inovasi bidang perencanaan dan pelaksanaan...

43
SINERGI Strategi Pengembangan Aplikasi Pengelolaan Kinerja untuk Mendukung Sistem Satu Data pada KKP Cerita Sukses Mengelola Kapal Inka Mina di Kabupaten Indramayu Pentingnya Revitalisasi Penanganan Perkara Tindak Pidana Perikanan EDISI I - TAHUN 2016 Media Informasi Itjen Kementerian Kelautan & Perikanan Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran ISSN : 1412-1298 INOVASI PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI Bonus Sinergi : Peraturan MKP No. 17 Tahun 2016 Peratuaran Menkeu No. 168 Tahun 2015

Upload: tranminh

Post on 21-Mar-2019

265 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

SINERGI

Strategi Pengembangan Aplikasi Pengelolaan Kinerja

untuk Mendukung Sistem Satu Data pada KKP

Cerita Sukses MengelolaKapal Inka Mina

di Kabupaten Indramayu

Pentingnya Revitalisasi Penanganan Perkara

Tindak Pidana Perikanan

EDISI I - TAHUN 2016

Media Informasi Itjen Kementerian Kelautan & Perikanan

Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran

ISSN : 1412-1298

INOVASI PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI

Bonus Sinergi :

•Peraturan MKP No. 17 Tahun 2016

•Peratuaran Menkeu No. 168 Tahun 2015

Page 2: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

3Edisi I - Tahun 2016

PelindungInspektur Jenderal

Pembina Sekretaris Itjen, Inspektur I, Inspektur IIInspektur III, Inspektur IV, Inspektur V

Penanggung JawabIr. Ida Kusuma Wardhaningsih

Pemimpin RedaksiIr. Jayeng C. Purewanto, MM

Pemimpin Redaktur Drs. Cipto Hadi Prayitno

Redaktur PelaksanaFarida Farid, S.Pi, M.T, M.P.P

Penyunting (Editor)Tengku Sonya N.H., S.Pi, M.Si

Fredy Haryanto, S.Pi, M.AkIr. Lina Herlina

Setyawati, S.Sos, M.Ak

FotograferAfdi Nurdiansyah, A.Md

Sekretariat Tim Pelaksana Kegiatan

Drs. Agus Budi Pranolo, MMWiwit Roza, S.H, M.H.

Dyah Kusumawardani, SE, MABAri Purwandari, S.PsiSigit Pratama, A.Md

Alamat RedaksiSekretariat Itjen KKP

Gedung Mina Bahari 3 Lt. 4 Jl. Medan Merdeka Timur No. 16

Jakarta 10110Telp. (021) 3522310, 3520336

Fax : (021) 3520336http: www.itjen.kkp.go.id

SINERGISalam Sinergi

Pembaca tercinta…Apa kabar pagi hari ini? Semoga selalu sehat dan tetap semangat menyongsong mentari.

Menemani Anda di awal hari ini, kami menyajikan ragam informasi khas yang dapat Anda pilih segera dalam daftar isi “Sinergi” ini. Di Rubrik Kinerja, Anda dapat menikmati sajian tulisan mengenai Inovasi di bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menjadi referensi bagi Kementerian/Lembaga lain dalam melaksanakan hal serupa. Inovasi ini tidak dimaksudkan untuk melanggar aturan secara membabi buta untuk mencapai tujuan, namun dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan anggaran dalam memperoleh output yang optimal, secara efisien dan efektif. Inovasi seperti ini diperlukan dalam rangka mengurangi ataupun menghilangkan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan anggaran seperti perencanaan yang tidak matang, indikator kinerja yang gampang diubah sesuai keinginan, kebijakan institusi yang berubah karena perkembangan organisasi dan kebutuhan, dan faktor lainnya yang menghambat pelaksanaan anggaran.

Selain sajian itu, ada ragam sajian lain di Rubrik Kinerja, mulai dari Strategi Pengembangan Aplikasi Pengelolaan Kinerja untuk Mendukung Sistem Satu Data pada KKP, Penyiapan SDM Kelautan dan Perikanan Pendukung Keberhasilan Pembangunan, Upaya Menumbuhkan Tunas Integritas KKP, Pentingnya Revitalisasi Penanganan Perkara Tindak Pidana Perikanan, hingga Telaah Sejawat, sebagai Upaya Penerapan Praktik Profesional.

Pembaca tercinta…Sambil mereguk kopi hangat di pagi hari, Anda dapat pula menyibak Rubrik Auditoria untuk kilas balik rangkaian kegiatan Inspektorat Jenderal KKP di tahun 2016 ini. Diantaranya kegiatan SOPAC Brisbane dan SNIA Bali sebagai salah satu upaya dalam Pengembangan Profesional Berkelanjutan untuk Auditor Itjen KKP, Pelatihan Kantor Sendiri tentang Penilaian Angka Kredit bagi Auditor, hingga Pelantikan Pejabat Eselon Lingkup Itjen KKP. Selamat menikmati dan terus semangat melaksanakan tugas di pagi hari ini. Salam Sinergi !

Visi dan Misi Kementerian Kelautan & Perikanan

LAUT adalah Masa Depan Bangsa

TRISAKTI & NAWACITA

Visi KKP :Mewujudkan sektor kelautan & perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat dan

berbasis kepentingan nasional

Misi KKP :1. Kedaulatan2. Keberlanjutan3. Kesejahteraan

Produksi

Ekspor

Konsumsi Ikan

Pendapatan

12%PDB Perikanan

(2019)

Page 3: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

4 SINERGI 5Edisi I - Tahun 2016

Kinerja

Daftar Isi

6

Inovasi di Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran

Cerita Sukses Mengelola Kapal Inka MinaDi Kabupaten Indramayu

Strategi Pengembangan Aplikasi Pengelolaan Kinerja untuk Mendukung Sistem Satu Data pada KKP

Geliat Pembangunan Pulau-Pulau Terluar melalui Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu

6

11

15

21

Potensi Kelautan dan Perikanandi Negeri Parodisa (Kepulauan Talaud)

Penyiapan SDM Kelautan dan Perikanan Pendukung Keberhasilan Pembangunan

Menumbuhkan Tunas Integritas KKP

Pentingnya Revitalisasi Penanganan Perkara Tindak Pidana Perikanan

Telaah Sejawat : Upaya Penerapan Praktik Profesional

24

27

30

35

44

Urgensi Tindak Lanjut Atas Temuan BPK RI

Efisiensi Belanja Pemerintah Suatu Keharusan?

Kontinuitas Perbaikan Pelayanan Publik di KKP

Penataan Perizinan Kapal Perikanan di Indonesia

49

54

58

62

35

aUDiTOria

Rakerwas Itjen KKP 2016 Menuju Pengawasan Berbasis Quality Assurance dan Advisory Services

Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNP-SDA) Sektor Kelautan

Pelatihan Kantor Sendiri, Penilaian Angka Kredit

65

67

70

72

75

76

78

79

82

76

Walimatussafar Lingkup Itjen KKP

Satyalancana Karya Satya untukPegawai Itjen KKP

Pelepasan Purna Tugas dan Penugasan Baru Pegawai

KiLaS LenSa

Pelantikan Pejabat Eselon Lingkup Itjen KKP

Sosialisasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi KKP

SOPAC Brisbane dan SNIA Bali Pengembangan Profesional Berkelanjutan untuk Auditor

8262

70

Page 4: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

6 SINERGI 7Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Secara natural, pelaksanaan anggaran bersifat kaku dan dibatasi oleh berbagai macam aturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat. Inovasi dalam perencanaan dan pelaksanan anggaran tidak dimaksudkan untuk melanggar aturan secara membabi buta untuk mencapai tujuan pelaksanaan anggaran tersebut. Inovasi dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan anggaran untuk memperoleh output yang

optimal dan dapat dicapai secara efisien dan efektif. Inovasi juga diperlukan dalam rangka mengurangi ataupun menghilangkan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan anggaran seperti perencanaan yang tidak matang, indikator kinerja yang gampang diubah sesuai keinginan, kebijakan institusi yang senantiasa berubah karena perkembangan organisasi dan kebutuhan, dan faktor lainnya yang sekiranya dapat menghambat pelaksanaan anggaran sehingga mempengaruhi pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Dasar Hukum dan Tujuan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

inovasi diartikan sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, pembaharuan atau penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). Dalam pelaksanaan anggaran, inovasi tidak dimaksudkan untuk “menghalalkan segala cara” dalam mencapai tujuan. Inovasi harus dilihat sebagai pengoptimalan suatu celah kemudahan dalam pelaksanaan anggaran dengan cara-cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya, tetap berada pada jalur yang sesuai (on the track), dan tidak “menabrak aturan yang ada”.

Inovasi pelaksanaan anggaran diatur dalam peraturan perundang-undangan. Setidaknya terdapat dua aturan yang mengakomodasi inovasi dalam pelaksanaan anggaran. Pada Pemerintah Daerah (Pemda) kita kenal adanya Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemda, sedangkan pada Kementerian Negara/Lembaga/Pemda diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian, Lembaga, dan Pemda Tahun 2016.

Pada UU Nomor 23 Tahun 2014, Pasal 386 mengatur dengan tegas bahwa dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan Pemda, Pemda dapat melakukan inovasi. Inovasi merupakan semua bentuk pembaruan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang harus berpedoman pada sejumlah prinsip penting, seperti peningkatan efisiensi, perbaikan efektivitas, perbaikan kualitas pelayanan, tidak ada konflik kepentingan, berorientasi kepada kepentingan umum, dilakukan secara terbuka, memenuhi nilai-nilai kepatutan, dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri.

Lebih lanjut ditegaskan pada Pasal 389 bahwa dalam hal pelaksanaan inovasi yang telah menjadi kebijakan Pemda dan inovasi tersebut tak mencapai sasaran yang telah ditetapkan, aparatur sipil negara tak dapat dipidana. Namun demikian, pelaksanaan

inovasi itu mengharuskan dipenuhinya persyaratan prosedur dan substansi yang cukup ketat untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan inovasi daerah (Tjandra, W. Riawan, 2015).

Pada Peraturan MenPAN-RB Nomor 15 Tahun 2015, inovasi lebih diarahkan kepada pelayanan publik dari kementerian/lembaga/pemda. Satu Instansi, Satu Inovasi (One Agency, One Innovation) adalah gerakan yang mewajibkan kepada setiap Kementerian, Lembaga, dan pemda (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) untuk menciptakan minimal 1 (satu) inovasi pelayanan publik setiap tahun.

Inovasi yang Dilaksanakan oleh KKP Menurut penulis, setidaknya terdapat

empat inovasi yang sudah dilaksanakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran yaitu:

Oleh: Fredy Haryanto, S.Pi, M.Ak (Auditor Muda Inspektorat II, Itjen KKP)

Inovasi tidak hanya di bidang teknologi. Inovasi dapat terjadi di segala lini, termasuk diantaranya dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran di kementerian/lembaga/pemerintah daerah.

Keberhasilan KKP dalam inovasi perencanaan dan pelaksanaan anggaran telah menjadi referensi kementerian/lembaga lain dalam melakukan hal serupa. Apa saja inovasinya?

Kinerja

Satu Instansi, Satu Inovasi,

(Peraturan MenPAN-RB No.15 Tahun 2015)

One Agency, One Innovation

Inovasi di Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran

Page 5: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

8 SINERGI 9Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

1. Menghilangkan Kata-Kata Bersayap dalam Perencanaan AnggaranSuatu terobosan baru dalam perencanaan

anggaran telah dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) pada bulan Oktober 2015 pada saat membahas perencanaan anggaran untuk Tahun Anggaran (TA) 2016. Pada saat itu MKP menginstruksikan kepada seluruh jajaran di bawahnya agar menghilangkan kata-kata bersayap dalam dokumen perencanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) KKP. Kata-kata bersayap tersebut antara lain: penguatan, pengembangan, pemberdayaan, penyelarasan, dan kata-kata lain sejenisnya. Kata-kata bersayap dinilai menyebabkan ketidakjelasan output yang dihasilkan. Suatu perencanaan kegiatan yang baik seharusnya langsung mengarah kepada maksud dari tujuan kegiatan tersebut, tanpa perlu ada-nya kata-kata yang bersifat mengaburkan dan berpotensi untuk diselewengkan.

Inovasi MKP untuk menghilangkan kata-kata bersayap dalam perencanaan anggaran ini mendapat perhatian yang serius dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Dalam sidang paripurna kabinet tanggal 10 Februari 2016, Presiden Joko Widodo

mengingatkan supaya dalam perencanaan anggaran tidak lagi menggunakan kata-kata bersayap untuk mempermudah pengawasannya dan tidak mengaburkan output-nya. Inovasi ini diadopsi oleh Kementerian Keuangan untuk disampaikan kepada seluruh Kementerian/Lembaga supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, meniru apa yang sudah dilakukan MKP, yang disebut sebagai “Susinisasi”.

2. Anggaran Difokuskan kepada Program PrioritasSelama ini anggaran dialokasikan dengan

mengunakan prinsip money follow function. Prinsip pengalokasian anggaran money follow function dinilai kurang tepat lagi diterapkan. Money follow function mengharuskan anggaran dibagikan kepada seluruh fungsi (struktur organisasi kementerian/lembaga) yang ada, tanpa melihat program prioritas yang sedang ditangani oleh kementerian/lembaga. Sejak perencanaan anggaran TA 2016, MKP telah mengarahkan supaya anggaran difokuskan pada program yang menjadi prioritas KKP. Hal tersebut dapat dilihat pada salah satu program/kegiatan prioritas KKP pada Direktorat Jenderal

Perikanan Tangkap TA 2016, yaitu Bantuan Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan (API) untuk nelayan sebanyak 3.450 kapal dan 14.872 unit API, dialokasikan anggaran sebesar 70,69% dari total anggaran pada Ditjen Perikanan Tangkap.

Inovasi ini juga mendapat perhatian yang serius dari Presiden Joko Widodo. Dalam sidang paripurna kabinet tanggal 10 Februari 2016, Presiden Joko Widodo meminta kepada seluruh Kementerian/Lembaga agar penggunaan anggaran tidak berprinsip lagi pada “money follow function, tapi harus berprinsip “money follow program”.

3.MengefisienkanAnggaranTanpaMengurangi Output KegiatanGebrakan MKP untuk menghemat

anggaran dengan maksud supaya negara tidak mengalami defisit anggaran yang besar telah dilakukan terhadap anggaran KKP TA 2016 pada Februari 2016. Penghematan dilakukan dengan cara melakukan identifikasi terhadap anggaran yang berpotensi tidak efisien, tanpa mengurangi jumlah output yang telah direncanakan. Setelah dilakukan identifikasi dan verifikasi, maka diperoleh kesimpulan bahwa anggaran yang berpotensi tidak efisien meliputi harga satuan yang terlalu tinggi untuk spesifikasi yang sama, penurunan spesifikasi karena tidak sesuai kebutuhan, revisi jenis output yang memerlukan biaya yang lebih rendah, dan pengurangan biaya dukungan manajemen (perjalanan dinas, paket meeting dalam kota/luar kota, hingga honor-honor yang tidak diperlukan).

Gayung bersambut, setelah KKP men-canangkan gebrakan penghematan, Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 Mei 2016 menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016. Instruksi Presiden tersebut ditindaklanjuti oleh Kementerian Keuangan dengan menerbitkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor S-377/MK.02/2016 tanggal 13 Mei

2016 perihal yang sama. Dari hasil identifkasi penghematan tersebut, KKP berhasil mengusulkan penghematan belanja sebesar Rp 2.890.470.309.000,00 atau 20,94% dari pagu anggaran KKP.

• Menghilangkan Kata-Kata Bersayap• Fokus kepada Program Prioritas• Mengefisienkan Anggaran Tanpa

Mengurangi Output Kegiatan• Pencantuman Kapal dan Alat

Penangkapan ikan pada Katalog Elektronik

Beberapa Kegiatan Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran Eselon I KKP, mulai dari Rapat Teknis Perencanaan hingga Penyusunan Laporan Keuangan

Page 6: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

10 SINERGI 11Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

4. Mengusulkan Pencantuman Pekerjan Konstruksi Pembangunan Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan pada Katalog ElektronikJika dilihat dari sifatnya, pembangunan

kapal perikanan dan alat penangkapan ikan masuk dalam kategori pekerjaan konstruksi. Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan (KAPI), Ditjen Perikanan Tangkap selama ini melakukan pelelangan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan kontruksi. Pelelangan pekerjaan kon-struksi relatif lebih rumit, lama, dan tidak efisien antara lain karena memerlukan jasa konsultan perencanaan dan pengawasan. Berdasarkan hal tersebut, maka pada TA 2016, Direktorat KAPI melakukan kerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk mengusulkan pembangunan kapal perikanan dan alat penangkapan ikan masuk Katalog Elektronik (e-catalog) dan dapat dikategorikan sebagai pembelian barang.

Pada umumnya barang yang masuk dalam menu e-catalog adalah pengadaan barang/jasa, sedangkan untuk pekerjaan konstruksi dikategorikan sebagai pekerjaan yang tidak cocok masuk dalam menu e-catalog. Alasan tersebut adalah karena pekerjaan konstruksi terdiri atas komposisi tenaga/upah, material dan penggunaan alat yang besaran dan koefisien tenaga/upah, material dan alat pembentukan pekerjaan terpasang sangat bervariasi tergantung lokasi, karakteristik lahan yang akan dibangun, dan pekerjaan pendukung lainnya. Alasan tersebut tidak membuat surut Direktorat KAPI untuk melakukan inovasi dengan membuat kapal perikanan yang distandarkan dalam 25 desain dan alat tangkap dalam 41 desain. Dengan demikian maka KKP atau kementerian lain yang membutuhkan kapal perikanan dan alat penangkapan ikan dapat melakukan pemesanan barang tersebut secara elektronik (e-purchasing).

Manfaat dari masuknya pekerjaan konstruksi ke dalam menu e-catalog adalah

diperolehnya harga kapal perikanan dan alat penangkapan ikan yang lebih murah 50%-60% dari pengadaan jika menggunakan pelelangan “konvensional”. Hal tersebut karena harga yang masuk dalam menu e-catalog adalah harga pada tingkat pabrik, sedangkan jika menggunakan pengadaan

dengan pelelangan “konvensional”, maka pengadaan harus melalui

minimal tiga tingkatan yaitu penyedia barang/jasa, distributor, dan pabrik, di

mana pada masing-masing tingkatan menyisihkan ke-untungan.

Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa jika kita selalu berinovasi dalam

perencanaan dan pelaksanaan anggaran, maka prinsip penye-

lenggaraan pemerintahan seperti peningkatan efisiensi, perbaikan efektivitas, tidak ada konflik kepentingan, dan berorientasi kepada kepentingan umum harus dapat terpenuhi. Dengan demikian, kualitas pelayanan publik dapat terus ditingkatkan.

Daftar Pustaka :1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;2. Peraturan Menteri PANRB Nomor 15 Tahun 2015

tentang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah tahun 2016;

3. Inovasi, Diskresi dan Korupsi. W Riawan Chandra. http://nasional.kompas.com. 2015;

4. Kamus Besar Bahahasa Indonesia versi Online. http://kbbi.web.id/;

5. Presiden Jokowi: Para Menteri Harus Kendalikan Arah dan Kebijakan Anggaran Kementeriannya.www.kkp.go.id. 11 Februari 2016;

6. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemo-tongan Belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016;

7. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor S-377/MK.02/2016 tanggal 13 Mei 2016, tentang Penghematan/Pemotongan Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga TA 2016.

Tulisan ini maksudnya untuk menyebarkan info keberhasilan pemanfaatan Kapal Inka Mina di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

Pemanfaatan Kapal Inka MinaKabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat

menerima bantuan Kapal Inka Mina sebanyak 16 unit yang diberikan secara bertahap melalui pengadaan Tahun Anggaran (TA) 2010-2014 dari anggaran Tugas Pembantuan Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu

Cerita Sukses MengelolaKapal InKa MIna

Di Kabupaten Indramayu

Oleh: Ir. Agus Saptono Slamet (Auditor Madya Inspektorat I, Itjen KKP)

Pembuatan kapal nelayan di Karangsong, Indramayu, Jawa Barat.(beritadaerah.co.id)

Kapal Inka Mina didesain untuk menangkap ikan di perairan yang jauh dari pantai (di atas 12 mil laut), supaya nelayan bisa mengelola sumber daya laut yang belum optimal pemanfaatannya.

Meski hasil evaluasi menunjukkan adanya kapal yang tidak beroperasi/tidak dimanfaatkan dengan berbagai alasan, namun di Kabupaten Indramayu, terdapat tiga KUB/Koperasi penerima bantuan

yang mendulang keberhasilan dalam pengelolaan bantuan Kapal Inka Mina. Berikut success story mereka… success story

dan anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. Dari hasil pengawasan Itjen pada bulan Mei 2016 ke KUB dan koperasi penerima bantuan, terdapat sembilan kapal yang telah dimanfaatkan. Diantaranya, terdapat tiga kapal yang menghasilkan banyak keuntungan dan bahkan menghasilkan investasi berupa pembelian kapal baru, alat penangkapan ikan baru, dan atau penumbuhan uang kas KUB yang jumlahnya mencapai ratusan juta rupiah.

Page 7: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

12 SINERGI 13Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Profil dan pengalaman pengelola Kapal Inka Mina tersebut dapat disimak di tulisan di bawah ini :

1. KUB NelayanKUB yang beralamat di Desa Karangsong,

Kecamatan Indramayu ini berdiri tahun 2012, dan beranggotakan 31 buruh nelayan tradisional yang belum memiliki kapal perikanan. KUB menerima kapal bantuan pada bulan Juli 2014 berupa Inka Mina 641, dengan kapasitas 33 GT, dan alat tangkap jaring Gillnet Millenium. Kapal diterima dalam kondisi lengkap dan baru, lengkap dengan dokumen kapal dan perizinannya. Selanjutnya KUB berinisiatif untuk me-nambah beberapa peralatan, antara lain: freezer, dari semula satu unit saat serah terima, menjadi dua unit; dan jaring, dari semula 35 pieces, menjadi 116 pieces untuk mencukupi kebutuhan operasional. Lambung kapal yang kurang pas juga diperbaiki sendiri oleh KUB. Pembiayaan upgrade kapal hingga ratusan juta rupiah ini diusung oleh seorang pengusaha yang dianggap sebagai “Bapak Angkat” KUB tersebut.

Dalam operasional penangkapan, peran Ketua KUB sangatlah penting sebagai fishing master, penentu keberhasilan penangkapan ikan. Ia dikenal sebagai nakhoda profesional dalam penangkapan ikan. Peran anggota KUB pun tak kalah penting. Sebagian ada yang ikut di kapal, dan sisanya berperan di darat dalam pengurusan segala keperluan kapal sebelum dan pasca melaut.

Sekali melaut (satu trip), Kapal Inka Mina 641 membutuhkan waktu 26 - 30 hari. Tangkapan yang diperoleh dari jaring Gillnet Milenium meliputi ikan Kakap Merah, Manyung, Tenggiri, Tongkol dan yang menjadi andalan sumber pendapatan adalah ikan remang/cunang karena harga yang mahal. Pada operasional penangkapan ikan pertama, ikan yang tertangkap senilai Rp 177.000.000,00. Pendapatan kotor setelah dikurangi biaya operasional (Rp88.735.200,00) kemudian disisihkan 18% untuk pemeliharaan kapal, hasilnya dibagi dua bagian, 50% untuk ABK dan 50% untuk KUB. Pendapatan yang dialokasikan untuk KUB digunakan untuk biaya operasional trip berikutnya. Sekali melaut pendapatan dari ABK bisa mencapai Rp 3,5-8 juta, sedangkan nakhoda kapal bisa mencapai 28-45 juta.

Sejak kapal bantuan diterima, sampai dengan evaluasi (Mei 2016), KUB sudah mengoperasikan Kapal Inka Mina 641 sebanyak 12 trip dan tidak pernah mengalami kerugian. Pada trip keempat seluruh hutang-hutang KUB berhasil dilunasi, dan sampai trip ke-12, KUB sudah berhasil membeli kapal berukuran 5 GT dan mengumpulkan kas dalam rekening KUB hingga Rp 23,5 juta, dengan biaya cadangan untuk operasional sebanyak Rp 110 juta.

2. KUB Dwi Dharma AyuKUB yang beralamat di Desa Pabelan Udik,

Kecamatan Indramayu ini didirikan tahun 2012 dengan anggota sebanyak 10 nelayan

muda yang pernah mengikuti pertukaran pelajar di Jepang tentang ilmu penangkapan ikan dan belum memiliki kapal perikanan. Kapal bantuan yang diterima adalah Inka Mina 642 pengadaan tahun 2014 kapasitas 35 GT, dengan alat tangkap berupa jaring Gillnet Milenium di bulan November.

Kapal diterima dalam kondisi baru dan baik, dokumen kapal dan perizinan juga lengkap, namun beberapa peralatan ditambah dan di-upgrade sesuai kebutuhan, antara lain : freezer, semula 1 (satu) unit, menjadi 2 (dua) unit; jaring, semula 80 pieces menjadi 105 pieces. Dana untuk meng-upgrade kapal tersebut nilainya mencapai ratusan juta rupiah, diperoleh dari seorang pengusaha yang menjadi “Bapak Angkat” KUB tersebut.

KUB Dwi Dharma Ayu mempercayakan sepenuhnya masalah operasional kapal kepada seorang nakhoda yang bukan anggota KUB, namun sangat profesional dalam menangkap ikan. Daerah penangkapan juga diperhitungkan untuk mencari fishing ground yang bagus. Peran anggota KUB dibagi dua, yaitu yang ikut melaut dan di darat yang mengurus segala keperluan kapal sebelum dan pasca melaut.

