implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

24
1 IMPLIKASI STRING OF PEARL CINA TERHADAP STRATEGI MILITER INDIA DI KAWASAN SAMUDRA HINDIA (2002-2010) Iswandhari Widyas Anggraini ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa implikasi String of Pearl Cina terhadap strategi militer India di kawasan Samudra Hindia pada tahun 2002-2010. Kehadiran Cina di kawasan Samudra Hindia melalui String of Pearl yang merupakan strategi Cina dalam mengamankan jalur pengiriman energi ke negaranya, ditanggapi oleh India sebagai ancaman. Pembangunan beberapa pelabuhan strategis dan penempatan sejumlah kapasitas militer Cina di sepanjang Sea Lines of Communication telah menempatkan India dalam posisi terkepung dan masuk ke dalam security dilemma. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori security dilemma dan konsep power projection yang dijelaskan melalui metode kualitatif-eksplanatif dengan teknik pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implikasi String of Pearl bagi India adalah perubahan strategi militer dari brown water strategy menjadi blue water strategy yang kemudian membuat India melakukan power projection di kawasan Samudra Hindia untuk menghindari kemungkinan tindakan ofensif Cina. Kata Kunci : India, Cina, String of Pearl, Power Projection, Security Dilemma

Upload: iswandhari

Post on 30-Nov-2015

377 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

1

IMPLIKASI STRING OF PEARL CINA TERHADAP STRATEGI MILITER

INDIA DI KAWASAN SAMUDRA HINDIA (2002-2010)

Iswandhari Widyas Anggraini

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa implikasi String of Pearl Cina

terhadap strategi militer India di kawasan Samudra Hindia pada tahun 2002-2010.

Kehadiran Cina di kawasan Samudra Hindia melalui String of Pearl yang merupakan

strategi Cina dalam mengamankan jalur pengiriman energi ke negaranya, ditanggapi

oleh India sebagai ancaman. Pembangunan beberapa pelabuhan strategis dan

penempatan sejumlah kapasitas militer Cina di sepanjang Sea Lines of Communication

telah menempatkan India dalam posisi terkepung dan masuk ke dalam security

dilemma.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori security dilemma dan konsep

power projection yang dijelaskan melalui metode kualitatif-eksplanatif dengan teknik

pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implikasi String

of Pearl bagi India adalah perubahan strategi militer dari brown water strategy menjadi

blue water strategy yang kemudian membuat India melakukan power projection di

kawasan Samudra Hindia untuk menghindari kemungkinan tindakan ofensif Cina.

Kata Kunci : India, Cina, String of Pearl, Power Projection, Security Dilemma

Page 2: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

2

I. Pendahuluan

Kebangkitan Cina merupakan ancaman bagi negara-negara maju, karena

perekonomian Cina yang berjalan di atas roda industri membutuhkan banyak sumber

daya energi, khususnya minyak yang menjadi incaran banyak negara di dunia. Akibat

adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari tahun ke tahun, maka

konsumsi minyak Cina pun semakin meningkat dari 900.000 barel per hari hingga 6,43

juta barel per hari1. Namun, produksi energi domestik yang tidak mampu mencukupi

permintaan pasar, membuat Cina harus mencari sumber energi dari wilayah lain.

Suplai minyak China selama ini ditopang dari berbagai negara pengekspor

minyak di dunia, khususnya wilayah Asia Tengah dan Afrika. Sebagian besar minyak

China, yakni lebih dari 62% (Saudi Arabia, Angola, Oman, Sudan, Kuwait, Brazil,

Lybia, dan 19 % lainnya) harus disalurkan melalui kapal-kapal tangki minyak yang

melewati jalur laut yang memakan waktu lama. Transportasi melalui kapal-kapal ini

lebih beresiko mengalami penyerangan oleh bajak laut dan memakan biaya lebih

banyak.2

Mengingat bahwa energi merupakan sumber daya yang penting bagi

kelangsungan ekonomi negaranya, maka untuk mengamankan kiriman minyak tersebut,

Cina menerapkan strategi yang dikenal sebagai String of Pearls. Strategi ini dapat

diartikan sebagai bentuk penjagaan Cina terhadap jalur laut yang digunakan oleh kapal-

kapal untuk mengirimkan pasokan minyak ke Cina dengan pembangunan beberapa titik

1Robert E. Ebel, China’s Energy Future, (Center for Strategic and International Studies (CSIS), January

2006). 2 Bergerson A Joule dan Lave B Lester (n.d.), Should We Transport Coal, Gas or Electricity: Cost,

Efficiency & Environmental Implications, (Carnegie Mellon University), 1-19

Page 3: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

3

pelabuhan di sekitar chokepoints3 strategis, di sepanjang Laut Cina Selatan hingga

Samudra Hindia. Setiap titiknya diibaratkan sebagai mutiara dalam rangkaian.

Rangkaian mutiara ini membentang dari pantai Cina melalui daerah pesisir Laut Cina

Selatan, Selat Malaka, kemudian melewati Samudra Hindia dan berlanjut sampai ke

daerah pesisir Laut Arab dan Teluk Persia. Saat ini 80% impor minyak Cina melewati

Selat Malaka, di mana hanya 1,5 mil dengan titik terdekat akan bahaya bentrokan,

pembajakan, dan serangan teroris.4

Selain untuk mengamankan pasokan energi ke negaranya, Cina mengembangkan

strategi String of Pearl ini sebagai upaya untuk melindungi keamanan negaranya dalam

aspek yang lebih luas. Pada masa pemerintahan Deng Xiao Ping, tujuan keamanan

nasional Cina meliputi kedaulatan, pertahanan negara, reunifikasi “lost territory” dan

modernisasi. Namun, hal ini mengalami perubahan seiring perkembangan Cina dewasa

ini, seperti yang dijelaskan Chi Hoatian tujuan dari keamanan nasional Cina menjadi

terfokus pada konsolidasi pertahanan nasional, menangkal agresi dari pihak asing,

menjamin atau mengamankan kedaulatan nasional, hak dan kepentingan maritim, serta

menjaga kesatuan dan keamanan nasional.5 Hak dan kepentingan maritim yang

dimaksud di sini adalah merupakan hak dan klaim Cina ke perairan baru di wilayah

lautan dan daratan, serta kekayaan mereka di atas dan di bawah air. Oleh karena itu,

String of Pearl merupakan upaya Cina dalam mencapai tujuannya dalam bidang

maritim tersebut. Dalam pandangan Cina, India telah mendominasi Samudra Hindia

dengan letak geografisnya yang strategis dan hal tersebut dapat mempengaruhi strategi

3 Choke points adalah kondisi geografis di laut yang menyempit, berbentuk selat yang dalam segi militer

akan menyulitkan akses angkatan laut bersenjata. 4 Robert E. Ebel, China’s Energy Future (Center for Strategic and International Studies (CSIS), January

