implementasi kebijakan pemerintah dalam ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/k-jurnal.docxjjjj.docx ·...

26
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI RUMAH DETENSI IMIGRASI PUSAT TANJUNGPIANG NASKAH PUBLIKASI OLEH HELDA KARIMA NIM. 120563201078 PROGRAM STUDI ILMU ADMINSTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Upload: phamtruc

Post on 28-Mar-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI RUMAH DETENSI IMIGRASI PUSAT

TANJUNGPIANG

NASKAH PUBLIKASI

OLEH

HELDA KARIMANIM. 120563201078

PROGRAM STUDI ILMU ADMINSTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJITANJUNGPINANG

2017

ABSTRAK

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

Implementasi kebijakan pemerintah mengenai imigran ilegal bertujuan untuk melindungi keamanan nasional. Imigran ilegal itu sendiri adalah warga negara yang masuk ke kawasaan indonesia tanpa dokumen lengkap. Imigran sendiri dikategorikan dalam dua macam yaitu Imigran reguler dan iregular. Dimana seharusnya dalam pelaksanaan kebijakan perlakuan dalam hukum mereka dibedakan. Tetapi dalam kenyataannya mereka disamaratakan dalam perlakuan hukum di rumah Detensi Imigrasi. Dengan metode peneliti kualitatif. Instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri.serta teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian dilakukan di Rumah Detensi Imigrasi Pusat Tanjungpinang. Bertujuan agar mengetahui pelaksaan kebijakan mengenai imigran ilegal di Tanjungpinang. Dengan menggunakan teori Van Meter dan Van Horn, Peneliti menganalisis kebijakan ini kurang efektif karena Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang imigrasi tidak terfokus pada pengungsi dan pencari suaka , mereka di samaratakan dengan menyemaratkan dengan imigran ilegal.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Imigran Ilegal

Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

I. LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi seperti

sekarang ini, masalah imigran

ilegal telah menjadi sebuah

masalah yang sangat kompleks

dan rumit. Masuknya imigran

ilegal yang singgah di Indonesia

merupakan sebuah ancaman

yang memiliki resiko cukup

tinggi di Indonesia. Hal tersebut

dikarenakan, Indonesia memiliki

potensi sebagai wilayah singgah

imigran gelap karena letak

geografisnya yang berada pada

posisi strategis. Kondisi

geografis yang demikian,

menjadikan Indonesia memiliki

peluang yang terbuka lebar bagi

persinggahan para imigr an

ilegal. Masuknya pengaruh

negara lain melalui bantuan

kemanusiaan yang diberikan

oleh Indonesia dapat membuat

perubahan dalam kondisi

masyarakatnya. Secara tidak

langsung, hal ini akan

berpengaruh pada perubahan

kestabilan negara. Meskipun

demikian, secara intensif

Indonesia terus memperbaiki

kebijakan maritimnya yang

berdampak pada stabilitas dan

keamanan di kawasan perairan

Indonesia. Di dalam pergaulan

internasional telah berkembang

hukum baru yang diwujudkan

dalam bentuk konvensi

internasional, negara Republik

Indonesia menjadi salah satu

negara peserta yang telah

menandatangani konvensi

tersebut, antara lain Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) melawan Kejahatan

Transnasional yang telah

disahkan dengan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2011

menyebabkan peranan instansi

Keimigrasian menjadi semakin

penting karena konvensi tersebut

telah mewajibkan negara peserta

untuk mengadopsi dan

melaksanakan konvensi tersebut.

Penentuan status dilakukan

oleh UNHCR (United Nations

High Commissioner for

Refugees ) Komisi Tinggi PBB

bidang Pengungsi, yang

memakan waktu yang lama.

Akibatnya ketika ada

Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

sekelompok orang asing yang

masuk ke wilayah Indonesia

mereka dikategorikan sebagai

imigran ilegal yang melakukan

pelanggaran administrasi

imigrasi sebagaimana UU No.6

Tahun 2011 tentang

Keimigrasian. Akhirnya

kelompok orang asing itu di

kelompokan menjadi satu dan

ditempatkan di Rudenim dan

dikenakan tindakan keimigrasian

dalam bentuk penahanan selama

jangka waktu minimal 10 tahun

di rumah detensi imigrasi.

