inflasi

58
Pesan Gubernur Fungsi Bank Indonesia Dewan Gubernur Organisasi Undang-undang BI Hubungan Kelembagaan BI & Publik Kebijakan Moneter BI Rate Lelang Sertifikat BI Proyeksi Likuiditas Indikator Moneter Inflasi Kurs Bank Indonesia Suku Bunga Inflation Targeting Ikhtisar Perbankan Indikator Perbankan Stabilitas Sistem Keuangan Perbankan Syariah Arsitektur Perbankan Indonesia Implementasi Basel II KONTAK BI | FAQ | KAMUS | LINKS | PETA SITUS | ENGLISH

Upload: richardgab

Post on 05-Jan-2016

228 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Dampak inflasi 2

TRANSCRIPT

Page 1: inflasi

 

Pesan Gubernur Fungsi Bank Indonesia Dewan Gubernur Organisasi Undang-undang BI Hubungan Kelembagaan BI & Publik

Kebijakan Moneter BI Rate Lelang Sertifikat BI Proyeksi Likuiditas Indikator Moneter Inflasi Kurs Bank Indonesia Suku Bunga Inflation Targeting

Ikhtisar Perbankan Indikator Perbankan Stabilitas Sistem Keuangan Perbankan Syariah Arsitektur Perbankan Indonesia Implementasi Basel II

Sistem Pembayaran di Indonesia Indikator Sistem Pembayaran Instrumen Pembayaran Tunai Instrumen Pembayaran Nontunai Kalender Operasional Pelayanan Kas

KONTAK BI | FAQ | KAMUS | LINKS | PETA SITUS | ENGLISH

Page 2: inflasi

Berita Siaran Pers Pidato Dewan Gubernur Agenda Kegiatan BI

Perbankan Moneter Sistem Pembayaran

Jurnal Ekonomi Laporan Tahunan Laporan kepada DPR Kebijakan Moneter Perbankan dan Stabilitas Keuangan Sistem Pembayaran Kertas Kerja & Materi Seminar Publikasi Lain Survei Laporan Keuangan Publikasi Bank

Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Statistik Ekonomi Moneter Indonesia Statistik Sistem Pembayaran Statistik Perbankan

 

Home > Moneter > Inflation Targeting > Pengenalan Inflasi

Kebijakan Moneter

BI Rate

Lelang Sertifikat BI

Proyeksi Likuiditas

Inflation Targeting

 PENGENALAN INFLASI DI INDONESIA

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Page 3: inflasi

Indikator Moneter

Inflasi

Kurs Bank Indonesia

Suku Bunga

Inflation Targeting

Bank Indonesia dan Inflasi

Pengenalan Inflasi

Peran Kebijakan Moneter

Perubahan Kerangka Kerja

Prinsip Kebjakan Moneter

Inflation Targeting Framework

Kalkulator Kurs

Indikator Inflasi :

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan

harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat. Dilakukan atas dasar survei bulanan di 45 kota, di pasar tradisional dan modern terhadap

283-397 jenis barang/jasa di setiap kota dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komoditas.

Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-

komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.

Disagregasi Inflasi :

1. Inflasi Inti    Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental:    - Interaksi permintaan-penawaran    - Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang    - Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen

2. Inflasi non Inti    Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Dalam hal ini terdiri dari :

Inflasi yang dipengaruhi shocks dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, gangguan

penyakit.

Inflasi Administered Prices : yakni inflasi yang dipengaruhi shocks berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga

BBM, tarif listrik, tarif angkutan, dll

:: Determinan Inflasi

Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price)1, dan terjadi negative supply shocks)2 akibat bencana alam dan terganggunya distribusi. Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR).

Page 4: inflasi

--------------------------------------------------------------------------------1) Misalnya antara lain harga BBM, TDL, tarif telepon, cukai rokok, dan tarif angkutan.2) Misalnya gagal panen dan langkanya komoditi tertentu.

 COPYRIGHT © 2008 THE BANK OF

INDONESIA All Rights RESERVED

Bottom of Form

Page 5: inflasi

E K O N O M I       &       B I S N I S

Halaman Utama

Tajuk Rencana

Nasional

Ekonomi

Uang & Efek

Jabotabek

Nusantara

Luar Negeri

Olah Raga

Iptek

Hiburan

Feature

Inflasi Tinggi Akibat Kelangkaan Energi

OlehNaomi Siagian

Jakarta – Tingkat inflasi yang demikian tinggi ditengarai dipicu oleh kelangkaan energi, terutama minyak tanah. Akibatnya, industri kecil tidak mampu berproduksi. Industri-industri kecil juga mengalami kesulitan modal kerja akibat pengetatan likuiditas oleh Bank Indonesia (BI).

“Tingginya inflasi saat ini karena kelangkaan minyak tanah bukan karena naiknya harga-harga kebutuhan pokok,” kata Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Thomas Darmawan kepada SH di Jakarta, Senin (7/11).Thomas mengemukakan, harga produk pertanian mengalami kenaikan juga didorong oleh naiknya biaya distribusi. Adapun harga produk makanan dan minuman olahan masih belum naik. Kenaikan harga diperkirakan baru akan terjadi setelah hari raya. Kenaikan harga kebutuhan pokok tersebut meski ada pengaruhnya terhadap inflasi namun tidak terlalu signifikan. Ia menegaskan, setelah kenaikan harga BBM, minyak tanah tetap langka. Hal tersebut disebabkan agen minyak tanah kecil kesulitan modal kerja. Dana yang dimiliki terbatas sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan. “Contohnya, dengan uang Rp 7 juta sebelum kenaikan harga BBM mampu membeli 2 tangki minyak tanah sekarang hanya mampu membeli 1 tangki. Kalau harus membeli dua tangki artinya mereka harus menambah modal,” jelas Thomas. Selain itu juga, persoalan energi juga menghambat industri karena biaya yang harus dikeluarkan semakin membengkak. Itu sebabnya banyak industri kecil yang kemudian beralih ke gas, tapi akibatnya harga gas

 

 

Page 6: inflasi

Mandiri

Ritel

Hobi

Wisata

Eureka

Kesehatan

Cafe & Resto

Hotel & Resor

Asuransi

Otomotif

Properti

Promarketing

Budaya

CEO

Opini

Foto

Karikatur

Komentar Anda

Tentang SH

melonjak dan pasokan langka. Akibat kesulitan beruntun, industri kecil sangat kesulitan. Dikemukakannya, ada sejumlah industri kecil yang menghentikan produksinya. “Cara-cara yang dilakukan BI untuk mengatasi inflasi itu cara kuno. BI harus melonggarkan likuiditasnya terutama pada industri kecil dan pengadaan energi. Bank bisa memperketat kredit bagi kredit konsumsi, tetapi tidak terhadap industri,” tegas Thomas.Selain itu, ia juga menekankan pemerintah daerah (pemda) turut memberi andil terhadap naiknya inflasi. Thomas menunjuk biaya tinggi (high cost) yang terjadi di daerah mendorong naiknya biaya produksi. Di lain pihak, upaya pemerintah pusat untuk menghapus biaya tinggi belum diikuti sepenuhnya oleh pemda. Belum terlihat kemauan pemda untuk menghapus biaya tinggi.

Buka ImporThomas juga mengemukakan larangan impor berbagai produk seperti gula dan daging mempengaruhi terjadinya inflasi. Harga gula misalnya, sulit dikendalikan karena pemasoknya sangat terbatas. Harga gula masih di atas Rp 5.500/kg bahkan mencapai Rp 6.500/kg. Demikian juga harga daging sapi yang membumbung hingga Rp 50.000/kg. Lonjakan harga tersebut, ditegaskannya, karena pengaruh keterbatasan pasokan. Ia mencontohkan larangan impor daging yang diberlakukan pemerintah menyebabkan sumber impor hanya tergantung dari Selandia Baru dan Australia. Di lain pihak, harga daging di kedua negara semakin mahal karena permintaan berbagai negara juga tinggi. Bagi Indonesia, untuk ikut bersaing mengimpornya tidak mudah, mengingat daya beli masyarakat semakin menurun. Untuk itu ia mengusulkan, pemerintah membuka kran impor daging dari negara lain yang sudah dinyatakan bebas penyakit hewan.n

   

Copyright © Sinar Harapan 2003

Page 7: inflasi

E K O N O M I       &       B I S N I S

Halaman Utama

Tajuk Rencana

Nasional

Ekonomi

Uang & Efek

Jabotabek

Nusantara

Luar Negeri

Olah Raga

Iptek

Hiburan

Inflasi Tinggi Akibat Kelangkaan Energi

OlehNaomi Siagian

Jakarta – Tingkat inflasi yang demikian tinggi ditengarai dipicu oleh kelangkaan energi, terutama minyak tanah. Akibatnya, industri kecil tidak mampu berproduksi. Industri-industri kecil juga mengalami kesulitan modal kerja akibat pengetatan likuiditas oleh Bank Indonesia (BI).

“Tingginya inflasi saat ini karena kelangkaan minyak tanah bukan karena naiknya harga-harga kebutuhan pokok,” kata Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Thomas Darmawan kepada SH di Jakarta, Senin (7/11).Thomas mengemukakan, harga produk pertanian mengalami kenaikan juga didorong oleh naiknya biaya distribusi. Adapun harga produk makanan dan minuman olahan masih belum naik. Kenaikan harga diperkirakan baru akan terjadi setelah hari raya. Kenaikan harga kebutuhan pokok tersebut meski ada pengaruhnya terhadap inflasi namun tidak terlalu signifikan. Ia menegaskan, setelah kenaikan harga BBM, minyak tanah tetap langka. Hal tersebut disebabkan agen minyak tanah kecil kesulitan modal kerja. Dana yang dimiliki terbatas sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan. “Contohnya, dengan uang Rp 7 juta sebelum kenaikan harga BBM mampu membeli 2 tangki minyak tanah sekarang hanya mampu membeli 1 tangki. Kalau harus membeli dua tangki artinya mereka harus

 

 

Page 8: inflasi

Feature

Mandiri

Ritel

Hobi

Wisata

Eureka

Kesehatan

Cafe & Resto

Hotel & Resor

Asuransi

Otomotif

Properti

Promarketing

Budaya

CEO

Opini

Foto

Karikatur

Komentar Anda

Tentang SH

menambah modal,” jelas Thomas. Selain itu juga, persoalan energi juga menghambat industri karena biaya yang harus dikeluarkan semakin membengkak. Itu sebabnya banyak industri kecil yang kemudian beralih ke gas, tapi akibatnya harga gas melonjak dan pasokan langka. Akibat kesulitan beruntun, industri kecil sangat kesulitan. Dikemukakannya, ada sejumlah industri kecil yang menghentikan produksinya. “Cara-cara yang dilakukan BI untuk mengatasi inflasi itu cara kuno. BI harus melonggarkan likuiditasnya terutama pada industri kecil dan pengadaan energi. Bank bisa memperketat kredit bagi kredit konsumsi, tetapi tidak terhadap industri,” tegas Thomas.Selain itu, ia juga menekankan pemerintah daerah (pemda) turut memberi andil terhadap naiknya inflasi. Thomas menunjuk biaya tinggi (high cost) yang terjadi di daerah mendorong naiknya biaya produksi. Di lain pihak, upaya pemerintah pusat untuk menghapus biaya tinggi belum diikuti sepenuhnya oleh pemda. Belum terlihat kemauan pemda untuk menghapus biaya tinggi.

Buka ImporThomas juga mengemukakan larangan impor berbagai produk seperti gula dan daging mempengaruhi terjadinya inflasi. Harga gula misalnya, sulit dikendalikan karena pemasoknya sangat terbatas. Harga gula masih di atas Rp 5.500/kg bahkan mencapai Rp 6.500/kg. Demikian juga harga daging sapi yang membumbung hingga Rp 50.000/kg. Lonjakan harga tersebut, ditegaskannya, karena pengaruh keterbatasan pasokan. Ia mencontohkan larangan impor daging yang diberlakukan pemerintah menyebabkan sumber impor hanya tergantung dari Selandia Baru dan Australia. Di lain pihak, harga daging di kedua negara semakin mahal karena permintaan berbagai negara juga tinggi. Bagi Indonesia, untuk ikut bersaing mengimpornya tidak mudah, mengingat daya beli masyarakat semakin menurun. Untuk itu ia mengusulkan, pemerintah membuka kran impor daging dari negara lain yang sudah dinyatakan bebas penyakit hewan.n

   

Copyright © Sinar Harapan 2003

Page 9: inflasi

« Kondisi Keuangan Yang Proporsional

Penawaran Perdana ORI-005 »

Mengenal Inflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa inflasi pada bulan Juni adalah sebesar 2,46 persen. Sementara nilai inflasi year on year adalah 11,03 persen.

1. Mengenal istilah inflasi.

Secara sederhana, inflasi berarti Anda harus membayar lebih mahal untuk barang yang hendak Anda beli. Misalkan inflasi bahan bakar premium adalah 33,33 persen, maka harga yang harus Anda bayar untuk setiap liter premium meningkat, dari harga lama Rp. 4.500,- menjadi Rp. 6.000,-.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi memang selalu terjadi. Kenaikan harga barang lebih baik daripada penurunan harga barang, karena akan memicu produsen untuk menghasilkan lebih banyak barang. Yang harus dikendalikan adalah berapa besar nilai inflasinya, agar jangan sampai mengganggu daya beli masyarakat.

2. Bersiaplah menghadapi inflasi.

Inflasi berpengaruh terhadap semua barang yang Anda butuhkan: makanan, pakaian, perumahan, air, listrik, gas, kesehatan, pendidikan, rekreasi, transportasi dan lain-lain. Oleh karena itu Anda harus mempersiapkan diri Anda terhadap inflasi.

Bagaimana caranya? Misalkan Anda hendak menyiapkan dana pendidikan untuk anak Anda yang hendak duduk di bangku kuliah dalam waktu 3 tahun mendatang. Misalkan biaya masuk kuliah pada tahun ini adalah Rp. 30.000.000,-, maka Anda dapat memperkirakan bahwa dalam waktu 3 tahun mendatang biaya masuk kuliah akan meningkat menjadi Rp. 39.930.000,- (asumsi inflasi 10% per tahun).

Dengan perkiraan biaya masuk kuliah di masa mendatang, maka jumlah uang yang harus Anda siapkan adalah Rp. 39.930.000,-. Bila Anda tidak memperkirakan inflasi dan hanya menyiapkan Rp. 30.000.000,-, maka Anda akan kekurangan 10 juta pada saat hendak membayar biaya masuk kuliah anak Anda.

3. Nilai tabungan Anda digerogoti oleh inflasi.

Page 10: inflasi

Anda juga perlu mengingat bahwa setiap sen yang Anda simpan, daya belinya selalu digerogoti oleh inflasi. Misalkan saja Anda menyimpan Rp. 1.000.000,- sekarang. Kita ambil contoh harga nasi goreng sekarang adalah Rp. 10.000,-. Artinya dengan seluruh tabungan Anda, pada saat ini Anda dapat membeli nasi goreng sebanyak 100 piring.

Dalam waktu 3 tahun mendatang harga nasi goreng sudah naik menjadi Rp. 13.000,- karena inflasi. Asumsi tabungan Anda tidak dipotong oleh biaya administrasi dan tidak mendapatkan bunga, maka dengan total nilai tabungan Rp. 1.000.000,- Anda hanya dapat membeli nasi goreng sebanyak 77 piring. Terjadi penurunan daya beli tabungan Anda sebanyak 23 piring nasi goreng. Hal ini adalah akibat dari inflasi.

Oleh karena itu, bila Anda ingin menabung untuk jangka waktu panjang maka lebih baik Anda membeli produk investasi yang hasilnya lebih tinggi dari inflasi. Misalnya adalah reksadana saham.

Sekian artikel dalam kesempatan ini. Apabila Anda ingin mendapatkan nilai inflasi yang paling up-to-date, Anda dapat mengaksesnya di DetikFinance.Com pada setiap awal bulan. Biasanya BPS akan mengumumkan nilai inflasi bulan sebelumnya pada tanggal 1.

Tulisan ini dibuat pada tanggal 16 July 2008 dan berada dalam kategori Artikel. Anda dapat melanjutkan melihat daftar isi kategori atau kembali ke halaman utama.

Visitors to this page also liked:

• » Asuransi Terbaik versi Infobank

• » Penurunan Suku Bunga SBI Percepat Pertumbuhan Ekonomi

• » Kunci Pengelolaan Keuangan Adalah Budgeting

• » Enam Masalah Utama Keuangan Keluarga yang Harus Anda Hindari (2)

• » Cari Duit Tambahan di Internet

• » Panduan Investasi ORI-002

• » Income Naik, Expense Turut Naik?

• » Tingkatkan Penghasilan Anda, Cermati Variabelnya

• » Membuka Usaha Sampingan(1)

Manado's Blogosphere

Click   to   get     FEEDJIT

Page 11: inflasi

Feedjit Live Website Statistics

6 Responses to “Mengenal Inflasi”

1. triyono Says: August 14th, 2008 at 8:59 am

Bagaimana dengan tabungan diasuransi, contoh Unit Link? apakah bisa hasilnya melampaui inflasi ?

2. David Ciang Says: August 15th, 2008 at 2:40 pm

Belum tentu Pak. Karena biasanya 50% dari nilai tabungan diambil untuk membayar premi asuransi. Dan untuk tahun ini, kinerja produk investasi sedang jelek karena resesi ekonomi Amerika.

Untuk tahun ini lebih baik membeli produk investasi yang aman, seperti reksadana pasar uang dan ORI. Untuk investasi agresif, dapat dimulai bila ekonomi Amerika sudah menunjukan tanda-tanda membaik.

3. sofian Says: August 18th, 2008 at 1:54 am

Mana lebih menguntungkan dalam memilih investasi bancassurance atau unitlinks?

4. David Ciang Says: August 19th, 2008 at 5:29 pm

Untuk investasi, lebih untung beli reksa dana. Kedua produk yang Anda sebut diatas masih berupa campuran antara asuransi dan investasi. Lebih baik beli reksadana yang merupakan produk full investasi.

5. Richard Says: October 18th, 2008 at 10:43 am

Tapi pak Ciang, beberapa produk investasi seperti ORI saja mematok deviden di bawah angka inflasi yang selama ini ajeg dialami Indonesia… sekitar 11%. Tabungan jelas tidak mungkin melampaui nilai ini (maksimal mungkin hanya 4%pa). Memangnya deviden yang ditawarkan oleh produk2 lain bisa melampaui angka inflasi kita pak?

6. David Ciang Says: October 21st, 2008 at 9:12 am

Page 12: inflasi

Tahun ini dunia keuangan sedang susah Pak karena melemahnya ekonomi Amerika Serikat. Jadinya susah untuk mencari produk keuangan yang tumbuh diatas inflasi.

Anda bisa mencoba investasi dalam bentuk emas murni. Beli emas 24 karat yang memiliki sertifikat ANTAM.

Leave a Reply

Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website

Paduan Mengelola Keuangan Pribadi is proudly powered by WordPress Entries (RSS) and Comments (RSS).

Please take our Survey

Page 13: inflasi

<prev next>

Choosing A Webhost:A web hosting service is a type of Internet hosting service that allows individuals and organizations to provide their own website accessible via the World Wide Web. Web hosts are companies that provide space on a server they own for use by their clients as well as providing Internet connectivity, typically in a data center. Web hosts can also provide data center space and connectivity to the Internet for servers they do not own to be located in their data center, called colocation. more...

Kebijakan Moneter Pasca Kenaikan BBM: msg#00363

culture.region.indonesia.ppi-india

Subject: Kebijakan Moneter Pasca Kenaikan BBM

http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=159895Jumat, 04 Mar 2005,

Kebijakan Moneter Pasca Kenaikan BBMOleh Abdul Mongid *

Pemerintah sudah menetapkan bahwa subsidi harga minyak dicabut sehingga harga BBM secara umum naik 29%. Kenaikan harga BBM diperkirakan akan menaikkan tingkat inflasi 2005 (year on year) menjadi sekitar 8% atau terjadi kenaikan 1-2% dari angka inflasi 2004 yang mencapai 6,40 persen.

Lonjakan inflasi diperkirakan akan terjadi pada Maret sampai April 2005. Seharusnya, inflasi yang akan terjadi jauh lebih tinggi daripada 2% karena pada awal 2005, ketika harga BBM direncanakan akan dinaikkan, dampak psikologisnya sudah terasa sehingga inflasi pada Januari 2005 melonjak menjadi 1,43 persen.

Ini berarti ancaman inflasi 2005 jauh masih sangat nyata sehingga target

Page 14: inflasi

inflasi di bawah 8% akan sulit dicapai. Kenaikan harga BBM yang rata-rata mencapai 29% jelas merupakan kendala target mencapai inflasi yang lebih rendah daripada 2004. Sementara ekspansi pengeluaran sebagai konsekuensi adanya pemilihan kepala daerah secara langsung (pilkada) juga akan memberikan kontribusi yang signifikan.

Namun, melihat perkembangan yang terjadi saat ini, rasanya, kekhawatiran akan terjadinya krisis moneter sebagai dampak kenaikan harga BBM tidak beralasan. Toh, yang penting saat ini adalah jangan sampai DPR terlalu mempermasalahkan kebijakan kenaikan harga BBM sehingga tidak memicu terjadinya krisis politik yang tidak perlu.

Memang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi memicu tingginya angka inflasi, namun tampaknya sulit menjadi dasar bakal terjadinya krisis moneter.

Kondisi Moneter

Saat ini, secara umum, boleh dikatakan situasi moneter Indonesdia sangat stabil. Jumlah uang primer yang beredar sampai Februari 2005 berkisar Rp 174 triliun dan cenderung menurun dibandingkan dengan Januari 2005 yang mencapai Rp 184 triliun. Penurunan ini terutama sebagai akibat turunnya jumlah uang kertas dan logam yang beredar.

Sebagaimana diketahui, dari Januari akhir sampai Februari 2005, terjadi penurunan jumlah uang kertas hampir Rp 10 triliun. Sementara sampai akhir Februari 2005, operasi moneter berhasil menyedot dana Rp 157 triliun. Perkembangan inilah yang kiranya memberikan sedikit penjelas kenapa pada Februari 2005 terjadi deflasi 0,23%.

Indikator moneter lain seperti cadangan devisa relatif tidak berubah. Cadangan devisa pada Februari naik sekitar Rp 2 triliun, dari sebelumnya Rp

Page 15: inflasi

173 triliun menjadi Rp 175 triliun. Sementara aktiva domestik bersih (NDA) menurun sangat drastis, dari Rp 11 triliun menjadi minus kurang dari Rp 1 triliun.

Dari sektor perbankan sebagai industri yang sangat penting pengaruhnya terhadap mekanisme transmisi kebijakan moneter, perkembangan mutakhir menunjukkan bahwa secara struktural terjadi perbaikan yang signifikan. Pada 2004, perbankan nasional benar-benar menikmati mandi untung.

Secara total, keuntungan yang diperoleh mencapai Rp 43,78 triliun. Kalau tahun sebelumya hanya Rp 24 triliun, berarti kenaikannya hampir 100%. Kenaikan itu terutama sebagai berkah menurunnya suku bunga simpanan yang sangat drastis akibat turunnya bunga SBI.

Pada saat bersamaan, suku bunga masih saja dipatok pada 14-20% sehingga marjin bunga sangat besar. Tentu saja, kontribusi pertumbuhan kredit yang pesat juga sangat besar mendorong kenaikan laba yang sangat besar ini.

SBI sebagai instrumen moneter utama BI menunjukkan perkembangan yang meningkat seiring dengan perkembangan suku bunga internasional, terutama tingkat diskonto Bank Sentral Amerika (the FED). Selain itu, kenaikan suku bunga SBI juga merupakan konsekuensi makin tingginya tekanan inflasi. Suku bunga SBI untuk jangka waktu satu bulan saat ini berkisar 7,43%. Sebelumnya, pada September, suku bunga SBI 7,37%.

Angka SBI yang masih pada satu digit merupakan perkembangan baru di perekonomian karena suku bunga SBI pada beberapa tahun lalu selalu di atas 10%. Yang sedikit mengkhawatirkan ialah mengecilnya suku bunga riil pada Januari yang diukur inflasi Januari mencapai 7,32% dikurangi suku bunga SBI 7,42%.

Profil inflasi juga sangat menarik dikaji. Inflasi pada Januari 2005 sebesar 7,32%, sementara pada Februari mengalami deflasi. Namun, kecenderungan

Page 16: inflasi

trjadinya inflasi sangat nyata, terutama akibat ekspektasi kenaikan harga minyak dan dampak ikutannya.

Tetapi, dibandingkan dengan situasi Indonesia sebelumnya, sebenarnya inflasi di bawah 10% boleh disebut sebagai prestasi walaupun dibandingkan dengan negara lain -yang malah cenderung mengalami deflasi- apa yang terjadi sangat aneh.

Dengan kenaikan harga BBM, dipastikan inflasi yang berasal dari kenaikan biaya tak dapat ditolak. Bahkan, mungkin, akibatnya jauh lebih tinggi karena adanya inflasi psikologis dari perilaku bisnis yang ikut menaikkan harga.

Langkah BI

Jelas inflasi akan menjadi ancaman serius bagi perkembangan ekonomi ke depan. Ini bisa menjadi ancaman serius bagi pemerintah karena asumsi inflasi dalam RAPBN 2005 adalah 5,5%. Kalau inflasi yang terjadi jauh melebihi asumsi 5,5%, pasti akan menyeret pada melemahnya kurs rupiah yang ditetapkan dalam RAPBN Rp 8.600 per dolar. Demikian juga dengan asumsi SBI yang hanya 6,5%. Ini berarti inflasi akan menjadi pemicu persoalan lain yang lebih besar.

Sampai dua bulan ke depan, jelas akan terjadi kepanikan di pasar, terutama diindikasikan dengan kenaikan harga-harga yang luas. Ibaratnya, petani sayur kangkung juga akan mengklaim karena kenaikan BBM, biaya produksinya meningkat.

Kepanikan harga yang luas itu harus disikapi otoritas moneter dengan kepala dingin. Artinya, kalaupun terjadi kenaikan inflasi sampai dua bulan ke depan dengan angka sangat drastis -katakanlah angka akumulatifnya 2%- maka BI harus melihatnya sebagai kejadian sementara. Karena sifatnya temporer, maka yang paling bijaksana ialah mencermati dengan melakukan kalkulasi.

Page 17: inflasi

*. Abdul Mongid, dosen STIE Perbanas Surabaya

------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's'Thanks & Giving.'http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM--------------------------------------------------------------------~->

***************************************************************************Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc***************************************************************************__________________________________________________________________________Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest-hHKSG33TihhbjbujkaE4pw@xxxxxxxxxxxxxxxx5. No-email/web only: ppiindia-nomail-hHKSG33TihhbjbujkaE4pw@xxxxxxxxxxxxxxxx6. kembali menerima email: ppiindia-normal-hHKSG33TihhbjbujkaE4pw@xxxxxxxxxxxxxxxx

<Prev in Thread] Current Thread [Next in Thread>

Page 18: inflasi

Previous by Date: RE: DPR: Lawan Malaysia!, Sandy Dwiyono

Next by Date: Re: Re: Gadis Inggris Menangi Kasus Baju Islam di Sekolah 2, Ambon

Previous by Thread: WNI Diculik di Selat Malaka, Ambon

Next by Thread: Mendemokratiskan Praktik Teknokrasi, Ambon

Indexes: [Date] [Thread] [Top] [All   Lists ]

Recently Viewed:qnx.openqnx.dev... user-groups.lin... shells.bash.bug... emulators.xmame... web.egroupware.... desktop.xfce.i1... handhelds.andro... fonts.fontforge... bug-tracking.sc... redhat.fedora.d... network.jabber.... package-

managem... mail.pine.gener... kernel.dkms.dev... os.freebsd.regi... linux.debian.de... text.xml.cocoon... culture.templar... audio.devel/200... gentoo.alpha/20... xfree86.cvs/200... ide.eclipse.myl... version-control... jakarta.reposit...

Home | advertise | OSDir is an inevitable website.

Free Magazines

Cisco News Receive a free quarterly e-newsletter with exclusive articles on how Cisco IT uses its own products and solutions to enable the business. subscribe

Systems Management News, the newspaper for IT systems administration and data center managers! Each issue of Systems Management News is chock-full of news and analysis to help you understand what's happening in your field. subscribe

The Enterprise Newsweekly eWeek is the essential technology information source for builders of e-

Page 19: inflasi

business. subscribe

Oracle MagazineOracle Magazine contains technology strategy articles, sample code, tips, Oracle and partner news, how to articles for developers and DBAs, and more. Oracle (NASDAQ: ORCL) is the world's largest enterprise software company. subscribe

Total Telecom Total Telecom is "The Economist of the communications industry". subscribe

Navigation

File: /jiunkpe/jou/eakt/1999/jiunkpe-ns-jou-1999-98-044-1105-inflasi-resource1.pdf Prefs... Adobe Help

Pages: 1 to 14 of 14

Document Body Page Navigation Panel

Document Body

Page 1Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 54-67 Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

54 INFLASI DI INDONESIA : SUMBER-SUMBER PENYEBAB DAN PENGENDALIANNYA

Page 20: inflasi

Adwin S. Atmadja Dosen Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi - Universitas Kristen Petra

ABSTRAK Krisis moneter yang melanda negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, telah menyebabkan rusaknya sendi-sendi perekonomian nasional. Krisis moneter menyebabkan terjadinya imported inflation sebagai akibat dari terdepresiasinya secara tajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, yang selanjutnya mengakibatkan tekanan inflasi yang berat bagi Indonesia. Fenomena inflasi di Indonesia sebenarnya semata-mata bukan merupakan suatu fenomena jangka pendek saja dan yang terjadi secara situasional, tetapi seperti halnya yang umum terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang lainnya, masalah inflasi di Indonesia lebih pada masalah inflasi jangka panjang karena masih terdapatnya hambatan-hambatan struktural dalam perekonomian negara. Dengan demikian, maka pembenahan masalah inflasi di Indonesia tidak cukup dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen moneter saja, yang umumnya bersifat jangka pendek, tetapi juga dengan melakukan pembenahan di sektor riil, yaitu dengan target utama mengeliminasi hambatan-hambatan struktural yang ada dalam perekonomian nasional.

Kata kunci : inflasi, structural bottleneck.

ABSTRACT The monetary crisis that happens among the ASEAN countries including Indonesia has cause the broken of the national economical aspects. The monetary crisis causes the imported inflation, which is the result of the sharp depreciation of rupiah exchange rate toward the foreign exchange rate. This condition can cause the heavy inflation pressure for Indonesia. The inflation phenomenon in Indonesia actually is not the short-term phenomena. That is only happens incidentally. In fact, the same general problem also happens in others developing countries. The inflation problem in Indonesia is the kind of long-term inflation that caused by the structural of economic obstacles that still occur in Indonesia. As the result, the reconstruction of inflation problem in Indonesia is not enough

Page 21: inflasi

Inflasi di Indonesia : Sumber-sumber Penyebab dan Pengendaliannya (Adwin S. Atmadja)

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

55 to be accomplished only with monetary instruments, which usually tend to be in short-term. Therefore, the reconstruction in the real sector with the main target to eliminate the nation structural economic obstacles also needed in order to improve the national economy of Indonesia.

Keywods : inflation, structural bottleneck.

1. LATAR BELAKANG Krisis moneter yang melanda negara-negara anggota ASEAN, telah memporakporandakan struktur perekonomian negara-negara tersebut. Bahkan bagi Indonesia, akibat dari terjadinya krisis moneter yang kemudian berlanjut pada krisis ekonomi dan politik ini, telah menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan terhadap sendisendi perekonomian nasional. Krisis moneter yang melanda Indonesia diawali dengan terdepresiasinya secara tajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (terutama dolar Amerika), akibat adanya domino effect dari terdepresiasinya mata uang Thailand (bath), salah satunya telah mengakibatkan terjadinya lonjakan harga barang-barang yang diimpor Indonesia dari luar negeri. Lonjakan harga barang-barang impor ini, menyebabkan harga hampir semua barang yang dijual di dalam negeri meningkat baik secara langsung maupun secara tidak langsung, terutama pada barang yang memiliki kandungan barang impor yang tinggi. Karena gagal mengatasi krisis moneter dalam jangka waktu yang pendek, bahkan cenderung berlarut-larut, menyebabkan kenaikan tingkat harga terjadi secara umum dan semakin berlarut-larut. Akibatnya, angka inflasi nasional melonjak cukup tajam. Lonjakan yang cukup tajam terhadap angka inflasi nasional yang tanpa diimbangi oleh peningkatan pendapatan nominal masyarakat, telah menyebabkan pendapatan riil rakyat semakin merosot. Juga, pendapatan per kapita penduduk merosot relatif sangat cepat, yang mengakibatkan Indonesia kembali masuk dalam golongan negara miskin. Hal ini telah menyebabkan semakin beratnya beban hidup masyarakat, khususnya pada masyarakat strata ekonomi bawah. Jika melihat begitu dasyatnya pengaruh lonjakan angka inflasi di Indonesia

Page 22: inflasi

(akibat dari imported inflation yang dipicu oleh terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing) terhadap perekonomian nasional, maka dirasa perlu untuk memberikan perhatian ekstra terhadap masalah inflasi ini dengan cara mencermati kembali teori-teori yang membahas tentang inflasi; faktor-faktor yang menjadi sumber penyebab timbulnya inflasi di Indonesia; serta langkah-langkah apakah yang sebaiknya diambil untuk dapat keluar dari perangkap inflasi ini.

2. TINJAUAN TEORITIS TENTANG INFLASI 2.1 Teori Kuantitas Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi

Page 3Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 54-67 Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

56 Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.

Inti dari teori ini adalah sebagai berikut : 1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral. 2. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.

2.2 Keynesian Model Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi

Page 23: inflasi

tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingga permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang (inflationary gap menghilang).

2.3 Mark-up Model Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Price = Cost + Profit Margin Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi :

Price = Cost + ( a% x Cost ) Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-komponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar.

Page 4Inflasi di Indonesia : Sumber-sumber Penyebab dan Pengendaliannya (Adwin S. Atmadja)

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

57 2.4 Teori Struktural : Model Inflasi di Negara Berkembang

Page 24: inflasi

Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik. Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan structural bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama terjadi dalam tiga hal, yaitu :

1. Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis. Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang sederhana, sehingga seringkali terjadi supply dari sektor pertanian domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya.

2. Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Keterbatasan cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barangbarang baik bahan baku; input antara; maupun barang modal yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula. Belum lagi ditambah dengan adanya demonstration effect yang dapat menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.

3. Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja, sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri ataupun mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang (printing of money).

Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat memperparah inflasi di negara berkembang dalam jangka panjang, oleh karenanya fenomena inflasi di negaranegara yang sedang berkembang kadangkala menjadi suatu fenomena jangka panjang, yang tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek. Berbeda dengan kaum monetaris yang memandang inflasi sebagai fenomena moneter, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam sektor moneter akibat dari

Page 25: inflasi

ekspansi jumlah uang beredar, kaum neo-structuralist menekankan pada struktur sektor keuangan. Dasar pemikiran kaum neo-structuralist ini adalah pengaruh uang terhadap perekonomian terutama ditransmisikan dari supply side atau produksi. Menurut pemikiran kaum neo-structuralist, uang merupakan salah satu faktor penentu investasi dan produksi. Bila jumlah uang yang tersedia untuk investasi melimpah, menyebabkan harga uang (suku bunga) akan murah, maka volume investasi akan meningkat. Dengan meningkatnya volume investasi, volume produksi

Page 5Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 54-67 Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

58 juga akan meningkat. Sehingga, penawaran barang meningkat, yang pada gilirannya akan menekan tingkat inflasi. Dengan dasar pemikiran yang seperti ini, timbul pendapat bahwa deregulasi di sektor finansial dan peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi seraya menekan inflasi. Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi pangan, penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara berkembang adalah akibat inflasi dari luar negeri (imported inflation). Hal ini disebabkan antara lain oleh harga barangbarang impor yang meningkat di daerah asalnya, atau terjadinya devaluasi atau depresiasi mata uang di negara pengimpor. Menurut kesimpulan dari penelitian M.N. Dalal dan G. Schachter (1988), bila kontribusi impor terhadap pembentukan output domestik sangat besar, yang artinya sifat barang impor tersebut sangat penting terhadap price behaviour di negara importir, maka kenaikan harga barang impor akan menyebabkan tekanan inflasi di dalam negeri yang cukup besar. Selain itu, semakin rendah derajat kompetisi yang dimiliki oleh barang impor (price inelastic) terhadap produk dalam negeri, akan semakin besar pula dampak perubahan harga barang impor tersebut terhadap inflasi domestik.

2.5 Jenis Inflasi Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dalam pengelompokan tertentu, dan pengelompokan yang akan dipakai akan sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Jenis inflasi :

Page 26: inflasi

1. Menurut Derajatnya Inflasi ringan di bawah 10% (single digit) Inflasi sedang 10% - 30%. Inflasi tinggi 30% - 100%. Hyperinflasion di atas 100%.

Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah yang terkena imbas ( yang menderita ) dari inflasi yang sedang terjadi.

2. Menurut Penyebabnya Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess demand , yang merupakan inflationary gap. Dan dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih belum mencapai kondisi full-employment. Pengertian kenaikkan aggregate demand seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan moneterist menganggap aggregate demand mengalami kenaikkan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Page 6Inflasi di Indonesia : Sumber-sumber Penyebab dan Pengendaliannya (Adwin S. Atmadja)

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

59 Sedangkan, menurut golongan Keynesian kenaikkan aggregate demand dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi; government expenditures; atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah uang beredar. Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply

Page 27: inflasi

curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus cost push inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha.

3. Menurut Asalnya Domestic inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat. Imported inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem perekonomian terbuka (open economy system). Dan, inflasi ini dapat ‘menular’ baik melalui harga barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor. Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan tersebut, pada kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang (jika tidak boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh satu macam / jenis inflasi, tetapi acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku ekonomi yang benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam suatu sistem perekonomian negara. Contoh : imported inflation seringkali diikuti oleh cost push inflation, domestic inflation diikuti dengan demand pull inflation, dsb.

3. PEMBAHASAN 3.1 Perkembangan Inflasi di Indonesia Seperti halnya yang terjadi pada negara-negara berkembang pada umumnya, fenomena inflasi di Indonesia masih menjadi satu dari berbagai “penyakit” ekonomi makro yang meresahkan pemerintah terlebih bagi masyarakat. Memang, menjelang akhir pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis moneter) angka inflasi tahunan dapat ditekan sampai pada single digit, tetapi secara umum masih mengandung kerawanan jika dilihat dari seberapa besar prosentase kelompok masyarakat golongan miskin yang menderita akibat inflasi. Lebih-lebih setelah semakin berlanjutnya krisis moneter yang kemudian diikuti oleh krisis ekonomi, yang menjadi salah satu dari penyebab jatuhnya pemerintahan Orde Baru, angka inflasi cenderung meningkat pesat (mencapai lebih dari 75 % pada tahun 1998), dan diperparah dengan semakin besarnya presentase golongan masyarakat miskin. Sehingga bisa dikatakan, bahwa meskipun angka inflasi di Indonesia termasuk

Page 28: inflasi

Page 7Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 54-67 Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

60 dalam katagori tinggi, tetapi dengan meninjau presentase golongan masyarakat ekonomi bawah yang menderita akibat inflasi cukup besar, maka sebenarnya dapat dikatakan bahwa inflasi di Indonesia telah masuk dalam stadium awal dari hyperinflation.

3.2 Sumber-sumber Inflasi di Indonesia Apabila ditelaah lebih lanjut, terdapat beberapa faktor utama yang menjadi penyebab timbulnya inflasi di Indonesia, yaitu :

3.2.1 Jumlah uang beredar Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah faktor utama yang dituding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap negara, tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang beredar ini lebih banyak diterjemahkan dalam konsep narrow money ( M1 ). Hal ini terjadi karena masih adanya anggapan, bahwa uang kuasi hanya merupakan bagian dari likuiditas perbankan. Sejak tahun 1976 presentase uang kartal yang beredar (48,7%) lebih kecil dari pada presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%). Sehingga, mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter Indonesia. Juga, mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya monetisasi dalam kegiatan perekonomian subsistence, akibatnya memberikan kecenderungan meningkatnya laju inflasi. Menurut data yang dihimpun dalam Laporan Bank Dunia, menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia pada periode tahun 1980- 1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Dan, tingkat inflasi Indonesia juga relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya (kecuali Filipina). Kenaikkan jumlah uang beredar di Indonesia pada tahun 1970-an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini dapat merupakan efek langsung dari kebijaksanaan Bank Indonesia dalam sektor keuangan (terutama dalam hal penurunan reserve requirement).

Page 29: inflasi

3.2.1 Defisit Anggaran Belanja Pemerintah Seperti halnya yang umum terjadi pada negara berkembang, anggaran belanja pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini banyak kali disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut ketegaran struktural ekonomi Indonesia, yang acapkali menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun. Selama pemerintahan Orde Lama defisit anggaran belanja ini acapkali dibiayai dari dalam negeri dengan cara melakukan pencetakan uang baru, mengingat orientasi kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang inward looking policy, sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang hebat. Tetapi sejak era Orde Baru, defisit anggaran belanja ini ditutup dengan pinjaman luar negeri yang nampaknya relatif aman terhadap tekanan inflasi.

Page 8Inflasi di Indonesia : Sumber-sumber Penyebab dan Pengendaliannya (Adwin S. Atmadja)

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

61 Dalam era pemerintahan Orde Baru, kebutuhan terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi yang telah dicanangkan sejak Pembangunan Jangka Panjang I, menyebabkan kebutuhan dana untuk melakukan pembangunan sangat besar. Dengan mengingat bahwa potensi memobilisasi dana pembangunan dari masyarakat (baik dari sektor tabungan masyarakat maupun pendapatan pajak) di dalam negeri pada saat itu yang sangat terbatas (belum berkembang), juga kemampuan sektor swasta yang terbatas dalam melakukan pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor pembangunan. Hal ini menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih besar daripada penerimaan rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam investasi tidak dapat diimbangi dengan penerimaan, sehingga menimbulkan kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan negara, atau dapat dikatakan telah terjadi defisit struktural dalam keuangan negara. Pada saat terjadinya oil booming, era tahun 1970-an, pendapatan pemerintah di sektor migas meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan kemampuan pemerintah untuk berekspansi investasi di dalam negeri semakin meningkat. Dengan kondisi tingkat

Page 30: inflasi

pertumbuhan produksi domestik yang relatif lebih lambat, akibat kapasitas produksi nasional yang masih berada dalam keadaan under-employment, peningkatan permintaan (investasi) pemerintah menyebabkan terjadi realokasi sumberdaya dari masyarakat ke pemerintah., seperti yang terkonsep dalam analisis Keynes tentang inflasi. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya tekanan inflasi. Tetapi, sejak berubahnya orientasi ekspor Indonesia ke komoditi non migas, sejalan dengan merosotnya harga minyak bumi di pasar ekspor (sejak tahun 1982), menyebabkan kemampuan pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional semakin berkurang pula, sehingga pemerintah tidak dapat lagi mempertahankan posisinya sebagai penggerak (motor) pembangunan. Dengan kondisi seperti ini, menyebabkan secara bertahap peran sebagai penggerak utama pembangunan nasional beralih ke pihak swasta nasional, dengan demikian sumber tekanan inflasi pun beralih dari pemerintah beralih ke non pemerintah (swasta). Tekanan inflasi pada periode ini lebih disebabkan oleh meningkatnya tingkat agresifitas sektor swasta dalam melakukan ekspansi usaha, yang didukung oleh perkembangan sektor perbankan yang semakin ekspansif pula. Dengan kondisi sumberdaya modal domestik yang masih saja relatif terbatas, maka pinjaman luar negeri yang sifatnya non komersial maupun komersial pun semakin meningkat. Akibatnya, tetap saja terjadi defisit anggaran belanja negara dan neraca pembayaran, salah satu sebabnya karena pemerintah tetap saja harus menyediakan infrastruktur dan suprastruktur pembangunan ekonomi yang kebutuhannya semakin meningkat. Peran pemerintah ini dapat dimaklumi karena kemampuan swasta nasional dalam pembangunan infrastruktur ekonomi masih sangat terbatas.

3.2.3 Faktor-faktor dalam Penawaran Agregat dan Luar Negeri Kelambanan penyesuaian dari faktor-faktor penawaran agregat terhadap peningkatan permintaan agregat ini lebih banyak disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan struktural (structural bottleneck) yang ada di Indonesia. Harga bahan pangan merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan oleh ketegaran struktural

Page 9Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 54-67 Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

Page 31: inflasi

62 yang terjadi di sektor pertanian sehingga menyebabkan inelastisnya penawaran bahan pangan. Ketergantungan perekonomian Indonesia yang besar terhadap sektor pertanian, yang tercermin oleh peranan nilai tambahnya yang relatif besar dan daya serap tenaga kerjanya yang sedemikian tinggi serta beban penduduk yang cukup tinggi, mengakibatkan harga bahan pangan meningkat pesat. Umumnya, laju penawaran bahan pangan tidak dapat mengimbangi laju permintaannya, sehingga sering terjadi excess demand yang selanjutnya dapat memunculkan inflationary gap. Timbulnya excess demand ini disebabkan oleh percepatan pertambahan penduduk yang membutuhkan bahan pangan tidak dapat diimbangi dengan pertambahan output pertanian, khususnya pangan. Di sisi lain, kelambanan produksi bahan pangan disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah tingkat modernisasi teknologi dan metode pertanian yang kurang maksimal; adanya faktor-faktor eksternal dalam pertanian seperti, perubahan iklim dan bencana alam; perpindahan tenaga kerja pertanian ke sektor non pertanian akibat industrialisasi; juga semakin sempitnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian, yang disebabkan semakin banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi sebagai lokasi perumahan; industri; dan pengembangan kota. Lebih lanjut, menurut hasil study empiris yang pernah dilakukan oleh Sri Mulyani Indrawati (1996), selain harga bahan pangan, kontributor inflasi di Indonesia lainnya dari sisi penawaran agregat adalah imported inflation, administrated goods, output gap, dan interest rate. Pertama, imported inflation ini terjadi akibat tingginya derajat ketergantungan sektor riil di Indonesia terhadap barang-barang impor, baik capital goods; intermediated good; maupun row material. Transmisi imported inflation di Indonesia ini terjadi melalui dua hal, yaitu depresiasi rupiah terhadap mata uang asing dan perubahan harga barang impor di negara asalnya. Bila suatu ketika terjadi depresiasi rupiah yang cukup tajam terhadap mata uang asing, maka akan menyebabkan bertambah beratnya beban biaya yang harus ditanggung oleh produsen, baik itu untuk pembayaran bahan baku dan barang perantara ataupun beban hutang luar negeri akibat ekspansi usaha yang telah dilakukan. Hal ini menyebabkan harga jual output di dalam negeri (khususnya untuk industri subtitusi impor) akan meningkat tajam, sehingga potensial meningkatkan derajat inflasi di dalam negeri. Tetapi, untuk industri yang bersifat promosi ekspor, depresiasi tersebut tidak akan membawa dampak buruk yang signifikan. Berkaitan dengan posisi hutang luar negeri Indonesia, pada periode tahun 1990- an, telah membengkak dengan tingkat debt service ratio yang semakin tinggi, yaitu lebih dari 40 %, dan presentase tingkat hutang yang bersifat komersial telah melampaui hutang non komersial. Menyebabkan, timbulnya hal yang sangat

Page 32: inflasi

membahayakan ketahanan ekonomi nasional, terutama pada sektor finansial, apabila terjadi fluktuasi (memburuknya) nilai tukar (kurs), disamping dapat mengakibatkan tekanan inflasi yang berat, khususnya imported inflation. Kedua, administrated goods adalah barang-barang yang harganya diatur dan ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun pengaruhnya secara langsung sangat kecil dalam mempengaruhi tingkat inflasi, tetapi secara situasional dan tidak langsung pengaruhnya dapat menjadi signifikan. Contoh, apabila terjadi kenaikan BBM, maka bukan saja harga BBM yang naik, harga barang atau tarif jasa yang terkait dengan

Page 10Inflasi di Indonesia : Sumber-sumber Penyebab dan Pengendaliannya (Adwin S. Atmadja)

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

63 BBM juga akan ikut dinaikan oleh masyarakat. Akibatnya, dapat memperberat tekanan inflasi. Ketiga, output gap adalah perbedaan antara actual output (output yang diproduksi) dengan potential output (output yang seharusnya dapat diproduksi dalam keadaan full employment). Adanya kesenjangan (gap) ini terjadi karena faktor-faktor produksi yang dipakai dalam proses produksi belum maksimal dan atau efisien. Keempat, interest rate juga merupakan faktor penting yang menyumbang angka inflasi di Indonesia. Memang pada awalnya merupakan hal yang cukup membingungkan dalam menentukan manakah yang menjadi independent variable atau dependent, antara inflasi dan suku bunga. Tetapi, bila ditilik dari sisi biaya produksi dan investasi (sisi penawaran), maka jelaslah bahwa suku bunga dapat dikatagorikan dalam komponen biaya-biaya tersebut. Dengan relatif tingginya tingkat suku bunga perbankan di Indonesia, menyebabkan biaya produksi dan investasi di Indonesia, yang dibiayai melalui kredit perbankan, akan tinggi juga. Jadi, apabila tingkat suku bunga meningkat, maka biaya produksi akan meningkat, selanjutnya akan meningkatkan pula harga output di pasar, akibatnya terjadi tekanan inflasi. Akhirnya, relasi antara tingkat suku bunga dan inflasi ini bisa menjadi interest rate-price spiral.

Page 33: inflasi

3.3 Pengendalian Inflasi di Indonesia Sebagaimana halnya yang umum terjadi pada negara – negara berkembang, inflasi di Indonesia relatif lebih banyak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat struktural ekonomi bila dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat monetary policies. Sehingga bisa dikatakan, bahwa pengaruh dari cosh push inflation lebih besar dari pada demand pull inflation. Memang dalam periode tahun-tahun tertentu, misalnya pada saat terjadinya oil booming, tekanan inflasi di Indonesia disebabkan meningkatnya jumlah uang beredar. Tetapi hal tersebut tidak dapat mengabaikan adanya pengaruh yang bersifat struktural ekonomi, sebab pada periode tersebut, masih terjadi kesenjangan antara penawaran agregat dengan permintaan agregat, contohnya di sub sektor pertanian, yang dapat meningkatkan derajat inflasi. Pada umumnya pemerintah Indonesia lebih banyak menggunakan pendekatan moneter dalam upaya mengendalikan tingkat harga umum. Pemerintah Indonesia lebih senang menggunakan instrumen moneter sebagai alat untuk meredam inflasi, misalnya dengan open market mechanism atau reserve requirement. Tetapi perlu diingat, bahwa pendekatan moneter lebih banyak dipakai untuk mengatasi inflasi dalam jangka pendek, dan sangat baik diterapkan peda negara-negara yang telah maju perekonomiannya, bukan pada negara berkembang yang masih memiliki structural bottleneck. Jadi, apabila pendekatan moneter ini dipakai sebagai alat utama dalam mengendalikan inflasi di negara berkembang, maka tidak akan dapat menyelesaikan problem inflasi di negara berkembang yang umumnya berkarakteristik jangka panjang. Seperti halnya yang terjadi di Indonesia pada saat krisis moneter yang selanjutnya menjadi krisis ekonomi, inflasi di Indonesia dipicu oleh kenaikan harga komoditi impor (imported inflation) dan membengkaknya hutang luar negeri akibat

Page 11Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 54-67 Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

64 dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan mata uang asing lainnya. Akibatnya, untuk mengendalikan tekanan inflasi, maka terlebih dahulu harus dilakukan penstabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dolar Amerika.

Page 34: inflasi

Dalam menstabilkan nilai kurs, pemerintah Indonesia cenderung lebih banyak memainkan instrumen moneter melalui otoritas moneter dengan tight money policy yang diharapkan selain dapat menarik minat para pemegang valuta asing untuk menginvestasikan modalnya ke Indonesia melalui deposito, juga dapat menstabilkan tingkat harga umum. Tight money policy yang dilakukan dengan cara menaikkan tingkat suku bunga SBI (melalui open market mechanism) sangat tinggi, pada satu sisi akan efektif untuk mengurangi money suplly, tetapi di sisi lain akan meningkatkan suku bunga kredit untuk sektor riil. Akibatnya, akan menyebabkan timbulnya cost push inflation karena adanya interest rate-price spiral. Apabila tingkat suku bunga (deposito) perbankan sudah terlalu tinggi, sehingga dana produktif (dana untuk berproduksi atau berusaha) yang ada di masyarakat ikut terserap ke perbankan, maka akan dapat menyebabkan timbulnya stagnasi atau bahkan penurunan output produksi nasional (disebut dengan Cavallo effect). Lebih lagi bila sampai terjadi negatif spread pada dunia perbankan nasional, maka bukan saja menimbulkan kerusakan pada sektor riil, tetapi juga kerusakan pada industri perbankan nasional (sektor moneter). Jika kebijaksanaan ini terus dilakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu menengah atau panjang, maka akan terjadi depresi ekonomi, akibatnya struktur perekonomian nasional akan rusak. Jika demikian halnya, maka sebaiknya kebijaksanaan pengendalian inflasi bukan hanya dilakukan melalui konsep kaum moneterist saja, tetapi juga dengan memperhatikan cara pandang kaum structuralist, yang lebih memandang perlunya mengatasi hambatan-hambatan struktural yang ada. Dengan berpedoman pada berbagai hambatan dalam pembangunan perekonomian Indonesia yang telah disebutkan di atas, maka perlu berbagai upaya pembenahan, yaitu :

3.3.1 Meningkatkan Supply Bahan Pangan Meningkatkan supply bahan pangan dapat dilakukan dengan lebih memberikan perhatian pada pembangunan di sektor pertanian, khususnya sub sektor pertanian pangan. Modernisasi teknologi dan metode pengolahan lahan, serta penambahan luas lahan pertanian perlu dilakukan untuk meningkatkan laju produksi bahan pangan agar tercipta swasembada pangan.

3.3.2 Mengurangi Defisit APBN Mungkin dalam masa krisis ekonomi mengurangi defisit APBN tidak dapat dilaksanakan, tetapi dalam jangka panjang (setelah krisis berlalu) perlu dilakukan. Untuk mengurangi defisit anggaran belanja, pemerintah harus dapat meningkatkan penerimaan rutinnya, terutama dari sektor pajak dengan benar dan tepat karena hal

Page 35: inflasi

ini juga dapat menekan excess demand. Dengan semakin naiknya penerimaan dalam negeri, diharapkan pemerintah dapat mengurangi ketergantungannya terhadap

Page 12Inflasi di Indonesia : Sumber-sumber Penyebab dan Pengendaliannya (Adwin S. Atmadja)

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

65 pinjaman dana dari luar negeri. Dengan demikian anggaran belanja pemerintah nantinya akan lebih mencerminkan sifat yang relative independent.

3.3.3 Meningkatkan Cadangan Devisa Pertama, perlu memperbaiki posisi neraca perdagangan luar negeri (current account), terutama pada perdagangan jasa, agar tidak terus menerus defisit. Dengan demikian diharapkan cadangan devisa nasional akan dapat ditingkatkan. Juga, diusahakan untuk meningkatkan kinerja ekspor, sehingga net export harus semakin meningkat. Kedua, diusahakan agar dapat mengurangi ketergantungan industri domestik terhadap barang-barang luar negeri, misalnya dengan lebih banyak memfokuskan pembangunan pada industri hulu yang mengolah sumberdaya alam yang tersedia di dalam negeri untuk dipakai sebagai bahan baku bagi industri hilir. Selain itu juga perlu dikembangkan industri yang mampu memproduksi barang-barang modal untuk industri di dalam negeri. Ketiga, mengubah sifat industri dari yang bersifat substitusi impor kepada yang lebih bersifat promosi ekspor, agar terjadi efisiensi di sektor harga dan meningkatkan net export. Keempat, membangun industri yang mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan memiliki kandungan komponen lokal yang relatif tinggi pula.

3.3.4 Memperbaiki dan Meningkatkan Kemampuan Sisi Penawaran Agregat Pertama, mengurangi kesenjangan output (output gap) dengan cara meningkatkan kualitas sumberdaya pekerja, modernisasi teknologi produksi, serta pembangunan industri manufaktur nasional agar kinerjanya meningkat. Kedua, memperlancar jalur distribusi barang nasional, supaya tidak terjadi kesenjangan penawaran dan permintaan di tingkat regional (daerah). Ketiga, menstabilkan

Page 36: inflasi

tingkat suku bunga dan menyehatkan perbankan nasional, tujuannya untuk mendukung laju proses industrialisasi nasional. Keempat, menciptakan kondisi yang sehat dalam perekonomian agar market mechanism dapat berjalan dengan benar, dan mengurangi atau bahkan menghilangkan segala bentuk faktor yang dapat menyebabkan distorsi pasar. Kelima, melakukan program deregulasi dan debirokrasi di sektor riil karena acapkali birokrasi yang berbelit dapat menyebabkan high cost economy. Dengan menggunakan dua pendekatan (moneterist dan strukturalist) pada komposisi yang tepat, maka diharapkan bukan saja dalam jangka pendek inflasi dapat dikendalikan, tetapi juga dalam jangka panjang. Dan, bila ada upaya yang serius untuk memperkecil atau bahkan menghilangkan hambatan-hambatan struktural yang ada, maka akan berakibat pada membaiknya fundamental ekonomi Indonesia.

Page 13Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 54-67 Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

66 4. KESIMPULAN Masalah inflasi di Indonesia ternyata bukan saja merupakan fenomena jangka pendek, tetapi juga merupakan fenomena jangka panjang. Dalam arti, bahwa inflasi di Indonesia bukan semata-mata hanya disebabkan oleh gagalnya pelaksanaan kebijaksanaan di sektor moneter oleh pemerintah, yang seringkali dilakukan untuk tujuan menstabilkan fluktuasi tingkat harga umum dalam jangka pendek, tetapi juga mengindikasikan masih adanya hambatan-hambatan struktural dalam perekonomian Indonesia yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Apabila mengacu pada usaha pengeliminasian hambatan-hambatan struktural tersebut, maka mau tidak mau harus memperhatikan dengan seksama pembangunan ekonomi di sektor riil. Dengan melakukan pembenahan di sektor riil secara tepat, bahkan mungkin sampai pada tahap messo dan micro ekonomi, maka kemantapan fundamental ekonomi Indonesia dapat diperkokoh. Defisit APBN; peningkatan cadangan devisa; pembenahan sektor pertanian khususnya pada sub sektor pangan; pembenahan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi posisi penawaran agregat merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan penanganan yang serius untuk dapat menekan inflasi ke tingkat yang

Page 37: inflasi

serendah mungkin di Indonesia, disamping tentunya pengelolaan tepat dan pembenahan di sektor moneter.

DAFTAR PUSTAKA Boediono (1997), Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No: 2 ; Ekonomi Makro, edisi keempat; Yogyakarta, BPFE.

Cavanese, A. J., The Structuralist Explanation in the Theory of Inflation, Word Development, No. 10 halaman 523-529.

Dalal, M.N., Schacher, G. (July 1988), Transmission of International Inflation to India : A Structural Analisis, The Journal of Developing Areas, No. 23, halaman 85-104.

Friedman, Milton (March 1984), The Role of Monetary Policy, American Economic Review, halaman 57-71.

Fry, M.J., (Maret 1971), Money and Capital or Financial Deepening in Economic Development ?, Journal of Money, Credit and Banking, No. 1, halaman 22-45.

Gunawan, Anton H. (Januari 1991), Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia, PAU-Ekonomi-UI, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Indrawati, Sri Mulyani (1996), Sumber-Sumber Inflasi di Indonesia, Makalah dalam Seminar ISEI dan PERHEPI, Jakarta.

Page 14Inflasi di Indonesia : Sumber-sumber Penyebab dan Pengendaliannya (Adwin S. Atmadja)

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/

67 Lim, J. (September 1987), The New Structuralist Critique of The Monetarist Theory of Inflation, Journal of Development Economic, No. 25.

Page 38: inflasi

McKinnon, R.I (1973)., Money and Capital in Economic Development, Washinton DC : Brooking.

Tambunan, Tulus T.H. (1996), Perekonomian Indonesia, Jakarta, Galia Indonesia. Van Wijnbergen, S. (September 1982), Credit Policy, Inflation and Growth in a Financially Repressed Economy, Journal of Development Economics, No. 13, halaman 45-65

Page Navigation Panel  1   2   3   4   5   6   7   8   9  10  11  12  13  14

http://digilib.petra.ac.id/ads-cgi/viewer.pl/jiunkpe/jou/eakt/1999/jiunkpe-ns-jou-1999-98-044-1105-inflasi-resource1.pdf

http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta-penjelasannya

Organisasi.Org Komunitas & Perpustakaan Online Indonesia

Navigation

halaman depan forum komunitas

ilmu pengetahuan

o agama islam

o akuntansi

o bahasa indonesia

o biologi

o ekonomi

o ekonomi manajemen

Page 40: inflasi

Password: *

Create new account Request new password

Cari di Organisasi.Org

Masukkan istilah pencarian Anda

Web organisasi.org

Kirim formulir pencarian

Topik Forum Aktif

kalo cewek nembak cowok gimana?? pacaran tanpa restu ortu

Minta tips cara bisa sukses masuk AKSEL & Soal-soal program kelas aksel?

Tumbuh Dan Berkembang

home country&host country

aku bingung kenapa umat Kristen dan umat Islam selalu.....

more

Home › ilmu pengetahuan › ekonomi

Definisi/Pengertian Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal, Instrumen Serta Penjelasannya

Sun, 13/01/2008 - 11:13pm — godam64

A. Arti Definisi / Pengertian Kebijakan Moneter (Monetary Policy)

Page 41: inflasi

Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive PolicyAdalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar

2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive PolicyAdalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policu)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

B. Arti Definisi / Pengertian Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

Page 42: inflasi

Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :

1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal EkspansifAnggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.

2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal KontraktifAnggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.

3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.

ekonomi

Comments

Wed, 19/03/2008 - 11:46am — Tamu

intinya aja ,ttg pnwrn islam

intinya aja ,ttg pnwrn islam itu gmn???

reply

Wed, 26/03/2008 - 7:00am — Tamu

Terima kasih

Terima Kasih

reply

Tue, 06/05/2008 - 8:14pm — Tamu

artikel ini

buat bantu - bantu tugas eko..

Page 43: inflasi

reply

Thu, 08/05/2008 - 9:52am — Tamu

Mohon jelaskan...(bingung...)

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah ( dimana, siapa ?), pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang (supaya tidak inflasi ?).Kalo bisa dgn contoh

reply

Sun, 18/05/2008 - 5:09pm — Tamu

kredit

butuh informasi pengertian buat menjadi acuan teori mengenai kredit yang diberikan dari bank luar negeri kepada bank dalam negeri....urgent

reply

Thu, 22/05/2008 - 11:40am — Tamu

Kebijakan fiskal

Tolong jelaskan mengenai jenis-jenis kebijakan fiskal dengan lebih rinci. kalo gak salah ada 2, tapi saya lupa. trims...

reply

Mon, 23/06/2008 - 8:22am — Tamu

tedy

makasih ya...... sudah saya tulis kokkkebetulan saya lagi mencari kebijakan fiskal buat tugas.......sekali lagi makasih

reply

Thu, 10/07/2008 - 10:04am — Tamu

Page 44: inflasi

fiskal digratiskan pada

fiskal digratiskan pada pihak yang memenuhi syarat,sebutkan......

reply

Thu, 21/08/2008 - 8:43pm — Tamu

Penjelasan yang lebih

Tolong jelaskan ttng fiskal lebih banyak dan lebih jelas..

Soalna saya mzi blm ngerti.

reply

Fri, 12/09/2008 - 10:57am — Tamu

contohnya kebijakan fiskal

contohnya kebijakan fiskal yang terjadi di Indonesia apa aja?

reply

Fri, 12/09/2008 - 2:00pm — godam64

Contoh penerapan kebijakan fiskal

Kalau tidak salah ada penurunan tarif pajak buat orang kaya dari maksimal 35% ke 30% fungsinya ya biar konsumsi masyarakat jadi tinggi untuk mengembangkan perekonomian negara secara umum.

Contoh lain seperti rencana menaikkan cukai tembakau untuk membatasi perokok dari kalangan orang miskin yang tidak mampu berobat kanker paru-paru dan sebagainya serta untuk meningkatkan penerimaan negara dari perokok. Percuma saja kalau penerimaan negara tinggi tetapi subsidi untuk pengobatan orang miskin dari penyakit rokok lebih tinggi. Rugi dong.

Semoga tidak salah dan tolong dikoreksi apabila ada kesalahan.

reply

Mon, 15/09/2008 - 11:30am — Tamu

bingung

Page 45: inflasi

mohon dijelaskan jenis-jenis kebijakan ekspansif moneter dan pengaruhnya terhadap keseimbangan kurva IS-LM

reply

Mon, 22/09/2008 - 10:17am — Tamu

pertanyaan sangat penting sekali

mohon dijelaskan kebijakan moneter BI yang bisa mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan bank - bank umum kepada masyarakat

reply

Mon, 22/09/2008 - 10:37pm — godam64

Konsumen kredit yang dipengaruhi oleh bi rate

Sebenarnya bukan bank yang dipengaruhi sekali tetapi konsumen kreditlah yang dipengaruhi. Semakin tinggi BI rate, maka bank akan menaikkan tingkat suku bunga bank atas kredit yang diajukan konsumen.

Orang yang keuangannya pas-pasan atau pelit tidak akan mau ambil kredit saat suku bunga tinggi karena akan sangat mempengaruhi kondisi finansial atau psikis mereka. Dengan demikian hanya segelintir orang mampu saja yang bisa menikmati fasilitas kredit bank, karena yang tidak mampu tidak akan mau ambil kredit.

bagi orang yang berpenghasilan 2 juta perbulan, kenaikan besar cicilan sebesar 100 ribu akan sangat memberatkan sekali dingndingkan dengan yang penghasilannya 10 juta sebulan.

reply

Thu, 25/09/2008 - 11:50am — Tamu

fiskal

pengertian fiskal itu apa sih? tolong ya?

thanks berat....

reply

Sat, 25/10/2008 - 4:12pm — Tamu

bahasanya ribet

gag ngerti , lebih jelas dung .. gag bisa ngerain tugas ekonomi nih ..

Page 46: inflasi

reply

Sun, 16/11/2008 - 12:20pm — Tamu

baca donk

mbok di baca, kmu tu lo kan skolah...ya to???oalah...mba/mas semangat ya...demi kemajuan bangsa...

reply

Mon, 01/12/2008 - 11:55am — Tamu

Bagaimana dengan penggunaan

Bagaimana dengan penggunaan Dinar Emas...?

M.Ridwan (Voice of Islamic Economics)

reply

Post new comment

Subject:

Comment: *

Page 47: inflasi

Allowed HTML tags: <a> <em> <strong> <cite> <code> <ul> <ol> <li> <dl> <dt> <dd> <br> Lines and paragraphs break automatically.

Links to specified hosts will have a rel="nofollow" added to them.

More information about formatting options

CAPTCHA

Kerjakan soal matematika ini apabila anda ingin memberi komentar untuk mengetahui apakah anda manusia atau robot!

Math Question: * 1 + 0 =

Solve this simple math problem and enter the result. E.g. for 1+3, enter 4.

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang / Copyright © 2005-2008 Organisasi.Org - Dilarang Mempublikasi Sebagian/Seluruh Isi Situs Ini Tanpa Izin Masing-Masing penulis Artikel