indgovt bpk index kab actmiang 2008-03-04

77
PERWAKILAN BPK-RI DI BANDA ACEH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG UNTUK TAHUN ANGGARAN 2006 AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V PERWAKILAN BPK-RI DI BANDA ACEH Nomor : Tanggal : 4 Maret 2008

Upload: ennayojarav

Post on 21-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

PERWAKILAN BPK-RI DI BANDA ACEH

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

UNTUK TAHUN ANGGARAN 2006

AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V PERWAKILAN BPK-RI DI BANDA ACEH

Nomor : Tanggal : 4 Maret 2008

Page 2: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh i

DAFTAR ISI

HALAMAN

DAFTAR ISI…………………………………………………………………........................... i

OPINI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN……………………………............................. 1

LAPORAN KEUANGAN POKOK ......................................................................................... 2

1. NERACA KOMPARATIF.................................................................................... ........... 2

2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN .......................................................................... 4

3. LAPORAN ARUS KAS .................................................................................................. 7

4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. ....................................................... ....... 9

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN…………………………………............................ 40

RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN ......... 65

GAMBARAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH .................. 67

HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN ........................... 70

1. Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Belum Tertib ....................... 70

2. Pengelolaan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Belum Tertib …………………………….................................................................................... 72

RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ........................................................................ 42

HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN …………………………........................... 44

1. Pengembalian Sisa Surat Perintah Membayar Uang Pengisian Kas (SPMU-PK) Sebesar Rp5.038.258.358,00 Terlambat dan Sebesar Rp202.870.875,00 Belum Disetor ke Kas Daerah .............…………………………............................................................. 44

2. Pengeluaran Uang dari Kas Daerah TA 2006 Tanpa SPM (Kas Bon) Sebesar Rp5.793.475.690,00 Belum Dipertanggungjawabkan ………………………................. 46

Page 3: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh ii

3. Pembayaran Tunjangan Perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD TA 2006 Sebesar Rp296.670.000,00 Tidak Sesuai Ketentuan …..………................................................... 48

4. Pengeluaran untuk Bantuan Biaya Kegiatan Pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) TA 2006 Sebesar Rp1.167.797.250,00 Tidak Didukung Dengan Bukti Yang Lengkap ……….................................................... 50

5. Belanja Modal Tanah untuk Jalan Dua Jalur Sebesar Rp13.739.280.555,00 Belum Dipertanggungjawabkan ………....................................................................................... 52

6. Hasil Pemeriksaan BPK-RI TA 2006 Belum Seluruhnya Ditindaklanjuti …................... 54

LAMPIRAN

Page 4: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

OPINI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Kepada Para Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) bertugas memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang per 31 Desember 2006, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang. BPK-RI telah melakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun Anggaran 2005 yang dituangkan dalam Laporan Nomor 99/S/XIV.9/09/2006 tanggal 9 September 2006 dengan opini wajar dengan pengecualian.

Sebagaimana dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang TA 2006 catatan 4.1, yakni pada tanggal 21 Desember 2006 wilayah Kabupaten Aceh Tamiang dilanda musibah banjir bandang yang memakan ratusan korban jiwa dan mengakibatkan kerusakan infrastruktur serta dokumen-dokumen atau bukti-bukti penting yang diperlukan dalam rangka pertanggungjawaban Bupati Aceh Tamiang, sehingga memberikan pengaruh yang signifikan pada materi pertanggungjawaban APBD Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006. Lebih lanjut, bukti-bukti pertanggungjawaban yang mendukung nilai realisasi APBD tidak lagi tersedia. Dokumen keuangan yang ada tidak memungkinkan dilaksanakannya penerapan prosedur audit terhadap akun–akun dalam laporan keuangan.

Karena keterbatasan lingkup pemeriksaan sebagaimana disebutkan pada paragraf sebelumnya, BPK-RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan, lingkup pemeriksaan BPK-RI tidak cukup untuk memungkinkan BPK-RI menyatakan pendapat, dan BPK-RI tidak menyatakan pendapat atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.

Banda Aceh, Maret 2008 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Tornanda Syaifullah, SE. Ak. MM Akuntan Register Negara No. D–13910

Page 5: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 2

LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

NERACA PER 31 DESEMBER 2006 DAN 31 DESEMBER 2005

(Unaudited)

No. Uraian Tahun 2006 Tahun 2005 (Rp) (Rp)

1 2 3 4 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Bank 230.980.235.552,00 87.878.297.594,00 Kas di Bendahara Pengeluaran 5.259.672.014,00 4.575.387.305,00 JUMLAH AKTIVA LANCAR 236.239.907.566,00 92.453.684.899,00 Aktiva Tidak Lancar Investasi jangka Panjang Investasi dalam saham 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 Jumlah Investasi Jangka Panjang 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 Aktiva Tetap Tanah 65.756.595.005,00 42.170.587.857,00 Jalan dan Jembatan 16.677.283.042,00 11.964.038.786,00 Bangunan Air (Irigasi) 4.203.362.286,00 3.122.832.286,00 Instalasi 4.909.209.796,00 4.533.798.936,00 Jaringan 377.142.180,00 377.142.180,00 Bangunan Gedung 134.899.496.590,00 126.303.690.750,00 Monumen dan Tugu 1.408.628.500,00 1.408.628.500,00 Alat Angkutan 17.306.112.996,00 15.882.291.496,00 Alat Bengkel dan Alat Ukur 965.407.090,00 947.407.090,00 Alat Pertanian 965.081.060,00 760.358.060,00 Alat Kantor dan Rumah Tangga 11.658.307.850,00 11.433.812.450,00 Alat-alat Studio dan Komunikasi 567.816.800,00 409.673.800,00 Alat Kedokteran 4.367.305.478,00 2.697.861.178,00 Alat Laboratorium 185.558.285,00 180.508.285,00 Buku/Perpustakaan 76.700.000,00 76.700.000,00 Hewan, Ternak dan Tanaman 1.145.720.600,00 868.062.500,00 Jumlah Aktiva Tetap 265.469.727.558,00 223.137.394.154,00 Aktiva Lain-Lain Bangunan dalam Pengerjaan 0,00 - Jumlah Aktiva Lain-Lain 0,00 - Jumlah Aktiva Tidak Lancar 266.469.727.558,00 224.137.394.154,00 TOTAL AKTIVA 502.709.635.124,00 316.591.079.053,00

Page 6: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 3

1 2 3 4 UTANG Utang Jangka Pendek Utang Belanja 138.600.150.404,00 - Utang Pajak 0,00 751.106.665,00 Utang Setoran Wajib Pegawai 0,00 - Utang Taperum 0,00 - Utang Lain-Lain' 0,00 - Jumlah Hutang Lancar 138.600.150.404,00 751.106.665,00 Hutang Jangka Panjang Hutang Dalam Negeri 0,00 - Hutang Jangka Panjang Lainnya 0,00 - Jumlah Hutang Jangka Panjang 0,00 - TOTAL UTANG 138.600.150.404,00 751.106.665,00 EKUITAS Ekuitas Dana Umum

Akumulasi Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran (SiLPA) 236.239.907.566,00 91.702.578.234,00

Diinvestasikan dalam Investasi Permanen 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 265.469.727.558,00 223.137.394.154,00 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 0,00 -

Dana Yang Disediakan utk Pembayaran

Utang Jk. Pendek (138.600.150.404,00) -

Jumlah Ekuitas Dana Umum 364.109.484.720,00 315.839.972.388,00 Ekuitas Dana Dicadangkan Cadangan Untuk Persediaan 0,00 - Jumlah Ekuitas Dana Dicadangkan 0,00 - TOTAL EKUITAS DANA 364.109.484.720,00 315.839.972.388,00 TOTAL UTANG DAN EKUITAS 502.709.635.124,00 316.591.079.053,00

Page 7: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 4

2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

TAHUN ANGGARAN 2006 (Unaudited)

No. Uraian %

Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)

1 2 3 4 5

PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah 1.740.000.000,00 1.120.306.446,00 64,39 Retribusi Daerah 4.656.900.000,00 3.201.824.886,00 68,75 Lain - lain pendapatan yang sah 3.667.000.000,00 3.191.581.501,00 87,04 Jumlah PAD 10.063.900.000,00 7.513.712.833,00 74,66 DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 95.646.606.504,00 104.174.220.063,00 108,92 Dana Alokasi Umum 188.709.000.000,00 188.709.000.000,00 100,00 Dana Alokasi Khusus 27.090.000.000,00 27.090.000.000,00 100,00 Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Prov. 1.722.868.338,00 3.484.296.817,00 202,24 Dana Perimbangan dari Pendidikan 9.716.118.138,00 9.716.118.138,00 100,00 Jumlah Dana Perimbangan 322.884.592.980,00 333.173.635.018,00 103,19 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Dana Kontinjensi 0,00 2.953.997.663,00 - Jumlah Lain-lain Pendapatan Yang Sah 0,00 2.953.997.663,00 - JUMLAH PENDAPATAN 332.948.492.980,00 343.641.345.514,00 103,21 BELANJA APARATUR DAERAH BELANJA ADMINISTRASI UMUM 160.406.266.794,00 100.909.496.356,00 62,91 Belanja Pegawai / Personalia 123.008.302.654,00 80.628.252.707,00 65,55 Belanja Barang dan Jasa 27.972.012.140,00 15.694.861.424,00 56,11 Belanja Perjalanan Dinas 6.224.375.000,00 3.501.043.500,00 56,25 Belanja Pemeliharaan 3.201.577.000,00 1.085.338.725,00 33,90 BELANJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN 9.479.267.250,00 4.273.566.760,00 45,08 Belanja Pegawai / Personalia 664.167.500,00 19.460.000,00 2,93 Belanja Barang dan Jasa 6.826.826.750,00 3.268.365.760,00 47,88 Belanja Perjalanan Dinas 1.589.768.000,00 865.545.000,00 54,44

Page 8: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 5

1 2 3 4 5 Belanja Pemeliharaan 398.505.000,00 120.196.000,00 30,16 BELANJA MODAL 22.002.927.751,00 3.302.161.900,00 15,01 Belanja Modal Tanah 107.630.000,00 0,00 - Belanja Modal Jaringan 194.860.000,00 0,00 - Belanja Modal Bangunan Gedung 15.208.423.167,00 2.389.208.500,00 15,71 Belanja Modal Alat-alat angkutan 1.929.651.350,00 640.640.000,00 33,20 Belanja Modal Alat-alat Bengkel 419.214.375,00 18.000.000,00 4,29 Belanja Modal Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga 3.202.814.474,00 96.170.400,00 3,00 Belanja Modal Alat-alat Studio dan Komunikasi 831.584.385,00 158.143.000,00 19,02 Belanja Modal Alat-alat Laboratorium 3.000.000,00 0,00 - Belanja Modal Buku/Perpustakaan 105.750.000,00 0,00 - JUMLAH BELANJA APARATUR 191.888.461.795,00 108.485.225.016,00 56,54 PUBLIK BELANJA ADMINISTRASI UMUM 11.780.134.750,00 6.206.192.092,00 52,68 Belanja Pegawai / Personalia 2.506.922.517,00 1.974.166.213,00 78,75 Belanja Barang dan Jasa 8.455.052.233,00 3.766.493.129,00 44,55 Belanja Perjalanan Dinas 260.800.000,00 201.000.000,00 77,07 Belanja Pemeliharaan 557.360.000,00 264.532.750,00 47,46 BELANJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN 65.804.763.508,00 20.833.202.370,00 31,66 Belanja Pegawai / Personalia 5.191.495.000,00 4.329.600.000,00 83,40 Belanja Barang dan Jasa 25.898.801.704,00 11.047.862.131,00 42,66 Belanja Perjalanan Dinas 2.543.805.000,00 1.143.880.950,00 44,97 Belanja Pemeliharaan 32.170.661.804,00 4.311.859.289,00 13,40 BELANJA MODAL 115.927.219.540,00 39.030.171.504,00 33,67 Belanja Modal Tanah 29.912.473.184,00 23.586.007.148,00 78,85 Belanja Modal Jalan dan Jembatan 31.450.987.122,00 4.713.244.256,00 14,99 Belanja Modal Bangunan Air (Irigasi) 6.117.806.000,00 1.080.530.000,00 17,66 Belanja Modal Instalasi 5.873.585.558,00 375.410.860,00 6,39 Belanja Modal Jaringan 1.530.082.888,00 0,00 - Belanja Modal Bangunan Gedung 22.460.779.892,00 6.209.597.340,00 27,65 Belanja Modal Monumen/Tugu 100.980.000,00 0,00 - Belanja Modal Alat-alat angkutan 4.335.184.370,00 783.181.500,00 18,07 Belanja Modal Alat-alat Bengkel 955.855.750,00 0,00 - Belanja Modal Alat-alat Pertanian 1.124.564.900,00 204.723.000,00 18,20 Belanja Modal Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga 3.340.695.911,00 125.325.000,00 3,75 Belanja Modal Alat-alat Studio dan Komunikasi 204.767.650,00 0,00 Belanja Modal Alat-alat Kedokteran 5.416.590.705,00 1.669.444.300,00 30,82 Belanja Modal Alat-alat Laboratorium 912.717.610,00 5.050.000,00 0,55 Belanja Modal Buku/Perpustakaan 101.000.000,00 0,00 - Belanja Modal Hewan, Ternak dan Tanaman 2.089.148.000,00 277.658.100,00 13,29 BELANJA BAGI HASIL DAN BANT. KEU. 37.296.751.270,00 24.403.225.200,00 65,43 Bantuan Keuangan kepada Pmth Desa/Kelurahan 13.960.395.040,00 12.812.948.000,00 91,78 Bantuan Keuangan kepada Org. Kemasyarakatan 2.625.000.000,00 1.530.365.000,00 58,30 Bantuan Keuangan kepada Organisasi Profesi 7.661.469.000,00 4.328.586.400,00 56,50

Page 9: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 6

1 2 3 4 5 Bantuan Keuangan pada Instansi Non Pemda 20.000.000,00 0,00 - Bantuan Keuangan pada Instansi Vertikal 13.029.887.230,00 5.731.325.800,00 43,99 BELANJA TIDAK TERSANGKA 1.940.000.000,00 146.000.000,00 7,53 JUMLAH BELANJA PELAYANAN PUBLIK 232.748.869.068,00 90.618.791.166,00 38,93 JUMLAH BELANJA 424.637.330.863,00 199.104.016.182,00 46,89

SURPLUS / (DEFISIT) (91.688.837.883,00) 144.537.329.332,00 (157,64) PEMBIAYAAN PENERIMAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu 75.404.933.339,00 91.702.578.234,00 121,61 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga 0,00 0,00 - Penerimaan Hutang proyek 0,00 0,00 - JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 75.404.933.339,00 91.702.578.234,00 121,61 PENGELUARAN DAERAH Penyertaan Modal 0,00 0,00 - Sisa Lebih Perhitungan Tahun Berjalan (16.283.904.544,00) 236.239.907.566,00 (1.450,76)

JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (16.283.904.544,00) 236.239.907.566,00 (1.450,76)

JUMLAH NETTO PEMBIAYAAN 91.688.837.883,00 (144.537.329.332,00) (157,64)

Page 10: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 7

3. LAPORAN ARUS KAS

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG LAPORAN ARUS KAS

31 DESEMBER 2006 (Unaudited)

Uraian Jumlah

1 2 Aliran Kas Dari Aktivitas Operasi Aliran Kas Masuk Pendapatan Asli Daerah 7.513.712.833,00 Dana Perimbangan 333.173.635.018,00 Lain-lain pendapatan yang Sah 2.953.997.663,00 Jumlah Aliran Kas Masuk 343.641.345.514,00 Aliran Kas Keluar Belanja Administrasi Umum Belanja Pegawai/Personalia 82.602.418.920,00 Belanja Barang dan Jasa 19.461.354.553,00 Belanja Perjalanan Dinas 3.702.043.500,00 Belanja Pemeliharaan 1.349.871.475,00 Belanja Operasi dan Pemeliharaan Belanja Pegawai/Personalia 4.349.060.000,00 Belanja Barang dan Jasa 14.316.227.891,00 Belanja Perjalanan Dinas 2.009.425.950,00 Belanja Pemeliharaan 4.432.055.289,00 Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 24.403.225.200,00 Belanja Tidak Tersangka 146.000.000,00 Jumlah Aliran Kas Keluar 156.771.682.778,00 Aliran Kas Bersih dari Aliran Kas Dari Aktivitas Operasi 186.869.662.736,00 Aliran Kas Dari Aktivitas Investasi Aliran Kas Masuk - Aliran Kas Keluar Belanja Modal 42.332.333.404,00 Pembelian Investasi Jangka Panjang - Jumlah Aliran Kas Keluar 42.332.333.404,00 Aliran Kas Bersih dari Aliran Kas Dari Aktivitas Investasi (42.332.333.404,00) Aliran Kas Dari Aktivitas Pembiayaan Aliran Kas Masuk Penerimaan pinjaman dan obligasi - Transfer dari dana cadangan - Penjualan aset daerah yang dipisahkan -

Page 11: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 8

1 2 Penerimaan piutang pajak tahun lalu - Jumlah Aliran Kas Keluar - Aliran Kas Keluar Penyertaan modal Pemerintah Daerah - Jumlah Aliran Kas Keluar - Aliran Kas Bersih dari Aliran Kas Dari Aktivitas Pembiayaan - Aliran Kas dari Aktivitas Non Anggaran Aliran Kas Masuk Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) - Aliran Kas Keluar Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 751.106.665,00 Aliran Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran (751.106.665,00) Kenaikan Kas Bersih Kas selama Per 31 Desember 2006 143.786.222.667,00 Saldo Awal Kas dan Setara Kas 92.453.684.899,00 Saldo Akhir Kas dan Setara Kas 236.239.907.566,00

Page 12: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 9

4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

4.1 PENDAHULUAN

Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 4 Tahun 2002 tentang Peningkatan status Wilayah III menjadi kabupaten. Kabupaten Aceh Tamiang luas wilayah keseluruhan 1.939,72 km2.. Secara geografis Kabupaten Aceh Tamiang terletak pada posisi 03°3’–04°32’ Lintang Utara (LU) dan 97°41’–98°15’ Bujur Timur (BT), dengan batasan wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Langsa Timur, Kota Langsa, dan Selat Malaka.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pinding Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatra Utara.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamtan Serbajadi dan Kecamatan Biren Bayeun Kabupaten Aceh Timur.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Sumatra Utara dan Selat Malaka.

Sebagai daerah kabupaten yang belum lama dibentuk, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang mengemban amanah berat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat .

Dengan visi “Terwujudnya masyarakat Bumi Muda Sedia yang Islami, maju, mandiri, berdaya saing, dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia”, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang mengupayakan dengan segala kemampuan yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat. Ukuran pencapaian keberhasilan pemerintah kabupaten Aceh Tamiang dalam mengemban amanat masyarakat untuk mencapai tujuan sebagaimana disebutkan di atas, diantaranya direpresentasikan dalam bentuk indikator kinerja makro yang setiap tahun selalu diukur oleh Badan Pusat Statistik dalam bentuk angka pertumbuhan ekonomi.

