implementasi akuntansi berbasis akrual pada dinas

18
IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (DPKD) KABUPATEN PASURUAN Oleh : Rima Ayu Aji Pratiwi 135020307111028 Dosen Pembimbing : Dr. Lilik Purwanti, M.Si., Ak., CSRS., CA. ABSTRAK Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai implementasi akuntasi berbasis akrual, serta kendala yang dihadapi pada saat penerapan akuntansi berbasis akrual. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan melakukan wawancara terhadap beberapa pegawai DPKD. Setelah mendapatkan data dari hasil wawancara, peneliti kemudian menganalisis data melalui tiga tahap analisis data, yakni reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah DPKD Kabupaten Pasuruan sudah menerapkan akrual berdasarkan permendagri nomor 64 tahun 2013. Beberapa persiapan yang sudah dilakukan untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual, anatara lain adalah : 1) Mempersiapkan regulasi yang jelas untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual; 2) Memilah SDM pada bidang akuntansi, dan memberikan kegiatan kegiatan yang berguna untuk peningkatan SDM; 3) melakukan inventarisasi aset yang dimiliki pemda; 4) Mempersiapkan teknologi informasi yang memadai; 5) Berkoordinasi dengan BPKP. Mengingat kebijakan akrual merupakan kebijakan baru yang seringkali dialami permasalahan, permasalahan yang dialami pada saat penerapan akrual yakni : 1) Permasalahan mengenai aset; 2) Regulasi pelaksanaan akrual dari pemerintah pusat yang sering terlambat dan berbeda 3) Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang masih belum berfungsi optimal. 4) Minimnya Pemahaman beberapa pegawai mengenai akrual. Kata Kunci : Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual, DPKD Kabupaten Pasuruan, Basis Akrual

Upload: others

Post on 29-Apr-2022

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (DPKD) KABUPATEN PASURUAN

Oleh :

Rima Ayu Aji Pratiwi 135020307111028

Dosen Pembimbing :

Dr. Lilik Purwanti, M.Si., Ak., CSRS., CA.

ABSTRAK Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai implementasi akuntasi berbasis akrual, serta kendala yang dihadapi pada saat penerapan akuntansi berbasis akrual. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan melakukan wawancara terhadap beberapa pegawai DPKD. Setelah mendapatkan data dari hasil wawancara, peneliti kemudian menganalisis data melalui tiga tahap analisis data, yakni reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah DPKD Kabupaten Pasuruan sudah menerapkan akrual berdasarkan permendagri nomor 64 tahun 2013. Beberapa persiapan yang sudah dilakukan untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual, anatara lain adalah : 1) Mempersiapkan regulasi yang jelas untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual; 2) Memilah SDM pada bidang akuntansi, dan memberikan kegiatan kegiatan yang berguna untuk peningkatan SDM; 3) melakukan inventarisasi aset yang dimiliki pemda; 4) Mempersiapkan teknologi informasi yang memadai; 5) Berkoordinasi dengan BPKP. Mengingat kebijakan akrual merupakan kebijakan baru yang seringkali dialami permasalahan, permasalahan yang dialami pada saat penerapan akrual yakni : 1) Permasalahan mengenai aset; 2) Regulasi pelaksanaan akrual dari pemerintah pusat yang sering terlambat dan berbeda 3) Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang masih belum berfungsi optimal. 4) Minimnya Pemahaman beberapa pegawai mengenai akrual.

Kata Kunci : Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual, DPKD Kabupaten

Pasuruan, Basis Akrual

Page 2: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

ABSTRACT The objectives of this study are to describe the implementation of accrual-based accounting and to identify the obstacles encountered during the implementation of accrual based accounting. This qualitative descriptive research uses case study approach. The data collected from interviews with employees of DPKD were analyzed through three stages of data analysis, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The result of the research is that the DPKD of Pasuruan has adopted the accrual accounting which is based on the Regulation No. 64 of 2013. Some of the preparations for accrual accounting application are: 1) preparing a clear regulation for the application; 2) hiring human resources in the field of accounting and providing activities for the improvement of human resources; 3) conducting local government asset inventory; 4) preparing adequate information technology; and 5) coordinating with BPKP. Accrual policy is a new policy that frequently creates problems. The problems experienced during the application of accrual accounting are: 1) problems concerning the assets; 2) the late and varied implementation of accrual accounting from the central government; 3) the low functionality of SIMDA (Regional Management Information System); and 4) the low understanding of staff in accrual system. Keywords: Implementation of Accrual Based Accounting, DPKD Kabupaten Pasuruan, Accrual Basis PENDAHULUAN

Adanya Undang Undang nomor 17 tahun 2003 menjadi ujung tombak perbaikan keuangan negara di Indonesia. Pada UU tersebut diamanatkan untuk melaksanakan akuntansi berbasis akrual paling lambat tahun 2008. Melihat realita yang ada ternyata kebijakan akuntansi berbasis akrual belum dapat terlaksana. Kegagalan penerapan akuntansi akrual dapat dilihat dari dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang terdapat dua lampiran Lampiran I berisi basis akrual, dan lampiran II berisi mengenai cash toward accrual yang dalam lampiran tersebut tersirat bahwa pemerintah masih memberikan kesempatan bertahap untuk menuju akrual sepenuhnya. Hal ini tercermin dari lampiran II bahwa batas penerapan SAP cash toward accrual berlaku hingga tahun 2014. Setelah tahun 2014 berakhir maka semua pemerintah pusat dan daerah wajib melaksanakan Akuntansi basis akrual secara penuh mulai tahun anggaran 2015 sesuai yang tertuang pada Pasal 10 ayat 2 Peraturan Menteri dalam Negeri nomor 64 tahun 2013 yang berisi tentang penerapan SAP basis akrual pada pemerintah daerah.

Meski sudah dipersiapkan sebaik dan sematang mungkin dari segi regulasi, namun pada praktiknya untuk menerapkan akrual banyak sekali tantangan dan hambatan, maka dari itu sangat diperlukan kesiapan dari beberapa pihak yang terkait yang berfungsi untuk menjembatani dalam penerapan akrual ini. Menurut Surepno (2015) untuk mengadopsi sistem baru dalam sebuah entitas bukanlah hal yang mudah. Butuh Proses panjang yang harus ditempuh untuk merubah sistem yang ada dengan melakukan perubahan dalam beberapa aspek. Pernyataan Surepno tersebut sama halnya dengan penelitian dari beberapa negara mengenai adopsi sistem akuntansi berbasis akrual pada organisasi sektor publik, yang menyatakan bahwa implementasi dari sistem akuntansi berbasis akrual sering disertai dengan sejumlah besar kelemahan dan masalah (masalah akuntansi, sumber daya manusia, organisasi dan keuangan) yang menghambat atau menunda tingkat adopsi. Maka dapat disimpulkan jika transisi dari sistem akuntansi basis kas menuju basis akrual tidak akan terjadi secara cepat

Page 3: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

dan lengkap (Brusca, 1997; Guthrie, 1998; Christiaens, 1999; Carlin and Guthrie, 2003) dalam Usman (2014).

Penelitian mengenai akuntansi akrual di Indonesia diantaranya dilakukan oleh Kusuma (2013), yang menunjukkan bahwa tingkat penerapan akuntansi akrual pada KPPN Semarang I masih sangat rendah. Hal tersebut sama seperti Penelitian dari Usman, Sunandar, dan Ida Farida (2014) bahwa tingkat penerapan akuntasi akrual pada pemerintah untuk tingkat satuan kerja (satker) di Ponorogo hanya sampai pada level 30,06. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 yakni dari Maimunah (2015) yang menunjukkan bahwa 25 SKPD Palembang sudah menerapkan akuntansi akrual dalam laporan keuangan yang masih pada angka 68,8%. Penelitian dari Sitorus, Kalangi, walandouw (2015) bahwa dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan barang milik daerah (DPPKBMD) kota Tomohon belum memiliki kesiapan dalam menerapkan SAP berbasis akrual, kendala yang terjadi adalah penempatan SDM yang tidak sesuai dengan latar belakang. Selain itu penerapan SAP yang ada pada DPPKBMD Kota Tomohon merupakan bentuk formalitas semata Berdasarkan uraian dari hasil penelitian di atas yang menunjukkan hasil bahwa dalam menerapkan akuntansi akrual bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, melainkan banyak sekali kesulitan dan kendala yang harus dihadapi saat menerapkan akuntansi akrual.

