indeks kerentanan lingkungan perairan teripang...

14
INDEKS KERENTANAN LINGKUNGAN PERAIRAN TERIPANG PASIR (holothuroia scabra) KAMPUNG MADONG TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU Muslimin Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Dr. Ir. Hj. Khodijah, M.Si Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Andi Zulfikar, MP Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Kampung Madong memiliki sumberdaya perikanan yang cukup baik salah satunya adalah teripang pasir. Kehidupan teripang pasir di alam dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia perairan, substrat dan aktifitas penangkapan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat kerentanan lingkungan perairan kehidupan Teripang Pasir (holothuria scabra) di perairan Kampung Madong. Kondisi lingkungan perairan di Kampung Madong dipengaruhi oleh aktivitas pembangunan, pemukiman dan terdapat area pasca pembukaan lahan penambangan bauksit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, pengumpulan data dilapangan pada 3 titik stasiun menggunakan metode purposive sampling, data yang dikumpulkan adalah data kondisi perairan dan substrat tempat hidup teripang pasir. Setiap stasiun menggunakan transek pengamatan berukuran 1x1m. Hasil dari penelitian ini adalah Indeks kerentanan pada stasiun I yaitu 94 menunjukan tingkat kerentanan yang sangat tinggi hal ini dikarenakan kondisi perairan yang kurang baik untuk kehidupan teripang pasir seperti kondisi suhu, pH, Oksigen terlarut, kedalaman, dan kecepatan arus masing-masing memiliki skor 2 yang masuk dalam kategori kurang baik bagi kehidupan teripang pasir, hal ini dikarenakan kondisi vegetasi tepian yang sudah tidak alami. Indeks kerentanan pada stasiun II sebesar 61 yang masuk dalam kategori tingkat kerentanan yang rendah hal ini didukung oleh kondisi suhu, salinitas, oksigen terlarut, kecerahan dan kecepatan arus masing-masing memiliki skor 1 yang termasuk kedalam kategori baik bagi kehidupan teripang pasir hal ini dikarenakan masih banyaknya tanaman air dan vegetasi tepian yang dapat menguragi penetrasi matahari yang masuk kedalam perairan. Untuk ukuran tangkap pada semua stasiun pengamatan menunjukkan hasil yang buruk dengan skor 3. Meningkatnya aktifitas penangkapan dan kegiatan penangkapan yang dilakukan secara bebas tanpa memperhatikan ukuran tangkap teripang pasir oleh nelayan dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian teripang pasir. Kata kunci : teripang pasir, tingkat kerentanan

Upload: buikhuong

Post on 10-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

INDEKS KERENTANAN LINGKUNGAN PERAIRAN TERIPANG PASIR

(holothuroia scabra) KAMPUNG MADONG TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Muslimin

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Dr. Ir. Hj. Khodijah, M.Si

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Andi Zulfikar, MP

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Kampung Madong memiliki sumberdaya perikanan yang cukup baik salah satunya

adalah teripang pasir. Kehidupan teripang pasir di alam dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia

perairan, substrat dan aktifitas penangkapan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat

kerentanan lingkungan perairan kehidupan Teripang Pasir (holothuria scabra) di perairan

Kampung Madong. Kondisi lingkungan perairan di Kampung Madong dipengaruhi oleh

aktivitas pembangunan, pemukiman dan terdapat area pasca pembukaan lahan penambangan

bauksit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, pengumpulan data

dilapangan pada 3 titik stasiun menggunakan metode purposive sampling, data yang

dikumpulkan adalah data kondisi perairan dan substrat tempat hidup teripang pasir. Setiap

stasiun menggunakan transek pengamatan berukuran 1x1m. Hasil dari penelitian ini adalah

Indeks kerentanan pada stasiun I yaitu 94 menunjukan tingkat kerentanan yang sangat tinggi

hal ini dikarenakan kondisi perairan yang kurang baik untuk kehidupan teripang pasir seperti

kondisi suhu, pH, Oksigen terlarut, kedalaman, dan kecepatan arus masing-masing memiliki

skor 2 yang masuk dalam kategori kurang baik bagi kehidupan teripang pasir, hal ini

dikarenakan kondisi vegetasi tepian yang sudah tidak alami. Indeks kerentanan pada stasiun

II sebesar 61 yang masuk dalam kategori tingkat kerentanan yang rendah hal ini didukung

oleh kondisi suhu, salinitas, oksigen terlarut, kecerahan dan kecepatan arus masing-masing

memiliki skor 1 yang termasuk kedalam kategori baik bagi kehidupan teripang pasir hal ini

dikarenakan masih banyaknya tanaman air dan vegetasi tepian yang dapat menguragi

penetrasi matahari yang masuk kedalam perairan. Untuk ukuran tangkap pada semua stasiun

pengamatan menunjukkan hasil yang buruk dengan skor 3. Meningkatnya aktifitas

penangkapan dan kegiatan penangkapan yang dilakukan secara bebas tanpa memperhatikan

ukuran tangkap teripang pasir oleh nelayan dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian

teripang pasir.

Kata kunci : teripang pasir, tingkat kerentanan

ABSTRACT

Kampung Madong have a pretty good fishery resources one of which is sand sea

cucumbers. Sand sea cucumbers in the wild life are influenced by the physico-chemical

factors waters, substrate and arrest activity. The purpose of this research was to analyzed

level of vulnerability life aquatic environment Sand Sea cucumbers (Holothuria scabra) in

the Kampung Madong’s water. Environmental water conditions in Kampung Madong waters

affected by construction activity, residential area and there is an open area of was bauxite

mining. The method used is a survey method, field data collection station at 3 points using

purposive sampling method, data collected is data for condition of the waters and sea

cucumbers live sand substrate. Each transect observation station was using measure 1x1m.

Results from this study is the vulnerability index I of 94 stations showed a very high level of

vulnerability of this is due to poor water conditions for life sand sea cucumbers such as water

temperature at the station temperature conditions of temperature, pH, dissolved oxygen,

depth, and speed of each flow -masing has a score of 2 are included in the category of less

good for the life of the sand sea cucumbers,due to this condition of vegetation edges that are

not natural. Vulnerability index for the second station by 61 is entered into the category of a

low level of vulnerability is supported by the conditions of temperature, salinity, dissolved

oxygen, brightness and speed of currents each have a score 1 were included in both

categories for the life of the sand sea cucumbers this is because there are many water plants

and vegetation edges which can reduces the penetration of sunlight into the waters.

Keywords: sand sea cucumbers, the level of vulnerability

I. PENDAHULUAN

Salah satu sumberdaya perikanan

yang mempunyai nilai ekonomis adalah

teripang pasir (Holothuria scabra). Jenis

biota ini dikenal dengan nama lain yaitu

ketimun laut. Keberadaan teripang pasir

memiliki arti penting dalam hal

pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat

pesisir yang berprofesi sebagai nelayan,

(Gultom, 2004).

Perairan Kampung Madong

merupakan perairan yang memiliki

sumberdaya perikanan yang terbilang baik

salah satunya adalah teripang

pasir.Keberadaan teripang pasir di alam

sangat dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia

perairan dan substrat. Akan tetapi dengan

adanya keberadaan aktivitas seperti

pembangunan pemukiman, jalur pelayaran

kapal nelayan dan merupakan daerah

penambangan bauksit di pesisir berpotensi

mengakibatkan dampak negatif bagi

kehidupan teripang. Salah satu dampak

negatifnya adalah degradasi kualitas

perairan dan sedimentasi, dimana jika

kondisi seperti ini secara terus-menerus

berlangsung akan mengakibatkan dampak

buruk bagi keberadaan teripang yang

hidup di lingkungan tersebut.

Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Menganalisis kondisi umum perairan

kehidupan Teripang Pasir di Kampung

Madong.

2. Menganalisis tingkat kerentanan

kehidupan Teripang Pasir menurut

parameter perairan dan aktivitas

manusia di perairan Kampung Madong.

Manfaat dari hasil penelitian ini

diharapakan:

1. Memberikan pengetahuan dan

informasi kepada masyarakat dan

pemerintah tentang pentingnya

mengetahui dampak dari aktivitas

pesisir seperti penambangan bauksit

dan pemukiman bagi lingkungan

perairan.

2. Memberikan informasi kepada

masyarakat Kampung Madong tentang

tingkat kerentanan lingkungan perairan

akibat dari aktivitas pesisir terhadap

kehidupan Teripang Pasir dengan

harapan kelestarian Teripang Pasir

dapat terus terjaga dan dapat

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teripang Pasir

Teripang pasir atau teripang putih

(Holothuria scabra) mempunyai bentuk

badan yang butek dengan panjang sekitar

30 cm. Teripang ini hidup sendiri-sendiri

diantara karang dan bagian dasarnya

berupa pasir halus (Kordi, 2010).

Menurut Wibowo et al. (1997) dan

Martoyo et.al. (2004) dalam Aras (2013),

klasifikasi teripang pasir (Holothuria

scabra) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Echinodermata

Class : Holothuridea

Order : Aspidochirotida

Family : Holothuriidae

Genus : Holothuria

Species : Holothuria scabra

B. Kerentanan

Menurut Boer et al (2012)

kerentanan (vulnerability) merupakan

perkiraan besar dampak buruk timbul

akibat keragaman dan perubahan iklim

setelah dilakukan upaya adaptasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa istilah

kerentanan merujuk pada kemudahan

mengalami dampak dari faktor eksternal.

C. Indeks Kerentanan Lingkungan

Indeks kerentanan lingkungan

sebagai sumber informasi dan

pengambilan keputusan dan mengevaluasi

kondisi lingkungan, yang memiliki peran

dalam penilaian dalam perumusan

kebijakan, mengevaluasi efektif tidaknya

suatu program pemeliharaan lingkungan

dalam perencanaan dan sebagai fasilitas

komunikasi antar masyarakat dan

lingkungan (Ott, 1976 dalam Hidayati,

2010).

D. Parameter Fisika dan Kimia

Perairan Teripang Pasir

1. Suhu

Kondisi lingkungan perairan yang

cocok untuk pertumbuhan Teripang

dengan suhu air laut 24,0–30,0 ºC

(Martoyo et al. 2006 dalam Hana, 2011).

2. Salinitas

Teripang menyukai perairan

dengan salinitas 26-33‰ dengan salinitas

optimum sekitar 32,0–35,0‰ (Kordi,

2010).

4. Kecerahan

Kecerahan perairan harus tinggi

dan bebas dari bahan pencemar dengan

nilai 50 – 150 cm dengan kondisi seperti

ini akan sangat mendukung untuk

kehidupan teripang (Kordi, 2010).

5. Derajat Keasaman (pH)

Umumnya Teripang hidup pada pH

perairan berkisar antara 6,5-8,5. Perairan

yang terlalu asam atau basa dapat

mengganggu metabolisme dan respirasi

biota (Kordi, 2010).

6. Oksigen terlarut (DO)

Pada tingkatan spesies, masing-

masing biota mempunyai respon yang

berbeda terhadap penurunan oksigen

terlarut dan perbedaan kerentanan biota

terhadap tingkat oksigen terlarut yang

rendah (Connel et al, 1995 dalam

Wijayanti, 2007).

7. Kedalaman

Teripang hidup pada kedalaman

yang berbeda-beda menurut besarnya.

Teripang muda tersebar di daerah pasang

surut, setelah tambah besar pindah pada

kedalaman air laut 0,40 sampai 1,50 m

pada air surut terendah (LIPI, 2009).

F. Substrat Perairan

Kehidupan biota sesuai dengan

habitatnya, dimana pada subtrat yang keras

dihuni oleh hewan yang mampu melekat

dan pada substrat yang lunak dihuni oleh

organisme yang mampu membuat lubang

(Odum, 1979 dalam Kangkan, 2006).

G. Ukuran Tangkap

Untuk ukuran tangkap teripang

sebaiknya berukuran 20-25 cm karena

pada ukuran ini teripang sudah dewasa

(LIPI, 2009).

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada

Bulan Juli hingga Agustus 2014 yang

berlokasi di pesisir perairan Kampung

Madong Kota Tanjungpinang Provinsi

Kepulauan Riau. Berikut merupakan peta

lokasi penelitian (Gambar 1).

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

Menurut ( Nawawi, 2003 dalam Alfianti,

2013) penelitian deskriptif merupakan

metode yang menggambarkan atau

melukiskan keadaan subjek atau objek

yang sedang diamati berdasarkan fakta-

fakta yang ada atau sebagaimana adanya

yang dinyatakan dengan kata-kata atau

simbol. Jenis penelitian ini bersifat

observational yaitu pengamatan langsung

meliputi kegiatan perhatian terhadap objek

penelitian (Arikunto ,2006).

C. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang

digunakan dalam penelitian ini dapat

dilihat pada (Tabel 1) berikut:

Tabel 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan

No. Alat dan Bahan Kegunaan

1. Multi Tester Pengukur Suhu

Pengukur Oksigen

terlarut

Pengukur pH

2. Saltmeter Pengukur Salinitas

3. Current drogue

Pengukur Kecepatan

arus

4. Sheccidisk

Pengukur Kecerahan

Perairan

5. Sekop

Pengambilan sampel

substrat

6. GPS Penentu titik stasiun

7. Kamera Dokumentasi penelitian

8. Alat tulis

Mencatat hasil data

pengukuran

9. Transek Pengamatan

10. Kantong plastic Tempat substrat

11. Aquades Kalibrasi

12. Snorkel Pengamatan visual

Teripang

13. Rol Meter Mengukur luas transek

Muslimin

FIKP-

UMRAH

D. Prosedur Penelitian Penentuan

Stasiun Pengamatan

Penentuan stasiun penelitian

dilakukan dengan metode Purposive

Sampling yaitu suatu teknik pengambilan

sampel secara sengaja dan sudah

ditentukan sehingga yang ingin diteliti

dapat terwakili (Fachrul, 2007).

Berikut adalah stasiun-stasiun yang

telah ditetukan berdasarkan area perairan

dan aktivitas masyarakat Kampung

Madong:

1. Stasiun 1: Pada titik koordinat

0058’42.2” LU dan 104

028’23.2”

BT pada stasiun ini terdapat

aktivitas pemukiman dan area

bekas penambangan bauksit.

2. Stasiun 2: Pada titik koordinat

0059’1.9” LU dan 104

027’24.0”

pada stasiun ini terletak pada

perairan dengan aktivitas sebagai

jalur pelayaran kapal-kapal

nelayan.

3. Stasiun 3: Terletak pada titik

koordinat 0059’3.8” LU dan

104026’59.7” pada stasiun ini

terletak pada bagian muara perairan

dengan kondisi tidak ada aktivitas.

E. Analisis Data

1. Bobot dan Skoring

Untuk menghindari hal tersebut

sebaiknya skor diambil dari referensi resmi

yang terpercaya seperti peraturan

pemerintah, buku atau jurnal ilmiah, SNI

dan lain-lain (Razali, 2013).

Tabel 2. Kriteria Parameter Lingkungan

Perairan Teripang Pasir Dalam

Pemberian Bobot Dan Skor.

Parameter Kisaran Bobot Skor* 1. Parameter

Perairan

a. Suhu (oC)

24-30

2

1

30-33 2

>33 3

b. Salinitas (ppt)

28-30

1

1

31-33 2

>33 3

c. pH

6,5-7,0 1

7,1-8,5 1 2

>8,5 3

d. Oksigen terlarut

(mg/l)

7-8

1

1

4-6 2

<4 dan >8 3

e. Kecerahan (cm)

50-100 1

101-150 1

2

<50 dan >150 3

f. Kedalaman (m)

0,5-1

1

1

>1-1,5 2

>1,5 3

g. Kecepatan arus

(m/det)

0,05-0,2

2

1

0,3-0,5 2

>0,5 3

2. Subtrat

Pasir

berlumpur/lumpur

berpasir 3

1

Lumpur 2

Pasir 3

3. Ukuran

tangkap (cm)

20-25

2

1

26-30 2

<15-20 3

Sumber : COREMAP, 2010

Keterangan : *Angka berdasrkan petunjuk

DKP(2002) yaitu :

1 : Baik

2 : Cukup

3 : Buruk

2. Kepadatan Teripang Pasir

Pengambilan sampel teripang

dilakukan pada tiap transek. Seluruh biota

diambil kemudian diidentifikasi. Besarnya

nilai kepadatan dihitung berdasarkan

metode Misra (1959) dalam Pandoe, et al

(1994) adalah :

Kepadatan (d) =

Total Individu

Luas Area

Pengamatan (m2)

3. Indeks Kerentanan

Pada tahap ini hasil pemberian skor

kemudian dianalisis secara manual

menggunakan program Excel. Cara

penilaian terhadap hasil penelitian

dilapangan mengacu pada panduan yang

digunakan oleh Khodijah (2014). Pertama

menghitung nilai rataan skor masing-

masing pernyataan dengan rumus:

X rata-rata

=

∑ ( Skor X fi )

N

Dimana : X rata-rata = Skor per-artibut parameter

perairan

∑ ( Skor X fi ) = Jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah kelas

Selanjutnya dilakukan penghitungan

indeks kerentanan dengan cara normalisasi

data menggunakan rumus :

Indeks

Kerentanan

=

(∑ Skor Yang Diperoleh - ∑ Skor Minimum) X 100

(∑ Skor Maksimum - ∑ Skor Minimum)

Dimana :

∑ Skor Yang Diperoleh = Rata-rata total skor

parameter perairan ∑ Skor Minimum = Skor minimum

∑ Skor Maksimum = Skor maksimum

Hasil yang diperoleh digunakan

untuk menentukan posisi tingkat

kerentanan kehidupan teripang pasir pada

masing-masing parameter yang dinyatakan

dalam skala nilai indeks kerentanan. Skala

indeks kerentanan terletak antara <65 –

100. Kemudian disusun dalam kategori

indeks kerentanan dengan melakukan

pengkelasan menjadi 4 kelas (kerentanan

rendah, kerentanan sedang, kerentanan

tinggi dan kerentanan sangat tinggi). Berikut

dapat dilihat pada tabel. 3 di bawah ini:

Tabel 3. Tingkat Kesesuaian Perairan

Kisaran

Nilai*

Kategori tingkat

kerentanan

< 65

65 – 74

75 – 84

85 – 100

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi Sumber : Modifikasi dari *Rekomendasi DKP (2002) dan Bakosurtanal (1996) dalam kangkan (2006)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Perairan Teripang Pasir

di Kampung Madong

a. Suhu

Martoyo et al., (1994) dalam

Gultom, (2004) menyatakan bahwa kisaran

suhu perairan yang optimal untuk

kehidupan teripang adalah 24-30oC dan

lebih lanjut lagi Bakus, (1973) dalam

Gultom (2004) pada suhu 26-31oC.

Tingginya suhu pada stasiun I dikarenakan

kurangnya tanaman air ataupun pepohonan

di tepian yang dapat mengurangi penetrasi

cahaya matahari masuk kedalam perairan

sehingga perairan menerima panas lebih

banyak dan penguapan jauh lebih besar.

b. Salinitas

James (1988) dalam Gultom

(2004) menyatakan pada umumnya

teripang menyukai perairan yang bersih

dan jernih dengan salinitas laut optimum

sekitar 32-35ppt.

c. pH (derajat keasaman)

Hasil rata-rata pada pengukuran pH

perairan pada semua stasiun adalah 7,45.

Stasiun I, stasiun II, dan stasiun III

masing-masing adalah 7,56, 7,59 dan 7,22.

Menurut Kordi (2010) pH yang baik untuk

pertumbuhan teripang berkisar antara 6,5-

8,5.

d. Oksigen terlarut (DO)

Nilai rata-rata oksigen terlarut pada

stasiun I (dekat dengan aktivitas

pemukiman dan area bekas penambangan)

adalah 6,96 mg/l dan merupakan stasiun

dengan nilai oksigen terlarut paling

rendah. Rendahnya oksigen terlarut ini

diduga disebabkan oleh aktivitas manusia

dan buangan limbah sehingga kadar

oksigen yang tersedia banyak dikonsumsi

oleh bakteri untuk pernafasan dalam

mengurai zat organik menjadi zat

anorganik. Sedangkan tingginya oksigen

terlarut erat dengan aktivitas dan

pergerakan arus (Affan, 2010).

e. Kecerahan

Kecerah perairan yang baik

terhadap kehidupan teripang berkisar

antara 50-150 cm (COREMAP, 2006).

Hasil rata-rata pada pengukuran kecerahan

perairan pada 3 stasiun pengamatan

memiliki tingkat kecerahan yang seragam,

yaitu 100%.

31,53

29,65

30,63

28

29

30

31

32

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Hasil Rata-rata Pengukuran Suhu

Baik

Cukup

Buruk

29,25 29,73

30,65

28

29

30

31

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Hasil Rata-rata Pengukuran Salinitas

Baik

Cukup

Buruk

7,56 7,59

7,22

7

7,2

7,4

7,6

7,8

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Hasil Rata-rata Pengukuran pH Perairan

Baik

Cukup

Buruk

6,96 7,2

7,44

6

7

8

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Hasil Rata-rata Pengukuran Oksigen Terlarut

Baik

Cukup

Buruk

Gambar 4. Grafik hasil rata-rata

pengukuran pH

Gambar 5. Grafik hasil rata-rata

pengukuran Oksigen terlarut

Gambar 3. Grafik hasil rata-rata

pengukuran salinitas

Gambar 2. Grafik hasil rata-rata

pengukuran suhu

f. Kecepatan arus

Kecepatan arus rata-rata di 3 titik

stasiun adalah 0,3 m/det, dalam kondisi

ini termasuk kategori tingkat kerentanan

dalam kondisi baik. Menurut Martoyo et

al.,(1994) dalam Gultom (2004)

kecepaatan arus yang masih dapat ditolerir

oleh teripang adalah antara 0,3-0,5 m/det.

g. Substrat

Hasil pengamatan jenis subtrat

pada stasiun I didomonasi oleh jenis

substrat berlumpur, kondisi termasuk

kedalam kondisi yang kurang baik bagi

kehidupan teripang pasir. sedangkan hasil

pengamatan pada stasiun II dan III substrat

dominan lumpur berpasir, hal ini

menujukkan tipe substrat yang baik bagi

kehidupan teripang pasir. Substrat atau

tekstur tanah merupakan komponen yang

sangat penting bagi organisme (Odum,

1993 dalam Susiana, 2011).

h. Kedalaman Perairan

Hasil pengukuran kedalaman

pearairan pada 3 titik rata 0,99 m.

Dengan kedalam Stasiun I 1,01 m, Stasiun

II 1,18 cm, dan Stasiun III 1,20 m. Berikut

grafik hasil pengukuran kedalaman

perairan.

i. Kepadatan

Hasil pengamatan teripang pasir

pada 3 stasiun pengamatan yaitus tasiun I

didapatkan 7 ekor dengan tingkat

kepadatan 0,14 ind/m2, stasiun II

didapatkan 11 ekor dengan tingkat

kepadatan 0,22 ind/m2 dan pada stasiun III

sebanyak 17 ekor dengan tingkat

kepadatan 0,34 ind/m2.

j. Ukuran Tangkap

Dari hasil pengamatan dilapangan

didapati hasil tangkapan nelayan yang

menangkap teripang pasir rata-rata mereka

menangkap teripang yang masih berukuran

< 20 cm artinya mereka menangkap

teripang yang belum dewasa. Selain

aktivitas penangkapan atau perburuan

teripang yang bersifat terus menerus dan

semakin meningkat akan mengakibatkan

100 100 100

0

50

100

150

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Hasil rata-rata pengukuran kecerahan

perairan

Baik

Cukup

Buruk

0,3

0,4 0,3

0

0,2

0,4

0,6

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Hasil Rata-rata Pengukuran Kecepatan Arus

Baik

Cukup

Buruk

1,01

1,18 1,20

0,8

1

1,2

1,4

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Hasil Rata-rata Kedalaman Perairan

Baik

Cukup

Buruk

Gambar 6. Grafik hasil rata-rata

pengukuran kecerahan

Gambar 7. Grafik hasil rata-rata

pengukuran kecepatan arus

Gambar 8. Grafik hasil rata-rata

pengukuran kedalaman

penurunan stok teripang pasir di alam

(Wisnubudil, 2013).

C. Rata-rata nilai skor lingkungan

perairan teripang pasir

Berikut tabel hasil skor pengukuran

kondisi lingkungan perairan teripang pasir.

Tabel 4. Skor Parameter Lingkungan

Perairan Teripang Pasir

Keterangan Skor:

1 = Parameter lingkungan perairan dalam kondisi baik

2 = Parameter lingkungan perairan dalam kondisi cukup

3 = Parameter lingkungan perairan dalam kondisi buruk

Stasiun I Salinitas, kecerahan,

kecepatan arus masing-masing memiliki

skor 1 yang termasuk kedalam kondisi

yang baik untuk kehidupan teripang pasir.

Sedangkan suhu dengan skor 2 termasuk

kedalam kondisi kurang baik, pH, oksigen

terlarut. Untuk ukuran tangkap pada

stasiun I yang diperoleh termasuk kedalam

skor yang buruk yaitu skor 3.

Untuk stasiun II Suhu dengan nilai

skor 1 yang termasuk kedalam kondisi

yang baik untuk kehidupan teripang pasir,

begitujuga dengan salinitas, kecerahan,

oksigen terlarut, kecepatan arus dan

substrat sedangkan pH perairan

menunjukkan kondisi perairan dalam

kondisi kurang baik untuk kehidupan

teripang pasir dengan skor 2. Untuk

ukuran tangkap termasuk kedalam skor

yang buruk dengan hasil skor 3.

Sedangkan skor yang diperoleh pada

stasiun III adalah Salinitas dengan skor 1

yang termasuk kedalam kondisi baik untuk

kehidupan teripang pasir, selanjutnya

kecerahan dengan, oksigen terlarut,

kecepatan arus dan substrat masing-masing

memiliki skor 1 yang termasuk kedalam

kondisi baik untuk kehidupan teripang

pasir. Suhu, pH, dan kedalaman termasuk

dalam kondisi kurang baik untuk

kehidupan teripang pasir dengan skor 2.

Untuk ukuran tangkap termasuk kedalam

skor yang buruk dengan hasil skor 3.

D. Tingkat Kerentanan Lingkungan

Perairan dan Substrat di

Lingkungan Perairan Madong

1. Stasiun 1

Dari hasil perhitungan indeks

kerentanan lingkungan perairan teripang

pada stasiun I menunjukan hasil indeks

yang tergolong kedalam tingkat kerentana

Parameter

lingkungan Skor dari rata- rata hasil pengukuran

1. Parameter

perairan

Stasiun

I Skor

Stasiun

II Skor

Stasiun

III Skor

Suhu (oC) 31,53 2 29,65 1 30,63 2

Salinitas ( ppt) 29,25 1 29,73 1 30,65 1

Ph 7,56 2 7,59 2 7,22 2

Oksigen

terlarut (ppm) 6,96 2 7,2 1 7,44 1

Kecerahan

(cm) 100 1 100 1 100 1

Kedalaman

(m) 1,01 2 1,18 2 1,2 2

Kecepatan arus

(m/det) 0,03 1 0,04 1 0,03 1

2. Substrat Lumpur 2 Lumpur

berpasir 1

Lumpur

berpasir 1

3. Ukuran

tangkap (cm) 12,9 3 15,8 3 16,6 3

yang sangat rentan dengan hasil indeks

sebesar 94.

Tabel 5. Hasil perhitungan indeks perairan

pada stasiun I

Keterangan :

Skor minimum = 1 Skor maximum = 3

2. Stasiun II

Hasil perhitungan indeks

kerentanan stsasiun II dapat dilihat pada

tabel 6 berikut.

Tabel 6. Hasil perhitungan indeks perairan

pada stasiun II

Dari hasil perhitungan indeks

kerentan perairan teripang pasir pada

stasiun II menunjukan kerentanan yang

rendah, dengan hasil indeks sebesar 61

yang tergolong kedalam kartegori indeks

kerentanan yang rendah.

3. Stasiun III

Dari hasil perhitungan indeks

kerentanan lingkungan perairan teripang

pada stasiun I menunjukan hasil indeks

yang tergolong kedalam tingkat kerentana

yang tinggi dengan indeks kerentana yang

diperoleh yaitu 78. Hasil indeks dapat

dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil perhitungan indeks perairan

pada stasiun III

Indeks Kerentan = (2,89-1)

x 100 = 94 (3-1)

Parameter

lingkungan Skor dari rata- rata hasil pengukuran

1. Parameter

perairan

Stasiun

I Bobot Skor bxs Indeks

Suhu (oC) 31,53 2 2 4

94

Salinitas ( ppt) 29,25 1 1 1

Ph 7,56 1 2 2

Oksigen terlarut (ppm)

6,96 1 2 2

Kecerahan (cm) 100 1 1 1

Kedalaman (m) 1,01 1 2 2

Kecepatan arus

(m/det) 0,03 2 1 2

2. Substrat Lumpur 3 2 6

3. Ukuran

tangkap (cm) 12,9 2 3 6

Jumlah 26

Rata-rata 2,89

Parameter

lingkungan Skor dari rata- rata hasil pengukuran

1. Parameter

perairan

Stasiun

II Bobot Skor Bxs Indeks

Suhu (oC) 29,65 2 1 2

61

Salinitas ( ppt) 29,73 1 1 1

Ph 7,59 1 2 2

Oksigen terlarut (ppm)

7,2 1 1 1

Kecerahan (cm) 100 1 1 1

Kedalaman (m) 1,18 1 2 2

Kecepatan arus

(m/det) 0,04 2 1 2

2. Substrat Lumpur

berpasir 3 1 3

3. Ukuran

tangkap (cm) 15,8 2 3 6

Jumlah 20

Rata-rata 2,22

Indeks Kerentan = (2,22-1)

x 100 = 61 (3-1)

Indeks Kerentan = (2,44-1) x

100 = 72

(3-1)

Parameter

lingkungan Skor dari rata- rata hasil pengukuran

1. Parameter

perairan

Stasiun

III Bobot Skor Bxs Indeks

Suhu (oC) 30,63 2 2 4

72

Salinitas ( ppt) 30,65 1 1 1

pH 7,22 1 2 2

Oksigen terlarut

(ppm) 7,44 1 1 1

Kecerahan (cm) 100 1 1 1

Kedalaman (m) 1,2 1 2 2

Kecepatan arus

(m/det) 0,03 2 1 2

2. Substrat Lumpur

berpasir 3 1 3

3. Ukuran

tangkap (cm) 16,6 2 3 6

Jumlah 22

Rata-rata 2,44

Keterangan :

Skor minimum = 1

Skor maximum = 3

Keterangan :

Skor minimum = 1

Skor maximum = 3

Keterangan :

Skor minimum = 1

Skor maximum = 3

Dari semua stasiun pengamatan skor

dari ukuran tangkap yang diperoleh adalah

3 hal ini menunjukkan kondisi yang

kurang baik untuk kehidupan teripang

pasir di waktu yang akan datang. Dengan

makin meningkatnya aktifitas

penangkapan dan kegiatan penangkapan

yang dilakukan secara bebas kapan dan

dimanapun tanpa memperhatikan ukuran

tangkap teripang pasir oleh nelayan

dikhawatirkan akan mengganggu

kelestarian teripang pasir di periaran

kampung madong. Meskipun diketahui

bersama bahwa sumberdaya hayati laut

bersifat ”renewable resource”, namun

apabila sudah melampaui daya dukung,

maka keseimbangan lingkungan hayati

perairan akan terganggu (Alamsyah.dkk,

2013).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini adalah

Indeks kerentanan pada stasiun I yaitu 94

menunjukan tingkat kerentanan yang

sangat tinggi hal ini dikarenakan kondisi

perairan yang kurang baik untuk

kehidupan teripang pasir seperti suhu, pH,

Oksigen terlarut, kedalaman, dan

kecepatan arus masing-masing memiliki

skor 2 yang termasuk kedalam kategori

kurang baik bagi kehidupan teripang

pasir,. Indeks kerentanan pada stasiun II

sebesar 61 yang masuk kedalam kategori

tingkat kerentanan yang rendah hal ini

didukung oleh kondisi suhu, salinitas,

oksigen terlarut, kecerahan dan kecepatan

arus masing-masing memiliki skor 1 yang

termasuk kedalam kategori baik bagi

kehidupan teripang pasir. Indeks

kerentanan yang diperoleh pada stasiun III

adalah 72 yang tergolong kedalam tingkat

kerentanan yang tinggi, hal ini dikarenakan

kondisi vegetasi tepian yang sudah tidak

alami seperti halanya pada stasiun I

sehingga berpengaruh pada kondisi

parameter perairan. Untuk ukuran tangkap

pada semua stasiun pengamatan

menunjukkan hasil yang buruk dengan

skor 3. Meningkatnya aktifitas

penangkapan dan kegiatan penangkapan

yang dilakukan secara bebas tanpa

memperhatikan ukuran tangkap teripang

pasir oleh nelayan dikhawatirkan akan

mengganggu kelestarian teripang pasir.

B. Saran

Dibutuhkan peran serta

pemerintah untuk selalu mengontrol

aktivitas yang dapat menyebabkan

tercemarnya perairan, seperti

penambangan bauksit agar lingkungan

perairan teripang dan aktivitas perikanan

lainnya tetap terjaga. Perlu dilakukan

sosialisasi budidaya teripang pasir,

mengingat kawasan kampung Madong

berpotensi dalam hal budidaya, mengingat

keberadaan teripang pasir akan terus

Keterangan :

Skor minimum = 1

Skor maximum = 3

menurun akibat ukuran penangkapan yang

tidak sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Affan, M, Junaidi, 2011. Seleksi Lokasi

Pengenbangan Budidaya Dalam

Keramba Jaring Apung (KJA)

Berdasarkan Faktor Lingkungan

dan Kualitas Air Di Perairan

Pantai Timur Kabupaten Bangka

Tengah. Jurnal Sains MPA. Vol

17 No 3.

(http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/in

dex.php/sains/article/download/

351/pdf. diakses 11 maret 2014,

16:41 Wib)

Alamsyah, Ridha. Musbir. Amir, Faisal.

2013. Struktur Ukuran dan

Layak Tangkap Ikan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) di

Perairan Teluk Bone. Jurnal

UNHAS. Makasar: Universitas

Hasanuddin.

(http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/fi

les/bb7fe8a011347448ab4da3b7

e070a6f5.pdf diakses 11 maret

2014, 16:41 Wib)

Aras, Reskiyanti. Tri. 2013. Uji Toksisitas

Ekstrak Teripang Holothuria

Scabra Terhadap Artemia

Salina. Skripsi. Makassar:

Universitas Makassar.

(http://repository.unhas.ac.id/bit

stream/handle/123456789/5693/

UJI%20TOKSISITAS%20EKS

TRAK%20TERIPANG%20Hol

othuria%20scabra%20TERHAD

AP%20Artemia%20salina.pdf?s

equence=1 diakses 30 Maret

2014, 01:32 Wib)

Ariestika, R. 2006 Karakteristik Padang

Lamun Dan Struktur Komunitas

Moluska (Gastropoda dan

Bivalvia) Di Pulau Burung

Kepulauan Seribu, Skripsi,

Institut Pertanian Bogor: Bogor.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstr

eam/handle/123456789/49604/C

06rar.pdf?sequence=1 diakses

diakses 30 Maret 2014, 01:34

Wib)

Arikunto, Suharsimi. 2006, Prosedur

Penelitian (Suatu Pendekatan

Praktik), PT RINEKA CIPTA:

Jakarta

Boer, Rizaldi. 2012. Ruang Lingkup

Kajian Kerentanan: Antara Teori

Dan Praktek. CCROM-SEAP

IPB. Institut Pertanian Bogor:

Bogor.

Gultom, C, P, W. 2004. Laju Pertumbuhan

dan Beberapa Aspek Bio-

Ekologi Teripang Pasir

(Holothuria Scabra) Dalam

Pembesaran di Laut Pulau

Kongsi, Kepulauan Seribu.

Skripsi, Institut Pertanian Bogor.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstr

eam/handle/123456789/16082/C

04cpg_abstract.pdf?sequence=1

diakses 1 April 2015, 11:43)

Fachrul, M. F, 2007, Metode Sampling

Bioekologi. Bumi Aksara:

Jakarta.

Hana. 2011. Evaluasi Pemacuan Stok

Teripang Pada Habitat

Konservasi Lamun Pulau

Pramuka Kepulauan Seribu

Jakarta. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstr

eam/handle/123456789/51672/C

11han_.pdf?sequence=1 diakses

1 April 2015, 11:43)

Hidayanti. 2010. Penilaian Kualitas

Perairan Pesisir Dengan

Mengembangkan Indeks

Sebagai Upaya Perlindungan

Dan Pengelolaan Berkelanjutan,

Disertasi, Universitas Sumatra

Utara, Medan.

Kangkan, A, L. 2006. Studi Penentuan

Lokasi Untuk Pengembangan

Budidaya Laut Berdasarkan

Parameter Fisika, Kimai dan

Biologi Di Teluk Kupang, Nusa

tenggara Timur, Tesis,

Universitas Diponegoro,

Semarang.

Khodijah, 2014. Sustainable Livelihood of

Fisherman Households Headed

byWomen (Case study in Riau

Islands Province of Indonesia).

Asian Social Science Vol 10,

No. 9, 2014, Published by

Canadian Center of Science and

Education.

(http://ccsenet.org/journal/index.

php/ass/article/view/36588/2057

3 diakses 1 April 2015, 11:43)

Kordi, M. Gufran. H. 2010. Cara Gampang

Membudidayakan Teripang.

Yogyakarta: LILY PUBLISER.

LIPI, 2009. Studi Potensi Pengembangan

Budidaya Laut Di Lokasi

Coremap II kabupaten Lingga.

BPP-PSPL Universitas Riau.

(http://www.coremap.or.id/dow

nloads/RA-

BudiDayaLautLingga.pdf

diakses 1 April 2015, 11:43)

Susiana, 2011, Diversitas Dan Kerapatan

Mangrove Gastropoda Dan

Bivalvia Di Estuari Perancak

Bali, Skripsi, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

(http://repository.unhas.ac.id/bit

stream/handle/123456789/130/2

011_Susiana_L21107001.pdf?se

quence=2 diakses 3 Agustus

2014, 20:05 Wib)

Wijayanti, Henni. 2007. Kajian Kualitas

Perairan Di Pantai Kota Bandar

Lampung Berdasarkan

Komunitas Hewan

Makrobenthos. Tesis. Semarang:

Universitas Diponegoro.

(http://core.ac.uk/download/pdf/

11717282.pdf diakses 3 Agustus

2014, 20:05 Wib)

Wisnubudil, Gautama. 2013.

Keanekaragaman dan

Kelimpahan Teripang

(Holothurioea) Serta Potensinya

Di Pulau Kotok Besar, Taman

Nasional Laut Kepulauan

Seribu(TNKps). Jurnal

Universitas Nasional.

(file:///C:/Users/ACER/Downloa

ds/73Fullpaper_PBI_TEREPAN

G.pdf diakses 3 Agustus 2014,

20:05 Wib)