informasi kefarmasian dan alat kesehatan rapat kerja ... filemou antara sekjen kemenkes ri dan...
TRANSCRIPT
m e m p e r c a y a k a n N u s a D u a Convention Centre, Nusa Dua Bali sebagai tempat penyelenggaraan untuk wilayah Regional Tengah (16 -19/3). Dengan mengusung tema P e m a n t a p a n P e m b a n g u n a n Kesehatan Menuju Masyarakat Sehat, Mandiri, dan Berkeadilan, peserta Rakerkesnas 2014 Regional Tengah mencapai hampir 600 orang dari 11 provinsi. Diantaranya adalah Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTT, NTB, Kalsel, Kaltim, Kalteng, Kalbar, Kaltara. Dalam pembukaan Rakerkesnas 2014 Regional Tengah ini juga dihadiri oleh Gubernur Provinsi Bali yang sekaligus pula dilakukan penandatanganan MoU antara Sekjen Kemenkes RI dan Sekjen Kemendikbud.Usai memberikan pengarahan kepada seluruh peserta pertemuan, pada kesempatan tersebut, Menkes mencanangkan “Studi Diet Total 2014” dan meluncurkan “e-Watch Alkes” yang meliputi e-infoalkes, e-watch alkes dan PKRT, serta e-report alkes dan PKRT. Pencanangan Studi Diet Total 2014 ditandai dengan
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Liputan
RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL 2014
Pertengahan Maret hingga awal April 2014, Kementerian Kesehatan RI menggelar Rangkaian Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) di 3 kota untuk masing masing regional. Kegiatan diawali dari Bali (regional tengah) pada tanggal 16 19 Maret, dilanjutkan ke Manado (regional timur) pada tanggal 23 26 Maret dan Jakarta (regional barat) pada tanggal 31 Maret 3 April. Para peserta terdiri dari Peserta daerah berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/Kota serta Unit Pelayanan Teknis (UPT) vertikal pusat.Tahun ini Rakerkesnas mengusung tema “Pemantapan Pembangunan Kesehatan Menuju Masyarakat Sehat Mandiri dan Berperikeadilan”. P e r t e m u a n i n i b e r t u j u a n meningkatkan koordinas i dan sinergisme antara Pusat dan Daerah d a l a m r a n g k a p e r c e p a t a n p e l a k s a n a a n p e m b a n g u n a n kesehatan tahun 2014, guna mewujudkan masyarakat yang sehat d a n b e r ke a d i l a n . S e l a i n i t u , p e r t e m u a n i n i j u g a u n t u k
mengidentifikasi masalah di daerah terkait pelaksanaan pembangunan kesehatan, terutama percepatan pembangunan MDGs di bidang kesehatan dan Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, selaku Ketua Panitia Rakerkesnas 2014, menambahkan bahwa kegiatan Rakerkesnas terbagi menjadi 2 bagian. Pertama adalah berisi tentang penyajian best practice dari dinas ke s e h ata n , r u m a h s a k i t d a n puskesmas sebagai lesson learned untuk percepatan pencapaian target pembangunan kesehatan. Bagian kedua adalah sidang komisi yang akan dibagi menjadi 5 (lima) sidang komisi, membahas berbagai isu kesehatan dan masukan kebijakan kesehatan terhadap percepatan pencapaian MDGs, UKP, UKM dan rancangan RPJMN 2015-2019Regional TengahKali ini, Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2014
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 03l
pembangunan kesehatan yang berasal dari 10 Provinsi, yaitu: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.“ B u ka n h a nya m e n g e va l u a s i pekerjaan rumah (PR) terkait capaian MDGs 2015, tetapi juga jajaran kesehatan dan seluruh stakeholder terkait sudah harus mulai memikirkan agenda pasca MDGs 2015”, tutur Menkes.Di sela-sela rangkaian kegiatan Rapat K e r j a K e s e h a t a n N a s i o n a l (Rakerkesnas) tahun 2014 Regional Timur, Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, melakukan kunjungan kerja ke Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Manado untuk meresmikan Gedung Jurusan Kebidanan, Analis Kesehatan dan Laboratorium Gizi. Pada kesempatan yang sama, Menkes juga meresmikan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Manado, serta Balai Teknik K e s e h a t a n L i n g k u n g a n d a n Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas I Manado, Senin (24/3).Kementerian Kesehatan mempunyai berbagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di berbagai penjuru Tanah Air untuk memberikan berbagai pelayanan di b i d a n g k e s e h a t a n k e p a d a masyarakat, diantaranya Poltekkes, KKP, BTKL-PP. Poltekkes bertugas menyediakan tenaga kesehatan yang diperlukan Pembangunan Kesehatan dalam jumlah dan jenis yang diperlukan dengan mutu terbaik, agar m e re ka m a m p u m e m b e r i ka n pelayanan kesehatan yang terbaik k e p a d a m a s y a r a k a t , s e r t a terdistribusi adil dan merata ke seluruh Tanah Air. Sedangkan, KKP bertugas melakukan pencegahan, deteksi dini, dan respon cepat untuk m e n c e g a h d a n m e l i n d u n g i masyarakat dari penyebaran penyakit
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Liputan
l Hal.04 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
p e m a s a n g a n r o m p i k e p a d a perwakilan peneliti. Studi Diet Total 2 0 1 4 m e r u p a k a n p e n e l i t i a n kesehatan masyarakat yang akan dilakukan dalam 2 tahap di 34 Provinsi (498 Kab/Kota). Studi ini dilakukan u n t u k m e n e n t u k a n t i n g k a t keterpaparan zat kimia berbahaya dalam makanan penduduk, dengan cara menganalisa makanan melalui analisis cemaran kimia makanan ( A C K M ) y a n g m e r u p a k a n representatif diet masyarakat Indonesia. “Tahun ini, pilot project S t u d i D i e t To t a l 2 0 1 4 a k a n dilaksanakan di DI Yogyakarta”, kata Menkes.E - W a t c h A l k e s a t a u s i s t e m pengawasan alat kesehatan secara nasional yang dibangun oleh K e m e n t e r i a n K e s e h a t a n R I merupakan suatu sistem pelaporan elektronik dari kejadian yang tidak diinginkan akibat penggunaan akes di fas i l i tas pelayanan kesehatan (Fasyankes). Hasil pelaporan akan ditindaklanjuti oleh Tim Pengawas Nasional Alkes dan menjadi informasi u n t u k p e r t i m b a n g a n d a l a m pengadaan alat kesehatan di Fasyankes.“E-Watch Alkes merupakan inovasi yang bermanfaat guna mewujudkan alat kesehatan yang aman, bermutu,
bermanfaat , tepat guna dan terjangkau”, tambah Menkes. Regional Timur“Pembangunan kesehatan nasional banyak mengalami peningkatan, namun upaya keras dari seluruh jajaran kesehatan dari berbagai tingkatan untuk mempercepat pencapaian target Mi l len ium Development Goals (MDGs) 2015 sangat dibutuhkan, mengingat waktu pencapaian yang hanya tinggal satu tahun lagi”.Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, pada pembukaan kegiatan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2014 Regional Timur yang diselenggarakan di Manado, Sulawesi Utara, Minggu malam (23/3). Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Gubernur Sulawesi Utara, Dr. Sinyo Hary Sarundajang, y a n g d a l a m s a m b u t a n n y a menyatakan dukungannya terhadap pembangunan kesehatan.Peserta dalam Rakerkesnas 2014 R e g i o n a l T i m u r m e r u p a k a n perwaki lan dar i Kementer ian Kesehatan RI, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemenkes, jajaran Dinas K e s e h a t a n P r o p i n s i d a n Kabupaten/Kota, serta seluruh stakeholders yang berperan dalam
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 05l
Liputan
Po l te k ke s Ke m e n ke s s e b a ga i benchmark institusi pendidikan vokasi lain dan menggerakkan Poltekkes untuk berperan dalam produksi tenaga kesehatan yang bermutu dengan kompetensi terbaik; 2) Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan guna meningkatkan mutu tenaga kesehatan; dan 3) Mengembangkan Dosen Poltekkes dengan kualifikasi sesuai aturan yang berlaku.Usai kegiatan peresmian, Menkes meyerahkan Surat Keputusan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado, menjadi RS Tipe B Pendidikan kepada Direktur Utama RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou, dr. Maxi R. Rondonuwu, DHSM, MARS, dan berdialog dengan jajaran direksi dan tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut.Regional Barat“Rakerkesnas 2014 merupakan kesempatan besar untuk melihat kembali apa saja yang sudah disepakati pada Rakerkesnas tahun sebelumnya dan bersama-sama mengevaluasi untuk mengidentifikasi lebih banyak lagi hal yang dapat
menular, pencemaran bahan kimia, dan pencemaran radio aktif, terutama dari luar negeri, yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia atau public health emergency of international concern (PHEIC). Sementara BTKL-PP berperan melaksanakan surveilans berbasis laboratorium melalui pemantauan kualitas media lingkungan yang merupakan faktor risiko penyakit menular dan tidak menular.Pada kesempatan tersebut, Menkes meminta agar mutu pelayanan seluruh UPT Kementerian Kesehatan di Tanah Air selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Menkes juga m e m i n t a a g a r s e l u r u h U P T Kementerian Kesehatan mendukung suksesnya pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN yang telah dicanangkan pada 1 Januari 2014.Guna meningkatkan mutu pelayanan, Menkes memberikan pengarahan a ga r Po l te k ke s Ke m e n ke s R I melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menjadikan setiap
dilakukan untuk meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat di Daerah”.Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, pada pembukaan kegiatan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2014 Regional Barat di Jakarta, Senin (31/3). Turut hadir dalam kegiatan pembukaan ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.“Tahun lalu kita sudah merumuskan banyak hal, namun dirasa masih belum membumi. Untuk itu, pada Rakerkesnas kali ini diharapkan dapat dirumuskan hasil yang lebih kongkret b e r d a s a r k a n a n a l i s a s e r t a pembelajaran keberhasilan daerah lainnya”, ujar Menkes.Peserta dalam Rakerkesnas 2014 Regional Barat berjumlah lebih dari 700 peserta, merupakan perwakilan dari kantor pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan RI, jajaran Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota, serta seluruh stakeholders yang berperan dalam pembangunan kesehatan dari 13
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
l Hal.06 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
Liputan
Provinsi, yaitu: DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta.“ B u k a n h a n y a m e n g e v a l u a s i pekerjaan rumah (PR) terkait capaian MDGs 2015 yang tinggal 1 tahun lagi, tetapi juga jajaran kesehatan dan seluruh stakeholder terkait di Daerah sudah harus mulai merencanakan agenda post MDGs 2015”, tutur Menkes.Pada kesempatan tersebut, Menkes menyaksikan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Kesehatan RI yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kemenkes, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, dengan Dunia Usaha, yaitu: 1) PT Hero Supermarket, untuk p r o g r a m C o r p o r a t e S o c i a l Responsibility (CSR) di bidang kesehatan ibu dan anak di wilyah Jawa Barat; 2) PT Astra Zeneca, untuk CSR pada program edukasi kesehatan
selain sebagai wahana ramah tamah s e r t a b e r s i l a t u r a h m i a n t a r stakeholder kesehatan di Indonesia.Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan seperti pada tahun sebelumnya juga mengikuti secara aktif kegiatan pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional Kementerian Kesehatan ini melalui keikutsertaan dalam Pameran Pembangunan Ke s e h ata n ya n g m e m b e r i ka n informasi berbagai hal yang terkait dengan bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sejak Rakerkesnas Tengah sampai Regional Barat.