Sekali melaut (satu trip), Kapal Inka Mina 642 membutuhkan waktu 30-40 hari. Tangkapan yang diperoleh dari jaring Gillnet

Milenium meliputi ikan Bawal, Belida, Kakap Merah, Manyung, Tenggiri, Tongkol dan yang menjadi andalan sumber pendapatan adalah ikan Remang/Cunang karena harga yang mahal. Pada operasional penangkapan ikan pertama, ikan yang tertangkap sebanyak 9.055 kg senilai Rp 236.433.000,00. Pen-dapatan kotor setelah dikurangi dengan biaya operasional (Rp 97 juta) kemudian disisihkan 15% untuk pemeliharaan kapal, hasilnya dibagi dua bagian 50% untuk ABK dan 50% untuk KUB. Pendapatan yang dialokasikan untuk KUB digunakan untuk biaya operasional trip berikutnya. Sekali melaut pendapatan dari ABK bisa mencapai Rp 3,5-13 juta, sedangkan nakhoda kapal bisa mencapai Rp 30 - 50 juta.

Hingga evaluasi berakhir, KUB telah mengoperasikan Kapal Inka Mina 642 sebanyak 8 (delapan) trip dan tidak pernah mengalami kerugian. Pada trip ketiga seluruh hutang-hutang KUB berhasil dilunasi,dan sampai trip kedelapan Dana Kas KUB telah mencapai Rp 200 juta, dengan biaya cadangan untuk operasional sebanyak Rp 77 juta.

3. Koperasi Mina SumitraKoperasi yang beralamat di Desa

Karangsong, Kecamatan Indramayu ini diikuti oleh 68 orang anggota. Tahun 2011, Koperasi

(penyuluhpi.blogspot.com)Alat Tangkap Jaring Gillnet

prod

ukun

ggul

anro

hil.c

om

Aktifitas di Kapal Inka Mina

Page 8: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

14 SINERGI 15Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Mina Sumitra menerima Kapal Inka Mina 38 pengadaan tahun 2010, kapasitas 30 GT, dengan alat tangkap berupa jaring Gillnet Milenium. Kapal tersebut dikelola oleh divisi penangkapan yang sebagian besar adalah kelompok nelayan. Kapal Inka Mina 38 telah dioperasikan untuk menangkap ikan dengan biaya operasional pertama dari koperasi. Kapal ini sudah memberikan keuntungan yang diinvestasikan kembali dalam bentuk pembelian kapal penangkapan ikan baru yaitu KM Mina Sumitra yang berukuran 52 GT senilai Rp 2,7 miliar.

Dari data penangkapan tahun 2016, diketahui bahwa sejak Januari - April 2016, telah dilakukan 11 trip penangkapan ikan, dengan satu kali trip memerlukan waktu 5-7 hari. Ikan yang didapatkan dalam 1 (satu) kali trip berkisar antara Rp 41 - 147 juta dan biaya operasional rata-rata sebesar Rp 18 juta. Dengan demikian, sejak dioperasikan pertama kali, kapal ini belum pernah mengalami kerugian.

Berdasarkan pengalaman dan success story dari KUB dan koperasi di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan pengelolaan yang baik dan benar, bantuan kapal dapat memberikan keuntungan yang relatif besar dan dapat menarik peluang investasi modal penangkapan ikan yang baru. Faktor-faktor penyebab keberhasilan pemanfaatan kapal Inka Mina antara lain sebagai berikut:

1. Keberanian KUB/koperasi untuk mencari biaya operasional kapal pada saat melaut pertama kali, walaupun dengan cara meminjam kepada tengkulak.

2. Adanya Bapak Angkat yang akan membimbing dan memberikan modal dalam meng-upgrade kapal pada saat operasional pertama kali.

3. Kecermatan dalam memilih nakhoda kapal (fishing master) untuk menentukan fishing ground yang bagus dalam penangkapan ikan.

4. Adanya pembagian peran anggota KUB di laut dan di darat untuk mendukung operasional penangkapan ikan.

5. Adanya manajemen keuangan yang handal dalam pengelolaan pendapatan. Ketua KUB harus berani menyisihkan 15 - 18% pendapatannya untuk pemeliharaan, pembelian suku cadang kapal, dan kas untuk operasional dan pembelian modal baru berupa kapal atau alat penangkapan ikan lainnya.

Peta Wilayah Kecamatan Pesisir di Kabupaten Indramayu

Daftar Pustaka :1. Program Kerja Audit Pemanfaatan Aset/Hasil

Kegiatan 2009-2015 Ditjen Perikanan Tangkap;2. Laporan Hasil Evaluasi Pemanfaatan Aset/Hasil

Kegiatan KKP 2009-2015 di Provinsi Jawa Barat.

Pemantapan tata kelola pemerintahan yang baik dapat dilaksanakan melalui terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum yang berwibawa, dan transparan. Salah satu cara untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik tersebut adalah dengan implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

SAKIP KKP

SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah. Secara sederhana, SAKIP adalah satu rangkaian siklus manajemen, mulai dari perencanaan kinerja; perencanaan program/kegiatan; penyusunan anggaran;

pelaksanaan program/kegiatan; pengukuran dan pelaporan keberhasilan pencapaian kinerja; serta pengevaluasian internal.

Aturan mengenai SAKIP telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP menggantikan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan Pedoman Evaluasi SAKIP ini disusun berdasarkan Peraturan MenPAN dan RB Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi SAKIP.

Langkah utama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam rangka implementasi SAKIP adalah menetapkan Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2015 s.d. 2019 melalui Peraturan Menteri KP Nomor 45/PERMEN-KP/2015 tentang Perubahan Peraturan Menteri

Oleh : Srianto, S.Pi (Auditor Muda Inspektorat III, Itjen KKP)

Sejak reformasi bergulir di tahun 1998, pemerintah secara terus menerus telah melakukan ragam perubahan sistem dan kebijakan dalam rangka

mencapai tata kelola pemerintah yang baik. Wujud dari perbaikan tata kelola pemerintahan ini antara lain penurunan tingkat korupsi,

perbaikan pelayanan publik, dan pengurangan ekonomi biaya tinggi.

SISTEMAPLIKASIPENGELOLAAN KINERJA

Page 9: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

16 SINERGI 17Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

KP Nomor 25/PERMEN-KP/2015. Selain itu, KKP telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2015 s.d. 2019 melalui Keputusan Menteri KP Nomor 110/KEPMEN-KP/2015, yang kemudian dilengkapi dengan target kinerja (Tabel Indikator Kinerja Utama KKP) dan Peta Strategis KKP untuk dukungan masing-masing IKU dan Sasaran Strategis (SS).

Rekomendasi SAKIP KKPKementerian PAN dan RB telah melakukan

evaluasi implementasi SAKIP KKP Tahun 2015 dengan nilai 80,76 atau masuk katagori “A,” dengan interpretasi “Memuaskan, Memimpin perubahan, berkinerja tinggi, dan sangat akuntabel”. KKP menjadi satu dari 4 (empat) Kementerian/Lembaga dan 2 (dua) Pemerintah Provinsi (Pemprov) yang memperoleh predikat memuaskan dengan nilai di atas 80, yaitu Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), KKP, BPK, Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemprov Jawa Timur.

Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas atau pertanggungjawaban atas hasil (outcome) terhadap penggunaan anggaran, dan mewujudkan pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government), terdapat beberapa rekomendasi terhadap hasil evaluasi SAKIP, antara lain : a) Mengoptimalkan implementasi Perjanji-

an Kinerja (PK) pengelolaan dana dekon-sentrasi/tugas pembantuan dengan menetapkan perjanjian kinerja yang berorientasi pada hasil (outcome) kepada seluruh unit kerja dan seluruh penerima dana dekonsentrasi/pembantuan serta membangun sistem monitoring dan evaluasi berbasis teknologi informasi, sehingga dapat meningkatkan akunta-bilitas kinerja penggunaan dana dekon-sentrasi/tugas pembantuan;

b) Mengoptimalkan implementasi sistem akuntabilitas kinerja berbasis teknologi informasi yang telah dibangun pada tingkat unit kerja organisasi maupun individu pegawai dengan mengintensifkan monitoring dan evaluasi berkala oleh

pimpinan instansi dan unit kerja dan memanfaatkan hasil pengukuran kinerja sebagai dasar pemberian reward and punishment, sehingga menumbuh-kembangkan budaya kinerja organisasi yang baik dan berbasis merit system.Sebagai upaya menindaklanjuti rekomen-

dasi tersebut serta memastikan SS, IKU, serta capaian kinerja yang dapat diandalkan, Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal KKP mengembangkan aplikasi Sistem Pengelolaan Kinerja melalui www.kinerjaku.kkp.go.id atau aplikasi Kinerjaku. Aplikasi tersebut saat ini masih terus dilakukan penyempurnaan agar terkoneksi dengan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Pegawai KKP (Simpeg), Sasaran Kinerja Pegawai (e-SKP), serta Pengendalian dan Pengawasan (e-DalWas).

Integrasi Satu DataAplikasi Sistem Aplikasi Pengelolaan

Kinerja melalui www.kinerjaku.kkp.go.id atau aplikasi Kinerjaku yang terintegrasi dengan aplikasi-aplikasi lain lingkup KKP, akan mendukung sistem “satu data” KKP yang mempermudah akses pemanfaatannya. Dalam rangka mendukung integrasi “satu data” terdapat beberapa langkah yang perlu diimplementasikan, yaitu:

1. Memastikan semua level jabatan struktural mengimplementasikan Balanced Score Card (BSC) dalam Perjanjian Kinerja.Melalui implementasi BSC dengan aplikasi Kinerjaku, manajemen dapat memastikan bahwa sasaran dan strategi akan terukur masuk ke dalam setiap rencana operasional di semua tingkatan unit kerja di lingkup KKP; manajemen kinerja akan selaras dengan strategi di semua tingkat jabatan; akuntabilitas yang terjaga, yaitu adanya kejelasan siapa mengerjakan apa dan apa indikator keberhasilannya di semua tingkat jabatan; adanya sistem peringatan dini terhadap pencapaian sasaran unit kerja di tiap level; dan implementasi secara penuh penganggaran berbasis kinerja dan penataan organisasi berbasis kinerja (obyektif).

Ilustrasi Peta Strategis KKP Tahun 2015-2019

staKeHOldeRs PeRsPeCtiVe SS 1. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat KP 1 Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) CUstOmeRs PeRsPeCtiVe SS 2. Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP

3 Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (%)

4 Jumlah pulau-pulau kecil yang Mandiri SS 3. Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan 5 Nilai Pengelolaan wilayah KP yang berkelanjutan 6 Nilai peningkatan ekonomi KP 7 Produksi perikanan (juta ton) 8 Produksi garam rakyat (juta ton) 9 Nilai ekspor hasil perikanan (USD miliar) 10 Konsumsi ikan (kg/kap/thn) 11 Persentase peningkatan PNBP (%) inteRnal PROCess PeRsPeCtiVe SS 4. Tersedianya kebijakan pembangunan KP yang efektif 12 Indeks efektivitas kebijakan pemerintah SS 5. Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan SDKP yang berkeadilan, berdayasaing dan berkelanjutan

13 Efektivitas tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan

SS 6. Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan SDKP yang profesional dan partisipatif

14 Persentase penyelesaian tindak pidana KP yang disidik dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (%)

15 Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan (%) leaRn and gROWtH PeRsPeCtiVe SS 7. Terwujudnya ASN KKP yang kompeten, profesional dan berintegritas 16 Indeks kompetensi dan integritas SS 8. Tersedianya manajemen pengetahuan yang handal dan mudah diakses

17 Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%)

SS 9. Terwujudnya birokrasi KKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima 18 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi KKP SS 10. Terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien dan akuntabel 19 Nilai kinerja anggaran KKP 20 Opini atas Laporan Keuangan KKP

Indikator Kinerja Utama (IKU) KKP

Page 10: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

18 SINERGI 19Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

2. Memastikan cascading dan alignment Perjanjian Kinerja telah benar.Target dan indikator kinerja di cascading hingga level unit kerja terkecil dan ditetapkan dalam perjanjian kinerja serta ke individu yang ditetapkan dalam form Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). Selain itu, Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) serta targetnya diturunkan ke provinsi sesuai kewenangan juga ditetapkan dalam perjanjian kinerja.

3. Memastikan aplikasi Kinerjaku mengirim-kan data cascading dari atasan ke bawahana. Apabila data SS di-cascading dari

atasannya, maka data SS atasan akan otomatis terisi pada SS bawahannya.

b. Apabila data IKU di-cascading dari atasannya, maka data IKU atasan akan otomatis terisi pada IKU bawahannya.

c. Data Indikator yang sudah di input di Kinerja-ku akan otomatis dapat dilihat di Aplikasi e-SKP.

4. Memastikan setiap Perjanjian Kinerja (PK) telah dilengkapi dengan Rencana Aksi pencapaian PK. Rencana Aksi atau Inisiatif Strategis adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tercapainya suatu Indikator Kinerja tertentu. Kegiatan di Rencana Aksi sebaiknya mengambil data kegiatan yang ada di RKA/KL. Rencana Aksi hanya di input oleh Unit Kerja yang mempunyai Anggaran. Data Kegiatan pada Rencana Aksi di Aplikasi Kinerjaku sedapat mungkin sudah terintegrasi atau terkoneksi dengan paket kegiatan di aplikasi Pengendalian dan Pengawasan (e-DalWas). Pada tahun 2016, Aplikasi e-DalWas bersumber dari data SAS dimana datanya berasal dari RKA/KL. Dengan demikian, untuk mempermudah dalam penginputan Target dan Capaian Rencana Aksi sebaiknya data kegiatannya mengambil data kegiatan yang sudah di-upload di Aplikasi eDalWas.

5. Memastikan keandalan data kinerja, apabila sistem verifikasi dilaksanakan sesuai pedoman dalam operasional kinerjakuData yang wajib diverifikasi antara lain: data unit kerja (total unit kerja KKP Tahun 2016 sebanyak 1.321 unit); data IKU; data rencana aksi pencapaian PK; data target kinerja; dan data capaian kinerja.

a. Data unit Kerja Data satuan kerja di aplikasi Kinerjaku

bersumber dari data unit kerja di aplikasi e-SKP. Data Pegawai di aplikasi Kinerjaku bersumber dari data pegawai di aplikasi e-SKP.

b. Frekuensi target dan capaian IKU dapat dipantau dengan cepat.

c. Validasi jenis IKU dapat dijadikan perhitungan capaian kinerja, yaitu:•Lead Input, jika pencapaian kinerjanya

sepenuhnya berada di bawah kendali unit kerjanya sendiri dan jenis IKU-nya bersifat input.

•Lead Process, jika pencapaian kinerjanya sepenuhnya berada di bawah kendali unit kerjanya sendiri dan jenis IKU-nya bersifat proses.

•Lead Output, jika pencapaian kinerjanya dipengaruhi pihak eksternal dan jenis IKU-nya bersifat output (keluaran).

•Lead Outcome, jika pencapaian kinerja-nya dipengaruhi pihak eksternal dan jenis IKU-nya bersifat outcome (hasil dari keluaran).

d. Perhitungan capaian kinerja dapat dilakukan secara otomatis. Hal ini dapat dikembangkan pada metode perhitungan capaian kinerja, yaitu:•Akumulasi, jika nilai capaian IKU

merupakan akumulasi dari nilai capaian bawahannya.

•Rata-rata, jika nilai capaian IKU merupakan rata-rata dari nilai capaian

bawahannya.•Sama persis, jika nilai capaian IKU sama

persis dengan nilai capaian bawahannya.•Kontribusi, jika nilai capaian IKU adalah

gabungan dari nilai capaian bawahannya dengan presentase yang berbeda-beda.

•KPI Sendiri, jika nilai capaian IKU tidak mengambil nilai capaian bawahannya.

e. Verifikasi data IKU, target IKU, dan capain IKU yang dilakukan secara berjenjang melalui aplikasi Kinerjaku diharapkan: •Data target di-input dari level paling

atas (Level 0).•Data capaian di-input dari level paling

bawah (Level 4).•Level 3, 2, 1, dan 0 untuk mendapatkan

data capaian yang sudah di-input oleh level dibawahnya maka harus melakukan verifikasi data terlebih dahulu. Tujuan verifikasi data untuk memastikan bahwa indikator kinerja yang diturunkan kebawahannya sudah diambil semua bawahannya dan memastikan bawahan sudah input data target dan capaian dengan benar.

KesimpulanPada akhirnya, walaupun aplikasi

Kinerjaku telah dilengkapi dengan personil yang bertugas dalam pengelolaannya, yaitu Keputusan Menteri KP Nomor 68/KEPMEN-KP/SJ/2016 sebagaimana diubah menjadi Keputusan Menteri KP Nomor 77/KEPMEN-KP/SJ/2016 tentang Tim Manajemen Kinerja Organisasi KKP (Sub Tim Perencanaan, Pengukuran, Pelaporan, Evaluasi, dan Verifi-kasi), namun perlu dipastikan bahwa: •Setiap sub tim memiliki tugas dan fungsinya

masing-masing, namun harus tetap saling berkaitan untuk memastikan manajemen kinerja berjalan optimal;

•Setiap sub tim dikoordinasi oleh Manajer Kinerja untuk pelaksanaan manajemen kinerja di masing-masing Level 1;

•Pertemuan rutin dilaksanakan melalui Forum Manajemen Kinerja (level KKP), Rapat koordinasi Tim/Sub Tim, reviu capaian triwulanan/semesteran/tahunan. Selain itu, diperlukan peran masing-masing pihak agar aplikasi Kinerjaku dapat berjalan

Data Unit KerjaData Satuan Kerja

Data PegawaiData Pegawai

Data Uraian TugasData Indikator Kerja

SKPKINERJAKU

Individu Individu Individu Individu Individu Individu

Target dan Indikator Kinerja di cascading hingga Level Unit Kerja terkecil & ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja serta ke Individu yang ditetapkan dalam Form SKP

Cascading dan Alignment Perjanjian Kinerja (PK) KKP (Materi Diklat Pengelolaan Kinerja BDA Sukamandi 2016)

CasCading DAN alignment - PERJANJIAN KINERJA -

SS, IKU dan Target diturunkan ke Provinsi sesuai kewenangan dan ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja

Page 11: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

20 SINERGI 21Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

dengan baik dan dimanfaatkan secara optimal oleh stakeholders, diantaranya:

1. Komitmen pimpinan di seluruh level terhadap kebijakan, proses, dan pe-manfaatan aplikasi Kinerjaku sebagai bahan rapat pimpinan/organisasi dalam pengambilan kebijakan/keputusan;

2. Koordinasi antar pihak yang bertanggung jawab pada data di aplikasi;

3. Kesadaran setiap pejabat dan/atau pegawai di lingkungan KKP terhadap update Simpeg KP, e-DalWas, dan input data capaian kinerja pada e-SKP untuk menciptakan kultur/budaya kinerja pegawai KKP;

4. Pelatihan tentang aplikasi Kinerjaku bagi seluruh pejabat dan/atau pegawai yang terlibat dalam pengelolaan data kinerja KKP; dan

5. Pemantauan Inspektorat Jenderal atas capaian kinerja (bulanan/triwulan/semes-ter) dan penilaian evaluasi implementasi SAKIP masing-masing level menggunakan aplikasi Kinerjaku.Dengan berbagai langkah tersebut

diharapkan pengelolaan kinerja KKP dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dilaporkan secara real time dan akuntabel melalui aplikasi Kinerjaku. Semoga …

Daftar Pustaka :1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006

tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

2. Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

3. Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Juknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

4. Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi SAKIP;

5. Peraturan Menteri KP Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja KKP;

6. Peraturan Menteri KP Nomor 45/PERMEN-KP/2015 tentang Perubahan Peraturan Menteri KP Nomor 25/PERMEN-KP/2015 tentang Rencana Strategis KKP Tahun 2015 – 2019;

7. Keputusan Menteri KP Nomor 110/KEPMEN-KP/2015 tentang Indikator Kinerja Utama KKP Tahun 2015-2019;

8. Keputusan Menteri KP Nomor 68/KEPMEN-KP/SJ/2016 sebagaimana diubah menjadi Keputusan Menteri KP Nomor 77/KEPMEN-KP/SJ/2016 tentang Tim Manajemen Kinerja Organisasi KKP;

9. Materi Pelatihan Manajemen Kinerja Tahun 2016 oleh BDA Sukamandi.

KKP beserta pemerintah daerah, Kementerian/Lembaga terkait, per-bankan, Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah (BUMN/

BUMD) bertekad mewujudkan Nawacita melalui berbagai kegiatan. Diantaranya melalui Program Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT) untuk memperkuat perekonomian, kedaulat-an dan kemandirian daerah, wilayah terpencil, dan pedesaan di dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Pembangunan kini tak hanya berpusat di kota besar, namun juga di pulau-pulau terluar, diantaranya di Natuna dan Saumlaki.…

Natuna dan SaumlakiKabupaten Natuna adalah salah satu

kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Natuna merupakan kepulauan

Geliat Pembangunan Pulau-Pulau Terluar melalui

Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meluncurkan program Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT) di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan. Saat ini, terdapat 15 lokasi pulau-pulau kecil yang dipilih dalam program PSKPT, yaitu Simeulue, Natuna, Saumlaki, Sangihe, Merauke, Mentawai, Nunukan, Rote Ndao, Maluku Barat Daya, Tual, Timika, Biak, Sarmi, Morotai dan Talaud. Pulau terluar Indonesia sejatinya merupakan wilayah terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus dijaga kedaulatannya, dan ditingkatkan kesejahteraannya…

Oleh : Bambang Kusyudhono, SE, MM (Auditor Muda, Inspektorat II, Itjen KKP)

paling utara di selat Karimata. Di sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan Singapura, Malaysia, Riau dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. Sesuai arahan Presiden, Natuna sebagai salah satu pulau terluar di Indonesia, akan diprioritaskan pembangunannya pada empat pilar, yaitu industri perikanan; industri pariwisata; industri migas, dan ketahanan TNI untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI. Sedang Saumlaki adalah ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku, yang mencakup seluruh kepulauan Tanimbar. Kabupaten ini tergolong baru berdiri, setelah berpisah dengan Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2002.

Natuna dan Saumlaki sebagai pulau-pulau

Page 12: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

22 SINERGI 23Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

terluar Indonesia yang masuk dalam program PSKPT terus berbenah untuk menggali potensi kelautan dan perikanan. Berbagai upaya dalam rangka mengintegrasikan aktivitas bisnis perikanan rakyat berbasis pulau-pulau kecil, demi peningkatan perekonomian regional terus didorong. Masyarakat nelayan dan pemangku kepentingan sebagai pelaku utama program PSKPT pun terus ditingkatkan perannya melalui ragam kegiatan pendidikan, latihan dan sosialisasi. Diantaranya adalah melalui penyelenggaraan Program Sekolah Lapang dan pelatihan budidaya.

Sekolah Lapang dan Pelatihan Program Sekolah Lapang menjadi unggul-

an Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (BPSDMP KP) KKP dalam peningkatan wawasan dan pengetahuan bidang kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan wilayah perbatasan.

Program Sekolah Lapang di kepulauan Natuna misalnya, akan dilaksanakan oleh Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Pontianak, Kalimantan Barat. Tahun ini, Program Sekolah Lapang diberikan untuk 25 peserta di sembilan Desa Mitra di Natuna. Desa tersebut yakni Desa/Kelurahan Bandarsyah (9 orang), Ranai (1 orang), Batu Ampar (7 orang), Cemaga Tengah (2 orang), Pengadah (1 orang), Kelanga (1 orang), Sepempang (1 orang), Cemaga (1 orang), dan Cemaga Selatan (2 orang).

Selain Program Sekolah Lapang, dalam rangka peningkatan dan pengembangan SDM juga diselenggarakan kegiatan pelatihan budidaya rumput laut, pengolahan rumput laut, serta percontohan penyuluh dan pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan. Potensi rumput laut di Natuna sangat bisa diandalkan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat pesisir. Cara budidayanya pun cukup mudah dan murah, hasilnya akan mendorong sumber ekonomi masa depan.

Evaluasi PSKPTMeski telah banyak upaya untuk berbenah,

namun masih terdapat beberapa kelemahan dalam pembangunan kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan wilayah terluar di Indonesia, antara lain hasil budidaya rumput laut oleh Pokdakan di Kabupaten Natuna belum dipasarkan karena belum ada titik temu harga dan single buyer. Selain itu, terjadi kematian bibit kerapu macan hingga 35 - 50% karena belum memperhatikan musim tebar. Hasil pekerjaan pengembangan dan pembangunan Pelabuhan Perikanan

Ranai tahun 2015 pun belum optimal karena sarana pendukung belum memadai dan serah terima aset belum dilakukan. Di Kabupaten MTB (Saumlaki), Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ukurlaran dan Balai Benih Ikan Wowonda pun perlu dukungan anggaran dan sarana prasarana agar segera operasional dan mampu mendukung keberhasilan kegiatan PSKPT.

Dalam rangka mengikis kelemahan tersebut, Inspektorat Jenderal (Itjen) KKP telah melakukan kegiatan evaluasi PSKPT. Diantaranya Evaluasi PSKPT untuk Natuna dan Saumlaki yang dilaksanakan pada tanggal 11 April 2016 di Jakarta. Kegiatan evaluasi dibuka oleh Ir. Ida Kusuma Wardhaningsih (Ses Itjen KKP) dan dihadiri oleh perwakilan Biro Perencanaan Sekretaris Jenderal KKP, Inspektur I, Inspektur III, Pengendali Mutu lingkup Itjen KKP, PIC Kabupaten Natuna, PIC Kabupaten MTB (Saumlaki), Tim PSKPT lingkup Itjen KKP, Auditor dan staf Inspektorat II Itjen KKP.

