indikator ekonomi kota kotamobagu 2013
DESCRIPTION
Indikator Ekonomi Kota Kotamobagu 2013TRANSCRIPT
-
i
-
ii
ANALISIS INDIKATOR EKONOMI MAKRO KOTA KOTAMOBAGU 2013 Katalog BPS / BPS Catalogue : 9302008.7174
Ukuran Buku / Book Size : 21 cm x 29.7 cm
Jumlah Halaman / Number of Pages : xiii + 48 Halaman / Pages
Naskah / Manuscript :
Badan Perencanaan Pembangunan, Litbang dan Penanaman Modal
Kota Kotamobagu
Board of Planning of Kotamobagu Regency
&
Badan Pusat Statistik Kota Kotamobagu
Statistics of Kotamobagu
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
May be cited with reference to the source
-
iii
WALIKOTA KOTAMOBAGU
Ir. Hj. Tatong Bara
-
iv
WAKIL WALIKOTA KOTAMOBAGU
Drs. Djainuddin Damopolii
-
v
WALIKOTA
KOTA KOTAMOBAGU
KATA SAMBUTAN
Saya menyambut dengan gembira penerbitan publikasi Indikator
Ekonomi Makro Kota Kotamobagu Tahun 2013. Karena ini merupakan salah satu
analisis yang penting, khususnya bagi Kota Kotamobagu, dalam rangka
menunjang peningkatan kualitas perencanaan secara menyeluruh dan terpadu,
serta sekaligus sebagai acuan evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan ekonomi
pada tahapan sebelumnya.
Mengingat besarnya kegunaan indikator Ekonomi ini bagi perencanaan
daerah, maka kepada Kepala Badan Pusat Statistik Kota Kotamobagu, yang telah
berupaya dengan sungguh-sungguh dalam penerbitan publikasi ini serta kepada
semua pihak yang telah membantu penyediaan data, saya minta agar lebih
meningkatkan kerjasama sehingga penerbitan ini dapat berkesinambungan.
Harapan saya agar penghitungan indikator ekonomi ini semakin diperluas
dan ditingkatkan agar Pemerintah Daerah memiliki indikator yang tepat untuk
melihat kemajuan dan keberhasilan pembangunan daerah.
Kotamobagu, Juli 2014
Walikota Kotamobagu
Ir. Hj. Tatong Bara
-
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa ,
BPS Kota Kotamobagu dapat menyelesaikan publikasi ANALISIS
INDIKATOR EKONOMI MAKRO KOTA KOTAMOBAGU TAHUN
2013.
Publikasi ini menyajikan data pertumbuhan ekonomi, klasifikasi daerah
menurut perkembangan ekonominya, penerimaan dan belanja daerah Kota
Kotamobagu, dengan analisis deskriptif serta metodologinya.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Walikota
Kotamobagu, atas perhatian yang diberikan sehingga penerbitan publikasi ini
dapat terwujud. Kami harapkan semoga hubungan kerjasama yang telah terjalin
dapat terus berlanjut, terutama dalam penyediaan data untuk penghitungan
Indikator Ekonomi Kota Kotamobagu pada tahun - tahun berikutnya.
Kami mengharapkan tanggapan dan saran dari para pemakai untuk
perbaikan publikasi yang akan datang dan semoga data statistik yang disajikan
dapat berguna.
Kotamobagu, Juli 2014
Kepala Badan Pusat Statistik
Kota Kotamobagu,
Sirly Worotikan, SE, MSi.
NIP. 19680828 199401 2 001
-
vii
DAFTAR ISI
Hal
Foto Walikota iii
Foto Wakil Walikota iv
Kata Sambutan ..... v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi vii
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
Bab I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................... 2
1.3 Manfaat ............................................................................. 3
Bab II. METODOLOGI
2.1 Konsep dan definsi ............................................................. 4
2.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB)..
4
2.1.2. Produk Domestik Regional Bruto ............................ 5
2.1.3. PDRB Perkapita ....................................................... 7
2.1.4. Tipologi Klassen ..................................................... 8
2.1.5. Keuangan daerah ...................................................... 9
2.1.6. Indeks Pembangunan Manusia. 10
Bab III. Pembahasan
3.1 Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 12
3.2 Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita .............. 13
3.3 Struktur Ekonomi dan Pertumbuhan Sektoral .................... 14
-
viii
3.3.1 Sektor Primer 17
3.3.2 Sektor Sekunder ................................................. . 18
3.3.3 Sektor Tersier 20
3.4 Klassen Tipology
3.4.1 Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh 23
3.4.2 Daerah Maju Tapi Tertekan 24
3.4.3 Daerah Berkembang Cepat 24
3.5 Keuangan Daerah 25
3.6 Indeks Pembangunan Manusia 29
Kesimpulan ........................................................................... 38
Lampiran ............................................................................................... 41
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi Daerah Berdasarkan Tipology Klassen ................ 9
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Kotamobagu dan Sulawesi Utara. 13
Gambar 3. Struktur Ekonomi dan Pertumbuhan Sektoral .......................... 14
Gambar 4. Kontribusi Sektor Primer Terhadap PDRB .............................. 18
Gambar 5. Kontribusi Sektor Sekunder Terhadap PDRB ......................... 19
Gambar 6. Kontribusi Sektor Tersier Terhadap PDRB ............................. 21
Gambar 7. Klasifikasi Daerah di Sulawesi Utara tahun 2008-
2011..... 23
Gambar 8. Pendapatan Daerah beserta Komponennya tahun 2009-2012 26
Gambar 9. Pendapatan Asli Daerah dan Komponennya. 27
Gambar 10. Belanja Pemerintah Kotamobagu 29
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kontribusi Sektoral PDRB atas Dasar Harga Berlaku
2010-2013 ...................................................................................
15
Tabel 2. Pos Belanja APBD Tahun 2010-2013 (dalam Milyar
Rupiah) .......................................................................................
27
Tabel 3. IPM Kota Kotamobagu dan Kabupaten/Kota Pembanding
di Sulawesi Utara tahun 2009-2013...... 31
Tabel 4. Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara.. 32
Tabel 5. Indeks Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
Tahun 2009-2013.. 34
Tabel 6. Tingkat Melek Huruf Kabupaten/Koa di Sulawesi Utara 35
Tabel 7. Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Sulawesi
Utara tahun 2013.. 36
Tabel 8. Pengeluaran Riil perkapita Kabupaten/Kota di Sulawesi
Utara.. 37
-
xi
Daftar Lampiran
Lampiran 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha di Kota Kotamobagu 2010 2013...
42
Lampiran 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha di Kota Kotamobagu 2010 2013...
43
Lampiran 3. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
tahun 2011-2013
44
Lampiran 4. PDRB Perkapita Kabupaten /Kota di Sulawesi Utara
Tahun 2009-2013
45
Lampiran 5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten /Kota di Sulawesi
Utara Tahun 2008-2011.
46
Lampiran 6. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Kotamobagu
tahun 2009-2012
47
-
1
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,
maka setiap Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai daerah otonom dituntut untuk
dapat mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi daerah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya otonomi daerah adalah
kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah yang efektif berjalan sejak 1
Januari 2001 memberikan energi baru bagi pembangunan daerah khususnya bagi
Kotamobagu sebagai kota hasil pemekaran daerah.
Dalam proses perencanaan, salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan
pemerintah adalah dengan membuat suatu rencana ekonomi. Rencana ekonomi
yang baik tentunya memerlukan data sebagai bahan acuan perencanaan. Indikator
ekonomi makro yang sering digunakan sebagai acuan untuk proses perencanaan
dan evaluasi proses pembangunan antara lain Pertumbuhan Ekonomi (LPE),
Pendapatan Perkapita dan Inflasi. Dengan tersedianya indikator ekonomi makro
yang berkesinambungan, akan membantu para perencana dalam proses
pembangunan itu sendiri sehingga menjadi lebih efisien dan efektif.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
1.1 Latar Belakang
-
2
Pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang
terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu
menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu di diharapkan adanya
kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang.
Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut
sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono 1999:2). Pertumbuhan ekonomi
sebagai suatu proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian
secara terus-menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga
menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin
besar. Karakter pertumbuhan ekonomi (character of economic growth) yaitu
bagaimana cara mencapainya, siapa yang berperan serta, sektor-sektor mana saja
yang mendapat prioritas, lembaga-lembaga apa yang menyusun dan yang
mengatur, dan sebagainya; yang menentukan apakah pertumbuhan ekonomi
mempengaruhi perbaikan taraf kehidupan masyarakat miskin atau tidak.
