impuls motorik untuk gerakan volunter terutama dicetuskan di girus presentralis lobus frontalis
DESCRIPTION
RefratTRANSCRIPT
3. Sistem Motorik
Impuls motorik untuk gerakan volunter terutama dicetuskan di girus presentralis lobus
frontalis (Korteks motorik primer, area 4 Broadmann) dan area kortikal di sekitarnya (neuron
motorik pertama). Impuls tersebut berjalan di dalam jaras serabut yang panjang (terutama
traktus kortikonuklearis dan traktus kortikospinalis/jaras piramidal), melewati batang otak
dan turun ke medula spinallis ke kornu anterius, tempat mereka membentuk kontak sinaptik
dengan neuron motorik kedua-biasanya melewati satu atau beberapa interneuron perantara.
Serabut saraf yang muncul dari area 4 dan area kortikal yang berdekatan bersama-sama
membentuk traktus piramidalis, yang merupakan hubungan yang paling langsung dan
tercepat antara area motorik primer dan neuron motorik di kornu anterius. Selain itu, area
kortikal lain (terutaa korteks premotorik, area 6) dan nuklei subkortikalis (terutama ganglia
basalia) berpartisipasi dalam kontrol neuron gerakan. Area-area tersebut membentuk
lengkung umpan-balik yang kompleks satu dengan lainnya dan dengan korteks motorik
primer dan serebelum ; Struktur ini mempengaruhi sel-sel di kornu anterius medula spinalis
melalui beberapa jaras yang berbeda di medula spinalis. Fungsinya terutama untuk
memodulasi gerakan dan untuk mengatur tonus otot.
Impuls yang terbentuk di neuron motorik kedua pada nuklei nervi kranialis dan kornu
anterius medula spinalis berjalan meewati radiks anterior , pleksus saraf (di regio servikal dan
lumbosakral) serta saraf perifer dalam perjalannnya ke otot-otot rangka. Impuls dihantarkan
ke sel-sel otot melalui motor end plate taut neuromuskular.
Lesi pada neuron motorik pertama di otak atau medula spinalis biasanya menimbulkan
paresis spastik, sedangkan lesi neuron motorik orde kedua di kornu anterius, radiks anterior ,
saraf perifer atau motor end plate biasanya menyebabkan paresis flasid. Defisit motorik
akibat lesi pada sistem saraf jarang terlhat sendiri-sendiri; biasanya disertai oleh berbagai
defisit neuropsikologis dalam berbagai bentuk, tergantung pada lokasi dan sifat lesi
penyebabnya.
Komponen Sentral Sistem Motorik dan Sindrom klinis akibat Lesi yang Mengenainya
Bagian sentral sistem motorik untuk gerakan volunter terdiri dari korteks motorik primer
(area 4) dan area korteks di sekitarnya (terutama korteks premotor, area 6), Serta traktus
kortikobulbar dan traktur kortikospinalis yang berasal dari area kortikal tersebut.
Area Korteks Motorik
Korteks motorik primer (Girus presentralis) merupakan sekumpulan jaringan kortikal yang
terletak di sisi yang berlawanan dengan sulkus sentralis dari korteks somatosendorik primer
(di girus post-sentralis) dan meluas ke atas dan melewati tepi superomedial hemisfer serebri
menuju permukaan medialnya. Area yang merepresentasikan tenggorokan dan laring terletak
pada ujung inferior korteks motorik primer; di bagian atasnya , secara berkesinambungan
adalah area yang merepresentasikan wajah; eksterimatas atas , badan dan ekstremitas bawah.
Struktur ini merupakan “Homonkulus motorik” terbalik, yang bersesuaian dengan “
homonkulus somatosensorik” girus post-sentralis.
Neuron motorik tidak hanya ditemukan di area 4, tetapi juga di area korteks di sekitarnya.
Namun, serabut yan menghantarkan gerakan volunter halus terutama berasal dari girus pre-
sentralis. Girus ini merupakan lokasi neuron piramidalis (sel betz) besar yang khas, yang
terletak dilapisan selular kelima korteks dan mengirimkan aksonnya yang bermiyelin tebal
dan berdaya konduksi cepat ketraktur piramidalis. Dahulu, traktus piramidalis seluruhnya
dianggap terdiri dari akson-akson sel betz, tetapi sekarang diketahui bahwa akson sel tersebut
hanya berjumlah 3,4-4% jumlah serabut. Komponen serabut terbesar sebenarnya berasal dari
sel-sel piramidalis dan sel-sel fusiformis area 4 dan 6 brodmann yang lebih kecil. Akson yang
berasal dari area 4 membentuk sekitar 40% dari seluruh serabut traktus piramidalis; sisanya
berasal dari area frontalis lain, dari area 3, 2, dan 1 korteks somatosensorik parietal (area
sensorimotor) dan dari area lain dilobus parietal. Neuron motorik area 4 memediasi gerakan
volunter halus pada sisi tubuh kontralateral; oleh sebab itu, traktur piramidalis menyilang.