Imigran ilegal dibagi menjadi

dua macam yaitu:

Minimnya perlindungan HAM

terhadap pencari suaka dan

pengungsi dikarenakan pemerintah

cenderung mengkriminalkan mereka

dengan menyamaratakan sebagai

imigran ilegal. Rumah Detensi

Imigrasi atau yang disingkat dengan

rudenim adalah unit pelaksana teknis

yang menjalankan fungsi

keimigrasian sebagai tempat

penampungan sementara bagi orang

asing yang melanggar Undang-

Undang Imigrasi. Pengungsi dan

pencari suaka ini adalah masalah

internasional. Tapi karena Indonesia

menjadi tempat singgah maka

masalah itu menjadi persoalan dalam

negeri, Besarnya dampak Imigran

Ilegal di Indonesia ini merupakan

suatu masalah yang perlu mendapat

perhatian. Dengan demikian perlu

diadakan suatu kajian terhadap

masalah-masalah yang terkait dengan

kejahatan lintas negara yang melanda

Indonesia, khususnya masalah yang

ada di Rumah Detensi Imigrasi Pusat

Tanjungping. Hal ini kemudian yang

dianggap penting oleh penulis untuk

dikaji sehingga penulis mengangkat

judul “Implementasi Kebijakan

Pemerintah DalamPenanganan

Imigran Ilegal di Rumah Detensi

Imigrasi Pusat” .

II. LANDASAN TEORI

1. Defenisi Kebijakan

Robert Eyestone mengatakan

bahwa “secara luas” kebijakan publik

dapat didefenisikan sebagai

“hubungan suatu unit pemerintah

dengan lingkungan”. Kemudian Carl

friedrich memandang bahwa

kebijakan sebagai suatu arah

tindakan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam suatu lingkungan

Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

tertentu yang memberikan hambatan-

hambatan dan peluang-peluang

terhadap kebijakan yang diusulkan

untuk menggunakan dan mengatasi

dalam rangka mencapai suatu tujuan

atau merealisasikan suatu sasaran

atau suatu maksud tertentu.

Selanjutnya Anderson

mengemukakan bahwa kebijakan

merupakan arah tindakan yang

mempunyai maksud yang ditetapkan

oleh seseorang aktor atau sejumlah

aktor dalam mengatasi suatu masalah

atau persoalan. (Budi Winarno, 2012:

20-21).

Ada enam variable, menurut

Van Metter dan Van horn dalam Leo

Agustino (2014:139), yang

mempengaruhi kinerja kebijakan

publik tersebut adalah:

“Ukuran dan Tujuan

Kebijakan Kinerja implementasi

kebijakan dapat diukur tingkat

keberhasilan jika dan hanya jika

ukuran dan tujuan dari kebijakan

memang realistis dengan sosio kultur

yang mengada di level pelaksana

kebijakan. Ketika ukuran kebijakan

atau tujuan kebijakan terlalu ideal

(bahkan terlalu utopis) untuk

dilaksanakan di level warga, maka

agak sulit memang merealisasikan

kebijakan publik hingga titik yang

dapat dikatakan berhasil.

Sumber Daya Keberhasilan

proses implementasi kebijakan

sangat tergantung dari kemampuan

memanfaatkan sumberdaya yang

tersedia. Manusia merupakan

sumberdaya yang terpenting dalam

menentukan suatu keberhasilan

proses implementasi. Tahap-tahap

tertentu dari keseluruhan proses

implementasi menuntut adanya

sumnberdaya manusia yang

berkualitas sesuai dengan pekerjaan

yang diisyaratkan oleh kebijakan

yang telah ditetapkan secara apolitik.

Tetapi ketika kompetensi dan

kapabilitas dari sumber-sumberdaya

itu nihil, maka kinerja kebijakan

publik sangat sulit untuk diharapkan.

Karakteristik Agen

Pelaksana, Pusat perhatian pada agen

pelaksana meliputi organisasi formal

dan organisasi informal yang akan

terlibat pengimplementasian

kebijakan publik. Hal ini sangat

penting banyak di pengaruhi oleh

ciri-ciri yang tepat serta cocok

dengan para agen pelaksananya,

misalnya implementasi tindaklaku

Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

manusia manusia secara radikal,

maka agen pelaksana projek itu

haruslah berkarakteristik keras dan

ketat pada aturan serta sanksi hukum.

Sedangkan bila kebijakan publik itu

tidak terlalu merubah prilaku dasar

manusia, maka dapat-dapat saja agen

pelaksana yang diturunkan tidak

sekeras dan tidak setegas pada

gambaran yang pertama.