Atas uraian di atas, Maka dari itu peneliti ingin meneliti mengenai implementasi akuntansi berbasis akrual pada DPKD Kabupaten sebab DPKD Kabupaten Pasuruan terpilih menjadi pilot project pemeriksaan keuangan berbasis akrual pada tahun 2015 karena dirasa Pemerintah kabupaten Pasuruan merupakan daerah yang memiliki kesiapan lebih dalam menerapkan pengelolaan keuangan daerah dengan basis akrual di wilayah IV. Terutama pada kesiapan dari regulasi dan Sumber Daya Manusia.

TINJAUAN PUSTAKA New Public Management

New public management (NPM) merupakan paradigma perubahan manajemen dalam pelayanan public, NPM dikenalkan pertama kali oleh Crishtoper Hood. Penerapan New public management di bidang reformasi keuangan sendiri adalah adanya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mewajibkan adanya Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai dasar dalam penyusunan keuangan bagi instansi pemerintahan yang mengharuskan pemerintah agar menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual paling lambat 5 tahun sejak diterbitkannya PP no. 71 Tahun 2010, PP no 24 Tahun 2005 yang merupakan SAP peralihan pada masa transisi dari basis kas menuju basis akrual penuh dan pada akhirnya PP no 24 Tahun 2005 ini digantikan dengan diterbitkannya PP no 71 tahun 2010 yang berlaku sejak tangal 22 Oktober 2010, PP ini mengatur mengenai SAP berbasis akrual secara penuh.

Beberapa ciri ciri yang melekat dalam New public management menurut Cristopher Hood (1991) adalah : 1. Manajemen profesional di sektor publik; 2. Adanya standar kinerja dan ukuran kinerja; 3. Penekanan yang lebih besar terhadap pengendalian output dan outcome; 4. Pemecahan unit-unit kerja di sektor publik; 5. Menciptakan persaingan di sektor publik; 6. Pengadopsian gaya manajemen di sektor swasta ke dalam sektor publik; 7. Penekanan pada disiplin dan penghematan dalam menggunakan sumber daya. Akuntansi Berbasis akrual

Akuntansi berbasis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Terdapat beberapa alasan mengapa perlu diterapkan akuntansi berbasi akrual, menurut Widjajarso (2008) antara lain :

Page 4: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

1. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang cukup, misalnya transaksi non kas untuk pengambilan keputusan ekonomi misalnya informasi tentang hutang piutang, sehingga penggunaan basis akrual sangat disarankan.

2. Akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang tepat untuk menggambarkan biaya operasi yang sebenarnya.

3. Akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan informasi yang dapat diandalkan dalam informasi aset dan kewajiban.

Selain hal di atas, terdapat manfaat ketika akuntansi akrual diterapkan Menurut Diamond (2002 : 9-10), yakni : 1) Meningkatkan Kualitas Penggunaan Sumber daya; 2) Penguatan Akuntabilitas; 3) Meningkatkan Transparansi atas Total Biaya dari Aktivitas Pemerintahan; 4) Melihat dengan Lebih Komprehensif atas Pengaruh dari Aktivitas Pemerintahan Terhadap Ekonomi; 5) Ada pun tantangan dalam penerapan akuntansi berbasis akrual Menurut Simanjutak (2010) : 1) Sistem Akuntansi dan Information Technology (IT) Based System; 2) Komitmen dari Pimpinan; 3) Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompeten; 4) Resistensi Terhadap Perubahan; 5) Lingkungan/Masyarakat

Strategi Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual Untuk menerapkan akrual basis terdapat dua model yang dapat digunakan, yakni :

1. Model sekaligus (big bang) adalah model penerapan akrual yang dilakukan dalam jangka waktu yang sangat singkat dan jarang digunakan menurut Widjajarso (2008)

2. Model Bertahap berbeda halnya dengan big bang, model ini memiliki jangka waktu yang lebih panjang. Model bertahap merupakan model yang digunakan di Indonesia, hal ini tercermin dari jangka waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan akuntansi basis akrual yang relatif lama.

Selain pemilihan model yang dapat digunakan untuk menerapkan akrual basis, terdapat juga beberapa prasyarat kondisi untuk dapat menerapkan basis akrual, yaitu 1) Necessary Condition dan 2) sufficient condition. Necessary Condition adalah suatu persyaratan yang dibutuhkan agar suatu kondisi dapat tercapai. Kemudian pemerintah dapat mengembangkan beberapa hal yang menjadikan kondisinya berubah menjadi kondisi yang mencukupi (sufficient condition) (www.medina.co.id)

JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualititatif deskriptif pendekatan studi kasus karena dirasa jenis penelitian ini dapat memberikan gambaran atas sebuah situasi saat ini dengan harapan peneliti mendapatkan gambaran untuk mengetahui bagaimana penerapan akuntansi berbasis akrual dan kendala yang dihadapi pada DPKD Kabupaten Pasuruan selama menjalankan implementasi akuntansi berbasis akrual. Penelitian dilakukan pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pasuruan yang terletak pada Jalan Hayam Wuruk no 14, Pasuruan. Individu individu yang menjadi informan terdiri dari pegawai DPKD, yakni :

Nama Jabatan Pak Wulandjojo S, SE., MM Kepala Bidang Akuntansi Bu Sri Mulyani SE., MM Kesi Akuntansi Bu Mu’minatush Shaalihatul Aarifah, SE Staf Pelaporan Pak Dian Prasetyo, SE., MM Kasi Inventarisasi dan

Pemeliharaan

Page 5: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

Data pada penelitian ini menggunakan data Primer yang diperoleh langsung dari informan sebagai aktor kunci dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan yakni model analisis data dari Miles dan Hubberman yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan. Menurut Bogdan (1982) dalam Moleong (2009:127) terdapat tiga tahapan penelitian kualitatif secara umum, yaitu (1) pra lapangan, (2) kegiatan lapangan, dan (3) analisis intensif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persiapan yang ditempuh dalam Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual

Perubahan kebijakan akuntansi yang semula berbasis kas menuju basis akrual penuh yang dilaksanakan secara bertahap, mengingat kebijakan tersebut adalah suatu kebijakan baru yang tidak dapat dijalankan secara langsung. Untuk menyambut kebijakan akuntansi berbasis akrual DPKD Kabupaten Pasuruan sudah melakukan berbagai macam persiapan sebagai jembatan untuk dapat menerapkan akrual sepenuhnya sejak dikeluarkannya PP 71 tahun 2010. Persiapan yang dilakukan oleh DPKD Kabupaten Pasuruan yakni :