masyarakat di 80 RS di wilayah sumatera jawa dan Sulawesi; dan 3) PT Monelis Internasional, untuk CSR pada program kesehatan ibu anak gizi baik preventif dan promotif. Selanjutnya, Menkes memberikan penghargaan kepada dua orang perwakilan dokter internship yang akan bertugas di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).Pameran Pembangunan KesehatanPada Rakerkesnas 2014 ini juga d i s e l e n g g a r a k a n P a m e r a n Pembangunan Kesehatan 2014 yang diikuti oleh Dinas Kesehatan Provinsi, Unit Utama di lingkungan Kemenkes, Badan POM, BKKBN, BPJS Kesehatan dan lembaga donor yang peduli terhadap pembangunan kesehatan.Dengan Pameran Pembangunan Kesehatan 2014 ini diharapkan dapat saling berbagi informasi terkait pembangunan kesehatan nasional dengan cara yang interaktif, tatap muka langsung dan berdiskusi, sebagai ajang memperkenalkan program yang berinovasi sehingga menjadi contoh bagi daerah yang lain,
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 07l
Liputan
Pertengahan Maret hingga awal April 2014, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menggelar Rangkaian Rapat Koordinasi Nasional (Rakonas) di 2 kota untuk masing masing regional. Kegiatan diawali dari Batam (Regional I) pada tanggal 19 s.d 21 Maret dan Bali (Regional II) pada tanggal 3 s.d 5 April. Para peserta terdiri dari peserta daerah yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota, serta peserta pusat dari lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes.Tahun ini Rakonas Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengusung tema “Pemantapan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Pusat dan Daerah Dalam Mendukung Jaminan Kesehatan Nasional”. Pertemuan ini bertujuan mensinergikan langkah kebijakan m a u p u n s t r a t e g i p r o g r a m kefarmasian dan alat kesehatan dalam rangka mewujudkan visi masyarakat yang sehat dan berkeadilan. Rakonas Regional I Tahun 2014
diselenggarakan di Hotel Planet Holiday, Batam, Kepulauan Riau, sedangkan Rakonas Regional II diselenggarakan di Hotel Ayodya, Nusa Dua, Bali. Dalam acara ini turut pula hadir narasumber dari Bappenas dan BPOM.“Sebagai salah satu poin penting p e l a k s a n a a n J K N , P r o g r a m Kefarmasian dan Alat Kesehatan b e r t a n g g u n g j a w a b a k a n ketersediaan, keterjangkauan, jaminan keamanan, mutu dan manfaat serta penggunaan obat yang rasional” ujar Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D.Dalam sambutannya Ibu Dirjen menyampaikan bahwa salah satu langkah penting pembangunan kesehatan Indonesia adalah telah dimulainya implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)bagi masyarakat Indones ia secara bertahap dengan beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014 dan diharapkan mencakup seluruh
penduduk Indonesia paling lambat 1 Januari 2019.JKN menganut asas gotong royong dimana yang mampu membantu yang kurang mampu. Manfaat JKN mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.Dalam implementasi JKN, diperlukan integrasi dan koordinasi berbagai kelompok kerja kesehatan seperti: 1) Fasilitas kesehatan, sistem rujukan dan infrastruktur; 2) Pembiayaan, transformasi kelembagaan dan program; 3) Regulasi; 4) Kefarmasian dan alat kesehatan; 5) SDM dan capacity building; serta 6) Sosialisasi dan advokasi.Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Formularium Nasional (Fornas) sebagai acuan bagi setiap pelayanan kesehatan yang tercakup dalam sistem JKN agar efektifitas, efisiensi, mutu dan biaya pelayanan kesehatan dapat terkendali serta
RAPAT KOORDINASI NASIONALDITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2014
Pertengahan Maret hingga awal April 2014, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menggelar Rangkaian
diselenggarakan di Hotel PlanetHoliday,y,y Batam, Kepulauan Riau,sedangkan Rakonas Regional II
penduduk Indonesia paling lambat 1 Januari 2019.JKN menganut asas gotong royong
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
l Hal.08 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
Liputan
keamanan bagi pasien dapat dijamin (kendali mutu dan kendali biaya).Ditjen Binfar dan Alkes juga telah mengembangkan e-catalog obat dan alat kesehatan untuk dapat lebih mengefisienkan dan mengefektifkan pengadaan obat dan alat kesehatan, serta e-logistic obat serta e-watch alkes untuk dapat memantau ketersediaan obat serta pengawasan alkes.“Selain hal di atas, capaian Millenium Development Goals (MDGs) tetap harus menjadi perhatian kita bersama. Pada tahap akhir dari MDGs ini kita harus bekerja keras untuk m e n c a p a i ta rg e t ya n g t e l a h ditetapkan seperti misalnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih belum mencapai target. Capaian tersebut perlu didukung oleh akses terhadap obat yang aman, berkhasiat, bermutu, terjamin dalam jenis dan jumlah sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan, serta tersedia secara merata di seluruh Indonesia. Untuk itu penyediaan obat yang unggul
dalam mutu dan harga merupakan salah satu tugas penting yang harus menjadi perhatian” tambah Ibu Dirjen.Pelayanan kefarmasian umumnya belum berjalan secara efektif dan efisien termasuk penggunaan obat yang belum rasional, pengobatan yang tidak sesuai dengan standar t e ra p i d a n ke t i d a k p a t u h a n pemakaian obat sesuai dosisnya. Penerapan penggunaan obat yang rasional termasuk didalamnya penggunaan obat esensial generik m e r u p a ka n h a l k u n c i u n t u k mengefektifkan dan menurunkan biaya pengobatan. Dampaknya pencapaian MDGs akan lebih optimal dengan biaya yang lebih efisien.Meningkatnya kebutuhan obat dalam r a n g k a p e n e r a p a n J K N d a n pencapaian MDGs harus berhadapan d e n g a n f a k t a t i n g g i n y a ketergantungan industri farmasi nasional terhadap bahan baku impor. Untuk itu Ditjen Binfar dan Alkes juga t e l a h m e m b u a t r o a d m a p kemandirian bahan baku obat serta
meningkatkan pemanfaatan obat tradisional menjadi salah satu pilihan yang layak dieksplorasi.Oleh karena itu Kementerian Kesehatan mendorong penggunaan obat tradisional dengan cara meningkatkan penelitian-penelitian dan pengintegrasian penggunaan obat tradisional ke dalam pelayanan kesehatan formal, membangun networking serta memberikan peluang penyediaan obat tradisional (obat herba l terstandar dan fitofarmaka) oleh Kabupaten/Kota menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain itu, telah dilakukan pelaksanaan kegiatan fasilitasi pendirian Pusat Penanganan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) yang telah dikelola tersinergis dengan Pemda Provinsi dan Pemda Kab/Kota. H a l i n i d i h a r a p k a n d a p a t menjembatani sentra produksi tanaman obat dengan produksi obat tradisional skala besar.Dalam Rakonas Tahap I Dirjen Binfar dan Alkes memberikan penghargaan kepada Propinsi yang mendapat
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Buletin INFARKES Edisi I - Februari 2014 Hal. 09l
Liputan
p r e d i k a t r e a l i s a s i c a p a i a n Dekonsentrasi tertinggi yang diraih oleh Propinsi Sumatera Barat dengan realisasi capaian 98,50%.Pada Rakonas Tahap II predikat tersebut diraih oleh Propinsi Sulawesi Utara dengan realisasi capaian 99,57% selanjutnya Papua Barat 99,42%.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASIRAKONAS PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN REGIONAL I TAHUN 2014Kesimpulan 1. Di periode tahun pertama implementasi e-catalogue, masih ditemukan berbagai kendala teknis ap l ikas i , koord inas i , maupun kerjasama pabrikan-distributor sehingga menghambat proses penyediaan obat sesuai jadwal.2. Sistem e-logistic merupakan inisiatif baik yang perlu dikembangkan melalui perbaikan aplikasi. Perbaikan perlu diarahkan kepada kemudahan pemanfaatan oleh pengguna (Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota), tidak semata untuk menyediakan laporan ketersediaan obat.3. Uji mutu obat melalui sampling di instalasi farmasi Kabupaten/Kota /Provinsi perlu dikoordinasikan antara Balai POM dengan Dinas Kesehatan terkait, termasuk umpan balik hasil
pengujian.4 . I mp lementa s i Fo rn a s d a n pelaporan penggunaan obat secara berkala dapat mendorong kualitas pelayanan kefarmasian. Melalui p e m b i n a a n d a n p e n ga wa s a n terhadap kedua hal tersebut, pelaksanaan pelayanan kefarmasian diharapkan mencapai target yang telah ditetapkan.5. Pengelola program kefarmasian dan alat kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten /Kota siap berkoordinasi internal maupun eksternal dalam pemanfaatan sistem e-catalogue, e-watch dan e-report alat kesehatan.6. P4TO dan PED merupakan wahana yang berpotensi dikembangkan bila kerja sama lintas instansi terkait dijalin dengan baik. Keberadaan P4TO d a n P E D d a p a t m e n d u k u n g kemandirian bahan baku obat tradisional maupun saintifikasi jamu bagi pelayanan kesehatan.7. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota siap mendukung pelaksanaan dekonsentrasi dalam rangka mencapai sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional.Rekomendasi1. Perlunya perbaikan sistem e-log ist i c dan e-cata log untuk
memperkuat manajemen obat dan BMHP dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.2. Perlunya penyederhanaan format laporan untuk mendorong kualitas dan kepatuhan pelaporan pelayanan kefarmasian. Selain itu, kualitas pelayanan kefarmasian dapat didorong dengan pemanfaatan dana kapitasi JKN maupun pendidikan SDM kefarmasian secara berkelanjutan.3. Untuk mendorong pemanfaatan sistem e-catalogue alkes, e-report, dan e-watch alat kesehatan, perlu di lakukan sosia l isas inya yang mencakup peran masing-masing instansi dalam sistem tersebut. Pengelolaan alat kesehatan di daerah perlu dikoordinasikan dengan pelaksana program kefarmasian dan alat kesehatan di Dinas Kesehatan.4. Perlunya pengembangan P4TO dan PED secara komprehensif mulai dari h u l u ( p e n g g u n a a n t a n a m a n t e r s t a n d a r ) s a m p a i d i h i l i r (pemanfaatan hasil P4TO dan PED o l e h I OT d a n I E B A ) , s e s u a i kewenangan instansi terkait.5. Perlunya peningkatan kepatuhan pelaporan DAK melalui umpan balik dari Pusat maupun Dinas Kesehatan Provinsi. Dalam hal dekonsentrasi, diperlukan revisi menu dekonsentrasi sesuai hasi l diskusi sehingga mendukung pencapaian sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional.
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
l Hal.10 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
Liputan
6. Pada tahun 2015, pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dilaksanakan di Sumatera Barat.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASIRAKONAS PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN REGIONAL II TAHUN 2014Kesimpulan�Kualitas pengelolaan obat publik
dan perbekkes akan meningkat dengan e-catalogue, e-logistic, dan sampling obat di instalasi farmasi Provinsi/Kabupaten/Kota. Teknis implementasi e-catalogue perlu disempurnakan, aplikasi e-logistic a k a n d i p e r b a i k i d e n g a n memperhatikan keunggulan e-barcode, dan perlu koordinasi yang lebih intens dengan Balai POM untuk sampling.
�Peningkatan mutu alkes dimulai dari need assessment yang tepat, pengadaan alkes yang transparan-akuntabel melalui e-catalogue alkes, serta pemantauan pasca pemasaran melalui e-report dan e-watch alkes.
�Implementasi Fornas ditujukan untuk menjamin terselenggaranya
penggunaan obat yang rasional dan terkendalinya biaya pelayanan k e s e h a t a n . P e m a n t a u a n kesesuaian penggunaan obat m e n j a d i b a h a n e v a l u a s i penyempurnaan Fornas.
�P4TO dan PED menjadi sarana pemanfaatan potensi kemandirian b a h a n b a ku o b a t , d e n ga n partisipasi aktif antara Pusat dan Pemda dalam pengembangannya.
�Untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan dekonsentrasi serta D A K S u b b i d . P e l a y a n a n K e f a r m a s i a n , d i p e r l u k a n p e n i n g k a t a n k u a l i t a s d a n kepatuhan pelaporannya.
Rekomendasi
? Mendorong peran aktif Dinkes Provinsi, Kabupaten, dan Kota dalam implementasi e-catalogue, e-logistic, serta sampling obat, termasuk menyampaikan kendala yang dihadapi melalui saluran komunikasi yang disediakan.
? Meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan e-catalogue, e-report , dan e-watch a lkes, termasuk menjalin koordinasi dengan pengguna alat kesehatan,
sehingga mewujudkan jaminan keamanan-mutu-manfaat produk yang beredar.
? Mendorong pemanfaatan Fornas oleh pelayanan kesehatan, disertai pemutakhiran berkala terhadap muatan Fornas berdasarkan hasil evaluasi penggunaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan.
? Perlunya sosialisasi peran setiap lintas sektor yang terlibat dalam pemanfaatan serta pengembangan P4TO dan PED. Da lam ha l pelaporan SIPNAP, perlu dilakukan umpan balik hasil pelaporan dalam kebijakan yang terkait.
? Mendorong peran aktif Kemenkes, Dinkes Provinsi, dan Dinkes Kabupaten/Kota, baik unsur administrasi (sekretariat), maupun u n s u r t e k n i s , d a l a m menyampaikan laporan yang valid dan tepat waktu.
? Pada tahun 2015, pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk Wilayah Timur dilaksanakan di Makassar.
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 11l
Liputan
“Untuk menjamin bahwa alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang beredar di masyarakat memenuhi standar dan persyaratan, maka perlu dilakukan pre dan post-market alat kesehatan dan PKRT di peredaran. Hal ini penting untuk melindungi keselamatan masyarakat” demikian ujar Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan drg. Arianti Anaya, MKM d a l a m s a m b u ta n p e m b u ka a n kegiatan Sosialisasi E-Sistem Perijinan Dan Pengawasan Alkes Dan PKRT yang diselenggarakan pada Hari Rabu 12 Maret 2014 di The Bridge Hotel Aston Rasuna, Jakarta.Demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dalam kaitannya dengan alkes dan PKRT adalah dengan tersedianya alkes dan PKRT dalam jumlah yang cukup, bermutu, aman dan bermanfaat serta terjangkau oleh masyarakat.Dalam era perdagangan bebas
dimana tuntutan masyarakat yang begitu tinggi terhadap kebutuhan akan alat kes dan PKRT maka membuka peluang besar bagi pelaku bisnis. Seperti telah kita ketahui bersama saat ini banyak sekali alat kesehatan dan PKRT baik lokal maupun impor yang beredar di wilayah Indonesia.Dalam rangka menjamin keamanan, mutu dan manfaat alat kesehatan dan PKRT yang beredar di Indonesia, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berusaha u n t u k b e rs a m a m e w u j u d ka n pembinaan, pengawasan dan pengendalian alkes dan PKRT dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan.Dalam kegiatan ini diperkenalkan e-Sistem Perijinan Dan Pengawasan Alkes Dan PKRT yang meliputi e-infoalkes, e-watch alkes dan PKRT, serta e-report alkes dan PKRT.Dalam rangka reformasi birokrasi,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan melaksanakan kegiatan pengembangan sistem informasi yang dapat meningkatkan kinerja dan pelayanan terhadap masyarakat, yakni dengan dikembangkannya sistem informasi berbasis web untuk mengetahui perijinan yang sudah terbit melalui Sistem Registrasi Online yang disebut sebagai Sistem E-Infoalkes Pengguna portal E-Infoalkes ini
SOSIALISASI E-SISTEM PERIZINAN DAN PENGAWASAN ALKES DAN PKRT
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
l Hal.12 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
Liputan
adalah Kementerian Kesehatan, Perusahaan Produsen serta Penyalur ALKES & PKRT dan masyarakat umum yang ingin mengetahui informasi mengenai perijinan ALKES dan PKRT yang sudah diterbitkan serta mengetahui profil perusahaan yang bergerak di bidang ALKES dan PKRT Sementara itu, untuk melindungi masyarakat terhadap beredarnya alat kesehatan yang tidak memenuhi syarat keamanan, mutu dan manfaat maka perlu dilakukan peningkatan pengawasan alat kesehatan yang harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan yang beredar di masyarakat. Untuk mempermudah tenaga kesehatan, Fasil itas Pelayanan K e s e h a t a n d a n m a s y a r a k a t melakukan pelaporan terhadap alat kesehatan yang tidak memenuhi syarat maka dibuat e-Watch Alat Kesehatan & PKRT (e-Watch Alkes) yaitu sistem pengawasan nasional alat kesehatan yang tidak memenuhi
syarat. Sistem ini juga merupakan Alert System yaitu informasi terbuka terhadap alat kesehatan yang dapat m e n y e b a b k a n h a l - h a l y a n g merugikan pasien, tenaga kesehatan dan atau masyarakat dan dapat d e n ga n m u d a h d i a ks e s o l e h masyarakat. Aplikasi e-Watch Alkes diharapkan mampu mendeteksi kewaspadaan dini berupa penanganan komplain d a r i m a s y a r a k a t / p e n g g u n a , pelaporan Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD) oleh Produsen dan Penyalur Alat Kesehatan, serta T i n d a k a n K o r e k t i f t e r h a d a p Keselamatan di Lapangan atau Field Safety Corrective Action (FSCA).Hasil pelaporan akan ditindaklanjuti oleh Tim Pengawas Nasional Alkes dan menjadi informasi untuk pertimbangan dalam pengadaan alat kesehatan di fasilitas pelayan kesehatan.Sedangkan Aplikasi e-Report Alat Kesehatan dan PKRT ini dibangun
untuk memfasilitasi pelaporan hasil produksi dan penyaluran Alat Kesehatan oleh Produsen atau Penyalur Alat Kesehatan, serta pelaporan hasil produksi atau impor Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) oleh produsen atau importir PKRT. Aplikasi ini merupakan rekapitulasi peredaran alat kesehatan dan PKRT di dalam/luar negeri serta diharapkan mampu telusur apabila terjadi komplain terhadap penggunaan alat kesehatan dan atau PKRT.