Dalam kegiatan evaluasi tersebut telah disarankan agar tim pelaksana melakukan survey identifikasi terhadap kebutuhan sarana dan prasarana di lokasi PSKPT dan melakukan penguatan kegiatan budidaya serta pemasaran hasil perikanan dan kelautan serta meningkatkan koordinasi dengan Pemda, Kementerian/Lembaga

Kepulauan Natuna

Pulau Saumlaki

Potensi Kekayaan Laut Natuna

Pemerintah Non Kementerian Lain, BUMN/BUMD, Perbankan dan masyarakat.

Melalui koordinasi dan sinergi kegiatan, serta pemantauan dan evaluasi berkala seperti ini, diharapkan kelemahan-kelemahan dalam Program PSKPT dapat segera diatasi. Dengan demikian, potensi produk-produk kelautan dan perikanan (tangkap dan budidaya) di pulau-pulau kecil dan daerah perbatasan, dapat dimanfaatkan dan disalurkan melalui jalur logistik nasional. Jika mata rantai produksi dan logistik berjalan lancar, maka akan terjadi peningkatan di segala ini, mulai dari peningkatan ketersediaan sumber protein dan ketahanan pangan nasional, peningkatan kesejahteraan masyarakat, hingga peningkatan pemasukan devisa bagi negara. Akhirnya, pertumbuhan ekonomi di pulau-pulau kecil dan wilayah terluar pun akan meningkat pesat dan menggerakkan lokomotif kesejahteraan melalui tuas penggerak sektor perikanan.

Daftar Pustaka :1. Inpres Nomor 7 Tahun 2016 tentang Percepatan

Pembangunan Industri Perikanan Nasional;2. Keputusan Menteri KP Nomor 18/Kepmen-

KP/57/2016 tentang Tim Kerja Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan.

Page 13: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

24 SINERGI 25Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT). Terdapat empat tujuan utama pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu, yaitu : ketahanan pangan nasional, konsumsi ikan nasional, ekspor/devisa negara, dan kesejahteraan masyarakat.

Berbagai tahapan pelaksanaan, telah disusun, mulai dari tahapan persiapan (penyusunan SK Tim SKPT, usulan dari pemerintah daerah/pemda, verifikasi dokumen usulan, penetapan lokasi, koordinasi lintas Eselon I KKP/Lintas Sektor K/L Daerah, penyusunan rencana kerja, penyiapan sekretariat daerah), tahapan implementasi (identifikasi lokasi, koordinasi dengan SKPD untuk penetapan lokus, penyusunan target, sosialisasi dengan stakeholder terkait, pelaksanaan pembangunan, konsolidasi, rapat koordinasi, uji coba kegiatan), dan tahapan pelaporan/evaluasi (laporan bulanan, triwulanan dan tahunan).

Dalam rangka mendorong aktivitas bisnis nelayan di kepulauan, Menteri Kelautan dan Perikanan Ibu, Susi Pudjiastuti telah menetapkan Dagho, sebagai salah satu pembangunan sentra kelautan dan

Pulau Mianggas, sebagai bagian dari gugus kepulauan Talaud terluar, mempunyai peran strategis dalam penentuan batas territorial kedaulatan NKRI. Dulu, Pulau Mianggas menjadi rebutan bangsa-bangsa penjajah. Sengketa internasional antara Amerika Serikat dan Hindia Belanda berakhir dengan keputusan bahwa gugus kepulauan Talaud masuk ke dalam wilayah penjajahan Hindia Belanda. Dalam pengadilan Abitrase oleh seorang arbitrator mahkamah international Max Huber, telah ditetapkan dan diputuskan bahwa pulau Miangas adalah bagian dari pulau Talaud karena mereka yang mendiami pulau tersebut berbahasa Talaud dalam pergaulan kehidupan sehari-harinya, yang dahulunya disebut Tinonda, seperti yang terungkap dalam syair lagu daerah Talaud,

Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Pusat yaitu Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten dan Kota sesuai

dengan tugas dan fungsi harus memberikan kontribusinya dalam membangun sesuai sektor masing-masing sehingga hal tersebut dapat menunjukkan bahwa instansi tersebut memang patut diakui keberadaanya. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di bawah komando Menteri Susi Pudjiastuti mengambil peran terdepan dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan wilayah NKRI dan menjaga laut Indonesia dengan berbagai program dan kegiatan sektor Kelautan dan Perikanan, utamanya di wilayah terdepan dan lintas batas baik Indonesia Barat, Tengah dan Timur .

PosisiGeografisSekilas kita meneropong ke Bagian Timur

Indonesia tepatnya di Provinsi Sulawesi Utara. Di ujung utara Indonesia itu, terdapat satu kepulauan yang alamnya sangat indah di daerah perbatasan, yang akan dikembangkan dan diberdayakan sektor kelautan dan perikanannya, yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud. Sebagai kepulauan yang dikenal sangat berpanorama indah, subur dan dihuni oleh masyarakat yang ramah dan religius, Talaud dijuluki “Parodisa” yang artinya paradise atau surga. Luas lautnya sekitar 37.800 Km² (95,24%) dan luas wilayah daratan 1.251,02. Terdapat 20 pulau di Kabupaten Kepulaian Talaud dengan tiga pulau utama, yaitu Pulau Karakelang, Pulau Salibabu, dan Pulau Kabaruan.

http

://kk

p.go

.id

“Tutamandassa” yang di tulis oleh Johanis Vertinatus Gumolung (alm).

Potensi Kelautan PerikananSejak ditetapkannya Talaud sebagai

pusat produksi Ikan Tuna Sulawesi Utara, pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, Kabupaten dan Kota sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah Pusat, mulai menyusun program dan kegiatan di bidang kelautan dan perikanan, merancang strategi dan melakukan pendekatan untuk pengembangan kawasan, serta melakukan optimalisasi pengembangan sektor kelautan dan perikanan tersebut.

Pada 2016, Pemerintah Kabupaten Talaud yang dipimpin oleh berkomitmen untuk pengembangan kelautan dan perikanan Talaud. Aktualisasi dari pelaksanaan program dan kegiatan sektor kelautan dan perikanan tersebut diharapkan akan meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan sektor kelautan dan perikanan dan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Terdapat 3 (tiga) kawasan strategis di Kabupaten Kepulauan Talaud, yaitu: Minapolitan, Agropolitan dan Pertahanan Keamanan. Kawasan Minapolitan berada di Desa Dalum Kecamatan Salibabu dan berlokasi sama dengan kawasan Sekaya Maritim. Potensi Perikanan Tangkap di Kabupaten Kepulauan Talaud yang siap dikembangkan antara lain untuk komoditas Tuna, Cakalang, Tongkol, Kerapu, Selar, Lobster, sedangkan untuk potensi perikanan budidaya yang dapat dikembangkan adalah budidaya laut, budidaya air tawar, budidaya di sawah, dan budidaya Karamba dengan komoditas unggulan nila, mas, mujair. Untuk kegiatan Ekowisata dan konservasi berpotensi dilaksanakan di Pulau Malo (mangrove) sekitar 24,4 Ha.

Peran KKPTahun 2016, Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP) mendorong pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) dan pembangunan di pulau-pulau terdepan dan atau di lintas perbatasan lewat program Pembangunan

Oleh : Irwan, S.Sos (Auditor Madya, Inspektorat III, Itjen KKP)

Menjaga dan mempertahankan persatuan dan kesatuan wilayah NKRI merupakan kewajiban semua anak bangsa, terlebih jika wilayah tersebut berada di pulau terdepan dan atau di lintas perbatasan dengan negara lain. Tugas menjadi semakin menantang di bidang kelautan perikanan, untuk memanfaatkan 2/3 wilayah Indonesia yang dikelilingi lautan…

Page 14: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

26 SINERGI 27Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan mengamanatkan tolok ukur keber-hasilan pembangunan kelautan

dan perikanan, mulai dari peningkatan taraf hidup nelayan dan pembudidaya ikan kecil; perluasan dan kesempatan kerja; peningkatan ketersediaan dan konsumsi sumber protein hewani; peningkatan ketersediaan BBI untuk industri pengolahan; peningkatan penerimaan dan devisa negara; hingga peningkatan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing. Faktor kunci untuk mencapai keberhasilan pembangunan tersebut diantaranya adalah melalui penyiapan dan pengembangan SDM KP, serta pemberdayaan masyarakat di tingkat pusat sampai daerah.

Penyiapan SDM Kelautan dan Perikanan Pendukung

Keberhasilan Pembangunan

Pembangunan kelautan dan perikanan haruslah didukung oleh segenap komponen/jajaran Kementerian Kelautan Perikanan (KKP). Untuk itu, penyiapan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (SDM KP) haruslah dilakukan seutuhnya agar siap kerja keras…kerja cerdas…kerja tuntas … dan kerja ikhlas…

Oleh : Ir. Iriawanti (Auditor Madya Inspektorat III, Itjen KKP)

Sarana Diklat KPPengembangan SDM di bidang kelautan

dan perikanan memiliki peranan strategis dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan kelautan dan perikanan. Penyiapan dan pengembangan SDM KP perlu didukung perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan kelautan dan perikanan yang baik agar kelak memiliki kompetensi sesuai bidang tugasnya, kreatif dan berintegritas, tidak semata terjebak pada kegiatan rutinitas, hingga mampu merespon suatu tuntutan dalam rangka mengentaskan berbagai persoalan/issu terkini terkait dengan perubahan nasional, regional, hingga internasional yang sedang dihadapi bangsa Indonesia.

Tantangan untuk menyiapkan pelaku utama kelautan dan perikanan yang mumpuni, memiliki pendidikan formal dan kompetensi sesuai harapan untuk menggali dan mengelola sektor kelautan dan perikanan seoptimal mungkin dijawab dengan hadirnya Program Pengembangan SDM dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan

perikanan terpadu (PSKPT) yang diharapkan menjanjikan potensi investasi yang besar untuk dikembangkan, dengan syarat pemanfaatannya harus efektif.

Tindak LanjutBeberapa program dan kegiatan telah

diwujudkan dalam rangka pembangunan sarana prasarana dan optimalisasi pe-manfaatan dan pemenuhan kelengkapan kebutuhan. Diantaranya pembangunan sarana produksi rumput laut, sarana produksi budidaya ikan, pembangunan kolam percontohan budidaya ikan air tawar, sekolah lapang, hingga pendidikan dan latihan bagi nelayan sebanyak empat angkatan.

Namun demikian, terdapat beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan tindak lanjut yang memadai. Diantaranya adalah kurangnya keaktifan dan keterlibatan stakeholder dalam pembangunan SKPT, dan kurang dimanfaatkannya sarana prasarana secara efektif dan efisien.

Untuk itu diperlukan keseriusan pena-nganan sarana prasarana secara optimal dan

komitmen bersama baik masyarakat dan pemerintah supaya pemanfaatannya men-jadi berdaya guna dan berhasil guna. Selain itu, diperlukan koordinasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat, serta koordinasi dengan mitra/pengelola untuk pemasaran hasil perikanan dan revitalisasi asset, serta keterpaduan penetapan sentra PSKPT mulai dari sentra perikanan budidaya, perikanan tangkap, pengolahan hasil perikanan, pemasaran, hingga wisata bahari. Penetapan sentra yang baik dan terpadu, serta Rencana Zonasi dan Tata Ruang, Road Map dan Master Plan PSKPT yang sinkron dengan kegiatan pusat dan daerah diharapkan dapat menjadi untaian benang merah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan di negeri Indonesia tercinta.

Daftar Pustaka :1. Inpres Nomor 7 Tahun 2016 tentang Percepatan

Pembangunan Industri Perikanan Nasional;2. Keputusan Menteri KP Nomor 18 / Kepmen-KP/

57/2016 tentang Tim Kerja Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan.

Page 15: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

28 SINERGI 29Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

dan Perikanan (KP) yang merupakan salah satu program utama di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Program tersebut sesuai dengan amanat UU Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dalam UU Nomor 45 Tahun 2009, pada pasal 57 yang menyatakan bahwa Pemerintah menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perikanan untuk meningkatkan pengembangan sumber daya manusia di bidang perikanan. Selanjutnya juga disebutkan bahwa Pemerintah menyelenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) satuan pendidikan dan/ atau pelatihan perikanan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan dan/atau pelatihan yang bertaraf internasional.

Ada berbagai pilihan pendidikan di bidang kelautan dan perikanan yang dikelola dan dimiliki KKP, diantaranya Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Politeknik

Kelautan dan Perikanan (Politeknik KP), dan Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM). Sarana pendidikan tinggi dan menengah ini diharapkan dapat dan mampu untuk mencetak sejumlah SDM KP yang handal dan memiliki kompetensi sesuai perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar nasional dan internasional. Pendidikan tinggi dan menengah tersebut dikembangkan untuk menjadi pendidikan vokasi di bidang kelautan dan perikanan dengan taraf internasional. Demikian pula dengan Balai Pelatihan dan Pendidikan (BPPP) dibangun untuk memberikan ruang bagi masyarakat kelautan dan perikanan yang tidak berkesempatan memiliki pendidikan formal untuk dapat menjadi inkubator bisnis di bidang perikanan serta kompetensi keahlian yang dibutuhkan dilapangan kerja industri perikanan. Berikut jumlah dan sebaran STP, Politeknik KP dan SUPM serta BPPP di lingkungan KKP:

Sarana Pendidikan dan Latihan di KKP

Sekolah Tinggi Perikanan (STP) sebanyak 3 STP

Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poli-teknik KP) sebanyak 3 dan ditambah 3 akan operasional tahun 2016.

Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM)

Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP)

Lokasi

1) Jakarta2) Serang, Banten 3) Cikaret, Bogor

1) Sidoarjo, Jatim2) Bitung, Sulut3) Sorong, Papua Barat(rencana operasional tahun 2016 : Bone, Kupang dan Karawang)

1) Ladong, Aceh 2) Pariaman, Sumbar3) Kota Agung, lampung4) Pontianak, Kalbar5) Tegal, Jateng6) Bone, Sulsel7) Waiheru, Ambon8) Sorong, Papua Barat9) Kupang, NTT

1) Belawan, Sumut2) Tegal, Jateng3) Banyuwangi, Jatim4) Aertembaga Bitung, Sulut5) Ambon

Jumlah dan Sebaran STP, Politeknik KP dan SUPM serta BPPP di lingkungan KKP

No.

1

2

3

4

Kompetensi SDM KPMelalui berbagai sarana pendidikan dan

latihan tersebut di atas, pada tahun 2015, KKP melalui BPSDMP KP telah menghasilkan sebanyak 603.368 orang SDM KP yang memiliki kompetensi di bidang KP, yaitu melalui pendidikan sebanyak 6.603 orang, pelatihan sebanyak 26.885 orang dan penyuluhan sebanyak 569.380 orang. Jumlah ini ditargetkan mengalami peningkatan di tahun 2016 dan 2017. Penyiapan SDM aparatur di tahun mendatang, akan disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi suatu unit kerja organisasi di lingkungan KKP. Sedangkan penyiapan SDM masyarakat KP melalui pendidikan dan pelatihan juga akan disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi dunia usaha dan industri bidang kelautan dan perikanan sehingga tidak menjadi kendala/hambatan dalam penyerapan tenaga kerja.

Selain itu, kompetensi SDM KP yang mumpuni, akan menjawab tantangan era globalisasi pasar kerja, mulai dari Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC, hingga ASEAN Free Trade Area/AFTA. Segmentasi pasar kerja akan bergeser dari pendekatan wilayah ke pendekatan profesi atau kompetensi. Pasar kerja ke depan lebih

terspesialisasi pada bidang-bidang profesi dan kompetensi tertentu. Oleh karenanya, untuk mengantisipasi era globalisasi, materi pelatihan dan kurikulum pendidikan di-perlukan penyesuaian/harmonisasi dengan berorientasi pada perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar kerja industri di bidang kelautan dan perikanan. Dukungan perubahan regulasi juga diperlukan segera untuk meningkatkan kapasitas/kualitas dan profesionalime SDM KP melalui peningkatan kompetensi dan sertifikasi profesi.

Terakhir, dan yang tak kalah penting adalah upaya memperluas kerjasama dan sinergitas antara dunia pendidikan dan latihan, dengan dunia usaha dan industri di bidang kelautan dan perikanan. Semoga dengan penyiapan SDM KP yang handal, berkualitas dan berintegritas, mampu mengentaskan berbagai persoalan di bidang Kelautan dan Perikanan serta mampu bersaing dalam era globalisasi dunia.

Daftar Pustaka:1. UU Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perikanan; 2. UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

polte

kkp-

bitu

ng.a

c.id

Gedung Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung

Page 16: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

30 SINERGI 31Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Butir kedelapan Nawa Cita berbunyi perlunya revolusi karakter bangsa melalui unsur-unsur integritas, etos kerja, dan gotong royong. Menteri Kelautan dan Perikanan

(Menteri KP) menindaklanjuti Nawa Cita tersebut dengan komitmen bersama membangun integritas di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pasal 4 yang menyatakan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerja melalui penegakan integritas dan nilai etika sekurang-kurangnya dengan menyusun dan menerapkan aturan perilaku.

Salah satu program pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah pembentukan Tunas Integritas. Tunas Integritas yang tumbuh di ladang pemerintahan yang subur, akan menghasilkan bunga yang indah, buah yang ranum lagi nikmat untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia pasti akan lebih baik dengan tunas-tunas bangsa yang berintegritas…...

Road Map Budaya Integritas KKPDalam rangka mendukung dan mem-

bangun budaya integritas, KKP telah menyusun Road Map Pembangunan Budaya Integritas, mulai dari pembuatan manajemen resiko atas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), Workshop Tunas Integritas (Pejabat Eselon I dan II), Workshop untuk Aparatur Sipil Negera (ASN) KKP sebanyak 2.172 orang pegawai (pareto 20:80) dari total ASN KKP sebanyak ± 11.000 orang, Workshop Pembentukan Komite Integritas Pejabat Eselon I dan II, Penyusunan Permen KP tentang Pedoman Komite Integritas dan Komite Integritas, hingga Pembentukan KKP Corporate University, dan Rembuk Integritas Nasional.

Road Map Pembangunan Budaya Integritas ini diharapkan dapat menghasilkan Integrity Roadmap/Integrity Plan bagi KKP yang memuat ruang lingkup dan cetak

Menumbuhkan Tunas Integritas KKP

Oleh : Tengku Sonya Nirmala H, S.Pi, M.Si (Auditor Muda, Inspektorat V, Itjen KKP)

biru pembentukan Komite Integritas serta Tunas Integritas, cetak biru pembangunan komponen Komite Integritas dan Sistem Integritas, serta penghargaan dan pengembangan budaya integritas. Sedangkan Integrity Dashboard adalah pusat kontrol integritas yang berfungsi untuk mengatur pembangunan integritas dalam suatu organisasi. Ruang lingkup Integrity Dashboard ini merupakan faktor dan penilaian pembangunan integritas.

Untuk mencapai pembangunan integritas, perlu ditumbuhkan tunas-tunas integritas sebagai pendukung organisasi. Tunas Integritas yang berperan dalam proses regenerasi kepemimpinan yang berintegritas ini diharap mampu menyebarkan dan mempengaruhi individu lainnya dalam nilai-nilai integritas kepada individu lainnya. Terdapat beberapa tahapan dalam pembentukan Tunas Integritas, yaitu dimulai dengan analisis kebutuhan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Pengembangan Tunas Integritas.

Tunas Integritas dibentuk melalui proses pelatihan dan pembinaan secara khusus. Dalam rangka menumbuhkembangkan Tunas Integritas di Kementerian, beragam upaya dilakukan agar tumbuh tunas-tunas baru yang mumpuni dalam bertugas, antara lain melalui pendidikan, latihan, hingga workshop dengan mengacu pada Program pelatihan integritas yang akan ditentukan oleh Corporate University.

Pembangunan Corporate University ini memiliki konsekuensi logis terhadap strategi dan kebijakan pembelajaran dan pengembangan yang harus dikembangkan terutama pada aspek penguatan fungsi strategi learning center, yaitu dari tactical learning menjadi strategic learning. Dengan kata lain bahwa fungsi Corporate University adalah institusi strategis dalam mengembangkan kapasitas dan kapabilitas pegawai melalui proses pembelajaran yang komprehensif dan terintegrasi melalui metode-metode pembelajaran yang menjadi praktek terbaik (best practice) secara internasional.

Setelah menjadi Tunas Integritas, ter-dapat beberapa tahapan untuk menjadi Duta Integritas, yaitu Penggerak Integritas dan Agen Penggerak Integritas. Sebagai Duta Integritas, haruslah mampu mensinergikan pembangunan integritas Kementerian, integritas pilar dan integritas nasional, dan melaporkan setiap pelaksanaan pembangunan integritas kepada Komite Integritas.

Workshop Pembangunan Budaya Integritas

Sejalan dengan Road Map Pembangunan Budaya Integritas tersebut di atas, dan Road Map Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pembangunan budaya integritas lingkup KKP mulai dirintis dengan menyelenggarakan

Aktivitas Peserta Workshop Pembangunan Budaya Integritas

Page 17: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

32 SINERGI 33Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

kegiatan bersama KPK. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain Workshop Pembangunan Budaya Integritas dan Training of Trainer (ToT) Tunas Integritas KKP Angkatan I dan II di tahun 2016.

“KKP akan menjadi pelopor dalam transparansi atas pencapaian tujuan organisasi. KKP telah memulainya melalui pelaksanaan program retreat pada pertengahan februari silam yang bertujuan memantau sejauh mana program KKP dilakukan secara efektif dan efisien guna terwujudnya transparansi penggunaan anggaran”, ujar Menteri KKP, Susi Pudjiastuti, dalam acara pembukaan Workshop Pembangunan Budaya Intergitas yang berlangsung di Ballroom Gedung Mina Bahari I tanggal 29 Februari 2016.

Dalam acara pembukaan tersebut, Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang dan Deputi bidang Pencegahan KPK, Pahala Nainggolan, turut hadir dan memberikan arahan atas pelaksanaan budaya integritas. “Kerjasama membangun sistem integritas telah dilakukan secara resmi dengan penandatanganan kontrak kerjasama antara KPK dan KKP, sehingga dapat terukur apa saja yang dapat dilakukan KPK untuk mendorong KKP menuju perubahan”, ujar Saut Situmorang. Deputi bidang Pencegahan KPK juga menyatakan bahwa telah banyak Kementerian/Lembaga dan Satker Daerah yang merespon baik pembangunan integritas. “Workshop ini menjadi momentum baik untuk mengumpulkan komitmen seluruh pejabat eselon I dan II lingkup KKP dalam pembangunan integritas”, ujarnya mantap.

Usai pembukaan, agenda Workshop Pembangunan Budaya Integritas adalah penyusunan draft Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (PermenKP) tentang Pedoman Pembangunan Integritas di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Kegiatan yang diikuti oleh 48 orang peserta dari pejabat Eselon I & II lingkup KKP ini berlangsung di Bogor dan dipandu langsung oleh Instruktur dari KPK (Asep Chaerulloh, Anto Ikayadi, Handayani, dan Rian).

Pada kesempatan tersebut, Tim KPK

menyampaikan teori pembentukan Sistem Integritas Nasional, Pembentukan Tunas Integritas, dan Pembentukan Komite Integritas. Sedangkan substansi yang disampaikan terkait draft aturan terkait pembangunan integritas meliputi Komite Integritas, Tunas Integritas, Pengendalian Strategis KKN, Pembangunan KKP Corporate University, Integrity Dashboard, Road Map Pembangunan Integritas KKP, serta evaluasi dan pelaporan.

Berdasarkan paparan dari KPK, Sistem Integritas Nasional (SIN) dinyatakan sebagai suatu sistem tidak terlepas dari input, proses dan output. Namun, hasil keluaran SIN tidak hanya selesai dan berorientasi pada output saja, namun juga berorientasi pada outcome dan impact. Yang dimaksud komponen input dalam SIN adalah individu (Tunas Integritas, Penggerak Integritas dan Agen Penggerak Integritas), organisasi dan pilar-pilar yang berintegritas untuk menentukan nilai-nilai (values) universal yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dalam membangun Sistem Integritas.

Sedang untuk komponen input pendukung SIN adalah: Internalisasi integritas, pem-bangunan Sistem Integritas dan budaya organisasi, serta sinergi dalam upaya pemberantasan korupsi berbasis integritas. Komponen terakhir, yaitu komponen output, yang meliputi individu yang berintegritas, KKP yang berintegritas, dan Indonesia yang berintegritas.

Menteri KP dalam pembukaan Workshop Budaya Integritas di Ballroom Gedung Mina Bahari I, Jakarta, 29 Februari 2016 Agar kegiatan tercapai sesuai tujuan,

terdapat strategi pembangunan integritas yang dituangkan dalam Integrity Dashboard. Dalam rancangan peraturan, disebutkan bahwa Integrity Dashboard merupakan alat pengendalian integritas yang berfungsi untuk mengetahui kondisi dan mengevaluasi tingkat integritas Kementerian. Terdapat 7 (tujuh) elemen dalam Integrity Dashboard, yaitu : Level of Engagement untuk memetakan sejauhmana komitmen Kementerian dalam membangun integritas, Level Tunas Integritas, Level of Sharing, Level of Assurance, Level of Alignment, Komponen Sistem Integritas, dan Komite Integritas.

