indikator ekonomi kota kotamobagu 2013

Upload: reins-samudera-merah

Post on 09-Mar-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Indikator Ekonomi Kota Kotamobagu 2013

TRANSCRIPT

  • i

  • ii

    ANALISIS INDIKATOR EKONOMI MAKRO KOTA KOTAMOBAGU 2013 Katalog BPS / BPS Catalogue : 9302008.7174

    Ukuran Buku / Book Size : 21 cm x 29.7 cm

    Jumlah Halaman / Number of Pages : xiii + 48 Halaman / Pages

    Naskah / Manuscript :

    Badan Perencanaan Pembangunan, Litbang dan Penanaman Modal

    Kota Kotamobagu

    Board of Planning of Kotamobagu Regency

    &

    Badan Pusat Statistik Kota Kotamobagu

    Statistics of Kotamobagu

    Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

    May be cited with reference to the source

  • iii

    WALIKOTA KOTAMOBAGU

    Ir. Hj. Tatong Bara

  • iv

    WAKIL WALIKOTA KOTAMOBAGU

    Drs. Djainuddin Damopolii

  • v

    WALIKOTA

    KOTA KOTAMOBAGU

    KATA SAMBUTAN

    Saya menyambut dengan gembira penerbitan publikasi Indikator

    Ekonomi Makro Kota Kotamobagu Tahun 2013. Karena ini merupakan salah satu

    analisis yang penting, khususnya bagi Kota Kotamobagu, dalam rangka

    menunjang peningkatan kualitas perencanaan secara menyeluruh dan terpadu,

    serta sekaligus sebagai acuan evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan ekonomi

    pada tahapan sebelumnya.

    Mengingat besarnya kegunaan indikator Ekonomi ini bagi perencanaan

    daerah, maka kepada Kepala Badan Pusat Statistik Kota Kotamobagu, yang telah

    berupaya dengan sungguh-sungguh dalam penerbitan publikasi ini serta kepada

    semua pihak yang telah membantu penyediaan data, saya minta agar lebih

    meningkatkan kerjasama sehingga penerbitan ini dapat berkesinambungan.

    Harapan saya agar penghitungan indikator ekonomi ini semakin diperluas

    dan ditingkatkan agar Pemerintah Daerah memiliki indikator yang tepat untuk

    melihat kemajuan dan keberhasilan pembangunan daerah.

    Kotamobagu, Juli 2014

    Walikota Kotamobagu

    Ir. Hj. Tatong Bara

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa ,

    BPS Kota Kotamobagu dapat menyelesaikan publikasi ANALISIS

    INDIKATOR EKONOMI MAKRO KOTA KOTAMOBAGU TAHUN

    2013.

    Publikasi ini menyajikan data pertumbuhan ekonomi, klasifikasi daerah

    menurut perkembangan ekonominya, penerimaan dan belanja daerah Kota

    Kotamobagu, dengan analisis deskriptif serta metodologinya.

    Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Walikota

    Kotamobagu, atas perhatian yang diberikan sehingga penerbitan publikasi ini

    dapat terwujud. Kami harapkan semoga hubungan kerjasama yang telah terjalin

    dapat terus berlanjut, terutama dalam penyediaan data untuk penghitungan

    Indikator Ekonomi Kota Kotamobagu pada tahun - tahun berikutnya.

    Kami mengharapkan tanggapan dan saran dari para pemakai untuk

    perbaikan publikasi yang akan datang dan semoga data statistik yang disajikan

    dapat berguna.

    Kotamobagu, Juli 2014

    Kepala Badan Pusat Statistik

    Kota Kotamobagu,

    Sirly Worotikan, SE, MSi.

    NIP. 19680828 199401 2 001

  • vii

    DAFTAR ISI

    Hal

    Foto Walikota iii

    Foto Wakil Walikota iv

    Kata Sambutan ..... v

    Kata Pengantar vi

    Daftar Isi vii

    Daftar Gambar ix

    Daftar Tabel x

    Daftar Lampiran xi

    Bab I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ............................................................... 1

    1.2 Tujuan ............................................................................... 2

    1.3 Manfaat ............................................................................. 3

    Bab II. METODOLOGI

    2.1 Konsep dan definsi ............................................................. 4

    2.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB)..

    4

    2.1.2. Produk Domestik Regional Bruto ............................ 5

    2.1.3. PDRB Perkapita ....................................................... 7

    2.1.4. Tipologi Klassen ..................................................... 8

    2.1.5. Keuangan daerah ...................................................... 9

    2.1.6. Indeks Pembangunan Manusia. 10

    Bab III. Pembahasan

    3.1 Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 12

    3.2 Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita .............. 13

    3.3 Struktur Ekonomi dan Pertumbuhan Sektoral .................... 14

  • viii

    3.3.1 Sektor Primer 17

    3.3.2 Sektor Sekunder ................................................. . 18

    3.3.3 Sektor Tersier 20

    3.4 Klassen Tipology

    3.4.1 Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh 23

    3.4.2 Daerah Maju Tapi Tertekan 24

    3.4.3 Daerah Berkembang Cepat 24

    3.5 Keuangan Daerah 25

    3.6 Indeks Pembangunan Manusia 29

    Kesimpulan ........................................................................... 38

    Lampiran ............................................................................................... 41

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Klasifikasi Daerah Berdasarkan Tipology Klassen ................ 9

    Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Kotamobagu dan Sulawesi Utara. 13

    Gambar 3. Struktur Ekonomi dan Pertumbuhan Sektoral .......................... 14

    Gambar 4. Kontribusi Sektor Primer Terhadap PDRB .............................. 18

    Gambar 5. Kontribusi Sektor Sekunder Terhadap PDRB ......................... 19

    Gambar 6. Kontribusi Sektor Tersier Terhadap PDRB ............................. 21

    Gambar 7. Klasifikasi Daerah di Sulawesi Utara tahun 2008-

    2011..... 23

    Gambar 8. Pendapatan Daerah beserta Komponennya tahun 2009-2012 26

    Gambar 9. Pendapatan Asli Daerah dan Komponennya. 27

    Gambar 10. Belanja Pemerintah Kotamobagu 29

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Kontribusi Sektoral PDRB atas Dasar Harga Berlaku

    2010-2013 ...................................................................................

    15

    Tabel 2. Pos Belanja APBD Tahun 2010-2013 (dalam Milyar

    Rupiah) .......................................................................................

    27

    Tabel 3. IPM Kota Kotamobagu dan Kabupaten/Kota Pembanding

    di Sulawesi Utara tahun 2009-2013...... 31

    Tabel 4. Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara.. 32

    Tabel 5. Indeks Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara

    Tahun 2009-2013.. 34

    Tabel 6. Tingkat Melek Huruf Kabupaten/Koa di Sulawesi Utara 35

    Tabel 7. Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Sulawesi

    Utara tahun 2013.. 36

    Tabel 8. Pengeluaran Riil perkapita Kabupaten/Kota di Sulawesi

    Utara.. 37

  • xi

    Daftar Lampiran

    Lampiran 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

    Usaha di Kota Kotamobagu 2010 2013...

    42

    Lampiran 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan

    Usaha di Kota Kotamobagu 2010 2013...

    43

    Lampiran 3. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

    tahun 2011-2013

    44

    Lampiran 4. PDRB Perkapita Kabupaten /Kota di Sulawesi Utara

    Tahun 2009-2013

    45

    Lampiran 5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten /Kota di Sulawesi

    Utara Tahun 2008-2011.

    46

    Lampiran 6. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Kotamobagu

    tahun 2009-2012

    47

  • 1

    Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

    Pemerintahan Daerah yang direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun

    2004 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

    Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,

    maka setiap Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai daerah otonom dituntut untuk

    dapat mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi daerah untuk

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya otonomi daerah adalah

    kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

    menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah yang efektif berjalan sejak 1

    Januari 2001 memberikan energi baru bagi pembangunan daerah khususnya bagi

    Kotamobagu sebagai kota hasil pemekaran daerah.

    Dalam proses perencanaan, salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan

    pemerintah adalah dengan membuat suatu rencana ekonomi. Rencana ekonomi

    yang baik tentunya memerlukan data sebagai bahan acuan perencanaan. Indikator

    ekonomi makro yang sering digunakan sebagai acuan untuk proses perencanaan

    dan evaluasi proses pembangunan antara lain Pertumbuhan Ekonomi (LPE),

    Pendapatan Perkapita dan Inflasi. Dengan tersedianya indikator ekonomi makro

    yang berkesinambungan, akan membantu para perencana dalam proses

    pembangunan itu sendiri sehingga menjadi lebih efisien dan efektif.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

    1.1 Latar Belakang

  • 2

    Pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang

    terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu

    menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu di diharapkan adanya

    kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang.

    Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan

    mengenai faktor faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam

    jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut

    sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono 1999:2). Pertumbuhan ekonomi

    sebagai suatu proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian

    secara terus-menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga

    menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin

    besar. Karakter pertumbuhan ekonomi (character of economic growth) yaitu

    bagaimana cara mencapainya, siapa yang berperan serta, sektor-sektor mana saja

    yang mendapat prioritas, lembaga-lembaga apa yang menyusun dan yang

    mengatur, dan sebagainya; yang menentukan apakah pertumbuhan ekonomi

    mempengaruhi perbaikan taraf kehidupan masyarakat miskin atau tidak.

    Untuk melihat sejauh mana pertumbuhan ekonomi suatu daerah diperlukan

    informasi-informasi pendukung dan penunjang terutama data dan hasil analisis

    perekonomian terbaru suatu daerah agar pembangunan dapat terus dilakukan.

    Kotamobagu sebagai salah satu daerah yang sedang giat-giatnya membangun

    membutuhkan analisis perekonomian melalui indikator ekonomi yang ada.

    Analisis indikator ekonomi daerah di Kota Kotamobagu dilakukan dengan

    tujuan sebagai berikut:

    1. Memberikan gambaran secara deskriptif mengenai perkembangan sektor-

    sektor penyusun perekonommian di Kotamobagu

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

    1.2 Tujuan

  • 3

    2. Mengetahui dan menganalisis indikator ekonomi daerah dengan

    pendekatan makro.

    3. Untuk mengetahui dan menganalisis indikator ekonomi daerah dengan

    pendekatan mikro.

    Penyusunan analisis Indikator Ekonomi ini berguna antara lain sebagai

    berikut :

    1. Sebagai dasar perencanaan pembangunan pemerintah Kota Kotamobagu.

    2. Untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah.

    3. Untuk mengetahui struktur perekonomian daerah.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

    1.3 Manfaat

  • 4

    Data yang memperlihatkan kinerja perekonomian suatu daerah disebut

    dengan indikator ekonomi makro daerah. Sebagian indikator ekonomi makro

    merupakan turunan dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB

    menggambarkan besarnya nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu daerah pada

    waktu tertentu, biasanya dalam kurun waktu setahun. Data PDRB disajikan dalam

    dua jenis, yaitu PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga

    Konstan. Indikator ekonomi yang dapat diturunkan dari PDRB yaitu Pertumbuhan

    Ekonomi (PE), kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB

    dan data PDRB Perkapita. Pertumbuhan Ekonomi dapat melihat perkembangan

    ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. Kontribusi sektoral

    memperlihatkan peranan masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB.

    Sedangkan PDRB perkapita memberikan gambaran rata-rata pendapatan yang

    diterima oleh setiap penduduk di Kota Kotamobagu.

    2.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB)

    Produk domestik bruto (PDB) merupakan semua nilai tambah bruto (gross

    value added) barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang

    beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya

    berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut. Pendapatan yang timbul

    oleh karena adanya kegiatan produksi ini merupakan Produk Domestik Bruto.

    Tingkat pertumbuhan PDB dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk

    mengukur pertumbuhan ekonomi. Beberapa alasannya yaitu:

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

    2.1 Konsep dan Definisi

  • 5

    1. PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas

    produksi di dalam perekonomian. Hal ini berarti peningkatan PDB juga

    mencerminkan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam

    aktivitas produksi tersebut.

    2. PDB dihitung atas dasar konsep aliran (flow concept), artinya perhitungan PDB

    hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada satu periode tertentu.

    Perhitungan ini tidak mencakup nilai produk yang dihasilkan pada periode

    sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran guna menghitung PDB yakni untuk

    membandingkan jumlah nilai tambah yang dihasilkan pada tahun ini dengan

    tahun sebelumnya.

    3. Batas wilayah perhitungan PDB adalah negara (wilayah domestik). Hal ini

    memungkinkan kita untuk mengukur sejauh mana kebijakan ekonomi yang

    diterapkan pemerintah mampu mendorong aktivitas perekonomian domestik.

    Data PDB yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan

    ekonomi adalah data PDB atas dasar harga konstan. Dengan menggunakan data

    PDB atas dasar harga konstan, maka pertumbuhan PDB mencerminkan

    pertumbuhan secara riil nilai tambah yang dihasilkan perekonomian dalam

    periode tertentu dengan referensi tahun tertentu. Nilai PDB pada dasarnya

    merupakan penjumlahan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari

    masing-masing propinsi.

    2. 1.2 Produk Domestik Regional Bruto

    PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa

    yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya aktivitas

    ekonomi dalam suatu wilayah tertentu.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 6

    Dengan diketahui peranan dan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang

    terdapat pada distribusi persentase sumbangan sektor ekonomi tertentu terhadap

    nilai PDRB total dan laju pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor, maka

    dapat direncanakan ke arah mana prioritas pembangunan ekonomi tersebut

    dilaksanakan.

    PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

    usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan

    jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Untuk menghitung

    angka-angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:

    1. Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

    dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka

    waktu tertentu (biasanya satu tahun).

    2. Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima

    oleh faktor-faktor produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu

    (biasanya satu tahun).

    3. Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir

    seperti: (a) pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga nirlaba, (b)

    konsumsi pemerintah, (c) pembentukan modal tetap domestik bruto, (d)

    perubahan stok, dan (e) ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya

    satu tahun).

    PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) digunakan untuk melihat

    pergeseran dan struktur ekonomi. PDRB ADHB menunjukkan pendapatan yang

    memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta

    menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga

    pada setiap tahun.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 7

    PDRB per kapita Atas Dasar Harga Berlaku menunjukkan nilai PDRB per

    kepala atau per satu orang penduduk. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

    digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, untuk

    menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap sektor dari

    tahun ke tahun. Data PDRB ADHK lebih menggambarkan perkembangan

    produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi daerah

    tersebut. PDRB per kapita Atas Dasar Harga Konstan berguna untuk mengetahui

    pertumbuhan nyata ekonomi per kapita. Pada penelitian ini digunakan PDRB Atas

    Dasar Harga Konstan 2000.

    PDRB ADHB menurut sektor menunjukkan peranan sektor ekonomi

    dalam suatu daerah, sektor-sektor yang mempunyai peranan besar menunjukkan

    basis perekonomian suatu daerah. Dengan demikian PDRB secara agregatif

    menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan/balas

    jasa terhadap faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di

    daerah tersebut.

    2.1.3 PDRB perkapita

    PDRB perkapita merupakan gambaran nilai tambah yang biasanya

    diciptakan oleh masing-masing penduduk sebagai akibatdari adanya aktivitas

    produksi. Tinggi rendahnya tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah biasanya

    diukur dengan besar kecilnya angka PDRB perkapita. Angka ini diperoleh dari

    pembagian antara total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 8

    2.1.4 Tipologi Klassen

    Arsyad (1999) menyebutkan bahwa teori kutub pertumbuhan yang

    dipopulerkan oleh ekonom Perroux menyatakan bahwa pertumbuhan tidak

    muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di

    beberapa tempat yang merupakan pusat (kutub) pertumbuhan dengan intensitas

    yang berbeda. Untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur

    pertumbuhan ekonomi daerah dapat digunakan tipologi Klassen sebagai alat

    analisis. Sjafrizal (1997) menjelaskan bahwa dengan menggunakan alat analisis

    ini dapat diperoleh empat klasifikasi pertumbuhan masing-masing daerah yaitu

    daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income); daerah maju

    tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high

    growth but lowincome) dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income).

    Tipologi Klassen membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu

    pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapitanya. Sumbu vertikalnya adalah rata-

    rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata PDRB per kapita sebagai sumbu

    horizontal (Sjafrizal, 1997). Daerah-daerah pengamatan dibagi dalam empat

    kuadran, yaitu:

    (1) daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income);

    (2) daerah maju tapi tertekan (high income but low growth);

    (3) daerah berkembang cepat (high growth but lowincome); dan

    (4) daerah relatif tertinggal (low growth and low income)

    Adapun kriteria yang digunakan dalam membagi daerah penelitian adalah

    sebagai berikut:

    1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh, adalah daerah yang memiliki tingkat

    pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan

    rata-rata provinsi;

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 9

    2. Daerah maju tapi tertekan, yakni daerah yang memiliki pendapatan per kapita

    lebih tinggi, tapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan

    rata-rata provinsi;

    3. Daerah berkembang cepat merupakan daerah yang memiliki tingkat

    pertumbuhan tinggi, tapi pendapatan per kapitanya lebih rendah dibandingkan

    rata-rata provinsi;

    4. Daerah relatif tertinggal yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan

    ekonomi dan pendapatan per kapita lebih rendah dibandingkan rata-

    rataprovinsi.

    Gambar 1. Klasifikasi Daerah berdasarkan Tipology Klassen

    2.1.5 Keuangan daerah

    Keuangan daerah menjadi salah satu indikator ekonomi yang sangat

    penting dalam pembahasan perekonomian suatu daerah. Hal ini sebabkan jumlah

    nilai anggaran penerimaan dan belanja pemerintah relatif besar, yang secara

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 10

    langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi roda perekonomian di suatu

    daerah. Pengaruh ini tak jarang sampai meluas ke luar wilayah bahkan sampai

    keluar negeri. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

    Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menetapkan dan mengatur

    pembagian kewenangan dan pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan

    Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

    Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa keuangan daerah harus dikelola secara

    tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab sesuai dengan

    azas kepatutan dan rasa keadilan. Pemerintah Kota Kotamobagu dalam

    pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang

    Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1

    Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58

    Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam

    Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006. Permendagri Nomor 59 Tahun

    2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan secara spesifik

    pengelolaan keuangan Daerah Kota Kotamobagu diatur dalam Peraturan Daerah

    Kota Kotamobagu tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

    2.1.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI)

    adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan,

    dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia (bisa juga digunakan untuk

    Daerah). IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara (daerah)

    adalah negara (daerah) maju, negara (daerah) berkembang atau negara (daerah)

    terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi

    terhadap kualitas hidup.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 11

    Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel india Amartya

    Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari

    Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dan

    sejak itu dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya.

    IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara (daerah) menjadi 3

    (tiga) dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu sebagai berikut:

    1. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan

    hidup saat kelahiran.

    2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa

    (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah , atas gross

    enrollment ratio (bobot satu per tiga).

    3. Standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari Produk

    Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita

    dalam Paritasi Daya Beli (Purchasing Power Parity).

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 12

    Pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu tahun 2013, yang ditunjukan

    oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhannya semakin

    cepat menjadi sebesar 7,78 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya

    sebesar 7,55 persen.

    Secara sektoral pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu tahun 2013

    bervariasi diantara (2,32 9,28) persen. Sektor keuangan, real estate dan jasa

    perusahaan sebesar 9, 28 persen, kemudian diikuti oleh sektor konstruksi

    sebesar 9,24 persen, dan sektor jasa-jasa 8,56 persen. Sektor kontruksi terutama

    yang paling tinggi pertumbuhannya adalah di subsektor pembangunan rumah

    tinggal, ruko, dan penyewaan tempat tinggal. Sentiment positif akan

    terbentuknya provinsi Bolmong Raya membuat pembangunan perumahan

    menjadi marak di tahun 2013.

    Sedangkan sektor yang paling rendah pertumbuhannya adalah sektor

    Pertanian sebesar 2,32 persen. Bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

    Propinsi Sulawesi Utara sebesar 7,45 persen maka pertumbuhan ekonomi Kota

    Kotamobagu berada diatas pertumbuhan Sulawesi Utara. Perbandingan antara

    pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara dengan Kotamobagu dapat dilihat pada

    gambar 2.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

    3.1 Pertumbuhan Ekonomi

  • 13

    Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Kotamobagu dan Sulawesi Utara

    Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita adalah jumlah

    PDRB dibagi dengan jumlah penduduk tengah tahun, menggambarkan rata-rata

    PDRB yang disumbangkan oleh tiap-tiap penduduk. PDRB Perkapita Kota

    Kotamobagu Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) tahun 2013 sebesar 13.151.261

    rupiah, sedangkan nilai PDRB perkapita Atas Dasar Harga Konstan tercatat

    sebesar 5.378.292 rupiah. Nilai PDRB perkapita baik PDRB perkapita ADHB

    maupun PDRB perkapita ADHK setiap tahunnya menunjukkan kenaikan, Ini

    artinya setiap tahunnya secara rata-rata tingkat kemakmuran masyarakat di

    Kotamobagu menunjukkan trend yang positif.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

    3.2 Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita

  • 14

    Walaupun indikator PDRB Perkapita hanya menggambarkan secara rata-

    rata belum menggambarkan tingkat pemerataan pembangunan namun indikator ini

    menunjukkan bahwa di Kotamobagu setiap tahunnya terjadi peningkatan

    perekonomian di masyarakat. Untuk jelasnya, perkembangan nilai PDRB

    perkapita dari tahun 2010 2013 dapat dilihat pada gambar 3.

    Gambar 3. PDRB perkapita Kotamobagu tahun 2010-2013

    Struktur Ekonomi Kota Kotamobagu tahun 2013 tidak mengalami

    perubahan dari tahun sebelumnya, masing-masing diurutkan dari konstribusi

    sektor terbesar sampai dengan terkecil sebagai berikut :

    1. Sektor Jasa-jasa sebesar 42,07 persen

    2. Sektor Bangunan/Konstruksi sebesar 16,19 persen

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

    3.3 Struktur Ekonomi dan Pertumbuhan Sektoral

  • 15

    3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah makan sebesar 13,81 persen

    4. Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 12,54 persen

    5. Sektor Pertanian sebesar 7,22 persen

    6. Sektor Angkutan dan komunikasi sebesar 4,20 persen

    7. Sektor Penggalian sebesar 2,28 persen

    8. Sektor Industri Pengolahan sebesar 1,41 persen

    9. Sektor Listrik dan Air bersih sebesar 0,29 persen.

    Sektor Jasa sebagai penyumbang terbesar PDRB Kotamobagu sebagian

    berasal dari subsektor pemerintahan sedangkan sisanya disumbangkan oleh

    subsektor swasta dari jasa sosial kemasyarakatan dan jasa perorangan (Tabel 1).

    Kontribusi kesembilan sektoral dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok

    primer, sekunder, dan tersier. Kelompok primer terdiri dari dua sektor, yaitu

    sektor pertanian, serta sektor pertambangan dan penggalian.Kemudian kelompok

    sekunder terdiri dari tiga sektor, masing-masing sektor industri pengolahan,

    kemudian sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan. Selanjutnya,

    kelompok tersier terdiri dari empat sektor, yakni : sektor perdagangan, hotel dan

    restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa

    perusahaan, serta sektor jasa-jasa.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 16

    Tabel 1 Kontribusi Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 2010-2013

    Sumber : BPS Kotamobagu

    LAPANGAN USAHA/ INDUSTRIAL

    ORIGIN 2010 2011 2012 2013

    SEKTOR PRIMER/ PRIMARY SECTOR 11,21 10,79 10,22 9,50

    1. Pertanian/ Agriculture 8,47 8,26 7,80 7,22

    2. Pertambangan&Penggalian/Mining & Quarrying 2,74 2,53 2,42 2,28

    SEKTOR SEKUNDER/ SECONDARY SECTOR 16,98 17,51 18,17 17,89

    3. Industri Pengolahan/ Manufacturing Industry 1,66 1,57 1,49 1,41

    4. Lstrik Gas & Air Bersih/ Electricity, Gas &

    Water Supply 0,32 0,30 0,29 0,29

    5. Bangunan/ Construction 15,00 15,64 16,39 16,19

    SEKTOR TERSIER/ TERTIARY SECTOR 71,81 71,70 71,61 72,62

    6. Perdagangan, Hotel & Restoran/ Trade,

    Hotel,&Restaurant 14,25 14,46 14,11 13,81

    7. Angkutan & Komunikasi/ Transportation&

    Communication 4,12 4,06 4,05 4,20

    8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan/

    Finance, Owner& BusinessServices 12,73 12,53 12,72 12,54

    9. Jasa-Jasa/ Services 40,71 40,66 40,73 42,07

    PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 17

    3.3.1 Sektor Primer

    1. Sektor Pertanian

    Kontribusi sektor ini dalam pembentukan PDRB Kota Kotamobagu tidak

    begitu besar, dimana tahun 2013 sebesar 7,22 persen dengan pertumbuhan sebesar

    2,32 persen.

    Pada sektor pertanian, Subsektor yang memberikan konstribusi terbesar

    dalam pembentukan PDRB tahun 2013 adalah sub sektor Tabama, yaitu sebesar

    4,41 persen dengan pertumbuhan 1,21 persen. Sub sektor perikanan memberikan

    kontribusi sebesar 1,39 persen dengan pertumbuhan 2,27 persen. Kemudian

    disusul masing-masing subsektor Peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 0,73

    persen, subsektor perkebunan sebesar 0,70 persen dengan pertumbuhannya

    masing-masing sebesar 4,70 persen, sedangkan untuk subsektor perkebunan

    pertumbuhannya sebesar 6,06 persen.

    Sedangkan subsektor Kehutanan tidak mempunyai kontribusi terhadap

    pembentukan PDRB Kota Kotamobagu disebabkan tidak ada hutan di Kota

    Kotamobagu.

    2. Sektor Pertambangan & Penggalian

    Pada Kelompok Primer, sektor ini menempati urutan kedua dalam sisi

    pertumbuhan yaitu sebesar 4,13 persen tahun 2012, namun konstribusinya dalam

    pembentukan PDRB Kota Kotamobagu masih kecil hanya sebesar 2,42 persen

    dan hanya disumbang oleh sub sektor penggalian sedangkan subsektor

    pertambangan belum ada konstribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota

    Kotamobagu.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 18

    Konstribusi Kelompok Primer terhadap pembentukan PDRB Tahun 2013

    sebesar 9,5 persen. Sedangkan dibandingkan tahun 2012 sebesar 10,21 persen

    mengalami penurunan sebesar 0,71 persen. Kontribusi sektor primer dapat dilihat

    pada gambar 4

    Gambar 4. Kontribusi Sektor Primer terhadap PDRB Kotamobagu, 2013

    3.3.2 Sektor Sekunder

    1. Sektor Industri Pengolahan

    Pertumbuhan sektor ini sebesar 4,31 persen tahun 2013 dengan konstribusi

    terhadap pembentukan PDRB Kota Kotamobagu hanya sebesar 1,41 persen.

    2. Sektor Listrik dan Air Minum

    Sektor ini konstribusinya pada pembentukan PDRB Kota Kotamobagu

    paling kecil dibandingkan dengan sektor lain, yaitu hanya sebesar 0,29 persen

    dengan pertumbuhan sebesar 7,43 persen. Konstribusi yang terbesar dalam sektor

    ini diberikan oleh subsektor listrik sebesar 0,23 persen.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 19

    Sedangkan subsektor Air Bersih konstribusinya dalam pembentukan PDRB Kota

    Kotamobagu lebih kecil yaitu sebesar 0,06 persen.

    3. Sektor Bangunan

    Pertumbuhan sektor ini selama tahun 2013 sebesar 9,24 persen, dengan

    konstribusi sebesar 16,19 persen dalam pembentukan PDRB Kota Kotamobagu.

    Secara umum, konstribusi kelompok Sekunder terhadap pembentukan PDRB

    Kota Kotamobagu Tahun 2013 sebesar 17,89 persen. Bila dibandingkan tahun

    2012 yang sebesar 18,18 persen berarti mengalami penurunan sebesar 0,29

    persen.

    Gambar 5. Kontribusi Sektor Sekunder terhadap PDRB Kota

    Kotamobagu tahun 2013

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 20

    3.3.3. Sektor Tersier

    1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

    Konstribusi sektor ini selama tahun 2013 menempati urutan ketiga setelah

    sektor jasa-jasa dan bangunan dalam pembentukan PDRB Kota Kotamobagu

    yaitu sebesar 13,81 persen dengan pertumbuhan 6,50 persen.

    Pada subsektor ini yang memberikan sumbangan terbesar dalam

    pembentukan PDRB Kota Kotamobagu adalah Subsektor Perdagangan Besar dan

    Eceran sebesar 12,13 persen dengan pertumbuhan 6,26 persen. Pertumbuhan

    subsektor ini melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan 2012. Sedangkan

    subsektor Hotel dan Restoran/rumah makan konstribusinya terhadap pembentukan

    PDRB Kota Kotamobagu relatif masih sangat kecil. Dimana subsektor Hotel

    hanya menyumbangkan sebesar 0,44persen dan subsektor Restoran/rumah makan

    menyumbangkan sebesar 1,25 persen. Pertumbuhan masing-masing subsektor

    7,56 persen dan 7,98 persen.

    2. Sektor Angkutan dan Komunikasi

    Sektor ini selama tahun 2013 tumbuh sebesar 8,45 persen dengan

    konstribusi terhadap pembentukan PDRB Kota Kotamobagu sebesar 4,2 persen.

    Subsektor Angkutan memberikan konstribusi terbesar dalam pembentukan PDRB

    sektor ini sebesar 3,60 persen dengan pertumbuhan 8,28 persen, dimana Angkutan

    Darat memberikan sumbangan terbesar sebesar 3,5 persen. Subsektor Komunikasi

    konstribusinya dalam pembentukan PDRB tahun 2013 sebesar 0,59 persen,

    dengan pertumbuhan sebesar 9,64 persen.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 21

    3. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

    Konstribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kota Kotamobagu

    tahun 2012 sebesar 12,72 persen. Subsektor Bank memberikan konstribusi paling

    besar pada pembentukan sektor ini yaitu sebesar 11,26 persen., kemudian disusul

    subsektor real estate 1,31 persen, Jasa Perusahaan dan Lembaga Keuangan tanpa

    Bank masing-masing sebesar 0,06 persen dan 0,09 persen.

    4. Sektor Jasa Jasa

    Selama tahun 2013 sektor ini memberikan konstribusi terbesar dalam

    sektor tersier pada pembentukan PDRB Kota Kotamobagu yaitu sebesar 42,07

    persen dengan pertumbuhan sebesar 8,56 persen.

    Subsektor Pemerintahan Umum paling besar konstribusinya pada sektor

    ini sebesar 38,07 persen. Sedangkan subsektor Swasta hanya memberikan

    konstribusi sebesar 4,00 persen. Rinciannya dapat dilihat pada gambar 6.

    Gambar 6. Kontribusi Sektor Tersier terhadap PDRB Kotamobagu

    SEKTOR PRIMER10.21%

    SEKTOR SEKUNDER18.18%

    Perdagangan, Hotel & Restoran

    14.11%Angkutan & Komunikasi

    4.05%Keuangan, Persewaan & Jasa

    Perusahaan12.72%

    Jasa-Jasa40.73%

    SEKTOR TERSIER71,61%

    tahun 2012

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 22

    Terminologi Tipology Klassen digunakan untuk perencanaan ekonomi

    daerah termasuk kabupaten atau kota yang didasarkan kemampuan daerah dilihat

    dari wilayahnya seperti kawasan dan sektor di dalam PDRB, analisis ini dilakukan

    untuk mengetahui gambaran tentang hubungan antara PDRB perkapita dengan

    pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu di bandingkan dengan kabupaten lain di

    Sulawesi Utara dan penentuan daerah masuk di kriteria salah satu yang di

    definisikan oleh Klassen.

    Klasifikasi daerah dilakukan berdasarkan dua indikator utama, yaitu

    pertumbuhan ekonomi dan produk domestik regional bruto per kapita daerah,

    dengan alat analisis Tipologi Klassen. Sumbu horizontalnya (sumbu-x) adalah

    rata-rata produk domestik regional bruto per kapita, sedangkan sumbu vertikalnya

    (sumbu-y) adalah rata-rata pertumbuhan ekonomi. Dengan dua indikator tersebut

    kemudian dilakukan klasifikasi daerah menjadi 4 kuadran dengan criteria sebagai

    berikut :

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

    3.4 Klassen Tipology

  • 23

    3.4.1 Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh

    Pada Gambar 7 daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh adalah

    Manado, Minahasa Selatan dan Tomohon. Kondisi ini menunjukkan bahwa

    PDRB perkapita dan pertumbuhan ekonomi ketiga daerah tersebut di atas

    kabupaten/kota lainnya. Manado sebagai ibukota provinsi setiap tahunnya

    mengalami pertumbuhan di atas rata-rata, pembangunan infrastruktur dan

    perdagangan maju pesat. Kota Manado sebagai daerah tujuan utama para

    wisatawan dan seringkali menjadi tuan rumah akan event-event skala nasional dan

    bahkan internasional. Hal inilah yang mendrong pertumbuhan dan PDRB

    perkapita Manado lebih tinggi dari daerah lainnya.

    Gambar 7. Klasifikasi Daerah di Sulawesi Utara tahun 2008-2011

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 24

    3.4.2 Daerah Maju Tapi Tertekan

    Sedangkan di kuadran II yang digolongkan daerah maju tapi tertekan

    adalah minahasa dan Minahasa Utara. Kedua daerah ini memiliki pendapatan

    perkapita di atas kabupaten/kota di Sulawesi Utara namun pertumbuhan

    ekonominya lebih kecil. Perkembangan ekonomi selama tahun 2009-2011 di

    kedua daerah tersebut relative lebih rendah di bandingkan daerah lain seperti

    Kotamobagu.

    3.4.3 Daerah Berkembang Cepat

    Kuadran III oleh Klassen digolongkan sebagai daerah yang berkembang

    cepat, Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun pendapatan perkapitanya

    masih relative rendah dari kabupaten/kota lain di Sulawesi Utara. Daerah

    Kotamobagu termasuk dalam kuadran III sebagai daerah yang berkembang cepat.

    Kabupaten/kota yang berada pada kuadran ini merupakan kabupaten/kota yang

    laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari laju pertumbuhan seluruh kabupaten

    di Sulawesi Utara, tetapi PDRB perkapitanya lebih rendah dari rata-rata

    kabupaten/kota di Sulawesi Utara. Artinya Kotamobagu mempunyai produktivitas

    yang lebih tinggi namun tingkat ekonominya masih relative rendah di bandingkan

    di Sulawesi Utara. Kotamobagu memerlukan investasi publik dan promosi untuk

    lebih mempercepat produktivitasnya sehingga tingkat ekonominya lebih tinggi.

    Menurut Klassen daerah dengan kriteria ini di sebut daerah Growing Region .

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 25

    Kotamobagu perkembangannya cukup pesat sejak menjadi daerah

    pemekaran sejak tahun 2008, sebelumnya Kotamobagu masih menjadi bagian

    dari Kabupaten Bolaang Mongondow. Infrastruktur jalan, gedung pemerintahan,

    pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan lain-lain di bangun untuk mendukung

    kegiatan perekonomian di Kotamobagu.