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Liputan
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 13l
S e b a g a i r e s p o n t e r h a d a p p e r ke m b a n g a n r e g i o n a l i s a s i perdagangan, negara-negara anggota A S E A N t e l a h m e n y e p a k a t i pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 untuk menciptakan aliran barang dan jasa secara bebas dikawasan ASEAN dengan harapan dapat meningkatkan p e re ko n o m i a n n e ga ra - n e ga ra anggota ASEAN. Salah satu sektor yang menjadi prioritas integrasi ASEAN adalah peralatan kesehatan, yang akan diatur dalam ASEAN Medical Devices Directive (AMDD). Sektor perangkat peralatan medis memiliki peranan penting dalam proses diagnosis, pencegahan, pemantauan, dan pengobatan penyakit serta dalam meningkatkan kualitas hidup. Indonesia sebagai negara terpadat ke 4 dunia dan terbesar di Asia Tenggara merupakan salah satu pasar terbesar di dunia untuk perangkat medis dan pelayanan kesehatan. Impor peralatan medis di
Indonesia mencapai 97% dari pasar. Indonesia memiliki lebih dari 222 produsen peralatan medis dimana 90% nya merupakan UMKM yang menghasilkan produk medis primer seperti sarung tangan bedah, perban dan ortopedi, demikian ungkap Ketua Komite Akreditasi Nasional (KAN), Prof.Dr. Bambang Prasetya saat memberikan sambutannya pada acara Sosialisasi Akreditasi Sistem Manajemen Mutu Alat Kesehatan di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta (25/02/204).Acara Sosialisasi ini dihadiri oleh kurang leb ih 70 orang yang merupakan perwakilan dari LSSM, LSPro, Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia (ALSI), ASPAKI, Gabungan Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan L a b o r a t o r i u m ( G A K E S L A B ) , Kementerian Kesehatan, serta Asesor dan Panitia Teknis Akreditasi Bidang LSSMMAK dari Komite Akreditasi Nasional KAN. Lebih lanjut Bambang Prasetya, menyampaikan bahwa
pengembangan sistem penilaian kesesuaian sangat diper lukan mengingat peran sistem ini didalam memberikan jaminan kompetensi dan atau kesesuaian produk, jasa, atau sistem sesuai dengan persyaratan atau standar yang pada gilirannya dapat meningkatkan keberterimaan dan jaminan kepastian produk/jasa dalam transaksi perdagangan. J a m i n a n ke s e s u a i a n d e n g a n standar/kualitas menjadi kunci dalam upaya meningkatkan daya saing produk, hal itu juga merupakan pemastian dalam upaya perlindungan masyarakat baik i tu dari s is i kesehatan, keselamatan maupun lingkungan hidup. KAN melakukan penilaian kompetensi terhadap lembaga sertifikasi untuk melakukan sertifikasi sistem manajemen, produk, dan personel disegala sektor perdagangan. Lembaga sertifikasi harus menerapkan dan menegakkan prinsip impartiality, competence, responsibility, opennes/transparan,
SOSIALISASI SKEMA AKREDITASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ALAT KESEHATAN
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Liputan
l Hal.14 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
confidentiality, dan responsiveness to complaints dalam seluruh proses seleksi, determinasi dan atestasi.Skema akreditasi dan sertifikasi sistem manajemen mutu peralatan kesehatan telah dilaunching pada 17 Oktober 2013 oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan bersama Ketua KAN dan Sekjen KAN pada acara Indonesia Quality Expo di Jakarta Convention Center. Skema akreditasi dan sertifikasi KAN untuk Sistem Manajemen Mutu Alat Kesehatan (SMMAK) ini berbasis standar internasional ISO 13485 yang sudah diadopsi menjadi SNI ISO 13485. Dengan adanya skema ini kami berharap dapat memfasilitasi para pelaku usaha dalam membuktikan kesesuaiannya terhadap konsistensi produk maupun jasa yang dihasilkan sesuai persyaratan pelanggan dan regulasi yang berlaku sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan daya saing produk nasional, ujar Bambang mengakhiri sambutannya.Memasuki sesi diskusi panel, kegiatan i n i m e n g h a d i r k a n 3 o r a n g narasumber, yaitu Dra. Lili Sadiah
Yusuf, Apt. dari Direktorat Bina Produks i dan D ist r ibus i A lat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Konny Sagala, Direktur Akreditasi Lembaga Sertifikasi KAN, dan Weni W i d j a j a n t o d a r i A L S I , s e r t a dimoderatori oleh Kepala Bidang Akreditasi Sistem Manajemen-Pusat ALS BSN, Triningsih Herlinawati. Dalam paparan mengenai Regulasi Terkait Sistem Manajemen Mutu Alat Kesehatan, . Lili Sadiah Yusuf, Apt menjelaskan tentang dasar regulasi hukum terkait kesehatan dan alat-alat k e s e h a t a n . B e l i a u j u g a mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk terbesar di ASEAN, dimana tingkat ekonomi Indonesia semakin baik dan diprediksi akan terus meningkat, sehingga dibutuhkan program kesehatan yang memerlukan banyak kebutuhan alat kesehatan. Selain itu Lili Sadiah juga memaparkan bagaimana antisipasi menghadapi era perdagangan bebas, serta bagaimana persiapan Indonesia menghadapi implementasi AEC pada tahun 2015 dimana produsen alat kesehatan yang
dipasarkan di ASEAN mandatory untuk menerapkan ISO 13485.Pada sesi berikutnya, Konny Sagala m e m a p a r ka n te nta n g S ke m a Akreditasi dan Sertifikasi SMMAK. Konny menjelaskan beberapa hal terkait skema ini seperti alur proses akreditasi, acuan persyaratan skema akreditasi dan sertifikasi SMMAK, acuan persyaratan produsen alat kesehatan, SNI ISO 13485: 2003 termasuk isi dan persyaratannya, langkah memperoleh sertifikasi dari LSSMMAK, serta acuan persyaratan LSSMMAK. Paparan terakhir, Weni Widjajanto membahas tentang Perkembangan Sertifikasi SMMAK. Sosialisasi ini dtujukan untuk menyiapkan produsen Indonesia untuk alat kesehatan dalam implementasi ASEAN Medical Devices Directive (AMDD) serta menyiapkan infrastruktur Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Alat Kesehatan Nasional dalam skema KAN sehingga akan memudahkan produsen dalam memperoleh sertifikasi SNI ISO 13485 dengan biaya yang relatif terjangkau.
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 15l
Liputan
Pada hari Jumat (28/3) Direktorat Bina O b at P u b l i k d a n Pe r b e ka l a n Kesehatan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menggelar acara Sosialisasi Penerapan Katalog Obat Tahun 2014 Bagi Industri Farmasi dan Pedagang Besar Farmasi, bertempat d i A u l a S i w a b e s s y G e d u n g Kementerian Kesehatan.Dalam sambutannya Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra . Maura L inda Sitanggang, Apt., Ph.D menyatakan bahwa pengadaan obat melalui e-catalogue yang merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan LKPP telah mulai ditayangkan pada hari Minggu (16/3) dan sampai dengan hari ini (28/3) sejumlah 336 sediaan telah dapat kita lihat di website LKPP, selanjutnya akan bertambah terus untuk sediaan yang telah selesai prosesnya.“Proses e-catalogue ini terus bergulir, dan sesuai laporan yang saya terima, bahwa pada hari Selasa yang lalu telah
dilakukan proses negosiasi dan telah siap untuk ditayangkan sejumlah 133 sediaan. Sementara paket IV dan V sejumlah 303 sediaan saya harapkan pada minggu depan sudah mulai berproses tahapan lelang sehingga pada awal bulan Mei 2014 sudah dapat ditayangkan” demikian ungkap Ibu Dirjen.Dengan telah ditayangkan e-catalogue tahun 2014 ini, seluruh Satuan Kerja Kesehatan baik Pusat maupun Daerah dan fas i l i tas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan sudah dapat melakukan pengadaan obat, baik untuk Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) maupun program kesehatan lainnya.Dan untuk menunjang penerapan e-catalogue, akan diterbitkan Surat Edaran Menteri Kesehatan tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog E lekt ron ik (e -cata logue) dan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan
Obat berdasarkan e-catalogue.P a d a a c a r a p e r t e m u a n i n i disampaikan substansi kedua hal tersebut untuk mendapatkan masukan terutama terkait Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat berdasarkan e-catalogue.“Pengadaan obat berdasar e-catalogue telah memasuki tahun kedua, dengan segala keterbatasan dan permasalahan pada pelaksanaan tahun pertama, saya harapkan pelaksanaan pada tahun 2014 sudah lebih baik lagi sehingga ketersediaan obat terutama dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional tidak menjadi masalah yang bermakna” pungkas Ibu Dirjen.Acara Sosialisasi Penerapan Katalog Obat Tahun 2014 Bagi Industri Farmasi dan Pedagang Besar Farmasi ini terselenggara dengan kerjasama Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) dan dihadiri oleh perwakilan dari GP Farmasi, Industri Farmasi serta Pedagang Besar Farmasi (PBF).
SOSIALISASI PENERAPAN KATALOG OBAT TAHUN 2014 BAGI INDUSTRI FARMASI
Pada hari Jumat (28/3) Direktorat Bina dilakukan proses negosiasi dan telah Obat berdasarkan e-catalogue.
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Liputan
l Hal.16 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
Pada tanggal 23 – 25 April 2014 Rapat Konsultasi Teknis menggelar acara Rapat Konsultasi Teknis dengan tema ”Keselarasan dan Sinergisme Pusat dan Daerah dalam Pelaksanaan Program Bidang Produksi dan Distribusi Kefarmasian”di Hotel Aryaduta Makassar, Sulawesi Selatan.Acara ini dihadiri oleh 66 orang peserta terdiri dari Pemegang program pada 33 Dinas Kesehatan Provinsi se-Indonesia dan Peserta pusat dari Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Acara dibuka dengan Laporan Ketua Panitia oleh Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian yang dilanjutkan dengan Sambutan dari Kepala Dinas Provinsi Sulavesi Selatan, yang disampaikan oleh Sekretaris Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan yang menyampaikan Tahun 2014 dimulai Jaminan Kesehatan Nasional. Poin penting: ketersediaan obat; indikator 100% vaksin tersedia; penyesuaian izin PBF; memfasilitasi GP Farmasi untuk Musyawarah Daerah (Musda) untuk membina anggotanya dalam SIPNAP seperti
Puskesmas dan Apotek; kendala kesulitan impor data dan mutasi SDM terlatih di daerah sehinga perlu peningkatan kemampuan dan pembekalan kembali bagi pengelola SIPNAP di daerah.“Indikator Binfar meraih nilai hijau, hal ini adalah karena peran semua pihak termasuk dari Dinkes Provinsi” demikian ucap Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra. Maura Linda Stanggang, Apt., Ph.D dalam arahan sambutan Rapat Konsultasi Teknis Rapat Konsultasi Teknis 2014.Pada tahun 2014, Indonesia telah menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN adalah salah satu langkah penting pembangunan kesehatan Indonesia yang akan diberlakukan bagi masyarakat Indonesia secara bertahap dan diharapkan mencakup seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2019. JKN mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Obat untuk
p e l a y a n a n J K N a d a d a l a m formularium nasional dan mencakup seluruh kelas terapi sesuai dengan tingkat pelayanan. U nt u k m e m e n u h i ke b u t u h a n terhadap obat, maka perlu dilakukan pembinaan terhadap produksi dan distribusi kefarmasian menjadi komponen yang sangat penting. Jaminan ketersediaan obat dari sektor produksi menjadi salah satu penentu keberhasilan JKN. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1986 m e n g a m a n a t k a n p e m b i n a a n terhadap industri obat dan bahan obat kepada Menteri Kesehatan.
RAPAT KONSULTASI TEKNISDIREKTORAT BINA PRODUKSI & DISTRIBUSI KEFARMASIAN
Konsultasi Teknis Teknis T menggelar acara Rapat Konsultasi Teknis Teknis T dengan tema ”Keselarasan dan Sinergisme Pusat dan Daerah dalam Pelaksanaan
kesulitan impor data dan mutasi SDM terlatih di daerah sehinga perlupeningkatan kemampuan danpembekalan kembali bagi pengelola
formularium nasional dan mencakup seluruh kelas terapi sesuai dengan tingkat pelayanan. U nt u k m e m e n u h i ke b u t u h a n
Pada tanggal 23 – 25 April 2014 Rapat Konsultasi Teknis Teknis T elar
Puskesmas dan Apotek; kendalakesulitan impor data dan mutasi SDM
p e l a y a n a n J K N a d a d a l a mformularium nasional dan mencakup
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 17l
Liputan
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dukungan sektor kefarmasian dapat diwujudkan dalam bentuk pembinaan industri agar dapat melakukan produksi dan distribusi obat yang mendukung tercapainya kemandirian nasional.
Upaya pembinaan tersebut tentunya memperhat ikan terpenuhinya jaminan kemanan, khasiat, dan mutu serta terpenuhinya kebutuhan obat dan bahan baku obat. Upaya pembinaan yang di laksanakan hendaknya merupakan suatu usaha ya n g te r p a d u d e n ga n u p aya pengawasan dan pengendalian sehingga terciptalah suatu sistem pembinaan, pengendalian dan pengawasan yang terpadu dan efektif oleh seluruh pemangku kepentingan di bidang kefarmasian.
“Pelayanan Perizinan industri obat, obat tradisional, kosmetik dan Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan tahap awal pembinaan dan pengawasan, Saya sangat berharap pelayanan perizinan dapat
dijalankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sesuai kewenangan masing-masing dengan berpedoman pada aturan yang telah ditetapkan dengan m e m p e r h a t i k a n j a n j i w a k t u pelayanan, sehingga perizinan yang kita laksanakan benar-benar dapat merupakan seleksi awal atas kelayakan perusahan tersebut untuk m a m p u b e r g e r a k d i b i d a n g kefarmasian tanpa melupakan pelayanan publik yang prima” tandas Ibu Dirjen.
Seperti kita ketahui bersama bahwa dunia farmasi Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup besar setiap tahunnya, dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 12% per tahun. Negara Indonesia sendiri telah mampu memenuhi hampir 90% kebutuhan obat dari produksi di dalam negeri meskipun sekitar 96% bahan baku yang digunakan masih impor.
Guna mendorong tercapainya kemandirian bahan baku obat, saat ini
telah dikembangkan 5 strategi yang a k a n d i t e m p u h , y a i t u : 1 ) Mengembangkan kebijakan yang berpihak pada pengembangan bahan baku obat ; 2 ) Meningkatkan sinergisitas Akademisi-Pemerintah-Dunia Usaha; 3) Memperkuat riset bahan baku obat yang berorientasi pada kebutuhan; 4) Meningkatkan k e m a m p u a n I P T E K ; d a n 5 ) Meningkatkan produksi bahan kimia sederhana, pemanfaatan sumber daya alam, dan bioteknologi . Pelaksanaan kelima strategi ini secara bersama oleh para pemangku kepentingan di bidang kefarmasian d i y a k i n i a k a n m e n g u r a n g i ketergantungan terhadap bahan baku impor.
Di Indonesia baru sekitar 300 jenis tanaman yang te lah terbukt i berkhasiat dan dipergunakan sebagai obat, walaupun jumlah tanaman yang dipergunakan secara empiris oleh masyarakat jumlahnya jauh lebih banyak. Sampai saat ini baru dihasilkan 6 fitofarmaka dan 38 obat herbal terstandar.
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Liputan
l Hal.18 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
WHO melalui World Health Assembly merekomendasikan penggunaan obat tradisional dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis dan penyakit degeneratif serta kanker.
Untuk meningkatkan penggunaan o b a t t r a d i s i o n a l t e r s e b u t , Kementerian Kesehatan telah melakukan kegiatan fas i l i tas i pendirian Pusat Penanganan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) yang telah dikelola tersinergi dengan Pemda Propinsi dan Kab/Kota. Selain untuk menjembatani sentra produksi tanaman obat dengan produksi obat tradisional skala besar, keberadaan P4TO dan PED juga diharapkan dapat mendorong pengembangan usaha obat tradisional, baik UKOT, UMOT, maupun IOT.
Pada tahun 2012 telah dibangun 3 unit P4TO, tahun 2013 dibangun 4 unit P4TO dan 1 unit PED. Tahun 2014 ini K e m e n t e r i a n K e s e h a t a n merencanakan akan memfasilitasi 4 unit peralatan P4TO dan 1 unit peralatan PED. Diharapkan, pendirian PED dan P4TO tersebut dapat meningkatkan pemanfaatan bahan
b a k u b e r s u m b e r a l a m y a n g memenuhi standar keamanan dan mutu. Diharapkan program ini akan terus berlanjut sampai mencakup seluruh provinsi.
Pembinaan produksi dan distribusi kefarmasian tidak hanya diarahkan kepada obat, obat tradisional dan bahan baku obat, namun juga diarahkan kepada pembinaan produksi kosmetik dan makanan mengingat eratnya hubungan kosmetik dan makanan dengan aspek kesehatan.