Angka Pertumbuhan ekonomi kabupaten Aceh Tamiang terus meningkat dari 4,22% pada tahun 2004 menjadi 6,33% pada tahun 2005 dan 12,19% pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa program pembangunan yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang telah menunjukkan kerangka yang konstruktif bagi pertumbuhan perekonomian regional menuju akselerasi pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Disamping itu pendapatan daerah sebagai sumber pembiayaan pembangunan juga terus meningkat. Peningkatan pendapatan regional per kapita dalam beberapa tahun terakhir yakni dari sebesar Rp985.795,02 juta pada tahun 2004, menjadi Rp1.048.286,64 juta pada tahun 2005 dan kemudian menjadi Rp1.176.087,79 juta pada tahun 2006. Pendapatan daerah merupakan sumber pembiayaan bagi belanja daerah. Peningkatan pendapatan daerah bermakna peningkatan kemampuan daerah atas pembiayaan belanja daerah untuk pembiayaan pembangunan daerah dalam upaya mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kedua hal tersebut hanya sebagian dari indikator pencapaian tujuan yang telah diamanatkan kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang sebagai pelayan masyarakat yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat selaku client dari pemerintah daerah.

Menjelang berakhirnya tahun 2004, yakni tanggal 26 Desember 2004, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dilanda musibah gempa bumi dan tsunami yang membawa ratusan ribu jiwa serta meluluhlantakkan sarana dan prasarana fisik. Akibat bencana alam tersebut Kabupaten Aceh Tamiang

Page 13: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 10

tergolong wilayah yang tidak terlalu parah dengan kerusakan, namun kondisi mencekam yang ditimbulkan tersebut berimbas ke seluruh wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Kemudian menjelang berakhirnya tahun 2006, yakni pada tanggal 21 Desember 2006, wilayah Kabupaten Aceh Tamiang dilanda musibah banjir bandang, banjir besar memakan ratusan korban jiwa dan mengakibatkan kerusakan rumah-rumah penduduk, kantor pemerintah, sarana peribadatan, gedung sekolah dan falisitas umum lainnya.

Disamping itu bencana alam tersebut telah memusnahkan/merusak dokumen-dokumen atau bukti-bukti penting yang diperlukan dalam rangka pertanggungjawaban Bupati Aceh Tamiang, sehingga memberikan pengaruh yang signifikan pada materi pertanggungjawaban APBD Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006. Dokumen pertanggungjawaban dan pengelolaan keuangan daerah senilai Rp167.854.543.486,00 atau 84,30% dari realisasi belanja daerah sebesar Rp199.104.016.182,00 telah hilang/rusak dilanda banjir bandang pada tanggal 21 Desember 2006. Sehingga yang masih dapat diselamatkan hanya dokumen bukti pertanggungjawaban atas sembilan satuan kerja senilai Rp31.249.472.696,00 atau 15,70% dari realisasi belanja daerah.

4.1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami secara keliru oleh para pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman tersebut, harus dibuat Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan. Oleh karena itu, penyajian Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar Laporan Keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan.

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian dari Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, yang disusun berdasarkan Laporan Realisasi APBD dengan memuat penjelasan pos-pos Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Arus Kas; memuat informasi pelaksanaan APBD 2006 yang meliputi:

1. Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target

2. Ihktisar pencapaian kinerja keuangan

3. Kebijakan akuntansi yang penting

4. Penjelasan pos-pos laporan keuangan

5. Pengungkapan pos-pos laporan keuangan yang menggunakan basis akrual dan informasi tambahan lainnya.

4.1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

Penyusunan Catatan Atas Laporan Keuangan didasarkan pada :

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

Page 14: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 11

5. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

6. Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh;

7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4575);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4574);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;

13. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

4.1.3 Kebijakan Fiskal/keuangan

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 bahwa perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal mengandung pengertian bahwa kepada Daerah diberikan kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dan didukung dengan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah.

Sejalan dengan pembagian kewenangan yang disebutkan di atas, maka pengaturan pembiayaan Daerah dilakukan berdasarkan asas penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi dilakukan atas beban APBD, sedangkan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi dilakukan atas beban APBN dan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka tugas pembantuan dibiayai atas beban anggaran tingkat pemerintahan yang menugaskan.

Selanjutnya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayananan kepada masyarakat berdasarkan asas desentralisasi, kepada daerah diberikan kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi (tax assignment) dan pemberian bagi hasil penerimaan (revenue sharing) serta bantuan keuangan (grant) atau dikenal sebagai Dana Perimbangan. Daerah juga diberikan kewenangan untuk melakukan pinjaman baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pinjaman tersebut dapat berupa pinjaman jangka pendek untuk membiayai kesulitan arus kas daerah dan pinjaman jangka panjang untuk membiayai kebutuhan pengeluaran untuk penyediaan sarana dan prasarana daerah.

Page 15: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 12

Kemudian penyusunan APBD tahun 2006 didasarkan pada pendekatan kinerja yang mengutamakan output, outcome, dan manfaat dari setiap alokasi biaya yang direncanakan, dengan berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabel, disiplin, adil, efesien dan efektif. Transparasi dan akuntabilitas merupakan wujud pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap pelaksanaan anggaran, sementara disiplin anggaran dimaksudkan adanya keseimbangan antara pendapatan dan belanja, prinsip lain yang dilaksanakan prinsip partisipatif untuk mengakomodir aspirasi dan kebutuhan masyarakat serta prinsip anggaran kinerja yang didasarkan pada indikator-indikator yang jelas dan terukur.

Sumber-sumber pembiayaan daerah yang utama dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal meliputi :

1. Pendapatan Asli Daerah

Salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-sumber penerimaan bagi Daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri sesuai dengan potensinya masing-masing. Kewenangan Daerah untuk memungut pajak dan retribusi diatur dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 dan ditindaklanjuti dengan peraturan pelaksanaannya yaitu dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

Berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut, daerah diberikan kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak dan 28 jenis retribusi. Penetapan jenis pajak dan retribusi tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa jenis pajak dan retribusi tersebut secara umum dipungut hampir di semua daerah dan merupakan jenis pungutan yang secara teoritis dan praktek merupakan jenis pungutan yang baik.

2. Dana Perimbangan

a. Bagian Daerah dalam bentuk bagi hasil penerimaan (Revenue Sharing)

Untuk menambah pendapatan daerah dalam rangka pembiayaan pelaksanaan fungsi yang menjadi kewenangan dilakukan dengan pola bagi hasil penerimaan pajak dan bukan pajak (SDA) antara pusat dan daerah. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999.

b. Dana Alokasi Umum

Implikasi langsung dari kewenangan/fungsi yang diserahkan kepada daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah kebutuhan dana yang cukup besar, oleh karenanya diperlukan bantuan dana dari pemerintah pusat dalam bentuk dana perimbangan.

Untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat dan daerah telah diatasi dengan adanya perimbangan keuangan antara pusat dan daerah (dengan kebijakan bagi hasil dan DAU minimal sebesar 25% dari penerimaan dalam negeri). Dengan perimbangan tersebut, khususnya dari DAU akan memberikan kepastian bagi daerah dalam memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggungjawabnya.

Berdasarkan konsep fiscal gap, distribusi DAU daerah-daerah yang memiliki kemampuan relatif besar akan lebih kecil dan sebaliknya daerah-daerah yang mempunyai kemampuan keuangan relatif kecil akan memperoleh DAU yang relatif besar.

c. Dana Alokasi Khusus

Pada hakikatnya pengertian Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus. Pengalokasian DAK

Page 16: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 13

ditentukan dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah (i) kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan Daerah lain, misalnya: kebutuhan dikawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi/prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer dan saluran drainase primer dan (ii) kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

Implementasi konsep DAK di Indonesia mencakup pula alokasi dana untuk kegiatan penghijauan dan reboisasi, dimana pembiayaannya berasal dari penerimaan Dana Reboisasi (DR) dalam APBN yang diberikan 40%-nya kepada daerah penghasil. Pembiayaan dari DAK-DR sejalan dengan keinginan Pemerintah untuk melibatkan pemerintah daerah penghasilan Dana Reboisasi dalam kegiatan penghijauan dan reboisasi kawasan hutan di daerahnya, dimana kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan yang menjadi prioritas nasional.

3. Pinjaman Daerah

Untuk membiayai kebutuhan daerah berkaitan dengan penyediaan prasarana yang dapat menghasilkan (pengeluaran modal), daerah juga dapat melakukan pinjaman baik dari dalam negeri (pusat dan lembaga keuangan) maupun dari luar negeri dengan persetujuan pusat.

Sumber pinjaman adalah dari dalam negeri (dari pemerintah pusat, atau dengan penerbitan obligasi) dan dari luar negeri, dengan persetujuan dan melalui pemerintah pusat.

Page 17: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 14

4.2 KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Kebijakan akuntansi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang meliputi:

4.2.1. Entitas Pelaporan Keuangan Daerah

Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang memberikan wewenang kepada bagian keuangan sekretariat daerah dan bendaharawan umum daerah untuk mengelola administrasi keuangan daerah beserta pelaporan keuangannya.

Bagian keuangan sekretariat daerah dan bendahara umum daerah selaku entitas pelaporan melakukan fungsi penganggaran, fungsi verifikasi, fungsi perbendaharaan, dan fungsi akuntansi.

Laporan keuangan yang dihasilkan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

4.2.2. Basis akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam perhitungan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.

4.2.3. Pengakuan dan Pengukuran

1. Pendapatan

Pendapatan merupakan semua penerimaan rekening kas umum negara/daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

Pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening kas daerah dan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto atau nilai nominal yang tertera pada dokumen Surat Tanda Setoran (STS) atau dokumen lainnya yang dipersamakan sesuai dengan posnya masing-masing, dan tidak mencatat jumlah netonya atau setelah dikompensasikan dengan pengeluaran.

Realisasi pendapatan dilaporkan berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran.

Koreksi atas pendapatan (pengembalian kembali) yang terjadi dalam periode penerimaan pendapatan tersebut dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama, sedangkan apabila dibayar pada periode berikutnya koreksi atas pendapatan tersebut dibebankan pada belanja tak terduga.

Untuk tahun anggaran 2006 Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang melaporkan pendapatan berdasarkan hasil rekapitulasi dari catatan-catatan yang masih tersisa akibat banjir, seperti buku kas umum Bendahara Umum Daerah dan Laporan laporan lainnya yang bersumber dari dinas pendapatan.

2. Belanja

Belanja merupakan semua pengeluaran dari kas umum negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh

Page 18: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 15

pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas daerah dan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan pengeluaran berdasarkan jumlah nominal yang terdapat pada dokumen Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai dengan posnya masing-masing.

Khusus pengeluran melalui Pemegang Kas pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh bagian keuangan Sekretariat Kabupaten Aceh Tamiang.

Realisasi belanja dilaporkan berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran.

Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi dalam periode pengeluaran belanja tersebut dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama, sedangkan apabila diterima pada periode berikutnya koreksi atas belanja tersebut dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.

Untuk tahun anggaran 2006 Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang melaporkan belanja berdasarkan hasil rekapitulasi dari catatan-catatan yang masih tersisa akibat banjir, seperti buku kas umum Bendahara Umum Daerah (BIX), buku catatan SPM (BI) dan laporan tim investigasi yang dibentuk dengan surat keputusan Bupati Nomor:002.A/360/2007 tanggal 11 Januari 2007 tentang Tim Investigasi/verifikasi.

3. Pembiayaan

Pembiayaan merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik dalam tahun yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam anggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada rekening kas umum daerah, sedangkan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari kas umum daerah, berdasarkan azas bruto.

4. Aset

Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.

a. Kas dan setara kas

Kas merupakan uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah.

Suatu pengeluaran kas atau aset diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria:

1) Kemungkinan manfaat ekonomis dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah.

2) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai.

Pengeluaran kas untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai pengeluaran kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam laporan realisasi anggaran, sedangkan

Page 19: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 16

pengeluaran untuk memperoleh investasi jangka panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.

b. Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan; misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.

Persediaan dapat meliputi barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan baku, barang dalam proses/setengah jadi, tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.

Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga antara lain berupa cadangan energi (misalnya minyak) atau cadangan pangan (misalnya beras).

Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik.

Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki dan akan dipakai dalam pekerjaan pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola, dimasukkan sebagai perkiraan aset untuk konstruksi dalam pengerjaan, dan tidak dimasukkan sebagai persediaan.

Persediaan disajikan sebesar:

1) Biaya perolehan, apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.

2) Biaya standar, apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi persediaan.

3) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

Persediaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya, dan Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

c. Tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

Page 20: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 17

Tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah di luar negeri, misalnya tanah yang digunakan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, hanya diakui bila kepemilikan tersebut berdasarkan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik Indonesia berada bersifat permanen.

Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum seperti sertifikat tanah. Apabila perolehan tanah belum didukung dengan bukti secara hukum maka tanah tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaannya telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.

Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai.

Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.

Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga taksiran pada saat perolehan.

Tanah disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan dasar penilaian yang digunakan, Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menurut jenis tanah yang menunjukkan:

1) Penambahan; 2) Pelepasan; 3) Mutasi Tanah lainnya.

d. Gedung dan Bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

Termasuk dalam kategori Gedung dan Bangunan adalah berupa Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara, Rambu-rambu, serta Tugu Titik Kontrol.

Gedung dan Bangunan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut.

Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Gedung dan Bangunan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

Pengakuan atas Gedung dan Bangunan ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Gedung dan Bangunan tersebut.

Page 21: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 18

Pengembangan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensi, dan penurunan biaya pengoperasian.

Pengurangan adalah penurunan nilai Gedung dan Bangunan dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut.

Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.

Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, serta jasa konsultan.

Gedung dan Bangunan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:

1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. 2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

a) Penambahan; b) Pengembangan; c) Penghapusan;

3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Gedung dan Bangunan.

e. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Wujud fisik Peralatan dan Mesin bisa meliputi: Alat Besar, Alat Angkutan, Alat Bengkel dan Alat Ukur, Alat Pertanian, Alat Kantor dan Rumah Tangga, Alat Studio, Komunikasi dan Pemancar, Alat Kedokteran dan Kesehatan, Alat Laboratorium, Alat Persenjataan, Komputer, Alat Eksplorasi, Alat Pemboran, Alat Produksi, Pengolahan dan Pemurnian, Alat Bantu Eksplorasi, Alat Keselamatan Kerja, Alat Peraga, serta Unit Proses/Produksi.

Peralatan dan Mesin yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut.

Peralatan dan Mesin yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Peralatan dan Mesin tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

Pengakuan atas Peralatan dan Mesin ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Peralatan dan Mesin tersebut.

Page 22: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 19

Pengembangan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensi dan penurunan biaya pengoperasian.

Pengurangan adalah penurunan nilai Peralatan dan Mesin dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut.

Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan atas Peralatan dan Mesin yang berasal dari pembelian meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan dan jasa konsultan.

Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan Peralatan dan Mesin tersebut.

Peralatan dan Mesin disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:

1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. 2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

a) Penambahan; b) Pengembangan; c) Penghapusan;

3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Peralatan dan Mesin.

f. Jalan Irigasi dan Jaringan

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Barang milik daerah yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Jalan dan Jembatan, Bangunan Air, Instalasi, dan Jaringan.

Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut.

Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Jalan, Irigasi, dan Jaringan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

Pengakuan atas Jalan, Irigasi, dan Jaringan ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang disebabkan pengadaan baru, diperluas, atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan tersebut.

Page 23: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 20

Pengembangan adalah peningkatan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensi, dan penurunan biaya pengoperasian.

Pengurangan adalah penurunan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut.

Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi, dan jaringan tersebut siap pakai.

Biaya perolehan untuk jalan, irigasi, dan jaringan yang diperoleh melalui kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran bangunan lama.

Biaya perolehan untuk jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama.

Jalan, Irigasi, dan Jaringan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu, di dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:

1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. 2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

a) Penambahan; b) Pengembangan; dan c) Penghapusan.

3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Jalan, Irigasi, dan Jaringan.

g. Aset Tetap Lainnya

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok tanah; peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi, dan jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Barang milik daerah yang termasuk dalam kategori aset ini adalah koleksi perpustakaan/buku, barang bercorak kesenian/kebudayaan/olah raga, hewan, ikan, dan tanaman.

Aset Tetap Lainnya yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut.

Aset Tetap Lainnya yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Aset Tetap Lainnya tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.

Pengakuan atas Aset Tetap Lainnya ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Aset Tetap Lainnya yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Aset Tetap Lainnya tersebut.

Page 24: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 21

Pengurangan adalah penurunan nilai Aset Tetap Lainnya dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut.

Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.

Biaya perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, serta biaya perizinan.

Biaya perolehan asset tetap lainnya yang diadakan melalui swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan.

Aset Tetap Lainnya disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam catatan atas laporan keuangan diungkapkan pula:

1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. 2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan Penambahan

dan Penghapusan; 3) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap Lainnya.

h. Kontruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan pada tanggal laporan keuangan. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Karena Konstruksi Dalam Pengerjaan belum diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 18/KMK.018/1999 tanggal 14 Januari 1999 tentang Klasifikasi dan Kodefikasi Barang Inventaris Milik/Kekayaan Negara, maka Konstruksi Dalam Pengerjaan belum diproses dalam sistem akuntansi sehingga langsung dibukukan oleh Unit Akuntansi Keuangan dan hanya disajikan dalam Neraca. Konstruksi Dalam Pengerjaan belum dicatat dalam buku inventaris namun telah tercatat dalam Perkiraan Buku Besar dalam Sistem Akuntansi Pemerintah.

Konstruksi Dalam Pengerjaan merupakan aset yang dimaksudkan untuk digunakan dalam operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap.

Suatu aset berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal dan masih dalam proses pengerjaan.

Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola meliputi:

1) Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi yang mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia; biaya bahan; pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi konstruksi; penyewaan sarana dan peralatan; serta biaya rancangan dan bantuan teknis yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi.

Page 25: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 22

2) Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya asuransi; biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu; dan biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi meliputi:

1) Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan;

2) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.

Konstruksi dalam pengerjaan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:

1) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya;

2) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaannya; 3) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan; 4) Uang muka kerja yang diberikan; 5) Retensi.

Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.

i. Aset Bersejarah (Heritage Assets)

Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art).

Karakteristik-karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas dari suatu aset bersejarah,

1) Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar;

2) Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat pelepasannya untuk dijual;

3) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;

4) Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat mencapai ratusan tahun.

Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 26: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 23

Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset bersejarah dicatat dalam kuantitasnya tanpa nilai, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen.

Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.

Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran.

Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.

