implementasi permendagri nomor 4 tahun 2010...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PERMENDAGRI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG
PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DI
KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014
(STUDI KECAMATAN BINTAN TIMUR)
NASKAH PUBLIKASI
OLEH
FIRDASARI
NIM. 110565201141
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015
2
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai gejala yang menyangkut tentang
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Bintan
Timur. Dasar kebijakan dalam pelaksanaan Paten tersebut adalah Permendagri
Nomor 4 Tahun 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut dibuat karena
banyaknya keluhan masyarakat mengenai pelayanan di Pemerintahan.
Alasan peneliti memilih tema tentang Implementasi Program Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Bintan Timur adalah
karena Paten di Kecamatan Bintan Timur merupakan proyek percobaan
Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan yang pertama kali diterapkan. Bukan hanya
ditingkat Kabupaten, Paten di Kecamatan Bintan Timur juga diterapkan pertama
kali ditingkat Provinsi Kepulauan Riau. Setelah setahun diimplementasikan
program Paten terdapat beberapa keberhasilan yang dicapai oleh Kecamatan
Bintan Timur seperti penghargaan Paten terbaik tingkat Nasional, Camat terbaik
yang menerapkan Paten serta banyaknya studi banding dari berbagai macam
daerah baik dari dalam Kepulauan Riau maupun diluar Kepulauan riau.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untyk mengetahui faktor-faktor
keberhasilan implementasi program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) di Kecamatan Bintan Timur. Penelitian ini menggunakan teori
keberhasilan implementasi dari Mazmanian dan Sabatier yang dikuti dari buku
AG. Subarsono. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif karena ingin menggambarkan serta menjelaskan secara rinci
mengenai implementasi Paten di Kecamatan Bintan Timur.
Dengan menggunakan metode Deskriptif Kualitatif, peneliti menemukan
temuan penting baik yang positif maupun negatif yaitu adanya kendala teknis
seperti masalah listrik serta masalah tower jaringan yang belum dipindahkan dari
kantor Camat yang lama ke kantor Camat yang baru, masalah jarak kepengurusan
dari Kijang ke Tanjungpinang, kurangnya tenaga ahli di Kecamatan Bintan Timur,
koordinasi antar aparat cukup baik, banyaknya dukungan masyarakat dengan
adanya program Paten, kuatnya komitmen Pemerintah Daerah untuk menerapkan
Paten di Kabupaten Bintan khususnya di Kecamatan Bintan Timur sebagai proyek
percoban.
Kata Kunci : Implementasi Paten
3
ABSTRACK
This study discusses phenomenon concercning the Paten ini Bintan
Eastern Districts. Basic policy implementation is Permendagri Number 4 year
2010. Permendagri Number 4 year 2010 was made because a lot of complaints
from the public about government services.
The reason then researchers chose the theme of implementation in sub
Bintan Paten east is because Paten in the district that is first applied. Not only at
the district level, in the district Paten eastern Bintan also applied first at the level
of Riau Islands Province. After a year program implemented Paten there are
some successes achieved by the eastern district such as the award Bintan Best
Paten National level, sub-district that implement Paten well as many comparative
studies of various regions either from inside or outside the Riau Islands.
The objective of this study was to determine the success factors in the
implementation Paten Bintan eastern districts. This study uses the theory of
successful implementation of the Mazmanian and Sabatier quoted from book AG.
Subarsono. In this study, researchers used a qualitative descriptive research
method because it wants to describe and explain in detail about the
implementation in the district bintan Paten east.
By using qualitative descriptive method, researchers found important
findings either positive and negative, namely the existence of technical constrains
such as electrical problems as well as problems tower that as not been transferred
to the new sub-district office, problems within the management of Kijang to
Tanjungpinang, lack of experts in the district Bintim, coordination an apparatus
quite well, much support the community with the Paten program, commitment
district government to implement strong Bintan Paten distict Bintan expecially in
district east as a pilot project.
Key Words : Paten of Implementation
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberian pelayanan umum oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat
sebagai pengunjung merupakan perwujudan dan fungsi aparatur Negara sebagai
abdi masyarakat disamping sebagai abdi Negara. Pelayanan adalah layanan yang
berorientasi pada kepuasan pengunjung dan memberi layanan melampaui dari
yang diharapkan pengunjung. Kepuasan dalam hal ini adalah bagaimana
pelayanan itu bisa tepat, maupun itu tepat waktu, biaya tarif, dasar dari kebijakan,
serta prosedur yang harus dipenuhi. Apabila kriteria tersebut dapat tercapai maka
timbul rasa kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan para birokrat.
Pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di Kecamatan Bintan Timur.
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) merupakan program
nasional yang di seluruh Indonesia untuk lebih mengoptimalkan pelayanan
administrasi bagi masyarakat di Kecamatan sebagai salah satu upaya
mengoptimalkan pelayanan administrasi bagi masyarakat. Maksud
penyelenggaraan Paten adalah mewujudkan Pemerintah Kecamatan sebagai pusat
pelayanan masyarakat dan simpul bagi Kantor/Badan/Dinas pelayanan terpadu di
Kabupaten/ Kota di seluruh Indonesia.
5
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas dan mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat di bawah koordinasi dan binaan Camat selaku
penanggung jawab penyelenggaraan Paten.Berdasarkan Permendari No. 4 tahun
2010, ada tiga syarat bagi Pemerintah Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan
Paten.Tiga syarat tersebut, Syarat Substantif yaitu adanya pelimpahan wewenang
dari Bupati kepada Camat.Kemudian syarat administratif yaitu adanya Standard
Operasional Prosedur pelaksanaan Paten, dan syarat teknis yaitu kesiapan sarana
prasarana Paten.
Paten hadir karena adanya keluhan dan tuntutan masyarakat atas
penyelengara pemerintah yang baik dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25
tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan. Pada
hakikatnya masyarakat ingin adanya pemenuhan pelayanan yang merupakan
perwujudan sebagai abdi masyarakat, sehingga masyarakat dapat memenuhi dan
mendapatkan pelayanan yang baik dari pemerintah sesuai dengan undang-undang
yang berlaku.
Kecamatan Bintan Timur merupakan proyek percobaan (Pilot Project)
dalam menerapkan Paten di Kepulauan Riau tahun 2013, ini berarti Paten di
Kecamatan Bintan Timur hadir pertama kali di Kepulauan Riau. Paten di
Kecamatan Bintan Timur merupakan Paten terbaik tingkat nasional dan mendapat
penghargaan “The Best Practice Paten” tahun 2014. Sehingga dengan adanya
penghargaan tersebut yang diberikan oleh Kementrian Dalam Negeri kepada
6
Kecamatan Bintan Timur, pelayanan Paten sudah dikunjungi oleh 28 daerah yang
tujuannya ingin belajar mengenai program Paten tersebut. Dengan mendapatkan
penghargaan Paten terbaik tingkat nasional di tahun 2014, maka Camat Bintan
Timur juga memperoleh penghargaan camat berprestasi program Paten di
Kabupaten Bintan oleh Bupati Bintan.
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui proses Kecamatan Bintan Timur menjadi proyek percobaan (pilot
project) Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di Kepulauan
Riau.
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi Paten
di Kecamatan Bintan Timur, faktor pendorong dan penghambat dalam
Implementasi Permendagri Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di Kecamatan Bintan Timur.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
a. Untuk menambah wawasan berfikir peneliti mengenai Implementasi
Permendagri Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN) Di Kabupaten Bintan khususnya di Kecamatan Bintan
Timur.
b. Untuk mengetahui proses Kecamatan Bintan Timur sebagai pilot project
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kepulauan Riau.
7
c. Untuk menambah informasi bagi masyarakat bahwa Kecamatan Bintan Timur
merupakan Pilot Project dalam program Paten di Kepulauan Riau.
d. Sebagai kontribusi bagi para birokrat dan pemerintahan daerah agar dapat
menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat dengan baik.
C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Menurut Moleong “Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan antara satu variabel dengan variabel
lain.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Bintan Timur. Peneliti memilih
lokasi Paten di Kecamatan Bintan Timur karena Paten di Bintan Timur
merupakan proyek percobaan (Pilot Project) dalam penerapan Paten pertama kali
di Kepulauan Riau.
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Bupati Kabupaten Bintan, Wakil
Bupati Kabupaten Bintan sebagai Pembina tim koordinasi persiapan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten) di Kabupaten Bintan, Camat Bintan
Timur, Kasi Pelayanan Kecamatan Bintan Timur, dan 10 orang masyarakat yang
terdiri dari RT dan RW di Kecamatan Bintan Timur.