1. Regulasi Segala kegiatan yang dilakukan dalam pemerintahan sangat erat kaitannya dengan regulasi yang berlaku, regulasi berfungsi sebagai pedoman yang digunakan untuk melaksanakan sesuatu. Regulasi merupakan hal yang perlu di persiapkan sebelum menerapkan akuntansi berbasis akrual dikarenakan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah harus disusun berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Pada awalnya DPKD menggunakan Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 85 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pasuruan, kemudian diperbaharui menjadi peraturan Bupati Pasuruan nomor 12 tahun 2014. Untuk kebijakan akuntansi diatur pada Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 27 Tahun 2013 tentang kebijakan akuntansi pemerintah Kabupaten Pasuruan. Namun karena adanya Peraturan Menteri dalam Negeri nomor 64 tahun tahun 2013 yang mengamanatkan untuk melaksanakan akuntansi berbasis akrual paling lambat pada tahun anggaran 2015. Hadirnya akuntansi berbasis akrual yang berdampak secara langsung ke perubahan akun dan perjunalan serta berkembangnya pengelolaan keuangan daerah saat ini, maka perlu diganti dengan Peraturan Bupati yang baru, Pada Peraturan bupati tersebut ternyata perlu disesuaikan lebih lanjut mengenai perkembangan peraturan terkait penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Menurut Bu Sri mengenai Regulasi yang seringkali perlu disesuaikan : “Perubahan tentang kebijakan akuntansi disesuaikan dengan mengikuti kebijakan

yang muncul. Sepanjang regulasinya ada perbaikan ya kita mengikuti karena setiap akhir tahun mereka selalu memperbaiki kebijakan kebijakan yang lama, nah di pengelolaan keuangan itu peraturannya yang paling sering berubah” Berkaitan dengan hal tersebut, maka diterbitkan lagi Peraturan Bupati Pasuruan nomor 36 tahun 2016 tentang perubahan atas Peraturan Bupati Pasuruan nomor 12 tahun 2014. Kemudian disusun juga peraturan bupati pasuruan nomor 47 tahun 2015 atas Perubahan dari Peraturan Bupati Pasuruan nomor 27 tahun 2013 Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri nomor 64 Tahun 2013 pedoman dalam penerapan SAP berbasis akrual pada pemerintah daerah adalah memiliki Kebijakan akuntansi pemerintah daerah, Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD), dan juga Bagan Akun Standar (BAS). Tiga hal tersebut sudah dimiliki oleh DPKD Kabupaten Pasuruan. Kebijakan akuntansi untuk menerapkan akrual terdapat pada Peraturan Bupati Pasuruan nomor 47 tahun 2015, sedangkan untuk SAPD diatur pada Lampiran Peraturan Bupati Pasuruan nomor 36 tahun 2016 yang didalamnya juga mengatur mengenai BAS

Page 6: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

2. Sumber Daya Manusia (SDM) Di DPKD Pasuruan langkah awal yang sudah dilaksanakan sebelum adanya penerapan akuntansi berbasis akrual adalah melakukan perekrutan tenaga akuntansi pada tahun 2009 dari tingkat pendidikan D3 akuntansi dan S1 akuntansi. Selain perekrutan pegawai, dilakukan juga mapping tenaga akuntansi yang ada pada Pemerintah Kabupaten Pasuruan ke Seluruh Unit kerja yang ada di Kabupaten Pasuruan. Seperti yang dikatakan oleh pak Wulan : “tenaga akuntansi yang ada di Pemerintah Kabupaten Pasuruan sudah tersebar di seluruh SKPD Pasuruan, ya kalau dinas-dinas/SKPD besar gitu dikasih banyak tenaga akuntansinya, kalau seperti kecamatan kecamatan begitu hanya ada 1 tenaga akuntansi.” Tidak cukup hanya mempersiapkan pegawai akuntansi yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Dibutuhkan juga peningkatan SDM bagi pegawai. Peningkatan SDM ini dilakukan dengan berbagai macam cara, ada yang dengan mengikutkan sertakan pegawai dalam On The Job Training, Bimbingan Teknis, Diklat, Orientasi Lapangan dan acara sosialisasi sosialisasi yang berkaitan dengan penerapan SAP berbasis Akrual. Beberapa daerah yang pernah menjadi objek dalam kunjungan On The Job Training yakni Kabupaten Banyuwangi dan Kota Semarang. Tujuan diadakannya studi banding dan On The Job Training adalah untuk meningkatkan pemahaman pegawai mengenai penerapan akrual, dengan harapan pemahaman pegawai tersebut dapat ditransfer dengan pegawai yang lain juga dan dapat sesegera mungkin diterapkan pada DPKD Kabupaten Pasuruan pada saat Penerapan akrual secara penuh.

3. Inventarisasi Aset Aset tetap adalah komponen yang penting dalam menjalankan kegiatan pemerintahan dan juga sebagai fasilitas bagi kepentingan umum. Aset tetap merupakan aset yang rentan mengalami penurunan kapasitas yang disebabkan dari penggunaan aset tersebut. Maka dari itu pemerintah dituntut untuk dapat menyajikan informasi tentang aset tetap secara memadai, salah satu informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan adalah informasi mengenai nilai wajar aset, untuk mengetahui nilai wajar aset maka perlu dilakukan penyusutan setiap tahunnya. Mengingat banyaknya aset yang ada di Pemerintah Daerah kabupaten Pasuruan, maka sebelum dilakukan penyusutan maka diperlukan inventarisasi aset sebagai langkah awal, inventarisasi aset sendiri dilaksanakan pada tahun 2014. Inventarisasi merupakan kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang milik daerah (Permendagri 19 tahun 2016 pasal 1 ayat 48). Seperti yang dikatakan Bu Sri : “asetnya kan harus dihitung penyusutannya juga. makanya kalau dari tahun yang lama sampai sekarang kita harus menghitungnya. Asetnya banyak yang tidak bisa dihitung. Kalau kita mau benar benar lompat kesitu (akuntansi berbasis akrual) harus Inventarisasi/Sensus barang. “

4. Teknologi Informasi Sebelum ada kebijakan akuntansi berbasis akrual, DPKD Kabupaten Pasuruan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah (SIMKADA) mulai dari tahun 2006 hingga 2014. Hingga pada akhirnya pada tahun 2015 baru menggunakan aplikasi buatan BPKP yang bernama Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang menggantikan aplikasi SIMKADA tersebut. Beralihnya aplikasi yang digunakan adalah karena kelemahan atas aplikasi SIMKADA, sebab aplikasi SIMKADA belum dapat menghasilkan laporan keuangan yang mencerminkan basis akrual.

Page 7: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

5. Berkoordinasi Dengan BPKP Mengingat aplikasi SIMDA merupakan aplikasi baru yang masih jauh dari kata sempurna, maka untuk dapat menjalankan aplikasi SIMDA secara optimal harus dilakukan penyempurnaan aplikasi yang dilakukan dengan meng-update dan meng-upgrade melalui tingkatan versi yang lebih tinggi. Dalam hal ini, dibutuhkan pihak BPKP untuk men-gupdate dan meng-upgrade SIMDA jika diperlukan setiap saat, karena pegawai TI yang ada di DPKD Pasuruan jumlahnya terbatas, selain itu akses untuk bisa meng-update dan meng-upgrade SIMDA dibatasi.

PROSES IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL Implementasi Akuntansi Aset Tetap

Aset akan menjadi salah satu tantangan ketika menerapkan akrual, selama ini aset menjadi akun yang disoroti oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) saat dilakukan pemeriksaan. Menurut hasil pemeriksaan (IHPS) tahun 2016 dinyatakan bahwa seringkali aset tetap disajikan tidak sesuai dengan SAP, hasil pemeriksaan menyatakan bahwa 188 pemerintah daerah di Indonesia sudah menyajikan aset tetap, namun penyajian aset tetap tersebut tidak sesuai dengan SAP. Ketidaksesuaian penyajian aset tetap memiliki persentase sebanyak 30%. Melihat begitu rawannya permasalahan yang disebabkan oleh aset, sehingga hal ini sudah diantisipasi oleh pengurus barang yang ada di Kabupaten Pasuruan sejak tahun 2014. Antisipasi yang dilakukan oleh pengurus barang tersebut yakni dengan melakukan Inventarisasi dan sensus aset yang dilaksanakan oleh pengurus barang yang ada pada masing masing SKPD. Setiap SKPD memiliki 1 pengurus barang, jika SKPD dalam lingkup besar memiliki pengurus barang lebih dari 1. Tujuan dilakukannya Inventarisasi aset dan Sensus aset adalah 1) Untuk meyakini keberadaan fisik aset yang ada pada dokumen inventaris; 2) Mengetahui kondisi aset lebih akurat; 3) Mendata permasalahan terkait aset, seperti aset yang dalam sengketa, kepemilikan aset yang tidak jelas, aset yang dikuasai oleh pihak ketiga; 4) Menyediakan informasi nilai aset daerah sebagai dasar penyusunan neraca awal daerah.