Page 27: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 24

4.3 IKHTISAR KINERJA KEUANGAN

Realisasi dan rencana kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebagai berikut:

A. Realiasasi Pendapatan Sampai Dengan 31 Desember 2006

No Uraian Anggaran (Rp)

Realisasi (Rp) %

PENDAPATAN ASLI DAERAH 1 Pajak Daerah 1.740.000.000,00 1.120.306.446,00 64,39 2 Retribusi Daerah 4.656.900.000,00 3.201.824.886,00 68,75 3 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

yang Sah 3.667.000.000,00 3.191.581.501,00 87,04

TOTAL PENDAPATAN ASLI DAERAH

10.063.900.000,00 7.513.712.833,00 74,66

DANA PERIMBANGAN 1 Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 95.646.606.504,00 104.174.220.063,00 108,92 2 Dana Alokasi Umum 188.709.000.000,00 188.709.000.000,00 100,00 3 Dana Alokasi Khusus 27.090.000.000,00 27.090.000.000,00 100,00 4 Bagi Hasil Pajak dan Bantuan

Keuangan dari Provinsi 1.722.868.338,00 3.484.296.817,00 202,24

5 Dana Perimbangan dari Pendidikan 9.716.118.138,00 9.716.118.138,00 100,00 TOTAL DANA PERIMBANGAN 322.884.592.980,00 333.173.635.018,00 103,19 LAIN-LAIN PENDAPATAN

YANG SAH

Dana Kontijensi 0,00 2.953.997.663,00 - TOTAL LAIN-LAIN

PENDAPATAN YANG SAH 0,00 2.953.997.663,00 -

TOTAL PENDAPATAN 332.948.492.980,00 343.641.345.514,00 103,21

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Tamiang per 31 Desember 2006 tergolong masih rendah yakni sebesar Rp7.513.712.833,00 total penerimaan pendapatan keseluruhan adalah sebesar Rp343.641.345.514,00 berarti kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah sebesar 2,19%. Dengan demikian ketergantungan keuangan Pemerintah Daerah pada pemerintah pusat dirasakan sangat besar yaitu sebesar 97,81%.

Komposisi Pendapatan Asli Daerah terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebagaimana yang tertera dalam tabel di atas. Dari penerimaan Pendapatan Asli Daerah ini yang paling besar penerimaannya adalah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah sebesar 42,48%, Retribusi Daerah sebesar 42,61%, sedangkan dari Pajak Daerah sebesar 14,91%.

Pengelolaan aset daerah belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan PAD. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada publik masih perlu ditingkatkan dengan menyediakan berbagai fasilitas umum.

Pendapatan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan tahun 2006 sebesar Rp333.173.635.018,00 antara lain terdiri dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar Rp104.174.220.063,00; Dana Alokasi Umum sebesar Rp188.709.000.000,00; Dana

Page 28: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 25

Alokasi Khusus sebesar Rp27.090.000.000,00; Bagi Hasil Pajak dan Bangunan Keuangan dari Provinsi sebesar Rp3.484.296.817,00; dan Dana Perimbangan dari Pendidikan sebesar Rp9.716.118.138,00. Penerimaan Dana Alokasi Umum merupakan 56,64% dari total penerimaan Dana Perimbangan, atau 54,92% dari total penerimaan APBD Kabupaten Aceh Tamiang, hal ini menunjukkan ketergantungan yang cukup besar APBD Kabupaten Aceh Tamiang terhadap Dana Alokasi Umum. Sehubungan dengan hal tersebut hendaknya pemerintah pusat mempertimbangkan kembali besarnya Dana Alokasi Khusus untuk Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.

Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang berupaya mengatasi keterbatasan-keterbatasan keuangan daerah dengan menyempurnakan manajemen keuangan, melakukan efesiensi dan penghematan, mempertajam prioritas dan berupaya untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerah yang baru dan meningkatkan penerimaan keuangan baik dari pemerintah pusat dalam penyediaan fasilitas pelayanan publik.

B. Realisasi Belanja Tahun 2006

No Uraian Anggaran (Rp)

Realisasi (Rp) %

1 2 3 4 5 A Belanja Administrasi 172.186.401.544,00 107.115.688.448,00 62,21 1 Belanja Pegawai 125.515.225.171,00 82.602.418.920,00 65,81 2 Belanja Barang 36.427.064.373,00 19.461.354.553,00 53,43 3 Belanja Perjalanan Dinas 6.485.175.000,00 3.702.043.500,00 57,08 4 Belanja Pemeliharaan 3.758.937.000,00 1.349.871.475 35,91 B Belanja Operasi 75.284.030.758,00 25.106.769.130,00 33,35 1 Belanja Pegawai 5.855.662.500,00 4.349.060.000,00 74,27 2 Belanja Barang 32.725.628.454,00 14.316.227.891,00 43,75 3 Belanja Perjalanan Dinas 4.133.573.000,00 2.009.425.950,00 48,61 4 Belanja Pemeliharaan 32.569.166.804,00 4.432.055.289,00 13,61 C Belanja Modal 137.930.147.291,00 42.332.333.404,00 30,69 1 Belanja Modal Tanah 30.020.103.184,00 23.586.007.148,00 78,57 2 Belanja Modal Jalan dan Jembatan 31.450.987.122,00 4.713.244.256,00 14,99 3 Belanja Modal Bangunan Air (Irigasi) 6.117.806.000,00 1.080.530.000,00 17,66 4 Belanja Modal Instalasi 5.873.585.558,00 375.410.860,00 6,39 5 Belanja Modal Jaringan 1.724.942.888,00 0,00 0,00 6 Belanja Modal Bangunan Gedung 37.669.203.059,00 8.598.805.840,00 22,83 7 Belanja Modal Monumen/Tugu 100.980.000,00 0,00 0,00 8 Belanja Modal Alat-alat Angkutan 6.264.835.720,00 1.423.821.500,00 22,73 9 Belanja Modal Alat-alat Bengkel 1.375.070.125,00 18.000.000,00 1,31

10 Belanja Modal Alat-alat Pertanian 1.124.564.900,00 204.723.000,00 18,20

11 Belanja Modal Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga 6.543.510.385,00 221.495.400,00 3,38

12 Belanja Modal Alat Studio&Komunikasi 1.036.352.035,00 158.143.000,00 15,26 13 Belanja Modal Alat-alat Kedokteran 5.416.590.705,00 1.669.444.300,00 30,82 14 Belanja Modal Alat-alat Laboratorium 915.717.610,00 5.050.000,00 0,55 15 Belanja Modal Buku/Perpustakaan 206.750.000,00 0,00 0,00

16 Belanja Modal Hewan, Ternak, dan Tanaman 2.089.148.000,00 277.658.100,00 13,29

D Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 37.296.751.270,00 24.403.225.200,00 65,43

1 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa/Kelurahan 13.960.395.040,00 12.812.948.000,00 91,78

Page 29: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 26

1 2 3 4 5

2 Belanja Bantuan Kepada Organisasi Kemasyarakatan 2.625.000.000,00 1.530.365.000,00 58,30

3 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Organisasi Profesi 7.661.469.000,00 4.328.586.400,00 56,50

4 Bantuan Keuangan Pada Instansi Non Pemda 20.000.000,00 - -

5 Bantuan Keuangan Pada Instansi Vertikal 13.029.887.230,00 5.731.325.800,00 43,99

E Belanja Tak Tersangka 1.940.000.000,00 146.000.000 7,53 1 Belanja Tak Tersangka 1.940.000.000,00 146.000.000 7,53 Jumlah 424.637.330.863,00 199.104.016.182,00 46,89

C. Realisasi Pembiayaan Tahun 2006

No. Uraian Anggaran (Rp)

Realisasi (Rp)

%

A Penerimaan Pembiayaan 75.404.933.339,00 91.702.578.234 121,611 Penggunaan SiLPA 75.404.933.339,00 91.702.578.234 121,61

B Pengeluaran Pembiayaan 1 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah - - - 2 SILPA (16.283.904.544,00) 236.239.907.566,00 (1.450,76)

C Pembiayaan Bersih 91.688.837.883,00 (144.537.329.332,00) (157,64)

Page 30: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 27

4.4 POS-POS LAPORAN KEUANGAN

4.4.1. Rincian dan Penjelasan masing-masing pos

1. Pendapatan

a. Pendapatan Asli Daerah

1) Pendapatan Pajak Daerah (4.1.1)

Pendapatan Pajak Daerah merupakan saldo s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp1.740.000.000,00 dan realisasi sebesar Rp1.120.306.446,00 atau 64,39% dari anggaran.

Realisasi Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp1.120.306.446,00 terdiri dari:

a) Pajak Hotel Rp 5.653.500,00b) Pajak Restoran Rp 9.000.000,00c) Pajak Hiburan Rp 800.000,00d) Pajak Reklame Rp 34.000.575,00e) Pajak Penerangan Jalan Rp 856.315.626,00f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Rp 113.881.745,00g) Pajak Pendaftaran Perusahaan (Perda 9/1998) Rp 100.655.000,00Jumlah Rp 1.120.306.446,00

2) Pendapatan Retribusi Daerah (4.1.2)

Pendapatan Retribusi Daerah merupakan saldo Pendapatan Retribusi Daerah s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp4.656.900.000,00 dan realisasi sebesar Rp3.201.824.886,00 atau 68,75% dari anggaran.

Realisasi Pendapatan Retribusi Daerah sebesar Rp3.201.824.886,00 terdiri dari:

a) Retribusi Pelayanan Kesehatan Rp 1.583.605.813,00b) Retribusi Pelayanan Sampah Rp 42,826,000,00c) Retribusi Penggantian Cetak Akte Catatan Sipil Rp 52.985.500,00d) Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Rp 33.035.000,00e) Retribusi Pelayanan Pasar Rp 34.572.000,00f) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Rp 46.941.500,00g) Retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan

Daerah Rp 819.364.568,00

h) Retribusi Jasa Usaha Terminal Rp 90.500.000,00i) Retribusi Jasa Usaha Rumah Potong Hewan Rp 17.093.000,00j) Retribusi Jasa Usaha Penyeberangan Diatas Air Rp 10.222.500,00k) Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha

Daerah Rp 78.077.400,00

l) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Rp 153.165.555,00m) Retribusi Izin Gangguan Rp 95.298.550,00n) Retribusi Izin Trayek Rp 124.280.000,00o) Retribusi Leges Rp 19.857.500,00

Jumlah Rp 3.201.824.886,00

Page 31: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 28

3) Lain-lain PAD yang sah (4.1.3)

Lain-lain PAD yang sah merupakan saldo Lain-lain PAD yang sah s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp3.667.000.000,00 dan realisasi sebesar Rp3.191.581.501,00 atau 87,04% dari anggaran

Realisasi Pendapatan Lain-lain PAD yang sah sebesar Rp3.191.581.501,00 terdiri dari:

a) Penerimaan Jasa Giro Rp 3.189.531.501,00 b) Sumbangan Pihak Ketiga Rp 2.050.000,00 Jumlah Rp 3.191.581.501,00

b. Pendapatan Transfer

1) Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan (4.2.1)

Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan merupakan saldo Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp311.445.606.504,00 dan realisasi sebesar Rp319.973.220.063,00 atau 102,74% dari anggaran.

Realisasi Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan sebesar Rp.319,973,220,063 terdiri dari :

a) Bagi Hasil Pajak Rp 39.003.766.475,00 b) Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA Rp 65.170.453.588,00 c) Dana Alokasi Umum Rp 188.709.000.000,00 d) Dana Alokasi Khusus Rp 27.090.000.000,00 Jumlah Rp 319.973.220.063,00

2) Transfer Pemerintah Provinsi (4.2.2)

Transfer Pemerintah Provinsi merupakan saldo Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp11.438.986.476,00 dan realisasi sebesar Rp13.200.414.955,00 atau 115,40% dari anggaran.

Realisasi Transfer Pemerintah Provinsi sebesar Rp13.200.414.955,00 berupa Bantuan Keuangan untuk Kabupaten/Kota terdiri dari :

a) Bagi Hasil Pajak Provinsi Rp 3.484.296.817,00 b) Bagian Dana Pendidikan (30%) Rp 9.716.118.138,00 Jumlah Rp 13.200.414.955,00

c. Lain-lain Pendapatan yang Sah

Dana Kontinjensi/Dana Darurat (4.3.1)

Dana Kontinjensi/Dana Darurat Merupakan saldo Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat- Dana Perimbangan s.d. 31 Desember 2006 yang tidak dianggarkan pada TA 2006 dengan realisasi sebesar Rp2.953.997.663,00.

Realisasi Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan sebesar Rp2.953.997.663,00 berasal dari penerimaan bantuan kontinjensi/ penyeimbangan pemerintah.

Page 32: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 29

2. Belanja

a. Belanja Administrasi

1) Belanja Pegawai (5.1.1)

Belanja Pegawai merupakan saldo Belanja Pegawai s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp125.515.225.171,00 dan realisasi sebesar Rp82.602.418.920,00 atau 65,81% dari anggaran.

2) Belanja Barang (5.1.2)

Belanja Barang merupakan saldo Belanja Barang s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp36.427.064.373,00 dan realisasi sebesar Rp19.461.354.553,00 atau 53,43% dari anggaran.

3) Belanja Perjalanan Dinas (5.1.3)

Belanja Perjalanan Dinas merupakan saldo Belanja Perjalanan Dinas s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp6.485.175.000,00 dan realisasi sebesar Rp3.702.043.500,00,00 atau 57,08% dari anggaran.

4) Belanja Pemeliharaan (5.1.4)

Belanja Pemeliharaan merupakan saldo Belanja Pemeliharaan s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp3.758.937.000,00 dan realisasi sebesar Rp1.349.871.475,00 atau 35,91% dari anggaran.

b. Belanja Operasi

1) Belanja Pegawai (5.2.1)

Belanja Pegawai merupakan saldo Belanja Pegawai s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp5.855.662.500,00 dan realisasi Rp4.349.060.000,00 atau 74,27% dari anggaran.

2) Belanja Barang (5.2.2)

Belanja Barang merupakan saldo Belanja Barang s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp32.725.628.454,00 dan realisasi sebesar Rp14.316.227.891,00 atau 43,75% dari anggaran.

3) Belanja Perjalanan Dinas (5.2.4)

Belanja Perjalanan Dinas merupakan saldo Belanja Perjalanan Dinas s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp4.133.573.000,00 dan realisasi sebesar Rp2.009.425.950,00 atau 48,61% dari anggaran

4) Belanja Pemeliharaan (5.2.6)

Belanja Pemeliharaan merupakan saldo Belanja Pemeliharaan s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp32.569.166.804,00 dan realisasi sebesar Rp4.432.055.289,00 atau 13,61 % dari anggaran.

Page 33: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 30

c. Belanja Modal

1) Belanja Modal Tanah (5.2.1)

Belanja Modal Tanah merupakan saldo Belanja Modal Tanah s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp30.020.103.184,00 dan realisasi sebesar Rp23.586.007.148,00 atau 78,57% dari anggaran

2) Belanja Modal Jalan dan Jembatan (5.2.2)

Belanja Modal Jalan dan Jembatan merupakan saldo Belanja Modal Jalan dan Jembatan s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp31.450.987.122,00 dan realisasi sebesar Rp4.713.244.256,00 atau 14,99% dari anggaran.

3) Belanja Modal Bangunan Air (Irigasi) (5.2.3)

Belanja Modal Bangunan Air (Irigasi) merupakan saldo Belanja Modal Bangunan Air (Irigasi) s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp6.117.806.000,00 dan realisasi sebesar Rp1.080.530.000,00 atau 17,66% dari anggaran.

4) Belanja Modal Instalasi (5.2.4)

Belanja Modal Instalasi merupakan saldo Belanja Modal Instalasi s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp5.873.585.558,00 dan realisasi sebesar Rp375.410.860,00 atau 6,39% dari anggaran

5) Belanja Modal Jaringan (5.2.5)

Belanja Modal Jaringan merupakan saldo Belanja Modal Jaringan s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp1.724.942.888,00 dan tidak direalisasikan.

6) Belanja Modal Bangunan Gedung (5.2.5)

Belanja Modal Bangunan Gedung merupakan saldo Belanja Modal Bangunan Gedung s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp37.669.203.059,00 realisasi sebesar Rp8.598.805.840,00 atau 22,83% dari anggaran.

7) Belanja Modal Monumen/Tugu (5.2.7)

Belanja Modal Monumen/Tugu merupakan saldo Belanja Modal Monumen/Tugu s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp100.980.000,00 dan tidak direalisasikan.

8) Belanja Modal Alat-alat Angkutan (5.2.8)

Belanja Modal Alat-alat Angkutan merupakan saldo Belanja Modal Alat-alat Angkutan s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp6.264.835.720,00 dan realisasi sebesar Rp1.423.821.500,00 atau 22,73% dari anggaran.

9) Belanja Modal Alat-alat Bengkel (5.2.9)

Belanja Modal Alat-alat Bengkel merupakan saldo Belanja Modal Alat-alat Bengkel s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp1.375.070.125,00 dan realisasi sebesar Rp18.000.000,00 atau 1,31% dari anggaran.

Page 34: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 31

10) Belanja Modal Alat-alat Pertanian (5.2.10)

Belanja Modal Alat-alat Pertanian merupakan saldo Belanja Modal Alat-alat Pertanian s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp1.124.564.900,00 dan realisasi sebesar Rp204.723.000,00 atau 18,20% dari anggaran.

11) Belanja Modal Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga (5.2.11)

Belanja Modal Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga merupakan saldo Belanja Modal Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp6.543.510.385,00 dan realisasi sebesar Rp221.495.400,00 atau 3,38% dari anggaran.

12) Belanja Modal Alat-alat Studio dan Komunikasi (5.2.12)

Belanja Modal Alat-alat Studio dan Komunikasi merupakan saldo Belanja Modal Alat-alat Studio dan Komunikasi s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp1.036.352.035,00 dan realisasi sebesar Rp158.143.000,00 atau 15,26% dari anggaran.

13) Belanja Modal Alat-alat Kedokteran (5.2.13)

Belanja Modal Alat-alat Kedokteran merupakan saldo Belanja Modal Alat-alat Kedokteran s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp5.416.590.705,00 dan realisasi sebesar Rp1.669.444.300,00 atau 30,82% dari anggaran

14) Belanja Modal Alat-alat Laboratorium (5.2.14)

Belanja Modal Alat-alat Laboratorium merupakan saldo Belanja Modal Alat-alat Laboratorium s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp915.717.610,00 dan realisasi sebesar Rp5.050.000,00 atau 0,55% dari anggaran.

15) Belanja Modal Buku/Perpustakaan (5.2.15)

Belanja Modal Buku/Perpustakaan merupakan saldo Belanja Modal Buku/Perpustakaan s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp206.750.000,00 dan tidak direalisasikan.

16) Belanja Modal Hewan, Ternak, dan Tanaman (5.2.16)

Belanja Modal Hewan, Ternak, dan Tanaman merupakan saldo Belanja Modal Hewan, Ternak, dan Tanaman s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp2.089.148.000,00 dan realisasi sebesar Rp277.658.100,00 atau 13,29% dari anggaran.

d. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

1) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa/Kelurahan (5.3.1)

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa/Kelurahan merupakan saldo Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa/Kelurahan s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp13.960.395.040,00 dan realisasi sebesar Rp12.812.948.000,00 atau 91,78% dari anggaran.