Selain paparan dari KPK, kegiatan workshop diisi pula dengan penyusunan draft PermenKP tentang Pedoman Pembangunan Integritas di Lingkungan KKP. Pembahasan tentang mekanisme pembangunan integritas di lingkungan Kementerian menjadi topik bahasan yang hangat dibicarakan karena meliputi meliputi ragam pendukung pem-bangunan integritas, yaitu komite integritas, tunas integritas, dan strategi pembangunan integritas.

Komite integritas yang bertugas membangun integritas Kementerian dan mengubah kekuasaan cenderung korupsi (power tend to corrupt) menjadi kekuasaan cenderung berintegritas (power tend to integrity) ini mempunyai 7 (tujuh) fungsi dalam mengubah potensi KKN menjadi potensi integritas. Ketujuh fungsi tersebut adalah pengendalian posisi kunci, talent management, pengendalian strategis korupsi, penyelarasan visi dan misi Kementerian dengan cita-cita bangsa dan nilai-nilai universal, penyelarasan sistem birokrasi dan sistem politik antara tingkat nasional dan daerah, combined assurance plus, serta pemberian dukungan terhadap pembentukan Tunas Integritas.

Peserta Training of Trainers (ToT) Tunas Integritas KKP Angkatan I Tahun 2016

Inspektur Jenderal KKP membuka ToT Tunas Integritas KKP Angkatan II 2016

Page 18: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

34 SINERGI 35Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Target Tunas Integritas KKP tersebut diharapkan dapat menjaga KKP pada khususnya dan Indonesia pada umumnya untuk Sadar Anti Korupsi dan Semakin Jauh dari Korupsi. Tunas-tunas integritas yang tumbuh akan menjadi pohon yang baik dan kokoh, yang akarnya menghunjam ke bumi, dahannya menjulang ke langit, dan buahnya lebat lagi nikmat, dimana di dalamnya terdapat biji-biji unggul dan berkualitas sebagai bakal tunas baru yang lebih berkualitas.

ToT Tunas Integritas KKP Selain kegiatan Workshop Pembangunan

Budaya Integritas tersebut di atas, Inspektorat Jenderal KKP berkolaborasi dengan KPK, menyelenggarakan kegiatan Training of Trainer (ToT) Tunas Integritas Angkatan I dan II pada Tahun 2016. Kegiatan ToT Tunas Integritas KKP diselenggarakan di Bandung pada tanggal 5 s.d. 8 April 2016 dan diikuti oleh 34 Calon Trainer, dari perwakilan Eselon I dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup KKP, diantaranya UPT yang diusulkan menjadi Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).

Acara yang digawangi oleh Inspektorat V Itjen KKP ini dibuka oleh Sekretaris Itjen KKP, Ir. Ida Kusuma W, dan dihadiri oleh Inspektur Lingkup Itjen KKP, Kepala Biro Kepegawaian dan perwakilan Eselon II lainnya. Kegiatan ToT seperti ini akan terus diselenggarakan Itjen KKP hingga tahun 2020, yaitu hingga mencapai target Paretto 20% Trainer (2.172 Orang) dari jumlah pegawai KKP sebanyak 10.862 orang.

Aktivitas ToT Tunas Integritas Angkatan I

Tunas integritas yang tumbuh dengan baik akan menghasilkan buah kerja berkualitas dan semangat anti korupsi.

Penghargaan kepada peserta ToT Tunas Integritas Angkatan I

Aktivitas ToT Tunas Integritas Angkatan II

Penghargaan kepada peserta ToT Tunas Integritas Angkatan II

Pentingnya Revitalisasi Penanganan Perkara Tindak Pidana Perikanan

Berita di media cetak maupun elektronik tentang penangkapan dan penenggelaman kapal ikan yang melakukan pelanggaran terus menggaung dan menjadi trending topik saat ini. Semua dilakukan demi memerangi illegal fishing dan mewujudkan kedaulatan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara keberlanjutan, demi kesejahteraan masyarakat.

Oleh : Maman Syarif Hidayat, S.Pi, M.Si (Auditor Muda, Inspektorat II, Itjen KKP)

Kinerja

Page 19: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

36 SINERGI 37Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Bertubi-tubinya berita mengenai penangkapan dan penenggelaman kapal ikan illegal telah mencuatkan nama Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP) dan mendapat apresiasi dari Presiden hingga masyarakat. Pada tahun 2015 saja, Kapal Ikan illegal yang ditangkap oleh Ditjen Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP sebanyak 177 kapal dan telah ditenggelamkan sebanyak 113 Kapal (KKP: 53 Kapal, KKP dan Polri : 9 Kapal dan TNI AL : 51 Kapal). Selanjutnya, di tahun 2016, pemberitaan mengenai penenggelaman kapal beriring menjadi headline media massa. Hingga Maret 2016, terdapat 55 kapal yang ditenggelamkan. Sejalan dengan semangat dalam mewujudkan kedaulatan dalam mengelola sumber daya kelautan dan perikanan, tentunya dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ketentuan dan perundangan yang telah ditetapkan.

Penyidikan TPP Penyidik Perikanan atau PPNS merupakan

ujung tombak dalam memperkarakan tindak pidana perikanan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pada pasal 73A, penyidik memiliki 12 kewenangan, antara lain : menggeledah sarana dan prasarana perikanan yang diduga digunakan dalam atau menjadi tempat melakukan tindak pidana di bidang perikanan; menghentikan, memeriksa, menangkap, membawa, dan/atau menahan kapal dan/atau orang yang disangka melakukan tindak pidana di bidang perikanan; memotret tersangka dan/atau barang bukti tindak pidana di bidang perikanan; mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tindak pidana di bidang perikanan; membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan; melakukan penyitaan terhadap barang bukti yang digunakan dan/atau hasil tindak pidana; melakukan penghentian penyidikan; dan mengadakan tindakan lain yang menurut hukum dapat dipertanggungjawabkan.

Kewenangan Penyidik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 merupakan lex specialis derogat legi generalis, salah satu asas hukum, yang mengandung makna bahwa aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum yang umum. Dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan penyidik, Ditjen PSDKP kemudian menetapkan Keputusan Dirjen PSDKP No.372/DJ-PSDKP/2011, tanggal 29 Desember 2011 tentang Petunjuk Teknis Penyidikan Tindak Pidana Perikanan (TPP).

Juknis tersebut menjadi petunjuk bagi PPNS perikanan untuk melaksanakan penyidikan yang dimulai dari pemeriksaan pendahuluan, serta penerimaan dan penelitian perkara tindak pidana perikanan yang diserahkan oleh Kapal Pengawas Perikanan. Selain itu, juga menjadi petunjuk dalam melaksanakan proses penyidikan yang meliputi Surat Perintah Tugas, Surat Perintah Penyidikan, Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan, Pemanggilan, Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan, Penyitaan, Pemeriksaan, dan In Absentia.

Sayangnya, seiring dengan maraknya pelanggaran perikanan baik yang terjadi di darat dan di laut, mengundang kendala dalam pelaksanaan Petunjuk Teknis Penyidikan Tindak Pidana Perikanan (Juknis Penyidikan TPP). Juknis yang ada saat ini hanya mengatur teknis penyidikan yang mengarah pada Operasi Tangkap Tangan saja. Juknis belum mengatur kegiatan penyelidikan sebagaimana kegiatan Penyelidikan yang dilakukan Kepolisian maupun Kejaksaan, sehingga PPNS Perikanan mempunyai

Kinerja

keterbatasan dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya. Belum lagi terkait penggunaan anggarannya yang terbatas karena penganggaran kegiatan penyidikan dimulai dari Surat perintah Penyidikan sampai dengan penyelesaian berkas perkara (P-21). Selain itu juga untuk menghindari adanya pra peradilan dan memberikan kepastian hukum demi keadilan semua pihak, juknis tersebut belum mengatur pengawasan dan pengendalian penanganan perkara atas tindak pidana perikanan.

AnalisaHal yang menarik bagi Penulis

yakni perlunya perubahan/revitalisasi atas Petunjuk Teknis tentang penyidikan atau dengan kata lain Penanganan Perkara Tindak Pidana Perikanan yang mengatur kegiatan Penyelidikan. Menurut Undang Undang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP), bahwa Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Sayangnya, KKP tidak mempunyai Pe-nyelidik, karena menurut KUHAP, Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang. Untuk melakukan penyelidikan, kegiatan tersebut diganti dengan kegiatan pengumpulan bahan informasi dan keterangan (Pulbaket) yang dilakukan oleh PPNS Perikanan dalam rangka pengumpulan informasi yang menguatkan bukti. Selanjutnya dilakukan proses penyidikan, sebagaimana tertuang dalam KUHAP pasal 1, penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Pada tahun 2015 dan 2016, Ditjen PSDKP memiliki anggaran yang sangat besar terutama dalam penguatan sarana prasarana dalam melakukan pengawasan kelautan dan perikanan. Berbagai sumber informasi pengawasan yang dimiliki oleh Ditjen PSDKP dapat digunakan untuk melakukan pemantauan operasi kapal perikanan, baik melalui sistem pemantuan terintegrasi antara Pusat Pengendali (Pusdal), Unit Pelaksana Teknis (UPT) PSDKP, Kapal Pengawas, hingga

Surat Keterangan Aktivasi Transmiter (SKAT) Vessel Monitoring System.

Hal tersebut dapat digunakan untuk kepentingan penyeli-

dikan sebagai petunjuk/in-formasi bahkan dapat saja menjadi bukti permulaan yang cukup. Tentunya sistem pemantauan ter-integrasi tersebut harus terjamin kehandalannya

sehingga dapat dipertang-gungjawabkan pada saat di

pengadilan.Sebagaimana telah dikemu-

kakan sebelumnya bahwa peng-awasan dan pengendalian penanganan

perkara atas tindak pidana perikanan belum diatur dalam Petunjuk Teknis Penyidikan Tindak Pidana Perikanan. Kegiatan peng-awasan pengendalian penanganan perkara tindak pidana perikanan diperlukan dengan pertimbangan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan penyidikan dan untuk meng-hindari terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan penggunaan kewenangan oleh PPNS Perikanan selaku penyidik dari KKP dan meningkatkan fungsi pengawasan dan pengendalian serta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan kewenangan di bidang penyidikan. Tugas dan wewenang penanganan perkara pidana perikanan yang merupakan pelaksanaan dari peran PPNS Perikanan sangat rawan terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia.

Pengawasan yang dimaksud yaitu

Page 20: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

38 SINERGI 39Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

pengawasan atas rangkaian kegiatan dan tindakan oleh Pengawas Penyidik berupa pemantauan terhadap proses penyidikan, berikut tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan dalam rangka tercapainya proses penyidikan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku serta menjamin proses pelaksanaan kegiatan penyidikan perkara dilakukan secara profesional, proporsional dan transparan. Pengawas Penyidik tersebut dilakukan oleh pejabat yang ditetapkan melalui Surat Keputusan yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan proses penyidikan perkara baik dari tingkat pusat sampai dengan tingkat pangkalan/stasiun/Satker/Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi yang disesuaikan dengan kondisi sebaran dari PPNS Perikanan. Sebagai contoh pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Pengawas PPNS Perikanan tingkat Pusat melakukan tugas untuk melakukan pengawasan pada tingkat Pangkalan dan atau stasiun begitu juga selanjutnya dari tingkat Stasiun melakukan pengawasan sampai tingkat Satker/pos.

Pengendalian penyidikan perkara tin-dak pidana perikanan, yakni kegiatan pe-mantauan, pengarahan, bimbingan dan

petunjuk kepada penyidik agar proses penyidikan dapat berjalan lebih lancar dan sesuai dengan target yang ditetapkan. Target yang dimaksud, antara lain seperti pada kesesuaian waktu yang diperlukan dalam melakukan penyidikan sebagaimana telah diatur dalam undang undang seperti Undang-Undang Nomor 45 tentang Per-ikanan Pasal 73B ayat 6 bahwa Penyidik menyampaikan hasil penyidikan ke penuntut umum paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pemberitahuan dimulainya penyidikan. Hal ini juga berguna untuk mendukung Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45 tentang “RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015-2019” pada Sasaran Strategis ke-6 (SS-6) yakni “Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang partisipatif”, dengan salah satu Indikator Kinerja: “Persentase penyelesaian tindak pidana KP secara akuntabel dan tepat waktu dari 56,6% pada tahun 2015 menjadi 83,36% pada tahun 2019”.

Dalam penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian penanganan perkara tindak pidana perikanan serta pelaksanaan penyidikan perkara tindak pidana perikanan,

asas-asas yang dapat digunakan, antara lain : Legalitas, yaitu setiap tindakan PPNS Perikanan senantiasa berdasarkan peraturan perundang-undangan; Kepastian hukum, yaitu setiap tindakan PPNS Perikanan dilakukan untuk menjamin tegaknya hukum dan keadilan; Kepentingan umum, yaitu setiap penyidik PPNS Perikanan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan/atau golongan; Akuntabilitas, yaitu setiap PPNS Perikanan dapat mempertanggungjawabkan tindakannya secara yuridis, administrasi dan teknis; Transparansi, yaitu setiap tindakan PPNS Perikanan memperhatikan asas keterbukaan dan bersifat informatif bagi pihak-pihak terkait; Efektivitas dan efisiensi waktu penyidikan, yaitu dalam proses penyidikan, setiap PPNS Perikanan wajib menjunjung tinggi efektivitas dan efisiensi waktu penyidikan sebagaimana diatur dalam peraturan ini; dan Kredibilitas, yaitu setiap PPNS Perikanan memiliki kemampuan dan keterampilan yang prima dalam melaksanakan tugas penyidikan.

Untuk ruang lingkup pengawasan dan pengendalian penanganan perkara pidana yang diatur diperlukan adanya perubahan di dalam Juknis Penyidikan Tindak Pidana Perikanan (Keputusan Dirjen PSDKP Nomor 372/DJ-PSDKP/2011, tanggal 29 Desember 2011), perlu dikaji ulang untuk penerapannya dengan menambahkan tahapanseperti yang telah dilakukan oleh Kepolisian RI dalam melakukan pengawasan dan pengendalian penanganan perkara pidanaatas Manajemen Penyidikan Tindak Pidana (Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012) sebagai berikut :

1. Pulbaket/Penyelidikan Penyelidikan hanya untuk dilakukan oleh

Kepolisian maka kata lainnya Pengumpulan bahan informasi dan keterangan (Pulbaket) yang dimaksud meliputi segala upaya untuk melengkapi informasi, keterangan, dan barang bukti berkaitan dengan perkara yang dilaporkan, dapat dikumpulkan tanpa menggunakan tindakan atau upaya paksa. Kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam rangka Pulbaket antara lain pengamatan (observasi), wawancara, pembuntutan, penyamaran, mengundang/memanggil sese-orang secara lisan atau tertulis tanpa paksaan atau ancaman paksaan guna menghimpun keterangan. Dalam hal untuk memudahkan mencapai sasaran dan pengawasan serta pengendalian, sebelum melakukan Pulbaket, PPNS Perikanan membuat rencana kegiatan pulbaket.

2. Proses Penanganan Perkara Tahapan proses penanganan perkara

dilakukan pada saat kegiatan penyidikan dengan membuat rencana penyidikan seperti rencana kegiatan, rencana kebutuhan, target pencapaian kegiatan, skala prioritas penindakan, dan target penyelesaian perkara.

Selanjutnya pada proses penanganan perkara, terutama gelar perkara/expose perlu dibagi menjadi 2 (dua) seperti gelar perkara biasa dan gelar perkara luar biasa. Gelar perkara yang dimaksud dapat dilakukan pada saat awal penyidikan, pertengahan penyidikan, dan akhir penyidikan. Tujuan dilaksanakan gelar perkara biasa diantaranya untuk : merumuskan rencana penyidikan; menentukan target-target penyidikan;

Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yangmandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan nasional

Visi & Misi KKP 2015-2019

TRISAKTI & NAWA CITA

kkp.

go.id

Page 21: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

40 SINERGI 41Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

menentukan penerapan teknik dan taktik penyidikan; pemantapan pasal-pasal yang dapat diterapkan; supervisi pencapaian target penyidikan; percepatan penyelesaian/penuntasan penyidikan; pembahasan dan pemenuhan petunjuk Jaksa Penuntut Umum.

Adapun tujuan dilaksanakan gelar perkara luar biasa, diantaranya untuk : menanggapi/mengkaji adanya keluhan dari pelapor, tersangka, keluarga tersangka, penasihat hukumnya, maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan perkara yang disidik; memutuskan penghentian penyidikan; melakukan tindakan koreksi terhadap dugaan terjadinya penyimpangan;

3. Pemberkasan PerkaraSeluruh dokumen hasil pelaksanaan

tindakan penyidikan wajib dikumpukan di dalam Berkas Perkara sesuai dengan Tata Naskah yang telah ditentukan.Tata naskah yang dimaksud telah diatur dalam Juknis Penyidikan Tindak Pidana Perikanan (Keputusan Dirjen PSDKP Nomor 372/DJ-PSDKP/2011, tanggal 29 Desember 2011). Berkas Perkara tersebut, perlu disimpan pada database elektronik dan setiap saat harus dapat diperiksa oleh Pengawas PPNS Perikanan.

Dalam rangka pengawasan dan pengen-dalian penyelesaian perkara, setiap berkas

Penenggelaman beberapa kapal ikan illegal tahun 2016

kkp.

go.id

perkara yang telah selesai penyidikannya wajib diteliti oleh Pengawas PPNS Perikanan meliputi susunan dan isi berkas perkara. Mekanisme penelitiannya, PPNS Perikanan yang telah menyelesaikan seluruh kegiatan penyidikan, wajib segera melaksanakan pemberkasan dan menyerahkan Berkas Perkara kepada Pengawas PPNS Perikanan untuk dilaksanakan penelitian yang mencakup susunan dokumen dan substansi Berkas Perkara.

Penelitian terhadap substansi berkas perkara meliputi persyaratan formil dan persyaratan materiil untuk setiap dokumen yang dibuat oleh PPNS Perikanan. Persyaratan formil yang dimaksud mencakup masalah persyaratan format pembuatan surat, Berita Acara, Register perkara seperti : pencantuman nama dan tempat kesatuan, pro justitia, judul surat, penomoran, tempat dan tanggal pembuatan, nama dan tanda tangan penyidik serta pengesahan oleh atasan penyidik.

Persyaratan materil yakni mencakup persyaratan materi surat atau Berita Acara meliputi: Dasar pembuatan surat, uraian tentang fakta-fakta, pembahasan, analisa perkara, analisa yuridis dan kesimpulan. Selanjutnya apabila telah diteliti oleh Pengawas PPNS Perikanan harus segera diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum. Waktu yang diperlukan penelitian berkas tersebut tetap memperhatikan waktu yang dibutuhkan Penyidik untuk menyelesaikan penyidikan kepada Jaksa Penuntut Umum.

4. Penanganan Barang BuktiSebagaimana telah diatur dalam

peraturan perundangan yakni penanganan

barang bukti tindak pidana perikanan terhadap barang bukti Pasal 76A yaitu “Benda dan/atau alat yang digunakan dalam dan/atau yang dihasilkan dari tindak pidana perikanan dapat dirampas untuk negara atau dimusnahkan setelah mendapat persetujuan ketua pengadilan negeri”. Meskipun Penyidik dalam melaksanakan fungsinya dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup (Pasal 69 ayat 4), namun persetujuan ketua pengadilan negeri tetap harus menjadi acuan guna berpedoman pada asas akuntabilitas dan asas kepentingan umum terutama pada barang bukti yang telah disita oleh penyidik secara sah menurut hukum (Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2015).

Untuk kepentingan pengawasan dan pengendalian atas penanganan barang bukti dan awak kapal perikanan, bahwa register barang bukti dan buku kontrol barang bukti harus dibuat database elektronik dalam rangka membangun sistem informasi penanganan barang bukti dan awak kapal.

5. Reward and PunishmentSesuai dengan peraturan perundangan

tentang perikanan Pasal 76C ayat 4, yakni aparat penegak hukum di bidang perikanan yang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik dan pihak yang berjasa dalam upaya penyelamatan kekayaan negara diberi penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian penghargaan tersebut dengan pertimbangan untuk memperbesar

kkp.

go.id

Page 22: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

42 SINERGI

Kinerja

Daftar Pustaka :1. Undang Undang No.8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana;2. Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang

perubahan Undang-Undang No. 31 tentang Perikanan;

3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.45 Tahun 2015 tentang “Rencana Strategis Kementerian Kelautan Dan Perikanan Tahun 2015-2019”;

4. Keputusan Dirjen PSDKP No.372/DJ-PSDKP/2011, tanggal 29 Desember 2011 tentang Petunjuk Teknis Penyidikan Tindak Pidana Perikanan;

5. Refleksi 2015 dan Outlook 2016, Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan;

6. Peraturan Kapolri No.14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana.

semangat kerja PPNS Perikanan dalam rangka pembangunan negara.

Selain diberikan penghargaan, tentunya apabila terdapat PPNS Perikanan yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap kegiatan penyidikan, diberikan sanksi sesuai dengan pelanggaran menurut golongan jenis seperti hukum pidana, peraturan disiplin dan/atau etika profesi.

Kesimpulan dan SaranBerdasarkan hal-hal tersebut di atas,

dapat diambil pokok pemikiran bahwa kegiatan pengawasan dan pengendalian penanganan perkara tindak pidana perikanan diperlukan untuk menjamin kelancaran

pelaksanaan penyidikan sesuai peraturan perundangan. Selain itu, kegiatan juga dimaksudkan sebagai tolak ukur dalam peningkatan kinerja PPNS Perikanan dan menghindari terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan kewenangan oleh PPNS Perikanan selaku Penyidik dari KKP.

Dalam rangka tata kelola penanganan perkara tindak pidana perikanan, diperlukan harmonisasi dan revitalisasi Juknis Penyidikan Tindak Pidana Perikanan (Keputusan Dirjen PSDKP No.372/DJ-PSDKP/2011, tanggal 29 Desember 2011) yang selama ini dijadikan acuan dengan melakukan benchmarking dengan institusi kepolisian RI ataupun Kementerian/Lembaga yang memiliki PPNS.

Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Bitung, Satuan Kerja Kendari, Sulawesi Tenggara, melepas 70 ekor penyu sitaan

http

://dj

psdk

p.kk

p.go

.id

kkp.

go.id

1. Revolusi Mental adalah gerakan sosial untuk bersama-sama menuju Indonesia yang lebih baik.

2. Harus didukung oleh tekad politik (political will) Pemerintah3. Harus bersifat lintas sektoral.4. Kolaborasi masyarakat, sektor privat, akademisi dan pemerintah.5. Dilakukan dengan program “gempuran nilai” (value attack) untuk

senantiasa mengingatkan masyarakat terhadap nilai-nilai strategis dalam setiap ruang publik.

6. Desain program harus mudah dilaksanakan (user friendly), menyenangkan (popular) bagi seluruh segmen masyarakat.

7. Nilai-nilai yang dikembangkan terutama ditujukan untuk mengatur moralitas publik (sosial) bukan moralitas privat (individual).

8. Dapat diukur dampaknya dan dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.

Prinsip Dasar Revolusi Mental8

Gerakan Nasional Revolusi MentalAyo Terlibat dan Berubah

Korupsi adalah kejahatan luar biasa, memberantasnyapun membutuhkan semangat yang luar biasa, semangat yang tak pernah berhenti karena berasal dari energi yang tak terbatas, energi yang hadir pada orang-orang yang mampu mengintegrasikan raga, rasio, ruh dan rasa dalam satu fokus ‘pengabdian.”

….. Nyalakan Radarmu, Hidupkan Nuranimu,Kamu adalah Pribadi yang Kuat dan Berprinsip dengan Komitmen Integritas.Yang Sadar Anti Korupsi dan Semakin Jauh dari Korupsi……

Saat Anda telah mencapai kesadaran anti korupsi secara menyeluruh dan utuh, maka hal tersebut tidak hanya menjadi semangat, namun terus bergerak hingga menjadi komitmen integritas. Anda sudah melangkah lebih jauh, bukan sekedar menghindar namun mencari solusi terhadap fenomena korupsi (Stephen L Carter, 1996).

ANTI KORUPSI

Sumber : Modul Diklat Mata Ajar “Anti Korupsi,” 2015

Page 23: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

44 SINERGI 45Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Aparat Pengawasan Intern Peme-rintah (APIP) sebagai instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal

audit) di lingkungan pemerintah pusat dan/atau daerah berkewajiban untuk menjamin mutu audit. APIP yang terdiri dari Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian, Inspektorat/unit pengawasan intern pada Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Inspektorat/unit pengawasan intern pada Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara

Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) memilih cara telaah sejawat dalam melakukan penilaian eksternal. Telaah Sejawat ini dilaksanakan oleh unit pengawasan lain yang ditunjuk, guna mendapatkan

keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan audit telah sesuai dengan standar.

Telaah Sejawat : UPAyA PeneRAPAn PRAKTeK

PRofeSIonAlOleh : Evin Nurviani, S.Pi, M.Ak (Auditor Muda, Inspektorat V, Itjen KKP)

dan Lembaga Negara, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan unit pengawasan intern pada Badan Hukum Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan ini pun memiliki kewajiban yang sama dalam menjamin mutu audit. Bagaimana caranya?