Sebelum dilakukan inventaris sebenarnya sudah ada pencatatan secara rinci tentang aset yang dimuat pada Kartu Inventaris Barang (KIB), sehingga ketika dilakukan inventaris pengurus barang cukup mencocokkan data fisik dengan catatan aset yang termuat pada kartu inventaris barang, jika terdapat aset baru maka tinggal menambahkan saja pada kartu inventaris barang, begitu sebaliknya jika terdapat aset yang sudah tidak memadai dapat dilakukan usulan penghapusan aset. Pada praktiknya terdapat beberapa aset yang tidak diketahui harga perolehan dan tahun perolehannya dikarenakan dokumen bukti kepemilikan dan dokumen pendukung perolehan aset seperti akta jual beli, kuitansi pembelian, dan catatan lain hilang. Sehingga untuk menaksir nilai wajar, harga perolehan dan tahun perolehan perlu dilakukan penilaian langsung oleh pihak ke 3, yakni jasa penilai (appraisal). Setelah dilakukan inventarisasi aset hingga teridentifikasi semua aset yang dimiliki oleh pemda, maka tahap selanjutnya adalah melakukan prosedur penyusutan aset tetap menggunakan metode garis lurus dengan dengan masa manfaat yang tercantum pada Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2015. Implementasi Akuntansi Persediaan

Persediaan juga merupakan bagian dari aset lancar yang berupa barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah, dan barang barang yang dimaksudkan untuk pelayanan kepada masyarakat. Persediaan pada pemda merupakan beban dibayar dimuka, sehingga dapat dicatat sebagai aset atau beban pada saat perolehan awal. Sehingga dalam hal pencatatan ada dua alternatif pendekatan untuk mengakui persediaan ketika ada transaksi pembeliaan persediaan.

Page 8: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

Pada pendekatan beban, persediaan merupakan beban dibayar di muka, maka dalam pendekatan ini persediaan harus diakui sebagai beban maka di akhir periode harus dilakukan jurnal penyesuaian untuk mengetahui secara real jumlah persediaan dan beban persediaan yang sudah dikonsumsi. Sedangkan pada pendekatan aset, setiap ada pemakaian persediaan harus dilakukan penjurnalan, sedangkan untuk pendekatan beban harus dilakukan perhitungan fisik (stock opname) pada akhir tahun karena mengingat dalam pendekatan beban, persediaan dianggap sebagai beban dibayar dimuka.

Selain itu perlakuan untuk pengakuan persediaan juga berbeda saat penerapan basis akrual, jika dulu sebelum menerapkan akrual setiap persediaan yang dibeli langsung diakui sebagai realisasi anggaran dan dimasukkan ke dalam LRA secara langsung ketika persediaan tersebut dibeli. Begitu akrual diterapkan maka persediaan tidak bisa sepenuhnya diakui sebagai LRA. Melainkan harus dilihat lagi berapa persediaan tahun lalu yang digunakan untuk tahun berjalan/tahun ini, dan pembeliaan persediaan pada tahun berjalan/tahun ini namun tersisa di akhir tahun maka tidak bisa diakui sebagai beban dan harus dikeluarkan. Jadi, di LRA persediaan diakui sebagai belanja namun di Laporan Operasional (LO) tidak boleh diakui karena belum digunakan. Implementasi Akuntansi Pendapatan

Sebelum diterapkannya akrual, pendapatan yang diakui langsung masuk ke pendapatan LRA, namun sejak diterapkannya Akrual pengakuan pendapatan diklasifikasikan lagi menjadi pendapatan LRA dan pendapatan LO. Pendapatan di akui sebagai pendapatan LRA pada SKPD dan PPKD adalah saat diterimanya pendapatan melalui Rekening Kas Umum Daerah (RKUD)/SKPD/BUD. Sedangkan pendapatan LO baru bisa diakui jika: 1) timbul hak atas pendapatan (Earned) 2) Pendapatan sudah direalisasi baik melalui pembayaran secara tunai (realized) atau pun masih dalam keadaan piutang (realizable). Jika sebelumnya pemda mengakui pendapatan ketika semua penerimaan pajak dan retribusi sudah masuk ke dalam rekening kas umum daerah mengingat pendapatan basis kas berdasarkan arus kas masuk. Namun saat diterapkan basis akrual maka semua target penerimaan pajak dan retribusi yang telah ditetapkan meski pun kas belum diterima, maka tetap diakui pendapatan namun harus tetap disandingkan dengan piutang karena mengingat karena adanya hak yang timbul atas pendapatan tersebut.

Page 9: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

Implementasi Akuntansi Piutang

Penyajian Piutang dalam neraca yang ada di LKPD Kabupaten Pasuruan disajikan secara Net Realizable Value (NRV), yakni sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan didapatkan dari perhitungan piutang yang belum dilunasi dikurangi dengan akumulasi penyisihan piutang. Entitas akuntansi yang ada di Pemerintah pasuruan menggunakan metode penyisihan untuk penyajian nilai piutang yang berdasarkan NRV. Untuk besarnya penyisihan piutang bergantung pada masing SKPD dengan mempertimbangkan tingkat kolektibilitas (tingkat terkumpulnya) piutang yang dimiliki SKPD. Nilai penyisihan piutang tak tertagih tidak bersifat akumulatif tetapi diterapkan setiap akhir periode akuntansi sesuai perkembangan kualitas piutang. Penilaian kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan kualitas umur piutang yang telah ditentukan, kemudian dibuat koreksi penyesuaian atas nilai penyisihan piutang tidak tertagih dilakukan pada saat penyusunan laporan keuangan.

Menurut Peraturan Daerah kabupaten Pasuruan No 2 tahun 2011 yang mengatur tentang pajak menyebutkan piutang pajak yang kedaluwarsa adalah pajak yang melampaui waktu 5 (lima) tahun, sedangkan piutang untuk retribusi yang kedaluwasa adalah retribusi yang melampaui waktu 3 (tiga) tahun. Sehingga penyisihan piutang pajak dan retribusi dapat dilakukan ketika pajak dan retribusi sudah melampau batas waktu yang telah ditentukan. Penyajian Kembali (Restatement) Neraca

Implementasi akrual membawa perubahan dalam perlakuan akuntansi atas beberapa pos yang ada pada neraca. Atas perubahan kebijakan yang terjadi tersebut sehingga dibutuhkan penyajian kembali (restatement) pada saat Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan mengimplementasikan kebijakan akuntansi yang baru, yang semula menjalankan basis kas menuju akrual menjadi basis akrual penuh. Alasan perlu dilakukannya Restatement adalah agar dapat disandingkannya pos pos yang ada pada Laporan Keuangan tahun sebelumnya dengan Laporan Keuangan tahun berjalan. Dalam hal ini, Keterbandingan laporan keuangan merupakan salah satu persyaratan normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi (LKPD). Informasi keuangan dikatakan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Segala Teknis yang mengatur tentang mengenai penyajian kembali (restatement) laporan keuangan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan tertuang dalam Peraturan Bupati Pasuruan no 47 tahun 2015. Menurut peraturan tersebut restatement dilakukan terhadap pos pos neraca yang kebijakannya belum mengikuti basis akrual secara penuh, pos pos tersebut antara lain: 1) Piutang; 2) Beban Dibayar Dimuka; 3) Persediaan; 4) Investasi Jangka Panjang; 5) Aset Tetap; 6) Aset Tidak Berwujud; 7) Utang Bunga; 8) Pendapatan Diterima Dimuka; 9) Utang Beban

Tahapan yang harus dilakukan untuk menyajikan kembali Laporan Keuangan tahun 2014 secara penuh untuk penyusunan saldo awal laporan keuangan tahun 2015 adalah :

