implementasi pasal 138 ayat (2) kitab undang-undang hukum .../implement...untuk memperoleh derajat...

86
IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TENTANG PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA DARI PENUNTUT UMUM KEPADA PENYIDIK (Studi Di Kejaksaan Negeri Nganjuk) Penulisan Hukum (skripsi) Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Oleh Lina Rosita NIM: E0004202 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

Upload: dangliem

Post on 01-Apr-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG

HUKUM ACARA PIDANA TENTANG PENGEMBALIAN BERKAS

PERKARA DARI PENUNTUT UMUM KEPADA PENYIDIK

(Studi Di Kejaksaan Negeri Nganjuk)

Penulisan Hukum

(skripsi)

Disusun dan diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Oleh

Lina Rosita

NIM: E0004202

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2008

Page 2: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum ( Skripsi )

IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TENTANG PENGEMBALIAN BERKAS

PERKARA DARI PENUNTUT UMUM KEPADA PENYIDIK ( Studi di Kejaksaan Negeri Nganjuk )

Disusun Oleh : LINA ROSITA

NIM : E.0004202

Disetujui untuk Dipertahankan Dosen Pembimbing

Edy Herdyanto, S.H., M.H.

NIP. 131 472 194

Page 3: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum ( Skripsi ) IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TENTANG PENGEMBALIAN BERKAS

PERKARA DARI PENUNTUT UMUM KEPADA PENYIDIK ( Studi di Kejaksaan Negeri Nganjuk )

Disusun oleh :

LINA ROSITA NIM :E. 0004202

Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada: Hari : Selasa

Tanggal : 29 Januari 2008

TIM PENGUJI

1. Bambang Santoso, S.H., M.Hum.

Ketua

:

…………………………………….

2. Edy Herdyanto, S.H., M.H.

Sekretaris

:

…………………………………….

3. Kristiyadi, S.H., M.H.

Anggota

:

…………………………………….

MENGETAHUI Dekan,

Mohammad Jamin, S.H.,M.Hum NIP. 131 570 154

Page 4: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto : v “ Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui

( tanpa ilmu pengetahuan ). Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’ 36)

v “ Dan katakanlah, ‘kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap’.

Sungguh yang batil itu pasti lenyap.” (QS. Al-Isra’ 81)

Sepenuh cinta dalam hati,

Penulisan Hukum ini kupersembahkan krepada: · Bapak ( Alm ) dan Ibu tercinta, yang

telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya tanpa henti, semoga ALLah SWT memberikan balasan surga bagi kalian kelak

· Kakak-kakakku tersayang, semoga hidayah Allah membersamai langkah kita dalam mengarungi hidup.

· Keluarga Drs. Jumali yang telah membuatku tegak berdiri sampai saat ini. Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik.

· Semua keluargaku, tiada yang lebih membahagiakan diri ini bila mampu membahagiakan kalian dunia akhirat.

Page 5: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah S.W.T penguasa seluruh alam atas seluruh nikmat

dan taufik-Nya. Shalawat atas penghulu para rosal, Muhammad SAW, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “IMPLEMENTASI PASAL

138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

TENTANG PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA DARI PENUNTUT

UMUM KEPADA PENYIDIK”.

Penulisan hukum ini disusun dan diajukan guna melengkapi syarat-syarat

untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak permasalahan dan hambatan baik

secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun

penulisan hukum ini, namun akhirnya dapat terselesaikan juga berkat bantuan dan

uluran dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan

ketulusan mendalam, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Moch. Jamin, S.H.,M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Kristiyadi, S.H.,M.Hum. selaku Pembimbing Akademik Penulis

selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta, yang selalu memotivasi Penulis untuk segera lulus.

3. Bapak Edy Herdyanto, S.H.,M.H. selaku Ketua Bagian hukum Acara

sekaligus Pembimbing Skripsi. Terimakasih atas bimbingannya selama

penulisan skripsi hingga selesai.

4. Bapak Agoes S. Prasetyo, S.H., M.H. selaku Kepala Kejaksaan Negeri

Nganjuk dan bapak Dwi Setyadi, S.H. selaku kepala Seksi Tindak Pidana

Umum yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian

dan mengambil data di Kejaksaan Negeri Nganjuk.

5. Bapak dan ibu dosen pengajar di FH UNS serta seluruh kaeyawan dan

karyawati di lingkungan Fakultas hukum Universitas Sebelas Maret.

6. Semua guru-guruku yang telah mengajariku berbagai macam ilmu.

Page 6: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

7. Ayahanda Suhadi, semoga mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya.

8. Ibunda tercinta Sri Banun, terimakasih yang tiada terhingga atas cinta dan

kasih sayang yang telah kau berikan dengan tulus, kau adalah wanita

terhebat yang pernah ada.

9. Keluarga Drs. Djumali yang telah memberikan kasih sayangnya, sehingga

membuatku berdiri tegak sampai saat ini, semoga di berikan balasan oleh-

Nya dengan balasan yang lebih baik.

10. Keluarga Dachlan, B.A. terima kasih telah menjadikan aku sebagai salah

satu dari anggota keluarga yang penuh rahmat-Nya.

11. Kakak-kakakku tersayang Johan Mustofa, S.H. dan Arif Usman, S.H serta

kakak iparku Naning, M.S.E. S.H. yang selalu membuatku ingin menjadi

orang yang lebih baik kala penulis mengingat kalian.

12. Keluarga besar H. Usman, Bu Puh, Pak Puh, Bulek serta keponakan-

keponakan yang telah memberikan semangat dan energi untuk terus

melangkah.

13. Sahabat-sahabatku Dewi, Dilla, Diana (3D) yang telah menyemangati dan

menemaniku saat suka maupun dukaku, kalian adalah terbaik.

14. Keluarga besar FOSMI yang telah memaknai dan yang telah memberikan

siraman rohani bagi penulis. Irma, Nani, Umi, Mila. Semoga semangat

kalian tak akan pernah redup.

15. Kusumawati Crew Cyla, Whike, Dhini, Vina, Anjar, Mega, Nunik, Yani,

MooT, Beta, M. Anik, WW, dan Ikedo yang jauh diujung sana. Sungguh

kebersamaan kita selama ini begitu indah.

16. Buat teman-temanku Dhaning, Anita, Fadli, Eka “twinsku”, Very, (

semoga sukses dengan MCCnya, Semangatz!!!). dan Andina Elok, Nurul,

Dian Endah, Dian Utami, Deni, Fani, Rika, Anisa, Rosana, Putri Endah,

Putri NH terimakasih atas keceriaan yang telah kau berikan selama ini.

17. Keluarga besar angkatan ’04 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

18. Semua pihak yang turut membantu serta memperlancar penyusunan

Penulisan Hukum ini. Semoga yang telah diberikan akan mendapat pahala

yang berlipat ganda dari Allah, SWT.

Page 7: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini jauh dari

kesempurnaan, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran ke arah

perbaikan. Semoga Penulisan Hukum ini memberi sedikit banyak manfaat

bagi kita semua, amin.

Surakarta, Januari 2008

Penulis

Page 8: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL............................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...........................................................

iii

HALAMAN MOTTO..........................................................................................

iv

ABSTRAK.............................................................................................................

v

KATA PENGANTAR .........................................................................................

vi

DAFTAR ISI.........................................................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................

1

B. Rumusan Masalah....................................................................................

6

C. Tujuan Penelitian........................................................................................

7

D. Manfaat Penelitian......................................................................................

8

E. Metodologi Penelitian................................................................................

9

F. Sistematika Penulisan Hukum...................................................................

15

Page 9: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................

17

A. Kerangka Teori..........................................................................................

17

1. Tinjauan Tentang Pasal 138 ayat (2)...................................................

17

a. Isi Pasal 138 ayat (2).....................................................................

17

b. Pengertian Prapenuntutan.............................................................

18

2. Tinjauan tentang Berkas Perkara........................................................

19

a. Pengertian berkas perkara.............................................................

19

b. Isi berkas perkara..........................................................................

20

c. Ketentuan Umum berkas perkara.................................................

21

d. Syarat kelengkapan berkas perkara...............................................

22

3. Tinjauan tentang Penyidikan...............................................................

23

a. Pengertian Penyidikan...................................................................

23

b. Pejabat Penyidik............................................................................

24

i. Penyidik Polri...........................................................................

25

ii. Penyidik PNS...........................................................................

28

Page 10: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

c. Tugas dan wewenang pejabat Penyidik.........................................

29

i. Penyidik ..................................................................................

29

ii. Penyidik Pembantu..................................................................

30

d. Macam-macam Upaya penyidikan................................................

31

i. Pemeriksaan tersangka............................................................

31

ii Penangkapan...........................................................................

33

iii. Penahanan...............................................................................

35

iv. Penggeledahan........................................................................

40

v. Penyitaan.................................................................................

41

vi. Pemasukan rumah...................................................................

42

vii. Pemeriksaan surat...................................................................

42

viii. Pemeriksaan saksi..................................................................

42

ix. Pemeriksaan ditempat kejadian................................................

43

e. Penyerahan berkas penyidikan......................................................

43

4. Tinjauan tentang Penuntutan...............................................................

47

Page 11: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

a. Pengertian Penuntutan...................................................................

47

b. Penuntut Umum.............................................................................

47

c. Tugas dan Wewenang Penuntut Umum.........................................

47

B. Kerangka Pemikiran...................................................................................

49

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................

51

A. Implementasi Pasal 138 ayat (2) KUHAP..................................................

51

B. Kriteria pengembalian berkas perkara........................................................

55

1. Penyerahan berkas perkara tahap pertama............................................

60

2. Penyerahan berkas perkara tahap kedua...............................................

62

C. Masalah yang ada dalam Pengembalian Berkas Perkara oleh Penuntut

Umum kepada

Penyidik.......................................................................................... 67

D. BAB IV PENUTUP...................................................................................

72

1. Kesimpulan...........................................................................................

72

2. Saran.....................................................................................................

73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara hukum, Demikian penegasan pasal 1 ayat (3)

Undang-Undang Dasar 1945. Dengan predikat sebagai negara yang

berdasarkan atas hukum tersebut, maka segala tindakan negara harus

didasarkan atas hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Dalam negara hukum terdapat aparat penegak hukum yang berfungsi

sebagai penegak hukum dan menciptakan keadaan yang adil dan tentram.

Aparat penegak hukum tersebut terdiri dari polisi, hakim dan jaksa. Dalam

menjalankan tugasnya mereka mempunyai peran dan tugas masing-masing

yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Ditinjau dari segi

manajemen, pelaksanaan penegakan hukum yang melibatkan beberapa

instansi organisasi dalam proses pelaksanaan sesuai dengan fungsi dan

wewenang masing-masing, jelas memerlukan “modifikasi” pola dan

“klarifikasi”. Namun dalam peningkatan modifikasi dan klarifikasi fungsi dan

wewenang, jangan sampai menimbulkan instansi sentris.

Setiap instansi aparat harus merupakan subsistem yang mendukung total

sistem proses penegakan hukum dalam suatu kesatuan menyeluruh, serta harus

dipikirkan langkah-langkah yang menuju suatu pelembagaan alat-alat

kekuasaan penegak hukum dalam suatu pola law enforcement centre, yaitu

suatu lembaga yang menghimpun mereka dalam sistem penegakan yang

Page 13: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

terpadu dalam suatu sentra penegakan hukum. Dalam sentra tadilah

berlangsung proses penegakan hukum, mulai dari penyidikan, penuntutan, dan

peradilan. Sehingga dalam penertiban aparat, yang pertama dulu dilakukan

ialah tindakan pembentukan dan penjernihan fungsi dan wewenang diantara

sesama instansi aparat penegak hukum. Kalau ini sudah terbentuk dan

terjernihkan, baru menyusul pembagian tugas dan wewenang yang jelas dalam

lingkungan interen instansi yang bersangkutan (Yahya Harahap, 2002: 62).

Pengaturan terhadap pelaksanaan tersebut diatur dalam hukum pidana dan

hukum acara pidana. Hukum pidana adalah semua peraturan-peraturan yang

meliputi seluruh peraturan yang jika diancam dengan hukuman badan atau

denda (Moch. Faisal salam, 2001:2).

Dalam rangka memelihara dan mempertahankan tata tertib dan keamanan

negara, tidak cukup hanya diatur oleh hukum pidana saja. Karena, agar pelaku

kejahatan dapat diajukan kemuka sidang pengadilan, harus melalui prosedur

tertentu yang diatur oleh peraturan tersendiri. Ketentuan-ketentuan perundang-

undangan yang mengatur prosedur agar pelaku pelanggaran dan kejahatan

dapat dihadapkan kemuka sidang pengadilan dinamakan hukum pidana formil.

Dengan kata lain hukum pidana formil adalah kumpulan peraturan-peraturan

hukum yang memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur hal-hal sebagai

berikut:

1. Tindakan-tindakan apa yang harus diambil apabila ada dugaan, bahwa

telah terjadi suatu tindak pidana dilakukan oleh seseorang.

2. Apabila benar telah terjadi suatu tindak pidana yang dilakukan oleh

seseorang, maka perlu diketahui, siapa pelakunya dan cara bagaimana

melakukan penyelidikan terhadap pelaku.

3. Apabila telah diketahui pelakunya maka penyelidik perlu menangkap,

menahan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksan permulaan atau

dilakukan penyidikan.

Page 14: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Untuk membuktikan apakah tersangka benar-benar melakukan suatu

tindak pidana, maka perlu mengumpulkan barang-barang bukti,

menggeledah badan dan tempat-tempat serta menyita barang-barang bukti

yang diduga ada hubungannya dengan perbuatan tersebut.

5. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan permulaan atau penyidikan oleh

polisi, maka berkas perkara diserahkan pada Kejaksaan Negeri,

selanjutnya pemeriksaan dalam sidang pengadilan terhadap terdakwa oleh

hakim sampai dapat dijatuhkan pidana (Moch. Faisal Salam, 2001:3).

Sedangkan hukum acara pidana sebagai pelaksana hukum pidana

mengandung pengertian norma hukum berwujud wewenang yang diberikan

kepada negara untuk bertindak, apabila ada persangkaan terjadinya

pelanggaran hukum pidana. Jadi hukum acara pidana harus dapat membatasi

kekuasaan penguasa agar tidak menjadi sewenang-wenang di satu pihak dan di

lain pihak kekuasaan penguasa merupakan jaminan bagi berlakunya hukum,

sehingga hak-hak asasi manusia terjamin.

Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan

atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materil, ialah kebenaran yang

selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan

ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk

mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu

pelanggaran hukum, dan selanjutnya memeriksa pemeriksaan dan putusan dari

pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah

dilakukan dan apakah orang yang didakwa tersebut dapat dipersalahkan

(Moch. Faisal Salam, 2001:1).

Dalam hukum acara pidana ada suatu proses awal yang menyertai sebelum

acara persidangan, yaitu penyidikan yang dilakukan oleh penyidik dalam hal

ini adalah wewenang Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dan penuntutan

dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU). Berdasarkan pasal 1 butir 2

KUHAP (UU No. 8 Tahun 1981), penyidikan adalah serangkaian tindakan

Page 15: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini

untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat

terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Sedangkan jaksa (Jaksa Penuntut Umum) dalam melakukan penuntutan

diberikan wewenang-wewenang dan didalam materi Bab IV KUHAP

wewenang tersebut dapat diinventarisir antara lain sebagai berikut:

1. Menerima pemberitahuan dari penyidik dalam hal penyidik telah mulai

melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan tindakan pidana

pasal 109 ayat (1) dan pemberitahuan baik dari penyidik maupun penyidik

PNS (Pegawai Negeri Sipil), yang dimaksud oleh pasal 6 ayat (1) huruf b

mengenai penyidikan dihentikan demi hukum.

2. Menerima berkas perkara dari penyidik dalam tahap pertama dan kedua

sebagaimana dimaksud oleh pasal 8 ayat (3) huruf a dan b. Dalam hal

acara pemeriksaan singkat menerima berkas perkara langsung dari

penyidik pembantu (pasal 12).

3. Mengadakan pra penuntutan (pasal 14 huruf b) dengan memperhatikan

ketentuan materi pasal 110 ayat (3), (4), dan pasal 138 ayat (1), dan (2).

4. Memberikan perpanjangan penahanan (pasal 24 ayat (2), pasal 25 dan

pasal 29), melakukan penahanan kota (pasal 22 ayat (3)), serta

mengalihkan jenis penahanan (pasal 23).

