indikator mutu rumah sakit

Upload: ranumnum

Post on 14-Oct-2015

100 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

indikator mutu rs

TRANSCRIPT

Rumah Sakit

Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk..

Terdapat 13 propinsi yang jumlah tempat tidur/100.000 penduduknya lebih tinggi dari angka rata-rata nasional (60,5). Sebaliknya Propinsi Lampung dan NTB yang mempunyai jumlah tempat tidur per 100.000 penduduk terendah. Bahwa pada tahun 1996 terjadi peningkatan jumlah RS Kelas B dan kelas C, dan penurunan jumlah RS Kelas D. Hal ini disebabkan adanya perubahan status kelas Rumah sakit atau penambahan Rumah Sakit baru.

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain :a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :1) Kunjungan baru rawat jalan per 100.000 penduduk.2) Angka Kematian Neto / Net Death Rate (NDR)3) Angka Kematian Umum / Gross Death Rate (GDR)b. Tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit melalui indikator :1) Angka penggunaan tempat tidur / Bed Occupancy Rate (BOR)2) Rata-rata lama dirawat / Length of Stay (LOS)3) Frekuensi pemakaian tempat tidur / Bed Turn Over (BTO)4) Selang waktu antara pemakaian tempat tidur / Turn Over Interval (TOI)a. Cakupan dan mutu pelayanan rumah sakit 1) Kunjungan baru rawat jalan per 100.000 penduduk.Secara nasional rasio kunjungan baru rawat jalan di rumah sakit per 100.000 penduduk sejak tahun 1992 sampai dengan 1996 cenderung meningkat yaitu dari 11.441 menjadi 11.953. Pada tahun 1996 rasio kunjungan baru rawat per 100.000 penduduk menurut propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa propinsi DKI Jakarta mempunyai rasio yang paling tinggi yaitu 38.451 dan yang terendah adalah propinsi Lampung yaitu sebesar 3.428.2) Angka Kematian Neto /NDR (Net Death Rate)a) Kecenderungan NDR pada RSU Depkes, Pemda, BUMN/Dep lain, ABRI dan Swasta Tahun 1992 - 1996NDR sebagai angka kematian 48 jam pasien rawat inap per 1000 pasien keluar (hidup dan mati) merupakan penilaian terhadap mutu pelayanan rumah sakit. Dari tahun 1992 - 1996 angka kematian neto tersebut menurut pengelola rumah sakit terlihat bahwa yang dikelola oleh Depkes cenderung menurun meskipun tidak terlalu besar yaitu dari 34 pada tahun 1992 menjadi 31pada tahun 1996 dan yang dikelola Pemda tk I terlihat naik yaitu 25 pada tahun 1992 menjadi 26 pada tahun 1996. Sedangkan yang dikelola Pemda tk II, Dep lain/BUMN dan Swasta cenderung tidak berubah. Rumah sakit umum yang dikelola oleh Pemda tk II, ABRI, BUMN dan Swasta mempunyai NDR yang masih dapat ditolerir karena mempunyai NDR kurang dari 25 per 1000 pasien keluar. Rumah sakit umum milik Depkes dan Pemda tk I memiliki NDR diatas angka yang dapat ditolerir yaitu lebih besar dari 25 per 1000 pasien keluar terutama pada rumah sakit yang dikelola oleh Depkes.

1. Kecenderungan Angka Kematian Neto/NDR pada rumah sakit umum kelas A, B, C dan D. Tahun 1992 -1996Khusus pada RSU Depkes dan Pemda, bila dilihat NDR nya menurut kelas rumah sakit ditermukan bahwa makin tinggi kelas rumah sakit makin tinggi pula angka kematian neto. Angka kematian neto pada RSU kelas A cenderung berfluktuasi dari tahun ketahun. Sedangkan pada RSU kelas B dan C ada kecenderungan menurun dan pada RSU kelas D cenderung tetap.3) Angka Kematian Umum (GDR)a) Kecenderungan GDR pada RSU Depkes, Pemda, BUMN/Dep. Lain, ABRI dan Swasta tahun 1992-1996GDR adalah angka kematian total pasien rawat inap yang keluar rumah sakit per 1000 penderita keluar hidup dan mati. Seperti halnya NDR, indikator ini tidak sepenuhnya memberikan penilaian mutu pelayanan rumah sakit secara umum, meskipun GDR dipengaruhi oleh angka kematian 48 jam yang pada umumnya adalah kasus-kasus gawat darurat/akut. Dari tahun 1992 - 1996 angka kematian total menurut pengelola rumah sakit tersebut terlihat bahwa yang dikelola oleh Depkes cenderung berfluktuasi yaitu dari 58 pada tahun 1992 menjadi 59 pada tahun 1996 dan yang dikelola Pemda tk I cenderung tetap yaitu 50 per 1000 penderita keluar hidup dan mati.. Sedangkan yang dikelola Pemda tk II, Dep lain/BUMN terlihat ada penurunan dan Swasta cenderung ada kenaikan meskipun tidak besar. Seperti halnya pola NDR, GDR di RSU Depkes dan Pemda tk I lebih tinggi dibandingkan dengan RSU ABRI, Dep.Lain/BUMN dan Swasta. GDR yang rendah (