Telaah Sejawat APIPProgram penjaminan dan pengembangan

mutu audit dilakukan lewat cara penilaian internal dan eksternal. Penilaian internal dilakukan melalui supervisi terus-menerus

Entry Meeting Bersama Sekretaris Itjen Kemenhub dan Tim Itjen KKP

dan penilaian secara periodik, setiap semester atau tahunan, sedang penilaian eksternal dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1) Sepenuhnya dilakukan oleh pihak

independen yang mempunyai spesialisasi untuk itu, seperti Kantor Akuntan Publik;

2) Penilaian sendiri dengan validasi oleh pihak eksternal; dan

3) Telaah sejawat oleh APIP lainnya.Penilaian eksternal melalui telaah

sejawat yang dipilih dan digelar pada tahun 2016 ini dimulai dengan serangkaian kegiatan persiapan antar Inspektorat yang dilaksanakan di Ruang Sidang III.2, Lantai 3 Gedung B, Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Acara yang dipimpin oleh Daryanto, Ak, MIS, M.Comm, D.Dip.Com, QIA, CA (Inspektur Jenderal/Irjen Kemendikbud selaku Ketua Komite Telaah Sejawat AAIPI) ini dihadiri oleh Irjen Kementerian Agama, Irtama Bappenas, Perwakilan Itjen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, perwakilan dari BPKP dan perwakilan dari Inspektorat Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

Sebelum kegiatan telaah sejawat dimulai, AAIPI menyelenggarakan kegiatan workshop dalam rangka persiapan pembekalan tim penelaah. Workshop telaah sejawat berlangsung pada tanggal 19 Mei 2016 di Ruang Sidang III.2, Lantai 3 Gedung B, Itjen Kemenkeu. Saat itu, Raida Sitorus, AK.,MSc.,CA (Ketua Tim Perumus Telaah Sejawat AAIPI) mempresentasikan Standar Audit Intern

dan Pedoman Telaah Sejawat. Standar Audit Intern diperlukan untuk menjaga mutu hasil pengawasan sedangkan Pedoman Telaah Sejawat digunakan untuk penilaian antar APIP.

Saat workshop diputuskan 6 (enam) Kementerian/Lembaga yang akan melakukan Telaah Sejawat pada putaran pertama. Keenam Kementerian/Lembaga tersebut adalah Itjen Kemenkeu, Irtama Bappenas, Itjen KKP, Itjen Kemenhub, Itjen Kemenag, dan Itjen Kemendikbud. Pola yang diterapkan adalah Itjen Kemenkeu menelaah Irtama Bappenas, Irtama Bappenas menelaah Itjen KKP, Itjen KKP menelaah Itjen Kemenhub, Itjen Kemenhub menelaah Itjen Kemenag, Itjen Kemenag menelaah Itjen Kemendikbud, Itjen Kemendikbud menelaah Itjen Kemenkeu.

Tim dan Pedoman PenelaahSelain workshop, persiapan telaah

sejawat dilakukan melalui pembentukan dan penetapan Tim Penelaah melalui Surat Keputusan Ketua AAIPI. Tim Penelaah adalah APIP yang ditunjuk untuk melakukan telaahan sejawat terhadap APIP yang lain berdasarkan masukan dari Komite Telaah Sejawat AAIPI. Anggota Tim Penelaah harus berasal dari luar organisasi APIP yang ditelaah dan independen terhadap organisasi APIP tersebut. Anggota tim diambil dari 3 (tiga) atau lebih selain APIP yang ditelaah.

Tim penelaah sejawat dari Itjen KKP beberapa tahun lalu, yakni bulan Desember Tahun 2013, telah melaksanakan uji coba telaah sejawat terhadap Itjen Kemenkeu dengan menggunakan Rancangan Pedoman Telaah Sejawat. Pada tahun 2016 ini, Tim Penelaah masing-masing Itjen melakukan telaah sejawat menggunakan Pedoman Telaah Sejawat yang diterbitkan tahun 2014.

Pedoman Telaah Sejawat ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi Tim Penelaah dalam melaksanakan penilaian terhadap efisiensi dan efektivitas organisasi APIP dan kesesuaian aktivitas APIP dengan Standar Audit. Pedoman ini berisi langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan telaah sejawat dari mulai persiapan, pelaksanaan sampai dengan pelaporannya.

Penyerahan hasil telaah sejawat oleh Tim Itjen KKP

Page 24: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

46 SINERGI 47Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Pedoman juga dilengkapi alat bantu berupa kertas kerja yang diperlukan dalam pelaksanaan telaah. Ketua Komite Telaah Sejawat AAIPI, V. Sonny Loho, Ak., MPM, mengharapkan bahwa Pedoman Telaah Sejawat Auditor Intern ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dalam menjaga dan meningkatkan mutu hasil pengawasan intern yang dilakukan oleh APIP. Selain itu Pedoman Telaah Sejawat juga digunakan dalam rangka mewujudkan cita-cita auditor intern memberi nilai tambah bagi organisasi.

Maksud dan Ruang LingkupBerbagai keuntungan dapat dipetik saat

melakukan telaah sejawat, diantaranya menjadi benchmarking bagi APIP lainnya, menjadi bukti bahwa APIP mengikuti praktik terbaik yang berkembang secara internasional, menjadi bukti tingkat kesesuaian aktivitas APIP dengan standar yang berlaku, menjamin bahwa aktivitas APIP mengikuti praktik yang sesuai dengan standar AAIPI, dan sebagai bukti kepada pemangku kepentingan tentang kualitas APIP.

Sedang maksud dilaksanakannya telaah sejawat antara lain: untuk melakukan penilaian terhadap efisiensi dan efektivitas organisasi APIP sesuai dengan visi, misi, tugas dan fungsinya, dan harapan pimpinan tertinggi organisasi; menyatakan pendapat tentang kesesuaian aktivitas APIP dengan Standar Audit, dan memberikan

saran perbaikan kinerja APIP agar dapat memberikan nilai tambah kepada organisasi; menjamin bahwa audit telah dilaksanakan oleh auditor yang berkompeten dan dilengkapi dengan pedoman kerja yang memadai.

Dalam Pedoman Telaah Sejawat, ada ruang lingkup kegiatan yang disesuaikan dengan standar elemen-elemen kunci berikut ini: Kesesuaian visi, misi, tugas, dan fungsi dengan yang dimaksud dalam standar; Penerapan praktik audit sesuai dengan standar; Komposisi pengetahuan dan ketrampilan dari auditor APIP yang ditelaah; Kertas kerja dan teknik audit yang digunakan auditor; Harapan dari pemangku kepentingan; Nilai tambah yang diberikan audit internal, dan Proses tata kelola APIP.

Standar Audit dan Standar UmumStandar yang dimaksud dalam ruang

lingkup adalah standar audit. Standar audit merupakan kriteria atau ukuran minimal untuk melakukan kegiatan audit intern yang wajib dipedomani oleh Auditor dan Pimpinan APIP, sehingga siapapun auditor yang melaksanakan audit intern diharapkan menghasilkan satu mutu hasil audit yang sama ketika auditor tersebut melaksanakan penugasan sesuai dengan Standar Audit yang bersangkutan.

Standar Audit terdiri dari Standar Atribut dan Standar Pelaksanaan. Standar Atribut terdiri dari Prinsip-Prinsip Dasar dan Standar Umum, sedangkan Standar Pelaksanaan terdiri dari Standar Pelaksanaan Intern dan Standar Komunikasi Audit Intern. Prinsip-Prinsip Dasar memuat Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab APIP (Audit Charter), Independensi dan Objektivitas, Kepatuhan terhadap Kode Etik.

Standar Umum memuat Kompetensi dan Kecermatan Profesional, Kewajiban Auditor, Program Pengembangan dan Penjaminan Kualitas. Standar Pelaksanaan Audit Intern memuat Pengelolaan Kegiatan Audit Intern, Sifat Kerja Kegiatan Audit Intern, Perencanaan Penugasan Audit Intern, dan Pelaksanaan Penugasan Audit Intern. Standar Komunikasi Audit Intern memuat Komunikasi Hasil

Penghargaan piagam tingkat nasional dari AAIPI untuk tim Telaah Sejawat Itjen KKP, Ir. AM. Herarto mewakili penerimaan piagam untuk Itjen KKP

Penugasan Audit Intern, dan Pemantauan Tindak Lanjut.

Penilaian telaah sejawat dilakukan terhadap laporan audit, kertas kerja induk, kertas kerja pendukung, kebijakan dan prosedur audit, kompetensi auditor yang merupakan gabungan antara pengetahuan dan keterampilan, penggunaan teknologi informasi, penilaian risiko, pemantauan pengendalian, interaksi dengan manajemen, dan kinerja baik atau keberhasilan-keberhasilan yang dicapai. Dalam melakukan penelaahan, Tim melakukan wawancara dan meminta/menerima masukan dari APIP yang ditelaah.

Praktek Profesional dan Baik Tanggal 25 Mei 2016, Itjen KKP mulai

melakukan telaah sejawat pada Itjen Kemenhub. Tim telaah sejawat dari Itjen KKP melakukan kegiatan ini selama 10 hari kerja, sesuai Surat Tugas dari AAIPI Nomor ST:003/AAIPI/TS/2016 tanggal 20 Mei 2016. Irjen Kemenhub dan Direktur AAIPI memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan telaah sejawat ini. Beberapa praktik profesional yang dinilai baik pada Itjen Kemenhub, hasil penelaahan Tim Itjen KKP antara lain :1. Telah memiliki Piagam Pengawasan

Internal yang ditandatangani oleh Menteri Perhubungan tanggal 22 Desember 2014, serta adanya revisi atas visi, misi, sasaran dan arah kebijakan Itjen Kemenhub dalam

piagam pengawasan disesuaikan dengan NAWACITA Presiden yang ditandatangani tanggal 16 Oktober 2015.

2. Adanya kebijakan yang mendukung peningkatan kemampuan profesional auditor antara lain dengan mengikut-sertakan pegawai/auditor pada pelatihan profesional maupun sertifikasi profesi internasional.

3. Telah memiliki kebijakan mengenai Penanganan dan Tindak Lanjut Pengaduan.

4. Telah dilakukan penilaian ekstern terhadap aspek audit internal dan memperoleh penghargaan ISO 9001:2008. Selain itu, pada tulisan ini diinformasikan

beberapa praktik profesional Itjen Kemenkeu yang dinilai baik berdasar hasil telaah sejawat oleh Itjen Kemendikbud untuk tambahan wawasan dan pengetahuan dalam peningkatan kinerja, antara lain:1. Pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen

Audit meliputi Core Application (Teammate, TABK, ACL);

2. Support Application (Aplikasi SiAdit, Help Desk Belanja Modal, Web RKA K/L, Duta UKI, dan Aplikasi e-Performance);

3. Proses rekrutmen Auditor dilakukan secara terencana dengan tahapan penilaian internal melalui magang (on job training) serta pendidikan dan pengawasan (diklat) pengawasan keuangan internal sebelum diikutkan pelatihan JFA. Keikutsertaan Diklat Jabatan Fungsional Auditor (JFA) jenjang Ketua Tim, Pengendali Teknis,

Page 25: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

48 SINERGI 49Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

9. Telah diberlakukan penilaian secara mandiri antar Inspektorat.

10. Kinerja auditor terbaik diberikan kompensasi berupa reward (diklat ke luar negeri dan studi lanjut).

Dengan adanya telaah sejawat tersebut, nilai positif yang dapat diadopsi oleh Itjen KKP antara lain kebijakan yang mendukung peningkatan kemampuan profesional auditor seperti mengikuti diklat minimal 50 jamlat dalam setahun, Para pegawai/auditor diikutkan pelatihan-pelatihan profesional baik tingkat nasional maupun internasional, dan kinerja auditor terbaik diberikan kompensasi berupa reward (diklat ke luar negeri dan studi lanjut).

dan Pengendalii Mutu didahului dengan penilaian oleh Assessor yang direkrut dari eksternal Kemenkeu (Assessment Center).

4. Para pegawai/auditor diikutkan pelatihan-pelatihan profesional baik tingkat nasional maupun internasional, seperti diklat CIA, CFE, CA, CISA, CRMA, CGIT, CCNA, CEH, CPMA, CHFI, CEP, CCSA, CSOX, CRGP, CAMS, CISM, dan CRISC.

5. Semua kegiatan di lingkungan Itjen Kemen-keu telah didukung dengan pedoman dan Standar Operasional Prosedur (SOP).

6. Penerapan kode etik kepada seluruh pegawai dilaporkan kepada pimpinan dan dipantau secara efektif (minimal enam bulan sekali).

7. Pelaksanaan audit didahului penanda-tanganan pakta integritas antara auditor dan auditi.

8. Penyusunan PKPT selalu didahului dengan pemetaan risiko (manajemen risiko).

Daftar Pustaka :1. Pedoman Telaah Sejawat, AAIPI, 2014;2. Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia,

AAIPI, 2013.

Sekretariat UPG KKPInspektorat V Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gedung Mina Bahari III Lantai 4, Jalan Medan Merdeka Timur No.16, Jakarta Pusat, 10110. Telepon: 0811 989 011 - Fax:(021) 4 666 2 111Email pelaporan: [email protected] korespondensi: [email protected]: http://upg.kkp.go.id

Pemahaman IsiMeski rekomendasi BPK menciutkan

nyali banyak pihak, namun tidak serta merta mendongkrak prosentase tindak lanjutnya. Ada beragam alasan, mengapa pejabat di K/L maupun Pemda kurang serius dalam menindaklanjuti temuan. Di antaranya adalah posisi pejabat yang bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya berganti-ganti, pejabat baru tidak mau terlibat dalam temuan lalu, pejabat baru perlu waktu untuk mempelajari rekomendasi dan menindaklanjutinya, hingga rekanan yang sulit ditemui/kabur. Istilah pejabat yang bertanggung jawab yang dimaksud

URGenSI TInDAK lAnJUT

ATAS TeMUAn BPK RI

Efektifitas hasil audit BPK adalah jika rekomendasinya segera ditindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa.

Oleh : Adelaide Siregar, SE (Auditor Muda, Inspektorat II, Itjen KKP)

Setiap tahun, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menerbitkan ragam rekomendasi yang berisi saran perbaikan atas berbagai temuan audit, termasuk yang berpotensi merugikan keuangan negara. Sayangnya, tindak lanjut atas rekomendasi itu terbilang rendah. Ketua BPK, Rizal Djalil dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 20 Mei lalu mengatakan bahwa sepanjang 2009 s.d. 2013, BPK telah menyampaikan 212.750 rekomendasi atas temuan audit senilai Rp 81,49 triliun yang diserahkan

kepada entitas yang diperiksa, yakni Kementerian/ Lembaga (K/L), Pemerintah Daerah (Pemda), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Jika ada indikasi pidana, BPK sebagai lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara ini akan menyerahkan hasil pemeriksaannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kepolisian, atau Kejaksaan.

disini adalah satu orang atau lebih yang diserahi tugas untuk mengelola keuangan negara, dan atau pejabat pelaksana yang mendapatkan pelimpahan tugas dari pejabat yang bertanggung jawab.

Untuk menjamin pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi BPK secara efektif, cepat dan tepat, maka perlu pemahaman isi Laporan Hasil pemeriksaan (LHP) dan ketentuan mengenai tindak lanjut atas rekomendasi BPK. LHP BPK utamanya memuat temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Setiap temuan dapat terdiri atas satu atau lebih permasalahan, yaitu berupa kelemahan Sistem Pengendalian Intern

Page 26: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

50 SINERGI 51Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

(SPI) dan/ atau ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketidakpatuhan ini dapat mengakibatkan kerugian negara, potensi kerugian negara, kekurangan penerimaan, penyimpangan administrasi, ketidakhematan, ketidak-efisienan, atau ketidakefektifan.

Permasalahan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian negara, potensi kerugian negara dan kekurangan penerimaan merupakan permasalahan ketidakpatuhan yang berdampak finansial. Sedangkan pe-nyimpangan administrasi dan permasalah-an ketidakpatuhan yang mengakibatkan ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan merupakan permasalahan ketidakpatuhan yang tidak berdampak finansial. Permasalahan-permasalahan yang mengandung indikasi unsur pidana nantinya akan disampaikan kepada instansi yang ber-wenang secara terpisah.

Ketentuan Tindak LanjutSetelah pemahaman isi LHP, langkah

berlanjut ke pemahaman ketentuan/aturan tentang rekomendasi dan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK. Ada beberapa ketentuan/aturan terkait tersebut, di antaranya: Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK; Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pemantauan Pelaksanaan Tindak

Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK; Keputusan BPK Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan; Peraturan MK Nomor 116/PMK.05/2007 tentang Penyusunan Rencana Tindak dan Monitoring Penyelesaian Tindak Lanjut Pemerintah Terhadap Temuan Pemeriksaan Keuangan Oleh BPK Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara, dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 dan Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2010, rekomendasi didefinisikan sebagai saran dari pemeriksa berdasarkan hasil pemeriksaannya yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau perbaikan. Definisi tindak lanjut berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3), dan Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2010 Pasal 3, dinyatakan sebagai jawaban atau penjelasan yang dilampiri dengan dokumen bukti pendukung atas rekomendasi dan pejabat di K/L atau pemda wajib melaksanakan dan menyampaikan tindak lanjutnya kepada BPK, paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah LHP diterima.

Tindak lanjut atas rekomendasi BPK dapat berupa pelaksanaan seluruh atau sebagian dari rekomendasi. Apabila sebagian atau seluruh rekomendasi tidak dapat dilaksana-kan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, maka pejabat wajib memberikan alasan yang sah. Yang dimaksud alasan yang sah berdasar peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2010 meliputi kondisi force majeur, subjek atau objek rekomendasi dalam proses peradilan (antara lain: pejabat menjadi tersangka dan ditahan; pejabat menjadi terpidana; atau objek yang direkomendasikan dalam sengketa di peradilan) dan rekomendasi yang tidak dapat ditindaklanjuti secara efektif, efisien, dan ekonomis (antara lain : perubahan struktur organisasi; dan/atau perubahan regulasi).

Urgensi dan SanksiDalam rangka mendukung tindak lanjut,

BPK berinisiatif untuk memberikan asistensi melalui konsultasi dengan K/L maupun

Korupsi adalah kejahatan luar biasa, memberantasnyapun membutuhkan semangat yang luar biasa, semangat yang tak pernah berhenti karena berasal dari energi yang tak terbatas, energi yang hadir pada orang-orang yang mampu mengintegrasikan raga, rasio, ruh dan rasa dalam satu fokus 'pengabdian' (sumber: Modul Prajab Gol.III, 2012).

Pemda. Bahkan, konsultasi Catatan Berita bisa dilakukan sampai dua kali dalam satu tahun. Namun, inisiatif ini terkadang masih belum banyak dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menuntaskan tindak lanjut rekomendasi. Butuh komitmen kuat dari pimpinan K/L maupun pemda untuk mendorong aparatur di bawahnya agar serius menindaklanjuti rekomendasi BPK. Keseriusan ini menjadi kunci perbaikan kualitas Laporan Keuangan.

Pejabat K/L maupun pemda harus segera melakukan percepatan tindak lanjut rekomendasi BPK. Angka tindak lanjut yang semakin memburuk menjadi pemicu urgensi tindak lanjut. Ketika rekomendasi yang lama belum selesai ditindaklanjuti, BPK akan mengeluarkan rekomendasi baru atas hasil audit yang baru sehingga rekomendasinya akan menumpuk-numpuk.

Selain rekomendasi yang menumpuk-numpuk, urgensi tindak lanjut temuan BPK juga dipicu karena adanya sanksi kepada instansi yang tidak menindaklanjutinya. Pasal 26 (2) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara menyatakan bahwa apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan pejabat tidak menindaklanjuti rekomendasi tanpa adanya alasan yang sah, BPK dapat melaporkan kepada instansi yang berwenang, dan setiap orang yang tidak memenuhi kewajiban untuk menindaklanjuti rekomendasi yang disampaikan dalam laporan hasil pemeriksaan BPK dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Jika ada satker yang tidak menindaklanjuti rekomendasi temuan BPK, BPK akan melaporkan rekomendasi tersebut setelah melewati beberapa tahap peringatan. Jika tidak ada respon, BPK akan melaporkannya ke penegak hukum untuk ditindaklanjuti. Berdasarkan hal itu maka perlu adanya kesadaran yang tinggi kepada satker untuk segera secepatnya menuntaskan temuan BPK agar permasalahan tidak berlarut-larut dan terhindar dari sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Page 27: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

52 SINERGI 53Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Penelaahan BPK Jika pejabat di K/L maupun Pemda telah

melaksanakan tindak lanjut temuan BPK, maka tindak lanjut tersebut akan ditelaah, dimonitor dan dipantau oleh Kementerian Keuangan (Kementerian Keuangan) dan BPK. Berdasarkan Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2010, penelaahan terhadap tindak lanjut, berupa jawaban atau penjelasan dilakukan oleh Auditorat Utama Keuangan Negara/Perwakilan BPK yang bersangkutan paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya jawaban atau penjelasan. Terdapat 4 (empat) klasifikasi hasil penelaahan yang dituangkan dalam Resume Pemantauan Tindak Lanjut, yaitu tindak lanjut telah sesuai dengan rekomendasi, tindak lanjut belum sesuai dengan rekomendasi, rekomendasi belum ditindaklanjuti; atau rekomendasi tidak dapat ditindaklanjuti.

Apabila hasil penelaahan menunjukkan klasifikasi tindak lanjut telah sesuai dengan rekomendasi atau rekomendasi tidak dapat ditindaklanjuti, maka tanggung jawab administratif pejabat yang berwenang untuk menindaklanjuti rekomendasi dianggap selesai. Namun apabila hasil penelaahan menunjukkan klasifikasi tindak lanjut belum sesuai dengan rekomendasi atau rekomendasi belum ditindaklanjuti, maka BPK dapat melakukan pembahasan dengan Pejabat yang berwenang di K/L dan Pemda yang dilaksanakan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah Resume Pemantauan

Tindak Lanjut diterima. Apabila rekomendasi tetap tidak ditindaklanjuti, BPK dapat segera melaporkan kepada instansi yang berwenang.

Monitoring Kementerian Keuangan dan APIP

Berdasarkan Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2010, pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan, yang selanjutnya disebut pemantauan, adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis oleh BPK untuk menentukan bahwa Pejabat telah melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan dalam tenggang waktu yang telah ditentukan. Rekapitulasi Pe-mantauan Tindak Lanjut hasil pemeriksaan merupakan gabungan Resume Pemantauan dan Resume Pembahasan Tindak Lanjut.

Selain itu, Kementerian Keuangan juga akan menginstruksikan kepada menteri/pimpinan lembaga untuk segera menyelesaikan tindak lanjut temuan BPK dengan membentuk tim penyelesaian dan monitoring tindak lanjut temuan BPK. Tim wajib menyampaikan rencana tindak lanjut dan laporan monitoring penyelesaian tindak lanjut temuan BPK atas Laporan Keuangan Kementerian / Lembaga (LK/KL) kepada Kementerian Keuangan. Pedoman penyusunan rencana tindak dan monitoring penyelesaian tindak lanjut pemerintah terhadap temuan pemeriksaan keuangan oleh BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara, dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat didasarkan pada PMK Nomor 116/PMK.05/2007 tentang penyusunan rencana tindak dan monitoring penyelesaian tindak lanjut.

Laporan monitoring penyelesaian tindak lanjut temuan BPK atas Laporan Keuangan LK/KL disusun oleh APIP pada Kementerian Negara/Lembaga dan disampaikan pada setiap akhir Juli dan November tahun berjalan, serta akhir bulan Maret tahun berikutnya, pada peraturan menteri keuangan tersebut menugaskan pimpinan APIP untuk melakukan koordinasi monitoring atas penyelesaian tindak lanjut temuan BPK.

Tindak Lanjut KKPItjen Kementerian Kelautan dan Perikanan

(KKP) sebagai bagian dari APIP pun telah melakukan monitoring atas penyelesaian tindak lanjut temuan BPK lingkup KKP. Berdasarkan perkembangan sisa temuan Hasil Pemeriksaan BPK pada KKP per 31 Desember 2015, dari temuan awal sebanyak 574 temuan dengan temuan keuangan senilai Rp164.281.495.723,46, KKP telah menindaklanjuti dan dinyatakan tuntas oleh BPK sebanyak 443 temuan atau 77,18% dengan temuan keuangan yang telah disetor ke Kas Negara senilai Rp101.848.073.264,08 atau 62%. Jika melihat data tersebut animo satker untuk menindaklanjuti temuan sudah cukup baik, terbukti dengan opini Laporan Keuangan KKP Tahun 2015 mengalami kenaikan dari Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan menjadi Wajar Tanpa Pengecualian.

Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh KKP untuk memperoleh Opini WTP antara lain dengan menindaklanjuti seluruh rekomendasi dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), khususnya rekomendasi yang berkaitan dengan Paragraf Penjelas. Tindak lanjut dilakukan secara terus menerus, jika terdapat perbedaan persepsi antara KKP dengan BPK, maka akan dilakukan

konsultansi dengan BPK untuk menyamakan persepsi tersebut. Paragraf penjelasan yang telah ditindaklanjuti antara lain:a. Pengelolaan Aset Satker Inaktif Ditjen

PSDKP pada 26 Satker Inaktif Tidak Memadai (Temuan LK 2012). Tindak lanjut yang telan dilakukan KKP adalah menyerahkan aset-aset dari Satker Inaktif kepada Sekretariat Ditjen/Badan untuk dicatat sebagai aset Pusat untuk selanjutnya Kuasa Khusus Satker Inaktif melakukan proses likuidasi Satker Inaktif.

b. Aset hasil pengadaan proyek Satellite-Based Vessel Monitoring System (VMS) yang belum/tidak diketahui keber-adaannya (DPP LK 2013)Tindak lanjut yang telah dilakukan KKP

adalah melakukan pemindahan klasifikasi dari semula Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Aset Rusak Berat) pada 2014 dan berkewajiban untuk melakukan penghapusan VMS tersebut.