5. Atas permintaan tersangka atau terdakwa mengadakan penangguhan

penahanan serta dapat mencabut penangguhan penahanan dalam hal

tersangka atau terdakwa melanggar syarat yang ditentukan (pasal 31).

6. Mengadakan penjualan lelang barang sitaan yang lekas rusak atau

membahayakan karena tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan

pengadilan terhadap perkara itu memperoleh kekuatan hukum tetap atau

mengamankannya dengan disaksikan oleh tersangka atau kuasanya (pasal

45 ayat (1)).

7. Melarang atau mengurangi kebebasan hubungan antara Penasehat Hukum

dengan tersangka sebagai akibat disalahgunakan haknya (pasal 70 ayat (4),

Page 16: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

mengawasi hubungan antara Penasehat Hukum dengan tersangka tanpa

mendengar isi pembicaraan (pasal 71 ayat (1)) dan dalam hal kejahatan

terhadap keamanan negara dapat mendengar isi pembicaraan tersebut

(pasal 71 ayat (2)). Pengurangan kebebasan hubungan antara Penasehat

Hukum dan tersangka tersebut dilarang apabila perkara telah dilimpahkan

oleh Penuntut Umum untuk disidangkan (pasal 74).

8. Meminta dilakukan pra peradilan kepada ketua Pengadilan Negeri untuk

menerima sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan oleh Penyidik

(pasal 81). Pasal ini dimaksudkan untuk menegakkan hukum, keadilan dan

kebenaran melalui sarana pengawasan secara horizontal.

9. Dalam perkara koneksitas, karena perkara pidana itu harus diadili oleh

Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, maka penuntut umum

menerima penyerahan perkara dari oditur militer dan selanjutnya dijadikan

dasar untuk mengajukan perkara tersebut kepada pengadilan yang

berwenang (pasal 91 ayat (1)).

10. Menentukan sikap, apakah suatu berkas perkara telah memenuhi

persyaratan atau tidaknya untuk dilimpahkan ke Pengadilan (pasal 139).

11. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab

selaku Penuntut Umum (pasal 14 huruf i). Yang dimaksud tindakan lain

ahli meneliti identitas tersangka, barang bukti dengan tindakan lain ialah

meneliti identitas tersangka, barang bukti dengan memperhatikan secara

tegas batas wewenang dan fungsi antara Penyidik, Penuntut Umum dan

pengadilan.

12. Apabila Penuntut Umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat

dilakukan penuntutan, maka dalam waktu secepatnya ia membuat surat

dakwaan (pasal 140 ayat (1)).

13. Membuat surat penetapan penghentian penuntutan pasal 140 ayat (2) huruf

a, dikarenakan:

a. tidak terdapat cukup bukti,

b. peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana,

c. perkara ditutup demi hukum.

Page 17: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sehingga Penyidik pada finalnya menyerahakan berkas hasil penyelidikan

kepada Penuntut Umum. Itu sebabnya, seandainya Penuntut Umum

berpendapat pemeriksaan belum sempurna, dan belum dapat diajukan ke

persidangan pengadilan, berkas dikembalikan kepada Penyidik untuk

menambah dan menyempurnakan penyidikan sesuai dengan petunjuk yang

diberikan Penuntut Umum (Yahya Harahap, 1985: 357).

Oleh karena itu dapat dipahami bahwa antara Penyidik dan Penuntut

Umum serta Hakim dalam rangka melaksanakan penegakan hukum di bidang

hukum acara pidana ini dapatlah dikatakan sebagai suatu kegiatan yang satu

sama lain saling menunjang. Sehingga tak jarang dalam menjalankan tugasnya

sering terjadi beda penafsiran terhadap suatu pasal dalam ranah hukum. Dalam

sebuah majelis hakim, misalnya, kerap terjadi perbedaan pendapat antara

sesama anggota sehingga muncul dissenting yang dituangkan dalam putusan.

Begitu juga dalam konteks hubungan Penyidik dan Penuntut Umum, beda

penafsiran yang kerap terjadi diantara mereka seringkali berakibat bolak-

baliknya berkas perkara. Sehingga tidak jarang satu perkara yang dilimpahkan

penyidik ke Penuntut Umum dalam proses pra penuntutan, bisa memakan

waktu lebih dari enam (6) bulan.

Padahal Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana kita telah mengatur

secara tegas dalam pasal 138 ayat (2) yang menyebutkan bahwa “Dalam hal

hasil penyidikan ternyata belum lengkap, Penuntut Umum mengembalikan

berkas perkara kepada Penyidik disertai petunjuk tentang hal yang harus

dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu empat belas hari sejak tanggal

penerimaan berkas, Penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas

perkara itu kepada Penuntut Umum.” Oleh karena itu penulis menuangkan

tulisan dalam penulisan hukum yang berjudul yaitu:

“IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG

HUKUM ACARA PIDANA TENTANG PENGEMBALIAN BERKAS

PERKARA OLEH PENUNTUT UMUM KEPADA PENYIDIK (Studi di

Kejaksaan Negeri Nganjuk)”

Page 18: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk

mempermudah penulis dalam membatasi masalah yang akan diteliti sehingga

tujuan dan sasaran yang akan dicapai menjadi jelas, terarah dan mendapatkan

hasil yang diharapkan.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka dapat

dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi pasal 138 ayat (2) Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana di Kejaksaan Negeri Nganjuk?

2. Apa kriteria pengembalian berkas perkara oleh Penuntut Umum di

Kejaksaan Negeri Nganjuk?

3. Apa masalah yang ada dalam pengembalian berkas perkara pidana oleh

Penuntut Umum kepada Penyidik?

C. Tujuan Penelitian.

Dalam suatu kegiatan penelitian tentunya harus mempunyai tujuan-tujuan

tertentu, sehingga dari penelitian yang dilakukan dapat memberikan data yang

akurat sehingga dapat memberikan manfaat dan mampu menyelesaikan

masalah. Berdasarkan landasan tersebut, maka penelitian ini mempunyai

tujuan:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan dari pasal 138 ayat (2) Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana di Kejaksaan Negeri Nganjuk.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kriteria

dikembalikannya berkas perkara Penuntut Umum kepada Penyidik di

Kejaksaan Negeri Nganjuk.

c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dialami,

sehingga mengakibatkan suatu berkas perkara dikembalikan Penuntut

Umum kepada Penyidik.

Page 19: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Tujuan subyektif

a. Untuk menambah serta mengembangkan pengetahuan yang didapat

penulis selama di bangku kuliah.

b. Untuk memeperdalam pengetahuan penulis mengenai hukum acara

pidana, khususnya tentang pengembalian berkas berkara serta

prapenuntutan.

c. Untuk memperoleh data-data yang akan digunakan dalam penyusunan

penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

kesarjanaan dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian.

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat diambil manfaatnya,

antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Dimaksudkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu

pengetahuan di bidang hukum pada umumnya, dan hukum acara

pidana pada khususnya.

b. Diharapkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

memberikan gambaran yang nyata mengenai proses pra penuntutan

dalam hal ini mengenai proses pengembalian berkas perkara

berdasarkan pasal 138 ayat (2) KUHAP.

2. Manfaat praktis

a. Untuk mengembangkan daya pikir dan analisis yang akan membentuk

pola pikir dinamis, sekaligus untuk mencocokkan bidang keilmuan

yang selama ini diperoleh dalam teori dengan praktek.

b. Dapat memberikan data dan informasi tentang pelaksanaan

prapenuntutan dalam khususnya mengenai prosedur pengembalian

berkas perkara berdasarkan pasal 138 ayat (2) KUHAP.

c. Memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.

Page 20: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

E. Metodologi Penelitian.

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa,

dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten

(Soerjono Soekanto, 1986: 42). Sedangkan penelitian hukum dilakukan untuk

mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul, dengan hasil yang dicapai

adalah untuk memberikan deskripsi mengenai apa yang seyogianya ada atas

isu yang diajukan (Peter Mahmudi Marjuki, 2006:41).

Agar data dari suatu penelitian yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah perlu adanya ketepatan dalam memilih

metode penelitian supaya sesuai dan mengenai pada masalah yang menjadi

obyek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian.

Penelitian ini termasuk penelitian hukum empiris, yaitu suatu

penelitian yang berusaha mengidentifikasikan hukum yang terdapat dalam

masyarakat dengan maksud untuk mengetahui gejala-gejala lainnya

(Soerjono Soekanto, 1986: 10, 15). Dalam penelitian ini penulis akan

mendeskripsikan mengenai implementasi Pasal 138 ayat (2) KUHAP

tentang pengembalian berkas perkara oleh Penuntut Umum kepada

Penyidik di Kejaksaan Negeri Nganjuk.

2. Sifat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini dipilih penelitian yang bersifat

deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksud untuk memberi data yang

seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya

(Soerjono Soekanto, 1986:10). Dalam penelitian ini, penulis ingin

Page 21: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

menemukan dan memahami gejala-gejala yang diteliti dengan cara

penggambaran yang seteliti-telitinya untuk mendekati obyek penelitian

maupun permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu mengenai

implementasi Pasal 138 ayat (2) KUHAP tentang pengembalian berkas

perkara dari Penuntut Umum kepada Penyidik di Kejaksaan Negeri

Nganjuk.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dengan judul “Implementasi Pasal 138 ayat (2) KUHAP

tentang pengembalian berkas perkara dari Penuntut Umum kepada

Penyidik (studi di Kejaksaan Negeri Nganjuk)” ini dilakukan dengan

mengambil lokasi penelitian di kantor Kejaksaan Negeri Nganjuk yang

beralamat di Jl. Dermojoyo Nomor. 24 Nganjuk. Pengambilan lokasi ini

dengan pertimbangan bahwa sumber data yang dimungkinkan dan

memungkinkan untuk dilakukan penelitian.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini

bersifat kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan

mendasarkan pada data-data yang dinyatakan responden secara lisan atau

tertulis, dan juga perilakunya yang nyata, diteliti, dipelajari sebagai suatu

yang utuh. Dengan menggunakan data yang dinyatakan secara verbal dan

kualifikasinya bersifat teoritis yang diolah dan ditarik kesimpulannya

dengan metode berfikir induktif. Penyajian secara induktif adalah metode

penyajian yang mendasarkan pada hal-hal yang bersifat umum untuk

kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

5. Jenis Data

Dalam sebuah penelitian suatu data dibedakan menjadi dua yaitu: data

yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Yang

pertama disebut data primer atau data dasar (primary data atau basic

data), dan data yang kedua dinamakan data sekunder (secondary data).

Page 22: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Data primer diperoleh dari sumber pertama, yaitu perilaku warga

masyarakat melalui penelitian. Data sekunder, antara lain mencakup

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang

berwujud laporan, buku-buku harian, dan seterusnya. (Soerjono Soekanto,

1986: 12)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer.

Merupakan data atau fakta-fakta yang diperoleh langsung melalui

penelitian di lapangan termasuk keterangan dari responden yang

berhubungan dengan obyek penelitian dan praktek yang dapat dilihat

serta berhubungan dengan objek penelitian. Adapun yang termasuk

dalam data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara

terhadap Pejabat terkait yang berkaitan dengan pengimplementasian

Pasal 138 ayat 2 KUHAP tentang pengembalian berkas perkara oleh

Penuntut Umum di Kejaksaan Negeri Nganjuk.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang tidak secara langsung diperoleh dari lokasi

penelitian, atau keterangan-keterangan yang secara tidak langsung

diperoleh tetapi cara diperolehnya melalui studi pustaka, buku-buku

literatur, dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan, dan

sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian

hukum ini.

6. Sumber Data Penelitian.

Berdasarkan jenis data, maka dapat ditentukan sumber data yang

digunakan untuk penelitian, sehingga untuk memperoleh data dan

informasi yang berkaitan dengan arah penelitian ini, sumber data yang

penulis gunakan adalah:

a. Sumber data primer.

Page 23: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sumber data primer merupakan sumber data yang terkait langsung

dengan permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi sumber

data primer adalah pejabat atau pegawai Kejaksaan Negeri Nganjuk.

b. Sumber data sekunder.

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak

langsung memberikan keterangan dan bersifat melengkapi sumber data

primer. Dalam hal ini yang menjadi sumber data sekunder adalah

buku-buku ilmiah, peraturan perundang-undangan, dokumen-

dokumen, dan sumber-sumber yang lain yang mendukung penelitian.

7. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah tahap yang penting dalam melakukan

penelitian. Alat pengumpul data (instrument) menentukan kualitas data,

dan kualitas data menentukan kualitas penelitian. Karena itu alat

pengumpul data harus mendapat penggarapan yang cermat. Agar data

penelitian mempunyai kualitas yang cukup tinggi, alat pengumpul datanya

harus dapat mengukur secara cermat, harus dapat mengukur apa yang

dapat diukur, dan harus dapat memberikan kesesuaian hasil pada

pengulangan pengukuran. (Amiruddin. 2006: 65)

Dalam rangka mendapatkan data yang tepat, penulis menggunakan

tekhnik pengumpulan data, sebagai berikut:

a. Interview (wawancara)

Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika

seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan

dengan masalah yang diteliti kepada seorang responden. (Amiruddin

2006 : 82). Wawancara dilakukan dengan situasi formal maupun

informal.

Wawancara dilakukan terhadap nara sumber, yaitu pejabat atau

pegawai di Kejaksaan Negeri Nganjuk.

Page 24: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

b. Studi Kepustakaan

yaitu cara memperoleh data dengan mempelajari data dan

menganalisa atas keseluruhan isi pustaka dengan mengkaitkan pada

permasalahan yang ada. Adapun pustaka yang menjadi acuan adalah,

buku-buku literatur, surat kabar, daftar atau tabel, kamus, peraturan

perundang-undangan, maupun dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan permasalahan dalam penulisan hukum ini.

8. Tekhnik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode

kualitatif empirik, dimana analisis sudah dilakukan bersama dengan proses

pengumpulan data selanjutnya terus sampai dengan waktu penulisan

laporan dengan menjabarkan data-data yang diperoleh berdasarkan norma

hukum atau kaidah hukum serta doktrin hukum yang akan dikaitkan

dengan permasalahan ini.

Dan apabila dirasakan kesimpulannya kurang, maka perlu ada

verifikasi kembali untuk mengumpulkan data dari lapangan. Untuk lebih

jelasnya, maka akan penulis uraikan model analisis tersebut dalam suatu

bagan atau skema sebagai berikut. “Ketiga komponen tersebut aktifitasnya

berbentuk interaksi baik antar komponen maupun dengan proses

pengumpulan data. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara

ketiga komponen analisis dengan proses pengumpulan data selama

kegiatan-kegiatan pengumpulan data berlangsung.” (HB. Soetopo,

2002 : 95)

Page 25: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Gambar 1. Bagan Analisis Model Interaktif

Kegiatan dari komponen itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Merupakan proses pengumpulan data yang berupa data primer

yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui penelitian

dilapangan berupa hasil wawancara, informasi, keterangan, dan sikap

atau perilaku serta segala hal yang berhubungan dengan pengembalian

berkas perkara dari Penuntut Umum kepada Penyidik. Selain itu

digunakan pula data sekunder berupa peraturan perundang-undangan,

literatur, makalah, jurnal hukum dan buletin.

b. Data Reduksi.

Merupakan proses pemilahan, pemusatan perhatian kepada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan tertulis dilapangan dengan menggunakan tolak

ukur perumusan masalah. Reduksi data berlangsung terus menerus

Reduksi Data

Pengumpulan data

Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan atau Verivikasi

Page 26: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sampai sesudah penelitian

dilapangan dan sampai laporan akhir tersusun lengkap.

c. Sajian data.

Merupakan sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

d. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi.

Apabila semua data telah dianggap lengkap dan telah terkumpul,

maka dilakukan penarikan kesimpulan dari apa yang telah diketahui di

awal.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Penulisan hukum ini terbagi dalam empat bab, juga termasuk daftar

pustaka. Masing-masing bab terbagi lagi dalam sub-sub bab. Sistematika

penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan metode penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab II tentang Tinjauan Pustaka ini akan dijelaskan mengenai

Tinjauan Umum tentang Pasal 138 ayat (2), Tinjauan Umum tentang

berkas perkara, Tinjauan Umum tentang Penyidikan, dan Tinjauan

Umum tentang Penuntutan

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan data dari

lapangan dan kajian pustaka yang diperoleh peneliti. Selain itu, akan

diuraikan pembahasan mengenai implementasi Pasal 138 ayat (2)

Page 27: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

KUHAP di Kejaksaan negeri Nganjuk, kriteria-kriteria pengembalian

Berkas Perkara oleh Penuntut Umum kepada Penyidik, dan masalah-

masalah Berkas Perkara dikembalikan oleh Penuntut Umum kepada

Penyidik.