Selain itu, cakupan atau luas wilayah

implementasi kebijakan perlu juga

diperhitungkan manakala hendak

menetukan agen pelaksana. Semakin

luas cakupan implementasi

kebijakan, maka seharusnya semakin

besar pula agen yang dilibatkan.

Sikap/Kecendrungan (Disposition)

Para Pelaksana, Sikap penerima atau

penolakan dari (agen) pelaksana akan

sangat banyak mempengaruhi

keberhasilan atau tidaknnya kinerja

implementasi kebijakan publik. Hal

ini sangat mungkin terjadi oleh

karena kebijakan yang dilaksanakan

bukanlah hasil formulasi warga

setempat yang mengenal betul

persoalan dan permasalahan yang

mereka rasakan. Tetapi kebijakan

yang akan implementor pelaksanaan

adalah kebijakan “dari atas” (top

down) yang sangat mungkin para

pengambil keputusannya tidak

pernah mengetahui (bahkan tidak

mampu menyentuh) kebutuhan,

keiK,,,nginan, atau permasalahan

yang warga ingin selesaikan.

Komunikasi Antar

Organisasi dan Aktivistas Pelaksana,

Koordinasimerupakan mekanisme

yang ampuh dalam implementasi

kebijakan publik. Semakin baik

koordinasi komunikasi diantara

pihak-pihak yang terlibat dalam

suatu proses implementasi, maka

asumsinya kesalahan-kesalahan akan

sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu

pula sebaliknya.

Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan

Politik, Hal terakhir yang perlu juga

diperhatiakan guna menilai kinerja

implementasi publik dalam

prespektif yang ditawarkan oleh Van

Metter dan Van Horn adalah, sejauh

mana lingkungan eksternal turut

mendorong keberhasilan kebijakan

publik yang telah ditetapkan.

Lingkungan sosial, ekonomi, dan

politik yang tidak kondusif dapat

menjadi biang keladi dari kegagalan

kinerja implementasi kebijakan.

Karena itu, upaya untuk

Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

mengimplementasikan kebijakan

harus pula memperhatikan

kekondusifan kondisi sosial

lingkungan eksternal”.

2. Implementasi Kebijakan

Sebagaimana diungkapkan oleh

Lester dan Stewart (2000) dalam

Solahuddin Kusumanegara (2010 :

97), Implementasi adalah sebuah

tahapan yang dilakukan setelah

aturan hukum ditetapkan melalui

proses politik. Kalimat tersebut

seolah-olah menunjukkan bahwa

implementasi lebih bermakna non

politik, yaitu adminstratif. James

Anderson (1979) menyatakan bahwa

implementasi kebijakan/program

merupakn bagian dari administrative

process (proses adminstrasi).

3. Jejaring Kebijakan (Policy

Network)

Rhodes yang dikutip dalam Howlett

dan Ramesh (1995 : 127),

menyatakan bahwa

“Interaksi antara sejumlah

departemen dan organisasi

pemerintah dengan organisasi

masyarakat merupakan policy

network yang bersifat instrumental

dalam proses kebijakan publik.

Kekuatan policy network atau

jejaring kebijakan tergantung pada

tingkat integrasi, kemapanan,

keanggotaan, sumber daya dan

hubungan baik antara jejaring

kebijakan dengan publik”

Policy network disebut oleh

Carlsson (2000 : 502) sebagai

pendekatan network. Jejaringan

kebijakan didiskripsikan sebagai

aktor-aktor , hubungan di antara

mereka dan batas-batasnya. Aktor

adalah mereka yang terlibat dalam

suatu kebijakan, baik dari organisasi

publik maupun privat. Hubungan

diantara aktor dilayani melalui

komunikasi, infomasi, kepercayaan

dan sumber kebijakan lainnya.

4. TAHAP-TAHAP

KEBIJAKAN

Para pejabat yang dipilih dan

di angkat menempatkan masalah

pada agenda publik. Sebelumnya

masalah-masalah ini berkompetisi

terlebih dahulu untuk dapat masuk ke

dalam agenda kebijakan. Pada

akhirnya, beberapa masalah masuk

ke agenda kebijakan para perumusan

kebijakan. Pada tahap ini suatu

masalah mungkin tidak di sentuh

sama sekali, sementara masalah yang

lain ditetapkan menjadi fokus

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

pembahasan, atau ada pula masalah

karena alasan-alasan tertentu di tunda

untuk waktu yang lama.

a. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk dalam

agenda kebijakan kemudian dibahas

oleh para pembuat kebijakan.