2006) 5 Harvir Sharma, “China‟s Interest in the Indian Ocean RIM Countries and India‟s Maritime Security”,

India Quarterly: A Journal of International Affairs (October 2001), 57: 67-88

Page 4: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

4

serta ruang gerak Cina dalam jangka panjang, terutama pada pemenuhan kebutuhan

energi Cina.6

Strategi ini mendapat tantangan besar dari komunitas internasional, karena

dengan adanya ikatan militer Cina dengan negara-negara tertentu dan modernisasi

militer yang dilakukan Cina, dinilai akan meningkatkan ketegangan secara global

dengan Jepang, menyebrangi selat Taiwan, dan meluas hingga kawasan Asia. Di

samping itu, kekhawatiran mengenai tingginya kompetisi antara Cina dan India yang

sebelumnya pernah terlibat dalam konflik perbatasan tahun 1963, dinilai akan

memberikan pengaruh dalam konteks keamanan regional. Selain konflik perbatasan

yang pernah terjadi antara Cina dan India, kedua negara tersebut merupakan negara

yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, yang kemudian menempatkan

keduanya dalam persaingan ekonomi secara global.

Persaingan ekonomi antara Cina dan India, dimulai sejak perekonomian India

tumbuh sebesar 6% pertahun selama tahun 1990-2003, dan semakin melaju saat

investasi meningkat dan semakin banyak sektor ekonomi yang terbuka terhadap

persaingan.7 Dengan pertumbuhan substansial dalam dekade terakhir, India telah

muncul sebagai salah satu perekonomian terbesar bukan hanya di Asia, tetapi seluruh

dunia. Pembangunan dan pengembangan sejumlah “pearl” di kawasan Samudra Hindia,

khususnya yang berada di Pakistan, menimbulkan kekhawatiran bagi India yang

memiliki kedekatan geografis dengan Pakistan dan Samudra Hindia8. Kehadiran dan

aktivitas Cina di kawasan Samudra Hindia dinilai akan memberikan akses yang lebih

6 Ibid

7 Pete Engardio, CHINDIA; Strategi Cina dan India menguasai Bisnis Global (PT Bhuana Ilmu Populer,

2007) h. vii-viii. 8 Vikas Bajaj, “India Worries as China Builds Ports in South Asia”. Diakses dari:

http://www.nytimes.com/2010/02/16/business/global/16port.html?_r=0 pada tanggal 13 Desember 2012

Page 5: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

5

luas bagi Cina untuk mendapatkan sumber energi strategis dan membatasi ruang gerak

India di kawasan tersebut. Terlepas dari hubungannya dengan Amerika Serikat, India

menganggap bahwa String of Pearl merupakan upaya pengepungan yang dilakukan

Cina terhadap wilayah negaranya9.

Menanggapi Cina yang semakin berambisi meningkatkan pengaruhnya di

kawasan Samudera Hindia, maka kemudian India mengadopsi doktrin maritim dalam

strategi militernya10

dan mengubah strategi brown wate navyr11

yang sebelumnya telah

digunakan, menjadi blue water navy12

. Perubahan doktrin dan strategi yang dilakukan

India tersebut, berimplikasi pada operasi militer yang dilakukan India. Jika sebelumnya

India lebih memfokuskan operasi militer angkatan lautnya di kawasan perairan sungai,

maka setelah menggunakan strategi blue water, India meluaskan operasinya ke kawasan

laut lepas di Samudra Hindia. Upaya pengepungan oleh Cina ditanggapi India sebagai

sebuah ancaman bagi ekonominya terkait keamanan energinya serta dalam segi militer

ditanggapi sebagai ancaman terkait peningkatan kekuatan Angkatan Laut Cina.

Terkait latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis akan

meneliti bagaimana kemudian String of Pearl yang dikembangkan Cina sebagai bagian

dari pengamanan jalur suplai energi ke negaranya, telah memberikan ancaman bagi

India hingga India meresponnya secara militer. Hal tersebut menarik bagi penulis,

mengingat Cina dan India adalah dua negara dalam satu kawasan yang memiliki

kapabilitas ekonomi dan militer yang besar dan memiliki sejarah konflik perbatasan di

9 Vikas Bajaj, “China‟s „string of pearls‟ meant to encircle India?”. Diakses dari:

http://www.deccanherald.com/content/53291/chinas-string-pearls-meant-encircle.html pada tanggal 13

Desember 2012 10

David Scott, “India‟s Drive For A Blue Water Navy”, Journal of Military and Strategic Studies. Winter

2007-08, Vol. 10, Issue 2. 11

Angkatan laut yang fokus operasi militernya di wilayah perairan berupa sungai 12

Angkatan laut yang operasi militernya terfokus di wilayah perairan laut dalam atau laut lepas

Page 6: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

6

antara keduanya, yang kemudian memberikan dinamika ketidakamanan bagi masing-

masing negara.

II. Pembahasan

String of Pearl adalah sebuah istilah yang diberikan oleh tim ahli dari

perusahaan konsultan Booz Allen yang berbasis di Amerika Serikat untuk menyebut

strategi yang dilakukan Cina di sepanjang Sea Lines of Communication (SLOC) yang

membentang dari Laut Cina Selatan hingga Samudra Hindia. SLOC sendiri adalah rute

maritim antar pelabuhan-pelabuhan yang digunakan untuk kegiatan perdagangan,

pengiriman logistik dan angkatan laut.13 Strategi ini mencakup pembangunan beberapa

titik pelabuhan di sekitar choke points strategis yang dilewati kapal dalam pengiriman

energi ke Cina. Cina mengadopsi strategi String of Pearl tidak hanya untuk melindungi

impor minyak Cina, tapi juga untuk mencapai tujuan keamanan yang lebih luas melalui

strategi geopolitik maritim.

Terdapat beberapa hal yang dilakukan Cina dalam pengembangan String of

Pearl14. Pertama, peningkatan akses menuju pelabuhan dan bandara. Hal ini dapat

dicapai dengan pembangunan fasilitas baru melalui pembangunan hubungan baik

dengan negara lain untuk menjamin akses menuju pelabuhan-pelabuhan tersebut.

Kedua, peningkatan hubungan diplomatik. Hal ini untuk menjamin jalur lalu lintas

kapal dan pesawat untuk tetap bebas dan bersih dan dapat juga digunakan untuk

menjalin perdagangan yang saling menguntungkan dan perjanjian ekspor. Ketiga,

modernisasi kekuatan militer. Militer modern dapat bergerak dengan efektif untuk

13

John J. Klein, "Maritime Strategy Should Heed U.S. and UK Classics". U.S. Naval Institute

Proceedings 133 (4) (2007) h. 67–69 14

Christina Y. Lin. Militarisation of China’s Energy Security Policy–Defence Cooperation and WMD

Proliferation Along its String of Pearls in the Indian Ocean. (Berlin: ISPSW Institut für Strategie-

Politik Sicherheits und Wirtschaftsberatung) h.3

Page 7: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

7

mengatur atau menahan masing-masing “pearl”. Hal ini juga disiapkan untuk berbagai

aksi dan percobaan dari bagian negara tersebut.

Cina membangun hubungan strategis dan mengembangkan angkatan lautnya

untuk mengawali keberadaannya di sepanjang SLOC yang menghubungkan Cina dan

Timur Tengah. Selain itu, Cina juga menempatkan masing-masing “mutiara”-nya di

titik-titik yang dianggap strategis. Beberapa rangkaian mutiara Cina akan disebutkan

sebagai berikut: (1) Gwadar, Pakistan. Pelabuhan Gwadar berada 450 mil sebelah barat

Karachi dan sekitar 75 kilometer sebelah timur perbatasan Iran.15

(2) Hambantota, Sri

Lanka. Hambantota merupakan yang berada di pesisir selatan Sri Lanka, 220 kilometer

dari Colombo. (3) Chittagong, Bangladesh. Chittagong merupakan pelabuhan laut

terbesar di Bangladesh yang menangani lebih dari 80% kegiatan ekspor-impor

Bangladesh dan hampir memiliki kesamaan fungsi dengan Pelabuhan Gwadar. (4)

Sittwe, Myanmar. Berbeda dengan beberapa proyek lainnya, pembangunan Sittwe

mendapat investasi dari dua negara, India dan Cina. (5) Kepulauan Coco. Kepulauan

Coco masih merupakan wilayah bagian Myanmar yang berada di Samudra Hindia

bagian timur, yang kemudian pada tahun 1994 dipercayakan pengelolaannya kepada

Cina. (6) Kra Canal. Kra Canal atau Kra Ishtimus Canal merupakan sebuah terusan

yang akan memotong wilayah Thailand selatan, bertujuan untuk mempermudah kapal

yang mengangkut minyak menuju Cina, sehingga tidak harus melewati Selat Malaka.16

(7) Laut Cina Selatan. Laut Cina Selatan secara geografis terletak di selatan wilayah

Cina dan Taiwan, barat Filipina, barat laut Malaysia, utara Indonesia dan timur

15 Ghulam Ali, “China‟s strategic interests in Pakistan‟s port at Gwadar”, diakses dari:

http://www.eastasiaforum.org/2013/03/24/chinas-strategic-interests-in-pakistans-port-at-gwadar/ pada

tanggal 20 Januari 2013 16

“China‟s silicon sea route via Thailand Boon to Hambantota, but threat to Singapore”, diakses dari:

http://infolanka.asia/opinion/sri-lanka/chinas-silicon-sea-route-via-thailand-boon-to-hambantota-but-

threat-to-singapore/china-and-kra-canal pada tanggal 23 April 2013

Page 8: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

8

Vietnam. (8) Pulau Woody. Pulau Woody merupakan salah satu bagian dari Kepulauan

Paracel yang berada di bawah kekuasaan pemerintah Cina. (9) Kepulauan Hainan.

Rangkaian 200 pulau kecil yang merupakan provinsi terkecil Cina ini merupakan basis

pelabuhan kapal selam Cina yang mampu menyembunyikan lebih dari 20 kapal selam

nuklir dari pantauan satelit.17

Dilema Keamanan India

Teori security dilemma menyebutkan bahwa ketika negara A meningkatkan

kapabilitas power-nya, hal itu akan dianggap sebagai sebuah ancaman bagi negara B.

Implikasinya, negara B merasa insecure dan berusaha mencari respon terbaik guna

menghindari resiko ofensif pihak lain, dengan cara meningkatkan kapabilitas power-

nya. Sejalan dengan konsep tersebut, maka ketika Cina meningkatkan kapabilitas

power-nya melalui pengembangan strategi String of Pearl, India menganggap hal

tersebut merupakan sebuah ancaman bagi keamanan negaranya. Dalam penelitian ini,

penulis mengukur ancaman bagi India melalui dua indikator, ambiguous symbolism of

weapons, dimana India tidak mampu membedakan secara jelas apakah persenjataan

yang digunakan Cina dalam String of Pearl bersifat defensif atau ofensif, dan the other

minds problem yang berkaitan dengan intensi serta motif Cina dalam String of Pearl.

Angkatan Laut Cina lebih unggul dalam jumlah kepemilikan kapal selam, kapal

amfibi dan kapal tempur jenis destroyer dan frigate jika dibandingkan dengan India.

Namun, dalam hal aircraft carriers India telah terlebih dahulu memiliki Viraat,

sedangkan aircraft carriers Cina masih berada dalam tahap uji laut. Keunggulan lain

yang dimiliki oleh India adalah kepemilikannya atas kapal patroli, minesweeper dan

17

“China Builds Secret Nuclear Submarine Base in South China Sea”, diakses dari:

http://www.foxnews.com/story/2008/05/02/china-builds-secret-nuclear-submarine-base-in-south-china-

sea/ pada tanggal 24 April 2013

Page 9: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

9

missile boat, dimana Cina tidak memilikinya. Apabila dilihat secara total kuantitas,

Angkatan Laut Cina memiliki keunggulan jumlah armada dibandingkan India. Tetapi,

jika dilihat secara kualitas terkait kekuatan blue water navy-nya, India memiliki

keunggulan dibandingkan Cina dengan adanya aircraft carriers yang telah menjadi

bagian dari Angkatan Laut India. Keunggulan India dalam segi militer tidak secara

langsung membuatnya berada di posisi yang aman. Pengembangan kapasitas blue water

navy terus dilakukan oleh Cina seiring perkembangan ekonominya.

Sebuah negara dengan kapabilitas ofensif yang besar akan memiliki kapasitas

untuk mengancam kedaulatan negara lain yang hanya memiliki kapabilitas defensif18

.

Kapabilitas ofensif sebuah negara diukur dari kemampuan militer yang dimiliki negara

tersebut. Ketika sebuah negara mengukur ancaman terhadap kedaulatannya, negara

tersebut tidak hanya melihat kekuatan militer kompetitornya secara kuantitatif, tetapi

juga memperkirakan jenis strategi militer yang mungkin digunakan oleh musuh untuk

menyerang negara tersebut.

Penempatan kapasitas militer ofensif Cina terlihat di Kepulauan Coco, Pulau

Woody dan Kepulauan Hainan dengan penempatan basis militer angkatan laut maupun

angkatan udara yang cukup besar serta instalasi satelit pemantauan di kawasan Laut

Cina Selatan. Keberadaan fasilitas Cina tersebut, khususnya yang berada di Pulau Coco

memberikan ancaman bagi aktivitas India di Laut Cina Selatan. Dengan adanya satelit

pemantauan di pulau-pulau tersebut, Cina memiliki kemampuan dalam mengawasi

aktivitas Angkatan Laut India di kawasan tersebut. Rencana jangka panjang

pembangunan pangkalan angkatan laut di Gwadar, Chittagong dan Hambantota yang

akan digunakan untuk penempatan sejumlah armada Angkatan Laut Cina juga

18

Ibid, h. 11

Page 10: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

10

memberikan ancaman bagi India. Hal tersebut menjadikan Cina memiliki akses yang

lebih besar ke wilayah India, melalui jalur laut dan wilayah-wilayah strategis yang

berada di sekitar India. Dengan kata lain, melalui pembangunan sejumlah pangkalan

angkatan laut tersebut, Cina dapat memperpendek jarak geografisnya dengan India dari

sisi laut dan memperluas pengaruhnya di Samudra Hindia.

Namun, kapabilitas ofensif yang dimiliki Cina tersebut tidak secara langsung

ditujukan untuk India, melainkan lebih ke Taiwan dan Amerika Serikat yang memiliki

pengaruh besar di kawasan tersebut. Di Pulau Woody, fasilitas militer yang dimiliki

Cina digunakan untuk tujuan perluasan pengaruh Cina di Laut Cina Selatan dan

mengklaim kedaulatan negaranya atas Laut Cina Selatan, serta menangkal pengaruh

Amerika Serikat di wilayah tersebut19

. Sedangkan instalasi-instalasi satelit dan pos

pemantauan yang ada di beberapa mutiaranya digunakan untuk mengawasi segala

aktivitas, baik yang bersifat komersial maupun militer, dari negara-negara seperti

Amerika Serikat dan India. Meskipun, beberapa pelabuhan yang dibangun Cina masih

terus dikembangkan menjadi basis angkatan laut, namun belum ada bukti bahwa

fasilitas tersebut akan digunakan sebagai kapasitas militer ofensif Cina.

Sedangkan yang terakhir, ancaman dapat dinilai intensi Cina terkait

pengembangan String of Pearl. Niat ofensif dapat dinilai dengan melihat faktor historis,

misalnya konflik yang terjadi diantara kedua negara, dan strategi yang dijalankan oleh

negara lawan. Intensi dan motif Cina dapat dilihat dari penempatan titik-titik mutiara di

sekeliling wilayah India yang akhirnya menempatkan negara tersebut dalam posisi

terkepung. Doktrin maritim India tahun 2004 menyebutkan, “attempts by China to

19

“China extends runway on Woody island in South China Sea”. Diakses dari:

http://www.wantchinatimes.com/news-subclass-cnt.aspx?id=20120813000052&cid=1101 tanggal 23

April 2013

Page 11: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

11

strategically encircle India20

”, yang berarti India menyadari Cina sedang

mengembangkan strategi yang dimaksudkan untuk membatasi ruang gerak India dengan

melakukan pengepungan. Kemudian disebutkan pula, “China’s vigorous exertions that

tend to spill over into our maritime zone21

”, dan pernyataan tersebut menggambarkan

bagaimana India memandang aktivitas Cina di kawasan Samudra Hindia sebagai

ancaman maritim bagi negaranya. Mantan Kepala Angkatan Laut India pernah

menyatakan kekhawatirannya terhadap keberadaan pangkalan kapal selam nuklir Cina

yang berada di ujung selatan Hainan, Laut Cina Selatan22

. Pihak India melihat aktivitas

tersebut sebagai sebuah upaya Cina untuk mendapatkan akses permanen ke wilayah

Samudra Hindia dan melakukan pengepungan terhadap wilayah India.

Pembangunan pangkalan Angkatan Laut Cina di Gwadar, Pakistan, serta ikatan

militer yang terjadi antara Cina dan Pakistan menjadi sebuah isu yang semakin

memperumit hubungan Cina-India23

dan menambah kekhawatiran India atas upaya

pengepungan yang dilakukan Cina terhadap negaranya. Gwadar merupakan salah satu

pearl yang penting dalam strategi String of Pearl; juga merupakan bagian dari strategi

awal Cina memasuki kawasan Laut Arab. Dengan adanya dukungan beberapa proyek

yang dibangun di Myanmar, Gwadar telah memperluas jangkauan kontrol Cina di

wilayah semenanjung India24

. Pangkalan yang berjarak 72 km dari perbatasan Iran dan

berada 400 km di timur Selat Hormuz tersebut membuat Cina dapat dengan mudah

memonitor aktivitas Angkatan Laut Amerika Serikat di Teluk Persia, aktivitas India di

20

Indian Navy, Indian Maritime Doctrine (INBR 8), April 2004, h. 54 21

Ibid, hal. 71 22

Dr. Rahul Roy-Chaudhury, Maritime Ambitions and Maritime Security (Berlin: German Institute for

International and Security Affairs Stiftung Wissenschaft und Politik) 23

Yukteshwar Kumar, “Hu, Pakistan and the „String of Pearls‟”. Diakses dari:

http://www.rediff.com/news/2006/nov/28guest.htm pada tanggal 23 Mei 2013 24

Brahma Chellaney, “China Covets a Pearl Necklace: Dragon‟s Foothold in Gwadar”. Diakses dari:

http://chellaney.net/2007/04/06/china-covets-a-pearl-necklace/ pada tanggal 2 Mei 2013

Page 12: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

12

wilayah Laut Arab serta kerjasama antara Amerika Serikat dengan India di Samudra

Hindia, pada masa yang akan datang.

Aktivitas Cina yang menggambarkan upaya pengepungan terhadap India

diwujudkan melalui kerjasama pertahanan dengan negara-negara yang berada di sekitar

wilayah India melalui kerangka strategi String of Pearl. Sebagai bagian dari strategi

String of Pearl, Cina mengembangkan empat koridor strategis di sekeliling wilayah

India yang pada akhirnya menempatkan India dalam posisi terkepung. Koridor strategis

yang pertama berada di sisi barat wilayah India, Trans Karakoran. Koridor tersebut

membentang ke bawah, dari barat Cina hingga Gwadar; yang merupakan pintu masuk

menuju Selat Hormuz dimana 40% minyak dunia dikirim melalui selat tersebut.25

Trans

Karakoran memudahkan Cina dalam mengakses minyak dari Selat Hormuz melalui

Pakistan, tanpa melalui Selat Malaka dan langsung menuju ke provinsi barat Cina,

Xinjiang.26

Hal ini tentu menguntungkan bagi Cina, dimana Cina dapat mengurangi

biaya shipping dan resiko keamanan di Selat Malaka.

Koridor kedua berada di sisi timur India, Irrawady. Irrawady Corridor

dilengkapi dengan jaringan jalan raya, transportasi sungai dan rel kereta api melalui

Myanmar, menghubungkan Provinsi Yunnan dengan Teluk Benggala.27

Adanya koridor

yang strategis ini juga telah membuat pasukan keamanan Cina yang ditempatkan di

Myanmar menjadi lebih dekat kepada Selat Malaka dan aset-aset strategis milik India

yang berada di wilayah India timur.28

Sedangkan koridor yang ketiga berada di wilayah

Tibet, dekat dengan perbatasan bagian utara India. Cina membangun rel kereta api

senilai 6,2 miliar dollar, menghubungkan Gormu dan Lhasa, yang secara signifikan

25

Brahma Chellaney, “Assesing India‟s Reactions to China‟s Peaceful Development Doctrine”, h.26 26

Ibid 27

Ibid 28

Brahma Chellaney, “Assesing India‟s Reactions to China‟s Peaceful Development Doctrine”, h.27

Page 13: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

13

telah menambah kapabilitas militer Cina dalam menghadapi India.29

Pasukan tentara

Cina yang secara strategis ditempatkan di atas level tentara India, memiliki kemampuan

untuk melakukan tekanan militer dengan memobilisasi lebih dari 12 divisinya ke

wilayah India. Pihak Beijing berencana untuk terus mengembangkan jaringan rel kereta

api tersebut hingga ke lembah Chumbi, titik dimana tiga perbatasan bertemu, Sikkim,

Bhutan dan Tibet, serta ke persimpangan antara Arunachal, Burma dan Tibet.30

Sebagai bagian dari koridor ketiga ini, Cina telah membangun bandara militer di

sepanjang perbatasan dengan India dan berencana untuk membangun bandara tertinggi

di Ngari, tepi barat daya Tibet yang hanya memiliki populasi sekitar 69.000 jiwa.31

Bandara tersebut berperan dalam memperkuat kemampuan Cina hingga mencakup

wilayah Aksai Chin, dengan melakukan kontrol dari dalam maupun luar wilayah

tersebut. Jaringan rel kereta api yang telah dibangun sebelumnya difungsikan menjadi

rail-base untuk sejumlah intercontinental ballistic missile serta senjata rail-mobile, DF-

31A.32

Koridor terakhir berada di wilayah India bagian selatan. Gwadar, Pakistan

menjadi koridor strategis yang terakhir dengan rencana pengembangan kapabilitas

nuklir, bekerjasama dengan Pakistan, serta pembangunan jaringan jalan raya dan jalur

pipa minyak yang menghubungkan Pakistan langsung dengan Cina. Kekhawatiran India

atas tindakan Cina tersebut dijelaskan oleh Kanwal Sibal, mantan sekretaris luar negeri

India yang kini menjadi anggota National Security Advisory Board, melalui

pernyataannya, “There is a method in the madness in terms of where they are locating

29

Ibid 30

Ibid 31

Ibid 32

Brahma Chellaney, “Assesing India‟s Reactions to China‟s Peaceful Development Doctrine”, h.28

Page 14: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

14

their ports and staging points, and this kind of effort is aimed at counterbalancing and

undermining India’s natural influence in these areas33

”.

Namun, jika dilihat secara keseluruhan, motivasi Cina dalam membangun

rangkaian mutiaranya lebih cenderung untuk kepentingan politik dan ekonomi

dibanding kepentingan militer. Kepentingan politik Cina terkait stabilitas domestik dan

kelangsungan rezim CCP di negara yang menganut sistem satu partai ini. Kelangsungan

rezim yang berkuasa bergantung pada bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan

warganya, khususnya terkait masalah perekonomian. Pembangunan proyek-proyek

dilakukan Cina dengan mempekerjakan ribuan warga Cina dan menempatkan mereka

untuk memelihara fasilitas-fasilitas yang telah dibangun sebelumnya. Dengan membuka

lapangan pekerjaan bagi warga negaranya yang kemudian memberikan implikasi dalam

peningkatan perekonomiannya, CCP dapat menjamin rezimnya tetap berkuasa di

pemerintahan.

Intensi ekonomi Cina juga dapat dianalisa melalui beberapa proyek yang

dibangun Cina dalam rangkaian mutiaranya. Meningkatnya ketergantungan Cina

terhadap minyak impor dari wilayah Timur Tengah dan Afrika, telah membuat Cina

meningkatkan kegiatan energy shipping menuju negaranya. Minyak yang diangkut

harus melalui beberapa chokepoint yang rawan dengan ancaman pembajakan dan

membutuhkan biaya yang cukup besar untuk sampai di Cina. Proyek-proyek seperti,

Gwadar, Hambantota, Kyaukpyu, Kra Canal dan Chittagong memiliki keuntungan

komersial sebagai titik transfer, dimana minyak yang berasal dari Timur Tengah dan

Afrika diturunkan di pelabuhan tersebut untuk kemudian disalurkan ke wilayah Cina

melalui jalur pipa strategis, langsung menuju Cina. Dengan model penyaluran seperti 33

Vikas Bajaj, “China's 'string of pearls' meant to encircle India?”. Diakses dari:

http://www.deccanherald.com/content/53291/ pada tanggal 23 April 2013

Page 15: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

15

itu, Cina dapat menghemat biaya pelayaran dan menghindari ancaman pembajakan

kapal yang rawan terjadi. Pada Juni 2009, ditegaskan oleh Kapten Angkatan Laut Cina,

Xie Dongpei, bahwa pembangunan pelabuhan di Sri Lanka, Bangladesh dan Pakistan

murni untuk tujuan komersial34

. Lebih lanjut, presiden Sri Lanka dan menteri luar

negeri Bangladesh mendukung pernyataan pihak Cina tersebut, dengan menjelaskan

kepada publik bahwa investasi yang dilakukan Cina di negaranya dilakukan untuk

kepentingan ekonomi35

.

Dari analisa mengenai intensi dan kapasitas militer Cina sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa pengembangan String of Pearl oleh Cina lebih cenderung dilakukan

untuk kepentingan ekonomi, terkait keamanan energinya. Sedangkan dari sisi militer,

kapasitas militer yang dimiliki Cina dinilai lebih bersifat defensif daripada digunakan

untuk motif-motif ofensif. Motif militer Cina yang bersifat defensif inilah yang

kemudian dianggap sebagai motif ofensif oleh India, yang pada akhirnya menempatkan

negara India dalam ketidakamanan, hal ini lah yang kemudian disebut dilemma of

interpretation. Ketidakmampuan India dalam membedakan motif defensif dan ofensif

dari String of Pearl kemudian menjadi dorongan India untuk membangun kapabilitas

militernya, dalam menghadapi Cina. Dr. Harsh V. Pant, seorang peneliti di Defence

Studies Department Universitas King, menjelaskan pula kekhawatiran India terhadap

Cina, “India is really worried about China’s role in Gwadar and its penetration of

India’s periphery. There’s Gwadar, Hambantota [in Sri Lanka] and Chittagong [in

34

Daniel Kostecka, “Hambantota, Chittagong, and the Maldives – Unlikely Pearls for the Chinese Navy”,

19 Novemeber 2010. Diakses dari:

http://www.jamestown.org/programs/chinabrief/single/?cHash=a82d537697&tx_ttnews%5Btt_news%5D

=37196 pada tanggal 20 Mei 2013 35

Ibid

Page 16: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

16

Bangladesh]– all troublesome for New Delhi. India is responding in its usual

haphazard manner36

Mengambil dari penjelasan Ken Booth, Nicholas Wheeler dan Robert Jervis

mengenai dilema keamanan, suatu negara yang masuk pada kondisi dilemma of

response dapat membuat pilihan dalam merespon tindakan negara lain setelah

menetapkan interpretasi. Dalam kondisi ini, India lebih memilih untuk saling

berhadapan langsung dengan Cina dalam memperebutkan pengaruh atau menciptakan

daerah penyangga dalam konteks geopolitik. Dengan melihat beberapa aspek,

khususnya aspek militer dan ekonomi Cina yang memiliki kapasitas serta kapabilitas

lebih besar dibandingkan India, maka India mengambil langkah strategi power

projection sebagai hasil dari pilihannya tersebut. India mulai membangun dan

melakukan modernisasi kapasitas militernya dalam aspek maritim, serta kemudian

membangun diplomasi dengan negara-negara sekitarnya untuk memperkuat

kemampuan power projectionnya

Power Projection India

Power projection secara jelas telah disebutkan dalam Doktrin Maritim India

sebagai salah satu misi yang dijalankan untuk mencapai tujuan-tujuan strategisnya,

dalam konteks maritim. Program-program pengembangan kapabilitas militer secara

besar-besaran, terus dilakukan oleh India dengan tujuan memberikan kemampuan lebih

untuk melakukan power projection di Samudra Hindia. Proyek pembangunan militer

tersebut mencakup penambahan postur nuklir India menjadi sea-based nuclear,

investasi dalam perluasan kapasitas kapal laut dan kapal selamnya, serta pengembangan

36

Tim Daiss, “encircling India: China‟s South Asia String of Pearls”. Diakses dari:

http://www.energytribune.com/74635/encircling-india-chinas-south-asia-string-of-

pearls#sthash.NFGb1Jph.dpuf pada tanggal 20 Mei 2013

Page 17: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

17

angkatan udaranya (mengembangkan pesawat tempur, pesawat tanker yang digunakan

untuk refuelling di udara dan sistem AWACS).

Dalam Doktrin Maritim India juga disebutkan bahwa, jika kapabilitas power

projection dapat terpenuhi secara utuh, maka hal tersebut akan menempatkan Angkatan

Laut India di posisi yang diperhitungkan. Menurut Ladwig, power projection memiliki

fungsi untuk merespon krisis yang terjadi, melakukan tindakan detterence dan

memelihara stabilitas regional37

. Dimensi militer dari power projection sendiri memiliki

sembilan bentuk, yakni: securing SLOC, noncombatant evacuation operations,

humanitarian assistance, peacekeeping, showing the flag, comppelence/detterence,

punishment, armed intervention dan conquest. Doktrin Maritim India kemudian

menjelaskan beberapa kapabilitas yang dapat digunakan dalam melakukan power

projection, antara lain: amphibious assault, expeditionary operations dan distant

operations.38

Amphibious Assault memiliki lingkup power projection dari wilayah laut hingga

ke wilayah pantai. Penyerangan tersebut dilakukan dengan menempatkan wilayah pantai

sebagai basis untuk melakukan serangan dari darat maupun laut.39

Kedua, expeditionary

operations memiliki definisi dan lingkup yang hampir sama dengan Amphibious

Assault, namun berbeda dalam penggunaan wilayah pantai sebagai basis penyerangan.

Operasi ini menyertakan komponen cadangan logistik karena seluruh armada angkatan

laut akan berada di laut atau wilayah pihak lain untuk waktu yang tidak ditentukan.40

Sedangkan distant operations merupakan operasi yang berbasis pada access, mobility

37

Walter C. Ladwig, “India and Military Power Projection,” Asian Survey 50, no. 6 (2010): 1166 38

Richard D. Marshall, Thesis: “The String of Pearls: Chinese Maritime Presence in The Indian Ocean

and its Effect on Indian Naval Doctrine” (Monterey, California: Naval Postgraduate School, 2012) h. 33 39

Ibid 40

Ibid, h. 34

Page 18: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

18

dan sustenance dalam melakukan power proyeksi untuk melindungi kepentingan

nasional negaranya. Dalam operasi ini, armada angkatan laut ditempatkan di wilayah

perairan yang masih merupakan bagian dari pertahanan India.41

Terlepas dari keterbatasan kapasitas angkatan lautnya, India selama satu dekade

terakhir telah melakukan beberapa upaya power projection mulai dari Laut Cina Selatan

hingga Mediterania timur dan secara spesifik di bagian barat Samudra Hindia42

. Pada

tahun 2002, unit laut dan udara Angkatan Laut India (IN) melakukan patroli bersama

dengan Angkatan Laut Indonesia di sepanjang batas maritim. Pusat patroli tepat berada

di enam derajat di antara Pulau Nikobar dan Pulau Sumatra, yang menjadi titik rentan

shipping energy Cina.43

Selanjutnya, India melakukan patroli serupa di kawasan Laut

Andaman, bekerjasama dengan Thailand.

Pada tahun 2004, Angkatan Laut India berpartisipasi aktif dalam operasi

pemberian bantuan pasca tsunami dengan mengerahkan 32 kapal yang berisi lebih dari

20.000 personil angkatan laut. Operasi tersebut bertujuan untuk mengevakuasi dan

menyediakan pasokan listrik serta air bersih bagi korban tsunami di Sri Lanka,

Kepulauan Maladewa, Indonesia, Thailand dan Malaysia44

. Angkatan Laut India juga

menjangkau hingga ke negara-negara yang berada di pesisir timur Afrika dan

melakukan latihan bersama angkatan laut setempat serta pertukaran personel angkatan

laut dengan beberapa negara tersebut untuk nantinya mendapatkan pendidikan45

. Masih

di tahun 2004, Angkatan Laut India menyediakan dukungan dalam pengamanan African

41

Ibid 42

Walter C. Ladwig, “India and Military Power Projection: Will the Land of Gandhi Become a

Conventional Great Power?” Asian Survey 50, no. 6 (2010) h. 1162-83. 43

Ibid 44

Marwaan Macan-Markar, “India Shifts Regional Geopolitical Cards,” Asia Times. Diakses dari:

www.atimes.com/atimes/South_Asia/GA27Df04.html pada tanggal 20 Mei 2013 45

David Scott, “India‟s Drive For A Blue Water Navy”, Journal of Military and Strategic Studies. Winter

2007-08, Vol. 10, Issue 2.

Page 19: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

19

Summit yang diadakan di Mozambique46

. Dilanjutkan pada tahun 2006, naval vessels

milik India ikut mengevakuasi lebih dari 2000 ekspatriat India, Sri Lanka dan Nepal

dari Lebanon selama negara tersebut berkonflik dengan Israel.47

India juga

menunjukkan kekuatan angkatan lautnya dalam showing the flag dengan mengirimkan

flotilla (armada kapal laut berukuran kecil) yang berisi tiga atau empat kapal ke Teluk

Oman, Teluk Persia, Laut Merah dan dalam beberapa kesempatan juga ke kawasan

Mediterania, secara tahunan. Armada tersebut mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di

beberapa negara kawasan tersebut dan melakukan latihan bersama dengan angkatan

laut setempat.

Angkatan Laut India juga mengadakan latihan gabungan di Teluk Benggala

bersama Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Singapura, pada September 2007.48

Latihan gabungan tersebut melibatkan tiga aircraft carrier (dua diantaranya dilengkapi

dengan nuklir), sebuah kapal selam nuklir, sejumlah frigate dan destroyer, serta lebih

dari 30 pesawat tempur. Sebelumnya, India pernah mengadakan latihan gabungan

bersama Amerika Serikat dan Jepang di sepanjang pantai Pasifik Asia Timur, pada

April 2007. Selain itu, pada April 2008, India dan Myanmar menandatangani perjanjian

tentang transportasi sungai yang juga merupakan bagian dari pengembangan pelabuhan

Sittwe di Myanmar oleh India serta merumuskan proposal untuk membangun pelabuhan

bawah laut di Dawei49

.

46

Ibid 47

Ibid 48

Walter C. Ladwig, “India and Military Power Projection: Will the Land of Gandhi Become a

Conventional Great Power?” Asian Survey 50, no. 6 (2010) h. 1162-83. 49

”Myanmar, India finalizing River Transportation Project”. Xinhua, 28 Agustus 2007. Diakses dari:

http://english.people.com.cn/90001/90778/6249864.html pada tanggal 20 Mei 2013

Page 20: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

20

Lebih lanjut, Angkatan Laut India juga turut serta dalam operasi counter-piracy

sejak tahun 2008, dengan pengiriman personel ke Teluk Aden dan Somali Basin.50

Sebagai bagian dari misi yang dijalankan, India telah berhasil mempertahankan

posisinya di dua area kunci Laut Arab dengan penempatan kapal perangnya secara

permanen. Sejak tahun 2008 kapal perang India tersebut ditempatkan di wilayah Teluk

Aden dalam rangka pengamanan dari kemungkinan ancaman pembajakan terhadap

kapal dagang India yang melewati kawasan itu. Selain itu, secara permanen India juga

menempatkan pesawat pengintai dan beberapa kapal perang di dekat Seychelles untuk

kepentingan pengawasan kegiatan ekonomi di kawasan tersebut serta lalu lintas maritim

di sepanjang pantai timur Afrika.51

India juga memproyeksikan kekuatannya dengan melakukan nuclear detterence.

Pada April 2007, India berhasil menguji intermediate range ballistic missile (IRBM),

Agni-III, yang merupakan nuklir pertama India yang mampu menjangkau hingga

wilayah Cina, dengan daya jangkau 3500-4000 kilometer.52

Meskipun pihak India

menyatakan bahwa nuklirnya tidak dilengkapi dengan hulu ledak, namun nuklir tersebut

tetap memiliki kapasitas jika nantinya digunakan dengan hulu ledak53

. Lebih lanjut,

Defence Research and Development Organisation (DRDO), sebuah badan yang

menangani pengembangan nuklir India, terus mengembangkan teknologi Agni-III

dengan tujuan untuk menangkal kapabilitas nuklir yang dimiliki Cina54

. India menilai

bahwa Cina memiliki sekitar 400 nuklir, dimana beberapa diantaranya sengaja

50

Walter C. Ladwig, “India and Military Power Projection: Will the Land of Gandhi Become a

Conventional Great Power?” Asian Survey 50, no. 6 (2010) h. 1162-83. 51

Ibid 52

Arun Vishwakarma, “India‟s Strategic Missiles, India Defence Review”. Diakses dari:

http://www.indiandefencereview.com/news/indias-strategic-missiles/ pada tanggal 26 April 2013 53

Ibid 54

Ibid

Page 21: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

21

diarahkan ke negaranya. Hal tersebut dinyatakan dalam laporan tahunan Kementerian

Pertahanan India tahun 2002 melalui pernyataannya:

“every major Indian city is within reach of Chinese missiles and this

capability is being further augmented to include Submarine Launched

Ballistic Missiles (SLBMs). The asymmetry in terms of nuclear force is

pronouncedly in favour of China and is likely to get further accentuated

as China responds to counter the US missile defence programme”

III. Penutup

String of Pearl merupakan strategi yang dikembangkan oleh Cina dengan tujuan

untuk mengamankan jalur pengiriman energi ke negaranya. Dalam strategi tersebut,

Cina membangun dan menempatkan beberapa kapasitas militer di sekitar kawasan

Samudra Hindia yang kemudian dianggap sebagai sebuah ancaman bagi India.

Ancaman tersebut diidentifikasi melalui indikator ambiguous symbolism of weapons

dan the other minds problem yang kemudian membawa India ke dalam dua level

security dilemma, dilemma of interpretation dan dilemma of response.

Kemampuan ofensif yang dimiliki Cina merupakan hal yang dapat menjadi

ukuran ancaman bagi India. Penempatan kapasitas militer ofensif Cina di Kepulauan

Coco, Pulau Woody dan Kepulauan Hainan dengan penempatan basis militer angkatan

laut maupun angkatan udara yang cukup besar serta instalasi satelit pemantauan di

kawasan Laut Cina Selatan dinilai memberikan ancaman bagi aktivitas India di Laut

Cina Selatan. Rencana jangka panjang pembangunan pangkalan angkatan laut di

Gwadar, Chittagong dan Hambantota yang akan digunakan untuk penempatan sejumlah

armada Angkatan Laut Cina juga memberikan ancaman bagi India, dengan

menyediakan akses yang lebih besar ke wilayah India melalui jalur laut dan wilayah-

wilayah strategis yang berada di sekitar India.

Page 22: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

22

Sedangkan terkait the other minds problem, indikator yang digunakan adalah

dengan melihat intensi dan motif Cina dalam pengembangan String of Pearl. Cina yang

secara strategis menempatkan titik-titik mutiaranya di sekeliling wilayah India dan

melengkapinya dengan sejumlah fasilitas militer telah menempatkan India dalam posisi

terkepung. Sejumlah ancaman tersebut kemudian memberikan implikasi terhadap India,

ketika String of Pearl yang dikembangkan oleh Cina dinilai telah membuat India berada

dalam posisi terkepung dan membuat India masuk ke dalam kondisi security dilemma

karena ketidakmampuan dalam membedakan niat ofensif dan defensif Cina.

Ketidakmampuan India dalam membedakan motif defensif dan ofensif dari

String of Pearl kemudian menjadi dorongan India untuk membangun kapabilitas

militernya, dalam menghadapi Cina. India mulai mengembangkan kapasitas angkatan

lautnya melalui modernisasi dan peningkatan jumlah fasilitas serta armada angkatan

lautnya untuk memperkuat kapabilitas power projectionnya. Power projection yang

dilakukan India di kawasan Samudra Hindia bertujuan untuk menangkal pengaruh Cina

di kawasan tersebut melalui tindakan detterence. Kerjasama militer dengan berbagai

negara dan sejumlah operasi yang bersifat maritim dilakukan oleh India, dengan tujuan

menunjukkan kekuatan militer maritimnya kepada pihak lawan serta memperkuat

posisinya di Samudra Hindia. India juga melakukan pengembangan kapasitas nuklirnya

yang ditujukan untuk menangkal kekuatan nuklir Cina. Namun, power projection yang

dilakukan India dinilai belum efektif mengingat beberapa proyek pengembangan

kapabilitas militernya masih dalam tahap penyelesaian.

Page 23: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

23

Referensi

“China Builds Secret Nuclear Submarine Base in South China Sea”, diakses dari:

http://www.foxnews.com/story/2008/05/02/china-builds-secret-nuclear-

submarine-base-in-south-china-sea/

“China Extends Runway on Woody Island in South China Sea”. Diakses dari:

http://www.wantchinatimes.com/news-subclass-

cnt.aspx?id=20120813000052&cid=1101

“China‟s silicon sea route via Thailand Boon to Hambantota, but threat to Singapore”.

Diakses dari: http://infolanka.asia/opinion/sri-lanka/chinas-silicon-sea-route-

via-thailand-boon-to-hambantota-but-threat-to-singapore/china-and-kra-canal

“Myanmar, India finalizing River Transportation Project”. Xinhua, 28 Agustus 2007.

Diakses dari: http://english.people.com.cn/90001/90778/6249864.html

Ali, Ghulam. “China‟s strategic interests in Pakistan‟s port at Gwadar”, diakses dari:

http://www.eastasiaforum.org/2013/03/24/chinas-strategic-interests-in-

pakistans-port-at-gwadar/

Bajaj, Vikas, “China‟s „string of pearls‟ meant to encircle India?”. Diakses dari:

http://www.deccanherald.com/content/53291/chinas-string-pearls-meant-

encircle.html

Bajaj, Vikas, “India Worries as China Builds Ports in South Asia”. Diakses dari:

http://www.nytimes.com/2010/02/16/business/global/16port.html?_r=0

Chellaney, Brahma, “China Covets a Pearl Necklace: Dragon‟s Foothold in Gwadar”.

Diakses dari: http://chellaney.net/2007/04/06/china-covets-a-pearl-necklace/

Chellaney, Brahma. “Assesing India‟s Reactions to China‟s Peaceful Development

Doctrine” Functioning of the Aviation Arm of the Indian Navy. Comptroller &

Auditor General (CAG) Report No. 7 of 2010-2011. Diakses dari:

http://www.cag.gov.in/html/reports/defence/2010-11_7AFN-PA/chap2.pdf

Daiss, Tim. “encircling India: China‟s South Asia String of Pearls”. Diakses dari: http://

www.energytribune.com/74635/encircling-india-chinas-south-asia-string-of-

pearls#stha sh. NFGb1Jph.dpuf

Ebel, Robert E. 2006. China’s Energy Future. Center for Strategic and International

Studies (CSIS).

Engardio, Pete. 2007. CHINDIA; Strategi Cina dan India menguasai Bisnis Global. PT

Bhuana Ilmu Populer.

Page 24: implikasi string of pearl terhadap strategi militer india di kawasan samudra hindia

24

Klein, John J. 2007. "Maritime Strategy Should Heed U.S. and UK Classics". U.S.

Naval Institute Proceedings 133 (4).

Kostecka, Daniel. 2010 “Hambantota, Chittagong, and the Maldives – Unlikely Pearls

for the Chinese Navy”. Diakses

dari:http://www.jamestown.org/programs/chinabrief/single/?cHash=a82d537697

&tx_ttnews%5Btt_news%5D=37196

Kumar, Yukteshwar. “Hu, Pakistan and the „String of Pearls‟”. Diakses dari: http://

www.rediff.com/news/2006/nov/28guest.htm

Ladwig, Walter C. 2010. “India and Military Power Projection: Will the Land of

Gandhi Become a Conventional Great Power?”. Asian Survey 50, no. 6.

Markar, Marwaan Macan. 2005. “India Shifts Regional Geopolitical Cards”. Asia

Times. Diakses dari: www.atimes.com/atimes/South_Asia/GA27Df04.html

Richard D. Marshall. 2012. Thesis: “The String of Pearls: Chinese Maritime Presence in

The Indian Ocean and its Effect on Indian Naval Doctrine”. Monterey,

California: Naval Postgraduate School.

Roy, Rahul Chaudhury. Maritime Ambitions and Maritime Security. Berlin: German

Institute for International and Security Affairs Stiftung Wissenschaft und Politik.

Scott, David. “India‟s Drive For A Blue Water Navy”, Journal of Military and Strategic

Studies, Winter 2007-08, Vol. 10, Issue 2.

Scott, David. “India‟s Drive For A Blue Water Navy”, Journal of Military and Strategic

Studies, Winter 2007-08, Vol. 10, Issue 2.

Sharma, Harvir. 2001. “China‟s Interest in the Indian Ocean RIM Countries and India‟s

Maritime Security”, India Quarterly: A Journal of International Affairs.

Vishwakarma, Arun. “India‟s Strategic Missiles, India Defence Review”. Diakses dari:

http://www.indiandefencereview.com/news/indias-strategic-missiles/

Y. Lin, Christina, Militarisation of China’s Energy Security Policy–Defence

Cooperation and WMD Proliferation Along its String of Pearls in the Indian

Ocean. Berlin: ISPSW Institut für Strategie- Politik Sicherheits und

Wirtschaftsberatung.