BAB IV: PENUTUP

Dalam bab ini akan dikemukakan tentang kesimpulan dari hasil

penelitian dan saran yang relevan dari peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 28: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Pasal 138 ayat (2) KUHAP

a. Isi Pasal 138 ayat (2) KUHAP

Pasal 138 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

memuat isi yang berbunyi: “ Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum

lengkap, Penuntut Umum mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik

disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan

dalam waktu empat belas hari sejak tanggal penerimaan berkas, Penyidik

harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada Penuntut

Umum.”

Pada lampiran Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor:

M.01.PW.07.03 Tahun 1982 tanggal 4 Februari 1982 Bidang Penyidikan

Bab III, memuat antara lain sebagai berikut:

Kemungkinan selalu terbuka timbulnya permasalahan yang sebenarnya

tidak perlu terjadi yaitu antara lain, sebagai berikut:

1. Dengan tidak ditentukan batas berapa kali penyerahan atau

penyampaian kembali berkas perkara secara timbal balik dari Penyidik

kepada Penuntut Umum atau sebaliknya, maka kemungkinan selalu

bisa terjadi, bahwa atas dasar pendapat Penuntut Umum hasil

penyidikan tambahan dinyatakan belum lengkap, mondar-mandir dari

Penyidik kepada Penuntut Umum atau sebaliknya.

Keadaan demikian jelas tidak menguntungkan tersangka.

Demi kepastian hukum bagi pencari keadilan, maka pengembalian

hasil penyidikan atau hasil penyelidikan tambahan oleh Penuntut

Umum kepada Penyidik, hendaklah ada suatu kriteria pembatasannya,

17

Page 29: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

misalnya apabila petunjuk-petunjuk umum yang wajib dilengkapi dan

menyangkut persyaratan unsur pembuktian, baik secara hukum

maupun atas dasar perlindungan dan jaminan hukum terhadap hak

asasi manusia, tindakan pengembalian itu dapat dipertanggungjawabkan.

2. Dalam waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas Penyidik harus

sudah melengkapi hasil penyidikannya sesuai dengan petunjuk

Penuntut Umum, bagaimana bila dalam 14 hari Penyidik belum

berhasil melengkapi hasil penyidikan (Leden Marpaung,1992: 136-

137).

b. Pengertian Prapenuntutan.

Dalam doktrin belum diperoleh kesepakatan tentang pengertian

prapenuntutan. KUHAPpun tidak memberikan batasan pengertian

prapenuntutan. Di dalam Pasal 1 yang berisi definisi-definisi istilah yang

dipakai oleh KUHAP tidak memuat definisi prapenuntutan.

Harjono Tjitrosubomo, advokat senior Indonesia berpendapat:

Polisi menyerahkan berkas yang tidak lengkap atau kurang. Jika

tidak lengkap dikembalikan kepada polisi dengan petunjuk-petunjuk apa

yang kurang dan polisi melengkapi lagi, hal ini merupakan ketentuan-

ketentuan prosedur antara wewenang polisi dan jaksa (Andi Hamzah,

2002:153-154).

Pendapat lain tentang pengertian prapenuntutan adalah

mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik karena ternyata belum

lengkap disertai petunjuk-petunjuk yang akan dilakukan Penyidik. Hal ini

oleh Pasal 14 KUHAP disebut “Prapenuntutan” (Leden Marpaung:1992).

Dalam Pasal 14 butir (b) KUHAP disebutkan bahwa untuk

mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan

dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan

Page 30: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari

Penyidik.

Dalam ketentuan yang terdapat dalam pasal 110 KUHAP:

Ayat (3) adalah: dalam hal Penuntut Umum mengembalikan hasil

penyidikan untuk dilengkapi, Penyidik wajib segera melakukan

penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari Penuntut Umum.

Ayat (4) adalah: penyidikan dianggap telah sesuai apabila dalam

waktu empat belas hari Penuntut Umum tidak mengembalikan hasil

penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir telah ada

pemberitahuan tentang hal itu dari Penuntut Umum kepada Penyidik.

Sedangkan dalam pasal 138 ayat (2) KUHAP disebutkan dalam

hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, Penuntut Umum

mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik disertai petunjuk tentang

hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu empat belas

hari sejak tanggal penerimaan berkas, Penyidik harus sudah

menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada Penuntut Umum.

2. Tinjauan Umum Tentang Berkas Perkara.

a. Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikeluarkan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tercantum arti berkas sebagai

berikut:

a) Kumpulan

b) Ikatan

c) Bendel (surat-surat) (Balai Pustaka, 1989)

Dalam bahasa Inggris disebut “sheaf”, “bundle” yang diterjemahkan

juga dengan “bungkusan”. Pemberkasan dimaksudkan dikumpulkan atau

Page 31: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

diikat dalam satu kesatuan yang menyangkut semua yang berkenaan

dengan perkara tersebut (Leden Marpaung, 1992: 130).

Sedangkan menurut Yahya Harahap yang dimaksud berkas perkara

adalah jilidan berkas acara penyidikan dan lampiran-lampiran yang

bersangkutan.

Pada umumnya urutan-urutan yang terdapat dalam berkas perkara

adalah sebagai berikut:

1. Daftar isi

2. Maksud perkara

3. Resume

4. Laporan/ laporan penyelidikan

5. Surat Perintah Penyelidikan

6. Berita Acara Pemeriksaan di tempat Kejadian Perkara

7. Berita acara Pemeriksaan:

a. saksi

b. ahli

c. tersangka

8. Lampiran-lampiran

9. Daftar barang bukti.

b. Isi dari Berkas Perkara.

Sesuai dengan isi Pasal 75 ayat (1) KUHAP meliputi berita-berita

acara dari serangkaian tindakan-tindakan yang diperlukan selama proses

penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik, sesuai dengan isi pasal 75 ayat

(1) KUHAP, yaitu:

1. Pemeriksaan tersangka

2. Penangkapan

3. Penahanan

4. Penggeledahan

5. Pemasukan Rumah

Page 32: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

6. Penyitaan benda

7. Pemeriksaan surat

8. Pemeriksaan Saksi

9. Pemeriksaan ditempat kejadian, dan serangkaian tindakan-tindakan

lain yang sesuai dengan undang-undang ini.

c. Ketentuan Umum tentang Berkas Perkara.

Dalam hal ini Penyidik diharuskan menyesuaikan pemeriksaan

perkara dengan ketentuan pasal undang-undang yang menggariskan

pembuatan berita acara pemeriksaan penyidikan seperti yang ditentukan

dalam pasal 121 KUHAP, yaitu:

“Penyidik atas kekuatan sumpah jabatan segera membuat berita acara

yang diberi tanggal dan memuat tindak pidana yang bersangkutan, dengan

menyebut waktu, tempat dan keadaan pada waktu tindak pidana dilakukan,

nama dan tempat tinggal tersangka dan atau saksi, keterangan mereka,

catatan mengenai akta dan atau benda serta segala sesuatu yang dianggap

perlu untuk kepentingan penyelesaian perkara.”

Sehingga setelah Penyidik berpendapat segala sesuatu pemeriksaan

yang dianggap cukup, Penyidik “atas kekuatan jabatan” segera membuat

berita acara dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam pasal

121 KUHAP:

1. Memberi tanggal pada berita acara

2. Memuat tindak pidana yang disangkakan dengan menyebut waktu,

tempat, dan keadan sewaktu tindak pidana dilakukan

3. Nama dan tempat tinggal tersangka dan saksi-saksi

4. Keterangan mengenai tersangka dan saksi (umur, agama, dan lain-lain)

5. Catatan segala sesuatu yang dianggap perlu untuk kepentingan

penyelesaian perkara.

Page 33: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

d. Syarat Kelengkapan Berkas Perkara

Untuk kelengkapan berita acara harus dihubungkan dengan

ketentuan pasal 75 KUHAP. Hal ini berarti setiap pemeriksaan yang berita

acaranya telah dibuat tersendiri dalam pemeriksaan penyidikan,

dilampirkan dalam pemriksaan penyidikan, dilampirkan dalam berita acara

penyidikan.

Pasal 75 ayat (2)

“Berita acara dibuat oleh pejabat yang bersangkutan dalam melakukan

tindakan tersebut pada ayat (1) dan dibuat atas kekuatan sumpah jabatan.”

Pasal 75 ayat (3)

Berita acara tersebut selain ditandatangani oleh pejabat tersebut pada ayat

(2) ditandatangani pula oleh pejabat tersebut pada ayat (1).

Menurut pasal 75 ayat (2) dan (3) ada ketentuan bahwa berita acara

harus dibuat atas kekuatan sumpah jabatan dan harus ditandatangani oleh

pejabat tersebut dan pihak-pihak yang bersangkutan dengan tindakan yang

terebut dalam ayat (1) pada pasal ini.

Setelah semua berkas perkara dianggap lengkap, biasanya dilakukan

penggandaan sebagian ada yang melaksanakan, sebagian ada yang

menjilid.

Belum ada keseragaman maupun ketentuannya. Biasanya “penyidik”

mengirimkan kepada “penuntut umum” dalam rangkap dua yang

maksudnya 1 (satu) untuk Pengadilan Negeri (Hakim) dan yang satu lagi

diperuntukkan Penuntut Umum. Jika hal tersebut terjadi, sebaiknya

digandakan lagi 1 (satu) eksemplar yang dijadikan berkas yang

manfaatnya untuk pengendalian atas Penuntut Umum yang berfungsi

sebagai “arsip”. Hal yang sama yakni Penyidik wajib menyimpan 1 (satu)

eksemplar berkas perkara sebagai “arsip”.

Page 34: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Tinjauan Umum tentang Penyidikan.

a. Pengertian Penyidikan.

Pada Pasal 1 butir 2 KUHAP tercantum:

“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam Undang-Undang ini untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang

tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.

Tahap penyidikan ini dilakukan setelah selesai dilakukan

penyelidikan dan hasil penyelidikan itu telah pula dilaporkan dan

diuraikan secara rinci, maka dari hasil penyelidikan itu dianggap cukup

bukti-bukti permulaan untuk dilakukan penyidikan, maka tahap

penanganan selanjutnya adalah melakukan penindakan yaitu

dilaksanakannya penyidikan. Dalam hal ini tindakan penyelidikan

penekanannya diletakkan pada tingkatan “mencari dan menemukan

sesuatu peristiwa”.

Tahap ini dilaksanakan setelah yakin bahwa telah terjadi suatu tindak

pidana dan untuk memperjelas segala sesuatu tentang tindak pidana

tersebut diperlukan tindakan-tindakan tertentu yang berupa pembatasan

dan “pelanggaran” hak-hak asasi seseorang yang bertanggung jawab

terhadap terjadinya tindak pidana.

Keyakinan tersebut di atas diperoleh dari hasil penyelidikan

sebelumnya. Menurut istilah hukumnya dari hasil penyelidikan yang telah

dilakukan terdapat bukti permulaan yang cukup kuat bahwa tindak pidana

telah terjadi dan bahwa seseorang dapat dipersalahkan sebagai pelaku

(Moch. Faisal Salam: 49).

Pengetahuan dan pengertian penyidikan perlu dinyatakan dengan

pasti dan jelas, karena hal itu langsung menyinggung dan membatasi hak-

Page 35: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

hak asasi manusia. Bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut

penyidikan adalah sebagai berikut:

1. Ketentuan tentang alat-alat penyidik.

2. Ketentuan tentang diketahui terjadinya delik

3. Pemeriksaan di tempat kejadian

4. Pemanggilan tersangka atau terdakwa

5. Penahanan Sementara

6. Penggeledahan

7. Pemeriksaan atau interogasi

8. Berita acara (penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan tempat)

9. Penyitaan

10. Penyampingan perkara

11. Pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan pengembaliannya

kepada Penyidik untuk disempurnakan (Andi Hamzah, 2002:118-119).

b. Pejabat Penyidik

Orang yang melakukan penyidikan yang terdiri dari pejabat seperti

yang tercantum dalam Pasal 1 butir 1 KUHAP, Penyidik adalah Pejabat

Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil

tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk

melakukan penyidikan. Kemudian dipertegas dan diperinci lagi dalam

pasal 6 KUHAP yang disebut:

1) Penyidik adalah:

a. pejabat Polisi Negara republik Indonesia,

b. pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus

oleh undang-undang.

2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Page 36: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Selain diatur dalam Pasal 1 butir 1 dan Pasal 6, terdapat lagi Pasal 10 yang

mengatur tentang:

1) Penyidik pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik

Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan dalam ayat (2) pasal ini.

2) Syarat kepangkatan sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Untuk mengetahui siapa yang dimaksud dengan orang yang berhak

sebagai Penyidik ditinjau dari segi instansi maupun kepangkatan,

ditegaskan dalam Pasal 6 KUHAP. Dalam Pasal tersebut ditentukan

instansi dan kepangktan seorang Pejabat Penyidik. Bertitik tolak dari

ketentuan Pasal 6 dimaksud, yang berhak diangkat sebagai Pejabat

Penyidik:

1. Pejabat Penyidik Polri.

Menurut ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf a, salah satu instansi

yang diberi kewenangan melakukan penyidikan ialah “pejabat Polisi

Negara”. Memang dari segi difrensiasi fungsional, KUHAP telah

meletakkan tanggung jawab fungsi penyidikan kepada instansi

kepolisian. Seorang pejabat kepolisian dapat diberi jabatan sebagai

Penyidik, harus memenuhi “syarat kepangkatan” sebagaimana hal itu

ditegaskan dalam Pasal 6 ayat (2). Syarat kepangkatan yang diatur

dalam pasal 6 lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah untuk itu,

penjelasan Pasal 6 telah memberi petunjuk supaya dalam menetapkan

kepangkatan Pejabat Penyidik, disesuaikan dengan kepangkatan

Penuntut Umum dan Hakim Pengadilan Negeri.

Peraturan Pemerintah yang mengatur masalah kepangkatan

Pejabat Penyidik sebagaimana yang dikehendaki ketentuan Pasal 6

sudah ada, dan telah ditetapkan pada tanggal 1 Agustus 1983, berupa

PP No. 27 Tahun 1983. Syarat kepangkatan Pejabat Penyidik diatur

Page 37: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

dalam bab II. Memperhatikan ketentuan kepangkatan yang diatur

dalam Bab II PP dimaksud, syarat kepangkatan dan pengangkatan

Pejabat Penyidik kepolisian dapat dilihat dalam uraian berikut:

a. Pejabat Penyidik

Pejabat polisi yang dapat diangkat sebagai pejabat “penyidik”

harus memenuhi syarat kepangkatan dan pengangkatan:

1. Sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi,

2. Berpangkat bintara dibawah Pembantu Letnan Dua apabila

dalam suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat Penyidik yang

berpangkat Pembantu Letnan Dua,

3. Ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Kepolisian RI.

Dari bunyi ketentuan Pasal 2 ayat (2) PP No. 27 Tahun 1983,

sekalipun pada prinsipnya syarat kepangkatan pejabat Penyidik

sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua, namun

mengingat kurangnya tenaga personel yang belum memadai

terutama di daerah-daerah atau kantor sektor kepolisian, Peraturan

Pemerintah memperkenankan jabatan Penyidik dipangku oleh

seorang anggota kepolisian yang “berpangkat bintara”.

Kepangkatan yang serupa ini memang tidak serasi jika ditinjau dari

sudut keseimbangan kepangkatan Penuntut Umum maupun Hakim

yang bertugas di Pengadilan Negeri. Apalagi dari segi kemampuan

pengetahuan hukum seorang bintara kurang dapat

dipertanggungjawabkan segi kemampuan dan pengalaman. Itu

sebabnya sering dijumpai penyidikan yang tidak memadai dan

tidak terarah (Yahya Harahap, 2002: 111).

b. Pejabat Penyidik Pembantu.

Pejabat polisi yang dapat diangkat sebagai “penyidik

pembantu” diatur dalam Pasal 3 PP No. 27 Tahun 1983. menurut

Page 38: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

ketentuan ini, syarat kepangkatan untuk dapat diangkat sebagai

pejabat penyidik pembantu:

1. Sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi

2. Atau pegawai negeri sipil dalam lingkungan Kepolisian Negara

dengan syarat sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda

(golongan II/a)

3. Diangkat oleh Kepala Kepolisian RI atas usul komandan atau

pimpinan kesatuan masing-masing.