Masalah-masalah tadi didefinsikan

untuk kemudian dicari pemecahan

masalah terbaik. Pemecahan masalah

tersebut berasal dari berbagai

alternatif atau pilihan kebijakan yang

ada. Pada tahap ini masing-masing

aktor akan “bermain” untuk

mengusulkan pemecahan masalah

terbaik.

b. Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif

kebijakan yang ditawarkan oleh para

perumus kebijakan, pada akhirnya

salah satu dari alternatif kebijakan

tersebut diadopsi dengaN dukungan

dari mayoritas legislatif, konsesus

antara direktur lembaga atau

keputusan peradilan.

c. Tahap Implementasi

Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan

menjadi catatan-catatan elit, jika

program tersebut tidak di

implementasikan. Oleh karena itu,

keputusan program kebijakan yang

telah diambil sebagai alternatif

pemecah masalah harus

diimplementasikan, yakni

dilaksanakan oleh badan-badan

adminstrasi maupun agen-agen

pemerintah di tingakat bawah.

Kebijakan yang telah diambil

dilaksanakan oleh unit-unit

adminstrasi yang memobilitaskan

sumberdaya finansial dan manusia.

Pada tahap implementasi ini berbagai

kepentingan akan saling bersaing.

Beberapa implementasi kebijakan

mendapat dukungan para pelaksana,

namun beberapa yang lain mungkin

akan di tentang oleh pelaksana.

d. Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah

dijalankan akan dinilai atau

dievaluasi, untuk melihat sejauh

mana kebijakan yang dibuat telah

mampu memecahkan masalah.

Kebijakan publik pada dasarnya

dibuat untuk meraih dampak yang

diinginkan. Dalam hal ini,

memecahkan masalah yang dihadapi

masyarakat. Oleh karena itu,

ditentukanlah ukuran-ukuran atau

kriteria-kriteria yang menjadi dasar

untuk menilai apakah kebijakan

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

publik telah meraih dampak yang

diinginkan.

1. Metode dan Alat

Pengumpulan Data

a. Observasi

Dalam penelitian ini penulis

akan melakukan penelitian

pengumpulan data dengan observasi

terus terang atau tersamar yaitu

peneliti dalam melakukan

pengumpulan data menyatakan terus

terang kepada sumber data, bahwa

sedang melakukan penelitian. Jadi

mereka yang diteliti mengetahui

sejak awal sampai akhir tentang

aktifitas peneliti. Tetapi dalam suatu

saat peneliti juga tidak terus terang

atau tersamar dalam observasi, hal

ini untuk menghindari kalau suatu

data yang dicari merupakan data

yang masih dirahasiakan (Sugiyono,

2012:66).

a. Wawancara

Esterberg (2002), mendefinisikan

wawancara adalah merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu. (Sugiyono, 2012:72)

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah

informasi yang disimpan atau

didokumentasikan sebagai bahan

dokmumentasi yang terdiri dari

buku-buku atau catatan harian,

kliping, dokumen pemerintah, atau

swasta, data diserver atau flasdisk

dan data yang tersimpan di website

dan lainya (Bungin.2009:122).

c. Penelusuran data online

Penelusuran data online

adalah tata cara melakukan

penelusuran data melalu media

online seperti internet atau media

jaringan lainya yang menyediakan

fasilitas online, sehingga

memungkinkan peneliti dapat

memanfaatkan data-data online yang

berupa data maupun informasi teori,

secepat dan semudah mungkin dan

dapat dipertanggung jawabkan secara

akademis (Bungin, 2009:125).

6. TEKNIK ANALISA DATA

Miles dan Huberman

(Sugiyono, 2011:246)

mengemukakan bahwa aktifitas

dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas sehingga datanya

sudah jenuh. Langkah-langkah

analisis tersebut yaitu :

a. Reduksi data, yaitu proses

pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data “kasar” yang

muncul dari cacatan tertulis di

lapangan, melalui ringkasan atau

uraian singkat, menggolongkannya

dalam suatu pola

b. Penyajian data, sebagai

sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

c. Menarik

kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian

dari satu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh, kemungkinan akan

menjawab dari rumusan masalah

penelitian, yang didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten.