4. Jenis Data
a. Data Primer
8
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek
penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui
publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan,
termasuk majalah jurnal, khusus pasar modal perbankan, dan keuangan.
5. Teknik dan alat pengumpulan data
a. Teknik observasi
b. Teknik wawancara
c. Teknik dokumentasi
6. Teknik Analisis Data
Analisa data yang digunakan adalah menganalisa data-data yang didapat
dari penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengoranisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.
7. Validitas Data
Uji validitas yang akan peneliti gunakan untuk penelitian Paten tersebut
adalah Uji validitas Eksternal/empiris. Dimana uji validitas eksternal/empiris
disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah terbukti. Yaitu diuji dengan
cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada
instrument dengan fakta-fakta empiris yang terjadi dilapangan.
9
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Implementasi Kebijakan
Nugroho (2003:158) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan pada
prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.
Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dalam keseluruhan proses
kebijakan dan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu dengan
sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu. Pada dasarnya imlpementasi
kebijakan adalah upaya untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan
mempergunakan sarana dan menurut waktu tertentu, agar dapat mencapai
output/outcome dan agar policy demands dapat terpenuhi maka kebijakan harus
dilaksanakan, pelaksanaan kebijakan pula dirumuskan sebagai pengguna saran
yang ditentukan terlebih dahulu.
B. Pelayanan Publik
Menurut Mahmudi (2007:11) Pelayanan Publik adalah segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan”. Dalam memberikan pelayanan publik, instansi penyedia pelayanan
publik harus memperhatikan asas pelayanan publik, yaitu:
1. Transparansi, adalah pemberian pelayanan publik harus bersifat terbuka,
mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan
disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas, adalah pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10
3. Kondisional, adalah pemberian pelayanan publik harus sesuai dengan kondisi
dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang
pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
4. Partisipatif, adalah mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Tidak diskriminatif (kesamaan hak), adalah pemberian pelayanan publik tidak
boleh bersifat diskriminatif, dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama,
golongan, gender, status sosial dan ekonomi.
6. Keseimbangan hak dan kewajiban, adalah pemberi dan penerima pelayanan
publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
C. Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten)
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) adalah penyelenggaraan pelayanan
publik di Kecamatan yang proses pengelolaanya, mulai dari permohonan sampai
ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. Satu tempat ini disini
berarti cukup melalui satu meja atau loket pelayanan.Sistem ini memposisikan
warga masyarakat hanya berhubungan dengan petugas meja/loket pelayanan di
Kecamatan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Faktor Keberhasilan Implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier
1. Karakteristik dari masalah ( Tracbility of The Problems)
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang dihadapi
Kendala teknis yang dihadapi Kecamatan Bintan Timur selaku pelaksana
Paten yaitu masalah listrik, jarak, dan tower kantor Camat lama belum
dipindahkan kekantor Camat yang baru. Sehingga ketiga kendala tersebut dapat
menghambat pelaksanaan Paten di Kecamatan Bintan Timur dan tentunya akan
11
menjadi masalah bagi masyarakat menyangkut kepuasan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan yang maksimal. Kemudian terdapat kendala seperti
sinkronisasi antar lembaga seperti sinkronisasi dengan Bappeda dan tata ruang
tapi seiring dengan berjalannya waktu semua dapat berjalan dengan baik.
2. Karakteristik kebijakan / Undang-undang (Ability of Statute to
Structure Implementation)
a. Kejelasan isi kebijakan
Kejelasan isi kebijakan untuk pelaksanaan Paten di Kecamatan Bintan
Timur dinilai sangat jelas, karena isi dari pelayanan Paten yaitu untuk
memberikan kesejahteraan pada masyarakat dalam hal pelayanan Paten.
Masyarakat juga dalam mengurus administrasi membutuhkan kejelasan biaya,
waktu, persyaratan dan lain sebagainya. Kebijakan-kebijakan yang mengatur
mengenai program Paten yaitu diantaranya Permendagri Nomor 4 Tahun 2010
tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, Peraturan Bupati
Bintan Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang
Pemerintah Kabupaten Bintan Kepada Camat, Peraturan Bupati Bintan Nomor 6
Tahun 2009 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Sub Bagian dan Seksi pada
Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Bintan.
b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis
Penyelenggaraan Paten ini pasti dilandasi oleh suatu aturan yang tentunya
didukung oleh teori-teori tertentu. Sebelum membuat suatu aturan pastinya aturan
itu sudah dipikirkan dan dikaji dengan teori pendukung oleh pembuat aturan.