Penyidik pembantu tidak harus terdiri dari anggota polri,

tetapi bisa diangkat dari kalangan Pegawai Negeri Sipil Polri,

sesuai keahlian khusus dalam bidang tertentu yang harus dimiliki.

Berdasarkan logika, dengan adanya pejabat Penyidik, tidak perlu dibentuk

suatu eselon yang bernama penyidik pembantu, sebab secara rasio, dengan

adanya jabatan penyidik berdasarkan syarat kepangkatan tertentu, semua

anggota polri yang berada di bawah jajaran pejabat Penyidik adalah pembantu

bagi pejabat penyidik. Apalagi jika dihubungkan dengan ketentuan Pasal 11

KUHAP yaitu penyidik pembantu mempunyai wewenang seperti tersebut

dalam pasal 7 ayat (1), kecuali mengenai penahanan yang wajib diberikan

dengan pelimpahan wewenang dari Penyidik. Pengklasifikasian antara

Penyidik dengan penyidik pembantu semakin mengherankan. Sebab

berdasarkan ketentuan Pasal 11, penyidik pembantu mempunyai wewenang

yang sama dengan pejabat penyidik, kecuali sepanjang penahanan, wajib

diberikan dengan pelimpahan wewenangnya sebagaimana yang diperinci pada

pasal 7 ayat (1).

Untuk mendapat penjelasan atas klasifikasi Penyidik, mungkin dapat

diterima alasan yang dikemukakan pada buku Pedoman Pelaksanaan KUHAP,

yang menjelaskan latar belakang urgensi pengangkatan pejabat penyidik

pembantu, yang dapat disimpulkan:

Page 39: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

a. Disebabkan terbatasnya tenaga polri yang berpangkat tertentu sebagai

pejabat Penyidik. Terutama daerah-daerah sektor kepolisian di daerah

terpencil, masih banyak yang dipangku pejabat kepolisian yang berpangkat

bintara,

b. Oleh karena itu, syarat kepangkatan Pejabat Penyidik sekurang-kurangnya

berpangkat Pembantu Letnan Dua Polri, sedangkan yang berpangkat

demikian belum mencukupi kebutuhan yang diperlukan sesuai dengan

banyaknya jumlah sektor Kepolisian, hal seperti ini akan menimbulkan

hambatan bagi pelaksanaan fungsi penyidikan di daerah-daerah, sehingga

besar kemungkinan, pelaksanaan fungsi penyidikan tidak berjalan di

daerah-daerah (Yahya Harahap, 2002:112).

2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Penyidik Pegawai Negeri Sipil diatur dalam pasal 6 ayat (1)

huruf b, yaitu Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai fungsi dan

wewenang sebagai Penyidik, pada dasarnya wewenang yang mereka

miliki bersumber pada ketentuan undang-undang pidana khusus, yang

telah menetapkan sendiri pemberian wewenang penyidikan pada salah

satu pasal. Disamping pejabat Penyidik Polri, undang-undang pidana

khusus tersebut memberi wewenang kepada Pejabat Pegawai Negeri

Sipil yang bersangkutan untuk dilakukan penyidikan. Misalnya,

Undang-undang Merek No. 19 Tahun 1992 (diubah menjadi undang-

undang No. 14 tahun 1997). Pasal 80 undang-undang ini menegaskan:

kewenangan melakukan penyidikan tindak pidana merek yang disebut

dalam pasal 81, 82, dan 83 dilimpahkan kepada PPNS. Demikian juga

yang kita jumpai pada ketentuan Pasal 17 Undang-undanng darurat

No. 7 Tahun 1955, antara lain menunjuk pegawai negeri sipil sebagai

penyidik dalam peristiwa tindak pidana ekonomi. Penyidik pegawai

negeri sipil dalam tindak pidana ekonomi, pelimpahannya diberikan

kepada pejabat duane. Akan tetapi harus diingat, wewenang

penyidikan yang dimiliki oleh pejabat penyidik pegawai negeri sipil

Page 40: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

hanya terbatas sepanjang yang menyangkut dengan tindak pidana yang

diatur dalam Undang-undang tindak pidana khusus itu.

c. Tugas dan Wewenang Pejabat Penyidik.

1. Penyidik

Berdasarkan pasal 1 butir (2) KUHAP tugas pokok dari penyidik adalah:

a. Mencari dan mengumpulakan bukti yang dengan bukti-bukti tersebut

membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi.

b. Menemukan tersangka.

Pada Pasal 7 KUHAP, diberikan kewenangan-kewenangan melaksanakan

kewajibannya sebagai berikut:

1). Penyidik, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a.

Karena kewajibannya mempunyai wewenang:

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya

tindak pidana.

b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian,

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal dari tersangka

d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan

penyitaan,

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat,

f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang,

g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi

h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara,

i. Mengadakan penghentian penyidikan,

j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

bertanggungjawab.

Page 41: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

2). Melakukan koordinasi dan pengawasan baik Penyidik pejabat

kepolisian maupun Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu

(Pasal 107 ayat 2 KUHAP)

3). Wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku (Pasal 7)

4). Membuat berita acara setiap pemeriksaan tindakan:

a. Berita Acara Pemeriksaan Tersangka

b. Berita Acara Penangkapan

c. Berita Acara Penahanan

d. Berita Acara Penggeledahan

e. Berita Acara Pemasukan Rumah

f. Berita Acara Penyitaan Benda

g. Berita Acara Pemeriksaan Surat

h. Berita Acara Pemeriksaan Saksi

i. Berita Acara Pemeriksaan ditempat kejadian

j. Berita Acara Pelaksanaan Penetapan

k. Berita Acara Pelaksanaan tindakan lainnya (Pasal 8 ayat 1, jo. Pasal

75)

5). Penyerahan berkas perkara kepada Penuntut Umum.

2. Penyidik Pembantu

Wewenang dan kewajiban Penyidik Pembantu diatur dalam Pasal 11

dan 12 KUHAP yang berbunyi sebagai berikut:

Penyidik Pembantu mempunyai wewenang seperti diatur dalam Pasal

11 KUHAP, yaitu: Penyidik Pembantu mempunyai wewenang seperti

tersebut dalam pasal 7 ayat (1) mengenai penahanan yang wajib diberikan

dengan pelimpahan wewenang dari Penyidik. Sedangkan berdasarkan

Pasal 12 KUHAP tugas Penyidik Pembantu adalah membuat berita acara

dan penyerahan berkas perkara kepada Penyidik, kecuali dalam acara

pemeriksaan singkat yang dapat langsung diserahkan kepada Penuntut

Umum.

Page 42: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

d. Macam-macam Upaya Penyidikan.

1. Pemeriksaan Tersangka.

Dalam proses penyidikan keterangan tersangka menjadi sangat

penting, karena dengan keterangan tersangkalah akan diketahui peristiwa

tindak pidana yng sesungguhnya yang sedang diperiksa. Namun

demikian perlakuan terhadap seorang tersangka juga harus diperhatikan.

Tersangka harus ditempatkan pada kedudukan manusia yang memiliki

harkat martabat, yaitu sebagai subyek pemeriksaan bukan selaku objek

pemeriksaan. Selain itu tersangka, harus dianggap tidak bersalah, sesuai

dengan prinsip hukum “praduga tidak bersalah” atau persumtion of

innoccent sampai putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap. Berdasarkan asas ini maka KUHAP pada Bab 6 yaitu pasal

50 s/d pasal 68 memuat hak-hak tersangka/terdakwa, antara lain:

a. Berhak segera diproses perkaranya yakni tingkat penyidikan, tingkat

penuntutan maupun tingkat persidangan (pasal 50 KUHAP).

b. Berhak mengetahui dengan jelas yang disangkakan/didakwakan

padanya (pasal 51 KUHAP)

c. Berhak mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan

(pasal 54 KUHAP).

d. Berhak memberi keterangan secara bebas (pasal 52 KUHAP).

e. Tersangka/terdakwa yang ditahan berhak:

1) meneriman kunjungan dokter

2) menerima kunjungan rohaniawan

3) menerima kunjungna sanak keluarga

f. Berhak mengajukan saksi-saksi yang menguntungkan dirinya

g. Berhak ganti rugi dan rehabilitasi jika ternyata tidak bersalah.

Pasal 1 butir 14 dinyatakan: “Tersangka adalah seorang yang karena

perbuatannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku

tindak pidana”. Rumusan diatas pada rumusan resmi tertulis “cukup

Page 43: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

jelas” dari segi ilmu hukum pidana, rumusan tersebut tidak tepat, karena

bukan “pelaku tindak pidana” saja yang dapat jadi tersangka. Oleh

kartena itu Prof. Pompe menyatakan bahwa yang harus dipandang

sebagai pelaku itu adalah semua orang yang disebut dalam pasal 55

KUHP yaitu:

1). Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:

a. mereka yang melakukan, yang menyuruh lakukan, dan yang turut

serta melakukan perbuatan,

b. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan

menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan,

ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan,

sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya

melakukan perbuatan.

2). Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan

sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

Cara pemeriksaan terhadap tersangka dilakukan dari segi yuridis, yaitu:

a. Jawaban atau keterangan yang diberikan tersangka kepada Penyidik,

diberikan tanpa tekanan dari siapapun juga dan dalam bentuk apapun.

Sesuai Pasal 117 ayat (1) KUHAP.

b. Penyidik mencatat sedetil-detilnya keterangan tersangka.

(1) Sesuai dengan rangkaian kata-kata yang dipergunakan tersangka

(Pasal 117 ayat (2))

(2) Dicatat dalam berita acara pemeriksaan tersangka oleh Penyidik,

dan Penyidik menanyakan atau meminta persetujuan tersangka

tentang isi berita acara pemeriksaan tersangka tersebut

(3) Apabila tersangka telah menyetujuinya tersangka dan Penyidik

membubuhkan tanda tangan pada berita acara tersebut

(4) Apabila tersangka tidak mau menandatangani dalam berita acara

pemeriksaan, Penyidik dapat membuat catatan yang menjelaskan

kenapa tersangka tidak mau menandatangani berita acara tersebut

Page 44: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

(5) Jika tersangka hendak diperiksa bertempat tinggal diluar daerah

hukum Penyidik, Penyidik dapat membebankan pemeriksaan

kepada Penyidik yang berwenang di daerah tempat tinggal

tersangka atau “pendelegasian penyidikan” (Pasal 113 KUHAP)

(6) Pemeriksaan tersangka ditempat tinggal tersangka dilakukan

dengan cara, yaitu Penyidik datang sendiri ke tempat tinggal

tersangka dengan alasan yang patut dan wajar, tidak dapat datang

ke tempat pemeriksan yang ditentukan Penyidik.

Tentang hak tersangka memberi keterangan dengan bebas oleh para

pakar sependapat bahwa tersangka tidak mau/diam/tidak mau bicara

mencakup pengertian ini hanya menurut doktrin, tersangka/terdakwa yang

tidak mau menjawab pertanyaan akan diambil kesimpulan yang merugikan

tersangka/terdakwa (Leden Marpaung, 1992: 45)

2. Penangkapan.

Pasal 1 butir 20 KUHAP menerangkan bahwa, “Penangkapan adalah

suatu tindakan Penyidik berupa pengekangan sementara waktu

kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna

kepentingan penyidikan, penuntutan dan atau peradilan dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Cara-cara penangkapan diatur dalam:

Pasal 16 ayat (2) KUHAP

Untuk kepentingan penyidikan, Penyidik dan Penyidik Pembantu

berwenang melakukan penangkapan.

Pasal 17 KUHAP

Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras

melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan.

Page 45: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pasal 18 KUHAP

1. Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas Kepolisian

Negara Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta

memberikan kepada tersangka Surat Perintah Penangkapan yang

mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan

penangkapan dan uraian singkat perkara kejahatan yang

dipersangkakan serta tempat tersangka diperiksa.

2. Dalam hal tertangkap tangan, penangkapan dilakukan tanpa surat

perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera

menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada

Penyidik atau Penyidik Pembantu terdekat.

3. Tembusan Surat Perintah Penangkapan sebagaimana yang dimaksud

dalam ayat (1) harus segera diberikan kepada keluarganya segera

setelah dilakukan penangkapan.

Pasal 19 KUHAP

1. Penangkapan sebagaimana dimaksud pasal 17, dapat dilakukan

untuk paling lama satu hari.

2. Terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan penangkapan

kecuali dalam hal ia telah dipanggil secara sah dua kali berturut-turut

tidak memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang sah

Ketentuan dalam pasal 19 ayat (1) KUHAP menyebutkan batas

waktu lamanya penangkapan tidak boleh lebih dari “satu hari”. Lewat

dari satu hari berarti telah terjadi pelanggaran hukum, dan dengan

sendirinya penangkapan dianggap “tidak sah”, konsekuensinya,

tersangka harus dibebaskan demi hukum. Atau jika batas waktu itu

dilanggar, tersangka, penasehat hukumnya, atau keluarga dapat meminta

pemeriksan kepada praperadilan tentang sah tidaknya penangkapan dan

sekaligus dapat menuntut ganti rugi.

Page 46: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Penahanan

Pasal 1 butir 21 KUHAP menyatakan, Penahanan adalah penempatan

tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh Penyidik atau Penuntut

Umum atau Hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara

yang diatur dalam undang-undang ini.

Pengaturan penahanan yang dilakukan oleh Penyidik dan Penuntut

Umum, maupun hakim dalam KUHAP, adalah:

Pasal 20

2. untuk kepentingan penyidikan, Penyidik atau Penyidik Pembantu atas

perintah Penyidik, sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 berwenang

melakukan penahanan.

3. untuk kepentingan penuntutan, Penuntut Umum berwenang melakukan

penahanan atau penahanan lanjutan.

4. untuk kepentingan pemeriksaan Hakim disidang pengadilan dengan

penetapannya berwenang melakukan penahanan.

Pasal 21

1. Perintah penahanan atau penahanan lanjutan terhadap seorang terangka

atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana keadaan

yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan

melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti atau

mengulangi tindak pidana.

2. Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh Penyidik atau

Penuntut Umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

Surat Perintah Penahanan atau penetapan Hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dan menyebutkan alasan penahanan

serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan atau

didakwakan serta tempat ia ditahan.

3. Tembusan Surat Perintah Penahanan atau penahanan lanjutan atau

penetapan Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus

diberikan kepada keluarganya.

Page 47: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau

terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun

pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut, dalam hal:

a. Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun lebih.

b. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 282 ayat (3),

pasal 296, pasal 225 ayat (1), pasal 351 ayat (1), pasal 353 ayat (1),

pasal 371, pasal 378, pasal 379, pasal 453, pasal 454, pasal 455,

pasal 459, pasal 480, dan pasal 506 Kitab Undang-undang Hukum

Pidana, pasal 25 dan pasal 26 rechtordonantie (pelanggaran

ordonansi Bea dan Cukai, yang diubah dengan Staatblad tahun

1931 nomor 471), pasal 1, pasal 2, dan pasal 4 Undang-undang

Tindak Pidana Imigrasi (undang-undang No. 8 Drt. Tahun 1955,

Lembaran Negara tahun 1955 No. 8), pasal 30 ayat (7), pasal 41,

pasal 42, pasal 43, pasal 47, pasal 48 UU No. 9 Tahun 1976

tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1976 No. 37,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3086).

Pasal 22

1. Jenis penahana dapat berupa:

a. Penahanan Rumah Tahanan Negara

b. Penahanan rumah

c. Penahanan kota.

2. Penahanan rumah dilaksanakan dirumah tempat tinggal atau rumah

kediaman tersangka atau terdakwa dengan mengadakan pengawasan

terhadapnya untuk menghindarkan segala sesuatu yang dapat

menimbulkan kesulitan dalam penyidikan, penuntutan, atau

pemeriksaan di sidang pengadilan.

3. Penahanan kota dilakukan dikota tempat tinggal atau kediaman

tersangka atau terdakwa, dengan kewajiban bagi tersangka atau

terdakwa melapor diri pada waktu yang ditentukan.

Page 48: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Masa penangkapan dan atau penahanan dikurangkan seluruhnya dari

pidana yang dijatuhkan.

5. Untuk penahanan kota pengurangan tersebut seperlima dari jumlah

lamanya waktu penahanan rumah sepertiga dari jumlah lamanya waktu

penahanan.

Pasal 23.

1. Penyidik atau Penuntut Umum atau Hakim berwenang untuk

mengalihkan jenis penahanan yang satu kepada jenis penahanan yang

lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 22.