Secara umum, pembinaan kepada industri kosmetik dan makanan d i l a k u k a n d e n g a n p r i o r i t a s mendorong pengembangan pelaku usaha kecil (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah –UMKM), terutama dalam ke p at u h a n te r h a d a p sta n d a r keamanan, mutu, dan manfaat serta terhadap antisipasi pemberlakuan Harmonisasi ASEAN. Pelaku usaha kosmetik dan makanan skala UMKM diharapkan dapat memperkuat posisi usaha mereka di pasar ASEAN dengan tetap menjamin keamanan, mutu, dan manfaat produk yang dihasilkan. Pembinaan usaha kosmetik dan makanan dilakukan secara terpadu
d e n ga n s e k t o r l a i n , s e p e r t i Perindustrian, KUKM, Badan POM, dan lain-lain.
Di sektor kesehatan, pembinaan produksi kosmetik dan makanan dilakukan dengan penguatan kualitas SDM petugas di Pusat/Provinsi/ Kabupaten/Kota dan pemberdayaan masyarakat. Petugas kefarmasian –yang menangani sediaan kosmetik dan makanan- diharapkan memiliki p e n g e t a h u a n ( k n o w l e d g e ) , keterampilan (skill), dan kemampuan melaksanakan tugas (attitude) yang teraktual terhadap keamanan, mutu, dan manfaat sediaan kosmetik dan makanan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap p ro d u k ko s m e t i ka , s e h i n g ga meningkatkan upaya pencegahan terhadap bahaya produk kosmetika-makanan yang substandar.
Tercapainya dukungan sektor kefarmasian dalam tidak dapat dilepaskan dari peranan sistem pelaporan yang menjadi tugas kita bersama. Saat ini, telah tersedia sistem pelaporan dinamika obat PBF (e-report PBF) dan sistem pelaporan narkotika dan psikotropika (SIPNAP).
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 19l
Liputan
Kedua sistem ini disusun untuk dapat memberikan informasi terkini tentang d i n a m i k a p e n g g u n a a n o b a t , narkotika, dan psikotropika di sarana distribusi dan pelayanan kesehatan. S a a t i n i k e p a t u h a n u n t u k menyampaikan pelaporan sudah sangat baik hal ini terbukti dengan jumlah PBF yang terdaftar dalam e-r e p o r t P B F s e b a n y a k 1 8 2 4 . Berdasarkan hasil analisa pelaporan PBF tahun 2012 - 2013, pasar farmasi nasional tahun 2012 sebesar Rp. 51,75 T dan tahun 2013 sebesar 65,93 T. Pasar farmasi nasional tahun 2013 mangalami peningkatan sebesar Rp. 14,18 T dari tahun sebelumnya.
Sampai saat ini PBF yang telah melakukan pembaharuan ijin sebesar 32% dari 1598 PBF Pusat. Untuk itu Dinas Kesehatan Provinsi memegang peranan penting untuk melakukan pembinaan dan pengendal ian dinamika obat PBF sehingga amanah Permenkes 1148 Tahun 2011 dapat
dilaksanakan dengan baik. Narasumber dari acara ini bersala dari Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, Dinkes Provinsi Kota Pekalongan, Dinkes Provinsi Jawa Barat, Dinkes Provinsi DKI Jakarta dan Narasumber pusat dari Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
H A S I L K E S E PA K ATA N R A PAT KONSULTASI TEKNIS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DISTRIBUSI KEFARMASIAN:�Pemetaan per i j inan sarana
p r o d u k s i d a n d i s t r i b u s i kefarmasian dilakukan oleh seluruh d i n a s k e s e h a t a n p r o p i n s i disampaikan pada bulan Oktober tahun 2014 ke Direktorat Bina P r o d u k s i d a n D i s t r i b u s i Kefarmasian untuk ditindaklanjuti sebagai bahan regulasi di bidang prodis Kefarmasian.
�Sosialisasi pelaporan penggunaan narkotik & psikotropika dan dinamika obat secara elektronik
menggunakan aplikasi SIPNAP dan e-report PBF merupakan tanggung jawab bersama pusat dan daerah.
�Sarana distribusi kefarmasian wajib menyampaikan laporan SIPNAP per bulan dan laporan e-report PBF per tri wulan.�Pembinaan terhadap sarana
produksi dan distribusi kefarmasian serta sumber daya manusianya dilakukan secara terus menerus baik di tingkat pusat maupun daerah.
�Pemberdayaan masyarakat bidang produksi dan distribusi kefarmasian dilakukan oleh pusat dan daerah dengan melibatkan lintas sektor, program, swasta dan masyarakat dengan model dan metode yang disesuaikan.
�Sosialisasi dan/atau advokasi terhadap pemerintah daerah t e r k a i t d e n g a n p r o g r a m pengembangan bahan baku obat dan dilakukan oleh pusat dan daerah.
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
l Hal.20 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
PENDAHULUAN
A p a ya n g d i m a k s u d d e n ga n
investigasi klinis?
Investigasi klinis adalah “setiap
investigasi atau studi yang sistematis
dalam atau pada satu atau lebih
subjek manusia yang dilakukan untuk
menilai keselamatan dan/atau kinerja
d a r i s a t u a l a t k e s e h a t a n ”
(SG5/N1:2007)
Pelaksanaan investigasi klinis adalah
suatu proses ilmiah yang mewakili
satu metode untuk menghasilkan data
klinis.
Apa yang menjadi sasaran dari
investigasi klinis?
Sasaran dari investigasi klinis adalah
untuk menilai keselamatan dan
kinerja/manfaat alat kesehatan
dengan mempertanyakan dan
mengevaluasi apakah alat kesehatan
tersebut cocok untuk tujuan dan
populasi,sesuai dengan maksud dari
penggunaan alat tersebut. (ISO
14155-1:2003)
Bagaimana invest igas i k l in i s
dilakukan?
I S O 1 4 1 5 5 - 1 : 2 0 0 3 C l i n i c a l
Performance of Medical Devices”);
and
�Prinsip utama investigasi klinis yang
melingkupi alat kesehatan.
Petunjuk ini tidak dimaksudkan untuk
m e m b e r i k a n p e t u n j u k y a n g
menyeluruh untuk investigasi klinis
alat kesehatan yang spesifik. Petunjuk
ini dimaksudkan berlaku untuk alat
kesehatan pada umumnya dan
produk alat kesehatan kombinasi
yang berdasarkan regulasi dinyatakan
sebagai alat kesehatan dan tidak
dimaksudkan untuk alat kesehatan in-
vitro diagnostic.
ACUAN
Dokumen Final GHTF
SG1/N011:2008 Summary Technical
Documentation for Demonstrating
Conformity to the Essential Principles
of Safety and Performance of Medical
Devices (SED)
SG1/N029:2005 I n f o r m a t i o n
Document Concerning the Defination
of the Term” Medical Device” (edisi
terbaru 2012)
SG1/N041:2005 Essential Principles
of Safety and Performance of Medical
Devices (edisi terbaru 2012)
SG1/N040:2006 P r i n c i p l e s o f
conformity Assessment for Medical
Devices.
SG1/N043:2005 Labelling for Medical
Devices
SG5/N1:2007 Clinical Evidence Key
definitions and Concepts
SG5/N2:2007 Clinical Evaluation
Investigation of Medical Devices for
H u m a n S u b j e c t s - G e n e r a l
Requirements memuat tentang
rincian persyaratan umum untuk
pelaksanaan investigasi k l inis
sedangkan ISO 14155-2:2003 Clinical
Investigation of Medical Devices for
Human Subjects-Clinical Investigation
Plan memuat informasi rinci tentang
prosedur dan isi dari suatu rencana
investigasi klinis. Sejalan dengan
perkembangan teknologi pelayanan
kesehatan (health care technology)
yang begitu cepat maka kedua ISO
tersebut diatas telah dibatalkan dan
diganti dengan ISO 14155:2011
Clinical Investigation of Medical
Devices for Human Subjects-Good
Clinical Practice. Investigasi klinis
harus memperhitungkan prinsip-
prinsip ilmiah yang mendasari
pengumpulan data klinis selama
dapat diterima dari segi standar etika
yang melingkupi penggunaan subjek
manusia. Desain dan sasaran
i n v e s t i g a s i k l i n i s s e b a i k n y a
terdokumentasi di dalam rencana
investigasi klinis.
RUANG LINGKUP
Tujuan utama dokumen ini untuk
memberikan petunjuk yang terkait
dengan:�Kapan suatu investigasi klinis
sebaiknya dilakukan terhadap satu
alat kesehatan untuk membuktikan
kesesuaian dengan Prinsip Utama
yang relevan (lihat GHTF/SG1/N041
“Essential Principles of Safety and
Artikel
SEKILAS TENTANG INVESTIGASI KLINIS ALAT KESEHATAN UNTUK SUBJEK MANUSIA
Oleh:Beluh Mabasa Ginting, ST, M.Si
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 21l
Artikel
Kemampuan alat kesehatan untuk
mencapai maksud penggunaannya
seperti yang diklaim oleh pabrik.
Keselamatan klinis (clinical safety):
Tidak terjadi resiko klinis yang tidak
dapat diterima, ketika menggunakan
alat kesehatan sesuai dengan
petunjuk penggunaan pabrik.
Penilaian Kesesuaian (Conformity
Assessment): Pemeriksaan yang
sistematik dari bukti yang didapatkan
dan prosedur yang dilakukan oleh
pabrik berdasarkan persyaratan yang
ditetapkan oleh regulator, untuk
menentukan bahwa satu alat
kesehatan aman dan berfungsi seperti
yang dimaksudkan oleh pabrik dan
dengan demikian memenuhi Essential
Principles of Safety and Performance
of Medical Devices (SG1/N041:2005)
Titik Akhir (endpoint): Indikator yang
telah diukur dan ditentukan untuk
menilai sasaran suatu investigasi klinis
yang telah ditetapkan di dalam
rencana investigasi. (ISO 14155, telah
dimodifikasi)
Resiko Sisa (Residual Risk): Resiko yang tetap ada setelah langkah-
langkah kendali resiko telah dilakukan.
M a n a j e m e n R e s i k o ( R i s k
Management): Aplikasi sistematik
dari kebijakan managemen, prosedur
dan praktek terhadap pelaksanaan
analisis, evaluasi, pengawasan dan
pengendalian resiko (ISO 14971)
P R I N S I P U M U M K A P A N
MEMPERTIMBANGKAN PERLUNYA
SUATU INVESTIGASI KLINIS
Kapan sebaiknya investasi klinis
dilakukan?
Investigasi klinis dibutuhkan untuk
memberikan data yang tidak tersedia
melalui sumber lain (seperti literature
atau uji praklinis) yang dibutuhkan
untuk membuktikan kesesuaian
dengan Prinsip Utama yang relevan
(termasuk keselamatan, kinerja klinis
dan keberterimaan rasio resiko/
manfaat terkait dengan penggunaan
alat kesehatan). Ketika suatu
investigasi klinis dilakukan, data yang
diperoleh digunakan di dalam proses
evaluasi klinis dan merupakan bagian
dari bukti klinis untuk alat kesehatan
(lihat GHTF/SG5/N2 “Clinical
Evaluation”)
Untuk teknologi jangka panjang , data
investigasi klinis yang mungkin
disyaratkan untuk novel technology
m u n g k i n t i d a k d i b u t u h k a n .
Ketersediaan data klinis, contoh
seperti yang terdapat pada literature
yang telah dipublikasi, laporan
pengalaman klinis, laporan post-
market dan data kejadian yang tidak
diharapkan mungkin secara prinsip
dianggap cukup untuk menetapkan
keselamatan dan kinerja alat
kesehatan, asalkan resiko baru tidak
t e r i d e n t i f i k a s i d a n m a k s u d
penggunaan alat tidak berubah.
Tindakan penting apa yang harus
dilakukan dalam mengklarifikasi
perlunya suatu investigasi klinis?
1. Mengidentifikasi Prinsip Utama
klinis yang terkait(contoh spesifik
ke s e l a m a t a n , k i n e r j a k l i n i s ,
keberterimaan rasio resiko/manfaat)
u n t u k a l a t d a n m a k s u d
penggunaannya. (lihat GHTF/SG1/
N041 - Essential Principles of Safety
and Performance of Medical Devices);
2. Menerapkan manajemen resiko
(ISO 14971) akan membantu dalam
mengidentifikasi data klinis yang
diperlukan untuk menentukan resiko
sisa dan aspek kinerja klinis yang tidak
dijawab secara keseluruhan oleh
informasi yang tersedia contoh: solusi
desain, praklinis dan evaluasi
teknis/material, kesesuaian dengan
standar terkait, penandaan, dan lain-
lain.;
3. Melakukan suatu evaluasi klinis
Standar International
ISO 14155-1:2011 C l i n i c a l
Investigation of Medical Devices for
Human Subjects-Good Clinical
Practice
ISO 14971:2007 Application of Risk
Management to Medical Devices
Acuan Lain
W o r d M e d i c a l A s s o c i a t i o n
Declaration of Helsinki Ethical
Principles for Medical Research
Involving Human Subjects
DEFINISI
D a t a k l i n i s ( C l i n i c a l d a t a ) :
Informasi tentang keselamatan
dan/atau kinerja yang diperoleh dari
p e n g g u n a a n k l i n i s s a t u a l a t
kesehatan.
Evaluasi klinis (clinical evaluation):
Penilaian dan analisis data klinis
mengenai alat kesehatan untuk
memverifikasi keselamatan dan
kinerja klinis alat kesehatan ketika
digunakan seperti yang dimaksudkan
oleh pabrik.
Bukti Klinis (Clinical Evidence):
Laporan data klinis dan evaluasi klinis
mengenai satu alat kesehatan.
I n v e s t i g a s i K l i n i s ( c l i n i c a l
Investigations): Setiap investigasi
atau studi yang sistimatik dalam atau
pada satu atau lebih subjek manusia,
yang dilakukan untuk menilai
keselamatan dan/atau kinerja satu
alat kesehatan.
CATATAN “Clinical trial” atau “clinical
study” sinonim dengan “clinical
investigation”
[ISO 14155:2011, catatan definisi 3.6]
Rencana investigasi klinis (clinical
investigation plan): Dokumen yang
menyebutkan dasar pemikiran,
sasaran, analisis proposal dan desain,
m e t o d o l o g i p e m a n t a u a n ,
pelaksanaan dan record-keeping dari
investigasi klinis
Kinerja klinis (clinical performance):
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
l Hal.22 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
yang benar akan membuktikan data
klinis yang mana yang dibutuhkan dan
dapat memberikan kontribusi yang
cukup sebagai sumber seperti
pencarian literature (literature
s e a rc h i n g ) , i nve st i ga s i k l i n i s
sebelumnya, pengalaman klinis, atau
ketersediaan data klinis dari alat
pembanding, dan data klinis mana
yang sebaiknya dihasilkan dari
investigasi klinis. Ketersediaan untuk
alat pembanding sebaiknya diperiksa
dengan teliti untuk perbandingan dan
kecukupan. (lihat SG5/N2:2007
Clinical Evaluation)
Apakah Aturan Analisis Resiko?
Melakukan analisis resiko secara tepat
a d a l a h p e n t i n g u n t u k
menentukanapakah bukti klinis
mungkin dibutuhkan untuk alat yang
khusus (lihat ISO 14971). Umumnya
Investigasi klinis disyaratkan ketika
data yang tersedia saat itu tidak cukup
untuk membuktikan kesesuaian
dengan Prinsip Utama. Ini akan
bermasalah ketika analis resiko pabrik
dan evaluasi klinis dari satu alat
kesehatan untuk maksud penggunaan
k h u s u s , t e r m a s u k k l e m b a r u ,
memperlihatkan terdapat resiko sisa,
termasuk aspek kinerja klinis, yang
tidak secara cukup dimuat oleh data
yang tersedia.