Teori yang mirip dalam penyelenggaraan Paten ini yaitu mirip dengan teori David
12
Osborne tentang Pemangkas Birokrasi dan Mewirausahakan Birokrasi. Teori
David Osborne seperti yang dilaksanakan di Inggris waktu dulu oleh Margaret
Teacher menerapkan sistem birokrasi dengan memangkas seluruh aturan-aturan
yang sebenarnya urusan 5 meja menjadi 1 meja.
c. Besarnya alokasi sumberdaya finansial untuk kebijakan tersebut
Paten dapat berjalan karena adanya komitmen Kepala Daerah yang
dilimpahkan wewenangnya kepada pihak Kecamatan. Anggaran merupakan faktor
pendukung untuk bisa suksesnya pelaksanaan Paten tersebut, serta komitmen para
pelaksana dan aturan legalitas hukum. Karena syarat Paten ada 3 salah satunya
yaitu syarat substansi atau pelimpahan wewenang, tanpa adanya syarat substansi
Paten tidak akan dapat berjalan.
d. Seberapa besar keterpautan dan dukungan antar berbagai
institusi pelaksana
Keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana sangat
terkait, karena sifat pelayanan ini masyarakat tidak lagi setelah mendapat dari
aparat pemerintahan di Kantor Camat Bintan Timur lalu mereka mengurus atau
menyangkut tata ruang ke Bappeda, tata ruang menyangkut IMB menyangkut ke
PU lagi, karena semua urusan itu akan diurus oleh pihak Kecamatan. Komitmen
Bupati menyatukan lintas sektoral antar stakeholder dan antar SKPD terkait antar
seluruh pelayanan ini bisa menjadi satu dibawah koordinasi camat sebagai
pelaksana. Maka Camat perlu komitmen pelaksananya juga secara serius
koordinasi sudah dilaksanakan dengan baik.
13
e. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan
Tingkat Komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan Paten sudah baik
karena Paten ini langsung bersentuhan dengan masyarakat. Apabila aparat
pemerintahan tidak konsisten dengan aturan tentunya akan berdampak kepada
aparat pemerintah itu sendiri dan Pemerintah daerah. Contohnya dalam hal
Kecamatan saat penggunaan anggaran Paten salah satunya. Camat harus
memberikan support seluruh staf dan tim Paten ini, berbagai macam sudah
dilakukan oleh Camat seperti memberi apresiasi, memberikan insentif untuk daya
dukung dan semangat aparat Pemerintahan yang ada di Kantor Camat, itu semua
tidak lepas dari anggaran yang harus kita keluarkan. Karena Camat sebagai PA
(Pengguna Anggaran) itu merupakan kebijakan Camat sendiri untuk daya dukung
agar Camat bisa mengsukseskan keberadaan Paten ini khususnya di Kecamatan
Bintan Timur.
3. Variabel Lingkungan (Non Statutory Variables Affecting
Implementation)
a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan
teknologi
Saat ini kondisi sosial masyarakat di Kecamatan Bintan Timur mayoritas
dapat di kategorikan sebagai masyarakat yang terbuka dan modern. Terbukti
dengan pemberian apresiasi masyarakat kepada Camat Bintan Timur sebagai
penyelenggara Paten di Kecamatan Bintan Timur, dimana program Paten tersebut
juga bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam kepengurusan administrasi
di Kecamatan. Masyarakat dari dulu butuh kejelasan dalam mengurus
14
administrasi, seperti mengurus KTP yang berbulan-bulan belum siap, maka
dengan adanya program Paten tersebut sudah ada SOP yang mengatur mengenai
kejelasan waktu, biaya, persyaratan dan lain-lain.Selain itu juga pihak kecamatan
sudah mempersiapkan brosur apabila masyarakat lupa dengan SOP yang telah
ditetapkan.
b. Dukungan publik terhadap kebijakan
Dari segi seberapa luas dukungan publik untuk implementasi kebijakan
Paten ini dinilai cukup luas dan antusias, karena terbukti dari beberapa
Kabupaten/Kota bahkan Kota diluar daerah kita hampir di 28 daerah studi
banding mengenai Paten di Kecamatan Bintan Timur. Adanya partisipasi dari
kelompok luar dapat dilihat seperti mereka memberikan apresiasi serta saran dan
kritik nya kepada pihak Kecamatan Bintan Timur.Tentu yang lebih fokus adalah
di internal karena pihak Kecamatan sebagai penyelenggara. Kelompok luar dalam
arti pihak Kecamatan sebagai koordinasi dengan dinas teknis, itu hal yang
terpenting dan beberapa instansi vertikal yang kita butuh dukungan seperti contoh
kepengurusan SKCK itu berurusan dengan dengan kepolisian. Dimana kepolisian
itulah instansi vertikal dengan kecamatan tentunya butuh koordinasi dan
kerjasama dalam pelayanan.
c. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor
Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat selaku implementor sangat
diperlukan. Saat ini di Kecamatan Bintan timur belum ditempatkan tenaga ahli
dari Badan Kepegawaian Daerah. Jadi pelaksana yang ditunjuk sebagai anggota
pelaksana Paten di Kecamatan Bintan Timur oleh Camat adalah pegawai-pegawai
15
lama yang ada di Kecamatan Bintan Timur tersebut. Oleh sebab itu pentingnya
bagi Bupati Bintan selaku Kepala Daerah di Kabupaten Bintan untuk
memperhatikan hal tersebut. Menempatkan tenaga-tenaga pegawai sesuai dengan
keahliannya akan meningkatkan mutu pelayanan di Kecamatan Bintan timur.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang Implementasi Program Pelayanan Adminstrasi
Terpadu Kecamatan di Kabupaten Bintan Tahun 2014 ( Studi Kecamatan Bintan
Timur), maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengimplementasian program Paten di Kecamatan Bintan Timur
merupakan suatu program yang baik bagi masyarakat. Sebelumnya di Kepulauan
Riau belum ada dilaksanakan program Paten tersebut. Kecamatan Bintan Timur
adalah Kecamatan di Kabupaten Bintan yang pertama kali menerapkan program
Paten di Kabupaten Bintan dan Kepulauan Riau. Awal pencetusan Paten di
Kecamatan Bintan Timur yaitu karena adanya komitmen yang kuat dari Bupati
dan Wakil Bupati Bintan.
Saat ini seluruh Kecamatan di Bintan juga sudah menerapkan program
Paten. Untuk menyelenggarakan Paten ada syarat-syarat yang harus dipenuhi
yaitu : syarat substantif, administratif dan teknis. Dan langkah-langkah untuk
mewujudkan Paten antara lain : tahap pemenuhan syarat substantif, tahap
pemenuhan syarat teknis, tahap pemenuhan syarat administratif, meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi pelayanan, penetapan Kecamatan sebagai
16
penyelenggara Paten, peresmian dan sosialisasi Kecamatan sebagai penyelenggara
paten.
2. Dari ke 9 variabel yang peneliti ambil sebagai ukuran keberhasilan
implementasi kebijakan Paten di Kecamatan Bintan Timur, dapat peneliti ambil
kesimpulan bahwa pelaksanaan Paten Kecamatan di Kecamatan Bintan Timur
sebagai proyek percobaan (Pilot Project) di Kepulauan Riau dapat dikatakan
cukup berhasil. Karena dari ke 9 variabel hanya 2 variabel yang dianggap kurang
berhasil yaitu mengenai kendala teknis dan penempatan tenaga ahli di Kecamatan
Bintan Timur.
Walaupun berbagai hal yang baik yang mendominasi dalam pelaksanaan
Paten di Kecamatan Bintan Timur, ada beberapa faktor penghambat untuk
melaksanakan Paten dengan baik yaitu masalah sistem, jaringan dan jarak. Karena
Tower jaringan di Kantor Camat yang lama belum dipindahkan ke Kantor Camat
yang baru, sehingga dapat jadi kendala dalam pelaksanaan Paten. Tim
penyelenggara di Kecamatan Bintan Timur bukan tim yang spesialis, Pemerintah
Daerah belum menempatkan pegawai yang ahli di bidang tertentu menyangkut
Paten di Kecamatan Bintan Timur. Sehingga yang menjadi tim penyelenggara
adalah pegawai-pegawai lama yang dari dulu sudah bekerja di Kecamatan Bintan
Timur.
B. Saran
Dalam upaya memberikan perbaikan dan meningkatkan kualitas saat
pelaksanaan Paten di Kecamatan Bintan Timur, maka peneliti menyarankan
beberapa hal sebagai berikut :
17
1. Pemerintah Kabupaten Bintan bersama Camat Bintan Timur sebaiknya
mempercepat proses pemindahan Tower jaringan dari Kantor Camat lama ke
Kantor Camat yang baru agar jaringan di Kantor Camat baru dapat berjalan
dengan baik sehingga masyarakat juga bisa merasa puas dengan pelayanan di
Kecamatan Bintan Timur. Kemudian Pemerintah Kabupaten Bintan sebaiknya
menempatkan pegawai yang handal dan spesialis sebagai pelaksana
penyelenggara Paten. Seperti dalam kepengurusan IMB, maka pegawai yang
spesialis dalam kepengurusan IMB itu harus ditempatkan di Kecamatan Bintan
Timur agar kualitas pelayanan semakin baik.
2. Pemerintah Kabupaten Bintan perlu melakukan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya penguatan tentang pentingnya aspek pelayanan, sehingga Kecamatan
Bintan Timur dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi. Masalah yang
dirasakan oleh aparat Kecamatan yaitu kendala jarak dari Kijang ke
Tanjungpinang dalam kepengurusan berkas bisa diatasi dengan mengatur waktu
yang tepat dan tidak menunda-nunda pekerjaan. Karena semakin pekerjaan
tersebut ditunda maka berkas yang masuk semakin banyak dan aparat pemerintah
sendiri yang akan merasakan kebingungan.
18
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU
Agustino, Leo. 2012. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfabetha.
Azwar, Saifudin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Boediono B. 2003. Pelayanan Perpajakan. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
Dunn, W William. 2000. Analisa kebijakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Dwiyanto, Agus. 2008. Mewujudkan God Governance Melalui Pelayanan
Publik.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Haryatmoko. 2011. Etika Publik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jeddawi, Murtir. 2006. Implementasi kebijakan otonomi daerah. Malaka :
Gramedia.
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Pembaruan.
Lukman, Sampara. 2001. Manajemen Kualitas Pelayanan dan Pengembangan
Pelaksanaan Pelayanan.Jakarta : STIA-LAN Press dan LAN-RI.
Mahmudi, 2007.Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi Revisi,Yogyakarta :
Alfabetha.
Moleong, J.Lexy.2004. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers.
19
Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan
Evaluasi.Jakarta : PT.Elex Media Komputindo.
Nugroho, Riant. 2011. Public Policy. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.
Ratminto, Winarsih. 2013. Manajemen Pelayanan (cetakan ke-10). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ruslan, Rosady.2006. Metode Penelitian : Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
Sinambela, Lijan Poltak dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta : Pustaka belajar.
Subarsono, AG. 2009. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Widodo, Joko. 2006. Analisis Kebijakan Publik. Malang : Bayumedia Publishing.
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta : PT. Buku
Kita.
20
Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
DOKUMEN
Undang-undang dan Peraturan Undang-undang No.25 Tahun 2009
TentangPelayanan Publik.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2007 tentang Kecamatan
Permendagri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan.
Peraturan Bupati Bintan Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pelimpahan Sebagian
Wewenang Pemerintah Kabupaten Bintan Kepada Camat.
Peraturan Bupati Bintan Nomor 6 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas Sekretariat,
Sub Bagian dan Seksi pada Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Bintan.
Keputusan Bupati Bintan Nomor 213/IV/2013 Tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Persiapan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di
Kabupaten Bintan.
Keputusan Bupati Bintan Nomor 357/VII/2013 tentang Penetapan Kode Etik
Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kabupaten Bintan.
21
Keputusan Bupati Bintan Nomor 355/VII/2013 Tentang Penetapan Kecamatan
Sebagai Penyelenggara PATEN.
Keputusan Bupati Bintan Nomor 356/VII/2013 tentang Standar Pelayanan di
Kecamatan.
Keputusan Camat Bintan Timur Nomor 26 tahun 2013 tentang Pelayanan
Administrasi Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Bintan Timur.
Gurning,Desman Armando,2013,”Implementasi Kebijakan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Siak”, Tesis pada Fisip UI.
Statistik Daerah Kecamatan Bintan Timur