2) Belanja Bantuan Kepada Organisasi Kemasyarakatan (5.3.2)

Belanja Bantuan Kepada Organisasi Kemasyarakatan Merupakan saldo Belanja Bantuan Kepada Organisasi Kemasyarakatan s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar

Page 35: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 32

Rp2.625.000.000,00 dan realisasi sebesar Rp1.530.365.000,00 atau 58,30% dari anggaran.

3) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Organisasi Profesi (5.3.3)

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Organisasi Profesi merupakan saldo Belanja Bantuan Keuangan Kepada Organisasi Profesi s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp7.661.469.000,00 dan realisasi sebesar Rp4.328.586.400,00 atau 56,50% dari anggaran.

4) Bantuan Keuangan pada Instansi Non Pemda (5.3.4)

Bantuan Keuangan pada Instansi Non Pemda merupakan saldo Bantuan Keuangan Pada Instansi Non Pemda s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp20.000.000,00 dan tidak direalisasikan.

5) Bantuan Keuangan pada Instansi Vertikal (5.3.5)

Bantuan Keuangan pada Instansi Vertikal merupakan saldo Bantuan Keuangan Pada Instansi Vertikal s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp13.029.887.230,00 atau realisasi sebesar Rp5.731.325.800,00 atau 43,99% dari anggaran.

e. Belanja Tak Tersangka

Belanja Tak Tersangka (5.4.1)

Belanja Tak Tersangka merupakan saldo Belanja Tak Tersangka s.d. 31 Desember 2006 dengan anggaran sebesar Rp1.940.000.000,00 dan realisasi sebesar Rp146.000.000,00 atau 7,53% dari anggaran.

3. Pembiayaan

a. Penerimaan Pembiayaan

Penggunaan SiLPA (7.1.1)

Penggunaan SiLPA merupakan saldo buku besar SiLPA tahun lalu dengan anggaran sebesar Rp75.404.933.339,00 dengan realisasi sebesar Rp91.702.578.234,00 atau 121,61% dari anggaran.

b. Pengeluaran Pembiayaan

1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan (7.2.1)

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan adalah sebesar Rp236.239.907.566,00, sedangkan Sisa Lebih Perhitungan TA 2005 adalah sebesar Rp91.702.578.234,00.

2) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah (7.2.2)

Tidak dianggarkan serta tidak ada realisasi pada Penyertaan Modal Pemerintah Daerah.

Page 36: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 33

4. Aset

a. Aset Lancar

1) Kas di Kas Daerah

Merupakan saldo Kas di Kas Daerah per 31 Desember 2006 sebesar Rp230.980.235.552,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp87.878.297.594,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp143.101.937.958,00.

2) Kas di Pemegang Kas

Merupakan Kas di Pemegang Kas saldo per 31 Desember 2006 sebesar Rp5.296.672.014,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp4.575.387.305,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp684.284.709,00.

b. Investasi Jangka Panjang

Investasi Jangka Panjang merupakan saldo Investasi dalam Saham PT Bank BPD Aceh per 31 Desember 2006 sebesar Rp1.000.000.000,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp1.000.000.000,00.

c. Aset Tetap

1) Tanah

Merupakan saldo tanah per 31 Desember 2006 sebesar Rp65.756.595.005,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp42.170.587.857,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp23.586.007.148,00.

2) Jalan dan Jembatan

Merupakan saldo jalan dan jembatan per 31 Desember 2006 sebesar Rp16.677.283.042,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp11.964.038.786,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp4.713.244.256,00.

3) Bangunan Air (Irigasi)

Merupakan saldo bangunan air (irigasi) per 31 Desember 2006 sebesar Rp4.203.362.286,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp3.122.832.286,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp1.080.530.000,00.

4) Instalasi

Merupakan saldo instalasi per 31 Desember 2006 sebesar Rp4.909.209.796,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp4.533.798.936,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp375.410.860,00.

5) Jaringan

Merupakan saldo jaringan per 31 Desember 2006 sebesar Rp377.142.180,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp377.142.180,00.

Page 37: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 34

6) Bangunan Gedung

Merupakan saldo bangunan gedung per 31 Desember 2006 sebesar Rp134.899.496.590,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp126.303.690.750,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp8.595.805.840,00.

7) Monumen dan Tugu

Merupakan saldo monumen dan tugu per 31 Desember 2006 sebesar Rp1.408.628.500,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp1.408.628.500,00.

8) Alat Angkutan

Merupakan saldo alat angkutan per 31 Desember 2006 sebesar Rp17.306.112.996,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp15.882.291.496,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp1.423.821.500,00.

9) Alat Bengkel dan Alat Ukur

Merupakan saldo alat bengkel dan alat ukur per 31 Desember 2006 sebesar Rp965.407.090,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp947.407.090,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp18.000.000,00.

10) Alat Pertanian

Merupakan saldo alat pertanian per 31 Desember 2006 sebesar Rp965.081.060,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp760.358.060,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp204.723.000,00.

11) Alat Kantor dan Rumah Tangga

Merupakan saldo alat kantor dan rumah tangga per 31 Desember 2006 sebesar Rp11.658.307.850,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp11.433.812.450,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp224.495.400,00.

12) Alat Studio dan Alat Komunikasi

Merupakan saldo alat studio dan alat komunikasi per 31 Desember 2006 sebesar Rp567.816.800,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp409.673.800,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp158.143.000,00.

13) Alat Kedokteran

Merupakan saldo alat kedokteran per 31 Desember 2006 sebesar Rp4.367.305.478,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp2.697.861.178,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp1.669.444.300,00.

14) Alat Laboratorium

Merupakan saldo alat laboratorium per 31 Desember 2006 sebesar Rp185.558.285,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp180.508.285,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp5.050.000,00.

15) Buku/Perpustakaan

Merupakan saldo buku/perpustakaan per 31 Desember 2006 sebesar Rp76.700.000,00,

Page 38: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 35

sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp76.700.000,00.

16) Hewan Ternak dan Tanaman

Merupakan saldo alat pertanian per 31 Desember 2006 sebesar Rp1.145.720.600,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp868.062.500,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp277.658.100,00.

5. Kewajiban

a. Kewajiban Lancar

1) Utang Belanja

Merupakan saldo utang belanja per 31 Desember 2006 sebesar Rp138.600.150.404,00 sedangkan saldo utang per 31 Desember 2005 adalah Rp0,00. Utang belanja merupakan kewajiban yang s.d. 31 Desember 2006 belum terselesaikan atas kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan pada satuan kerja di lingkungan Pemkab Aceh Tamiang.

Saldo Utang Belanja dapat dirinci per satuan kerja sebagai berikut:

No. SKPD Jumlah (Rp) 1 Dinas Pendidikan 20.084.355.359,00 2 Dinas Kesehatan 8.186.893.768,00 3 RSUD 4.291.569.923,00 4 Dinas Pekerjaan Umum 55.207.147.189,00 5 BAPPEDA 1.896.452.918,00 6 Dinas Perhubungan 1.757.572.556,00 7 Dinas Kebersihan 432.384.451,00 8 Dinas Tenaga Kerja 1.520.357.628,00 9 Dinas KOPERINDAG 1.361.017.478,00

10 Badan Kesbang Linmas 1.240.081.730,00 11 Sekretariat Daerah 25.008.088.416,00 12 Sekretariat DPRD 3.864.663.149,00 13 BAWAS 468.605.802,00 14 Kec. Manyak Payed 106.605.500,00 15 Kec. Bendahara 79.562.750,00 16 Kec. Seruay 83.652.750,00 17 Kec. Rantau 77.345.935,00 18 Kec. Karang Baru 102.021.250,00 19 Kec. Kuala Simpang 114.314.361,00 20 Kec. Kejuruan Muda 104.904.750,00 21 Kec. Tamiang Hulu 79.449.040,00 22 MPU 341.552.075,00 23 Badan Perberdayaan Masyarakat 428.897.523,00 24 Dinas Pertanian 4.384.926.782,00 25 Dinas Kehutanan 3.623.670.944,00 26 Dinas Pertambangan 181.762.216,00 27 Dinas Perikanan dan Kelautan 1.295.244.075,00 28 Badan Diklat 482.843.154,00 29 Dinas Syariat Islam 657.343.290,00 30 BPKD 1.136.863.642,00

JUMLAH 138.600.150.404,00

Page 39: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 36

2) Utang PPh

Per 31 Desember 2006 tidak ada utang PPh.

6. Ekuitas Dana

a. Ekuitas Dana Lancar

1) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)

Merupakan saldo SiLPA tahun berjalan sebesar Rp236.239.907.566,00, sedangkan SiLPA TA 2005 adalah sebesar Rp91.702.578.234,00 sehingga terdapat kenaikan sebesar Rp144.537.329.332,00.

b. Ekuitas Dana Investasi

1) Investasi Dalam Investasi Jangka Panjang

Merupakan saldo ekuitas dana investasi dalam saham per 31 Desember 2006 sebesar Rp1.000.000.000,00, sedangkan saldo TA 2005 adalah sebesar Rp1.000.000.000,00. Investasi pada saham PT Bank BPD Aceh sebesar Rp1.000.000.000,00.

2) Investasi Aset Tetap

Merupakan saldo investasi pada asset tetap per 31 Desember 2006 sebesar Rp265.469.727.558,00, sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp223.137.394.154,00 atau mengalam kenaikan sebesar Rp42.332.333.404,00.

7. Komponen-komponen Arus Kas

a. Arus Kas Dari Aktivitas Operasi

1) Aliran Kas Masuk

Uraian 2006 (Rp)

2005 (Rp)

Merupakan saldo Aliran Kas Masuk s.d. 31 Desember 2006 dan 2005 terdiri dari : Pendapatan Pajak Daerah 1.120.306.446,00 1.416.552.143,00

Pendapatan Retribusi Daerah 3.201.824.886,00 2.468.500.907,00

Lain-lain PAD yang Sah 3.191.581.501,00 1.560.712.063,00

Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan

319.973.220.063,00 227.062.166.235,00

Transfer Pemerintah Provinsi 13.200.414.955,00 8.628.654.680,00

Pendapatan Lainnya 2.953.997.663,00 5.780.420.000,00

Jumlah 343.641.345.514,00 246.917.006.028,00

Page 40: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 37

2) Aliran Kas Keluar

Uraian 2006 (Rp)

2005 (Rp)

Merupakan saldo Aliran Kas Keluar s.d. 31 Desember 2006 dan 2005 terdiri dari: Belanja Pegawai 86.951.478.920,00 76.332.388.852,00

Belanja Barang dan Jasa 33.777.582.444,00 39.958.737.389,00

Belanja Perjalanan Dinas 5.711.469.450,00 7.028.343.700,00

Bantuan Pemeliharaan 5.781.926.764,00 17.632.202.434,00

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

24.403.225.200,00 15.057.370.818,00

Belanja Tak Tersangka 146.000.000,00 2.964.323.500,00

Jumlah 156.771.682.778,00 158.973.366.693,00

b. Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Aliran Kas Keluar

Uraian 2006 (Rp)

2005 (Rp)

Merupakan saldo Aliran Kas Keluar s.d. 31 Desember 2006 dan 2005 terdiri dari: Belanja Tanah 23.586.007.148,00 4.076.591.407,00 Belanja Jalan dan Jembatan 4.713.244.256,00 7.357.182.727,00

Belanja Bangunan Air (Irigasi) 1.080.530.000,00 1.385.769.230,00

Belanja Instalasi 375.410.860,00 1.887.662.621,00

Belanja Jaringan 0,00 327.142.180,00

Belanja Bangunan Gedung 8.598.805.840,00 15.915.755.111,00 Belanja Monumen/Tugu 0,00 0,00

Belanja Alat-alat Angkutan 1.423.821.500,00 6.957.324.000,00

Belanja Alat-alat Bengkel 18.000.000,00 947.407.090,00

Belanja Alat-alat Pertanian 204.723.000,00 197.355.000,00

Belanja Alat Kantor & Rmh Tangga 221.495.400,00 1.521.784.480,00

Belanja Alat-alat Studio dan Komunikasi 158.143.000,00 124.055.800,00

Belanja Alat-alat Kedokteran 1.669.444.300,00 1.474.353.178,00

Belanja Alat-alat Laboratorium 5.050.000,00 130.008.285,00

Belanja Modal Buku/Perpustakaan 0,00 66.700.000,00

Belanja Hewan, Ternak, dan Tanaman 277.658.100,00 307.147.500,00

Jumlah 42.332.333.404,00 42.676.238.609,00

Page 41: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 38

c. Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan

1) Aliran Kas Masuk

Aliran kas masuk dari aktivitas pembiayaan per 31 Desember 2006 tidak ada.

2) Aliran Kas Keluar

Aliran kas keluar dari aktivitas pembiayaan per 31 Desember 2006 tidak ada.

d. Arus Kas Dari Aktivitas Non Anggaran

1) Aliran Kas Masuk

Aliran kas masuk dari aktivitas non anggaran per 31 Desember 2006 tidak ada.

2) Aliran Kas Keluar

Aliran kas keluar dari aktivitas non anggaran per 31 Desember 2006 tidak ada.

e. Saldo Awal Dan Akhir Kas

1) Saldo Awal Kas

Saldo awal kas per 1 Januari 2006 adalah sebesar Rp91.702.556.209,00 sedangkan saldo per 1 Januari 2005 adalah sebesar Rp47.435.155.483,00.

2) Saldo Akhir Kas

Saldo akhir kas per 31 Desember 2006 adalah sebesar Rp236.239.907.566,00 sedangkan saldo per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp91.702.556.209,00.

Page 42: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 39

4.4 PENUTUP

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang selama tahun 2006 dan upaya yang ditempuh dalam penyelesaiannya adalah sebagai berikut:

4.4.1. Permasalahan

1. Terbatasnya kemampuan SDM aparatur untuk mengindentifikasi tugas-tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing unit kerja untuk menata organisasi perangkat daerah yang rasional sesuai kebutuhan daerah.

2. Terbatasnya aparatur pengelolaan barang milik daerah mengakibatkan pengelolaan barang daerah belum dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia untuk pengelolaan barang.

4. Belum adanya sistem pengelolaan barang yang dapat memberikan informasi yang cepat, tepat dan akurat tentang kondisi barang, sehingga menyebabkan laporan mengenai inventaris barang daerah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak belum dapat dipertanggung-jawabkan secara baik dan benar.

4.4.2. Pemecahannya

1. Perlu ditingkatkan SDM aparatur khususnya di bidang kelembagaan untuk mengikuti pendidikan, pelatihan dan bimbingan teknis di bidang kelembagaan agar terwujudnya postur organisasi yang efisien, efektif dan profesional sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

2. Perlu dilakukan pembinaan teknis pengelolaan barang sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 Tahun 2005 kepada setiap pemegang barang dan pengurus barang dari setiap unit kerja jajaran Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.

3. Diperlukan adanya suatu sistem penanganan pengelolaan barang melalui sistem manajemen pengelolaan barang daerah guna mengakomodir kegiatan pengelolaan barang daerah dengan menggunakan program aplikasi secara terstruktur dan terintegrasi sehingga memudahkan penanganan dan monitoring serta pengawasan.

Page 43: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 40

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Tujuan Pemeriksaan

Untuk memberikan opini atas tingkat kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan mendasarkan kepada kriteria:

a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah dan atau prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan;

b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosure);

c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;

d. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern.

3. Sasaran Pemeriksaan

Pemeriksaan LKPD TA 2006 meliputi pengujian atas saldo atas akun-akun yang ada pada Laporan Realisasi Anggaran TA 2006, Neraca per Tanggal 31 Desember 2006, Laporan Arus Kas TA 2006, pengungkapan informasi keuangan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

4. Standar Pemeriksaan

Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

5. Metode Pemeriksaan

Metode Pemeriksaan yang digunakan dalam pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kabupaten Aceh Tamiang TA 2006 meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Perencanaan meliputi kegiatan pemahaman entitas dan Sistem Pengendalian Intern, pemantauan hasil pemeriksaan sebelumnya, penentuan tingkat materialitas dan penentuan metode uji petik.

Pelaksanaan pemeriksaan meliputi pengujian analitis, pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi dan saldo serta penyelesaian penugasan yang antara lain meliputi penyusunan dan pembahasan konsep temuan pemeriksaan, penyampaian temuan pemeriksaan atas LKPD serta perolehan surat representasi.

Pelaporan hasil pemeriksaan meliputi penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan, pembahasan serta penyusunan dan penyampaian hasil pemeriksaan kepada entitas yang diperiksa.

Hasil pemeriksaan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Hasil Pemeriksaan atas Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Tahun Anggaran 2005 dan 2006 pada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 12/S/XIV.9/01/2007 tanggal 31 Januari 2007 serta

Page 44: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 41

Laporan Hasil Pemeriksaan atas Belanja Daerah Bidang Kesehatan, Pendidikan, dan Infrastruktur (Transportasi) Tahun Anggaran 2006 dan 2007 pada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 67/S/XVIII.BAC/01/2008 tanggal 31 Januari 2008.

6. Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dilaksanakan selama 30 hari terhitung mulai tanggal 5 Pebruari s.d. 4 Maret 2008 di Kabupaten Aceh Tamiang.

7. Obyek Pemeriksaan

Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang untuk Tahun Anggaran 2006 yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006.

Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2006:

Pendapatan : 343.641.345.514,00 Belanja : 199.104.016.182,00 Pembiayaan : 91.702.578.234,00 Aktiva : 502.709.635.241,00 Kewajiban : 138.600.150.404,00 Ekuitas : 364.109.484.720,00 Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang menyusun Laporan Keuangan dengan berpedoman pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002.

8. Batasan dan Kendala Pemeriksaan

Dalam rangka pelaksanaan salah satu tugas konstitusionalnya yaitu pemeriksaan atas Laporan Keuangan, BPK-RI menghadapi batasan ruang lingkup yaitu dokumen pertanggungjawaban dan pengelolaan keuangan daerah senilai Rp167.854.543.486,00 atau 84,30% dari realisasi belanja daerah sebesar Rp199.104.016.182,00 musnah dilanda banjir bandang pada tanggal 21 Desember 2006. Tim hanya memperoleh dokumen bukti pertanggungjawaban atas sembilan satuan kerja senilai Rp31.249.472.696,00 atau 15,70% dari realisasi belanja daerah.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Page 45: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 65

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Kepada Para Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) bertugas memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten Kabupaten Aceh Tamiang per 31 Desember 2006, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.

Untuk memperoleh keyakinan memadai, apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh BPK-RI mengharuskan BPK-RI melaksanakan pengujian atas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang. Sistem Pengendalian Intern merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang. Namun, tujuan pemeriksaan BPK-RI atas laporan keuangan tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan sistem pengendalian intern tersebut. Oleh karena itu, BPK-RI tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang terkait dengan laporan keuangan merupakan suatu proses yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai atas keandalan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pengendalian intern tersebut meliputi berbagai kebijakan dan prosedur yang: (1) terkait dengan catatan keuangan; (2) memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan serta penerimaan dan pengeluaran telah sesuai dengan otorisasi yang diberikan; (3) memberikan keyakinan yang memadai atas keamanan aset yang berdampak material pada laporan keuangan. Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang bertanggung jawab untuk mengatur dan menyelenggarakan pengendalian tersebut.

Standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK-RI mengharuskan BPK-RI untuk mengungkapkan kelemahan dalam Sistem Pengendalian Intern atas pelaporan keuangan.

Kelemahan dalam Sistem Pengendalian Intern atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang yang ditemukan BPK-RI adalah pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang pada umumnya belum dilaksanakan dengan tertib.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK RI merekomendasikan Bupati Aceh Tamiang agar mengambil langkah-langkah strategis dan berkoordinasi dengan DPRD Aceh Tamiang supaya

Page 46: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 66

meningkatkan pengawasan secara berjenjang dalam mengelola keuangan daerah tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku dan APBD dapat disahkan tepat waktu.

Permasalahan dan saran secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.

Banda Aceh, Maret 2008 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Tornanda Syaifullah, SE. Ak. MM Akuntan Register Negara No. D–13910

Page 47: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 67

GAMBARAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

1. Dasar Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

a. Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

b. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah Serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

2. Organisasi

Untuk lebih mengoptimalkan kinerja dan pembagian tugas serta tanggung jawab yang jelas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Tamiang yang disusun belum diatur dengan Qanun (Peraturan Daerah), namun diatur dalam suatu Keputusan Bupati Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Aceh Tamiang. Dalam Keputusan Bupati tersebut juga telah dijabarkan Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Tamiang. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati tersebut, organisasi Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah dibantu oleh tiga Asisten yang membawahi sembilan Bagian, diantaranya adalah Bagian Keuangan yang bertugas menatausahakan Pembukuan atas Pelaksanaan (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) APBD, terdiri dari tiga Sub Bagian yaitu Sub Bagian Anggaran, Sub Bagian Pembukuan, dan Sub Bagian Perbendaharaan. Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang memiliki 39 satuan kerja yang antara lain meliputi DPRD, Bupati Kepala Daerah, Sekretariat Daerah Kabupaten, Sekretariat DPRD, Majelis Permusyawaratan Ulama, 11 Kantor, tiga Badan, enam Dinas, sembilan bagian dan 12 Kecamatan.

Tahun Anggaran (TA) 2005 dan 2006 Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dalam menyusun APBD berpedoman kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 29 Tahun 2002, namun dalam pelaksanaannya masih menggunakan buku-buku model B-1 sampai dengan B-XVII sesuai dengan Kepmendagri Nomor 900-009 Tahun 1980.

Bupati Aceh Tamiang tidak membentuk secara khusus suatu tim atau panitia yang mengelola penerimaan dan penggunaan dana perimbangan, selain Bendahara Umum Daerah (BUD) yang mengelola Kas Daerah dan Bagian Keuangan Sekretariat Daerah sebagai pengelola keuangan daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) bagian.

3. Kebijakan

Dalam penyelenggaraan APBD Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang telah mengikuti kebijakan umum yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat seperti ketentuan/peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pedoman Penyusunan APBD TA 2006 dan 2007, Pedoman Pelaksanaan dan Penyusunan Perhitungan Anggaran, bentuk dan susunan APBD. Sebagai penjabaran lebih lanjut dari ketentuan/peraturan perundang-undangan tersebut dan untuk menjamin terciptanya kondisi yang baik dan bertanggung jawab atas pelaksanaan, penatausahaan dan

Page 48: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 68

pertanggungjawaban belanja daerah, Bupati Aceh Tamiang telah menetapkan beberapa kebijaksanaan melalui Surat Keputusan antara lain, mengatur:

a. Penetapan pejabat dan pegawai yang diberi wewenang untuk menandatangani SKO, SPP, SPMU, SPJ, Daftar Penggajian, dan Surat Ketetapan Penghentian Pembayaran (SKPP). Namun sampai dengan saat pemeriksaan berakhir, Tim Pemeriksa tidak dapat memperoleh SK tersebut.

b. Penetapan/penunjukan pengguna anggaran, pengendali kegiatan, pemegang kas, pemegang barang, pembuat SPP Gaji dan Pembantu Pemegang Kas pada Lembaga/Dinas/Camat dan sekolah di lingkungan Kebupaten Aceh Tamiang untuk TA 2006, sesuai dengan SK Bupati Aceh Tamiang Nomor 5433.A/Ku.900/2006 tanggal 2 Januari 2006.

c. Pembentukan Panitia Pemeriksa Pengadaan Barang dan Jasa, sesuai dengan SK Bupati Aceh Tamiang Nomor 275/028/2006 tanggal 11 Desember 2006.

Dalam pelaksanaan anggaran masih ditemukan beberapa kebijakan yang belum sesuai ketentuan, antara lain:

a. Masih terdapatnya pengeluaran belanja yang mendahului pengesahan APBD.

b. Pengelompokan jenis belanja belum sesuai dengan ketentuan, yaitu adanya pengadaan obat-obatan dan benih yang dihibahkan kepada masyarakat dialokasikan sebagai belanja modal, hal ini tidak sesuai dengan definisi belanja modal yaitu pengeluaran untuk barang yang berumur lebih dari 1 tahun.

4. Prosedur

Prosedur kerja yang dilaksanakan dalam kaitan dengan pelaksanaan belanja pada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang TA 2006 secara garis besar masih mempedomani Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Kelemahan pelaksanaan prosedur kerja yang ditemukan antara lain masih ditemukan adanya keterlambatan penyetoran sisa Pengisian Kas TA 2006 oleh masing-masing satuan kerja ke kas daerah.

5. Personalia

Penyusunan Laporan Keuangan TA 2006, dilakukan oleh Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Tamiang pada personil Sub Bagian Anggaran yang memahami Standar Akuntansi Pemerintahan dan proses pembukuan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.

6. Perencanaan

Perencanaan dilakukan oleh masing-masing satuan kerja dengan menyusun Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) dan Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) yang dikoordinir oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), kemudian penentuan besarnya APBD dirumuskan secara bersama-sama dalam rapat Panitia Anggaran Legislatif dan Panitia Anggaran Eksekutif untuk selanjutnya dibahas dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD yang merupakan dasar bagi pelaksanaan anggaran oleh masing-masing satuan kerja.

7. Pencatatan

Pelaksanaan pencatatan atas transaksi keuangan daerah untuk belanja pada dinas, kantor dan badan yang mengelola anggaran telah memadai dan berpedoman pada Keputusan Menteri Dalam

Page 49: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 69

Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Namun demikian, masih terdapat beberapa kelemahan pencatatan Buku Kas Umum Pemegang Kas antara lain yaitu penutupan kas dilaksanakan dengan tidak memperhatikan saldo kas pada bank.

8. Pelaporan

Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang telah menyampaikan laporan keuangan hasil pertanggungjawaban APBD TA 2006 ke BPK-RI Perwakilan Banda Aceh pada tanggal 8 Nopember 2007, yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran; Neraca; laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Keterlambatan penyusunan dan penyampaian Laporan Keuangan tersebut disebabkan oleh adanya bencana banjir pada tanggal 21 s.d. 26 Desember 2006 yang mengakibatkan hilang/rusaknya dokumen keuangan bagi penyusunan Laporan Keuangan TA 2006. Namun dalam Catatan Atas Laporan Keuangan, pengungkapan atas akun kas di neraca belum ada penjelasan secara memadai mengenai posisi kas tersebut.

Di samping itu, dalam membuat pertanggungjawaban atas belanja yang dikelola, masih terdapat Pemegang Kas yang belum secara tertib menyampaikan laporan Surat Pertanggungjawaban (SPJ).

9. Pengawasan Intern

Kegiatan pengawasan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dilaksanakan oleh Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Kabupaten Aceh Tamiang dan Badan Pengawas Provinsi (Bawasprov) NAD. Laporan Keuangan TA 2006 yang disampaikan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang ke BPK-RI Perwakilan Banda Aceh merupakan hasil kerja sama dengan BPKP dan belum dilakukan review oleh Bawasda ataupun Bawasprov.

Page 50: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 70

HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

1. Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Belum Tertib

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah meliputi seluruh pengurusan dan pertanggungjawaban atas semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kepala Daerah selaku Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah (PKUPKD) mendelegasikan sebagian atau seluruh kewenangannya kepada Sekretaris Daerah dan atau Perangkat Pengelola Keuangan Daerah yaitu orang/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah.

Terkait dengan pelaksanaan peraturan tersebut maka Bupati Aceh Tamiang selaku Kepala Daerah telah memberikan tugas dan tanggung jawab pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah kepada Sekretaris Daerah yang kemudian didelegasikan kepada pejabat-pejabat yang berada di bawahnya. Hal ini tercermin dalam struktur organisasi yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Aceh Tamiang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Aceh Tamiang dengan tujuan agar pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah dapat berjalan dengan baik.

Hasil pemeriksaan secara uji petik pada pelaksanaan tugas pokok dan fungsi perangkat pengelola keuangan daerah diketahui masih terdapat beberapa kelemahan sebagai berikut:

a. APBD dan Perubahan APBD TA 2006 terlambat disahkan, yaitu APBD TA 2006 disahkan dengan Peraturan Daerah (Qanun) Nomor 7 Tahun 2006 tanggal 31 Juli 2006 dan Perubahan APBD TA 2006 disahkan dengan Qanun No. 12 Tahun 2006 pada tanggal 22 Desember 2006. Hal ini berdampak pada pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBD TA 2006 dan tahun anggaran selanjutnya.

b. Bendahara Umum Daerah (BUD) belum melakukan rekonsiliasi bank yaitu mencocokkan saldo menurut pembukuan Bendahara Umum Daerah dengan saldo menurut Laporan Bank setiap bulan dan belum melakukan penghitungan kas yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan kas. Demikian juga halnya kas pada masing-masing satuan kerja.

c. Rekening Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang belum seluruhnya ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati. Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang pada TA 2006 memiliki 19 rekening Kas Daerah. Dari 19 rekening tersebut terdapat 10 rekening belum ditetapkan dalam suatu Surat Keputusan Bupati.

d. Penerbitan SPM mendahului penetapan APBD TA 2006 senilai Rp7.636.472.770,00 untuk keperluan selain pembayaran biaya-biaya yang bersifat mendesak dan tetap, seperti gaji pegawai, tunjangan, ongkos listrik, telepon, gas dan air minum. Hal ini menunjukkan ketidaktertiban dalam pengelolaan keuangan daerah.

Page 51: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 71

e. Penganggaran atas belanja barang tidak sesuai dengan sifat barang yang dibeli. Berdasarkan APBD Kabupaten Aceh Tamiang, diketahui terdapat anggaran untuk pembelian benih padi pada Dinas Pertanian dan pembelian obat-obatan pada Dinas Kesehatan dianggarkan pada Belanja Modal.

f. Realisasi Belanja Daerah pada Kantor Kesbanglinmas melebihi plafond anggaran. Berdasarkan laporan realisasi fisik keuangan TA 2006 Kantor Kesbanglinmas diketahui bahwa pada rekening Belanja Perjalanan Dinas (2.01.11.2.3.2) dianggarkan sebesar Rp60.000.000,00 namun realisasinya sebesar Rp65.000.000,00 atau 108,33% dari anggaran sehingga terdapat kelebihan belanja daerah sebesar Rp5.000.000,00.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang standar Akuntansi Pemerintahan yang antara lain menyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi No. 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran antara lain menyatakan bahwa Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

b. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Kondisi tersebut mengakibatkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBD Kabupaten Aceh Tamiang TA 2006 menjadi tidak tertib dan mempengaruhi kewajaran laporan keuangan yang disajikan.

Kondisi tersebut terjadi karena lambatnya pengesahan APBD dan pelaksanaannya tidak mempedomani ketentuan yang belaku serta kurangnya pengawasan secara berjenjang.

Kepala BPKD Aceh Tamiang membenarkan temuan BPK-RI, penerbitan SPM mendahului APBD sebesar Rp7.636.472.770,00 digunakan untuk membayar pengeluaran rutin, juga mengakui dalam melakukan pengelolaan Keuangan Daerah belum melakukan rekonsiliasi bank serta terdapat kelebihan pengeluaran yang melebihi anggaran, dan di masa yang akan datang Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang akan memperbaiki dan serta mempedomani ketentuan yang berlaku.

Saran BPK-RI:

Bupati Aceh Tamiang mengambil langkah-langkah strategis agar pengelolaan keuangan daerah mempedomani ketentuan yang berlaku dan berkoordinasi dengan DPRD Aceh Tamiang supaya dalam mengesahkan APBD tepat waktu serta meningkatkan pengawasan secara berjenjang.

Page 52: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 72

2. Pengelolaan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Belum Tertib

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Aceh Tamiang TA 2006 diketahui bahwa anggaran penerimaan daerah adalah sebesar Rp 332.948.492.980,00 dengan realisasi sebesar Rp343.641.345.514,00 atau sebesar 103,21% dari anggaran. Realisasi tersebut antara lain bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp7.513.712.833,00.

Hasil pemeriksaan secara uji petik pada satuan kerja pengelola PAD di lingkungan Kabupaten Aceh Tamiang diketahui terdapat tagihan Retribusi Parkir sebesar Rp14.000.000,00 belum diterima oleh Kas Daerah dan penggunaan langsung penerimaan Retribusi Jasa Kesehatan sebesar Rp30.660.000,00 oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aceh Tamiang, dengan rincian sebagai berikut:

a. Pada satuan kerja Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) terdapat penerimaan yang berasal dari Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum yang dianggarkan sebesar Rp70.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp33.035.000,00 atau 47,19% dari anggaran. Retribusi parkir di tepi jalan umum adalah pembayaran atas penggunaan tempat dan pelayanan parkir di tepi jalan umum. Pemungutan Retribusi parkir dilaksanakan oleh pihak ketiga dengan berdasarkan sebuah surat perjanjian antara Kepala Subdin Pasar Dinas Pendapatan dengan pihak ketiga.

Pada TA 2006, Dinas Pendapatan telah menunjuk tiga rekanan untuk melakukan pemungutan Retribusi Parkir, dengan rincian sebagai berikut:

1) Surat Perjanjian Parkir No. 428/974/2006 tanggal 5 April 2006 antara Kepala Subdin Pasar Dinas Pendapatan (Pihak Pertama) dengan Herwan (Pihak Kedua) yang antara lain menyatakan bahwa Dinas Pendapatan telah menyerahkan kepada Pihak Kedua untuk mengutip Retribusi Parkir kendaraan roda dua dan roda empat pada lokasi Jln. Rantau dan Kota Lintang Pasar Pagi dengan kewajiban membayar lunas uang pakir sebesar Rp720.000,00 selama sembilan bulan atau dibayar sebesar Rp80.000,00 setiap bulan.

2) Surat Perjanjian Parkir Becak Mesin Roda Tiga No. 301/974/2006 tanggal 1 April 2006 antara Kepala Subdin Pasar Dinas Pendapatan (Pihak Pertama) dengan Abdul Wahid (Pihak Kedua) yang antara lain menyatakan bahwa Dinas Pendapatan telah menyerahkan kepada Pihak Kedua untuk mengutip Retribusi Parkir kendaraan roda tiga (becak mesin) pada lokasi Jln. Cut Nyak Dhien, Jln. A. Yani, Jln. Suprapto, Jln. Panglima Polem, Jln. Sutoyo, Jln Iskandar Muda, Jln.K.H. Ahmad Dahlan, Jln. KS. Tubun dan Jln. DI Panjaitan dalam wilayah Kota Kuala Simpang dengan kewajiban membayar lunas uang pakir sebesar Rp18.000.000,00 selama sembilan bulan atau dibayar sebesar Rp2.000.000,00 setiap bulan. Atas perjanjian kerjasama di atas, Sdr. OK Khairul Anam sebagai pengelola parkir becak mesin bertanggung jawab apabila terjadi tunggakan-tunggakan dalam penyetoran Retribusi Parkir oleh Sdr. Abdul Wahid.

3) Surat Perjanjian Parkir No. 290/974/2006 tanggal 3 Pebruari 2006 antara Kepala Subdin Pasar Dinas Pendapatan (Pihak Pertama) dengan Azhari (Pihak Kedua) yang antara lain menyatakan bahwa Dinas Pendapatan telah menyerahkan kepada Pihak Kedua untuk mengutip Retribusi Parkir kendaraan roda dua, roda empat, roda enam dan sejenis pada lokasi Jln. Cut Nyak Dhien, Jln. A. Yani, Jln. Suprapto, Jln. Panglima Polem, Jln. Sutoyo, Jln Iskandar Muda, Jln.K.H. Ahmad Dahlan, Jln. KS. Tubun dan Jln. DI Panjaitan dalam

Page 53: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 73

wilayah Kota Kuala Simpang dengan kewajiban membayar lunas uang pakir sebesar Rp31.500.000,00 selama 12 bulan atau dibayar sebesar Rp2.625.000,00 setiap bulan.

Hasil pemeriksaan secara uji petik atas penyetoran Retribusi Parkir oleh pihak ketiga diketahui bahwa Sdr. Abdul Wahid belum memenuhi kewajiban dalam menyetorkan pemungutan Retribusi Parkir selama tujuh bulan yaitu untuk bulan Juni s.d. Desember 2006 senilai Rp14.000.000,00 (7 x Rp2.000.000,00). Berdasarkan penjelasan dari Kepala Subdin Pasar, diketahui bahwa Sdr. Abdul Wahid pada masa tersebut masih melakukan pengutipan Retribusi Parkir dan telah diberikan surat teguran namun tidak mendapat respon yang positif. Pihak Dinas Pendapatan belum mengajukan klaim kepada Sdr. OK Kahirul Alam sebagai penanggung jawab pengelolaan parkir atas kewajiban Sdr. Abdul Wahid yang belum disetor.

b. Pada satuan kerja RSUD Aceh Tamiang terdapat penerimaan Retribusi Jasa Kesehatan yang dianggarkan sebesar Rp1.248.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp1.583.605.813,00 atau 126,89% dari anggaran. Penerimaan Retribusi Jasa Pelayanan Kesehatan dipungut oleh Dinas Kesehatan melalui Puskesmas-puskesmas di lingkungan Kabupaten Aceh Tamiang dan RSUD Aceh Tamiang. Penerimaan dari Dinas Kesehatan pada TA 2006 adalah sebesar Rp43.533.274,00 dan dari RSUD Tamiang sebesar Rp1.540.072.539,00. RSUD Aceh Tamiang adalah salah satu bagian dari satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dan belum mempunyai status sebagai sebuah Badan Layanan Umum.

Bendahara Penerimaan RSUD Aceh Tamiang bertugas menerima dan membuat laporan realisasi penerimaan RSUD serta menyetorkan hasilnya ke Dinas Pendapatan Aceh Tamiang rata-rata setiap bulan sekali. Berdasarkan laporan bulanan penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan pada RSUD Aceh Tamiang diketahui bahwa realisasi penerimaan TA 2006 adalah sebesar Rp1.709.561.515,00. Sedangkan realisasi penyetoran RSUD Aceh Tamiang ke Dinas Pendapatan adalah sebesar Rp1.540.072.539,00.