Stimulus elektrik langsung pada area 4, seperti saat tindakan pemindahan syaraf, biasanya
mencetuskan kontraksi masing-masing otot, sedangkan stimulus pada area 6 mencetuskan
gerakan yang lebih luas dan kompleks, misalnya pada seluruh ekstremitas atas atau bawah.
Traktus Kortikospinalis (Traktus Piramidalis)
Traktus ini berasal dari korteks motorik dan berjalan melalui substantia alba serebri (Corona
radiata), Krus posterius kapsula interna (Serabut terletak sangat berdekatan disini), Bagian
sentral pedunkulus serebri ( krus serebri), Pons , dan basal medula ( Bagian anteriot) , tempat
traktus terlihat sebagai penonjolan kecil yang disebut piramid. Piramid medula (terdapat satu
pada masing-masing sisi) memberikan nama pada traktus tersebut. Pada bagian ujung bawah
medula, 80-85% serabut piramidal menyilang di sisi lain di deccucasio piramidum. Serabut
yng tidak menyilang disini berjalan menuruni medula spinal di fenikulus anterior ipsilaterlal
sebagai traktus kortikospinalis anterior ; serabut ini menyilang lebih ke bawah ( biasanya
setingkat segmen yang dipersarafinya), melalui komisura anterior medula spinalis. Pada
tingkat servikal dan torakal , kemungkinan juga terdapat beberapa serabut yang tetap tidak
menyilang dan mempersarafi neuron motorik ipsilateral di kornu anterius, sehingga otot-otot
leher dan badan mendapatkan persarafan korikal bilateral. Mayoritas serabut traktus
piramidalis menyilang di dekukasio piramidum, kemudian menuruni medula spinalis di
funikulus lateralis kontralateral sebagai traktus kortispinalis lateralis. Traktus ini mengecil
pada area potong-lintangnya ketika berjalan turun kebawah medula spinalis, karna beberapa
serabutnya berakhiir di masing-masing segmen disepanjang perjalanannya. Sekitar 90% dari
semua serabut traktus piramidalis berakhir membentuk sinaps dengan interneuron, yang
kemudain menghantarkan impuls motorik ke neuron motor α yang besar di kornu anterius,
serta ke neuron motorik ¥ yang lebih kecil.
Traktus Kortikonuklearis (Traktus Kortikobulbaris)
Beberapa serabut traktus piramidalis membentuk cabang dan massa utama ketika melewati
otak tengah dan kemudian berjalan lebih ke dorsal menuju nuklei nervi kranialis motorik .
Serabut yang mepersarafi nuklei batang otak ini sebagian menyilang dan tidak menyilang.
Nuklei yang menerima input traktus piramidalis adalah nuklei yang memediasi gerakan
volunter otot-otot kranial melalui nervus kranialis V ( nervus trigeminus), Nervus kranialis
VII (Nervus fasialis), Nervus krnaialis IX, X , XI ( Nervus glossofaringeus , Nervus vagus
dan nervus aksesorius), Serta Nervus kranialis XII ( Nervus Hypoglossus).
Traktus Kortikosensefalikus. Ada pula sekumpulan serabut yang berjalan bersama-sama
dengan traktus kortionuklearis yang tidak berasal dari area 4 atau area 6 , tetapi berasal dari
area 8 , lapang mata frontal. Impuls dari serabut-serabut ini memediasi gerakan mata
konjugat , yang merupakan proses motorik yang kompleks. Karena asal dan fungsinya yang
khas , jaras yang berasal dari lapang mata frontal memiliki nama yang berbeda ( traktus
kortikomesensefalikus ) meskipun sebagian besar penulis , menganggap jaras ini sebagai
bagian dari traktus kortionuklearis.
Traktus Kortikomesensefalikus berjalan bersama dengan traktus piramidalis ( tepat di bagian
rostralnya, di krus posterius kapsula interna) dan kemudian mengarah ke bagian dorsal
menuju nuklei nervi kranialis yang memediasi pergerakan mata , yaitu nervus kranialis III ,
IV , dan VI ( Nervus okulumotorius, Nervus troklearis dan nervus abdusens). Area 8
mempersarafi otot-otot mata secara ekslusif dengan cara yang sinergis, bukan secara
individual. Stimulasi pada area 8 mencetuskan deviasi tatapan konjugat ke sisi kontralateral.
Serabut-serabut traktus kortikomesensefalik tidak langsung berakhir pada neuron motor
nuklei nervi kranialis III , IV dan VI; Situasi anatomis di daerah ini rumit dan masih belum
dipahami.
Komponen Sistem motorik sentral lainnya.
Sejumlah jaras-jaras sentral selain traktus piramidalis, memiliki peran penting pada
pengendalian fungsi motorik. Suatu kelompok serabut yang penting ( traktus
kortikopontosereblaris) menghantarkan informasi dari korteks serebri ke serebelum,
kemudian input yang ditimbulkannya memodulasi gerakan terencana . Serabut lain berjalan
dari korteks ke ganglia basalia (terutama korpus striatum= nukleu kaudatus dan putamen),
Subtantia nigra , dan formatio retikularis batang otak, serta nuklei lainnya ( misalnya ,
ditektum mesensefali). Pada masing-masing struktur tersebut , Impul dihantarkan melalui
interneuron ke traktus eferen yang berproyeksi ke motor neuron di kornu anterius. Medula
spinalis-traktus tektospinalis, traktus ruprospinalis , traktus retikulospinalis , traktus
vestibulospinalis dan traktus lainnya). Traktus-traktus tersebut memungkinkan serebelum ,
ganglia basalia , dan nuklei motorik di batang otak untuk mempengaruhi fungsi motorik di
medula spinalis.
Traktus Motorik Lateral dan Medial di Medula Spinalis
Traktus motorik di medula spinalis secara anatomi dan fungsional terpisah menjadi dua
kelompok; kelompok lateral , yang terdiri dari traktus kortikospinalis dan traktus
ruprospinalis , serta kelompok medial , yang terdiri dari traktus retikulospinalis , traktus
vestibulospinalis dan traktus tektospinalis ( kuypers,1985). Traktus lateral terutama
berproyeksi ke otot-otot distal (terutama di ekstremitas atas) dan juga membuat hubungan
propriospinal yang pendek. Serabut-serabut ini terutama berperan pada gerakan volunter
lengan bawah dan tangan , untuk kontrol motorik halus yang tepat dan terampil. Sebaliknya ,
traktus medial mempersarafi neuron motor yang terletak lebih medial di kornu anterius dan
membuat hubungan propriospinal yang relatif panjang. Serabut ini terutama berperan pada
gerakan tubuh dan ekstremitas bawah (postur dan gait).
Lesi-lesi pada Jaras Motorik Sentral
Patogenesis paresis spastik sentral. Pada fase akut suatu lesi di traktus kortikospinalis, refelks
tendon profunda akan bersifat hipoaktif dan terdapat kelemahan flasid pada otot. Refleks
muncul kembali beberap hari atau beberapa minggu kemudian dan menjadi hiperaktif, karna
spinde otot berespon lebih sensitif terhadap regangan dibandingkan dengan keadaan normal,
terutama fleksor ekstremitas atas dan ekstensor ekstremitas bawah. Hipersensitifitas ini
terjadi karna hilangnya kontrol inhibisi sentral desendens pada sel-sel fusi motor ( neuron
motor ¥) yang mempersarafi otot. Dengan demikian, serabut-serabut otot intrafusal
teraktivasi secara permanen.(prestreched) dan lebih mudah berespon terhadap peregangan
otot lebih lanjut dibandingkan normal. Gangguan sirkuit regulasi panjang otot mungkin
terjadi yaitu berupa pemendekan panjang target secara abnormal pada fleksor ektremitas atas
dan ekstensor ektremitas bawah. Hasilnya adalah peningkatan tonus spastik dan
hiperrefleksia, serta tanda-tanda traktus piramidalis dan klonus. Diantara tanda-tanda traktus
piramidalis tersebut terdapat tanda-tanda yang sudah dikenal baik pada jari-jari tangan dan
kaki, seperti tanda babinski ( ekstensi tonik ibu jari kaki sebagai respons terhadap gesekan di
telapak kaki ).
Paresis spastik selalu terjadi akibat lesi susunan saraf pusat ( otak dan/atau medula spinalis )
dan akan terlihat lebih jelas bila terjadi kerusakan pada traktus desendens lateral dan medial
sekaligus ( misalnya pada lesi medula spinalis ). Patofisiologi spastisitas masih belum
dipahami, tetapi jaras motorik tambahan jelas memiliki peran penting, karena lesi kortikal
murni dan terisolasi tidak menyebabkan spastisitas.