Seperti yang dijelaskan di dalam ISO
14971, “resiko sisa” adalah resiko
yang tetap ada setelah tindakan
kendali resiko dilaksanakan. Tindakan
kendali resiko termasuk keselamatan
yang melekat karena desain, tindakan
protektif terhadap alat itu sendiri atau
dalam proses pabrikasi, dan informasi
untuk keselamatan. Keputusan
menggunakan alat kesehatan di
dalam kontek suatu prosedur klinis
mensyaratkan resiko sisa seimbang
terhadap manfaat yang diperkirakan.
Investigasi klinis mungkin disyaratkan
untuk menjelaskan lebih lanjut
tentang rasio resiko/manfaat di dalam
satu populasi pasien yang telah
ditentukan.
Ketika muncul ketidak pastian apakah
d a t a t e r b a r u c u k u p u n t u k
membuktikan kesesuaian dengan
Prinsip Utama, maka diskusi dengan
regulator terkait atau lembaga
penilaian kesesuaian mungkin
dibutuhkan.
PRINSIP UMUM DESAIN INVESTIGASI
KLINIS
Setiap investigasi klinis harus:�Berdasarkan hasil proses evaluasi
klinis;
�Mengikuti prosedur managemen
resiko yang benar untuk mencegah
resiko yang tidak diharapkan;
�Memenuhi semua persyaratan
regulasi dan persyaratan legal yang
terkait;
�Didesain secara benar (lihat
paragraph selanjutnya);
�Mengikuti prinsip etika yang sesuai
(lihat pasal 7).
Desain investigasi klinis, termasuk
sasaran studi dan pertimbangan
statistik, sebaiknya memberikan data
k l in is yang diper lukan untuk
mengetahui resiko sisa, termasuk
aspek kinerja klinis. Beberapa factor
yang mungkin mempengaruhi
penambahan persyaratan data
termasuk, tetapi tidak terbatas pada
berikut:
�Tipe alat kesehatan dan/atau
klasifikasi regulasi;
�Novel technology/ pengalaman
sebelumnya yang terkait;
�Aplikasi /indikasi klinis;
�Sifat terpaparnya produk, contoh:
ko nta k p e r m u ka a n , i m p l a n ,
ingestion;
�Resiko yang menyatu pada saat
penggunaan produk, contoh: resiko
yang menyatu dengan prosedur;
�Kinerja yang diklaim di dalam
penandaan alat (termasuk petunjuk
penggunaan) dan/atau material
yang diajukan;
�Material komponen atau zat;
�P ro s e s p e nya k i t ( t e r m a s u k
keparahan) dan populasi pasien
yang ditreatmen;
�D e m o g r a p i , g e o g r a p i , d a n
pertimbangan budaya (contoh: usia,
ethnicity, jenis kelamin, dst);
�Dampak potensial kegagalan alat;
�Periode terpaparnya alat;
�Umur guna alat yang diharapkan;
�Ketersediaan treatmen alternatif
dan standar terbaru; dan
�Pertimbangan etika.
Pertimbangan untuk desain studi alat
Beberapa factor yang dibutuhkan
untuk dipertimbangkan di dalam
desain studi alat termasuk, contoh:
�Pernyataan yang jelas tentang
sasaran;
�Populasi subjek yang sesuai;
�M i n i m a l i s a s i b i a s ( c o n t o h
randomisasi, blinding);
�Identifikasi factor confound (contoh:
concurrent medicat ions, co-
morbidites)
�Memilih kendali yang sesuai
(contoh: cohort, sham, histrorical)
jika diperlukan;
�Konfigurasi desain (contoh: pararel,
melintang, factorial)
�T i p e k o m p a r a s i ( c o n t o h :
Artikel
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 23l
Artikel
rencana investigasi klinis dan
peraturan setempat dan regulasi,
pastikan bahwa perlindungan subject
manusia, integritas data dan data
yang diperoleh dapat diterima untuk
tujuan pembuktian kesesuaian
dengan Prinsip Utama.ISO 14155
memberikan ringkasan (outline)
praktek klinis yang baik untuk
investigasi klinis alat kesehatan.
Laporan investigasi final
Outcome dari investigasi klinis
sebaiknya didokumentasikan dalam
laporan investigasi final. Laporan
studi final ini kemudian menjadi
bagian dari data klinis yang disertakan
dalam proses evaluasi klinis dan
menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari laporan evaluasi klinis
untuk tujuan penilaian kesesuaian (lihat GHTF SG5/N2:2007).
Pertimbangan etika untuk investigasi
klinis
Berdasarkan prinsip umum, “hak,
keselamat dan kesejateraan subjek
investigasi klinis harus diproteksi
konsisten dengan prinsip etika
didasari Declaration of Helsinki” (ISO
14155).
Dibutuhkan etika dalam memutuskan
untuk melakukan suatu investigasi
klinis yang akan menghasilkan data
baru dan menjawab tentang
pertanyaan keselamatan dan/atau
kenerja spesifik yang masih tetap
tidak terjawab oleh lembaga ilmu
pengetahuan saat ini. Keiginan untuk
melindungi subjek manusia dari
ekperimen yang tidak diperlukan atau
yang tidak sesuai harus seimbang
dengan kebutuhan untuk melindungi
kesehatan masyarakat melalui
penggunaan investigasi klinis dimana
masyarakat berada.Pada semua
kasus, bagaimanapun, harus ada
perhatian untuk memastikan bahwa
data yang diperoleh melalui ilmu
pengetahuan dan proses investigasi
ya n g m e m e n u h i e t i ka t i d a k
mengakibatkan subjet menerima
resiko yang tidak diharapkan atau
tidak nyaman. Hak, keselamatan dan
kesejahteraan subjek menjadi
prioritas utama, dan desain trial dan
pelaksanaan yang tepat merupakan
hal utama untuk menghasilkan data
yang memiliki arti.
SUMBER
1. Clinical Investigations Study Group
5 F i n a l D o c u m e n t
GHTF/SG5/N3:2010
2 . I S O 1 4 1 5 5 : 2 0 1 1 C l i n i c a l
Investigation of Medical Devices for
Human Subjects - Good Clinical
Practice
superioritas, non-inferioritas,
ekiuvalen)
Investigasi sebaiknya direncanakan
s e d e m i k i a n r u p a u n t u k
memaksimalkan relevansi klinis data
ke t i ka m e m i n i m a l ka n fa c t o r
confound. Kemungkinan desain studi
mencakup:�Randomized controlled trials
�Cohort studies
�Studi kendali-kasus (case-control
studies)
�Seri kasus (case series)
Terdapat beberapa penjelasan di
dalam Lampiran C pada dokumen
C l i n i c a l E v a l u a t i o n ( G H T F /
SG5/N2:2007)
Dalam studi desain, pertimbangan
statistik sebaiknya ditetapkan dan
berdasarkan prinsip data keilmiahan
dan metodologi.
Dalam pengembangan rencana
statistik termasuk hal berikut harus
dipertimbangkan:
�Titik point yang terkait secara klinis
�Level signifikan statistic, daya
�Justifikasi ukuran sample
�Metodologi analisis (termasuk
analisis sensitivitas dan poolabality)
Desain sebaiknya menjamin bahwa
evaluasi statistik yang bersumber dari
investigasi merefleksikan suatu
pemahaman lengkap, outcome yang
signifikan secara klinis.
Diskusi dengan regulator dan lembaga
penilaian kesesuaian (Conformity
Assessment Bodies/CAB) yang terkait
mungkin dibutuhkan ketika terdapat
ketidak pastian seperti apakah
rencana investigasi klinis yang
diajukan sudah lengkap dan cukup.
Melakukan Investigasi Klinis
Investigasi klinis dilakukan dengan
tepat, termasuk kesesuaian dengan
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 24l
Artikel
SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME (SARS)
Sindrom pernafasan akut yang
parah/Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) disebabkan oleh
infeksi virus dan hadir dengan gejala-
gejala seperti flu (demam, sakit
kepala, menggigil, dan sakit otot) dan
kesulitan bernafas, yang kadangkala
menjadi parah. Infeksi tersebut bisa
jadi fatal.
Sindrom pernafasan akut yang parah
(SARS) pertama kali dideteksi di
Guangdong propinsi Cina pada akhir
2002. Menjangkiti seluruh dunia,
menghasilkan hampir 8.500 kasus di
29 negara, termasuk Kanada dan
A m e r i k a S e r i k a t , m e n j e l a n g
p e r t e n g a h a n 2 0 0 3 . S e t e l a h
perjangkitan pertama kali, beberapa
kasus terjadi di Asia (terutama Cina)
pada akhir 2006 dan awal 2004.
Secara keseluruhan, sekitar 10%
orang penderita SARS meninggal,
meskipun resiko kematian bervariasi
sesuai usia orang dan akses ke
perawatan medis tingkat lanjut.
Orang yang berusia di atas 60 tahun
lebih mungkin untuk meninggal.
Penyebab
SARS tampaknya disebabkan oleh
jen i s baru dar i coronav i rus .
Coronavirus lainnya menyebabkan flu
biasa atau menulari berbagai
binatang. SARS menyebar dari
hubungan tatap muka, kemungkinan
dengan menghirup tetesan bersin
atau batuk orang yang tertular. Hal
tersebut bisa juga menyebar dengan
terkena ludah orang yang tertular dan
kemudian memegang hidung, mulut,
atau mata. Kebanyakan yang tertular
adalah orang yang berhubungan
dekat dengan orang yang tertular :
perawat kesehatan, anggota keluarga,
atau orang yang berada di sekitar
penderita ketika duduk di pesawat
atau tempat tidur di rumah sakit.
Meskipun begitu, beberapa orang
yang menderita SARS bisa belum
pernah berhubungan dekat dengan
orang yang tertular, dan banyak orang
yang berhubungan dekat dengan
orang yang tertular tidak terkena.
Virus juga terdapat di tinja, dan
beberapa orang tampak telah tertular
setelah terkena langsung dengan
persediaan air yang tercemari oleh
kotoran.
Gejala
Gejala-gejala dimulai sekitar 2 sampai
10 hari setelah terkena virus. Gejala
awal menyerupai lebih dari infeksi
umum dan termasuk demam, sakit
kepala, menggigil, dan sakit otot.
Hidung basah dan luka kerongkongan
tidak biasa. Sekitar 3 sampai 7 hari
kemudian, batuk kering dan kesulitan
bernafas bisa muncul. Kebanyakan
orang sembuh dalam 1 sampai 2
minggu. Meskipun begitu, sekitar 10
sampai 20 % muncul kesulitan
bernafas akut, mengakibatkan tidak
tercukupinya oksigen di dalam darah.
Sekitar setengah dari orang ini
membutuhkan bantuan pernafasan.
Meskipun begitu, beberapa orang di
Amerika Serikat mempunyai gejala
akut ini. Sekitar 10% orang yang
tertular meninggal . Kematian
disebabkan kesulitan bernafas.
Diagnosa
SARS dicurigai hanya jika orang yang
sudah terpapar dengan orang yang
tertular mengalami demam disertai
batuk atau kesulitan bernafas. Orang
bisa terkena jika dalam 10 hari ke
be lakang , mereka melakukan
perjalanan ke daerah dimana SARS
akhir-akhir ini dilaporkan atau telah
berhubungan tatap muka dengan
orang yang menderita SARS.
Jika seorang dokter mencurigai SARS,
sinar X pada dada biasanya dilakukan.
Dokter mengambil ludah dari hidung
dan tenggorokan orang tersebut
untuk berusaha mengenali virus
tersebut. Contoh dahak bisa jadi
diteliti. Darah dites untuk infeksi SARS
ketika infeksi pertama kali dikenali dan
dilakukan lagi setelah 3 minggu
kemudian. Jika orang tersebut
mengalami kesulitan bernafas, tes
d a r a h l a i n n y a ke m u n g k i n a n
diperlukan. Karena SARS adalah
penyakit menular yang baru dikenali,
departemen kesehatan diberitahu
kemungkinan adanya kasus.
Pengobatan
Dokter berusaha mengobati SARS
dengan obat-obatan anti virus, seperti
oseltamivir dan ribavirin, dan
kortikosteroid. Meskipun begitu, tidak
terdapat bukti obat ini atau obat-
obatan lainnya efektif. Virus tersebut
hilang dengan cepat. Orang dengan
gejala ringan tidak membutuhkan
pengobatan khusus. Orang yang
menderita kesul i tan bernafas
sederhana mungkin perlu diberikan
oksigen melalui pipa nafas plastic
melalui hidung atau masker wajah.
Mereka yang menderita kesulitan
bernafas akut bisa memerlukan
ventilasi mekanik untuk membantu
pernafasan. Pemeriksaan difokuskan
pada membuat sebuah tes untuk
diagnosa cepat, pengobatan efektif,
dan vaksin pencegahan.medicastore.comM
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Dari hasil bumi tersebut salah satunya ialah tanaman obat yang digunakan secara luas sebagai obat tradisional. Secara e t i m o l o g i , o b a t t r a d i s i o n a l melingkupi 3 dimensi manfaat yang luas yaitu melingkupi dimensi sosial budaya, dimensi kesehatan, dan dimensi ekonomi. Dilihat dari dimensi sosial budaya dan kesehatan, di Indonesia tanaman obat dan obat tradisional merupakan suatu warisan budaya yang telah digunakan secara turun temurun dan luas untuk memelihara kesehatan masyarakat. Khasiat obat tradisional pun telah terbukti secara empirik melalui penggunaan di masyarakat. Hasil Riskesdas tahun 2010 menyatakan bahwa 55,3% penduduk Indonesia menggunakan obat tradisional ( j a m u ) u n t u k m e m e l i h a r a kesehatannya dan 95,6% pengguna obat tradisional mengakui obat tradisional yang digunakan sangat b e r m a n fa at b a g i ke s e h ata n . Sedangkat dilihat dari dimensi ekonomi, obat tradisional indonesia telah banyak berkiprah dalam pembangunan ekonomi melalui
usaha kecil dan industri besar mulai dari usaha jamu gendong (UJG) dan usaha jamu racikan (UJR) sampai industri obat tradisional.Walaupun telah digunakan secara luas dengan pangsa pasar mencapai Rp13 triliun pada tahun 2012 dan diperkirakan meningkat menjadi Rp20 triliun pada 2015 (Sumber: GP Jamu Indonesia), industri obat tradisional masih bergantung dengan bahan baku obat tradisional (BBOT) impor. Kuotanya impor BBOT sendiri mencapai 60% dari seluruh BBOT yang digunakan di dalam negeri. B e r d a s a r k a n h a s i l k a j i a n , permasalahan utama tingginya impor BBOT ini selain kuota suplai BBOT dalam negeri yang belum stabil, juga karena BBOT dalam negeri belum dapat memenuhi standar dan kualitas yang ditetapkan dengan baik dan kontinyu dari batch ke batch-nya. Salah satu upaya pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan melalui Ditjen Binfar dan Alkes untuk meningkatkan standar dan kualitas BBOT yang dihasilkan di dalam negeri ialah melalui Fasilitasi Peralatan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) dan Pusat Ekstrak Daerah
(PED). Skema fasilitasi ini merupakan suatu bentuk partnership dan networking pemerintah pusat dan daerah yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 dan 2013. Sampai saat ini, fasilitasi peralatan P4TO telah dilaksanakan oleh Ditjen Binfar dan A l k e s b e k e r j a s a m a d e n g a n pemerintah Provinsi Sumatera Utara; Provinsi Kalimantan Selatan; Kota Pekalongan, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Tegal (Provinsi Jawa Tengah); Kabupaten Kaur (Provinsi Bengkulu), dan Kabupaten Bangli (Provinsi Bali) serta fasilitasi peralatan PED dengan pemerintah Kota Pekalongan. Tujuan jangka panjang dari P4TO dan PED ini ialah mendukung program pemerintah seperti saintifikasi jamu s e r t a p e l a y a n a n k e s e h a t a n t r a d i s i o n a l , a l t e r n a t i f d a n ko m p l e m e n t e r l a i n n y a d e m i m e n c a p a i d e ra j a t ke s e h a ta n m a s y a ra k a t y a n g p a r i p u r n a . S e d a n g k a n , t u j u a n k h u s u s pembangunan P4TO ialah membantu petani untuk menyiapkan BBOT berupa simplisia yang memenuhi standar dan persyaratan. Simplisia ialah bahan alam yang dipergunakan
PROGRAM FASILITASI PERALATAN P4TO DAN PED UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN
BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL DI INDONESIA
Oleh:Muhammad Zulfikar Biruni, S.Farm, Apt.
l Hal. 25 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
Artikel
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
sebagai obat dan belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Sumber: Materia Medika Indonesia). Melihat dari siklus produksi, P4TO ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha obat tradisional yaitu usaha kecil obat tradisional (UKOT) dan usaha mikro obat tradisional (UMOT) untuk m e n d a p a t ka n s i m p l i s i a y a n g memenuhi standar dan persyaratan dengan suplai yang kontinyu serta menyiapkan bahan baku pembuatan ekstrak yang terstandar bagi industri ekstrak bahan alam (IEBA). Tujuan pembangunan PED ialah Menampung simplisia hasil dari P4TO untuk diolah m e n j a d i e k s t ra k y a n g d a p a t memenuhi standar dan persyaratan yang ditetapkan. Selain itu, PED juga dapat menerima toll ekstraksi dari pengusaha kecil obat tradisional (UKOT, UMOT, UJG, UJR); maupun masyarakat umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, fasilitasi P4TO dan PED harus didukung peralatan dan mesin yang terstandar dan memenuhi persyaratan.
Berdasarkan standar peralatan dan mesin yang difasilitasi untuk P4TO melingkupi mesin sortir, pencuci, perajang, pengiris (slicer), pemotong daun (chopper), pengering oven blower, pengering hybrid, penggiling, pengemas, peralatan moisture balance, timbangan-timbangan, peralatan laboratorium dan quality control, serta peralatan laboratorium mikrobiologi. Sedangkan untuk PED melingkupi mesin dan peralatan ekstraktor (unit ekstraktor dan unit evaporator), peralatan pengolah ekstrak (mixing dan penepung), mesin pengemas, peralatan utilitas dan p e n u n j a n g , s e r t a p e r a l a t a n laboratorium. Berdasarkan aspek kekayaan negara dan barang milik negara (BMN), keseluruhan peralatan tersebut baik P4TO dan PED dalam prosesnya kemudian dihibahkan oleh Ditjen Binfar dan Alkes kepada pemerintah daerah. Diharapkan P4TO dan PED ini kedepannya dapat beroperasional sebagai badan usaha BUMD ataupun UPTD.Kunci utama untuk mendukung pengembangan P4TO dan PED ini
ialah komitmen dan sinergitas yang kuat dan komprehensif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta kemitraan bisnis dan industri. Kedepannya, Ditjen Binfar dan Alkes akan terus melaksanakan pembinaan dan advokasi terhadap P4TO dan PED dengan bersinergi dengan instansi lain baik pemerintah maupun swasta. Pembinaan dan a d v o k a s i d i r e n c a n a k a n a k a n dilaksanakan diantaranya melalui pelatihan operasional peralatan dan mesin bekerjasama dengan BPPT dan LIPI; pelatihan good agriculture practice (GAP) dan post-harvest treatment bekerjasama dengan Kementerian Pertanian; pelatihan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) bekerjasama dengan Badan POM; pelatihan aspek e k o n o m i m a k r o d a n m i k r o bekerjasama dengan Kementerian Koperasi-UMKM dan GP Jamu Indonesia; serta pelatihan aspek p e r d a g a n g a n d a n t r a d i n g bekerjasama dengan Kemenko Perekonomian dan Kementerian Perdagangan. Program P4TO dan PED tersebut kedepannya diharapkan dapat berjalan dengan kontinyu dan berkesinambungan sehingga dapat menghasilkan produk BBOT yang memenuhi standar dan persyaratan; terjamin mutu, keamanan, dan kemanfaatan; berdaya saing; serta dengan suplai yang cukup dan kontinyu. Akhirnya, keseluruhan produksi P4TO dan PED yang dilaksanakan dengan sinergisme, komitmen, dan komprehens i f tersebut diharapkan selain dapat m e n i n g ka t ka n p e r e ko n o m i a n m a s y a r a k a t d i d a e r a h , j u g a mendukung upaya kemandirian bahan baku obat tradisional di Indonesia.
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 26l
Artikel
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Menurut Joseph R. Dominick, komunikasi massa adalah suatu proses organisasi yang kompleks dengan menggunakan satu atau lebih alat bantu mesin untuk memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.Sementara itu, Jalaludin Rakhmat menuliskan bahwa komunikasi massa adalah sejenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima dengan serentak dan sesaat.Definisi Lain Komunikasi Massa dari Para AhliDari definisi komunikasi massa inilah kita bisa mengetahui bagaimana m o d e l ko m u n i ka s i m a s s a i t u diturunkan. Jadi, dengan kata lain, untuk memahami bagaimana model komunikasi massa, didapat dari penjabaran definisi komunikasi massa. Dalam definisi memuat beberapa komponen ilmu yang tersusun secara sistematis, sehingga bisa dijabarkan ke dalam modelDefinisi komunikasi massa tidak hanya terbatas dari apa yang telah di ungkapkan oleh kedua ahli komunikasi di atas. Masih banyak definisi komunikasi massa menurut ahli komunikasi. Berikut beberapa definisi komunikasi massa dari beberapa ahli komunikasi:
Menurut Jay Back dan Frederick C. Whitney, komunikasi massa lebih menunjuk pada media mekanis yang digunakan dalam komunikasi massa yakni media massa. Sementara itu, komunikasi massa lebih menunjuk pada teori atau proses teoretik.Josep A. Devito menjabarkan komunikasi massa menjadi dua b a g i a n , ya i t u ya n g p e r t a m a komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual.Alexis S. Tan mengatakan dalam k o m u n i k a s i m a s s a i t u komunikatornya adalah organisasi yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah orang banyak yang terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya media massa, seperti surat kabar, majalah atau penerbit buku, stasiun atau jaringan TV.Sedangkan menurut Michael W. Gamble dan teri Kwal Gamble mengatakan dalam komunikasi massa itu komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper atau penapis informasi. Artinya, pesan-pesan yang yang d isebarkan atau d ipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Dari semua definisi komunikasi massa yang akan dijabarkan ke dalam model komunikasi massa tersebut, dapat kita tarik benang merahnya. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa seperti media cetak dan m e d i a e l e k t ro n i k . D i kata ka n demikian, karena , pada awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication.
E m p at E l e m e n D a s a r M o d e l Komunikasi MassaKomunikasi memiliki modelnya tersendiri terkiat dengan proses aliran pesan yang akan disebarluaskan kepada audience. Model komunikasi massa ini terbentuk karena unsur yang terlibat dalam proses komunikasi berbeda dengan bentuk komunikasi secara umum. Model komunikasi massa tidak bisa dibuat begitu saja tanpa adanya pemikiran dan analisa yang berdasarkan dari konsep komunikasi massa. Ada empat elemen yang menjadi dasar dibentuknya model komunikasi massa. Berikut keempat elemen dasar terbentuknya model komunikasi massa:Partisipan dalam komunikasi massa berjumlah besar dan dapat meningkat secara drastis setiap saat. Akan tetapi, yang lebih penting adalah pengirim pesan berasal dari sebuah lembaga dengan aturan tertentu.Pesan sifatnya lebih personal, terspesialisasi, dan umum. Tahapan ini sangat mungkin terjadi sebab penerima pesan berasal dari lapisan masyarakat yang jumlahnya relatif besar.Masing-masing audience secara fisik dan emosional dipisahkan oleh ruang dan waktu dari komunikator dalam komunikasi massa. Media massa menjadi syarat mutlak bagi saluran komunikasi massa.Model Komunikasi MassaModel komunikasi masa artinya gambaran, replika, dan tiruan gejala yang diteliti dalam proses komunikasi massa. Sereneo dan Mortensen mengatakan bahwa suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal m e n ge n a i b e r b a ga i h a l ya n g d i b u t u h ka n u nt u k te r j a d i nya komunikasi. Ada beberapa model komunikasi massa yang dituliskan oleh para ahli komunikasi.
l Hal. 27 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
Artikel
MODEL KOMUNIKASI MASSA
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Model-model komunikasi yang bisa digunakan dalam komunikasi massa adalah sebagai beriku:.Model Jarum Hipodermik (Peluru Ajaib)Dinamakan jarum hipodermik karena model komunikasi ini seakan-akan seperti disuntikkan langsung ke dalam jiwa komunikan. Seperti halnya obat yang disebarkan ke dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap fisik manusia. Begitupun pesan-pesan yang terjadi pada model ini. Komunikasi yang dilakukan, bahkan, bisa mengubah sistem psikologis komunikan.Model ini diasumsikan bahwa sumber-sumber komunikasi, baik komunikator, p e s a n , m a u p u n m e d i a , ya n g digunakan amat perkasa dalam m e m p e n g a r u h i k o m u n i k a n . Umumnya, komunikasi massa model ini bersifat linier dan satu arah. Komponen media massa dijadikan alat komunikasi yang paling diandalkan.Model ini juga kadang disebut dengan istilah peluru ajaib karena modelnya seperti peluru yang ditembakan pada target tak berdaya. Komunikan menjadi pihak yang pasif dalam menerima pesan-pesan komunikasi yang disampaikan. Jika komunikasi menggunakan komunikator yang kredible, pesan yang dahsyat, dan media yang digunakan efektif, ko m u n i k a n d a p a t d i a r a h k a n sekehendak kita.Pada zaman selama dan pasca Perang Dunia I, model komunikasi ini sering digunakan untuk meneliti pengaruh propaganda sekutu dalam mengubah sikap dan pandangan. Kalau saat ini, mungkin bisa untuk meneliti cara-cara kampanye saat pemilihan umum.Model Satu TahapModel komunikasi satu tahap (one step f low of communicat ion ) merupakan pengembangan dari model jarum hipodermik. Pada model ini, pesan yang ingin disampaikan
melalui media massa dilakukan secara langsung, tanpa perantara antara sumber komunikasi dan komunikan.M o d e l i n i m u n c u l k a r e n a menganggap media massa tidak mempunyai kekuatan hebat. Mereka menganggap pesan yang diterima ko m u n i ka n d i p e n ga r u h i o l e h penampilan, penerimaan, dan pemahaman dalam ingatan yang selektif. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan efek untuk setiap komunikan.Model Komunikasi Massa Dua TahapBerdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lazarfeld, Berelson, dan Guadet, media massa hanya punya pengaruh kecil terhadap aktivitas komunikasi massa. Mereka berpendapat demikian setelah mengadakan penelitin tentang efek-eek komunikasi massa saat kampanye pemilihan presiden Amerika pada 1940.Mereka bersimpulan bahwa orang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antar pribadi dalam menetukan keputusan politiknya daripada pengaruh yang disampaikan m e l a l u i m e d i a . M a s y a r a k a t sebenarnya mendapat pengaruh besar bukan karena melihat media sebagai alat untuk menyampaikan pesan komunikasi.Masyarakat terpengaruh oleh para pemuka pendapat yang telah mendapatkan pesan dari komunikator melalui media massa yang digunakan. Karena proses inilah, Lazarfeld menyebutnya dengan istilah two step flow of communication model (model komunikasi dua tahap).Dalam model ini, ada dua tahap yang terjadi dalam proses komunikasi massa. Tahap pertama merupakan proses komunikasi massa. Pada tahap ini, komunikator menyampaikan pesan kepada pemuka pendapat (opinion leader). Tahap kedua disebut sebagai proses komunikasi
a nta rp ers o n a l , ya i t u p em u ka pendapat yang telah mendapatkan.Model Komunikasi Massa dari Michael W. Gamble dan Teri Kwal GambleModel komunikasi massa yang diungkapkan oleh Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble atau disebut juga dengan model Gamble dan Gamble ini menggambarkan pola komunikasi dimulai dari sumber pesan mengalirkan pesan yang diedit oleh penapis informasi. Kemudian pesan tersebut disebarkan melalui peralatan media massa, lalu diterima oleh audience.Proses penerimaan pesan yang yang dilakukan oleh audience dipengaruhi oleh berbagai gangguan. Alur pesan selanjutnya, audience memberikan umpan balik pada pengirim pesan melalui berbagai macam saluran. Saluran itu bisa berupa media massa atau melalui saluran lain, seperti telepon, surat, faksimil, dan lain-lain.Model Komunikasi Massa Melvin De FleurM o d el ko mu n ika s i ma s s a in i dikemukakan oleh Melvin De Fleur. Model De Fleur ini menggambarkan sumber dan pemancar tidak berada di satu posisi. Baginya, antara sumber d e n g a n p e m a n c a r b e r b e d a t a h a p a n n y a d a l a m a k t i v i t a s komunikasi massa. Saluran menjadi m e d i a m a s s a y a n g m a m p u menyebarkan pesan-pesan yang dikemukakan sumber.Sementara itu, fungsi penerima pesan adalah sebagai orang yang dikenai sasaran pesan yang disebarkan dan penginterpretasi pesannya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menguraikan pesan dan memberi mereka interpretasi penerima. Hal ini sama dengan fungsi otak. Umpan balik menurut model komunikasi massa ini adalah respon dari tujuan kepada sumber.
anneahira.coma
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 28l
Artikel
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 29l
Artikel
Perih, gatal-gatal dan bintik-bintik
pada bagian kulit wajah dirasakan
seorang ibu rumahtangga. Sore itu, ia
duduk di teras rumahnya di kawasan
Jombang, Tangerang Selatan, sembari
memegangi cermin kecil.
Dari cermin kecil itu, ia mengamati
bagian-bagian kulit wajahnya yang
te ra s a p e r i h , te r i r i ta s i o l e h
penggunaan 'kosmetik abal-abal'
yang dia pakai selama ini. Tangan
kanannya memegangi kapas. Dengan
kapas itu ia usap-usap bagian yang
perih itu dengan air dingin dari kulkas
(lemari es).
Sesekali kapas itu ia diamkan
m e n e m p e l b e b e r a p a m e n i t ,
kemudian diangkat, dan ditempel lagi
di bagian lain yang sama-sama perih.
Tak cuma perih, sejumlah bagian kulit
wajahnya mengelupas. Kalau diusap-
usap, kulit arinya rontok.
"Heran, ganti-ganti kosmetik pemutih
kok tetep aja berasa perih. Bingung,
cocoknya pakai apa ya?” keluh Sang
ibu. Dia menyebut sendiri kalau jenis
kosmetik yang dia pakai itu adalah
golongan 'abal-abal' alias murah
meriah serta tidak jelas sertifikasi
aman dan sehatnya.
Anehnya, ia tetap memakai sederet
produk kosmetik tersebut. "Habis,
kalau pakai yang bermerek kan
mahal?” gumamnya.
Seperti halnya impian semua wanita,
wanita berpostur rada kurus dengan
rambut yang sering dikuncir ini ingin
selalu tampak cantik. Bagi dia, kunci
wanita berkesan cantik itu pertama
dari wajah yang putih bersih, terawat.
"Karena itu, saya pakai produk ini
(pemutih wajah),” gumamnya. Titik
bertutur, kalau dia memakai produk-
produk tersebut secara rutin, maka
kulit wajahnya memang tampak putih
bersih. Tapi kalau dia berhenti tak
memakai lagi, terasa perih, teriritasi,
khususnya pada seminggu setelah
stop pemakaian.
"Jadi kayak ketergantungan, gitu,”
tutur Titik sembari terus menyeka
permukaan kulit wajahnya.
Perawatan di Klinik Kecantikan,
Sama Saja!
I a b e r t u t u r, s u at u ket i ka i a
memutuskan berhenti memakai
kosmetik pemutih dari pasaran
bebas. Ia lantas mencoba mendatangi
sebuah klinik kecantikan , tak jauh dari
rumahnya yang berdekatan dengan
sebuah setasiun KA di Tangerang
Selatan, itu. Dia pikir, masuk klinik
kecantikan akan jauh lebih aman
diba nding memakai kosmetik
sembarang dari pasaran bebas.
Karena itu, ia rela merogoh kocek
lebih dalam untuk membiayai
pemulihan kulit wajahnya yang
sedang bermasalah itu. Saat pertama
datang, ia diminta membayar biaya
pendaftaran menjadi member
(pasien langganan) sebesar Rp 300
ribu.
Setelah membayar, ia menjalani
aneka perawatan wajah. "Modelnya
paketan, gitu. Jadi biaya facial
treatment-nya awalnya Rp 300 ribu,
habis itu seminggu sekali harus
datang untuk perawatan lagi,”
tuturnya.
Ia mematuhi 'kewajiban' datang
seminggu sekali. Tiap datang,
serangkaian 'facial treatment'
kembali dia jalani. Mulai dari
pemberian masker wajah, kemudian
dicuci, lalu diolesi whitening lotion.
"Kalau ada komedonya, dipencet-
pencet sama orang klinik. Sakit
sampai mringis-mringis juga pas
dipencet-pencet, tapi gimana lagi? ”
ceritanya. Pulang dari klinik, ia
disuruh membayar Rp 100 ribu. Itu
adalah biaya konsultasi plus aneka
produk perawatan dari klinik yang
boleh dibawa pulang.
Waspadai kosmetik beracun!!
Investigasi lapangan membuktikan,
sebagian dari kosmetik abal-abal
yang beredar di pasaran bebas
terbukti mengandung merkuri dan
hidrokuinon.
Dengan model perawatan klinik,
memang kulit wajahnya tampak putih
bersih.
Selama sekitar empat bulan, ia masih
rajin mondar-mandir ke klinik
kecantikan tersebut. Selama itu pula,
'kul it Dian Sastro'-nya masih
bertahan. Tapi karena tak kuat
membayar biaya perawatan yang
menurutnya mahal, ia berhenti.
Seminggu setelah berhenti memakai
produk pemutih dari klinik, kulit
wajahnya kembali teriritasi. Pada
permukaan kulit di atas tulang pipi
HATI-HATI DENGAN KOSMETIK WAJAH YANG BERACUN
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
l Hal.30 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
Artikel
(antara mata dan telinga) menghitam.
Demikian juga kening. Ia merasakan
wajahnya jadi amat sensitif terhadap
sengatan matahari. Kalau terkena
hempasan debu jalanan, langsung
gatal-gatal.
Tentu, dia kecewa pada perawatan
klinik yang menurutnya juga bikin
ketergantungan. "Aku pikir kalau klinik
itu bayarnya mahal, risikonya nggak
a d a . E h , s a m a a j a . B i k i n
ketergantungan juga,” gumamnya,
mengeluh. Kini, ia kembali melakukan
perawatan wajah sendiri. Ibu satu
anak ini bertutur, kalau beli merek
abal-abal, ia bisa mendapatkan harga
seperempat atau sepertiga dari harga
ko s m e t i k b e r m e re k t e r ke n a l
(branded). Yang bermerek, tentu
lazimnya tertera daftar komposisi
bahan yang dia pakai. Tertera pula
sertifikasi halal dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) atau stiker aman
pakai dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM).
Penasaran dengan tingkat keamanan
dari bahan-bahan kosmetik pemutih,
Tribun akhirnya membawa enam
sampel kosmetik berbagai kelas harga
yang terbilang laris-manis itu. Yakni
merek W, V, F, O, S dan B itu ke
S u c o f i n d o P h a r m a c e u t i c a l
Laboratories di Cibitung, Bekasi, Jawa
Barat, pada 25 Maret 2014 lalu.
Di laboratorium ini tersedia perangkat
penelitian dan pengujian yang cukup
lengkap, tak hanya sebatas produk
kosmetik. Ada juga pengujian tingkat
keamanan produk mainan anak-anak,
helm pengaman kepala, obat-obatan,
makanan dan minuman, pengujian
untuk pangan organik dan seabrek
lainnya.
Ternyata untuk pengujian kosmetik,
tidak cukup sehari. "Paling tidak tiga
hari,” kata Drs Adisam, ZN, Msi, dari
laboratorium Sucofindo. Untuk
memberi keleluasaan dan kecermatan
penelitian, Tribun baru mengambil
data hasil pengujian enam sampel
kosmetik itu pada Rabu, 2 April 2014
alias sekitar seminggu setelah sampel
diserahkan.
Hasilnya? Mengejutkan! Dua dari
enam sampel yang diuji ternyata
mengandung racun kimia berbahaya
dengan kandungan tinggi. Yang satu
mereknya tidak terkenal tapi berani
sesumbar bebas merkuri dan
hidrokuinon. Itu adalah merek
dengan Inisial 'F.'
Satunya lagi merek yang amat
terkenal yakni berinisial 'V.' Ini produk
yang sudah lama diproduksi, lama
beredar di masyarakat, tapi sudah
tidak gencar dipromosikan.
P a d a k o s m e t i k ' F ' t e r b u k t i
mengandung racun kimia merkuri
sebesar 0,11 persen dan hidrokuinon
0,13 persen. Sementara pada
kosmetik 'V' terkandung racun
hidrokuinon sebesar 0,15 persen.
"Itu angka yang sangat tinggi. Praktis,
risikonya juga tinggi. Sebab, merkuri
dan hidrokuinon itu sama sekali tidak
boleh ada dalam kosmetik. Tidak ada
toleransinya!" tegas Drs Adisam, ZN,
Msi, dari laboratorium Sucofindo,
s a a t m e n j e l a s k a n h a s i l u j i
laboratorium.
Kesimpulannya, ternyata bukan
hanya kosmetik 'kelas bawah' saja
yang berisiko mengandung racun
kimia. Pada kosmetik papan atas
(bermerek terkenal) pun terbukti ada
yang tidak aman pakai juga. Meski
dalam konteks ini, tentu tidak bisa
dipukul rata.
Risiko Sakit Liver, Kanker Kulit Hingga Cacat Janin
Memang, apa sih bahaya merkuri dan
hidrokuinon? Dr Luluk Maya Savira,
seorang dokter ahli bidang kecantikan
wajah berujar "Saya juga punya
koleksi kosmetik abal-abal”. Dr Luluk
Maya Savira. Dari koleksi kosmetik
bermasalah itu, Luluk menjelaskan
dan memberikan peringatan kepada
pelanggannya agar waspada dalam
memilih kosmetik. Cantik itu tidaklah
harus putih..
Yang pasti, dari pengamatan, memang
kaum wanita cukup banyak yang tidak
sabaran da lam mencar i cara
mempercantik diri. Dan banyak yang
ter jerat pada ketergantungan
memakai kosmetik mengandung
merkuri tinggi.
"Memang merkuri itu pemutih wajah
yang paling instan dalam memutihkan
wajah, tapi sangat berbahaya, tidak
hanya bagi kulit wajah, bahkan organ
tubuh kita,” kata Luluk.
mercuri alias Hg, termasuk golongan
logam berat yang dapat menyebabkan
flek kehitaman pada wajah. Sialnya
kalau sudah flek sulit diperbaiki. Lebih
berisiko lagi, merkuri yang terserap
dalam kulit bisa mencemari darah
hingga berisiko pada organ liver (hati).
"Selain itu, merkuri juga bisa memicu
kanker kulit. Bahkan pada wanita
hamil dapat menyebabkan kecacatan
pada janin,” ujar Luluk.
Sementara hidrokuinon risikonya tak
jauh beda dari merkuri. Sifatnya bisa
mencerahkan kulit, tapi lama-lama
t imbul f lek h i tam yang su l i t
dipulihkan. Ia mengakui, banyak sekali
kosmetik pemutih mengandung
hidrokuinon dosis tinggi.
Padahal yang diizinkan itu adalah
hidrokuinon dengan dosis maksimal 4
persen, itu pun harus melalui resep
dokter. Dosis dengan toleransi tak
lebih 4 persen itu pun penggunaannya
b u k a n u n t u k ko s m e t i k t a p i
pengobatan flek pada kulit atau
melasma.
Hm, ngeri bukan? Karena itu, waspada
dan teliti saat memilih kosmetik yang
aman!
Tribunnews.com
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
DAUN WUNGU OBAT WASIR ALAMI
TINJAUAN ILMIAH
D a u n U n g u / W u n g u a t a u
Graptophyllum pictum ( L) adalah
tanaman yang berasal dari Irian dan
Polynesia. Ditemukan dari dataran
r e n d a h s a m p a i d i d a e r a h
p e g u n u n ga n .te r m a s u k d a l a m
ke l o m p o k ke l u a rga ta n a m a n
Acanthacea. Daun ungu dapat kita
kenali dengan ciri-ciri batang tegak,
ukurannya kecil dan tingginya hanya
mencapai 3 meter, biasanya tumbuh
liar di pedesaan atau ditanam sebagai
tanaman hias atau tanaman obat.
Daun ungu dapat tumbuh di dataran
rendah dengan ketinggian 1250
mdpl, batangnya berwarna ungu,
penampang batangnya hampir
berbentuk segitiga tumpul.
Daun Ungu termasuk da lam
ke l o m p o k ke l u a rga ta n a m a n
Acanthacea. Daun ungu dapat kita
kenali dengan ciri-ciri batang tegak,
ukurannya kecil dan tingginya hanya
mencapai 3 meter, biasanya tumbuh
liar di pedesaan atau ditanam sebagai
tanaman hias atau tanaman obat.
Daun ungu dapat tumbuh di dataran
rendah dengan ketinggian 1250
mdpl, batangnya berwarna ungu,
penampang batangnya hampir
berbentuk segitiga tumpul.
Ada 3 varietas, yang digunakan untuk
obat adalah yang berdaun wungu.
Yang digunakan adalah daun, bunga &
ku l i t b ata n g . Zat a kt i f ya n g
terkandung: alkaloid, glikosida,
steroid, saponin, tannin, klorofil dan
serat lendir.
HASIL UJI KLINIS
Ampuh mengatasi Ambeien,
Varises, memudahkan BAB & Encok
Saponin dari daun wungu mampu
menghambat ambeien/wasir &
varises melalui proses menghambat
peradangan pembuluh darah hingga
mencapai 90% . Terlebih lagi didukung
akan kandungan serat yang tinggi
s e h i n g g a m e m b a n t u p r o s e s
pencernaan yang menjadikan tinja
lunak. Kareiia faktor yang sering
terjadi ambeien adalah karena tinja
terlalu keras dan biasanya saat BAB
diikuti rasa terburu-buru sehingga
menekan dubur terlalu keras dan
b e r e f e k m e n g g e l e m b u n g k a n
pembuluh darah terlampau lebar. Anti
inflamasi anti radang saponin ni
sangat kuat sekalisehingga mampu
mengatasi ambeien yang sangat
p a r a h , v a r i s e s d a n e n c o k (
radangsendi)
Melancarkan Haid & Melancarkan air
seni
Salah satu penyebab haid tidak lancar
a d a l a h k a r e n a g a n g g u a n
keseimbangan hormon estrogen dan
progesteron. Steroid dari daun wungu
t e r n y a t a m a m p u m e m b a n t u
keseimbangan dari kedua hormon
tersebut, sehingga tepat bagi wanita
yang haidtidak lancar dan tidak teratur
karena gangguan kedua hormonal
tersebut dengan mengkonsumsi
herbal daun wungu. Disamping itu zat
aktif daun wungu tersebut bersifat
diuretik (melancarkan air seni)
.
PENELITIAN PARA AHLI MEDIS
Idha Kusumawati S.Si Msi Apt, periset
Fa ku l ta s Fa r m a s i U n i ve rs i ta s
Airlangga, membuktikan kemujaraban
daun ungu sebagai antiambeien. Ia
menguji antiinflamasi dengan metode
pengukuran edema pada telapak kaki
tikus. Tentu saja sebelumnya ia
menginduksi 0,05 ml suspensi
karagen-pemicu bengkak-pada kaki
satwa pengerat itu.
Back To Nature
l Hal. 31 Buletin INFARKES Edisi II - April 2014
D a u n U n g u / W u n g u a t a u
Graptophyllum pictum ( L) adalah
tanaman yang berasal dari Irian dan
Polynesia. Ditemukan dari dataran
r e n d a h s a m p a i d i d a e r a h
p e g u n u n ga n .te r m a s u k d a l a m
ke l o m p o k ke l u a rga ta n a m a n
Acanthacea. Daun ungu dapat kita
kenali dengan ciri-ciri batang tegak,
ukurannya kecil dan tingginya hanya
mencapai 3 meter, er, er biasanya tumbuh
liar di pedesaan dit sebag
berbentuk segitiga tumpul.
Ada 3 varietas, yang digunakan untuk
obat adalah yang berdaun wungu.
Yang Yang Y digunakan adalah daun, bunga &
ku l i t b ata n g . Zat a kt i f ya n g
terkandung: alkaloid, glikosida,
steroid, saponin, tannin, klorofil dan
serat lendir.lendir.lendir
HASIL UJI KLINIS
Ampuh mengatasi Ambeien,
radangsendi)
Melancarkan Haid & Melancarkan air
seni
Salah satu penyebab haid tidak lancar
a d a l a h k a r e n a g a n g g u a n
keseimbangan hormon estrogen dan
progesteron. Steroid dari daun wungu
t e r n y a t a m a m p u m e m b a n t u
keseimbangan dari kedua hormon
tersebut, sehingga tepat bagi wanita
TINJAUAN ILMIAH
D U n g u / W u n g u a t a upenampang batangnya hampir
berbentuk segitiga tumpul.
mengatasi ambeien yang sangat
p a r a h , v a r i s e s d a n e n c o k (
Sejam pasca induksi, tikus yang diberi
29,904 mg ekstraksi etil asetat daun
ungu per 200 g bobot tubuh
menunjukkan bengkaknya mengecil.
Demikian juga tikus yang diberi
376,488 mg ekstrak daun ungu,
sembuh dalam hitungan jam.
Antihermorrhoid
Wasir atau hemorrhoid merupakan
penyakit yang ditandai dengan
a d a nya p e m b e n g ka ka n a t a u
pembesaran pembuluh vena di
bagian terbawah poros usus, baik di
sisi dalam maupun di sisi luar anus.
Penyakit ini ditandai dengan
munculnya benjolan seperti bisul
berwarna merah kebiru-biruan atau
kehitaman. Ada dua tipe wasir yang
lazim dikenal, wasir dalam (internal
hemorrhoid) dan wasir luar (external
hemorrhoid).
Menurut dr Ekky M Rahardja MS
SpGk, Spesialis Gizi Klinis Fakultas
K e d o k t e r a n U n i v e r s i t a s
Tarumanegara, wasir bisa disebabkan
karena kurang mengkonsumsi serat.
Ini mengakibatkan susah buang air
besar (konstipasi), hingga penderita
kerap mengejan. Pola defekasi yang
tidak teratur pun serta jarangnya
olahraga menjadi faktor pememicu
timbulnya wasir.
Universitas Brawijaya Malang. Mereka
menyatakan bahwa kandungan
a l ka l o i d d a l a m d a u n w u n g u
mempunyai kemampuan sebagai
antiinflamasi dan juga sebagai
analgesik pada hewan percobaan.
Efek analgesik tersebut ditunjukkan
dengan terjadinya penurunan nilai
ambang nyeri setelah pemberian
ekstrak alkaloid pada dosis 1,5, 3, dan
6 mg/kg. Menurut trio peneliti
tersebut kemampuan efek analgesik
dan antiinfl amasi fraksi alkaloid dari
ekstrak etanol daun wungu ampuh
menurunkan nilai ambang nyeri pada
dosis 3 mg/kg bobot tubuh. Itu setara
dengan pemberian aspirin dengan
dosis 125 mg/kg bobot tubuh. Hal ini
berkat kemampuan alkaloid daun
w u n g u d a l a m m e n g h a m b a t
p e m b e n t u ka n p ro s t a g l a n d i n .
Penelitian yang dilakukan oleh drg
Endang Wahyuningtyas MS Sp.Pros
dari Jurusan Ilmu Prostodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi UGM,
m e n y i m p u l k a n d a u n w u n g u
bermanfaat untuk sanitasi gigi palsu.
Penelitian yang menggunakan 40
sampel gigi tiruan arkrilik dibagi dalam
4 ke l o m p o k . M a s i n g - m a s i n g
kelompok diberikan konsentrasi 5%,
10%, 20%, dan 40% daun wungu dan
direndam selama 15 menit. Setelah
dipakai oleh pasien selama 4 jam, gigi
palsu itu kemudian dibilas dan
diperiksa. Hasilnya, daun wungu
ampuh mencegah pertumbuhan
bakter i mutan streptococcus,
c e n d a w a n , d a n m e n c e g a h
pertumbuhan plak. Penel it ian
tersebut merekomendasikan bahwa
p e n c e g a h a n t e r b a i k u n t u k
menghambat plak, bakteri, dan
cendawan terjadi pada konsentrasi
kandungan daun ungu sebanyak 40%.
Daun wungu ternyata mengandung
berjuta manfaat.� www.toko-ikhtiyar.com
obatwasirberdarah.blogspot.com
Khasiat daun wungu sebagai anti-
hemorrhoid sendiri dibuktikan oleh
Prof. Dr. H. Sardjono Oerip Santoso
dari Farmakologi FKUI. Sebanyak 9-10
gram daun wungu segar kemudian
direbus dalam 2gelas air (600 cc)
sampai menjadi 1 gelas rebusan dan
diminum tiap hari 1 kali.Lima hari
kemudian, efek yang ditimbulkan
oleh gejala hemorroid seperti nyeri,
pendarahan, dan panas hilang tak
b e r b e k a s . D r J M S u g i a r t o
memberikan bukti, konsumsi 1 gelas
rebusan daun wungu selama dua
bulan berturut-turut ternyata bisa
membebaskan penderita dar i
gangguan wasir. Berkat daun wungu,
pengidapambeien tak perlu lagi
mengkonsumsi obat-obatan jenis
phlebodinamic seperti radium dan
daflon. Obat itu lazim diresepkan dokter untuk melancarkan sirkulasi
d a ra h d i d a e ra h a n u s s e r ta
menghilangkan bengkak, tonjolan,
dan pendarahan.
Analgesik
Sebagai analgesik pun khasiat daun
w u n g u t e r u j i s e b a g a i m a n a
ditunjukkan oleh penelitian yang
dilakukan Dr drg Nur Permatasi MS, dr
Umi Kalsum Mkes, dan dr Nurdiana
MKes dari Fakultas Kedokteran
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Back To Nature
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 32l
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
Menimbang:
a. bahwa terdapat peningkatan
penyalahgunaan beberapa zat
baru yang memiliki potensi sangat
t i n g g i m e n g a k i b a t k a n
ketergantungan yang belum
te r m a s u k d a l a m G o l o n ga n
Narkotika sebagaimana diatur
dalam Lampiran I Undang - Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 6 ayat (3) Undang -
Undang Nomor 35 Tahun 2009
t e n t a n g N a r k o t i k a , p e r l u
menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika;
Mengingat:
1. Undang - Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 143, Tambahan
Lembaran Negara Republ ik
Indonesia Nomor 5062);
2. Undang - Undang Nomor 36 Tahun
2 0 0 9 t e n t a n g K e s e h a t a n
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40
Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Undang - Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republ ik
Indonesia Nomor 5419);
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 13 TAHUN 2014
TENTANG PERUBAHAN
PENGGOLONGAN NARKOTIKA
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN I
1. Tanaman Papaver Somniferum L
dan semua bagian-bagiannya
termasuk buah dan jeraminya,
kecuali bijinya.
2. Opium mentah, yaitu getah yang
membeku sendiri, diperoleh dari
b u a h t a n a m a n P a p a v e r
Somniferum L dengan atau tanpa
m e n g a l a m i p e n g o l a h a n
sekedarnya untuk pembungkus
d a n p e n g a n g k u t a n t a n p a
memperhatikan kadar morfinnya.
3. Opium masak terdiri dari :
a. candu, hasil yang diperoleh dari
opium mentah melalui suatu
rentetan pengolahan khususnya
dengan pelarutan, pemanasan
dan peragian dengan atau tanpa
penambahan bahan-bahan lain,
dengan maksud mengubahnya
menjadi suatu ekstrak yang
cocok untuk pemadatan.
b. jicing, sisa-sisa dari candu
s e t e l a h d i h i s a p , t a n p a
memperhatikan apakah candu
itu dicampur dengan daun atau
bahan lain.
c. jicingko, hasil yang diperoleh
dari pengolahan jicing
4. Tanaman koka, tanaman dari
semua genus Erythroxylon dari
k e l u a r g a E r y t h r o x y l a c e a e
termasuk buah dan bijinya.
5. Daun koka, daun yang belum atau
sudah dikeringkan atau dalam
bentuk serbuk dar i semua
tanaman genus Erythroxylon dari
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA MEMUTUSKAN
MENETAPKAN PERATURAN
MENTERI KESEHATAN TENTANG
PERUBAHAN PENGGOLONGAN
NARKOTIKA.
Pasal 1
M e n g u b a h D a f t a r N a r ko t i ka
Golongan I dalam Lampiran I Undang -
Undang Nomor 35 Tahun 2009
t e n t a n g N a r k o t i k a d e n g a n
menambahkan jenis Narkotika
Golongan I menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Peraturan Menteri ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Maret 2014
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 1 April 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
B E R I TA N E G A R A R E P U B L I K
INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 415
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Permenkes 2014
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 33l
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
PENGGOLONGAN NARKOTIKA
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Permenkes 2014
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 34l
keluarga Erythroxylaceae yang
menghasilkan kokain secara
langsung atau melalui
perubahan kimia.
6. Kokain mentah, semua hasil-
hasil yang diperoleh dari daun
koka yang dapat diolah secara
langsung untuk mendapatkan
kokaina.
7. Kokaina, metil ester-1-bensoil
ekgonina.
8. Tanaman ganja, semua tanaman
genus genus cannabis dan
semua bagian dari tanaman
termasuk biji, buah, jerami, hasil
olahan tanaman ganja atau
bagian tanaman ganja termasuk
damar ganja dan hasis.
9. Tetrahydrocannabinol, dan
semua isomer serta semua
bentuk stereo kimianya.
10. Delta 9 tetrahydrocannabinol,
dan semua bentuk stereo
kimianya.
11. Asetorfina : 3-0-Acetiltetrahidro-
7á-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6,
14-endoeteno-oripavina.
12. Acetil–alfa–metil fentanil : N-[1-
(á-Metilfenetil)-4-piperidil]
asetanilida.
13. Alfa-metilfentanil : N-[1 (á-
Metilfenetil)-4-piperidil]
propionanilida
14. Alfa-metiltiofentanil : N-[1-] 1-
Metil-2-(2-tienil) etil]-4-piperidil]
priopionanilida
29. DMA : ( + )-2,5-Dimetoksi- á
–metilfenetilamina
30. DMHP : 3-(1,2-Dimetilheptil)-
7,8,9,10-tetrahidro-6,6,9-trimetil-
6H-dibenzo[ b,d]piran-1-ol
31. DMT : 3-[2-( Dimetilamino )etil]
indol
32. DOET : (±)-4-Etil-2,5-dimetoksi- á
–metilfenetilamina
33. ETISIKLIDINA, nama lain PCE : N-
Etil-1-fenilsikloheksilamina
34. ETRIPTAMINA. : 3-(2-Aminobutil)
indol
35. KATINONA : (-)-(S)- 2-
Aminopropiofenon
36. ( + )-LISERGIDA, nama lain LSD,
LSD-25 : 9,10-Didehidro-N,N-
dietil-6-metilergolina-8
â–karboksamida
37. MDMA : (±)-N, á-Dimetil-3,4-
(metilendioksi)fenetilamina
38. Meskalina : 3,4,5-
Trimetoksifenetilamina
39. METKATINONA : 2-(Metilamino )-
1- fenilpropan-1-on
40. 4- Metilaminoreks : (±)-sis- 2-
Amino-4-metil- 5- fenil- 2-
oksazolina
41. MMDA : 5-Metoksi- á-metil-3,4-
(metilendioksi)fenetilamina
42. N-etil MDA : (±)-N-Etil- á -metil-
3,4-(metilendioksi)fenetilamina
43. N-hidroksi MDA : (±)-N-[á-Metil-
3,4-(metilendioksi)fenetil]
hidroksil amina
15. Beta-hidroksifentanil : N-[1-
(beta-Hidroksifenetil)-4-piperidil]
propionanilida
16. Beta-hidroksi-3-metil-fentanil :
N-[1-(beta-Hidroksifenetil)-3-
metil-4 piperidil]propionanilida.
17. Desmorfina :
Dihidrodeoksimorfina
18. Etorfina : Tetrahidro-7á-(1-
hidroksi-1-metilbutil)-6,14-
endoeteno-oripavina
19. Heroina : Diacetilmorfina
20. Ketobemidona : 4-Meta
hidroksifenil-1-metil-4-
propionilpiperidina
21. 3-Metilfentanil : N-(3-Metil-1-
fenetil-4-piperidil)propionanilida
22. 3-Metiltiofentanil : N-[3-Metil-1-
[2-(2-tienil) etil]-4-piperidil]
propionanilida
23. MPPP : 1-Metil-4-fenil-4-
piperidinol propianat (ester)
24. Para-fluorofentanil : 4'-Fluoro-N-
(1-fenetil-4-piperidil)
propionanilida
25. PEPAP : 1-Fenetil-4-fenil-4-
piperidinolasetat (ester)
26. Tiofentanil : N-[1-[2-(2-
Tienil)etil]-4-piperidil]
propionanilida
27. BROLAMFETAMINA, nama lain
DOB : (±)-4-Bromo-2,5-
dimetoksi- á –metilfenetilamina
28. DET : 3-[2-(Dietilamino )etil]
indol
44. Paraheksil : 3-Heksil-7,8,9,10-
tetrahidro-6,6, 9-trimetil-6H-
dibenzo[b,d] piran-1-ol
45. PMA : p-Metoksi-
á–metilfenetilamina
46. psilosina, psilotsin : 3-[2-
(Dimetilamino )etil]indol-4-ol
47. PSILOSIBINA : 3-[2-
(Dimetilamino)etil]indol-4-il
dihidrogen fosfat
48. ROLISIKLIDINA, nama lain PHP,
PCPY: 1-( 1- Fenilsikloheksil)
pirolidina
49. STP, DOM : 2,5-Dimetoksi- á ,4-
dimetilfenetilamina
50. TENAMFETAMINA, nama lain
MDA : á -Metil-3,4-
(metilendioksi) fenetilamina
51. TENOSIKLIDINA, nama lain TCP :
1- [1-(2-Tienil) sikloheksil]
piperidina
52. TMA : (±)-3,4,5-Trimetoksi- á
–metilfenetilamina
53. AMFETAMINA : (±)-
á–Metilfenetilamina
54. DEKSAMFETAMINA : ( + )-
á–Metilfenetilamina
55. FENETILINA : 7-[2-[(á-
Metilfenetil)amino]etil]teofilina
56. FENMETRAZINA : 3-Metil-2-
fenilmorfolin
57. FENSIKLIDINA, nama lain PCP : 1-
(1-Fenilsikloheksil)piperidina
58. LEVAMFETAMINA, nama lain
levamfetamina: (- )-(R)-
á–Metilfenetil amina
59. Levometamfetamina : ( -)-N,
á–Dimetilfenetilamina
60. MEKLOKUALON : 3-(o-
klorofenil)-2-metil-4(3H)-
kuinazolinon
61. METAMFETAMINA : (+ )-(S)-N,
á–Dimetilfenetilamina
62. METAKUALON : 2-Metil-3-o-tolil-
4(3H)-kuinazolinon
63. ZIPEPPROL : á-(á-
Metoksibenzil)-4-(â-
metoksifenetil)-1-piperazinetano
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Permenkes 2014
Buletin INFARKES Edisi II - April 2014 Hal. 35l
, nama lain PHP, , nama lain PHP, , nama lain PHP
,4-
CP : 75. MEFEDRON, nama lain 4-MMC :
1-(4-metilfenil)-2-
metilaminopropan-1-on
76. METILON, nama lain MDMC : 2-
Metilamino-1-(3,4-
metilendioksifenil)propan-1-on
77. 4-METILKATINONA, nama lain 4-
MEC : 2-etilamino-1-(4-
metilfenil)propan-1-on
78. MPHP : 1-(4-Metilfenil)-2-(1-
pirrolidinil)-1-heksan-1-on
79. 25I-NBOMe, nama lain 2C-I-
NBOMe : 1-(4-Iodo-2,5-
dimetoksifenil)-N-[(2-
metoksifenil)metil]etanamina
80. PENTEDRONE : (±)-1-Fenil-2-
(metilamino)pentan-1-on
81. PMMA : p-
Metoksimetamfetamina; N-metil-
1-(4-Metoksifenil)propan-2-
amina
82. XLR-11 : (1-(5-Fluoropentil)-1H-
indol-3-il)2,2,3,3-tetrametilsiklo
propil)-metanon
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
64. Sediaan opium dan/atau
campuran dengan bahan lain
bukan Narkotika
65. 5-APB : 5-(2-
Aminopropil)benzofuran ; 1-
benzofuran-5-ilpropan-2-amina
66. 6-APB : 6-(2-Aminopropil)
benzofuran ; 1-benzofuran-6-
ilpropan-2-amina
67. 25B-NBOMe : 2-(4-Bromo-2,5-
dimetoksifenil)-N-[(2-
metoksifenil) metil]etanamina
68. 2-CB : 2-(4-Bromo-2,5-
dimetoksifenil)etanamina; 4-
Bromo-2,5-
dimetoksimetamfetamina
69. 25C-NBOMe, nama lain 2C-C-
NBOMe : 1-(4-Kloro-2,5-
dimetoksifenil)-N-[(2-
metoksifenil)metil]-2-etanamina
70. Dimetilamfetamina, nama lain
DMA : N,N-Dimetil-1-
fenilpropan-2-amina
71. DOC : 1-(4-Kloro-2,5-dimetoksi-
fenil)propan-2-amina
72. ETKATINONA: 2-etilamino-1-
fenilpropan-1-on
73. JWH-018 : (1-Pentil-1H-indol-3-
il)-1-naftalenil-metanon
74. MDPV: 3,4-
Metilendioksipirovaleron, nama
lain : 1-(3,4-metilendioksifenil)-
2-(1-pirolidinil)pentan-1-on;
pixabay.com