Daftar Pustaka :1. www.kendari.bpk.go.id/wp-content/

uploads/2012/10/Temuan-Audit-BPK-Belum-Ditindaklanjuti.pdf;

2. http://www.bpk.go.id/news/tindak-lanjut-rekomendasi-dan-temuan-bpk-belum-optimal;

3. Data dari Bagian Sistem Informasi Pengawasan (SIP) Sekretariat Itjen KKP.

"Salam Anti Korupsi!!!"Sukseskan Pencanangan Zona Intergritas

Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi di Lingkungan KKPUPAYAMENUJU WBK/WBBM DI LINGKUNGAN KKP

Pakta Integritas & Pencanangan ZI

Sosialisasi, Pembinaan, & Evaluasi Mandiri Pembangunan ZI

Penetapan Unit Kerja Predikat WBK oleh Men PAN & RB (2 Satker)

Penetapan Unit Kerja Predikat WBK oleh Men PAN & RB (1 Satker)

2012

2013

2014

2015

UPAyA MenUJU WBK/WBBM DI lInGKUnGAn KKP

Page 28: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

54 SINERGI 55Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Efisiensi Belanja Pemerintah Suatu Keharusan?

Akhir Februari 2016 silam, Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelaut-an dan Perikanan mengumpulkan seluruh Eselon I lingkup Kemen-terian Kelautan dan Perikanan

(KKP) di Senayan Jakarta, dalam rangka mengevaluasi capaian kinerja tahun 2015 dan perencanaan anggaran tahun 2016. Menteri KP menginginkan agar anggaran dibuat secara efisien, minimal sebesar 30% s.d. 35 %. Hal ini dilatarbelakangi oleh data defisit anggaran tahun 2015 yang mencapai 200 triliun rupiah. Untuk menutup defisit anggaran tersebut, maka langkah penghematan belanja anggaran pemerintah di masing-masing Kementerian/Lembaga, sangat diharapkan.

Inspektorat Jenderal sebagai bagian dari Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) bertugas melaksanakan pengawasan intern terhadap pelaksanaan anggaran secara terus menerus dan konsisten.

Andil Inspektorat Jenderal ini diharapkan mampu mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia, yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Oleh : Ir. Lutfi (Auditor Madya Inspektorat V, Itjen KKP)

PengertianEfisiensiPenghematan atas pembiayaan yang tidak

diperlukan di lingkup Satker dapat berupa kegiatan-kegiatan ataupun pengadaan-peng-adaan barang dan jasa. Misalnya penentuan harga satuan yang belum memenuhi kewajaran harga dan anggaran suatu kegiatan yang belum memenuhi prinsip-prinsip efisien. Auditor dituntut memiliki kapabilitas yang memadai dalam menilai dan melaporkan aspek efisiensi, efektifitas dan keekonomian atas pelaksanaan kegiatan, serta memberikan saran untuk mengurangi inefisiensi tersebut.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penulis akan memberikan gambaran tentang pengertian efisiensi tersebut. Pengertian

efisiensi menurut Direktorat Perencanaan dan Anggaran, Kementerian Keuangan (Juni 2013) dijelaskan bahwa efisiensi belanja pemerintah terdiri atas tiga tingkatan, yaitu efisiensi teknis, efisiensi ekonomis, dan efisiensi alokatif. Efisiensi Teknis merupakan kemampuan unit mengubah input menjadi output. Jika tingkat input yang sama, diperoleh tingkat output lebih tinggi, maka terjadi efisiensi output. Jika tingkat output yang sama, digunakan tingkat input yang lebih sedikit, maka terjadi efisiensi input.

Menurut Akhmad Zainuddin, 2013, dalam tulisan berjudul Mengukur Efisiensi dan Efektifitas Belanja dalam Reviu Pelaksanaan Anggaran, disebutkan bahwa Efisiensi Ekonomis adalah tingkat efisiensi dari rasio output-input setelah memperhitungkan harga-harga input. Efisiensi ini dapat disebut juga sebagai efisiensi produksi (productive efficiency). Ukuran efisiensi ini relevan jika kombinasi input yang digunakan bersifat substitusi, sehingga pilihan komposisi input dimungkinkan. Dengan demikian, efisiensi ekonomis dapat dijelaskan sebagai rasio output terhadap biaya input.

Akhmad Zainuddin memberikan contoh, misalnya dalam penggandaan Laporan Hasil Pengawasan dapat dipilih dua alternatif yaitu menggunakan pihak rekanan atau membeli mesin foto kopi. Biaya penggandaan dengan rekanan hanya menggunakan biaya penggandaan saja, namun jika membeli mesin foto kopi harus memperhitungkan biaya upah, listrik, kertas, toner, dan adanya penyusutan aset. Perbedaan tingkat efisiensi ekonomis tersebut terjadi jika komposisi 2 (dua) input tersebut dapat diubah-ubah dan akan berpengaruh pada outputnya. Jadi ukuran efisiensi ekonomis lebih rinci jika dibandingkan dengan efisiensi teknis.

Selain efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis, Akhmad Zainuddin juga meng-ungkap adanya Efisiensi Alokatif yang merupakan konsep efisiensi secara agregat. Dapat saja suatu unit sudah mencapai efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis, namun ternyata jika input tertentu dari unit kerja tersebut kita realokasikan ke unit kerja lain dan realokasi ini menyebabkan tingkat

efisiensi meningkat secara keseluruhan, maka kita akan mendapatkan tingkat efisiensi alokatif yang lebih tinggi. Konsep efisiensi ini dapat pula disebut efisiensi sosial yaitu ukuran ekonomi dengan konteks menyeluruh.

Guna menyederhanakan pengertian ini dapat dicontohkan antara lain dalam peningkatan produksi sektor perikanan budidaya udang dapat melalui pemberian pakan, pupuk atau pembuatan saluran. Mengingat alokasi anggaran yang terbatas maka harus dilakukan pemilihan untuk dialokasikan kepada kegiatan prioritas, misalnya memilih untuk anggaran pupuk dialihkan untuk anggaran pakan dan pembangunan saluran. Bila hasil realokasi anggaran pupuk tersebut ke anggaran pakan dan saluran dapat meningkatkan produksi perikanan, maka ini yang disebut dengan efisiensi alokatif akan meningkat.

Efesiensi dan KebocoranKebocoran anggaran menjadi pokok

bahasan bidang perekonomian di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Sistem pelaksanaan anggaran yang transparan, yang telah terbangun sejak tahun 2003, ternyata belum menunjukkan adanya penyelenggaraan pemerintahan yang masih koruptif dan budaya birokrasi yang kurang baik sehingga menjadi pendukung terjadinya kebocoran anggaran.

Kebocoran atau ketidakefisienan ini pernah disampaikan pada saat diskusi dengan Menteri Kelautan dan Perikanan. Meskipun pernyataan tersebut belum didukung dengan data yang jelas, namun

Reviu HPS menjadi suatu keharusan untuk pengadaan barang dan

konstruksi

Page 29: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

56 SINERGI 57Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

harus diakui bahwa Inspektorat Jenderal belum pernah melakukan audit dalam rangka menilai efisiensi suatu kegiatan.

Apakah suatu kebocoran anggaran merupakan suatu hal inefisiensi? Menurut penulis ya, karena penilaian kebocoran anggaran yang ada selama ini juga merupakan persoalan efisiensi. Kebocoran anggaran berpotensi terjadi dari sisi realisasi APBN. Seringkali pada saat Auditor melakukan audit maupun kegiatan pengawas lainnya menemukan realisasi anggaran jauh dari prinsip efisiensi. Kegiatan yang harusnya bisa dilaksanakan dengan biaya sedikit namun kenyataan dilakukan dengan biaya yang besar. Seharusnya bisa mendapatkan banyak aset seperti bangunan ataubarang-barang yang dapat dinikmati oleh masyarakat, namun kenyataan hanya sedikit.

Joko Tri Haryanto dalam tulisan Kebocoran vs Efisiensi menyatakan bahwa setiap tahun pemerintah terus berupaya untuk menyempurnakan mekanisme penyusunan anggaran dan mempermudah prosedur realisasi anggaran, sehingga penyerapan anggaran diharapkan lebih optimal. Namun demikian persoalan kualitas penyerapan anggaran tetap menjadi kendala utama. Isu kebocoran anggaran merupakan hal sensitif yang sangat fundamental sehingga validitas data hal yang mutlak untuk dihadirkan.

Jangan sampai isu tersebut hanya sekedar isu politik yang hanya mengejar popularitas semata.

Joko Tri Haryanto juga mengungkap tentang potensi kebocoran yang timbul dari hilangnya potensi penerimaan negara dari hasil pengelolaan sumber daya alam (SDA) baik dari tambang maupun kekayaan non-tambang lainnya seperti perikanan. Potensi hilangnya penerimaan dari hasil pengelolaan SDA pada sektor tambang sering disebabkan atas kesalahan dalam menentukan kontrak kerja, dimana substansi/isi kontrak terdapat kelemahan pada pemerintah sehingga dapat merugikan Negara. Sedangkan pada sektor perikanan, kebocoran seringkali terjadi pada penerimaan hasil perikanan disebabkan adanya penyimpangan dalam menentukan bobot kapal dan illegal fishing.

Peran Inspektorat JenderalHarus diakui bahwa dalam pelaksanaan

anggaran masih terdapat kegiatan yang belum memenuhi prinsip-prinsip efisiensi, antara lain masih terdapat pengadaan barang dan jasa yang belum dibutuhkan, serta harga satuan yang sangat tinggi melebihi harga pasar dan ketentuan. Kondisi ini telah disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan kepada Eselon I tentang kemahalan harga tersebut.

Agar anggaran KKP dapat efisien, sudah selayaknya Inspektorat

Jenderal melakukan reviu terhadap harga satuan yang

detail seperti Harga Perkiraan Sendiri (HPS) disamping reviu

perencanaan anggaran yang telah dilakukan selama ini.

Peran ITJEN KKP

ANGGARAN KKP

Meski telah dua tahun terakhir ini, kegiatan reviu perencanaan anggaran menjadi agenda rutin tahunan dari Inspektorat Jenderal, namun pelaksanaan reviu tersebut belum memberikan hasil yang maksimal.Hal tersebut bisa terjadi antara lain adanya keterbatasan waktu dalam reviu, atau reviu yang dilakukan hanya sebatas untuk menilai kesesuaian antara program, kegiatan dan harga satuan sesuai standar biaya masukan. Inspektorat Jenderal harus terus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran secara terus menerus dan konsisten.

Reviu terhadap harga satuan yang detail seperti Harga Perkiraan Sendiri (HPS) jarang dilakukan. Hal ini disebabkan kesulitan untuk mendapatkan harga sebagai standar untuk menilainya atau belum adanya kebijakan untuk memfokuskan reviu terhadap HPS tersebut. Reviu HPS menjadi suatu keharusan untuk dilakukan terutama untuk pengadaan barang dan konstruksi. Sebagai ilustrasi untuk pekerjaan konstruksi berupa pembangunan gedung, penulis pernah menemukan adanya Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang disusun oleh Konsultan Perencana menentukan upah pekerja Rp 48.000,00 untuk satu hari. Harga satuan upah tersebut diperoleh dari harga standar Kabupaten. Sekilas nampaknya harga satuan yang disajikan sangat rendah dan mungkin saja pembaca akan mengatakan sangat efisien. Namun kenyataannya harga yang dicantumkan tidak realistis dan kenyataannya di pasar tidak akan diperoleh harga satuan tersebut, karena realisasinya sudah mencapai Rp 90.000,00. Jika harga tersebut digunakan, maka akan mengalami permasalahan atau bahkan terhentinya pekerjaan.

Setelah diteliti, anggaran yang disusun oleh Konsultan Perencana tersebut di atas ditemukan harga satuan lain yang sangat tinggi dan tidak realistis. Penentuan volume/luasan juga tidak sesuai dengan gambar, sehingga pada akhirnya anggaran yang disusun dinilai kurang efisien secara keseluruhan. Sedangkan pada pengadaan barang, kesalahan dalam penyusunan HPS pada harga pokok/atau dasar tidak diperoleh dari pabrikan tetapi dari toko ataupun agen, akibatnya HPS yang disusun kemahalan. Keuntungan melakukan reviu HPS sebelum pelaksanaan lelang, apabila ditemukan kemahalan dapat dilakukan koreksi sehingga mendapatkan anggaran yang efisien.

Agar anggaran KKP dapat efisien, sudah selayaknya Inspektorat Jenderal melakukan reviu terhadap HPS disamping reviu perencanaan anggaran yang telah dilakukan selama ini. Kita dapat belajar dari kementerian lain yang telah melakukan reviu terhadap HPS, dimana hasil reviu tersebut dapat menghemat anggaran hingga mencapai Rp 700 Milyar. Dengan adanya reviu HPS, pada akhirnya masyarakat dapat memperoleh barang yang lebih banyak, dan bangunan yang lebih luas serta berkualitas sehingga tujuan kesejahteraan masyarakat akan tercapai.

Daftar Pustaka :1. Koran Tempo, 14 Juni 2016;2. Akhmad Zainuddin, 2013, Mengukur Efisiensi

dan Efektifitas Belanja dalam Reviu Pelaksanaan Anggaran;

3. Joko Tri Haryanto, 2015, Kebocoran vs Efisiensi Anggaran.

(www.ropeg.kkp.go.id)

Mewujudkan Indonesia menjadi Negara Maritimyang Mandiri, Maju, Kuat dan Berbasis Kepentingan Nasional

Page 30: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

58 SINERGI 59Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Seiring jalan menuju tata kelola pemerintahan yang baik, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus

berbenah dan memperbaiki diri. Diantaranya dengan mewujudkan perubahan dan perbaikan, seperti yang diwujudkan dalam reformasi birokrasi pelayanan publik (RB Yanblik) KKP. Melalui RB Yanblik ini penataan sistem penyelenggaraan pemerintahan tidak hanya akan efektif dan efisien, namun juga mampu berperan sebagai tulang punggung kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pelayanan Publik KKPIstilah pelayanan publik berdasar

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KP) Nomor 32/PERMEN-KP/2014 tentang Yanblik di Lingkungan KKP adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara Yanblik.

Berdasar peraturan menteri tersebut, terdapat 3 (tiga) jenis pelayanan publik di lingkungan KKP. Pertama, pelayanan barang publik yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang untuk

keperluan masyarakat yang dilakukan oleh Kementerian yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Kedua, pelayanan jasa publik yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa untuk keperluan masyarakat yang dilakukan oleh Kementerian yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan Ketiga, pelayanan administratif yaitu tindakan administratif Kementerian yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan.

Sebagai bagian dari delapan area perubahan Reformasi Birokrasi, peningkatan kualitas Yanblik di KKP terus ditingkatkan. Kedelapan area perubahan tersebut adalah mental aparatur, peraturan perundang-undangan, kelembagaan, tata laksana, sumber daya manusia aparatur sipil Negara, pengawasan, akuntabilitas, dan Yanblik. Dalam rangka kontinuitas perbaikan pelayanan publik lingkup KKP, terdapat beberapa kriteria untuk mendukung keberhasilan RB, seperti yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4/KEPMEN-KP/2016 tentang Road Map RB KKP 2015-2019, yaitu :

Kontinuitas Perbaikan Pelayanan Publik di KKP

Oleh : Sri Leni Handayani, SE, MM (Auditor Madya, Inspektorat IV, Itjen KKP)

Kinerja

Kegiatan Strategis Sebagai tindak lanjut dalam mengukur

keberhasilan RB di bidang Yanblik, KKP telah melakukan sejumlah kegiatan strategis, yaitu:1. Telah ditetapkannya Peraturan Menteri

KP Nomor 32/PERMEN-KP/2014 tentang Yanblik di Lingkungan KKP. Dalam keputusan menteri tersebut, Yanblik di KKP harus berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan penerima layanan sehingga dapat meningkatkan daya saing dalam memberikan pelayanan barang dan jasa bagi penyedia Yanblik. Peraturan ini dibuat demi peningkatan kualitas Yanblik di lingkungan KKP agar terdapat pengaturan unit kerja yang baik demi kepercayaan masyarakat terhadap KKP.

2. Telah disusunnya Standar Operasional prosedur (SOP) Pelayanan Publik dengan rincian: 4 SOP di Sekretariat Jenderal; 45 SOP di Ditjen Perikanan Tangkap; 11 SOP di Ditjen Perikanan Budidaya; 10 SOP di Ditjen PDSPKP; 9 SOP di Ditjen PRL; 6 SOP di Ditjen PSDKP; 3 SOP di Inspektorat Jenderal; 6 SOP di Balitbang KP; 9 SOP di BPSDMKP; dan 4 SOP di BKIPM.

3. Telah dilakukannya penerapan Standar Pelayanan (SP) dengan rincian: 4 SP Sekretariat Jenderal; 14 SP di Ditjen Perikanan Tangkap; 12 SP di Ditjen Perikanan Budidaya; 3 SP di Ditjen PDSPKP; 11 SP di Ditjen PSDKP; 28 SP di Balitbang KP.

4. Telah dibuatnya pengelolaan pengaduan, yaitu dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

31/PERMEN-KP/2013 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Whistleblower dan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Peraturan tersebut mengatur tata cara pegawai dan/atau masyarakat dalam menyampaikan pengaduan berkaitan dengan dugaan penyalahgunaan wewenang, pelanggaran disiplin pejabat/pegawai, melakukan hambatan dalam pelayanan kepada masyarakat dan/atau tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme.

5. Telah dilibatkannya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Yanblik, yaitu dalam penyusunan standar pelayanan yang ada di masing-masing unit kerja Eselon I dengan mengundang masyarakat kelautan dan perikanan sehingga apabila ada masukan mengenai pelayanan yang harus dilakukan oleh unit pelayanan publik kepada masyarakat, dapat langsung diakomodir.

Diklat Pelayanan Publik Balai Diklat Aparatur Sukamandi

pusl

at.k

kp.g

o.id

Sasaran

Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas

Baseline

7,22

80

K = 64L = 15

Target

9

95

100

Indikator

1. Indeks Integritas Nasional. Integritas Pelayanan Publik (Pusat)

2. Survey Kepuasan Masyarakat

3. Persentase Kepatuhan Pelaksanaan UU Pelayanan Publik (Zona Hijau) K/L

Satuan

Skor 0 – 10

%

%

Page 31: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

60 SINERGI 61Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

6. Telah diterimanya penghargaan dari Kementerian PAN dan RB kepada KKP dalam melaksanakan Yanblik, yaitu penghargaan inovasi pelayanan publik terbaik pada Tahun 2014 yang diberikan kepada Balai KIPM Kelas II Semarang.

7. Telah diterimanya penghargaan predikat kepatuhan standar pelayanan publik pada tahun 2014 kepada KKP dari Ombudsman RI.

Kontinuitas Perbaikan Yanblik Akhir kata, demi kontinuitas perbaikan

Yanblik di lingkungan KKP, terdapat beberapa upaya yang perlu dipertimbangkan agar tercipta pemerintahan yang bersih dan bermartabat, serta mampu memperbaiki kepercayaan masyarakat terhadap Yanblik yang diberikan. Upaya demi kontinuitas Yanblik tersebut adalah:a. Peningkatan kualitas pelayanan publik,

melalui Penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

b. Modernisasi sistem dan manajemen Yanblik.

c. Peningkatan kapasitas manajemen penyelenggaraan Yanblik melalui: •Survey Kepuasan Masyarakat yang

terukur dalam indeks integritas Yanblik; •Percepatan pelayanan menjadi maksimal

15 hari di KKP;•Deregulasi aturan dalam rangka per-

cepatan proses Yanblik; • Inovasi Yanblik; •Penerapan partisipasi publik dan

masyarakat dalam upaya meningkatkan

kualitas pelayanan dengan membuka ruang partisipasi publik melalui Citizen Charter;

•Monitoring dan evaluasi kinerja secara berkala terhadap penyelenggaraan Yanblik; dan

•Peningkatan profesionalisme petugas pelayanan melalui pendidikan dan pelatihan baik formal maupun informal, penyadaran tentang bagaimana bekerja dengan benar sesuai aturan, peningkatan kesejahteraan pegawai dengan menaikkan gaji pegawai yang relevan sehingga dapat bekerja lebih tenang dan memiliki rasa harga diri.

Upaya-upaya tersebut diatas dalam jangka pendek dapat menjadi pilihan utama dalam menjembatani berbagai masalah yang dihadapi dalam Yanblik. Diharapkan, upaya yang harus dimulai dari pemimpin tertinggi dan diikuti oleh jajaran dibawahnya ini dapat menimbulkan kualitas moral yang baru, norma baru, dan budaya baru dalam interaksi sosial diantara birokrasi (pejabat publik). Dengan demikian, modal sosial yang menjadi landasan dasar pembangunan bangsa yang lebih bermartabat akan terwujud di masa yang akan datang. Semoga !

Daftar Pustaka :1. Peraturan Menteri KP Nomor 32/PERMEN-

KP/2014 tentang Yanblik di Lingkungan KKP;2. Kepmen KP Nomor 4/KEPMEN-KP/2016 tentang

Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Kelautan dan Perikanan 2015-2019;

3. Laporan Hasil Penilaian Reformasi Birokrasi Semester I Tahun 2016.

Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat. (ANTARA/Widodo S. Jusuf)ht

tp://

ww

w.h

arna

s.co

Page 32: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

62 SINERGI 63Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tak henti-hentinya mengusung terobosan baru dalam rangka penataan perizinan kapal perikanan di Indonesia, di antaranya adalah dengan didirikannya Gerai Perizinan Kapal Perikanan di beberapa lokasi di Indonesia,

dan inisiasi integrasi data perizinan dan mekanisme penerbitan izin daerah yang terintegrasi di 34 Provinsi melalui aplikasi Simkada (Sistem Informasi Izin Kapal Daerah).

One Stop Solution di Gerai PerizinanBerdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Kapal Perikanan

berdasarkan fungsinya meliputi kapal penangkap ikan, pengangkut ikan, pengolah ikan, kapal latih perikanan dan kapal penelitian / eksplorasi perikanan. Sedang berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 17/PermenKP/2016 tentang Usaha Perikanan Tangkap, kewenangan penerbitan izin kapal perikanan, terbagi menjadi dua yaitu izin kapal di atas 30 Gross Tonage (GT) dan izin kapal ukuran 30 GT kebawah. Penerbitan izin kapal di atas 30 GT dilaksanakan oleh KKP, sedangkan izin kapal ukuran 30 GT kebawah dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi melalui Unit Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Penerbitan izin yang dimaksud adalah penerbitan Surat Izin Usaha Penangkapan Ikan (SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI).

Dalam rangka mengantisipasi manipulasi ukuran kapal, baik itu penurunan ukuran kapal atau penaikan ukuran kapal, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan KKP melakukan penataan ulang ukuran dan perizinan kapal perikanan. Kapal-kapal yang semula memiliki izin daerah karena berukuran ≤ 30 GT, apabila setelah diukur ulang menjadi di atas 30 GT, maka izin kapal tersebut selanjutnya berpindah kewenangan penerbitan izinnya, yaitu diterbitkan oleh

Penataan Perizinan Kapal Perikanan di Indonesia

Awal Agustus lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiatuti bersama Satgas 115 melakukan inspeksi mendadak atau sidak ke Pelabuhan Benoa, Bali. Beragam modus operasi kejahatan perikanan ditemukan, di

antaranya adalah manipulasi ukuran kapal dan dokumen perizinan. Upaya apa yang dilakukan untuk mengantisipasinya?

Direktorat PPI, DJPT, 2016

Oleh : Novi Arief Nugroho, SE (Auditor Muda, Inspektorat II, Itjen KKP)

Bimbingan Teknis Pemeriksaan Fisik Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan (Direktorat PPI, DJPT, 2016).

KKP, demikian pula sebaliknya. Ketentuan mengenai penerbitan SIUP, Buku Kapal Perikanan dan SIPI bagi kapal penangkap ikan dalam negeri yang melakukan pengukuran ulang diatur dalam Peratutan Menteri Nomor 11/PermenKP/2016 tentang Standar Pelayanan Minimum Gerai Perizinan Kapal Penangkap Ikan Hasil Pengukuran Ulang.

Terobosan dibukanya Gerai Perizinan Kapal Perikanan Hasil Ukur Ulang untuk mempercepat proses perizinan bagi kapal-kapal yang telah diukur ulang tersebut menjadi salah satu program yang diharapkan dapat meminimalisir manipulasi. Saat ini, minimal ada 7 (tujuh) lokasi Gerai Perizinan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat perikanan dalam rangka mendukung proses perizinan, yaitu di Kendari (Sulawesi Utara), Belawan (Sumatera Utara), Jakarta (DKI Jakarta), Sibolga (Sumatera Utara), Bitung (Sulawesi Utara), Indramayu (Jawa Barat), dan Pemangkat (Kalimantan Barat).

Sebagai area one stop solution, pemilik kapal yang hendak memproses perizinannya diharap datang membawa dokumen kapal dengan lengkap. Kegiatan tidak mungkin dilaksanakan tanpa kelengkapan dokumen tersebut. Di sini, instansi-instansi yang terkait dengan perizinan duduk bersama, on the spot di dalam lokasi gerai, diantaranya, KKP, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak. Kementerian Keuangan hadir dalam rangka membantu memverifikasi setiap NPWP yang diusulkan, sehingga dari sisi perpajakan, hanya pemilik kapal yang taat pajak yang dapat diterbitkan izinnya.

Di gerai perizinan, verifikasi surat ukur kapal perikanan, penerbitan SIUP, SIPI dan SIKPI dilaksanakan dalam satu rangkaian yang cepat, efektif dan efisien. Nelayan pemilik kapal dapat langsung mendatangi lokasi gerai untuk meminta verifikasi ukuran kapalnya, mendapatkan alokasi penangkapan ikan yang sesuai ketersediaan sumberdaya, dan segera mendapatkan surat izin penangkapannya.

Aplikasi SimkadaBeberapa waktu lalu, implementasi atas

penerbitan perizinan kapal perikanan daerah berukuran sampai dengan 30 GT, masih menggunakan sistem manual. Tidak ada

Launching Gerai Usaha Penangkapan Ikan di PPS Kendari, April 2016

ww

w. p

eriz

inan

.kkp

.go.

id

ketentuan baku mengenai proses, format, dan bentuk blanko perizinan usaha perikanan tangkap. Tidak ada data akurat jumlah kapal berukuran 30 GT ke bawah untuk rujukan kebijakan usaha perikanan tangkap skala nasional. Bagaimana saat ini?

KKP melalui Direktorat Pengendalian Penangkapan Ikan (Dit.PPI) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menginisiasi aplikasi Simkada (www.perizinan.kkp.go.id/izindaerah) dalam rangka penataan perizinan kapal perikanan di Indonesia. Kasubdit Harmonisasi & Evaluasi Perizinan Pusat – Daerah, Dit. PPI menyatakan bahwa Simkada (Sistem Informasi Izin Kapal Daerah) adalah suatu sistem dan database perizinan yang terintegrasi secara nasional. Sistem tersebut digunakan untuk mekanisme perizinan secara on line untuk Surat izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Usaha Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) di Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di 34 Provinsi.

Integrasi data perizinan ini sangatlah berguna dalam berbagai hal. Diantaranya mempermudah penghitungan data potensi perikanan di suatu wilayah pengelolaan perikanan di Indonesia dan mengidentifikasi adanya kapal perikanan ≤ 30 GT yang memiliki izin ganda, yaitu izin di 2 (dua) Provinsi yang berbeda, di mana izin ganda tersebut tidak seharusnya terjadi. Izin ganda dapat diminimalisir apabila masing-masing PTSP dapat menerima informasi duplikasi kapal. Selain itu, integrasi data dapat mempercepat proses penerbitan izin daerah, karena data yang sudah terekam dalam data

Page 33: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

64 SINERGI 65Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Data SIUP, SIPI dan SIKPI di website Dit. PPI, DJPT

base dapat segera dipanggil ulang (retrieve) dan langsung dapat diterbitkan.

Dalam rangka sosialisasi dan praktek input data di aplikasi Simkada di 34 Provinsi di Indonesia, Dit. PPI menyelenggarakan Temu Teknis Simkada Tahap I di Kuta, Provinsi Bali, pada tanggal 1 s.d. 3 Juni 2016. Kegiatan ini dihadiri operator dan atau perwakilannya dari 17 (tujuh belas) Provinsi di Indonesia, antara lain Provinsi Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Bali, Banten, Lampung, Sumatera Barat, dan Papua Barat. Selanjutnya, diselenggarakan Temu Teknis Tahap II yang berlangsung pada tanggal 25 s.d. 27 Juli 2016 di Instalasi Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Ikan Depok, Provinsi Jawa Barat dan diikuti 17 (tujuh belas) Provinsi lainnya (NAD, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, DIY, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, NTT, Papua, Maluku Utara).

Pada kegiatan ini, basis data (database) yang dimiliki oleh masing-masing Provinsi diintegrasikan dengan basis data pusat agar dapat diketahui berapa banyak jumlah kapal di seluruh wilayah pengelolaan perikanan di Indonesia. Kondisi sebelumnya, basis data kapal perikanan pusat dan daerah tersebut belum ada, masih bersifat parsial tidak terintegrasi dan belum terkoordinasi.

Sebelum tahap integrasi data, kegiatan temu teknis diisi dengan paparan tentang Aplikasi Simkada oleh Tim Teknis Ditjen Perikanan Tangkap. Setelah tanya jawab, operator dapat langsung praktek uji coba aplikasi dan input data. Selain inisiasi integrasi data, output pada kegiatan ini adalah kesepakatan bentuk dan format blanko perizinan kapal perikanan sampai dengan 30 GT yang berpedoman kepada bentuk dan format blanko perizinan yang digunakan Ditjen PT dalam menerbitkan perizinan kapal perikanan berukuran di atas 30 GT.

Meski upaya penataan telah dilakukan, namun tidak serta merta menepiskan permasalahan. Unit PTSP sebagai salah satu ujung tombak dalam penerbitan izin di masing-masing daerah, tentunya tidak hanya fokus pada penerbitan SIUP, SIPI, dan

SIKPI perikanan saja, namun masih terdapat puluhan izin lainnya yang harus ditangani. Jumlah petugas pelayanan yang kurang memadai, tidak terlatihnya petugas, dan mutasi promosi juga menjadi persoalan tersendiri. Untuk itu, koordinasi antara KKP dengan Kementerian Dalam Negeri, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sangatlah diperlukan. Dua instansi terakhir merupakan instansi vertikal dan instansi Pembina Teknis PTSP daerah.

Koordinasi dan integrasi kegiatan seperti ini amatlah diperlukan dalam rangka mengemban amanat Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan yang mengatur kewajiban kepemilikan SIUP, SIPI, dan SIKPI, bagi setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap ikan/kapal pengangkut ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia dan/atau laut lepas. Selain itu, juga sesuai amanat UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yang menyatakan bahwa penerbitan perizinan usaha perikanan tangkap pada kapal perikanan berukuran di atas 5 GT sampai dengan 30 GT di Pemerintah Daerah dan difokuskan untuk pemberdayaan dan kesejahteraan nelayan kecil.

Daftar Pustaka :1. UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan2. Peraturan Menteri Nomor 17/Permen-KP/2016

tentang Usaha Perikanan Tangkap3. Peratutan Menteri Nomor 11/PermenKP/2016

tentang Standar Pelayanan Minimum Gerai Perizinan Kapal Penangkap Ikan Hasil Pengukuran Ulang

4. Pedoman Aplikasi Sistem Informasi Izin Kapal Daerah (simkada) 2016.

Rakerwas Itjen KKP 2016 Menuju Pengawasan Berbasis

dan ervices Quality

Assurance Advisory Services

Puluhan pasang mata menatap khidmat dua layar besar di Ballroom siang itu. Perhelatan besar Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (Itjen KKP)

bertajuk Rapat Kerja Pengawasan (Rakerwas) Tahun 2016 tengah digelar mulai 10 s.d. 12 Februari 2016. Dengan mengusung tema “Mewujudkan visi dan misi KKP melalui pengawasan berbasis Quality Assurance dan Advisory Services” Rakerwas 2016 diharapkan dapat menghasilkan perumusan kebijakan pengawasan (jakwas) Itjen KKP, pemantapan rencana kegiatan pengawasan tahun 2016, dan penyaluran komunikasi yang efektif baik intern maupun ekstern.

Area Bebas KorupsiSeusai acara pembukaan oleh Andha

Fauzie Miraza, Ak, M.SIS (Inspektur Jenderal KKP) pada hari Rabu, 10 Februari 2016, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi panel. Diskusi panel yang dimoderatori oleh Ir. Ida Kusuma Wardhaningsih (Sekretaris Itjen KKP) membahas dua materi penting, yaitu pencegahan korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan upaya meningkatkan level Internal Audit Capability Model (IACM) oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Narasumber dari KPK memulai paparannya dengan menyajikan video tentang company profile KPK. Sajian tersebut menarik minat

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) melakukan penjaminan (assurance) dan pemberian saran (advice) secara independen dan obyektif terhadap efektivitas manajemen risiko, kecukupan pengendalian dan

efektivitas tata kelola pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

Oleh : Tri Yuliastini, S.Pi (Inspektorat II, Itjen KKP)

para peserta Rakerwas Itjen KKP dalam memahami organisasi KPK, beserta visi dan misinya. Company profile tersebut dibuat dinamis audio video dan menggambarkan langsung pencegahan korupsi di masa lalu dan akan datang.

Tak hanya video company profile, KPK juga menayangkan video tentang gratifikasi di sela paparannya. Dalam video tersebut gratifikasi dinyatakan berbahaya dan mencederai rasa keadilan. Gratifikasi adalah pemberian yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi karena adanya pembayaran ekstra dari harga atau biaya seharusnya. Biaya ini akan menjadi beban perusahaan atau perseorangan. Gratifikasi dianggap suap jika penerimanya adalah pegawai negeri atau penyelenggara negara. Sebagai warga negara yang baik, kita harus melaporkan praktek-praktek gratifikasi kepada KPK.

Video company profile dan gratifikasi dari KPK ini tidak hanya dapat dinikmati oleh peserta Rakerwas, karena KPK telah melakukan upload video tersebut di internet. Jadi, siapa pun, kapan pun dan dimana pun dapat melihat dan memahami content video-video kreatif dari KPK tersebut. Itjen KKP dapat mengadopsi ide pembuatan dan penyebarluasan video ini dalam rangka memberangus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di KKP pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Page 34: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

66 SINERGI 67Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Peningkatan Kapabilitas APIP Seusai paparan dari KPK, diskusi panel

dilanjutkan dengan paparan dari BPKP. Agus Setianto, Ak, CA, CFrA (Direktur Pengawasan Produksi dan SDA BPKP) menyatakan bahwa mindset auditor sudah harus diubah, tidak lagi mencari-cari kesalahan dan kekurangan auditi. Itjen KKP diharapkan mampu bertindak sebagai consulting partner, bukan lagi watch dog yang hanya mencari-cari temuan.

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kapabilitas APIP dalam melaksanakan tugas pengawasan intern, BPKP melakukan assessment (evaluasi) atas tata kelola APIP dengan mengacu kepada IACM yang dikembangkan oleh The Institute of Internal Auditor (The IIA). The IIA adalah organisasi induk dari profesi audit internal dan menjadi acuan dalam standar praktik pelaksanaan audit internal di seluruh belahan dunia. IIA Global berdiri tahun 1941 dan berkantor pusat di Altamonte Springs, Florida, USA. Saat ini, ada sekitar 170 ribu anggota IIA yang berprofesi di bidang internal auditing, risk management, governance, internal control, information technology (IT) audit, pendidikan dan IT security.

Paparan selanjutnya dilanjutkan tentang Pengembangan Kapasitas, Penataan dan Penguatan Organisasi Itjen KKP oleh Tumpal M.S. Simanjuntak. Menurutnya penataan dan penguatan organisasi dilaksanakan dalam rangka perubahan lingkungan kerja (lingkungan strategis global/regional/nasional/sektoral) dan perubahan strategi dan target kerja (pencapaian target Level 3 IACM).

Usai pembukaan, acara dilanjutkan dengan pembahasan dan sidang pleno kelompok kerja (pokja), yaitu : Pokja 1 (IACM) dengan koordinator Inspektur V; Pokja 2 (Implementasi Audit Management System/AMS) dengan koordinator Inspektur II; Pokja 3 (Pelaporan Hasil Pengawasan) dengan koordinator Inspektur III; serta Pokja 4 (Dukungan Manajerial) dengan koordinator Sekretaris Itjen KKP.

Di akhir acara, Sekretaris Itjen KKP menyatakan pentingnya tindak lanjut atas hasil rumusan Rakerwas Tahun 2016 baik yang bersifat finansial, tata laksana, maupun peraturan perundangan. Itjen KKP harus tetap siap menindaklanjuti dan melaksanakannya agar mampu maju bersama di masa men-datang.

Tatap Muka :Ruang Pengaduan Inspektorat V Gedung Mina Bahari III Lantai 5 Jl. Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta 10110

Hubungi Kami :FAX: 021-46662111. Telephone/SMS: 0811989011

PO BOX: 111. JKP.10000. E-mail: [email protected] Website: whistleblower.kkp.go.id

Pada tahun 2014 Komisi Pemberantas-an Korupsi (KPK) melaksanakan Kajian Sistem Pengelolaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan Indonesia,

hal tersebut dilakukan KPK sebagai salah satu upaya untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan sektor kelautan. Selanjutnya, pada tahun 2015, KPK menginisiasi Gerakan Nasional Penyelamatan - Sumber Daya Alam (GNP-SDA) dengan fokus pada perbaikan tiga sektor, yaitu kelautan, mineral dan batu bara, serta kehutanan dan

perkebunan. Masing-masing sektor ditunjuk kementerian yang menjadi koordinator dalam implementasinya.

Komitmen dari keempat instansi tersebut merupakan faktor kunci keberhasilan GNP-SDA. Untuk memperteguh komitmen segenap elemen bangsa untuk bersama-sama menuntaskan permasalahan pengelolaan SDA Indonesia, ditandatanganilah Deklarasi Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia pada tanggal 19 Maret 2015 di Istana Negara, Jakarta.

Oleh : Setyawati, S.Sos, M.Ak (Auditor Madya Inspektorat II, Itjen KKP)

Rencana AksiHasil kajian KPK tentang Sistem

Pengelolaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan Indonesia kemudian dijadikan dasar untuk mengambil langkah-langkah perbaikan sistem dalam rangka mencegah korupsi, dan menyelamatkan kekayaan negara, sehingga dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, KPK merumuskan rencana aksi, rekomendasi, dan indikator output yang harus dipenuhi oleh pemerintah yang dibagi ke dalam Rencana

Aksi Pemerintah Pusat dan Rencana Aksi Pemerintah Provinsi.

Untuk memenuhi seluruh materi/substansi yang diminta KPK, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengkoordinasikan pemenuhan Rencana Aksi dengan seluruh K/L terkait, yaitu Kementerian Luar Negeri, Kementerian Koordinator Kemaritiman, Kementerian Dalam Negeri, Badan Informasi Geospasial, TNI Angkatan Laut, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Energi

Page 35: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

68 SINERGI 69Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, serta K/L terkait lainnya (Tabel 1).

Langkah konkret untuk mendorong percepatan perbaikan dan pelaksanaan Rencana Aksi Pemerintah Provinsi dalam kerangka GNP-SDA Indonesia Sektor Kelautan adalah pertemuan antara KKP dengan 34 Gubernur se-Indonesia di Ballroom Gedung Mina Bahari III, Jakarta Pusat, pada tanggal pada 17 Februari 2015. Pertemuan itu menghasilkan Komitmen Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNP-SDA) Indonesia Sektor Kelautan. Pada kesempatan tersebut, tertuang Rencana Aksi Pemerintah Provinsi sebanyak 4 (empat) area yang merupakan langkah-langkah yang ditujukan untuk penyelesaian permasalahan pengelolaan sumberdaya kelautan di level pemerintah provinsi. (Tabel 2).

monitoring Tindak lanjutHasil monitoring Inspektorat Jenderal

(Itjen) KKP baik secara langsung di provinsi dan dari hasil laporan yang disampaikan dari provinsi terhadap empat fokus area yaitu penyusunan tata ruang laut, penataan izin, pelaksanaan kewajiban para pihak dan pemberian dan perlindungan hak-hak masyarakat, telah ada perkembangan data/update data. Hal tersebut tidak lepas dari kontribusi pusat dan Itjen KKP yang selalu mengingatkan dan upaya dari provinsi untuk melaksanakan tindak lanjut rencana aksi untuk menyelesaikan target-target yang telah ditetapkan sampai dengan tahun 2016.

Selain itu, dari hasil monitoring yang dilaksanakan Itjen KKP terhadap perkembangan tindak lanjut Rencana Aksi GNP-SDA pada tingkat Pusat dan Provinsi s.d. Semeter I Tahun 2016 masih terdapat hal-hal yang belum sesuai harapan dan menuai kendala yang cukup komplek yaitu

Tabel 1. Jumlah Rekomendasi, Rencana Aksi, dan Indikator Output Rencana Aksi Pemerintah Pusat Berdasarkan Fokus Area

Fokus Area

Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Laut Indonesia

Pengintegrasian Sistem Perencanaan Nasional Terkait dengan Penggunaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan

Penyempurnaan dan Pelengkapan Aturan Perundang-undangan

Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

Pengembangan Sistem Data dan Informasi

Perbaikan Sistem Ketatalaksanaan Perizinan, Pengelolaan Penerimaan Negara dan Pemberian Bantuan Sosial/Hibah/Subsidi

Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak

Rekomendasi

4

8

3

4

3

4

6

No.

1

2

3

4

5

6

7

Rencana Aksi

13

14

35

12

3

6

6

Indikator Output

13

17

38

14

5

17

6

kendala teknis, regulatif, koordinatif antar KL, benturan kepentingan, sosial, budaya, politis, mekanisme yang tidak efektif, keterbatasan SDM dan sarana prasarana. Selain itu, terdapat pula kendala kepatuhan pelaporan dan ketidaklengkapan data/dokumen bukti yang terjadi pada tingkat Pusat dan Provinsi.

Terhadap program khusus pada 34 Provinsi, hasil monitoring perkembangan kemajuan dan tindak lanjut rencana aksi program tersebut, diantaranya: 1) Penyusunan RZWP3K (status penyusunan

RZWP3K, dan program akselerasi penyusunan RZWP3K);

2) Pengukuran ulang kapal Ikan (pengukuran ulang kapal ikan dan gerai pelayanan perizinan kapal penangkap ikan);

3) Reklamasi pesisir dan pulau-pulau kecil (status reklamasi pesisir dan pulau-pulau kecil);

4) Perbaikan regulasi (mengusung tiga pilar pembangunan sektor KP di Indonesia yaitu Kedaulatan, Keberlanjutan dan Kesejahteraan); dan

5) Alokasi bahan bakar minyak untuk nelayan (Subsidi BBM) meliputi minyak tanah dan minyak solar.Dengan akselerasi dan komitmen

bersama antara Pusat dan Provinsi dalam menindaklanjuti Rencana Aksi GNP-SDA Sektor Kelautan diharapkan terwujud tiga pilar berikut ini, yaitu:1. Pilar kedaulatan, KKP berpandangan

bahwa sumberdaya kelautan dan perikanan Indonesia harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

2. Pilar keberlanjutan, KKP berkomitmen untuk melestarikan sumberdaya kelautan dan perikanan, bukan saja untuk dimanfaatkan oleh generasi saat ini, namun juga untuk dinikmati oleh generasi berikutnya.

3. Pilar kesejahteraan, KKP fokus pada pengalokasian anggaran KKP yang sebesar-besarnya untuk kepentingan seluruh pemangku sektor kelautan dan perikanan, khususnya nelayan, pembudidaya ikan, petambak garam, dan pengolah/pemasar hasil kelautan dan perikanan.Bersamaan dengan proses yang

dilaksanakan pada lingkup KKP untuk menindaklanjuti Rencana Aksi dan rekomendasi KPK terhadap Kajian GNP-SDA Sektor Kelautan tersebut, diharapkan Tujuan GNP-SDA Sektor Kelautan diharapkan dapat tercapai yaitu: Penegasan dan penegakan kedaulatan serta hak berdaulat Negara Kesatuan Republik Indonesia atas wilayah laut melalui penegasan batas wilayah laut Indonesia; Pengaturan pengelolaan ruang laut dan pemanfaatan sumberdaya yang ada di dalamnya; Perbaikan tata kelola sektor kelautan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan memperhatiakan aspek keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum, kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat, keterbukaan, desentralisasi, akuntabilitas, dan keadilan; serta Perbaikan sistem pengelolaan ruang laut dan sumberdaya kelautan untuk mencegah korupsi, kerugian keuangan negara dan kehilangan kekayaan negara. Semoga ….

Fokus Area

Penyusunan Tata Ruang Wilayah Laut

Penataan Izin

Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak

Pemberian dan Perlindungan Hak-hak Masyarakat

Rekomendasi

4

4

6

5

Tabel 2. Jumlah Rekomendasi, Rencana Aksi, dan Indikator Output Rencana Aksi Pemerintah Provinsi Berdasarkan Fokus Area

No.

1

2

3

4

Rencana Aksi

6

4

6

5

Indikator Output

6

4

6

5

Page 36: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

70 SINERGI 71Edisi I - Tahun 2016

KinerjaKinerja

Pelatihan Kantor Sendiri Penilaian Angka Kredit

Dalam rangka Sosialisasi Surat Edaran Deputi Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP Nomor :

SE-01/DA/JF/2015 tentang Penegasan Penetapan Jam Kerja Efektif per Hari untuk Penilaian dan Penetapan Angka Kredit (AK), Itjen KKP menyelenggarakan Pelatihan Kantor Sendiri (PKS) pada hari Selasa, 26 Januari 2016, di Ruang Rapat Arwana Lt.14, Gedung Mina Bahari II. Acara yang dibuka oleh Drs. Agus Budi Pranolo, MM (Kepala Bagian Kepegawaian, Hukum dan Hubungan Masyarakat Itjen KKP) ini dihadiri oleh kurang lebih 100 (seratus) orang Pejabat Fungsional Auditor (PFA) lingkup Itjen KKP. Diharapkan, PFA yang hadir memiliki pemahaman tentang penetapan jam kerja efektif produktif sebagai bekal dalam menjalankan tugas serta menjadi pedoman dalam Penilaian dan Penetapan AK.

Jam Kerja per HariDalam PKS ini, terdapat dua narasumber

dari BPKP, yaitu Khori Setyoso dan Toto Sanyoto yang memberikan paparan tentang penilaian AK dan jam efektif per hari untuk penetapan AK. Setiap PFA diwajibkan

mencatat, menginventarisir seluruh kegiatan yang dilakukan dan menyusun laporan AK. Setiap PFA juga diharapkan dapat mengusulkan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) secara rutin setiap semester.

Dalam paparan dan diskusi PKS tersebut disebutkan tentang perencanaan jam kerja produktif, yaitu 6,5 jam/hari (bagi instansi yang menerapkan 5 hari kerja) dan 5,5 jam/hari (bagi instansi yang menerapkan 6 hari kerja). AK dihitung berdasarkan realisasi waktu produktif untuk menyelesaikan penugasan dengan satuan AK-nya. Pelaksanaan pengawasan di luar jam kerja produktif dihitung lembur dengan dilampirkan Surat Keterangan Lembur dari pemberi tugas (Eselon II).

Selain itu disebutkan pula tentang jam lembur yang maksimal 200 jam/6 bulan, dan jam Kerja Efektif atas penugasan yang bersamaan waktu. Apabila terdapat 2 (dua) Surat Tugas atau lebih dengan waktu yang bersamaan, jumlah jam kerja efektif maksimal per hari yang dapat diakui adalah 7,5 jam. Kegiatan PKS dalam satu hari dapat diakui sebanyak 2 kali kegiatan. Apabila dalam satu hari pengawasan bersamaan dengan 1 PKS, maka perhitungan jam kerja pengawasan pada hari yang bersamaan dengan kegiatan PKS masih diberikan sisa jam kerja sebesar 4,5 jam (jam PKS diperhitungkan selama 3 jam per kegiatan PKS). Sedang apabila dalam satu hari pengawasan bersamaan dengan 2 (dua) kegiatan PKS sekaligus, maka perhitungan jam kerja untuk kegiatan pengawasan pada hari yang bersamaan dengan PKS tersebut sudah tidak diberikan tambahan sisa jam untuk kegiatan pengawasan.

Saat ini, era keterbukaan tengah menggelora. Pengumuman/informasi pengisian jabatan pun dapat diakses secara terbuka di dunia maya. Tidak hanya untuk pejabat pengawas (setara Eselon IV),

administrator (setara Eselon III), namun juga untuk pimpinan tinggi pratama (setara Eselon II), dan pimpinan tinggi madya (setara Eselon I).

Kabag KHH Itjen KKP memberi sambutan

Beberapa penegasan dalam SE-01/DA/JF/2015: kelebihan jam kerja efektif dari jam perencanaan selama 1 jam diperhitungkan sebagai jam lembur yang tidak memerlukan Surat Keterangan Lembur; penugasan kegiatan pengawasan yang dilaksanakan pada hari kerja yang melebihi jam kerja efektif merupakan jam lembur yang dapat diberikan angka kredit dengan perhitungan maksimal 6,5 jam per hari; penugasan kegiatan pengawasan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional dapat diberikan angka kredit dengan perhitungan maksimal 6,5 jam per hari; Penugasan pengawasan yang melebihi jam kerja efektif atau penugasan pengawasan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional harus didukung

dengan Surat Keterangan Lembur; Pemakaian jam lembur baik yang menggunakan Surat Keterangan Lembur maupun tidak dibatasi maksimal 200 jam dalam satu semester.

Auditor Itjen KKP aktif dalam sesi diskusi

Oleh : Farida Farid, S.Pi, MT, MPP (Auditor Inspektorat II, Itjen KKP)

ST Pengawasan Bersamaan Waktu dengan PKS

Kegiatan PKS dalam satu hari dapat diakui sebanyak 2 kali kegiatan :

• Apabila dalam satu hari pengawasan bersamaan dengan 1 PKS, maka perhitungan jam kerja pengawasan pada hari yang bersamaan dengan kegiatan PKS masih diberikan sisa jam kerja sebesar 4,5 jam ( jam PKS diperhitungkan selama 3 jam per kegiatan PKS)

• Apabila dalam satu hari pengawasan bersamaan dengan 2 kegiatan PKS sekaligus, maka perhitungan jam kerja untuk kegiatan pengawasan pada hari yang bersamaan dengan PKS tersebut sudah tidak diberikan tambahan sisa jam untuk kegiatan pengawasan

Beberapa penegasan dalam SE-01 Tahun 2015 tentang Penegasan Penetapan Jam Kerja Efektif Per Hari Untuk

Penilaian dan Penetapan Angka Kredit

• Kelebihan jam kerja efektif dari jam perencanaan selama 1 jam diperhitungkan sebagai jam lembur yang tidak memerlukan Surat Keterangan lembur

• Penugasan kegiatan pengawasan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional dapat diberikan angka kredit dengan perhitungan maksimal 6,5 jam per hari

Page 37: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

72 SINERGI 73

AUDITORIAAUDITORIA

Edisi I - Tahun 2016

Pelantikan Pejabat Eselon Lingkup Itjen KKP

Sebagai langkah awal, pelamar yang memenuhi persyaratan dapat mendaftar secara online dan mengirimkan berkas

untuk pengisian jabatan tertentu lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Setelah lolos seleksi administrasi, pelamar dapat melanjutkan langkah berikutnya ke ujian tertulis, wawancara, hingga pembuatan dan penyampaian makalah dan presentasi. Setelah tahapan-tahapan tersebut ter-lampaui, pelamar tinggal menanti peng-umuman seleksi.

Pejabat Eselon IIIBerdasar seleksi terbuka pada Bulan

September 2015, Sekretaris Jenderal KKP, Sjarief Widjaja melantik pejabat administrator setara Eselon III lingkup KKP, pada hari Selasa, 19 Januari 2016 di Ballroom Gedung Mina Bahari III.

Sekitar pukul 15.30 WIB sejumlah 4 (empat) pejabat lingkup Itjen KKP, dilantik bersama 206 pejabat Eselon III lainnya lingkup KKP berdasar Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : Kep.01/SJ-KKP/KP.430/I/2016 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Administrator Setara Eselon III Lingkup KKP. Keempat Pejabat Eselon III lingkup Itjen KKP yang diangkat saat itu, yaitu : Riza Trinzah, A.Pi, MM (Kepala Bagian Program dan Pengembangan Pengawasan), Drs. Agus Budi Pranolo, MM (Kepala Bagian Kepegawaian, Hukum dan Hubungan Masyarakat),

Saat ini, era keterbukaan tengah menggelora. Pengumuman/informasi pengisian jabatan pun dapat diakses secara terbuka di dunia maya. Tidak hanya untuk pejabat pengawas (setara Eselon IV), administrator (setara Eselon III), namun juga untuk pimpinan tinggi pratama (setara Eselon II), dan pimpinan tinggi madya (setara Eselon I).

Pelantikan Pejabat Eselon III

Sertijab Pejabat Eselon III

Data Pengawasan Eksternal; Hamdan Nurul Huda, S.St.Pi., M.Si sebagai Kepala Subbagian Pengelolaan Data Pengawasan Internal; Dian Dwi Putri, S.St.Pi sebagai Kepala Subbagian Tata Usaha pada Inspektorat II; Untung Adi Nugroho, S.St.Pi sebagai Kepala Subbagian Tata Usaha pada Inspektorat III; Rianawati, SE sebagai Kepala Subbagian Tata Usaha pada Inspektorat IV; dan Teguh Erawan, S.St.Pi., sebagai Kepala Subbagian Tata Usaha pada Inspektorat V.

Ir. Soma Somantri, M.E (Kepala Bagian Sistem Informasi Pengawasan), dan Efriyadi, SH, M.M (Kepala Bagian Keuangan dan Umum). Selain empat pejabat tersebut, terdapat satu pejabat yaitu Didit Eko Setiawan, ST, M.Sc, M.Eng, yang semula menjadi Kepala Tata Usaha Inspektorat III Itjen KKP, saat itu dilantik menjadi Kepala Subdirektorat Harmonisasi dan Evaluasi Perizinan Pusat dan Daerah pada Direktorat Pengendalian Penangkapan Ikan, Ditjen Perikanan Tangkap.

Pejabat Eselon IVTiga bulan setelah pelantikan Pejabat

Eselon III, berlangsung pelantikan Pejabat Eselon IV oleh Sekretaris Itjen KKP, Ir. Ida Kusuma Wardhaningsih. Ucapan selamat dan doa kesuksesan terangkai dari rekan sejawat dan hadirin untuk pejabat yang dilantik hari Rabu, 30 Maret 2016, di Lantai 3, Gedung Mina Bahari III, Jakarta, yaitu Wiwit Roza, SH., MH sebagai Kepala Subbagian Hukum dan Hubungan Masyarakat; Dyah Kusumawardani, SE, MAB sebagai Kepala Subbagian Tata Usaha Kepegawaian dan Administrasi Jabatan Fungsional; Muhammad Iqbal, S.Pi, M.Si sebagai Kepala Subbagian Program; Febri Budianto, S.T., M.T., M.Sc sebagai Kepala Subbagian Pengembangan Pengawasan; Ismail, S.IP sebagai Kepala Subbagian Tata Usaha dan Perlengkapan; Mochamad Firdaus, SE, MAB sebagai Kepala Subbagian Keuangan; Bachtiar Andrian, S.ST., M.Eng, MPP sebagai Kepala Subbagian Pengelolaan

Pembacaan dan PenandatangananBerita Acara Pelantikan

Pengambilan sumpah Pejabat Eselon IV lingkup Itjen KKP

Page 38: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

74 SINERGI 75

AUDITORIAAUDITORIA

Edisi I - Tahun 2016

MemperingatiHari Kesaktian Pancasila

Inspektorat JenderalKementerian Kelautan dan Perikanan

1 Oktober 1965 - 1 Oktober 2016

Sertijab Kasubbag Pengelolaan Data Pengawasan Internal

Pelantikan Auditor Penyelia dan Kasubbag Inspektorat I

Selain pelantikan Pejabat Eselon IV lingkup Itjen KKP, beberapa pegawai Itjen saat itu juga dilantik sebagai Pejabat Eselon IV di beberapa Eselon I lain lingkup KKP, yaitu : Dhina Arriyana, S.Si, semula auditor muda Inspektorat III dilantik menjadi Kepala Subbidang Penyajian Data dan Statistik pada Bidang Data dan Statistik Pusat Data Statistik dan Informasi; dan Dicky Rachmanzah, S.E, M.Si semula sebagai auditor muda Inspektorat V dilantik menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Pelabuhan Perikana. Sedang Umar Sholeh, S.Pi, M.Si yang semula aktif sebagai auditor muda Inspektorat II, kini menjabat sebagai Kepala Bagian Tata Usaha pada Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang (Eselon III lingkup UPT Ditjen Perikanan Tangkap).

Pelantikan PFA dan Sertijab Eselon IVSelain agenda Pelantikan dan Serah

Terima Jabatan (sertijab) Pejabat Struktural pada bulan Januari dan Maret 2016, Itjen KKP juga menyelenggarakan Pelantikan dan Sertijab Pejabat Struktural Eselon IV dan Pejabat Fungsional Auditor (PFA) pada hari Jumat, 15 April 2016 di Ruang Rapat Lantai 3, Gedung Mina Bahari III, Jakarta. Pejabat Struktural atas nama Yenny Kristiany, S.T dilantik sebagai Kepala Subbagian Tata Usaha pada Inspektorat I Itjen KKP dan PFA atas

nama atas nama Tri Adi Setiono, A.Md dilantik sebagai auditor penyelia lingkup Itjen KKP. Tak ada kata yang dapat terucap selain rasa syukur dan doa, semoga amanah para pejabat struktural dan PFA ini dapat diemban dengan baik. Selamat dan sukses selalu !

dan V, auditor Itjen dan para pembantu asesor lingkup Eselon I KKP. Selain sosialisasi road map, diselenggarakan pula Sosialisasi Pelaksanaan RB KKP 2015 -2019 di Ballroom Gedung Mina Bahari 3, Jakarta. Inspektur Jenderal KKP, Andha Fauzie Miraza dan Sekretaris Jenderal KKP, Syarief Widjadja membuka acara dan menjadi pembicara di hadapan pegawai KKP yang hadir saat itu. Lewat

RB, semoga kinerja KKP terus meningkat dan memberikan kontribusi nyata bagi keberhasilan pembangunan nasional dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) secara intensif telah mengawal program Reformasi Birokrasi (RB)

sejak tahun 2008. Pembentukan Tim RB KKP dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan hingga penyelenggaraan sosialisasi, baik Sosialisasi Road Map RB KKP, hingga Sosialisasi Pelaksanaan RB KKP menjadi salah satu upaya pelaksanaan RB KKP. Kegiatan Sosialisasi Road Map RB KKP Program Penguatan Sistem Pengawasan dan Konsensus Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) KKP dilaksana-kan di Jakarta, tanggal 3 - 4 Maret 2016. Sekretaris Itjen KKP, Ida Kusuma W. membuka kegiatan yang dihadiri Inspektur I, II, III, IV

Sosialisasi Pelaksanaan REFoRMASI BIRoKRASI KKP

Pembukaan Sosialisasi RB KKP

Peserta Sosialisasi RB KKP Diskusi Road Map RB dan PMPRB KKP

Sosialisasi Road Map RB dan PMPRB KKP

Page 39: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

76 SINERGI 77

AUDITORIAAUDITORIA

Edisi I - Tahun 2016

SoPAC IIA 2016 BrisbaneSeminar South Pacific and Asia Conference

(SOPAC) 2016 and On-Site Learning yang diselenggarakan pada tanggal 5 s.d. 12 Maret 2016 di Brisbane Convention and Exhibition Centre, Australia ini diikuti 650 orang delegasi dari Asia Pacific. IIA Indonesia dan YPIA memfasilitasi 20 delegasi Indonesia untuk menghadiri SOPAC 2016. Delegasi dari Indonesia adalah auditor internal dari Kementerian/Lembaga dan Perusahaan Swasta, termasuk didalamnya adalah satu auditor dari Itjen KKP.

Materi umum yang disiapkan The IIA Australia dalam seminar ini antara lain Business evolution – Delivering the strategy of change, Redefining our world – Innovating to Zero, Internal audit leadersip – Delivering tangible value, Internal Audit – Expect More, Ethical opinions, Diversity – The Key to Succes, Engaging the disadvantage – Why it should be a business priority, dan Business discrupters – Breaking the bussines model status quo. Selain itu masih terdapat 39 materi yang disediakan secara paralel selama konferensi berlangsung.

SOPAC Brisbane dan SNIA BaliPeNGeMBANGAN PROfeSIONAl

BeRKelANjUTAN UNTUK AUdITOR

Dalam rangka peningkatan pengembangan profesi, sampai dengan Triwulan II 2016, auditor Itjen KKP berkesempatan mengikuti dua seminar akbar : SOPAC Brisbane Australia dan SNIA Bali. Seminar hasil kolaborasi The Institute of Interal Auditors

(IIA) Global, IIA Indonesia, dan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) ini menghadirkan pembicara-pembicara bidang internal audit dari sektor swasta dan pemerintah, baik dalam maupun luar negeri yang menarik minat peserta.

SNIA 2016 BaliSeminar Nasional Internal Audit (SNIA)

2016 bertema: “Internal Audit : The Most Necessary Profession To Enhance and Protect Organizational Value” berlangsung pada tanggal 27 s.d 28 April di Legian, Bali. Acara seminar yang menandai telah berusia 21 tahun YPIA (17 April 1995 – 17 April 2016) ini diisi pula dengan pengukuhan (wisuda) sebanyak 235 auditor pemegang gelar Qualified Internal Auditor (QIA) dari berbagai instansi, baik pemerintahan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun swasta. Empat auditor Itjen KKP yang diwisuda saat itu adalah Irman Suwandi, Maria Elizabeth, Octa Agung Nugroho dan Dicky Rachmansyah.

Gelar QIA 2016 dinyatakan berlaku hingga 31 Desember 2018 dengan persyaratan pemegang gelar tersebut wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) sekurang-kurangnya 180 jam dalam waktu 3 tahun yang bisa ditempuh melalui jalur pendidikan, jalur publikasi dan jalur praktisi.

Hal tersebut sesuai dengan SIPPAI –standar 1230 – yang mewajibkan auditor untuk terus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya melalui pengembangan profesional ber-kelanjutan. Selanjutnya disarankan oleh The IIA bahwa:1. Auditor internal bertanggungjawab

untuk secara terus menerus menjalani pendidikan untuk mempertahankan dan meningkatkan keahlian mereka. Auditor internal harus tetap terinformasi mengenai perkembangan standar, prosedur, dan teknik audit internal mutakhir, termasuk Standar Internasional untuk Praktik Profesional Auditor Internal (SIPPAI) dari The IIA. Pendidikan profesional

berkelanjutan (PPL) dapat diperoleh melalui keanggotaan, partisipasi, dan menjadi relawan di organisasi profesional, kehadiran di konferensi, seminar, dan program pelatihan inhouse; penyelesaian pendidikan perguruan tinggi; serta ke-terlibatan dalam suatu projek penelitian.

2. Auditor internal didorong untuk me-nunjukkan keahlian mereka dengan mendapatkan sertifikasi profesional yang sesuai, seperti gelar Certified Internal Auditor atau gelar lain yang ditawarkan oleh The IIA, serta gelar-gelar lain yang terkait dengan profesi audit internal.

3. Auditor internal didorong untuk men-dapatkan PPL yang sesuai dengan kegiatan organisasi mereka dan industri terkait untuk mempertahankan keahlian mereka terkait keunikan organisasi mereka dalam hal proses tata kelola, risiko, dan pengendalian.

4. Auditor internal yang melakukan audit khusus dan pekerjaan konsultasi – seperti teknologi informasi, pajak, aktuaria, atau desain sistem – dapat melakukan PPL khusus sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaan audit internal mereka dengan keahlian yang memadai.

5. Auditor internal yang memiliki sertifikasi profesional bertanggung jawab untuk mendapatkan PPL yang cukup dalam memenuhi persyaratan terkait dengan sertifikasi profesional yang dimilikinya.

6. Auditor internal yang pada saat ini tidak memegang sertifikasi profesional yang sesuai didorong untuk mencari program pendidikan dan/atau belajar secara mandiri untuk mendapatkan sertifikasi profesional dimaksud.

Page 40: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

78 SINERGI 79

KiLAS LENSAKiLAS LENSA

Edisi I - Tahun 2016

Walimatussafar Lingkup Itjen KKP

Musim haji telah tiba. Selalu ada kegembiraan yang menyeruak tatkala teman dan kerabat berkesempatan

untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Rasa gembira dan puji syukur itu pula yang menyeruak tatkala menerima undangan walimatussafar Lingkup Itjen KKP dari Drs. Cipto Hadi Prayitno (Inspektur V Itjen KKP) sebagai perwakilan calon jamaah haji Tahun 2016/1437 H.

Undangan walimatussafar yang ber-langsung pada hari Jumat, 12 Agustus 2016 di Ruang Inspektur V dan Ruang Rapat Itjen KKP Lantai 4, Gedung Mina Bahari III, Jakarta ini dihadiri oleh pejabat struktural maupun fungsional lingkup Itjen KKP. Teriring ucapan selamat, dan permohonan doa agar calon jamaah haji lancar menjalankan ibadah

dan pulang sebagai haji yang mabrur. Beberapa hadirin bahkan tak menyia-nyiakan kesempatan pamitan ini untuk metitip seuntai doa dan harapan, agar kelak dapat melaksanakan ibadah haji sebagaimana para calon jamaah haji tahun ini.

Secara harfiah undangan walimatussafar seperti ini berarti “menjamu” atau “pesta” dalam rangka safar “perjalanan” haji. Disamping pamitan dan permohonan maaf, acara diisi dengan ceramah atau taushiyah yang berhubungan dengan ibadah haji. Semangat walimatussafar adalah silaturahim, mensyukuri nikmat Allah (tasyakur bini’mah), dan berbagi kebahagiaan sebagaimana firman Allah “wa ammaa bini’matirobbika fahadits” (dan terhadap nikmat Rabb hendak-lah kamu menyebut-nyebutNya).

Selamat jalan Tamu Allah SWT… Semoga senantiasa ada dalam “jamuan” Allah SWT, dimudahkan rezekinya dan dimudahkan perjalanannya. Semoga pula kembali ke Tanah Air dalam keadaan sehat dan menjadi haji yang mabrur…..

busana nasional nan anggun dan sanggul atau hijab nan cantik, sedang peserta pria mengenakan jas lengkap berpeci.

Seusai pengibaran sang saka merah putih pada Upacara HUT Kemerdekaan RI yang ke-71, Inspektur Upacara Staf Ahli Menteri Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut, Aryo Hanggono membacakan Kata Sambutan

Pagi itu, di lapangan upacara Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terlihat barisan yang berbeda busananya dengan barisan peserta umumnya

yang mengenakan seragam batik Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri). Para peserta wanita di barisan itu mengenakan

SATyAlANcANA Karya Satya untuk Pegawai Itjen KKP

Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya adalah penghargaan berbentuk piagam

yang ditandatangani oleh Presiden RI dan lencana emas/perak/perunggu (sesuai masa bakti 10/20/30 tahun) yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil

(PNS) yang secara terus menerus menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran

kedisiplinan dan prestasi kerja.

Ir. Agus Saptono Slamet dan Ir. Supriyadi, MM menjelang detik-detik Proklamasi

Kabag KHH Itjen KKP dan Ir. Yuliadi, MM seusai penganugerahan

Page 41: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

80 SINERGI 81

KiLAS LENSAKiLAS LENSA

Edisi I - Tahun 2016

Menteri KP. Kemerdekaan menjadi salah satu pokok bahasan sambutan itu. Disebutkan bahwa kemerdekaan adalah bebas mengelola wilayah dan sumberdaya didalamnya tanpa campur tangan pihak manapun.

Petugas upacara kemudian membacakan Keputusan Presiden RI Nomor 54/TK/Tahun 2016 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan SatyaLancana Karya Satya lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Beberapa orang dari barisan itu kemudian maju ke tengah lapangan upacara untuk penyematan simbolis lencana tanda penghormatan sesuai masa bakti pengabdian. Lencana warna perunggu disematkan khusus untuk penerima Satyalancana Karya Satya 10 tahun, lencana warna perak untuk Satyalancana Karya Satya 20 tahun, dan lencana warna emas untuk Satyalancana Karya Satya 30 tahun.

Rona bahagia memancar dari wajah pegawai Itjen KKP yang menerima piagam dan lencana Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya di Tahun 2016. Diantaranya: SatyaLancana Karya Satya X (Tengku Sonya

N.H., S.Pi, M.Si; Wiwit Roza, S.H, MH; Maria Elisabeth, S.Pi; Farida Farid, S.Pi, MT, MPP; Adelaide Siregar, SE; Adi Nika Minarno, S.Pi; Tri Yuliastini, S.Pi; Nine Fitriana, S.Pi; Dungdung Septina Suyanti, S.Pi; Mery Zainurti, S.Kom; Susiyanti, S.Pi dan Sri Yuliawati, S.Pi); SatyaLancana Karya Satya XX (Tri Adi Setyono, A.Md; dan R. Rudy Kumoro, S.Sos, M.Si); SatyaLancana Karya Satya XXX (Andha Fauzie Miraza, Ak, M.SIS; Ir. Ida Kusuma W; Ir. Nur Arif Azizi, MM; Ir. I Gede Made Sucipta, MM; Ir. Agus Saptono Slamet; Ir. Yuliadi, MM; dan Ir. Supriyadi, MM).

Penganugerahan tanda kehormatan di tengah gegap gempita perayaan ke-merdekaan Indonesia ini mampu menumbuh-kan semangat kejuangan, keteladanan dan motivasi untuk terus berkarya dan mening-katkan pengabdian. Selamat untuk penerima tanda kehormatan, dan terima kasih atas darma baktimu pada negeri….

Inspektur dan Peserta Upacara

Penerima Satyalancana Karya Satya Tahun 2016 DIRGAHAYU

REPUBLIK INDONESIA17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2016

Inspektorat JenderalKementerian Kelautan dan Perikanan

Page 42: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

82 SINERGI

KiLAS LENSA

Detik demi detik berlalu tak terasa. Masa purna tugas beberapa pegawai Itjen KKP pun hadir di depan mata.

Jumat, 9 September 2016, puluhan pegawai Itjen KKP memasuki Ruang Rapat Lantai 3, Gedung Mina Bahari III KKP, Jakarta. Mereka hadir dalam rangka pelepasan purna tugas dan pelepasan pegawai Itjen KKP yang mendapatkan penugasan baru. Irjen KKP, Sekretaris Itjen KKP, Inspektur I, II, III dan IV, hadir dan berturut menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada pegawai yang memasuki masa purna tugas, dan pegawai yang mendapatkan penugasan baru. Terima kasih atas bakti dan karya untuk Ir. Emmy Zein, MM; Sulastri, S.Sos; dan Rokhati. Terima kasih telah bersama dalam rangkaian tugas Itjen KKP mengawal kebijakan kelautan dan perikanan Indonnesia. Terima kasih pula untuk Dwi Mudiharsodjo, SE, M.Si; Wahyuni Setyawati, S.Sos, MM; Budiantoro Nurhatman; Saspir, S.Sos; Indra Kurnia, SE; dan R. Rudy Kumoro, S.Sos, M.Si.

Selamat datang pula diucapkan untuk 5 (lima) pegawai yang baru mendapatkan penugasan di Itjen KKP berdasarkan Kepmen KP Nomor 202/MEN 3/KPTS/KP.430/IX/2016

tanggal 30 September 2016 tentang Penempatan PNS Lingkup Itjen KKP yaitu :1). Pola, ST. Panjaitan, A.Pi, MM (Sekretariat

Itjen KKP)2). Dewi Astikawati, SE, Ak, MM (Sekretariat

Itjen KKP)3). Djanoearko Mardipoetra (Tata Usaha

Inspektorat I)4). Yuni Lizar, SE (Tata Usaha Inspektorat III)5). Muhammad Yasin, SE (Tata Usaha

Inspektorat III)Selamat berkarya dan selalu sukses di

penugasan baru.

• Seluruh negara mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, termasuk Indonesia. Rencana fiskal yang diterima negara tidak seusai yang diharapkan dan pertumbuhan negara juga meleset. Selain itu, situasi eksternal yang terjadi dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, pasti juga mempengaruhi pelambatan ekonomi dunia.

• Oleh karena itu, KKP harus mengubah total struktur kerja prioritas, bukan hanya penghematan saat ini saja namun juga yang akan berlangsung satu hingga dua tahun ke depan. Untuk struktur anggaran tahun 2017 semua diubah secara struktural dan lebih fundamental, agar lebih mudah dalam hal pengecekan dan pengklarifikasian anggaran.

• Untuk urusan kepegawaian agar dikeluarkan dari direktorat umum/teknis seperti gaji di Biro Kepegawaian. Kemudian anggaran perjalanan dinas juga dimasukkan ke Sekretariat Jenderal. Jadi semua Ditjen di KKP hanya melaksanakan pekerjaannya agar bisa lebih terkonsentrasi, mengefisienkan, dan mengefektifkan program-programnya secara langsung.

• Anggaran tahun 2017 dipotong 20 persen dari Rp 10 triliun menjadi Rp 8 triliun, dalam rangka membantu pemerintah mengatasi ketetatan likuiditas dan anggaran pemerintah. RKAKL mohon untuk diteliti lagi, harus efektif, efisien dan jelas. Anggaran per direktorat bisa di saring (refining) lagi.

• Semua aplikasi dikumpulkan dan dikelola di Pusdatin, hal ini menuju pengelolaan satu data (single window) KKP.

• Struktur organisasi disederhanakan, lakukan perampingan, jadi yang selama ini terpencar terlalu banyak bisa diefektifkan lagi dalam pelaksanaan pekerjaannya.

• Stakeholders yang mendapatkan bantuan jangan hanya yang itu-itu saja, ubah pola-pola lama, buat pemerataan, dan

Butir Arahan Menteri Kelautan dan Perikanan pada Retreat Evaluasi Program Prioritas KKP TA 2016Ballroom KKP, 27 Juni 2016

rekomendasi Dinas diperbolehkan tapi harus dicek ulang di lapangan. Jangan duduk yang penting bantuan keluar. Jika ada kesulitan mau menyalurkan ke bantuan, koordinasi dengan Ditjen lain, dilemparkan ke komite agar dibahas dalam Rapim.

• Banyak laporan keramba jaring apung (KJA) banyak yang kosong. Jangan sampai nambah bantuan KJA lagi, tapi tidak jalan. Harus bisa menyejahterakan stakeholders dengan bantuan, jangan membeli terus melepas gitu saja, tujuan utamanya adalah membuat perekonomiannya tumbuh.

• Fokus kegiatan 2017 di wilayah perbatasan, khusus Natuna harus menjadi prioritas. Perindo dan Prinus ajak bangun cold storage di Natuna, Pelabuhan Perikanan segera direalisasikan, dan tingkatkan Detensi Center-nya 4 buah.

• Harus diperhatikan bahwa masih banyak nelayan yang menangkap ikan dengan memakai bom karena tidak punya alat tangkap yang benar. Ditjen Perikanan Budidaya harus melakukan identifikasi bersama Ditjen Perikanan Tangkap. Identifikasi 100 titik dan tahun ini selesaikan 50, kemudian datangi tempatnya.

• Lakukan evaluasi yang jujur dan sportif kepada diri sendiri apakah sudah ada perubahan KKP yang lebih baik. Koordinasi dan integrasi antar eselon I menjadi prioritas.

• Efektifkan anggaran utk masyarakat. Seluruh program KKP harus realistis, kongkrit dan jelas manfaatnya serta dirasakan oleh masyarakat.

Page 43: Inovasi Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Anggarankkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/itjen/pdf/... · supaya dalam penyusunan RKA-KL TA 2016, ... jasa konsultan

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. Melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas-aktif.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui program Indonesia Pintar dengan wajib belajar 12 tahun bebas pungutan. Dan program Indonesia Sehat untuk peningkatan layanan kesehatan masyarakat. Serta Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera dengan mendorong program kepemilikan tanah seluas sembilan juta hektar.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi dan domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalu penataan kembali kurikulum pendidikan nasional.

9. Memperteguh Ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui penguatan kebhinekaan dan menciptakan ruang dialog antar warga.

9 PROGRAM PERUBAHANUNTUK INDONESIA

Nawa Cita