1. Identifikasi dan pengumpulan data transaksi Akrual tahun 2014 pada SKPD dan PPKD;

2. Menyusun kertas kerja hasil identifikasi transaksi akrual; 3. Melakukan pemetaan Laporan Realisasi Anggaran ke Laporan Operasional tidak

termasuk Belanja Modal; 4. Melakukan uji hasil pemetaan LRA ke LO; 5. Membuat Jurnal Penyesuaian terhadap Laporan Operasional hasil pemetaan atas

kelebihan/kekurangan pendapatan-LO dan kelebihan/kekurangan beban sesuai hasil identifikasi dan pengumpulan data transaksi akrual tahun 2014;

6. Menyusun Laporan Perubahan Ekuitas; 7. Menyusun Neraca Restatement; 8. Melakukan uji artikulasi LO, LPE, dan Neraca; 9. Menyusun Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;

Page 10: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

10. Menyajikan kembali Laporan Arus Kas; dan 11. Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan.

Implementasi Bagan Akun Standar dan Konversi LRA

Dikeluarkannya Permendagri no 64 tahun 2013 juga membawa perubahan pada Bagan Akun Standar, terutama perubahan pada kode akun. Kode akun sebelumnya yang berpedoman pada Permendagri no 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah hanya terdiri dari 6 kode akun, yakni :

1. Kode akun 1 (satu) menunjukkan aset 1. Kode akun 2 (dua) menunjukkan kewajiban 2. Kode akun 3 (tiga) menunjukkan ekuitas dana 3. Kode akun 4 (empat) menunjukkan pendapatan 4. Kode akun 5 (lima) menunjukkan belanja 5. Kode akun 6 (enam) menunjukkan pembiayaan Begitu akrual diterapkan maka perlu disesuaikan dan dibentuk bagan akun standar

yang baru. Dalam hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pada kode akun yang sebelumnya hanya ada 6 kode akun, maka saat diterapkan akrual menjadi 9 kode akun. 9 Kode akun yang digunakan pada bagan akun standar pada pemerintah kabupaten Pasuruan tersebut yakni :

1. Kode akun 1 (satu) menunjukkan aset 2. Kode akun 2 (dua) menunjukkan kewajiban 3. Kode akun 3 (tiga) menunjukkan ekuitas 4. Kode akun 4 (empat) menunjukkan pendapatan-LRA 5. Kode akun 5 (lima) menunjukkan belanja 6. Kode akun 6 (enam) menunjukkan transfer 7. kode akun 7 (tujuh) menunjukkan pembiayaan 8. kode akun 8 (delapan) menunjukkan pendapatan-LO 9. kode akun 9 (sembilan) menunjukkan beban.

Pada dasarnya Bagan akun standar terdiri dari 5 level kode rekening. 5 level tersebut adalah : level 1 (satu) menunjukkan kode akun; level 2 (dua) menunjukkan kode kelompok; level 3 (tiga) menunjukkan kode jenis; level 4 (empat) menunjukkan kode obyek; dan level 5 (lima) menunjukkan kode rincian obyek. Namun yang ada pada SAPD pemerintah kabupaten pasuruan hanya sampai dari 4 level saja untuk menyederhanakan dalam memahami dan menerapkan system dan prosedur , sehingga untuk level 5 dapat mengikuti dan menyesuaikan. Karena Di Kabupaten Pasuruan Bagan Akun Standar hanya sampai pada level 4, sehingga rincian objek akun akun tertentu tidak diklasifikasikan. Maka seringkali terdapat beberapa obyek akun yang masih belum dirinci dan belum memiliki kode akun. Misalnya seperti pajak, retribusi, dan akun lainnya. Hal ini sama Seperti yang dikatakan oleh bu Rifa :

“Kalau sekarang itu Kodefikasi aset itu belum ada, kode rekening di aset dengan kode

rekening di kita itu ndak sinkron. Di kita itu asetnya ndak sedetail itu, di simda itu ada kode rekening aset, tapi kode rekeningnya itu ndak sejalan. Antara rincian objek dan objeknya itu ndak sama.Kan kaya gitu2 itu kan kita harus nyari. Istilahnya kita harus menyelaraskan, jadi kita bingung aset ini masuk klasifikasi mana.”

Adanya perubahan kode akun yang semula hanya ada 6 kode akun namun saat ini menjadi 9 kode akun menyebabkan terjadi perubahan juga terhadap kodefikasi akun akun yang ada pada LRA, terutama pada akun pendapatan-LRA dan Belanja. Maka dari itu diperlukan konversi pendapatan dan belanja.

Page 11: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

KENDALA PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL Sebuah kebijakan yang baru diterapkan tidak sepenuhnya berjalan dengan mulus dan

baik, seringkali untuk menerapkan kebijakan yang baru selalu diiringi dengan permasalahan dan kendala. Sama seperti kebijakan yang saat ini dijalankan oleh DKPD Kabupaten Pasuruan, pada masa pengadopsian kebijakan akrual tersebut diiringi dengan beberapa permasalahan. Permasalahan yang dihadapi oleh DPKD Kabupaten Pasuruan selama pelaksanaan basis akrual adalah :

1. Permasalahan Aset Sejak diberlakukan akrual, aset diukur menggunakan nilai wajar, berbeda

dengan sebelumnya yang hanya menggunakan nilai historis. Untuk menentukan nilai wajar dalam rangka menjalankan penyusutan aset tetap dibutuhkan dokumen pendukung saat perolehan aset dan juga tahun perolehan untuk menentukan umur ekonomis dan besar penyusutan. Terkadang ada beberapa aset yang tidak memiliki data aset yang valid. Namun ada juga yang berkebalikan, dokumen aset sudah ada dan lengkap namun dari pengurus barang tidak tahu dokumen aset tersebut milik aset yang mana. Sehingga harus dipikirkan apakah aset tersebut dilakukan penyusutan atau tidak, karena ditakutkan aset tersebut ternyata sudah hilang/rusak namun tetap dilakukan penyusutan. Hal ini dikarenakan banyaknya aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah, selain itu tidak adanya tanda bahwa itu aset milik daerah

Kesulitan yang dialami adalah mengetahui tahun perolehan dan menentukan nilai wajar suatu aset dikarenakan tidak ada dokumen yang dapat ditelusuri, kecuali dilakukan inventarisasi dan sensus aset dengan turun langsung ke lapangan. Kendala yang berikutnya adalah minimnya sumber daya manusia untuk melaksanakan inventarisasi, sensus dan menghitung penyusutan aset yang sedemikian banyaknya. Sehingga pegawai di bidang kekayaan dan inventarisasi tidak dapat bekerja secara sendiri, melainkan butuh bantuan dari masing masing pengurus barang SKPD dan dibantu menggunakan jasa pihak ke 3 (Appraisal).

2. Regulasi pelaksanaan berbasis akrual dari pemerintah pusat yang sering berbeda dan

terlambat. Beberapa Regulasi pelaksanaan akrual terkesan terlambat diterbitkan yang

pada akhirnya tidak terpakai, seperti permen no 64 tahun 2013 yang mengamanatkan untuk dilakukan penyajian kembali (restatement) terhadap laporan keuangan tahun 2014 yang belum menerapkan basis akrual agar dapat dibandingkan dengan Laporan keuangan tahun 2015. Pada saat itu DPKD sudah terlanjur menjalankan kebijakan Restatement, namun dari KSAP pada bulan Februari menerbitkan IPSAP 04 yang menyatakan tidak perlu dilakukan restatement, tetapi cukup menggunakan opening balanced.

Permasalahan tersebut sangat menyita waktu karena restatement sudah dibuat lebih awal sebelum IPSAP tersebut diterbitkan. Selain itu terbitnya IPSAP 04 dirasa sudah terlambat, karena baru muncul pada tahun anggaran 2016. Sementara itu waktu pemaparan dan pengumpulan LKPD dibatasi sampai akhir Maret dan seluruh transaksi di tahun 2015 sudah berakhir. Kondisi aturan yang seperti itu mempengaruhi kesiapan sistem aplikasi yang membutuhkan waktu untuk di upgrade dan diupdate menyesuaikan regulasi yang ada. Sedangkan untuk meng-upgrade dan meng-update aplikasi membutuhkan waktu sekitar 1-2 bulan, belum juga waktu yang diperhitungkan untuk mengerjakan opening balanced

Page 12: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

3. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang masih belum berfungsi optimal.

Aplikasi SIMDA merupakan aplikasi yang dibuat oleh BPKP Pusat untuk tujuan mempermudah dalam pelaksanaan akuntansi berbasis akrual dan sebagai pengganti dari lemahnya aplikasi SIMKADA sebelumnya. Namun pada kenyataannya aplikasi ini jauh dari sempurna pada saat pertama kali digunakan., sebab SIMDA belum dapat menghasilkan laporan keuangan yang mencerminkan akuntansi akrual. seperti yang dikatakan Bu Rifa :

“Kemarin waktu kita menginjak ke akrual basis itu masih pake SIMDA Keuangan

versi 2.7.2, mereka sudah liris 276. Jadi pada 3 bulan ke depan itu kita masih pakai 2.7.2, tapi begitu BPK datang dan dilakukan audit pendahuluan, orang BPK bilang : ini tidak menggambarkan akuntansi ini, ndak ada akrualnya, masih cash basis ini. Jadi gimana ?. “ Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bu Sri : “Di SIMDA Keuangan itu benar memang sudah bisa menghasilkan Laporan

Operasional (LO), tapi ya gitu mbak belum sepenuhnya laporan LO nya itu belum bisa mewakili sepenuhnya. Jadi laporan LO itu sejajar dengan LRA, kan seharusnya ndak begitu mbak”

Atas permasalahan yang sering muncul di atas pada akhirnya BPKP selalu meningkatkan aplikasi SIMDA ini, mengingat aplikasi SIMDA merupakan sebuah aplikasi baru yang masih membutuhkan penyempurnaan lebih lanjut lagi. Sehingga BPKP selalu melakukan penyempurnaan dengan cara meng-upgrade dan meng-update SIMDA melalui beberapa tingkatan versi. Semakin tinggi versi yang dibuat juga semakin baik fitur yang dimiliki oleh SIMDA, namun kembali lagi ke kesiapan pemerintah daerah masing masing, apakah sudah siap beralih ke versi SIMDA yang lebih baik.

Selain kendala yang ada pada aplikasi SIMDA keuangan ada juga kendala yang datang dari aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah- Barang Milik Daerah (SIMDA BMD). Pada aplikasi SIMDA BMD masih belum bisa menghitung penyusutan aset, seharusnya ketika kebijakan akrual dilaksanakan harus ada aplikasi yang mengakomodir dalam pelaksanaan akrual. Namun aplikasi yang ada tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hingga pada akhirnya perhitungan penyusutan dilakukan secara manual. Seperti yang diutarakan oleh Pak Dian : “Sebenarnya Ngitung depresiasi itu bisa di SIMDA BMD mbak, tapi kalau tahun kemarin masih belum bisa. Depresiasinya ndak bisa tampil, terjadi perbedaan laporan, makanya kadang output yang dihasilkan itu ndak sama.”

Dari pemahaman peneliti atas permasalahan yang muncul di atas, bahwa aplikasi SIMDA harus selalu di update dan di upgrade melalui tingkatan versi agar output laporan keuangan yang dihasilkan benar benar mencerminkan akrual. Keputusan untuk menggunakan versi SIMDA bergantung pada pelaksana di pengurus daerah, karena pada dasarnya pihak BPKP tidak mengharuskan untuk menggunakan SIMDA versi berapa. Seperti yang dikatakan bu Rifa : “Jadi memang bpkp tidak mengharuskan, dia punya pilihan beberapa versi. Tinggal

dari pelaksananya di daerah aja mau pakai yang versi berapa, karena semuanya memang tergantung kesiapan pemerintah daerah masing-masing. Apakah dia mampu melakukan migrasi, kalau migrasi itu dilakukan sukses ndak masalah. Tapi begitu dilaksanakan migrasi banyak angkanya yang kocar kacir (tidak rapi/berantakan) itu kan tambah tidak bagus”

Page 13: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

Minimnya Pegawai IT dan kemampuan pegawai yang mengoperasikan masih kurang baik. Jika terdapat masalah mengenai SIMDA, maka DPKD langsung menghubungi pihak BPKP untuk meminta bantuan. Sehingga hal tersebut juga menjadi beban bagi DPKD, untuk ke depannya DPKD harus bekerja keras untuk mengundang pihak BPKP agar diadakan sosialiasi bagi pegawai yang khusus menjalankan operasi SIMDA, dan juga merekrut pegawai IT agar dapat mengurangi permasalahan tersebut

4. Minimnya Pemahaman Beberapa Pegawai Mengenai Akuntansi Akrual

Pada awal tahun 2015 belum menyajikan transaksi yang berasal dari Non APBD, transaksi transaksi tersebut bermacam macam bisa menjadi transaksi pendapatan, belanja, hibah/bantuan yang tidak melalui mekanisme APBD. Pada saat pertama kali dilakukan audit, Terdapat temuan bahwa tidak disajikannya transaksi yang berkaitan dengan non APBD seperti dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), BPJS dan bantuan lain yang berasal dari Non APBD. Seharusnya semua transaksi non-APBD yang diterima oleh pemerintah daerah harus tetap dipertanggungjawabkan melalui laporan keuangan. Sedangkan selama ini transaksi yang berkaitan dengan non-APBD tidak dipertanggungjawabkan. Sehingga semua penerimaan dan penggunaan yang berasalah dari dana non-APBD, salah satunya dana BOS belum tercatat dalam Laporan Operasional. Begitu juga sisa kas dari dana BOS yang tidak dapat ditelusuri karena masih tersebar di rekening sekolah-sekolah yang menjadi satu dengan dana penerimaan dari sumber lain. Selain itu, perolehan aset melalui dana BOS tidak dicatat dan diinventarisasi sehingga berpengaruh terhadap penghitungan Beban Penyusutan dan Akumulasi Penyusutan.

Hal di atas terjadi dikarenakan tidak didukung regulasi yang jelas dan pasti mengenai harus bagaimana pencatatan dan perlakuan transaksi untuk non APBD yang diterima oleh Pemerintah Daerah. Namun saat ini sudah ada sisdur yang jelas bagaimana perlakuan jika Terdapat transaksi non-APBD. Selain sudah terbitnya regulasi yang jelas, pihak DPKD mendapatkan rekomendasi dari BPK. Dari rekomendasi tersebut pihak DPKD menindak lanjuti untuk tahun depan agar mencatat semua dana yang bersumber dari non-APBD. Seperti Pernyataan pak Wulan mengenai transaksi yang berkaitan dengan Non-APBD : “Waktu dilaksanakan audit itu Temuannya terkait non-APBD, mereka ngasih rekomendasi agar peraturan-peraturan bupati lebih menegaskan sisdur terkait dengan pendapatan dan beban yang bersumber dari Non APBD, seperti dana BOS, BPJS, dan sumber sumber lain yang berasal dari Non-APBD”

Kesulitan lain yang dialami oleh beberapa pegawai adalah mengenai Penyajian Laporan Operasional dan Laporan Realisasi Anggaran. Penyajian untuk LO merupakan perbandingan antara nilai periode berjalan dengan nilai periode sebelumnya, sedangkan untuk LRA merupakan laporan yang dibuat berdasarkan basis kas yang merupakan nilai realisasi dengan nilai anggaran. Sebagai contoh saat ada penjualan aset tetap, LRA hanya mencatat jumlah kas yang diterima tanpa memperhatikan surplus/deficit atas penjualan aset tersebut, namun di LO harus tetap di catat setiap penjualan aset yang menyebabkan surplus/deficit sebagai pendapatan/beban non operasional. Pada LRA, pembelian aset tetap dikategorikan sebagai belanja modal/pengurang pendapatan, sedangkan pada LO pembelian aset

Page 14: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

tetap tidak diakui sebagai pengurang pendapatan. Demikian pula hal yang berkaitan dengan beban non kas, seperti alokasi pengeluaran periode sebelumnya yang meilputi beban penyusutan, beban listrik, beban air dan beban beban lainnya tidak perlu dicatat di LRA, namun di LO harus ada.

PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil, antara lain :

1. Pada tahap pertama kali saat penerapan akrual banyak sekali persiapan yang telah dilakukan. Persiapan dilaksanakan melalui persiapan regulasi, mencetak sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya, Melakukan Inventarisasi dan Sensus aset tetap dan menghitung penyusutan sebelum dilaksanakannya akrual. Melaksanakan kegiatan kegiatan yang dapat menambah pemahaman mengenai akuntansi berbasis akrual, mempersiapkan teknologi informasi yang akan digunakan saat menerapkan akrual.

2. Pemerintah Pasuruan sudah menerapkan Akuntansi berbasis akrual sesuai dengan Peraturan Menteri dalam Negeri nomor 64 tahun 2013 tentang penerapan basis akrual di pemerintah daerah. Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya kebijakan akuntansi, adanya Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD), Bagan Akun Standar (BAS). Semua penerapan akrual yang dilaksanakan di kabupaten Pasuruan sudah mengacu dengan Peraturan Menteri dalam Negeri nomor no 64 tahun 2013, begitu pula dengan peraturan lokal di pemda yang mengatur mengenai basis akrual juga sudah sinkron dengan SAP berbasis akrual yang berlaku saat ini.

3. Tahun 2015 menjadi tahun pertama kali DPKD Kabupaten Pasuruan harus menerapkan akuntansi berbasis akrual. DPKD berhasil membuktikan bahwa di tahun pertamanya berhasil menerapkan akuntansi berbasis akrual dengan diperolehnya opini WTP yang diraihnya. Tidak hanya itu, namun Kabupaten Pasuruan terpilih menjadi pilot project pemeriksaan keuangan berbasis akrual pada tahun 2015 karena memiliki kesiapan yang lebih dari segi regulasi dan SDM. Namun dibalik kesuksesan penerapan akrual yang dijalankan tersimpan berbagai masalah dan kendala yang dihadapi. Permasalahan tersebut antara lain permasalahan mengenai aset, pemahaman beberapa pegawai yang masih kurang, regulasi dari pusat yang seringkali terlambat dan tidak konsisten, Aplikasi SIMDA yang seringkali belum optimal sehingga harus ditingkatkan melalui versi yang lebih tinggi.

Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain :

1. Kurang maksimalnya wawancara yang dilakukan pada beberapa pegawai karena mendekati akhir tahun dan penyusunan laporan keuangan. Mengingat akhir tahun merupakan tutup buku, sehingga banyak pegawai yang sibuk yang menyebabkan kurang maksimalnya data yang didapatkan pada saat wawancara, meskipun sudah mencukupi.

2. Saat dilakukan wawancara terhadap beberapa pegawai ada pegawai yang kurang fokus saat diwawancarai, sehingga terkadang jawaban dari narasumber tidak sesuai dengan pertanyaan.

3. Keterbatasan lainnya adalah, peneliti disini sebagai peneliti pasif sehingga analisis dan pembahasan penelitian hanya berasal dari wawancara.

Saran Saran yang dapat diberikan peneliti untuk DPKD Kabupaten Pasuruan dalam Implementasi Akuntansi Berbasis akrual adalah : .

Page 15: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

1. Perlu direkrutnya pegawai TI yang bisa menguasai aplikasi sistem informasi seperti SIMDA, mengingat seluruh pegawai yang ada di DPKD cenderung lebih banyak yang akuntansi. Dengan adanya pegawai TI yang cukup dan berkompeten pada bidangnya diharapkan nantinya bisa menghandle aplikasi SIMDA jika sewaktu waktu bermasalah, sehingga tidak perlu menunggu orang dari BPKP langsung.

2. Meningkatkan koordinasi dengan SKPD SKPD lain agar koordinasi di antara keduanya semakin baik, karena mengingat pembuatan laporan konsolidasian adalah laporan keuangan gabungan dari SKPD yang tidak bisa berdiri sendiri.

3. DPKD Kabupaten Pasuruan merupakan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang menjadi role model dalam pelaksanaan akuntansi berbasis akrual perlu memberikan ilmu ke pegawai yang ada pada SKPD SKPD lain. Baik melalui sosialisasi keberlanjutan mau pun diklat diklat tertentu, sehingga beberapa pegawai yang masih belum memahami mengenai akrual akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Rumlan. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Ardiansyah. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan Penerapan PP no 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Studi Kasus pada Satuan Kerja di wilayah Kerja KPPN Malang). Skripsi. Malang. Universitas Brawijaya

Asfiansyah, Ahdony. 2014. Strategi implementasi akuntansi akrual pada pemerintah daerah (Studi Kasus pada Pemerintah Kota S). Laporan Studi Kasus. Malang. Universitas Brawijaya

Azwan, Mohammad Man. 2015. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual : Sebuah Analisis Deskriptif. Skripsi. Makasar. Universitas Hasanuddin.

Badan Pemeriksan Keuangan Republik Indonesia. 2016. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I (IHPS I) Tahun 2016.

Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2010. Modul Akuntansi Pemerintahan. Jakarta Blöndal, Jón R. 2003. Accrual Accounting and Budgeting: Key Issues and Recent. Developments

Journal Vol 3 No 1. OECD Bogdan, Robert C dan Biklen, Knopp Sari. 1982. Qualitative Research For

Education: An Introduction to Theory and Methods, Allyn and Bacon. Boston: London.

Brusca, Alijarde I. 1997. The Usefulness of Financial Reporting in Spanish Local Government. Financial Accountabillity & Management 13 (1)

Bunea, Cristina Aurora., Cosmina, Mihaela. 2009. Argument for Introducing Accrual Based Accounting in The Public Sector. MPRA Paper No 18134, October.

Carlin, Tyrone M., Guthrie, James. 2003. Accrual Output Based Budgeting Systems in Australia: The Rhetoric-reality Gap. Public Management Review Vol 5 Issue 2

Christiaens, Johan. 1999. Converging New Public Management Reforms and Diverging Accounting Practices in Belgian Local Government. Working Paper Research Seminar, March.

Diamond, Jack. 2002. Performance Budgeting : Is Accrual Accounting Required?. International Monetary Fund.

Faisal, Sanafiah. 1990. Penelitian Kualitatif: Dasar dan Aplikasi. Malang: Y A 3 Malang Fakhrurazi. 2010. Standar Akuntansi Pemerintahan. (http://Fakhrurrazypi.wordpress.com/tag/standar-

akuntansi-pemerintahan/. Diakses tanggal 12 September 2012.) Firdaus, Dahlia., Sayogo, Djoko Sigit., Latifah, Sri Wahjuni. 2015. Evaluasi Penerapan PP No

71/2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual: Studi Kasus di Pemda Nganjuk. Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol 16 No 1, Januari.

Guthrie, James. 1998. Application of Accrual Accounting in The Australian Public Sector – Rhetoric or Reality?. Financial Acoountability & Management 14(1), February. Blackwell Publishers Ltd.

Page 16: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

Hariyanto, Agus. 2012. Penggunaan Basis Akrual dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Dharma Ekonomi No 36.

Ichsan, Muhammad. 2013. Kajian Variabel-Variabel Kesuksesan Penerapan Basis Akrual Dalam Sistem Akuntansi Pemerintahan. Dalam Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Konsep, Pemikiran, dan Implementasi Di Indonesia. BPKP. Jakarta. Desember 2013: 44-64.

Jorge, Susana Margarida., Carvalho, Joao Baptista da Costa, Fernandes, Maria Jose. 2007. Governmental Accounting in Portugal: Why Accrual Basis is A Problem. Journal of public Budgeting, Accounting & Financial Management, 19(4) Winter.

Kamayanti, Ari. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi: Pengantar religiositas Keilmuan. Jakarta: Yayasan Rumah Peneleh

Kusuma, Muhamad Indra Yudha. 2013. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penerapan Akuntansi Akrual pada Pemerintah. Skripsi. Semarang. Universitas Diponegoro

Kusuma, Ririz Setiawati. 2013. Analisis Kesiapan Pemerintah dalam Menerapkan Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual (Kasus pada Pemerintah Kabupaten Jember). Skripsi. Jember. Universitas Jember

Kristiawati, Endang. 2015. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah Kalimantan Barat. Akuntabilitas Vol VIII no 3, Desember.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. 2010. Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. Makalah disajikan dalam Seminar Pentahapan Implementasi SAP Akrual Pemda. Jakarta, 25 Maret.

Lofland, John. 1984. Analyzing Social Setting: A Guide To Qualitative (Bervation and Analisis). Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.

Maimunah, Mutiara. 2015. “Implementation Of Accrual Accounting: Review of Readiness and

Arising Problem”. Global Conference on Business and Social Science (GCBSS), 16-17 December

Mansyur, Mariatul Ulfa. 2016. Implementasi Akuntansi Basis Akrual pada Pemerintah Kabupaten Tulungagung (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Tulungangung). Skripsi. Malang. Universitas Brawijaya.

McCourt, W., 2001. Moving the Public Management Debate Forward: A Contingency Approach. In: The Internationalization of Public Management: Reinventing the Third World State, McCourt, W. and M. Minogue (Eds.). Edward Elgar Publishing, Northampton, MA, pp: 220-253.

Medina Consulting. 2011. Strategi Penerapan Basis Akrual Secara Penuh di Indonesia. (http://.medina.co.id. diakses pada tanggal 20 Oktober 2016)

Miles, B. Mathew., Huberman, A, M. Qualitative data analysis: A sourcebook of New Methods. Beverly Hills: Sage Peblication, 1984

Minogue, M., 2001. The Internationalization of New Public Management. In: The Internationalization of Public Management: Reinventing the Third World State, McCourt, W. and M. Minogue (Eds.). Edward Elgar Publishing, Northampton, MA, pp: 1-19.

Minogue, M., 2001. Should Flawed Models of Public Management be Exported: Issues and Practices. In: The Internationalization of Public Management: Reinventing the Third World State, McCourt, W. and M. Minogue (Eds.). Edward Elgar Publishing, Northampton, MA, pp: 20-43.

Moleong, Lexy. J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nazier, M. Daeng 2009. Kesiapan SDM Pemerintah Menuju Tata Kelola Keuangan Negara yang

Akuntabel dan Transparan. Makalah Seminar Nasional Akuntansi tentang Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara dan Daerah Melalui Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Pemerintah Pusat dan Daerah Tanggal 22 Juli 2009 yang diselenggarakan oleh BPK RI.

Page 17: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

Negara, I Gusti Bayu Surya. 2015. Toward Implementation of Accrual Basis in Indonesia Government: Key Success Factors. GSTF Journal on Business Review (GBR) Vol 5 No 1, July

Ranuba, Erlita., Pangemanan, Sifris., Pinatik, Sherly. 2015. Analisis Kesiapan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Berdasarkan PP No 71 Tahun 2010 Pada DPKPA Minahasa Selatan. Jurnal EMBA Vol 3 No 1, Maret

Rasyid, Yuniar Yanuar. 2013. Persiapan K/L Menghadapi Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual. Disampaikan pada acara Sosialisasi Kesiapan Implementasi Basis Akrual Lingkup Pejabat Eselon II Kementerian Negara/Lembaga. Jakarta 27 November 2013

Sancoko, Bambang. 2008. Kajian Terhadap Penganggaran Berbasis Kinerja di Indonesia. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen Keuangan RI.

Satori, Djam’an., Komariah, Aan. 2014. Metodologi Peneliitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sekaran, Uma., Bougie, Roger. 2014. Research Methods for Business: A Skill Building Approach.

United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd. Sarker, A.E., 2006. New public management in Developing Countries: An Analysis of Success and

Failure with particular Reference to Singapore and Bangladesh. International Journal Public Sector Management., 19: 180-203.

Simanjutak, Binsar H. 2010. Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Di Sektor Pemerintahan Di Indonesia. Disampaikan Pada Kongres XI Ikatan Akuntansi Indonesia. Jakarta 9 Desember 2010.

Sitorus, Selvina., Kalangi, Lintje., Walandouw, Stanley Kho. 2015. Analisis Kesiapan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Berdasarkan PP no 71 Tahun 2010 pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah Kota Tomohon. Jurnal EMBA Vol 3 No 1, Maret.

Stamatiadis, Filippos., Eriotis, Nikolaos., Vasiliou, Dimitrios. 2009. Assessing Accrual Accounting Reform in Greek Public Hospitals: An Empirical Investigation. International Journal of Economic Science and Applied Research, 4 (1), 153-184.

Surepno. 2015. Kunci Sukses dan Peran Strategis Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol 7 no 2, September

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Usman., Sunandar., Farida, Ida. 2014. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Implementasi

Akuntansi Akrual pada Entitas Pemerintah Daerah. Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol 15 No 2, Mei.

Wahyuni, Nina Eka. 2016. Analisis Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual dalam Perspektif Teori Institusional: Studi Kasus pada Pemerintah Kota Malang. Skripsi. Malang. Universitas Brawijaya.

Widjajarso, Bambang. 2008. Penerapan Basis Akrual pada Akuntansi Pemerintah Indonesia: Sebuah Kajian Pendahuluan. Disampaikan dalam “Seminar Akuntansi Berbasis Akrual. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, 18 Desember 2008 (http://sutaryofe.staff-uns.ac.id/files/2011//10/akuntansiberbasisakrualpdf diakses pada tanggal 20 Desember 2016).

Windels, Paul., Christiaens, Johan. 2006. Management Reform in Flemish Public Centres for Social Welfare: Examining Organisational Change. Local Government Studies, 32(4), 389-411

Yin, R. K. 2013. Case Study: Design and Methods. Mudzakir, M. D. (penerjemah). Studi Kasus Desain & Metodologi. Depok: PT

Rajagrafindo Persada. ________. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

________. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan ________. Peraturan Menteri dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar

Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah ________. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. ________. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Page 18: IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA DINAS

________. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. ________. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar

Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah ________. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan No. 12 Tahun 2008 tentang pembentukan

Dinas/Bagian di Lingkungan Pemerintah ________. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan No. 30 Tahun 2012 tentang pembentukan

Dinas/Bagian di Lingkungan Pemerintah ________. Peraturan Bupati No. 48 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas

Pengelolaan Keuangan Daerah ________. Peraturan Bupati No. 63 Tahun 2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Tehnis Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah. ________. Peraturan Bupati Pasuruan No. 85 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan

Keuangan Daerah Kabupaten Pasuruan ________. Peraturan Bupati Pasuruan No. 12 tahun 2014 tentang sistem dan prosedur pengelolaan

Keuangan Daerah Kabupaten Pasuruan ________. Peraturan Bupati Pasuruan No. 36 tahun 2016 tentang sistem dan prosedur pengelolaan

keuangan daerah kabupaten pasuruan. ________. Peraturan Bupati Pasuruan No. 47 tahun 2015 tentang kebijakan akuntansi ________. Peraturan Bupati Pasuruan No. 27 Tahun 2013 tentang kebijakan akuntansi _________. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 19 tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan

Barang Milik Daerah ________. 2015. BPK Gelar Audit Pendahuluan Pelaksanaan APBD Kabupaten Pasuruan.

(http://pasuruankab.go.id/new/berita-2733-bpk-gelar-audit-pendahuluan-pelaksanaan-apbd-kabupaten-pasuruan-2015.html. diakses pada tanggal 20 September 2016)