Pemeriksaan lebih lanjut atas realisasi penyetoran pada TA 2006, diketahui bahwa dari realisasi penyetoran tersebut terdapat penerimaan pada TA 2005 (penerimaan bulan Oktober s.d. Desember 2005) sebesar Rp138.863.000,00 yang baru disetorkan pada TA 2006. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi penerimaan TA 2006 yang baru disetorkan adalah sebesar Rp1.401.209.539,00 (Rp1.540.072.539,00 – Rp138.863.000,00), sehingga masih terdapat penerimaan dari Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD TA 2006 sebesar Rp308.351.976,00 (Rp1.709.561.515,00- Rp1.401.209.539,00).

Berdasarkan laporan realisasi penerimaan dan penyetoran Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD Aceh Tamiang TA 2007 diketahui bahwa Bendahara Penerimaan telah menyetorkan kekurangan penyetoran TA 2006 sebesar Rp277.691.976,00. Kondisi di atas menunjukkan bahwa masih terdapat penerimaan TA 2006 sebesar Rp30.660.000,00 (Rp1.709.561.515,00 – Rp1.401.209.539,00 – Rp277.691.976,00) yang belum disetorkan ke rekening Kas Daerah. Berdasarkan penjelasan lisan dari Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran diketahui bahwa kekurangan penyetoran penerimaan TA 2006 sebesar Rp30.660.000,00 dikarenakan adanya kekurangan anggaran untuk pembayaran jasa medis sehingga dilakukan kompensasi langsung atas penerimaan TA 2006 untuk pembayaran jasa medis para dokter.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Surat perjanjian yang telah disepakati antara pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh

Page 54: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 74

Tamiang dan Pihak Ketiga mengenai retribusi parkir.

b. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah Serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD Pasal 41:

1) Ayat (1) yang menyatakan bahwa pada unit kerja yang bertugas mengumpulkan uang hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dibentuk Satuan Pemegang Kas Pembantu yang bertanggungjawab kepada Pemegang Kas pada satuan kerja induknya.

2) Ayat (2) yang menyatakan bahwa Satuan Pemegang Kas Pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya ke bank atas nama Rekening Kas Daerah paling lambat satu hari kerja sejak saat uang kas tersebut diterima.

Kondisi tersebut mengakibatkan :

a. Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dirugikan atas pendapatan retribusi parkir sebesar Rp14.000.000,00.

b. Realisasi penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan TA 2006 tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya serta rawan untuk disalahgunakan.

Kondisi tersebut terjadi karena:

a. Pihak Ketiga (Sdr. Abdul Wahid) tidak mempunyai itikad baik untuk melakukan pembayaran tunggakan Retribusi Parkir kepada Pemerintah Daerah.

b. Kepala Subdin Pasar tidak melakukan permintaan tanggungjawab kepada Sdr. Khairul Alam sebagai penanggungjawab Sdr. Abdul Wahid.

c. Kepala Dinas Pendapatan lemah dalam melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan.

d. Bendahara Penerimaan RSUD Aceh Tamiang dalam menyetorkan Penerimaan Daerah ke Kas Daerah tidak mempedomani ketentuan yang berlaku.

Kepala BPKD membenarkan temuan BPK RI dan menyatakan akan menyampaikan surat tagihan kepada Sdr. Abdul Wahid untuk melunasi tunggakan Retribusi Parkir senilai Rp14.000.000,00. Selanjutnya Kepala RSUD Aceh Tamiang akan menegur Bendahara Penerimaan RSUD serta selanjutnya meminta ke DPRK untuk menganggarkan dana Jasa Pelayanan Medis Kebutuhan RSUD sesuai kebutuhan.

Saran BPK-RI:

Bupati Aceh Tamiang agar:

a. Memerintahkan satuan kerja terkait untuk melakukan langkah strategis dalam meningkatkan pemungutan PAD khususnya Retribusi Parkir dan Retribusi Pelayanan Jasa Kesehatan.

b. Memerintahkan Kepala BPKD Aceh Tamiang membuat surat tagihan kepada Pihak Ketiga (Sdr. Abdul Wahid) sebesar Rp14.000.000,00 dan menyetorkan hasilnya ke Kas Daerah.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Page 55: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 42

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kepada Para Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) bertugas memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang per 31 Desember 2006, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.

Untuk memperoleh keyakinan memadai, apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh BPK-RI mengharuskan BPK-RI melaksanakan pengujian atas kepatuhan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang terhadap peraturan perundang-undangan. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang. Namun, tujuan pemeriksaan BPK-RI atas laporan keuangan tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan tersebut. Oleh karena itu, BPK-RI tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.

Selain itu, peraturan perundang-undangan dan SPKN yang ditetapkan oleh BPK-RI mengharuskan BPK-RI untuk melaporkan kepada pihak berwenang, apabila dalam melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan ditemukan kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berindikasi unsur tindak pidana.

Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pelaporan keuangan yang ditemukan BPK-RI adalah sebagai berikut:

1. Pengembalian Sisa Surat Perintah Membayar Uang Pengisian Kas (SPMU-PK) sebesar Rp5.038.258.358,00 terlambat dan sebesar Rp202.870.875,00 belum disetor ke Kas Daerah.

2. Pengeluaran uang dari Kas Daerah TA 2006 tanpa SPM (Kas Bon) sebesar Rp5.793.475.690,00 belum dipertanggungjawabkan.

3. Pembayaran Tunjangan Perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD TA 2006 sebesar Rp296.670.000,00 Tidak Sesuai Ketentuan.

4. Pengeluaran untuk bantuan biaya kegiatan pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) TA 2006 sebesar Rp1.167.797.250,00 tidak didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

Page 56: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 43

5. Belanja Modal Tanah untuk Jalan Dua Jalur sebesar Rp13.739.280.555,00 belum dipertanggungjawabkan.

6. Hasil Pemeriksaan BPK-RI TA 2006 belum seluruhnya ditindaklanjuti.

Berdasarkan temuan tersebut, BPK-RI merekomendasikan Bupati Aceh Tamiang agar:

1. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pengelolaan keuangan pada seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan segera menyetorkan sisa PK ke kas daerah.

2. Segera mempertanggungjawabkan pengeluaran kas daerah yang dikeluarkan melalui kas bon.

3. Segera mempertanggungjawabkan realisasi belanja modal tanah sebesar Rp13.739.280.555,00 dan menyetorkan ke kas daerah apabila tidak dapat dipertanggungjawabkan.

4. Segera menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK-RI.

Permasalahan dan saran secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.

Banda Aceh, Maret 2008 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Tornanda Syaifullah, SE. Ak. MM Akuntan Register Negara No. D–13910

Page 57: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 44

HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Aceh Tamiang Nomor 007 Tahun 2007 tentang Penetapan Bencana Alam Banjir di Kabupaten Aceh Tamiang sebagai Bencana Daerah yang antara lain menyatakan bahwa pada tanggal 21 s.d. 26 Desember 2006 telah terjadi bencana banjir yang ditetapkan sebagai bencana daerah. Bencana banjir ini mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana serta menghilangkan sebagian besar dokumen pertanggungjawaban untuk pencairan dana APBD TA 2006.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dokumen pertanggungjawaban dan pengelolaan keuangan daerah senilai Rp167.854.543.486,00 atau 84,30% dari realisasi belanja daerah sebesar Rp199.104.016.182,00 musnah dilanda banjir bandang pada tanggal 21 Desember 2006. Tim hanya memperoleh dokumen bukti pertanggungjawaban atas sembilan satuan kerja senilai Rp31.249.472.696,00 atau 15,70% dari realisasi belanja daerah. Adapun temuan pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sebagai berikut:

1. Pengembalian Sisa Surat Perintah Membayar Uang Pengisian Kas (SPMU-PK) Sebesar Rp5.038.258.358,00 Terlambat dan Sebesar Rp202.870.875,00 Belum Disetor ke Kas Daerah

Berdasarkan Laporan Realisasi APBD Kabupten Aceh Tamiang TA 2006 diketahui bahwa anggaran belanja daerah adalah sebesar Rp424.637.330.863,00 dengan realisasi sebesar Rp199.104.016.182,00 atau 46,89% dari anggaran. Hasil Pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen pencatatan serta rekening koran pada BUD dan satuan kerja-satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang diketahui bahwa masih terdapat sisa UUDP atas penerbitan SPMU-PK TA 2006 sebesar Rp5.241.129.233,00. Dari jumlah tersebut, diantaranya sebesar Rp5.038.258.358,00 sudah disetorkan ke kas daerah dengan keterlambatan antara 87 hari s.d. 398 hari. Sedangkan sisanya sebesar Rp202.870.875,00 pada empat satuan kerja belum disetor ke kas daerah (rincian lihat lampiran 1).

Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian Keuangan/Kepala BPKD belum pernah memberikan teguran tertulis kepada para Pemegang Kas.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pasal 57 ayat (1) dan (2):

a. Pengguna Anggaran wajib mempertanggungjawabkan uang yang digunakan dengan cara membuat SPJ yang dilampiri dengan bukti-bukti yang sah.

b. SPJ berikut lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Daerah paling lambat tanggal sepuluh bulan berikutnya.

Kondisi tersebut mengakibatkan sisa UUDP sebesar Rp5.038.258.358,00 tidak dapat segera digunakan untuk membiayai Belanja Daerah TA 2007 dan rawan untuk disalahgunakan serta sisa yang belum dipertanggungjawabkan sebesar Rp202.870.875,00 berpotensi merugikan daerah.

Page 58: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 45

Kondisi tersebut terjadi karena para Pemegang Kas pada satuan kerja dalam menyampaikan SPJ dan sisa UUDP ke Kas Daerah tidak mempedomani ketentuan yang berlaku serta kurangnya pengendalian masing-masing Kepala Satuan Kerja.

Kepala BPKD Aceh Tamiang membenarkan temuan BPK tersebut dan akan membuat surat teguran tertulis kepada satuan kerja - satuan kerja yang belum mengembalikan sisa UUDP TA 2006 dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang menyatakan akan mempedomani ketentuan yang berlaku.

Saran BPK-RI:

Bupati Aceh Tamiang dan masing-masing Kepala Dinas/Kepala SKPD agar lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap SKPD yang dipimpinnya dan segera menyetor sisa PK sebesar Rp202.870.875,00 ke Kas Daerah.

Page 59: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 46

2. Pengeluaran Uang dari Kas Daerah TA 2006 Tanpa SPM (Kas Bon) Sebesar Rp5.793.475.690,00 Belum Dipertanggungjawabkan

Kas Daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) Kabupaten Aceh Tamiang, selain disimpan dalam brankas juga disimpan dalam 19 rekening giro Kas Daerah dan satu rekening deposito. Kas Daerah ditempatkan pada PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Aceh, PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Mandiri dan PT Bank Rakyat Indonesia.

Hasil penutupan Buku Kas Umum (BKU) BUD tanggal 18 Pebruari 2008 diketahui hal-hal sebagai berikut:

Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa selisih kurang sebesar Rp12.006.562.190,00 tersebut merupakan pinjaman sementara (Kas Bon) yang dilakukan oleh beberapa satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang sejak TA 2006 s.d. TA 2008.

Pinjaman sementara tersebut merupakan pengeluaran-pengeluaran uang pada Kas Daerah tanpa melalui SPM melainkan hanya didasarkan pada permohonan Atasan Langsung Pemegang Kas Satuan Kerja yang disetujui oleh Bupati Aceh Tamiang. Terhadap kas bon tersebut, beberapa satuan kerja yang melakukan pinjaman (kas bon) telah membuat dan menandatangani surat pernyataan pinjaman dan berjanji akan mempertanggungjawabkan pinjaman tersebut dalam TA 2008. Selain itu, selisih kurang sebesar Rp1.191.315.134,80 berdasarkan penjelasan Kepala Sub Bidang Pendanaan, hal tersebut tidak dapat dijelaskan karena dokumen Kas Bon TA 2006 rusak akibat banjir sesuai dengan Laporan Tim Investigasi Nomor 05/LHI-PK/2007 tanggal 5 Pebruari 2007.

Sampai dengan berakhirnya pemeriksaan tanggal 4 Maret 2008, kas bon yang sudah dipertanggungjawabkan adalah sebesar Rp380.289.000,00 sisanya sebesar Rp11.626.273.190,00 belum dipertanggungjawabkan, yang terdiri dari Kas bon TA 2006 sebesar Rp5.793.475.690,00, TA 2007 sebesar Rp4.837.797.500,00 dan TA 2008 sebesar Rp995.000.000,00 (Rincian lihat Lampiran 3).

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yaitu:

a. Penerimaan dari 1 Januari s.d. 18 Pebruari 2008 Rp272.433.733.188,57 b. Pengeluaran dari 1 Januari s.d. 18 Pebruari 2008 Rp 18.500.310.769,00 Saldo buku per 18 Pebruari 2008 Rp253.933.422.419,57 b. Saldo Uang Kas - Saldo Uang di Brankas per 18 Pebruari 2008 Rp 0,00 - Saldo Rekening Koran Bank per 18 Pebruari 2008

(Rincian lihat Lampiran 2) Rp241.862.264.410,68

Total Saldo Uang di brankas dan bank Rp241.862.264.410,68 Selisih kurang antara BKU dengan saldo Kas dan Bank (Rp 12.071.158.008,89) Selisih tersebut terdiri dari:

1. Kas bon Rp12.006.562.190,00 2. Selisih kurang yang belum bisa dijelaskan Rp 1.191.315.134,80 3. Penerimaan belum dicatat di BKU (Rp 1.126.719.315,91) Jumlah Rp 12.071.158.008,89

Page 60: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 47

a. Pasal 32 ayat (1) yang menyatakan bahwa Bendahara Umum Daerah menatausahakan kas dan kekayaan daerah lainnya.

b. Pasal 51 ayat (1) yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan pengeluaran kas, pengguna anggaran mengajukan SPP kepada pejabat yang melaksanakan fungsi perbendaharaan.

Kondisi tersebut mengakibatkan pengeluaran melalui kas bon TA 2006 sebesar Rp5.793.475.690,00 belum merupakan pengeluaran yang sah tetapi masih merupakan bagian dari saldo Kas Daerah dan merugikan daerah apabila tidak dipertanggungjawabkan.

Kondisi ini terjadi karena Kepala Daerah dan Atasan Langsung masing-masing satuan kerja dalam menyetujui pengeluaran melalui kas bon pada Bendahara Umum Daerah tidak mempedomani ketentuan yang berlaku.

Kepala BPKD Aceh Tamiang membenarkan temuan BPK-RI dan menyatakan bahwa terjadinya kas bon disebabkan terlambatnya pengesahan APBD serta untuk pelunasan kas bon tersebut akan dilakukan pemotongan langsung atas anggaran satuan kerja-satuan kerja.

Saran BPK-RI:

Bupati Aceh Tamiang beserta jajarannya agar tidak memberikan persetujuan pengeluaran Kas Daerah melalui Kas Bon dan segera mempertanggungjawabkan kas bon tersebut.

Page 61: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 48

3. Pembayaran Tunjangan Perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD TA 2006 Sebesar Rp296.670.000,00 Tidak Sesuai Ketentuan

Dalam TA 2006 Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang telah mengalokasikan dana Tunjangan Perumahan bagi pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Aceh Tamiang sebesar Rp1.998.810.000,00 dengan realisasi sebesar Rp1.641.950.000,00 atau 82,15% dari anggaran.

Hasil pemeriksaan secara uji petik atas dokumen pertanggungjawaban diketahui bahwa pembayaran tunjangan perumahan kepada Ketua dan Anggota DPRD yang dilakukan pada bulan Januari s.d. Agustus 2006 dibebankan pada pos Sekretariat Dewan. Kondisi ini terjadi sebelum pengesahan APBD TA 2006 sedangkan setelah APBD disahkan anggaran tersebut telah dialokasikan ke pos DPRD yaitu untuk bulan September s.d. Desember 2006. Pembayaran Tunjangan Perumahan yang dibebankan pada Pos Sekretariat DPRD adalah sebesar Rp296.670.000,00, dengan rincian sebagai berikut:

No Nama Tunjangan Perumahan

(Rp)

PPh 15% (Rp)

Jumlah (Rp)

1 2 3 4 5 1 H. Syahruddin Harun 4.950.000,00 742.500,00 4.207.500,00 2 Khairul 13.200.000,00 1.980.000,00 11.220.000,00 3 Indra Syahputra, SH 10.560.000,00 1.584.000,00 8.976.000,00 4 H.T. Yusni 10.560.000,00 1.584.000,00 8.976.000,00 5 H. Awaluddin, SH.,SP.N.,MH 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 6 Drs H. Armand Muis 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 7 OK Chairul Anam 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 8 H. Zainal Arifin 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 9 Supriannur, SH 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 10 H. Burhanuddin Manaf 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 11 Drs. Sarmada 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 12 Mawardi Nur 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 13 Intan Yulia 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 14 Zulham 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 15 Ir. T. Rusli 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 16 Elfian Raden 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 17 Saiful Sofyan 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 18 Muhammad Nasir 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 19 Zulkifli 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 20 H. M. Syafi'ie As, BA 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 21 Syafrizal Anwar 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 22 M. Andis Prawira 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 23 Ismail 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 24 Irsyadul Afkar 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 25 Siti Zaleha, ST 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 26 T. Insyafuddin, ST 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 27 Rachman 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 28 Ir. Syaifan Nur 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 29 Muhammad Basir 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00

Page 62: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 49

1 2 3 4 5 30 Cut Rahmy 9.900.000,00 1.485.000,00 8.415.000,00 JUMLAH 296.670.000,00 44.500.500,00 252.169.500,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2005 tanggal 12 Oktober 2004 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah:

1) Pasal 20 ayat (1) yang menyatakan bahwa dalam hal Pemerintah Daerah belum dapat menyediakan rumah Jabatan Pimpinan atau rumah dinas anggota DPRD, kepada yang bersangkutan diberikan tunjangan perumahan;

2) Pasal 25 ayat (2a) yang menyatakan bahwa Tunjangan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tersebut dalam ketentuan Pasal 20 dianggarkan dalam pos DPRD.

b. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah Nomor 188.31/006/BAKD tentang Tambahan penjelasan terhadap Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2005 tanggal 12 Oktober 2004 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan perwakilan Rakyat Daerah, poin 9 yang menyatakan bahwa menindaklanjuti ketentuan Pasal 25 ayat (2a) yang menegaskan bahwa tunjangan perumahan yang ditetapkan dalam Pasal 20 dianggarkan dalam pos DPRD.

Kondisi tersebut mengakibatkan belanja Sekretariat DPRD sebesar Rp296.670.000,00 tidak tepat sasaran dan realisasi belanja masing-masing pos tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya.

Kondisi tersebut terjadi karena Sekretaris DPRD dan Pemegang Kas Sekretariat DPRD dalam melakukan pembayaran tidak menaati ketentuan yang berlaku.

Sekretaris DPRD Aceh Tamiang membenarkan temuan BPK-RI dan untuk masa yang akan datang mempedomani ketentuan yang berlaku.

Saran BPK-RI:

Bupati Aceh Tamiang dan jajarannya agar dalam pengelolaan APBD menaati ketentuan yang berlaku dan hal tersebut tidak terulang kembali di masa yang akan datang.

Page 63: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 50

4. Pengeluaran untuk Bantuan Biaya Kegiatan pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) TA 2006 Sebesar Rp1.167.797.250,00 Tidak Didukung Dengan Bukti Yang Lengkap dan Sah

Pada TA 2006 Kantor Kesbanglinmas mengalokasikan dana untuk belanja daerah sebesar Rp5.483.713.568,00 dengan realisasi sebesar Rp3.109.421.263,00 atau 56,70% dari anggaran.

Hasil pemeriksaan dokumen pertanggungjawaban diketahui bahwa terdapat pengeluaran-pengeluaran yang tidak didukung dengan bukti pendukung yang lengkap, antara lain yaitu:

a. Bantuan biaya BBM untuk Kegiatan Pilkada kepada Polres sebesar Rp365.400.000,00. Bantuan biaya BBM ini diberikan untuk kegiatan pengamanan Pilkada. Bantuan diberikan oleh Kesbanglinmas langsung kepada Kapolres Aceh Tamiang. Dalam melakukan pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut, Pemegang Kas Kantor Kesbanglinmas hanya melampirkan kuitansi pengeluaran dan Berita Acara Serah Terima uang antara pihak Kesbanglinmas dan pihak Kapolres tanpa melampirkan bukti pembayaran atau faktur pembelian BBM ke SPBU (rincian lihat lampiran 4).

b. Bantuan Biaya Pengamanan dan Pergeseran Pasukan Pengamanan Pilkada Aceh Tamiang Tahun 2006 sebesar Rp733.397.250,00. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan pengamanan Pilkada Aceh Tamiang TA 2006. Bantuan ini antara lain digunakan untuk biaya pergeseran pasukan pra tugas pengamanan Pilkada untuk linmas Aceh Tamiang, pergeseran pasukan pengamanan pada tahap kampanye, pergeseran pasukan pengamanan pada tahap masa tenang, pergeseran pasukan pengamanan pada tahap pemungutan dan penghitungan suara Pilkada. Bantuan diberikan secara langsung kepada Kapolres Aceh Tamiang. Dalam mempertanggungjawabkan pengeluaran tersebut, Pemegang Kas Kantor Kesbanglinmas hanya melampirkan kuitansi pengeluaran dan Berita Acara Serah Terima uang antara pihak Kesbanglinmas dan pihak Kapolres tanpa didukung dengan bukti pengeluaran operasional atau pembagian kepada masing-masing personil Polres yang ditugaskan untuk melakukan kegiatan tersebut (rincian lihat lampiran 5).

c. Bantuan biaya pengamanan huru-hara sebesar Rp69.000.000,00. Biaya tersebut antara lain digunakan untuk biaya pergeseran pasukan serta biaya makan dan minum. Bantuan diberikan secara langsung kepada Kapolres Aceh Tamiang dan beberapa Kapolsek di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Dalam melakukan pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut, Pemegang Kas Kantor Kesbanglinmas hanya melampirkan kuitansi pengeluaran dan Berita Acara Serah Terima antara pihak Kesbanglinmas dan pihak Kapolres ataupun Kapolsek tanpa didukung dengan bukti pengeluaran operasional atau pembagian kepada personil Polres yang ditugaskan untuk melakukan kegiatan tersebut (rincian lihat lampiran 6).

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.

b. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan

Page 64: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 51

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah:

1) Pasal 49 ayat (5) menyatakan setiap pengeluaran kas harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.

2) Pasal 55 ayat (2) pengguna anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan.

Kondisi tersebut mengakibatkan pengeluaran sebesar Rp1.167.797.250,00 belum merupakan pengeluaran yang sah sebagai bukti pertanggungjawaban dan berpotensi merugikan daerah.

Kondisi tersebut terjadi karena:

a. Kepala Kantor Kesbanglinmas dalam menyetujui pembayaran belum sepenuhnya mengikuti ketentuan yang berlaku serta belum melakukan pengendalian dan pengawasan dengan optimal.

b. Pemegang Kas Kantor Kesbanglinmas dalam melakukan pembayaran bantuan biaya kegiatan tidak mempedomani ketentuan yang berlaku.

Kepala Badan Kesbang dan Politik Kabupaten Aceh Tamiang menyatakan akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk melengkapi administrasi sebagai bukti pengeluaran atas kegiatan-kegiatan tersebut.

Saran BPK-RI:

Bupati Aceh Tamiang agar memerintahkan satuan kerja yang terkait untuk melengkapi bukti pertanggungjawaban pengeluaran sebesar Rp1.167.797.250,00 dan atau menyetorkan ke kas daerah jika pengeluaran tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Page 65: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 52

5. Belanja Modal Tanah untuk Jalan Dua Jalur Sebesar Rp13.739.280.555,00 Belum Dipertanggungjawabkan

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Aceh Tamiang TA 2006, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang telah menganggarkan Belanja Modal Tanah untuk Belanja Pelayanan Publik sebesar Rp29.912.473.184,00 dengan realisasi sebesar Rp23.586.007.148,00 atau 78,85% dari anggaran. Dari realisasi tersebut diantaranya sebesar Rp13.739.280.555,00 digunakan untuk pembangunan jalan dua jalur di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan dimaksud, Bupati Aceh Tamiang telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 134/600/2006 tanggal 4 Juli 2006 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah (PPT) dan Surat Keputusan Nomor 135/600/2006 tanggal 4 Juli 2006 tentang Pembentukan Tim Penilai Bangunan dan Tanah. Selanjutnya untuk mendukung kegiatan tersebut, Pemegang Kas Sekretariat Daerah melakukan permintaan dana ke Bagian Keuangan sebesar Rp17.786.507.148,00 dengan mengajukan dua kali penerbitan SPMU-PK masing-masing Nomor 133/PK-P/2006 tanggal 16 Oktober 2006 sebesar Rp6.161.000.000,00 dan nomor 357/PK-P/2006 tanggal 30 Nopember 2006 sebesar Rp11.625.507.148,00. Namun pada saat penerbitan SPMU-PK yang kedua, Bagian Keuangan tidak terlebih dahulu meminta bukti pertanggungjawaban atas penggunaan SPMU-PK yang pertama senilai Rp6.161.000.000,00.

Hasil Pemeriksaan terhadap laporan rekapitulasi pembayaran pelepasan hak atas tanah dan bangunan oleh Pemegang Kas Sekretariat Daerah diketahui bahwa pembayaran telah direalisasikan sebesar Rp13.739.280.555,00. Pembayaran tersebut terdiri dari pembayaran untuk pelepasan hak tanah, bangunan dan tanaman sebesar Rp13.571.727.555,00 dan pengeluaran untuk insentif Panitia Pengadaan Tanah dan Tim Penilai harga serta biaya administrasi Bagian Pembangunan sebesar Rp167.553.000,00. Dokumen pertanggungjawaban pelepasan hak atas tanah dan bangunan yang ada hanya sebesar Rp8.882.877.301,00 dan belum dipertanggungjawabkan ke Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang dan masih berada pada Pemegang Kas Sekretariat Daerah. Sedangkan sisanya sebesar Rp4.856.403.254,00 sampai dengan pemeriksaan berakhir, Pemegang Kas Sekretariat Daerah belum dapat menunjukkan bukti pertanggungjawaban. Rincian pembayaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

No Uraian Jumlah (Rp) Keterangan Ada Dokumen Pertanggungjawaban 1 Pembayaran Ganti Rugi Tanah 8.882.877.301,00 lihat lampiran 7

Jumlah I 8.882.877.301,00 Tidak Ada Dokumen Pertanggungjawaban

1 Pembayaran Ganti Rugi Tanah 4.688.850.254,00 lihat lampiran 7 2 Insentif panitia Pengadaan tanah 72.500.000,00 3 Insentif Tim Penilai Harga 72.500.000,00 4 Biaya administrasi 22.553.000,00

Jumlah II 4.856.403.254,00 Jumlah I + II 13.739.280.555,00

Hasil Tim Investigasi dan Verifikasi pendataan atas dokumen yang terkena bencana banjir menunjukkan bahwa semua dokumen pertanggungjawaban keuangan pada Sekretariat Daerah TA 2006 rusak karena banjir.

Page 66: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 53

Pemeriksaan lebih lanjut atas dokumen pertanggungjawaban diketahui bahwa terdapat pengembalian SPMU-PK ke Kas Daerah sebesar Rp4.047.226.593,00 yang dilakukan sebanyak dua kali penyetoran masing-masing pada tanggal 11 September 2007 sebesar Rp2.650.000.000,00 dan tanggal 20 September 2006 sebesar Rp1.397.226.593,00. Bukti pembayaran atas pengadaan tanah dua jalur tersebut sampai dengan pemeriksaan berakhir tanggal 4 Maret 2008 belum dipertanggungjawabkan ke BPKD.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah:

1) Pasal 51 ayat (1) Untuk melaksanakan pengeluaran kas, Pengguna Anggaran mengajukan SPP kepada pejabat yang melaksanakan fungsi perbendaharaan.

2) Pasal 53 yang menyatakan bahwa Pembayaran untuk Pengisian Kas dapat dilakukan apabila SPP-PK, SKO, Daftar Rincian Penggunaan Anggaran Belanja dan SPJ berikut bukti pendukung lainnya atas realisasi pencairan SPP bulan sebelumnya dinyatakan lengkap dan sah oleh pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 Ayat (1).

b. Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.

Kondisi tersebut mengakibatkan pengeluaran untuk belanja modal tanah sebesar Rp8.882.877.301,00 belum dapat diakui sebagai realisasi belanja daerah dan sebesar Rp4.856.421.302,00 berpotensi merugikan daerah jika tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Kondisi tersebut disebabkan:

a. Pemegang Kas Sekretariat Daerah dan Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Tamiang dalam menatausahakan keuangan tidak mempedomani ketentuan yang berlaku.

b. Sekretaris Daerah lemah dalam melakukan pengendalian dan pengawasan.

Sekretaris Daerah menyatakan bahwa untuk melaksanakan kegiatan pelepasan hak atas tanah, bangunan dan tanaman untuk jalan dua jalur dilaksanakan dengan mekanisme SPMU-PK karena masyarakat tidak mau melepaskan hak apabila belum menerima uang dan untuk dokumen pertanggungjawaban, pihak sekretariat daerah sudah menyelesaikan dokumen pertanggungjawaban namun belum diserahkan ke BPKD dan sebagian sudah hilang/rusak akibat bencana banjir.

Saran BPK-RI:

Bupati Aceh Tamiang agar memerintahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang beserta jajarannya supaya segera mempertanggungjawabkan realisasi belanja sebesar Rp4.856.421.302,00 dan menyetorkan ke kas daerah apabila tidak dapat dipertanggungjawabkan serta menyampaikan bukti pertanggungjawaban yang ada sebesar Rp8.882.877.301,00 ke BPKD untuk diverifikasi.

Page 67: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 54

6. Hasil Pemeriksaan BPK-RI TA 2006 Belum Seluruhnya Ditindaklanjuti

Pada Tahun 2006, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) telah melakukan pemeriksaan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang. Pemeriksaan yang dilakukan adalah Pemeriksaan Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah TA 2005 dan 2006.

Berdasarkan pemantauan terhadap tindak lanjut yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dan dokumen tindak lanjut yang dihimpun oleh Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Kabupaten Aceh Tamiang, dapat diketahui bahwa pemeriksaan atas Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah TA 2005 dan 2006, BPK-RI memberikan 14 Catatan Pemeriksaan dengan nilai total Rp33.487.571.859,80 dan merekomendasikan 31 saran.

Empat belas temuan tersebut masih dalam proses ditindaklanjuti, dengan rincian sebagai berikut :

Dua belas saran sudah ditindaklanjuti. Hal ini dapat dilihat melalui daftar di bawah ini :

No Temuan Pemeriksaan Saran Tindak Lanjut Keterangan

1 2 3 4 5 1. Penerbitan SPM

Mendahului Pengesahan APBD TA 2006 Sebesar Rp7.636.472.770,00

BPK RI menyarankan : (a). Bupati Aceh Tamiang agar : (2). Memerintahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang membuat teguran tertulis kepada Kepala Bagian Keuangan dan Kepala Sub Bagian Perbendaharaan supaya menerbitkan SPM Mempedomani ketentuan yang berlaku.

Surat Sekretaris Daerah Nomor 700/179/2007 yang ditujukan kepada Kepala Bagian Keuangan dan Kepala Sub Bagian Perbendaharaan.

2. Pengesahan APBD TA 2006 Terlambat Sehingga Kegiatan yang Dibiayai dengan Dana Alokasi Khusus Tidak Dapat Segera Dilaksanakan

BPK RI menyarankan Bupati Aceh Tamiang agar : (b). Memerintahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang suoaya lebih meningkatkan Pengendalian dan Pengawasan terhadap proses penyusunan anggaran

Surat Bupati No. 700/166/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Sekretaris Daerah

3. Dana Alokasi Khusus (DAK) TA 2006 untuk Kabupaten Aceh Tamiang Sebesar Rp18.963.000.000,00 Belum diterima Kas Daerah

BPK RI menyarankan Bupati Aceh Tamiang agar : (b). Memerintahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang supaya menegur secara tertulis Kepala Bagian Keuangan meningkatkan koordinasi dengan para pejabat daerah dalam mengintensifkan penerimaan dana DAK (c). Menegur secara tertulis

Surat Bupati No. 700/167/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Sekretaris Daerah. Surat Sekretaris Daerah No. 700/180/2007 tanggal 06

Page 68: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 55

1 2 3 4 5 Bendahara Umum Daerah supaya lebih tanggap dalam memantau perkembangan penerimaan daerah.

Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Bagian Keuangan dan Bendahara Umum Daerah

4. Pengeluaran Daerah dengan Mekanisme Belanja Beban Tetap Sebesar Rp2.431.669.000,00 Belum Didukung dengan Bukti yang Lengkap.

BPK RI menyarankan Bupati Aceh Tamiang agar : (a). Memerintahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang supaya menegur secara tertulis : (1). Pemegang Kas Sekretaris Daerah dan Kepala Bagian Keuangan dalam melaksanakan tugas mempedomani ketentuan yang berlaku.

Surat Bupati No.700/169/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Sekretaris Daerah. Surat Sekretaris Daerah No. 700/182/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Pemegang Kas Daerah dan Pemegang Kas Setdakab.

5. Kemajuan Fisik Pekerjaan Pembangunan Dua Kantor yang berasal dari Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi Bidang Prasarana Pemerintahan Daerah Senilai Rp3.923.151.000,00 Mengalami Keterlambatan.

BPK RI menyarankan Bupati Aceh Tamiang agar : (a). Menegur secara tertulis Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang supaya meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan kedua gedung tersebut.

Surat Bupati No.700/170/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Sekretaris Daerah.

6. Hasil Pengadaan Alat Radiologi pada Rumah Sakit Umum Daerah Tamiang senilai Rp1.075.000.000,00 Tidak Dapat Berfungsi

BPK RI menyarankan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang agar : (a). Menegur secara tertulis Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang supaya meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengadaan alat radiologi

Surat Sekretaris Daerah No.700/185/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Tamiang

Page 69: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 56

1 2 3 4 5 7. Pelaksanaan Kegiatan

Pembangunan Gedung TA 2006 Sebesar Rp1.459.988.000,00 pada Dinas Pendidikan Terlambat

BPK RI menyarankan Sekretaris Daerah agar : (a). Menegur secara tertulis Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tamiang dan Pengendali Teknis Kegiatan supaya meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiata n

Surat Sekretaris Daerah No.700/186/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tamiang

8. Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Dapur Umum SMP Negeri 4 Percontohan Karang Baru Senilai Rp217.600.000,00 Mengalami Keterlambatan

BPK RI menyarankan Sekretaris Daerah agar : (a). Menegur secara tertulis Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tamiang supaya meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan

Surat Sekretaris Daeran No.700/187/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan.

9. Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk Pekerjaan Perencanaan Pengaspalan Jalan Desa Paya Udang 10.000 x 3,5 M Kecamatan Seruway Diperhitungkan Lebih Sebesar Rp92.260.000,00

BPK-RI menyarankan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang agar: Menegur secara tertulis Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Tamiang supaya meningkatkan pengendalian dan pengawasan.

Surat Sekretaris Daerah No.700/188/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Tamiang

10. Biaya Pengujian Pengendalian Mutu dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kontrak Pekerjaan Jalan dan Jembatan Tahun Anggaran 2006 sebesar Rp67.700.000,00 Tidak Sesuai Ketentuan

BPK-RI menyarankan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang agar: (a). Menegur secara tertulis Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Tamiang supaya melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan secara optimal

Surat Sekretaris Daerah No.700/189/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Tamiang

11. Pelaksanaa Pekerjaan Lanjutan Pembangunan Gedung Kantor Bappeda Senilai Rp2.237.088.000,00

BPK RI menyarankan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang agar : (a). Menegur secara tertulis Kepala Dinas Pekerjaan Umum Daerah Kabupaten Aceh

Surat Sekretaris Daerah No.700/190/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan

Page 70: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 57

1 2 3 4 5 Mengalami Keterlambatan

Tamiang dan Pengendali Teknis Kegiatan supaya meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan

kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum

12. Kegiatan Pekerjaan Pembagunan Gedung Workshop Dinas Pekerjaan Umum Senilai Rp1.338.265.000,00 Belum Dapat Dilaksanakan

BPK RI menyarankan Bupati Aceh Tamiang agar : (b). Memerintahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang supaya memasukkan rencana lokasi pembangunan Gedung Workshop dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dan menegur secara tertulis Kepala Dinas Pekerjaan Umum supaya aktif berkoordinasi dengan unit kerja daerah/instansi terkait lam mempersiapkan lokasi pembagunan Gedung Workshop

Surat Bupati No.700/178/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Sekretaris Daerah. Surat Sekretaris Daerah No.700/191/2007 tanggal 06 Pebruari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum

a. Delapan saran senilai Rp31.847.504.994,80 dalam proses ditindaklanjuti dan sebelas saran

senilai Rp1.640.066.865,00 belum ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi BPK RI. Tindak lanjut atas saran dari catatan pemeriksaan tersebut diuraikan sebagai berikut :

1) Penerbitan SPM Mendahului Pengesahan APBD TA 2006 Sebesar Rp7.636.472.770,00

BPK-RI menyarankan :

(a) Bupati Aceh Tamiang agar:

(1) Membuat teguran tertulis kepada Panitia Anggaran Eksekutif supaya tepat waktu dalam menyampaikan rancangan APBD;

(2) Memerintahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang supaya lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap proses penyusunan anggaran.

(b) DPRD Kabupaten Aceh Tamiang supaya dalam melakukan pembahasan rancangan APBD dan menyetujui penerbitan SPM mempedomani ketentuan yang berlaku.

Atas temuan tersebut, saran poin a) masih dalam proses tindak lanjut. Penjelasan tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Saran poin a) nomor (1) masih dalam proses ditindaklanjuti melalui Surat Teguran Bupati Kepada Sekretaris Daerah No. 700/165/2007 tanggal 06 Februari 2007 agar Sekretaris Daerah dalam menyampaikan Rancangan APBD tepat waktu. Namun, Surat Teguran Bupati kepada Panitia Eksekutif yang lain belum ada;

(2) Sedangkan saran poin a) nomor (3) belum ditindaklanjuti oleh Bupati. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya Surat Teguran Bupati kepada Sekretaris Daerah untuk lebih

Page 71: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 58

meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap proses penyusunan anggaran.

Sedangkan saran pada poin b) belum ditindaklanjuti oleh Bupati. Dalam hal ini BPK belum menerima adanya suatu bukti yang mendukung atas saran tersebut.

2) Pengesahan APBD TA 2006 Terlambat Sehingga Kegiatan yang Dibiayai dengan Dana Alokasi Khusus Tidak Dapat Segera Dilaksanakan

BPK-RI menyarankan Bupati Aceh Tamiang agar :

a) Menyampaikan Rancangan APBD kepada DPRD Kabupaten Aceh Tamiang tepat waktu sesuai ketentuan yang berlaku.

Saran tersebut belum ditindaklanjuti oleh Bupati. BPK belum menerima bukti yang mendukung atas saran tersebut.

3) Dana Alokasi Khusus (DAK) TA 2006 untuk Kabupaten Aceh Tamiang Sebesar Rp18.963.000.000,00 Belum Diterima Kas Daerah

BPK-RI menyarankan Bupati Aceh Tamiang agar :

a) Membentuk Tim Koordinasi DAK untuk memonitor penerimaan dan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dengan dana DAK.

Saran tersebut belum ditindaklanjuti oleh Bupati. BPK belum menerima bukti yang mendukung atas saran tersebut;

4) Pengeluaran Uang dari Kas Daerah TA 2006 Tanpa SPM (Kasbon) Sebesar Rp9.179.411.500,00 Belum Dipertanggungjawabkan

BPK-RI menyarankan agar :

a) Bupati dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang dalam memberikan persetujuan dan memerintahkan pengeluaran uang daerah tidak dengan Kas Bon dan mempedomani ketentuan yang berlaku.

b) Bupati Aceh Tamiang memerintahkan secara tertulis:

(1) BUD supaya dalam melaksanakan tugasnya mempedomani ketentuan yang berlaku.

(2) Sekretaris Daerah untuk menegur secara tertulis Pemegang Kas dan Atasan Langsung Pemegang Kas Satuan Kerja yang mengajukan Kas Bon serta memerintahkan segera mempertangungjawabkan kasbon atau menyetorkan ke Kas Daerah sebesar Rp9.179.411.500,00

Atas temuan tersebut, saran pada poin a) belum ditindaklanjuti. BPK RI belum menerima bukti yang dapat mendukung atas saran tersebut;

Saran poin b) sedang dalam proses ditindaklanjuti. Dengan penjelasan sebagai berikut :

(1) Saran poin b) nomor (1) belum ditindaklanjuti oleh Bupati. Dalam hal ini Bupati belum menerbitkan suatu Surat Teguran yang ditujukan kepada BUD agar dalam melaksanakan tugasnya mempedomani ketentuan yang berlaku;

(2) Sedangkan saran pada poin b) nomor (2) dalam proses ditindaklanjuti melalui Surat Teguran Bupati kepada Sekretaris Daerah No. 700/168/2007 agar menegur

Page 72: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 59

Pemegang Kas dan Atasan Langsung Pemegang Kas untuk mempertanggungjawabkan kas daerah (kasbon) sebesar Rp9.179.411.500,00 dan menyetorkan ke Kas Daerah. Yang kemudian ditindaklanjuti kembali dengan Surat Teguran Sekretaris Daerah kepada :

(a) Pemegang Kas Bupati No. 700/181/2007 tanggal 06 Februari 2007 senilai Rp1.276.588.100,00

(b) Kepala Bawasda No. 700/181.a/2007 tanggal 06 Februari 2007 senilai Rp151.000.000,00

(c) Bagian Keuangan No. 700/181.b/2007 tanggal 06 Februari 2007 senilai Rp381.610.000,00

(d) Kepala Kesbang dan Linmas No. 700/181.c/2007 tanggal 06 Februari 2007 senilai Rp337.560.000,00

(e) Kepala Dinas PU No. 700/181.d/2007 tanggal 06 Februari 2007 senilai Rp265.000.000,00

(f) Sekretariat DPRD No. 700/181.f/2007 tanggal 06 Februari 2007 senilai Rp371.038.560,00

(g) Setdakab No. 700/181.g/2007 tanggal 06 Februari 2007 senilai Rp1.830.949.500,00

(h) Setdakab No. 700/181.h/2007 tanggal 06 Februari 2007 senilai Rp966.649.000,00

Namun, belum ada bukti setoran ke Kas Daerah atas pengembalian tersebut.

5) Pengeluaran Daerah dengan Mekanisme Belanja Beban Tetap Sebesar Rp2.431.669.000,00 Belum Didukung dengan Bukti yang Lengkap

BPK-RI menyarankan Bupati Aceh Tamiang agar:

a) Memerintahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang supaya menegur secara tertulis:

(2) Ketua Porda-X agar mempertanggungjawabkan penggunaan dana sebesar Rp2.431.669.000,00.

b) Menegur secara tertulis Sekretaris Daerah dan Kepala Bagian Keuangan Kabupaten Aceh Tamiang supaya lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pertanggungjawaban belanja.

Atas temuan diatas, saran poin a) nomor (2) dalam proses ditindaklanjuti. Sekretaris Daerah berdasarkan Surat Bupati No.700/169/2007 tanggal 06 Februari 2006 menerbitkan Surat Teguran No 700/182.a/2007 yang ditujukan kepada Ketua Porda X untuk mempertanggungjawabkan penggunaan dana sebesar Rp2.431.669.000,00. Namun, belum ada bukti yang mendukung pertanggungjawaban tersebut.

Sedangkan saran poin b) belum ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi BPK RI. Bupati melalui Surat Teguran kepada Sekretaris Daerah No. 700/169/2007 tanggal 06 Februari 2006 memerintahkan agar Sekretaris Daerah meningkatkan pengendalian dan

Page 73: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 60

pengawasan terhadap pertanggungjawan belanja. Namun, Surat Teguran untuk Kepala Bagian Keuangan Kabupaten Aceh Tamiang belum ada.

6) Kemajuan Fisik Pekerjaan Pembangunan Dua Kantor yang berasal dari Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi Bidang Prasarana Pemerintahan Daerah Senilai Rp3.923.151.000,00 Mengalami Keterlambatan.

BPK-RI menyarankan Bupati Aceh Tamiang agar:

b) Memerintahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang supaya:

(1) Menegur secara tertulis Konsultan Pengawas dan Pengendali Kegiatan agar dalam melaksanakan tugas penuh tanggung-jawab.

(2) Meminta pertanggungjawaban dari pihak kontraktor atas keterlambatan tersebut serta mengenakan sanksi denda keterlambatan sebesar Rp196.157.550,00.

Atas temuan tersebut, saran pada poin b) masih dalam proses tindak lanjut.

Penjelasan poin (b) adalah sebagai berikut:

Saran poin b) nomor (1) masih dalam proses ditindaklanjuti. Sekretaris Daerah menerbitkan Surat Teguran No. 700/183/2007 tanggal 06 Februari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah untuk menegur secara tertulis Konsultas Pengawas dan Pengendali Kegiatan. Namun, Surat Teguran Kepala Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah yang ditujukan kepada Konsultas Pengawas dan Pengendali Kegiatan belum ada;

Saran poin b) nomor (2) dalam proses ditindaklanjuti melalui Surat Teguran Sekretaris Daerah No. 700/183/2007 tanggal 06 Februari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah untuk meminta pertanggungjawabkan dari pihak kontraktor atas denda keterlambatan sebesar Rp196.157.550,00. Namun, bukti pembayaran denda keterlambatan tersebut belum ada.

7) Pengadaan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar pada Dinas Kesehatan TA 2006 Senilai Rp1.133.472.400,00 oleh PT. Buetna Hareukat Belum Dapat Diselesaikan.

BPK-RI menyarankan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang agar:

b) Memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan menegur secara tertulis pihak PT Buetna Hareukat supaya membayar sanksi denda keterlambatan minimal sebesar Rp2.266.944,80 dan kepada rekanan tersebut tidak diikutsertakan lagi dalam kegiatan pengadaan barang/jasa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.

Saran atas temuan tersebut masih dalam proses ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi. Hal ini sesuai dengan Surat Teguran Sekretaris Daerah No. 700/184/2007 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk memberikan teguran tertulis kepada PT Buetna Hareukat supaya membayar denda keterlambatan minimal sebesar Rp22.669.448,00 Namun, Surat Teguran tersebut dan bukti pembayaran denda keterlambatan tersebut belum ada.

8) Hasil Pengadaan Alat Radiologi pada Rumah Sakit Umum Daerah Tamiang Senilai Rp1.075.000.000,00 Tidak Dapat Berfungsi

Page 74: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 61

BPK-RI menyarankan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang agar:

b) Memerintahkan Kepala Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program sekaligus sebagai Pengendali Kegiatan supaya dalam membuat perencanaan dengan baik dan sebelumnya melakukan koordinasi dengan pejabat daerah yang terkait, dhi. Dinas Kesehatan.

c) Memerintahkan Panitia Anggaran Eksekutif agar mengalokasikan anggaran untuk mengadakan fasilitas pendukung untuk kelancaran operasional alat radiologi pada Satuan Kerja RSUD Tamiang

Saran poin b) sedang dalam proses ditindaklanjuti, seperti yang tertuang dalam Surat Teguran Sekretaris tersebut di atas, sekretaris daerah memerintahkan Kepala RSUD Tamiang untuk memerintahkan Kepala Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program Sekaligus Pengendali Kegiatan agar melakukan koordinasi dengan pejabat terkait dalam membuat suatu program perencanaan kegiatan. Namun, Surat Teguran tersebut belum ada.

Sedangkan saran poin c) belum ditindaklanjuti, hal ini terlihat dari Surat Sekretariat Daerah No. 700/185/2007 tanggal 06 Februari 2007 yang tidak mencantumkan tindak lanjut atas saran BPK RI poin (c).

9) Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Gedung TA 2006 Sebesar Rp1.459.988.000,00 pada Dinas Pendidikan Terlambat

BPK-RI menyarankan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang agar:

a) Menegur secara tertulis Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tamiang dan Pengendali Kegiatan supaya meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan.

b) Memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan menegur secara tertulis pihak Konsultan Pengawas supaya cermat dalam melaksanakan tugasnya dan mengenakan sanksi denda keterlambatan sebesar Rp63.849.225,00 kepada para kontraktor yang bersangkutan

Atas saran tersebut, saran poin a) dalam proses ditindaklanjuti melalui Surat Teguran Sekretaris Daerah No. 700/186/2007 tanggal 06 februari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tamiang supaya meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan. Namun, belum ada Surat Teguran Sekretaris Daerah yang ditujukan kepada Pengendali Kegiatan.

Sedangkan saran poin b) belum ditindaklanjuti. Dalam hal ini Sekretaris Daerah melalui Surat Teguran No. 700/186/2007 tanggal 06 Februari 2007 memerintahkan kepada Kepala Dinas Pendidikan untuk memberikan terguran tertulis kepada pihak Konsultan Pengawas dan mengenakan sanksi denda keterlambatan sebesar Rp 63.849.225,00 kepada kontraktor yang bersangkutan. Namun, Surat Teguran tersebut dan bukti pembayaran denda belum ada.

10) Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Dapur Umum SMP Negeri 4 Percontohan Karang Baru Senilai Rp217.600.000,00 Mengalami Keterlambatan

Page 75: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 62

BPK-RI menyarankan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang agar:

b) Memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan menegur secara tertulis Pengendali Kegiatan dan Konsultan Pengawas supaya lebih cermat dalam melaksanakan tugas dan mengenakan sanksi denda keterlambatan maksimal sebesar Rp10.880.000,00 kepada kontraktor pelaksana

Saran tersebut belum ditindaklanjuti oleh Sekretaris Daerah. Berdasarkan Surat Teguran Sekretaris Daerah Kepada Kepala Dinas Pendidikan No. 700/187/2007 tanggal 06 Februari 2007 memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tamiang agar menegur Pengendali Kegiatan dan Konsultan Pengawas supaya lebih cermat dalam melaksanakan tugas dan mengenakan sanksi denda keterlambatan maksimal sebesar Rp10.880.000,00 kepada kontraktor pelaksana. Namun, Surat Teguran tersebut dan juga bukti pembayaran denda keterlambatan belum ada.

11) Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk Pekerjaan Perencanaan Pengaspalan Jalan Desa Paya Udang 10.000 x 3,5 M Kecamatan Seruway Diperhitungkan Lebih Sebesar Rp92.260.000,00

BPK-RI menyarankan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang agar:

b) Memerintahkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Daerah:

(1) Menegur secara tertulis Panitia Pengadaan supaya lebih cermat dalam membuat Owner Estimate.

(2) Memerintahkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum melakukan penarikan atas kelebihan pembayaran terhadap CV Aceh Beutari Consultant sebesar Rp92.260.000,00 dan hasilnya disetorkan ke Kas Daerah.

Saran tersebut masih belum ditindaklanjuti. Penjelasan dari poin (b) adalah sebagai berikut :

a) Saran Poin b) nomor (1) belum ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi BPK RI. Sekretaris Daerah melalui Surat Teguran No. 700/188/2007 tanggal 06 Februari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum memerintahkan agar Kepala Dinas PU menegur Panitia Pengadaan supaya lebih cermat dalam membuat Owner Estimate. Namun, Surat Teguran tersebut belum ada;

b) Saran poin b) nomor (2) belum ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi BPK RI. Sekretaris Daerah melalui Surat Teguran No. 700/188/2007 tanggal 06 Februari 2007 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum juga memerintahkan Kepala Dinas PU untuk melakukan penarikan atas kelebihan pembayaran terhadap CV Aceh Beutari Consultant sebesar Rp92.260.000,00 dan hasilnya disetorkan ke Kas Daerah. Namun, bukti setoran kelebihan pembayaran tersebut belum ada.

12) Biaya Pengujian Pengendalian Mutu dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kontrak Pekerjaan Jalan dan Jembatan Tahun Anggaran 2006 sebesar Rp67.700.000,00 Tidak Sesuai Ketentuan

BPK-RI menyarankan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang agar:

Page 76: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 63

b) Memerintahkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum supaya:

(1) Menegur secara tertulis Panitia Pengadaan dan Konsultan Perencana supaya lebih cermat dalam menyusun OE dan EE serta mempedomani ketentuan yang berlaku.

(2) Tidak melakukan pembayaran atas item pekerjaan Quality Control sebesar Rp67.700.000,00, atau jika sudah dibayar, dilakukan penarikan kembali kepada pihak yang bersangkutan dan menyetorkannya ke Kas Daerah

Saran tersebut belum ditindaklanjuti. Penjelasan sebagai berikut:

a) Saran poin b) nomor (1) dalam proses ditindaklanjuti melalui Surat Teguran Sekretaris Daeah kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum No. 700/189/2007 untuk menegur Panitia Pengadaan dan Konsultan Perencanaan supaya lebih cermat dalam menyusun OE dan EE serta mempedomani ketentuan yang berlaku. Tetapi, Surat Teguran Kepala Dinas Pekerjaan Umum kepada Panitia Pengadaan dan Konsultan Perencanaan belum ada.

b) Saran poin b) nomor (2) belum ditindaklanjuti. Belum ada keterangan atau bukti yang menjelaskan ada tidaknya pembayaran atas item pekerjaan Quality Control atau adanya bukti setoran sejumlah Rp67.700.000,00.ke Kas Daerah.

13) Pelaksanaan Pekerjaan Lanjutan Pembangunan Gedung Kantor Bappeda Senilai Rp2.237.088.000,00 Mengalami Keterlambatan

BPK-RI menyarankan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang agar:

b) Memerintahkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum menegur secara tertulis Konsultan Pengawas supaya lebih cermat dalam melaksanakan tugasnya dan kontraktor supaya melakukan percepatan pelaksanaan pekerjaan, serta mengenakan sanksi denda keterlambatan sebesar Rp67.112.640,00 kepada kontraktor yang bersangkutan.

Saran tersebut belum ditindaklanjuti. Melalui Surat Teguran Sekretaris Daerah kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum No. 700/190/2007 agar Kepala Dinas PU menegur Konsultan Pengawas dan mengenakan sanksi denda kepada kontraktor yang bersangkutan. Namun, Surat Teguran tersebut belum ada dan bukti pembayaran denda keterlambatan belum ada.

14) Kegiatan Pekerjaan Pembangunan Gedung Workshop Dinas Pekerjaan Umum Senilai Rp1.338.265.000,00 Belum Dapat Dilaksanakan

BPK-RI menyarankan Bupati Aceh Tamiang agar:

a) Menegur secara tertulis Panitia Pengadaan Tanah supaya dalam melaksanakan pengadaan memperhatikan prioritas kebutuhan.

c) Menetapkan rencana lokasi pembangunan Gedung Workshop Dinas Pekerjaan Umum dalam suatu Keputusan Bupati

Atas saran tersebut, saran poin a) dalam proses ditindaklanjuti melalui Surat Teguran Bupati kepada Sekretaris Daerah No. 700/178/2007 tanggal 06 Februari 2007, yang kemudian ditindaklanjuti oleh Sekretaris Daerah dengan Surat Teguran No. 700/197/2007 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum agar menegur secara tertulis

Page 77: Indgovt Bpk Index Kab Actmiang 2008-03-04

Perwakilan BPK-RI di Banda Aceh 64

Panitia Pengadaan Tanah supaya dalam melaksanakan pengadaan memperhatikan prioritas kebutuhan. Namun, Surat Teguran Kepala Dinas Pekerjaan Umum untuk Panitia Pengadaan Tanah belum ada.

Sedangkan saran poin c) belum ditindaklanjuti oleh Bupati, hal ini dibuktikan dengan belum adanya Surat Keputusan Bupati atas penetapan rencana lokasi pembangunan gedung workshop Dinas Pekerjaan Umum.

Kondisi tersebut di atas menunjukkan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dalam mengupayakan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI tidak optimal.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaaan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

a. Pasal 20 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam Laporan Hasil Pemeriksaan dan ayat (3) antara lain menyatakan jawaban atau penjelasan disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya 60 hari setelah Laporan Hasil Pemeriksaan diterima.

b. Pasal 21 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Lembaga Perwakilan menindaklanjuti Hasil Pemeriksaaan BPK dengan melakukan pembahasan sesuai dengan kewenangannya.

Kondisi tersebut mengakibatkan pengelolaan keuangan daerah yang efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab belum tercapai.

Kondisi tersebut terjadi karena :

a. Para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang maupun Pimpinan dan Anggota DPRD belum sepenuhnya memberikan perhatian untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK-RI.

b. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD terhadap penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah lemah.

Sekretaris Daerah menyatakan akan segera melakukan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi BPK-RI.

Saran BPK-RI:

a. Bupati Aceh Tamiang agar segera menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK-RI.

b. DPRD meningkatkan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan Keuangan Daerah dan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA