implementasi value engineering (ve) pada desain …

7
TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X 99 IMPLEMENTASI VALUE ENGINEERING (VE) PADA DESAIN BANGUNAN TINGGI : METODE PELAT LANTAI PRACETAK HALF-SLAB TERHADAP CAST-IN-SITU Rachmi Yanita 1) , Krishna Mochtar 1) , Nurul Huda 1) 1) Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Dalam industri konstruksi, kinerja pihak penyedia jasa diukur dengan indikator Biaya, Mutu dan Waktu. Untuk mendapatkan hasil proyek yang optimal perlu dilakukan Value Engineering (VE), terutama pada tahap perencanaan karena akan memberi dampak positif terbesar pada kualitas proyek. Penelitian ini melakukan VE terhadap desain bangunan tinggi dengan pelat lantai metode cast-in-situ dengan alternatif metode pelat lantai beton pracetak half-slab. Hal ini ditunjang pemahaman bahwa metode pracetak lebih cepat pelaksanaannya, namun perlu ditinjau dampaknya terhadap pembiayaan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan efektifitas waktu dan biaya dari metode konstruksi pracetak half-slab terhadap cast-in-situ untuk pelat lantai bangunan. Analisa data primer dan sekunder yang diperoleh dari survei ke proyek studi dan penelitian terdahulu, meliputi perbandingan prosedur tahapan kerja, peralatan pendukung dan kebutuhan tenaga kerja untuk akhirnya diperoleh produktivitas dan kebutuhan biaya masing-masing alternatif metode pelat tersebut. Hasil analisa menunjukkan bahwa metode pelat half slab pada proyek pembangunan gedung 50 lantai (luas lantai 58290 m2) dapat mempercepat durasi pelaksanaan 36% dan penghematan biaya 22 % dari pada metode pelat cast-in-site. Hal ini memberi masukan pada dunia industri konstruksi tentang peran VE pada masa perencanaan dapat mengoptimalkan kualitas proyek. Kata kunci: value engineering, metode konstruksi pelat lantai, efektifitas biaya dan waktu. Pendahuluan Value Engineering (VE) adalah salah satu cara untuk meningkatkat kualitas dan efisiensi suatu proyek konstruksi selain dari usaha pemerintah Indonesia dalam menjaga inflasi, suku bunga yang tinggi, penggunaan rencana anggaran pendapatan dan belanja negara dan biaya pembangunan yang lebih efektif dan efisien guna mengatasi penurunan penerimaan negara akibat krisis global sejak 2008 sampai saat ini. VE merupakan usaha sistemik yang teroganisir untuk mengalisis fungsi suatu item atau sistem untuk mencapai fungsi yang diperlukannya, dengan biaya yang minimal namun tetap memenuhi standar teknis dan biaya perawatan yang efisien. Efisiensi implementasi VE di proyek konstruksi mencapai 41% [1, 2]. Hasil survei pada konsultan dan kontraktor di DKI Jakarta ditahun 2015, menunjukkan bahwa VE dominan dilaksanakan hanya oleh kontraktor yang memenangkan tender dengan kontrak lump-sum. Hal ini menunjukkan bahwa dokumen perencanaan konsultan belum optimal karena tidak dilakukan VE pada tahap desain [3,4]. Pada perencanaan bangunan tinggi, perlu dilakukan VE dengan mengkaji sistem struktur atau metode konstruksi yang akan diterapkan agar sesuai dengan “project-constraint” yaitu biaya, mutu dan waktu. Pada penelitian ini dikaji tentang alternatif sistem pelat lantai pracetak tipe half-slab terhadap hasil desain konsultan yaitu sistem pelat cast in situ atau pelat cor ditempat. Sistem pracetak yang merupakan “one way slab” mempunyai keunggulan dibanding beton cast in situ “two way slab”yang dari aspek waktu akan lebih cepat pelaksanaannya karena telah dicetak terlebih dahulu, sedangkan mutunya akan lebih baik karena dibuat di pabrik dengan kontrol yang tinggi. Aspek biaya juga akan dipengaruhi karena waktu pengerjaan yang lebih singkat (variable cost) dan efisiensi dari biaya bekisting (fixed cost) [5]. Maksud penelitian ini adalah menerapkan VE pada proyek bangunan bertingkat 50 lantai yang didesain menggunakan sistem pelat lantai cast in situ dengan alternatif sistem pelat pracetak tipe half-slab berdasarkan perbandingan waktu dan biaya. Analisis meliputi tahapan proses pengerjaan, peralatan dan pekerja pendukung, kebutuhan waktu dan biaya per satuan luas pelat lantai mengacu pada proyek studi. Adapun tujuan penelitian

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI VALUE ENGINEERING (VE) PADA DESAIN …

TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X

99

IMPLEMENTASI VALUE ENGINEERING (VE) PADA DESAIN BANGUNAN

TINGGI : METODE PELAT LANTAI PRACETAK HALF-SLAB TERHADAP

CAST-IN-SITU

Rachmi Yanita1), Krishna Mochtar1), Nurul Huda1)

1) Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Dalam industri konstruksi, kinerja pihak penyedia jasa diukur dengan indikator Biaya, Mutu dan

Waktu. Untuk mendapatkan hasil proyek yang optimal perlu dilakukan Value Engineering (VE),

terutama pada tahap perencanaan karena akan memberi dampak positif terbesar pada kualitas

proyek. Penelitian ini melakukan VE terhadap desain bangunan tinggi dengan pelat lantai metode

cast-in-situ dengan alternatif metode pelat lantai beton pracetak half-slab. Hal ini ditunjang

pemahaman bahwa metode pracetak lebih cepat pelaksanaannya, namun perlu ditinjau dampaknya

terhadap pembiayaan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan efektifitas waktu dan biaya dari metode

konstruksi pracetak half-slab terhadap cast-in-situ untuk pelat lantai bangunan. Analisa data primer

dan sekunder yang diperoleh dari survei ke proyek studi dan penelitian terdahulu, meliputi

perbandingan prosedur tahapan kerja, peralatan pendukung dan kebutuhan tenaga kerja untuk

akhirnya diperoleh produktivitas dan kebutuhan biaya masing-masing alternatif metode pelat

tersebut. Hasil analisa menunjukkan bahwa metode pelat half slab pada proyek pembangunan gedung

50 lantai (luas lantai 58290 m2) dapat mempercepat durasi pelaksanaan 36% dan penghematan biaya

22 % dari pada metode pelat cast-in-site. Hal ini memberi masukan pada dunia industri konstruksi

tentang peran VE pada masa perencanaan dapat mengoptimalkan kualitas proyek.

Kata kunci: value engineering, metode konstruksi pelat lantai, efektifitas biaya dan waktu.

Pendahuluan Value Engineering (VE) adalah salah satu cara untuk meningkatkat kualitas dan efisiensi

suatu proyek konstruksi selain dari usaha pemerintah Indonesia dalam menjaga inflasi, suku bunga

yang tinggi, penggunaan rencana anggaran pendapatan dan belanja negara dan biaya pembangunan

yang lebih efektif dan efisien guna mengatasi penurunan penerimaan negara akibat krisis global

sejak 2008 sampai saat ini. VE merupakan usaha sistemik yang teroganisir untuk mengalisis fungsi

suatu item atau sistem untuk mencapai fungsi yang diperlukannya, dengan biaya yang minimal

namun tetap memenuhi standar teknis dan biaya perawatan yang efisien. Efisiensi implementasi

VE di proyek konstruksi mencapai 41% [1, 2]. Hasil survei pada konsultan dan kontraktor di DKI

Jakarta ditahun 2015, menunjukkan bahwa VE dominan dilaksanakan hanya oleh kontraktor yang

memenangkan tender dengan kontrak lump-sum. Hal ini menunjukkan bahwa dokumen

perencanaan konsultan belum optimal karena tidak dilakukan VE pada tahap desain [3,4]. Pada

perencanaan bangunan tinggi, perlu dilakukan VE dengan mengkaji sistem struktur atau metode

konstruksi yang akan diterapkan agar sesuai dengan “project-constraint” yaitu biaya, mutu dan

waktu.

Pada penelitian ini dikaji tentang alternatif sistem pelat lantai pracetak tipe half-slab

terhadap hasil desain konsultan yaitu sistem pelat cast in situ atau pelat cor ditempat. Sistem

pracetak yang merupakan “one way slab” mempunyai keunggulan dibanding beton cast in situ

“two way slab”yang dari aspek waktu akan lebih cepat pelaksanaannya karena telah dicetak

terlebih dahulu, sedangkan mutunya akan lebih baik karena dibuat di pabrik dengan kontrol yang

tinggi. Aspek biaya juga akan dipengaruhi karena waktu pengerjaan yang lebih singkat (variable

cost) dan efisiensi dari biaya bekisting (fixed cost) [5]. Maksud penelitian ini adalah menerapkan

VE pada proyek bangunan bertingkat 50 lantai yang didesain menggunakan sistem pelat lantai cast

in situ dengan alternatif sistem pelat pracetak tipe half-slab berdasarkan perbandingan waktu dan

biaya. Analisis meliputi tahapan proses pengerjaan, peralatan dan pekerja pendukung, kebutuhan

waktu dan biaya per satuan luas pelat lantai mengacu pada proyek studi. Adapun tujuan penelitian

Page 2: IMPLEMENTASI VALUE ENGINEERING (VE) PADA DESAIN …

TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X

100

ini adalah mendapatkan besarnya efisiensi biaya dan waktu dengan merubah sistem plat cast in situ

menjadi pracetak half-slab dengan mutu beton dan tulangan yang konstan.

Studi Pustaka Beton pracetak half slab (Gambar 1) dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi

pembuatannya berbeda dengan lokasi elemen akan digunakan. Lawan dari beton pracetak adalah

beton cor di tempat atau cast-in situ, dimana proses produksinya berlangsung di tempat elemen

tersebut akan ditempatkan. Penggunaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan bertingkat

memberikan kualitas mutu beton yang lebih baik dengan efisiensi biaya dan waktu hingga 10% dan

50% . [6]. Agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pracetak hanya akan diproduksi jika

jumlah bentuk tipikal-nya mencapai angka minimum tertentu, bentuk tipikal yang dimaksud adalah

bentuk-bentuk repetitif dalam jumlah besar [7]. Struktur elemen pracetak memiliki beberapa

keuntungan dibandingkan dengan struktur cast in situ, antara lain [8]:

a. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan waktu yang lebih cepat, sehingga erat kaitannya

dengan biaya proyek. Hal ini karena elemen dibuat dipabrik / workshop yang bersamaan

dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.

b. Profil pracetak menggunakan material mutu tinggi serta kualitas bahan yang baik.

c. Lebih efisien karena bekisting yang tidak banyak variasi yang digunakan berulang-ulang..

d. Kualitas elemen yang dihasilkan pada umumnya sangat baik karena dilaksanakan dengan

standar-standar yang baku, pengawasan yang teliti dan ketat.

e. Pekerjaan finishing lebih mudah.

f. Area lapangan pekerjaan relatif tidak perlu luas, mengurangi kebisingan, lebih bersih dan

ramah lingkungan

a.Pembuatan pelat half slab b. Penumpukan half slab c. Pengangkatan

d. Pemasangan half slab e.Half slab + tulangan topping f.Pengecoran OverTopping

Gambar 1 : Proses pelaksanaan pelat pracetak Half slab di proyek studi

Terdapat batasan penggunaan elemen pracetak antara lain tidak ekonomis untuk bangunan

dengan elemen tipikal yang sedikit, perlunya kontrol presisi ukuran elemen pracetak sehingga tidak

bermasalah dalam pemasangan, kesesuaian bentuk dan panjang elemen pracetak dengan alat

transportasi ke lapangan, pertimbangan ekonomis jarak transpotasi darat dan laut, membutuhkan

dukungan handling dan erection, untuk daerah gempa seperti Indonesia perlu analisa kekuatan

Page 3: IMPLEMENTASI VALUE ENGINEERING (VE) PADA DESAIN …

TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X

101

sambungan elemen pracetak yang teruji. Beton cast in situ adalah beton yang dicor dilokasi

konstruksi akhirnya, menggunakan bekisting dan stager/scafolding penahan bekisting. Semua

pekerjaan pembetonan dilakukan secara manual dengan merangkai tulangan pada bangunan yang

dibuat terlebih dahulu. Beton cast in situ memerlukan biaya bekisting, biaya upah pekerja yang

cukup besar. Adapun keunggulan dari beton cast in situ adalah

a. Mudah dan umum dalam pengerjaan di lapangan

b. Mudah dibentuk dalam berbagai penampang

c. Perhitungan relatif mudah dan umum

d. Sambungan balok, kolom dan plat lantai bersifat monolit.

Metodologi Penelitian Survei data primer pelaksanaan dua alternatif metode pelat lantai pada penelitian ini

dilakukan pada dua proyek studi gedung bertingkat yang masing-masing menggunakan pelat cast

in situ dan pelat pracetak half slab di wilayah Jabodetabek. Kedua proyek studi dilaksanakan oleh

kontraktor nasional yang sama sehingga kapasitas kerja adalah konstan. Pengolahan data primer

untuk masing-masing proyek studi di atas meliputi proses pelaksanaan, kebutuhan peralatan dan

tenaga kerja untuk menghitung kebutuhan waktu dan biaya total dan biaya per m2 pelat yang

keduanya mempunyai ketebalan 12 cm. Untuk dasar perbandingan metode pelaksanaan, kebutuhan

pearalatan dan tenaga kerja, biaya dan waktu antara ke dua metode, digunakan data salah satu

proyek studi di atas yang menggunakan pelat cast in situ yaitu bangunan apartemen bertingkat 50

lantai. Bangunan terdiri dari 4 zona yaitu Zona A, B, C dan D yang masing masing memiliki 3

basemen, 7 podium dan 40 lantai typical. dengan luas lantai tipikal 58290m2. (Gambar 2).

(a)

(b)

Gambar 2 : Proyek Studi : (a) Tampak Lantai 1-40 tipikal; (b).Denah Lantai 1-40 tipikal

Page 4: IMPLEMENTASI VALUE ENGINEERING (VE) PADA DESAIN …

TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X

102

Pembangunan gedung ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. Upper Structure (Struktur Bagian Atas)

Luas Bangunan perlantai yang akan di pracetak ±1457 m2 dengan ukuran kolom, balok,

dan pelat relatif sama dimulai dari lantai 1-40 dalam jumlah yang besar.

2. Sub Structure (Struktur Bagian Bawah)

Pondasi: Boorpile Ø1000 mm dengan mutu beton fc50 mpa. Pile cap menggunakan mutu

beton fc 35 mpa

Bagan alir penelitian diberikan pada gambar 3.

Gambar 3 : Bagan Alir Penelitian

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis data proses pelaksanaan pelat half slab dan cast in situ di proyek, waktu

pelaksanaan pelat dan biaya, maka dibuat perbandingan tahapan pelaksanaan pelat (tabel 1),

waktu (gambar 4) dan biaya (Tabel 2).

Kesimpulan

output proses VE : pelat metode pracetak half slab terhadap

cast in situ dengan indikator efektifitas waktu dan biaya

Analisa perbandingan metode Half Slab dengan Cast in situ:

1. AnalisaWaktu Pelaksanaan

2. Analisa Biaya

Implementasi VE pada konstruksi pelat lantai

cast in situ dengan alternatif pelat half slab

Survei pengumpulan data Proyek studi :

metode pelat cast in situ dan metode pelat pracetak, meliputi

tahapan kerja, alat pendukung dan jumlah tenaga kerja,

waktu dan biaya.

Analisa produktifitas dan biaya

Metode Half slab

Analisa produktifitas dan

biaya Metode cat in situ

Page 5: IMPLEMENTASI VALUE ENGINEERING (VE) PADA DESAIN …

TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X

103

Tabel 1 : Perbandingan urutan pelaksanaan pelat cast in situ dan pelat pracetak half slab

Urutan tahapan pelaksanaan

Pelat cast in situ Sistem Pelat 2 arah

Pelat pracetak half slab

Sistem pelat 1 arah

1.Pekerjaan Kolom Bangunan 1.Pekerjaan Kolom Bangunan

2.Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai

2.Pemasangan bekisting balok dengan desain dudukan pelat half-

slab

3.Pembesian balok dan pelat 3.Pembesian balok dengan stek kait untuk pelat pracetak dan

pembuatan elemen pracetak half slab t = 7 cm

4.Pengecoran balok dan lantai 4.Pengecoran balok dan penumpukan elemen half slab

5.Pembongkaran dan curing balok dan pelat

5.Pembongkaran dan curing balok

6.Pemasangan pelat half-slab dan pemasangan wiremesh tulangan

over topping

7.Pengecoran over topping half slab t=5 cm

Dari Tabel 2 dan Gambar 3 diperoleh bahwa pada metode pelat cast in situ lebih panjang waktnya

karena termasuk pekerjaan pelat lantai yang pada metode pracetak half slab lebih singkat, karena

elemen pracetak dibuat di lokasi lain atau di pabrik. Skedul pelaksanaan kedua metode diberikan

pada Gambar 3 adalah pelaksanaan 1 lantai tipikal pelat bangunan dengan tebal 12 cm di proyek

studi seluas 1457 m2 dengan 8 jam kerja, diperoleh produktifitas metode cast in situ dan metode

pracetak half slab masing-masing membutuhkan waktu 11 hari atau 16,56 m2/jam dan 7 hari

kerja atau 26,02 m2/jam per lantai.

(a) (b)

Gambar 4 : Skedul pelaksanaan pelat lantai a) Metode cast in situ; b) Metode pracetak half slab

Untuk 40 lantai tipikal diperoleh durasi total metode cast in situ dan metode pracetak half slab

masing-masing 440 hari dan 280 hari. Rekapitulasi biaya pelat diberikan pada Tabel 3 yang terdiri

dari biaya pekerja, biaya peralatan pendukung dan biaya material, sedangkan perbandingannya

pada Tabel 4

Pek. Pabrikasi hari ke : 1 2 3

Half slab

Pek. Bekisting hari ke : 1 2 3 4

Balok dan plat

Pek. Pembesian hari ke : 1 2 3

Pek. Pembesian hari ke : 1 2

Pek. Pengecoran hari ke :

1

7 hari kerja

SKEMA PEKERJAAN METODE HALF SLAB

Page 6: IMPLEMENTASI VALUE ENGINEERING (VE) PADA DESAIN …

TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X

104

Tabel 3 : Perbandingan Biaya Pelat Pracetak Half slab terhadap Cast In Situ

METODE HALF SLABMETODE CAST IN SITU

1 Pek. Pembuatan Moulding precast

Upah 6,480,000 -

Bahan 93,357,500 -

2 Pek. Pabrikasi Precast

Upah 1,275,894,578 -

Bahan 6,374,200,918 -

3 Pekerjaan Install Precast

Upah 518,400,000 -

4 Pekerjaan Pengecoran Topping precast

Upah 147,600,000 -

Bahan 5,611,200,787 -

5 Peralatan kerja 5,807,875,000 9,932,577,600

6 Pekerjaan Bekisting Cast In Situ

Upah - 2,299,200,000

Bahan - 13,136,796,219

TOTAL BIAYA 19,835,008,783 25,368,573,819 (5,533,565,036)

VOLUME 58,290 58,290

HARGA PER m2 340,284 435,216 (94,932)

BIAYA BEKISTING PLATURAIAN NO DEVIASI

Tabel 4 :Perbandingan Biayadan Waktu Total Pekerjaan Pelat Lantai tipikal Metode

Cast in Situ terhadap Metode Half slab

TOTAL WAKTU TOTAL BIAYA

(HARI) (RUPIAH)

1 Pelat Lantai Half Slab 280 19,835,008,783

2 Pelat Lantai cast in situ 440 25,368,573,819

Selisih Perbandingan (160) (5,533,565,036)

Effisiensi 36% 22%

METODENO

Kesimpulan

Dari hasil analisa perbandingan dua metode pelat yaitu pelat cast in situ dengan pelat

pracetak pada bangunan dengan 40 lantai tipikal dan luas lantai 58290 m2, didapatkan hasil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Metode pelaksanaan pelat pracetak lebih praktis, membutuhkan jumlah pekerja lebih sedikit,

waktu pelaksanaan lebih cepat dengan biaya lebih murah dibandingkan dengan metode cast in

situ. Hal ini dipengaruhi oleh efisiensi waktu, berkurangnya pemakaian bekisting dan half slab

yang berfungsi sebagai bekisting.

2. Sistem pelat cast in situ merupakan pelat dua arah dengan tebal pelat 120 mm dan mutu K350,

membutuhkan waktu pelaksanaan 440 hari dengan biaya Rp 25.368.573.819 berdasarkan harga

satuan di periode tahun 2017. Sedangkan pelat pracetak half slab K350 membutuhkan waktu

pelaksana an selama 280 hari dengan, tebal half slab 70 mm, topping cor in situ tebal 50 mm

dan biaya sebesar Rp. 19.835.008.783.

3. Penggunaan metode pracetak half slab memberikan penghematan biaya Rp. 5.533.565036,11,-

atau 22% dan percepatan waktu sebesar 160 hari atau 36% dibanding pelat lantai cast in situ.

4. Adanya efisensi waktu dan biaya dengan perubahan sistem cast in situ menjadi sistem pracetak

pracetak menunjukkan manfaat implementasi dari VE pada tahap konstruksi. Bila VE

diterapkan pada saat tahap perencanaan akan memberi penghematan biaya yang lebih lagi.

Page 7: IMPLEMENTASI VALUE ENGINEERING (VE) PADA DESAIN …

TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X

105

5. Hal penting pada pelaksanaan sistem pracetak adalah pada sistem sambungan yang harus teruji

kekuatannya terhadap beban gempa untuk menjamin kontinuitas dan monolisitas elemen

struktur untuk ketahanan terhadap gempa. Selain itu perlu diperhatikan kebutuhan dukungan

alat angkut tower crane untuk pengangkatan elemen pracetak, lokasi penumpukan elemen

pracetak di lokasi proyek dan pelaksanaan sambungan elemen pracetak “grouting’ dengan pasta

semen mutu tinggi yang dilaksanakan dengan keahlian khusus.

Daftar pustaka

[1] Chandra,Suriana.2014 “Maximaizing Construction Project and Investment Budget Efficiency

with Value Engineering”. Kompas Gramedia, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, Bab 1 sd

Bab 3, hlm. 1-46.

[2] Yanita, Rachmi, et al. 2018. “Legal Aspect of Value Engineering Implementation in Jakarta

(Indonesia) Construction Projects”. International Journal of Construction Management,

https://doi.org/10.1080/15623599.2018.1511946

[3] S. Vahid, et al. 2017“Value engineering practices in infrastructure projects: a case study of

Ilam Gas Refinery's water transmission system at Reno Mountain, Iran”. International Journal

of Construction Management, May 2017, DOI: 10.1080/15623599.2017.1326298.

[4] Yanita,Rachmi. (2000). “Kajian Kontrak Konstruksi Indonesia”. Jurnal IPTEK ITI Thn V

No.XVI, Febr 2000, hlm. 48-56.

[5] Antonius. (2014). “Metode Pelaksanaan Beton Pracetak pada Struktur Tunnel Feeder”.

Seminar Nasional Teknik Sipil IV-2014, UMS Surakarta, ISBN 978-602-70429-0-2, Research

Gate.

[6] Ervianto I.W. (2006). Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi. Penerbit: Andi, Jakarta

[7] Batubara, Iqbal. (2012). “Teknologi Bahan (Beton Precast). Departemen Teknik Sipil Unines.

[8] Wahyudi, Hendrawan dan Hanggoro,Dwi. (2010). “Perencanaan Struktur Gedung BPS

Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Beton Pracetak”. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas

Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.