat adalah sebuah nilai yang harus tertanam pada jiwa Aparatur Sipil

Negara dalam menciptakan dan menjalankan sebuah inovasi pelayanan publik.

e. Manajemen Kreativitas dan Gagasan

Manajemen kreativitas dan gagasan merupakan inovasi yang tidak akan

terjadi jika tidak ada kebebasan untuk mengembangkan suatu gagasan dan

kreatifitas tersebut. Inovasi ini tidak hanya difasilitasi melalui pembukaan ruang

bagi munculnya berbagai gagasan yang kreatif, bahkan diletakkan sebagai fokus

utama dari strategi manajemen sumber daya manusia. Adapun manajemen sumber

daya manusia Aparatur Sipil Negara ini diarahkan untuk terciptanya

entrepreneurial spirit yang mengutamakan inovasi, teamwork, trustworthness,

prosperity, dan speed dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat.

f. Manajemen Teknologi

Page 11: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

450

Teknologi menjadi suatu bagian yang tak terpisahkan dari inovasi dalam

pemerintah daerah. Dimana pemerintah daerah itu membangun jaringan kerja

berbasis teknologi informasi yang mampu menghubungkan berbagai lembaga

yang terkait dengan penyelenggaraan perizinan sampai di tingkat desa. Dalam

sebuah penelitian mengenai inovasi di sektor publik dengan diperoleh temuan

bahwa inovasi telah menciptakan suatu kesadaran tentang perlunya sektor publik

melakukan inovasi dan juga perlunya menggabungkan hasil – hasil inovasi ke

dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam pelayanan publik.

Kemampuan dalam sebuah inovasi pada bidang pemerintahan itu bukanlah

suatu konsep yang seakan-akan berdiri sendiri, tetapi hal tersebut selalu berkaitan

dengan berbagai aspek manajemen, kepemimpinan, lingkungan politik dan

pemahaman kepentingan stakeholders, iklim organisasi, alokasi sumber daya dan

lain – lain yang sebagaimana tertera dalam suatu hal – hal yang menjadi

pendorong adanya suatu inovas pelayanan publik tersebut. Dengan banyaknya

faktor yang mempengaruhi kemampuan inovasi pelayanan publik itu

mengakibatkan perbedaan kemampuan dan keberhasilan suatu inovasi pada

masing-masing lembaga pemerintahan. Oleh karena itu dalam pemahaman

terhadap faktor – faktor tersebut sangat penting untuk dilakukan agar dapat

muncul suatu strategi untuk meningkatkan kemampuan inovasi pada suatu

organisasi atau lembaga pemerintahan yang efektif dan efisien.9

1.2 Pelayanan Publik

1. Definisi Pelayanan Publik

Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik,

merupakan suatu Undang-Undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip

pemerintah yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintah itu

sendiri. Dengan adanya pelayanan publik yang di lakukan oleh pemerintah atau

koporasi yang dilakukan secara efektif sehingga dapat memperkuat demokrasi dan

hak asasi manusia, dalam mempromosikan kemakmuran ekonomi di suatu negara.

Adapun untuk dapat memberikan pelayanan publik secara menyeluruh bagi

pengguna jasa, dan penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas pelayanan

sebagai berikut:

9 Asropi. Budaya Birokrasi dan Reformasi Birokrasi. Jurnal Ilmu Administrasi, 5 (3): 246-255.

2008

Page 12: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

451

a. Kepentingan umum

b. Kepastian hukum

c. Kesamaan hak yang di dapatkan

d. Keseimbangan hak dan kewajiban

e. Keprofesionalan

f. Partifasif

g. Persamaan perlakuan / tidak diskriminatif

h. Keterbukaan

i. Akuntabilitas

j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok disabilitas

Pelayanan publik juga bertujuan untuk memuaskan keinginan masyarakat

dalam pemberian pelayanan yang baik.

2. Indikator Pelayanan Publik

Lijan Poltak Sinambela (2008:6) mengemukakan indikator-indikator yang

digunakan untuk melihat apakah pelayanan publik yang diberikan adalah

pelayanan yang prima atau tidak, indikator tersebut antara lain:

a. Transparansi

b. Akuntabilitas

c. Kondisional

d. Partisipatif

e. Kesamaan Hak

f. Keseimbangan Hak Dan Kewajiban

Berdasarkan pengertian di atas, maka pelayanan publik akan berkualias

apabila memenuhi asas-asas diantaranya: transparansi, akuntabilitas, partisipasif,

kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, fasilitas,

ketepatan waktu dan kemudahan

3. Unsur-Unsur Pelayanan Publik

Menurut Bharata (2004:11) terdapat empat unsur yang harus dipenuhi,

yaitu:

a. Penyedia layanan

b. Penerima layanan

c. Jenis layanan

Page 13: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

452

d. Kepuasan pelanggan

4. Jenis Pelayanan Publik

Munculnya pelayanan umum atau publik dikarenakan adanya kepentingan,

dan kepentingan tersebut bermacam macam bentuknya sehingga pelayanan publik

yang dilakukan ada beberapa macam. Menurut Hardiyansyah (2011:23) jenis

pelayanan umum atau publik yang diberikan pemerintah terbagi dalam tiga

kelompok, yaitu :

a. Pelayanan administratif

b. Pelayanan Barang

c. Pelayanan Jasa

Jenis pelayanan di Kantor Desa Landungsari termasuk kedalam kategori

pelayanan administratif dan pelayanan jasa.

5. Kualitas Pelayanan Publik

Kualitas menurut Fandy Tjiptono (2000:4) adalah suatu kondisi dinamis

yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang

memenuhi harapan, sehingga kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya

dalam mengimbangi harapan konsumen. Kualitas pelayanan dapat diketahui

dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang mereka

terima dengan pelayanan yang sesungguhnya yang mereka harapkan. Jika jasa

pelayanan yang diterima sesuai yang diharapkan, maka kualitas pelayanan

dipersepsikan baik dan memuaskan. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih

rendah daripada yang diharapkan maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adanya Pelayanan Publik sangat berperan penting bagi keperluan orang

atau masyarakat dengan memberikan pelayanan atau melayani jika dinilai

mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut. Tentunya harus sesuai dengan

tata cara serta aturan hukum yang telah ditetapkan. Dalam melayani masyarakat

sendiri adalah pemerintah dengan arti tidak dapat melayani dengan dirinya

sendiri. karena tentu dalam menciptakan kondisi dengan mengembangkan

kreativitas serta kemampuan yang dimiliki setiap anggotanya demi mencapai

tujuan bersama. Seperti yang kita rasakan akhir- akhir ini terkait pelayanan

Page 14: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

453

publik, masyarakat selalu menuntut pelayanan publik yang mempunyai sifat

kompeten dan berkualitas dari birokrat itu sendiri. karena secara empiris

pelayanan publik yang ada saat ini bercirikan lambat, mahal, berbelit-belit. Hal

seperti itu cenderung masih diposisikan sebagai pihak yang melayani bukan

dilayani. Lagi-lagi Pelayanan Publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan

sesuai keperluan masyarakat atau orang pada organisasi tersebut. Seharusnya

birokrasi publik yang baik adalah mempunyai ciri professional, sederhana,

transparansi, efektif, responsive, tepat waktu serta dapat membangu kualitas

manusia dengan meningkatkan kapasitas masyarakat perindividu secara aktif dan

menentukan masa depannya. Pemerintah merupakan pihak berwajib yang

menyediakan barang publik dalam kaitanya degan barang publik murni dan sifat

barang privat khususnya barang publik yang dinamakan kebijakan publik. Barang

publik murni merupakan bentuk aturan yang tidak boleh diserahkan kepada

swasta yang terkait. Karena akan menimbulkan kepentingan kepentingan swasta

yang membuat aturan sehingga aturan itu menjadi penuh dengan ested interest dan

menjadikan ketidakadilan. Adanya barang publik murni tersebut akan membuat

peran pemerintah akan tetap melekat di sepanjang keberadaannya.

Yang dimaksud pelayanan publik ialah sebagai pemberi layanan atau

penyedia layanan untuk keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan. Pelayanan prima akan bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas

pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai acuan

pengembagan penyusunan standar pelayanan. Penyedia layanan, pelanggan atau

stakeholder dalam kegiatan pelayanan akan memiliki acuan tentang bentuk,

alasan, waktu, tempat dan proses pelayanan yang seharusnya. Penggunaan istilah

pelayanan publik (public service) di indonesia dianggap memiliki kesamaan arti

dengan istilah pelayanan umum atau pelayanan masyarakat. Oleh karna itu ketiga

istilah tersebut dipergunakan bersama dan tidak memiliki perbedaan mendasar,

Pelayanan berfungsi sebagai sebuah sistem yang menyediakan apa yang di

butuhkan oleh masyarakat. Terdapat empat unsur penting dalam proses pelayanan

publik, yaitu (Bharata,2004:11) :

Page 15: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

454

1. Penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu

kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan

penyerahan barang (goods) atau jasa-jasa (services).

2. Penerima layanan, mereka yang di sebut sebagai konsumen yang menerima

berbagai layanan dari penyedia layanan .

3. Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat di berikan kepada pihak yang

membutuhkan layanan .

Pelayanan publik adalah suatu usaha yang di berikan oleh pemerintah

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penyelenggara pelayanan publik tidak

terlepas dari hubungan pemerintah selaku penyelenggara pelayanan dan

masyarakat sebagai pengguna layanan tersebut. Pemerintah dituntut untuk

memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, kegiatan pemberi pelayanan

publik dapat diamati dari berbagai pelayanan salah satunya adalah di bidang

kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan tanggungjawab pemerintah dalam

upaya mencapai kesejateraan masyarakat di bidang kesehatan. Hal tersebut

tercantum pada cita-cita bangsa indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam

pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,

berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia pasal 36 tahun 2006 bahwa

setiap upaya pembangunan harus di landasi dengan wawasan kesehatan, dalam

arti dalam pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan

merupakan tanggung jawab semua pihak bail pemerintah maupun masyarakat.

Dalam hal mengembangkan organisasi yang berorentasi pada kebutuhan dan

keinginan pengguna jasa, sebab kesalahan dalam mengedintifikasi kebutuhan dan

harapan pengguna jasa akan menyebabkan pelayanan tersebut menjadi tidak

berarti dan sia-sia. Pemerintah berperan besar dalam memberikan pelayanan

publik dan dapat berperan dalam memperbaiki atau memperluas pelayanan

kesehatan dengan berbagai cara antara lain memperluas sistem dan arus informasi

sehingga mampu untuk menangkap kecendrungan masalah kesehatan dalam

masyarakat untuk membangun prioritas kebijakan.

Peningkatan kualitas pelayanan publik adalah isu yang sangat penting

karena masyrakat terus menerus menuntut kualitas pelayanan publik tersebut agar

menjadi lebih baik. Karena peningkatan kualitas pelayanan publik adalah salah

Page 16: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

455

satu bentuk aktivitas harapan dari sebuah konsumen kepada perusahaan.

Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat di Desa Landungsari sangat

berkaitan erat dengan ketersediaannya Sumber Daya Manusia yang terampil.

Karena Sumber Daya Manusia itu sendiri salah satu factor yang sangat penting

dalam sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahan terkait yang dimana

Sumber Daya Manusia merupakan sumber kunci dalam meningkatkan sebuah

organisasi. Selain karena keterkaitannya dengan Sumber Daya Manusia,

peningkatan kualitas pelayanan juga dipengaruhi oleh suatu kinerja birokrasi.

Ketika suatu birokrasi memiliki kinnerja yang buruk dalam memberikan

pelayanan kepada publik tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja pemerintah

secara keseluruhan. Jadi memang perlu untuk mengubah pola pikir budaya kerja

dalam pembenahan organisasi untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik

dan bisa meningkatkan kepercayaan publik kepada pelayanan yang ada di kantor

Desa Landungsari kembali.

Fokus utama ketika membicarakan pelayanan publik adalah orang yang

dilayani dan orang yang melayani. Disini yang dikatakan orang melayani adalah

perangkat desa yang ada di Kantor Desa Landungsari dan yang dilayani adalah

warga Desa Landungsari itu sendiri. Pada prinsipnya pelayanan publik sengaja

dirancang agar pelayanan tersebut menjadi simple, cepat, dan tanpa biaya.

Mufarruh H. Rasyid sebagai kepala urusan umum di Kantor Desa Landungsari

mengatakan bahwa sebelum tahun 2000, pada awal sebelum terciptanya teknologi

informasi di Kantor Desa Landungsari masih menggunakan alat manual dan

hanya terdapat satu komputer saja. Hal ini juga disebabkan karena tenaga Sumber

Daya Manusia yang kurang memadai atau kurang mencukupi dan belum sesuai

dengan kompetensinya sehingga memperlambat pelayanan publik tersebut.

Kantor Desa Landungsari pada dasarnya seluruh administrasi publik telah

dihendle oleh masing-masing bidang (bidang Kartu Tanda Penduduk, Kartu

Keluarga, bidang pertanahan dan lain-lain) yang mana ternyata tidak berjalan

secara efisien karena disebabkan oleh kebutuhan pokok warga yang semakin

melonjak naik. Jika dulunya hanya 1 atau 2 orang saja yang datang untuk

menyerahkan surat (surat keterangan usaha, surat keterangan biasa, surat perizinan

dan lain-lain) dalam sehari, saat ini bisa mencapai 20 atau 30 orang dalam sehari

Page 17: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

456

yang datang ke Kantor Desa Landungsari. Lalu pada awal tahun 2010, kantor

Desa Landungsari menyiapkan beberapa perangkat lunak dan perangkat keras

bertujuan ingin membuat pelayanan yang dinamakan Pelayanan Satu Atap. Hal ini

agar pelayanan publik dengan sistem satu atap atau satu pintu ini dianggap sudah

efektif, kemudian kelengkapan pelayanan yang maksimal dan cepat serta

terjangkau. Pelayanan ini dibuat agar yang dahulunya bermacam-macam bidang,

saat ini hanya 1 bidang saja yang menghendle dengan penerimanya melewati satu

pintu saja. Hal ini dilakukan agar warga penduduk Desa Landungsari yang datang

tidak menunggu terlalu lama untuk menyerahkan surat permohonan.

Tahun 2017, para perangkat Kantor Desa Landungsari telah mengikuti

beberapa pelatihan yang dinamakan dengan SILADESKEL (Sistem Layanan

Administrasi Desa dan Kelurahan) Pelatihan Siladeskel di mulai dengan dengan

Sumber Daya Manusia Kantor desa yang minim karna masih banyak yang belum

mengerti tentang Internet namun ada sebagian yang sangat mengerti akan internet.

Adapun perbedaan Sumber Daya Manusia yang sangat jauh antara satu desa

dengan desa yang lainnya ini menjadi awal hambatan dalam pelaksaan pelatihan

SILADESKEL. Pelatihan tersebut dilaksanakan secara santai dengan

menggunakan bahasa yang sangat sederhana supaya bahasa pengantar dapat di

terima oleh para peserta operator desa yang masih memiliki sedikit pengetahuan

tentang internet. Dengan minimnya Sumber Daya Manusia dalam operator desa

tentang internet karena memang terkakadang bermaslah dengan kendala teknis

jaringan IT celular di Desa Landungsari yang tidak merata. Setelah pelatihan

SILADESKEL berjalan kurang lebih sekitar 3 jam dan mencapai akhir pelatihan,

semua operator desa dapat menerima pelatihan dengan sempurna, hasilnya bagi

operator yang tadinya kurang akan pengetahuan internet kini sudah tidak lagi

bahkan saat ini sudah bisa menjalankan program SILADESKEL secara online

dengan baik.

Kekurangan setelah menerapkan sistem tersebut, jika Desa Landungsari

berpenduduk sejumlah 10.000 orang sedangkan penduduk musiman sebanyak

12.000 orang. SILADESKEL ini tidak berjalan secara kompetebel karena

database yang tersedia hanya database keuntungan Desa Landungsari. Sementara

yang mengajukan administrasi surat menyurat bukan hanya dari Desa

Page 18: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

457

Landungsari sehingga para perangkat kantor desa memutuskan untuk kembali ke

manual. Lalu pada tahun 2018 diciptakannya SIKDES (Sistem Informasi

Manajemen Desa) sistem ini berguna untuk mengedit jika ada yang diikuti dari

orang luar dan sekaligus di save, akan tetapi lagi-lagi sistem ini dirasa kurang

efektif karena dirasa terlalu lama. Dan saat ini di kantor Desa Landungsari belum

berjalan sistem online, hanya sistem keuangan saja yang menggunakan sistem

online.

Bagan 1. Undang-Undang Tentang Desa

Dengan adanya dan disahkannnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,

harapan dari masyarakat desa bahwa atas segala kebutuhannya dapat diakomodasi

dengan lebih baik. Atas pemberian tersebut harapan masyarakat desa dapat

meningkatkan mutu kualitas hidup masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan

hidup dengan memberantas suatu permasalahan seperti kesenjangan antar

wilayah, kemiskinan dan masalah sosial dan lainnya. Atas pelaksanaan tersebut

maka pemerintah desa juga harus mempunyai peran tanggung jawab yang besar

serta harus bisa menerapkan prinsip - prinsip akuntabilitas dalam tatanan

pemerintah yang dimana semua penyelenggaraan kegiatan harus

dipertanggungjawabkan oleh masyarakat desa sesuai dengan ketentuannya. Selain

itu pemerintah desa wajib menyusun suatu laporan realisasi pelaksaan APBDes

Transparansi dan

Akuntabilitas Akuntabilitas

Partisipatif dan

Transparansi

Pertanggungjawaba

n Dana Desa

Pelaksanaan Dana

Desa

Pengelolaan Dana

Desa

Perencanaan Dana

Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Page 19: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

458

dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes yang kemudian

laporan tersebut yang akan dihasilkan dari siklus pengelolaan keuangan desa.

Adapun tahapannya seperti tahapan pelaksanaan, tahapan pelaporan, tahapan

perencanaan, hingga laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa.

Dimana dalam perencanaan ini, BPD (Badan Permusyawaratan Desa) ikut serta

dalam merepresentasikan masyarakat desa sehingga program kerja tersebut dapat

terakomodir berdasarkan kepentingan dan kemampuan yang dimiliki oleh

masyarakat desa tersebut. Selain itu pemerintah desa harus melakukan pembukuan

atau melakukan transparansi atas taransaksi keuangan atas bentuk

pertanggungjawaban yang sudah dilakukannya.

Dana Desa ini diatur dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 60 tahun

2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara. Berdasarkan PP Nomor 60 tahun 2014, Dana Desa merupakan dana yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan

bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) kabupaten atau kota dan digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan

pemerintahan desa tersebut, dalam pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Seperti halnya yang diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 ini yang kemudian direvisi kembali

menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015.

Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 ke Peraturan

Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 menjelaskan bahwa pembagian atas Dana

Desa akan lari ke pusat-kabupaten dan dari kabupaten menuju desa. Dana Desa

merupakan dana bantuan yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa yang mana

akan dipergunakan untuk sarana prasana masyarakat serta lembaga yang ada di

desa dengan diprioritaskannya oleh masyarakat. Administrasi tersebut akan

dikelola dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa. Pemberian Dana Desa

merupakan salah satu salinan dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 t5entang pengelolaan Keuangan desa yang

gunanya untuk membiayai dan mendorong program Pemerintah Desa yang

ditunjang oleh swadaya gotong royong dengan beberapa partisipasi masyarakat

dalam melaksanakan program pemerintah pemberdayaan masyarakat.

Page 20: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

459

Adapun Tujuan pemberian Dana Desa antara lain meliputi :

a. Untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan

suatu pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang sesuai

dengan kewenangannya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan,

b. Untuk meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam

melakukan suatu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan

secara partisipatif yang sesuai dengan potensi yang dimiliki desa tanpa

memaksa,

c. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan desa, kesempatan kerja dan

kesempatan berusaha bagi masyarakat desa serta dalam rangka pengembangan

kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang akan membantu kehidupan yang

lebih layak,

d. Untuk mendorong dalam peningkatan partisipasi swadaya gotong royong

masyarakat. Dimana dana desa yang dianggarkan oleh pemerintah pusat secara

nasional dalam APBN setiap tahun harus dapat dikelola secara tertib, taat pada

ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,

transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan serta mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat

setempat, agar lebih bermanfaat.

Pada dasarnya dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah sebuah hak dan

kewajiban desa yang dinilai berupa uang dan barang yang masih ada

hubungannya dengan kewajiban desa. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 60 Tahun 2014 menjelaskan tentang sumber Dana Desa yang mana Dana

Desa sendiri bersumber dari APBN melalui kas umum desa yang sepenuhnya

menjadi pendapatan desa ke APBDes. APBDes dikelola oleh Kepala Desa karena

jabatannya slaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa memiliki

kewenangan dalam menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa

dengan dibantu PTPKD (Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa. PTPKD

berasal dari unsur unsur perangkat desa untuk mengelola keuangandesa dan

Sekretaris Desa yang bertindak atas coordinator pelaksanaan pengelolaan

keuangan. Keuangan Desa dikelola berdasarkan beberapa asas, yakni akuntabel,

transparan serta adanya kedisiplinan dan tertib terkait anggaran.

Page 21: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

460

Keuangan Desa di Kantor Desa Landungsari sudah memiliki sistem online

yang dinamakan Sistem SISKEUDES (Sistem Keuangan Desa). Sistem Keuangan

Desa disini berguna untuk mengamankan keuangan desa. Hal ini sama dengan

perihal yang pernah ramai diperbincangkan di media berkaitan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) online hanya saja dalam lingkup kecil.

SISKEUDES ini dibawah pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan

softwarenya digunakan di Indonesia. Pengelolaan keuangan desa harus

dilakuknan dengan baik agar tidak terjadi kecurangan-kecurangan dalam

mengelolan anggaran desa. Pemerintah dalam mengembangkan SISKEUDES

adalah untuk membantu pemerintah desa lebih mandiri dalam mengelola

keuangan desa secara efektif dan lebih baik, serta meningkatkan transparansi

dalam akuntabilitas keuangan di desa. Dengan adanya SISKEUDES diharapkan

pemerintah desa lebih mandiri dan lebih bekerja keras dalam mengelola unsur

pemerintahan dan sumber daya alam yang dimiliki. Aplikasi ini dikeluarkan pada

tahun 2016 dan sudah mulai diterapkan di desa-desa. Di mulai pada tahun 2016

tentunya banyak kendala-kendala yang dihadapi terhadap penerapannya seperti

error saat peng inputan data Jadi sewaktu proses penginputan sering kali tidak

teriput dengan baik atau halaman entri bisa jadi tidak muncul. Mengingat dana

untuk pembangunan desa tidak sedikit dan biasanya akan digelontorkan setiap

tahun. Hanya karena ketidakmampuan dari satu atau dua orang saja dalam

membuat laporan maka akan mengakibatkan desa tersebut tidak terbangun. Dan

bagaimana pemerintah desa melakukan persiapan untuk penggunaan aplikasi ini.

Beberapa waku yang lalu pada tahun 2016, file projectnya juga dengan

daerah Malang, Pasuruan dan Madiun. Dalam menjalankan suatu sistem tentunya

adanya beberapa dampak yang dikarenakan sistem SISKEUDES ini, jika orang

yang berpikiran maju akan berfikir bahwa adanya sistem ini akan berdampak yang

sangat bagus karena sifatnya yang simple dan aman serta lebih transparan kepada

masyarakat. Namun, jika orang tersebut berpikiran mundur atau akan berfikir

bahwa adanya sistem ini bersifat susah dan merepotkan. Hal itu tentunya akan

mempersulit pelayanan publik tersebut karena masyarakat yang tidak punya satu

pikiran untuk mendukung pelayanan publik yang diberikan Kantor Desa

Landungsari tersebut.

Page 22: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

461

Kantor Desa Landungsari juga mempunyai situs website yang dibuat oleh

mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang dulu pernah melakukan

magang di Kantor Desa tersebut. Situs website tersebut sayangnya belum

sepenuhnya berjalan dengan optimal. Pada dasarnya website merupakan halaman

situs sistem informasi yang dapat diakses secara cepat dan didasari oleh

perkembangan teknologi informasi terciptanya suatu jaringan antar komputer

yang saling berkaitan. Dalam penggunaan website itu sudah menjadi suatu

perhatian oleh banyak kalangan, mulai dari pengusaha, akademisi, pemasaran,

praktisi media massa, perusahaan, hingga instansi pemerintahan.

Penggunaan website di Kantor Desa Landungsari masih menimbulkan

kesenjangan karena masih kurang sumber daya manusia yang berkompeten, baik

pengelolaan website maupun pembuat berita. Keberadaan website Kantor Desa

Landungsari ini hanyalah gambaran tentang point-point informasi dan belum ada

isi informasinya. Padahal penggunaan website Kantor Desa Landungsari

http://desa-landungsari.malangkab.go.id/interaktif.html akan mempermudah

masyarakat ataupun wartawan dalam pencarian berita yang berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan di Desa Landungsari.

Gambar 1. Situs Web Desa Landungsari

http://desa-landungsari.malangkab.go.id/

Bahwa penggunaan situs website tersebut dapat diaplikasikan dan

dimanfaatkan datanya, tidak mengalami kesulitan terhadap pelayanan publik,

seedangkan sebagai pembuatan aplikasi untuk pelayanan bersifat dari Pemerintah

ke Publik dikategorikan kurang menguasai penggunaannya. Selain itu Kantor

Page 23: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

462

Desa Landungsari untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 melakukan

kerja bekerja sama dengan jurusan Teknologi Informasi Universitas

Muhammadiyah Malang untuk membantu membuatkan software pelayanan

publik yang harapannya langsung terkoneksi ke kantor dari warga Landungsari itu

sendiri. Namun, kerja sama tersebut masih terhenti dikarenakan adanya beberapa

faktor yang mempengaruhinya.

Hambatan yang terjadi dalam pelayanan publik tersebut terkait proses

diselenggarakannya sistem online ini yakni perlunya ketelatenan karena dari tahun

ke tahun akan ada perubahan yang terkait aplikasi tersebut. Dimana aplikasi

tersebut akan terus berkembang dan harus mengikuti regulasi yang menyertai.

KESIMPULAN

Inovasi pelayanan publik merupakan cara baru maupun ide kreatif

teknologi pelayanan memperbaharui, penyederhanaan, maupun menciptakan

terobosan dalam aturan, prosedur, metode, pendekatan, struktur organisasi

sehingga memiliki nilai baik dari segi kualitas maupun kuantitas pelayanan. Tiga

hal utama dari inovasi yaitu: Produk dan Jasa, Gagasan baru, dan Upaya

perbaikan melakukan penyempurnaan dan perbaikan secara terus menerus yang

dapat dirasakan manfaatnya. Jadi untuk saat ini Kantor Desa Landungsari masih

menggunakan pelayanan manual kecuali pada bidang Keuangan Desa yang

dinamakan SISKEUDES dan inovasi-inovasi lain masih dalam proses kerja sama

dan belum terlaksana. Dan adanya Situs website yang sayangnya belum

sepenuhnya berjalan dengan optimal sehingga masih terlihat ketinggalan padahal

situs website tersebut sangat penting bagi masyarakat dan wartawan dalam

pencarian berita yang mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Kantor

Desa Landungsari.

Pelayanan publik sendiri yang mempunyai peran penting bagi masyarakat

yang mana akan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat. Bahwasanya

masyarakat juga berhak untuk mengawasi maupun memberikan pendapat atas

pelaksanaan pelayanan publik tersebut. Hak ini menjadikan bekal masyarakat

untuk mengendalikan penyelenggaraan pelayanan publik. Tanpa berpacu pada

hak, sebenarnya pengawasan pelayanan publik memang sudah melekat pada diri

masyarakat.

Page 24: INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA LANDUNGSARI

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

463

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Creswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed .Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Sinambela, Lijan Poltak. (2011). Reformasi Pelayanan Publik : Teori Kebijakan

dan Implementasi. Jakarta. Bumi Aksara.

Journal

Mirnasari, Rina Mei. (2013). Inovasi Pelayanan Publik UPTD Terminal

Purabaya Bungurasih. Universitas Airlangga. Volume 1. Diakses pada 20

November 2019.

Pratama, M Rizky. (2013). Inovasi Pelayanan Publik (Studi Deskriptif Tentang

Nilai Tambah (Value Added) Inovasi Pelayanan Perizinan Bagi

Masyarakat Di Kota Kediri). Volume 1

Mulgan, G., & Albury, D. (2003). Innovation in the public sector. Strategy Unit,

Cabinet Office, 1, 40.

Demircioglu, M. A., & Audretsch, D. B. (2019). Public sector innovation: the

effect of universities. The Journal of Technology Transfer, 44(2), 596-614.

Rahman, A. Z. (2018). Smart City: Inovasi Peningkatan Pelayanan Publik Masa

Kini.

Rahadian, A. H. (2019). Revitalisasi Birokrasi Melalui Transformasi Birokrasi

Menuju E-Governance Pada Era Revolusi Industri 4.0. In Prosiding

Seminar STIAMI (Vol. 6, No. 1, pp. 85-94).

Peyusinta, T. M., & Setyawan, D. (2019). Inovasi Piket Malam Dalam

Meningkatkan Kinerja Pelayanan Publik. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik, 7(1).

Musdalipa, M., Parawangi, A., & Malik, I. (2017). Kualitas Pelayanan Publik Di

Kantor Desa Parigi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten

Gowa. Kolaborasi: Jurnal Administrasi Publik, 3(1), 47-62.

Hadi, Krishno, Listiano Asworo, Iradhad Taqwa Sihidi. 2020. “Inovasi Dialogis:

Menuju Transformasi Pelayanan Publik Yang Partisipatif (Kajian Sistem

Pelayanan Malang Online).”Journal of Government and Civil Society

4(1):115–29 DOI: http://dx.doi.org/10.31000/jgcs.v4i1.2438.