Sindrom paresis spastik sentral. Sindrom ini terdiri dari:
- Penurunan kekuatan otot dan gangguan kontrol motorik halus
- Peningkatan tonus spastik
- Refleks regang yang berlebihan secara abnormal, dapat disertai oleh klonus
- Hipoaktivitas atau tidak adanya refleks ekstreoseptif ( refleks abdominal, refleks
plantar, dan refleks kremaster )
- Refleks patologis ( refleks babinski, oppenheim, gordon, dan mendel-bekh-terev, serta
disinhibisi respons hindar [flight], dan
- ( awalnya massa otot tetap baik
Lokalisasi lesi pada sistem motorik sentral
Suatu lesi yang melibatkan korteks serebri, seperti pada tumor, infark, atau cedera traumatik,
menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi kontralateral. Hemiparesis yang terlihat pada
wajah dan tangan ( kelemahan brakhiofasial ) lebih sering terjadi dibandingkan di daerah lain
karena bagian tubuh tersebut memiliki area representasi kortikal yang luas, temuan klinis
khas yang berkaitan dengan lesi yang lokasi tersebut (a) adalah paresis ekstremitas atas
bagian distal yang dominan, konsekuensi fungsional yang terberat adalah gangguan kontrol
motorik halus, kelemahan tersebut tidak total ( paresis, bukan plegia ), dan lebih berupa
gangguan flasid, bukan bentuk spastik, karena jaras motorik tambahan (nonpiramidal)
sebagian besar tidak terganggu. Lesi iritatif pada lokasi tersebut (a) dapat menimbulkan
kejang fokal.
Jika kapsula interna terlibat akan terjadi hemiplegia spastik kontralateral-lesi pada level ini
mengenai serabut piramidal dan serabut non piramidal, karena serabut kedua jaras tersebut
terletak berdekatan. Traktus kortikonuklearis juga terkena, sehingga terjadi paresis nervus
fasialis kontralateral, dan mungkin disertai oleh paresis nervus hipoglosus tipe sentral.
Namun, tidak terlihat defisit nervus kranialis lainnya karena nervus kranialis motorik lainnya
mendapat persarafan bilateral. Paresis pada sisi kontralateral awalnya berbentuk flasid (pada
“fase syok”) tetapi menjadi spastik dalam beberapa jam atau hari akibat kerusakan pada
serabut-serabut nonpiramidal yang terjadi bersamaan.
Lesi setingkat pedunkulus serebri, seperti proses vaskular pendarahan, atau tumor,
menimbulkan hemiparesis spastik kontralateral yang dapat disertai oleh kelumpuhan nervus
okulomotorius ipsilateral.
Lesi pons yang melibatkan traktus piramidalis (contohnya pada tumor, iskemia batang otak,
pendarahan) menyebabkan hemiparesis kontralateral atau mungkin bilateral. Biasanya, tidak
semua serabut traktus piramidalis terkena, karena serabut-serabut tersebut menyebar di
daerah potong-lintang yang lebih luas di daerah pons dibandingkan di daerah lainnya
(misalnya, setingkat kapsula interna). Serabut-serabut yang mempersarafi nukleus fasialis dan
nukleus hipoglosalis telah berjalan ke daerah yang lebih dorsal sebelum mencapai tingkat ini;
dengan demikian, kelumpuhan nervus hipoglosus dan nervus trigeminus atau nervus
abdusens ipsilateral.
Lesi pada piramid medula dapat merusak serabut-serabut nonpiramidal terletak lebih ke
dorsal pada tingkat ini. Akibatnya, dapat terjadi hemiparesis flasid kontralateral. Kelemahan
tidak bersifat total (paresis, bukan plegia). Karena jaras desendens lain tidak terganggu.
Lesi traktus piramidalis di medula spinalis. Suatu lesi yang mengenai traktus piramidalis
pada level servikal menyebabkan hemiplegia, spastik ipsilateral; ipsilateral karena traktus
tersebut telah menyilang pada level yang lebih tinggi, dan spastik karena traktus tersebut
mengandung serabut-serabut piramidalis dan non piramidalis pada level ini, lesi bilateral di
medula spinalis servikalis bagian atas menyebabkan kuadriparesis atau kuadriplegia.
Sebuah lesi yang mengenai traktus piramidalis di medula spinalis torasika menimbulkan
monoplegia ipsilateral pada ekstremitas bawah. Lesi bilateral menyebabkan paraplegia.
Daftar pustaka
1. Baehr M , Frotscher M. Diagnosis topik neurologi DUUS. Jakarta . Penerbit buku
kedokteran EGC. 2014 ; hal 48-57