industri kelapa sawit selain menghasilkan produk utama yang berupa minyak kelapa sawit

2
Industri kelapa sawit selain menghasilkan produk utama yang berupa minyak kelapa sawit, juga menghasilkan limbah yang berupa limbah padat (khususnya tandan kosong kelapa sawit) dan air limbah. Limbah-limbah tersebut dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan pengelolaan. Pada umumnya air limbah pabrik kelapa sawit (ALPKS) diolah secara anaerobik dengan sistem kolam terbuka. Proses pengolahan secara anaerobik ini menghasilkan biogas dengan kandungan gas utama yaitu gas metana (CH 4 ) dan gas karbondioksida (CO 2 ). Gas-gas tersebut merupakan gas rumah kaca yang apabila terlepas ke atmosfer dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Proses pengolahan ALPKS secara anaerobik ini dilakukan dengan sistem kolam terbuka, hal ini mengakibatkan gas yang terproduksi selama proses pengolahan dapat dengan mudah terdispersi ke udara. Selain dapat memproduksi gas, proses pengolahan ALPKS secara anaerobik ini juga menghasilkan efluen yang dimanfaatkan dalam pengaplikasian lahan. Namun tidak semua jenis lahan dapat diaplikasikan oleh efluen tersebut, sehingga dibutuhkan pemanfaatan lain bagi efluen agar tidak mencemari lingkungan. Limbah padat yang berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dimanfaatkan sebagai kompos dalam proses pengomposan aerobik yang dilakukan dengan penambahan ALPKS segar. Selama pengomposan proses fermentasi terjadi dalam kondisi aerobik dan anaerobik. Proses fermentasi anaerobik tersebut dapat menghasilkan gas-gas rumah kaca yaitu gas CH 4 dan gas CO 2, karena proses pengomposan dilakukan secara aerobik sehingga gas- gas rumah kaca tersebut dapat dengan mudah terlepas ke udara.

Upload: widya-astari

Post on 05-Sep-2015

15 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

limbah

TRANSCRIPT

Industri kelapa sawit selain menghasilkan produk utama yang berupa minyak kelapa sawit, juga menghasilkan limbah yang berupa limbah padat (khususnya tandan kosong kelapa sawit) dan air limbah. Limbah-limbah tersebut dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan pengelolaan. Pada umumnya air limbah pabrik kelapa sawit (ALPKS) diolah secara anaerobik dengan sistem kolam terbuka. Proses pengolahan secara anaerobik ini menghasilkan biogas dengan kandungan gas utama yaitu gas metana (CH4) dan gas karbondioksida (CO2). Gas-gas tersebut merupakan gas rumah kaca yang apabila terlepas ke atmosfer dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Proses pengolahan ALPKS secara anaerobik ini dilakukan dengan sistem kolam terbuka, hal ini mengakibatkan gas yang terproduksi selama proses pengolahan dapat dengan mudah terdispersi ke udara. Selain dapat memproduksi gas, proses pengolahan ALPKS secara anaerobik ini juga menghasilkan efluen yang dimanfaatkan dalam pengaplikasian lahan. Namun tidak semua jenis lahan dapat diaplikasikan oleh efluen tersebut, sehingga dibutuhkan pemanfaatan lain bagi efluen agar tidak mencemari lingkungan. Limbah padat yang berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dimanfaatkan sebagai kompos dalam proses pengomposan aerobik yang dilakukan dengan penambahan ALPKS segar. Selama pengomposan proses fermentasi terjadi dalam kondisi aerobik dan anaerobik. Proses fermentasi anaerobik tersebut dapat menghasilkan gas-gas rumah kaca yaitu gas CH4 dan gas CO2, karena proses pengomposan dilakukan secara aerobik sehingga gas-gas rumah kaca tersebut dapat dengan mudah terlepas ke udara. Beberapa hal tersebut menjadi permasalahan baru bagi industri kelapa sawit sehingga diperlukan alternatif lain dalam pengelolaan limbah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan pengelolaan limbah terintegrasi yaitu dengan memanfaatkan efluen dari pengolahan ALPKS secara anaerobik yang dilakukan dengan sistem kolam tertutup (cover lagoon) dalam pengomposan TKKS yang dilakukan dengan cara anaerobik. Dengan dilakukannya pengolahan yang tertutup pada masing-masing limbah dan pada teknologi pengelolaan terintegrasi tersebut dilengkapi dengan sistem penangkap gas (methane capture, diharapkan tidak ada lagi gas yang terdispersi ke udara sehingga gas rumah kaca di atmosfer dapat tereduksi. Selain diharapkan dapat mereduksi gas rumah kaca, dengan diterapkannya teknologi pengelolaan terintegrasi ini juga diharapkan dapat memaksimalkan pemanfaatan efluen dan juga dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang lebih banyak yang berasal dari pengolahan ALPKS secara anaerobik dan pengomposan TKKS secara anaerobik.