2. Pengalihan jenis penahanan dinyatakan secara tersendiri dengan surat

perintah dari Penyidik atau Penuntut Umum atau penetapan Hakim

yang tembusannya diberikan kepada tersangka atau terdakwa serta

keluarga dan kepada instansi yang berkepentingan.

Pasal 24

1. Perintah penahanan yang diberikan kepada Penyidik sebagaimana

dimaksud dalam pasal 20, hanya berlaku paling lama dua puluh hari.

2. Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila diperlukan

guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang

oleh Penuntut Umum yang berwenang untuk paling lama empat puluh

hari.

3. Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2), tidak

menutup kemungkinan tersangka ditahan sebelum berakhir waktu

penahanan, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.

4. Setelah waktu lima puluh hari tersebut, Penyidik harus sudah

mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.

Pasal 25

1. Perintah penahanan yang diberikan oleh Penuntut Umum sebagaimana

dimaksud dalam pasal 20, hanya berlaku paling lama dua puluh hari.

Page 49: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila diperlukan

guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang

oleh Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang untuk paling lama tiga

puluh hari.

3. Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

menutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka dari tahanan sebelum

berakhir waktu penahanan, jika kepentingan pemeriksaan sudah

terpenuhi.

4. Setelah waktu lima puluh hari tersebut, Penyidik harus sudah

mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.

Pasal 26

1. Hakim Pengadilan Negeri yang mengadili perkara sebagaimana

dimaksud dalam pasal 84, guna kepentingan pemeriksaan berwenang

mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama tiga puluh

hari.

2. Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila diperlukan

guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang

oleh Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan untuk paling lama

enam puluh hari.

3. Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (10) dan (2) tidak menutup

kemungkinana dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum berakhir

waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah

terpenuhi.

4. Setelah waktu sembilan puluh hari walaupun perkara tersebut belum

diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

Pasal 27

1. Hakum Pengadilan Tinggi yang mengadili perkara sebagaimana

dimaksud dalam pasal 87, guna kepentingan pemeriksaan banding

berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama

tigapuluh hari

Page 50: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila diperlukan

guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang

oleh Ketua Pengadilan Tinggi yang bersangkutan paling lama enam

puluh hari.

3. Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum

berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan

sudah terpenuhi.

4. Setelah waktu sembilan puluh hari walaupunn perkara tersebut belum

diputus, terdakwa harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

Pasal 28

Perintah dan perpanjangan penahanan oleh MA pada perkara yang

dimintakan kasasi.

Pasal 29

Perpanjangan penahanan seperti yang dimaksud dalm pasal 24, 25, 26, 27,

dan 28 beserta alasan yang dimungkinkan menurut undang-undang ini.

Tenggang waktu penahanan adalah sebagai berikut:

1. Penyidikan:

a. 20 hari

b. Diperpanjang Penuntut Umum: 40 hari

c. Diperpanjang Ketua Pengadilan Negeri 2 kali, masing-masing: 30

hari

2. Penututan:

a. 20 hari

b. Diperpanjang Ketua Pengadilan negeri: 30 hari

c. Diperpanjang Ketua Pengadilan Negeri: 2 kali, masing-masing: 30

hari.

3. Pemeriksaan di Pengadilan Negeri:

a. 30 hari

Page 51: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

b. Diperpanjang Ketua Pengadilan Negeri: 60 hari

c. Diperpanjang Ketua Pengadilan Tinggi 2 kali, masing- masing: 30

hari.

4. Pemeriksaan Banding.

a. 30 hari

b. Diperpanjang Ketua Pengadilan Tinggi: 60 hari

c. Diperpanjang Mahkamah agung 2 kali, masing-masing: 30 hari.

5. Pemeriksaan Kasasi

a. 50 hari

b. Diperpanjang Ketua Mahkamah Agung: 60 hari

c. Diperpanjang Mahkamah agung 2 kali, masing-masing: 30 hari

6. Pemeriksaan penyidikan tindak pidana Subversi

- Jaksa Agung: 1 tahun

Pasal 30

Ganti kerugian apabila ada kesalahan penahanan.

Pasal 31 tentang penangguhan penahanan.

4. Penggeledahan.

Penggeledahan rumah berdasarkan Pasal 1 butir 17 KUHAP adalah

tindakan Penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat

tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau

penangkapan dalam hal dan menurut acara yang diatur dalam undang-

undang ini.

Penggeledahan badan berdasarkan Pasal 1 butir 8 KUHAP adalah

tindakan Penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian

tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau

dibawanya serta untuk disita.

Page 52: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dalam keadaan mendesak, ketika Penyidik harus bertindak dan tidak

mungkin untuk mendapatkan surat ijin terlebih dahulu, dapat melakukann

penggeledahan:

a. Pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada

dan yang ada di atasnya.

b. Pada setiap lain tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada.

c. Di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya.

d. Di tempat penginapan dan tempat umum lainnya.

5. Penyitaan.

Penyitaan berdasarkan Pasal 1 butir 16 KUHAP adalah serangkaian

tindakan Penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan dibawah

penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak

berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam suatu penyidikan. Dalam

melakukan penyitaan harus mendapatkan ijin dari Ketua Pengadilan

Negeri setempat, namun apabila tertangkap tangan, Penyidik dapat

menyita benda dan alat yang ternyata atau patut diduga telah dipergunakan

untuk melakukan tindakan pidana atau benda lain sebagai barang bukti

tanpa perlu surat ijin dari Ketua Pengadilan setempat, tetapi langsung

membuat berita acara yang ditandatangani oleh tersangka.

Barang-barang yang dapat disita atau yang dapat dikenakan

penyitaan adalah:

a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau

sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil suatu

tindak kejahatan.

b. Benda yang telah digunakan secara langsung untuk melakukan tindak

pidana atau untuk mempersiapkannya

c. Benda yang digunkan untuk menghalangi suatu penyidikan tindak

pidana.

d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan suatu tindak

pidana.

Page 53: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

e. Benda lain yang berhubungan langsung dengan tindak pidana yang

dilakukan.

6. Pemasukan Rumah.

Pemasukan rumah dapat dikatakan merupakan bagian dari

penggeledahan rumah, yaitu pemasukan rumah dimaksudkan untuk

memasuki rumah tersangka atau tempat kediaman, atau tempat keberadaan

tersangka.

7. Pemeriksaan Surat.

Dalam Pasal 47 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa: Penyidik

berhak membuka, memeriksa dan menyita surat lain yang dikirim melalui

kantor pos dan telekomunikasi atau pengangkutan. Sedangkan “surat lain”

yang dimaksud dalam Pasal tersebut adalah surat yng secara tidak

langsung mempunyai hubungan dengan tindak pidana yang diperiksa akan

tetapi dicurigai dengan alasan yang kuat.

Tata cara pemeriksaan surat harus memenuhi ketentuan dalam pasal 47,

48, 49, 131 dan 132 KUHAP.

Pasal 47 mengenai hak Penyidik untuk membuka, memeriksa dan menyita

surat, beserta tata cara pemeriksaannya.

Pasal 48 mengenai isi surat yang dibuka dan diperiksa apabila ada

hubungan dengan tindak pidana yang diperiksa maka, harus dilampirkan

dalam berita acara pemeriksaan, dan bila tidak ada hubungannya maka

harus dikembalikan, dan Penyidik harus merahasiakan isi surat tersebut.

8. Pemeriksaan Saksi.

Dalam melakukan pemeriksaan terhadap saksi harus memperhatikan

tentang keselamatan saksi serta harus mendapatkan perlindungan dari

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 54: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Keterangan saksi ada dua macam, yaitu:

a. Keterangan saksi yang mendengar dan atau melihat dan atau

mengalami sendiri peristiwa tindak pidana yang diperiksa.

b. Keterangan saksi ahli, keterangan yang diperoleh dari seorang saksi

karena pengetahuan dan kemampuannya dalam hal yang berhubungan

dengan kasus yang sedang diperiksa.

9. Pemeriksaan di Tempat Kejadian.

Merupakan pemeriksaan awal setelah Penyidik menerima laporan

atau mengetahui terjadinya tindak pidana pada suatu tempat. Kemudian

Penyidik melakukan tindakan pengamanan pada tempat kejadian dan

berusaha mencari bukti-bukti atau keterangan-keterangan yang

memperjelas tindak pidana yang telah terjadi.

Yang dapat dilakukan Penyidik di tempat kejadian perkara, antara lain:

a. memotret tempat kejadian

b. memeriksa sidik jari

c. menanyai saksi di sekitar tempat kejadian, dll.

10. Tindakan-tindakan lain yang dimungkinkan demi tercapainya tujuan

hukum acara pidana, yaitu untuk mencari dan menemukan kebenaran yang

sebenar-benarnya, sesuai dengan tindak pidana yang diperiksa.

e. Penyerahan Berkas Penyidikan

Dalam melaksanakan mekanisme penyerahan berkas perkara

penyidikan, dilakukan dengan dua cara:

1. Penyerahan Tahap Pertama.

Dalam penyerahan tahap pertama Penyidik secara fisik dan nyata

menyampaikan berkas perkara kepada Penuntut Umum, dan Penuntut

Umum menerima dari tangan Penyidik. Namun demikian, penyerahan

berkas perkara secara nyata dan fisik, belum merupakan kepastian

penyelesaian pemeriksaan penyidikan, sebab ada kemungkinan besar

Page 55: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

hasil penyidikan yang diserahkan, dikembalikan oleh Penuntut Umum

kepada Penyidik, dengan petunjuk agar Penyidik melakukan

pemeriksaan tambahan penyidikan.

Proses pengembalian berkas perkara penyidikan tahap pertama

yang belum lengkap dari Penuntut Umum ini dapat dikatakan sebagai

“prapenuntutan”.

Dalam melakukan pemeriksaan penyidikan terdapat ketentuan-

ketentuan pelaksanaannya, seperti yang tercantum pasal 110 dan 138

KUHAP, yaitu:

a) Apabila penyidik telah selesai melakukan penyidikan, “wajib”

segera menyerahkan berkas perkara kepada Penuntut Umum.

Penyerahan berkas perkara ini, belum menghilangkan

kemungkinan berkas perkara dikembalikan lagi oleh Penuntut

Umum untuk melakukan tambahan pemeriksaan penyelidikan.

Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 110 ayat (2) KUHAP:

Apabila Penuntut Umum berpendapat bahwa hasil penyidikan

tersebut ternyata masih kurang lengkap, Penuntut Umum segera

mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik disertai petunjuk

untuk dilengkapi.

b) Apabila Penuntut Umum mengembalikan hasil penyidikan berkas

perkara untuk dilengkapi:

Penyidik “wajib” segera melakukan Penyidikan tambahan.

Dalam tempo 14 hari sesudah penerimaan pengembalian dari

Penuntut Umum, Penyidik harus menyelesaikan pemeriksaan

penyidikan tambahan dan mengembalikan berkas kepada Penuntut

Umum. Apabila batas waktu tersebut dilampaui oleh Penyidik,

tidak terdapat sanksi yang tegas, hanya Penuntut Umum menegur

dan mengingatkan sebagaimana dijelaskan dalam pasal 138 ayat

(2) KUHAP.

Page 56: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

c) Penyidikan tambahan harus dilakukan Penyidik “sesuai” dengan

petunjuk Penuntut Umum.

Apabila Penuntut Umum berpendapat terdapat

kekuranglengkapan pada berkas perkara, Penuntut Umum berhak

mengembalikan kepada Penyidik untuk dilakukan “penyidikan

tambahan” dengan petunjuk yang ditentukan Penuntut Umum. Jika

pengembalian berkas perkara dilakukan oleh Penuntut Umum

tanpa diberikan petunjuk yang jelas sebagaimana ketentuan dalam

Pasal 110 ayat (3) dan Pasal 138 ayat (2) KUHAP, maka

pengembalian berkas perkara tersebut dianggap tidak sah karena

bertentangan dengan undang-undang, dan dengan sendirinya

penyidikan telah dianggap selesai.

d) Apabila dalam waktu tujuh hari setelah penerimaan berkas perkara.

Penuntut Umum telah menyampaikan pemberitahuan kepada

Penyidik, bahwa hasil penyidikan yang terdapat dalam berkas

perkara sudah lengkap (Pasal 138 ayat (1)).

Sebaliknya, dalam tempo 7 hari setelah penerimaan berkas,

Penuntut Umum menyampaikan pemberitahuan kepada Penyidik

bahwa hasil penyidikan belum lengkap, berarti penyidikan belum

selesai, dan harus dilakukan penyelidikan tambahan sesuai dengan

petunjuk yang diberikan oleh Penuntut Umum, dan dalam tempo

14 hari terhitung sejak penerimaan pengembalian berkas dari

Penuntut Umum, Penyidik harus mengirim kembali berkas perkara

beserta hasil penyidikan tambahan kepada Penuntut Umum.

e) Penyidikan telah dianggap selesai, apabila dalam jangka waktu 14

hari, dengan pemberitahuan dari Penuntut Umum. Sebaliknya,

apabila sebelum jangka waktu 14 hari dari tanggal penerimaan

berkas prerkara, Penuntut Umum masih berhak mengembalikan

berkas perkara kepada Penyidik. Sebagaimana bunyi pasal 110 ayat

(4), yaitu apabila sebelum batas waktu 14 hari tersebut berakhir,

Page 57: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari Penuntut Umum

kepada Penyidik.

f) Menurut hukum penyidikan dianggap lengkap dan selesai apabila

tenggang waktu 14 hari dari tanggal penerimaan berkas perkara

Penuntut Umum:

(1) tidak ada pemberitahuan kekuranglengkapan hasil penyidikan,

(2) selama jangka waktu 14 hari tersebut Penuntut Umum tidak

mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik.

Dalam jangka waktu 14 hari, ternyata tidak ada

pemberitahuan kekuranglengkapan atau tidak ada pengembalian

berkas perkara oleh Penuntut Umum, berarti berkas perkara

tersebut dapat dikatakan sah, lengkap, serta selesailah fungsi

penyidikan, maka berakhirlah tanggung jawab Penyidik atas

kelanjutan penyelesaian berkas perkara kepada instansi Penuntut

Umum. Dari sini tenggang waktu “prapenuntutan” berakhir

menjadi tahap “penuntutan.”

2. Penyerahan Tahap Kedua.

Setelah penyerahan berkas perkara tahap pertama dianggap

selesai, sah dan lengkap, yang artinya dalam tempo 14 hari tidak ada

pemberitahuan kekuranglengkapan atau tidak ada pengembalian berkas

perkara oleh Penuntut Umum. Maka telah terjadi perpindahan

tanggung jawab yuridis atas berkas perkara dari tangan Penyidik

kepada Penuntut Umum, yang meliputi: berkas perkaranya sendiri,

tanggung jawab hukum atas tersangaka, dan tanggung jawab hukum

atas segala barang bukti atau benda sitaan. Penyerahan dan peralihan

disini dititik beratkan pada penyerahan dan tanggung jawab yuridis,

sekalipun hal ini tidak mengurangi arti penyerahan dan peralihan

tanggung jawab secara fisik terhadap tersangka dan barang bukti.

Page 58: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Tinjauan Umum Penuntutan

a. Pengertian Penuntutan

Berdasarkan Pasal 1 butir 7 KUHAP, yang dimaksud penuntutan

adalah tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara pidana ke

Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan

diputus oleh hakim di sidang Pengadilan.

Dalam pasal 137 KUHAP menyatakan bahwa Penuntut Umum

berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang didakwa

melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan

melimpahkan perkara ke Pengadilan yang berwenang mengadili.

b. Penuntut Umum.