IV. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teori Kebijakan yang

dikemukakan oleh Van Meter dan

Van Horn dalam Leo Agustino

(2014:139),

1. Analisis Ukuran dan Tujuan

Kebijakan.

Untuk dimensi pertama yang

dikemukakan oleh Vanr Horn dan

Varn Matter dimaksud adalah

Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan

dapat diukur tingkat keberhasilan

jika dan hanya jika ukuran dan tujuan

dari kebijakan memang realistis

dengan sosio kultur yang mengada

di level pelaksana kebijakan

dalam hal ini pemerintah

masih memiliki bebrapa peraturan

kebijakan, namun tidak adanya

kebijakan yang berfokus kepada

pengungsi dalam hal ini yaitu

Rudenim adalah sebagai tempat

penampungan orang asing atau

imigran ilegal reguler (ilegal fising)

dan irreguler (pengungsi dan pencari

suaka).

2. Analisis Sumber daya.

Keberhasilan proses

implementasi kebijakan sangat

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

tergantung dari kemampuan

memanfaatkan sumberdaya yang

tersedia. Manusia merupakan

sumberdaya yang terpenting dalam

menentukan suatu keberhasilan

proses implementasi. Tetapi diluar

sumberdaya manusia. Sumberdaya

lainnya yang perlu diperhitungkan

juga, ialah: sumberdaya finansial dan

sumberdaya waktu. Karena, mau

tidak mau, ketika sumberdaya

manusia yang kompeten dan kapabel

telah tersedia sedangkan kucuran

dan melalui anggaran tidak tersedia,

maka memang menjadi persoalan

pelik untuk merealisasikan apa yang

hendak dituju oleh tujuan kebijakan

public.

3. Analisis Karakteristik Agen

Pelaksana

Pusat perhatian pada agen

pelaksana meliputi organisasi formal

dan organisasi informal yang akan

terlibat pengimplementasian

kebijakan publik.

Dalam hal ini selain peran

rudenim pusat tanjungpinang dalam

penanganan masuknya imigran ilegal

ini banyak berbagai instansi juga

terlibat dalam hal ini. Karena,

didalam peraturan yang terdapat pada

bab I pasal pertama yang berbunyi:

“fungsi keimigrasian adalah bagian

dari urusan pemerintahan negara

dalam memberikan pelayanan

keimigrasian, penegakan hukum,

keamanan negara, dan fasilitator

pembangunan kesejahtraan

masyarakat.” Jadi setelah

penangkapan dari beberapa badan

yang membantu maka selanjutnya

pihak imigrasi lah yang menangani

para imigran ilegal. Begitu lah status

dan fungsi keimigrasian.

4. Analisis Sikap /kecendrungan para

pelaksana.

Sikap penerima atau

penolakan dari (agen) pelaksana akan

sangat banyak mempengaruhi

keberhasilan atau tidaknnya kinerja

implementasi kebijakan publik. Hal

ini sangat mungkin terjadi oleh

karena kebijakan yang dilaksanakan

bukanlah hasil formulasi warga

setempat yang mengenal betul

persoalan dan permasalahan yang

mereka rasakan. Tetapi kebijakan

yang akan implementor pelaksanaan

adalah kebijakan “dari atas” (top

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

down) yang sangat mungkin para

pengambil keputusannya tidak

pernah mengetahui (bahkan tidak

mampu menyentuh) kebutuhan,

keinginan, atau permasalahan yang

warga ingin selesaikan.

5. Analisis Komunikasi antar

organisasi dan aktivitas pelaksana.

1. Analisis Komunikasi antar

organisasi dan aktivitas

pelaksana.

Menurut bapak/ibu

bagaimana komunikasi yang

terjalin antar organisasi dalam

mewujudkan apa yang

menjadi tujuan serta sasaran

kebijakan?

“Menurut bapak Irwanto

untuk para pelaksana

kebijakan ini belum ada

kendala, hanya kendala ini

dirasakan apabila

berkomunikasi dengan para

pengungsi.,kita bahas apa dia

bahasa apa, kadang suka

nggak nyambung”

Dalam dimensi ini yang dimaksud

Van metter dan Van Horn adalah

koordinasi merupakan mekanisme

yang ampuh dalam implementasi

kebijakan publik. Semakin baik

koordinasi komunikasi diantara

pihak-pihak yang terlibat dalam

suatu proses implementasi, maka

asumsinya kesalahan-kesalahan akan

sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu

pula sebaliknya.

Jadi kerjasama antara para pelaksana

kebijakan masih berjalan dengan

baik dan dikatgorikan baik. Hanya

saja yang menjadi kendala adalah

komunikasi untuk para pnerima

kbijakan trsebut, yaitu imigran.

Karena, para pengungsi yang dari

luar menggunakan bahasa darah dan

sangat sedikit menggunakan bahasa

internasional.

2. Analisis Lingkungan

ekonomi, sosial, dan politik.

Hal terakhir yang perlu juga

diperhatiakan guna menilai kinerja

implementasi publik dalam

prespektif yang ditawarkan oleh Van

Metter dan Van Horn adalah, sejauh

mana lingkungan eksternal turut

mendorong keberhasilan kebijakan

publik yang telah ditetapkan.

Lingkungan sosial, ekonomi, dan

politik yang tidak kondusif dapat

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

menjadi biang keladi dari kegagalan

kinerja implementasi kebijakan.

Karena itu, upaya untuk

mengimplementasikan kebijakan

harus pula memperhatikan

kekondusifan kondisi sosial

lingkungan eksternal. Disini sangat

jelas peran indonesia dalam

penanganan imigran tidak terlalu

dominan, Pendanaan dan fasilitas

untuk imigran ilegal pengungsi dan

pencar suaka (irregurrmigrant)

adalah dari BPP yang ditangani oleh

IOM (fasilitas dan pendanaan) dan

UNHCR (penetapan status

pengungsi) sehingga Lingkungan

ekonomi, sosial, dan politik di

indonesia tidak terlalu berpengaruh

dalam penanganan imigran ilegal ini.

Jadi, dalam hal lingkungan ekonomi,

masih belum ada pengaruh besar

karean untuk para deteni yang

melakukan pembiayaan dan

pendanaan itu berasal dari IOM.

Bukan dari para pngungsi itu sendiri.

Dan untuk lingkungan sosial dan

politik sudah tercapai dalam

mewujudkan kebijakan ini, yaitu

keamanan nasional. Dengan

ditahannya para pengungsi ini

mengurangi ancaman pecahnya

pertahanan yang dimiliki indonesia

serta menunjukkan bahwa indonesia

adalah negara hukum.

V .PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kebijakan Pemerintah Dalam

Penanganan Imigran Ilegal di

Rumah Detensi Imigrasi Pusat

Tanjungpinang sudah berjalan

namun belum maksimal, ini

telihat dari penanganan yang

dilakukan masih banyak

kekosongan jabatan pada

jabatan struktural dilihat dari

kondisi dan luas bangunan yang

mencapai 4046 M2 , terdiri atas

3 lantai dan memiliki 16 blok sel

biasa, dan ditambah 6 sel isolasi

dan dengan daya tampung ideal

400-500 orang deteni namun

hingga saat ini hanya memiliki

tenaga pengaman berjumlah 35.

2. Masih kurangnya fasilitas untuk

perempuan dan anak-anak

sehingga mereka harus di

tempatkan berpisah dari

keluarganya (ayah), karena

bangunan Rudenim hanya

dikhususkan untuk laki-laki, dan

tidak adanya fasilitas untuk

Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

beribadah sesuai agama masing-

masing sehingga mereka harus

keluar saat ingin melakukan

ibadah.

3. Lambatnya pihak UNHCR

memberikan status

pengungsi (reefuge )

sehingga sering terjadi over

kapasitas di Rudenim Pusat

Tanjungpinang, sehingga

mereka sering melakukan

demo di dalam rudenim, dan

sebagian dari mereka yang

mengalami gangguan jiwa

yang harus di tempatkan di

ruang isolasi karena terlalu

lama disini tanpa ada

kejelasan untuk dipindahkan

ke negara ketiga.

B. Saran

1. Perlunya peningkatan

kualitas SDM dalam hal

pemahaman dan

peningkatan pengetahuan

disegala bidang

2. Untuk menciptakan keamanan

rumah detensi imigrasi pusat

tanjungpinang yang kondusif,

aman, terkendali, perlu dipenuhi

segala sarana dan prasarana

pendukung kebutuhan deteni.

Selain itu juga perlu dibangun

fasilitas bagi deteni berupa

sarana mesjid agar dalam hal

pelaksanaan ibadah deteni lebih

tertib dan nyaman dan tidak

terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti unjuk rasa,

mogok makan,

keributan/perkelahian, hingga

pelarian.

3. Guna mencegah terjadinya unjuk

rasa deteni, hendaknya

pemindahan deteni refugee

(pengungsi) dari Rudenim ke

community house dialokasikan

berdasarkan kuota secara

proporsional, misalnya Rudenim

pusat berjumlah 150 orang

hendaknya diberikan kuota 3x

lebih banyak dari rudenim lain

yang berjumlah lebih sedikit.

Dan sehubung dengan

banyaknya deteni yang berstatus

refugee (pengungsi), baik di

rudenim pusat maupun di

rudenim lainnya, sebaiknya agar

rudenim bersama IOM mencari

daerah baru agar dibangun

community housing baru.

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Arikunto Suharsimi. 2013. Prosedur

Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Bungi Burhan. 2009 ,metodologi

penelitian kuantitatif komunikasi

ekonomi dan kebijakan publik

serta ilmu ilmu sosial lainnya.

Penerbit media group.

Moleong, Lexy, 2006. Metodologi

Penelitian Kualitatif. PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Subarsono, analisis kebijakan:

konsep teori dan aplikasi, Penerbit,

pustaka pelajar, yogyakarta

Suharto, Edi. 2010. Analisis

Kebijakan Publik. Bandung.

Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian

Kuantitaif, Kualitatif dan R&D.

Jakarta: Alfabeta.

Sugiyono. 2012.

MemahamiPenelitianKualitatif.

Bandung: Alfabeta.

Winarno budi (2012), kebijakan

publik (teori,proses, dan studi

kasus). Penerbit C A P S

Dokumen Lain :

Ardianti (2015) “Kebijakan

Australia Dalam Menangani Imigran

Ilegal Dibawah Kepemimpinan

Perdana Menteri Tony Abbott Tahun

2013” Jurusan Ilmu Hubungan

Internasional

Ghifar abu (2014) “penyelundupan

imigran oleh warga negara

indonesia ditinjau dari

konvensi palerm tahun 2000 dan

protoko lpenyelundupan migran

tahun 2004” Bagian hukum

internasional Fakultas hukum

Universitas hasanuddin

Makassar.

Gunawan Satria (2013), “upaya

penanganan imigran ilegal di

indonesia” jurusan ilmu

hubungan internasional

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

Universitas jember.

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ...jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/K-JURNAL.docxJJJJ.docx · Web viewMenarik kesimpulan/verifikasi, yaitu sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

Imran farina Irna (2014), “peranan

dalam menangani masalah lalu

lintas imgran gelap australia”

jurusan ilmu hubungan internasiona

Fakultas ilmu sosial dan ilmu

politik Universitas hasanuddin

Makassar

Suwitri sri. 2011, jaringan kebijakan

publik : kerangka baru

penyelenggaraan pemerintah,

penerbit badan penerbit Universitas

Diponegoro.

UU No 6 tahun 2011 Republik

indonesia tentang keimigrasian.

Https://

Armandahasan.Wordpress.Com/

2012/12/10/Faktor-Faktor-Yang

Mempengaruhi-Migrasi/

(diakses 23 januari 2015)

http://

handarsubhandi.blogspot.co.id/

2015/01/pengertian-

keimigrasian.html (diakses 23

januari 2015)

https://

fuadinotkamal.wordpress.com/

2012/03/24/kebijakan-dan-analisis

kebijakan/ (di akses 12 april

2016)

http://www.pengertianahli.com/

2014/08/pengertian-kebijakan-

menurut-para- ahli.html (diakses 23

januari 2016)

http://www.imigrasi.go.id/

index.php/produk-hukum/undang-

undang (diakses 23 januari)

http:/

/www.madiun.imigrasi.go.id/peratura

n/download/3a5468532e4da9d98035

14

(

http://www.iom.or.id/newsletter_Apr

Jun%202012%20Vol.24_bhs.pdf.Di

aksest al01 Mei 2016).

d2934af411. (diakses tanggal 1 mei

2016).

http://www.imigrasi.go.id/

index.php/berita/berita-utama/284-

mengintip-rumah- detensi-

imigrasi-pusat-tanjung-pinang. (Di

akses tanggal 14 agustus 2916)