    Kotamobagu juga sebagai kota penghubung antara kabupaten Bolaang

    Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow. Hal

    ini menjadikan Kotamobagu sangat berpeluang besar untuk dapat berkembang

    lebih maju lagi dibandingkan sekarang.

    Salah satu faktor utama untuk membiayai jalannya roda pembangunan di

    suatu wilayah adalah dengan adanya Penerimaan daerah, yang bersumber dari

    penerimaan pajak daerah, retribusi dan pendapatan lainnya serta dana

    perimbangan dari pemerintahan pusat, baik melalui Bagi Hasil Pajak/Bukan

    Pajak, DAU, DAK maupun dana perimbangan lainnya.

    Realisasi penerimaan/pendapatan pemerintah Kota Kotamobagu pada

    Tahun 2013 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Pada tahun 2013 penerimaan Kota Kotamobagu mencapai Rp 433,606 miliar,

    lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 366,897 miliar,

    sehingga terjadi kenaikan sebesar 66,709 miliar atau sebesar 18,18 persen.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

    3.5 Keuangan Daerah

  • 26

    Kenaikan ini terutama bersumber dari pendapatan lain-lain yang sah yang

    pada 2012 tidak diterima oleh pemerintah Kotamobagu. Selain itu, kenaikan

    pendapatan transfer berupa dana perimbangan dan dana penyesuian menjadi salah

    satu faktor kenaikan tersebut. Meskipun sempat mengalami penurunan di tahun

    2012, secara umum pendapatan daerah dari tahun 2009 sampai tahun 2013

    mengalami kenaikan. Perkembangan pendapatan dapat dilihat dari gambar 8.

    Gambar 8. Pendapatan Daerah beserta Komponennya tahun 2009-2013

    Dari Gambar 8 terlihat bahwa pendapatan terbesar masih disumbangkan

    oleh pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan provinsi. Pada tahun 2009

    pendapatan transfer dari pusat berupa dana perimbangan menyumbang 90,9

    persen dari total pendapatan daerah. Hal ini dikarenakan Kotamobagu masih

    merupakan daerah pemekaran baru yang membutuhkan banyak dana untuk

    pembangunan infrastruktur.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 27

    Porsi dana perimbangan terus menurun tiap tahunnya, sampai tahun 2013

    porsi dana perimbangan dari pusat menjadi 83,99 persen dari total pendapatan. Ini

    sejalan dengan prinsip otonomi daerah yang menginginkan daerah sedikit demi

    sedikit mengurangi ketergantungan akan dana pemerintah pusat.

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama tahun 2009 s.d. 2013 mengalami

    peningkatan. Tahun 2009 PAD Kotamobagu sebesar 6,14 Milyar dan naik

    menjadi 14,52 Milyar di tahun 2013. Penerimaan terbesar berasal dari Penerimaan

    Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar 37,43 persen. Penerimaan

    terbesar kedua berasal dari Pajak Daerah sebesar 37,37 persen. Sedangkan sisanya

    adalah penerimaan PAD yang berasal retribusi daerah sebesar 25,19 persen.

    Gambar 9. Pendapatan Asli Daerah dan Komponennya tahun 2009-2013

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 28

    Pemerintah Kotamobagu selama tahun 2009-2013 berhasil menaikkan

    PAD yang berasal dari pajak daerah. Tahun 2009 penerimaan yang berasal dari

    pajak daerah sebesar 1,7 Milyar dan naik sampai dengan 5,4 Milyar di tahun

    2013, walaupun pada tahun 2010 sempat turun hanya sampai 212,469 juta.

    Perkembangan PAD Kota Kotamobagu dapat dilihat dari Gambar 9.

    Belanja daerah terbagi menjadi Belanja Operasional, Modal dan Belanja

    Tak Terduga. Realisasi belanja terbesar selama 2009-2013 diserap oleh belanja

    operasional, tahun 2009 sebesar 53,88 persen dan tahun 2013 sebesar 73,01

    persen. Sedangkan belanja modal pada tahun 2013 sebesar 26,99 persen. Belanja

    modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi, dan jaringan sebanyak 61,45 Milyar,

    sedangkan belanja terkecil untuk modal berupa tanah yang hanya sebesar 96,025

    Juta. Secara ringkas pengeluaran Pos Belanja disajikan dalam Tabel 2.

    Tabel 2 Pos Belanja APBD Tahun 2009-2013 (dalam Milyar Rupiah)

    Pengeluaran 2009 2010 2011 2012 2013

    Belanja Total 286.1984 362.1792 380.6097 367.9955 430,7587

    Belanja Operasional 154.2256 211.1862 264.0298 280.3045 314,4995

    Belanja Modal 131.9728 149.6448 116.5799 87.53346 116,2592

    Belanja Tak Terduga 0 1.348176 0 0.1575 0

    Sumber: DPPKAD Kota Kotamobagu

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 29

    Belanja operasional terdiri dari Belanja pegawai, belanja barang, belanja

    hibah, belanja bantuan sosial dan belanja bantuan keuangan. Belanja operasional

    untuk belanja pegawai adalah yang terbesar, belanja pegawai menyerap 72,57

    persen dari total belanja operasional pada tahun 2013. Sedangkan belanja bantuan

    sosial mempunyai porsi paling kecil dari pos belanja operasional yaitu sebesar

    525,5 Juta rupiah atau sekitar 0,17 persen.

    Gambar 10. Belanja Pemerintah Kotamobagu tahun 2013

    Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang

    menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh

    kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya

    (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia

    hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis

    dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan

    ekonomi).

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

    3.6 Indeks Pembangunan Manusia

  • 30

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index

    (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,

    pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia (bisa juga

    digunakan untuk Daerah). IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah

    sebuah negara (daerah) adalah negara (daerah) maju, negara (daerah)

    berkembang atau negara (daerah) terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh

    dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks ini pada 1990

    dikembangkan oleh pemenang nobel india Amartya Sen dan Mahbub ul Haq

    seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan

    Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dan sejak itu dipakai oleh

    Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya.

    Semakin baik IPM menggambarkan tingkat kesejahteraan yang makin baikpada

    daerah tersebut demikian pula sebaliknya semakin rendah IPM berartisemakin

    tertinggal pembangunan suatu daerah. Berdasarkan Standar yang digunakan

    UNDP, skala IPM berkisar 0-100 dengan jabaran sebagai berikut:

    < 50 artinya terbelakang (kesejahteraan rendah)

    50-65, artinya kesejahteraan menengah ke bawah

    65-80, artinya kesejahteraan menengah ke atas

    80 kesejahteraan tinggi

    Salah satu data komparatif kota atau wilayah sekitar yang bisa diperoleh

    dalam analisis ini adalah perbandingan IPM antara kabupaten/kota di Sulawesi

    Utara, sebagaimana disajikan dalam tabel dibawah ini:

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 31

    Tabel 3. IPM Kota Kotamobagu dan Kabupaten/Kota Pembanding di

    Sulawesi Utara tahun 2009-2013

    Kabupaten Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    2009 2010 2011 2012 2013

    Kab. Bolaang Mongondow 72.52 72.99 73.47 73.83 74.22

    Kab. Minahasa 75.28 75.74 76.12 76.69 77.06

    Kab. Kepulauan Sangihe 75.21 75.58 76.07 76.42 76.79

    Kab. Kepulauan Talaud 74.83 75.30 75.76 76.14 76.47

    Kab. Minahasa Selatan 74.18 74.68 75.1 75.46 75.82

    Kab. Minahasa Utara 75.57 76.08 76.54 76.91 77.23

    Bolaang Mongondow Utara 72.27 72.63 73.08 73.48 73.94

    Minahasa Tenggara 72.31 72.71 72.7 73.42 73.79

    Kep. Siau Tagulandang Biaro 72.86 73.30 73.09 74.06 74.56

    Bolaang Mongondow Selatan 70.03 70.63 70.87 71.63 72.27

    Bolaang Mongondow Timur 71.85 72.27 72.97 73.82 73.75

    Kota Manado 77.79 78.02 78.57 78.92 79.34

    Kota Bitung 75.00 75.52 75.96 76.30 76.66

    Kota Tomohon 75.65 76.09 76.39 76.92 77.82

    Kota Kotamobagu 74.46 75.03 75.53 76.03 77.05

    Sulawesi Utara 75.16 75.68 76.09 76.54 77.36

    Sumber : BPS, diolah

    Dengan melihat tabel diatas, nampak bahwa IPM Kota Kotamobagu,

    masih jauh lebih baik ketimbang beberapa wilayah atau kota kabupaten

    pembandingnya dalam wilayah Sulawesi Utara, diantaranya seperti Kota Bitung,

    Kabupaten Sangihe, Kabupaten seluruh Bolaang Mongondow Raya, dan

    Kabupaten lainnya. Sementara itu jika kita bandingkan dengan Provinsi Sulawesi

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 32

    Utara, rata-rata IPM Kota Kotamobagu memang berada dibawah rata-rata IPM

    Sulawesi Utara yang nilainya antara 75-76. Kondisi ini merefleksikan bahwa

    pertumbuhan IPM Kota Kotamobagu masih di bawah pertumbuhan IPM Provinsi

    Sulawesi Utara.

    Jika diurutkan berdasarkan peringkat IPM maka Kota Kotamobagu tahun

    2013 masih sama dari tahun lalu yaitu menjadi peringkat ke 5 dari 15

    Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara, dapat dilihat dari tabel berikut:

    TAbel 4 Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara

    Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013

    Kab. Bolaang Mongondow 11 10 11 11

    Kab. Minahasa 4 4 4 4

    Kab. Kepulauan Sangihe 5 5 6 6

    Kab. Kepulauan Talaud 8 8 8 8

    Kab. Minahasa Selatan 9 9 9 9

    Kab. Minahasa Utara 3 3 3 3

    Bolaang Mongondow Utara 13 12 13 13

    Minahasa Tenggara 12 14 14 14

    Kep. Siau Tagulandang Biaro 10 11 10 10

    Bolaang Mongondow Selatan 15 15 15 15

    Bolaang Mongondow Timur 14 13 12 12

    Kota Manado 1 1 1 1

    Kota Bitung 7 7 7 7

    Kota Tomohon 2 2 2 2

    Kota Kotamobagu 6 6 5 5

    Sumber : BPS, diolah

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 33

    Sejak tahun 2009 hingga tahun 2013, Kota Kotamobagu mengalami

    perkembangan peringkat IPM. Pada tahun 2009 Kota Kotamobagu berada d

    peringkat ke 7 dari 15 Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara. Kemudian tahun 2010

    naik menjadi peringkat 6 sampai tahun 2011. Tahun 2012 sampai 2013 peringkat

    IPM Kota Kotamobagu menjadi peringkat ke-5.

    IPM terdiri dari 3 indeks yaitu indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan dan

    Indeks Kemampuan daya beli, yang masing-masing dapat digambarkan dari

    indikator berikut.

    1. Angka Usia Harapan Hidup (Indeks Kesehatan)

    Angka Usia Harapan Hidup adalah ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat

    yang mendiami suatu wilayah yang dilihat dari peluang umur panjang dan sehat.

    Sering digunakan untuk menggambarkan kualitas hidup dan kesehatan

    masyarakat. Peningkatan kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kualitas

    pelayanan kesehatan. Capaian usia harapan hidup di tahun 2013 sebesar 72.34

    tahun. Usia harapan hidup di Kota Kotamobagu secara umum lebih rendah dari

    usia harapan hidup di Sulawesi Utara yang mencapai 72,62 tahun di tahun 2013.

    Namun demikian dari tahun ke tahun usia harapan hidup menujukkan perbaikan.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 34

    Tabel 5 Indeks Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara

    Tahun 2010-2013

    Kab/Kota 2010 2011 2012 2013

    Kab. Bolaang Mongondow 71.58 71.7 71.83 72.06

    Kab. Minahasa 72.47 72.54 72.61 72.80

    Kab. Kepulauan Sangihe 73.01 73.19 73.37 73.55

    Kab. Kepulauan Talaud 71.89 72.12 72.35 72.57

    Kab. Minahasa Selatan 72.28 72.41 72.54 72.76

    Kab. Minahasa Utara 72.60 72.73 72.87 73.09

    Bolaang Mongondow Utara 69.91 70.06 70.16 70.42

    Minahasa Tenggara 70.03 68.71 73.42 70.34

    Kep. Siau Tagulandang Biaro 68.62 70.1 68.81 69.00

    Bolaang Mongondow Selatan 71.29 71.34 71.39 71.47

    Bolaang Mongondow Timur 71.35 71.42 71.48 71.51

    Kota Manado 72.64 72.7 72.77 72.96

    Kota Bitung 70.50 70.59 70.67 70.90

    Kota Tomohon 72.62 72.78 72.95 73.13

    Kota Kotamobagu 71.80 71.96 72.12 72.34

    Sulawesi Utara 72.22 72.33 72.44 72.62

    Sumber : BPS Sulawesi Utara, diolah

    Pada tahun 2013 Kota Kotamobagu untuk indeks harapan hidup berada di

    peringkat 8 dari seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara. Ini menandakan

    masih sangat diperlukan perhatian dari pemerintah khususnya dibidang kesehatan

    agar indeks harapan hidup dapat lebih ditingkatkan.

    2. Indeks Pendidikan

    Indeks pendidikan terdiri dari dua indikator dengan penilaian bobot yang

    berbeda. Indikator Melek huruf dan Indikator lama sekolah menjadi penyusun

    Indeks pendidikan. Angka melek huruf sering digunakan untuk menggambarkan

    kualitas SDM. Peningkatan wawasan pengetahuan masyarakat sangat dipengaruhi

    oleh kemampuan membaca dan menulis.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 35

    Capaian angka melek huruf di tahun 2013 sebesar 99,68 persen.

    Peringkat Angka melek huruf Kota Kotamobagu di peringkat 7, jika dibandingkan

    dengan rata-rata seluruh Sulawesi Utara, angka ini lebih besar dari Sulawesi

    Utara.

    Tabel 6 Tingkat Melek Huruf Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara tahun 2013

    Kabupaten/Kota 2013 Peringkat Manado 99.93 1 Minahasa 99.90 2 Kota Tomohon 99.88 3 Minahasa Selatan 99.87 4 Kep. Siau Tagulandang Biaro 99.82 5 Minahasa Utara 99.79 6 Kota Kotamobago 99.68 7 Kepulauan Talaud 99.60 8 Bolaang Mongondow Timur 99.59 9 Minahasa Tenggara 99.56 10 Kota Bitung 99.44 11 Bolaang Mongondow Selatan 99.09 12 Kep.Sangihe Talaud 98.78 13 Bolaang Mongondow Utara 98.68 14 Bolaang Mongondow 98.34 15

    Sulawesi Utara 99.56

    Sumber BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

    Komponen penyusun lainnya adalah indikator rata-rata lama sekolah.

    Rata-rata Lama Sekolah (Indeks Pendidikan) untuk Kota Kotamobagu mengalami

    peningkatan dari tahun ke tahun. Secara rangking, pada komponen IPM yaitu

    komponen Rata-Rata Lama Sekolah ini, Kota Kotamobagu berada pada rangking

    ke-4 pada tahun 2013. Rata-rata Lama sekolah di Kotamobagu sekitar 9,54 tahun,

    lebih tinggi dari rata-rata di Sulawesi Utara, artinya untuk pendidikan dasar di

    Kotamobagu sudah memenuhi namun untuk sampai ke pendidikan menengah

    masih kurang. Idealnya Rata-rata Lama Sekolah adalah 15 tahun.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 36

    Tabel 7 Rata-rata Lama Sekolah Kebupaten/Kota di Sulawesi Utara tahun 2013

    Kabupaten/Kota 2013 Peringkat Bolaang Mongondow 7.48 12 Minahasa 9.55 3 Kep.Sangihe Talaud 7.76 11 Kepulauan Talaud 8.82 7 Minahasa Selatan 8.80 8 Minahasa Utara 9.42 6 Bolaang Mongondow Utara 7.44 13 Kep. Siau Tagulandang Biaro 8.65 9 Minahasa Tenggara 8.43 10 Bolaang Mongondow Selatan 7.32 15 Bolaang Mongondow Timur 7.50 14 Manado 10.92 1 Kota Bitung 9.47 5 Kota Tomohon 10.30 2 Kota Kotamobagu 9.54 4

    Sulawesi Utara 9.09

    Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

    3. Indeks Daya Beli (Purchasing Power Parity)

    Indeks daya beli adalah Komponen standar hidup layak atau dikenal

    (Purchasing Power Parity/PPP) sebagai nilai konsumsi riil perkapita yang

    disesuaikan meriupakan ukuran tingkat daya beli masyarakat yang diasumsikan

    jika daya beli semakin baik atau pola konsumsi meningkat dapat mencerminkan

    kualitas hidup masyarakat semakin baik sebab pola konsumsi mencerminkan pola

    alokasi pendapatan kepada berbagai macam pengeluaran yang berbentuk makanan

    dan non makanan.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 37

    Tabel 8 Pengeluaran riil perkapita Kabupaten /Kota di Sulawesi Utara tahun 2013

    (dalam ribu rupiah)

    Kabupaten/Kota 2013 Peringkat Bolaang Mongondow 628.58 11 Minahasa 635.56 9 Kep.Sangihe Talaud 647.10 2 Kepulauan Talaud 637.53 6 Minahasa Selatan 627.05 12 Minahasa Utara 637.33 7 Bolaang Mongondow Utara 636.06 10 Kep. Siau Tagulandang Biaro 639.39 5 Minahasa Tenggara 622.70 13 Bolaang Mongondow Selatan 606.76 15 Bolaang Mongondow Timur 622.45 14 Manado 650.81 1 Kota Bitung 646.31 3 Kota Tomohon 635.90 8 Kota Kotamobagu 639.49 4

    Sulawesi Utara 646.19

    Sumber : BPS. Di olah

    Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat dipengaruhi oleh pendapatan

    yang dimiliki oleh masyarakat, capaian daya beli masyarakat di tahun 2013

    sebesar 636 ribu rupiah perkapita pertahun. Indeks daya beli di Kaota

    Kotamobagu secara umum cukup baik, dari seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi

    Utara peringkat ke-4 dan peringkat pertama untuk wilayah Bolaang Mongondow

    Raya (Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow

    Timur, Bolaang Mongondow Selatan). Hal ini menunjukkan tingkat daya beli

    masyarakat Kota Kotamobagu masih lebih tinggi dibandingkan daerah hasil

    pemekaran di wilayah Bolaang Mongondow dan sekitarnya.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 38

    Beberapa indikator dapat menggambarkan keadaan Kotamobagu dari sisi

    ekonominya antara lain :

    1. Pertumbuhan ekonomi Kotamobagu naik dari 7,55 persen menjadi 7,78

    persen pada tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi sebesar 7,78 persen berada

    diatas pertumbuhan ekonomi Sulut yang sebesar 7,45 persen. Namun

    pertumbuhan ekonomi Kotamobagu masih berada di atas rata-rata

    pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota lainnya.

    2. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2013 sebesar

    12.380.787 rupiah, sedangkan nilai PDRB perkapita Atas Dasar Harga

    Konstan tercatat sebesar 5.063.201 rupiah. Nilai PDRB perkapita baik PDRB

    perkapita ADHB maupun PDRB perkapita ADHK setiap tahunnya

    menunjukkan kenaikan, Ini artinya setiap tahunnya secara rata-rata tingkat

    kemakmuran masyarakat di Kotamobagu menunjukkan trend yang positif.

    3. PDRB Perkapita Kota Kotamobagu Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

    tahun 2013 sebesar 12.380.787 rupiah, sedangkan nilai PDRB perkapita Atas

    Dasar Harga Konstan tercatat sebesar 5.063.201 rupiah. PDRB perkapita

    Kotamobagu naik sebesar 6,65 persen untuk PDRB perkapita ADHB,

    sedangkan untuk PDRB perkapita ADHK naik sebesar 1,14 persen.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

    Kesimpulan

  • 39

    4. Struktur Ekonomi Kota Kotamobagu tahun 2013 tidak mengalami

    perubahan dari tahun sebelumnya. Sektor Jasa sebagai penyumbang terbesar

    PDRB Kotamobagu sebagian berasal dari subsektor pemerintahan sedangkan

    sisanya disumbangkan oleh subsektor swasta dari jasa sosial kemasyarakatan

    dan jasa perorangan.

    5. Pada sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian dan sektor

    pertambangan, Subsektor yang memberikan konstribusi terbesar dalam

    pembentukan PDRB tahun 2013 adalah sub sektor Tabama (Tanaman Bahan

    Makanan), yaitu sebesar 4,41 persen dengan pertumbuhan1,21 persen. Secara

    keseluruhan kontribusi sektor primer terhadap PDRB Kotamobagu adalah

    sebesar 9,5 persen.

    6. Pada Kelompok sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan, listrik air

    dan gas, dan bangunan berkontibusi sebesar 17,89 persen dari toral PDRB

    Kotamobagu. Sektor bangunan berkontribusi paling banyak di kelompok ini

    yaitu sebesar 16,19 persen

    7. Hasil analisis tipology Klassen daerah Kotamobagu termasuk dalam kuadran

    III sebagai daerah yang berkembang cepat. Kotamobagu laju pertumbuhan

    PDRB lebih tinggi dari laju pertumbuhan rata-rata di Sulawesi Utara, tetapi

    PDRB perkapitanya lebih rendah dari rata-rata di Sulawesi Utara. Artinya

    Kotamobagu mempunyai produktivitas yang lebih tinggi namun tingkat

    ekonominya masih relative rendah di bandingkan di Sulawesi Utara.

    Kotamobagu memerlukan investasi publik dan promosi untuk lebih

    mempercepat produktivitasnya sehingga tingkat ekonominya lebih tinggi.

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 40

    8. Realisasi penerimaan/pendapatan pemerintah Kota Kotamobagu pada Tahun

    2013 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Kenaikan ini terutama bersumber dari retribusi daerah. Kemudian Kenaikan

    pendapatan transfer berupa dana perimbangan, pendapatan transfer terbesar

    bersumber dari penerimaan Dana Alokasi Umum.

    9. Realisasi belanja selama 2009-2013 terbesar diserap oleh belanja operasional,

    tahun 2009 sebesar 53,88 persen dan tahun 2013 sebesar 73,01 persen.

    Sedangkan belanja modal pada tahun 2013 sebesar 26,98 persen. Belanja

    operasional untuk belanja pegawai adalah yang terbesar, belanja pegawai

    menyerap 72,57 persen dari total belanja operasional pada tahun 2013.

    10. Indeks Pembangunan Manusia dari Kota Kotamobagu tahun 2013 sebesar

    77,05 dan berada di peringkat ke-5 dari seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi

    Utara. Setiap tahun IPM Kota Kotamobagu mengalami kenaikan, ini

    menunjukkan adanya pembangunan manusia yang ditunjukkan dari indeks

    harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli. Namun perlu

    diperhatikan juga bahwa pembangunan manusia ini juga masih perlu

    ditingkatkan mengingat masih berada dibawah angka IPM Sulawesi Utara

    Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013

  • 41

  • 42

    Lampiran 1

    PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kota Kotamobagu 2010

    2013

    LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013**

    1. PERTANIAN 92 954,71 98468,85 98468,85 103656.96

    a. Tanaman Bahan Makanan 58 265,28 61078,17 61078,17 63243.98

    b. Tanaman Perkebunan 8 446,75 8891,00 8891,00 10008.50

    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 8 836,00 9528,90 9528,90 10448.32

    d. Kehutanan 0,00 0,00 0,00 0.00

    e. Perikanan 17 406,67 18970,78 18970,78 19956.16

    2.PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 28 400,41 30505,78 30505,78 32662.13

    a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0.00

    b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0.00

    c. Penggalian 28 400,41 30505,78 30505,78 32662.13

    3.INDUSTRI PENGOLAHAN 17 613,31 18817,87 18817,87 20233.21

    a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0.00

    b. Industri Tanpa Migas **) 17 613,31 18817,87 18817,87 20233.21

    4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3 417,68 3699,98 3699,98 4163.96

    a. Listrik 2 623,05 2833,34 2833,34 3233.42

    b. Gas 0,00 0,00 0,00 0.00

    c. Air Bersih 794,63 866,64 866,64 930.54

    5. KONSTRUKSI 175 865,89 207065,01 207065,01 232339.18

    6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 162 617,43 178248,80 178248,80 198246.09

    a. Perdagangan Besar & Eceran 142 839,13 157010,24 157010,24 174086.28

    b. Hotel 5 194,32 5640,63 5640,63 6271.89

    c. Restoran 14 583,98 15597,94 15597,94 17887.92

    7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 45 683,08 51125,56 51125,56 60227.74

    a. Pengangkutan 39 035,88 43567,96 43567,96 51735.38

    b. Komunikasi 6 647,20 7557,60 7557,60 8492.36

    8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN

    126 617,26 140 888,85 160597,90 179960.16

    9. JASA-JASA 404 500,74 457 275,87 514453,49 603852.37

    a. Pemerintahan Umum 363 240,14 411 617,61 464282,27 546499.60

    b. Swasta 41 260,60 45 658,26 50171,21 57352.77

    PDRB 993 809,40 1124717,22 1262983,24 1435341.79

    Sumber: BPS Kotamobagu

  • 43

    Lampiran 2

    PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kota Kotamobagu

    2010 2013

    LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013

    1. PERTANIAN 38558.61 39262.41 40414.05 41351.93

    a. Tanaman Bahan Makanan 23534.06 24033.28 24724.94 25024.88

    b. Tanaman Perkebunan 4752.74 4673.47 4763.32 5051.76

    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3858.08 3993.32 4156.90 4352.74

    d. Kehutanan 0.00 0.00 0.00 0.00

    e. Perikanan 6413.73 6562.33 6768.88 6922.55

    2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 15285.92 15804.59 16457.37 17181.93

    a. Minyak dan Gas Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00

    b. Pertambangan Bukan Migas 0.00 0.00 0.00 0.00

    c. Penggalian 15285.92 15804.59 16457.37 17181.93

    3. INDUSTRI PENGOLAHAN 9092.39 9540.81 9932.42 10360.85

    a. Industri Migas 0.00 0.00 0.00 0.00

    b. Industri Bukan Migas 9092.39 9540.81 9932.42 10360.85

    4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2190.20 2285.11 2387.34 2564.82

    a. Listrik 1673.29 1749.30 1829.63 1980.11

    b. Gas Kota 0.00 0.00 0.00 0.00

    c. Air Bersih 516.91 535.81 557.70 584.71

    5. KONSTRUKSI 82717.03 91532.33 103359.06 112910.03

    6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 73724.64 82243.77 87871.95 93585.65

    a. Perdagangan Besar & Eceran 61688.45 69527.53 74308.99 78958.59

    b. Hotel 3641.20 3929.01 4232.64 4552.56

    c. Restoran 8395.00 8787.22 9330.31 10074.49

    7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 35263.03 37383.51 40101.66 43491.55

    a. Pengangkutan 30919.79 32818.86 35081.27 37986.95

    b. Komunikasi 4343.25 4564.65 5020.39 5504.60 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 69047.86 72703.16 77504.70 84693.29

    9. JASA-JASA 147181.15 155632.87 166592.36 180852.09

    a. Pemerintahan Umum 122860.39 129860.39 139267.94 151283.78

    b. Swasta 24320.75 25772.48 27324.42 29568.32

    PDRB 473060.83 506388.57 544620.91 586992.13

  • 44

    Lampiran 3.

    Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun 2011-2013

    LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013

    1. PERTANIAN 1.83 2.93 2.32

    a. Tanaman Bahan Makanan 2.12 2.88 1.21

    b. Tanaman Perkebunan -1.67 1.92 6.06

    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3.51 4.10 4.71

    d. Kehutanan 0 0 0

    e. Perikanan 2.32 3.15 2.27

    2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3.39 4.13 4.40

    a. Minyak dan Gas Bumi 0 0 0

    b. Pertambangan Bukan Migas 0 0 0

    c. Penggalian 3.39 4.13 4.40

    3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.93 4.10 4.31

    a. Industri Migas 0 0 0

    b. Industri Bukan Migas 4.93 4.10 4.31

    4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 4.33 4.47 7.43

    a. Listrik 4.54 4.59 8.22

    b. Gas Kota 0 0 0

    c. Air Bersih 3.66 4.09 4.84

    5. KONSTRUKSI 10.66 12.92 9.24

    6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 11.56 6.84 6.50

    a. Perdagangan Besar & Eceran 12.71 6.88 6.26

    b. Hotel 7.90 7.73 7.56

    c. Restoran 4.67 6.18 7.98

    7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 6.01 7.27 8.45

    a. Pengangkutan 6.14 6.89 8.28

    b. Komunikasi 5.10 9.98 9.64 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 5.29 6.60 9.28

    a. Bank 5.10 5.93 9.26

    b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 5.86 6.55 7.95

    c. Jasa Penunjang Keuangan 0 0 0

    d. Real Estat 6.73 11.69 9.62

    e. Jasa Perusahaan 5.52 5.97 5.82

    9. JASA-JASA 5.74 7.04 8.56

    a. Pemerintahan Umum 5.70 7.24 8.63

    b. Swasta 5.97 6.02 8.21

    PDRB 7.05 7.55 7.78

  • 45

    Lampiran 4

    PDRB Perkapita Kabupaten /Kota di Sulawesi Utara Tahun 2010-2013

    Kabupaten 2010 2011 2012 2013

    Bolaang Mongondow

    9,180,773

    10,395,712

    11,287,464

    12,334,505

    Minahasa

    13,975,690

    15,492,430

    17,093,388

    18,956,472

    Sangihe

    11,681,787

    13,219,842

    14,579,031

    16,054,337

    Talaud

    9,188,977

    12,422,327

    11,352,960

    12,201,460

    Minahasa Selatan

    13,255,021

    15,195,360

    16,674,906

    18,347,850

    Minahasa Utara

    14,174,381

    15,277,530

    16,649,437

    18,426,250

    Bolaang Mongondow Utara

    10,002,739

    11,597,220

    13,067,587

    15,063,778

    Sitaro

    9,290,000

    11,410,000

    13,294,861

    13,748,926

    Minahasa Tenggara

    8,804,015

    9,192,946

    21,380,061

    23,678,799

    Bolaang Mongondow Selatan

    8,169,541

    9,479,902

    10,487,927

    11,463,767

    Bolaang Mongondow Timur

    12,127,689

    13,715,740

    14,918,870

    16,191,068

    Manado

    29,043,388

    32,393,111

    37,419,200

    42,340,066

    Bitung

    21,388,698

    22,302,893

    26,641,184

    27,904,046

    Tomohon

    14,474,587

    16,002,275

    17,447,996

    19,113,777

    Kotamobagu

    9,248,524

    10,349,651

    11,608,942

    13,151,261

    Sulut 16,220,000 18,280,000

    20,344,833 22,786,638

  • 46

    Lampiran 5

    Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten /Kota di Sulawesi Utara Tahun 2010-

    2013

    Kabupaten 2010 2011 2012 2013

    Bolaang Mongondow 4.91 6.06 6.49 6.84

    Minahasa 6.24 6.35 6.81 6.56

    Sangihe 5.85 5.07 5.64 6.20

    Talaud 5.51 5.65 5.88 6.45

    Minahasa Selatan 8.57 6.03 6.37 6.64

    Minahasa Utara 6.78 6.48 7.01 6.92

    Bolaang Mongondow Utara 7.62 8.17 8.32 8.41

    Sitaro 7.35 7.54 8.32 8.30

    Minahasa Tenggara 8.09 5.6 6.43 6.61

    Bolaang Mongondow Selatan 6.82 7.72 8.09 8.29

    Bolaang Mongondow Timur 7.11 7.39 7.44 7.47

    Manado 7.30 8.39 8.71 8.57

    Bitung 6.88 7.76 7.98 7.92

    Tomohon 6.1 6.36 6.92 6.93

    Kotamobagu 7.42 7.05 7.55 7.78

    Sulut 7.17 7.39 7.86 7.45

  • 47

    Lampiran 6

    Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Kotamobagu tahun 2010-2013

    (dalam juta rupiah)

    Uraian 2010 2011 2012 2013

    Pendapatan

    373,073

    398,888 366,897 441141

    PAD

    8,957

    9,355 11,105 14517.07

    Pajak daerah

    2,112

    2,906 4,804 5425.529

    Retribusi daerah

    2,206

    1,938 4,804 3657.338

    Lain-lain PAD yang sah

    4,638

    4,511 1,501 5434.201

    Pendapatan Transfer

    314,669

    361,747 55,792 426623.9

    Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan

    264,890

    267,919 309,275 364173.4

    Dana Bagi Hasil Pajak

    17,409

    8,908 6,381 10055.13

    Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)

    224

    8,490 8,380 8001.561

    Dana alokasi umum

    201,553

    223,015 270,247 311773.8

    Dana alokasi khusus

    45,704

    27,506 24,267 34342.9

    Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya

    42,402

    84,648

    33,194 40087.76

    Dana Otonomi Khusus

    -

    -

    Dana Penyesuaian

    42,402

    84,648 33,194 40087.76

    Transfer Pemerintah Provinsi

    7,377

    9,180 13,322 14820.26

    Pendapatan Bagi Hasil Pajak

    7,377

    9,180 13,322 14820.26

    Pendapatan Bagi Hasil Lainnya

    -

    -

    Lain-lain Pendapatan yang sah

    49,447

    27,786 - 7542.462

    Pendapatan Hibah

    -

    750 -

    Pendapatan Dana Darurat

    -

    - -

    Pendapatan Lainnya

    49,447

    27,036 - 7542.462

    Sumber : Bappeda Kotamobagu

  • 48

    Lampiran 6

    Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Kotamobagu tahun 2009-2012

    (dalam juta rupiah)

    Uraian 2010 2011 2012 2013

    Belanja

    362,179

    380,609 367,995

    430758.8

    Belanja Operasi

    211,186

    264,029 280,305

    314499.5

    Belanja Pegawai

    147,293

    181,822 204,890

    228219.09

    Belanja Barang

    55,569

    71,532 64,767

    71005.79

    Belanja Hibah

    4,018

    5,823

    7,670

    12305.4

    Belanja Bantuan sosial

    3,932

    3,242

    1,343

    525.5

    Belanja Bantuan Keuangan

    375

    1,609

    1,635

    2443.73

    Belanja Modal

    149,645

    116,580 87,533

    116259.3

    Tanah

    4,468

    1,713

    236

    96.025

    Peralatan dan Mesin

    19,552

    28,699 17,693

    21518.82

    Gedung dan Bangunan

    49,429

    28,004 37,482

    31563.39

    Jalan, irigasi dan jaringan

    73,309

    55,280 31,396

    61454.81

    Aset tetap lainnya

    2,886

    2,884

    726

    1626.237

    Belanja tidak terduga

    1,348

    -

    158

    0

    Belanja tidak terduga

    1,348

    -

    158

    -

    Pembiayaan

    38,576

    49,475 67,753

    66720.79

    Penerimaan Pembiayaan

    38,576

    49,475 67,753

    66720.79

    SiLPA TA sebelumnya

    38,576

    49,475 67,753

    69568.06

    Sumber: Bapedda Kotamobagu