Yang berwenang bertindak sebagai Penuntut Umum adalah

sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 1 butir 6 huruf b KUHAP,

yaitu penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-

undang ini untuk melakukan dan melaksanakan penetapan Hakim. Yang

dipertegas kembali dalam pasal 13 KUHAP dengan bunyi yang sama. Dari

sini diketahui bahwa yng bertindak sebagai Penuntut Umum adalah Jaksa,

berdasarkan Pasal 1 butir 6 huruf a, “Jaksa adalah pejabat yang diberi

wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai Penuntut

Umum serta melaksanakan putusan Pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap

c. Tugas dan Wewenang Penuntut Umum

Berdasarkan Pasal 14 KUHAP, wewenang seorang Jaksa sebagai

Penuntut Umum adalah:

2. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari Penyidik

atau Penyidik Pembantu,

Page 59: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan

dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat (2) dan ayat (4),

dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan

dari Penyidik,

4. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau

penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah

perkaranya dilimpahkan oleh Penyidik,

5. Membuat surat dakwaan,

6. Melimpahkan perkara ke Pengadilan,

7. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari

dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik

kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang

telah ditentukan,

8. Melakukan penuntutan,

9. Menutup perkara demi kepentingan hukum,

10. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab

sebagai Penuntut Umum menurut ketentuan undang-undang ini,

11. Melaksanakan penetapan Hakim

Page 60: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Dari skema diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dalam proses penanganan terhadap suatu tindak pidana yang dilakukan oleh

seseorang harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Terhadap suatu tindak

pidana yang telah dilakukan seseorang, dan diterima oleh polisi, maka tindak

pidana tersebuut berikutnya akan ditangani oleh Penyidik guna mendapatkan

penyidikan selanjutnya untuk memperoleh keterangan lebih lanjut. Setelah

dilakukan penyidikan dan dianggap bahwa terhadap hasil penyidikan tersebut

dianggap telah lengkap, maka dibuatlah berkas perkara terhadap hasil penyidikan

yang dilakukan oleh Penyidik, apabila terhadap berkas perkara tersebut dianggap

telah lengkap dan sempurna oleh Penyidik dilakukan penyerahan secara fisik dan

nyata kepada Penuntut Umum. Apabila dalam hal ini Penuntut Umum

Tindak Pidana

Penyidikan

Kriteria pengembalian

Berkas Perkara

Penyerahan

Berkas Perkara

Didasarkan ketentuan pasal

138 ayat (2) bila terdapat

Masalah-masalah

Penuntutan

Page 61: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

berpendapat terdapat masalah-masalah terhadap berkas perkara tersebut, dalam

hal ketidaklengkapan berkas perkara tersebut berdasarkan ketentuan dan tata cara

pengembalian berkas perkara yang terdapat dalam Pasal 138 ayat (2), maka

Penuntut Umum berhak mengembalikan berkas perkara tersebut kepada Penyidik

untuk dilakukan pemeriksaan tambahan guna melengkapi berkas perkara yang

dinyatakan kurang lengkap. Dan terhadap berkas perkara yang ditangani oleh

Penyidik dan dilakukan kelengkapan berkas perkara tersebut dalam waktu 14 hari.

Dan kemudian dikembalikan lagi kepada Penuntut Umum setelah dirasakan

kelengkapannya dan Penuntut Umum telah merasa kelengkapan berkas perkara

tersebut lengkap, sah, dan selesai dengan tidak adanya pemberitahuan dan

pengembalian berkas perkara tersebut kapada Penyidik oleh Penuntut Umum,

berarti telah terjadi perpindahan tanggung jawab penuh secara yuridis dari

Penyidik ke Penuntut Umum. Dari sinilah telah berakhir tenggang waktu

“prapenuntutan”, dan beralih ke tahap “penuntutan”.

Page 62: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Pasal 138 ayat (2) KUHAP di Kejaksaan Negeri Nganjuk.

Terhadap Pasal 138 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) yang berbunyi “Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum

lengkap, Penuntut Umum mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik

disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan

dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal penerimaan berkas, Penyidik

harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada Penuntut

Umum”. Di Kejaksaan Negeri Nganjuk berjalan dengan lancar sebagai mana

disebutkan dalam peraturan yang ada.

Di Kejaksaan Negeri Nganjuk, terhadap pembuatan berkas perkara yang

dimulai dari proses penyidikan sampai dengan pembuatan berkas perkara oleh

Penyidik dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Sehingga batasan waktu

yang disampaikan oleh Pasal 138 ayat (2) KUHAP “...dalam waktu 14 (empat

belas) hari...” dapat dicapai oleh Penyidik. Bahkan pada umumnya dalam

waktu tujuh hari atau kurang dari 14 (empat belas) hari Penyidik sudah dapat

menyelesaikan berkas perkara yang dimaksud.

Sedangkan terhadap adanya berkas perkara yang dinyatakan kurang

lengkap, untuk dilengkapi kembali oleh Penyidik juga tidak sampai memakan

waktu 14 (empat belas) hari. Karena terhadap permasalahan tersebut

diselesaikan dengan koordinasi langsung antara Penuntut Umum dengan

Penyidik untuk langsung diselesaikan bersama, sehingga tidak ada

pengendapan berkas berkara.

Salah satu kasus kekurang lengkapan berkas yang pernah ada di

Kejaksaan Negeri Nganjuk dan di kembalikan Penuntut Umum kepada

Penyidik adalah kasus dengan Nomor Register Perkara No. PDM-237/ Ep.1/

2007 tanggal 25 Juli 2007 dengan terdakwa:

51

Page 63: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Nama : JUMADI bin PANIMAN

Umur : 46 tahun

Tempat tanggal lahir : Nganjuk 31 Desember 1961

Alamat : Desa Mlandangan, Kec. Pace, Kab. Nganjuk

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan terakhir : -

Perkara yang telah dilakukan adalah bahwa terdakwa JUMADI bin

PANIMAN pada hari jumat 13 Juli 2007 sekitar pukul 06.00 WIB atau

setidak-tidaknya pada suatu waktu yang masih termasuk dalam bulan Juli

2007 bertempat di Desa Mlandangan Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk

atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah

wilayah hukum Pengadilan negeri Nganjuk, telah mengangkut, menguasai

atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan Surat

Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH). Perbuatan tersebut dilakukan oleh

terdakwa dengan cara, pada awalnya terdakwa JUMADI bin PANIMAN

memesan kayu pinus pada SUKIMAN (DPO) yang kemudian pada hari Jumat

tanggal 13 Juli 2007 pukul 13.00 WIB, terdakwa mengambil kayu pesanan

tersebut yang berupa 24 (dua puluh empat) batang kayu pinus dengan panjang

200 cm seharga Rp. 285.000,- (dua ratus delapan puluh lima ribu rupiah).

Kemudian terdakwa mengangkut kayu pinus tersebut dengan menggunakan

truk dan terdakwa memberikan imbalan sebesar Rp. 75.000,- (tujuh puluh lima

ribu rupiah) yang kemudian menurunkannya di pekarangan milik saksi Dasa

Meichran yang berjarak 50 meter dari rumah terdakwa JUMADI bin

PANIMAN. Kemudian pada pukul 07.00 WIB, petugas kepolisian Pace

datang dan setelah diperiksa, 24 (dua puluh empat) batang kayu pinus dengan

panjang 200 cm tidak dilengkapi dengan Surat Keterangan Sahnya Hasil

Hutan (SKSHH) dari pihak yang berwenang sehingga dilakukan penangkapan

terhadap terdakwa dan penyitaan terhadap barang bukti.

Page 64: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Perbuatan terdakwa tersebut menurut hukum melanggar Pasal 50 ayat (3)

huruf h Jo Pasal 78 ayat (7) UU RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan

diancam dengan pidana.

Dari hasil penyidikan yang telah dilakukan Penyidik Polri Wilayah Kediri

Resor Nganjuk Polsek Pace tersebut diatas dan telah dirasa memenuhi

kelengkapan yang telah dibutuhkan dalam berkas perkara. Dilimpahkan oleh

Penyidik kepada Penuntut Umum pada tanggal 7 Agustus 2007.

Dari hasil pelimpahan berkas perkara oleh Penyidik kepada Penuntut

Umum, dan Penuntut Umum telah melakukan pemeriksaan terhadap

kelengkapan berkas perkara yang bersangkutan. Maka berdasarkan Pasal 110

dan 138 (1) KUHAP, ternyata hasil penyidikannya belum lengkap dan

dilimpahkan kembali oleh Penuntut Umum kepada Penyidik untuk dilengkapi

atas kekurang lengkapan berkas perkara tersebut pada tanggal 9 Agustus 2007

dengan dikeluarkannya P-18 oleh Kejaksaan Negeri Nganjuk.

Untuk selanjutnya Kejaksaan Negeri Nganjuk mengeluarkan P-19 kepada

Penyidik tertanggal 15 Agustus 2007. Sehubungan dengan surat Nomor: B-

1021/0.5.29/ Ep.1/ 8/ 2007 tanggal 9 Agustus 2007, sesuai dengan Pasal 110

(2), (3) dan 138 (2) KUHAP, Penuntut Umum mengembalikan berkas perkara

pidana atas tersangka JUMADI BIN PANIMAN Nomor BP/ 15/ VII/ 2007

Polsek tanggal 25 Juli 2007 yang telah diterima Penuntut Umum tanggal 7

Agustus 2007 untuk dilengkapi Penyidik dalam waktu 14 (empat belas hari)

seterimanya berkas perkara ini dengan petunjuk-petunjuk.

Petunjuk-petunjuk yang di berikan Penuntut Umum terhadap

kekuranglengkapan berkas perkara berupa kelengkapan formil dan materiil,

yaitu:

FORMIIL:

1. Agar melengkapi berkas perkara a.n. JUMADI BIN PANIMAN yang

disangka melanggar Pasal 50 ayat (3) huruf f dan h UU. 41 Tahun 1999

Page 65: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

tentang Kehutanan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang

untuk mengetahui jenis kayu dan ukuran kayu yang dijadikan barang bukti

pada perkara ini yaitu berupa 24 (duapuluh empat) batang kayu pinus dan

dibuatkan berita acaranya.

2. Agar dimintakan keterangan saksi ahli dari Dinas Kehutanan berkaitan

dengan barang bukti pada perkara ini untuk mengetahui apakah jenis kayu

tersebut perlu dilengkapi dengan SKSHH dan jumlah kerugian negara

akibat perbuatan tersangka.

3. Agar berkas perkara a.n. JUMADI BIN PANIMAN yang tersangka

melanggar Pasal 50 ayat (3) huruf f dan h UU No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan mencantumkan Pasal ancaman pidananya yaitu pasal 78 ayat

(5) UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

MATERIIL:

1. Agar ditanyakan kepada saksi WIYONO dan SUPARDJO kapan, dimana

dan apa yang dilakukan tersangka pada saat penangkapan.

2. Agar ditanyakan kepada saksi DASA PUTRA MEICHRAN:

a. Jenis, warna dan No. Polisi truk yang mengangkut kayu di pekarangan

saksi.

b. Saksi melihat tersangka ikut menurunkan kayu tersebut.

c. Pernah menanyakan kepada tersangka bahwa kayu tersebut adalah

milik tersangka JUMADI BIN PANIMAN.

3. Agar dicarikan saksi yang mengetahui bahwa kayu tersebut benar-benar

milik tersangka.

Setelah dilengkapi sesuai dengan petunjuk, agar segera disampaikan

kepada Penuntut Umum untuk penyelesaian selanjutnya. Sebelum batas waktu

14 (empat belas hari) sebagaiman disebutkan dalam pasal 138 ayat (2)

KUHAP. Yaitu diserahkan kembali kepada Penuntut Umum oleh Penyidik

setelah dilengkapi lagi pada tanggal 29 Agustus 2007, yang berarti terhitung

14 (empat belas) hari sejak tanggal 15 Agustus dikeluarkannya P-19 untuk

Page 66: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

melengkapi berkas perkara lagi. Jadi tidak sampai melebihi batas waktu 14

(empat belas hari ). Dan untuk berikutnya siap untuk diajukan P21 atas

kelengkapan berkas perkara yang telah diteliti kembali.

Dari hasil penelitian tersebut, terdapat pengembalian berkas perkara oleh

Penuntut Umum kepada Penyidik setelah diadakan pemeriksaan oleh Penuntut

Umum terhadap hasil pelimpahan berkas perkara hasil penyidikan oleh

Penyidik dikarenakan berkas dianggap tidak lengkap. Pengembalian berkas

perkara oleh Penuntut Umum tersebut juga disertai petunjuk-petunjuk yang

harus dilengkapi oleh Penyidik terhadap berkas yang belum lengkap berupa

kelengkapan formiil maupun kelengkapan materiil dengan jelas sehingga

dapat dimengerti oleh Penyidik dengan jelas.

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui mengenai pelaksanaan

pasal 138 ayat (2) telah berjalan dengan baik sesuai prosedur yang benar,

sehingga dengan prosedur dan penerapan aturan yang benar, hal-hal yang

tidak diinginkan seperti bolak-baliknya berkas perkara karena tidak lengkapi

dapan dihindari, karena ada aturan dan jangka waktu pengembalian berkas

perkara tersebut selama 14 (empat belas hari), sehingga dapat memaksimalkan

kinerja dan waktu yang ada dengan lebih baik.

B. Kriteria-kriteria pengembalian Berkas Perkara oleh Penuntut Umum

kepada Penyidik.

Sebelum berkas perkara dilimpahkan atau diserahkan kepada Penuntut

Umum, pembuatan berkas perkara tersebut harus memenuhi ketentuan-

ketentuan kelengkapan berkas perkara yang dilakukan oleh Penyidik untuk

mencegah terjadi bolak-baliknya berkas perkara dari Penuntut Umum kepada

Penyidik. Oleh karena itu Penyidik harus bekerja ekstra keras untuk

memenuhi kelengkapan berkas perkara.

Kelengkapan berkas perkara harus diketahui dan dikuasai oleh Penyidik

dan Penuntut Umum peneliti diwilayah hukum Pengadilan Negeri Nganjuk,

Page 67: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

dalam hal ini tidak terdapat permasalahan. Baik Penyidik maupun Penuntut

Umum peneliti dalam menentukan kelengkapan berkas perkara selalu

berdasarkan Pasal 75 KUHAP (kelengkapan formil) serta beberapa petunjuk

pelaksanaan yang berwenang maupun yang diterbitkan oleh instansi masing-

masing. Disamping itu untuk memperoleh kelengkapan berkas perkara juga

ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan dari masing-masing petugas.

Adapun berkas perkara yang dapat dinyatakan lengkap antara lain harus

memenuhi syarat-syarat antara lain yaitu :

a. Syarat-syarat Formal;

b. Syarat-syarat Materiil.

Dimana syarat- syarat tersebut mencakup adanya:

Ad. a. Syarat Formal

1. Sampul berkas perkara

- Nama Tersangka

- Tempat lahir

- Umur / Tanggal lahir

- Jenis kelamin

- Kebangsaan

- Tempat tinggal

- Agama

- Pekerjaan

- Identitas lain kalau ada

1. Pendidikan

2. Nomor KTP

3. Nomor SIM

4. Nomor Passport

5. Lain-lain

2. Daftar Isi Berkas Perkara

3. Resume ( Pasal 121 KUHAP)

Page 68: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Surat Pengaduan

5. Laporan Polisi (Pasal 5 (1) jo Pasal 130 KUHAP)

6. Surat Perintah Penyidikan

7. Berita Acara Pemeriksaan TKP (Pasal 75 ayat (1) huruf 1 KUHAP)

8. Surat Pemberitahuan Dimulainya DIK (Pasal 109 ayat (1) KUHAP)

9. Surat Panggilan Tersangka / Saksi

10. Surat Perintah Membawa Tersangka / Saksi

11. Berita Acara Pemeriksaan Saksi / Ahli (Pasal 76 jo Pasal 120 jo Pasal

160 KUHAP)

12. Berita Acara Penyumpahan Saksi / Ahli ( Pasal 76 jo Pasal 120 jo Pasal

160 KUHAP)

13. Berita Acara Pemeriksaan Tersangka

14. Surat Kuasa Tersangka kepada Penasihat Hukum

15. Berita Acara Konfrontasi (Pasal 75 ayat (1) huruf k KUHAP)

16. Berita Acara Rekontruksi (Pasal 75 ayat (1) huruf k KUHAP)

17. Surat Permintaan Visum Et Repertum

18. Surat Keterangan Dokter / VER

19. Berita Acara Pemeriksaan oleh Ahli (pemeriksaan forensic /

laboratorium ). (Pasal 120 jo Pasal 187 huruf b KUHAP)

20. Surat Perintah Penangkapan (Pasal 18 KUHAP)

21. Berita Acara Penangkapan (Pasal 75 ayat (1) huruf b KUHAP)

22. Surat Perintah Penahanan (Pasal 21 KUHAP)

23. Berita Acara Penahanan (Pasal 75 ayat (1) huruf c KUHAP)

24. Surat Perintah Penangguhan Penahanan (Pasal 31 KUHAP)

25. Berita Acara Penangguhan Penahanan (siapa, apa dan berapa

jaminannya dicatat dalam keterangan). (Pasal 75 ayat (1) KUHAP)

26. SP. Pencabutan Penangguhan Penahanan

27. BA. Pencabutan Penangguhan Penahanan

28. SP. Pengalihan Jenis Penahanan

29. BA. Pencabutan Penangguhan Penahanan

30. Surat Permintaan Perpanjangan Penahanan kepada Kepala Kejaksaan

Page 69: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Negeri

31. Surat Ketetapan Perpanjangan Penahanan dari Kepala Kejaksaan

Negeri

32. Surat Penolakan Permintaan Perpanjangan Penahanan dari Kepala

Kejaksaan Negeri (Pasal 24 ayat (2) KUHAP)

33. Surat Permintaan Perpanjangan Penahanan ke Ketua Pengadilan Negeri

(Pasal 29 KUHAP)

34. Surat Penetapan Perpanjangan Penahanan dari Ketua Pengadilan Negeri

35. Surat Penolakan Permintaan Perpanjangan Penahanan dari Ketua

Pengadilan Negeri

36. Surat Perintah Membawa Tahanan

37. BA. Pelaksanaan Membawa Tahanan

38. Surat Perintah Pengeluaran Tahanan

39. BA. Pengeluaran Tahanan

40. Laporan/Surat Permintaan Ijin Pengeledahan kepada Ketua Pengadilan

Negeri

41. Surat Persetujuan / Ijin Pengeledahan dari Ketua Pengadilan Negeri

42. Surat Perintah Pengeledahan Rumah, Badan / Pakaian dll.

43. Berita Acara Penggeledahan Rumah, Badan / Pakaian dll.

44. Laporan/Surat Permintaan Ijin Penyitaan kepada Ketua Pengadilan

Negeri

45. Surat Persetujuan / Ijin Penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri

46. Surat Perintah Penyitaan Barang Bukti

47. Berita Acara Penyitaan Barang Bukti (Pasal 75 jo Pasal 45 KUHAP)

48. Surat Perintah Penyisihaan Barang Bukti

49. Berita Acara Penyisihaan Barang Bukti

50. Berita Acara Pembungkusan dan atau Penyegelan Barang Bukti (Pasal

75 jo 130 KUHAP)

51. Surat Perintah Pelelangan Barang Bukti

52. B.A. Penerimaan Hasil Pelelangan Barang Bukti

53. Surat Perintah Pengembalian Barang Bukti

Page 70: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

54. Berita Acara Pengembalian Barang Bukti (Pasal 75 jo Pasal 46

KUHAP)

55. Surat Perintah Pemeriksaan Surat

56. Berita Acara Pemeriksaan Surat

57. Surat Perintah Penyitaan Surat

58. Berita Acara Penyitaan Surat (Pasal 75 jo Pasal 45 KUHAP)

59. Surat Tanda Terima Surat / Barang Bukti

60. Daftar Perincian Barang Bukti berupa Dokumen atau uang

61. Petikan Putusan Pemidanaan terdahulu

62. Daftar Saksi

63. Daftar Tersangka

64. Daftar Barang Bukti

65. Berita Acara Tindakan Hukum lain (Pasal 75 ayat (1) huruf k KUHAP)

Ad.b Persyaratan Materiil

1. Tindak Pidana yang disangkakan

2. Unsur Delik apakah sudah diuraikan secara

a. Cermat

b. Jelas

c. Lengkap

3. Tempus delictie

4. Locus delictie

5. Peran kedudukan masing-masing tersangka terhadap tindak pidana yang

disangkakan

6. Alat Bukti

a. Keterangan Saksi

b. Surat

c. Keterangan Ahli

d. Petunjuk

e. Keterangan Tersangka

Page 71: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

7. Pertanggung-jawaban pidana dari Tersangka

8. Berkaitan dengan kekayaan negara

9. Lain-lain

a. Kopentensi Absolut

b. Kopentensi Relatif

A. Penyerahan berkas perkara tahap pertama

Pada penyerahan tahap pertama, Penyidik secara nyata dan fisik

menyampaikan berkas perkara kepada Penuntut Umum, dan Penuntut Umum

secara nyata dan fisik menerima dari tangan Penyidik. Namun demikian,

sekalipun telah terjadi penyerahan secara nyata dan fisik kepada Penuntut

Umum, belum merupakan kepastian penyelesaian pemeriksaan penyidikan,

sebab kemungkinan besar hasil penyidikan yang diserahklan, dikembalikan

oleh Penuntut Umum kepada Penyidik, dengan petunjuk agar Penyidik

melakukan tambahan pemeriksaan penyidikan.

Apabila berkas perkara tersebut telah dilengkapi dengan persyaratan formil

dan materiil diatas. Proses berikutnya Penyidik menyerahkan berkas perkara

tersebut kepada Penuntut Umum. Pada tahap ini Penuntut Umum mempelajari

dan melakukan penelitian secara seksama terhadap kelengkapan berkas

perkara.

Penerimaan berkas perkara tersebut dicatat dalam register penerimaan

Berkas Perkara tahap Pertama (RP-10) dan pelaporannya menggunakan LP-6.

penelitian berkas perkara tahap pertama difokuskan kepada:

1. Kelengkapan formal, yakni meliputi segala sesuatu yang berhubungan

dengan formallitas/ persyaratan, tata cara penyidikan yang harus

dilengkapi dengan Surat Perintah, Berita Acara, Izin/ Persetujuan Ketua

Pengadilan. Disamping penelitian kuantitas kelengkapan syarat formal,

perlu diteliti pula segi kualitas kelengkapan tersebut, yakni keabsahannya

sesuai ketentuan Undang-Undang.

Page 72: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Kelengkapan materiil, yakni kelengkapan informasi, data, fakta dan alat

bukti yang diperlukan bagi kepentingan pembuktian. Kriteria yang dapat

digunakan sebagai tolak ukur kelengkapan materiil antara lain:

a. Apa yang terjadi (tindak pidana beserta kwalifikasi dan pasal yang

dilanggar)

b. Siapa pelaku, siapa-siapa yang melihat, mendengar, mengalami

peristiw itu (tersangka, saksi-saksi/ahli)

c. Bagaimana perbuatan itu dilakukan (modus operandi)

d. Dimana perbuatan dilakukan (locus delicti)

e. Bilamana perbuatan dilakukan (tempus delicti)

f. Akibat apa yang ditimbulkan (ditinjau secara victimologis)

g. Apa yang hendak dicapai dengan perbuatan itu (motivasi yang

mendorong pelaku).

Kelengkapan materiil terpenuhi bila segala sesuatu yang diperlukan bagi

kepentingan pembuktian telah tersedia sebagai hasil penyidikan.

Pelaksanaan penelitian tersebut dilakukan oleh Jaksa Peneliti yang

tercantum dalam P-16 dan hasil penelitiannya dituangkan dalam bentuk check

list. Proses penelitian dan pemberitahuan lengkap atau tidaknya berkas perkara

di Kejaksan Negeri Nganjuk membutuhkan waktu tujuh hari. Bahkan jika

terdapat kekurangan, dilakukan pengembalian berkas perkara dengan Surat

Pemberitahuan Hasil Penyidikan belum Lengkap (P-18) beserta

pemberitahuan petunjuk guna melengkapi hasil penyidikan (P-19) yang

dilakukan bersamaan dengan pemberitahuan itu. Dengan demikian

pengembalian berkas perkara beserta pemberian petunjuk dilakukan juga

selama tujuh hari dan tidak sampai menghabiskan waktu empat belas hari.

Apabila menurut hasil penelitian ternyata hasil penyidikan telah lengkap,

maka dikeluarkan Surat Pembeitahuan Hasil Penyidikan Sudah Lengkap (P-

21). Pengembalian berkas perkara kepada Penyidik dilakukan lewat kurir, atau

dalam hal terlaksana pertemuan dimaksud, berkas perkara dapat diserahkan

langsung kepada Penyidik. Kedua bentuk penyerahan kembali berkas perkara

Page 73: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

tersebut dilengkapi dengan P-21 dan Tanda Terima Pengembalian berkas

Perkara.

Dalam P-19 diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap tentang hal apa

yang harus dilengkapi oleh Penyidik sesuai ketentuan pasal 138 ayat (2) jo

pasal 110 ayat (2) dan (3) KUHAP. Petunjuk disusun dalam bahasa sederhana

dengan menggunakan kalimat-kalimat efektif. Untuk akuratnya aplikasi

petunjuk tersebut oleh Penyidik, sebaiknya Penyidik diundang untuk bertemu

dengan Jaksa Peneliti guna membahas petunjuk-petunjuk dimaksud.

Apabila Penyidik masih mengalami kesulitan untuk memenuhi petunjuk

yang diberikan oleh Penuntut Umum dalam tenggang waktu empat belas hari,

maka Penyidik segera memberitahukan kesulitann yang dihadapi Penyidik

kepada Penuntut Umum dan penyelesaiannya diserahkan pada forum Penyidik

dan Penuntut Umum.

Hasil penyidikan tambahan dan berkas perkara yang diserahkan oleh

Penyidik, dipelajari lagi oleh Penuntut Umum peneliti apakah petunjuk-

petunjuk yang disampaikan telah terpenuhi. Apabila petunjuk tersebut belum

terpenuhi, maka Penuntut Umum melaporkannya kepada Kepala Kejaksaan

Negeri atau pejabat yang dikuasakan untuk itu, jalan apa yang akan ditempuh

untuk terhadap berkas perkara tersebut. Pelaksanaan pekerjaan ini harus sudah

selesai dalam satu hari. Untuk mencegah berkas perkara bolak-balik lebih dari

dua kalil antara Penyidik dan Penuntut Umum. Maka menurut tambahan

pedoman Pelaksanaan KUHAP butir 5 harus mengintensifkan koordinasi antar

penegak hukum di daerah.

B. Penyerahan berkas perkara tahap kedua

Sesuai ketentuan Pasal (3) huruf a jo pasal 110 (2) dan (3), pasal 138 (2)

dan Pasal 139 KUHAP, apabila menurut hasil penelitian atas berkas perkara

yang diserahkan pada tahap pertama ternyata hasil penyidikan belum lengkap,

maka Penuntut Umum mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik

disertai petunjuk untuk dilengkapi dalam batas waktu 14 (empat belas) hari

Page 74: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

setelah penerimaan atas pengembalian berkas perkara. Dalam rangka

mengembalikan berkas perkara dimaksud, diterbitkan pemberitahuan bahwa

hasil penyidikan belum lengkap (P-18) dan pengembalian berkas perkara

dengan petunjuk dilaksanakan dengan menerbitkan P-19.

Setelah berkas perkara tersebut diterima kembali oleh Jaksa Penuntut

Umum, dilakukan penelitian ulang atas hasil penyidikan tambahan. Dalam hal

hasil penyidikan telah lengkap diterbitkan P-21 (surat Pemberitahuan Hasil

Penyidikan Sudah Lengkap). Sebaliknya apabila ternyata hasil penyidikan

masih belum lengkap, Jaksa Penuntut Umum melaporkan hal itu kepada

Kepala Kejaksaan Negeri disertai usul untuk melengkapi berkas perkara

dengan melakukan Pemeriksaan Tambahan. Hasil penelitian ulang tersebut

dituangkan dalam bentuk Berita Acara Pendapat hasil Penelitian Berkas

Perkara (P-24).

Sebelum dikeluarkan surat Perintah Melengkapi Berkas Perkara Dengan

Melakukan Pemeriksaan Tambahan (P-25), dilakukan konsultasi berjenjang

antara Jaksa Penuntut Umum Kasi PIDUM (Pidana Umum) dan Kepala

Kejaksaan Negeri.

Dalam hal batas waktu penyidikan tambahan hampir berakhir. Jaksa

Penuntut Umum mengingatkan Penyidik dengan menerbitkan P-20. setelah

berakhirnya batas waktu penyidikan tambahan dan tidak ada jaminan bahwa

hasil penyidikan sesuai dengan harapan, diterbitkan P-22 guna meminta

penyerahan berkas perkara, tersangka dan barang bukti untuk pelaksanaan

Pemeriksaan Tambahan.

Setelah berkas perkara, tersangka dan barang bukti berada ditangan Jaksa

Penuntut Umum, Kepala Kejaksaaan Negeri menerbitkan Surat Perintah

melengkapi berkas perkara (P-25).

Penyerahan berkas perkara tahap kedua ini dilakukan oleh Penyidik

kepada Jaksa Penuntut Umum peneliti terhadap tersangka dan barang bukti

Page 75: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

apabila dalam hasil Penyidikan telah dianggap selesai dan lengkap oleh

Penyidik. Penyerahan tersangka dan barang bukti ini berarti telah terjadi

perpindahan tanggung jawab dari Penyidik beralih ke Penuntut Umum. Berkas

perkara yang diserahkan sebanyak dua buah berkas perkara dalam keadaan

sudah dibendel. Berkas perkara tersebut, satu untuk Penuntut Umum dan yang

satu lagi diserahkan kepada Hakim.

Penerimaan tanggung jawab atas tersangka dilkukan per-Berita Acara

Penerimaan dan penelitian Tersangka (BA-15) oleh Penyidik kepada kepala

Kejaksaan Negeri Nganjuk. Penelitian tersangka tersebut dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana kebenaran tentang:

1. Keterangan-keterangan tersangka dalam BAP

2. Identitas tersangka guna mencegah terjadinya error in persona

3. Status tersangka (ditahan/tidak)

4. Apakah tersangka pernah dihukum/tidak (residive/bukan)

5. Apakah ada keterangan yang perlu ditambahkan.

BA-15 berfungsi sebagai:

1. Bahan pertimbangan penahanan

2. Bila terdakwa mangkir dipersidangan sedang pada tahap penyidikan dan

prapenuntutan ia mengakui terus terang perbuatannya, BAP tersangka dan

BA-15 dapat difungsikan sebagai alat bukti surat (sesuai ketentuan pasal

187 KUHAP), atau setidak-tidaknya sebagai petunjuk kesalahan terdakwa

(sesuai ketentuan pasal 188 KUHAP dan yurisprudensi tetap), atau sebagai

keterangan yang diberikan diluar sidang sesuai ketentuan pasal 189 (2)

KUHAP

3. Bila diperlukan penahanan, digunakan dokumen-dokumen penahanan.

Berita acara ini digunakan untuk mempertimbangkan apakah tersangka

dapat dilakukan penahanan berdasarkan Pasal 21 KUHAP, dan kemudian

menetapkan tersangka untuk ditahan atau tidak, atau mengalihkan jenis

penahanan atau penangguhan penahanannya. Bila tersangka akan dilakukan

Page 76: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

penahanan lanjutan agar dibuatkan surat perintah penahanan/penahanan

lanjutan dengan menggunakan formulir model T-2 dengan tembusan

disampaikan kepada keluarga tersangka, Penyidik, rutan dan dilampirkan

dalam berkas perkara. Kemudian oleh Sub Seksi Penuntutan dicatat dalam

register yang keluarganya tidak ada di Indonesia. Tembusan dimaksud

disampaikan kepada perwakilan Negaranya sebagai pengganti keluarganya.

Praktek yang telah terjadi selama ini sisa penahanan Penyidik oleh Penuntut

Umum tidak diperhitungkan, tetapi penahanan lanjutan diterbitkan. Dan

pelaksanaan penahanan/penahanan lanjutan dibuatkan berita acara dengan

menggunakan formulir model BA-10, kemudian dicatat dalam register

model RT-2.

Tersangka yang ditahan, untuk menyampaikan tembusan surat perintah

penahanan kepada keluarganya yang tidak diketahui kejelasan alamatnya,

dibuatkan berita acara tentang ketiadaan alamat keluarganya tersebut dan

dilampirkan dalam berkas perkara. Kemudian kepada penyidik yang

berkepentingan dibuatkan tanda terima dengan menggunakan T-2. bila

dilakukan pengalihan jenis penahanan dengan model T-2 dengan tembusan

kepada keluarga tersangka, Penyidik dan rutan. Kemudian dibuatkan berita

acara pelaksanaan pengalihan jenis penahanan dengan menggunakan formulir

model BA-11 dan dicatat dalam register RT-5.

Dalam penangguhan penahanan, segera dilakukan pembuatan surat

perintah dengan menggunakan formulir model T-8 dengan tembusan kepada

keluarga, Penyidik dan rutan serta dicatat dalam register RT-4. sebagai

pelaksanaannya dibuatkan berita acara dengan menggunakan formulir BA-12.

Peneriman tanggung jawab atas barang bukti juga dilakukan per-Berita

Acara Penerimaan dan penelitian Barang Bukti (BA-18), hal ini dilakukan

setelah kegiatan yang berkaitan dengan tersangka selesai. Hal-hal yang perlu

diteliti meliputi:

1. kuantitas (jumlah, ukuran, takaran/timbangan atau satuan lainnya)

Page 77: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. kualitas (harga/nilai, mutu, kadar dan lain-lain)

3. kondisi (baik, rusak, lengkap/tidak)

4. identitas/spesifikasi lainnya.

Tolak ukur penelitian tersebut menggunakan:

1. daftar adanya barang bukti yang terlampir dalam berkas perkara

2. dokumen-dokumen penyitaan (SP, BA izin/ persetujuan penyitaan).

Setelah penelitian dibuat Label Barang Bukti (B-11), pencatatan dalam

Register Barang Bukti (RB-12). Bila dalam penelitian tersebut diperlukan

bantuan instansi lain, bantuan tersebut dimintakan dengan menggunakan B-12.

dan apabila diperlukan penitipan barang bukti, pelaksanaannya dilengkapi

dengan Surat Perintah Penitipan Barang Bukti (B-5) dan Berita Acara

Penitipan Barang Bukti (B-17). Setelah tuntas proses penerimaan tanggung

jawab atas tersangka dan barang bukti, berkas perkara dicatat dalam register

Perkara Tahap Penuntutan (RP-12).

Selanjutnya setelah penelitian terhadap penerimaan dan penelitian

terhadap berkas perkara, tersangka dan barang bukti tersebut diatas. Penuntut

Umum membuat Berita Acara penelitian tersangka dengan menggunakan

formulir model BA-15.

Apabila terjadi suatu barang bukti atau benda sitaan dipinjamkan kepada

orang lain, maka apabila terjadi sesuatu perbedaan pendapat dalam hal

peminjamannya antara Penyidik dan Penuntut Umum mengenai benda sitaan

pada saat perkara tersebut dilimpahkan dari Penyidik kepada Penuntut Umum,

maka putusan akhir ada pada instansi yang bertanggungjawab secara yuridis,

sesuai dengan tahap penyelesaian perkara, dalam hal ini adalah Kejaksaan

Negeri Nganjuk.

Dalam hal ini pelimpahan berkas perkara tahap kedua serta tugas Penuntut

Umum dalam melakukan tugas pra penuntutan telah usai. Dan tugas

Page 78: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

selanjutnya adalah melakukan kegiatan penuntutan pada sidang pengadilan

yakni membuat surat pelimpahan ke pengadilan dan membuat surat dakwaan.

Dalam hal kriteria kelengkapan berkas perkara yang dilakukan oleh

Penyidik dan Penuntut Umum di Kejaksaan Negeri Nganjuk, berjalan dengan

lancar. Penyelesaian kelengkapan berkas perkara yang dilakukan oleh

Penyidik POLRI tidak pernah melebihi empat belas hari dalam

penyelesaiannya. Selain itu koordinasi antara Penyidik dan penuntut Umum di

Kejaksaan Negeri Nganjuk berjalan dengan baik dan lancar. Apabila terjadi

kekuranglengkapan terhadap berkas perkara, Penuntut Umum segera

memanggil Penyidik yang bersangkutan ke Kejaksaan Negeri Nnganjuk untuk

diberikan petunjuk dan pengarahan-penngarahan terkait hal tersebut sehingga

segera dapat segera diperbaiki bersama untuk keefektifan dan efisiensi waktu.

Sehingga berkas perkara tidak terlalu lama bolak balik antara Penyidik dan

Penuntut Umum.

C. Masalah yang ada dalam pengembalian berkas perkara pidana oleh

Penuntut Umum kepada Penyidik.

Dalam pengembalian berkas perkara yang telah dilakukan, koordinasi

antara Penyidik dan Penuntut Umum yang baik sangat diperlukan terhadap

kelancaran pengembalian berkas perkara. Karena berhasil atau tidaknya

penuntutan bukan saja dipengaruhi oleh pandai atau trampilnya Penuntut

Umum menyusun Surat Dokumen atau Surat Tuntutan, tetapi yang lebih

penting adalah sempurna atau tidaknya penyidikan yang dilakukan oleh

Penyidik (Polisi). Bahkan penyidikan perkara yang baik dapat berperan dalam

pencegahan kejahatan yang terjadi.

Berkaitan dengan hal tersebut maka tugas prapenuntutan akan berhasil jika

aparat Penyidik mampu melakukan penyidikan dengan baik. Dengan demikian

akan dihasilkan Berita Acara Penyidikan yang baik dan sempurna.

Page 79: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Selain itu antara Penyidik dengan Penuntut Umum, dalam menjalankan

tugasnya juga saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Jika

koordinasi dan kerjasama antara keduanya berjalan dengan baik. Proses

perkara yang ditangani akan segera berakhir, tidak hanya mengendap dalam

salah satu instansi saja. Sehingga koordinasi yang baik dapat menciptakan

efisiensi dan efektifitas pengembalian berkas perkara.

Kendala-kendala yang ada dalam proses pembuatan berkas perkara sampai

pada akhirnya pengembalian berkas perkara tak dipungkiri masih tetap ada,

akan tetapi tidak sampai menjadi masalah yang serius dalam pengembalian

berkas perkara yang ada. Hanya sebatas kesalahan teknis bukan menyangkut

kesalahan prosedural. Kendala tersebut antara lain menyangkut:

A. Aparat Penyidik mempunyai masalah:

1) Perubahan sistem penyidikan berdasarkan KUHAP belum diimbangi

dengan peningkatan kemampuan teknis yaitu profesional dan yuridis

yang memadai.

2) Sering tidak dipahaminya petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Jaksa

Penuntut Umum, karena kebanyakan aparat penegak hukum mempunyai

latar belakang pendidikan formal di bidang hukum

3) Kurangnya kuantitas aparat penyidik dan kecilnya anggaran serta

terbatasnya sarana penyidikan yang tersedia

4) Belum terpenuhinya penyesuaian administratif penyidikan yang mantap

selaras dengan mekanisme pelaksanaan penyidikan berdasarkan

KUHAP.

5) Dalam hal Penghentian Penyidikan, penyidik segera menerbitkan Surat

ketetapan Penghentian Penyidikan (SKPP/ Formulir model SERSE

A.3.02) berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 109 ayat (2)

KUHAP, yaitu penghentian penyidikan karena tidak cukup bukti atau

peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau

penyidikan dihentikan demi hukum.

Page 80: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

6) Penyidik memberitahukan secara tertulis kepada Penuntut Umum bahwa

penyidikan tambahan yang dilakukkan sudah optimal/maksimal dan oleh

karena itu menyerahkan tindakan hukum lebih lanjut kepada Penuntut

Umum.

Berkaitan dengan tindakan hukum yang dilakukan oleh Penyidik

sebagai Prosedur pada huruf a, apabila dianggap perlu Penuntut umum

dapat memanfaatkan haknya yang diatur dalam Pasal 80 KUHAP yaitu

meminta kepada Hakim Praperadilan untuk memeriksa tentang sah atau

tidaknya tindakan penghentian penyidikan yang dilakukan oleh

Penyidik.

B. Aparat Penuntut Umum mempunyai masalah antara lain:

1. Keterangan-keterangan serta petunjuk-petunjuk yang diberikan

terhadap Penyidik kurang jelas sehingga sulit dimengerti oleh

Penyidik (POLISI), sehingga mengakibatkan sering terjadinya bolak-

baliknya berkas perkara dari Penyidik ke Penuntut Umum atau

sebaliknya.

2. Berkaitan dengan tindakan hukum Penyidik seperti tersebut pada huruf

6 diatas, maka Penuntut Umum melakukan sendiri pemeriksaan

tambahan berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1991 Pasal 27

ayat (1) huruf d dan tata caranya sesuai dengan Surat Edaran Jaksa

Agung (SEJA) No: SE-003/JA/12/1991 (tanggal 14 Desember 1991).

Apabila dari hasil pemeriksaan tambahan oleh Penuntut Umum berkas

perkara tersebut dinilai telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan

penuntutan, maka Penuntut Umum secepatnya melimpahkan berkas

perkara tersebut kepada Pengadilan Negeri (PN).

Akan tetapi apabila dari hasil pemeriksaan tambahan tersebut

ternyata berkas perkara tersebut masih dinilai belum lengkap maka

Penuntut Umum segera menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian

Penuntutan (SKPP/Formulir model P-26) berdasarkan pasal 140 ayat

(2) huruf a KUHAP. SK Penghentian Penyidikan maupun SK

Page 81: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Penghentian Penyidikan tersebut dikemudian hari masih dapat dicabut

kembali berdasarkan alasan/fakta pembuktian baru (novum) atau

berdasar Putusan Hakim Praperadilan (Pasal 80 jo 82 ayat (3)

KUHAP). Dalam keadaan demikian maka tindakan penyidikan atau

penuntutan wajib dilakukan kembali sebagaimana mestinya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kejaksaan Negeri

Nganjuk, terhadap masalah-masalah tentang pembuatan berkas perkara

sampai dengan dikembalikannya berkas perkara karena dinyatakan kurang

lengkap oleh Penuntut Umum kepada Penyidik ataupun sebaliknya hanya

sebatas permasalahan tekhnis sehingga tidak begitu serius karena tidak

menyangkut aturan dasar atau ketentuan dasar pengembalian berkas

perkara. Sehingga terhadap kendala serta permasalahan tersebut masih bisa

diatasi dengan baik, seperti kekurangjelasan petunjuk yang diberikan oleh

Jaksa Penuntut Umum terhadap berkas perkara yang dikembalikan kepada

Penyidik. Dan dapat segera diselesaikan dengan koordinasi dan kerjasama

yang erat antara Penyidik dan Penuntut Umum.

Sebagaimana dari hasil wawancara yang telah dilakukan antara

penulis dengan Jaksa Penuntut Umum Naning Marini SE, S.H. selama

melakukan penelitian baik secara formal maupun informal terhadap kasus

yang berkas perkaranya dinyatakan belum lengkap setelah dilakukan

pemeriksaan atas pelimpahan oleh Penyidik kepada Penuntut Umum.

Berkas perkara tersebut dikembalikan lagi kepada Penyidik untuk

dilengkapi lagi berdasarkan ketentuan Pasal 110 dan Pasal 138 ayat (2)

KUHAP. Dikejaksaan Negeri Nganjuk terhadap kekuranglengkapan

berkas perkara dilakukan prosedur dengan memberikan surat P-18 dan P-

19, dan dengan prosedur tersebut biasanya sudah memenuhi agar berkas

perkara tersebut lengkap sehingga bisa langsung di P-21. jadi tidak sampai

ada berkas berkara bolak-balik beberapa kali karena ada koordinasi antara

Penuntut Umum dan Penyidik, apalagi ada Mahkejapol, jadi bisa dibuat

dasar antara instansi Kehakiman, Kerjaksaan dan Kepolisian diharapkan

ada kerjasama yang baik.

Page 82: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari uraian hasil penelitian adalah:

1. Implementasi terhadap Pasal 138 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana di Kejaksaan Negeri Nganjuk, terhadap hasil pelimpahan

berkas perkara oleh Penyidik kepada Penuntut Umum dan telah dilakukan

Pemeriksaan oleh Penuntut Umum dan dinyatakan bahwa berkas perkara

tersebut dianggap belum lengkap maka sesuai ketentuan Pasal 110 dan

Pasal 138 ayat (2) KUHAP, maka Penuntut Umum mengembalikan lagi

berkas perkara tersebut kepada Penyidik untuk melengkapi berkas perkara

yang bersangkutan. Dalam pengembalian berkas perkara tersebut Penuntut

Umum juga diwajibkan memberikan petunjuk-petunjuk tentang

kekuranglengkapan berkas perkara tersebut baik mengenai kelengkapan

formil maupun kelengkapan materiil dengan jelas sehingga dapat dipahami

oleh Penyidik.

2. Kriteria-kriteria pengembalian berkas perkara oleh Penuntut Umum

kepada Penyidik yang dikarenakan berkas perkara dinyatakan belum

lengkap setelah dilakukan pemeriksaan oleh Penuntut Umum.

Dikarenakan karena berkas perkara tersebut tidak memenuhi kelengkapan

formil dan kelengkapan materiil. Kelengkapan formil adalah kelengkapan

mengenai hukum acara pidan abersifat nyata atau konkret seperti identitas

terdakwa, tanggal dan tanda tangan oleh JPU. Sedangkan kelengkapan

materiil adalah yang bersifat isi atau substansi hukumnya. Tanpa adanya

kelengkapan berkas perkara secara formil dan kelengkapan materiil maka

berkas perkara tersebut tidak sah.

3. Kendala-kendala atau masalah dalam pembuatan berkas perkara sampai

dengan pengembalian berkas perkara oleh Penuntut Umum kepada

Penyidik dikarenakan kekuranglengkapan berkas perkara tidak mengalami

masalah yang serius, hanya menyangkut kendala tekhnis aparatnya karena

71

Page 83: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

tidak menyangkut aturan pokok pengembalian berkas perkara, sehingga

dapat diselesaikan dengan koordinasi yang baik antara Penyidik dan

Penuntut Umum.

B. Saran

1. Dalam hal terdapat pengembalian berkas perkara dikarenakan berkas

perkara tersebut dianggap belum lengkap. Penuntut Umum dan Penyidik

harus melakukan kerjasama dan koordinasi dengan baik, sehingga dalam

melaksanakan tugas masing-masing dapat berjalan dengan lancar. Selain

itu untuk efektifitas dan efisiensi dalam mencegah bolak-baliknya berkas

perkara dari Penuntut Umum kepada Penyidik dilakukan koordinasi

langsung antara Penuntut Umum dengan Penyidik. Koordinasi antara

Jaksa Penuntut Umum dilakukan setelah dikeluarkannya P-16, Jaksa

Penuntut Umum yang bersangkutan secara aktif membina koordinasi dan

kerjasama positif dengan penyidik melalui Forum Konsultasi Penyidik

Penuntut Umum. Forum tersebut digunakan secara optimal untuk

memberikan bimbingan/arahan kepada Penyidik, dengan maksud agar

kegiatan penyidikan mampu menyajikan segala data dan fakta yang

diperlukan bagi kepentingan penuntutan dan bolak-baliknya berkas

perkara dapat dihindari. Namun demikian selain koordinasi dan kerjasama

secra fungsional tersebut, dibina pula koordinasi dan kerjasama positif

secara instansional melalui Forum Rapat Koordinasi Antar Penegak

Hukum (RAKORGAKKUM/DILJAPOL) di tingkat daerah.

2. Penuntut Umum dalam memberikan petunjuk tentang permasalahan dalam

kekuranglengkapan berkas perkara untuk dilengkapi, diberikan petunjuk

dengan jelas agar Penyidik dapat mengerti tentang apa yang kurang dalam

berkas perkara yang di kembalikan. Sehingga dapat meminimalisir bolak-

baliknya berkas perkara.

3. Dalam melaksanakan tuganya Penyidik dan Penuntut Umum harus

melakukan konsultasi secara rutin atas kasus yang ditangani, sehingga

Page 84: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

dapat mencegah dan menutup kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

yang ada terhadap pengembalian berkas perkara.

Page 85: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Andi Hamzah. Edisi revisi 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Djoko Prakoso, dkk.1987. Mengenai Lembaga Kejaksaan di Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Hamrat Hamit, dkk. 1997. Pembahasan Permasalahan KUHAPdengan Penyidikan. Jakarta: Sinar Grafika.

HB. Sutopo. 1990. Metodologi penelitian Hukum Bagian II. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Kitab Himpunan Tata Naskah dan Petunjuk Teknis Penyelesaian Perkara Pidana Umum Kejaksaan Agung Republik indonesia. Jakarta. 2005.

Kitab MAHKEJAPOL I,II dan CIBOGO I,II,III Mahkamah Agung R.I. Jakarta. 1997.

Leden Marpaung. 1992. Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.

Moch. Faisal Salam. 2001. Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Mandar Maju.

Nico Ngani, dkk.1984. Mengenai Hukum Acara Pidana Bagian Umum dan Penyidikan. Yogyakarta: Liberti.

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Tim PPH. 2007. Buku Pedoman Penulisan Hukum Mahasiswa Fakulatas Hukum. Surakarta:UNS Press

Yahya Harahap. 2002. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP edisi kedua. Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor. 8 Tahun tentang Hukum Acara Indonesia.

Undang-Undang Nomor. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 2004 tentang Kepolisian

Page 86: IMPLEMENTASI PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM .../Implement...untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta