inflasi dan pengaruh
DESCRIPTION
Inflasi Dan PengaruhTRANSCRIPT
INFLASI DAN PENGARUHNYA
Materi Diskusi Ilmu Ekonomi Makro
Dosen Pengampu : Ahmad Yani, SE,MM
Disusun Oleh :
Farida Khoirun Nisak (931304413)
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga upaya penyusunan makalah berjudul
“INFLASI dan PENGARUHNYA” guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ekonomi Makro,
dapat penulis rampungkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, antara
lain Bapak Ahmad Yani selaku dosen pembimbing dan rekan-rekan kami yang telah
memberikan kontribusi pemikiran demi terselesaikannya penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu,
penulis mengharapkan partisipasi pembaca untuk memberikan kritik atau saran yang bersifat
membangun agar penulis dapat menyusun makalah-makalah berikutnya dengan lebih baik.
Makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan
dalam penyusunan makalah ini dan semoga bermanfaat.
Kediri,3
0-03-2015
Penulis
ii
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................ii
Daftar Isi ......................................................................................iii
Bab I Pendahuluan ........................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
Bab II Pembahasan ........................................................................................2
A. Pengertian Inflasi ........................................................................................2
B. Penyebab Inflasi ........................................................................................3
C. Jenis Inflasi ........................................................................................5
D. Pengaruh Inflasi ........................................................................................7
E. Menanggulangi Inflasi ........................................................................................8
F. Penyajian Data ........................................................................................9
G. Hubungan Teori dan Data ......................................................................................10
Bab III Penutup ......................................................................................11
A.Kesimpulan ......................................................................................11
Daftar Pustaka ......................................................................................13
iii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak diberbincangkan di media massa tentang kenaikan harga-harga
barang dan jasa. Dalam pasar bersaing, interaksi antara banyak penjual dan pembeli yakni
bekerjanya penawaran dan permintaan untuk menentukan harga, semakin lama harga berubah
menyesuaikan diri terhadap pasar. Ketika harga suatu barang serempak naik selama beberapa
periode tertentu (berkepanjangan) hal ini yang dapat menimbulkan inflasi.
Inflasi adalah fenomena moneter yang selalu meresahkan masyarakat dan pemerintah.
Pemerintah yang mempunyai kewenangan mengambil kebijakan akan hal ini dibuat dilema.
Inflasi tidak hanya mendongkrak kenaikan harga-harga umum dan menurunkan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing, tetapi juga mempunyai efek lain di antaranya menurunkan
daya beli masyarkat. Setiap Negara yang sedang melakukan perbaikan terhadap kebijakan di
negara tersebut pasti ingin meningkatkan kemakmuran masyarakat luas dan pemerataan
kesejahteraan. Pemerataan dari setiap perbaikan biasanya dikaitkan dengan masalah
kemiskinan yang terjadi dinegara tersebut, jadi tujuan dari penerapan berbagai kebijakan
ekonomi adalah menciptakan kesejahteraan untuk seluruh rakyat dengan kata lain pemerataan
distribusi pendapatan. Dengan demikian, pada makalah ini akan membahas “INFLASI DAN
PENGARUHNYA” serta hal-hal yang berhubungan dengannya agar pembaca mengetahui
dan memahami.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Inflasi?
2. Apa Penyebab Timbulnya Inflasi?
3. Apa Saja Jenis Inflasi?
4. Bagaimana Pengaruh atau Dampak Inflasi terhadap Perekonomian?
5. Bagaimana Cara Menanggulangi Inflasi?
6. Apa Berita atau Data yang Berhubungan dengan Inflasi?
7. Bagaimana Hubungan antara Teori Inflasi dengan Data yang Ada?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan
secara terus-menerus sepanjang waktu (lama). Venieris dan Sebold (1978:603),
mendefinisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga
umum secara terus-menerus sepanjang waktu. Berkaitan dengan inflasi, ada tiga hal
yang perlu difahami yaitu inflasi (inflation) itu sendiri, tingkat inflasi (inflation rate)
dan indeks harga (price index).
Inflasi itu sendiri pada dasarnya adalah tingkat perubahan harga-harga ataupun
dalam arti lain keterganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang.
Sedangkan tingkat inflasi adalah akumulasi dari inflasi-inflasi terdahulu, atau
prosentase perubahan di dalam tingkat harga.
Adapun indeks harga itu sendiri mengukur biaya dari sekelompok barang
tertentu sebagai persentase dari kelompok yang sama pada periode dasar. Secara
umum, dikenal 3 indeks harga yaitu GDP deflator, IHK, dan IHP.
Gambar Arus Barang dan Arus Uang dalam Perekonomian Nasional.
Keterangan: Arus barang (hasil produksi dari RTP ditambah dengan Impor) bertemu
dengan Arus Uang (pembelanjaan masyarakat = C + I + G + ) di mana terbentuk
harga.1
1 Muana Nanga, Makro Ekonomi : Teori, Masalah dan Kebijakan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 237.
4
PEMBELANJAAN
PRODUKSI
ARUS BARANG
ARUS UANG
PEM
RTK
RTP
LN
PASAR
B. Penyebab Inflasi
1. Pandangan Kaum Klasik dan Monoteris
Inflasi adalah sama dengan pertumbuhan jumlah uang beredar dikurangi
pertumbuhan output. Kaum Klasik mengansumsikan bahwa perekonomian berada
dalam tingkat kesempatan kerja penuh (full employment), yang berarti peubah Y
dalam persamaan pertukaran adalah tetap. Selain itu, kaum Klasik juga
mengansumsikan peubah V konstan atau tetap. Dengan asumsi V dan Y yang
tetap, maka kaum Klasik lebih jauh mengatakan bahwa kenaikan di dalam jumlah
uang beredar ( akan menyebabkan perubahan yang proporsional dalam peubah
tingkat harga (P). Dengan demikian penyebab utama inflasi atau kenaikan harga
menurut kaum Klasik adalah karena kenaikan atau pertumbuhan jumlah uang
beredar. Dengan perkataan lain, inflasi menurut mereka menurut gejala atau
fenomena moneter.
Hal ini senada juga dikemukakan oleh kaum Moneteris yang mengklaim
inflasi itu sebagai fenomena moneter dan bahwa peubah kecepatan perputaran
uang (V) itu adalah stabil dan konstan. Tetapi kaum Moneteris berbeda dengan
kaum Klasik dimana mereka mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah uang
beredar ( ) tersebut juga berpengaruh terhadap output dan kesempatan kerja.
Jadi tidak hanya berpengaruh terhaap tingkat harga (P) sebagaimana dikemukakan
oleh kaum Klasik.
2. Pandangan Keynes
Keynes mengatakan bahwa kecepatan perputaran uang (V) merupakan
sesuatu yang bersifat dapat berubah-ubah. Hal ini berbeda dengan kaum Klasik
dan Moneteris yang mengatakan V adalah konstan atau tetap. Oleh karena V dapat
berubah-ubah, maka apabila terjadi kenaikan jumlah uang yang beredar ( ) tidak
akan menyebabkan perubahan di dalam tingkat harga (P). Dengan perkataan lain,
tingkat harga akan tetap.
Penekanan Keynes pada variabilitas output dan jangka pendek juga
memberi kontribusi terhadap pandangan bahwa inflasi bukanlah murni sebagai
fenomena moneter. Berbeda dengan kaum Klasik yang mengansumsikan
perekonomian selalu dalam kondisi kesempatan kerja penuh, Keynes sebaliknya
mengatakan bahwa pengangguran dapat saja terjadi untuk suatu jangka waktu
5
yang panjang atau bahkan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Dengan adanya
pengangguran, maka suatu kenaikan di dalam jumlah uang beredar ( akan
menyebabkan, baik tingkat harga maupun tingkat output mengalami kenaikan.
Dengan kenaikan di dalam output tersebut, kenaikan di dalam harga akan menjadi
lebih kecil daripada kenaikan di dalam jumlah uang beredar, sekalipun kecepatan
perputaran uang beredar itu konstan.
Di dalam model Keynesian, jumlah uang yang beredar ( hanyalah
salah satu (bukan satu-satunya) faktor penentu tingkat harga, faktor lainnya adalah
konsumsi rumahtangga (C), pengeluaran investasi (I), pengeluaran pemerintah
(G), dan pajak (T).
3. Pandangan Aliran Ekpektasi Rasional Dan Ekonomi Sisi Penawaran
Pada teoritisi dari aliran ekspektasi rasional atau juga memandang inflasi
sebagai fenomena moneter. Namun, mereka juga percaya bahwa perubahan yang
bersifat antisipatif di dalam jumlah uang yang beredar hanya akan membawa
dampak terhadap tingkat harga (P), dan tidak mempunyai pengaruh terhadap
output (Y) dan kesempatan kerja. Pandangan kaum Ratex tentang inflasi lebih
dekat dengan kaum Klasik, karena teoritisi Ratex percaya bahwa inflasi
merupakan fenomena Moneter. Dengan demikian jumlah uang yang beredar
merupakan kunci untuk mencapai stabilitas harga.
Para ekonomi sisi penawaran, juga memandang inflasi sebagai fenomena
moneter. Konsekuensinya, mereka mengusulkan pembatasan moneter untuk
mengurangi inflasi. Pada saat yang sama, mereka juga menganjurkan pengurangan
atau penurunan tarif pajak sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan laju
pertumbuhan agregat.
4. Pandangan Kaum Strukturalis
Pandangan dari kaum strukturalis ini pada dasarnya merupakan reaksi
atau kritik terhadap pandangan kaum Moneteris yang dianggap terlalu
memusatkan perhatiannya hanya pada faktor moneter saja, dan sebaliknya kurang
memperhatikan faktor non moneter termasuk di dalamnya faktor struktural dan
kelembagaan. Kaum strukturalis mengatakan bahwa inflasi merupakan sesuatu
yang tidak dapat dihindari oleh perekonomian yang sedang berkembang. Dengan
perkataan lain, inflasi menurut mereka merupakan sesuatu yang melekat di dalam
6
proses pembangunan ekonomi itu sendiri. Kaum strukturalis mengidentifikasi ada
beberapa kendala atau hambatan yang menjadi penyebab kenaikan harga atau
inflasi di negara-negara sedang berkembang yaitu:
a. Kendala penawaran bahan pangan yang bersifat inelastis.
b. Kendala devisa (foreign exchange constraint).
c. Kendala fiskal (fiscal constraints).
Bagi kaum strukturalis, kenaikan jumlah uang yang beredar adalah faktor
permisif yang memungkinkan spiral inflasi membentuk diri dan menjadi
kumulatif, dan gejala yang demikian merupakan gejala kekakuan struktural yang
mempengaruhi tekanan-tekanan inflasi dan bukan sebab inflasi itu sendiri.2
C. Jenis Inflasi
1. Dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya
a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-pull Inflation)
Inflasi tarikan permintaan atau disebut juga inflasi sisi permintaan
atau inflasi karena guncangan permintaan adalah inflasi yang terjadi akibat
dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau
pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat. Barang-
barang menjadi berkurang dikarenakan pemanfaatan sumberdaya yang
telah mencapai tingkat maksimum atau karena produksi tidak dapat
ditingkatkan secepatnya untuk mengimbangi permintaan yang semakin
meningkat atau bertambah.
Dari gambar di atas ditunjukkan bahwa perekonomian mula-mula
berda pada titik . Dengan kenaikan permintaan agregat (AD) dari
2 Karl E Case, Prinsip Ekonomi Makro (Jakarta: PT. Indeks, 2004), 216.
7
ke , yang menyebabkan tingkat harga naik dari ke , dan pada saat
yang sama perekonomian akan bergerak sepanjang kurva penawaran
agregat jangka pendek (SRAS) dari titik ke . Dalam jangka pendek
output naik dari ke
b. Inflasi Dorongan Biaya (Cost-push Inflation)
Inflasi dorongan biaya atau sering disebut inflasi sisi penawaran
atau inflasi karena guncangan penawaran adalah inflasi yang terjadi akibat
dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan
prouktivitas dan efisiensi, yang menyebabkan perusahaan mengurangi
supply barang dan jasa mereka ke pasar. Dengan perkataan lain, inflasi sisi
penawaran adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya restriksi
atau pembatasan terhadap penawaran dari satu atau lebih sumbernya, atau
inflasi yang terjadi apabila harga dari satu atau lebih sumberdaya
mengalami kenaikan atau dinaikan.
Dari gambar di atas ditunjukkan bahwa kondisi perekonomian
mula-mula berada di titik . Kemudian dengan adanya kenaikan biaya
produksi yang menyebabkan kurva penawaran agregat jangka pendek
(SRAS) bergesesr sepanjang kurva permintaan agregat (AD), yaitu dari
ke telah mendorong perekonomian bergerak dari titik . Ke
8
titik . Akibatnya, harga naik dari ke dan sebaliknya output turun
dari ke .
c. Inflasi Struktural (Structural Inflation)
Inflais yang terjadi akibat dari adanya berbagai kendala atau
kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran di dalam perekonomian
menjadi kurang atau tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat.
2. Dilihat dari Tingkat Keparahan
a. Inflasi Ringan
Inflasi yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara
lambat, dan tidak menimbulkan distorsi pada pendapatan dan harga relatif.
Inflasi ini terjadi apabila kenaikan harga di bawah angka 10% setahun,
bahkan justru dapat merangsang dunia usaha untuk memperluas
produksinya sehingga dapat menciptakan lapangan kerja.
b. Inflasi Sedang
Inflasi yang mencapai antara 10%-30% setahun dan dapat
menimbulkan gangguan-gangguan serius pada perekonomian.
c. Inflasi Berat
Inflasi yang mencapai kenaikan harga antara 30%—100% setahun.d. Hiperinflasi
Tingkat inflasi yang sangat parah atau tak terkendali, karena kenaikan
harga bisa mencapai lebih dari 100% setahun.3
D. Pengaruh atau Dampak Inflasi
Inflasi yang terjadi di dalam suatu perekonomian memiliki beberapa dampak
atau akibat sebagai berikut:
Pertama, inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara
anggota masyarakat, dan inilah yang disebut efek redistribusi dari inflasi
(redistribution effect of inflation). Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi
dari anggota masyarakat, sebab redistribusi pendapatan yang terjadi akan
menyebabkan pendapatan riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan orang lain akan
jatuh.
3 Ai Siti Farida, Sistem Ekonomi Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 157.
9
Kedua, inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efisiensi ekonomi
(economic efficiency). Hal ini dapat terjadi karena inflasi dapat mengalihkan
sumberdaya dari investasi yang produktif ke investasi yang tidak produktif sehingga
mengurangi kapasitas ekonomi produktif. Hal ini disebut “efficiency of inflation”.
Ketiga,inflasi juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan di dalam output
dan kesempatan kerja (employment), dengan cara yang lebih langsung yaitu dengan
memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah
dilakukan, dan juga memotivasi orang untuk bekerja lebih atau kurang dari yang telah
dilakukan selama ini. Hal ini disebut “output and employment effect of inflation”.
Keempat, inflasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil bagi
keputusan ekonomi. Jika sekiranya konsumen memperkirakan bahwa tingkat inflasi di
masa mendatang akan naik, maka akan mendorong mereka untuk melakukan
pembelian barang-barang dan jasa secara besar-besaran pada saat sekarang ketimbang
mereka menunggu dimana tingkat harga sudah meningkat lagi. Begitu pula halnya
dengan bank, atau lembaga peminjaman (lenders) lainnya. 4
E. Cara Menanggulangi Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau
otoritas moneter dengan menggunakan peubah jumlah uang beredar dan tingkat
bunga untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat dan mengurangi ketidak
stabilan di dalam perekonomian. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang
beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang
yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal. Kebijakan moneter dapat
dilakukan melalui instrument-instrumen yaitu:
a. Penetapan Tingkat Diskonto
Kebijakan Bank Sentral menaikkan suku bunga sehingga
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Kebijakan diskonto
dilakukan dengan menaikkan tingkat bunga sehingga mengurangi
keinginan badan-badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman
guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat. Akibatnya,
4 Guritno Mangkoesoebroto, Teori Ekonomi Makro (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1998), 165.
10
jumlah kredit yang dikeluarkan oleh badan-badan kredit akan
berkurang, yang pada akhirnya mengurangi tekanan inflasi.
b. Operasi Pasar Terbuka
Operasi Pasar Terbuka adalah kebijakan Bank sentral menjual
surat berharga (SBI,SBPU atau Obligasi) untuk menyerap uang dari
masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat
menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang
beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.
c. Penetapan Persentase Cadangan Wajib Minimum
Semua bank diwajibkan menyimpan sebagian aktiva dalam
bentuk liquid sebagai cadangan kas. Dengan menetapkan atau
mengubah persentase cadangan kas ini Bank Indonesia mempunyai
sarana untuk mengendalikan kredit yang dapat diberikan oleh
perbankan. Misalkan ditetapkan cadangan kas wajib ke Bank Sentral
harus 10%, jika bank tidak mempunyai dana lebih dari 10% maka bank
tidak bisa memberikan kredit ke masyarakat. Dengan demikian jumlah
uang yang beredar dapat dikurangi.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui
manipulasi instrumen fiskal seperti pengeluaran pemerintah (G) dan atau pajak
(T). Jika terjadi Inflasi, maka pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan
masyarakat dengan memperkecil pengeluaran dan atau menaikkan tarif pajak
sehingga kestabilan tercipta kembali. Hal ini dikenal dengan istilah “functional
finance”5
F. Penyajian Data Sindonews JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Koordinator
(Kemenko) bidang Perekonomian percaya diri ( pede ) kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) pada kali ini tidak akan memengaruhi angka inflasi. Menteri
Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, dengan skema harga
BBM yang disesuaikan dengan harga pasar, angka inflasi akan lebih terkontrol dan
kenaikannya tidak signifikan. Hal ini sama dengan negara lain, yang juga menganut
5 T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro ( Yogyakarta: KANISIUS, 2004), 148.
11
skema tersebut. "Lain halnya kalau dulu, karena ditahan terlalu lama, begitu dilepas
naiknya Rp2.000. Itu langsung memberi implikasi inflasi," ujarnya seperti dikutip
dalam laman Setkab, di Jakarta, Sabtu (28/3/2015). Mantan Menteri BUMN tersebut
menuturkan, kenaikan harga BBM kali ini dipengaruhi oleh tren harga minyak dunia
yang mengalami kenaikan. Selain itu, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (USD) pun turut menjadi faktor kenaikan harga BBM. Seperti
diberitakan sebelumnya, pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM kembali
menaikkan harga BBM jenis premium Rp500 per liter menjadi Rp7.300 per liter.
Kenaikan tersebut sudah berlaku hari ini, pukul 00.00 WIB. Berikut rincian kenaikan
harga BBM
1. Minyak solar dari Rp6.400 menjadi Rp6.900 per liter
2. Bensin premium dari Rp6.800 menjadi Rp7.300 per liter
3. Minyak tanah tidak mengalami kenaikan atau Rp2.500 per liter6
G. Hubungan antara Teori dengan Data
Indonesia merupakan contoh perekonomian terbuka, yang melalui ekspor dan
impornya sangat peka terhadap kegoncangan ekonomi luar negeri. Situasi ekonomi di
negara-negara maju mempengaruhi perekonomian nasional kita terutama melalui dua
jalur: Pertama, ekspor minyak bumi dan gas alam: kegoncangan baik harga maupun
volume migas besar pengaruhnya terhadap pendapatan devisa, penerimaan negara,
dan anggaran pembangunan. Kedua, Besarnya komponen impor dalam hampir
seluruh kegiatan ekonomi kita.
Dengan demikian jenis inflasi yang terjadi saat ini adalah Cost-push Inflation.
Kenaikan biaya produksi “mendorong” harga-harga ke atas. Penyebabnya adalah:
karena kenaikan harga bahan-bahan baku (BBM) dan kenaikan kurs valuta asing yang
menyebabkan harga semua barang impor naik. Pemerintah dalam hal ini memakai
kebijakan Fiskal dalam mengatasi inflasi yaitu mengurangi pengeluaran/ belanja
pemerintah (pengurangi subsidi). Walaupun pemerintah mencoba menekan angka
inflasi serendah mungkin atau mengganti kebijakan untuk mengatasi inflasi yaitu
sedikit demi sedikit menaikkan harga BBM (tidak menaikkan langsung banyak),
namun hal ini belum dapat mengatasi inflasi. Dikarenakan ada kaitan antara barang
yang satu dengan barang yang lain, maka kenaikan barang yang satu akan
6 http://Ekbis.Sindonews.Com/Read/974706/33/Core-Pelemahan-Rupiah-Akan-Timbulkan-Inflasi-1425988722. Diakses tanggal 28 Maret 2015
12
mempengaruhi harga barang yang lain. contohnya: Sayur-sayuran di pasar ikut naik
karena biaya transport. Selain itu karena kaitan harga, hal ini juga disebabkan oleh
semangat “ikut-ikutan” menaikan harga.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara
terus-menerus. Berkaitan dengan inflasi, ada tiga hal yang perlu difahami yaitu inflasi
(inflation) itu sendiri, tingkat inflasi (inflation rate) dan indeks harga (price index). Penyebab
Inflasi menurut pandangan Kaum Klasik dan Monoteris adalah karena kenaikan atau
pertumbuhan jumlah uang beredar. Dengan perkataan lain, inflasi menurut mereka menurut
gejala atau fenomena moneter. Pandangan Keynes pada variabilitas output dan jangka pendek
juga memberi kontribusi terhadap pandangan bahwa inflasi bukanlah murni sebagai
fenomena moneter.
Pandangan Aliran Ekpektasi Rasional Dan Ekonomi Sisi Penawaran pada teoritisi dari
aliran ekspektasi rasional atau juga memandang inflasi sebagai fenomena moneter. Dengan
demikian jumlah uang yang beredar merupakan kunci untuk mencapai stabilitas harga. Para
ekonomi sisi penawaran, juga memandang inflasi sebagai fenomena moneter.
Konsekuensinya, mereka mengusulkan pembatasan moneter untuk mengurangi inflasi.
Pandangan Kaum Strukturalis mengidentifikasi ada beberapa kendala atau hambatan yang
menjadi penyebab kenaikan harga atau inflasi di negara-negara sedang berkembang yaitu:
kendala penawaran bahan pangan yang bersifat inelastis, kendala devisa (foreign exchange
constraint) dan kendala fiskal (fiscal constraints).
Jenis Inflasi dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya yaitu Inflasi Tarikan
Permintaan (Demand-pull Inflation), Inflasi Dorongan Biaya (Cost-push Inflation) dan Inflasi
Struktural (Structural Inflation). Sedangkan, jika dilihat dari tingkat keparahan yaitu Inflasi
Ringan, Inflasi Sedang, Inflasi Berat dan Hiperinflasi
13
Pengaruh atau Dampak Inflasi sebagai berikut: Pertama, inflasi dapat mendorong
terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat, dan inilah yang disebut efek
redistribusi dari inflasi (redistribution effect of inflation). Kedua, inflasi dapat menyebabkan
penurunan dalam efisiensi ekonomi (economic efficiency). Ketiga,inflasi juga dapat
menyebabkan perubahan-perubahan di dalam output dan kesempatan kerja (employment).
Keempat, inflasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil bagi keputusan
ekonomi.
Cara Menanggulangi Inflasi ada 2 yaitu Kebijakan Moneter (Penetapan Tingkat
Diskonto, Operasi Pasar Terbuka dan Penetapan Persentase Cadangan Wajib Minimum) dan
Kebijakan Fiskal melalui manipulasi instrumen fiskal seperti pengeluaran pemerintah (G) dan
atau pajak (T).
14
DAFTAR PUSTAKA
Farida, Ai Siti. Sistem Ekonomi Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Nanga, Muana. Makro Ekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2005.
Mangkoesoebroto, Guritno. Teori Ekonomi Makro. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN , 1998.
Case, Karl E. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Jakarta: PT. Indeks, 2004.
Gilarso,T. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: KANISIUS, 2004.
http://Ekbis.Sindonews.Com/Read/974706/33/Core-Pelemahan-Rupiah-Akan-Timbulkan-
Inflasi-1425988722. Di akses tanggal 28 Maret 2015.
15