Untuk melihat sejauh mana pertumbuhan ekonomi suatu daerah diperlukan
informasi-informasi pendukung dan penunjang terutama data dan hasil analisis
perekonomian terbaru suatu daerah agar pembangunan dapat terus dilakukan.
Kotamobagu sebagai salah satu daerah yang sedang giat-giatnya membangun
membutuhkan analisis perekonomian melalui indikator ekonomi yang ada.
Analisis indikator ekonomi daerah di Kota Kotamobagu dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran secara deskriptif mengenai perkembangan sektor-
sektor penyusun perekonommian di Kotamobagu
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
1.2 Tujuan
-
3
2. Mengetahui dan menganalisis indikator ekonomi daerah dengan
pendekatan makro.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis indikator ekonomi daerah dengan
pendekatan mikro.
Penyusunan analisis Indikator Ekonomi ini berguna antara lain sebagai
berikut :
1. Sebagai dasar perencanaan pembangunan pemerintah Kota Kotamobagu.
2. Untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah.
3. Untuk mengetahui struktur perekonomian daerah.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
1.3 Manfaat
-
4
Data yang memperlihatkan kinerja perekonomian suatu daerah disebut
dengan indikator ekonomi makro daerah. Sebagian indikator ekonomi makro
merupakan turunan dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
menggambarkan besarnya nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu daerah pada
waktu tertentu, biasanya dalam kurun waktu setahun. Data PDRB disajikan dalam
dua jenis, yaitu PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga
Konstan. Indikator ekonomi yang dapat diturunkan dari PDRB yaitu Pertumbuhan
Ekonomi (PE), kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB
dan data PDRB Perkapita. Pertumbuhan Ekonomi dapat melihat perkembangan
ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. Kontribusi sektoral
memperlihatkan peranan masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB.
Sedangkan PDRB perkapita memberikan gambaran rata-rata pendapatan yang
diterima oleh setiap penduduk di Kota Kotamobagu.
2.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik bruto (PDB) merupakan semua nilai tambah bruto (gross
value added) barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang
beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya
berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut. Pendapatan yang timbul
oleh karena adanya kegiatan produksi ini merupakan Produk Domestik Bruto.
Tingkat pertumbuhan PDB dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi. Beberapa alasannya yaitu:
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
2.1 Konsep dan Definisi
-
5
1. PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas
produksi di dalam perekonomian. Hal ini berarti peningkatan PDB juga
mencerminkan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam
aktivitas produksi tersebut.
2. PDB dihitung atas dasar konsep aliran (flow concept), artinya perhitungan PDB
hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada satu periode tertentu.
Perhitungan ini tidak mencakup nilai produk yang dihasilkan pada periode
sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran guna menghitung PDB yakni untuk
membandingkan jumlah nilai tambah yang dihasilkan pada tahun ini dengan
tahun sebelumnya.
3. Batas wilayah perhitungan PDB adalah negara (wilayah domestik). Hal ini
memungkinkan kita untuk mengukur sejauh mana kebijakan ekonomi yang
diterapkan pemerintah mampu mendorong aktivitas perekonomian domestik.
Data PDB yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan
ekonomi adalah data PDB atas dasar harga konstan. Dengan menggunakan data
PDB atas dasar harga konstan, maka pertumbuhan PDB mencerminkan
pertumbuhan secara riil nilai tambah yang dihasilkan perekonomian dalam
periode tertentu dengan referensi tahun tertentu. Nilai PDB pada dasarnya
merupakan penjumlahan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari
masing-masing propinsi.
2. 1.2 Produk Domestik Regional Bruto
PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya aktivitas
ekonomi dalam suatu wilayah tertentu.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
6
Dengan diketahui peranan dan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang
terdapat pada distribusi persentase sumbangan sektor ekonomi tertentu terhadap
nilai PDRB total dan laju pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor, maka
dapat direncanakan ke arah mana prioritas pembangunan ekonomi tersebut
dilaksanakan.
PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Untuk menghitung
angka-angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
1. Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun).
2. Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun).
3. Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir
seperti: (a) pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga nirlaba, (b)
konsumsi pemerintah, (c) pembentukan modal tetap domestik bruto, (d)
perubahan stok, dan (e) ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun).
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) digunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomi. PDRB ADHB menunjukkan pendapatan yang
memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada setiap tahun.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
7
PDRB per kapita Atas Dasar Harga Berlaku menunjukkan nilai PDRB per
kepala atau per satu orang penduduk. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, untuk
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap sektor dari
tahun ke tahun. Data PDRB ADHK lebih menggambarkan perkembangan
produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi daerah
tersebut. PDRB per kapita Atas Dasar Harga Konstan berguna untuk mengetahui
pertumbuhan nyata ekonomi per kapita. Pada penelitian ini digunakan PDRB Atas
Dasar Harga Konstan 2000.
PDRB ADHB menurut sektor menunjukkan peranan sektor ekonomi
dalam suatu daerah, sektor-sektor yang mempunyai peranan besar menunjukkan
basis perekonomian suatu daerah. Dengan demikian PDRB secara agregatif
menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan/balas
jasa terhadap faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di
daerah tersebut.
2.1.3 PDRB perkapita
PDRB perkapita merupakan gambaran nilai tambah yang biasanya
diciptakan oleh masing-masing penduduk sebagai akibatdari adanya aktivitas
produksi. Tinggi rendahnya tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah biasanya
diukur dengan besar kecilnya angka PDRB perkapita. Angka ini diperoleh dari
pembagian antara total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
8
2.1.4 Tipologi Klassen
Arsyad (1999) menyebutkan bahwa teori kutub pertumbuhan yang
dipopulerkan oleh ekonom Perroux menyatakan bahwa pertumbuhan tidak
muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di
beberapa tempat yang merupakan pusat (kutub) pertumbuhan dengan intensitas
yang berbeda. Untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi daerah dapat digunakan tipologi Klassen sebagai alat
analisis. Sjafrizal (1997) menjelaskan bahwa dengan menggunakan alat analisis
ini dapat diperoleh empat klasifikasi pertumbuhan masing-masing daerah yaitu
daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income); daerah maju
tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high
growth but lowincome) dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income).
Tipologi Klassen membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu
pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapitanya. Sumbu vertikalnya adalah rata-
rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata PDRB per kapita sebagai sumbu
horizontal (Sjafrizal, 1997). Daerah-daerah pengamatan dibagi dalam empat
kuadran, yaitu:
(1) daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income);
(2) daerah maju tapi tertekan (high income but low growth);
(3) daerah berkembang cepat (high growth but lowincome); dan
(4) daerah relatif tertinggal (low growth and low income)
Adapun kriteria yang digunakan dalam membagi daerah penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh, adalah daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan
rata-rata provinsi;
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
9
2. Daerah maju tapi tertekan, yakni daerah yang memiliki pendapatan per kapita
lebih tinggi, tapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan
rata-rata provinsi;
3. Daerah berkembang cepat merupakan daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan tinggi, tapi pendapatan per kapitanya lebih rendah dibandingkan
rata-rata provinsi;
4. Daerah relatif tertinggal yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita lebih rendah dibandingkan rata-
rataprovinsi.
Gambar 1. Klasifikasi Daerah berdasarkan Tipology Klassen
2.1.5 Keuangan daerah
Keuangan daerah menjadi salah satu indikator ekonomi yang sangat
penting dalam pembahasan perekonomian suatu daerah. Hal ini sebabkan jumlah
nilai anggaran penerimaan dan belanja pemerintah relatif besar, yang secara
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
10
langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi roda perekonomian di suatu
daerah. Pengaruh ini tak jarang sampai meluas ke luar wilayah bahkan sampai
keluar negeri. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menetapkan dan mengatur
pembagian kewenangan dan pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa keuangan daerah harus dikelola secara
tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab sesuai dengan
azas kepatutan dan rasa keadilan. Pemerintah Kota Kotamobagu dalam
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006. Permendagri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan secara spesifik
pengelolaan keuangan Daerah Kota Kotamobagu diatur dalam Peraturan Daerah
Kota Kotamobagu tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
2.1.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI)
adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan,
dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia (bisa juga digunakan untuk
Daerah). IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara (daerah)
adalah negara (daerah) maju, negara (daerah) berkembang atau negara (daerah)
terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi
terhadap kualitas hidup.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
11
Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel india Amartya
Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari
Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dan
sejak itu dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya.
IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara (daerah) menjadi 3
(tiga) dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu sebagai berikut:
1. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan
hidup saat kelahiran.
2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa
(bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah , atas gross
enrollment ratio (bobot satu per tiga).
3. Standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari Produk
Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita
dalam Paritasi Daya Beli (Purchasing Power Parity).
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
12
Pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu tahun 2013, yang ditunjukan
oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhannya semakin
cepat menjadi sebesar 7,78 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya
sebesar 7,55 persen.
Secara sektoral pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu tahun 2013
bervariasi diantara (2,32 9,28) persen. Sektor keuangan, real estate dan jasa
perusahaan sebesar 9, 28 persen, kemudian diikuti oleh sektor konstruksi
sebesar 9,24 persen, dan sektor jasa-jasa 8,56 persen. Sektor kontruksi terutama
yang paling tinggi pertumbuhannya adalah di subsektor pembangunan rumah
tinggal, ruko, dan penyewaan tempat tinggal. Sentiment positif akan
terbentuknya provinsi Bolmong Raya membuat pembangunan perumahan
menjadi marak di tahun 2013.
Sedangkan sektor yang paling rendah pertumbuhannya adalah sektor
Pertanian sebesar 2,32 persen. Bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
Propinsi Sulawesi Utara sebesar 7,45 persen maka pertumbuhan ekonomi Kota
Kotamobagu berada diatas pertumbuhan Sulawesi Utara. Perbandingan antara
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara dengan Kotamobagu dapat dilihat pada
gambar 2.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
3.1 Pertumbuhan Ekonomi
-
13
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Kotamobagu dan Sulawesi Utara
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita adalah jumlah
PDRB dibagi dengan jumlah penduduk tengah tahun, menggambarkan rata-rata
PDRB yang disumbangkan oleh tiap-tiap penduduk. PDRB Perkapita Kota
Kotamobagu Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) tahun 2013 sebesar 13.151.261
rupiah, sedangkan nilai PDRB perkapita Atas Dasar Harga Konstan tercatat
sebesar 5.378.292 rupiah. Nilai PDRB perkapita baik PDRB perkapita ADHB
maupun PDRB perkapita ADHK setiap tahunnya menunjukkan kenaikan, Ini
artinya setiap tahunnya secara rata-rata tingkat kemakmuran masyarakat di
Kotamobagu menunjukkan trend yang positif.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
3.2 Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita
-
14
Walaupun indikator PDRB Perkapita hanya menggambarkan secara rata-
rata belum menggambarkan tingkat pemerataan pembangunan namun indikator ini
menunjukkan bahwa di Kotamobagu setiap tahunnya terjadi peningkatan
perekonomian di masyarakat. Untuk jelasnya, perkembangan nilai PDRB
perkapita dari tahun 2010 2013 dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. PDRB perkapita Kotamobagu tahun 2010-2013
Struktur Ekonomi Kota Kotamobagu tahun 2013 tidak mengalami
perubahan dari tahun sebelumnya, masing-masing diurutkan dari konstribusi
sektor terbesar sampai dengan terkecil sebagai berikut :
1. Sektor Jasa-jasa sebesar 42,07 persen
2. Sektor Bangunan/Konstruksi sebesar 16,19 persen
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
3.3 Struktur Ekonomi dan Pertumbuhan Sektoral
-
15
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah makan sebesar 13,81 persen
4. Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 12,54 persen
5. Sektor Pertanian sebesar 7,22 persen
6. Sektor Angkutan dan komunikasi sebesar 4,20 persen
7. Sektor Penggalian sebesar 2,28 persen
8. Sektor Industri Pengolahan sebesar 1,41 persen
9. Sektor Listrik dan Air bersih sebesar 0,29 persen.
Sektor Jasa sebagai penyumbang terbesar PDRB Kotamobagu sebagian
berasal dari subsektor pemerintahan sedangkan sisanya disumbangkan oleh
subsektor swasta dari jasa sosial kemasyarakatan dan jasa perorangan (Tabel 1).
Kontribusi kesembilan sektoral dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok
primer, sekunder, dan tersier. Kelompok primer terdiri dari dua sektor, yaitu
sektor pertanian, serta sektor pertambangan dan penggalian.Kemudian kelompok
sekunder terdiri dari tiga sektor, masing-masing sektor industri pengolahan,
kemudian sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan. Selanjutnya,
kelompok tersier terdiri dari empat sektor, yakni : sektor perdagangan, hotel dan
restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, serta sektor jasa-jasa.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
16
Tabel 1 Kontribusi Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 2010-2013
Sumber : BPS Kotamobagu
LAPANGAN USAHA/ INDUSTRIAL
ORIGIN 2010 2011 2012 2013
SEKTOR PRIMER/ PRIMARY SECTOR 11,21 10,79 10,22 9,50
1. Pertanian/ Agriculture 8,47 8,26 7,80 7,22
2. Pertambangan&Penggalian/Mining & Quarrying 2,74 2,53 2,42 2,28
SEKTOR SEKUNDER/ SECONDARY SECTOR 16,98 17,51 18,17 17,89
3. Industri Pengolahan/ Manufacturing Industry 1,66 1,57 1,49 1,41
4. Lstrik Gas & Air Bersih/ Electricity, Gas &
Water Supply 0,32 0,30 0,29 0,29
5. Bangunan/ Construction 15,00 15,64 16,39 16,19
SEKTOR TERSIER/ TERTIARY SECTOR 71,81 71,70 71,61 72,62
6. Perdagangan, Hotel & Restoran/ Trade,
Hotel,&Restaurant 14,25 14,46 14,11 13,81
7. Angkutan & Komunikasi/ Transportation&
Communication 4,12 4,06 4,05 4,20
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan/
Finance, Owner& BusinessServices 12,73 12,53 12,72 12,54
9. Jasa-Jasa/ Services 40,71 40,66 40,73 42,07
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
17
3.3.1 Sektor Primer
1. Sektor Pertanian
Kontribusi sektor ini dalam pembentukan PDRB Kota Kotamobagu tidak
begitu besar, dimana tahun 2013 sebesar 7,22 persen dengan pertumbuhan sebesar
2,32 persen.
Pada sektor pertanian, Subsektor yang memberikan konstribusi terbesar
dalam pembentukan PDRB tahun 2013 adalah sub sektor Tabama, yaitu sebesar
4,41 persen dengan pertumbuhan 1,21 persen. Sub sektor perikanan memberikan
kontribusi sebesar 1,39 persen dengan pertumbuhan 2,27 persen. Kemudian
disusul masing-masing subsektor Peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 0,73
persen, subsektor perkebunan sebesar 0,70 persen dengan pertumbuhannya
masing-masing sebesar 4,70 persen, sedangkan untuk subsektor perkebunan
pertumbuhannya sebesar 6,06 persen.
Sedangkan subsektor Kehutanan tidak mempunyai kontribusi terhadap
pembentukan PDRB Kota Kotamobagu disebabkan tidak ada hutan di Kota
Kotamobagu.
2. Sektor Pertambangan & Penggalian
Pada Kelompok Primer, sektor ini menempati urutan kedua dalam sisi
pertumbuhan yaitu sebesar 4,13 persen tahun 2012, namun konstribusinya dalam
pembentukan PDRB Kota Kotamobagu masih kecil hanya sebesar 2,42 persen
dan hanya disumbang oleh sub sektor penggalian sedangkan subsektor
pertambangan belum ada konstribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota
Kotamobagu.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
18
Konstribusi Kelompok Primer terhadap pembentukan PDRB Tahun 2013
sebesar 9,5 persen. Sedangkan dibandingkan tahun 2012 sebesar 10,21 persen
mengalami penurunan sebesar 0,71 persen. Kontribusi sektor primer dapat dilihat
pada gambar 4
Gambar 4. Kontribusi Sektor Primer terhadap PDRB Kotamobagu, 2013
3.3.2 Sektor Sekunder
1. Sektor Industri Pengolahan
Pertumbuhan sektor ini sebesar 4,31 persen tahun 2013 dengan konstribusi
terhadap pembentukan PDRB Kota Kotamobagu hanya sebesar 1,41 persen.
2. Sektor Listrik dan Air Minum
Sektor ini konstribusinya pada pembentukan PDRB Kota Kotamobagu
paling kecil dibandingkan dengan sektor lain, yaitu hanya sebesar 0,29 persen
dengan pertumbuhan sebesar 7,43 persen. Konstribusi yang terbesar dalam sektor
ini diberikan oleh subsektor listrik sebesar 0,23 persen.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
19
Sedangkan subsektor Air Bersih konstribusinya dalam pembentukan PDRB Kota
Kotamobagu lebih kecil yaitu sebesar 0,06 persen.
3. Sektor Bangunan
Pertumbuhan sektor ini selama tahun 2013 sebesar 9,24 persen, dengan
konstribusi sebesar 16,19 persen dalam pembentukan PDRB Kota Kotamobagu.
Secara umum, konstribusi kelompok Sekunder terhadap pembentukan PDRB
Kota Kotamobagu Tahun 2013 sebesar 17,89 persen. Bila dibandingkan tahun
2012 yang sebesar 18,18 persen berarti mengalami penurunan sebesar 0,29
persen.
Gambar 5. Kontribusi Sektor Sekunder terhadap PDRB Kota
Kotamobagu tahun 2013
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
20
3.3.3. Sektor Tersier
1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Konstribusi sektor ini selama tahun 2013 menempati urutan ketiga setelah
sektor jasa-jasa dan bangunan dalam pembentukan PDRB Kota Kotamobagu
yaitu sebesar 13,81 persen dengan pertumbuhan 6,50 persen.
Pada subsektor ini yang memberikan sumbangan terbesar dalam
pembentukan PDRB Kota Kotamobagu adalah Subsektor Perdagangan Besar dan
Eceran sebesar 12,13 persen dengan pertumbuhan 6,26 persen. Pertumbuhan
subsektor ini melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan 2012. Sedangkan
subsektor Hotel dan Restoran/rumah makan konstribusinya terhadap pembentukan
PDRB Kota Kotamobagu relatif masih sangat kecil. Dimana subsektor Hotel
hanya menyumbangkan sebesar 0,44persen dan subsektor Restoran/rumah makan
menyumbangkan sebesar 1,25 persen. Pertumbuhan masing-masing subsektor
7,56 persen dan 7,98 persen.
2. Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sektor ini selama tahun 2013 tumbuh sebesar 8,45 persen dengan
konstribusi terhadap pembentukan PDRB Kota Kotamobagu sebesar 4,2 persen.
Subsektor Angkutan memberikan konstribusi terbesar dalam pembentukan PDRB
sektor ini sebesar 3,60 persen dengan pertumbuhan 8,28 persen, dimana Angkutan
Darat memberikan sumbangan terbesar sebesar 3,5 persen. Subsektor Komunikasi
konstribusinya dalam pembentukan PDRB tahun 2013 sebesar 0,59 persen,
dengan pertumbuhan sebesar 9,64 persen.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
21
3. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Konstribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kota Kotamobagu
tahun 2012 sebesar 12,72 persen. Subsektor Bank memberikan konstribusi paling
besar pada pembentukan sektor ini yaitu sebesar 11,26 persen., kemudian disusul
subsektor real estate 1,31 persen, Jasa Perusahaan dan Lembaga Keuangan tanpa
Bank masing-masing sebesar 0,06 persen dan 0,09 persen.
4. Sektor Jasa Jasa
Selama tahun 2013 sektor ini memberikan konstribusi terbesar dalam
sektor tersier pada pembentukan PDRB Kota Kotamobagu yaitu sebesar 42,07
persen dengan pertumbuhan sebesar 8,56 persen.
Subsektor Pemerintahan Umum paling besar konstribusinya pada sektor
ini sebesar 38,07 persen. Sedangkan subsektor Swasta hanya memberikan
konstribusi sebesar 4,00 persen. Rinciannya dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Kontribusi Sektor Tersier terhadap PDRB Kotamobagu
SEKTOR PRIMER10.21%
SEKTOR SEKUNDER18.18%
Perdagangan, Hotel & Restoran
14.11%Angkutan & Komunikasi
4.05%Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan12.72%
Jasa-Jasa40.73%
SEKTOR TERSIER71,61%
tahun 2012
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
22
Terminologi Tipology Klassen digunakan untuk perencanaan ekonomi
daerah termasuk kabupaten atau kota yang didasarkan kemampuan daerah dilihat
dari wilayahnya seperti kawasan dan sektor di dalam PDRB, analisis ini dilakukan
untuk mengetahui gambaran tentang hubungan antara PDRB perkapita dengan
pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu di bandingkan dengan kabupaten lain di
Sulawesi Utara dan penentuan daerah masuk di kriteria salah satu yang di
definisikan oleh Klassen.
Klasifikasi daerah dilakukan berdasarkan dua indikator utama, yaitu
pertumbuhan ekonomi dan produk domestik regional bruto per kapita daerah,
dengan alat analisis Tipologi Klassen. Sumbu horizontalnya (sumbu-x) adalah
rata-rata produk domestik regional bruto per kapita, sedangkan sumbu vertikalnya
(sumbu-y) adalah rata-rata pertumbuhan ekonomi. Dengan dua indikator tersebut
kemudian dilakukan klasifikasi daerah menjadi 4 kuadran dengan criteria sebagai
berikut :
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
3.4 Klassen Tipology
-
23
3.4.1 Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh
Pada Gambar 7 daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh adalah
Manado, Minahasa Selatan dan Tomohon. Kondisi ini menunjukkan bahwa
PDRB perkapita dan pertumbuhan ekonomi ketiga daerah tersebut di atas
kabupaten/kota lainnya. Manado sebagai ibukota provinsi setiap tahunnya
mengalami pertumbuhan di atas rata-rata, pembangunan infrastruktur dan
perdagangan maju pesat. Kota Manado sebagai daerah tujuan utama para
wisatawan dan seringkali menjadi tuan rumah akan event-event skala nasional dan
bahkan internasional. Hal inilah yang mendrong pertumbuhan dan PDRB
perkapita Manado lebih tinggi dari daerah lainnya.
Gambar 7. Klasifikasi Daerah di Sulawesi Utara tahun 2008-2011
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
24
3.4.2 Daerah Maju Tapi Tertekan
Sedangkan di kuadran II yang digolongkan daerah maju tapi tertekan
adalah minahasa dan Minahasa Utara. Kedua daerah ini memiliki pendapatan
perkapita di atas kabupaten/kota di Sulawesi Utara namun pertumbuhan
ekonominya lebih kecil. Perkembangan ekonomi selama tahun 2009-2011 di
kedua daerah tersebut relative lebih rendah di bandingkan daerah lain seperti
Kotamobagu.
3.4.3 Daerah Berkembang Cepat
Kuadran III oleh Klassen digolongkan sebagai daerah yang berkembang
cepat, Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun pendapatan perkapitanya
masih relative rendah dari kabupaten/kota lain di Sulawesi Utara. Daerah
Kotamobagu termasuk dalam kuadran III sebagai daerah yang berkembang cepat.
Kabupaten/kota yang berada pada kuadran ini merupakan kabupaten/kota yang
laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari laju pertumbuhan seluruh kabupaten
di Sulawesi Utara, tetapi PDRB perkapitanya lebih rendah dari rata-rata
kabupaten/kota di Sulawesi Utara. Artinya Kotamobagu mempunyai produktivitas
yang lebih tinggi namun tingkat ekonominya masih relative rendah di bandingkan
di Sulawesi Utara. Kotamobagu memerlukan investasi publik dan promosi untuk
lebih mempercepat produktivitasnya sehingga tingkat ekonominya lebih tinggi.
Menurut Klassen daerah dengan kriteria ini di sebut daerah Growing Region .
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
25
Kotamobagu perkembangannya cukup pesat sejak menjadi daerah
pemekaran sejak tahun 2008, sebelumnya Kotamobagu masih menjadi bagian
dari Kabupaten Bolaang Mongondow. Infrastruktur jalan, gedung pemerintahan,
pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan lain-lain di bangun untuk mendukung
kegiatan perekonomian di Kotamobagu.
Kotamobagu juga sebagai kota penghubung antara kabupaten Bolaang
Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow. Hal
ini menjadikan Kotamobagu sangat berpeluang besar untuk dapat berkembang
lebih maju lagi dibandingkan sekarang.
Salah satu faktor utama untuk membiayai jalannya roda pembangunan di
suatu wilayah adalah dengan adanya Penerimaan daerah, yang bersumber dari
penerimaan pajak daerah, retribusi dan pendapatan lainnya serta dana
perimbangan dari pemerintahan pusat, baik melalui Bagi Hasil Pajak/Bukan
Pajak, DAU, DAK maupun dana perimbangan lainnya.
Realisasi penerimaan/pendapatan pemerintah Kota Kotamobagu pada
Tahun 2013 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2013 penerimaan Kota Kotamobagu mencapai Rp 433,606 miliar,
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 366,897 miliar,
sehingga terjadi kenaikan sebesar 66,709 miliar atau sebesar 18,18 persen.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
3.5 Keuangan Daerah
-
26
Kenaikan ini terutama bersumber dari pendapatan lain-lain yang sah yang
pada 2012 tidak diterima oleh pemerintah Kotamobagu. Selain itu, kenaikan
pendapatan transfer berupa dana perimbangan dan dana penyesuian menjadi salah
satu faktor kenaikan tersebut. Meskipun sempat mengalami penurunan di tahun
2012, secara umum pendapatan daerah dari tahun 2009 sampai tahun 2013
mengalami kenaikan. Perkembangan pendapatan dapat dilihat dari gambar 8.
Gambar 8. Pendapatan Daerah beserta Komponennya tahun 2009-2013
Dari Gambar 8 terlihat bahwa pendapatan terbesar masih disumbangkan
oleh pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan provinsi. Pada tahun 2009
pendapatan transfer dari pusat berupa dana perimbangan menyumbang 90,9
persen dari total pendapatan daerah. Hal ini dikarenakan Kotamobagu masih
merupakan daerah pemekaran baru yang membutuhkan banyak dana untuk
pembangunan infrastruktur.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
27
Porsi dana perimbangan terus menurun tiap tahunnya, sampai tahun 2013
porsi dana perimbangan dari pusat menjadi 83,99 persen dari total pendapatan. Ini
sejalan dengan prinsip otonomi daerah yang menginginkan daerah sedikit demi
sedikit mengurangi ketergantungan akan dana pemerintah pusat.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama tahun 2009 s.d. 2013 mengalami
peningkatan. Tahun 2009 PAD Kotamobagu sebesar 6,14 Milyar dan naik
menjadi 14,52 Milyar di tahun 2013. Penerimaan terbesar berasal dari Penerimaan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar 37,43 persen. Penerimaan
terbesar kedua berasal dari Pajak Daerah sebesar 37,37 persen. Sedangkan sisanya
adalah penerimaan PAD yang berasal retribusi daerah sebesar 25,19 persen.
Gambar 9. Pendapatan Asli Daerah dan Komponennya tahun 2009-2013
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
28
Pemerintah Kotamobagu selama tahun 2009-2013 berhasil menaikkan
PAD yang berasal dari pajak daerah. Tahun 2009 penerimaan yang berasal dari
pajak daerah sebesar 1,7 Milyar dan naik sampai dengan 5,4 Milyar di tahun
2013, walaupun pada tahun 2010 sempat turun hanya sampai 212,469 juta.
Perkembangan PAD Kota Kotamobagu dapat dilihat dari Gambar 9.
Belanja daerah terbagi menjadi Belanja Operasional, Modal dan Belanja
Tak Terduga. Realisasi belanja terbesar selama 2009-2013 diserap oleh belanja
operasional, tahun 2009 sebesar 53,88 persen dan tahun 2013 sebesar 73,01
persen. Sedangkan belanja modal pada tahun 2013 sebesar 26,99 persen. Belanja
modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi, dan jaringan sebanyak 61,45 Milyar,
sedangkan belanja terkecil untuk modal berupa tanah yang hanya sebesar 96,025
Juta. Secara ringkas pengeluaran Pos Belanja disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Pos Belanja APBD Tahun 2009-2013 (dalam Milyar Rupiah)
Pengeluaran 2009 2010 2011 2012 2013
Belanja Total 286.1984 362.1792 380.6097 367.9955 430,7587
Belanja Operasional 154.2256 211.1862 264.0298 280.3045 314,4995
Belanja Modal 131.9728 149.6448 116.5799 87.53346 116,2592
Belanja Tak Terduga 0 1.348176 0 0.1575 0
Sumber: DPPKAD Kota Kotamobagu
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
29
Belanja operasional terdiri dari Belanja pegawai, belanja barang, belanja
hibah, belanja bantuan sosial dan belanja bantuan keuangan. Belanja operasional
untuk belanja pegawai adalah yang terbesar, belanja pegawai menyerap 72,57
persen dari total belanja operasional pada tahun 2013. Sedangkan belanja bantuan
sosial mempunyai porsi paling kecil dari pos belanja operasional yaitu sebesar
525,5 Juta rupiah atau sekitar 0,17 persen.
Gambar 10. Belanja Pemerintah Kotamobagu tahun 2013
Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang
menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh
kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya
(pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia
hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis
dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan
ekonomi).
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
3.6 Indeks Pembangunan Manusia
-
30
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index
(HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,
pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia (bisa juga
digunakan untuk Daerah). IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah
sebuah negara (daerah) adalah negara (daerah) maju, negara (daerah)
berkembang atau negara (daerah) terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh
dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks ini pada 1990
dikembangkan oleh pemenang nobel india Amartya Sen dan Mahbub ul Haq
seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan
Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dan sejak itu dipakai oleh
Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya.
Semakin baik IPM menggambarkan tingkat kesejahteraan yang makin baikpada
daerah tersebut demikian pula sebaliknya semakin rendah IPM berartisemakin
tertinggal pembangunan suatu daerah. Berdasarkan Standar yang digunakan
UNDP, skala IPM berkisar 0-100 dengan jabaran sebagai berikut:
< 50 artinya terbelakang (kesejahteraan rendah)
50-65, artinya kesejahteraan menengah ke bawah
65-80, artinya kesejahteraan menengah ke atas
80 kesejahteraan tinggi
Salah satu data komparatif kota atau wilayah sekitar yang bisa diperoleh
dalam analisis ini adalah perbandingan IPM antara kabupaten/kota di Sulawesi
Utara, sebagaimana disajikan dalam tabel dibawah ini:
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
31
Tabel 3. IPM Kota Kotamobagu dan Kabupaten/Kota Pembanding di
Sulawesi Utara tahun 2009-2013
Kabupaten Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
2009 2010 2011 2012 2013
Kab. Bolaang Mongondow 72.52 72.99 73.47 73.83 74.22
Kab. Minahasa 75.28 75.74 76.12 76.69 77.06
Kab. Kepulauan Sangihe 75.21 75.58 76.07 76.42 76.79
Kab. Kepulauan Talaud 74.83 75.30 75.76 76.14 76.47
Kab. Minahasa Selatan 74.18 74.68 75.1 75.46 75.82
Kab. Minahasa Utara 75.57 76.08 76.54 76.91 77.23
Bolaang Mongondow Utara 72.27 72.63 73.08 73.48 73.94
Minahasa Tenggara 72.31 72.71 72.7 73.42 73.79
Kep. Siau Tagulandang Biaro 72.86 73.30 73.09 74.06 74.56
Bolaang Mongondow Selatan 70.03 70.63 70.87 71.63 72.27
Bolaang Mongondow Timur 71.85 72.27 72.97 73.82 73.75
Kota Manado 77.79 78.02 78.57 78.92 79.34
Kota Bitung 75.00 75.52 75.96 76.30 76.66
Kota Tomohon 75.65 76.09 76.39 76.92 77.82
Kota Kotamobagu 74.46 75.03 75.53 76.03 77.05
Sulawesi Utara 75.16 75.68 76.09 76.54 77.36
Sumber : BPS, diolah
Dengan melihat tabel diatas, nampak bahwa IPM Kota Kotamobagu,
masih jauh lebih baik ketimbang beberapa wilayah atau kota kabupaten
pembandingnya dalam wilayah Sulawesi Utara, diantaranya seperti Kota Bitung,
Kabupaten Sangihe, Kabupaten seluruh Bolaang Mongondow Raya, dan
Kabupaten lainnya. Sementara itu jika kita bandingkan dengan Provinsi Sulawesi
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
32
Utara, rata-rata IPM Kota Kotamobagu memang berada dibawah rata-rata IPM
Sulawesi Utara yang nilainya antara 75-76. Kondisi ini merefleksikan bahwa
pertumbuhan IPM Kota Kotamobagu masih di bawah pertumbuhan IPM Provinsi
Sulawesi Utara.
Jika diurutkan berdasarkan peringkat IPM maka Kota Kotamobagu tahun
2013 masih sama dari tahun lalu yaitu menjadi peringkat ke 5 dari 15
Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara, dapat dilihat dari tabel berikut:
TAbel 4 Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013
Kab. Bolaang Mongondow 11 10 11 11
Kab. Minahasa 4 4 4 4
Kab. Kepulauan Sangihe 5 5 6 6
Kab. Kepulauan Talaud 8 8 8 8
Kab. Minahasa Selatan 9 9 9 9
Kab. Minahasa Utara 3 3 3 3
Bolaang Mongondow Utara 13 12 13 13
Minahasa Tenggara 12 14 14 14
Kep. Siau Tagulandang Biaro 10 11 10 10
Bolaang Mongondow Selatan 15 15 15 15
Bolaang Mongondow Timur 14 13 12 12
Kota Manado 1 1 1 1
Kota Bitung 7 7 7 7
Kota Tomohon 2 2 2 2
Kota Kotamobagu 6 6 5 5
Sumber : BPS, diolah
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
33
Sejak tahun 2009 hingga tahun 2013, Kota Kotamobagu mengalami
perkembangan peringkat IPM. Pada tahun 2009 Kota Kotamobagu berada d
peringkat ke 7 dari 15 Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara. Kemudian tahun 2010
naik menjadi peringkat 6 sampai tahun 2011. Tahun 2012 sampai 2013 peringkat
IPM Kota Kotamobagu menjadi peringkat ke-5.
IPM terdiri dari 3 indeks yaitu indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan dan
Indeks Kemampuan daya beli, yang masing-masing dapat digambarkan dari
indikator berikut.
1. Angka Usia Harapan Hidup (Indeks Kesehatan)
Angka Usia Harapan Hidup adalah ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat
yang mendiami suatu wilayah yang dilihat dari peluang umur panjang dan sehat.
Sering digunakan untuk menggambarkan kualitas hidup dan kesehatan
masyarakat. Peningkatan kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan kesehatan. Capaian usia harapan hidup di tahun 2013 sebesar 72.34
tahun. Usia harapan hidup di Kota Kotamobagu secara umum lebih rendah dari
usia harapan hidup di Sulawesi Utara yang mencapai 72,62 tahun di tahun 2013.
Namun demikian dari tahun ke tahun usia harapan hidup menujukkan perbaikan.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
34
Tabel 5 Indeks Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
Tahun 2010-2013
Kab/Kota 2010 2011 2012 2013
Kab. Bolaang Mongondow 71.58 71.7 71.83 72.06
Kab. Minahasa 72.47 72.54 72.61 72.80
Kab. Kepulauan Sangihe 73.01 73.19 73.37 73.55
Kab. Kepulauan Talaud 71.89 72.12 72.35 72.57
Kab. Minahasa Selatan 72.28 72.41 72.54 72.76
Kab. Minahasa Utara 72.60 72.73 72.87 73.09
Bolaang Mongondow Utara 69.91 70.06 70.16 70.42
Minahasa Tenggara 70.03 68.71 73.42 70.34
Kep. Siau Tagulandang Biaro 68.62 70.1 68.81 69.00
Bolaang Mongondow Selatan 71.29 71.34 71.39 71.47
Bolaang Mongondow Timur 71.35 71.42 71.48 71.51
Kota Manado 72.64 72.7 72.77 72.96
Kota Bitung 70.50 70.59 70.67 70.90
Kota Tomohon 72.62 72.78 72.95 73.13
Kota Kotamobagu 71.80 71.96 72.12 72.34
Sulawesi Utara 72.22 72.33 72.44 72.62
Sumber : BPS Sulawesi Utara, diolah
Pada tahun 2013 Kota Kotamobagu untuk indeks harapan hidup berada di
peringkat 8 dari seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara. Ini menandakan
masih sangat diperlukan perhatian dari pemerintah khususnya dibidang kesehatan
agar indeks harapan hidup dapat lebih ditingkatkan.
2. Indeks Pendidikan
Indeks pendidikan terdiri dari dua indikator dengan penilaian bobot yang
berbeda. Indikator Melek huruf dan Indikator lama sekolah menjadi penyusun
Indeks pendidikan. Angka melek huruf sering digunakan untuk menggambarkan
kualitas SDM. Peningkatan wawasan pengetahuan masyarakat sangat dipengaruhi
oleh kemampuan membaca dan menulis.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
35
Capaian angka melek huruf di tahun 2013 sebesar 99,68 persen.
Peringkat Angka melek huruf Kota Kotamobagu di peringkat 7, jika dibandingkan
dengan rata-rata seluruh Sulawesi Utara, angka ini lebih besar dari Sulawesi
Utara.
Tabel 6 Tingkat Melek Huruf Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara tahun 2013
Kabupaten/Kota 2013 Peringkat Manado 99.93 1 Minahasa 99.90 2 Kota Tomohon 99.88 3 Minahasa Selatan 99.87 4 Kep. Siau Tagulandang Biaro 99.82 5 Minahasa Utara 99.79 6 Kota Kotamobago 99.68 7 Kepulauan Talaud 99.60 8 Bolaang Mongondow Timur 99.59 9 Minahasa Tenggara 99.56 10 Kota Bitung 99.44 11 Bolaang Mongondow Selatan 99.09 12 Kep.Sangihe Talaud 98.78 13 Bolaang Mongondow Utara 98.68 14 Bolaang Mongondow 98.34 15
Sulawesi Utara 99.56
Sumber BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Komponen penyusun lainnya adalah indikator rata-rata lama sekolah.
Rata-rata Lama Sekolah (Indeks Pendidikan) untuk Kota Kotamobagu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Secara rangking, pada komponen IPM yaitu
komponen Rata-Rata Lama Sekolah ini, Kota Kotamobagu berada pada rangking
ke-4 pada tahun 2013. Rata-rata Lama sekolah di Kotamobagu sekitar 9,54 tahun,
lebih tinggi dari rata-rata di Sulawesi Utara, artinya untuk pendidikan dasar di
Kotamobagu sudah memenuhi namun untuk sampai ke pendidikan menengah
masih kurang. Idealnya Rata-rata Lama Sekolah adalah 15 tahun.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
36
Tabel 7 Rata-rata Lama Sekolah Kebupaten/Kota di Sulawesi Utara tahun 2013
Kabupaten/Kota 2013 Peringkat Bolaang Mongondow 7.48 12 Minahasa 9.55 3 Kep.Sangihe Talaud 7.76 11 Kepulauan Talaud 8.82 7 Minahasa Selatan 8.80 8 Minahasa Utara 9.42 6 Bolaang Mongondow Utara 7.44 13 Kep. Siau Tagulandang Biaro 8.65 9 Minahasa Tenggara 8.43 10 Bolaang Mongondow Selatan 7.32 15 Bolaang Mongondow Timur 7.50 14 Manado 10.92 1 Kota Bitung 9.47 5 Kota Tomohon 10.30 2 Kota Kotamobagu 9.54 4
Sulawesi Utara 9.09
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
3. Indeks Daya Beli (Purchasing Power Parity)
Indeks daya beli adalah Komponen standar hidup layak atau dikenal
(Purchasing Power Parity/PPP) sebagai nilai konsumsi riil perkapita yang
disesuaikan meriupakan ukuran tingkat daya beli masyarakat yang diasumsikan
jika daya beli semakin baik atau pola konsumsi meningkat dapat mencerminkan
kualitas hidup masyarakat semakin baik sebab pola konsumsi mencerminkan pola
alokasi pendapatan kepada berbagai macam pengeluaran yang berbentuk makanan
dan non makanan.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
37
Tabel 8 Pengeluaran riil perkapita Kabupaten /Kota di Sulawesi Utara tahun 2013
(dalam ribu rupiah)
Kabupaten/Kota 2013 Peringkat Bolaang Mongondow 628.58 11 Minahasa 635.56 9 Kep.Sangihe Talaud 647.10 2 Kepulauan Talaud 637.53 6 Minahasa Selatan 627.05 12 Minahasa Utara 637.33 7 Bolaang Mongondow Utara 636.06 10 Kep. Siau Tagulandang Biaro 639.39 5 Minahasa Tenggara 622.70 13 Bolaang Mongondow Selatan 606.76 15 Bolaang Mongondow Timur 622.45 14 Manado 650.81 1 Kota Bitung 646.31 3 Kota Tomohon 635.90 8 Kota Kotamobagu 639.49 4
Sulawesi Utara 646.19
Sumber : BPS. Di olah
Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat dipengaruhi oleh pendapatan
yang dimiliki oleh masyarakat, capaian daya beli masyarakat di tahun 2013
sebesar 636 ribu rupiah perkapita pertahun. Indeks daya beli di Kaota
Kotamobagu secara umum cukup baik, dari seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi
Utara peringkat ke-4 dan peringkat pertama untuk wilayah Bolaang Mongondow
Raya (Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow
Timur, Bolaang Mongondow Selatan). Hal ini menunjukkan tingkat daya beli
masyarakat Kota Kotamobagu masih lebih tinggi dibandingkan daerah hasil
pemekaran di wilayah Bolaang Mongondow dan sekitarnya.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
38
Beberapa indikator dapat menggambarkan keadaan Kotamobagu dari sisi
ekonominya antara lain :
1. Pertumbuhan ekonomi Kotamobagu naik dari 7,55 persen menjadi 7,78
persen pada tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi sebesar 7,78 persen berada
diatas pertumbuhan ekonomi Sulut yang sebesar 7,45 persen. Namun
pertumbuhan ekonomi Kotamobagu masih berada di atas rata-rata
pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota lainnya.
2. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2013 sebesar
12.380.787 rupiah, sedangkan nilai PDRB perkapita Atas Dasar Harga
Konstan tercatat sebesar 5.063.201 rupiah. Nilai PDRB perkapita baik PDRB
perkapita ADHB maupun PDRB perkapita ADHK setiap tahunnya
menunjukkan kenaikan, Ini artinya setiap tahunnya secara rata-rata tingkat
kemakmuran masyarakat di Kotamobagu menunjukkan trend yang positif.
3. PDRB Perkapita Kota Kotamobagu Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
tahun 2013 sebesar 12.380.787 rupiah, sedangkan nilai PDRB perkapita Atas
Dasar Harga Konstan tercatat sebesar 5.063.201 rupiah. PDRB perkapita
Kotamobagu naik sebesar 6,65 persen untuk PDRB perkapita ADHB,
sedangkan untuk PDRB perkapita ADHK naik sebesar 1,14 persen.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
Kesimpulan
-
39
4. Struktur Ekonomi Kota Kotamobagu tahun 2013 tidak mengalami
perubahan dari tahun sebelumnya. Sektor Jasa sebagai penyumbang terbesar
PDRB Kotamobagu sebagian berasal dari subsektor pemerintahan sedangkan
sisanya disumbangkan oleh subsektor swasta dari jasa sosial kemasyarakatan
dan jasa perorangan.
5. Pada sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian dan sektor
pertambangan, Subsektor yang memberikan konstribusi terbesar dalam
pembentukan PDRB tahun 2013 adalah sub sektor Tabama (Tanaman Bahan
Makanan), yaitu sebesar 4,41 persen dengan pertumbuhan1,21 persen. Secara
keseluruhan kontribusi sektor primer terhadap PDRB Kotamobagu adalah
sebesar 9,5 persen.
6. Pada Kelompok sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan, listrik air
dan gas, dan bangunan berkontibusi sebesar 17,89 persen dari toral PDRB
Kotamobagu. Sektor bangunan berkontribusi paling banyak di kelompok ini
yaitu sebesar 16,19 persen
7. Hasil analisis tipology Klassen daerah Kotamobagu termasuk dalam kuadran
III sebagai daerah yang berkembang cepat. Kotamobagu laju pertumbuhan
PDRB lebih tinggi dari laju pertumbuhan rata-rata di Sulawesi Utara, tetapi
PDRB perkapitanya lebih rendah dari rata-rata di Sulawesi Utara. Artinya
Kotamobagu mempunyai produktivitas yang lebih tinggi namun tingkat
ekonominya masih relative rendah di bandingkan di Sulawesi Utara.
Kotamobagu memerlukan investasi publik dan promosi untuk lebih
mempercepat produktivitasnya sehingga tingkat ekonominya lebih tinggi.
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
40
8. Realisasi penerimaan/pendapatan pemerintah Kota Kotamobagu pada Tahun
2013 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kenaikan ini terutama bersumber dari retribusi daerah. Kemudian Kenaikan
pendapatan transfer berupa dana perimbangan, pendapatan transfer terbesar
bersumber dari penerimaan Dana Alokasi Umum.
9. Realisasi belanja selama 2009-2013 terbesar diserap oleh belanja operasional,
tahun 2009 sebesar 53,88 persen dan tahun 2013 sebesar 73,01 persen.
Sedangkan belanja modal pada tahun 2013 sebesar 26,98 persen. Belanja
operasional untuk belanja pegawai adalah yang terbesar, belanja pegawai
menyerap 72,57 persen dari total belanja operasional pada tahun 2013.
10. Indeks Pembangunan Manusia dari Kota Kotamobagu tahun 2013 sebesar
77,05 dan berada di peringkat ke-5 dari seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi
Utara. Setiap tahun IPM Kota Kotamobagu mengalami kenaikan, ini
menunjukkan adanya pembangunan manusia yang ditunjukkan dari indeks
harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli. Namun perlu
diperhatikan juga bahwa pembangunan manusia ini juga masih perlu
ditingkatkan mengingat masih berada dibawah angka IPM Sulawesi Utara
Indikator Ekonomi Kotamobagu 2013
-
41
-
42
Lampiran 1
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kota Kotamobagu 2010
2013
LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013**
1. PERTANIAN 92 954,71 98468,85 98468,85 103656.96
a. Tanaman Bahan Makanan 58 265,28 61078,17 61078,17 63243.98
b. Tanaman Perkebunan 8 446,75 8891,00 8891,00 10008.50
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 8 836,00 9528,90 9528,90 10448.32
d. Kehutanan 0,00 0,00 0,00 0.00
e. Perikanan 17 406,67 18970,78 18970,78 19956.16
2.PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 28 400,41 30505,78 30505,78 32662.13
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0.00
b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0.00
c. Penggalian 28 400,41 30505,78 30505,78 32662.13
3.INDUSTRI PENGOLAHAN 17 613,31 18817,87 18817,87 20233.21
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0.00
b. Industri Tanpa Migas **) 17 613,31 18817,87 18817,87 20233.21
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3 417,68 3699,98 3699,98 4163.96
a. Listrik 2 623,05 2833,34 2833,34 3233.42
b. Gas 0,00 0,00 0,00 0.00
c. Air Bersih 794,63 866,64 866,64 930.54
5. KONSTRUKSI 175 865,89 207065,01 207065,01 232339.18
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 162 617,43 178248,80 178248,80 198246.09
a. Perdagangan Besar & Eceran 142 839,13 157010,24 157010,24 174086.28
b. Hotel 5 194,32 5640,63 5640,63 6271.89
c. Restoran 14 583,98 15597,94 15597,94 17887.92
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 45 683,08 51125,56 51125,56 60227.74
a. Pengangkutan 39 035,88 43567,96 43567,96 51735.38
b. Komunikasi 6 647,20 7557,60 7557,60 8492.36
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN
126 617,26 140 888,85 160597,90 179960.16
9. JASA-JASA 404 500,74 457 275,87 514453,49 603852.37
a. Pemerintahan Umum 363 240,14 411 617,61 464282,27 546499.60
b. Swasta 41 260,60 45 658,26 50171,21 57352.77
PDRB 993 809,40 1124717,22 1262983,24 1435341.79
Sumber: BPS Kotamobagu
-
43
Lampiran 2
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kota Kotamobagu
2010 2013
LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013
1. PERTANIAN 38558.61 39262.41 40414.05 41351.93
a. Tanaman Bahan Makanan 23534.06 24033.28 24724.94 25024.88
b. Tanaman Perkebunan 4752.74 4673.47 4763.32 5051.76
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3858.08 3993.32 4156.90 4352.74
d. Kehutanan 0.00 0.00 0.00 0.00
e. Perikanan 6413.73 6562.33 6768.88 6922.55
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 15285.92 15804.59 16457.37 17181.93
a. Minyak dan Gas Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00
b. Pertambangan Bukan Migas 0.00 0.00 0.00 0.00
c. Penggalian 15285.92 15804.59 16457.37 17181.93
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 9092.39 9540.81 9932.42 10360.85
a. Industri Migas 0.00 0.00 0.00 0.00
b. Industri Bukan Migas 9092.39 9540.81 9932.42 10360.85
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2190.20 2285.11 2387.34 2564.82
a. Listrik 1673.29 1749.30 1829.63 1980.11
b. Gas Kota 0.00 0.00 0.00 0.00
c. Air Bersih 516.91 535.81 557.70 584.71
5. KONSTRUKSI 82717.03 91532.33 103359.06 112910.03
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 73724.64 82243.77 87871.95 93585.65
a. Perdagangan Besar & Eceran 61688.45 69527.53 74308.99 78958.59
b. Hotel 3641.20 3929.01 4232.64 4552.56
c. Restoran 8395.00 8787.22 9330.31 10074.49
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 35263.03 37383.51 40101.66 43491.55
a. Pengangkutan 30919.79 32818.86 35081.27 37986.95
b. Komunikasi 4343.25 4564.65 5020.39 5504.60 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 69047.86 72703.16 77504.70 84693.29
9. JASA-JASA 147181.15 155632.87 166592.36 180852.09
a. Pemerintahan Umum 122860.39 129860.39 139267.94 151283.78
b. Swasta 24320.75 25772.48 27324.42 29568.32
PDRB 473060.83 506388.57 544620.91 586992.13
-
44
Lampiran 3.
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun 2011-2013
LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013
1. PERTANIAN 1.83 2.93 2.32
a. Tanaman Bahan Makanan 2.12 2.88 1.21
b. Tanaman Perkebunan -1.67 1.92 6.06
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3.51 4.10 4.71
d. Kehutanan 0 0 0
e. Perikanan 2.32 3.15 2.27
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3.39 4.13 4.40
a. Minyak dan Gas Bumi 0 0 0
b. Pertambangan Bukan Migas 0 0 0
c. Penggalian 3.39 4.13 4.40
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.93 4.10 4.31
a. Industri Migas 0 0 0
b. Industri Bukan Migas 4.93 4.10 4.31
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 4.33 4.47 7.43
a. Listrik 4.54 4.59 8.22
b. Gas Kota 0 0 0
c. Air Bersih 3.66 4.09 4.84
5. KONSTRUKSI 10.66 12.92 9.24
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 11.56 6.84 6.50
a. Perdagangan Besar & Eceran 12.71 6.88 6.26
b. Hotel 7.90 7.73 7.56
c. Restoran 4.67 6.18 7.98
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 6.01 7.27 8.45
a. Pengangkutan 6.14 6.89 8.28
b. Komunikasi 5.10 9.98 9.64 8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 5.29 6.60 9.28
a. Bank 5.10 5.93 9.26
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 5.86 6.55 7.95
c. Jasa Penunjang Keuangan 0 0 0
d. Real Estat 6.73 11.69 9.62
e. Jasa Perusahaan 5.52 5.97 5.82
9. JASA-JASA 5.74 7.04 8.56
a. Pemerintahan Umum 5.70 7.24 8.63
b. Swasta 5.97 6.02 8.21
PDRB 7.05 7.55 7.78
-
45
Lampiran 4
PDRB Perkapita Kabupaten /Kota di Sulawesi Utara Tahun 2010-2013
Kabupaten 2010 2011 2012 2013
Bolaang Mongondow
9,180,773
10,395,712
11,287,464
12,334,505
Minahasa
13,975,690
15,492,430
17,093,388
18,956,472
Sangihe
11,681,787
13,219,842
14,579,031
16,054,337
Talaud
9,188,977
12,422,327
11,352,960
12,201,460
Minahasa Selatan
13,255,021
15,195,360
16,674,906
18,347,850
Minahasa Utara
14,174,381
15,277,530
16,649,437
18,426,250
Bolaang Mongondow Utara
10,002,739
11,597,220
13,067,587
15,063,778
Sitaro
9,290,000
11,410,000
13,294,861
13,748,926
Minahasa Tenggara
8,804,015
9,192,946
21,380,061
23,678,799
Bolaang Mongondow Selatan
8,169,541
9,479,902
10,487,927
11,463,767
Bolaang Mongondow Timur
12,127,689
13,715,740
14,918,870
16,191,068
Manado
29,043,388
32,393,111
37,419,200
42,340,066
Bitung
21,388,698
22,302,893
26,641,184
27,904,046
Tomohon
14,474,587
16,002,275
17,447,996
19,113,777
Kotamobagu
9,248,524
10,349,651
11,608,942
13,151,261
Sulut 16,220,000 18,280,000
20,344,833 22,786,638
-
46
Lampiran 5
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten /Kota di Sulawesi Utara Tahun 2010-
2013
Kabupaten 2010 2011 2012 2013
Bolaang Mongondow 4.91 6.06 6.49 6.84
Minahasa 6.24 6.35 6.81 6.56
Sangihe 5.85 5.07 5.64 6.20
Talaud 5.51 5.65 5.88 6.45
Minahasa Selatan 8.57 6.03 6.37 6.64
Minahasa Utara 6.78 6.48 7.01 6.92
Bolaang Mongondow Utara 7.62 8.17 8.32 8.41
Sitaro 7.35 7.54 8.32 8.30
Minahasa Tenggara 8.09 5.6 6.43 6.61
Bolaang Mongondow Selatan 6.82 7.72 8.09 8.29
Bolaang Mongondow Timur 7.11 7.39 7.44 7.47
Manado 7.30 8.39 8.71 8.57
Bitung 6.88 7.76 7.98 7.92
Tomohon 6.1 6.36 6.92 6.93
Kotamobagu 7.42 7.05 7.55 7.78
Sulut 7.17 7.39 7.86 7.45
-
47
Lampiran 6
Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Kotamobagu tahun 2010-2013
(dalam juta rupiah)
Uraian 2010 2011 2012 2013
Pendapatan
373,073
398,888 366,897 441141
PAD
8,957
9,355 11,105 14517.07
Pajak daerah
2,112
2,906 4,804 5425.529
Retribusi daerah
2,206
1,938 4,804 3657.338
Lain-lain PAD yang sah
4,638
4,511 1,501 5434.201
Pendapatan Transfer
314,669
361,747 55,792 426623.9
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
264,890
267,919 309,275 364173.4
Dana Bagi Hasil Pajak
17,409
8,908 6,381 10055.13
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)
224
8,490 8,380 8001.561
Dana alokasi umum
201,553
223,015 270,247 311773.8
Dana alokasi khusus
45,704
27,506 24,267 34342.9
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya
42,402
84,648
33,194 40087.76
Dana Otonomi Khusus
-
-
Dana Penyesuaian
42,402
84,648 33,194 40087.76
Transfer Pemerintah Provinsi
7,377
9,180 13,322 14820.26
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
7,377
9,180 13,322 14820.26
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
-
-
Lain-lain Pendapatan yang sah
49,447
27,786 - 7542.462
Pendapatan Hibah
-
750 -
Pendapatan Dana Darurat
-
- -
Pendapatan Lainnya
49,447
27,036 - 7542.462
Sumber : Bappeda Kotamobagu
-
48
Lampiran 6
Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Kotamobagu tahun 2009-2012
(dalam juta rupiah)
Uraian 2010 2011 2012 2013
Belanja
362,179
380,609 367,995
430758.8
Belanja Operasi
211,186
264,029 280,305
314499.5
Belanja Pegawai
147,293
181,822 204,890
228219.09
Belanja Barang
55,569
71,532 64,767
71005.79
Belanja Hibah
4,018
5,823
7,670
12305.4
Belanja Bantuan sosial
3,932
3,242
1,343
525.5
Belanja Bantuan Keuangan
375
1,609
1,635
2443.73
Belanja Modal
149,645
116,580 87,533
116259.3
Tanah
4,468
1,713
236
96.025
Peralatan dan Mesin
19,552
28,699 17,693
21518.82
Gedung dan Bangunan
49,429
28,004 37,482
31563.39
Jalan, irigasi dan jaringan
73,309
55,280 31,396
61454.81
Aset tetap lainnya
2,886
2,884
726
1626.237
Belanja tidak terduga
1,348
-
158
0
Belanja tidak terduga
1,348
-
158
-
Pembiayaan
38,576
49,475 67,753
66720.79
Penerimaan Pembiayaan
38,576
49,475 67,753
66720.79
SiLPA TA sebelumnya
38,576
49,475 67,753
69568.06
Sumber: Bapedda Kotamobagu